HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
SKRIPSI
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI 3 DESA
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
Oleh: ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
NIM: 201402045
PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN DI 3 DESA
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
Salah satu persayaratan dalam mencapai gelar
ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI 3 DESA
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi Salah satu persayaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh: ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
NIM: 201402045
PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN DI 3 DESA
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
Salah satu persayaratan dalam mencapai gelar
ROSHELLA AVINKA PRAMESWARI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
v
MOTTO
“ Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan
dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah
akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah
berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara
masjid-masjid Allah, mereka membaca kitabullah
serta saling mempelajarinya kecuali akan turun
kepada mereka ketenangan dan rahmat serta
diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut
mereka dihadapan para malaikat ”
HR. Imam Muslim
“ raihlah ilmU dan UntUK meraih ilmU
belajarlah UntUK tenang dan sabar ”
- Umar bin Khattab -
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim…
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,
Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan
kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya cintai, saya sayang dan saya
kasihi. Untuk Papa yang telah menjadi sosok ayah terbaik dalam kehidupan saya.
Untuk Mama tercinta terimakasih telah selalu memberikan dukungan, motivasi
dan do’a yang tiada hentinya. Untuk adik saya terima kasih karena telah menjadi
saudara my partner in crime. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini
tidak lepas dari do’a yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.
1. Untuk Ibu Asrina Pitayanti, S. Kep, Ners., M. Kes dan Ibu Eulis Liawati, S.
Kp., M. Kes serta semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan
skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah SWT
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh Ibu.
2. John Suwarno E. S, S. Kep, Ners terimakasih telah membantu dalam
memberikan informasi dan arahan sebelum hingga sesudah terwujudnya skripsi
ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ilmu yang diberikan.
3. Untuk kalian my strongest friends (Kakpo, Indah, Puri, Alipe, Triwul, Titis,
Shilda, Mega, Siwit, Risal, Nanda, Aris, Habib, Indro, Rais, Fikri, Laksa,
Shahrul, Mas Rahmat, Mbak Ima, Mbak Timur, Mbak Temy, Mbak Dian,
Mbak Pungky) dan partnerku (Kartya, April Dwi, Desy, Ella, Pipit, Harma,
Kapita, Ibel, Mirna, Aulia, Iin, Angga, Alde) terima kasih atas bantuan kalian,
candaan kalian, mendukung dan menyemangati saya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga selamanya tetap dekat seperti ini.
vii
4. Untuk kalian keluarga HIMKA (Himpunan Mahasiswa Keperawatan)
terimakasih dukungan dan semangat kalian kepada saya sampai sekarang
selesai dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk kalian keluarga PHN ILMIKI (Pengurus Harian Nasional Ikatan
Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) keluarga kestari Eka
Nadya, Eka Sawitri, Vara dan all PHN yang tak bisa ku sebut satu persatu
terimakasih dukungan dan semangat kalian kepada saya sampai sekarang
selesai dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk kalian keluarga DPM (Dewan Pengawas Mahasiswa) STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun terimakasih dukungan dan semangat kalian kepada saya
sampai sekarang selesai dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan khusunya kelas 8A
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun perjuangan kita belum
selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Roshella Avinka Prameswari
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 18 Januari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan H. Agus Salim No. 64 Desa Pelem Rt/ Rw:
008/002 Kec. Karangrejo, Kab. Magetan
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : SD Negeri II Pelem Karangrejo Magetan
SMP Negeri I Karangrejo Magetan
SMA Islam Brawijaya Mojokerto
x
ABSTRAK
Roshella Avinka Prameswari 201402045 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI 3 DESA KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN
Meningkatnya prevalensi gangguan jiwa khususnya skizofrenia setiap tahun yang menjadi beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia, sehingga dapat mempengaruhi dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien skizofrenia. Oleh karena itu, diperlukannya kecerdasan emosi yang baik dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien skizofrenia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 70 keluarga pasien skizofrenia, besar sampel yang digunakan sejumlah 59 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah Proportional Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Somers’D dengan α 0,05.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa kecerdasan emosi cukup dengan dukungan keluarga cukup (42,4%), namun dapat memberikan dukungan keluarga baik (3,4%). Hasil analisa Somers’D diperoleh p value = 0,000 <α = 0,05 artinya ada hubungan kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dengan keeratan hubungan 0,482 yang artinya keeratan hubungan dikategorikan sedang.
Pengaturan emosi keluarga dalam merawat pasien skizofrenia akan memberikan kenyamanan psikologis bagi pasien skizofrenia. Selain itu, keluarga juga sangat membutuhkan support dari petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat di sekitar lingkungan pasien skizofrenia.Kecerdasan emosi keluarga dapat mempengaruhi kesembuhan pasien skizofrenia terutama pada dukungan keluarga. Kata kunci: Kecerdasan emosi, dukungan keluarga, skizofrenia
xi
ABSTRACT
Roshella Avinka Prameswari 201402045 THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH FAMILY SUPPORT IN SCHIZOPHRENIA PATIENTS IN THE 3 VILLAGE SUBDISTRICT GEGER MADIUN DISTRICT
The increasing prevalence of mental disorders especially schizophrenia every year that especially the burden of families in caring for schizophrenia patients, so it can affect family support of given to schizophrenia patients. Therefore, the need for good emotional intelligence in the treathment and healing process of schizophrenia patients. The purpose of this research to determine the relationship of emotional intelligence with family support in patients with schizophrenia inthe 3 village Subdistrict Geger Madiun District.
This type of research is correlational with cross sectional approach. Population in this study were 70 families of schizophrenia patients, sampleof size used a number of 59 respondents. The sampling technique used is proportional random sampling. Data collection methods using questionnaires on. Statistic test used in this research is somers’D with α 0,05.
The result of this research that enough emotional intelligence with enough family support (42,4%), but can provide good family support (3,4%). The result of Somers’D analysis obtained by p value = 0,000 <α = 0,05. Meaning there is a relationship of emotional intelligence with family support in schizophrenia patients in the 3 village Subdistrict Geger Madiun District which means the relationship is categorized moderate
Setting family emotions in caring for schizophrenia patients will provide psychological comfort for schizophrenia patients. In addition, the family also desperately needs support from health care workers and the community around the environment of schizophrenia patients. Family emotional intelligence can affect the recovery of schizophrenia patients especially on family support.
Keywords: Emotional Intellegency, Family support, Schizophrenia
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Sampul Dalam ................................................................................................ ii Lembar Persetujuan ......................................................................................... iii Lembar Pengesahan .......................................................................................... iv Motto ............................................................................................................... v Lembar Persembahan ...................................................................................... vi Lembar Pernyataan ..........................................................................................viii Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... ix Abstrak ............................................................................................................ x Abstract .......................................................................................................... xi Daftar Isi ...........................................................................................................xii Dafar Tabel .......................................................................................................xv Daftar Gambar ................................................................................................ xvi Daftar Lampiran ...............................................................................................xvii Daftar Istilah ................................................................................................ xviii Daftar Singkatan ...............................................................................................xxi Kata Pengantar ................................................................................................xxii BAB 1 Pendahuluan .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 6 1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 6
BAB 2 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7 2.1 Kecerdasan Emosi ................................................................ 7 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi .................................................. 7 2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosi .............................................. 8 2.1.3 Manfaat Kecerdasan Emosi......................................................10 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ...........11 2.2 Dukungan Keluarga ................................................................ 13 5.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga .............................................. 13 5.2.2 Fungsi Keluarga ...................................................................... 14 5.2.3 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ...............................15 5.2.4 Bentuk Dukungan Keluarga .................................................... 16 5.2.5 Manfaat Dukungan Keluarga .................................................. 17 5.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ........ 18 5.2.7 Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia ......................... 20 2.3 Skizofrenia ...............................................................................21 2.3.1 Pengertian Skizofrenia .............................................................21 2.3.2 Penyebab Skizofrenia ...............................................................22
xiii
2.3.3 Klasifikasi Skizofrenia .............................................................24 2.3.4 Gejala Skizofrenia ................................................................ 26 2.3.5 Riwayat Klinis Skizofrenia ......................................................29 2.3.6 Kriteria Diagnostik Skizofrenia ...............................................30 2.3.7 Prognosa Skizofrenia ...............................................................32 2.3.8 Pengobatan Skizofrenia ............................................................33
BAB 3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ................................ 37 3.1 Kerangka Konseptual ...............................................................37 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................ 38
BAB 4 Metodologi Penelitian ..........................................................................39 4.1 Desain Penelitian ................................................................ 39 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................39 4.2.1 Populasi ....................................................................................39 4.2.2 Sampel ......................................................................................39 4.3 Tehnik Sampling ................................................................ 42 4.4 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................43 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...........44 4.5.1 Variabel Penelitian ................................................................ 44 4.5.2 Definisi Operasional Variabel ..................................................44 4.6 Instrumen Penelitian................................................................ 47 4.6.1 Uji Validitas ............................................................................47 4.6.2 Uji Reliabilitas ........................................................................48 4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................49 4.7.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 49 4.7.2 Waktu Penelitian ................................................................ 49 4.8 Proses Pengumpulan Data ........................................................49 4.9 Analisa Data .............................................................................51 4.9.1 Tehnik Pengolahan Data .........................................................53 4.9.2 Tehnik Analisa Data ................................................................58 4.10 Etika Penelitian ........................................................................60
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................61 5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ............................................61 5.2 Hasil penelitian ........................................................................62 5.2.1 Data Umum .............................................................................62 5.2.2 Data Khusus ............................................................................64 5.3 Pembahasan .............................................................................67 5.3.1 Kecerdasan Emosi Keluarga pada Pasien Skizofrenia di
3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ........................
67 5.3.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ................................
70 5.3.3 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan
Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun .......................................................
74 BAB 6 Kesimpulan dan Saran .........................................................................77
6.1 Kesimpulan .............................................................................77 6.2 Saran ........................................................................................77
xiv
Daftar Pustaka ................................................................................................ 79 Lampiran .........................................................................................................83
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operaional Variabel Penelitian ................................ 45
Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas kuesioner kecerdasan emosi
keluarga ................. ................................................................
48
Tabel 4.5 Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga pada
pasien skizofrenia . ................................................................
49
Tabel 4.6 Interval Koefesien Korelasi Somers’D .......................................59
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun........................
62
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ...............................
62
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun……………………………………………………
63 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di
3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ............................
63 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan dengan
keluarga responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ................................................................
64 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan suku responden di 3
Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ...............................
64 Tabel 5.7 Kecerdasan Emosi Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3
Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ...............................
65 Tabel 5.8 Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ........................................
65 Tabel 5.9 Tabel Silang Hubungan Kecerdasan Emosi Keluarga
dengan Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ...............................
66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Kecerdasan Emosi dengan
Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ................................
37
Gambar 4.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pencarian Data Awal ................................................................84 Lampiran 2 Surat Permohonan Uji Validitas & Reliabilitas ................................86 Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian......................................................... 87 Lampiran 4 Surat KeteranganSelesai Penelitian ...........................................................89 Lampiran 5 Lembar Konsultasi .......................................................... 90 Lampiran 6 Lembar Permohonan menjadi Responden ................................91 Lampiran 7 Lembar Persetujuan menjadi Responden ................................92 Lampiran 8 Kisi – kisi Kuesioner ....................................................... 93 Lampiran 9 Kuesioner ........................................................................ 94 Lampiran 10 Hasil Uji Validasi Variabel Kecerdasan Emosi ................................99 Lampiran 11 Hasil Uji Validasi Variabel Dukungan Keluarga ................................100 Lampiran 12 Tabulasi Kecerdasan Emosi Keluarga ................................101 Lampiran 13 Tabulasi Dukungan Keluarga ................................................................103 Lampiran 14 Tabulasi Kecerdasan Emosi dengan Dukungan
Keluarga..........................................................................
104 Lampiran 15 Distribusi Frekuensi........................................................ 105 Lampiran 16 Hasil Uji Korelasi Hubungan Kecerdasan Emosi
dengan Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ................................
107 Lampiran 17 Hasil Uji Korelasi Somers’D ................................................................108 Lampiran 18 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................109 Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian ................................................................110
.
xviii
DAFTAR ISTILAH
Aditif : Pendengaran
Afek : Dalam perasaan
Akustik : Pendengaran
Alpha Cronbach : Alat untuk menguji keandalan suatu alat dalam
penelitian
Anonimity : Tanpa nama
Antikolinergik : Obat yang mempengaruhi fungsi persarafan
Antipsikotik : Golongan obat yang digunakan dalam penanganan
gangguan mental untuk mengendalikan dan
mengurangi gejala-gejala yang terjadi (Waham,
Halusinasi, Psikotik, dll)
Atipikal : Yang tidak memiliki jenis atau karakter yang khas
Blocking : Pengaturan atau penempatan
Blunting : Menumpulkan
Chlorpromazine : Obat dengan fungsi untuk mengobati gangguan
jiwa/ suasana hati tertentu (Skizofrenia, gangguan
psikotik, fase manic dari gangguan bipolar)
Clozapine : Jenis obat antipsikotik yang digunakan untuk
gejala psikosis
Coding : Pengkodean
Confidentiality : Kerahasiaan
Cross sectional : Potong lintang
Data Entry : Proses memasukan data atau informai ke komputer
melalui perangkat.
Deferiorasi : Kemunduran atau kemorosotan
Delusions of persection
of jealousy
: Delusi atau Waham Kejar atau Cemburu
Delusions of suspicion : Waham Tuduhan
Depersonalisasi/double
personality
: Salah satu gejala pada gangguan psikiatrik yang
ditandai dengan adanya suatu pemikiran jika
dirinya bukan dirinya yang sesungguhnya
Depresi : Kesedihan
Disorganized : Tingkah laku yang sangat kacau
Door to door : Kunjungan langsung ke rumah
Dopamine : Kimia organic yang memiliki peran penting
sebagai pengantar pesan dan rangsangan antar
saraf pada otak dan tubuh
Editing : Penyuntingan data
xix
Emotional Blunting : Efek dan emosi
Emotional Repport : Laporan Emosi
Euphoria : Kegembiraan
Eztrapyramidal : Bagian system saraf yang berfungsi untuk
menghantarkan rangsangan gerak (motorik) secara
involunter (tanpa dikehendaki)
Fluphenazine : Obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi
gejala gangguan kejiwaan seperti: delusi dan
halusinasi terutama pada kasus skizofrenia
Frenia : Pikiran
Gustatorik : Cita Rasa
Haloperidol : Obat untuk mengatasi gangguan kejiwaan seperti
meredakan gejala skizofrenia
Inappropriate : Tidak serasi
Inform Consent : Lembar Persetujuan
Inkoherensi : Kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang
jelas, jalan pikiran yang tidak masuk akal, isi
pikiran atau pembicaraan yang kaku
Katatonia : Kekakuan
Long acting : Jenis ini mengambil jumlah terpanjang waktu
untuk mulai bekerja
Mind : Pikiran
Olanzapine : Obat golongan antipsikosa yang dapat digunakan
untuk meredakan gejala-gejala skizofrenia dan
gangguan bipolar
Olfaktoris : Penciuman
Pimozide : Obat yang bekerja dengan mengurangi aktivitas
bahan alami (Dopamin) di otak
Product Moment
Pearson
: Uji korelasi yang mengukur keeratan hubungan 2
variabel
Proporsional Random
Sampling
: Pengambilan sampel yang memperhatikan
pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam
populasi penelitian
Quetiapine : Obat yang digunakan untuk perawatan gangguan
depresi, skizofrenia dan kondisi lainnya
Risperidone : Obat yang digunakan untuk menangani skizofrenia
dan gangguan psikosis lainnya
Scoring : Pemberian skor
Schizophrenia : seseorang dengan adanya gangguan emosi, pikiran
dan perilaku
xx
Skala Likert : Skala psikometrik yang umum digunakan untuk
angket dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan dalam riset berupa survey
Skill training : Keahlian yang diajarkan
Serotonin : Bahan kimia yang dapat membantu , memperbaiki
suasana hati dan mengurangi kesedihan dan
depresi
Skizein : Pecah
Software : Bagian yang tidak bisa terpisah dalam perangkat
keras atau hardware
Somers’D : Salah satu uji non parametric yang digunakan
untuk menganalisis suatu hubungan antara 2
variabel yang memiliki data ordinal
Split : Pecah
Suportif : Memberi dukungan
Support : Memberi dukungan System : Sistem Tabulating : Tabulasi
Taktik : Singgungan
Thioridazine : Obat untuk mengobati gangguan jiwa seperti
skizofrenia
Trifluoperazine : Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
mental seperti skizofrenia dan gangguan pzikotik
xxi
DAFTAR SINGKATAN
APG I : Antipsikotik Generasi Pertama
APG II : Antipsikotik Generasi Kedua
CBT : Terapi kognitif dan perilaku
Depkes : Departemen Kesehatan
RI : Republik Indonesia
Rikesdas : Riset Kesehatan Dasar
SDA : Serotonin Dopamin Antagonis
WHO : World Health Organization
xxii
KATA PENGANTAR
Assallamu’allaykum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, Ridho
dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi
dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada
Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan
di Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan
proposal tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan
dan motivasi pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Sulistyo Widiantono, MM sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Madiun
2. drg. Sunu Setyowati sebagai Kepala Puskesmas Geger Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
3. Zaenal Abidin, SKM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Mega Arianti Putri, S. Kep, Ners., M. Kep sebagai Ketua Progam Studi
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
xxiii
5. Asrina Pitayanti, S. Kep, Ners., M. Kes sebagai pembimbing 1 skripsi yang
telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya
proposal skripsi ini
6. Eulis Liawati, S. Kp., M. Kes sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah
memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi
ini.
