EFEKTIVITAS PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
DI MTs NEGERI II PAMULANG TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Nurhilda
1110018200002
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
NURHILDA (NIM: 1110018200002). Efektivitas Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi di MTs
Negeri II Pamulang Tangerang Selatan). Skripsi Program Strata Satu (S1),
Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan
manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan MTs Negeri
II Pamulang Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data penelitian
dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai pelengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN II Pamulang Tangerang Selatan
berjalan cukup efektif dengan pengertian lain manajemen berbasis sekolah telah
berhasil dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN II Pamulang Tangerang
Selatanyang dikembangkan kepala sekolah selama ini melalui perencanaan yang
baik, pelatihan-pelatihan, keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan
kerjasama dalam menjalankan program yang telah dibentuk, sudah baik namun
masih terdapat aspek yang belum dilakukan secara maksimal. Aspek tersebut
terkait dengan unsur masih kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap
penerapan manajemen berbasis sekolah, kurangnya komunikasi antara kepala
sekolah dengan guru ataupun staf sekolah, masih kurangnya supervisi ketika
proses pembelajaran sedang berlangsungyang dilakukan kepala sekolah.
Kekurangan-kekurangan yang ada diakibatkan karena kurangnya pengawasan
yang efektif oleh kepala sekolah MTsN II Pamulang Tangerang Selatan. Untuk itu
perlu disadari bahwa dalam mengembangkan penerapan manajemen berbasis
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas tentu tidak hanya
didasari dengan komponen yang ada disekolah, namun dibutuhkan juga kerjasama
yang baik serta kemauan untuk menciptakan mutu yang baik. Untuk mencapai
suatu efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah tersebut.
Kata kunci: Efektivitas, Manajemen Berbasis Sekolah ,Mutu Pendidikan
i
ABSTRACT
NURHILDA (NIM: 1110018200002). Effectiveness of School-Based
Management Application in Improving the Quality of Education (Studies in
MTs II Pamulang South Tangerang). Thesis Program Tier One (S1),
Education Management Studies Program, Faculty of Science and Teaching
MT Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta in 2015.
The purpose of this study to determine and describe the effectiveness of
school-based management in improving the quality of education MTs II Pamulang
South Tangerang. The method used in this research is descriptive qualitative
approach. Data collection was conducted research through interviews, observation
and documentation as complementary. The results showed that the
implementation of school-based management in improving the quality of
education in South Tangerang MTsN II Pamulang run quite effectively with the
other sense of school-based management has been successful in improving the
quality of education in MTsN II Pamulang Tangerang Selatanyang developed
principals for this through good planning, training -Training, openness, empathy,
support, positive attitude, and cooperation in carrying out programs that have been
established, it is good but there are aspects that have not been done optimally. The
aspects related to the elements of the principal's still a lack of supervision of the
implementation of school-based management, the lack of communication between
the school head teacher or school staff, the lack of supervision when the learning
process is being carried berlangsungyang principal. Existing deficiencies caused
by a lack of effective oversight by the principal MTsN II Pamulang South
Tangerang. For that we need to realize that in developing the implementation of
school-based management in improving the quality of education, quality of course
is not only based on the existing components in school, but it needed a good
cooperation and willingness to create a good quality. To achieve an effective
implementation of the school-based management.
Keywords: Effectiveness, School-Based Management, Quality Education
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemelihara
seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis
mampu menyelesaikan skripsiini. Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana S.Pd di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar
adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan,
dan selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
3. Dr. Fathi Ismail, M.M., Dosen Penasihat Akademik yang selalu mengayomi,
membimbing, dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi.
4. Dr. Zahrudin, Lc., M. Pd., Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khusunya untuk dosen
dan staff Program Studi Manajemen Pendidikan yang sudah mengajarkan
banyak hal, berbagi ilmu dan pengalaman hingga akhirnya skripsi ini selesai.
6. Drs. Suhardi, M. Ag. (Kepala Sekolah), Imam Sucipto, S. Kom. (Wakil
Kepala Sekolah Bidang Humas), para guru dan staff serta siswa-siswi di MTs
Negeri Tangerang II Pamulang yang telah mengizinkan dan bersedia
membantu penulis hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga MTs Negeri 2
Pamulang Tangerang selalu menjadi MTs yang unggul dan berprestasi. Amiin
7. Kedua orang tuaku tercinta abah ( Abdul Rasyid) dan ibu (Sukaesih) yang
tiada henti selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis
iii
dengan tulus, mendidik dan membesarkan dengan penuh rasa sabar,
memberikan motivasi dan dorongan yang tiada tara, dan tak pernah putus
dalam mendoakan yang terbaik sepanjang masa untuk penulis, serta
memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dengan lancar.
8. Kakak – kakakku tersayang yang tidak pernah bosan untuk selalu
memberikan motivasi, membimbing dan menjagaku dengan penuh kasih
sayang.
9. Hairun Nizar yang selalu bersedia berbagi banyak hal dalam suka dan duka,
menjaga, membantu, memotivasi dan menghibur penulis ketika sedang
gundah You’re my best friend, best brother, best partner, I love you.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Santi (Santi Setyaningrum), Ulil (Nurul Hidayati),
Ovi (Novitasari Akbariyah) dan Indriani (Indri), untuk 4 tahun yang teramat
berkesan dan atas do’a, bantuan serta motivasi yang diberikan kepada penulis.
Semoga kita selalu dekat, menjadi sahabat dimanapun kita berpijak.
11. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010, khususnya my beloved
MP A, atas dukungan serta hubungan persaudaraan ini.
12. Semua pihak yang ikut serta membantu dan mendo’akan penulis dalam
penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, untuk itu mohon dimaafkan atas segala kekurangan yang
ada, akhir kata penulis ucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin atas karunia dan
ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan
pembaca pada umumnya.
Jakarta, 27 Maret 2015
Penulis
Nurhilda
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 6
D. Rumusan Masalah ............................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................... 9
A. Mutu Pendidikan ................................................................ 9
1. Pengertian Mutu Pendidikan ....................................... 9
2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan ............ 11
3. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan ...................... 12
B. Efektivitas........................................................................... 15
1. Pengertian Efektivitas ................................................. 15
2. Kriteria Efektivitas ....................................................... 16
C. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah................................ 18
1. Manajemen Sekolah...................................................... 18
2. Manajemen Berbasis Sekolah....................................... 18
3. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah........................... 21
4. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah......................... 23
5. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah................... 24
6. Komponen Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah 27
iii
a. Manajemen Kurikulum............................................... 27
b. Manajemen Tenaga Kependidikan............................. 29
c. Manajemen Kesiswaan............................................... 29
d. Manajemen Keuangaan dan Pembiayaan................... 31
e. Manajemen Sarana dan Prasarana.............................. 32
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 32
7. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia.... 33
8. Faktor yang perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)……………......... 34
D. Kerangka Berfikir ………………………………………… 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 39
B. Pendekatan Metode Penelitian .......................................... 39
C. Teknik Pemilihan Informan................................................ 40
D. Sumber Data Penelitian ...................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 42
F. Teknik Analisa Data .......................................................... 44
G. Instrumen Penelitian ........................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 48
1. Sejarah MTs Negeri Tangerang II Pamulang .............. 48
2. Visi, Misi, Tujuan dan Moto MTs.N Tangerang II
Pamulang ..................................................................... 48
3. Kurikulum ................................................................... 51
4. Struktur Organisasi ...................................................... 52
5. Profil Sekolah MTsN Tangerang II Pamulang ............. 53
6. Keadaan Guru, Pegawai dan Peserta Didik .................. 53
7. Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................... 57
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 59
BAB V PENUTUP .............................................................................. 78
A. Kesimpulan ........................................................................ 78
iii
B. Saran .................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Manajemen Berbasis sekolah ............. 13
Gambar 2.2 Proses Pembelajaran ........................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah
LAMPIRAN 2 : Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah
LAMPIRAN 3 : Hasil Wawancara Bagian Bidang Kehumasan
LAMPIRAN 4 : Hasil Wawancara dengan Guru
LAMPIRAN 5 : Hasil Wawancara dengan Guru
LAMPIRAN 6 : Hasil Wawancara dengan Guru
LAMPIRAN 7 : Hasil Wawancara dengan Wali Murid
LAMPIRAN 8 : Hasil Wawancara dengan Wali Murid
LAMPIRAN 9 : Hasil Wawancara dengan Siswa kelas VIII
LAMPIRAN 10 : Hasil Wawancara dengan Siswi kelas VIII
LAMPIRAN 11 : Data Gedung MTs Negeri II Pamulang Tangerang Selatan
LAMPIRAN 12 : Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 13 : Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 14 : Surat Keterangan Hasil Penelitian dari Sekolah
LAMPIRAN 15 : Surat Keterangan MBS
LAMPIRAN 16 : Lembar Uji Referensi
LAMPIRAN 17 : Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk memanusiakan manusia1,
upaya yang dilakukan tersebut untuk mengembangkan potensi individu agar
dapat hidup secara optimal sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, serta
memiliki nilai – nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya, bahwa
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar, terencana dan memiliki tujuan
yang akan mendewasakan anak.
Pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan–tujuan tertentu, di antaranya
berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, dan kemampuan bekerja. Maka untuk menyampaikan
bahan pelajaran ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut
diperlukan suatu metode penyampaian dan alat bantu yang tepat.2
Meskipun perencanaan dan tujuan sudah terorganisir dengan baik
mengenai pencapaian tujuan yang ingin dicapai tetapi permasalahan yang
sering dihadapi oleh bangsa Indonesia selalu saja rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah.3
Dalam hal ini pemerintah telah banyak berupaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional, berupa pengembangan , peningkatan kompetensi
guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajamen
1Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta
Rajawali Pers,2009), Cet,1 hal 1 2Nana Syaodih Sukma dinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2010), Cet. 14, h. 3. 3H.VeithzalRivai,. Education Management AnalisisTeoridanPraktik. (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2009), hal. 139-140
2
sekolah.4Namun demikian, berbagaiin dikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cuku menggembirakan,
tetapi sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Dalam konteks ini pendidikan merupakan bagian pentingdari proses
pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu
Negara. Pendidikan juga merupakan invenstasi dalam pengembangan sumber
daya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan individual
adalah sebagai factor pendukung manusia dalam meningkatkan mutu
pendidikan .
Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan. Faktor
pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan education funcitionatau input- input analisis yang tidak
dilaksanakan secara konsekwen. Faktor kedua ,penyelenggaraan pendidikan
nasional dilaksanakan secara birokratik – sentralistik sehingga penempatan
sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat kadang kebijakan yang
dikeluarkan tidak sesuai kondisi sekolah setempat. Faktor ketiga, guru dan
peran serta masyarakat khususnya orang tua wali murid dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam
pengambilan keputusan sering diabaikan, dan partisipasi masyarakat selama
ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sehingga dukungan –
dukungan lain seperti pemikiran, moral, barang dan jasa kurang
diperhatiakan.5
Dari ketiga faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah
dalam pembangunan pendidikan sangat di butuhkan, agar sistem yang
sentralistik yang cenderung menggerogoti peluang perkembangannya
profesionalisme dibidang pendidikan tidak diterapkan kembali Karena system
4Ibid.,
5Ibid.
3
sentralistik tidak memberikan banyak dampak positif terhadap kualitas
pendidikan.
Maka diharapkan pemerintah memberikan sistem desentralisasi terhadap
pendidikan, yang mana wewenang pengaturan tersebut diserahkan kepada
pemerintah daerah agar pendidikan mampu mengelola sekolah dengan baik.
Maka pemerintah telah menetapkan manajemen berbasis sekolah sebagai salah
satu strategi standar dalam mengembangkan keunggulan pengelolaan
sekolah. Penegasan ini di tuangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003
padapasal 51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.6
Harapan masyarakat kebijakan yang di tetapkan pemerintah dapat
melahirkan sekolah- sekolah yang mampu membuktikan kinerjanya, terutama
dibidang peningkatan prestasi siswa .Karena tujuan utama MBS adalah
pemberdayaan sekolah, yang kemudian focus pada titik peningkatan prestasi
belajar siswa sebagai tujuan utama implementasinya.
Karena tugas utama manajemen sekolah akan lebih menantang, jika
berkaitan dengan tugas utama kepala sekolah dalam memanajemenkan akan
seluruh tugas – tugas dan tanggung jawab yang telah di laksanakan dengan
operasional yang baik. Dengan di berikannya otonomi daerah kepada sekolah,
kepala sekolah mempunyai peluang besar untuk membuat kebijakan
pengembangan sekolah .Yang lebih mengacu pada perbaikan mutu yang
berkelanjutan, kreativitas, dan produktivitas pegawai (guru).
Karena kualitas bukan saja pada unsur masukan (Input), tetapi juga unsur
proses, terutama pada unsur keluaran (Output) atau lulusan, agar dapat
memuaskan harapan masyarakat pelanggan pendidikan. Maka jelas langkah
yang diambil oleh MTs Negeri 2 Pamulang ini, yaitu menerapkan manajemen
berbasis sekolah di MTs Negeri 2 Pamulang. Sebagai suatu strategi yang
paling baik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
6Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan
Nasional, Departemen Pendidikan Nasional RI, (Jakarta : 2003), hal.8
4
Dan biasanya dibalik prestasi unggul yang diraih ada sosok seorang
pemimpin yang tangguh yang mempunyai sifat wibawa dan transformasi
dalam mengkoordinasikan anggotanya. Tetapi keadaan di MTs Negeri II
Pamulang Tangerang Selatan ini berbeda, meskipun banyak pengalaman yang
dilalui tetapi untuk memimpin anggotanya masih kurang profesioanl atau bisa
dikatakan masih mementingkan organisasi diluar sekolah. dan sifat seperti itu
akan berdampak buruk akan keberlangsungan kegiatan MBS, yang
menimbulkan ketidak efektifannya dalam menerapakan manajemen berbasis
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki berbagai
kemampuan misalnya yang berkaitan pembinaan, disiplin pegawai, dan
motivasi. Agar MBS tetap berjalan dengan baik , Karena MBS merupakan
salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah
untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
peserta didik. Sedangkan untuk pelaksanaan kurikulum yang digunakan di
MTs Negeri 2 Pamulang ini Nampak nya sudah baik akan tetapi ketika
kurikulum 2013 di tetapkan oleh Departemen Pendidikan. Proses kurikulum
tersebut mengalami kegoyahan di karenakan belum terbiasa menggunakan
kurikulum baru.
Sehingga berdampak kurang efektif untuk keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar di MTs Negeri 2 Pamulang .Padahal dalam pelaksanaan
MBS di MTs Negeri 2 pamulang ini menekan kan pada akumulasi
pengetahuan materi pelajaran, akantetapi yang di utamakan adalah
kemampuan siswa untuk memperoleh dan mendapatkan pengetahuannya
sendiri.
Hal tersebut dapat diamati : (1) masih kurangnya pengawasan kepala
sekolah terhadap penerapan manajemen disekolah, (2) kurangnya komunikasi
antara kepala sekolah dengan guru ataupun staf sekolah, (3)masih kurangnya
pelatihan- pelatihan untuk guru, Tetapi disamping itu terdapat hal positif yang
telah dicapai terkait dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
diantaranya : (1) sarana dan prasarana yang sudah memenuhi standar nasional,
5
(2) program- program bahasa yang sudah mulai berkembang dengan efektif
dan menghasilkan prestasi yang baik, (3) partisipasi komite dan masyarakat
yang sangat perduli akan kemajuan pendidikan. Dalam penerapan manajemen
berbasis sekolah di MTs Negeri 2 pamulang sudah berhasil mencetak keluaran
yang berprestasi. Semua terjadi karena struktur yang dibuat dan ditugaskan
kepada kepala sekolah, guru, dan para staf yang terkait menjalankan semua
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, patuh pada peraturan dan patuh
pada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Meskipun dalam penerapan manajemen berbasis sekolah MTs Negeri 2
pamulang sudah mampu menghasilkan banyak prestasi. Tidak menuntut
kemungkinan manajemen atau program yang dibuat berjalan dengan efektif,
karena jika dilihat dari kekurangan yang ada menunjukan bahwa keberhasilan
prestasi yang diraih bukan berarti seluruh program berjalan dengan efektif.
Maka untuk dapat mengefektifkan penerapan MBS disekolah MTs Negeri 2
Pamulang ini, tugas kepala sekolah sebagai pimpinan dari organisasi sekolah
harus lebih bertanggungjawab akan tugasnya, sebab jika kepala sekolah tidak
dapat melakukan manajerial yang baik, maka untuk anggota yang lainpun
akan melakukan hal yang sama dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.
Kepala sekolah mengadakan pelatihan untuk guru sedikitnya 1 tahun 2
kali, tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam bidangnya
masing- masing sehingga ketika sedang melakukan kegiatan belajar mengajar
guru sudah siap untuk memberikan semua pengetahuannya kepada siswa yang
belum paham akan pelajaran tersebut. Dengan memberikannya perhatian yang
khusus kepala sekolah kepada anggota maka berlangsungnya manajemen atau
program sekolahakan lebih terkontrol. Apalagi jika kepala sekolah
mengadakan program pelatihan untuk guru, guru akan merasa lebih
diperhatikan dan akan mengahasilkan dampak yang lebih baik terhadap mutu
pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang
Dengan latar belakang tersebut jelas bahwa manajemen berbasis sekolah
merupakan suatu penawar bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
6
lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena MBS member peluang
bagi kepala sekolah , guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi di
sekolah. Berkaitan dengan masalah yang terjadi saat ini penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimanakah agar sekolah mampu menciptakan sekolah yang
bermutu.
Maka penulis mengangkat masalah tersebut kedalam bentuk karya ilmiah
dengan judul “Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTs Negeri
II Pamulang Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengajuan latar belakang telah dikemukkan diatas, maka
pokok permasalahan dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan manajemen tenaga
kependidikan di MTs Negeri II Pamulang Tangeran Selatan.
2. Kurangnya pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam
penerapan manajemen kesiswaan di MTs Negeri II Pamulang
Tangerang Selatan.
3. Masih kurangnya pelatihan kepemimpinan untuk kepala sekolah di
MTs Negeri II Pamulang Tangerang Selatan.
4. Kurang efektif penerapan MBS di MTs Negeri II Pamulang Tangerang
Selatan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah :
1. Rendahnya pengawasan kepala sekolah terhadap penerapan
manajemen berbasis sekolah di MTs Negeri II Pamulang Tangerang
Selatan.
2. Masih kuranganya pembinaan penerapan manajemen tenaga
kependidikan di MTs Negeri II Pamulang Tangerang Selatan.
7
3. Kurang efektif penerapan MBS di MTs Negeri II Pamulang
Tangerang Selatan.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTs Negeri II PamulangTangerang
Selatan
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui langkah – langkah yang dilakukan sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Mengetahui konsep penerapan MBS di MTs Negeri II Pamulang
Tangerang Selatan.
3. Menambah wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah.
4. Menambah pengetahuan dalam mengembangkan kualitas pendidikan
yang baik.
5. Menambah pengetahuan informasi untuk menambah keperdulian
terhadap pendidikan.
F. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermafaat bagi pihak- pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan yakni :
1. Lembaga yang bersangkutan, sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang terkait dengan pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah.
2. Stakeholder, sebagai masukan dalam merencanakan dan mengevaluasi
setiap program atau kebijakan.
8
3. Pembaca dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan acuan
untuk studi perbandingan terhadap pengelolaan lembaga pendidikan
terutama pelaksanaan mbs dalam meningkatkan mutu pendidikan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. MUTU PENDIDIKAN
Sebelum membahas lebih dalam mengenai mutu pendidikan dalam
penelitian ini perlu diuraikan hal- hal yang terkait dengan mutu pendidikan
sebagai berikut :
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia
bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan
program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan
oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan
dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah
dan berkembang.
Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang diberikan
harus selalu ditingkatkan. Karena dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi
masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam
bidang-bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan,
bahkan bidang keamanan dan ketertiban sekalipun.1
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa mutu
pendidikan merupakan komitmen bersama terhadap komite sekolah,
administrator, guru, staf dan orangtua yang terkait. Secara umum mutu
adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,
proses dan output pendidikan.2Input pendidikan adalah segala sesuatu
yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
1Nana Syaodih Sukmadinata. Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah menengah:
Konsep, Prinsip, dan Instrumen (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 8 2Artikel Pendidikan, Konsep Dasar MPMBS, http: www.dikdasmen.depdiknas.go.id, hlm.
3
10
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur
dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.Proses dikatakan bermutu apabila pengkordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang,
peralata, dsb) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah, Kinerja sekolah adalah
prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau prilaku sekolah. Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya,
efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.
Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan
bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika
prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan
umum, EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2)
prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi
oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.3
Berdasarkan uraian diatas mutu pendidikan bisa dikatakan berhasil jika
input yang didalamnya mempunyai kesiapan yang matang untuk
menjalankan visi misinya tersebut dengan baik, karena input sangat
mempunyai pengaruh terhadap jalannya sebuah proses selain itu input
3 Rohiat, M.Pd Manajemen Sekolah “Teori dasar dan praktik” (Bandung:
Refika Aditama), hal.52
11
merupakan persyaratan dari sebuah proses yang berkaitan langsung
dengan sumber daya manusia, manajemen, dan harapan.
Setelah semua input sudah dipersiapkan dengan baik, maka proses
yangmelanjutkan mengkoordinasikan dan menyerasikan input yang sudah
disiapkan agar proses mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan serta dapat memberikan motivasi atau dorongan belajar
kepada siswa. Sedangkan output adalah yang dihasilakan dari kinerja
sekolah. Yang dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas,
efisiensi, inovasi, dan moral.
2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan
Menurut laporan bank dunia yang dikutip oleh jalal dan supriyadi,ada
empat faktor yang diidentifikasi menjadi penghambat potensi mutu
pendidikan di indonesia, khususnya pendidikan dasar. Penghambat
tersebut diantaranya sebagai berikut :
a) Kompleksitas pengorganisasian pendidikan dasar antara Depdiknas
dan Depdagri dalam bidang ketenagaan, sumber daya material dan
sumber daya lainnya.
b) Praktik manajemen yang sentralistik pada tingkat SMP, pembiyaan
dan perencanaan oleh pemerintah pusat yang melibatkan banyak
departemen.
c) Manjemen sekolah yang tidak efktif.4
Berdasarkan faktor yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa
ke empat faktor tersebut memang mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menghambat mutu pendidikan. Maka disinilah peran kepala
sekolah sebagai pimpinan harus mampu memegang kendali akan
berjalanya suatu organisasi sekolah yaitu dalam merencanakan,
mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran,
4H.Veithzal Rivai,. Education Management :Analisis Teori dan Praktik. (Jakarta PT
Raja Grafindo Persada 2009), hal. 139-140
12
mengordinasi, memantau dan menilai sampai mengevaluasi semua
kegiatan. Setelah semua proses kegiatan disekolah berjalan dengan
baik, maka akan terlihat hasilnya bermutukah atau malah sebaliknya.
Maka dari itu seluruh staf yang terkait didalam lingkungan sekolah
harus bekerja sama agar sesuatu yang tidak diingkan tidak akan pernah
terjadi.
3. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan
Upaya mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak, upaya-
upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran berupa pentingnya peranan
pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia dan
pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk
kemajuan masyarakat dan bangsa.
Dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan
merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan
merupakan bagian integral dari upaya meningkatan kualitas manusia
Indonesia secara menyeluruh. Karena pendidikan memegang peranan
sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM).
Dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) ini, seluruh
komponen yang ada antara lain melalui layanan pendidikan bermutu dan
berkualitas pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar,
serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Akan tetapi,
pada kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
Adapun Jhon Bishop seperti yang dikutip oleh Nurcholis,
mengatakan bahwa kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui
beberapa cara, seperti (1) meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui
Ujian Nasional atau Ujian Daerah yang menyangkut kompetensi dan
13
pengetahuan, memperbaiki tes bakat (Scolastik Aptitide Test), sertifikasi
kompetensi, dan profil portofolio (Portifolio Profile), (2) membentuk
kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar
secara kooperatif (Coorperative Learniang), (3) menciptakan kesempatan
baru disekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar
sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam- jam libur, (4)
meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan
materi (Mastery Learning) dan penghargaan atas pencapaian prestasi
akademik, (5) membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan
menawarkan kursus- kursus yang berkaitan dengan keterampilan
memperoleh pekerjaan.5
Pada tataran ini, syaiful sagala menyatakan bahwa kekuasaan yang
dimiliki sekolah mencakup, antara lain (1) mengambil keputusan berkait
dengan pengelolaan kurikulum; (2) keputusan berkaitan dengan rekrutmen
dan pengelolaan guru dan pegawai administrasi;(3) keputusan berkaitan
dengan pengelolaan sekolah.6
Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Gambar 2.1
5Sri Minarti Manajemen Sekolah : Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri
(Jogyakarta, Ar – Ruzz Media, 2011) hal. 401-403
6 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: CV. Alfabeta, 2008),
hlm. 80.
Input Proses Output
Implementasi
Manajemen Kurikulum,
Tenaga Kependidikan,
Kesiswaan, Keuangan,
Dan Hubungan Sekolah
Dengan Masyarakat
Proses Pembelajaran Prestasi Belajar
Siswa Yang
Meningkat
14
Uraian di atas disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah otonomi yang luas memang harus diberikan kepada
sekolah dengan tujuan sekolah dapat meningkatkan mutu hasil
penyelenggaraan pendidikan. penulis menyetujui akan pendapatnya,
syaiful sagala yang menyatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki sekolah
mencakup, (1) mengambil keputusan berkait dengan pengelolaan
kurikulum yang berarti dalam pelaksanaa manajemen berbasis sekilah
memang ada indikator yang membedakan, sehingga target atau sasaran
tujuan akan dapat tercapai dengan apa yang diharapkan. (2) keputusan
berkaitan dengan rekrutmen dan pengelolaan guru dan pegawai
administrasi. dalam kontek ini dapat ditarik kesimpulan bahwanya jiak
input yang disediakan benar- benar penuh dengan kesiapan yang matang
maka akan menciptakan hasil yang bermutu karena sdm yang ada
disekolah memgang peranan penting dalam meciptakan siswa yang
berprestasi. (3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah,
maksudnya kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah adalah jawaban akan
hasil akhir dari semua kegiatan yang dilakukan.
Dapat disimpulkan mengenai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan memang sudah sering dilakukan oleh pemerintah, namun hasil
yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Akan tetapi pendapat
yang dikutip oleh Nurkholis mengenai upaya yang disebutkan bisa
menjadi tolak ukur yang baik untuk pendidikan. karena dengan
dilakukannya ujian nasional, pembelajaran secara kooperatif, membuka
jam belajar disekolah pada hari libur, diberikannya penghargaan bagi
siswa yang berprestasi dan yang terakhir membantu mendapatakan
lapangan pekerjaan seperti kursus. Itu sangat efektif, Karena pada
dasarnya untuk menghasilkan mutu yang baik sekolah harus mampu
mengelola semua kegiatan agar hasilnyapun benar- benar bermutu. Karena
harapan masyarakat sekolah dapat menjawab semua keinginan masyarakat
melalui pendidikan.
