PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( BPD ) DALAM
PENGAWASAN PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DESA DIDESA KELUMU KECAMATAN LINGGA
KABUPATEN LINGGA TAHUN 2011-2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
AGUS SAPUTRA
110565201150
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ABSTRAK
Badan Permusyawaratan Desa bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan desa didaerahnya berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya bersama kepala desa untuk mencukupi segala kebutuhan warganya
salah satunya adalah menyediakan fasilitas umum lewat pembangunan. Di lihat
pada permasalahannya, Masyarakat Desa Kelumu Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga sangat memerlukan dengan adanya pembangunan desa berdasarkan atas
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk mempermudahkan
masyarakat dalam aktifitas dan mensejahterakan masyarakat. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa merupakan rencana strategis pembangunan
desa untuk mencapai tujuan dan cita-cita desa. Masyarakat Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga juga dapat menyadari akan kebutuhan
pokok mengenai pembangunan desa dengan rincian memberikan pemahaman
yang sangat penting dalam pembangunan desa berdasarkan atas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa. Dengan adanya program pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan pengawasan dari Badan
Permusyawaratan Desa untuk meningkat pembangunan yang ada di desa kelumu,
Sehingga bisa mensejahterakan masyarakat desa dan mempertahankan
peningkatan pembangunan desa yang lebih baik pada program-program yang
dibuat oleh pemerintah.
Tujuan dari penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Peran
Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengawasan Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa DiDesa Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015. Metode Penelitian yang digunakan didalam
penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif yang menganalisa data diperoleh dari
lapangan dalam bentuk kualitatif. Informan yang digunakan terdiri 6 orang.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data deskriptif kualitatif.
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran Badan
Permusyawaratan Desa dalam pengawasan pelaksanaan RPJM-Des Tahun 2011-
2015 belum dapat berjalan baik dimana Badan Permusyawaratan Desa dalam
melaksanakan pengawasan terhadap RPJM-Des terkesan baru melakukan
perubahan perbaikan pada awal tahun, Kurangnya Komunikasi antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintahan Desa ketika melakukan
pelaksanaan proses pembangunan, dan minimnya alokasi dana desa dalam
pembangunan desa tersebut yang disebabkan oleh terbentur pada permasalahan
yang ada di Pemerintahan Daerah sehingga terhambat proses pembangunan desa .
Adapun yang dapatkan disarankan kepada Badan Permusyawaratan Desa agar
dapat berperan lebih baik dalam mengawasi proses pembangunan agar
pembangunan yang diawasi berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Badan Permusyawaratan Desa, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa
ABSTRACT
Village Consultative Body responsible for organizing its region rural
development by the duties and functions together with the village head to meet all
the needs of its citizens one of which is to provide public facilities through the
development . In the view on the matter , the society of Kelumu subdistrict Lingga
regency Lingga is in need with their rural development based on the Medium
Term Development Plan for the Village to facilitate the public in the activities and
the public welfare . Village Medium Term Development Plan is a strategic plan
for rural development to achieve the goals and ideals of the village. The society of
Kelumu village subdistrict Lingga also be aware of the basic needs of the rural
development by giving details of the understanding which is very important in
rural development based on the Medium-Term Development Plan for the Village .
With the implementation of the program Medium Term Development Plan of the
village and the supervision of the Village Consultative Body for increased
development in the village kelumu, so can the welfare of rural communities and
sustain improvements in rural development better in the programs created by the
government.
The purpose of this study is basically to determine the role of the Village
Consultative Body on Implementation Oversight Medium Term Development
Plan Rural villages Kelumu the District Lingga Lingga Regency Year 2011-2015 .
Research methods used in this study is a qualitative descriptive that analyzes the
data obtained from the field in qualitative terms . Informants used consisted of 6
people. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative
data analysis techniques .
The results of this research can be concluded that the Village Consultative
Body 's role in monitoring the implementation of its medium- Dec Year 2011-
2015 can not run well where the Village Consultative Body in carrying out
surveillance of RPJM -Des impressed recently made a change improvements in
early years, Lack of communication between the Village Consultative Body
Village Government when the implementation of the development process , and
the minimum budget allocation village in rural development are caused by
hampered by the problems that exist in the Local Government so that hampered
the process of rural development. As for that get recommended to the Village
Consultative Body to be empowered in order to oversee the development process
overseen development goes well .
Keywords : Village Consultative Body , Village Medium Term Development
Plan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
membagi daerah Indonesia atas
daerah-daerah besar dan kecil,
dengan bentuk dan susunan tingkatan
pemerintahan terendah adalah desa.
Dalam konteks ini, pemerintahan
desa adalah merupakan subsistem
penyelenggaraan pemerintahan
nasional yang langsung berada
dibawah pemerintah kabupaten.
Undang-undang 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang pemerintahan
desa disebutkan bahwa ;
“ Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam
Sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.
Untuk melaksanakan
kewenangan yang dimiliki untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya maka dibentuklah
Badan Permusyawaratan desa (BPD)
sebagai lembaga legislasi dan wadah
yang berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, lembaga ini pada
hakikatnya adalah mitra kerja
pemerintah desa yang memiliki
kedudukan yang sejajar dalam
menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Undang-Undang Nomor. 6
Tahun 2014 tentang desa pada Pasal
55 ayat c menjelaskan tentang
kewenangan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) :
“ Melakukan pengawasan kinerja
Kepala Desa”. Badan
Permusyawaratan Desa memiliki
peran yang sangat penting sebagai
pengawasan Pemerintah Desa
(Kepala Desa) sejauh ini Badan
Permusyawaratan Desa dapat
menjalankan tugas, fungsi dan
kewenangan yang dimilik terutama
dalam mengawas pelaksanaan
berjalannya roda Pemerintahan Desa.
Lebih lanjut Undang-Undang Desa
No. 6 Tahun 2014 tentang desa.
Sedangkan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Pasal 34 tentang Desa menjelaskan
tentang kewenangan Badan
Permusyawaratan Desa :
“ Fungsi dari Badan
Permusyawaratan Desa ialah
menetapkan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat “.
Perbedaan yang mendasar antara
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
mengenai Badan Permusyawaratan
Desa adalah dalam Penyelenggaraan
Desa, Undang-Undang Nomor 6
menegaskan bahwa Penyelenggara
Desa adalah Kepala Desa sedangkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 Badan
Permusyawaratan Desa bukan lagi
Penyelenggara Desa melainkan
hanya menampung aspirasi
masyarakat saja dan menjalan 3 ( tiga
) fungsi yaitu Fungsi Legislasi,
Fungsi Aspirasi , dan Fungsi
Pengawasan, serta mengenai masa
jabatan Badan Permusyawaratan
Desa sampai 3 ( tiga ) kali masa
jabatan ( 18 Tahun ).
Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka sebuah desa
diharuskan mempunyai perencanaan
pembangunan sebagaimana yang
diamanatkan didalam Undang-
Undang Desa No.6 Tahun 2014
tentang desa, Menjelaskan : Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM-Des) ini merupakan
rencana strategis pembangunan desa
untuk mencapai tujuan dan cita-cita
desa. Rencana Pembangunan
Menengah Desa (RPJM-Des)
tersebut nantinya akan menjadi
dokumen perencanaan selama 6
(enam) tahun yang akan
menyesuaikan dengan perencanaan
pembangunan tingkat Kabupaten.
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM-Des)
adalah program pemerintah yang
mengatur tentang rancangan dan
penyusunan pembangunan desa yang
disusun oleh Kepala Desa terpilih
secepatnya untuk mewujudkan apa
yang telah disampaikan pada janji
kampanye pemilihan Kepala Desa
dan menjabarkan visi dan misi.
Dokumen RPJM-Des dibuat atau
disusun bukan karena kebutuhan
akan mendapatkan program atau janji
dari pejabat, dinas atau instansi yang
terpilih. Dan sekedar memenuhi dari
keinginan pihak-pihak dalam
masyarakat tertentu, golongan dan
partai politik, tapi lebih ditujukan
pada kebutuhan riil masyarakat yang
nantinya di gunakan desa sebagai
acuan untuk melaksanakan
pembangunan yang lebih sinergi
dengan Pembangunan Pemerintah
Daerah melalui RPJM-Daerah.
Perencanaan pembangunan
desa disusun secara berjangka
meliputi, Rencana Pembangunan
Jangka menengah Desa ( RPJM-Desa
) untuk jangka waktu 6 ( enam )
tahun. Perencanaan pembangunan
desa ini didasarkan pada datadan
informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Data dan
informasi tersebut mencakup,
penyelenggaraan pemerintahan desa,
organisasi dan tata laksana
pemerintahan desa, arah kebijakan
pembangunan desa, keuangan desa,
profil desa, informasi lain terkait
dengan penyelenggaraan desa dan
pemberdayaan masyarakat. Dalam
mewujudkan kemandirian desa perlu
dilaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan desa yang berorientasi
kepada transparansi, partisipasi,
demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat yang diperlukan suatu
perencanaan pembangunan desa
yang merupakan tolak ukur penilaian
pertanggungjawaban kinerja
pemerintahan desa dalam kurun
waktu tertentu, untuk itu perlu
disusun Rencana Pembangunan
Menengah Desa ( RPJM-Des).
Sistematika penyusunan
RPJM Desa Kelumu dilakukan
berdasarkan Pasal 6 peraturan desa
kelumu tentang RPJM desa :
a. Masukan
b. Proses
c. Hasil
d. Dampak
Kemudian Pada Pasal 7
menjelaskan sistematika Penyusunan
RPJM des yang di buat oleh Kepala
Desa yaitu :
1. Masukan yang di maksud pada
Pasal 6 huruf a dilakukan melalui
penggalian masalah dan potensi
melalui alat kaji sketsa peta desa,
kalender musim dan
kelembagaan.
2. Proses sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 6 huruf b
dilakukan mengelompokan
masalah, penentuan peringkat
masalah,pengkajian tindakan
pemecahan masalah dan
penentuan peringkat tindakan.
a. Hasil sebagaimana dimaksud
pada Pasal 6 huruf c dilakukan
melalui :
a. Rencana Program swadya
masyarakat dan pihak ketiga.
b. Rencana kegiatan APBN (
tugas pembatuan ), APBD
Provinsi, APBD Kabupaten
dan APBDes, rencana
panduan swadya masyarakat
dan tugas pembantuan
RPJMDes.