7. John Suwarno E. S, S. Kep, Ners sebagai penanggung jawab kejiwaan di
Puskesmas Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang telah
membantu dalam memberikan informasi dan arahan sebelum hingga
sesudah terwujudnya proposal skripsi ini.
8. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan skirpsi ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.
Wassalamu’alaykum Wr. Wb.
Madiun, 24 Mei 2018
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa merupakan adanya gangguan pada fungsi mental yang
meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan,
daya tarik diri dan persepsi, sehingga mengganggu dalam proses hidup di
masyarakat (Nasir & Muhith dalam Yunus Taufik, 2014). Skizofrenia
merupakan penyakit atau gangguan jiwa kronis yang dialami oleh 1%
penduduk di dunia.Gejala-gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit
yang kronis berakibat disabilitas pada penderita skizofrenia. Hasil penelitian
yang menunjukkan 25% pasien skizofrenia dapat sembuh, 25% dapat
aktivitas mandiri, 25% membutuhkan bantuan dan 25% kondisi berat
(Keliat, 2012).
Kondisi skizofrenia cukup banyak yang belum ditangani secara
optimal dari tim medis maupun keluarga, sehingga peningkatan jumlah
penderita skizofrenia meningkat dari tahun ke tahun. Menurut World Health
Organization (WHO)tahun 2016 ditemukan sekitar 21 juta orang terkena
skizofrenia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukan insiden gangguan mental emosional yang didukung dengan
gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% atau 14 juta orang. Sedangkan
insiden gangguan jiwa berat seperti Skizofrenia adalah 1,7 per 1.000
penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, 14,3%
2
atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka kejadian
pasung di sebuah pedesaan adalah sebesar 18,2% dan angka kejadian
pasung disebuah perkotaan adalah sebesar 10,7%. Sehingga dari data
kejadian pasung menunjukan lebih besar terjadi di sebuah pedesaan
daripada perkotaan (Depkes RI, 2013). Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
tahun 2016 menunjukan orang dengan gangguan jiwa sebanyak 2.369.
Jumlah tersebut naik sebesar 750 orang dibandingkan tahun 2015 lalu yang
hanya 1.619 orang penderita (Berita jatim, 2016). Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun didapatkan 5 puskesmas dengan gangguan jiwa yang
tergolong tinggi antara lain Puskesmas Jiwan, Sumbersari, Geger, Wonoasri
dan Gemarang (Dinkes Kabupaten Madiun, 2016). Data diwilayah kerja
puskesmas Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun pada 5 tahun
terakhir yaitu tahun 2012 ditemukan 122 orang, tahun 2013 sebanyak 106
orang, tahun 2014 sebanyak 166 orang, tahun 2015 sebanyak 263 orang,
tahun 2016 sebanyak 277 dan pada tahun 2017 sebanyak 255 orang yang
mengalami gangguan jiwa Skizofrenia dan penderita skizofrenia terbanyak
di Desa Jatisari 39 orang, Desa Purworejo 33 orang dan Desa Banaran 28
orang. Pada Puskesmas Geger terdapat masalah pada keluarga dengan
Skizofrenia dimana diadakannya Progam Kesehatan Jiwa yaitu “Jebol
Pasung” dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dan sudah aktif sehingga dapat
dilakukan penelitian ditempat tersebut.
Berdasarkan survey pendahuluan dengan 10 keluarga pasien
skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun didapatkan data
3
kecerdasan emosi sebagai berikut 10 keluarga tidak memahami emosi yang
ada pada dirinya, karena memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa
merupakan beban dan menumbuhkan emosi yang berakibat keluarga tidak
dapat mengontrol emosi sehingga orang dengan gangguan jiwa dipasung
ketika mengalami kekambuhan dan didapatkan data pada dukungan
keluarga sebagai berikut 3 keluarga tidak memberikan dukungan terhadap
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, 5 keluarga memberikan
dukungan keluarga apabila tidak sedang beraktivitas, sedangkan 2 keluarga
sangat memberikan dukungan terhadap keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di 3
Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Berdasarkan uraian diatas dan beberapa penelitian yang menunjukkan
bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia
adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota
keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah
karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita dirumah
(Nurdiana, 2007). Keluarga dapat menjadi faktor penyebab utama
kekambuhan penderita skizofrenia setelah faktor ketidakteraturan minum
obat. Keluarga merupakan orang atau lingkungan terdekat penderita
skizofrenia karena adanya beban bagi keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami skizofrenia mengakibatkan keluarga tidak
memperdulikan dan bersikap keliru pada pasien. Sehingga dukungan dan
4
sikap keluarga dalam merawat pasien yang kurang tepat dapat menyebabkan
kekambuhan. Perawatan pasien skizofrenia dibutuhkan kestabilan emosi dan
dukungan keluarga dengan demikian keluarga memerlukan pengetahuan
tentang bagaimana merawat pasien skizofrenia dari tenaga profesional
(Hawari, 2007).
Keterampilan mengelola emosi merupakan kepedulian sosial dan
membina hubungan yang baik bagi penderita skizofrenia. Kecerdasan emosi
diperlukan keluarga penderita karena emosi disebabkan oleh tanda dan
gejala yang variatif termasuk stigma dari masyarakat dan pasien
memerlukan perawatan jangka panjang yang sering diartikan menjadi beban
keluarga dalam merawat pasien skizofrenia sehingga keluarga kurang
menerima dengan keadaan pasien skizofrenia. Emosi yang tidak dikelola
dengan baik maka akan menimbulkan keadaan pasien yang memburuk.
Maka kecerdasan emosi keluarga sangat diperlukan karena berhubungan
dengan stressor keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dan
meminimalisir kekambuhan pada pasien skizofrenia. Kecerdasan emosi
merupakan kemampuan mengenali, memahami, mengatur, menggunakan
emosi secara efektif (Davis, 2006). Dalam mencapai tujuan tersebut maka
keluarga perlu untuk mengelola emosi diri dan emosi pada pasien
skizofrenia (Keliat, 2012). Dengan cara penyuluhan dan pelatihan untuk
keluarga yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecerdasan Emosi
5
dengan Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan pertanyaan
masalah penelitian “Apakah ada Hubungan Kecerdasan Emosi dengan
Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga
pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kecerdasan emosi keluarga pada pasien Skizofrenia di 3
Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
2. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
3. Menganalisis tentang hubungan kecerdasan emosi dengan dukungan
keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu kesehatan jiwa terkait kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada penderita skizofrenia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah informasi dalam perpustakaan
tentang kesehatan jiwa dan untuk meningkatkan pengetahuan bagi
pembaca tentang kecerdasan emosi dan dukungan keluarga pada pasien
skizofrenia.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai informasi dan solusiterkait
permasalahan dalam merawat dan meminimalisir kekambuhan pada
pasien Skizofrenia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan serta informasi bagi
peneliti selanjutnya mengenai dukungan keluarga terhadap penderita
gangguan jiwa.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecerdasan Emosi
2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif dan
kemampuan untuk mempelajari sesuatu secara cepat (Chaplin, 2011).
2.1.1.2 Pengertian Emosi
Emosi merupakan suatu pengalaman psikosiologikal yang komplek
yang dirasakan inidividu untuk berinteraksi dengan pengaruh bikokimia
(internal) dan lingkungan (eksternal). Pada manusia, emosi dasar
perwujudannya dalam bentuk fisiologis, perilaku ekspresif dan
pengalaman (Myers, 2004).
2.1.1.3 Pengertian Kecerdasan Emosi
Menurut Davis (2006) Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
mengenali, memahami, mengatur, menggunakan emosi secara
efektif.Davis memfokuskan pengertian kecerdasan emosional pada
pemahaman dan penggunaan emosi secara efektif. Sedangkan menurut
Goleman (2007) Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-
8
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, serta berempati.
Jadi kesimpulan dari kecerdasan emosi menurut 2 pendapat diatas
merupakan kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola
emosi diri sendiri dan emosi orang lain secara efektif, sehingga interaksi
dan hasil kerja menjadi lebih produktif dan tidak menjadi beban yang
berkelanjutan.
2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman 2010 ada 5 aspek yang masuk dalam kecerdasan
emosi, yaitu :
1. Mengenali emosi diri sendiri
Kemampuan untuk mengenali perasaan yang terjadi pada saat itu.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi
2. Mengelola emosi
Kemampuan dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri.
3. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri berkaitan dengan memberikan perhatian,
memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi.
4. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain yang bisa disebut dengan
rasa empati kepada orang lain.
9
5. Membina hubungan
Ketrampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi
Sedangkan aspek-aspek emosional yang dikemukakan oleh Davis
(2006) yaitu :
1. Mengenal emosi
Kemampuan seseorang dalam mengenal dan memantau keadaan
perasaan yang terjadi dari waktu ke waktu
2. Memahami emosi
Ketrampilan seseorang dalam kesadaran diri, memahami dan
merasakan emosi secara efektif yang terjadi pada dirinya
3. Mengatur emosi
Kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat.
Tergantung pada kesadaran diri sendiri dalam kemampuan untuk
menghadapi emosi, memperkirakan berapa lama emosi berlangsung
dan kemampuan menahan diri
4. Menggunakan emosi
Menggunakan emosi merupakan salah satu kemampuan mengelola
emosi. Seseorang harus mampu mengenal dan mengelola emosinya
agar dapat mengendalikan diri
10
2.1.3 Manfaat Kecerdasan Emosi bagi Kesehatan Jiwa
Menurut Masaong dan Tilomi (2011) manfaat dari kecerdasan
emosi dalam kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup dan dapat
dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan
kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa buruk dan situasi yang
penuh dengan tekanan. Seseorang yang cerdas secara emosional maka
mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar dan
tidak hanyut oleh emosi yang kuat.
2. Mengendalikan dorongan hati (menahan diri)
Merupakan karakteristik untuk menunda kesenangan sesaat dalam
mendapatkan hasil yang baik. Mengendalikan dorongan hati
merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau
kesulitan saat ini dengan kesenangan yang lebih besar dimasa yang
akan datang.
3. Mengelola suasana hati
Kemampuan emosional meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam
kondisi/ situasi apapun, menghilangkan gelisah yang timbul,
mengatasi kesedihan/ berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.
11
4. Dapat memotivasi diri
Seseorang yang mampu memotivasi diri sendiri akan cenderung
produktif dan efektif dalam hal apapun yang dihadapi. Begitu banyak
cara untuk dapat memotivasi diri sendiri meliputi tetap fokus pada
impian, mengevaluasi diri dan tetap intropeksi diri sendiri.
5. Memiliki kemampuan sosial
Seseorang yang cerdas secara emosional maka mampu menjalani
hubungan sosial dengan orang lain. Seseorang yang memiliki
kemampuan sosial mudah dalam bergaul, menyenangkan dan
tenggang rasa terhadap orang lain.
6. Mampu memahami orang lain
Menyadari dan menghargai orang lain merupakan hal terpenting
dalam kecerdasan emosi, karena banyak kuntungan meliputi kita lebih
banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik
untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain. Hal ini sering disebut dengan empati.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi diantaranya :
1. Lingkungan keluarga
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari
emosi.Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua
adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi
12
yang pada akhirnya menjadi bagian dari kepribadian anak. Kehidupan
emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di
kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan
bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian dan
sebagainya. Hal ini akan lebih menjadikan anak lebih mudah untuk
menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan,
sehingga anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak
memiliki banyak masalah tingkah laku.
2. Lingkungan sosial
Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan
penduduk. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan
perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya
ditunjukan dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak
berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang
menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan
orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan
melalui berbagai macam bentuk pelatihan diantaranya adalah
pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan
yang lainnya.
13
2.2 Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga
2.2.1.1 Pengertian Dukungan
Dukungan dapat diartikan sebagai memberi dorongan atau motivasi
atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat
keputusan (Chaplin, 2011).
2.2.1.2 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlawanan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendiri dengan atau anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga (Setiadi 2008). Sedangkan menurut
Friedman (2010), keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
2.2.1.3 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan jika
diperlukan (Friedman, 2010). Keluarga merupakan peranan penting
14
dalam memberikan dukungan keluarga yang merupakan suatu persepsi
mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi, nasihat
maupun materi yang diberikan kepada pasien skizofrenia pasca
perawatan dalam menjalankan fungsi atau tugas keluarga dalam aspek
kesehatan (Menurut House 1985 dalam Friedman, 2010).
Jadi kesimpulan dari dukungan keluarga menurut dua pendapat ahli
diatas merupakan suatu dorongan keluarga terhadap seseorang yang
sedang sakit dengan sikap, tindakan, perhatian, motivasi, pertolongan dan
penerimaan terhadap penderita.
2.2.2 Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga menurut Friedman (2010) yaitu :
1. Fungsi Afektif
Gambaran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarganya dalam memberikan kasih sayang kepada pasien
skizofrenia.
2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi Kesehatan
Memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan
serta dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan sejauhmana
pengalaman tentang masalah kesehatan, kemampuan keluarga untuk
15
melakukan 5 tugas kesehatan dalam keluarga serta kemauan keluarga
untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga. Hal yang menjadi pendukung
keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang masyarakat setempat.
2.2.3 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Freadman (2010) tugas keluarga dalam bidang kesehatan
dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang
terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
16
2.2.4 Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) Keluarga memiliki bentuk dukungan
yang dibagi atas 4 dukungan, yaitu :
a. Dukungan Informasional
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalanya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasihat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan. Keluarga juga menyediakan informasi dengan
menyarankan tentang dokter, terapi dan tindakan yang baik dan
spesifik untuk mengontrol emosi keluarga terhadap penderita.Pada
dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan
pemberi informasi.
b. Dukungan Instrumen
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata. Suatu
kondisi dimana benda atau jasa membantu dalam pemecahan masalah
secara praktis bahkan bantuan secara langsung. Misalnya: membantu
pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan
transportasi, menjaga dan merawat orang yang sakit dengan membawa
ke jasa pelayanan kesehatan.
