Download - Penilaian dan pengukuran
MAKALAH
PENGEMBANGAN, BENTUK TES, DAN CONTOH SOAL
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Asesmen PTK
diampu oleh Prof. Dr. Sudji Munadi
Oleh :
1. Rivai Yudya Saputra (13702251032)2. Ahmad Faiq Abror (13702251035)3. Yosi Nur Kholisho (13702251037)4. Pratama Benny Herlandy (13702251041)5. Indriaturrahmi (13702251049)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUANPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014
I. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Tes
II. Langkah-Langkah Pengembangan Tes
A. Secara Umum
Secara umum Hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru atau pembuat soal dalam
pengembangan tes adalah sebagai berikut :
1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga
2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga
3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan keluaran yang
terukur dari kinerja
4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan
5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala pihak.
6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.
7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon
8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes merecall kembali
pengetahuannya yang sudah lama.
9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban
10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya
perpecahan atau konflik
11. Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968,
Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)
12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes
13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa
15. Bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
B. Pengembangan Tes Objektif
Dalam rangka pembahasan tentang Analisis Item ini, maka jenis soal yang akan kita
bahas lebih lanjut adalah soal objektif. Soal objektif adalah butir soal yang telah
mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes.
Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan
sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh
pemeriksa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia
maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner.
Secara umum, soal tes objektif dibedakan menjadi:
1. Tipe Benar-Salah (True False Item)
2. Tipe Menjodohkan (Matching)
3. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice)
a. Pilihan ganda biasa
b. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
c. Pilihan ganda analisis kasus
d. Pilihan ganda kompleks
e. Pilihan ganda yang menggunakan diagram, grafik, tabel dan gambar.
1. Pengembangan Tes Benar Salah (True False Item)
a. Pengertian
Butir soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang
disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah,
setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat
mutual eksklusif/ meniadakan. Tes model ini cocok untuk :
1) Pemahaman pada level pengetahuan
2) Mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum
3) Konsep dengan dua respon logis
b. Keunggulan
Keunggulan dari pengembangan tes benar salah adalah :
1) Mudah dikonstruksi
2) Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan
3) Mudah diskor
4) Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama
yang berkaitan dengan ingatan.
5) Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang
terjadi.
6) Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit
c. Keterbatasan
Selain keunggulan ternyata pengembangan tes benar salah juga memili
keterbatasan, keterbatasan pengembangan tes benar salah antara lain:
1) Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan
menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak.
2) Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif
3) Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan
menilai
4) Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut
5) Terlalu menekankan pada ingatan
6) Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban walaupun
tidak memahami isinya
7) Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak
memahami materi
8) Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi
d. Tips
Berikut ini adalah Tips menulis butir soal benar salah :
1) Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes yang
penting dan bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.
2) Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran
terhadap daya ingat
3) Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar
4) Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes yang
belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar bagi
peserta tes yang tidak belajar dengan baik.
5) Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
6) Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar atau
100% salah
7) Diskusikan dengan pakar yang relavan (bahasa dan ilmu yang diteskan) untuk
meyakinkan bahwa sisi bahasa dan kebenaran soal dan jawaban meyakinkan.
e. Pertimbangan Dalam Usaha Peningkatan Mutu Soal
Ada hal yang harus kita Pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu soal
pengembangan tes benar salah yaitu :
1) Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih banyak dripada
butir soal yang kunci jawabannya B (benar).
2) Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan
cenderung mengarah ke jawaban yang salah.
3) Susunlah jawaban yang salah sesuai dengan anggapan umum yang salah
tentang suatu kenyataan.
4) Pernyataan yang menggunakan kata “semua, selalu, tidak pernah“ cenderung
untuk memiiki kunci jawaban S (salah), sedangkan kata “kadang-kadang,
seringkali“ cenderung untuk memiliki kunci jawaban B (benar).
5) Pergunakan rujukan untuk beberapa buah soal, misalnya dengan
menggunakan teks atau gambar sebagai rujukan untuk senarai butir soal.
6) Jangan membuat soal dengan pernyataan negatif yang dapat mengakibatkan
interpretasi yang membingungkan. Misalnya Lucas Pacioli sebenarnya bukan
tokoh dalam ilmu akuntansi. B / S
7) Gunakan kata-kata pasti atau angka pasti misalnya 100, 1000,
20%, setengahnya, jangan gunakan kata-kata kualitatif yang meragukan
misalnya muda, banyak, sedikit, kecil, besar, dan sebagainya.