3. Pemeringkatan usulan
pembangunan berdasarkan
RPJMDes, indikasi Program
pembangunan didesa, RKP desa,
berita acara Musrenbang Desa dan
rekapitulasi rencana program
pembangunan desa.
4. Dampak sebagaimana yang
dimaskud pada Pasal 6 huruf D
dilakukan melalui :
a. Peraturan Desa tentang
RPJMDes
b. Daftar Usulan Rencana
Kegiatan Pembangunan
Desa
c. Keputusan Kepala Desa
tentang RKP desa
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM-des)
di Desa Kelumu pada pembangunan
tahun 2011-2015 penulis mendapat
gambaran umum ketika
mewawancarai dengan masyarakat,
mahasiswa, pemuda mereka
mengatakan pembangunan pada
Tahun 2011-2015 belum berjalan
secara efektif dan efisien karena
masih terlihat pembangunan belum
terselesaikan karena kurangnya
pengawasan dari pelaksanaan
pembangunan seperti dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa pembangunan Tahun 2011-
2015 yaitu pembangunan pagar
tembok kantor desa, dan semenisasi
jalan. Dalam keterangan tersebut
seharusnya Badan Permusyawaratan
Desa berperan dalam pelaksanaan
tersebut untuk melanjuti apa yang
telah dibuat dalam kesepakatan
bersama masyarakat Desa Kelumu.
Disamping itu mengenai informasi
Badan Permusyawaratan Desa
Kelumu belum berjalan dengan baik,
hal ini terlihat dari tugas pengawasan
pelaksanaan pembangunan batu
miring kantor desa, dan semenisasi
jalan dan banyaknya keluhan dari
masyarakat mengenai kinerja
pemerintah desa seperti lambatnya
pengurusan surat-surat, kemudian
sering terlambatnya aparat desa yang
seharusnya mendorong Badan
Permusyawatarn Desa untuk
memaksimalkan tugasnya seperti
pada fungsi BPD menurut pasal 61
ayat B Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 yaitu :
“Menyatakan pendapat atas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan kemasyarakatan Desa
dan Pemberdayaan masyarakat
Desa”.
Penulis termotivasi
melakukan penelitian ini yakni
tepatnya di Desa Kelumu Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM-Des) yang sudah
ditetapkan dan disepakati oleh unsur
penyelenggara Pemerintah Desa (
Kepala Desa ) dan Badan
Permusyawaratan Desa.
Berdasarkan asumsi uraian
dan penjelasan diatas mengenai
rencana pembangunan jangka
menengah desa (RPJM-Des Tahun
2015) di Desa Kelumu Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga diatas
sehingga penulis terinisiatif, maka
penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dan membahas
permasalahan tersebut dalam bentuk
skripsi dengan judul :
“PERAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA (
BPD ) DALAM PENGAWASAN
PELAKSANAN RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DESA DI DESA
KELUMU KECAMATAN LINGGA
KABUPATEN LINGGA TAHUN
2011-2015”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintahan Desa
Undang-undang No. 6 Tahun
2014 Tentang Desa merupakan
masyarakat yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus usrusan
pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pemerintahan desa memiliki
otonomi desa yang sah dan telah
diakui dalam melaksanakan
pelayanan, pemberdayaan dan
pembangunan didesa, maka suatu
pemerintahan desa sangat
memerlukan struktur pemerintahan
dan struktur lembaga desa agar
mendapatkan suatu sistem
pemerintahan desa yang baik.
Pemerintahan desa terdiri dari
pemerintah desa (kepala desa) dan
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).
Pemerintah desa terdiri dari
kepala desa dan perangkat desa,
kepala desa yang terpilih ditetapkan
langsung oleh Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) serta
disahkan langsung oleh Bupati,
kepala Desa bertanggung jawab
kepada rakyat melalui Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan
menyampaikan laporan mengenai
tugasnya kepada bupati melalui
camat, Badan Permusyawaratan Desa
memiliki tugas dan fungsi untuk
mengayomi adat istiadat,
menetapkan peraturan desa bersama
kepala desa dan menyalurkan
aspirasi dari masyarakat serta
mengawasi pelaksanaan peraturan
desa, keputusan dari Kepala Desa
dan Anggaran Pendapatan Belanja
Desa (APBDes).
Pemerintah Desa Dalam
konteks Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa berdasarkan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa Pada Pasal
79,menjelaskan tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa yaitu :
(1). Pemerintah Desa menyusun
perencenaan Pembangunan Desa
sesuai dengan kewenangannya
dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota.
(2). Perencanaan Pembangunan Desa
sebagaimana dimaksud :
a. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun;
dan
b. Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang
disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa, merupakan
penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun .
(3). Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
(4). Peraturan Desa tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa merupakan
satu-satunya dokumen
perencanaan di Desa.
(5). Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa
merupakan pedoman dalam
penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
(6). Program Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah yang
berskala lokal Desa
dikoordinasikan dan/atau
didelegasikan pelaksanaannya
kepada Desa.
(7). Perencanaan Pembangunan Desa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan salah satu
sumber masukan dalam
perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota.
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa juga di atur
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007
Pasal 2 menjelaskan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa, menyatakan bahwa:
(1). Perencanaan pembangunan desa
disusun dalam priode 5(lima) tahun.
(2). Perencanaan pembangunan desa
dalam jangka 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan RPJM Desa.
(3). RPJM-Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 (dua)
memuat arah kebijakan
keuangan desa, strategi
pendapatan desa, dan program
desa.
Tugas pokok dan fungsi dari
pemerintah khususnya pemerintah
daerah yaitu : melaksanakan tugas
pelayanan masyarakat (public servior
function), melaksanakan
pembangunan (developmen function)
dan perlindungan masyarakat (
protective function ), hal ini sejalan
dengan pendapat Rasyid (2007:27)
yang menyatakan bahwa tugas pokok
dan fungsi dari pemerintah dirincikan
menjadi 3 fungsi yang hakiki, yaitu
pelayanan : pelayanan yang akan
membuahkan keadilan dalam
masyarakat, pembangunan :
mendorong kemandirian dalam
masyarakat, pemberdayaan :
menciptakan kemakmuran dalam
masyarakat.
B. Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan
Desa dalam aturan perundang-
undangan yang berlaku di Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah badan organisasi pemerintah
yang berada didalam struktur
pemerintahan desa dan bersama
aperatur pemerintahan desa adalah
sebagai penyelenggara pemerintahan
didesa.
Pada dasarnya mengenai
tugas pokok dan fungsi dari Badan
Permusyawaratan Desa didalam
sebuah pemerintahan desa adalah
sebagai pengawasan dan pemberi
pemasukan, saran dan
mempertimbangkan terhadap
kebijakan-kebijakan serta aturan
Kepala Desa dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa
tersebut.
Penyajian dalam laporan
pertanggung jawaban
penyelenggaraan desa oleh Kepala
Desa telah diketahui oleh Badan
Permusyawaratan desa, sehingga
Badan Permusyawaratan desa akan
memberikan laporan
pertanggungjawaban yang benar
tentang pengawasan yang
dilaksanakan terkait dengan
pemerintahan yang dijalankan oleh
desa.
Berdasarkan Undang-Undang
No 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada
Pasal 61 menjelaskan mengenai
Badan Permusyawaratan Desa
berhak :
a. Mengawasi dan meminta
keterangan tentang
penyelenggaraan Pemerintahan
Desa kepada Pemerintahan Desa.
b. Menyatakan pendapat atas
penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Pelaksanaan Pembangunan
desa, Pembinaan
Kemasyarakatan, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
c. Mendapat biaya operasional
pelaksanaan tugas dan fungsinya
dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
Adapun beberapa pendapat dari para
ahli yang menyatakan bahwa Badan
Permusyawaratan desa :
Haw Widjaja (2003:279)
mendefinikan Badan
Permsyuwaratan desa adalah sebagai
berikut :
“ Badan Permusyawaratan
desa (BPD) adalah
permusyawaratan yang terdiri dari
pemuka masyarakat didesa yang
berfungsi mengayomi adat istiadat,
membuat peraturan desa,
menampung aspirasi dan
manyalurkan aspirasi masyarakat,
serta mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan desa“.
kemudian Haw Widjaja
(2003:4) menjelaskan tentang Badan
Permusyawaratan Desa sebagai
perwujudan demokrasi di desa
sebagai berikut :
“ Dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) yang
sesuai dengan budaya yang
berkembang didesa yang
bersangkutan dan memiliki fungsi
sebagai lembaga legislasi dan
pengawasan dalam hal pelaksanaan
PERDES, ABPBDes serta keputusan
Kepala Desa”.
Selanjurnya Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 Pasal 61 ayat b
menjelaskan tentang :
“Menyatakan pendapat atas
penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Pelaksanaan Pembangunan
Desa, Pembinaan Kemasyarakatan
Desa, dan Pemberdayaan Desa”.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
selaku legislatif dalam pemerintahan
desa berdasarkan Undang-undang No
6 Tahun 2014 Tentang Desa Pada
Pasal 63 menjelaskan mengenai
kewajiban Badan Permusyawaratan
Desa ( BPD ) yang merupakan wujud
dari demokrasi yaitu berperan serta
masyarakat didalam sistem
pemerintahan dan pembangunan
desa. Badan Permusyawaratan Desa
memiliki fungsi mengayomi adat
istiadat desa, menetapkan peraturan
desa bersama kepala desa, kemudian
menampung aspirasi-aspirasi dari
masyarakat dan nilai-nilai sosial dan
budaya dari masyarakat desa.
Badan Permusyawaratan
Desa melaksanakan sebagaimana
yang dijelaskan pada Undang-
Undang No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa menyatakaan bahwasanya
Badan Permusyawaratan desa
mempunyai kewenangan
melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan desa, pembangunan
desa, pembinaan masyarakat desa
dan pemberdayaan masyarakat desa.
Dari ketentuan ini sudah jelas bahwa
antara pemerintahan desa dan Badan
Permusyawaratan Desa merupakan
lembaga terpisah yang mempunyai
tugas dan kewenangan sendiri.
Mekanisme seperti ini dilakukan
kepala desa kepada rakyat melalui
Badan Permusyawaratan desa dapat
dilihat sebagai perwujudan dari
kedaulatan rakyat (demokrasi) dan
perwujudan ditingkat desa.
