Download - PROPOSAL Penelitian

Transcript

USULAN PENELITIAN PREDIKSI EROSI PADA TEGAKAN JATI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN SIG DI KPH PERUM PERHUTANI GUNDIH, JAWA TENGAH

Disusun Oleh : WISNU CAHYADI (07/253303/PN/11074)

JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

LEMBAR PENGESAHAN PREDIKSI EROSI PADA TEGAKAN JATI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN SIG DI KPH PERUM PERHUTANI GUNDIH, JAWA TENGAH

OLEH : WISNU CAHYADI (07/253303/PN/11074) Disetujui untuk dilaksanakan Tanda Tangan Pembimbing Utama Ir. Suci Handayani MP

......................... . Pembimbing Pendamping Ir. Anjal Anie Asmara M.Si

......................... . Komisi Penelitian Dr. Ir. Djafar Shiddieq, M.Sc.

......................... . Ketua Program Studi Dr. Ir. Sri Nuryani HU M.Sc

......................... .

I.PENDAHULUAN a. Latar Belakang Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktorfaktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan. Arsyad (2006) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Prediksi erosi menggunakan model erosi USLE (Universal Soil Loss Equation)

dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka panjang dari erosi lembar atau alur. Metode USLE merupakan model digital parametric yang lebih berkembang dan banyak digunakan karena didukung penggunaan komputer digital untuk memproses data yang banyak dalam waktu singkat, sebaliknya pada tipe fisik dan analog masing-masing hanya didukung model dalam bentuk kecil di laboratorium dan hanya menggunakan sistem mekanika untuk mensimulasikan aliran air. Indonesia adalah salah satu negara penghasil kayu. Data dari Bank Indonesia tahun 1999 menyatakan bahwa ekspor non migas dari sektor kehutanan menghasilkan devisa negara yang tinggi sebesar 6 miliar dolar AS, yaitu setengah dari hasil ekspor migas. Ekspor kayu unggulan Indonesia adalah ekspor kayu Jati yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga mengakibatkan permintaan akan kayu Jati terus meningkat. Jati merupakan komoditas yang sangat penting untuk produksi domestik maupun ekspor. Struktur serat yang padat dan kuat yang dimiliki oleh batang pohon Jati menjadikannya sebagai kayu yang memiliki kualitas tinggi dan tahan lama. Salah satu sumberdaya alam yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional yang harus dijaga kelestariannya agar dapat diperoleh manfaat baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sumberdaya hutan ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari. Kawasan Hutan Indonesia ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi. Penunjukan Kawasan Hutan ini disusun berdasarkan hasil pemaduserasian antara Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Penunjukan kawasan hutan mencakup pula kawasan perairan yang menjadi bagian dari Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) (Perhutani, 1998). Kawasan hutan dibagi kedalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut :

1. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 2. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 3. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Pengelolaan hutan yang lestari adalah pengurusan dan penggunaan lahan hutan dan hutan pada tingkatan rata-rata yang memungkinkan tetap terpeliharanya keanekaragaman hayati, produktifitas, kapasitas regenerasi, vitabilitas dan kemampuannya untuk memenuhi fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial pada tingkat lokal, nasional, dan global serta tidak menyebabkan kerusakan kepada ekosistem lainnya pada saat ini maupun pada masa yang akan datang (Helms, 1998). Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis pohon yang dikelola oleh Perum Perhutani. Saat ini Perum Perhutani memberlakukan daur jati antara 40 tahun sampai 90 tahun dengan kriteria tertentu. Jati sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki kekuatan dan keawetan yang tinggi bila dibandingkan dengan jenis yang lain. Selain itu, jati juga mempunyai bentuk yang indah dan mempunyai nilai kayu yang tinggi. Tindakan pengelolaan tanah terhadap tegakan Jati sebagai usaha konservasi tanah agar meminimalkan daerah yang tererosi yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas lahan itu sendiri baik dari segi sifat fisika, kimia, dan produktivitas tegakan Jati tersebut. Agar menghindari hal tersebut maka usaha konservasi tanah baik secara mekanik dan vegetatif sangat perlu dilakukan dalam memanajemen lahan tegakan Jati. Tindakantindakan tersebut merupakan satu-kesatuan dari pengelolaan tanah yang dapat diukur dari segi kualitas maupun kuantitas hasil produksinya.

