Download - Proposal Skripsi Pendidikan Matematika
1
I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MATTIRO BULU KAB.PINRANG.
A. Latar Belakang
Undang undang sistem pendidikan Nasional menunjukkan dengan jelas
betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh para pendidik. Tanggung jawab
tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila di bidang pendidikan dan mengusahakan pembentukan
manusia Indonesia yang berkualitas dan mandiri serta memberikan dukungan bagi
perkembangan masyarakat Indonesia.
Perlu disadari bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
paling penting mengingat peranannya dalam kehidupan manusia. Baik dari sisi
teknologinya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat hal tersebut di atas
kiranya dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang bermamfaat guna menjawab tantangan masa
depan.
Sehubungan hal tersebut Arif Arya Setyaki (2008: 86) mengemukakan bahwa
matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari pengembangan teknologi.
Al-Khawarismi adalah seorang ilmuan yang pertama kali membuat simbol untuk
angka 0, tanpa penemuan angka 0, mungkin teknologi komputer tidak akan pernah
ditemukan karena komputer menggunakan sistem biner yang sangat tergantung pada
angka 0 dan 1.
Menurut Djaali (2010: 186) Dalam abad 20 ini, seluruh kehidupan manusia
sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya
2
untuk menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya
perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah
mempergunakan matematika, baik sebagai pengembangan aljabar maupun statistik.
Sejalan dengan itu Soedjadi (1995: 2) mengemukakan bahwa matematika
sebagai salah satu ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan yang amat penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.
Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap
warga negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Lebih lanjut
soedjadi mengemukakan bahwa matematika yang dipilih atas dasar kepentingan
pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu
pegetahuan dan teknologi perlu selalu dapat sejalan dengan tuntutan kepentingan
peserta didik menghadapi masa depan. Hudojo (1995: 1) mengatakan bahwa
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus di dasari oleh penguasaanm
matematika, karena dengan menguasai matematika merupakan kunci utama dalam
menguasai ilmu dan teknologi.
Sebagaimana peranan matematika yang memiliki peranan yang sangat
penting dan telah menjadi salah satu mata pelajaran yang masuk ujian nasional (UN)
baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pada dasarnya belajar matematika
merupakan belajar konsep-konsep dengan kesatuan yang bulat dan
berkesinambungan. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan di SMAN 1
Mattiro Bulu kelas XI IPA 1 pada proses pembelajaran masih ada 42% siswa
memperoleh nilai di bawah 65 dari KKM yang ditetapkan sekolah. Beberapa siswa
mengatakan bahwa belajar matematika sangat tidak menarik dan sangat
3
membosankan. Akibatnya siswa menjadi tidak antusias dan mudah bosan dalam
proses pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa tidak maksimal.
Salah satu alrenatif dari masalah diatas yaitu, seorang guru harus mampu
memilih model yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya
model kooperatif tipe Jigsaw. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar, siswa tidak pasif,
siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman. Selain itu dengan menggunakan
skor perkembangan dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk menyumbangkan
skor pada kelompoknya untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Dengan belajar
secara kooperatif, siswa mempunyai pengalaman sendiri untuk langsung
menanamkan konsep di dalam memori jangka panjang siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Mattiro Bulu Kab.Pinrang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah “Apakah Hasil Belajar Matematika Dapat
Ditingkatkan Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1
Mattiro Bulu Kab.Pinrang?”.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini
adalah untuk dapat “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
4
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Mattiro Bulu
Kab.Pinrang”.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa: Dengan menerapkan pelatihan soal, diskusi, dan persentase pada mata
pelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam
memecahkan masalah matematika
2. Bagi guru: Sebagai bahan pertimbngn dalm pembelajaran matematika di kelas
sehingga dapat memudahkan siswa dalam memhami materi.
3. Bagi peneliti: Sebagai gambaran tentang keadaan sistem pembelajran disekolah
sehingga dapat menjadikan sebagai acuan dalam pengembangan ide –ide dalam
transfer nilai.
4. Bagi sekolah: Sebagai masukan untuk mendapatkan strategi pembelajaran yang
aktif dalam proses belajar mengajar.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar Matematika
Belajar merupakan bagian dari penindakan yang merupakan suatu usaha
untuk mendapatkan kepandaian dan merupakan suatu usaha proses kegiatan yang
mengaitkan banyak faktor. Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar
sebagai berikut:
5
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas, perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as result of experience. (Belajar
adalah perubahan tingkah laku).
d. Morgan
Learning is any relatively permanen change in behavior that is a result of past
experience. (belajar adalah perubahan prilaku yang bersifat pemanen sebagai
hasil dari pengalaman).
