i
PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF
PADA TAREKAT QADIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH
DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
DUSUN BALAK DESA LOSARI KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.P.d.I)
Oleh
MUHAMMAD CAHYO RISWANTO
NIM 11111039
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
ii
i
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323706 Salatiga Kode Pos 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah skripsi
Saudara Muhammad Cahyo Riswanto
Kepada:
Yth. Dekan FTIK Salatiga
Di Salatiga
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka sekripsi Saudara:
Nama : Muhammad Cahyo Riswanto
NIM : 111 11 039
Jurusan : Tarbiyah
Fakultas : Pendidikan Agama Islam
Judul : PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF PADA
TAREKAT QADIRIYYAH WA
NAQSYABANDIYYAH DI PONDOK
PESANTREN SURYABUANA DUSUN BALAK
DESA LOSARI KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 7 Juli 2015
Pembimbing
Muh. Hafidz, M.Ag.
NIP. 19730801 200312 1002
ii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323706 Salatiga Kode Pos 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
SKRIPSI
PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF PADA TAREKAT
QADIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH DI PONDOK PESANTREN
SURYABUANA DUSUN BALAK DESA LOSARI KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
DISUSUN OLEH MUHAMMAD CAHYO RISWANTO
NIM : 111 11 039
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Sabtu, 29 Agustus 2015 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : M. Farid Abdullah, S.Pd.I, M.Hum. __________________
Sekretaris Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag. __________________
Penguji I : Rovi’in, M.Ag. __________________
Penguji II : Supardi, S.Ag., MA. __________________
Salatiga, 29 Agustus 2015
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1002
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323706 Salatiga Kode Pos 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Cahyo Riswanto
NIM : 111 11 039
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi ini saya tulis benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah..
Salatiga, 7 Juli 2015
Penulis
Muhammad Cahyo Riswanto
NIM: 111 11 039
iv
MOTTO
إ هلي أ نت مقصودى و رضاك مطلويب أعطىن حمبتك ومعرفتك
Artinya : Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud dan keridhoan-Mu yang aku cari.
Berikanlah kepadaku kecintaan dan ma’rifat kepada-Mu
همن عرف نفسه فقد عرف ر ب
Artinya Barang siapa yang mengerti dirinya sendiri maka telah akan mengerti
Tuhannya.
Artinya Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S. Al-Kahfi:110)
Artinya Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang
mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak
akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya. (Q.S. Al-kahfi:17)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Keluarga besar Ayah dan Ibu tercinta Bpk. Juwandi dan Ibu Sri Udati yang
selalu memberikan bimbingan dan doa yang dipanjatkannya. Dan adik
penulis Nurul Heni Astuti yang membuat bangga kakaknya. Dia menjadi
Asisten Dosen Di Universitas Kriten Satyawacana (Satyawacana) Jurusan
doble degree yakni pendidikan fisika dan fisika non medis. Teman saya
Marianus Ama Kii (MAN) yang membantu dalam segala apapun.
2. Dosen paling spesial memberikan inspirator dan kedekatan secara personal
kepada penulis, di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga M. Hafidz,
M. Ag, M. Gufron, M. Ag., Drs. Ahmad Sultoni dan Dra. Siti Asdiqoh, Muna
Erawati, SP.si., M.Si. dan Siti Rukhayati, M. Ag.
3. Keluarga besar Majelis Doa Mawar Allah (MDMA), Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga, Griya Zakat, Pusat
Komunikasi Daerah (PUSKOMDA) Semarang Raya, Forum Silaturrahim
Lembaga Dakwah Kampus Salatiga (FSLDKS) dan TIM Public Speaking
Training (PST), SD Islam Sains Terpadu (IST) Att-Taqwa, TPQ Asy-fa
Pulutan, TPQ Miftahun Nurul Jannah, TPQ Al-Gufran, TPQ Ass-Salam, Sie
Kerohanian Islam (SKI) Kota Salatiga khusunya SMPN 2 Tengaran, SMK
Diponegoro, SMKN 2 Salatiga, SMK PGRI 3, SMAN3 Salatiga, Forum
Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Salatiga (FSLDKS) dan Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren di Pondok Suryabuna
khususnya Bapak Ahmad Ikhda Sufiyana, S.Pd.I dan Sri Wanidah.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku ketua Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Tarbiyah PAI Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI).
3. Bapak M. Hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini..
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
5. Keluarga Besar Penulis yakni Juwandi, Sri Udati, Nurul Heni Astuti dan
Simbah Warti.
vii
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 7 Juli 2015
Penulis
Muhammad Cahyo Riswanto
viii
ABSTRAK
Riswanto, Muhammad Cahyo. 2015. Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun
Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015.
Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata kunci : Pendidikan Akhlak Tasawuf, Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat
qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana tahun 2015 Dusun
Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pendidikan akhlak tasawuf pada
tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak
Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015?, (2) Bagaimana sistem
pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok
Pesantren Suryabuana?, (3) Bagaimana kontribusi tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015 terhadap masyarakat Balak, Murid-murid dan
Jamaah Pada Umumnya?
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif.
Metode pengumpulan data meliputi: metode wawancara, metode observasi dan
documentary historical (penelaah dokumentasi). Teknis analisis data meliputi: reduksi
data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Pengecekkan keabsahan data yang
diambil meliputi: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
ketergantungan (dependability), kepastian (confirmability).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pendidikan akhlak tasawuf pada
tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana meliputi:
taubat, wara’, qanaah, zuhud, mahabbah, fana’ dan ma’rifatullah. (2) Sistem pendidikan
akhlak tasawuf terdiri dari: pertama, metode pendidikan meliputi: metode penyadaran
diri, metode ceramah, metode diskusi, metode sms tebar tausyiah, metode percetakan
majalah dan buku-buku, metode tafakur, metode syair lagu, metode pembacaan tanbih
dan metode bimbingan secara personal (suluk). Kedua, Materi pendidikan terdiri dari:
managemen hati, zikir dan menguatkan pondasi Islam dengan syahadattainn yakni
syahadat tauhid dan syahadat Rasul. Ketiga Tujuan tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah terdiri dari: taqarrub ilallah, menuju mardhatillah, kema’rifatan (al-
ma’rifat) melihat Tuhan dengan mata hati, kecintaan (mahabbah) kepada Allah
mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. (3) Kontribusi pendidikan akhlak
tasawuf pada tarekat yakni, meliputi: mengubah masyarakat yang Agamis, program air
bersih memakmurkan masyarakat, pengadaan diskusi rutin terbuka untuk umum berguna
membuka cakrawala ilmu pengetahuan, penyediaan prasarana dalam hal berdagang bagi
khalayak umum dan tazkiyah An-Nafs (penyucian jiwa) dalam praktisi metode zikir.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN.......................................... ..................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Fokus Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 7
F. Penegasan Istilah 8
G. Metode Penelitian 10
H. Sistematika Penulisan 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Akhlak Tasawuf 18
1. Pengertian pendidikan 18
x
2. Tujuan akhlak tasawuf 20
B. Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 35
1. Pengertian Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 35
2. Tujuan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 39
3. Metode Zikir Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah 40
4. Perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 46
5. Komponen-komponen Tarekat 50
6. Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 56
7. Manfaat Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 58
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Suryabuana 62
B. Profil Pondok Pesantren Suryabuana 62
C. Perubahan Akhlak Tasawuf pada Murid Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 83
D. Keanggotaan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 86
E. Ritual Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 89
F. Sistem pendidikan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah 94
G. Kontribusi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
terhadap masyarakat 98
BAB IV PEMBAHASAAN
A. Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana 101
B. Sistem Pendidikan Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada
xi
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok
Pesantren Suryabuana 104
C. Kontribusi Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
terhadap Masyarakat Balak, Murid-murid dan Jamaah
pada umumnya 124
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 126
B. Saran-saran 128
C. Penutup 130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini didasari oleh pengalaman yang dialami peneliti ketika
melihat antusias jamaah dalam mengikuti kegiatan Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015. Biasanya kegiatan yang
dilakukan sebulan sekali tersebut disebut manakib Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani yang sering merubah suasana malam hening menjadi ramai dengan
lantunan zikir lãilãha illallãh dan sholawat bani hasyim. Serangkaian acara
meliputi khotaman kitab Uquudul Jumaan dimulai bakda mahrib sampai
menjelang ishak di Masjid Surya Mustika Rahmat, kemudian murid tarekat
istirahat dan makan di Pendopo Pondok Pesantren Suryabuana dengan aneka
menu yang tersedia. Dengan hal itu, murid tarekat begitu semangat mengikuti
acara dari awal sampai berakhir penutupan pengajian Manakib Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani, yang mana sebelum mulai acara biasanya diawali dengan tim
rebana pimpinan Bapak Irfani dari Salatiga yang berisi lantunan syair Mbah
Siroj Payaman dan sholawat burdah.
Dalam pengajian manakib, ajaran yang sering disampaikan mubaligh
yakni diantaranya: leburnya kehendak diri kepada wali mursyidnya (fana’ fi
syekh) yang mana akan menghantarkan fana’ fillah bertujuan untuk
menghilangkan keegoan diri supaya mencapai maqam kema’rifatan melalui
2
bimbingan wali mursyidnya, metode zikir menggerakkan tujuh latifah- latifah
kalbu guna menata hati supaya maksud dan tujuan ibadah terfokus hanya
kepada Allah SWT. dan pentingnya mengucapkan makna syahadatain dalam
menguatkan pondasi Islam dalam setiap peribadatan. Hakikat manusia adalah
kalbu (hati). Adapun keistimewaan dan kelebihan manusia dari makhluk-
makhluk lainnya, memiliki potensi untuk ma’rifat kepada Allah. Ma’rifat
kepada Allah yang maha tinggi di dunia adalah keagungan dan
kesempurnaannya bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Menurut Bruinessen mengemukakan dalam forum karya ilmiah purna
siswa (2011:171-173) Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yaitu
gabungan dua tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah, yang mana tarekat
Qadiriyyah menekankan zikir jahr atau keras, pengambilan nama tarekat ini
dari pendirinya yaitu Abd. al- Qadir Jilani yang terkenal dengan sebutan Syekh
Abdul Qadir Jalaini al- ghawsts atau quthub al- awliya’, akan tetapi tarekat
Naqsyabandiyyah menekankan zikir khofi atau dalam hati yang mana
pengambilan nama tarekat ini dibawa pemuka tasawuf terkenal yakni,
Muhammad bin Baha’ al-Din al-Uwaisi al- Bukhari Naqsyabandi (717 h/1318
M- 791 H/1389 M).
Menurut Tim Redaksi Kalimosodo (2011:67) murid Tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsyabandiyyah tidak hanya datang dari wilayah Kabupaten Magelang,
mereka juga datang dari Salatiga, Banyubiru, Wonosobo, Purworejo,
Purwodadi, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, Purbalinggo, Tegal dan
daerah-daerah lainnya. Sementara yang secara geografis jauh dari Pondok
3
Pesantren Suryabuana berasal dari Jawa Timur, Nganjuk, Magetan dan
Surabaya, ada juga yang berasal dari luar Jawa, Palembang dan Sulawesi.
Menurut silsilah cerita, Bapak M. Akib Ali Atmo sesepuh Pondok
Suryabuana mengatakan dahulu masyarakat Balak terkenal glamournya
kehidupan kejahatan, seperti: rampok, judi, minuman keras, pembunuhan dan
lain-lain. Dengan demikian Dusun ini terkesan dengan kebejatan moral dan
keberingasan. Namun, setelah kedatangan ulama’ tersohor di Jawa Tengah
yakni KH. Hasan Al As’ari atau dikenal dengan Mbah Mangli sekitar tahun
1956-1966 M dengan metode pengajian tafsir Al-Qur’annya setiap Kamis
Kliwon (35 Hari sekali), banyak perubahan yang dialami masyarakat baik dari
segi pengamalan Agama dan akhlaknya. Mbah Mangli hanya membangun
pendidikan di Balak kurang lebih 10 tahun karena sudah lanjut usia. Semenjak
Mbah Mangli meninggal dunia, Dusun Balak mengalami fakum (kekosongan
mubaligh) kurang lebih 5 tahun dan berdampak bagi kehidupan masyarakat
yakni: ada minoritas masyarakat masih beribadah dengan bercampurnya
kesyirikkan ketauhidan kepada Allah yakni memakai sesaji dicampuri menyan
,masih adanya mempercayai animisme dan dinamisme, masyarakat dalam
melakukan ibadah hanya sebatas ritual seremonial belaka atau bisa dikatakan
tradisi dalam waktu tertentu saja. Akan tetapi, Allah berkehendak lain
datanglah Mubaligh bernama Kanjeng Syekh Sirullah Muhammad Qadir
Dausat murid dari Mursyidnya KH. A.Shokhibul wafa Tajul Arifin (Abah
Anom) Tasikmalaya, Jawa Barat.
4
Kedatangan Kanjeng Syekh Sirullah Muhammad Qadir Dausat ini atas
perintah Abah Anom dikarenakan kondisi masyarakat Balak sangat
memperihatinkan seadainya tidak ada mubaligh yang memimpin, membimbing
dan mengarahkan kejalan yang benar. Alhasil, dengan metode pembinaan zikir
tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah kepada masyarakat balak dibeberapa
lokasi titik sentra yakni di Masjid Al-Falah, Mushola Al-Akbar, Mushola Al-
Husain dan Pondok Pesantren Suryabuana (titik pusatnya) merubah kondisi
pengamalan agama masyarakat meningkat drastis, sehingga mereka mulai
memahami makna penumbuhan iman melalui perpaduan syariat, tarekat,
hakikat dan ma’rifat itu sendiri. Karena bibit zikir lãilãha illallãh yang sering
masyarakat praktekkan membuat perubahan akhlak dalam diri pribadi masing-
masing dan masyarakat sekitar.
Nama Balak merupakan singkatan dari tumbaling Jawa. “wong sang
alak-alak” artinya perisai bagi masyarakat luas, khususnya di Pulau Jawa.
Dusun Balak bila dilihat dari sisi profesi tidak jauh berbeda dengan Dusun lain
di sekitarnya, yang mayoritas penduduknya pekerja petani, buruh, pedagang
kecil- kecilan di pasar lokal dan lain-lainnya. Namun Dusun ini menyimpan
sebuah kisah perjalanan sejarah waliyullah yang layak untuk diungkapkan
dalam sebuah penelitian tentang pendidikan dan perkembangan Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah. Dusun terpencil ini konon pernah disinggahi
Syekh Subakir yang telah mengembangkan Islam di pulau Jawa, seorang
waliyullah yang menancapkan pusaka Kalimo Sodo (Dua Kalimah Syahadat)
di Gunung Balak ini, konon berguna pengusiran makhluk-makhluk ghaib
5
sangat jahat yang kemudian mereka semua lari ke pesisir laut selatan. Makanya
setiap tanggal 1 muharam diperingati manakib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Dusun ini juga ditemukan peninggalan warisan walisongo sebuah batu
tertata rapi berjumlah 9 melingkar yang dinamakan petilasan, Pondasi Masjid
yang sudah ada sebelum pembangunan Masjid Surya Mustika Rahmat. Dan
juga ada tombak Syekh Subakir yang sering ditancapkan ketika tanggal
peringatan 1 muharam dan juga ada pohon beringin peninggalan Syekh
Subakir yang terdapat di Gunung Balak yang sampai sekarang masih hidup.
Maka dari itu, dengan adanya fenomena tersebut, peneliti hendaknya
bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul Pendidikan
Akhlak tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok
Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015?
2. Bagaimana Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015?
3. Bagaimana Kontribusi Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok
Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
6
Kabupaten Magelang Tahun 2015 terhadap masyarakat Balak, murid-murid
dan jamaah pada umumnya?
C. Tujuan Penelitian
Memberikan gambaran secara kongkrit serta arah yang jelas berdasarkan
pokok permasalahan tersebut, dalam pelaksanaan penelitian ini maka peneliti
merumuskan tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015.
2. Mengetahui Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015.
3. Mengetahui Kontribusi Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang Tahun 2015 terhadap masyarakat Balak, murid-murid
dan jamaah pada umumnya.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian adalah garis besar dari
penelitian. Jadi wawancara, observasi dan dokumentasi serta analisa hasil
penelitian akan lebih terarah. (http://seputarpendidikan003.blogspot.com/
2013/08/fokuspenelitian.html, diakses 27 April 2015).
7
Berdasarkan penelitian awal maka peneliti memfokuskan penelitian pada
pendidikan akhlak tasawuf, sistem pendidikan dan kontribusi Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015 terhadap
masyarakat balak, murid-murid dan jamaah umum.
E. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
banyak umat Islam baik dari segi teoritis maupun secara praktis, adapun
manfaat itu adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan tambahan
pengembangan ilmu pengetahuan Agama, khususnya dalam pespektif
pendidikan akhlak tasawuf yang membangun pribadi muslim yang tangguh
dan serta memiliki berakhlakhul karimah.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Pertama, dapat mengetahui pendidikan akhlak tasawuf pada
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang Tahun 2015. Kedua, dapat mengetahui hal-hal yang terkait
tentang pemahaman murid-murid tarekat terhadap ekstensi Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana
8
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun
2015.
b. Bagi Masyarakat Balak, murid-murid tarekat dan jamaah umum.