Penelitian ini dimaksudkan agar dapat menentukan kualitas pengelolaan tanah terhadap usaha konservasi tanah dan mengetahui prediksi erosi yang terjadi dengan dua metode yaitu USLE dan SIG. Sehingga hasil dari prediksi erosi tanah akan dilaporkan dalam suatu data spasial yaitu peta daerah erosi. Peta daerah erosi merupakan penyebaran tingkat ancaman atau besarnya erosi pada suatu wilayah. Pemetaan daerah rawan erosi secara tradisional dilakukan dengan analisis peta topografi, peta penggunaan tanah, dan peta tanah yang dilakukan dengan menjelajahi wilayah yang akan dipetakan dan mencatat atau melakukan pengukuran yang kemudian dipetakan. Pada saat ini, siring kemajuan teknologi informasi telah dikembangkan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang dapat membantu perencanaan membuat data spasial dengan mudah dalam waktu yang singkat. Pemetaan daerah yang rawan erosi dengan menggunakan metode USLE dan SIG merupakan suatu upaya untuk menyediakan data spasial erosi untuk bahan pertimbangan perencanaan penggunaan lahan dan konservasi tanah di daerah penelitian. b. Tujuan Penelitian 1. Memprediksi tingkat erosi terhadap kualitas pengelolaan tanah pada tegakan Jati di Perum Perhutani KPH Gundih. 2. Memberikan alternatif metode konservasi untuk mencegah erosi yang dapat menghilangkan tingkat produktivitas lahan lebih besar. c. Manfaat Penelitian 1. Menyediakan data daerah rawan erosi dalam bentuk peta yang mudah dimengerti dan dipelajari. 2. Bahan acuan bagi perusahaan dalam menentukan prioritas konservasi bagi daerah-daerah yang mempunyai prediksi kehilangan kesuburan tinggi akibat erosi. 3. Sebagai bahan monitoring kebijakan teknologi konservasi di Perum Perhutani KPH Gundih.

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Konservasi dan Erosi Tanah Konservasi sumberdaya tanah dan air sangat penting artinya untuk menjaga kelangsungaan produksi bahan makanan dan fiber, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat, disamping juga untuk mengamankan lingkungan. Konservasi tanah dapat diartikan sebagai tindakan untuk menggunakan tanah berdasarkan kemampuannya, dan meperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah dapat tetap produktif dan tidak rusak (Suripin, 2001). Arsyad (2006) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Dewasa ini Young et. al (1987) menyatakan bahwa ada pendekatan baru konservasi tanah yang disebut land husbandry yang diwujudkan dalam usaha tani dengan pendekatan konservasi. Ciri dari pendekatan ini adalah: 1. Memfokuskan pada hilangnya tanah dan pengaruhnya terhadap hasil tanaman sehingga perhatian utamanya bukan lagi pada bangunan fisik tetapi kepada metode biologis untuk konservasi seperti halnya penanaman penutup lahan. 2. Memadukan tersebut. 3. Melarang bertani dilereng bukan penyelesaian masalah. Tindakan seperti ini tidak bisa diterima secara sosial dan politis. Yang harus tindakan konservasi tanah dan konservasi air sehingga masyarakat mendapat keuntungan langsung dari usaha

