PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X
(Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Dini Dhaifina Nur
(1111015000024)
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Dini Dhaifina Nur, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered
Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sosiologi kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”.
Skripsi, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Imlu Tabiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi
pembelajaran kooperatif model numbered head together terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi. Metode yang digunakan adalah metode kuasi
eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
X6 yang berjumlah 33 orang dan kelas X7 yang berjumlah 32 orang. Kelas X6
sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
model numbered head together dan kelas X7 sebagai kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan adalah
instrument tes dan non tes.
Untuk instrument tes, berdasarkan analisis data dengan uji-t yang
dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar sosiologi
siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif model numbered
head together diperoleh thitung 9.23 dan ttabel 1.67. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model numbered head
together terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya teknik non tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik observasi, yakni dengan mengamati proses
pembelajaran yang sedang berlangsung dan menilai proses pembelajaran sesuai
dengan lembar observasi yang disediakan. Hasil dari instrumen non tes ini adalah
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
model numbered head together berlangsung dengan baik.
Kata Kunci: Model Numbered Head Together (NHT), hasil belajar siswa
ii
ABSTRACT
Dini Dhaifina Nur, “The Effect of Cooperative Learning Strategy Numbered Head
Together (NHT) Models Against Student Result on the concept of Sociology Ten
Class (Case Study: SMA Negeri 8 Kota Tagerang Selatan)”. Minithesis, Social
Studies Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training State Islamic
University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
The aims of this research is to find out the effect of cooperative learning
strategy numbered head together models against student result on the concept of
sociology. The method of research used quasi experiment. The research was
conducted at Senior High School, SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
Subject of this research is class X6 totaling 33 students and class X7 totaling 32
students. X6 as an experimental class using cooperatif learning strategy
numbered head together models and class X7 as a control class using
conventional models. Instrument of this research is test instrument and non-test
instrument.
For test instrument, based on data analysis using “t-test” with performed
on 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who
were taught science approach to experimental method tvalues of 9.23 and ttable of
1.67. It can be concluded that there was a significant effect between cooperatif
learning strategy numbered head together models approach of student learning
outcome. Furthermore, non-test instrument that used in this research is
observation, that is observe the learning process and assessing the learning
process to the observation sheet supplied. The result of non-test instrument is the
learning process by using cooperatif learning strategy numbered head together
models went well.
Keywords: Numbered Head Together models, students learning outcomes
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT)
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi
Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Pendidikan
Program Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam Skripsi ini,
penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat
adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Syaripulloh, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Muhammad Arif, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan
saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini
5. Imam Supingi, S.Pd,MM., Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian
iv
6. Hj. Siti Munawarah, S.Pd., selaku guru mata pelajaran sosiologi kelas X SMA
Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, yang bersedia menemani dan membimbing
selama penelitian berlangsung
7. Siswa dan siswi kelas X6 dan X7 SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
tahun pelajaran 2014-2015 yang telah berpartisipasi dalam penelitian
8. Ayah dan Ibuku tersayang yang telah mencurahkan segenap perhatian dan
waktunya dalam mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan Skripsi
ini
9. Aam Amaliyanti, M.Pd., kakak ku tercinta yang telah bersedia membantu dan
memberikan arahan dalam pembuatan skripsi ini
10. Keempat kakak ku tersayang yang telah mendukung dalam pembuatan skripsi
ini
11. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas ukhuwah dan semangat teman-
teman. Semoga kita lulus semua
12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT, mendapat balasan yang lebih
baik dan lebih banyak dari-Nya. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh
dari sempurna, maka dengan kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Jakarta, Oktober 2015
Dini Dhaifina Nur
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACK ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 5
D. Perumusan Masalah .............................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
F. Kegunaaan Penelitian ............................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik ................................................................. 7
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model NHT .............. 7
a. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif .................. 7
b. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 9
1) Pengertian Model Pembelajaran NHT ................ 9
2) Tujuan dan Penerapan Model Pembelajaran NHT 10
3) Kelebihan dan Kekurangan Model NHT ............ 10
4) Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT ... 11
5) Manfaat Model Pembelajaran NHT .................. 12
2. Hasil Belajar ...................................................................... 12
a. Pengertian Hasil Belajar .............................................. 12
vi
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar . 13
c. Pengukuran/ Penilaian Hasil Belajar ........................... 15
d. Macam-Macam Instrumen Hasil Belajar .................... 18
3. Mata Pelajaran Sosiologi................................................... 20
a. Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi .......................... 20
b. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi ....................... 21
c. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi ................................ 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 26
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................. 26
1. Metode Penelitian.............................................................. 26
2. Desain Penelitian ............................................................... 27
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 27
1. Populasi ............................................................................. 27
2. Sampel ............................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 28
1. Teknik Tes ......................................................................... 28
2. Teknik Non tes .................................................................. 29
E. Instrumen Penelitian................................................................ 29
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 32
1. Analisis Data Tes ......................................................... 32
a. Uji Coba Instrumen ................................................... 32
1) Uji Validitas ....................................................... 32
2) Uji Reliabilitas .................................................. 33
3) Analisis Daya Pembeda ..................................... 35
4) Analisis Tingkat Keuskaran .............................. 35
b. Pengujian Prasayarat Analisis ................................ 36
vii
1) Uji Normalitas .................................................. 36
2) Uji Homogentias ............................................... 38
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest Postest ... 39
2. Analisis Data Non Tes .................................................. 40
G. Hipotesis Statistik ............................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..................................................................... 42
1. Deskripsi Kegiaan Penelitian ............................................ 42
2. Deskrpisi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 44
3. Deskrpisi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 46
B. Hasil Analisis Data Tes ........................................................... 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................ 48
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest .......................... 48
b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ...................... 48
2. Pengujian Hipotesis ........................................................... 49
C. Hasil Analisis Data Non Tes ............................................... 51
1. Kelas Eksperimen .......................................................... 51
2. Kelas Kontrol ................................................................. 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 55
B. Saran .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 62
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Indikator-Indikator Perubahan Perilaku dan Pribadi Siswa .... 16
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................... 26
Tabel 3.2 : Desain Kelompok Kontrol Tak Setara ..................................... 27
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Soal tes ..................................................................... 29
Tabel 3.4 : Instrumen Non Tes Kelas Eksperimen ..................................... 30
Tabel 3.5 : Instrumen Non Tes Kelas Kontrol .......................................... 31
Tabel 3.6 : Indeks Korelasi ........................................................................ 33
Tabel 3.7 : Koefisien Reliabilitas Soal ...................................................... 34
Tabel 3.8 : Kriteria Daya Pembeda ........................................................... 35
Tabel 3.9 : Kriteria Tingkat Kesukaran ..................................................... 36
Tabel 3.10 : Tabel Distribusi Frekuensi ...................................................... 37
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 45
Tabel 4.2 : Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 47
Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postetst ............................... 48
Tabel 4.4 : Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ............................ 49
Tabel 4.5 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ....................................................... 50
Tabel 4.6 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ....................................................... 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Uji Coba Instrumen ........................................................... 62
Lampiran 2 : Data Hasil Uji Coba Insrtumen ......................................... 71
Lampiran 3 : Uji Validitas Intrumen ...................................................... 72
Lampiran 4 : Uji Reliabilitas Intrumen ................................................... 74
Lampiran 5 : Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ............ 76
Lampiran 6 : Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian ................... 77
Lampiran 7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ............ 78
Lampiran 8 : Langkah-Langkah Uji Validitas Intrumen ........................ 79
Lampiran 9 : Langkah-Langkah Uji Reliabilitas Instrumen ................... 81
Lampiran 10 : Penghitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ..... 83
Lampiran 11 : Soal Pretest dan Posttest .................................................... 84
Lampiran 12 : RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan 1) ............................... 89
Lampiran 13 : RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan 2) ............................... 95
Lampiran 14 : RPP Kelas Kontrol (Pertemuan 1) .................................. 105
Lampiran 15 : RPP Kelas Kontrol (Pertemuan 2) ................................... 109
Lampiran 16 : Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ................................. 115
Lampiran 17 : Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ................................ 119
Lampiran 18 : Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol .................................. 123
Lampiran 19 : Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ................................ 127
Lampiran 20 : Penghitungan Uji Homogenitas Tes Pretest ..................... 131
Lampiran 21 : Penghitungan Uji Homogentitas Test Posttest ................ 133
Lampiran 22 : Uji Hipotesis Pretest dan Posttest .................................... 135
Lampiran 23 : Dokumentasi Penelitian .................................................. 139
Lampiran 24 : Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran ............ 141
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 : Diagram Hasil Pretest Kelas Ekperimen .................................. 44
Diagram 2 : Diagram Hasil Pretest Kela Kontrol ....................................... 44
Diagram 3 : Diagram Hasil Posttest Kelas Eksperimen .............................. 46
Diagram 4 : Diagram Hasil Postest Kelas Kontrol ..................................... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Setiap manusia pasti pernah mengalami
pendidikan, dimulai dari manusia tersebut dilahirkan hingga dewasa, dan
bahkan hingga meninggal. Baik itu melalui pendidikan informal, formal,
maupun non formal. Menurut Yusri Panggabean, “Tujuan utama pendidikan
adalah untuk membentuk manusia yang mampu melakukan hal-hal baru,
bukan hanya mengulang apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Tujuan kedua adalah membentuk pikiran yang dapat berpikir kritis dan suka
membuktikan sesuatu, tidak menerima saja apa yang ditawarkan kepadanya”.1
Dalam pendidikan terdapat proses belajar, dimana manusia mengenal
hal-hal baru, menerima dan kemudian mengaplikasikannya dalam diri sendiri
dan lingkungan masyarakat. Pembelajaran sebagai sarana yang membawa
manusia ke alam kedewasaan, yang dalam arti tertentu adalah kemampuan
untuk membuat pilihan bagi dirinya sendiri, perlu dilaksanakan dalam suasana
merdeka dan bebas. Kemerdekaan dalam pembelajaran tidak hanya penting
untuk menumbuhkan insan-insan yang bebas dan merdeka, tetapi juga
memberikan peluang yang lebih besar bagi tumbuhnya kreativitas dan
semangat pembaharu dalam diri anak didik. Menurut Suyono, “Pengertian
belajar ialah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian”.2
1Yusri Panggabean, B. Kresyen Purba, dan Oditha R. Hutabarat, Strategi, Model, dan
Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2006), h. 70 2 Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011) h. 9
2
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan adalah untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Selama proses pembelajaran,
siswa dituntut dapat meningkatkan aspek-aspek tersebut yang dibuktikan
dengan hasil belajar. Menurut Mohamad Surya, “Hasil belajar adalah
perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses
pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu
aspek saja, tetapi terjadi secara menyeluruh yang meliputi aspek kognitif,
afektif, konatif dan motorik”.3 Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik, dari yang
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar, khususnya pendidikan
formal yang berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa
dan guru. Guru seharusnya bukan menjadi pusat dari kegiatan belajar
mengajar, namun siswa lah yang seharusnya aktif dan menjadi pusat
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Puskur dalam Abdul, “Kegiatan
pembelajaran perlu: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan
kreatifitas peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
menantang; 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; 5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam”.4
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “Agar dapat
memancing siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru
dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran,
diantaranya adalah dengan menguasai materi dan menggunakan berbagai
metode pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar lebih variatif”.5
Keberhasilan belajar pada masing-masing individu dapat diketahui dari
seberapa jauh tingkatan mereka dalam mencapai hasil belajarnya sesuai
3Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Bani Quraisy,2004), h.16-17
4 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2009), Cet. 6, h. 24 5Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rhineka
Cipta, 2010), h.25
3
dengan tingkatan hasil belajar tersebut baik pada domain kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya mata pelajaran sosiologi
identik dengan hafalan dan teori. Siswa disuguhkan dengan begitu banyak
pengertian-pengertian yang harus mereka pahami. Jika metode yang
digunakan adalah satu arah, yakni dengan menggunakan metode ceramah guru
terhadap siswa, maka siswa cepat merasa bosan dan hanya sedikit yang
memperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut, pembelajaran pun
menjadi tidak bermakna.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, ketika digunakan
metode ceramah yang dibantu dengan media powerpoint, gambar dan video,
hampir seluruh siswa dalam kelas memperhatikan dan memberikan komentar
ketika dalam pemutaran video atau penampilan gambar, namun ketika kembali
pada penjelasan pokok materi pembahasan, hanya segelintir siswa yang fokus
dan memperhatikan penyampaian materi. Banyak juga siswa yang tidak
mencatat materi pembelajaran, dan tidak bertanya ketika ada hal yang tidak
mereka pahami. Hal ini pun mengakibatkan rendahnya nilai siswa dan harus
melakukan perbaikan nilai pada ulangan harian.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan adanya strategi
dan model pembelajaran yang dapat menciptakan siswa belajar aktif, serta
dengan mudah memahami materi pembelajaran. Kozma menjelaskan, bahwa
“strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,
yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya suatu tujuan pembelajaran”.6 Salah satu strategi yang
menuntut siswa untuk belajar aktif adalah strategi pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
siswa secara berkelompok. Menurut Abdulhak, “Pembelajaran kooperatif
6Lif Khoiru Ahmadi dan Hendro Ari Setyono, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011) Cet. 1, h. 9
4
dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”.7
Menurut Azhar Arsyad, “Pembelajaran kooperatif menciptakan tim-
tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk saling mengejar
pengetahuan atau keterampilan khusus secara konseptual, siswa akan belajar
lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus bertanggung jawab untuk
mengerjakan pesan atau informasi kepada yang lainnya”.8
Terdapat beberapa jenis model dalam strategi pembelajaran kooperatif.
Menurut Soekamto, “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”.9 Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
model Numbered Head Together (NHT), dalam model NHT, siswa dituntut
untuk bekerjasama dalam kelompok, tiap-tiap individu diberikan nomor
sebagai identitas diri pada kelompok masing-masing, pada akhir pelajaran
guru memilih dengan acak nomor yang yang harus menjelaskan hasil diskusi
kelompoknya tersebut. Model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam proses diskusi, memahami dan bertanggung jawab atas
hasil diskusi kelompoknya. Model pembelajaran ini pun diharapkan dapat
lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi dan
dibuktikan dengan nilai yang baik pada ulangan harian.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA
Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”
7 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok:
PT Rajagrafindo Persada, 2013) h. 203 8Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Cet. 13, h.
84 9Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran paket 1-7, (Learning Assistance Program For Islamic
Schools, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), h. 4-9
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan antara
lain:
1. Model pembelajaran pada mata pelajaran sosiologi yang kurang
mendukung siswa untuk aktif dan fokus belajar.
2. Pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran sosiologi lemah, yang
menyebabkan siswa kurang tertarik pada penjelasan guru dan pasif dalam
proses pembelajaran.
3. Kurangnya minat siswa dalam mempelajarai mata pelajaran sosiologi.
4. Kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
5. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah
dalam penelitian ini antara lain: Model pembelajaran pada mata pelajaran
sosiologi yang kurang mendukung siswa untuk aktif dan fokus belajar serta
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
ialah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan.
6
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Manfaat secara Teoritis
a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk mengadakan penelitian sejenis
selanjutnya.
b. Mengkaji secara ilmiah mengenai pentingnya penggunaan metode
yang bervariasi dalam mata pembelajaran sosiologi.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya secara
langsung, konkret, menarik dan lebih menyenangkan.
b. Bagi guru, memotivasi guru agar terbiasa menggunakan metode yang
bervariasi sehingga dapat dijadikan suatu alternatif dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
c. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara
mengatasi permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar,
terutama dalam pembelajaran sosiologi.
d. Bagi penulis, dapat menjadi dasar pengetahuan untuk melakukan
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together
(NHT)
a. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem
kerja/ belajar kelompok yang tersetruktur. Yang termasuk di dalam
struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian
bekerjasama, dan proses kelompok. Dalam strategi pembelajaran
kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan
diri, dan bertanggung jawab secara individu.
Menurut Masitoh dan Dewi Laksmi, “Strategi pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya
mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam
belajar”.1 Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar
dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan
bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai
kesempatan untuk membelajarkan siswa lainnya.
Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa
dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama
atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan
berkembang suasana belajar yang kolaboratif dalam hubungan pribadi
yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar
dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor
sebaya dan belajar secara bekerjasama. Menurut Yusri Panggabean
1
Masitoh dan Dewi Laksmi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 232.
8
dkk, “Yang juga penting diperhatikan adalah dalam strategi
pembelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan
oleh kemampuan individu semata, tetapi juga oleh peran masing-
masing anggota secara bersama di dalam kelompok”.2
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya:
1) Individual Accountability: tiap individu dalam kelompok
mempunyai peran dan tanggung jawab yang tak bisa
dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
kelompok sebagai masalah bersama.
2) Social Skills: mendidik siswa untuk menumbuhkan
pengekangan diri dan pengarahan diri atau pengendalian
diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok.
3) Positive Interdependence: siswa belajar saling tergantung
satu sama lain secara positif dalam kelompok.
4) Group Processing: memberikan kepada siswa pengalaman
langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah
yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama.
5) Getting better together: siswa mendapatkan sesuatu yang
lebih baik secara bersama di dalam kebersamaan.3
Pada strategi pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan
sebagai satu-satunya narasumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai
mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang
berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan
memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh
informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan
sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal
dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil
belajar siswa akan semakin meningkat.
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional karya
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa di ungkapkan bahwa terdapat
beberapa metode pebelajaran kooperatif, diantaranya STAD (Student
2Yusri Panggabean, B. Kresyen Purba, dan Oditha R. Hutabarat, Strategi, Model, dan
Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2006), h. 75 3 Ibid., h. 76
9
Teams Achievement Divisions), jigsaw, GI (Group Investigation), dan
metode struktural. Dalam metode struktural, terbagi menjadi dua
model, diantaranya NHT (Numbered Head Together) dan Think-Pair-
Share (TPS).4
b. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
1) Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam pembelajaran NHT guru bersifat aktif dalam
mengajar serta siswa bersifat aktif pula dalam belajar. Kegiatan
siswa yang bersifat aktif dalam mempelajari materi
pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa itu, diperlukan pula
kegiatan yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu memberi
bimbingan, dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang
sepatutnya dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta
membantu siswa-siswa tertentu yang mendapat kesulitan
belajar.5 Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini,
guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya
didasarkan atas rencana yang telah dibuat.
4
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 294-297 5 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 63
10
2) Tujuan dan Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a) Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
c) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.6
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk
pada konsep Kagen dalam Ibrahim, dengan tiga langkah yaitu
pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawaban antar
kelompok.7
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
Menurut Ibrahim, kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran NHT adalah sebagai berikut.
Kelebihan:
a) Setiap siswa menjadi siap semua
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kelemahan:
a) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.8
6 Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000),
h. 29 7 Ibid., h.30
8 Ibid., h. 32
11
4) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dengan nomor yang berdeda. Kelompok
yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing
kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Guru menyebut satu nomor dan siswa yang terpanggil
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.9
9 Ibid., h. 33
12
5) Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) adalah sebagai berikut.
a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b) Memperbaiki kehadiran
c) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e) Konflik antara pribadi berkurang
f) Pemahaman yang lebih mendalam
g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h) Hasil belajar lebih tinggi10
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Burton dalam sebuah buku “The Guidance of
Learning Activities” belajar merupakan perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya. James O.
Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan
pengalaman. Sedangkan menurut Abdillah, belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.11
Dari ketiga definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk merubah tingkah
laku individu baik pada ranah kognitif, afektif maupum
psikomotoriknya. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil
belajar. Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh individu baik pada aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) selama proses belajar.
Menurut, Aunurrahman, Terdapat beberapa ciri umum
kegiatan belajar, diantaranya; Pertama, belajar menunjukkan
suatu aktivitas pada seseorang yang disadari atau disengaja.
