Download - Ppt MPS Kelompok 12
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN OFLOXACIN TETES TELINGA DENGAN
OFLOXACIN TABLET PADA OTITIS MEDIA AKUT TANPA KOMPLIKASI PADA DEWASA DI
POLIKLINIK THT-KL RSUD. Dr. SOETOMO PERIODE OKTOBER-
DESEMBER 2015
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis-1:
Puji Utami 011518056307 I.K THT-KL Rizki Rivald Najoan 011518056306 I.K THT-KL
Robertus Ariian Datusanantyo 011518246301 Bedah Plastik Surya Atmajaya 021328011630 Bedah
Mulut & Maksilfasial
Pembimbing:
Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD. K-EMD., FINASIM
Prof. Dr. M. Sri Kardjati, dr., M.Sc
Dr. Sunarjo, dr., MS., M.Sc
BAB IPENDAHULUAN
LATAR BELAKANGOtitis media akut (OMA)
Salah satu dari beberapa gangguan kesehatan telinga khususnya telinga bagian tengah yang terjadi kurang dari 3 minggu dan tanpa disertai adanya perforasi membran timpani.
Prevalensi global tertinggi Anak berumur 1 s/d 4 tahun (60.99%)Anak berusia < 1 tahun (45.28%). Angka kejadian OMA menurun pada orang
dewasa tetapi meningkat sebesar 2.3% setelah usia 75 tahun.
(Rosenfeld RM et al, 2005)
Faktor resiko OMA pada dewasa, yaitu : Infeksi bakteri, virus, imunodefisiensi, gangguan
anatomi kraniofasial, alergi, lingkungan padat, sosial ekonomi rendah.
OMA paling sering terjadi oleh karena infeksi bakteri
Pengobatan infeksi bakteri dibutuhkan antibiotika yang tepat dan dan sistem kekebalan tubuh penderita itu sendiri.
Memilih suatu antibiotika berdasarkan pengetahuan tentang jenis bakteri penyebab penyakit & hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi. (Jacob Ballenger, 2007)
Pengobatan OMA semakin bervariasi dalam pilihan obat dapat berupa antibiotik topikal dan antibiotik sistemik (oral) untuk penatalaksanaan OMA yang lebih efektif.
Ofloxacin merupakan antibiotik golongan Kuinolon yang tersedia dalam sediaan topikal (tetes) dan sistemik (oral) Pengobatan OMA
IDENTIFIKASI MASALAH
Penulis ingin membandingkan keefektifan penggunaan ofloxacin tetes telinga dengan ofloxacin tablet pada Otitis Media Akut tanpa komplikasi pada pasien dewasa di poliklinik THT-KL RSUD Dr. Soetomo periode Oktober- Desember 2015.
RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan keefektifan penggunaan ofloxacin tetes telinga dengan ofloxacin tablet pada Otitis Media Akut tanpa kompilikasi pada pasien dewasa di poliklinik THT-KL RSUD Dr. Soetomo periode Oktober-Desember 2015?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum: Menemukan tata cara pengobatan yang efektif pada penderita
Otitis Media Akut tanpa komplikasi
Tujuan Khusus:1. Dapat menjelaskan perjalanan penyakit Otitis Media Akut 2. Mengetahui efektifitas penggunaan ofloxacin tetes telinga
pada Otitis Media Akut tanpa kompilikasi pada pasien dewasa.3. Membandingkan efektifitas penggunaan ofloxacin tablet
pada Otitis Media Akut tanpa komplikasi pada dewasa.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat AkademisPada penelitian ini dapat menambah wawasan kita dalam pengetahuan mengenai penatalaksanaan penderita Otitis Media Akut tanpa Komplikasi
Manfaat Klinis Pada penelitian ini diharapkan hasil penelitian bisa memberikan acuan penatalaksanaan penderita Otitis Media Akut tanpa komplikasi pada pasien dewasa khususnya, dan seluruh penderita Otitis Media Akut tanpa komplikasi pada umumnya. Pada penatalaksanaan yang baik, diharapkan dapat menurunkan angka komplikasi dan kematian akibat Otitis Media Akut pada penderita.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Klasifikasi Otitis Media
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
OMA didefinisikan sebagai suatu peradangan pada telinga tengah dengan onset akut, ditandai dengan adanya cairan dan atau inflamasi di telinga tengah.
