PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU
TERHADAP MUTU PEMBELAJARANSMP NEGERI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
OlehTitiek Wulandari
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PRINCIPAL ACADEMIC SUPERVISION,TEACHER LEADERSHIP AND TEACHER ACHIEVEMENT
MOTIVATION ON THE LEARNING QUALITY OF PUBLIC JUNIORHIGH SCHOOLS IN BANDAR LAMPUNG CITY
By
TITIEK WULANDARI
The purpose of this study was to analyze and describe the effects of principal'sacademic supervision, teacher leadership and teacher achievement motivation onthe learning quality of the Public Junior High Schools in Bandar Lampung City.This research was a quantitative study with an asosiative method. Data collectionwas conducted using a questionnaire with 204 teacher samples at 100% responserate. The hypotheses were tested using simple linear regression analysis andmultiple regression analysis through the F test and t test to determine the effect ofindependent variables on the dependent variable at a confidence level of 95%(α = 0.05). The results showed that: (a) the principal academic supervision had apositive and significant effect on the quality of learning, (b) teacher leadership hada positive and significant effect on the quality of learning, (c) teacher achievementmotivation had a positive and significant effect on the quality of learning, (d)principal academic supervision, teacher leadership and teacher achievementmotivation also had a positive and significant effect on the quality of learning.
Key words: principal supervision, teacher leadership, teacher motivation, qualityof learning,
ABSTRAK
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU
TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN SMP NEGERI DI KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
TITIEK WULANDARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh supervisiakademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guruterhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung. Penelitianmerupakan penelitian kuantitatif dengan metode asosiatif. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel 204 guru.Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana dan analisisregresi berganda melalui uji F dan uji t untuk mengetahui pengaruh variabelindependen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) supervisi akademik kepala sekolahberpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran, (b) kepemimpinanguru berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran, (c) motivasiberprestasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran, (d)supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasiguru berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran.
Kata kunci: supervisi akademik, kepemimpinan guru, motivasi berprestasi, mutupembelajaran.
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,
KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU
TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN
SMP NEGERI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh Titiek Wulandari
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat umtuk Mencapai Gelar
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada
Program Studi S2 Magister Manajemen Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di kota Semarang, Jawa Tengah pada
tanggal 12 November 1984, sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, dari Bapak Ir. Sutikno, M.Sc., Ph.D. dan Ibu Siti
Zulaikah, B.Sc. Peneliti memulai pendidikan Taman Kanak-
Kanak (TK) di Spartan Village Kindergarden School,
Michigan, United States of America yang diselesaikan pada tahun 1990. Peneliti
melanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Spartan Village Elementary
School, Michigan, United States of America pada tahun 1991-1996 yang
kemudian diselesaikan di SD Kartika II-5 Kota Bandar Lampung pada tahun
1997, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Kautsar Kota Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000 dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMA Al-Kautsar Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003.
Peneliti melanjutkan Pendidikan Sarjana (S1) di Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun
2005- 2007, peneliti mendirikan kursus Bahasa Inggris yang memiliki dua cabang
di Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2010 sampai dengan sekarang, peneliti
menjadi guru Bahasa Inggris di Kursus Bahasa Inggris, English First Kota Bandar
Lampung. Pada September 2017 peneliti diterima sebagai mahasiswa Magister
Manajemen Pendidikan di Universitas Lampung.
MOTTO
Gratitude is a powerful process for shifting your energy and bringing more of
what you want into your life. Be grateful of what you already have and you will
attract more good things.
( Rhonda Byrne)
Bersyukur adalah proses yang kuat untuk mengalihkan energi Anda dan
membawa lebih banyak dari apa yang Anda inginkan ke dalam hidup Anda.
Bersyukurlah atas apa yang sudah Anda miliki dan Anda akan menarik lebih
banyak hal baik.
( Rhonda Byrne )
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya
ini kepada:
Almamater Universitas Lampung
Ayahanda dan Ibunda tercinta,
Ir. Sutikno, M.Sc., Ph.D. dan Siti Zulaikah, B.Sc.
yang menjadi inspirasi dan telah memberikan banyak saran, motivasi,
arahan dan dukungan yang luar biasa dalam penyelesaian tesis ini.
Suamiku, Sulistyo Pamungkas, S.E. yang selalu mengispirasi hidupku,
memberikan arahan, motivasi dan dukungan yang luar biasa.
Anakku, Muhammad Hasan Falah Azka yang senantiasa sabar menemani
dan memberikan motivasi yang luar biasa.
Adikku, Kurniawan Shidiq Sutikno, S.T.P. yang senantiasa memberi
dukungan dan motivasi yang luar biasa.
Mertua dan kakak-kakak tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan motivasi demi kelancaran penyelesaian tesis ini.
SANWACANA
Puji syukur peneliti kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis dengan judul “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah,
Kepemimpinan Guru dan Motivasi Berprestasi Guru SMP Negeri di Kota Bandar
Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung.
2. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan.
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini.
4. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini.
5. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Universitas Lampung atas bimbingan, arahan, saran, motivasi
serta dukungan yang sangat membantu dalam proses penyusunan tesis ini.
6. Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku pembimbing I atas bimbingan, arahan,
saran, motivasi serta dukungan yang sangat membantu dalam proses
penyusunan tesis ini.
7. Hasan Hariri, S.Pd., MBA, Ph.D., selaku pembimbing II dan pembimbing
akademik atas bimbingan, arahan, saran, motivasi serta dukungan yang sangat
membantu dalam proses penyusunan tesis ini.
8. Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.M., selaku pembahas atas bimbingan, arahan,
saran, motivasi serta dukungan yang sangat membantu dalam proses
penyusunan tesis ini.
9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Lampung yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat.
10. Dr. M. Badrun, M.Ag., selaku Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
SMP Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk pengambilan
data pada penelitian ini.
11. Seluruh kepala sekolah dan guru SMP Negeri yang terpilih di Kota Bandar
Lampung sebagai perwakilan dalam penelitian ini yang telah berkontribusi
dalam pengambilan data.
12. Sahabat-sahabat mahasiswa Manajemen Pendidikan angkatan tahun 2017 dan
seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
semoga dapat memberi kontribusi dalam bidang ilmu manajemen pendidikan.
Bandar Lampung, 20 Februari 2019
Titiek Wulandari
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………….….
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………....
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………….
MOTTO……………………………..………………………………………..
PERSEMBAHAN……………………………………………………………
SANWACANA………………………………………………………..…….
DAFTAR ISI …………………………….………………………….………
i
iii
iv
vi
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL ………………………………………..……………….… xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….… xv
DAFTAR LAMPIRAN ….……………………………………………….… xvi
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ………………………………..…….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………...….. 8
1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………..….. 8
1.4 Rumusan Masalah ……………………………………………… 9
1.5 Tujuan Penelitian ………………………………...…………….. 9
1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………….…….. 10
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………...……. 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………...………………………….……..…… 13
2.1 Mutu Pembelajaran ………………………………..……….…… 13
2.1.1 Pengertian Mutu Pembelajaran …………...……………... 13
2.1.2 Indikator Mutu Pembelajaran …………………………… 14
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran … 15
2.4.4 Indikator Motivasi Berprestasi Guru……………………. 25
2.5 Penelitian yang Relevan ………………………………………... 25
2.6 Kerangka Pikir …………………………………………..…….. 28
2.8 Hipotesis Penelitian ……………………………………..…....... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ………...………………………………… 32
3.1 Pendekatan Penelitian …………………………..…………….… 32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………….. 33
3.2.1 Populasi Penelitian ………………………………………. 33
3.2.2 Teknik Sampling …………………...……………………. 34
3.2.3 Sampel Penelitian………………………………..……….. 35
3.3 Variabel Penelitian ……………………...……………………… 36
3.3.1 Variabel Terikat ………………………………………….. 36
3.3.2 Variabel Bebas ……………………...…………………… 38
3.3.2.1 Variabel Bebas Supervisi Akademik KepalaSekolah …………………………………………. 38
3.3.2.2 Variabel Bebas Kepemimpinan Guru …...……... 40
3.3.2.3 Variabel Bebas Motivasi Berprestasi Guru …….. 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………...……… 43
3.4.1 Teknik Pokok ……………………………………………. 43
3.4.2 Teknik Penunjang ………………………………………... 44
2.2 Supervisi Akademik Sekolah …………………………………… 15
2.2.1 Pengertian Supervisi Akademik Kepala Sekolah ………… 15
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 17
2.2.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik Kepala Sekolah ….… 18
2.2.4 Indikator Supervisi Akamik Kepala Sekolah …………….. 18
2.2.5 Pendekatan dalam Supervisi Akademik Kepala Sekolah … 19
2.2.6 Teknik-Teknik Supervisi Akademik Kepala Sekolah…….. 19
2.3 Kepemimpinan Guru ………………………………………….… 20
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran ….. 20
2.3.2 Tujuan Kepemimpinan Instruksional Guru ………………. 21
2.3.3 Indikator Kepemimpinan Instruksional Guru .……………. 212.3.4 Pentingnya Kepemimpinan Instruksional Guru ………….. 212.4 Motivasi Berprestasi Guru ……………………………………… 22
2.4.1 Pengertian Motivasi Berprestasi Guru …………………… 22
2.4.2 Karakteristik Motivasi Berprestasi Guru ……………….… 23
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi MotivasiBerprestasi Guru ………………………………………….. 23
3.5 Uji Instrumen Penelitian ……………………………………….. 44
3.5.1 Uji Validitas Instrumen ………………………………….. 44
3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Mutu Pembelajaran ...……… 46
3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik KepalaSekolah …………………………………………. 46
3.5.1.3 Hasil Uji Validitas Kepemimpinan Guru ………. 47
3.5.1.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Berprestasi Guru….. 48
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ……………………………….. 49
3.5.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Mutu Pembelajaran ...….… 50
3.5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Akademik KepalaSekolah …………………………………………. 50
3.5.2.3 Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Guru ….... 51
3.5.2.4 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Berprestasi Guru.. 51
3.6 Teknik Analisis Data ….…………………………………..…… 52
3.6.1 Uji Prasyarat Analisis Data ……………..…..…………… 52
3.6.2 Regresi Linear Berganda ………………...………………. 55
3.6.3 Uji Signifikansi Regresi …………………………………. 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………..………………….. 57
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………..……… 57
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Data ….………………………..…… 58
4.2.1 Variabel Mutu Pembelajaran …………………………..… 59
4.2.2 Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah ……….…. 60
4.2.3 Variabel Kepemimpinan Guru ...………………………… 61
4.2.4 Variabel Motivasi Berprestasi Guru …………………….. 62
4.3 Uji Prasayarat Analisis Regresi ..…………………………..…… 64
4.3.1 Uji Normalitas Data ……………………………………… 64
4.3.2
4.3.3
Uji Heteroskedastisitas ……………………………..……..Uji Multikolinearitas……………………………………..
