PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA
YENNI RAMBE
I24100002
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Interaksi
dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif
Keluarga Suami-Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Yenni Rambe
NIM I24100002
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
YENNI RAMBE. Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga
terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja. Dibimbing oleh
RETNANINGSIH dan TIN HERAWATI.
Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupan.
Kesejahteraan subjektif dipengaruhi interaksi keluarga dan pengambilan keputusan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi dan pola
pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Populasi
penelitian ini adalah keluarga suami-istri bekerja formal di Kantor Pemerintahan Kota
Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Contoh penelitian ini adalah istri
bekerja di kantor pemerintahan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki
anak yang masih bersekolah. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive
sampling dengan jumlah 49 contoh. Secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada
kategori sedang baik dalam interaksi suami-istri dan interaksi ibu-anak. Pola pengambilan
keputusan dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama. Pengambilan keputusan
yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah pada aspek pendidikan, strategi
pemenuhan kebutuhan, kesehatan, keperluan keluarga, dan sosial kemasyarakatan.
Kesejahteraan subjektif keluarga berada pada kategori sedang. Hasil menunjukkan
adanya hubungan positif antar interaksi ibu-anak, interaksi suami-istri, pengambilan
keputusan, dengan kesejahteraan subjektif. Hasil menunjukkan bahwa interaksi suami-
istri berpengaruh posistif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Kata kunci: interaksi keluarga, kesejahteraan subjektif, pengambilan keputusan, suami-
istri bekerja
ABSTRACT
YENNI RAMBE. The Influence of Family Interaction and Family Decision Making of
Pattern for Dual Earner Subjective Well-Being. Supervised by RETNANINGSIH and
TIN HERAWATI
Subjective well-being describe the individual evaluation of the life. Subjective
well-being influence by family interaction and familydecision making. This study aimed
to analyze the influence of family interaction and family decision making patterns on the
family subjective well-being. The study population was dual earner family formal work in
Goverment Office of Bogor City. Examples of this study is the dual earner family works
in goverment office, wich is in the Department of Education, Department of Health,
Agency for Community Empowerment and Family Planning (BPMKB) Bogor City and
have children who are still in the school. Mechanical sampling done by purposive
sampling with 49 examples. Whole family interaction are in the medium category both of
husband-wife interaction and mother-child interaction. Decision-making patterns is
conducted jointly. Decision-making is the most widely performed together was in the
aspect of education, strategy fulfillment, health, family necessity, and social. Family
subjective well-being was in medium category. Results showed that the positive
correlation between mother-child interaction, dual earner interaction, decision-making,
with subjective well-being. Results showed that husband-wife interaction positive
influenced on family subjective well-being.
Keyword: decision making, dual earner, family interaction, subjective well-being
PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA
YENNI RAMBE
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
iv
PRAKATA
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Desember 2014 ini
adalah keluarga, yang berjudul Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan
Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri
Bekerja.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir.
Retnaningsih, M.Si. Dan Dr. Tin Herawati, S.P. M.Si. Selaku dosen pembimbing
atas bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian
ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. Selaku dosen
pemandu seminar hasil, serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. Dan Dr. Megawati
Simanjuntak, S.P. M.Si. Selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas kritik dan
saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga tak lupa berterimakasih kepada kedua orang tua tercinta Abd.
Rahman Rambe dan Nurhalimah Simanjuntak, serta adik-adikku tersayang atas
segala dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa yang telah diberikan.
Terimakasih kepada Yan Umbaran Harahap atas bantuan, dukungan, perhatian,
motivasi, serta doa kepada penulis. Terimakasih juga kepada Milatul ulfah yang
telah membantu dalam penulisan, Ima, Zulfa, Niar, Novi, Lila, Pika, Lisa, Susan
yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Seluruh teman-
teman seperjuangan IKK 47, WBA, Imatapsel 47 dan seluruh rekan dan sahabat
yang membantu dalam penyelesaian penulisan saya. Penulis menyadari bahwa
masih dapat ditemukan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu,
penulis bersedia dengan tangan terbuka untuk menerima berbagai kritik serta
saran terkait penulisan skripsi ini. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Yenni Rambe
NIM I24100002
vi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Umum Penelitian ..................................................................................... 3
Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 4
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 7
Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ................................................................ 7
Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ............................................................ 7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 7
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 7
Defenisi Operasional .......................................................................................... 10
HASIL ................................................................................................................... 10
Karakteristik Keluarga ....................................................................................... 10
Interaksi Keluarga .............................................................................................. 11
Interaksi Suami-istri ....................................................................................... 11
Interaksi Ibu-Anak.......................................................................................... 12
Pola Pengambilan Keputusan Keluarga ............................................................. 12
Kesejahteraan Subjektif Keluarga...................................................................... 14
Hubungan Antar Variabel yang Diteliti ............................................................. 15
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga ............ 16
PEMBAHASAN.................................................................................................... 17
Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 20
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 20
Simpulan ............................................................................................................ 20
Saran .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
1. Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner .............................................. 9
2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga ....................................... 10
3. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan.................................................. 11 4. Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri .......................................... 11 5. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak ............................................. 12 6. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ............. 13 7. Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga . 14
8. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ...................... 15 9. Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan
keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga ............................ 15 10. Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan keputusan
keluarga .......................................................................................................... 16 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga ............ 17
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pengambilan Keputusan
Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja 6
LAMPIRAN
1. Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005) .................................. 25 2. Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005) ...................................... 26 3. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ................ 27
4. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ......................... 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Salah
satunya terjadi di Kota Bogor yaitu sebanyak 750.819 jiwa pada tahun 2000
meningkat menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2012). Kepadatan
penduduk memicu terjadinya peningkatan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari
tenaga kerja wanita meningkat disetiap tahunnya. Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Depnakertrans 2012) menyatakan bahwa wanita bekerja pada tahun
2008 sebesar 37.9 persen, tahun 2009 menjadi sebesar 38.2 persen, dan tahun
2010 bertambah lagi menjadi sebesar 38.6 persen.
Perempuan bekerja memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan
keluarga, hal ini diungkapkan Puspitasari (2012) bahwa perempuan bekerja
memiliki kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan. Wanita bekerja akan
mengurangi tingkat kemiskinan yang dihadapi keluarga. Selain memberikan
dampak positif, disisi lain perempuan harus mengorbankan waktu dan
konsentrasinya untuk pekerjaan, sehingga kontribusinya untuk keluarga menjadi
lebih rendah. Bekerja paruh waktu membuat perempuan menggabungkan
tanggung jawabnya antara pekerjaan dan rumah tangga (Daalen 2006). Hal ini
membuat wanita lebih sulit untuk membagi konsentrasinya antara keluarga dan
pekerjaan.
Perempuan bekerja dapat menunjang kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan merupakan tahapan akhir yang ingin dicapai setiap keluarga.
Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
diantaranya adalah faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga.
Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan
tabungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteran adalah kemudahan
akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan
akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Unsur manajemen
sumberdaya keluarga yang mempengaruhi kesejahteran adalah perencanaan,
pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan (Iskandar 2007). Kesejahteraan
subjektif keluarga sangat berhubungan dengan interaksi keluarga.
Interaksi keluarga merupakan hal yang sangat penting yang dapat
menunjang keberlangsungan kegiatan sehari-hari, baik dalam menentukan
keputusan. Menurut Wheatley (2014) rendahnya interaksi keluarga atau
menipisnya perasaan lekat dapat membuat suasana keluarga menjadi tidak
harmonis. Interaksi keluarga yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola
pengambilan keputusan keluarga. Pengambilan keputusan yang baik adalah yang
melibatkan semua anggota keluarga. Seluruh anggota keluarga melakukan
interaksi dengan cara mendiskusikan solusi terbaik untuk mendapatkan
kesepakatan yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi konflik antara keluarga.
Pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara
bersama-sama antar anggota keluarga, pengambilan keputusan selanjutnya adalah
yang dilakukan dengan sistem dominan antara suami-istri, dan pengambilan
keputusan yang paling buruk adalah yang dilakukan dengan sendiri (Kusumo et
al. 2009). Pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama berpengaruh
2
positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan
subjektif yang lebih baik bukanlah hal yang mudah bagi keluarga suami-istri
bekerja, karena bagi perempuan yang bekerja paruh waktu harus menggabungkan
tanggung jawab antar keluarga dan pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan
yang bekerja di sektor formal cenderung mengalami keterbatasan waktu
berinteraksi dengan anak, kesulitan berinteraksi dengan keluarga, dan sulit
membuat keputusan dalam pembagian kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah
2013). Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang baik dan interaksi keluarga
yang baik dapat menunjang kesejahteraan subjektif ke arah yang lebih baik. Selain
itu, temuan mengenai pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan
terhadap kesejahteraan subjektif pada suami-istri bekerja belum banyak diteliti di
Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari penelitian
ilmu keluarga dalam melengkapi berbagai aspek yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga.