Membuka pemahaman masyarakat tentang esensi Tarekat
Qadiriyyah Wa Nasyabandiyyah terhadap kontribusi kepada masyarakat
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
F. Penegasan Istilah
1. Pendidikan Akhlak Tasawuf
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(SISDIKNAS) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang
melahirkan perbuatan baik atau buruk (Ali, 2008:345). Tasawuf adalah
upaya untuk membebaskan diri dari sifat-sifat kemanusiaan demi meraih
sifat-sifat malaikat dan akhlak Illahi, serta menjalani hidup pada poros
ma’rifatullah dan mahabbatullah sembari spiritual (Gulen, 2013:2). Jadi
pendidikan Akhlak Tasawuf adalah suatu proses pembelajaran dengan cara
mengubah akhlak yang ada dalam diri seorang hamba agar meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah serta mencapai maqam ridla, mahabbah dan
ma’rifatullah.
9
2. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Menurut Al-Kasyani mengemukakan dalam Al-Qahthani (2004:515)
tarekat adalah perjalanan khusus yang ditempuh oleh salik menuju Allah
dengan melalui tahap-tahap dan tingkat-tingkat yang ada dalam maqamat.
Menurut Anshary mengemukakan dalam Mulyati (2004:26-29) tarekat
Qadiriyyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu
Abd al-Qadir Jilani yang terkenal dengan sebutan Syekh Abd al-Qadir Jilani
al–ghawsts atau quthub al- awliya’. Tarekat Naqsabandiyah diambil dari
nama pendirinya seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin
Baha’ al-Din al-Uwais al- Bukhari Naqsyabandi (717 h/1318 M- 791
H/1389 M. Forum Karya Ilmiah Purna Siswa (2011:172).
Menurut Bruinessen mengemukakan dalam Forum Karya Ilmiah
Purna Siswa (2011:172-173) tarekat Qadiriyyah Wa Nasyabandiyyah adalah
sebuah tarekat hasil penggabungan dari dua tarekat besar, yaitu tarekat
Qadiriyyah dan tarekat Naqsabandiyyah yang mana dimodifikasi Syekh
besar Masjid Al-haram di Makkah al-mukaromah, yaitu Ahmad Khatib ibn
‘Abdul Ghoffar Al-sambasi dari Kalimantan Timur. Jadi tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsabandiyyah adalah suatu tarekat hasil penggabungan dari dua
tarekat yaitu tarekat Qadiriyyah dan tarekat Nasyabandiyyah yang
keberadaan muktabaroh di Indonesia, yang dimodifikasi Syekh Ahmad ibn
‘Abdul Ghoffar Al-Sambasi dari Kalimantan Timur.
10
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif selama kurang lebih tujuh
bulan (Kamis, 1 Januari 2015–Selasa, 14 Juli 2015), karena peneliti hendak
mengetahui lebih dalam tentang fenomena yang diteliti dan menjaga
keaslian hasil penelitian. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan peranan mengikuti
tarekat terhadap pendidikan akhlak tasawuf pada murid-murid tarekat. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu pendapat
para murid tarekat tentang pendidikan akhlak tasawuf, perilaku-perilaku dan
perubahan kondisi hati yang dialami murid-murid tarekat semenjak
mengikuti tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Dalam
penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama karena yang merencanakan,
melaksanakan, mengumpulkan dan membuat laporan penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebagai tahap penelitian awal,
11
peneliti melakukan penelitian langsung di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Peran
peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat penuh, simpatisan dan
partisipan kegiatan tarekat qadiriyyah wa naqsayabandiyyah di berbagai
wilayah diantaranya: kegiatan khotaman setiap minggu di Pendopo Rosojati
Desa Gilang Kecamatan Banyubiru, silaturrahim kepengurus Pondok dan
silaturrahim kepada murid-murid, sholat Jum’at bersama di Masjid Surya
Mustika Rahmat, mengikuti kegiatan diskusi setiap jum’t pukul 13.00-14.30
WIB, Manakib setiap sebulan di Masjid Mustika Rahmat Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang. Selain itu, peneliti ketika hadir juga melakukan wawancara,
observer dan dokumentasi. Dengan demikian, kehadiran peneliti atas
perizinan dan sepengetahuan subjek penelitian.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun
Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang tahun 2015.
Sedangkan pemilihan waktu dalam penelitian ini yakni, dilakukan pada
Kamis, 1 Januari 2015 – Selasa, 14 Juli 2015.
4. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua jenis yakni: pertama,
data primer adalah data profile Pondok Pesantren Suryabuana, informan dari
murid tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, buku terbitan yayasan
Bhakti yang ditemukan di lokasi penelitian. Kedua, sumber data sekunder
12
yaitu buku-buku yang relevan di perpustakaan berkaitan teori-teori tarekat
Qadiriyyah Wa Nqasyabandiyyah.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005:100).
a. Metode Wawancara
Metode Wawancara atau intervew adalah percakapan dengan
maksud tertentu, yang mana dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Moleong, 2008:186). Wawancara yang digunakan peneliti
menggunakan wawancara terstruktur yakni susunan pertanyaan
sistematis yang sudah ditetapkan sebelumnya (Mulyana, 2010:180).
Peneliti menggali informasi kepada Sesepuh Pondok Pesantren
yakni Bapak M. Akib Ali Atmo dan Bapak Subchan, S.Ag. dan murid-
murid tarekat. Peneliti menanyakan informasi data kepada mereka, yakni
berupa: pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah, sistem pendidikan akhlak tasawuf terdiri dari:
pertama, metode pendidikan akhlak tasawuf, kedua, materi pendidikan
dan ketiga, tujuan pendidikan dan kontribusi pendidikan akhlak tasawuf
terhadap masyarakat Balak, murid-murid dan jamaah umum.
13
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan
penyaksian langsung dan biasanya peneliti sebagai partisipan atau
observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu obyek peristiwa yang
sedang ditelitinya. (Moleoung, 2004:9). Jenis observasi yang digunakan
peneliti yaitu observasi partisipan, maksudnya peneliti berperan serta
dalam kegiatan tarekat qadariyyah wa naqsyabandiyyah. Peneliti
mengamati yakni: pendidikan akhlak tasawuf, sistem pendidikan dan
kontribusi kegiatan tarekat terhadap masyrakat Balak, murid-murid
tarekat dan jamaah umum. Dan juga peneliti melihat deskriptif Pondok
Pesantren yang berupa: tata ruang, lapangan, penjualan, terbitan buku-
buku dari yayasan bhakti umat, aktifitas keseharian, perilaku murid-
murid tarekat, kegiatan khotaman, manakib, mandi taubat, metode zikir,
talqin akbar, sholat jum’at, diskusi rutin mingguan dan manakib akbar
sebulan sekali.
c. Metode Documentary Historical (penelaah dokumentasi)
Metode Documentary historical (penelaah dokumentasi) adalah
peneliti melakukan melakukan kontak dengan pelaku atau sebagai
partisipan yang terlibat pada suatu peristiwa sejarah masa lalu. Adapun
dokumen-dokumen, yakni meliputi: pertama, data archival (arsif).
Kedua, dokumen sejarah masa lalu. Ketiga, dokumen privacy milik
pribadi seperti surat wasiat, ijazah, berkas rahasia.
14
Keempat, dokumentasi publik seperti: kepustakaan dan koperasi.
(Moleoung, 2004:9). Peneliti mengambil dokumen berupa: data-data file
pondok terdiri dari: latar belakang berdirinya, pengurus, kurikulum,
buku-buku terbitan dan surat wasiat.
6. Analisis Data
Data dalam penelitian kualitatif sangat beragam bentuknya. Ada
berupa catatan wawancara, gambar, foto, peta dan file dokumen-dokumen.
(Pohan, 2007:94) Analisi data adalah proses menyusun data agar dapat
ditafsirkan menyusun data berarti menggolongkan ke dalam pola, tema, atau
kategori. Mencari hubungan antara berbagai konsep (Pohan, 2007:133)
Analisis data ini sendiri akan dilakukan dalam tiga cara yakni, meliputi:
Pertama, Reduksi Data yakni data yang diperoleh di lapangan ditulis
dalam bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal
penting yang berkaitan dengan masalah. Sehingga memberi gambaran yang
lebih tajam tentang hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek yang dibutuhkan. Kedua, penyajian
Data yakni, analisis ini dilakukan untuk mengkaji data-data yang telah
direduksi dengan kajian ilmu yang berhubungan dengan tema penelitian.
Dalam hal ini data-data wawancara dan file dokumen yang diperoleh di
lapangan tentang kegiatan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah akan
dikaji lebih mendalam, yang mana akan dikaitkan dengan pendidikan akhlak
tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, kesimpulan dan verifikasi
15
yakni, data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis
baik melalui reduksi dan pengkajian data kemudian disimpulkan sehingga
makna data bisa ditemukan. Namun, kesimpulan ini baru bersifat sementara
saja dan bersifat umum. Supaya kesimpulan secara lebih mendalam, maka
diperlukannya data yang baru sebagai penguji terhadap kesimpulan tadi.
7. Pengecekkan Keabsahan Data
Penilaian keabsahan (trustworthiness) riset kualitatif, biasanya data
diperlukan dalam teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan
didasarkan atas empat kriteria, yaitu sebagai berikut: (Moleoung,
2004:324).
Pertama, derajat kepercayaan (credibility) yakni, penerapan
kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) berfungsi untuk menggantikan
konsep validitas internal dari nonkualitatif. Adapun fungsinya yakni
memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian peneliti yang pada kenyataanya terdapat ganda sedang diteliti.
Kedua, keteralihan (transferability) yakni, konsep validitas menyatakan
bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada
semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang diperoleh pada
sampel secara representatif. Ketiga, ketergantungan (dependability) yakni,
kriteria ketergantungan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua
atau lebih diadakan pengulangan suatu studi dalam kondisi yang sama dan
hasilnya secara esensial sama, dapat dikatakan realibilitasnya tercapai.
16
Keempat, kepastian (confirmability) yakni, kriteria kepastian
berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif yang menetapkan
objektivitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Pengalaman seseorang
secara subjektif jika disepakati oleh beberapa orang atau banyak orang
dapat dikatakan objektif.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan Administratif
Pertama, pengajuan permohonan izin oprasional untuk melakukan
penelitian dari ketua IAIN Salatiga ke Pengasuh Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang. Kedua, mengkonfirmasi permohonan izin penelitian dengan
menemui pengasuh Pondok Pesantren Suryabuana guna mengetahui
tindak lanjut dari surat permohonan izin tersebut.
b. Kegiatan Lapangan
Pertama, melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati
secara langsung dan mengikuti kegiatan yang ada. Kedua, melakukan
wawancara kepada informan dan para responden untuk
mengumpulkan data dan menganalisis data. Ketiga, menyajikan data
dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan
dalam melakukan pemaknaan. Keempat, melakukan verifikasi untuk
membuat kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian. Kelima,
menyusun laporan akhir.
17
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka laporan
penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
Penulisan penelitian ini merupakan pendahuluan yang
berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian.
Kajian pustaka dalam penulisan penelitian ini mencakup
tentang teori-teori mengenai pendidikan akhlak tasawuf,
dan tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah.
Memaparkan atau mendeskripsikan penelitian pada
kegiatan tarekat qadiriyyah wa nasyabandiyyah di pondok
Pesantren Suryabuana di Dusun Balak Desa Losari
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015.
Menganalisa pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat
qadiriyyah wa nasyabandiyyah di Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015
meliputi pendidikan akhlak tasawuf, sistem pendidikan dan
peran terhadap masyarakat Balak, murid-murid dan Jamaah
pada umumnya.
Merupakan bagian akhir dari seluruh pembahasan penutup
yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Akhlak Tasawuf
1. Pengertian Pendidikan Akhlak Tasawuf
Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (SISDIKNAS) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang
dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempuyai sifat dan takbiat sesuai cita-cita
pendidikan (Rahmaniyah, 2010:25). Jadi pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran yang terencana sehingga mewujudkan suasana belajar guna
menumbuh kembangkan potensi- potensi peserta didik, mengubah sikap dan
19
perilaku menjadi dewasa agar bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007:20) akhlak
adalah budi pekerti, kelakuan, krisis dan pendidikan. Menurut Imam Ghazali
mengemukakan dalam Sultoni (2007:55) akhlak adalah kondisi/keadaan hati
seseorang yang menjadi lahirnya akhlak mulia atau akhlak tercela. Akhlak
adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan
baik atau buruk (Ali, 2008:345). Jadi akhlak adalah sifat yang melekat
dalam diri manusia yang mendorong perbuatan baik atau buruk tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007:1147) tasawuf
adalah suatu cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah
sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya.
Tasawuf adalah kepasrahan mutlak pada kekuasaan al-Haqq untuk
mencapai kebahagiaan hakiki dan mencapai tingkat kesempurnaan manusia
serta berpegang teguh pada prinsip-prinsip ajaran Islam (Dahlan, 2010:6).
Tasawuf adalah upaya untuk membebaskan diri dari sifat-sifat kemanusiaan
demi meraih sifat-sifat malaikat dan akhlak Illahi, serta menjalani hidup
pada poros makrifatullah dan mahababbtullah sembari spiritual (Gulen,
2013:2). Jadi tasawuf adalah suatu cara untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan kepasrahan mutlak pada kekuasaan Al-Haqq sehingga
membebaskan diri dari sifat-sifat tercela agar mencapai mahabbah dan
ma’rifat kepada Allah. Jadi pendidikan akhlak tasawuf adalah suatu proses
20
pembelajaran dengan cara mengubah akhlak yang ada dalam diri seorang
hamba agarmeningkatkan ketaqwaan kepada Allah serta mencapai maqam
mahabbah dan ma’rifatullah.
2. Tujuan Akhlak Tasawuf
Dalam bertasawuf setiap manusia memiliki tujuan yang diantaranya
(Sultoni, 2007:49-51).
a. Tujuan Tasawuf yang Hakiki ;
Pertama, pembinaan akhlak secara pribadi dan berhubungan
dengan makhluk, yang semua itu ia lakukan untuk memperloleh kerelaan
tuhan. Kesadaran diri akan melihat Tuhan dengan segala kesempurnaan
sifat-Nya. Kedua, melihat sang Maha Kasih dan maha sayang, amaliyah
pembersihan diri dari akhlak buruk dan menghiasinya dengan akhlak
mulia sehingga menyingkap tabir hati, yang mengantarkannya pada
penglihatan tuhan. Karena kebersihan hatilah mudah melihat tuhan.
Ketiga, bersatulah diri dengan Tuhan.
b. Tujuan Tasawuf Secara Umum ;
Secara umum tujuan tasawuf adalah taqorrub, mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam hal ini yang di maksud dengan dekat kepada
Allah yaitu:
Pertama, mengenal dan mempercayai Allah dengan segala
kesempurnaan sifat-Nya. Kedua, melihat kesempurnaan sifat Asma’,
Af’al, dan Dzat Allah. Ketiga, bersatu dengan kehendak Allah.
21
c. Tujuan Tasawuf Menurut Beberapa Ahli Tasawuf:
Beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tasawuf
diantaranya:
Pertama, Hamka mengistilahkan tasawuf dengan hidup kerohanian
dan tujuannya adalah diawali dengan keinginan mengendalikan jiwa
dalam menempuh hidup mencari kerelaan Tuhan supaya tidak
terpedaya oleh kebendaan. Selanjutnya tasawuf menjadi alat untuk
mencapai tujuan yang lebih hebat yaitu melihat wajah Tuhan. Sampai
pada akhirnya ingin mencapai maqam tertinggi yaitu fana dalam wujud
Allah yaitu Ittihad baik hulul maupun wahdatul wujud, melalui
latihan rohani dan kesungguhan. Kedua, Rabiah al-Adawiyah tujuan
tasawuf yaitu terbukanya tabir penyekat alam gaib sehingga sang
sufi bisa mengalami, menyaksikan dan berhubungan langsung dengan
dunia gaib dan zat Tuhan. Sufi dapat menghayati alam gaib dan
langsung bertatap muka dengan wajah Tuhan melalui pengalaman
kejiwaan sewaktudalam keadaan fana’ fillah.
Ketiga, Abdul Hakim dalam kitabnya Al-Taswuf fi Al-syi’ri
‘Arabi, abdul hakim berpendapat tentang tujuan tasawuf yaitu sampai
pada Dzat yang haq, atau mutlaq atau bahkan bersatu dengan Dia. Para
sufi tidak akan sampai pada tujuannya kecuali dengan laku
mujahadah yang berat dan lama yang dipusatkan untuk mematikan
segala keinginanya selain Allah dan menghancurkan segala keburukan
jiwanya dan menjalankan bermacam-macam riyalat yang diatur dan
22
ditentukan oleh para sufi sendiri dan mereka namakan tarekat.Setiap
manusia memiliki perbedaan orientasi dalam beribadah dan
bertasawuf.
Orang- orang yang berkecimpung dalam dunia tasawuf adalah
orang-orang yang selalu beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu
disebabkan bahwa tasawuf adalah sebuah bimbingan yang mengarah
senantiasa bersifat rohani, mencintai Allah SWT., menjaga hubungan
dengannya. Itulah tujuan akhir dari sufi. Namun, hal itu tidaklah mudah
bagi pribadi-pribadi yang bukan mukmin untuk mencapai kesempurnaan
itu, maka disini dijelaskan tujuan tasawuf diantaranya: (Forum Karya
Ilmiah Purna Siswa, 2011:24).
a. Pembinaan Moral
Ilmu tasawuf sendiri oleh para ulama diandaikan sebagai alat yang
khusus untuk membersihkan hati, mengobati penyakit-penyakit hati,
menjauhkan dari sifat-sifat tercela, dan selalu menghiasi dengan sifat-
sifat yang baik. Sebagaimana dalam firman Allah:
Artinya:Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu. (Q.S Asy- Syam:9)
Dari makna ayat tersebut, bisa diketahui bahwa tasawuf adalah
sebuah metode yang bisa menjadikan seseorang itu selamat dari sifat
tercela, kesungguhan hati untuk menghadap kepada Allah dengan hati
yang bersih. Menurut Valiudin mengemukakan dalam Forum karya Ilmiah
23
Purna Siswa, Zakariya Al-Anshariy (2011:24) mengatakan bahwa apa
yang di ajarkan tasawuf adalah tentang tatacara memurnikan diri orang,
memperbaiki moral orang serta membangun kehidupan di dalam maupun
di luar diri orang tersebut untuk mencapai kebahagiaan abadi. Isi yang
dikandungnya adalah pemurniaan jiwa (tazkiyatun nafs) dan tujuannya
adalah kebahagiaan dan keberkahan abadi.
b. Pembersih Jiwa
Tasawuf juga dapat berfungsi sebagai pembersih jiwa dari
pengaruh materi keduniaan. Manusia tidak semestinya memuaskan
dirinya hanya dengan materi saja tanpa unsur estetikanya (akhlak).