Sebagaimana yang
dimaklumi bahwa peran Badan
Permusyawaratan Desa tidak akan
terlepas dari aspek kepemimpinan,
yaitu lebih ditujukan kepada
kemampuan penguasaan pengikut
dan situasi, setiap pemimpin
berusaha untuk memahami watak
dan kondisi pengikut serta situasi
untuk selanjutnya membutuhkan
metode dan tugas yang tepat dan
situasi untuk mengembangkan tugas
kepemimpinan menurut Siagian yaitu
:
a. Pemimpin sebagai peserta arah
b. Pemimpin sebagai guru dan juru
bicara
c. Pemimpin sebagai komunikator
yang efektif
d. Pemimpin sebagai mediator
e. Pemimpin sebagai integratur
Pemimpin itu tidak dilahir dengan
sendirinya melainkan dia lahir dari
lingkungan, namun berbeda dengan
G.R Terry yang mengemukakan
kepemimpinan itu merupakan salah
satu dari aspek atau segmen dari
actuating atau pergerakan.
Kepemimpinan menurut G.R. Terry
pemimpin itu harus memiliki syarat-
syarat seperti dibawah ini
a. Energy
b. Knowledge of human relation
c. Personal drive
d. Communicative skill
e. Teaching ability
f. Social ability
g. Technical comperience
Sikap perilaku yang
mendukung adalah : Sejauh mana
seorang pemimpin melibatkan diri
dari dalam komunikasi dua arah. Jika
seorang pemimpin kurang aktif dan
kreatif serta tidak dinamis, maka
dalam suatu organisasi yang
dipimpinnya pun tidak berjalan
secara efektif dan efisien. Pada
umumnya hal ini juga menentukan
bagaimana organisasi yang
dipimpinnya, kegiatan dan dinamika
yang terjadi dalam suatu organisasi
sebagian besar ditentukan oleh cara
pemimpin yang memimpin
organisasi. Efektifitas para bawahan
sebagian besar ditentukan oleh dari
seorang pemimpin.
C. Lembaga Pengawasan Fungsi
Desa
Pengawasan yang dilakukan
secara umum adalah merupakan
suatu tugas yang diberikan kepada
seseorang, kelompok, lembaga,
institusi dalam artian mengamati dan
mengawasi pelaksanaan suatu
pekerjaan secara umum. Menurut
beberapa para ahli pemerintahan dan
para ahli dibidang politik
berpendapat yang bisa dijadikan
dasar referensi dalam tinjauan materi
ini. Pendapat-pendapat tersebut
adalah sebagai berikut :
Muhadam Labolo
(2007:264), mengatakan Pengawasan
adalah suatu kegiatan proses
pengontrolan terhadap implementasi
perencanaan kerja, perencanaan,
perencanaan kerja, perencanaan
anggaran serta pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan.
Dalam kenyataan saat ini, kegiatan
fungsi pengawasan sering dijadikan
alat bagi pelaku pengawasan untuk
menginterprestasi seseorang atau
institusi terhadap sebuah kegiatan
yang dilaksanakan. Kecenderungan
ini sudah sangat terjadi dan bukan
rahasia umum lagi.
Taliziduhu Ndraha ( 2003:
179 ), dalam buku kybernologi Mary
Parker Follet dalam penutupan seri
kuliah di london school of economics
( 1932.LI H.Luther Gullick dan L.
Urwick, Eds Dalam Papers on the
sciens of administration, 1937 ).
Berbicara mengenai tentang kontrol
merupakan sebagai proses yang
sedang berlangsung, 4 ( empat )
proses control adalah prinsip
organisasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi sebagai hubungan
timbal balik semua faktor didalam
suatu situasi.
b. Koordinasi dengan bentuk kontak
langsung antar manusia yang
berkepentingan.
c. Koordinasi pada tahap awal setiap
kegiatan.
d. Koordinasi sebagai sebuah proses
yang berjalan terus menerus.
Taliziduhu Ndra ( 2003 : 198
), Mengatakan bahwa kontrol
dilakukan dalam berbagai bentuk
atau teknik yang dilihat dari aspek ini
ada beberapa macam metode dan
teknik kontrol sebagai berikut :
a. Pengendalian.
Pengendalian adalah suatu
cara mauapun metode yaang
dilakukan kepada individu
ataupun kelompok agar perilaku
dan tindakannya sesuai dengan
nilai dan norma yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
b. Pengawasan
Pengawasan adalah upaya
yang temasuk dalam sistematik
untuk menetapkan suatu kinerja
standar pada perencanaan untuk
merancang sistem umpan balik
informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar
yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi
suatu penyimpangan tersebut,
serta untuk mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan atau
pemerintahan telah digunakan
seefektif dan seefisien mungkin
guna untuk mencapai suatu tujuan
perusahaan atau pemerintahan.
c. Pemantauan
Kesadaran tentang apa yang
ingin diketahui, pemantauan yang
termasuk pada tingkat tinggi
dilakukan agar dapat membuat
pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakan ke arah
tujuan atau menjauh dari itu.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu
penilaian yang merupakan proses
untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik
yang menggunakan tes maupun
non tes.
e. Supervisi
Supervisi merupakan
program pengukuran dan
perbaikan dari kinerja kegiatan
bawahan agar memastikan bahwa
tujuan perusahaan dan rencana
yang dirancang untuk mencapai
mereka yang bekerja.
Menurut Mc. Fariand,
mengemukakan definisi Pengawasan
sebagai berikut :
“ Pengawasan ialah dimana
suatu proses pimpinan ingin
mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan perintah, tujuan,
berdasarkan kebijakan yang telah
ditentukan “.
Kontz, O’Donnel dan
Wedrick menyatakan Pengawasan
adalah pengendalian untuk mengukur
dan mengoreksi prestasi kerja
bawahan berfungsi untuk
memastikan bahwa tujuan organisasi
disemua tingkat dan rencana yang
didesain untuk mencapai target,
sedang dilaksanakan ( Dr.Wibon
Bangun, 2008:164 ).
Sebagai legislatif desa, Badan
Permusyawaratan desa berfungsi
untuk membuat peraturan desa (
PERDES ), Badan Permusyawaratan
Desa ikut serta merumuskan dan
menetapkan peraturan desa yang
dijadikan sebuah keptusan desa, yang
dijalankan oleh pemerintahan desa
untuk kepentingan masyarakat itu
sendiri, didalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 55 ayat
(b) dan (c) yang menyatakan Bahwa :
Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi Menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat
Desa serta melakukan pengawasan
kinerja Kepala Desa.
Dalam penyelenggaraan
Pemerintahan desa, Pemerintahan
Desa mengusulkan rancangan
peraturan desa kepada Badan
Permusyawaratan desa untuk
mendapatkan persetujuan dari Badan
Permusyawaratan Desa, setelah
mendapatkan persetujuan dari Badan
Permusyawaratan desa ditetapkan
oleh Kepala Desa dan dijadikan
sebagai keputusan Kepala Desa.
Sebagai eujud demokrasi didesa yang
berfungsi sebagai legislatif didesa
serta APBDes melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014
Tentang desa penyelenggaraan
Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam
mengawasi penyelenggaraan
pemerintah desa ialah sebagai
pertanggungjawaban wadah dari
masyarakat agar dapat mewujudkan
kedaulatan rakyat (Demokrasi)
antara Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan desa.
Berdasarkan pengamatan
terhadap masalah belum optimalnya
tugas Badan Permusyawaratan Desa
dalam menampung aspirasi
masyarakat dan kurangnya
pengawasaan oleh Badan
Permusyawaratah Desa terhadap
penyelenggaraan pemerintah desa di
berbagai daerah, ialah masalahnya
“Bagaimana Pengawasan
Pengawasan Badan
Permusyawaratan desa (BPD) Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Pemerintahan Desa DiDesa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga”. Erat kaitannya bahwa
Badan Permusyawaratan Desa
merupakan yang mempunyai
pengaruh dan fungsi atas
pertanggungjawaban yang sangat
penting sebagai wakil dari
masyarakat desa yang diberikan
kepercayaan terhadap kelangsungan
kehidupan masyarakat yang
dilaksanakan baik yang bersifat
sosial, budaya, pemerintahan
maupun sosial ekonomi masyarakat.
Tugas pengawasan juga harus
diperhatikan setelah Peraturan Desa
dihasilkan, supaya Peraturan desa
dapat berjalan dengan baik, antara
lain tugas pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa.
Dari segi teknis pengawasan
tersebut, Siagian (2005:125)
pelaksanaan pengawasan dapat
dikelompokkan menjadi dua bentuk
yaitu sebagai berikut :
a. Pengawasan langsung,
merupakan pengawasan yang
dilakukan secara langsung,
seperti interpeksi, observasi
maupun melalui laporan
langsung.
b. Pengawasan tak langsung,
merupakan pengawasan yang
dilakukan dengan pemanfaatan
sarana-sarana seperti laporan
tertulis dan secara lisan.
Kemudian Siagian (2005:126)
menjelaskan beberapa sifat
pengawasan yaitu :
a. Pengawasan Ekstern yaitu
pengawasan yang dilakukan
antara lintas sektoral atau pihak
dari luar.
b. Pengawasan Intern yaitu
pengawasan yang melekat pada
seseorang atau pimpinan unit
organisasi.
Kemudian Siagian (2005:126)
menyatakan bahwa :
“ Pengawasan merupakan
suatu proses pengamatan untuk
menjamin agar pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan ”.
Dari kedua sifat pengawasan
yang berasal dari luar maupun dalam,
maka dapat didasarkan kepada
strategi bagaimana suatu tujuan yang
sesuai dan berjalan sebagaimana
rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Manullang
(2004:184) mengatakan bahwa yang
menjadi dasar utama perlunya
pengawasan dikarenakan adanya :
1. Kesalahan Manusia
2. Hasil yang tidak diharapkan
3. Ketidak tentuan
4. kegagalan
Melihat dari indikator diatas
maka sudah jelas bahwa pengawasan
memainkan peranan yang sangat
menentukan dalam usaha mencapai
suatu tujuan yang efektif dan efisien.
Siagian (2005:126)
menyatakan bahwa, “ secara filosofis
dapat dikatakan bahwa pengawasan
itu mutlak perlu karena manusia
bersifat salah, paling sedikit bersifat
khilaf. Manusia dalam organisasi
perlu diamati, bukan dengan maksud
untuk mencari suatu kesalahan dan
kemudian menghukum akan tetapi
menegurnya sebagai motivasi dan
perbaikan untuk kedepannya”.
