Download - Proposal penelitian hanamaulida
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES MASUKNYA TURKI SEBAGAI ANGGOTA UNI EROPA
(2005-2013)
PROPOSAL PENELITIAN
HANA MAULIDA
1106063023
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI PRANCIS
DEPOK
MEI 2014
2
1. Latar Belakang
1.1. Sejarah singkat Uni Eropa
Setelah perang dunia II berakhir, kekhawatiran akan kembali terjadinya perang
hebat melanda sebagian besar masyarkat dunia khusunya Eropa. Prancis yang
menyadari bahwa perlunya mewujudkan perdamaian dunia berusaha merealisasikan
hal ini. Prancis meyakini bahwa perdamaian di Eropa dan dunia akan terwujud jika
Prancis dapat menjadikan Jerman sebagai kawan bukan lawan. Akhirnya ide
cemerlang yang dicetuskan Jean Monnet untuk melakukan penyatuan Eropa dimana
Jerman terdapat di dalamnya direalisasikan oleh Robert Schumann sebagai menteri
luar negeri Prancis saat itu. Realisasi tersebut dimulainya pada tahun 1950. Akhirnya
pada tanggal 18 April 1951, terbentuklah suatu kerja sama ekonomi dalam bidang
batu bara dan baja antara Prancis, Jerman Barat, Italia, Belgia, Belanda, dan
Luxemburg. Kerja sama ekonomi ini bernama European Coal and Steel Community
(ECSC). (Cini, 2010: 20-21)
ECSC kemudian berkembang menjadi European Economic Community pada
tahun 1957. Keenam negara yang tergabung dalam ECSC memperluas kerja sama
ekonomi mereka bukan hanya di bidang batu bara dan baja tetapi juga segala aspek
ekonomi.1 Pada tahun 1973, dimana pada saat itu EEC telah berganti nama menjadi
European Community (EC), Inggris, Denmark, dan Irlandia bergabung dengan EC.
Komunitas regional ini berkembang. Mereka tidak hanya bekerja sama dalam bidang
ekonomi tetapi juga mulai merambah bidang politik dan pertahanan keamanan.2
Untuk mempermudah proses perdagangan dan menguatkan integrasi Eropa
maka tahun 1985 ditandatanganilah perjanjian Schengen yang kemudian diikuti
dengan Single European Act pada tahun 1986. Kedua hal ini menghadirkan semangat
baru bagi terintegrasinya Eropa. Akhirnya, pada tahun 1992, terbentuklah traktat
Maastrict (Treaty of European Union (TEU)) yang melahirkan Uni Eropa yang berdiri
1 “A Peaceful Europe – The Beginnings of Cooperation”. European Union. Diakses pada Maret 2014
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/index_en.htm 2 “A Growing Community”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-
history/1970-1979/index_en.htm.
3
diatas tiga pilar utama; European Communities, Common Foreign and Security Policy
(CFSP), dan Justice and Home Affairs (JHA).3
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 membuat negara-negara pecahan Uni
Soviet berbondong-bondong masuk Uni Eropa. Untuk menghadapi hal tersebut maka
dibuatlah Kriteria Kopenhagen tahun 1993 sebagai kriteria yang harus dipenuhi suatu
negara jika ingin bergabung dengan Uni Eropa. Tahun 1997 terbentuk traktat
Amsterdam guna merevisi TEU.4 Disusul tahun 2000 terbentuk traktat Nice untuk
menguatkan institusi Uni Eropa sekaligus mempersiapkan masuknya 10 anggota baru
dari Eropa Timur di tahun 2002. Tahun 2007, Rumania dan Bulgaria bergabung
sehingga anggota sampai saat ini menjadi 27 negara.5
1.2. Perluasaan Keanggotaan Uni Eropa
Perluasaan selalu mewarnai dinamika Uni Eropa. Hal ini disebabkan perluasan
merupakan alat yang digunakan Uni Eropa untuk menyebarkan ideologi yang
digunakannya. Demokrasi, sistem ekonomi liberal, dan penghargaan terhadap HAM
adalah ideologi yang dipegang organisasi regional ini. Diawali oleh kerja sama enam
negara dalam bidang batu bara dan baja serta usaha keenamnya untuk
mengembangkan kerja sama mereka telah menarik perhatian negara-negara Eropa
lainnya untuk bergabung. Pada tahun 1973, Inggris, Denmark, dan Irlandia bergabung.
Irlandia dan Denmark memiliki motivasi ekonomi untuk bergabung. Sedangkan,
motivasi Inggris adalah politik.6
Magnet European Community tidak hanya sampai disitu. Tahun 1981, Yunani
bergabung dengan motivasi meningkatkan perekonomian negara. Spanyol dan
Portugis pun tidak ingin ketinggalan untuk menjadi bagian dari komunitas ini.
Keduannya bergabung pada tahun 1986 dengan motivasi yang sama dengan Yunani.
Perluasan keempat terjadi pada tahun 1995, ketika Austria, Finlandia, dan Swedia
menjadi anggota Uni Eropa.7
3 “Europe Without Frontiers”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-
history/1990-1999/index_en.htm 4 Ibid.
5 “Further Expansion”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-
history/2000-2009/index_en.htm 6 Cini, Michelle., dan Nieves Pérez-Solórzano B. (2010). European Union Politics: Third Edition. Oxford: Oxford
University Press. 7 Loc.cit.
4
Runtuhnya tembok Berlin dan Uni Soviet telah mengubah peta perpolitikan
yang ada selama ini. Negara-negara Eropa tengah dan timur (CEEC8) yang sebagian
besar adalah bekas bagian dari negara Uni Soviet berlomba-lomba untuk bergabung
dengan Uni Eropa. Menghadapi hal ini, Uni Eropa membuat kriteria; memiliki sistem
negara yang demokrasi dan sistem ekonomi liberal, menjunjung tinggi HAM, dan
berada di benua Eropa secara geografis. Kriteria ini bernama Kriteria Kopenhagen.
