Download - Rematik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif
sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul
karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk
dari arthritis yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling
sering terjadi pada usia lanjut. Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi
degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah
satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang –
orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering
mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih
dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis
osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun
dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini
meningkat dengan bertambahnya usia.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan reumatik?
b. Apa penyebab reumatik?
c. Apa tanda dan gejala reumatik?
d. Bagaimana terjadinya reumatik?
e. Apa saja jenis-jenis reumatik?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penderita reumatik?
g. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita reumatik?
h. Apa saja komplikasi reumatik?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit reumatik?
1.3. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian reumatik.
b. Menjelaskan penyebab reumatik.
c. Menjelaskan tanda dan gejala reumatik.
d. Menjelaskan patofisiologi reumatik.
e. Menjelaskan jenis-jenis reumatik.
f. Menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit reumatik.
g. Menjelaskan penatalaksanaan untuk penderita reumatk.
h. Menyebutkan komplikasi penyakit reumatik.
i. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit reumatik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia
lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi
dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan
dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban
tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
2.2 Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki
dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis
lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
i. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
j. Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
2.3 Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
2.4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif
yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi
sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan
terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
2.5. Jenis-Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar
diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan
terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang
mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab
Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa
kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat,
seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan
kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga
terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular
yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
3. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang
sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya
mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan
ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan
pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan
pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
4. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun
bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan
peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan
kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder
disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa
basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa
karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol,
obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit
kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
e. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur
tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat
proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya.
Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat
menjalar ke tungkai dan kaki.
g. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang
bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila
lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjadi terbatas.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.
2.7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
Tambahan
DIET RENDAH PURIN:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat
Protein hewani
Protein nabati
Lemak
Sayuran
Semua
Daging atau ayam, ikan tongkol,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu,
keju
Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom
Minyak dalam jumlah terbatas.
Semua sayuran sekehendak
kecuali: asparagus, kacang
polong, kacang buncis, kembang
kol, bayam, jamur maksimum 50
--
Sardin, kerang, jantung, hati,
usus, limpa, paru-paru, otak,
ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
--
--
Asparagus, kacang polong,
kacang buncis, kembang kol,
bayam, jamur maksimum 50 gr
sehari
Buah-buahan
Minuman
Bumbu, dll
gr sehari
Semua macam buah
Teh, kopi, minuman yang
mengandung soda
Semua macam bumbu
--
Alkohol
Ragi
2.8. WOC
2.9. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
3.1.2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien berusia lebih dari 40 tahun, mengeluh nyeri pada sendi, obesitas,
kesulitan dalam bergerak dan beraktivitas, sendi terasa kaku pada pagi hari, terdengar
suara gemeretak saat bergerak, terjadi pembengkakan pada sendi yang terasa sakit dan
jalan menjadi pincang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami cedera pada sendi saat melakukan aktivitas atau
olahraga, klien pernah memiliki riwayat penyakit infeksi pada sendi, mempunyai
riwayat penyakit hipertiroidisme dan/atau Diabetes Mellitus.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot.
b. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
factor-faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan
bentuk anggota tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan
adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ), skala nyeri dari
sedang-berat.
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan
pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.
3.1.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume cairan yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.
3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
- Klien mengatakan nyeri pada sendi.- Klien mengatakan kesulitan dalam melakukan
aktivitas.- Klien mengatakan sendi terasa kaku pada pagi hari.- Klien mengatakan terdengar suara gemeretak pada
sendi.- Klien mengatakan ada pembengkakan pada sendi yang
sakit.- Klien mengatakan jalan menjadi pincang.
DO :
- Nyeri tekan (+)- Skala nyeri dari sedang-berat.- Keterbatasan gerak.- Atrofi otot.- Kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.- Hasil X-Ray didapatkan terjadi pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi.- Terjadi peningkatan volume cairan senovial.- Hasil biopsy membrane synovial terjadi perubahan
inflamasi dan perkembangan panas.
Penurunan
fungsi
tulang.
Nyeri
2 DS :
- Klien mengatakan nyeri pada sendi.- Klien mengatakan kesulitan dalam beraktivitas.- Klien mengatakan sendi terasa kaku pada pagi hari.- Klien mengatakan ada pembengkakan pada sendi.
DO :
- Nyeri tekan (+)- Skala nyeri dari sedang-berat.- Tampak keterbatasan ruang gerak.- Malaise.- Atrofi otot.- Kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
Perubahan
otot.
Intoleransi
aktivitas.
3 DS :
- Klien berusia > 40 tahun.- Klien mengatakan nyeri pada sendi.- Klien mengatakan kesulitan dalam beraktivitas.- Klien mengatakan jalan menjadi pincang.
DO :
- Nyeri tekan (+)- Keterbatasan dalam ruang gerak.- Malaise.
