Download - Ptk Bapak Edy.full
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan peneliti, siswa kelas IV SD Ma’arif
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo pada proses dan hasil pembelajaran dalam materi
pembelajaran IPS tentang konsep masalah-masalah sosial masih belum ditemukan. Masalah
yang tidak mendukung terhadap ketercapaian ketuntasan belajar diantaranya guru hanya
memfokuskan kearah kognitif saja tanpa memandang sisi nilai dan argumentasi serta sudut
pandang siswa dalam menilai suatu keadaan dengan pola pikir mereka. Guru menitik
beratkan kepada siswa akan pemecahan masalahnya sehingga menyulitkan siswa untuk
mengembangkan sisi pemahaman dan pola pikirnya. Tidak menggunakan media
pembelajaran membuat aktivitas siswa menjadi pasif. Dari permasalahan tersebut
memerlukan suatu upaya sebagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran
konsep masalah masalah sosial, yaitu dengan menggunakan pendekatan Sains, Teknologi,
dan Masyarakat (STM).
Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan
kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai siswa diharapkan
dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya. (Poedjiadi, 2007: 84)
“Melihat pernyataan di atas, maka suatu pembelajaran dengan pendekatan
STM mengharapkan siswa dapat mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi di
masyarakat. Dalam hal ini siswa dituntut berpikir untuk menemukan cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.”
Pendekatan STM berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir siswa,maka
proses dalam memperoleh pengetahuan lebih diutamakan. Setiap pokok bahasan dikaitkan
dengan konteks sosial dan teknologi sehingga siswa diharapkan dapat melihat adanya
integrasi antara alam semesta sebagai sains dengan lingkungan buatan manusia sebagai
teknologi dan dunia sehari-hari para siswa sebagai lingkungan sosial/masyarakat.
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Konsep Masalah-masalah Sosial Kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, permasalahan yang muncul adalah
ditemukannya kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep masalah-masalah
social yang menunjukan hasil pembelajaran yang masih rendah, hal ini diketahui melalui tes
setelah pembelajaran dilaksanakan. Oleh karena itu penulis merumuskan permasalahan
tersebut sebagai berikut.
1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran IPS pada pembelajaran konsep
masalah-masalah sosial dengan menggunakan pendekatan STM di kelas IV SD Ma’arif
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS pada konsep masalah masalah
sosial dengan menggunakan pendekatan STM di kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa mengenai konsep masalah masalah
sosial dengan menggunakan pendekatan STM di kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah di atas, maka ditentukan tujuan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui perencanaan pendekatan STM pada pembelajaran IPS mengenai konsep
masalah-masalah social di kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan STM dalam konsep masalah masalah sosial di
kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam konsep masalah masalah sosial
dengan menggunakan pendekatan STM di kelas IV SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam belajar pada pembelajaran PS khususnya
materi masalah-masalah sosial.
b. Dapat meningkatkan cara berpikir kritis siswa dalam memahami dan mengambil langkah
pemecahan masalah dalam pelajaran IPS.
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan proses pembelajaran pada
mata pelajaran IPS.
b. Dapat memperluas pengetahuan akan model pembelajaran dalam mata pelajaran IPS.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas siswa dalam pembelajaran IPS.
b. Memberikan kemajuan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.
4. Bagi Peneliti
a. Memperoleh suatu pemahaman akan proses penelitian.
b. Meningkatkan kemapuan untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
E. Batasan Istilah
1. Pendekatan STM merupakan inovasi pembelajaran ilmu yang berorientasi bahwa ilmu
sebagai bidang ilmu tidak terpisahkan dari realitas kehidupan masyarakat sehari-hari dan
melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari konsep-konsep ilmu terkait.
2. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari pemprosesan materi yang telah dipelajari
sebagai alat ukur keberhasilan proses belajar.
3. Konsep adalah materi yang berbentuk nama, istilah atau simbol yang diberikan terhadap
sesuatu dengan kandungan makna tertentu.
4. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pendekatan STM
Istilah sains teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris “science
technology society”, yang dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and
Learning about Science and Society. “Pembelajaran science technology society berarti
menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat”. (Poedjiadi, 2007:
99) Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan
masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai siswa diharapkan dapat
bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya. (Poedjiadi, 2007: 84)
Melihat pernyataan di atas, maka suatu pembelajaran dengan pendekatan STM
adalaha suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan tidak hanya penguasaan konsep
saja tetapi pembelajaran tersebut menggunakan isu-isu yang berada di masyarakat dan
menekankan penerapan teknologi untuk mengatasi masalah-masalah yang berada di
masyarakat. Artinya dengan adanya konsep yang diterima siswa dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan STM mengharapkan siswa dapat
mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat. Misalnya timbulnya
pencemaran tanah akibat dari seringnya buang sampah sembarangan, pencemaran air dan lain
sebagainya. Dalam hal ini siswa dituntut berpikir untuk menemukan cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam pembelajarannya, sains dikaitkan dengan teknologi, karena pada dasarnya
antara sains dan teknologi memiliki hubungan timbal baik artinya pengembangan sains akan
menghasilkan pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi.
Pengembangan teknologi dapat menghasilkan cara atau sarana untuk memecahkan masalah
sains yang ada di lingkungan masyarakat.
MasyarakatTeknologi
Lingkungan Buatan Manusia Lingkungan Sosial
Lingkungan Alam
Sains
Siswa
Gambar 2.1 Hubungan antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat (Asy’ari, 2006: 63)
Alam merupakan lingkungan manusia berada yang merupakan sumber berbagai
pengetahuan. Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia akan memanfaatkan teknologi.
Teknologi merupakan ciptaan manusia yang bertujuan untuk memanfaatkan alam agar
kehidupan manusia dapat dengan mudah mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan
demikian manusia harus sadar akan pentingnya teknologi, dan mendukung kemajuan
teknologi tersebut dengan dibekali ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi manusia yang
cerdas, kreatif, dan profesional dalam bidangnya. Dengan pemaknaan seperti itu, maka dapat
dikatakan penerapan pendekatan STM merupakan usaha untuk menjembatani/memadukan
antara sains/Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Karakteristik Pendekatan STM
Pada dasarnya Pendekatan STM sangat menekankan keaktifan dari siswa, karena
dalam perkembangan IPS, hal yang diperhatikan bukan hanya produk tetapi proses juga
diperhatikan agar pembelajaran lebih bermakna dan siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam pembelajaran dengan pendekatan
STM harus berorientasi pada siswa. Beberapa karakteristik pendekatan STM menurut Yager
(Poedjiadi, 2008:105) adalah sebagai berikut:
a. berawal dari identifikasi masalah-masalah lokal yang berkaitan dengan sains dan
teknologi
b. siswa aktif mencari informasi
c. proses belajar mengajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas
d. menekankan pada keterampilan proses
Dari pendapat di atas bahwa pendekatan STM merupakan pendekatan yang menekankan pada
keterlibatan lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan kegiatan pembelajaran. Pendekatan
STM mengharapkan siswa dapat mengatasi masalah masalah yang sering terjadi di
masyarakat. Dalam hal ini siswa dituntut berpikir untuk menemukan strategi atau cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Mengingat karakteristik seperti tersebut, maka proses pembelajarannya difokuskan
pada 6 ranah/domain yaitu sebagai pusatnya adalah konsep sains dan proses sains meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan cara memperoleh ilmu atau produk sains seperti
melakukan observasi. Empat domain yang lain mencerminkan dunia nyata. Ranah kreativitas
meliputi kombinasi objek dan ide atau gagasan dengan cara yang baru, menyelesaikan
masalah, serta mendesain alat. Ranah sikap meliputi sikap positif terhadap ilmu dan para
ilmuwan. Dua domain tersebut merupakan aspek yang memotivasi siswa untuk memasuki
dunia ilmuwan. Dua domain yang lain yaitu ranah aplikasi dan keterkaitan merupakan
penerapan dan hubungan antara domain yang menunjukan contoh-contoh konsep
ilmiah dalam kehidupan.
Pembelajaran STM diawali dari adanya masalah nyata yang muncul di masyarakat.
Untuk memahami dan memecahkan permasalahan tersebut perlu pengkajian suatu teknologi.
Dalam hal ini teknologi dapat meliputi domain teknik atau cara dan domain produk atau yang
berbentuk sarana/barang. Teknologi yang dimaksud pada dasarnya merupakan
pengembangan atau penerapan konsep dan keterampilan proses yang semata-mata ditujukan
untuk merespon kebutuhan hidup manusia atau mencari solusi untuk mengatasi masalah
sosial.
3. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan STM
Dalam proses pembelajarannya (Asy’ari, 2006: 67) langkah-langkah yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan STM
Tahapan Pendekatan STM
Kegiatan Pembelajaran
Invitasi Pada tahap ini guru mengemukakan isu atau masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat diamati/dipahami oleh siswa serta dapat merangsang siswa untuk bisa ikut mengatasinya. Misalnya masalah: demam berdarah, bencana kekeringan atau tanah longsor, dll.
Eksplorasi Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami/mempelajari situasi baru atau yang merupakan masalah baginya. Dapat ditempuh dengan cara membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di radio, melihat TV, diskusi dengan sesama teman atau wawancara dengan masyarakat maupun melakukan observasi langsung di lapangan.
Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini berdasar hasil eksplorasinya siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana cara pemecahan masalahnya. Dengan kata lain siswa mengenal dan membangun konsep baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa tersebut guru perlu memberikan umpan balik/peneguhan.
Aplikasi Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat yang dimunculkan pada tahap invitasi. Misalnya bila dalam tahap invitasi dipilih masalah demam berdarah, maka pada tahap ini siswa diminta untuk mengadakan aksi nyata dengan melaksanakan kerjabakti memberantas sarang nyamuk dengan gerakan 3M (menguras,mengubur, menutup)
4. Nilai Tambah Pendekatan STM
Dengan melihat karakteristik dari pendekatan STM di atas, maka pendekatan STM
memiliki beberapa nilai tambah sebagai sasaran utama (Asy’ari,2006: 81), antara lain.
a. Melalui pendekatan STM dapat membuat pengajaran sains lebih bermakna karena
langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
b. STM dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep,
keterampilan proses, kreativitas siswa, dan sikap menghargai produk teknologi serta
bertanggungjawab atas masalah yang muncul di lingkungan.
c. Pendekatan STM berorientasi pada “hand on activities” membuat siswa dapat
menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan perolehan yang tidak mudah terlupakan.
d. STM memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan sains dengan
bidang studi lain, misalnya IPS, Ekonomi, Matematika, dll.
Adapun dampak pengiring dari penerapan STM adalah akibat dari beragamnya kegiatan yang
dilakukan (Asy’ari, 2006: 82), sebagai berikut.
a. Kegiatan kerja kelompok dapat memupuk kebiasaan saling kerjasama antar siswa.
b. Kegiatan diskusi dapat memacu siswa untuk berani mengemukakan pendapat
sekaligus melatih keterampilan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
Disamping itu, dengan diskusi akan terbentuk sikap terbuka atau menghargai
pendapat orang lain.
c. Penciptaan suatu karya atau pengaplikasian suatu gagasan dapat menimbulkan rasa
bangga pada diri siswa bahwa dirinya dapat berperan/bermanfaat baik bagi
masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan teknologi.
d. Penggunaan evaluasi yang kontinu dan beragam dapat mendorong siswa untuk
serius atau perhatian dalam mengikuti pembelajaran, karena penilaian tidak hanya
menyangkut kemampuan kognitif saja, melainkan juga partisipasi dan kreativitasnya
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan STM siswa
diminta untuk mengaitkan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat dengan apa
yang akan dipelajari akan proses pembelajaran menjadi bermakna pada siswa. Siswa
tidak hanya sebagai objek tetapi siswa juga berperan sebagai subjek.
5. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan STM pada Konsep Masalah masalah Sosial
Pembelajaran konsep masalah-masalah sosial dengan pendekatan STM dilaksanakan
berdasarkan pada langkah-langkah sebagaimana telah dijelaskan di atas. Berikut ini adalah
proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Ma’arif
Kecamatan Ponorogo.
a. Kegiatan Awal
1) Guru menjelaskan topik, tujuan, dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa untuk mencapai tujuan
2) Guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai perbedaan
masalah pribadi dengan masalah social.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang harus dicapai siswa.
4) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk mencapai tujuan
b. Kegiatan Inti
1) Tahap Invitasi
a) Guru menyampaikan materi dimulai dengan mengangkat masalah yang
terjadi di lingkungan masyarakat.
b) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pengetahuan
awalnya tentang masalah sosial berdasarkan pengalaman siswa.
c) Guru membimbing siswa dalam merumuskan konsep-konsep yang akan
dipelajari.