15
B. EFEKTIVITAS
Sebelum membahas lebih dalam mengenai efektifitas dalam penelitian
ini perlu diuraikan terlebih dahulu apa yang maksud dengan sekolah :
sekolah merupakan suatu sistem yang memiliki komponen inti yang terdiri
dari input, proses dan output.
1. Pengertian Efektivitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata efektif berasal dari bahasa
inggris, yaitu effective yang bermakna “ 1) ada efeknya (akibat,
pengarungnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3)dapat
membawa hasil , berhasil guna (tentang usaha atau tindakan).7
Menurut Taylor (1990) yang dikutip oleh Dr. Aan Komariah dan Cepi
Triatna dalam buku yang berjudul VISIONARY LEADERSHIP Menuju
Sekolah Efektif, mendefinisikan efektivitas adalah : sekolah yang
mengorganisasikan dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya
untuk menjamin semua siswa tanpa memandang ras, jenis kelamin,
maupun status sosial ekonomi, bisa mempelajari materi kurikulum yang
esensial di sekolah.8
Menurut Lipham dan Hoeh (1987) yang di kutip E. Mulyasa, meninjau
efektivitas adalah suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan, yang
memandang bahwa efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan
bersama bukan pencapaian tujuan pribadi. Suatu organisasi atau lembaga
termasuk sekolah dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat dicapai, dan
belum bisa dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang ada di
dalamnya dapat dipenuhi.
Menurut Steer (1985) yang dikutip E. Mulyasa, mengungkapkan
bahwa efektivitas adalah bagaimana organisasi melaksanakan seluruh
tugas pokoknya atau mencapai sasaran.Sejalan dengan itu, Depdikbud
7Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikandan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Cet -
10, h.250 8Aan Komaria dan Cepi Triatna.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. (Jakarta :
PT Bumi Aksara), Cet- 1, h. 33
16
(1988) mengidentifikasi efektivitas sekolah dalam dua kelompok, yaitu
efektivitas internal dan efektivitas eksternal.
Efektivitas internal menunjuk pada keluaran pendidikan yang tidak
diukur secara moneter, seperti prestasi belajar dan jumlah lulusan. Adapun
efektivitas eksternal menunjuk pada keluaran yang bersifat moneter,
seperti tingkat menghasilkan lulusan.9
T. Hani Handoko berpendapat bahwa efektivitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.10
Sedangkan menurut Uhar
Suharsaputra efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana
sasaran/tujuan telah dicapai11
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
terpenting menjadi landasan dalam pengelolaan pendidikan adalah input
yang ada disekolah, jika input sekolah mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan penuh rasa tanggungjawab dan mempunyai jiwa
ingin mencerdaskan peserta didiknya , maka input tersebut harus
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu serta memiliki
partisipasi yang aktif dalam anggotanya. Karena efektivitas dapat
dijadikan barometer untuk mengukur suatu keberhasilan pendidikan. Akan
tetapi perlu diperhatikan kembali efektivitas tidak hanya mengacu pada
input, proses output dan income,tetapijuga pada apa yang terjadi atau
proses indikator- indikator yang telah ditentukan.
2. Kriteria Efektivitas
Efektivitas MBS dapat dilihat dari efektivitas kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya, oleh sergiovanni (1987) di indentifikan
9 E. Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah : konsep, strategi dan implementasi. (Jakarta:
Remaja Rodakarya, 2003). Cet-4, h.83-84 10
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1998),
Ed. 2, Cet. 13, h. 7 11 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),
Cet. 1, h. 61
17
sebagai berikut :
a) Produktivitas, bagaiaman peserta didik, guru, kelompok dan
sekolah pada umumnya mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
b) Efisiensi, perbandingan indvidu dan prestasi sekolah dengan biaya
yang di keluarkan untuk mencapai prestasi tersebut.
c) Kualitas, tingakat dan kualitas usaha, tujuan, jasa, hasil dan
kemampuan yang dihasilkan oleh peserta didik dan sekolah.
d) Pertumbuhan, perbaikan kualitas kepedulian dan inovasi, tantangan
dan prestasi dibandingkan dengan kondisi di masa lalu.
e) Ketidakhadiran, yang berkaitan dengan jumlah waktu dan frekuensi
ketidakhadiran para peserta didik, guru dan pegawai sekolah
lainnya.
f) Perpindahan, jumlah perpindahan dan tetapnya peserta didik,
kepala sekolah dan pegawai lainnya.
g) Kepuasan kerja guru, bagaimana tingkat kesenangan yang
dirasakan guru terhadap berbagai macam pekerjaan yang
dilakukan.
h) Kepuasan peserta didik : bagaiaman peserta didik merasakan
senangmenerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
i) Motivasi : kekuatan kecenderungan dan keinginan guru, peserta
didik dan pekerja sekolah untuk melibatkan diri dalam kegiatan
ataupun pekerjaan senang.12
Berdasarkan kriteria efektivitas yang disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa efektivitas tersebut memang mempunyai pengaruh
yang kuat dalam dalam penerapan MBS untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Maka disinilah peran kepala sekolah sebagai pimpinan
harus mampu memegang kendali akan berjalanya suatu organisasi
sekolah yaitu dalam merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf,
12
E. Mulyasa Ibid, hal. 85
18
mengarahkan/orientasi sasaran, mengordinasi, memantau dan menilai
sampai mengevaluasi semua kegiatan. Setelah semua proses kegiatan
disekolah berjalan dengan baik, maka akan terlihat hasilnya
bermutukah atau malah sebaliknya. Maka dari itu seluruh staf yang
terkait didalam lingkungan sekolah harus bekerja sama agar sesuatu
yang tidak diingkan tidak akan pernah terjadi.
C. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
1. Manajemen Sekolah
Istilah manajemen sekolah selalu disamakan dengan istilah
administrasi sekolah, berkaitan dengan dengan hal tersebut, ada tiga
pandangan berbeda pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari
pada manajemen ,karena manajemen merupakan inti dari administrasi,
kedua, melihat manajemen lebih luas dari administrasi, dan yang ketiga,
menganggap bahwa manajemen indetik dengan adminitrasi.13
Maka pelakasanaan manajemen sekolah yang efektif dan efesien
menuntut dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut
diantaranya : perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan,
secara terpadu dan terintegrasi dalam mengelola kegiatan manajemen
tersebut. Karena melalui manajemen yang efektif dan efesien diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkannya mutu atau kualitas
pada pendidikan.
2. Manajemen Berbasis Sekolah
Secara bahasa, Manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga
kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses
menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.14
Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau
13
E. Mulyasa op,cit, Hal. 19 14
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), hlm.708
19
asas.Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta untuk
menerima dan memberikan pelajaran.
Eman Suparman mengutip dari buku Mulyono tentang manajemen
administrasi dan organisasi pendidikan, yang mengatakan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dapat didefinisikan sebagai penyerasian sumber
daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah atau mencapai tujuan
mutu sekolah dalam pendidikan nasional.15
Hal ini berarti, sekolah harus bersikap terbuka dan inklusif terhadap
sumber daya manusia yang ada di luar lingkungan sekolah yang
mempunyai kepentingan yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
Karena MBS merupakan suatu konsep yang menempatkan kekuasaan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada
tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar.
Dalam hal ini Bedjo Sujanto mendefinisikan “ manajemen berbasis
sekolah (MBS) sebagai model manajemen sekolah yang memberikan
otonomi kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisifasi yang melibatkan langsung semua warga sekolah dan masyarakat
(stakeholder ) yang dilayani, dengan tetap selaras dengan kebijakan
nasional tentang pendidikan.
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan di nyatakan bahwa
dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan didaerah sudah seharusnya
juga merujuk pada peraturan perundangan tersebut, sekalipun tetap
mengacu kepada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sebagaimana telah dikemukan diatas, manajemen pendidikan
yang tersentralisasi, kurang mampu mengembangkan potensi yang ada
dilingkungan masyarakat sesuai dengan kebutuhan daerah/lokal.
15
Mulyono, Ibid, hlm.239.
20
Berkaitan dengan pelaksaan otonomi daerah yang makin besar sebagai
amanat UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2004, merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi para manajer pendidikan didaerah otonom untuk
secara kreatif mengembangkan sekolah. Dengan MBS, maka kepala
sekolah dapat mengatur dan mengurus sekolah sesuai dengan kepentingan
masyarakat yang dilayaninya”.16
Selain MBS merupakan salah satu strategi untuk proses meningkatkan
mutu pendidikan dengan adanya MBS diharapkan dapat membuat sekolah
lebih mandiri, dengan memberdayakan potensi sekolah melalui pemberian
kewenangan lebih besar kepada sekolah, dan mendorong sekolah untuk
memulai mengambil keputusan secara partisifasi yang melibatkan seluruh
warga sekolah dan pihak masyarakat yang dilayaninya.
Nurkolis mengartikan “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah
proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Berbasis memiliki kata basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah
lembaga untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberikan
pelajaran. Maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya
yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam pengajaran atau
pembelajaran.17
Dari buku Sri Minarti , tentang Manajemen Sekolah dalam mengelola
lembaga pendidikan secara mandiri menyatakan, “manajemen berbasis
sekolah (MBS) sebagai peletakan tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan dari pemerintah kepada sekolah berkaitan dengan anggaran
personel dan kurikulum”. Oleh karena itu, manajemen berbasis sekolah
memberikan hak kontrol, kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orang
tua, bahkan pada sisi otoritas pengambilan keputusan kepada sekolah.18
16
Bedjo Sujanto,Manajemen Pendidikan Bebasis Sekolah, (Jakarta, Sagung Seto,2007), h
30 17
Nurkolis, Manjemen Berbasis Sekolah:Teori, Model Dan Aplikasi, (Jakarta: PT
Grasindo 2003), cet. 3, h.1 18
Sri Minarti, Ibid, h. 15
21
Dari beberapa pendapat tentang manajemen berbasis sekolah yang
telah disebutkan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen
berbasis sekolah merupakan suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengerahan dan
pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif
dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan bermutu.
Selain itu dengan MBS mampu mendorong profesionalisme guru dan
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. dengan di
terapkannya manajemen yang transparansi membuat manajemn sekolah
semakin terlihat akan meningkatnya kinerja yang dilakukan para guru dan
dala menerapkan mbs di sekolah, motivasi yang tinggi yang digerakan
oleh kepala menjadi acuan untuk para guru dalam memberikan mutu yang
baik untuk peserta didik, karena dalam menerapkan mbs membutuhkan
kerja yang kuat antara satu dengan yang lain . maka dari itu setiap program
yang akan di jalankan hars benar- benar terencana agar visi misi yang di
rencakan dapat berjalan dengan baik. Dan tentukan jika hasil sudah
mencapai taraf yang di inginkan secara langsung masyarakat akan melihat
kinerja yang dilakukan di sekolah tersebut. Dan dengan itu pula
masyarakat akan memberikan partisipasi dalam menciptakanmutu
pendidikan. Akan tetapi dalam penerapan MBS tidak selalu indah
perjalannya maka dari itu sekolah harus mampu membuat strategi atau
evalusi yang berkelanjutan, tujuannya agar setiap program yang berjalan
ketika mengahadapi masalh dipertengahan jalan mempunyai alternatif
dalam memecahkan sebuah masalah pada program tersebut. Maka MBS
adalah kata yang paling tepat dalam dunia pendidkan. Kerana dengan
MBS semua hambatan yang terjadi dalam pengorganissian di sekolah
dapat teratasi secara bertahap.
3. Tujuan Manjemen Berbasis Sekolah
Dalam tujuan MBS terdapat dua bagian yaitu: tujuan umum dan
tujuan utama. Tujuan umum manajemen berbasis sekolah untuk
22
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih
besar kepada sekolah untuk mampu mengelola sumber daya sekolah dan
memberikan dorongan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan19
Sedangkan Tujuan utama penerepan MBS pada intinya adalah untuk
penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, dan pemerintah
daerah. Agar pelaksanaan proses manajemen menjadi lebih efesien.
Karena pada dasarnya tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepala
sekolah, dan mendorong sekolah untuk melakukan pengembalian
keputusan secara partisipatif.Lebih rincinya MBS bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan insiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai. 20
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan MBS hadir
sebagai salah satu strategi yang baik untuk dapat meningkatkan mutu
pendidikan dan kinerja sekolah.Dengan MBS sekolah dapat
memandirikan dan mengelola lembaga pendidikan bersama guru, peserta
didik, masyarakat, wali murid dan instansi lainnya.
19
Ibid, hal .69 20
Veithzal Ibid, h. 148
23
Sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi harus menunggu intruksi dari
atasan dalam mengambil keputusan atau langkah - langkah untuk dapat
memajukan pendidikan. Pencapaian visi misi yang diharapakan sekolah
akan mudah terjawab karena sekolah mampu mendirikan visi misinya
secara mandiri dan menjawab semua keingin masyarakat untuk dapat
melihat pendidikan yang benar- benar berkualitas
4. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Eman Suparman (2001) mengatakan, dengan menerapkan MBS,
beberapa manfaat yang bisa diraih, yaitu:21
a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui
kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya di banding
dengan lembaga- lembaga lain.
b. Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
c. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input
pendidikan yang akan dikembangkan serta didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
d. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat
pada umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang
telah direncanakan.
e. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya – upaya inovatif
dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah
daerah setempat.
21
Mulyono, Op,cit. h.
24
Dari kelima manfaat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah
merupakan wadah atau tempat sebuah pengorganisasian untuk menggali
ilmu menjadikan anak menjadi lebih baik, memberikan pengetahuan
bagi anak- anak bangsa dari yang tidak tau menjadi tau, dari yang tidak
bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengenal warna menjadi mengenal
warna. Sekolah merupakan pendidikan yang sangat tepat untuk memulai
menciptakan kuliatas anak bangsa yang berprestasi dan nantinya dapat
dijadikan aset tersendiri bagi dirinya untuk mencapai tujuan hidup yang
gemilang
5. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam manajemen berbasis sekolah itu mempunyai ciri atau
karakteristik yang dapat membedakan antara sekolah yang menerapkan
manajemen berbasis sekolah dan tidak menerapkana manajemen berbasis
sekolah karena perbedaan itu akan terlihat ketika sekolah menerapakan
MBS sebagian besar sekolah menerapkan MBS itu mempunya ciri-ciri
diantaranya ialah:
1. Manajemen yang transparansi
2. Partisipasi yang melibatkan langsung seluruh warga sekolah atau
(stakeholder)
3. Dapat mengambil keputusan terhadap sekolah
4. Disiplin
5. Kepemimpinan yang transformasi
6. Diadakannya pelatihan- pelatihan untuk guru
7. Melakukan pengawasan yang baik terhadap berjalannya penerapan
MBS.
Adapun Edmon, seperti yang dikutip oleh B. Suryosubroto, mencoba
untuk mengemukakan berbagai indikator yang menunjukan karakteristik
dari konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini, antara lain sebagai
berikut:
a. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
25
b. Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai.
c. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat.
d. Adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah (kepala sekolah,
guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi.
e. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai
tuntutan IPTEK.
f. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai
aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan / perbaikan mutu.
g. Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan
masyarakat.22
Saud, seperti yang dikutip oleh E. Mulyasa, mengatakan bahwa
berdasarkan pelaksanaan di negara maju, Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) mempunyai karakteristik dasar, yaitu pemberian otonomi yang luas
kepada sekolah, partisipasi masyarakat, dan orang tua peserta didik yang
tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional, serta
adanya teamwork yang tinggi dan profesional.23
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik yang
harus dipahami oleh sekolah yang menerapkan. Karakteristik Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) didasarkan atas input, proses, dan output.24
a. Output yang Diharapkan
Output pendidikan adalah kinerja (prestasi) sekolah. Kinerja sekolah
dihasilkan dari proses pendidikan. Output pendidikan dinyatakan tinggi
jika prestasi sekolah tinggi dalam hal berikut:
1) Prestasi akademik siswa berupa nilai ulangan umum, Nilai Ujian
Nasional, Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), lomba karya
22
Sri Minarti,op,cit, h. 56 23
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional dalam Menyukseskan MBS dan
KBK (bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), hlm .36 24
Sri Minarti, op,cit, hal,58-60
26
ilmiah remaja, lomba Bahasa Inggris, Lomba Fisika, lomba
Matematika, dan sebagainya.
2) Prestasi nonakademik siswa, seperti imtak, kejujuran, kerja sama, rasa
kasih sayang, keingintahuan, solidaritas, toleransi, kedisiplinan,
kerajinan, prestasi olahraga, kesopanan, olahraga, kesenian,
kepramukaan, keterampilan, harga diri, dan kegiatan ekstrakurikuler
lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi (proses), yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan.
3) Prestasi lainnya, seperti kinerja sekolah dan guru meningkat,
kepuasan, kepemimpinan kepala sekolah andal, jumlah peserta didik
yang berminat masuk sekolah meningkat, jumlah putus sekolah
menurun, guru dan tenaga tata usaha yang pindah / berhenti
berkurang, peserta didik dan guru serta tenaga tata usaha yang tidak
hadir berkurang, hubungan sekolah-masyarakat meningkat, dan
kepuasan stakeholder meningkat.
b. Proses Pendidikan
Proses ialah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain
(output). Di tingkat sekolah, proses meliputi pelaksanaan administrasi
dalam arti proses (fungsi) dan administrasi dalam arti sempit. Sekolah
yang efektif memiliki: (a) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang
efektivitasnya tinggi; (b) kepemimpinan sekolah yang kuat; (c)
lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (d) pengelolaan tenaga
pendidikan yang efektif; (e) memiliki budaya mutu; (f)memiliki tim kerja
yang kompak, cerdas dan dinamis; (g) memiliki kewenangan
(kemandirian); (h) partisipasi stakeholder tinggi; (i) memiliki keterbukaan
manajemen; (j) memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik);
(k) melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (l) responsif
dan antisipatif terhadap kebutuhan; (m) komunikasi yang baik; (n)
memiliki akuntabilitas; (o) sekolah memiliki sustainbilitas
(keberlangsungan hidup).
27
c. Input Pendidikan
Input adalah sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses.
Input juga disebut sesuatu yang berpengaruh terhadap proses. Input
merupakan prasyarat proses. Input terbagi empat, yaitu input Sumber
Daya Manusia (SDM), input sumber daya, input manajemen, dan input
harapan. Input Sumber daya manusia (SDM) meliputi kepala sekolah,
guru, pengawas, staf TU, dan siswa. Input sumber daya lainnya meliputi
peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan. Input perangkat (manajemen)
meliputi struktur organisasi, peraturan perundang-undangan , deskripsi
tugas, kurikulum, rencana, dan program. Input harapan meliputi visi, misi,
strategi, tujuan, dan sasaran sekolah.25
Berdasarkan kedua uraian karakteristik tersebut masing – masing
mempunyai karakteristik yang berbeda namun maksud dan tujuan mereka
tetap sama, penulis lebih cenderung kepada pendapat E. Mulyasa karena
dalam karakateristik tersebut mengatakan bahwa pemberian otonomi yang
luas kepada sekolah, partisipasi masyarakat, dan orang tua peserta didik
yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional,
serta adanya teamwork yang tinggi dan professional. Itu merupakan ciri
yang tepat dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan karena mereka memahami bahwa tanpa
adanya input yang baik dan proses yang sesuai tidak akan menghasilkan
output yang baik pula, tetapi karakteristik disini menjelaskan yang utama
adalah mempersiapkan input sebaik mungkin agar proses dan output yang
dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah dan masyarakat.
6. Komponen Sekolah dalam Manjemen Berbasis Sekolah
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian
dari MBS.Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup
25
Sri Minarti, op,cit. hal. 58-60
28
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.Perencanaan
dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan
oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.
Adapun penjelasan perencanaan, pengembangan samapai dengan
evaluasi kurikulum sebagai berikut :
1) Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum menyangkut penetapan tujuan dan
memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan merupakan
fungsi sentral dari administrasi pembelajaran dan harus berorientasi
kemasa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang
proses pembelajaran, harus melakukan berbagi pilihan menuju
tercapainnya tujuan.
2) Pelaksanaan kurikulum
Pelaksanaan kurikulum adalah proses yang memberikan kepastian
bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang diperlukan sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
Fungsi pelaksanaan ini termasuk didalamnya kegiatan
pengorganisasian dan kepemimpinan yang melibatkan penentuan berbagai
kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus
yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran
Dalam fungsi manajerial pelaksanaan proses pembelajaran, selain
mencakup fungsi pengorganisasian, terdapat pula fungsi kepemimpinan.
Artinya, dalam pembelajaran , ketika kepala sekolah bertindak sebagai
pemimpin yang mampu memberikan bimbingan pada bahan- bahan acuan
operasioanl pembelajaran karena acuan operasional yang membantu untuk
mencapai tujuan adanya kurikulum.
3) Evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan- tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
29
kurikulum yang bersangkutan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam
manjerial evaluasi yakni : (a). jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuan.
Maksudnya kepala sekolah perlu meningkatkan kualitas guru karena
evaluasi mempunyai tujuan ganda yaitu untuk mengetahui kesulitan
peserta didik, dan untuk ketercapaian tujuan pembelajaran khusus. (b).
hasil evaluasi harus benar- benar dimanfaatkan oleh guru untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran.26
b. Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia
pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.
Manajemen tenaga kepndidikan mencakup : (1) perencanaan pegawai,
(2) pengadaan pegawai, (3) pembinanaan dan pengembangan pegawai, (4)
promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7)
penilaian pegawai. Yakni tersedianya tenaga kependidikan yang
diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.27
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara terus
- menerus terhadap seluruh peserta didik ( dalam lembaga pendidikan
yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan
efisien.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang-bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah
26
Sri Minarti, Ibid, Hal. 96 27
E. Mulyasa, op,cit. h.43
30
dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah.28
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu
penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan belajar (pengelolaan proses
pembelajaran), serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Adapun langkah- langkah dalam penerimaan siswa baru sebagi berikut:
1) Membentuk panitia penerimaan murid
2) Menetukan persyaratan pendaftaran
3) Menyediakan formulir pendaftaran
4) Pengumaman pendaftaran calon
5) Menyediakan buku pendaftaran
6) Waktu pendaftaran, serta
7) Penentuan calon yang diterima.
Adapun Suharsimin Arikunto mendeskripsikan secara detail langkah-
langkah penerimaan siswa baru yang secara garis besar dapat ditentukan
sebagai berikut :
1) Menentukan panitia
2) Menetukan syarat- syarat penerimaan
3) Mengadakan pengumuman, meyiapkan soal-soal untuk seleksi dan
meyediakan tempatnya.
4) Melaksanakan penyaringan melalui tes tertulis maupun lisan.
5) Pengadakan pengumuman penerimaan
6) Mendaftar kembali calon yang diterima
7) Melaporkan hasil pekerjaan kepada kepala sekolah.
Langkah – langkah pengelolaan proses pembelajaram
28
Sri Minati, op,cit. h. 155
31
Secara umum starategi atau metode pembelajaran dan pengajaran yang
berpusat pada peserta didik lebih mampu memperdayakan pembelajaran
peserta didik. Secara ringkas prosespembelajaran yang dimaksud seperti
ini.29
PROSES PEMBELAJARAN
Gambar 2.2
d. Manajemen keuangan dan pembiayaan
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiyaan pada suatu sekolah
merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan
proses belajar mengajar disekolah. Pada tahap perencanaan analisis
kebutuhan pengembangan sekolah dalam kurun waktu tertentu menjadi
focus utama yang perlu diperhatikan, kebutuhan dalam satu tahun
anggaran, lima tahun, sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahunan.
Perencanaan dibuat oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah, dan
pengurus komite sekolah mereka mengadakan pertemuan untuk
29
Sri Minarti, op,cit.h. 169
Input
Proses Output
tujuan
Alat evaluasi
Materi
Guru
Siswa
Metode
Waktu
Media
Lingkungan
PBM
(pemberdayaan
a. prilaku guru
b. prilaku siswa
Hasil belajar
1. Peningkatan
daya pikir
2. Peningkatan
daya kalbu
3. Peningkatan
daya fisik
32
menentukan kebutuhan dan menentukan kegiatan sekolah dalam waktu
tertentu. Berdasarkan analisis ini, diperloeh banyak kegiatan yang perlu
dilakukan sekolah dalam satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau
bahkan dua puluh lima tahun.
Untuk itu perlu diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang paling
penting sampai kegiatan pendukung yang mungkin bisa ditunda
pelaksanaanya. Hal ini terkait dengan tersediaanya waktu keberadaan
tenaga, dan jumlah dana yang tersedia atau yang bisa diupayakan
ketersediaanya. Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntanbilitas publik.30
e. Manajemen sarana dan prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
alat-alat dan media pengajaran.Manajemen sarana dan prasarana bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalanya proses
pendidikan. manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih baik rapi, indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid-murid untuk
berada di sekolah. 31
f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
a) Manajemen humas
Hubungan masyarakat (humas) merupakan suatu kegiatan untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, dan penghargaan
30
Sri Minarti, Ibid, hal. 223 31
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,Strategi, dan Implementasi, h.49
33
dari masyarakat khususnya pada masyarakatnya umumnya. Melalui
humas hubungan antar sekolah akan dengan mudah menyebarluaskan
informasi untuk menciptakan pemahaman yang sebaik – baiknya
dikalangan masyarakat luas mengenai tugas – tugas dan fungsi organisasi
tersebut.
Apalagi, pendidikan merupakan wilayah kerja sekolah yanhg menjadi
tanggungjawab bersama akan tiga elemen yaitu, orangtua, masyarakat,
dan pemerintah. Hal ini dikuat dalam Undang- undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal, 7, 8, 9, 10, dan 11 tentang
hak dan kewajiban orangtua, masyarakat, dan pemerintah dalam
pendidikan.
Menurut Ibrahim Bafadal,yang dikutip oleh Sri Minarti dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Sekolah mengelola lembaga pendidikan secara
mandiri. Menjelaskan ada empat pendekatan yang digunakan dalam
humas antar sekolah dan masyarakat yaitu, (1) komunikasi, (2) peragaan,
(3) pelibatan, dan (4) penggunaan fasilitas sekolah oleh masyarakat.32
Berdasarkan komponen- komponen yang diuraikan diatas dalam
pelaksanaan MBS komponen tersebut memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan.Karena semua komponen mengacu pada
efektifitas peningkatannya mutu pendidikan. Agar dapat berjalan dengan
tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dengan baik maka komponen-
komponen tersebut dimasukan kedalam suatu sistem kerja sama untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
7. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia
Melalui MBS, sekolah dapat dikembangkan menjadi lembaga
pendidikan yang diberikan kewenangan dan tanggungjawab secara luas
untuk lebih mandiri, maju dan berkembangnya lembaga pendidikan
32
Sri Minarti , Manajemen Sekolah : mengelola lembaga pendidikan secara mandiri
(Jogyakarta, Ar- Ruzz Media)hal. 277
34
berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat.33
Untuk dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah secara efektif
dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan, kepemimpinan,
perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan.
