Download - SABARINA-skripsi_sabarina
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT I DI STIKes
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
KABUPATEN PIDIE
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
SABARINA
NIM : 121010210031
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT I DI STIKes
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
KABUPATEN PIDIE
Sabarina¹, Muhammad²
Xiii + 47 Halaman + 8 Tabel + 2 Gambar + 10 Lampiran
Latar Belakang: Wawancara dari 10 mahasiswi yang menstruasi 8 mahasiswi
mengeluh lemas, tidak konsentrasi belajar dan merasakan ngantuk saat belajar.
Sedangkan 10 mahasiswi yang tidak sedang menstruasi 6 mahasiswi mengeluh hal
yang sama.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Anemia pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
Metode Penelitian: Bersifat Analitik dengan pendekatan Crossectional. Populasi
seluruh mahasiswi tingkat Ia, Ib, Ic di STIKes Medika Nurul Islam Sigli sebanyak
101 orang. Sampel berjumlah 51 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode Proporsional Random Sampling. Penelitian dilakukan tanggal 11 sampai 17
Juni 2013.
Hasil Penelitian: Dari 51 responden kategori kadar hemoglobin mayoritas memiliki
kadar hemoglobin anemia sebanyak 27 orang (52,9%), kategori menstruasi dari 51
responden mayoritas memiliki menstruasi normal sebanyak 26 orang (51%), kategori
pola makan dari 51 responden mayoritas memiliki pola makan yang tidak teratur
sebanyak 28 orang (54,9%), kategori riwayat penyakit dari 51 responden mayoritas
pernah memiliki riwayat penyakit sebanyak 34 orang (66,7%).
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada
mahasiswi dengan nilai p<0,05 (0,003). Tidak ada hubungan pola makan dengan
kejadian anemia pada mahasiswi dengan nilai p>0,05 (0,131). Ada hubungan riwayat
penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi dengan nilai p<0,05 (0,007).
Diharapkan bagi mahasiswi untuk lebih memahami penyebab terjadinya anemia dan
mengetahui cara mencegah terjadinya anemia.
Kata Kunci : Menstruasi, Pola Makan, Riwayat Penyakit, Anemia
Sumber : 18 buah buku ( 2001 - 2012 ) dan 8 bahan internet (2004 – 2013)
1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah
2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah
ABSTRACT
FACTORS WHICH DEAL WITH OCCURRENCE ANAEMIA AT COED
MOUNT I IN STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
REGENCY PIDIE
Sabarina ¹, Muhammad2
Xiii + 47 Page; Yard + 8 Tables + 2 Picture + 10 Enclosure
Background : Interview from 10 coed menstruating 8 coed complain to weaken the,
concentration do not learn and feel sleepy moment learn. While 10 coed which do
not is menstruating 6 coed complain the same thing.
Research target : To know the Factors Which Deal With Anemia Occurrence At
Coed Mount I In STIKES Medika Nurul of Islam of Sigli of Regency of Pidie Year
2013
Research Method : Have the character of Analytic with the approach Cross
Sectional. Population entire/all coed mount He, Ib, Ic in STIKES Medika Nurul of
Islam Sigli as much 101 people. Sampel amount to 51 people. Technics intake
sampel use the method of Proporsional Random Sampling. Research done/conducted
on the date of 11 until 17 June 2013.
Research Result : From 51 responder categorize the rate of majority haemoglobin
own the rate of anaemia haemoglobin as much 27 people (52,9%), category
menstruate from 51 majority responder own to menstruate normal as much 26 people
(51%), pattern category eat from 51 majority responder own the pattern eat not
regular as much 28 people (54,9%), category of disease history from 51 majority
responder have owned the disease history as much 34 people (66,7%).
conclusion And Suggestion : There is relation menstruate with the anemia
occurrence coed with the value p<0,05 (0,003). There no pattern relation eat with the
anemia occurrence at coed with the value p>0,05 (0,131). There is relation of disease
history with the anemia occurrence at coed with the value p<0,05 (0,007). Expected
by for coed to more to comprehending cause the happening of anemia and know the
way of preventing the happening of
Keyword : Menstruate The, Pattern Eat The, Disease History, Anemia
Source : 18 book fruit ( 2001 - 2012 ) and 8 substance internet ( 2004 – 2013)
1. Coed of Prodi D-Iv of Midwifery of STIKES U'Budiyah
2. Dosen of Counsellor of Prodi D-Iv of Midwifery of STIKES U'Budiyah
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, Agustus 2013
Pembimbing
(dr. MUHAMMAD, MPH)
MENGETAHUI
KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKes U’BUDIYAH BANDA ACEH
( CUT ROSMAWAR, SST )
LEMBARAN PENGESAHAN
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI
TINGKAT 1 DI STIKes MEDIKA NURUL ISLAM
SIGLI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013
NAMA MAHASISWA : SABARINA
NIM : 121010210031
MENYETUJUI
PEMBIMBING
(dr. MUHAMMAD, MPH)
PENGUJI I PENGUJI II
(FITHRIANY, S.SiT, M.Kes) (AGUSSALIM, SKM, M.Kes)
MENYETUJUI MENGETAHUI
KETUA STIKes U’BUDIYAH KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
(MARNIATI, M. Kes) (CUT ROSMAWAR, SST)
Tanggal Lulus : 25 September 2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie”.
Peneliti menyadari dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki, akan tetapi berkat
bimbingan, arahan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak maka Skripsi ini
dapat diselesaikan. Untuk itu izinkanlah peneliti untuk mengucapkan ribuan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan Pendidikan U’Budiyah
Indonesia.
2. Ibu Marniati, SE, M. Kes selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan
STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan
STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
5. Bapak Agussalim, SKM, M. Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh
6. Bapak Dr. Muhammad, MPH selaku pembimbing dalam penyusunan Skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan.
7. Bapak Drs. H. T. Syamsul Bahri selaku pimpinan tempat peneliti melakukan
penelitian.
