Transcript

PERAN ORGANISASI WANITA HINDU DHARMA INDONESIA (WHDI) DALAM MENJAGA EKSISTENSI AGAMA HINDU DI WILAYAH KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Proposal Tesis)

OlehYAMINI

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNVERSITAS HINDU INDONESIABANDAR LAMPUNG2015

PERAN ORGANISASI WANITA HINDU DHARMA INDONESIA (WHDI) DALAM MENJAGA EKSISTENSI AGAMA HINDU DI WILAYAH KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

OlehYAMINI

TesisSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PadaProgram Pascasarjana Magister Pendidikan Agama HinduUniversitas Hindu Indonesia

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNVERSITAS HINDU INDONESIABANDAR LAMPUNG2015

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS

Judul Proposal Tesis:Peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam Menjaga Eksistensi Agama Hindu di Wilayah Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur

Nama Mahasiswa:Yamini

Nomor Pokok Mahasiswa:-

Program Magister:Pendidikan Agama Hindu

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. ...................................Prof. ...................................

NIP. ......................................NIP. ......................................

2. Ketua Program

Magister Pendidikan Agama Hindu

Prof. ...................................

NIP. ......................................

SANWACANA

Om Swastyastu,

Dengan mengucap Om Avighnamastu puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan sinar sucinya, sehingga penulis dapat menyusun proposal tesis ini tepat pada waktu yang telah ditetapkan, proposal ini memiliki judul Peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam Menjaga Eksistensi Agama Hindu Di Wilayah Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

Proposal Tesis ini, disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar Magister Pendidikan Agama Hindu di Universitas Hindu Dharma Indonesia (UNHI).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:1. Dr. Ida Bagus Darmika, MA., Rektor Universitas Hindu Indonesia yang telah membuka program pascasarjana pendidikan agama Hindu, di provinsi Lampung, sehingga kami memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan akademik mengenai agama Hindu.2. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Pendidikan Agama Hindu, Universitas Hindu Indonesia, yang tidak mungkin untuk kami sebutkan namanya satu persatu.3. Sahabat-sahabat setiaku di Program Pascasarjana Pendidikan Agama Hindu, Universitas Hindu Indonesia pokjar Lampung. Terimakasih atas kebersamaan kalian.Penulis menyadari sepenuhnya proposal tesis yang disusun ini masih terdapat beberapa kelemahan. Akan tetapi, penulis berharap semoga bapak/ibu dosen mampu menagkap/memahami garis besar penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Semoga proposal tesis ini bisa dilanjutkan ketahap penelitian yang akan diteruskan dengan penyusunan tesis. Akhir kata, semoga proposal tesis ini dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan. Astungkara.

Lampung Timur, Juni 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Pembahasan pada bagian bab ini mencakup beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian/ kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan definisi istilah. Guna lebih jelasnya pembahasan ini akan diawali dengan menyajikan latar belakang masalah.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah telah mencatat, bahwa Hindu mulai masuk ke nusantara ini diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-kerajaan islam bermunculan. Puncak kejayaan Hindu di nusantara tercatat ketika Kerajaan Majapahit berkuasa. Kerajaan Majapahit adalah nama sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293. Masa kejayaan kerajaan ini adalah pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389) yang didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364). Wilayah kekuasaan Majapahit waktu itu bisa disamakan dengan luas Indonesia saat ini ditambah dengan Kalimantan Malaysia ( Kalimantan Inggris), dan Tumasik (Singapura).

Kejayaan Majapahit itu sangat berhubungan erat dengan ketangkasan dan keuletan Maha Patih Gajah Mada dalam memperluas wilayah majapahit dan menyatukan nusantara. Dalam kurun waktu 25 tahun pertama abad 15 masehi, kemakmuran Majapahit mulai berkurang, saat itu dimanfaatkan dengan baik oleh agama islam. Wafatnya Hayam Wuruk, digantikan oleh kemenakan dan menantunya Wikramawardana (1389-1429 M.) Di masa ini Majapahit mulai mundur karena pecahnya perang saudara dengan sepupunya Wirabumi. Sejak itu agama islam mulai masuk di daerah pesisir pulau Jawa. Lambat laun islam kian berkembang di nusantara ini, berbagai kerajaan-kerajaan islam bermunculan menggantikan kejayaan majapahit. Masa kejayaan Hindu kini tinggallah kenangan yang terpahat apik dalam prasasti-prasasti, dan tercatat rapi dalam buku-buku sejarah.

Jas Merah,jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,demikian diucapkan Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada Hut RI tanggal 17 Agustus 1966. Semboyan ini hendaknya dapat juga dimaknai bagi umat Hindu nusantara untuk mengenang, dan memperjuangkan kembali masa keemasan, masa kejayaan Hindu yang pernah di raih di era kerajaan majapahit. Melalui mengetahui sejarah kebesaran Hindu di masanya maka umat Hindu sudah semestinya menjaga eksistensi agamanya di nusantara ini.