Dengan adanya kriteria ini berhasil membatasi fenomena perluasan yang membeludak.
Akhirnya, sepuluh negara CEEC yang terdiri dari Ceko, Hungaria, Estonia, Latvia,
Lithuania, Polandia, Slovakia, Slovenia, Malta, dan Siprus menjadi anggota Uni
Eropa tahun 2004. Bulgaria dan Rumania menyusul menjadi anggota di tahun 2007.
Alhasil, hingga tahun kini, Uni Eropa terdiri dari 27 negara. (Cini, 2010: 419-421)
Meski setelah tahun 2007 kita tidak melihat adanya negara yang bergabung
dengan Uni Eropa, hal ini tidak berarti tidak ada negara yang tidak tertarik magnet
Uni Eropa. Terdapat sejumlah negara yang hingga saat ini masih mengantri untuk
menjadi bagian dari organisasi regional yang paling berhasil ini. Negara-negara yang
keanggotaannya sedang diproses saat ini adalah Kroasia, Turki, dan Makedonia.
Tercatat pula sejumlah negara yang masih berstatus calon kandidat anggota yaitu,
Serbia, Montenegro, Albania, Bosnia Herzegovina, dan Kosovo. (Cini, 2010: 430-
432)
1.3. Turki dan Uni Eropa
Dari sekian banyak negara yang mengajukkan proposal untuk menjadi bagian
dari Uni Eropa, keanggotaan Turki adalah yang paling menarik perhatian masyarakat
Eropa dan menjadi permasalahan khusus dalam hal perluasan Uni Eropa. (Cini, 2010:
432) Turki yang telah menjalin hubungan dengan Eropa sejak abad ke-169 tentu tidak
ingin ketinggalan untuk menjadi bagian dari organisasi regional Eropa ini. Meski
sebagian besar wilayahnya berada di benua Asia, niat Turki untuk bergabung telah
diekspresikannya sejak tahun 1959. Sayangnya, keinginan ini hanya menghasilkan
sebuah perjanjian Ankara10
yang ditandatangani pada tahun 1963. Tidak puas dengan
8 CEEC merupakan singkatan dari Central and Eastern European Countries.
9 İnalcik, Halìl. Turkey and Europe: A Historical Perspective. Ankara: Bilkent University. Diunduh pada hari
Minggu, 16 Maret 2014. http://sam.gov.tr/wp-content/uploads/2012/02/HalilInalcik1.pdf
10 Perjanjian Ankara adalah sebuah kerja sama bilateral antara Turki dan Masyarakat Ekonomi Eropa (nama Uni
Eropa sebelum lahirnya Masyarakat Eropa).
5
hanya menjalin kerja sama saja, Turki secara resmi mengajukan proposal
keanggotaannya pada tahun 1987. Sayangnya, proposal tersebut tidak langsung
mendapat respon yang cepat dari Uni Eropa. Permohonan keanggotaan ini baru
disambut ketika pada tahun 1995, Turki dan Uni Eropa membentuk Custom Union. Di
tahun 1999, Uni Eropa mengatakan bahwa Turki harus berusaha untuk memenuhi
kriteria dalam bidang politik dan ekonomi. Negosiasi untuk keanggotaan Turki baru
dilakukan pada tahun 2005.11
2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses masuknya Turki sebagai anggota Uni Eropa dari tahun 2005
hingga tahun 2013?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses masuknya Turki sebagai anggota
Uni Eropa dari tahun 2005 hingga 2013.
4. Sasaran Penelitian
a. Memaparkan kriteria untuk menjadi anggota Uni Eropa.
b. Mengetahui proses keanggotaan Turki dalam kurun waktu delapan tahun dari
tahun 2005 hingga 2013.
c. Mengetahui isu-isu yang berkembang yang mempengaruhi proses keanggotaan
Turki.
d. Mengetahui negara-negara yang berperan dalam mempengaruhi proses
keanggotaan Turki.
5. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi oleh tahun penelitian yaitu pada tahun 2005 hingga
2013. Pada tahun 2005, Uni Eropa mulai membuka negosiasi dengan Turki mengenai
proses keanggotaannya. Dengan demikian, pada tahun tersebutlah permohonan
keanggotaan Turki mulai diproses. Tahun 2013 dipilih sebagai akhir dari tahun
penelitian karena pada tahun ini proses negosiasi Turki-Uni Eropa telah mencapai
11
Morelli, Vincent L. (2013). European Union Enlargement: A Status Report on Turkey’s Accession Negotiations. Congressional Research Service. Diunduh pada Januari 2014. https://www.fas.org/sgp/crs/row/RS22517.pdf
6
political and technical stalemate dan hal ini dapat menggambarkan kondisi terkini
dari proses masuknya Turki ke Uni Eropa.
6. Metodologi Penelitian
6.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Menurut Creswell,
2005, penelitian kualitatif digunakan untuk untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau humaniora. Seperti yang
diketahui dan tertulis dalam buku ‘Mengerti Sejarah’ karya Gottschalk, 2008, bahwa
penelitian sejarah haruslah dilakukan secara lengkap dan mendalam. Oleh karena itu,
metode kualitatiflah yang sesuai untuk meneliti topik penelitian ini.
6.2. Sumber Data
Menurut Kuntowijoyo, sumber data dalam penelitian sejarah terdiri dari
dokumen tertulis, artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif (2001: 96-101). Dalam
melakukan penelitian ini, sumber yang akan digunakan adalah dokumen tertulis. Hal
ini disebabkan oleh hanya sumber tersebut yang memungkinkan untuk didapatkan.
Dokumen tertulis yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder.
