Download - refarat 2
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan
sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.1,2,3
Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah merasakan nyeri punggung bawah.
Insidensi nyeri punggung bawah di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari
total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung akut maupun kronik. Studi
populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan
13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar
5,4 – 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.2
Radiculopati lumbosakral terjadi pada sekitar 3-5% dari populasi, dimana angka
kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah sama, meskipun laki-laki yang paling sering
terkena pada usia 40-an, sedangkan wanita yang paling sering terkena antara usia 50-60. Dari
mereka yang memiliki kondisi ini, 10-25% mengembangkan gejala-gejala yang menetap
selama lebih dari 6 minggu.1,2
Keluhan yang sering ditemukan pada radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf
yang terkena yaitu pada servikal, torakal, atau lumbal. Nyeri radikular yang bangkit akibat
lesi iritatif di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya
dirasakan sepanjang lengan. Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai
dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan
lanjutannya ke perifer.1
Penyebab terjepitnya radiks saraf ini ada beberapa faktor salah satunya yaitu keadaan
yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk mengetahui penyebab pasti
perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan radiologi pada tulang belakang.
HNP perlu mendapatkan perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat
mengganggu aktivitas keseharian dari penderita.1,3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan
struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf
dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1
Ada beberapa istilah untuk menyebut hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu herniated
disc, prolapsed disc, sequestred disc, protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded
disc, soft disc dan slipped disc yang semuanya itu adalah suatu keadaan dimana anulus
fibrosus beserta nukleus pulposusnya mneonjol kedalam kanalis spinalis. Meskipun dapat
terjadi di mana saja pada kolumna vertebralis, tapi paling sering ditemukan pada vertebra
lumbalis.1,3,4,5
B. ANATOMI TULANG BELAKANG
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis adalah pilar
utama tubuh yang merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak
beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut Cervicales (7),
Thoracicae (12), Lumbales (5), Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum), Coccygeae (4, 3
yang bawah biasanya menyatu).1,3,4
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
2
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus
dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).1,3,4
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan
satu sama lain oleh diskus fibro kartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior. Diskus
invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di
daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan
berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi
trauma.1,3,4,5
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis,
baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposus adalah bangunan yang tidak peka nyeri.
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis
serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan
beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat
bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal,
gluteus maksimus, dan hamstring. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus
menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan
kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian
L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.1,3,4,5
C. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses
kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi
terjadinya.1
a. Proses kompresif
3
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati
seperti: hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medulla spinalis,
neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic
dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis.
b.Proses inflammatory
Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti :
Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
c. Proses degenerative
Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopati
seperti Diabetes Mellitus
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :4
1. Degenerasi diskus intervertebralis
2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
3. Trauma berat atau terjatuh
4. Mengangkat atau menarik benda berat
D. PATOFISIOLOGI
Menjelang usia 30, mulai terjadi perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus
pulposus. Pada beberapa tempat, serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti
oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus
terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga –
rongga tersebut dan mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air.3,4
Kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadilah beberapa hal :3,4
a. Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling mendekat. Hal ini
mengakibatkan lepasnya ligamentum longitudinale posterior dan anterior dari
perlekatannya dan bagian yang terlepas akan terlipat. Lipatan akan mengalami fibrosis
dan disusul klasifikasi sehingga akan terbentuk osteofit.
b. Pendekatan 2 korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan kapsul sendi artikulatio
posterior sehingga timbul iritasi sinovial
c. Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam anulus fibrosus makin
mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar. Bila suatu ketika terjadi tekanan
intradiskal yang tiba-tiba meningkat, tekanan ini akan mendorong nukleus pulposus
keluar.