Nyeri Deficit
perawatan
diri.
- Skala nyeri dari sedang-berat.- Atrofi otot.- Hasil biopsy terdapat peningkatan leukosit.
3.3. Diagnosa Keperwatan
a. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri.
3.4. Intervensi
No DiagnosaTujuan dan KH
(NOC)
Intervensi
(NIC)Aktivitas
1 Nyeri b/d
penurunan
fungsi
tulang.
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
KH :
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri).
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri.
- Mampu mengenali nyeri
(skala nyeri dan tanda
nyeri).
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
Paint
Management
1. Lakukan pengkajian nyeri, yaitu : skala
nyeri, lokasi, durasi, frekuensi,
karakteristik dan kualitas nyeri.
2. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengatasi nyeri, yaitu : teknik nafas
dalam dan mengalihkan perhatian dari
rasa nyeri.
3. Kaji pengalaman nyeri pada masa lampau.
4. Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi munculnya nyeri.
5. Kurangi factor presipitasi nyeri.
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
7. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
8. Evaluasi keefektifan control nyeri.
9. Tingkatkan istirahat.
10. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri.
2. Intoleransi
aktivitas
b/d
perubahan
otot.
NOC :
- Energy conservation- Activity tolerance- Self care ADLs
KH :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Activity
Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan.
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan emampuan fisik,
psikologi dan social.
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
(ADLs) secara mandiri.- Tanda-tanda vital normal.- Mampu berpindah dengan
atau tanpa bantuan alat.
seperti ; krek atau kursi roda.
5. Bantu untuk mengientifikasi aktivitas yang
disukai.
6. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
7. Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
8. Berikan penguatan positif bagi yang aktif
berativitas.
9. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.
10. Monitor respon fisik, psikologi, social
dan spiritual.
3. Deficit
perawatan
diri b/d
nyeri
NOC :
- Self care status- Activity Tolerance
KH :
- Mampu melakukan tugas
fisik yang paling
mendasar dan aktivitas
perawatan pribadi secara
mandiri dengan atau tanpa
alat bantuan.
- Mampu mempertahankan
kebersihan pribadi dan
penampilan yang rapi
secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu.
- Mengungkapkan kepuasan
dalam melakukan
perawatan diri.
Self Care
Assistance
1. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
aktivitas.
2. Pantau peningkatan dan penurunan dalam
melakukan perawatan diri, seperti ;
berpakaian, makan dan minum, mandi dan
BAK/BAB.
3. Pertimbangkan budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
4. Sediakan kebutuhan klien pada posisi yang
muah dijangkau, seperti didekat tempat
tidur.
5. Sediakan pegangan untuk ke kamar mandi.
6. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
perawatan diri.
7. Identifikasi alat yang dibutuhkan,
misalnya kursi roda, sendok, pengait
kancing dan peninggian dudukan toilet.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Perawat malakukan kunjungan ke panti social werdha budi mulya 3 ciracas, Jakarta
timur. Pada hari jumat 07 januari 2011. Perawat melakukan pengkajian terhadap Ny.S.
dari data yang diperoleh dari petugas panti Ny.S masuk ke panti pada tanggal 12 februari
2007. Selain itu, data yang didapat yaitu usia Ny.S saat ini 67 tahun, Ny.S dirawat di
ruang Anggrek. Saat dilakukan wawancara Ny.S sangat kooperatif Ny.S mengatakan
masuk panti atas keinginannya sendiri karena saat berada dirumah Ny.S selalu direpotkan
oleh cucunya. Ny.S mengatakan mempunyai 2 orang anak, anak pertamanya laki-laki dan
anak keduanya perempuan. Ny.S mengatakan bahwa dia berasal dari suku jawa dan
beragama katolik.
Ny. S bercerita bahwa dulunya dia adalah seorang penari dan suaminya seorang
dalang. Ny. S terlihat bersemangat saat menceritakan masa lalunya. klien terlihat lebih
banyak duduk dan berhati- hati saat berjalan.
Ny. S mengatakan sangat senang berada dipanti karena banyak teman seusianya.
Ny. S mengatakan anaknya jarang mengunjunginya, karena sibuk berkerja. Ny. S jarang
mengikuti kegiatan kerohanian yang ada dipanti, karena lututnya terasa nyeri saat
digerakan sehingga Ny.S lebih sering berdoa didalam kamar.
