Download - PROPOSAL PENELITIAN
PROPOSAL PENELITIAN
A. JUDUL:
B. LATAR BELAKANG
Dalam meningkatkan mutu pendidikan sesuai cita-cita bangsa
Indonesia yakni mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah sangat diharapkan pada lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia. Prestasi siswa dalam lembaga pendidikan pada
umumnya, khususnya pada sekolah merupakan banyak tumpuan harapan
bagi orang tua, siswa dan masyararakat untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan sifat pribadi sebagai bekal hidup dunia dan akhirat
nanti.
Pada hakekatnya pendidikan merupakan bimbingan, arahan dari
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri
disini memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Proses pendidikan terjadi
jika terjalin pergaulan antara anak didik, sehingga pendidik mengetahui
gejala yang nampak pada raut muka anak didiknya (Zainal, 2007: 14).
Guru pengajar adalah salah satu tugasnya menyampaikan materi
kepada siswa, sementara siswa berhak sekaligus berkewajiban menerima
materi disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar di Sekolah pada umumnya
terjadi manakalah ada interaksi secara langsung antara guru dan siswa.
Keberhasilan interaksi tersebut salah satu faktor, tergantung pada bahasa
1
KOMPETENSI GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SMP DAN MTS DI KECAMATAN SURALAGA LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
yang digunakan guru ketika proses belajar berlangsung. Makin pesatnya
perkembangan dari berbagai ilmu pengetahuan manusia di dunia ini, dan
makin bertambahnya kompleks masalah-masalah dalam kehidupan manusia
dan tata susunan masyarakat.
Bersamaan dengan itu kita lihat pula perkembangan usaha-usaha
manusia dalam bidang pendidikan dan persekolahan pada umumnya, baik
kuantitatif maupun kualitatif. Jumlah dan jenis sekolah makin banyak
beredar dan bermacam-macam, sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.Bahkan di dalam dunia pendidikan selalu terjadi usaha
pengembangan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan program
pemerintah untuk standarisasi mutu pendidikan secara nasional, diperlukan
suatu evaluasi belajar secara nasional, menjadikan pihak siswa dan orang tua
berkeinginan agar anaknya berhasil dalam belajar.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya komponen
yang mendukung, yang salah satunya adalah guru yang profesional. Guru
sebagai kunci keberhasilan pendidikan, karena keberadaan guru sangat
berpengaruh terhadap semua sumber daya pendidikan yang ada. Berbagai
sumber daya pendidikan seperti, sarana dan prasarana, biaya, teknologi,
informasi, siswa dan orang tua siswa dapat berfungsi dengan baik apabila
guru memiliki kemampuan yang baik pula dalam menggunakan semua
sumber daya yang ada. Menurut Uzer Usman (2005: 15), guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
2
dengan kemampuan maksimal. Sedangkan menurut Rice dan Bishoprick
(1971), guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri
dalam melaksanakan tugas sehari–hari (Bafadal, 2003: 5).
Seorang guru profesional harus memiliki beberapa kompetensi, yaitu
kompetensi intelektul, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi
sosial dan kompetensi spiritual (Tilaar, 2002: 338). Kualitas pendidikan akan
terwujud jika proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik,
dalam arti guru yang melaksanakan proses belajar mengajar telah melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi
pembelajaran secara terpadu. Kualitas guru dapat dilihat dari tiga indikator
yaitu: Kemampuan umum, persepsi terhadap profesi guru, dan Sikap sebagai
guru (Arikunto, 2006: 220). Menurut Indra Djati Sidi (2001), yang temasuk
dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar di kelas, dimana fungsi guru tidak
menjadi satu-satunya sumber belajar, tetapi beralih sebagai pelatih (coach),
pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning teacher) (Syaukani:
2002: 51).
