Download - Proposal penelitian
PROPOSAL PENELITIAN
SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PENELITIAN DALAM RANGKA GELAR INOVASI SISWA SMA
Disusun Oleh:
Ana Aminatul Aliyah (9946373435)Maya Masita (9950358598)
Deni Rahmat Faisal (9946373403)
Guru Pendamping Suhadi, S. Pd
Drs. Daryoto Eko
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH
0
SEPTEMBER, TAHUN 2011
1
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
1.
2
a. Judul Penelitian
Bidang Ilmu Penelitian
SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONALTerapan
3. Ketua Penelitia. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelaminc. NISNd. Instansi e. J u r u s a n f . A l a m a t
Ana Aminatul Aliyah Perempuan 9946373435SMA N 1 Pamotan Rembang IPADs. Pancur Rt.1/I Kec. Pancur Kab. Rembang Jawa Tengah
4. Jumlah Tim Peneliti 2 Orang5. Lokasi Penelitian DesaPragen Pamotan Rembang Jawa Tengah 6. Waktu Penelitian 1 Bulan (September –November )
7. Biaya yang diperlukana. Sumber dari Sarplas Dikmen Prov. Jawa Tengah b. Sumber Lain, Sebutkan
Jumlah
Rp. 5.500.000,- + Rp. 5.500.000,-(Lima Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
Pamotan, 30 September 2011
Mengetahui, Ketua Peneliti, Guru Pembimbing
Suhadi, S. Pd. Ana Aminatul Aliyah NIP. 19820403 200903 1 005 NISN: 9946373435
MengetahuiKepala SMA Negeri 1 Pamotan
Dra. Pusmi Indiyati NIP. 19570725 197903 2 004
2
SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Ana Aminatul Aliyah (9946373435), Maya Masita (9950358598), Deni Rahmat Faisal (9946373403), Suhadi, S. Pd, dan Drs. Daryoto Eko
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat bahwa dalam kenyataannya setiap musim panen jambu mete, petani selalu membuang-buang daging buah jambu mete. Dengan demikian penelitian ini mengangkat masalah penting bagaimana daging jambu mete dapat bermanfaat dalam mendukung ketahanan tanaman pangan lokal, pengetahuan lokal, sistem ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat Pamotan Rembang Jawa Tengah.
Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan gabungan (kualitatif dan kuantitatif) ini menggunakan perspektif konflik fungsional dan ekonomi lingkungan.
Kata Kunci: setup jambu mete, minuman kemasan, ketahanan pangan nasional
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu negara yang berdaulat, salah satu elemen penting yang perlu
dijaga adalah ketersediaan pangan nasional yang cukup. Ketergantungan
pangan nasional hanyalah akan menjadi pencipta suatu kehancuran suatu
negara bangsa. Agar tidak tercipta ketergantungan pangan nasional terhadap
stok pangan dari luar, perlu adanya gerakan kemandirian pangan nasional.
Hal mendasak yang perlu dilakukan diantaranya adalah studi
ketersediaan bahan pangan nasional. Selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan rekayasa bahan pangan nasional menjadi suguhan pangan siap saji.
Dengan demikian, maka akan tercipta diversitas ketahanan pangan
nasional, terciptalah penguatan sistem ekonomi nasional, terciptalah tatanan
kualitas hidup masyarakat nasional, hingga kemudian terciptanya masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera.
Studi awal diversitas bahan pangan endemik di tiap-tiap daerah perlu
dilakukan. Studi terdahulu yang relevan tentang hasil olahan pada tanaman
pangan endemik juga menjadi hal penting yang tidak dapat ditinggalkan.
Terdapat beragam alasan dan pemilihan salah satu bahan tanaman pangan
untuk diolah menjadi makanan kemasan.
Pemilihan bahan tanaman pangan untuk menjadi makanan
kemasanpun perlu diperhatikan. Beberapa hal diantaranya; ketersediaan bahan
baku di lapangan, kandungan gizi dalam tanaman pangan sesuai standar,
4
keunggulan khasiat kandungan dalam tanaman pangan, mampu menghidupkan
kajian relevan dengan kurikulum sekolah di berbagai jenjang, melibatkan dan
memanfaatkan pemilik pengetahun dan ketrampilan lokal sebagai
pengolahnya, ketersediaan teknologi tepat guna, terbukanya peluang pasar
hasil produk olahan, hingga syarat tentang penopang pelestarian jenis varietas
tanaman pangan nasional.
