Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE UNTUK
PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN
MEGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFFECTIVENESS DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III GUNUNG PARA
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
HENRY JOY HUTAGAOL
080423056
PROGRAM PENDIDI KAN SARJANA E KSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan “YESUS KRISTUS”, atas
segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus
diselesaikan setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana ini adalah Penerapan
Total Productive Maintenance Untuk Meningkatan Efisiensi Produksi Dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness di PT. Perkebunan
Nusantara III Gunung Para.
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini Penulis menyadari bahwa
teradapat kekurangan-kekurangan dalam penyelesaiannya. Untuk itu dengan
tangan terbuka Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya
Tugas Sarjana ini.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Terima Kasih.
Medan, Juli 2009
Henry Joy Hutagaol
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama dan yang utama penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
“YESUS KRISTUS” karena atas kuasa Nya Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis juga banyak mendapatkan dotrongan
dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah memberikan bantuan, antara lain :
1. Teristimewa buat kedua orang tuaku yang tercinta Farel Efendy Hutagaol dan
Rosalina Eldini Siahaan yang selalu memberikan dukungan, Doa, nasehat, dan
materi yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana.
2. Kedua sauadara saya Renaldy dan Artha Junita yang selalu memberi
dukungan kepada saya.
3. Bapak Ir. Nimpan S. Depari selaku Pembimbing I yang telah membimbing
Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.
4. Bapak Aulia Ishak ST,MT selaku Pembimbing II yang telah membimbing
Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.
5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang
membantu mahsiswanya untuk menyelesaikan studinya
6. Bapak Ir. Zulaiden ST, yang telah meluangkan waktu untuk menerima dan
membantu selama melakukan penelitian dan juga seluruh staf dan karyawan
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
7. Teman-temanku stambuk 2003 dan 2008, David, Wanjun, Melyana, Sri, Elly,
Wandy, Herman, Fahri, Hafis, Bobby, Acoel, Amek, Linggom, Aspri gank
dan The Gedoy’s “Just Rock n Roll” yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan maupun kesalahan dalam
penulisan Karya Akhir ini.
Medan, Juli 2009
Henry Joy Hutagaol
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR .................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii
I PENDAHULUAN……………………………………….……………. I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ....................................................... I-1
1.2. Pokok Permasalahan ..................................................................... I-1
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... I-2
1.4. Pembatasan Masalah ..................................................................... I-2
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ................................................... I-3
1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir ............................................... I-4
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ..................................................... II-2
2.3. Lokasi Perusahaan ........................................................................ II-2
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.4. Daerah Pemasaran ....................................................................... II-2
2.5. Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan .................................... II-3
2.6. Proses Produksi ........................................................................... II-4
2.6.1. Standard Mutu Produk ....................................................... II-4
2.6.2. Bahan yang Digunakan ....................................................... II-6
2.6.2.1. Bahan Baku ............................................................ II-6
2.6.2.2. Bahan Tambahan .................................................... II-6
2.6.2.3. Bahan Penolong...................................................... II-7
2.6.3. Uraian Proses ...................................................................... II-7
2.7. Mesin dan Peralatan ..................................................................... II-11
2.7.1. Utilitas ............................................................................... II-11
2.7.2. Safety and Fire Protection ................................................. II-11
2.7.3. Waste Treatment ................................................................ II-13
2.8. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... II-13
2.9. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab .............................................. II-16
2.10. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja .......................................... II-16
2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja ........................................................ II-16
2.10.2. Jam Kerja ......................................................................... II-16
2.11. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ..................... II-17
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
III LANDASAN TEORI ........................................................................ III-1
3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ........................................... III-1
3.1.1. Pengertian Maintenance .................................................. III-1
3.1.2. Tujuan Maintenance ........................................................ III-3
3.2. Jenis-jenis Maintenance .............................................................. III-4
3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ............. III-4
3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) .. III-5
3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) ........... III-6
3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ........................... III-7
3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ......................................... III-8
3.4.1. Pendahuluan ..................................................................... III-8
3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ........................ III-9
3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance .................... III-10
3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) .... III-10
3.5.1. Equipment Failur (Kerugian karena kerusakan peralatan) . III-12
3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena
pemasangan dan penyetelan) ............................................ III-12
3.5.3. Idling and Minor Stoppages Losses (Kerugian karena
beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat) ..... III-13
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena kerusakan
peralatan) ......................................................................... III-13
3.5.5. Prosess Defect Losses (Kerugian karena produk cacat
maupun karena prodik diproses ulang) ............................. III-14
3.5.6. Reduced Yield Losses (Kerugian pada awal waktu
produksi hingga mencapai produksi yang stabil) .............. III-14
3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ...................................... III-14
3.6.1. Availability....................................................................... III-16
3.6.2. Performance Efficiency .................................................... III-17
3.6.3. Rate of Quality Product .................................................... III-19
3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) .................... III-19
IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... IV-1
4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian .................................................................. IV-1
4.3. Objek Penelitian .......................................................................... IV-1
4.4. Variabel Penelitian ..................................................................... IV-2
4.5. Instrumen Penelitian .................................................................... IV-2
4.6. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. IV-2
4.7. Pengolahan Data .......................................................................... IV-4
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.8. Analisa Data dan Pemecahan Masalah ......................................... IV-4
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... V-1
5.1. Pengumpulan Data ...................................................................... V-1
5.2. Pengolahan Data ......................................................................... V-7
5.2.1. Perhitungan Avialibility .................................................... V-7
5.2.2. Perhitungan Performance Efficiency ................................ V-8
5.2.3. Perhitungan Rate of Quality Product ................................ V-10
5.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... V-11
5.2.5. Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... V-12
5.2.5.1. Downtime Losses .............................................. V-12
5.2.5.2. Speed Loss ........................................................ V-15
5.2.5.3. Defect Loss ....................................................... V-19
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH .......................................... VI-1
6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... VI-1
6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... VI-1
6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ..................................................... VI-2
6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ...................................................... VI-5
6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses ...................... VI-5
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ................ VI-8
VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... VII-1
7.1. Kesimpulan .................................................................................. VII-1
7.2. Saran .......................................................................................... VII-3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Skema Persyaratan mutu SIR 1988 (Standar Indonesia Rubber) ............ II-6
2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para .......................... II-16
2.3. Waktu kerja karyawan kantor di PT. Nusantara III Gunung Para ............ II-17
2.4. Waktu kerja karyawan produksi di PT. Nusantara III Gunung Para ........ II-17
5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Dryer Twind ...................... V-2
5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Dryer Twind ....................................... V-3
5.3. Data Waktu Setup Mesin Dryer .............................................................. V-4
5.4. Data Produksi Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 – Jan 2009 ........... V-6
5.5. Availability mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................. V-8
5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan
2009 ...................................................................................................... V-9
5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2008 - Jan 2009 .......... V-11
5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................................................................. V-12
5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 – Jan
2009 ....................................................................................................... V-13
5.10. Set up and Adjustment Losses di mesin Dryer TwindPeriode Feb 2008 –
Jan 2009 ................................................................................................. V-15
5.11. Idling an Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 –
Jan 2009 ................................................................................................. V-16
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan
2009 ....................................................................................................... V-18
5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ............... V-19
5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ........ V-21
6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Dryer Twind Periode
Feb 2008 - Jan 2009 ................................................................................. VI-2
6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Reduced Speed Loss .................................. VI-6
6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/ Adjusment Loss ............................. VI-7
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Skema pengolahan crumb rubber ........................................................... II-10
2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III .................................. II-15
3.1. Overall Eqiupment Effectiveness and Goals ........................................... III-15
3.2. Diagram Sebab Akibat .......................................................................... III-20
4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah ...................................................... IV-5
4.2. Block Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ............... IV-6
6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Dryer Twind ....................................... VI-2
6.2. Diagram Sebab Akibat Reduced Speed Loss Mesin Dryer Twind ……...VI-10
6.3. Diagram Sebab Akibat Setup/Adjusment Mesin Dryer Twind ………… VI-11
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Daftar mesin dan peralatan produksi PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para .............................................................................................. L-1
2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ............................................................. L-2
3. SK Tugas Sarjana ........................................................................................ L-3
4. Surat Balasan dari Perusahaan .................................................................... L-4
5. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ........................................................ L-5
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan karet yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/ peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin dan peralatan untuk menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.
Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif.Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scarp losses
Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin dryer twind dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin dryer twind. Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin dryer twind.
Kesimpulan yang dapat diambil pada mesin dryer twind bahwa nilai OEE untuk periode Februari 2008 – Januari 2009 berkisar antara 77,15% sampai 82,72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin dryer twind dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%). Adapun yang mempengaruhi nilai OEE dan menjadi prioritas utama untuk dieliminasi perusahaan adalah faktor idling dan minor stoppages sebesar 83.59% dan breakdown loss sebesar 18,58%.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali disebabkan
adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara
tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu setup dan
adjusment, mesin menghasilkan produk yang cacat dan mesin beroperasi tetapi
tidak menghasilkan produk.
Hal ini akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena selain dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektifitas mesin/ peralatan mengakibatkan
adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut.
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para merupakan perusahaan
yang bergerak bergerak dalam produksi Crumb rubber yang tidak terlepas dari
masalah yang berkaitan dengan efektivitas mesin/peralatan. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut.
Total productive maintenance (TPM) merupakan pengembangan ide dari
productive maintenance adalah metode pemeliharaan mesin dan peralatan. TPM
berkembang dari sistem maintenance tradisional yang melibatkan semua
departemen dan semua orang untuk ikut berpartisipasi dan mengemban tanggung
jawab dalam pemeliharaan mesin/peralatan. Langkah untuk mencegah atau
mengatasi masalah tersebut dalam usaha peningkatan efisiensi produksi
dilakukan dengan TPM yang menggunakan metode Overall Equipment
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Effectiveness (OEE) sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kinerja mesin/peralatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian
faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive
maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari six big
losses tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas
mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan
perbaikan efektivitas mesin/peralatan dalam usaha meningkatkan efisiensi
produksi pada perusahaan melalui penerapan total productive maintenance.
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas masalah pokok yang
menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya efisiensi
dan efektivitas penggunaan mesin/perlatan dikarenakan ketidak mampuan dalam
pengelolaan perawatan secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengidentifikasian
terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan
mesin dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor
tersebut sehingga menjadi masukan dalam penerapan total productive
maintenance. Penelitian ini dilakukan pada bagian pengeringan di PTP-Nusantara
III yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat critical unit dimana
ketika terjadi kerusakan pada mesin ini akan mengakibatkan terhentinya proses
produksi dan juga sering memerlukan pemeriksaan sistem kerja, perawatan
maupun pergantian komponen mesin.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian dilakukan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
produksi dengan penerapan total productive maintenance dengan menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh
dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.
b. Mengetahui besarnya masing-masing faktor yang terdapat dalam six big
losses yang memberikan kontribusi terbesar dari keenam faktor six big
losses menggunakan diagram pareto.
c. Melakukan analisis terhadap faktor yang menjadi prioritas utama sebagai
dasar untuk dilakukan perbaikan menggunakan diagram cause and effect.
1.4. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian faktor yang akan selalu menjadi penghalang
dan tidak dapat dihindarkan adalah faktor waktu, dana dan keterbatasan fasilitas.
Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh tidak
menyimpang dari tujuan yang diinginkan sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan hanya meneliti satu lini produksi saja pada
Crumb Rubber yaitu pada bagian pengeringan dan pengamatan dilakukan
pada mesin Dryer Twind.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah
dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui
besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big
losses
3. Data yang diambil adalah data bulan Februari 2008 - Januari 2009.
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode kerja dan teknologi yang dilakukan tidak berubah.
2. Proses produksi berjalan normal selama penelitian dilakukan.
3. Pihak manajemen perusahaan setuju untuk melakukan perbaikan pada sistem
pemeliharaan.