Problematika Hindu sampai saat ini memang masih sangat terasa, rendahnya mental dan kemalasan intelektual umat Hindu ditengah himpitan dua agama missionaris agresif seperti agama Islam dan Kristen mengakibatkan tidak sedikit umat Hindu yang memilih meninggalkan sradha untuk bergabung dengan dua agama tersebut. Umat Hindu yang meninggalkan sradhanya bisa dijumpai dimasing-masing daerah, begitu juga di wilayah kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Tidak bisa dipungkiri konsep dan makna keagamaan dewasa ini ditentukan oleh agama Kristen dan Islam. Ini adalah hasil dari keaktifan mereka di dalam wacana keagamaan. Mereka dapat mendiktekan definisi dan menentukan mana agama yang benar dan mana yang salah. Misalnya soal paham ketuhanan monotheisme, agama bumi dan agama langit, tentang nabi dan lain sebagainya. Lemahnya mental dan kemalasan intelektual yang tengah dihadapi umat Hindu mengakibatkan umat Hindu tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang agamanya, apalagi tentang agama lain, sehingga tidak mampu untuk berpartisipasi di dalam wacana ini. Akibatnya mereka hanya mengikuti saja apa yang didiktekan oleh agama Kristen dan Islam. Hal paling maksimal yang dapat dilakukan oleh umat Hindu, adalah mematut-matut diri di depan cermin yang dipasang oleh agama lain (Kristen dan Islam). Hal ini merupakan kelemahan mendasar yang dialami umat Hindu.Menghadapi kondisi seperti itu, peran organisasi-organisasi keagamaan seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI), dan PERADAH sangat diharapkan mampu menumbuhkembangkan atau mereformasi mental umat Hindu, agar mampu membangunkan umat Hindu dari kemalasan intelektual yang tengah dihadapi. Organisasi-organisasi tersebut hendaknya mampu bersinergi secara harmonis dengan satu tujuan pasti eksistensi Hindu tetap terjaga ditengah himpitan dua agama missionaris agresif (Islam dan Kristen).Selama ini ada kesan WHDI hanya sekedar silent partner (sekutu diam) dari PHDI. Di dalam Weda dan Upanisad ada diceritakan mengenai para maharsi dan filsuf perempuan seperti Gargi dan Maitreyi. Itihasa juga menceritakan perempuan-perempuan perkasa seperti; Sinta, Kunti, Gandhari, Srikandi dan Drupadi. Weda memberikan peran sentral pada perempuan, pada hakekatnya perempuan tidak lemah, karena itu perempuan juga wajib ikut serta dalam menjaga eksistensi agamanya. Bahkan seorang perempuan yang sudah menjadi ibu, berkewajiban untuk membekali agama yang baik untuk anak-anaknya.Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai Peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam Menjaga Eksistensi Agama Hindu di Wilayah Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah bentuk peran organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur ?1.2.2 Bagaimanakah hasil yang dicapai dari organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengaalisis :1.3.1 Bentuk peran organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur1.3.2 Hasil yang dicapai dari organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu; manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat-manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk mencari dan mengembangkan peran organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu.1.4.1.2 Sebagai referensi penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan peran organisasi keagamaan.1.4.1.3 Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai agama Hindu.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Sebagai bahan masukan bagi organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu.1.4.2.2 Sebagai bahan pertimbangan organisasi-organisasi keagamaan khususnya agama Hindu untuk membangkitkan intelektualitas umat agar eksistensi Hindu tetap terjaga1.4.2.3 Sebagai informasi kepada umat Hindu, akan pentingnya mengikuti program-program organisasi keagamaan, khususnya bagi anggota WHDI.1.4.2.4 Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Agama Hindu.

1.5 Definisi Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini secara teknis memiliki pengertian khusus, dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir maka beberapa istilah tersebut diperjelas secara eksplisit sebagai berikut:1.5.1 Peran adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto 2002; Soekamto 1984: 237).1.5.2 Organisasi adalah sekumpulan orang atau sekelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerjasama (Ernie dan Kurniawan, 2005)1.5.3 Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia adalah organisasi pertama para ibu-ibu Hindu yang bergerak dalam bidang keagamaan. Organisasi ini lebih dikenal dengan istilah/ singkatan WHDI merupakan mitra (partner) dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). 1.5.4 Eksistensi berasal daribahasa latinexistereyang berarti muncul, ada, timbul, memiliki keberadaanaktual. Existeredisusun dariexyang artinya keluar dansistereyang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4 pengertian.Pertama, eksistensi adalah apa yang ada.Kedua, eksistensi adalah apa yang memilikiaktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalahkesempurnaan (http://id.wikipedia.org/wiki/). Dalam penelitian ini eksistensi berarti kebertahanan Hindu di bawah himpitan agama-agama missionaris agresif (Islam dan Kristen).1.5.5 Agama Hindu adalah "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini, dan umat Hindumenyebut agamanya sendiri sebagaiSantana-dharmaartinya "darmaabadi" atau "jalan abadi"1.5.6 Kemalasan Intelektual adalah keadaan pikiran yang tertutup. Dalam penelitian ini kemalasan intelektual yang dimaksud adalah keengganan umat Hindu dalam menganalisis dalih-dalih agama missionaris agresif (Islam dan Kristen)

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori dalam penelitian, agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat untuk memungkinkan pembaca meningkatkan cakrawalanya dari segi tujuan dan hasil penelitian.

2.1 Tinjauan Mengenai Peran

Peran memiliki berbagai macam pengertian, dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran antara lain; a) peran merupakan pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia adalah pemain sandiwara atau pemain utama; b) peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang diberikan; dan c) peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Lain halnya menurut (Soeharto, 2002); peran ialah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Analisis terhadap perilaku peran dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu 1. Ketentuan peran1. Gambaran peran1. Harapan peranKetentuan peran merupakan pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peran adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peran dalam hal ini peran organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya untuk menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan Pasir Sakti, kabupaten Lampung Timur, provinsi Lampung.

2.2 Konsep Organisasi

Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan manusia selalu berusaha untuk berkumpul dengan sesamanya, terutama jika mereka memiliki suatu tujuan yang sama. Ini menandakan bahwa manusia secara tidak langsung melakukan suatu kegiatan organisasi seperti kehidupan keluarga dengan bapak sebagai keluarga tertinggi, kehidupan beragama, kehidupan sosial, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kehidupan berorganisasi.

Seringkali kita mengatakan bahwa orang yang baik bisa membuat setiap pola organisasi berhasil. Malahan pernah ada yang mengatakan bahwa kekaburan dalam organisasi justru baik untuk memaksa orang bekerja dalam tim, karena mereka tahu bahwa mereka harus bekerjasama ntuk menyelesaikan sesuatu. Namun, tidak dapat lagi diragukan bahwa orang yang baik dan mereka yang mau bekerjasama akan melakukannya paling efektif kalau mereka tahu bagian yang harus mereka lakukan dalam setiap usaha bersama dan bagaimana peran-peran mereka berhubungan satu dengan yang lain. Perancangan dan pemeliharaan sistem peran ini pada dasarnya merupakan fungsi manajerial dalam hal pengorganisasian.

2.2.1 Definisi Organisasi

Organisasi memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda. Definisi-definisi ini merupakan beberapa pendapat-pendapat yang dikemukan oleh beberapa ahli pakar organisasi. Menurut Stephen P. Robbin (2009):

Organisasi merupakan koordinasi yang terencana dari aktivitas-aktivitas dari dua atau lebih individu yang mempunyai fungsi berdasarkan kontinuitas yang relatif dan melalui pembagian dalam anggota organisasi dan hirarki otoritas, untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan.

H.Koontz, C.ODonnell dan H.Weihrich ( 1991 : 282) berpendapat :

Organisasi adalah pengelompokan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai sasaran, penugasan setiap pengelompokan kepada seorang manajer dengan otoritas yang diperlukan untuk mengawasi, dan provisi untuk koordinasi secara horisontal dan vertikal dalam struktur organisasi.

Peran organisasi dapat terbentuk dengan baik maka peran tersebut harus mencakup sebagai berikut :1) Sejumlah tujuan yang dapat diversifikasi, yang, sebagaimana telah ditunjukkan dalam baguan sebelumnya, merupakan tugas perencanaan.2) Konsep yang jelas mengenai kewajiban atau aktivitas yang terlibat.