10
Ibid., h. 35 11
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 35
13
Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam
melakukan kegiatan tertentu, baik pada aspek jasmaniah
maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya. Kedua, belajar merupakan interaksi
individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini
dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman
atau pengetahuan sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri siswa. Oleh sebab itu melalui proses
pembelajaran, guru harus berupaya secara optimal
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong
untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses
belajar. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dapat
menyentuh perubahan pada aspek-aspek motorik, aspek afektif
(termasuk perubahan emosional), dan perubahan kemampuan
berpikir.12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis
saja, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu.
a) Faktor Jasmaniah
Yang termasuk ke dalam faktor jasmani adalah faktor
kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong
ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
12
Ibid., h. 36-38
14
Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat denngan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang.13
2) Faktor eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial
dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas.
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum
dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
13
http://www.idsejarah.net/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html (diakses
pada 15 September 2015 pukul 00.41 WIB)
15
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa.14
b) Lingkungan non-sosial.
(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dan tenang.
(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,
lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena
itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
siswa.15
c. Pengukuran/ Penilaian Hasil Belajar
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, “Penilaian hasil
belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja siswa atau seberapa
jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
14
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003) h.
60-70 15
Ibid., h. 70-73
16
ditetapkan”.16
Alasan tentang mengapa guru menilai siswa adalah
untuk hal-hal berikut ini.
1) Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa
2) Memonitor kemajuan siswa
3) Menetapkan tingkatan siswa
4) Menentukkan keefektifan instruksional”.17
Untuk menimbang sejauh mana taraf keberhasilan mengajar
guru dan belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang
objektif dan memadai (adequate) tentang indikator-indikator
perubahan perilaku dan pribadi siswa. indikator-indikator tersebut
diantaranya sebagai berikut.
Tabel. 2.1
Indikator-Indikator Perubahan Perilaku dan Pribadi Siswa
Jenis Hasil
Belajar Indikator-Indikator Cara Pengukuran
1) Kognitif
- Pengamatan/
perceptual
- Hafalan/ingat
an
- Pengertian/p
emahaman
- Aplikasi/pen
ggunaan
- Analisis
- Sintesis
- Dapat
menunjukkan/membanding
kan/menghubungkan
- Dapat
menyebutkan/menunjukkan
lagi
- Dapat
menjelaskan/mendefinisika
n dengan kata-kata sendiri
- Dapat memberikan
contoh/menggunakan
dengan tepat/memecahkan
masalah
- Dapat menguraikan/
mengklasifikasikan
- Dapat menghubungkan/
menyimpulkan/
- Tugas/tes/
observasi
- Pertanyaan/tugas
/tes
- Peranyaan/soala
n/tes/tugas
- Tugas/persoalan/
tes/tugas
- Tugas/persoalan/
tes
- Tugas/persoalan/
tes
16
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 144 17
Ibid., h. 144
17
- Evaluasi
2) Afektif
- Penerimaan
- Sambutan
- Penghargaan/
apresiasi
- Internalisasi/
pendalaman
- Karakterisasi
/penghayatan
3) Psikomotorik
- Keterampilan
bergerak/
bertindak
- Keterampilan
ekspresi
verbal dan
non verbal
menggeneralisasikan
- Dapat menginterpretasikan/
memberikan kritik/
memberikan
pertimbangan/penilaian
- Bersikap menerima/
menyetujui atau sebaliknya
- Bersedia terlibat/
partisipasi/memanfaatkan
atau seballiknya
- Memandang penting/
bernilai/berfaedah/indah/
harmonis/kagum atau
sebaliknya
- Mengaku/mempercayai/
meyakini ata sebaliknya
- Melembagakan/membiasak
an/ menjelmakan dalam
pribadi dan perilakunya
sehari-hari
- Koordinasi mata, tangan
dan kaki
- Gerak, mimic, ucapan
- Tugas/persoalan/
tes
- Pertanyaan/tes/
skala sikap
- Tugas/observasi/
tes
- Skala penilaian/
tugas/observasi
- Skala sikap/
tugas ekspresif/
proyektif
- Observasi/ tugas
ekspresif/
proyektif
- Tugas/observasi/
tes/ tindakan
- Tugas/obesrvasi/
tes/tindakan18
Terdapat beberapa tujuan atau fungsi dari evaluasi hasil belajar
menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, diantaranya sebagai berikut.
1) Diagnostik: menentukan letak kesulitan-kesulitan siswa
dalam belajar, bisa terjadi pada keseluruhan bidang yang
dipelajari oleh siswa atau pada bidang-bidang tertentu saja.
2) Seleksi: menentukan mana calon siswa yang dapat diterima
di sekolah tertentu dan mana yang tidak diterima.
3) Kenaikan kelas: menentukan naik atau lulus tidaknya siswa
setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.
18
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. 9, h. 167-168
18
4) Penempatan: menempatkan siswa sesuai dengan
kemampuan/ potensi mereka.19
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti kemajuan belajar siswa, yaitu sebagai
berikut.
1) Penilaian portofolio (portofolio). Portofolio merupakan
kumpulan hasil kerja siswa yang sistematis dalam satu
periode.
2) Penilaian melalui unjuk kerja (performance). Penilaian ini
adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian
dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi
siswa.
3) Penilaian melalui penugasan (project). Penilaian ini
dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang
dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk
periode tertentu.
4) Penilaian melalui hasil kerja (product). Penilaian hasil kerja
adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membuat
produk-produk teknologi dan seni seperti makanan, pahatan,
dan barang logam. Cara ini tidak hanya untuk melihat hasil
akhirnya saja tetapi dari proses pembuatannya juga.
5) Penilaian melalui tes tertulis (pencil and paper). Tes tertulis
biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam
kondisi tertentu. 20
d) Macam-Macam Instrumen Penilaian Hasil Belajar
1) Instrumen tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau
tugas atau seperangkat tugas yang direncakan untuk memperoleh
informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik, karena
setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar. Dilihat dari konstruksinya,
instrumen tes dibagi menjadi 2 macam yakni:
a) Tes esai (uraian), adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
19
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 145 20
Ibid., h.145-146
19
tersebut hasrus dilakukan dengan cara mengekspesikan pikiran
peserta tes. Ciri khas tes esai adalah jawaban terhadap soal
tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksikan
butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes.
b) Tes objektif, adalah butir soal yang telah mengandung
kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh
peserta tes. Jadi, kemungkinan jawaban butirs soal telah
dipasok oleh pengkonstruksi butir soal, peserta hanya harus
memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Secara umum ada 3 tipe tes objektif yakni:
(1) Benar-salah (true-false), adalah butir soal yang terdiri atas
pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban, yaitu
menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah, atau
keharusan memilih satu dari dua alternatif jawaban lainnya.
Alternatif jawaban itu dapat saja berbentuk benar-salah
atau setuju-tidak setuju, baik-tidak baik atau cara lain
asalkan alternatif itu mutual eksklusif.
(2) Menjodohkan (matching), tipe menjodohkan ditulis dalam
dua kolom. Kolom pertama adalah pokok soal atau stem
atau biasa juga disebut premis. Kolom kedua adalah kolom
jawaban. Tugas peserta ujian ialah menjodohkan
pernyataan di bawah kolom premis dengan pernyataan-
pernyataan yang ada di bawah kolom jawaban.
(3) Pilihan ganda (multiple choice), adalah suatu butir soal
yang alternatif jawabannya lebih dari dua. Pada umumnya,
jumlah alternatif jawaban berkisar antara empat atau lima
jawaban.21
2) Instrumen Non Tes
Instrumen non tes berhubungan dengan penampilan yang
dapat diamati oleh indera. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi
21
Ibid., h. 152-153
20
Nasution, “Alat ukur keberhasilan belajar non tes yang umum
digunakan yaitu bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan dan
skala sikap”. 22
3. Mata Pelajaran Sosiologi
a. Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi
Dikutip dari www.koranpendidikan.com, Sosiologi pada
dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu
dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan
kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan
yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir
logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk
mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada dalam
masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat
dipertanggung jawabkan.23
Terdapat beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli
diantaranya menurut Emile Durkheim, “Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisi cara
bertindak, berpikir dan berperasaan yang ada di luar individu. Fakta-
fakta tersebut mempunyai kekuatan untuk mengendalikan individu”.24
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, “Sosiologi merupakan ilmu
yang mempelajari masyarakat secara kesulurahan dan hubungan-
hubungan antara orang-orang dalam masyarakat”.25
Adapula
pengertian sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soeleman
Soemardi, “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial”.26
Dari beberapa pengertian sosiologi di atas, dapat disimpulkan
bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat,
baik tingkah lakunya, pola berpikirnya dan kebiasaan-kebiasaan yang
22
Ibid., h.154-155 23
http://www.koranpendidikan.com/view/616/bedah-skl-mapel-sosiologi.html (diakses pada
27 Agustus 2015, pukul 21.04) 24
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2004) h. 5 25
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 3 26
Yusron Razak (edit), Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Mitra Sejahtera, 2008), h. 2
21
dilakukan oleh individu antar individu, individu antar kelompok
maupun kelompok antar kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat.
Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada
peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti
sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan
sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial. Dengan
mempelajari konsep-konsep sosiologi tersebut, peserta didik
diharapkan mampu beradaptasi dan memahami keadaan lingkugan
masyarakat sekitarya.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi
Terdapat beberapa karakteristik mata pelajaran sosiologi,
diantaranya sebagai berikut.
1) Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai
pengembangan pengetahuan yang sistematis dan
terandalkan tentang hubungan sosial manusia pada
umumnya dan tentang produk hubungan tersebut.
2) Materi sosiologi mempelajari perilaku, interaksi perilaku
dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhan
serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok.
3) Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber
serta merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku
manusia dengan meneliti kelompok yang membangunnya.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa,
komunitas, dan pemerintah sebagai organisasi sosial, agama,
politik, bisnis, dan organisasi lainnya.
4) Materi sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga
pengetahuan ilmiah dengan pengembangan teori yang
didasakan pada observasi ilmiah, bukan lagi pada spekulasi
dikembangkan di meja atau observasi impersonal.27
c. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi
Dilansir oleh www.koranpendidikan.com, Mata pelajaran
sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
27
https://tesispendidikansosiologi.wordpress.com/category/karakteristik-mata-pelajaran-
sosiologi/ (diakses 27 Agustus 2015, pukul 21.43)
22
1) Memahami konsep-konsep soisologi seperti sosialisasi,
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial,
perubahan sosial, dan konflik sampai terciptanya
integrasi sosial
2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
3) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
4) Meningkatkan pemahaman terhadap ciri-ciri dan sifat-
sifat masyarakat serta meningkatkan daya adaptasi
dengan lingkungan hidup, terutama lingkungan sosial
budaya.28
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung dilaksanakannya
penelitian ini, diantaranya:
1. Achmad Chaerul Pahmi dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS MIS Mathlaul’Huda” menunjukkan bahwa
rata-rata hasil posttest kelas NHT lebih besar dari pada rata-rata posttest
kelas kontrol, yaitu 77.23 untuk kelas NHT dan 66.80 untuk kelas kontrol.
Serta terdapat perbedaan hasil yang signifikan pada uji hipotesis posttest
kelompok NHT dan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan metode NHT
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.29
2. Febri Indrawan dengan judul “Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah
“Ideal” dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”
menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
menggunakan strategi pemecahan masalah IDEAL dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pada kemampuan
berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan metode konvesional
28
http://www.koranpendidikan.com/view/616/bedah-skl-mapel-sosiologi.html (diakses
pada 27 Agustus 2015, pukul 21.04) 29
Achmad Chaerul Pahmi, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS MIS Mathlaul’Huda,
2014, (http://repository.uinjkt.ac.id)
23
(thitung = 2.38 > ttabel = 1.67). Sehingga pembelajaran dengan menggunakan
strategi pemecahan masalah IDEAL dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis matematik siswa.30
3. Septia Rahayu dengan judul “Pengaruh Metode Numbered Head Together
(NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP
AL-Zahra Indonesia Pamulang” menunjukkan hasil posttest kelas
eksperimen yang menggunakan metode NHT memperoleh rata-rata 87 dan
nilai rata-rata kelas kontrol 78, dengan demikian nilai rata-rata hasil
belajar Fiqih siswa yang diajar dengan metode NHT secara signifikan
lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan metode puzzle pada
kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode NHT
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.31
Ketiga penelitian di atas hanya menggunakan satu instrumen
penelitian saja, yakni instrumen tes, berbeda dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan. Instrumen penelitian tidak hanya tes saja tetapi non tes
berupa observasi pun menjadi bagian dari penelitian ini. Yang berbeda pula
dari masing-masing penelitian di atas yakni jika penelitan yang relevan
nomor 1 mencari pengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS di
tingkat sekolah dasar, penelitian yang relevan nomor 2 mencari pegaruh
terhadap hasil belajar matematika di tingkat sekolah menengah pertama dan
penelitian yang relevan nomor 3 mencari pengaruh terhadap hasil belajar
fiqih di tingkat sekolah menengah pertama, maka dalam penelitian ini peneliti
akan mencari pengaruh terhadap hasil belajar sosiologi di tingkat sekolah
menegah atas.
30
Febri Indrawan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah “IDEAL” dengan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematika Siswa, 2014, (http://repository.uinjkt.ac.id) 31
Septia Rahayu, Pengaruh Metode Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP AL-Zahra Indonesia Pamulang,
2014(http://repository.uinjkt.ac.id)
24
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah
terjadinya proses pembelajaran. Tentunya perubahan tingkah laku diharapkan
mengarah pada kemajuan, bukan kemunduran. Untuk mengusahakannya maka
dibutuhkannya proses pembelajaran yang berkualitas dan bermakna agar siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, paham dan dapat mengingat
materi yang dipelajari, dan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Guru
sebagai pengajar dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas dan bermakna tersebut. Disamping penguasaan materi, kelancaran
komunikasi dan penyediaan media, penggunaan strategi dan model
pembelajaran merupakan salah satu kunci utama untuk menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.
Strategi dan model yang dianggap cocok adalah strategi pembelajaran
kooperatif dengan model Numbered Head Together (NHT). Karena dengan
model ini siswa dituntut belajar aktif diskusi dengan kelompok dalam
pemecahan masalah, memahami materi, dan seluruh siswa harus siap
mempresentasikan materi atau hasil diskusi kelompoknya. Dengan penemuan-
penemuan yang didapat siswa dalam diskusi kelompok tersebut, siswa
diharapkan dapat mudah mengingat materi yang dipelajari.
Salah satu keunggulan NHT adalah pembicara yang akan
menyampaikan hasil diskusi kelompok ditentukan ketika waktu diskusi
hampir selesai, dan pembicara tidak ditentukan oleh kelompoknya masing-
masing. Melainkan ditentukan oleh undian berdasarkan nomor kepala masing-
masing anggota kelompok. Jadi siapa saja yang terpilih menjadi pembicara,
siap tidak siap, mau tidak mau, harus menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. Pembelajaran NHT menuntut seluruh siswa untuk memahami
dan menguasai pembahasan yang sedang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran NHT sendiri dimulai dengan
menyampaian indikator-indikator dan tujuan pembelajaran oleh guru,
kemudian guru menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari, guru
menjelaskan proses pembelajaran NHT pada siswa, guru membentuk siswa ke
25
dalam beberapa kelompok, guru membagikan lembar kerja siswa, siswa
berdiskusi dengan teman sekelompoknya, guru mengamati dan membimbing
siswa dalam tiap-tiap kelompok, guru mengundi siswa mana saja yang akan
menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, kemudian siswa terpilih
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan guru memberi penghargaan
pada siswa. Diakhir pelajaran, guru dan siswa sama-sama merangkum dan
membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif model NHT ini
diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna
serta meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto, “Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan
tujuan yang tegas, maka perlu adanya hipotesa, yaitu jawaban sementara dari
suatu penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.32
Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi”. Hipotesis penelitian
kemudian dinyatakan dalam hipotesis statistik untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruhstrategi pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi, yaitu:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
Ha: Terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
32
Arikunto, Dasar-Dasar Statistik, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 64
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan,
yang berlokasi di jalan Cireundeu Raya No. 5 Ciputat. Waktu penelitian yakni
pada semester genap tahun pelajaran 2015. Penelitian ini dilakukan kurang-
lebih selama 3 bulan. Berikut jadwal kegiatan penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Waktu Kegiatan
1 1 – 31 Maret 2015
Pengamatan, perumusan masalah,
penentuan judul dan pembuatan
proposal.
2 6 – 17 April 2015 Uji Validitas Instrumen
3 20 April 2015 Pretest
4 27 April – 4, 11 Mei 2015 Penelitian Experimen
5 18 April 2015 Postest
6 1 Juni – 30 September 2015 Revisi, pengolahan dan penyusunan
hasil penelitian
7 Oktober 2015 Sidang Skripsi
8 November 2015 Wisuda
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen (eksperimen semu). Menurut Yatim Riyanto, “Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti dalam
melakukan Kontrol terhadap kondisi”.1
Dalam penelitian eksperimen
terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok
1 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Cet. 2, h. 56
27
tersebut sedapat mungkin memiliki karakteristik yang sama. Pada
kelompok eksperimen diberikan treatment tertentu, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain dengan kelompok kontrol tak
setara. Pelaksanaan desain ini adalah dengan cara memilih kelompok-
kelompok subjek yang ada (jumlah subjek pada masing-masing kelompok
berpeluang tidak setara) untuk dijadikan kelompok eksperimen yang akan
diberikan perlakuan dengan pembelajaran Kooperatif model Numbered
Head Together (NHT), dan kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan.
Menurut Mohamad Ali, Terhadap kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sebelum pelaksanaan pemberian perlakuan,
dilakukan pengukuran awal atau pretest (O1). Selanjutnya terhadap
kelompok eksperimen diberikan perlakuan (X), sedangkan kelompok
kontrol tidak diberikan perlakuan. Selanjutnya terhadap kedua
kelompok tersebut diberikan postest (O2).2
Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3.2
Desain Kelompok Kontrol Tak Setara
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 O2
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Menurut Budi Susetyo, “Populasi adalah keseluruhan data atau
objek yang diteliti berupa karakteristik tertentu terhadap gejala, fenomena,
2Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Penelitian, (Bandung: Pustaka Cendekia
Utama, 2010), h. 107
28
peristiwa atau kejadian-kejadian”.3 Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan yang akan di fokuskan pada
kelas X semester 2 tahun ajaran 2015.
2. Sampel
Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai
contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Dalam penelitian ini, cara yang akan digunakan dalam menentukan sampel
adalah purposive sampling, menurut Nurul Zuriah, “Purposive sampling
adalah pemelihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang
diketahui sebelumnya”.4
Adapun subjek yang akan dijadikan sampel
adalah kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas
kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
teknisk tes dan non tes. Teknik tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang dicapai siswa, dan teknis non tes digunakan sebagai observasi
(pengamatan) ketika pembelajaran sedang berlangsung.
1. Teknik Tes
Menurut Nurul Zuriah, “Tes ialah seperangkat rangsangan
(stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penepatan skor
angka”.5 Tes yang akan diujikan kepada objek penelitian adalah tes tertulis
berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dengan cakupan materi
sosiologi bab pengendalian sosial. Tes tersebut harus bersifat valid,
reliabel, objektif, diagnostik dan efisien.
3Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama.
