Download - Proposal PTK
Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Puzzle pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kelas III SDN 01 Winongo
Tahun Ajaran 2011/2012
Di susun oleh: Dita Olyvia Purwitarini
PGSD / VII B 09141052
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI MADIUN
2013
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan PTK dengan judul “Peningkatan Keaktifan Melalui Model
Pembelajaran Puzzle pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas III SDN
01 Winongo Tahun Ajaran 2011/2012”. Penulisan PTK ini disusun untuk
memenuhi persyatratan Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang di
ampu oleh bapak Edi S.
Dalam penyusunan PTK ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam-
dalamnya kepada :
1.Yth. Drs. Edi Siswanto, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Penelitian
Tindakan Kelas.
2.Yth. Kuspianah, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 01 Winongo.
3.Semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan PTK ini jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dasi semua pihak selalu penulis
harapkan.
Madiun, 01 Januari 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi .......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................5
A. latar Belakang Masalah.......................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................6
C. Tujuan Penelitian................................................................7
D. Kegunaan Penelitian...........................................................7
E. Definisi Operasional Variabel............................................8
F. Batasan Masalah..................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................10
A. Hasil Belajar PKN..............................................................10
B. Model Pembelajaran Puzzle...............................................14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................16
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian..............................16
B. Rancangan Penelitian..........................................................17
C. Alat Pengumpul Data..........................................................19
3
D. Analisis Data.......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan paradigma lama mengenai proses belajar
mengajar bersumber pada teori (atau lebih tepatnya asumsi) , otak seorang anak
sepeti botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan
kebikaksanaan seorang guru.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah
harus mengubah paradigma pengajaran
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan juga
sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa
sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan
informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang
oleh siswa sebagai sumber informasi . Lebih menakutkan lagi siswa belajar
dalam situasi yang membebani karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan
mengajar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
Tampaknya perlu adanya perubahan dalam menelaah proses belajar
siswa interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar
mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol
kosong yang bisa diisi dengan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh
5
guru. Dalam hal ini guru tidak pernah memperhatikan tingkat pemahaman
siswa kepada pelajaran dengan menggunakan suatu model. Di rasa siswa
kurang paham dengan pembelajaran tersebut dikarenakan seorang guru tidak
pernah menggunakan suatu model pembelajaran dalam mengajar di kelas,
sehingga siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Suatu model pembelajaran
dapat merangsang keaktifan serta kekreatifan siswa. Maka model pembelajaran
sangat di anjurkan dalam membantu guru melaksanakan proses pembelajaran.
Siswa sekolah dasar masih sangat cenderung memiliki kesukaan dengan
bermain. Dari hal itu guru dapat membuat model pembelajaran yang di
dalamnya terdapat unsur permainan sehingga siswa pun tidak merasa bosan
dalam pembelajaran. Puzzle merupakan model pembelajaran yang didalam
nya terdapat unsur permainan. Model pembelajaran puzzle di sini yaitu
menggunakan gambar yang harus di cocokkan oleh sisa untuk mengetahui
gambar apakah tersebut.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong
untuk melihat pengaruh model pembelajaran Puzzle terhadap prestasi belajar
siswa dengan mengambil judul “ Peningkatkan Prestasi Belajar PKn melalui
Model Pembelajaran Puzzle pada Siswa kelas III SDN 01 inongo Tahun
pelajaran2011/ 2012.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas dapat dikaji ada beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Apakah Model Pembelajaran Puzzle berpengaruh terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas III SDN 01 Winongo tahun pelajaran 2011/2012
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran PKn dengan
diterapkannya Model Pembelajaran Puzzle terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas III SDN 01 Winongo tahun pelajaran 2011/2012
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah di atas , maka tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Puzzle berpengaruh
terhadap hasil belajar PKn siswa kelas III SDN 01 Winongo tahun
pelajaran 2011/2012
2. Ingin mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penguasaan mata
pelajaran PKn setelah diterapkannya Model Pembelajaran Puzzle terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas III SDN 01 Winongo tahun pelajaran
2011/2012
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pembelajaran Model Puzzle dalam Pembelajaran PKn
2. Sebagai penentuan kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran PKn .
7
3 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang
dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Menambah pengetahuan dan wawaan penulis tentang peranan guru PKn
dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn
5. Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan
pemahaman siswa belajar PKn
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Puzzle adalah
Pembelajaran yang di dalam nya terdapat suatu permainan, dimana
siswa menggabungkan gambar acak yaitu puzzle untuk mengetahui maksud
dan tujuan dari gambar tersebut.
3. Hasil belajar adalah
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk
skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
meliputi:
8
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas III SDN 01 Winongo tahun
ajaran 2011/2012.