8. Seluruh Dosen dan staf STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
9. Ayahanda, Ibunda dan suami serta seluruh keluarga tercinta yang telah
menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan semua yang telah banyak memberikan bantuan serta
semangat dalam menyusun Skripsi.
Demikianlah ucapan terima kasih selanjutnya dengan tangan terbuka peneliti
menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Skripsi
ini.
Akhirnya kepada Allah SWT peneliti serahkan dan semoga dapat berguna bagi
kita semua, Amin Ya Rabbal’Alamin……
Banda Aceh, April 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
MOTTO .............................................................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... v
LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Anemia ............................................................................................. 7
1. Pengertian Anemia ...................................................................... 7
2. Jenis-jenis Anemia ....................................................................... 8
3. Penyebab Anemia ........................................................................ 8
4. Tanda dan Gejala Anemia ............................................................ 10
5. Diagnosis Anemia ....................................................................... 11
6. Pencegahan Anemia ..................................................................... 12
7. Penatalaksanaan ........................................................................... 13
B. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia ..................................................... 14
1. Menstruasi ................................................................................... 14
2. Pola Makan .................................................................................. 15
3. Riwayat Penyakit ......................................................................... 18
4. Aktivitas Fisik ............................................................................. 20
5. Konsumsi Pangan ........................................................................ 21
C. Remaja ............................................................................................. 22
D. Kerangka Teori ................................................................................. 24
E. Kerangka Konsep ............................................................................. 25
F. Hipotesa Penelitian ........................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 27
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 27
B. Populasi Dan Sampel ......................................................................... 27
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 30
E. Definisi Operasional ......................................................................... 30
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 32
G. Pengolahan Dan Analisis Data .......................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 36
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 36
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 37
1. Analisa Univariat ......................................................................... 37
2. Analisa Bivariat ........................................................................... 39
C. Pembahasan ....................................................................................... 42
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 47
A. Kesimpulan ...................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 30
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Tingkat
I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013 .................................................................................................... 37
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menstruasi Pada Mahasiswi Tingkat I Di
STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .......... 38
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Mahasiswi Tingkat I Di
STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013 .......... 38
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Pada Mahasiswi Tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013 ..................................................................................................... 39
Tabel 4.5 Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013 .......................................................................................... 39
Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada
Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013 ................................................................ 40
Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada
Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013 ............................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Teoritis ....................................................................... 25
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ........................................................................ 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 : Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 8 : Print Out Put Hasil Penelitian (Master Tabel dan SPSS)
Lampiran 9 : Lembaran Konsul
Lampiran 10 : Biodata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht). Nilai
hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batasan
hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau
tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun,
dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang
dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari
13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa
perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2004).
Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%.
Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan
menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja
putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi
anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia
subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar
47,0% (Burner, 2012).
Berdasarkan data survei actual secara global tahun 2006 diketahui bahwa
prevalensi anemia pada anak usia para sekolah, wanita hamil, dan wanita tidak
hamil di dunia secara global berturut-turut sebagai berikut 47,4%, 41,8%, dan
30,2%. Prevalensi anemia wanita tidak hamil di benua Afrika adalah 44,4%,
benua Asia 33,0%, benua Eropa 15,2%, benua Amerika Latin dan Caribbean
(LAC) 23,5%, Benua Amerika Utara 7,6% dan Benua Oceania prevalensi anemia
sebesar 20,2%.
Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2% sampai
10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada perempuan
muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan
laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur. Anemia terjadi pada
kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada orang tua lebih mungkin
menyebabkan gejala karena mereka biasanya memiliki masalah medis tambahan
(Proverawati, 2011).
Setiap tahun 1 juta sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang
mengalami anemia dan kebanyakan remaja mengalami anemia pada saat
menstruasi. Anemia banyak dialami oleh remaja antara umur 15-19 tahun. Sering
karena pengetahuan yang terbatas tentang menstruasi mengakibatkan terjadinya
anemia (Martadisoebrata, dkk, 2005).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, melaporkan bahwa
prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih
tinggi, yaitu 26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan
menurut Surkesmas 2004 menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putra dan
30% remaja putri menderita anemia.
Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada
remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami haid.
Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari
dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih
banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua
adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap
langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak
seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat
gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2004).
Menurut DepKes (2008), dilaporkan bahwa masyarakat Indonesia terutama
wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi
sumber makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (heme-
iron). Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar HB dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat capek.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja,
di samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh,
yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi. Pada remaja yang sedang
bekerja, anemia akan menurunkan produktivitas kerja, sedangkan remaja yang
masih sekolah akan menurunkan kemampuan akademis.
Berdasarkan hasil survei peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan
dilakukan wawancara pada 10 mahasiswi yang mengalami menstruasi terdapat 8
mahasiswa mengeluh tidak nyaman pada saat menstruasi, lemas, pusing, kurang
konsentrasi saat belajar dan sering merasakan ngantuk saat belajar. Sedangkan
pada wawancara terhadap 10 mahasiswi lain yang tidak sedang mengalami
menstruasi terdapat 6 mahasiswi mengeluh hal yang sama seperti tidak
konsentrasi belajar, mengantuk saat belajar, sering menguap, lemas, pusing. Hal
itu bisa saja disebabkan karena kekurangan zat besi akibat kurangnya asupan
makanan atau penyakit yang menyerang mereka.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada
remaja putri masih cukup tinggi. Tingginya prevalensi dan banyaknya faktor
yang menjadi penyebab terjadi anemia pada remaja putri melatarbelakangi
peneliti untuk mengetahui tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika
Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu Apa Saja Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes
Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada
Mahasiswi Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten
Pidie Tahun 2013.
b. Untuk Mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia
Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
c. Untuk Mengetahui Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah
pengalaman dalam penulisan Skripsi, serta sebagai masukan tentang cara
mengatasi anemia.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi bagi mahasiswi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di
tempat lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan
pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12 gram/100 ml (Proverawati,
2011).
Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh.
Perempuan yang menderita anemia pada masa kehamilan berpotensi
melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Di samping itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayinya pada waktu proses
persalinan (Hasmi, dkk, 2005).
Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim
di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi
anemia secara global sekitar 51%. Bandingkan dengan prevalensi untuk anak
balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, laki-laki dewasa hanya 18% dan
wanita tidak hamil 35% (Arisman, 2004).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini
dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kelelahan dan stres pada organ
tubuh (Proverawati, 2011).
2. Jenis-jenis Anemia
Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut
ukuran sel darah merah :
a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi tingkat
rendah) anemia dan thalasemia (kelainan bawaan hemoglobin).
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam
jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai
penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia
makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan
anemia yang berhubungan dengan alkoholisme (Proverawati, 2011).
3. Penyebab Anemia
Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi tiga mekanisme
utama yang menyebabkan anemia adalah:
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan
beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang
belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel darah yang
usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia
(Proverawati, 2011).
b. Kehilangan darah
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan
kurangnya jumlah darah dalam tubuh, sehingga terjadi anemia. Anemia
karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini jarang terjadi.
Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan dan bahaya yang
diakibatkannya (Sadikin, 2001).
Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan
oleh proses perdarahan akibat penyakit atau trauma, atau akibat
pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan
darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama
menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi
(Arisman, 2004).
c. Penurunan produksi sel dara h merah
Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi
kerusakan pada daerah sumsum tulang atau bahan dasar produksi tidak
tersedia (Proverawati, 2011).
Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk
kondisi anemia di kalangan perempuan yaitu :
a. Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani
b. Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan
c. Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan perempuan
dalam hal makanan
d. Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan
hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis
e. Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi
makanan yang bergizi (Hasmi, dkk, 2005).
Penyebab anemia sangat penting, karena atas dasar penyebab inilah
pengobatan semestinya diberikan. Pengobatan anemia yang diberikan dengan
tidak atas pengetahuan yang teliti akan menjadi sangat berbahaya. Pada
mereka yang cenderung melakukan otomedikasi (mengobati diri sendiri),
apalagi di bawah pengaruh yang kuat dari informasi sepihak dan tidak
lengkap yang diperoleh dari lingkungan (Sadikin, 2001).
4. Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas
seperti : pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia, dan sesak nafas. Kepucatan
bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra (Arisman,
2004).
Gejala anemia ringan mungkin termasuk yang berikut: a) Kelelahan, b)
Penurunan energi, c) Kelemahan, d) Sesak nafas ringan, e) Palpitasi (rasa
jantung balap atau pemukulan tidak teratur), f) Tampak pucat.
Beberapa tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada
seseorang dapat mencakup: a) Perubahan warna tinja, b) Denyut jantung
cepat, c) Tekanan darah rendah, d) Frekuensi pernafasan cepat, e) Pucat atau
kulit dingin, f) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan
sel darah merah, g) Murmur jantung, h) Pembesaran limpa, i) Nyeri dada, j)
Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga),
k) Kelelahan atau kekurangan energi, l) Sakit kepala, m) Tidak bisa
berkonsentrasi, n) Sesak nafas (khususnya selama latihan), o) Nyeri dada,
angina, serangan jantung, p) Pingsan (Proverawati, 2011).
5. Diagnosis Anemia
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting
dalam mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting dalam sejarah
medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah pribadi
sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin,
perdarahan bermasalah dan pekerjaan serta kebiasaan social (Proverawati,
2011).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah penentuan derajat
anemia dan pengujian defisiensi zat besi. Penentuan derajat anemia dapat
dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht,
hitung jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit sementara uji defisiensi
zat besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan
protoporfirin eritrosit (Arisman, 2004).
Tes-tes lain mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis
yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk mendiagnosa
beberapa jenis anemia yang dapat mencakup:
a. Darah kadar vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral
b. Pemeriksaan sumsum tulang
c. Jumlah darah merah dan kadar hemoglobin
d. Hitung terikulosit
e. Kadar feritin
f. Kadar besi (Proverawati, 2011).
6. Pencegahan Anemia
Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah
dengan makan makanan yang sehat dan membatasi penggunaan alkohol.
Semua jenis anemia sebaiknya dihindari dengan memeriksakan diri ke dokter
secara teratur dan ketika masalah itu timbul. Darah para lanjut usia secara
rutin diperintahkan oleh dokter untuk selalu dikontrol, bahkan jika tidak ada
gejala, sehingga dapat terdeteksi adanya anemia dan meminta dokter untuk
mencari penyebab yang mendasar (Proverawati, 2011).
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi
zat besi. Keempat pendekatan tersebut adalah
a. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
besi melalui makanan
c. Pengawasan penyakit infeksi
d. Mortifikasi makanan pokok dengan zat besi (Arisman, 2004).
7. Penatalaksanaan
Pada tataran praktis klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan
tempat pendarahan berlangsung sudah berhasil dieliminasi, pengobatan
diarahkan untuk mengganti defisit zat besi dengan garam besi anorganik.
Sesungguhnya, masalah defisiensi zat besi cukup diterapi dengan
memberikan makanan yang cukup mengandung zat besi. Namun, jika anemia
sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi dalam jumlah
besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu pengobatan selalu
menggunakan suplementasi zat besi, di samping tentu saja menambah jumlah
makanan yang kaya akan zat besi dan yang dapat menambah penyerapan zat
besi (Arisman, 2004).
Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia dan mungkin
termasuk:
a. Transfusi darah
b. Kartikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem kekebalan
tubuh
c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel-sel
darah
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral
lainnya (Proverawati, 2011).
B. Faktor-faktor Terjadinya Anemia
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia. Di antaranya
meliputi:
1. Menstruasi
Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi yang
tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat
menyebabkan anemia (Niken, 2013).
Kehilangan darah yang sebenarnya apabila mengalami kadar
menstruasi yang berlebihan lebih dari 3-4 hari. Pembalut atau tampon selalu
basah setiap jamnya dan sering menggantinya. Jika hal ini terjadi lebih dari 3
hari, maka segera kunjungi dokter, dan kalau pada saat menstruasi terlihat
pucat atau merasa mau pingsan jangan tunggu sampai tiga hari (Megabohari,
2011).