66
67
4.3.4 Pengujian Hipotesis …...……………..…………………... 68
4.3.4.1 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala SekolahTerhadap Mutu Pembelajaran ...…….………….. 68
4.3.4.2 Pengaruh Kepemimpinan Guru Terhadap MutuPembelajaran …………………….…….……….. 71
4.3.4.3 Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru TerhadapMutu Pembelajaran ……………………………. 73
4.3.4.4 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah,Kepemimpinan Guru dan Motivasi BerprestasiGuru Terhadap Mutu Pembelajaran…………….. 75
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ….……………..………………… 78
4.4.1 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah TerhadapMutu Pembelajaran ...…….………………………………. 78
4.4.2 Pengaruh Kepemimpinan Guru Terhadap MutuPembelajaran …………………………......…….……….. 80
4.4.3 Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru Terhadap MutuPembelajaran …………………………………………… 81
4.4.4 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah,Kepemimpinan Guru dan Motivasi Berprestasi GuruTerhadap Mutu Pembelajaran……………………………. 83
4.5
4.6
Keterbatasan Penelitian …………….…………………………..Model Hipotetik …………………………………………………
84
86
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……...…………………………....... 87
5.1 Kesimpulan ………….…………………………………..…….. 87
5.2 Implikasi ………….…………….…………………………..….. 88
5.3 Saran ……………………………………………………...….… 90
DAFTAR PUSTAKA …………………..….……………..…………………… 92
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 97
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Nasional SMP Negeri di Kota Bandar Lampung … 2
3.1 Populasi Penelitian ………………………………………………..……. 33
3.2 Nama Wilayah Kecamatan Sampel Penelitian………………………....... 34
3.3 Sampel Penelitian …………………………………………………..…… 36
3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Mutu Pembelajaran ……………………..…..…… 37
3.5 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Mutu Pembelajran …………...… 37
3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Supervisi Akademik Kepala Sekolah ……………... 39
3.7 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Supervisi Akademik Kepala
Sekolah …………………………………………………………..………
39
3.8 Kisi-Kisi Kuesioner Kepemimpinan Guru …………………………..…. 40
3.9 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Kepemimpinan Guru ………… 41
3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi Guru ………………………... 42
3.11 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Motivasi Berprestasi Guru …… 43
3.12 Daftar Interpretasi Nilai r (validitas instrumen) ……………………..… 45
3.13 Hasil Perhitungan Validitas Mutu Pembelajaran ……………………..…. 46
3.14 Hasil Perhitungan Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah …….. 47
3.15 Hasil Perhitungan Validitas Kepemimpinan Guru …………………….. 48
3.16 Hasil Perhitungan Validitas Motivasi Berprestasi Guru ………………. 48
3.17 Daftar Interpretai Nilai r (reliabilitas instrumen) ……………………..…. 50
3.18 Statistika Reliabilitas Mutu Pembelajaran …………………….………. 50
3.19 Statistika Reliabilitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah …………..… 51
3.20 Statistika Reliabilitas Kepemimpinan Guru ………………………....… 51
3.21 Statistika Reliabilitas Motivasi Berprestasi Guru ………………….....… 52
4.1 Data Statistik Dasar Variabel Penelitian …………………………….… 58
xi
4.2 Distribusi Nilai Variabel Mutu Pembelaran ………………………...….. 59
4.3 Distribusi Nilai Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah ……...…. 60
4.4 Distribusi Nilai Variabel Kepemimpinan Guru ……………………...….. 61
4.5 Distribusi Nilai Variabel Motivasi Berprestasi Guru ……..…………….. 63
4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian …………………..………..… 64
4.7 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov Smirnov ……........ 65
4.8 Analisis Uji Multikolinearitas…………………………..………………. 67
4.9 Ikhtisar Uji Multikolinearitas ……………………………………..……… 68
4.10 Linearitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Mutu Pembelajaran 69
4.11 Koefisien Regresi Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Mutu
Pembelajaran …………………………………………………………………
69
4.12 Koefisien Determinasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Mutu
Pembelajaran ………………………………………………………..……...
70
4.13 Linearitas Kepemimpinan Guru Dan Mutu Pembelajaran …………..….. 71
4.14 Koefisien Regresi Kepemimpinan Guru dan Mutu Pembelajaran …….. 72
4.15 Koefisien Determinasi Kepemimpinan Guru dan Mutu Pembelajaran … 72
4.16 Linearitas Motivasi Berprestasi Guru Dan Mutu Pembelajaran ……..….. 73
4.17 Koefisien Regresi Motivasi Berprestasi Guru dan Mutu Pembelajaran … 74
4.18 Koefisien Determinasi Motivasi Berprestasi Guru dan Mutu
Pembelajaran ……………………………………………………………
74
4.19 Koefisien Regresi Ganda ………………………………………….…… 76
4.20 Signifikansi Regresi Ganda ……………………………….……..……... 76
4.21 Koefisien Determinasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah,
Kepemimpinan Guru Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran …………………………………………………………..
77
M m
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Paradigma Penelitian ………………………………………………...30
4.1 Histogram Nilai Mutu Pembelajaran ………………………………………..59
4.2 Histogram Nilai Supervisi Akademik Kepala Sekolah ……………………...60
4.3 Histogram Nilai Kepemimpinan Guru ………………………………………62
4.4 Histogram Nilai Motivasi Berprestasi Guru ………………………………...63
4.5 Normal Q-Q Plot Mutu Pembelajaran ………………………………………65
4.6 Normal Q-Q Plot Supervisi Akademik Kepala Sekolah …………………….65
4.7 Normal Q-Q Plot Kepemimpinan Guru ……………………………..………66
4.8 Normal Q-Q Plot Motivasi Berprestasi Guru ……………….…………........ 66
4.9 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ………...……………….…………........ 67
4.10 Model Hipotetik …………………………………………………………... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Penelitian……………………………………………………..... 97
2 Data Validitas dan Reliabilitas……………………………………………. 102
3 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen…..……….……… 126
4 Data Angket Penelitian….…………………………………………….….. 129
5 Deskripsi Data Penelitian…………………………….…………….….….. 134
6 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian…………....…………………..……. 134
7 Normal Q-Q Plot…………………………………………………..……… 135
8 Hasil Uji Multikolonearitas …………..…………………………….…… 136
9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………………………….….... 136
10 Hasil Analisis Regresi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap
Mutu Pembelajaran ………….…………………………....………….…..
137
11 Hasil Analisis Regresi Kepemimpinan Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran ………….…………………………....……………………..
138
12 Hasil Analisis Regresi Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran ………….……………………………....…………………..
139
13 Hasil Analisis Regresi Supervisi Akademik Kepala Sekolah,
Kepemimpinan Guru dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran ………….…………………………..................................…
140
14 Surat Izin Penelitian…………………………………………………....…. 141
15 Surat Keterangan Pengambilan Data………..…………………………….. 149
16 Tabel T………………………………………………………….……...…. 151
17 Tabel F……………………………………..………………….………….. 153
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, persaingan antar bangsa merupakan suatu hal yang pasti
terjadi. Untuk memenangkan persaingan tersebut, diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas bagi suatu
bangsa dibangun melalui pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu,
pendidikan yang berkualitas menjadi perhatian bagi suatu negara atau bangsa
dalam pembangunan manusia.
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dalam membangun sumber daya
manusia yang mempunyai kualitas atau mutu yang semakin baik. Kemampuan
untuk bersaing dengan negara lain yang maju adalah salah satu indikator bahwa
kualitas pendidikan di suatu negara itu baik. Pendidikan yang berkualitas
diperoleh dari penerapan pembelajaran yang bermutu tinggi. Salah satu cara
mengetahui mutu pembelajaran adalah ujian nasional. Dasar hukum pelaksanaan
Ujian Nasional yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan. Di
bawah ini disajikan data rata-rata pencapaian Ujian Nasional pada tingkat SMP di
Kota Bandar Lampung selama tiga tahun terakhir.
2
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ujian Nasional SMP Negeri di Kota Bandar Lampung
No Mata Pelajaran Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
1 Bahasa Inggris 72,90 64,19 56,69
2 Bahasa Indonesia 75,19 73 67,52
3 Matematika 59,23 53,07 61,08
4 IPA 74,93 63,90 61,11
Rata-Rata Hasil Ujian Nasional 70,56 63,54 61,60
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018).
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil rata-rata Ujian Nasional SMP Negeri di
Kota Bandar Lampung menurun dari 70,56 pada tahun 2015 menjadi 63,54 pada
tahun 2016 dan 61,60 pada tahun 2017. Data tersebut merupakan salah satu
indikator bahwa mutu pembelajaran yang diterapkan pada 37 SMP Negeri di Kota
Bandar Lampung menurun selama tiga tahun terakhir.
Mutu pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Guru merupakan seseorang
yang sangat berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Dari persepsi seorang
guru, mutu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
dan faktor yang berasal dari luar. Adapun pengaruh faktor yang berasal dari dalam
meliputi motivasi berprestasi guru, kepemimpinan guru, kompetensi guru, dan
lain-lain. Pengaruh faktor yang berasal dari luar meliputi supervisi akademik
kepala sekolah, fasilitas sekolah, lingkungan dan lain-lain. Peneliti ingin
mengetahui besarnya pengaruh mutu pembelajaran menurut persepsi guru, baik
faktor yang berasal dari dalam maupun faktor yang berasal dari luar. Pengaruh
supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi
guru belum pernah diteliti sehingga peneliti ingin mengetahui seberapa besar
pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap mutu pembelajaran.
3
Suhadi dkk. (2014:46) telah melakukan penelitian yang menjelaskan bahwa faktor
yang mempengaruhi mutu pembelajaran, antara lain: (a) motivasi siswa,
(b) motivasi guru, (c) kompetensi guru dan (d) lingkungan sekolah. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa motivasi dan kompetensi guru MTs Negeri di
Kabupaten Bekasi perlu ditingkatkan baik yang terkait dengan pengembangan
diri, maupun dengan pembinaan hubungan dengan orang lain.
Deming (2018:35) menjabarkan bahwa mutu pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu sistem, pengetahuan, variasi dan pihak-pihak yang terkait
dalam proses pembelajaran. Suhadi dkk (2014:48) menjelaskan bahwa mutu
pembelajaran merupakan perpaduan antara proses dan hasil belajar yang dicapai
peserta didik dengan dukungan pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya.
Kusumawati (2016:93) menerangkan bahwa mutu pembelajaran merupakan suatu
standar yang dalam pencapaian tujuannya harus dimulai dari menganalisis setiap
komponen yang mempengaruhinya.
Menurut Suti (2011:2), mutu pembelajaran merupakan standar yang dapat
berdaya guna untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dan untuk
mencetak lulusan yang baik. Mulyono (2008:29) mengungkapkan bahwa konsep
kualitas pembelajaran terdiri dari lima faktor, yaitu pembelajaran, kesesuaian,
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Menurut Jannah (2010:60), mutu
pembelajaran adalah pembahasan mengenai bagaimana kegiatan pembelajaran
yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta dapat menghasilkan
keluaran yang baik pula.
4
Wahyuni (2012:3) menyatakan bahwa mutu pembelajaran yang baik dicapai jika
suatu pembelajaran dilakukan dengan mengaplikasikan kurikulum sehingga
menghasilkan lulusan yang baik. Di sisi lain, mutu pembelajaran menurut Sallis
(2014:13) adalah sesuatu yang dapat diketahui dengan mengukur dan memastikan
kesesuaian dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam penelitian.
Supervisi pendidikan berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Tjalla (2010:2)
telah melakukan penelitian yang menyatakan faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran, antara lain: (a) sarana dan pra sarana, (b) motivasi siswa,
(c) motivasi guru, (d) metode pembelajaran dan (e) supervisi kepala sekolah. Hasil
penelitian ini adalah adanya berbagai kendala yang perlu diupayakan untuk
diperbaiki pelaksanaannya sehingga dapat berkontribusi positif dalam peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah.
Pidarta (2009:2) menggambarkan supervisi sebagai kegiatan membina para
pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran. Anissyahmai (2016:315)
menjelaskan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan yang dilaukukan untuk
meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah, dan
warga sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas.
Anisari, Purwanti dan Masrur (2017:3) merumuskan bahwa supervisi merupakan
pendorong guru utuk menjadi lebih berdaya, lebih efektif dan menjadikan
pengajaran lebih baik. Nugraha (2014:46) menyatakan bahwa supervisi lebih
menekankan kepada persahabatan dan kekeluargaan yang dilandasi oleh
pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik di antara guru-guru karena
bersifat demokratis.
5
Makawimbang (2012:86) menjelaskan bahwa supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah
akademik yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu. Elliott
et al. (2010:5) berpendapat bahwa supervisi akademik ini yang menghasilkan guru
yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu lulusan. Pendapat lain
diungkapkan oleh Musungu dan Nasongo (2008:16) yang menyatakan supervisi
akademik merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat kualitas guru dan mutu
pembelajaran. Ginawati (2014:40) juga mengungkapkan bahwa supervisi
akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran.
Kepemimpinan guru berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Sastrawan
(2016:66) telah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi mutu pembelajaran, antara lain: (a) peserta didik,
(b) kepemimpinan guru dan (c) motivasi guru. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa, sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas masih
rendah, persiapan guru untuk melaksanakan pengajaran kurang baik, serta
motivasi mengajar guru juga belum baik.
Hallinger (2003:331) berpendapat bahwa kepemimpinan instruksional sangat
mempengaruhi kualitas hasil sekolah. Harris (2013:85) mengatakan bahwa para
peneliti telah menyimpulkan bahwa kepemimpinan guru merupakan faktor yang
sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Hariri
(2011:26), kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting untuk diteliti.
6
Galland (2008:5) menyatakan bahwa kepemimpinan guru bukanlah konsep baru
dan telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai kepemimpinan guru.
Gonzales dan Lambert (2014:8) berpendapat bahwa kepemimpinan guru
merupakan salah satu hal yang penting sebagai pemimpin untuk memimpin di
kelas. Moller dan Pankake (2013:31) merumuskan jika kepemimpinan guru
semakin baik, maka suatu sekolah dapat menjadi lebih baik.
