Download - PENGARUH KECERDASANEMOSIONAL TERHADAP
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Universitas Negeri Semarang
Oleh
AHMAD ALWANI NIM. 3351402068
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skrpsi berjudul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor
Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang “ ini telah disetujui oleh
Pembimbing untuk diajukan kesidang panetia ujian skripsi pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 16 Februari 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Asrori, MS Drs. Partono Thomas, MS NIP.131570078 NIP.131125640
Mengetahui :
Ketu Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman M. Si. NIP. 131967646
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panetia sidang ujian skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 10 Maret 2007
Penguji Skripsi
Amir Mahmud S.Pd. M Si NIP. 132205936
Anggota I Anggota II
Drs. Asrosri, MS Drs. Partono Thomas, MS NIP.131570078 NIP. 1311125640
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131967646
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakkan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2007
Ahmad Alwani NIM. 3351402068
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada
perjuangan yang dilakukan hari ini..........(Kahil Gibran)
Suatu keberhasilan hanya akan tercapai dengan adanya usaha, doa, serta
keyakinan pada diri sendiri......(IS)
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu: sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Baqarah: 153)
Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan
pendidikan terbaik dalam hidupku
2. Keluarga besarku kakakku, adikku dan semua
saudara-saudaraku
3. Seseorang yang selalu kusayangi dan selalu
menyayangi aku.
4. Teman-temanku Purbo, Tio, Indra, Imam, Pak
Habib, Eunike. Terimakasih
5. Teman-teman Neo Tazkiya kost
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi saya dengan judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja
Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”.
Maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Dalam Menyusun Skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudjiono Sastroadtmodjo, M. Si Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, dekan FE Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Sukirman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE Universitas Negeri
Semarang.
4. Drs. Asrori MS, Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran
dalam memberikan bimbingan.
5. Drs. Partono Thomas MS, Dosem Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telaah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya selama belajar di Jurusan Akuntaansi.
vii
7. Bapak dan Ibunda tercinta serta Adik-Kakakku yang telaah memberikan
dorongan baik moril maupun spirituil untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku semua dikelas akuntansi B angkatan 2002 yang telah
memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.
9. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Ahirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus penulis berharaap skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.
Semarang, Januari 2007
Penulis
viii
SARI
Ahmad Alwani, 2007. “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadaap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang ”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan
Sosial, Kinerja Auditor
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum tyerutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang auditor adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang ditentukan IAI. Salah satu tanggung jawab auditor adalah menjaga mutu profesionalnya atau kinerjanya. Kinerja auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang sangat penting peranannya dalaam menentukan kinerja auditor adalah kecerdasan emosional auditor.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara simultan mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. (2) Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Semarang. Sampel penelitian diambil dengan teknik Proportional Simpel Random Sampling, yang berjumlah 72 auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja auditor. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik diskriptif dan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor. Hasil secara parsial menunjukkan variabel kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor. Secara bersama-sama kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial memberikan sumbangan terhadap variabel terikat sebesar 77.5% sedangkan sisanya 22.5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial baik secara simultan maupun secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mermanfaat bagi auditor maupun kantor akuntan publik. Para auditor diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat
ix
meningkatkan kinerjanya sebagai seorang auditor. Demikian juga bagi kantor akuntan publik, dalam melakukan rekruitmen calon tenaga kerja hendaknya tidak menilai dari prestasi akademiknya saja melainkan perlu memperhatikan kemampuan emosional yang dimiliki calon karyawan tersebut.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SARI.............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.3 Penegasan Istilah......................................................................... 8
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Telaah Pustaka ............................................................................ 12
2.1.1 Kecerdasan Emosional ...................................................... 12
2.1.1.1 Kesadaran Diri ...................................................... 15
2.1.1.2 Pengaturan Diri ..................................................... 16
2.1.1.3 Motivasi ................................................................ 17
2.1.1.4 Empati................................................................... 18
xi
2.1.1.5 Keterampilan Sosial .............................................. 19
2.1.2 Kinerja Auditor ................................................................ 20
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 21
2.3 Hipotesis...................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ............................. 27
3.1.1 Kesadaran Diri ................................................................. 27
3.1.2 Pengaturan Diri ............................................................... 27
3.1.3 Motivasi .......................................................................... 28
3.1.4 Empati ............................................................................. 28
3.1.5 Keterampilan Sosial ........................................................ 29
3.1.6 Kinerja Auditor ............................................................... 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 36
3.5 Pengukuran Konsep ................................................................. 37
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................ 38
3.7 Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 40
3.8 Metode Analisis Data............................................................... 42
3.8.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................... 43
3.8.2 Pengujian Hipotesis......................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian ..................................................... 46
xii
4.2 Diskripsi Responden ................................................................. 49
4.3 Diskripsi Variabel Penelitian .................................................... 50
4.4 Analisis Regresi ........................................................................ 67
4.4.1 Uji Asumsi Klasik............................................................ 69
4.4.2 Uji F (Uji Simultan) ......................................................... 72
4.4.3 Uji t (Uji Parsial).............................................................. 73
4.5 Pembahasan................................................................................ 76
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 80
5.2 Saran........................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor ...................... 31
Tabel 3.2 Proporsi Sampel Penelitian ........................................................... 33
Tabel 3.3 Nama Kantor Akuntan Publik dan Alamat ................................... 34
Tabel 3.4 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Sampel ...................... 35
Tabel 3.5 Penilaian Skor Pernyataan ............................................................ 37
Tabel 3.6 Nomor dari Setiap Jenis Pernyataan ............................................. 38
Tabel 3.7 Nomor Pernyataan Mengenai Kecerdasan Emosional dan
Kinerja auditor ............................................................................. 39
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas......................................................................... 41
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas..................................................................... 42
Tabel 4.1 Profil Responden........................................................................... 49
Tabel 4.2 Sampel dan tingkat Pengembalian sampel ................................... 50
Tabel 4.3 Kesadaran diri auditor................................................................... 51
Tabel 4.4 Pengaturan diri auditor.................................................................. 53
Tabel 4.5 Motivasi diri auditor ..................................................................... 55
Tabel 4.6 Empati diri aauditor ...................................................................... 57
Tabel 4.7 Keterampilan sosial auditor .......................................................... 60
Tabel 4.8 Kinerja auditor ............................................................................. 63
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi................................................................... 63
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas .................................. 67
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 26
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normalitas dengan Histogram ........................ 70
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas dengan P Plot ............................... 70
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Scatterplot........... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Daftar Kuesioner....................................................................... 82
Lampiran B Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................. 83
Lampiran C Data Hasil Penelitian ............................................................... 84
Lampiran D Data Persiapan Regresi, Hasil Regresi dan
Uji Asumsi Klasik..................................................................... 85
Lampiran E Tabel Distribusi t dan F............................................................. 86
Lampiran F Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi UNNES ............... 87
Lampiran G Surat Keterangan Penelitian Dari KAP .................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat
penting berhubungan dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh
auditor. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang akuntan publik adalah
memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu
entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan IAI. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan
terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik memperoleh
kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk mmembuktikan laporan
keuangan yang disajiakan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya
manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.
Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik,
maka auditor dituntut untuk dapat memberikan kepercayaan tersebut.
Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukkan suatu kinerja
yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik,
2
maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar
audit yang ditetapkan oleh IAI.
Menurut Mulyadi Dan Kanaka dalam Surya dan Hananto (2004:34), ada
dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama, menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolah dalam melaksanakan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan publik
selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan oleh pihak ketiga,
kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki akuntan
publik mengungkapkan informasi yang diperolehnya selama penugasannya,
akuntan publik berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tersebut tanpa
harus mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab yang kedua yaitu
menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa
mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang
bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau ketidak
konsistenan dalam pekerjaannya.
Akhir-akhir ini muncul issue yang sangat menarik yaitu pelanggaran etika
oleh akuntan baik ditingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia issue ini
berkembang seiringa dengan adanya pelanggaran etika baik yang dilakukan oleh
akuntan pubik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Contoh kasus ini
adalah pelanggaran yang melanda perbankkan Indonesia sekitar tahun 2002.
Banyak bank yang dinyatakan sehat oleh akuntan publik atas audit laporan
keuangan berdasar Standar Akuntansi Perbankkan Indonesia. Ternyata sebagian
bank tersebut kondisinya tidak sehat. Kasus lainnya adalah rekayasa atas laporan
3
keuangan yang dilakukan oleh auditor intern yang banyak dilakukan sejumlah
perusahaan Go Public (Winarna dan retnowati, 2004:839).
