SKRIPSI
PENGELOLAAN SUMBER AIR BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON
PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Dian Wahyu Purwito Jati (14520080)
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018PENGELOLAAN SUMBER AIR BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN
KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi dengan Judul “Pengelolaan Sumber Air
Berbasis Kearifan Lokal di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo, ini
benar-benar merupakan hasil penelitian saya sendiri, serta saya tidak melakukan penjiblakan atau
pengutipan kecuali yang tertulis dalam daftar pustaka. Saya bersedia menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.
Yogyakarta, 3 Oktober 2018
Dian Wahyu Purwito Jati 14520080
iii
MOTTO
“TUGAS KITA BUKANLAH UNTUK BERHASIL, TUGAS KITA ADALAH UNTUK
MENCOBA, KARENA DIDALAM MENCOBA ITULAH KITA MENEMUKAN DAN
MEMBANGUN KESEMPATAN UNTUK BERHASIL
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
dengan tepat waktu, Skripsi ini berjudul “Pengelolaan Sumber Air Berbasis Kearifan Lokal di
Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo ”. Tujuan dari penyusunan
skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh Gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”Yogyakarta.
Didalam Pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Habib Muhsin. S.Sos, M.Si Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”Yogyakarta.
2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD”Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Sumarjono, M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang dengan segala
kesabaran telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Semua Dosen dan Staf Akademik Program Studi Ilmu Pemerintahan
STPMD“APMD” Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya.
v
5. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada
penulis secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat selesai.
6. Adik tercinta, anggota keluarga dan kerabat yang senantiasa memberikan doa
dan dukungan semangat kepada penulis.
7. Pacar tercinta, Sri Mulyaningsih yang selalu senantiasa memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Sahabat dan rekan David Darmanto, Mardi Dwi wijaya, Rayan Suryadeni,
Ikbal Hidayat, Yusrul Hana yang tiada henti memberi Dukungan dan Motivasi
kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan semuanya.
Yogyakarta, 3 Oktober 2018
Dian Wahyu Purwito Jati
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iii
MOTTO........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
INTISARI........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A...............LATAR BELAKANG......................................................................
.................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................... 8
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN........................ 8
1. Tujuan Penelitian........................................................... 8
2. Manfaat Penelitian........................................................ 9
D. KERANGKA KONSEPTUAL............................................ 10
1. Pengelolaan Sumber Air Berbasis Kearifan Lokal........ 10
2. Keberadaan Pemerintah Desa....................................... 13
E. RUANG LINGKUP............................................................ 16
F. METODE PENELITIAN.................................................... 16
1. Jenis Penelitian.............................................................. 17
vii
2. Unit Analisis.................................................................. 18
3. Tehnik Pengumpulan Data............................................ 22
a. Observasi (pengamatan).......................................... 22
b. Interview (wawancara)............................................ 22
c. Dokumentasi ........................................................... 23
4. Tehnik Analisis Data..................................................... 23
BAB II PROFIL DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH
KABUPATEN KULON PROGO
A. SEJARAH DESA........................................................................... 25
B. GEOGRAFI.................................................................................... 27
1. Luas Wilayah............................................................................ 27
2. Batas Wilayah........................................................................... 27
3. Pembagian Wilayah Administrasi............................................. 27
C. DEMOGRAFI................................................................................. 28
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin................................................. 29
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia................................................................ 29
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................................... 30
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencharian............................................. 31
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama............................................................ 33
D. PEMERINTAHAN......................................................................... 33
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Pemerintah desa mengeluarkan kebijakan dan program dalam
pengelolaan sumber daya air melalui perdes............................ 36
2. Problematika kultural, teknologi, ekonomi masyarakat dalam
pengelolaan sumber mata air..................................................... 42
3. Pembentukan kelompok pemeliharaan sumber mata air........... 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN......................................................................... 47
B. SARAN..................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Deskripsi Informan Mengunakan Teknik Purposive................. 20
Tabel II.1 Nama-Nama Lurah/Kepala Desa Sebelum dan Sesudah Berdirinya
Desa Pagerharjo........................................................................ 26
Tabel II.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 29
Tabel II.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia......................................... 29
Tabel II.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan................. 30
Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian................... 31
Tabel II.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama..................................... 33
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu wilayah yang terletak di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari tahun ke tahun Kabupaten Kulon Progo rawan
mengalami bencana kekeringan. Tahun 2014 misalnya, seperti yang dilaporkan
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo bahwa ada
118 titik kekeringan yang meningkat menjadi 200 titik di tahun 2015 (Sutarmi,
2015). Angka tersebut meningkat dari tahun 2012 dan 2013. Area kekeringan di
Kulon Progo meliputi Kecamatan Kokap, Girimulo, Kalibawang, Samigaluh,
sebagian Pengasih dan Sentolo, serta meluas kecamatan lendah dan panjatan.
Kecamatan Samigaluh termasuk kecamatan yang paling sering mengalami
kekeringan (Nugraha, 2013). Kekeringan yang terjadi di Kecamatan Samigaluh
termasuk ke dalam jenis kekeringan meteorologis. Kekeringan meteorologis
menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (2007) adalah
kekeringan yang berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam
satu musim yang mengakibatkan kelembaban tanah dan jumlah air yang tersimpan
lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal.
Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh merupakan wilayah yang kaya
mata air, namun Desa tersebut masih rentan mengalami bencana kekeringan
ketika musim kemarau panjang terjadi. Kondisi ini diakibatkan karena minimnya
1
pengelolaan mata air secara tepat guna. Adanya kemajuan teknologi serta kearifan
lokal masyarakat yang ada turun temurun dapat dijadikan sebagai basis
pengelolaan mata air secara terpadu dengan melibatkan masyarakat lokal.
