PENGELOLAAN SUMBERDAYA GONGGONG (Strombus sp.)
BERBASIS PEMANFAATAN DI PERAIRAN PESISIR TANJUNG
QUDUS DUSUN III DESA PANGKIL KECAMATAN TELUK
BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NANA SOFIANA
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
PENGELOLAAN SUMBERDAYA GONGGONG (Strombus sp.)
BERBASIS PEMANFAATAN DI PERAIRAN PESISIR TANJUNG
QUDUS DUSUN III DESA PANGKIL KECAMATAN TELUK BINTAN
KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NANA SOFIANA
NIM.130254242010
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pariaman pada tanggal 01 Agustus 1994, merupakan
sebagai anak pertama dari 6 bersaudara, dari Ayahanda Arpan dan Ibunda Irawati
(Alm) yang diberi nama Nana Sofiana. Penulis menempuh Pendidikan formal di
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 029 Bintan, Kijang (2000 – 2006), melanjutkan
kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 01 Bintan pada tahun
(2006 – 2010), meneruskan (SMA) di SMAN 01 Bintan pada tahun (2010 –
2013). Pada tahun 2013 Penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) melalui SNMPTN. Penulis diterima pada Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali
Haji (UMRAH).
Selama menuntut ilmu di perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi
OBDC dan Tarung Derajat (Beladiri) di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(2014/2015). Meskipun demikian penulis tetap berkonsentrasi pada dunia
kelautan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun
dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengelolaan Sumberdaya Gonggong
(Strombus sp.) berbasis Pemanfaatan di Perairan Pesisir Tanjung Qudus Dusun III
Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
Riau pada Dimensi Waktu yang Berbeda”.
PRAKATA
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan Ridho-Nya
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengelolaan Sumberdaya
Gonggong (Strombus sp.) Berbasis Pemanfaatan di Perairan Pesisir Tanjung
Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir guna
memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi., DEA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
2. Ibu Diana Azizah, S.Pi, M.Si. selaku ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan.
3. Ibu Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Si. selaku pembimbing 1.
4. Ibu Susiana, S.Pi, M.Si. selaku pembimbing 2
5. Ibu Diana Azizah, S.Pi, M.Si. selaku penguji 1
6. Bapak Jumsurizal, S.Pi, M.Si. selaku penguji 2
Demikian skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Tugas Akhir di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, semoga
memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa.
Tanjungpinang, Agustus 2017
Nana Sofiana
ABSTRAK
SOFIANA, NANA. Pengelolaan Sumberdaya Gonggong (Strombus sp.) di
Perairan Pesisir Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Dr. Febrianti Lestari, S.Si,
M.Si. Pembimbing II: Susiana, S.Pi, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya
gonggong, tingkat pemanfaatan sumberdaya gonggong dan merumuskan
pengelolaan sumberdaya gonggong di Perairan Pesisir Tanjung Qudus Dusun III
Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2017. Dari hasil
penelitian yang dilakukan ditemukan 3 jenis Gonggong yaitu Strombus canarium,
Strombus urceus dan Strombus turturella. Dengan nilai rata-rata kelimpahan
gonggong yaitu 6.67(Ind/M2). Keanekaragaman species gonggong dengan kondisi
keanekaragaman “sedang” yaitu 1.04. Trip penangkapan dengan hasil tangkapan
maksimum lestari yaitu 88.1122942 Kg/minggu. Kondisi kualitas perairan di
Tanjung Qudus dapat dikatakan masih bagus untuk kehidupan siput gonggong.
Masyarakat di Tanjung Qudus Desa Pangkil banyak memanfaatkan siput
gonngong sebagai bahan makanan dan di perjual belikan dengan harga Rp. 400 -
600/ekor,
Kata Kunci: Siput Gonggong, Pengelolaan, Pemanfaatan
ABSTRACT
SOFIANA, NANA. Gonggong Snail Resources Management (Strombus sp.) In
Coastal Waters of Tanjung Qudus Dusun III of Pangkil Village, Teluk Bintan
Sub-district, Bintan Regency, Kepulauan Riau Province. Thesis. Tanjungpinang:
Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Marine Science and
Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Supervisor I: Dr. Febrianti
Lestari, S.Si, M.Si. Supervisor II: Susiana, S.Pi, M.Si.
The purpose of this research is to know the potential of snail resources, the
level of bark resource utilization and to formulate the management of barking
resources in Tanjung Qudus Dusun III Pangkil Village, Bintan Bay District Bintan
Regency Riau Islands Province. This research was conducted in February-June
2017. From the results of research conducted found 3 types of snail namely
Strombus canarium, Strombus urceus and Strombus turturella. With the average
value of barking abundance is 6.67 (ind/m2). The diversity of barking species
with "medium" diversity is 1.04. The catching trip with maximum sustainable
catch is 88.1122942 Kg / week. The condition of water quality in Tanjung Qudus
can be said is still good for the life of snail barking. People in Tanjung Qudus
Pangkil Village utilize many snails gonngong as food and in perjual traded at Rp.
400 – 600/tail.
Keywords: Snail, Management, Utilization
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 Siput Gonggong (Strombus sp.) .............................................................. 4
2.2 Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.) ................................................. 5
2.3 Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) ........................................ 5
2.4 Pengelolaan Populasi Gonggong (Strombus sp.) .................................... 6
2.5 Jenis Siput Gonggong yang Dapat Dikonsumsi ...................................... 6
2.6 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Gonggong (Strombus sp.)...... 8
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 11
3.3 Penentuan Lokasi Sampling .................................................................... 11
3.4 Pengumpulan dan Sumber Data .............................................................. 12
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................. 12
3.5.1 Pengamata Gonggong ........................................................................ 12
3.5.2 Pengambilan Sampel Gonggong ........................................................ 13
3.5.3 Identifikasi Jenis Gonggong ............................................................... 13
3.5.4 Pengumpulan Data Pemanfaatan Gonggong ...................................... 13
3.5.5 Pengukuran Parameter Perairan ......................................................... 14
a. Suhu .................................................................................................... 14
b. Salinitas .............................................................................................. 14
c. Derajat Keasaman............................................................................... 15
d. Oksigen Terlarut ................................................................................ 15
3.6 Analisis Data Potensi Sumberdaya Gonggong (Strombus sp.) ............... 16
3.6.1 Kelimpahan Jenis Gonggong ............................................................. 16
3.6.2 Keanekaragaman Jenis Gonggong ..................................................... 16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 17
4.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian ........................................................ 17
4.2 Demografi Kependudukan ...................................................................... 17
4.3 Potensi Sumberdaya Gonggong di Perairan Tanjung Qudus .................. 20
4.3.1 Identifikasi Jenis Gonggong di Perairan Tanjung Qudus .................. 20
a. Strombus canarium............................................................................. 20
b. Strombus urceus ................................................................................. 22
c. Strombus turturella ............................................................................ 23
4.3.2 Kelimpahan Gonggong di Perairan Tanjung Qudus .......................... 24
4.3.3 Keanekaragaman Jenis Gonggong di Perairan Tanjung Qudus ......... 26
4.3.4 Model Stok Siput Gonggong (Stombus sp.) ....................................... 27
4.4 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Siput Gonggong .................... 30
a. Suhu ......................................................................................................... 30
b. Salinitas ................................................................................................... 31
c. pH ............................................................................................................ 31
d. DO ........................................................................................................... 32
4.5 Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong di Perairan Tanjung Qudus ....... 32
4.5.1 Jumlah dan Jenis Penangkapan Siput Gonggong ............................... 32
4.5.2 Ukuran Siput Gonggong yang Ditangkap .......................................... 34
4.5.3 Harga dan Distribusi Penjualan .......................................................... 35
4.6 Pengelolaan Siput Gonggong Berbasis Pemanfaatan ............................. 36
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................ 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 37
5.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN .................................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
1. Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
2. Lokasi Sampling Penelitian .................................................................... 12
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pangkil ............. 17
4. Junlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencharian di Desa Pangkil.......... 18
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Pangkil ................. 19
6. Hasil Pengukuran Kelimpahan Siput Gonggong .................................... 24
7. Keabekaragaman Jenis Siput Gonggong ................................................ 27
8. Data Hasil Tangkapan, Effort, dan CPUE ............................................. 28
9. Estimasi Hasil Tangkapan Lestari (MSY) .............................................. 29
10. Hasil Pengukuran Parameter Perairan .................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran ................................................................ 3
2. Anatomi Siput Gonggong ....................................................... 4
3. Jenis Gonggong yang Bisa Dimakan ...................................... 7
4. Peta Lokasi Penelitian ............................................................. 10
5. Skematik Transek Pengamatan Siput Gonggong ................... 12
6. Grafik Jumlah Penduduk Arsip Desa Pangkil ........................ 17
7. Jumlah Penduduk Desa Pnagkil Berdasarkan Mata Pencharian
................................................................................................. 18
8. Jumlah Penduduk Desa Pangkil Berdasarkan Pendidikan...... 20
9. Strombus canarium ................................................................. 21
10. Strombus urceus ...................................................................... 22
11. Strombus turturella ................................................................. 23
12. Hasil Kelimpahan Siput Gonggong ........................................ 25
13. Keanekaragaman Siput Gonggong ......................................... 26
14. Hasil Tangkapan Perminggu Siput Gonggong ....................... 27
15. Kurva MSY Berdasarkan Pendekatan Metode Schaefer ........ 28
16. Jumlah Hasil Tangkapan ......................................................... 33
17. Jenis Tangkapan Siput Gonggong .......................................... 34
18. Ukuran Hasil Tangkapan Siput Gonggong ............................. 35
19. Harga Penjualan Hasil Tangkapan Siput Gonggong .............. 35
20. Distribusi Hasil Penjualan ....................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Kuisioner Nelayan ..................................................................... v
2. Lembar Kuisioner Pengumpul ................................................................ vi
3. Foto Kegiatan.......................................................................................... vii
4. Data Kelimpahan Siput Gonggong ......................................................... viii
5. Data Keanekaragaman Siput Gonggong ................................................. ix
6. Data Tangkapan dan Jumlah Responden ................................................ x
7. Data Hasil Kualitas Air ........................................................................... xi
8. Hasil Data dan Jumlah Responden ......................................................... xii
9. Hasil Standarisasi Alat ............................................................................ xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepulauan Riau (Kepri) 96% wilayahnya terdiri atas lautan, 2.408 buah pulau,
dengan garis panjang pantai sepanjang 1.795 km2 sehingga wilayah Kepri
mempunyai potensi laut yang cukup besar untuk dimanfaatkan salah satunya
adalah wilayah pesisir kota Tanjungpinang (Eddiwan, 2009). Tanjungpinang
merupakan pusat pemerintahan yang juga memiliki wilayah pesisir yang luas dan
memiliki keanekaragaman biota perairan yang ditemukan. Dari sekian banyak
biota yang dapat ditemukan di Tanjungpinang, salah satu biota dijadikan sebagai
ikon kuliner khas Tanjungpinang yaitu Siput Gonggong.
Siput gonggong (Strombus sp.) merupakan sejenis siput laut, salah satu hewan
bertubuh lunak (Mollusca), banyak hidup di pantai Pulau Bintan dan sekitarnya,
seperti Pulau Dompak, Lobam, Pulau Mantang, Senggarang, dan Tanjung Uban
(Amin, Viruly, 2011). Siput gonggong merupakan organisme yang menetap di
kawasan pasang surut, keberadaannya dapat memberikan gambaran kondisi
lingkungan kawasan tempat hidupnya (habitat). Jumlah dan jenisnya di
kendalikan oleh faktor-faktor lingkungan kawasan pesisir, dan kawasan pasang
surut.