Selain fenomena diatas kinerja auditor juga tengah mendapat sorotan dari
masyarakat banyak. Seperti kasus penyuapan yang telah dilakukan oleh pejabat
KPU yaitu Mulyana W Kusuma kepada Khairiansah yang merupakan salah satu
pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mulyana tertangkap basah oleh
seorang petugas KPK membawa sejumlah uang yang diduga akan digunakan
untuk menyuap Khaeriansah yang menjadi auditor dalam pemeriksaan keuangan
di KPU. Dengan adanya kejadian tersebut Khaeriansah mendapat penghargaan
Integrity Aword dari Berlin Jerman. Namun disatu sisi ternyata oleh penyidik
kasus korupsi Dana Abadi Umaat (DAU) di Departeman Agama, Khaeriansah
dinyatakan ikut menikmati Dana Abadi Umat (DAU). Dengan fenomena kinerja
tersebut dapat dikatakan lembaga-lembaga fungsional pemeriksa keuangan negara
seperti BPK dan BPKP sudah tidak memadai lagi untuk menjalankan fungsinya
sebagi Control And Audit Buggetting. Pamor lembaga ini akan kian memudar
sebagai lembaga yang bertugas mengamankan dan menyelamatkan keuangan
negara dari penyalahgunaan.
Setiap manusia ingin berprestasi dalam segala hal, tidak terkecuali
berprestasi dalam pekerjaan. Saat ini keberhasilan kerja seseorang tidak ditunjang
oleh kemampuan intelektual semata, namun juga didukung oleh kemampuan
penyesuaian emosi dalam berhubungan dengan seseorang. Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa Intelektual Quotient (IQ) menentukan keberhasilan
seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa semakin tinggi IQ seseorang semakin
4
berhasil orang tersebut dalam pekerjaannya. Namun kenyataannya tidak demikian,
IQ hanya memberikan kontribusi 20% dalam menentukan keberhasilaan hidup
seseorang dan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain. Faktor inilah yang disebut
kecerdasan emosional (EQ).
Aturan bekerja sekarang ini tengah berubah, seseorang dinilai tidak hanya
berdasarkan tingkat kepribadian atau berdasarkan tingkat penilaian dan
pengalaman tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri
sendiri dan orang lain Goleman dalam Sayogya (2004:2). Sebagai seorang auditor,
pendidikan dan pengalaman dapat meningkatkan kompetensinya, namun dalam
berhubungan dengan pihak lain (auditee) seorang auditor selain harus memiliki
kemampuan intelektual juga harus memiliki kemampuan organisasional,
interpersonal dan sikap dalam berkarir dilingkungan yang selalu berubah. Dalam
meningkatkan profesionalisme seorang auditor harus terlebih dahulu memahami
dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakan serta selalu meningkatkan dan
mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee, (Tantina 2003:2).
McClelland dalam (Golemen 2001:25) menyatakan bahwa kemampuan
akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak
memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi
sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya McClelland menyatakan bahwa
seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja.
Goleman (2001) menyatakan bahwa peran IQ dalam keberhasilan didunia kerja
5
hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasan emosi dalam menentukan
prestasi puncak dalam perkerjaannya.
Goleman (2001:513) membagi kecerdasan emosional yang dapat
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja kedalam 5 bagiaan utama
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik,
kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai
kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas (Widagdo, 2001:15).
Dalam lingkungan dunia usaha yang kompetitif, kecerdasan emosional
dapat berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.
Kecerdasan emosional sebagai salah satu faktor penting yang membentuk
tercapainya tujuan perusahaan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja yang profesional (Sayogya, 2004:3).
EQ berarti menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan kerja yaang produktif dan meraih keberhasilan ditempat
kerja. Karena bukan IQ saja yang membuat orang berhasil, maka perlu menelusuri
kecerdasan emosional karyawan suatu organisasi.
Penelitian mengenai kecerdasan emosional sebelumnya telah dilakukan oleh
Sayogya (2004). Penelitian tersebut mengkaji pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi kerja auditor. Hasil penelitian itu menemukan pengaruh
kecerdasan emosionel terhadap prestasi kerja auditor. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Suryati dan Ika (2004) mengenai pengaruh kecerdasan emosional
terhap tingkat pemahaman akuntansi menemukan bahwa kecerdasan emosional
6
yang diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan
keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Hasil tersebut sangat kontradiktif dengan teori Goleman. Penelitian Goleman
mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang kira-kira 20%
bagi faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup, sedang 80% lainnya
dipengaruhi oleh kekuatan lain termasuk kecerdasan emosional (EQ).
Dengan kecerdasan emosional yang baik, seseorang dapat berbuat tegas
mampu membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan. Selain
itu dengan kecerdasan emosional, seseorang juga dapat menunjukkan
integritasnya. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik mampu berfikir
jernih walaupun dalam tekanan, bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip
dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang memiliki kecerdasan
emosional mampu memahami persepektif atau pandangan orang lain dan dapat
mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Semarang “ .
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional terdiri dari 5 komponen
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Orang yang memiliki kecakapan emosional mampu mengetahui dan menangani
7
perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca serta menghadapi
perasaan orang lain dengan efektif. Orang tersebut memiliki keuntungan dalam
setiap bidang kehidupan yang baik dalam hubungan pribadi maupun politik
organisasi (Surya dan Hananto, 2004:34). Dengan kecerdasan emosional yang
baik, seseorang dapat berbuat tegas mampu membuat keputusan yang baik
walaupun dalam keadaan tertekan. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik
mampu berfikir jernih walaupun dalam tekanan, bertindak siesuai etika,
berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang
memiliki kecerdasan emosional mampu memahami persepektif atau pandangan
orang lain dan dapat mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial secara simultan berpengaruh terhadap kinerja
auditor?
2. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor?
1.3 Penegasan Istilah
Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti serta untuk
menyamakan persepsi terhadap judul ini, perlu dijelaskan pengertian dari istilah-
istilah yang akan digunakan, yaitu :
1. Kecerdasan emosional
8
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512)
Keserdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah melainkan bersikap
tegar walaupun tidak menyenangkan dan mengungkapkan kebenaran yang selama
ini dihindari. Selain itu kecerdasan emosional bukan berarti memberi kebebasan
kepada perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sehingga
terekspresikan secara tetap dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama
dengan lancar menuju sasaran bersama. Goleman membagi kecerdasan emosional
kedalam 5 (lima) komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan keterampilan sosial.
1.1 Kesadaran diri
Menurut Goleman (2001:513), kesadaran diri adalah mengetahui apa
yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan
diri yang kuat.
1.2 Pengaturan diri
Menurut Goleman (2001:514) pengaturan diri adalah menguasai emosi
diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka
terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya
sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
1.3 Motivasi
9
Menurut Goleman (2001:514) motivasi adalah menggunakan hasrat
yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju
sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
1.4 Empati
Menurut Goleman (2001:514) empati adalah merasakan yang dirasakan
orang lain, mampu memahami persepektif orang lain, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam
orang .
1.5 Keterampilan sosial
Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawaroh dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim.
2. Kinerja Auditor
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta ( Stolovic
dan keeps,1992 dalam Veithzal 2002:87). Kinerja diukur dengan instrumen yang
dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara
umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku secara mendasar,
meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III) pengetahuan tentang
10
pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan, (V) perencanaan
kerja.
1.4 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara simultan terhadap
kinerja auditor.
2. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara parsial terhadap
kinerja auditor.
1.4.2 Kegunaan Kenelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademik
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangan data empiris bagi pembangunan ilmu pengetahuan
terutama ilmu ekonomi dan manfaatnya bagi lembaga akademik
b. Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecerdasan
emosional.
2. Manfaat Praktis
11
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris ada tidaknya
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan
publik di kota Semarang, sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan bagi auditor independen dalam meningkatkan
kinerjanya. Dimana faktor kecerdasan emosional menjadi hal yang harus
diperhatikan oleh auditor dalam upaya meningkatkan kinerjanya sehingga
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap auditor independen semakin lebih
besar. Penelitian ini juga diaharapkan kontribusi praktis untuk organisasi
terutama Kantor Akuntan Publik dalam mengelola sumber daya manusia.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Kecerdasan Emosional
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi
sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti
sedih, luapan perasan yang berkembang dan surut dalam waktu cepat. Emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan
yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi.
Menurut Goleman (2001:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri
dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan
ini saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu
kemampuan kogniktif murni yang diukur dengan Intelectual Quetient (IQ).
Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan
ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovely dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu
untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan beberapa peneliti, seperti David
Wechsler dalam Suryanti dan Ika (2003:1075), mendefinisikan kecerdasan
sebagai keseluruhan kemampuan seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk
12
13
berfikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya yang efektif.