Dengan kesempurnaan hati yang bersih seperti apa yang telah diajarkan
oleh nabi, seseorang akan selalu berbudi luhur, memalingkan hatinya dari
selain Allah, menghiasi dirinya dengan selalu ingat kepada Allah dan
memperteguh sehingga menyuburkan keyakinan beragama merupakan
salah satu dampak dari ajaran tasawuf
3. Rukun – rukun Tasawuf
Rukun- rukun tasawuf yaitu sesuatu yang akan dicapai secara
berurutan dalam mencapai maqam ma’rifatullah. Salik tidak mungkin
menaiki suatu peningkatan jika tidak melalui Rukun- rukun yang dilalui.
24
Adapun dijelaskan rukun- rukun tasawuf yang disusun peringkatnya
sebagai berikut: (Gulen, 2014:4). Pertama, pencapain Tauhid Hakiki
melalui jalan teoretik dan praktik. Kedua, membaca serta mengobservasi
perintah-perintah dari Hadrah “yang terhormat” kekuasaan dan kehendak
Ilahi, di samping mendengar dan memahami yang terhormat firman Illahi.
Ketiga, memenuhi diri dengan Mahabbah kepada Al-Haqq Allah
SWT; melihat demi Dia kepada semua entitas dengan menganggapnya
sebagai persemayan ukhuwah serta melaksanakan interaksi yang baik
dengan semua manusia, dan bahkan dengan segala sesuatu. Keempat,
beramal dengan semangat iisaar (mengutamakan orang lain) di setiap saat,
dengan selalu mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan diri
sendiri sesuai.
Kelima, mengutamakan kehendak illahi di atas kehendak pribadi serta
berusaha menggunakan seluruh usia untuk menghendaki ke puncak “ al
fana’ fi-Allah” (fana’ dalam Allah) dan “ al Baqa’ bi-Allah” (kekal dengan
Allah). Keenam, terbuka terhadap al-‘isyg (cinta), al wajd (kerinduan
spiritual), al-jadz, dan al-injidzab (ekstase). Ketujuh, mampu menembus apa
yang ada di dalam hati melalui ekspresi wajah, dan mampu membaca
berbagai rahasia Illahi yang terdapat pada tampilan kejadian-kejadian.
Kedelapan, melakukan ziarah ketempat-tempat yang dapat mengingatkan
kepada akhirat dengan niat perjalanan untuk mendapatkan semangat hijrah.
Kesembilan, merasa cukup dengan berbagai perasaan dan kenikmatan yang
berada di dalam lingkup syariat, serta bertekad untuk tidak melangkah
25
sedikit pun kearah kawasan diluar syariat. Kesepuluh, terus bermujahadah
dan berjuang untuk melawan sikap panjang angan-angan (thu al-amal) yang
akan menimbulkan dugaan-dugaan tak berkesudahan. Kesebelas, tidak
pernah melupakan- meski hanya sesaat- bahwa tidak ada keselamatan yang
dapat diraih selain hanya melalui jalan keyakinan, keikhlasan dan ridlo
Illahi, walaupun amal yang dilakukan adalah demi kekhidmat pada agama
dan untuk menghantarkan umat manusia menuju al-haqq Allah SWT.
4. Tahapan-tahapan Supaya Bisa Dekat Dengan Allah
Menurut Ahmad Daudi mengemukakan dalam Cecep Alba (2012:20),
menempuh jalan rohani menuju Tuhan taqqarub illah (mendekatkan diri
kepada Allah), ada stasiun-stasiun (al-maqamat) yang mesti ditempuh oleh
seorang salik. Maqam adalah kedudukan atau tahapan (posisi) di mana
seorang sufi berada. Kedudukan ini hanya akan di dapat oleh seorang sufi
atas usahanya sendiri dengan penuh kesungguhan dan istiqamah. Menurut
Al-Qusyairy dalam Al-Risalahnya, mengemukakan dalam Forum Karya
Ilmiah Purna Siswa (2011:62) maqam adalah suatu etika yang direalisasikan
seorang hamba dalam satu kedudukan spiritual, yaitu suatu kedudukan yang
dituju atau ditempuh seorang hamba dengan berbagai upaya, keinginan dan
usaha secara maksimal serta menyibukkan diri dengan dengan berbagai
riyadlahnya. Ketika seorang salik sudah melaksanakan semua itu, dia akan
bertempat dalam satu kedudukan spiritualnya. Jadi maqam adalah suatu
kondisi di mana kedudukan spiritual seorang sufi berada akan tetapi di
dapatkan dengan cara riyadlahnya.
26
Adapun tahapan-tahapan supaya agar mudah mendekatkan diri kepada
Allah yakni sebagai berikut: (Alba, 2012:20-26)
a. At-Taubah
Taubah adalah maqam pertama yang mesti dilalui oleh setiap salik.
Secara etimologis taubah artinya kembali. Kesadaran hati terhadap
kelalaian diri dan memandang diri dalam keadaan yang serba kurang
karena tercemar dengan berbagai dosa.
At-taubah ada tingkatan-tingkatan: pertama, Taubah orang yang
sadar yakni awalnya kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan beragama
tetapi akhirnya menjadi tinggi dalam perasaan dan bertambah menjadi
peringatan. Kedua, taubah salik yakni taubah seorang salik bukan dari
dosa dan kesalahan dan bukan dari penyesalan dan istigfar tetapi terjadi
karena perpindahan kondisi jiwa yang naik menjadi sempurna, sehingga
dapat menghadirkan Allah dalam setiap gerak nafasnya.
Dalam sebuah syi’ir yang indah Abdullah Al-Mubarok
menyatakan:
“Aku melihat dosa mematikan hati, lalu diikuti dengan kehinaan di
setiap zamannya, meninggalkan dosa adalah cara untuk
menghidupkan hati, maka pilihlah bagi dirimu untuk menjauhi dosa-
dosa”.
Ketiga, Taubah ‘Arif yakni Taubah seorang ‘arif (orang yang
ma’rifat) bukan dari dosa atau dari menyalahi jiwa, tetapi taubah dari
kelupaan terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya itu berada dalam
genggaman Tuhannya. Zun Nun al-Misri menjelaskan bahwa taubah
orang awam dari dosa-dosa, sementara taubah orang-orang khawas
27
adalah dari kelupaan. Taubah inabah ialah engkau takut oleh Allah
karena Allah berkuasa penuh atasmu. Sedangkan taubah istijabah ialah
engkau merasa malu oleh Allah karena Allah itu dekat kepadamu.
b. Wara’
Wara’ adalah sikap menahan diri agar hati tidak menyimpang
sekejap pun dari mengingat Allah. Wara’ ada empat tingkatan, yaitu:
pertama, Wara’ orang ‘awam yakni kebanyakan menahan diri dari
melakukan ha-hal yang dilarang Allah Swt. Kedua, Wara’ orang saleh
yakni menahan diri dari menyentuh atau memakan sesuatu yang mungkin
akan jatuh kepada haram, misalnya memakan sesuatu yang tidak jelas
hukumnya (syubhat). Ketiga, Wara’ Muttaqin yakni menahan diri dari
sesuatu yang tidak diharamkan dan tidak syubhat karena takut jatuh
kepada haram. Keempat, Wara’ orang yang benar yakni menahan diri, dari
apa yang tidak berdosa sama sekali dan tidak khawatir jatuh ke dalam
dosa, tapi dia menahan diri melakukannya karena takut tidak ada niat
untuk beribadah kepada Allah atau karena dapat membawanya kepada
sebab-sebab yang memudahkannya jatuh kepada yang makruh atau
maksiat.
c. Zuhud
Zuhud secara bahasa adalah zahada fihi, wa zahada ‘anhu
zuhdan wa zahadan yaitu berpaling darinya dan meninggalkannya karena
menganggapnya hina atau menjauhinya karena dosa. Sedangkan menurut
Ibnu Qadamah Al-Maqdisi, zuhud adalah gambaran tentang menghindari
28
dari mencintai sesuatu menuju kepada sesuatu yang lebih baik darinya,
menghindari dunia karena tahu kehinaannya bila dibandingkan dengan
kemahalan akhirat. (Al-Qathani, 2003:488).
Artinya ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. (Q.S. Al-Hadid:20)
d. Al-ma’rifat
Ma’rifat artinya mengenal atau melihat. Dan yang dimaksud adalah
melihat Tuhan dengan mata hati. Dzunun al-Misri membagi ma’rifat
menjadi tiga bagian. Pertama, ma’rifat mukmin, kedua, ma’rifat ahli
kalam, ketiga, ma’rifat Auliya muqarrabin. Sufi membagi manusia pada
tiga klasifikasi: pertama, tingkatan kaum árif yang mendapatkan
kebahagiaan sebuah hikmah. Kedua, tingkatan orang-orang mukmin yang
mendapatkan kebagaiaan karena memiliki keimanan. Ketiga, tingkatan
orang-orang bodoh dan mereka ini orang-orang yang binasa. Kebagiaan
yang didapat dengan ma’rifat jauh lebih utama ketimbang kebahagiaan
yang didapatkan dengan iman dan amal saleh. (Alba, 2012: 26).
29
5. Struktur Ahwal
Menurut Ali mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna siswa
(2011:85) ahwal adalah Jamak dari hal. Bila ditinjau secara bahasa ahwal
berarti keadaan, berlalu, lewat, berubah atau tidak tetap. Sedangkan
menurut Al-Qushairy mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna
siswa (2011:86) hakekat ahwal secara istilah yaitu suatu makna atau
perasaan dalam kalbu seorang salik yang dianugrahkan atau dikaruniakan
Allah dan merupakan efek dari peningkatan maqam yang tidak bisa
diusahakan atau diupayakan. Ia bersifat tidak permanen (berubah ubah).
Namun ada beberapa ahwal dalam forum karya ilmiah purna
siswa (2011:85-109).
a. Muraqabah
Menurut Ma’luf mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna
siswa (2011:87) Muraqabah Secara bahasa berarti menjaga,
mengawasi. Sedangkan Menurut Al Ghozali mengemukakan dalam
Forum Karya Ilmiah Purna Siswa (2011:87) muraqabah secara istilah
yaitu suatu keadaan seorang hamba yang selalu merasa diawasi sang
Raqib (Zad yang selalu mengawasi) dan selalu memfokuskan tujuan
hanya kepadanya. Menurut Al- Qasimiy mengemukakan dalam forum
karya Ilmiah purna siswa (2011:88) bagi Muraqib (hamba yang selalu
di awasi oleh Allah) di dalam setiap amalan terdapat dua sudut
pandang yaitu: pertama, sebelum beramal harus intropeksi diri apakah
motif amaliah dan seluruh gerakannya hanya untuk Allah semata atau
30
mengikuti hawa nafsu atau mengikuti syetan. Kedua, dalam beramal
harus meneliti tata dalam beramal supaya ia bisa memenuhi hak Allah,
memperbaiki niat dalam menyempurnakannya dan menjalankan
sesempurna mungkin sesuai dengan kadar kemampuannya.
b. Mahabbah
Menurut Ma’luf mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna
siswa (2011:91) mahabbah secara bahasa berarti kecintaan watak pada
sesuatu yang nikmat atau yang disenangi. Sedangkan Menurut Al-
Sulamy, mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna siswa
(2011:91) mahabbah secara Istilah yaitu keadaan seorang hamba ketika
matanya menyaksikan nikmat yang diberikan allah kepada dirinya.
Ketika hatinya menyaksikan penjagaan dan perlindungan Allah
kepadannnya, dan ketika iman serta keyakinan sejatinya menyaksikan
inayah, Hidayah dan kecintaan Allah kepada dirinya.
Menurut Versi Abi Nasr As-Sarraj Ath Thusiy, Mahabbah terjadi
menjadi tiga yaitu: (forum karya Ilmiah purna siswa, 2011:92-93)
Pertama, Mahabbah yang dirasakan orang umum. Mahabbahini
lahir dari bagaimana mereka merasakan kebaikan dan perhatian Allah
pada dirinya. Kedua, Mahabbah para Sodiqin dan muttqin, mahabbah
ini lahir dari penyaksian hati atas ketidak butuahan Allah pada suatu
apapun, kemuliaan, keagungan, pengetahuan dan kuasa allah. Ketiga,
Mahabbah para siddiqin dan arivin, mahabbah ini lahir dari penyaksian
dan kema’rifatan mereka terhadap cinta Allah tanpa satu alasan.
31
c. Khauf
Menurut Ma’luf mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna
siswa (2011:93) khauf secara bahasa berarti perasaan terkejut, takut,
kebalikan dari merasa aman dari pada sesuatu. Sedangkan menurut Al-
Qasimiy mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna siswa
(2011:93) khauf secara istilah yaitu kepedihan dan terbakarnya hati
disebabkan hadirnya sesuatu keadaan yang lebih dikuasai dimasa
mendatang, serta mengetahui beberapa sebabnya. Menurut Al-Ghozali
mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna siswa (2011:94)
Secara garis besar perasaan khauf kepada allah disebabkan tiga faktor
yaitu: pertama, khauf yang muncul karena perasaaan ma’rifat pada
Allah dan sifat sifatnya. Kedua, khauf yang muncul karena banyak
penganiayaaan dari seseorang hamba dengan melaksanakan perbuatan
maksiat. Ketiga, khauf yang muncul karena dua hal diatas.
d. Raja’
Menurut Ma’luf mengemukakan dalam forum karya Ilmiah purna
siswa (2011:93) raja’ secara bahasa berarti berangan–angan, harapan
dan menginginkan sesuatu kebalikan berputus asa. Raja’ adalah
memperhatikan kebaikan dan berharap dapat mencapainya, melihat
berbagai bentuk kelembutan dan nikmat Allah Swt. dan memenuhi diri
dengan harapan demi masa depan serta hidup demi meraih harapan
tersebut (Gulen, 2014 : 87).
32
Untuk menumbuhkan perasaan raja’ dalam setiap individu, perlu
diketahui bahwa permulaan raja’ ada empat kriteria yaitu: menurut Al-
Qusyairiy dalam forum karya Ilmiah purna siswa (2011:98)
Pertama, mengingat permulaan dari anugrah Allah tanpa
didahului amal dan permintaan syafaat dari seorang hamba
sebelumnya. Kedua, mengingat agungnya pahala dan kemuliaan
Allah dengan memandang anugrah dan sifat kedermawanan. Ketiga,
mengingat banyaknya nikmat dari Allah, baik perkara dunia dan
akhirat. Keempat, mengingat keluasan rahmat allah dan mendahului
rahmat dari pada murkannya.
Menurut Imam Abi Nassr As Sarraj Ath-Thusiy diklasifikasikan
ada tiga hal yaitu: (forum karya Ilmiah purna siswa, 2011:93)
Pertama, Raja’ (Rasa harap) kepada Allah. Kedua, Raja’ kepada
keluassaan rahmat Allah. Ketiga, Raja’ kepada pahala Allah.
6. Pokok- pokok Ajaran Akhlak Tasawuf
Mempelajari akhlak tasawuf juga harus mempertimbangkan Pokok-
pokok ajarannya. Sehingga apapun yang dipelajari merujuk pada landasan
yang akan dicapai. Pokok- pokok ajaran akhlak tasawuf dibahas yang
diantaranya: (Lathief, 2014:1-2).
Pertama, taqwa kepada Allah dalam setiap keadaan (Sirri wal
‘alaniyah). Kedua, mengikuti panduan sunnah dalam setiap ucapan dan
perbuatan. Ketiga, berpaling tujuan dari makhluk di depan atau di belakang
33
mereka. Keempat ridla terhadap Allah Swt dalam pemberian banyak atau
sedikit. Kelima, kembali kepada Allah Swt dalam kondisi tenang atau susah.
Taqwa direalisasikan dengan pola hidup wara’ dan istqomah.
Mengikuti sunnah dinyatakan dengan memelihara dan menjaganya dan
dengan budi pekerti yang baik. Berpaling dari makhluk dinyatakan dalam
bentuk kesabaran dan tawakal. Ridla terhadap Allah dinyatakan dalam
bentuk qona’ah dan berserah diri kepada Allah. Kembali kepada Allah
diyatakan bentuk syukur dalam kondisi lapang dan mengembalikan urusan
kepada Allah Swt dalam kondisi yang sulit.