17
c. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian penderita skizofrenia dan strategi penatalaksanaan yang
digunakan pada penderita skizofrenia. Dukungan penelian ini terjadi
bila ada ekspresi penelitian positif terhadap individu.Individu yang
dapat diajak bicara mengenai masalah yang terjadi pada penderita
berupa harapan positif, penyemangat, persetujuan ide-ide atau
perasaan dan perbandingan positif antara keluarga dengan
penderita.Dukungan keluarga dapat membantu dalam peningkatan
strategi individu dengan stratagei-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman positif.
d. Dukungan Emosi
Dukungan ini meliputi memberikan individu rasa nyaman, merasa
dicintai saat mengalami kekambuhan atau proses penyembuhan,
bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian
sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada
dukungan emosional ini keluarga memberikan fasilitas berupa tempat
istirahat untuk individu dan memberikan semangat dalam proses
penyembuhan atau mencegah terjadinya kekambuhan.
2.2.5 Manfaat Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) menyimpulkan bahwa efek-efek
penyangga (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif
dari stress) dan efek utama (dukungan sosial secara langsung
18
mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan kesejahteraan dapat berfungsi secara adekuat
yang terbukti berhubungan dengan menurunnya angka mortalitas, lebih
mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.
2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Setiadi (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Dukungan yang ditentukan menurut usia, artinya pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari bayi sampai lanjut usia yang memiliki
pemahaman dan respon kesehatan yang berbeda-beda.
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan yang terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu, kemampuan
kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang dalam
kemampuan untuk memahami faktor-faktor penyebab penyakit
yang diderita individu dan pengetahuan tentang kesehatan untuk
menjaga kesehatan individu dan dirinya dalam memberikan
dukungan.
19
c. Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melaksanakannya. Karena penderita skizofrenia
yang merupakan penyakit jangka panjang dapat menimbulkan
beban keluarga dan stress keluarga. Apabila keluarga tidak dapat
mengontrol stress yang dialami akan merespon emosi yang akan
diaplikasikan kepada individu. Seseorang yang tidak mampu
melakukan koping emosional akan mengancam kesembuhan
penderita skizofrenia.
d. Spiritual
Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya mulai dari nilai dan keyakinan seseorang, hubungan
dengan keluarga atau teman dan kemampuan dalam mencari
harapan dari arti sebuah kehidupan.
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
Cara keluarga dalam memberikan dukungan yang dapat
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan pengobatan
kesehatan. Misalnya: Klien akan melakukan tindakan pencegahan
atau pengobatan jika keluarganya juga memberikan perilaku yang
sama.
20
b. Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat mengakibatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang dalam
mendefinisikan terhadap penyakitnya. Misalnya: stabilitas
perkawinan, gaya hidup dan lingkungan kerja.
Pada umumnya seseorang akan mencari dukungan atau persetujuan
dari kelompok sosial, hal ini dapat mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara penatalaksanaannya. Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang akan lebih cepat tanggap terhadap
kesehatannya. Sehingga ia segera mencari jasa pelayanan untuk
mencari pertolongan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
tingkat ekonomi seseorang maka kurang tanggap dalam
kesehatannya karena memikirkan keuangan yang tidak mencukupi
untuk ke pelayanan kesehatan.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk dalan
pelaksanaan kesehatan pribadi.
2.2.7 Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia
Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan.
Dengan adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga dalam kehidupan (Friedman, 2010). Sehingga
21
dukungan keluarga sangat berpengaruh besar dalam proses
penyembuhan, apabila dukungan keluarga tidak ada, maka keberhasilan
penyembuhan dan pemulihan pasien juga berkurang (Friedman 2010).
Dengan demikian dukungan keluarga berkaitan dengan kekambuhan
skizofrenia sehingga tidak dapat diabaikan dalam penatalaksanaan
skizofrenia.
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasional,
dukungan instrumen, dukungan penilaian dan dukungan emosional.
2.3 Skizofrenia
2.3.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofreniaterdiri dari dua kata, yaitu skizein = split = pecah dan
frenia = mind = pikiran. Jadi Skizofreniamerupakan gangguan psikotik
yang sifatnya merusak, gangguan proses pikir, persepsi, pembicaraan,
emosional dan gangguan perilaku (Herri Zan, 2010). Sedangkan menurut
Faisal (2008) dalam Prabowo (2014) Skizofreniaatau Schizophrenia
merupakan kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan dan
perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran
dan perasaannya. Pada umumnya skizofrenia dialami pada seseorang
yang adanya gangguan emosi, pikiran dan perilaku.
22
2.3.2 Penyebab Skizofrenia
Luana (2007) dalam Prabowo (2014) menjelaskan penyebab
skizofreniadalam model distress-stress bahwa Skizofrenia timbul akibat
faktor psikososial dan lingkungan, yaitu :
1. Faktor Biologi
a) Komplikasi Kelahiran
Bayi laki-laki yang mengalami komplikasi pada saat dilahirkan
sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan
meningkatkan kerentanan seseorang terhadap penyakit skizofrenia.
b) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus
pada seseorang dengan skizofrenia. Pada suatu penelitian
mengatakan bahwa terpaparnya infeksi virus pada kehamilan
trimester kedua akan meningkatkan seseorang mengalami penyakit
skizofrenia.
c) Hipotesis Dopamin
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribusi
terhadap gejala skizofrenia, dengan terhalangnya transmisi sinyal di
sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan
pengamatan diatas, diterangkan bahwa gejala skizofrenia
disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.
23
d) Hipotesis Serotonin
Serotonin berperan pada skizofreniakarena obat antipsikotik atipika
clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor
serotonin yang lebih tinggi daripada reseptor dopamine.
e) Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem
limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat
sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar,
penurunan masa abu-abu dan beberapa area terjadi peningkatan
maupun aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopi dan jaringan
otak ditemukan sedikit perubahan dlaam distribusi sel otak yang
timbul saat perinatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasanya
timbul pada trauma otak setelah lahir.
2. Faktor Genetika
Para ilmuan mengatakan penyakit skizofrenia merupakan penyakit
turunan yang berpengaruh atau faktor yang mempercepat manifestasi
atau faktor pencetus penyakit skizofrenia.
3. Faktor Psikologi
Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan,
opini yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan
hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan
gangguan afektif.
24
4. Faktor Lingkungan
Seseorang yang diasuh dengan keluarga yang menderita skizofrenia,
adopsi keluarga skizofrenia, tuntutan hidup yang tinggi akan
meningkatkan kerentanan penyakit skizofrenia.
2.3.3 Klasifikasi Skizofrenia
Pembagian tipe atau klasifikasi skizofrenia menurut Maramis
(2005), yaitu :
1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pada saat pertama kali masa pubertas. Gejala umum
yang terjadi adalah terkadang emosi dan kemunduran kemauan,
gangguan proses berfikir yang sukar ditemukan, sedangkan waham
dan halusinasi sukar ditemukan.
2. Skizofrenia Bebefrenik
Sering muncul pada masa remaja diantaranya umur 15-25 tahun
dengan gejala yang menyolok yaitu gangguan proses fikir, gangguan
kemauan dan adanya depersonalisasi/ double personality. Gangguan
psikomotor seperti perlakuan yang kembali kekanak-kanakan, waham
dan halusinasi yang banyak ditemukan pada skizofrenia bebefrenik.
3. Skizofrenia Katatonik
Muncul pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stress emosional, terjadi ganduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik
25
4. Stupor Katatonik
Pada stupor katatonik klien tidak menunjukan perhatian sama sekali
terhadap lingkungan. Gejala yang sering muncul pada stupor katatonik
yaitu :
a. Mutisme, terkadang dengan menutup mata
b. Muka tanpa mimic atau seperti topeng
c. Stupor, klien tidak bergerak sama sekali dalam waktu yang lama,
beberapa hari, bahkan sampai berbulan-bulan
d. Bila diganti posisinya, penderita menentang negativism
e. Mekanisme ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga meleleh dan
keluar, air seni dan feces ditahan
f. Terdapat grimas dan katalepsi
5. Gaduh-gelisah Katatonik
Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi
yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari
luar.Penderita terus berbicara/ bergerak saja, penderita hanya
menunjukan stereotopi, menerisme dan neologisme, penderita tidak
dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga mungkin terjadi
dehidrasi/ kolabs dan kadang-kadang kematian.
6. Jenis Paranoid
Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis skizofrenia yang
lain dalam proses perjalanan penyakit, bebfronik dan katatonik yang
lama-kelamaan menunjukan gejala-gejala skizofrenia simplex atau
26
gejala bebfrenik dan katatonik. Gejala yang sering muncul pada
skizofrenia jenis paranoid, yaitu :
a. Waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan
halusinasi baru dengan pemeriksaan terdapat adanya gangguan
proses pikir, gangguan efek, emosi dan kemauan. Skizofrenia ini
mulai sering muncul sesudah umur 30 tahun. Pada awalnya
kepribadian penderita sering disebut schizoid. Mereka mudah
tersinggung, suka menyendiri, agak congak dan kurang percaya diri
pada orang lain.
b. Skizofrenia Residual, keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primer bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder.
Gejala ini sering timbul sesudah beberapa kali serangan
skizofrenia.
7. Jenis Skizo-aktif (Skizofrenia Skizo Afektif)
Disamping gejala-gejala skizofrenia yang menonjol secara bersamaan
juga gejala-gejala depresi (skizo-depresif) atau gejala-gejala skizo-
manik. Jenis skizo-aktif ini cenderung dapat sembuh tanpa efek, tetapi
dapat timbul lagi serangan.
2.3.4 Gejala Skizofrenia
Menurut Maramis (2005) menerangkan bahwa gejala-gejala
skizofrenia terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Gejala Primer
a. Gangguan proses fikir (bentuk, langkah dan isi pikiran)
27
Pada skizofrenia gangguan yang sering terdapat adalah gangguan
proses pikir terutama asosiasi. Terkadang satu ide belum selesai
diutarakan, muncul ide-ide yang lain. Skizofrenia mempunyai
kecenderungan untuk menyamakan hal-hal yang terkadang pikiran
seakan-akan berhenti, tidak muncul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan ”Blocking” biasanya berlangsung beberapa detik
hingga beberapa hari.
b. Gangguan efek dan emosi
Gangguan efek dan emosi pada skizofrenia berupa :
1) Kedangkalan efek dan emosi (Emotional Blunting)
2) Parathimi : Apa yang seharusnya ditimbulkan rasa senang dan
gembira pada penderita yang sedang merasa sedih atau marah
3) Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi
menangis. Terkadang emosi dan efek serta ekspresinya tidak
mempunyai kesatuan, misalnya sesudah membunuh anaknya
pendeirta menangis berhari-hari namun ekspresinya tertawa.
4) Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat
atau sedang bersandiwara. Yang terpenting pada penderita
skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk mengadakan
hubungan emosi yang baik (Emotional Repport) karena terpecah
belah kepribadiannya, maka dua hal yang berlawanan mungkin
terdapat bersama-sama, misalnya penderita mencintai dan
membenci dengan satu orang yang sama atau menangis dan
28
tertawa tentang satu hal yang sama ini dinamakan ambivalensi
pada efek.
c. Gangguan kemauan
Banyak penderita skizofrenia mempunyai kelemahan pada
kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat
bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan,
meskipun alasan tersebut tidak jelas/ tidak tepat bahkan mereka
menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
d. Gejala psikomotor
Gejala psikomotor juga disebut dengan gejala katatonik atau
gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini oleh Bleuker dimasukan
kedalam kelompok gejala skizofrenia sekunder sebab didapati juga
pada penderita lain.
2. Gejala Sekunder
a. Waham
Bizar Mayer-gross membagi waham kedalam 2 kelompok, yaitu :
1) Waham primer, timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab dari luar
2) Waham sekunder, biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti
dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangka gejala-
gejala skizofrenia lain
29
b. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan
hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada
keadaan lain. Halusinasi juga terbagi mulai dari yang paling sering
dijumpai pada skizofrenia adalah :
1) Halusinasi pendengaran (Aditif atau Akustik)
2) Halusinasi penciuaman (Olfaktoris)
3) Halusinasi cita rasa (Gustatorik)
4) Halusinasi singgungan (Taktik)
5) Halusinasi penglihatan
Halusinasi lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan
dengan sindroma otak organik.
2.3.5 Riwayat Klinis Skizofrenia
Menurut Linda (2007) dalam Prabowo (2014) menerangkan bahwa
riwayat klinis penderita skizofrenia sering rumit dan cenderung terbagi
dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase Prodomal
a. Kemunduran dalam waktu lama (6-12 bulan) dalam tingkat fungsi
perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan atau akademik
b. Timbul gejala positif dan negatif
c. Periode kebingungan pada klien dan keluarga
30
2. Fase Aktif
a. Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi
b. Pengenalan dalam pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya
c. Perawatan di fokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar
untuk hidup dengan penyakit yang mempengaruhi pikiran, perasaan
dan perilaku
3. Fase Residual
a. Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala
b. Pengurangan dan penguatan gejala
c. Adaptasi
2.3.6 Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Menurut Dadang Hawari (2007) mengatakan bahwa secara klinis
untuk mengatakan apakah seorang itu menderita skizofrenia/ tidak maka
diperlukan kriteria diagnostik yaitu :
1. Delusi atau Waham yang aneh (isinya jelas tidak masuk akal) dan
tidak berdasarkan kenyataan
2. Delusi atau Waham Somatik (fisik) kebesaran, keagamaan, nihilistic
atau waham lainnya yang bukan waham kejar atau cemburu
3. Delusi atau Waham Kejar atau cemburu (Delusions of persection of
jealousy) dan waham tuduhan (Delusions of suspicion) yang disertai
dengan halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan)
31
4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu
memberikan komentar tentang tingkah laku atau pikirannya atau
seperti berdialog/ bercakap-cakap
5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali berisi lebih dari
satu atau dua kata dan tidak ada hubungan dengan kesedihan (depresi)
atau kegembiraan (euphoria)
6. Inkoherensi merupakan kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang
jelas, jalan pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau
pembicaraan yang kaku disertai dengan :
a. Afek (dalam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi
(inappropriate)
b. Berbagai waham atau halusinasi
c. Katatonia (kekakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau
(disorganised)
d. Deferiorasi (kemunduran/kemerosotan) dari taraf fungsi
penyesuaian (adaptasi) dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial
dan perawatan dirinya.
e. Jangka waktu gejala penyakit berlangsung secara terus menerus
selama paling sedikit 6 bulan dalam 1 periode kehidupan
seseorang, disertai dengan terdapatnya beberapa gejala penyakit
lain pada saat pemeriksaan.
32
2.3.7 Prognosa Skizofrenia
Menurut Prabowo (2014) secara umum penderita skizofrenia
dengan gangguan yang kronik, sekitar 20% hanya mengalami episode
tunggal skizofrenia selama hidupnya tanpa mengalami kekambuhan. 50%
penderita yang memiliki prognosis buruk dengan episode psikotik yang
berulang sehingga harus keluar masuk rumah sakit, mengalami depresi
dan melakukan percobaan bunuh diri. Sedangkan 10% penderita lainnya
meninggal akibat bunuh diri.
Menurut Maramis (2005) untuk menegakan prognosa kita harus
mempertimbangkan faktor dibawah ini, yaitu :
1. Kepribadian Psikotik, bila schizoid dan hubungan antara manusia
memang kurang memuaskan, maka prognosa akan lebih jelek
2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik
daripada penyakit itu mulai secara pelan-pelan
3. Jenis: prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis
Hebefrensia dan Skizofrenia Simplex mempunyai prognosa yang
sama jelek. Biasanya penderita dengan jenis Skizofrenia ini menuju
kea rah kemunduran mental
4. Umur: Semakin muda umur permulaannya, maka semakin jelek
prognosa yang muncul
5. Pengobatan: Semakin lekas diberikan pengobatan, maka semakin baik
prognosanya
33
6. Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit
badaniah atau stress spikologik maka prognosa akan semakin lebih
baik
7. Faktor keturunan: Prognosa menjadi lebih berat bila di dalam keluarga
terdapat seorang atau lebih yang juga menderita Skizofrenia
2.3.8 Pengobatan Skizofrenia
Menurut Luana (2007) dalam Prabowo (2014) pengobatan
skizofrenia terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Psikofarmaka
Obat antipsikotik yang beredar dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Antipsikotik Generasi Pertama (APG I)
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga cepat
menurunkan gejala positif tetapi pemakaian jangka panjang pada
APG I ini juga dapat memberikan efek samping meliputi:
Gangguan ekstrapiramidal, peningkatan kadar prolaktin yang aan
menyebabkan disfungsi seksual atau peningkatan berat badan dan
mempercepat gejala negatif maupun kognitif.
Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik
seperti mulut kering, pandangan kabur, gangguan miksi, gangguan
defekasi dan hipotensi. Obat-obatan APG I dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Potensi tinggi dan dosis yang digunakan kurang atau sama
dengan 10 mg seperti :Trifluoperazine, Fluphenazine,
34
Haloperidol dan Pimozide. Obat-obatan ini digunakan untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi.
2) Potensi rendah dan dosis yang digunakan lebih atau sama
dengan 50 mg seperti:Chlorpromazine dan Thioridazine
digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah,
hiperaktif dan sulit tidur.
b. Antipsikotik Generasi Kedua (APG II)
APG II sering disebut dengan sebagai Serotonin Dopamin
Antagonis (SDA) atau Antipsikotik Atipikal. Bekerja melalui
interaksi serotonin dan dopamine pada ke empat jalur dopamine di
otak yang menyebabkan rendahnya efek samping Eztrapyramidal
dan sangat efektif mengatasi gejala negatif.Obat yang tersedia
untuk golongan ini adalah Clozapine, Olanzapine, Quetiapine dan
Risperidone.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
1) Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
2) Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
3) Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita
4) Obat antipsikosis long acting: Fluphenazine deconate 25mg/cc
atau haloperidol deconoas 50mg/cc, IM untuk 2-4 minggu.
35
Berguna untuk pasien yang tidak atau sulit minum obat dan
untuk terapi pemeliharaan
2. Terapi psikososial
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain :
a. Psikoterapi individual
1) Terapi suportif
2) Sosial skill training
3) Terapi okupasi
4) Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
b. Psikoterapi kelompok
c. Psikoterapi keluarga
3. Strategi Komunikasi Perawat
Menurut Linda (2007) dalam Prabowo (2014) perawat perlu memiliki
strategi komunikasi dalam menghadapi pasien dengan skizofrenia,
antara lain:
a. Jangan menghakimi, membantah atau menggunakan logika untuk
menunjukan kekeliruan
b. Bersikap netral ketika klien menolak kontrak
c. Pada awalnya, gunakan metode non verbal seperti pertahankan
kontak mata, senyum atau menggunakan ekspresi positif. Setelah
hubungan terbina, perawat diperbolehkan menyentuh klien dengan
syarat klien siap menerima kehadiran perawat
36
d. Bicara singkat, dengan kalimat sederhana selama interaksi yang
singkat dan sering
e. Beri pertanyaan terbuka ketika memandu klien melalui suatu
pengalaman. Beri pertanyaan langsung jika menginginkan
informasi
f. Catat dan beri komentar kepada klien tentang perubahan yang halus
dalam ekspresi perasaan
g. Berfokus pada apa yang sedang terjadi saat ini, dan bicarakan
tentang aktivitas yang didasarkan pada kenyataan
h. Minta klarifikasi jika klien berbicara secara umum tentang
“mereka”
i. Jika perlu, identifikasi apa yang tidak dipahami perawat tanpa
menyangkal klien
j. Jika perlu, sampaikan penerimaan terhadap klien meskipun
beberapa pikiran dan persepsi klien tidak dipahami oleh orang lain.
37
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diteliti : Hubungan
: Tidak diteliti : Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kecerdasan Emosi
menurut Goleman (2009) :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dukungan Keluarga menurut
Setiadi (2008) :
1. Faktor Internal
a. Tahap perkembangan
b. Pendidikan/ tingkat
pengetahuan
c. Faktor emosi
d. Spiritual
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di keluarga
b. Faktor sosioekonomi
c. Latar belakang budaya
Kecerdasan Emosi (Davis, 2006)
1. Mengenal emosi
2. Memahami emosi
3. Mengatur emosi
4. Menggunakan emosi
Dukungan Keluarga (Friedman, 2010)
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Instrumen
3. Dukungan Penilaian
4. Dukungan Emosi
Kecerdasan Emosi
Dukungan Keluarga
38
Gambar 3.1 menjelaskan tentang hubungan kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia. Kecerdasan emosi dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Dukungan keluarga
dipengaruhi oleh faktor internal berupa tahap perkembangan, pendidikan
atau tingkat pengetahuan, faktor emosi dan spiritual, serta faktor eksternal
berupa praktik di keluarga, faktor sosioekonomi dan latar belakang budaya.
Pada penderita skizofrenia membutuhkan dukungan keluarga yang dapat
diberikan berupadukungan informasional, dukungan instrument, dukungan
penilaian dan dukungan emosi. Selain itu keluarga pada penderita
skizofrenia juga mengenali emosi pada dirinya, memahami emosi, mengatur
emosi dan menggunakan emosi.
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada Pasien
Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
39
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan
adalah korelasional dengan menggunakan desain cross sectional. Dalam
penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu hubungan kecerdasan
emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pada pasien
skizofrenia di Desa Jatisari 36 orang keluarga, Desa Purworejo 23 orang
keluarga dan Desa Banaran 21 orang keluarga dan berkurang 10 keluarga
yang digunakan untuk study pendahuluan. Jadi, total populasi dalam
penelitian ini sejumlah 70 keluarga pada pasien skizofrenia Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga pada pasien
skizofrenia di Desa Jatisari, Purworejo dan Banaran Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun.
Menurut Nursalam (2008) Penentuan kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya
40
jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel dalam penelitian meliputi
kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Keluarga bersedia menjadi responden
b. Keluarga pada pasien skizofrenia yang masih dalam proses
penyembuhan di Desa Jatisari, Purworejo dan Banaran Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun
c. Keluarga yang merawat (Ayah, Ibu, Suami, Istri, Anak, Cucu,
Saudara, Sepupu) dan tinggal dalam satu rumah bersama pasien
d. Keluarga bisa membaca dan menulis.
2. Kriteria ekslusi
Dalam penelitian ini kriteria ekslusinya adalah :
a. Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden
b. Keluarga memiliki keadaan atau penyakit yang menganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil, seperti penyakit jantung,
paru-paru, stroke yang tidak memungkinkan untuk menjadi
responden
c. Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan,
seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga
sulit untuk ditindaklanjuti.
41
Untuk menentukan besar sampel yang digunakan rumus Slovin
(Nursalam, 2016) sebagai berikut :
� =�
1 + � (��)
Ketrangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat signifikansi (ρ)
� = 抐
1 + � (��)
� =70
1 + 70(0,05�)
� =70
1 + 70 (0,0025)
� =70
1 + 0,175
� =70
1,175
� = 59,57
� = 59
Jadi, setelah dilakukan perhitungan didapatkan besar sampel kasus
sebanyak 59 responden.
42
4.3 Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proporsional Random Sampling dengan pembagian menurut (Taniredja,
2011) sebagai berikut :
�������� ������ ����
����� �������� × ����� ������
Desa Jatisari = 32
70 × 59 = 26,9 = 27 responden
Desa Purworejo = 20
70 × 59 = 16,8 = 17 responden
Desa Banaran = 18
70 × 59= 15,1 = 15 responden
43
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Populasi Semua keluarga pada pasien skizofrenia di Desa Jatisari, Desa Purworejo dan
Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun (sejumlah 70 keluarga)
Sampel Sebagian keluarga pada pasien skizofrenia di Desa Jatisari, Desa Purworejo dan
Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun (sejumlah 59 keluarga)
Tehnik Sampling Proporsional Random Sampling
Desain Penelitian Korelasional dengan pendekatan cross sectional
Pengumpulan data Menggunakan kuesioner
Variabel bebas Kecerdasan emosi keluarga
Variabel terikat Dukungan keluarga
Pengolahan data Editing, Coding, Skoring, Data Entry, Tabulating
Analisis data Uji Somers’D dengan α 0,05
Hasil dan kesimpulan
Publikasi
44
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah kecerdasan
emosi keluarga.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah dukungan
keluarga.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Definisi
operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi
danreplikasi (Nursalam, 2016) .
45
Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian hubungan kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Variabel
penelitian Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor
Variabel
independen:
kecerdasan emosi
keluarga pada
pasien skizofrenia
Kemampuan seseorang
untuk memahami dan
mengelola emosi diri
sendiri secara efektif,
sehingga interaksi dan
hasil kerja menjadi
lebih produktif dan
tidak menjadi beban
yang berkelanjutan.
1. Mengenali emosi
2. Memahami emosi
3. Mengatur emosi
4. Menggunakan emosi
Kuesioner
menurut
Davis
(2006)
Ordinal Skor :
Menggunakan skala
likert dengan
pembagian
5 = Sangat penting
4 = Penting
3 = Ragu-ragu
2 = Tidak penting
1 = Sangat tidak
penting
Kategori skor :
Baik = ≥ 103
Cukup = 65 - 103
Kurang = < 65
46
Variabel dependen:
dukungan keluarga
pada pasien
skizofrenia
Suatu dorongan
keluarga terhadap
seseorang yang sedang
sakit dengan sikap,
tindakan, perhatian,
motivasi, pertolongan
dan penerimaan
terhadap penderita
1. Dukungan informasi
2. Dukungan intrumen
3. Dukungan penilaian
4. Dukungan emosi
Kuesioner Ordinal Skor :
Menggunakan skala
likert dengan
pembagian
4 = Selalu
3 = Sering
2 = Kadang
1 = Tidak pernah
Kategori skor :
Baik = ≥ 54
Cukup = 36 - 54
Kurang = < 36
47
4.6 Instrumen Penelitian
Kuesioner kecerdasan emosi yang digunakan kuesioner modifikasi
menurut Davis (2006). Jumlah pertanyaan yang digunakan pada variabel
kecerdasan emosi adalah 28 item soal dengan menggunakan skala Likert.
Pertanyaan dengan jawaban Sangat penting (5), Penting (4), Ragu-ragu
(3), Tidak penting (2), Sangat tidak penting (1). Sementara untuk
kuesioner variabel dukungan keluarga, menggunakan instrument sesuai
dengan kerangka konsep berupa kuesioner yang berisi 18 item soal
dengan menggunakan skala Likert. Pertanyaan dengan jawaban Selalu
(4), Sering (3), Kadang-kadang (2), Tidak Pernah (1).
Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur
dimana responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang
sudah disediakan (responden hanya memberikan tanda (√)).
4.6.1 Uji Validitas
Untuk hasil uji dukungan keluarga dengan rumus korelasi product
momen pearson. Adapun ≤ 0,05 maka item dinyatakan valid, begitupun
sebaliknya jika signifikansinya > 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan
tidak valid atau didasarkan pada nilai r, dimana pertanyaan dinyatakan
valid apabila r hitung > r table pada taraf signifikansi 5%, sehingga
pertanyaan dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
Untuk hasil uji validitas kuesioner kecerdasan emosi keluarga
diperoleh r hitung antara 0,815 - 0,350 item pertanyaan dinyatakan valid
jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,349) pada taraf signifikan 5%
48
yaitu r hitung > r tabel.Kemudian untuk hasil uji validitas kuesioner
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia diperoleh r hitung antara
0,941 - 0,464 item pertanyaan dinyatakan valid jika r hitung lebih besar
dari r tabel (0,422) pada taraf signifikan 5% yaitu r hitung > r tabel.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Untuk hasil uji reabilitas kuesioner tersebut dengan cara yang sama
dengan komputerisasi menggunakan tehnik Alpha Cronbach (α) dalam
uji reabilitas r hasil adalah Alpha. Jika r alpha > r tabel pertanyaan
tersebut dinyatakan reliable, begitu juga sebaliknya. Suatu instrument
dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6
(Sujarweni, 2014). Hasil dari uji reliabilitas untuk kuesioner kecerdasan
emosi yang sudah valid menunjuk nilai alpha 0,921 dan kuesioner
variabel kecerdasan emosi disini sudah reliable karena nilai sudah
memenuhi syarat yaitu 0,921 > 0,6. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas
untuk kuesioner dukungan keluarga yang sudah valid menunjuk nilai
alpha 0,935 dan kuesioner variabel dukungan keluarga disini sudah
reliable karena nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,935 > 0,6.
Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas kuesioner kecerdasan emosi keluarga Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.921 30
49
Tabel 4.5 Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga pada
pasien skizofrenia Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.935 20
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Desa Jatisari, Desa Purworejo dan Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2017 – Juni 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
1. Mengajukan persetujuan judul kepada Kaprodi Keperawatan yang
telah disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2
2. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Madiun
3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Puskesmas
Geger Kabupaten Madiun
4. Mengurus surat perizinan vadiliditas dan reliabilitas kepada Kepala
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
5. Mengurus surat perizinan validitas dan reliabilitas kepada Kepala
Desa Geger Kabupaten Madiun
50
6. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti mengurus surat
permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala
KESBANGPOLINMAS Kabupaten Madiun untuk melakukan
penelitian di Desa Jatisari, Desa Purworejo dan Desa Banaran
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
7. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun
8. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
9. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Desa Jatisari, Kepala Desa Purworejo dan Kepala Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
10. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan persamaan persepsi
dengan teman yang ikut berperan dalam penelitian
11. Peneliti menemui calon responden secara langsung dengan cara door
to door, untuk mengadakan pendekatan serta memberikan penjelasan
kepada calon responden mengenai penelitian yang akan dilakukan
12. Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka
dipersilahkan untuk menandatangani informed concent dan apabila
calon responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti
tetap menghormati keputusan tersebut
51
13. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah
bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent,
kemudian responden mengisi kuesioner
14. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga
15. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memerikasa kelengkapan data
dan jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden
16. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dari kuesioner yang telah
diisi oleh responden
4.9 Analisa Data
4.9.1 Tehnik Pengolahan Data
Setelah data dikelompokan lalu data diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2012).
a. Apakah semua jawaban kuesioner sudah terisi lengkap
b. Apakah jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan cukup
jelas dan terbaca
c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaan
d. Apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan konsisten dengan
jawaban pertanyaan yang lain.
52
2. Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kode”an atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).
a. Data demografi :
1) Jenis kelamin
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
2) Usia
1 = Remaja Akhir (17 - 25 tahun)
2 = Dewasa Awal (16 - 35 tahun)
3 = Dewasa Akhir (36 - 45 tahun)
4 = Lansia Awal (46 - 55 tahun)
5 = Lansia Akhir (56 - 65 tahun)
6 = Resiko Jatuh (> 66 tahun)
3) Pendidikan terakhir
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = Perguruan Tinggi
4) Pekerjaan
1 = PNS
2 = Swasta
53
3 = Wiraswasta
4 = Buruh Tani
5 = Lain-lain
5) Status hubungan keluarga dengan orang dengan gangguan jiwa
1 = Anak
2 = Orang tua
3 = Suami/ Istri
4 = Saudara yang tinggal satu rumah
6) Suku
1 = Jawa
2 = Sunda
3 = Batak
4 = Madura
5 = Lain- Lain
b. Variabel kecerdasan emosi :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
c. Variabel dukungan keluarga :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
54
3. Scoring
Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga
mempermudah perhitungan (Nazir, 2011).
