Download - skizofrenia 1
Skizofrenia Skizofrenia PP aranoidaranoid
Pembimbing : dr. dr. BAMBANG BAMBANG EEKO.S, SP.KJKO.S, SP.KJ
Disusun Oleh :
ARIE WAHYU PRADIPTA (ARIE WAHYU PRADIPTA (GG1A106034)1A106034)
REZAH PAHLEVI (REZAH PAHLEVI (GG1A106036)1A106036)
GEMITA PRAMENTARI (GEMITA PRAMENTARI (GG1A1061A1060053)53)
HERMAN WIJAYANTORO (HERMAN WIJAYANTORO (GG1A106063)1A106063)
DIAN MAYASARIDIAN MAYASARI ((G1A1060G1A106071)71)
RIDHA HARMASANTYRIDHA HARMASANTY ((G1A1060G1A106073)73)
YUNITA SARIYUNITA SARI ((G1A1060G1A106075)75)
SRI AYU NINGTYASSRI AYU NINGTYAS ((G1A1060G1A106080)80)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBIRSUD RADEN MATTAHER
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat nya
sehingga masih di berikan kesempatan dalam melaksanakan KKJ di RSJ Jambi. Atas
laporan persentase yang dibuat ini berdasarkan data dari pasien Rekam Medik yang telah
di buat sekaligus dengan pembahasan nya. Kami mengucapkan terimakasih kepada
dr.H.Bambang Eko.S, Sp.KJ yang dalam hal ini membimbing kami dalam melaksanakan
KKJ di bagian PSIKIATRI.
Semoga Hasil persentase kami dapat bermanfaat.
Jambi, Juni 2010
Penulis
STATUS PASIEN
Kepaniteraan Klinik Junior di Rumah Sakit Jiwa Jambi
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nisapia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 Tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTP
Pekerjaan : Petani
Alamat :
Tanggal masuk :
Waktu Pemeriksaan :
II. ANAMNESIS
Keterangan anamnesis diperoleh dari:
Pasien sendiri (Autoanamnesis) dan keluarga Pasien (alloanamnesis)
1. Pasien datang ke RSJ diantar oleh keluarganya
2. Keluhan Utama
Gelisah, suka melamun, ngoceh – ngoceh sendiri, mengamuk, menggangu lingkungan
3. Riwayat gangguan sekarang
keluhan dan gejala :
- Adanya disorientasi waktu, tempat, dan orang
- Waham ( + )
hendaya/disfungsi : -
factor stressor pxikpxpxia : gagal melanjutkan sekolah
hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit sebelumnya : -
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tahun pernah pernah dirawat di RSJ Jambi sebelumnya
Klien sebelumnya tidak menunjukkan kelainan / gangguan
5. Situasi Sekarang
Adanya disorientasi waktu, tempat dan orang
Waham ( + )
Halusinasi auditorik dan visual (+)
6. Persepsi pasien tentang dirinya
Px menyadari dirinya sakit
7. Riwayat Keluarga Pasien
Klien tidak mempunyai saudara yang mengalami gangguan jiwa
8. Riwayat Pribadi Pasien
Klien pernah mengalamipengalaman masa lalu yang mengecewakan yaitu pada saat
lulus SMP
9. Riwayat Penyakit fisik yang Pernah Diderita Pasien
- Disangkal
10. Riwayat penggunaan alcohol/obat bius/zat additive lainnya
- disangkal
III. PEMERIKSAAN GENERALISATA
Pemeriksaan Vital
TD : 110/70 mmHg
RR : 24 x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : Afebris
Kepala/Leher : Anemis (-), konjungtiva ikhterik (-)
Thorax
- Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo : ronki (-), wheezing (-)
Abdomen
- Inspeksi : dbn
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi: bising usus dbn
Ekstremitas:
- Akral : hangat
IV. STATUS NEUROLOGIS
GCS : 4 – 5 – 6
Refleks Fisiologis :
5
5
5
5
a. Biseps (+)
b. Triseps (+)
c. Patella (+)
Meningeal sign (-)
Refleks Patologis :
a. Babinsky (-)
b. Chaddock (-)
c. Hoffman trommer (-)
V. PEMERIKSAAN PSIKIATRI KHUSUS
A. Status Mental
1. Penampilan : Baik, rapi, sehat
2. Kesadaran : compos mentis terganggu
3. Perilaku dan aktivitas pxikomotor : datar
4. Pembicaraan : berbahasa kurang dan melompat-
Lompat
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Fungsi Intelektual
1. Baik, px dapat menjawab pertanyaan pengetahuan dengan baik, membaca dan
berhitung
2. Px tahu nama orang tua dan keluarga
C. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
a. Arus pembicaraan : melompat - lompat
b. Produktivitas : tidak jelas
c. Pembendaharaan bahasa : sedikit
D. Emosi
a. Afef ( mood ) : eutionik
b. Ekspresi afektif : cenderung gembira
c. Keserasian : echt
d. Empati ( Einfuhlung ) : dapat diraba rasakan
E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
b. Daya konsentrasi : baik
c. Orientasi : waktu, tempat, orang baik
d. Daya ingat : 1. Daya ingat jangka panjang : baik
F. Persepsi
a. Halusinasi : auditorik (+), visual (+)
b. Ilusi : (-)
c. Depersonalisasi : (-)
d. Derealisasi : (-)