Perumusan Masalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indonesia pada tahun 2008,
2009 dan 2010 secara umum cenderung meningkat. Data pada tahun 2008 tingkat
partisipasi angkatan kerja sebesar 67.33 persen dan pada tahun 2009 meningkat
menjadi 67.60 persen. Tren peningkatan ini terus berlanjut pada tahun 2010 yang
mencapai 67.63 persen. Meningkatnya TPAK tersebut salah satunya disebabkan
oleh kesempatan kerja yang semakin meluas dan kebutuhan hidup yang semakin
meningkat. Hal tersebut tampaknya memberikan pengaruh yang cukup berarti
terhadap meningkatnya laju partisipasi angkatan kerja. Selain itu, peningkatan
TPAK ini juga dipengaruhi oleh peningkatan TPAK perempuan. Jumlah angkatan
kerja terbesar kedua setelah Jawa Timur dalam periode yang sama adalah provinsi
Jawa Barat dan jumlahnya cenderung terus meningkat, yakni sebanyak 18.43 juta
orang pada tahun 2008, meningkat menjadi 19.05 juta orang pada tahun 2009 dan
19.21 juta orang pada tahun 2010 (Depnaketrans 2012). Peningkatan tenaga kerja
wanita ini terjadi juga di beberapa daerah seperti di Jawa Barat yang merupakan
jumlah angkatan kerja kedua terbesar setelah Jawa Timur
Angka peningkatan tenaga kerja ini membuat perempuan yang bekerja
makin rentan menghadapi konflik dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Hasil
temuan Afwan (1998) pemberian stimulus ibu bekerja kepada anak berbeda nyata
dengan ibu tidak bekerja, dimana ibu tidak bekerja lebih tinggi dalam memberikan
stimulus kepada anak dari pada ibu bekerja. Di sisi lain alokasi waktu ibu bekerja
untuk kegiatan rumah tangga, pribadi, organisasi, waktu luang dan mengasuh
anak lebih sedikit dari pada ibu tidak bekerja. Bekerja paruh waktu
memungkinkan perempuan menggabungkan tanggung jawab antar keluarga dan
pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan yang bekerja di sektor formal
cenderung mengalami keterbatasan waktu berinteraksi dengan anak, kesulitan
berinteraksi dengan keluarga, dan sulit membuat keputusan dalam pembagian
kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah 2013).
Perempuan yang bekerja di sektor formal lebih ketat pengawasan
waktunya dari pada yang bekerja di sektor informal, sehingga perempuan yang
bekerja di sektor formal lebih cenderung kurang berinteraksi dengan keluarga dan
kontribusinya terhadap pengambilan keputusan keluarga juga menjadi rendah.
3
Seorang istri yang mencurahkan waktunya untuk bekerja di dua ranah sekaligus
yakni publik dan domestik akan lebih sulit untuk bekerja sepenuhnya dengan baik,
sehingga dapat menimbulkan konflik pada dirinya (Ciptoningrum 2009). Salah
satu potensi masalah pada keluarga dengan suami dan istri bekerja adalah istri
yang mengabaikan perannya di sektor domestik demi melaksanakan peran di
sektor publik (Wood 2001). Dampak yang timbul dari konflik ini ialah istri tidak
dapat menghasilkan kinerja yang baik pada pekerjaan domestik (rumah tangga)
dan publik (karir). Konflik yang terjadi di dalam keluarga maupun pekerjaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja wanita, demikian halnya
dengan tekanan pekerjaan dapat berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan
kerja wanita (Dhamayanti 2006). Hal ini dapat terjadi karena tidak optimal dalam
menjalankan pekerjaan sehingga hasilnya tidak memuaskan.
Keluarga dengan suami istri bekerja rata-rata belum mampu memenuhi
pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Persentase rata-rata
pemenuhan seluruh dimensi hanya berkisar antara 52 persen sampai dengan 81
persen (Damayanti 2013). Penelitian Rizkillah (2013) menyatakan bahwa wanita
bekerja mengalami masalah pekerjaan rumah tangganya terkait dalam pengasuhan
anak, mengerjakan pekerjakan rumah, masalah interaksi/hubungan suami istri,
dan kurangnya waktu yang tersedia untuk anak. Kondisi istri bekerja dapat
menyebabkan perubahan peran dasar istri yang seharusnya menangani tugas
rumah tangga menjadi ikut berperan dalam mencari nafkah keluarga. Peran ini
akan menyita waktu untuk berada di tempat kerja sehingga keluarga yang
seharusnya ditangani istri dengan baik dapat saja berubah menjadi tidak baik jika
seorang istri tidak mampu membagi waktunya dengan bijak.
Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga.
Biasanya pasangan yang yang melakukan pengambilan keputusan secara bersama-
sama lebih bahagia dalam kehidupan perkawinan. Menurut Kusumo et al. (2009)
bahwa tingkat kepuasan pengambilan keputusan yang paling baik adalah
keputusan yang diambil secara bersama-sama, oleh karena itu agar tidak terjadi
pola pengambilan keputusan yang mendominasi antara suami dan istri harus
menjaga interaksi antar keluarga dengan baik, karena jika pola interaksinya tidak
dijaga akan menyebabkan pola pengambilan keputusan yang kurang baik dan
berdampak kepada kesejahteraan di dalam keluarga.
Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi pada
keluarga suami istri bekerja adalah:
1. Bagaimana interaksi yang terjadi pada keluarga dengan suami istri
bekerja?
2. Bagaimana pola pengambilan keputusan keluarga pada keluarga suami
sitri bekerja?
3. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga suami istri bekerja?
4. Bagaimana hubungan dan pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan
keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan
suami sitri bekerja?
Tujuan Umum Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh interaksi dan pola pengambilan keputusan keluarga terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami istri bekerja.
4
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi interaksi yang terjadi dalam keluarga dengan suami-istri
bekerja
2. Mengidentifikasi pola pengambilan keputusan keluarga dengan suami-istri
bekerja
3. Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami-istri
bekerja
4. Menganalisis pengaruh interaksi keluarga dan pola pengambilan
keputusan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga dengan suami-istri
bekerja
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak yang tertarik mengkaji
masalah keluarga, seperti:
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai interaksi, pola
pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga
dengan suami istri bekerja
2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji
mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan
keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja
3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan
gambaran mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap
kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja
4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
tambahan dalam membuat kebijakan terkait keluarga
KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan harmonis dan
terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa
mengalami hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan
dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk diatasi secara
bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat
terwujud (UU NO 5 tahun 2009). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), untuk
dapat mencapai tujuan keluarga, terdapat tiga jenis sumberdaya yang harus
dikelola oleh keluarga yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya materi, dan
sumberdaya waktu. Ketiga jenis sumberdaya tersebut saling berkaitan satu sama
lain.
Sumberdaya manusia dalam hal ini peran istri di sektor publik dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga
merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan
penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga, termasuk di dalamnya adalah
pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh
keluarga.
Wanita berkontribusi positif nyata terhadap kesejahteraan rumah tangga.
Karakteristik wanita yang bekerja sangat mendukung terbentuknya kesejahteraan
yang lebih baik dalam keluarga. Selain karena alasan ekonomi rendah, motivasi
5
istri bekerja juga dapat disebabkan pendidikan yang tinggi sehingga membuat
wanita/istri bekerja ingin mengaktualisasikan diri dan mengabdi kepada
masyarakat, dan kemudian secara psikologis dapat mewujudkan kepuasan
terhadap diri sendiri.
Keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat
hubungan interpersonal, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai
intensitas hubungan satu sama lain dan saling tergantung. Peranan orang tua
dalam komunikasi dan interaski sangat besar, sehingga tingkat pendidikan orang
tua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas dan efesiensi
interaksi dalam keluarga (Guhardja et al. 1989)
Kontribusi pendapatan istri berhubungan signifikan positif dengan pola
interaksi keluarga. Semakin besar kontribusi pendapatan istri pada keluarga, maka
semakin sering frekuensi interaksi antar anggota keluarga. Hal ini karena
kontribusi istri pada pendapatan keluarga akan meningkatkan porsi keuangan
keluarga. Pendapatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur
kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang tinggi umumnya berhubungan positif
dengan kesejahteraan keluarga, semakin tinggi pendapatan maka kesejahteraan
keluarga juga semakin meningkat, dengan demikian dapat dilihat adanya
keterkaitan antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga.
Interaksi yang efektif akan memberikan kontribusi yang besar dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan pemecahan masalah, serta pengambilan
keputusan (Guhardja et al. 1989). Dasar pengambilan keputusan yang bijak adalah
dengan mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik kepada anggota
keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam membuat suatu keputusan dapat
menentukan keharmonisan di dalam keluarga Interaksi yang terjalin sehat antar
keluarga pemicu terbentuknya pengambilan keputusan yang baik dan bijak,
dengan melakukan segala pertimbangan dengan anggota keluarga. Kondisi
tersebut sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.
Pola interaksi yang positif membuat keluarga menjadi lebih hangat,
nyaman, dan saling melindungi satu sama lain. Pola pengambilan yang bijak
dengan penuh pertimbangan terjadi jika adanya interaksi yang hangat dan positif
dalam keluarga, dalam mengambil keputusan perlu dirundingkan dngan anggota
keluarga sehingga terjadi pertukaran pendapat. Keluarga menerima saran, kritik,
dan mencoba saling menghargai pendapat satu sama lain.
6
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif
Keluarga Suami-Istri Bekerja
7
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni melakukan
penelitian pada satu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara
purposive, yaitu di kantor pemerintahan Kota Bogor, Jawa Barat. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari
2015.
Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga suami-istri bekerja di
kantor pemerintahan Kota Bogor. Contoh penelitian ini adalah istri bekerja formal
di pemerintahan Kota Bogor, yaitu di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan
memiliki anak yang masih bersekolah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara
purposive.