1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir
Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini,
maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika
penulisan.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses
produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen
perusahaan.
BAB III. LANDASAN TEORI
Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan
mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive
Maintenance (TPM) dan teori lainnya.
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan
dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.
BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat
selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang
dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta
memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga
digunakan untuk memecahkan masalah.
BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan
availability, performance efficiency dan rate of quality product yang
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness
(OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada
mesin/peralatan.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua
hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang
diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan
pihak perusahaan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para berlokasi kecamatan Dolok
Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan. Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada
(03º09’- 03º11’ LU) dan (99º04’- 99º06’ BT). Dimana jarak perusahaan ini ± 112
km dari Medan dengan ketinggian 96 – 114 meter di atas permukaan laut, dengan
jenis podsolik kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang.
Sejarah Perusahaan ini diawali dengan proses pengambilalihan
perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh pemerintah RI pada
tanggal 10 Desember 1957 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan
perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
PT. Perkebunan Nusantara telah mengalami beberapa pergantian nama.
Pada tahun 1957 sampai tahun 1960 bernama Perseroan Perkebunan Negara Baru
(PPN Baru), Tahun 1961 sampai 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII, Tahun
1963 - 1968 bernama PPN Karet IV, Tahun 1976 - 1994 bernama PT.Perkebunan
IV, sampai dengan tahun 1996 di Sumatera terdapat tujuh PTP (PTP II- PTP VIII)
Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996, sejak tanggal 14 Februari
1996 sampai sekarang, PTP III, PTP IV, PTP V digabung dan diberi nama PT.
Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.2. Ruang lingkup bidang usaha
Pabrik karet kebun Gunung Para adalah pabrik yang menghasilkan crumb
rubber. Pengolahan kompo menjadi crumb rubber mulai beroperasi pada tahun
1960. Hasil produk yang diolah adalah SIR 10.
Bahan baku Crumb rubber berasal dari kebun sendiri atau kebun milik
perusahaan. Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di
dalam negeri (lokal).
2.3. Lokasi perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para terletak di kecamatan
Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada (03º09’- 03º11’
LU) dan (99º04’- 99º06’ BT). Dimana jarak perusahaan ini ± 112 km dari Medan
dengan ketinggian 96 – 114 meter di atas permukaan laut, dengan jenis podsolik
kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang. Sarana transportasi ke
kawasan ini cukup baik dengan kondisi jalan yang lebar yang dapat dilalui oleh
kendaraan besar dan kecil.
2.4. Daerah pemasaran
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para menghasilkan jenis
produk untuk tujuan ekspor. Aspek pasar dan perusahaan merupakan salah satu
dari beberapa aspek yang penting dalam menjalankan dan mempertahankan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen
dan konsumen melangsungkan transaksi suatu produk barang atau jasa.
Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk
menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen.
Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen,
dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan
perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir
demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai titik
pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih berkualitas
dimata konsumen.
Menurut kebijaksanaan, hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor
keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea
Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri. Perusahaan memilih
pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar.
2.5. Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan
Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yaitu dengan adanya PT.
Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para maka masyarakat yang ada didekat
perusahaan, sosial ekonominya akan meningkat dimana mereka dapat bekerja
dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya pekerjaan yang
menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat
terjamin. Dampak terhadap lingkungan yaitu perusahaan menghasilkan limbah
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
yang terdiri dari limbah padat dan cair dan limbah yang dihasilkan tidak
membahayakan terhadap lingkungan sekitar.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah
perumahan, jaminan kesehatan, pembayaran sekolah anak.
2.6. Proses produksi
2.6.1. Standar mutu produk
Spesifikasi produk jadi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para
adalah sesuai dengan jenis mutunya yang disebut sebagai produk utama yaitu SIR
10. Untuk mendapatkan produk utama dibuat skema mutu SIR (Standard
Indonesia Rubber).
Spesifikasi karet alam PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai
berikut :
1. Kadar kotoran (Dirt Content)
Kadar kotoran yang tidak larut dalam karet tidak dalam jumlah yang
berlebihan. Bila berlebihan menyebabkan penurunan sifat dinamik dari barang
jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan lenturnya.
2. Kadar Abu (Ash Content)
Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang
dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bahan-
bahan lain yang berasal dari karet alam dan yang bukan berasal dari karet alam
yang merugikan.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)
Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk
memastikan bahwa karet tersebut benar-benar sudah kering dan bila karet mentah
sudah kering sedikit kemungkinan timbulnya jamur.
4. Plastysity Retention Index (PRI)
Adalah ukuran ketahanan karet yang sudah mengalami pemanasan
dibandingkan sebelum pemanasan yang ditentukan dengan Plastimeter Walance
yaitu dari potongan uji sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan diketahuinya
nilai PRI, dapat diketahui ketahanan karet dan mudah tidaknya karet tersebut
menjadi lengket bila disimpan lama.
5. Po (Plastisitas awal)
Po adalah plastisitas karet sebelum diberi perlakuan panas. Karet yang
memiliki nilai Po yang memenuhi spesifikasi akan dapat mempertahankan
keelastisannya (tidak menyusut atau mengerut).
Dan untuk mendapatkan mutu produk yang utama di berlakukan syarat
mutu SIR. (Tertera pada Tabel 2.1).
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988
(Standard Indonesia Rubber)
Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para
2.6.2. Bahan yang digunakan
2.6.2.1. Bahan baku
Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang
digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat
dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk crumb
rubber adalah kompo yang terdiri dari slab dan cup Lump.
2.6.2.2. Bahan tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk atau
bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk.
No Jenis Uji
Satuan SIR 10 Kerakteristik
1 Kadar Kotoran % Max 0.1
2 Kadar Abu % Max 0.75
3 Kadar Zat Menguap % Max 0.80
4 PRI - Min 60
5 Po - Min 30
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Bahan tambahan yang digunakan adalah:
1. Plastik pembungkus digunakan untuk membungkus bale yang sudah di press
dan sebagai alas metal box.
2. Metal box atau peti pallet digunakan untuk pengepakan atau kemasan bale.
3. Band izjer digunakan untuk mengikat produk yang sudah di pallet.
2.6.2.3. Bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam
proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada
proses pengolahan crumb rubber adalah air, digunakan untuk pencucian dan
melembutkan bahan baku.
2.6.3. Uraian proses
Uraian proses produksi crumb rubber PT. Perkebunan Nusantara III adalah
sebagai berikut :
1. Penerimaan Bahan baku
Sebelum kompo dibawa ketempat penerimaan bahan baku, truck yang
membawa Kompo ditimbang. Setelah itu ditempatkan bak penerimaan bahan
baku lalu dituang ke bak penimbunan untuk disortasi bahan baku. Apabila di
dalam sortasi terdapat benda-benda non karet dikumpulkan dan dikembalikan
ke kebun pengirim.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Bak Makro Blending
Setelah itu kompo dimasukan ke dalam bak Makro Blending yang berfungsi
sebagai pencucian kompo agar terhindar dari kotoran-kotoran seperti:
pasir,tanah,dan dedaunan.
3. Mesin Prebreaker
Slab dan lump dimasukkan ke dalam mesin prebreker untuk pemecahan
bongkahan slab dan lump menjadi ukuran 30 mm.
4. Bak Mikro Blending
Bak mikro blending berfungsi sebagi tempat penampungan kompo yang telah
dicacah dan juga sebagai tempat pencucian. Bak mikro blending ini
berbentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat mesin agitator yang berfungsi
sebagai pengaduk.
5. Mesin Hummer Mill
Karet dimasukkan ke dalam mesin hummer mill untuk pemecahan lanjutan
menjadi diameter 15 mm.
6. Bak Sirkulasi
Bak sirkulasi berfungsi sebagai aliran jalan kompo dari mesin hammer mill ke
mesin creffer jumbo. Alat Bantu yang digunakan sebagai aliran jalan kompo
yaitu: dengan menggunakan air.
7. Mesin Crepper
Cacahan karet dimasukkan ke dalam mesin Crepper untuk menggiling
cacahan karet menjadi lembaran blengket menjadi ketebalan 3-5 mm. Dengan
10 kali penggilingan.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
8. Maturasi
Gulungan blengket dimasukkan ke dalam ruang maturasi (pemeraman) untuk
mengeringkan gulungan blangket selama 7 hari sehingga kadar air turun.
9. Mesin Schereder
Gulungan blengket dikeluarkan dari ruang maturasi dan dimasukkan ke dalam
mesin schreder untuk merajang blengket menjadi butiran karet dengan ukuran
3 mm. Hasil butiran dari mesin dimasukkan ke dalam box dryer lalu butiran
ditiriskan selama 1,5- 2 jam sebelum masuk ke mesin dryer.
10. Mesin Dryer
Butiran karet dimasukkan ke dalam mesin dryer untuk mengeringkan butiran
karet. Pengeringan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur 110-120 0C.
11. Penimbangan
Rempahan karet selanjutnya ditimbang dengan berat sekitar 33kg sesuai
dengan permintaan pasar lalu diproses/packing.
12. Pengepresan
Sebelum dipacking butiran karet kemudian dipress untuk memadatkan butiran
karet yang sudah kering menjadi berbentuk bandela.
13. Packing
Karet yang sudah berbentuk bandela di packing. Bale disusun dalam pallet
yang berisikan 36 bale dengan berat 1260 kg/pallet.
14. Penyimpanan produk pada gudang produksi siap eksport.
Uraian proses produksi dapat dilihat pada skema pengolahan crumb
rubber seperti pada Gambar 2.1.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
PENERIMAAN
BAK MAKRO BLENDING
MESIN PREBREAKER
BAK MIKRO BLENDING
MESIN HUMMER MILL
BAK SIRKULASI
MESIN CREPPER
MATURASI
MESIN SCHEREDER
MESIN DRYER
PENGEPRESAN
PACKING
PENIMBANGAN
PENYIMPANAN
Gambar 2.1. Skema pengolahan crumb rubber
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.7. Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi crumb rubber
dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.7.1. Utilitas
Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga
produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain
dalam suatu pabrik.
1. Air
Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting,
digunakan dalam proses pencampuran dan pencucian. Air juga dibutuhkan
dalam keperluan lainnya seperti keperluan kamar mandi, pencucian alat-alat
dan keperluan lainnya.
2. Listrik
Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk
bagian produksi, kantor, dan bagian lainnya. Pabrik juga menyediakan genset
bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.
2.7.2. Safety and fire protection
Kenyamanan dan keselamatan kerja merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh pabrik dalam proses produksi baik untuk karyawan maupun
pabrik itu sendiri. Dengan usaha untuk pencegahan terjadinya gangguan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
keselamatan dan kesehatan kerja maka produktivitas kerja dapat ditingkatkan serta
target produksi dapat tercapai.
Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan
petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin.
Tanda yang diberlakukan pada pabrik ini adalah:
1. Tanda Bahaya
a. Pemukulan lonceng dipukul satu kali dengan nada cepat minimum 2
menit.
b. Sirine, dibunyikan dengan nada bergelombang selam diperlukan minimum
1 menit.
15. Tanda berkumpul
a. Pemukulan lonceng, dipukul dua kali dengan nada biasa minimum 2
menit.
b. Sirine dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1
menit
16. Tanda aman
a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga kali dengan nada biasa minimum 2
menit.
b. Sirine dibunyikan dengan nada panjang selama 3 menit.
Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan adalah untuk
menjamin pengamanan atau penanggulangan keadaan darurat dengan lancar,
terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.7.3. Waste treatment
Suatu pabrik harus memiliki waste treatment yang tidak berbahaya.
Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa sisa-sisa proses dari
pengolahan crumb rubber berupa lateks yang menggumpal dan air pencucian dan
pencampuran. Limbah dialirkan menuju kolam-kolam pengolahan limbah di
dalam saluran yang berbentuk parit. Parit tersebut di beri saringan untuk
menangkap potongan kecil sisa olahan karet.