Penelitian ini akan menggunakan laporan perkembangan keanggotaan Turki yang
dikeluarkan oleh Komisi Eropa setiap tahunnya dari tahun 2005-2013 yang berjudul
Turkey 2005 Progress Report, Turkey 2006 Progress Report, Turkey 2007 Progress
Report, Turkey 2008 Progress Report, Turkey 2009 Progress Report, Turkey 2010
Progress Report, Turkey 2011 Progress Report, Turkey 2012 Progress Report, dan
Turkey 2013 Progress Report sebagai data primer.
Adapun data sekunder yang akan digunakan yaitu, buku maupun artikel ilmiah
yang membahas proses keanggotaan Turki di Uni Eropa selama kurun waktu delapan
tahun yaitu dari tahun 2005 hingga 2013 dan artikel-artikel di media cetak yang
membicarakan proses keanggotaan Turki seperti koran ataupun artikel dalam koran
yang terdapat dalam situs resmi koran tersebut serta situs internet lembaga resmi.
Berikut adalah buku, sejumlah artikel ilmiah dan koran, serta situs internet lembaga
resmi;
Buku Turkey Watch: EU Member States’ Perceptions on Turkey’s Accession to
the EU karya Akşit, Sait., Özgehan S., dan Çiğdem Ü yang terbit tahun 2009.
7
Artikel ilmiah European Union Enlargement: A Status Report on Turkey’s
Accession Negotiations oleh Vincent L. Morelli pada tahun 2013.
Artikel EU Report on Turkey’s Accession: Implications for U.S Policy oleh Soner
Cagaptay dan Eva Outzen dalam situs resmi The Washington Institute pada tahun
2009.
Artikel Current Situation in Turkey’s Accession Negotiations dalam situs resmi
Iktisadi Kalkinma Vakfi (Economic Development Foundation).
Artikel EU Clears Turkey-Cyprus Hurdle 19 September 2005 dalam situs resmi
BBC.
Artikel berita EU Hits New Turkey-Cyprus Trouble Selasa 20 September 2005
dalam situs resmi BBC.
Artikel berita Cyprus Deals with Disppoinment Rabu, 28 September 2005 pada
situs resmi BBC.
Artikel berita Austria Repeats Turkey objections Sabtu, 1 Oktober 2005 dalam
situs resmi BBC
Artikel koran Turkey to renew talks over the European Union Memberships Rabu,
16 Mei 2012 dalam situs resmi koran The Guardian.
Aritikel berita EU Seeks Fresh Start with Turkey on Membership Bid 17 Mei
2012 dalam situs resmi BBC.
Artikel surat kabar Turkey Hopes French Will Drop Objections to Its EU Bid hari
Senin, 21 Mei 2012 dalam situs resmi koran The News International.
Artikel berita Turkey Hits Back at EU Criticsm Over Membership Bid 1 Januari
2013 dalam situs resmi BBC.
Artikel berita Turkey Protest: Erdogan Rejects EU Criticsm 7 Juni 2013 dalam
situs resmi BBC.
Artikel berita EU Delays Turkish Membership after German pressure 25 Juni
2013 dalam situs resmi BBC.
Artikel berita EU to Push on with Turkey’s Memberships Bid 16 Oktober 2013
dalam situs resmi The National.
Artikel koran Angela Markel Plaide pour la Turquie dan l’UE 25 Februari 2013
dalam situs resmi koran Le Figaro.
Artikel EU-Turkey Relations dalam situs resmi Kementrian Luar Negeri Turki.
8
6.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yaitu dengan
mengumpul sejumlah dokumen tertulis baik dalam bentuk buku maupun artikel yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zed
bahwa studi kepustakaan berhadapan langsung dengan teks dan bukan melalui
pengetahuan yang didapatkan dengan terjun ke lapangan seperti skala, survei, dan
kuesioner (2004: 4).
6.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian sejarah, analisis data dilakukan dengan cara menginterpretasi
data. Menurut Kuntowijoyo, 2001, interpretasi terdiri dari dua macam yaitu, analisis
dan sintesis (102). Peneliti akan menganalisis data-data mengenai proses keanggotaan
Turki di Uni Eropa yang selanjutnya akan disintesiskan dan hasil dari proses ini akan
menjadi temuan dalam penelitian ini.
7. Tinjauan Pustaka
7.1. Uni Eropa
Uni Eropa adalah sebuah keluarga negara-negara liberal-demokrasi yang
bertindak secara kolektif melalui sistem pengambilan keputusan yang
terintitusionalisasi. (Cini, 2010: 3) Terbentuknya sebuah keluarga yang terdiri dari
negara-negara kawasan Eropa ini bukan merupakan suatu kesatuan yang hadir begitu
saja melainkan terdapat sejarah panjang untuk mewujudkan kesatuan Eropa.