2010) h. 139 4Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Cet. 2, h. 124 5Ibid., h. 184
29
2. Teknik Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam peneletian ini adalah
teknik observasi, yakni dengan mengamati proses pembelajaran yang
sedang berlangsung dan menilai proses pembelajaran sesuai dengan
lembar observasi yang disediakan. Observasi ini bertujuan untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan dan sesuai dengan strategi
pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (pada kelas
eksperimen) atau tidak. Observer dalam penelitian ini adalah guru
pamong mata pelajaran sosiologi SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Nurul Zuriah, “Instrumen penelitian merupakan alat bantu
bagi peneliti dalam mengumpulkan data”.6 Seperti yang telah dijelaskan pada
poin teknik pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah tes dan non tes.
Untuk tes dilakukan dua kali selama berlangsungnya penelitian, yakni pretest
dan posttest, dengan beberapa soal pilihan ganda yang mencakup materi
pengendalian sosial. Adapun kisi-kisi soal tes tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Soal Tes
Kompetensi Dasar Indikator Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Mendeskripsikan
terjadinya perilaku
menyimpang dan
sikap-sikap anti
sosial
Menjelaskan sifat
pengendalian sosial
1, 23,
24
22,
26, 34
38,
Membedakan
proses/cara
pengendalian sosial
13, 10,
12, 28
2, 30,
33
3, 39,
40
Memperkirakan 29, 31, 36
6Ibid., h. 184
30
fungsi pengendalian
sosial
32, 25
Menjabarkan jenis
lembaga
pengendalian sosial
7, 11,
21
4, 8,
9, 37
35
Menguraikan
bentuk-bentuk
pengendalian sosial
5, 6,
14,
15,
17, 20
16, 19 27 18
Selanjutnya adalah instrumen non tes dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Tabel 3.4
Instrumen Non Tes kelas Eksperimen
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Pengamat
1 2 3 4
A PENDAHULUAN
1 Mengulangi materi pembelajaran pertemuan sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran
B KEGIATAN INTI
1 Mempersiapkan materi pokok yang mendukung tugas belajar
kelompok dengan cara demonstrasi atau teks.
2 Mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
3 Membimbing siswa mengerjakan LKS.
4
Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan
kooperatif oleh siswa seperti:
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan/menanggapi
Menyampaikan ide/pendapat
Mendengarkan secara aktif
Berada dalam tugas
5 Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran.
6 Memberi bantuan kepada kelompok yang membutuhkan.
7 Memberikan resitasi/umpan balik/evaluasi
C PENUTUP:
1 Membimbing siswa membuat rangkuman.
2 Mengumumkan pengakuan/penghargaan.
31
D PENGELOLAAN WAKTU
E SUASANA KELAS:
1 Berpusat pada siswa.
2 Siswa antuasias
3 Guru antusias
Keterangan:
1. tidak baik 2. kurang baik
3. cukup 4. baik
Tabel 3.5
Instrumen Non Tes kelas Kontrol
No. Aspek yang diamati
Penilaian
Pengamat
1 2 3 4
A PENDAHULUAN
1 Mengulangi materi pertemuan sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran
B KEGIATAN INTI
1 Menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
2 Menjelaskan pengertian, sifat, dan proses pengendalian sosial.
3 Siswa memperhatikan penjelasan guru, video dan gambar
serta memberikan tanggapan
4 Siswa bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang
dipahami
5 Memberikan resitasi/umpan balik/evaluasi
C PENUTUP:
1 Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah
dipelajari
D PENGELOLAAN WAKTU
E SUASANA KELAS:
1 Siswa antuasias
2 Guru antusias
Keterangan:
1. tidak baik 2. kurang baik
3. cukup 4. baik
32
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes
a. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen penelitian diberikan kepada objek
penelitian, baik tes maupun non tes harus diujikan terlebih dahulu
apakah instrumen tersebut layak atau tidak digunakan sebagai acuan
dalam penelitian.Untuk instrumen non tes pengujian dilakukan
melalui penilaian para ahli, seperti dosen pembimbing. Dan untuk
instrumen tes pengujian dilakukan dengan 4 tahap, yakni uji validitas,
uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal dan uji daya pembeda soal.
1) Uji Validitas
Uji validitas diawalai dengan menguji cobakan instrumen
terbelih dahulu kepada subjek yang tidak menjadi objek penelitian.
Uji coba instrumen penelitian ini baiknya diberikan kepada kelas
yang sudah pernah mempelajari materi yang akan disampaikan
dalam penelitian kuasi eksperimen. Karena kelas yang akan
diteliti adalah kelas X, maka uji coba instrumen akan dilakukan
pada kelas XI yang pernah mempelajari materi pengendalian
sosial. Uji validitas ini dimaksudkan bahwa instrumen penelitian
harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap
aspek-aspek yang hendak diukur. Setiap butir soal diujikan
apakah soal tersebut valid atau tidak.
Untuk menguji setiap butir soal, digunakan dengan rumus
pearson product moment.
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]
rhitung = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total (seluruh item
n = jumlah responden7
7
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 98
33
Table 3.6
Indeks korelasi
Harga koefisien korelasi
validitas Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0.199 Sangat rendah (tidak valid)
Butir soal dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar atau
sama dengan rtabel (rhitung>rtabel). Namun, apabila rhitung lebih kecil
dari rtable (rhitung<rtabel) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid
dan sebaiknya tidak digunakan.
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas, yakni
dengan perhitungan langsung menggunakan Microsoft Excel.
(lihat lampiran 8)
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan
dengan n=25 siswa dan α= 5%, dari 40 soal terdapat 23 soal yang
valid, diantaranya 1, 2, 3, 7, 8, 9, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 25, 26, 29,
30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 40. Untuk lebih jelasnya, perhitungan
soal validitas dapat dilihat pada lampiran 3.
2) Uji Reliabilitas
Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah
uji reliabilitas. Menurut Nurul Zuriah, “Tes yang reliabel jika tes
tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila
dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang sama”.8
Uji reliabilitas ini pertama dengan mencari koefisien relasi
soal ganji genap yang dihitung menggunakan rumus Pearson
8Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Cet. 2, h. 184
34
Product Moment, selanjutnya untuk mencari reliabilitas seluruh
tes digunakan rumus Spearman Brown.
Uji koefisien korelasi ganjil genap rumus Pearson
Product Moment :
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]
rhitung = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total (seluruh item
n = jumlah responden
Reliabilitas instrumen diperoleh dengan menggunakan
rumus SpearmanBrown :
r11= koefisien reliabilitas instrumen;
rb = koefisien korelasi ganjil genap.9
Tabel 3. 7
Koefisien Reliabilitas Soal
Harga koefisien korelasi
validitas Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0.199 Sangat rendah (tidak valid)
Untuk mempermudah perhitungan uji reliabilitas, yakni
dengan perhitungan langsung menggunakan Microsoft Excel.
(lihat lampiran 9)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh tingkat reliabel
adalah 0.841028 (sangat tinggi).
9
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 105
35
3) Analisis Daya Pembeda
Menurut Ahmad Sofyan, “Analisis daya pembeda
mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang
mampu (rendah prestasinya)”.10
Untuk menghitung daya pembeda
menggunakan rumus:
%100xN
BBDP
A
BA
BA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas;
BB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah;
NA = jumlah siswa pada kelompok atas.
Table 3.8
Kriteria Daya Pembeda
Indeks DP (%) Keterangan
< 9 sangat buruk
10 – 19 Buruk
20 – 29 Agak baik
30 – 49 Baik
50 < Sangat baik
4) Analisis Tingkat Kesukaran
Untuk dapat menganalisis tingkat kesukaran soal digunakan
rumus:
P = Indeks tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal benar
JS = Jumlah seluruh sisiwa peserta tes 11
10
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pendidikan IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006) h. 103 11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.
208
36
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks TK (%) Keterangan
0 – 30 Sukar
30 – 70 Sedang
70 – 100 Mudah
b. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah
analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.
Pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang diperoleh berdistribusi
normal dan mempunyai ragam yang homogen maka pengujian
hipotesis dapat dilanjutkan, namun jika data tidak berdistribusi normal
atau mempunyai ragam yang tidak homogen maka pengujian
hipotesis tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah pengujian
prasyarat analisis sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu Uji Kertas Peluang Normal, Uji Liliefors, dan Uji Chi-
Kuadrat. Dalam penelitian ini akan digunakan Uji Chi-Kuadrat.
Rumus Chi-Kuadrat Hitung (X2):
∑
fo= frekuensi dari hasil penelitian
fe= frekuensi yang diharapkan
Kriteria tes yang digunakan adalah jika hitung ≥
tabel,
artinya distribusi data tidak normal dan jika hitung ≤
tabel,
artinya data berdistribusi normal. Langkah-langkah untuk
mengetahui adalah sebagai berikut:
(a) Mencari skor terbesar dan terkecil
(b) Mencari nilai Rentangan (R) dengan cara:
R= Skor terbesar – Skor terkecil
37
(c) Mencari Banyaknya Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess)
(d) Mencari nilai panjang kelas (i)
(e) Membuat tabulais dengan tabel penolong.
Tabel 3.10
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas
Interval F Nilai Tengah Proporsi Xi
2 f.Xi f.Xi
2
1
2
Jumlah
∑ f.Xi ∑ f.Xi
2
(f) Mencari rata-rata (mean)
∑
(g) Mencari simpangan baku
∑
∑
(h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan
cara:
(1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri
kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan
kemudian angka skor-skor kanan kelas interval
ditambah 0,5
(2) Mencari Z-score untuk batasan kelas interval
dengan rumus
(3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas
(4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara
mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka
baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris
kedua dikurangi baris ketiga dan begitu
seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda
pada baris paling tengan ditambahkan dengan
angka pada baris berikutnya
(5) Mencari frekuensi yangdiharapkan (fe) dengan
cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah
responden
(i) Mencari Chi-Kuadra hitung (X2
hitung)
38
(j) Membandingkan hitung dengan
tabel12
2) Uji Homogenitas (Uji Dua Varians)
Uji homogenitas yang akan dilakukan dalam uji
prasyarat analisis ini adalah Uji-Fisher dengan rumus sebagai
berikut.13
Dimana:
∑
∑
Langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fisher
adalah:
(a) Menetapkan hipotesis dalam bentuk:
(b) Membagi data menjadi dua kelompok
(c) Mencari varians dari masing-masing kelas (kelas
kontrol dan kelas eksperimen)
(d) Menentukan Fhitung dengan rumus:
(e) Menentukan kriteria pengujian dalam bentuk:
(1) Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua
kelompok berasal dari populasi yang homogen.
(2) Jika Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima, kedua
kelompok berasal dari populasi yang tidak
homogen.
(f) Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk
penyebut (varians terkecil), dengan rumus:
dk1 = n – 1
dk2 = n – 1
12
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 121-124 13
Herinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.
169
39
(g) Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian
membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.14
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata hasil Pretest dan Posttest
Setelah uji prasyarat dan data dinyatakan berdistribusi normal
dan homogen, maka langkah selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji
hipotesis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t.rumus uji-
t sebagai berikut.
√
Dengan:
√
Keterangan:
: rata-rata skor kelas eksperimen
: rata-rata skor kelas kontrol
: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
: jumlah anggota sampel kelompok kontrol
: varians kelompok eksperimen
: varians kelompok kontrol
: varians gabungan15
Langkah mengajukan hipotesis sebagai berikut.
1) Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor prestest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
14
Achmad Chaerul Pahmi, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPM MIS
Mathlaul’Huda, 2014, h. 39-40 (http://repository.uinjkt.ac.id) 15
Ibid., h.41-42
40
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
2) Uji kesamaan dua rata-rata posttest
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor posttest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Setelah melakukan uji kesamaan rata-rata pretest dan posttes,
langkah selanjutnya adalah:
1) Menghitung nilai thitung dengan menggunakan rumus uji-t
2) Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1)
3) Menetukan nilai ttabel dengan α = 0.95
4) Menuji hipotesis dengan ketentuan
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterimadan Ha ditolak
jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak
2. Analisis Data Non Tes
Dalam analisis data non tes, yakni observasi kegiatan
pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut.
Persentase (%) =
Keterangan n : Skor yang diperoleh
N : Jumlah seluruh nilai ideal tiap item
% : Angka persentase
41
Hasil perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan
sebagai berikut:
76% - 100% = Baik
56% - 75% = Cukup Baik
40% - 55% = Kurang Baik
Di bawah 40% = Tidak Baik
G. Hipotesis Statistik
H0 : ì1 = ì2
Ha: ì1 ≠ ì2
Keterangan:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
Ha: Terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
ì1: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
ì2: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Kegiatan Penelitian
Penelitian Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model
Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Sosiologi ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas, yakni kelas X6 yang
berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT) dan kelas X7 yang berjumlah 32 siswa
sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan pretest terlebih dahulu
pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Soal pretest ini telah
diujikan pada kelas XI IPS 1 yang pernah mempelajari materi yang akan
digunakan dalam penelitian, yakni materi tentang Pengendalian Sosial.
Soal pretest ini pun telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yakni dari 40
soal yang diujikan pada kelas XI IPS 1 dengan jumlah siswa sebanyak 25
orang, terdapat 23 soal valid, dan hanya 20 soal saja yang digunakan
sebagai soal pretest.
Penelitian pun dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah
pertemuan sebelumnya diadakan pretest. Penelitian kuasi eksperimen
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Numbered Head
Together ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, yakni pertemuan pertama
pada tanggal 27 April 2015 dan pertemuan ke 2 pada tanggal 2 Mei 2015.
Adapun langkah-langkah Numbered Head Together sendiri adalah:
a. Untuk memancing daya tarik siswa, terlebih dahulu peneliti
menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan dipelajari
dalam kegiatan pembelajaran, kemudian peniliti menampilkan bagan
materi yang akan dipelajari
43
b. Peneliti membentuk siswa ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok
diberi rincian materi pembelajaran dan LKS dengan tugas yang
berbeda-beda masing-masing kelompoknya.
c. Peneliti memberikan nomor kepala kepada masing-masing siswa
d. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
e. Siswa diperbolehkan untuk mencari jawaban di dalam buku paketnya
masing-masing atau searching via internet
f. Peneliti mendatangi tiap-tiap kelompok untuk melihat keaktifan siswa
dan memberikan bantuan jika siswa mendapat kesulitan.
g. Setelah waktu diskusi dirasa cukup, peneliti memanggil secara acak
nomor kepala siswa.
h. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
i. Siswa yang tidak terpanggil nomornya bertugas memperhatikan
penjelasan temannya, membantu dan bertanya jika ada pertanyaan.
j. Peneliti mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan mengomentari
kinerja siswa baik dalam kegiatan diskusi maupun presentasi dan
meluruskan jika ada hal-hal yang tidak sesuai.
k. Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa yang telah tampil di
depan kelas
l. Peneliti dan siswa bersama-sama merangkum materi pembelajaran.
Setelah dilaksanakan pertemuan pertama dan kedua menggunakan
metode numbered head together, maka pada pertemuan berikutnya diadakan
posttest dengan soal yang sama dengan pretest.
Adapun langkah-langkah yang dipakai dalam kelas kontrol adalah
sebagai berikut:
a. Sama pada metode NHT, terlebih dahulu peneliti menampilkan foto-
foto dan video tentang materi yang akan dipelajari dalam kegiatan
pembelajaran
b. Peneliti menjelaskan materi pembelajaran
c. Siswa dipancing untuk memberikan tanggapan dengan mengaitkan
materi pembelajaran dengan video dan gambar yang telah ditampilkan
44
d. Siswa bertanya kepada peneliti jika ada materi yang kurang dipahami
e. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang dipelajari untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
materi.
f. Peneliti dan siswa bersama-sama merangkum materi pembelajaran
2. Deskripsi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berikut ini disajikan hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Diagram 4.1
Diagram Hasil Pretest Kelas Experimen
Diagram 4.2
Diagram Hasil Pretest Kelas Kontrol
0123456789
40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 -74
1 2 3 4 5 6 7
Kelas Eksperimen (Pretest)
Frekuensi
0
2
4
6
8
10
12
14
25 - 33 34 - 42 43 - 51 52 - 60 61 - 69 70 - 78 79 -87
1 2 3 4 5 6 7
Kelas Kontrol (Pretest)
Frekuensi
45
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa pada kelas
eksperimen, siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 2 orang atau
6% pada rentang 40 sampai 44 dan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
sebanyak 6 orang atau 18% pada rentang 70 sampai 74, serta nilai yang
paling banyak diperoleh siswa yakni terdapat pada rentang 50 sampai 54
sebanyak 8 orang atau 24% dari jumlah keseluruhan siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol, rentang terendah nilai siswa adalah
25 sampai 33 dengan siswa sebanyak 2 orang atau 6% dan siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi sebanyak 1 orang pada rentang nilai 79 sampai
87 atau 3%, serta serta nilai yang paling banyak diperoleh siswa yakni
terdapat pada rentang 52 sampai 60 sebanyak 12 orang atau 37% dari
jumlah keseluruhan siswa. Dari kedua data tersebut, diketahui bahwa
masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai rendah, baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
Berikut disajikan data statistik pretest kedua kelompok tersebut.
Tabel 4.1
Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minimum 40 25
Maksimum 70 80
Rata-Rata 60 57.7
Standar Deviasi 8.85 11.3
Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai terendah kelas eksperimen
adalah 40 dan tertinggi dengan nilai 70. Sedangkan untuk kelas kontrol,
nilai terendah adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 80, serta memiliki rata
nilai untuk kelas eksperimen 60 dan kelas kontrol 57.7. Dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok ini masih memiliki nilai yang cukup rendah.
46
3. Deskripsi Posttest kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berikut ini disajikan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Diagram 4.3
Diagram Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Diagram 4.4
Diagram Hasil Posttest Kelas Kontrol
0
2
4
6
8
10
12
14
65 -69 70 - 74 75 - 79 80 - 84 85 - 89 90 - 94 95 - 99
1 2 3 4 5 6 7
Kelas Eksperimen (Posttest)
Frekuensi
0123456789
50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 79 80 - 84
1 2 3 4 5 6 7
Kelas Kontrol (Posttest)
Frekuensi
47
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa pada kelas
eksperimen, siswa yang mendapatkan nilai terendah terdapat pada rentang
65 sampai 69 sebanyak 1 orang atau 3% dan siswa yang mendapatkan
nilai tertinggi terdapat pada rentang 95 sampai 99 sebanyak 2 orang atau
6%, serta nilai yang paling banyak diperoleh siswa yakni pada rentang 80
sampai 84 sebanyak 12 siswa atau 36% dari jumlah keseluruhan siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol, rentang terendah nilai siswa adalah
50 sampai 54 dengan siswa sebanyak 1 orang atau 3% dan siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi sebanyak 2 orang atau 6% pada rentang nilai
80 samapai 84. Serta pada rentang 65 sampai 69 dan 75 sampai 79 masing-
masing terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai pada rentang tersebut, atau
setara dengan 25% pada rentang 65 sampai 69 dan 25% pada rentang 75
sampai 79.
Berdasarkan hasil posttest, kedua kelompok memiliki perubahan
nilai menjadi lebih baik, namun nilai tertinggi banyak diperoleh oleh kelas
eksperimen dengan rentang nilai lebih tinggi pula dibanding dengan kelas
kontrol.
Berikut disajikan data statistikposttest kedua kelompok tersebut.
Tabel 4.2
Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minimum 65 50
Maksimum 95 80
Rata-Rata 85.6 69.5
Standar Deviasi 6.53 7.51
Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai terendah kelas eksperimen
adalah 65 dan tertinggi dengan nilai 95. Sedangkan untuk kelas kontrol,
nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi sama dengan nilai pretest 80,
serta memiliki rata nilai untuk kelas eksperimen 85.6 dan kelas kontrol
48
69.5. Ini menunjukkan bahwa hasil rata-rata hasil posttest kelas
eksperimen jauh lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
B. Hasil Analisis Data Tes
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi-Kuadrat (χ2), uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data
berdistribusi normal bila memenuhi kriteria χ2
hitung ≤ χ2tabel.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel
penelitian dilihat pada tebel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 33 33 32 32
60 85.6 57.7 69.55
χ2
hitung 8.55 6.76 9.46 2.42
χ2
tabel 12.592 12.592 12.592 12.592
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi α = 0.05 dengan
derajat kebebasan (dk) = 6 untuk kedua kelompok sampel penelitian.