2.8. Struktur organisasi perusahaan
Sistem organisasi dan manajemen yang baik sangat diperlukan pada satu
perusahaan, terutama perusahaan industri yang berskala besar. Penyusunan sistem
organisasi dan manajemen harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang
bersangkutan, sebab sistem yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik
bagi perusahaan lain. Adanya sistem yang terencana dengan baik, akan menjamin
lancarnya informasi dan komunikasi di dalam organisasi sehingga dapat diperoleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tepat pada keadaan yang dibutuhkan. Struktur
organisasi adalah bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang
atau lebih pada tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan
tertentu. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-
tugas serta tanggungjawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu
organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas, yang memperlancar suatu proses untuk menuju suatu
keberhasilan yang maksimum dengan modal yang sekecil-kecilnya dan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
menggunakan sarana yang tersedia semaksimal mungkin. Pendistribusian tugas-
tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada
pokoknya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para
pegawai dan karyawan dapat dengan jelas mengetahui apa yang menjadi tugasnya,
darimana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
Sehingga akan tercipta suasana kerja yang baik dan terhindar dari tumpang tindih
pada perintah dan tanggung jawab.
Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara individu-individu
yang bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan
bersama serta untuk dilaksanakan dalam suatu kesatuan yang utuh.
Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi
(organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-
departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik
secara horizontal maupun vertikal. Perusahaan mempunyai struktur organisasi
dalam bentuk organisasi garis atau lini, dan fungsional. Struktur organisasi
perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Asisten Teknik
Asisten Laboratorium
Asisten Pengolahan
Asisten Tata
Usaha
Asisten Sipil/ dan Alat Berat
Asisten Personalia
Kebun
Masinis Kepala
Manajer
Fungsional
Lini
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
Keterangan Garis
Gambar 2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III
Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini. Struktur organisasi
fungsional adalah struktur organisasi berdasarkan pembagian tugas yang
dilakukan menurut fungsinya masing-masing. Bentuk ini ditunjukkan dengan
adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi sehingga pelimpahan
wewenang dari pimpinan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan fungsinya. Dan
dikatakan struktur organisasi lini karena kekuasaan mengalir secara langsung dari
menejer ke kepala bagian, kemudian ke para karyawan di bawahnya dan kepala
bagian menjalankan semua pengawasan dalam jajarannya. Pada perusahaan ini
terdiri dari sejumlah afdeling dan setiap karyawan bertanggung jawab pada setiap
afdeling.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.9. Uraian tugas dan tanggung jawab
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Nusantara III
Gunung Para dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.10. Jumlah tenaga kerja dan jam kerja
2.10.1. Jumlah tenaga kerja
Tenaga kerja yang terdapat di PT. Nusantara III Gunung Para dapat dilihat
pada Tabel 2.2. dibawah ini :
Tabel 2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para
Uraian
KARYAWAN
Pensiunan Total Pria
(Orang)
Wanita
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Manajer 1 - 1 - 1
Karyawan
Pimpinan 15 - 15 - 15
Karyawan
Pelaksana 838 114 952 376 1.328
Jumlah 854 114 968 376 1.344 Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para
2.10.2. Jam kerja
Jam kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu
jam kerja karyawan kantor dan jam kerja karyawan produksi. Adapun pembagian
jam kerja tersebut adalah sebagai berikut:
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
a. Waktu kerja karyawan kantor
Tabel 2.3. Waktu kerja karyawan kantor
di PT. Nusantara III Gunung Para
NO HARI WAKTU (WIB) Istirahat
1 Senin- Jumat 08.00 – 16.00 12.00 – 13.00 2 Sabtu 08.00 – 12.00 -
b. Waktu kerja karyawan produksi
Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu)
Tabel 2.4. Waktu kerja karyawan produksi di
PT. Nusantara III Gunung Para
NO SHIFT WAKTU (WIB) Istirahat
1 I 07.00 – 15.00 12.00 – 13.00 2 II 15.00 – 22.00 18.00-19.00 3 III 22.00 – 07.30 -
2.11. Sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan
Karyawan diberikan gaji pokok sesuai dengan golongan. Disamping gaji
pokok kepada karyawan diberikan tunjangan tetap. Besarnya gaji untuk golongan
terendah disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku.
Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu, besar upah yang diterima
adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :
a. Karyawan harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja
yang absen.
b. Karyawan bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan tanpa potongan hari kerja
absen.
Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila
penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat
berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.
Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan
karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja
memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance
3.1.1. Pengertian maintenance
Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur
yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena
apabila kita mempunyai mesin/peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha
untuk tetap dapat mempergunakan mesin/peralatan sehingga kegiatan produksi
dapat berjalan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus
mesin/peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin , maka dibutuhkan
kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :
a) Kegiatan pengecekan.
b) Meminyaki (lubrication).
c) Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada.
d) Penyesuain/penggantian spare part atau komponen.
Ada dua jenis peneurunan kemampuan mesin/peralatan yaitu :
1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami
akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu
pemakaian walaupun penggunaan secara benar.
2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat
kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak
seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan
Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan
yang timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk
mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga mesi/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian
yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance
maka mesin/peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum
jangka waktu tertentu direncanakan tercapai.
Hasil yang diharapakan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan
(equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut :
1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar
berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam
mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.
2. Replecement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan
penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
telah diencanakan sebelum kerusakan terjadi.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.1.2. Tujuan maintenance
Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka
seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah.
Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat
digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka
waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain:
1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi terseut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
6. Memaksimumkan ketersedian semua peralatan sistem produksi
(mengurangi downtime)
7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.2. Jenis-Jenis Maintenance
3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
Planned maintenance (pemeliharaa terencana) adalah pemeliharaan yang
terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena
itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan
pegawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui
informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.
Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah
yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi
dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk
mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance
antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan
perbaikan, dan lain-lain.
Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk
pelaksanaan, yaitu :
a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)
preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive
maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi
pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suaturencana dan
jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi
yang lebih tepat.
b. Corrective maintenance (Pemeliharaan Perbaikan )
Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang
dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin/peralatan
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
c. Predictive maintenance
Predictive maintenance adalah tindakan-tindakan maintenance yang
dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan
evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu
dapat berupa data getaran, temperature, vibrasi, flow rate, dan lain-lainnya.
Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari
operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen
maintenance untuk dilakuakan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan
perusahaan
3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)
Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency
maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah
tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin peralatan yang masih
dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan
penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari
mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.
3.2.3. Autonomous maintenance (Pemeliharaan Mandiri)
Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu
kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan
melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara
mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip-prinsi yang terdapat pada
lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance,
yaitu :
1. Seiri (clearing up) : Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan
2. Seiton (organazing) : Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi
3. Seiso (cleaning) : Membersikan peralatan dan tempat kerja
4. Seikatsu (standarizing) : Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi
5. Shitsuke (training and discipline) : Meningkatkan skill dan moral
Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan
membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan
apa yang harus dilakukan.
Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)
2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminete
problem and anaccesible area)
4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)
5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)
6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)
7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidines)
3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance
Semua tugas-tugas atau kegiatan daripada maintenance dapat digolongkan
kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut :
1. Inspeksi (Inspections)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara
berkalas (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana
yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas
mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
2.Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru
dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
3. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya
yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana
kapan kegitan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan
diperbaiki.
5. Pemeliharaan Bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatanyang tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
3.4. Total Productive Maintenance (TPM)
3.4.1 Pendahuluan
Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa
yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi
productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat
dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di
Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan satu departemen yang
disebut maintenance departement.
Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang
kemudian berkembang seiring dengan perkembanagan teknologi yang ada dan
kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut productive maintenance.
Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an
pada perusahaan di negara jepang yang merupakan pengembang konsep
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika
Serikat yang disebut Preventive maintenance. Seperti dapat dilihat masa periode
perkembangan PM di Jepang dimana periode tahun 1950-an juga bisa
dikatagorikan sebagai periode “ breakdown maintenance”.
Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan
proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive
maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM.
3.4.2 Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)
TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan
organisasi produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas
produksi, mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan
kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada
perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive
maintenance mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut :
1. TPM bartujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)
untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan
2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan secara
keseluruhan (overall effectiveness).
3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian
produksi, bagian maintenance)
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertiggi hingga
para karyawan/operator lantai produksi.
5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM
melalui manajemen motivasi
3.4.3. Manfaat dari Total Produtive Maintenance (TPM)
Manfaat dari studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja
jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor berikut :
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan
meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada
mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus
3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa
gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai
tambah dapat dikurangi.
5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan
oleh setiap orang
3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)
Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya
berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat
meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya
produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering
diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien
terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi
adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber-sumber daya
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi
merupakan karakteristik proses mengukur performansi aktual dari sumber daya
relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas merupakan
karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian output dari sistem
produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan.
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya
mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena
pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu :
kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah
memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna
dan berdaya guna. Untuk dapt meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang
digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi
mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Downtime (Penurunan Waktu)
a. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan).
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
b. Set-up and adjustment (Kerugian karena pemasangan dan penyetelan).
2. Speed losses (Penurunan Kecepatan)
a. Idling and minor stoppages (Kerugian karena beroperasi tanpa beban
maupun berhenti sesaat).
b. Reduced speed (Kerugian karena penurunan kecepatan produksi).
3. Defects (Cacat).
a. Process defect (Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja
produk diproses ulang).
b. Reduced yieled losses (Kerugian pada awal waktu produksi hingga
mencapai waktu produksi yang stabil).
3.5.1. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan)
Kerusakan mesin/peralatan (equipment failur breakdowns) akan
mengakibatkan waktu yang terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat
produk yang dihasilkan cacat.
3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena pemasangan dan
penyetelan)
Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up
termasuk waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk
produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin tidak
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
berproduksi guna menganti peralatan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai
dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya.
3.5.3. Idling and minor stoppages Losses (Kerugian karena beropersi tanpa
beban maupun karena berhenti sesaat)
Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat
muncul jika faktor eksternal mengakibatkan mesin/peralatan berhenti berulang-
ulang atau mesin/peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk.
3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena penurunan kecepatan operasi)
Menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi aktual lebih
kecil dari kecepatan mesin yang telah dirancang beroperasi dalamm kecepatan
normal. Menurunnya kecepatan produksi antaralain disebabkan oleh :
a. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat dicapai karena berubahnya jenis
produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin/peralatan yang digunakan
b. Kecepatan produksi mesin/peralatan menurun akibat operator tidak mengetahui
berapa kecepatan normal mesin/peralatan sesungguhnya.
c. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mmencegah timbulnya masalah
pada mesin/peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika diproduksi pada
kecepatan produksi yang lebih tinggi.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.5.5. Process Defect Losses (Kerugian karena produk cacat maupun karena
kerja produk diproses ulang)
Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material,
mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan biaya untuk
pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja
dan yang waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali
ataupun memperbaiki cacat produk cuma sedikit akan tetapi kondisi seperti ini
bisa menimbulkan masalah yang semakin besar.
3.5.6. Reduced Yieled Losses ( Kerugian pada awal waktu produksi hingga
mecapai kondisi produksi yang stabil)
Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul
selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkann produk
baru dengan kualitas produk yang telah diharapkan. Kerugian yang timbul
tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak
tepatnya penanganan dan pemasangan mesin/pealatan atau cetakan (dies) ataupun
operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan.
