nehemia, membangun tembok

21

Click here to load reader

Upload: bpw-gksi-jabodetabekban

Post on 24-Jul-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nehemia, Membangun Tembok

KELUARGA YANG MEMBANGUN KOTANEHEMIA 5: 14-19

Allah mencipta manusia dengan dua mandat utama, yakni mandat budaya dan mandat ilahi. Dengan kata lain, membangun secara fisik dan membangun secara rohani. Namun keduanya harus berjalan secara seimbang dan simultan.

NEHEMIA 5:1-19

Bacaan hari ini menunjukkan problem lain yang dihadapi oleh Nehemia dalam pembangunan tembok Yerusalem.

I) Problem yang dihadapi oleh Nehemia:

A)  Ada banyak orang Yahudi yang miskin.

Mengapa orang-orang Yahudi itu miskin?

1)   Karena mempunyai banyak anak / mempunyai keluarga yang besar (ay 2).

Hal ini menyebabkan:

        naiknya kebutuhan hidup dalam keluarga.

        jumlah penduduk menjadi berlebihan sehingga harga barang / makanan menjadi naik.

Semua ini menyebabkan mereka menjadi miskin / makin miskin.

Penerapan:

Orang kristen wajib menyesuaikan besarnya keluarga mereka / banyaknya anak mereka (dengan ikut KB; itu bukan dosa!) dengan keuangan mereka, supaya jangan menjadi miskin karena keluarga yang terlalu besar! Jangan terus punya anak dengan pemikiran ‘Tuhan toh akan mencukupi / memberkati’! Sekalipun Tuhan berjanji akan mencukupi kebutuhan hidup kita (Mat 6:25-34), tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu memikirkan

Page 2: Nehemia, Membangun Tembok

bagaimana mencukupi keluarga kita! Kita harus membedakan antara ‘beriman’ dan ‘mencobai Tuhan’!

2)   Adanya bahaya kelaparan / famine (ay 3).

Bahaya kelaparan itu menyebabkan mereka menggadaikan rumah dan ladang mereka.

Sesuatu yang perlu dipertanyakan adalah: kapan terjadinya bahaya kelaparan yang menyebabkan mereka menggadaikan rumah & ladang mereka itu?

NIV/NASB/RSV: we are mortgaging (= kami sedang menggadaikan).

KJV: we have mortgaged (= kami telah menggadaikan).

Dalam bahasa Ibraninya digunakan kata yang berbentuk participle (dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘verb + ing’), sehingga sukar terlihat apakah itu menunjuk pada waktu yang lampau / past atau waktu sekarang / present.

Tetapi ada 2 hal yang menunjukkan bahwa bahaya kelaparan itu terjadi di waktu lampau:

        kontex menunjukkan bahwa bahaya kelaparan beserta semua tindakan penggadaian itu terjadi di masa yang lampau (ay 5c & ay 11 menunjukkan bahwa rumah / ladang itu sudah ada di tangan para pemuka).

        Hagai 1:6,9-11 & Hagai 2:16-20 menunjukkan bahwa pada jaman Hagai terjadi bahaya kelaparan yang disebabkan karena kelalaian orang-orang Yahudi terhadap pembangunan Bait Allah. Mungkin bahaya kelaparan itulah yang dimaksudkan dalam ay 3 ini. Kalau ini benar, maka jelas bahwa bahaya kelaparan itu terjadi pada masa yang lampau, karena Hagai hidup sebelum Nehemia, bahkan sebelum Ezra, yang membangun kembali Bait Allah.

Bahaya kelaparan ini, menyebabkan mereka menjadi miskin / makin miskin.

3)   Adanya pajak yang harus mereka bayarkan kepada raja (ay 4).

Yang dimaksud dengan 'raja' disini adalah Raja Artahsasta / Raja Persia (boss dari Nehemia - bdk. Neh 2:1).

Ini juga menyebabkan mereka menjadi miskin / makin miskin.

4)   Pembangunan tembok Yerusalem.

Page 3: Nehemia, Membangun Tembok

Dalam Neh 3-4 sudah kita pelajari bahwa bangsa itu bekerja mati-matian untuk membangun tembok Yerusalem. Pekerjaan ini pasti menyita begitu banyak waktu sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk bekerja mencari nafkah. Apalagi setelah dalam Neh 4 ada musuh yang mau menyerang mereka. Ini menyebabkan para pekerja itu bahkan tidak bisa pulang ke rumah mereka masing-masing, dan mereka tidur di Yerusalem untuk berjaga-jaga terhadap serangan para musuh itu (Neh 4:22).

Semua ini juga menyebabkan mereka menjadi miskin / makin miskin.