Mikroorganisme penyebab yang sering adalah streptococcus pneumonise, haemophilus influenza, branhamella catarrhalis, staphylococcus aureus, dan staphylococcus epidermalis. (Casselbrant ML et al, 2003) (Jacky M et al, 2007)
ANATOMI TELINGA TENGAH
Telinga tengah terdiri dari :1. Membran timpani.2. Kavum timpani.3. Prosesus mastoideus.4. Tuba eustachius
Membran Timpani
Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial
Membran timpani dibagi dalam 2 bagian :1. Pars tensa.2. Pars flasida atau membran Shrapnell,
dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :1. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).2. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).
Kavum TimpaniKavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm
Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu : (Reukananda GS et al. 2013)EpitimpanumMesotimpanumHipotimpanum atau resesus hipotimpanikus
Tuba EustachiusTuba Eustachius (TE) adalah organ yang mempunyai lumen, yang terdiri atas mukosa, kartilago, jaringan lunak, otot-otot perituba, dan sulkus tulang sphenoid di bagian superiornya.
Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :1. M. tensor veli palatini2. M. elevator veli palatini3. M. tensor timpani4. M. salpingofaringeus
Tuba EustachiusFungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani. (Casselbrant ML et al, 2003)
Prosesus MastoideusRongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Prosesus mastoid sangat penting untuk sistem pneumatisasi telinga.
Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang temporal.
PATOGENESIS OMA
Kombinasi dari beberapa faktor, seperti: disfungsi TE, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus pathogen, meluasnya infeksi ke sepanjang TE, imunologi, faktor lingkungan dan predisposisi genetic.
BAKTERIOLGIBakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering
Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumonia (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%).
Virus
Virus yang paling sering dijumpai, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.
BAKTERIOLGIMenurut Bluestone (2005) dalam Klein (2009), distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah, dari 2807 orang pasien OMA di Pittsburgh Otitis Media Research Center, pada tahun 1980 sampai dengan 1989.
STADIUM OTITIS MEDIA AKUTPerubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi 5 stadium (Boies A et al, 2012):1. Stadium oklusi tuba eustachius,
•Tanda adanya oklusi tuba Eustachius.
•Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat.
•Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi.
•Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium hiperemis,
•pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani
•tampak hiperemis serta udem.
•Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT3. Stadium supurasi,
•Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisisal,
•Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
•Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
4. Stadium perforasi,
•Pasien menjadi tenang setelah terjadi rupture membrane timpani
•Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
5. Stadium resolusi.
•Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali.
•Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
Faktor Resiko
• Umur,
• Jenis kelamin,
• Sistem imun,
• Ras,
• Faktor genetik,
• Status sosioekonomi serta lingkungan,
• Alergi,
• Disfungsi
• Fisiologi,
• Abnormalitas kraniofasialis kongenital,
• Infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas,
• Disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius, dan lain-lain (Jacob B , 2007).
.
Diagnosis dan Gejala Klinik Otitis Media Akut
Gejala Klinis :
•Pasien merasakan nyeri telinga berdenyut dengan gangguan pendengaran,
•Demam dan takikardia,
•Gangguan keseimbangan.
Pemeriksaan otoskopi :
•Eritema,
•Penonjolan atau mungkin perforasi membrane timpani.
•Bila terjadi rupture, nyerinya akan menghilang mendadak.
Diagnosis dan Gejala Klinik Otitis Media Akut
Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit dengan skor OMA (Efiaty S et al, 2012)
Skor Suhu (°C) Gelisah Tarik telinga Kemerahan pada membran timpani
Bengkak pada membran timpani (bulging)
0 <38,0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1 38,0- 38,5 Ringan Ringan Ringan Ringan
2 38,6- 39,0 Sedang Sedang Sedang Sedang
3 >39,0 Berat Berat Berat Berat, termasuk otore
PENATALAKSANAANPrinsip pengobatan OMA adalah :
1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
•Toilet telinga secara kering ( dry mopping )
•Toilet telinga secara basah ( syringing).
•Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)
2.Pemberian antibiotika :
•Topikal antibiotik ( antimikroba)
•Sistemik.
PENATALAKSANAANPemberian antibiotika : •Topikal antibiotik ( antimikroba)
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media akut:1. Polimiksin B atau polimiksin E2. Neomisin3. Ofloxacin tetes telinga
•Ofloxacin adalah senyawa antibiotic sintetik dari golongan kuinolon yang bersifat bakterisid.
• Ofloxacin aktif terhadap bakteri aerobic gram positif dan sebagian bakteri gram negative termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa. (Reukananda et al. 2013)
PENATALAKSANAANPemberian antibiotika : •Sistemik ( peroral )
Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan :
•Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.
•Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. (Efiaty S et al, 2012)
PENATALAKSANAAN• Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan
ofloksasin) yaitu :
• Derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.
• Tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.
• Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.
• Terapi ini sangat baik untuk OMA.
BAB IIIKERANGKA
KONSEPTUAL
KERANGKA KONSEPTUAL
HIPOTESIS PENELITIAN
Penggunaan Ofloxacin tetes telinga memberikan hasil lebih baik daripada Ofloxacin tablet untuk terapi otitis media akut (OMA) pada pasien dewasa
BAB IVMETODE PENELITIAN
DESAIN PENELITIANPenelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan metode Randomized Controlled Trial.
Rancang bangun penelitian :
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIANPenelitian dilakukan di RSUD dr. Soetomo dengan
waktu penelitian antara Oktober 2015 sampai Desember 2015.
POPULASI PENELITIANPopulasi penelitian ini adalah semua penderita rawat
jalan yang menderita OMA RSUD dr. Soetomo.
SAMPEL PENELITIANSemua penderita rawat jalan yang menderita OMA
usia > 18 tahun – < 65 tahun di Poliklinik RSUD dr. Soetomo antara Oktober 2015 sampai Desember 2015.
Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana.
PERKIRAAN BESAR SAMPEL
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
KRITERIA INKLUSI
•Dewasa usia > 18 tahun - < 65 tahun yang didiagnosa OMA stadium 3 atau 4
•Tidak terdapat komplikasi OMA
•Tidak pernah mengalami OMA sebelumnya
• Belum mendapatkan terapi antibiotik untuk OMA yang sedang diderita
•Orang tua/keluarga penderita setuju untuk ikut dalam penelitian
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
KRITERIA EKSKLUSI
•Usia > 65 tahun yang di diagnosa OMA
•OMA stadium 1 atau 2
•OMA dengan komplikasi
• Penderita dengan OMA berulang
•Telah atau sedang mendapatkan terapi antibiotik untuk OMA yang sedang diderita
•Orang tua/keluarga penderita menolak untuk ikut dalam penelitian
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Bahan penelitian
•Rekam medis penderita
•Informed consent
•Formulir pengumpulan data
Cara penelitian
• Mengisi lembar inform consent
• Wawancara untuk mencatat data penderita
• Pemeriksaan klinis untuk mendiagnosa OMA
IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel bebas : Pemberian antibiotik ofloxacin tetes telinga dan antibiotik ofloxacin Tablet
Variabel terikat : kesembuhan OMA
DEFINISI OPERASIONAL
Otitis media akut dalam penelitian ini adalah OMA stadium 3 dan 4 yang berlangsung kurang dari 3 minggu ditandai dengan beberapa gejala dan tanda:
• Stadium 3 adalah stadium supurasi, dimana terjadi edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar.
• Stadium 4 adalah stadium perforasi, dimana terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
DEFINISI OPERASIONAL
Pada Stadium 5 yang adalah stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Pemberian antibiotik ofloxacin tetes adalah pemberian antimikroba golongan kuinolon dengan sediaan 5mg/ml dengan dosis pemberian 2x 6 tetes.