Kecamatan Samigaluh memiliki potensi mata air yang cukup melimpah,
namun karena pengelolaan masih minim menjadikan masyarakatnya rentan
mengalami kekeringan ketika terjadi musim kemarau panjang. Wilayah di
Kecamatan Samigaluh yang memiliki potensi mata air cukup melimpah meliputi
Desa Gerbosari, Desa Ngargosari, Desa Sidoharjo dan termasuk Desa Pager
Harjo. Keempat desa tersebut terletak di jajaran perbukitan Menoreh Kulon Progo
yang mana topografi wilayahnya berbukit dengan tingkat kemiringan lahan >15 –
40 % (BPS Kabupaten Kulon Progo, 2016). Mata air di empat desa tersebut
menjadi satu satunya sumber daya air yang digunakan masyarakat guna
memenuhi kebutuhan air setiap hari, sehingga diperlukan pengelolaan mata air
yang berkesinambungan tanpa mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal yang
dimiliki.
Untuk mengatasi kekeringan tersebut, terdapat setidaknya 300 truk tangki
yang disiapkan oleh BPBD. Selain itu, pemerintah kabupaten melalui Surat
Keputusan Bupati No. 341 tahun 2014 menyatakan untuk Siaga Bencana
Kekeringan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bencana kekeringan menjadi
perhatian penting di Kabupaten Kulon Progo khususnya ketika memasuki musim
kemarau panjang. Sejauh ini upaya yang dilakukan adalah pipanisasi atau
penyaluran air bersih dengan menggunakan pipa air. Namun demikian,
2
dibutuhkan pengelolaan tepat guna, menjaga kesinambungan ketersediaan mata
air.
Kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati sangat
diperlukan tidak saja untuk kepentingan bangsa Indonesia melainkan juga untuk
kepentingan masyarakat dunia secara keseluruhan dan diarahkan untuk
kepentingan jangka panjang. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan
sumberdaya manusia (Fauzi, 2004). Oleh karna itu, di perlukan pengelolaan
sumber daya alam yang baik agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu
sendiri.
Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang paling hakiki, termasuk
manusia, tanaman dan hewan, oleh sebab itu air perlu dikelola secara optimal agar
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber daya air merupakan
sumberdaya alam yang sifatnya terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Keterbatsan kuantitas air dapat mengancam
keberlangsungan hidup manusia pada tingkat yang mengkhawatirkan apabila
standar kebutuhan air minimum (basic water requirement) untuk hidup sebanyak
50 l/orang/hari tidak dapat dipenuhi (Gleick, 1996).
Pengelolaan sumberdaya air dalam upaya penanggulangan bencana
kekeringan sudah sepatutnya tidak mengabaikan peran pemerintah desa serta
masyarakat yang kerap kali merasakan dampak langsung dari bencana kekeringan
3
yang terjadi. Masyarakat memiliki kapasitas untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan mata air. Kecamatan Samigaluh memiliki banyak sumber mata air
yang dimanfaatkan oleh masyarakat, Namun masyarakat sering kesulitan dalam
mengakses air karena lokasi yang jauh dari tempat tinggal masyarakat.
Pengelolaan sumberdaya air harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan
kearifan lokal pada setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada
suatu komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang terkait pengelolaan
sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu
dengan sejarah dan adaptasi yang lama. Kearifan lokal tidak hanya berfungsi
sebagai ciri khas suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk
pelestarian lingkungan ekologis suatu komunitas masyarakat.
Pemerintah desa pada khususnya menjadi perhatian masyarakat seiring
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman tersebut,
diperlukan pemimpin yang berkualitas sehingga pelayanan publik dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata, cepat dan efektif.
Kepala Desa merupakan sosok yang mempunyai tanggung jawab penuh
terhadap keberhasilan organisasi pemerintah tingkat desa. Dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang
bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat baik atau
buruknya pelayanan yang diberikan Perangkat Desa akan sangat tergantung pada
kepala desanya. Kepala desa dalam menjalankan tugasnya harus dapat
memberikan contoh teladan dan panutan yang baik dalam pelayanan kepada
4
masyarakat, maka Perangkat Desa sebagai bawahannya bukan hanya memberikan
pelayanan, akan tetapi menghormati serta mengikuti apa yang dikatakan dan
dilakukan Kepala Desa, sehingga kondisi seperti ini akan menimbulkan semakin
baiknya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Sebagaimana pemimpin pemerintahan di tingkat yang paling bawah,
Kepala Desa mempunyai peranan yang sangat penting mengarahkan dan
memimpin Perangkat Desa Serta masyarakat di desa menuju keberhasilan
pembangunan baik secara moral maupun material. Namun demikian sampai saat
ini sebagian opini masyarakat menyatakan bahwa pemerintah desa dinilai belum
dapat melayani kebutuhan masyarakat secara optimal. Hal ini dikarenakan Kepala
Desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintah desa dirasa kurang tegas
berkaitan dengan disiplin perangkat desa. Dalam hal ini Kepala Desa yang seperti
inilah yang menjadi permasalahan dan menjadi penghalang dalam proses
pembangunan desa, diantaranya masih belum optimalnya aspek Sumber Daya
Manusia maupun manajemen Pemerintahan Desa. Kepala Desa selalu mendorong
agar perangkat desa semakin baik untuk memanfaatkan peningkatan kemampuan
dan prestasi serta karir SDM professional dalam organisasi pemerintahan.