Organisasi dapat di konsepkan dengan berbagai cara. Berikut di bawah ini mewakili deskripsi yang sering digunakan:1)Kesatuan rasional dalam mengejar tujuan. Organisasi ada untuk mencapai tujuan, dan perilaku para anggota organisasi dapat dijelaskan sebagai pengejaran rasional terhadap tujuan tersebut.2)Koalisi dari pendukung (constituencies) yang kuat. Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok yang masing-masing mencoba untuk memuaskan kepentingan sendiri. Kelompok-kelompok tersebut menggunakan kekuasaan mereka untuk mempengaruhi distribusi sumber daya dalam organisasi.3)Sistem terbuka. Organisasi adalah sistem transformasi masukan dan keluaran yang bergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.4)Sistem yang memproduksi arti. Organisasi adalah kesatuan yang diciptakan secara artifisial. Tujuannya dan maksudnya diciptakan secara simbolis dan dipertahankan oleh manajemen.5)Sistem yang digabungkan secara longgar. Organisasi terdiri dari unit-unit yang relatif berdiri sendiri dapat mengejar tujuan yang tidak sama atau bahkan saling bertentangan.6)Sistem politik. Organisasi terdiri dari pendukung internal yang mencoba memperoleh kontrol dalam proses pengambilan keputusan agar dapat memperbaiki posisi mereka.7)Alat dominasi. Organisasi menempatkan para anggotanya ke dalam kotak-kotak pekerjaan yang menghambat apa yang dapat mereka lakukan dan individu yang dengannya mereka dapat berinteraksi. Selain itu, mereka diberi atasan yang mempunyai kekuasaan terhadap mereka.8)Unit pemrosesan informasi. Organisasi menafsirkan lingkungannya, mengkoordinasikan aktivitas, dan memudahkan pembuatan keputusan dengan memproses informasi secara horisontal dan vertikal melalui sebuah struktur hierarki.9)Penjara psikis. Organisasi menghambat para anggota dengan membuat uraian pekerjaan, departemen, divisi, dan perilaku standar yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Pada saat diterima oleh anggota, semua itu menjadi penghalang artifisial yang membatasi pilihan.10)Kontrak sosial. Organisasi terdiri dari sejumlah persetujuan yang tidak tertulis di mana para anggota melakukan, perilaku tertentu dan untuk itu mereka menerima imbalan ( Stephen P.Robbins, 1994: 12-13 ).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dalam penelitian ini, konsep atau definisi organisasi yang diteliti mengarah pada kesatuan rasional dalam mengejar tujuan, yaitu organisasi untuk mencapai tujuan, dan perilaku para anggota organisasi dapat dijelaskan sebagai pengejaran rasional terhadap tujuan tersebut.

2.2.2 Organisasi Formal

Manusia bagian dari suatu sistem besar berupa hubungan sosial, dimana sebuah organisasi terorganisasi secara formal hanya merupakan suatu sub-sistem. Dikatakan bahwa organisasi formal bilamana aktivitas seorang atau lebih dikoordinasi secara sadar menuju suatu tujuan tertentu. Inti organisasi formal ialah tujuan umum yang sadar dan bahwa organisasi formal lahir bilamana orang-orang dapat berkomunikasi satu sama lain, bersedia untuk bertindak, dan secara bersama-sama mempunyai suatu tujuan. Tidak ada sesuatu yang kaku secara turun-temurun dalam organisasi formal.

Organisasi formal dapat berjalan dengan baik, apabila dikelola dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar (manajemen). Manajemen sering didefinisikan sebagai "pencapaian tujuan melalui orang lain". Kedengarannya memang terlalu sederhana, akan tetapi memberikan gambaran tentang beberapa hal mendasar. Pertama berkaitan dengan "pencapaian tujuan". Manajemen selalu berkaitan dengan sebuah usaha untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di dalam organisasi. Banyak orang memiliki jabatan "manajer" (pimpinan organisasi), akan tetapi dalam kenyataannya mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan sesuatu ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Pokok yang kedua adalah berkaitan dengan aspek "melalui orang lain". Sebagai sebuah aktivitas, manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yakni anggota organisasi; dan pada usaha untuk mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut. Meskipun setiap manajer memang memiliki tugas-tugas khusus yang hanya bisa dilakukan olehnya, peran seorang manajer lebih didasarkan pada kenyataan bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas anggotanya. Dalam arti ini, seorang pimpinan organisasi seharusnya lebih mementingkan pencapaian hasil dari para bawahannya daripada prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil bersama itulah yang menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.

Keberhasilan dari suatu organisasi menyangkut pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas dari manajemen yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah merencanakan, (planning) mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing), mengarahkan (directing) dan mengontrol (controlling).

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan dengan pilihan-pilihan. Seorang pimpinan organisasi harus memahami dan bisa menangkap peluang-peluang yang datang, dan memiliki pula kemampuan untuk menciptakan peluang-peluang. Dia harus mampu membuat analisa atas peluang-peluang tersebut dan mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik sesuai dengan kondisi dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. b. Mengorganisasi (Organizing)Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan/program yang dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah ditangani oleh anggota organisasi. Fungsi ini mengandaikan bahwa seorang manajer/pimpinan organisasi bisa mendelegasikan otoritasnya kepada bawahannya dan bawahannya bisa memahami tanggung jawabnya masing-masing.

Struktur organisasi bisa bermacam-macam dan tidak boleh dilihat sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Struktur organisasi barulah efektif kalau bisa mempermudah organisasi mencapai tujuan utamanya, bukan hanya karena terlihat teratur dan manis.c. Penempatan Orang (Staffing)Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di dalam berbagai jenis kegiatan yang sudah didisain lebih awal dalam organisasi. Lebih jauh lagi fungsi ini meliputi hal-hal seperti pengembangan sumber daya manusia organisasi. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah mengidentifikasi orang-orang di dalam organisasi yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai manajer/pimpinan (good managers develop managers).d. Mengarahkan (Directing)Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama. Secara umum bisa dikatakan bahwa pekerja-pekerja akan berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana mereka persis tahu apa yang diharapkan dari mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja tersebut akan lebih menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa melihat bagaimana kaitan perkerjaan mereka dengan gambar keseluruhan dari organisasi. Mengerjakan sesuatu hanya karena pimpinan menyuruh demikian biasanya tidak bisa menghasilkan secara maksimal. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang berarti penciptaan suatu harmoni dari individu-individu yang berkerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan fungsi ini.

e. Mengontrol (Controlling)Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv. Proses kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan langkah-langkah yang perlu untuk mengoreksi.Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa organisasi formal merupakan organisasi dikoordinasikan secara sadar menuju suatu tujuan tertentu, organisasi formal akan berjalan dengan baik apabila di manajemen secara profesional, dengan menerapkan prinsip-prinsip pokok manajemen, serta memaksimalkan fungsinya dalam hal merencanakan, (planning) mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing), mengarahkan (directing) dan mengontrol (controlling).2.2.3 Organisasi Informal

Organisasi informal adalah setiap aktivitas pribadi gabungan tanpa tujuan gabungan yang sadar, namun dapat memungkinkan untuk memberi sumbangan kepada hasil-hasil gabungan tersebut. Terdapat beberapa tipe-tipe organisasi informal yang sebagian besar bergantung pada tujuan masing-masing. Para sosiolog telah mengkasifikasikannya sebagai kelompok kekeluargaan, persahabatan, klik, dan subklik.