Skor kuesioner kecerdasan emosi :
1 = Sangat tidak penting
2 = Tidak penting
3 = Ragu-ragu
4 = Penting
5 = Sangat penting
Untuk menentukan kategori kecerdasan emosi menggunakan rumus
Azwar (2011) yaitu :
X max = 5
X min = 1
Mean = 1
2 ( � max + � min ) � ����� ���� ������� � ��
1
2( 5 + 1 )� 28
1
2 � 6 � 28 = 84
L max = 28 x 5 = 140
L min = 28 x 1 = 28
55
Standart Deviasi =
1
6 ( � max � min)
1
6( 140 28)
1
6 × 112 = 19
Baik = � ≥ (� + 1 . ��)
� ≥ ( 84 + 1 . 19)
� ≥ 103
Cukup = (� 1 . ��) ≤ � < (� + 1 . ��)
(84 1 . 19) ≤ � < ( 84 + 1 . 19)
65 ≤ � < 103
Kurang = � < (� 1 . ��)
� < (84 1 . 19)
� < 65
Jadi, kesimpulannya mengenai kategori kuesioner kecerdasan emosi
adalah sebagai berikut :
Baik = x ≥ 103
Cukup = 65 ≤ x < 103
Kurang = x < 65
56
Skor kuesioner dukungan keluarga
1 = Tidak pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
Untuk menentukan kategori dukungan keluarga menggunakan rumus
Azwar (2011) yaitu :
X max = 4
X min = 1
Mean = 1
2 ( � max + � min ) � ����� ���� ����������
1
2( 4 + 1 )� 18
1
2 � 90 = 45
L max = 18 x 4 = 72
L min = 18 x 1 = 12
Standart Deviasi =
1
6 ( � max � min)
1
6( 72 18)
1
6 × 54 = 9
Baik = � ≥ (� + 1 . ��)
� ≥ ( 45 + 1 . 9)
� ≥ 54
57
Cukup = (� 1 . ��) ≤ � < (� + 1 . ��)
(45 1 . 9) ≤ � < ( 45 + 1 . 9)
36 ≤ � < 54
Kurang = � < (� 1 . ��)
� < (45 1 . 9)
� < 36
Jadi, kesimpulannya mengenai kategori kuesioner dukungan keluarga
adalah sebagai berikut :
Baik = x ≥ 54
Cukup = 36 ≤ x < 54
Kurang = x < 36
4. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke
dalam progam atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut
ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak
maka terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data.
5. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-tabel
dan mengatur angka-angka, sehingga dapat dihitung jumlah kasus
dalam berbagai kategori (Nazir, 2011).
58
4.9.2 Tehnik analisa data
4.9.2.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2012).Analisa
univariat atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga pada
pasien skizofrenia. Penyajian dalam penelitian ini dalam bentuk distribusi
seperti: Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status hubungan keluarga
dengan pasien, suku dan variabel penelitian kecerdasan emosi dan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia.
4.9.2.2 Analisis Bivariat
Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan
menggunakan uji statistik (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia. Pengelolaan
analisa data bivariat ini dengan menggunakan software SPSS 16.0. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Somers’D dengan α = 0,05. Data atau
variabel kategorik pada umumnya berisi variabel yang berskala ordinal
dan ordinal (Notoatmodjo, 2012). Adapun pedoman signifikansi
memakai panduan sebagai berikut: Bila p value < α (0,05), maka
signifikansi atau ada hubungan.
59
Korelasi Somers’D menurut Sugiyono (2012) sebagai berikut:
Dimana:
rs= 1� �����
�
� (����)
Keterangan:
rs= Koefesien korelasi Somers’D yang menunjukan keeratan hubungan
antara unsure-unsur variabel x dan variabel y
di= Selisih mutlak antara rangking data variabel x dan variabel y (x1-y1)
n = Banyaknya responden atau sampel yang diteliti
Apabila hasil perhitungan koefesien korelasi Somers’D rs hitung >
rs tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho)
ditolak, yaitu adanya Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan
Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun. tetapi bila sebaliknya rs hitung < rs tabel maka
hipotesis alternative (Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima, yaitu
tidak adanya Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Dukungan
Keluarga pada Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun.
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Tabel 4.6 Interval Koefesien Korelasi Somers’D (Sugiyono, 2012).
60
4.10 Etika Penelitian
1. Informed Concent (Lembar persetujuan responden)
Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden.
Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
serta manfaat penelitian. Jika subjek bersedia maka harus
menandatangani lembar persetujuan (Hidayat, 2011).
2. Anonimity (Tanpa nama)
Menggunakan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan
(Hidayat, 2011).
3. Confidentiality(Kerahasiaan)
Menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah lainnya, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, 2011).
61
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data dilakukan selama 4 hari mulai tanggal 23 – 26 Maret
2018. Dengan jumlah responden sebanyak 59 keluarga orang dengan gangguan
jiwa, sedangkan penyajian data dibagi menjadi dua, yaitu: Data umum dan data
khusus. Data umum terdiri dari data demografi meliputi: jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan, status hubungan keluarga dan suku. Setelah data
disajikan data khusus yang didasarkan pada variabel yang diukur, yaitu:
kecerdasan emosi keluarga dan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia.
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian
Kecamatan Geger merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Wilayah Kabupaten Madiun. Desa Jatisari, Desa Purworejo dan Desa
Banaran mayoritas lingkungan baik namun kebiasaan seperti perilaku
dan budaya dari lingkungan sosial masih kurang baik mengenai pasien
gangguan jiwa karena kebanyakan keluarga tidak bisa mengarahkan atau
mengontrol tentang permasalahan yang terjadi pada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Mayoritas penyebab orang dengan
gangguan jiwa adalah pulang dari bekerja di luar negeri, persoalan
asmara dan kepercayaan mistik yang masih sering terjadi di ketiga desa
tersebut.
62
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, hubungan
dengan keluarga dan suku. Sedangkan data khusus yang didasarkan pada
variabel yang diukur, yaitu: kecerdasan emosi keluarga dan dukungan
keluarga pada pasien skizofrenia.
5.2.1 Data Umum
Data umum yang diidentifikasikan dari responden meliputi: jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, hubungan dengan keluarga
dan suku.
5.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Perempuan 38 64 2 Laki-laki 21 36
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
respondennya berjenis kelamin perempuan sebanyak 64%
5.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Usia Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 17 – 25 tahun 0 0 2 26 – 35 tahun 5 8 3 36 – 45 tahun 13 22 4 46 – 55 tahun 19 32 5 56 – 65 tahun 18 31 6 >66 tahun 4 7
Total 59 100
63
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
berusia 46 – 55 tahun sebanyak 32% dan sebagian kecil usia > 66 tahun
sebanyak 7%.
5.2.1.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 SD 29 49 2 SMP 13 22 3 SMA 16 27 4 Perguruan Tinggi 1 2
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar
berpendidikan terakhir SD sebanyak 49% dan sebagian kecil
berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 2%.
5.2.1.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 PNS 0 0 2 Swasta 7 12 3 Wiraswasta 16 27 4 Buruh Tani 17 29 5 Lain-lain 19 32
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
memiliki pekerjaan sebagai lain-lain yaitu Ibu Rumah Tangga sebanyak
32% dan sebagian kecil memiliki pekerjaan swasta sebanyak 12%.
64
5.2.1.5 Karakteristik responden berdasarkan hubungan dengan keluarga
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan dengan keluarga responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Hubungan dengan keluarga Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Anak usia > 17 tahun 2 3 2 Orang Tua 31 53 3 Suami/ Istri 7 12 4 Saudara yang tinggal 1 rumah 19 32
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
hubungan pasien dengan keluarga adalah orang tua sebanyak 53% dan
sebagian kecil hubungan pasien dengan keluarga adalah anak usia> 17
tahun sebanyak 3%.
5.2.1.6 Karakteristik responden berdasarkan suku
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan suku responden di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Suku Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Jawa 59 100 2 Sunda 0 0 3 Batak 0 0 4 Madura 0 0 5 Lain-lain 0 0
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa semua responden
sebanyak 100% memiliki latarbelakang suku budaya jawa.
5.2.2 Data Khusus
Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan
ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang
65
meliputi: Kecerdasan emosi keluarga dengan dukungan keluarga pada
pasien skizofrenia dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabulasi
silang tentang variabel independent dan variabel dependent.
5.2.2.1 Kecerdasan Emosi Keluarga pada Pasien Skizofrenia di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun
Tabel 5.7 Kecerdasan Emosi Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Kecerdasan Emosi Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Kurang 6 10,2 2 Cukup 30 50,8 3 Baik 23 39,0
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi
pada pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 59
responden yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 50,8% dan
yang termasuk kategori kurang sebanyak 10,2%.
5.2.2.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
Tabel 5.8 Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
No Kecerdasan Emosi Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Kurang 8 13,6 2 Cukup 29 49,2 3 Baik 22 37,3
Total 59 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga
pada pasien skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 59
66
responden terdapat 49,2% dukungan keluarga cukup dan 13,6%
dukungan keluarga kurang.
5.2.2.3 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada
Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Tabel 5.9 Tabel Silang Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Kecerdasan Emosi
Dukungan Keluarga Total
Kurang Cukup Baik N % N % N % N %
Kurang 5 8,3 1 1,7 0 0 6 10,2 Cukup 3 5,1 25 42,4 2 3,4 30 50,8 Baik 0 0 3 5,1 20 33,9 23 39,0 Total 8 13,6 28 49,2 22 37,3 59 100,0
α = 0, 05 r = 0,834 ρ value = 0,000
Berdasarkan tabel 5.9 diatas menunjukan bahwa kecerdasan emosi
keluarga yang paling banyak diberikan kepada orang dengan gangguan
jiwa termasuk dalam kategori cukup sebanyak 50,8% serta dukungan
keluarga sebanyak 49,2%.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik
Somers’D dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0,000 <
α = 0,05, artinya Ha diterima berarti ada hubungan kecerdasan emosi
dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung =
0,482 yaitu positif yang berarti semakin baik kecerdasan emosi keluarga
maka semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada orang
dengan gangguan jiwa. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r
hitung = 0,482 yang dikategorikan sedang (0,40 – 0,599) yang artinya
67
keeratan hubungan kecerdasan emosi keluarga dengan dukungan
keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun adalah sedang.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Kecerdasan Emosi Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa
kecerdasan emosi keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun yang termasuk dalam kategori kecerdasan
emosi keluarga cukup sebanyak 50,8%. Sesuai dengan kuesioner
kecerdasan emosi jawaban tertinggi dari 4 indikator kuesioner tersebut
adalah mengenal emosi karena mayoritas responden mengetahui suasana
hati yang dimiliki. Peneliti berpendapat apabila anggota keluarga
berkumpul maka akan menjadi moodboster dalam lingkungan keluarga,
karena keluarga salah satu partner terdekat. Menurut Goleman (2007)
Kemampuan untuk membaca emosi seseorang dan mengenali dampak
suatu permasalahan menggunakan insting untuk menuntun keputusan.
Kecerdasan emosi dapat diperoleh dan dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada kuesioner kecerdasan emosi indikator keempat mengenai
menggunakan emosi dimana skor pada indikator tersebut sebanyak
1.404. Peneliti berpendapat bahwa responden dapat merasakan senang
dan bahagia tetapi responden tidak dapat mempertahankan suasana hati
68
yang baik ketika segala sesuatu tidak berjalan secara sempurna.Menurut
Cooper & Sawaf mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya
dan kemampuan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan orang lain dan diri sendiri serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi dalam kehidupan sehari-
hari. Dimana kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan untuk
menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, untuk
membangun produktif dan meraih keberhasilan (Dalam Ary Ginanjar,
2001).
Berdasarkan kuesioner kecerdasan emosi indikator kedua mengenai
memahami emosi dimana skor pada indikator tersebut sebanyak 1.394.
Peneliti berpendapat bahwa responden mengetahui alasan suasana hati
yang dirasakan tetapi responden tidak dapat menjelaskan alasan ketika
sedang merasa cemas. Menurut Goleman (2002) orang yang cakap secara
emosional dapat mengetahui dan menangani perasaan dengan baik,
mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif.
Sedangkan pada kuesioner kecerdasan emosi indikator ketiga
mengenai mengatur emosi dimana skor pada indikator tersebut sebanyak
1.210.Sesuai data dari kuesioner kecerdasan emosi, peneliti berpendapat
bahwa responden dapat mengendalikan suasana hati ketika mulai
merasakan suasana hati yang tidak menentu tetapi responden tidak dapat
69
mengendalikan suasana hati. Menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat merupakan kecakapan yang bergantung pada
kesadaran diri. Mengatur emosi sama dengan seni menghibur diri sendiri,
bukan menjauhi perasaan tidak menyenangkan agar selalu bahagia,
namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung tak terkendali
sehingga menghapus suasana hati yang menyenangkan (Goleman, 2005).
Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan menekan emosi.
Aristoteles mengatakannya dengan istilah emosi yang wajar yaitu
keselarasan antara perasaan dan lingkungan.
Pada tabel 5.7 menunjukan kecerdasan emosi kurang sebanyak
10,2% keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun. Peneliti berpendapat bahwa mayoritas keluarga ragu
dan mangatakan tidak penting dalam mengenali emosi sehingga keluarga
kurang mampu dalam menggunakan emosi yang dapat berakibat pada
keluarga yang mengalami skizofrenia.
Menurut Goleman (2007) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi adalah pengalaman yang artinya kecerdasan emosional
dapat meningkatkan sepanjang hidup manusia. Sepanjang perjalanan
hidup yang normal, kecerdasan emosional cenderung bertambah
sementara manusia belajar untuk menangani suasana hati, menangani
emosi-emosi yang menyulitkan, sehingga semakin cerdas dalam hal
emosi dan dalam berhubungan dengan orang lain.
70
5.3.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun
Hasil penelitian tabel 5.8 menunjukkan bahwa dukungan keluarga
pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
yang termasuk dalam kategori dukungan keluarga cukup 49,2%. Sesuai
dengan instrument penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
jawaban tertinggi dari 4 indikator kuesioner dukungan keluarga adalah
dukungan penilaian yang mayoritas responden menunjukkan bahwa
pasien dengan keluarga saling peduli. Peneliti berpendapat bahwa
keluarga mendukung dengan apa yang diperlukan pasien mulai dari
tindakan, sikap maupun motivasi dan aktivitas yang dilakukan sehari-
hari.
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan support
system yang diberikan oleh keluarga dalam menghadapi masalah anggota
keluarganya. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan tempat
yang paling nyaman bagi pasien gangguan jiwa. Keluarga dapat
meningkatkan semangat dan motivasi untuk berperilaku sehat, yaitu
dengan memberikan perawatan dan pengobatan yang layak. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap pasien
gangguan jiwa. Dukungan keluarga yang di wujudkan dalam bentuk
kasih sayang, adanya kepercayaan, kehangatan, perhatian, saling
mendukung dan menghargai antar keluarga.
71
Pada kuesioner dukungan keluarga indikator kedua mengenai
dukungan informasi dimana skor pada indikator tersebut sebanyak 788.
Sesuai dengan item indikator pada kuesioner peneliti berpendapat bahwa
keluarga sering membantu pasien gangguan jiwa untuk tetap menjaga
kesehatan sesuai dengan arahan dokter, tetapi keluarga jarang
menyarankan orang dengan gangguan jiwa untuk rutin kontrol atau
berobat ke pelayanan kesehatan terdekat atau puskesmas. Dukungan
informasi keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan yang
diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan,
nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang
sangat dibutuhkan pasien gangguan jiwa dalam meningkatkan status
kesehatannya (Bomar, 2004)
Berdasarkan kuesioner dukungan keluarga indikator ketiga
mengenai dukungan instrumental dimana skor pada indikator tersebut
sebanyak 747. Menurut peneliti keluarga menyediakan transportasi untuk
mempermudah dalam perawatan kesehatan di pelayanan kesehatan
terdekat, tetapi keluarga jarang meluangkan waktu untuk menemani
pasien gangguan jiwa kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat.
Dukungan instrumental atau penghargaan dari keluarga kepada pasien
gangguan jiwa sangat penting dilakukan dalam upaya meningkatkan
semangat, motivasi dan peningkatan harga diri pasien gangguan jiwa,
sehingga dapat mempengaruhi pembentukan perilaku yang adaptif dari
pasien untuk menjaga kesehatannya (Chafetz, 2009).