Secara ideal guru yang diharapkan adalah guru yang memiliki
keberdayaan untuk mampu mewujudkan kinerja dalam melaksanakan fungsi
dan perannya secara profesional. Perwujudan tersebut terutama tercermin
melalui keunggulannya dalam mengajar, hubungan dengan siswa, hubungan
dengan sesama guru, hubungan dengan pihak lain, sikap dan ketrampilan
profesionalnya. Kenyataan dilapangan dan berdasarkan hasil survei
3
pendahuluan di sekolah yang akan di jadikan objek penelitian, peneliti
menemukan data jumlah guru pengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial belum sesuai antara pendidikan dengan bidang pekerjaan.
Dari permasalahan yang terungkap diatas, maka peneliti menduga
berhasil atau tidaknya guru ditentukan oleh kompetensi guru dalam
menyampaikan materi pelajaran yang diajarkan pada peserta didiknya.
Kompetensi adalah sejumlah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang
dan digunakan untuk memecahkan permasalahan baik yang dialami diri
sendiri maupun di lingkungan. Sehingga dengan berfikir secara rasional ini
seorang guru akan mampu untuk bertindak secara terarah dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.
Semakin berkopetensi seorang guru maka semakin tinggi pula
keberhasilan yang dicapai, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
Kompetensi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial Pada SMP dan MTS di
Kecamatan Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan judul dan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
suatu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kompetensi guru ilmu pengetahuan sosial pada SMP dan MTS
di Kecamatan Suralaga ?.
4
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan kompetensi
guru ilmu pengetahuan sosial pada SMP dan MTS di Kecamatan
Suralaga ?.
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
meningkatkan kompetensi guru pada SMP dan MTS di kecamatan
Suralaga ?.
D. BATASAN MASALAH
Suatu penelitian biasanya muncul berbagai masalah yang
membutuhkan pemecahan dan masalah tersebut menimbulkan kesulitan bagi
peneliti. Mengingat keadaan peneliti yang serba terba tas, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian. Hal
ini penting agar masalah yang dikaji jelas dan dapat menggerakkan
perhatiannya dengan cepat.
Pembatasan masalah akan memudahkan peneliti dalam
pembahasannya, sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat
dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini
masalah yang diteliti perlu dibatasi agar tidak meluas pembahasannya. Hal ini
disebabkan oleh karena kualitas penelitian tidak terletak pada keluasan
masalah yang diteliti, tetapi pada kedalaman pengkajian masalahnya. Untuk
memperjelas pemahaman tentang variabel -variabel yang terkait dalam
penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan untuk pembatasan
masalah yang ada yaitu :
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan di SMP Islam Sa'adatuddarain NW
5
Majuwet.
2. Penelitian ini terbatas pada guru IPS di SMP Islam Sa'adatuddarain NW
Majuwet.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada kompetensi guru mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial pada SMP dan MTS dikecamatan Suralaga.
E. TUJUAN PENELITIAN
Setiap sesuatu yang dilakukan apapun itu pasti mempunyai dan
menghendaki tujuan. Tidak terkecuali pada penelitian ini, bahwa tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Ingin mengetahui kompetensi guru ilmu pengetahuan sosial pada SMP dan
MTS di Kecamatan Suralaga.
2. Ingin mengetahui hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan
kompetensi guru ilmu pengetahuan sosial pada SMP dan MTS di
Kecamatan Suralaga.
3. Ingin mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi hamabatan
dalam meningkatkan kompetensi guru pada SMP dan MTS di
kecamatan Suralaga.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun mamfaat dari penelitian ini adalah terbagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Mamfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu
pengetahuan terutama dalam pengembangan kompetensi guru pada
6
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SMP dan MTS di
Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain untuk
mengadakan penelitin asfek-asfek yang belum terjangkau dalam
penelitian ini.
2. Mamfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan berkompetensinya guru dalam menyampaikan materi
pelajaran yang diajarkan maka siswa akan semakin termotivasi dalam
belajar khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
umumnya mata pelajaran yang lain.
b. Bagi Guru
Agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih
efektif dan efesien dalam setiap pengajaran dan penyampaian setiap materi
yang diberikan sehingga dapat di capai prestasi yang optimal melalui
pelaksanaan supervisi kepala sekolah.
c. Bagi Sekolah
Untuk lebih meningkatkan kualitas sekolah atau madrasah, sebab
dengan adanya penelitian ini nantinya madrasah akan lebih memperhatikan
lagi tentang pentingnya kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan
proses belajar mengajar.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini nantinya diharafkan dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan yang ada pada peneliti tentang kompetensi guru
7
pada masing-masing mata pelajaran.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penegasan Pengertian Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari penafsiran
istilah-istilah yang beragam dan memberikan gambaran yang lebih jelas.
Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi
Kompensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan
tertentu (kurikulum, 2006: 30)
b. Guru
Guru adalah figur manusia yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam hal mengajar, mendidik, melatih, dan membimbing
dalam upaya menciptakan manusia-manusia yang memiliki bobot
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bagi dirinya merupakan
bekal yang sangt berharga dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi ini (Rusyan, 2010: 20).
c. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang
terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, georafi, sosiologi,
8
antropologi, dan psikologi sosial (http.// massofa.wordpress.com /
2010 /12/09/pengertian IPS).
2. Landasan Teori
a. Teori Tentang Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Muslim(2010) Kompetensi merupakan perpaduan
dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Muslim,
2010: 144).
Sedangkan menurut Fink dan Cruncilton (1979) dalam
Muslim mengartikan bahwa kompetensi adalah penguasaan
terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Muslim, 2010: 155).
Dari kedua pendapat tersebut bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi adalah suatu penegetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-
perilaku yang kongnitif, afektif, dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya.
Hamalik (2010) menyatakan bahwa guru adalah pribadi
kunci dalam proses belajar mengajar, karena besar pengaruhnya
terhadap prilaku dan belajar para siswa, yang memiliki
kecenderungan meniru dan beridentifikasi (Hamalik, 2010: 196).
9
Sedangkan Hamdani (2012) mengemukakan bahwa guru adalah
pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab
memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan belajar
mengajar (Hamdani, 2012: 43).
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa
guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada adak didik disekolah.
Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung
jawab dan layak (Muhibbinsyah, 2000: 230).Sedangkan menurut
muslim menyatakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak (Muslim, 2010: 178).
2. Macam-macam kompetensi guru
Adlan mengemukakan bahwa kompetensi guru dibagi dalam
tiga bagian yaitu: (1) kompetensi kognitif, yaitu kemampuan
dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan tentang belajar
mengajar, dan tingkah laku individu, (2) Kompetensi afektif,
yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai
pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan (3)
kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku,
seperti membimbing dan menilai (Adlan, 2000: 32).
10
Sedangkan sudjana dalam hamdani mengumukakan empat
macam kompetensi guru yaitu a). Merencanakan program, b).
Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, c).
Menilai kemampuan proses belajar mengajar, d). Menguasai
bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau
mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya (Rusyan, 2010: 26).
3. Syarat-syara menjadi seorang guru
Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik
dan berhasil tentu saja diperlukan syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang guru.
Menurut Rusyan mengemukakan bahwa guru harus
memiliki tiga kemampuan diantaranya:
a. Bidang pengetahuan (knowledge), guru dituntut untuk
menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya, tata
cara penyampaian materi pelajaran, memahami bakat,
minat, kebutuhan, dan karakteristik siswa yang menjadi
anak didiknya berdasarkan potensi yang dimilikinya,
menguasai penggunaan alat-alat pelajaran, memiliki
pengetahuan mengenai sistem penilaian, administrasi
pendidikan dan memiliki pengetahuan tentang
kemasyarakatan.
b. Bidang keterampilan (skill), yaitu guru dituntut untuk
memiliki keterampilan yang berhubungan dengan ilmu
11
yang diajarkannya, misalnya cara mengkomunkasikan
materi pelajaran kepada anak didik, memotivasi belajar
siswa, menggunakan metode pengajaran, membuat program
dan persiapan mengajar, serta administrasi sekolah/kelas
lainnya.
c. Bidang sikap (attidude), guru dituntut untuk memiliki
sikap-sikap positif mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan pendidikan sehingga ia menjadi anutan, panutan
dan teladan di mata anak-anak didiknya.