G. Mimpi dan fantasi
a. Mimpi +
b. Fantasi -
H. Sensorium
a. Alertness : kompos mentis
b. Orientasi : tidak ada gangguan orientasi
c. Memori : baik
I. Insight : px menyadari dirinya sakit.
J. Judgment
- Sosial : baik
- Personal : baik
VI. Diagnosis
aksis 1 : F.20.0 skizofrenia paranoid akut
aksis 2 : Ciri kepribadian skizoid
aksis 3 : tidak ditemukan
aksis 4 : Stressor : Tidak pernah merasakan kasih sayang, primarry support
group
aksis5 :disability sedang 60-51 (GAF)
V. Terapi
Inj. Lodomert difenhidramin 2cc im
Risperidon 2 mg 2x1 1-0-1
THP 2mg 1x1 1-0-1
CRZ 100 mg 1-½-1
VI. FOLLOW UP :
7 Mei 2010
RPX :
Sejak 1 bulan px suka mengamuk-ngamuk sendiri, tidak bisa dilarang terutama bila melihat laki-
laki px sangat marah dan segera melempar dengan batu. Px tidak merasa melihat atau mendengar
sesuatu. Px pernah dirawat 2 tahun yang lalu di RSJ Jambi.
Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 30x/menit
Status Pskiatri :
Penampilan : defensive
Kesadaran : baik
Penglihatan : tidak ada gangguan
Pembicaraan : keras
Orientasi : tidak ada gangguan
Afek : tidak serasi
Mood : marah
Bentuk Pikiran: asosiasi longgar
Berpikir : curiga (+), obsesi (-)
Persepxi : realisasi visual (-), auditorik (-)
Diagnosa :
Aksis I : skizofrenia paranoid
Aksis II : gangguan kepribadian emosional tidak stabil
Aksis III : tidak ditemukan
Aksis IV : masalah keluarga
Aksis V : diabilitas sedang 60-51 (GAF)
Terapi :
Diazepam 1 ampul
CPZ 100 mg
HCD 5 mg
THP 2 mg
8 Mei 2010
S : gatal-gatal di leher
O : Afek : inappropriate
Pembicaraan : inkoheren
Orientasi : disorientasi
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 1-0-1
HCD 5 mg 1-0-1
THP 2 mg 1-0-1
12 Mei 2010
S : tidak ada keluhan, gatal, mules
O : sikap : tenang
HR : 70 x/menit
RR : 22x/menit
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 1-0-1
HCD 5 mg 1-0-1
THP 2 mg 1-0-1
Amoxicilin 500 mg 3x1
21 Mei 2010
S : tidak ada keluhan
O : sikap : tenang
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 1-0-1
HCD 5 mg 1-0-1
THP 2 mg 1-0-1
Amoxicilin 500 mg 3x1
27 Mei 2010
S : tidak ada keluhan
O : sikap : tenang
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 1-0-1
HCD 5 mg 1-0-1
THP 2 mg 1-0-1
Amoxicilin 500 mg 3x1
4 Juni 2010
S : tidak ada keluhan
O : sikap : tenang
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg ½ - ½ - 1
HCD 5 mg 9 – 0 – 1
THP 2 mg 1-0-1
Inj. Diazepam 1 amp (kalau perlu)
4 Juni 2010 (pukul 15.10 WIB)
S : gelisah
O : Pembicaraan : inkoherensi
Afek : inappropriate
Orientasi : baik
Insight : derajat II
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 3x1
HCD 5 mg 3x1
THP 2 mg 2x1
7 Mei 2010
S : gelisah, memecahkan kaca, terjun ke bak mandi
O : Pembicaraan : inkoherensi, loncat-loncat
Afek : Inapprofiat
Orientasi : terganggu
Insight : derajat II
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 1½ - 1½ - 1½
HCD 5 mg 1 – 1 – 1
THP 2 mg 1-0-1
Inj. Iodine 1 amp (kalau perlu)
Persiapan ECT besok pagi (8 Juni 2010, jam 08.30)
Pukul 11.30 WIB
Keluarga tidak dapat dihubungi.