 

Penerapan:

Dari sini bisa kita pelajari bahwa, berbeda / bertentangan dengan ajaran Theologia Kemakmuran, orang yang berjuang untuk Tuhan tidak mesti menjadi kaya. Mereka bahkan bisa menjadi makin miskin! Kalau itu saudara alami, maukah saudara tetap berjuang bagi Tuhan di tengah-tengah kemiskinan saudara? Yesus rela menjadi miskin demi saudara, maukah saudara mengalami kemiskinan demi Dia?

5)   Mereka menggadaikan ladang / kebun, bahkan rumah mereka (ay 3), dan mereka meminjam uang (ay 4).

Menggadaikan ladang / rumah memang menyebabkan seseorang menerima sejumlah uang, tetapi ia harus menebus dengan harga yang lebih tinggi. Kalau ia tidak bisa menebus, maka  ia akan kehilangan ladang / rumahnya itu.

Meminjam uang, tentu saja harus membayar bunga. Kalau bunganya saja ia tak bisa membayar, maka hutangnya akan makin lama makin menumpuk!

Ini semua menyebabkan mereka menjadi miskin / makin miskin.

Penerapan:

Dari sini kita harus belajar untuk tidak sembarangan menggadaikan sesuatu ataupun meminjam uang. Banyak orang yang dengan gampang menggadaikan barangnya / meminjam uang hanya sekedar untuk bisa memenuhi suatu keinginan tertentu / membeli barang dsb, padahal keinginan / barang tersbut bukanlah sesuatu yang terlalu penting. Sikap seperti ini berbahaya dan bisa menjerat kita ke dalam kemiskinan yang berkepanjangan!

B)  Tindakan para pemuka / penguasa (ay 7).

Page 4: Nehemia, Membangun Tembok

1)   Meminjami uang dengan bunga (ay 7,11).

Ay 7: ‘Masing-masing kamu telah makan riba dari saudara-saudaramu’.

Ini adalah terjemahan yang salah! Seharusnya ayat itu berbunyi: ‘Kamu telah meminjamkan uang kepada mereka’.

Jadi sebetulnya, dari kata-kata dalam ayat itu sendiri, tidak kelihatan bahwa ada bunga yang diminta. Tetapi karena ayat itu merupakan suatu gugatan / tuduhan, maka bisalah ditarik kesimpulan, bahwa di dalam peminjaman itu ada bunga yang dituntut.

Ay 11 juga salah terjemahan!

NIV: “Give back to them immediately their fields, vineyards, olive groves and houses, and (also the usury you are charging them) - the hundredth part of the money, grain, new wine and oil” [= kembalikan dengan segera ladang, kebun anggur, kebun zaitun, dan rumah mereka, dan (juga bunga yang kamu bebankan kepada mereka) - seperseratus bagian dari uang, gandum, anggur baru dan minyak].

Catatan: Kata-kata yang saya letakkan di dalam tanda kurung itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa Ibraninya.

Bagian terakhir dari ay 11 itu menunjukkan bahwa bunga yang diminta adalah seperseratus bagian, atau 1%. Ini dianggap sebagai bunga dalam 1 bulan. Memang ini termasuk rendah untuk ukuran kita di Indonesia pada jaman ini, tetapi para penafsir menganggap ini besar untuk jaman itu.

Disamping itu, pembungaan uang seperti itu melanggar Kel 22:25  Im 25:35-37  Ul 23:19-20 yang melarang peminjaman uang yang disertai bunga kepada orang miskin dari antara sesama bangsa Israel.

2)   Mereka menerima ladang, kebun, atau rumah yang digadaikan (ay 3,5,11a).

Bahkan mungkin sekali semua ini sudah menjadi milik para pemuka / penguasa itu, karena orang-orang miskin itu tidak bisa menebus apa yang mereka gadaikan.

3)   Mereka mengambil anak-anak lelaki dan perempuan dari orang-orang miskin itu untuk dijadikan budak (ay 5,8).

Perbudakan yang mereka lakukan ini jelas bertentangan dengan kesederajadan umat manusia (bdk. ay 5). Disamping itu, perbudakan terhadap sesama bangsa Israel, sekalipun mula-mula diijinkan (bdk. Kel 21:2-dst), tetapi akhirnya dilarang (bdk. Im 25:39-45).

Page 5: Nehemia, Membangun Tembok

Catatan: Perbedaan antara Kel 21:2-dst dan Im 25:39-45 ini bukan suatu kontradiksi, tetapi penghapusan secara bertahap terhadap perbu-dakan, karena membudayanya perbudakan pada jaman itu.

