Download - Solu Tio
MAKALAH FARMASETIKA
MIXTURA DAN SOLUTIO
Disusun Oleh :
Rani Saskia Jeanita G1F011049
Aisyah Putriani G1F011050
Ines Hendriyani G1F011051
Oktaviana G1F011052
Reza Satria G1F011053
Hijrofayanti G1F011054
Ine Rosalina G1F011055
Akwila Albert G1F011056
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang mengenai “solution
dan mixtura”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah farmasetika.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada :
1. Ibu Vitis Vini Vera, M.Sc., Apt Selaku dosen pengampu mata kuliah
farmasetika II serta segenap jajarannya yang telah memberikan
kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil, meluangkan
waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
2. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan makalah ini
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
MIXTURA DAN SOLUTIO
I.Definisi
1. Solutio (larutan)
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut. Misal : Terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. kaerena molekul-molekul dalam larutan
terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan
umumnya memberikan jaminan berupa keseragaman dosis yang memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk sediaan larutan
ddigolongkan menurut pemberiannya, misalnya larutan oral, larutan topikal atau
digolongkan menurut cara pemberiannya didasarkan sistem pelarut dan zat
terlarut seperti spirit dan larutan air. Larutan yang diberikan secara parental
disebut injeksi.
•Solutio
Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat pelarutnya adalah
air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya :
–Sol.CamphoraSpirituosa à kamfer spiritus
–Sol. Camphora Oleonosa à kamfer olie / minyak kamfer
–Camphora Nitroglycerini spirituosa à Lar. Nitrogliserin dalam spiritus
2. Mixtura
Mixtura dan solutio tidak ada pebedaan prinsip dalam pengertian, hanya
dikatakan larutan (solutio) apabila zat terlarut hanya satu, dan dapat disebut
mixtura apabila memiliki zat terlarut yang banyak atau lebih dari satu.
•Mixtura:
Larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat, yang dapat berupa
campuran dari :
–Cairan dengan zat padat
–Cairan dengan cairan
–Cairan dengan extrak kental
Tidak ada perbedaan mendasar antara solutio dengan mixtura, contoh :
–Sol. Citratis Magnesici dimana hanya Lar hanya Magnesium Citrat yg dilarutkan
dalam air
–Mixt. Citratis Magnesici, yang mengandung magnesium sitrat, sirupus simplex
dan spiritus citri
II.Teori pembentukan
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20˚,
kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian
volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataaan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.
Pernyataan dalam bagian kelarutan berarti 1g zat padat atau 1ml zzat cair
dalam sejumlah ml pelarut.
Kelarutan zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan
istilah berikut:
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk
melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1-10
Larut 10-30
Agak sukar larut 10-100
Sukar larut 100-1.000
Sangat sukar larut 1.000-10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, umumnya kenaikan suhu
menyebabkan bertambahnya kelarutan suatu zat. Selain itu kelarutan suatu zat
juga dipengaruhi 2 faktor yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Faktor
lain yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat-sifat fisika dan kimia
antara lain, keasaman dan kebasaan, dan penggojokan selama pelarutan.
III.Teori preparasi
Tahapan dalam pembuatan solutio dan mixtura adalah:
a. Penimbangan zat cair
Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang
digunakan sebagai wadah yang diberikan. Mula-mula dicari tutup
gabus yang cocok, dengan mencoba tutup ini dengan memegang leher
botol dan menekan tutup gabusnya dengan ibu jari pada tutup
botolnya. Lalu botol serta gabus diletakan di bagian piring timbangan
sebelah kanan dan di bagian sebelah kiri diletakan butir-butir gotri
sebagai tara, selanjutnya dismping kotak tara pada piring timbangan
sebelah kiri diletakan anak timbangan sesuai cairan yang akan
ditimbang, lalu cairan diisikan pada botol sampai berat yang
ditentukan.
Perlu diperhatikan pada waku menuang dari botol persediaan
cairan supaya etiket botol diarahkan ke atas agar tidak kotor karena
aliran tetesan cairan. Jika ingin menimbang campuran cairan maka
caranya adalah dengan menimbang cairan berurutan di dalam botol,
dimulai dengan cairan yang mudah menguap dan yang jumlahnya
sedikit. Cairan yang mudah menguap ditambahkan terakhir untuk
menghindari kekurangan karena penguapan dan menghindari
pengotoran pada isi cairan botol persediaan berikutnya karena uapnya
masuk ke dalam cairan dari botol persediaan. Zat cair yang mudah
menguap tersebut adalah Aether, Aethyl Acetas, Chloroformum,
Aethylis Nitris cum Spiritu, S.A.S.A., Valerianae Tinctura.
b. Menentukan botol obat yang digunakan sebagai wadah
Bagian bawah botol obat tertulis angka yang menyatakan
isi (volume) botol. Tapi harus diingat bahwa botol obat bukan alat
pengukur, angka tersebut menyatakan besarnya volume kira-kira,
maka cairan selalu ditimbang penting.
c. Cara melarutkan
1. Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol
2. Zat-zat yang agak sukar lurat dilarutkan dengan pemanasan
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam erlenmeyer,
setelah itu dimasukkan zat pelarutnya, dipanasi diatas tangas air
atau api bebas dengan digoyang-goyangkan sampai larut. Zat padat
yang hendak dularutkan dimasukkan dalam erlenmeyer dulu,
mencegah jangan sampai ada yang lengket pada leher erlenmeyer.