Dengan diberlakukannya Undang Undang Desa no. 6 tahun 2014 desa
diakui dan diberikan kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus segala
urusan pemerintahanya, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hal asal usul dan atau hak tradisonal yang diakui dan dihormati dalam
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5
Adapun spirit Undang Undang Desa mengandung beberapa asas penting
sebagai tolak ukur pengelolaan sebuah desa diantaranya Asas desentralisasi atau
Asas Rekonsentrasi merupakan bentuk pelimpahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepemerintah desa selain itu juga terdapat Asas Subsidiaritas yang
menekankan pada proses penetapan kewenangan yang dimiliki oleh sebuah desa
jauh sebelum Undang Undang Desa disahkan.
Pada penelitian ini berupaya menjabarkan peran pemerintah desa dalam
aspek asas subsidiaritas sebagai bagian yang tidak terlepas dari tanggung jawab
desa untuk memajukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki, dalam hal ini
Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Kearifan Lokal, dimana pemerintah pusat
menetapkan kewenangan bentuk pengelolaan sumber daya air sepenuhnya kepada
wilayah terkait. Selanjutnya berdasarkan prakarsa lokal keberadaan aktor aktor
penyelenggara pemerintah desa diberikan kesempatan luas merencanakan,
membuat kebijakan, mengelola dan mengembangkan arah desanya bersama
dengan masyarakat lokal. Tidak hanya bicara tentang kesempatan luas yang
dimiliki, tetapi bagaimana prilaku dan kinerja penyelenggara pemerintah desa
dalam menerapkan suatu kebijakan, tetapi bagaimana prilaku dan kinerja
penyelenggara pemerintah desa dalam menerapkan suatu kebijakan serta sejauh
mana melibatkan masyarakat berdasarkan kewenangan desa untuk pelaksanaan
pembangunan, pembinaan serta pemberdayaan masyarakat untuk lebih baik .
Semangat Undang Undang Desa bahkan semangat di balik teks Undang
Undang Desa terkandung Catur Sakti Desa, model pembangunan desa yakni desa
6
bertenaga secara sosial, berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi dan
bermartabat secara budaya, dimaksud desa bertenaga sosial adalah desa menjadi
tempat bagi masyarakat memupuk modal sosial seperti membangun kerukunan,
solidaritas sosial, gotong royong, maupun ketahanan sosial. Modal sosial ini
sangat penting sebab desa-desa di Indonesia sebenarnya sangat kaya modal sosial
tetapi juga rentan secara sosial. Konsep catur sakti tersebut merupakan
pengembangan dari gagasan Tri sakti yang dirumuskan Bung karno. Oleh
pemerintahan Presiden Jokowi gagasan Tri Sakti Bung Karno tersebut
dikembangkan pula sebagai Revolusi Mental yang mengandung Nawacita.
Konsep Revolusi mental Presiden Jokowi ini memiliki semangat yang sama
dengan Undang Undang 6 tahun 2014 yang memberikan otonomi kepada desa
dalam hal Politik, Ekonomi dan kebudayaan (Sutoro, 2014).
Peluang untuk pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat juga
semakin terbuka setelah pencabutan Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 18 Februari 2015.
Undang Undang No. 7 Tahun 2004 dinilai tidak memenuhi enam prinsip dasar
pembatasan pengelolaan sumberdaya alam sebagaimana diatur dalam UUD 1945
yang pada akhirnya mengakibatkan privatisasi air oleh pengusaha untuk
kepentingan bisnis (Sriyono,2015).
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan yang seringkali meleset,
maka perlu pendekatan yang lain untuk melibatkan masyarakat dalam
pembangunan termasuk dalam hal pengelolaan mata air. Dengan
mempertimbangkan jumlah mata air yang melimpah, sekaligus kondisi
7
kerentanan yang tinggi terhadap bencana kekeringan ketika memasuki musim
kemarau, maka ada kekurangan dalam pengelolaan mata airnya. Oleh karena itu,
penelitian ini ingin Menganalis Pengelolaan Sumber air berbasis kearifan lokal
sebagai upaya penanggulangan kekeringan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun dapat merumuskan
masalahnya
“Bagaimana pemerintah desa bersama masyarakat mengelola sumber air berbasis
kearifan lokal secara berkelanjutan ?”
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
pengelolaan Sumber Air di Desa Pager Harjo . Hal ini didasarkan atas pemikiran
bahwa keberhasilan pengelolaan sumber air tidak hanya tergantung pada
pemerintah, tetapi juga keterlibatan masyarakat. Secara khusus penelitian ini
bertujuan :
a. Untuk menggambarkan pemerintah desa dalam pemenuhuhan
kebutuhan air di Desa PagerHarjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten
Kulon Progo
8
b. Untuk menggambarkan kemampuan masyarakat bersama pemerintah
desa dalam pengelolaan sumber air berbasis kearifan lokal di Desa
PagerHarjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
a. Manfaat Akademik
Membagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat
memberikan wacana pemikiran khususnya dalam pengelolaan Sumber
Air Berbasis Kearifan Lokal.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi untuk
penelitian lebih lanjut bagi pembaca baik mahasiswa, dosen dan
masyarakat yang ingin meneliti lebih jauh tentang Pengelolaan sumber
Air Berbasis Kearifan Lokal.
9
D. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Pengelolaan Sumber air berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal
Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya
alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia (Fauzi,
2004). Oleh karena itu, diperlukan Pengelolaan sumber daya alam yang
baik akan menghasilkan manfaat yang sebesarnya bagi manusia tidak
mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. Salah satu
sumberdaya yang penting untuk keberlanjutan kehidupan makhluk hidup
terutama manusia adalah Air. Saleh dan Rasul menjelaskan (2008)
menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya air merupakan upaya
pendayagunaan sumber-sumber air secara terpadu dengan upaya
pengendalian dan pelestarianya. Pada komunitas tertentu dapat
ditemukan kearifan lokal yang terkait dengan pengelolaan sumber daya
alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan
sejarah dan adaptasi yang lama.