Hal-hal yang menambah gawatnya dosa mereka:

a)   Saat itu adalah keadaan darurat dimana mereka sedang sama-sama membangun tembok Yerusalem. Bagaimana mungkin mereka masih bisa memikir untuk memeras / memperbudak orang?

b)   Orang-orang miskin yang diperas / diperbudak itu, juga adalah pembangun tembok Yerusalem. Bahkan, pembangunan tembok Yerusalem itu adalah salah satu alasan yang menyebabkan mereka menjadi miskin. Seharusnya para penguasa itu menolong orang-orang ini karena mereka sudah berkorban bagi Tuhan. Tetapi para penguasa ini ternyata justru memeras / memperbudak mereka!

c)   Para penguasa menggunakan kesempatan (untuk bisa mendapatkan tanah, rumah, budak) dalam kesempitan! Ini jelas bukan tindakan kasih!

d)   Para pemuka itu sendiri juga adalah pembangun tembok Yerusalem, atau dengan kata lain, mereka juga adalah orang-orang yang mela-yani Tuhan! (bdk. Neh 3:9,12,14-19). Jadi, mereka adalah pelayan-pelayan Tuhan yang hidupnya brengsek.

Penerapan:

Apakah saudara juga adalah orang yang aktif di gereja, aktif dalam Pemberitaan Injil dsb? Kalau ya, coba renungkan bagaimana hidup saudara! Kalau saudara ternyata hidup brengsek, maka bagaimana mungkin orang-orang yang saudara injili itu bisa bertobat?

Seseorang mengucapkan kalimat ini:

“I cannot hear what you say for listening to what you are” (= saya tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan, karena saya mendengarkan / memperhatikan apa adanya kamu).

Apa sebabnya para pemuka itu bisa seperti itu? Karena mereka cinta kepada uang! Dan cinta uang memang adalah akar segala kejahatan (1Tim 6:10)! Apakah sampai saat ini saudara masih belum bisa melihat bahwa cinta uang adalah sesuatu yang sangat berbahaya?

II) Sikap / tindakan Nehemia:

1)   Nehemia mau mendengar suara orang miskin!

Page 6: Nehemia, Membangun Tembok

a)   Orang-orang miskin itu berteriak (ay 1,6).

        Kata ‘keluhan’ dalam ay 1,6, oleh NIV diterjemahkan ‘outcry’ (= teriakan).

        Orang-orang perempuan ikut berteriak (ay 1).

Pulpit Commentary: “The Oriental habit of shrill lamentation must be borne in mind - it is always shrillest when the women have a part in it, as on this occasion” (= kebiasaan orang timur untuk meratap dengan nyaring perlu diingat - selalu merupakan yang paling nyaring pada saat orang perempuan ikut ambil bagian, seperti dalam peristiwa ini).

Ini adalah sesuatu yang tidak lazim, karena pada jaman itu orang perempuan tidak terlalu berperan. Tetapi karena keadaan yang begitu gawat, maka saat itu orang perempuanpun ikut berteriak!

b)   Nehemia mau mendengar teriakan orang-orang miskin ini (ay 6).

Biasanya, orang hanya mau mendengar suara dari orang kaya. Bahkan dalam gerejapun, seringkali suara orang miskin diabaikan! Tetapi Nehemia tidak demikian. Ia mau mendengar teriakan orang-orang miskin.

Ini perlu ditiru oleh semua kita, khususnya kita yang adalah Pendeta, Penginjil, Majelis / pengurus, guru sekolah minggu, dsb! Kita harus mau mendengar suara dari orang-orang yang ada 'di bawah'.

2)   Nehemia marah (ay 6).

Mungkin sekali Nehemia adalah orang yang berangasan (bdk. Neh 13:25). Ketika ia mendengar tentang penindasan terhadap orang-orang miskin itu, Nehemia tidak menghibur orang-orang miskin itu dengan kata-kata:

        Sabarlah! Biarlah Tuhan yang bertindak!

        Segala sesuatu toh membawa kebaikan!

        Tuhan tidak akan biarkan kamu dicobai lebih dari kemampuanmu!

Sebaliknya, Nehemia menjadi marah, tentu saja bukan kepada orang-orang miskin yang ditindas, tetapi terhadap para penindasnya! Padahal, dari ay 18b terlihat bahwa Nehemia adalah orang yang penuh kasih / belas kasihan. Tetapi kemarahannya disini adalah kemarahan yang benar!

Penerapan:

Page 7: Nehemia, Membangun Tembok

      Kalau saudara mendengar / melihat orang yang ditindas, apakah saudara cuma berusaha menghibur dengan kata-kata saja, atau, apakah saudara mau bertindak untuk menolong?

      Gereja membutuhkan orang-orang yang berani marah dan bisa marah secara benar! Kalau tidak ada orang-orang seperti ini, maka segala kesalahan yang terjadi di dalam gereja akan terus berlangsung. Beranikah / bisakah saudara marah secara benar?

3)   Nehemia berpikir masak-masak (ay 7).