4
Pada umumnya HNP lumbal terjadi akibat cedera fleksi walaupun penderita tidak
menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa trauma tunggal
yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang. Berat beban maksimal yang
ditanggung oleh daerah lumbal 11,3 kg dan jarak maksimal 25 inci. Pengulangan mengangkat
beban lebih dari 25 kali sehari cenderung 3 kali lebih sering menimbulkan HNP.4
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus sehingga akan keluar dan timbul rasa nyeri oleh karena nukleus pulposus yang
berada dicanalis vertebralis menekan radiks. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah
satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri
yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.3,4
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor yang
menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini
merupakan dasar pemeriksaan Laseque.3,4
E. GAMBARAN KLINIS
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.1
Manifestasi klinis HNP tergantung pada lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat
terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke
arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda
sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya kearah postero-sentral
menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.1,3,4
5
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala
kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Gejala yang sering ditimbulkan akibat
ischialgia adalah nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau tertarik pada
punggung bawah, nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit.1,3,4
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering
diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin akibat bertambahnya
tekanan intratekal. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai
bawah dan hilangnya refleks tendon patella dan achilles. Bila mengenai konus atau kauda
ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan
kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan
fungsi permanen. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk
pada sisi yang sehat.1,3,4
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing. Ditanyakan hal sebagai berikut :
kapan timbulnya keluhan nyeri, sifat nyeri, ativitas fisik atau trauma yang mendahului
nyeri, lokasi nyerinya dan penjalaran nyeri, keadaan yang meringankan atau
memprovokasi nyeri, riwayat keluarga dengan penyakit serupa, riwayat demam yang
timbul selama beberapa waktu terakhir, perubahan siklus haid, atau perdarahan
pervaginam, gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido3,4
2. Pemeriksaan fisik3,4
a. Inspeksi
- Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait (cara
berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa duduk lama.
6
- Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, kifosis,
ada tidak spasme otot para vertebral, deformitas, gibus.
- Melihat apakah ada kemiringan pelvis, biasanya disebabkan oleh panjang tungkai
yang tidak sama kemudian melihat apak ada atrofi pada tungkai
b. Palpasi
- Palpasi sepanjang columna vertebralis untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan
pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil yang dapat teraba
pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebra.
3. Pemeriksaan neurologis1,3
a. Pemeriksaan motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Dengan mengetahui segmen otot mana
yang lemah maka segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang
mengenai segmen lumbal 4 maka musculus tibialis anterior akan menurun
kekuatannya.
b. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan
batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
c. Pemeriksaan reflex
Refleks tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah
dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan
oleh HNP maka reflex tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau
menghilang.
d. Tes provokasi
- Tes laseque (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae
sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadikus akan tertarik. Bila nyeri
pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
- Crossed lasegue. Bila tes laseque pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan
rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.
- Patrick sign (FABERE sign).FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi,
external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu
diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan
7
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri
maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
- Kontra Patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi
sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi
sakroiliaka ada kelainan, maka di situ akan terasa nyeri.
- Bragard’s sign. Bragard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Laseque. positif
(nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika nyeri dan secara cepat
dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nyeri + atau bertambah maka
Bragard’s sign (+).
- Sicard’s sign. Sicard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue Jika positif
nyeri, turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika (nyeri) dan secara cepat
dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah maka sicard’s
sign (+).
- Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan akan
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul
nyeri radikuler.
- Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup
sekuatnya.
4. Pemeriksaan penunjang1,3,4
a. Pemeriksaan radiologis
1) Foto polos vertebra, sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral
dan oblique.
2) Mielografi, merupakan suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat
struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras.
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pada MRI dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus intak), herniasu diskus
(anulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar
saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
c. Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan asam fosfatase serta glukosa darah perlu diperiksa
karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor metasyase pada
8
vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala
HNP.
d. Elektromielografi (EMG)
Merupakan diagnosa pasti untuk membuktikan keterlibatan radiks.
G. PENATALAKSANAAN1,3,4
1. Medikamentosa
- Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan
analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik dan analgetik
narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang bekerja
menghambat sintesa pelepasan ‘endogenous pain substance’ sehingga mencegah
sensitisasi reseptor nyeri. Selain itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti
inflamasi di samping analgetik yaitu NSAID.
- Tranquilizer minor
Bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu untuk
mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.
2. Non Medikamentosa
a. Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
- Terapi panas seperti : Infra red/hot packs
- Diatermi :Micro Wave Diathermy (MWD), Short Wave Diathermy (SWD), Ultra
Sound Diathermy (USD)
- Terapi listrik : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
- Traksi pelvis
Okupasi Terapi
o Latihan AKS ( Aktivitas Kehidupan sehari-hari )
o Proper Body Mechanism
o Latihan dengan aktivitas
Ostetis Prostetis
9
Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk mengontrol
postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut, menghindarkan
gerakan yang berbahaya bagi spinal.
Psikolog
Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit, untuk
meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.
Evaluasi :
- Gaya hidup penderita sebelum sakit
- Respons penderita terhadap stress sehari-hari
- Respons penderita terhadap penyakit
Petugas Sosial Medik
Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi masalah
social yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan penyakit dan
penyembuhan
b. Pembedahan
- Discectomy : Membuang sebagian aataupun keseluruhan intervertebral dics.