Menurut Sirtha (2003) dalam Sartini (2004), menjelaskan bahwa
bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa:
Nilai norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang
bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi
bermacam-macam pula.
Fungsi tersebut antra lain :
10
a. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber
daya alam.
b. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya
manusia.
c. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan.
d. Berfungsi sebagai patuah, kepercayaan,sastra dan pantangan.
Konsep Integrated Water Resaurces Management (IWRM)
Menurut Agarwal (2000) Pengelolaan sumber daya secara terpadu
(Integrated Water Resaurces Management / IWRM), didefenisikan :
sebagai suatu proses menekankan pada kordinasi pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air lahan sumber merata tanpa mengorbankan
kelangsungan ekosistem. Sehingga prinsip dirumuskan dalam bentuk
integrasi dari natural system dan integrasi dari human system. Sedangkan
integrasi human system meliputi presepsi dan pengertian masyarakat
akan sumberdaya air, integrasi antar sektor dan policy pembangunan
nasional, pengaruh pengembangan sumber air terhadap sistem ekonomi
makro, integrasi pembuatan kebijakan, integrasi dari semua stakeholders
dalam perencanaan dan pembuatan keputusan, integrasi dalam
pengelolaan air baku dan air limbah, serta pengelolaan air untuk
kebutuhan.
11
Wong et al, (1999) dalam Norken (2003) menyatakan beberapa kriteria
yang sangat prinsip dari IWRM antara lain :
a. Memberikan kontribusi jangka panjang terhadap ekonomi,
lingkungan dan kesejahteraan sosial.
b. Dapat diulang, tahan lama, terjangkau, dapat diterima oleh
stakeholder termonitor dan terdokumentasi.
c. Menjalin kebutuhan dasar manusia dan ekosistem akan air.
d. Menghasilkan pemanfaatan air yang lebih efisien.
e. Pemerataan distribusi pengunaan air.
f. Mengurangi pemborosan pengunaan air.
g. Meningkatkan kualitas air.
h. Meningkatkan kualitas limbah sebelum disalurkan ke water system.
i. Mengikut sertakan semua stakeholder dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan air.
j. Melaksanakan kordinasi antar sector dan tingkatan dalam
pemerintahan.
k. Mengembangkan mekanisme dan menghindari dan menyelesaikan
konflik.
12
Sejak itu setiap Negara di dunia mulai secara intensif membuat
berbagai konsep IWRM tersebut, termasuk Indonesia. Pada tahun 2004
Indonesia sudah berhasil membuat undang-undang No 7 tahun 2004
tentang sumber daya air. Undang-Undang No 7 tahun 2014 sudah
menuangkan dan mengatur berbagai aspek tentang IWRM dan telah
ditindak lanjut dengan membuat peta wilayah sungai. Hasing, et.al.,
(2009) mencatat bahwa UU No.7 tahun 2004 yang dibuat oleh
pemerintah Indonesia merupakan salah satu praktek baik dan referensi
dalam melaksanakan IWRM di dunia.
2. Keberadaan Pemerintah Desa Mendorong pengelolaan sumber air
berkelanjutan.
Keberadaan pemerintah desa mendorong pengelolaan
sumber daya air berkelanjutan untuk masyarakat menguat setelah
munculnya UU No 7 2004, Pasal 17 Tentang Sumber Daya Air.
Memberikan wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa atau yang di
sebut dengan nama lain meliputi :
a. Mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan
oleh masyarakat dan atau pemerintah di atasnya dengan
mempertimbangkan asas kemanfaatan umum;
b. Menjaga efektivitas, efesiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangannya;
13
c. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atau air
sesuai dengan ketersedian air yang ada;
d. Memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan
sumber daya air di wilayahnya.
Menurut (Sutoro, Barori dan Hastowiyono; 2017), dalam
bukunya yang berjudul Desa baru Negara Lama terdapat konsep model
pembangunan desa, Village driven development yaitu model pembangunan
desa, yakni :
a. Pemerintah desa, khususnya kepala desa mengambil prakarsa dan
melakukan konsolidasi gerakan desa membangun ekonomi.
b. Pemerintah desa bersama masyarakat melakukan aksi kolektif
(kebersamaan) membangun ekonomi lokal.
c. Kolektivitas itu memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi aset lokal
yang tersedia dan tentu layak jual.
d. Pengambilan keputusan tentang komoditas, modal, mekanisme,
gerakan dan bagi hasil dilakukan melalui musyawarah desa. Kedepan,
dengan dana desa lebih besar, untuk membangun ekonomi lokal.
Pendekatan yang dilakukan tersebut di atas merupakan
suatu kesatuan yang saling terkait satu sama lain dan saling menunjang
dan mendukung. Model pembangunan desa yaitu Village driven
development yang terkandung Catur Sakti Desa, merupakan
14
pengembangan dari gagasan yang dirumuskan oleh Bung Karno. Oleh
pemerintahan Jokowi JK gagasan Tri Sakti dikembangkan sebagai
Revolusi Mental yang mengandung Nawacita. Yakni desa bertenaga secara
sosial, berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi dan bermartabat
secara budaya (Sutoro; 2014).