Sekalipun kemarahannya adalah kemarahan yang benar, tetapi pelampiasan / perwujudan dari kemarahan itu bisa saja salah. Misalnya: kalau ia jadi muntap / mata gelap, lalu melakukan hal-hal yang tidak semestinya terhadap para pemuka.

Karena itu, ia berpikir / merenungkan dulu, apa yang akan ia lakukan.

Penerapan:

Hal ini penting untuk orang-orang yang berangasan! Adalah sesuatu yang baik kalau saudara bisa marah pada saat tepat. Tetapi supaya pelampiasan / perwujudan dari kemarahan itu bisa benar, maka ambillah waktu untuk berpikir / merenungkan sebelum bertindak!

4)   Nehemia menggugat / menuduh para pemuka (ay 7).

a)   Nehemia bertindak!

Ada orang-orang yang marah, tetapi lalu diam saja (bdk. Daud dalam 2Sam 13:21). Tetapi Nehemia tidak demikian. Persoalan yang sedang terjadi itu adalah suatu ‘internal evil’ (= kejahatan di dalam), yang jauh lebih berbahaya dari pada ‘external evil’ (= kejahatan di luar).

Seseorang mengatakan:

“Better an army of Canaanites in battle array than one Achan in the camp” [= lebih baik suatu pasukan Kanaan dalam pertempuran, dari pada seorang Akhan (bdk. Yos 7:1) di dalam perkemahan].

Nehemia menyadari hal ini! Ia tahu bahwa kalau ia membiarkan hal ini, maka:

        karena hal itu adalah dosa, maka Tuhan tidak akan menyertai / memberkati pembangunan tembok yang mereka lakukan.

Page 8: Nehemia, Membangun Tembok

        orang-orang miskin itu tidak akan bisa ikut membangun tembok dalam situasi kondisi seperti itu.

Karena itu, maka ia bertindak!

b)   Nehemia bertindak menentang / melawan para penguasa / pemuka (ay 7).

Tadi kita lihat bahwa ia mau mendengar suara orang miskin. Sekarang kita lihat ia menentang / melawan para penggede, yang jelas adalah orang kaya.

Penerapan:

Orang kristen harus mempunyai sikap tidak memandang bulu seperti ini, baik di dalam gereja (bdk. Yak 2:1-9), maupun di luar gereja! Bagaimana sikap saudara terhadap orang kaya dan orang miskin? Berbedakah?

5)   Nehemia mengadakan sidang jemaah yang besar (ay 7).

Rupa-rupanya gugatan / tuduhan tadi tidak dipedulikan oleh para penguasa / pemuka itu. Dan karena itu, Nehemia lalu mengadakan sidang jemaah yang besar, mungkin dengan harapan bahwa kalau ada banyak orang, maka para pemuka / penguasa itu menjadi malu atas tindakan mereka dan lalu mau bertobat.

Lalu apa yang ia lakukan dalam sidang itu?

a)   Ia mengkontraskan apa yang ia lakukan dengan tindakan dari para pemuka itu (ay 8,10a).

Pengkontrasan 1: ini terlihat dalam ay 8.

Tetapi ay 8 ini salah terjemahan! Seharusnya bunyinya adalah: 'Kami selalu berusaha ... tetapi kamu ini justru menjual saudara-saudaramu supaya mereka dijual lagi kepada kami'.

Kata 'kami' yang pertama menunjuk kepada Nehemia. Kata 'kamu' menunjuk kepada para pemuka itu. Dan kata 'kami' yang kedua menunjuk kepada bangsa Israel / Yahudi secara keseluruhan. Jadi, dalam ay 8b itu, ia mengatakan bahwa kalau dirinya selalu berusaha membuang perbudakan, para pemuka itu justru menyebabkan perbudakan (sekalipun terjadi di dalam kalangan bangsa Yahudi sendiri).

Pengkontrasan 2: ini terlihat dalam ay 10a.

Tetapi ay 10a ini juga salah terjemahan! Kata 'membungakan' seharusnya 'meminjamkan'. Jadi, Nehemia juga meminjamkan uang kepada orang-orang

Page 9: Nehemia, Membangun Tembok

miskin itu, tetapi tanpa bunga. Sedangkan para pemuka meminjamkan dengan menuntut bunga.

b)   Ia mengajak para pemuka itu untuk sama-sama menghapuskan hutang orang-orang miskin itu (ay 10b).

Ay 10b (lit): “Let us remit this loan” (= Baiklah kita menghapuskan pinjaman ini).

Jadi, yang dimaksud bukan sekedar bunganya, tetapi pinjamannya. Juga dari kata-kata ‘Let us’ (= baiklah kita), jelaslah bahwa Nehemia sendiri termasuk disitu. Jadi, Nehemia bukan sekedar menyuruh supaya para pemuka mengorbankan uang mereka yang dipinjam oleh orang-orang miskin itu, tetapi ia sendiri juga mau mengorbankan uangnya yang dipinjam oleh orang-orang miskin itu.