Sebagaimana yang dikemukakan Ahmadi(2004: 128) bahwa “belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2007: 27) menyajikan dua
definisi yang umum tentang belajar yaitu:
a. Belajar adalah modifkasi atau memperteguh melalui pengalaman (learning is
defined as the modification srengthering of behavior trhough experiencing).
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalaui interaksi
dengan lingkungannya.
6
Untuk lebih memahami prinsip proses pembelajaran sebaiknya diuraikan
proses belajar dan mengajar. Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lain saling berhubungan dalam ikatan mencapai suatu tujuan (Usman, 1990: 17).
Menurut Djaali, (2008: 101) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
Matematika adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani “mathematikos”
berarti ilmu pasti atau”mathesis” yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan
deduktif yang dimana kesimpulan tidak ditarik dari kaedah-kaedah tertentu melalui
deduksi. Jadi belajar matematika adalah segala usaha untuk menguasai pengetahuan
abstrak dan deduktif.
Menurut Mas’ud (2009: 25) Matematika merupakan dasar ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu dan technologi tidak luput dari peranan matematika. Matematika
ratu dari semua ilmu dan sekaligus sebagai pelayan. Belajar matematika adalah
bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana yang dalam
pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif individu untuk memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru hingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar matematika dilaksanakan secara
hierarkis, sistematis dan logis dengan proses yang aktif dalam melibatkan semua
komponen atau unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yang satu sama lain
saling berhubungan dalam mencapai tujuan.
2. Hasil belajar
7
Dalam proses pembelajaran di sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah,
maupun perguruan tinggi sering kali ada dijumpai beberapa siswa/mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar
itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk dalam pemikiran Gagne(Agus
Suprijono, 2008: 5) hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasekan konsep dan
lambing.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom (Agus Supridjono, 2008: 6) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), Application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai).
8
Sehubungan dengan hasil belajar siswa untuk ranah kognitif yang digunakan
adalah pengetahuan dan penerapan.
Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson ( Winkel, 2005 ) meliputi :
1) Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi
yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-
ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan seperti dalam menyisihkan
benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
2) Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam
mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah
menunggu beberapa lama di depan lampu merah.
3) Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan
ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang
diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti meniru urutan gerakan tari atau meniru
bunyi suara.
4) Gerakan terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menggerakkan anggota / bagian tubuh, sesuai dengan prosedur
yang tepat.
9
5) Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan
lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi
setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran.
7) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola
gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Menurut klasifikasi Simpson hasil belajar psikomotor siswa yang meliputi
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas yang masing-masing mempunyai tingkatan
tersendiri.
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa untuk ranah psikomotor berisi
serangkaian kinerja yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya dalam
menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.
3. Model pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin (1995: 86) mengatakan bahwa“Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar”.
Pada pembelajaran koperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya seperti menjadi pendengar yang baik,
memberi penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang diajarkan untuk diajarkan.
10
Menurut Lungdren (Isjoni, 2007: 46) Keterampilan-keterampilan kooperatif
sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
1. Menggunakan kesepakatan
2. Menghargai kontribusi
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas
4. Berada dalam kelompok
5. Berada dalam tugas
6. Mendorong partisipasi
7. Mengundang orang lain
8. Menyelesaikan tugas dalam waktunya
9. Menghormati perbedaan individu
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan ini meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati,
mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan
arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi
ketegangan.
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa
dengancermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat 6 fase dalam model pembelajaran kooperatif. Keenam fase model
pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel berikut :
11
Tabel 3.1Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan GuruFase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
Fase-2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim dkk, 2000:10)
Berdasarkan tabel 3.1 di atas langkah utama di dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tahap ini diikuti dengan
penyampaian informasi secara lisan atau dalam bentuk bacaan, selanjutnya dilakukan
pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap selanjutnya guru
memberikan bimbingan pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan secara berkelompok dan dilanjutkan dengan presentasi hasil akhir
dari tugas yang diselesaikan secara berkelompok dan memberikan penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
12
4. Model kooperatif tipe Jigsaw
A. Teori-teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw juga diperkenalkan oleh
Aronson, Blaney, Stephan, dan Snapp, 1978; Aronson, Bridgemen & Geffner, 1978).
Metode itu adalah strategi belajar kooperatif dimana setiap siswa menjadi seorang
anggota dalam bidang tertentu. Kemudian membagi pengetahuannya kepada anggota
lain dari kelompoknya agar setiap orang pada akhirnya dapat mempelajari konsep-
konsep. Menurut Aronson, para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-
masing anggota kelompok diberikan satu tugas untuk dikerjakan atau bagian-bagian
dari materi-materi penelitian untuk dikoreksi dan ditinjau ulang.