Berdasarkan survei awal dari hasil wawancara kepada warga, Tanjung Qudus
Desa Pangkil telah dikenal sebagai salah satu habitat bagi siput gonggong serta
menjadi target penangkapan siput gonggong. Berdasarkan observasi atau survey
tersebut pengambilan siput gonggong di perairan Tanjung Qudus dilakukan
dengan menyelam, ataupun secara langsung dengan menggunakan tangan.
Pemanfaatan sumberdaya siput gonggong di Tanjung Qudus Dusun III Desa
Pangkil, sudah berlangsung sejak lama dan diusahakan secara turun-temurun baik
dimanfaatkan sebagai pelengkap lauk pauk maupun dijual untuk menambah
pendapatan (income) nelayan dan pengumpul. Namun pemanfaatan siput
gonggong di Desa tersebut kurang optimal karena banyak menyisakan limbah
cangkang gonggong yang sebenarnya apabila diolah dengan baik akan menambah
nilai guna dan nilai jual dari biota tersebut. Limbah gonggong tersebut hanya
dibuang begitu saja sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. Maka
2
dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya gonggong
(Strombus sp.) berbasis pemanfaatan agar siput gonggong dapat dipertahankan
dan dimanfaatkan secara optimal.
1.2 Perumusan Masalah
Akibat tingginya permintaan dan konsumsi terhadap siput gonggong di
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil, maka semakin banyak pula para nelayan
yang menangkap gonggong tersebut secara berlebihan. Jika hal ini dibiarkan terus
berlangsung akan berakibat punahnya biota tersebut dan berimplikasi terhadap
kegiatan perekonomian setempat. Selain itu, cangkang gonggong yang tidak
dimanfaatkan akan bertambah banyak dan dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan tepat. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana potensi sumberdaya gonggong (Strombus sp.) di perairan pesisir
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil?
2. Bagaimana tingkat pemanfaatan gonggong (Strombus sp.) oleh masyarakat di
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil?
3. Bagaimana merumuskan pengelolaan gonggong (Strombus sp.) berbasis
pemanfaatan di perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi sumberdaya gonggong (Strombus sp.) di perairan
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil.
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya gonggong (Strombus sp.) di
perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil.
3. Merumuskan pengelolaan sumberdaya gonggong (Strombus sp.) berbasis
pemanfaatan di perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengelolaan sumberdaya gonggong (Strombus sp.) berbasis pemanfaatan yang
bernilai ekonomis dan ekologis di perairan Desa Pangkil, dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan di Tanjung
Qudus Dusun III Desa Pangkil dan bermanfaat untuk peneliti dalam menambah
wawasan dan pengalaman.
1.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Pengelolaan Sumberdaya Gonggong
(Strombus sp.) berbasis pemanfaatan di Perairan Pesisir Tanjung
Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten
Bintan.
Sumberdaya Perairan Tanjung Qudus
Dusun III Desa Pangkil
Gonggong
(Strombus sp.)
Tingkat Pemanfaatan
Jumlah
Tangkapan
Jenis tangkapan
Ukuran tangkapan
Distribusi
penjualan dan
harga siput
gonggong
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi gonggong
(Strombus sp.)
Potensi sumberdaya gastropoda
Identifikasi Gonggong
(Strombus sp.)
Kelimpahan Gonggong
(Strombus sp.)
Keanekaragaman Gonggong
(Strombus sp.)
MSY (Nilai Potensi
Maksimum Lestari)
Parameter
Fisika
Parameter
Kimia
Suhu
Salinitas
pH
DO
Pengelolaan sumberdaya
Gonggong (Strombus sp.)
berbasis pemanfaatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siput Gonggong (Strombus sp.)
Siput Gonggong (Strombus sp.) merupakan kelas yang terpenting dari filum
Moluska, karena sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai
ekonomis tinggi (Syari, 2005). Siput ini memiliki karakteristik seperti operkulum
yang pipih panjang, mirip pisau berduri, serta dapat digunakan sebagai alat gerak
di atas pasir atau lumpur. Selain itu hewan ini memiliki ulir yang meningkat di
sepanjang cangkangnya dan lekukan stromboid. Siput gonggong juga memiliki
kulit yang sangat keras dengan garis bulat pada cangkangnya dengan variasi
warna cangkang kekuningan atau keemasan (Utami, 2012). Adapun anatomi Siput
Gonggong dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 2. Anatomi Siput Gonggong (Zaidi, 2009)
Siput gonggong termasuk sejenis siput laut (Strombus canarium L.1758),
merupakan salah satu hewan lunak (Mollusca), banyak hidup di pantai Pulau
Bintan dan sekitarnya, seperti Pulau Dompak, Pulau Lobam, Pulau Mantang,
Senggarang, dan Tanjung Uban (Amini, Viruly, 2011). Gonggong merupakan
Mollusca yang termasuk kelas Gastropoda dengan spesies (Strombus sp.)
Klasifikasi gonggong menurut Zaidi et al. (2009) adalah sebagai berikut:
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Strombiadae
Genus : Strombus
Spesies : Strombus canarium Linn. 1758.
2.2 Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)
Siput gonggong hidup tersebar di sepanjang pantai dengan dasar perairan pasir
lumpur atau pasir campur lumpur yang banyak ditumbuhi tanaman laut seperti
rumput setu, samo-samo (Enhalus accoroides), (Thalassia sp.), dan lain-lain.
Kondisi perairan dimana banyak ditemukan siput gonggong, salinitasnya berkisar
antara 26 – 32 %, pH antara 7,1 – 8,0, oksigen terlarut 4,5 – 6,5 ppt, kecerahan air
0,5 – 3,0 m dan suhu antara 26 - 30 °C (Amini, Viruly, 2011).
Sama halnya yang dituliskan Izuan (2014) bahwa kehidupan siput gonggong
banyak ditemukan di daerah lamun yang berjenis Enhalus accoroides, Thalassia
hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Cymodocea rotundata dan Halophile
ovalis.
2.3 Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.)
Pengambilan siput gonggong di alam dilakukan dengan menggunakan bantuan
siput kilah dan memungut dengan tangan. Hal ini dapat dilakukan jika kondisi
perairan sedang surut dan gelombang cukup mendukung. Jika kondisi air pasang,
sulit bagi nelayan untuk mendapatkan siput gonggong, begitupun halnya jika
kondisi perairan bergelombang yang menyebabkan tingkat kekeruhan semakin
tinggi, sehingga membatasi pandangan saat menyelam untuk medapatkan siput
gonggong.
Waktu pengambilan siput gonggong yang paling efektif adalah pada bulan
Februari hingga Juni. Selain bulan-bulan tersebut aktivitas penangkapan tidak
maksimal karena kondisi perairan yang bergolak dan menyebabkan meningkatnya
kekeruhan air yang menyulitkan nelayan untuk mencari siput gonggong di alam
(Dody, 2011). Berdasarkan observasi atau survei awal pengambilan siput
gonggong di perairan pesisir Dusun Kudus Desa Pangkil dilakukan dengan
menggunakan siput kilah, dan ada juga secara langsung dengan menggunakan
tangan. Hasil dari pengumpulan siput gonggong oleh nelayan dan pengumpul
umumnya langsung dijual ke Tanjung Pinang atau ke masyarakat masyarakat
yang ada di Dusun Kudus.
2.4 Pengelolaan Populasi Gonggong (Strombus sp.)
Menurut Leimena (2002), pemanfaatan keong laut di berbagai negara akan
diuraikan berdasarkan potensi sebagai sumber bahan makanan, bahan baku obat-
obatan, dan kerajinan tangan, diuraikan sebagai berikut:
2.4.1 Sumber bahan makanan
Sama seperti ikan dan hewan laut lainnya, daging keong laut memiliki
kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang bermanfaat bagi
perkembangan otak dan untuk mencegah penyakit jantung. Ada dua jenis
asam lemak omega-3 yaitu decosahexaenoic acid (DHA) dan
eiocosapentatonic acid (EPA). Secara umum perbandingan asam lemak
omega-3 dan omega-6 pada keong sam dengan ikan, yaitu 2:1. Oleh karena
itu, sumber alternative asam lemak omega-3 dapat di peroleh dari keong laut.
Selain itu, keong laut juga merupakan sumber vitamin A, vitamin D, dan
mineral.
2.4.2 Bahan baku Obat-obatan
Akhir-akhir ini banyak jenis keong laut diteliti dan di pelajari untuk
pengembangan dalam ilmu kedokteran. Keong laut dari family Conidae
menghasilkan racun konotoksin untuk melumpuhkan mangsa. Racun tersebut
telah dibuat senyawa turunannya, yaitu ziconotide dan prialt yang merupakan
rantai polipeptida sintetik. Senyawa ini digunakan untuk mengobati penyakit
kanker, jantung, AIDS, dan berbagai penyakit yang bersifat kronis.
2.5 Jenis Siput Gonggong yang Dapat Dikonsumsi
Ada 4 jenis siput Gonggong yang dapat dikonsumsi
2.5.1 Jenis Gonggong ayam (sebutan nelayan Kepri) berukuran kecil dan
berwarna agak gelap, bentuknya agak ramping dengan ujung panggkalnya
runcing serta tekstur lekukan ulirannya sangat menonjol dan tajam. Gonggong
jenis ini lebih banyak hidup di lautan dengan dataran berlumpur. Banyak
ditemukan di Pesisir Bangka Belitung, Anamabas dan Natuna.
2.5.2 Gonggong tanduk atau lambis – lambis memiliki Panjang badan 29 cm,
memiliki cangkang yang sangat besar, kuat dan berat. Salah satu ciri yang paling
mencolok adalah bibir luarnya yang berkobar, yang dihiasi enam digitasi
marjinal. Berwarna putih atau krem secara eksternal dan sering menghadirkan
bercak hitam kecoklatan, keunguan atau kebiruan. Banyak ditemukan di hampir
lautan Indonesia baik Pesisir Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Kepulauan
Riau. Meskin jumlahnya terbatas dan tidak banyak seperti gonggong pada
umumnya.
2.5.3 Gonggong bercangkang tebal warna putih kecoklatan, gonggong jenis ini
lebih suka hidup di dasar laut ber pasir putih dan berlumpur, banyak ditemukan
di daerah pantai Provinsi Kepulauan Riau seperti Pulau Bintan, Pulau Batam,
Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun dan Daik Lingga.
2.5.4 Gonggong merah bercangkang tebal, gonggong jenis ini hampir sama
dengan gonggong nomor tiga. Banyak ditemukan di Wilayah Kepulauan Riau.
Gonggong inilah yang sering dikonsumsi masyarakat Kepulauan Riau karena
dagingnya sedikit lebih kenyal dan lebih lezat, oleh karena itu harganya pun
sedikit lebih mahal / gonggong super (Kepri, 2017).
Gambar 3. Jenis Gonggong yang bisa dimakan (Kepri, 2017).
2.6 Faktor Lingkngan yang Mempengaruhi Gonggong (Strombus sp.)
2.6.1 Parameter Kimia Perairan
a. pH
Gastropoda pada umumnya sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH sekitar 7-8.5 (Effendi, 2003). Derajat keasaman ini digunakan untuk
mengGambarkan kondisi asam dan basa suatu larutan, selain berpengaruh
langsung terhadap organisme makrozoobentos di perairan, di pH juga
berpengaruh secara tidak langsung. Sedangkan menurut Dody (2007) dalam
Utami (2012) bahwa siput gonggong hidup pada kisaran pH antara 7.60 – 7.67.
b. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting
sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air (Nybakken, 1992).