Ny. S mengatakan bahwa dia menderita reumatik, hal itu terjadi karena kebiasaan
mandi malam ketika masih muda. Ny. S mengatakan lututnya terasa nyeri dan ngilu
ketika digerakan. Ny. S mengatakan tidak kuat untuk berjalan lama. Ny. S mengatakan
kaku pada tekuk lehernya. Ny.S mengatakan bahwa lututnya sering sakit. Ny.S
mengatakan jika lututnya nyeri biasanya Ny.S mengoleskan minyak angin pada area lutut
sambil dipijat - pijat. Ny.S tampak meringis saat memijat - mijat lututnya. Ny.S
mengatakan mandi 2 x sehari.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut : kesadaran umum :
compos mentis ( CM ),Td : 130/90 mmHg, N = 70x/ mnt, RR = 18x/mnt, S= 35,8 C,
skala nyeri : 6 ( 0 - 10 ), klien tampak gemuk, banyak bekas luka garukan pada area
lengan dan paha, klien tampak berjalan lambat, bentuk kepala simetris, kulit kepala
tampak bersih, rambut sudah banyak yang beruban ( hampir seluruhnya ), bentuk mata
simetris terhadap wajah, konjungtiva an anemis, skelera an ikterik, ketajaman penglihatan
masih baik, tidak memakai alat bantu kacamata, tidak memakai alat bantu gerak
( tongkat ), bentuk hidung simetris, fungsi penciuman baik, dapat membedakan bau, tidak
mengalami perdarahan, bentuk telinga simetris kanan dan kiri, pendengaran masih bagus,
membran mukosa lembab, tidak terdapat masa pada leher, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, warna kulit klien sawo matang, kulit tampak keriput, auskultasi suara nafas
teratur, tidak ada edema pada ekstermitas atas dan bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan
muskulosketal pada hari jumat, 14 januari 2011 adalah penilaian tenaga otot triseps
brakhii kiri dan kanan normal ( C.6,7,8,N.radialis ), penilaian tenaga otot brakhioradialis
kiri dan kanan masih normal ( C.5-6,N,radialis ) penilaian tenaga otot latisimus dorsi
( C.6-7-8,N,torako dorsalis ) masih normal , penilaian tenaga otot ( seharusnya ekstensi
tetapi malah fleksi ) tidak ada obat - obatan yang dikonsumsi klien.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS :
Ny. S mengatakan jarang
mengikuti kegiatan
kerohanian yang ada
dipanti, karena lututnya
merasa nyeri saat
digerakan.
Ny. S mengatakan bahwa
dia menderita rematik,
hal itu terjadi karena
kebiasaan mandi malam
ketika masih muda.
Ny. S mengatakan bahwa
lututnya sering sakit.
Ny. S mengatakan jika
lututnya nyeri biasanya.
Ny. S mengoleskan minyak
angin pada area lutut
sambil dipijat-pijat.
DO :
Kesadaran : Compos
Mentis (CM).
Skala nyeri 6 (1-10).
TTV :TD : 130/90 mmHg
Penurunan fungsi tulang Nyeri
RR : 18 x/mnt
N : 70 x/mnt
S : 35,8oC
Ny. S tampak meringis saat
memijat-mijat lututnya.
DS :
Ny. S mengatakan tidak
kuat untuk berjalan lama
Ny. S mengatakan kaku
pada tengkuk lehernya
DO :
Klien terlihat lebih banyak
duduk
Klien tampak gemuk
Klien berjalan lambat
Perubahan otot Intoleransi aktivitas
DS :
Ny. S mengatakan bahwa
dia menderita rematik
Ny. S mengatakan kaku
pada area tengkuk leher.
Ny. S mengatakan lututnya
terasa sakit dan ngilu
saat bergerak
DO :
Klien berhati-hati saat
berjalan
Klien tampak berjalan
lambat
Pemeriksaan
musculoskeletal :
penilaian tenaga otot
iliopsoas pada bagian
Perubahan fungsi tulang Resiko tinggi cedera
kiri tidak normal (fleksi)
3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri b.d Penurunan fungsi tulang
Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot
Resiko tinggi cedera b.d Perubahan fungsi tulang
4. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nyeri b.d Penurunan fungsi tulang
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 3 (1-10)
Klien terlihat rileks, dapat tidur atau istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 1-10). Catat factor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda sakit non verbal.
R/ : membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan
keefektifan program.
2. Anjurkan klien untuk mandi air hangat / kompres air hangat / balsam pada area
yang nyeri.
R/ : panas meningkatkan letak sisi otak dan mobilitas, menurunkan rasa sakit.
3. Berikan klien posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
R/ : tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
4. Berikan masase yang lembut
R/ : menaikkan relaksasi atau renggangan otot
5. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
R/ : matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar mencegah pemeliharan
kesejajaran tubuh yang tetap. Menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi atau nyeri.
Dx 2 : Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot
Tujuan : Klien mempertahankan tingkat aktivitas optimal dan maksimalkan energi dengan
istirahat.
Kriteria Hasil :
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Mempertahankan posisi fungsional.
Intervensi :
1. Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan.
R/ : untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan
2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
R/ : menaikkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat
bantu.