Aspek-aspek yang terkait dalam afeksi dan personal dan faktor sosial. Temuan
Wechsler ini mendefinisikan, selain aspek kognisi, aspek kognisi juga
berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup. Kematangan dan kedewasaan
menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer dalam Goleman
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan
pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa
kecerdasan emosional dapat dipelajari.
Selanjutnya menurut Howes dan Herald dalam Surya dan Hananto,
(2004:34) mengatakan pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen
yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri
yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,
kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih
utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Komponen kecerdasan emosional :
Istilah “Kecerdsan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan Jhon Meyer dari
University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan (Suryanti dan Ika
2004:262). Kualitas-kualitas itu antara lain : empati (kepedulian), mengungkapkan
dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
14
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
ketekunan kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Steiner dalam Trisnawati dan Suryaningsum menyatakan bahwa kecerdasan
emosional mencakup lima komponen, yaitu mengetahui perasaan sendiri,
memiliki empati, belajar mengatur emosi-emosi sendiri, memperbaiki kerusakan
sosial, dan interaktivitas emosional. Cooper dan Sawaf dalam Trisnawati dan
Suryaningsum (2003:1075) merumuskan kecerdasan emosional sebagai sebuah
titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran emosi,
kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkimia emosi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah seperangkat kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan
diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan itu untuk
memandu pikiran dalam bertindak.
Goleman secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional yaitu
kompetensi personal yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri
dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Dalam
penelitian ini komponen kecerdasan emosional yang digunakan adalah komponen
kecerdasan emosional menurut Goleman.
2.1.1.1 Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu
merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
Menurut Goleman (2001:513), kesadaranan diri adalah mengetahui apa yang
15
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Ajaran
Socrates, kenalilah dirimu menunjukkan inti kecerdasan emosional, kesadaran
akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul (Suryanti dan Ika 264).
Hautman dalam Suryanti dan Ika (2004:264) menyatakan bahwa saat kita
semakin mengenal diri kita, kita akan lebih memahami apa yang kita rasakan
dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau kebebasan
untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan
menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita
untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan (Suryanti dan Ika,
2004:264). Manajer yang mempertahankan tingkat kesadaran yang tinggi
memiliki lebih banyak aspek EQ dan dinilai lebih efektif oleh atasan dan
supordinat dari pada mereka yang tidak sadar diri Harvard Business Review
dalam Suryati dan Ika (2004:265).
Mengetahui kekuatan dan kelemahan, dan menjalankan tugas sesuai
dengan itu, adalah kecakapan yang hampir selalu dijumpai pada setiap diri
seorang bintang kinerja dalam sebuah studi terhadap beberapa ratus pekerja
terpelajar dalam hal ini ilmuan komputer, auditor dan sebagainya diperusahaan-
perusahaan termasuk AT&T dan 3M. Kelly dalam Goleman (2001:106), yang
melakukan setudy itu bersama Caplan menemukan bahwa para bintang
mengenal diri sendiri dengan baik.
17
menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman 2001:514). Motivasi yang paling
ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, Condry dan
Chambers dalam Suryani dan Ika (2004, :266).
Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-
studi yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan
rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut
menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut : mereka
berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah
diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi baru dan
menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan mereka.
Mereka tidak ragu-ragu memberikan dukungan bagi gagasan-gagasan
enterpreneurial yang dicetuskan orang lain. Kebutuhan berprestasi adalah
kecakapan yang paling kuat satu-satunya yang membedakan eksekutif bintang
dari para eksekutif biasa.
2.1.1.4 Empati
Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana
perasaan orang lain, mampu memahami persepektif mereka, mnumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam
orang (Goleman, 2001:514). Meltzoff dalam Suryani dan Ika, (2004:267)
menyatakan bahwa empati telah ada saat kita berusia tiga tahun. Ini dapat
dihubungkan dengan gerakan meniru yang dilakukan bayi pada usia dini.
18
Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, tetapi emosi jauh lebih
sering diungkapkan melalui hasrat. Kunci untuk memahami perasaan orang lain
adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik,
ekspresi wajah dan sebagainya. Manfaat dari mampu membaca perasaan dari
isyarat nonverbal mencakup lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional,
lebih populer, lebih mudah bergaul dan mungkin tidak mengherankan lebih
peka.
Hein dalam Suryani dan Ika, (2004:267) menyatakan bahwa empati yang
lebih tinggi memberikan kita lebih banyak informasi yang kita dapat mengenai
sesuatu, kita akan semakin memahaminya. Hein menyimpulkan bahwa
sensitivitas emosional dan kesadaran yang lebih tinggi meningkatkan tingkat
empati yang kemudian akan memimpin kepada tingkat pemahaman yang lebih
tinggi.
2.1.1.5 Keterampilan Sosial
Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keteraampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim. Keterampilan sosial merupakan aspek yang paling penting
dalam Emotional Intellegence. Keterampilan sosial bisa diperolah dengan
banyak berlatih.
19
Salah satu kunci keterampilan sosial adalah seberapa baik atau buruk
seseorang mengungkapan perasaan sendiri. Oleh sebab itu, untuk dapat
menguasai keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain (keterampilan
sosial) dibutuhkan kematangan dua keterampilan emosional yang lain, yaitu
pengendalian diri dan empati. Salah satu penyebab kegagalan orang pintar
dalam wawancara dan survei yang dilakukan pada 200 orang pintar di Amerika
adalah kurang keterampilan sosial (Suryanti dan Ika, 2004:268).
Orang yang cerdas secara sosial seolah-olah mampu membaca orang
dengan akurat. Dan bisa mengetahui persis apa isi hati, suasana hati dan
keinginan orang lain. Karena itu ia dengan mudah menyesuaikan diri,
mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik
antar pribadi, pertengkaran, ketidak harmonisan hubungan, dan semacamnya,
banyak berpangkal pada kecerdasan sosial yang bersangkutan, Sinamo, dalam
Suryani dan Ika (2004:268).
Hatch dan Gardner dalam Suryanti dan Ika (2004:268) mengungkapkan
bahwa orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi dan
perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar menangani
perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
2.1.2 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta Stolovic
dan Keeps dalam Veithzal (2002:87).
20
Menurut Seymour dalam Yetti, (2005:18) kinerja merupakan tindakan-
tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur. Kinrja diukur
dengan instrumen yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam
ukuran kinerja secara umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku
secara mendasar, meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III)
pengetahuan tentang pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan,
(V) perencanaan kerja. Menurut Muekijat dalam Yetti (2004), kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang kariawan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Menurut Irving dalam Surya dan Hananto (2004:35), komponen penting
untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja
individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kulaitas output yang
dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukannya.
Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini kariawan bisa belajar
seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informa, seperti komentar yang baik
dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem
formal dan tersetruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat
yang berkaitan dengan pekerjaan, prilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran
(Schuler dalam Nugroho, 2005:18). Fokus penilaian kerja adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang kariawan dan apakah ia bisa berkinerja
sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang.
21
Dari beberapa konsep kinerja penulis menggunakan atau mengacu pada
konsep kinerja yang ditulis Muekijat (1989:20) sebagai acuan penelitian karena
dalam hal ini seorang auditor bertugas untuk menilai atau memberikan pernyataan
tentang wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan yang mereka audit.
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512).
Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri akan
mengetahui kemampuan, kekuatan dan batas-batas diri sendiri. Kesadaran diri
menawarkan pedoman yang pasti untuk menjaga keputusan-keputusan karier kita
tetap selaras dengan nilai-nilai kita yang paling dalam sehingga akan berdampak
pada kinerja (Goleman 2001:92). Dengan kesadaran diri yang baik, seorang
auditor dapat tampil dengan keyakinan diri, sehingga dapat berbuat tegas dan
mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan
tertekan (Goleman 2001: 107). Dengan kesadaran diri yang baik itu auditor dapat
bekerja dengan profesional. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
kesadaran diri dapat mempengaruhi kinerja auditor.
Pengaturan diri merupakan kemampuan untuk menangani emosi
sedemikian sehingga berdampak positif pada pelakanaan tugas, peka terhadap
kata hati, dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran.