72
Sedangkan pada kuesioner dukungan keluarga indikator pertama
mengenai dukungan emosional dimana skor pada indikator tersebut
sebanyak 479. Sesuai dengan data pada kuesioner, peneliti berpendapat
bahwa responden memberikan perhatian dengan menciptakan suasana
lingkungan rumah yang nyaman untuk orang dengan gangguan
jiwa.Secara emosional, dukungan dari keluarga menunjukan hal positif
dan baik. Setiap keluarga memberikan dukungan yang membuat pasien
gangguan jiwa yaitu anggota keluarganya ada yang memperhatikan dan
keluarga selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik agar anggota
keluarganya dapat sembuh (Hartono, 2014).
Berdasarkan tabel karakteristik responden diketahui sebagian besar
responden berusia 46 – 55 tahun sebanyak 32% dan berpendidikan
terakhir sekolah dasar sebanyak 49% serta tidak memiliki pekerjaan
sebanyak 32%. Data dari faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga,
peneliti berpendapat semakin rendahnya pengetahuan dan pengalaman
mengenai perawatan pasien gangguan jiwa maka semakin minim juga
dukungan yang diberikan, dengan didukung tempat penelitian yang
diambil mayoritas berpendidikan terakhir sekolah dasar yang minimnya
pengetahuan dan memiliki tidak memiliki pekerjaan atau sebagai ibu
rumah tangga, yang seharusnya keluarga sering dirumah bersama orang
dengan gangguan jiwa tetapi karena pengetahuan dan pengalaman yang
kurang maka dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa juga kurang.
73
Setiadi (2008) mengatakan keyakinan seseorang terhadap adanya
dukungan yang terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu,
kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang dalam
kemampuan untuk memahami faktor-faktor penyebab penyakit yang
diderita individu dan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dalam memberi dukungan.
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan dukungan keluarga kurang
sebanyak 13,6% keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Peneliti berpendapat bahwa masih terdapat
keluarga yang kadang-kadang memberikan dukungan pada pasien
skizofrenia. Hal ini disebabkan karena responden yang merawat pasien
berpendidikan terakhir sekolah dasar dan tidak memiliki pekerjaan,
sehingga dukungan yang diberikan sangat minim sekali dan dapat
menyebabkan kekambuhan pada pasien skizofrenia.
Menurut Yenni (2011) menyatakan bahwa secara umum pekerjaan
akan berhubungan dalam memberikan dukungan kepada anggota
keluarganya yang sakit. Serta menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk juga perilaku
seseorang terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
seseorang.
74
5.3.3 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada
Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Hasil uji Somers’D menunjukkan bahwa ρ value = 0,000 < α =
0,05, artinya Ha diterima berarti ada hubungan kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung = 0,482
yaitu positif yang berarti semakin baik kecerdasan emosi keluarga maka
semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada orang dengan
gangguan jiwa. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung =
0,482 yang dikategorikan sedang yang artinya keeratan hubungan
kecerdasan emosi keluarga dengan dukungan keluarga pada pasien
skizofrenia di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah
sedang. Peneliti berpendapat bahwa kecerdasan emosi yang baik pada
pasien gangguan jiwa dapat mendukung proses penyembuhan pasien
skizofrenia. Kurangnya Dukungan keluarga terhadap pasien perlu segera
diatasi dengan cara mengontrol pola interaksi keluarga dengan pasien
gangguan jiwa meliputi terjalinnya komunikasi, saling mendukung dan
memotivasi pasien, karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien
gangguan jiwa dalam menjalani proses penyembuhan.
Dari hasil analisa data diperoleh kecerdasan emosi keluarga dengan
dukungan keluarga yaitu dukungannya cukup. Hal ini di dukung oleh
teori menurut Goleman (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
kecerdasan emosi baik yang mempengaruhi proses penyembuhan yaitu
75
dari lingkungan keluarga. Dukungan yang baik merupakan dominan
penting bagi seseorang yang dapat merasakan perasaan saling memiliki
antara satu sama lain sehingga tercipta hubungan yang saling mendukung
(Setiadi, 2008).
Dari hasil analisa didapatkan data bahwa keluarga dengan
kecerdasan emosi cukup dan memberikan dukungan cukup adalah 42,4%
serta kecerdasan emosi cukup yang memberikan dukungan baik adalah
3,4% dan dukungan keluarga kurang adalah 5,1%. Sementara
kecerdasan emosi baik yang memberikan dukungan baik adalah 33,9%
dan memberikan dukungan cukup 5,1%. Pada data kecerdasan emosi
kurang namun dapat memberikan dukungan cukup 1,7% dan dukungan
kurang 8,3%. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi cukup dapat
memberikan dukungan keluarga baik.Peneliti berpendapat responden
kurang dalam mengatur emosi karena tidak dapat mengendalikan suasana
hati tetapi sebaliknya responden aktif dalam dukungan informasi yang
diberikan meliputi keluarga membantu pasien gangguan jiwa untuk tetap
menjaga kesehatan sesuai dengan arahan dokter.
Menurut Susilowati (2016) dijelaskan bahwa dukungan keluarga
yang dibutuhkan dalam merawat pasien skizofrenia cukup tinggi dimana
selain dukungan emosi juga dukungan peneliaian yang memerlukan
kecerdasan emosi. Dukungan penilaian merupakan ketrampilan
penerimaan, penghargaan, menggunakan koping dengan berfikir positif.
Dengan demikian seyogyanya kecerdasan emosi yang harus dimiliki
76
keluarga juga harus cukup baik karena kecerdasan emosi yang sedang
saja, dapat memberikan dukungan yang kurang. Kecerdasan emosi
sedang adalah mengenal orang lain dan membina hubungan dengan
orang lain dilakukan hanya kadang-kadang saja.
77
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan kecerdasan
emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kecerdasan Emosi Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah cukup yaitu sebanyak
50,8%
2. Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun adalah cukup yaitu sebanyak 49,2%
3. Ada hubungan yang signifikansi antara kecerdasan emosi dengan
dukungan keluarga pada pasien skizofrenia di 3 Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun dengan ρ value = 0,000 < α = 0,05. Nilai
keeratan diantara kedua variabel yaitu 0,482 yang dikategorikan
sedang (0,40 – 0,599)
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan konseling mengenai
bagaimana cara mengatur emosi dan memberikan dukungan emosi
78
berupa perhatian dan kasih sayang saat menghadapi anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya menganalisis adanya hubungan mengenai
kecerdasan emosi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia
di 3 Desa Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, dapat dilakukan
intervensi untuk keluarga agar dapat mengontrol emosi dalam
merawat pasien skizofrenia
79
DAFTAR PUSTAKA
Adianta, I Ketut Alit dkk. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal: STIKES Bali. Diakses pada tanggal 28 September 2017.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosional
dan kecerdasan emosional spiritual , ESQ. Argo: Jakarta Anggraeni, Titik. 2016. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi
Kekambuhan Klien Skizofrenia Di IGD Rumah Sakit Jiwa Derah Surakarta.Jurnal: Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Berita Jatim 2016. Dinas Sosial Jawa Timur
2016.http://m.beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/286829/penderita_gangguan_jiwa_di_jatim_naik_drastis.html (Diakses pada November 2017).
Bomar, P. J. 2004. Promoting Health in Families: Applying Family Researh and
Theory to Nursing Practice.Philadelphia: W. B Sounders Company Chafetz, Jannet Saltzman. 2009. The Gender Division of Labour and
Reproductionof Female Disadvantage: To Ward an Integrated Theory. In R. l Blumberg, Gender Family and Economy; The Triple Overlap nerbury park. Sage publication
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi, penerjemah Kartini Kertono, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Davis, Keith. 2006. Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7, Terjemahan: Agus
Dharma, Jakarta: Erlangga. Departemen kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar-
RISKESDAS-Indonesia tahun 2013. Jakarta: Depkes RI. Friedman, Marilyn M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.Edisi 5,
Jakarta; EGC. Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosi; untuk mencapai puncak prestasi.
Terjemahan Alex Tri Kantjono. 2005, Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
80
______________. 2007. Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
______________. 2009. Emotional Inttelegency. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hartono, D. 2014. Gambaran Sikap dan Dukungan terhadap Penderita Gangguan
Jiwa di Kecamatan Kartasura. Jurnal: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hawari, D. 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Pieter, H.Z. 2010.Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Prenada
Media Group. Hidayat.2011. Metodologi Penelitian Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika. Idris, Muhammad 2016.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur Tahun 2016.Jurnal: Progam Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta.Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.
Keliat. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunias. Jakarta: Kemenkes RI. Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press. Masaong., dkk. 2011. Kepemimpinan Berbasis Mulitiple Intellegence: sinergi
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual untuk meraih kesuksesan yang gemilang. Bandung: Alfabeta.
Mesum, R & Khan, I. 2014.Examining the Relationship between Emotional
Intellegence and Aggressiob among Undergraduate Stundents of Karachi.
Educational Research International
Myers. 2004. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Bandung: Nuansa
Cendikia. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nggermanto, A. 2008.Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum.Bandung:
Nuansa
81
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
____________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2, Jakarta: Rineka
Cipta. Nurdiana.2007. Korelasi Peran Serta Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan
Skizofrenia.http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/download.php?id=322. Diperoleh pada tanggal 30 januari 2017.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2.Jakarta; Salemba Medika.
_______. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktisi.
Edisi 4, Jakarta; Salemba Medika. Pieter, Herri Zan dkk, 2010.Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan.Edisi 1,
Jakarta; Kencana. Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogjakarta; Nuha Medika. Raharjo, Agus Budi. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pada
Pasien Skizofrenia Di RSJD dr. Amino Gundohutomo Semarang. Jurnal: Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017.
Riset Kesehatan Dasar Indonesia, 2013.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Sari, Hasmila dkk. 2011. Dukungan keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan
Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh. Jurnal: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.Diakses pada tanggal 21 Desember 2017.
Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, Yogjakarta: Graha
Ilmu. Sopiyudin, Dahlan. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Medika. Sugiono, S. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sujarweni, VW. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan, Yogjakarta; Gava
Media.
82
Susilowati dkk.2016.Fakor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia.Jurnal: Progam Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.
WHO 2016.World Health Organization. World Health Statistic, Geneva: WHO.
Diakses pada September 2017. Yenni. 2011. Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan
kejadian stroke pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Perkotaan Bukittinggi. Tesis.Universitas Indonesia. Depok Diakses pada tanggal 13 Juni 2018
Yunico, Alfin. 2016. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku
Altruistik Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan DIII Perbankan Syariah Angkatan 2013 UIN Raden Fatah Palembang.Jurnal; Prodi Psikolog Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Yunus, Taufiq. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Diy.http://opac.say.ac.id/521/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (Diakses pada 15 Mei 2016).
Zulfan, Saam dkk. 2013. Psikologi Keperawatan. Edisi 2, Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada.
92
Lampiran 7
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat ,
Saya sebagai mahasiswa Progam Studi Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun,
Nama : Roshella Avinka Prameswari
NIM : 201402045
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecerdasan Emosi
dengan Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun”.
Adapun informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan dijamin kerahasiaanya dan
saya akan tanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan
Bapak/Ibu.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.
Untuk kesedian dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.
Madiun, 23 Maret 2018
Peneliti Responden
Roshella Avinka Prameswari
NIM. 201402045
____________________
93
Lampiran 8
KISI-KISI KUESIONER
KECERDASAN EMOSI
No Uraian Nomor Jumlah
1 Mengenal keadaan emosi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 8
2 Memahami emosi 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 7
3 Mengatur emosi 16, 17, 18, 19, 20, 21 6
4 Menggunakan emosi 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 7
JUMLAH 28
KISI-KISI KUESIONER
KECERDASAN EMOSI
No Uraian Nomor Jumlah
1 Dukungan Emosi 1, 2, 3 3
2 Dukungan Informasional 4, 5, 6, 7, 8 5
3 Dukungan Instrumental 9, 10, 11, 12, 13 5
4 Dukungan Penilaian 14, 15, 16, 17, 18 5
JUMLAH 18
94
Lampiran 9
No Responden: … …
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI KECAMATAN GEGER KABUPATEN
MADIUN
Petunjuk:
1. Berilah tanda lingkaran (√) pada salah satu jawaban yang benar
2. Semua pertanyaa harus dijawab
3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya pada peneliti
A. DATA DEMOGRAFI
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Usia : 17-25 tahun 26-35 tahun
36-45 tahun 46-55 tahun
56-65 tahun > 66 tahun
3. Pendidikan terakhir : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : PNS Swasta
Wiraswasta Buruh Tani
Lain-lain: …………….
5. Status hubungan keluarga : Anak
Orang tua
Suami/ Istri
Saudara yang tinggal satu rumah
6. Suku : Jawa Sunda
Batak Madura
Lain-lain: …………..