Menurut Lee, et al. (2012:588), kepemimpinan pembelajaran sangat
mempengaruhi peningkatan mutu dalam suatu lembaga pendidikan. Usman dan
Raharjo (2013:2) mengatakan bahwa kepemimpinan pembelajaran merupakan
komponen paling penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Senada
dengan hal tersebut, Fanani, dkk (2014:130) juga berpendapat bahwa
kepemimpinan pembelajaran merupakan kepemimpinan yang paling efektif untuk
memperbaiki kualitas siswa. Menurut Siregar (2014:2), kepemimpinan
pembelajaran berpengaruh positif terhadap motivasi kerja sehingga sangat
mempengaruhi hasil prestasi siswa. Surachmi (2011:436) juga sependapat bahwa
kepemimpinan dalam pembelajaran memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
prestasi belajar siswa. Wibowo (2016:197) menjelaskan bahwa kepemimpinan
pembelajaran juga dipahami sebagai seperangkat program dan tindakan yang
mengarahkan kepada cara meningkatkan prestasi peserta didik, dan menempatkan
kualitas pembelajaran sebagai pusat agenda pendidikan.
Motivasi berprestasi guru berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Eryadini
(2017:50) telah melakukan penelitian yang menyatakan faktor yang
mempengaruhi mutu pembelajaran, antara lain: (a) kompetensi dosen, (b) motivasi
7
dosen, (c) komunikasi dosen dan (d) suasana akademik. Hasil penelitian ini adalah
kompetensi dosen memiliki hubungan yang efektif dan berpengaruh signifikan
terhadap mutu pembelajaran.
Menurut McClelland (1987:40), motivasi berprestasi didefinisikan sebagai
usaha mencapai keberhasilan dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan
yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Wardana
(2013:101) juga sependapat bahwa motivasi berprestasi yang tinggi pada guru
akan membawa dampak positif bagi proses belajar mengajar di sekolah dan
meningkatkan daya saing guru. Liana (2012:16) mengatakan bahwa motivasi
berprestasi guru adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seorang guru
untuk berprestasi dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan.
Harjanto (2015:461) menyatakan bahwa motivasi berprestasi guru merupakan
sebuah determinan yang penting bagi kinerja individual yang dapat meningkatkan
mutu pembelajarn. Pendapat yang lebih rinci dikemukakan oleh Siburian
(2012:77) bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi guru yang
tinggi adalah jika seorang guru bersedia memikul tanggung jawab sebagai
konsekuensi usahanya untuk mencapai tujuan, berani mengambil resiko yang
sudah diperhitungkan, bersedia mencari informasi untuk mengukur
kemajuannya, dan ingin kepuasan dari apa yang telah dikerjakannya.
Pada umumnya penelitian mengenai mutu pembelajaran dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat mutu
pembelajaran diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan
8
banyaknya faktor yang mempengaruhi seperti supervisi akademik kepala sekolah,
kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian yang akan dilakukan belum pernah dilakukan di provinsi Lampung,
Indonesia. Berdasarkan penjelasan yang ada di latar belakang, permasalahan yang
berkaitan dengan mutu pembelajaran adalah:
1.2.1 Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah belum baik.
1.2.2 Kepemimpinan guru di dalam kelas belum baik.
1.2.3 Motivasi guru untuk berprestasi yang masih rendah.
1.2.4 Motivasi siswa untuk berprestasi yang masih rendah.
1.2.5 Sarana dan prasana yang dilmiliki sekolah belum baik.
1.2.6 Metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas belum baik.
1.2.7 Komunikasi yang dilakukan oleh guru di kelas belum baik.
1.2.8 Suasana akademik yang diterapkan di sekolah belum baik
1.2.9 Kompetensi yang dimiliki guru belum baik.
1.2.10 Lingkungan di sekitar sekolah belum baik.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah dan tidak
menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Permasalahan pada penelitian ini
dibatasi oleh supervisi akademik kepala sekolah (X1), kepemimpinan guru (X2)
dan motivasi berpestasi guru (X3) terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di
Kota Bandar Lampung (Y).
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka peneliti menetapkan beberapa rumusan pokok permasalahan
adalah:
1.4.1 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap
mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung?
1.4.2 Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan guru terhadap mutu
pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung?
1.4.3 Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap mutu
pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung?
1.4.4 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah,
kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru terhadap mutu
pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan menjelaskan:
1.5.1 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran
SMP Negeri di Kota Bandar Lampung.
1.5.2 Pengaruh kepemimpinan guru terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di
Kota Bandar Lampung.
1.5.3 Pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran SMP
Negeri di Kota Bandar Lampung.
10
1.5.4 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan
motivasi berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di
Kota Bandar Lampung.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Adapun berbagai manfaat penelitian ini dijelaskan sebagai
berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu pendidikan khususnya manajemen
pendidikan dan menambah pengetahuan khususnya mengembangkan teori
supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru, motivasi
berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak,
antara lain:
1.6.2.1 Siswa
Untuk meningkatkan nilai hasil mutu pembelajaran yang diterima
agar menjadi lulusan yang semakin baik, berakhlak dan dapat
mengaplikasikan nilai-nilai baik dalam kehidupan bermasyarakat.
1.6.2.2 Guru
Untuk menjadi kontribusi dalam pengembangan kepemimpinan
guru dan motivasi berprestasi guru agar mencapai mutu
pembelajaran yang lebih baik.
11
1.6.2.3 Kepala Sekolah
Untuk dapat menjadi kontribusi dalam melaksanakan supervisi
akademik, peningkatan kepemimpinan guru dan motivasi
berprestasi guru agar dapat meningkatkan mutu sekolah.
1.6.2.4 Pengawas Sekolah
Untuk dapat menjadi kontribusi dalam peningkatan supervisi
akademik, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru agar
dapat meningkatkan mutu lulusan sekolah.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini terdiri dari:
1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan
khususnya manajemen pendidikan. Penelitian ini merupakan bagian dari
manajemen sumber daya manusia karena membahas supervisi akademik,
kepemimpinan dan motivasi berprestasi.
1.7.2 Ruang Lingkup Subyek
Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah guru SMP Negeri di
Kota Bandar Lampung.
1.7.3 Ruang Lingkup Obyek
Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah supervisi akademik
kepala sekolah (X1), kepemimpinan guru (X2), motivasi berprestasi guru
(X3) terhadap mutu pembelajaran (Y).
12
1.7.4 Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMP Negeri di Kota
Bandar Lampung.
1.7.5 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dengan surat izin penelitian yang telah
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung pada bulan Desember 2018 sampai Februari 2019.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mutu Pembelajaran
Mutu pembelajaran di sekolah merefleksikan keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Deming (2018:35) menjabarkan bahwa mutu
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sistem, pengetahuan, variasi
dan pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Menurut Suhadi, dkk.
(2014:48), mutu pembelajaran merupakan perpaduan antara proses dan hasil
belajar yang dicapai peserta didik dengan dukungan pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya. Pembelajaran dikatakan bermutu jika semua unsur
termasuk peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan mampu
menunjukkan kinerja terbaiknya dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
Kusumawati (2016:93) menerangkan bahwa mutu pembelajaran merupakan suatu
standar yang dalam pencapaian tujuannya harus dimulai dari menganalisis setiap
komponen yang mempengaruhinya. Menurut Suti (2011:2), mutu pembelajaran
merupakan standar yang dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses
produksi dan untuk melahirkan produk yang sesuai, yaitu yang menguasai
standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan dasar.
Mulyono (2008:29) mengungkapkan bahwa konsep kualitas pembelajaran terdiri
dari lima faktor, yaitu pembelajaran, kesesuaian, efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas. Menurut Jannah (2010:60), mutu pembelajaran adalah pembahasan
14
mengenai bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan
dengan baik serta dapat menghasilkan keluaran yang baik pula. Wahyuni (2012:3)
menyatakan bahwa mutu pembelajaran yang baik dicapai jika suatu
pembelajaran diselenggarakan dengan mengaplikasikan kurikulum sehingga
menghasilkan lulusan yang baik. Di lain sisi, mutu pembelajaran menurut Sallis
(2014:13) adalah sesuatu yang dapat diketahui dengan mengukur dan memastikan
kesesuaian dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam pendidikan.
Mengacu dari beberapa pengertian mutu pembelajaran yang telah dikemukakan
oleh para ahli, maka dapat disintesiskan bahwa mutu pembelajaran adalah
kemampuan yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan pembelajarannya
secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan manfaat yang bernilai tinggi
bagi pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
2.1.1 Indikator Mutu Pembelajaran
Mulyono (2008:29) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran terdiri dari
lima indikator, yaitu: 1) kesesuaian, 2) pembelajaran, 3) efektivitas, 4) efisiensi
dan 5) produktivitas. Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada
kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang
harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, proses
pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan dalam suasana tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana
pembelajaran tertentu tertentu pula. Oleh karena itu, keberhasilan mutu
pembelajaran sangat tergantung pada: guru, siswa, sarana pembelajaran,
15
lingkungan kelas, dan budaya kelas. Semua indikator tersebut harus saling
mendukung dalam sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang bermutu.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran
Hadi (2009) menjelaskan bahwa dalam suatu pembelajaran, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran, yaitu: 1) tujuan, 2) guru,
3) siswa, 4) sarana dan prasarana, 5) kegiatan pembelajaran, 6) lingkungan,
7) bahan dan alat evaluasi dan 8) suasana evaluasi.
Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh
guru yang secara langsung mempengaruhi kegiatan belajar anak didik.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau
kemampuan guru. Latar belakang siswa meliputi jenis kelamin siswa, tempat
kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dan lain-
lain juga sangat menentukan mutu pembelajaran. Sarana dan prasarana yang baik
sangat penting dalam mencapai mutu pembelajaran yang baik. Strategi
penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas hasil pembelajaran.
Lingkungan, bahan, alat dan suasana evaluasi mempunyai peranan yang penting
untuk pencapaian mutu pembelajaran yang baik.
2.2.1 Pengertian Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Pidarta (2009:2) menggambarkan supervisi sebagai kegiatan membina para
pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran. Anissyahmai (2016:315)
menjelaskan bahwa supervisi pendidikan merupakan kegiatan yang dilaukukan
untuk meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru dan warga
16
sekolah agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas. Anisari, Purwanti dan
Masrur (2017:3) menyatakan bahwa supervisi merupakan pendorong guru utuk
menjadi lebih berdaya, lebih efektif dan menjadikan pengajaran lebih baik.
Nugraha (2014:6) mengemukakan bahwa supervisi lebih menekankan kepad
persahabatan dan kekeluargaan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan
kerjasama yang lebih baik di antara guru-guru karena bersifat demokratis.
Makawimbang (2012:86) merumuskan bahwa supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah
akademik yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
Elliott, et al. (2010:135) menyatakan bahwa supervisi akademik ini yang
menghasilkan guru yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu lulusan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Musungu and Nasongo (2008:3), mereka
menyatakan supervisi akademik merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat
kualitas guru dan mutu pembelajran. Ginawati (2014:40) juga mengungkapkan
bahwa supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran.
Mengacu dari beberapa pengertian supervisi akademik yang telah dikemukakan
oleh para ahli, maka dapat disintesiskan bahwa supervisi akademik kepala
sekolah adalah kegiatan yang berupa bimbingan kepada bawahan untuk
mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai
dengan tujuan yang diharapakan.
17
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007,
tujuan dan fungsi supervisi akademik yaitu :
1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dankecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun matapelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.2) Memahami konsep, prinsip, teori atau teknologi, karakteristik dankecenderungan perkembangan proses pembelajaran atau bimbingan tiapmata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolahmenengah yang sejenis.3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalamrumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenisberlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, danprinsip-prinsip pengembangan KTSP.4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan teknikpembelajaran atau bimbingan yang dapat mengembangkan berbagaipotensi siswa melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaranyang relevan di sekolah menengah yang sejenis.5) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaranuntuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenis.6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatanpembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan atau di lapangan)untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenis.7) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan danmenggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiapmata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolahmenengah yang sejenis.8) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalampembelajaran tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaan yangrelevan di sekolah menengah yang sejenis.
Prasojo (2011:3) menjelaskan bahwa ada tiga tujuan yang diperoleh dengan
diadakannya kegiatan supervisi akademik antara lain: membantu guru
18
mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik,
memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah dan sebagai pendorong guru
untuk menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Pidarta (2009) mengemukakan beberapa fungsi dari supervisi
akademik yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif,
menekankan pada aspek positif, mengetahui bagaimana situasi pada umumnya
dan memperoleh bimbingan dalam pembinaan guru.
