Download - Resiko Dan Tingkat Pengembalian
-
8/21/2019 Resiko Dan Tingkat Pengembalian
1/4
Resiko dan Tingkat Pengembalian Manajemen KeuanganNovember 4, 2009 at 11:30 pm (Uncategorized)
RESIKO & TINGKAT PENGEMBLIAN
1. PENDAHULUAN
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan,
yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah
imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari
imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat
pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam
keuangan dikenal dengan istilah High Risk High Return. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam
pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-
beda, pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko
relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan
oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.
Risiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa
mendatang, yang mengacu pada variabilitas keuntungan yang diharapkan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Risiko
bisnis merupakan akibat langsung dari keputusan investasi perusahaan, yang tercermin dalam struktur aktivanya.
Yang dimaksud dengan risiko bisnis dalam hal ini adalah tingkat risiko aktiva perusahaan jika perusahaan tidak
menggunakan hutang.
Risiko bisnis dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Variabilitas permintaan terhadap produk perusahaan. Semakin stabil penjualan produk perusahaan, dengan
asumsi hal-hal lain tetap (ceteris paribus), semakin kecil risiko bisnis.
2. Variabilitas harga jual. Semakin mudah harga jual berubah, semakin besar juga risiko bisnis yang dihadapi.
3. Variabilitas biaya input. Semakin tidak menentu biaya input, semakin besar risiko bisnis yang dihadapi.
4. Kemampuan menyesuaikan harga jual bila ada perubahan biaya input. Semakin besar kemampuan
perusahaan menyesuaikan harga jual dengan perubahan biaya, semakin kecil risiko bisnis.
http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/category/uncategorized/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/category/uncategorized/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/category/uncategorized/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/category/uncategorized/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/http://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-manajemen-keuangan/ -
8/21/2019 Resiko Dan Tingkat Pengembalian
2/4
5. Tingkat penggunaan biaya tetap (leverage operasi). Semakin tinggi tingkat penggunaan biaya tetap, semakin
besar risiko bisinis.
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang
mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan
mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga
sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan
variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi
yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan
akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana
secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
Pengukuran manfaat penggunaan hutang atau leverage keuangan dapat dilakukan dengan memperbandingkan
tingkat pengembalian aktiva atau rentabilitas ekonomi (basic earning power) dengan tingkat bunga hutang. Jika
rentabilitas ekonomis lebih besar dari biaya hutang, maka leverage itu menguntungkan; dan tingkat pengembalian
atas modal sendiri (rentabilitas modal sendiri atau ROE) juga akan meningkat.
2. PEMBAHASAN
I. HUBUNGAN ANTARA RESIKO & TINGKAT PENGEMBALIAN
Di dalam pasar uang di mana saham dan obligasi di jual, para pemakai uang, seperti perusahaan yang melakukan
investasi harus bersaing satu sama lain dalam mencari modal. Untuk memperoleh pembiayaan atas proyek yang
akan bermanfaat bagi pemegang saham perusahaan, perusahaan harus menawarkan kepada investor, tingkat
pengembalian yang mampu bersaing dengan alternatif investasi lain yang tersedia bagi investor tersebut. Tingkat
pengembalian dari alternatif investasi terbaik berikutnya ini dikenal sbg biaya kesempatan dana (opportunity cost of
fund).
Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam tingkat pengembalian dari pada
perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman bisnis perusahaan kecil mengandung resiko operasi yang lebih
besar , mereka lebih sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi dalam pasar
yang kecil yang dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat lenyap. Selain itu perusahaan kecil
mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang besar. Perbedaan ini menciptakan
variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang diartikan sebagai risiko yang lebih besar.
-
8/21/2019 Resiko Dan Tingkat Pengembalian
3/4
Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang yang lebih baik), kita harus mengharapkan adanya tingkat
pengembalian yang berbeda untuk pemilik dari berbagai surat-surat berharga tersebut. Jika pasar menghargai
investor atas resiko yang ditanggungnya, maka tingkat pengembalian harus meningkat mengikuti peningkatan resiko.
II. PENGARUH INFLASI PADA TINGKAT PENGEMBALIAN & EFEK FISHER
- Real Rate of interest (k*) Tingkat suku bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan
selama jatuh tempo surat berharga berpenghasilan tetap. Hal ini memperlihatkan pertambahan yang diperkirakan
atas daya beli investor.
- Tingkat suku bunga nominal = k* + IRP +(k* x IRP)
Keterangan:
k* = Tingkat suku bunga riil
IRP = tingkat inflasi
- Untuk sekuritas Treasury(Negara), apakah the required rate of return
Required rate of return = Risk-free rate of return
Karena sekuritas negara secara esensial bebas dari risiko default (tidak memenuhi kewajiban), tingkat pengembalian
sekuritas negara diterima sebagai risk-free rate of return (tingkat pengembalian bebas risiko)
III. STRUKTUR TERM TINGKAT SUKU BUNGA
IV. TINGKAT PENGEMBALIAN YANG DIHARAPKAN ATAS INVESTASI
Secara Berdiri Sendiri atau Portofolio
Risiko arus kas aktiva dapat dipertimbangkan atas dasar berdiri sendiri (stand-alone basis) oleh setiap aktiva
itu sendiri atau dalam konteks portofolio di mana investasi digabungkan dengan aktiva lain dan risikonya
dikurangi melalui diversifikasi
Kebanyakan investor yang rasional memiliki portofolio aktiva, dan mereka lebih memperhatikan risiko
portofolionya daripada risiko aktiva individual
Pengembalian yang diharapkan atas investasi adalah nilai rata-rata dari distribusi probabilitas pengembalian
-
8/21/2019 Resiko Dan Tingkat Pengembalian
4/4
Semakin besar probabilitas bahwa pengembalian aktual akan jauh di bawah pengembalian yang diharapkan,
semakin besar risiko yang berdiri sendiri (stand-alone) yang berkaitan dengan aktiva
Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham umumnya sama dengan pengembalian yang diperlukan
Namun, sesuatu dapat terjadi yang menyebabkan tingkat pengembalian yang diperlukan berubah:
o Suku bunga bebas risiko dapat berubah karena perubahan inflasi yang diantisipasi
o Beta saham dapat berubah
o Penolakan investor terhadap risiko dapat beruba
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dan investasi, maka didirikanlah oleh Pemerintah Pasar Modal
Indonesia, dalam hal ini khususnya Bursa Efek Jakarta. Pasar modal memberikan pilihan investasi yang
semakin banyak bagi perusahaan yang telah go public (emiten) untuk memperoleh dana dalam
mengembangkan perusahaannya, maupun investor untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih besar
dari investasi yang ditanamkan sebelumnya (capital gain). Tingkat pengembalian yang diharapkan berkaitan
erat dengan risiko yang ditanggungnya, bila tingkat pengembalian yang diperoleh besar, maka risikonya juga
besar, dan sebaliknya bila tingkat pengembalian yang diperoleh kecil, maka risikonya juga kecil, tetapi
semuanya tergantung dari investor itu sendiri dalam menghadapi risiko.