3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big
losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat
dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni, downtime loses, speed losses dan
defect losses seperti dapat dilihat pada gambar 3.1
EQUIPMENT
Loading Time
Operating Time
Do
wn
tim
eL
os
es
s
Nex OperatingTime
Sp
ee
d L
os
es
s
ValuableOperating
Time De
fec
t L
os
es
s
SIX BIG LOSESS
Equipment failure
2Setip and adjusment
3Idding and minor
Stoppages
4Reduced speed
5Defect in process
6Reduced yield
1
CALCULATION OFOVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
Availability = Loading time – Downtime x 100 Loading time
(e.g)
Availability = 460 mins – 60 mins x 100 = 87 % 460 mins
Performance = theoretical cycle time x processed amount x 100Efficiency operating time
(e.g)
Performance = 0,5 mins/unit x 400 units x 100 = 50 %Efficiency 400 mins
Rate of Quality = Processed amount – Defect amount x 100Product processed amount
(e.g)
Rate of Quality = 400 units – 8 units x 100 = 98 %Product 400 units
Overall Equipment = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality ProductEffectiveness
Gambar 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals
OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat
produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat
penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas
ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk
mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk menjamin peningkatan
produktivitas penggunaan mesin/peralatan.
Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE)
dirumuskan sebagai berikut :
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%
Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan
jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang
dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big
losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari
mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
3.6.1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-
nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :
a. Operation time
b. Loading time
c. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Avaibility = timeloadingtimeoperation x 100%
Avaibility = timeloading
timedowntimeloading − x 100%
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per
bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime)
Loading time = Total availability – Planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk
pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu
downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan
dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu
proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan
pada mesin/peralatan (aquipment failures) mengakibatkan tidak ada output yang
dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan
mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan
adjesment dan lain-lainnya
3.6.2. Performance Efficiency
Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed
rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan
dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn
proses produksi (operation time).
Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal
mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time)
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya
ditunjukkan sebagai berikut :
time cycle actual
time cycle ideal rate speedOperation =
time operationtime processing actual rate operation Net =
Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang
diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net
operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor
stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed)
Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency :
1. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)
2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
3. Operation time (waktu operasi mesin)
Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :
Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time
timecycleactualtimecycleideal
timeoperatingcycletimeactualamountprocessed xx
Performance efficiency = timeoperating
timecycleidealamountprocessed x
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.6.3. Rate of quality product
Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik
terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah
hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :
a. processed amount (jumlah produk yang diproses)
b. Defect amount (jumlah produk yang cacat)
Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut :
100% x amount processed
amount defect - amount processedproductsquality of Rate =
3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone
diagram) diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1943 oleh Prof. Kaoru
Ishikawa (Tokyo University). Diagaram ini berguna untuk menganalisa dan
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap penentuan
karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran akan
cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan kerja secara detail.
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas
hasil kerja maka, ada lima faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Manusia (man)
b. Metode kerja (work method)
c. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment)
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
d. Bahan baku (raw material)
e. Lingkungan kerja (work environment)
Berikut adalah contoh penggambaran diagram sebab akibat yang dapat
dilihat pada gambar 3.2
METODE KERJA MANUSIA BAHAN BAKU
MESIN/PERALATAN
LINGKUNGANKERJA
KUALITASHASIL KERJA
Gambar 3.2. Diagram Sebab Akibat
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para dan
pengambilan data dilakukan pada laboratorium PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para. Penelitian dilakukan selama tiga bulan.
4.2. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan menurut tingkat eksplanasi yaitu tingkat penjelasan,
penelitian bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan ini
penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif.
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian dilakukan untuk sampel lebih dari satu, atau dalam waktu yang
berbeda.
4.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah mesin/peralatan yang berada diarea pabrik yaitu
pada mesin Pengeringan yaitu pada mesin Dryer Twind.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4.4. Variabel Penelitian
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, variabel-
variabel penelitian dibagi atas :
1. Variabel independen (variabel bebas, sebab mempengaruhi)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel akibat (variabel dependen).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah data perawatan mesin/peralatan.
2. Variabel dependen (variabel terikat, variable out put)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
efisiensi mesin/peralatan.
4.5. Instrumen Penelitian
Didalam penelitian dibutuhkan alat-alat yang mendukung serta digunakan
yaitu:
a. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat keterangan yang diperoleh
dalam melakukan penelitian.
b. Penerapan Total Productive Maintenance.
4.6. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para
dengan menentukan objek yang akan diteliti. Untuk memecahkan masalah dalam
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
tugas, digunakan pendekatan-pendekatan dengan metode Total Productive
Maintenance yang dimulai dengan :
1. Menentukan masalah
Dalam menentukan permasalahan dilakukan analisa dengan cara
stratifikasi data yang ada dari beberapa segi.
2. Peninjauan lapangan
Peneliti melakukan tinjauan ke perusahaan tempat melakukan penelitian
serta mengamati sesuai dengan tujuan yang telah dibuat.
3. Studi literatur
Peneliti melakukan studi literatur dari berbagai buku yang sesuai dengan
permasalahan yang diamati di perusahaan.
4. Pengumpulan data
Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data, antara lain :
a. Pengamatan langsung, melakukan pengamatan langsung ke pabrik,
terutama di bagian produksi dan di bagian pengeringan yaitu pada
mesin Dryer.
b. Wawancara, mewawancarai berbagai pihak yang berhubungan dan
berwenang dalam hal perawatan mesin.
c. Merangkum data tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
5. Pengolahan data
Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
6. Analisa dan pemecahan masalah
Hasil dari pengolahan data yang berupa perhitungan akan dianalisa,
dilakukan pemecahan masalah, lalu diberikan rekomendasi perbaikan.
7. Langkah terakhir menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
4.7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode overall equipment
effectiveness langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Perhitungan Availability
Availability, adalah rasio waktu operation time terhadap loading time-nya.
2. Perhitungan Performance Efficiency
Performance effeciency adalah rasio kuantitas produk yang dihasilkan
dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk
melakukan proses produksi (operation time).
3. Perhitungan Rate of Quality Product
Rate of Quality Product adalah rasio produk yang baik (good products) yang
sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap jumlah
produk yang diproses.
4. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE)
Setelah nilai availability, performance efficiency dan rate of quality product
pada mesin Dryer Twind diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai overall
equipment effectiveness (OEE) untuk mengetahui besarnya efektivitas
penggunaan mesin.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
5. Perhitungan OEE Six Big Losses
5.1. Perhitungan Downtime Losses
5.1.1. Perhitungan Equipment Failures (Breakdowns)
Kegagalan mesin melakukan proses (equipment failure) atau kerusakan
(breakdown) yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian
yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak
menghasilkan output.
5.1.2. Perhitungan Setup dan Adjustment
Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan mesin secara keseluruhan
akan mengakibatkan mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu. Sebelum
mesin difungsikan kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin
tersebut yang dinamakan dengan waktu setup dan adjustment mesin.
5.2. Perhitungan Speed Loss
Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan kecepatan
produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang dirancang. Faktor
yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor stoppages dan
reduced speed.
5.2.1. Perhitungan Idling dan Minor Stoppages
Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara berulang-ulang
atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk. Jika idling dan minor
stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi efektivitas mesin.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
5.2.2. Perhitungan Reduced Speed
Reduced speed adalah selisih antara waktu kecepatan produksi aktual dengan
kecepatan produksi mesin yang ideal.
5.3. Perhitungan Defect Loss
Defect loss artinya adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai
dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan dan scrap
sisa hasil proses selama produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke dalam
defect loss adalah rework loss dan yield/scrap loss.
5.3.1. Perhitungan Rework Loss
Rework Loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang
telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang.
5.3.2. Perhitungan Yield/Scrap Loss
Yield/scrap loss adalah kerugian yang timbul selama proses produksi
belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai
dilakukan sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yang
dihasilkan pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi
spesifikasi kualitas yang diharapkan.
4.8.Analisis Data dan Pemecahan Masalah
Analisa dilakukan pada hasil perhitungan equipment availability,
performance efficiency, rate quality product, OEE, OEE six big losses, dan
analisa diagram sebab akibat.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Langkah-langkah penelitian dan blok diagram perhitungan overall
aquipment effectiveness ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2
Studi Pendahuluan
Pemecahan Masalah dan Tujuan Pemecahan Masalah
Studi Pustaka Studi Orientasi
Pengolahan DataPenerapan pengukuran tingkat efektivitas dan
efisiensi dengan metode OEE
Analisa Pemecahan Masalah1. Analisa OEE
2. Analisa OEE Six Big Losses3. Analisa Diagram Sebab Akibat4. Usulan Penyelesaian Masalah
Kesimpulan dan Saran
Pengumpulan Data
1. Data Primer (Observasi Langsung) - Proses produksi - Struktur Organisasi - Jumlah tenaga kerja - Jam kerja - Mesin dan peralatan
2. Data Sekunder (Dokumen Perusahaan) - Data waktu kerusakan mesin - Data waktu pemeliharaan mesin - Data waktu setup mesin - Data produksi mesin
Gambar 4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Mulai
Data :− Loading Time− Down Time− Processed Amount− Operation Time
Defect Amount
Selesai
Overall Equipment Effctiveness = Availability x Proformance efficiency x Rate of Quality Product
eLoadingTimDownTimeeLoadingTimtyAvailabili −
=
imeOperationTlcycleTimemountxIdeaprocessedAyeEfficiencPerformanc =
mountprocessedActAmountmountxDefeprocessedAityproductRateofQual =
Pengaruh Six Big Losess pada OEE :− Downtime Losess− Speed Losess− Defect Losess
Gambar 4.2. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Mesin/peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian
pengeringan di PTP-Nusantara III yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin
ini bersifat critical unit diamana ketika terjadi kerusakan pada mesin ini akan
mengakibatkan terhentinya proses produksi dan diarea ini ini juga sering
dilakukan penggantian komponen mesin dan peralatan.
Sasaran dari penerapan TPM adalah meminimumkan six big losses yang
terdapat pada mesin Dryer Twind, sehingga dapat diperoleh efektivitas
penggunaan mesin pada area tersebut secara maksimal. Maka terlebih dahulu
dilakukan pengukuran untuk dapat mengetahui tingkat efektivitas mesin/peralatan
yang digunakan saat ini dengan menggunakan indikator OEE (overall equipment
effectivenes). Dengan peningkatan OEE akan menghasilkan peningkatan efisiensi
dan produktivitas pada mesin Dryer Twind
Untuk pengukuran efektivitas dengan menggunakan OEE pada mesin
mixer ini dibutuhkan data yang bersumber dari laporan produksi.