2.2.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Kiflih (2016) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip supervisi akademik yang
harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik yang dilakukan oleh
kepala sekolah, antara lain: praktis, sistematis, objektif, realistis, antisipatif,
konstruktif, kooperatif, kekeluargaan, demokratis, aktif, humanis,
berkesinambungan, terpadu dan komprehensif. Jika seluruh prinsip supervisi
akademik diterapkan dengan baik, maka akan menciptakan hasil maksimal yang
berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar.
2.2.4 Indikator Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Rahmania (2015:25) menyatakan bahwa ada dua indikator dari supervisi
akademik kepala sekolah. Indikator yang pertama adalah melakukan supervisi
sesuai dengan prosedur dengan berbagai sub indikator yang meliputi:
a) merencanakan supervisi sesuai dengan kebutuhan guru, b) melakukan supervisi
dengan teknik yang tepat, c) menindaklanjuti hasil supervisi. Indikator kedua
adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan sesuai prosedur dengan
berbagai sub indikator yang meliputi: a) menyusun standar kinerja program
19
pendidikan yang dapat diukur dan dinilai, b) mampu melakukan monitoring dan
evaluasi kinerja dengan teknik yang sesuai, c) menyusun laporan sesuai dengan
standar laporan monitoring dan evaluasi.
2.2.5. Pendekatan dalam Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi sering didasarkan
pada prinsip-prinsip psikologis. Menurut Glickman (2009), terdapat beberapa
pendekatan yang dapat digunakan oleh supervisor dalam melaksanakan
kegiatan supervisi akademik yaitu pendekatan langsung, pendekatan tidak
langsung dan pendekatan kolaboratif.
2.2.6. Teknik Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Prasojo (2011:5) menjelaskan bahwa ada dua macam teknik supervisi akademik,
yaitu teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual yaitu
dengan kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar
kelas dan lain-lain. Teknik supervisi kelompok dapat dilakukan dengan
kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium kurikulum, baca terpimpin, kuliah,
darmawisata, demonstrasi pembelajaran, diskusi panel dan lain-lain.
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran
Hallinger (2003:331) berpendapat bahwa kepemimpinan instruksional sangat
mempengaruhi kualitas hasil sekolah. Harris (2013:85) mengatakan bahwa para
peneliti telah menyimpulkan bahwa kepemimpinan guru merupakan faktor yang
sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Hariri
(2011:26), kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting untuk diteliti.
20
Galland (2008:5) menyatakan bahwa kepemimpinan guru bukanlah konsep baru
dan telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai kepemimpinan guru.
Gonzales dan Lambert (2014:8) berpendapat bahwa kepemimpinan guru
merupakan salah satu hal yang penting sebagai pemimpin untuk memimpin di
kelas. Moller dan Pankake (2013:31) merumuskan jika kepemimpinan guru
semakin baik, maka sekolah dapat menjadi lebih baik.
Menurut Bush (2014:443), kepemimpinan instruksional guru merupakan pengaruh
pemimpin yang memfokuskan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran.
Menurut Lee, et al. (2012:588), kepemimpinan instruksional guru sangat
mempengaruhi peningkatan mutu dalam lembaga pendidikan. Usman dan Eko
Raharjo (2013:2) mengatakan bahwa kepemimpinan instruksional guru
merupakan komponen paling penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Senada dengan hal tersebut, Fanani, dkk. (2014:130) juga berpendapat bahwa
kepemimpinan instruksional guru merupakan kepemimpinan yang paling efektif
untuk memperbaiki kualitas siswa.
Menurut Siregar (2014:2), kepemimpinan kepemimpinan instruksional guru
berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja sehingga sangat
mempengaruhi hasil prestasi siswa. Surachmi (2011:436) juga sependapat bahwa
kepemimpinan instruksional guru memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
prestasi belajar siswa. Wibowo (2016:197) juga berpendapat bahwa
kepemimpinan instruksional guru juga dipahami sebagai seperangkat program dan
tindakan yang mengarahkan ke cara meningkatkan prestasi peserta didik, dan
menempatkan kualitas pembelajaran sebagai pusat agenda pendidikan.
21
Mengacu dari beberapa pengertian kepemimpinan instruksional guru yang telah
dijelaskan oleh para ahli, maka dapat disintesiskan bahwa kepemimpinan
instruksional guru adalah upaya memimpin para siswa di kelas yang memiliki
fokus pada pengajaran dan pembelajaran sehingga akan dapat memperbaiki
prestasi belajar para siswa.
2.3.2 Tujuan Kepemimpinan Instruksional Guru
Usman (2015) menjelaskan bahwa tujuan utama kepemimpinan instruksional guru
adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu
mengembangkan potensi kualitas dasar dan kualitas instrumentalnya untuk
menghadapi masa depan yang belum diketahui dan penuh dengan tantangan-
tantangan yang bervariasi. Dengan kata lain, tujuan kepemimpinan instruksional
guru adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya ada banyak
peningkatan dalam prestasi belajar, kepuasan belajar, motivasi belajar, rasa ingin
tahu, kreatifitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk belajar secara
terus-menerus. Dengan kepemimpinan istruksional yang baik, maka akan
berdampak pada peningkatan sekolah dalam mencapai visi dan misi.
2.3.3 Indikator Kepemimpinan Instruksional Guru
Peariso (2011:35) menjelaskan bahwa ada beberapa indikator kepemimpian
instruksional guru antara lain: a) mengkoordinasikan kurikulum, b) memonitor
kemajuan siswa, c) menjaga waktu instruksional, d) mempertahankan kehadiran,
e) memberi penilaian kepada siswa dan f) mengembangkan profesionalisme guru.
2.3.4 Pentingnya Kepemimpinan Instruksional Guru
22
Mulyana (2015:8) menjelaskan pentingnya kepemimpinan instruksional guru
adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kepemimpinan dalam
pembelajaran mampu memberikan dorongan dan arahan terhadap seluruh warga
sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya. Kepemimpinan
instruksional juga memfokuskan dalam kegiatan-kegiatan untuk menuju
pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah.
2.4.1 Pengertian Motivasi Berprestasi Guru
Menurut McClelland (1987: 40), motivasi berprestasi didefinisikan sebagai
usaha mencapai sukses dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang
dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Wardana (2013:101)
berpendapat bahwa motivasi berprestasi yang tinggi pada guru akan
membawa dampak positif bagi proses belajar mengajar di sekolah dan
meningkatkan daya saing guru. Liana (2012:16) mengatakan bahwa motivasi
berprestasi guru adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seorang guru
untuk berprestasi dan berusaha berprestasi dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Harjanto (2015:461) menyatakan bahwa motivasi berprestasi guru merupakan
sebuah determinan yang penting bagi kinerja individual yang dapat meningkatkan
mutu pembelajaran. Pendapat yang lebih rinci dikemukakan oleh Siburian
(2012:77) bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi guru yang
tinggi adalah jika seorang guru bersedia memikul tanggung jawab, berani
mengambil resiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari informasi
untuk mengukur kemajuannya dan ingin mencapai kepuasan kerja.
23
Dari uraian tersebut dapat disintesiskan bahwa motivasi berprestasi guru
merupakan suatu dorongan yang berhubungan dengan bagaimana seorang
guru melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih cepat, lebih efisien
dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai usaha
mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran
keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri.
2.4.2 Karakteristik Motivasi Berprestasi Guru
McClelland (1987) mengemukakan bahwa ada 6 karakteristik individu yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu: 1) perasaan yang kuat untuk
mencapai tujuan, 2) bertangung jawab, 3) evaluatif, 4) mengambil resiko
“sedang”, 5) kreatif dan inovatif dan 6) menyukai tantangan.
McClelland (1987) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia
terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu: 1) kebutuhan akan prestasi, 2) kebutuhan
akan afiliasi dan 3) kebutuhan akan kekuasaan.
Kebutuhan akan prestasi berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Bagi orang
yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, akan memilih tugas dengan
tingkat kesuitan yang moderat. Kebutuhan affiliasi yang tinggi membutuhkan
hubungan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain.
Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seorang karyawan serta mengarahkan semua kemampuan demi
mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam suatu organisasi. Hal ini
menimbulkan adanya persaingan secara sehat antar satu dengan yang lainnya.
24
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Guru
Menurut Djaali (2008:101), faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik ini terdiri dari tujuan
yang ditetapkan, harapan yang diinginkan, cita-cita, harga diri yang tinggi, rasa
takut untuk sukses, dan potensi dasar yang dimiliki. Faktor ekstrinsik ini terdiri
dari faktor situasional, norma kelompok, resiko yang ditimbulkan sebagai akibat
dari prestasi yang diperoleh, sikap terhadap kehidupan.
McClelland (1987) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang antara lain: a) pengalaman pada
tahun pertama kehidupan; b) latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan;
c) peniruan tingkah laku; d) lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
dan e) harapan orangtua terhadap anaknya.
Dengan perbedaan pengalaman masa lalu, maka akan menyebabkan terjadinya
perbedaan seseorang terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi.
Jika seseorang ada dalam budaya yang mengutamakan sikap kerja keras,
kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan
masalah secara mandiri, maka seseorang akan berkecenderungan akan hasrat
prestasi yang tinggi. Peniruan tingkah laku seseorang juga sangat berpengaruh
untuk dapat berprestasi. Jika seseorang berada di lingkungan proses pembelajaran
yang menyenangkan, memberi semangat dan sikap optimisme dalam belajar,
maka akan dapat menambah motivasi untuk berprestasi. Harapan orangtua yang
besar terhadap anaknya juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk
berprestasi. Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang
25
untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk dapat melakukan
usaha-usaha yang mengarah pada pencapaian prestasi yang diinginkan.
2.4.4. Indikator Motivasi Berprestasi Guru
Rahmania (2015:36) menyatakan bahwa ada berbagai indikator dari motivasi
berprestasi guru, yaitu: (1) upah yang adil dan layak, (2) kesempatan untuk maju
atau promosi, (3) pengakuan sebagai individu, (4) keamanan bekerja, (5) tempat
kerja yang baik, (6) penerimaan oleh kelompok, (7) perlakuan yang wajar,
(8) pengakuan akan prestasi, (9) tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan
(10) melaksanakan tugas dengan target yang jelas.
Dengan adanya upah yang adil dan layak maka, akan mendorong seseorang untuk
berprestasi. Kesempatan yang maju akan mendorong seseorang untuk dapat lebih
meningkatkan prestasi. Pengakuan sebagai individu juga sangat penting bagi
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Adanya tempat kerja
yang aman, baik, diterima dalam kelompok, perlakuan yang wajar merupakan
indikator penting dalam meraih prestasi. Tanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas sesuai dengan target juga merupakan indikator dari seseorang yang memiliki
motivasi berperstasi yang tinggi.
2.5 Penelitian yang Relevan
Sastrawan (2016) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran, antara lain: (a) peserta didik, (b) kepemimpinan guru dan
26
(c) motivasi guru. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sikap
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas, persiapan guru dalam
melaksanakan pengajaran dan motivasi mengajar guru masih rendah.
Suhadi (2014) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran, antara lain: (a) motivasi siswa, (b) motivasi guru, (c) kompetensi
guru dan (d) lingkungan sekolah. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
motivasi dan kompetensi guru termasuk kategori sedang, yang menandakan
bahwa perlu ada peningkatkan dalam motivasi dan kompetensi guru.
Eryadini (2017) merumuskan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran antara lain: (a) kompetensi dosen, (b) motivasi dosen dan
(c) suasana akademik. Hasil penelitian ini adalah kompetensi dosen mempunyai
hubungan yang efektif dan pengaruh signifikan terhadap mutu pembelajaran.
Tjalla (2010) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu
pembelajaran, antara lain: (a) sarana dan prasarana, (b) motivasi siswa,
(c) motivasi guru, (d) metode pembelajaran dan (e) supervisi akademik kepala
sekolah. Hasil penelitian ini adalah sarana dan pra sarana belum baik, perlu
diupayakan untuk diperbaiki pelaksanaannya sehingga dapat berkontribusi positif
dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Rahmania (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan
regresi yang linear serta korelasi yang positif antara konsep diri, motivasi
berprestasi guru dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi
pedagogik guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi akademik kepala
27
sekolah yang memiliki pengaruh paling kecil terhadap kompetensi pedagogik
guru.
Triyono (2011) merumuskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
komunikasi interpersonal, komitmen organisasi dan motivasi berprestasi guru
terhadap kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
interpersonal yang memiliki pengaruh paling kecil terhadap kinerja guru.
