Download - Refrat Mata
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kornea merupakan sebuah kubah yang jernih yang melingkupi iris dan pupil.
Kornea adalah jendela mata kita untuk melihat dunia. Kornea tidak mempunyai
pembuluh darah atau avaskuler, akan tetapi kornea sangat kaya dengan serabut
sensorik. Saraf sensorik ini berasal dari saraf siliar yang merupakan cabang dari
oftalmik saraf trigeminus. Bila terjadi perubahan dalam kornea, walaupun kecil
maka dipermukaan kornea akan mengakibatkan gangguan pembiasan sinar dan
berkurangnya tajam penglihatan secara nyata. Turunnya tajam penglihatan ini dapat
terjadi akibat adanya oedema dikornea, infiltrat sel radang kedalam kornea,
vaskularisasi dan terbentuknya jaringan parut pada kornea ( Ilyas, 2003).
Ulkus kornea merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan kerusakan
pada lapisan mata normal yang jernih. Pada ulkus kornea terdapat bercak atau defek
pada epitel kornea yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dibawahnya
(stroma). Kerusakan ini sering kali disebabkan oleh organisme yang dapat
menembus masuk ke stroma kornea dengan jalan merusak epitel kornea (Scoot,
2003).
Pembentukan jaringan parut akibat ulserasi kornea adalah merupakan penyebab
kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Suatu survey di Amerika
Serikat menyebutkan sekitar 30.000 kasus ulkus kornea bakterial setiap tahunnya
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 1
(Posdorfer, 2003). Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun
hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara
memadai (Vaughan et al, 2000).
I.2. Rumusan Masalah
Dalam referat ini penulis akan membahas tentang diagnosis dan terapi
pada ulkus kornea bakterial.
I.3. Tujuan Penulisan
Penulisan referat dengan judul “ Ulkus Kornea Bakterial” diharapkan
dapat menjadi tambahan pengetahuan dasar bagi penulis dan sebagai bekal
nantinya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan khususnya dalam
bidang Ilmu Kesehatan Mata.
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea pada infeksi maupun alergi, yang akan memberikan
hasil uji fluoresein positif (Ilyas, 2003)
II.2. Anatomi
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan yang
terdiri dari 5 lapis yaitu: (Ilyas, 2003)
1. Epitel.
Terdiri dari 5 lapis sel epitel bertanduk yang saling tumpang tindih, satu
lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal ini berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui
desmosom dan makula okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barier. Sel basal menghasilkan
membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 3
mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan. Sel
basal dan membran basal epitel kornea ini mempunyai daya regenerasi.
2. Membran Bowman.
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. . Membran Bowman ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Stroma ini merupakan bagian dari kornea yang paling tebal atau 90% dari
tebalnya kornea. Stroma terdiri atas sel stroma atau keratosit dan serat
kolagen yang tersusun sangat teratur. Stroma kornea ini tidak mempunyai
daya regenerasi, sehingga apabila terjadi kerusakan pada stroma maka
akan membentuk jaringan parut yang keruh pada kornea.
4. Membran Descemet
Membran Descemet ini merupakan lapisan elastis kornea yang bersifat
transparan.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu , bentuk heksagonal, besar 20-40
µm. Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada dua
bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. Umumnya
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 4
ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri adalah ulkus kornea sentral,
sedangkan ulkus kornea marginal atau perifer disebabkan oleh reaksi
hipersensitifitas (Ilyas, 2003).
Ulkus kornea sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan
pada epitel, dimana lesi terletak di sentral jauh dari limbus vaskuler. Hipopion
biasanya (tidak selalu) menyertai ulkus (Vaughan et al, 2000).
Mikroorganisme penyebab ulkus kornea sentral ini tidak mudah masuk
kedalam kornea dengan epitel yang sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk
terjadinya ulkus kornea sentral ini seperti erosi pada kornea, keratitis
neurotrofik, pemakaian kortikosteroid atau immunosupresif, pemakaian obat
lokal anestetika, pemakaian I.D.U., pasien diabetes mellitus dan ketuaan
(Ilyas, 2003).
Ulkus kornea marginal atau perifer bersifat jinak, namun sangat sakit.
Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakterial akut atau menahun, khususnya
blefarokonjungtivitis stapilokokus. Akan tetapi ulkus ini bukan proses infeksi,
ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri (toksin), dimana
antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi
melalui epitel kornea. Infiltrat dari ulkus marginal berupa infiltrat linier atau
lonjong, terpisah dari limbus oleh interval bening, dan hanya pada akhirnya
menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi (Vaughan et al, 2000).