Adapun penjelasan pokok kesemuannya itu ada 5 (Lima) yaitu :
Pertama, uluwwul Himmah atau Cita-cita yang yang tinggi. Kedua,
hifdzul Hurmah atau menjaga kemuliaan Allah. Ketiga, husnul Hidmah
(Pelayanan yang baik). Keempat, nufudzul ‘Azimah (Melestarikan
kemauan). Kelima, ta’Dzhimum Ni’mah (Menghargai Nikmat). Orang yang
tinggi Cita-citanya akan tinggi pula derajatnya, orang yang menjaga
kemuliaan maka Allah akan menjaga kemuliaannya, orang yang berkhidmat
dengan baik maka akan mendapat kemuliaan, orang yang melestarikan
kemauannya maka akan senantiasa memperoleh petunjuk, orang yang
menghargai, mensyukuri nikmat maka akan memperoleh fasilitas nikmat
tambahan dari Allah ( Al- Mazid).
34
Menjadi pelaku salik (orang yang menempuh perjalanan tarekat),
adapun harus memperhatikan beberapa hal berkaitan etika tasawuf yang
diantaranya: (Sultoni, 2007:28- 45).
Pertama, tasawuf mengajarkan manusia untuk mengembangkan
kepekaan terhadap realita dan lingkungannya. Semua yang terjadi ada dalam
kehendak Allah sehingga melatih Hamba bersifat Husnudzhan
(berprasangka baik) terhadap sesuatu apapun. Kedua, tasawuf senantiasa
mengajak kita terbimbing oleh cahaya Allah, yaitu dengan menyiapkan hati
agar selalu dapat mengungkap cahaya Allah. Kebersihan hati tetap mampu
menangkap cahaya Allah. Ukuran kebaikan manusia bukan mutlak
ditentukan keindahan jasmaninya, ketinggian ilmunya, namun lebih dari itu
kebersihan hati menjadi ukuran yang paling diperhitungkan untuk mengukur
tinggi rendahnya derajat manusia dihadapan Allah. Dari hati inilah akan
muncul taqwa, sebagai indikator kemuliaan hamba dihadapan-NYA.
Ketiga, tasawuf mengajarkan berpenampilan kesederhanaan seperti
halnya pakaian para kekasih Allah sebagai teladan baginya dan menghindari
sifat kesombongan serta meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah.
Dengan demikia gelar, pangkat, jabatan akan menjadi tak bermakna jika
menjadikan manusia sombong di hadapan Allah.
35
B. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
1. Pengertian Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007:1.144 ) tarekat
memiliki beberapa pengertian diantaranya: Jalan menuju kebenaran dalam
ilmu tasawuf, cara atau aturan hidup dalam keagamaan atau ilmu batin,
persekutuan para penuntut ilmu tasawuf. Tarekat adalah suatu jalan atau
cara yang ditempuh oleh seseorang penganutnya guna mendekatkan diri
kepada Allah Swt. serta mencari ridla-Nya dalam bentuk beribadat secara
khusyu’ baik lahir maupun batin (Faqih, 1992:5). Menurut Al-Kasyani
mengemukakan dalam Al-Qahthani (2004:515) tarekat adalah perjalanan
khusus yang ditempuh oleh para salik menuju Allah dengan melalui tahap-
tahap dan tingkat-tingkat yang ada dalam maqamat. Jadi tarekat adalah
suatu jalan yang ditempuh seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada
Allah serta mencari Ridla-Nya.
Anshary mengemukakan dalam Mulyati (2004:26-27) tarekat
qadiriyyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu
Abd al- Qadir Jilani yang terkenal dengan sebutan Syekh Abd Al-Qadir
Jilani Al–Ghawsts atau Quthub Al- Awliya’. Tarekat ini menempati posisi
yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja
sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal
munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kendati struktur
36
organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya, semasa
hidup Syekh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran
dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan
dan pencerahan spiritual.
Namun, generasi selanjutnya mengembangkan sekian banyak legenda
berkisar pada aktivitas spiritualnya sehingga muncul berbagai kisah ajaib
tentang dirinya. Syekh ‘Abd Al-Qadir lahir di Desa Naif Kota Gilan tahun
470/1077 yaitu wilayah yang terletak 150 km timur laut baghdad. Ibunya
seorang yang saleh bernama Fatimah Binti ‘Abdullah Al-Shamial al-
Husayni ketika melahirkan Syekh Qadir Al-Jalaini berumur 60 tahun dan
Ayahnya bernama Abu Shalih yang jauh sebelum kelahirannya ia bermimipi
bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. yang diiringi oleh para sahabat,
Imam Mujahidin dan Wali. Syekh Qadir Al-Jalaini meninggal di Bagdad
pada tahun 561/1.166. Kalangan kaum sufi beliau menempati hierarki mistik
yang tertinggi dan menduduki kewalian yang tertinggi.
Nama lengkap dan silsilah Syekh ‘Abd al- Qadir Jilani ibn Abi Shalih
Ibn Musa Ibn Janki Dusat (Janka Dusat) Ibn Abi Abdillah ibn Yahya al-
Zahid Ibn Muhammad ibn Dawud Ibn Musa ibn Abd Allah al- ibn Hasan al-
Musanna ibn Hasan al-Sibthi ibn Ali ibn Abi Thalib dan Fatimah al- Zahra
‘al-Batul binti Rasulullah SAW. Silsilah ini amat penting artinya dalam
tradisi spiritual tarekat harus bersambung sampai kepada Nabi Muhammad
SAW. Di samping itu, bersambungnya silsilah tarekat merupakan indikator
bahwa tarekat tersebut dianggap muktabaroh.
37
Naqsabandiyyah diambil dari nama pendirinya seorang pemuka
tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Baha’ al-Din al-Uwais al- Bukhari
Naqsyabandi (717h/1318 M-791 H/1389 M), menurut Said mengemukakan
dalam Mulyati (2004:90 ) beliau dilahirkan di sebuah Desa Qashrul Arifah,
kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Menurut
Nizami dan Nasr mengemukakan dalam Mulyati Ia berasal dari keluarga
dan lingkungan yang baik. Ia mendapat gelar Syekh yang menunjukkan
posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin spiritual.
Setelah ia lahir segera dibawa oleh ayahnya kepada Baba al-samasi
yang menerimanya dengan gembira. Ia belajar tasawuf kepada Baba Al-
Samasi ketika berusia 18 tahun. Kemudian ia belajar ilmu tarekat pada
seorang Quthub di Nasaf, yaitu Amir Sayyid Kulal al-Bukhari
(w.772/1371). Kulal adalah seorang khalifah Muhammad Baba al-Samasi.
Dari Kulal inilah ia pertama belajar tarekat yang didirikannya. Selain itu
Naqsyabandi pernah juga belajar pada seorang al-Dikkirani selama sekitar
satu tahun.
Ia pun pernah bekerja untuk Khalil penguasa Samarkand kira-kira
selama dua belas tahun. Ketika sang penguasa digulingkan pada tahun
748/11347 M, ia pergi ke Ziwartun. Di sana ia mengembali binatang ternak
selama tujuh tahun, dan tujuh tahun berikutnya dalam pekerjaan perbaikan
jalan. Hali ini dilakukan sebagai bagian dari pendidikan dan pembinaan
mistisnya untuk memperdalam sumber-sumber rasa kasih sayang dan cinta
38
kepada sesama manusia serta memangkitkan perasaan pengabdian dalam
memasuki lingkungan mistis.
Bruinessen (1999:172-173) Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah
adalah sebuah tarekat hasil dari penggabungan dua tarekat besar, yaitu
tarekat Qadiriyyah dan tarekat Naqsabandiyyah. Penggabungannya dua
tarekat tersebut selanjutnya dimodifikasi sedemikian rupa membentuk
sebuah tarekat yang mandiri dan berbeda dengan induknya. Perbedaan itu
terutama terdapat pada bentuk bentuk riyadlah dan ritualnya. Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah didirikan oleh seorang sufi dan Syekh
besar masjid Al-haram di Makkah Almukaromah, yaitu Ahmad Khatib ibn
‘Abdul Ghoffar Al-sambasi (Kalimantan Timur), beliau wafat pada tahun
1878 M. Beliau adalah seorang ulama besar Indonesia yang sampai
hayahtnya di Makkah, Syekh Ahmad Katib adalah seorang mursyid Tarekat
Qadiriyyah, namun ada yang menyebutnya bahwa beliau juga seorang
mursyid dalam tarekat Naqsabandiyyah.
Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan arif billah, Syekh
Akhmad Khatib memiliki otoritas dalam memodifikasi tarekat yang
dipimpinnya. Karena Tarekat Qadiriyyah memang ada kebebasan dalam
melakukan hal itu bagi mereka yang mencapai derajat mursyid. Luasnya
Penyebaran tarekat Naqsabandiyyah di kota suci Makkah maupun di
Madinah sangat dimingkinkan bahwa beliau mendapat baiat dari
kemursyidan tarekat tersebut pada Zamannya. Kemudian beliau
menggabungkan tarekat Qadiriyyah dan tarekat Naqsabandiyyah dan
39
mengajarkan kepada murid muridnya, terutama yang berasal dari Indonesia.
Sebagai seorang guru dari tarekatnya sendiri beliau mendapatkan pengikut
dengan jumlah besar dan segera menggantikan kedudukanya tarekat
Samaniyah sebagai tarekat yang paling populer di Indonesia. Setelah beliau
wafat kedudukan beliau digantikan oleh salah satu muridnya di Banten,
yaitu Abdul Karim yang berdomisili di Mekkah. Dua kholifah yang lainnya
adalah Kiai Tolhah dari cirebon dan Kiai Ahmad Hasbullah dari Madura.
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu didasarkan pada
pertimbangan logis dan strategis bahwa inti kedua ajaran itu saling
melengkapi, terutama dalam hal zikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyyah
menekankan pada zikir Jahr (zikir dengan bersuara), sedangkan tarekat
Naqsabandiyyah menekankan pada model zikir khofi (zikir dalam hati atau
zikir lathoif). Penggabungan tersebut diharapkan dapat membuat para
muridnya mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi dengan cara yang
lebih efektif dan efisien. Konon tarekat ini tidak berkembang di kawasan
lain akan tetapi di luar wilayah Asia Tenggara. Tarekat ini bisa dipelajari
dalam fathul arifin karya Imam Khatib sendiri, atau Umdatus Salik dan Al-
Fuatubat Ar-Rabbaniyyah karya KH. Muslih ‘Abd Rahman.
2. Tujuan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Salik menempuh perjalanan kepada Allah pasti ingin mencapai
maqam tertinggi, tasawuf sunni tujuan tertinggi yaitu mencapai maqam
ma’rifatullah akan tetapi tasawuf falsafi tujuan tertinggi mencapai maqam
40
Fana’, tapi semua hal yang akan dicapai tidak lepas dari meningkatkan
Iman dan Taqwa kepada Allah.
Adapun beberapa tujuan tarekat Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah diantaranya:(Faqih, 1992:16-17).
Pertama, dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan
beberapa latihan jiwa (riyadlah) dan berjuang melawan hawa Nafsu
(mujahadah) membersihkan diri dari sifat sifat tercela dan diisi sifat sifat
terpuji dengan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai sifat
kehidupan. Kedua, dapat mewujudkan ingat kepada Allah Dzat yang maha
besar dan maha kuasa atas segalanya dengan cara mengamalkan wirid dan
zikir dibarengi tawajjuh (taffakur) yang dikerjakan secara terus menerus.
Ketiga, timbul perasaan takut kepada Allah sehingga dalam diri seseorang
itu timbul suatu usaha untuk menghindari diri dari segala macam pengaruh
dunia yang dapat menyebankan lupa kepad Allah.
Keempat, jika hal itu dilakukan dengan penuh keikhlasan dan
ketaatan kepada Allah, maka akan dapat mencapai suatu tingat ma’rifat.
3. Metode Zikir Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Zikir secara lughowi artinya ingat, mengingat atau eling dalam
bahasa Sunda. Zikir terbagi dua yakni : (Arifin, 1970:17-24).
pertama, zikir bimakna ‘am “zikir secara umum” termasuk objek
kajian ilmu syariat. Seperti: shalat adalah zikir, puasa adalah zikir, zakat
adalah zikir, pergi melaksanakan haji ke tanah suci adalah zikir, membaca
41
Al-Qur’an adalah zikir. Kedua, zikir bimakna khas yakni hudurul Qalbi
ma’allah (hadirnya hati kita bersama Allah). Zikir dalam arti khusus ini
terbagi menjadi dua, yakni zikir jahr dan zikir khafi.
a. Zikir jahr melafalkan kalimah tayibah yakni láiláha illalláh secara lisan
dengan suara keras dan dengan cara-cara tertentu.
Teknik melakukan zikir jahr minimal 165 kali adalah sebagai
berikut:
Zikir dimulai dengan ucapan Lá dari bawah pusat dan
diangkatanya sampai ke otak dalam kepala, sesudah itu diucapkan iláha
dari otak dengan menurunkan perlahan-lahan bahu kanan. Lalu memulai
lagi mengucapkan illalláh dari bahu kanan dengan menurunkan kepala
kepada pangkal dada di sebalah kiri dan berkesudahan pada hati sanubari
di bawah tulang rusuk lambung dengan menghembuskan lafadz Allahu
Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh badan,
seakan-akan di seluruh bagaian badan amal yang rusak itu terbakar dan
memancarkan Nur Tuhan.
Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah sehingga dengan
demikian tercapai makna tahlil yang artinya tidak ada yang dimaksudkan
melainkan Allah. Kalimat nafi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang
baru dari pada pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan
fana’ dari kalimat isbat ditegakkanlah dengan tegak dalam hati dan
kepada Dzat yang Maha Besar, lalu memandang wujud Dzat Allah
dengan pandangan yang baqa. Setelah selesai zikir dengan bilangan
42
ganjil, dapatlah kita pada akhirnya membaca: Sayyiduna Muhammadur
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wasallam.
Firman Allah yang menjelaskan tentang Nafsu:
Artinya dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka
Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An-Naziat 40-
41).
Dalam zikir jahr ini ada tujuh latifah-latifah yakni sebagai
berikut:
Pertama, nafsu lawwamah (latifah qolbi) yakni kehalusan jantung
yang tempatnya di bawah susu kiri, kira-kira dua jari dari susu kiri.
Dalam wilayah ini ada akhlak: perbuatan yang suka mencela, menuruti
hawa nafsu, makar/menipu, suka membanggakan diri, menggunjing,
ria/pamer, aniaya/dhalim, berbohong, lupa mengingat Allah. Manfaatnya
setelah terasa zikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang menyinari ke
bawah bahunya menuju ke atas, atau di dalamnya itu terasa getaran yang
kuat.
Artinya dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali
(dirinya sendiri) (Q.S. Al-Qimah:2)
43
Kedua, nafsu mulhimah (latifah ruhi) yakni tempatnya di bawah
susu kanan, kira-kira dua jari dari susu kanan. Dalam wilayah ini ada
akhlak: Dermawan (sakhowah), tidak rakus (qona’ah), lapang dada (al-
hilmd), merdendahkan diri, bertaubat, tahan uji (sabar), tahan menderita
(al-tahamul).
Manfaatnya setelah melakukan zikir bersama-sama zikir di dalam
hati seperti orang melihat jurusan kanan dan kiri disatukan pandangan
batinnya menjadi satu jurusan. Setelah terasa di dalamnya gerak dan
teguhnya zikir.
Artinya maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. (q.s. asy-syam: 8)
Ketiga, nafsu muthmainah (latifah sirri) yakni tempatnya di atas
susu kiri, kira-kira dua jari. Dan zikirnya itu merasa tetap. Dalam wilayah
ini ada akhlak: tidak kikir, tawakal, ibadah dengan ikhlas, syukur atas
nikmat, ridla, takut maksiat.
Artinya hai jiwa yang tenang. (Q.S. Al-Fajr: 27)
Keempat, nafsu mardhiyah (latifah khafi) yakni tempatnya di atas
susu kanan, kira-kira dua jari. Dalam wilayah ini ada akhlak: baik budi
pekerti, meninggalkan selain Allah Swt, belas kasihan kepada semua
44
makhluk, selalu mengajak kepada kebaikan, memaafkan kesalahan
semua pihak, sayang sesama makhluk hidup, tahu diri.
Artinya Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. (Q.S. Al-Fajr: 28)
Kelima, nafsu kamilah, (latifah akhfa) yang tempatnya di tengah-
tengah dada.
Dalam wilayah ini ada akhlak: ilmu yaqien, ainul yaqien, haqqul
yaqien.
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394],
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Maidah:3)
45
Keenam, nafsu amarah (latifah nafsi) tempatnya diantara mata dan
keningnya. Dalam wilayah ini ada akhlak: pelit/bakhil/kikil,serakah,
dengki, bodoh, takabur, syahwat dan pemarah. Disini diisi dengan teguh
hatinya penuh zikir di seluruh latifahnya.
Artinya dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Yusuf: 53)
Ketujuh, nafsu rodhiyah, (latifah jasad atau latifah qolab) yakni
berarti kehalusan seluruh badan yang penuh dengan zikir setelah
menyeluruh, zikirnya di tiap-tiap bahagian anggotanya, sehingga
menembus keseluruhan akar-akar bulunya iman dengan getaran rasa
yang lemas dan atau merasa menyelusupkan zikir nampak di seluruh
badan.
Artinya maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
(Q.S. AL-Qariah:7)
b. Zikir khafi “zikir dalam hati”
Zikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan zikir isbat saja yaitu
mengingat nama Allah secara sirr di dalam hati dengan cara-cara
tertentu. Zikir khafi ini biasanya dilaksanakan setelah melaksanakan zikir
jahr 165 kali.
46
Teknik melakukan zikir khafi yakni sebagai berikut:
Zikir dalam hati’ sekuat-kuatnya dengan suasana hening yakni,
mengambil nafas sekuat-kuatnya disertai dengan mata terpejam, bibir
dirapatkan, kepala diletakkan disamping bertepatan di atas dada sebelah
kiri tidak bergerak, lidah diletakkan dan sekaligus ditekankan pada
langit-langit mulut sambil tidak bergerak seluruh anggota badan. Sambil
melafadzkan Allahu Allah. Sebanyak-banyaknya tanpa batas.