Gambar 1. Harga Domestik Jambu Mete 1990-1996 (dalam mata uang Indonesia - 1 US $ = Rp 2.400).
Sumber: httpwww.fao.orgdocrep005ac451eac451e00.jpg
Berdasarkan kunjungan lapangan pada bulan Juli 2011, kawasan
Rembang memiliki produksi buah jambu mete, tepatnya di daerah kecamatan
Pamotan. Buah jambu mete yang telah menjadi tenaman endemik di kawasan
Pamotan Rembang Jawa Tengah ini, hingga saat ini hanya metenya saja yang
dimanfaatkan untuk memiliki nilai ekonomi tinggi, sedangkan daging buah
jambu mete belum bernilai ekonomi tinggi. Terbukti, pada kunjungan
lapangan pada bulan Agustus hingga November, daging buang jambu mete di
buang di lahan perkebunan. Berangkat dari kondisi lapangan di atas, dalam
studi ini memfokuskan diri pada rekayasa pengolahan daging jambu mete.
5
Rekayasa pengolahan daging jambu mete ini kemudian menghasilkan produk
dalam bentuk minuman kemasan, yaitu dalam bentuk minuman setup jambu
mete kemasan.
Tabel. Tabel Produksi Jambu Mete di IndonesiaTahun Luas (Ha) Produksi
(tons)
1978 82 511 8 800
1983 193 583 18 047
1988 253 777 23 305
1993 400 593 69 751
1996 465 758 77 663Sumber: Nogoseno (1997, dalam FAO, 1998)
Dalam studinya Anwar dkk (2006) menemukan bahwa ada
kecenderungan masyarakat pada kawasan perkebunan jambu mete beralih
aktivitasnya dari pertanian ke industri. Padahal jambu mete (Anacardium
occidentale L.) memiliki permintaan tinggi di pasar dunia karena berbagai
aplikasi. Jambu mete shell cair (CNSL) memiliki berbagai macam sifat
biologis (Botany Research International, (2009:253). Kesadaran potensi
produk dan informasi mete antara petani pasar dalam beberapa kawasan dalam
keadaan bermasalah. Dalam jurnal Agricultural and Biological Science
(2008:10), dilaporkan bahwa produksi jambu mete dalam keadaan melimpah,
namun kesadaran potensi produk dan informasi mete antara petani pasar,
lemah.
Dengan demikian langkah studi yang menghasilkan jenis makanan
kemasan jelas dinanti-nantikan. Guna menciptakan keseimbangan akan
kelestarian tanaman pangan lokal, pengetahuan lokal, sistem ekonomi, dan
kualitas hidup masyarakat sekitar.
6
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan studi latar belakang di atas, permasalah yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu;
1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete?
2. Apa saja kandungan gizi dalam setup jambu mete?
3. Bagaimana proses produksi pengemasan setup jambu mete?
4. Bagaimana proses membangun kesadaran potensi produk dan informasi
mete antara petani dan pasar, dalam rangka menciptakan lapangan kerja
berbasis masyarakat sekitar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu;
1. Menciptakan proses produksi stup jambu mete.
2. Mengetahui kandungan gizi dalam setup jambu mete.
3. Menciptakan minnuman kemasan setup jambu mete.
4. Menciptakan model membangun kesadaran potensi produk dan informasi
mete antara petani dan pasar, dalam rangka menciptakan lapangan kerja
berbasis masyarakat sekitar.
D. Produk Hasil Penelitian
Untuk mewujudkan tujuan penelitian di atas, dalam penelitian ini
menghasilkan produk penelitian sebagai berikut;
1. Laporan penelitian tertulis
2. Produk miniman setup mete kemasan
3. Film dokumenter pembuatan setup mete
7
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian di atas, manfaat
penelitian bagi kelompok akademis dan kelompok masyarakat adalah sebagai
berikut;
1. Kelompok akademis
Untuk kalangan akademis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
literatur untuk penyusunan penelitian lanjutan dan penyempurnaan tentang
rekayasa jambu mete, kandungan gizi jambu mete, dan model
pemberdayaan ekonomi pemulia jambu mete dalam rangka menciptakan
diversitas ketahanan pangan nasional berbasis lokal.