Sedangkan menurut gordon (1988) dalam Muslim
mengemukakan enam asfek atau ranah yang menjadi syarat oleh
seorang guru diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knoledge) yaitu kesadaran dalam bidang
kongnitif, misalnya seorang guru mengetahui cara
melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Pemahaman (Understanding) yaitu kedalaman kongnitif,
dan efektif yang dimiliki individu. Misalnya seorang guru
yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi
peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secra
efektif dan efesien
12
c. Kemampuan(skill): adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam
memilih,dan membuat alat peraga sederhana untuk
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik
d. Nilai (value): adalah suatu setandar perilaku yang telah
diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang. Misalnyastandar perilaku guru dalam
pembelajaran ( kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan
lain-lain:
e. Sikap (attitude): yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-
tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisisd ekonomi,
perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagaenya: dan
f. Minat (interst): adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melakukasn sesuatu (Muslim, 2010: 146).
4. Peran guru dalam proses belajar mengajar
Selanjutnya Rusyan (2000: 35-37) mengemukakan bahwa
peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi :
a. Guru Sebagai Informator, Fasilitator dan Mediator
Guru sebaga mediator maksudnya adalah guru harus
memberikan penjelasan tentang kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan serta persiapan-persiapan yang harus dilakukan.
13
Sedangkan guru Sebagai Fasilitator maksudnya adalah guru
harus memberi jalan kemudahan kepada siswa dalam
memecahkan suatu masalah pelajaran. Begitu pula guru
Sebagai Motivator maksudnya guru harus dapat atau mampu
membangkitkan minat belajar siswa.
b. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai
atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup
tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketetapan atau keefektifan metode
mengajar.
c. Guru sebagai planner (perencana).
Sebagai planner artinya bahwa guru bertugas
merencanakan segala sesuatu sebelum kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan.
d. Guru sebagai pendiagnostik
Sebagai pendiagnostik maksudnya guru harus mengetahui
dan menganalisis segala atau masalah yang menjadi
penghambat kemajuan belajar siswa
14
e. Guru sebagai konservator.
Maksudnya guru harus mampu memelihara nilai-nilai
yang menjadi warna kedewasaan anak, karena pada
hakikatnya pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak.
f. Guru sebagai inovator
Sebagai inovator guru harus bertindak sebagai pembaharu
diberbagai aspek yang berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawabnya, minimal ia dapat memperbaharui kesalahan atau
kelemahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Belajar merupakan hal yang penting dan
utama dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan
pemahaman guru tentang belajar akan mempengaruhi cara guru
itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu
pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan
berbagai aspeknya yang cukup kompleks. Kedudukan guru yang
strategis ini kemudian diperlukan perwujudannya melalui kinerja
15
guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar pada
hakekatnya peranan guru sesuai dengan tanggung jawab dan
tugasnya.
Rusyan mengemukakan bahwa seorang guru (pendidik), guru
mempunyai kewajiban di antaranya (1). Melaksanakan proses
belajara mengajar: (2) Mengelola administrasi kelas: (3).
Memelihara sarana dan prasarana belajar (4). Meningkatkan
kemampuan profesional guru: dan (5). Membina hubungan baik
sesama guru (Rusyan, 2000: 40). Sedang Sudjana membagi tugas
dan kewajiban guru dalam lima kategori, yakni (1). tanggungjawab
dalam pengajaran: (2) tanggungjawab dalam memberikan
bimbingan: (3). tanggung jawab mengembangkan kurikulum: (4).
tanggung jawab dalam mengembangkan prestasi: dan (5). tanggung
jawab dalam membina masyarakat (Sudjana, 2004: 15).