Pemikiran bahwa penyatuan Eropa adalah hal yang esensial untuk menciptakan
perdamaian di dunia menjadi pencetus terbentuknya Uni Eropa. Setelah perang dunia
II berakhir, Jean Monnet, menteri ekonomi Prancis saat itu, menyadari bahwa Eropa
harus bersatu demi tercapainya perdamaian dunia. Cara untuk mewujudkan hal
tersebut adalah melalui bidang ekonomi karena bidang ini dianggap efektif untuk
menyatukan Eropa. Gagasan Monnet tersebut kemudian direalisasikan oleh menteri
luar negeri Prancis, Robert Schuman, yang mulai membuka diskusi dan mengajak
negara-negara Eropa untuk membentuk kerja sama ekonomi. Alhasil, pada tanggal 18
April 1951 terbentuklah sebuah kerja sama di bidang batu bara dan baja (European
Coal and Steel Community (ECSC)) yang terdiri dari enam negara; Prancis, Jerman,
Belanda, Belgia, Luxemburg, dan Italia. (Cini, 2010: 20-21)
9
Keenam negara ini tidak hanya berhenti pada ECSC tetapi mereka
mengembangkan kerja sama dalam bidang ekonomi lainnya. Dengan
ditandatanganinya Traktat Roma pada 25 Maret 1957, terbentuklah sebuah
Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community (EEC)) atau ‘pasar
bersama’ dimana manusia dan barang dapat bergerak melewati batas negara dengan
bebas dan Euratom. Kerangka kerja MEE menggunakan badan supranasional.12
Organisasi ini terus mengembangkan dirinya dan pada tahun 1967 berganti
nama menjadi Masyarakat Eropa (European Community). Meski telah melakukan
banyak perkembangan, organisasi regional ini tidak berhenti untuk terus
meningkatkan kerja sama diantara mereka bukan hanya dalam bidang ekonomi, tetapi
juga dalam bidang politik. Mereka berusaha untuk menciptkan kesatuan pembuatan
kebijakan melalui kerja sama dalam bidang politik.13
Tidak puas hanya dengan Masyarakat Eropa, negara-negara anggotanya yang
dimotori oleh Prancis sebagai penggerak utama dan juga Jerman, mereka
menandatangani Traktat Maastricht atau Traktat Uni Eropa pada 7 Februari 1992.
Mulai saat itu, nama Uni Eropa digunakan hingga hari ini. Dalam Traktat Maastrict,
tertulis bahwa terdapat tiga pilar Uni Eropa yaitu, Komunitas Eropa (The European
Communities), Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (Common Foreign
and Security Policy), dan Urusan Keadilan (Justice and Home Affairs). Dewan Eropa,
Parlemen Eropa, Komisi Eropa, dan badan peradilan Eropa pun telah terbentuk pada
saat itu. Sekalipun telah menjadi Uni Eropa yang terlihat telah mapan, hal ini tidak
membuat mereka berhenti untuk menjadikan organisasi ini lebih baik. Tahun 1997
ditandatangi Traktat Amsterdam dan menyusul pada tahun 2000 terbentuk Traktat
Nice untuk menguatkan institusi Uni Eropa dan sekaligus mempersiapkan masuknya
10 negara anggota baru dari Eropa Tengah dan Timur di tahun 2004 dan 2007.
Hingga saat ini tercatat 27 negara yang menjadi anggota Uni Eropa.14
12
“A Period of Economic growth”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-history/1960-1969/index_en.htm. 13
“A Growing Community”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-history/1970-1979/index_en.htm. 14
“Europe Without Frontiers”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-history/1990-1999/index_en.htm dan “Further Expansion”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-eu/eu-history/2000-2009/index_en.htm
10
Kerbehasilan organisasi Eropa ini memang menjadi daya tarik sendiri bagi
negara-negara lainnya untuk bergabung dengan the inner six15
. Sejumlah perluasan
keanggotaan telah terjadi beberapa kali sejak Uni Eropa masih bernama Masyarakat
Eropa. Perluasan terus menjadi hal yang tidak pernah absen dalam perjalanan Uni
Eropa. Lebih lengkap dan lanjut mengenai perluasan akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
7.2. Perluasan Uni Eropa
7.2.1. Sejarah Perluasan Uni Eropa
Perkembangan Uni Eropa dari pertama kali terbentuk bukan hanya pada
bentuk dari kerja sama organisasinya melainkan juga pada perkembangan dari
anggota keluarga negara-negara liberal-demokrasi ini. Hingga hari ini, Uni Eropa
tercatat telah melakukan enam kali perluasan yang menghasilkan jumlah anggota Uni
Eropa sebanyak 27 negara. Perluasan pertama terjadi pada tahun 1973. Saat itu,
Inggris, Denmark, dan Irlandia bergabung dengan Uni Eropa.16
Sebenarnya Inggris
telah mengajukkan permohonan keanggotaannya telah lama. Namun, baru dapat
terwujud di tahun 1973 setelah sebelumnya ditolak pada tahun 1962 oleh Prancis.
Motivasi politik menjadi motivasi utama Inggris untuk bergabung. Inggris tentu saja
tidak ingin kehilangan pengaruhnya di kawasan Eropa. Sedangkan, Denmark dan
Irlandia memiliki motivasi ekonomi.17
Perluasan kedua terjadi di tahun 1981 ketika Yunani bergabung dan disusul
oleh perluasan ketiga pada tahun 1986 dan saat ini giliran Portugis dan Spanyol yang
bergabung. Meningkatkan ekonomi dan demokrasi dalam negeri merupakan motivasi
ketiga negara ini untuk bergabung dengan Uni Eropa. Dari sisi Uni Eropa sendiri,
penerimaan ketiga negara ini untuk menyebarkan nilai-nilai liberal-demokrasi di
negara-negara tersebut.
Pasca-runtuhnya tembok Berlin dan Uni Soviet, Austria, Swedia, Finlandia
memutuskan untuk mengakhiri sifat netralnya dan bergabung dengan Uni Eropa pada
tahun 1995. Magnet Uni Eropa pasca-runtuhnya Uni Soviet bukan hanya terasa pada
15
The inner six adalah sebutan bagi enam negara yang tergabung dalam ECSC sekaligus merupakan pencetus Uni Eropa. 16 Cini, Michelle., dan Nieves Pérez-Solórzano B. (2010). European Union Politics: Third Edition. Oxford: Oxford
University Press.