95
B. KUESIOENER
Isilah kolom dibawah ini dengan tanda checklist (√) sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Setiap pertanyaan
dijawab dengan satu jawaban yang menurut anda paling sesuai, dengan
penjelasan sebagai berikut :
Kuesioner Kecerdasan Emosi Keluarga pada pasien Skizofrenia
Keterangan :
SP = Sangat penting
P = Penting
R = Ragu-ragu
TP = Tidak penting
STP = Sangat tidak penting
No Pertanyaan SP P R TP STP
Mengenal keadaan emosi
1 Saya tahu dengan benar perasaan saya
2 Saya dapat mengungkapkan suasana hati saya
kepada orang lain
3 Saya sadar akan perubahan dalam suasana hati
saya
4 Saya dapat mengenali diri sendiri ketika mulai
merasa frustasi atau marah
5 Saya dapat mengenali diri sendiri ketika mulai
merasa senang atau gembira
6 Saya mengetahui suasana hati yang saya miliki
7 Saya begitu memperhatikan keadaan pikiran saya
8 Saya dapat menjelaskan perasaan saya
Memahami emosi
9 Saya tahu penyebab dari kesedihan yang saya
alami
10 Suasana hati saya mudah diketahui dan dipahami
11 Saya memahami apa yang sedang saya rasakan
12 Saya mengetahui alasan suasana hati saya
13 Saya menyadari bahwa suasana hati saya berubah-
ubah
14 Saya mengetahui apa yang saya rasakan sekarang
15 Ketika cemas, saya dapat menjelaskan mengapa
96
merasa seperti itu
Mengatur emosi
16 Saya dapat mengendalikan suasana hati saya
waktu mulai merasakan suasana yang tidak
menentu
17 Saya dapat menahan emosi yang membuat saya
lebih baik
18 Saya dapat mengendalikan perilaku saat suasana
hati yang tidak baik
19 Saya dapat mengendalikan diri saat saya sedang
merasa sangat marah
20 Saya dapat mengetahui perasaan emosi yang
sedang tidak menentu
21 Saya dapat mengendalikan suasana hati saya
Menggunakan emosi
22 Saya antusias ketika sedang dibutuhkan orang lain
23 Saya mempertahankan suasana hati yang baik
ketika segala sesuatu tidak berjalan dengan
sempurna
24 Saya dapat menempatkan diri ketika dalam
suasana senang
25 Saya dapat menempatkan diri ketika dalam
suasana marah
26 Saya dapat merasakan senang dan bahagia
27 Ketika suasana hati buruk, saya dapat membuat
diri saya sendiri tenang
28 Saya mempertahankan suasana hati yang baik
dalam jangka waktu lama
97
Kuesioner Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia
Keterangan :
1. TP = Tidak Pernah
2. KD = Kadang-kadang
3. SR = Sering
4. SL = Selalu
No Pertanyaan TP KD SR SL
Dukungan Emosional
1 Saya memberikan perhatian dengan
menciptakan suasana lingkungan rumah yang
nyaman untuk orang dengan gangguan jiwa
2 Saya mendengarkan curhatan hati orang
dengan gangguan jiwa ketika sedang merasa
sedih
3 Saya memberikan kasih sayang dalam proses
penyembuhan/ mencegah terjadinya
kekambuhan
Dukungan Informasi
4 Saya mencari informasi tentang masalah
kesehatan jiwa
5 Saya menyarankan orang dengan gangguan
jiwa untuk rutin kontrol atau berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat atau puskesmas
6 Saya menerima kunjungan dari Puskesmas
atau Pelayanan Kesehatan terdekat
7 Saya membantu orang dengan gangguan jiwa
untuk tetap menjaga kesehatan sesuai dengan
arahan dokter
8 Saya sering berkomunikasi dengan pelayanan
kesehatan
Dukungan Instrumental
9 Saya berperan aktif dalam menjaga dan
merawat orang dengan gangguan jiwa
10 Saya meluangkan waktu untuk menemani
orang dengan gangguan jiwa kontrol ke
pelayanan kesehatan terdekat atau puskesmas
11 Saya menyediakan transportasi untuk
mempermudah dalam perawatan kesehatan
98
12 Saya membantu orang dengan gangguan jiwa
ketika mengalami kesulitan dalam
beraktivitas seperti: makan, minum, buang air
besar/ kecil, dll
13 Saya mempunyai pendapatan yang memadai
untuk kebutuhan sehari-hari
Dukungan Penilaian
14 Saya membimbing orang dengan gangguan
jiwa agar tetap menjaga kondisi kesehatan
15 Saya menunjukkan bahwa kita sebagai
keluarga terdekat saling peduli
16 Saya melibatkan orang dengan gangguan jiwa
dalam mengambil keputusan terkait masalah
yang sederhana seperti: menu masakan,
pekerjaan rumah, dll
17 Saya menyarankan orang dengan gangguan
jiwa agar tetap menjalin hubungan sosial
dengan orang lain
18 Saya memotivasi orang dengan gangguan
jiwa untuk tetap menjalankan kegiatan/ hobi
99
Lampiran 10
Hasil Uji Validasi Variabel Kecerdasan Emosi Keluarga
No r hitung Syarat Keterangan
1 0,659 > 0,349 Item soal valid
2 0,634 > 0,349 Item soal valid 3 0,680 > 0,349 Item soal valid 4 0,697 > 0,349 Item soal valid 5 0,542 > 0,349 Item soal valid
6 0,615 > 0,349 Item soal valid
7 0,518 > 0,349 Item soal valid 8 0,586 > 0,349 Item soal valid
9 0,623 > 0,349 Item soal valid
10 0,423 > 0,349 Item soal valid
11 0,671 > 0,349 Item soal valid
12 0,708 > 0,349 Item soal valid 13 0,619 > 0,349 Item soal valid 14 0,815 > 0,349 Item soal valid 15 0,424 > 0,349 Item soal valid
16 0,290 > 0,349 Item soal tidak valid
17 0,496 > 0,349 Item soal valid
18 0,459 > 0,349 Item soal valid 19 0,350 > 0,349 Item soal valid 20 0,511 > 0,349 Item soal valid
21 0,588 > 0,349 Item soal valid
22 0,136 > 0,349 Item soal tidak valid 23 0,642 > 0,349 Item soal valid 24 0,379 > 0,349 Item soal valid
25 0,464 > 0,349 Item soal valid
26 0,589 > 0,349 Item soal valid
27 0,752 > 0,349 Item soal valid 28 0,720 > 0,349 Item soal valid 29 0,712 > 0,349 Item soal valid 30 0,536 > 0,349 Item soal valid
100
Lampiran 11
Hasil Uji Validasi Variabel Dukungan Keluarga Pada Pasien Skizofrenia
No r hitung Syarat Keterangan
1 0,366 > 0,422 Item soal tidak valid
2 0,464 > 0,422 Item soal valid 3 0,419 > 0,422 Item soal tidak valid 4 0,756 > 0,422 Item soal valid 5 0,697 > 0,422 Item soal valid
6 0,734 > 0,422 Item soal valid
7 0,684 > 0,422 Item soal valid 8 0,862 > 0,422 Item soal valid
9 0,941 > 0,422 Item soal valid
10 0,675 > 0,422 Item soal valid
11 0,681 > 0,422 Item soal valid
12 0,619 > 0,422 Item soal valid 13 0,818 > 0,422 Item soal valid 14 0,752 > 0,422 Item soal valid 15 0,693 > 0,422 Item soal valid
16 0,730 > 0,422 Item soal valid
17 0,834 > 0,422 Item soal valid
18 0,582 > 0,422 Item soal valid 19 0,649 > 0,422 Item soal valid 20 0,618 > 0,422 Item soal valid
101
Lampiran 12 Tabulasi Kecerdasan Emosi Keluarga
Jenis Pendk HubKlmn Terakhr Klg 1 2 3 4 5 6 7 8 Skor 9 10 11 12 13 14 15 Skor 16 17 18 19 20 21 Skor 22 23 24 25 26 27 28 Skor
1 1 6 3 5 2 1 4 3 4 4 5 4 3 3 30 4 5 4 4 5 4 4 30 5 4 3 4 5 4 25 4 3 4 5 5 4 4 29 114 3 BAIK
2 2 3 3 2 3 1 4 3 3 4 4 5 2 2 27 3 5 4 4 4 3 3 26 4 5 4 4 4 4 25 5 4 4 4 4 3 3 27 105 3 BAIK
3 1 4 1 5 2 1 3 2 3 3 2 2 2 1 18 2 3 3 4 3 4 3 22 3 2 3 3 4 5 20 4 3 2 3 4 4 4 24 84 2 CUKUP
4 1 3 1 4 4 1 3 2 1 2 3 4 3 2 20 3 3 4 4 3 2 2 21 3 3 4 4 3 3 20 3 2 3 3 4 3 3 21 82 2 CUKUP
5 2 5 1 5 2 1 3 4 3 2 3 3 4 5 27 4 3 2 2 3 3 5 22 4 3 4 3 3 3 20 4 4 3 2 3 3 4 23 92 2 CUKUP
6 1 2 2 3 1 1 2 3 3 4 3 2 3 3 23 4 4 3 2 3 3 3 22 4 3 3 3 4 4 21 3 2 3 3 4 3 3 21 87 2 CUKUP
7 2 3 1 4 4 1 3 4 3 3 4 4 5 3 29 3 2 3 3 4 5 4 24 4 3 2 3 3 2 17 3 4 4 4 3 3 4 25 95 2 CUKUP
8 1 4 1 5 2 1 4 3 2 3 1 1 2 2 18 3 1 3 2 3 2 3 17 4 1 2 2 1 1 11 2 3 3 4 3 2 1 18 64 1 KURANG
9 2 4 2 3 4 1 2 3 2 3 3 4 3 2 22 2 3 2 2 3 2 4 18 3 2 2 3 4 3 17 3 2 3 2 1 2 3 16 73 2 CUKUP
10 1 5 1 5 2 1 3 4 3 2 3 3 4 3 25 3 2 2 3 3 4 4 21 4 3 3 2 2 2 16 3 3 4 3 3 3 4 23 85 2 CUKUP
11 1 5 1 5 2 1 4 3 4 3 2 2 3 3 24 4 3 4 2 2 4 2 21 3 2 2 3 3 3 16 3 2 2 3 3 3 2 18 79 3 CUKUP
12 2 2 1 4 4 1 5 5 5 4 3 3 2 2 29 1 2 2 3 4 4 3 19 3 2 2 3 3 4 17 4 3 3 2 3 3 4 22 87 3 CUKUP
13 1 4 1 5 2 1 2 3 3 3 2 5 5 3 26 4 4 2 4 3 5 2 24 2 4 4 5 5 2 22 4 4 2 3 4 5 3 25 97 2 CUKUP
14 2 3 2 2 4 1 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 4 4 5 5 5 5 33 4 4 4 4 5 5 26 5 4 5 5 5 4 4 32 131 3 BAIK
15 1 5 1 4 2 1 3 4 3 2 1 2 3 2 20 1 2 2 2 1 1 1 10 2 3 2 1 1 2 11 3 2 2 1 1 2 3 14 55 1 KURANG
16 2 4 1 4 2 1 2 1 2 2 3 3 4 3 20 2 3 3 4 3 3 2 20 3 3 4 4 3 3 20 2 2 3 3 4 3 3 20 80 2 CUKUP
17 1 3 3 3 3 1 4 4 4 4 5 5 5 4 35 4 5 4 4 4 4 4 29 4 4 4 5 4 4 25 4 5 4 5 4 4 5 31 120 3 BAIK
18 1 4 3 3 3 1 4 4 5 4 4 3 4 5 33 4 3 3 4 5 5 5 29 4 4 5 4 4 5 26 4 4 4 5 4 4 4 29 117 3 BAIK
19 1 6 3 2 2 1 4 5 4 4 4 5 4 4 34 4 5 4 4 4 5 4 30 4 4 5 4 4 4 25 4 5 4 4 5 4 4 30 119 3 BAIK
20 1 4 1 4 3 1 2 3 4 4 2 4 3 4 26 4 5 2 3 5 3 5 27 2 4 3 2 4 4 19 2 2 4 4 3 5 2 22 94 2 CUKUP
21 2 3 2 2 4 1 2 3 3 3 2 3 4 3 23 2 1 2 3 4 3 2 17 2 1 2 2 3 3 13 4 3 3 2 3 3 3 21 71 2 CUKUP
22 2 6 1 5 2 1 3 2 2 3 3 4 3 2 22 3 3 4 3 2 2 3 20 3 4 3 3 3 2 18 3 3 4 3 3 2 3 21 81 2 CUKUP
23 1 5 1 5 2 1 3 4 3 3 4 3 3 2 25 3 3 4 4 4 3 3 24 2 3 3 4 4 3 19 3 2 3 3 3 4 3 21 89 2 CUKUP
24 1 5 2 5 2 1 4 3 4 4 2 4 5 3 29 4 3 3 3 4 3 4 24 4 4 4 3 4 4 23 4 4 3 3 4 4 4 26 102 2 CUKUP
25 1 4 1 4 2 1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 26 4 3 3 3 3 3 19 4 3 4 3 5 3 4 26 101 2 CUKUP
26 1 4 1 5 4 1 4 3 3 3 4 4 4 3 28 3 4 3 4 3 2 3 22 4 4 4 4 4 2 22 4 3 3 3 3 3 4 23 95 2 CUKUP
27 2 4 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 3 1 28 4 5 5 4 3 4 4 29 4 4 4 4 4 5 25 4 5 4 3 5 3 3 27 109 3 BAIK
28 2 3 1 4 4 1 4 3 3 4 4 4 3 4 29 4 3 4 4 4 3 3 25 2 3 4 3 3 3 18 4 3 3 3 4 3 3 23 95 2 CUKUP
29 1 5 3 5 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 3 3 3 3 3 4 19 4 4 4 4 5 3 5 29 108 3 BAIK
30 2 5 3 3 2 1 4 4 4 3 3 5 5 4 32 5 5 4 4 3 4 5 30 3 4 3 5 3 3 21 5 3 5 5 5 3 3 29 112 3 BAIK
31 1 5 1 5 2 1 3 3 2 2 5 4 2 3 24 4 2 4 4 3 3 3 23 3 4 5 4 3 3 22 4 3 3 5 2 2 2 21 90 2 CUKUP
32 2 5 3 3 2 1 4 4 4 4 4 4 5 5 34 3 5 4 3 4 3 3 25 4 4 5 4 3 4 24 3 3 4 4 5 4 3 26 109 3 BAIK
33 1 3 3 3 4 1 5 4 4 4 4 4 4 5 34 3 4 3 4 4 4 4 26 4 5 4 4 4 4 25 5 4 4 5 4 3 3 28 113 3 BAIK
34 1 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 5 5 5 35 4 5 4 4 4 4 3 28 5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 4 5 4 33 122 3 BAIK
35 2 4 1 2 4 1 3 2 2 2 4 4 2 2 21 3 3 3 5 2 5 3 24 5 3 3 5 3 2 21 2 4 4 2 3 2 2 19 85 2 CUKUP
36 2 5 3 3 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 3 5 3 27 4 4 3 3 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 28 109 3 BAIK
37 1 5 3 5 3 1 3 2 3 2 2 3 3 2 20 1 2 3 4 3 2 1 16 1 2 3 2 2 3 13 1 3 2 2 1 2 3 14 63 1 KURANG
38 2 4 2 3 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 5 4 4 5 5 32 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 4 27 115 3 BAIK
Jml Kode KetIndikator 4
RespIndikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Usia Pekrjk Suku
102
39 1 4 3 5 2 1 5 4 4 4 4 5 5 4 35 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 115 3 BAIK