2) Tahap Eksplorasi
a) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
b) Guru membagikan LKS pada setiap kelompok. Kemudian menjelaskan
petunjuk pengisian LKS dan langkah-langkah kegiatannya.
c) Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
d) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan pembuatan kompos secara
sederhana sesuai dengan petunjuk kegiatan dalam LKS.
3) Tahap Penjelasan dan Solusi
a) Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk mempersentasikan hasil
diskusi kelompok.
b) Guru membimbing siswa dalam memperjelas konsep tentang salah satu
masalah-masalah sosial.
c) Guru membimbing siswa dalam menentukan solusi terhadap masalah
tersebut untuk ditindaklanjuti pada kegiatan aplikasi.
4) Tahap Aplikasi
Guru menyuruh siswa untuk memunguti sampah yang ada di lingkungan sekolah
sebagai solusi sederhana dalam mengatasi masalah sampah.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru membimbing siswa untuk merumuskan kesimpulan
2) Guru memberikan evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa, adalah melalui tahap evaluasi.
Tahap evaluasi merupakan tahap yang penting untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu
pembelajaran. Penilaian hasil belajar diberikan berupa tes
tertulis berupa soal-soal pemahaman tentang konsep masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat.
B. Masalah-masalah sosial
1. Pengertian masalah sosial
Masalah sosial sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah sosial
merupakan hasil dari proses perkembangan masyarakat. Masalah sosial timbul dari
kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial.
Menurut Soekanto (2006: 312) masalah sosial “Merupakan suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial”. “Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan
nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial”. (Soekanto,
2006: 316)
Melihat pemaparan di atas, dapat diartikan bahwa adanya perbedaan yang mencolok
antara nilai-nilai dengan kondisi nyata kehidupan sehingga menimbulkan kepincangan antara
anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam
kenyataan. Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang tidak hanya bersumber pada
perbuatan manusia. Persoalan masyarakat yang disebabkan oleh gempa bumi, meletusnya
gunung berapi dan segala sesuatunya yang disebabkan oleh alam juga merupakan masalah
sosial. Misalnya gagal panen bukan gejala sosial tapi menyebabkan masalah sosial. Jadi,
masalah sosial merupakan akibat dari suatu gejala sosial atau bukan yang menyebabkan
masalah sosial.
2. Contoh-contoh Masalah Sosial
Persoalan-persoalan yang dianggap sebagai masalah oleh masyarakat tergantung dari
sistem nilai sosial masyarakat tersebut. Karena setiap masyarakat tentunya mempunyai
ukuran yang berbeda mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Beberapa persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat pada
umumnya sama menurut Soekanto (2006: 319), diantaranya.
a. kemiskinan
b. kejahatan
c. disorganisasi Keluarga
d. masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
e. peperangan
f. pelanggaran terhadap Norma-norma Masyarakat
g. masalah Kependudukan
h. masalah Lingkungan Hidup
i. birokrasi
Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah masalah lingkungan hidup.
Lingkungan hidup menurut Soekanto (2006: 339) biasanya dibedakan dalam kategori-
kategori sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia.
b. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa
organism yang hidup (di samping manusia itu sendiri).
c. Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok
yang berada di sekitar manusia.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah lingkungan sosial. Soekanto (2006:
342) menyatakan bahwa “Pencemaran akan terjadi apabila di dalam lingkungan hidup
manusia, baik yang bersifat fisik, biologis maupun sosial, terdapat suatu bahan yang
merugikan eksistensi manusia”. Pada umumnya hal itu merupakan hasil dari aktivitas
manusia sendiri.
Masalah pencemaran biasanya dibedakan dalam beberapa klasifikasi, seperti
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah. Contoh bahan-bahan pencemar
misalnya, plastik, kaleng dan lain sebagainya yang biasa disebut
sampah atau limbah.
