Download - ReaksiAntigen Antibodi
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
1/46
Dwi Winarni
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
2/46
Antigen adalah bahan yang dapat bereaksi dengan
komponen sistem imun
ditimbulkan oleh bahan yang disebut
imunogen
Semua imunogen adalah antigen tetapi
tidak semua antigen imunogenik
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
3/46
adalah bagian antigen yang
dapat dikenal dan diikat secara
spesifik oleh imunoglobulin ataureseptor pada limfosit
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
4/46
Sifat antigenik antigenesitas
ditentukan terutama oleh struktur molekul
Perubahan konformasi mengubahantigenesitas
Interaksi antar molekul membentuk
molekul lebih kompleks mengubahantigenesitas
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
5/46
SIFAT DETERMINAN ANTIGEN
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
6/46
imunogen
Imunogenesitas tergantung pada
1. Keasingan (foreigness)
2. Sifat kimia kompleksitas dan ukuran
3. Kondisi sistem imun host4. Banyaknya antigen yang terekspose
5. Rute pemberian/kontak
6. Sensitivitas metode yang digunakan untuk
mengukur respons imun
Adalah bahan yang dapat menginduksi respons imun
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
7/46
1. Keasingan :
Sistem imun dapat membedakan antara molekulselfdan non self yang biasanya bersifat
imunogenik
albumin murni dari serum kelinci disuntikkanpada binatang lain atau manusia akan
menimbulkan respons imun yang nyata.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi imunogenisitas
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
8/46
2. Sifat kimia
2.1. Ukuran molekulZat dengan molekul kecil seperti asam amino
dan monosakharida tidak bersifat imunogenik.
Umumnya zat mempunyai BM lebih kecil
10.000 bersifat imunogenik lemah atau
tidak imunogenik, namun zat protein
dengan BM lebih besar dari 100.000
kebanyakan merupakan imunogen yang
sangat poten.
Faktor-faktor yang mempengaruhi imunogenisitas
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
9/46
2.2. Kerumitan struktur kimiawi
Molekul harus memiliki derajat kerumitan tertentu dari
strukturnya agar bersifat imunogenik. Makin rumit atau
kompleks semakin imunogenik.
molekul homopolimer yang terdiri atas unit-unit yang
tersusun oleh satu jenis asam amino walaupun merupakan
molekul berukuran besar bersifat sebagai imunogen lemah
polialanin, polilisin, dan sebagainya ).
Sedangkan molekul kopolimer yang tersusun atas 2 jenis
asam amino, atau lebih, mungkin sangat aktif.
Adanya gugus asam amino aromatik tirosin) akan lebih
imunogenik daripada gugus non-aromatik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi imunogenisitas
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
10/46
Unideterminan
univalenhapten
Unideterminan
multivalen
Poli
sakarida
multideterminan
Univalenprotein
Multideterminan
multivalen
Kimiawi
kompleks
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
11/46
Kemampuan untuk mengadakan respons imun terhadapantigen tergantung pada konstitusi genetik
polisakharida murni akan bersifat imunogenik bila
disuntikkan ke mencit atau manusia, namun tidakpada marmut.
marmut dg galur berbeda memberikan responsberbeda
injeksi poly-L lisin marmut galur 2 akan
membangkitkan respons imun, sedangkan galur13 tidak.
kemampuan untuk mengadakan respons imunpada marmut galur 2 diatur oleh gen autosomdan diwariskan secara dominan (Biozzi et al,
1972).
3. Kondisi sistem imun host
Konstitusi Genetik
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
12/46
4. Dosis
Setelah dosis minimal dilampaui, makin
tinggi dosis akan meningkatkan responsimun secara sebanding, tetapi pada dosis
tertentu akan terjadi sebaliknya yaitu
menurunnya respons imun atau bahkan
dapat menghilangkan sama sekali yaitu
suatu keadaan yang disebut toleransi
imunologik.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
13/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
14/46
Rute pemberian antigen mempengaruhi baik kekuatan
maupun jenis respons
subkutan (s.c)
intradermal (i.d.) (antara subkutan dengan dermis
intramuscular (i.m.)
intravena(i.v.)