Kewibawaan atau karisma kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan
melalui sikap terhadap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja,
keteladanan, dan hubungan baik antar masyarakat sekolah semata – mata
untuk menciptakan iklim yang kondusif.
Lebih lanjutnya kepala sekolah dituntut harus melaksanakan
fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses
pembelajaran, dengan melakukan supervisi kelas, membina dan
memberikan saran- saran positif kepada guru. Selain itu tugas kepala
sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran dan studi
banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari
kepala sekolah yang lain.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penerapan MBS di Indonesia
perlu didukung oleh perubahan yang mendasar dalam kebijakan
pengelolaan sekolah, yaitu dengan memperhatikan iklim sekolah atau
suasana sekolah yang kondusif, otonomi sekolah, kewajiban sekolah ,
kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan profesional, serta
partisipasi masyarakatdan orangtua peserta didik dalam perencanaa,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan pendidikan di sekolah.
8. Faktor yang perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan
Manajemen Berbasisi Sekolah (MBS)
1) Kewajiban sekolah
33
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. hal 39-40
35
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan
pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan
kepala sekolah, guru, dan pengelolaan sistem pendidikan profesional.
a. Kebijakan dan prioritas pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak
merumuskan kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas nasional
terutama yang berkaiatan dengan program peningkatan pengenalan huruf
dan angka, efesiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
b. Peranan orang tua dan masyarakat
MBS menuntut dukungan tenaga dan terampil dan berkualitas untuk
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan
otoritas daerah setempat, serta mengiefesiensikan sistem dan
menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih.
c. Peranan profesionalisme dan manjerial
Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan – perubahan tingkah
laku kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi dalam mengoprasikan
sekolah.
d. Pengembangan profesi
Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting
tentang pendidikan menerima pengembangan profesi yang diperlukan
untuk mengelola sekolah secara efektif.34
Berdasarkan faktor yang diuraikan dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya faktor yang perlu diperhatikan dalam Penerapan Manajemen
Berbasisi Sekolah (MBS) yang disebutkan sudah sangat baik, namun disisi
lain indikator mengenai MBS yang lebih mengarahkan akan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah karena dengan indikator semua program atau
kegiatan akan terlihat sasaran dan tujuan yang diarahkan. Indikator
manajemen berbasis sekolah.
34
Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah. h.26-29
36
D. Kerangka Berfikir
Dengan melihat kondisi sekolah dan mutu peserta didik yang ada di MTs
Negeri 2 Pamulang, maka Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sangat
memungkinkan untuk terus dilaksankan oleh kepala sekolah beserta dewan
guru dan para staf yang terkait didalamnya untuk dapat meningkatkan mutu
pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang.
Sebab melihat mutu pendidikan yang ada di MTs Negeri 2 pamulang ini
sudah sangat baik, maka dari itu penerapan manajemen berbasis sekolah harus
tetap terkoordir dengan baik, supaya sekolah- sekolah lain melihat akan
manfaat dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang sangat membatu
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Selain mutu yang dihasilkan memuaskan di MTs Negeri 2 Pamulang.
Untuk sarana dan prasaran sudah sangat baik bahkan sudah memenuhi standar
nasional jadi untuk penerapan manajemen berbasis sekolah sangat mudah
tercapai. Tetapi akhir belakang MTs Negeri 2 pamulang untuk proses
pembelajaran dikelas mulai menurun, mungkin dikarenakan kebijakan
kurikulum yang berbeda, sehingga ketika kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung guru sedikit banyak kurang menguasai akan teknik yang akan
diajarkan oleh peserta didik.
Sehingga yang telihat saat ini ketika proses belajar sedang berlangsung
banyak beberapa siswa yang belum memahami akan apa yang disampaikan
oleh guru tersebut. Maka dari itu yang harus dipahami dalam penerapan
manajmen berbasis sekolah dengan kebijakan kurikulum yang berbeda ini
melihat dari indikator. Agar mutu yang sudah adaakan terus berkembang
menjadi lebih berkualitas.
Ini hanya salah satu faktor yang menjadi latar belakang MTs Negeri 2
Pamulang yang melaksanakan manajemen berbasis sekolah. Hasil yang
didapatkan di MTs Negeri 2 pamulang menjadi bahan bicara masyarakat dan
sekolah - sekolah lain. Karena memang pada saat ini tidak semua sekolah
menerapkan manajemen berbasis sekolah
37
hal yang menjadi dasar penelitian ini , yaitu kurangnya supervise dan
pembinaan dari kepala sekolah terhadap dewan guru dalam melaksanakan
penerapan MBS dikarenakan
1. Perencaan yang kurang matang
2. Pelaksanan yang belum efektif
3. Pengawasan yang belum maksimal
4. Dan pembinaan yang belum mampu dilakulkan secara baik
Dari konsep yang dipaparkan dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam
perencanaan , pelaksanaan, pembinaan serta pengawasan yang di lakukan
kepala sekolah masih kurang maksimal. Sehingga output yang di hasilkan
kurang membanggakan banyak anak yang mengerti akan satu bidang study
tapi tidak dapat menguasai pelajaran dengan baik. dan proses pembelajaran
pun berjalan sangat kurang kreatif dan inovatif. Yang terlihat hanya guru saja
yang menjelaskan tetapi tidak ada respon baik dari siswa, seperti mencoba
bertanya dari pembahasan yang dijelaskan, atau memberikan argument .Maka
dari MBS lahir untuk menjadi sekolah lebih bermutu, berwawasan, kreatif,
inovatif dan cerdas.
38
Kerangka Pemikiran
INPUT PROSES OUTPUT
FEED BACK
Keadaan Nyata
1. Kurangnya pembinaan
manajemen tenaga
kependidikan di MTs
Negeri 2 Pamulang
2. Kurangnya supervisi
manajemen kesiswaan di
MTs Negeri 2 Pamulang.
3. Masih kurangnya pelatihan
kepemimpinan kepala
sekolah.
4. Kurang efektif penerapan
MBS disekolah.
5. Manajemen yang tidak
transparnsi
6. Kurangnya pelatihan untuk
guru
7. Kurangnya partisipasi dari
masyarakat sekitar
Masalah
Rendahnya
supervisi
kepala sekolah.
Masih
rendahnya
kompetensi
yang dimiliki
guru dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan.
Kurangnya
persiapan dari
peserta didik
saat proses
pembelajaran
Strategi/Solusi
Melakukan
supervisi kelas
secara rutin.
melakukan studi
banding antar
sekolah per 3
bulan.
Pelatihan diklat
diklat untuk
guru 1tahun 2
kali.
Hasil
Efektifitas
Penerapkan
manajemen
berbasis sekolah
dalam
meningkatkan
mutu pendidikan
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Pamulang Kota
Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Pajajaran 31 Pamulang
Tangerang Selatan. Alasan saya memilih sekolah ini, karena di MTs
Negeri 2 Pamulang sudah terlihat prestasi yang telah diraih selain itu
pula di sekolah MTs Negeri 2 Pamulang sudah menerapkan
manajemen berbasis sekolah sebagai acuan dalam meningkatkan mutu
atau kuliatas pendidikan
2. Waktu Penelitian
Peneliti mengurus izin penelitian dan observasi awal di MTs
Negeri 2 Pamulang.Kegiatan penelitian ini mulai dilaksanakan pada
pertengahan bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2014.Selama 6
bulan ini peneliti membagi waktu untuk beberapa tahap.Pertama,
melakukan observasi ke sekolah dilanjutkan dengan mengumpulkan
data yang diperlukan.Lalu melakukan wawancara, dokumentasi
selama dua bulan yaitu bulan November dan Desember dilanjutkan
mengolah data dari hasil data yang telah diteliti.Tahapan akhir peneliti
menuangkan hasil penelitian dalam sebuah laporan penelitian skripsi.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian
pada masalah-masalah aktual dan fakta-fakta yang terjadi
sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.Yang
40
dilakukan dalam penelitian deskriptif adalah pencatatan, menganalisis
dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi.Deskripsi pada
penelitian ini untuk menggambarkan efektivitas kegiatan MBS dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang.
C. Teknik Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi.1Adapun
pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan subjek
penelitian kualitatif adalah teknik purposive sampling yaitu, sampel
yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti atau tidak secara
acak.2Teknik ini dipilih oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian
yakni memilih orang-orang yang dapat dijadikan sebagai sampel
penelitian karena mereka dianggap dapat memberikan informasi
tentang masalah pada penelitian ini. Dengan demikian, informan yang
akan dipilih adalah orang-orang atau sumber yang masih berada dan
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di MTs Negeri 2 Pamulang dan
dapat dimintai informasi. Berkaitan dengan jumlah informan yang
digunakan dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa orang yang
dianggap dapat memberikan informasi secara lengkap dan mendalam.
Jumlah atau banyaknya informan yang dipilih disesuaikan dengan
kebutuhan data.
Adapun beberapa informan tersebut adalah:
1. Kepala Sekolah MTs Negeri II Pamulang Tangerang.
2. Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan MTs Negeri II
Pamulang Tangerang.
3. Imam Sucipto, S. Kom. (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Humas),
1 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 188 2 Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 224
41
4. Guru – guru di MTs Negeri II Pamulang Tangerang
5. Wali Murid.
6. Murid MTs Negeri II Pamulang Tangerang.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.3
Terdapat 3 macam sumber data, yaitu:
1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara. Adapun sumber data yang
berupa person dalam penelitian ini berupa wawancara yakni
Kepala Sekolah, Wakasek Kesiswaan, Wakasek Kehumasan,
dan guru di MTs Negeri 2 Pamulang.
2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam dan bergerak. Sumber data ini berasal pada
tempat penelitian yakni MTs Negeri 2 Pamulang.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Sumber data ini
meliputi data siswa, data guru, data tenaga kependidikan dan
data sarana prasarana, serta dokumen prestasi sekolah, data
seluruh kegiatan KBM di sekolah, dan dokumen-dokumen lain
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini menggunakan sumber data seperti
person dan paper untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri
dari dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data
dalam penelitian ini yakni:
3 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 172
42
a. Data Primer
Data primer, yaitu sumber data lapangan yang diperoleh secara
langsung.4Data primer ini diperoleh dari sumber data pertama
yakni person dengan menggunakan prosedur dan teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.Observasi
dilakukan dilapangan mengamati secara langsung dan mencatat
secara sistematis objek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder, merupakan sumber data yang mendukung dan
melengkapi sumber data primer.Data sekunder diperoleh dari
sumber data ketiga yakni paper dengan menggunakan teknik
dokumentasi yang relevan sebagai pendukung penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa,
keterangan-keterangan, karakteristik-karakteristik atau hal-hal yang
berkaitan dengan sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan
mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data.5
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Metode wawancara (Interview)
Ciri utama dari wawancara adalah proses pengumpulan data
atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer)
dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewe).10
Wawancara
digunakan peneliti untuk memperoleh langsung informasi dari
sumbernya, informan pada wawancara ini yaitu memiliki keterkaitan
4 Prof. Dr. H. Syamsir Salam, Ms dan Jaenal Aripin, M.Ag, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 38 5Samiaji Sarosa, op.cit., h. 43
10 Djudju Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production,
2000) , h. 316
43
langsung dengan kegiatan ekstrakurikuler dan disiplin siswa.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode penelitian dengan mengamati
secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek
penelitian.Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
menggunakan perkataan pada umumnya melibatkan penglihatan
terhadap data visual, dapat pula melibatkan indera lain seperti
pendengaran, sentuhan, penciuman.11
Observasi dilaksanakan pada
waktu proses penelitian ini berlangsung dan penulis menggunakan
observasi partisipastif (participant observation) yaitu dilakukan oleh
peneliti dengan terjun langsung dalam kegiatan dan observasi
kebetulan (incindental observation) yaitu observasi yang dilakukan
melalui pengamatan kegiatan terhadap objek secara kebetulan tanpa
direncanakan.
Metode ini berfungsi untuk mengetahui pelaksanaan program-
program berlangsungnya kegiatan manajemen berbasis sekolah dan
melihat kondisi disiplin siswa ketika berada dilingkungan sekolah dan
pada saat kegiatan berlangsung, mengamati keadaan pembina,
pelatih, guru dan staf dalam mendukung kegiatan dan kedisiplinan
siswa serta mengamati faktor pendukung dan penghambat dalam
kegiatan berlangsung. Kemudian hasil observasi dipertegas lagi
dengan teknik wawancara maupun dokumentasi.
3. Studi Dokumentasi
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.12
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui
dokumen, dalam hal ini melalui dokumen mengenai sejarah dan
perkembangan MTs Negeri 2 Pamulang, visi dan misi, letak geografis,
11
Ibid., h. 320-321 12
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 201
44
struktur organisasi, data siswa, data guru, data tenaga kependidikan,
data sarana prasarana, dokumen prestasi sekolah, data seluruh
kegiatan ekstrakurikuler sekolah, program ekstrakurikuler sekolah,
tata tertib MTs Negeri 2 Pamulang, serta hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari, mempelajari,
mencatat, mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi.13
Data yang diperoleh dari
penelitian kemudian dianalisis secara bertahap.Mempertimbangkan
rumusan dan tujuan penelitian di atas, bahwa laporan penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat laporan
deskriptif.Seperti hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun analisis yang digunakan melalui beberapa tahap yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data
penelitian, seseorang peneliti dapat menemukan kapan saja
waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti
mampu menerapkan metode wawancara, observasi atau dari
berbagai dokumen yang berhubungan dengan kedisiplinan
siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Selama proses
reduksi data peneliti dapat melanjutkan proses penyempurnaan
data dengan peringkasan data yang kurang perlu dan tidak
relevan, pengkodean, menemukan tema, maupun melakukan
penambahan terhadap data yang masih kurang dan sangat
dibutuhkan dalam penelitian, reduksi data berlangsung selama
13
Lexy J. Moleong, op. cit., h. 248
45
penelitian dilapangan sampai pelaporan penelitian selesai.
2. Penyajian Data dan Interpretasi Data
Dalam penelitian biasanya peneliti akan mendapatkan
begitu banyak data.Oleh karena itu pada penyajian data
dalamproses pengumpulan informasi harus disusun berdasar
kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang
diperlukan.Data yang didapatkan tidak mungkin dipaparkan
secara keseluruhan.Untuk itu, dalam penyajian data dapat
dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis
sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan yang diteliti.Selanjutnya interpretasi data adalah
proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah
tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang
tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan
mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Penarikan sebuah kesimpulan merupakan analisis lanjutan
dari reduksi data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti
masih berpeluang untuk menerima masukan.Penarikan
kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali, peneliti
dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat,
sehinggakebenaran ilmiah dapat dicapai.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akanberkembang sesuai dengan situasi dilapangan.14
Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti
14
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h.
216
46
menggunakan analisis deskriptif yaitu penelitian yang
digunakan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan
bagaimana efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs Negeri 2
Pamulang
G. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
Tabel 3. 1
Kisi-kisi wawancara
Fokus Penelitian Dimensi Indikator
A. Manajemen
Berbasis
Sekolah
a. Penerapan
Manajemen
Berbasis Sekolah
1. Peran kepala sekolah sebagai
fasilitator dalam penerapan kegiatan
MBS di sekolah.
2. Fungsi kepala sekolah sebagai
mediator dalam memberikan
arahan kepada guru dalam
penerapan MBS
3. Peran kepala sekolah sebagai
administrator dalam penerapan
MBS
4. Bentuk kerjasama antara kepala
sekolah dengan guru, dan staf yang
terkait.
5. Mengontol dalam setiap kegiatan
MBS
b. Karakteristik
manajemen
berbasis sekolah
1. 1. Out put apa yang dihasilkan dari
prestasi akademik ataupun non
akademik.
47
2. 2. Proses belajar mengajar dengan
efektifitas yang tinggi
c. Komponen sekolah
dalam manajemen
berbasis sekolah
1. Penyusunan visi dan misi
2. Penyusunan tujuan
3. Penyusunan program penerapan
MBS
4. Perencanaan pengadaan fasilitas
5. Pembagian kerja dalam struktur
organisasi
B. Mutu
Pendidikan
a. Faktor yang
mempengaruhi mutu
pendidikan
2. 1. Guru atau Pendidik
3. 2. Siswa/Anak didik
4. 3. Alat Pendidikan
5. 4. Lingkungan Masyarakat
b. Upaya yang
dilakukan dalam
peningkatkan mutu
pendidikan
1. Meningkatnya efisiensi proses
belajar mengajar menuju arah
tercapainya hasil yang optimal.
2. Menguatnya mutu pendidik serta
meningkatnya kapasitas seluruh
warga sekolah termasuk masyarakat
dan orang tua siswa
3. Terbangunnya budaya sekolah yang
demokratis, akuntabel dan
transparan.
4. Terbangunya Model program
pengembangan sekolah
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah MTs Negeri II Pamulang Tangerang
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tangerang II Pamulang terletak
di Jalan Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten. MTsN II Pamulang Tangerang memiliki lokasi
yang strategis, hanya 100 M dari jalan raya.
Pada awalanya MTsN II Pamulang Tangerang berdiri sejak tahun
1981 di Cimanggis, Ciputat (waktu itu belum ada pemekaran kecamatan
Ciputat). Kepala Madrasah pertama kali dijabat oleh Drs. Syamsuddin Pane,
M. Pd. Berkat perjuangan yang gigih dari kepala madrasah dengan
melakukan pendekatan ke berbagai pihak, terutama pihak pemerintahan desa
dan kecamatan, lima tahun kemudian tepatnya tahun 1987, MTsN II
Pamulang Tangerang dipindahkan ke kelurahan Pamulang di atas tanah
seluas 4000 M2.
Pada masa tersebut merupakan masa-masa perjuangan yang gigih
untuk memantapkan eksistensi madrasah, karena masih dihadapkan kepada
pencitraan madrasah yang kurang menguntungkan dari masyarakat.
Masyarakat memandang bahwa madrasah lebih banyak mengajarkan ilmu-
ilmu agama dan kurang mengajarkan ilmu-ilmu umum. Padahal komposisi
kurikulum di madrasah juga menyediakan ilmu-ilmu umum, bahkan
komposisinya mencapai kurang lebih 70% dan ilmu-ilmu agamanya 30%.
Masyarakat juga memandang madrasah adalah sekolah dakwah yang dalam
banyak hal kurang dikelola secara profesional. Paradigma ini tentunya kurang
menguntungkan bagi eksistensi pendidikan madrasah.
49
Belajar dari kondisi kurang menguntungkan inilah yang tampaknya
terus-menerus ingin diluruskan oleh para pejuang awal MTsN II Pamulang
Tangerang, baik oleh kepala madrasah maupun oleh guru-gurunya. Mereka
tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi tentang madrasah baik melalui
pengajian, forum-forum pertemuan pemerintah, kegiatan madrasah,
pertemuan dengan orang tua siswa, dan sebagainya.
Alhamdulillah, berkat perjuangan yang tidak mengenal lelah, di bawah
kepemimpinan Drs. H. Syamsuddin, Drs. H. Edy Djunaedy, dan Drs.
Nasharuddin Sarbini, MTsN II Pamulang Tangerang mulai dikenal dan
dipahami secara proporsional oleh masyarakat. Sehingga dari tahun ke tahun,
antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah semakin
bertambah.
Masyarakat juga mulai menyadari akan pentingnya partisipasi
khususnya dalam hal bantuan finansial, sehingga mulai tahun 1990-an
kesediaan masyarakat untuk membantu secara finansial mulai terlihat.
Hasilnya adalah secara bertahap mulai ada peningkatan jumlah dan kualitas
bangunan gedung. Selanjutnya di bawah kepemimpinan Dra. Hj. Iis Aisyah,
Drs. M. Askolani, dan Drs. Suhardi, M. Ag bangunan gedung MTsN II
Pamulang Tangerang secara perlahan menjadi sangat memadai dan menjadi
kebanggaan masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam modern.
Bangunan gedung madrasah yang awalnya sangat sederhana, kini terlihat
tampak megah karena hampir semuanya sudah bertingkat. Demikian juga
sarana dan prasarana pendidikan lainnya yang semula belum lengkap, secara
perlahan saat ini sudah mulai dipenuhi dengan fasilitas yang lebih modern.
Berkat kerja keras kepala madrasah dan seluruh dewan guru, kini
MTsN II Pamulang Tangerang juga melakukan banyak inovasi baik dalam
bidang manajemen, bidang akademik atau kurikulum, dan bidang kesiswaan.
Di bidang manajemen, madrasah kini sudah lebih banyak
menggunakan pola-pola kerja yang didasarkan pada teknologi modern
50
(walaupun belum maksimal), di bidang akademik mulai banyak melakukan
program-program kelas unggulan, di bidang kesiswaan mulai banyak
diadakan program pengembangan bakat, karakter, dan kepemimpinan.
Dari berbagai inovasi yang dilakukan tersebut telah mengantarkan
MTsN II Pamulang Tangerang banyak meraih prestasi dari berbagai macam
lomba baik di tingkat kecamatan, kabupaten, tingkat provinsi, dan nasional.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Moto MTs Negeri II Pamulang
Tangerang
a. Visi
“Madrasah Insan religious, unggul, berprestasi, dan berwawasan
global”.
b. Misi
Misi MTs Negeri II Pamulang Tangerang yaitu:
1. Meningkatkan kualitas pembinaan keimanan dan ketakwaan
2. Meningkatkan kualitas pembinaan ibadah
3. Meningkatkan kualitas pembinaan akhlak mulia
4. Meningkatkan kualitas pembinaan prestasi akademik
5. Meningkatkan profesionalitas pembinaan ekstrakurikuler
6. Meningkatkan kualitas tata kelola atau manajemen madrasah secara
lebih transparan, partisipatif, efektif, efisien dan akuntabel.
7. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan
8. Meningkatkan kompetensi guru dan profesionalitas pegawai
9. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan, pribadi, dan masyarakat
sekitar
10. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat pamulang dan masyarakat sekitarnya.
51
11. Mengembangkan tradisi pembelajar bagi seluruh komunitas
madrasah, terutama guru dan pegawai.
12. Membekali siswa, guru dan pegawai dengan kecakapan-kecakapan
yang diperlukan di era globalisasi.
c. Tujuan
Terwujudnya peserta didik yang dapat mengembangkan seluruh
potensi insaniyahnya secara optimal sehingga dapat meraih prestasi yang
setingi-tingginya dan bisa melanjutkan pendidikan jenjang berikutnya
pada lembaga-lembaga pendidikan yang unggul.
d. Moto
Moto atau semboyan pernyataan yang singkat yang bila diingat atau
diucapkan akan menjadi penyemangat dalam melakukan berbagai
kegiatan di madrasah. Moto MTs Negeri II Pamulang Tangerang yakni
Fastabiqul Khoirot dan Do the best.
3. Kurikulum
Kurikulum pembelajaran yang diterapkan di MTs Negeri II Pamulang
Tangerang adalah kurikulum yang diberlakukan sesuai dengan keputusan
pemerintah. Pada tahun pembelajaran 2014/2015 kurikulum yang digunakan
adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diterapkan pada pembelajaran
kelas VII sedangkan kelas VIII dan IX masih menggunakan kurikulum
pembelajaran yang sebelumnya.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MTs N Tangerang II Pamulang
dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari sabtu. KBM dimulai dari
pukul 07.00 s/d 15.30 WIB.
52
4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi MTs Negeri II Pamulang Tangerang
KKM
Guru Peduli
Kepala
Madrasah
Komite
Madrasah
Kepala TU Koperasi
WKM
Kurikulum
WKM
Kesiswaan
WKM
Humas-Penemu
WKS
SARPRAS
Adm.
