Download - PSC KRA Soft Tissue
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor adalah pertumbuhan baru suatu jaringan yang tidak terkontrol,
tumor disebut juga neoplasma.Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang
terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong
jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan
synovial (jaringan di sekitar persendian) (Dorland, 2002). Soft Tissue Tumor
(STT) dapat merupakan suatu neoplasma yang bersifat jinak atau ganas,
perbandingan antara yang jinak dan ganas kurang lebih 100:1(Brennan, 2002).
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di
anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan
sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding
perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang
disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan
1% di tempat lainnya, antara lain di dada (Sjamsuhidajat,2005).
WHO memperkirakan bahwa 84 juta orang meninggal akibat Soft tissue
tumordalam rentang waktu 2005 sampai dengan 2015 di seluruh dunia (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Prevalensi soft tissue tumor di
Indonesia adalah 4,3 per 1.000 penduduk. Di Pulau Jawa, kurang lebih
500.000 penderita soft tissue tumor terdiagnosis setiap tahunnya. Angka
tertinggi prevalensi soft tissue tumor di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta(DIY), yaitu 9,6 per 1.000 penduduk dan angka terendah
terdapat di Maluku yaitu 1,5 per 1.000 penduduk (Sabiston,2010).
Menurut data rawat inap rumah sakit, insidensi tumor tertinggi di
Indonesia secara umum adalah tumor payudara sebanyak 8.082 kasus (18,4%)
(Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008).Menurut penelitian yang
pernah dilakukan, prevalensi soft tissue tumor berdasarkan provinsi
menunjukkan bahwa ada 5 provinsi yang prevalensi soft tissue tumor melebihi
1
prevalensi soft tissue tumor nasional yaitu Provinsi DIY sebesar 9.66%,
Provinsi Jawa Tengah sebesar 8.06%, Provinsi DKI Jakarta sebesar 7.44%,
Provinsi Banten sebesar 6.35%, dan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5.76%
(Ratih Oemiati, 2011).
Di Jawa Tengah sendiri, khususnya di puskesmas Kerjo Kabupaten
karanganyar menunjukkan prevelansi penyakit soft tissue tumor menduduki
peringkat ke 4 penyakit yang sering ditemui di puskesmas tersebut dalam 5
bulan terakhir yang mencapai 661 kasus. Dimana kasus terbanyak terdapat di
usia 14-44 tahun. Dilihat dari letak demografi, wilayah kerjo memiliki banyak
pabrik karet dan hutan karet yang luas, sehingga sebagian penduduknya banyak
yang bekerja di pabrik tersebut. Dimana limbah pabrik karet dapat menjadi
salah satu faktor resiko dari soft tissue tumor.
Tingginya prevalensi kejadian soft tissue tumor sesuai data di atas
maka perlu dilakukan analisis Problem Solving Cycle tentang tatalaksana Soft
Tissue Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas
Kerjo Kabupaten Karanganyar.
B. Tujuan
MenganalisisProblem Solving Cycle (PSC) tentang tatalaksana Soft Tissue
Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas
Kerjo Kabupaten Karanganyar.
C. Manfaat
a. Dapat dijadikan bukti empiris tentang kejadianSoft Tissue Tumormenurut
jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas Kerjo Kabupaten
Karanganyar.
b. Dapat dijadikan sumbangan informasi pada tatalaksana Soft Tissue
Tumormenurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 dalam bentuk PSC
di Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.
BAB II
2
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
A. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Kasus-kasus yang terdapat di Puskesmas Kerjo mulai dari kasus bulan
Januari hingga Mei 2014 tersaji di bawah ini. Data-data tersebut
menggambarkan prevalensi dari masing-masing kasus dan digunakan sebagai
pembanding antara kasus yang satu dengan yang lain maupun pembanding
angka kejadian penyakit yang sama setiap bulannya.