4. Perkembangan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah semakin
menyebarluas ke berbagai daerah, karena setiap kegiatan yang dilakukan
tidak lain hanya menyebarkan dakwah Islam, mengajak amr ma’ruf nahi
Munkar dan yang terpenting menyelaraskan keseimbangan ranah syariat,
tarekat dan hakikat.
Adapun beberapa perkembangan tarekat di berbagai daerah yang
diantaranya; (Mulyati, 2004:263-265).
a. Qadiriyyah Naqsabandiyah di Jawa Tengah.
Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah di Jawa tengah berpusat di
pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen. Pesantren ini didirikan oleh
Kiai ‘Abd al- Rahman pada tahun 1905, lalu dilanjutkan oleh putranya
bernama Kiai Muslih yang merupakan Mursyid dari dua silsilah :
Pertama, Kiai Asnawi Banten dan Kiai Abd al-latif Banten keduanya di
baiat oleh Kiai ‘Abd Al-Karim Banten. Kedua, Mbah ‘Abd Rahman
47
Menur, yang berada di utara Mranggen yang dibaiat oleh Ibrohim al-
Barumbuni atau Brumbung ,yang juga adalah Kholifah ‘Abd al -Karim
Banten. Kiai muslih meninggal pada tahun 1981 dan diteruskan oleh
putranya Kiai Muhammad Sodiq lutfi Hakim dan Kiai Muhammad Hanif
serta Saudara kandung dan para menantunya. Menurut wasiat lesan Kiai
Muslih, Kiai Hakim menjabat sebagai ketua Yayasan Futuhiyyah dan
Kepala Madrasrah ’Aliyyyah Futuhiyyah I Mranggen. Kiai Hakim
terpilih sebagai ketua umum Jam’iyyah Ahli tarekat Mu’tabaroh
Nahdiyyah tahun 2002–2005 pada muktamar kesembilan yang
diselenggrakan pada tanggal 26-28 Pebruari 2000 di pekalongan Jawa
Tengah.
Salah satu murid dari Kiai Mulih, Kiai abu Nur Djazuli telah
menyebarkan Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah di Brebes, salah satu
murid Kiai Ibrohim Brumbung adalah Kiai Hasan Anwar gubug dan
dilanjutkaan oleh Kiai Madhan lalu ke putranya sendiri, Kiai Komarudin
dari Purwodadi. Sementara itu di Kajen seorang murid lainnya yaitu KH.
Durri Nawawi, dan mengajar Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah di
Mranggen dan juga mempunyai Cabang- cabang di seluruh Indonesia
juga diluar negeri.
b. Qadiriyyah Naqsabandiyah di Madura dan Rejoso Jawa Timur.
Menurut Schal dan Bangkalan mengemukakan dalam Mulyati
(2004:264) seorang Kholifah dari Syekh Sambas yang berasal dari
Madura bernama Akhmad Hasbullah telah sukses mengembangkan TQN
48
(Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyambadiyyah) dikalangan orang Madura
dan di luar pulau itu yang bernama Rejoso. Salah satu seorang keturunan
Kiai Kholil Bangkalan, K.H. Abbdullah Sechal menjelaskan bahwa
banyak pimpinan Tarekat Naqsabandiyyah dan Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyambadiyyah telah berkunjung dan meminta ijazah dari Kiai Kholil,
Menurut Al-Tarmisi mengemukakan dalam Mulyati tetapi beliau berdiam
diri tentang tarekat yang sebenarnya diikutioleh Kiai Kholil. Kiai Kholil
sendiri belajar dan tanggal di Mekkah dan beliau mempelajari tasawuf,
bahasa arab dan fikih dari Sykeh Abd Al- Karim Banten, Syekh Nawawi
Banten, dan Sykeh Mahfuz Termas.
Menurut Sunardjo mengemukakan dalam Mulyati (2004:264) Kiai
Kholil Bangkalan adalah seorang kholifah Syekh ‘Abd al-Karim Banten.
Menurut Dhofier mengemukakan dalam Mulyati (2004:264) Kiai Kholil
Bangkalan yaitu seorang wali keramat pada tarekat di Indonesia. Melalui
spiritual Syekh Kholil berhasil melahirkan Murid-murid menjadi ulama
besar diantaranya adalah KH. M. Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng Jombang,
Kiai Manaf Abdul Karim Liorboyo Kediri, Kiai Muhammad Sidiq
Jember, Kiai Munawwir Krapyak, Yogyakarta Kiai Ma’sum Lasem,
Rembang Kiai Abdullah Mubarok Suryalaya Tasik Malaya, Kiai Bisri
Samsuri Jombang dan Kiai Bisri Musfofa. Menurut Bawani Tarekat
Qadiriyyah Wa Nasqbandiyyah Rejoso berpusat di Pondok Pesantren
Darul Ulum, dan dikenal sebagai pesantren bergensi dan pusat tarekat di
jawa timur. Pesantren ini didirikan oleh Kiai Tamim dari Madura.
49
c. Qadiriyyah Naqsabandiyyah di Banten, Cirebon, Bogor dan Suryalaya
(Jawa Barat ).
Menurut Sanusi mengemukakan dalam Mulyati (2004:265) tarekat
Qadiriyyah Naqsabandiyyah di Banten memainkan peran yang sangat
penting, terutama dalam komunikasi dan koordinasi jaringan petani pada
abad ke 19, yaitu dengan pecahnya pemberontakan petani Banten tahun
1888. Selain itu silsilah Banten berperan penting ketika Kiai Muslih dari
mranggen (Jawa tengah) menerima ijazah dari Kiai As Nawi Banten.
Melaluhi Kiai Muslih inilah Kiai Adlan Ali nantinya mengajarkan TQN
(Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah) di selatan Jombang Jawa
Timur. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Cirebon tidak dapat
dilepaskan dari nama Kai Tolhah. Kholifah yang sangat penting dari
Kiai Thohal yaitu Kiai Abdullah Mubarok (Abah sepuh, 1956) yang juga
mengambil inisiasi dari Syekh ‘Abd Al-karim Banten.
Abah sepuh inilah yang kemudian pada tahun 1905 mendirikan
Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya yang kemudian diteruskan oleh
putranya Abah Anom hingga sekarang. Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsabandiyyah di Daerah Bogor dikembangkan oleh Kiai Falak, yang
juga seorang Kholifah dari Syekh Al- Karim banten. Kiai Falak sendiri
asalnya dari Banten dan beliau mendirikan pesantren Pangentongan yang
dimasa hidupnya menjadi salah satu pusat pengembangan Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah. Kiai wafat pada tahun 1973 berusia
130 Tahun. Sebagai pengganti anaknya adalah Kiai Tohir Falak yang
50
mengatakan bahwa ia menerima wasiat dari ayahnya untuk meneruskan
pembacaan manakib Syekh Abdul Qadir Al-jailaini pada setiap tanggal
sebelas hijriah dan menyelenggarakan khotaman Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsabandiyyah pada setiap hari jum’at sesudah sholat ashar atau
mahgrib.
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Suryalaya saat ini
dikenal sebagai salah satu pusat Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsabandiyyah yang aktif dan dinamis, seorang Mursyidnya KH.
A.Shokhibul wafa Tajul Arifin (Abah Anom) yang telah berhasil
mengembangkan Cabang-cabang di Indonesia maupun di luar negeri
seperti: Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia. Abah anom telah
menulis beberapa karyanya yaitu miftah al shudar, ibadah sebagai
metode pembinaan korban penyalahgunaan narkotika dan kenakalan
remaja, Uqud al- juman, Akhlaq al-Karimah/ akhlaq al-Mahmudah
berdasarkan Mudawamatu dzikrillah, dan menerbitkan maklumat secara
tertulis antara lain seperti Negara dalam menghadapi krisis berat,
pemilu, krisis di negara Irak, dan disebarluaskan di seluruh cabang
Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah di Suryalaya.
5. Komponen-komponen Tarekat
Komponen- komponen tarekat yaitu sesuatu yang harus ada dalam
kegiatan tarekat, karena tanpa adanya komponen tarekat, tarekat tidak
mungkin berjalan dan melakukan kegiatan suluk sebagaimana semestinya.
(Forum Karya Ilmiah Siswa Purna, 2011:150 ).
51
a. Mursyid
Seorang mursyid yakni pemimpin atau khalifah dalam tarekat. Jika
para ulama sebagai pewaris Nabi Muhammad Saw. dalam mengajarkan
penghayatan keagamaan yang bersifat batin, maka dalam silsilah tarekat
terlihat posisi Nabi Muhammad Saw. berada pada puncaknya, setelah
Allah Swt dan malaikat Jibril. Otoritas mutlak mussyid dalam masalah-
masalah spiritual maupun material terhadap Murid-muridnya adalah
salah satu ciri khas dari aliran tarekat. Dengan demikian dalam tarekat
mursyidlah yang berhak untuk membait muridnya, sehinga dengan bait
dan menerima talqin zikir dari mursyid sebagai perantara penyambung
antara dirinya dengan Allah.
Akan tetapi terkadang musryid menunjuk salah satu muridnya
untuk menjadi wakil mursyid atau wakil talqin ketika dalam pembaitan
menerima murid baru. Dikarenakan mursyid yakni manusia yang sudah
mencapai ma’rifatullah, sehingga segala sesuatu dalam tarekat biasanya
murid harus mendengarkan dan melaksanakan perintah apapun dari
mursyidnya.
b. Murid
Murid tarekat adalah seorang yang disyaratkan harus berjanji setia
kepada dirinya di hadapan mursyid, bahwa ia akan mengamalkan segala
amalan dan wirid yang telah diajarkan guru kepadanya dengan sungguh
sungguh. Dalam ketarikatan para murid mendapat bimbingan dan
pelatihan spiritual untuk mencapai peringkat kerohanian tertentu dalam
52
ilmu suluk. Di samping itu, para murid mendapat pelajaran ilmu agama,
khususnya fikih, ilmu kalam, falsafah dan tasawuf (Forum Karya Ilmiah
purna Siswa, 20110:158).
Menurut Syekh Abdul Qodir Al-Jalaini mengemukakan dalam Al-
Qahthani (2004:434) menerangkan kewajiban-kewajiban yang harus
dijalankan oleh seorang murid tarekat yakni meliputi:
Pertama, memiliki kaedah yang benar, yang merupakan dasar,yaitu
berpegang kepada kidah ahli sunah waljamaah. Kedua, berpegang teguh
pada Al- Kitab dan Sunnah, serta mengamalkan keduaanya baik yang
berupa perintah, larangan, asal maupun cabang. Ketiga, jujur, sungguh-
sungguh, Ikhlas terhadap Allah, memenuhi janji, menjalankan perintah,
selalu beribadah dan mencari Keridlaan-Nya. Keempat, tidak mengurangi
Ibadah. Kelima, bersifat dengan sifat sifat yang mulia.
Keenam, ridla untuk menjadi orang yang tidak terkenal, selalu
berzikir, meninggalkan perbuatan yang sia-sia, rela kelaparan dan
menahan syahwat. Ketujuh, lebih mengutamakan untuk selalu menemani
guru, duduk bersama di majlis ilmu, duduk bersama ulama, dan orang
orang mulia. Kedelapan, memohon ampunan kepada Allah dari dosa-
dosa yang telah dilakukan sebelumnya dan agar terjaga pada sisa
umurnya serta mendapatkan taufik dalam amal yang dicinta Allah dan
diridhainya dalam gerak dan diamnya. Kesembilan, mencintainya
kepada guru dan orang orang yang Sholeh. Kesepuluh, bersikap Zuhud
dalam segala hal.
53
c. Zikir
Salah satu amalan yang menjadi ini wirid tarekat adalah Zikir.
Semua kelompok tarekat mengajarkan zikir.
Di dalam firman Allah :
Artinya Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.S. Ar-Ra’ad:28 )
Artinya (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (Q.S Ali Imran
:191 )
Menurut para Ulama, Zikir adalah menyebut asma Allah Swt.
dengan Ungkapan-ungkapan yang baik (kalimah toyibah) yang telah
ditentukan oleh ajaran Islam seperti membaca Tasbih “Subhanallah”
(maha suci Allah), tahmid “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah ),
Takbir “Allahu Akbar” (Allah maha besar), Tahlil “lãilãha illallãh”
(tiada tuhan selain Allah ). Ungkapan-ungkapan tersebut dipandang baik
untuk diucapkan. Setiap tarekat memiliki wirid tertentu sesuai dengan
tradisi masing masing.
54
Zikir paling banyak digemari dan diamalkan ada tiga macam wirid
yaitu Pertama, wirid Istighfar dilakukan dalam upaya membersihkan
semua noda yang pernah diperbuat, bagi seorang salik menjadi syarat
utama untuk mencapai tujuan selau ingin dekat dengan Allah. Kedua,
wirid Sholawat biasanya dilakukan sebagai pengisi kekosongan jiwa dari
nilai-nilai luhur dan mulia.
Wirid Sholawat berfungsi sebagai pengisi kekosongan jiwa dari
nilai-nilai luhur dan mulia, media komunikasi spiritual sebagai bentuk
perasaan rindu kepada Rasulullah Saw. sebagai teladan yang baik.
Sehingga pintu menuju kebersamaan dengan Allah dan mudah wushul.
Ketiga, wirid zikir menurut Al-Kalabadziy mengemukakan dalam Forum
Karya Ilmiah Purna zikir selalu ingat kepada Allah, dan melupakan
sesuatu selain Allah. Sehingga dapat menumbuhkan dua Sifat dasar yang
akan terus menancap pada dirinya, yaitu perasaan cinta dan takut kepada
Allah. Sedangkan rasa Cinta akan menjadi motifasi baginya untuk selalu
berbuat apa yang diperintahkan Allah seraya menghindari larangan-Nya.
d. Zawiyah
Zawiyah adalah majelis tempat para murid mengamalkan suluk,
Zikir, dan berbagai wirid tarekat yang lain seperti membaca manakib
Syekh Abdul Qodir Al- Jailainiy. Latar belakang munculnya Zahwiyah
tidak lepas dari kebiasaan kaum sufi dalam mengembara dari suatu
tempat ketempat yang lain dari kebiasaan tersebut terbentuklah pusat
55
pusat kegiatan kaum sufi di berbagai kawasan dunia Islam (Forum Karya
Ilmiah Purna siswa, 2011:158-163 ).
e. Adab
Syarqawi mengemukakan dalam Al-Qahthani (2004:431). Adab
seorang murid yaitu adab batin yang diharapkan darinya kebersihan hati
dari segala penyakit dan dari kekuasaan kesenangan dan nafsu syahwat.
Hakikat adab menyatunya semua tabiat baik. Adab murid terhadap guru
tingkat kepasrahannya sebagai simbol ketaatannya (Forum Karya Imiah
Purna Siswa, 2011 : 163 ).
Ada beberapa etika murid kepada gurunya yang hartus diperhatikan
yang diantaranya:(Forum Karya Ilmiah Purna, 2011:163)
Pertama, murid tidak boleh berprasangka buruk terhadap gurunya.
Kedua, murid tidak boleh duduk pada tempat yang biasa diduduki oleh
Gurunya. Ketiga, murid tidak boleh memakai barang yang bisa dipakai
oleh Gurunya. Keempat, apabila sang guru menyuruh, murid
mengerjakan sesuatu maka hendaklah ia segera mengerjakannya. Kelima,
murid tidak boleh mengajukan usul apapun jika ia tidak atau belum
memahami jenis pekerjaan itu. Keenam, jika Murid melihat guru berjalan
kesuatu arah, ia tidak boleh bertanya kemana guru pergi. Ketujuh, murid
tidak boleh menikahi janda gurunya. Ketika gurunya telah bercerai atau
meninggal dunia. Kedelapan, murid yang berani melawan gurunya dalam
sebuah tarekat dipandang telah melawan allah, karena Syekh tarekat itu
56
bersama sama dengan Allah dan ia berposisi sebagai madhariah
(penampakan diri Allah Swt.)
Syekh Abdul Qodir Al- Jailaini mengemukakan dalam Al-Qahthani
(2004: 435) melihat pentingnya hubungan murid antara guru, maka
Adab-adab khusus yang harus diterapkan oleh Muridnya diantaranya:
Pertama, mentaatinya dan tidak menentangnya baik secara lahir
maupun batin. Kedua, harus menutupi aib guru yang dilihatnya dan
menyalahkan dirinya sendiri mungkin hal itu terjadi karena dirinya tidak
memahami maksud gurunya. Ketiga, selalu mengikuti gurunya dan tidak
lepas darinya. Keempat, harus bersikap sopan di depan gurunya. Kelima,
murid harus yakin dan percaya bahwa gurunya adalah ahli untuk ditimba
ilmu dan pengetahuannya.
6. Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah ini memiliki susunan
silsilah yang muktabaroh maksudnya silsilah sudah jelas dan tidak
terputus dari awal sampai akhir. Berikut ini adalah susunan silsilah
tarekat tersebut: (Faqih, 1992:96-98).
a. Rabbul arābb wamu’tiqurriqaabi Allah.
b. Sayyidina Jibril a.s.
c. Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.
d. Sayyidina ‘Ali k.w.
e. Sayyidina Husein r.a.
f. Sayyidina Zaenal Abidin r.a.