Berdasarkan table 4.3 dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol hasil χ2
hitung ≤ χ2
tabel, maka dapat
disimpulkan kedua data kelompok tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Pretest-Posttest
Setelah kedua kelompok sampel dinyatakan normal,
selanjutnya uji homogenitas. Uji homogenitas varians digunakan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
49
sama (homogen) atau berbeda (heterogen). Dalam penelitian ini
homogenitas didapat dengan menggunakan uji-Fisher. Kriteria
pengujian yang dilakukan yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen
apabila hitung ≤ tabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok dapat
dilihat seperti table 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest
Statistik Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
S2 128 78.8 56.45 42.6
hitung 1.63 1.33
tabel 1.81 1.81
Kesimpulan Homogen Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi α = 0.05 dengan
derajat kebebasan (dk1) = 31 dan (dk2) = 32. Dari table 4.4 di atas
dapat dilihat pretest hitung= 1.63 dan Posttest hitung= 1.33 serta tabel =
1.81, maka hitung ≤ tabel. Dapat disimpulkan bahwa kedua data
tersebut berasal dari populasi yang homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan dan diketahui bahwa dua kelas
berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan anatara skor pretest dan posttest kelompok eksperimen
dengan skor pretest dan posttest kelompok kontrol. Untuk pengujian
tersebut terdapat ketentuan sebagai berikut:
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95 dan jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima
pada tingkat kepercayaan 0.95.
50
Adapun hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji-t
terhadap hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dapat dilihat pada table 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
N 32 33
57.7 60
S2 128 78.27
Sgabungan 10.13
thitung 0.91
ttabel 1.669
Perbandingan -1.669 < 0.91< 1.669
Kesimpulan thitung< ttabel = H0 diterima dan Ha ditolak, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
nilai rata-rata hasil belajar pretest kelompok
kontrol dengan nilai rata-rata hasil belajar pretest
kelompok eksperimen.
Bedasakan data hasil pada tabel 4.5 diketahui thitung = 0.91 dan
ttabel = 1.699 maka thitung< ttabel, dan dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar pretest kelompok
kontrol dengan nilai rata-rata hasil belajar pretest kelompok
eksperimen.
Selanjutnya akan dipaparkan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan dengan uji-t terhadap hasil posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dapat dilihat pada table 4.6 dibawah ini:
51
Tabel 4.6
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
N 32 33
69.5 85.6
S2
56.45 42.6
Sgabungan 7.02
thitung 9.23
ttabel 1.669
Perbandingan 9.23> 1.669
Kesimpulan thitung> ttabel = H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat perbedaan antara peroleh nilai rata-rata
hasil belajar kelompok kontrol dengan perolehan
nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen.
Bedasakan data hasil pada tabel 4.6 diketahui thitung = 9.23 dan
ttabel = 1.699 maka thitung> ttabel, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan nilai rata-rata hasil belajar pretest kelompok kontrol dengan
nilai rata-rata hasil belajar pretest kelompok eksperimen.
C. Hasil Analisis Data Non Tes
1. Kelas Eksperimen
Dalam observasi kelas eksperimen terdapat 19 butir penilaian
dengan skor 1 – 4, dimana 1=tidak baik, 2=kurang baik, 3= cukup, 4=baik.
berdasarkan lembar pengamatan, diperoleh data dan hasil sebagai berikut:
Pertemuan 1
Terdapat 14 butir penilaian bernilai 4, dan 5 butir bernilai 3. maka
Persentase (%)
(baik)
52
Pertemuan 2
Terdapat 18 butir penilaian bernilai 4, dan 1 butir bernilai 3. maka
Persentase (%)
(baik)
Dapat dilihat pada pertemuan 1 diperoleh niilai 93.42% dan pada
pertemuan 2 diperoleh 98.68%. Maka dapat disimpulkan, baik pada
pertemuan 1 maupun pertemuan 2 proses pembelajaran kelas eksperimen
berjalan dengan baik sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disiapkan selayaknya strategi pembelajaran kooperatif model numbered
head together.
2. Kelas Kontrol
Dalam observasi kelas kontrol terdapat 11 butir penilaian dengan
skor 1 – 4, dimana 1=tidak baik, 2=kurang baik, 3= cukup, 4=baik.
berdasarkan lembar pengamatan, diperoleh data dan hasil sebagai berikut:
Pertemuan 1
Terdapat 5 butir penilaian bernilai 4, dan 6 butir bernilai 3. maka
Persentase (%)
(baik)
Pertemuan 2
Terdapat 18 butir penilaian bernilai 4, dan 1 butir bernilai 3. maka
Persentase (%)
(baik)
Dapat dilihat pada pertemuan 1 diperoleh niilai 86.36% dan pada
pertemuan 2 diperoleh 97.72%. Maka dapat disimpulkan, baik pada
53
pertemuan 1 maupun pertemuan 2 proses pembelajaran kelas kontrol
berjalan dengan baik sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disiapkan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada pretest diketahui bahwa tidak
terdapat perbedaan antara rata-rata pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Namun pada uji hipotesis posttest terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, padahal soal pretest dan
posttest yang diujikan pada kedua kelas tersebut adalah soal yang sama.
Pada awalnya kemampuan kedua kelas tersebut adalah sama, namun,
karena dilakukannya proses pembelajaran yang berbeda yakni kelas kontrol
dengan metode konvensional dan kelas eksperimen dengan strategi
pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together, kemampuan
menjawab soal kedua kedua kelas tersebut pun menjadi berbeda, dengan kelas
eksperimen memperoleh nilai jauh lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal
ini pun jelas dikarenakan perlakuan cara mengajar yang berbeda pada kedua
kelas tersebut.
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, “Dalam proses pembelajaran,
guru hendaknya berupaya untuk mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas,
latihan-latihan, menggunakan cara kerja tertentu, rumus agar siswa mampu
meningkatkan kemampuannya di dalam mengolah pesan-pesan
pembelajaran”,1
karena pemahaman pesan-pesan pembelajaran tersebut
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Cara kerja yang dilakukan
untuk memudahkan siswa mengolah pesean-pesan pembelajaran dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
model NHT.
Strategi pembelajaran kooperatif model NHT memiliki
karakteristik diantaranya Individual Accountability yakni tiap individu
dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tak bisa
1
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 144
54
dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok
sebagai masalah bersama. Social Skills yaitu mendidik siswa untuk
menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau
pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok.
Positive Interdependence: siswa belajar saling tergantung satu sama
lain secara positif dalam kelompok. Group Processing: memberikan
kepada siswa pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban
atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama.
Getting better together: siswa mendapatkan sesuatu yang lebih baik
secara bersama di dalam kebersamaan.2
Ide-ide dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif model NHT datang dari siswa sendiri, siswa menggali sendiri
materi pembelajaran tersebut, mencoba mencari solusi dari masalah yang
diberikan dan guru hanya bersifat sebagai pembimbing dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran dari siswa dan
untuk siswa, dan sesuatu yang datang dari diri sendiri akan lebih mudah
melekat dan diingat dalam waktu yang lama. Hal ini pun sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran, kelas yang menggunakan strategi
pembelejaran kooperatif model NHT terlihat lebih aktif, saling bekerjasama
antar teman dalam satu kelompok, serius dalam mempelajari materi,
bertanggung jawab dalam memecahkan masalah, dan dapat menyampaikan
pendapat dengan baik. Berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakn
metode konvensional, siswa terlihat pasif dan jenuh bahkan ada beberapa
siswa yang tidak fokus pada penjelasan guru. Dapat disimpulkan bahwa,
selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, strategi pembelajaran
kooperatif model NHT pun dapat menjadikan siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
2 Yusri Panggabean, B. Kresyen Purba, dan Oditha R. Hutabarat, Strategi, Model, dan
Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2006), h. 76
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis data, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas
X konsep pengendalian sosial. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest
siswa kelompok Numbered Head Together lebih besar dibanding rata-rata
hasil posttest kelompok konvensional, yakni 69.5 untuk kelas kontrol dan
85.6 untuk kelas eksperimen. Pengujian ujit-t berdasarkan data posttest kedua
kelompok tersebut pun memperoleh thitung sebesar 9.23 dan ttabel sebesar 1.669,
ini berarti thitung > ttabel yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak.
B. Saran
1. Bagi Siswa, pelajari terlebih dahulu materi yang akan di bahas di dalam
kelas, agar pemahaman terhadap materi semakin mantap, bertanyalah jika
ada hal yang tidak dipahami.
2. Bagi guru, Guru harus lebih kreatif dalam menciptakan proses
pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan tidak merasa jenuh dalam
belajar, Numbered Head Together merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi tidak
membosankan dan menuntut siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah, menyediakan media pembelajaran seperti proyektor di
setiap kelas agar memudahkan guru dalam penyampaian materi.
4. Bagi Peneliti, Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Numbered
Head Together secara jelas di awal pembelajaran, agar siswa tidak
bingung dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
Numbered Head Together tersebut.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Lif Khoiru., dan Setyono, Hendro Ari. Strategi Pembelajaran
Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Cet. 1, 2011.
Ali, Mohammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Penelitian. Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2010.
Arikunto. Dasar-Dasar Statistik. Jakarta: Erlangga, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. 13,
2013.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.
Daruisama, Naru. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”,
http://www.idsejarah.net, 15 September 2015.
Djamarah, Syaiful Bahri., dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rhineka Cipta, 2010.
Herinaldi. Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga,
2005.
Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
2000.
Indrawan, Febri “Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah “IDEAL” dengan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2014, http://repository.uinjkt.ac.id
Junaedi dkk. Strategi Pembelajaran paket 1-7. Learning Assistance Program For
Islamic Schools, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset. Cet. 6, 2009.
Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 9, 2007.
57
Masitoh., dan Laksmi, Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Cet. 1, 2009.
Pahmi, Achmad Chaerul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS MIS Mathlaul’Huda”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2014, http://repository.uinjkt.ac.id
Panggabean, Yusri, dkk. Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum
2006. Bandung: Bina Media Informasi, 2006.
Razak, Yusron (editor). Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Mitra Sejahtera,
2008.
Redaksi, “Bedah SKL Mapel Sosiologi”, http://www.koranpendidikan.com, 27
Agustus 2015.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta. Cet. 6, 2010.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013.
Rahayu, Septia “Pengaruh Metode Numbered Head Together (NHT) terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP AL-Zahra Indonesia
Pamulang”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2014
http://repository.uinjkt.ac.id
Setiadi, Elly M., dan Kolip, Usman. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2011.
Siregar, Eveline., dan Nara, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Slameto. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003.
Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pendidikan IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2004.
Sumiati., dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.
Surya, Mohamad. Percikan Perjuangan Guru. Bandung: Bani Quraisy, 2004.
58
Susetyo, Budi. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika
Aditama. 2010.
Suyono. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran
Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Cet. 2, 2007
62
Lampiran 1
Uji Coba Instrumen
Nama :
Kelas :
Berilah tanda sialng (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling
benar!
1. Semua bentuk pengendalian sosial berisi pencegahan terhadap terjadinya
gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan, disebut
pengendalian sosial . . . .
a. preventifb. represif c. persuasif d. koersif e. efektif
2. Proses pengendalian sosial secara persuasif dapat diterapkan pada masyarakat
yang . . . .
a. tentram dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang telah melembaga
b. berasal dari suku atau ras yang berbeda-beda
c. berlatar belakang budaya beraneka ragam
d. belum memiliki nilai dan kaidah memadai
e. banyak mengalami konflik dengan masyarakat lain
3. Orang yang dihormati dalam masyarakat karena aktivitas dan kecakapannya
serta sifat-sifatnya dan merupakan bagian pranata sosial yang dapat
mengendalikan perilaku menyimpang disebut . . . .
a. tokoh masyarakat
b. polisi
c. hakim
d. kepala desa
e. lembaga pendidikan
4. Yang bukan termasuk pengendalian sosial koersif adalah . . . .
a. polisi mengingatkan para pemakai jalan raya
b. guru menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas perorangan
63
c. penerapan denda bagi sopir yang menurunkan penumpang di sembarang
temapat
d. menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran
e. menskors siswa yang tidak memakai seragam resmi
5. Contoh pengendalian sosial melalui lembaga resmi . . . .
a. pengroyokan pencopet oleh masyarakat
b. pembongkaran secara paksa pemukiman oleh warga
c. pembunuhan dukun palsu oleh sekelompok masyarakat
d. perampasan barang oleh sekelompok orang
e. penembakan pelaku kejahatan yang mencoba menyerang polisi
6. Bentuk pengendalian sosial secara tidak resmi yang lebih mudah dimengerti
oleh seseorang karena diekspresikan secara terbuka adalah . . . .
a. desas-desus
b. pengucilan
c. celaan
d. ejekan
e. desas-desus dan pengucilan
7. Apabila kritik sosial untuk pengendalian sosial secara terbuka tidak dapat
dilakukan lagi, maka pengendalian sosialakan dilakukan melalui . . . .
a. celaan
b. pengucilan
c. ejekan
d. desas-desus
e. desas-desus
dan celaan
8. Intimidasi merupakan salah satu pengendalian sosial yang dilakukan dengan
cara . . . .
a. mengancam dan menakut-
nakuti
b. menegur secara langsung
c. memberikan sanksi tegas
d. mencemooh
e. membuat gossip
9. Sekolah dapat menjadi pelaku pengendalian sosial dengan cara . . . .
a. memenjarakan murid yang melanggar peraturan
b. mencerdaskan murid-muridnya
64
c. memberi kebebasan kepada murid-muridnya untuk berperilaku
d. mendidik, menasihati, dan mengajar murid-muridnya
e. mencerdaskan murid-muridnya
10. Contoh pengendalian yang efektif pada masyarakat dewasa ini yang berkaitan
dengan fungsi tokoh masyarakat adalah . . . .
a. kesederhanaan
b. kejujuran
c. keteladan
d. sanksi yang keras
e. peningkatan kesejahteraan
11. Wujud pelaksanaan sanksi yang merupakan sarana pengendalian sosial
adalah . . . .
a. konvensi dan adat istiadat
b. nilai dan norma sosial
c. hukum pidana dan perdata
d. nilai dan norma sosial
e. peraturan perundang-
undanagan
12. Sejak dicanangkan pemberantasan KKN di berbagai media, kecenderungan
KKN mulai menurun. Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
media massa adalah . . . .
a. memberi sanksi hukum
b. sebagai lembaga control sosial
c. mengungkap kasus penyimpangan
d. memacu pemerintah menegakkan wibawa hukum
e. menagkap dan menasehati pelaku kejahatan
13. Seorang siswa kelas X SMA melaporkan tetangganya yang menyimpan ganja
kering kepada petuga polisi. Dari kasus ini, peran polisi adalah . . . .
a. menangkap dan memberikan sanksi kurungan
b. menjaga keamanan dan menyidik perkara pidana
c. menjaga ketertiban dan menjatuhkan sanksi
d. mengakap dan menasehati pelaku kejahatan
e. mengusut, mengambil barang bukti, dan memberi hukuman
65
14. Upaya menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga seseorang terpaksa taat
dan mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung
merupakan pengendalian sosial melalui . . . .
a. kompulasi b. pervasi c. persuasif d. koersif e. aplikatif
15. Pelaku pengendalian sosial yang sering melakukan pengendalian sosial
dengan cara demonstrasi adalah . . . .
a. tokoh
masyarakat
b. keluarga
c. sekolah
d. mahasiswa
e. polisi
16. Anjuran tentang perlunya menjaga kesehatan yang diulang-ulang di TV, radio,
ceramah-ceramah atau dimanapun yang akhirnya membuat orang
mengikutinya disebut . . . .
a. resmi b. tak resmi c. pervasi d. kompulasi e. formal
17. Salah satu contoh bentuk pengendalian sosial dengan kekerasan fisik
adalah . . . .
a. seorang guru menegur muridnya yang menyontek
b. orang bertaubat dari perbuatannya
c. ancaman psikologis terhadap penyimpangan
d. seorang ibu yang memukul anaknya karena tidak mematuhi norma yang
berlaku
e. orang tua yang mengajari anaknya untuk mematuhi norma yang berlaku
18. Ostrasisme merupakan cara pengendalian sosial yang dilakukan dengan
cara . . . .
a. menegur secara langsung orang yang melakukan penyimpangan sosial
b. membicarakan kesalahan orang lain
c. tidak mengajak bicara orang yang melakukan penyimpangan
d. membiarkan orang berbuat kesalahan
e. mengusir orang yang melakukan penyimpangan sosial
66
19. Seseorang yang tidak berani menghadapi lawannya ia meminta bantuan orang
lain misalnya bapaknya. Pengendalian sosial seperti ini berupa . . . .
a. intimidas
b. ostrasisme
c. fraudulens
d. pendidikan
e. teguran
20. Cara pengendalian sosial yang sering dilakukan oleh polisi atau aparat
penegak hukum adalah . . . .
a. Fraudulens b. ostratisme c. intimidasi d. gossip e. cemooh
21. Suatu lembaga milik Negara yang mempunyai wewenang untuk menyelidiki,
mengusut, dan menjatuhkan hukuman kepada warga masyarakat yang
melakukan penyimpangan atau melanggar hukum adalah . . . .
a. polisi b. pengadilan c. hakim d. jaksa e. pengacara
22. Pengendalian sosial berikut ini yang bersifat preventif adalah . . . .
a. sosialisasib. ostrasisme c. cemooh d. gossip e. fraudulens
23. Diadakannya ceramah tentang bahaya penyalahgunaan narkotika yang diikuti
oleh seluruh siswa suatu sekolah merupakan upaya pengendalian sosial
secara . . . .
a. preventif b. represif c. rehabilitasid. kuratif e. fakultatif
24. Pengendalian sosial represif adalah …
a. sekolah sebagai alat kontrol menyimpang
b. jika seseorang dijatuhi hukuman
c. hukuman yang tidak pernah pasti
d. mencemooh orang lain
e. membicarakan kesalahan orang lain
25. Pengendalian sosial pada dasarnya mempunyai tujuan untuk …
a. menciptakan masyarakat yang tidak bebas
b. membatasi perilaku anggota masyarakat
c. mencapai keserasian dan keteraturan dalam masyarakat
67
d. menciptakan masyarakat yang makmur
e. menghukum setiap perilaku menyimpang
26. Contoh pengendalian sosial secara preventif adalah ….
a. polisi menahan pelaku pemerkosaan dan pembunuhan
b. pengadilan memutuskan agar agus membayar utangnya
c. hukuman penjara bagi terdakwa kasus pencurian
d. guru menasihati muridnya agar jangan terlibat narkotik
e. usaha menangani kenakalan remaja yang semakin meningkat
27. Surat kabar daerah memberitakan keputusan pengadilan tentang kasus korupsi
yang terjadi di instansi pemerintah. Pemberitaan tersebut tergolong
pengendalian sosial yang disebut….
a. gossip b. persuasif c. represif d. koersif e. edukatif
28. Maraknya tempat hiburan di kampung-kampung yang tidak tertata dengan
baik menyebabkan protes masyarakat agar segera ditindak karena sangat
meresahkan. Beberapa kali dilakukan penutupan tetapi dibangun lagi. Kasus
seperti ini akhirnya banyak menimbulkan kemarahan masyarakat sehingga
mereka bertindak sendiri dengan merusak dan membakar tempat tersebut.