Data yang digunakan adalah dalam periode November 2008 – Januari
2009, yaitu:
1. Data waktu downtime mesin Dryer Twind
2. Planned downtime untuk mesin Dryer Twind
3. Data waktu setup mesin Dryer Twind
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. Data waktu produksi mesin Dryer Twind
5. Data yang lain yang mendukung dalam pemecahan masalah.
1. Data waktu downtime
Waktu down time adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk
melakukan proses produksi akan tetapi dikarenakan adanya kerusakan atau
gangguan pada mesin mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses
produksi sebagaimana mestinya
Kerusakan (breakdowns) atau kegagalan proses pada mesin/pealatan yang
terjadi tiba-tiba. Downtime merupakan kerugian yang dapat terlihat dengan jelas
karena terjadi kerusakan mengakibatkan tidak adanya output yang dihasilkan
disebabkan mesin tidak berproduksi. Data waktu downtime dapat dilihat pada
tabel 5.1
Tabel 5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Dryer Twind
Periode Total Waktu Kerusakan (jam)
Februari 6,21 Maret 8,33 April 5,24 Mei 12,07 Juni 4,14 Juli 14,23 Agustus 8,21 September 5,48 Oktober 5,22 November 6,36 Desember 4,39 Januari 4,43
Sumber : PTP-Nusantara III Gunung Para
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Planned Downtime
Planned Downtime merupakan waktu yang sudah dijadwalkan dalam
rencana produksi, termasuk pemeliharaan terjadwal dan kegiatan manajemen
yang lain seperti pertemuan. Pemeliharaan terjadwal dilakukan oleh pihak
perusahaan untuk menjaga agar mesin tidak rusak saat proses produksi
berlangsung. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal yang
dibuat oleh departemen maintenance. Data waktu pemeliharaan dapat dilihat pada
tabel 5.2
Tabel 5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Dryer Twind
Periode Total Waktu Pemeliharaan (jam)
Februari 34 Maret 31 April 28 Mei 36 Juni 29 Juli 32 Agustus 38 September 34 Oktober 29 November 31 Desember 33 Januari 30
Sumber : PTP-Nusantara III Gunung Para
3. Data Waktu Setup mesin Dryer Twind
Waktu setup adalah waktu produksi untuk memproduksi satu jenis produk
setelah jenis produk lain selesai dilaksanakan. Waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setup mesin mulai dari waktu berhenti mesin sampai proses untuk
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
kegiatan produksi berikutnya. Data waktu setup mesin Dryer Twind dapat dilihat
pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Data Waktu Setup Mesin Dryer
Periode Total Waktu Setup (jam)
Februari 5,96 Maret 5,84 April 6,31 Mei 6,25 Juni 6,42 Juli 6,02 Agustus 5,87 September 6,37 Oktober 6,24 November 6,56 Desember 6,33 Januari 6,28
Sumber : PTP-Nusantara III Gunung Para
4. Data Produksi
Data produksi mesin Dryer Twind Pada bagian penghancur/penggilingan
di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dalam periode November 2008 –
Januari 2009 adalah :
a. Total available time adalah total waktu mesin Dryer Twind yang tersedia
untuk melakukan proses produksi dalam satuan jam.
b. Total product processed adalah jumlah berat total produk yang diproses oleh
mesin Dryer Twind dalam satuan ton.
c. Total good product adalah jumlah berat total produk yang baik sesuai
dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan dalam satuan ton
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
d. Total actual press hours adalah total waktu aktual proses pengeringan
crumb rubber pada mesin Dryer Twind
e. Total reject adalah jumlah berat total produk yang ditolak karena cacat pada
produk sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas produk dalam
satuan ton
f. Total scrap weight adalah jumlah berat total produk yang rusak atau sisa
hasil proses pencampuran dalam satuan ton
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.4. Data Produksi Mesin Dryer Twind Periode Februari 2008 – Januari 2009
Bulan
Total Available
Time (jam)
Total Product
Processed (Kg)
Total Good
Product (Kg)
Total Reject Weight (Kg)
Total Scrap
Weight (Kg)
Total Actual Press Hours (jam)
Februari 480 293593 292846 0 747 370,69
Maret 504 307171 306412 0 759 387,84
April 480 288836 280025 0 811 364,69
Mei 504 302751 302048 0 703 382,26
Juni 480 288971 288257 0 714 364,86
Juli 504 304232 303602 0 630 384,13
Agustus 504 291128 290404 0 724 367,58
September 480 273846 273154 0 692 345,76
Oktober 504 297123 296468 0 655 375,15
November 480 294359 293649 0 710 371,66
Desember 504 294541 293882 0 659 371,89
Januari 504 306925 306108 0 817 387,53
Sumber : PTP-Nusantara III Gunung Para
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
5.2. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data.
5.2.1. Perhitungan Availability
Availability, adalah rasio waktu operation time terhadap loading time-nya.
Untuk menghitung nilai availability digunakan rumusan sebagai berikut :
100% ×=time Loadingtime Operationty Availabili
Loading time adalah waktu yang tersedia per hari atau per bulan dikurangi
dengan downtime mesin yang direncanakan. Perhitungan loading time ini dapat
dituliskan dalam formula matematika, sebgai berikut :
Loading time = Total Available Time – Planned Down Time
Operation time adalah total waktu proses yang efektif. Dalam hal ini
operation time adalah hasil pengurangan loading time dengan downtime mesin.
Formula matematikanya adalah :
Operation time = Loading time – Downtime
Downtime = Breakdown + Set up
Nilai availability mesin Dryer Twind untuk Februari 2008 adalah sebagai
berikut :
Loading Time = 480 – 34 = 446
Downtime = 6,21 + 5,96 = 12,17
Operation time = 446 – 12,17 = 433,83
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Availability = 446
83,433 x 100% = 97,27 %
Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung availability sampai
periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Availability mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Loading
time (jam)
Total Downtime
(Jam)
Operation time
(jam)
Availability (%)
Februari 446 12,17 433,83 97,27 Maret 473 14,17 458,83 97,00 April 452 11,55 440,45 97,44 Mei 468 18,32 449,68 96,08 Juni 451 10,56 440,44 97,65 Juli 472 20.25 451,75 95,70 Agustus 466 14,08 451,92 96,97 September 446 11,85 434,15 97,34 Oktober 475 11,46 463,54 97,58 November 449 12,92 436,08 97,12 Desember 471 10,72 460,28 97,72 Januari 474 10,71 463,29 97,74
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.2. Perhitungan Performance Efficiency
Performance effeciency adalah rasio kuantitas produk yang dihasilkan
dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk
melakukan proses produksi (operation time). Untuk menghitung nilai
performance effeciency digunakan rumusan sebagai berikut :
Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time
timecycleactualtimecycleideal
timeoperatingcycletimeactualamountprocessed xx
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
%100×=Time Operation
Time Cycle Ideal x Amount Processed Efficiency ePerformanc
Ideal Cycle Time adalah siklus waktu proses yang diharapkan dapat
dicapai dalam keadaan optimal atau tidak mengalami hambatan.
Ideal Cycle Time pada mesin dryer twind merupakan siklus waktu proses
yang dapat dicapai mesin dalam proses produksi dalam keadaan optimal atau
mesin tidak mengalami hambatan dalam berproduksi.
Waktu optimal mesin dryer twind dalam menghasilkan produk adalah 4
jam. Dengan ketentuan dalam sekali proses selama 4 jam terdapat 16 box dryer
yang masuk ke dalam mesin dryer twind . Untuk satu box dryer memiliki berat
yang dihasilkan adalah 198 Kg, maka dapat dihitung untuk berat 16 box dryer
twind adalah 16 x 198 Kg = 3168 Kg.
Ideal Cycle Time mesin dryer twind = 4 jam/ 3168 Kg = 0,00126 jam/Kg
Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 :
Performance effeciency =83,4330,00126x293593 x 100% = 85,27%
Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung Performance Efficiency
sampai periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan
Total Product
Processed (Kg)
Ideal Cycle Time
(jam/Kg)
Operation time
(jam)
Performance Efficiency
(%)
Februari 293593 0,00126 433,83 85,27 Maret 307171 0,00126 458,83 84,35 April 288836 0,00126 440,45 82,62
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009 (Lanjutan)
Bulan
Total Product
Processed (Kg)
Ideal Cycle Time
(jam/Kg)
Operation time
(jam)
Performance Efficiency
(%)
Mei 302751 0,00126 449,68 84,83 Juni 288971 0,00126 440,44 82,66 Juli 304232 0,00126 451,75 84,85 Agustus 291128 0,00126 451,92 81,16 September 273846 0,00126 434,15 79,47 Oktober 297123 0,00126 463,54 80,76 November 294359 0,00126 436,08 85,05 Desember 294541 0,00126 460,28 80,62 Januari 306925 0,00126 463,29 83,47
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.3. Perhitungan Rate of Quality Product
Rate of Quality Product adalah rasio produk yang baik (good products)
yang sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap
jumlah produk yang diproses. Perhitungan rate of quality product menggunakan
data produksi pada Tabel 5.4 yaitu gross product dan total broke. Dalam
perhitungan rasio rate of quality product ini, process amount adalah total product
processed sedangkan defect amount adalah total broke, dengan rumusan sebagai
berikut :
%100×=Amount Processed
Amount Defect - Amount Processed ProductQuality of Rate
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Untuk Mesin Dryer Singel bulan Februari 2008 :
Rate of Quality Product =288250
710288250− x 100% = 99,75 %
Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung rate of quality product
mesin Dryer Singel dari periode Februari 2008 - Januari 2009 dapat dilihat pada
Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Total Products
processed (Kg)
Total Srap (Kg)
Rate of Quality Product (%)
Februari 293593 747 99,74 Maret 307171 759 99,75 April 288836 811 99,71 Mei 302751 703 99,76 Juni 288971 714 99,75 Juli 304232 630 99,79 Agustus 291128 724 99,75 September 273846 692 99,74 Oktober 297123 655 99,77 November 294359 710 99,75 Desember 294541 659 99,77 Januari 306925 817 99,73
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE)
Setelah nilai availability, performance efficiency dan rate of quality
product pada mesin Dryer Twind diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai
overall equipment effectiveness (OEE) untuk mengetahui besarnya efektivitas
penggunaan mesin Dryer Twind di PTP-Nusantara III Gunung Para.
Perhitungan OEE adalah perkalian nilai-nilai availability, performance
efficiency dan rate of quality product yang sudah diperoleh.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
OEE (%) = Availability (%) × Performance Rate (%) × Quality Rate (%)
Untuk mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 :
OEE = (0,9727 × 0,8527 × 0,9974) x 100% = 82,72%
Dengan perhitungan yang sama, maka nilai OEE mesin Dryer Twind
sampai periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Dryer
Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Availability (%)
Performance Efficiency
(%)
Rate of Quality Product
(%)
OEE (%)
Februari 97,27 85,27 99,74 82,72 Maret 97,00 84,35 99,75 81,98 April 97,44 82,62 99,71 80,27 Mei 96,08 84,83 99,76 81,30 Juni 97,65 82,66 99,75 80,51 Juli 95,70 84,85 99,79 81,03 Agustus 96,97 81,16 99,75 78,50 September 97,34 79,47 99,74 77,15 Oktober 97,58 80,76 99,77 78,60 November 97,12 85,05 99,75 82,39 Desember 97,72 80,62 99,77 78,60 Januari 97,74 83,47 99,73 81,36
Sumber : Hasil Pengolahan Data.
5.2.5. Perhitungan OEE Six Big Losses
5.2.5.1. Downtime Losses
Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan
proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin (equipment
failures) mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses produksi
sebagaimana mestinya. Dalam perhitungan overall equipment effectiveness OEE),
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
equipment failures dan waktu setup and adjustment dikategorikan sebagai
kerugian waktu downtime (downtime losses)
1. Equipment Failures (Breakdowns)
Kegagalan mesin melakukan proses (equipment failure) atau kerusakan
(breakdown) yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian
yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak
menghasilkan output.
Besarnya persentase efektivitas mesin yang hilang akibat faktor
breakdowns loss dapat dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
%100×=Time Loading
time Breakdown Total Loss Breakdowns
Dengan menggunakan rumusan di atas, maka diperoleh perhitungan
breakdowns loss sebagai berikut :
Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 :
Breakdowns Loss = 446
21,6 x 100% = 1,31 %
Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss
mesin Dryer Twind dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Total Breakdown (jam)
Loading Time (jam)
Breakdown Loss (%)
Februari 6,21 446 1,39 Maret 8,33 473 1,76
Sumber : Hasil Pengolahan Data.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009 (Lanjutan)
Bulan Total Breakdown (jam)
Loading Time (jam)
Breakdown Loss (%)
April 5,24 452 1,15 Mei 12,07 468 2,57 Juni 4,14 451 0,91 Juli 14,23 472 3,01 Agustus 8,21 466 1,76 September 5,48 446 1,22 Oktober 5,22 475 1,09 November 6,36 449 1,41 Desember 4,39 471 0,93 Januari 4,43 474 0,93
Sumber : Hasil Pengolahan Data.