22
Seorang auditor yang mempunyai penaturan diri yang baik akan memiliki rasa
tanggung jawab atas kinerja pribadi dan mempunyai keluwesan dalam
menghadapi berbagai perubahan (Goleman 2001:130). Selain itu orang dengan
pengaturan diri mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan
informasi-informasi baru. Dengan pengaturan diri seseorang akan memiliki
integritas yang tinggi, bersikap terbuka, jujur dan konsisten sehingga
mengantarkan seseorang menjadi bintang kinerja dalam bidang apapun (Goleman
2001:144). Dengan pengaturan diri, auditor akan memenuhi komitmen tetap
teguh, tetap positif, tidak goyah serta dapat berfikir jernih dan tetap fokus
meskipun dalam tekanan (Goleman 2001 :131). Salah satu ciri auditor unggulan
adalah sifat tidak mudah diintimidasi atau ditekan (Goleman 2001:109).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa pengaturan diri
berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Motivasi berarti menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustasi. Dengan motivasi seseorang akan memiliki dorongan untuk
berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme
yang tinggi (Goleman 2001:181). Auditor yang memiliki motivasi yang baik akan
mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi
standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan
keputusan, serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang
dapat dikendalaikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi(Goleman 2001:196).
23
Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa motivasi diri dapat mempengaruhi
kinerja auditor.
Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain, mampu memahami persepektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Dengan
berempati seseorang dapat menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap
persepektif orang serta mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan
perkembangan orang lain(Goleman 2001:220). Auditor yang mempunyai empati
yang baik akan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan mencari
berbagai cara untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan. Serta dapat memahami
beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan kelompok dan memandang
keragaman keragaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang
memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda (Goleman
2001:248). Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa empati berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Keterampilan sosial berarti menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan
sosial, berinteraksi dengan lancar, mmenggunakan keteraampilan-keterampilan
inin untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawaroh dan menyelesaikan
perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Seseorang yang
memiliki keterampilan sosial mampu berkomunikasi untuk menyampaikan
sesuatu yang jelas dan meyakinkan dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk
membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. Dengan
24
keterampilan sosial yang baik, auditor akan dapat bernegosiasi dalam
memecahkan suatu masalah atau pemecahan silang pendapat (Goleman
2001:333). Selain itu mampu menciptakan sinergi kelompok dan dapat bekerja
sama dengan orang lain demi tujuan bersama (Goleman 2001:342). Berdasarkan
uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa keterampilan sosial dapat
mempengaruhi kinerja auditor.
Dengan kemampuan emosional yang berkembang baik, seseorang
kemungkinan besar ia akan berhasil dan bahagia dalam kehidupannya karena ia
menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitasnya. Sedangkan
orang yang tidak dapat mengendalikan kehidupan emosionalnya, ia akan
mengalami pertarungan batin, yang merampas kemampuan mereka dalam
memusatkan perhatian pada pekerjaan dan berfikir yang jernih (Widagdo,
2001:15).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai
berikut :
25
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kecerdasan Emosional Auditor
2.3 Hipotesis
Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan diatas, serta dari hasil
penelitian–penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
(H1) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
(H2) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Kinerja Auditor
(Y)
Kesadaran Diri (X1)
Pengaturan Diri (X2)
Motivasi (X3)
Empati (X4)
Keterampilan Sosial (X5)
26
BAB III
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantor akuntan
publik disingkat KAP, yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin
dari menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik adalah
akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau pejabat yang
berwenang untuk memberikan jasanya.
Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa
yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa audit tersebut yaitu :
1. Jasa Audit Laporan Keuangan
Dalam kapasitasnya sebagai auditor indepanden, kantor akuntan publik
melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
2. Jasa Audit Khusus
Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan
tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati
bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis
akuntansi yang komperhensif, dan audit atas informasi keuangan untuk
tujuan tertentu.
28
3. Jasa Atestasi
Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu
kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung
jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang
disepakati bersama.
4. Jasa Review Laporan Keuangan
Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi
komperhensif lainnya.
5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan
Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data
keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas
tertentu.
6. Jasa Konsultasi
Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan
kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak
manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan
rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.
29
7. Jasa Perpajakan
Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,
perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian
masalah perpajakan.
Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas (PT) dan
persekutuan dimana beberapa akuntan pulik bergabung untuk menjalankan
usahanya bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (patner). Selain itu KAP
dapat juga berbentuk koperasi jasa audit yang hanya memberikan jasanya pada
koperasi saja. Struktur keorganisasian dalam KAP sebagai berikut :
1. Rekan atau Patner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan
tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP.
2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior.
Tugasnya mereview program audit, mereviw kertas kerja, laporan audit dan
manajemen letter.
3. Akuntan senior atau koordinator akuntan yunior, yaitu akuntan perencana
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya
mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan yunior.
4. Akuntan yunior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan
secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya
membuat kertas kerja.
4.2 Diskripsi Responden
Diskripsi profil responden terdiri dari jenis kelamin, gelar atau tingkat
pendidikan yang dicapai serta lamanya bekerja dalam KAP. Hal tersebut
30
dimaksudkan untuk menjalaskan latar belakang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
Akuntan publik yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 28
pria atau (38,8%) dan 44 wanita atau (61,2%). Berdaarkan tingkat pendidikan
yang dicapai yaitu D3 sebanyak 22 responden arau (30,6%), S1 sebanyak 41
responden atau (56,9%) dan S2 sebanyak 9 responden atau (12,5%). Berikut tabel
yang menunjukan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini :
Tabel 4.1 Profil Responden (N=72) Keterangan Jumlah Prosentase
Jenis Kelamin
a. Pria
b. Wanita
Tingkat pendidikan
a. D3
b. S1
c. S2
Lama bekerja dalam KAP
a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. diatas 11 tahun
28
44
22
41
9
42
22
8
38,8%
61,2%
30,6%
56,9%
12,5%
58,3%
30,5%
11,1%
Sumber : Data yang diolah
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 85 kuesioner secara
langsung kepada KAP yang berada diwilayah kota semarang. Penelitian sejak
tanggal pengiriman dan pengumpulan data berlangsung selama 1 bulan. Data
kuesioner yang diperoleh sebanyak 72 kuesioner dari 85 kuesioner yang
disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner
dalam penelitian ini.
31
Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Keteraangan Jumlah Prosentase
Total kuesioner yang dibagikan 85 100% Total kuesioner yang tidak kembali 6 7,1% Total kuesioner yang tidak lengkap 7 8,2% Total kuesioner yang dapat digunakan 72 84,7% Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 7 8,2% Total kuesioner yang diterima tepat waktu 72 84,7% Total kuesioner yang diterima tidak tepat waktu 7 8,2%
Sumber : Data yang diolah
4.3. Diskripsi Variabel Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati
dan keterampilan sosial terhadap kinerja auditor di kota Semarang peneliti
menggunakan analisis diskriptif prosentase. Adapun hasil perhitungan dari
analisis diskriptif prosentase untuk tiap variabel sebagai berikut :
1.Kesadaran Diri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kesadaran diri auditor,
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Kesadaran diri auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS Total
1 Frek 2 16 8 36 10 72 Kesadaran emosi diri Persen 2.8 22.2 11.1 50.0 13.9 100
2 Frek 17 50 5 0 0 72 Persen 23.6 69.4 6.9 0 0 100 3 Frek 14 47 8 3 0 72 Persen 19.4 65.3 11.1 4.2 0 100 4 Frek 18 42 8 4 0 72
Penilaian diri
Persen 25.0 58.3 11.1 5.6 0 100 5 Frek 6 16 25 25 0 72 Persen 8.3 22.2 34.7 34.7 0 100 6 Frek 4 12 19 35 2 72
Percaya diri
Persen 5.6 16.7 26.4 48.6 2.8 100 Sumber: data diolah
32
a. Kesadaran terhadap emosi diri
Dari tabel diatas dapat diketahui kesadaran diri auditor ditinjau dari
indikator kesadaran terhadap emosi diri termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai
sejumlah 36 orang atau 50%, sesuai 16 orang atau 22,2%, sangat tidak sesuai
10 orang atau 13,9%, ragu-ragu 8 oarang atau 11,1% dan yang menjawab
sangat sesuai sebanyak 2 orang atau 2,8%.
b. Penilaian diri
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kesadaran diri auditor
ditinjau dari indikator penilaian diri pada sub indikator kemampuan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam mengaudit termasuk dalam
kategori sangat tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang
menjawab sangat sesuai sebanyak 50 orang atau 69,4%, yang menjawab
sesuai sebanyak 17 orang atau 23,6%, dan yang menjawab ragu-ragu
berjumlah 5 orang atau 6,9%.
Sedangkan kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator penilaian diri
pada sub indikator kemampuan menetapkan tingkat materialitas termasuk
dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang
menjawab sesuai sebanyak 47 orang atau 65,3%, sangat sesuai sebanyak 14
orang atau 19,4%, ragu-ragu berjumlah 8 orang atau 11,1%, dan tidak sesuai
sejumlah 3 orang atau 4,2%.