• Desa bertenaga secara sosial berarti desa menjadi tempat bagi
masyarakat memupuk modal sosial seperti membangun kerukunan,
solidaritas sosial, gotong royong, maupun ketahanan sosial. Desa
berdaulat secara politik berarti desa mempunyai kewenangan, hak
dan prakarsa untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Sesuai asas rekognisi dan subsidiaritas, UU
Desa telah memberi mandat kepada desa tentang kewenangan hak
asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Kedua asas dan
kewenangan ini menjadi dasar bagi kemandirian desa, atau sering
disebut “desa membangun” (pembangunan desa). Gagasan desa
berdaulat secara politik ini dulu disebut otonomi desa. Pemerintah
tidak boleh campur tangan terlalu dalam terhadap desa, misalnya
membentuk lembaga-lembaga baru sebagai kanal proyek dari atas.
• Desa bermartabat secara budaya mempunyai dimensi yang luas,
mulai dari merawat kearifan lokal, taat pada aturan hukum, serta
menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan kebajikan. Kearifan
lokal mengandung pranata lokal atau sistem norma yang
mengejawantahkan nilai-nilai, asas, struktur, kelembagaan,
15
mekanisme, dan religi yang tumbuh, berkembang, dan dianut
masyarakat lokal. Kearifan lokal tersebut memiliki fungsi sebagai
instrumen untuk menjaga keteraturan interaksi antar warga
masyarakat (social order), keteraturan hubungan dengan sang
pencipta dan roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatan
supranatural (spiritual order), dan menjaga keteraturan perilaku
masyarakat dengan alam lingkungan atau ecological order
(Rachmad Syafa’at, Saafroedin Bahar, I Nyoman Nurjaya, 2008).
Sesuai dengan UU No. 6/2014 desa memiliki empat domain
dan kewenangan: pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Inilah yang
melahirkan perspektif desa yang melihat bahwa desa adalah entitas atau
kesatuan masyarakat hukum yang meyelenggarakan pemerintahan
(mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat). Secara historis sebelum lahir pemerintahan NKRI,
desa sudah secara mandiri menjalankan pemerintahan (mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat) seperti mengelolaan sumber daya alam
seperti air, sawah , irigasi, hutan , kebun , keamanan, ketenteraman,
kekayaan desa, hubungan sosial dan lain-lain (Sutoro, Barori dan
Hastowiyono; 2017).
16
E. RUANG LINGKUP
1. Pemerintah desa mengeluarkan kebijakan dan program dalam
mengelola sumber daya air melalui perdes.
2. Problematika kultural, teknologi, ekonomi masyarakat dalam
mengelola sumber mata air.
3. Pembentukan kelompok pemeliharaan sumber mata air.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara dipergunakan untuk melakukan
penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan
data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
di dasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis. Menurut
Soerjono Soekanto (1990:457), penelitian merupakan suatu kegiatan yang di
landaskan pada analisis dan kontruksi yang di lakukan secara sistematik,
metodologis, dan konsisten.
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Burhan Bungin pendekatan kualitatif (Qualitative Research) dalam
penelitian sosial adalah salah satu pendekatan yang pada dasarnya adalah sebuah
label atau nama yang bersifat umum saja dari sebuah rumpun besar metodologi
penelitian. (Burhan Bungin ; 2003 ; 19 ).
17
Penelitian deskriptif (Deskriptive Research) bermaskud membuat
pemeriaan (penyadaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta fakta
dan sifat-sifat populasi tertentu. (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar
2006 ; 4).
Selanjutnya diungkapkan pula oleh Sumadi Suryabrata bahwa penelitian
jenis deskriptif bertujuan untuk membuat pencadraan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
(Sumadi Suryabrata ; 1991 ; 19 ).
Dalam penelitian ini lebih menekankan kepada simbol-simbol diperoleh
selama penelitian. Karna kualitatif lebih bertumpu pada kualitas penelitian bukan
angka-angka seperti halnya kuantitatif.. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan
prosedur pemecahan yang di teliti dengan cara mengambarkan dan menulis
peristiwa dengan berdasarkan fakta-fakta yang ada.
2. Unit Analisis
Lokasi Penelitian terdapat di Desa PagerHarjo, Kecamatan Samigaluh,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan
masalah penelitian mengenai pengelolaan sumber air berbasis kearifan lokal yang
merupakan fokus dari peneliti.
Subyek penelitian ini merupakan segala hal yang terkait dengan orang-
orang yang dapat memberikan informasi. Teknik yang digunakan untuk
menentukan informan dengan cara teknik Purposive yaitu mengambil informan
18
berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh peneliti dalam penentuan informan yang di
anggap relevan untuk memberikan informasi mengenai Pengelolaan mata air
berbasis kearifan lokal sebagai upaya penangulangan kekeringan adalah :
a. Angota BPD
b. Kepala Desa
c. Perangkat Desa : Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan
Dukuh.
d. Tokoh Masyarakat.
Deskripsi informan adalah profil informan yang telah diwawancarai.
Informan-informan inilah yang memberikan informasi yang dibutuhkan dengan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan. Dengan menampilkan
identitas informan diharapkan akan memberikan kepercayaan pada hasil
penelitian ini, karena informan yang dimintai keterangan terkait dengan ruang
lingkup penelitian adalah mereka yang berkapasitas untuk menjawabnya sesuai
dengan kedudukan dan jabatan masing-masing informan. Adapun informan yang
dimaksud adalah :
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan suatu perbedaan yang sangat kodrat diciptakan
oleh Allah Swt, adanya perbedaan untuk memungkinkan manusia ciptaanya itu
dapat berkembang dan bertambah banyak. Namun perbedaan tersebut turut
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, karena
19
seringkali dipisahkan antara peran laki-laki dan perempuan. Tetapi dalam hal ini
saya memandang dalam segi kepemimpinan baik laki-laki maupun perempuan itu
sama, karena siapapun memiliki hak yang sama untuk menjabat sebagai
pemerintah Desa PagerHarjo.