Tindakan masyarakat seperti ini terjadi karena....
a. masyarakat mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial
b. jumlah aparat penegak hukum kurang mencukupi
c. sebagian lembaga pengendalian sosial tidak berfungsi
d. kebutuhan akan tempat hiburan semakin besar
e. tempat tersebut tidak menyerap tenaga kerja
29. Berikut adalah salah satu contoh pengendalian sosial persuasif yang
dilakukan oleh seorang guru di kelas, yaitu….
a. memarahi murid di depan kelas
b. menghukum siswa di depan kelas
c. mengeluarkan siswa yang melanggar peraturan di kelas
68
d. siswa diberi tugas membersihkan kelas
e. menasehati siswa agar tidak membolos
30. Secara umum pengendalian sosial memiliki fungsi….
a. agar nilai dan norma sosial dapat dijalankan warga masyaarakat
b. agar terjadi hubungan yang harmonis antar warga masyarakat
c. agar tercipta suasana saling menghargai antar warga
d. menjadikan warga masyarakat patuh
e. menciptakan pola-pola kebiasaan
31. Para koruptor dijatuhi hukuman fisik dan penjara berdasarkan keputusan
sidang pengadilan yang memiliki kekuatan tetap. Contoh pengendalian sosial
tersebut, berdasarkan caranya tergolong jenis....
a. proaktif b. preventif c. represif d. persuasif e. koersif
32. Desa Sukamaju memperoleh peghargaan dari Pemerintah Kabupaten karena
seluruh masyarakatnya telah memenuhi tanggungjawab sebagai warga
sehingga daerah tersebut mendapat predikat sebagai daerah paling indah dan
bersih. Ketika ada sebagian anggota masyarakat membuang sampah tidak
pada tempatnya dan merusak alam, maka anggota masyarakat yang lain
menegurnya bahkan dengan kata-kata keras sehingga tidak ada lagi warga
yang berbuat negatif. Kasus tersebut menunjukkan fungsi pengendalian sosial
yaitu untuk ....
a. mendapatkan piagam penghargaan
b. membatasi perilaku masyarakat
c. mengembangkan keberanian
d. menanamkan rasa takut
e. menciptakan konflik
33. Tingginya jumlah kecelakaan lalu lintas pada remaja di jalan raya
menyebabkan banyak orang tua menjadi semakin khawatir kepada anak-
anaknya. Hal ini dipicu oleh banyaknya para remaja yang ngebut saat
69
mengendarai kendaraan bermotor. Kejadian tersebut menyebabkan banyak ibu
yang selalu berpesan kepada anaknya agar jika mengendarai motor di jalan
raya untuk tidak ngebut sebab dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain.
Dari contoh kasus tersebut, terdapat upaya pengendalian sosial yang bersifat ....
a. represif
b. kuratif
c. preventif
d. persuasif
e. koersif
34. Pengendalian sosial merupakan cara dan proses yang ditempuh sekelompok
orang atau masyarakat agar tercipta ketertiban sosial. Dengan demikian,
pengendalian sosial mempunyai fungsi agar....
a. terjadi segmentasi dalam masyarakat
b. terbentuk hukum tertulis yang baku
c. terdorong timbulnya sosialisasi
d. tercipta kehidupan sosial yang tertib
e. terinternalisasi semua kebudayaan
35. Ketika lebaran banyak anggota masyarakat yang pulang mudik dengan
mengendarai sepeda motor. Pada tahun awal tren mudik dengan sepeda motor
sempat mengagetkan sekaligus memacetkan kelancaran lalu lintas karena
ketidaktertiban berlalulintas. Pada tahun berikutnya banyak pengendara yang
dihimbau agar tertib dan berkelompok yang dikawal polisi dalam perjalanan.
Tindakan polisi tersebut berdasarkan caranya tergolong kedalam pengendalian
sosial . . . .
a. Persuasif b. kuratif c. koersif d. represif e. preventif
36. Seorang polisi memberhentikan pengendara mobil dan memeriksa
kelengkapan surat-surat kendaraanya. Karena surat-suratnya tidak lengkap,
maka pengendara tersebut ditilang. Berdasarkan sifatnya, pengendalian social
yang dilakukan polisi adalah . . . .
a. preventif b. represif c. persuasif d. koersif e. kurasif
70
37. Pada masa sekarang tindakan KKNyang merugikan rakyat sering dilakukan.
Kasus ini menunjukkan lemahnya sistem pengendalian sosial Negara pada
lembaga….
a. keagamaan, kepolisian dan kehakiman
b. keamanan, pendidikan dan kepolisian
c. pendidikan, kepolisian dan kehakiman
d. pendidikan, kepolisian dan kejaksaan
e. kepolisian, kejaksaan dan kehakiman
38. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menyatakan perang terhadap korupsi
dan mengingatkan agar tidak mencoba melakukan tindak pidana korupsi.
Contoh pengendalian sosial tersebut, berdasarkan caranya tergolong jenis....
a. proaktif
b. preventif
c. represif
d. persuasif
e. koersif
39. Seorang guru mengatakan kepada murid-muridnya bahwa hanya pekerjaan siswa
yang tidak menyontek yang akan diperiksa. Hal tersebut merupakan contoh
pengendalian…
a. tekanan sosial
b. sosialisasi
c. cara persuasif
d. paksaan fisik
e. kekerasan
40. Banyaknya kasus kenakalan remaja pada akhir-akhir ini merupakan bentuk
akumulasi dari berbagai hal yang mendorong terjadinya perilaku tersebut.
Pada dasarnya remaja harus diarahkan dan dididik sejak dini agar memahami
tata laku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Meningkatnya kasus
kenakalan remaja tadi merupakan akibat tidak berfungsinya lembaga
pengendalian sosial utama yaitu....
a. kepolisian
b. kejaksaan
c. pengadilan
d. keluarga
e. sekolah
71
Lampiran 2
Data Hasil Uji Coba Instrumen
Kode
Siswa
Butir Soal (X)
Y 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
S-01 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 17
S-02 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 16
S-03 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
S-04 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 17
S-05 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 28
S-06 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 24
S-07 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 18
S-08 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 23
S-09 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 9
S-10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 30
S-11 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 21
S-12 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 19
S-13 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 15
S-14 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 26
S-15 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 21
S-16 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 22
S-17 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 26
S-18 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 23
S-19 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 25
S-20 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 27
S-21 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
S-22 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 11
S-23 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 18
S-24 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 21
S-25 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 26
21 2rnrthitung bb11 r1 r.2r
72
Lampiran 3
Uji Validitas Instrumen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 1
2 0.086 1
3 0.3
2 0.714 1
4 0.204
-0.1
4
-0.0
3 1
5 0.129
-0.4
5 -
0.2 0.315 1
6
-0.4
3
-0.0
1
-0.1
4
-0.0
5 0.011 1
7 0.123
0.538
0.384
0.302
-0.2
7
-0.2
4 1
8 0.375
-0.0
2
-0.1
1 -
0.1 0.021
-0.2
8 0.021 1
9 0.4
8 -
0.2 -
0.2 0.033
-0.1
4
-0.1
1
-0.1
4 0.614 1
10
-0.1
2 0.253
-0.3
8
-0.0
5
-0.2
5 0.242
0.136
0.236
0.138 1
11
-0.2
2
-0.1
1
-0.0
1 0.0
6 0.114
0.345
-0.3
4
-0.2
2
-0.2
8
-0.1
1 1
12 0.204
0.21
0.458
-0.1
7
-0.2
1 -
0.3 0.0
5 0.238
0.033
-0.3
0.06 1
13
-0.4
3 0.253
0.108
0.201
0.011
0.242
0.136
-0.2
8
-0.3
5 0.242
-0.1
1
-0.0
5 1
14
-0.4
1 0.1
4
-0.2
1
-0.1
7
-0.1
4 0.553
0.075
-0.1
5 -
0.2 0.553
-0.0
6
-0.1
7 0.553 1
15 0.2
8 0.487
0.282
-0.2
9
-0.3
2
-0.3
5 0.355
0.447
0.199
0.138
-0.2
8 0.033
-0.1
1 -
0.2 1
16 0.5 0.3 0.1
2
7E-
17 0.129
-0.4
3 0.431
0.375
0.08
0.185
-0.2
2 0.204
-0.1
2 0.102
0.48 1
17 0.656
0.016
0.022
0.076
-0.0
2
-0.3
7 0.081
0.226
0.54
-0.0
8
-0.5
2 0.076
-0.3
7
-0.3
6 0.352
0.421 1
18 0.042
-0.1
6
-0.3
9
-0.2
4 -
0.2 0.021
-0.0
2 0.215
0.387
0.277
-0.0
9
-0.0
7
-0.2
4 0.153
0.387
0.25
0.359 1
19 0.123
0.011
0.138
0.05
0.253
0.136
-0.1
4 0.021
0.108
-0.2
4
-0.3
4 0.0
5 0.136
0.075
0.108
0.123
0.369
0.236 1
20 0.564
-0.0
9 0.116
-0.1
-0.0
8
-0.1
7
-0.0
8 0.161
0.529
-0.1
7
-0.3
3 0.395
-0.4
2
-0.2
3 0.045
0.161
0.634
0.342
0.417 1
21 0.2
8 0.144
0.442
0.033
0.027
-0.1
1 0.108
0.113
0.199
-0.3
5
-0.2
8 0.523
0.138
-0.2
0.199
0.08
0.352
0.053
0.355
0.529 1
73
22
-0.2
5 0.343
0.08 0
0.086
0.431
0.185
-0.1
7
-0.2
8 0.123
-0.1
5
-0.4
1 0.123
0.408
-0.0
8
2E-
17
-0.1
9
-0.2
5 0.185
-0.3
6
-0.2
8 1
23 0.3 -
0.1 0.027
-0.1
4 0.103
-0.2
7 0.274
0.336
0.144
-0.0
1
-0.1
1 0.035
-0.2
7 -
0.3 0.487 0.3
0.217
0.379
0.011
0.256
0.144
-0.5
1 1
24 0.204
0.14
0.196 -0
0.035
0.05
0.201
0.102
-0.0
3 0.0
5
-0.0
6
-0.1
7 -
0.2
-0.2
5 0.294 -0
0.115
-0.1
-0.0
5
-0.0
7 -
0.2 -0 0.4
9 1
25 0.363
0.256
0.439
-0.1
-0.0
8 0.079
0.169
0.161
0.206
-0.1
7
-0.3
3 0.395
0.079
0.181
0.206
0.363
0.445
0.007
0.417
0.351
0.529
0.04
0.083
0.099 1
26 0.579
0.336
0.471
0.327
0.046
-0.3
2 0.592
0.282
0.243
-0.0
4
-0.4
7 0.145
-0.0
4
-0.3
3 0.421
0.356
0.484
0.089
0.318
0.345
0.421
-0.1
3 0.527 0.4
0.345 1
27
-0.1
3 0.046
-0.1
1 0.218
0.145
0.044
0.23
-0.4
7
-0.4
2 0.044
0.144
-0.1
5 0.318
0.327
-0.2
4 0.312
-0.0
7
-0.0
9
-0.0
4
-0.1
7
-0.2
4 0.134
-0.1
5
-0.2
2
-0.1
7
-0.2
1 1
28 0.123
0.538
0.384
-0.2
-0.5
4
-0.2
4 0.242
0.277
0.108
0.136
-0.3
4 0.302
0.136
0.075
0.355
0.123
0.081
-0.2
8
-0.1
4
-0.0
8 0.108
0.185
-0.2
5
-0.0
5 0.417
0.044
-0.3
2 1
29 0.363
0.256
0.277
-0.4
3
-0.4
3
-0.1
7 0.169
0.329
0.368
-0.1
7
-0.3
3 0.2
3
-0.4
2
-0.2
3 0.529
0.161
0.445
0.342
0.169
0.351
0.206
0.04
0.256
0.099
0.351
0.345
-0.3
4 0.417 1
30 0.363
0.256
0.439
-0.1
0.263
0.079
-0.0
8 0.329
0.206
-0.1
7
-0.0
4 0.2
3
-0.1
7
-0.2
3 0.206
0.161
0.257
-0.1
6 0.417
0.351
0.368
0.04
0.256
0.263
0.513
0.345
-0.3
4 0.169
0.188 1
31 0.134
0.336
0.114
-0.2
2
-0.3
4
-0.0
4 0.318
0.468
0.243
0.23
-0.1
4 0.145
-0.0
4 0.127
0.421
0.356
0.067
-0.1
-0.2
3
-0.0
1 0.064
0.089
0.145
0.036
0.345
0.008
-0.0
1 0.592
0.345
0.345 1
32
-0.0
9
-0.0
5 0.114
-0.0
4
-0.1
5
-0.3
2 0.318
-0.0
9
-0.1
1
-0.3
2
-0.1
4 0.509
-0.0
4 0.127
-0.1
1 0.356
0.067
0.089
0.044
0.165
0.243
-0.1
3
-0.0
5
-0.3
3 0.345
0.008
0.19
0.044
-0.0
1
-0.1
9 0.008 1
33
-0.0
5 0.217
0.022
-0.3
1
-0.2
2
-0.0
8 0.369
0.226
0.165
0.208
-0.5
2 0.268
-0.0
8 0.115
0.165
0.187
0.123
0.164
0.081
0.445
0.352
0.047
0.217
-0.0
8 0.068
0.275
-0.0
7 0.081
0.257
0.068
0.275
0.275 1
34 0.204
0.14
0.196
-0.1
7
-0.3
2
-0.4
5 0.201
0.442
0.294
0.05
-0.3
6 0.5 0.0
5
-0.2
5 0.458
0.204
0.306
0.068
-0.0
5 0.263
0.458
-0.6
1 0.4
9 0.167
0.428 0.4
-0.4
0.452
0.263
0.263 0.4
0.218
0.306 1
35 0.443
-0.0
8 0.206
-0.0
7 0.256
-0.3
3 0.079
0.007
0.116
-0.3
3
-0.2
6 0.428
-0.3
3
-0.1
8
-0.0
5 0.443
0.498
0.161
0.327
0.623
0.439
-0.2
4 0.263
-0.1
0.461
0.373
-0.0
1
-0.1
7 0.136
0.299
-0.1
7 0.553
0.309
0.23 1
36 0.281
0.385
0.352
-0.0
8
-0.1
8
-0.2
1 0.208
0.164
0.21
0.081
-0.1
7 0.115
0.081
-0.1
1 0.585
0.281
0.316
0.226
0.208
0.309
0.397
-0.2
8 0.385
0.268
0.309
0.35
-0.1
4 0.208
0.121
0.498
0.35
-0.0
7 0.096
0.459
0.068 1
37 0.3 0.081
-0.1
4
-0.3
2
-0.2
6
-0.0
1 0.011
0.514
0.487
0.253
-0.4
3 0.035
-0.2
7 0.1
4 0.487 0.3
0.418
0.557
0.274
0.428
0.316
0.129
0.081
-0.2
1 0.256
0.145
-0.3
4 0.274
0.601
0.083
0.336
-0.0
5 0.418
0.14
0.09
0.185 1
38
3E-
17
-0.0
9 0.0
8 0
-0.1
3 0.123
-0.1
2
-0.1
7 0.1
2
-0.1
8
-0.1
5 -
0.2 0.123
-0.1
-0.0
8 -
0.5 0.047
-0.2
5
-0.1
2 0.0
4 0.1
2 0
-0.0
9 0.204
0.04
-0.1
3
-0.0
9 0.185
0.04
0.04
0.089
-0.3
6
-0.1
9 0
-0.2
4 0.187
-0.0
9 1
39
-0.4
2 0.385
-0.2
1 0.115
-0.3
9 0.369
0.208
-0.0
3 0.022
0.657
-0.1
7
-0.2
7 0.369
0.363
0.022
-0.1
9
-0.1
2 0.031
-0.0
8
-0.2
6
-0.1
6 0.421
-0.4
2
-0.1
1
-0.2
6
-0.0
7 0.067
0.208
-0.0
7
-0.2
6 0.142
-0.2
8 0.316
-0.1
1 -
0.5 -
0.1 0.185
-0.0
5 1
40 0.204
0.035
0.294
0.167
0.14
-0.3
0.302
0.238
0.033
-0.3
-0.2
4 0.167
0.201
-0.1
7 0.3
6 0.204
0.076
0.102
0.302
0.066
0.523
-0.2
0.385 -0
0.23
0.509
-0.1
5 0.0
5 0.2
3 0.2
3 0.145
0.145
0.076
0.333
0.099
0.497
0.21 -0
-0.2
7 1
rhit
ung
0.572
0.46
0.454
-0.0
4
-0.1
5
-0.2
3 0.477
0.485
0.413
0.044
-0.5
0.392
-0.0
6
-0.0
7 0.616
0.589
0.598
0.263
0.393
0.539
0.616
-0.1
0.431
0.188
0.689
0.719
-0.1
9 0.352
0.526
0.553
0.478
0.162
0.44
0.561
0.429
0.622
0.518
-0.0
6
-0.0
6 0.4
9
rta
bel
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
ket.
V V V TV TV TV V V V TV TV TV TV TV V V V TV TV V V TV V TV V V TV TV V V V TV V V V V V TV TV V
74
Lampiran 4
Uji Reliabilitas Instrumen
Data Soal Bernomor Ganjil
Data Soal Bernomor Genap
Kode
Siswa 1 3 5 7 9
1
1
1
3
1
5
1
7
1
9
2
1
2
3
2
5
2
7
2
9
3
1
3
3
3
5
3
7
3
9
J
ml Kode
Siswa 2 4 6 8
1
0
1
2
1
4
1
6
1
8
2
0
22
2
4
2
6
2
8
3
0
3
2
3
4
3
6
3
8
4
0
J
ml
S-01 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 8
S-01 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9
S-02 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 10
S-02 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6
S-03 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6
S-03 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6
S-04 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 10
S-04 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7
S-05 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14
S-05 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
S-06 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 11
S-06 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 13
S-07 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 9
S-07 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 9
S-08 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 13
S-08 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10
S-09 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4
S-09 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 5
S-10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15
S-10 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
S-11 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 11
S-11 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 9
S-12 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 11
S-12 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 8
S-13 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 7
S-13 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 8
S-14 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 14
S-14 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12
S-15 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11
S-15 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 9
S-16 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12
S-16 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10
S-17 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15
S-17 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 11
S-18 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 13
S-18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 10
S-19 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 13
S-19 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11
S-20 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 14
S-20 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13
S-21 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
S-21 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4
S-22 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6
S-22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 4
S-23 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 11
S-23 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7
S-24 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 11
S-24 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 10
S-25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15
S-25 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 11
21 2rnrthitung bb11 r1 r.2r 21 2rnrthitung bb11 r1 r.2r
75
Penghitungan Uji Reliabilitas melalui “data analysis” data pada Microsoft excel
Berdasarkan perhitungan melalui “data analysis” pada microsoft excel, di peroleh hasil sebagai berikut:
ganjil genap
ganjil 1
genap 0.841028 1
berdasarkan ddata hasil di atas, diketahui bahwa tingkat reliabelitas 0.841028 dan termasuk ke dalam
kriteria reliabilitas tinggi.