Kurikulum
Pengajaran dan
Evaluasi
Kelas BP &
Olimpiade
Perpustakaan
Kormapel
Pemb. OSIS
Koordinator
PD
Koord. Pram &
ICBC
Pet. UKS
BK-PIKR
Pembina
DKMMesjid
Komunikasi,
Kerjasama, dan
Diklat (KKD)
Pubdok
Lab. Bahasa
Lab. IPA
SABMN
Keling
Pemeliharaan
Alat
Guru/Wali Kelas
SISWA
Keterangan:
= garis komando
= garis koordinasi
53
5. Profil Sekolah
DATA SEKOLAH
Nama Sekolah : MTsN II Pamulang Tangerang
Alamat :
Jl. Pajajaran No. 31 Pamulang Barat Kec. Pamulang Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten
Telp / Fax : 021-7415023 / 021-7415023
Website : http://mtsnpamulang.net
E Mail : [email protected]
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : A Tahun 2011
NSM (No stattistik
Madrasah) : 121136740001
NPSN (No. Pokok
Sekolah Nasional : 2062303
Luas Tanah : 6.852 M2
Luas Bangunan : 3.864 M2
Jumlah Ruang Belajar : 31 ruang
Waktu Belajar : Pagi 07.00-15.00 WIB
6. Keadaan Guru, Pegawai dan Peserta Didik
a. Data Guru
Tenaga pendidik di MTs Negeri II Pamulang berjumlah 65 orang
terdiri dari 1 orang kepala sekolah dan 64 guru bidang studi. Sebagian
54
besar dari tenaga pendidik MTs Negeri II Pamulang Tangerang ini
berstatus sebagai guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan telah
menyelesaikan pendidikan S2 (Strata 2) di berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Tabel 4.1
Data Guru MTs Negeri II Pamulang Tangerang
No Nama Gol. Pendidikan Guru Mapel
1 Drs. Suhardi, M. Ag IV.a S2 Kepala Sekolah
2 Abd. Rozak, SH III.b S2 Akidah Akhlak
3 Drs. Azhar Munadi III.b S1 Akidah Akhlak
4 Dra. Siti Rochmaniah III.b S1 Bahasa Arab
5 Masri’ah, MA III.c S2 Bahasa Arab
6 Siti Bahriyah, S. Ag, MA IV.a S2 Bahasa Arab
7 Hj. Neneng Susilawati, M. Pd IV.a S2 Bahasa Inggris
8 Drs. Panji Waluyo, M. Pd IV.a S2 PKN
9 Dra. Iriastuti IV.a S1 Bahasa Inggris
10 R. Lukman Firdaus, S. Pd III.d S1 Matematika
11 Achmad Buchori, M. Si III.d S2 Seni Budaya
12 Dasril, S. Pd, M. Pd III.c S2 Penjaskes
13 Usep Rahmat, S. Ag, M. Si IV.a S2 Matematika
14 Romlan, S. Ag, MA III.d S2 Qur’an Hadits
15 Ita Rosmita, S. Ag, MA III.d S2 Fiqih
16 Midahwati, S. Ag, MA IV.a S2 SKI
17 Nuraini, S. Ag, MA IV.a S2 Qur’an Hadits
18 Ulik Widiantoro, S. Pd, M. Pd III.d S2 Bhs. Indonesia
19 M. Kamal, S. Pd, M. Pd III.c S2 Bhs. Indonesia
20 Dra. Eka Munawaroh, M. Ed IV.a S2 Matematika
21 Drs. Nurabdillah IV.a S1 Bhs. Indonesia
22 Dra. Hj. Surtini, M. Si IV.a S2 IPS
23 Dra. N. Supriati, M. Pd IV.a S2 Bhs. Indonesia
55
24 Dra. Wirda Hanum, M. Pd IV.a S2 Bhs. Indonesia
25 Dra. Entu Tuningrat IV.a S1 IPA
26 Dra. Dian Rivia, M. Pd III.d S2 Bhs. Indonesia
27 Dra. Hj. Enung Sutiasih IV.a S1 Matematika
28 Asep Abd. Rohim, M. Si III.d S2 IPS
29 Mawalidah, S. Ag III.d S1 Matematika
30 Umi Widaningsih, S. Pd III.c S1 IPS
31 Imam Sucipto, S. Kom III.b S1 TIK
32 Hamdani, S. Ag III.b S1 Qur’an Hadits
33 Oman Sulaeman, S. Pd.I III.b S1 Fiqih
34 Ikhlas, S. Ag, M. Pd IV.a S2 Bahasa Arab
35 Sri Rahayu, S. Sos III.c S1 IPS
36 Hj. Iin Hamidah, S. Ag IV.a S1 IPS
37 Dra. Siti Rif’ah IV.a S1 IPA
38 Hj. Azizah, S. Ag IV.a S1 IPS
39 Drs. Madhari III.c S1 IPS
40 Suhardo, S. Pd, M. Si III.c S2 IPS
41 Nur Utami, S. Pd III.c S1 Matematika
42 Yuli Astuti, S. Pd III.c S1 PKN
43 Ganti Endang Prihatini, S. Pd III.c S1 Matematika
44 Nurlena Hayati, M. Si III.c S2 IPA
45 Sri Widyastuti, S. Psi III.c S1 BK
46 Nalti Nasution, M. Pd III.c S2 Bahasa Inggris
47 Drs. Sanusi III.c S1 IPA
48 Neneng Herawati, S. Pd III.a S1 Bahasa Inggris
49 Tjetjep Saiman, S. Pd IV.a S1 IPA
50 Dra. Dewi Widiyantari IV.a S1 Bahasa Inggris
51 Aeni Rohmah, S. Ag III.a S1 Seni Budaya
52 Lia Nurmalia, S. Psi III.b S1 BK
53 Noprianto, S. Pd IV.a S1 Penjaskes
56
54 Lia Yuliana, S. Pd III.b S1 Seni Budaya
55 Hj. Siti Nuraliyah, S. Pd. I IV.a S1 SKI
56 Tri Endah irianti, S. Pd IV.a S1 IPA
57 Uung Suryadi, S. Ag III.c S1 SKI/Fiqih
58 Arif Sahrudin III.b S1 Penjas
59 Atung Ramdhan, S. Pd. I - S1 Mulok
60 Bedah Zubaedah, S. Pd. I - S1 Fiqih
61 Joko Sutopo, S. Pd - S1 TIK
62 Syaiful Bahri, S. Ag - S1 Mulok
63 Ahmad Arief UN, S. Ag - S1 Mulok
64 Afif Fauzi, S. Pd - S1 Bahasa Inggris
65 Siti Rahayu, S. Pd - S1 Matematika
Data guru di atas menunjukkan bahwa seluruh guru MTsN Tangerang
Pamulang memiliki latar belakang pendidikan S-1 (Strata Satu) bahkan
beberapa guru sudah berpendidikan S-2 (Strata 2). Dengan adanya
pendidikan yang dimiliki masing- masingg guru maka untuk mewujudkan
mutu yang baik tidaklah sulit jika semua pekerjaan dilakukan secara bersama
anatar kepalasa sekolah guru serta staf sekolah di MTs Negeri 2 Pamulang.
Dengan demikian maka efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah
dalam meningkat mutu akan berjalan secara efektif.
.
b. Data Pegawai
Tabel 4.2
Data Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang
Status TU Keling Keamanan Driver Jumlah
PNS 7 0 0 0 7
Honor 7 6 2 1 16
57
Jumlah 14 6 2 1 23
c. Data Peserta Didik
MTsN II Pamulang Tangerang memiliki jumlah siswa yang cukup
banyak yaitu berjumlah 995 orsang siswa. Jumlah siswa secara
keseluruhan secara rinci pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Siswa/iMTsN II Pamulang Tangerang
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelas VII 151 199 350
Kelas VIII 117 201 318
Kelas IX 110 217 327
Jumlah 378 617 995
7. Keadaan Sarana dan Prasarana
a. Tanah dan Halaman
Tanah MTsN II Pamulang Tangerang sepenuhnya milik negara
dengan luas seluruhnya 6.852 M2, sedangkan luas bangunan 3.864 M
2. Di
sebelah timur bersebelahan dengan SDN Pamulang 1, 3 dan 4.
b. Gedung Madrasah
MTs Negeri II Pamulang Tangerang memiliki beberapa fasilitas
fisik (ruang) yang menunjang keberlangsungan kegiatan organisasi
sekolah yaitu diantaranya ruang kelas, laboratorium, ruang perpustakaan,
58
ruang guru, ruang OSIS, aula, kamar mandi, mushalla, ruang piket, ruang
penjaga, dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
c. Sumber Belajar
1. Sarana Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu yang utama, maka di
perpustakaan MTsN II Pamulang Tangerang dilengkapi dengan
berbagai buku sumber, meliputi:
1) Jumlah total : 15.163 eksemplar
2) Jumlah buku pelajaran : 9.620 eksemplar
3) Jumlah judul buku : 1.574 eksemplar
4) Koran/surat kabar : tiap hari 3 surat kabar
5) Majalah : tiap bulan 2 majalah
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tersedia meliputi:
a) Perpustakaam lengkap, serta multimedia
b) TV di tiap kelas khusus
c) VCD player di tiap kelas khusus
d) CD pembelajaran berada di unit komputer dan di perpustakaan
e) LCD proyektorter sedia di tiap kelas
f) Komputer 60 dan akses internet 24 jam
g) Kaset dan video recorder
h) Aula dilengkapi dengan sound sistem
i) Masjid At-taqwa sebagai prasarana ibadah, yang sekaligus sebagai
laboratorium keagamaan
j) Laboratorium sains, lab. Bahasa 1 lokal dengan 40 both, lab.
komputer, lab. ICBC, greenhouse, studio musik, dan drumband
k) Tanaman obat
l) Kolam ikan
59
m) Taman untuk belajar out door
n) 31 lokal untuk ruang kelas
o) Ruang BK
p) Lapangan footsal dan basket
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk menimbah ilmu yang
dapat dijadikan sebagai tempat yang dipercaya oleh kalangan masyarakat,
Agar bisa mencerdaskan anak bangsa. Maka pendidikan harus senantiasa
mampu menjawab apa yang diharapkan masyarakat. Bagaiamana agar
pendidikan bisa membuktikan bahwa ia mampu menjawab tantangan dunia,
maka yang harus diperhatikan adalah manajemen atau pengelola suatu
lembaga pendidikan. Banyak sekolah- sekolah yang mengeluh akan sulitnya
mengelola pendidikan.
Maka Departemen pendidikan memutuskan agar MBS hadir sebagai
penawar bagi sekolah- sekolah yang kedodoran dalam memanajemenkan
organisasi sekolah. Dengan MBS semua hambatan yang terjadi dalam
manajemen pendidikan akan mudah dikelola secara terperinci mulai dari
perencanaan sampai dengan evaluasi berkelanjutan. Jadi akan terlihat masalah
apa yang sering hadir dalam dunia pendidikan. MBS menjawab semua
kebutuhan yang diperlukan dalam dunia pendidikan.
Dalam penerapan MBS dibutuhkan kesiapan mental dari seluruh
komponen yang terkait didalamnya. Karena pada penerapan MBS harus
menentukan salah satu fokus arah dan tujuan jelas yaitu bagian mana kineraja
sekolah yang harus ditingkatkan. Karena sulit untuk meningkatkan kinerja
sekolah secara umum tanpa adanya arah yang jelas.
60
Apakah terfokus pada mutu belajar siswa, mutu manajemen sekolah,
mutu personil, mutu anggaran keuangan sekolah, mutu kurikulum dan lain-
lain.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diperoleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi, adapun hasil penelitian ini meliputi
efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang. Data-data yang telah penulis temukan
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan manajemen berbasis sekolah
Untuk melaksanakan suatu program yang efektif dalam proses kegiatan
belajar mengajar disekolah diperlukan penyusunan perencanaan program,
pengorganisasian, penetapan kebijakan dan pengawasan yang optimal .karena
program kegiatan yang dilakukan disekolah sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, Dalam upaya menciptakan mutu
yang baik siswa, MTs Negeri 2 Pamulang menyusun pelaksanaan program
efektivitas manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah adapun langkah-langkah sebagai berikut:
a. Manajemen berbasis sekolah
Dalam penerapan MBS tentunya dibutuhkan sebuah perencanaan yang
matang. Menurut pendapat Bapak Suhardi sebagai Kepala Sekolah MTs
Negeri 2 Pamulang ,terkait dengan efektivitas penerapan manajemen
berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu yaitu:
“ Jika berbicara mengenai MBS sudah pasti membicarakan bagaimana
tentang manajemen yang dikelola disekolah mulai dari perencanaan
sampai dengan pengevaluasian. Dalam penerapan mbs di MTs Negeri
2 Pamulang ini sudah mulai berjalan dengan baik meskipun
penerapannya belum berjalan secara optimal tetapi prosesnya tetap
mengikuti prosedur yang ditetapkan. Maka Untuk dapat
terselenggaranya pembelajaran yang efektif , yang artinya anak bisa
61
belajar secara optimal dalam segala koneksinya tentu perlu adanya
guru-guru yang mampu mengimplementasi pembelajaran dengan
menggunakan metode yang menarik, mudah dipahami oleh peserta
didik dan mampu memberikan motivasi yang baik terhadap peserta
didik agar mereka dapat menyalurkan segala kemampuan atau potensi
yang dimiliki”.1
“Sedangkan menurut Bpk. Ulik Widyantoro, M.Pd sebagai wakil
kepala bidang kurikulum sekolah MBS merupakan cara untuk
mengatur ,mengelola dan menggunakan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Dan perlu pula memperhatikan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sebagai penunjang proses kegiatan belajar
mengajar”.2 Dan dalam proses penerapan MBS disini kepala sekolah
sangat berperan aktif sebagai fasilitator serta mengajak guru – guru
untuk terus tetap memberikan apa yang dibutuhkan siswa sehingga
siswa terus berperstasi.
Dari hasil wawancara oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah
menurut teori George R. Terry dalam buku Mulyono.MA ,Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan.“manajemen merupakan sebuah
proses yang khas, yang terdiri dari tindakan- tindakan : perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber- sumber lain” .
Maka penulis menyimpulkan bahwa MBS merupakan cara atau
strategi yang paling tepat untuk diterapkan disekolah karena dengan adanya
MBS seluruh program dapat terorganisir dengan baik, mulai dari
manajemen, sumber daya manusia (sdm), sarana prasarana , administrasi
sampai dengan hubungan dengan masyarakat sekitar. Dan disini tidak
hanya kepala sekolah yang berperan sebagai fasilitator, atau administrator
tetapi seluruh guru dan staf yang terkait di dalam sekolah ikut berpatisifasi
1Hasil wawancara dengan Bapak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang 2 Pamulang), pada hari
Rabu, 11Desember 2014 Pukul 09.00 WIB 2Hasil wawancara dengan Bapak Ulik Widyantoro , Wakil Kepala Madrasah bidang
Kurikulum MTs 2 Pamulang, (11 Desember, pukul 10.03 WIB), di Ruang Wakil Kepala Madrasah
bidang Kurikulum.
62
didalam melaksanakan MBS.Kemudian di lanjutkan dengan wawancara
guru- guru di MTs Negeri 2 Pamulang mengenai penerapan MBS.
“ Bapak Suhardo sebagai guru di MTs Negeri 2 Pamulang menyatakan
peran kepala sekolah dalam pelaksanaan MBS bukan hanya sekedar
memberikan instruksi kepada bawahannya untuk melaksanakan
program MBS ,Bahkan dalam penerapan MBS di MTs Negeri 2
Pamulang kepala sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi beliau
juga selalu memantau disetiap kegiatan atau program yang sedang
berajalan. Dan selalu mengajak guru- guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru.
Kepala sekolah pun selalu memberikan arahan kepada guru dalam
pelaksanaan MBS misalnya, dalam pembuatan RPP, Silabus dan
program- program yang dapat membantu meningatkan mutu siswa.
jika terjadi kendala dalam penerapan MBS kepala sekolah selalu
memberikan evalusi berkelanjutan agar program- program yang belum
berjalan secara efektif dapat diperbaiki secara bertahap”.3
Hasil dari wawancara bersama bapak suhardo sebagai guru di MTs
Negeri 2 Pamulang penulis menyimpulkan bahwa peran serta koordinasi
dan pengawasan dari kepala sekolah untuk berjalannya suatu kegaiatan
MBS disekolah memang sangat diperlukan karena dengan adanya instruksi,
arahan dan bimbingan secara baik maka sasaran yang direncanakan akan
lebih terarah dan mudah untuk dicapai.
Kemudian di lanjutkan dengan bapak Nur Abdillah mengenai
penerapan MBS di sekolah MTs Negeri 2 Pamulang berpandangan bahwa:
“Kepala sekolah dalam penerapan MBS masih belum maksimal,
karena dalam penerapan MBS ini masih terlalu banyak yang harus
diperhatikan misalnya saja ketika proses belajar sedang berlangsung.
terkadang terhambat dikarena buku yang masih belum juga datang,
lalu ketika membutuhkan media pembelajaran juga masih belum
terpenuhi mungkin dikarenakan masih banyak kebutuhan lain yang
harus didahulukan. tetapi tidak menuntut kemungkinan meskipun
demikian kita sebagai guru harus tetap siap dan harus tetap bisa
mengkondisikan kekurangan yang belum terpenuhi. karena tidak
3Hasil Wawancara dengan Bapak Suhardo, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 11Desmber
2014, pukul 10.20 WIB), di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
63
mungkin kebutuhan yang tidak ada, proses pembelajaran berhenti
begitu saja, jadi tugas guru selain memberikan pelajaran untuk siswa
juga harus kreatif agar siswa tetap menerima pembelajaran dari guru
disekolah”. 4
Sedangkan MBS menurut Bapak Iman sebagai wakil bidang
kehumasan menyatakan bahwa:
“peran kepala sekolah dalam penerapan manajemen berbasis sekolah
sudah cukup baik karena inti dari MBS tersebut bagaimana cara
sekolah bisa berkembang atau maju , disisi itu keberhasilan sekolah
juga dilihat dari input yang ada didalamnya dan semenjak
kepemimpinan kepala sekolah bapak Suhardi ini di MTsNegeri 2
Pamulang telah mencapai titik kejayaan “prestasi” baik prestasi
akademik maupun non akademik. dan selain itu peran kepala sekolah
sebagai mediator dan administrator itu ada suatu kebanggaan lain,
yaitu kepala sekolah mampu menjembatani antara komite dan guru
disekolah. Komite sekolah ditugaskan untuk mencari orang tua murid
yang memiliki potensi dan semangat yang tinggi untuk memajukan
sekolah.
Di MTs Negeri 2 Pamulang selain prestasi yang baik tentunya,
sikap dan prilaku pun sangat di perhatikan dan diutamakan karena
sikap dan prilaku mencerminkan tentang pendidikan yang diajarkan
disekolah tersebut. MTs Negeri 2 pamulang sudah cukup dikenal
masyarakat, baik mengenai prestasi akademik ataupun non akademik,
untuk prestasi yang telah diraih oleh siswa siswi MTs Negeri 2
Pamulang tentunya memiliki standar, ketentuan dan syarat yang telah
ditetapkan. Jadi sekolah bisa terus mengawasi perkembangan pada
siswa- siswi MTs Negeri 2 Pamulang.
Jadi apa bila ada siswa- siswi sudah mempunyai nilai yang telah
distandarkan oleh sekolah siswa tersebut boleh mengikuti
esktrakurikuler, dan sebaliknya jika siswa tersebut belum mampu
mencapai nilai yang ditentukan maka sekolah tidak mengizinkan siswa
tersebut aktif atau ikut berpartisipasi dalam ekstrakurikuler. karena
tujuan dan sasaran sekolah adalah menciptakan siswa- siswi yang
berprestasi dan berkompeten”. 5
4Hasil Wawancara dengan Bapak Nur Abdillah, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12
Desmber 2014, pukul 11.00 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang 5Hasil Wawancara dengan Imam Sucipto, Wakil Bidang Kehumasan di MTs Negeri 2
Pamulang, ( 12 Desmber 2014, pukul 09.10 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
64
Gambaran dari hasil yang diperoleh di MTs Negeri 2 Pamulang dapat
dilihat dari prestasi akademik maupun non akademik.Hampir semua mata
pelajaran yang biasa di ujikan siswa- siswi MTs Negeri 2 pamulang
memiliki hasil yang memuaskan. Selain itu sekolah ini memiliki nilai plus
yang jarang dimiliki oleh sekolah- sekolah lain. Di MTs Negeri 2
Pamulang sudah mampuh meraih juara mulai dari tingkat jabotabek,
provinsi, sampai dengan tingkat Nasional. Berarti bisa dikatakan penerapan
MBS di MTsN 2 Pamulang sudah 95% berjalan efektif tinggal bagaiamana
cara mempertahankan mutu yang sudah ada dan mengembangkan potensi
siswa-siswi melalui guru-guru yang ada disekolah serta memanfaatkan
sarana prasarana yang ada.
Penulis menyimpulkan hasil dari wawancara bersama bapak Imam
sebagai wakil bidang kehumasan bahwa program penerapan MBS yang
dilakukan diMTs Negeri 2 Pamulang sudah berjalan dengan baik,
walaupun perjalannya tidak semulus yang diingikan tetapi memang sudah
terlihat hasilnya dengan adanya MBS terlebih diterapkan disekolah yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan maka manajemen sekolah
akan mudah dioperasikan dengan baik, karena MBS merupakan langkah
alternatif yang tepat untuk mengelola pendidikan dengan baik.
Setelah itu melanjutkan wawancara dengan Bapak Panji sebagai guru
di MTs Negeri 2 Pamulang,beliau mengatakan :
“Untuk pelaksanaan MBS disini sudah menerapkannya dan prosesnya
cukup berjalan dengan baik meskipun perjalannya tak selalu mulus
yang diinginkan tapi semuanya berjalan menurut standar yang
ditentukan. Dan peran kepala sekolah dalam pelaksanaan atau
manajemen di sekolah ini sudah cukup baik, sebenarnya kepala
sekolah dan guru sama saja hanya saja kepala sekolah disini di berikan
tugas yang lebih berat tanggung jawabnya, tetapi pada dasaranya
semuanya pun sama mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
besar.Untuk tugas kepala sekolah sebagai mediator tekadang memang
65
sedikit terhambat tapi semuanya bisa diatasi karena guru- guru disini
selain aktif juga kreatif jadi saling membatu saja satu sama lain. Dan
untuk masalah prestasi disini sudah bisa dirasakan dan alhamdulilah
perkembangnya pun selalu meningkat.Apa lagi dengan dibuatnya
program- program bantuan oleh guru, seperti sekolah klinik itu sangat
membantu sekali, dan banyak orang tua yang sangat setuju akan
program tersebut jadi siswa bisa terus terpantau akan kemampuan
yang dimilikinya”.6
Hasil dari beberapa wawancara yang telah diuraikan di atas mulai dari
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wakil bidang kehumasan sampai
dengan dewan guru yang bersangkutan dapat disimpulkan bahwa
efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan dapat terlihat dan sudah terkonsep dengan baik. Dan
kepala sekolah cukup perduli akan program yang tengah di jalankan oleh
seluruh komponen yang ada disekolah meskipun dalam proses perjalannya
kepala sekolah tidak terlalu memantau secara langsung tetapi kepala
sekolah selalu memberikan kepercayaan kepada guru-guru dan seluruh staf
yang terkait disekolah dalam efektivitas penerapan MBS di MTs Negeri 2
Pamulang.
Dan untuk dapat terkontrol terus menerus secara berkesinambungan
tentang efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah di MTs Negeri 2
Pamulang kepala sekolah membuat perkumpulan atau bisa dikatakan
dengan diskusi bersama, tujuan diskusi bersama tersebut agar setiap
program yang sedang berjalan tetap terawasi setiap saat, meskipun pada
kenyataanya pengontrolan tidak dilakukan setiap hari, dengan adanya
diskusi setiap kedala yang terjadi pada tiap - tiap bagian akan mendapatkan
solusi atau pemecahan masalah bersama. Jadi dari hasil yang didapat dalam
penelitian ini terlihat sekolah telah menerapkan MBS sebagai strategi yang
6 Hasil Wawancara dengan Bapak Panji , Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 08.20 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
66
menjawab akan mutu sekolah. Hanya saja dalam pengawasan kurang
dilakukan secara terprogram.
b. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Karakteristik manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang sudah cukup baik dalam
perjalannyan sudah melibatkan semua aspek yang ada disekolah baik itu
berupa SDM , sarana dan prasarana, adimistrasi sampai dengan kurikulum
yang disediakan sekolah untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Hal tersebut sebagaimana yang di jelaskan oleh kepala sekolah yang
menyatakan bahwa:
“dalam penerapan MBS di sekolah sudah cukup menjalankan
kurikulum yang distandarkan bahkan sekolah mampu membuktikan
bahwa kurikulum yang diterapkan dapat berjalan dengan maksimal dan
itu sudah terbukti dengan yang seperti kita lihat. Prestasi disekolah
MTs Negeri 2 Pamulang, ini semua berkat para guru yang tak pernah
pantang menyerah untuk mendidikan dan mewujudkan sasaran yang
diinginkan sehingga pada akhirnya sasaran tersebut telah sampai pada
tujuannya. Sebenarnya mbs merupakan pilihan yang tepat untuk
diterapkan disekolah karena strateginya sangat mengena pada apa yang
kita tujukan contohnya seperti : ingin menciptakan budaya bahasa pada
siswa – siswi MTs Negeri 2 Pamulang. Dan program itu berjalan
dengan baik ,selain prestasi yang didapatkan siswa siswi mampu
menggunakan bahasa inggris , arab dengaan baik”.7
Dari pemaparan yang telah disampaikan oleh Kepala Sekolah MTs
Negeri 2 Pamulang tersebut dapat dikatakan bahwa dalam penerpan mbs di
MTs Negeri 2 Pamulang untuk kriteria sudah mampu mengikuti peraturan
yang telah ditetapkan dan dalam prosesnya tidak hanya kepala sekolah saja
yang terlibatkan tapi semua guru dan staf yang ada disekolah semua saling
bahu membahu dalam menciptakan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan.
7Hasil Wawancara dengan Bapak Suhardo, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 11.20 WIB), di Ruang Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Pamulang
67
Dalam karakterisitik MBS di MTs Negeri 2 Pamulang sudah berjalan
dengan sangat baik apa lagi dengan adanya SDM yang ada di sekolah rata-
rata sudah memiliki potensi yang sangat berkualitas dan memiliki sifat
ingin memajukan sekolah dan menciptakan generasi yang berkompenten
baik dalam pelajaran maupun dalam minat bakat masing – masing siswa.
Hal tersebut sebagaimana yang di kemukakan oleh bapak Imam sebagai
ketua bagian kehumasan yang menyatakan bahwa “ MBS memang
merupakan cara atau strategi yang sangat tepat untuk diterapkan di sekolah
karena dengan diterapkan MBS disekolah kita tidak perlu
mengkhawatirkan akan prestasi siswa tinggal seluruh komponen yang yang
terkait didalamnya mampu menggarapkan secara baik dalam
perjalanannya. Saling bekerja sama dengan baik agar hasilnya dapat
memuaskan dengan begitu kita dapat menjawab keinginan masyarakat serta
orang tua murid”.8
Menurut sergiovanni yang dijelaskan dalam buku E. mulyasa tentang
Kriteria Efektivitas MBS (1987) di Indentifikasikan bahwa: Produktivitas,
Efesiensi, Kualitas, Pertumbuhan, Ketidakhadiran, Kepuasan kerja guru,
Kepuasan peserta didik, serta Motivasi. Merupakan bagian yang
mempunyai pengaruh besar akan program MBS . Karena kriteria sama
seperti system atau komponen yang mempunyai daya tarik dari apa yang
dikelola dan apa yang dihasilkan,
Hasil teori yang dijelaskan dengan pemaparan yang telah
disampaikan oleh Bapak Imam sebagai ketua bagian kehumasan, bahwa
kriteria dalam menerapakan MBS merupakan hal yang sangat memicu akan
keberhasilan, karena dengan adanya kriteria yang ditentukan tujuan dan
sasaran yang diingin akan akan mudah tercapai. Mulai dari produktivitas
yang ada disekolah, kemudian efesiensi yang akan membandingkan
prestasi siswa dan dana yang akan dikeluarkan lalu akan terlihat
kuliatasnya dari usaha yang dilakukan sampai dengan hasil akhir yang
membanggakan.
8Hasil Wawancara dengan Bapak Suhardo, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 10.20 WIB), di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
68
c. Komponen Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Komponen sekolah dalam MBS mempunyai pengaruh yang sangat
besar karena tanpa adanya komponen sekolah yang baik efektivitas dalam
penerapan mbs di sekolah tidak akan mungkin berjalan dengan efektif,
komponen disini merupakan penggerak atau proses berlangsungnya
kegiatan disekolah mulai dari manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan atau
pembiayaan, sampai dengan hubungan masyarakat dengan sekolah.
Menurut bapak Imam “Di MTs Negeri 2 Pamulang untuk komponen
sekolah dalam manajemen berbasis sekolah semua sudah terorganisir
dengan baik karena masing- masing guru ataupun staf di MTs Negeri 2
Pamulang sudah melaksanakan tugas yang diamanatkan, hanya saya yang
kurang dalam hal ini proses pengawasan yang jarang dilakukan bahkan
dapat terbilang kurang maksimal, ini dikarenakan kepala kepala sekolah
yang terlalu sibuk akan tugasnya yang begitu banyak sehingga untuk
mengawasi kinerja guru disekolah hanya dipantai melalui komunikasi antar
personal. Karena setiap tugas yang diberikan dibuat kelompok agar proses
kegiatan terus tetap terkendali dengan baik.”Namun dalam penerapannya
MBS masih terdapat kekurangan yang terjadi di sekolah , seperti
kurangnya komunikasi dengan baik antara kepala sekolah dengan para
guru.