17 Ibid.
11
masuknya tiga negara yang sudah cukup mapan ini tetapi juga sampai pada negara-
negara Eropa tengah dan timur. Negara-negara ini berlomba-lomba untuk masuk Uni
Eropa dengan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan negara dan mengukuhkan
identitas mereka sebagai negara Eropa.18
Hal ini tentu saja menjadi tantangan besar
bagi Uni Eropa. Akhirnya, mereka membuat kriteria bagi negara yang ingin menjadi
anggota Uni Eropa. Kriteria ini dinamakan kriteria Kopenhagen. Uni Eropa pun
membuat traktat Nice untuk mempersiapkan masuknya negara-negara Eropa tengah
dan timur tersebut. Negara-negara tersebut adalah Republik Ceko, Hungaria, Estonia,
Latvia, Lithuania, Polandia, Slovakia, Slovenia, Malta, Siprus, Bulgaria, dan Rumania.
Negara-negara tersebut bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2004 kecuali
Bulgaria dan Rumania yang bergabung pada tahun 2007.
Setelah perluasan kelima dan keenam yang memasukan begitu banyak negara
sekaligus, Uni Eropa masih terus menerima proposal permohonan keanggotaan dari
negara-negara Eropa timur lainnya hingga saat ini. Namun, sejak tahun 2007, belum
ada negara Eropa lainnya yang diterima menjadi anggota. Negara-negara yang
menjadi kandidat anggota Uni Eropa adalah Turki, Kroasia,dan Makedonia (FYROM).
Sedangkan, negara-negara yang potensial untuk menjadi kandidat adalah Bosnia dan
Herzegovina, Albania, Montenegro, Serbia, Kosovo, dan Islandia.19
7.2.2. Kriteria Menjadi Anggota Uni Eropa
Sebelum tahun 1993 atau dibuatnya kriteria Kopenhagen, syarat untuk
menjadi anggota Uni Eropa adalah terletak di benua Eropa secara geografis dan
menganut sistem pemerintahan demokrasi. Sehingga jelas jika pada tahun 1987
Maroko mengajukkan diri untuk bergabung dengan Uni Eropa, ia ditolak. Namun, hal
ini tidak terjadi pada saat ini karena kedekatan budaya dengan Eropa bisa membuat
negara tersebut menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini dapat kita lihat pada sejumlah
pulau yang berada di luar teritori Eropa namun milik pemerintah Prancis, Belanda,
dan Inggris juga masuk ke dalam Uni Eropa. Siprus yang secara resmi wilayahnya
berada di benua asia menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2004.20
Ketidakjelasan
batas wilayah Eropa yang berakibat pada permasalahan perluasan Eropa juga
18
Wiarda, Howard J. (2001). European Politics in the Age of Globalization. Fort Worth, TX: Harcourt College Publishers. 19
Op.cit. 20
Laermans, Huguette., dan Paul Roosens. (2009). The Enlargement of the European Union. Ekon.Misao Praksa DBK GOD, XVIII, 397 – 410.
12
diutarakan Villepin dalam bukunya L’Homme Européen. Dalam bukunya tersebut, ia
mengatakan bahwa batas wilayah Eropa di timur belum terdefinisikan dan hal
memunculkan masalah dalam perluasan Uni Eropa.
Meski sering kali menemui permasalahan letak geografis dari negara anggota
maupun kandidat yang perlu dipegang adalah kriteria Kopenhagen karena kriteria
inilah yang secara resmi dikeluarkan oleh Uni Eropa dan wajib dipenuhi oleh setiap
negara yang hendak menjadi anggota. Kriteria ini terdiri dari tiga butir, yaitu21
:
1. Politik: merupakan negara demokrasi, berdasarkan hukum, menghargai
HAM dan hak-hak kaum minoritas.
2. Ekonomi: memiliki perekonomian yang baik dan memiliki kapasitas
untuk bersaing dengan negara Uni Eropa lainnya.
3. Memenuhi acquis communautaire.
7.2.3. Proses Penerimaan Anggota Uni Eropa
Proses untuk menjadi anggota Uni Eropa terbilang memakan waktu yang lama.
Negara pelamar harus terlebih dahulu mengirimkan proposal permohonan
keanggotaannya ke Dewan Eropa. Selanjutnya, Dewan Eropa akan memberikan
proposal tersebut kepada Komisi Eropa. Komisi Eropa akan menelaah proposal
tersebut apakah calon kandidat telah memenuhi syarat untuk menjadi anggota. Komisi
Eropa selanjutnya akan mengadakan negosiasi dengan negara pelamar untuk
membicarakan 35 bab acquis communautaire untuk mengetahui ketentuan mana saja
yang telah sesuai dalam acquis. Negosiasi yang lebih instensif dilakukan pada tingkat
kementrian untuk dapat benar-benar melihat kondisi negara tersebut untuk memenuhi
setiap bab dalam acquis. Setiap bab yang dibahas dalam negosiasi harus terlebih
dahulu mendapat persetujuan Dewan Eropa. Dalam negosiasi, negara pelamar yang
merasa membutuhkan waktu untuk memenuhi persyaratan dapat meminta waktu
kepada Uni Eropa. Setiap negara pelamar akan mendapatkan bantuan dana untuk
memenuhi persyaratan.
Setiap bab yang dibuka dan ditutup harus terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan semua anggota Uni Eropa dan bab yang telah ditutup dapat dibuka
kembali. Komisi Eropa akan mengirimkan laporan perkembangan proses keanggotaan
negara pelamar secara rutin, biasanya pada bulan Oktober atau Novermber setiap
21
“Accession Criteria (Copenhagen Criteria)”. Europa: Synthèses de la législation. Diakses pada 23 April 2014. http://europa.eu/legislation_summaries/glossary/accession_criteria_copenhague_en.htm
13
tahunnya kepada Dewan Eropa dan juga Parlemen Eropa. Jika Komisi mengatakan
bahwa negara pelamar telah memenuhi acquis maka akan dibuatkan draft traktat
keanggotaan dan selanjutnya diserahkan ke Dewan Eropa dan Parlemen Eropa untuk
disetujui. Setelah mendapat persetujuan dari Dewan dan Parlemen, traktat
keanggotaan harus diratifikasi oleh seluruh anggota Uni Eropa dan negara pelamar.