Untuk kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator penilaian diri pada
sub indikator kemampuan mendapatkan bukti audit termasuk dalam kategori
33
tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai
sebanyak 42 orang atau 58,3%, sangat sesuai sebanyak18 orang atau 25%,
ragu-ragu berjumlah 8 orang atau 11,1%, dan tidak sesuai sejumlah 4 orang
atau 5,6%.
c. Percaya diri
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kesadaran diri auditor ditinjau
dari indikator percaya diri termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 25 orang atau
34,7% ragu-ragu 25 oarang atau 34,7%, sesuai 16 orang atau 22,2%, sangat
sesuai 6 orang atau 8,3%.
Sedangkan kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator percaya diri
pada sub indikator kemampuan merancang program audit termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
tidak sesuai sejumlah 35 orang atau 48,6%, ragu-ragu 19 orang atau 26,3%,
sesuai 12 orang atau 16,7%, sangat sesuai 4 orang atau 5,6%, dan sangat tidak
sesuai sejumlah 2 orang atau 2,8%.
2. Pengaturan diri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai pengaturan diri auditor,
seperti terlihat pada tabel berikut :
34
Tabel 4.4 Pengaturan diri auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS
Total
7 Frek 6 43 6 17 0 72
Persen 8.3 59.7 8.3 23.6 0 100
8 Frek 6 48 10 8 0 72
Kendali diri
Persen 8.3 66.7 13.9 11.1 0 100
9 Frek 13 32 6 19 2 72
Persen 18.1 44.4 8.3 26.4 2.8 100
10 Frek 4 25 21 17 5 72
Sifat dapat
dipercaya
Persen 5.6 34.7 29.2 23.6 6.9 100
11 Frek 0 11 25 32 4 72 Inovasi
Persen 0 15.3 34.7 44.4 5.6 100
Sumber : data diolah
a. Kendali diri
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengaturan diri auditor ditinjau
dari indikator kendali diri pada sub indikator sabar dalam menghadapi klien
yang kurang kooperatif termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 43 orang atau
59,7%, tidak sesuai 17 orang atau 23,6%, sangat sesuai 6 orang atau 8,3%,
dan ragu-ragu 6 orang atau 8,3%.
Sedangkan pengaturan diri auditor ditinjau dari indikator kendali diri
pada sub indikator tenang dalam menghadapi sikap klien termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, ragu-ragu 10 orang atau 13,9%, tidak
sesuai 8 orang atau 11,1%, dan sangat sesuai 6 orang atau 8,3%.
b. Sifat dapat dipercaya
35
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pengaturan diri auditor
ditinjau dari indikator sifat dapat dipercaya pada sub indikator menunda
kesenangan demi menyelesaikan tugas termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
32 orang atau 44,4%, tidak sesuai 19 orang atau 26,3%, sangat sesuai 13
orang atau 18,1%, ragu-ragu 6 orang atau 8,3% dan sangat tidak sesuai
sejumlah 2 orang atau 2,8%.
Sedangkan pengaturan diri auditor ditinjau dari indikator sifat dapat
dipercaya pada sub indikator bertanggung jawab atas kinerja pribadi termasuk
dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang
menjawab sesuai sebanyak 25 orang atau 34,7%, ragu-ragu 21 orang atau
29,2%, tidak sesuai 17 orang atau 23,6%, sangat tidak sesuai 5 orang atau
6,9% dan sangat sesuai 4 orang atau 5,6%.
c. Inovasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pengaturan diri auditor
ditinjau dari indikator inovasi pada sub indikator terbuka terhadap gagasan
atau ide baru termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 32 orang atau 44,4%,
ragu-ragu 25 orang atau 34,7%, sesuai 11 orang atau 15,3%, dan sangat tidak
sesuai 4 orang atau 5,6%.
3. Motivasi
36
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai motivasi diri auditor,
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Motivasi diri auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS
Total
12 Frek 22 44 4 2 0 72
Persen 30.6 61.1 5.6 2.8 0 100
13 Frek 18 35 10 9 0 72
Persen 25.0 48.6 13.9 12.5 0 100
14 Frek 7 34 21 10 0 72
Dorongan
prestasi
Persen 9.7 47.2 29.2 13.9 0 100
15 Frek 6 33 22 11 0 72 Inisiatif
Persen 8.3 45.8 30.6 15.3 0 100
16 Frek 4 17 21 28 2 72
Persen 5.6 23.6 29.2 38.9 2.8 100
17 Frek 11 48 8 5 0 72
Optimisme
Persen 15.3 66.7 11.1 6.9 0 100
Sumber : data diolah
a. Dorongan prestasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau
dari indikator dorongan prestasi pada sub indikator kesempatan untuk
memperoleh promosi termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 44 orang atau
61,1%, sangat sesuai 22 orang atau 30,6%, ragu-ragu 4 orang atau 5,6%, dan
tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.
37
Sedangkan motivasi auditor ditinjau dari indikator dorongan prestsi
pada sub indikator kesempatan untuk mengikuti pelatihan termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
sesuai sebanyak 35 orang atau 48,6% sangat sesuai 18 orang atau 25%., ragu-
ragu 10 orang atau 13,9%, dan tidak sesuai 9 orang atau 12,5%.
Untuk motivasi auditor ditinjau dari indikator dorongan prestsi pada sub
indikator sanggup bekerja keras demi KAP termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
34 orang atau 47,2%, ragu-ragu 21 orang atau 29,2%, tidak sesuai 10 orang
atau 13,9%, dan sangat sesuai 7 orang atau 9,7%.
b. Inisiatif
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau
dari indikator inisiatif pada sub indikator memiliki kemandirian untuk
mencapai sasaran audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 33 orang atau
45,8%, ragu-ragu 22 orang atau 30,6%, tidak sesuai 11 orang atau 15,3%, dan
sangat sesuai 6 orang atau 8,3%.
c. Optimisme
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau
dari indikator optimisme pada sub indikator perasaan putus asa dalam
mengaudit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 28 orang atau 38,8%,
38
ragu-ragu 21 orang atau 29,2%, sesuai 17 orang atau 23,67%, sangat sesuai 4
orang atau 5,6%, dan sangat tidak sesuai sejumlah 2 orang atau 2,8%.
Sedangkan motivasi auditor ditinjau dari indikator optimisme pada sub
indikator kegigihan mencoba lagi kendati pernah mengalami kegagalan
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat sesuai 11 orang
atau 15,3%, ragu-ragu 8 orang atau 11,1%,dan tidak sesuai 5 orang atau 6,9%.
4. Empati
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai empati diri auditor,
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Empati diri auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS
Total
18 Frek 7 58 5 2 0 72
Persen 9.7 80.6 6.9 2.8 0 100
19 Frek 14 43 11 4 0 72
Memahami orang
lain
Persen 19.4 59.7 15.3 5.6 0 100
Tabel 4.6 (lanjutan)
Kategori Jawaban Indikator Items Ket. SS S R TS STS
Total
20 Frek 3 12 16 35 6 72 Mengatasi keragaman Persen 4.2 16.7 22.2 18.6 8.3 100
21 Frek 13 26 23 10 0 72 Persen 18.1 36.1 31.9 13.9 0 100 22 Frek 9 31 12 20 0 72 Persen 12.5 43.1 16.7 27.8 0 100 23 Frek 16 47 7 2 0 72
Kesadaran politis
Persen 22.2 65.3 9.7 2.8 0 100 Suber : data diolah
39
a. Memahami orang lain
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati auditor ditinjau dari
indikator memahami orang lain pada sub indikator memahami dan mengerti
tugas dan kesibukan klien termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 58 orang atau
80,6% sangat sesuai 7 orang atau 9,7%, ragu-ragu 5 orang atau 6,9%, dan
tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.
Sedangkan empati ditinjau dari indikator memahami orang lain pada
sub indikator mengerti perasaaan orang lain termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
43 orang atau 59,7% sangat sesuai 14 orang atau 19,4%., ragu-ragu 11 orang
atau 15,3%, dan tidak sesuai 4 orang atau 5,6%.
b. Mengatasi keragaman
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati auditor indikator
mengatasi keragaman pada sub indikator kemampuan mengaudit pada
lingkungan yang belum dikenal termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari
data penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 35 orang
atau 48,6%, ragu-ragu 16 orang atau 22,2%, sesuai 12 orang atau 16,7%,
sangat tidak sesuai 6 orang atau 8,3%, dan sangat sesuai sebanyak 3 orang
atau 4,2%.