Definisi Pengawasan diatas
Siagan menjelaskan bahwa : “
Pengawasan dari seluruh organisasi
bertujuan untuk menjaminsemua
pekerjaan yang sedang dilaksanakan
berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan ”.
Bertitik tolak dari pandangan tentang
menekankan bahwa pengawasan
harus terselanggara dengan efektif,
menurut Siagian yang dimaksud
dengan pengawasan efektif adalah :
a. Pengawasan yang menjamin
bahwa tindakan-tindakan
pencegahan yang diperlukan
meredam kemungkinan terjadinya
devisasi dapat diambil sedemikian
mungkin selama kegiatan
operasional berlangsung apabila
terus berlanjuut dapat berarti tidak
terlaksananya rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Dengan jata lain, Pengawasan
yang efektif dan efisien tidak
seharusnya diupayakan untuk
mencari dan menemukan suapa
yang salah melainkan mencari dan
menemukan faktor-faktor
penyebab ketidak beresan dalam
operasionalisasi rencana.
Sehubungan dengan
pengawasan menurut Siagian
mengutip pendapat Haarold kontz
dan Cyrill O’Donel :” Planning and
Controllinga are the twi sides of the
same coin “, artinya bahwa
perencanaan dan pengawasan
merupakan keduabelah mata uang
yang sama, jelas bahwa tanpa
perencanaan pengawasan tidak akan
mungkin dilaksanakan karena tidak
ada pedoman untuk melaksanakan
pengawasan itu, sebaliknya
perencanaan tanpa pengawasan akan
berarti kemungkinan timbulnya
penyimpangan-penyimpangan dari
atas penyelewengan yang serius
tanpa alat untuk mencegahnya.
Selanjutnya agar pelaksanaan
pengawasan benar-benar dapat
mencapai sasaran yang dikehendaki,
maka dalam pelaksanaannya
hendaknya mengikuti tahap-tahap
yang menjadi indikator pelaksanaan
pengawasan. Tahap-tahap tersebut
Menurut Manullang yaitu “
Menentukan standar Mengadakan
Penilaian dan Mengadakan tindakan
perbaikan “.
Selanjutnya senada dengan
pelaksanaan pengawasan benar-benar
dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki, maka didalam
pelaksanaannya memerlukan suatu
proses biasanya sendiri paling sedikit
lima tahap atau lima langkah.
Handoko (2004:363) mengemukakan
proses pengawasan adalah :
Serangkai kegiatan didalam
melaksanakan pengawasan terhadap
suatu tugas atau pekerjaan dalam
suatu organisasi.
Proses pengawasan terdiri
dari beberapa tindakan atau langkah
tertentu yang bersifat fundamental.
Proses pengawasan tersebut adalah :
a. Penentuan standar pelaksanaan
atatu perencanaan.
b. Penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan.
c. Perbandingan pelaksanaan dengan
standar analisis penyimpangan.
d. Pengambilan tindakan koreksi bila
diperlukan.
Maksud pengawasan adalah
untuk mencegah atau memperbaiki
kesalah, penyimpangan,
ketidaksesuaian, penyelewengan dan
lainnya yang tidak sesuai dengan
tugas dan wewenang yang telah
ditentukan, jadi maksud dari suatu
pengawasan bukan mencari
kesalahan terhadap orangnya, tetapi
mencari kebenaran terhadap hasil
pelaksanaan pekerjaannya.
Tujuan pengawasan adalah
agar hasil pelaksanaan pekerjaan
diperoleh secara berdaya guna
(efisiensi) dan berhasil guna
(efektif), sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya, Tugas
dan Fungsi dari Pengawasan :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab
terhadap pejabat yang serahi tugas
dan wewenang dalam
melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar
mereka melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya
penyimpangan, kelalaian dan
kelemahan, agar tidak terjadi
kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalaham
dan penyelewengan, agar
pelaksanaan pekerjaan tidak
mengalami hambatan dan
pemborosan.
Sujamto (1986:19) menyatakan
Mekanisme pengawasan :
“ Pada garis benarnya prinsip-
prinsip dan mekanisme proses
pengawasan untuk semua bidang
adalah kesamaan bahwa semua
bidang dan semua kegiatan dalam
penyelenggaraan pemerintah
(kegiatan-kegiatan yang bersifat
rutin) perlu diawasi untuk
meningkatkan daya guna hasil dan
hasil guna yang setinggi-tingginya
serta untu menhindari kesalahan-
kesalahan dan penyimpangan-
penyimpangan”.
Dalam melaksanakan
kegiatan Pengawasan, Pelaksanaan
pengawasan harus memahami dan
menerapkan fungsi dari pengawasan
sebaik-baiknya, sehingga tidak
terlepas dari suatu fungsi
pengawasan tersebut. Pengawasan
yang menjaga agar rencana yang
ditetapkan dapat dicapai semua aspek
yang ada dalam perusahaan maupun
yang diluar perusahaan tetap berjalan
kearahnya untuk mencapai tujuan
dari organisasi.
Sebagaimana Sujianto
(1986:19) menambahkan :
“ Pengawasan adalah segala
usaha atau kegiatan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan
yang sebenarnya tentang
pelaksanaan tugas dan pekerjaannya
apakah sesuai dengan semestinya
ataupun tidak”.
Berdasarkan beberapa konsep
tentang pengawasan yang dikemukan
oleh para ahli tersebut diatas,
menunjukkan pentingnya dilakukan
pengawasan terhadap segala aktifitas
kegiatan dalam organisasi
pemerintahan. Hal ini adalah
sebagaimana mestinya, ada banyak
hal untuk menentukan penyebab
kegagalan Badan Permyawaratan
Desa atau keberhasilan Badan
Permusyawaratan Desa.
Jika dilihat dari sudut tugas
dan fungsi dari Badan
Permusyawaratan Desa, maka
lembaga tersebut dituntut agar lebih
aktif dan dinamis dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya. Dengan
kata lain Badan Permusyawaratan
Desa harus melakukan komunikasi
dengan masyarakat dalam rangka
mencari dan menggali apa yang
menjadi aspirasi masyarakat yang
disalurkan melalui musayawarah
bersama agar aspirasi masyarakat
tersebut dapat tersalurkan dengan
baik. Satu hal yang perlu
diperhatikan disini adalah untuk
mencari data dan informasi yang
berkenaan dengan masalah-masalah
yang menjadi bahasan dalam proses
pembuatan suatu peraturan desa yaitu
adanya ketebukaan dari semua pihak
untuk memberikan informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan
suatu kebijakan serta adanya
kesesuaian antara kebijaksanaan
yang dihasilkan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dengan
keinginan masyarakat yang
diwakilinya.
Badan Permusyawaratan
Desa merupakan pemeran yang
mempunyai lingkup tanggungjawab
yang penting bagi wakil-wakil
masyarakat desa yang diberikan
kepercayaan terhadap kelangsungan
kehidupan masyarakat desa yang
dilaksanakan secara baik dan bersifat
sosial budaya, pemerintahan serta
sosial ekonomi masyarakat. Dari
beberapa hal tersebut, maka segi
pelaksanaannya diperlukan terhadap
suatu kondisi bersifat potensial
keterlibatan serta kerja sama diantara
kelembagaan Badan
Permusyawaratan Desa dengan pihak
pemerintah desa baik bersifat
tahapan awal seperti perencanan
maupun akhir menyangkut hasil
rencana yang dilaksanakan tersebut
dimasyarakat.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
1. Desa Kelumu
a. Sejarah Desa Kelumu
Asal mula nama Desa
Kelumu adalah dari sekelompok
perantauan Bugis filiphina,
sekelompok orang Bugis filiphina
yang ingin merantau ke Pulau Lingga
untuk mencari pekerjaan di Kerajaan
Melayu Lingga yang dulunya bekerja
sama dengan Kerajaan Johor dan
Kerajaan Pahang, kemudian ketika
hendak memasuki kawasan Pulau
Lingga maka sampan yang di
tumpangi perantau orang bugis
tersebut pecah di lautan kawasan
Pulau Lingga sehingga para perantau
tersebut hanyut dan terdampar ke
pesisir Pulau Lingga yang disebut
Pasir Panjang.
Pada saat kabar yang
terdengar oleh Sultan Melayu Lingga
yang bernama Sultan Abdurrahman
selanjutnya menyuruh pengawal
kerajaan untuk menjemput orang
asing yang terkena musibah. Sampai
di Kerajaan Melayu Lingga maka
orang asing dari filiphina tersebut
disidangkan berdasarkan peraturan
Kerajaan Melayu Lingga pada masa
itu, kononnya setelah melaksanakan
sidang tersebut maka dapat diketahui
yang sebenarnya siapa orang asing
dari filiphina tersebut dan tujuan
baiknya ke Pulau Lingga.
Sultan menyatakan perantau
dari filiphina tersebut di namakan
dengan suku Melayu Ladi karena
bahasa bugis perantau yang menaiki
sampan disebut dengan ladeng,
sehingga sampai saat ini Melayu
Ladi ada di wilayah Kepulauan Riau
( KEPRI ).
Perantau dari Filiphina
ditempatkan ke suatu wilayah yang
dianggap tempat perkebunan salah
satu Sultan di Kerajaan Lingga,
perantau tersebut memberikan nama
suatu perkebunan itu dengan nama
Kelumu didasarkan oleh sekelompok
orang dari suatu titik perjalanan
didalam hutan dan dilaut, ketika
perjalanan tersebut dilakukan dari
pagi hingga ke sore hari maka
bertemulah orang-orang tadi disuatu
titik tanjung berbukit tinggi di
sebuah batu ketika berjalan diatas
batu tersebut batu itu mengeluarkan
suara persis apa yang dihentak oleh
kaki, Batu tersebut di beri nama Batu
Gum-Gum.
Desa Kelumu terdiri dari
beberapa dusun yaitu Dusun
Kelumu, Dapur Arang, Penarik
dan Sertih yang dikenalkan
kampung, dimana kampung
tersebut sudah ada pada zaman
kerajaan melayu Lingga, sejarah
dapat dilihat dari bekas
peninggalan-peninggalan orangtua
dan kisah sejarah orangtua
terdahulu, seperti perkebunan
sahang, sungai keramat, dan tanah
yang masih menggunakan gran,
serta adat dan budaya daerahnya,
pada zaman dahulu desa ini yang
dipimpin oleh seorang pemimpin
yang dikenal dengan sebutan
Batin dan pada umunya bersama
masyarakat atau rakyatnya.