2. Kelompok masyarakat
Selanjutnya, untuk kalangan masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai
media untuk meningkatkan diversitas pengolahan daging jambu mete
sekaligus menciptakan kesejahteraan sosial melalui penciptaan lapangan
kerja berbasis bahan baku lokal.
8
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Jambu Mete
1. Mengenal Buah Jambu Mete
Dari asal-usulnya di timur laut Brasil, jambu mete (Yunani:
Anacardium Occidentale) menyebar ke Amerika Selatan dan Tengah. Cerita
singkat, orang India dari Amerika Selatan membawa spesies ini ke Hindia
Barat pada pra-Columbus. Portugis diperkenalkan ke India dan Afrika Timur,
yang kemudian menyebar ke Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia. Orang-orang
Spanyol membawa jambu mete ke Filipina pada abad ke-17. Sebagian besar,
jambu mete sekarang dibudidayakan di banyak negara tropis.
Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda.
Di sumatera Barat jambu mete dinamai dengan mete jambu erang/jambu
monyet, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede,
di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu
jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
Adapun penyebutan nama jambu mete di dunia, dapat dilihat sebagai
berikut. Kaju untuk di Hindi, jambu mede atau jambu monyet untuk
Indonesia, jambu mede atau jambu monyet untuk Jawa, kasjoe atau mereke
untuk Belanda, Gajus atau jambu monyet untuk Melayu, hingga cay Dieu atau
dao lon panas untuk Vietnam.
9
Gambar. Jambu mete dengan varieras warna merahSumber: Menegristek, Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara,
Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan
Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar
Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi
Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai,
Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar,
Dompu, dan Bima).
Waktu panen bervariasi dari daerah ke daerah, tetapi biasanya
dilakukan pada musim kemarau dari Juli sampai November. Di Sulawesi
Tenggara, bulan panen dari bulan Juli sampai September, sedangkan
orchardists di Barat dan Timur Nusa Tenggara panen tanaman mete mereka
dari September-November. Perbedaan ini terutama karena iklim mikro variasi
antar daerah.
10
Gambar. Perempuan desa sedang memanen jambu meteSumber: http://ureport.vivanews.com/news/read/108355-
desa_ilepadung_penghasil_mete_organik
2. Kandungan Gizi Buah Jambu Mete
Tabel. Komposisi buah sernu jambu mete
Sumber: Haendler and Duverneil, 1970 dalam Mulyono dkk (BBP4:660)
11
Tabel. Karakter varietas unggul jambu mete
Sumber: Hadad, Usman Daras, dan Agus Wahyudi (2007:04)
12
Tabel. Kandungan kimia jambu mete dengan menggunakan pelarut yang berbeda
Sumber: Botany Research International, (2009:254)
3. Manfaat Buah Jambu Mete
Menurut Menegristek, tanaman jambu mete merupakan komoditi
ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya.
Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi
tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti
sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan
jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat.
Apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat
digunakan untuk bahan tinta,bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu,
kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat
sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan
13
perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti
gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai
pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai
lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk
obat luka bakar.
Selanjutnya menurut Mulyono dkk (BBP4:658) menemukan berbagai
macam teknologi pengolahan yang dihasilkan buah mete jambu mete dapat
menghasilkan berbagai jenis produk olahan. Jenis produk olahan jambu
mete adalah sebagai berikut; sari buah (sari buah jernih, sari buah keruh, sari
buah dengan C02, anggur, cuka makan, jelly, nata de cashew), selai, pasta,
buah kaleng dalam sirup, manisan basah dan kering (candy), acar dan asinan
(pickle), sambal (chutney), lauk pauk (abon), dan pakan ternak.
Tabel. Produk-produk olahan buah semu jambu mete
Sumber: Mulyono dkk (BBP4:660)
14
B. Relevansi Penelitian Terdahulu
Dalam studi terdahulu yang dilakukan oleh Zaubin, Suryadi, dan
Yuhono (2004:53) menekankan bahwa permasalahan jambu mete adalah pada
rendahnya pendapatan petani pemulia jambu mete. Dengan rendahnya
pendapatan pemulian jambu mete itu, berdampak pada runtuhnya derajat
budidaya dan diversifikasi produk olahan berbahan dasar jambu mete. Dalam
studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono, memberi solusi untuk melakukan upaya
jangka pendek dan upaya jangka panjang.