40 1 3 3 3 4 1 4 4 4 5 4 4 4 5 34 4 4 4 4 3 4 4 27 4 5 4 5 5 5 28 4 4 5 5 5 5 5 33 122 3 BAIK
41 2 3 1 4 2 1 2 4 3 2 5 5 3 2 26 4 4 3 5 3 2 5 26 3 2 2 5 5 2 19 4 2 2 3 4 3 4 22 93 2 CUKUP
42 1 3 1 4 4 1 2 3 3 2 2 3 3 2 20 2 1 2 2 3 3 4 17 3 3 2 3 3 4 18 3 3 2 3 3 3 4 21 76 2 CUKUP
43 2 2 1 4 1 1 2 4 5 5 2 2 3 3 26 3 3 4 4 5 2 3 24 2 2 3 4 4 5 20 2 4 3 5 4 4 2 24 94 2 CUKUP
44 1 5 2 5 2 1 5 3 3 4 3 4 4 3 29 4 3 3 2 2 2 2 18 3 3 4 4 4 2 20 4 2 4 3 3 4 4 24 91 2 CUKUP
45 1 5 4 4 2 1 3 3 4 4 4 4 4 4 30 4 4 4 4 4 4 4 28 3 3 3 4 4 4 21 3 3 4 4 4 4 4 26 105 3 BAIK
46 2 5 1 5 2 1 3 4 3 2 1 1 2 3 19 2 4 3 2 1 3 3 18 4 3 2 2 1 2 14 3 1 3 2 2 1 1 13 64 1 KURANG
47 1 3 2 3 4 1 4 4 4 5 4 4 4 3 32 4 5 4 3 3 2 3 24 4 4 3 3 3 5 22 2 5 5 3 3 4 4 26 104 3 BAIK
48 1 4 1 4 4 1 3 3 4 3 3 3 3 3 25 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 86 2 CUKUP
49 1 4 1 4 2 1 2 3 2 2 2 1 2 3 17 3 4 3 2 1 2 2 17 3 3 2 1 2 2 13 2 2 3 2 1 2 2 14 61 1 KURANG
50 1 3 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 5 4 33 5 4 4 4 5 4 4 30 5 5 5 4 4 4 27 4 3 4 4 4 5 4 28 118 3 BAIK
51 2 2 2 2 4 1 3 4 3 3 4 5 4 3 29 3 4 5 4 3 3 2 24 3 4 3 3 4 4 21 5 4 4 3 3 4 5 28 102 2 CUKUP
52 1 5 2 5 2 1 5 5 5 4 3 4 3 3 32 4 5 4 4 3 3 4 27 5 5 4 3 3 3 23 4 4 4 3 5 3 3 26 108 3 BAIK
53 1 5 2 5 2 1 3 2 2 2 3 3 4 3 22 3 2 2 3 3 4 4 21 5 4 4 3 5 5 26 3 2 2 3 3 3 3 19 88 2 CUKUP
54 2 5 1 5 2 1 4 3 3 3 4 5 4 3 29 3 3 4 4 4 3 3 24 4 4 5 4 4 3 24 3 4 4 3 3 3 4 24 101 2 CUKUP
55 1 6 1 4 2 1 3 4 4 3 2 3 3 4 26 5 4 4 3 2 3 3 24 4 4 5 4 4 2 23 3 3 4 4 3 3 3 23 96 2 CUKUP
56 1 4 1 4 4 1 4 3 3 4 4 5 3 4 30 4 3 3 4 4 3 3 24 4 4 3 3 2 3 19 4 4 5 4 3 3 3 26 99 2 CUKUP
57 2 4 2 3 3 1 3 4 4 4 5 4 4 3 31 3 3 3 4 4 3 4 24 4 3 3 3 4 4 21 5 4 3 3 3 4 3 25 101 2 CUKUP
58 2 2 2 2 4 1 4 4 4 5 4 4 3 3 31 2 3 3 4 4 3 3 22 4 4 5 4 4 3 24 4 4 4 4 5 4 4 29 106 3 BAIK
59 1 4 1 4 2 1 1 2 3 2 2 3 2 1 16 1 2 3 2 2 3 1 14 2 2 3 2 2 1 12 1 2 2 3 3 2 2 15 57 1 KURANG
201 202 200 198 196 216 208 187 1582 197 204 199 205 197 196 196 1394 206 200 201 201 204 198 1210 205 193 206 202 208 195 198 1407
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4
: 1 : 1 : 4 : 1 : 1 : 4 : 1 : 1 : 4
: 2 : 2 : 5 : 2 : 2 : 5 : 2 : 2 : 5
: 3 : 6 : 3 : 3 : 3 : 3
: 4 : 4
TOTAL
UsiaJenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
17 - 25 tahun
26 - 35 tahun
Keterangan :
PT
36 - 45 tahun
46 - 55 tahun
56 - 65 tahun
> 66 tahun
Pendidikan terakhir
PNS
Swasta
Wiraswasta
SD
SMP
SMA
Buruh tani
Lain-lain
Pekerjaan
Suami/istri
Saudara
Status hubungan
Sunda
Jawa
Batak
Anak
Orang tua
Madura
Lain-lain
Suku
103
Lampiran 13
Tabulasi Dukungan Keluarga
Jenis Pendk Hub
Klmn Terakhr Klg 1 2 3 Skor 4 5 6 7 8 Skor 9 10 11 12 13 Skor 14 15 16 17 18 Skor1 1 6 3 5 2 1 4 3 4 11 3 2 3 4 4 16 3 3 3 4 2 15 3 4 4 3 2 16 58 3 BAIK
2 2 3 3 2 3 1 4 4 3 11 2 3 4 4 3 16 4 4 3 4 3 18 3 4 3 3 4 17 62 3 BAIK3 1 4 1 5 2 1 2 3 2 7 1 2 2 3 3 11 2 1 2 2 3 10 3 4 3 2 1 13 41 2 CUKUP
4 1 3 1 4 4 1 3 2 3 8 2 2 3 3 3 13 3 2 4 3 2 14 3 4 3 2 3 15 50 2 CUKUP
5 2 5 1 5 2 1 3 4 1 8 2 3 3 4 3 15 2 4 3 2 3 14 3 4 4 3 2 16 53 2 CUKUP
6 1 2 2 3 1 1 3 2 1 6 2 2 3 4 3 14 2 2 3 2 1 10 2 2 2 3 2 11 41 2 CUKUP
7 2 3 1 4 4 1 3 4 3 10 2 2 3 4 2 13 4 3 2 1 2 12 2 3 3 2 2 12 47 2 CUKUP
8 1 4 1 5 2 1 1 2 3 6 2 1 2 1 2 8 2 1 2 2 3 10 2 1 2 2 2 9 33 1 KURANG
9 2 4 2 3 4 1 2 1 2 5 2 3 2 2 1 10 2 2 3 2 2 11 1 2 2 2 2 9 35 2 CUKUP
10 1 5 1 5 2 1 3 2 2 7 1 2 2 3 3 11 2 1 2 2 3 10 2 2 1 2 2 9 37 2 CUKUP
11 1 5 1 5 2 1 4 2 4 10 3 2 3 4 4 16 3 2 3 4 3 15 2 2 2 3 4 13 54 3 BAIK
12 2 2 1 4 4 1 4 3 4 11 3 2 3 4 3 15 3 2 3 4 4 16 3 2 3 4 3 15 57 3 BAIK
13 1 4 1 5 2 1 1 2 2 5 3 2 1 2 2 10 1 1 2 2 3 9 2 1 1 2 2 8 32 1 KURANG
14 2 3 2 2 4 1 3 4 3 10 3 2 3 3 2 13 2 1 2 3 3 11 2 2 3 3 2 12 46 2 CUKUP
15 1 5 1 4 2 1 2 1 2 5 2 3 2 1 2 10 2 3 2 2 2 11 1 2 2 3 2 10 36 2 CUKUP
16 2 4 1 4 2 1 2 2 2 6 3 2 1 2 2 10 1 2 2 2 1 8 2 3 2 2 2 11 35 1 KURANG
17 1 3 3 3 3 1 3 4 3 10 3 2 3 4 3 15 2 1 2 3 4 12 3 4 3 4 3 28 65 3 BAIK
18 1 4 3 3 3 1 4 2 3 9 4 3 2 3 3 15 4 3 3 4 3 17 2 3 4 4 3 16 57 3 BAIK
19 1 6 3 2 2 1 4 3 3 10 2 3 4 3 3 15 2 3 4 4 3 16 3 2 3 4 4 16 57 3 BAIK20 1 4 1 4 3 1 4 3 4 11 3 4 3 3 4 17 3 2 4 3 4 16 3 3 2 3 4 15 59 3 BAIK
21 2 3 2 2 4 1 2 2 3 7 1 2 3 3 2 11 3 2 2 3 1 11 2 3 1 2 3 11 40 2 CUKUP
22 2 6 1 5 2 1 2 3 2 7 1 2 2 3 3 11 4 3 2 2 1 12 2 2 3 3 2 12 42 2 CUKUP
23 1 5 1 5 2 1 4 2 4 10 3 3 2 3 2 13 3 2 3 1 2 11 3 4 2 3 2 14 48 2 CUKUP
24 1 5 2 5 2 1 3 2 3 8 2 1 2 3 2 10 2 1 2 3 3 11 2 2 1 2 3 10 39 2 CUKUP
25 1 4 1 4 2 1 2 3 2 7 3 4 3 2 1 13 2 2 3 3 4 14 3 3 2 3 3 14 48 2 CUKUP
26 1 4 1 5 4 1 1 2 1 4 2 2 3 3 2 12 4 3 2 2 1 12 2 2 3 4 3 14 42 2 CUKUP
27 2 4 3 3 4 1 4 3 4 11 3 3 4 3 3 16 4 3 3 4 3 17 3 3 2 3 4 15 59 3 BAIK
28 2 3 1 4 4 1 2 2 3 7 2 3 2 2 3 12 2 2 1 2 1 8 2 2 1 2 1 8 35 1 KURANG
29 1 5 3 5 2 1 4 3 2 9 3 3 3 2 3 14 4 3 3 2 3 15 3 4 3 4 4 18 56 3 BAIK
30 2 5 3 3 2 1 4 4 4 12 4 4 4 4 3 19 2 2 3 3 2 12 3 4 3 4 3 17 60 3 BAIK
31 1 5 1 5 2 1 2 3 3 8 4 3 2 3 3 15 4 2 3 2 1 12 2 2 3 2 1 10 45 2 CUKUP
32 2 5 3 3 2 1 2 3 2 7 3 4 3 4 3 17 3 4 3 2 2 14 3 3 4 4 3 17 55 3 BAIK
33 1 3 3 3 4 1 4 3 2 9 3 3 4 3 2 15 2 3 3 4 3 15 3 2 3 3 4 15 54 3 BAIK
34 1 4 3 3 3 1 4 3 2 9 3 3 4 3 2 15 2 3 3 4 3 15 3 2 3 3 4 15 54 3 BAIK
35 2 4 1 2 4 1 2 3 2 7 1 2 2 3 2 10 2 1 2 2 3 10 3 3 2 1 2 11 38 2 CUKUP
36 2 5 3 3 2 1 3 4 4 11 3 4 3 2 4 16 3 2 3 2 4 14 3 3 4 4 3 17 58 3 BAIK
37 1 5 3 5 3 1 1 2 3 6 2 1 2 2 3 10 2 1 2 2 3 10 2 2 1 2 2 9 35 1 KURANG
38 2 4 2 3 2 1 3 4 4 11 2 2 3 3 2 12 3 2 2 3 3 13 3 4 3 4 4 18 54 3 BAIK
39 1 4 3 5 2 1 4 2 4 10 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 15 55 3 BAIK
40 1 3 3 3 4 1 4 1 4 9 4 4 4 4 4 20 3 2 2 2 3 12 3 3 2 1 1 10 51 2 CUKUP
41 2 3 1 4 2 1 3 2 1 6 2 2 3 3 2 12 2 1 2 2 3 10 3 3 2 1 2 11 39 2 CUKUP
42 1 3 1 4 4 1 3 2 1 6 2 3 4 3 2 14 3 3 4 3 2 15 2 3 3 4 3 15 50 2 CUKUP
43 2 2 1 4 1 1 3 2 3 8 2 2 2 2 2 10 2 2 2 1 2 9 3 1 2 3 3 12 39 2 CUKUP
44 1 5 2 5 2 1 2 1 2 5 2 3 4 3 2 14 2 1 2 2 3 10 3 4 3 2 1 13 42 2 CUKUP
45 1 5 4 4 2 1 4 3 2 9 3 3 4 4 4 18 4 3 2 2 3 14 3 4 3 3 3 16 57 3 BAIK
46 2 5 1 5 2 1 1 2 3 6 2 1 2 2 1 8 2 2 3 2 1 10 2 2 2 1 2 9 33 1 KURANG
47 1 3 2 3 4 1 3 4 3 10 2 3 2 3 3 13 4 3 3 4 2 16 2 3 4 4 4 17 56 3 BAIK
48 1 4 1 4 4 1 3 4 2 9 1 2 3 4 3 13 2 3 4 3 2 14 3 4 3 2 2 14 50 2 CUKUP
49 1 4 1 4 2 1 2 3 1 6 2 2 3 2 1 10 2 2 3 2 1 10 2 1 3 2 1 9 35 1 KURANG
50 1 3 3 3 4 1 4 3 4 11 3 4 3 2 1 13 4 3 4 3 2 16 3 4 3 4 3 17 57 3 BAIK
51 2 2 2 2 4 1 3 1 2 6 3 2 2 3 3 13 4 3 2 2 3 14 4 2 3 4 4 17 50 2 CUKUP
52 1 5 2 5 2 1 4 3 4 11 3 2 3 3 4 15 3 2 2 3 4 14 3 3 2 2 3 13 53 3 BAIK
53 1 5 2 5 2 1 3 2 1 6 2 2 3 2 2 11 1 2 3 2 3 11 2 2 1 2 2 9 37 2 CUKUP
54 2 5 1 5 2 1 3 4 3 10 2 3 2 1 2 10 3 2 3 2 2 12 3 2 1 2 2 10 42 2 CUKUP
55 1 6 1 4 2 1 1 2 2 5 3 3 4 3 2 15 2 2 3 3 2 12 3 3 2 3 3 14 46 2 CUKUP
56 1 4 1 4 4 1 2 3 3 8 3 2 3 3 4 15 3 2 2 3 3 13 4 3 2 2 2 13 49 2 CUKUP
57 2 4 2 3 3 1 3 3 4 10 4 3 3 4 4 18 2 3 4 3 2 14 3 4 4 3 4 18 60 3 BAIK
58 2 2 2 2 4 1 4 1 3 8 3 4 3 4 3 17 2 2 3 3 4 14 4 3 2 1 2 12 51 2 CUKUP
59 1 4 1 4 2 1 2 1 1 4 2 2 2 2 2 10 2 2 3 2 2 11 1 2 3 2 2 10 35 1 KURANG169 153 157 479 146 151 165 172 154 788 155 132 158 153 149 747 153 163 149 160 154 790
4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2
: 1 : 1 : 4 : 1 : 1 : 4 : 1 : 1 Madura : 4
: 2 : 2 : 5 : 2 : 2 : 5 : 2 : 2 Lain-lain : 5
: 3 : 6 : 3 : 3 : 3 : 3
: 4 : 4
TOTAL
RespIndikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Jml Kode KetUsia Pekrjk SukuIndikator 4
Swasta
Pendidikan terakhir Pekerjaan
Anak
Jenis kelamin Usia
SMA
PT
Wiraswasta
Keterangan :
Perempuan 26 - 35 tahun 56 - 65 tahun
Laki-laki 17 - 25 tahun 46 - 55 tahun Buruh tani
Lain-lain
SD
SMP
PNS
Suku
Saudara
Status hub
Jawa
Sunda
Batak
Orang tua
Suami/istri36 - 45 tahun > 66 tahun
104
Lampiran 14
Tabulasi Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga
No.
Resp
Kecerdasan
Emosi
Dukungan
Keluarga
No.
Resp
Kecerdasan
Emosi
Dukungan
Keluarga
1 3 3 31 2 2
2 3 3 32 3 3
3 2 2 33 3 3
4 2 2 34 3 3
5 2 2 35 2 2
6 2 2 36 3 3
7 2 2 37 1 1 8 1 1 38 3 3 9 2 2 39 3 3 10 2 2 40 3 2 11 3 3 41 2 2 12 3 3 42 2 2
13 2 1 43 2 2
14 3 2 44 2 2
15 1 2 45 3 3
16 2 1 46 1 1
17 3 3 47 3 3
18 3 3 48 2 2 19 3 3 49 1 1 20 2 3 50 3 3 21 2 2 51 2 2 22 2 2 52 3 3 23 2 2 53 2 2
24 2 2 54 2 2
25 2 2 55 2 2
26 2 2 56 2 2
27 3 3 57 2 3
28 2 1 58 3 2
29 2 3 59 1 1 30 3 3
105
Lampiran 15
Distribusi Frekuensi
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
Perempuan 38 64%
Laki-laki 21 36%
Jumlah 59 100%
Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
17 - 25 tahun 0 0%
26 - 35 tahun 5 8%
36 - 45 tahun 13 22%
46 - 55 tahun 19 32%
56 - 65 tahun 18 31%
> 66 tahun 4 7%
Jumlah 59 100%
Pendidikan terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%)
SD 29 49%
SMP 13 22%
SMA 16 27%
Perguruan tinggi 1 2%
Jumlah 59 100%
Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
PNS 0 0%
SWASTA 7 12%
WIRASWASTA 16 27%
BURUH TANI 17 29%
LAIN-LAIN 19 32%
Jumlah 59 100%
Status hubungan dengan pasien Frekuensi (f) Prosentase (%)
Anak 2 3%
Orang tua 31 53%
Suami/istri 7 12%
Saudara yang tinggal 1 rumah 19 32%
Jumlah 59 100%
106
Suku Frekuensi (f) Prosentase (%)
Jawa 59 100%
Sunda 0 0%
Batak 0 0%
Madura 0 0%
Lain-lain 0 0%
Jumlah 59 100%
107
Lampiran 16
Hasil Uji Korelasi
Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Dukungan Keluarga pada Pasien
Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KECERDASAN_EMOSI *
DUKUNGAN_KELUARGA 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Crosstab
KATEGORI_DUKUNGAN_KELUARGA
Total KURANG CUKUP BAIK
KATEGORI_KECERDASAN
_EMOSI
KURANG Count 5 1 0 6
% of Total 8.5% 1.7% .0% 10.2%
CUKUP Count 3 25 2 30
% of Total 5.1% 42.4% 3.4% 50.8%
BAIK Count 0 3 20 23
% of Total .0% 5.1% 33.9% 39.0%
Total Count 8 29 22 59
% of Total 13.6% 49.2% 37.3% 100.0%
108
Lampiran 17
Hasil Uji Korelasi Somers’D
Directional Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .482 .062 7.773 .000
KECERDASAN_EMOSI
Dependent .489 .063 7.773 .000
DUKUNGAN_KELUARGA
Dependent .476 .061 7.773 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
109
Lampiran 18
Jadwal Penelitian Kegiatan
No Kegiatan
Bulan
Desember
2017
Januari
2018
Februari
2018
Maret
2018
April
2018
Mei
2018
Juni
2018
1 Pembuatan dan
konsul judul
2 Bimbingan
proposal
3 Penyusunan
proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan
data
7 Bimbingan
penelitian
8 Penyusunan
skripsi
9 Ujian skripsi
10 Revisi skripsi