Pemberian antibiotik ofloxacin tablet adalah pemberian antimikroba golongan kuinolon dengan sediaan 200mg dengan dosis pemberian 2 kali 100-300mg/hari
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
OMA sembuh OMA tidak sembuh TOTAL
Antibiotika topikal
A
B
A+B
Antibiotika
sistemik
C D C+D
TOTAL A+C B+D A+B+C+D
JADWAL PENELITIANNo. Kegiatan 2015 2016
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
01. Pembuatan proposal X
02. Revisi dan presentasi
proposal
X
03. Pengumpulan data X X X X
04. Hasil dan analisa data X
05. Penulisan laporan
penelitian
X
06. Presentasi penelitian X
07. Revisi dan penyerahan
hasil
X
ANGGARAN PENELITIAN
Rincian Biaya :Pembuatan dan penggandaan informed consent Rp.
200.000,00Pembelian ATK Rp. 500.000,00Pembuatan laporan Rp. 500.000,00Biaya lain - lain Rp. 300.000,00 Rp. 1.500.000,00
Sumber Dana: Swadana penelitiSponsorship
DAFTAR PUSTAKAAkinjogunla O.J, Eghafona N.A, Enabulele I.O. 2011. Aetiologic Agents Of Acute Otitis Media (AOM): Prevalence, Antibiotic Suspectibility, β-Lactamase (βL) And Extend Spectrum β-Lactamase (ESBL) Production. Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences. University of Uyo, Uyo, Faculty of Science. Boies, A, Boies, H, 2012. Boies Fundamental of Otolaryngology. 6th ed. Philadelphia: EGC Publication.Buchman CA, Doyle WJ, Skoner D, Fireman P, Gwaltney JM. 2004. Otologic manifestasion of experimental rhinovirus infection.;104:1295-9.Bluestone CD. 2005. Eustachian tube function an dysfunction. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media, ON, Canada: BC Decker :p. 163-77
Casselbrant ML, Mandel EM. Epidemiology. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker, 2003:p. 147-62Carolyn M, CArrol G, Paul G, Isaac M, Ian M, Peter M, 2005. Topical quinolone vs antiseptic for treating suppurative oriris media. Volume 10: 190-197.Chan LS, Takata GS, Shekelle P, Morton SC, Mason W, Marcy SM. 2007. Evidence assessment of management of acute otitis media: II.research gaps and prioritites for future research. ;108:248-54Dhingra PI. 2005. Eustachian tube and disorder. Disease of Ear Nose and Throat 4th ed. Elseviere; p3-13.Efiaty Soepardi, Nurbaity Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi, 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, ed.7. Jakarta: FK UI.
DAFTAR PUSTAKAFoxlee R, Johansson AC, Wejfalk J, Dooley L, Del Mar CB. 2011. Topical
analgesia for acute otitis media. 2:31-44G.S reukananda, SantoshU.P, Nitha George,et al. 2013. Topical vs
Combination Ciprofloxacin in Management of Discharging Chronic Suppurative Otitis Media. Ear Nose Throat Serction Journal.
Hasantha G, Tony O, Shyan V, Christopher B, 2009. Primary care management of otitis media.:191:55-59.
Jacob Ballenger, 2007. Disease of the Nose Throat Ear Head and Neck. Illinois: University School of Medicine
Jacky M, Yan Edward, Yolazenia. 2007. Management Treatment Supuratif Otitis Media.; (3):1-4
Katy Thomton, Francie Parrish, et al. (2011). Topical vs Systemic Treatments For Acute Otitis Media. Journal of the American Medical Association, 37(5), 263-267.
Kathy T, Francie P, Christine S. 2011. Topical vs Systemic Treatments for Acute Otitis Media; 37(5):263-267,242
Muhammad F, Rahardjo S.p, Pieter N.A.L.2010. Primary School Children in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Scinece. Jakarta: FK UI.
Osazuwa F. 2011. Etiologic Agents of Otitis media in Benin City Nigeria. Depart. Of medical Microbiology. Benin: Teaching hospital.
Rosenfeld RM, Culpeper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A, Kenna MA, et al. 2005. clinical practice guidline: otitis media with effusion. Otolaryngol Head Neck Surgery; 130;S95
T E R I M A K A S I H