Bush (2014) menyatakan bahwa kepemimpinan instruksional dan
transformasional adalah dua kepemimpinan yang paling penting dalam dunia
pendidikan. Kepemimpinan instruksional mengutamakan arah pengaruh
pemimpin karena fokusnya pada peningkatan pengajaran dan pembelajaran
sedangkan kepemimpinan transformasional mengutamakan bagaimana para
pemimpin memberikan pengaruh mereka pada pengikut.
Provast (2010) menjelaskan bahwa peran kepala sekolah dalam keberhasilan
siswa mendapatkan perhatian yang meningkat. Pelaksanaan kegiatan supervisi
kepala sekolah yang baik dan benar dapat berdampak besar pada keberhasilan
pencapaian siswa. Oleh karena itu, peran kepala sekolah sangat menentukan
dalam kesuksesan sekolah.
Walker (2012) telah mengadakan penelitian mengenai kepemimpinan
instruksional. Penerapan kepemimpinan instruksional menentukan dalam
peningkatkan hasil belajar siswa. Kepemimpinan instruksional menjadi pusat
perhatian karena dapat meningkatkan kualitas sekolah Hal ini berdampak positif
bagi sekolah dalam peningkatan prestasi akademik.
28
Supovitz (2010) merumuskan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemimpinan dan mutu pembelajaran. Dengan adanya peningkatan
kualitas kepemimpinan, maka akan ada peningkatan dalam mutu pembelajaran.
2.6 Kerangka Pemikiran
Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa kerangka berfikir yang baik merumuskan
secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar
variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk paradigma penelitian.
1. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran SMP
Negeri di Kota Bandar Lampung.
Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang paling menentukan atas
keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan supervisi akademik
diselenggarakan dengan tujuan untuk memonitor kegiatan belajar mengajar
di sekolah. Supervisi akademik merupakan salah satu hal yang harus
dilaksanakan oleh seorang kepala sekolah untuk mencapai visi dan misi
sekolah. Dengan adanya supervisi akademik yang baik maka akan
meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh
positif dan signifikan, supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu
pembelajaran.
2. Pengaruh kepemimpinan guru terhadap terhadap mutu pembelajaran SMP
Negeri di Kota Bandar Lampung.
29
Kepemimpinan guru dalam pembelajaran merupakan upaya memimpin guru
agar mengajar lebih baik yang akan dapat memperbaiki prestasi belajar
siswanya. Jika penerapan kepemimpinan guru dalam pembelajaran baik, maka
akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, sebaliknya jika penerapan
kepemimpinan guru dalam pembelajaran tidak baik, maka tidak akan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh
kepemimpinan guru terhadap mutu pembelajaran.
3. Pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap terhadap mutu pembelajaran SMP
Negeri di Kota Bandar Lampung.
Motivasi berprestasi merupakan usaha mencapai sukses atau berhasil dalam
kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang
lain maupun prestasi sendiri. Seorang guru bekerja tidak hanya karena ingin
dipuji atau untuk mendapatkan imbalan, tetapi lebih dari itu karena tuntutan
profesinya. Beberapa hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi
berprestasi guru, antara kesempatan untuk berkompetensi secara sehat,
kepercayaan menerima tanggung jawab dengan resiko sedang, menerima
umpan balik dari prestasi yang dicapai. Seorang guru yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi maka akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh positif motivasi berprestasi guru
terhadap mutu pembelajaran.
4. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi
berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar
Lampung.
30
Supervisi kepala sekolah sangat penting untuk memonitor seluruh kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Kepemimpinan guru dalam pembelajaran sangat
menentukan pencapaian prestasi siswa. Kepemimpinan guru yang baik akan
tercapai jika siswa dapat meraih prestasi dari hasil belajar tersebut. Motivasi
berprestasi guru juga merupakan suatu hal penting untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang baik. Dengan memiliki motivasi berprestasi guru yang
tinggi, maka akan dapat memaksimalkan potensi guru dalam pengajaran di
dalam kelas sehingga akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan
demikian, diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi
akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru
terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung.
Gambar 2.1 Skema Paradigma Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka diasumsikan bahwa ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah, kepemimpinan guru dan
motivasi berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota
Bandar Lampung.
31
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu dugaan yang mungkin benar atau salah. Dugaan tersebut
akan ditolak jika salah dan akan diterima jika ada fakta-fakta yang
membenarkannya (Sugiyono, 2010). Berdasarkan kajian teori di atas dan hasil
penelitian yang relevan sebagaimana diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu
pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung.
2. Terdapat pengaruh kepemimpinan guru terhadap mutu pembelajaran SMP
Negeri di Kota Bandar Lampung.
3. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap mutu pembelajaran
SMP Negeri di Kota Bandar Lampung.
4. Terdapat pengaruh antara supervisi akademik kepala sekolah,
kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru terhadap mutu
pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono
(2010:12) berpendapat bahwa metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif
dengan metode pendekatan ex post facto. Menurut Sugiyono (2010:11), peneltian
asosiatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel
atau lebih. Menurut Sugiyono (2010:7), penelitian ex post facto adalah penelitian
yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian meruntut
ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut. Prajitno (2013:15) menyatakan bahwa penelitian ex-post facto
merupakan penelitian dimana variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai
dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Penelitian kuantitatif
berkaitan erat dengan teknik-teknik survei sosial termasuk wawancara, kuesioner
dan lain-lain. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner,
kemudian analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 22.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas yaitu supervisi
akademik kepala sekolah (X1), kepemimpinan guru (X2) dan motivasi berprestasi
guru (X3) terhadap variabel terikat yaitu mutu pembelajaran SMP Negeri di Kota
Bandar Lampung (Y).
33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMP Negeri di Kota Bandar
Lampung.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Nama Kecamatan Nama Sekolah Jumlah Guru Total JumlahGuru
1 Rajabasa SMPN 2SMPN 22
5256
108
2 Langkapura SMPN 7 45 453 Labuhan Ratu SMPN 34
SMPN 83454
88
4 Kemiling SMPN 13SMPN 14SMPN 26SMPN 28
61604141
203
5 Kedamaian SMPN 5 80 806 Enggal SMPN 1
SMPN 12SMPN 23SMPN 33SMPN 4
5655534157
262
7 Panjang SMPN 11SMPN 30SMPN 37
56327
95
8 Sukabumi SMPN 31 52 529 Sukarame SMPN 21
SMPN 24SMPN 29SMPN 36
52516123
187
10 Tanjung Senang SMPN 19SMPN 20
7073
143
11 Teluk Betung Barat SMPN 15 56 5612 Teluk Betung Utara SMPN 16
SMPN 17SMPN 18SMPN 35
46455117
159
13 Teluk Betung Selatan SMPN 3SMPN 6
5569
124
14 Teluk Betung Timur SMPN 27 35 3515 Tanjung Karang Barat SMPN 32
SMPN 103155
86
16 Tanjung Karang Pusat SMPN 25SMPN 9
4840
88
TOTAL 37 SMPN 1811 1811
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018).
34
3.2.2 Teknik Sampling
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling
random berdasarkan area (cluster sampling). Menurut Sugiyono (2010:217),
cluster sampling digunakan jika sumber data sangat luas. Teknik sampling area ini
dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penentuan daerah atau kecamatan dan
tahap penentuan sampel atau nama sekolah. Tahap penentuan sampel kecamatan
ini dilakukan secara acak. Dari 16 kecamatan, terpilih delapan kecamatan. Pada
tahap kedua, penentuan sampel juga ditentukan secara acak. Dari masing-masing
kecamatan yang sudah terpilih pada tahap pertama, dipilih satu sekolah sebagai
perwakilan dari setiap kecamatan. Jadi ada delapan SMPN yang terpilih menjadi
sampel dengan jumlah sebanyak 416 guru.
Tabel 3.2 Nama Wilayah Kecamatan Sampel Penelitian
No Nama Kecamatan Nama Sekolah Sampel Sekolah Jumlah Guru
1 Rajabasa SMPN 2SMPN 22
SMPN 22 56
2 Labuhan Ratu SMPN 34SMPN 8
SMPN 8 54
3 Kemiling SMPN 13SMPN 14SMPN 26SMPN 28
SMPN 28 41
4 Enggal SMPN 1SMPN 12SMPN 23SMPN 33SMPN 4
SMPN 1 56
5 Tanjung Karang Pusat SMPN 25SMPN 9
SMPN 25 48
6 Tanjung Karang Barat SMPN 32SMPN 10
SMPN 10 55
7 Teluk Betung Selatan SMPN 3SMPN 6
SMPN 3 55
8 Teluk Betung Utara SMPN 16SMPN 17SMPN 18SMPN 35
SMPN 18
TOTAL
51
416
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018).
35
3.2.3 Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2010:116) adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Untuk menentukan ukuran sampel
dari suatu populasi maka peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n = N
Nɖ2+1
Keterangan:
N : jumlah populasin : jumlah sampeld : presisi atau batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan
sebesar 0,05Sumber: Sugiyono (2010).
Dengan rumus tersebut, perhitunganya adalah sebagai berikut :
n = NNɖ2+1
n = 416416(0,05)2 + 1
n = 4162,04
n = 203,92
n = 204
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
acak yaitu pengambilan sampel dari populasi dengan cara acak dan proporsional
yang tersebar. Pengambilan sampel secara teknik sampling acak menggunakan
rumus sebagai berikut:
36
= n x Ni
NKeterangan:
: sampel (jumlah guru) pada kelas ke in : sampel penelitianN : populasi penelitianNi : populasi pada kelas ke iSumber: Sugiyono (2010)
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No Nama Kecamatan Sampel Sekolah Jumlah Guru Sampel Guru
1 Rajabasa SMPN 22 56 = 204 x 56 = 27416
2 Labuhan Ratu SMPN 8 54 = 204 x 54 = 26416
3 Kemiling SMPN 28 41 = 204 x 41 = 20416
4 Enggal SMPN 1 56 = 204 x 56 = 27416
5 Tanjung Karang Pusat SMPN 25 48 = 204 x 48 = 24416
6 Tanjung Karang Barat SMPN 10 55 = 204 x 55 = 27416
7 Teluk Betung Selatan SMPN 3 55 = 204 x 55 = 27416
8 Teluk Betung Utara SMPN 18
TOTAL
51
416
= 204 x 51 = 26416
204
Sumber: Hasil observasi dan perhitungan peneliti (2018).
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel terikat pada
penelitian ini adalah mutu pembelajaran.
37
a. Definisi Konseptual Variabel Mutu Pembelajaran (Y)
Mutu pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki sekolah dalam
menyelenggarakan pembelajarannya secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan manfaat yang bernilai tinggi bagi pencapaian tujuan pengajaran
yang telah ditentukan.
b. Definisi Operasional Variabel Mutu Pembelajaran (Y)
Definisi operasional variabel mutu pembelajaran adalah nilai total dari persepsi
guru tentang kemampuan yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan
pembelajarannya secara efektif dan efisien yang diukur melalui indikator
kesesuaian, daya tarik, efektifitas, efisiensi dan produktifitas pembelajaran dengan
menggunakan angka 1-5.
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Kuesioner Mutu Pembelajaran
No Indikator No Butir Jumlah
1 Kesesuaian 1,2,3,4,5 5
2 Daya tarik 6,7,8,9,10 5
3 Efektifitas 11,12,13,14 4
4 Efisiensi 15,16,17 35 Produktifitas pembelajaran 18,19,20 3
Jumlah 20
Variabel mutu pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala
Likert, dengan lima pilihan. Masing-masing pilihan diberi nilai dengan
pembobotan seperti tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Daftar Pembobotan Penilaian Mutu Pembelajaran
No Alternatif Jawaban Kode Bobot Nilai1. Sangat setuju SS 52. Setuju S 43. Ragu-ragu R 34. Tidak Setuju TS 25. Sangat tidak setuju STS 1
38
Variabel mutu pembelajaran berisi 20 butir pertanyaan sehingga secara teoritis
nilai yang diperoleh untuk setiap variabel mutu pembelajaran bervariasi antara
nilai minimal 20 dan nilai maksimal 100.
3.3.2 Variabel bebas (independent)
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah supervisi akademik kepala sekolah (X1), kepemimpinan guru (X2), dan
motivasi berprestasi guru (X3).