2. Setup dan Adjustment
Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan mesin secara keseluruhan
akan mengakibatkan mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu. Sebelum
mesin difungsikan kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin
tersebut yang dinamakan dengan waktu setup dan adjustment mesin. Dalam
perhitungan setup dan adjustment loss dipergunakan data waktu setup mesin yang
mengalami kerusakan dan pemeliharaan mesin secara keseluruhan di mesin Dryer
Twind.
Untuk mengetahui besarnya persentase downtime loss yang diakibatkan
oleh waktu setup and adjustment tersebut digunakan rumusan sebagai berikut
100% ×=time Loading
time ustment Setup/adjTotalLoss stmentSetup/adju
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Untuk Mesin Dryer Twind bulan November 2008 :
Setup and Adjustment Loss = 446
96,5 = 1,33 %
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat
dilihat pada Tabel 5.10. berikut ini :
Tabel 5.10. Set up and Adjustment Losses di mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Set up Time (jam)
Loading Time (jam)
Set up and Adjustment Losses
(%) Februari 5,96 446 1,33 Maret 5,84 473 1,23 April 6,31 452 1,39 Mei 6,25 468 1,33 Juni 6,42 451 1,42 Juli 6,02 472 1,27 Agustus 5,87 466 1,25 September 6,37 446 1,42 Oktober 6,24 475 1,31 November 6,56 449 1,46 Desember 6,33 471 1,34 Januari 6,28 474 1,32
Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.2.5.2. Speed Loss
Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan
kecepatan produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang
dirancang. Faktor yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor
stoppages dan reduced speed.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
1. Idling dan Minor Stoppages
Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara berulang-
ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk. Jika idling dan minor
stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi efektivitas mesin. Untuk
mengetahui besarnya faktor efektivitas yang hilang karena faktor idling dan minor
stoppages digunakan rumusan sebagai berikut :
%100 ×=time Loading
time iveNonproduct stoppagesminor and Idling
Nonproductive time = Operation time – Actual Production time
Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 :
Nonproductive time = 433,83– 370,69 = 63,14
Idling dan Minor Stoppages = 446
14,63 x 100% = 14,15%
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat
dilihat pada Tabel 5.11. berikut ini :
Tabel 5.11. Idling dan Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Loading Time (jam)
Nonproductive Time (jam)
Idling and Minor Stoppages
(%) Februari 446 63,14 14,15 Maret 473 70,9 15,00 April 452 75,76 16,76 Mei 468 67,42 14,40 Juni 451 75,58 16,75 Juli 472 67,62 14,32 Agustus 466 84,34 18,09 September 446 88,39 19,81
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.11. Idling dan Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009 (Lanjutan)
Bulan Loading Time (jam)
Nonproductive Time (jam)
Idling and Minor Stoppages
(%) Oktober 475 88,39 18,60 November 449 64,64 14,34 Desember 471 88,39 18,76 Januari 474 75,76 15,98
Sumber : Hasil Pengolahan Data
2. Reduced Speed
Reduced speed adalah selisih antara waktu kecepatan produksi aktual
dengan kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui besarnya
persentase faktor reduced speed yang hilang, maka digunakan rumusan berikut :
100%
)( -
100%
××
=
×=
time Loadingprocess product Total time cycle Idealtime production Actual
time Loadingtime production Ideal - time production Actualloss speedReduce
Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 :
Ideal Production Time = (0,00126 x 293593) = 369,92
Reduced Speed Loss =446
92,369269,370 − x 100% = 0,17%
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat
dilihat pada Tabel 5.12.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Dryer Twind Periode
Feb 2008 - Jan 2009
Bulan
Total Product Process
(Kg)
Actual Production
Time (jam)
Ideal Cycle Time
(jam/kg)
Ideal Production
Time (Jam)
Loading Time (jam)
Reduced Speed Time (jam)
Reduced Speed Loss (%)
Februari 293593 370,69 0,00126 369,92 446 0,75 0,17
Maret 307171 387,84 0,00126 387,03 473 0,80 0,17
April 288836 364,69 0,00126 363,93 452 0,72 0,16
Mei 302751 382,26 0,00126 381,46 468 0,79 0,17
Juni 288971 364,86 0,00126 364,10 451 0,72 0,16
Juli 304232 384,13 0,00126 383,33 472 0,75 0,16
Agustus 291128 367,58 0,00126 366,82 466 0,74 0,16
September 273846 345,76 0,00126 345,04 446 0,71 0,16
Oktober 297123 375,15 0,00126 374,37 475 0,76 0,16
November 294359 371,66 0,00126 370,89 449 0,76 0,17
Desember 294541 371,89 0,00126 371,12 471 0,75 0,16
Januari 306925 387,53 0,00126 386,72 474 0,80 0,17
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
5.2.5.3. Defect Loss
Defect loss artinya adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai
dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan dan scrap
sisa hasil proses selama produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke dalam
defect loss adalah rework loss dan yield/scrap loss.
1. Rework Loss
Rework Loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang
telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang.
Untuk mengetahui persentase faktor rework loss yang mempengaruhi efektivitas
penggunaan mesin. Digunakan rumusan sebagai berikut :
%100
××
=time Loading
Rework time cycle Ideal loss Rework
Dikarenakan hasil rework tidak ada maka Rework Loss bernilai 0
Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008:
Rework Loss = 446
0x00126,0 x 100% = 0 %
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat
dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Loading Time (jam)
Ideal Cycle Time
(jam)/(Kg)
Rework (Kg)
Rework Time (jam)
Rework Loss (%)
Februari 446 0,00126 0 0 0 Maret 473 0,00126 0 0 0 April 452 0,00126 0 0 0 Mei 468 0,00126 0 0 0
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode
Feb 2008 - Jan 2009 (Lanjutan)
Bulan Loading Time (jam)
Ideal Cycle Time
(jam)/(Kg)
Rework (Kg)
Rework Time (jam)
Rework Loss (%)
Juni 451 0,00126 0 0 0 Juli 472 0,00126 0 0 0 Agustus 466 0,00126 0 0 0 September 446 0,00126 0 0 0 Oktober 475 0,00126 0 0 0 November 449 0,00126 0 0 0 Desember 471 0,00126 0 0 0 Januari 474 0,00126 0 0 0
Sumber : Hasil Pengolahan Data
2. Yield/Scrap Loss
Yield/scrap loss adalah kerugian yang timbul selama proses produksi
belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai
dilakukan sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yang
dihasilkan pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi
spesifikasi kualitas yang diharapkan. Untuk mengetahui persentase faktor
yield/scrap loss yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin. Digunakan
rumusan sebagai berikut :
%100
××
=time Loading
Scrap time cycle Ideal loss pYield/scra
Untuk Mesin DryerTwind bulan Februari 2008 :
Yield/scrap loss = 446
747x00126,0 x 100% = 0,21%
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat
dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
Bulan Loading Time (jam)
Ideal Cycle Time
(jam)/(Kg)
Scrap (Kg)
Scrap Time (jam)
Yield/scrap Loss (%)
Februari 446 0,00126 747 0,94 0,21 Maret 473 0,00126 759 0,95 0,20 April 452 0,00126 811 1,02 0,22 Mei 468 0,00126 703 0,88 0,18 Juni 451 0,00126 714 0,89 0,19 Juli 472 0,00126 630 0,79 0,16 Agustus 466 0,00126 724 0,91 0,19 September 446 0,00126 692 0,87 0,19 Oktober 475 0,00126 655 0,82 0,17 November 449 0,00126 710 0,89 0,19 Desember 471 0,00126 659 0,83 0,17 Januari 474 0,00126 817 1,02 0,21
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness dilakukan untuk
melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di Dryer Twind selama periode
Februari 2008 - Januari 2009. Pengukuran Overall equipment effectiveness ini
merupakan kombinasi dari faktor waktu, kualitas pengoperasian mesin dan
kecepatan produksi mesin.
Selama periode Februari 2008 – Januari 2009 nilai OEE yang diperoleh
mesin Dryer Twind adalah :
1. Selama periode Februari 2008 – Januari 2009 diperoleh nilai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 77,15% sampai 82,72%. Hal
ini jauh dari keadaan ideal (≥85%). Nila i OEE tertinggi pada mesin dryer
twind hanya dicapai pada bulan Februari sebesar 82,72%, dengan rasio
availability 97,27%, performance efficiency 89,27% dan rate of quality
product 99,74%.
6.2. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses
Analisa OEE six big losses agar perusahaan mengetahui faktor apa dari
keenam faktor six big losses yang memberikan kontribusi terbesar yang
mengakibatkan rendahnya efektivitas penggunaan mesin Dryer Twind yang
menjadi perioritas utama untuk diperbaiki.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
No Six Big Losses Total Time
Losses
Persentase (%)
Persentase Kumulatif
(%) 1 Idling/Minor Stoppages Losses 910,33 83,59 83,59 2 Breakdown Losses 84,31 7,74 91,33 3 Setup/Adj. 74.45 6,83 98,16 4 Yield/Scrap Loss Reduced 10,83 0,99 99,15 5 Reduced Speed Losses 9,05 0,85 100 6 Rework Loss 0 0 100
1.088,97 100
0100200300400500600700800900
1000
Idlin
g/M
inor
Stop
page
sLo
sses
Brea
kdow
nLo
sses
Setu
p/Ad
j.
Yiel
d/Sc
rap
Loss
Redu
ced
Redu
ced
Spee
dLo
sses
Rewo
rkLo
ss
Faktor Six Big Losses
Tota
l Tim
e Lo
ss (J
am)
75
80
85
90
95
100
105
Pers
enta
se K
umul
atif
(%)
Total Time Losses
PersentaseKumulatif (%)
Gambar 6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009
6.3. Analisis Diagram Sebab Akibat
Agar perbaikan dapat segera dilakukan, maka analisa terhadap penyebab
faktor-faktor six big losses yang mengakibatkan rendahnya efektivitas mesin
dalam perhitungan OEE dilakukan dengan menggunakan diagram sebab akibat.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Analisa dilakukan akan lebih efisien jika hanya diterapkan pada faktor-faktor six
big losses yang dominan seperti pada diagram pareto yang dibuat. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap bersarnya produktivitas dan efisiensi mesin antara
lain:
1. Idling/Minor Stoppages Losses
Rendahnya produktivitas mesin yang diakibatkan berhenti secara
berulang-ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk.
Rendahnya produktivitas mesin antara lain disebabkan oleh:
1. Manusia/operator
a. Kurang responsif operator dalam mengawasi suhu mesin pada saat mesin
beroperasi.
b. Kurang teliti dalam merawat dan membersihkan mesin yang
mengakibatkan mesin berhenti secara tiba-tiba.
2. Mesin/peralatan
a. Sering terjadi gangguan tiba-tiba, terjadi karena suhu yang dihasilkan
mesin dryer twind tidak stabil.
b. Umur mesin yang sudah tua.
3. Lingkungan
a. Kebersihan pada mesin kurang terlihat pada butiran blengket yang jatuh
pada rel tidak langsung dibersihkan mengakibatkan tersangkutnya roda box
dryer pada rel.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. Metode
a. Proses pemeliharaan tidak standar, dalam merawat mesin operator hanya
melakukan perwatan bila ada kerusakan pada mesin.
5. Bahan
a. Butiran blengket yang masuk pada mesin terlalu basah mengakibatkan
pengeringan tidak sempurna.
2. Breakdown Losses
1. Manusia/operator
a. Kurang responsif operator dalam mengawasi suhu mesin pada saat mesin
beroperasi .
b. Kurang teliti dalam merawat dan membersihkan mesin yang
mengakibatkan mesin berhenti secara tiba-tiba.
2. Mesin/peralatan
a. Mesin sulit untuk dperbaiki, dikarenakan suku cadang yang langka.
b. Mesin sudah tua
3. Lingkungan
a. Kebersihan pada mesin kurang terlihat pada butiran blengket yang jatuh
pada rel tidak langsung dibersihkan mengakibatkan tersangkutnya roda box
dryer pada rel.