Jika dikaitan dengan masalah manajemen anggaran di MTs negeri 2
pamulang apakah sudah tarsparansi atau belum tentunya sudah transparansi
karena karena kita menerapkan mbs disini yang tidak lain agar semua
program yang akan dijalan terlihat adanya. Baik dari sisi manajemen
sampai anggran yang dibutuhkan dalam membuat program yang bertujuan
untuk dapat memberikan mutu yang baik terhadap sekolah ini. untuk
sumber dana yang diperoleh di MTs Negeri 2 Pamulang itu dari
Pemerintah, dana BOS dan Komite sekolah .9
“Bapak Nurabdillah sebagai guru di MTs Negeri 2 Pamulang
menyatakan bahwa “dalam Menerapankan MBS kepala sekolah masih
kurang dalam prosesnya dikarenakan kurangnya komunikasi antar guru
sehingga yang terjadi sekarang penerapan MBS berjalan karna guru- guru
yang sangat bertanggung jawab akan tugas yang diamanatkan, dan
sehararusnya kepala sekolah memantau akan perkembangan yang terjadi
9Hasil Wawancara dengan Imam Sucipto, Wakil Bidang Kehumasan di MTs Negeri 2
Pamulang, ( 12 Desmber 2014, pukul 13.10 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
69
disekolah. Melihat apa yang dibutuhkan guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar dan apa yang harus di tingkatkan agar proses pengembangan
dalam meningkatkan mutu siswa tercapai dengan maksimal. Untuk hal
seperti ini komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah sangat
berpengaruh besar akan kelancaran kegiatan MBS disekolah”.Selaras
dengan yang di kemukakan oleh bapak Imam, memang sudah seharusnya
dalam penerapan MBS, komunikasi harus berjalan dengan baik karena
dengan komunikasi yang baik maka kesulitan- kesulitan yang hadir akan
mudah untuk penyelesaiannya .
Sedangkan masalah mengenai manajemen yang transparansi baik
dalam program ataupun masalah anggaran pendidikan sudah cukup baik
proses manajemen yang dilakukan, baik dalam mengelola sarana dan
parasarana yang ada ataupun anggaran yang butuhkan.10
Dari penjelasan yang di sampaikan oleh Bapak Imam dan Nur
Abdillah tersebut terlihat bahwa dalam efektivitas penerapan manajemen
berbasis sekolah, komunikasi kepala sekolah dengan guru ataupun staf
disekolah masih kurang efektiv karena dalam pembentukan organsasi
dibentuk perkelompok jadi bisa dikatakan yang sering berkomunikasi
hanya ketua-ketua saja yang melaporkan tentang program masing-masing
dan para anggotanya. Meskipun terlihat sangat simple kepala sekolah tidak
melibatkan semua pihak dan hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja
seperti pada tingkat ketua kelompok sedangkan manajemen yang
transparansi baik itu dalam segi anggaran pembiayaan MTs Negeri 2
Pamulang sudah dilakukan dengan baik dari awal menerapkan MBS.
Dari uraian yang telah dijelaskan, dapat penulis simpulkan bahwa
dalam penerapan manajemen berbasis sekolah sebagaian dewan guru
berpendapat akan efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah di
MTs Negeri 2 Pamulang sudah berjalan dengan baik bahkan hampir
seluruh dewan guru atau staf yang berkaitan sangat berantusias akan
penerapan MBS karena menurut mereka dengan MBS guru sangat terbantu
dalam proses pembelajar baik didalam kelas maupun di luar kelas seperti
study di lapangan mempelajari tentang alam yang berada pada mata
pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau IPS (Ilmu Pengetahuan
10
Hasil Wawancara dengan Bapak Nurabdillah, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12
Desmber 2014, pukul 11.30 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
70
Sosial) , yang kurang disini hanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah
saja dan komunikasi yang tidak terlalu intens hingga banyak guru yang
terkadang mengeluh akan kendala yang dialami selama berjalannya
penerapan MBS.
Di MTs Negeri 2 Pamulang untuk tenaga kependidikan sudah cukup
baik karena masing-masing mata pelajaran memiliki guru yang
berkualisifikasi baik. Baik itu dalam pengetahuan ataupun skill yang diluar
kemampuan seperti keagamaan, ekstrakurikuler dan lain-lain. Sedangkan
mengenai anggaran pembiyaan yang transparansi itu sudah dilakukan
dengan baik karena dalam penerapan MBS itu memang sudah seharusnya
anggaran harus bersifat transparansi dan tidak ditutup- tutupi.
.
d. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di MTs Negeri 2
Pamulang
Untuk penerapan MBS di MTs Negeri 2 Pamulang sudah dapat
dikatakan baik, karena pada dasarnya MTs Negeri 2 Pamulang dalam
mengelolah dan memanajemenkan suatu organisasi benar- benar terarah
dan terstruktur. Apa lagi saat ini MTs Negeri 2 sudah memiliki potensi
yang sangat baik dalam segala aspek, baik itu dari segi pembiyaan yang
terbilang sangat transparansi , kesiswaan yang mendisiplinkan tata tertib
kepada seluruh warga sekolah, guru yang berkualitas dan sarana prasarana
yang memperlancar proses kegiatan belajar menagajar disekolah. Tinggal
bagaimana cara sekolah mempertahankan agar prestasi yang sudah dimiliki
mampu bertahan dan bersaing dengan baik dari sekolah- sekolah lain.
Menurut penjelasan bapak panji, bahkan hampir seluruh guru disini sangat
memberikan bantuan kepada anak yang benar- benar terlambat dalam
belajar, tapi itu semua kembali lagi kepada masing- masing siswa mau atau
71
tidak untuk menjalankannya karena penerapan mbs tidak akan mungkin
terjadi jika ada penggerak tapi tidak tau siapa yang ingin digerakan.11
Selaras dengan penjelasan bapak panji bapak ulik sebagai wakil kepala
sekolah pun menyampaikan penerapan mbs di MTs Negeri 2 Pamulang
berjalan dengan hikmat , karena semua terjadi karena adanya motivasi dan
dorongan yang kuat dari intenal maupun ekternal semua berjalan dengan
saling bahu membahu dan mempunyai tujuan dan tekad yang sama
sehingga proses efektivitas penerapan manajemen barbasis sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan akan terasa lebih ringan di samping
kebutuhan yang terpenuhi dan jiwa ingin menciptakan hasil yang
bermutu.12
Penulis menyimpulkan bahwa untuk penerapan MBS di MTs Negeri2
Pamulang sudah berjalan dengan baik , bahkan hampir semua kebutuhan
dalam kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, kemudian
manajemen yang dikelola pun benar- benar terarah secara jelas sehingga
untuk melakukan efektivitas MBS tidaklah sulit apa lagi ditambah masing-
masing guru memilki kemampuan yang luar biasa dan memiliki jiwa ingin
memajukan dan menciptakan generasi yang bermutu.
2. Mutu Pendidikan
a. Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan
Dalam menciptakan mutu pendidikan bukan hal mudah yang dapat
diraih namun ini merupakan tantangan yang sangat berat untuk seorang
pendidik. Maka disinilah tugas guru harus mempunyai jiwa pembangun,
11
Hasil Wawancara dengan Bapak Suhardo, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 11.20 WIB), di Ruang Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Pamulang 12
Hasil wawancara dengan Bapak Ulik Widyantoro , Wakil Kepala Madrasah bidang
Kurikulum MTs 2 Pamulang, (11 Desember, pukul 09.10 WIB), di Ruang Wakil Kepala Madrasah
bidang Kurikulum
72
motivasi agar mampu memberikan arahan yang baik kepada siswa-
siswi.Karakter seperti ini yang harus ada ditanamkan pada seorang
pendidik ujar bapak kepala sekolah, dan di MTs Negeri 2 Pamulang faktor
yang sepeti yang sudah ditanamkan oleh guru- guru disini.Walaupun
terkadang memang selalu saja ada hambatan tapi semua dapat teratasi
dengan baik.13
Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi mutu itu sendiri adalah
sarana prasarana, karena meskipun di MTsN 2 Pamulang untuk sarana
sudah terlengakapi terkadang masih tetap terhambat dalam proses
pembelajar, hal itu disebabkan karena tidak adanya rasa ingin menjaga
merawat dengan baik sarana yang sudah dimiliki dan hal yang seperti ini
yang harus diperhatikan karenaini merupakan faktor penghambatan yang
sangat vatal jika selalu terjadi berulang kali.
Sedangkan hasil wawancara dari bapak imam mengenai faktor yang
mempengaruhi mutu mengatakan bahwa “ mutu pendidikan akan tercipta
dengan baik jika masing- masing memiliki jiwa sebagai pendidik dan
memiliki hubungan yang baik, baik untuk guru- guru, kepala sekolah
taupun siswa- siswi MTs Negeri 2 pamulang. Mengapa saya berbicara
seperti ini, karena pada dasarnya mutu akan di hasilkan jika komponen
yang ada di dalamnya berjalan dengan baik itu lah faktor yang sangat
menonjol dalam pengaruh peningkatan mutu. Terkadang siswa- siswi
bermalas – malasan atau jenuh dalam pembelajaran mengapa? karena
yang di dihadapkan pada mereka hanya belajar belajar dan terus belajar
sehingga mengakibatkan hilangnya konstrasi pada siswa. Maka faktor
peninggkatan mutu bukan hanya sekedar fasilitas yang baik tapi perhatian
dan komunikasi yang biak yang akan membuahkan hasil yang lebih baik.
13
Hasil wawancara dengan Bapak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang 2 Pamulang), pada hari
Rabu, 11Desember 2014 Pukul 9.34 WIB
73
Selain itu faktor lingkunganpun menjadi salah satu pendukung karena
jika sekolah tidak memiliki hubungan dengan baik dengan lingkungan
sekitar maka itu akan mempunyai pengaruh yang besar bahkan itu dapat
menjadi siswa tidak dapat belajar dengan tenang.14
Dan disini penulis menyimpulkan faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang bukan hanya sekedar dengan
adanya fasilitas yang menunjang melainkan perhatian yang penuh dan
komunikasi yang baiklah yang sangat mempengaruhi akan mutu. karena
dengan komunikasi yang baik kita dapat mengetahui permasalahan yang
di hadapi pada masing- masing siswa dan disitu lah tugas guru untuk
memberikan arahan dan motivasi agar semangat mereka tidak padam.
Jadi bisa dikatakan untuk komunikasi baik antar guru dengan kepala
sekolah, dan murid dengan guru masih kurang terjalin dengan baik.
3. Upaya meningkatkan mutu pendidikan
“Upaya- upaya yang dilakukan di MTs Negeri 2 Pamulang sudah
sangat terlihat walaupun kadang sedikit terhalang.Tapi upaya untuk
meningkatkan mutu selalu dijalankan dengan baik.bapak panji
mengatakan bahwa “ MTs Negeri 2 Pamulang selalu mengadakan
perbaikan pelajaran apa bila ada salah satu anak yang masih kurang
dalam memahami mata pelajaran yang di ajarkan. Misalnya saja
diadakannya sekolah klinik “ sekolah klinik ini diadakan untuk
memberikan motivasi untuk anak, agar anak tidak merasa berbeda
dari anak yang sudah mengerti kan mata pelajaran yang diajarkan. 15
Sekolah klinik ini diadakan diluar jam sekolah, sehingga tidak
mengganggu kegiatan sekolah. Selain itu diadakannya kelas minat
permata pelajaran tujuan sekolah membuat kelas minat siswa ini, agar
terlihat sudah sampai mana kemampuan siswa- siswi MTs Negeri 2
14
Hasil Wawancara dengan Imam Sucipto, Wakil Bidang Kehumasan di MTs Negeri 2
Pamulang, ( 12 Desmber 2014, pukul 09.10 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang 15
Hasil Wawancara dengan Bapak Panji , Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 08.20 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
74
Pamulang dalam permata pelajaran yang dikuasai .Dengan adanya
program seperti ini dapat dijadikan tolak ukur sekolah.Dan dapat
mengevaluasi kekurang- kekurangan yang ada agar semua masalah
teratasi dengan baik.
Bapak suhardo mengatakan “upaya dalam meningkatkan mutu di MTs
Negeri 2 Pamulang sudah sangat baik, disamping kepala sekolah yang
sangat peduli akan tanggung jawabnya bukan hanya murid saja bahkan
guru- guru pun selalu diberikan pelatihan- pelatihan agar bertambah
kompetensi yang sudah dimiliki pada masing- masing guru perbidang
study”.16
Bapak Nur Abdillah mengatakan “Alhamduliah untuk masalah
mengupayakan peningkatkan mutu di sekolah sudah terealisasikan dengan
baik, karena dalam konteks ini memang sangat banyak sekali godaan yang
hadir , konflik- konflik pun bahkan sering terjadi tetapi karena disini kita
sebagai pendidik ya alhamdulilah semua dapat teratasi dan tidak berlarut-
larut dan penyelesaian masalah.17
Dari hasil wawancara ketiga guru tersebut penulis menyimpulkan.
Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs Negeri 2 Pamulang
sudah dilakukan dengan maksimal. Berbagai cara telah dilakukan agar
sasaran yang ditujukan mencapai titik keberhasilan dan itu dapat dirasakan
dan dilihat oleh masyarakat setempat. Karena dalam penerapan MBS ini
kepala sekolah selalu memberikan arahan kepada guru- guru, serta
pelatihan – pelatihan yang akan membantu akan kompetensi pedagogik,
profesional sampai dengan sosial. Kepala sekolah telah menjalankan
tugasnya sebagai tenaga pendidik yang mengajak kepada penerapan dan
peningkatan mutu pendidikan dengan mempraktikan empat pilar
pendidikan yaitu learning to know(belajar untuk mengetahui), learning to
16
Hasil Wawancara dengan Bapak Suhardo, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12 Desmber
2014, pukul 10.20 WIB), di Ruang Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Pamulang 17
Hasil Wawancara dengan Bapak Nur Abdillah, Guru di MTs Negeri 2 Pamulang, ( 12
Desmber 2014, pukul 10.20 WIB, di Ruang Guru MTs Negeri 2 Pamulang
75
be(belajar untuk menjadi), learning to do(belajar dengan praktik) dan
learning live together(belajar dengan prinsip kebersamaan).
Dalam setiap lembaga pendidikan Membutuhkan pemimpin yang
bijaksana dan mampu dijadikan suritauladan yang baik anggotanya. Dan
tentunya selain bijaksana seorang pemimpin harus cerdas dan memiliki
wawasan yang luas agar bisa memberikan dan mengajarkan ilmu yang
dimiliki kepada anggotanya.
Hasil wawancara dari murid MTs Negeri 2 Pamulang faisal
mnegatakan bahwa pimpinan di sekolah MTs Negeri 2 Pamulang, baik
tegas dan bijaksana dalam memberikan arahan kepada guru selain itu
pimpinan atau kepala sekolah di MTs Negeri 2 Pamulang selalu
melakukan upaya – upaya dalam meningkatkan mutu siswa itu telihat dari
adanya sistem yang transparansi, partisipasi, dan akuntebel. Maksudnya
transparansi itu adalah diadakannya musyawarah bersama untuk
mengambil keputusan bersama, adanya keterbukaan, saat kepala sekolah
akan membelanjakan uang tentu dengan sepengetahuan bendahara, dan
semua kegiatan ada laporannya dengan rinci, jelas, dan disertakan pula
bukti-buktinya seperti kwitansi. Partisipasi, orang tua ikut berpartisipasi
dalam rapat dan musyawarah, mempersiapkan anak saat akan mengikuti
lomba, dll. Kemandirian, sekolah punya tanggung jawab secara utuh untuk
mengelola dan menyusun ktsp sendiri. Akuntabel , pertanggungjawaban
laporan dengan pembutan sebuah LPJ dan juga disosialisasikan pada
orangtua murid (rencana kegiatan dan anggaran sekolah). Dan itu sangat
saya rasakan akan program yang telah dijelankan di sekolah ini. Dengan
76
adanya manajemen yang baik siswa menjadi lebih displin tertib dan rajin
begitupun untuk para guru yang lainnya.18
Sedangkan hasil wawancara bersama Nursyamsiah sebagai murid di
MTs Negeri 2 Pamulang mengatakan dengan diterapkankan MBS di
sekolah mendapatkan hal yang sangat menarik diantaranya Antara pihak
sekolah, komite, dan masyarakat saling bersinergi atau bersama-sama
bekerja sama demi kemajuan sekolah dan siswa, lalu kedisplinan sangat
terasa baik itu kedisiplanan untuk siswa ataupun guru. Tidak melihat siapa
yang melakukan pelanggran pasti mendapatkan sanksi dan itu membuat
kami sangat bangga karena dengan adanya MBS di terapkan di sekolah
sangat membantu akan seluruh program yang sedang berlangsung. Lalu
upaya yang sering dilakukan oleh Kepala sekolah bersama-sama dengan
guru berusaha untuk mengelola manajemen sekolah dengan baik agar
seluruh program kegiatan berjalan dengan lancar. Contohnya membuat
pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan demi peningkatan
prestasi siswa. Memajang hasil karya anak yang bagus akan memotivasi
siswa karena anak menjadi bangga.19
Dari hasil wawancara bersama siswa- siswi MTs Negeri 2 Pamulang
penulis menyimpulkan bahwa penerapan MBS yang dilakukan di MTs
Negeri 2 Pamulang memiliki hasil yang sangat menggembirakan karena
itu dirasakan oleh siswa- siswi MTs Negeri 2 Pamulang. Mereka
merasakan bahwa guru dalam memberikan pelajaran dan memberikan
peraturan mebuat motivasi baru dan semangat yang tinggi dalam belajar.
18
Hasil Wawancara dengan Faisal siswa MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang (17 Desember
2014, pukul 09.00 WIB), di MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang – Selatan 19 Hasil Wawancara dengan Nur Syamsiyah siswi MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang (17
Desember 2014, pukul 10.20 WIB), di MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang – Selatan
77
Hasil wawancara dengan wali murid tentang guru dalam memberikan
pelajaran dan motivasi dan keterlibat orangtua terhadap sekolah. Ibu isti
mengatakan bahwa sebagai komite atau wali murid hanya bisa men-
support untuk guru-guru yang mulai kedodoran mengajar dan memberikan
solusi untuk pelatihan dan mengingatkan kepada kepala sekolah guru-guru
yang perlu di Up-Grade. Sebenarnya untuk komite itu tidak hanya yang
berasal dari anak yang sekolah di MTs 2, tetapi apabila ada masyarakat
luar yang ingin berpartisipasi dipersilahkan.20
Sedangkan hasil wawancara dari ibu silvi untuk guru tidak mempunyai
problem karena saya sudah melihat akan hasil yang di dapatkan. Visi, misi
dan tujuannya sudah 99% berhasil dicapai tinggal bagaimana cara untuk
dapat mempertahankan mutu yang ada. Yang saya banggakan di sekolah
MTs Negeri 2 Pamulang ini adalah budayanya selain manajemen yan
sudah terkoordinir dengan rapi budaya 3 S (salam, sapa, senyum) sangat
mencerminkan akan sikap, akhlak dan prilaku dan alhamdulillah sudah
baik dan itu sudah terbiasa dilakukan oleh lingkungan MTs Negeri 2
Pamulang.21
Dapat ditarik kesimpulan bahwa MBS yang diterapkan di MTs Negeri
2 Pamulang sudah dapat dirasakan hasilnya dan itu menandakan bahwa
MBS memang merupakan langkah yang paling tepat dalam urusan
mengatur semua kegiatan lembagaan pendidikan seperti hasil yang sudah
didapatkan daru wawancara kedua komite. Maka MBS dapat dijadikan
tolak ukur yang sangat ampuh untuk diterapkan di sekolah- sekolah.
20
Hasil Wawancara dengan Ibu Isti wali murid MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang (17
Desember 2014, pukul13.00 WIB) di Ciputat Rawa Kalong 21
Hasil Wawancara dengan Ibu Silvi wali murid MTs Negeri 2 Pamulang Tangerang (17
Desember 2014, pukul 08.22 WIB) di Ciputat Taman Kedaung
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai efektivitas penerapan manajemen
berbasis sekolah di MTsN II Pamulang Tangerang yang dilakukan melalui
wawancara, dan observasi, maka dapat di simpulkan bahwa dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah yang di lakukan di MTs Negeri 2 Pamulang
sudah efektif dalam menerapakan MBS di sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Meskipun dalam proses penerapan MBS terkadang ada beberapa yang
belum sempurna dalam penerapannya akan tetapi dalam prosesnya standar
yang di tentukan dalam MBS sudah cukup mengena bahkan sudah mampu
memperlihatkan hasil yang baik. Artinya, sekolah sudah mampu
memperlihatkan prestasi dan potensi siswa siswi MTs Negeri 2 Pamulang .
Adapun prestasi lomba perbidang studi : Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Ekstrakurikuler, robotic, pidato Bahasa Arab,
Bahasa Inggris dan masih banyak lagi prestasi yang telah diraih oleh MTs
Negeri 2 Pamulang. Karena pada dasarnya MTs Negeri 2 Pamulang dalam
pengelolaan dan mengatur semua anggotany asudah sangat baik hanya saja
terkadang kepala sekolah yang sebagai pemimpin yang memiliki wewenang
lebih tinggi kurang berkomunikasi dan pengawasan secara intensif. Padahal
jika di lihat dari latar belakang kepala sekolah yang aktif dalam berbagai
organisasi serta banyaknya mengikuti pelatihan - pelatihan tentu dapat
menunjang dalam mengasah kemampuan baik untuk pribadi atau pun untuk
guru- guru lainnya.
Penerapan MBS yang di lakukan oleh kepala sekolah dalam
mengoptimalkan efektivitas penerapanMBS di sekolah ialah dengan berusaha
79
membangun dan memotivasi seluruh komponen sekolah dengan baik dan
mempelajari hal-hal yang berkaitan akan keberhasilan mutu di sekolah.
B. Saran
Berdasarkan dari temuan-temuan hasil penelitian, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepala sekolah hendaknya lebih banyak waktu di sekolah karena sekolah
sangat membutuhkan pengawasan dan perhatian yang khusus.
2. Guru dan semua akivitas sekolah seharusnya meningkatkan rasa empati
dalam menjalin komunikasi efektif demi kelancaran efektivitas penerapan
MBS dalam mutu karena dalam program ini tidak bias berjalan tanpa
pemimpin yang mampu memberikan dorongan khusus pada organisasinya
dalam menejalan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah apalagi
yang berkaitan dengan mutu.
3. Guru dan warga sekolah lainnya sudah seharusnya ikut serta
berpartisipasi mendukung kepala sekolah dalam menciptakan mutu yang
berkualitas yang efektif antar individu agar terwujud lingkungan sekolah
yang aman, nyaman dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya, (Jakarta Rajawali Pers,2009), Cet,1 hal 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung: RemajaRosdakarya, 2010), cet 14
H.VeithzalRivai,. Education Management :AnalisisTeoridanPraktik. (Jakarta
PT Raja GrafindoPersada 2009)
Undang – undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system
Pendidikan nasional, departemen pendidikan Nasional RI, (Jakarta : 2003)
Nana Syaodih Sukmadinata.Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
menengah: Konsep, Prinsip, danInstrumen (Bandung: RefikaAditama,
2006)
-----..Artikel Pendidikan, Konsep Dasar MPMBS, http:
www.dikdasmen.depdiknas.go.id
Rohiat, M.Pd Manajemen Sekolah “Teori dasar dan praktik”(Bandung:
RefikaAditama)
Sri Minarti Manajemen Sekolah : Mengelola Lembaga Pendidikan Secara
Mandiri.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Konteporer (Bandung : CV.
Alfabeta,2008)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .Kamus Besar Bahasa
Indonesia.(Jakarta: BalaiPustaka, 1997). Cet -10
Aan Komaria dan Cepi Triatna.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.
(Jakarta : PT Bumi Aksara), Cet- 1,
E. Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah :konsep, strategi dan implementasi.
(Jakarta: Remaja Rodakarya, 2003). Cet-4
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua,(Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta,
1998),Ed. , Cet 13
Uhar Suharsaputra, Adminstrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama,
2010), cet.1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2002)
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008)
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Bebasis Sekolah, (Jakarta, Sagung
Seto,2007)
Nurkolis, Manjemen Berbasis Sekolah:Teori, Model Dan Aplikasi, (Jakarta:PT
Grasindo 2003), cet. 3
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional dalamMenyukseskan MBS
dan KBK (bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005)
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: RinekaCipta, 2010)
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009)
Prof. Dr. H. Syamsir Salam, Ms dan Jaenal Aripin, M.Ag, Metodologi
Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
Djudju Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah
Production, 2000)
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011)
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/159/2014 Jakarta,10 Februari 2014
Lamp. : 1 Berkas Proposal
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd
Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama : Nurhilda
NIM : 1110018200002
Jurusan : Manajemen Pendidikan
Semester : 8 (delapan)
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI MTs NEGERI II PAMULANG
TANGERANG SELATAN
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 28 Januari 2014,
abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul
tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi
Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan
Kajur Manajemen Pendidikan
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd
NIP : 19661009 199303 1 004 Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Mahasiswa ybs.
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/2120/2014 Jakarta,28 Februari 2014 Lamp. : Outline/Proposal Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth. Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Pamulang di Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Nurhilda
NIM : 1110018200002
Jurusan : Manajemen Pendidikan
Semester : VIII (delapan)
Judul Skripsi :EFEKTIVITAS PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MTs NEGERI II PAMULANG TANGERANG SELATAN
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Manajemen Pendidikan Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd NIP: 19661009 199303 1 004 Tembusan:
1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
LAMPIRAN 1
Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 11 Desember 2014
Waktu : 09.00
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang kepala sekolah)
Sumber :Drs. Suhardi, M. Ag
NO. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Peran kepala sekolah
sebagai fasilitator
dalam penerapan
MBS
Jika berbicara mengenai MBS
sudah pasti membicarakan
bagaimana tentang manajemen
yang dikelola disekolah mulai
dari perencanaan sampai
dengan pengevaluasian. Dalam
penerapan mbs di MTs Negeri
2 Pamulang ini sudah mulai
berjalan dengan baik meskipun
penerapannya belum berjalan
secara optimal tetapi prosesnya
tetap mengikuti prosedur yang
ditetapkan. Maka Untuk dapat
terselenggaranya pembelajaran
yang efektif , yang artinya
anak bisa belajar secara
optimal dalam segala
koneksinya tentu perlu adanya
guru-guru yang mampu
mengimplementasi
pembelajaran dengan
menggunakan metode yang
menarik, mudah dipahami oleh
peserta didik dan mampu
memberikan motivasi yang
baik terhadap peserta didik
agar mereka dapat
menyalurkan segala
kemampuan atau potensi yang
dimiliki
Untuk peran kepala sekolah
sebagai fasilitator dalam
penerapan MBS di MTs
Negeri 2 Pamulang sudah
cukup baik. Karena kepala
sekolah sudah mampu
mengkoordinir anggotanya
dengan baik, mulai dari
perencaan sampai dengan
pengevaluasian dalam
penerapan manajmen
berbasis sekolah .