Tabel 1: Data 10 Besar Penyakit Januari-Mei 2014
No PenyakitBulan
TotalJanuari Februari Maret April Mei
1.Acute upper respiratory infections of multiple and unspecified sites
371 462 429 292 309 1681
2. Dyspepsia 303 273 239 294 254 1018
3.Other soft tissue disorders, not elsewhere classified
217 135 115 114 118 661
4.Essential (primary) hypertension
310 268 254 282 275 784
5. Allergic contact dermatitis 124 97 110 106 94 471
6. Headache 115 102 92 151 134 557
7. Other arthritis 130 107 166 145 167 573
8.Influenza, virus not identified
91 138 156 121 139 603
9.Influenza due to identified influenza virus
95 113 135 155 112 499
10.Acute nasopharyngitis [common cold]
75 67 108 128 182 531
TOTAL 1831 1762 1804 1788 1784 7378
3
Tabel 1 menunjukkan data penyakit yang ada di Puskesmas Kerjo
selama bulan Januari hingga Mei 2014. Dari data tersebut didapatkan ISPA
menempati urutan pertama, diikuti dispepsia, hipertensi, soft tissue tumor,
influenza, arthritis, headache, common cold dan dermatitis kontak.
Tabel 2: Data 10 Besar Penyakit Januari-Mei 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Nama PenyakitJanuari
TOTALFebuari
TOTALMaret
TOTALApril
TOTALMei
TOTAL
L P L P L P L P L P
Acute upper respiratory infections of multiple and unspecified sites 162 209 371 182 280 462 201 228 429 142 150 292 129 180 309
Dyspepsia 82 221 303 59 214 273 53 186 239 93 201 294 71 183 254Other soft tissue disorders, not elsewhere classified 55 162 217 30 105 135 20 95 115 18 96 114 23 95 118Essential (primary) hypertension 84 226 310 84 184 268 75 179 254 72 210 282 64 211 275Allergic contact dermatitis 45 79 124 36 61 97 47 63 110 37 69 106 35 59 94
Headache 31 84 115 23 79 102 17 75 92 42 109 151 34 100 134
Other arthritis 29 101 130 27 80 107 41 125 166 43 102 145 46 121 167Influenza, virus not identified 25 66 91 50 88 138 45 111 156 37 84 121 53 86 139Influenza due to identified influenza virus 38 57 95 48 65 113 60 75 135 61 94 155 48 64 112Acute nasopharyngitis [common cold] 22 53 75 25 42 67 46 62 108 53 75 128 71 111 182
TOTAL 573 1258 1831 564 1198 1762 605 1199 1804 598 1190 1788 574 1210 1784
Dari tabel 2 didapatkan temuan bahwa perempuan lebih beresiko
terkena penyakit daripada laki-laki dilihat dari jumlah kunjungan setiap bulan
yang menunjukkan jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki di wilayah Puskesmas Kerjo.
4
B. Pemilihan Prioritas Masalah
Setelah mengumpulkan data sekunder berupa laporan Puskesmas,
tahap selanjutnya adalah menyusun prioritas masalah. Tahap ini, tidak hanya
menempatkan penyakit dengan kunjungan terbesar sebagai prioritas masalah,
tetapi harus dipandang dari berbagai aspek, seperti peningkatan yang
signifikan jumlah kunjungan dari bulan sebelumnya, adanya kasus berat dari
suatu penyakit, maupun kesenjangan antara jenis kelamin. Selain itu, juga
harus dipertimbangkan dampak masyarakat, perspektif masyarakat,
mortalitas, dan kemudahan penyakit tersebut ditangani.
Di Jawa Tengah sendiri, khususnya di puskesmas Kerjo Kabupaten
karanganyar menunjukkan prevelansi penyakit soft tissue tumor menduduki
peringkat ke 4 penyakit yang sering ditemui di puskesmas tersebut dalam 5
bulan terakhir yang mencapai 661 kasus. Dimana kasus terbanyak terdapat di
usia 14-44 tahun. Dilihat dari letak demografi, wilayah kerjo memiliki banyak
pabrik karet dan hutan karet yang luas, sehingga sebagian penduduknya banyak
yang bekerja di pabrik tersebut. Dimana limbah pabrik karet dapat menjadi
salah satu faktor resiko dari soft tissue tumor.