Upaya jangka pendek mencakup pemeliharaan kebun yang baik agar
produksi dan kualitas gelondong meningkat serta diversifikasi produk baik
diversifikasi horizontal maupun vertikal. Upaya jangka panjang (5–10 tahun)
ditempuh melalui rehabilitasi dan peremajaan kebun-kebun mete. Inovasi
teknologi untuk melaksanakan perbaikan tersebut telah tersedia, namun
sosialisasinya masih menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu,
kemampuan petani perlu ditingkatkan, agroindustri dibenahi agar dapat
menunjang kegiatan produksi, dan pemerintah daerah mengkoordinasi dan
memfasilitasi semua sektor agar agribisnis mete dapat berjalan lebih baik.
Namun studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono di atas, belum secara jelas
dan tajam memberikan solusi tentang bagaimana model meningkatkan derajat
pendapatan petani dengan cara diversifikasi produk dan rehabilitasi kebun
jambu mete. Dalam studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono ini juga belum
mengusung isu tentang ketahanan pangan nasional dan kearifan lokal dalam
diversitas produk berbahan dasar jambu mete.
15
Dalam hal diversifikasi produk berbahan dasar jambu mete, dapat
dilihat studi Hadad, Daras, dan Wahyudi (2007: 18), dimana dalam studi
tersebut telah melangsir beberapa diversifikasi produk berbahan dasar jambu
mete sebagai berikut; Pengolahan Gelondong, Kacang Mete, CNSL (cashew
nut shell liquid), Sirup, Anggur, Abon, Selai, Dodol, Nata de Cashew, dan
Pakan Ternak. Jelas, dalam studi tersebut, belum melangsir diversifikasi
produk dalam bentuk setup jambu mete. Dengan demikian, studi tentang setup
jambu mete ini menjadi studi terkini yang perlu dilakukan.
Studi terkini tentang jambu mete juga relatif banyak menyingkap
tentang bagaimana meningkatkan produktivitas jambu mete. Studi yang
dilakukan oleh Guemaeni (2010:7) berangkat dari produktivitas tanaman
jambu mete yang rendah, antara lain disebabkan karena pengembangannya
menggunakan biji yang berasal dari pohon-pohon dengan potensi genetik
rendah atau bukan unggul. Dalam studi Gusmaeni ini memberi solusi agar
masyarakat Indonesia hendaknya dapat memanfaatkan plasma nutfah jambu
mete yang ada untuk men-dapatkan pohon-pohon dengan potensi produksi
tinggi, dan selanjutnya diperbanyak secara klonal dengan cara penyambungan
(grafting). Namun Gusmaeni terkesan mengesampingkan diversitas produksi
olah jambu mete yang tersedia melimpah ruah. Hal ini dapat dilihat pada tahun
2007, Indonesia telah mencapai 570.409 ha dengan produksi 350 kg
gelondong/ha dan total produksi 146.148 ton gelondong (Ditjenbun, 2008).
Dalam http://www.pdii.lipi.go.id/?p=1145, Selai (jelly) yang terbuat dari
jambu mete, adalah hasil olahan/pengawetan yang mempunyai bentuk/ tekstur
16
setengah padat (intermediate moistured food) atau seperti bubur kental.
Penggunaan selai/jelly biasanya dimakan bersama roti. Hasil olahan buah
jambu mete menjadi selai/jelly mempunyai rasa manis dengan aroma serta
citarasa yang hampir sama dengan buah aslinya.
Roti memang makanan pokok masyarakat luar negeri, untuk itulah
produk olahan selai/jelly selalu dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk
memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sedangkan permintaan untuk
konsumsi dalam negeri sendiri relatif sedikit. Selai/jelly buah jambu mete
menyerupai bubur kental berwarna jernih/transparan dengan aroma asli buah
jambu mete sangat mengundang selera untuk mencicipinya. Kandungan gizi
dan kalori yang terkandung di dalam buah jambu mete cukup banyak dan
lengkap, Energi (kal), Air, Protein, Lemak, Karbohidrat, Mineral (g), kalsium
(mg), Fosfor (mg), Zat besi (mg), Vitamin A (mcg), Vitamin B (mg), Vitamin
C (mg).