Mengapa ia melakukan hal ini?

        Karena ia tahu bahwa orang-orang miskin itu begitu miskin, sehingga yang mereka butuhkan bukanlah sekedar suatu pinjaman tanpa bunga, tetapi suatu penghapusan hutang atau suatu pemberian!

        Disamping itu, ajakan ini menunjukkan bahwa Nehemia bukan sekedar menyuruh orang lain berkorban, tetapi ia sendiri juga rela berkorban!

c)   Ia menyuruh mengembalikan ladang / rumah, dan juga membatalkan / mengembalikan bunga (ay 11 - awas, ayat ini salah terjemahan. Lihat terjemahan NIV di atas - point I,B,1).

Ay 11a: ia menyuruh mereka mengembalikan tanah dan rumah.

Ay 11b: ada 2 penafsiran:

        Nehemia menyuruh mengembalikan bunga yang sudah dibayar oleh orang-orang miskin itu.

        Nehemia menyuruh menghapuskan bunga yang akan datang (jadi, kalau tadi dalam ay 10b ia mengajak untuk menghapus pinjamannya, sekarang ia menyuruh mereka menghapus bunganya juga).

d)   Ia menyuruh mereka bersumpah untuk menepati janji, dan ia bahkan memberikan kutuk kepada orang-orang yang tidak menepati janjinya (ay 12b-13).

Kesimpulan:

Page 10: Nehemia, Membangun Tembok

Nehemia bukan cuma berusaha membereskan persoalan itu, tetapi ia juga menunjukkan bahwa ia berbeda dengan para pemuka itu, yaitu bahwa ia bukanlah seorang yang cinta pada uang!

Tidak cintanya Nehemia pada uang ditunjukkan dengan:

        ia rela kehilangan uang yang ia pinjamkan (ay 10b).

        ia rela tidak menerima uang (ay 14,18b).

Ada orang yang rela kehilangan uang / rela mengeluarkan uang. Tetapi mereka tidak rela kalau tidak menerima uang. Karena itu, di dalam mereka bekerja, mereka betul-betul memburu uang. Ini tetap cinta uang!

Ada orang-orang yang sebaliknya. Mereka rela tidak menerima uang. Karena itu, di dalam bekerja, mereka tidak mati-matian memburu uang. Tetapi mereka tidak rela kehilangan uang dan karena itu mereka menjadi orang yang sangat pelit! Ini tetap juga cinta uang!

Nehemia betul-betul tidak cinta pada uang, karena ia rela kehilangan uang dan ia juga rela tidak menerima uang!

Bagaimana sikap saudara terhadap uang? Seperti Nehemia? Atau seperti para pemuka / penguasa?

Pada zaman pembuangan bangsa Israel di tanah Persia, Nehemia adalah seorang Yahudi yang memunyai kedudukan cukup tinggi dan memunyai hubungan dengan raja negeri itu, Artahsasta. Ia mendapat izin dan dukungan raja untuk kembali ke Yerusalem guna membangun tembok-tembok kotanya yang telah runtuh. Di bawah kepemimpinan Nehemia, tembok Yerusalem selesai dibangun dalam 52 hari (Nehemia 6:15). Keberhasilan itu membuat malu musuh-musuh Israel yang mencemoohnya (Nehemia 6:16).

Semasa di Persia, Nehemia menjadi juru minum raja, sebuah jabatan yang istimewa. Raja Artahsasta sangat peduli dengan Nehemia dan mau mendengarkan aspirasi orang kepercayaannya itu. Dari hubungan itulah Nehemia berhasil melobi Artahsasta sehingga diberi izin untuk pulang ke Yerusalem guna membangun kota itu kembali (Nehemia 2:5). Bahkan, raja berkenan memberinya bantuan material berupa kayu-kayu untuk membangun pintu-pintu gerbang, bait suci, dan tembok kota Yerusalem (Nehemia 2:8).

Ketika tiba di Yerusalem, Nehemia melakukan penyelidikan rahasia untuk kemudian membuat perencanaan pembangunan (Nehemia 2:11-15). Selanjutnya, ia membagikan visi pembangunan itu kepada orang-orang Yahudi dan mereka pun merespons sangat positif (Nehemia 2:17). Dengan wibawa kepemimpinan yang kuat, Nehemia segera menggerakkan banyak orang untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan tembok Yerusalem (Nehemia 3). Ketika

Page 11: Nehemia, Membangun Tembok

pembangunan menghadapi tantangan, Nehemia menetapkan strategi-strategi yang jitu (Nehemia 4:16-19).

Nehemia bukan hanya berhasil membangun tembok Yerusalem, tetapi juga menjadi seorang pengembang (developer) yang mengatur perkembangan kota Yerusalem, baik secara teknis maupun tatanan sosial masyarakatnya (Nehemia 7:4-5). Di bawah kepemimpinan Nehemia, kota Yerusalem marak kembali.

Nehemia juga sangat memerhatikan pembangunan mental-spiritual bangsanya. Ia sangat tegas dalam menjaga kemurnian ibadah. Karena dosa imam Elyasib, Nehemia menjadi marah dan sedikit bersikap kasar (Nehemia 13:7-8). Ia lantas memerintahkan penahiran supaya ibadah Israel dimurnikan kembali (Nehemia 13:9).

Nehemia adalah seorang pemimpin yang benar-benar menjaga integritas kepemimpinannya. Sebagai bupati di tanah Yehuda, ia tidak mencari untung sendiri (Nehemia 5:18). Nehemia sangat menentang praktik korupsi yang merugikan rakyat!

KEHIDUPAN DOA NEHEMIA

Ketika pada suatu hari Raja Artahsasta bertanya kepada Nehemia: "Jadi, apa yang kauinginkan?" (Nehemia 2:4a), ia tidak langsung menjawab. Tetapi, Nehemia berdoa dulu kepada Tuhan (Nehemia 2:4b). Di sini terlihat jelas prinsip iman Nehemia: ia tidak minta kepada manusia, tetapi minta kepada Tuhan.

Jika Anda seorang pendeta yang sedang membangun gedung gereja, lalu tiba-tiba datang kepada Anda seorang pengusaha kaya raya yang menanyakan apa keingian Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin secara refleks Anda akan langsung berkata, "Wah, saya sedang butuh seratus juta!", dengan harapan memperoleh donasi. Tetapi, pemimpin yang baik akan cepat mendengar dan lambat untuk berkata-kata (Yakobus 1:19). Lebih dari itu, ungkapkanlah dulu dan yang terutama keinginan Anda pada Tuhan. Jangan pernah berharap pada manusia!

Ketika menghadapi tantangan, cemooh, dan hinaan musuh, Nehemia tidak membalas, tetapi berdoa. Nehemia berseru, "Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina ...." (Nehemia 4:4). Pemimpin yang belum dewasa akan mudah terpancing emosi ketika harkat dan martabatnya diusik. Tetapi pemimpin Kristen yang dewasa membalas kejahatan dengan kebaikan, sebab Tuhan sajalah yang memunyai hak untuk melakukan pembalasan (Roma 12:19-21).

Nehemia menerapkan prinsip "ora et labora" (berdoa dan bekerja). Ketika Sanbalat dan Tobia mencoba menentang dan hendak menyerang pembangunan tembok Yerusalem, Nehemia menggalakkan doa (Nehemia 4:9) tanpa mengurangi semangat kerja yang gigih (Nehemia 4:16-18).

Ada pemimpin Kristen yang terjerumus dalam salah satu ekstrem: berdoa melulu tanpa bekerja, atau bekerja saja tanpa berdoa. Mengandalkan kekuatan sendiri tanpa doa tidak akan berhasil, malahan terkutuk (Yeremia 17:5). Tetapi, tanpa usaha juga tidak akan ada kemajuan. Ganjaran bagi seorang pemalas adalah kemiskinan (Amsal 6:9-11).

Page 12: Nehemia, Membangun Tembok

Nehemia selalu memohon perlindungan Tuhan melalui doa-doanya. Pada waktu orang-orang berusaha membunuhnya, Nehemia berdoa kepada Tuhan (Neheima 6:14). Ia tidak mau terancam oleh ancaman manusia, tetapi memohon perlindungan Tuhan.

Kehidupan doa Nehemia yang kuat membuatnya peka mendengar bisikan Roh Kudus. Meskipun bukan seorang pelihat, roh Nehemia yang sensitif sanggup menangkap kehendak Tuhan. Rencana-rencana yang dibuatnya bukan berasal dari pikirannya sendiri, namun merupakan ilham yang diberikan Tuhan (Nehemia 7:5).

BEBAN VERSUS PANGGILAN

Kisah Nehemia dimulai dari bagaimana ia menerima informasi buruk tentang tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang telah terbakar habis (Nehemia 1:3). Mendengar kabar itu, Nehemia menangis, berkabung selama beberapa hari, dan berdoa puasa di hadirat Allah semesta langit (Nehemia 1:4). Perasaan duka itu tidak bisa ditutup-tutupinya, Nehemia selalu muram meskipun tubuhnya sehat walafiat (Nehemia 2:2).