Bertolak dari analisis tugas-tugas guru baik sebagai pengajar,
pembimbing, maupun administrator di dalam kelas. Kompetensi guru
terdiri dari: (1) menguasai bahan pelajaran, (2) mengelola program
belajar mengajar (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau
sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola
interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8) mengenal
fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami dan
menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
16
b. Study Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Cokrodikarjo mengemukakan bahwa IPS adalah
perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu
sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial
yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu polotik dan ekologi manusia yang
dipormulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan
tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari
(http/.massofa.wordpress.com/2010/12/09).
Senada dengan pendapat Barth di atas, Pusat Kurikulum
mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari
berbagai cabang ilmu IPS seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu IPS seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5)
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa
IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu IPS untuk
mengembangkan potensi kewarganegaraan yang
dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan
17
sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti
antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,
filsafat ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga
memuat isi dari humaniora dan ilmu-ilmu alam.
Dalam Kurikulum 2006, mata pelajaran IPS disebutkan
sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI sampai SMP/MTs. Mata pelajaran ini mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik disiapkan dan
diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang
cinta damai.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Sementara itu, fungsi pengajaran IPS di Sekolah Dasar dan
menengah adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta
didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia.
Misi utama pendidikan IPS adalah untuk membantu siswa
belajar tentang masyarakat dunia di mana mereka hidup dan
memperoleh jalan, untuk belajar menerima realitas sosial, dan
18
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
untuk membantu mengasah pencerahan manusia (Numan
Sumantri, 2001).
Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (http://
massofa.wordpress.com/2010/12/09) yang harus dicapai
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang
berguna dalam kehidupan masyarakat.
b. Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
dimasyarakat.
c. Membekali peserta didik dengan kemampuan
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan
dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
d. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental
yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup
yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan.
e. Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan ilmu
pengetahuan sosial sesuai dengan perkembangan
kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan
ilmu dan teknologi.
19
Dalam kegiatan proses belajar dan mengajar pada bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial pemerintah memberikan atau
merumuskan empat tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial yang harus disampaikan oleh seorang guru diataranya :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
ketrampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional dan global.(BSNP, 2006: 159).
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Secara mendasar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhan serta pertimbangan bahwa manusia
dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial pada jenjang harus dibatasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang pendidikan
20
dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
Pada jenjang pendidikan pendidikan dasar, ruang lingkup
pengajara Ilmu Pengetahuan Sosial dibatasi sampai pada gejala
dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan
sejarah. Sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
(SMP/MTS) ruang lingkup kajian diperluas meliputi geografi,
sejarah, ekonomi.
Selain itu Soehendro menjelaskan bahwa ruang lingkup
pembelajaran IPS pada jenjang SMP/MTS meliputi aspek-aspek
sebagai berikur:
a. Manusia, tempat dan lingkungan
b. Waktu, Keberlanjutan, dan perubahan
c. Sistem sosial dan budaya
d. Prilaku Ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006: 160)
H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang diamati(Moleong, 2004: 11).
21
Dalam menggunakan metode penelitian kualitatif peneliti hanya
mengharapkan apa adanya dari ucapan atau tulisan dari perilaku orang-
orang atau subyek-subyek yang diteliti.
Dalam memaparkan data dari temuan serta dalam membahas
skripsi ini penulis mengemukakannya secara deskriptif yaitu
menggambarkan dengan kata-kata semua data yang diproleh serta
diuraikan secara alamiah (apa adanya).
Adapun ciri penelitian yang dilakukuan dengan melakukan
pendekatan kualitatif menurut Moleong (2001: 65) adalah:
1. Melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan.
2. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain alat pengumpul data
utama.