Transfusi langsung ke sirkulasi
per oral administrationke GI tract Intranasal (i.n) atau inhalasi ke saluran napas
intraperitoneal
5. Rute pemberian
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
15/46
Antigen yang diberikan subkutan umumnya
menghasilkan respons terkuat
kemungkinan karena antigen segera
diproses oleh sel-sel Langerhans di kulit
dan segera dipresentasikan di nodus
limfatikus lokal
sering digunakan untuk tujuan memperoleh
antibodi terhadap antigen tertentu
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
16/46
Determinan
antigenik
dengan BMrendah dan
baru menjadi
imunogen jika
diikat olehmolekul besar
(carrier)
apten
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
17/46
AJUVAN (Adjuvants)
adalah bahan yang dapat meningkatkan
respons imun antigen yang dicampurkan
dengannya
Ajuvan tidak berikatan stabil dengan antigen / imuno-
gen, dan hanya diperlukan terutama untuk imunisasi I
Ajuvan dapat meningkatkan imunogenesitas dengan
jalan mengubah antigen protein terlarut menjadi
partikulat (diabsorbsi pada partikel , emulsifikasi
dalam minyak atau disisipkan pada partikel koloid
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
18/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
19/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
20/46
nteraksi antigen dengan reseptor
Interaksi dengan Ig
Ikatan antara antigen pada antibodi tidakmenimbulkan efek biologik langsung.
Efek biologi signifikan merupakan akibat
dari fungsi sekunder antibodi yaitusebagai efektor.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
21/46
Interaksi antar antigen dengan BCR
menyebabkan presentasi fragmen antigen dipermukaan sel
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
22/46
Interaksi antara antigen dengan TCR
Aktivasi sel T yang terjadi karena interaksi antara
TCR dengan antigen memerlukan co-stimulator
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
23/46
1. Konsep Lock and Key
2. Terikat dengan ikatan non kovalen
reversibel
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
24/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
25/46
Afinitas adalah konstanta keseimbangan yang
menggambarkan reaksi antigen-antibodi.
Umumnya, antibodi memiliki afinitas tinggi terhadap
antigen yang sesuai
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
26/46
B. AviditasAviditas adalah semua kekuatan ikatan antara antigen
dengan banyak determinan antigenik dengan antibodi
multivalen.
Aviditas dipengaruhi oleh valensi antibodi maupunantigen.
Aviditas bukan sekedar penjumlahan afinitas tiap-tiap
ikatan
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
27/46
III. SPESIFISITAS & REAKSI SILANG
A. Spesifisitaskemampuan antibodycombining site tunggal untuk
dapat bereaksi dengan satu determinan antigenik
atau
kemampuan populasi antibodi tertentu untuk bereaksidengan satu jenis antigen
.
.
Antibodi dapat membedakan1) struktur primer antigen,
2) bentuk isomer antigen, dan
3) struktur sekunder atau tersier antigen
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
28/46
B. Reaksi Silang (Cross react iv i ty )
kemampuan antibody combining site tunggalbereaksi terhadap lebih dari satu determinanantigenik
ataukemampuan populasi antibodi tertentu bereaksi
dengan lebih dari satu jenis antigen
sebab:1. determinan antigenik umum
2. determinan antigenik antigen yang bereaksi silangberstruktur mirip
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
29/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
30/46
1. Afinitas
Afinitas >>> kestabilan
interaksi >>>
2. Aviditas
Reaksi antara antigen
multivalen dengan antibodi
multivalen lebih stabil
3. Rasio antigen-antibodi
tertentu berkaitan dengan
ukuran kompleks antibodi
4. Bentuk fisik antigen
- Partikulat aglutinasi(c lumping)
- terlarut presipitasi setelah
terbentuk kompleks dalam
jumlah tertentu
IV. A. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengukuran reaksi antigen-antibodi
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
31/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
32/46
a.l. untuk :
- Penentuan golongan darah kualitatif
- Identifikasi adanya infeksi bakteri kuantitatif
dengan pengenceran seri (serial di lut io n)
Aglutinin = antibodi yang dapat mengaglutinasi Ag Hemaglutinin jika Ag yang diaglutinasi adalah eritrosit
IgM merupakan aglutinin yang baik
Peningkatan titer antibodi terhadap bakteri tertentumenunjukkan adanya infeksi bakteri
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