- Laminotomy : Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi tekanan pada
saraf.
- Laminectomy:Membuang keseluruhan lamina.
H. DIAGNOSIS BANDING1,3,4
1. Proses degeneratif, meliputi : Spondilitis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoarthritis.
2. Penyakit inflamasi : arthritis rematoid, spondilitis angkilopoetika.
3. Osteoporotik.
4. Kelainan kongenital, anomal kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos vertebra
lumbosakralis.
5. Gangguan sirkulasi, meliputi : aneurisma aorta abdominalis, trombosis aorta
terminalis.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn.DM
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Protestan
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pembuat gula aren
Alamat : Ratahan
Tanggal pemeriksaan : 27 Mei 2013
Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri punggung bawahdirasakan pasien sejak ± 1 bulan lalu yang menjalar ke tungkai
kanan. Nyeri dirasakan seperti disetrum. Nyeri dirasakan jika pasien berjalan dan duduk lama
dan berkurang ketika pasien pada posisi berbaring. Nyeri juga dirasakan bertambah pada saat
pasien batuk, bersin atau mengedan. Keluhan ini juga disertai rasa kram pada tungkai kanan.
Pasien memiliki riwayat jatuh terduduk 2 tahun yang lalu dan pasien sering mengangkat
beban yang berat. Penderita tidak merasakan adanya demam, batuk-batuk lama dan
penurunan berat badan. Buang Air besar dan buang air kecil normal. Tidak ada riwayat
penyakit serupa dalam keluarga.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat Asam Urat (-)
11
- Riwayat Kolesterol (-)
- Riwayat Penyakit Jantung (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Stroke (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien sudah menikah, mempunyai seorang istri dan mempunyai 2 orang anak.
Semuanya tinggal dalam 1 rumah yang dimiliki oleh pasien. Kamar mandi di dalam rumah,
WC jongkok. Sumber penerangan listrik dari PLN dan sumber air minum dari sumur bor.
Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.
Riwayat Psikologi :
Pasien merasa cemas dengan sakit yang dideritanya. Akhir-akhir ini pasien tidak
mempunyai masalah yang berat dalam keluarganya.
Pemeriksaan Fisik
27 Mei 2013
Status Generalis
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 22,04
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis GCS : E4M6V5
Tanda vital : T : 120/70 mmHg,
N : 76x/menit, reguler, isi cukup
R : 20x/menit,
S : 36,50C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
normal
12
Leher : Trakea letak ditengah, pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thorax : Inspeksi : bentuk normal, simetris, ictus cordis tidak tampak Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, tumor (-),
krepitasi (-) Perkusi : sonor Auskultasi : Cor bising jantung (-), gallop (-)
Pulmo ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : datar Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak
teraba Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Status lokalis
Status Regio lumbosakral
Inspeksi : gait antalgik(-) Scoliosis(-) Kyphosis(-) Lordosis(-) Erytema(-)
Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) region vertebra Lumbal 4-5,
Spasme otot (+), massa (-)
Status Motorik
Status Sensorik
Dermatom area
Status sensorik
dextra sinistra
L2 2 2
13
StatusSuperior Extremity Inferior Extremity
Dextra Sinistra Dextra SinistraPergerakan Active Active Active ActiveTonus Otot Normal Normal Normal NormalKekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5Reflex Patologi - - - -Refleks fisiologi Normal Normal Normal Normal
L3
L4
L5
S1
2
1
1
2
2
2
2
2
Range of Motion
Fleksi- Ekstensi : 110N - 0N - 30N
Laterofleksi Dextra/ Sinistra : 40N- 0N - 40N
Rotasi Dextra/ Sinistra : 30N- 0N - 30N
Tes provokasi
Dekstra Sinistra
Laseque/SLR +/60 -/70
Braggard + -
Sickard + -
Patrick - -
Kontrapatrick - -
Visual Analog Scale
4
0 10
Skor VAS :4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang direncanakan pada pasien ini berupa pemeriksaan foto rontgen
AP dan lateral
RESUME
Laki-laki, 59 tahun, mengeluh nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai
kanan kira-kira 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti disetrum. Nyeri dirasakan jika
pasien berjalan dan duduk lama dan berkurang ketika pasien pada posisi berbaring. Nyeri
juga dirasakan bertambah pada saat pasien batuk, bersin atau mengedan. Pasien memiliki
14
riwayat jatuh terduduk 2 tahunyang lalu dan pasien sering mengangkat beban yang berat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal .Pada status lokalis
regio lumbosakral didapatkan adanya nyeri dan spasme pada regio lumbal 4-5. Tes
provokasi: tes laseque (+), braggard (+), sickard (+).