2. Peran kepala sekolah
sebagai mediator dan
administrator dalam
penerapan MBS
Sebagai kepala sekolah atau
pimpinan yaitu mengatur,
mengarahkan , mengawasi
akan jalannya penerapan MBS
yang di koordinir dari masing-
masing bagian. Agar proses
penerapan yang dilakukan
disekolah berjalan dengan
baik. Setelah itu memberikan
pelatihan- pelatihan kepada
Dalam hal ini kepala sekolah
sudah cukup bertanggung
jawab akan
tanggungjawabnya, hanya
saja disini kepala sekolah
kurang mengawasi akan
program yang tenagh
dijalankan oleh guru- guru di
MTs Negeri 2 Pamulang
Tangerang.
guru bagaimana cara membuat RPP dan memberikan
pembelajaran yang kreatif dan
inovatif.
3. Cara kepala sekolah
dalam mengevaluasi
penerapan MBS
Yang harus dilakukan dalam
mengevaluasi program yang
sedang mengahadapi masalah
baiasanya, yaitu dengan
diadakan forum raker kepada
kepada guru yang diadakan 3
bulan atau 6 bulan sekali.
Pengevaluasian yang
dilakukan oleh kepala
sekolah sudah cukup baik,
karena dengan diadakannya
raker atau bisa dikatakan
diskusi bersama dalam
memberikan solusi yang
tengah dihadapi oleh para
guru sangat membantu akan
berjalannya penerapan MBS
yang lakukan di MTs Negeri
2 Pamulang Tangerang
4. Output yang
diharapkan dari
penerapan MBS
Alhamdulilah untuk hasil yang
menjadi sasaran sudah
menegenai tujuan. Dan
sekarang hanya
mengembangkan, agar potensi
yang sudah ada dapat bertahan
dan berkembang lebih baik.
Output yang diciptakan di
MTs Negeri 2 Pamulang
Tangerang sangat
memuaskan, dan hal yang
harus dipertahankan agar
mutu pendidikan menjadi
lebih baik adanya dari apa
yang sudah dimiliki.
5. Prestasi akademik
ataupun non
akademik
Untuk prestasi akademik dapat
dilihat secara langsung karena
pada kenyataanya MTs Negeri
2 Pamulang Tangerang dapat
menjawab apa yang
diharapkan masyarakat sekitar.
Begitupun untuk prestasi non
akademik MTs Negeri 2
Pamulang Tangerang sudah
mendapatkan juara- juara
tingkat nasional seperti
paskibra dll.
Untuk prestasi akademik dan
non akademik dapat
dirasakan, karena semua
prestasi yang didapatkan
adalah hasil dari semua
program yang dilakukan
dalam penerapan MBS di
MTs Negeri 2 Pamulang.
Mulai dari mata pelajaran
perbidang study sampai
dengan ekstrakurikuler yang
diadakan di MTs Negeri 2
Pamulang Tangerang.
LAMPIRAN 2
Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 11 Desember 2014
Waktu : 10.03
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang wakil kepala sekolah)
Sumber : Ulik Widiantoro, S. Pd, M. Pd
No
.
Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Proses penerapan
MBS di sekolah
Untuk proses penerapan MBS
yang dilakukan di MTs Negeri 2
Pamulang, sudah berjalan dengan
baik bahkan prosesnya berjalan
dengan sangat hikmat semua
karena kita mempunyai tim yang
baik dan bertanggungjawab akan
tugas yang telah di amanatkan.
Penerapan MBS di sekolah
berjalan dengan baik, baik
dalam mengatur tata tertib ,
manajemen kesiswaan, sarana
dan parsana sampai dengan
proses kegiatan belajar
mengajar dan yang terakhir
adimistrasi sudah mampu
dikelola sesuai dengan baik.
2. Input pendidikan
yang sudah ada
dapat mendukung
MBS atau tidak
Untuk input pendidikan yang
sudah ada di MTs Negeri 2
Pamulang Tangerang, sudah
sangat baik karena sudah terlihat
akan kemampuan dan potensi
yang dimiliki pada tiap – tiap guru
per bidang study.
Input pendidikan di MTs
Negeri 2 Pamulang sudah
memenuhi standar yang di
tentukan , sehingga untuk input
pendidikan disini tidak
mempunyai masalah.
3. Budaya yang
diterapkan di MTs
Negeri 2 Pamulang
Tangerang
Budaya yang diterapkan di sini
sudah sangat sesuai dengan visi
misi yang kita buat. Selain
kualitas pendidikan, sikap, moral
dan akhlak sangat diperhatikan
karena dengan menerapkan moral
dan sikap yang baik , sama
dengan kita menjungjung tinggi
nama sekolah.
Budaya yang diterapkan di
MTS Negeri 2 Pamulang ,
sudah mampu menerapkan
budaya- budaya islam, seperti
melakukan 3 S: Salam, santun,
dan sopan.
4. Kebijakan yang
ditetapkan sekolah
dalam mencapai ,
tujuan, dan sasaran
mutu sekolah
Kebijakan yang diterapkan
disekolah sesuai dengan ketentuan
yang disepakati bersama oleh
seluruh komponen MTs Negeri 2
lalu untuk meraih apa yang
diinginkan seluruh guru, staf dan
stakeholder bersama-sama
memberikan ilmu atau pengajaran
yang maksmial kepada siswa-
siswi MTs Negeri 2 agar hasil
yang diinginkan sesuai dengan
harapan.
Dalam mencapai sasaran yang
diharapakan sekolah sudah
cukup bekerja keras dalam
mendapatkan hasil yang
memuaskan. Dan tentunya
untuk dapat terwujud
perjuangan yang dilakukan
tidak mudah tetapi MTs telah
berhasil membuktikan bahwa
MTs bisa menciptakan mutu
yang berkualitas untuk siswa-
siswinya.
LAMPIRAN 3
Wawancara
Hari / Tanggal : Jumat, 12 Desember 2014
Waktu : 09.10 WIB
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang Guru)
Sumber : Imam Sucipto, S. Kom
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Peran kepala sekolah
dalam Penerapan
MBS
Peran kepala sekolah sebagai
fasilitaor yang sudah cukup
baik,Walaupun belum maksimal.
Karena dalam memfasilitator
penerapan MBS kepala sekolah
sudah melakukan tugas dengan baik
hanya sajabelum maksimal. yang
artinya tugasnya sudah dijalankan
dengan baik tetapi belem sesuai
yang diingkan para guru, tetapi
untuk perencanaan sudah cukup
baik dan program – program yang
dibuat sesuai tujuan dari visi misi
yang hendak dicapai.
Peran kepala sekolah dalam
penerapan mbs sudah cukup
maksimal sampai saat ini dan
program-program yang telah
dibuat pun sudah mampu
membuktikan hasil yang cukup
memuaskan.
2. Komponen yang ada
di sekolah
untuk komponen sekolah dalam
manajemen berbasis sekolah semua
sudah terorganisir dengan baik
karena masing- masing guru
ataupun staf di MTs Negeri 2
Pamulang sudah melaksanakan
tugas yang diamanatkan, hanya saya
yang kurang dalam hal ini proses
pengawasan yang jarang dilakukan
bahkan dapat terbilang kurang
maksimal, ini dikarenakan kepala
kepala sekolah yang terlalu sibuk
akan tugasnya yang begitu banyak
sehingga untuk mengawasi kinerja
guru disekolah hanya dipantai
melalui komunikasi antar personal.
Karena setiap tugas yang diberikan
dibuat kelompok agar proses
kegiatan terus tetap terkendali
dengan baik.”Namun dalam
penerapannya MBSmasih terdapat
kekurangan yang terjadi di sekolah ,
seperti kurangnya komunikasi
dengan baik antara kepala sekolah
dengan para guru
Untuk komponen di MTs
Negeri 2 Pamulang sudah baik,
semua komponen bergerak
sesuai dengan tugasnya masing-
masing yang harus ditingkatkan
dala proses ini hanya
pengawasan saja agar berjalan
efektif.
3. Faktor yang mempengaruhi mutu
mutu pendidikan akan tercipta dengan baik jika masing- masing
memiliki jiwa sebagai pendidik dan
memiliki hubungan yang baik, baik
untuk guru- guru, kepala sekolah
taupun siswa- siswi MTsNegeri 2
pamulang. Mengapa saya berbicara
seperti ini, karena pada dasarnya
mutuakan di hasilkan jika
komponen yang ada di dalamnya
berjalan dengan baik itu lah faktor
yang sangat menonjol dalam
pengaruh peningkatan mutu.
Terkadang siswa- siswi bermalas –
malasan atau jenuh dalam
pembelajaran mengapa?karena yang
di dihapakan pada mereka hanya
belajar belajardan terus belajar
sehingga mengakibatkan hilangnya
konstrasi pada siswa. Maka faktor
peninggkatan mutu bukan hanya
sekedar fasilitas yang baik tapi
perhatian dan komunikasi yang biak
yang akan membuahkan hasil yang
lebih baik
Agar mutu tetap tejaga lakukan komunikasi yang baik terhadap
kepala sekolah , guru dan staf
karena dengan adanya
komunikasi yangbaik maka
manajemen yang di kelolapun
sentasia akan terpantau
kefektifannya
4. Cara kepala sekolah
membentuk kerja
sama antar guru,
dan staf yang terkait
Cara kepala sekolah dalam
membentuk suatu organisasi dalam
penerapan MBS di MTs Negeri 2
Pamulang, yaitu dengan cara :
- Pertama , dibuatnya kelompok
pada tiap-tiap guru perbidang
study
- Kedua, menyusun laporan hasil
siswa- siswi dalam perbidang
study
- Ketiga , membuat kelas minat
perbidang study
Dari ketiga cara yang dibentuk oleh
kepala sekolah bertujuan agar
kepala sekolah dengan mudah
mendapatkan data secara rinci dari
guru perbidang study, karena
dengan dibuatnya kelompok guru
perbidang study . kepala sekolah
akan mendapatkan data yang akurat
tentang perkembang siswa . dan
tujuan yang sasarkan akan mudah
terjawab. Dan kerja sama dalam
penerapan MBS sangat dibutuhkan
agar prosesnya tetap berjalan
Bentuk kerja sama anatara guru
dan staf yang terkait sudah
dikeolah dengan baik sehinga
semua program dapat tercofer
dengan maksimal. dan membuat
tugas semakin efektif dan
efesien.
dengan maksimal.
5. Dalam transparansi
proses manajemen
pada sekolah
Jika berbicara mengenai anggaran
yang ada di MTs Negeri 2
pamulang tentunya sudah
transfransi, karena kita menerapkan
mbs disini yang tidak lain agar
semua program yang akan dijalan
terlihat adanya. Baik dari sisi
manajemen samapai anggran yang
dibutuhkan dalam membuat
program yang bertujuan untuk dapat
memberikan mutu yang baik
terhadap sekolah ini.
Di MTs Negeri 2 Pamulang
untuk manajemen dan
pembiayaan sudah transparansi
dengan manajemen yang
teransparansi memudahkan
sekolah dalam mengembangkan
seluruh program baik yang
bersifat internal (dalam sekolah)
atau yang ekternal (lingkungan
sekolah).
6. Sumber dana yang
diperoleh sekolah
selain pemerintah
Sumberdana yang kita peroleh dari
Pemerintah, BOS, dan komite
sekolah.
Dana yang diperoleh di MTs
Negeri 2 Pamulang diperoleh
dari Pemerintah, BOS, dan
Komite selebihnya dari
anggaran bulanan siswa.
LAMPIRAN 4
Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 11 Desember 2014
Waktu : 10:20
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang guru)
Sumber : Suhardo, S. Pd, M. Si
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Peran kepala sekolah
sebagai
administrator
Kepala sekolah dalam adminsitrator
sudah baik, karena kepala sekolah
memang sudah seharusnya dalam
menjalankan tugasnya sebagai
fasilitator, mediator dan
admisntrator sudah mampu
memberikan harapan, perhatian
yang khusus untuk seluruh
komponen sekolah meskipun tak
berhadapan langsung tapi kepala
sekolah selalu berusah menjalankan
tugas sebagai kepala sekolah yang
baik.
Kepala sekolah sebagai
adminstrator sangat
memperhatikan bawahannya
dan respon terhadap apa yang
dibutuhkan oleh guru dan
selalu mengarahkan apa bila
guru mengalami kesulitan
dalam menangani tugasnya.
2. Sarana dan prasarana
di sekolah ini sudah
menunjang proses
kegiatan belajar
mengajar
Untuk sarana- dan prasarana di MTs
Negeri 2 Pamulang, alhamdulilah
sudah terpenuhi dengan baik, semua
kebutuhan yang diperlukan untuk
berjalannya penerapan MBS sudah
bisa dikatakan 100% maksimal.
tinggal kita merawat dan menjaga
fasilitas yang sudah ada, agar
kegiatn pembelajaran disekolah
tetap berjalan secara efektif dan
efesien.
Sarana dan prasarana yang
ada di MTs Negeri 2
Pamulang sudah memenuhi
standar yang di tentukankan .
3. Transparansi proses
manajemen pada
sekolah
Jelas, MTs Negeri 2 Pamulang
dalam manajemen tidak terlalu di
tutupi karena dengan transparasi
semua kinerja yang sedang berjalan
akan terlihat perubahannya,
perkembangnya dan lain
sebagainya, maka manajemen yang
transparansi harus dilakukan tidak
hanya anggaran saja yang
ditransparansikan tapi sebaiknya
untuk seluruh program agar terlihat
dengan jelas perubahanya.
Dalam mengelola secara
keseluruhan program yang
dilakukan di MTs Negeri 2
Pamulang dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah
sudah transparansi.
4. Sumber dana yang
diperoleh sekolah
selain pemerintah
Sumber dana yang didapatkan dari
Pemerintah, Dana BOS, dan Komite
sekolah.
Dana yang di dapat dari MTs
Negeri 2 hanya mendapatkan
dana dari pemerintah, dana
BOS, dan komite sekolah
yang sangat berperan aktif di sekolah dan semangat dalam
menciptakan mutu
pendidikan yang baik.
LAMPIRAN 5
Wawancara
Hari / Tanggal : Jumat, 12 Desember 2014
Waktu : 10:20
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang guru)
Sumber : Drs. Nurabdillah
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Peran kepala sekolah
sebagai mediator
kepada guru dalam
penerapan MBS
Dalam proses penerapan MBS di
MTs Negeri 2 Pamulang. Kepala
sekolah sangat memberikan
dukungan yang kuat, selalu mencoba
memberikan masukan bahkan
pelatihan- pelatihanpun sering
diajarkan contohnya seperti dalam
pembuat RPP, memberikan
mentoring pada setiap kesempatan.
Dan mau mendengarkan berbagai
kendala yang dihadapi oleh guru-
guru.
Sebagai mediator di
sekolah kepala sekolah
sudah memberikan
dukungan yang baik, dan
dapat dijadikan pemimpin
yang bertanggungjawab.
2. Dalam melakukan
evaluasi dan
perbaikan secara
berkelanjutan
sekolah
Evaluasi dan pebaikan berkelanjutan
yang dilakukan di sekolah ini,
kurang lebih 3 bulan sekali, tapi
semua dilihat lagi dari kondisi yang
ada jika memang harus di tangani
dengan cepat 1 bulan sekali. Jadi
semua bentuk pengevaluasian dan
perbaikan berkelanjutan itu dilihat
dari proposinya saja.
Jadi pengevaluasian dan
perbaikan berkelanjutan di
lakukan semuai dengan
kondisi dan keadaan yang
dibutuhkan.
3. Kondisi lingkungan
sekolah
Untuk kondisi lingkungan di MTs
Negeri 2 Pamulang alhamdulilah
baik, aman dan menyenangkan.
Aman sejahtera dan
mempunyai hubungan yang
baik
4. Transparansi proses
manajemen pada
sekolah
Sudah transparansi dan sudah cukup
baik proses manajemen yang
dilakukan di MTs Negeri 2
Pamulang, baik dalam mengelola
sapras yang ada ataupun anggaran
yang dibutuhakan.
Semua program sudah
termenejemn dengan baik
dan smua anggaran yang
diperlukan sudah
transparansi .
5. Sumber dana yang
diperoleh sekolah
selain pemerintah
Hanya Pemerintah, Dana BOS, dan
Komite yang sangat berperan aktif di
sekolah.
Semua dana yang diperoleh
hanya dari pemerintah,
Dana BOS, dan komite
LAMPIRAN 6
Wawancara
Hari / Tanggal : Jumat, 12 Desember 2014
Waktu : 08.20
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang guru)
Sumber : Drs. Panji Waluyo, M. Pd
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Bentuk pengawasan
kepala sekolah pada
penerapan MBS di
sekolah
Untuk pengawasan dalam penerapan
MBS disini tidak hanya kepala
sekolah, tetapi seluruh gurupun
diwajiban mengontrol karena dalam
proses penerapan MBS bukan hanya
kepala sekolah saja yang dikaitkan,
karena ini tugaas bersama. Dan
alhamdulilah untuk hal ini guru- guru
MTs Negeri 2 Pamulang sangat,
perhatian bahkan sangat peduli akan
perkembangan pada setiap program
yang telah dijalankan. Karena
dengan pengontrolan yang baik insya
allah, program yang sedang
mengalami kendala bisa diatasi
secara cepat agar tidak berlarut- larut
pengambatan yang terjadi selam
penerapan MBS sedang berlangsung.
Untuk pengawasan memang
difokuskan kepada kepala
sekolah tetapi karena
memang semua saling
berkaitan dan bekerja sama
mempunyai visi,misi dan
tujuan yang sama maka
pengawasan tersebut
dilakukan pula dengan
dewan guru dan staf yang
terkait.
2. Cara sekolah
melakukan rencana
peningkatan mutu
Yang di lakukan sekolah dalam
meningkatkan mutu siswa, yaitu
dengan diadakannya pelatihan-
pelatihan baik untuk siswa ataupun
guru. Bentuk pelatihan untuk guru
biasanya diadakan oleh kepala
sekolah jangka waktunya bisa dalam
1 tahun 2 kali pelatihan, sedangkan
untuk siswa biasanya itu dibentuknya
kelas minat atau sekolah klinik.
dengan adanya kelas peminatan
maka akan mudah untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa
dalam menguasai pelajaran yang
diajarakan di MTs Negeri 2
Pamulang. Selain itu atau juga yang
disebut dengan sekolah klinik
maksud dari seklah klinik disini,
yaitu evaluasi dalam pembelajaran
misalnya: ketika ada salah satu
seorang anak yang belum paham
akan pelajaran yang disampaikan
Untuk perencanaan mutu
yang dilakukan di MTs
Negeri 2 Pamulang
sebenarnya dengan
menerapkan MBS di
sekolah sudah merupakan
strategi yang paling bagus
karena MBS menjawab
semua tentang keluh-
keluhan yang didalam
dalam dunia pendidikan
menjadi sekolah lebih
mandiri, kreatif dan inovatif
serta menjadikan mutu yang
berkualitas dan
berkompeten.
disekolah lalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, klinik
sekolah lah sebagai evaluasinya. jadi
siswa atau siswi yang belum
mengerti atau masih kurang
menguasai akan bidang study yang
diajarkan biasanya guru perbidang
studi membuat pembalajaran ulang
di klinik sekolah ini. Dan klinik
sekolah diadakan diluar jam sekolah
sehingga tidak menggangu waktu
sekolah. Ini merupakan salah satu
cara peninggkatan mutu yang
diadakan di MTs Negeri 2 Pamulang.
3. Transparansi proses
manajemen pada
sekolah
Di MTs Negeri 2 manajemen yang
dilakukan secara transparansi di
terapkan sejak dulu hanya saja 5
tahun lalu MTs ini belum
menerapkan karena memang
kurikulum yang diajarkanpun
berbeda. Dan sekarang untuk proses
manajemen sampai dengan
pembiayaan berjalan dengan
transparansi.
Manajemen yang dilakukan
secara transparansi tidak
hanya manajemen dalam
anggaran saja melainkan
seluruh manajemen program
yang dikeloa di sekolah
MTs Negeri 2 Pamulang.
4. Sumber dana yang
diperoleh sekolah
selain pemerintah
Sumber dana hanya di dapatkan
melalui pemerintah, Dana BOS, dan
komite sekolah
Hanya mendapatkan dana
bantuan melalui Pemerintah,
Dana BOS komite sekolah
karena sebagian komitepun
adalah pendidik.
LAMPIRAN 7
Wawancara
Hari / Tanggal : Rabu, 12 Desember 2014
Waktu : 09.00
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang guru)
Sumber : Faisal Abda’u (siswa MTs Negeri II Pamulang kls : VIII
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Karakter
kepemimpinan di
MTs Negeri 2
Pamulang terkait
MBS
Bagus, lebih tegas, konsekuen dan
berjalan sampai sekarang
Dalam memimpin kepala
sekolah cukup tegas dan
bertanggungjawab akan tugas
yang diamanatkan
2. Upaya yang
dilakukan oleh
kepala sekolah
terkait dengan
implementasi:
transparansi,
partisipasi,
kemandirian dan
akuntabel?
ü Transparansi : diadakannya
musyawarah bersama untuk
mengambil keputusan bersama,
adanya keterbukaan, saat kepala
sekolah akan membelanjakan uang
tentu dengan sepengetahuan
bendahara, dan semua kegiatan ada
laporannya dengan rinci, jelas, dan
disertakan pula bukti-buktinya
seperti kwitansi.
ü Partisipasi : orang tua ikut
berpartisipasi dalam rapat dan
musyawarah, mempersiapkan anak
saat akan mengikuti lomba, dll.
ü Kemandirian : sekolah punya
tanggung jawab secara utuh untuk
mengelola dan menyusun ktsp
sendiri.
ü Akuntabel :pertanggungjawaban
laporan dengan pembutan sebuah
LPJ dan juga disosialisasikan pada
orangtua murid (rencana kegiatan
dan anggaran sekolah).
Dalam menerapkan MBS di
MTs Negeri 2 sudah mulai
termenejemn dengan baik
semua bidang program sudah
dapat terorganisir secara
optimal, dan dalam anggaran
pembiayaanpun sudah
transparansi , mandiri dan
akuntabel sehingga sekolah
sudah tidak tergantung dari
apapun.karena secara garis
besar MTs Negeri 2 sudah
mulai mandiri dan sudah
mampu membuktikan bahwa
MTs Negeri 2 Pamulang
mampu menciptakan generasi
dengan mutu yang berkualitas.
3. Tingkat
keberhasilan
penerapan MBS
Siswa menjadi disiplin, tertib, dan
rajin.
Masuk sekolah pagi tanpa harus ada
peringatan dari guru dengan tegas.
Yang dirasakan semenjak
diterapkannya MBS di sekolah
siswa menjadi jauh lebih
semangat dalam belajar, taat
dalam mematuhi tata tertib
yang telah di di tentukan
kemudian gurupun semakin
terarah dalam melaksanakan
tugas yang di emban.
4. Faktor faktor pendukung Pe Dukungan dari siswa, guru, kepala
sekolah dan komite sekolah
Dukungn selalu diberikan baik
dari internal ataupun ekternal.
LAMPIRAN 8
Wawancara
Hari / Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014
Waktu : 10.20 WIB
Tempat : MTs Negeri II Pamulang Tangerang (Ruang guru)
Sumber : Nur Syamsiah (siswi MTs Negeri II Pamulang kls : VIII)
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Pe Pengalaman menarik
dari diterapkannya
MBS di sekolah ini
Antara pihak sekolah, komite, dan
masyarakat saling bersinergi atau
bersama-sama bekerja sama demi
kemajuan sekolah dan siswa, lalu
kedisplinan sangat terasa baik itu
kedisiplanan untuk siswa ataupun
guru. Tidak melihat siapa yang
melakukan pelanggran pasti
mendaptkan sanksi dan itu
membuat kami sangat bangga
karena dengan adanya MBS di
terapkan di sekolah sangat
membantu akan seluruh program
yang sedang berlangsung.
Kedisiplinan tidak hanya
diterapkan untuk siswa –
siswi saja, tetapi itupun
berlaku untuk para guru dan
staf sehingga kedisplinan d
sekolah tetap terjaga. Dan ini
membuktikan bahwa
manajemen yang diterapkan
di MTs Negeri 2 Pamulang
berjalan dengan efektif.
2. Siapa saja yang selalu
mengawasi akan
berjalannya MBS
Kepala sekolah , guru dan staf yang
terkait itu untuk internal sedangkan
ekternalnya masyarakat sekitar
MTs Negeri 2 Pamulang
Tangerang.
Pengawasan tidak hanya
kepala sekolah saja yang
melakukan melainkan
seluruh staf jadi semua
mempunyai tanggungjawab
yang sama saling menjaga
dan mengawasi agar sekolah
tetap terkontrol secara
optimal
3 Upaya yang dilakukan
oleh dewan guru dan
kepala sekolah dalam
penerapan MBS
Kepala sekolah bersama-sama
dengan guru berusaha untuk
mengelola manajemen sekolah
dengan baik agar seluruh program
kegiatan berjalan dengan lancar.
Contohnya membuat pembelajaran
di kelas menjadi lebih
menyenangkan demi peningkatan
prestasi siswa. Memajang hasil
karya anak yang bagus akan
memotivasi siswa karena anak menjadi bangga.
Berbagai upaya telah
dilakukan untuk dapat
terlaksananya program MBS
akhirnya sudah dapat berjalan
sesuai dengan kriteria dan
standar yang di tentukan.
Kepala sekolah dan para
dewan guru telah mampu
memberikan mutu yang
diharapkan oleh masyarakat.
4. Cara apa yang biasa
dilakukan guru dalam
meningkatkan mutu
siswa ketika di dalam
ü biasanya guru kami melakukan
“SARAPAN PAGI” yang
merupakan variasi bentuk
pembelajaran sampai pernah
Dalam proses pembelajaran
telah banyak metode yang
digunakan untuk memulai
suatu pembelajaran.
kelas. dilombakan. Dengan adanya PAIKEM, tingkat kenaikan kelas
meningkat dan sering menang
lomba. Serta bisa dilihat dari hasil
UAS BN
ü Nilai yang bagus yang didapat oleh
siswa pada “sarapan pagi” akan
dipampang, maka anak yang
memperoleh nilai bagus tersebut
akan merasa senang, bangga, dan
semangat belajarnya akan lebih
meningkat.