40
c. Kesadaran Politis
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati dilihat dari
indikator kesadaran politis pada sub indikator menciptakan suasana nyaman
bagi klien termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana
auditor yang menjawab sesuai sebanyak 26 orang atau 36,1%, ragu-ragu 23
orang atau 31,9%, sangat sesuai 13 orang atau 18,1%., dan tidak sesuai 10
orang atau 13,9%.
Sedangkan empati ditinjau dari kesadaran politis pada sub indikator
mengkomunikasikan penyelewengan yang terjadi dengan klien termasuk
dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang
menjawab sesuai sebanyak 31 orang atau 43,1%, tidak sesuai 20 orang atau
27,8%, ragu-ragu 12 orang atau 16,7%, dan sangat sesuai 9 orang atau 12,5%.
Sedangkan empati dilihat dari indikator kesadaran politis pada sub
indikator mengkomunikasikan salah saji yang ditemukan dengan klien
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab sesuai sebanyak 47 orang atau 65,3%, sangat sesuai 16 orang
atau 22,2%, ragu-ragu 7 orang atau 9,7%, dan tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.
5. Keterampilan sosial
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai keterampilan sosial
auditor, seperti terlihat pada tabel berikut :
41
Tabel 4.7 Keterampilan sosial auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS
Total
24 Frek 20 51 0 1 0 72
Persen 27.8 70.8 0 1.4 0 100
25 Frek 17 53 1 1 0 72
Komunikasi
Persen 23.6 73.6 1.4 1.4 0 100
26 Frek 22 35 3 12 0 72 Kepemimpinan
Persen 30.6 48.6 4.2 16.7 0 100
27 Frek 12 54 4 2 0 72 Manajemen
konflik Persen 16.7 75 5.6 2.8 0 100
28 Frek 21 42 9 0 0 72
Persen 29.2 58.3 12.5 0 0 100
29 Frek 4 7 26 29 6 72
Kolaborasi dan
kooperasi
Persen 5.6 9.7 36.1 40.3 8.3 100
30 Frek 16 38 6 12 0 72 Kemampuan tim
Persen 22.2 52.8 8.3 16.7 0 100
Suber : data diolah
a. Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor
ditinjau dari indikator komunikasi pada sub indikator kemampuan
mengkomunikasikan hasil audit dengan klien termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
51 orang atau 70,8% sangat sesuai 20 orang atau 27,8%, dan tidak sesuai 1
orang atau 1,4%.
Sedangkan keterampilan sosial ditinjau dari indikator komunikasi
auditor pada sub indikator kemampuan berkomunikasi dengan sesama auditor
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
42
yang menjawab sesuai sebanyak 53 orang atau 73,6% sangat sesuai 17 orang
atau 23,6%, ragu-ragu 1 orang atau 1,4%, dan tidak sesuai 1 orang atau 1,4%.
b. Kepemimpinan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor
ditinjau dari indikator kepemimpinan pada sub indikator kemampuan
mengajak auditor lain untuk berdiskusi termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
35 orang atau 48,6% sangat sesuai 22 orang atau 30,6%, tidak sesuai 12 orang
atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 3 orang atau 4,2%.
c. Manajemen konflik
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor
ditinjau dari indikator manajemen konflik pada sub indikator kemampuan
mengkomunikasikan masalah SPI kepada manajemen termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
sesuai sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 12 orang atau 16,7%, ragu-
ragu sebanyak 4 orang atau 6,6%, dan tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.
d. Kolaborasi dan kooperasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor
ditinjau dari indikator kolaborasi dan kooperasi pada sub indikator
kemampuan bekerja sama dengan entitas yang diaudit termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
43
sesuai sebanyak 42 orang atau 58,3%, sangat sesuai 21 orang atau 29,2%, dan
ragu-ragu sebanyak 9 orang atau 12,5%.
Sedangkan keterampilan sosial ditinjau dari indikator kolaborasi dan
kooperasi pada sub indikator kooperasi dalam berhubungan dengan klien
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab tidak sesuai sejumlah 29 orang atau 40,3%, ragu-ragu 26
orang atau 36,1%, sesuai 7 orang atau 9,7%, sangat tidak sesuai 6 orang atau
8,4%, dan sangat sesuai sebanyak 4 orang atau 5,6%.
e. Kemampuan tim
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor
ditinjau dari indikator kemampuan tim pada sub indikator kemampuan bekerja
secara tim termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana
auditor yang menjawab sesuai sebanyak 38 orang atau 52,8%, sangat sesuai 16
orang atau 22,2%, tidak sesuai 12 orang atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 6
orang atau 8,3%.
6. Kinerja auditor
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kinerja auditor, seperti
terlihat pada tabel berikut :
44
Tabel 4.8 Kinerja auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS Total
31 Frek 17 49 4 2 0 72 Kualitas kerja Persen 23.6 68.1 5.6 2.8 0 100 32 Frek 16 48 8 0 0 72 Kuantiras kerja Persen 22.2 66.7 11.1 0 0 100 33 Frek 13 48 11 0 0 72 Persen 18.1 66.7 15.3 0 0 100 34 Frek 14 50 8 0 0 72 Persen 19.4 69.4 11.1 0 0 100 35 Frek 12 54 6 0 0 72 Persen 6.7 75 8.3 0 0 100 36 Frek 15 39 18 0 0 72 Persen 20.8 54.2 25 0 0 100 37 Frek 11 44 17 0 0 72 Persen 15.3 61.1 23.6 0 0 100 38 Frek 12 52 8 0 0 72 Persen 16.7 72.2 11.1 0 0 100 39 Frek 13 54 5 0 0 72
Pengatahuan tentang pekerjaan
Persen 18.1 75 6.9 0 0 100 40 Frek 14 42 15 1 0 72 Pernyataan yang
disimpulkan Persen 19.4 58.3 20.8 1.4 0 100 41 Frek 13 38 13 6 2 72 Persen 18.1 52.8 8.1 8.3 2.8 100 42 Frek 11 55 4 2 0 72 Persen 15.3 76.4 5.6 2.8 0 100 43 Frek 15 51 6 0 0 72
Perencanaan kerja
Persen 20.8 70.8 8.3 0 0 100
Tabel 4.8 (lanjutan) Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
SS S R TS STS
Total
44 Frek 13 56 3 0 0 72 Perencanaan kerja
Persen 18.1 77.8 4.2 0 0 100
Sumber : data diolah
a. Kualitas kerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari
indikator kualitas kerja pada sub indikator pendapat yang independen dan
45
sesungguhnya termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 49 orang atau 68,1%, sangat
sesuai 17 orang atau 23,6%, ragu-ragu sebanyak 4 orang atau 5,6%, dan tidak
sesuai 2 orang atau 2,8%.
b. Kuantitas kerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari
indikator kuantitas kerja pada sub indikator kemampuan menyelesaikan audit
tepat waktu termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat
sesuai 16 orang atau 22,2%, dan ragu-ragu sebanyak 8 orang atau 11,1%.
c. Pengetahuan tentang pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari
indikator pengetahuan tentang pekerjaan pada sub indikator megaudit sesuai
dengan keahlian termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat
sesuai 13 orang atau 18,1%, dan ragu-ragu sebanyak 11 orang atau 15,3%.
Sedangkan kinerja auditor ditinjau dari indikator pengetahuan tentang
pekerjaan pada sub indikator kemampuan menggunakan prosedur audit
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab sesuai sebanyak 50 orang atau 69,5%, sangat sesuai 14 orang
atau 19,4%, dan ragu-ragu sebanyak 8 orang atau 11,1%.
Untuk kinerja auditordilihat dari indikator pengetahuan tentang
pekerjaan pada sub indikator kemampuan untuk memperoleh bukti audit
46
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab sesuai sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 12 orang
atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 6 orang atau 8,3%.
Sedangkan kinerja auditor dilihat dari indikator pengetahuan tentang
pekerjaan pada sub indikator kemampuan menyeleksi bukti audit audit
termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
yang menjawab sesuai sebanyak 39 orang atau 54,2%, sangat sesuai 15 orang
atau 20,8%, dan ragu-ragu sebanyak 18 orang atau 25%.
Untuk indikator pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub
indikator mempertimbangkan faktor ekonomi dan waktu termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
sesuai sebanyak 44 orang atau 61,1%, ragu-ragu sebanyak 17 orang atau
23,6%, dan sangat sesuai 11 orang atau 25,3%.
Untuk pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub indikator
melakukan pembuktian untuk setiap asersi termasuk dalam kategori tinggi,
terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak
52 orang atau 72,2%, sangat sesuai 12 orang atau 16,7 %, dan ragu-ragu
sebanyak 8 orang atau 11,1%.
Untuk pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub indikator
mengembangkan tujuan umum dan tujuan spesifik termasuk dalam kategori
tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai
sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 13 orang atau 18,1% dan ragu-
ragu sebanyak 5 orang atau 6,9%.