57
g. Sayyidina Muhammad Baqir r.a.
h. Sayyidina Ja’far Shaadiq r.a.
i. Sayyidina Imam Mussa Al-Kāzhim.
j. Syekh Abdul Hasan ‘Ali bin Māsā r.a.
k. Syekh Ma’ruāful Karkhì r.a
l. Syekh Sirri Saqathi r.a
m. Syekh Abu Al-Qāsim Al-Junaedi Al-Baghdādì r.a
n. Syekh Abu Al- Bakrin Dilfisy- Syiblí r.a
o. Syekh Abu Al-fadhlì Au ‘Abdul Wāhìd At Tamimi r.a.
p. Syekh Abu Al-Faroji Ath-Thurthứsi r.a
q. Syekh Abu Al-Hasan ‘Alì bin Yusuf Al-Qirsyi al- hakkarì r.a
r. Syekh Abứ Sa’ìddil Mubarok bin ‘Ali Al Makhzứmi r.a
s. Syekh Muhyiddin Abdul Qādir Al- Jaelani qaddasallahu sirrohu.
t. Sykh Abdul Azizi r.a.
u. Syekh Muhammad Al-Hattak r.a.
v. Syekh Syamsuddin r.a.
w. Syekh Syarofuddin r.a.
x. Syekh Nứruddin r.a.
y. Syekh Waliyuddin r.a.
z. Syekh Hisyaamuddin r.a.
aa. Syekh Yahyaa r.a.
bb. Syekh Abứ Bakrin r.a.
cc. Syekh Abdurohìm r.a.
58
dd. Syekh Utsman r.a.
ee. Syekh Abdul Fattah r.a.
ff. Syekh Muhammad Murād r.a.
gg. Syekh Syamsuddin r.a.
hh. Syekh Ahmad Khaatib Asy-Syambas Ibnu Abdul Ghaffar r.a.
ii. Syekh H. Abdullah Al-Mubarok bin Nur Muhammad r.a. (Abah Sepuh)
Suryalaya Tasikmalaya.
jj. Syekh H.A Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin r.a. (Abah Anom ) Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
7. Manfaat Bertarekat
Bentuk pengimplementasian (pengamalan) ajaran tasawuf, tarekat
tidak hanya menghasilkan apa yang dituju dalam ajaran tasawuf. Bentuk
tarekat yang terstruktur dan ketat telah memunculkan kemudahan tersendiri
bagi para pengamal tasawuf, antara lain adalah: (Forum Karya Ilmiah Purna
Siswa, 2011:139).
a. Bimbingan Mursyid
Seorang mursyid yang merupakan sosok guru, keberadaannya
sekarang tidak sama seperti zaman sufi-sufi terdahulu. Di zaman sufi
seperti Hasan Al-Basriy dan Al-Junaid, mursyid adalah sosok yang
mudah ditemukan diberbagai tempat dan tidak sulit untuk dipertanyakan
kebenarannya. Hal ini karena dekatnya masa itu dengan masa kenabian.
Pemahaman tentang syariat dan makna tasawuf pada masa itu masih
tergolong dalam. Jauh berbeda bila dibandingkan dengan zaman
59
sekarang. Keabsahan seorang guru amat perlu sekali dipertanyakan
seiring munculnya guru-guru palsu yang berjalan dan mengajarkan ajaran
tidak sesuai dengan ketentuan para sufi terdahulu. Kemunculan tarekat
memberi solusi terkait sosok guru yag dibutuhkan oleh para pengamal
tasawuf. Karena dalam tarekat sendiri tidakllah mudah memberi izin
seorang untuk mengajarkan tarekat tanpa ada pengujian dan kriteria yang
harus dipenuhi sesuai yag ada dalam syariat Islam sebagai acuan dalam
tarekat.
b. Kebersamaan dan Solidaritas
Doktrin sufi yang mengajarkan kebersamaan antar pengamal
tarekat (shuhbah) menjadi kelebihan tersendiri dalam tarekat. Dalam
sebuah kelompok yang setiap hari terus dipupuk adanya rasa
kebersamaan dan solidaritas antar individu, memungkinkan untuk terus
saling solidaritas antar individu, memunginkan untuk terus saling
berhubungan dan tercipta suasana keakraban yang semakin menipiskan
bentuk perbedaan yang ada. Jadilah di antara mereka tak lagi ada rasa
segan untuk sekedar saling mengingatkan, membantu bila ada yang
membutuhkan, dan kebutuhan lain yang lazim ada dalam kesosialan.
Keadaan ini membuat para pengamal tarekat semakin nyaman dan mudah
untuk mengkontekstualisasikan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.
c. Lebih Terbimbing dan Terarah
Dalam sebuah tarekat lazim terjadi kontrol diri seorang mursyid
terhadap murid. Setiap perubahan kejiwaan perlu adanya konsultasi
60
tersendiri pada sang mursyid yang tentunya lebih mengetahui apa dan
bagaimana munculnya suatu perubahan. Apalagi terkait hal yang tak
mampu untuk diusahakan maupun ditolak keberadaannya. Pengetahuan
murid tentunya sangat minim dengan perubahan kejiwaan tersebut.
Sehingga dengan adanya kontrol dari sang mursyid, tentunya murid akan
lebih terbimbing dan terarah.
d. Menghindari Penyimpangan dalam Ajaran Agama
Manfaat ini sudah pasti bisa didapatkan dengan adanya
kemudahan-kemudahan di atas. Berkaitan dengan terbentuknya
pemahaman syariat, tarekat dan hakikat sudah pasti dalam mengamalkan
dan mengajarkan ajaran selalu berhati-hati dalam segala hal, bahkan
menghindari penyimpangan dalam ajaran Agama. Kehatian- hatian setiap
aktifitas mempengaruhi pola pikir seorang salik untuk bertindak.
Bimbimbingan ajaran yang selalu didapatkan ketika menjalankan amalan
selalu diperhatikan, bahkan ketika ada amalan-amalan Agama yang
sebenarnya tidak ada tuntunan dari syariat Islam seorang salik lebih baik
meninggalkan dan tidak melakukannya. Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah termasuk salah satu dari tarekat muktabaroh yaitu
silsilahnya tidak terputus dari Rasullah, jadi jelas amalan yang dilakukan
berlandaskan pada syariat Islam yang berlaku.
e. Diri Lebih Terkontrol
Hal ini terkait dengan keketatan dan kedisiplinan dalam sistem
tarekat. Dengan adanya sebuah peraturan dalam sebuah kelompok, akan
61
semakin memperkecil kesempatan diri untuk lari dari tanggung jawab
dan bermalas-malasan.
Zamakhsyari Dhofier mengungkapkan penelitiannya tentang
anggota
Anggota perkumpulan organisasi tarekat dewasa ini adalah
orang-orang yang lanjut usia yang tidak lagi didorong oleh
keinginan mengejar kehidupan duniawi sebagai dasar utama untuk
memperoleh kebahagiaan.
Setelah menyadari bahwa akhir dari hidupnya semakin dekat,
mereka merasakan bahwa kebutuhan spiritual untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah adalah merupakan tuntutan
hidupnya yang paling menonjol, kemudian mereka memasuki
perkumpulan tarekat. Bimbingan spiritual dari guru memang sangt
diperlukan. Tetapi bukan merupakan motif utama.
Alasan pertama, memasuki perkumpulan tarekat ialah ingin
merasa terus-menerus tarekat dengan amalan-amalan zikir setelah
melakukan sembahyang wajib yang biasa dilakukan bersama-sama
dengan anggota lainnya di bawah pimpinan gurunya. Alasan kedua,
adalah tekanan para pengamal tarekat kepada perasaan kesetia-kawanan.
Sebagaimana diakui oleh kebanyakan penulis bahwa diantara kelompok-
kelompok masyarakat Islam, anggota perkumpulan tarekat merupakan
orang-orang yang paling terpanggil oleh ajaran AL-Quran untuk saling
mencintai antar sesama muslim, sebagaimana yang dicontohkan oleh
Nabi dan para sahabatnya.
62
BAB III
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Letak Geografis
Nama Balak adalah sebuah Dusun yang terpencil yang jauh dari
kebisingan hiruk pikuk Kota. Dusun ini terletak di lereng Gunung Balak, di
sebuah Bukit yang berada di Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang. Desa ini berada di sebelah timur Kota Magelang, sekitar 15 km dari
arah Kota Magelang. Desa ini berpenduduk 2.621 jiwa yang tersebra di empat
Dusun yaitu: Dusun Balak jumlah penduduk 637, Dusun Jengkol jumlah
penduduk 807, Dusun Klenteng 500 dan Dusun Losari jumlah penduduk 677.
Dusun ini tidak jauh berbeda dengan Dusun-dusun lain di sekitarnya
yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, pekerja,
buruh, pedagang kecil-kecilan di pasar lokal. Adapun batas wilayah meliputi:
sebelah timur berbatasan dengan Desa Pakis, sebelah barat berbatasan dengan
Desa Bawang, sebelah utara berbatasan dengan Desa Daseh, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Candimulyo (Observasi, Jum’at 15 Mei pukul
12.30 WIB).
B. Profil Pondok Pesantren Suryabuana Magelang
1. Deskripsi Pondok Pesantren Suryabuana
Pondok Pesantren Suryabuana dalam melaksanakan kegiatan dan
misinya di bawah yayasan Bakti Umat, sebagaimana tercantum dalam
format berikut ini.
63
YAYASAN BAKTI UMAT
-PUSAT-
PONDOK PESANTREN SURYABUANA
Akte Notaris : No 26 Tanggal 9 Juli 1999
NPWP NO : 01.821.103.7-524.000
Alamat : Jl. Magelang Kopeng KM 15, Balak Losari Pakis Magelang 5619
=====================================================
DESKRIPSI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang merupakan pusat kegiatan tarekat Qodiriyyah
Wa Naqsabandiyyah yang menyelenggarakan Manakib Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani yang dihadiri jamaah dari berbagai wilayah seperti Kab.
Magelang, Salatiga, Demak dan lain-lain. Pondok Pesantren Suryabuana
Nama
Alamat
Telephon
Rekening Bank
Awal berdiri
Didirikan Oleh
Pengasuh Pondok
Pembina
No. NPWP
Kegiatan Amaliyah
Jumlah Perwakilan
Jumlah Mubaligh
Jumlah Santri Mukim
Jumlah Santri
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Pondok Pesantren Suryabuana (PP.SB)
Jln. Magelang – Kopeng KM 15 Balak Losari
087834365351 / 085740003230
1. Bank BRI Rek No:6774-01-003857-53-
8.
2. BPD Jateng Rek No : 3-005-00625-1
9 Juli 1999
Ahmad Sirrulloh MQD
Ahmad Sirrulloh MQD
1. H. Arif Sudarsono.
2. Drs. M. Safi’i
01.821.103.7-524.000
1. Dzikir Harian Sehabis Sholat Rowatib.
2. Khotaman Mingguan.
3. Manaqib Bulanan
27 Daerah
10 Orang
Pertama, 15santriwan, kedua 12 santriwati
-/+ 7500 Tahun 2015
64
dilengkapi dengan Masjid Surya Mustika Rahmat menjadi sentra kegiatan
ibadah santriwan dan santriwati karena digunakan melakukan ritual sholat,
dzikir, khotaman, dan manakiban (Observasi Senin, 18 Mei 2015 pukul
13.00 WIB).
Di samping dilengkapi dengan Masjid, juga dilengkapi dengan buku-
buku yang berasal dari Pondok Pesantren Suryalaya Jawa Barat, Pendopo
yang sering digunakan diskusi anggota tarekat, ruang khalwat khusus
(menyendiri), ruang makan bersama, kolam mandi taubat khusus, pondok
putra dan putri yang dibedakan yang dilengkapi kamar mandi tersendiri,
Gapura Sasoning Swarga, petilasan “batu sembilan yang konon disinggahi
wali songo untuk bermusyawarah”, Menara Kalimosodo cukup tinggi yang
berada di sebelah Masjid Surya Mustika Rahmat, Lapangan yang cukup luas
guna menjadi tempat parkir dan pedagang warung sederhana sering
digunakan jualan makanan pada saat manakiban sebulan sekali dan juga ada
sesuatu misteri yang dianggap keramat di sebalah barat Pondok ada Gunung
Balak yang sering digunakan untuk peringatan hari besar Islam (PHBI)
Muharam konon di gunung ini Syekh Subakir menanamkan tombak
Kalimasodo (Dua Kalimat Syahadat) untuk membentengi dari penguasaan
raja iblis dan ratu pantai selatan. Pondok Pesantren ini terletak disebelah
utara penduduk bermukim (Observasi, Jum’at 22 Mei 2015 Pukul 12.30
WIB).
65
2. Latar belakang pendirian Pondok Pesantren Suryabuana
Menurut sesepuh Pondok Pesantren Suryabuana, bahwa Pondok
Pesantren Suryabuana merupakan salah satu Pondok Pesantren di Indonesia
khususnya di Jawa Tengah yang mengajarkan ilmu-ilmu ke-Islaman secara
terpadu, baik ilmu-ilmu Syariat maupun ilmu-ilmu hakikat dengan ciri
khasnya Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Dahulu sebelum Pondok
Pesantren Suryabuana dibuka secara resmi, kegiatan mujahadah zikir telah
dirintis oleh Ahmad Sirrulloh, baik secara pribadi maupun dengan teman-
teman dekatnya. Apa yang didapat dan diperoleh Ahmad Sirrulloh dengan
Wali Mursyid Pangersa Abah Anom di PP. Suryalaya Tasikmalaya Jawa
Barat, memberikan inspirasi dalam dada diri Ahmad Sirulloh (wawancara
kamis 14 Juni 2015 pukul 15.00 WIB dari informan sesepuh Pondok
Pesantren suryabuana Bapak M. Akib Ali Atmo dan Subchan. S.Ag).
Ahmad Sirrulloh berupaya untuk menata kembali kondisi keagamaan
masyarakat Desa Balak Pakis Magelang khususnya dan menyebarkan ajaran
tarekat yang merupakan ruh Islam ke seluruh masyarakat. Pertemuan itu
juga menambah kemantapan Ahmad Sirrulloh melangkahkan kaki di
wilayah kebenaran. Seiring perjalanan waktu, Ahmad Sirrulloh mulai
mengenalkan zikir yang beliau terima dari Pangersa Abah Anom kepada
rekan-rekannya, kepada para kerabatnya, dan kepada anggota keluarganya.
Beliau juga mencari kesamaan-kesamaan antara tarekat yang telah berjalan
cukup lama di dusun Balak dan tarekat yang baru diterimanya. Beliau juga
mencari sebab mengapa tarekat yang telah berjalan sekian lama tidak
66
mampu menjadi benteng kemerosotan moral dan terkesan tidak memberikan
kontribusi dalam membangun pola pikir dan sikap dalam hidup
bermasyarakat. Mulailah Ahmad Sirrulloh mengajak anak-anak kecil dan
rekan-rekan sebayanya untuk melakukan zikir tarekat sebagai wirid,
walaupun mereka belum mendapatkan talqin zikir dari seorang wali
mursyid.
Beberapa murid keluarganya yang memang telah mengenal zikir dan
pernah mendapat talqin zikir dari mursyid yang bernama Mbah Nawawi dari
Berjan Purworejo, beliau berikan pengertian dan pengenalan akan zikir yang
diajarkan di PP. Suryalaya. Diantara anggota keluarga yang memahami
metode zikir Suryalaya adalah bapaknya sendiri Said bin muhtar dan
mertuanya Kiai Ahmad, serta beberapa anggota keluarga yang lain. Pada
akhirnya mereka mau mengikuti mengambil pelajaran zikir dari Pangersa
Abah Anom serta mengamalkannya sehingga turut membantu Ahmad
Sirrulloh mengembangkan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.
Zikir dengan metode pengamalan khusus dari Pangersa Abah Anom
ini ternyata cepat sekali dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka yang
mengamalkan. Berbekal pengalaman, perasaan dan penghayatan yang
diperoleh dari zikir dari Suryalaya, Ahmad Sirrulloh dan Kiai Ahmad
mencoba mensosialisasikan metode ini kepada jamaah yang dibinanya. Juga
Ahmad Sirrulloh dengan semangat yang luar biasa mencoba mencari celah
dan cara untuk menanamkan pengertian, khususnya kepada para remaja
akan dasar dan tujuan dari tarekat tersebut.
67
Di awal aktifitasnya, Ahmad Sirrulloh lebih mendahulukan berdakwah
dan mengajak para remaja dan pemuda untuk masuk dan mengamalkan
tarekat, mengingat merekalah tunas-tunas dan tulang punggung masyarakat.
Dengan langkah yang demikian ini tarekat di Balak khususnya dan
Magelang pada umumnya, tidak hanya diikuti generasi yang telah tua, tetapi
generasi muda pun bersemangat mengamalkannya. dengan bantuan Allah
Swt. akhirnya banyak remaja yang menyadari betapa mereka memerlukan
satu metode untuk meluruskan keyakinan mereka, memupuk semangat
juang keagamaan mereka dan meraih cita-cita mereka dengan penuh ridha
Allah Swt. para remaja ini akhirnya juga mengambil talqin zikir dari
Pangersa Abah Anom, yang kemudian diikuti generasi tua laki-laki dan
perempuan. Bahkan Orang-orang yang dahulunya jahat, banyak berbuat
dosa, tidak malu-malu untuk bergabung dengan Ahmad Sirrulloh sekaligus
jadi orang yang bersungguh-sungguh dalam bertarekat serta mengajak yang
lain untuk bersatu bergabung melantunkan kalimat lãilãha illa allãh.