Menurut Kendriyanto (2005) Jambu mete adalah salah satu komoditas
perkebunanan yang memiliki nilai ekonomi cukup besar yaitu menghasilkan
kacang mete dan produk olahan dari buah semu. Di Desa Pelemsengir
Kecamatan Todanan Kabupaten Blora pada tahun 2005 telah dilakukan
kegiatan yang mengkaji alat pengupas kulit ari dan pengolahan buah semu
jambu mete. Produk olah dari buah semu yang dicoba adalah sirup dan dodol
mete, namun hasilnya perlu diperbaiki supaya kualitas lebih baik.
Pemanfaatan briket jambu mete dan tongkol sebagai bahan abakar
alternatif (Sinurat, 2011)
17
Dalam studi Sinurat (2011:ii) tentang pemanfaatan briket kulit jambu
mete dan tongkol jagung sebagai bahan bakar alternatif. Dalam studinya
tersebut bertujuan untuk membuat briket kulit jambu mete dan tongkol jagung,
melakukan pengujian proksimasi, menentukan kuat tekan dan kerapatan,
membandingkan briket kulit jambu mete dan tongkol jagung dengan standar
mutu briket yang ada yang meliputi nilai kalor, kadar air, kadar abu, fixed
carbon, volatile matter, kerapatan, dan kuat tekan, dan mengetahui efisiensi
thermal briket kulit jambu mete dan tongkol jagung. Studi Sinurat
menghasilkan bahwa efisiensi tertinggi dan nilai kalor tertinggi diperoleh pada
pembakaran briket kulit jambu mete 100% dengan perekat kanji (tepung
tapioka).
Menurut Pratiwi (2011:v) dalam studinya kajian formulasi dodol
jambu mete rendah tanin, menyimpulkan berdasarkan hasil analisa kimia,
fisik dan sensoris, dodol jambu mete yang dapat diterima oleh konsumen
adalah dodol yang dibuat dengan penambahan bubur jambu mete dan tepung
beras ketan 75% :25%. Dodol tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut
kadar air (17.18%), abu (1,42%), serat kasar (1,05%) yang telah memenuhi
syarat SNI dan vitamin C (0.036%).
Studi yang dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali,
limbah jambu mete dapat digunakan sebagai pakan ternak. Hasil pengkajian
BPTP Bali menunjukkan, pemberian limbah mete fermentasi pada kambing
dapat meningkatkan bobot badan secara nyata. Penimbangan pertama pada 24
ekor kambing memperoleh bobot awal rata-rata untuk P1: 15,67 kg/ekor dan
18
P2: 15,55 kg/ ekor. Setelah diberi pakan limbah 12 minggu (84 hari), bobot
badan rata-rata menjadi 18,49 kg untuk P1 dan 20,56 kg untuk P2. Dengan
demikian pada P1 diperoleh pertambahan bobot badan rata-rata 33,58 g dan
P2 59,65 g/ekor/hari. Hasil analisis ekonomi menunjukkan, pemberian limbah
mete fermentasi dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp31.950 per 12
minggu atau Rp10.650 per bulan untuk setiap ekor anak kambing
dibandingkan dengan pola pemeliharaan tradisional. Analisis tersebut sudah
memperhitungkan biaya bahan baku dan pengolahan.
Upe dan Ishak (1997) juga pernah melakukan studi tentang
pengembangan pemanfaatan dan pengolahan buah semu jambu mete menjadi
selai dan jam di sulawesi tenggara. Dalam studinya tersebut menghasilkan
pembuatan selai didapatkan bahwa perlakuan buah yang dimasak dengan
perbandingan gula dan sari 1:1 menghasilkan selai yang terbaik dengan kadar
pektin 0,505 persen, sedangkan pada pembuatan jam didapatkan bahwa
perlakuan perbandingan gula dengan pulp buah 0,5:1 menghasilkan jam yang
memenuhi SII 0173-78. Pemasakan buah semu jambu mete selama 15 menit
pada suhu lebih kurang 80 derajat C sebelum diolah lebih lanjut dapat
mengekstraksi lebih banyak kadar pektin.