Hampir semua wanita pernah mengalami perdarahan berlebih saat
menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap dating
bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya
dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total
kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm (Anonymous, 2013).
Haid yang dialami setiap wanita sangat bervariasi dan beranekaragam,
salah satunya adalah seorang wanita yang mengalami haid lebih dari 7 hari
dan darah yang keluar lebih banyak tidak seperti biasanya (Ana Tardiana,
2012).
Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami
menstruasi dengan jangka waktu panjang. Di mana umumnya wanita hanya
mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus,
ada yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah
yang dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Niken,
2013).
2. Pola Makan
Arisman (2004) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah cara
seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan
adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola
makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga,
preferensi terhadap makanan dan cara memilih makanan.
Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah
merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk produksi
hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat menyebabkan
anemia karena kurangnya produksi sel darah merah. Asupan makanan yang
buruk merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitamin
B12 (Proverawati, 2011).
Pola dan gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih
menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering
mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan
pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk
mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan
yang kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan
dengan kebutuhannya karena takut kegemukan dan menyebut makan bukan
hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan
ringan juga dikategorikan sebagai makan (Arisman, 2004).
Kekurangan berbagai zat gizi dapat menyebabkan anemia, adalah
sangat masuk akal, kekurangan protein ataupun karbohidrat, seperti yang
terjadi pada keadaan kekurangan kalori dan protein akan disertai juga oleh
anemia. kekurangan kalori dan protein yang merupakan perwujudan
kekurangan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, niscaya akan
menyebabkan kekurangan berbagai bahan yang diperlukan untuk
pembentukan SDM. Akan tetapi, anemia hanyalah salah satu gejala di
samping berbagai gejala lain pada kekurangan kalori dan protein ini (Sadikin,
2001).
Menurut Wirakusumah (2010), Berpijak pada kebiasaan makan bangsa
Indonesia, bapak gizi Indonesia Prof. Dr. Poorwo Sudarmo mencanangkan
pedoman menu “Empat sehat lima sempurna (4 sehat 5 sempurna)”.
Maknanya agar dalam menyusun menu sehari individu maupun keluarga
berpedoman pada menu “empat sehat lima sempurna”. Artinya jika pedoman
tersebut dijalankan, maka akan tercapai kesehatan yang diharapkan dan
menjadi sempurna jika dilengkapi dengan susu. Menu “4 sehat 5 sempurna”
yang dianjurkan terdiri atas bahan-bahan makanan berikut :
a) Makanan pokok
Makanan pokok merupakan sumber karbohidrat penghasil energi yang
juga membuat rasa kenyang. Contohnya : nasi, mie, roti, jagung, singkong
dan sagu.
b) Lauk pauk hewani dan nabati
Lauk-pauk ini sebagai sumber protein yang juga membuat nikmatnya
hidangan jika dicampur dengan makanan pokok yang rasanya netral.
Contoh pangan hewani di antaranya daging (sapi, kambing, domba dan
kerbau), unggas (ayam, bebek dan burung), ikan (ikan darat dan ikan
laut), serta telur. Sementara pangan nabati seperti tempe, tahu dan
kacang-kacangan.
c) Sayur-sayuran
Sayur-sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang
membuat rasa nyaman serta meningkatkan selera.
d) Buah-buahan
Buah-buahan merupakan sumber vitamin, mineral dan serat.
e) Susu
Akan menjadi sempurna jika menu makanan ditambah dengan susu.
Anjuran terakhir ini terutama ditujukan bagi ibu hamil atau menyusui dan
anak balita (Wirakusumah, 2010).
Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi
remaja menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan Yang Dianjurkan Pada Usia Remaja
Makan pagi
06.00-07.00 WIB
Makan siang
13.00-14.00 WIB
Makan malam
20.00 WIB
Nasi 1 porsi 100 gr beras
Telur 1 butir 50 gr
Susu sapi 200 gr
Nasi 2 porsi 200 gr beras
Ikan 1 porsi 50 gr
Tempe 1 porsi 50 gr
Sayur 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 75 gr
Nasi 1 porsi 100 gr beras
Ikan 1 porsi 50 gr
Tahu 1 porsi 100 gr
Sayur 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 100 gr
Susu skim 1 porsi 20 gr
3. Riwayat Penyakit
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan
tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup.
Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat
infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit (Zen, 2013).
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.
Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap
berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi kronis
atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).
Penyakit infeksi yang menyerang tubuh, seperti malaria juga
mempunyai komponen otoimun dalam merusak dan menghancurkan tubuh
manusia. Sel-sel darah merah terinfeksi oleh parasit malaria tentu saja akan
pecah pada saat parasit tersebut matang dan keluar dalam jumlah banyak.
Akan tetapi, pada infeksi kronis, anemia tetap terjadi dalam jumlah yang
tidak sebanding besarnya (Sadikin, 2001).
Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena
infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang
penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan
konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi
kebutuhan zat besi. Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing,
dan trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka
kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi
akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis
dan beberapa infeksi parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan
schistosomiasis menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan
kehilangan darah tersebut mengakibatkan defisiensi besi (Arumsari, 2008).
4. Aktivitas Fisik
Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang.
Penelitian Permaesih menemukan 25 persen remaja di Bandung mempunyai
kesegaran jasmani kurang dari normal. Aktivitas fisik erat kaitannya dengan
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh yang sehat mampu melakukan
aktivitas fisik secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik yang dilakukan secara
rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak positif bagi kesehatan
badan (Arumsari, 2008).
Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa
dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktivitas
remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya
selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis
kegiatan secara rutin dan berulang-ulang (Arumsari, 2008).
Aktivitas fisik selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu aktivitas tidur,
aktivitas berat (olah raga seperti jogging, sepak bola, atletik, dan sebagainya),
aktivitas sedang (belajar, naik tangga, mencuci, mengepel, menyetrika,
menyapu, dan sebagainya), aktivitas ringan (kegiatan sambil berdiri), dan
aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan sebagainya). Aktivitas fisik penting
untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat mengubah status zat besi.