Secara ekologis, konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya
penambahan bahan organik, karena bahan organik tersebut akan diuraikan oleh
mikroorganisme yang mengkonsumsi oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis,
masing-masing biota mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan
oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut optimum bagi moluska bentik adalah 4.1
mg/l – 6.6 mg/l, sedangkan kadar minimal yang masih dalam batas toleransi
adalah 4mg/l (Clark, 1974 dalam Utami, 2012). Namun menurut (Sutamihardja,
1978 dalam Utami, 2012) kadar oksigen terlarut yang normal di perairan laut
berkisar antara 5.7 mg/l – 8.5 mg/l.
2.6.2 Parameter Fisika Perairan
a. Suhu
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi
badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan
bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya.
Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan akan
oksigen yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga
konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan semakin menurun. Menurut
Kordi, (2007) menyatakan suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme
organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun
diperairan air tawar di batasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Suhu yang baik
bagi pertumbuhan hewan-hewan benthos adalah berkisar antara 25-31oC
(Wijayanti, 2007). Menurut (Utami, 2012) bahwa Siput Gonggong hidup
pada kisaran suhu antara 28.5 0C – 29.9 °C.
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam
air laut. Konsentrasi garam-garam jumlahnya relatif sama dengan setiap
contoh air atau air laut, sekalipun pengambilannya dilakukan di tempat yang
berbeda. Oleh karena itu, tidak diperlukan untuk mengukur seluruh salinitas
dari contoh setiap kali.
Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Komposisi
ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion
tertentu seperti klorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, dan
magnesium (Boyd, Kordi, 2007). Menurut (Venberg & Venberg, Utami,
2012) bahwa salinitas optimum bagi bivalvia berkisar antara 2 ‰ – 36 ‰.
Kondisi ini diperkuat lagi dengan yang dituliskan oleh (Utami, 2012) bahwa
Siput Gonggong pada kisaran salinitas antara 31.0 ‰ – 33.3 ‰.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2017. Lokasi Penelitian di
Tanjung Qudus Dusun III, Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.
Stasiun 1 pada Koordinat 104°21'56.623"E 0°50'40.77"N
Stasiun 2 pada Koordinat 104°21'18.432"E 0°50'48.931"N
Stasiun 3 pada Koordinat 104°21'25.669"E 0°50'24.908"N
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan Bahan yang di gunakan pada penelitian
No Nama Alat dan Bahan Satuan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Multi Tester
Hand Refractometer
GPS
Plot 1x1 Meter
Roll meter
Buku Identifikasi
Kantong Plastik
Kertas label
Spidol
Kuisioner
Kamera
Aquades, tisu
Alat Tulis
oC
‰
Meter
Meter
Untuk mengukur suhu, pH, DO
Untuk mengukur salinitas
Untuk menentukan posisi
Untuk Pengambilan gonggong
Untuk menarik garis transek
Untuk identifikasi jenis
Untuk sampel gonggong
Pemberian label pada sampel
Penandaan pada sampel
Untuk mendata pemanfaatan gonggong
Dokumentasi
Untuk kalibrasi
Mencatat hasil
3.3 Penentuan Lokasi Sampling
Penentuan titik sampling didasarkan atas pertimbangan secara Purposive
sampling dengan perbedaan aktivitas yang ada. Berdasarkan pertimbangan
tersebut diperoleh 3 stasiun pengamatan pada Tabel 2.
12
Tabel 2. Lokasi Sampling Penelitian
3.4 Pengumpulan dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data utama yang diambil secara langsung oleh
peneliti meliputi identifikasi data, kelimpahan, keanekaragaman, MSY, (Prosedur
standarisasi menggunakan trip tangkapan bukan menggunakan alat tangkap),
pemanfaatan gonggong yang didapatkan dari hasil wawancara kepada nelayan dan
pengumpul di Tanjung Qudus, Dusun III Desa Pangkil, dan faktor lingkungan
yang meliputi Suhu, Salinitas, pH, DO. Data sekunder diperoleh melalui
penelusuran berbagai literatur yang ada serta dari berbagai instansi terkait.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pengamatan gonggong (Strombus sp).
Pengamatan gonggong menggunakan petak contoh (Transect Plot) dengan
transek kuadran yang digunakan dalam penelitian ini adalah petak contoh
berbentuk persegi yang dibuat dengan pipa paralon ukuran 3⁄4 inch dan di lubangi
dengan ukuran 100 x 100 cm2. Jarak antara satu transek ke transek lain sepanjang
50 meter dengan panjang transek 70-100 meter ke arah laut. Jarak antara satu plot
ke plot lain sepanjang 10 meter. Berikut skema transek garis yang digunakan
dalam penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 5.
Garis transek 1 Garis transek 2 Garis transek 3
No Stasiun Aktivitas
1
2
3
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Daerah Dermaga/Pelabuhan
Daerah Penangkapan (Pemukiman Warga)
Daerah Tanpa Pemukiman
10 meter
Arah laut 50 meter
Arah
pantai
Keterangan: : Petak Contoh (Transect Plot)
: Garis pantai
Gambar 5. Skematik Transek Pengamatan Gonggong Strombus sp. (Modifikasi
Fachrul, 2007).
3.5.2 Pengambilan Sampel Gonggong (Strombus sp.)
Pengambilan sampel gonggong dilakukan pada kawasan zona litorial pada saat
surut dengan mengambil gonggong yang berada pada permukaan substrat dan di
dalam substrat sampai kedalaman 5 cm. Lalu sampel gonggong dimasukan ke
dalam kantong plastik bening yang telah di beri label sesuai titik dan plotnya,
kemudian dibersihkan dari lumpur yang menempel agar dapat di lakukan
identifikasi.
3.5.3 Identifikasi jenis gonggong
Sampel gonggong yang didapat selanjutnya di identifikasi untuk mengetahui
jenis gastropoda yang di temukan. Identifikasi dilakukan dengan melihat bentuk
cangkang, warna, corak dan jumlah putaran cangkang. Identifikasi Gonggong
melalui Website identifikasi yang digunakan yaitu “Marine Species”. Setiap jenis
yang ditemukan dicocokkan pada karakteristik morfologinya.
3.5.4 Pengumpulan Data Pemanfaatan Gonggong (Strombus sp.)
Untuk pengumpulan data pemanfaatan siput gonggong dilakukan dengan
metode sensus kepada nelayan dan pengumpul melalui wawancara dengan
panduan kuisioner terhadap nelayan yang mengambil Siput Gonggong dan
pengumpul Siput Gonggong yang terdapat di Tanjung Qudus Dusun III Desa
Pangkil. Lembar kuisioner dapat dilihat pada pada lampiran.
Analisis data sosial masyarakat meliputi persepsi, sikap dan partisipasi
berasarkan skor dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap
nelayan dan pengumpul. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner
disajikan dalam Tabel maupun grafik yang di sajikan secara deskriptif. Kemudian
dilakukan perhitungan persentase partisipasi, sikap dan persepsi dengan
menggunakan rumus (Daniel, Damanik, 2013):
P (%) = 100%
Keterangan:
P= Persentase partisipasi, sikap dan persepsi
n= Jumlah sampel pada kategori-i
N= Jumlah seluruh sampel
Berdasarkan perhitungan data yang di atas, data dianalisis secara deskriptif
untuk mendapatkan Gambaran mengenai tingkat partisipasi, persepsi dan sikap
masyarakat Desa Pangkil.
3.5.5 Pengukuran Parameter Perairan
Setiap parameter lingkungan di ukur secara insitu pada setiap stasiun,
parameter perairan yang diukur mencangkup:
a. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Multi Tester (YK-2005 WA),
pengukuran suhu dilakukan bersamaan dengan pengukuran Oksigen Terlarut
(DO). Pengukuran suhu dilakukan dengan menghidupkan multi tester dengan
menekan tombol “ON” kemudian probe dimasukkan untuk pengukuran suhu.
Kemudian probe pada alat tersebut dicelupkan ke dalam perairan. Seluruh bagian
dari probe suhu harus tercelup kedalam air yang diukur. Setelah itu didiamkan
beberapa menit sampai dapat dipastikan angka yang ditunjukkan pada layar
berada dalam kondisi tidak bergerak (stabil). Kemudian nilai suhu yang
ditunjukkan pada layar sebelah kiri bawah multi terster tersebut dicatat hasilnya.
Dan pengukuran suhu dilakukan pada siang hari.
b. Salinitas
Pengukuran salinitas di lakukan pada setiap stasiun dengan menggunakan hand
refractometer. Sebelum digunakan alat di kalibrasi dahulu supaya berada dalam
keadaan standar. Air sampel di ambil dari permukaan perairan dengan
menggunakan botol sampel, kemudian air sampel ini diteteskan pada hand
refractometer, maka salinitasnya akan ditunjukan pada alat dengan satuan ‰. Dan
pengambilan sampel salinitas dilakukan pada siang hari.
c. Derajat Keasaman
Derajat Keasaman (pH) diukur dengan menggunakan alat multi tester (YK-
2005WA). Prosedur pengukuran pH dengan multi tester adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan memasukkan probe elektroda pH kedalam soket pada alat
dengan benar dan pada posisi yang tepat, menekan tombol “POWER” untuk
menghidupkan alat.
2. Menekan tombol “MODE” pada alat hingga layar alat menunjukkan tampilan
“pH” dan masukkan indicator manual untuk Suhu.
3. Menyiapkan larutan “Buffer Solution” yang akan digunakan pada pH 4.00
untuk mengakalibrasikan alat yang ditempatkan pada Botol kalibrasi.
4. Melakukan terlebih dahulu proses kalibrasi alat sebelum melakukan
pengukuran, dengan cara menekan tombol “REC” dan “HOLD” secara
bersamaan hingga pada layar alat menunjukkan angka 4.00.
5. Menekan tombol “ENTER” untuk mengakhiri proses kalibrasi, lalu membuka
botol kalibrasi pada ujung alat, dan melakukan pengukuran pH, kemudian hasil
yang ditunjukkan pada layar alat dicatat setelah angka yang ditunjukkan stabil
(tidak berubah). Dan melakukan pengukuran pH pada saat siang hari.
d. Oksigen Terlarut
Untuk mengukur oksigen terlarut, dilakukan dengan menggunakan multi tester
(YK-2005WA). Prosedur pengukuran Oksigen Terlarut dilakukan dengan cara :
1. Menyiapkan dan memasukkan probe Oksigen terlarut (DO) kedalam soket
DO pada alat dengan benar dan pada posisi yang tepat.
2. Menekan tombol “POWER” untuk menghidupkan alat.
3. Menekan tombol “Mode” pada alat, hingga layar alat menunjukkan
tampilan “%02” dan memasukkan indicator manual untuk suhu.
4. Membiarkan alat selama 5 menit hingga angka stabil dan tidak berubah.
5. Melakukan kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran, dengan cara
menekan tombol “REC” dan “HOLD” secara bersamaan.
6. Menekan tombol “ENTER”, tunggu selama 30 detik, hingga pada layar
menunjukkan tampilan “%02” menunjukkan angka 20.9.
7. Menekan tombol “FUNC” hingga menunjukkan tampilan “mg/L”
kemudian alat dapat digunakan untuk pengukuran Oksigen Terlarut. Dan
melakukan pengukuran DO pada siang hari.