Begitu juga Kiai Ahmad, tidak begitu sukar memberikan pengertian
akan tarekat dari PP. Suryalaya ini kepada jamaahnya, karena pada dasarnya
apa yang diamalkannya sama dengan apa yang mereka terima dari Mbah
Nawawi Berjan. Mereka hanya memerlukan sedikit argumentasi akan
keharusan mencari wali mursyid lagi setelah Mursyid mereka meninggal
dunia. Akhirnya murid Kiai Ahmad juga banyak yang memperbaharui talqin
zikir mereka kepada Pangersa Abah Anom. Barokah zikir yang diamalkan
sebagian masyarakat Balak ini terasa sekali manfaatnya dan dapat dirasakan
68
secara langsung oleh pribadi masing-masing, maupun secara kolektif dalam
masyarakat.
Walaupun disatu sisi ada sebagian lagi dari masyarakat Dusun Balak
yang tidak biasa menerima dan mau mengerti akan metode zikir Suryalaya
ini. Kegiatan tetap berjalan terus dan gaung pun bersambut, layar
terkembang, kabarpun terbawa angin sampai ke Dusun sekitar. Terdorong
untuk menyebarluaskan tarekat di dusun Balak dan upaya membangkitkan
kembali amaliyah tarekat yang telah dirintis oleh Kiai Samudi yakni saudara
Ipar Kiai Ahmad, dan mengajak masyarakat yang kurang peduli dengan
kondisi keagamaan untuk bersama-sama bergabung mengharumkan agama
Islam, Ahmad Sirrulloh mencoba mengadakan sosialisasi tarekat dengan
sarana pengajian umum di Masjid Al-Falah, yang merupakan Masjid
Kampung tempat Mbah Mangli menyelenggarakan pengajian tiap kamis
kliwon dan Kiai Samudi pernah membina masyaraakat dengan amaliyah
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dari Berjan Purworejo.
Tercatat beberapa kali pengajian umum pernah dilakukan di Masjid Al
Falah tersebut. Pengajian umum dan manaqib untuk pertama kali juga
dilakukan di Mushola Al-Akbar. Semakin hari murid yang ikut kegiatan
amaliyah tarekat ini semakin banyak, bahkan dari dusun-dusun sekitar mulai
banyak yang ikut bergabung dan mengambil talqin zikir, semakin banyak
pula murid Ikhwan yang memerlukan pembinaan.
Dengan demikian guna bisa menampung murid yang banyak dalam
acara bulanan yaitu manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, acara yang
69
semula dilaksanakan di mushola Al-Akbar tersebut dipindahkan tempatnya
ke Mushola Al-Husain, Mushola tempat Kiai Ahmad membina masyarakat
dengan amaliyah keagamaan sehari-hari, tercatat beberapa kali acara
manakib dilaksanakan di Mushola Al-Husain ini. Dengan kekuasaan Allah
Swt. Tarekat ini terus berkembang karena memang dapat dirasakan
manfaatnya dan diperlukan untuk kemajuan pendekatan diri kepada Allah,
menggapai ridha-Nya. Perkembangan ini menjadikan Mushola Al-Husain
tidak lagi mampu menampung Murid-muid tarekat dalam acara manakib
dan memberikan inspirasi kepada Ahmad Sirrulloh untuk membuka satu
tempat baru di ujung barat laut Dusun Balak untuk dijadikan pusat
pembinaan dan pengembangan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.
Maka dengan memohon kekuatan kepada Allah Swt. yakin akan
pertolongan dan kuasa-Nya dibukalah areal baru tersebut dengan nama
Suryabuana.
Secara harfiyah Suryabuana terdiri dari dua kata dari bahasa jawa,
yaitu Surya yang berarti sinar atau matahari dan Buana yang berarti bumi
atau dunia. Suryabuana kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
berarti sinar yang menerangi dunia. Dengan nama Suryabuana tersebut
Ahmad Sirrulloh menaruh harapan yang sangat tinggi dari keseluruhan
kegiatan pembangunan dan pembinaan yang dilakukan di lokasi tersebut.
Diantara harapan yang senantiasa dimohonkan kepada Allah Swt.
adalah terangnya keadaan rohani semua orang yang pernah mengunjungi
Suryabuana, bersinar dengan pancaran nur ma’rifat Illahi sehingga mampu
70
memberikan penerangan kepada jalan hidupnya sendiri, untuk senantiasa
dalam jalan yang diridhai Allah Swt. juga mampu memberikan penerangan
kepada jalan hidup keluarganya dan masyarakat luas, untuk senantiasa hidup
penuh dengan keharmonisan, penuh ridha Allah Swt. bahkan mampu
memberikan penerangan kepada mereka yang hidup dalam kegelapan untuk
bisa kembali pada jalan hidayah Illahi.
Tentunya maksud yang terkandung dalam pemberian nama
Suryabuana sangat banyak dan hanya Ahmad Sirrulloh dan Pangersa Abah
Anom yang lebih mengetahui hakikatnya secara rinci. Secara umum
Suryabuana merupakan satu paket rencana pembangunan sarana dan
prasarana yang akan dijadikan basis atau pusat pembinaan dan
pengembangan Agama Islam yang lebih sempurna melalui pengamalan
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Kabupaten Magelang, tepatnya
di Dusun Balak Losari kecamatan Pakis. Adapun prioritas utama dan
pertama dari pembangunan adalah Masjid serta menara. Secara lahiriyah
dibukanya areal baru tersebut memang karena Mushola Al-Husain
dipandang tidak akan mampu menampung murid ikhwan yang mengikuti
kegiatan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang terus bertambah.
Tetapi pada hakikatnya, pembukaan tersebut merupakan amanah yang
diterima dari Allah Swt. Sebagaimana tarekat yang tidak hanya
mengembangkan sisi lahiriyah manusia, tetapi juga mengedepankan sisi
batiniahnya, maka Ahmad Sirrulloh dengan Suryabuana yang dijadikan
pusat pembinaan dan pengembangan Tarekat Qadiriyyah Wa
71
Naqsyabandiyyah senantiasa merambah dua sisi tersebut secara bersamaan
dalam pembangunan dan pemakmurannya.
Setiap tahap dari pembangunan Suryabuana senantiasa diimbangi
dengan serangkaian dzikir dan mujahadah sebagai wujud permohonan
kepada Allah, sekaligus sebagai wujud rasa syukur karena telah dijadikan
tangan-tangan-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Secara historis,
persiapan pembukaan areal Suryabuana oleh Ahmad Sirrulloh dimulai pada
tanggal 27 Dzulhijjah 1419 H bertepatan dengan 14 April 1999 M, dimulai
dengan pengangkatan sebuah batu bersejarah yang sudah ratusan tahun
berada di lokasi itu, diteruskan sehari kemudian dengan penataan calon
lokasi masjid, bertepatan dengan hari kamis kliwon. Penataan dimaksud
termasuk penentuan arah kiblat dan rencana bangunan sebagai awal
pembangunan sebuah masjid.
Selang tiga hari setelah persiapan tersebut, pada hari sabtu pahing,
bertepatan dengan tahun baru Islam yaitu 01 Muharom 1420 H atau tanggal
17 April 1999 M, setelah pemancangan benang persegi empat di lokasi yang
benar-benar masih alas atau bisa dikatakan masih ditanami pohon ketela
dengan taqdir dan ridla-Nya, Ahmad Sirrulloh mengumumkan
diresmikannya masjid tersebut dan dinamakan Masjid Surya Mustika
Rahmat. Peresmian dilakukan bertepatan dengan isyroq, pukul 05.37 WIT.
tepat saat terbit sang surya.
Dalam perjalanan waktu, fungsi masjid Surya Mustika Rahmat tidak
hanya digunakan untuk keperluan ibadah dan amaliyah rutin jamaah tarekat
72
saja, namun digunakan juga untuk keperluan ibadah yang bersifat sosial,
seperti musyawarah tentang perencanaan dan pekerjaan proyek, pelaksanaan
akad nikah, bersihan yakni acara pemberian nama seorang bayi yang baru
lahir dan sebagainya. Masjid Surya Mustika Rahmat merupakan mustika
bagi para Ikhwan khususnya dan masyarakat pada umumnya, selang
beberapa bulan kemudian ada beberapa Ikhwan dari beberapa daerah yang
memasrahkan anaknya kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan
pembinaan keagamaan yang intensif. Satu anak, dua anak dan terus
bertambah sehingga memerlukan pemikiran untuk menempatkan mereka.
Dengan pertimbangan yang masak akhirnya dibangunlah kamar-kamar
sederhana sebagai asrama bagi santri-santri di dekat Masjid Surya Mustika
Rahmat.
Sementara pembangunan fisik dan pembinaan rohani terus berjalan,
terus bertambah pula kemantapan para Ikhwan dalam mendukung dan ikut
berpartisipasi dalam pengembangan Suryabuana. Menyadari kian hari kian
bertambah mereka yang memerlukan bimbingan dan juga semakin banyak
yang bersilaturahmi kepada beliau, rumah yang menjadi tempat tinggal
beliau terkadang tidak mampu menampung tamu saat-saat sehabis
pengajian, maka atas perintah Pangersa Abah Anom dibangunlah satu
pendopo untuk menerima tamu di belakang rumah beliau dengan ukuran 12
X 12 M2. Pada perjalanan pengembangan selanjutnya, Ahmad Sirrulloh
merencanakan membangun satu menara sebagai simbol keimanan yang kuat
73
dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai oleh para
Ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai Mi’rojul washilīn.
Menara Masjid tersebut rencana akan dibangun 15 M sebelah selatan
Masjid Surya Mustika Rahmat. Atas saran dan perintah dari Pangersa Abah
Anom maka menara tersebut akan dibangun dengan ketinggian 27 M
sebagai simbol hakikatnya. Peletakan batu pertama pembangunan menara
tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh pada tanggal 27 Juli 2003 M
bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada pukul 21.00 WIB. Ahmad
Sirrulloh member nama pada menara tersebut Menara Kalimosodo “Menara
kalimat Syahadat”, yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya
lãilãha illa allaah Muhammadur Rasulullah.
Adapun penggarapan dan pembangunan menara, sampai saat ini baru
sampai selesai tahap pondasi. Dengan adanya pembangunan menara ini,
pembangunan Masjid dihentikan sementara waktu walau belum sempurna,
karena dianggap sudah biasa dipergunakan untuk kegiatan rutin baik harian,
mingguan, maupun bulanan. Seiring perkembangan jamaah dan berjalannya
kegiatan, para tokoh Ikhwan dengan arahan dan bimbingan Ahmad
Sirrulloh, bahkan juga beliau sendiri memberikan pengertian kesadaran
kepada ja Ikhwan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah bahwa proyek
yang sedang dilaksanakan tersebut adalah proyek untuk mengagungkan
Asma Allah sendiri dan Rasul-Nya, hidup yang hanya sekali ini haruslah
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berkarya dalam rangka
mengagungkan Allah dan Rasulullah.
74
Sehingga dengan pengertian tersebut para Ikhwan dengan kesadaran
sendiri memberikan tenaga, pikiran, bahkan harta benda untuk kelancaran
pembangunan. Dengan kiat-kiat semacam inilah secara tidak disadari para
Ikhwan digiring masuk kedalam nuansa kehidupan para sahabat Nabi oleh
Ahmad Sirrulloh. Perkembangan Masyarakat yang bergabung mengikuti
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah (TQN) di PP. Suryabuana saat ini
ternyata tidak hanya berasal dari Kabupaten Magelang saja, banyak murid
Ikhwan dari beberapa daerah disekitar Magelang secara rutin mengikuti
kegiatan dan program pembinaan yang dilakukan Ahmad Sirrulloh.
Murid-murid Ikhwan berasal dari berbagai daerah yang diantaranya:
Kabupaten Boyolali, Kendal, Pekalongan, Tegal, Purworejo, Wonosobo,
Salatiga, Surakarta, Nganjuk, Surabaya, Jakarta, Palembang, Makasar dan
serta setiap Kabupatendan Kota di Jawa Tengah. Melalui bimbingan Ahmad
Sirrulloh, mereka dengan seksama diberikan pengertian bahwa dalam
rangka mendekatkan diri dan berjalan menuju Allah sangatlah memerlukan
seorang penuntun Wali Mursyid. Dalam benak pemikiran Ahmad Sirrulloh
sebetulnya tidak hanya yang mukim di komplek PP. Suryabuana saja yang
menjadi Santri, namun keseluruhan Ikhwan yang bergabung dianggap santri
dan diharapkan betul-betul akan menjadi santri dalam makna yang
sesungguhnya, yaitu menjadi murid yang benar-benar selalu haus memasuki
wilayah kebenaran.
Keseluruhan Ikhwan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
(TQN) yang saat ini bergabung senantiasa diharapkan menjadi suatu
75
komunitas yang Islami, Imani, dan Ihsani, bersatu padu hidup di medan
kebenaran, sebagaimana nuansa masa-masa para Sahabat Nabi Muhammad
Saw. Harapan itu dapat terealisir melalui bimbingan Pangersa Abah Anom
dan ketaatan ikhwan PP. Suryabuana kepada wali mursyid dalam
melaksanakan amalannya.
Menurut informan Bapak Abdullah MH. Makhasin Ahli Terapi
Herbal dari Jamaah Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah di Balak
beliau mengatakan:
Menurut silsilah cerita turun- temurun, dahulu Dusun Balak
pernah diadakan tempat Musyawarah Walisongo berkumpul yang
dibuktikan penemuan batu besar sembilan yang mana sebagai alas
duduk mereka. Dikarenakan lokasi tersebut memiliki nilai sejarah
yang sangat bermakna maka masyarakat menjadikan tempat petilasan.
Wali Songo singgah dan bermukim di Dusun Balak karena mereka
mempunyai misi berdakwah menyebarkan agama Islam serta
mengenalkan metode dzikir tarekat yang dzikirnya apabila ada
bimbingan dari Wali Mursyid sangat bernilai berkualitas di hadapan
Allah, dzikir yang didapatkan dari talqin memberikan kondisi hati dan
perubahan akhlakhlul karimah yang sangat pesat terhadap diri
personal.
Akan tetapi sebelum Walisongo meninggal mereka khawatir
siapa nanti yang akan meneruskan jejak perjuangannya, kemudian
Walisongo setiap habis sholat bermunajat kepada Allah supaya
sepeninggal mereka nanti ada generasi pemimpin penerus di Dusun
Balak ini. Kemudian atas berkah para Wali Songo dan terkabulnya
doa yang dipanjatkan kepada Allah, Dusun Balak dikaruniai
terlahirnya seorang Bayi dengan cahaya yang sangat terang
benderang, hanya orang-orang yang bersih hatinya, pakar spiritual dan
para kiai yang mampu melihat cahaya terang benderang dari seorang
bayi tersebut. Bayi tersebut putra dari Bapak Said bin Muhtar dan
mertuanya Kiai Ahmad.
Kemudian bayi tersebut dikasih nama Ahmad Fauzun yang
waktu menginjak dewasa menempuh belajar di UIN Yogyakarta
Jurusan Filsafat. Dan beliau tergolong mahasiswa yang sangat cerdas,
pintar, dan semangat yang tinggi dalam meraih prestasi. Kemudian
seusai wisuda beliau bersilaturrahim ke Pondok Suryalaya,
Tasikmalaya Jawa Barat yang dipimpin Wali Murysid Syekh Shohibul
Wafa Tajul ‘Arifin atau dengan gelar Abah Anom. Setelah Ahmad
76
Fauzhun bertalqin dan secara legalitas menjadi Murid Abah Anom
bertahun-tahun mengalami kemajuan ruhani spiritual yang signifikan
maka Abah Anom Bermimpi dan mendapatkan Ilham mengganti
nama Ahmad Sirulloh (wawancara, Selasa Mei 2015 pukul 09.00
WIB).
Berbeda dengan Mubaligh Muh Badrur Munir atau sering dipanggil
Gus Munir berasal dari nganjuk Jawa Timur beliau menjelaskan:
Dahulu memang Ahmad Fauzun bersilaturrahim dan
mendapatkan talqin bibit lã ilãha illallãh dari Wali Mursyid (Abah
Anom), tetapi karena Abah Anom mengetahui kenaikan maqam
ruhani yang sangat pesat terhadap Muridnya khususnya Ahmad
Fauzun, kemudian Abah Anom mendapatkan ilham lewat mimpinya
yang kemudian menyuruh mengganti nama Ahmad fauzun dengan
nama Ahmad Sirulloh. Setelah beberapa tahun kemudian para Murid
tarekat yang memiliki gairah ibadah riyadlah yang tinggi diantarnya :
Kiai Gus Jalil dari Kudus Putra dari Syekh Jumadil Kubro dari Kudus
mendapatkan Ilham dalam mimpinya menambah nama Syekh kepada
Ahmad Sirulloh.
Pakar spiritual daerah Magelang ini sesepuh Mbah Tugi dalam
mujahadah dengan jamaahnya dan serta riyadlahnya yang sangat
tinggi juga bermimpi dengan menambahkan nama Kanjeng kepada
Ahmad Sirulloh, jamaah yang bernama Bapak kuat dalam riyadlah
dan mujahadahnya mendapatkan Ilham dalam mimpinya bertemu
Rasulullah, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dan Syekh At Dasuat, para
wali mengemukakan penambahan nama Muhammad Qadir Dausat
kepada Ahmad Sirulloh. Jadi kumpulan mimpi jamaah ikhwan pilihan
Allah dari mujahadah dan riyadlahnya yang tinggi akhirnya beliau
mendapat gelar Gelar Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir
Dausat sebagai pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Pakis Kabupaten Magelang yang mengajarkan
tarekat Qadirinyyah wa naqsyabandiyyah atas qodho dan qadarnya
Allah dan perintah Kekasih Allah Wali Murysid Syekh Shohibul
Wafa Tajul ‘Arifin atau dengan gelar Abah Anom dari Pondok
Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat (Wawancara, Rabu 3
Mei 2015 pukul 19.00 WIB).