dicari

adalah

metode akan

bertani

yang bila

bisa ada

mempertahankan partisipasi dari

kelestarian sumberdaya lahan dan alam. 4. Konservasi lahan berhasil masyarakat terutama para petani. Motivasi masyarakat akan timbul bila mereka melihat keuntungan yang akan diperoleh. 5. Yang terpenting lagi adalah perlu adanya pemahaman bahwa kegiatan konservasi lahan adalah bagian integral dari usaha perbaikan sistem usaha tani. Kegiatan konservasi bermacam-macam, contohnya konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik. Suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk konservasi tanah, pada kenyataannya selain dapat menekan laju erosi juga mampu memperbaiki tata air tanah. Terasering misalnya, mampu menekan laju erosi akibat berkurangnya kecepatan limpasan permukaan, karena dapat memberi kesempatan infiltrasi (meningkatkan waktu infiltrasi), dan menyebabkan volume air yang masuk dalam tanah meningkat. Demikian pula kegiatan penanaman vegetasi dapat berfungsi mengurangi laju erosi dan memperbaiki tata air tanah (Utomo, 1994). B. Tegakan Jati Jati (Tectona grandis) termasuk dalam famili verbenaceae dan merupakan pohon tropik yang menggugurkan daun pada musim kemarau. Di Indonesia dikenal dengan nama jati, jatos, deleg, dedekan, jate, kulidawa dan kiati. Sedangkan di negara lain jati terkenal dengan nama giati (Venezuela), teak (USA, Jerman), kyun (Myanmar), sagwan (India), maisak (Thailand), teck (Perancis) dan teca (Brasil) (Martawijaya et al.1981). Klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : 1. Divisi : Spermatophyta 2. Kelas : Angiospermae 3. Subkelas : Dicotyledoneae 4. Ordo : Verbenales 5. Famili : Verbenaceae 6. Genus : Tectona

7. Species : Tectona grandis Linn.f Penyebaran jati di Indonesia terdapat di daerah Jawa, Muna, Maluku (Wetar) dan Nusa Tenggara, sedangkan di luar Indonesia di India, Thailand dan Vietnam. Pohon jati merupakan pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam dan jati pring (bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang (Martawijaya et al.1981). C. Pengelolaan Tegakan Jati Pengelolaan hutan termasuk hutan tanaman jati dan hutan tanaman jenis lainnya di seluruh Pulau Jawa (kecuali wilayah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta serta cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa), dipercayakan pengelolaannya oleh pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perhutani berdasarkan PP No. 36 Tahun 1986. Saat ini Perhutani sebagai pengelola hutan jati memberlakukan daur jati antara 40 sampai 90 tahun. Sedangkan implementasinya dilaksanakan oleh Biro Perencanaan dalam menyusun Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) yang menggunakan daur tidak sama untuk beberapa wilayah, yaitu unit I Jawa Tengah 60 sampai 80 tahun, unit II Jawa Timur antara 50 sampai 90 tahun, dan unit III Jawa Barat menggunakan daur 40 Tahun. Prosedur penentuan daur secara resmi belum pernah ditetapkan. Hal ini mungkin disebabkan karena apa yang telah dilaksanakan selama ini sudah dianggap baik berlaku secara rutin dalam pengelolaan hutan (Perum Perhutani, 1991). D. Persamaan USLE Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan metode yang umum digunakan untuk memprediksi laju erosi. Selain sederhana, metode ini juga sangat baik diterapkan di daerah-daerah yang faktor utama penyebab erosi adalah hujan dan aliran permukaan (As-Syakur, 2008). Adapun persamaan USLE adalah sebagai berikut (Arsyad, 2006):

A = R*K*L*S*C*P A = Banyaknya tanah tererosi (ton -1 tahun-1)

(1)

R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakann perkalian antara energy hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan. K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk satu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 m), terletak pada lereng 9%, tanpa tanaman. L = Faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22.13 m) di bawah keadaan yang identik. S = faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik. C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. P = Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik. 1. Erosivitas Hujan (R) Mengingatkan keterbatasan data intensitas hujan maksimum di Indonesia, Bols (1978) Cit. Arsyad (2006) telah memodifikasi persamaan USLE untuk erosivitas di Indonesia. Sehingga menghasilkan rumus : R = 6,119(RAIN)1,21(DAYS)-0,47(MAX P)0,53 R = Indeks erosivitas rata-rata bulanan RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm) DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata perbulan (2)