Kelompok pertama, yang segera dapat diidentifikasikan berdasarkan sebutannya paling sering terbatas pada orang-orang yang merasa bahwa kecocokan satu sama lain sebagai hal yang paling penting. Pergaulan merupakan sasaran utama, baik di dalam maupun di luar pekerjaan. Klik terdiri dari orang-orang yang biasanya adalah rekan kerja yang akrab yaitu orang-orang dengan kedudukan tertentu dalam organisasi, personalia, perekayasaan (engineering), atau orang-orang yang mewakili berbagai aktivitas fungsional yang berbeda-beda yang merasa perlunya kerjasama.

Subklik terdiri dari satu atau beberapa orang yang menyatukan diri dengan sebuah klik. Anggota yang lain dari subklik boleh jadi bekerja di organisasi lain. Organisasi informal selain dapat membantu juga dapat menganggu kepentigan organisasi, aktivitasnya perlu diarahkan ke dalam saluran yang konstruktif. Apabila pemimpin kelompok informal dapat diidentifikasikan dan dapat diajak bekerjasama, fungsi pengorganisasian dan kepemimpinan dapat dilakukan dengan sangat mudah. Itikad baik, energi, dan inisiatif organisasi formal menunjang tujuan organisasi formal, dan masing-masing memperoleh keuntungan dari pemenuhan kebutuhan yang lain.

2.2.4 Struktur Organisasi

Ketika sekelompok orang mendirikan sebuah organisasi untuk tujuan kolektif, struktur organisasi pun perlu dibentuk untuk meningkatkan efektifitas kontrol atau kendali organisasi terhadap beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan bersama.Struktur organisasi adalah sistem informal tentang hubungan tugas dan wewenang yang mengendalikan bagaimana tiap individu bekerjasama dan mengelola segala sumberdaya yang ada untuk mewujudkan tujuan organisasi. Tujuan prinsip dari struktur organisasi adalah sebagai alat kontrol, untuk mengendalikan koordinasi dan motivasi kerja tiap individu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.Bagi semua organisasi, sebuah struktur yang tepat adalah struktur yang mampu merespons banyak masalah koordinasi dan motivasi yang sewaktu-waktu bisa muncul baik di bagian lingkungan, tekhnologi, ataupun sumberdaya manusia. Manakala organisasi itu tumbuh dan berkembang, maka berkembang pulalah struktur yang ada di dalamnya. Struktur organisasi itu sendiri dapat dikelola dan diubah melalu proses men-desain organisasinya, (Dicky Wisnu UR & Siti Nurhasanah, 2005: 10).Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal (Stephen P. Robbins, 2002: 132 ).Definisi mengenai organisasi mengakui adanya kebutuhan untuk mengkoordinasikan pola interaksi para anggota organisasi secara formal. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Sebuah struktur organisasi mempunyai tiga komponen yaitu antara lain :a) Kompleksitas, mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalm organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi, atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis.b) Formalisasi, merupakan tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para anggota organisasinya. Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum, yang lainnya, diantaranya organisasi yang berukuran kecil pun, mempunyai semacam peraturan yang memerintahkan kepada anggota organisasinya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukanc) Sentralisasi, mempertimbangkan di mana letak dari pusatnya pengambilan keputusan. Dibeberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasi. Masalah-masalah dialirkan ke atas, dan para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat. Pada kasus lain pengambilan keputusan didesentralisasi. Kekuasaan disebar ke bawah dalam hierarki. Perlu diketahui bahwa sebagaimana halnya dengan kompleksitas dan formalisasi, sebuah organisasi bukan disentralisasi ataupun didesentralisasi. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan (continuum). Organisasi cenderung untuk disentralisasi atau cenderung didesentralisasi. Namun menetapkan letak organisasi di dalam rangka tersebut, merupakan salah satu faktor utama di dalam menentukan apa jenis struktur yang akan ada (Stephen P. Robbins, 1994: 6-7).Ada enam unsur kunci yang perlu disampaikan kepada manajer bila mereka merancang struktur organisasinya. Elemen-elemen tersebut adalah spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi, serta formalisasi (Stephen P. Robbins, 2002: 132 ).

2.2.5 Budaya Organisasi

Kebudayaan adalah totalitas rangkaian adat istiadat turun-temurun yang mencakup perlakuan seni, kepercayaan, institusi dan kebiasaan terkait yang mengendalikan tata cara kehidupan suku bangsa. Kebudayaan juga menpengaruhi cara kerja dari anggota organisasi. Karena keaneka ragaman kebudayaan yang dibawa ke dalam organisasi, maka manajemen organisasi perlu membentuk budaya khas organisasi secara tersendiri.Berbagai pihak seperti Schein (1997), Hoffstede (1980) maupun Hodgetts dan Luthans (1998) beranggapan bahwa kebudayaan setempat perlu dijadikan landasan berpijak operasional organisasi. Keanekaragaman budaya pihak-pihak yang terkait dalam suatu organisasi perlu dinetralisir dan dikembangkan menjadi satu budaya organisasi yang dilandaskan pada kaedah manajerial. Jadi, budaya organisasi dapat dirancang-bangun dengan bantuan prinsip-prinsip manajemen.Semua organisasi mempunyai budaya tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak untuk para anggota. Setelah beberapa bulan, kebanyakan anggota akan memahami budaya organisasi mereka. Mereka mengetahui hal-hal seperti bagaimana berpakaian untuk kerja, apakah aturan dijalankan dengan ketat, perilaku macam apakah yang pasti menyulitkan mereka dan mana yang kemungkinan besar akan diabaikan, pentingnya kejujuran dan integritas, dan yang serupa. Sementara banyak organisasi mempunyai subbudaya dimana sering diciptakan di sekitar kelompok kerja dengan perangkat standar tambahan atau termodifikasi, mereka masih mempunyai budaya yang dominan yang menaikkan kepada semua anggota nilai-nilai yang dianggap paling berharga oleh organisasi. Anggota organisasi harus menerima baik standart yang tersirat dalam budaya dominan organisasi jika mereka ingin tetap dalam kedudukan yang baik.Tujuh karakteristik primer yang merupakan hakikat dari budaya suatu organisasi (Stephen P. Robbins, 2003: 305) yaitu :1) Inovasi dan pengambilan resiko; sejauh mana anggota didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.2) Perhatiankerincian; sejauhmana anggota diharapkan memperhatikan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian.3) Orientasi hasil; sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.4) Orientasi orang; sejauhmana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang di dalam organisasi itu.5) Orientasi tim; Sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-individu.6) Keagresifan; sejauhmana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai.7) Kemantapan; sejauhmana kegiatan organisasi menekankan dipertahankan statusquo daripada pertumbuhan.

Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu satu kesatuan dari rendah ke tinggi. Maka dengan menilai organisasi ini berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berprilaku. Persepsi-persepsi yang tidak benar mengenai budaya organisasi (Bennet Silalahi,2004: 6) yaitu :1) Budaya organisasi sebagai obat mujarab. Sering kali budaya organisasi dianggap sebagai pembangunan budaya yang dengan cepat dapat memulihkan suatu organisasi. Maka dari itu, perubahan organisasi harus dilakukan secara perlahan-lahan.2) Keterkaitan antara budaya dan strategi organisasi. Pendapat yang menganggap bahwa organisasi yang sudah memiliki budaya yang mapan sudah tidak memerlukan strategi lagi atau sebaliknya. Perlu diingat bahwa budaya organisasi membangun kebiasaan kerja yang mendukung strategi organisasi. Budaya dan strategi saling menopang satu terhadap yang lain.3) Budaya menolak perubahan. Perubahan dalam arah strategi organisasi dan cara kerja sangat perlu mengalami perubahan, apalagi jika budaya yang lama sudah tidak kondusif terhadap tuntutan pasar. Budaya yang baik harus memiliki klausule yang menyatakan bahwa alternative tindakan perlu bila yang telah ditetapkan gagal. Dalam keadaan yang serba tidak menentu budaya organisasi harus lentur terhadap tuntutan zaman. Namun demikian, budaya organisasi tidak dapat diatur tanpa perencanaan yang konsepsional oleh seluruh jajaran didalam organisasi.4) Pimpinan tertinggi organisasi adalah kunci pembakuan budaya organisasi. Visi, missi dan tujuan organisasi memang diatur dari atas. Namun pelaksanaan kebijakan yang berkembang menjadi budaya organisasi harus mendapat sambutan dari seluruh jajaran organisasi.5) Relevansi budaya dan Monolitisme. Budaya organisasi harus relevan dengan tuntutan zaman dan keadaan organisasi. Dengan demikian budaya organisasi yang kuat tidak boleh monolitis. Budaya organisasi yang monolitis tidak akan mampu berjalan den lancar sesuai dalam rangka penyesuaian dengan tuntutan zaman.

Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana anggota mempersepsikan karakteristik dari budaya suatu organisasi, bukannya dengan apakah mereka menyukai budaya itu atau tidak. Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Fungsi dari budaya organisasi (Stephen P. Robbins, 2003: 311) sebagai berikut:1) Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentigan diri pribadi seseorang.4) Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dasn kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku perhatian kita.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, intisari dari budaya organisasi adalah agar suatu organisasi dapat membuat anggota organisasi yang efektif, efisien dan produktif, untuk pencapaian dari tujuan-tujuan organisasi.2.2.6 Iklim Organisasi

Dalam kehidupannya, manusia hampir tidak dapat untuk tidak terlibat dalam kegiatan organisasi. Apabila organisasi merupakan lingkungan yang dominan dan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan para anggotanya, maka menjadi suatu hal yang penting untuk mendapatkan keselarasan antara karakteristik organisasi dengan karakteristik dari para anggotanya. Oleh karena itu diperlukan suatu konsep yang dapat memberikan gambaran mengenai lingkungan internal organisasi, dan pengaruhnya pada perilaku para anggotanya. Lingkungan internal ini merupakan iklim organisasi.Iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para anggota organisasi organisasi melakukan pekerjaan mereka. Pengertian ini dapat mengacu lingkungan waktu suatu departemen, unit perusahaan yang penting seperti pabrik cabang atau suatu organisasi secara keseluruhan. Kita tidak dapat melihat atau menyentuh iklim, tetapi ia ada. Seperti dalam udara dalam ruangan, ia mengitari dan mempengaruhi segala hal yang tejadi dalam suatu organisasi. Pada gilirannya, iklim dipengaruhi oleh hampir semua yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim adalah konsep sistem yang dinamis.Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja. Iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan anggota organisasi tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan. Para anggota organisasi mengharapkan imbalan, kepuasan , frustasi atas dasar persepsi ereka terhadap iklim organisasi. Gambaran tentang iklim organisasi yang diperoleh berdasarkan persepsi para anggota organisasi dapat mempengaruhi perilaku organisasi. Apabila gambaran yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dapat mengakibatkan terjadinya ketidakpuasan serta menimbulkan reaksi-reaksi tertentu.Pada umumnya organisasi memiliki budaya, tradisi, dan metode tindakannya sendiri secara keseluruhan dalam menciptakan iklimnya, dan selamanya organisasi itu unik. Organisasi cenderung menarik dan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan iklimnya, sehingga dalam tingkatan tertentu polanya akan langgeng. Apabila iklim dalam suatu tempat pada kontinum yang bergerak dari yang menyenangkan ke netral sampai yang tidak menyenangkan, iklim dapat menyenangkan apabila mereka melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan yang mampu menciptakan kepuasan kerja (Kelner, 2004).

Secara tegas iklim organisasi membandingan kumpulan ilmu sosial secara tradisional dengan menggunakan metode kuantitatif, dimana fokus pada satu waktu tertentu (Denison, 2004). Dalam menganalisa iklim organisasi maka dibutuhkan analisa mengenai perasaan, emosi, dan mental individu (karyawan perorangan), grup (departemen, unit, dan program per area), dan keseluruhan organisasi. Analisa dapat menggunakan kuesioner, fokus grup ataupun interview (Schauber, 2004).

2.2.7 Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI)

Organisasi merupakan koordinasi yang terencana dari aktivitas-aktivitas dari dua atau lebih individu yang mempunyai fungsi berdasarkan kontinuitas yang relatif dan melalui pembagian dalam kerja dan hirarki otoritas, untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan. Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia atau yang lebih akrab di kenal dengan WHDI merupakan kumpulan dari kaum perempuan (wanita Hindu) yang memiliki aktivitas-aktivitas/ kegiatan-kegiatan keagamaan. WHDI itu sendiri adalah salah satu organisasi formal yang dimiliki oleh umat Hindu untuk menjaga eksistensi Hindu di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. Organisasi ini merupakan salah satu perwujudan dari ajaran Hindu yang universal yang menempatkan kaum wanita sejajar dengan kaum pria (kesetaraan gender). Perempuan/ wanita Hindu tidak saja bertugas sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi wanita Hindu juga merupakan pejuang-pejuang tangguh yang mampu menjadi poros kebangkitan Hindu nusantara.