Doa bertumbuh dari beban terhadap orang lain. Seorang pemimpin akan tekun berdoa jika hatinya sensitif dan mudah tergerak oleh belas kasihan. Pemimpin yang cuek biasanya tidak tertarik untuk berdoa. Tetapi, sampai di sini, harus diingat bahwa beban itu berbeda dengan panggilan. Rasa terbeban akan mendorong kita untuk berdoa, tetapi tidak sekaligus menjadikan kita terpanggil dalam beban itu. Melihat gelandangan di perempatan jalan hati kita terbeban, tetapi tidak selalu berarti bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan pelayanan khusus bagi orang-orang tersebut.

Itulah sebabnya, Nehemia tidak langsung secara gegabah menetapkan pelayanannya. Begitu beban tentang kehancuran Yerusalem itu muncul di hatinya, Nehemia berdoa untuk beberapa waktu lamanya. Ia tidak langsung pergi ke Yerusalem untuk membangun reruntuhan itu. Bahkan, ketika ditanya oleh raja Artahsasta mengenai keinginan hatinya, Nehemia berdoa dulu (Nehemia 2:4), baru kemudian memberi jawaban yang berupa visi pelayanan untuk membangun kembali tembok Yerusalem.

Sebelum menangkap visi itu, Nehemia terlebih dahulu berdoa dan berpuasa (Nehemia 1:4). Nehemia kemudian menaikkan syafaat untuk kota Yerusalem (Nehemia 1:5-6). Doa-doa itu dilakukannya siang dan malam dengan tekun dan terus-menerus (Nehemia 1:6). Di dalam doanya, Nehemia juga merendahkan diri dengan mengaku dosa (Nehemia 1:6). Akhirnya, Nehemia mengingatkan Tuhan akan janji-janji-Nya kepada bangsa Israel (Nehemia 1:8-11).

Banyak pemimpin Kristen tidak berjalan dengan visi dari Tuhan. Pelayanan dan organisasinya dibangun atas dasar cita-cita dan pemikiran akal budi manusia. Pemimpin yang sejati akan diberi visi oleh Tuhan, dan itu diperolehnya melalui doa.

Pengerjaan visi itu juga dilandasi dengan doa yang kuat. Sebelum memberitahukan visinya kepada raja, Nehemia berdoa lebih dulu (Nehemia 2:4). Alhasil, visi itu direspons dan bahkan didukung penuh. Pelayanan harus kita mulai dan terus kita bangun dengan doa, sebab jika bukan Tuhan yang mendirikan, maka semua akan sia-sia (Mazmur 127:1).

Page 13: Nehemia, Membangun Tembok

Neh 5:14-19 Sikap seorang   pembesar

Perikop ini menunjukkan teladan Nehemia yang memakai kedudukan dan kekayaannya untuk kesejahteraan rakyat daripada memberatkan mereka. Kebiasaan para pendahulunya adalah mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan dari kedudukannya–empat puluh syikal perak (yang diambil dari seluruh rakyat dalam satu hari, a.15) bisa membeli kurang lebih tiga ekor kerbau. Sebaliknya, Nehemia tidak menerima pajak yang menjadi haknya (a.18), karena dia melihat bahwa rakyat sudah terbeban dengan pekerjaan membangun tembok itu. Mungkin dukungan raja lebih luas daripada yang disebutkan dalam 2:8 (misalnya untuk gaji anak-anak buahnya), tetapi kesannya bahwa dia juga memakai kekayaan pribadi, mungkin dari kedudukannya sebagai juru minuman raja. Dia tidak memberatkan rakyat karena dia takut akan Allah (a.15), tetapi dia merelakan duitnya sendiri karena dia menganggap itu kesempatan untuk memakai uang yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk pekerjaan Allah.

Teladan Nehemia diangkat sebagai perbandingan bukan hanya terhadap para pendahulunya tetapi terhadap rakyat Israel sendiri. Perikop sebelumnya menceritakan bagaimana ada yang memberatkan sesama orang Israel yang dipaksa menjual ladangnya, padahal tanah Israel adalah warisan Allah (bnd. Im 25). Saya teringat bahwa sekarang bukan hanya para pembesar yang main korupsi jika ada kesempatan!

Jika Nehemia adalah teladan untuk penguasa sekarang, lebih lagi dia adalah teladan untuk gereja. Selain praktek gereja yang bisa memberatkan kaum miskin (seperti menuntut uang untuk surat ala pemerintah), sering ada kepelitan di antara warga gereja. Pekerjaan Allah ditempatkan pada jenjang rendah dalam skala prioritas. Kita perlu menjadi takut akan Allah dan giat dalam memperluas kerajaan-Nya.