8) Hindari kecenderungan penggunaan pernyataan dijawab benar (B) bila
panjang dan dijawab salah (S) bila pendek.
2. Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan (Matching)
a. Pengertian
Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom; kolom pertama
merupakan pokok soal (premis), sedangkan kolom kedua merupakan kolom
jawaban. Tugas peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis
dengan pernyataan yang ada di kolom jawaban.
b. Keunggulan
Keunggulan dari Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan adalah sebagai
berikut:
1) Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
2) Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan
langsung maupun tidak secara langsung.
3) Mudah dikonstruksi.
4) Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diujikan.
5) Mudah diskor.
c. Keterbatasan
Selain keunggulan ternyata Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan juga
memili keterbatasan, keterbatasan Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan antara
lain:
1) Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk menghindari
kelemahan ini, maka konstruksi soal butir ini harus disiapkan secara hati-hati.
d. Konstruksi Soal Menjodohkan
1) Pernyataan di bawah kolom pertama dan di bawah kolom kedua, masing-
masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.
2) Pernyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari pernyataan di
bawah kelompok pertama.
3. Pengembangan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item)
a. Pengertian
Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih
dari dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian
dalam tiap butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian
pilihan/alternatif jawaban.. Tes model ini cocok untuk Level aplikasi, sintesis,
analisis, dan evaluasi. Jenis pertanyaan atau pernyataan dari pengembangan soal ini
berupa : Jawablah dengan benar, Lengkapilah kalimat, dan Pilihlah jawaban paling
tepat
b. Keunggulan
Keunggulan dari Pengembangan Tes Pilihan Ganda adalah sebagai berikut:
1) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan
instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks.
2) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan
sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat
mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.
3) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif.
4) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes
untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara sekaligus.
5) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua (empat atau lima)
sehingga mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.
6) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan
melakukan uji coba terlebih dahulu.
7) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya
mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.
8) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama bila butir soal memiliki
homogenitas yang tinggi.
9) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi,
analisis, síntesis, dan evaluasi.
10) Siswa minimum menulis.
c. Keterbatasan
Selain keunggulan ternyata Pengembangan Tes Pilihan Ganda juga memili
keterbatasan, keterbatasan Pengembangan Tes Pilihan Ganda antara lain:
1) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.
2) Terdapat kecenderungan butir soal hanya menguji/mengukur aspek ingatan.
Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban yang baik.
3) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi semakin banyak
4) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat soal pilihan ganda
5) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat mengurangi jumlah soal yang
dapat dibuat.
6) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan ganda semakin besar
kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.
d. Tips Menulis Tes Pilihan Ganda
1) Setiap item memiliki satu aspek kemampuan yang akan diukur
2) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal.
3) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Hindari rumusan
kata yang berlebihan
4) Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau
kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di
tengah-tengah kalimat.
5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.
6) Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau
berlebihan.
7) Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban
yang benar. Usahakan jawaban yang benar dan pengecoh dibuat mirip baik
dari sisi gramatikal maupun konsep teorinya.
8) Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari
jawaban yang salah.
9) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.
10) Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang benar di atas
benar” atau ”tidak satupun yang di atas benar”.
11) Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan.
12) Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang
bermakna tidak tentu.
13) Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika
terpaksa menggunakan pernyataan negatif, maka kata negatif tersebut
sebaiknya digarisbawahi/ditulis tebal.
14) Hindari menggunakan pernyataan atau pertanyaan double negatives.
Misalnya “tidak tidak setuju”
15) Tempatkan pilihan jawaban benar secara random. (hindari jawaban A yang
biasanya lebih sering daripada jawaban lain)
16) Usahakan setiap item tes tidak saling tergantung atau berhubungan dengan
item tes lain.
17) Buatlah setiap alternatif jawaban pada baris berbeda, dengan spasi atau
gunakan huruf atau angka untuk memilah setiap alternatif jawaban.
18) Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu yang terkait untuk meyakinkan
bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
III. Bentuk-Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif
dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang
memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif adalah
tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non-
objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
Jenis-Jenis tes dilihat dari cara pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes tertulis,
tes lisan dan tes perbuatan. Tes tulisan bisa berupa tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah
bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu
menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusun sendiri. Sementara tes objektif
adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan, contoh;
BS, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan bentuk melengkapi. Tes perbuatan adalah tes dalam
bentuk peragaan.
A. TES OBJEKTIF
Soal objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang
harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari
kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran
jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Secara umum, soal tes objektif
dibedakan menjadi:
1. Tipe Benar-Salah (True False Item)
Butir soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai
alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak
setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/
meniadakan.
Penggunaan soal ini dapat digunakan untuk pemahaman pada level pengetahuan,
mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum, mengasah konsep
dengan dua respon logis.
Soal benar-salah merupakan salah satu dari tes bentuk objektif dimana butir-
butir soal yang diajukan dalam tes prestasi belajar tersebut berupa pernyataan
(statement), dimana dalam tes itu ada pernyataan yang benar dan ada pula pernyataan
yang salah. Tugas peserta tes adalah membubuhkan tanda tertentu (simbol) atau
mencoret huruf B, jika peserta tes yakin bahwa pernyataan yang diberikan tersebut
benar. Sebaliknya mencoret huruf S jika peserta tes yakin bahwa pernyataan itu salah.
Keunggulan dari penggunaan soal dengan tipe benar-salah adalah sebagai berikut :
1) Mudah dikonstruksi
2) Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan
3) Mudah diskor
4) Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkaitan dengan ingatan.
5) Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.
6) Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit
Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe benar-salah adalah
sebagai berikut :
1) Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan
menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak
2) Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif
3) Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai
4) Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut
5) Terlalu menekankan pada ingatan
6) Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban walaupun
tidak memahami isinya
7) Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak memahami
materi
8) Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi
2. Tipe Menjodohkan (Matching)
Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
merupakan pokok soal (premis), sedangkan kolom kedua merupakan kolom jawaban.
Tugas peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis dengan
pernyataan yang ada di kolom jawaban.
Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan
konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung
rendah. Bentuk saol menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel
dan berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang
berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana,
jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang
disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi
kemungkinan siswa menjawab bentuk dengan hanya menebak.
Berikut adalah kelebihan soal menjodohkan:
a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi
antara dua hal yang berhubungan
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang
lebih luas
d) Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
e) Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan
langsung maupun tidak secara langsung.
f) Mudah dikonstruksi.
g) Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diujikan.
h) Mudah diskor.
Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe menjodohkan adalah
sebagai berikut :
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal
yang berhubungan
c) Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan
3. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal Pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar
atau paling tepatBentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya
objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer. Namun membuat butir soal pilihan
ganda yang berkualitas baik cukup sulit, dan kelemahan lain adalah peluang kerja
sama antar peserta tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian
yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi relatif singkat.
Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti dalam melakukan
pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi
tergantung pada kemampuan pembuat soal.
Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih dari
dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian dalam tiap
butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian pilihan/alternatif jawaban.
Strukturnya bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
a) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang
akan dinyatakan
b) Option : Sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
c) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat
d) Distractor : jawaban –jawaban lain selain kunci jawaban
Keunggulan dari penggunaan soal dengan tipe pilihan ganda adalah sebagai
berikut :
a) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan
instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks.
b) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan
sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat mencakup
hampir seluruh cakupan bidang studi.
c) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif.
d) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes
untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara sekaligus.
e) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua (empat atau lima) sehingga
mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.
f) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan melakukan
uji coba terlebih dahulu.
g) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat
homogenitas alternatif jawaban.
h) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama bila butir soal memiliki
homogenitas yang tinggi.
i) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi,
analisis, síntesis, dan evaluasi.
j) Siswa minimum menulis.
Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe pilihan ganda adalah
sebagai berikut :
a) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.
b) Terdapat kecenderungan butir soal hanya menguji/mengukur aspek ingatan.
c) Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban yang baik.
d) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi semakin banyak
e) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat soal pilihan ganda
f) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat mengurangi jumlah soal yang
dapat dibuat.
g) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan ganda semakin besar
kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.
B. TES URAIAN
Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas
yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes secara naratif. Cirri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut
tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal, tetapi dipasok oleh peserta tes.
Peserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat
memilih, menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Jadi perbedaan utama tes objektif dan uraian dalah siapa yang
menyediakan jawaban atau alternative jawaban sudah disediakan oleh pembuat soal.
Menurut Robert L. Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang menyebabkan
tes uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan sampel bahan yang tercakup
dalam soal tes. Kedua, batas-bayastugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes sangat
longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat.
Ketiga, subjektifitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes.
Dengan pengertian diatas maka pemberian skor terhadap soal uraian tidak mungkin
dilakukan secara objektif. Setiap bentuk butir soal memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan soal uraian adalah :
1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil belajar yang
kompleks artinya hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil belajar yang kompleks tidak
hanya membedakan yang benar dari yang salah, tetapi juga dapat mengekspresikan
pemikiran peserta tes serta pemilihan kata yang dapat memberi arti yang spesifik pada
suatu pemahaman tertentu. Apabila yang diukur adalah kemampuan hasil bekajar yang
sederhana, yaitu memilih suatu yang lebih benar atau yang lebih tepat, maka sebaiknya
menggunakan tes objektif.
2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan
kemampuan mengintegrasikan berbagi buah pikiran dan sumber informasi kedalam
suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.
Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk
mengekspresikannya. Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran
secara teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak terlihat secara utuh. Bahkan
kemampuan itu secara sederhana sudah akan dapat kelihatan dengan jelas dalam
pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan tanda baca, penyusunan paragraf dan
susunan rangkain paragraf dalam suatu keutuhan pikiran.
3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan
kepribadiannya dan watak sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian yang menuntut
kemampuan siswa untuk mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri. Untuk
dapat mengekspresikan pemahaman dan penguasaan bahan dalam jawaban tes, maka
bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara utuh. Penguasaan bahan yang
tanggung atau parsial dapat dideteksi dengan mudah. Karena itu untuk menjawab tes
uraian dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya
akan diujikan dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes uraian
dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab soal dengan benar atau
akan berusaha dengan cara membual.
4. Memudahkan guru untuk menusun butir soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh
dua hal, yaitu pertama, jumlah butir soal tidak perlu banyak dan kedua, guru tidak selalu
harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar sehingga akan sangat
menghemat waktu konstruksi soal. Tetapi hal ini tidak berarti butir soal uraian dapat
dikontruksikan secara asal-asalan. Kaidah penyusunan tes uraian tidaklah lebih
sederhana dari kaidah penyusunan tes objektif.
5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakn kebaikan
sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan sangat mendorong
siswa dan guru untuk belajar dan mengajar, serta menyatakan pikiran secara tertulis.
Dengan demikian diharapkan kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran
secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan
terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan
menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan yang dapat menjadikan tes sebagai alat ukur
yang tidak adil dan tidak reliable. Bagi siswa yang tidak mempunyai kemampuan
menulis, akan menjadi beban.
Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan-kelemahannya,
yaitu:
1. Reliabilitasnya rendah artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila
tes yang sama atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa kali.
2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak.
3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.
4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling
membedakan prestasi belajar siswa.
Setelah memahami kelemahan dan kelebihan bentuk tes uraian. Maka harus
mempertimbangkan bagaimana tes uraian digunakan. Sebaiknya tes uraian digunakan jika :
1. Jumlah siswa atau peserta tes terbatas.
2. Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas.
3. Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran
dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan dengan baik, atau penggunaan
kemampuan penggunaan bahasa secara tertib.
4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal
ujian tetapi dapat disimpulkan sari tulisan peserta tes, seperti : sikap, nilai, atau
pendapat. Soal uraian dapat digunakan untuk memperoleh informasi langsung
tersebut, tetapi harus digunakan dengan sangat hati-hati oleh guru.
5. Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya.
Bentuk tes uraian dapat diklasifikasi ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas
(extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Pembedaan kedua
tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang yang diberikan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan
gagasannya.
Soal uraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Bentuk-bentuk
pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan,
menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan mengharuskan
siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman mereka terhadap materi
yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986:42). Bentuk soal tes yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Melengkapi
Soal bentuk melengkapi merupakan salah satu bentuk tes objektif dengan ciri-
ciri yaitu: a) tes tersebut terdiri dari susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah
dihilangkan (sudah dihapuskan); b) bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-
titik (....); c) tugas peserta tes adalah mengisi titik-titik tersebut dengan jawaban yang
sesuai (benar).