R/ : menghindari cedera akibat kecelakaan.
4. Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap
tingkat aktivitas.
R/ : manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
5. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien
pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
R/ : meningkatkan secara bertahap tingkat aktifitas dan memperbaiki tonus
otot atau stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.
Dx 3 : Resiko tinggi cedera b.d Perubahan fungsi tulang
Tujuan : cedera tidak terjadi
Kriteria Hasil : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
Intervensi :
1. Kendalikan lingkungan dengan : menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi pontensial ceder akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penjegahan tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam hari, siapkan lampu panggilan.
R/ : lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan
membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2. Bantu dengan ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
R/ : mencegah jatuh dengan cedera
3. Anjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan.
R/ : mengurangi resiko cedera
5.Implementasi Keperawatan
No Dx
keperawatan
Tempat
tanggal,
jam
Implementasi Evaluasi Ttd
1. Nyeri b.d
penurunan
fungsi tulang
Panti
werdha
budi
mulya 3
ciracas
Jakarta
timur 14
januari
2011
Jam
09.00-
11.00
1. Mengkaji
keluhan nyeri,
mencatat lokasi
dan intensitas
skala nyeri 6
2. Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
balsem agar
hangat pada
area yang nyeri
3. Memberikan
S :
1. Klien
mengatakan
lututnya tidak
nyeri bila
dioles balsam
2. Klien
mengatakan
merasa nyaman
ketika linen
tempat tidurnya
klien posisi
yang nyaman
pada waktu
tidur atau
duduk
4. Memberikan
masase yang
lembut.
5. Memberikan
matras atau
kasur keras,
bantal kecil.
Meninggikan
linen tempat
tidur sesuai
kebutuhan
ditinggikan
3. Klien
mengatakan
lebih santai
saat lututnya
dimasase
O :
1. Klien memijat-
mijatkan
kakinya
2. Skala nyeri
terkontrol = 3
A :
1. Masalah sudah
teratasi
sebagian
P :
1. Lanjutkan
ke diagnosa 2
2. Intoleransi
aktivitas b.d
Perubahan
otot
Panti
werdha
budi
mulya 3
ciracas
Jakarta
timur 14
januari
2011
Jam
09.00-
11.00
1.
Mempertahanka
n istirahat tirah
baring /duduk
jika diperlukan
2. Membantu
bergerak
dengan bantuan
seminimal
mungkin
3. Memberikan
lingkungan
S :
1. Klien
mengatakan
tidak
sanggup
berjalan
lama
2. Klien
mengatakan
lelah ketika
berjalan
jauh
yang aman dan
menganjurkan
untuk
menggunakan
alat Bantu
4. Mengawasi TD,
Nadi,
pernapasan
selama dan
sesudah
aktivitas.
mencatat
respon terhadap
tingkat aktivitas
5. Merencanakan
kemajuan
aktivitas
dengan pasien
termasuk
aktivitas yang
pasien bisa
lakukan
O :
1. Klien tampak
lemah
2. Klien berjalan
lambat
3. Klien mau
melakukan
latihan
ringan
A :
Masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan ke
diagnosa 3
3. Resiko
cedera b.d
penurunan
fungsi tulang
Panti
werdha
budi
mulya 3
ciracas
Jakarta
timur 14
januari
2011
Jam
09.00-
11.00
1. Mengendalikan
lingkuangn
dengan
menyingkirkan
bahaya yang
tampak jelas,
mengurangi
potensial
cedera akibat
jatuh ketika
tidur misalnya
menggunakan
penyanggah
tempat tidur,
S :
1. Klien mau
latihan
2. Klien tidak
takut ketika
berjalan
O :
1. Lingkungan
rawat klien
tertata rapi
2. Posisi tempat
tidur klien
usahakan
posisi tempat
tidur rendah,
gunakan
pencahayaan
malam hari,
siapkan lampu
panggil
2. Membantu
dengan
ambulasi dan
aktivitas
perawatan diri
sesuai
kebutuhan
3. Menganjurkan
untuk berjalan
atau bangkit
dari duduk
dan tidur
dengan
perlahan
rendah
3. Klien tampak
pelan-pelan
saat bangun
dari tempat
tidur
A :
Masalah teratasi
P :
Pertahankan
lingkungan yang
aman bagi klien
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia
diatas 60 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan
nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban. Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih
belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah : umur, jenis kelamin, genetik, suku, kegemukan. Tanda dan gejala Osteoatritis
yaitu nyeri sendi, hambatan gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi
(deformitas), perubahan gaya berjalan.
4.2. Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena tu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat positif dan membangun, untuk dijadikan perbaikan di
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Prince, SA. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Hadi, M. 1999. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta: Balai Penerbit FK
Universitas Indonesia
Nurma, NL. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan System
Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika.