pengaruh phbs terhadap diare

34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah Karangnongko merupakan daerah pegunungan, karena terletak di kaki Gunung Merapi. Daerah ini terletak di kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. Karena Karangnongko merupakan daerah pegunungan, maka tak heran apabila penduduk disini kesulitan untuk mendapatkan air bersih, apalagi saat musim kemarau tiba. Sumur menjadi kering dan debu bertebaran dimana-mana. Untuk mendapat air penduduk bergantung pada musim penghujan dan air PAM. Pada saat musim penghujan datang, bak-bak penampungan air penuh. Masyarakat menampung air hujan pada bak penampungan air yang memang sengaja dibuat untuk menampung air hujan. Setiap rumah biasanya mempunyai 1 bak penampungan air yang terbuat dari semen. Bak tersebut biasanya terletak di samping rumah atau belakang rumah penduduk. Air tampungan yang berasal dari air hujan tersebut digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti mandi, memasak, memcuci tangan, memandikan ternak dan kebutuhan hidup yang lainnya. Mereka tidak mempedulikan apakah air hujan tersebut hiegenis atau tidak. Padahal air hujan tidak terjamin kebersihannya.di dalam air hujan 1

Upload: ratihph4392

Post on 04-Jul-2015

1.140 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Daerah Karangnongko merupakan daerah pegunungan, karena terletak di kaki

Gunung Merapi. Daerah ini terletak di kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. Karena

Karangnongko merupakan daerah pegunungan, maka tak heran apabila penduduk disini

kesulitan untuk mendapatkan air bersih, apalagi saat musim kemarau tiba. Sumur menjadi

kering dan debu bertebaran dimana-mana. Untuk mendapat air penduduk bergantung

pada musim penghujan dan air PAM.

Pada saat musim penghujan datang, bak-bak penampungan air penuh. Masyarakat

menampung air hujan pada bak penampungan air yang memang sengaja dibuat untuk

menampung air hujan. Setiap rumah biasanya mempunyai 1 bak penampungan air yang

terbuat dari semen. Bak tersebut biasanya terletak di samping rumah atau belakang rumah

penduduk. Air tampungan yang berasal dari air hujan tersebut digunakan penduduk untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti mandi, memasak, memcuci

tangan, memandikan ternak dan kebutuhan hidup yang lainnya. Mereka tidak

mempedulikan apakah air hujan tersebut hiegenis atau tidak. Padahal air hujan tidak

terjamin kebersihannya.di dalam air hujan terkandung banyak bakteri dan berbagai bibit

penyakit juga mengandung limbah dan bahan-bahan anorganik yang berbahaya bagi

kesehatan tubuh. Bakteri E. Coli pun banyak terkandung juga dalam air hujan tersebut.

Oleh karena itu diare dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi air tersebut.

Bahkan angka penderita diare melonjak pada saat musim penghujan datang. Diare seperti

mewabah pada musim ini.

Pada saat musim kemarau tiba air bersih sangat sulit didapatkan. Untuk itu

penduduk membeli air tangki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

Setiap tangki air PAM dihargai sekitar Rp 125.000,00 yang berisikan 5000 liter air.

Dikarenakan keadaan yang demikian, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sangat

1

Page 2: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

sulit diterapkan dalam kehidupan mereka. PHBS termasuk didalamnya mencuci tangan

sebelum makan dan mandi 2x sehari jarang sekali dilaksanakan mengingat minimnya

ketersediaan air. Mereka sanagt menghemat penggunaan air. Air hanya digunakan untuk

hal-hal yang penting saja seperti memasak dan memandikan ternak, sehingga mandi dan

cuci tangan dianggap hal yang sepele dan tidak penting.

2

Page 3: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat

terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Tujuan umum

Untuk memberikan gambaran mengenai diabetes mellitus yang dialami oleh penderita

obesitas, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada penderita diabetes

mellitus khususnya yang mengalami obesitas

2. Tujuan khusus

a. Untuk memberi gambaran tentang hubungan antara perilaku hidup bersih dan

sehat terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko

b. Untuk melihat gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi diare

c. Untuk mengetahui pengobatan dan penatalaksanaan serta pencegahan diare

3

Page 4: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

- menambah pengalaman kesehatan

- memperoleh gambaran tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan

terjadinya diare

2. Bagi masyarakat

- memberi informasi kesehatan bagi khalayak umum tentang realitas masalah perilaku

hidup bersih dan sehat

- memberi informasi kesehatan bagi khalayak umum tentang diare

4

Page 5: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

Definisi

Yang dimaksud dengan diare adalah defekasi (buang air besar) encer lebih dari 3x sehari,

dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Sedangkan yang dimaksud dengan diare

akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat

(Suharyono, 1982).

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar.

Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini

ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di Negara yang

sedang berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari

sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya

tahan badan.

Untuk bayi, baik di Negara-negara maju, penurunan angka kejadian diare erat kaitannya

dengan pemberian ASI (pemberian susu), yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran

minum anak dan sebagian oleh karena factor pencegahan immunologic pada ASI. Sejauh ini

membuat imunoglobin, tetapi antibody spesifik terhadap hamper semua kuman patogen usus

terdapat di dalam kolustrum dari ASI.

5

Page 6: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

Penyebab

Penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan pasti. Penyebab diare ini dapat

dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat

mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Ditinjau dari sudut patofisiologi penyebab

diare akut dapat dibagi dalam 2 golongan.

1. Diare sekresi, disebabkan oleh :

a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen

b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan

(misalnya keracunan makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan,

gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

c. Defisiensi imun terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan

terjadinya berlipatgandanya bakteri / flora usus dan jamur, terutama Candida.

2. Diare osmotic, disebabkan oleh:

a. Malabsorpsi makanan

b. KKP (kekurangan kalori protein)

c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir

Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh factor lingkungan seperti pembuangan tinja

dan limbah cair dalam rumah tangga. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan

secara saniter merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan, disamping

berbagai kegiatan penyehatan lingkungan yang lain seperti penyediaan air bersih, pembuangan

sampah, hiegene sanitasi makanan dan minuman, pengendalian vector, pengendalian pencemaran

lingkungan fisik, sanitasi tempat umum dan penyehatan lingkungan pemukiman. Dalam rangka

menyehatkan lingkungan pembuangan tinja dan limbah cair tidak berdiri sendiri, tapi bersama-

sama dengan berbagai upaya penyehatan lingkungan yang lain. Dengan demikian penurunan

angka kejadian penyakit diare, yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan program perbaikan system.

Pembuangan tinja dan limbah cair, mungkin pula merupakan hasil dalam pelaksanaan kegiatan

penyehatan lingkungan lain yang dilaksanakan pada saat yang sama

6

Page 7: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

Limbah cair adalah gabungan dari air dan bahan bahan pencemar yang terbawa oleh air

baik dalam keadaan terlarut maupun suspense yang terbuang dari sumber domestic.

Air merupakan penyalur/ penyebab penyakit/ sarang insekta. Bahan bahan limbah

merupakan sumber pengotoran bahan air.

Pencegahan pengotoran air: untuk mencegah pengotoran air berbagai ketentuan diuraikan

terlebih dahulu dapat dijadikan pegangan/ pedoman secara praktis, semua air buangan yang akan

dialirkan ke lingkungan harus memenuhi standar yang berlaku.

Patofisiologi

Sebagai akibat dari diare akut maupun kronik akan terjadi:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metaboolik asidosis)

Metabolic asidosis terjadi karena:

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolism lemak tidak sempurna sehingga benda

keton tertimbun dalam tubuh

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

d. Produk metabolismeyang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler

Secara klinis asidosis dapt diketahui dengan memperhatikan pernapasan,

pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kuzmaull.

Menurut penelitian Suharyono (1974), kehilangan komponen basa ini pada penderita

dehidrasi berat mencapai 17,7 mEq/L.

7

Page 8: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

Pernafasan Kuzmaull

Pernafasan kuzmaull ini merupakan homeo statis respiratorik, adalah usaha dari

tubuh untuk mempertahankan pH darah. Mekanisme terjadinya pernafasan Kuzmaull

ini dapat diterangkan dengan menggunakan ekwasi Henderson Haselbach

Ekwasi Henderson Haselbach +(HCO3)

H2CO3

Untuk system bikarbonat, nilai pK ini konstan, yaitu 6,1. Hal ini berate pH tergantung

pada ratio bikarbonat dan karbonat, tidak tergantung dari konsentrasi mutlak

bikarbonat dan karbonat. Dalam keadaan normal NaHCO3 27 mEq/L (=60 vol %) dan

kadar H2CO3= 1,35 mEq/L (=3 vol %). Selama rasio 20:1 ini konstan maka pH pun

akan tetap 7,4

Bila kadar bikarbonat turun maka kadar karbonat pun harus turun pula supaya

rasio bikarbonat : karbonat tetap 20 : 1. Untuk mempertahankan rasio ini maka

sebagian asam karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2 serta kelebihan CO2 akan

dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaull)

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-

anak dengan gizi yang cukup / baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering

terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:

a. Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu

b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa menurun sampai 40 mg %

pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat

berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang smpai

koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang

tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.

8

Page 9: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat

terjadinya penuruna berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan

karena:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau muntahnya

akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh saja (teh diet)

b. Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang

encer ini diberikan terlalu lama

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan

perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera

ditolong penderita dapat meninggal.

Penatalaksanaan Penderita Diare

Untuk dapat memberikan pengobatan sebaik-baiknya kepada penderita diare, dikerjakan

hal-hal dibawah ini secara sistematik.

1. Anamnesis

Kepada penderita atau keluaraganya perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan

penyakit antara lain:

- Lamanya sakit atau diare (sudah berapa jam, hari?)

- Frekuensinya (berapa kali sehari)

- Banyaknya atau volumenya (berapa banyak setiap kali buang air besar, misalnya

berapa ml/sendok/gelas dan sebagainya)

- Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti air cician beras dan sebagainya)

- Baunya (amis, asam, busuk)

9

Page 10: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

- Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dan sebagainya)

- Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang (sebelum, selama atau setelah diare)

- Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan sesudah sakit

- Penderita diare di sekitar rumah

- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

2. Manifestasi klinis

Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin

cair mungkin mengandung darah dan atau lender, warna tinja berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet

karena tinja semakin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari

pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah

banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada

bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan

bibir terlihat kering.

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan:

a. Kehilangan berat badan

- Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan berat badan 2 ½%

- Dehidrasi ringan bila terjadi penuruna berat badan 2 ½-5 %

- Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

- Dehidrasi berat bila terjadi penuruna berat badan 10%

10

Page 11: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

b. Skor Maurice King

Nilai untuk gejala yang ditemukan0 1 2

keadan umum sehat gelisah, cengeng, mengigau, komakekenyalan kulit normal sedikit kurang sangat cekung

mata normal sedikit cekung sangat cekungubun-ubun besar normal sedikit cekung sangat cekung

mulut normal kering kering&sianosis

Bagian tubuh yang diperiksa

Catatan:

I. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk

selama 30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu:

1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

II. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita akan dapat ditentukan derajat

dehidrasinya:

Jika mendapat nilai 0-2 : dehidrasi ringan

Jika mendapat nilai 3-6 : dehidrasi sedang

Jika mendapat nilai 7-12 : dehidrasi berat

(Nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi isotonic dan

hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak terdapat, masing-masing 77,8 %

dan 9,5 %)

III. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun besar

diganti dengan banyaknya/ frekuensi kencing.

11

Page 12: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

c. Tonisitas darah

o Dehidrasi isotonic, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L

o Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma <131 mEq/L

o Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma >150 mEq/L

Efek dehidrasi

A. Kehilangan cairan tubuh

a. Kehilangan tirgor kulit

b. Denyut nadi lemah atau tidak ada

c. Takikardia

d. Mata cekung

e. Ubun-ubun besar cekung

f. Suara parau

g. Kulit dingin

h. Sianosis (jari-jari)

i. Selaput lender kering

j. Anuria- uraemia

B. Kehilangan elektolit-elektrolit tubuh

a. Defisiensi bikarbonat/asidosis

Muntah muntah

Pernafasan cepat dalam

Cardiac reserve menurun

Defisiensi K+ menurun

b. Defisiensi K+

Kelemahan otot-otot

Hues paralitik

Cardiac arrhythmia- Cardiac arrest

c. Hipoglikemia

12

Page 13: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis(kausal) yang

tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu

dikerjakan

a. Pemeriksaan tinja

o Makroskopis dan mikroskopis

o Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab

o Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika

o pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance

b. Pemeriksaan darah

o Darah lengkap

o pH cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan

asam-basa

o Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal

c. Duodenal intubation

o Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama

pada diare kronik

4. Pengobatan

Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam:

a. Pengobatan kausal

b. Pengobatan simtomatik

c. Pengobatan cairan

d. Pengobatan dietik

13

Page 14: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

4a. Pengobatan kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui

penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit paternal, diberikan antibiotika

sistemik. Jika tidak terdapat infeksi paternal, sebenarnya antibiotika baru boleh diberikan

kalau ada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri pathogen. Karena

pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan

datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita,

perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya.

Di Indonesia diperkirakan kasus diare yang disebabkan oleh infeksi kira-kira 50-

75%. Menemukan kuman pada pemeriksaan mikroskopik umumnya sulit. Oleh karena itu

dipakai pegangan yang lebih mudah: bila pada pemeriksan tinja ditemukan leukosit 10-20

/LP maka penyebab diare tersebut dapat dianggap infeksi internal. Berdasarkan hal-hal

tersebut diatas, pada penderita diare antibiotic hanya boleh diberikan apabila:

o Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik

o Pada pemeriksaan makroskopik/ mikroskopik ditemukan darah pada tinja

o Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi eternal

o Di daerah endemic kolera

o Pada neonates jiks diduga terjadi infeksi nosokomial

4b. pengobatan simtomatik

- Obat-obat anti diare: obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat

seperti antispasmodic/spasmolitik atau opium justru akan memperburuk keadaan

karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan

menyebabkan terjadinya pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan absorpsi.

Obat-obatan ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltic saja, tetapi justru

akibatnya sangat berbahaya karena baik si pemberi obat maupun penderita akan

terkelabuhi. Diarenya terlihat tidak ada lagi, tetapi perut akan bertambah kembung

dan dehidrasi bertambah berat dan akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita.

14

Page 15: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

- Adsorbents: obat-obat adsorbents seperti kaolin, pectin, charcoal(norit, tabonal),

bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.

- Stimulans: obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak

akan memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah

kehilangan cairan sehingga pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan

secepatnya.

- Antiemetic: obat antiemetic seperti chlorpromazine terbukti selain mencegah muntah

juga dapat menguras sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam

dosis adekuat kiranya cukup bermanfaat.

- Antipiretik: obat antipiretik seperti preparat salisilat dalam dosis rendah ternyata

selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau

panas karena infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama

tinja.

4c. Pengobatan cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perludiberikan kepada penderita diare,

harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :

- Jumlah cairan yang telah hilangmelalui diare dan atau muntah, ditambah dengan

- Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan, ditambah

dengan

- Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah ynag masih terus

berlangsung

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-

masinganak atau golongan umur.

Jenis cairan ada 2, yaitu:

- Cairan rehidrasi oral

15

Page 16: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

- Cairan rehidrasi parenteral (IV)

1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO)

Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:

o Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang mengandung NaCl, KCl,

NaHCO3 dan glukosa atau penggatinya yang dikenal dengan nama oralit.

o Cairan rehidrasi oaral yang tidak mengandung keempat komponen diatas,

misalnya larutan garam-gula (LGG), larutan tepung beras-garam, air tajin, air

kelapa dan cairan lainnnya yang tersedia dirumah, disebut CRO tidak lengkap

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP)

Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV dan Pertemuan

Ilmiah Penelitian Diare, Litbangkes (1982) digunakan cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk digunakan di Indonesia, dan cairan inilah yang

sekarang terdapat di Puskesmas-Puskesmas dan di rumah-rumah sakit di Indonesia. Pada

diare dengan penyakit penyerta (KKP, jantung, ginjal) cairan yang dianjurkan adalah

Half Sterngth Darrow Glukose.

Cara pemberian

Formula tetesan yang sat ini dianjurkan adalah berdasarkan penatalaksanaan diare

menurut WHO. Selama pemberian pemberian cairan parenteral ini, setiap jam

perludilakukan evaluasi:

- Jumlah cairanyang keluar bersama tinja dan muntah

- Perubahan tanda-tanda dehidrasi

Hal ini sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana

pemberian cairan harus didiubah (kecepatan tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya

kalau terdapat gejala overdehidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi. Juga

concomitantlosses sangat bervariasi sehingga setiap penderita perlu mendapatkan

pengawasan secara individual. Segera setelah tnda-tanda dehidrasi hilang, terapi

16

Page 17: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian CRO dan makanan kembali

diberikan.

B. POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas

kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996

oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi

Kesehatan.  Program ini dijalankan dengan kesadaran bahwa dampak dari perilaku terhadap

derajat kesehatan cukup besar, dengan demikian diperlukan berbagai upaya untuk mengubah

perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang

sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.  Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA,

Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),

bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-

masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara

dan meningkatkan kesehatannya.

PHBS di Rumah Tangga yang dapat dilakukan antara lain :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang balita setiap bulan

17

Page 18: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

C. KERANGKATEORI

18

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS)

Diare Penyebab :

-ifeksi virus

-hiperperistaltik

-defiensi imun

-malabsorpsi

-KKP

-BBLR

Akibat :

-dehidrasi

-metabolik asidosis

-hipoglikemia

-gangguan gizi

-gangguan sirkulasi

Page 19: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka perumusan hipotesis dari

penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi terjadinya diare di

kecamatan Karangnongko kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dimana dalam penelitian ini

merupakan penelitian observasional. Observasional yang dimaksud adalah dalam

penelitian ini peneliti akan mengamati perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dari

seluruh lapisan mulai dari balita hingga tua, kemudian peneliti akan mengambil sampel

masyarakat yang mengalami diare. Dengan begitu peneliti akan mengetahui apakah ada

hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat terhadap diare.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare yang tercatat pada

rekam medik tahun 2008 yang dikumpulkan dari data surveilans penyakit menular di

19

Pola Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Diare

Page 20: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

kecamatan Karangnongko kabupaten Klaten popinsi Jawa Tengah. Keseluruhan populasi

tersebut digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

E. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kecamatan Karangnongko kabupaten Klaten

propinsi Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini dengan mempertimbangkan bahwa

tempat tersebut memenuhi syarat dan kriteria penelitian, lingkungan dan karakteristik

masyarakat yang telah dipahami oleh peneliti. Selain itu lokasi tersebut mudah dijangkau

oleh peneliti.

F. Definisi Operasional Variable Penelitian dan Skala Pengukuran

1. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara cermat

terhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas.

- Definisi operasional dari perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku atau

kebiasan menuju hidup sehat dalam hal ini cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

- Definisi operasional dari diare adalah buang air besar (defaksi) dengan jumlah tinja

yang lebih banyak dari biasanya (100 – 200 ml/jam) dan tinja berbentuk cair atau

setengah cair, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.

2. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi focus peneliti untuk diamati. Variabel

itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara

satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Dalam suatu penelitian ada dua variabel,

yaitu variabel bebas (independent) dan variael terikat (dependent). Variabel

independent yaitu variabel yang mempengaruhi atau menentukan variabel dependent.