Pemanasan dilakukan dengan api bebas sambil digoyang-
goyangkan untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu
dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih
lambat larutnya. Zat-zat tesebut adalah glucosum, borax, dan Natrii
Bromidum.
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar
dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan
digoyang-goyangkan atau digojok untuk mempercepat larutnya zat
tersebut. Zat tersebut adalah Codeinum Base, Nipagin,
Chlorbutanolum, dan Acetalinidum.
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan
dengan pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat tersebut ialah
Hexaminum, Natrii Bicarbonas, Chlorali Hydras, Protargol,
Luminal Natrium, Veronal Natrium, Calciii Acetylsalicylas.
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi dilarutkan dalam botol
tetutup dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-
goyangkan. Zat tersebut ialah Camphora, Thymolum, Acidum
Benzoicum, dan Acidum Salicylicum.
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah
sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu
dibilas.
8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk
mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan,
sebab bila keadaan menjadi dingin maka akan terjadi endapan.
Beberapa obat memerlukan cara khusus untuk melarutkannya,
diantaranya adalah :
1. Natrium bikarbonat
Harus dilakukan dengan cara gerus-tuang ( adsliben )
2. Natrium bikarbonat bersama-sama natrium salisilat Na-
bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na salisilat.
Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan
harus ditambahkan natrium pirofosfat 0,25% dari berat larutan
3. Sublimat ( HgCl2 )
Untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau
dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah
dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi
menurunkan daya bakterisidanya. Kadar sublimat dalam obat
tetes mata 1 : 4000
4. Kalium permanganat (KMnO4 )
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan
terbentuk batu kawi ( KMnO4), oleh sebab itu setelah dingin
tanpa dikocok-kocok dituangkan ke dalam botol atau dapat
juga disaring dengan gelas wool.
5. Zink klorida ( ZnCl2 )
Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring.
Karena jika air ditambahkan sedikit demi sedikit maka akan
terbentuk zink oksida klorida ( ZnOCl ) yang sukar larut dalam
air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink klorid dengan
sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air,
baru disaring.
6. Kamfer ( Camphorae )
Kelarutan dalam air 1 : 650. Dilarutkan dengan spiritus fortio
( 96% ) sebanyak 2 kali bobot kamfer di dalam botol kering,
kocok-kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok
lagi.
7. Tanin
Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tannin
selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi
tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin
harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan
gliserin, larutkan tannin dalam air, kocok, baru tambahkan
gliserinnya.
8. Extract Opii dan Extract Ratanhie
Dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak,
diamkan 15 menit.
9. Perak protein
Dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit di
tempat gelap.
10. Succus liquiritae
a. Dengan gerus tuang (adsliben), jika jumlahnya kecil
b. Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut
11. Kalsium Laktat dan Kalsium Glukonat
Kelarutannya dalam air 1 : 20. Jika jumlah air cukup, setelah
dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Jika air tidak
cukup, disuspensikan dengan penambahan PGS, dibuat
Mixturae agitanda
12. Bahan obat yang berkhasiat keras
Harus dilarutkan tersendiri
13. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil
pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 ml
14. Kodein
a. Direbus dengan air sebanyak 20 kali kodein. Setelah larut
diencerkan sebelum dingin
b. Dengan alcohol 96% samapi larut, lalu segera diencerkan
dengan air
c. Diganti dengan kodein HCl sebanyak 1,17 kali jumlahnya
15. Pepsin
Pepsin tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatannya : pepsi disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya
kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan
sebentar dan tidak boleh disimpan
16. Nipagin dan nipasol ( kelarutannya 1 : 2000 )
Sebagai pengawet 0,1%-0,2%. Nipagin berfungsi sebagai
pengawet dalam larutan air, sedangkan nipasol untuk larutan
minyak
a. Dilarutkan dalam air dengan pemanasan sambil digoyang-
goyangkan
b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan ke
dalam sediaan yang diawetkan
17. Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam
100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang
diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh
larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.
d. Cara penyaringan
Cairan yang akan diserahkan pasien harus jernih, bila terdapat
kotoran yang tidak larut harus disaring. Untuk larutan obat minum atau
kulit penyaringan dilakukan dengan menggunakan kapas hidrofil
sedangkan untuk cuci mata atau tetes mata digunakan kertas caring
yang cocok.