Kemudian zaman berganti
pada masa sekarang masa orde
baru yang dsebut masa
Pemerintahan Desa yang dipimpin
oleh Kepala Desa yang bernama
Pak Mahadan yang berpriode
2011-2015. Dan sampai saat ini
masih di pimpim oleh Pak
Mahadan selaku Kepala Desa
Kelumu dan Sekretaris Desa Pak
Rudiyanto, Bendahara Desa Pak
Abdul Samad serta Kaur
Pemerintahan Pak Rudiyanto,
Kaur Ekbang Pak Nordin. M.
Tahir, Kaur Kessos Pak Auzar,
Kadus I Pak Radiono, Kadus II
Pak Nordin Ahmad.
Demikianlah Sejarah
Singkat dari Desa Kelumu dan
adat budaya yang ada pada
masyarakat Desa Kelumu serta
pemerintahan desa pada saat ini.
2. Visi dan Misi Desa Kelumu
a. Visi Desa Kelumu
“ Terwujudnya Desa Kelumu
yan sehat, aman, bersih, dan
damai dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai kebudayaan
yang Agamis dan Demokratis
“.
b. Misi Desa Kelumu
- Mewujudkan Pemerintahan
Desa Kelumu yang efektif
dan efisien dalam rangka
meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
- Meningkatkan taraf hidup
masyarakat melalui
peningkatan pelayanan
kesehatan desa.
- Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa yang
Demokratis
- Mengembangkan
peningkatan Sumber Daya
Manusia melalui dukungan
Program Wajib Belajar 9
Tahun.
3. Kondisi Umum Desa Kelumu
A. Luas dan Batas Wilayah Desa
Kelumu
- Luas Wilayah Desa Kelumu : 46,67 Km
- Batas Wilayah Desa :
a. Sebelah Utara berbatas
dengan : Desa Mentuda
b. Sebelah Selatan berbatas
dengan : Desa Mepar
c. Sebelah Barat berbatas
dengan : Desa Selayar
d. Sebelah Timur berbatas
dengan : Desa Mepar
Desa Kelumu adalah sebuah
Desa yang dilihat dari keadaan
topografi desanya masih rawa-rawa (
pasang surut ) yang dialiri air sungai
yang bermuara dilaut, sehingga
keberadaan sungai tersebut
membantu masyarakat Desa Kelumu
dalam mengelolakan perkebunan dan
alat transportasi laut.
4. Karakteristik Penduduk Desa
Kelumu
Karakteristik Penduduk Desa
Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga dapat diketahui
berdasarkan Peraturan Desa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa Kelumu pada Tahun 2015
Jumlah Keseluruhan Penduduk Desa
Kelumu 735 jiwa terdiri 400 jiwa
laki-laki dan 335 jiwa perempuan.
Jumlah penduduk Desa
Kelumu Kecamatan Kabupaten
Lingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas masyarakat Desa Kelumu
lebih banyak Tamatan SD di
bandingkan dengan SMP dan SMA.
7. Lembaga Badan
Permusyawaratan Desa
Badan Permuyawaratan Desa
perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Desa,
Badan Permusywaratan Desa dapat
dianggap sebagai parlemennya Desa
sebagai lembaga baru pada era
otonomi daerah di indonesia.
Anggota Badan
Permusyawaratan Desa adalah wakil
dari penduduk Desa bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat, Anggota
Badan Permusyawaratan Desa terdiri
dari ketua rukun warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka
agama, dan tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 1 ayat (a) menyatakan :
“ Badan Permusyawaratan Desa atau
disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksana fungsi
pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa
berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis ”.
8. Mekanisme Pembentukan
Badan Permusyawaratan Desa
Kelumu
Mekanisme Pembentukan
Anggota Badan Permusyawaratan
Desa Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga disesuaikan
dengan kedudukan Desa, Sebagai
Penyelenggara Pemerintahan Desa
dan Pengambil Keputusan, maka
anggota Badan Permusyawaratan
Desa adalah wakil dari penduduk
Desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang
ditetapkan secara musyawarah dan
mufakat.
Pemilihan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa dapat melalui
pemilihan langsung dan dipilih
perwilayah kampung ataupun dusun
yang dipilih secara musyawarah
bersama. Hasil pemilihan dan
musyawarah dikirimkan ke Desa
untuk keterwakilan Desa, Pemilihan
atau penetapan Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga dengan pertimbangan-
pertimbangan dan persetujuan hasil
musyawarah.
Jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
dimasa lalu ditetapkan dengan
jumlah ganjil paling sedikit 5 ( Lima
) orang dan paling banyak 11 (
Sebelas ) orang, dengan
memperhatikan luas wilayah,
keterwakilan perempuan minimal 30
% dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa, Jumlah
Penduduk, dan Kemampuan
Keuangan Desa.
Masa Jabatan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa adalah 6 (
enam ) Tahun dan dapat diangkat
atau diusulkan kembali untuk 1 kali
masa jabatan berikutnya. Pimpinan
dan anggota Badan Permusyawaratan
Desa tidak diperbolehkan merangkap
jabatan sebagai Kepala Desa dan
perangkat Desa, Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dipilih dari
oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa secara
langsung dalam rapat Badan
Permusyawaratan Desa yang
dilaksanakan secara khusus,
kemudian peresmian anggota Badan
Permusyawaratan Desa ditetapkan
dengan keputusan Bupati atau
Walikota dimana sebelum
memangku jabatannya mengucapkan
sumpah atau janji secara bersama
dihadapan masyarakat yang dipandu
oleh Bupati atau Walikota.
9. Komposisi dan Latarbelakang
Pendidikan anggota Badan
Permusyawaratan Desa
Kelumu.
Berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Lingga Nomor :
134/KPTS/IV/2009 anggota Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga adalah sebagai berikut :
Ketua BPD : ISMET
Wakil Ketua BPD : JAMRI
Sekretaris BPD : SAMSUDIN
Anggota BPD : 1. ABDUL
GANI
2. ALIYAS
Latar belakang pendidikan
dari anggota Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga rata-rata lulusan Sekolah
Dasar, Pada masa Pendidikan yang
dijalankan merupakan masih
rendahnya tingkat pendidikan
sehingga masyarakat maupun
lembaga kemasyarakatan atau Badan
Permusyawaratan Desa tidak
melanjutkan ke jenjang Sekolah
Menengah Desa dikarenakan oleh
transportasi yang masih kurang dan
bidang ekonomi yang tidak memadai
serta fasilitas pendidikan yang masih
kurang.
10. Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Permusyawaratan Desa
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 61 ayat (b) menyatakan :
“Menyatakan pendapat atas
penyelenggaraan Pemerintah Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa
dan Pemberdayaan Desa“.
Adapun tugas yang
dilaksanakan Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga telah melakukan apa yang
diselenggarakan oleh Pemerintah
Desa, Melaksanakan Pembangunan,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa,
dan Pemberdayaan Desa. Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu telah
melaksanakan pengawasan dari
program-program yang dibuat dan
telah disepakati secara bersama
seperti program Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa ( RPJM-Des ), Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat
( PNPM ), Pembinaan Masyarakat
dalam mengolah sumber daya yang
ada didesa dan lain sebagainya.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Desa ( RPJM-Desa
) Di Desa Kelumu Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa Tahun 2011-2015), Adapun
tahapan pelaksanaan rencana
pembangunan jangka menengah
Desa Kelumu di mulai dari :
a. Penjaringan Masalah
Penyusunan RPJMDes
dimulai dari penjaringan masalah
dan potensi yang ada Didesa
Kelumu dengan menggunakan
tiga alat kaji yaitu sebagai berikut
:
1. Sketsa Peta Desa
2. Kalender Musim
3. Diagram Kelembagaan
Proses awal dari pelaksanaan
rencana pembangunan jangka
menengah desa ( RPJM-Des ) di
Desa Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga dimulai dari
musyawarah desa bersama
masyarakat desa untuk penggalian
gagasan perencanaan pembangunan
desa tingkat RT dari hasil
musyawarah tersebut dijadikanlah
suatu perencanaan pembangunan
desa yang akan dilaporkan kepada
RW dan diserahkan kepada kepala
dusun dan kepala dusun
melampirkan secara keseluruhan dari
RT dan RW untuk diserahkan kepada
Kepala Desa dan dijadikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa ( RPJM-Des ).
b. Hasil Penjaringan Masalah
Hasil pengkajian masalah
dilaksanakan ditingkat RT
berdasarkan pengkajian masalah.
Secara umum permasalahan yang
ditemui di Desa Kelumu dapat
digolongkan beberapa kelompok .
1. Bidang Pengembangan Wilayah
Secara umum dalam
pengembangan Wilayah dibutuhkan
ketersediaan Infrastruktur yang
memadai. Akses perhubungan
terutama jalan yang sudah dibangun
belum begitu baik dan masih
menyulitkan masyarakat untuk
beraktifitas, begitu juga dengan
masalah penerangan listrik yang
belum tersentuh jaringan PLN sama
sekali.
2. Bidang Pengembangan Ekonomi
Secara umum dapat
disimpulkan bahwa pendapatan
masyarakat Desa Kelumu masih
bersumber dari sektor Nelayan
Perikanan. Sektor Nelayan Perikanan
merupakan mata pencaharian utama
masyarakat Desa Kelumu, rendahnya
produktifitas dari sektor perikanan
ini disebabkan oleh karena
kurangnya modal dan alat tangkap
nelayan masih menggunakan
peralatan Tradisional, serta
dipengaruhi faktor musim tidak
setiap hari masyarakat biasa pergi
melaut untuk menangkap ikan.
3. Bidang Sosial Budaya
Permasalahan Sosial adalah
rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat, hal ini disebabkan masih
kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan, selain itu
tingkat pendapatan masyarakat juga
mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat.
Permasalahan selanjutnya
adalah masih rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat. Hal ini
disebabkan beberapa faktor seperti :
kurangnya sarana dan prasarana
pendidikan, rendahnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
pendidikan serta kurangnya
penghasilan/pendapatan masyarakat
sehingga lebih mendorong
masyarakat untuk bekerja atau
membantu perekonomian keluarga.