3. Menggunakan model kualitatif.
4. Menggunakan analisis data secara induktif.
5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang
berasal dari data.
6. Deskriptif.
7. Lebih banyak mementingkan dari segi proses dari pada hasil.
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.
9. Adanya keriteria khusus untuk keabsahan data.
10. Desain yang bersifat sementara.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
22
Berdasarkan ciri-ciri pendekatan kualitatif diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti mengkaji setiap pristiwa yaitu kompetensi guru Ilmu
Pengetahun Sosial pada SMP dan MTS di Kecamatan Suralaga Kabupaten
Lombok Timur.
2. Data Penelitian
a. Jenis dan Sumber Data
Menurut Arikunto yang dimaksud dengan sumber data adalah
subyek dimana data dapat diperoleh. Oleh karena itu dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode-metode observasi, wawancara dan
dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka yang menjadi sumber
data adalah :
1. Kepala Sekolah atau Madrasah untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan proses belajar mengajar.
2. Guru Ilmu Pengetahuan Sosial untuk mendapatkan data tentang
kompetensi guru dalam memegang mata pelajaran IPS
b. Teknik Pengumpulan data
Setiap penelitian baik yang bersifat rahasia ( tertutup ) untuk
kalangan yang sangat terbatas ataupun yang bersifat umum atau yang
dipublikasikan, selalu menggunakan metode dan alat pengumpulan
data yang tersusun dengan baik serta disesuaikan dengan tujuan
penelitian.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka alat pengumpul data
yang dipergunakan oleh peneliti adalah 3 macam metode yaitu:
23
1. Metode Observasi
Dalam buku metodologi penelitian dijelaskan bahwa
observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengobservasi atau mengamati secara sistematik gejala–
gejala yang diselidiki(Achmadi, 2003: 70 ). Pendapat lain
menyebutkan bahwa observasi adalah suatu alat sebagai aktiva
yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156 ).
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan observasi adalah suatu metode
atau cara untuk mendapatkan data yang di inginkan melalui
pengamatan secara langsung terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra.
Observasi dapat dibagi atas pengamatan terbuka dan
pengamatan tertutup. Pengamatan secara terbuka diketahui oleh
subyek, dan para subyek dengan suka rela memberikan
kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang
terjadi. Sebaliknya ada pengamatan tertutup dimana
pengamatannya beroprasi dan mengadakan pengamatan tanpa
24
diketahui oleh subyeknya (Moleong). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pengamatan terbuka.
2. Metode Wawancara (Interview)
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau
kusioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto, 2006: 155 ).
Sedangkan menurut ahli lain menyatakan bahwa
interview adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara lansung informasi–informasi atau
keterangan–keterangan (Achmadi, 2003: 83).
Pada umumnya wawancara dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu wawancara bersetruktur dan wawancara tak
berstruktur (Moleong, 2001). Dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan wawancara berstruktur yaitu wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah-masalah
pertanyaan yang diajukan.
Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kompetensi guru pada SMP/MTS dalam meningkatkan
mutu belajar siswa pada mata pelajaran IPS, pelaksanaan proses
belajar mengajar dan semua hal yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian.
25
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari
data mengenai hal–hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).
Ahli lain mengatakan bahwa dokumentasi artinya
barang–barang tertulis baik buku, majalah, dokumen, peraturan–
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
( Achmadi, 2003: 72 ).
Dari kedua pendapat ahli tersebut, maka yang dimaksud
dengan metode dokumentasi adalah cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dengan mencatat keterangan–keterangan yang
terdapat dalam dokumen–dokumen seperti raport, daftar nilai
( leger ) dan catatan khusus dari guru yang terkait dengan
masalah yang diteliti.
Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dengan
menggunakan metode ini adalah peneliti dapat mengetahui
informasi-informasi terdahulu melalui dokumen-dokumen atau
arsip-arsip yang tersimpan. Melalui dokumentasi ini diperoleh
data-data tentang hasil kinerja guru yang sudah lewat.
