Download - Referat Mas Wiko
BAB I
PENDAHULUAN
Parasit dapat menyebabkan kelainan pada kulit. Parasit-parasit yang sering
menginfeksi kulit manusia adalah pedikulosis, scabies, dan creeping disease.
Pedikulosis adalah infeksi kulit atau rambut pada manusia yang
desebabkan oleh pediculus (tergolong family pediculae). Selain menyerang
manusia penyakit ini juga menyerang binatang oleh karena itu dibedakan
pediculus humanus dengan pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasir
obligat artinya harus menghisap darah manusia untuk dapat bertahan hidup.
Penyakit ini banyak terjadi di lingkungan yang padat dan penularannya dapt
melalui benda yang dipakai oleh penderita ataupun secara kontak langsung.2
Pengetahuan dasar tentang penyakit scabies diletakkan oleh Von Hebra,
bapak dermatologi modern. Penyebabnya pertama kali ditemukan oleh Benomo
pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada
sukarelawan selama perang dunia II.2
Invasi penyakit creeping disease sering terjadi pada anak-anak terutama yang
sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah atau
pasir.Demikian pula para petani dan tentara sering mengalami hal yang sama.
Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan
lembab.2
Infeksi parasit pada kulit manusia dapat menular melalui kontak secara
langsung atau kontak secara tidak langsung. Untuk itu melakukan pengobatan
terhadap seseorang yang memiliki keluhan yang sama dengan penderita dalam
waktu yang bersamaan sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
infeksi ulang dari parasit tersebut (rekuren).
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. KULIT
ANATOMI KULIT 4,5
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar
tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5-1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasimulai 0,5-6
mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial bagian
atas.Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
pungung, bahu, dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapisan yang berbeda,
lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis dan korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Epidermis
Adalah lapisan luar kulit yang tipis. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,l angerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal padatelapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) :
1. Stratum Korneum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas
dan berganti.
2. Stratum Lusidum, berupa garis translusen, biasanya terdapat pada
kulit tebal telapak tangan dan kaki, tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum, ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
yang intinya di tengah sitoplasma terdiri oleh granula basofilik
2
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin, terdapat pada sel langerhans.
4. Stratum Spinosum, terdapat berkas-berkas filament yang
dinamakan tonofibril dan memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosium dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosium disebut sebagai lapisan
Malphigi, terdapat sel langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum), terdapat aktivitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi
kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan factor lain.
Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan allergen (sel langerhans).
Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang
sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya denganjaringan
subcutis. Tebalnyabervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan reticuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen
berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus
meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat
kira-kira lima kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen
3
sering bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak pembuluh darah, dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak
tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi dermis : stuctur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Subcutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hypodermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapatjaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan dibawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Adapun fungsinnya untuk menunjang suplay
darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi subcutis : melekat kestructur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, control bentuk tubuh dan mechanical absorber.
Vascularisasi kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk fleksus terletak
antara lapisan papiler dan reticuler dermis, selain itu diantara dermis dan
jaringan subcutis. Cabang kecil meninggalkan fleksus ini
memvascularisasi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh
darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membrane epidermis.
4
FUNGSI KULIT 4,5
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan
penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
- fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
- kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
- panas : radiasi, sengatan sinar UV
- infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
- Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning(penggelapan kulit)
- Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
- Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
- Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
5
metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar
sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh
seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak
dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk
melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai
Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan
subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
- Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
- Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
- Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
- Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
- Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
- Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena fungsi
respirasi. Kemampuan absorbsinyabergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan
dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara
saluran kelenjar.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang
baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada
bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi
ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk
pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang
mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
6
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses
ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap
infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak
hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap
diperlukan.
B. PENYAKIT PARASIT PADA KULIT
Penyakit parasit yang sering terjadi pada manusia diantaranya: pedikulosis,
scabies, dan creeping disease.
1. Pedikulosis
Pedikulosis merupakan infeksi kulit dan rambut manusia yang disebabkan
oleh Pediculus dari famili Pediculidae. Pediculus ini dapat menyerang
manusia maupun hewan sehingga dibedakan Pediculus humanus untuk yang
menyerang manusia dan Pediculus animalis untuk yang menyerang hewan.