3.3.2.1. Variabel bebas Supervisi Akademik Kepala Sekolah
a. Definisi konseptual supervisi akademik kepala sekolah (X1)
Supervisi akademik kepala sekolah adalah kegiatan yang berupa bimbingan
kepada guru untuk mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang
lebih efektif dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b.Definisi operasional supervisi akademik kepala sekolah (X1)
Definisi operasional variabel supervisi akademik kepala sekolah adalah nilai total
dari persepsi guru tentang kegiatan yang berupa bimbingan kepada guru untuk
mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif melalui dua
indikator dengan menggunakan angka 1-5. Indikator yang pertama adalah
melakukan supervisi sesuai dengan prosedur dengan berbagai sub indikator yang
meliputi: a) merencanakan supervisi sesuai dengan kebutuhan guru, b) melakukan
supervisi dengan teknik yang tepat, c) menindaklanjuti hasil supervisi. Indikator
kedua adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan sesuai prosedur
39
dengan berbagai sub indikator yang meliputi: a) menyusun standar kinerja
program pendidikan yang dapat diukur dan dinilai, b) mampu melakukan
monitoring dan evaluasi kinerja dengan teknik yang sesuai, c) menyusun laporan
sesuai dengan standar laporan monitoring dan evaluasi. Kisi-kisi supervisi
akademik kepala sekolah tertera pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Supervisi Akademik Kepala Sekolah
No Indikator Sub indikator No Butir Jumlah
1. Melakukansupervisisesuai denganprosedur danteknik yangtepat
(a) Merencanakan supervisisesuai dengan kebutuhanguru
(b) Melakukan supervisidengan teknik yang tepat
(c) Menindaklanjuti hasilsupervisi
1, 2, 3
4, 5, 6
7, 8, 9
3
3
3
2. Melakukanmonitoring,evaluasi danpelaporansesuaiprosedur
(a) Menyusun standar kinerjaprogram pendidikan yangdapat diukur dan dinilai
(b) Mampu melakukanmonitoring dan evaluasikinerja dengan teknikyang sesuai
(c) Menyusun laporan sesuaidengan standar laporanmonitoring dan evaluasi
10, 11, 12,13
14, 15,16, 17
18, 19, 20
4
4
3
Jumlah 20
Variabel supervisi akademik kepala sekolah dalam penelitian ini akan diukur
menggunakan skala Likert, dengan lima pilihan. Masing-masing pilihan diberi
nilai dengan pembobotan seperti tertera pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Daftar Pembobotan Penilaian Supervisi Akademik Kepala Sekolah
No Alternatif Jawaban Kode Bobot Nilai1. Sangat setuju SS 52. Setuju S 43. Ragu-ragu R 34. Tidak Setuju TS 25. Sangat tidak setuju STS 1
40
Variabel supervisi akademik kepala sekolah berisi 20 butir pertanyaan sehingga
secara teoritis nilai yang diperoleh untuk variabel supervisi akademik kepala
sekolah akan bervariasi antara nilai minimal 20 dan nilai maksimal 100.
3.3.2.2 Variabel bebas Kepemimpinan Guru
a. Definisi konseptual kepemimpinan guru (X2)
Kepemimpinan guru adalah upaya memimpin para siswa di kelas yang memiliki
fokus pada pengajaran dan pembelajaran sehingga akan dapat memperbaiki
prestasi belajar para siswa.
b. Definisi operasional kepemimpinan guru (X2)
Definisi operasional variabel kepemimpinan guru adalah nilai total persepsi guru
tentang upaya memimpin para siswa di kelas yang memiliki fokus pada
pengajaran dan pembelajaran yang diukur melalui indikator mengkoordinasikan
kurikulum, memonitor kemajuan siswa, menjaga waktu instruksional,
mempertahankan kehadiran, memberi pennilaian kepada siswa dan
mengembangkan profesionalisme guru dengan menggunakan angka 1-5.
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Kuesioner Kepemimpinan Guru
No Indikator No Item Jumlah
1. Mengkoordinasikan kurikulum. 1, 2, 3 32. Memonitor kemajuan siswa. 4, 5, 6 33. Menjaga waktu instruksional. 7, 8, 9 34. Mempertahankan kehadiran. 10, 11, 12 35. Memberi penilaian kepada siswa. 13, 14, 15 36. Mengembangkan profesionalisme guru. 16, 17, 18,
19,205
Jumlah 20
41
Variabel kepemimpinan guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala
Likert, dengan lima pilihan. Masing-masing pilihan diberi nilai dengan
pembobotan seperti tertera pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Daftar Pembobotan Penilaian Kepemimpinan Guru
No Alternatif Jawaban Kode Bobot Nilai
1. Sangat setuju SS 5
2. Setuju S 4
3. Ragu-ragu R 3
4. Tidak Setuju TS 2
5. Sangat tidak setuju STS 1
Variabel kepemimpinan guru berisi 20 butir pertanyaan sehingga secara teoritis
nilai yang diperoleh untuk variabel kepemimpinan guru akan bervariasi antara
nilai minimal 20 dan nilai maksimal 100.
3.3.2.3 Variabel bebas Motivasi Berprestasi Guru
a. Definisi konseptual motivasi berprestasi guru (X3)
Motivasi berprestasi guru merupakan suatu dorongan yang berhubungan
dengan bagaimana seorang guru melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih
cepat, lebih efisien dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan
sebelumnya, sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi
dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain
maupun prestasi sendiri.
42
b. Definisi operasional variabel motivasi berprestasi guru (X3)
Definisi operasional variabel motivasi berprestasi guru adalah nilai total dari
persepsi guru tentang suatu dorongan yang berhubungan dengan bagaimana
seorang guru melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih cepat, lebih efisien
yang diukur melalui indikator upah yang adil dan layak, kesempatan untuk maju
atau promosi, pengakuan sebagai individu, keamanan bekerja, tempat kerja yang
baik, penerimaan oleh kelompok, perlakuan yang wajar, pengakuan akan prestasi,
tanggung jawab guru dalam menyelesaikan tugas dan melaksanakan tugas dengan
target dengan menggunakan angka 1-5.
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi Guru
No Indikator No Item Jumlah1 Upah yang adil dan layak 1, 2 22 Kesempatan untuk maju atau promosi 3, 4 23 Pengakuan sebagai individu 5, 6 24 keamanan bekerja 7, 8 25 Tempat kerja yang baik 9, 10 26 Penerimaan oleh kelompok 11,12 27 Perlakuan yang wajar 13,14 28 Pengakuan akan prestasi 15,16 29 Tanggung jawab guru dalam menyelesaikan tugas 17,18 2
10 Melaksanakan tugas dengan target yang jelas. 19,20 2Jumlah 20
Variabel motivasi berprestasi guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan
skala Likert, dengan lima pilihan. Masing-masing pilihan diberi nilai dengan
pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.
43
Tabel 3.11 Daftar Pembobotan Penilaian Motivasi Berprestasi Guru
No Alternatif Jawaban Kode Bobot Nilai1. Sangat setuju SS 52. Setuju S 43. Ragu-ragu R 34. Tidak Setuju TS 25. Sangat tidak setuju STS 1
Variabel motivasi berprestasi guru berisi 20 butir pertanyaan, sehingga secara
teoritis nilai yang diperoleh untuk variabel motivasi berprestasi guru akan
bervariasi antara nilai minimal 20 dan nilai maksimal 100.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid yang dapat
mendukung keberhasilan dalam penelitian.
3.4.1. Teknik Pokok
Teknik pokok dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Ini
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Menurut Sugiyono (2010:199), kuesioner merupakan instrumen penelitian yang
berisi serangkaian pernyataan yang akan dijawab oleh responden mengenai
kondisi kehidupan, keyakinan, atau sikap mereka dengan menggunakan skala
likert, yaitu sebuah alat ukur yang menetapkan subyek kepada kategori dengan
memberikan nomor atau angka pada kategori tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
termasuk kuesioner langsung dan tertutup. Kuesioner ini disebut kuesioner
langsung karena disebarkan langsung kepada responden. Kuesioner ini juga
44
disebut kuesioner tertutup karena responden terikat pada jawaban yang telah
disediakan.
3.4.2. Teknik Penunjang
Teknik penunjang dalam penelitian ini adalah dokumentasi, studi kepustakaan,
teknik-teknik tersebut digunakan sebagai data pelengkap. Metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah guru yang di teliti di SMP
Negeri Kota Bandar Lampung.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Penggunaan instrumen untuk mendapatkan data pada sampel yang telah
ditentukan harus diuji coba terlebih dahulu karena instrumen yang digunakan
tergolong non baku. Instrumen yang digunakan telah dikembangkan oleh peneliti
dengan memodifikasi instrumen yang telah ada. Nasution (2004:169) memberi
ciri-ciri harus memenuhi dua persyaratan penting, yakni valid dan reliabel.
3.5.1. Uji Validitas Instrumen
Arifin (2012:245) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu derajat ketetapan
instrumen yang bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Untuk menguji validitas
instrumen angket pada penelitian ini digunakan teknik korelasi Product Moment
dari Pearson.
45
Keterangan :rxy :koefisien korelasin : jumlah respondenx : skor butiry : skor totalSumber: Arifin (2012)
Kesesuaian nilai rxy yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan
rumus tersebut kemudian dikonsultasikan kepada tabel r kritik Product Moment
dengan kaedah keputusan sebagai berikut. Jika rhitung > rtabel , maka instrumen
tersebut dikategorikan valid. Tetapi sebaliknya, apabila rhitung < rtabel , maka
instrumen tersebut dikategorikan tidak valid dan tidak layak untuk digunakan
untuk pengambilan data. Reliabilitas bermakna bahwa suatu instrumen terpercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Menurut Arikunto (2010:86), suatu
instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila
instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Tabel 3.12 Daftar Interpretasi nilai r (Validitas Instrumen)
No Besarnya Nilai r Interpretasi
1 Antara 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi2 Antara 0,600 – 0,799 Tinggi3 Antara 0,400 - 0,599 Cukup Tinggi4 Antara 0,200 – 0,399 Rendah5 Antara 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2010)
46
3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Mutu Pembelajaran
Valid dan tidaknya butir pernyataan pada mutu pembelajaran dapat dilihat dengan
membandingkan antara rhitung dengan r tabel. Jika rhitung > r tabel pada taraf
signifikansi α = 0,05 maka butir pernyataan dinyatakan valid dan jika sebaliknya,
maka dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan secara lengkap validitas mutu
pembelajaran (Y) disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Mutu Pembelajaran
Norhitung rtabel Status
NoR hitung rtabel Status
1 0,476 0,444 Valid 11 0,557 0,444 Valid2 0,472 0,444 Valid 12 0,700 0,444 Valid3 0,582 0,444 Valid 13 0,782 0,444 Valid4 0,535 0,444 Valid 14 0,690 0,444 Valid5 0,479 0,444 Valid 15 0,542 0,444 Valid6 0,688 0,444 Valid 16 0,570 0,444 Valid7 0,678 0,444 Valid 17 0,503 0,444 Valid8 0,825 0,444 Valid 18 0,618 0,444 Valid9 0,685 0,444 Valid 19 0,449 0,444 Valid10 0,755 0,444 Valid 20 0,497 0,444 Valid
Sumber: Hasil Perhitungan Uji Coba dengan SPSS 22
Sesuai dengan perhitungan pada Tabel 3.13 dari 20 butir pernyataan yang
diajukan, diketahui bahwa semua nomor item dalam setiap pernyataan valid
sehingga semua dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Valid dan tidaknya butir pernyataan pada mutu pembelajaran dapat dilihat dengan
membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel pada taraf signifikasi
α = 0,05 maka butir pernyataan dinyatakan valid dan jika sebaliknya, maka
47
dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan secara lengkap validitas supervisi
akademik kepala sekolah (X1) dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Norhitung rtabel Status
NoR hitung rtabel Status
1 0,472 0,444 Valid 11 0,743 0,444 Valid2 0,552 0,444 Valid 12 0,857 0,444 Valid3 0,559 0,444 Valid 13 0,768 0,444 Valid4 0,672 0,444 Valid 14 0,557 0,444 Valid5 0,518 0,444 Valid 15 0,527 0,444 Valid6 0,619 0,444 Valid 16 0,614 0,444 Valid7 0,676 0,444 Valid 17 0,706 0,444 Valid8 0,811 0,444 Valid 18 0,721 0,444 Valid9 0,795 0,444 Valid 19 0,639 0,444 Valid10 0,738 0,444 Valid 20 0,549 0,444 Valid
Sumber: Hasil Perhitungan Uji Coba dengan SPSS 22
Sesuai dengan perhitungan pada Tabel 3.14 dari 20 butir pernyataan yang
diajukan, diketahui bahwa semua nomor item dalam setiap pernyataan valid
sehingga semua dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
3.5.1.3 Hasil Uji Validitas Kepemimpinan Guru
Valid dan tidaknya butir pernyataan pada kepemimpinan guru dapat dilihat
dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel pada taraf
signifikasi α = 0,05 maka butir pernyataan dinyatakan valid dan jika sebaliknya,
maka dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan secara lengkap validitas
Kepemimpinan Guru (X2) tertera pada Tabel 3.15.