47
d. Pernyataan yang disimpulkan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor dilihat dari
indikator pernyataan yang disimpulkan pada sub indikator menggabungkan
seluruh informasi audit untuk memperoleh kesimpulan termasuk dalam
kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
sesuai sebanyak 42 orang atau 58,3%, ragu-ragu sebanyak 15 orang atau
20,8%, sangat sesuai 14 orang atau 19,4%, dan tidak sesuai 1 orang atau 1,4%.
f. Perencanaan kerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor dilihat dari
indikator perencanaan kerja pada sub indikator kemampuan menyusun
program audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 38 orang atau 52,8% sangat
sesuai 13 orang atau 18,1%, ragu-ragu sebanyak 13 orang atau 18,1%, tidak
sesuai 6 orang atau 8,3%, dan sangat tidak sesuai 2 orang atau 2,8.
Untuk perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator kemampuan merinci
prosedur audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian
dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 55 orang atau 76,4% sangat
sesuai 11 orang atau 15,3%, ragu-ragu sebanyak 4 orang atau 5,6%, dan tidak
sesuai 2 orang atau 2,8%.
Sedangkan perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator kemampuan
menggunakan prosedur audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari
data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 51 orang atau
48
70,9% sangat sesuai 15 orang atau 20,8%, dan ragu-ragu sebanyak 6 orang
atau 8,3%.
Untuk perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator mencatat semua
kegiatan dalam proses audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data
penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 56 orang atau
77,2% sangat sesuai 13 orang atau 18,1%, dan ragu-ragu sebanyak 3 orang
atau 4,2%.
4.4 Analisis Regresi
Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independent terhadap
variabel dependen maka digunakanlah analisis regresi berganda dengan bantuan
perangkat program SPSS yang secara rinci disajikan pada lampiran. Adapun
variabel independen yang dimaksud adalah kesadaran diri (X1), pengaturan diri
(X2), motivasi (X3), empati (X4), keterampilan sosial (X5) dan kinerja auditor
(Y) sebagai variabel dependent. Berikut adalah tabel hasil analisis regresi :
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Variabel
Independent
Koeffisien
Regresi
T hitung Siknifikasi r2 parsial
Kesadaran diri 0,345 2,108 0,039 6,3
Pengaturan diri 0,364 2,074 0,042 6,1
Motivasi 0,355 2,216 0,030 6,9
Empati 0,346 2,026 0,047 5,8
Keterampilan sosial 0,347 2,158 0,035 6,6
Costant = 18,831
F hitung = 45,452
R squared = 0,775
49
Sumber : data diolah
Dari tabel diatas didapat bentuk persamaan regresi berganda sebagai
berikut :
A. Y = 18,831 + 0,345X1 + 0,364X2 + 0,355X3 + 0,346X4
+ 0,347X5 + e
Berikut penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang terbentuk :
1. Baik konstanta maupun koeffisien variabel-variabel independen memiliki
nilai positif. Hal ini menandakan bahwa persamaan regresi berganda
tersebut memiliki hubungan yang searah. Yang berarti kinerja auditor akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor.
2. Konstanta sebesar 18,831 berarti bahwa seorang auditor tetap dapat
meningkatkan kinerjanya sebesar nilai konstantanya meskipun variabel
independennya bernilai nol.
4.4.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Asumsi Normalitas.
Uji Normalitas bertujuaan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Uji kenormalan data dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan
menurut Ghozali (2002:76) yaitu :
50
1. Jika sumbu menyebar sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal P
Plot dibawah ini dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan
pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P
Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta arah
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan Histogram,
Variabel Dependent Kinerja Auditor
Regression Standardized Residual
2.252.00
1.751.50
1.251.00
.75.50.250.00-.25
-.50-.75
-1.00-1.25
-1.50-1.75
-2.00-2.25
-2.50
Histogram
Dependent Variable: Y
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = .96 Mean = 0.00
N = 72.00
51
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P Plot,
Variabel Dependen Kinerja Auditor
2. Uji Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel
bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Teknik yang digunakan
untuk menguji multikolinieritas adalah dengan melihat VIF (Variance
Inflaratori Factor) dari setiap variabel independen yang digunakan dalam
penelitian. Menurut Hair dkk (1995) dalam Supramono dan Utami
(2003:80) disebutkan bahwa jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka tidak
ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Dari hasil
penelitian ( tabel 4.4) ditunjukkan bahwa nilai VIF untuk setiap variabel
independen yang digunakan dalam model tidak lebih dari 10. Dengan
demikian dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Multikolinieritas antar
variabel independen.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
52
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Variabel Independen VIF
Kesadaran Diri Pengaturan Diri Motivasi Empati Keterampilan Sosial
1,744 2,725 3,418 3,268 2,956
3. Uji Heteroskedastis
Untuk menguji gejala Heteroskedastis dilakukan dengan melihat
penyebaran residual hasil estimasi model yang dipaparkan dalam
Scatterplot. Jika penyebarannya acak atau tidak membentuk pola dapat
dikatakan tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas.
Dari hasil pengujian gejala Heteroskedastisitas yang dilakukan
dengan melihat penyebaran residual hasil estimasi model yang dipaparkan
dengan Scatterplot pada gambar 4.3 dibawah, penyebarannya acak atau
tidak membentuk pola. Jadi dapat dikatakan semua variabel penelitian
terbebas dari Heteroskedasisitas.
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas dengan Scetterplot,
Variabel Dependent Kinerja Auditor
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Studentized Residual
3210-1-2-3
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
d P
redi
cted
Val
ue
3
2
1
0
-1
-2
-3
53
4.4.2 Uji Simultan (Uji F Statistik)
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan
membandingkan antara Fhitung dengan FTabel pada tingkat kepercayaan 5%.
Apabila Fhitung > FTabel maka semua variabel bebas berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh Fhiutng
sebesar 45,452 sedangkan FTabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat
kebebasan 5 dan 66 diperoleh FTabel sebesar 2,354. Dalam hal ini Fhitung >
FTabel, berarti dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi, empati, dan keterampilan sosial secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Untuk mengetahui besarnya persentase variasi dalam variabel terikat
yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel bebas, maka dicari nilai
koeffisien determinasi (R2). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai R2
sebesar 0,775. Koefisien ini menunjukkan bahwa 77,5% perubahan yang
terjadi pada kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial, sedangkan sisanya
sebesar 22,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
4.4.3 Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat yaitu antara kesadaran diri terhadap variabel
kinerja auditor, pengaturan diri terhadap variabel kinerja auditor, motivasi
54
terhadap variabel kinerja auditor, empati terhadap variabel kinerja auditor,
serta keterampilan terhadap kinerja auditor. Dalam penelitian ini dilakukan
pengujian terhadap koefisien regresi yaitu dengan pengujian sebagai berikut :
1) Pengujian (thitung) koefisien kesadaran diri (b1)
a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X1
adalah 2,108
b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,685
c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X1 dan
tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal
ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
kesadaran diri terhadap variabel kinerja auditor.
d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,108) >
tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari kesadaran diri terhadap variabel kinerja auditor.
2) Pengujian (thitung) koefisien pengaturan diri (b2)
a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X2
adalah 2,074
b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658
c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X2 dan
tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal
ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
pengatutran diri terhadap variabel kinerja auditor.
55
d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,074) >
tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari pengaturan diri terhadap variabel kinerja auditor.
3) Pengujian (thitung) koefisien motivasi (b3)
a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X3
adalah 2,216
b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658
c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X3 dan
tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal
ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
motivasi terhadap variabel kinerja auditor.
d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,216) >
tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari motivasi terhadap variabel kinerja auditor.
4) Pengujian (thitung) koefisien empati (b4)
a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X4
adalah 2,026
b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658
c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X4 dan
tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal
ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
empati terhadap variabel kinerja auditor.
56
d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,026) >
tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari empati terhadap variabel kinerja auditor.
5) Pengujian (thitung) koefisien keterampilan sosial (b5)
a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X5
adalah 2,158
b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658
c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X5 dan
tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal
ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
keterampilan sosial terhadap variabel kinerja auditor.
d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,158) >
tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari keterampilan sosial terhadap variabel kinerja
auditor.
4.5 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kecerdasan
emosional mempunyai pengaruh yang siknifikan terhadap kinerja auditor.
Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional seorang auditor, akan semakin tinggi pula tingkat kinerja
auditor tersebut.