Pediculus merupakan parasit obligat yang harus menghisap darah manusia
untuk dapat mempertahankan hidup.
Pada manusia sendiri, terdapat klasifikasi pedikulosis berdasarkan spesies
pediculus yang menyerang beserta tempat predileksinya yaitu:2
1. Pediculus humanus capitis yang menyebabkan pedikulosis kapitis
2. Pediculus humanus corporis yang menyebabkan pedikulosis korporis
3. Pthirus pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis
7
a. Pedikulosis Kapitis
Definisi
Pedikulosis Kapitis merupakan infeksi kulit dan rambut kepala
yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis.2
Epidemiologi
Infestasi dari Pediculus humanus capitis ini tersebar luar diseluruh
dunia dan biasanya menyerang anak-anak usia sekolah. Penyakit ini cepat
meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya di asrama dan panti
asuhan. Selain itu faktor kebersihan yang kurang baik seperti jarang
membersihkan rambut atau rambut yang susah dibersihkan (rambut
panjang pada wanita) juga turut berperan dalam penyebaran penyakit ini.
Cara penularan penyakit ini biasanya melalui perantara seperti sisir, bantal,
kasur, dan topi.2
Gambar 1. Kutu rambut dan pubis
Sumber: http://www.aafp.org/2004/.jpg
Etiologi
Pediculus humanus capitis memiliki 2 mata dan 3 pasang kaki.
Yang betina berukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebar sekitar setengah dari
panjangnya sedangkan yang jantan lebih kecil dan jumlahnya sedikit. Kaki
Pediculus humanus capitis didesain untuk mencengkeram rambut dan
dapat berjalan 23cm permenit. Siklus hidupnya melalui stadium telur,
8
larva, nimfa, dan dewasa. Pediculus humanus capitis betina dapat bertelur
5-10 telur perhari. Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut sehingga makin ke ujung terdapat telur yang lebih
matang. Pediculus humanus capitis harus menghisap darah terlebih dahulu
sebelum melakukan kopulasi. Jangka waktu hidup Pediculus humanus
capitis sekitar 30 hari. Pediculus humanus capitis biasanya hanya dapat
hidup 1-2 hari di luar scalp sedangkan telurnya dapat bertahan hingga 10
hari.2,3
Gambar 2: Telur kutu di rambut
Sumber: Wolff K et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 7th
ed. New York: McGraw-Hill;2007.
Gambar 3: Siklus Pediculosis Capitis
9
Gambar 4: Siklus hidup
Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul biasanya disebabkan garukan untuk
menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap saliva yang diproduksi Pediculus humanus
capitis saat menghisap darah. 2
Gejala Klinis
Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah
oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian
karena garukan dapat menyebabkan erosi, eskoriasi, dan infeksi sekunder
berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder yang berat, rambut
akan bergumpal karena banyaknya pus dan krusta dan disertai perbesaran
kelenjar getah bening regional. Pada keadaan ini kepala akan memberikan
bau busuk.2,5
10
Pembantu diagnosis
Cara yang paling diagnostik adalah menemukan kutu atau telur
terutama dicari di daerah oksiput dan temporal. Telur berwarna abu-abu
dan berkilat.2,5
Diagnosis Banding
Tinea kapitis, Pioderma, Dermatitis seboroika 2,5
Pengobatan
Pengobatan bertujuan memusnahkan seluruh Pediculus humanus
capitis dan mengobati infeksi sekunder. Pengobatan yang terbaik adalah
malathion 0,5% atau 1% bentuk lotio atau spray. Cara pakainya adalah
pada malam hari sebelum tidur rambut dicuci dengan sampo kemudian
diapakai lotio malathion dan kepala ditutup dengan kain. Keesekon
harinya rambut dicuci lagi dengan sampo dan disisir dengan sisir halus dan
rapat. Obat ini sukar didapat.2
Di Indonesia obat yang cukup efektif dan mudah didapat adalah
Gammexane 1%. Cara pakainya dioleskan lalu didiamkan 12 jam
kemudian dicuci dan disisir agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih
ada telur, dapat diulangi seminggu kemudian. Obat lainnya adalah benzil
benzoat 25%.2
Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur,
infeksi sekunder diobati dulu dengan antibiotika sistemik dan topical lalu