Riwayat kejang, epilepsi, asma tidak diketahui
Persiapan sebelum melakukan ECT :
1. Puasa dari jam 10 makan
2. Obat pagi tidak usah diberikan
3. BAK dan BAB dulu sebelum diantar
8 Mei 2010
S : tenang (dalam 1 hari ini)
O : TD : 110/70 mmHg
HR : 74 x / menit
RR : 20 x / menit
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 3 x ½
HCD 7 mg 3 x 1
THP 2 mg 2 x 1
ECT : Tonik 104
Clonik 504
Sadar 304
9 Mei 2010
S : tenang , tidak ada keluhan
O : TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x / menit
RR : 24 x / menit
t° : afebris
A : Skizofrenia paranoid
P : Th/ CPZ 100 mg 3 x ½
HCD 7 mg 3 x 1
THP 2 mg 3 x 1
Persiapan ECT besok pagi (8 Juni 2010, jam 08.30)
Persiapan sebelum melakukan ECT :
1. Puasa dari jam 10 makan
2. Obat pagi tidak usah diberikan
3. BAK dan BAB dulu sebelum diantar
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh
psikiatri dan neurologi yang berperan. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh
Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara
pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler
mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain :
Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1%
penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih
sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada
kelompok sosial ekonomi rendah.
Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia
seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk
merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan
diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg
menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun
orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak
dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk (Kaplan dan Sadock,
1997). Gejalanya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primer yang meliputi perubahan
proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan otisme. Sedangkan gejala sekunder meliputi
waham, halusinasi, gejala katatonik. Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
simplex, hebefrenik, katatonik, paranoid, tak terinci, residual (Maslim, 2000). Dari
beberapa jenis skizofrenia diatas, terdapat skizofrenia paranoid. Jenis ini ditandai oleh
keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi, dan tidak ada
perilaku pada tipe terdisorganisasi atau katatonik.
1. Etiologi
a. Predeposisi
1) Biologi
Skizofrenia paranoid disebabkan kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon/
oleh perubahan-perubahan post mortem/ merupakan artefak pada waktu membuat
sediaan. Gangguan endokrin juga berpengaruh, pada teori ini dihubungkan dengan
timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimaterium. Begitu juga dengan gangguan metabolisme, hal ini dikarenakan pada orang
yang mengalami skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis,
nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
2) Psikologis
Pada klien dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak
berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya sendiri, kemudian memproyeksikan
perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus menjelaskan kepada orang lain. Apa
yang seseorang pikirkan tentang suatu kejadian mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
Beberapa perubahan dalam berpikir, perasaan atau perilaku akan mengakibatkan
perubahan yang lain. Dampak dari perubahan itu salah satunya adalah halusinasi,dapat
muncul dalam pikiran seseorang karena secara nyata mendengar, melihat, merasa, atau
mengecap fenomena itu, sesuai dengan waktu.
3) Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian pada keluarga-keluarga yang menderita skizofrenia dan terutama anak kembar
satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri sebesar 0,9 – 1,8%, saudara kandung 7 –
15%, anak dengan salah satu orang tua yang mengalami skizofrenia 7 – 16%, bila kedua
orang tua mengalami skizofrenia 40 – 68%, kembar dua telur (heterozygot) 2-15%,
kembar satu telur (monozygot) 61-86%(Maramis,1998).
b. Presipitasi
Faktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal.
Stresor sosiokultural :
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya (Stuart, 1998)
Stresor psikologis :
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa
tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang
tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham.
II.8 PERJALANAN PENYAKIT
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid.
Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan
berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa
bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom
gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya
muncul simtom psikotik yang terlihat.
Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap
ada, sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai
anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang
tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu
persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam
perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri,
tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir
idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid
dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal,
menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat
epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh
yang jelek dan tonus otot yang jelek.
II.7 DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan
medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau
katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,
diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau
gangguan katatonia akibat zat.
Gangguan Psikotik Lain
Gangguan skizofreniform yang berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama
(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan.
Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak
kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya.