Tujuannya tidak lebih hanya untuk mengetahui kesiapan
anak apakah sudah siap untuk
menerima pelajaran atau
belum, selain itu untuk
mengasah akan pelajaran
yang sudah diajarkan .
5. Pelajaran penting
untuk pengalaman
menjadi lebih kreatif lagi dalam
proses belajar. Dan siswa juga
saling berani dalam menggunakan
metode yang bervariasi dan
beragam. Jadi anak akan semangat
dan menjadi lebih semangat.
Bahwa metode merupakan
cara tepat untuk memberikan
daya ingat kepada siswa
dalam memahami suatu
pelajaran karena dengan
metode yang kreatif
membuat siswa lebih enjoy
dalam menerima pelajaran
yang disampaikan oleh guru
LAMPIRAN 9
Wawancara
Hari / Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014
Waktu : 13.00
Tempat : Rawa Kalong Ciputat
Sumber : Ibu Isti
No. Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. Guru dalam
memberikan
pelajaran
komite hanya bisa men-support untuk
guru-guru yang mulai kedodoran
mengajar dan memberikan solusi
untuk pelatihan dan mengingatkan
kepada kepala sekolah guru-guru yang
perlu di Up-Grade.
Agar tidak terjadi ketidak
efektivan guru dalam
memberikan pelajaran terhadap
siswa dikelas, maka pelatihan
pelatihan sangat diperlukan agar
proses KBM akan terus berjalan
dengan baik
2. dukungan apa
yang
diperlukan
Dukungan yayasan sudah baik untuk
peningkatan kualitas kepala sekolah,
dan menginginkan untuk pelatihan-
pelaihan yang ketat dengan sekolah
luar.
Yayasan selalu memberikan
dukungan baik yang bersifat
profit ataupun nonprofit, tinggal
bagaimana sekolah dapat
mengelola dan memenejemkan
dengan maksimal.
3. sikap dan
motivasi guru
Orang tua mengenai hal tersebut
melaporkannya langsung kepada
komite misalnya ada guru yang jarang
dikelas, maka komite membicarakan
hal tersebut kepada kepala sekolah
bahwa ada beberapa nama guru yang
jarang dikelas dll
Untuk sikap dan motivasi yang
guru MTs Negeri 2 Pamulang
sudah cukup baik, meskipun
terkadang tidak selamanya guru
selalu melakukan hal benar. Tapi
mereka tetap berusaha
mendisplikan waktu dan
bertanggungjawab akan
tugasnya sebagai pendidik yang
harus mentaati segala Peraturan
yang telah disepakatkan.
4. keterlibatan
orang tua
dengan
sekolah
Sebenarnya untuk komite itu tidak
hanya yang berasal dari anak yang
sekolah di MTs 2, tetapi apabila ada
masyarakat luar yang ingin
berpartisipasi dipersilahkan.
untuk masalah keterlibatan
menjaga melindungi tidak hanya
komponen sekolah yang di
wajibkan tetapi aspek
masyarakat sekitarpun ikut serta,
sebab keterbukaan sekolah tidak
hanya tergolong untuk warga
sekolah yang ada di dalam saja.
LAMPIRAN 10
Wawancara
Hari / Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014
Waktu : 08.22
Tempat : Taman Kedaung Ciputat
Sumber : Ibu Silvi
No
.
Fokus Kajian Deskripsi Isi Makna
1. budaya sekolah
MTs Negeri II
Pamulang.
Di MTs Negeri 2 ini kan sudah ada 3 S
(Salam, Sapa, Senyum), dengan tiga itu
alhamdulillah sudah baik dan itu sudah
terbiasa dilakukan oleh lingkungan MTs
Negeri 2 Pamulang.
Di MTs Negeri 2 selain
mutu yang diperhatikan tata
krama dan sopan santunpun
diterapkan tujuannya adalah
tiak lain agar seimbang
antara pendidikan,prilaku
dan sikap
2. Manajemen
sekolah di MTs
Negeri II
Pamulang.
mulai dari supervisi, budgeting, dll
komite semua tahu dan komite tahu apa
yang dibutuhkan. Dan ada tiap tahun
ada rapat bersama terkait sekolah.
Sejauh ini orang tua tidak ada yang
komplen masalah biaya. Karena sarana
sesuai dengan yang didapatkan. Dan
juga ada kompensasi untuk siswa yang
kurang mampu
Artinya untuk manajemen
yang di kelola oleh MTs
Negeri 2 sudah baik, dan
pengawasan yang dilakukan
kepala sekolah mulai dari
manajemen sampai dengan
pembiayaan telah dikelola
secara rinci atau transparasi
sehingga untuk menegenai
manajemen tidak ada
hambatan yang tidak
terselesaikan semua selalu
diselesaikan secara
bertahap.
3. Anggaran, di MTs
Negeri II
transparnsi atau
tidak.
Sejauh ini, pihak orang tua tidak ada
yang komplen mengenai biaya karena
untuk ukuran madrasah ini sudah biasa,
berbeda bila dibandingkan dengan
sekolah-sekolah mahal diluar sana
misalnya al-azhar,dll. Dan apabila ada
orang tua ada yang komplen itu ,
artinya mereka siap untuk mencari
sekolah lain.
Untuk masalah anggaran
sejauh ini tidak memili,i
hambatan karena disini
bentuk anggaran sanagt
terbuka, dan ekolah
memberikan bantuan kepada
anak yang kurang mampu
dan berprestasi.
4. Pengembangan
sekolah/kepala
sekolah, apakah
ada bentuk
perhatiannya
Ada, kemudian kita bisa menilai untuk
pemilihan kepala sekolah apakah
layak/tidak. Dan pemilihan kepala
sekolah dilakukan dari internal.
Kepala sekolah MTs Negeri
2 Pamulang selalu
memperhatikan akan
perkembangan siswa, dan
memperhatikan guru apa
bila sudah mulai kedodoran
dalam proses pembelajaran
dan disini kepala sekolah
memberikan pelatihan agar
kompetensi guru semakin meningkat yang dampaknya
akan baikjuga terhadap
siswa-siswi yang diajarkan.
Lampiran 11
DATA GEDUNG MTs NEGERI TANGERANG II PAMULANG
Jumlah dan Luas Ruang MTsN Tangerang II Pamulang
No Ruang Jumlah Luas (m2) Kondisi
1. Ruang Teori/Kelas 31 7 x 8 Baik
2. Laboratorium Fisika 1 7 x 8 Baik
3. Laboratorium Biologi 1 7 x 10 Baik
4. Laboratorium Bahasa 1 7 x 10 Baik
5. Laboratorium Komputer 2 7 x 8 Baik
6. Laboratorium ICBC 1 7 x 2,5 Baik
7. Ruang Perpustakaan 2 8 x 9 Baik
8. Ruang UKS 1 7 x 8 Baik
9. Ruang Pramuka 1 7 x 3 Baik
10. Ruang Audio Visual 1 7 x 3 Baik
11. Ruang Aula 1 7 x 24 Baik
12. Ruang Kepala Madrasah 1 6 x 5 Baik
13. Ruang Guru 1 7 x 18 Baik
14. Ruang Arsip 1 5 x 5 Baik
15. Ruang Komite 3 3 x 3 Baik
16. Ruang Tata Usaha 2 6 x 7 Baik
17. Ruang OSIS 1 7 x 3 Baik
18. Kamar Mandi/WC Guru 2 2 x 2 Baik
19. Kamar Mandi/WC Murid 4 3 x 5 Baik
20. Gudang 1 8 x 9 Baik
21. Mushalla 1 7 x 24 Baik
22. Ruang Penjaga 1 1,2 x 2 Baik
23. Ruang Piket 1 2 x 2 Baik
24. Ruang Komite 1 3 x 4 Baik
25. Ruang Koperasi 1 7 x 4 Baik
26. Ruang BK 1 7 x 4 Baik
27. Ruang Studio Musik 1 7 x 3 Baik
28. Ruang Wakabid 1 6 x 7 Baik
29. Ruang Alat Drumband 1 7 x 5 Baik
30. Kantin 1 54 x 9 Baik
31. Tempat Wudlu 1 9 x 4 Baik
BIODATA PENULIS
NURHILDA, lahir di Jakarta, 26 November 1990. Saat
ini penulis tinggal di Tambora RT 007 RW. 02 Kel.
Tambora Kec. Tambora DKI Jakarta Barat 11220. Penulis
merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan
Abdul Rasyid dan Sukaesih. Penulis menempuh
pendidikan di SDN 03 Pagi Jembatan Lima (1997-2003),
SMPN 32 Jakarta (2004-2006), Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Daarul Falah Carenang kopo Serang Banten (2007-2010), kemudian
melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Manajemen Pendidikan dan telah menyelesaikan masa studi pada tahun 2014.
Pada masa pendidikan penulis juga ikut serta dalam berbagai organisasi yaitu
Organisasi Pramuka SMP Negeri 32 Jakarta (2004-2006), dan menjadi anggota
organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Manajemen Pendidikan. Alamat
Email penulis adalah [email protected]
Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTs Negeri II Pamulang
Tangerang Selatan
Nurhilda
[email protected] , Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
Dosen Pembimbing : Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan
manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan MTs Negeri
II Pamulang Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data penelitian
dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai pelengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN II Pamulang Tangerang Selatan
berjalan cukup efektif dengan pengertian lain manajemen berbasis sekolah telah
berhasil dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN II Pamulang Tangerang
Selatanyang dikembangkan kepala sekolah selama ini melalui perencanaan yang
baik, pelatihan-pelatihan, keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan
kerjasama dalam menjalankan program yang telah dibentuk, sudah baik namun
masih terdapat aspek yang belum dilakukan secara maksimal. Aspek tersebut
terkait dengan unsur masih kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap
penerapan manajemen berbasis sekolah, kurangnya komunikasi antara kepala
sekolah dengan guru ataupun staf sekolah, masih kurangnya supervisi ketika
proses pembelajaran sedang berlangsungyang dilakukan kepala sekolah.
Kekurangan-kekurangan yang ada diakibatkan karena kurangnya pengawasan
yang efektif oleh kepala sekolah MTsN II Pamulang Tangerang Selatan. Untuk itu
perlu disadari bahwa dalam mengembangkan penerapan manajemen berbasis
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas tentu tidak hanya
didasari dengan komponen yang ada disekolah, namun dibutuhkan juga kerjasama
yang baik serta kemauan untuk menciptakan mutu yang baik. Untuk mencapai
suatu efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah tersebut.
Kata kunci: Efektivitas, Manajemen Berbasis Sekolah , Mutu Pendidikan
Abstract : The purpose of this study to determine and describe the effectiveness
of school-based management in improving the quality of education MTs II
Pamulang South Tangerang. The method used in this research is descriptive
qualitative approach. Data collection was conducted research through interviews,
observation and documentation as complementary. The results showed that the
implementation of school-based management in improving the quality of
education in South Tangerang MTsN II Pamulang run quite effectively with the
other sense of school-based management has been successful in improving the
quality of education in MTsN II Pamulang Tangerang Selatanyang developed
principals for this through good planning, training -Training, openness, empathy,
support, positive attitude, and cooperation in carrying out programs that have been
established, it is good but there are aspects that have not been done optimally. The
aspects related to the elements of the principal's still a lack of supervision of the
implementation of school-based management, the lack of communication between
the school head teacher or school staff, the lack of supervision when the learning
process is being carried berlangsungyang principal. Existing deficiencies caused
by a lack of effective oversight by the principal MTsN II Pamulang South
Tangerang. For that we need to realize that in developing the implementation of
school-based management in improving the quality of education, quality of course
is not only based on the existing components in school, but it needed a good
cooperation and willingness to create a good quality. To achieve an effective
implementation of the school-based management.
Keywords: Effectiveness, School-Based Management, Quality Education
Pendahuluan
Pendidikan merupakan
sebuah upaya untuk
memanusiakan manusi, upaya
yang dilakukan tersebut untuk
mengembangkan potensi individu
agar dapat hidup secara optimal
sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat, serta memiliki nilai
– nilai moral dan sosial sebagai
pedoman hidupnya, bahwa
pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha sadar, terencana
dan memiliki tujuan yang akan
mendewasakan anak.
Pendidikan diarahkan pada
pencapaian tujuan–tujuan
tertentu, di antaranya berkenaan
dengan penguasaan pengetahuan,
pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, dan
kemampuan bekerja. Maka untuk
menyampaikan bahan pelajaran
ataupun mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut
diperlukan suatu metode
penyampaian dan alat bantu yang
tepat.
Meskipun perencanaan dan
tujuan sudah terorganisir dengan
baik mengenai pencapaian tujuan
yang ingin dicapai tetapi
permasalahan yang sering
dihadapi oleh bangsa Indonesia
selalu saja rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan
menengah.
Dalam hal ini pemerintah
telah banyak berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan
nasional, berupa pengembangan
, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan
buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajamen
sekolah. Namun demikian,
berbagaiin dikator mutu
pendidikan belum menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan
yang cuku menggembirakan,
tetapi sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Dalam konteks ini pendidikan
merupakan bagian pentingdari
proses pembangunan nasional
yang ikut menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu
Negara. Pendidikan juga
merupakan invenstasi dalam
pengembangan sumber daya
manusia, dimana peningkatan
kecakapan dan kemampuan
individual adalah sebagai factor
pendukung manusia dalam
meningkatkan mutu pendidikan .
Dari berbagai pengamatan
dan analisis, sedikitnya ada tiga
faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami
peningkatan. Faktor pertama,
kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional
menggunakan pendekatan
education funcitionatau input-
input analisis yang tidak
dilaksanakan secara konsekwen.
Faktor kedua ,penyelenggaraan
pendidikan nasional dilaksanakan
secara birokratik – sentralistik
sehingga penempatan sekolah
sebagai penyelenggaraan
pendidikan sangat tergantung
pada keputusan birokrasi yang
mempunyai jalur sangat kadang
kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai kondisi sekolah setempat.
Faktor ketiga, guru dan peran
serta masyarakat khususnya
orang tua wali murid dalam
penyelenggaraan pendidikan
selama ini sangat minim.
Partisipasi guru dalam
pengambilan keputusan sering
diabaikan, dan partisipasi
masyarakat selama ini pada
umumnya sebatas pada dukungan
dana, sehingga dukungan –
dukungan lain seperti pemikiran,
moral, barang dan jasa kurang
diperhatikan.
Maka diharapkan pemerintah
memberikan sistem desentralisasi
terhadap pendidikan, yang mana
wewenang pengaturan tersebut
diserahkan kepada pemerintah
daerah agar pendidikan mampu
mengelola sekolah dengan baik.
Maka pemerintah telah
menetapkan manajemen berbasis
sekolah sebagai salah satu
strategi standar
dalam mengembangkan
keunggulan pengelolaan sekolah.
Penegasan ini di tuangkan dalam
USPN Nomor 20 tahun 2003
padapasal 51 ayat 1 bahwa
pengelolaan satuan pendidikan
menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
Harapan masyarakat
kebijakan yang di tetapkan
pemerintah dapat melahirkan
sekolah- sekolah yang mampu
membuktikan kinerjanya,
terutama dibidang peningkatan
prestasi siswa .Karena tujuan
utama MBS adalah
pemberdayaan sekolah, yang
kemudian focus pada titik
peningkatan prestasi belajar
siswa sebagai tujuan utama
implementasinya.
Karena tugas utama
manajemen sekolah akan lebih
menantang, jika berkaitan dengan
tugas utama kepala sekolah
dalam memanajemenkan akan
seluruh tugas – tugas dan
tanggung jawab yang telah di
laksanakan dengan operasional
yang baik. Dengan di berikannya
otonomi daerah kepada sekolah,
kepala sekolah mempunyai
peluang besar untuk membuat
kebijakan pengembangan sekolah
.Yang lebih mengacu pada
perbaikan mutu yang
berkelanjutan, kreativitas, dan
produktivitas pegawai (guru).
Karena kualitas bukan saja
pada unsur masukan (Input),
tetapi juga unsur proses, terutama
pada unsur keluaran (Output)
atau lulusan, agar dapat
memuaskan harapan masyarakat
pelanggan pendidikan. Maka
jelas langkah yang diambil oleh
MTs Negeri 2 Pamulang ini,
yaitu menerapkan manajemen
berbasis sekolah di MTs Negeri
2 Pamulang. Sebagai suatu
strategi yang paling baik untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Dan biasanya dibalik prestasi
unggul yang diraih ada sosok
seorang pemimpin yang tangguh
yang mempunyai sifat wibawa
dan transformasi dalam
mengkoordinasikan anggotanya.
Tetapi keadaan di MTs Negeri II
Pamulang Tangerang Selatan ini
berbeda, meskipun banyak
pengalaman yang dilalui tetapi
untuk memimpin anggotanya
masih kurang profesioanl atau
bisa dikatakan masih
mementingkan organisasi diluar
sekolah. dan sifat seperti itu akan
berdampak buruk akan
keberlangsungan kegiatan MBS,
yang menimbulkan ketidak
efektifannya dalam menerapakan
manajemen berbasis sekolah
dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Dalam hal ini kepala sekolah
sebagai pemimpin harus
memiliki berbagai kemampuan
misalnya yang berkaitan
pembinaan, disiplin pegawai, dan
motivasi. Agar MBS tetap
berjalan dengan baik , Karena
MBS merupakan salah satu
wujud dari reformasi pendidikan
yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan
memadai bagi para peserta didik.
Sedangkan untuk pelaksanaan
kurikulum yang digunakan di
MTs Negeri 2 Pamulang ini
Nampak nya sudah baik akan
tetapi ketika kurikulum 2013 di
tetapkan oleh Departemen
Pendidikan. Proses kurikulum
tersebut mengalami kegoyahan di
karenakan belum terbiasa
menggunakan kurikulum baru.
Sehingga berdampak kurang
efektif untuk keberlangsungan
kegiatan belajar mengajar di MTs
Negeri 2 Pamulang .Padahal
dalam pelaksanaan MBS di MTs
Negeri 2 pamulang ini menekan
kan pada akumulasi pengetahuan
materi pelajaran, akantetapi yang
di utamakan adalah kemampuan
siswa untuk memperoleh dan
mendapatkan pengetahuannya
sendiri.
Hal tersebut dapat diamati :
(1) masih kurangnya pengawasan
kepala sekolah terhadap
penerapan manajemen disekolah,
(2) kurangnya komunikasi antara
kepala sekolah dengan guru
ataupun staf sekolah, (3)masih
kurangnya supervisi ketika
proses pembelajaran sedang
berlangsung. Tetapi disamping
itu terdapat hal positif yang telah
dicapai terkait dengan
pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah, diantaranya : (1) sarana
dan prasarana yang sudah
memenuhi standar nasional, (2)
program- program bahasa yang
sudah mulai berkembang dengan
efektif dan menghasilkan prestasi
yang baik, (3) partisipasi komite
dan masyarakat yang sangat
perduli akan kemajuan
pendidikan. Dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah di
MTs Negeri 2 pamulang sudah
berhasil mencetak keluaran yang
berprestasi. Semua terjadi karena
struktur yang dibuat dan
ditugaskan kepada kepala
sekolah, guru, dan para staf yang
terkait menjalankan semua tugas
dan tanggung jawabnya dengan
baik, patuh pada peraturan dan
patuh pada kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan.
Meskipun dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah
MTs Negeri 2 pamulang sudah
mampu menghasilkan banyak
prestasi. Tidak menuntut
kemungkinan manajemen atau
program yang dibuat berjalan
dengan efektif, karena jika dilihat
dari kekurangan yang ada
menunjukan bahwa keberhasilan
prestasi yang diraih bukan berarti
seluruh program berjalan dengan
efektif. Maka untuk dapat
mengefektifkan penerapan MBS
disekolah MTs Negeri 2
Pamulang ini, tugas kepala
sekolah sebagai pimpinan dari
organisasi sekolah harus lebih
bertanggungjawab akan
tugasnya, sebab jika kepala
sekolah tidak dapat melakukan
manajerial yang baik, maka
untuk anggota yang lainpun akan
melakukan hal yang sama dalam
menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.
Kepala sekolah mengadakan
pelatihan untuk guru sedikitnya 1
tahun 2 kali, tujuannya untuk
meningkatkan kompetensi guru
dalam bidangnya masing-
masing sehingga ketika sedang
melakukan kegiatan belajar
mengajar guru sudah siap untuk
memberikan semua
pengetahuannya kepada siswa
yang belum paham akan
pelajaran tersebut. Dengan
memberikannya perhatian yang
khusus kepala sekolah kepada
anggota maka berlangsungnya
manajemen atau program
sekolahakan lebih terkontrol.
Apalagi jika kepala sekolah
mengadakan program pelatihan
untuk guru, guru akan merasa
lebih diperhatikan dan akan
mengahasilkan dampak yang
lebih baik terhadap mutu
pendidikan di MTs Negeri 2
Pamulang
Kajian literatur
Pengertian Mutu Pendidikan
Program mutu sebenarnya
berasal dari dunia bisnis. Dalam
dunia bisnis, baik
yang bersifat produksi maupun
jasa, program mutu merupakan
program utama
sebab kelanggengan dan
kemajuan usaha sangat
ditentukan oleh mutu sesuai
dengan permintaan dan tuntutan
pengguna. Permintaan dan
tuntutan pengguna
terhadap produk dan jasa layanan
terus berubah dan berkembang.
Sejalan dengan hal itu, mutu
produk dan jasa layanan yang
diberikan harus selalu
ditingkatkan. Karena dewasa ini,
mutu bukan hanya menjadi
masalah dan kepedulian dalam
bidang bisnis, melainkan juga
dalam bidang-bidang lainnya,
seperti permintaan, layanan
sosial, pendidikan, bahkan
bidang keamanan dan ketertiban
sekalipun.
Berdasarkan pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa mutu
pendidikan merupakan
komitmen bersama terhadap
komite sekolah, administrator,
guru, staf dan orangtua yang
terkait. Secara umum mutu
adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses dan
output pendidikan. Input
pendidikan adalah segala sesuatu
yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses.
Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat
berlangsung dengan baik. Oleh
karena itu, tinggi rendahnya
mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input. Makin
tinggi kesiapan input, makin
tinggi pula mutu input
tersebut.Proses dikatakan
bermutu apabila
pengkordinasian dan
penyerasian serta pemaduan
input sekolah (guru, siswa,
kurikulum, uang, peralata, dsb)
dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan
situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable
learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan
benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.
Output pendidikan
merupakan kinerja sekolah,
Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari
proses atau prilaku sekolah.
Kinerja sekolah dapat diukur
dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya.
Khusus yang berkaitan dengan
mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah
dikatakan berkualitas atau
bermutu tinggi jika prestasi
sekolah, khususnya prestasi
belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam:
(1) prestasi akademik, berupa
nilai ulangan umum, EBTA,
EBTANAS, karya ilmiah, lomba
akademik; dan (2) prestasi non-
akademik, seperti misalnya
IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
dan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler lainnya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak
tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasa
Faktor yang Mempengaruhi
Mutu Pendidikan
Menurut laporan bank dunia
yang dikutip oleh jalal dan
supriyadi,ada empat faktor yang
diidentifikasi menjadi
penghambat potensi mutu
pendidikan di indonesia,
khususnya pendidikan dasar.
Penghambat tersebut diantaranya
sebagai berikut :
a) Kompleksitas
pengorganisasian
pendidikan dasar antara
Depdiknas dan Depdagri
dalam bidang
ketenagaan, sumber daya
material dan sumber daya
lainnya.
b) Praktik manajemen yang
sentralistik pada tingkat
SMP, pembiyaan dan
perencanaan oleh
pemerintah pusat yang
melibatkan banyak
departemen.
c) Manjemen sekolah yang
tidak efktif
Upaya Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Upaya mutu pendidikan terus
dilakukan oleh berbagai pihak,
upaya-upaya tersebut dilandasi
suatu kesadaran berupa
pentingnya peranan pendidikan
dalam pengembangan sumber
daya manusia dan
pengembangan watak bangsa
(Nation Character Building)
untuk kemajuan masyarakat dan
bangsa.
Dalam konteks bangsa
Indonesia, peningkatan mutu
pendidikan merupakan sasaran
pembangunan di bidang
pendidikan nasional dan
merupakan bagian integral dari
upaya meningkatan kualitas
manusia Indonesia secara
menyeluruh. Karena pendidikan
memegang peranan sangat
penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan
suatu proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan
kulitas sumber daya manusia
(SDM).
Dengan konsep manajemen
berbasis sekolah (MBS) ini,
seluruh komponen yang ada
antara lain melalui layanan
pendidikan bermutu dan
berkualitas pengembangan dan
perbaikan kurikulum dan sistem
evaluasi, perbaikan sarana
pendidikan, pengembangan dan
pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Akan
tetapi, pada kenyataannya, upaya
pemerintah tersebut belum
cukup berarti dalam
meningkatkan kualitas
pendidikan.
Efektivitas
Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata efektif berasal
dari bahasa inggris, yaitu
effective yang bermakna “ 1)
ada efeknya (akibat,
pengarungnya, kesannya), 2)
manjur atau mujarab (tentang
obat), 3)dapat membawa hasil ,
berhasil guna (tentang usaha
atau tindakan).
T. Hani Handoko berpendapat
bahwa efektivitas merupakan
kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Uhar
Suharsaputra efektivitas adalah
ukuran yang menyatakan sejauh
mana sasaran/tujuan telah
dicapai
Kriteria Efektivitas
a) Produktivitas, bagaiaman
peserta didik, guru,
kelompok dan sekolah pada
umumnya mencapai tujuan
yang telah di tetapkan.
b) Efisiensi, perbandingan
indvidu dan prestasi sekolah
dengan biaya yang di
keluarkan untuk mencapai
prestasi tersebut.
c) Kualitas, tingakat dan
kualitas usaha, tujuan, jasa,
hasil dan kemampuan yang
dihasilkan oleh peserta didik
dan sekolah.
d) Pertumbuhan, perbaikan
kualitas kepedulian dan
inovasi, tantangan dan
prestasi dibandingkan
dengan kondisi di masa lalu.
e) Ketidakhadiran, yang
berkaitan dengan jumlah
waktu dan frekuensi
ketidakhadiran para peserta
didik, guru dan pegawai
sekolah lainnya.
f) Perpindahan, jumlah
perpindahan dan tetapnya
peserta didik, kepala
sekolah dan pegawai
lainnya.
g) Kepuasan kerja guru,
bagaimana tingkat
kesenangan yang dirasakan
guru terhadap berbagai
macam pekerjaan yang
dilakukan.
h) Kepuasan peserta didik :
bagaiaman peserta didik
merasakan senangmenerima
pelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah
ditetapkan.
i) Motivasi : kekuatan
kecenderungan dan
keinginan guru, peserta
didik dan pekerja sekolah
untuk melibatkan diri dalam
kegiatan ataupun pekerjaan
senang
Manajemen Berbasis Sekolah
Secara bahasa, Manajemen
berbasis sekolah (MBS) berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen,
berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah proses
menggunakan sumber daya
secara efektif untuk mencapai
sasaran. Berbasis memiliki kata
dasar basis yang berarti dasar
atau asas.Sekolah adalah
lembaga untuk belajar dan
mengajar serta untuk menerima
dan memberikan pelajaran
UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan di
nyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pembangunan
pendidikan didaerah sudah
seharusnya juga merujuk pada
peraturan perundangan tersebut,
sekalipun tetap mengacu kepada
UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sebagaimana telah
dikemukan diatas, manajemen
pendidikan yang tersentralisasi,
kurang mampu mengembangkan
potensi yang ada dilingkungan
masyarakat sesuai dengan
kebutuhan daerah/lokal.