Diagnosis
Diagnosis Klinik : Radikulopati lumbal dekstra
Diagnosis Topis : Diskus intervertebralis L4-L5
Diagnosis Etiologis : Susp.HNP L4-L5
Diagnosis Fungsional : Gangguan Aktivitas Kehidupan sehari-hari (gangguan saat berdiri
lama, berjalan jauh, duduk lama dan saat naik turun tangga)
Problem Rehabilitasi Medik
- Nyeri punggung bawah
- Gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (gangguan saat berdiri lama, berjalan
jauh, duduk lama dan saat naik turun tangga)
- Keterbatasan dalam melakukan pekerjaan
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa : Analgetik
2. Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
Evaluasi :
o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan (VAS:4)
o Keterbatasan mobilisasi akibat nyeri
Program :
o Short Wave Diathermy (SWD) regio lumbosakral
o Traksi lumbal
o Mckenzie extension exercise
o Proper back positioning
Okupasi Terapi
Evaluasi :
15
o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan
o Keterbatasan pada aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
Program :
o Latihan AKS sesuai dengan Proper back mechanism (latihan cara duduk, cara
tidur, dan cara berdiri yang benar)
o Edukasi untuk melakukan gerakan perlahan disaat beraktivitas
Ortotis Prostetis
Evaluasi :
o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan
Program :
o Rencana penggunaan korset LSO (Lumbo sacral Orthosis).
Psikologis
Evaluasi :
o Pasien cemas dengan penyakitnya
Program
o Memberikan support mental kepada penderita dan keluarga agar tidak merasa
cemas dan tetap rajin melakukan terapi
Sosial medik
Evaluasi :
o Penderita bekerja sebagai pembuat gula aren
o Biaya hidup sehari-hari cukup
o Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas
Program :
o Edukasi pada penderita mengenai penyakitnya
o Menasehati pasien agar menghindari mengangkat yang berat
o Memberikan dukungan agar pasien rajin untuk melaksanakan terapi dan
melakukan home program di rumah
Anjuran
X-foto lumbosakral lateral
Home program :
16
Proper back positioning
Waktu berdiri :
- Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode Jongkok sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut.
Waktuberjalan :
- Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa- gesa.
Waktu duduk :
- Busa kursi jangan terlalu lunak.
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang punggung.
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga biladuduk, lutut lebih rendah dari paha.
- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan punggung
kursi.
Waktutidur :
- Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
- Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menjaga
kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap dalam keadaan normal
Gunakan bantal di bawah lutut agar lutut tetap dalam keadaan tertekuk.
- Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit lutut, letakkan
bantal antara kedua lutut.
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB IV
PENUTUP
17
Diagnosis HNP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri pada punggung bawah
yang menjalar sampai ke tungkai serta adanya riwayat jatuh terduduk pada pasien, ketika
batuk atau mengejan nyeri bertambah dan berkurang pada waktu istirahat.
Penatalaksaan pada HNP ditujukan untuk mengurangi nyeri dan memperkuat otot-otot
tulang belakang. Pilihan pertama adalah medika mentosa dan rehabilitasi medik (fisoterapi,
terapi okupasi, sosial medik, psikologi, dan home program).
Prognosis umumnya bervariasi, tergantung dari penatalaksanaan yang tepat dan
komplikasi yang ditimbulkan. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu setelah
terapi konservatif. Prognosis buruk bila tidak diterapi karena akan menimbulkan sakit yang
berkepanjangan dan dapat terjadi disabilitas yang permanen.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Jakarta:Dian Rakyat;2008.hal.95-104
2. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono
B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain
Society.Yogyakarta;2003.
3. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi TI.Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi.Manado:Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;2006.hal.79-90.
4. Widyhana ND.Sensitivitas dan spesifisitas tes provokasi batuk, bersin dan mengejan
dalam mendiagnosis hernia nukleus pulposus lumbal[Tesis].Semarang:Universitas
Diponegoro;2002.
5. Barr KP, Harrast MA.Low Back Pain. In:Braddon RL,editor.Physical Medicine and
Rehabilitation.Philadelphia:Elsevier saunders;2007.hal.871-905.
19