Performa aktivitas akan menurun sehubungan dengan terjadinya penurunan
konsentrasi hemoglobin dan jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi
dalam hemoglobin, ketika jumlahnya berkurang, secara ekstrim dapat
mengubah aktivitas kerja dengan menurunkan transpor oksigen (Arumsari,
2008).
5. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah
pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada
waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat
ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang
dikonsumsi. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua
informasi ini (jenis dan jumlah pangan) merupakan hal yang penting. Batasan
ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek
jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pangan sebagai sumber
berbagai zat gizi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari
(Arumsari, 2008).
Pangan sumber zat besi terutama zat besi heme, yang
bioavailabilitasnya tinggi, sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di
negara berkembang, yang kebanyakan memenuhi kebutuhan besi mereka dari
produk nabati. Di Indonesia, ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan
terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi
sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit diserap. Sementara itu, daging dan
bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang
dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Depkes, 2002).
Menurut Almatsier (2001) diperkirakan hanya 5-15 persen besi
makanan diabsorpsi oleh seseorang yang berada dalam status besi baik dan
jika dalam keadaan defisiensi besi, absorpsi dapat mencapai 50 persen. Faktor
bentuk besi berpengaruh terhadap absorpsi besi. Besi heme yang terdapat
dalam pangan hewani dapat diserap dua kali lipat daripada besi nonheme.
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme (dalam
hemoglobin dan mioglobin makanan hewani) dan besi nonheme (dalam
makanan nabati). Sumber besi nonheme yang baik diantaranya adalah
kacang-kacangan. Asam fitat yang terkandung dalam kedelai dan hasil
olahannya dapat menghambat penyerapan besi. Namun karena zat besi yang
terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya cukup tinggi, hasil akhir
terhadap penyerapan besipun biasanya akan positif. Sayuran daun berwarna
hijau memiliki kandungan zat besi yang tinggi sehingga jika sering
dikonsumsi maka akan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.
Beberapa jenis sayuran hijau juga mengandung asam oksalat yang dapat
menghambat penyerapan besi, namun efek menghambatnya relatif lebih kecil
dibandingkan asam fitat dalam serealia dan tanin yang terdapat dalam teh dan
kopi (Almatsier, 2001).
C. Remaja
Istilah Adolescent ( remaja ) berasal dari bahasa latin Adalescere, yang
berarti “ bertumbuh .“ sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik,
sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, prilaku, dan
kebutuhan yang unik (Bobak, dkk, 2004).
Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun.
Secara Biologis sebagian besar remaja sudah matang, tetapi secara sosial, mental,
dan emosional belum. Akibatnya dapat terjadi masalah-masalah remaja seperti
kehamilan di luar nikah, Abortus, dan ketergantungan obat (Saifuddin AB, 2003).
Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase
dewasa. Selama periode ini, individu bertanya dan menjawab pertanyaan siapa
saya (Bobak, dkk, 2004).
Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling
sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang
paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya (Hasmi,
dkk, 2005).
Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja
sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai
budaya, individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas
perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh, (2) menerima identitas
Seksual, (3) mengembangkan sistem nilai personal, (4) membuat persiapan untuk
hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/ bebas dari orang tua, (6) mengembangkan
keterampilan mengambil keputusan, (7) mengembangkan identitas seorang yang
dewasa. Masa remaja di tandai dengan awitan perubahan fisik pada masa
pubertas dan perkembangan psikososial ego, yang membantu individu
memahami diri sendiri. Perkembangan fisik, prilaku, masalah-masalah tertentu
umum muncul pada berbagai usia selama masa remaja. Namun, setiap remaja
adalah unik dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda. Selain
perubahan biologis, setiap perkembangan remaja di pengaruhi oleh keluarga,
masyarakat, kelompok sebaya, agama, dan kondisi sosial ekonomi (Bobak, dkk,
2004).
Menurut Widyastuti, dkk (2011) mengatakan dalam tumbuh kembangnya
menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan
melewati tahapan berikut:
1. Masa remaja awal/dini: umur 10-12 tahun
2. Masa remaja pertengahan: umur 13-15 tahun
3. Masa remaja akhir: umur 16-19 tahun
D. Kerangka Teori
Menurut Harjana (2013), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kadar hemoglobin menurun pada remaja yaitu : kehilangan darah yang
disebabkan oleh perdarahan menstruasi, kurang zat besi dalam makanan yang
dikonsumsi, penyakit kronis (misalnya TBC, Hepatitis, dan sebagainya), pola
hidup remaja berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur
seperti sering terlambat makan atau kurang tidur, ketidakseimbangan antara
asupan gizi dan aktivitas yang dilakukan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas di atas maka dapat digambarkan
bagan kerangka teori sebagai berikut:
l
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Menstruasi
Pola Makan
Riwayat Penyakit
Aktivitas Fisik
Konsumsi pangan
Kejadian Anemia
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang akan
diamati atau diukur oleh peneliti. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka
peneliti hanya mengambil 3 variabel saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
pada kerangka konsep sebagai berikut:
Independen Dependen
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
F. Hipotesa Penelitian
1. Ha : Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi
tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
2. Ha : Ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi
tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
3. Ha : Ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada
mahasiswi tingkat 1 di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013.
Menstruasi
Kejadian Anemia
Pola Makan
Riwayat Penyakit
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah rancangan yang bersifat Analitik dengan
pendekatan Crossectional yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Tingkat I Di STIKes
Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat Ia, Ib, Ic
yang berada Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013 sebanyak 101 orang.
2. Sampel
Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Slovin dalam Notoadmodjo (2005):
Keterangan:
N : Besarnya Populasi
n : Besarnya Sampel
d2
: Tingkat Kepercayaan (0,12)
Jadi =
n =
n =
n =
n =
n = 51
Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
51 sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik Proporsional Random Sampling yaitu pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan terdistribusi secara merata pada
semua daerah yang di teliti.