Pada corong diletakkan kapas hidofil atau kertas saring lalu
dituangkan larutan yang akan disaring. Bagian filtrate yang pertama
(kira-kira seperempatnya), setelah digojok dalam botol wadahnya
dituangkan kembali ke dalam corong tadi, hal ini untuk menyaring
serabut kertas filter atau kapas yang ikut dengan filtrate pertama,
setelah itu larutan seluruhnya disaring. Untuk menjaga jangan sampai
ada zat yang larut terutama zat organic hilang diserap kertas saring atau
kapas karena akan mengurangi kadar zat yang larut, maka membuat
larutan yang lebih dan bagian filtrate yang pertama dibuang. Karena
saringan sudah jenuh dengan zat yang diserap maka filtrate berikutnya
tidak ada lagi zat yang larut yang akan diserap oleh saringan.
Larutan yang digunakan untuk injeksi, penyaringan dilakukan
dengan saringan gelas ( G3 atau G4 ). Penyaringan untuk larutan zat-zat
oksidator ( Argenti Nitras, P.K, Perhydrol ) digunakan dengan saringan
gelas, asbes, atau glas wol untuk menghindari reduksi zatnya dan
teroksidasinya kertas filter atau kapasnya. Larutan koloidal seperti
Protargol, Argentum Colloidale tidak disaring bila diperlukan
diendapkan dan dituang larutan yang jernih.
IV.Hal-hal yang harus diperhatikan agar sediaan berhasil dibuat
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat
terlarut dan zat terlarut dengan zat terlarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi larutan agar sediaan berhasil dibuat :
Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Co-solvency
Adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut membutuhkan sedikit pelarut.
Temperatur
Zat pada umumnya bertambah larut jika temperatur dinaikan.
Salting out dan salting in
Salting out adalah peristiwa adanyan zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya
sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
Salting in adalah peristiwa adanyan zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan zat utamanya
sehingga menyebabkan kenaikan kelarutan zat utama.
Pembentukan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang
baru.
Common ion effect
Obat yang tidak larut sering dibuat suspensi. Di sini ada
keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.
Hidrotopi
Adalah peristiwa bertambahnya suatu kelarutan senyawa yang
tidak larut atau sukar larut dengan penambahan zat lain namun
bukan zat surfaktan.
Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut erhadap sifat kelarutannya terjadi
hanya jika partikel mempunyai ukuran dalam mikron dan akan
terlihat kenaikan 10% dalam kelarutannya.
Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air disebabkan oleh ukuran
molekulnya yang kecil.
Struktur air
Struktur air peka terhadap banyak faktor yang dapat memperkuat,
memperlemah, mengubah, atau memecah segalanya. Faktor-faktor
ini termasuk suhu, zat terlarut non polar, ion monovalen dan
polivalen, zat aktif permukaan, makromolekul, dan permukaan.
V.Cara penyimpanan
Larutan untuk mata
Cara penyimpanan : dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume
10ml yang dilengkapi dengan penetes. Untuk penandaan pada etiket harus
tertera “tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka”.
Larutan untuk hidung
Cara penyimpanan: kecuali dinyatakan lain,di simpan dalam wadah
tertutup rapat. Penandaan untuk bahan yang tidak larut, pada etiket juga
harus tertera “kocok dahulu”.
Larutan untuk mulut
Cara penyimpanan : dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain
yang cocok. Penandaan pada etiket harus tertera petunjuk
pengencerannya,sebelum digunakan dan tanda yang jelas yaitu “hanya
untuk kumur,tidak ditelan”.
Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis. insulin.
Lama penyimpanan obat
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal
kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai
VI. Cara pemakaian
Cara Menggunakan Obat Tetes Mata
Bagaimana cara menggunakan obat tetes mata?
1. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun
2. Pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak
3. Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak bawah mata menggunakan jari telunjuk sehingga kelopak mata membentuk kantung
4. Pegang botol tetes dengan menggunakan tangan yang lainnya sedekat mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Tekan botol tetes secara perlahan sampai jumlah tetes cairan yang dibutuhkan masuk ke dalam kantung kelopak bawah mata. Jangan mengedip
5. Tutup mata selama 2-3 menit. Bersihkan cairan berlebih pada wajah dengan menggunakan tisu.
6. Jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes
7. Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.
8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang mungkin menempel.
Cara Menggunakan Obat Tetes Telinga
1. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun.
2. Pastikan kondisi ujung botol atau pipet tetes tidak rusak.
3. Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.
4. Hangatkan obat tetes telinga dengan memegang botolnya menggunakan tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes.
5. Miringkan kepala sehingga telinga yang akan diberikan obat menghadap ke atas.
A. Untuk dewasa: tarik daun telinga ke atas dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
B. Untuk anak <3 tahun: tarik daun telinga ke bawah dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
6. Teteskan obat sesuai dengan dosis pemakaian pada lubang telinga. Pertahankan posisi kepala 2-3 menit. Tekan secara lembut kulit penutup kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk menyumbat lubang telinga agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.
7. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes.
8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang mungkin menempel.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Syamsuni. 2005. Ilmu Resep.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Anonim. 2008. Yankes.ITB.ac.id. diakses tanggal 01 April 2012