48
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validitas Kepemimpinan Guru
No rhitung rtabel Status No rhitung rtabel Status
1 0,641 0,444 Valid 11 0,481 0,444 Valid2 0,681 0,444 Valid 12 0,592 0,444 Valid3 0,641 0,444 Valid 13 0,680 0,444 Valid4 0,495 0,444 Valid 14 0,675 0,444 Valid5 0,533 0,444 Valid 15 0,514 0,444 Valid6 0,581 0,444 Valid 16 0,574 0,444 Valid7 0,512 0,444 Valid 17 0,687 0,444 Valid8 0,783 0,444 Valid 18 0,587 0,444 Valid9 0,485 0,444 Valid 19 0,596 0,444 Valid10 0,675 0,444 Valid 20 0,596 0,444 Valid
Sumber: Hasil Perhitungan dengan SPSS 22
Sesuai dengan perhitungan pada Tabel 3.15 dari 20 butir pernyataan yang diajukan,
diketahui bahwa semua nomor item dalam setiap pernyataan valid sehingga semua
dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
3.5.1.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Berprestasi Guru
Valid dan tidaknya butir pernyataan pada mutu pembelajaran dapat dilihat dengan
membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel pada taraf signifikasi
α = 0,05 maka butir pernyataan dinyatakan valid dan begitu juga sebaliknya. Hasil
perhitungan validitas motivasi berprestasi guru ada pada Tabel 3.16.
3.16 Hasil Perhitungan Validitas Motivasi Berprestasi Guru
No rhitung rtabel Status No rhitung rtabel Status
1 0,946 0,444 Valid 11 0,754 0,444 Valid2 0,946 0,444 Valid 12 0,946 0,444 Valid3 0,946 0,444 Valid 13 0,684 0,444 Valid4 0,946 0,444 Valid 14 0,467 0,444 Valid5 0,825 0,444 Valid 15 0,946 0,444 Valid6 0,946 0,444 Valid 16 0,946 0,444 Valid7 0,676 0,444 Valid 17 0,762 0,444 Valid8 0,674 0,444 Valid 18 0,849 0,444 Valid9 0,451 0,444 Valid 19 0,449 0,444 Valid10 0,567 0,444 Valid 20 0,449 0,444 Valid
Sumber: Hasil Perhitungan dengan SPSS 22
49
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.16 dari 20 butir pernyataan yang diajukan,
diketahui bahwa semua nomor item dalam setiap pernyataan valid sehingga semua
dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu nilai. Reabilitas
berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan perhatian pada
masalah konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan (Sugiyono, 2010). Untuk mengukur reliable atau tidak reliable suatu
variabel dalam penelitian ini, menggunakan Cronbach Alpha dengan aplikasi
program SPSS 22. Dapat dikatakan reliabel jika memiliki Cronbach Alpha lebih
dari 0,60 (>0,60).
Hasil perhitungan nilai reliabilitas dibandingkan dengan rtabel rata-rata dengan
signifikasi 5% atau internal kepercayaan 95%. Jika nilai perhitungan lebih besar
dari rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Realibilitas instrumen hasil uji coba
kemudian diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.17.
Rumus :
R11 = x { 1-
}
Keterangan :
R11 : Nilai Reabilitas
Si : jumlah varians skor tiap-tiap item
St : varians total
k : jumlah item
Sumber: Sugiyono (2010)
50
Tabel 3.17 Daftar interpretasi nilai r (reliabilitas instrumen)
No Besarnya Nilai r Interpretasi
1 Antara 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
2 Antara 0,600 – 0,799 Tinggi
3 Antara 0,400 - 0,599 Cukup Tinggi
4 Antara 0,200 – 0,399 Rendah
5 Antara 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2010)
3.5.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Mutu Pembelajaran
Perhitungan reliabilitas instrumen untuk Mutu Pembelajaran (Y) dilakukan pada
20 butir pernyataan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS for windows versi 22. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh
koefisien reliabilitas instrumen mutu pembelajaran (Y) sebesar r11 = 0, 867. Hal
ini menunjukkan bahwa reliabilitas dari mutu pembelajaran (Y) sangat tinggi.
Tabel 3.18 Statistika reliabilitas mutu pembelajaran (Y)
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.867 .882 20
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22
3.5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Perhitungan reliabilitas instrumen untuk Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)
dilakukan pada 20 butir pernyataan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS for windows versi 22. Berdasarkan perhitungan yang
diperoleh, koefisien reliabilitas instrumen supervisi akademik kepala sekolah (X1)
51
sebesar r11 = 0, 897. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas dari supervisi
akademik kepala sekolah (X1) sangat tinggi.
Tabel 3.19 Statistika reliabilitas supervisi akademik kepala sekolah (X1)
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.897 .918 20
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22
3.5.2.3 Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Guru
Perhitungan reliabilitas instrumen untuk Kepemimpinan Guru (X2) dilakukan
pada 20 butir pernyataan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS for windows versi 22. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh,
koefisien reliabilitas instrumen kepemimpinan guru (X2) sebesar r11 = 0, 925. Hal
ini menunjukkan bahwa reliabilitas dari kepemimpinan guru (X2) sangat tinggi.
Tabel 3.20 Statistika reliabilitas kepemimpinan guru (X2)
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items.925 .931 20
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22
3.5.2.4 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Berprestasi Guru
Perhitungan reliabilitas instrumen untuk Motivasi Berprestasi Guru (X3)
dilakukan pada 20 butir pernyataan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS for windows versi 22. Berdasarkan perhitungan yang
diperoleh, koefisien reliabilitas instrumen motivasi berprestasi guru (X3) sebesar
r11 = 0,894. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas motivasi berprestasi guru (X3)
sangat tinggi.
52
Tabel 3.21 Statistika reliabilitas motivasi berprestasi guru (X3)
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Uji Prasyarat Analisis Data
Uji prasyarat analisis dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji linearitas.
Adapun pengertian dan uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
sebagai alat pengumpul data berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono
(2010:239), hal tersebut penting karena bila data setiap variabel tidak normal,
maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik parametik.
Statistik parametrik dapat digunakan jika sebuah data lolos uji normalitas dan
berdistribusi normal. Dalam hal ini, peneliti menggunakan aplikasi program
SPSS 22. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan uji Kolomogrov
Smirnov, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
a) Perumusan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi berdsitribusi tidak normal
b) Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar
c) Menentukan kumulatif proporsi (kp)
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.894 .910 20
53
d) Data ditransformasikan ke nilai baku Zi=e) Menentukan luas kurva Z (Z – tabel)
f) Menentukan a1 dan a2:
a2: selisih Z tabel dan kp pada batas atas (a2=absolut (kp-z-tab )
a1: selisih Z tabel dan kp pada batas bawah (a1= absolut (a2-fi/n)
g). Nilai mutlak maksimum dari a1 dan a2 dinotasikan dengan D0
h). Menentukan nilai D-tabel
i). Kriteria pengujian
Jika D0 ≤ D- tabel maka H0 diterima
Jika D0 ≥ D- tabel maka H0 ditolak
j) Kesimpulan
D0 ≤ D- tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
D0 ≥ D- tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Sugiyono (2010:229)
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan
persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain. Konsep dasar dari
uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi
data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.
2. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Sugiyono (2010:259), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatterplot. Deteksi ada
54
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika hasil dalam
grafik, sebaran datanya tidak membentuk pola, berarti tidak mengalami
heteroskesdastisitas melainkan homoskesdasitisitas yang berarti datanya
homogen.
3. Uji Multikolinearitas
Menurut Sugiyono (2010:270), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk
menguji multikolinearitas, dapat dilakukan dengan cara melihat nilai VIF masing-
masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan data
bebas dari gejala multikolinieritas.
4. Uji Linearitas
Menurut Prayitno (2010:73), uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan
yang linear atau tidak secara signifikan variabel penelitian. Uji ini digunakan
sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian
linearitas pada penelitian ini menggunakan test for linearity pada taraf
signifikan 0,05. Variabel penelitian dikatakan mempunyai hubungan yang linear
apabila signifikasi kurang dari 0,05.
Menurut Sugiyono (2010:356), uji linearitas adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi data
penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linearitas akan menetukan teknik
analisis yang akan digunakan. Apabila dari hasil uji linearitas diperoleh
kesimpulan bahwa distribusi data linear, maka penelitian diselesaikan dengan
55
teknik analisis linear, namun apabila distribusi data tidak linear, maka
penelitian diselesaikan dengan teknik non-linear. Adapun kriteria dari uji
linearitas adalah apabila F hitung< F tabel maka data tersebut linear dan sebaliknya
apabila diketahui nilai F hitung> F tabel maka data tersebut tidak linear. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program perhitungan SPSS Versi 22.
3.6.2 Regresi Linear Berganda
Uji korelasi ganda atau persamaan regresi ganda digunakan untuk menguji
hipotesis dengan tiga variabel atau lebih dengan rumus sebagai berikut : Y = a +a1
X1 + a2 X2 + a3 X3
Keterangan :
Y : Variabel Mutu Pembelajaran
X1 : Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah
X2 : Variabel Kepemimpinan Guru
X3 : Variabel Motivasi Berprestasi Guru
a1, a2, dan a3 : Koefisien regresi yang dicari kemudian dilanjutkan mengujihipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :
Pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y secara simultan (uji F)
a. H0: α = 0, artinya X1, X2, X3 secara simultan (bersama-sama) tidak berpengaruhsignifikan terhadap Y
b. H0: α ≠ 0, artinya X1, X2, X3 secara simultan (bersama-sama) berpengaruhsignifikan terhadap Y
Kaidah pengambilan keputusan :
a. Jika Sig Fhitung > Sig Ftabel maka H0 ditolak
b. Jika Sig Fhitung < Sig Ftabel maka H0 diterima
Untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh dapat dipergunakan
untuk menarik kesimpulan pengaruh antara variabel bebas X terhadap variabel
terikat Y, maka dilakukan uji linearitas dan signifikansi regresi.
56
3.6.3 Uji Signifikansi Regresi
Pengujian tingkat keberartian regresi yang didapat dilakukan dengan uji t untuk
persamaan regresi linear sederhana dan uji F untuk persamaan regresi ganda.
Hipotesis yang diajukan dalam uji ini adalah:
Ho: Persamaan regresi tidak signifikan
H1: Persamaan regresi signifikan
Kriteria uji yang digunakan untuk uji t pada taraf signifikan 0,05 adalah tolak Ho
jika nilai thitung > ttabel, dan dalam hal lain Ho diterima. Untuk uji F pada taraf
signifikan 0,05 adalah tolak Ho jika nilai Fhitung > Ftabel, dalam hal lain Ho diterima.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V ini akan menyimpulkan dari hasil, implikasi dan saran penelitian yang
berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Kepemimpinan Guru
dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Mutu Pembelajaran SMP Negeri di Kota
Bandar Lampung”.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis
data penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala
sekolah terhadap mutu pembelajaran yang mengandung arti bahwa semakin
tinggi supervisi akademik kepala sekolah, maka semakin baik pula mutu
pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah supervisi akademik
kepala sekolah, maka akan semakin rendah mutu pembelajaran.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan guru
terhadap mutu pembelajaran yang mengandung arti bahwa semakin tinggi
kepemimpinan guru, maka semakin baik pula mutu pembelajaran. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah kepemimpinan guru, maka akan semakin rendah
mutu pembelajaran.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi guru
terhadap mutu pembelajaran yang mengandung arti bahwa semakin tinggi
motivasi berprestasi guru, maka semakin baik pula mutu pembelajaran. Begitu
88
juga sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi guru, maka akan semakin
rendah mutu pembelajaran
4 Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala
sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru terhadap mutu
pembelajaran yang mengandung arti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi
guru, maka semakin baik pula mutu pembelajaran. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah motivasi berprestasi guru, maka akan semakin rendah mutu
pembelajaran
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik
secara parsial dan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap variabel terikatnya. Penelitian ini telah memperkuat beberapa
teori bahwa mutu pembelajaran sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh
berbagai variasi dari variabel independen yaitu supervisi akademik kepala
sekolah, kepemimpinan guru dan motivasi berprestasi guru. Dalam kaitan ini,
hasil penelitian yang diperoleh konsisten dengan teori yang diajukan. Hasil dalam
penelitian ini membuktikan bahwa motivasi berprestasi guru mempunyai
pengaruh paling kuat, kemudian diikuti supervisi akademik kepala sekolah dan
kepemimpinan guru terhadap mutu pembelajaran.