Peneliti menentukan proporsi sampel dengan mempertimbangkan
jumlah mahasiswi dari setiap ruang, dengan rumus :
mahasiswi dalam satu ruangan
Keterangan :
n = Besarnya Sampel
N = Besarnya Populasi
= Jumlah mahasiswi dalam satu ruangan
101
1 + 101 ( 0,1² )
101
1 + 101 ( 0,01 )
101
1+1,01
101
2,01
No Ruang Populasi (N) Sampel (n)
1. Ruang 1a 33 17
2. Ruang 1b 32 16
3. Ruang 1c 36 18
Total 101 51
C. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten
Pidie Tahun 2013.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Juni 2013.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan baik dengan menyebarkan
kuesioner maupun melakukan test laboratorium. Sedangkan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli mengenai
jumlah mahasiswi tingkat 1 tahun 2013.
n
n
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Skala
Ukur Hasil Ukur
Variabel Dependen (Terikat)
1 Kejadian
Anemia
Kadar
Hemoglobin
yang rendah
pada
mahasiswi
Melakukan
pemeriksaan Hb
dengan kriteria :
Normal : bila
kadar hemoglobin
11gr%-12gr% dan
didapatkan hasil 24
orang
Anemia : bila
kadar hemoglobin
< 11 gr% dan
didapatkan hasil 27
orang
Standar
Hemoglobin
Sahli
Ordinal - Normal
- Anemia
Variabel Independen (Bebas)
2
Menstruasi
Banyak
tidaknya
darah yang
keluar pada
saat datang
bulan
Mengedarkan
kuesioner, dengan
kriteria :
Normal : Bila
responden
menjawab tidak ≥
50% dari
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 26
0rang
Abnormal : Bila
responden
menjawab tidak
<50% dari
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 25
orang
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
- Normal
- Abnormal
3
4
Pola
Makan
Riwayat
Penyakit
Cara atau
kebiasaan
makan
mahasiswi
sehari-hari
penyakit
yang pernah
diderita
mahasiswi
berhubungan
dengan
kejadian
anemia yaitu
penyakit
tuberculosis,
malaria, dan
kecacingan
dalam jangka
waktu
sebulan
terakhir
Mengedarkan
kuesioner, dengan
kriteria :
Teratur : Bila
responden
menjawab ya ≥
50% dari
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 23
orang
Tidak teratur : Bila
responden
menjawab ya <
50% dari
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 28
orang
Mengedarkan
kuesioner, dengan
kriteria :
Pernah : Bila
responden
menjawab pernah
dari salah satu
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 34
orang
Tidak pernah : Bila
responden tidak
menjawab pernah
dari salah satu
pernyataan yang
diberikan dan
didapatkan hasil 17
orang
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
- Teratur
- Tidak
Teratur
- Pernah
- Tidak
pernah
F. Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berisi
kuesioner yang terdiri dari 25 pernyataan, 1 pernyataan tentang anemia, 10
pernyataan tentang menstruasi, 8 pernyataan tentang pola makan, dan 6
pernyataan tentang riwayat penyakit.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut (Purwanto, 2004) :
a. Editing : Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat
kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang.
b. Coding : Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan
menjumlahkannya.
c. Transferring : yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan
mulai dari responden pertama sampai responden terakhir
untuk dimasukkan dalam tabel.
d. Tabulating : Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan
ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah
analisa data dan pengambilan kesimpulan.
2. Analisa Data Univariat
Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan
melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi. Dengan
menggunakan rumus Machfoedz (2008):
P = %100xn
f
Keterangan:
P : Persentase
n : Jumlah responden yang menjadi sampel
f : Frekuensi teramati.
3. Analisa Data Bivariat
Untuk mengidentifikasikan ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dan kedua variabel tersebut dapat dibuat
dalam bentuk tabel silang. Uji statistik yang akan digunakan adalah Chi-
square atau 2X . Data masing-masing sub variabel dimasukkan ke dalam
tabel contingency. Kemudian tabel-tabel contingency tersebut dianalisa
menggunakan uji statistik Chi-square atau 2X , sehingga diketahui ada
tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik. Perhitungan analisis
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 dengan batas
kemaknaan (CI=95%) atau ( 0,05). Melalui perhitungan uji Chi-square
atau 2X selanjutnya dibuat suatu kesimpulan, bila nilai P 0,05 maka ada
hubungan bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto,
2006).
Untuk menentukan nilai p-value pada uji Chi-Square Test (2X )
tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Bila Chi-Square Test (2X ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 dijumpai nilai
ekspantasi (E) <5 maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai yang
terdapat pada nilai Fisher exact test.
2) Bila Chi-Square Test ( 2X ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 tidak dijumpai
nilai ekspantasi (E) <5 maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai
yang terdapat pada nilai continuity correction.
3) Bila Chi-Square Test ( 2X ) tabel terdiri dari tabel lebih dari 2 x 2
misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan lain-lain, maka nilai p-value yang digunakan
adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli memiliki 2 Prodi, yaitu D-III
Kebidanan dan S1 Keperawatan yang beralamatkan di jalan Lingkar Cot Teungoh
No. 15 Sigli. Kampus STIKes Medika Nurul Islam Sigli memiliki 10 Ruang
Belajar, 3 Ruang Laboratorium, 1 Ruang Lab Komputer, 1 Ruang Lab Bahasa, 1
Ruang Perpustakaan, 2 Ruang Karyawan/Staf, 1 Ruang Ka. Prodi, 1 Ruang Ketua
STIKes, 1 Ruang Keuangan, 1 Ruang Tata Usaha, 1 Ruang Rapat, 1 Ruang
Klinik, dan 1 Kantin. Dengan jumlah karyawan (staf) 38 orang. Kampus STIKes
Medika Nurul Islam D-III Kebidanan mempunyai Mahasiswi sebanyak 452 orang
yang terdiri 101 orang tingkat I, 130 orang tingkat II, dan 221 orang tingkat III.