2.3 Tinjauan Mengenai Eksistensi

Secara etimologis, kata eksistensi berasal dari bahasa Latin existere, dari ex artinya keluar, dan sitere artinya membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada. Dalam kamus Bahasa Indonesia, eksistensi berarti hal berada atau keberadaan. Arti ini memiliki tiga unsur utama. Eksistensi dalam arti khusus bukanlah hanya keberadaan kita yang sekarang ini, melainkan sebuah usaha yang menjadikan kita eksis. Eksistensi bukanlah didapatkan dengan pasif, namun eksistensi diraih dengan usaha positif. Suatu agama diangap eksis kalau dia mempunyai aktifitas, dan keberadaannya tidak dipermasalahkan oleh masyarakat maupun pemerintah (tidak mengalami hambatan). (Abdul Halim Wicaksono, Imtaq.com, catatanku, 23 Februari 2013).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan konsep teoritik yang membahas mengenai berbagai metode atau ilmu metode-metode yang dipakai dalam penelitian. Sedangkan metode merupakan bagian dari metodologi yang diinterpretasikan sebagai teknik dan cara dalam penelitian, misalnya teknik observasi, metode pengumpulan sumber (heuristik), teknik wawancara, analisis isi, dan lain sebagainya. Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian ini dijelaskan sebagai berikut;

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenemenologis dengan rancangan studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena obyek penelitian ini berupa proses atau kegiatan atau tindakan seseorang yaitu mengenai peran organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur. Obyek penelitian berada pada kondisi alami, dan data yang diungkap bukan merupakan angka-angka, melainkan kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dan dokumen. Obyek penelitian ini tidak dimanipulasi atau diberikan perlakuan khusus sehingga berada pada kondisi alami. Data akan dikumpulkan melalui tekhnik wawancara, pengamatan di lapangan, dokumentasi untuk selanjutnya dianalisis secara induktif.

Menurut Patton dalam Wirawan (2011:154), data kualitatif terdiri dari deskripsi rinci mengenai situasi, kejadian-kejadian orang, interaksi-interaksi, dan perilaku-perilaku terobservasi; kutipan-kutipan langsung dari orang mengenai pengalaman mereka, sikap, kepercayaan, dan pikiran; kutipan atau keseluruhan bagian dari dokumen-dokumen, koresponden, rekaman-rekaman dan kasus-kasus sejarah. Deskripsi rinci, kutipan-kutipan langsung, dan dokumentasi kasus pengukuran kualitatif merupakan data dari pengalaman dunia. Data dikumpulkan sebagai narasi terbuka tanpa berupaya untuk menyesuaikan dengan aktivitas program atau pengalaman orang disesuaikan dengan kategori-kategori atau standar-standar yang ditentukan sebelumnya seperti pilihan-pilihan respons dalam kuesioner

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka penelitian ini dirasa tepat untuk menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2010: 15) menjelaskan bahwa:Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat porpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data dilakukan secara purpsive dan snowball, tekhnik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Kualitatif fenemenologis dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk merinci suatu fenomena (peristiwa) sosial yang terjadi secara nyata dan apa adanya. Fenomena sosial dideskripsikan berdasarkan penjelasan subyek pelaku, peristiwa sosial dalam penelitian ini adalah mengenai peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur. Dinamika psikologis tidak bisa diukur dengan angka-angka, atau dijelaskan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dinamika akan mampu dijabarkan dengan kalimat-kalimat deskriptif. Data penelitian ini berupa pendapat, dari wanita hindu dharma kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur, melalui menetapkan informan secara acak/random.

Rancangan studi kasus dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur. Penggambarannya akan dilakukan secara rinci dan menyeluruh dari subyek penelitian pada latar alami dengan karakteristik yang ada. Kasus dalam penelitian ini adalah adanya penurunan mental dan kemalasan intelektual, dan fenomena pindah agama bagi wanita hindu dharma, di wilayah kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur.

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utam/ instrumen kunci dalam menjaring data. Agar peneliti dapat menjaring data dengan teliti dan lengkap, peneliti menjalankan empat elemen yang harus dipenuhi seorang peneliti, seperti yang dikatakan Michail Quinn Patton (1980) dalam Wirawan (2011: 155) sebagai berikut; (a) peneliti berada sedekat mungkin dari orang dan situasi yang sedang diteliti agar dapat memahami dan mendalami rincian apa yang sedang terjadi; (b) peneliti menangkap fakta-fakta; (c) data berisi sebagian besar deskripsi murni orang, aktivitas, dan interaksi; (d) data terdiri dari kutipan langsung dari orang, meliputi apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka tulis.

Guna memastikan data/ informasi lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan validitas, dan reliabilitasnya, pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi (triangulation). Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk menjaring data/ informasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi data. Dalam teknik triangulasi ini peneliti mengelompokan para pemangku kepentingan program dan mempergunakannya sebagai sumber data/ informasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada wilayah kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur, observasi/pengamatan akan dilaksanakan dari tingkat kehadiran ibu-ibu anggota wanita hindu dharma indonesia (WHDI) kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur, saat adanya kegiatan rutin minggu kliwon, yang diadakan secara rutin secara bergilir dari masing-masing desa adat yang ada di wilayah kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan april sampai dengan bulan juni 2015.

3.3 Informan Penelitian

Moleong (2003:7), mengatakan; penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perseorangan. Guna memperoleh informasi yang diharapkan, peneliti menetapkan atau menentukan informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu anggota wanita hindu dharma indonesia (WHDI) kecamatan pasir sakti, pada saat kegiatan keagamaan yang secara rutin dilaksanakan oleh WHDI, kegiatan tersebut dikenal dengan istilah minggu kliwonan.

3.4 Kehadiran Peneliti

Peneliti hadir tanpa berperanserta dan tidak melakukan intervensi apapun terhadap fenomena yang akan diungkap. Wawancara dilakukan dalam situasi yang informal, dengan demikian situasi yang terjadi adalah asli. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci sehingga kemampuan peneliti dalam memahami masalah sangat diperlukan dalam hal ini. Dalam mengumpulkan data peneliti memerlukan alat bantu berupa alat perekam dan alat tulis.

3.5 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah manusia dan bukan manusia. Manusia sebagai sumber penelitian adalah informan, ibu-ibu anggota organisasi wanita hindu dharma indonesia (WHDI) kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur. Sumber data bukan manusia adalah berbagai sumber kepustakaan, literatur, dokumen, foto, dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Judul penelitian ini adalah peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya diambil dari subyek penelitian atau sumber data.