Tingginya prevalensi kejadian soft tissue tumor sesuai data di atas
maka perlu dilakukan analisis Problem Solving Cycle tentang tatalaksana Soft
Tissue Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas
Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3. Daftar Pasien Soft Tissue Tumor berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin
Nama Penyakit
BULAN
Rentang Usia dan Jenis Kelamin
JUMLAH0-7
HR8 - 30 HR < 1 TH
1 - 4TH
5-14 TH
15-44 TH
45 - 54 TH
55 - 64 TH
> 65 TH
L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Other soft tissue
JAN 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 29 14 42 15 49 19 41 217
FEB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 7 28 11 38 10 26 135
5
disorders, not
elsewhere classified
MAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 3 19 6 40 10 21 115
APR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 19 4 20 5 24 4 31 114
MEI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 27 6 18 4 28 8 22 118
C. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu akronim dari strength (kekuatan),
weakness (kelemahan) dari lingkungan internal organisasi, serta opportunity
(kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan) dari lingkungan
eksternal organisasi. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan
antara faktor eksternal dengan faktor internal organisasi untuk memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Analisis ini berguna untuk menganalisis faktor-
faktor internal organisasi layanan kesehatan yang memberi andil terhadap
kualitas layanan kesehatan atau salah satunya komponennya dengan
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal organisasi layanan kesehatan.
Unsur-unsur dari analisis SWOT sebagai berikut (Azwar, 1996) :
1) Kekuatan
Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki
oleh suatu puskesmas, yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar dalam
memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang dimiliki oleh puskesmas itu sendiri.
2) Kelemahan
Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kelemahan yang bersifat khas, yang
dimiliki oleh suatu puskesmas, yang apabila diatasi akan berperan besar tidak
hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
puskesmas tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh puskesmas.
3) Kesempatan
Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi
oleh suatu puskesmas yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya
dalam mencapai tujuan puskesmas.
4) Hambatan
6
Hambatan (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi
oleh suatu puskesmas yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya
dalam mencapai tujuan puskesmas.
Tabel 4. Analisis SWOT Soft Tissue Tumor di Puskesmas Kerjo
SW
OT
S
1. Kesadaran masyarakat untuk
berobat cukup baik terbukti
dengan banyaknya data
kunjungan ( 661 kunjungan
selama Januari – Mei 2014)
2. Adanya program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
dengan paradigma sehat yang
telah tersistem untuk upaya
penanggulangan suatu penyakit
3. Terjangkaunya pelayanan
kesehatan (pustu/pusling)
W
1. Belum tersedianya bagian
khusus di puskesmas yang
mengurus masalah soft
tissue tumor
2. Tidak tersedianya sarana
prasarana untuk deteksi
dini soft tissue tumor
O
1. Adanya kerjasama antara
puskesmas dengan pelayanan
kesehatan lain khususnya
dalam deteksi dini soft tissue
tumor.
2. Terdapat peran serta bidan
wilayah dan masyarakat dalam
menjadi kader.
3. Adanya peran serta
masyarakat dalam upaya
SO
1. Memaksimalkan
kerjasama dengan UPK lain
dalam deteksi dini soft tissue
tumor
2. Memaksimalkan
kerjasama dengan UPK lain
dalam pendataan pasien dengan
soft tissue tumor
3. Perbaikan sistem
pencatatan dan pelaporan agar
WO
1. Menyediakan bagian khusus
yang mengurus masalah soft
tissue tumor.
2. Menyediakan sarana
prasarana untuk deteksi dini
soft tissue tumor.
3. Pemberian pelatihan kepada
tenanga puskesmas untuk
menambah tenaga yang
paham soft tissue tumor.