MAX P

= Curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulam bersangkutan

Selain rumus erosivitas yang dikembangkan oleh Bols (1978), terdapat juga rumus erosivitas lain yang dikembangkan oleh Lenvain (1975) Cit. Bols (1978), dan Adimiharja (1989). Indeks erosivitas Lenvain : R = 2,21 H1,36 R = Indeks erosivitas H = Jumlah hujan Bulanan (cm) Indeks erosivitas Adimiharja : Re = (Q)2,263(Pm)0,678/40,056(D)0,349 Re Q Pm D = Erosivitas hujan (unit/bulan) = Rerata curah hujan (cm/tahun) = Rerata curah hujan maksimum per hari (cm) = Jumlah hari hujan perbulan (4) (3)

2. Erodibilitas Tanah (K) Setiap tanah memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda, tergantung dari bahan penyusun tanah tersebut. Tanah yang paling stabil dan paling resisten terhadap erosi adalah tanah liat karena liat mempunyai kemantapan struktur yang lebih tinggi serta kapasitas penampung airnya tinggi. Tanah yang mengandung banyak debu memiliki erodibilitas tanah yang tinggi, sehingga mudah tererosi, debu sangat mudah dihanyutkan oleh air, debu mudah jenuh air sehingga kapasitas infiltrasinya cepat menurun, sedang kemantapan strukturnya sangat rendah karena daya kohesi antara partikelnya sangat lemah (Kartasapoetra et al., 1985). Nilai Erodibiltas dapat ditentukan menggunakan nomograf atau dengan suatu persamaan. Persamaan untuk menentukan K adalah sebagai berikut (Wischemeier dan Smith, 1978) : 100K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3) K M = Erodibilitas = ukuran kecil partikel (%debu + % pasir halus) (5)

a b c

= kandungan bahan organik = kelas struktur tanah = kelas permeabilitas

3. Kemiringan dan Panjang Lereng (LS) Secara umum persamaan untuk menentukan panjang lereng adalah (Arsyad, 2006): L = (X/22)m L = Faktor panjang lereng X = Panjang lereng (m) dan m = konstanta yang besarnya sama dengan 0,5 untuk lereng yang kecuramannya lebih dari 5%, 0,4 untuk lereng 3,5-4,5 %, 0,3 untuk lereng 1-3%, dan 0,2 untuk lereng < 1%. Sedangkan persamaan untuk menentukan faktor kemiringan lereng menggunakan persamaan (Arsyad, 2006): S = (0,43+0,30s+0,043s2)/6,613 S = Faktor kemiringan lereng s = Kemiringan lereng (%) Menghitung faktor panjang lereng (L) menjadi masalah yang sangat rumit saat pengaplikasian SIG berbasis pixel dalam perhitungan erosi dengan metode USLE (Kinnell, 2008). Aplikasi SIG memerlukan data Digital Evaluation Model (DEM) untuk menghasilkan gambaran faktor LS yang lebih spesifik dalam setiap pixelnya. Dalam perkembangannya, ada beberapa formula untuk menentukan nilai faktor LS berbasis DEM dalam SIG yang mempertimbangkan heterogenitas lereng serta mengutamakan arah dan akumulasi aliran dalam perhitungannya (Blanco and Nadaoka, 2006). Moore and Burch (1986) Cit. Kinnell (2008) telah mengembang suatu persamaan untuk mencari nilai LS dengan memanfaatkan sata DEM pada SIG. Adapun persamaan itu adalah : LS = (X*CZ/22:13)0,4*(sin s/0,0896)1,3 LS X CZ = Faktor lereng = Akumulasi Aliran = Ukuran pixel S = Kemiringan lereng () (8) (7) (6)