Letak geografis Kampus Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
mempunyai batasan wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Keunire
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tijue
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cot Rheng
4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Jln. Lingkar Keunire
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 11 sampai
17 Juni 2013 terhadap Mahasiswi Tingkat I yang berada di STIKes Medika Nurul
Islam Sigli Kabupaten Pidie yang berjumlah 51 orang dengan memberikan
kuesioner yang berisikan pernyataan dan juga dilakukan pemeriksaan
Hemoglobin di mana diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variable dependent dan variable independent. Maka dari hasil penelitian ini
peneliti akan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
a. Kadar Hemoglobin
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013
No Kadar Hemoglobin (f) (%)
1.
2.
Normal
Anemia
24
27
47,1
52,9
Jumlah 51 100
Sumber: Data primer (diolah tahun 2013).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas
responden memiliki kadar hemoglobin kurang (anemia) yaitu sebanyak 27
orang (52,9%).
b. Menstruasi
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Menstruasi Pada Mahasiswi Tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013
№ Menstruasi (f) (%)
1.
2.
Normal
Abnormal
26
25
51
49
Jumlah 51 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas
responden memiliki menstruasi yang normal yaitu sebanyak 26 orang (51%).
c. Pola Makan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Mahasiswi Tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013
№ Pola Makan (f) (%)
1.
2.
Teratur
Tidak Teratur
23
28
45,1
54,9
Jumlah 51 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas
responden memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu sebanyak 28 orang
(54,9%).
d. Riwayat Penyakit
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Pada Mahasiswi Tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie
Tahun 2013
No Riwayat Penyakit (f) (%)
1.
2.
Pernah
Tidak Pernah
34
17
66,7
33,3
Jumlah 51 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas
responden pernah memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 34 orang
(66,7%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia
Tabel 4.5
Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013
Menstruasi
Kadar Hemoglobin Total p
Value Normal Anemia
f % f % f %
Normal 18 69,2 8 30,8
26
100
0,003
Abnormal 6 24 19 76
25
100
Jumlah
24 47,1 27 52,9
51
100
Sumber : Data Diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami
menstruasi normal mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu
sebanyak 18 orang (69,2%), sedangkan responden yang mengalami
menstruasi abnormal mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 19 orang
(76%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,003 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara menstruasi dengan
kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam
Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
b. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia
Tabel 4.6
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013
Pola Makan
Kadar Hemoglobin Total p
Value Normal Anemia
f % f % f %
Teratur 14 60,9 9 39,1
23
100
0,131
Tidak Teratur 10 35,7 18 64,3
28
100
Jumlah
24 47,1 27 52,9
51
100
Sumber : Data Diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pola
makan teratur mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu
sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan responden yang memiliki pola makan
tidak teratur mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,131 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola makan
dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul
Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
c. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia
Tabel 4.7
Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli
Kabupaten Pidie Tahun 2013
Riwayat
Penyakit
Kadar Hemoglobin Total p
Value Normal Anemia
f % f % f %
Pernah 11 32,4 23 67,6
34
100
0,007
Tidak Pernah 13 76,5 4 23,5
17
100
Jumlah
24 47,1 27 52,9
51
100
Sumber : Data Diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang pernah
mengalami riwayat penyakit mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 23
orang (67,6%), sedangkan responden yang tidak pernah mengalami riwayat
penyakit mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak
13 orang (76,5%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,007 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit
dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul
Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2013.
C. Pembahasan
1. Hubungan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami
menstruasi normal mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu
sebanyak 18 orang (69,2%), sedangkan responden yang mengalami
menstruasi abnormal mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 19 orang
(76%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,003 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara menstruasi dengan
kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul Islam
Sigli Kabupaten Pidie.
Hal ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Arisman (2004) yang
menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah
yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau
darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi,
karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc,
jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau
kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan
kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Dian Gunatmaningsih
(2007) yang menyatakan bahwa hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang
bermakna antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti
berasumsi bahwa adanya hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada
mahasiswi di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dikarenakan
pada saat menstruasi mengeluarkan darah yang banyak yang membutuhkan
pelindung yang berlapis dan perlu menggantikan duek lebih dari 3 kali sehari
yang diakibatkan karena darah yang keluar terlalu banyak dan kadang ada
mahasiswi pada saat menstruasi hilang nafsu makan sehingga dapat membuat
pasokan gizi dalam tubuh berkurang yang memicu terjadinya anemia.
2. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pola
makan teratur mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu
sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan responden yang memiliki pola makan
tidak teratur mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,131 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pola makan
dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul
Islam Sigli Kabupaten Pidie.
Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan teori yang
dikemukakan oleh Sadikin (2001) yang menyatakan kekurangan berbagai zat
gizi dapat menyebabkan anemia, kekurangan protein ataupun karbohidrat,
seperti yang terjadi pada keadaan kekurangan kalori dan protein akan disertai
juga oleh anemia. kekurangan kalori dan protein yang merupakan perwujudan
kekurangan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, niscaya akan
menyebabkan kekurangan berbagai bahan yang diperlukan untuk
pembentukan SDM.
Akan tetapi, hal ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Sadikin
(2001) juga yang menyatakan bahwa anemia hanyalah salah satu gejala di
samping berbagai gejala lain pada kekurangan kalori dan protein ini.
Demikian juga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Indah
Indriawati (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi
dengan anemia.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti
berasumsi bahwa pola makan sehari-hari pada mahasiswi bisa saja tidak
berpengaruh terhadap terjadinya anemia karena mahasiswi walaupun tidak
mengkonsumsi makanan yang teratur seperti yang dianjurkan sesuai dengan
porsi makanan sehari-hari tetapi mereka makan dengan porsi mereka sendiri
seperti misalnya pagi mengkonsumsi kue atau roti, ada juga yang makan nasi,
siang untuk menunda lapar mereka mengkonsumsi snack-snack dan mie.