Teknologi pengolahan sampah akan lebih efektif dan efisien dengan adanya dukungan
dan peran serta masyarakat. Secanggih apapun teknologi pengolahan sampah maupun
sistemnya, tidak akan berjalan lancar apabila proses pemisahan sampah dari masyarakat tidak
dilaksanakan. Pemisahan sampah dengan teknologi tinggi memang dapat dilakukan, tetapi
biayanya mahal dan sangat tidak praktis. Salah satu alternatif untuk mengurangi produksi
sampah, yaitu dengan cara membuat satu teknologi sederhana untuk mmbuat pupuk kompos
dari sampah organik. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan
pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan
efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organik.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan dan pemecahan masalah yang telah diuraikan penulis
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Jika Pembelajaran
pada Konsep Masalah-masalah Sosial Menggunakan Pendekatan STM, maka Hasil Belajar
pada Siswa Kelas IV di SD Ma’arif Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo akan
meningkat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD
Ma’arif Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 25 orang terdiri dari 15
perempuan dan 10 orang laki-laki.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah mengacu pada model penelitian Kemmis
dan Taggart yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan dari siklus
yang satu ke siklus berikutnya hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Adapun alasan
mengambil model ini karena model ini sederhana dan lebih mudah untuk diimplementasikan.
Model penelitian tindakan ini terdiri dari empat komponen yaitu, rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut ;
a. Rencana (Plan)
Tahap ini merupakan bagian awal dari rancangan penelitian tindakan kelas yang berisi
rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan.
Pada langkah ini dilakukan suatu susunan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai
bentuk dari perbaikan dan peningkatan terhadap masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran baik itu dari kinerja guru, aktivitas siswa maupun dari hasil yang diperoleh dari
pembelajaran tersebut yang mengacu terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
beberapa penyusunan berbagai instrumen yang diperlukan dalam penelitian dilakukan pada
saat perencanaan sebagai suatu solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
b. Tindakan (Act)
Pada tahap tindakan ini proses penelitian dilakukan dengan melakukan suatu
penerapan terhadap langkah-langkah untuk pemecahan masalah yang diajukan sesuai dengan
kajian permasalahan yaitu dengan menggunakan pendekatan STM, dan beberapa langkah
pelaksanaan evaluasi yang disesuaikan dengan kesesuaian terhadap pencapaian tujuan dari
pembelajaran dan penelitian.
c. Observasi (Observe)
Pada kegiatan observasi dalam penelitian ini, beberapa data-data hasil belajar dan
pelaksanaan dikumpulkan atau didata menurut situasi dan keadaan yang terjadi pada saat
penelitian berlangsung, langkah observasi ini ditunjang dengan penggunaan instrumen
penelitian sesuai dengan fungsinya masing-masing dan kedudukannya dalam pengembangan
tujuan dari penelitian tindakan kelas ini, yang akan diproses dan diolah menurut karakteristik
pengolahan nilai akhir masing-masing.
d. Refleksi (Reflect)
Pada tahap refleksi ini dilakukan pengkajian ulang akan apa yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung baik itu dari mulai awal perencanaan, pelaksanaan
tindakan maupun pada saat observasi untuk mencari titik terkecil dari masalah yang muncul.
Selama melakukan satu tahapan tersebut, yaitu mulai dari tahap perncanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi artinya telah melakukan satu siklus. Selanjutnya jika dari hasil
analisis dan refleksi belum sesuai dengan yang diharapkan, maka mengadakan perencanaan
kembali untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya sampai mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian
tahapan atau banyaknya siklus akan ditentukan oleh tercapainya tujuan penelitian. Sebelum
peneliti melakukan tindakan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan.
setelah rencana tersusun dengan matang barulah tindakan itu dilakukan. Ketika pelaksanaan
tindakan berlangsung peneliti diobsevasi oleh guru SD berdasarkan lembar observasi yang
telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti kemudian melakukan
refleksi atau tindakan yang akan dilakukan.
Jika hasil refleksi menunjukan perlunya perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan,
maka rencana tindakan yang akan dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa
yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian dan seterusnya sampai masalah yang diteliti
dapat dipecahkan secara optimal. Tiap siklus dalam penelitian akan dihentikan bila telah
mencapai target penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.
C. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi masalah-masalah sosial dengan menggunakan pendekatan STM ini
digunakan suatu metode penelitian pada peningkatan kualitas pembelajaran baik itu dari segi
proses pembelajaran, kinerja guru, aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran dalam kelas. Dan penggunaan metode penelitian ini adalah dengan
metode penelitian tindakan kelas. Adapun pengertian dari penelitian tindakan kelas
menurut Wiriaatmadja 2005: 13), yaitu “Bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman
mereka sendiri”. Dari
pengertian tersebut guru mengorganisasi proses pembelajaran dan kemudian dijadikan suatu
pengalaman yang kemudian di tindak lanjuti dengan suatu tindakan perbaikan pembelajaran.