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober semester ganjil tahun ajaran
2012/2013
3. Meteri yang disampaikan adalah pokok bahasan Sumpah Pemuda.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar PKn
1. Pengertian
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu
unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah
dicapai pelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya) sebagaimana dijelaskan dalam kamus besar
bahasa Indonesia (1995:787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran , lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau
memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang
hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si
pelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan
prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian
prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa
pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat
bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi
belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang
10
mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi
belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih
panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan
prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu
pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku
manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang
efektif. Para pakar bidang pendidikan dan psikologi mencoba
mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar .
dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar,
para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi investasi
positif untuk meningkatkan hasil belajar yang eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau
melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain
pengaruhnya disbanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk
menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini
disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan
jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.
11
Faktor psikologis yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-
faktor tersebut diantaranya:
- Adanya keinginan untuk tahu
- Agar mendapatkan simpat dari orang lain.
- Untuk memperbaiki kegagalan
- Untuk mendapatkan rasa aman
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,
sekolah dan masyarakat.
1. Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai
cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat
dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis,
pseudo demokratis, otoriter atau cara laisses faire. Cara atau tipe
mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan
ada pula kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan
kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas.
Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak tidak akan masuk
terlalu dalam.
12
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena
orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini
berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada
anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan
anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan
memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang
kurang tertib dalam belajar.
2. Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pelajaran yang ditempuh dan metode yang diterapkan. Faktor guru
banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang
menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap
mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatiannya
kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketrampilan,
kemampuan dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi
tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
13
B. Model Pembelajaran Puzzle
Secara umum model games puzzle akan memberikan manfaat baik
bagi siswa, sebagaimana fungsi berbagai media diluar sekolah bagi para
pelajar tentunya sebagai bahan tambahan pengetahuan yang tidak mereka
dapat di sekolah. Oleh sebab itu guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai media yang cukup, meliputi hal-hal di bawah ini:
a. Media merupakan alat komunikasi untuk mendapatkan proses
belajar yang lebih efektif
b. Fungsi media untuk lebih mencapai tujuan dengan tepat
c. Seluk beluk proses pendidikan
d. Hubungan antara metode pembelajaran dan pendidikan
e. Nilai dan manfaat yang didapat dari pengajaran
f. Pemilihan dan penggunaan media yang sesuai
Puzzle secara bahasa indonesia diartikan sebagai tebakan. Tebakan
adalah sebuah masalah atau "enigma" yang diberikan sebagai hiburan;
yang biasanya ditulis, atau dilakukan. Banyak tebakan berakar dari
masalah matematika dan logistik serius (lihat masalah pengepakan dan
tebakan tur). Lainnya, seperti masalah catur, diambil dari permainan
papan. Lainnya lagi dibuat hanya sebagai pengetesan atau godaan otak.
Pelajaran resmi tebakan disebut enigmatologi. Games Puzzle merupakan
bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih
mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba
14
memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang-
ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu memberikan efek
ketagihan untuk selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga
berhasil. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat
hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak. Proses kemerdekaan
anak akan memberi kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan
fikirannya mendapatkan kesenangan dan kemenangan dari bentuk
permainan tersebut. Ambisi untuk memenangkan permainan tersebut akan
memberikan nilai optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga akan terjadi
kompetisi yang fair dan beragam dari anak.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan , karena penelitian dilakukan
untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana
guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalambentuk
ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-
praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara
penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran
pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambingan. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi
perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Tempat, Waktu, dan Subek Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian dalam memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SDN 01 Winongo Madiun tahun ajaran 2011/2012
16
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaukan pada bulan Oktober
semester ganjil di SDN 01 Winongo Madiun.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas III di SDN 01 Winonongo
tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Sumpah Pemuda.
B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya, penelitian tindakan adalah penelitian tentang
hal-hal yang terjadi di sekelompok masyarakat atau sasaran, dan hasilnya
langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,
Suharsimi, 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota
kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan
inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
dapat mendukung satu sama lain.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan
Taggert (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83) yaitu berbentuk spiral dari
siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
17
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/rancangan
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalah. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 3.1. Alur PTK
18
Penjelasan alur di atas adalah :
1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya Pembelajaran dengan model Puzzle.
3. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk melaksanakan pada
siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam setiap siklus 1, 2, dan seterusnya, dimana
masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesai dengan
kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
C. Alat pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang
fungsinya adalah : (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai
bahan pelajaran yang dibertikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan
19
apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai. .
Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar secara
individual maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana
kelemahannya. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga
digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar dan
mengajar.
D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul, sehingga
dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka digunakan analisis data kuantitif dan pada metode observasi digunakan
data kualitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Merekapitulasi hasil tes.
2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dalam prosentasenya untuk
masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar
seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian, yaitu siswa
dikatakan tuntas secara individual jika mendapat nilai minimal 70,
Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada
aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusuawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Muh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
21