4. Metode
a. Proses pemeliharaan tidak standar, dalam merawat mesin operator hanya
melakukan perwatan bila ada kerusakan pada mesin.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
5. Bahan
a. Butiran blengket yang masuk pada mesin terlalu basah mengakibatkan
pengeringan tidak sempurna.
6.4. Usulan Penyelesaian Masalah
6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses
Prinsip TPM yang digunakan dalam usaha peningkatan produktivitas dan
efisiensi pada mesin Dryer Twind diperusahaan adalah dengan melakukan
perhitungan OEE untuk mengetahui faktor-faktor dalam six big losses yang
menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan pada mesin. Dari hasil analisa
diagram sebab akibat yang dilakukan dapat dilihat pada faktor Idling/Minor
Stoppages Losses dan Breakdown Losses yang merupakan faktor yang dominan
yang mengakibatkan rendahnya efektivitas mesin yang digunakan sehingga
merupakan prioritas perusahaan untuk dilakukan perbaikan sebagai langakah awal
dalam usaha perningkatan produktivitas dan efisiensi mesin Dryer Twind. Adapun
usulan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain:
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Idling/Minor Stoppages Losses
No Faktor-faktor Penyelesaian Masalah
1 Manusia/operator
- Kurang responsif
- Kurang teliti
a. Pelatihan operator dilakukan
secara berkala
b. Pengawasan terhadap operator
lebih ditingkatkan
2 Mesin/peralatan
- Sering terjadi gangguan
tiba-tiba
- Umur mesin sudah tua
a. Perawatan mesin secara
berkala
b. Penggantian mesin /peralatan
3 Lingkungan
- Kebersihan
a. Membersihkan mesin dan area
kerja sebelum atau sesudah
proses operasi
4 Metode
- Pemeliharaan tidak standar
a. Menentukan standar
pelaksanaan pemeliharaan
5 Bahan
- Butiran blengket terlalu basah
a. Memeriksa kadar air pada
blegket sebelum dimasukkan
kedalam mesin
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 6.4. Usulan Penyelesaian Masalah Breakdown Losses
No Faktor-faktor Penyelesaian Masalah
1 Manusia/operator
- Kurang responsi
- Kurang teliti
a. Pelatihan operator dilakukan
secara berkala
b. Pengawasan terhadap operator
lebih ditingkatkan
2 Mesin/peralatan
- Mesin sulit untuk diperbaiki
- Mesin sudah tua
a. Menyediakan persediaan suku
cadang.
b. Penggantian mesin /peralatan
3 Lingkungan
- Kebersihan
a. Membersihkan mesin dan area
kerja sebelum atau sesudah
proses operasi
4 Metode
- Pemeliharaan tidak standar
a. Menentukan standar perwatan
mesin
5 Bahan
- Butiran blengket terlalu basah
a. Memeriksa kadar air pada
blegket sebelum dimasukkan
kedalam mesin
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Gambar 6.2. Diagram Sebab Akibat Idling and Minor Stoppages loss
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Gambar 6.3. Diagram Sebab Akibat Breakdown Loss
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM)
Perbedaan total productive maintenance (TPM) dengan planned
Maintenance (PM) yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri
(autonomous maintenance) dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada
kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous
maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan
operator.
Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap
operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang
terjadi pada mesin/peralatan mereka sendiri di bagian produksi.
Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara III Gunung Para merupakan sistem pemeliharaan
terencana, mulai dari perencanaan sampai dengan penggantian. Penanganan
kerusakan mesin/peralatan yang terjadi Pada mesin Dryer Twind merupakan
tanggung jawab pada bagian departemen Maintenance. Rendahnya efektivitas
mesin juga dipengaruhi oleh karena keahlian dari operator yang rendah sehingga
tidak cepat tanggap terhadap masalah yang timbul pada mesin yang dioperasikan
yang dapat dilihat pada analisa diagram sebab akibat terhadap faktor six big losses
yang dominan.
Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir
operator yang berpikir bahwa operator hanya menggunakan peralatan dan orang
lain yang akan memperbaikinya dapat diubah sehingga perawatan mesin dan
peralatan di perusahaan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk
melatih operator agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan
pemeliharaan mandiri yang dapat dilakukan oleh operator sebagai usaha
peningkatan efektivitas mesin produksi sesuai dengan prinsip TPM adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa pada mesin Dryer Twind untuk membersihkan
debu dan kotoran pada mesin dan melakukan pelumasan dan pengencangan
mur yang longgar.
2. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau dengan
menemukan cara yang tepat untuk membersihkan pada bagian-bagian yang
sukar dijangkau
3. Membuat standar pembersihan dan pelumasan yang tepat sehingga dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memeriksa
dengan tahapan yang teratur.
4. Pemeliharaan mandiri denagan menggunakan check sheet pemeriksaan yang
oleh bagian yang dikeluarkan oleh bagian teknik dan tetap memperbaiki dan
mengembangkan kegiatan yang dilakukan.
5. Melaksanakan pemeriksaan meyeluruh sesuai dengan instruksi yang terdapat
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin Dryer Twind yang diperoleh pada
bagian teknik
6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance) yaitu
pengembangan kebijakan dan tujuan perusahaan untuk meningkatkan kegiatan
pengembangan secara teratur
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dengan penerapan Total productive meaintenance menggunakan metode OEE
dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Equipment failures yang terjadi selama periode Februari 2008 – Januari 2009
telah menyebabkan hilangnya keefektivitasan penggunaan mesin/peralatan di
mesin dryer twind, diamana persentase terbesar breakdown loss terjadi pada
bulan Juli 2008 sebesar 3,01%, ini diakibatkan kerusakan yang terjadi pada
mesin dryer twind sehingga menyebabkan shut down.
2. Setup and adjustment loss mesin/peralatan juga mempengaruhi
keefektivitasan penggunaan mesin/peralatan. Selama periode Februari 2008 –
Januari 2009 persentase terbesar untuk setup and adjustment terjadi pada
bulan November 2008 yaitu sebesar 1,46% dan terendah terjadi pada bulan
Maret 2008 sebesar 1,23%, ini dikarenakan tidak adanya standar untuk setup
time sehingga menyebabkan kerugian waktu dalam proses produksi.
3. Persentase terbesar faktor efektivitas mesin yang hilang karena faktor idling
dan minor stoppages adalah pada bulan September 2008 sebesar 19,81%.
4. Akibat dari faktor reduced speed loss mesin, total waktu yang hilang selama
periode Februari 2008 – Januari 2009 sebesar 9,05 jam dan persentase
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
terbesar terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei, November 2008 dan Januaari
2009 sebesar 0,17%.
5. Persentase rework loss adalah 0 karena tidak ada hasil produksi yang
diperbaiki.
6. Persentase terbesar akibat faktor yield/scrap loss selama periode Februari
2008 – Januari 2009 sebesar 0,22% yang terjadi pada bulan April 2008.
7. Persentase masing-masing faktor six big losses yang dominan selama periode
Februari 2008 - Januari 2009 pada mesin Dryer Twind adalah :
idling dan minor stoppages sebesar 83.59%, nilai ini menunjukkan mesin
sering berhenti secara berulang-ulang atau mesin beroperasi tanpa
menghasilkan produk, yaitu mengalami kehilangan waktu sebesar 910,33 jam
dan diikuti breakdown loss sebesar 18,58%, nilai ini menunjukkan tingginya
waktu kerusakan yang dialalmi mesin yaitu mengalami kehilangan waktu
sebesar 81,31 jam.
8. Berdasarkan hasil perhitungan OEE di mesin dryer twind Selama periode
Februari 2008 – Januari 2009 diperoleh nilai Overall Equipment Effectiveness
(OEE) berkisar antara 77,15% sampai 82,72%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa kemampuan mesin dryer twind dalam mencapai target dan dalam
pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi
yang ideal (≥85%).
9. Usulan pebaikan yang dihasilkan dari analisa diagram cause and effect
terhadap faktor yang menjadi prioritas utama adalah :
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
1. Usulan Penyelesaian masalah idling dan minor stoppages
No Faktor-faktor Penyelesaian Masalah
1 Manusia/operator
- Kurang responsif
- Kurang teliti
a. Pelatihan operator dilakukan secara berkala
b. Pengawasan terhadap operator lebih ditingkatkan
2 Mesin/peralatan
- Sering terjadi gangguan
tiba-tiba
- Umur mesin sudah tua
c. Perawatan mesin secara berkala
d. Penggantian mesin /peralatan
3 Lingkungan
- Kebersihan
b. Membersihkan mesin dan area kerja sebelum atau
sesudah proses operasi
4 Metode
- Pemeliharaan tidak standar
a. Menentukan standar pelaksanaan pemeliharaan
5 Bahan
- Butiran blengket terlalu basah
b. Memeriksa kadar air pada blegket sebelum dimasukkan
kedalam mesin
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Usulan Penyelesaian masalah breakdown loss
No Faktor-faktor Penyelesaian Masalah
1 Manusia/operator
- Kurang responsif
- Kurang teliti
c. Pelatihan operator dilakukan secara
berkala
d. Pengawasan terhadap operator lebih
ditingkatkan
2 Mesin/peralatan
- Mesin sulit untuk diperbaiki
- Mesin sudah tua
c. Menyediakan persediaan suku cadang.
d. Penggantian mesin /peralatan
3 Lingkungan
- Kebersihan
b. Membersihkan mesin dan area kerja
sebelum atau sesudah proses operasi
4 Metode
- Pemeliharaan tidak standar
b. Menentukan standar perwatan mesin
5 Bahan
- Butiran blengket terlalu basah
a. Memeriksa kadar air pada blegket
sebelum dimasukkan kedalam mesin
7.2. Saran
Beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan dan
bermanfaat bagi perusahan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Melakukan perhitungan OEE pada setiap mesin senantiasa dilakukan,
sehingga diperoleh informasi yang representatif untuk perawatan dan
perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) dalam upaya
peningkatan efektivitas penggunaan mesin. Penggunaan metode OEE relatif
lebih mudah dan dapat dilakukan oleh setiap operator.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Melakukan pelatihan kepada setiap operator maupun personil maintenance
agar dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian operator dalam
menanggulangi permasalahan yang ada pada mesin/peralatan sehingga
perusahaan dapat menerapkan autonomous maintenance untuk dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi pada bagian proses
produksi terutama pada mesin DryerTwind.
3. Penanaman kesadaran kepada seluruh karyawan untuk ikut berperan aktif
dalam peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk perusahaan dan bagi diri
mereka sendiri dari tingkat operator sampai tingkatan top management.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nakajima, S., Introduction to Total Productive Maintenance, Cambridge, MA,
Producticity Press, Inc., 1988.
2. Yoshikazu Takashi, Takashi Osada., Total Productive Maintenance-TPM,
Technical Report, Lulea Tekniska Universitet, 2000
3. Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.
4. Prof. Dr. Sugiyono., Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung,
1988.