Peneliti yang sama, Upe dan shak (1997), juga melakukan penelitian
tentang bagaimana model pengembangan penghilangan rasa sepet (astringent)
dan rasa gatal (acrid) buah semu jambu mete untuk produk minuman. Tujuan
penelitian untuk mendapatkan perlakuan yang tepat dari metode
penghilangan/pengurangan rasa sepat dan rasa gatal yang terkandung dalam
19
buah semu jambu mete. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan
buah yang disayat kulitnya dengan lama perendaman 12 jam, sudah
menghasilkan sari buah yang mempunyai nilai rasa sepat, rasa gatal, dan kadar
tanin yang tidak berbeda nyata dengan yang didapat dari perlakuan buah yang
dikupas dengan lama perendaman 18 jam. Sari buah jambu mete yang dikupas
kulitnya mempunyai rasa sepat yang kurang dibanding yang disayat dan
dibelah. Semakin lama buah direndam dalam larutan garam 3 persen, maka
kadar tanin sari buah yang dihasilkan semakin rendah
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan lakukan dengan pendekatan metode penelitian
campuran. Penggunaan metode campuran diselaraskan terhadap tipe
pertanyaan dalam penelitian. Utuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
proses produksi stup jambu mete, dilakukan pendekatan kualitatif dan
literatur. Untuk menjawab pertanyaan tentang apa saja kandungan gizi dan
keungguan stup jambu mete, akan dilakukan pendekatan kuantitatif.
Selanjutnya untuk mengetahui tentang bagaimana menyusun model
pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis masyarakat sekitar,
dilakukan pendekatan studi pustaka.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kecamatan Pamotan kabupaten
Rembang provinsi Jawa Tengah.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan September
2011.
D. Sumber Data Penelitian
Penelitian ini akan menggunan dua sumber data penelitian, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tentang model produksi
21
stup buah jambu mete, kandungan gizi, dan kandungan standarisasi minuman
kemasan. Selanjutnya data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu model produksi stup buah, keunggulan stup buah, dan model pemasaran
stup buah.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete
Untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses produksi stup jambu
mete, peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut;
- Mendatangi masyarakat sekitar apakah telah ada teknik produksi
jambu mete
- Jika ada, teknik prosuksi berbasis lokal itu dijadikan sumber dalam
proses penyusunan produksi stup jambu mete
- Melakukan studi literatur tentang bagaimana memproduksi stup jambu
mete
- Jika ada, teknik produksi berbasis literatur itu dijadikan sumber dalam
proses penyusunan produksi stup jambu mete
- Memadukan teknik masyarakat dan studi literatur tentang produksi
stup buah jambu mete
- Jika masyarakat dan studi literatur tidak ada, maka peneliti melakukan
ujicoba teknik produksi stup buah jambu mete
- Teknik produksi stup buah jambu mete akan dilakukan berulang-ulang
hingga terciptakan suatu hasil stu pyang berkualitas
22
2. Apa saja kandungan gizi dan keungguan stup jambu mete
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa saja kandungan gizi pada
stup buah jambu mete, peneliti akan membawa stup buah jambu mete ke
laboratorium terpercaya untuk diuji kandungan gizinya. Untuk
mengetahui kandungan gizi secara akurat, akan dilakkan minimal tiga kali
uji laboratorium. Adapun untuk menjawab keunggulan stup buah jambu
mete, peneliti melakukan analisis hasil kandungan gizi terhadap kajian
literatur tentang kegunaan dari tiap-tiap elemen yang dimiliki pada stup
buah jambu mete. Jika perlu, akan dilakukan uji laboratorium tentang
standarisasi SNI minuman kemasan.
3. Bagaimana model pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis
masyarakat sekitar
Dalam menciptakan model pemasaran produk stup buah jambu
mete, peneliti akan menggunakan suatu model pemasaran berdasar kajian
literatur. Model pemasaran yang bersumber dari kajian literatur itu
kemudian diadaptaasikan dengan potensi dan kelemahan dari masyarakat
lokal, sehingga tercipta suatu model pemasaran berbasis penciptaan
lapangan kerja penduduk lokal.
F. Penentuan Sampel, Populasi, dan Informan Penelitian
Berdasarkan data yang digunakan dalam menjawab pertanyaan di
atas, berikut ini penjelasan tentang penggunaan sample, populasi dan informan
dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu varietas buah jambu mete
23
sejumlah sembilan buah. Adapun sembilan buah ini akan diambil sebanyak
sembilan pohon yang ada pada habibat pohon jambu mete di lokasi terpilih.