3.6 Analisi Data Potensi Sumberdaya Gonggong (Strombus sp.)
3.6.1 Kelimpahan jenis Gonggong (Strombus sp.)
Kelimpahan diartikan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan
persatuan luas. Menurut Fachrul (2007) perhitungan kelimpahan jenis gastropoda
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ki = ni ⁄A
Keterangan:
Ki = Kelimpahan jenis (individu/m2)
ni = Jumlah individu dari spesies ke-i (individu)
A = Luas area pengamatan (m2)
3.6.2 Keanekaragaman Jenis Gonggong (Strombus sp.)
Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
(Fachrul, 2007):
H’ = -∑s i 1pi ln pi
Keterangan:
H’: Indeks keanekaragaman
In: Logaritma Natural
pi: ni/N
Dimana:
ni: Jumlah individu jenis ke 1
N: Jumlah total individu dari seluruh jenis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Desa Pangkil merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Teluk Bintan,
Kabupaten bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Adapun luas daratan yang dimiliki
Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan yaitu ± 22.5 Km2 dan luas wilayah
keseluruhan 1.050 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara (Pulau Penyengat)
- Sebelah Selatan (Pulau Tapai)
- Sebelah Barat (Pulau Karas)
- Sebelah Timur Dompak (Tanjung Siambang)
4.2 Demografi Kependudukan
Jumlah penduduk di Desa Pangkil berdasarkan data terakhir awal tahun 2015
tercatat berjumlah 1.369 jiwa, yang terbagi atas laki-laki berjumlah 695 jiwa dan
perempuan berjumlah 674 jiwa, seperti yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pangkil
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 695 50.8
2 Perempuan 674 49.2
Jumlah 1369 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Pangkil Tahun 2015
51%
49% Laki-laki
Perempuan
Gambar 6. Grafik jumlah penduduk Arsip Desa pangkil 2016
18
Pada Gambar 6. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Pangkil
lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuannya.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pangkil
No Nama Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Buruh Bangunan 10 1.95
2 Nelayan 337 65.82
3 Pedagang 36 7.03
4 Pensiunan 4 0.78
5 PNS 25 4.88
6 Lain-lain 100 19.53
Jumlah 512 100
Berdasrkan jumlah penduduk pada Tabel 4. Menurut mata pencharian di Desa
Pangkil, mayoritas pekerjaan di Desa Pangkil yaitu nelayan, jumlah persentase
nelayan di Desa Pangkil tergolong tinggi yaitu 65.82%. Sedangkan pegawai
negeri sipil tergolong rendah dengan jumlah persentase yaitu 4.88%. Lebih
lengkap tertera pada Gambar 7.
Gambar 7. Jumlah Penduduk Desa PangkilBerdasarkan Mata Pencaharian
19
Tabel 5 .JumlahPenduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Pangkil
No Nama
Pendidikan
Jumlah Jumlah
Total
Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
1 Paud 19 21 40 2.96
2 Sd 95 96 191 14.14
3 Sltp 52 47 99 7.33
4 Slta 27 35 62 4.59
5 Diploma 5 8 13 0.96
6 S1 10 22 32 2.37
7 S2 1 0 1 0.07
8
Tidak
Tamat
sekolah Sltp
& Slta
398 357 755 55.88
9 Pra sekolah 80 78 158 11.70
Jumlah
1351 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Pangkil Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 5, data monografi Desa Pangkil dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan di Desa Pangkil masih tergolong rendah. Persentase Tidak tamat
sekolah tergolong tinggi yaitu 55.88%, dibandingkan dengan tamatan SD yaitu
14.14% begitu juga dengan jumlah pendidikan diatasnya. Lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 8.
20
Gambar 8. Jumlah PendudukDesa Pangkil Berdasarkan Pendidikan
Sarana transportasi yang ada di Desa Pangkil adalah Speed dan Pompong yang
digunakan untuk berpergian atau menyebrang antar pulau yang ada di daerah
tersebut sebagai aktifitas sehari-hari. Sedangkan sarana komunikasi bisa dikatakan
maju, dapat dilihat bahwa rata-rata penduduk Desa Pangkil telah memiliki
Telepon seluler, Televisi, dan Radio.
4.3 Potensi sumberdaya gonggong di perairan pesisir Tanjung Qudus
Desa Pangkil
4.3.1 Identifikasi jenis gonggong di perairan pesisir Tanjung Qudus
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di perairan pesisir Tanjung Qudus
Desa Pangkil dijumpai 3 jenis siput gonggong. Adapun jenis yang ditemukan
terdiri atas Strombus canarium, Strombus turturella, dan Strombus urceus.
a. Strombus canarium
Jenis Strombus canarium merupakan salah satu dari jenis siput gonggong yang
ditemukan di Perairan Pesisir Tanjung Kudus Desa Pangkil dengan ukuran yang
di temukan 6 cm. Dan jenis siput gonggong ini menjadi jenis yang paling utama
untuk diperjualkan ke Restoran ataupun luar daerah, dikarenakan bentuk
cangkangnya yang tebal, dan dagingnya yang enak, membuat harga jual siput
gonggong ini pun tinggi. Berdasarkan wawancara dari masyarakat Desa Pangkil
gonggong Strombus canarium ini dapat dijual jika ukuran gonggong tersebut 6 – 7
cm. Adapun bentuk dari jenis Strombus canarium dapat di llihat pada Gambar 9.
21
Klasifikasi siput Gonggong adalah sebagai berikut:
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famill : Strombidae
Genus : Strombus
Species : Strombus canarium
Hewan ini mempunyai cangkang yang agak keras dan bentuknya sangat khas.
Warnanya hampir sama dengan warna jantung pisang dan cangkangnya yang
tebal. Tidak terlalu panjang dengan ujung membentuk seperti candi. Hewan ini
habitatnya di atas substrat dan dalam substrat. Gastropoda jenis Stombus
canarium bersifat filter feeder/deposit feeder yang memanfaatkan serasah
tumbuhan lamun, Siput Gonggong ini memiliki saluran pencernaan lengkap,
berbentuk U atau melingkar. Mulut dengan radula yang mempunyai deretan-
deretan gigi kitin kecil melintang untuk menggerus makanannya. Anus membuka
ke rongga mantel, kelenjar pencernaan besar dengan kelenjar ludah (Zaidi et al.
2008).
Di alam siput gonggong menyukai habitat pasir berlumpur. Menurut Amini.,
Siddik (2011), siput gonggong banyak terdapat hidup di perairan pantai dengan
dasar pasir berlumpur dan kondisi perairan dimana banyak ditemukan lamun.
Sumber: Data Primer (2017)
Gambar 9. Strombus canarium
22
b. Strombus urceus
Selain siput gonggong Strombus canarium, ditemukan juga siput gonggong
jenis Strombus urceus yang terdapat di Perairan Pesisir Tanjung Qudus Desa
Pangkil dengan ukuran yang ditemukan 5 cm. Berbeda dengan jenis Strombus
canarium, Strombus urceus ini lebih banyak ditemukan dan siput gonggong ini
banyak ditemukan di substrat berpasir daerah padang lamun. Lebih jelas dilihat
pada Gambar 10.
Klasifikasi Siput Gonggong adalah sebagai berikut:
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familli : Strombidae
Genus : Strombus
Species : Strombus urceus
Pada jenis Strombus urceus memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan yang
sedikit gelap dan juga mempunyai bentuk yang lebih kecil dibandingkan dengan
ketiga jenis Siput Gonggong yang ditemukan pada saat pengamatan di perairan
Pesisir Tanjung Qudus Desa Pangkil yaitu Strombus canarium dan Strombus
turturella. Jenis Siput Gonggong ini biasanya disebut masyarakat dengan sebutan
Gonggong jantan, Siput Gonggong ini juga banyak ditemukan di area dengan
substrat yang halus hingga sedang. Hidup jenis Siput Gonggong ini juga berkoloni
dan berada pada area yang rendah sampai sedang kerapatan lamunnya, sehingga
jenis Siput Gonggong ini mudah ditemukan. Rata-rata panjang cangkang berkisar
antara 51.2 mm sampai 61.82 mm (Zaidi, 2009).
Sumber: Data Primer 2017
Gambar 10. Strombus urceus
23
c. Strombus turturella
Jenis siput gonggong yang ketiga yaitu Strombus turturella merupakan salah
satu jenis yang sering dijumpai di Tanjung Kudus Desa Pangkil dengan ukuran 5
cm, namun tidak terlalu banyak. Siput ini banyak ditemukan di substrat lumpur
berpasir daerah bakau/mangrove. Adapun bentuk dari jenis Strombus turturella
dapat dilihat pada Gambar 11.
Klasifikasi Siput Gonggong adalah sebagai berikut:
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Strombus
Spesies : Strombus turturella
Jenis Siput Gonggong Strombus turturella memiliki ciri-ciri warna kuning
keemasan yang lebih terang dibandingkan dengan Strombus canarium dan juga
memiliki cangkang yang tidak begitu tebal. Menurut Ruppert dan Barnes., Siddik
(2011), Siput Gonggong memiliki cangkang yang tepinya menebal dan berwarna
serta memiliki tutup memipih panjang dengan siphon. Cangkang siput gonggong
terdiri atas 4 lapisan, lapisan terluar adalah Periostrakum yang merupakan lapisan
tipis terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin.
Pada lapisan ini terdapat 9 endapan pigmen berwarna. Periostrakum berfungsi
Sumber: Data Primer 2017
Gambar 11. Strombus turturella
24
untuk melindungi lapisan dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap
erosi.
Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak
ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro algae, mulai dari batas surut
terendah hingga kedalaman ± 6 meter. Pemilihan habitat ini mengikuti
ketersediaan makanan berupa detritus dan makro algae serta kondisi lingkungan
yang terlindung dari gerakan massa air (Nybakken, 1988).
Siput gonggong lebih bersifat epifauna atau hidup di atas permukaan substrat,
walaupun hewan ini juga memiliki kebiasaan membenamkan diri pada waktu-
waktu tertentu. Pemilihan ini dikarenakan kegiatan mencari makan dan reproduksi
dilakukan di permukaan substrat. Jenis siput laut ini memiliki tingkah laku dalam
beberapa fase sebagai berikut: fase membenamkan diri ke dalam substrat, fase
aktif mencari makan di permukaan substrat, dan fase reproduksi. Siput gonggong
akan membenamkan diri ke dalam substrat pada saat pergerakan masaa air
mengaduk permukaan substrat (Hawkins & Sander., Dersy, 2012).
4.3.2 Kelimpahan siput gonggong di Perairan Pesisir Tanjung Qudus
Kelimpahan menggambarkan nilai individu persatuan luas pengamatan yang
dinyatakan dalam (ind/m2). Kelimpahan siput gonggong yang ditemukan di
perairan pesisir Tanjung Qudus Desa Pangkil secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kelimpahan Siput Gonggong
No Jenis Kelimpahan (ind/m²)
Stasiun
1
Stasiun
2
Stasiun
3
1 Strombus canarium 3.00 2.22 1.22
2 Strombus turturella 1.89 1.00 1.22
3 Strombus urceus 4.11 3.11 2.22
Jumlah Total 9.00 6.33 4.67
Berdasarkan hasil Tabel 6, total kelimpahan dari ketiga titik stasiun, jenis siput
gonggong (Strombus urceus) paling banyak ditemukan, dibandingkan dengan 2
jenis siput yang lainnya. Jenis siput gonggong (Strombus urceus) ini paling
banyak di jumpai pada titik stasiun 1 yaitu 4.11 (ind/m2), siput gonggong
25
(Strombus turturella) banyak dijumpai pada titik stasiun 1 yaitu 1.89 (ind/m2) dan
siput gonggong (Strombus canarium) banyak dijumpai pada titik stasiun 1 yaitu
3.00 (ind/m2). Jika dilihat dari jumlah keseluruhan total kelimpahan dari 3 jenis
siput gonggong pada setiap stasiun, titik stasiun 1 yaitu 9.00 (ind/m2), titik stasiun
2 yaitu 6.33 (ind/m2) dan sitik stasiun 3 yaitu 4.67 (ind/m2).