Gangguan Mood
Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama
gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi
harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood,
bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;
gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian
dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia,
mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup
pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi
II.9 PROGNOSIS
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
-Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
-Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
-Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
-Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
-Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
-Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
-Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
-tergantung dari berbagai factor, antara lain : onset, factor pencetus, riwayat keluarga,
system pendukung, gejala, riwayat sosial, seksual,dll.
Diagnosis Skizofrenia:
- Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil)
waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang
jelas, gejala negative
- Sosial / Pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan , satu atau
lebih fungsi utama seperti pekerjaan, disfungsi hubungan interpersonal, atau perawatan
diri, adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset.
- Durasi :tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan, termaksud
sekurangnya satu bulan gejala.
- Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood.
- Penyingkiran zat/ kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis
langsung dari suatu zat (mis: obat yang disalahgunakan).
- Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistic atau gangguan perkembangn pervasive lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika berhasil diobati).
5. Gejala klinik skizofrenia:
Gejala-gejala khas yang meliputi berrbagai hal psikologis yaitu :
- Isi pikiran: gangguan utama isi pikiran adalah waham yang majemuk, terpecah atau
aneh, misalny berupa waham kejar dan waham yang menyangkut dirinya (delusion of
reference).
- Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai asosiasi longgar,
inkoherensi, kemiskinana pembicaraan, dll.
- Persepsi : Gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang paling sering
adalah halusinasi dengar.
- Afek : Sering kali berupa afek datar atau tidak serasi.
- Rasa kesadaran diri : Sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang parah tentang
identitas dirinya dan makna eksistensinya.
- Dorongan kehendak(“volition “) : Gangguan dapat berupa minat atau dorongan yang
tidak adekuat.
- Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk menarik diri dari
dunia luar, berpreokupasi pad aide dan egosentrik dan apabila keadaanya parah maka
jatuh kedalam autisme.
- Tingkah laku psikomotor : Ganggaun tingkah laku psikomotor bisa beraneka ragam,
dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas spontan atau dapat pula berupa gerakan
motorik yang berlebihan.
- Gambaran penyerta : Hampir semua gejala dapat timbul sebagai gambaran penyerta,
misalnya : individu tampak kehilangan akal (perplexed), berpakaian atau berdandan
eksentrik, aktivitas motorik yang tidak wajar, afek yang tidak menyenangkan,
depersonalisasi, derealisasi dan gagasan yang mirip waham yang menyangkut dirinya.
8. Diagnosa Medis
a. Penentuannya mengikuti diagnosa multiaksila yang terdiri dari 5 aksis
Aksis I : gangguan klinis
Aksis II : gangguan kepribadian
Aksis III : kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah Psikososial dan lingkungan
Aksis V : penilaian peran dan fungsi 1 tahun terakhir
b. Tujuandari diagnosa multiaksila Mencakup informasi yang komprehensif (gangguan
jiwa, kondisi medik umum, masalah psikososial, dan lingkungan, taraf fungsi secara
global), sehingga dapat membantu dalam:
- Perencanaan terapi
- Meramalkan "Outcame" atau prognosis
- format yang mudah dan sistematik, sehingga dapat membantu dalam :
Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis,Menangkap kompleksitas situasi klinis,
- Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosa klinis yang sama.
Memacu penggunaan "Model Bio-Psiko-Sosial"dalam klinis, pendidikan dan penelitian
(PPDGJ-III, 2002)
II.6 KLASIFIKASI
Dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang
mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / menonjol.
-Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:
-Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
-Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa
tujuan dan hampa perasaan;
-Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
-Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
- gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations)..
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
-stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan
serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
-Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
-Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
-Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau
upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
-Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya -
menggerakkan dirinya);
-Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
-Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
-. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau
alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:
-Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
-Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
-Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
-Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
-Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk
episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
-Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode
depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus
tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
-Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk;
-Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofenia;
-Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
-Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
-gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
-disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
-Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
-Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat.
3. Proses terjadinya waham
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik,
reaksi formasi dan penyangkalan. yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi
sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial,
situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga
diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya
pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti
dan motivasi terhadap sesuatu.
4. Gejala- gejala waham
a. Status mental
1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal,kecuali bila
ada sistem waham abnormal yang jelas.
2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3) Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri,
mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
6) Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali
pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3) Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.Keputusan
terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai
perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
5. Tipe-tipe waham
tipe-tipe waham antara lain:
1) Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yang
sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi,
menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
2) Tipe kebesaran (magalomania):yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat,
kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.
3) Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini jarang
ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak, dan hilang setelah
perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan penyiksaan hebat dan fisik
yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh pasangan,
oleh karena delusinya.
4) Waham kejar : keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe
ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana,
ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara
kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan
jangka panjang.
5) Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan
dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien. Menetapnya
waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya menyatakan
gangguan delosional/ waham tipe somatik.
6. Tahap-tahap halusinasi
- orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian,
merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan
pikiran untuk mengurangi ansietas.
- orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain
(nonpsikotik).
- orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya
dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (psikotik).
7. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis.
Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya
optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal :
3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal :
3×0,5 mg sampai 3 mg.Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi
gangguan waham.
2) Anti parkinson
a. Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal
akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari.
b.Difehidamin
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan
a. Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300
mg/hari.
b. Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25
mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan
disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan
ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi
individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun
menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya.
Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.
c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam
proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan
membantu perawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock: ”Skizofrenia” dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7,
Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.
2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, 2002, hal 46-51.
3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980,
hal:215-35
4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3,
Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001,
hal 14-23.
5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa,
Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.
6. http://www.schizophrenia.com
7. http://www.e-psikologi.com
8. http://www.savalintar.com
9. http://www.idionline.org/infoidi-
10. http://www.medicastore.com/cybermed
Lampiran : Autoanamnesis
KKJ : Namanya siapa?Px : nisa KKJ : Nisa berapo umurnyo?Px : 16 KKJ : Nisa orang mano?Px : Kinci (dalam bhs. Indonesia artinya Kerinci)KKJ : eh iyo sekarang siang apa malam?Px : SiangKKJ : kesini sama siapa?Px : kakak ipar
Pasien diam untuk beberapa saat.
KKJ : nisa masih sekolah?Px : Ndak (tanpa ekspresi)KKJ : Cita-cita Nanti mau jadi apo?Px : agnes monica,presiden,camatKKJ : Terus kalau dak sekolah Nisa ngapoin bae di rumah?Px : keladangKKJ : Trus ngapoin bae di ladang?
Px : bantu mak nanam cabe, tomat, kol jugo, sudah besak kol nyo.KKJ : Sama siapa beladangnyo?Px : samo makKKJ : Nisa tau dak ini ni dimano?Px : Tau, ini kan rumah sakit dharma wanitaKKJ : Sudah berapo lamo Nisa disini?Px : Lah dari 2006KKJ : Emang Nisa sakit apo?Px : Sakit lidah, gigi, mato, kakiKKJ : Enak dak disini?Px : Enak, banyak kawan disiniKKJ : Enak dimano, di sini apo di rumah?Px : Enak lah dirumah, di rumah ado apo bae yg Nisa mauKKJ : Dirumah samo sapo bae?Px : Ado mak, bapak, kakak, adekKKJ : Nisa sayang dak samo mak?Px : Sayang lah, nisa dak pernah ngelawan mak.KKJ : Banyak dak kawan Nisa di rumah?Px : Banyak, ado 5 orang ( sambil menghitung jari tangan dan menyebutkan namanya)KKJ : Nisa punyo pacar dak?Px : Ado lah, ( sambil ketawa malu – malu )KKJ : Nisa pernah dak nengok yang aneh – aneh?Px : pernah, KKJ : kayak mano?Px : kayak tengkorak, warna putih, cewek, mukonyo seram.KKJ : Trus?Px : Dio mau cekek Nisa, Nisa kesakitan.KKJ : Trus apo lagi Px : Ado juga nenek sihir, warna merah, terbang pakek sapu.KKJ : kalau dengar suara pernah dak?Px : dak pernahKKJ : Yakin dak pernah?Px : Kadang ado suaro orang yang ninju – ninju, marah – marah.KKJ : Nisa dewek pernah dak marah – marah?Px : pernahKKJ : ngapo marah – marah?Px : kalo orang disini jahat. Nisa tinju be.KKJ : Kenapo di tinju?Px : (pasien Cuma ketawa)KKJ : Apo be gawe Nisa disini?Px : Ngepel, nyapu lantai.KKJ : Oh yo, sejak kapan Nisa suko Agnes Monica?
Px : Dari kecikKKJ : Lah, bukannyo Nisa ni Agnes Monica, kok suko sama Agnes monica jugo?Px : Iyo dak, ( sambil ketawa )KKJ : Ngapo Nisa suko samo agnes?Px : dio cantikKKJ : Oh yo, misalnyo nih Nisa nengok kakak – kakak dsini betinju, trus jambak – jamba’an, menurut Nisa bagus dak?Px : dak bagus, bodoh itu.KKJ : Yo lah, makasih yo Nisa udah mau ngobrol – ngobrol yo, besok kita ngobrol lagi..Px : iyo, ( sambil mencium tangan KKJ )