disusul obat di atas dalam bentuk sampo.Higiene merupakan salah satu
sarat untuk tidak terjadi residif. 2
b. Pedikulosis Korporis
Definisi
11
Infeksi kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus var
corporis.2
Epidemiologi
Pedikulosis Korporis sering juga disebut penyakit orang miskin
dimana banyak ditemukan pada orang dewasa yang homeless, grup yang
hidup dengan kebersihan yang kurang, para pengungsi, penggembala, dan
para tentara pada waktu perang. Penyakit ini sering disebut penyakit
vagabond karena kutu idak melekat pada kulit namun pada serat kapas di
sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Tidak ada predileksi untuk ras, usia, dan jenis kelamin. Cara penularannya
adalah melalui pakaian dan pada orang yang dadanya berambut terminal
kutu dapat melekat langsung pada rambut tersebut dan dapat ditularkan
melalui kontak langsung.2
Gambar 5: Pediculosis corporis
Etiologi
Pediculus humanus corporis juga memiliki 2 jenis kelamin yaitu
jantan dan betina. Pediculus humanus corporis betina berukuran 1,2-4,2
mm dan lebar sekitar setengah panjang sedangkan yang ajntan lebih kecil.
Secara umum Pediculus humanus corporis berukuran 30% lebih besar dari
Pediculus humanus capitis. Jangka waktu hidup Pediculus humanus
12
corporis sekitar 18 hari dan dapat bertahan pada pakaian tanpa menghisap
darah selama 3 hari. 2,5
Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul biasanya disebabkan garukan untuk
menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap saliva yang diproduksi Pediculus humanus
corporis saat menghisap darah. 2
Gejala Klinis
Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas garukan pada
badan karena gatal baru dapat berkurang setelah garukan yang lebih
intensif. Kadang timbul infeksi sekunder dengan perbesaran kelenjar getah
bening regional.2
Diagnosis Banding
Neurotic excoriation, Skabies, gigitan serangga, dan folikulitis.2,5
Pengobatan
Di Indonesia obat yang cukup efektif dan mudah didapat adalah
Gammexane 1%. Cara pakainya dioleskan ke seluruh tubuh lalu
didiamkan 24 jam kemudian penderita mandi. Jika masih belum sembuh,
dapat diulangi 4 hari kemudian. Obat lain adalah bubuk malathion 2% dan
benzil benzoat 25%. Pakaian harus di setrika dengan tujuan membunuh
telur dan kutu.2
c. Pedikulosis Pubis
Definisi
13
Pedikulosis Pubis merupakan infeksi rambut pada daerah pubis dan
sekitarnya akibat Pthirus pubis. 2
Epidemiologi
Penyakit ini menyerang orang dewasa dan digolongkan sebagai
penyakit akibat hubungan seksual serta dapat pula menyerang kumis dan
janggut. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak yaitu pada alis dan
bulu mata serta pada tepi batas rambut kepala. Cara penularannya
umumnya dengan kontak langsung. 2
Etiologi
Pthirus pubis memiliki 2 jenis kelamin dengan yang betina lebih
besar dari yang jantan dan panjang sama dengan lebar yaitu 1-2 mm.
Pithirus pubis sering disebut crab louse karena kemiripan morfologinya
dengan kepiting. Jangka waktu hidup Pthirus pubis adalah 2 minggu dan
Pithirus pubis dewasa dapat hidup sampai 36 jam di luar host nya.2,3
Gejala Klinis
Gejala utama yang timbul adalah gatal di daerah pubis dan
sekitarnya. Gatal dapat meluas hingga ke abdomen dan dada. Dijumpai
bercak-bercak yang berwarna keabu-abuan atau kebiruan yang disebut
makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan biasanya
susah dilepaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam folikel rambut.
Gejala lainnya adalah black dot yaitu bercak-bercak hitam yang tampak
jelas pada celana dalam. Bercak hitam ini merupakan krusta dari darah
yang sering salah diinterpretasikan sebagai hematuria. Kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder dengan perbesaran kelenjar getah bening.2,5
14
Gambar 5 :Pediculosis Pubis
Sumber: encrypted-tbn3.gstatic.com
Diagnosis Banding
Dermatitis seboroika, tinea kruris 2,5
Pengobatan
Pengobatannya mirip dengan pedikulosis lainnya yaitu
Gammexane 1% atau benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan
selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian jika belum sembuh.