Proses ratifikasi ini memakan waktu dua tahun atau lebih.22
7.3. Turki dan Keinginannya Menjadi Anggota Uni Eropa
Turki adalah negara yang paling lama menunggu status keanggotaannya di
Uni Eropa. Keinginan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa sudah ada sejak
tahun 1959. Sayangnya, keinginan tersebut hanya berakhir pada pembuatan kerja
sama Turki dan Uni Eropa yang bernama perjanjian Ankara di tahun 1963. Turki pun
tidak puas dengan hanya menjalin kerja sama di bawah payung perjanjian Ankara
sehingga pada tanggal 14 April 1987 ia mengajukan proposal secara resmi untuk
menjadi anggota Uni Eropa. Saat itu, Uni Eropa menangguhkan untuk memproses
proposal Turki. Barulah pada tahun 1995, Turki dan Uni Eropa membentuk custom
union. Setelah menunggu cukup lama, negosiasi proses keanggotaan Turki dan Uni
Eropa dilakukan pada tahun 2005. Hal ini tentu menjadi momen penting bagi Turki
untuk memuluskan jalannya ke Uni Eropa. Sayangnya, momen penting ini justru
menjadi batu sandungan yang besar bagi Turki. Keengganan Turki mengakui Siprus
yang notabenenya telah menjadi anggota Uni Eropa menjadi faktornya. Alhasil, hal
ini membuat sebagian besar negara anggota tidak simpati terhadap Turki dan
negosiasi pun terhenti dan baru dibuka kembali pada tahun 2007.23
Negosiasi yang dilakukan pada tahun 2007 seakan memberi nafas baru bagi
Turki untuk mewujudkan keinginannya. Pada saat yang bersamaan, sejumlah negara
anggota menemukan gairah baru untuk proses negosiasi keanggotaan Turki,
khususnya Prancis.24
Namun, pada saat itu juga, negara-negara anggota Uni Eropa
masih terbagi dalam dua kutub yaitu yang mendukung dan tidak.25
Keanggotaan Turki
sendiri merupakan hal yang kontroversial di Uni Eropa. Perbedaan budaya dan
22
Morelli, Vincent L. (2013). European Union Enlargement: A Status Report on Turkey’s Accession Negotiations. Congressional Research Service. Diunduh pada Januari 2014. https://www.fas.org/sgp/crs/row/RS22517.pdf. 23 Ibid. 24 “Turkey’s Quest for EU Membership”. (2008). European Union Centers of Excellence.. Diunduh pada Januari
2014. http://europe.unc.edu/wp-content/uploads/2013/08/Brief4-0803-turkeys-quest.pdf 25
Akşit, Sait., Özgehan S., dan Çiğdem Ü. (2009). Turkey Watch: EU Member States’ Perceptions on Turkey’s Accession to the EU. Ankara: Zeplin İletişim Hizmetleri.
14
permasalahan geografis Turki menjadikannya kontroversial di mata negara-negara
Eropa lainnya. Meskipun demikian, Turki memiliki kedekatan sejarah dengan Eropa
dan perekonomian yang menjanjikan. Tidak mengherankan jika dalam Uni Eropa
sendiri keanggotaan Turki membawa polemik.
8. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai proses keanggotaan Turki di Uni Eropa bukanlah hal
yang baru. Sudah banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti fenomena ini dengan
melihat berbagai aspek. Namun, sebagian besar dari penelitian yang dilakukan
berfokus pada Turki sebagai negara yang mengajukkan diri untuk bergabung dengan
Uni Eropa. Mayoritas penelitian menganalisis tindakan ataupun usaha Turki untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Penelitian mengenai Turki-Uni Eropa dilakukan dalam
berbagai jenjang pendidikan, mulai dari skripsi hingga tesis. Karena terdapat banyak
penelitian mengenai proses keanggotaan Turki di Uni Eropa, berikut beberapa
penelitian yang dapat menggambarkan keseluruhan topik utama yang diteliti.