4. Vegetasi dan Pengelolaan Tanaman (C) Secara garis besar, teknik pengendalian erosi dibedakan menjadi dua, yaitu teknik konservasi mekanis dan vegetatif. Namun demikian, dalam prakteknya konservasi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan/tanaman, serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun (Balittan, 2007). Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Oleh karena kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan pemukiman, semua tanah tidak dapat dibiarkan tertutup hutan dan padang rumput. Namun demikian dalam usaha pertanian, jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan erosi (Arsyad, 2006). 5. Tindakan-tindakan Khusus Konservasi Tanah (P) Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi (P) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah secara lereng dalam keadaan yang identik (As-Syukur, 2008). Praktek-praktek konservasi tanah dapat mempengaruhi gerakan proses erosi atau sedimentasi yaitu dengan mengurangi gerakan sedimen dengan satu atau berbagai cara. Cara-cara tersebut adalah dengan mengurangi energy kinetik hujan, mengurangi kekuatan aliran permukaan, menurunkan kuantitas/jumlah aliran permukaan, menurunkan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi, dan mencegah perpindahan tanah secara besar-besaran (Meyer, 1980). E. Sistem Informasi Geografi (SIG dan Peranannya dalam prediksi Erosi Perkembangan teknologi komputer yang semakin cepat, canggih, dan berkemampuan tinggi meliputi: kapasitas memori yang semakin besar, proses data yang semakin cepat dan fungsi yang sangat majemuk (multifungsi) yang dioperasikan melalui beberapa paket program, berdampak pula pada proses pembuatan peta. Pembuatan peta sacara konvensiaonal teretris dapat dipermudah dengan bantuan komputer mulai dari

pembacaan peta di lapangan yang dapat langsung di download ke komputer untuk pelaksanaan perhitungan polygon, perataan perhitungan (koreksi) dan lain-lain, bahkan sampai pada proses pembuatan pemisahan warna secara digital sebagai bagian dari proses pencetakan peta (Hardjati, 2002). Penggambaran keadaan muka bumi ke dalam bidang datar (yang kemudian disebut peta) merupakan salah satu kebutuhan awal bagi para pengelola dan perencana sumberdaya alam maupun keperluan militer. Namun penyajian kondisi muka bumi dengan cara manual tersebut akan mengalami beberapa hambatan, apabila akan dilakukan perbaikan informasi, maupun penggabungan dengan informasi dari simber lainnya. Adanya perkembangan pemanfaatan komputer dalam penanganan data secara umum mendorong pemanfaatan untuk penanganan data geografis. Perkembangan ini terutama dimulai pada awal tahun 1980-an, dimana personal komputer mulai memasuki pasaran. Perkembangan perangkat keras yang didominasi PC ini ternyata diikuti oleh adanya perkembangan perangkat lunak aplikasi geografi. Salah satu betnuk aplikasi yang berkembang selaras dengan perkembangan tersebut diatas adalah Sistem Informasi Geografi (SIG) (Suharyadi dan Danoedoro, 2004). SIG dapat mempresentasikan real world (dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana lembar peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi, SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibelitas dari pada lembar peta kertas. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata; objek-objek yang direpresentasikan di atas peta disebut unsur peta atau map features (contohnya adalah sungai, taman, kebun, jalan dan lain-lain). Karena peta mengorganisasikan unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya (Prahasta, 2001). As-Syakur (2008) melakukan penelitian prediksi erosi menggunakan USLE dan SIG berbasis pixel di daerah tangkapan air danau Buyan, Bali. Dalam aplikasi SIG pemanfaatan data DEM digunakan untuk mencari nilai faktor LS dan penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah yang sama digunakan sebagai pembanding untuk melihat kesamaan hasil dari metode prediksi ini. Hasil penelitiannya menunjukkan bhawa

nilai faktor LS yang diperoleh dari analisis DEM didominasi oleh nilai yang


Top Related