5. Shirose, Kunio., The Fast Guide to OEE www.vorne.com, www.oee.com
Vorne Industries., Itasca, IL USA, 2002-2008.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Lampiran 1
Daftar mesin dan peralatan produksi PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para
Mesin-mesin yang digunakan untuk proses pembuatan Crumb Rubber
adalah sebagai berikut :
1. Mesin Preabeker yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para
terdapat 2 unit yaitu :
1. Preabreaker No. 1 Tahun 2002
Prebreaker berfungsi mencacah kompo sebesar 30 mm
Merk : C M A
Kapasitas : 1000 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 22 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 44 A
Putaran : 1450 Rpm
Gear Box
Merk : ALLROYD
Ratio : 30 : 1
Bucket Elevator Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tegangan : 380 V
Arus : 8.89 A
Putaran : 1420 Rpm
2. Prebreaker No. 2 Tahun 2006
Prebreaker berfungsi mencacah kompo sebesar 30 mm
Merk : GNM 453624
Kapasitas : 4-5 Ton/jam
Electro Motor
Merk : SEN 3- Stage Helical Gear Units
Type : MC 3 PLSFO 5
Daya : 37 KW
Putaran : 1500 Rpm
Gear Box
Merk : SEWQEURODRIVE
Daya : 37 KW
Ratio : 26,9
Bucket Elevator Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.89 A
Putaran : 1420 Rpm
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Gear Box Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
2. Mesin Hammer Mill yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para
terdapat 2 unit yaitu :
1. Hammer Mill No.1 Tahun 1982
Hammer Mill berfungsi mencacah kompo sebesar 15mm
Merk : Cheong Heng
Kapasitas : 2000 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : Electrim
Daya : 75 KW
Tegangan : 380
Arus : 140 A
Putaran : 1475 Rpm
Bucket Elevator Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.89 A
Putaran : 1425 A
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Hammer Mill No.2 Tahun 2007
Hammer Mill berfungsi mencacah kompo sebesar 15mm
Merk : G N M 453624
Kapasitas : 3000 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 100 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 140 A
Putaran : 1475 Rpm
Bucket Elevator Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.89 A
Putaran : 1425 Rpm
3. Gilingan Crepper yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para
terdapat 2 unit yaitu:Gilingan Crepper jumbo dan Gilingan Crepper Biasa.
Gilingan Crepper Biasa terdiri dari 4 bagian:
1. Gilingan Crepper Jumbo
Gilingan Crepper Jumbo berfungsi membentuk kompo menjadi lembaran
dengan ketebalan 1 cm tiap lembaran.
Merk : KGSB
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Kapasitas : 2500 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 75 KW
Tegangan : 415 V
Arus : 140 A
Putaran : 1475 Rpm
Gear Box
Merk : SEW EURODRWE
Daya : 30 KW
Ratio : 250
Bucket Elevator
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.89 A
Putaran : 1420 Rpm
2. * Gilingan Crepper Biasa No. 1
Gilingan Crepper Biasa berfungsi membentuk kompo menjadi lembaran
dengan ketebalan 0.8 cm tiap lembar.
Merk : KGSB
Kapasitas : 115 Kg/Jam
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 37 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 70.9 A
Putaran : 1455 Rpm
Gear Box
Merk : Radicon
Ratio : 10 : 1
* Gilingan Crepper Biasa No.2
Merk : KGSB
Kapasitas : 115 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : SUMO
Daya : 37 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 70.4 A
Putaran : 1460 Rpm
Gear Box
Merk : ALLROYD
Ratio : 30 : 1
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
* Gilingan Crepper Biasa No.3
Merk : KGSB
Kapasitas : 115 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : THOCEE DHASE
Daya : 30 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 58.5 A
Putaran : 1450 Rpm
Gear Box
Merk : ALLROYD
Ratio : 50 : 1
* Gilingan Crepper Biasa No.4
Merk : KGSB
Kapasitas : 115 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : THREE
Daya : 30 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 58.5 A
Putaran : 1455 Rpm
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Gear Box
Merk : RADICON
Ratio : 50 : 1
* Gilingan Crepper Biasa No.5
Merk : KGSB
Kapasitas : 115 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : SIMO
Daya : 37 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 70.4 A
Putaran : 1460 Rpm
Gear Box
Merk : RADICON
Ratio : 50 : 1
4. Mesin Schereder yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para
terdapat 2 unit yaitu:
1. Mesin Schereder No. 1 Tahun 2002
Mesin Schereder berfungsi sebagai mencacah kompo yang telah digulung,
hasil cacahan berbentuk butiran dengan ukuran 3-4 mm .
Merk : KGSB
Kapasitas : 1000 Kg/Jam
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 45 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 88 A
Putaran : 975 Rpm
Fidding Roll Schereder
Merk : NUG HAMBURG
Daya : 5.5 Kw
Tegangan : 380 V
Arus : 19.5 A
Putaran : 1440 Rpm
Pompa Hydro Ciclone Electro Motor
Merk : TECO
Daya : 20 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 23.4 A
Putaran : 2910 Rpm
2. Mesin Schereder No. 2 Tahun 1974
Mesin Schereder berfungsi sebagai mencacah kompo yang telah digulung,
hasil cacahan berbentuk butiran dengan ukuran 3-4 mm .
Merk : CHEONG HENG
Kapasitas : 1000 Kg/Jam
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor
Merk : CELMA
Daya : 40 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 81 A
Putaran : 975 Rpm
Fidding Roll Electro Motor
Merk : CROPION PARKISON
Daya : 5.5 KW
Tegangan : 415 V
Arus : 8.3 A
Putaran : 1420 Rpm
5. Mesin Dryer yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para terdapat 2
unit yaitu:
1. Mesin Dryer Twind Tahun 1974
Merk : KGSB
Kapasitas : 800 Kg/Jam
Electro Motor Main Fan No.1
Merk : TECO
Daya : 22 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 48.4 A
Putaran : 1455 Rpm
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor Main Fan No.2
Merk : TECO
Daya : 22 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.3 A
Putaran : 2890 Rpm
Electro Motor Cooling Fan No.1
Merk : INDUCTION
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 4.2 A
Putaran : 2890 Rpm
Electro Motor Cooling Fan No.2
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.3 A
Putaran : 2890 Rpm
Electro Motor Transfer Chain No.1
Merk : TECO
Daya : 0.75 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 1 : 100 A
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor Transfer Chain No.2
Merk : TECO
Daya : 0.75 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 1 : 100 A
Electro Motor Burner No.1
Merk : WAISHOMPT
Daya : 0.76 KW
Electro Motor Burner No.2
Merk : WAISHOMPT
Daya : 0.76 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 3.6 A
Putaran : 2800 Rpm
2. Mesin Dryer Single Tahun 1974
Merk : KGSB
Kapasitas : 400 Kg / Jam
Electro Motor Main Fan
Merk : TECO
Daya : 15 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 48.4 A
Putaran : 1450 A
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Electro Motor Coling Fan
Merk : TECO
Daya : 2.2 KW
Tegangan : 380 V
Arus : 8.3 A
Putaran : 2890 Rpm
Electro Motor Transeper Chain
Merk : TECO
Daya : 0.75 KW
Putaran : 1450 Rpm
Electro Motor Burner
Merk : WEISHOUPT
Daya : 0.75 KW
Tegangan : 380 Volt
Putaran : 1 : 100 Rpm
6. Mesin timbangan yang terdapat pada PTP-Nusantara III Gunung Para yaitu:
1. Metal Detector
Elekro Motor Merk : THREE PHASE
Type : T.80 B/4
Daya : 0.75 KW
Tegangan : 230 V
Arus : 3.55 A
Putaran : 1390 Rpm
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
7. Mesin Balling Press yang digunakan pada PTP-Nusantara III Gunung Para
terdapat 2 unit yaitu:
1. Mesin Balling Press Cr No.1 Tahun 1974
Mesin Balling Press berfungsi menekan Crumb Rubber hingga memiliki
berat 33.5 kg
Merk : KGSB
Kapasitas : 2000 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : INDUCTION MOTOR
Daya : 5.5 KW
Tegangan : 380 V
Arus :11 A
Putaran : 1450 Rpm
2. Mesin Balling Press Cr No.2 Tahun 1974
Mesin Balling Press berfungsi menekan Crumb Rubber hingga memiliki
berat 33.5 kg
Merk : KGSB
Kapasitas : 2000 Kg/Jam
Electro Motor
Merk : INDUCTION MOTOR
Daya : 5.5 KW
Tegangan : 380 A
Arus :11A
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Putaran : 1450 Rpm
Pada PTP-Nusantara III Gunung Para peralatan yang digunakan untuk
proses pengolahan crumb rubber adalah sebagai berikut :
1. Trolley
Trolley berfungsi untuk membawa butiran karet masuk kedalam mesin
dryer.
Panjang : 2 meter
Lebar : 1 meter
Tinggi : 1.5 meter
1. Kereta Sorong
Kereta Sorong berfungsi membawa hasil gulungan dari mesin Crepper
Biasa ke tempat maturasi atau tempat pemeraman.
2. Ruang Maturasi
Ruang Maturasi berfungsi tempat penyimpanan hasil gulungan dari mesin
Crepper Biasa. Lama penyimpanan 8 hari.
3. Pallet
Pallet berfungsi sebagai tempat penyimpanan packing.
4. Frog Lift
Frog Lift berfungsi mengangkat pallet ke gudang maupun ke truck.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Lampiran 2
Uraian tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para
1. Manager
a. Memimpin rapat manajemen dan rapat tenaga kerja.
b. Meninjau kontrak dari pelanggan
c. Menilai dan mengevaluasi laporan kerja produksi, administrasi, teknik
dan personalia.
d. Menandatangani seluruh surat-surat keluar.
e. Membuka dan menutup pelaksanaan pelatihan.
2. Masinis Kepala
a. Mengevaluasi, meninjau laporan kebutuhan bahan teknik dan produksi
b. Memimpin rapat kerja bulanan.
c. Ikut serta meninjau kontrak dari pelanggan.
d. Memantau kegiatan produksi dan perawatan mesin-mesin dan
peralatan produksi.
e. Memberikan pelatihan manajemen, mutu, produksi dan teknik kepada
kepala staf baru.
f. Mengkoordinir kegiatan harian pabrik.
g. Menggantikan manajer bila berhalangan.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3. Asisten Teknik
a. Bertugas melakukan kegiatan perbengkelan untuk kelancaran proses
pengolahan.
b. Membuat laporan perawatan mesin-mesin dan peralatan kegiatan
produksi.
4. Asisten Laboratorium
a. Menjalankan tugas yang direncanakan oleh kepala pabrik.
b. Mengevaluasi, kendalian dan mengawasi bahan kimia lateks dan bahan
pembantu.
c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan di laboratorium termasuk
kebutuhan bahan-bahan pembantu setiap bulannya.
d. Mengendalikan/mengawasi perlengkapan dan keamanankerja serta
mengevaluasi kebersihan di laboratorium.
5. Asisten Pengolahan
a. Membuat rencana produksi mingguan di dengan planning yang
diterima dari kepala pabrik.
b. Mempersiapkan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi.
c. Mempertanggung jawabkan laporan produksi harian, umum,
mingguan, bulanan dengan dibantu oleh supervisor.
d. Menjamin kebersihan lingkungan di areal kerja.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
6. Asisten Tata Usaha
a. Memeriksa dan mengevaluasi masing-masing barang yang dibutuhkan
dalam bon permintaan barang dengan pertimbangan anggaran.
b. Memeriksa dan menandatangani memo permintaan, order pembelian
lokal dan kebutuhan penawaran barang.
c. Mengidentifikasi kebutuhan training untuk semua personalia.
d. Melakukan tindakan koreksi atas ketidaksesuaian dan temuan audit
mutu internal.
e. Memelihara semua dokumen yang ada di bagian pembagian seperti
prosedur, instruksi kerja, dokumen pendukung dan sasaran mutu.
f. Menginformasikan bahan lateks yang di tolak kepada para supplier.
g. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan manajer.
h. Mengkomunikasikan prosedur dan instruksi kepada bawahannya serta
mengkoordinir penerapan di lapangan.
7. Asisten Sipil dan Alat Berat
a. Mendatangkan alat-alat berat untuk mengangkut hasil Kebun.
b. Mengatur kedatangan alat-alat berat untuk mengangkut produk yang
akan dijual.
8. Asisten Personalia Kebun
a. Mengawasi pelaksanaan penanaman dan perawatan kebun perusahaan.
b. Mengatur Sistem kerja penanaman dan pengambilan hasil kebun.
c. Membuat anggaran kebutuhan pembibitan dan penanaman karet.
d. Membuat laporan kegiatan di areal lahan karet.
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.