Penggalian informasi akan menggunakan tekhnik pengambilan sumber data dengan cara purposive yaitu teknik pengambilan sumber data dengan menggunakan metode wawancara, observasi/pengamatan, dan dokumentasi. Adapun sumber data yang ditetapkan dengan metode wawancara dalam penelitian ini adalah ibu-ibu anggota organisasi wanita hindu dharma indonesia (WHDI) kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur. Metode lain yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pengambilan sumber data dengan metode bola salju (snowball) melalui cara peneliti menentukan atau memilih salah seorang anggota WHDI kecamatan pasir sakti, yang jarang mengikuti dan yang aktif mengikuti kegiatan rutin minggu kliwonan. Penentuan ini tentunya didasari dari perkiraan peneliti sumber data tersebut mampu memberikan informasi atau data yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan pengembangan data dari data yang diperoleh untuk menemukan sumber informan lainnya.

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah melalui wawancara, pengamatan, dan pengkajian dokumen. Wawancara dilakukan terhadap ibu-ibu wanita hindu dharma (WHDI) kecamatan pasir sakti, yang jarang hadir dan yang aktif hadir dalam agenda rutin minggu kliwonan. Wawancara akan menggunakan pertanyaan terbuka (open ended) dan tidak terstruktur (unstruktured). Data yang diperoleh adalah informasi yang mendalam tentang efektifitas peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang prilaku yang merupakan pengaruh dari kurangnya mental dan kemalasan intelektual. Transkrip wawancara dan hasil pengamatan dikonfirmasikan dengan subyek penelitian. Pengkajian dokumen dilakukan guna melengkapi informasi yang didapatkan melalui wawancara dan pengamatan. Dokumen yang akan dikaji meliputi daftar kehadiran mengikuti kegiatan, dan dokumen lain yang dinyatakan perlu seiring dengan meluasnya data yang ditemukan dalam penelitian. Kajian dokumen juga dilakukan untuk memperoleh informasi tentang latar penelitian. Agar memperoleh data murni tentang fenomena yang sedang diteliti maka diperlukan adanya analisis data, analisis data ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui secara mendalam permasalahan sebenarnya yang dihadapi obyek penelitian. Menurut Miles dan Hubernan (dalam Sugiyono, 2010: 337) langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut:

1) Reduksi data, mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting. Catatan-catatan lapangan dengan dengan memilih hal-hal pokok yang berhubungan dengan nilai-nilai manajemen berbasis sekolah yang telah diterapkan. Rangkuman catatan-catatan di lapangan disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.2) Display data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data berguna untuk melihat gambaran secara keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean. Kemudian dari hasil reduksi data dan display data, selanjutnya peneliti dapat menarik suatu kesimpulan dan memverifikasi.3) Kesimpulan dan Verifikasi, untuk menetapkan kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan memberi cek, triangulasi dan audit trail sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa sebagai instrumen kunci kegiatan pengumpulan data, peneliti melakukan reduksi fenomenologis, reduksi eidetis, dan reduksi transedental. Reduksi fenomenologis dilakukan peneliti dengan membebaskan diri dari penelitian subyektif terhadap fenomena, bukan terhadap subyektif peneliti. Reduksi eidetis dilakukan dengan membebaskan diri dari teori, proposisi keilmuan, dan doktrin tradisional yang bisa mencemari kemurnian data. Pada reduksi transedental peneliti mencari hakekat fenomena tentang peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur.

Secara operasional, wawancara dimulai dengan menghubungi informan untuk mengajukan permohonan waktu, hari tanggal dan jam untuk bisa dilakukan wawancara. Pengajuan permohonan secara formal akan menggunakan surat. Guna memperoleh jawaban, maka peneliti akan berusaha menemui secara langsung disamping menghubungi lewat telephon. Sebelum wawancara dimulai peneliti melakukan permohonan ijin kepada informan untuk merekam wawancara menggunakan tape recorder, disamping menggunakan catatan tertulis. Setelah memperoleh masukan dari informan, transkrip wawancara diketik ulang dan dimintakan tanda tangan kepada informan. Bila dalam wawancara informan menyebut dokumen tertentu, atau peneliti memandang perlu dokumen pendukung, maka peneliti langsung mengajukan permohonan meninjau dokumen tersebut.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu rangkaian proses pengumpulan data sampai dengan penyajian data penelitian kaitannya dengan analisis data dalam penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008) bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan dengan orang lain.

Selanjutnya berkaitan dengan analisis data menurut Moleong (1998) disebutkan sebagai berikut:

Dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah sejumlah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi, sebagai berikut. Setelah itu mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi yaitu membuat rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan sambil membuat koding atau pengolahan data.

Berdasarkan pada pendapat di atas, bahwa proses analisis data yang diperoleh dari beberapa metode disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Pada proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga (3) komponen penting yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Model analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yaitu analisis yang dilakukan dalam bentuk interaktif yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi.

Pada waktu pengumpulan data peneliti akan selalu membuat reduksi data dan sajian data, kemudian data tersebut dikumpulkan berdasarkan catatan di lapangan yang terdiri dari berbagai deskripsi dan refleksi, langkah berikutnya akan menyusun peristiwa yaitu berupa informasi sistematis yang akan didukung perangkat dan dokumen yang berkaitan dengan informasi. Proses-proses analisis data berdasarkan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992: 20) dapat digambarkan atau divisualisasikan seperti dalam gambar 3.1 sebagai berikut:

PengumpulandataReduksidataPenyajiandataKesimpulan-kesimpulanPenarikan/Verifikasi

Gambar 3.1 Model Interaksi Analisis Miles dan Huberman (1992: 20)

Secara operasional transkrip wawancara akan dibaca berulang-ulang untuk dipilih yang terkait dengan fokus penelitian dan diberi kode berdasarkan sub fokus pada tekhnik pengumpulan data kelompok informan, dan lokasinya tampak seperti pada matrik 3.2 sebagai berikut:

Tekhnik Pengumpulan DataKodeSumber DataKode

WawancaraObservasiDokumentasiWOD

Anggota WHDI 1Anggota WHDI 2Anggota WHDI 3

Pengurus WHDI 1Pengurus WHDI 2A1A2A3

B1B2

Gambar Matrik 3.2 Matrik Kelompok Informan PenelitianPenggunaan matrik cek data memudahkan penentuan tingkat kejenuhan data pada setiap sub fokus penelitian menghindari kesulitan analisis karena menumpuknya data pada akhir periode pengumpulan data. Setelah pengelompokan informan dilakukan maka perlu juga adanya penerapan penggunaan kode. Berikut disajikan gambar penggunaan kode informan seperti tampak dalam gambar 3.3 sebagai berikut:

Contoh penerapan kode/cara membacanya; W A 01 PA1 03-07-03Teknik pengumpulan dataInformanHalaman TranskripSubfokus dan pertanyaanTanggalGambar 3.3 Contoh Penggunaan Kode Informan

Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan data didasarkan pada sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (1999: 173) ada empat kriteria yang digunakan dalam tekhnik pemeriksaan data yaitu:

1. Derajat kepercayaan (credibility), kredibilitas atau kebenaran data diperoleh melalui klarifikasi dengan membaca transkrip hasil wawancara dan observasi. Transkrip yang salah akan diketik ulang kemudian diserahkan kepada subyek untuk diperiksa ulang dan ditandatangani.2. Derajat keteralihan, untuk melakukan pengalihan seorang peneliti hendaknya harus mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.3. Derajat dependabilitas yaitu keajegan data akan diperoleh melalui triangulasi sumber.4. Derajat konfirmabilitas atau kecocokan data diperoleh melalui triangulasi metode, yaitu melalui wawancara dengan informan, pengamatan terhadap kegiatan manajemen.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka data penelitian yang diperoleh akan dilakukan pengecekan kredibilitas atau kebenaran yaitu data diperoleh melalui klarifikasi dengan membaca transkrip hasil wawancara dan observasi. Transkrip wawancara yang salah akan diketik ulang kemudian diserahkan kepada subyek untuk diperiksa ulang dan ditandatangani. Kebenaran data pada setiap komponen juga diamati secara kritis dari berbagai sudut pandang pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur.

Pengecekan pengalihan yaitu data-data yang ada dan diperoleh berdasarkan pada pengamatan, dokumentasi ataupun wawancara. Data-data berupa latar belakang informan/subyek penelitian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang berupa dokumen. Pengecekan dependabilitas yaitu keajegan data akan diperoleh melalui triangulasi sumber. Obyek dan isu yang sama ditanyakan kepada sumber-sumber yang lain digunakan sebagai pembanding data yang diperoleh sehingga nantinya akan mampu mendapatkan data yang ajeg. Pengecekan konfirmabilitas atau kecocokan data diperoleh melalui triangulasi metode, yaitu melalui wawancara dengan informan, pengamatan terhadap obyek penelitian, dan pengkajian dokumen yang terkait dengan penelitian.

3.8 Penyajian Data

Penyajian data mencakup penyusunan data secara sistematis, penulisan data dalam teks naratif, dan penyajian temuan. Pada penelitian ini, penyusunan data secara sistematis akan dimulai dengan memasukkan hasil analisis data ke dalam matrik cek data, kemudian dilanjutkan dengan menyajikan data lengkap kedalam bentuk kalimat yang dibuat berdasarkan pernyataan informan dan disusun sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditetapkan dan selanjutnya peneliti menentukan proses pengumpulan data yang masih perlu dilanjutkan atau sudah dirasa cukup. Penyajian data lengkapdalam bentuk kalimat dan disusun dalam bentuk fokus penelitian yang diajukan merupakan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui secara rinci dan lengkap tentang penelitian mengenai peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti kabupaten lampung timur.

Penyajian data dalam bentuk naratif dibuat secara singkat dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca yang ingin memperoleh gambaran makro tentang apa yang terjadi pada obyek penelitian ini, yaitu urgensi pendidikan rohani dalam meningkatkan mental spiritual wanita hindu dharma kecamatan pasir sakti, kabupaten lampung timur. Penyajian data dalam bentuk kalimat naratif secara singkat juga merupakan bagian dari proses penemuan dan keteraturan yang muncul pada obyek penelitian. Temuan akan disajikan dalam bentuk pejelasan, matrik, diagram, dan pola. Setelah pemaparan data adalah pembahasan penelitian berdasarkan teori yang ada untuk dicari maknanya dan dibuat kesimpulan yang dapat dipetanggungjawabkan.

3.9 Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian menurut Moleong (1998) yaitu tahap pralapangan, penelitian lapangan, analisis data, dan tahap akhirnya adalah pelaporan hasil penelitan.

Pada tahap pralapangan yang dilakukan peneliti adalah menemui informan-informan untuk menanyakan hal-hal unik dan menarik mengenai peran Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menjaga eksistensi agama Hindu di wilayah kecamatan pasir sakti, yang disinyalir dari berkurangnya minat anggota WHDI agenda rutin minggu kliwonan. Informasi yang didapatkan tersebut akan digunakan untuk menemukan topik yang tepat untuk melakukan penelitian.

Analisis data penelitian telah dilakukan selama pengumpulan data. Informasi yang diperoleh dari wawancara dibuat transkripnya dan selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap data yang diperoleh tersebut, dan dipilih yang relevan dengan fokus penelitian dan masing-masing dibuat kode berdasarkan masing-masing identitas informan. Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya dilakukan penyajian informasi dan membuat kesimpulan temuan penelitian. Akhirnya dengan ditambah dan dibandingkan dengan data dari informasi sekunder baik laporan maupun dokumenyang diperoleh dapat dibuat kesimpulan sementara untuk selanjutnya melalui veifikasi dapat dibuat kesimpulan akhir yang merupakan hasil penelitian.

Tahap terakhir dari penelitian ini menyusun draf laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian terdiri dari enam bab yaitu Bab I pendahuluan menyajikan latar belakang yang dilakukan dalam penelitian, Bab II kajian pustaka yaitu menyajikan teori dan informasi yang diperoleh dari buku-buku, tesis, atau disertasi hasil penelitian tentunya yang relevan dengan penelitian, Bab III tentang metode penelitian, Bab IV hasil dan temuan penelitian, Bab V pembahasan, dan Bab VI penutup berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian. Setelah selesai penulisan laporan hasil penelitian, selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan persetujuan seminar hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Wicaksono, Imtaq.com, catatanku, 23 Februari 2013, diakses pada 20 April 2015

H.Koontz, C.ODonnell dan H.Weihrich, 1991. Principles Of Management (terjemahan). New York: McGraw-Hill

Miles, M. & M. Huberman, 1992. Qualitative Data Analysis. Thousand Oaks. CA. Sage

Moleong, Lexy J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soeharto, 2002, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stephen P. Robbins, 2009. Organisational Behaviour In Southern Africa, 2nd Edition. Canada: Pearson Education.Inc

Stephen P. Robbins, 1994. Management. Canada: Pearson Education.Inc

Stephen P. Robbins, 2005. Perilaku Organisasi, Organizational Bihavior. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta

Wirawan, 2011. Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada


Top Related