Bila ulkus hanya dipermukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat
sembuh tanpa jaringan parut. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 5
berakhir dengan pembentukkan jaringan parut yang dapat berupa: (Wijana,
1993)
1. Nebula
Timbul apabila ulkus tak begitu dalam dan tampak sebagai bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat dikamar gelap dengan cahaya buatan.
2. Makula
Terjadi apabila ulkus lebih dalam dan tampak sebagai bercak putih yang
tampak dikamar biasa.
3. Leukoma
Terjadi apabila ulkus lebih dalam lagi dan tampak sebagai bercak putih
seperti porselen yang tampak dari jauh.
II.3. Etiologi
Penyebab tersering dari ulkus kornea adalah infeksi oleh bakteri, virus,
jamur atau amoeba. Penyebab lainnya antara lain abrasi oleh benda asing,
kelopak mata yang tidak menutup penuh, alergi yang berat, dan kelainan
radang lainnya. Pemakaian kontak lensa lunak dalam jangka waktu lama
diduga sebagai salah satu faktor presipitasi (Vaughan et al, 1995).
Ulkus kornea akibat bakteri merupakan bentuk infeksi yang penting pada
segmen mata anterior. Biasanya ulkus ini di dahului oleh trauma mata atau
epitel kornea. Gejala yang menyatakan adanya infeksi bakteri adalah
terdapatnya oedem konjungtiva yang berat disertai dengan terdapatnya infiltrat
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 6
sel radang ke dalam stroma kornea. Untuk mengetahui sebab ulkus dengan
pasti hanyalah dengan pemeriksaan bakteriologi dan mikroskopik yang bahan
pemeriksaannya diambil dari daerah nekrotik atau abses (Ilyas, 2003).
Bakteri yang dapat menyebabkan ulkus kornea sentral antara lain
pseudomonas, pneumokokus, moraxella, nesseria, streptokokus. Sementara
bakteri yang menyebabkan ulkus kornea di marginal biasanya oleh
stafilokokus (Ilyas,2003, Al Ghozi,2002, Vaughan et al,2000).
II.4. Tanda, Gejala dan Diagnosa
Ulkus kornea akan memberikan gejala berupa mata merah, mata sakit
ringan hingga berat yang diakibatkan karena banyaknya serabut saraf di kornea,
fotophobia yang diakibatkan kontraksi iris yang hiperemi, penglihatan (visus)
menurun, dan kadang kotor (infiltrat), mata berair, mata panas dan terdapat
discharge (Ilyas,2003, Al Ghozi, 2002).
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa ulkus kornea pada
umumnya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan penglihatan (visual acuity)
2. Tes refraksi
3. Tes air mata
4. Pemeriksaan dengan slit-lamp
5. Reflek pupil
6. Keratometri
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 7
7. Kerokan kornea
8. Fluoresensi
9. Tes darah
II.5. Patofisiologi
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu terjadinya infeksi
atau peradangan tak dapat segera datang, seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cells dan sel-
sel lain yang terdapat didalam stroma kornea, segera berkerja sebagai makrofag,
baru kemudian disusul dengan dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagai injeksi perikorneal. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi
dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang
mengakibatkan infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh
dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi
kerusakan epitel dan timbullah ulkus (tukak) kornea. Ulkus ini dapat menyebar
ke permukaan atau masuk ke dalam stroma (Wijana, 1993).
Macam-macam ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri antara lain:
1. Ulkus kornea Pseudomonas
Pseudomonas merupakan organisme terpenting yang sering
mengakibatkan timbulnya ulkus kornea. Ulkus kornea akibat
pseudomonas berbentuk kecil yang cepat meluas dan dapat
mengakibatkan perforasi dalam 48 jam walaupun pada awalnya
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 8
superfisial. Pseudomonas mengeluarkan enzim proteolitik yang cepat
merusak kolagen kornea, dengan membentuk abses mukopurulen yang
berwarna kehijau-hujauan, ulkus yang timbul sering disertai hipopion
(Ilyas,2003). Ulkus kornea Pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu
atau kuning di tempat epitel yang rusak, biasanya disertai dengan nyeri
yang hebat. Pada ulkus kornea pseudomonas dapat terjadi pada abrasi
kornea minor atau penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai
agak lama. Beberapa kasus dilaporkan setelah penggunaan larutan
fluoresien atau obat tetes mata yang terkontaminasi (Vaughan et al,
2000).
2. Ulkus kornea Pneumokokus
Ulkus kornea yang disebabkan oleh pneumokokus yang terjadi
biasanya disebut sebagai ulkus serpen atau ulkus serpengiosa akut.