2. Uraian Objektif
Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasannya jelas seperti Matematika
dan IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi). Agar hasil penskorannya objektif diperlukan
pedoman penskoran. Objektif di sini berarti hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki latar
belakang pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan. Tingkat berpikir
yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi. Penskoran dilakukan secara analitik,
yaitu setiap langkah pengerjaan diberi skor. Misalnya, jika peserta didik menuliskan
rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi skor, dan menafsirkan atau
menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor. Penskoran bersifat hierarkis, sesuai dengan
langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap butir soal ditentukan oleh tingkat
kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih besar dibandingkan dengan yang
mudah.
3. Uraian Non-Objektif/Uraian Bebas
Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Walau hasil penskoran
cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya
diharapkan dapat lebih objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Bentuk ini
bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas
peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
4. Jawaban Singkat Atau Isian Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar
atau salah. Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
pemahaman peserta didik jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.
Kelebihan soal jawaban singkat:
a. Menyusun soalnya relatif mudah
b. Kemungkinan kecil siswa memberi jawaban dengan menebak
c. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
d. Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan soal jawaban singkat:
a. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
b. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama
bentuk uraian
c. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa
C. Instrumen Soal
Instrumen penilaian yang dapat dipakai dalam sistem penilaian berbasis kompetensi
dapat terkait dengan ranah kognitif ataupun psikomotor, antara lain yaitu sebagai berikut.
Kuis: Waktu yang diperlukan relatif singkat, kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan
hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa jawaban singkat dengan tingkat berpikir
rendah. Biasanya kuis diberikan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui
penguasaan pelajaran yang lalu secara singkat. Namun bisa juga kuis diberikan setelah
pembelajaran selesai, yaitu untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap bahan
ajar yang baru diajarkan. Bila ada bagian pelajaran yang belum dikuasai, sebaiknya guru
menjelaskan kembali dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.
1. Pertanyaan lisan di kelas
Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema.
Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan pertanyaan ke kelas, memberi waktu
sebentar untuk berpikir, dan kemudian memilih peserta didik secara acak untuk
menjawab. Jawaban peserta didik benar atau salah selalu diberikan ke peserta didik lain
atau minta pendapatnya terhadap jawaban peserta didik yang pertama. Kemudian guru
menyimpulkan tentang jawaban peserta didik yang benar. Pertanyaan lisan ini bisa
dilakukan di awal pelajaran, di tengah, atau di akhir pelajaran. Dalam arti kata bahwa
pertanyaan bisa diberikan sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Ulangan harian
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian objektif
atau yang non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup sampai ke
tingkat berpikir tinggi.
3. Tugas individu
Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal uraian
objektif atau non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis,
bila mungkin sampai sintesis dan evaluasi. Tugas individu untuk mata pelajaran tertentu
dapat terkait dengan ranah psikomotor, seperti menugasi peserta didik untuk melakukan
observasi lapangan dalam Geografi atau menugasi peserta didik untuk berlatih tari dan
musik pada pelajaran Seni Budaya.
4. Tugas kelompok
Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Bentuk
soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir yang tinggi yaitu aplikasi
sampai evaluasi. Bila mungkin peserta didik diminta untuk menggunakan data
sebenarnya,melakukan pengamatan terhadap suatu gejala, atau merencanakan sesuatu
proyek. Proyek pada umumnya menggunakan data sesungguhnya dari lapangan. Seperti
halnya tugas individu, tugas kelompok dapat terkait dengan ranah psikomotor.
5. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum
Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti
Fisika, Kimia, dan Biologi. Peserta didik bisa diminta untuk mencatat dan melaporkan
hasil praktik yang telah dilakukan.
6. Responsi atau ujian praktik
Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti
Fisika, Kimia, dan Biologi yaitu untuk mengetahui penguasaan akhir baik dari ranah
kognitif maupun psikomotor. Ujian responsi bisa dilakukan diawal praktik atau setelah
melakukan praktik. Ujian dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui
kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium, sedang bila dilakukan setelah
praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang dicapai peserta
didik dan yang belum.
IV. CONTOH SOAL