Page 14: Nehemia, Membangun Tembok

NEHEMIA: LEADING BY EXAMPLE

I see Nehemiah as a man of great success and handled it well. Not necessarily because of accomplishments, his magnetic personality, wit, financial status, possessions or position. All of which he had.  It was not about him...it was all about God!  He knew God. He knew his identity and purpose through that relationship and that's what drove him. He started as a servant of God and lived his purpose as God's servant. That's success.

The Story: Nehemiah 5:14-19 tells how he not only started with God in the driver’s seat, but he determined each day to keep it that way. Nehemiah had a passion for God and God gave Nehemiah a passion for Jerusalem. One writer said that "Nehemiah had Jerusalem in his heart". He was motivated by a servant's heart. It's seems easy to forget that it's not about me (you). It's all about God. In the same year that Nehemiah went to Jerusalem to rebuild the walls, the King appointed him as governor over the land of Judah. Some promotion! What's important to see how he maintained the attitude of a servant of God.

Key Truths: Let's look at key qualities found in a servant:

1. A Servant is not self-serving (Nehemiah 5:14).  The governor was entitled to draw a salary from the taxes. The governor collected taxes not only for the government (Persia) but also for his own savings plan. Nehemiah never took any pay. Served 12 years without pay.  He could have earned an extra $1200 a day.  Obviously, possessions were not driving his life.

2. Servanthood is not unreasonable (Nehemiah 5:15). Servanthood does not allow for those are under you to feel burdened to the point that they struggle with their challenges. In the process of making life better for yourself, others' burdens are increased. The heartbeat of a servant is to lessen the burden. That was Nehemiah.

3. Servanthood is prepared to sacrifice for others (Nehemiah 5:16). Nehemiah got involved with the program. A servant will do that.

4. A Servant is Generous (Nehemiah 5:17-19). Nehemiah was very generous with what God had provided him.

Today's Application: As Christians, we need to realize that it's not about me. It's all about God

NEHEMIA: MEMIMPIN DENGAN CONTOHSaya lihat Nehemia sebagai orang sukses besar dan ditangani dengan baik. Belum tentu karena prestasi, kepribadian magnetik nya, kecerdasan, status keuangan, harta benda atau posisi. Semua yang dia. Ini bukan tentang dia ... itu semua tentang Tuhan! Dia tahu Tuhan. Dia tahu identitas dan tujuan melalui hubungan itu dan itulah yang mendorongnya. Dia mulai sebagai hamba Allah dan hidup tujuannya sebagai hamba Allah. Itu keberhasilan.Story: Nehemia 5:14-19 menceritakan bagaimana dia tidak hanya mulai dengan Allah di kursi

Page 15: Nehemia, Membangun Tembok

pengemudi, tapi ia bertekad setiap hari untuk tetap seperti itu. Nehemia memiliki hasrat untuk Allah dan Allah memberi Nehemia semangat untuk Yerusalem. Seorang penulis mengatakan bahwa "Yerusalem Nehemia dalam hatinya". Dia termotivasi oleh hati seorang hamba. Ini tampaknya mudah untuk lupa bahwa ini bukan tentang saya (Anda). Ini semua tentang Tuhan. Pada tahun yang sama bahwa Nehemia pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali dinding, Raja menunjuk dia sebagai gubernur di tanah Yehuda. Beberapa promosi! Yang penting untuk melihat bagaimana ia mempertahankan sikap seorang hamba Allah.Kebenaran kunci: Mari kita lihat kualitas kunci yang ditemukan dalam hamba:1. Hamba A tidak melayani diri sendiri (Nehemia 5:14). Gubernur berhak untuk menarik gaji dari pajak. Gubernur tidak hanya mengumpulkan pajak bagi pemerintah (Persia), tetapi juga untuk rencana tabungan sendiri. Nehemia tidak pernah membayar. Disajikan 12 tahun tanpa membayar. Dia bisa telah mendapatkan tambahan $ 1200 per hari. Jelas, harta tidak mengemudi hidupnya.2. Kehambaan adalah tidak masuk akal (Nehemia 5:15). Kehambaan tidak memungkinkan bagi mereka berada di bawah Anda untuk merasa terbebani ke titik bahwa mereka berjuang dengan tantangan mereka. Dalam proses pembuatan kehidupan yang lebih baik untuk diri sendiri, beban orang lain ditingkatkan. Detak jantung seorang hamba adalah untuk mengurangi beban. Itu Nehemia.3. Kehambaan siap untuk berkorban untuk orang lain (Nehemia 5:16). Nehemia terlibat dengan program ini. Seorang hamba akan melakukannya.4. Hamba adalah Dermawan (Nehemia 5:17-19). Nehemia sangat murah hati dengan apa yang Allah telah memberikannya.Aplikasi hari ini: Sebagai orang Kristen, kita perlu menyadari bahwa ini bukan tentang aku. Ini semua tentang Tuhan

Page 16: Nehemia, Membangun Tembok