Widia Libranti, 1998, dari departemen Hubungan Internasional Universitas
Indonesia menulis skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Uni Eropa Terhadap Permohonan Keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Dalam skripsi ini, Libranti berusaha memaparkan faktor apa saja yang mempengaruhi
kebijakan Uni Eropa terhadap permohonan keanggotaan Turki mengingat Turki telah
mengajukan proposal pada tahun 1987 namun tidak kunjung mendapat sambutan dari
Uni Eropa. Ia menggunakan teori integrasi regional dengan pedekatan neofungsionalis
oleh Ernest B Haas, kriteria Kopenhagen untuk menganalisis faktor ekonomi dan
politik, dan pemikiran Samuel Huntington tentang clash of civilization untuk
memperlihatkan posisi Turki di mata negara-negara Eropa. Temuan dalam skripsi ini
adalah bahwa faktor ekonomi Turki yang dibawah negara-negara UE dan politik yaitu
pelanggaran HAM di Turki menjadi faktor-faktor kebijakan UE. Melalui pemikiran
Huntington, Libranti menemukan bahwa keanggotaan Turki hanya menodai ke-
Eropa-an UE karena karakteristik Turki yang berbeda.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dadang Hidayat, 1999, mahasiswa
pascasarjana Hubungan Internasional yang membuat tesis dengan judul Prospek
Keanggotaan Turki dalam Uni Eropa: Sebuah Tinjauan Politik. Dalam tesis ini,
Hidayat berusaha untuk memperlihatkan seberapa besar kemungkinan Turki dapat
menjadi anggota UE. Ia menganalisisnya dengan melakukan perbandingan kondisi
15
politik dalam negeri Turki dengan kriteria politik pada kriteria Kopenhagen. Dalam
tesisnya ini memang difokuskan pada aspek politik. Hasil penelitian menunjukkan
kondisi domestik Turki kurang sesuai dengan aspek politik dalam kriteria
Kopenhagen. Penghormatan terhadap HAM dan perlindungan terhadap kaum
minoritas, masalah Siprus, perbedaan jauh dari karakteristik sistem dasar politik Turki
dan negara-negara Eropa membuat keanggotaan Turki adalah hal yang sulit
direalisasikan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian Fithri Asmawita, seorang mahasiswa
pascasarjana departemen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, yang
berjudul Diplomasi Turki untuk Bergabung dengan Uni Eropa. Tesis ini tidak ada
dalam bentuk digital dan data yang ditampilkan hanya abstrak dari penelitian ini
sehingga sulit untuk membaca secara utuh untuk mendapatkan informasi menyeluruh
mengenai penelitian ini. Sayangnya, keterbatasan waktu yang dimiliki membuat tidak
memungkinkan untuk pergi ke Yogya dan membaca tesis ini. Intinya tesis ini
membahasa bagaimana diplomasi Turki untuk mendapatkan status keanggotaannya di
Uni Eropa. Penelitian yang kurang lebih sama juga dilakukan oleh dua orang
mahasiswa Departemen Hubungan Internasional dari universitas yang berbeda yaitu,
Anyta Carolina dari Universitas Nasional dengan judul skripsi Diplomasi Turki Untuk
Bergabung Dengan Uni Eropa Masa Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan 2002-
2005 dan Ahla Aulia, 2013, dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan judul skripsi Diplomasi Turki untuk menjadi Anggota Uni Eropa (2007-2012).
Kemudian, terdapat penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa departemen
Hubungan Internasional Universitas Komputer di Bandung, Adhi Wardhana, 2013,
yang membuat skripsi dengan judul Upaya Pemerintah Turki untuk Bergabung
dengan Uni Eropa (2004-2008). Temuan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa
dalam kurun waktu empat tahun (2004-2008) adalah pemerintahan Turki telah
berusaha keras untuk memenuhi kriteria Kopenhagen. Pemerintah Turki melakukan
perbaikan dalam bidang ekonomi dan politik terutama dalam menyelesaikan sejumlah
konflik seperti dengan suku kurdi dan Armenia.
Penelitian terakhir yang akan dibahas memiliki fokus pada implikasi
keanggotaan Siprus di Uni Eropa terhadap proses keanggotaan Turki di Uni Eropa.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana departemen Hubungan
Internasional Universitas Indonesia, Fany Dastanta, 2009, yang membuat tesis dengan
judul Implikasi Penerimaan Siprus dalam Keanggotaan Uni Eropa terhadap Proses
16
Penerimaan Turki dalam Keanggotaan Uni Eropa. Temuan dari tesis ini adalah
membuktikan bahwa Siprus berperan besar dalam menghambat proses penerimaan
Turki sebagai anggota Uni Eropa.
9. Kemaknawian Penelitian
Penelitian ini memiliki signifikansi nyata secara akademis. Penelitian
mengenai proses keanggotaan Turki di Uni Eropa belum sama sekali terjamah oleh
para peneliti sejarah ataupun sejarawan. Padahal, fenomena ini merupakan sejarah
yang penting dan menarik untuk diteliti dan ditulis mengingat Turki secara geografis
sebagian besar wilayah Turki tidak berada di Eropa tetapi ia tetap berusaha keras
untuk menjadi anggota organisasi regional Eropa ini. Selain itu, penelitian yang
memperlihatkan secara berimbang peran dari Uni Eropa dan Turki masih dikatakan
minim karena sebagian besar penelitian cendrung menganalisis perilaku Turki dalam
mendapatkan keanggotaannya. Sebaliknya, penelitian ini berusaha untuk
memperlihatkan perilaku kedua belah pihak. Dengan demikian, kita dapat mengetahui
bagaimana usaha baik Turki dan Uni Eropa dalam proses perluasan Uni Eropa. Hal ini
tentu saja memberikan sumbangan yang baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam penelitian proses keanggotaan Turki di Uni Eropa.
10. Jadwal Penelitian
Kegiatan September Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pengumpulan Data x x x x x
Analisis Data x x x X x
Penulisan Penelitian x x X x x
Pembacaan x x
Revisi x x x x
17
Daftar Pustaka
Buku
Akşit, Sait., Özgehan S., dan Çiğdem Ü. (2009). Turkey Watch: EU Member States’
Perceptions on Turkey’s Accession to the EU. Ankara: Zeplin İletişim Hizmetleri.
Cini, Michelle., dan Nieves Pérez-Solórzano B. (2010). European Union Politics: Third
Edition. Oxford: Oxford University Press.
Creswell, John W. (2005). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methodes
Approaches. London: SAGE.
Gottschalk, Louis (Noto S., Penerjemah). (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Kuntowijoyo. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Sumprùn, Jorge., dan Dominique de V. (2005). L’Homme Européen. Paris: Plon.
Wiarda, Howard J. (2001). European Politics in the Age of Globalization. Fort Worth, TX:
Harcourt College Publishers.
Zed, Mestika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Internet
“A Growing Community”. European Union. Diakses pada Maret 2014.
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1970-1979/index_en.htm.
“A Peaceful Europe – The Beginnings of Cooperation”. European Union. Diakses pada
Maret 2014 http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/index_en.htm
“A Period of Economic growth”. European Union. Diakses pada Maret 2014.
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1960-1969/index_en.htm.