Sebaiknya rambut kelamin dicukur. Pakaian dalam disetrika dan mitra
seksual juga diperiksa.2
Krotamiton 1% krim atau lotion ,dioleskan sekali sehari dan dapat
diulang sesudah satu minggu. Infeksi sekunder diobati dengan antibiotik
seperti penisilin dan eritromisin.5
2. Skabies
Definisi
Skabies merupakan infestasi pada kulit manusia yang disebabkan
oleh penetrasi parasit obligat Sarcoptes Scabiei varian hominis ke
epidermis. 2
Epidemiologi
15
Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia telah
terinfeksi skabies. Skabies dapat menyerang pada semua kalangan
meskipun lebih banyak pada kalangan sosioekonomi yang rendah. Selain
itu faktor kebersihan juga menjadi faktor yang menunjang perkembangan
dari penyakit ini. Skabies lebih prevalen pada daerah urban/ perkotaan
terutama daerah-daerah yang sangat padat. 2
Cara transmisi dapat melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung. Pada kontak langsung terjadi kontak antara kulit dengan kulit
contohnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
Sedangkan untuk kontak tidak langsung dapat melalui benda seperti
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Penularan biasanya oleh
Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi dan terkadang oleh bentuk
larva.2
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk dalam filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarima, famili Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var. hominis namun juga ada Sarcoptes scabiei lain
misalnya Sarcoptes scabiei var. animalis. Secara morfologi berbentuk
oval, punggung cembung, dan bagian perut rata. Ukurannya 330-450
mikron x 250-350 mikron untuk yang betina dan 200-240 mikron x 150-
200 mikron untuk yang jantan. Sarcoptes scabiei dewasa memiliki 4
pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang di
belakang di mana yang betina berakhir dengan rambut sedangkan untuk
yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan pasangan
kaki keempat berakhir dengan alat perekat. 2,3
16
Gambar 6: Sarcoptes scabiei
Siklus hidup dari Sarcoptes scabiei : setelah terjadi kopulasi di atas
kulit, S.scabiei jantan akan mati atau kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Sarcoptes
scabiei betina yang telah dibuahi akan menggali teowongan dalam stratum
korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter perhari dan meletakkan telurnya
2-4 butir perhari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang
telah dibuahi ini dapat hidup sekitar sebulan. Telur akan menetas biasanya
dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang memiliki 3 pasang kaki.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang memiliki bentuk yaitu
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Siklus hidup dari telur sampai
menjadi bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari. 2,3
Gambar 7: siklus hidup scabies
17
Gambar 8: Perjalanan penyakit dan predileksi scabies
Patogenesis
Kelainan pada kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh skabies
tetapi juga oleh penderita itu sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi
akibat sensitisasi terhadap sekret dan eskret dari S.scabiei memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu akan terdapat
kealinan kulit yang menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika, dan lain-lain. Intervensi berupa garukan akan dapat
menyebabkan lesi sekunder seperti erosi, eskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Rata-rata jumlah Sarcoptes scabiei yang berada pada host
biasanya tidak lebih dari 20, kecuali pada crusted scabies atau disebut juga
18
Norwegian scabies dimana pada host dapat berjumlah sampai jutaan
Sarcoptes scabiei. Bentuk crusted scabies ini ditandai dengan dermatosis
berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distofik, dan skuama yang
generalisata. Bentuk ini sangat menular namun rasa gatalnya sedikit.
Sarcoptes scabiei dapat ditemukan dalam jumlah besar. Individu dengan
HIV (Human Immunodeficiency Virus), manula, dan pasien dengan
pengobatan imunosurpresi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena
crusted scabies . 2
Gambar 9: Lesi pada skabies
Klasifikasi Skabies
Terdapat beberapa bentukskabies atipik yang jarang ditemuan dan
sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain 6 :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.6
2. Skabies incognito
19
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit
lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-
laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau skabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin daat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang seringkontak/memeluk binatang kesayangannya
yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabei var binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.6
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisatadan hyperkeratosis yang tebal.