Jumlah perempuan bekerja di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
BPMKB sebanyak 200 orang, namun perempuan yang memiliki anak yang masih
bersekolah sebanyak 136 orang. Sebanyak 60 responden menyatakan bersedia
untuk mengisi kuisioner penelitian, namun kuisioner yang kembali sebanyak 49
responden.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dengan cara “self report” oleh istri yang bekerja
dengan bantuan kuisioner yang meliputi karakteristik kelurga, interaksi keluarga,
pola pengambilan keputusan dalam kelurga dan kesejahteraan keluarga. Data
sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur, instansi yang bersangkutan,
penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian.
Kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan istrumen kesejahteraan
keluarga yang dikembangkan dari Sunarti (2012), dan WHO (2012) dengan nilai
Cronbach Alpha 0.987. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan
pernyataan dengan 49 item pernyataan. Interaksi keluarga terdiri dari interaksi
ibu-anak dan interaksi suami-istri. Interaksi keluarga menggunakan instrumen
yang dikembangkan dari Chuang (2005). Interaksi ibu-anak diukur dengan 34
item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.903, sedangkan interaksi suami-istri
diukur dengan 35 item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.923. Instrumen
pola pengambilan keputusan dimodifikasi Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)
yang memiliki Cronbach Alpha 0.911.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan diproses proses editing,
coding, scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel
dan SPSS for windows. Instrumen penelitian di uji validitas dan reliabilitasnya
menggunakan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. Analisis deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan
frekuensi) digunakan untuk menggambarkan:
a) Karakteristik keluarga (usia istri, besar keluarga, pekerjaan suami-istri,
lama pendidikan suami-istri, pendapatan per kapita).
b) Interaksi keluarga yang mencakup interaksi ibu-anak (34 pernyataan), dan
interaksi suami-istri (35 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 4
jawaban, yaitu tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2,
sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Oleh karena itu masing-masing
skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai
berikut:
Indeks = Skor yang dicapai – skor terendah x 100
skor tertinggi – skor terendah
Secara keseluruhan interaksi keluarga dikelompokkan menjadi tiga
kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori untuk
variabel ini yaitu:
Rendah : ≤60)
Sedang: 60-80
Tinggi: > 80
c) Pola pengambilan keputusan keluarga, terdiri dari beberapa bidang yaitu
bidang keuangan (5 pernyataan), pangan (3 pernyataan), kesehatan (2
pernyataan), pendidikan (2 pernyataan), kegiatan sosial masyarakat (3
pernyataan), strategi pemenuhan kebutuhan (6 pernyataan), dan keperluan
keluarga (11 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban,
yaitu istri/suami sendiri diberi skor 1, istri/suami dominan diberi skor 2,
bersama diberi skor 3. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor
ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama
seperti pada variabel interaksi keluarga.
d) Kesejahteraan subjektif keluarga terdiri dari kesejahteraan fisik,
kesejahteraan ekonomi, kesejahteraan psikologi, dan kesejahteraan sosial.
Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban terkait kepuasan, yaitu
sangat tidak puas diberi skor 1, tidak puas diberi skor 2, cukup puas diberi
skor 3, puas diberi skor 4, dan sangat puas diberi skor 5. Selanjutnya skor
masing-masing dijumlahkan dan diperoleh skor total. Berdasarkan skor
yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk
indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga.
Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif keluarga dikelompokkan
menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang
kategori yang sama seperti interaksi keluarga.
2. Uji inferensia yang digunakan adalah uji korelasi dan uji regresi linear. Uji
korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik keluarga, interaksi
keluarga, pengambilan keputusan dengan kesejahteraan subjektif. Uji regresi
digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, interaksi keluarga,
pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif.
9
Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner
Variabel Skala Kategoti Data Sumber
kuesioner
Karakteristik keluarga
Besar keluarga
Umur ( istri)
Pendidikan suami-istri
Pekerjaan suami-istri
Pendapatan per kapita
Rasio Berdasarkan BKKBN (2005):
1. Keluarga kecil (> 4 orang)
2. Keluarga sedang (5-7
orang)
3. Keluarga besar ( 8 tahun)
BKKBN (2005)
Rasio Berdasarkan Hurlock (1980)
1. Dewasa awal: 18-40 tahun
2. Dewasa madya: 41-60
tahun
3. Dewasa lanjut: > 60 tahun
Hurlock (1980)
Interval 1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. SMP
4. SMA
5. D3/S1
6. S2/S3
Nominal 1. PNS
2. Wiraswasta
3. Swasta
4. Buruh
5. TNI/Polri
6. Guru
7. PRT
8. Lainnya
Rasio Pendapatan per kapita Kota
Bogor
BPS (2013)
Interaksi keluarga
Ordinal Dikategorikan menjadi:
Rendah < 60
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
Dikembangkan
dari Chuang
(2005)
Pola pengambilan keputusan
Keuangan
Pangan
Pendidikan
Keperluan keluarga
lainnya
Strategi memenuhi
kebutuhan hidup
Ordinal Dikategorikan menjadi:
Sendiri istri
Sendiri suami
Dominan istri
Dominan suami
Bersama
Dimodifikasi dari
Puspitawati
(2012) dan
Sajogyo (1981)
Kesejahteraan subjektif
keluarga
Kesejahteraan fisik
Kesejahteraan ekonomi
Kesejahteraan
psikologi
Kesejahteraan sosial
Ordinal Dikategorikan menjadi:
Rendah < 60
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
Dikembangkan
dari Sunarti
(2012), WHO
(2012)
10
Defenisi Operasional
Keluarga adalah anggota keluarga dalam rumah tangga yang termasuk, anak,
suami, dan istri
Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden
seperti usia istri, pekerjaan suami dan isteri, lama pendidikan suami dan
isteri, pendapatan per kapita, dan besar keluarga.
Usia isteri adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun
terakhir isteri.
Pendidikan suami dan isteri adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh
suami dan isteri.
Pendapatan per kapita adalah total perolehan uang dari hasil bekerja suami dan
isteri, kemudian di bagi dengan jumlah anggota keluarga.
Pekerjaan formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap,
dan di luar rumah.
Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama.
Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap
keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial.
Pengambilan keputusan keluarga adalah upaya keluarga menentukan suatu
keputusan, baik dilakukan secara bersama-sama oleh suami/istri, atau yang
dilakukan istri/suami dominan dan istri/suami sendiri.
Interaksi keluarga adalah hubungan timbal balik atau aksi reaksi antara suami-
istri, dan ibu-anak.
HASIL
Karakteristik Keluarga
Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia istri
adalah 40.4 tahun. Menurut Santrock (1995) tahap usia tersebut termasuk pada
dewasa madya dengan kategori usia 40-60 tahun. Rata-rata besar keluarga dalam
penelitian ini adalah 4 orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut termasuk
dalam kategori keluarga kecil. Rata-rata lama pendidikan istri adalah 16 tahun dan
rata-rata lama pendidikan suami adalah 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa rata-rata lama pendidikan istri lebih tinggi daripada rata-rata lama
pendidikan suami.Rata-rata pendapatan per kapita keluarga per bulan sebesar
Rp1.979.931, angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor yaitu
sebesar Rp360.518 (BPS 2013).
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
Jenis pekerjaan istri sebagian besar (95.9%) adalah PNS, sisanya (4.1%)
bekerja sebagai honorer (4.1%). Pekerjaan suami dalam penelitian ini cukup
Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± STD
Usia responden (thn) 22 55 40.41±8.58
Besar keluarga (org) 3 6 3.96±0.78
Pendidikan suami (thn) 12 18 15.14±1.87
Pendidikan istri (thn) 12 18 16.00±0.70
Pendapatan per kapita (Rp) 750.000 4.250.000 1.979.931±639.127.15
11
beragam dengan persentase tertinggi adalah swasta (42.0%). Jenis pekerjaan
lainnya yang dimiliki oleh suami adalah PNS (42.8%), dan wiraswasta (14.3%).
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan
Variabel n %
Pekerjaan suami
1. PNS 21 42.8
2. Wiraswasta 7 14.3
3. Swasta 21 42.9
Pekerjaan istri
1. PNS 47 95.9
2. Honorer 2 4.1
Interaksi Keluarga
Interaksi Suami-istri
Lebih dari separuh (51.0%) interaksi suami-istri berada pada kategori
sedang. Namun masih ditemukan sebanyak 22.4 persen interaksi suami-istri
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa istri tidak pernah
mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (10.2%), istri melawan ketika
dimarahi suami (8.2%), istri tidak menyediakan sarapan pagi untuk suami (6.1%),
istri tidak mendengarkan nasehat suami (6.1%), istri tidak membuat keputusan
untuk suami (6.1%), istri terkadang mengalah ketika berdebat dengan suami
(44.9%), istri terkadang mengingatkan suami pada saat melakukan kesalahan
(49.0%), istri terkadang mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (46.9%).
Berdasarkan hasil Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 26.5 persen
interaksi suami-istri berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat dari
beberapa istri yang selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada suami (67.3%),
istri selalu menyediakan waktu bersama suami (63.3%), istri selalu bangga kepada
suami (61.2%), istri selalu menghargai suami (59.2%), istri selalu bercanda
dengan suami (53.1%), istri selalu berdiskusi dengan suami mengenai sekolah
anak dan keluarga (59.2%), istri selalu menyediakan waktu makan malam dengan
suami (51.0%).
Hasil temuan dapat dilihat bahwa secara keseluruhan interaksi keluarga
berada pada kategori sedang. Namun masih terdapat beberapa keluarga memiliki
interaksi yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena suami-istri
sama-sama sibuk dengan pekerjaan yang menguras waktu dan energi, sehingga
suami atau istri mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan keluarga.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri
Kategori n %
Rendah (<60) 11 22.4
Sedang (60-80) 25 51.0
Tinggi (>80) 13 26.5
Total 49 100.0
Min –Max 38-95
Rata-rata ±SD 69.1±13.4
12
Interaksi Ibu-Anak
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi
(53.1%) interaksi ibu-anak berada pada kategori sedang. Namun, masih terdapat
sebanyak 20.4 persen interaksi ibu-anak berada pada kategori rendah. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa ibu yang tidak pernah menjelaskan sesuatu yang tidak
dipahami oleh anaknya (12.2%), ibu kadang-kadang tidak sependapat dengan
anaknya (61.2%), ibu terkadang mengalah ketika berdebat dengan anaknya
(61.2%), ibu terkadang menyuruh anaknya (51.0%), ibu mengaku terkadang
anaknya tidak mematuhi perintahnya (44.9%), ibu mengaku terkadang anaknya
tidakmelakukan apa yang diperintahkannya (34,7%).
Berdasarkan Tabel 4 terdapat sebanyak 28.6 persen interaksi ibu-anak
berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar ibu selalu
menunjukkan rasa kasih sayang kepada anaknya (83.7%),ibu selalu menghargai
anaknya (77.6%),ibu selalu merasa bangga kepada anaknya (67.3%), ibu selalu
berdiskusi dengan anak mengenai sekolah (65.3%), ibu selalu membuat anak
merasa senang memeluk anaknya (61.2%), ibu suka mendengarkan cerita anaknya
(61.2%), ibu mencoba untuk menyediakan waktu dengan anaknya (59.2%), ibu
selalu membantu anaknya dan selalu bercanda dengan anaknya (57.1%), ibu
mengingatkan anaknya untuk melakukan tugasnya (53.1%).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak
Kategori n %
Rendah (<60) 10 20.4
Sedang (60-80) 25 51.0
Tinggi (>80) 14 28.6
Total 49 100.0
Min –Max 45-92
73±11.64 Rata-rata ±SD
Pola Pengambilan Keputusan Keluarga
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengambilan keputusan
keluarga dilakukan secara bersama-sama. Aspek pengambilan keputusan keluarga
yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah dalam bidang pendidikan,
kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, dan keperluan keluarga, serta sosial
kemasyarakatan. Sebanyak 81,7 persen keputusan pendidikan dilakukan secara
bersama. Hasil ini dapat dilihat dari beberapa keluarga dalam hal pemilihan
sekolah anak (85.7%) dan biaya pendidikan anak (77.6%) dilakukan secara
bersama-sama. Sebanyak 79.6 persen pengambilan keputusan di bidang kesehatan
dilakukan secara bersama. Hasil ini dapat dilihat dari hal memilih jenis
pengobatan (77.6%) dan menentukan tempat berobat (76.9%).
Sebanyak 81.6 persen pengambilan keputusan pemenuhan kebutuhan juga
dilakukan secara bersama. Hal ini dapat dilihat dari penjualan aset (barang-
barang) berharga dilakukan secara bersama-sama (79.6%), suami-istri
menentukan tempat menabung secara bersama (77.6%), meminjam (75.5%),
mengambil tabungan (73.5%), menentukan istri bekerja (67.5%), dan mencari
13
uang tambahan (59.2%) dilakukan secara bersama-sama oleh suami-istri.
Pengambilan keputusan dalam hal menentukan keperluan keluarga dilakukan
secara bersama (69.4%), hasil ini dapat dilihat dari pembelian rumah dilakukan
secara bersama (81.6%), selain itu dalam hal menentukan waktu untuk memiliki
anak (87.8%), menentukan jumlah anak (79.6%), melakukan pembagian kerja
keluarga (79.6%), dan menentukan jenis KB (75.5%) dilakukan secara bersama
oleh suami-istri.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga
No Jenis Keputusan
Istri
sendiri
Suami
sendiri
Istri
dominan
Suami
dominan Bersama
% % % % %
1 Keuangan 24.1 0.8 24.5 1.2 49.4
2 Pangan 25.9 0.0 23.1 2.0 49.0
3 Kesehatan 4.1 2.1 15.3 0.0 78.6
4 Pendidikan 2.0 2.0 8.2 4.1 81.7
5 Kegiatan Sosial
Masyarakat
6.1 7.5 12.9 10.9 62.6
6 Strategi Memenuhi
Kebutuhan Hidup
9.2 2.7 9.9 6.1 72.1
7 Keperluan Keluarga 12.0 4.3 12.8 3.5 67.4
Pengambilan keputusan sosial masyarakat dilakukan secara bersama
(62.6%). Hal ini dapat dilihat beberapa hal dalam yang dilakukan secara bersana
adalah keikutsertaan keluarga dalam pengajian (59.2%), keikutsertaan keluarga
dalam kerja bakti (63.3%), menentukan biaya sumbangan (65.3%). Namun masih
ditemukan beberapa hal yang dilakukan oleh suami. Persentasi tertinggi yang
dominan dilakukan oleh suami adalah mencari tambahan pekerjaan (16.3%),
perbaikan rumah (12.2%), keikutsertaan keluarga dalam kerja bakti (12.2%), dan
menentukan biaya sumbangan (12.2%).
Berdasarkan Tabel 6 bahwa menunjukkan bahwa masih terdapat
pengambilan keputusan yang dilakukan secara sendiri atau secara dominan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri istri adalah dalam hal pangan
(25.9%). Hal ini dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa pengambilan
keputusan yang dilakukan sendiri oleh istri, seperti dalam menentukan menu
makanan (30.6%), mengatur kebutuhan pangan sehari-hari (38.8%). Sebanyak
24.5 persen pengambilan keputusan keuangan dominan dilakukan istri. Hal ini
dapat dilihat dari menentukan pengeluaran untuk makan (28.6%), pembelian
makanan (26.5%), mengatur keuangan keluarga (26.5%) dominan dilakukan oleh
istri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengambilan
keputusan keluarga dilakukan secara bersama (73.5%). Artinya, suami-istri
melakukan koordinasi yang baik sebelum menentukan keputusan. Suami-istri
mendiskusikan hasil yang tepat sebelum memutuskan keputusan. Namun terdapat
sebanyak 24.5 persen pengambilan keputusan dilakukan secara dominan oleh istri
atau suami. Hanya 2 persen pengambilan keputusan dalam keluarga yang
termasuk dalam kategori sendiri oleh istri atau suami.
14
Kesejahteraan Subjektif Keluarga
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 32.7 persen
kesejahteraan fisik berada pada kategori tinggi. Hasil dapat dilihat dari temuan
bahwa keluarga merasa sangat puas dengan kesehatan fisik keluarga (32.7%),
kesehatan rohani keluarga (26.5%), keadaan air di sekitar rumah (26.5%), keadaan
kehidupan keluarga (26.5%), dan keadaan makanan keluarga (24.5%). Namun
masih terdapat sebanyak 20.4 persen kesejahteraan fisik yang berada pada
kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan
kebersihan di dalam rumah (6.1%), kebersihan pekarangan (6.1%), dan keadaan
lingkungan hidup (6.1%).
Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan psikologi berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang merasa sangat puas dengan
keadaan mental keluarga (24.5%), merasa puas dengan kepribadian anak (49.0%),
keluarga merasa puas dengan keadaan spiritual keluarga (46.9%). Namun masih
ditemukan sebanyak 40.8 persen kesejahteraan psikologi yang berada pada
kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan
keterampilan yang dimiliki istri (16.3%), keadaan spiritual istri (8.2%)
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga
Kesejahteraan subjektif Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80)
n % n % N %
Kesejahteraan fisik 10 20.4 23 46.9 26 32.7
Kesejahteraan ekonomi 16 32.7 26 53.1 7 14.3
Kesejahteraan psikologi 20 40.8 16 32.7 13 26.5
Kesejahteraan sosial 16 32.7 24 49.0 9 18.4
Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan ekonomi berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga merasa sangat puas dengan
pendapatan suami (18.4%), keadaan tempat tinggal keluarga (18.4%), keadaan
pakaian keluarga (18.4%), dan keadaan aset keluarga (16.3%). Namun terdapat
sebanyak 32.7 persen keluarga yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat
dilihat dari istri merasa tidak puas dengan pendapatannya (10.2%), tidak puas
dengan keuangan (10.2%), tidak merasa puas dengan keadaan transfortasi
keluarga (8.2%).
Hasil menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18.9 persen kesejahteran
sosial berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga
merasa puas dengan keadaan interaksi ibu-anak (30.6%), interaksi antara suami-
istri (26.5%), keadaan akses informasi keluarga (24.5%), dukungan yang didapat
istri dari keluarga (22.5%). Selain itu, terdapat sebanyak 32.7 persen
kesejahteraan sosial berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa istri merasa tidak puas dengan gaya manajemen waktu (16.3%), gaya
manajemen pekerjaan (14.3%), kapasitas diri dalam pekerjaan (12.2%),
keterlibatan istri dalam kegiatan sosial (12.2%), pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh istri (12.2%).
Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif berada pada kategori sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dengan suami-istri bekerja merasa puas
dengan kesejahteraannya. Namun masih terdapat kesejahteraan psikologi yang
15
masih berada pada kategori rendah, faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologi adalah rendahnya keterampilan yang dimiiliki istri, rendahnya keadaan
spiritual keluarga, rendahnya keadaan mental keluarga, dan beban kerja yang
ditanggung oleh istri terlalu banyak.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga
Kesejahteraan subjektif keluarga n %
Rendah (<60) 14 28.6
Sedang (60-80) 25 51.0
Tinggi (>80) 10 20.4
Total 49 100
Min – Max 31-100
Rataan ± STD 68.2±16.3
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Interaksi Keluarga, Pengambilan
Keputusan Keluarga, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, terdapat hubungan positif
antara interaksi keluarga dengan pendapatan per kapita. Artinya, semakin tinggi
pendapatan per kapita, maka akan meningkatkan interaksi keluarga. Selain itu,
interaksi suami-istri berhubungan negatif dengan usia istri, artinya semakin tinggi
usia ibu maka akan menurunkan interaksi suami-istri. Pengambilan keputusan
berhubungan positif dengan pendidikan suami, artinya semakin tinggi pendidikan
suami maka, akan semakin tinggi pengambilan keputusan yang dilakukan secara
bersama. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif dengan pendidikan
istri. Artinya semakin tinggi pendidikan istri maka kesejahteraan subjektif akan
semakin baik.
Tabel 9 Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan
keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga
Variabel Interaksi
ibu-anak
Interaksi
suami-
istri
Pengambilan
keputusan
Kesejahteraan
subjektif
Usia istri (thn) -0.307* -0.388** 0.081 0.002
Besar keluarga (org) -0.243 -0.197 -0.074 0.152
Lama pendidikan suami (thn) -0.006 0.103 0.293* 0.228
Lama pendidikan istri (thn) 0.111 0.229 0.039 0.344*
Pendapatan per kapita (Rp) 0.320* 0.316* 0.277 0.211
Interaksi ibu-anak (skor) 1 0.789** 0.347* 0.480**
Interaksi suami-istri (skor) 1 0.438** 0.621**
Pengambilan keputusan (skor) 1 0.383**
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
signifikan antara interaksi suami-istri, pengambilan keputusan, kesejahteraan
subjektif dengan interaksi ibu-anak. Artinya semakin tinggi interaksi ibu- anak
akan meningkatkan interaksi suami-istri, meningkatkan pengambilan keputusan
yang dilakukan secara bersama, dan kesejahteraan subjektif semakin baik.
Interaksi suami-istri memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi ibu-
anak, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan subjektif. Pengambilan
16
keputusan memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi keluarga dan
kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif
signifikan dengan interaksi keluarga dan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan keluarga memiliki hubungan positif dengan
kesejahteraan ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin sering keluarga
melakukan pengambilan keputusan secara bersama maka kesejahteraan ekonomi,
psikologi, dan sosial semakin baik. Interaksi suami_istri berhubungan positif
dengan kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi
interaksi suami_istri maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial
semakin meningkat. Interaksi ibu_anak berhubungan positif dengan kesejahteraan
fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi interaksi ibu_anak
maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial semakin meningkat.
Tabel 10 Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan
keputusan keluarga
Indikator Kesejahteraan
fisik
Kesejahteraan
ekonomi
Kesejahteraan
psikologi
Kesejahteraan
sosial
Pengambilan
keputusan
keluarga
0.280 0.452**
0.314* 0.358
**
Interaksi
Suami_Istri 0.520
** 0.617
** 0.526
** 0.619
**
Interaksi
Ibu_Anak 0.476**
0.481**
0.374**
0.472**
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga
Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa Adjusted R Square untuk
kesejahteraan subjektif pada penelitian ini adalah sebesar 0.508. Artinya, sebesar
50.8 persen faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga
dapat dijelaskan oleh model. Sisanya sebesar 49.2 persen dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti. Interaksi suami-istri berpengaruh positif signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi interaksi suami-istri, maka akan menaikkan kesejahteraan subjektif
keluarga.
17
Tabel 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga
Variabel
Kesejahteraan subjektif keluarga
Koefisien tidak
terstandarisasi
Koefisien
terstandarisasi Signifikansi
B Beta (β)
Konstanta -69.563 0.000 0.117
Usia istri (thn) 0.187 0.098 0.514
Besar keluarga (org) 4.217 0.204 0.158 Lama pendidikan istri (thn) 3.239 0.140 0.258 Pendapatan per kapita (Rp) 1.03 0.040 0.749 Interaksi ibu--anak (skor) 0.051 0.036 0.845 Interaksi suami-istri (skor) 0.715 0.585 0.008** Pengambilan keputusan (skor) 0.082 0.099 0.459
R² 0.713
0.508
0.000**
Adjusted R Square
Sig
Ket : *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01
PEMBAHASAN
Pendapatan per kapita keluarga per bulan rata-rata sebesar Rp 1.979.931,
angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Jawa Barat yaitu sebesar Rp 417.795
(BPS 2012).Pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif
keluarga, seperti yang dinyatakan oleh Simanjuntak et al. (2008) bahwa
kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Namun pendapatan yang
tinggi tidak selalu menjadi faktor utama yang menentukan tingginya
kesejahteraan subjektif keluarga. Diener dan Oishi (2005) juga menambahkan
bahwa sejauh mana demografis tertentu dapat meningkatkan kesejahteraan
subjektif keluarga tergantung pada nilai dan tujuan yang dimiliki seseorang serta
kepribadian dan kultur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri berada pada usia dewasa madya.
Usia madya dipenuhi tanggung jawab berat dan berbagai peran yang menyita
waktu dan energi. Tanggung jawab yang ditanggung oleh sebagian orang dewasa
yaitu: bekerja diluar rumah, mengerjakan tugas rumah tangga, mengasuh anak
(Santrock1995). Variabel usia dan tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap karir yang dicapai oleh perempuan, peluang pegawai wanita dengan
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih besar untuk mencapai karier yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tingkat pendidikannya lebih rendah
(Linandar 2009). Hasil temuan menunjukkan bahwa lama pendidikan istri adalah
16 tahun atau setara dengan S1. Pendidikan yang cukup tinggi membuat istri
dapat mencapai karir yang baik. Pendidikan yang tinggi menjadikan rata-rata
perempuan berpenghasilan tinggi. Perempuan bekerja di luar rumah harus
membagi waktu dan energinya di dalam rumah dan pekerjaan. Abrar dan Ghouri
(2010) menyatakan bahwa istri bekerja merasa kesulitan untuk memenuhi peran
satu dan peran lainnya berhasil.
18
Secara umum interaksi ibu-anak pada penelitian ini adalah sedang. Namun
masih terdapat lebih dari satu per lima interaksi ibu-anak yang berada pada
kategori rendah. Yigibalom (2013) menyatakan bahwa kurangnya interaksi
keluarga dapat menyebabkan konflik keluarga dan tidak harmonisnya hubungan
keluarga. Interaksi yang kurang baik dapat merusak karakter anak seperti yang
dinyatakan Agustriyani (2007) bahwa interaksi yang baik dalam keluarga dapat
meningkatkan karakter anak. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung lebih
banyak mengalami konflik dengan anaknya.
Hasil penelitian interaksi suami-istri berada pada kategori sedang. Namun
terdapat lebih dari satu perlima interaksi suami-istri berada pada kategori rendah.
Suami-istri yang jarang melakukan interaksi berdampak buruk terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga. Interaksi yang kurang baik bisa mendatangkan
penyakit, ketidakbahagiaan, bahkan membawa kepada perceraian (Sunarti 2013).
Ketidakbahagiaan dalam keluarga disebabkan ketidakpuasan berinteraksi dengan
keluarga, yang dapat berdampak pada rendahnya kesejahteraan. Puspitawati dan
Setioningsih (2011) menyatakan bahwa rendahnya interaksi suami-istri akan
menimbulkan masalah untuk pasangan, diantaranya menipisnya perasaan lekat
terhadap pasangan dan pada akhirnya akan berdampak pada hubungan
perkawinan. Interaksi suami-istri yang kurang baik dapat menyebabkan
kandasnya hubungan perkawinan. Wheatley (2014) bahwa menipisnya perasaan
lekat dapat membuat suasana keluarga menjadikan keluarga tidak harmonis.
Rendahnya interaksi dalam keluarga berpengaruh terhadap ketidakharmonisan
keluarga dan dapat menurunkan kesejahteraan keluarga.
Pengambilan keputusan dalam penelitian ini secara umum dilakukan
secara bersama-sama. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Kusumo et al.
(2009) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang lebih baik adalah
yang dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga. Menurut Tombokan
(2001) status kerja istri berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Namun
dalam penelitian ini status suami-istri bekerja tidak begitu mengganggu proses
pengambilan keputusan dalam keluarga. Puspitawati dan Fahmi (2008)
menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh jumlah anggota
keluarga. Sebelum menentukan keputusan, anggota keluarga merundingkan
keputusan terlebih dahulu untuk mendapatkan keputusan terbaik.
Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap
kehidupan yang mencakup kebahagiaan, kondisi emosi dan kepuasan hidup
(Diener dan Biswas 2000). Semakin tinggi kepuasan suatu keluarga terhadap hal-
hal di atas, mencerminkan keluarga tersebut semakin sejahtera. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat kepuasan menunjukkan kondisi yang semakin tidak
sejahtera. Secara umum kesejahteraan subjektif keluarga dalam penelitian ini
berada pada kategori sedang. Penelitian Marshall dan Bannet (1993) menyatakan
belum tentu pada karakteristik ibu bekerja yang penuh dengan tantangan dan
beban kerja memberikan pengaruh yang negatif, sebagian besar ibu bekerja
bahkan puas dengan keadaan keluarga. Penelitian ini juga menemukan bahwa
kesejahteraan fisik, ekonomi, sosial berada pada kategori sedang. Menurut
Guhardja et al. (1989) bahwa keadaan keluarga dinilai secara subjektif oleh
anggota keluarga yang berdampak pada tingkatan kesejahteraan keluarga,
sehingga pandangan terhadap kehidupan keluarga sangat memengaruhi
kebahagian dan kepuasan keluarga.
19
Kesejahteraan psikologi pada penelitian ini berada pada kategori rendah.
Menurut Sunarti (2013) bahwa kesejahteraan psikologis meliputi frekuensi emosi
tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan
kepedulian suami terhadap isteri. Hal yang diduga berpengaruh terhadap
kesejahteraan psikologi adalah beban kerja suami istri yang terlalu berat, sehingga
suami-istri tidak mampu mengontrol emosi, atau kurang puas terhadap kepedulian
pasangan.
Hasil uji hubungan pada penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi
keluarga berhubungan negatif dengan usia istri. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Larasati (2013) yang menyatakan bahwa semakin tua istri/suami maka interaksi
dalam keluarga semakin rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan
suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan keluarga. Menurut
Tombokan (2001) bahwa semakin lama pendidikan suami maka semakin bijak
dalam menentukan keputusan. Interaksi keluarga berhubungan positif terhadap
kesejahteraan subjektif. Penelitian Muladsih et al. (2011) menyatakan bahwa pola
komunikasi memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif keluarga,
pendapatan per kapita keluarga berhubungan positif dengan komunikasi keluarga.
Hasil penelitian juga menunjukkan pendapatan per kapita berhubungan
positif dengan interaksi keluarga, karena salah satu sarana penunjang interaksi
keluarga adalah media telepon, media sosial, dan internet yang membutuhkan
biaya, seperti halnya pulsa. Menurut Iskandar (2007), renggangnya interaksi antar
anggota keluarga dapat menyebabkan kesalahpahaman (misunderstanding)
sehingga pengambilan keputusan dalam keluarga menjadi kurang baik. Hasil
penelitian ini juga mengemukakan bahwa interaksi keluarga berhubungan positif
terhadap pengambilan keputusan keluarga. Interaksi keluarga yang efektif
memberikan kontribusi yang besar terhadap kegiatan sehari-hari dan pemecahan
masalah, serta dalam pengambilan keputusan (Guhardja et al., 1989).
Pengambilan keputusan keluarga berhubungan positif dengan
kesejahteraan subjektif, semakin baik keluarga dalam menentukan keputusan
maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin baik. hasil tersebut sesuai dengan
Kusumo et al. (2009) bahwa semakin sering keluarga melakukan pengambilan
keputusan secara bersama-sama, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan
tingkat kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan subjektif dari segi dimensi
ekonomi, psikologi, dan sosial berhubungan positif dengan pengambilan
keputusan keluarga.
Hasil menunjukkan bahwa interaksi suami-istri berpengaruh positif
terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Simanjuntak
(2008) bahwa interaksi yang tinggi antar suami-istri dapat mempengaruhi
kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan subjektif yang tinggi,
keluarga harus melakukan interaksi yang lebih baik. Interaksi suami-istri
merupakan indikator penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Chuang (2005), bahwa interaksi yang baik
dalam keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Faktor lain yang
berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah perencanaan sumberdaya
(Iskandar 2007), strategi koping (Mayangsari 2014), dan strategi penyeimbangan
keluarga terhadap pekerjaan (Hayati 2011).
20
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan
perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatas
tersebut yaitu:
1. Tempat penelitian hanya dilakukan di beberapa institusi di Kota Bogor,
sehingga tidak dapat menggambarkan seluruh Kota Bogor
2. Penelitian ini tidak mengidentifikasi usia anak secara khusus, sehingga
hasil yang didapat kurang spesifik berdasarkan usia.
3. Responden yang mengisi kuisioner hanya istri sehingga penelitian ini
hanya mengukur semua variabel berdasarkan perceived (yang dirasakan)
istri/ibu saja, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan namun dengan
keterlibatan suami dan anak sebagai responden agar memperoleh
informasi yang lebih seimbang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Usia istri pada penelitian ini berada pada usia madya, besar keluarga
berada pada kategori keluarga kecil. Pendidikan istri lebih tinggi (16 tahun)
daripada pendidikan suami (15 tahun). Sebagian besar istri bekerja sebagai PNS,
namun jenis pekerjaan suami cukup beragam. Rata-rata pendapatan keluarga per
kapita adalah Rp 1.979.931,00 jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor. Tingkat
interaksi ibu--anak dan tingkat interaksi suami-istri berada pada kategori sedang,
sehingga secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada kategori sedang.
Secara umum pola pengambilan keputusan keluarga dilakukan secara bersama-
sama. Pengambilan keputusan yang paling banyak dilakukan secara bersama
adalah pendidikan, kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, keperluan keluarga,
sosial kemasyarakatan. Secara keseluruhan keluarga merasa puas dengan
kesejahteraan subjektifnya.
Semakin tua istri maka interaksi yang terjadi dalam keluarga semakin
rendah. Pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan interaksi
keluarga. Pendidikan suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan.
Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memilki hubungan positif dengan
kesejahteraan subjektif. Terdapat hubungan positif antar interaksi keluarga,
pengambilan keputusan keluarga, dengan kesejahteraan subjektif. Interaksi suami-
istri berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, interaksi suami-istri masih ada yang berada
pada kategori rendah. Interaksi suami-istri yang rendah berpengaruh terhadap
kesejahteraan subjektif. Upaya meningkatkan interaksi suami-istri, maka
diharapkan bagi instansi terkait untuk menyediakan program yang dapat
menunjang interaksi keluarga menjadi semakin baik. Keluarga suami-istri bekerja
juga harus saling memperhatikan, saling membantu, saling mendengarkan satu
sama lain. Keluarga melakukan beberapa hal seperti, memilih waktu luang untuk
memasak bersama, memiliki waktu luang untuk berekreasi dengan anggota
keluarga.
21
Kesejahteraan subjektif yang masih berada pada kategori rendah adalah
kesejahteraan psikologi. Upaya meningkatkan kesejahteraan psikologi pada
penelitian ini diharapkan kepada pemerintah atau instansi terkait untuk
menyediakan program yang dapat mengurangi stres ataupun beban kerja istri.
Program yang disediakan dapat berupa berwisata bersama, atau mengadakan
perlombaan setiap keluarga supaya tercapai kekompakan antara anggota keluarga.
Penelitian ini hanya mendapat informasi dari istri saja, sebaiknya suami dan anak
dilibatkan dalam penelitian selanjutnya supaya tercapai hasil yang lebih baik.
Bagi instansi terkait diharapkan menyediakan data istri bekerja khususnya di Kota
Bogor. Penelitian ini tidak membatasi usia anak yang masih bersekolah, sebaiknya
untuk penelitian selanjutnya usia anak diberi batasan untuk melihat implikasinya
terhadap interaksi keluarga, pengambilan kelutusan, dan kesejahteraan subjektif
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar dan ghouri. 2010. Dual earners and balance in their family and work life:
findings from pakistan. European Journal of Social Science 17(1).
Afwan RM. 1998. Perkembangan anak usia 3 - 5 tahun pada keluarga ibu bekerja
dan ibu tidak bekerja, serta faktor-faktor yang mempengarunya [skripsi].
Bogor (ID): Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Opini
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID) : BKKBN.
[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2012. Data jumlah penduduk
Jawa Barat berdasarkan ketenagakerjaan tahun 2011-2012 [Internet].
[diunduh 13 Mei 2014]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id/subyek/data-
jumlah-penduduk-jawa-barat-berdasarkan-ketenagakerjaan-tahun-2011-
2012
[BPS] Badan Pusat Statistika Kota Bogor. 2013. Kota Bogor dalam angka
[internet]. [diunduh 26 Mei 2015]. Tersedia pada:
http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2013
Ciptoningrum P. 2009. Hubungan Peran Ganda dengan Pengembangan Karier
Wanita: (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,
Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Chuang YC. 2005. Effecs of interaction pattern on family harmony and well
being: test of interpersonal theory, relational model theory, and confucian
ethics. Asian journal of social psychology. 272-291.
Daalen GV, Willemsen TM, Sanders K. 2006. Reducing work family conflict
trough different sources of social support. Journal of Vocational Behavior.
Netherlands. (69): 462-476.
Damayanti R. 2013. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga
dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri
[skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
22
Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resources Management: Principles and
Applications (2nd Ed). Massachusettes (USA): Allyn and Bacon.
Depnakertrans [Departemen Nasional Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian].
2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta (ID):
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Dhamayanti R. 2006. Pengaruh konflik keluarga-pekerjaan, keterlibatan
pekerjaan, dan tekanan pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan wanita
studi pada nusantara tour & travel kantor cabang dan kantor pusat
Semarang. Jurnal studi manajemen dan organisasi, 3(2).
Diener E, Biswas R. 2000. New Direction Well-Being Research: The Curting
Edge (US): University of Illinous Pasific.
Diener E, Oishi. 2005. Handbook of possitive psychology: Subjective well being:
the science of happiness and life satisfaction. (2):63-73. New York: Oxford
University pr
Francavilla F, Giannelli C G, Grotkowska G, Socha W M. 2011. Use of Time and
Value of Unpaid Family Care Work: A Comparison between Italy and
Poland. IZA Discussion Paper 5771: 1-27.
Guhardja S., Puspitawati H., Hartoyo, & Saharia. (1989). Diktat Kuliah
Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Perrtanian Bogor.
Hayati L. 2011. Kontribusi ekonomi, peran ganda perempuan dan kesejahteraan
keluarga buruh pabrik [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan
dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor
[disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kusumo RB, Sunarti E, Pranadji DK. 2009. Analysis on the role of gender in
correlation with family welfare of paddy and horticulture farmers in sub
urban area. Media Gizi & Keluarga. 32(2): 52-64.
Larasati RN. 2013. Nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi
perdagangan manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Bogor (ID).
Linandar TN. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi karier wanita [skripsi].
Bogor (ID): Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marshall N, Barnett C R. 1993. Work – Family strains and gains among two
earner Couple. Journal of Community Psychology 2(1): 64-80.
Mayangsari IK. 2014. Pengaruh kerepotan keluarga sehari-hari (family daily
hassles) dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga
dengan ayah dan ibu bekerja [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
Muladsih OR, Muflikhati I, Herawati T. 2011. Pola komunikasi, pengambilan
keputusan, dan kesejahteraan keluarga jarak jauh: kasus pada keluarga
mahasiswa pascasarjana. JIKK. 4(2): 121-129.
Puspitasari N. 2012. Peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan
kesejahteraan keluarga petani hortikultura: (kasus di Dusun Padajaya, Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID):
23
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Puspitawati H, Fahmi SA. 2008. Analisis pembagian peran gender pada keluarga
petani. 1(2): 24-33
Rizkillah R. 2013. Masalah dan konflik kerja-keluarga serta strategi
penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri bekerja [skripsi]. Bogor
(ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santrock JW. 1995. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.Jakarta
(ID): Erlangga.
Sigelman CK, Adams RM. 1990. Family interactions in public: Parent-child
distance and touching. Journal of nonverbal behavior, 14(2), 63-75.
Simanjuntak M, Puspitawati H, Djamaluddin MD. 2008. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif penerima Program Keluarga Harapan
(PKH). Media Gizi dan Keluarga, 32(2): 30-39.
Sunarti E. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor (ID): IPB Press
Sunarti E, Nuryani N, Hernawati N. 2009. Hubungan antara fungsi adaptasi,
pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan sistem dengan kesejahteraan
keluarga. Jurnal Ilmu Kelurga dan Konsumen 2(1):1-10.
Tombokan M. 2001. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga, status kerja ibu
serta kaitannya dengan konsep peran gender serta kaitannya dengan suku
Jawa dan susku Minahasa [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wheatley D. 2014. Travel to work and subjective well being: Astudy of UK dual
career households. Journal of transport geography. 39: 187-196.
Wood T. Julia. 2001. Gendered Lives communicaion, gender, and culture 4th
Ed.Belmont : Thomson Learning.
Yigibalom L. 2013. Peranan interaksi anggota keluarga dalam upaya
mempertahankan harmonisasi kehidupan keluarga di desa Kumuluk
kecamatan Tiom kabupaten Lanny Jaya. Jurnal. 2(4).
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005)
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Ketika suami saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya
membantu memberikan saran
0.0 12.2 38.8 49.0
2 Saya selalu berkata lembut kepada suami saya 0.0 8.2 51.0 40.8
3 Ketika saya merasa sedih, suami saya membuat saya merasa
tenang
2.0 14.3 40.8 42.9
4 Saya menunjukkan rasa kasih sayang kepada suami saya 2.0 4.1 26.5 67.3
5 Saya senang membantu suami saya mengerjakan sesuatu atau
menyelesaikan masalahnya
0.0 16.3 38.8 44.9
6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan
suami saya
0.0 6.1 30.6 63.3
7 Saya senang memeluk suami saya 0.0 10.2 38.8 51.0
8 Saya bangga kepada suami saya 0.0 8.2 30.6 61.2
9 Saya memuji suami saya 2.0 18.4 34.7 44.9
10 Ketika suami saya melakukannya sesuatu untuk saya, saya sangat
menghargainya
0.0 6.1 34.7 59.2
11 Saya menghindari untuk melakukan sesuatu yang dapat membuat
suami saya merasa sedih
6.1 20.4 34.7 38.8
12 Saya sangat mempercayai suami saya 2.0 18.4 32.7 46.9
13 Saya merasa aman untuk membiarkan suami saya membuat
keputusan
2.0 34.7 26.5 36.7
14 Saya membuat keputusan untuk suami saya pada situasi penting 6.1 28.6 32.7 32.7
15 Saya meminta suami saya melakukan sesuatu untuk saya 4.1 42.9 34.7 18.4
16 Saya mengingatkan suami untuk melakukan tugas yang harus
dilakukannya
0.0 24.5 46.9 28.6
17 Saya mengingatkan suami saya ketika dia tidak melakukan
tugasnya
10.2 24.5 49.0 16.3
18 Suami saya selalu melakukan apa yang saya minta 2.0 42.9 40.8 14.3
19 Saya mengingatkan suami saya pada saat dia melakukan
kesalahan
4.1 49.0 24.5 22.4
20 Saya tidak sependapat dengan suami saya 2.0 14.3 73.5 10.2
21 Ketika suami saya mengomel atau mengkritiki pendapat saya,
saya akan memilih diam
8.2 46.9 34.7 10.2
22 Saya suka mendengarkan cerita suami saya 0.0 14.3 49.0 36.7
23 Saya mengalah ketika berdebat dengan suami saya 2.0 44.9 42.9 10.2
24 Ketika saya melarang suami untuk tidak melakukan sesuatu, dia
tidak akan melakukannya
6.1 40.8 42.9 10.2
25 Saya membiarkan suami saya membuat keputusan untuk saya
pada kondisi penting
2.0 22.4 46.9 28.6
26 Suami saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 30.6 42.9 26.5
27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami suami saya 2.0 16.3 46.9 34.7
28 Ketika saya dengan suami saya tidak sepaham, kami
membicarakannya dengan baik-baik
0.0 4.1 38.8 57.1
29 Saya sering bercanda dengan suami saya 0.0 14.3 32.7 53.1
30 Saya sering berdiskusi dengan suami saya tentang sekolah anak-
anak, dan hal-hal yang lainnya mengenai keluarga
0.0 6.1 34.7 59.2
31 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan suami saya 6.1 20.4 26.5 46.9
32 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama suami
saya
0.0 28.6 20.4 51.0
33 Saya menemani suami saya mnonton TV 0.0 36.7 30.6 32.7
34 Saya mengajak suami/keluarga untuk rekreasi bersama 0.0 30.6 28.6 40.8
35 Pada saat saya bekerja, saya selalu menghubungi (menelpon,
sms) suami saya
0.0 30.6 28.6 40.8
26
Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005)
Keteranga: 1= tidak pernah; 2= kadang-kadang; 3= sering; 4 = selalu
Chuang (2005)
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Ketika anak saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya
membantu memberikan saran
0.0 12.2 30.6 57.1
2 Saya selalu berkata lembut kepada anak saya 0.0 8.2 40.8 51.0
3 Ketika saya merasa sedih, anak saya membuat saya merasa
tenang
0.0 14.3 24.5 61.2
4 Saya menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak saya 0.0 2.0 14.3 83.7
5 Saya senang membantu anak saya mengerjakan tugasnya atau
menyelesaikan masalahnya
0.0 14.3 32.7 53.1
6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan
anak saya
0.0 2.0 38.8 59.2
7 Saya senang memeluk anak saya 0.0 14.3 24.5 61.2
8 Saya bangga kepada anak saya 0.0 10.2 22.4 67.3
9 Saya memuji anak saya 0.0 18.4 38.8 42.9
10 Ketika anak saya melakukan sesuatu untuk saya, saya sangat
menghargainya
0.0 2.0 20.4 77.6
11 Saya menghindari untuk melakukan sesuatu yang dapat
membuat anak saya merasa sedih
2.0 14.3 34.7 49.0
12 Saya sangat mempercayai anak saya 0.0 12.2 36.7 51.0
13 Saya merasa senang untuk membiarkan anak membantu
pekerjaan saya
2.0 32.7 38.8 26.5
14 Saya meminta anak saya melakukan sesuatu untuk saya 2.0 51.0 30.6 16.3
15 Saya mengingatkan anak untuk melakukan tugas yang harus
dilakukannya
2.0 14.3 30.6 53.1
16 Saya menegur anak saya ketika dia tidak melakukan tugasnya 2.0 18.4 35.7 44.9
17 Anak saya melakukan apa yang saya perintahkan 2.0 34.7 51.0 12.2
18 Saya menegor anak saya pada saat dia melakukan kesalahan 4.1 20.4 38.8 36.7
19 Saya tidak menuruti permintaan anak saya 0.0 14.3 65.3 20.4
20 Saya tidak sependapat dengan anak saya 2.0 16.3 65.3 16.3
21 Saya tidak menunjukkan bahwa saya tidak setuju dengan
pendapat anak saya
6.1 63.3 24.5 6.1
22 Saya suka mendengarkan cerita anak saya 0.0 8.2 30.6 61.2
23 Saya mengalah ketika berdebat dengan anak saya 4.1 61.2 30.6 4.1
24 Ketika saya melarang anak saya untuk melakukan sesuatu, dia
tidak akan melakukannya
2.0 44.9 38.8 14.3
25 Saya mengetahui situasi perasaan anak saya, hanya dengan
melihat ekspresinya
0.0 20.4 40.8 38.8
26 Anak saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 28.6 40.8 30.6
27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami anak saya 12.2 8.2 30.6 49.0
28 Ketika saya dengan anak saya tidak sepaham, kami
membicarakannya dengan baik-baik
0.0 4.1 38.8 57.1
29 Saya sering bercanda dengan anak saya 0.0 10.2 32.7 57.1
30 Saya jalan-jalan dengan anak saya 2.0 16.3 30.6 51.0
31 Saya berdiskusi dengan anak saya tentang sekolahnya 0.0 2.0 32.7 65.3
32 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan anak saya 0.0 22.4 34.7 42.9
33 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama anak
saya
0.0 22.4 30.6 46.9
34 Saya menemani anak saya menonton TV 0.0 20.4 30.6 49.0
27
Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga
Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)
No Jenis Keputusan Istri
sendiri
Suami
sendiri
Istri
dominan
Suami
dominan Bersama
KEUANGAN
1 Pembelian makanan 30.6 0.0 26.5 4.1 38.8
2 Menentukan pengeluaran untuk
makan
26.5 4.1 28.6 0.0 40.8
3 Mengatur pengeluaran keluarga 22.4 0.0 22.4 2.0 53.1
4 Memegang keuangan keluarga 32.7 0.0 26.5 0.0 40.8
5 Membuat prioritas kebutuhan
keluarga
8.2 0.0 18.4 0.0 73.5
PANGAN
6 Penentuan menu makanan 30.6 0.0 24.5 0.0 44.9
7 Mengatur kebutuhan pangan sehari-
hari
38.8 0.0 36.7 0.0 24.5
8 Menentukan makan diluar rumah 8.2 0.0 8.2 6.1 77.6
KESEHATAN
9 Memilih jenis pengobatan
(tradisional/medis)
4.1 4.1 14.3 0.0 77.6
10 Penentuan tempat berobat 4.1 0.0 16.3 0.0 79.6
PENDIDIKAN
11 Pilihan sekolah anak 2.0 2.0 10.2 0.0 85.7
12 Biaya pendidikan anak 2.0 2.0 6.1 8.2 77.6
KEGIATAN SOSIAL
MASYARAKAT
13 Keikutsertaan dalam pengajian 10.2 2.0 20.4 8.2 59.2
14 Keikutsertaan dalam kerja bakti 6.1 10.2 8.2 12.2 63.3
15 Biaya untuk sumbangan 2.0 10.2 10.2 12.2 65.3
STRATEGI MEMENUHI
KEBUTUHAN HIDUP
16 Mencari tambahan pekerjaan 2.0 12.2 10.2 16.3 59.2
17 Menyuruh istri bekerja 14.3 0.0 10.2 8.2 67.3
18 Menentukan tempat menabung 6.1 0.0 14.3 2.0 77.6
19 Menentukan mengambil tabungan 10.2 0.0 14.3 2.0 73.5
20 Menjual aset (barang-barang
berharga)
14.3 2.0 2.0 2.0 79.6
21 Hutang/meminjam uang 8.2 2.0 8.2 6.1 75.5
KEPERLUAN KELUARGA
22 Pembelian rumah 6.1 6.1 2.0 4.1 81.6
23 Perbaikan rumah 4.1 4.1 6.1 12.2 73.5
24 Pembelian pakaian suami 12.2 4.1 22.4 8.2 53.1
25 Pembelian pakaian istri 28.6 2.0 22.4 2.0 44.9
26 Pembelian pakaian anak 20.4 6.1 22.4 2.0 49.0
27 Pembelian peralatan rumah tangga 22.4 8.2 22.4 2.0 44.9
28 Menentukan jumlah anak 2.0 6.1 8.2 4.1 79.6
29 Menentukan waktu memiliki anak 2.0 4.1 4.1 2.0 87.8
30 Menentukan jenis KB 14.3 2.0 8.2 0.0 75.5
31 Menentukan waktu KB 14.3 2.0 12.2 0.0 71.4
32 Melakukan pembagian kerja keluarga 6.1 2.0 10.2 2.0 79.6
28
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga
Keterangan: 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Cukup puas 4. Puas 5. Sangat puas
Sunarti (2012), dan WHO (2012)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
Kesejahteraan Fisik
1 Keadaan kesehatan fisik keluarga 0.0 0.0 18.4 49.0 32.7
2 Keadaan kesehatan rohani keluarga 0.0 4.1 18.4 51.0 26.5
3 Keadaan makanan keluarga 0.0 6.1 20.4 49.0 24.5
4 Kebersihan di dalam rumah 0.0 6.1 20.4 55.1 18.4
5 Kebersihan pekarangan 0.0 6.1 26.5 51.0 16.3
6 Keadaaan air di sekitar anda 0.0 6.1 22.4 44.9 26.5
7 Keadaan lingkungan hidup (polusi, iklim, kebisingan) 0.0 6.1 26.5 51.0 16.3
8 Keadaa kehidupan keluarga 0.0 2.0 28.6 42.9 26.5
Kesejahteraan Ekonomi
9 Keadaan keuangan anda 0.0 10.2 32.7 42.9 14.3
10 Keadaan pendapatan anda 0.0 10.2 30.6 44.9 14.3
11 Keadaan pendapatan suami anda 0.0 16.3 26.5 38.8 18.4
12 Keadaan tempat tingga keluarga anda 6.1 6.1 24.5 44.9 18.4
13 Keadaan materi/aset keluarga anda 0.0 10.2 24.5 49.0 16.3
14 Keadaan pakaian anda 0.0 2.0 26.5 53.1 18.4
15 Fasilitas dan alat-alat rumah tangga 0.0 8.2 24.5 53.1 14.3
16 Keadaan transportasi keluarga 0.0 8.2 40.8 36.7 14.3
Kesejahteraan Psikologi
17 Kelakuan/kepribadian anak anda 0.0 8.2 24.5 49.0 18.4
18 Keadaan spiritual/keagamaan keluarga 0.0 8.2 26.5 46.9 18.4
19 Keadaan spiritual/keagamaan anda 0.0 8.2 32.7 42.9 16.3
20 Keadaan mental keluarga 0.0 8.2 30.6 36.7 24.5
21 Keterampilan yang anda miliki 0.0 16.3 24.5 46.9 12.2
Kesejahteraan Sosial
22 Keadaan pendidikan anak 0.0 8.2 24.5 46.9 20.4
23 Prestasi anak di sekolah 0.0 6.1 26.5 49.0 18.4
24 Sikap dan perilaku anak 0.0 6.1 26.5 55.1 12.2
25 Perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga 0.0 10.2 24.5 46.9 18.4
26 Gaya manajemen waktu anda 0.0 16.3 30.6 44.9 8.2
27 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan anda 0.0 14.3 28.6 46.9 10.2
28 Kapasitas anda dalam pekerjaan 0.0 12.2 34.7 42.9 10.2
29 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan suami 0.0 10.2 28.6 44.9 16.3
30 Kapasitas suami dalam pekerjaan 0.0 10.2 30.6 42.9 16.3
31 Keterlibatan istri dalam kegiatan sosial 0.0 12.2 36.7 42.9 8.2
32 Dukungan yang diberikan dari keluarga 0.0 10.2 32.7 34.7 22.4
33 Keadaan keamanan keluarga anda 0.0 0.0 38.8 42.9 18.4
34 Keterlibatan suami dalam kegiatan sosial 0.0 8.2 36.7 42.9 12.2
35 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh istri 0.0 12.2 34.7 38.8 14.3
36 Gaya manajemen keuangan anda 0.0 10.2 36.7 38.8 14.3
37 Akses pelayanan kesehatan dalam keluarga 0.0 6.1 28.6 44.9 20.4
38 Keadaan pelayanan sosial daerah tinggal 0.0 10.2 40.8 40.8 8.2
39 Interaksi antara suami dan istri 0.0 2.0 26.5 44.9 26.5
40 Interaksi orang tua-anak 0.0 2.0 24.5 42.9 30.6
41 Interaksi dengan saudara/kerabat 0.0 4.1 28.6 46.9 20.4
42 Interaksi orang tua dengan tetangga 0.0 0.0 38.8 46.9 14.3
43 Akses informasi keluarga 0.0 2.0 28.6 44.9 24.5
44 Kemampuan anda untuk membuat keputusan dalam keluarga 0.0 2.0 32.7 51.0 14.3
45 Keadaan pengambilan keputusan pangan 0.0 8.2 28.6 53.1 10.2
46 Keadaan pengambilan keputusan pendidikan 0.0 4.1 32.7 49.0 14.3
47 Keadaan pengambilan keputusan kesehatan 0.0 4.1 28.6 49.0 18.4
48 Keadaan pengambilan keputusan kemasyarakatan 0.0 4.2 38.8 46.9 10.2
49 Efesiensi waktu yang tersedia untuk keluarga 0.0 8.2 32.7 46.9 12.2
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Biru pada tanggal 4 Mei 1991 dari ayah Abdul Rahman
Rambe dan ibu Nurhalimah Simanjuntak. Penulis adalah putri pertama dari 6 bersaudara.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari Pesantren Darul Mursyid Simanosor Julu, pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
undangan pada program Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen di Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama
menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai macam kegiatan kampus baik
organisasi maupun kepanitiaan, seperti anggota DPM FEMA (2011-2013) dan anggota
Organisasi Daerah Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (OMDA IMATAPSEL) (2011-
2013). Adapun kepanitiaan yang diikuti penulis diantaranya bendahara Pemilihan Raya
(Pemira) FEMA 2013, anggota divisi Danus Masa Perkenalan Fakultas (MPF FEMA
2012), anggota divisi medis Masa Perkenalan Departemen IKK (MPD FAMOUS 2012),
anggota divisi bendahara Masa Perkenalan Calon Mahasiswa (Maperca) IMATAPSEL
(2011).