2. Usia
Kebanyakan masyarakat berpandangan bahwa, semakin tinggi usia
seseorang maka semakin dewasa pula sikap dan prilakunya termasuk pemahaman
terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Peneliti akan memaparkan Usia
para informan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang peneliti ajukan.
3. Stasus Sosial
Status sosial ini juga menjadi penting dalam mendapatkan jawaban yang
valid dari informan. Dalam penelitian ini, Status sosial informan dianggap mampu
mewakili masyarakat Desa PagerHarjo. Peneliti berharap Informan yang akan
diwawancarai dapat mengerti dan tahu tentang dinamika pemerintahan Desa
PagerHarjo, Sehingga Status Sosial informan tersebut menjadi sangat penting.
4. Pendidikan
Pendidikan Seringkali dianggap sebagai salah satu indicator yang
menunjukan seseorang untuk memiliki pengetahuan dan kapasitas yang lebih dari
pada orang yang tidak berpendidikan karena itulah kebanyakan orang yang
berangapan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi
20
pula pengetahuan dan pemahamanya tentang dinamika kehidupan bermasyarakat
dan aktivitas pemerintahan. Meskipun tidak mutlak, tetapi tingkat pendidikan
informan mempengaruhi kualitas dan validasi atas pertanyaan yang diajukan
dalam rangka mengetahui peran kepala desa dalam meningkatkan kinerja
perangkat desa.
Adapun deskripsi Informan berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Tingkat
Pendidikan, dan Status Sosial Seperti terlihay pada tabel berikut :
TABEL 1.1
Deskripsi Informan
NO Nama Jenis Kelamin
Umur Tingkat Pendidikan
Status Sosial
1 Widayat Laki-Laki 42 SLTA Kepala Desa
2 Setiyoko Laki-Laki 24 S1 Sekretaris Desa
3 Supanto Laki-Laki 37 SLTA Kepala Seksi Kemasyarakat
4 Wahid Cahyono
Laki-Laki 31 S1 Kepala Seksi Pembangunan
5 Sarjo Laki-Laki 54 D2 Wakil Ketua BPD
6 Parjiyo Laki-Laki 56 SLTA Anggota BPD Plono Timur
7 Sardy Laki-Laki 65 D2 Anggota BPD Ngelinggo Timur
8 Teguh Kumoro
Laki-Laki 50 SLTA Anggota BPD Ngelinggo Barat
9 Paulus Prio Saptono
Laki-Laki 35 SMA Dukuh Plono Timur
21
10 Yuliana Perempuan 58 SMA Dukuh Plono Barat
11 Suroto Laki-Laki 53 SMA Masyarakat12 Kuku
AriatinLaki-Laki 30 SMA Masyarakat
13 Yohana Supriati
Perempuan 62 SMA Masyarakat
14 Agus Wibowo
Laki-Laki 40 SMK Masyarakat
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa informan yang berjenis
kelamin Laki-Laki lebih banyak dari informan perempuan yang berjenis kelamin
perempuan, informan berusia 40-60 lebih banyak dari informan yang berusia 21-
30, tingkat pendidikan Strata (S1) /D2/ SLTA /SMA kebanyakan pendidikan akhir
SLTA/SMK, Agama yang dianut oleh informan diatas adalah kebanyakan
sebagaian menganut agama Muslim. Sedangkan Agama Kristen, Hindu, Budha,
Protestan, Katolik hanya sebagian saja.
3. Teknik Pengumpulan Data
Agar mendapatkan data yang akurat dan benar, makan peniliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Sebagai metode pengumpulan data , observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang Nampak dalam suatu
gelajala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang Nampak itu disebut dengan data
atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung keadaan dilapangan
22
agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang di
teliti. (Eko Putro Widoyo ; 2012 ;46).
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses Tanya jawab atau dialog secara lisan
antara pewancara (interview) dengan responden atau orang yang di interviu
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang di butuhkan oleh peneliti.
Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari sumbernya
tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam (latent) maupun tampak.
Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan,
pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta proyeksi seseorang terhadap masa
depannya. Wawancara digunakan bila jumlah responden relative sedikit. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu
pewancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara, (Eko Putro
widiyo ; 2012; 46).
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan dalam mengunakan
dokumentasi adalah biaya murah, waktu dan tenaga lebih efesien. Sedangkan
kelemahanya adalah data yang di ambil dari dokumen cenderung sudah lama, dan
kalau ada yang salah cetak maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.
23
Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung
,merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik
obervasi dan wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang
langsung didapat dari pihak pertama. (Husni Usman dan Purnomo Setiady akbar
2006;73).
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik interpretatif.
Teknik ini dimaksud untuk memfokuskan pada pengumpulan data yang ada
kemudian dianalisis dengan uraian-uraian bahasa yang sederhana dari
narasumber/informan.
Analisis data menurut Patton (1980:268) adalah proses megatur urutan
data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Proses merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis seperti yang disarankan oleh data sebagai usaha yang memberikan
bantuan pada tema dan hipotesa tersebut (dalam lexy J.Moleong 1990 ; 103).
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
24
Reduksi data merupakan suatu proses dimana data yang di peroleh dari
lapangan tersebut dilakukan reduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang
pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting serta disusun secara
sistematatis dengan tujuan agar data tersebut menjadi lebih mudah
dipahami dan dikendalikan.
c. Penyajian data
Penyajian data atau display data merupakan tampilan atau laporan yang
merupakan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari reduksi data yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Pada penelitian ini data disajikan secara sistematis dalam bentuk uraian
deskrptif.
d. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan penelitian dilakukan sesuai dengan data-data yang
diperoleh dalam penelitian dan telah dianalisis. Kesimpulan dalam hal ini
merupakan jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian yang dicari
selama proses penelitian.