Untuk variabel kesadaran diri (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0,345 yang berarti bahwa jika kesadaran diri auditor bertambah 1 satuan, maka
akan meningkatkan kinerja auditor sebesar 0,345 satuan. Berdasarkan hasil
penelitian variabel kesadaran diri memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2)
57
sebesar 6,3%, artinya variabel kesadaran diri memberikan kontribusi sebesar 6,3%
dalam menjelaskan variabel kinerja auditor. Berarti kesadaran diri berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Hasil ini sejalan dengan teori Goleman, yang
menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai keasadaran diri yang baik akan
mengetahui kemampuan, kekuatan dan batas-batas diri sendiri sehingga
menimbulkan perasaan keyakinan dalam diri untuk berbuat tegas dan membuat
keputusan yang baik kendati dalam keadaan tertekan.
Variabel pengaturan diri (X2) mempunyai pengaruh siknifikan terhadap
kinerja auditor, dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0,363, yang berarti bahwa
seriap kenaikan 1 satuan variabel pengaturan diri maka akan meningkatkan
kinerja sebesar 0.363 satuan. Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaturan diri
memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 6,1%, artinya variabel
pengaturan diri memberikan kontribusi sebesar 6,1% dalam menjelaskan variabel
kinerja auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Goleman. Menurut
Goleman seseorang dengan pengaturan diri yang baik akan mudah dalam
menerima gagasan atau ide-ide, sehingga berdampak pada pemikiran yang positif
dan jernih.
Berdasarkan hasil penelitian dari variabel motivasi (X3) berpengaruh
siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0.355,
yang berarti jika motivasi auditor bertambah 1 satuan maka akan meningkatkan
kinerjanya sebesar 0.355 satuan. Berdasarkan hasil penelitian variabel, motivasi
memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 6,9%, artinya variabel
motivasi memberikan kontribusi sebesar 6,9% dalam menjelaskan variabel kinerja
58
auditor. Hasil ini mendukung teori dari Goleman yang menyatakan seseorang
dengan motivasi tinggi akan memiliki dorongan untuk berprestasi, komitmen
terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan rasa optimisme yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dari variabel empati (X4) berpengaruh
siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0.346,
yang berarti jika empati bertambah 1 satuan maka akan meningkatkan kinerjanya
sebesar 0.346 satuan. Berdasarkan hasil penelitian, variabel empati memiliki nilai
koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 5,8%, artinya variabel empati
memberikan kontribusi sebesar 5,8% dalam menjelaskan variabel kinerja auditor.
Hasil ini sejalan dengan teori Daniel Goleman yang menyatakan seseorang yang
mempunyai empati yang baik akan mampu memahami beraneka ragam
pandangan serta peka terhadap setiap perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian dari variabel keterampilan sosial (X5)
berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi
sebesar 0,347, yang berarti jika keterampilan sosial auditor bertambah 1 satuan
maka akan meningkatkan kinerjanya sebesar 0,347 satuan. Berdasarkan hasil
penelitian, variabel keterampilan sosial memiliki nilai koefisien determinasi
parsial (r2) sebesar 6,6%, artinya variabel keterampilan sosial memberikan
kontribusi sebesar 6,6% dalam menjelaskan variabel kinerja auditor. Dengan
keterampilan sosial yang baik auditor mampu berkomunikasi untuk
menyampaikan sesuatu hsil yang berkaitan dengan proses audit serta dapat
memecahkan masalah yang terjadi.
59
Dari kelima variabel independen tersebut variabel motivasi adalah variabel
yang paling dominan dalam mempredeksi pengaruh terhadap kinerja auditor.
Yaitu dengan nilai koeffisien regresi parsial (r2) sebesar 6,9%. Hal ini
menunjukkan dengan motivasi diri yang baik, auditor akan memiliki dorongan
untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan
optimisme yang tinggi. Selain itu auditor yang memiliki motivasi yang baik akan
mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi
standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan
serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang dapat
dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan diri. Dengan demikian hasil dari
penelitian ini menambah dukungan terhadap teori bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap kinerja.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
siknifikan terhadap kinerja auditor. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari
Sayogya (2004) ia mengungkapkan bahwa prestasi kinerja auditor yang optimal
dapat dicapai jika seorang auditor tersebut memiliki kecerdasan emosional yag
tinggi. Kemampuan emosional menjadi penting karena kecerdasan emosional
turut menentukan seberapa baik seseeorang menggunakan keterampilan-
keterampilan yang dimiliki. Dan apabila seseorang mampu menggunakan
keterampilan yang ia miliki secara maksimal, maka otomatis kinerjapun akan
meningkat. Kemampuan emosional auditor harus ditingkatkan dari waktu ke
waktu untuk mendukung supaya kinerjanya dapat meningkat. Upaya untuk
60
meningkatkan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial terhadap kinerja auditor
pada kantor kakuntan publik di kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesadaran diri, pengatuaran diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
2. Kesadaran diri, pengatuaran diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
3. Berdasarkan koefisien determinasi persamaan regresi, (R2) atau R Square
sebesar 0,775. Koefisien ini mempunyai arti bahwa tiga variabel bebas
tersebut secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap variabel
terikat sebesar 77,5% sedangkan sisanya 22,5% dipengaruhi oleh faktor
lain di luar model. Sedangakan sumbangan variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial yaitu dapat dilihat berdasarkan koefisien
determinasi parsial variabel kesadaran diri sebesar 6,3%, pengaturan diri
sebesar 6,1%, motivasi sebesar 6,9%, empati sebesar 5,8% dan
keterampilan sosial sebesar 6,6%.
80
62
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang
telah dilakukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk para auditor diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuan
emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat
meningkatkan kinerjanya sebagai seorang auditor.
2. Bagi kantor akuntan publik dalam melakukan reqruitmen kariawan
hendaknya memperhatikan aspek kecerdasan emosional calon kariawan
tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan untuk
penambahan variabel kecerdasan spiritual. Karena meskipun auditor
memiliki kecerdasan emosional yang baik, tanpa diimbangi kecerdasan
spiritual maka kinerja auditor tidak akan maksimal.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002 : Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan Ke dua belas, edisi revisi V, Jakarta : Rineka Cipta
Can, Edi dan Yulianti. 2005. Kasus Suap Dana Abadi Umat Jangan Berhenti
Pada Semut. Tersedia : hppt // WWW. Tempointeraktif.com / artikel :1_htm. (24 Nopember 2005)
Cooper R K dan Sawaf. A.1998 : Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia Effendi, Willy. 2004 : Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Kompleksitas
Tugas Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)
Ferdinand, Agusty. 2002 : Structural aquation modeling dalam penelitian
manajemen : aplikasi model-model rumit dalam enelitian untuk tesis magister dan disertasi doktor. BP UNDIP.
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex
Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Ghozali, Imam. 2005 : Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3,
Semarang : Badan Penerbit UNDIP Mulyadi. 2002 : Auditing. Cetakan pertama Maret 2002. Jakarta : Salemba Empat Retnowati, Winarna. 2003. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik dan
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Surabaya: Simposium Nasional Akuntansi VI Hal. 839-847.
Rivai, Veithzal H. 2002 : Bagaimana Meningkatkan Kinerja Kariawan Bank :
Survei pada Bank BNI dan Bank Mandiri. Jurnal Ekonomi Perusahaan Vol.10 No.2 Juni 2002 : hal 85-99.
Sayogya, Nataline. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi
Kerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan).
Supramono, Utami, Intiyas. 2003: Desain Proposal Penelitian, studi akuntansi
dan keuangan. Salatiga : Fakultas ekonomi, UKSW Pres.
64
Surya R, dan Hananto S T. 2004 : Pengaruh Emotioanal Quotient Auditor terhadap kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik. Persepektif, Vol. 9, No. 1, Juni 2004: hal 33 – 40.
Suryati P, dan Ika N P. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 2, September 2004: hal 260 – 281.
Tantina, Yetti. 2004 : Pengaruh Kepuasan Kerja, Kemampuan Auditor dan
Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Auditor di Semarang . Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)
Trisnawati Eka II, dan Suryaningsum, Sri. 2003: Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya :Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik
Widagdo, Badjoeri, Ph.D. 2001: Kecerdasan Emosi. Manajemen, Juni 2001.
WWW. Akuntan publik. Com.
65
LAMPIRAN A
DAFTAR KUESIONER
66
LAMPIRAN B
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
67
LAMPIRAN C
DATA HASIL PENELITIAN
68
LAMPIRAN D
DATA PERSIAPAN REGRESI, HASIL
REGRESI, DAN UJI ASUMSI KLASIK
69
LAMPIRAN E
TABEL DISTRIBUSI T DAN F
70
LAMPIRAN F
SURAT IJIN PENELITIAN
71
LAMPIRAN G
SURAT KETERANGAN PENELITIAN