Jumlah Soal
Ganjil
Jumlah Soal
Genap
8 9
10 6
6 6
10 7
14 14
11 13
9 9
13 10
4 5
15 15
11 9
11 8
7 8
14 12
11 9
12 10
15 11
13 10
13 11
14 13
4 4
6 4
11 7
11 10
15 11
76
Lampiran 5
Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Skor
S-01 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 17
S-02 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 16
S-03 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
S-04 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 17
S-05 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 26
S-06 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 23
S-07 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 18
S-08 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 23
S-09 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
S-10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 30
S-11 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 20
S-12 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 18
S-13 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 15
S-14 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 28
S-15 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 20
S-16 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 22
S-17 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 27
S-18 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 24
S-19 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 24
S-20 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 26
S-21 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 10
S-22 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 9
S-23 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 19
S-24 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 21
S-25 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 26
Jml 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
25 25 25
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
JB 20 17 13 10 8 3 22 9 12 3 2 10 3 1 12 20 19 16 22 14 12 5 17 15 14 18 7 22 14 14 18 18 19 15 11 6 17 5 6 10
TK 80%
68%
52%
40%
32%
12%
88%
36%
48%
12%
8%
40%
12%
4%
48%
80%
76%
64%
88%
56%
48%
20%
68%
60%
56%
72%
28%
88%
56%
56%
72%
72%
76%
60%
44%
24%
68%
20%
24%
40%
K TK
M
u Se Se Se Se Su
M
u Se Se Su
S
u Se Su
S
u Se
M
u
M
u Se
M
u Se Se Su Se Se Se
M
u Su
M
u Se Se
M
u
M
u
M
u Se Se Su Se Su Su Se
77
Lampiran 6
Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian
Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Skor
S-10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 30
S-14 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 28
S-17 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 27
S-05 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 26
S-20 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 26
S-25 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 26
S-18 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 24
S-19 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 24
S-06 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 23
S-08 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 23
S-16 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 22
S-24 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 21
Kel. Atas 12 10 9 5 2 1 12 6 8 1 0 7 1 0 9 11 12 9 12 10 9 1 11 9 11 12 2 12 10 10 11 9 10 11 7 6 10 3 2 7
S-11 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 20
S-15 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 20
S-23 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 19
S-07 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 18
S-12 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 18
S-01 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 17
S-04 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 17
S-02 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 16
S-13 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 15
S-03 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
S-21 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 10
S-22 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 9
S-09 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
Kel. Bawah 8 7 4 5 6 2 10 3 4 2 2 3 2 1 3 9 7 7 10 4 3 4 6 6 3 6 5 10 4 4 7 9 9 4 4 0 7 2 4 3
DP 31 23 38 0 -31 -8
15 23 31 -8 -15 31 -8 -8 46 15 38 15 15 46 46 -23 38 23 62 46 -23 15 46 46 31 0 7.7 54 23 46 23 7.7 -15 31
B C B SJ SJ SJ J C B SJ SJ B SJ SJ B J B J J B B SJ B C SB B SJ J B B B SJ SJ SB C B C SJ SJ B
78
Lampiran 7
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
No Validitas Reliabilitas Tingkat
Kesukaran
Daya
Pembeda Keputusan
1 Valid Reliabel Mudah Baik Dipakai
2 Valid Reliabel Sedang Cukup Dipakai
3 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
4 Tidak Valid Reliabel Sedang S. Jelek Dibuang
5 Tidak Valid Reliabel Sedang S. Jelek Dibuang
6 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
7 Valid Reliabel Mudah Jelek Dibuang
8 Valid Reliabel Sedang Cukup Dipakai
9 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
10 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
11 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
12 Tidak Valid Reliabel Sedang Baik Dibuang
13 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
14 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
15 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
16 Valid Reliabel Mudah Jelek Dibuang
17 Valid Reliabel Mudah Baik Dipakai
18 Tidak Valid Reliabel Sedang Jelek Dibuang
19 Tidak Valid Reliabel Mudah Jelek Dibuang
20 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
21 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
22 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
23 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
24 Tidak Valid Reliabel Sedang Cukup Dibuang
25 Valid Reliabel Sedang S. Baik Dipakai
26 Valid Reliabel Mudah Baik Dipakai
27 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
28 Tidak Valid Reliabel Mudah Jelek Dibuang
29 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
30 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
31 Valid Reliabel Mudah Baik Dipakai
32 Tidak Valid Reliabel Mudah S. Jelek Dibuang
33 Valid Reliabel Mudah S. Jelek Dibuang
34 Valid Reliabel Sedang S. Baik Dipakai
35 Valid Reliabel Sedang Cukup Dipakai
36 Valid Reliabel Sukar Baik Dipakai
37 Valid Reliabel Sedang Cukup Dipakai
38 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
39 Tidak Valid Reliabel Sukar S. Jelek Dibuang
40 Valid Reliabel Sedang Baik Dipakai
79
Lampiran 8
Langkah-langkah Uji Validitas Instrumen
1. Masukkan data yang akan diuji kevalidannya pada Microsof Excel
2. Klik “Data” pada menu bar, kemudian klik “Data Analysis”
3. Pilih “Correlation” dan “Ok”
Selanjutnya akan muncul tampilan seperti di bawah ini
4. Klik tanda panah pada “Input Range”, block data yang akan diujikan
kevalidannya seperti gambar di atas, centang “Labels in First Row” dan “Ok”.
80
Maka akan tampil hasil uji validitas instrumen seperti gambar di bawah ini.
Nilai yang paling bawah adalah nilai rhitung.
5. Langkah selanjutnya adalah menentukan rtabel.
Diketahui jumlah siswa 25 orang, taraf signifikansi α = 5% , maka diketahui
rtabel = 0.396.
Jika rhitung >rtabel, maka soal dinyatakan valid, namun jika rhitung <rtabel maka soal
dinyatakan tidak valid.
81
Lampiran 9
Langkah-langkah Uji Reliabilitas Instrumen
1. Bagi data siswa ke dalam dua kelompok, yakni kelompok dengan soal
bernomor ganjil dan kelompok dengan soal bernomor genap.
2. Buka Sheet baru, copy kan data jumlah bernomor ganjil dan genap.
3. Klik “Data” “Data Anaysis” “Correlation” “Ok”
4. Klik tanda panah pada “Input Range”, block data yang akan diujikan
kevalidannya seperti gambar di atas, centang “Labels in First Row” dan “Ok”.
82
Maka diketahui tingkat reliabel adalah 0.841028 (tinggi)
83
Lampiran 10
Contoh Penghitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
A. Tingkat Kesukaran
Mencari tingkat kesukaran soal nomor 1, dengan langkah sebagai berikut:
Berdasarkan table interpretasi indeks kesukaran soal, maka indeks 80%
menunjukkan bahwa soal nomor 1 termasuk soal mudah.
B. Daya Pembeda Soal
Mencari daya pembeda soal nomor 1, dengan langkah sebagai berikut:
(
)
(
)
Berdasarkan table interpretasi daya pembeda, maka indeks 30.8 menunjukkan
bahwa soal nomor 1 termasuk soal baik.
84
Lampiran 11
SOAL PRETEST DAN POSTTEST
Nama :
Kelas :
Berilah tanda sialng (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling
benar!
1. Semua bentuk pengendalian sosial berisi pencegahan terhadap terjadinya
gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan, disebut
pengendalian sosial . . . .
a. preventif b. represif c. persuasif d. koersif e. efektif
2. Proses pengendalian sosial secara persuasif dapat diterapkan pada masyarakat
yang . . . .
a. tentram dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang telah melembaga
b. berasal dari suku atau ras yang berbeda-beda
c. berlatar belakang budaya beraneka ragam
d. belum memiliki nilai dan kaidah memadai
e. banyak mengalami konflik dengan masyarakat lain
3. Orang yang dihormati dalam masyarakat karena aktivitas dan kecakapannya
serta sifat-sifatnya dan merupakan bagian pranata sosial yang dapat
mengendalikan perilaku menyimpang disebut . . . .
a. tokoh masyarakat
b. polisi
c. hakim
d. kepala desa
e. lembaga pendidikan
4. Intimidasi merupakan salah satu pengendalian sosial yang dilakukan dengan
cara . . . .
a. mengancam dan menakut-nakuti
b. menegur secara langsung
c. memberikan sanksi tegas
85
d. mencemooh
e. membuat gossip
5. Sekolah dapat menjadi pelaku pengendalian sosial dengan cara . . . .
a. memenjarakan murid yang melanggar peraturan
b. mencerdaskan murid-muridnya
c. memberi kebebasan kepada murid-muridnya untuk berperilaku
d. mendidik, menasihati, dan mengajar murid-muridnya
e. mencerdaskan murid-muridnya
6. Pelaku pengendalian sosial yang sering melakukan pengendalian sosial
dengan cara demonstrasi adalah . . . .
a. tokoh
masyarakat
b. keluarga
c. sekolah
d. mahasiswa
e. polisi
7. Salah satu contoh bentuk pengendalian sosial dengan kekerasan fisik
adalah . . . .
a. seorang guru menegur muridnya yang menyontek
b. orang bertaubat dari perbuatannya
c. ancaman psikologis terhadap penyimpangan
d. seorang ibu yang memukul anaknya karena tidak mematuhi norma yang
berlaku
e. orang tua yang mengajari anaknya untuk mematuhi norma yang berlaku
8. Cara pengendalian sosial yang sering dilakukan oleh polisi atau aparat
penegak hukum adalah . . . .
a. Fraudulens b. ostratisme c. intimidasi d. gossip e. cemooh
9. Suatu lembaga milik Negara yang mempunyai wewenang untuk menyelidiki,
mengusut, dan menjatuhkan hukuman kepada warga masyarakat yang
melakukan penyimpangan atau melanggar hukum adalah . . . .
a. polisib. pengadilan c. hakim d. jaksa e. pengacara
86
10. Diadakannya ceramah tentang bahaya penyalahgunaan narkotika yang diikuti
oleh seluruh siswa suatu sekolah merupakan upaya pengendalian sosial
secara . . . .
a. preventif b. represif c. rehabilitasi d. kuratif e. fakultatif
11. Pengendalian sosial pada dasarnya mempunyai tujuan untuk …
a. menciptakan masyarakat yang tidak bebas
b. membatasi perilaku anggota masyarakat
c. mencapai keserasian dan keteraturan dalam masyarakat
d. menciptakan masyarakat yang makmur
e. menghukum setiap perilaku menyimpang
12. Contoh pengendalian sosial secara preventif adalah ….
a. polisi menahan pelaku pemerkosaan dan pembunuhan
b. pengadilan memutuskan agar agus membayar utangnya
c. hukuman penjara bagi terdakwa kasus pencurian
d. guru menasihati muridnya agar jangan terlibat narkotik
e. usaha menangani kenakalan remaja yang semakin meningkat
13. Berikut adalah salah satu contoh pengendalian sosial persuasif yang
dilakukan oleh seorang guru di kelas, yaitu….
a. memarahi murid di depan kelas
b. menghukum siswa di depan kelas
c. mengeluarkan siswa yang melanggar peraturan di kelas
d. siswa diberi tugas membersihkan kelas
e. menasehati siswa agar tidak membolos
14. Secara umum pengendalian sosial memiliki fungsi….
a. agar nilai dan norma sosial dapat dijalankan warga masyaarakat
b. agar terjadi hubungan yang harmonis antar warga masyarakat
c. agar tercipta suasana saling menghargai antar warga
d. menjadikan warga masyarakat patuh
e. menciptakan pola-pola kebiasaan
87
15. Para koruptor dijatuhi hukuman fisik dan penjara berdasarkan keputusan
sidang pengadilan yang memiliki kekuatan tetap. Contoh pengendalian sosial
tersebut, berdasarkan caranya tergolong jenis....
a. proaktif b. preventif c. represif d. persuasif e. Koersif
16. Pengendalian sosial merupakan cara dan proses yang ditempuh sekelompok
orang atau masyarakat agar tercipta ketertiban sosial. Dengan demikian,
pengendalian sosial mempunyai fungsi agar....
a. terjadi segmentasi dalam masyarakat
b. terbentuk hukum tertulis yang baku
c. terdorong timbulnya sosialisasi
d. tercipta kehidupan sosial yang tertib
e. terinternalisasi semua kebudayaan
17. Ketika lebaran banyak anggota masyarakat yang pulang mudik dengan
mengendarai sepeda motor. Pada tahun awal tren mudik dengan sepeda motor
sempat mengagetkan sekaligus memacetkan kelancaran lalu lintas karena
ketidaktertiban berlalulintas. Pada tahun berikutnya banyak pengendara yang
dihimbau agar tertib dan berkelompok yang dikawal polisi dalam perjalanan.
Tindakan polisi tersebut berdasarkan caranya tergolong kedalam pengendalian
sosial . . . .
a. Persuasif b. kuratif c. koersif d. represif e. preventif
18. Seorang polisi memberhentikan pengendara mobil dan memeriksa
kelengkapan surat-surat kendaraanya. Karena surat-suratnya tidak lengkap,
maka pengendara tersebut ditilang. Berdasarkan sifatnya, pengendalian social
yang dilakukan polisi adalah . . . .
a. preventif b. represif c. persuasif d. koersif e. kurasif
88
19. Pada masa sekarang tindakan KKN yang merugikan rakyat sering dilakukan.
Kasus ini menunjukkan lemahnya sistem pengendalian sosial Negara pada
lembaga….
a. keagamaan, kepolisian dan kehakiman
b. keamanan, pendidikan dan kepolisian
c. pendidikan, kepolisian dan kehakiman
d. pendidikan, kepolisian dan kejaksaan
e. kepolisian, kejaksaan dan kehakiman
20. Banyaknya kasus kenakalan remaja pada akhir-akhir ini merupakan bentuk
akumulasi dari berbagai hal yang mendorong terjadinya perilaku tersebut.
Pada dasarnya remaja harus diarahkan dan dididik sejak dini agar memahami
tata laku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Meningkatnya kasus
kenakalan remaja tadi merupakan akibat tidak berfungsinya lembaga
pengendalian sosial utama yaitu....
a. kepolisian b. kejaksaan c. pengadilan d. keluarga e. sekolah
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nilai Karakter : Jujur, Kreatif, Komunikatif, Tanggung Jawab, Kerjasama.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pengendalian sosial
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat pengendalian sosial
3. Siswa dapat mengkategorikan proses-proses pengendalian sosial
B. Materi Pokok / Pembelajaran
Aturan-aturan Sosial dalam Masyarakat
C. Metode Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 2 (2 JP)
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mendata kehadiran siswa
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 8 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas / semester : X Genap
Alokasiwaktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian
Kompetensi Dasar : Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian pengendalian sosial
2. Menjelaskan sifat-sifat pengendalian sosial
3. Mengkategorikan proses-proses pengendalian sosial
90
c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa
2. Kegiatan Inti (75’)
a. Eksplorasi
Guru menampilkan foto-foto atau video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
Guru menampilkan bagan materi yang akan dipelajari
Siswa memperhatikan penjelasan guru
b. Elaborasi
Guru membentuk siswa ke dalam 6 kelompok, setiap kelompok
diberitugas untuk mencari dan memahami sifat-sifat dan proses-
proses pengendalian sosial
Guru memberikan nomor kepala kepada masing-masing siswa
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
Siswa diperbolehkan untuk mencari jawaban di dalam buku
paketnya masing-masing atau searching via internet
Guru mendatangi tiap-tiap kelompok untuk melihat keaktifan siswa
dan memberikan bantuan jika siswa mendapat kesulitan
c. Konfirmasi
Guru memanggil secara acak nomor kepala siswa
Setiap perwakilan kelompok menjelaskan materi yang telah
didiskusikan. Dari kelompok 1 hingga kelompok 6 masing-masing
menjelaskan preventif, represif, persuasif, koersif, kompulasi dan
pervasi.
Siswa yang tidak terpanggil nomornya bertugas memperhatikan
penjelasan temannya, membantu dan bertanya jika ada pertanyaan.
Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan mengomentari
kinerja siswa baik dalam kegiatan diskusi maupun presentasi dan
meluruskan jika ada hal-hal yang tidak sesuai
91
3. Kegiatan Akhir (5’)
a. Guru mengapresiasi presentasi siswa dan memberikan hadiah
b. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa terkait materi yang telah
dipelajari
c. Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah dipelajari
d. Guru mengucapkan salam
E. Sumber belajar
1. Muin, Idianto, 2006, Sosiologi SMA/MA untuk kelas X, Jakarta, Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa Sosiologi Kelas X semester 2
3. Sumber dari artikel, internet dan bahan lain yang relevan
F. Media Pembelajaran
1. Papantulis
2. Spidol
3. Infocus
4. Video
5. Gambar
6. Laptop
7. LKS
Ciputat, April 2015
Memeriksa/ menyetujui
Guru Pamong
Mahasiswa
Hj. Siti Munawarah, S.pd
NIP. 197107252010012002
Dini Dhaifina Nur
NIP.1111015000024
92
Materi Ajar
Sifat Pengendalian Sosial
A. Preventif
Adalah semua bentuk pencegahan terhadap terjadinya gangguan-
gangguan pada keserasian antara kepastian dan keadilan.Preventif: sebelum
terjadinya penyimpangan, untuk mencegah penyimpangan itu terjadi.
Contoh: penyuluhan, memilih-milih dalam bergaul, seorang ibu
mengingatkan putrinya agar tidak pulang larut malam karena berbahaya bagi
keselamatannya.
B. Represif
Adalah pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan
keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu
pelanggaran.Pengendalian secara represif dilakukan dengan menjatuhkan
sanksi sesuai besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan.Represif setelah
terjadinya penyimpangan, untuk mengembalikan keadaan sesuai dengan
nilai dan normadalam masyarakat, biasanya dilakukan dengan
memberikan hukuman.
Contoh: menjatuhkan denda terhadap para pelanggar peraturan lalu lintas
jalan raya, menskors siswa-siswa yang berulang-ulang melanggar peraturan
sekolah.
SIFAT
PENGENDALIAN SOSIAL
PREVENTIF
(sebelum, mencegah)
REPRESIF
(setelah,mengembalikan keadaan)
93
Cara/Proses Pengendalian Sosial
A. Persuasif
Pengendalian sosial secara persuasif dilakukan tidak dengan kekerasan
karena individu atau kelompok diajak, disarankan, atau dibimbing untuk
mematuhi atau berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah dalam masyarakat.
cara persuasif diterapkan pada masyarakat yang relatif tentram. kaidah-kaidah
dan nilai-nilai telah melembaga atau mendarah daging di dalam diri warga
masyarakat.
B. Koersif
Pengendalian sosial secara koersif dilakukan dengan kekerasan atau
paksaan.Biasanya koersif dilakukan jika cara persuasif tidak berhasil.
Pengendalian sosial dengan cara koersif dibagi menjadi dua.
1. Kompulasi (Paksaan)
Yaitu keadaan yang sengaja diciptakan sehingga seseorang
terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya dan menghasilkan suatu
kepatuhan.Misalnya: untuk mengurangi pencurian diterapkan sistem
hukuman fisik, guru menegur siswa yang tidak berpakaian rapih.
2. Pervasi (Pengisian)
Adalah suatu cara penanaman atau pengenalan norma secara
berulang-ulang, dengan harapan hal yang berulang-ulang itu akan masuk
ke dalam kesadaran seseorang sehingga orang akan mengubah sikapnya
sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya: iklan bahaya narkoba melalui
media massa yang dilakukan secara terus menerus.
CARA/ PROSES
PENGENDALIAN SOSIAL
PERSUASIF
(tidak dengan kekerasan)
KOERSIF
(dengan kekerasan & paksaan)
Kompulasi (paksaan) Pervasi (pengisian)
94
Lembar Kerja Siswa
Apa yang dimaksud dengan
Preventif?
Berikan minimal 3 contoh
Preventif!
Apa yang dimaksud dengan
Represif?
Berikan minimal 3 contoh
Represif!
Apa yang dimaksud dengan
Kompulasi?
Berikan minimal 3 contoh
Kompulasi!
Apa yang dimaksud dengan
Koersif?
Berikan minimal 3 contoh
Koersif!