“Accession Criteria (Copenhagen Criteria)”. Europa: Synthèses de la législation. Diakses
pada 23 April 2014.
http://europa.eu/legislation_summaries/glossary/accession_criteria_copenhague_en.htm
18
“Angela Markel Plaide pour la Turquie dan l’UE”. (25 Februari 2013). Le Figaro. Diakses
pada Mei 2014.
http://www.lefigaro.fr/international/2013/02/24/01003-20130224ARTFIG00175-angela-
merkel-plaide-pour-la-turquie-dans-l-ue.php
“Austria Repeats Turkey objections”. (1 Oktober 2005). BBC News. Diakses pada Mei 2014.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4299626.stm
“Current Situation in Turkey’s Accession Negotiations”. Iktisadi Kalkinma Vakfi (Economic
Development Foundation). Diakses pada Januari 2014.
http://www.ikv.org.tr/icerik_en.asp?konu=muzakeremevcutdurum&baslik=Current Situation
in Accession Negotiations.
“Cyprus Deals with Disppoinment”. (28 September 2005). BBC News. Diakses pada Mei
2014.http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4290452.stm
“EU Clears Turkey-Cyprus Hurdle”. (19 September 2005). BBC News. Diakses pada Mei
2014. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4262438.stm
“EU Delays Turkish Membership after German Pressure”. (25 Juni 2013). BBC News.
Diakses pada Mei 2014. http://www.bbc.com/news/world-europe-23044600
“EU Hits New Turkey-Cyprus Trouble”. (20 September 2005). BBC News. Diakses pada Mei
2014. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4265140.stm
“EU Seeks Fresh Start with Turkey on Membership Bid”. (17 Mei 2012). BBC News.
Diakses pada Mei 2014. http://www.bbc.com/news/world-europe-18100706
“EU to Push on with Turkey’s Memberships Bid”. (16 Oktober 2013). The National. Diakses
pada Mei 2014.
http://www.thenational.ae/world/europe/eu-to-push-on-with-turkeys-membership-bid
“Europe Without Frontiers”. European Union. Diakses pada Maret 2014.
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1990-1999/index_en.htm
19
“Further Expansion”. European Union. Diakses pada Maret 2014. http://europa.eu/about-
eu/eu-history/2000-2009/index_en.htm
“Turkey-EU Relations”. Republic of Turkey; Ministryof Foreign Affairs. Diakses pada April
2014. http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-european-union.en.mfa
“Turkey Hits Back at EU Criticsm Over Membership Bid”. (1 Januari 2013). BBC News.
Diakses pada Mei 2014.
http://www.bbc.com/news/world-europe-20882239
“Turkey Hopes French Will Drop Objections to Its EU Bid”. (21 Mei 2012) The News
International. Diakses pada Januari 2014.
http://www.thenews.com.pk/Todays-News-1-109589-Turkey-hopes-France-will-drop-
objections-to-its-EU-bid
“Turkey to renew talks over the European Union Memberships”. (16 Mei 2012). The
Guardian. Diakses pada Mei 2014. http://www.theguardian.com/world/2012/may/16/turkey-
renew-talks-european-union-membership
“Turkey Protest: Erdogan Rejects EU Criticsm.” (7 Juni 2013). BBC News. Diakses pada Mei
2014. http://www.bbc.com/news/world-europe-22817460
“Turkey’s Quest for EU Membership”. (2008). European Union Centers of Excellence..
Diunduh pada Januari 2014. http://europe.unc.edu/wp-content/uploads/2013/08/Brief4-0803-
turkeys-quest.pdf
İnalcik, Halìl. Turkey and Europe: A Historical Perspective. Ankara: Bilkent University.
Diunduh pada hari Minggu, 16 Maret 2014. http://sam.gov.tr/wp-
content/uploads/2012/02/HalilInalcik1.pdf
Laermans, Huguette., dan Paul Roosens. (2009). The Enlargement of the European Union.
Ekon.Misao Praksa DBK GOD, XVIII, 397 – 410. Diunduh pada April
2014.hrcak.srce.hr/file/74935
20
Morelli, Vincent L. (2013). European Union Enlargement: A Status Report on Turkey’s
Accession Negotiations. Congressional Research Service. Diunduh pada Januari 2014.
https://www.fas.org/sgp/crs/row/RS22517.pdf
Cagaptay, Soner., dan Eva Outzen. (2009). “EU Report on Turkey’s Accession: Implications
for U.S Policy”. The Washington Institute. Diakses pada Januari 2014.
http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/eu-report-on-turkeys-accession-
implications-for-u.s.-policy
Skripsi dan Tesis
Adhi, Wardhana. (2013). (Skripsi) Upaya pemerintah Turki untuk bergabung dengan Uni
Eropa (2004-2008). Bandung: UNIKOM.. Diunduh pada 12 April 2014
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-adhiwardan-
32756
Ahla, Aulia. (2013). (Skripsi) Diplomasi Turki untuk Menjadi Anggota Uni Eropa (2007-
2012). Jakarta: UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Anyta, Carolina. (2006). (Skripsi) Diplomasi Turki Untuk Bergabung Dengan Uni Eropa
Masa Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan 2002-2005. Jakarta: Universitas Nasional.
Dadang, Hidayat. (1999). (Tesis) Prospek Keanggotaan Turki dalam Uni Eropa: Sebuah
Tinjauan Politik. Depok: Universitas Indonesia.
Fany, Dastanta. (2009). (Tesis) Implikasi Penerimaan Siprus dalam Keanggotaan Uni Eropa
terhadap Proses Penerimaan Turki dalam Keanggotaan Uni Eropa. Depok: Universitas
Indonesia.
Fithri, Asmawita. (2009). (Tesis) Diplomasi Turki untuk Bergabung dengan Uni Eropa.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Diakses pada 12 April 2014
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ
=html&buku_id=43704&obyek_id=4
21
Widia, Libranti. (1998). (Skripsi) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Uni Eropa
Terhadap Permohonan Keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Depok: Universitas Indonesia.