Ulkus serpen merupakan ulkus sentral yng berjalan cepat. Tepi ulkus
tergaung, sering disertai dengan hipopion. Ulkus serpen sering
ditemukan pada petani, buruh tambang, peminum candu, ataupun pada
orang dengan keadaan gizi buruk. Ulkus kornea Pneumokokus ini
merambat dipermukaan kornea yang kemudian kedalam dan
mengakibatkan perforasi kornea, dan pada konjungtiva juga terdapat
tanda radang yang berat. Infeksi ini secara khas menimbulkan ulkus
berbatas tegas, warna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur
dari tempat infeksi ke sentral kornea. Ulkus ini sering terdapat pada
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 9
pasien dengan sumbatan duktus nasolakrimalis. Pada kerokan tepi depan
ulkus mengandung diplokokus berbentuk lancet gram positif (Vaughan
et al, 2000).
3. Ulkus kornea Moraxella Liquefaciens
Moraxella Liquefaciens menyebabkan ulkus kornea sentral atau
parasentral dengan bentuk yang lonjong terbatas, pinggir yang bergaung
sedikit hipopion. Segmen anterior meradang dan dapat terjadi perforasi,
hampir selalu terjadi pada peminum alkohol, diabetus mellitus, atau
orang dengan penyakit imunosupresi lainnya. Pada hasil kerokan
ditempat ulkus menampilkan gambaran diplobasil gram negatif besar-
besar dengan ujung persegi (Ilyas, 2003, Vaughan et al, 2000).
4. Ulkus kornea Neisseria
Neisseria mengakibatkan ulkus kornea sesudah terdapatnya
peradangan pada konjungtiva bulbi. Neisseria ini dapat membuat ulkus
kornea tanpa didahului suatu trauma seperti timbulnya ulkus kornea
lainnya. Ulkus kornea neisseria berjalan sangat cepat, terutama pada
bayi, dan dapat menimbulkan perforasi kornea (Ilyas, 2000).
5. Ulkus kornea Steptokokus grup-A
Ulkus kornea yang disebabkan oleh streptokokus beta
hemolitikus tidak memiliki ciri khas seperti pada ulkus kornea bakterial
yang lain. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan
sembab, biasanya terdapat hipopion berukuran sedang. Pada kerokan
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 10
didaerah ulkus akan menampakkan gambaran kokus gram positif dalam
bentuk rantai (Vaughan et al, 2000).
6. Ulkus kornea Stafilokokus aureus, Stafilokokus epidermidis,dan
Streptokokus alfa haemolitikus
Stafilokokus aureus, stafilokokus epidemidis,dan streptokokus
alfa haemolitikus kini lebih sering ditemukan sebagai penyebab ulkus
kornea dibanding sebelumnya,banyak diantaranya pada kornea yang
telah biasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkus yang diakibatkan sering
indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea
disekitarnya. Ulkus ini sering superfisialis, dan dasar ulkus sering teraba
padat pada saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram
positif satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk ranta (Vaughan et al,
2000).
II.6. Terapi
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika. Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:
(Ilyas, 2003)
a. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan
berfungsi sebagai inkubator.
b. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari.
c. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder.
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 11
d. Debridement sangat membantu penyembuhan.
e. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa sebagaimana tercantum
dalam table 1 biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat
tenang kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan
ditambah 1-2 minggu Kornea dapat sembuh dari ulkus yang terjadi, tapi bila ini
meninggalkan sisa berupa jaringan parut transplantasi kornea mungkin
diperlukan untuk mengembalikan penglihatan. Bila ulkus kornea yang timbul
luas maka dibutuhkan rawat inap.
Tabel 1. Pengobatan Ulkus kornea bakterial (Vaughan, 2000)
organisme Rute obat Pilihan pertama
Pilihan kedua Pilihan ketiga
Kokus gram positif, bentuk dengan simpai = S.Pneumonia
Topikal
SubkonjungtivaSistemik
Cefazolin
CefazolinCefazolin
Penisilin G
Penisilin GPenisilin G
Vancomisin atau ceftazidineMethicilin
Oral erytromicin
Organisme gram positif lain, kokus dan batang
Topikal
SubkonjungtivaSistemik
Cefazolin
Cefazolin…
Penisilin G
Methicilin…
Vancomicin atauCeftazidineVancomicin
…
Kokus gram negativeTopikal
SubkonjungtivaSistemik
Penisilin GPenisilin GPenisilin G
CefazolinCefazolinCefazolin
VancomicinVancomicinVancomicin
Batang gram negatif, halus = Pseudomonas
Topikal
SubkonjungtivaSistemik
Tobramicin
TobramicinTobramicin
Gentamicin
GentamicinGentamicin
Polimisin B atau carbenicilin
Polimisin B atau Carbenicilin
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 12
Batang gram negatif, diplobacilli besar, berujung
persegi = Moraxella
TopikalSubkonjungtiva
Sistemik
Penisilin GJarang perluPenisilin G
…
GentamicinGentamicin
jarang
…
TobramicinTobramicin
…
Batang gram negatif lain TopikalSubkonjungtiva
Sistemik
GentamicinGentamicin
…
TobramicinTobramicin
…
CarbenicilinCarbenicilinCarbenicilin
Batang gram positif, langsing dan panjang bervariasi,
Mycobakterium Fortuitum, Nocardia sp, Aktinomyces sp
TopikalSubkonjungtiva
Sistemik
AmikasinAmikasinAmikasin
Fluoroquinilone……
………
II.7. Pencegahan
Walaupun tidak ada jaminan mutlak pencegahan infeksi pada trauma di
epitel kornea, ada cara yang secara dramatis untuk mengurangi resiko terjadinya
ulkus kornea adalah jika terjadi luka pada mata walaupun sangat kecil
disarankan untuk memeriksakannya ke dokter mata agar dapat ditangani secara
baik dan dapat mencegah terjadinya infeksi (Scoot, 2003).