Selaras dengan pendapat Aronson (1997), tehnik belajar kooperatif jenis
Jigsaw lebih menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa. Pertama
kalinya dikembangkan untuk menghadapi isu yang disebabkan perbedaan sekolah-
sekolah di Amerika Serikat yang sering terjadi antara tahun 1964 dan 1974.
Dalam hal ini, Soejadi (2000) mengemukakan, jumlah anggota dalam satu
kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama
antara para anggotanya.
Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini
terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa
dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-
kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.
13
B. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pembelajaran
Matematika
Model belajar kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat melakukan kerja sama dengan anggota kelompoknya dalam menghadapi
segala persoalan yang dihadapi. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa
didorong untuk lebih aktif dan setiap pembelajaran yang dilakukannya pun akan
lebih bermakna. Hal ini juga dikemukakan oleh Lie, Anita (2003:68).
Hudoyo (Arifin, 2007: 4) mengemukakan bahwa ”matematika berkenaan
dengan ide-ide atau gagasan, struktur-sturktur dan hubungannya diatur secara logis
sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Orton (2009:5)
mengemukakan bahwa hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan
menerima dan menghafalkan saja, tetapi harus belajar secara bermakna.
Dengan menganalisis hubungan antara model belajar kooperatif tipe Jigsaw
dengan pembelajaran matematika dapat di simpulkan bahwa dalam pembelajran
kooperatif tipe Jigsaw siswa lebih ditekankan untuk lebih aktif dalam pembelajaran
sehingga cara belajaranyapun lebih bermakna dengan belajar berkelompok dan saling
bertukar ilmu pengetahuan dan berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya.
Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai
pembimbing.
Dalam model pembelajaran tipe jigsaw mampu memberikan peluang dalam
memudahkan pemahan mendalam baik secara individu maupun kelompok secara
sistematis dan berkesinambungan.
C. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran matematika
14
Menurut Slavin(2009: 238), pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw terdiri
dari tahap persiapan dan jadwal kegiatan sebagai berikut
Persiapan
1. Materi
Pilihlah satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya masing-masing mencakup
materi untuk dua atau tiga hari.
2. Membagi siswa kedalam tim
Membagi para siswa kedalam heterogen yang terdiri dari empat sampai enam
anggota.
3. Penentuan skor awal pertama
Berikan skor awal pertama siswa persis seperti dalam STAD. Gunakan lembar
skor kuis untuk mencatat skor-skor tersebut.
Jadwal kegiatan
1. Membaca
Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi.
2. Diskusi kelompok-ahli
Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompok-kelompok ahli.
3. Laporan tim
Para ahli kembali dalam kelompok mereka masing-masing untukmengajari topic-
topik mereka kepada teman satu timnya.
4. Tes/kuis
Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topic.
5. Rekognisi tim
Skor tim dihitung berdasarkanskor kemajuan.
15
Sebagaimana langkah-langkah pelaksanaan yang dikemukakan sehingga pada
penerapannya dapat di ilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 4.1Ilustrasi Pelaksanaan Model Kooperatif Tipe Jgsaw
16
ILUSTRASI PELAKSANAAN
Keterangan :a,b,c,d,dan e adalah siswa warna huruf adalah karakteristik siswa(heterogen)
Kelompok bagi
Kelompok kurang
Kelompok tambah
Kelompok bagi
Kelompok kurang
Kelompok tambah
3.Diskusi kelompok asal
a b c d e
a b c d e
a b c d e
2.Diskusi Kelompok Ahli
c c c c c
b b b b b
a a a a a
1.Kelompok Asal (heterogen) a b c
d ea b c d e
a b c d e
17
Roger dan Johnson (Lie, Anita, 2003:31) menyatakan bahwa ada lima unsur
model pembelajaran kerja sama yang harus diterapkan yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk
menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang
saling membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.
2. Tanggung jawab perseorangan
Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif dalam model
pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri-sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota
18
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu
kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
B. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran
diantaranya tujuan siswa belajar, pengajar, fasilitas, serta struktur mata pelajaran.
Tetapi siswalah banyak menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Sehingga kualitas lebih banyak bermanfaat atau leih banyak berpengaruh. Metode
merupakan salah satu usuha dalam peningkatan kualitas pengajaran. Oleh sebab itu
guru perlu menerapakan teknik mengajar yang sesuai dengan karaktristik mata
pelajaran yang bisa mengoptimalkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Kenyataan di lapangan banyak menghadapi kendala dalam belajar dan
menggunakan strategi, model, pendekatan, dan metode yang hanya menggunakan
satu alternative pada semua materi. Menurut Nur dan Wikandari (1999: 6) “Alternatif
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah
model pembelajaran kooperatif”. Menurut Suherman, dkk (2001:218) menyebutkan
19
bahwa “pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan
tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya”.
Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa adalah bagaimana seorang guru mampu menciptakan suatu
pembelajaran dimana siswa diajak untuk bergerak aktif Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat, haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas, media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini
adalah :“Jika Model Kooperatif Tipe Jigsaw diterapkan pada Siswa Kelas XI IPA 1
SMA Negeri 1 Mattiro Bulu Kab.Pinrang akan Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Classroom Action Research (CAR) jenis
partisipan yaitu jenis penelitian tindakan kelas dimana penelitian yang dilakukan
dengan keterlibatan langsung peneliti dari awal sampai akhir proses pembelajaran.
B. Setting Penelitian
20
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Neg.1 Mattiro Bulu
Kab.Pinrang tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki
dan 23 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap.
C. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor siswa
Dengan meneliti aktivitas kelas atau kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
di kelas, seperti kehadiran, aktifitas, dan persentase siswa. Aktifitas siswa dibedakan
atas aktifitas kelompok dan aktifitas individual.
2. Faktor guru
Dengan memperhatikan kegiatan yang telah dilakukan oleh guru pada proses
pembelajaran, misalnya:
a. Bagaimana guru menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami dalam
mengajar.
b. Bagaimana guru membagi kelompok dalam keheterogen.
c. Bagaimana guru memberikan arahan atau bimbingan bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
d. Bagaimana guru menguasai strategi pembelajaran.
e. Bagaimana guru mengimplementasikan strategi belajar yang sesuai dengan
materi yang diajarkan.
f. Bagaimana guru membuat tes hasil belajar sesuai dengan indikator yang ingin
dicapai.
3. Faktor hasil belajar
21
Dengan melihat hasil tes atau evaluasi siswa pada setiap siklus.
D. Defenisi Operasional Variabel
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu sistem pembelajaran
memiliki kelompok asal dan membentuk kelompok ahli dari tiap kelompok untuk
mendiskusikan materi kemudian kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan
kepada anggotanya masing-masing tentang hasil diskusi dari kelompok ahli.
Meminimalkan kesulitan belajar matematika yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah tingkat belajar siswa baik dalam diskusi kelompok maupun
tugas individual sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri atas
lembar observasi dan tes hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran sampai
pada akhir pembelajaran atau evaluasi.
1. Lembar observasi
Lembar observasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu lembar observasi aktivitas
siswa dan lembar observasi aktivitas guru.
a. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswa terbagi menjadi dua yaitu aktifitas kelompok
siswa dan aktifitas individual siswa. Indikator-indikator yang akan diobservasi
berkaitan dengan aktivitas kelompok siswa adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang bertanya pada saat proses pembelajaran.
2) Siswa yang menjadi kelompok ahli.
22
3) Siswa yang mempersentasekan hasil diskusi kelompok.
4) Siswa yang memberi tanggapan terhadap pertanyaan dari siswa lain.
5) Siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada akhir proses pembelajaran.
Indikator-indikator yang akan diobservasi berkaitan dengan aktivitas individu
siswa adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang hadir dalam proses pembelajaran.
2) Siswa yang mengerjakan PR.
3) Keaktifan siswa mengerjakan LKS
b. Lembar observasi aktivitas guru
Komponen-komponen utama yang akan diobservasi berkaitan dengan aktivitas
guru adalah sebagai berikut:
2. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar ini berbentuk essay yang dibuat sendiri oleh peneliti bekerja
sama dengan guru bidang studi matematika dengan memperhatikan indikator pada
rencana pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum yang berlaku pada tingkat SMP,
khususnya kelas VII1 semester genap.
Tes yang telah disusun hendaknya terlebih dahulu divaliditasi oleh beberapa
orang validator yang sudah dianggap mengetahui dan memahami tentang materi
tersebut yang menyatakan bahwa instrumen ini dapat digunakan dalam pengumpulan
data penelitian.
F. Prosedur Penelitian
23
Prosedure penelitian tindakan kelas ini direncanakan menggunakan dua siklus yang
terdiri dari empat komponen utama yakni, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
1. Siklus I
Kegiatan dalam siklus 1 berlangsung selama empat kali pertemuan tiap kali
tatap muka:
a. Planning
Pada tahap ini akan dilaksanakan adalah:
1) Menganalisis kurikulum perencanaan
2) Membuat RPP yang disesuaikan dengan tahapan penerapan pembelajaran
kontekstual.