Masih lemahnya lembaga di
Desa baik itu Pemerintahan Desa
maupun lembaga kemasyarakatan
Desa mengingat peranan
Pemerintahan Desa yang begitu vital
terhadap pembangunan dan motor
penggerak dan pemberdayaan
kehidupan masyarakat pada level
terendah. Hal ini bisa dilihat dari
minimnya sarana dan prasarana
Pemerintahan Desa, rendahnya
keharmonisan antar lembaga
Pemerintahan Desa, rendahnya
kualitas dan masih rendahnya
aparatur Pemerintah Desa dan
pengurus lembaga kemasyarakatan
dan masih rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap Pemerintah
Desa.
2. Hasil Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa Tahun 2011-
2015 Desa Kelumu Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga.
Dalam Pembahasan
Musrenbang peneliti dapat
menganalisis bahwa pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa Kelumu Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga Tahun
2011-2015 sudah berjalan namun
belum sepenuhnya pembangunan
pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dari Tahun 2011-
2015 sudah selesai, akan tetapi masih
ada pembangunan yang belum
selesai.
B. Pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa
terhadap Pelaksanaan
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa Tahun
2011-2015 Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga
Pelaksanaan Pengawasan
adalah proses dalam menetapkan
ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan sistematika kinerja
yang telah ditetapkan. Controlling is
the procces of measurung
performance and taking action to
ensure desired results. Pelaksanaan
Pengawasan adalah proses dimana
untuk memastikan bahwa setiap
aktifitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
The procces of emsuring that actual
activities conform the plannned
activities.
Pelaksanaan Pengawasan
adalah suatu upaya yang sistematik
untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang
sistem umpan balik suatu informasi,
untuk membandingkan kinerja aktual
dengan standar yang telah
ditentukan, untuk menetapkan apa
yang telah terjadi suatu
penyimpangan, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan atau
pemerintahan telah digunakan secara
efektif dan efisien berguna untuk
mencapai tujuan perusahaan atau
pemerintahan. Dari pendapat tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa
sesungguhnya pelaksanaan
pengawasan merupakan hal yang
sangat penting dalam menjalankan
suatu perencanaan. Dengan adanya
pelaksanaan pengawasan maka suatu
perencanaan yang diharapkan oleh
manajemen dapat terpenuhi dan
berjalan dengan baik.
Pelaksanaan pengawasan
pada dasarnya diserahkan
sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan
atau penyimpangan atas tujuan yang
akan dicapai, melalui pelaksanaan
pengawasan diharapkan untuk
mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan
efisien. Bahkan, melalui pelaksanaan
pengawasan tercipta suatu aktifitas
yang berkaitan erat dengan suatu
penentuan atau mengenai sejauh
mana pelaksanaan kinerja sudah
dilaksanakan. Pelaksanaan
pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan
dijalankan dan sampai sejauhmana
pula penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan kerja tersebut.
1. Pengendalian
Pengendalian merupakan
suatu cara maupun metode yang
dilakukan kepada individu ataupun
kelompok agar prilaku dan
tindakannya sesuai dengan nilai dan
norma sosial yang dianut
masyarakat.
Badan Permusyawaratan
Desa diharapkan mampu
menerapkan sebuah metode atau
langkah yang efektif dalam
menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sehingga mampu
bersinergis dan adanya kesepahaman
diantara individu-individu atau
anggota lainnya. Badan
Permusyawaratan Desa sebagai
unsur penyelenggaraan Pemerintah
Desa dalam hal ini pelaksanaan
pengawasan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa ( RPJM-Des
) oleh Badan Permusyawaratan Desa
terhadap rancangan yang dijalankan
oleh Kepala Desa, sehingga terjadi
hubungan kerja sama antara kedua
lembaga desa tersebut, dalam hal ini
Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa di Desa
Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga.
Pengendalian yang digulirkan
oleh Badan Permusyawaratan Desa
Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga mengawasi
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015 Secara
ringkas dapat dirangkum dalam
tema-tema sebagai berikut :
“Pengendalian seperti apa
yang sudah dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
dalam hal mengendalikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa 2011-2015 dan bagaimana
pengendalian mengenai semenisasi
jalan lingkungan dan pembangunan
pagar tembok kantor desa yang
belum selesai?“
Seperti yang dikemukan oleh
Bapak Ismet sebagai Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga sebagai berikut :
“ Pengendalian yang telah
kami lakukan selalu berkoordinasi
bersama anggota dalam proses
menjalankan kinerja Badan
Permusyawaratan Desa dan proses
pengendalian yang telah kami
lakukan adalah bersama
merumuskan Alokasi Dana Desa
yang akan digunakan pada awal
Tahun dan akhir Tahun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa yang sudah disepakati dan
ditetapkan bersama Kepala Desa
dan pada pembangunan semenisasi
jalan dan pembangunan pagar
tembok kantor desa dan
Pengendalian yang telah dilakukan
mengenai pembangunan semenisasi
jalan dan pembangunan tembok
Kantor Desa yang dilaksanakan
bersama anggota dalam berjalannya
pembangunan tersebut, pada proses
berjalannya pembangunan namun
pembangunan belum sepenuhnya
jadi karena anggaran yang
dirumuskan masih kurang “.( hasl
wawancara 14 Juni 2016 ).
Seperti yang dikemukan oleh
Bapak Ketua Badan
Permusyawaratan Desa yaitu Bapak
Ismet juga di sampaikan oleh Bapak
Jamri selaku Wakil Ketua Badan
Permusyawaratan Desa sebagai
berikut :
“ Pengendalian Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa 2011-2015 Badan
Permusyawaratan Desa pada awal
Tahun 2011-2015 selalu melakukan
rapat internal, Badan
Permusyawaratan Desa
membicarakan tentang program-
program pembangunan yang akan
dilaksanakan kedepannya dan
Pengendalian terhadap
pembangunan semenisasi jalan dan
pembangunan tembok Kantor Desa
pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015
pengendalian pembangunan tersebut
sudah dilaksanakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa melalui
rapat bersama “.( Hasil wawancara
14 Juni 2016 ).
Apa yang disampaikan
Ketua Badan Permusyawaratan Desa
Bapak Ismet dan Ketua Bapak Jamri,
disampaikan juga oleh Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Samsudin menyatakan :
“ Badan Permusyawaratan Desa
dalam pelaksanaan RPJM-Des 2011-
2015 sudah melakukan pengendalian
secara maksimal, karena Badan
Permusyawaratan Desa bekerja
secara bersama danPengendalian
terhadap Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa 2011-2015
pada semenisasi jalan dan
pembangunan tembok Kantor Desa
yang belum terselesaikan sudah
melakukan pengendalian secara
maksimal, karena anggota Badan
Permusyawaratan Desa bekerja
secara bersamaan ”.( Hasil
wawancara 14 Juni 2016 ).
Dari hasil wawancara diatas
penulis dapat menganalisis bahwa
dalam proses pengendalian RPJM-
Des 2011-2015 di Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga Badan Permusywaratan Desa
terlebih melakukan koordinasi
dengan anggota-anggota untuk
menyamakan persepsi mengenai
RPJM-Des tersebut setelah itu baru
melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa
dan pengendalian pembangunan
yang belum terselesaikan seperti
semenisasi dan pembangunan
tembok Kantor Desa sudah
melakukan pengendalian secara
maksimal namun ketika musyawarah
atau rapat internal dalam
mengendalikan anggaran terlihat
belum nampak perofesional karena
masih ada kekurangan anggaran tak
lain hanya terbenturnya anggaran
pada Pemerintahan Daerah.
2. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu
upaya yang sistematik untuk
menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem
umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual
dengan standar yang telah
ditentukan, untuk menetapkan
apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sunber daya perusahaan atau
pemerintahan telah digunakan secara
efektif dan efisien, guna untuk
mencapai suatu tujuan perusahaan
ataupun pemerintahan.
Badan Permusyawaratan
Desa Kelumu sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Desa
adalah perwakilan masyarakat desa
diharapkan mampu menjalankan
tugas pokok dan fungsi dari
pengawasan terhadap kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama melalui ( RPJM-
Des ) apakah dapat berjalan sesuai
dengan kesepakatan dan ketetapan
bersama dalam musyawarah.
Pengawasan yang digulirkan
oleh Badan Permusyawaratan Desa
Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga mengenai RPJM-
Des secara ringkas dapat rangkum
dalam tema-tema berikut :
“ Dalam Pelaksanaan
Pengawasan RPJM-Des 2011-2015
pada Tahun 2015 apakah Badan
Permusyawaratan Desa sudah
bekerja secara maksimal dalam
pelaksanaan pengawasan RPJM-Des
2011-2015 yang sudah disepakati
dan ditetapkan bersama dengan
Pemerintah Desa dan bagaimana
Pelaksanaan pengawasan terhadap
semenisasi jalan lingkungan dan
pembangunan pagar tembok Kantor
Desa yang tidak selesai ?“
Seperti yang nyatakan oleh
Bapak Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga :
“ Pelaksanaan pengawasan
RPJM-Des 2011-2015 yang kami
lakukan belum sepenuhnya dapat
berjalan sebagaimana yang sudah
disepakati bersama Pemerintah Desa
sesuai dengan Rekapitulasi Rencana
Pembangunan 2011-2015 sisebabkan
oleh Alokasi Dana Desa tidak
mencapai target sesuai RPJM-Des
2011-2015 dan begitu juga pada
Semenisasi Jalan Lingkungan dan
Pembangunan Pagar Tembok Kantor
Desa yang menjadi permasalahan
karena belum terselesaikan karena
terbenturnya anggaran”. ( hasil
wawancara 14 Juni 2016 )
Apa yang disampaikan oleh
Bapak Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa disampaikan
juga oleh Bapak Jamri selaku Wakil
Ketua Badan Permusyawaratan Desa
sebagai berikut :
“ Pelaksanaan pengawasan
Badan Permusyawaratan Desa
terhadap RPJM-Des 2011-2015
belum sepenuhnya berjalan dengan
baik karena program-program
pembangunan yang sudah ditetapkan
tidak dapat terealisasi dikarenakan
oleh minimnya anggaran desa dan
desa tidak memiliki pendapatan asli
desa dan kemudian Semenisasi Jalan
Lingkungan dan Pembangunan
Pagar Tembok Kantor Desa
sepenuhnya diawasi semaksimal
mungkin namun hambatannya pada
anggaran”. ( hasil wawancara 14
Juni 2016 ).