Apa yang dimaksud dengan
Persuasif?
Berikan minimal 3 contoh
Persuasif!
Apa yang dimaksud dengan
Pervasi?
Berikan minimal 3 contoh
Pervasi!
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nilai Karakter : Jujur, Kreatif, Komunikatif, Tanggung Jawab, Kerjasama.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian sosial
B. Materi Pokok / Pembelajaran
Aturan-aturan Sosial dalam Masyarakat
C. Metode Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 2 (2 JP)
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mendata kehadiran siswa
c. Guru mengulang materi pada petemuan sebelumnya
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 8 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas / semester : X Genap
Alokasiwaktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian
Kompetensi Dasar : Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
Indikator : 1. Mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian
sosial
96
2. Kegiatan Inti (75’)
d. Eksplorasi
Guru menampilkan foto-foto atau video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
Guru menampilkan bagan materi yang akan dipelajari
Siswa memperhatikan penjelasan guru
e. Elaborasi
Guru membentuk siswa ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok
diberi LKS yang berisi gambar pengendalian sosial, tugas masing-
masing kelompok adalah menjelaskan gambar tersebut dan
mengkategorikan termasuk ke dalam bentuk pengendalian sosial
apakah yang ada dalam gambar tersebut
Guru memberikan nomor kepala kepada masing-masing siswa
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing
Siswa diperbolehkan untuk mencari jawaban di dalam buku
paketnya masing-masing atau searching via internet
Guru mendatangi tiap-tiap kelompok untuk melihat keaktifan siswa
dan memberikan bantuan jika siswa mendapat kesulitan
f. Konfirmasi
Guru memanggil secara acak nomor kepala siswa
Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Siswa yang tidak terpanggil nomornya bertugas memperhatikan
penjelasan temannya, membantu dan bertanya jika ada pertanyaan.
Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan mengomentari
kinerja siswa baik dalam kegiatan diskusi maupun presentasi dan
meluruskan jika ada hal-hal yang tidak sesuai
3. Kegiatan Akhir (5’)
e. Guru mengapresiasi presentasi siswa dan memberikan hadiah
f. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa terkait materi yang telah
dipelajari
97
g. Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah dipelajari
h. Guru mengucapkan salam
E. Sumber belajar
1. Muin, Idianto, 2006, Sosiologi SMA/MA untuk kelas X, Jakarta, Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa Sosiologi Kelas X semester 2
3. Sumber dari artikel, internet dan bahan lain yang relevan
F. Media Pembelajaran
1. Papantulis
2. Spidol
3. Infocus
4. Video
5. Gambar
6. Laptop
7. LKS
Ciputat, Mei 2015
Memeriksa/ menyetujui
Guru Pamong
Mahasiswa
Hj. Siti Munawarah, S.pd
NIP. 197107252010012002
Dini Dhaifina Nur
NIP.1111015000024
98
Materi Ajar
Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial
a. Cemooh atau Ejekan
Orang-orang yang melakukan penyimpangan sosial akan mendapatkan
cemooh atau ejekan dari masyarakat. Cemooh yang dilakukan dapat membuat
orang yang melakukan penyimpangan menyadari kesalahannya dan kembali
mematuhi nilai dan norma yang berlaku. Cemooh dapat dirasakan sangat
menyakitkan bagi orang yang menerimanya, bahkan kadang terasa lebih
kejam dari hukuman fisik.
b. Desas-desus (gossip)
Gossip dapat menyebabkan rasa malu bagi orang yang digosipkan. Isi gossip
tidak harus benar, yang penting adalah apa yang digosipkan dapat membuat
orang sadar akan perbuatannya dan kembali mematuhi nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku.
c. Ostrasisme
Merupakan keadaan di mana orang boleh bekerja sama atau membiarkannya
hidup dalam kelompok itu, tetapi tak seorang pun yang mau berbicara bahkan
ditegur pun tidak. Orang yang diperlakukan seperti itu pasti menderita, karena
seakan-akan dianggap tidak ada. Dengan cara ini orang akan menyadari
perilakunya dan kembali mematuhi nilai dan norma yang berlaku.
d. Fraundulens
Merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapat pada anak
kecil. Seseorang jika tidak berani menghadapi lawannya meminta bantuan
orang lain, misalnya: bapaknya, kakaknya, gurunya atau orang lain yang
dianggap menakutkan. Dengan cara ini pihak lawan mungkin tidak mau
melakukan perbuatan yang menentangnya.
e. Teguran
Merupakan cara pengendalian sosial melalui perkataan secara langsung atau
melalui tulisan terhadap orang yang melakukan penyimpangan sosial. Teguran
99
ini sering dilakukan oleh orang tua, guru, atasan atau masyarakat pada
umumnya.Dengan teguran orang dapat menyadari kesalahannya dan segera
memperbaiki perbuatannya.
f. Pendidikan
Pendidikan yang dilakukan baik dalam keluarga, di masyarakat maupun di
sekolah merupakan pengendalian sosial yang sudah melembaga di masyarakat.
Melalui pendidikan, masyarakat dibimbing untuk mematuhi nilai dan norma
masyarakat sehingga mereka tidak melakukan penyimpangan sosial
g. Agama
Merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang sangat ampuh.Ajaran
agama memberikan pedoman-pedoman mengenai perbuatan-perbuatan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Seseorang yang melakukan penyimpangan
akan merasa berdosa dan bersalah, sehingga dapat kembali bertaubat atau
patuh kembali pada ajaran agamanya.
h. Intimidasi
Merupakan pengendalian sosial dengan cara paksaan. Intimadasi dilakukan
dengan cara mengancam atau menakut-nakuti. Dengan cara ini maka orang
yang melakukan penyimpangan sosial menjadi takut dan mengakui
pelanggarannya.
i. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik biasanya mencerminkan ketidak sabaran seseorang dalam
menangani penyimpangan sosial, cenderung main hakim sendiri, misalnya
memukul.
j. Hukum
Hukum merupakan alat pengendalian sosial yang paling ampuh, karena
disertai dengan sanksi yang tegas.Misalnya hukuman denda, penjara, hukum
mati. Dengan adanya hukum yang jelas dan sanksi yang tegas maka warga pun
dituntut untuk patuh terhadap nilai dan norma yang berlaku.
100
Lembar Kerja Siswa
Termasuk kedalam bentuk-bentuk pengendalian sosial apakah gambar-gambar
berikut ini?
101
Termasuk kedalam bentuk-bentuk pengendalian sosial apakah gambar-gambar
berikut ini?
Eh kamu tau gak sih?
Denger2 iphone nya Suzi
yang ilang itu, dia yang
nyuri tau.
102
Termasuk kedalam bentuk-bentuk pengendalian sosial apakah gambar-gambar
berikut ini?
103
Termasuk kedalam bentuk-bentuk pengendalian sosial apakah gambar-gambar
berikut ini?
104
Termasuk kedalam bentuk-bentuk pengendalian sosial apakah gambar-gambar
berikut ini?
105
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Nilai Karakter : Jujur, Kreatif, Komunikatif, Tanggung Jawab, Kerjasama.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pengendalian sosial
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat pengendalian sosial
3. Siswa dapat mengkategorikan proses-proses pengendalian sosial
B. Materi Pokok / Pembelajaran
Aturan-aturan Sosial dalam Masyarakat
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, Aktif learning
D. Langkah-langkahKegiatanPembelajaran
Pertemuan 2 (2 JP)
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mendata kehadiran siswa
c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa
2. Kegiatan Inti (75’)
a. Eksplorasi
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 8 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas / semester : X Genap
Alokasiwaktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian
Kompetensi Dasar : Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian pengendalian sosial
2. Menjelaskan sifat-sifat pengendalian sosial
3. Mengkategorikan proses-proses pengendalian sosial
106
Guru menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
Guru menjelaskan pengertian, sifat, dan proses pengendalian
sosial.
b. Elaborasi
Siswa memperhatikan penjelasan guru, video dan gambar serta
memberikan tanggapan
Siswa bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang dipahami
c. Konfirmasi
Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang
materi yang dipelajari untuk mengetahui sejauh mana siswa
memperhatikan penjelasan guru
3. Kegiatan Akhir (5’)
a. Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah dipelajari
b. Guru mengucapkan salam
E. Sumber belajar
1. Muin, Idianto, 2006, Sosiologi SMA/MA untuk kelas X, Jakarta, Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa Sosiologi Kelas X semester 2
3. Sumber dari artikel, internet dan bahan lain yang relevan
F. Media Pembelajaran
1. Papantulis
2. Spidol
3. Infocus
4. Video
5. Gambar
6. Laptop
Ciputat, April 2015
Memeriksa/ menyetujui
Guru Pamong
Mahasiswa
Hj. Siti Munawarah, S.pd
NIP. 197107252010012002
Dini Dhaifina Nur
NIP.1111015000024
107
Materi Ajar
108
109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Nilai Karakter : Jujur, Kreatif, Komunikatif, Tanggung Jawab, Kerjasama.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian sosial
B. Materi Pokok / Pembelajaran
Aturan-aturan Sosial dalam Masyarakat
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, Aktif learning
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 2 (2 JP)
1. Kegiatan Awal (10’)
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mendata kehadiran siswa
c. Guru mengulangi materi pembelajaran pertemuan sebelumnya
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti (75’)
a. Eksplorasi
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 8 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas / semester : X Genap
Alokasiwaktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian
Kompetensi Dasar : Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
Indikator : 1. Mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian
sosial
110
Guru menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
Guru menjelaskan bentuk-bentuk pengendalian sosial
b. Elaborasi
Siswa memperhatikan penjelasan guru, video dan gambar serta
memberikan tanggapan
Siswa bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang dipahami
c. Konfirmasi
Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang
materi yang dipelajari untuk mengetahui sejauh mana siswa
memperhatikan penjelasan guru
3. Kegiatan Akhir (5’)
a. Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah dipelajari
b. Guru mengucapkan salam
E. Sumber belajar
1. Muin, Idianto, 2006, Sosiologi SMA/MA untuk kelas X, Jakarta, Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa Sosiologi Kelas X semester 2
3. Sumber dari artikel, internet dan bahan lain yang relevan
F. Media Pembelajaran
1. Papantulis
2. Spidol
3. Infocus
4. Video
5. Gambar
6. Laptop
Ciputat, Mei 2015
Memeriksa/ menyetujui
Guru Pamong
Mahasiswa
Hj. Siti Munawarah, S.pd
NIP. 197107252010012002
Dini Dhaifina Nur
NIP.1111015000024
111
Materi Ajar
112
113
114
115
Lampiran 16
Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai
1 25 8 55 15 60 22 65 29 65
2 25 9 55 16 60 23 65 30 70
3 45 10 55 17 60 24 65 31 70
4 45 11 55 18 60 25 65 32 80
5 45 12 55 19 60 26 65
6 50 13 55 20 65 27 65
7 50 14 55 21 65 28 65
Skor terbesar = 80
Skor terkecil = 25
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 80 – 25
= 55
Banyak kelas = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 32
= 1 + 3.3 (1.5051) = 5.967 = 6
Panjang kelas =
=
= 9.1667 = 9
Tabel distribusi frekuensi
No Kelas
Interval F Nilai Tengah Proporsi Xi
2 f.Xi f.Xi
2
1 25 - 33 2 29 6.25 841 58 1682
2 34 - 42 0 38 0 1444 0 0
3 43 - 51 5 47 15.625 2209 235 11045
4 52 - 60 12 56 37.5 3136 672 37632
5 61 - 69 10 65 31.25 4225 650 42250
6 70 - 78 2 74 6.25 5476 148 10952
7 79 -87 1 83 3.125 6889 83 6889
Jumlah 32
100 24220 1846 110450
116
Rata-rata
∑
∑
Simpangan Baku
∑
∑
= √ –
–
= √
=√
= √ = 11.31
Membuat frekuensi yang diharapkan
a. Menentukan batas kelas
24.5 33.5 42.5 51.5 60.5 69.5 78.5 87.5
b. Mencari nilai Z-Score dengan cara:
-2.94
-2.14
-1.34
-0.55
0.25
1.04
117
1.84
2.63
c. Mencari luas 0-Z dari table kurva normal, didapat:
0.4984 0.4838 0.4099 0.2088 0.0987 0.3508 0.4671 0.4957
d. Mencari luas tiap interval
0.4984 – 0.4838 = 0.0146
0.4838 – 0.4099 = 0.0739
0.4099 – 0.2088 = 0.2011
0.2088 + 0.0987 = 0.3075
0.3508 – 0.0987 = 0.2521
0.4671 – 0.3508 = 0.1163
0.4957 – 0.4671 = 0.0286
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0146 x 32 = 0.47
0.0739 x 32 = 2.36
0.2011 x 32 = 6.44
0.3075 x 32 = 9.84
0.2521 x 32 = 8.07
0.1163 x 32 = 3.72
0.0286 x 32 = 0.92
118
No Batas Kelas Z Luas 0 - Z Luas tiap
Interval fe f0 (f0 - fe)
2
1 24.5 -2.94 0.4984
2 33.5 -2.14 0.4838 0.0146 0.47 2 2.3495
3 42.5 -1.34 0.4099 0.0739 2.36 0 5.5923
4 51.5 -0.55 0.2088 0.2011 6.44 5 2.0598
5 60.5 0.25 0.0987 0.3075 9.84 12 4.6656
6 69.5 1.04 0.3508 0.2521 8.07 10 3.7357
7 78.5 1.84 0.4671 0.1163 3.72 2 2.9639
8 87.5 2.63 0.4957 0.0286 0.92 1 0.0072
Jumlah 32 21.374
Mencari Chi-kuadrat hitung (X2
hitung), dengan rumus:
∑
–
= 5.03 + 2.36 + 0.32 + 0.47 + 0.46 + 0.80 + 0.01
= 9.46
Nilai X2
tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 7 – 1 = 5 pada
table chi-kuadrat didapat X2
tabel = 12.592
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah:
Jika X2hitung ≥ X
2tabel, maka distribusi data tidak normal, dan jika X
2hitung ≤ X
2tabel,
maka data berdistribusi normal. Dari perhitungan diperoleh X2
hitung = 9.46 dan
X2
tabel = 12.592. Jadi X2
hitung ≤ X2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
119
Lampiran 17
Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai
1 50 8 60 15 65 22 70 29 75
2 55 9 65 16 65 23 75 30 75
3 55 10 65 17 70 24 75 31 80
4 60 11 65 18 70 25 75 32 80
5 60 12 65 19 70 26 75
6 60 13 65 20 70 27 75
7 60 14 65 21 70 28 75
Skor terbesar = 80
Skor terkecil = 50
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 80 – 50
= 30
Banyak kelas = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 32
= 1 + 3.3 (1.5051) = 5.967 = 6
Panjang kelas =
=
= 5
Tabel distribusi frekuensi
No Kelas Interval F Nilai
Tengah Proporsi Xi
2 f.Xi f.Xi
2
1 50 - 54 1 52 3.125 2704 52 2704
2 55 - 59 2 57 6.25 3249 114 6498
3 60 - 64 5 62 15.625 3844 310 19220
4 65 - 69 8 67 25 4489 536 35912
5 70 - 74 6 72 18.75 5184 432 31104
6 75 - 79 8 77 25 5929 616 47432
7 80 – 84 2 82 6.25 6724 164 13448
Jumlah 32
100 32123 2224 156318
120
Rata-rata
∑
∑
Simpangan Baku
∑
∑
= √ –
–
= √ –
=√
= √ 2 = 7.51
Membuat frekuensi yang diharapkan
a. Menentukan batas kelas
49.5 54.5 59.5 64.5 69.5 74.5 79.5 84.5
b. Mencari nilai Z-Score dengan cara:
-2.66
-2
-1.33
-0.67
0
0.67
121
1.33
2
c. Mencari luas 0-Z dari table kurva normal, didapat:
0.4961 0.4772 0.4082 0.2486 0.0000 0.2486 0.4082 0.4772
d. Mencari luas tiap interval
0.4961 – 0.4772 = 0.0189
0.4772 – 0.4082 = 0.069
0.4082 – 0.2486 = 0.1596
0.2486 + 0.0000 = 0.2486
0.2486 – 0.0000 = 0.2486
0.4082 – 0.2486 = 0.1596
0.4772 – 0.4082 = 0.069
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0189 x 32 = 0.6048
0.069 x 32 = 2.208
0.1596 x 32 = 5.1072
0.2486 x 32 = 7.9552
0.2486 x 32 = 7.9552
0.1596 x 32 = 5.1072
0.069 x 32 = 2.208
122
No Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas tiap
Interval fe f0 (f0 - fe)
2
1 59.5 -2.66 0.4582
2 62.5 -2.00 0.381 0.0189 0.6048 1 0.15618
3 65.5 -1.33 0.2486 0.069 2.208 2 0.04326
4 68.5 -0.67 0.0596 0.1596 5.1072 5 0.01149
5 71.5 0.00 0.1406 0.2486 7.9552 8 0.00201
6 74.5 0.67 0.3078 0.2486 7.9552 6 3.82281
7 77.5 1.33 0.4177 0.1596 5.1072 8 8.36829
8 80.5 2.00 0.4713 0.069 2.208 2 0.04326
Jumlah 32 12.4473
Mencari Chi-kuadrat hitung (X2
hitung), dengan rumus:
∑
–
= 0.26 + 0.02 + 0.00 + 0.00 + 0.48 + 1.64 + 0.02
= 2.42
Nilai X2
tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 7 – 1 = 6 pada
table chi-kuadrat didapat X2
tabel = 12.592
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah:
Jika X2hitung ≥ X
2tabel, maka distribusi data tidak normal, dan jika X
2hitung ≤ X
2tabel,
maka data berdistribusi normal. Dari perhitungan diperoleh X2
hitung = 2.42 dan
X2
tabel = 12.592. Jadi X2
hitung ≤ X2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
123
Lampiran 18
Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai
1 40 8 50 15 55 22 60 29 70
2 40 9 50 16 55 23 65 30 70
3 45 10 50 17 60 24 65 31 70
4 50 11 50 18 60 25 65 32 70
5 50 12 55 19 60 26 65 33 70
6 50 13 55 20 60 27 65
7 50 14 55 21 60 28 70
Skor terbesar = 70
Skor terkecil = 40
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 70 – 40
= 30
Banyak kelas = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 33
= 1 + 3.3 (1.5185) = 6.0110 = 6
Panjang kelas =
=
= 5
Tabel distribusi frekuensi
No Kelas
Interval F
Nilai
Tengah Proporsi Xi
2 f.Xi f.Xi
2
1 40 - 44 2 42 6.0606061 1764 84 3528
2 45 - 49 1 47 3.030303 2209 47 2209
3 50 - 54 8 52 24.242424 2704 416 21632
4 55 - 59 5 57 15.151515 3249 285 16245
5 60 - 64 6 62 18.181818 3844 372 23064
6 65 - 69 5 67 15.151515 4489 335 22445
7 70 -74 6 72 18.181818 5184 432 31104
Jumlah 33
100 23443 1971 120227
124
Rata-rata
∑
∑
Simpangan Baku
∑
∑
= √ –
–
= √ –
=√
= √ = 8.83
Membuat frekuensi yang diharapkan
a. Menentukan batas kelas
39.5 44.5 49.5 54.5 59.5 64.5 69.5 74.5
b. Mencari nilai Z-Score dengan cara:
-2.32
-1.76
-1.19
-0.62
-0.06
0.51
125
1.08
1.64
c. Mencari luas 0-Z dari table kurva normal, didapat:
0.4898 0.4608 0.383 0.2324 0.0239 0.195 0.3599 0.4495
d. Mencari luas tiap interval
0.4898 – 0.4608 = 0.029
0.4608 – 0.383= 0.0778
0.383– 0.2324 = 0.1506
0.2324 + 0.0239 = 0.2563
0.195 – 0.0239 = 0.1711
0.3599 – 0.195 = 0.1649
0.4495 – 0.3599 = 0.0896
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.029 x 33 = 0.957
0.0778 x 33 = 2.5674
0.1506 x 33 = 4.9698
0.2563 x 33 = 8.4579
0.1711 x 33 = 5.6463
0.1649 x 33 = 5.4417