Tiap-tiap buah jambu mete akan dikemas menjadi satu gelas stup buah jambu
mete. Dengan demikian terdapat sembilan gelas stup jambu mete. adapun
informan dalam penelitian ini yaitu beberapa anggota masyarakat sekitar
lokasi yang terdapat kebun jambu mete.
G. Teknik Analisi Data
1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete
2. Apa saja kandungan gizi dan keungguan stup jambu mete
3. Bagaimana model pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis
masyarakat sekitar
Teknik analisis data pada penelitian melalui delapan langkah. Adapun
delapan langkah dalam teknik analisis data eksplanatoris yaitu sebagai berikut:
1) pengumpulan data; 2) reduksi data; 3) peragaan data/ visualisasi data; 4)
transformasi data; 5) perbandingan data; 6) interpretasi data; 7) legitimasi; dan
8) pengampilan kesimpulan atau laporan akhir.
24
Interpretasi dataLegitimasi
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Peragaan Data
Transformasi data
Perbandingan Data
Pengambilan simpulan/ Pelaporan akhir
Gambar. Alur Teknik Analisis Data Campuran
25
;
Sumber: Diadaptasikan dari Miles dan Huberman, 2007; Onwuegbuzie dan Teddie, 2010; Tashakkory dan Teddlie, 2010 dengan modivikasi seperlunya.
Berikut ini merupakan definisi operasional dari delapan tahapan dalam
teknik analisis data eksplanatoris dari penelitian ini.
1) Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dari lapangan dengan
teknik wawancara, observasi, serta studi arsip dan dokumen.
2) Tahap reduksi data yaitu mengolah data dengan cara memilah-milah,
membuang data sampah, dan menambah yang perlu.
3) Tahap peragaan data/ visualisasi data yaitu meragakan data kualitatif
menjadi matriks, bahan, grafis, jarigan, daftar, rubrik, diagram venn, dan
tabel.
4) Tahap transformasi data yaitu mengkualifikasikan dan atau
mengkuantifikasikan data.
5) Tahap perbandingan data yaitu memperbandingkan data dari sumber-
sumber daya yang berbeda.
6) Tahap interpretasi data yaitu memaknai data menurut peneliti
7) Tahap legitimasi yaitu melakukan penguatan validitas data dengan
pendekatan deskripsi teoritik dan data lapangan.
8) Tahap pengampilan simpulan atau laporan akhir yaitu menjawab
pertanyaan penelitian dan memberikan rekomendasi dalam bentuk
26
pelaporan akhir penelitian.
H. Desain Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu; tahap pra
penelitian, tahap proses penelitian, dan tahap pasca penelitian. Melakukan studi
literatur pendahuluan, studi pendahuluan lapangan yang digunakan dalam
menyusun proposal penelitian, dan melengkapi berbagai surat perijinan
merupakan beberapa kegiatan dalam pra penelitian. Selanjutnya peneliti terjun ke
lapangan mengumpulkan data penelitian, uji laboratorium, mereduksi data,
visualisasi data, analisis data, pelengkapan data lapangan, analisis data penelitian,
hingga penyusunan simpulan dalam peneltian, merupakan kegiatan dalam proses
penelitian. Tahap terakhir yaitu melakukan penyunan laporan, penjilidan,
penggandaan hasil penelitian, hingga publikasi dari hasil penelitian.
Berdasarkan sistemasika penyusunan laporan penelitian, penelitian ini
terdiri dari lima bab. Bab satu memuat tentang pendahuluan penelitian. Bab dua
memuat tentang kajian pustaka penelitian. Bab tiga memuat tentang metode
penelitian. Bab empat memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hingga
bab lima memuat tentang simpulan dan rekomendasi yang dianggap penting pasca
penelitian.
27
BAB IV
28
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Agbongiarhuoyi Anthony E., Aigbekaen E.O.1 and Akinbile L.A. 2008.
Awareness Of Cashew Products Potentials And Market Information Among
Farmers In Kogi State, Nigeria. ARPN Journal of Agricultural and
Biological Science. VOL. 3, NO. 4, JULY 2008 ISSN 1990-6145.