Sedangkan variabel dependent yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable

independent. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

- Perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel independent

- Diare sebagai variabel dependent

20

Page 21: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

- Penggunaan skala pengukuran data untuk variabel independent yaitu perilaku hidup

bersih dan sehat adalah skala nominal.

- Penggunaan skala pengukuran data untuk variabel dependen yaitu diare adalah skala

nominal.

G. Alat penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, dan dalam penelitian ini alat

penelitian yang akan digunakan adalah melalui penyebaran kuisioner. Dengan melalui

penyabaran kuisioner diharapkan para responden akan dan dapat memberikan jawaban-

jawaban sesuai hati nurani masing-masing. Sehingga hasil dalam pengolahan data kelak

dapat maksimal. Dalam penelitin ini diperlukan alat penelitian, yaitu : kertas kuisioner,

alat tulis.

2. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Data-data tersebut dikumpulkan

dengan teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya data-data

dianalisis dan disimpulkan secara induktif. Dan akhirnya dapatlah kita memutuskan

bahwa hipotesis diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

dengan menggunakn metode observasi. Observasi merupakan pengamatan dan

pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Selain itu metode pengumpulan data dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitu

tes dan non test. Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam pengumpulan data.

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

21

Page 22: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini adalah agar para responden akan dan dapat

memberikan jawaban sesuai hati nurani masing-masing dalam pengelolahan data kelak

dapat maksimal.

Angket dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Berdasarkan cara menjawab dibedakan menjadi dua yaitu angket terbuka dan

angket tertutup.

b. Berdasarkan dari jawaban yang diberikan dibedakan menjadi dua yaitu angket

langsung dan angket tidak langsung.

c. Dipandang dari bentuknya dibedakan menjadi empat yaitu angket pilihan ganda,

isian, check list, dan rating scale.

Dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup dengan jawaban pilihan ganda.

Adapun tujuan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara orang yang menderita obesitas dengan penyakit diabetes mellitus.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumplukan kemudian diolah melalui proses pengolahan sebagai

berikut :

a. Editing, yaitu proses pemeriksaan kembali oleh peneliti data-data yang telah

diperoleh agar terhindar dari kesalahan.

b. Coding, yaitu pemberian kode untuk masing-masing data.

c. Tabulating, yaitu pembuatan table induk yang memuat susunan data penelitian

berdasarkan klasifikasi yang sistematis, sehingga lebih mudah untuk dianalisa

lebih lanjut. Jika pengolahan menggunakan computer, maka proses ini sama

dengan proses pemasukan data atau entry data.

22

Page 23: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

2. Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan Analisa Bivariat untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan antara variable bebas dan variabel terikat digunakan korelasi “Chi

Square”. Korelasi Chi Square digunakan untuk menganalisa hubungan variable

kategorik dengan variable kategorik.

Χ 2=∑i=1

k ( f 0−f h)2

f n

Keterangan :

Χ 2= Chi Square

f 0 = frekuensi yang diobservasi

f h = frekuensi yang diharapkan

Jika X2 hitung X2 tabel, maka H0 diterima, dan bila X2 hitung X2 tabel maka H0

ditolak. Selain itu, juga dapat menggunakan perbandingan jika ρ 0,05 H0 ditolak,

dan jika ρ 0,05 H0 diterima.

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat ijin ke program studi,

kemudian mengajukan ijin ke direktur rumah sakit, baru melakukan pengambilan data

dengan melakukan observasi terhadap subyak penelitian.

Masalah-masalah etika, antara lain :

1. Informed Concent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan

lembar persetujuan (informed concent). Informed concent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan. Tujuannya adakah agar responden mengerti maksud dan tujuan

peneliti, mengetahui dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harus

23

Page 24: Pengaruh PHBS Terhadap Diare

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Anonimily

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, hanya

mencantumkan kode pada alat pengumpulan data.

3. Confidentiality

Hasil informasi yang diperoleh dari responden maupun masalah-masalah lainnya

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang

dilaporkan pada hasil riset dan diketahui oleh pembimbing penelitian.

J. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 20 Februari 2010

24