Berdasarkan hasil pengukuran kelimpahan siput gonggong pada keseluruhan
stasiun 1,2, dan 3 di perairan pesisir Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil,
diperoleh nilai rata-rata individu per satuan luas pengamatan yang dinyatakan
dalam (ind/m2 ) pada Gambar 12.
Gambar 12. Hasil Kelimpahan Siput Gonggong di Tanjung Qudus
Jika dilihat dari keseluruhan, kelimpahan Siput Gonggong di Tanjung Qudus
Desa Pangkil tergolong tinggi yaitu 6.67 (ind/m2). Bila dibandingkan dari hasil
penelitian Arman (2015) di Tanjung Sebauk Kota Tanjung Pinang tegolong
rendah, yang mendapati jumlah rata-rata kelimpahan Siput Gonggong mencapai
1.86 (ind/m2). Kelimpahan yang tinggi dipengaruhi oleh penangkapan yang tidak
berlebihan oleh masyarakat.
4.3.3. Keanekaragaman siput gonggong di Perairan Pesisir Tanjung Qudus
26
Keanekaragaman siput Gonggong menggambarkan banyaknya jenis yang
dijumpai pada suatu wilayah yang khususnya di Tanjung Qudus Dusun III Desa
Pangkil. Hasil yang telah didapatkan seperti tertera pada Gambar 13.
Gambar 13. Keanekaragaman Siput Gonggong di Tanjung Qudus
Jika dilihat dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis Gonggong
didapatkan hasil keanekaragaman jenis perstasiun berkisar antara 1.01 – 1.06,
dengan jumlah total 3.12. Menurut Fachrul (2007) bahwa indeks keanekaragaman
dengan nilai H’ > 3 = keanekaragaman spesies tinggi, nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 =
kenekaragaman spesies sedang, dan nilai H’ < 1 = keanekaragaman spesies
rendah. Dengan demikian kondisi keanekaragaman jenis Gonggong di perairan
pesisir Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil tergolong tinggi. Hasil analisis
nilai keanekaragaman total dapat dilihat pada Tabel 7.
27
Tabel 7. Keanekaragaman siput Gonggong Strombus sp.
Stasiun Keanekaragaman
I 1.05
II 1.01
III 1.06
Total 3.12
Tabel 7, memperlihatkan nilai keanekaragaman siput gonggong di Tanjung
Qudus sebesar 3.12 Dengan demikian nilai keanekaragaman total dikategorikan
sedang.
4.3.4 Model Stok Siput Gonggong (Strombus sp.)
Data produksi hasil dan upaya penangkapan siput gonggong di perairan pesisir
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan pada minggu
pertama dan minggu keempat digambarkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Hasil Tangkapan Perminggu Siput Gonggong
Berdasarkan Gambar 14, produksi tangkapan siput gonggong mengalami
penurunan hasil tangkapan pada minggu 2 – 4. Hasil tangkapan tertinggi pada
minggu pertama sebesar 193 kg. Dengan rata-rata hasil tangkapan 119 kg/minggu.
Upaya penangkapan yang ditunjukkan Tabel 15 berikut disajikan data hasil
analisis tangkapan per satuan upaya (CPUE) siput gonggong di perairan pesisir
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil, menunjukkan upaya penangkapan siput
28
gonggong mengalami penurunan. Terjadi penurunan yang sangat signifikan pada
minggu ke 2 dengan upaya penangkapan sebesar 116 trip, hingga pada minggu ke
empat mengalami penurunan drastis. Rata-rata upaya penangkapan minggu
sebesar 108 trip. Data hasil tangkapan siput gonggong, upaya penangkapan
(effort) dan CPUE (Catch per Unit Effort) di perairan pesisir Tanjung Qudus
Dusun III Desa Pangkil dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data hasil tangkapan, effort, dan CPUE berdasarkan metode Scaefer
MINGGU CATCH (Kg)
EFFORT STAND
(F) CPUE
1 193 193.0 1
2 116 116 1
3 86 57.33 1.500087214
4 80 64 1.25
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan siput gonggong dan
upaya tangkap (effort) dari minggu pertama sampai minggu keempat di perairan
pesisir Tanjung Qudus Desa Pangkil mengalami perubahan yang cenderung
kearah penurunan, Nilai CPUE tertinggi pada minggu keempat yaitu 1,25.
5 Analisis Hasil Produksi Lestari (Maximum Sustainable Yield)
Gambar 15. Kurva MSY berdasarkan pendekatan model Schaefer
29
Pada Gambar 15 menunjukkan bahwa jika faktor di luar effort diabaikan, maka
akibat penambahan effort secara terus-menerus, hasil tangkapan akan mengalami
penurunan. Ini berarti bahwa pada effort di atas 248.13508551 trip, jika melewati
Fopt maka dianggap usaha penangkapan tersebut merugi karena biaya operasional
lebih besar dari biaya penangkapan.
Berdasarkan hasil analisis pendugaan stok siput gonggong yang telah
dilakukan dengan menggunakan data produksi tangkapan minggu pertama–
minggu keempat di perairan pesisir Tanjung Qudus, maka didapatkan hasil
tangkapan lestari (MSY) dan upaya penangkapan optimal (F optimum) dengan
menggunakan model Schaefer sebagaimana dijelaskan di bawah ini Tabel 9.
Tabel 9. Estimasi Hasil Tangkapan Lestari (MSY)
Komponen Penilaian Model Scheafer Satuan
A 1.5162
B -0.0031
MSY 188.1122942 Kg
Fopt 248.13508551 Trip
Berdasarkan Tabel 9 data perminggu produksi kegiatan penangkapan siput
gonggong belum terjadi over fishing karena dimana data hasil tangkapan belum
mencapai nilai estimasi MSY dan nilaf effort optimal (Fopt). Oleh karena itu perlu
dilakukan pengelolaan perikanan yang optimal dan selektif agar tidak terjadi over
fishing dan tetap lestari.
30
4.4 Faktor Lingkungan yang mempengaruhi Siput Gonggong
Tabel 10. Hasil Pengukuran Parameter Perairan di Tanjung Kudus Desa Pangkil
Sumber: Data Primer (2017)
a. Suhu
Dari hasil pengamatan di daerah dermaga (stasiun 1) suhu di perairan pesisir
Tanjung Kudus Desa Pangkil berada pada kisaran rata-rata yang telah di hitung
yaitu 30.42oC. Dapat di lihat pada (stasiun 2) yaitu di daerah penangkapan suhu
lebih tinggi berkisar 30.46 oC dan pada (satasiun 3) yaitu di daerah tanpa
pemukiman suhu lebih rendah dibandingkan dengan 2 stasiun sebelumnya yaitu
berkisar 30.37 oC. Perubahan suhu sangat di pengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari dan kemampuan air dalam menerima panas dari matahari. Berdasarkan
KepMen LH No. 51 tahun 2004 perairan di perairan pesisir Tanjung Kudus Desa
Pangkil dapat dikatakan baik karena masih dalam kisaran suhu yang cocok untuk
biota laut. Menurut Viruly (2011) gonggong dapat hidup optimal pada suhu antara
26-30 oC, yang berarti suhu perairan di Tanjung Kudus Desa Pangkil dapat
dikatakan baik untuk kehidupan gonggong.
Stasiun Ulangan Parameter Baku Mutu
Suhu Salinitas pH DO
I 1 29.1 28.33 7.27 7.07
KEPMEN
LH NO
51/2004
2 30.77 30.67 7.27 7.03
3 31.4 32.33 7.51 7.27
Rata-rata 30.42 30.44 7.35 7.12
II 1 29.07 29 7.23 7.13
2 31.27 32 7.23 7.17
3 31.03 31 7.57 7.13
Rata-rata 30.46 30.67 7.34 7.14
III 1 29.3 29.33 7.23 7.17
2 31.53 31 7.23 7.33
3 30.27 31.33 7.13 7.23
Rata-rata 30.37 30.55 7.20 7.24
31
b. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terdapat dalam perairan yang dapat
berubah sesuai dengan pasang surut air laut, curah hujan, penguapan, dan aliran
air tawar dari sungai yang ada. Pada waktu pasang air laut mengandung
konsentrasi garam mineral yang tinggi yang dibawa dari arah laut terbuka menuju
pantai, sedangkan pada waktu surut akan dipengaruhi oleh aliran air dari daratan
(sungai) sehingga akan menyebabkan salinitas akan turun. Salinitas perairan
berubah seirama dengan pasang surut dan bervariasi dari suatu tempat ketempat
yang lain.
Hasil rata-rata salinitas yang di dapatkan pada daerah dermaga (stasiun 1)
dalam kisaran rendah dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3 yaitu 30.44‰. Dan
dapat di lihat salinitas pada (stasiun 2) yaitu di daerah penangkapan berkisar
30.67‰. Dan pada (stasiun 3) yaitu didaerah tanpa pemukiman berkisar 30.55‰.
Menurut KepMen LH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk
kehidupan biota laut, salinitas di perairan Desa Pangkil pada setiap stasiun
memenuhi kreteria baku mutu untuk kehidupan biota laut karena tidak melebihi
baku mutu. Perubahan salinitas kadar garam perairan seirama dengan pasang surut
dan bervariasi dari suatu tempat ketenpat lainnya. Dan salinitas yang cocok untuk
kehidupan gonggong menurut Viruly (2011) berkisar antara 26-32‰. Menurut
pendapat tersebut, salinitas pada stasiun 1, 2 dan 3 tergolong baik.
c. pH
Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang
basa, untuk pH = 7 disebut sebagai netral (Kordi, 2007). Dari hasil Penelitian,
didapatkan keasaman perairan di daerah dermaga (stasiun 1) berada pada kisaran
rata – rata 7.35. Dan pada daerah penangkapan (stasiun 2) pH berkisar dengan
rata-rata 7.34, dan pH pada (stasiun 3) didaerah tanpa pemukiman lebih rendah
dibandingkan dengan stasiun 1 dan 2, yaitu berkisar rata-rata 7.20 Menurut
KepMen Lh (2004) pH yang baik bagi kehidupan organisme aquatik pada kisaran
7-8.5. Berdasarkan dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa kondisi rata-
32
rata suhu diperairan pesisir Tanjung Kudus Desa Pangkil tergolong netral dan baik
juga bagi kehidupan gonggong berkisar antara 7.1-8.0 (Viruly, 2011).
d. DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme
organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan
sebagai petunjuk kualitas air (Odum., Wijaya, 2009). Dari hasil penelitian di
lapangan didapatkan hasil perhitungan pada DO di setiap stasiunnya. Nilai DO
pada (stasiun 1) yaitu didaerah dermaga berkisaar rata-rata 7.12 mg/l. dan pada
(stasiun 2) pada daerah penangkapan nilai DO yang didapatkan berkisar 7.14
mg/l, pada (stasiun 3) didaerah tanpa pemukiman berkisar rata-rata 7.24 mg/l. DO
diperairan pesisir Tanjung Kudus Desa Pangkil memenuhi kriteria baku mutu air
laut untuk kehidupan biota akuatik yaitu >5 (KepMen Lh NO 51/2004). Menurut
Viruly (2011), perairan dengan DO berkisar 4.5-6.5 mg/l merupakan perairan
yang banyak ditemukan gonggong. Nilai DO pada perairan Tanjung Kudus Desa
Pangkil tergolong cukup tinggi berkisar 7.12-7.24 mg/l.
4.5 Tingkat pemanfaatan Siput Gonggong di perairan Tanjung Qudus
Informasi tingkat pemanfaatan siput gonggong di Tanjung Qudus Dusun III
Desa Pangkil diperoleh dengan metode wawancara menggunakan lembar
kuisioner terhadap 20 orang nelayan yang biasa mencari siput gonggong. Adapun
komponen-komponen dalam lembar kuisioner tersebut meliputi alasan
penangkapan siput gonggong, waktu penangkapan siput gonggong, jumlah dan
jenis penagkapan siput gonggong, ukuran siput gonggog yang ditangkap, harga
siput gonggong dan mengetahui hasil distribusi penjualan di Tanjung Qudus Desa
Pangkil.