Adapun upaya perbaikan yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Dalam pelaksanaan tindakan tersebut guru terlibat di dalamnya dan membutuhkan
orang lain, maka dari itu penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaboratif. Bentuk
kolaboratif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerjasama antara guru tetap dengan
peneliti. Dengan kegiatan secara kolaboratif, akan muncul pemahaman dan kesadaran
terhadap kemungkinan adanya banyak masalah yang telah diperbuat selama guru tersebut
melaksanakan proses pembelajaran.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suhardjono (Asrori, 2009: 13)
mengemukakan sebagai berikut:
a. meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran
di sekolah
b. membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas
c. meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan
d. menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran
secara berkelanjutan (sustainable).
Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas berupaya untuk
memperbaiki proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan
kemampuan guru menuju kearah perbaikan secara profesional.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk siklus,
banyaknya siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini bergantung pada pencapaian
target yang sudah ditentukan, jika dalam penelitian target sudah
tercapai maka siklus pun berakhir. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam penelitian
ini, dilaksanakan empat langkah prosedur penelitian yaitu rencana, pelaksanaan, obervasi,
refleksi.
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan beberapa langkah sebagai bahan persiapan dari
kegiatan pelaksanaan tindakan diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas IV untuk menyusun rencana
tindakan penerapan pendekatan pembelajaran STM.
b. Menentukan indikator keberhasilan baik proses maupun hasil pembelajaran
untuk mengukur peningkatannya.
c. Membuat RPP dengan pendekatan pembelajaran STM.
d. Menyusun alat pengumpul data, yaitu lembar observasi, pedoman
wawancara untuk mengetahui bagaimana kinerja guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Menentukan teknik pengolahan data yang telah terkumpul,
kemudian diolah dan diinterpretasikan peningkatannya.
f. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat karya teknologi sederhana
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan kegiatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas
yang melaksanakan pembelajaran. Apabila siklus pertama belum menunjukan peningkatan
yang diinginkan, maka akan diperbaiki dengan siklus kedua dan selanjutnya sampai dengan
yang ingin dicapai oleh peneliti.Dalam pelaksanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan
yaitu melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Tahap Observasi
Peneliti melaksanakan observasi selama proses pembelajaran mengenai topik
masalah-masalah sosial dengan menggunakan alat pengumpul data yang sudah ditetapkan,
yaitu lembar observasi. Dalam kegiatan ini sasaran yang ingin di observasi oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk
mengukur keberhasilan penelitian.
4. Tahap Refleksi
Pada langkah refleksi ini dilakukan suatu proses pengkajian kembali akan beberapa
data pelaksanaan tindakan yang telah diperoleh dengan cara melakukan
analisis ulang terhadap apa yang telah direncanakan. Kemudian memperbaiki proses
pembelajaran yang telah dilakukan dengan menyusun tindakan yang akan dilakukan pada
pembelajaran berikutnya secara berkelanjutan sampai permasalahan tersebut dapat diatasi.
Pada penelitian yang dilakukan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin
dan terkoordinasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan guru, sehingga semua yang
terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup berharga dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya berkaitan
dengan tugas keseharian di kelas, terutama kemampuannya dalam menyampaikan materi.
E. Instrumen Penelitian
Alat evaluasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah.
1. Pedoman Observasi
Lembar observasi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui terhadap
kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Adapun metode observasi yang
dipilih adalah metode observasi terstruktur. Kegiatan observasi dilakukan pada saat kegiatan
proses pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui
aktivitas dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dengan observasi, dapat mengamati
seluruh aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran mengenai konsep masalah-
masalah sosial.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data
dan fakta dari subjek penelitian. Pedoman wawancara berisi
sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap kesulitan dan hambatan
baik yang dialami siswa maupun guru dalam pembelajaran konsep
masalah-masalah sosial dengan menggunakan pendekatan STM.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat untuk memperoleh gambaran konkret mengenai hal-hal
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dibuat untuk
menganalisis semua kegiatan terhadap penerapan pendekatan STM, sehingga nantinya bisa
nampak dalam catatan lapangan ketercapaian target penelitian yang sudah ditentukan.