3) Sarana pendukung yang diperlukan.
4) Membuat lembaran observasi yaitu untuk melihat bagaimana keaktifan siswa
dikelas selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Action
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada tahap ini sebagai berikut:
1) Kegiatan awal:
Bagaimana guru mengawali proses pembelajaran baik membuka
pertemuan dalam kelas hingga masuk pada kegiatan inti.
2) Kegiatan inti:
Dalam kegiatan inti yang termuat pada tahap ini sesuai dengan sintaks
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari enam fase yaitu:
Fase1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
24
Fase2. Menyajikan informasi.
Fase3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
Fase4. Membantu kerja kelompok dalam belajar atau membimbing.
Fase5. Mengetes materi atau evaluasi.
Fase6.Memberikan penghargaan
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir guru memberikan arahan kepada kelompok ahli
selanjutnya untuk mengembangkan hasil diskusi dan memberikan pekerjaan
rumah (PR) sebagai tugas individual siswa.
c. Observasi
Dilakukan observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung yang
disesuaikan dengan lembar observasi siswa pada instrumen penelitian baik
keaktifan kelompok maupun keaktifan individu siswa.
d. Reflection
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi, dianalisis untuk mengetahui sejauh
mana hal-hal yang telah diselidiki telah dicapai dan kekurangan yang terdapat
pada bagian ini dapat diperbaiki kemudian menentukan tindakan pada siklus II
dalam rangka pencapaian tujuan akhir.
2. Siklus II
Kegiatan dalam siklus II berlangsung selama 3 kali pertemuan tatap muka.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II pada umumnya relatif sama yang
dilakukan pada siklus I. Apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I
ke siklus II
25
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data kuantitatif tentang peningkatkan pemahaman konsep pecahan diambil dari
tes setiap siklus.
2. Data kualitatif tentang aktifitas siswa pada saat berlangsung pembelajaran di
dalam kelas dan kehadiran siswa.
3. Data respon siswa diperoleh dengan cara menyiapkan lembar angket dan
membagikan lembar angket kepada siswa. Angket ini diberikan penulis dan diisi
oleh siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat
peraga pada sub materi pokok persegipanjang dan persegi. Guru juga meminta
siswa untuk mengisi angket dengan jujur dan menginformasikan bahwa tidak
akan mempengaruhi nilai yang telah diperoleh
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis dengan
cara sebagai berikut :
1. Analisis aktivitas guru
Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis dengan mendeskripsikan
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cara :
Pr esentase = Banyaknya aktivitas yang muncul dan teramatiJumlah aktivitas keseluruhan
x 100 %
( Azizah, 1998 )
PTa=∑Ta
Tx 100 %
26
2. Analisis aktivitas siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengelola pembelajaran
dianalisis dengan cara :
data hasil penilaian pengamat untuk aktivitas dan kehadiran selama proses
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus (Buhaerah, 2009: 102) sebagai
berikut:
Keterangan: PTa = persentase aktivitas siswa untuk melakukan suatu jenis aktivitas
∑Ta= jumlah jenis aktivitas yang dilakukan siswa setiap pertemuan.
∑T = jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan
Adapun Penskoran kinerja siswa dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang
harus dikerjakan siswa di dalam kelompoknya dalam keperluan analisis kualitatif
akan digunakan teknik kategori dengan skala lima dengan berdasarkan pada tehnik
kategorisasi yang disusun Nurkancana (Mas’ud, 2008: 16) yaitu:
Skor Kategori ≤ 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
I. Indikator Keberhasilan
27
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah meningkatnya hasil belajar setelah diterapkan model kooperatif tipe
Jigsaw yang dapat dilihat dari:
1. Meningkatnya skor rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus
II.
2. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.
3. Meningkatnya presentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II apabila
terdapat ≥ 85 % siswa yang mencapai nilai ≥ 75(kriteria ketuntasan minimal)
maka kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar.
4. Adanya respon siswa yang positif mengenai model yang digunakan dengan
dinyatakan dalam angket.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2007. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arsyad, azhar. 2009. Media Pembelajaran Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Badolo, Mas’ud. 2008. Pedoman dan Teknik Penulisan Skripsi. Parepare:
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hadi, Amirul dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Hamalik, oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. bumi aksara.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press UNESA Kunandar. 2009. Guru Profesonal Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
________, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning(Memperaktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontesktual. Jakarta: Bumi Aksara
Nur, M dan Wikandari, P. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : University Press Unesa
29
Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.
Solihatin Etin, Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Rieneka Cipta
Suherman, erman. Dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI.
Suprijono, Agus. 2008. Cooperative Learning: teori dan Aplikasi Paikem.