Anwar; Dipokusumo, Bambang ; Nurjannah, Siti. 2006. Studi Transformasi
Pertanian Kearah Industri Pada Kawasan Perkebunan Jambu Mete Di
Propinsi Nusa Tenggara Barat : Kasus Rumahtangga Petani Lahan
Kering : Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Tanpa tahun. Pakan Ternak dari
Limbah Jambu Mete. Dalam http://www.smallcrab.com/others/425-pakan-
ternak-dari-limbah-jambu-mete. diunduh pada tanggal 03 November 2011.
Budi Utami. Pengetahuan Umum dan Peraturan Kemasan. Balai Besar Kimia dan
Kemasan. Dalam http://www.bbik-litbang.or.id. Diunduh pada tanggal 08
November 2011.
Cara pembuatan setup buah rempah. Dalam http://anekakuliner.com/tag/cara-
pembuatan-setup-buah. diunduh pada tanggal 08 November 2011.
Deptan. 2009. Standar Prosedur Operasional Pengolahan Mangga. Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2008.
Jambu Mete. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.
Edy Mulyono, Abubakar dan Djajeng Sumangat. Teknologi Inovatif Pengolanan
Buah Semu Jambu Mete untuk Mendukung Agrolndustri. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Teknologi lnovatif Pascapanen untuk Pengembangan
Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dun Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Hal: 658
29
Elna Karmawati. 2008. Perkembangan Jambu Mete dan Strategi Pengendalian
Hama Utamanya. Jurnal Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember 2008. Hlm 102
- 111. ISSN: 1412-8004. 102.
Gusmaini. 2010. Peningkatan Produktivitas Jambu Mete Melalui Teknologi
Penyambungan (Grafting) dan Rejuvenasi Tanaman Jambu Mete. Jurnal
Perkembangan Teknologi TRO 22 (1) Juni 2010 Hlm. 7-17. ISSN 1829-
62897.
Hadad, Usman Daras, dan Agus Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan Jambu
Mete Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.
Julianti, Elisa. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara
Kendriyanto, Dwi Nugraheni, Antonius Priyanto. 2005. Kajian Diversifikasi
Produk Olahan Jambu Mete. Dalam
http://jateng.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?
option=com_content&view=article&id=117&Itemid=42. Diunduh pada tanggal
03 November 2011.
Menegristek. Tanpa Tahun. Jambu Mete ( Anacardium Occidentale L. ) TTG
Budidaya Pertanian. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Minas K. Papademetriou; Edward M. 1998. Integrated Production Practices of
Cashew in Asia. Food and Agriculture Organization of The United Nations
Regional Office For Asia and The Pacific Bangkok, Thailand
Mustofa, Akhmad. 2011. Studi Tentang Aktivitas Zymomonas Mobilis Pada
Produksi Etanol Dari Buah Semu Jambu Mete (Anacardium Occidentale)
Dengan Variasi Sumber Nitrogen. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pengemasan. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan. diunduh pada tanggal
09 November 2011.
30
Pratiwi, Niken 2011. Kajian Formulasi Dodol Jambu Mete (Anacardium
Occidentale.L) Rendah Tanin. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Robber Zaubin, Rudi Suryadi, dan Y.T. Yuhono. 2004. Diversifikasi Produk dan
Rehabilitasi Perkebunan Jambu Mete Untuk Meningkatkan Pendapatan
Petani. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004.
Sinurat, Erikson. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete Dan Tongkol
Jagung Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Skripsi. Unhas.
Tutuk Budiati. 1990. Isolasi, Identifikasi dan Konversi Asam Anakardat dari
Minyak Kulit Biji Jambu Mete (Anacardium occidentale L.). Dalam Sri
Sugati Sjamsuhidajat, dkk. 1992. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia IV. Jakarta. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Upe, Ishak Ambo. 1997. Pengembangan Pemanfaatan Dan Pengolahan Buah
Semu Jambu Mete Menjadi Selai Dan Jam Di Sulawesi Tenggara. Balai
Industri Ujung Pandang
Upe, Ishak Ambo. 1991. Pengembangan Penghilangan Rasa Sepet (astringent)
Dan Rasa Gatal (acrid) Buah Semu Jambu Mete Untuk Produk Minuman.
Balai Industri Ujung Pandang.
V. Rajesh Kannan, C.S. Sumathi, V. Balasubramanian and N. Ramesh. 2009.
Elementary Chemical Profiling and Antifungal Properties of Cashew
(Anacardium occidentale L.) Nuts. Jurnal Botany Research International 2
(4): 253-257, 2009. ISSN 1995-8951.
31