20
Tempat presileksi biasanya kilit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia
tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau
yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 6
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.6
Gejala Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal :
a. Pruritus nokturna, gatal pada malam hari disebabkan karena aktivitas
Sarcoptes scabiei ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Pada sebuah perkampungan padat penduduk, sebagian besar tetangga
yang berdekatan akan terkena infeksi dari Sarcoptes scabiei juga.
Selain itu dapat terjadi hiposensitisasi dimana seluruh keluarganya
terkena infestasi dari Sarcoptes scabiei namun tidak menunjukkan
gejala. Di sini penderita tersebut hanya bertindak sebagai carrier.
21
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, dengan
rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung kunikulus ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf
(pustul, erosi, eskoriasi, dsb). Tempat predileksinya biasanya madalah
tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu: sela-sela jari tangan,
pergelangan, siku bagian luar, areola mammae, umbilikus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi biasanya pada
telapak tangan dan kaki.
d. Ditemukan S.scabiei pada satu atau lebih stadium hidup. Menemukan
Sarcoptes scabiei merupakan hal paling diagnostik. 2
Gambar 10: Lesi pada skabies
Diagnosis Banding
Penyakit skabies disebut-sebut sebagai the great imitator karena
gejala-gejalanya dapat menyerupai berbagai jenis penyakit kulit dengan
keluhan gatal. Adapun diagnosis banding skabies adalah: dermatitis
atopik, dermatitis kontak, dermatitis herpetiformis, eksema dishidrotik,
pedikulosis korporis, prurigo, reaksi gigitan serangga, dan lain-lain.2,5
22
Pengobatan
Syarat obat yang ideal untuk skabies adalah:
a. Efektif untuk seluruh stadium
b. Tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
c. Tidak berbau dan kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
d. Mudah diperoleh dan murah
Cara pengobatan skabies adalah seluruh anggota keluarga harus diobati
termasuk penderita yang hiposensitisasi.
Jenis obat topikal:
a. Sulfur presipitatum dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Jenis obat ini kurang efektif terhadap stadium telur karena itu
penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangan yang lain
adalah berbau dan mengotori pakaian serta terkadang dapat
menimbulkan iritasi. Namun obat ini aman untuk bayi kurang dari 2
tahun.
b. Benzil-benzoat (20-25%) efektif untuk seluruh stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gammexane (Gama Benzena Heksa Klorida), kadarnya 1% dalam
krim atau lotio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap seluruh
stadium, mudah digunakan, dan jarang menyebabkan iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali dan dapat
diulangi seminggu kemudian jika gejala masih ada.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau lotio, juga merupakan obat pilihan
yang memiliki 2 efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
e. Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gammexane
dengan efektivitas yang sama. Aplikasi hanya sekali dan dihapus
23
setelah 10 jam. Dapat diulangi setelah seminggu jika belum sembuh.
Tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 2 bulan. 2,4,5
Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis dan
infeksi sekunder diberi antibiotika.4
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta
pengobatan dan menghilangkan factor predisposisi, maka penyakit ini
dapat diberantasa dan member prognosis yang lebih baik. 2
3. Creeping disease
Definisi
Cutaneous Larva Migrans adalah kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing. 2
Epidemiologi
Penyakit ini ditemuka tersebar luas di daerah tropis dan subtropis
terutama Afrika, India, Amerika Serikat bagian tenggara, Amerika Tengah
dan Selatan, dan Asia Tenggara. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak
terutama yang berjalan tanpa alas kaki, bermain tanah atau pasir, ataupun
berjalan di daerah pantai. Demikian juga terjadi pada petani dan tentara. 2
Etiopatogenesis
Penyebab utama dari penyakit ini adalah larva yang berasal dari
cacing tambang anjing dan kucing yaitu Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula oleh Bunostomum
phlebotomum (cacing pada sapi) dan Uncinaria stenocephala (cacing pada
anjing-anjing Eropa). Larva lalat misalnya Castrophilus dan cattle fly juga
dapat menyebabkan penyakit ini. Biasanya larva yang menginfeksi ini
24
merupakan stadium ketiga dari siklus hidupnya. Nematoda hidup di
hospes, telurnya tedapat pada kotoran binatang dan menjadi larva yang
mampu melakukan penetrasi ke kulit. Larva ini tinggal di kulit dan
berjalan-jalan sepanjang dermo-epidermal, setelah beberapa jam atau hari
akan timbul gejala di kulit.2
Gambar 11 : Lesi pada creeping disease
Sumber: Wolff K et al. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine 7th ed. New York: McGraw-Hill;2007.