0.0896 x 33 = 2.9568
126
No Batas Kelas Z Luas 0 - Z Luas tiap
Interval fe f0 (f0 - fe)
2
1 39.5 -2.32 0.4898
2 44.5 -1.76 0.4608 0.029 0.96 2 1.087849
3 49.5 -1.19 0.383 0.0778 2.57 1 2.45674276
4 54.5 -0.62 0.2324 0.1506 4.97 8 9.18211204
5 59.5 -0.06 0.0239 0.2563 8.46 5 11.95707241
6 64.5 0.51 0.195 0.1711 5.65 6 0.12510369
7 69.5 1.08 0.3599 0.1649 5.44 5 0.19509889
8 74.5 1.64 0.4495 0.0896 2.96 6 9.26106624
Jumlah 33 34.26504503
Mencari Chi-kuadrat hitung (X2
hitung), dengan rumus:
∑
–
= 1.14 + 0.96 + 1.85 + 1.41 + 0.02 + 0.04 + 3.13
= 8.55
Nilai X2
tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 7 – 1 = 6 pada
table chi-kuadrat didapat X2
tabel = 12.592
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah:
Jika X2hitung ≥ X
2tabel, maka distribusi data tidak normal, dan jika X
2hitung ≤ X
2tabel,
maka data berdistribusi normal. Dari perhitungan diperoleh X2
hitung = 8.55 dan
X2
tabel = 12.592 Jadi X2
hitung ≤ X2
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
127
Lampiran 19
Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai
1 65 8 80 15 80 22 85 29 90
2 75 9 80 16 80 23 90 30 90
3 75 10 80 17 85 24 90 31 90
4 75 11 80 18 85 25 90 32 95
5 80 12 80 19 85 26 90 33 95
6 80 13 80 20 85 27 90
7 80 14 80 21 85 28 90
Skor terbesar = 95
Skor terkecil = 65
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 95 – 65
= 30
Banyak kelas = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 33
= 1 + 3.3 (1.5185) = 6.0110 = 6
Panjang kelas =
=
= 5
Tabel distribusi frekuensi
No Kelas
Interval F Nilai Tengah Proporsi Xi
2 f.Xi f.Xi
2
1 65 -69 1 67 3.03030303 4489 67 4489
2 70 - 74 0 72 0 5184 0 0
3 75 - 79 3 77 9.09090909 5929 231 17787
4 80 - 84 12 82 36.3636364 6724 984 80688
5 85 - 89 6 87 18.1818182 7569 522 45414
6 90 - 94 9 92 27.2727273 8464 828 76176
7 95 -99 2 97 6.06060606 9409 194 18818
Jumlah 33
100 47768 2826 243372
128
Rata-rata
∑
∑
Simpangan Baku
∑
∑
= √ –
–
= √ –
=√
= √ = 6.52
Membuat frekuensi yang diharapkan
a. Menentukan batas kelas
64.5 69.5 74.5 79.5 84.5 89.5 94.5 99.5
b. Mencari nilai Z-Score dengan cara:
-3.24
-2.47
-1.70
-0.94
-0.17
0.60
129
1.37
2.13
c. Mencari luas 0-Z dari table kurva normal, didapat:
0.4987 0.4932 0.4554 0.3264 0.0675 0.2257 0.4147 0.4834
d. Mencari luas tiap interval
0.4987 – 0.4932 = 0.0055
0.4932 – 0.4554 = 0.0378
0.4554 – 0.3264 = 0.129
0.3264 + 0.0675 = 0.3939
0.2257 – 0.0675 = 0.1582
0.4147 – 0.2257 = 0.189
0.4834 – 0.4147 = 0.0687
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0055 x 33 = 0.1815
0.0378 x 33 = 1.2474
0.129 x 33 = 4.257
0.3939 x 33 = 12.999
0.1582 x 33 = 5.2206
0.189 x 33 = 6.237
0.0687 x 33 = 2.2671
130
No Batas Kelas Z Luas 0 - Z Luas tiap
Interval fe f0 (f0 - fe)
2
1 64.5 -3.24 0.4987
2 69.5 -2.47 0.4932 0.0055 0.1815 1 0.66994225
3 74.5 -1.70 0.4554 0.0378 1.2474 0 1.55600676
4 79.5 -0.94 0.3264 0.129 4.257 3 1.580049
5 84.5 -0.17 0.0675 0.3939 12.999 12 0.99740169
6 89.5 0.60 0.2257 0.1582 5.2206 6 0.60746436
7 94.5 1.37 0.4147 0.189 6.237 9 7.634169
8 99.5 2.13 0.4834 0.0687 2.2671 2 0.07134241
Jumlah 33 13.11637547
Mencari Chi-kuadrat hitung (X2
hitung), dengan rumus:
∑
–
= 3.69 + 1.25 + 0.37 + 0.08 + 0.12 + 1.22 + 0.03
= 6.76
Nilai X2
tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 7 – 1 = 6 pada
table chi-kuadrat didapat X2
tabel = 12.592
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah:
Jika X2hitung ≥ X
2tabel, maka distribusi data tidak normal, dan jika X
2hitung ≤ X
2tabel,
maka data berdistribusi normal. Dari perhitungan diperoleh X2
hitung = 6.76 dan
X2
tabel = 12.592 Jadi X2
hitung ≤ X2
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
131
Lampiran 20
Penghitungan Uji Homogenitas Tes Pretest
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan
menggunakan rumus:
Dimana:
∑
∑
Langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fisher adalah:
1. Menetapkan hipotesis dalam bentuk:
2. Membagi data menjadi dua kelompok
3. Mencari varians dari masing-masing kelas
a. Kelas Kontrol
∑
∑
= –
–
=
=
=
b. Kelas Eksperimen
∑
∑
= –
–
= –
=
132
= .27
4. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
= 1.63
5. Menentukan criteria pengujian dalam bentuk:
a. Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi
yang homogen.
b. Jika Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi
yang tidak homogen.
6. Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil),
dengan rumus:
dk1 = n – 1 = 32 – 1 = 31
dk2 = n – 1 = 33 – 1 = 32
7. Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Karena F(0.05:31:32) tidak terdapat dalam table F, maka perhitungan nilai Ftabel
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus
FINV(0.05,31,32). Dari hasi perhitungan diperoleh Fhitung = 1.63 dan Ftabel=
1.8103, dapat dinyatakan bahwa Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua
sampel berasal dari kelompok yang homogen.
133
Lampiran 21
Penghitungan Uji Homogenitas Tes Posttest
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan
menggunakan rumus:
Dimana:
∑
∑
Langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fisher adalah:
1. Menetapkan hipotesis dalam bentuk:
2. Membagi data menjadi dua kelompok
3. Mencari varians dari masing-masing kelas
a. Kelas Kontrol
∑
∑
= –
–
= –
=
=
b. Kelas Eksperimen
∑
∑
= –
–
= –
=
=
134
4. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
= 1.33
5. Menentukan criteria pengujian dalam bentuk:
c. Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi
yang homogen.
d. Jika Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi
yang tidak homogen.
6. Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil),
dengan rumus:
dk1 = n – 1 = 32 – 1 = 31
dk2 = n – 1 = 33 – 1 = 32
7. Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Karena F(0.05:31:32) tidak terdapat dalam table F, maka perhitungan nilai Ftabel
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus
FINV(0.05,31,32). Dari hasi perhitungan diperoleh Fhitung = 1.33 dan Ftabel=
1.8103, dapat dinyatakan bahwa Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua
sampel berasal dari kelompok yang homogen.
135
Lampiran 22
UJI HIPOTESIS PRETEST DAN POSTTEST
A. UJI HIPOTESIS PRETEST
Hipotesis yang diajukan:
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor prestest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria pengujian:
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan Haditolak
jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak
Uji-t
√
Dengan:
√
Diketahui:
= 60
= 57.7
= 32
= 33
= 128
= 78.27
136
√
√
√
√
= √ = 10.1360
Sehingga
√
√
=
= 0.9146
Ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1) = (32 – 1) + (33 – 1) = 31 + 32 = 63
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 0.9146 dan ttabel = 1.669, dapat
dinyatakan bahwa thitung < ttabel, maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
kontrol dengan rata-rata pretest kelompok eksperimen.
137
B. UJI HIPOTESIS POSTTEST
Hipotesis yang diajukan:
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor prestest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria pengujian:
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan Haditolak
jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak
Uji-t
√
Dengan:
√
Diketahui:
= 85.6
= 69.5
= 32
= 33
= 56.45
= 42.6
√
138
√
√
√
= √ = 7.0295
Sehingga
√
√
=
= 9.2314
Ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1) = (32 – 1) + (33 – 1) = 31 + 32 = 63
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 9.214 dan ttabel = 1.669, dapat
dinyatakan bahwa thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
kontrol dengan rata-rata posttest kelompok eksperimen.
139
Lampiran 23
Dokumentasi Penelitian
Kelas Eksperimen
140
Kelas Kontrol
Rubrik Pedoman Observasi Kelas Eksperimen
Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)
No Aspek yang diamati Kriteria Skor
4 3 2 1 0
1 Mengulangi materi
pembelajaran
pertemuan sebelumnya
Siswa terlihat
sangat serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
cukup serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
kurang serius
mengulang
materi pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
tidak serius
mengulang
materi
pertemuan
sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Guru terlihat sangat
serius
menyampaikan
tujuan pembelajaran
Guru terlihat
serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Gurur terlihat
cukup serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Guru terlihat
kurang serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Guru terlihat
tidak serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
3 Mempersiapkan materi
pokok yang
Guru terlihat sangat
serius
Guru terlihat
serius
Guru terlihat cukup
serius
Guru terlihat
kurang serius
Guru terlihat
tidak serius
mendukung tugas
belajar kelompok
dengan cara
demonstrasi atau teks.
mempersiapkan
materi pokok yang
mendukung tugas
belajar kelompok
mempersiapkan
materi pokok
yang mendukung
belajar kelompok
mempersiapkan
materi pokok yang
mendukung tugas
belajar kelompok
mempersiapkan
materi pokok
yang mendukung
tugas belajar
kelompok
mempersiapkan
materi pokok
yang
mendukung
belajar
kelompok
4 Mengatur siswa ke
dalam kelompok-
kelompok belajar.
Guru dan siswa
terlihat sangat
serius dalam
pembentukan
kelompok belajar
Guru dan siswa
terlihat serius
dalam
pembentukan
kelompok belajar
Guru dan siswa
terlihat cukup
serius dalam
pembentukan
kelompok belajar
Guru dan siswa
terlihat kurang
serius dalam
pembentukan
kelompok belajar
Guru dan siswa
terlihat tidak
serius dalam
pembentukan
kelompok
belajar
5 Membimbing siswa
mengerjakan LKS.
Guru terlihat sangat
serius membimbing
siswa mengerjakan
LKS
Guru terlihat
serius
membimbing
siswa
mengerjakan LKS
Guru terlihat cukup
serius membimbing
siswa mengerjakan
LKS
Guru terlihat
kurang serius
membimbing
siswa
mengerjakan
LKS
Guru terlihat
tidak serius
membimbing
siswa
mengerjakan
LKS
6 Mengajukan Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat
pertanyaan sangat serius dalam
mengajukan
pertanyaan
serius dalam
mengajukan
pertanyaan
cukup serius dalam
mengajukan
pertanyaan
kurang serius
mengajukan
pertanyaan
tidak serius
mengajukan
pertanyaan
7 Menjawab
pertanyaan/menanggapi
Siswa terlihat
sangat serius dalam
menjawab/menangg
api pertanyaan
Siswa terlihat
serius dalam
menjawab/menan
ggapi pertanyaan
Siswa terlihat
cukup serius dalam
menjawab/menangg
api pertanyaan
Siswa terlihat
kurang serius
menjawab/menan
ggapi pertanyaan
Siswa terlihat
tidak serius
menjawab/mena
nggapi
pertanyaan
8 Menyampaikan
ide/pendapat
Siswa terlihat
sangat serius dalam
menyampaikan
ide/pendapat
Siswa terlihat
serius dalam
menyampaikan
ide/pendapat
Siswa terlihat
cukup serius dalam
menyampaikan
ide/pendapat
Siswa terlihat
kurang serius
dalam
menyampaikan
ide/pendapat
Siswa terlihat
tidak serius
dalam
menyampaikan
ide/pendapat
9 Mendengarkan secara
aktif
Siswa terlihat
sangat aktif dalam
mendengarkan
ide/pendapat
temannya
Siswa terlihat
aktif dalam
mendengarkan
ide/pendapat
temannya
Siswa terlihat
cukup aktif dalam
mendengarkan
ide/pendapat
temannya
Siswa terlihat
kurang aktif
mendengarkan
ide/pendapat
temannya
Siswa terlihat
tidak aktif dalam
mendengarkan
ide/pendapat
temannya
10 Berada dalam tugas Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat
sangat serius berada
dalam tugas
serius berada
dalam tugas
cukup serius berada
dalam tugas
kurang serius
berada dalam
tugas
tidak serius
berada dalam
tugas
11 Mengawasi setiap
kelompok secara
bergiliran.
Guru terlihat sangat
serius mengawasi
kelompok secara
bergiliran
Guru terlihat
serius mengawasi
kelompok secara
bergiliran
Guru terlihat cukup
serius mengawasi
kelompok secara
bergiliran
Guru terlihat
kurang serius
mengawasi
kelompok secara
bergiliran
Guru terlihat
tidak serius
mengawasi
kelompok secara
bergiliran
12 Memberi bantuan
kepada kelompok yang
membutuhkan.
Guru terlihat sangat
serius memberikan
bantuan kepada
kelompok yang
membutuhkan
Guru terlihat
serius
memberikan
bantuan kepada
kelompok yang
membutuhkan
Guru terlihat cukup
serius memberikan
bantuan kepada
kelompok yang
membutuhkan
Guru terlihat
kurang serius
memberikan
bantuan kepada
kelompok yang
membutuhkan
Guru terlihat
tidak serius
memberikan
bantuan kepada
kelompok yang
membutuhkan
13 Memberikan
resitasi/umpan
balik/evaluasi
Guru terlihat sangat
serius memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi pada
siswa
Guru terlihat
serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
Guru terlihat cukup
serius memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi pada
siswa
Guru terlihat
kurang serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
Guru terlihat
tidak serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
pada siswa pada siswa pada siswa
14 Membimbing siswa
membuat rangkuman.
Guru dan siswa
terlihat sangat
serius merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat serius
merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat cukup
serius merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat kurang
serius
merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat tidak
serius
merangkum
pelajaran
15 Mengumumkan
pengakuan/penghargan
Guru dan siswa
terlihat sangat
antusias dalam
mengumumkan
penghargaan
Guru dan siswa
terlihat antusias
dalam
mengumumkan
penghargaan
Guru dan siswa
terlihat cukup
antusias dalam
mengumumkan
penghargaan
Guru dan siswa
terlihat kurang
antusias dalam
mengumumkan
penghargaan
Guru dan siswa
terlihat tidak
antusias dalam
mengumumkan
penghargaan
16 Berpusat pada siswa. Pembelajaran
sangat berpusat
pada siswa
Pembelajaran
berpusat pada
siswa
Pembelajaran
cukup berpusat
pada siswa
Pembelajaran
kurang berpusat
pada siswa
Pembelajaran
tidak berpusat
pada siswa
17 Siswa antusias Siswa sangat
antusias
Siswa antusias Siswa cukup
antusias
Siswa kurang
antusias
Siswa tidak
antusias
18 Guru antusias Guru sangat
antusias
Guru antusias Guru cukup
antusias
Guru kurang
antusias
Guru tidak
antusias
Rubrik Pedoman Observasi Kelas Kontrol
Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)
No Aspek yang diamati Kriteria Skor
4 3 2 1 0
1 Mengulangi materi
pembelajaran
pertemuan sebelumnya
Siswa terlihat
sangat serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
cukup serius dalam
mengulang materi
pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
kurang serius
mengulang
materi pertemuan
sebelumnya
Siswa terlihat
tidak serius
mengulang
materi
pertemuan
sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Guru terlihat sangat
serius
menyampaikan
tujuan pembelajaran
Guru terlihat
serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Gurur terlihat
cukup serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Guru terlihat
kurang serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Guru terlihat
tidak serius
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
3 Menampilkan foto-foto
dan video tentang
Guru terlihat sangat
serius menampilkan
Siswa terlihat
serius
Siswa terlihat
cukup serius
Siswa terlihat
kurang serius
Siswa terlihat
tidak serius
materi yang akan
dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran
foto-foto dan video
pembelajaran
menampilkan
foto-foto dan
video
pembelajaran
menampilkan foto-
foto dan video
pembelajaran
menampilkan
foto-foto dan
video
pembelajaran
menampilkan
foto-foto dan
video
pembelajaran
4 Menjelaskan
pengertian, sifat, dan
proses pengendalian
sosial.
Guru terlihat sangat
serius menjelaskan
materi pengendalian
sosial
Guru terlihat
serius
menjelaskan
materi
pengendalian
sosial
Guru terlihat cukup
serius menjelaskan
materi
pengendalian sosial
Guru terlihat
kurang serius
menjelaskan
materi
pengendalian
sosial
Guru terlihat
tidak serius
menjelaskan
materi
pengendalian
sosial
5 Siswa memperhatikan
penjelasan guru, video
dan gambar serta
memberikan tanggapan
Siswa terlihat
sangat serius
memperhatikan
penjelasan guru,
video gambar serta
memberikan
tanggapan
Siswa terlihat
serius
memperhatikan
penjelasan guru,
video gambar
serta memberikan
tanggapan
Siswa terlihat
cukup serius
memperhatikan
penjelasan guru,
video gambar serta
memberikan
tanggapan
Siswa terlihat
kurang serius
memperhatikan
penjelasan guru,
video gambar
serta
memberikan
tanggapan
Siswa terlihat
tidak serius
memperhatikan
penjelasan guru,
video gambar
serta
memberikan
tanggapan
6 Siswa bertanya kepada Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat Siswa terlihat
guru jika ada materi
yang kurang dipahami
sangat antusias
mengajukan
pertanyaan
antusias
mengajukan
pertanyaan
cukup antusias
mengajukan
pertanyaan
kurang antusias
mengajukan
pertanyaan
tidak antusias
mengajukan
pertanyaan
7 Memberikan
resitasi/umpan
balik/evaluasi
Guru terlihat sangat
serius memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi pada
siswa
Guru terlihat
serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
pada siswa
Guru terlihat cukup
serius memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi pada
siswa
Guru terlihat
kurang serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
pada siswa
Guru terlihat
tidak serius
memberikan
retasi/umpan
balik/evaluasi
pada siswa
8 Guru dan siswa sama-
sama merangkum
materi yang telah
dipelajari
Guru dan siswa
terlihat sangat
serius merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat serius
merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat cukup
serius merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat kurang
serius
merangkum
pelajaran
Guru dan siswa
terlihat tidak
serius
merangkum
pelajaran
9 Siswa antuasias Siswa sangat
antusias
Siswa antusias Siswa cukup
antusias
Siswa kurang
antusias
Siswa tidak
antusias
10 Guru antusias Guru sangat
antusias
Guru antusias Guru cukup
antusias
Guru kurang
antusias
Guru tidak
antusias