7
kesehatan berupa posyandu lebih baik dan teratur
T
1. Tidak adanya dana dan
fasilitasi dari pemerintah untuk
program deteksi dini soft
tissue tumor
2. Pengetahuan masyarakat yang
masih kurang tentang soft
tissue tumor
3. Kondisi ekonomi masyarakat
yang tergolong rendah
4. Terdapat kultur dalam
masyarakat setempat bahwa
soft tissue tumor adalah
penyakit yang menakutkan,
tidak dapat disembuhkan dan
bersifat membunuh
ST
1. Penyediaan dana dan
fasilitas secara optimal untuk
menanggulangi prevalensi soft
tissue tumor
2. Peningkatan penyuluhan
tentang definisi, faktor resiko,
gejala, tanda bahaya,
pemeriksaan, pengobatan dan
pencegahan soft tissue tumor
3. Pendekatan personal oleh
petugas kepada pasien dengan
soft tissue tumor dan
keluarganya
WT
1. Memasyarakatkan screening
dan surveilance petugas
secara kontinyu
2. Mendorong masyarakat untuk
mau memeriksakan diri ke
Puskesmas atau sarana
kesehatan terdekat jika ada
gejala dan keluhan mengenai
soft tissue tumor
3. Menyelenggarakan
penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan dan pola makan
dalam upaya pencegahan
terjadinya soft tissue tumor.
8
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
A. Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menentukan masalah yang akan diprioritaskan di Puskesmas
Kerjo, perlu dilakukan peninjauan penyebab masalah tersebut. Analisis
tinjauan tersebut didapatkan melalui data primer maupun sekunder. Data
primer didapat dari hasil wawancara dengan salah satu pasien soft tissue tumor
beserta keluarganya dan data sekunder didapat dari data puskesmas yang
berhubungan dengan terjadinya soft tissue tumor. Hasil analisis tersebut kami
kembangkan dalam bentuk diagram tulang ikan yang menunjukkan analisis
sebab akibat terjadinya soft tissue tumor.
9
Lingkungan
Soft tissue tumor
PengetahuanMasyarakat
Pengetahuan masyarakat mengenai gejala/tanda awal soft tissue tumor masih rendah
Paparan asap pengolahan di pabrik karet
Pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik
PerilakuMasyarakatat
Kebiasaan merokokPola makan yang tidak sehat (makanan instant, makanan yang dibakar, berpengawet)Faktor genetik dan hormonal
Sosial EkonomiLayanan Kesehatan
Taraf ekonomi yang tergolong menengah kebawah
Kurangnya jumlah SDM dan sarana prasarana di puskesmas
KIE belum optimal
Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa
penyebab masalah yang berperan terhadap kurangnya penemuan kasus soft
tissue tumor di wilayah kerja Puskesmas Kerjo. Setelah menganalisis
penyebab masalah utama, yakni soft tissue tumor, langkah selanjutnya
adalah menyusun jalan keluar dari setiap penyebab masalah yang ada.