Sebagian dari mahasiswi untuk menjaga stamina tubuh pada saat mengalami
menstruasi mengkonsumsi vitamin penambah darah sehingga mahasiswi
mempunyai daya tahan tubuh yang stabil.
3. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie Tahun
2013
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang pernah
mengalami riwayat penyakit mayoritas mengalami anemia yaitu sebanyak 23
orang (67,6%), sedangkan responden yang tidak pernah mengalami riwayat
penyakit mayoritas memiliki kadar hemoglobin yang normal yaitu sebanyak
13 orang (76,5%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p value
= 0,007 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit
dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I di STIKes Medika Nurul
Islam Sigli Kabupaten Pidie.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang dibenarkan oleh Proverawati
(2011) yang menyatakan bahwa Setiap kondisi medis jangka panjang dapat
menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui,
tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti
infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia. Penyakit kronis,
seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu
memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki HIV / AIDS
juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan
untuk pengobatan penyakit.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Dian Gunatmaningsih
(2007) yang menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat terdapat ada hubungan
yang bermakna riwayat penyakit dengan terjadinya anemia pada remaja putri.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian maka peneliti
berasumsi bahwa riwayat penyakit mempengaruhi terjadi anemia dikarenakan
responden rata-rata pernah mengalami demam disertai menggigil seperti
penyakit malaria dan ada juga mahasiswi mengalami kadar hemoglobin yang
rendah (anemia) dengan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terkena
penyakit lain dan cenderung membuat tubuh lemah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 51 mahasiswi
Tingkat I yang berada pada STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi tingkat I
Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai p<0,05
(0,003).
2. Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswi
tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai
p>0,05 (0,131).
3. Ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada mahasiswi
tingkat I Di STIKes Medika Nurul Islam Sigli Kabupaten Pidie dengan nilai
p<0,05 (0,007).
B. Saran
1. Diharapkan bagi institusi tempat penelitian agar dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswi tentang bagaimana cara yang tepat mengatasi anemia
akibat menstruasi dan akibat penyakit kronis yang diderita dengan cara
memberikan informasi yang berkaitan.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi dan
penyuluhan tentang anemia kepada mahasiswi sehingga mahasiswi lebih
memahami lagi tentang cara mengatasi anemia akibat menstruasi dan akibat
penyakit kronik dengan cara mengkonsumsi tablet Fe atau sangobion.
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian
tentang kejadian anemia yang dilihat dari variabel-variabel lain di tempat dan
waktu yang berbeda.
4. Diharapkan bagi mahasiswi pada saat mengalami menstruasi yang banyak dan
pernah menderita penyakit tertentu seperti malaria atau lainnya agar dapat
mengkonsumsi tablet penambah darah dan menjaga daya tahan tubuh dengan
makan makanan yang bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta;
Jakarta
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC; Jakarta
Arumsari, 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program
Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota
Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Anonymaous, 2013. Perdarahan Berlebih Saat Menstruasi. (http://Wanita Dunia
Wanita. Perdarahan berlebih saat menstruasi). Diakses tanggal 11 April 2013
Ana Tardiana, 2012. Haid Tidak Berhenti Dan Banyak Mengeluarkan Darah.
(http://ana-tardiana.blogspot.com/diberdayakan oleh blogger). diakses tanggal
11 April 2013
Bobak, dkk, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC; Jakarta
Burner, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal diakses tanggal 15 Februari 2013
Depkes RI, 2008, Remaja Dan Anemia. UNICEF; Yakarta
, 2002. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizo untuk Remaja Putri
dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Jakarta Hasmi, dkk, 2005. Remaja Mengenal Dirinya. UNFPA; Jakarta Harjana, 2013. Gejala Anemia, Penyebab, Faktor Resiko dan Pencegahan.
(http://gejalapenyakitmu.blogspot). Diakses tanggal 18 Mei 2013 Martadisoebrata, dkk, 2005. Menstruasi Mengakibatkan Anemia, Jakarta Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya; Yogyakarta Megabohari, 2011. Anemia Saat Menstruasi. (http://[email protected]).
Diakses tanggal 11 April 2013. Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Niken, 2013. Menstruasi Tidak Normal, Waspada Anemia.
(http://okehealth/detailhealthupdate/29/03/2013). Diakses tanggal 11 April 2013
Proverawati, 2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika; Yogyakarta Purwanto, 2004. Pengantar Statistik Keperawatan. EGC; Jakarta Sediaoetama, 2004. Pola Makan seimbang. (http://polamakanseimbang/blogspot/
2012). Saifuddin AB, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta Sadikin, 2001. Biokimia Darah. Widya Medika; Jakarta Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; Jakarta Wirakusumah, 2010. Sehat Cara Al-Quran dan Hadits. Hikmah; Jakarta Widyastuti, dkk, 2011, Tahap-Tahap Remaja. (http://widyastuti.tahap-
taharemaja.com/23/04.2011). Diakses tanggal 15 Februari 2013 Zen, 2013. Penyebab Anemia Dan Faktor Resikonya. (http://zonokesehatan.
wordpress.com/2013/01/17/penyebab-anemia-dan-faktor-resikonya). Diakses tanggal 18 Mei 2013
BIODATA
Nama : SABARINA
Tempat/Tgl Lahir : Dayah Muara Sigli, 29 September 1987
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Dayah Muara Garot, Sigli
No. Telp/HP : 085277455271
Nama Orang Tua
a. Ayah : ABDULLAH AHMAD
b. Ibu : MARIANI
Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Sopir
b. Ibu : IRT
Alamat Orang Tua : Dayah Muara Garot, Sigli
No. Telp Orang Tua : 081360114028
Status : Menikah
Nama Suami : Sulaiman, AMD
Pendidikan yang ditempuh/Tahun Lulus
1. SD Negeri 1 Indrajaya : Tahun 1994 - 2000
2. SMP Negeri 1 Indrajaya : Tahun 2000 - 2003
3. SMU Negeri 2 Sigli : Tahun 2003 - 2006
4. AKBID YPNAD Sigli : Tahun 2006 – 2009
Tertanda
(SABARINA)