Jika memakai lensa kontak seharusnya tangan selalu dicuci sebelum
memegang lensa kontak, membersihkannya secara teratur dan jangan pernah
tidur memakai lensa kontak karena orang yang tidur masih memakai lensa
kontak menaikkan resiko ulkus kornea 5 – 10 kali dibandingkan mereka yang
melepaskan lensa kontaknya setiap malam. Pemberian pelindung mata terhadap
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 13
partikel-partikel kecil yang melayang di udara juga penting, untuk mereka yang
mengalami penurunan sekresi airmata penggunaan air mata buatan diperlukan
untuk mencegah kerusakan (Posdorfer, 2003).
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 14
BAB III
RINGKASAN
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea pada infeksi ataupun alergi, yang akan memberikan hasil
uji fluoresein positif. Ulkus kornea merupakan infeksi serius yang dapat
menyebabkan kerusakan pada lapisan mata normal yang jernih. Pada ulkus kornea
terdapat bercak atau defek pada epitel kornea. Penyebab tersering dari ulkus kornea
adalah infeksi oleh bakteri, virus, jamur atau amuba. Penyebab lainnya antara lain
abrasi oleh benda asing, kelopak mata yang tidak menutup penuh, alergi yang berat,
kelainan radang lainnya. Pemakaian kontak lensa lunak dalam jangka waktu lama di
duga sebagai salah satu faktor presipitasi.
Tanda dan gejala ulkus kornea bakterial pada umumnya yaitu sakit mata, visus
menurun, mata memerah, bercak putih pada kornea, photophobia, mata berair, mata
panas dan terdapat discharge. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa
ulkus kornea adalah pemeriksaan penglihatan (visual acuity), tes refraksi, tes air
mata, pemeriksaan dengan slit-lamp, reflek pupil, keratometri, kerokan kornea,
fluoresensi, tes darah.
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotika. Untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus kornea adalah dengan
sesegera mungkin memeriksakan segala kelainan di mata serta trauma pada mata ke
dokter mata agar dapat segera ditangani secara baik dan dapat mencegah terjadinya
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 15
infeksi dan jika memakai lensa kontak agar selalu menjaga kebersihannya dan
melepas lensa kontaknya sebelum tidur. Penggunaan kaca mata di daerah yang
berdebu dan pemberian air mata buatan pada mengalami penurunan produksi air
mata merupakan salah satu bentuk pencegahannya.
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Ghozi, M., 2002, Hand Book Of Opthalmology A Guide To Medical
Examination, FK-UMY, Yogyakarta.
2. Ilyas, S., 2003, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, BP-FKUI, Jakarta,
Hal:52-61
3. Posdorfer,J.R.,2003, http://blueprint.bluecrossmn.com/topic/corneaulcer.
4. Scoot, B., MD., PhD., 2003, Massachusetts Eye And Inflamatory,
Harvard Medical School, Boston,
http:// www.djo.harvard.edu/meei/PI/CornUlcer.html.
5. Vaughan, D.G., Riordan-Eva P., Asbury, T., 2000, Oftalmologi Umum,
Edisi 14, Widya Medica, Jakarta.
6. Vaughan, D.G., Riordan-Eva P., Asbury, T., 1995, General
Ophtalmology, Fourteenth Edition, A simon And Schutter Company,
U.S.A.
7. Wijaya, N., Ilmu Penyakit Mata, Edisi Revisi Cetakan Ke-6. BP-FK-
UGM, Yogyakarta, Hal:83-122
Referat Ilmu Penyakit Mata RSUD Djojonegoro Temanggung 17