4.5.1 Jumlah dan jenis penangkapan Siput Gonggong
Jumlah siput gonggong yang diambil di Tanjung Qudus Dusun III untuk setiap
1 kali pengambilan berkisar antara 10 – 90 ekor. Dalam penelitian ini dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu 10 – 90 ekor, 100 ekor, dan > 100 ekor. Hasil
33
wawancara kepada responden di Tanjung Qudus secara lengkap disajikan pada
Gambar 16.
Gambar 16. Jumlah Hasil Tangkapan Gonggong
Hasil penelitian menunjukaan bahwa sebanyak 75 % (15 responden)
mengatakan bahwa hasil tangkapan siput Gonggong di perairan Tanjung Qudus
berkisar antar 10 – 90 ekor. Sedangkan sebesar 15 % (3 responden) mengatakan
bahwa hasil tangkapan Siput Gonggong dapat mencapai >100 ekor setiap 1 kali
turun, dan pada (2 responden) yaitu 10% melakukan penangkapan. Pada saat
pengambilan sampel, didapatkan hasil penangkapan antara 10 hingga 90 ekor
Siput Gonggong yang berhasil ditangkap untuk 3 jenis Siput Gonggong yang
dijumpai di perairan Tanjung Qudus. Dengan kondisi tersebut, maka hasil
penelitian sesuai dengan pendapat 75 % responden (15 orang) yang mengatakan
hasil tangkapan berkisar antara 10 – 90 ekor.
Jenis Siput Gonggong yang ada di perairan pesisir Tanjung Qudus yaitu jenis
Strombus canarium, Strombus turturella dan Strombus urceus. Namun
berdasarkan hasil wawancara menyebutkan bahwa jenis yang umumnya diminati
oleh masyarakat yaitu kelompok cangkang tebal (Strombus canarium), cangkang
tipis (Strombus turturella) Sedangkan untuk gonggong jantan (Strombus urceus)
kurang diminati oleh masyarakat Tanjung Qudus. Jenis Siput Gonggong cangkang
tebal (Strombus canarium) lebih memiliki harga yang tinggi dibandingkan dengan
cangkang tipis (Strombus turturella), sedangkan gongong jantan (Strombus
urceus) biasanya tidak dijual oleh masyarakat melainkan dikonsumsi sendiri
34
karena gonggong jenis ini kurang diminati oleh konsumen. Namun jenis
gonggong Strombus urceus lebih banyak dijumpai dibandingkan jenis yang
lainnya, jika dibandingkan dengan hasil penelitian (Ricky, 2016) jenis gonggong
yang banyak ditemukan di Kampung Madong yaitu jenis cangkang tebal
(Strombus canarium) dan memiliki harga yang tinggi. Dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Jenis Tangkapan Siput Gonggong
4.5.2 Ukuran Siput Gonggong yang di Tangkap
Ukuran Siput Gonggong dikategorikan menjadi ukuran kecil (0 cm – 3 cm),
ukuran sedang (3 cm – 7 cm), dan ukuran besar (>10 cm). Berdasarkan hasil
wawancara kepada responden menunjukkan bahwa jenis yang umumnya diambil
oleh masyarakat berukuran sedang. Untuk semua responden mengatakan bahwa
ukuran sedang yang umumnya didapatkan pada setiap pengambilan Siput
Gonggong antara ukuran 3 cm hingga 7 cm. Berdasarkan hasil wawancara,
masyarakat mengatakan bahwa jenis Siput Gonggong dengan ukuran yang besar
(>10 cm ) sudah sulit untuk didapatkan. Hal ini mencirikan bahwa telah terjadi
over (kelebihan) tangkapan dengan penurunan dari segi ukuran dan jumlah, hal ini
juga mencirikan telah terjadi pemanfaatan yang cenderung tinggi terhadap Siput
Gonggong di sekitar perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil. Lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 18.
35
Gambar 18. Ukuran Hasil Tangkapan Siput Gonggong
4.5.3 Harga dan Distribusi Penjualan
Keseluruhan hasil tangkapan dijual ke pengumpul dengan harga satuan rata–
rata Rp. 400 – 600 per ekornya sesuai dengan hasil tangkapan Siput Gonggong
besar atau kecil. Oleh pengumpul, Siput Gonggong dijual ke sekitar Tanjung
Qudus (lokal) dengan target penjualan kepada para pengusaha rumah makan
“seafood” pada kawasan Tanjung Pinang dan sekitarnya. Untuk distribusi atau
penjualan Siput Gonggong dilakukan oleh nelayan yang menangkap Siput
Gonggong kepada pengumpul sekitar 50%, sedangkan sisanya di jual pada
masyarakat dan konsumen sekitar 25%.
Siput Gonggong langsung dijual secara utuh beserta cangkangnya dan ada juga
diolah terlebih dahulu (seperti direbus atau dilepaskan dari cangkangnya). Untuk
harga penjualan Siput Gonggong yang dilakukan oleh para pengumpul kepada
pengusaha rumah makan dalam kisaran lebih dari Rp. 15.000/kg sesuai dengan
besar kecilnya Siput Gonggong yang dijual. Lebih jelas dilihat pada Gambar 19
dan 20.
Gambar 19. Harga penjualan hasil tangkapan siput Gonggong
36
Gambar 20. Distribusi penjualan hasil tangkapan siput Gonggong
4.6 Pengelolaan Siput Gonggong berbasis Pemanfaatan
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, nilai kelimpahan siput gonggong
dapat dikatakan melimpah, dan dari perhitungan maksimum lestari (MSY) juga
belum mengalami over fhising, begitu juga dengan jenis, dan ukuran siput
gonggong yang ditangkap juga besar, sumberdaya di alampun juga dikatakan
masih bagus. Dengan ketersediaan siput gonggong yang masih berlimpah, maka
diperbolehkan kepada masyarakat untuk menangkap gonggong namun tidak
berlebihan. Diperlukan sebuah kebijakan oleh pemerintah desa dalam menetapkan
ukuran tangkapan bagi jenis siput gonggong yang populasinya sudah mulai
berkurang, yaitu jenis Strombus canarium dan Strombus turturella. Ukuran
tangkapan jenis Strombus canarium dan Strombus turturella yang diperbolehkan
untuk ditangkap adalah yang berukuran lebih besar dari 6-7 cm, sedangkan untuk
gonggong yang berukuran dibawah 6 cm tidak diperbolehkan untuk ditangkap.
Melimpahnya sumberdaya gonggong di Dusun Qudus Desa Pangkil,
memberikan peluang bagi masyarakat Desa Pangkil untuk memanfaatkan
gonggong tersebut, beberapa masyarakat menangkap gonggong untuk dikonsumsi
secara pribadi selain itu, ada juga yang menangkap gonggong untuk dijual
kembali kepada para pengumpul yang akan menjual gonggong tersebut ke rumah
makan atau restoran seafood di luar Desa Pangkil. Namun, para pengumpul
gonggong ini hanya memanfaatkan daging gonggongya saja untuk dijual kepada
pemilik rumah makan atau restoran seafood tersebut, sedangkan limbah
cangkangnya dibuang begitu saja sehingga dapat mencemari lingkungan karena
37
menimbulkan bau yang tak sedap. Sebaiknya limbah cangkang gonggong tersebut
dapat dimanfaatkan, dengan menjadikan limbah tersebut menjadi bahan dalam
pembuatan kerajinan tangan seperti bunga hias, lampu hias atau menjadi bingkai
foto, sehingga dapat meningkatkan nilai guna dari limbah gonggong tersebut dan
dapat meminimalisir pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah
cangkang gonggong tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:
a. Hasil dari potensi sumberdaya pesisir di Tanjung Qudus Dusun III Desa
Pangkil, jika dilihat dari jenis siput gonggong yang dijumpai ada 3 jenis, yaitu
Strombus canarium, Srombus Urceus, dan Strombus turturella. Dengan rata-
rata ukuran yang dijumpai yaitu 6 cm. Rata-rata tingkat kelimpahan siput
gonggong pada tahun 2017 sebesar 6.67 (ind/m2). Keanekaragaman siput
gonggong yaitu 3.12 dengan kondisi keanekaragaman “Tinggi”. Dan pada
perhitungan MSY produksi kegiatan penangkapan siput gonggong belum
terjadi over fishing karena dimana data hasil tangkapan belum mencapai nilai
estimasi MSY dan nilaf effort optimal (Fopt).
b. Tingkat Pemanfaatan sumberdaya siput gonggong di Tanjung Qudus, Jumlah
siput gonggong yang ditangkap untuk setiap 1 kali pengambilan berkisar antara
10 – 100 ekor. Jenis Siput Gonggong yang ada di perairan pesisir Tanjung
Qudus yaitu jenis Strombus canarium, Strombus turturella dan Strombus
urceus. Namun berdasarkan hasil wawancara menyebutkan bahwa jenis yang
umumnya diminati oleh masyarakat yaitu kelompok cangkang tebal (Strombus
canarium). ukuran sedang yang umumnya didapatkan pada setiap pengambilan
Siput Gonggong antara ukuran 3 cm hingga 7 cm. Keseluruhan hasil tangkapan
dijual ke pengumpul dengan harga satuan rata–rata Rp. 400 – 600 per ekornya
sesuai dengan hasil tangkapan Siput Gonggong besar atau kecil. Siput
Gonggong langsung dijual secara utuh beserta cangkangnya dan ada juga
diolah terlebih dahulu (seperti direbus atau dilepaskan dari cangkangnya).
Untuk harga penjualan Siput Gonggong yang dilakukan oleh para pengumpul
kepada pengusaha rumah makan dalam kisaran lebih dari Rp. 15.000/kg.
c. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, nilai kelimpahan siput gonggong
dapat dikatakan melimpah, dan dari perhitungan maksimum lestari (MSY) juga
belum mengalami over fhising, begitu juga dengan jenis, dan ukuran siput
gonggong yang ditangkap juga besar, sumberdaya di alampun juga dikatakan
masih bagus. Dengan ketersediaan siput gonggong yang masih berlimpah,
39
maka diperbolehkan kepada masyarakat untuk menangkap gonggong namun
tidak berlebihan. Diperlukan sebuah kebijakan oleh pemerintah desa dalam
menetapkan ukuran tangkapan bagi jenis siput gonggong yang populasinya
sudah mulai berkurang, yaitu jenis Strombus canarium dan Strombus
turturella. Ukuran tangkapan jenis Strombus canarium dan Strombus turturella
yang diperbolehkan untuk ditangkap adalah yang berukuran lebih besar dari 6-
7 cm, sedangkan untuk gonggong yang berukuran dibawah 6 cm tidak
diperbolehkan untuk ditangkap.
5.2 Saran
Masyarakat di Tanjung Qudus Desa Pangkil, kurang mengetahui tentang usaha
pemanfaatan limbah gonggong menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu
dilakukan sosialisasi oleh aparat desa maupun instansi atau lembaga yang terkait
agar masyarakat dapat meminimalisir limbah gonggong yang akan mencemari
lingkungan, serta masyarakat dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang lebih
besar dengan memanfaatkan limbah gonggong menjadi sebuah kerajinan dan
karya seni keterampilan lainnya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. 2000, Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut serta prinsip
pengelolaanya. Pusat kajian sumberdaya pesisir dan lautan. IPB: Bogor
.