5.2.1 Implikasi Upaya Peningkatan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Persepsi guru atas supervisi akademik kepala sekolah merupakan pandangan guru
terhadap pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di sekolah. Berdasarkan
persepsi guru pada hasil penelitian ini, supervisi akademik kepala sekolah
89
memberi sumbangan yang positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran.
Kepala sekolah harus dapat melakukan supervisi akademik dengan baik agar
dapat mencapai mutu pembelajaran yang baik. Upaya peningkatan supervisi
akademik kepala sekolah dapat dilakukan dengan pelatihan khusus supervisi
akademik bagi kepala sekolah, bertukar pendapat dengan kepala sekolah lainnya,
membaca literatur mengenai supervisi akademik dan lain-lain. Dengan demikian,
dapat dipastikan bahwa untuk mencapai mutu pembelajaran yang baik, maka
supervisi akademik kepala sekolah tidak dapat dipisahkan karena faktor tersebut
merupakan faktor pendukung yang penting. Persepsi guru atas supervisi akademik
kepala sekolah menjadi bagian yang terintegratif dari mutu pembelajaran.
5.2.2 Implikasi Upaya Peningkatan Kepemimpinan Guru
Persepsi guru atas kepemimpinan guru merupakan pandangan guru terhadap
pelaksanaan memimpin dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan persepsi guru
pada hasil penelitian ini, kepemimpinan guru memberi sumbangan yang positif
dan signifikan terhadap mutu pembelajaran. Kepemimpinan guru dalam
pembelajaran ini perlu diperhatikan oleh guru karena merupakan faktor yang
sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran, seorang guru yang dapat memimpin para siswa di kelas yang
memiliki fokus pada pengajaran dan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki
prestasi belajar para siswa. Upaya peningkatan kepemimpinan guru dapat
dilakukan dengan pelatihan kepemimpinan bagi guru, rapat yang lebih sering
untuk membahas peningkatan kepemimpinan guru, bertukar pikiran dengan guru
dari sekolah lain, membaca literatur kepemimpinan guru dan lain-lain. Persepsi
90
guru atas penerapan kepemimpinan guru dalam pembelajaran menjadi bagian
yang terintegratif dari mutu pembelajaran. Dengan demikian, dapat dipastikan
bahwa untuk mencapai mutu pembelajaran yang baik, maka kepemimpinan guru
tidak dapat dipisahkan karena faktor tersebut merupakan faktor pendukung yang
penting.
5.2.3 Implikasi Upaya Peningkatan Motivasi Berprestasi Guru
Motivasi berprestasi guru merupakan hal yang perlu diperhatikan dan
ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, motivasi berprestasi guru memberi
sumbangan yang yang sangat positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran.
Upaya peningkatan motivasi berperstasi guru dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, memberikan guru
kesempatan untuk maju dan berkarier, memberi tempat bekerja yang aman,
menyenangkan dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa untuk
mencapai mutu pembelajaran yang baik, maka motivasi berprestasi guru tidak
dapat dipisahkan karena faktor tersebut merupakan faktor pendukung yang
penting.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan impilkasi penelitian seperti diuraikan di atas, maka
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
5.3.1 Saran untuk Guru
Seorang guru hendaknya memiliki kepemimpinan dalam pembelajaran yang baik
dan motivasi berprestasi yang tinggi. Kesadaran untuk meningkatkan kedua hal
91
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor luar saja, tetapi akan lebih berarti jika
berasal dari dalam diri senidiri sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
5.3.2 Saran untuk Kepala Sekolah
Seorang kepala sekolah hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas supervisi
akademik yang dapat memberi pengaruh terhadap bawahannya dan memberikan
suasana kerja yang kondusif sehingga warga sekolah dapat nyaman dalam bekerja
sama untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
5.3.3 Saran untuk Peneliti Lainnya
Keterbatasan pada penelitian ini memberikan peluang bagi peneliti lainnya untuk
melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas agar dapat melakukan
lebih banyak penelitian dan mengembangkan teori yang sudah ada sebelumnya.
5.3.4 Saran untuk Pengawas
Seorang pengawas hendaknya memberikan arahan, bantuan, bimbingan dan
penilaian untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah
binaannya. Dengan proses tersebut, maka akan dapat menghasilkan peningkatan
dalam kualitas hail belajar dan kualitas sekolah.
5.3.5. Saran untuk Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan hendaknya memfasilitasi para guru dan kepala sekolah SMP
Negeri untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, bimbingan teknis mengenai
supervisi akademik, memberikan insentif bagi guru berprestasi baik dalam
lingkup nasional maupun internasional sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anisari, A., Purwanti, E., dan Masrur, M. 2017. Strategi Kepala Sekolah DalamMeningkatkan Mutu Pembelajaran Di Smp Nurul Islam KelurahanGaruntang Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung. JurnalManajemen Pendidikan Islam Al-Idarah, 1, 1-9.
Anissyahmai, A. A. 2016. Supervisi Akademik Kepala Sekolah. ManagerPendidikan, 10(3).
Arikunto,S. 2010. Research Procedure. A Practical Approach. Edition Revision.Jakarta: Rineka Cipta.
Asf, Jasmani. 2013. Supervisi Pendidikan (terobosan baru dalam peningkatankinerja, pengawas sekolah dan guru). Jogjakarta: Ar-ruzz media, hl 26.
Bush, T. 2014. Instructional and transformational leadership: alternative andcomplementary models? : SAGE Publications Sage UK: London, England.
Deming, W. E. 2018. The new economics for industry, government, education:MIT press.
Djaali, H., dan Muljono, P. 2008. Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta,Grasindo.
Elliott, E. M., Isaacs, M. L., and Chugani, C. D. 2010. Promoting Self-Efficacy inEarly Career Teachers: A Principal's Guide for Differentiated Mentoringand Supervision. Florida Journal of Educational Administration & Policy,4(1), 131-146.
Eryadini, N. 2017. Pengaruh Kompetensi Dosen Terhadap Mutu Pembelajaran diSTKIP PGRI Lamongan. Jurnal STKIP PGRI Lamongan, 1(1), 6-6.
Fanani, Z., Mardapi, D., dan Wuradji, W. 2014. Model asesmen kepemimpinanpembelajaran kepala sekolah pendidikan dasar. Jurnal penelitian danevaluasi pendidikan, 18(1), 129-145.
Galland, C. 2008. Effective teacher leadership: A quantitative study of therelationship between school structures and effective teacher leaders.University of Missouri-Columbia.
93
Ginawati, S. 2014. Supervisi Akademik Berbasis Open Class Dalam PembelajaranTematik Terpadu. Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah DanKepengawasan, 1(1).
Glickman, C., Gordon, S., and Ross-Gordon, J. 2009. Supervision andInstructional Leadership: A Developmental Approach Allyn and Bacon.Boston, MA.
Gonzales, S., and Lambert, L. 2014. Teacher Leadership In ProfessionalDevelopment Schools: Emerging conceptions, identities, and practices.Journal of School Leadership, 11(1), 6-24.
Hadi, S. 2009. Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan padaSosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam InovasiPembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat JenderalPeningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat TenagaKependidikan.
Hallinger, P. 2003. Leading educational change: Reflections on the practice ofinstructional and transformational leadership. Cambridge Journal ofeducation, 33(3), 329-352.
Hariri, H. 2011. Leadership styles, decision-making styles, and teacher jobsatisfaction: an Indonesian school context. James Cook University.
Harjanto, E. 2015. Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Kompetensi PedagogikTerhadap Kinerja Mengajar Guru. Jurnal Manajemen Pendidikan, 24,456-466.
Harris, A. 2013. Teacher Leadership and School Improvement: Effectiveleadership for school improvement (pp. 82-93): Routledge.
Jannah, M. 2010. Optimalisasi manajemen sarana dan prasarana dalammeningkatkan mutu pembelajaran di SMP Nasima Semarang. IAINWalisongo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Rekap Hasil Ujian NasionalTingkat Sekolah, https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-UN. Diaksestanggal 1 September 2018.
Kiflih, A. 2016. Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah,www.kompasiana.com. Diakses 2 September 2018.
Kusumawati, H. 2016. Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPPdan Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Tutor Sejawat. SatyaWidya, 32(2), 92-102.
94
Lee, M., Walker, A., and Ling Chui, Y. 2012. Contrasting effects of instructionalleadership practices on student learning in a high accountability context.Journal of Educational Administration, 50(5), 586-611.
Liana, Y. 2012. Iklim organisasi dan motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerjadan kinerja guru. Jurnal manajemen dan Akuntansi, 1(2).
Makawimbang, J. H. 2012. Kepemimpinan pendidikan yang bermutu. Bandung:Alfabeta.
McClelland, D. C. 1987. Human motivation: CUP Archive.
Moller, G., and Pankake, A. 2013. Lead with me: A principal's guide to teacherleadership: Routledge.
Muljono, P. 2006. Manajemen Pembelajaran Quantum Teaching, Jakarta: BalaiPustaka, hal. 29.
Mulyana, C. 2015. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah DanKinerja Mengajar Guru Terhadap Efektivitas Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Universitas PendidikanIndonesia.
Mulyono, D., dan Djaali, H. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.Jakarta: Grasindo.
Musungu, L., and Nasongo, J. 2008. The head-teachers instructional role inacademic achievement in secondary schools in Vihiga district, Kenya.Educational Research and Reviews, 3(10), 316-323.
No, Permendiknas, (12), Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah.Motivasi kerja dan pengetahuan guru serta kepala sekolah.
Nugraha, M. S. 2014. Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala MadrasahAliyah Swasta di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Nadwa, 9(1), 39-68.
Peariso, J. F. 2011. A Study of Principals' Instructional Leadership Behaviors andBeliefs of Good Pedagogical Practice Among Effective California HighSchools Serving Socioeconomically Disadvantaged and English LanguageLearners.
Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual: Rineka Cipta.
Prajitno, S. B. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jurnal. Bandung: UINSunan Gunung Djati.
Prasojo, L. D. 2011. Supervisi pendidikan. Yogyakarta: Gaya Media.
95
Prayitno, D. 2010. Paham Analisa Data Statistik Dengan SPSS. MediaKom,Yogyakarta.
Rahmania. 2015. Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan SupervisiKepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru. UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Sallis, E. 2014. Total quality management in education: Routledge.
Sastrawan, K. B. 2016. Profesionalisme Guru Dalam Upaya Meningkatkan MutuPembelajaran. Jurnal Penjaminan Mutu, 2(2), 65-73.
Siburian, P. 2012. Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Dan Motivasi BerprestasiTerhadap Kepuasan Kerja Guru Sma Parulian 2 Medan. Jurnal GenerasiKampus, 5(2), 67-81.
Siregar, M. 2014. Pengaruh Kepemimpinan Pembelajaran, PengetahuanManajemen Pendidikan, Motivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja TerhadapKomitmen Organisasi Kepala Sekolah Menengah Pertama Di KotaMedan. Unimed.
Sugiyono, P. D. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.
Suhadi, E., Mujahidin, E., Bahrudin, E., dan Tafsir, A. 2014. PengembanganMotivasi dan Kompetensi Guru dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran diMadrasah. Ta'dibuna, 3(1), 42-60.
Surachmi, S. 2011. Efektivitas Dimensi Internal Kepala Sekolah dalamKepemimpinan Pembelajaran. Cakrawala Pendidikan(3).
Suti, M. 2011. Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan. JurnalMedtek, 3(2).
Syaodih, N., dan Syaodih, E. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.Bandung: Refika Aditama.
Tjalla, A. 2010. UN dan Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah.
Triyono, A. 2011. Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Komitmen Organisasidan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah MenengahKejuruan Swasta di Kota Metro. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Usman, H. 2015. Model kepemimpinan instruksional kepala sekolah. CakrawalaPendidikan(3).
Usman, H., dan Eko Raharjo, N. 2013. Strategi kepemimpinan pembelajaranmenyongsong implementasi kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan(1).
96
Wahyuni, S. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Mutu Pembelajaran(Studi Situs di SD Negeri Kunden 1 Blora). Universitas MuhammadiyahSurakarta.
Wardana, D. S. 2013. Motivasi berprestasi dengan kinerja guru yang sudahdisertifikasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1), 98-109.
Wibowo, U. B. 2016. Kepemimpinan pembelajaran: untuk memperkuatpembentukan karakter. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi danAplikasi, 4(2), 194-202.
Zainal, A. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.