25
BAB II
PROFIL DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO
A. SEJARAH DESA
Setiap desa atau daerah memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda, yang
merupakan pencerminan dari karakter dan ciri khas tertentu dari suatu daerah.
Sejarah desa atau daerah selalu menjadi cerita turun temurun dari penduduk
desa atau daerah setempat sehingga sulit untuk mencari fakta, karena masing-masing
individu menjabarkan dengan kapasitas kemampuan dirinya dalam menyerap isi sejarah
tersebut. Dan tidak jarang cerita tersebut dihubungkan dengan mitos pada tempat-
tempat tertentu yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, seperti halnya di
Desa Purwoharjo memiliki adat dan tradisi yang merupakan identitas desa secara turun-
temurun.
Berdasarkan hal tersebut diatas, akhirnya melahirkan gagasan dan pemikiran dari
Para Tokoh, baik Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, dan semua elemen
masyarakat yang ada, dengan penuh semangat dan harapan membangun kelurahan
maka timbulah satu ide, bagaimana jika tiga tersebut digabung yaitu Kelurahan Plono
dengan seorang Lurah bernama Slamet Karyo Sentono, dari ketiga kelurahan tersebut
akhirnya digabung menjadi satu kelurahan dan nama kelurahan diambil dari huruf-huruf
tertentu dari tiga kelurahan yaitu P adalah Plono, GER adalah Gegerbajing, dan Jo adalah
Kalirejo maka tersusunlah sebuah kalimat yang berbunyi PAGERHARJO yang berarti desa
yang ramai dan kaya.
1
Tabel. II.1
NAMA – NAMA LURAH / KEPALA DESA
SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA DESA PAGERHARJO
No Periode Nama Lurah/ Kepala Desa Keterangan
1 s/d tahun 1948 Kariyo Sentono Kelurahan Plono
2 s/d tahun 1948 R. Dermo Kelurahan Gegerbajing
3 s/d tahun 1948 R. Udikromo Kelurahan Kalirejo
4 1949 – 1990 Kariyo Sentono Desa Pagerharjo
5 1991 – 1999 Samso Desa Pagerharjo
6 2000 – 2013 Dra. Keksi Wuryaningsih Desa Pagerharjo
7 2014 –sekarang Widayat Desa Pagerharjo
Sumber: Monografi Desa Pagerharjo 2017
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa pada tahun 1948 Desa Pagerharjo
dibagi menjadi 3 (tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Plono, Kelurahan Gegerbajing,
Kelurahan Kalirejo dan dipimpin oleh masing-masing lurah. Kelurahan Plono
dipimpin oleh Kariyo Sentono, Kelurahan Gegerbajing dipimpin oleh R. Dermo,
Kelurahan Kalirejo dipimpin oleh R. Udikromo. Dan pada Tahun 1949 ketiga
kelurahan tersebut digabung menjadi satu yaitu PAGERHARJO, dan kelurahan
diganti dengan DESA, maka namanya menjadi DESA PAGERHARJO. Pada
Tahun 1949 sampai pada Tahun 1990 Desa pagerharjo dipimpin oleh Kariyo
2
Sentono, Tahun 1991 sampai Tahun 1999 dipimpin oleh Samso, Tahun 2000
sampai Tahun 2013 dipimpin oleh Dra. Keksi Wuryaningsih, dan Tahun 2014
sampai sekarang Desa Pagerharjo dipimpin oleh Widayat.
B. GEOGRAFIS
Desa PagerHarjo merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa pagerharjo memiliki
wilayah seluas 1.069,5115 Ha.
1. Batas Wilayah
Batas wilayah desa pagerharjo adalah sebagai berikut :
a. Utara : KabupatenMagelang
b. Selatan : Desa Banjarsari
c. Barat : Kabupaten Purworejo
d. Timur : Desa Ngargosari Samigaluh
2. Pembagian Wilayah Administrasi
Wilayah desa pagerharjo dibagi menjadi 20 pedukuhan diantaranya :
a. Pedukuhan Separang
b. Pedukuhan Sarigono
c. Pedukuhan Ngemplak
d. Pedukuhan Plono Barat
3
e. Pedukuhan Plono Timur
f. Pedukuhan Nglinggo barat
g. Pedukuhan Nglinggo Timur
h. Pedukuhan Jobolawang
i. Pedukuhan Ngaglik
j. Pedukuhan Ngentak
k. Pedukuhan Sinogo
l. Pedukuhan Gegerbajing
m. Pedukuhan Kemesu
n. Pedukuhan Kalirejo Utara
o. Pedukuhan kalirejo Selatan
p. Pedukuhan Kalinongko
q. Pedukuhan jetis
r. Pedukuhan Beteng
s. Pedukuhan Suren
t. Pedukuhan Mendolo
C. DEMOGRAFI
4
Kondisi demografi suatu wilayah merupakan suatu proses perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu manusia merupakan obyek dan subyek dalam
pembangunan, yang artinya disini manusia sebagai pelaksana sekaligus sasaran dari
pembangunan tersebut.
Berdasarkan data registrasi penduduk jumlah penduduk warga Desa Pagerharjo,
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta secara
keseluruhan sejumlah 5.111 jiwa yang terdiri dari 1.467 kepala keluarga.