Damanik, Rena Novelia, Oding Affandi, Liliek Puji Asmoro. 2013. Persepsi dan
Partisipasi Masyarakat Terhadap Sumber Daya Hutan (Studi Kasus Tahura
Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II Kabupaten Karo.
Dody, S. 2007. Habitat dan sebaran spasial Siput Gonggong (Strombus turturella)
di Teluk Klabat, Bangka Belitung. Prosiding Seminar Nasional
Moluska.Institut Pertanian Bogor (IPB): Bogor. 01 Mei 2017.
Dody, S. 2011. Pola Sebaran Kondisi Habitat dan Pemanfaatan Siput Gonggong
(Strombus turturella) di Kepaulauan Bangka Belitung, Oseanologi dan
Limnologi Indonesia. 37(2), 339-353.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Penerbit kanisisus. Jakarta.
Fachrul, M.F.2007. Metode Sampling Ekologi. Bumi Aksara: Jakarta.
http://www.marinespecies.org. Identifikasi Jenis Gonggong.
Izuan, M. 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong
(Strombus Epidromis) di Pulau Dompak, Skripsi, UMRAH, Kepulauan
Riau.
Jumsurizal, 2013. Assesmen Stok dan Tingkat Eksploitasi Ikan Kerapu Sunu
(Plectrocopomus leopardus) di Perairan Laut Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Tesis, Universitas Hasanuddin: Makasar
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota
Laut.
Kordi K, M.G.H. Dan Adi Baso Tancung.2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budi Daya Perairan. Penerbit Reka Cipta; Jakarta.
Kusnadi Agus. Hernawan E.U, dan Triandiza T. 2008, MOLUSKA Padang
Lamun Kepulauan Kei Kecil.Penerbit LIPI: Jakarta.
Leimena, H. E. P. 2002. Potensi Pemanfaatan Beberapa Jenis Keong Laut
(Moluska: Gastropoda). Hayati. 9(3). 97-99.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,
Jakarta.
41
Piscandika, D. 2012. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan ikan Tongkol (Euthynnus
affinis dan Auxis thazarad) yang Didaratkn pada Tempat Pendaratan Ikan
Desa malang rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provnsi
Kepulauan Riau, Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji. TanjungPinang.
Siddik, J. 2011. Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Siput Gonggong
(Strombus Turturela) di Teluk Klabat Bangka Belitung, Tesis, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. http://www.scribd.com/, 20 Mei 2017.
Sudarman, A. 2015. Studi Kelimpahan, Habitat, dan Pemanfaatan Siput
Gonggong (Strombus sp.) di Tanjung Sebauk Kota Tanjung Pinang
Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji:
Tanjungpinang
Suwignyo. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya: Jakarta.
Syari, I.A., 2005. Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan
Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Utami, D.K., 2012. Studi Bioekologi Habitat Siput Gonggong (Strombus
Turturella) di Desa Bakit, Teluk Klabat, Kabupaten Bangka Barat,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/54267/C12
dku, 01 Mei 2017.
Virully, L. 2011. Pemanfaatan Siput Laut Gonggong (Strombus Canarium) Asal
Pulau Bintan-Kepulauan Riau Menjadi Seasoning Alami. Sekolah
Pascasarjana. Bogor: Institute Pertanian Bogor.
Winar, A. 2017. Jenis siput Gonggong yang semuanya dapat dikonsumsi oleh
manusia di Kepri. http://kepriau.com/index.php/2017/04/29/gonggong. 10
Mei 2017.
Wijayanti, M. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Bandar Lampung
Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos, Thesis, Universitas
Diponegoro; Semarang.
Zaidi, c.c. A. Arshad, M.A.Ghafar, J.S.Bujang. 2009. Species Description and
Distribution of Strombus (Mollusca: Strombidae) in Johor Straits and its
Surrounding Areas, Malaysia. Journal of Sains Malaysiana 38 (1): 39-46.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kuisioner Nelayan
Lembar Kuisioner Nelayan
A. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur :
B. Pemanfaatan Gonggong
1. Apakah pekerjaan menangkap siput Gonggong merupakan pekerjaan pokok atau
sampingan?
a. Pokok b. Sampingan c. kedua-duanya
2. Dimanakah lokasi atau habitat yang banyak ditemukan siput Gonggong?
a. Pasir berlumpur b. Lumpur berpasir c. kedua-duanya
3. Pada musim apakah Siput Gonggong banyak didapatkan?
a. Musim Selatan b. Musim Utara c. Musim Barat
4. Berapa lama waktu penangkapan siput Gonggong dalam satu kali turun?
a. 1 jam b. 3 jam c. > 5 jam
5. Berapa jumlah siput gonggong yang didapatkan dalam 1 kali penangkapan?
a. 10-90 ekor b. 100 ekor c. >100 ekor
6. Cara penangkapan siput gonggong?
a. Siput Kilah b. Menyelam c. Langsung dengan tangan
7. Berapa jarak dalam penangkapan siput gonggong dari bibir pantai kearah laut?
a. 30-50 m b. 80 m c. >100 m
8. Jenis siput gonggong apa saja yang diambil saat penangkapan?
a. Gonggong cangkang tebal
b. Gonggong cangkang tipis
c. Kedua-duanya
9. Berapa ukuran siput gonggong yang ditangkap?
a. 0-3cm b. 3-7cm c. >10 cm
10. Dijual kemanakah hasil tangkapan siput gonggong?
a. Pengumpul b. Konsumen c. masyarakat
11. Berapakah harga siput Gonggong yang nelayan jual ke pengumpul?
a. Rp. 200 - Rp. 400/ekor
b. Rp. 400 - Rp. 600/ekor
c. >Rp600/ekor
Lampiran 2. Lembar Kuisioner Pengumpul
Lembar Kuisioner Pengumpul
C. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur :
D. Pemanfaatan Gonggong
12. Kemanakah hasil tangkapan siput Gonggong didistribusi?
a. Masyarakat/Lokal b. Restoran seafood c. Luar daerah
13. Berapa harga siput gonggong/kg nya?
a. Rp. 15.000/kg b. Rp. 20.000/kg c. > 20.000/kg
14. Adakah pengolahan lebih lanjut dari siput Gonggong di Dusun Kudus Desa Pangkil
tersebut?
a. Ada b. Tidak
Lampiran 3. Foto Kegiatan
Lampiran 4. Data Kelimpahan siput Gonggong
No Jenis stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 total
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9
1
Strombus
Canarium 2 4 5 2 5 1 1 3 4 2 5 1 1 4 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 59
2
Strombus
Turturella 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 37
3
Strombus
Urceus 4 5 6 3 5 6 1 4 3 7 4 2 6 2 2 3 1 1 3 2 4 1 3 1 4 1 1 85
Jumlah
Total 7 11 13 7 12 9 4 9 9 10 10 4 8 7 6 5 4 3 5 5 6 3 6 4 7 4 3 181
No Jenis Kelimpahan (Ind/Ha)
Total Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Strombus Canarium 30000 22222.2 12222.2
2 Strombus Turturella 18888.9 10000 12222.2
3 Strombus Urceus 41111.1 31111.1 22222.2
Jumlah Total 90000 63333.3 46666.7 200000
No Jenis stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 total
1 Strombus Canarium 27 20 11 58
2 Strombus Turturella 17 9 11 37
3 Strombus Urceus 37 28 20 85
Jumlah Total 81 57 42 180
Lampiran 6. Data Hasil Tangkapan Dan Jumlah Responden (Nelayan)
No Nama J.K Umur NO
MINGGU 1
J.T S SL R K J
1 IPOL L 26 1 4 2 5 6 1 18
2 M. NUR L 65 2 2 2 1 1 1 7
3 MUS L 32 3 1 1 1 2 2 7
4 AMAL L 60 4 3 2 1 1 1 8
5 SYAHREL L 38 5 1 1 1 1 3 7
6 AMRAN L 37 6 1 2 3 1 1 8
7 JEPRI L 27 7 2 3 1 3 1 10
8 HISAM L 39 8 2 2 3 3 1 11
9 JAWAWI L 52 9 2 2 2 1 1 8
10 SAHRIL L 38 10 2 2 3 3 3 13
11 YANTO L 34 11 1 1 2 2 2 8
12 MUHAMAD L 37 12 2 3 2 1 2 10
13 YAMAN L 58 13 1 1 1 1 1 5
14 IIN P 45 14 3 3 3 3 1 13
15 ROSNI P 53 15 2 4 2 2 1 11
16 HELIZAWATI P 37 16 4 3 3 2 2 14
17 FIKA P 27 17 1 2 1 3 2 9
18 ROZA P 37 18 1 1 1 1 2 6
19 ASRI P 37 19 2 2 1 2 3 10
20 MARNI P 45 20 2 3 2 2 1 10
Jumlah Total JUMLAH TOTAL 193
MINGGU 2
J.T
MINGGU 3
J.T
MINGGU 4
J.T Alat Tangkap S SL R S M S M
4 3 5 12 2 3 5 3 2 5 Menyelam
2 1 1 4 4 3 7 4 1 5 Menyelam
1 2 2 5 2 2 4 3 4 7 Menyelam
2 3 1 6 3 1 4 3 1 4 Menyelam
1 1 1 3 2 3 5 2 2 4 Menyelam
2 3 1 6 2 3 5 3 2 5 Menyelam
1 1 1 3 1 2 3 2 3 5 Menyelam
1 2 1 4 1 3 4 1 1 2 Menyelam
1 4 3 8 3 1 4 2 1 3 Menyelam
1 2 2 5 1 1 2 2 1 3 Menyelam
3 2 2 7 3 1 4 3 2 5 Menyelam
2 2 2 6 2 2 4 1 1 2 Menyelam
3 2 2 7 3 3 6 3 2 5 Menggunakan Tangan
3 1 3 7 1 3 4 2 2 4 Menggunakan Tangan
1 1 1 3 3 1 4 2 1 3 Menggunakan Tangan
3 1 3 7 2 2 4 3 2 5 Menggunakan Tangan
2 2 2 6 2 2 4 1 1 2 Menggunakan Tangan
4 3 1 8 3 4 7 2 1 3 Menggunakan Tangan
1 1 1 3 1 2 3 2 1 3 Menggunakan Tangan
3 1 2 6 1 2 3 3 2 5 Menggunakan Tangan