3. Analisis Data
Menganalisis data dalam penelitian merupakan langkah yang
sangat kritis dalam melakukan penelitian yang bersifat ilmiah, karena
26
dalam analis data itulah akan diperoleh arti dan makna dalam memecahkan
masalah-masalah yang akan diteliti. Data yang terkumpul selama peneliti
melakukan penelitian di analisis dan di interprestasikan secara mendetail,
teliti dan cermat untuk memperoleh kesimpulan yang lebih obyektif dari
suatu penelitian.
Mengingat penelitian ini hanya menampilkan data-data kualitatif
maka strategi pendekatannya menggunakan metode induktif, dimana
metode itu sendiri merupakan metode berfikir yang berangkat dari fakta-
fakta umum, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta
atau peristiwa-peristiwa yang kongkrit itu ditarik kesimpulan untuk
memperoleh makna yang bersifat khusus.
4. Pengujian Validasi dan Redibilitasi Data
Untuk menetapkan validasi dan kredibilitasi data diperlukan teknik
pemeriksaan, dan pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah keriteria tertentu. Ada empat keriteria yang digunakan dalam
validasi dan kredibilitasi data yaitu:
a. Kredibilitas Data
Kredibiltas pada dasarnya menggantikan konsep validitas
internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan
inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai. selain itu kredibilitas juga mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan membuktikan oleh
peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2005).
27
Kreadibilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kebenaran
suatu penelitian sehingga dapat dipercaya oleh pembaca dan dapat
diterima oleh orang-orang informan yang memberikan informasi
yang dikumpulkan.
Lincoln dan Guba ( Moleong, 2005) merekomendasikan tujuh
teknik yang perlu dilakukan dalam memenuhi kredibilitas, tetapi
dalam penelitian ini penulis merasa cukup dengan 3 teknik saja yaitu:
1. Triangulasi yaitu cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi
sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa
dengan triangulasi, peneliti dapat mericek temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau
teori.
2. Referential Adequacy Cheeks yaitu melacak semua kesesuaian
hasil analisis data, dimana semakin sesuai maka semakin
terpercaya hasil peneliannya.
3. Pengecekan sejawat yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan
jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki
pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti,
sehingga bersama mereka peneliti dapat merview persepsi,
pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
28
b. Dependabilitas
Dependabilitas merupakan kriteria untuk penelitiaan kualitatif
apakah proses penelitian bermutu atau tidak. Cara untuk menetapkan
bahwa penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Proses penelitian
yang benar adalah dengan audit dependabilitas guna mengkaji
kegiatan yang dilakukan peneliti (Moleong, 2005).
Adapun cara yang dapat dilakukan dalam melakukan
dependabilitas ini adalah dengan memeriksa semua data dengan
tingkat ketelitian karena untuk memperoleh keyakinan terhadap apa
yang dilakukan selama dalam proses penelitian. Hal ini dapat
dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai auditor independen untuk
melakukan review terhadap seluruh aktivitas penelitian.
c. Transferabiliy.
Transferability merupakan persoalan empiris bergantung pada
kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan
transferabiliy tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan
demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang
transferability (Moleong, 2005).
d. Komfirmabilitas.
Komfirmabilitas dilakukan untuk mengecek kebenaran data
yang diproleh melalui observasi dan wawancara serta data-data
29
pendukung yang lain. Hal ini dilakukan semata-mata ingin
mencocokkan keseluruhan data yang diperoleh. Untuk mengetahui
tingkat komfirmabilitas data peneliti melakukan triangulasi teori
dengan cara minta dosen pembimbing untuk melakukan pengecekan
berulang-ulang yang kemudian dicocokkan dengan teori-teori yang
ada dalam penelitian ini diharapkan dapat memenuhi standar
penelitian kualitatif yakni truth volue, consistency and naurally.
30
I.
31