Jumlah laki-laki : 2.573 jiwa
Jumlah perempuan : 2.538 jiwa
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel II. 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin
No Keterangan Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 2.573 50,34 %2. Perempuan 2.538 49,66%
Jumlah 5.111 100 %
Sumber :Monografi Desa Pagerharjo Tahun 2017
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa jumlah penduduk
Desa Pagerharjo yang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 50,34
%lebih banyak atau dominan dari jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan dengan persentase 49,66%
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
5
TABEL II.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase (%)1. 0-15 tahun 890 17,41 %
2. 16-55 tahun 3.172 62,06 %
3. Diatas 55 tahun 1.049 20,52 %Jumlah 5.111 100 %
Sumber : Monografi Desa Pagerharjo Tahun 2017
Berdasarkan data sebelumnya dapat dianalisis bahwa penduduk
yang berusia 16 s/d 55 tahun lebih banyak atau dominan yaitu dengan
jumlah 3.172 jiwa dengan persentase 62,06 % dari jumlah penduduk yang
berusia diatas 55 tahun yaitu dengan jumlah 1.049 jiwa dengan persentase
20,52 % dan penduduk berusia 0 s/d 15 tahun dengan jumlah 890 jiwa
dengan persentase 17,41 %.
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel II. 4
Jumlah Penduduk BerdasarkanTingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)1. Tidak tamat SD 2 0,10 %2. SD 221 11,52 %3. SLTP 730 38,06 %4. SLTA 872 45,46 %5. Diploma 36 1,88 %6. Sarjana 57 2,97 %
Jumlah 1.918 100 %
Sumber :Monografi Desa Pagerharjo Tahun 2017
6
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa tingkat
pendidikan SLTA lebih banyak atau dominan yaitu 45,46 % dari Tingkat
pendidikan yang lainnya. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa
pendidikan yang ada di desa pagerharjo relatif normal, dimana
pendidikan dari jenjang SD sampai dengan SLTA jumlahnya tidak
terlalu jauh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat
dijunjung tinggi oleh pemerintah desa pagerharjo untuk meningkatkan
mutu kualitas SDM yang berkualitas dan berkarakter sejak dini.
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel II. 5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. BuruhTani 132 3,39 %
2. Petani 1.905 48,93 %
3. Peternak 1.203 30,90 %
4. Pedagang 60 1,54 %
5. TukangKayu 87 2,23 %
6. TukangBatu 91 2,34 %
7. Penjahit 13 0,33 %
8. PNS 63 1,62 %
9. Pensiunan 92 2,36 %
10. TNS – Polri 8 0,21 %
11. PerangkatDesa 26 0,67 %
7
12. BuruhIndustri 205 5,27 %
13. TukangCukur 8 0,21 %
Jumlah 3.893 100 %
Sumber :Monografi Desa Pagerharjo Tahun 2017
Berdasarkan data sebelumnya dapat dianalisis bahwa mata
pencaharian atau pekerjaan yang paling banyak diminati
masyarakat Pagerharjo adalah petani dengan sejumlah 1.906 orang
(48,93 %) dan yang paling sedikit adalah TNS – Polri dan Tukang
Cukur sebanyak 8 orang (0,21 %). Berdasarkan tabel di halaman
48 dapat dikatakan bahwa di Desa Pagerharjo terdapat mata
pencaharian yang beragam. Namun demikian pemerintah desa
perlu melakukan inovasi untuk membuka lapangan pekerjaan yang
menampung tenaga kerja dari masyarakat setempat agar dapat
mencukupi kebutuhan mereka. Jika dilakukan hal tersebut maka
secara tidak langsung masyarakat dapat menghidupi kehidupannya
sendiri.
8
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel II. 6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase 1. Islam 3.924 76,78 %2. Kristen
protestan 425 8,32 %
3. Kristen katolik 759 14,85 %4. Hindu - -5. Budha - -6. Kepercayaan 3 0’06 %
Jumlah 5.111 100 %
Sumber :Monografi Desa Pagerharjo Tahun 2017
Berdasarkan data dihalaman sebelumya dapat dianalisis
bahwa warga masyarakat Desa Pagerharjo mayoritas menganut
Agama Islam dengan perbandingan Islam 76,78 %, Katolik 14,85
%, Protestan 8,32 % dan kepercayaan 0,06 %.
D. PEMERINTAHAN
Berbicara mengenai pemerintahan desa berarti mencakup Kepala Desa atau
yang disebut dengan nama lain dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintah desa.
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
PERMENDAGRI NOMOR 8 TAHUN 2015
DESA PAGERHARJO
9
Keterangan :
Kepala desa : Widayat
Sekretaris desa : Setiyoko S.Pd
Kaur umum aparatur desa dan aset desa : Heri Yuliati
Kaur Perencanaan dan Keuangan : Karti Maharsiwi
Seksi Pemerintahan : Bambang Untoro
Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan : Wackid Cahyono
Seksi kemasyarakatan : Supanto
10
(1) Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan
Desa tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa dengan
berpedoman pada Peraturan Daerah.
(2) Nomenklatur / penyebutan jabatan Kepala Desa, Sekretaris Desa, Dukuh dan
staf tetap Kepala Desa, Sekretaris Desa, Dukuh dan staf.
(3) Nomenklatur / penyebutan jabatan Kepala Bagian Pemerintahan, Kepala
Bagian Pembangunan, Kepala Bagian Kemasyarakatan, Kepala Bagian Umum,
dan Kepala Bagian Pendapatan berubah menjadi Kepala Seksi Pemerintahan,
Kepala Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan, Kepala Seksi
Kemasyarakatan, Kepala Urusan Umum Aparatur Desa dan Aset, dan Kepala
Urusan Perencanaan dan Keuangan.
(4) Contoh peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran Huruf A dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
(5) Contoh Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Huruf B
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
11