JUMLAH TOTAL 116 JUMLAH TOTAL 86 JUMLAH TOTAL 80
Lampiran 5. Data Keanekaragaman Siput Gonggong
Stasiun 1
No Jenis
jumlah
total Pi(Ni/n) ln Pi pi Ln Pi H'
1 Strombus Canarium 27 0.333333
-
1.09861 -0.3662
1.05178
2 Strombus Turturella 17 0.209877
-
1.56124
-
0.32767
3 Strombus Urceus 37 0.45679
-
0.78353
-
0.35791
Jumlah Total 81 1
-
3.44338
-
1.05178
Stasiun2
No Jenis
jumlah
total Pi(Ni/n) ln Pi pi Ln Pi H'
1 Strombus Canarium 20 0.350877
-
1.04732 -0.36748 1.008115
2 Strombus Turturella 9 0.157895
-
1.84583
-
0.29145
3 Strombus Urceus 28 0.491228
-
0.71085
-
0.34919
Jumlah Total 57 1
-
3.60399
-
1.00811
Stasiun3
No Jenis
jumlah
total Pi(Ni/n) ln Pi pi Ln Pi H'
1 Strombus Canarium 12 0.27907
-
1.27629 -0.35617 1.060959
2 Strombus Turturella 11 0.255814 -1.3633
-
0.34875
3 Strombus Urceus 20 0.465116
-
0.76547
-
0.35603
Jumlah Total 43 1
-
3.40507
-
1.06096
Lampiran 7. Data Hasil Kualitas Air
Stasiun 1
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29.2 30.9 31.5
2 29 30.7 31.4
3 29.1 30.7 31.3
rata rata 29.1 30.77 31.4
1 28 30 35
2 29 33 32
3 28 29 30
rata-rata 28.33 30.67 32.33
1 1.65 3.25 1.7
2 2.98 3.39 2.68
3 1.61 3.33 1.65
rata-rata 2.08 3.32 2.01
1 0.78 0.68 1.26
2 1.47 1.62 2.12
3 2.13 2.18 2.32
rata-rata 1.46 1.49 1.9
1 0.07 0.13 0.14
2 0.10 0.18 0.13
3 0.07 0.10 0.17
rata-rata 0.08 0.14 0.15
1 7.4 7.2 7.13
2 7.2 7.3 7.6
3 7.2 7.3 7.8
rata-rata 7.27 7.27 7.51
1 7.3 7 7.2
2 7.4 7.1 7.2
3 6.5 7 7.4
rata-rata 7.07 7.03 7.27
DO
Ph
Arus
Kekeruhan
Kecerahan
Salinitas
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Suhu
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29.2 30.9 31.5
2 29 30.7 31.4
3 29.1 30.7 31.3
rata rata 29.1 30.77 31.4
1 28 30 35
2 29 33 32
3 28 29 30
rata-rata 28.33 30.67 32.33
1 1.65 3.25 1.7
2 2.98 3.39 2.68
3 1.61 3.33 1.65
rata-rata 2.08 3.32 2.01
1 0.78 0.68 1.26
2 1.47 1.62 2.12
3 2.13 2.18 2.32
rata-rata 1.46 1.49 1.9
1 0.07 0.13 0.14
2 0.10 0.18 0.13
3 0.07 0.10 0.17
rata-rata 0.08 0.14 0.15
1 7.4 7.2 7.13
2 7.2 7.3 7.6
3 7.2 7.3 7.8
rata-rata 7.27 7.27 7.51
1 7.3 7 7.2
2 7.4 7.1 7.2
3 6.5 7 7.4
rata-rata 7.07 7.03 7.27
DO
Ph
Arus
Kekeruhan
Kecerahan
Salinitas
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Suhu
Stasiun 2
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29 31.2 31.5
2 29.1 31.3 31.3
3 29.1 31.3 30.3
rata-rata 29.07 31.27 31.03
1 29 31 30
2 29 32 33
3 29 32 31
rata-rata 29 32 31
1 1.85 3.15 1.5
2 2.12 3.33 2.51
3 1.28 3.32 1.7
rata-rata 1.75 3.27 1.90
1 1.35 0.65 2.24
2 1.54 1.17 2.14
3 1.12 1.28 1.58
rata-rata 1.34 1.03 1.99
1 0.13 0.11 0.14
2 0.15 0.07 0.13
3 0.17 0.14 0.13
rata-rata 0.15 0.11 0.13
1 7.3 7.3 7.7
2 7.3 7.2 7.5
3 7.1 7.2 7.5
rata-rata 7.23 7.23 7.57
1 7.3 7.1 7
2 7 7.3 7.2
3 7.1 7.1 7.2
rata-rata 7.13 7.17 7.13
Salinitas
Kecerahan
Kekeruhan
Ph
DO
Arus
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004Suhu
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29 31.2 31.5
2 29.1 31.3 31.3
3 29.1 31.3 30.3
rata-rata 29.07 31.27 31.03
1 29 31 30
2 29 32 33
3 29 32 31
rata-rata 29 32 31
1 1.85 3.15 1.5
2 2.12 3.33 2.51
3 1.28 3.32 1.7
rata-rata 1.75 3.27 1.90
1 1.35 0.65 2.24
2 1.54 1.17 2.14
3 1.12 1.28 1.58
rata-rata 1.34 1.03 1.99
1 0.13 0.11 0.14
2 0.15 0.07 0.13
3 0.17 0.14 0.13
rata-rata 0.15 0.11 0.13
1 7.3 7.3 7.7
2 7.3 7.2 7.5
3 7.1 7.2 7.5
rata-rata 7.23 7.23 7.57
1 7.3 7.1 7
2 7 7.3 7.2
3 7.1 7.1 7.2
rata-rata 7.13 7.17 7.13
Salinitas
Kecerahan
Kekeruhan
Ph
DO
Arus
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004Suhu
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Stasiun 3
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29.5 31.6 30.1
2 29.3 31.5 30.5
3 29.1 31.5 30.2
rata-rata 29.30 31.53 30.27
1 28 30 32
2 30 33 32
3 30 30 30
rata-rata 29.33 31.00 31.33
1 1.11 2.24 1.8
2 1.15 2.24 1.12
3 1.12 2.28 2.2
rata-rata 1.13 2.25 1.71
1 0.65 1.15 0.76
2 1.56 1.76 0.15
3 1.87 1.56 1.58
rata-rata 1.36 1.49 0.83
1 0.10 0.10 0.09
2 0.06 0.15 0.06
3 0.13 0.17 0.12
rata-rata 0.10 0.14 0.09
1 7.3 7.3 7.13
2 7.2 7.2 7.13
3 7.2 7.2 7.14
rata-rata 7.23 7.23 7.13
1 7.1 7.3 7.3
2 7.2 7.4 7.2
3 7.2 7.3 7.2
rata-rata 7.17 7.33 7.23
Suhu
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004Arus
Kekeruhan
Kecerahan
Salinitas
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004DO
Ph
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Parameter Pengulangan Pagi Siang Sore Baku Mutu
1 29.5 31.6 30.1
2 29.3 31.5 30.5
3 29.1 31.5 30.2
rata-rata 29.30 31.53 30.27
1 28 30 32
2 30 33 32
3 30 30 30
rata-rata 29.33 31.00 31.33
1 1.11 2.24 1.8
2 1.15 2.24 1.12
3 1.12 2.28 2.2
rata-rata 1.13 2.25 1.71
1 0.65 1.15 0.76
2 1.56 1.76 0.15
3 1.87 1.56 1.58
rata-rata 1.36 1.49 0.83
1 0.10 0.10 0.09
2 0.06 0.15 0.06
3 0.13 0.17 0.12
rata-rata 0.10 0.14 0.09
1 7.3 7.3 7.13
2 7.2 7.2 7.13
3 7.2 7.2 7.14
rata-rata 7.23 7.23 7.13
1 7.1 7.3 7.3
2 7.2 7.4 7.2
3 7.2 7.3 7.2
rata-rata 7.17 7.33 7.23
Suhu
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004Arus
Kekeruhan
Kecerahan
Salinitas
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004DO
Ph
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
KEPMEN LH
NO. 51 /2004
Lampiran 8. Hasil data dan jumlah responden (Pengumpul)
Lampiran 9. Hasil Standarisasi Trip
MINGGU1
No Nama effort Total Catch
CPUE FPI F
Standard
1 IPOL 10 18 1.8 1.8 18
2 M. NUR 10 7 0.7 0.7 7
3 MUS 15 7 0.466666667 0.466666667 7
4 AMAL 10 8 0.8 0.8 8
5 SYAHREL 15 7 0.466666667 0.466666667 7
6 AMRAN 5 8 1.6 1.6 8
7 JEPRI 10 10 1 1 10
8 HISAM 15 11 0.733333333 0.733333333 11
9 JAWAWI 5 8 1.6 1.6 8
10 SAHRIL 10 13 1.3 1.3 13
11 YANTO 15 8 0.533333333 0.533333333 8
12 MUHAMAD 5 10 2 2 10
13 YAMAN 10 5 0.5 0.5 5
14 IIN 15 13 0.866666667 0.866666667 13
15 ROSNI 5 11 2.2 2.2 11
16 HELIZAWATI 10 14 1.4 1.4 14
17 FIKA 15 9 0.6 0.6 9
18 ROZA 10 6 0.6 0.6 6
19 ASRI 10 10 1 1 10
20 MARNI 10 10 1 1 10
210 193
193
No Nama
Jenis
kelamin Umur
Distribusi siput
gonggong Harga jual
Pengelolaan siput gonnggong saat
ini
1 Roza P 37
Konsumen/Local
Restoran
Rp.
15.000/kg Belum ada
2 Marni P 45
Konsumen/Local
Restoran
Rp.
15.000/kg Belum ada
3 Day L 30
Konsumen/Local
Restoran
Rp.
15.000/kg Belum ada
MINGGU KE 2
Nama effort Total Catch CPUE FPI F Standard
IPOL 6 12 2 2 12
M. NUR 9 4 0.444444 0.444444 4
MUS 6 5 0.833333 0.833333 5
AMAL 6 6 1 1 6
SYAHREL 6 3 0.5 0.5 3
AMRAN 6 6 1 1 6
JEPRI 6 3 0.5 0.5 3
HISAM 6 4 0.666667 0.666667 4
JAWAWI 6 8 1.333333 1.333333 8
SAHRIL 9 5 0.555556 0.555556 5
YANTO 3 7 2.333333 2.333333 7
MUHAMAD 6 6 1 1 6
YAMAN 6 7 1.166667 1.166667 7
IIN 6 7 1.166667 1.166667 7
ROSNI 6 3 0.5 0.5 3
HELIZAWATI 6 7 1.166667 1.166667 7
FIKA 6 6 1 1 6
ROZA 6 8 1.333333 1.333333 8
ASRI 6 3 0.5 0.5 3
MARNI 6 6 1 1 6
123 116 116
MINGGKU KE 3
Nama effort Total Catch CPUE FPI F Standard
IPOL 4 5 1.25 0.833333 3.333333333
M. NUR 6 7 1.166667 0.777778 4.666666667
MUS 4 4 1 0.666667 2.666666667
AMAL 4 4 1 0.666667 2.666666667
SYAHREL 4 5 1.25 0.833333 3.333333333
AMRAN 4 5 1.25 0.833333 3.333333333
JEPRI 4 3 0.75 0.5 2
HISAM 6 4 0.666667 0.444444 2.666666667
JAWAWI 4 4 1 0.666667 2.666666667
SAHRIL 6 2 0.333333 0.222222 1.333333333
YANTO 4 4 1 0.666667 2.666666667
MUHAMAD 6 4 0.666667 0.444444 2.666666667
YAMAN 4 6 1.5 1 4
IIN 6 4 0.666667 0.444444 2.666666667
ROSNI 4 4 1 0.666667 2.666666667
HELIZAWATI 6 4 0.666667 0.444444 2.666666667
FIKA 4 4 1 0.666667 2.666666667
ROZA 6 7 1.166667 0.777778 4.666666667
ASRI 2 3 1.5 1 2
MARNI 2 3 1.5 1 2
90 86
57.33
MINGGU KE 4
Nama effort Total Catch CPUE FPI F Standard
IPOL 4 5 1.25 1 4
M. NUR 4 5 1.25 1 4
MUS 4 7 1.75 1.4 5.6
AMAL 4 4 1 0.8 3.2
SYAHREL 4 4 1 0.8 3.2
AMRAN 4 5 1.25 1 4
JEPRI 4 5 1.25 1 4
HISAM 2 2 1 0.8 1.6
JAWAWI 4 3 0.75 0.6 2.4
SAHRIL 4 3 0.75 0.6 2.4
YANTO 4 5 1.25 1 4
MUHAMAD 6 2 0.333333 0.266667 1.6
YAMAN 2 5 2.5 2 4
IIN 4 4 1 0.8 3.2
ROSNI 6 3 0.5 0.4 2.4
HELIZAWATI 4 5 1.25 1 4
FIKA 2 2 1 0.8 1.6
ROZA 4 3 0.75 0.6 2.4
ASRI 4 3 0.75 0.6 2.4
MARNI 4 5 1.25 1 4
78 80
64