Gejala Klinis
Masuknya larva biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula
timbul papul yang kemudian diikuti lesi yang khas yaitu lesi berbentuk
linear atau berkelok-kelok dengan diameter 2-3 mm berwarna kemerahan.
Adanya lesi papul eritematosa menunjukkan bahwa larva tersebut telah
berada di kulit selama beberapa jam atau hari.2,4
Perkembangan papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-
kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan.
Mencapai panjang beberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat malam
hari.Tempat predileksi adalah tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, dan
paha.
Diagnosis
25
Berdasarkan bentuk khas, yakni terdapatnya kelainan seperti
benang yang lurus dan berkelok-kelok ,menimbul dan terdapat papul atau
vesikel diatasnya. 2
Diagnosis banding
Dengan melihat adanya terowongan harus dibedakan dengan
scabies, pada scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang
penyakit ini. Bila melihat bentuk polisiklik sering dikacaukan dengan
dermatofitosis. Pada permukaan lesi berupa papula, karena itu sering
diduga insect bite. Bila invasi larva yang timbul serentak ,papul-papul lesi
dini sering menyerupai herpes zoster stadium permulaan. 2,4,5
Pengobatan
Tiabendazol cukup efektif dengan dosis 50 mg/kg BB/ hari, sehari
2 kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum adalah 3 gr
sehari. Jika belum sembuh dapat diulang setelah beberapa hari. Efek
sampingnya adalah mual, pusing, dan muntah. Obat ini sukar didapat.
Obat lain adalah Albendazole dengan dosis 400mg sebagai dosis tunggal
diberikan 3 hari berturut-turut.
Cara lain adalah dengan cyrotherapy menggunakan CO2 snow (dry
ice) dengan penekanan selama 45 menit sampai 1 jam selama 2 hari
berturut-turut. 2,4
BAB III
26
KESIMPULAN
Terjadinya penyakit parasit pada kulit, kebanyakan terjadi pada orang
yang memiliki higienis yang kurang baik seperti pada orang yang jarang
mandi, jarang keramas, jarang mencuci pakaian, dan jarang mencuci tangan
setelah kontak dengan tanah . Maka dari itu timbullah infeksi dari parasit
hewani ini seperti pedikulosis, scabies dan creeping disease.
Selain faktor kebersihan yang kurang, infeksi yang disebabkan oleh
parasit juga banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki kehidupan
sosioekonomi yang rendah dan orang-orang yang tinggal di tempat yang
padat penghuni.
Pengobatan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan
penderita yang memiliki keluhan yang sama, yang tinggal dilingkugan sekitar
penderita. Hal ini dilakukan untuk mengulangi kejadian rekurensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff K et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 7th ed. New
York: McGraw-Hill;2007.p.2023-2037.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi
kelima. Jakarta: FKUI;2007. P.119-126.
3. Gandahusada S dkk. Parasitologi Kedokteran edisi ketiga.
Jakarta :FKUI;2006
4. Djuanda S: M Sjarif, Wasitaatmadja, Aisah Siti. editor. Anatomi dan Faal
Kulit. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6. P 3-8. Jakarta: Balai
penerbit FKUI
27
5. Ackerman, A.B. 1974. The Structure And Function Of Skin; in Moschella,
S.L; Rillsbury, D.M and Hurley, H.J.’s: Dermatology, pp 1-64 Philadelphia :
W.B Saunders Company
6. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK.Unair/RSU Dr.Sutomo
Surabaya. Penyakit kulit dan Kelamin.Surabaya:Airlangga University
Press;2008
7. Siregar RS. Saripati Penyakit kulit edisi dua .Jakarta:EGC;2004
8. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates.
28