Alternatif jalan keluar tersebut tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
Kurangnya deteksi dini dalam penemuan kasus soft tissue tumor
1. Petugas medis (Man)- Pengetahuan- KeterampilanMasyarakat
- Pengetahuan- Kesadaran
- Pelatihan petugas kesehatan mengenai deteksi dini soft tissue tumor
- Penyuluhan mengenai definisi, faktor resiko, gejala, tanda bahaya, pemeriksaan, pengobatan dan pencegahan soft tissue tumor
2. Sumber dana (Money)- Alokasi dana dari
pemerintah- Alur permintaan
dan penyaluran yang rumit
- Penetapan prioritas alokasi dana lebih besar untuk keperluan deteksi dini soft tissue tumor
- Pendekatan kepada pemerintah untuk memudahkan pencairan dana
3. Waktu (Minutes):- Keterbatasan
waktu
- Perlunya peningkatan kesadaran untuk melakukan deteksi dini soft tissue tumor jika ada tanda atau gejala awal yang muncul
- Perlunya tenaga tambahan yang khusus untuk melaksanakan deteksi dini soft tissue tumor
4. Metode (Methode) :- Pendekatan yang
- Perlunya edukasi pada masyarakat mengenai pencegahan terjadinya soft tissue tumor
10
kurang kepada masyarakat
- Perlunya edukasi pada pasien dengan soft tissue tumor dan keluarga mengenai tata laksana
5. Pengawasan (controlling)- Kurangnya
pengawaasan
- Perlunya dilakukan inspeksi dan evaluasi pelaksanaan deteksi dini soft tissue tumor
6. Pelaksanaan (Actuating)- Kurangnya
realisasi penyuluhan
- Peningkatan kesadaran petugas kesehatan akan pentingnya deteksi dini soft tissue tumor
- Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini soft tissue tumor
7. Lingkungan (environmetnt)- Ketidakpedulian
masyarakat
- Penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan pola makan yang sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
11
B. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik
Tabel 6. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah
No Cara Pemecahan Masalah
EfektivitasEfisiensi
(C)
Prioritas
= C
MxIxVM I V
1 Penyuluhan 5 5 5 3 41,67
2Penambahan jumlah tenaga kerja dan kader deteksi dini soft tissue tumor
2 3 2 5 2,4
3 Pelatihan kader 5 4 4 3 26,67
5Meningkatkan kerjasama dan komunikasi efektif dengan UPK lain
3 3 3 3 9
6
Menjaga kebersihan lingkungan
dan pola makan yang sehat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
4 3 3 5 7,2
Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar)
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin
tidak efisien)
12
Prioritas pemecahan masalah yang dipilih adalah penyuluhan
karena memiliki nilai paling tinggi yaitu 41,67. Memiliki magnitude dan
importancy yang tinggi serta cost-effectife (Anwar, 1996).
.
13
BAB IV
PLAN OF ACTION
Dari hasil pemilihan prioritas jalan keluar dipilih bentuk kegiatan berupa
sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut ditujukan guna meningkatan kesadaran
dan pengetahuan masyarakat yang lebih mendalam mengenai penyakit soft tissue tumor,
Sosialisasi ini menggunakan slide presentasi dan leaflet yang menarik guna
mempermudah penyampaian materi kepada masyarakat. Berikut ini merupakan rencana
persiapan yang dibutuhkan :
1. Tujuan : Meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Kerjo.
2. Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kerjo.
3. Metode : Pemberian informasi dan penyuluhan dengan
menggunakan
Media cetak (leaflet dan postur) maupun media
elektronik yang menarik
4. Materi : Pengetahuan tentang penyakit soft tissue tumor berupa
gejala, cara
penularan, bahaya dan pengobatan.
5. Waktu dan lokasi : Senin, 13 Juni 2014. Lokasi : Kecamatan Karanganyar
6. Pelaksana : Dokter muda IKM 476 Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
7. Biaya :
Tabel 7. Perkiraan Biaya yang Diperlukan untuk SosialisasiNo Pengeluaran Satuan Harga Jumlah
14
1 Pamflet 100 Rp500,00 Rp50.000,00
Jumlah Rp50.000,00
8. Mekanisme Kegiatan: Penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan media
elektronik dan media cetak. Setelah materi
disampaikan, para peserta diberikan kesempatan untuk
bertanya. Dengan demikian, para peserta diharapkan
dapat memahami materi yang disampaikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brennan M.F., Lewis J.J. 2002. Diagnosis and Management of Soft Tissue Sarcoma. Martin Dunitz Ltd : United Kingdom.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012
Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta.
Ratih Oemiati, Ekowati Rahajeng, Antonius Yudi Kristianto. 2011.Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sabiston. 2010. Buku Ajar Bedah, bagian 2. EGC: Jakarta.
Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D. 2005. “Soft Tissue Tumor”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC: Jakarta.
Weiss S.W., Goldblum J.R. 2008. Soft Tissue Tumors, Fifth Edition. Mosby Elsevier: China.
16