Berkaitan dengan pelaksaan
otonomi daerah yang makin
besar sebagai amanat UUD 1945
dan UU No. 32 Tahun 2004,
merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi para manajer
pendidikan didaerah otonom
untuk secara kreatif
mengembangkan sekolah.
Dengan MBS, maka kepala
sekolah dapat mengatur dan
mengurus sekolah sesuai dengan
kepentingan masyarakat yang
dilayaninya”
Selain MBS merupakan salah
satu strategi untuk proses
meningkatkan mutu pendidikan
dengan adanya MBS diharapkan
dapat membuat sekolah lebih
mandiri, dengan
memberdayakan potensi sekolah
melalui pemberian kewenangan
lebih besar kepada sekolah, dan
mendorong sekolah untuk
memulai mengambil keputusan
secara partisifasi yang
melibatkan seluruh warga
sekolah dan pihak masyarakat
yang dilayaninya.
Manajemen berbasis sekolah
merupakan suatu strategi
pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang
menekankan pada pengerahan
dan pendayagunaan sumber
internal sekolah dan
lingkungannya secara efektif dan
efisien sehingga menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan
bermutu. Selain itu dengan MBS
mampu mendorong
profesionalisme guru dan kepala
sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah. dengan di
terapkannya manajemen yang
transparansi membuat manajemn
sekolah semakin terlihat akan
meningkatnya kinerja yang
dilakukan para guru dan dala
menerapkan mbs di sekolah,
motivasi yang tinggi yang
digerakan oleh kepala menjadi
acuan untuk para guru dalam
memberikan mutu yang baik
untuk peserta didik, karena
dalam menerapkan mbs
membutuhkan kerja yang kuat
antara satu dengan yang lain .
maka dari itu setiap program
yang akan di jalankan hars
benar- benar terencana agar visi
misi yang di rencakan dapat
berjalan dengan baik. Dan
tentukan jika hasil sudah
mencapai taraf yang di inginkan
secara langsung masyarakat
akan melihat kinerja yang
dilakukan di sekolah tersebut.
Dan dengan itu pula masyarakat
akan memberikan partisipasi
dalam menciptakanmutu
pendidikan. Akan tetapi dalam
penerapan MBS tidak selalu
indah perjalannya maka dari itu
sekolah harus mampu membuat
strategi atau evalusi yang
berkelanjutan, tujuannya agar
setiap program yang berjalan
ketika mengahadapi masalh
dipertengahan jalan mempunyai
alternatif dalam memecahkan
sebuah masalah pada program
tersebut. Maka MBS adalah kata
yang paling tepat dalam dunia
pendidkan. Kerana dengan MBS
semua hambatan yang terjadi
dalam pengorganissian di
sekolah dapat teratasi secara
bertahap.
Tujuan Manjemen Berbasis
Sekolah
Dalam tujuan MBS terdapat dua
bagian yaitu: tujuan umum dan
tujuan utama. Tujuan umum
manajemen berbasis sekolah
untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah,
pemberian fleksibilitas yang
lebih besar kepada sekolah untuk
mampu mengelola sumber daya
sekolah dan memberikan
dorongan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan mutu
pendidikan
Manfaat Manajemen Berbasis
Sekolah
Eman Suparman (2001)
mengatakan, dengan
menerapkan MBS, beberapa
manfaat yang bisa diraih, yaitu:
a. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan lebih
mengetahui
kekuatan,kelemahan,
peluang dan ancaman bagi
dirinya di banding dengan
lembaga- lembaga lain.
b. Dengan demikian, sekolah
dapat mengoptimalkan
sumber daya yang tersedia
untuk memajukan
lembaganya.
c. Sekolah lebih mengetahui
sumber daya yang
dimilikinya dan input
pendidikan yang akan
dikembangkan serta
didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai
dengan tingkat
perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
d. Sekolah dapat
bertanggungjawab tentang
mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah,
orangtua peserta didik, dan
masyarakat pada umumnya
sehingga sekolah akan
berupaya semaksimal
mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai
sasaran mutu pendidikan
yang telah direncanakan.
e. Sekolah dapat melakukan
persaingan sehat dengan
sekolah lain untuk
meningkatkan mutu
pendidikan melalui upaya –
upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta
didik, masyarakat, dan
pemerintah daerah setempat.
Karakteristik Manajemen
Berbasis Sekolah
Dalam manajemen berbasis
sekolah itu mempunyai ciri
atau karakteristik yang dapat
membedakan antara sekolah
yang menerapkan manajemen
berbasis sekolah dan tidak
menerapkana manajemen
berbasis sekolah karena
perbedaan itu akan terlihat
ketika sekolah menerapakan
MBS sebagian besar sekolah
menerapkan MBS itu
mempunya ciri-ciri diantaranya
ialah:
1. Manajemen yang
transparansi
2. Partisipasi yang
melibatkan langsung
seluruh warga sekolah
atau (stakeholder)
3. Dapat mengambil
keputusan terhadap
sekolah
4. Disiplin
5. Kepemimpinan yang
transformasi
6. Diadakannya pelatihan-
pelatihan untuk guru
7. Melakukan pengawasan
yang baik terhadap
berjalannya penerapan
MBS.
Berbagai indikator yang
menunjukan karakteristik dari
konsep Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) ini, antara
lain sebagai berikut:
a. Lingkungan sekolah yang
aman dan tertib.
b. Sekolah memiliki visi
dan target mutu yang
ingin dicapai.
c. Sekolah memiliki
kepemimpinan yang
kuat.
d. Adanya harapan yang
tinggi dari personil
sekolah (kepala sekolah,
guru, dan staf lainnya
termasuk siswa) untuk
berprestasi.
e. Adanya pengembangan
staf sekolah yang terus-
menerus sesuai tuntutan
IPTEK.
f. Adanya pelaksanaan
evaluasi yang terus-
menerus terhadap
berbagai aspek akademik
dan administratif, dan
pemanfaatan hasilnya
untuk penyempurnaan /
perbaikan mutu.
Adanya komunikasi dan
dukungan intensif dari
orang tua murid dan
masyaraka
Komponen Sekolah dalam
Manjemen Berbasis
Sekolah
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum dan
program pengajaran
merupakan bagian dari
MBS.Manajemen kurikulum
dan program pengajaran
mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian
kurikulum.Perencanaan dan
pengembangan kurikulum
nasional pada umumnya
telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan
Nasional pada tingkat pusat.
b. Manajemen Tenaga
Kependidikan
Manajemen tenaga
kependidikan atau
manajemen personalia
pendidikan bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif
dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal.
Manajemen tenaga
kepndidikan mencakup : (1)
perencanaan pegawai, (2)
pengadaan pegawai, (3)
pembinanaan dan
pengembangan pegawai, (4)
promosi dan mutasi, (5)
pemberhentian pegawai, (6)
kompensasi, (7) penilaian
pegawai. Yakni tersedianya
tenaga kependidikan yang
diperlukan dengan
kualifikasi dan kemampuan
yang sesuai serta dapat
melaksanakan pekerjaan
dengan baik dan berkualitas.
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan
adalah seluruh proses
kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan
secara terus - menerus
terhadap seluruh peserta
didik ( dalam lembaga
pendidikan yang
bersangkutan) agar dapat
mengikuti proses PBM
dengan efektif dan efisien.
Manajemen kesiswaan
bertujuan untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam
bidang-bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran
disekolah dapat berjalan
dengan lancar, tertib, teratur,
serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah.
d. Manajemen keuangan
dan pembiayaan
Merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam
kajian manajemen
pendidikan. Komponen
keuangan dan pembiyaan
pada suatu sekolah
merupakan komponen
produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan
proses belajar mengajar
disekolah. Pada tahap
perencanaan analisis
kebutuhan pengembangan
sekolah dalam kurun waktu
tertentu menjadi focus utama
yang perlu diperhatikan,
kebutuhan dalam satu tahun
anggaran, lima tahun,
sepuluh tahun, bahkan dua
puluh lima tahunan.
Perencanaan dibuat oleh
kepala sekolah, guru, staf
sekolah, dan pengurus
komite sekolah mereka
mengadakan pertemuan
untuk menentukan kebutuhan
dan menentukan kegiatan
sekolah dalam waktu
tertentu. Berdasarkan analisis
ini, diperloeh banyak
kegiatan yang perlu
dilakukan sekolah dalam satu
tahun, lima tahun, sepuluh
tahun, atau bahkan dua puluh
lima tahun
e. Manajemen sarana dan
prasarana
Sarana pendidikan adalah
peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung
dipergunakan untuk
menunjang proses
pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas,
meja, kursi, serta alat-alat
dan media
pengajaran.Manajemen
sarana dan prasarana
bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar
dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti
pada jalanya proses
pendidikan. manajemen
sarana dan prasarana yang
baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang
bersih baik rapi, indah
sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan
baik bagi guru maupun
murid-murid untuk berada di
sekolah.
f. Manajemen hubungan
sekolah dengan
masyarakat
a) Manajemen humas
Hubungan masyarakat
(humas) merupakan suatu
kegiatan untuk menanamkan
dan memperoleh pengertian,
kepercayaan, dan
penghargaan dari masyarakat
khususnya pada
masyarakatnya umumnya.
Melalui humas hubungan
antar sekolah akan dengan
mudah menyebarluaskan
informasi untuk menciptakan
pemahaman yang sebaik –
baiknya dikalangan
masyarakat luas mengenai
tugas – tugas dan fungsi
organisasi tersebut.
Apalagi, pendidikan
merupakan wilayah kerja
sekolah yanhg menjadi
tanggungjawab bersama akan
tiga elemen yaitu, orangtua,
masyarakat, dan pemerintah.
Hal ini dikuat dalam
Undang- undang No. 20
Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal, 7,
8, 9, 10, dan 11 tentang hak
dan kewajiban orangtua,
masyarakat, dan pemerintah
dalam pendidikan.
Metodologi Penelitian
Tempat dan Waktu
Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
MTs Negeri 2 Pamulang
Kota Tangerang Selatan
yang beralamat di Jl.
Pajajaran 31 Pamulang
Tangerang Selatan. Alasan
saya memilih sekolah ini,
karena di MTs Negeri 2
Pamulang sudah terlihat
prestasi yang telah diraih
selain itu pula di sekolah
MTs Negeri 2 Pamulang
sudah menerapkan
manajemen berbasis sekolah
sebagai acuan dalam
meningkatkan mutu atau
kuliatas pendidikan
Waktu Penelitian
Peneliti mengurus izin
penelitian dan observasi
awal di MTs Negeri 2
Pamulang. Kegiatan
penelitian ini mulai
dilaksanakan pada
pertengahan bulan Juli
sampai dengan bulan
Desember 2014.Selama 6
bulan ini peneliti membagi
waktu untuk beberapa
tahap.Pertama, melakukan
observasi ke sekolah
dilanjutkan dengan
mengumpulkan data yang
diperlukan.Lalu melakukan
wawancara, dokumentasi
selama dua bulan yaitu
bulan November dan
Desember dilanjutkan
mengolah data dari hasil
data yang telah
diteliti.Tahapan akhir
peneliti menuangkan hasil
penelitian dalam sebuah
laporan penelitian skripsi.
Pendekatan dan Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan
metode yang digunakan
adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif.
Teknik Pemilihan
Informan
Informan adalah orang yang
memberikan informasi.
Adapun pada penelitian ini,
teknik yang digunakan
untuk menentukan subjek
penelitian kualitatif adalah
teknik purposive sampling
yaitu, sampel yang
ditetapkan secara sengaja
oleh peneliti atau tidak
secara acak. Teknik ini
dipilih oleh peneliti
berdasarkan tujuan
penelitian yakni memilih
orang-orang yang dapat
dijadikan sebagai sampel
penelitian karena mereka
dianggap dapat memberikan
informasi tentang masalah
pada penelitian ini. Jumlah
atau banyaknya informan
yang dipilih disesuaikan
dengan kebutuhan data.
Adapun beberapa informan
tersebut adalah:
1. Kepala Sekolah MTs
Negeri II Pamulang
Tangerang.
2. Wakil Kepala Sekolah
bagian Kesiswaan MTs
Negeri II Pamulang
Tangerang.
3. Imam Sucipto, S. Kom.
(Wakil Kepala Sekolah
Bidang Humas),
4. Guru – guru di MTs
Negeri II Pamulang
Tangerang
5. Wali Murid.
6. Murid MTs Negeri II
Pamulang Tangerang.
Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek
dari mana data dapat
diperoleh. Terdapat 3
macam sumber data, yaitu:
1. Person, yaitu sumber
data yang bisa
memberikan data
berupa jawaban lisan
melalui wawancara.
Adapun sumber data
yang berupa person
dalam penelitian ini
berupa wawancara
yakni Kepala Sekolah,
Wakasek Kesiswaan,
Wakasek Kehumasan,
dan guru di MTs Negeri
2 Pamulang.
2. Place, yaitu sumber
data yang menyajikan
tampilan berupa
keadaan diam dan
bergerak. Sumber data
ini berasal pada tempat
penelitian yakni MTs
Negeri 2 Pamulang.
3. Paper, yaitu sumber
data yang menyajikan
tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar,
atau simbol-simbol lain.
Sumber data ini
meliputi data siswa,
data guru, data tenaga
kependidikan dan data
sarana prasarana, serta
dokumen prestasi
sekolah, data seluruh
kegiatan KBM di
sekolah, dan dokumen-
dokumen lain yang
dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Teknik Pengumpulan
Data
Adapun teknik
pengumpulan data yang
dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Metode wawancara
(Interview)
b. Metode Observasi
c. Studi Dokumentasi
Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif
adalah proses mencari,
mempelajari, mencatat,
mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan dan
menyusun secara
sistematis data yang
diperoleh dari hasil
wawancara, catatan
lapangan dan
dokumentasi.
Adapun analisis yang
digunakan melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data dan
Interpretasi Data
3. Penarikan
Kesimpulan atau
Verifikasi Data
INSTRUMEN
WAWANCARA
1. Bagaimana
peran kepala
sekolah
sebagai
fasilitator
dalam
penerapan
MBS di
sekolah ini?
2. Bagaimana
peran kepala
sekolah
sebagai
mediator
(perantara atau
pendukung)
memberikan
arahan kepada
guru dan
administrator
dalam
penerapan
MBS?
3. Output
sepertiapakah
yang
diharapkan
dari penerapan
MBS ini?
Apasaja output
yang dimiliki
sekolah yang
berupa prestasi
akademik
maupun non
akademik ?
4. Kurikulum apa
yang
diterapkan
sekolah ini?
5. Apakah Input
pendidikan
yang sudah ada
dapat
mendukung
penerapan
MBS di
sekolah dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan?
6. Apakahsekolah
responsive dan
antisipasif
terhadap
kebutuhan?
7. Seberapa
efekifnya
pengelolaan
tenaga
kependidikan
di sekolah ini?
8. Apa saja
budaya sekolah
yang dapat
menunjang
terlaksananya
MBS?
9. Bagaimana
partisipasi
warga sekolah
dan
masyarakat
dalam
menunjang
penerapan
MBS dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan?
10. Bagaimana
sekolah
melakukan
langkah
alternative
pemecahan
masalah dalam
kaitannya
dengan MBS?
11. Berapa kali
sekolah
melakukan
evaluasi dan
perbaikan
secara
berkelanjutan ?
12. kebijakanapa
yang
ditetapkan
sekolah dalam
mencapai ,
tujuan, dan
sasaran mutu
pendidikan?
13. Apakah Sarana
dan prasarana
di sekolah ini
sudah
menunjang
proses kegiatan
MBS?
14. Apa visi misi
sekolah ini?
Dan siapa saja
yang
menyusunnya?
15. Bagaimana
sekolah
melakukan
rencana
peningkatan
mutu
pendidikan?
16. Apakan
manajemen
yang dilakukan
di sekolah
sudah
transparansi?
17. Apakah dengan
adanya MBS
diterapakanm
di sekolah
memiliki
perubahan yang
signifikan?
Gambaran Umum
Objek Penelitian
Sejarah MTs Negeri II
Pamulang Tangerang
Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN)
Tangerang II Pamulang
terletak di Jalan
Pajajaran No. 31
Kecamatan Pamulang
Barat, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi
Banten. MTsN II
Pamulang Tangerang
memiliki lokasi yang
strategis, hanya 100 M
dari jalan raya.
Pada awalanya MTsN
II Pamulang Tangerang
berdiri sejak tahun 1981
di Cimanggis, Ciputat
(waktu itu belum ada
pemekaran kecamatan
Ciputat). Kepala
Madrasah pertama kali
dijabat oleh Drs.
Syamsuddin Pane, M.
Pd. Berkat perjuangan
yang gigih dari kepala
madrasah dengan
melakukan pendekatan
ke berbagai pihak,
terutama pihak
pemerintahan desa dan
kecamatan, lima tahun
kemudian tepatnya
tahun 1987, MTsN II
Pamulang Tangerang
dipindahkan ke
kelurahan Pamulang di
atas tanah seluas 4000
M2. Pada masa tersebut
merupakan masa-masa
perjuangan yang gigih
untuk memantapkan
eksistensi madrasah,
karena masih
dihadapkan kepada
pencitraan madrasah
yang kurang
menguntungkan dari
masyarakat. Masyarakat
memandang bahwa
madrasah lebih banyak
mengajarkan ilmu-ilmu
agama dan kurang
mengajarkan ilmu-ilmu
umum. Padahal
komposisi kurikulum di
madrasah juga
menyediakan ilmu-ilmu
umum, bahkan
komposisinya mencapai
kurang lebih 70% dan
ilmu-ilmu agamanya
30%. Masyarakat juga
memandang madrasah
adalah sekolah dakwah
yang dalam banyak hal
kurang dikelola secara
profesional. Paradigma
ini tentunya kurang
menguntungkan bagi
eksistensi pendidikan
madrasah.
Visi, Misi, Tujuan dan
Moto MTs Negeri II
Pamulang Tangerang
Visi
“Madrasah Insan
religious, unggul,
berprestasi, dan
berwawasan global”.
Misi
Misi MTs Negeri II
Pamulang Tangerang
yaitu:
1. Meningkatkan
kualitas pembinaan
keimanan dan
ketakwaan
2. Meningkatkan
kualitas pembinaan
ibadah
3. Meningkatkan
kualitas pembinaan
akhlak mulia
4. Meningkatkan
kualitas pembinaan
prestasi akademik
5. Meningkatkan
profesionalitas
pembinaan
ekstrakurikuler
6. Meningkatkan
kualitas tata kelola
atau manajemen
madrasah secara
lebih transparan,
partisipatif, efektif,
efisien dan
akuntabel.
7. Meningkatkan
kualitas sarana dan
prasarana pendidikan
8. Meningkatkan
kompetensi guru dan
profesionalitas
pegawai
9. Meningkatkan
kualitas kesehatan
lingkungan, pribadi,
dan masyarakat
sekitar
10. Meningkatkan
kepedulian terhadap
lingkungan sosial,
ekonomi, dan
budaya masyarakat
pamulang dan
masyarakat
sekitarnya.
11. Mengembangkan
tradisi pembelajar
bagi seluruh
komunitas madrasah,
terutama guru dan
pegawai.
12. Membekali siswa,
guru dan pegawai
dengan kecakapan-
kecakapan yang
diperlukan di era
globalisasi.
Hasil Penelitian
Pendidikan merupakan
salah satu wadah untuk
menimbah ilmu yang
dapat dijadikan sebagai
tempat yang dipercaya
oleh kalangan
masyarakat, Agar bisa
mencerdaskan anak
bangsa. Maka
pendidikan harus
senantiasa mampu
menjawab apa yang
diharapkan masyarakat.
Bagaiamana agar
pendidikan bisa
membuktikan bahwa ia
mampu menjawab
tantangan dunia, maka
yang harus diperhatikan
adalah manajemen atau
pengelola suatu
lembaga pendidikan.
Banyak sekolah-
sekolah yang mengeluh
akan sulitnya mengelola
pendidikan.
Maka Departemen
pendidikan
memutuskan agar MBS
hadir sebagai penawar
bagi sekolah- sekolah
yang kedodoran dalam
memanajemenkan
organisasi sekolah.
Dengan MBS semua
hambatan yang terjadi
dalam manajemen
pendidikan akan mudah
dikelola secara
terperinci mulai dari
perencanaan sampai
dengan evaluasi
berkelanjutan. Jadi akan
terlihat masalah apa
yang sering hadir dalam
dunia pendidikan. MBS
menjawab semua
kebutuhan yang
diperlukan dalam dunia
pendidikan.
Dalam penerapan MBS
dibutuhkan kesiapan
mental dari seluruh
komponen yang terkait
didalamnya. Karena
pada penerapan MBS
harus menentukan salah
satu fokus arah dan
tujuan jelas yaitu
bagian mana kineraja
sekolah yang harus
ditingkatkan. Karena
sulit untuk
meningkatkan kinerja
sekolah secara umum
tanpa adanya arah yang
jelas. Apakah terfokus
pada mutu belajar
siswa, mutu manajemen
sekolah, mutu personil,
mutu anggaran
keuangan sekolah, mutu
kurikulum dan lain-lain.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian
mengenai efektivitas
penerapan manajemen
berbasis sekolah di
MTsN II Pamulang
Tangerang yang
dilakukan melalui
wawancara, dan
observasi, maka dapat
di simpulkan bahwa
dalam penerapan
manajemen berbasis
sekolah yang di lakukan
di MTs Negeri 2
Pamulang sudah efektif
dalam menerapakan
MBS di sekolah dalam
meningkatkan mutu
pendidikan.
Meskipun dalam proses
penerapan MBS
terkadang ada beberapa
yang belum sempurna
dalam penerapannya
akan tetapi dalam
prosesnya standar yang
di tentukan dalam MBS
sudah cukup mengena
bahkan sudah mampu
memperlihatkan hasil
yang baik. Artinya,
sekolah sudah mampu
memperlihatkan
prestasi dan potensi
siswa siswi MTs Negeri
2 Pamulang .
Saran
1. Kepala sekolah
hendaknya lebih
banyak waktu di
sekolah karena
sekolah sangat
membutuhkan
pengawasan dan
perhatian yang
khusus.
2. Guru dan semua
akivitas sekolah
seharusnya
meningkatkan
rasa empati dalam
menjalin
komunikasi
efektif demi
kelancaran
efektivitas
penerapan MBS
dalam mutu
karena dalam
program ini tidak
bias berjalan
tanpa pemimpin
yang mampu
memberikan
dorongan khusus
pada
organisasinya
dalam menejalan
proses kegiatan
belajar mengajar
di sekolah apalagi
yang berkaitan
dengan mutu.
3. Guru dan warga
sekolah lainnya
sudah seharusnya
ikut serta
berpartisipasi
mendukung
kepala sekolah
dalam
menciptakan
mutu yang
berkualitas yang
efektif antar
individu agar
terwujud
lingkungan
sekolah yang
aman, nyaman
dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo dan Ukim
Komarudin, Landasan
Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya, (Jakarta
Rajawali Pers,2009),
Cet,1 hal 1
Nana Syaodih
Sukmadinata,
Pengembangan
Kurikulum Teori dan
Praktek, (Bandung:
RemajaRosdakarya,
2010), cet 14
H.VeithzalRivai,.
Education Management
:AnalisisTeoridanPrakti
k. (Jakarta PT Raja
GrafindoPersada 2009)
Undang – undang
Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003
tentang system
Pendidikan nasional,
departemen pendidikan
Nasional RI, (Jakarta :
2003)
Nana Syaodih
Sukmadinata.Dkk,
Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah
menengah: Konsep,
Prinsip, danInstrumen
(Bandung:
RefikaAditama, 2006)
Artikel Pendidikan,
Konsep Dasar MPMBS,
http:
www.dikdasmen.depdik
nas.go.id
Rohiat, M.Pd
Manajemen Sekolah
“Teori dasar dan
praktik”(Bandung:
RefikaAditama)
Sri Minarti Manajemen
Sekolah : Mengelola
Lembaga Pendidikan
Secara Mandiri.
Syaiful Sagala,
Administrasi
Pendidikan Konteporer
(Bandung : CV.
Alfabeta,2008)
Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
.Kamus Besar Bahasa
Indonesia.(Jakarta:
BalaiPustaka, 1997).
Cet -10
Aan Komaria dan Cepi
Triatna.Visionary
Leadership Menuju
Sekolah Efektif. (Jakarta
: PT Bumi Aksara),
Cet- 1,
E. Mulyasa Manajemen
Berbasis Sekolah
:konsep, strategi dan
implementasi. (Jakarta:
Remaja Rodakarya,
2003). Cet-4
T. Hani Handoko,
Manajemen Edisi
Kedua,(Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta,
1998),Ed. , Cet 13
Uhar Suharsaputra,
Adminstrasi
Pendidikan, (Bandung:
PT Refika Aditama,
2010), cet.1
Tim Penyusun, Kamus
Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta, Balai Pustaka,
2002)
Mulyono, Manajemen
Administrasi dan
Organisasi Pendidikan
(Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008)
Bedjo Sujanto,
Manajemen Pendidikan
Bebasis Sekolah,
(Jakarta, Sagung
Seto,2007)
Nurkolis, Manjemen
Berbasis Sekolah:Teori,
Model Dan Aplikasi,
(Jakarta:PT Grasindo
2003), cet. 3
E. Mulyasa, Menjadi
Kepala Sekolah
Propesional
dalamMenyukseskan
MBS dan KBK
(bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2005)
Prof. Dr. Suharsimi
Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik,
(Jakarta: RinekaCipta,
2010)
Lexy J. Moleong,
Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya, 2009)
Prof. Dr. H. Syamsir
Salam, Ms dan Jaenal
Aripin, M.Ag,
Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006)
Djudju Sudjana,
Manajemen Program
Pendidikan, (Bandung:
Falah Production, 2000)
Syofian Siregar,
Statistika Deskriptif
untuk Penelitian,
(Jakarta: Rajawali Pers,
2011)