33/46
= pengenceran
maksimum yang masih
menunjukkan aglutinasi
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
34/46
1. Imunodifusi
2. Imunoelektroforesis
3. RIA/ELISA- kompetitif
- non kompetitif
4. Uji antigen yang berasosiasi dengan sel
- imunofluoresens- Flow cytometry
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
35/46
IV.C. Precipitation tests
In radial immunodiffusion antibodyis incorporated into the agar gel asit is poured and different dilutionsof the antigen are placed in holespunched into the agar. As the
antigen diffuses into the gel, itreacts with the antibody and whenthe equivalence point is reached aring of precipitation is formed
Radial Immunodiffusion (Mancini)
The diameter of the ring is proportional to the log of the concentration of antigen
since the amount of antibody is constant. Thus, by running different concentrationsof a standard antigen one can generate a standard cure from which one can
quantitate the amount of an antigen in an unknown sample. Thus, this is a
quantitative test. If more than one ring appears in the test, more than one
antigen/antibody reaction has occurred. This could be due to a mixture of antigens
or antibodies. This test is commonly used in the clinical laboratory for the
determination of immunoglobulin levels in patient samples.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
36/46
In immunoelectrophoresis, a complex mixture of antigens isplaced in a well punched out of an agar gel and the antigensare electrophoresed so that the antigen are separatedaccording to their charge. After electrophoresis, a trough is cutin the gel and antibodies are added. As the antibodies diffuseinto the agar, precipitin lines are produced in the equivalencezone when an antigen/antibody reaction occurs
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
37/46
Immunoelectrophoresis is used for the qualitative analysis ofcomplex mixtures of antigens, although a crude measure of quantity
(thickness of the line) can be obtained.
This test is commonly used for the analysis of components in a
patient' serum.Serum is placed in the well and antibody to whole serum in the
trough. By comparisons to normal serum, one can determine
whether there are deficiencies on one or more serum components
or whether there is an overabundance of some serum component
(thickness of the line).
This test can also be used to evaluate purity of isolated serum
proteins.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
38/46
IV.C.3. Countercurrent electrophoresis
In this test the antigen and antibody are placed inwells punched out of an agar gel and the antigen
and antibody are electrophoresed into each other
where they form a precipitation line
This test only w orks i f con di t ions can be found where the
ant igen and antibo dy h ave oppos ite charges. This test is
pr imar i ly qual itat ive, al though from the thickn ess of the band
we can get some measure of quanti ty. Its m ajor advantage is
its sp eed.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
39/46
IV.D. Radioimmunoassay (RIA)/Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Radioimmunoassays (RIA) are assays that are basedon the measurement of radioactivity associated with
immune complexes. In any particular test, the label maybe on either the antigen or the antibody. Enzyme LinkedImmunosorbent Assays (ELISA) are those that arebased on the measurement of an enzymatic reactionassociated with immune complexes. In any particularassay, the enzyme may be linked to either the antigenor the antibody.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
40/46
IV.D.1. Competitive RIA/ELISA for Ag
Detection
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
41/46
IV.D.2. Noncompetitive RIA/ELISA for Ag or Ab
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
42/46
IV.E. Tests for Cell Associated Antigens
IV.E.1. Immunofluorescence
Immunofluorescence is a technique whereby an
antibody labeled with a fluorescent molecule
(fluorescein or rhodamine or one of many otherfluorescent dyes) is used to detect the presence of an
antigen in or on a cell or tissue by the fluorescence
emitted by the bound antibody.
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
43/46
IV.E.1.a. Direct Immunofluorescence
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
44/46
IV.E.1.b. Indirect Immunofluorescence
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
45/46
-
8/10/2019 ReaksiAntigen Antibodi
46/46