Apa yang disampaikan Ketua
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Ismet dan Wakil Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Bapak Jamri
, disampaikan juga oleh Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Samsudin menyatakan sebagai
berikut :
“ Pelaksanaan pengawasan
RPJM-Des 2011-2015 pada Tahun
2015 belum dapat sepenuhnya
berjalan secara baik dari kegiatan-
kegiatan yang telah disepakati
melalui musyawarah RPJM-Des
2011-2015 ada beberapa yang belum
dapat dilaksanakan karena adanya
permasalahan Anggaran Alokasi
Dana Desa yang minim termasuk
pada semisasi jalan lingkungan dan
pembangunan pagar tembok kantor
desa yang masih terbengkalai“.
(hasil wawancara 14 Juni 2016).
Hasil wawancara diatas
penulis dapat menganalisis bahwa
dalam proses pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
sudah berjalan sesuai dengan
semestinya dalam pengawasan
program RPJM-Des 2011-2015 oleh
Kepala Desa Kelumu. Disatu sisi
ternyata masih ada kendala atau
hambatan yang dihadapi seperti
adanya program-program yang
disepakati dalam RPJM-Des tersebut
seperti permasalahan yang terjadi
adalah semenisasi jalan lingkungan
dan pembangunan tembok Kantor
Desa tidak berjalan sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan, hal ini
akhirnya menimbulkan polemik
didalam Pemerintahan Desa, karena
ada program yang alokasi dananya
ternyata tidak mencukupi dari
musyawarah RPJM-Des.
3. Pemantauan
Kesadaran ( awarenes )
tentang apa yang diingin diketahui,
pemantauan berkadar tingkat tinggi
dilakukan agar dapat membuat
pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakkan ke arah
tujuan atau menjauh dari itu.
Badan Permusyawaratan
Desa sebagai pelaksana pengawasan
Peraturan Desa dan ketetapan Desa
dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya perlu juga menerapkan dan
melakukan pemantauan terhadap
kebijakan-kebijakan yang sudah
disepakati dan ditetapkan bersama
sehingga dapat mencegah adanya
penyimpangan.
Pemantauan yang dilakukan
oleh pihak Badan Permusyawaratan
Desa Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga mengenai
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015 secara
ringkas dapat dilihat dalam tema-
tema sebagai berikut :
“ Seperti apakah pemantauan
yang dilakukan pihak Badan
Permusyawaratan Desa terhadap
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015 dan
Semenisasi jalan lingkungan serta
pembangunan pagar tembok kantor
desa ? “
Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga :
“ Pemantauan yang kami lakukan
belum semaksimal mungkin terhadap
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015 pada
Semenisasi jalan lingkungan dan
pembangunan pagar tembok kantor
desa yang belum siap karena
Pemerintah Desa tidak
menginformasikan saat berjalan
proses bekerja tersebut . ( Hasil
Wawancara 14 Juni 2016 ).
Apa yang telah disampaikan
oleh Bapak Ismet selaku Ketua
Badan Permusyawaratan Desa juga
disampaikan oleh Bapak Jamri
selaku Wakil Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga sebagai
berikut :
“ Pemantauan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa 2011-2015 semenisasi jalan
lingkungan dan pembangunan pagar
tembok kantor desa sangatlah
kurang karena tidak ada kerja sama
antar Badan Permusyawaratan Desa
dan Pemerintahan Desa “.( Hasil
Wawancara 14 Juni 2016 )
Apa yang disampaikan Ketua
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Ismet dan Wakil Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Bapak Jamri,
disampaikan juga oleh Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Samsudin menyatakan sebagai
berikut :
“ Pemantauan Badan
Permusyawaratan Desa dalam
melaksanakan RPJM-Des tidak
begitu dilaksanakan disebabkan
pemerintah desa bekerja tanpa
memberitahukan pihak Badan
Permusyawaratan Desa”.( hasil
wawancara 14 Juni 2016 ).
Hasil dari wawancara diatas
maka penulis dapat menganalisis
bahwa dalam konteks pemantauan
berdasarkan pengakuan tiga nara
sumber diatas ternyata dalam hal
pemantauan pihak Badan
Permusyawaratan Desa tidak
dilibatkan secara penuh dalam
pemantauan pelaksanaan program-
program yang telah tertera didalam
RPJM-Des, terkesan Pemerintah
Desa atau dalam hal ini Kepala Desa
berjalan sendiri-sendiri sehingga
tidak terjadi koordinasi atau tidak
terjalin kerja sama pada kedua
lembaga Pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa hanya
dilibatkan pada saat pembahasan
ADD desa saja
4. Evaluasi
Penilaian adalah suatu proses
untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes
maupun non tes.
Badan Permusyawaratan
Desa dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya perlu
melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap kinerja yang sudah
dijalankan sehingga dapat
mengetahui sejauh mana
keberhasilan dan kelemahan-
kelemahan yang telah dilaksanakan
dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sehingga untuk kedepan
berjalan secara efektif dan efisien,
dimana antara Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa
sebagai unsur penyelenggara desa
dapat bekerja secara profesional
dalam membangun desa Kelumu,
dan target-target pembangunan
tercapai sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa ( RPJM-Des ) yang telah
disepakati dan ditetapkan bersama
unsur penyelenggara Pemerintah
Desa.
Pelaksanaan Pengawasan
yang digulirkan oleh Badan
Permusyawaratan Desa Kulumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga mengenai RPJM-Des secara
ringkas dapat dirangkum dalam
tema-tema berikut :
“ Seperti apakah Evaluasi yang
dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam
mengawasi pelaksanaan RPJM-Des
2011-2015 pada Semenisasi jalan
lingkungan dan pembangunan pagar
tembok kantor desa yang belum
selesai bangunannya? “.
Seperti yang dikemukan oleh
Bapat Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga :
“ Dalam melakukan Evaluasi RPJM-
Des 2011-2015 dan Semenisasi jalan
lingkungan dan pembangunan pagar
tembok kantor desa Badan
Permusyawaratan Desa hanya
melakukannya pada akhir tahun
terhadap program-program yang
sudah berjalan, Evaluasi ini kami
lakukan berdasarkan penilaian dari
hasil kegiatan-kegiatan yang sudah
dijalankan Pemerintah Desa dan
yang dirasakan oleh masyarakat,
yang melakukan evaluasi tersebut
adalah Ketua dan Sekretaris Desa,
evaluasi ini juga akan membantu
pelaksanaan program-program
tahun depan agar tepat dengan
sasaran bagi masyarakat “. (hasil
wawancara 14Juni 2016 ).
Apa yang disampaikan oleh
Bapak Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu juga
disampaikan oleh Wakil Ketua
Badan Permusyawaratan Desa
Kelumu yaitu Bapak Jamri
menyatakan sebagai berikut :
“ Evaluasi RPJM-Des 2011-2015
dan semenisasi jalan lingkungan dan
pembangunan pagar tembok kantor
desa berdasarkan beberapa masukan
atau inspirasi masyarakat atas hasil
dari pelaksanaan program-program
yang dijalankan. Tahapan evaluasi
yang kami lakukan kami tampung
dan akhir tahun baru kami bicarakan
bersama Badan Permusyaratan
Desa”.( hasil wawancara 14 Juni
2016 ).
Hasil wawancara diatas
penulis dapat menganalisa dalam hal
ecaluasi Program RPJM-Des yang
dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
terhadap Pemerintahan Desa Dalam
hal ini perangkat Desa yaitu Kepala
Desa Kelumu dan jajarannya ternyata
evaluasinya hanya dilakukan pada
akhir tahun, dimana dalam internal
Badan Permusyawaratan Desa saja
mendapatkan informasi dan masukan
dari masyarakat seputar pelaksanaan
pembangunan yang telah berjalan
serta tinjauan langsung dari Badan
Permusyawaratan Desa kelapangan
pada saat ada laporan dari
masyarakat Desa Kelumu dan
Langsung dilaksanakan.
5. Suvervisi
Suvervisi merupakan
program pengukuran dan perbaikan
dari kinerja kegiatan bawahan agar
memastikan bahwa tujuan
perusahaan atau pemerintahan dan
rencana yang dirancang untuk
mencapai mereka sedang dicapai.
Badan Permusyawaratan
Desa diharapkan dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya untuk
menerapkan suvervisi didalam
kinerjanya sehingga dapat
mengupayakan langkah-langkah
perbaikan dalam kinerja sehingga
dapat mencegah penyimpangan-
penyimpangan dan melakukan
perbaikan terhadap kebijakan-
kebijakan yang akan berjalan dan
yang sedang berjalan sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal
terhadap penerapan kebijakan-
kebijakan yang telah disepakati dan
ditetapkan bersama, ketika berbicara
mengenai suvervisi maka tidak bisa
dilepaskan dari sumberdaya manusia
dan skil daripada aparatur
Pemerintahan Desa, dimana selebih
kurangnya diharapkan untuk
memahami tugas pokok dan
fungsinya sebagai lembaga pengawas
Pemerintah Desa, disatu sisi peran
masyarakat juga sangat dibutuhkan
dalam pembangunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa ( RPJM-Des ) di Desa Kelumu
Kecmatan Lingga Kabupaten Lingga.
Pengawasan yang diberikan
oleh Badan Permusyawaratan Desa
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa ( RPJM-Des ) secara ringkas
dapat dirangkum dalam tema-tema
berikut :
“ Suvervisi atau program berencana
yang seperti apa yang dilakukan oleh
Badan Permusyawaratan Desa
terhadap Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa Tahun 2011-
2015 pada kegiatan seminsasi jalan
lingkungan dan pembangunan pagar
tembok kantor desa di Desa Kelumu
dan perbaikan program seperti apa,
dan sebutkan perbaikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa yang dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa :
Seperti yang dikemukan oleh
Bapak Ismet selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga yang menyatakan bahwa :
“ Badan Permusyawaratn Desa
selama ini tidak pernah melakukan
perbaikan program pembangunan
desa dikarenakan semua berjalan
sesuai kesepakatan dan ketetapan
bersama Pemerintah Desa, jadi
semua sudah berdasarkan keinginan
masyarakat”. ( hasil wawancara 14
juni 2016 ).