Melalui catatan lapangan ini pula dapat merefleksi tindakan yang telah dilakukan, apabila
tidak mencapai target maka perlu dilakukan tindakan berikutnya.
4. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan suatu alat evaluasi untuk mengetahui keadaan seseorang lisan
maupun tulisan. Tes yang digunakan berupa tes tertulis, yang di dalam petunjuk tes tersebut
siswa diharuskan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada perangkat soal yang
disajikan. Lembar tes dalam penelitian ini terdiri dari lima soal yang yang harus dikerjakan
siswa secara individu. Tujuannya untuk melihat keberhasilan siswa sebelum dan sesudah
pemberian tindakan dengan cara membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh. Sehingga
nantinya dari hasil tes tersebut dapat ditentukan tindakan berikutnya.
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pengolahan
data proses dan teknik pengolahan data hasil belajar, yang memiliki perhitungan dan
indikator masing masing, adapun hal tersebut dijabarkan pada pengolahan data dibawah ini.
1. Teknik pengolahan data proses
Pada pengolahan data ini menggunakan kriteria pengolahan persentase daya capai
indikator. Target tercapai bila rata-rata persentae daya capai sama atau lebih dari target yang
telah ditentukan. Dengan penghitungan peresentae daya capai indikator adalah sebagai
berikut.
Daya capai indikator = Skor yang diperoleh x 100%
Skor ideal
2. Teknik pengolahan data hasil belajar
Teknik pengolahan data hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) menentukan skor dari setiap nomor soal.
b) menghitung jumlah skor yang diperoleh tiap siswa.
c) memberi nilai angka dengan cara seperti berikut ini.
Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh x 100 %
Skor ideal
3. Pengolahan data hasil wawancara
Pengolahan data hasil wawancara dilakukan dengan cara menganalisis terhadap
jawaban dari responden yaitu guru dan siswa, dengan menggunakan pedoman
wawancara. Proses analisis tersebut dilakukan dengan cara mengaitkan hasil wawancara
dengan tujuan penelitian dan karakteristik terhadap jawaban yang diharapkan. Kemudian
jawaban-jawaban tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian jawaban dari guru dan
siswa berdasarkan pertanyaan yang diajukan, selanjutnya disimpulkan terkait pelaksanaan
penelitian pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan STM.
4. Pengolahan data hasil catatan lapangan
Pengolahan data hasil catatan lapangan dilakukan dengan cara mendeskripsikan
kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian berlangsung. Catatan lapangan ini dicatat
dalam format catatan lapangan kemudian disimpulkan.
G. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2005: 89), pengertian analisis data adalah sebagai berikut:
“Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.”
Pengumpulan data berarti mengumpulkan data-data pada saat penelitian dilakukan.
Setelah data terkumpul, kemudian data direduksi. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang sangat pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dan membuang
yang tidak perlu. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif, juga dapat berupa
tabel, bagan, ataupun grafik. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.Dari pendapat tersebut, dilakukan analisis data melalui
beberapa tahap, sebagai berikut.
a. Pengumpulan data, dilakukan saat memasuki lapangan. Pengumpulan data
menggunakan berbagai instrumen penelitian yang disiapkan sebelumnya.
b. Reduksi data, dilakukan karena data yang diperoleh di lapangan
jumlahnya cukup banyak maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi
data dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidakperlu. Dengan demikian data yang direduksi dapat
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
c. Penyajian data, dilakukan setelah mereduksi data. Dalam penelitian ini,
penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan bagan. Melalui
penyajian data ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan
merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
d. Verifikasi/penarikan kesimpulan, dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah dan menyimpulkan temuan-temuan yang terjadi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Suharsimi. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: PT. Bumi Aksara.
Asrori, M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima
Asy’ari, M (2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Dahar, W.R. (1996). Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Angkasa Pratama
Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP. Dharma Bhakti Jakarta
Hanifah, N, AttAll. (2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (KKN 2009). Sumedang
Maulana, (2006). Jurnal Pendidikan Dasar. 4. (5), 27-31.
Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas
Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press
Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sugyiono.(2008).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung
Sukmara, D. (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: CV.Mughni Sejahtera
Triatno. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Pretasi Pustaka
Wiriaatmadja, R. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Penerapan Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
(STM) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Masalah-masalah Sosial Kelas IV SD Ma’arif
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo”
OLEH:
ERY EKA SETIAWAN 09141076
KELAS 7B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013