Apa yang disampaikan oleh
Ketua Badan Permusyaratan Desa
yaitu Bapak Ismet juga disampaikan
oleh Bapak Jamri selaku wakil Ketua
Badan Permusyawaratan Desa yang
menyatakan sebagai berikut :
“ Kami tidak pernah melakukan
perbaikan maupun perubahan
program-program pembangunan
yang telah ditetapkan, apalagi
perbaikan karena semua yang telah
dirancang melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa itu telah ditetapkan dan
disepakati bersama”. ( hasil
wawancara 14 Juni 2016 ).
Apa yang disampaikan Ketua
Badan Permusyawaratan Desa Bapak
Ismet dan Wakil Ketua Bapak Jamri,
disampaikan juga oleh Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa yaitu
Bapak Samsuddin yang menyatakan
sebagai berikut:
“ Supervisi atau program berencana
tidak ada sama sekali dilakukan di
Badan Permusyawaratan Desa
disebabkan oleh semua berjalan
sesuai aturan yang telah ditetapkan
dan disepakati bersama Pemerintah
Desa karena program yang
ditetapkan dan disepakati itu sudah
berdasarkan aspirasi dari
masyarakat Desa sendiri”. ( hasil
wawancara 14 Juni 2016 ).
Hasil wawancara diatas
penulis dapat menganalisis bahwa
dalam hal supervisi pengawasan
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 2011-2015 pada
semenisasi jalan dan pembangunan
kantor desa yang belum siap, Badan
Permusyawaratan Desa Kelumu
tidak melakukan Supervisi hal ini
dikarenakan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa yang telah
disepakati dan ditetapkan bersama
dengan Pemerintahan Desa dalam hal
ini Kepala Desa telah bersifat final
untuk dilaksanakan dan diubah lagi,
karena penetapan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa memang benar-benar sesua
dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat di Desa Kelumu,
sebelum ditetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Desa
Desa Kelumu terlebih dahulu
dilakukan survei ke masyarakat oleh
Pemerintahan Desa baik itu dari
Badan Permusyawaratan Desa
maupun Kepala Desa dan jajarannya
barulah Rencana Pembangunan
Jangka menegah Desa tersebut
dirumuskan bersama dan disepakati
berdasarkan kebutuhan masyarakat
Desa Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan
penulis dengan judul skripsi Peran
Badan Permusyawaratan Desa ( BPD
) Dalam Pengawasan Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa DiDesa Kelumu
Kecamatan Lingga Kabupaten
Lingga Tahun 2011-2015, ada
beberapa hal yang menjadi
kesimpulan yaitu :
1. Pelaksanaan Pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa terhadap
pembangunan RPJM-Des 2011-
2015 belum dapat secara efektif
dan efisien, dimana Badan
Permusyawaratan Desa
melakukan pelaksanaan
pengawasan terhadap RPJM-des
2011-2015 terkesan baru
melakukan perubahan dan
perbaikan pada awal tahun
dimana anggaran ADD baru di
terima oleh pihak Badan
Permusyawaratan Desa,
Kurangnya Komunikasi antara
Pihak Badan Permusyawaratan
Desa dengan Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa
juga didalam menerima laporan
dan menampung aspirasi
masyarakat terhadap RPJM-Des
2011-2015 hanya menerima
laporan dan hanya menampung
saja tetapi kurang merealisisaikan
tindakan langsung terhadap
laporan dan aspirasi dari
masyarakat berakibat pada
ketidakpercayaan masyarakat
terhadap kinerja Badan
Permusyawaratan Desa.
2. Pelaksanaan Pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa terhadap
RPJM-Des 2011-2015 di Desa
Kelumu Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga belum
sepenuhnya mencapai target
karena mengalami kendala
terhadap anggaran alokasi dana
desa yang diperuntukkan pada
RPJM-Des belum dapat berjalan
sesuai gagasan dan harapan
masyarakat desa sehingga
program pembangunan desa yang
sudah ditetapkan melalui RPJM-
Desa terhambat dan lambannya
proses renovasi dan pembangunan
infrastrukrur, sarana dan
prasarana desa, kenyamanan
masyarakat atas lingkungan yang
baik dan nyaman, serta
memperlambat peningkatan
ekonomi kemudian kesejahteraan
masyarakat yang berakibat pada
ketertinggalannya desa akan
kemajuan pembangunan desa.
B. Saran
Saran dari kesimpulan penelitian
diatas adalah sebagai berikut :
1. Badan Permusyawaratan Desa
beserta seluruh anggota-anggota
dalam melakukan pelaksanaan
pengawasan terhadap
pembangunan pada RPJM-Des
2011-2015 seharusnya
mempunyai inisiatif langsung
melakukan pelaksanaan
pengawasan yang menyeluruh
terhadap berjalannya program
pembangunan yang berjalan dan
apabila Badan Permusyawaratan
Desa melihat dan mendapatkan
laporan serta aspirasi masyarakat
desa terhadap adanya indikasi
tidak tepatnya sasaran program
pembangunan dan adanya
indikasi penyimpangan dari
program pembangunan yang
sedang berjalan, Badan
Permusyawaratan Desa
diharapkan langsung mengambil
tindakan langkah-langkah
terobosan terhadap pengawasan
yang dilaksanakan Badan
Permusyawaratan Desa ataupun
berdasarkan laporan dan aspirasi
masyarakat desa, Sehingga
Badan Permusyawaratan Desa
dapat mencegah adanya indikasi
penyimpangan terhadap RPJM-
Desa jika terjadi tidak tepat
sasaran program pembangunan
desa dan adanya indikasi
penyimpangan terhadap RPJM-
Des maka Badan
Permusyawaratan Desa dapat
menindaklanjutkan hasil dari
pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa itu
sendiri ataupun berdasarkan
laporan dan aspirasi
masyaratakat desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dapat
melaporkan kepada Pemerintah
Daerah.
2. Seharusnya Badan
Permusyawaratan Desa dalam
pelaksanaan pengawasan RPJM-
Des 2011-2015 di Desa Kelumu
yang sudah ditetapkan dan
disepakati, Badan
Permusyawaratan Desa
mengawasi secara maksimal dan
tidak fokus terhadap RPJM-Des
2011-2015 terutama pada
program pembangunan yang
benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat desa untuk
meningkatkan kesejahteraan dan
ekonomi masyarakat desa.
3. Badan Permusyawaratan Desa
dalam melakukan pelaksanaan
pengawasan RPJM-Des tidak
semestinya mengevaluasi pada
awal tahun saja, namun
semstinya Badan
Permusyawaratan Desa selaku
melaksanakan pengawasan Desa
berinisiatif melakukan
pelaksanaan pengawasan secara
menyeluruh setiap kegiatan-
kegiatan program pemerintah
yang akan dilaksanakan,
sehingga pada saat pelaksanaan
berjalannya RPJM-Des tersebut
dapat terlaksana semaksimal
mungkin sesuai dengan gagasan
dan harapanmasyarakat desa
sehingga Badan
Permusyawaratan Desa dapat
mencegah kegagalan dari RPJM-
Desa tersebut dab jika RPJM-
Desa tersebut tidak dapat
terealisasikan sebaiknya Badan
Permusyawaratan Desa
melakukan perubahan dan
perbaikan pada tahun-tahun
selanjutnya.
4. Badan Permusyawaratan Desa
dalam melakukan pelaksanaan
pengawasan RPJM-des terhadap
minimnya alokasi dana desa
yang sudah ditetapkan bersama,
Badan Permusyawaratan Desa
tidaknya melakukan pelaksanaan
pengawasan saja, akan tetapi
Badan Permusyawaratan Desa
juga sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Desa
yang turut bertanggungjawab
dalam keberhasilan dari target
RPJM-Des tersebut. Dalam hal
ini Badan Permusyawaratan
Desa mengupayakan bersama
Pemerintah Desa ( Kepala Desa
) untuk mengajukan peningkatan
atau penambahan anggaran
alokasi dana desa terhadap
Pemerintah Daerah, dan
mengajukan kepada Pemerintah
Provinsi, kepada Pemerintah
Pusat, agar target RPJM-Des
tersebut dapat terealisasi dengan
segera.
Daftar Pustaka
Buku-buku
Bangun, Wilsom, 2008, “ Intisari
Manajemen “. Bandung : Refika
Aditama.
Cahyono, Heru, 2004, “ Konflik Era
Pedesaan “. Jakarta : Pusat
Penelitian Politik
Handoko, T.H 2004, “ Manajemen
Personalia dan Sumberdaya
Manusia “. Yogyakarta :
BPFE
Handayadiningrat, S, 1991, “
Pengantar Studi Administrasi
dan Manajemen “, Jakarta :
Gunung Agung
Harrison, Lisa, 2007, “ Metodologi
Penelitian Politik “. Jakarta :
PT Kencana Prenada
Gramedia Group
Hendrayadi, Muhadam, 2007, “
Memahami Ilmu
Pemerintahan “, Jakarta : PT
Raja Grafindo
Manullang, 2004. “ Dasar-dasar
Manajemen “, Yogyakarta : Gajah
Mada
Nasir, 1991, “ Penelitian Kualitatif “,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Ndraha, Taliziduhu, 2003, “
Kybernology 1 & 2 “, Jakarta : PT
Rineka Cipta
Nurcholis, Hanif, 2011, “
Pertumbuhan &
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa“. Jakarta
: Erlangga
Rasyid, Ryas, 2007, “ Memaknai
Fungsi Pemerintahan “,
Jakarta : PT Mutiara Sumber
Widya
Siagian, P, S, 2005, “ Fungsi-fungsi
Manajerial “, Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono, 2011, “ Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
RAD”’ Bandung : Alfabeta
Thoha, Miftah, 2002, “ Perilaku
Organisasi “, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Widjaja, Haw, 2003. “
Penyelenggaraag Otonomi Di
Indonesia”. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Winardi, “ Pengantar Ilmu
Manajemen”. Bandung : Nova
Persada
Peratutan Perundang-undangan
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga
Nomor 02 Tahun 2008 Tentang
Badan Permusyawaratan Desa
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga
Nomor 03 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa
Peraturan Bupati Nomor 08 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa
Peraturan Desa Kelumu Tentang
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa Tahun 2011-2015
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun
2005 Tentang Desa
Undang-Undang No 6 Tahun 2014
Tentang Desa