Dilanjutkan dari informan Bapak Ahmad Ikhda Sufiyana, S.Pd.I yang
menempuh perkuliahan di UIN Sunan Kalijogo beliau mengatakan sebagai
berikut:
77
Sebenarnya pemberian nama gelar Ahmad Fauzun itu atas
qodho dan qadarnya Allah satu paket yang diberikan kepadanya,
akan tetapi pemberian nama gelar itu disampaikan Allah melalui
mimpi-mimpi orang-orang tertentu yang memiliki pakar spiritual
yang tinggi akibat dari mujahadah dan riyadlahnya, orang yang
mendapatkan ilham berasal dari berbagai daerah: Magelang, Kudus
dan lain- lain.
Dahulu ketika Ahmad Fauzun bersama sahabat karib Bapaknya
Mustakim, ketika mereka mau bersilaturrahim ke Pondok Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat yakni Wali Mursyid KH.
A.Shokhibul Wafa Tajul Arifin atau gelar Abah Anom, Ahmad
Fauzhun setelah mendapatkan talqin bibit dzikir lã ilãha illallãh
kemudian menjadi murid yang mengalami kenaikkan maqam yang
sangat drastis dan kemudian beliau Abah Anom mimpi mendapatkan
ilham memerintahkan Ahmad Fauzun berganti nama Ahmad Sirulloh
yang disaksikan beberapa Jamaah tarekat dan sahabat dekat beliau
sendiri Bapak Mustakim.
Berbeda dengan jama’ah lain Gus jalil dari Kudus Demak juga
bermimpi mendapatkan ilham menambahkan nama Syekh, Jamaah
dari Magelang sesepuh Mbah Tugi juga mendapatkan ilham
menambahkan nama Kanjeng dan sesepuh Bapak kuat dari
Magelang juga mendapatkan ilham menambahkan Muhammad
Qadir Dausat karena dalam mimpinya beliau meceritakan bertemu
Muhammad, Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dan Syekh Dausat dan
para wali memerintahkan untuk menambahkan nama di belakang
Ahmad Sirulloh. Kemudian dari beberapa ilham para jamaah yang
bisa dikatakan memiliki tingkat spiritualitas yang sangat tinggi yang
mendapatkan ilham maka nama Ahmad Sirulloh berubah menjadi
nama Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir Dusat.
Sejarah Tarekat Qadiryyah Wa Naqsyabandiyyah di Dusun
Balak, Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir Dusat
diperintahkan Abah Anom untuk mendirikan dan menyebarkan
Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah dari Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat yang kemudian membuka areal
baru di tengah sawah yang bernama Masjid Mustika Rahmat.
Pembangunan Pondok Pesantren suryalaya, dan pembangunan
gapura dan menara yang tinggi, dan pelestarian petilasan yang ada
sembilan batu wali songo bermusyarah, dan sarana prasarana yang
menunjang kegiatan tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah
dikembangkan Kanjeng Syekh Ahmad Sirulloh Muhammad Qadir
Dausat, semua bangunan yang beliau dirikan hanya perintah dari
Abah Anom, sehingga perkembangan tarekat ini diharapkan mampu
merubah perubahan akhlak jamaah dan mema’rifati Allah baik dari
segi Dzat, Asma’ dan Af’alnya. Dan yang penting melaksanakan
wasiat dari Abah Sepuh yang salah satunya jangan terbujuk oleh
78
bujukan rayuan syetan dan mengekang dari hawa nafsu (wawancara,
Sabtu 6 Juni 2015 pukul 07.00 WIB).
3. Azaz, Aqidah, Maksud dan Tujuan Pondok Pesantren Suryabuana
Asas Pondok Pesantren Suryabuana adalah Pancasila, sedang dalam
bidang aqidahnya adalah mengikuti aqidah Islam, ahlussunnah wal jama’ah.
Adapun maksud dan tujuan Pondok Pesantren ini adalah pertama, mental
spiritual meliputi : membangkitkan, meluruskan, dan memperbaiki keilmuan
umat, mencegah dan mengatasi kebobrokan Akhlak (moral) umat,
memperdalam dan menyebarluaskan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum kepada umat, menegakkan dan menghidupkan kembali kalimah
lãilãha illallãh (ruh Islam) ke tengah-tengah kehidupan umat, Menggalang
Persatruan dan kesatuan Intern umat Islam dan antar Umat beragama.
Kedua, material meliputi: mengatasi persoalan umat seperti
keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan, dengan membangun fasilitas
dibidang perekonomian, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Ketiga,
usaha meliputi : untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka, yayasan
berusaha dengan cara sebagai berikut: mengadakan majlis ta’lim,
Pengkajian ilmu-ilmu keislaman, dan ilmu-ilmu umum. Majlis Dzikir dan
gemblengan mental mujahadah, mendirikan Pondok Pesantren, sekolah
umum, Perpustakaan, dan Balai pengobatan untuk menangani korban
penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA),
penggalian dana melalui usaha di sektor pertanian, peternakan, perkebunan,
pertukangan, dan perbengkelan dan lain-lain yang tertuang dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Bakti Umat Pusat Pondok
79
Pesantren Suryabuana (Dokumen, M. Akib Ali Atmo pada Kamis, 14 Mei
2015).
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Suryabuana
Adapun visi Pondok Pesantren Suryabuana sebagaimana dijelaskan
oleh bapak Akib adalah Menghidupkan kembali nilai – nilai ruh Laailaaha-
illallah ke tenggah masyarakat muslim, dengan semangat keilmuan Islam
dan nilai-nilai ketimuran,persatuan ikhwan dan pancasila yang saat ini sudah
mulai ditinggalkan dan menipisnya semangat nasionalisme
Misinya adalah Pertama, melaksanakan dan menyebarkan ajaran
TQN (Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah) Asuhan Pangarsa Abah
Anom (PP Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat) ke tengah-tengah masyarakat
muslim. Kedua, melaksanakan dan menyebarkan ajaran Tanbih
“peringatan” dari pangarsa Abah Sepuh dari PP. Suryalaya ke tenga- tengah
para Ikhwan TQN (Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah). Ketiga,
melaksanakan dan menyebarkan keilmuan Islam (ala ahli sunnah wal
jama’ah) ke tengah-tengah masyarakat muslim yang berkait dengan
kehidupan beragama dan bernegara. (Dokumen, M. Akib Ali Atmo pada
Kamis, 14 Mei 2015).
80
5. Susunan Pengurus dan Kurikulum Pondok Pesantren Suryabuana
Peneliti mendapatkan informasi dari Dokumen Bapak M. Akib Ali
Atmo pada Kamis, 14 Mei 2015 yang menyatakan
Pengurus Yayasan
Pengasuh : Ahmad Sirrulloh .MQD
Pembina : Drs. KH. Arif Sudarsono
Drs. M. Safe’i
Subhan, S.Ag
Ketua umum : M. Akib Ali Atmo
Ketua I : A. Khadzik S.Pd.I
Ketua II : Kiai. Zaenal Mutaqien
Ketua III : Kiai. Isyono Humam
Ketua IV : Kiai. Abdul Kodir
Sekretaris I : Rofi’I Zaenudin
Sekretaris II : Wiwik Ekowati
Bendahara I : Muhyar Ahmadi
Bendahara II : Suroso
Program Divisi operasional
1. Divisi Pendidikan & Dakwah :
2. Divisi Pembangunan &
Infrastruktu :
3. Divisi Keamanan :
4. Divisi Dokumentasi, Pemberitaan /
Majalah :
5. Divisi Inabah :
Pertama, Sayyid Rahman Al-
Jufri, S.E. Kedua, Badrul
Munir, Ketiga Ahmad Ikhda
Sufiyana, S. Pd.I
Pertama, Agus Riyanto,
Kedua,
Sabar Abdul Rasyid, Ketiga,
Edy Ristiyono
Pertama, Joko Tetuko,
Kedua, Darsono,Ketiga, Heri
Pertama, Bambang, Kedua,
As Ary JS, Ketiga, Anang
Pertama, Ahmad Ikhda
Sufiyana, S. Pd.I, Kedua, DR.
David Hernawan
Ketiga, KH. A. Dimyati
81
Daftar Mubaligh
No Nama Alamat
1 Kiai. Sidiq Luthfi Balak, Pakis Magelang
2 Kiai. Zaenal Mutaqien Banyu biru Kab. Semarang
3 Kiai. Abdul Kodir Suruh, Kab Semarang
4 Kiai. M. Khadzik Randu kuning Muntilan
Magelang
5 Kiai. Isyono Humam Sawangan Muntilan, Magelang
6 Kiai. Drs. Budiarso Semampir Purwokerto
7 KH (Letda) Eko Surahmanto Kutoarjo, Purworejo
8 Kiai. A.Ikhda Sufiyana. S Pd.I Karang Banyubiru. Kab
Semarang
9 Kiai. Muhammad Badrul
Munir Nganjuk. Jawa Timur
Kurikulum yang dimaksudkan disini adalah kegiatan-kegiatan yang
berupa aktivitas peribadatan yang harus diikuti oleh para anak bina. Adapun
kurikulum dan jadwal selengkapnya adalah sebagai berikut:
NO Waktu Jenis ibadah Jumlah rakaat dan
salam
1 09.00
WIB.
Sholat Dhuha,
Dzikir
8 rakaat / 4 salam
2 12.00 Sholat Sunnah Qobla Dhuhur, 2 rakaat
82
Sholat Dhuhur,
Sholat Sunnah Ba’da Dhuhur,
Dzikir
4 rakaat
2 rakaat
3 15.00
WIB.
Sholat Sunnah Lidaf’il Bala
Sholat Ashar
Dzikir dan Khotaman
Sholat Sunnah Qobla Maghrib
Sholat Maghrib
Dzikir dan khotaman
2 rakaat
4 rakaat
2 rakaat
3 rakaat
4 18.00
WIB.
Sholat Sunnah Ba’da Maghrib
Sholat Sunnah Awwabin
Sholat Sunnah Taubah
Sholat Sunnah Birulwalidain
Sholat Sunnah Lisyukrin
Ni’mat
Sholat Sunnah Qobla Isya
2 rakaat
6 rakaat / 3 Salam
2 rakaat
2 rakaat
2 rakaat
2 rakaat
5 19.00
WIB.
Sholat Isya
Sholat Sunnah Ba’da Isya
Dzikir Minimal 165 X
4 rakaat
2 rakaat
6 21.00
WIB.
Sholat Sunnah Mutlak
Sholat Sunnah Istikharoh
2 rakaat
2 rakaat
83
Sholat Sunnah Hajat, Dzikir 2 rakaat
7 02.00
WIB.
Mandi Taubat
Sholat Sunnah Tahajut
Sholat Sunnah Tasbih
Sholat Sunnah WIBir
Dzikir Sampai Menjelang
Subuh
12 rakaat / 6
salam
4 rakaat / 2 salam
3 rakaat
Jadwal dan pelaksanaan kurikulum tersebut dilaksanakan secara
berjamaah dengan penuh kedisiplinan, karena inilah yang dijadikan “obat”
bagi terlaksananya proses penyembuhan (psikoterapi).
C. Perubahan Akhlak Tasawuf pada Murid Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah
Peneliti menggali informasi dari sesepuh Pondok Pesantren suryabuana
Bapak Subchan beliau menjelaskan
Menurut Informan Bapak Subchan perubahan sikapnya tergantung
pada seberapa baik murid tarekat mema’rifati Allah melalui bimbingan
wali mursyid maka semakin baik kuantitas dan berkualitas murid tarekat
tersebut. Barometer atau ukurannya tidak menentu perhari, perbulan,
pertahun dan seterusnya tergantung pada anugerah hidayah dari Allah.
Apabila seorang murid semakin takut siksa neraka maka akan semakin
baik pula cara pandang murid tersebut memfokuskan pada maksud dan
tujuannya hanya untuk Allah dan menyingkirkan yang lain keduniwian.
Jadi metodenya mengenal Allah dulu maka akan berdampak akan
mengenal Allah. (Wawancara, Kamis 14 Mei 2015 pukul 17.00 WIB.)
Menurut informan Kiai Muhammad Badrul Munir atau Gus Munir
mengemukakan beberapa hal yang diantaranya :
84
Pertama, maqam taubat maksudnya apabila murid tarekat memiliki
suatu dosa apapun itu harus meminta kepada Allah supaya tidak
mengulanginya lagi. Biasanya dengan cara mandi taubat, sholat taubat,
istiqomah, istigfhar dan lain-lain. Kedua, mahabbah maksudnya
timbulnya rasa cinta seorang murid tarekat kepada gurunya sehingga
akan berdampak positif mengantarkan rasa cinta kepada Allah atau
mahabbah kepada Allah. Seperti rajin dzikir, puasa, sosial dan lain-lain.
Beliau juga mengatakan orang tua kita itu meliputi orang tua kandung,
guru sekolah, guru ngaji dan Wali Musryid tarekat khususnya yang
mengantarkan laju maqam ruhaniah.
Mereka menyayangi kita sebagaimana rasa kasih sayangnya orang
tua kandung kita kepada kita, tidak menginginkan anaknya terjadi
sesuatu hal yang buruk menimpanya. Sebagaimana ridla Allah tergantung
ridla orang tua kita, surga ditelapak kaki seorang ibu yang melahirkan
kita, begitu pula wali mursyid. Guru dan murid memiliki ikatan batin
yang sangat kuat dikarenakan guru termasuk orang tua kita. Jadi sudah
jelas bahwa mahabbah kepada guru tarekat akan menambah mahabah
kepada Allah khusunya gairah ibadah kepada Allah.
Ketiga, wirai’ maksudnya kehati-hatian seorang murid melakukan
sesuatu aktifitas apapun karena takut perbuatannya salah dan
menimbulkan dosa. Seperti halnya sebelum berdiskusi berdizkir 12 kali
terlebih dahulu untuk mengawalinya supaya terteteskan keberkahan dari
Allah SWT, dan juga ketika mengemukakan pendapat harus tawasul
terlebih dahulu, dalam mimilih sesuatu harus istikharah terlebih dahulu,
sholat hajat meminta petunjuk yang terbaik kepada Allah SWT. kehati-
kehatian dalam beradap kepada wali mursyidnya yang sering
diprioritaskan karena dengan berlatih beradap gurunya nanti akan
berdampak beradap kepada semua makhluk ciptaanya. Dan juga selalu
husnudzhon dari segala apapun. keempat, kefakiran ‘tidak butuh sesuatu,
sederhana’ biasanya yang dilakukan secara lahiriyah tidak menampakkan
tingkatan jabatan di dunia seperti menghilangkan atribut-atribut, gelar dst
karena yang dipandang kebersihan hati dan pemfokuskan hanya kepada
Allah Swt.
Kelima, Fana’ fisyekh akan mengantarkan fana’ fillah karena tidak
mungkin bisa murid mengalami kenaikan laju ruhaniah sangat tinggi
tanpa lebur dahulu kedalam dada seorang guru. Dengan mewakili segala
perbuatan atas nama gurnya pasti secara lahiriah akan semakin rajin
ibadah kepada Allah, semua gerakan berasal dari Allah tanpa ada yang
lain. (Wawancara, Jum’at 4 Juni 2015 Pukul 19.00 WIB)
Menurut informan Bapak Ikhda Sufiyana. S.Pd.I beliau menjelaskan:
Pertama, mahabbah kepada guru akan mengantarkan mahabbah
kepada Allah. Karena murid tidak mungkin bisa mema’rifati Allah dari
segala sifat-sifatnya kalau murid tidak belajar mahabbah dari gurunya,
siapa yang ingin bersanding kepada Allah apabila dia belum mampu
85
maka bersandinglah dengan para kekasih Allah. Ketika seorang Anak
melihat orang tuanya sebagai tajaliat Allah di bumi maka si anak akan
berbakti pada orangnya secara wajar. Sebagaimana ditekankan sabda
nabi Saw surga berada ditelapak kaki Ibu. Karena kontek orang tua itu
meliputi orang tua kandung, guru sekolah, guru ngaji dan yang paling
berbahagianya guru wali mursyid tarekat yang bisa membimbing baik
secara dohir dan batin.
Kedua, wara’ ‘kehati-hatian dalam pikiran dan perbuatan segala
hal‘ yang sering dilakukan selalu berihsan melaui gurunya dimanapun
berada selalu diawasi gurunya secara otomatis tidak akan melaukan
perbuatan maksiat apabila murid sudah masuk dalam dimensi ini, seperti
kisah nabi yusuf ketika di ganggu zulaikha yang menggodanya karena
beliau nabi melihat ihsannya ayahnya maka dia menolak dan
meninggalkannya. Contoh lain ketika diskusi wasilah dahulu, dimulai
dzikir dahulu, beradap sesuai adabnya guru. Dst. ketiga, kefakiran tarekat
balak biasanya busana lahiriah, pangkat jabatan di dunia seperti harus
memakai sorba, jubah dst tidak ditampakkan karena yang menjadi tolak
ukur hanya ingatnya hati bersama Allah.Keempat, zuhud dalam tarekat di
balak bertingkat- tingkat meliputi : zuhud secara lahiriyah atau umum
seperti puasa, mujahadah, dzikir dst. Kemudian apabila murid sudah bisa
melakukan hal-hal yang secara wajar maka dia akan meningkat dengan
zuhud meningggalkan perbuatan yang kiranya baik tapi dialihkan dengan
hal-hal yang bersifat labih baik, seperti menahan sementara waktu tidak
bersantai-santai, nonton tivi, bermain dst dialihkan dengan fokus ibadah
kepada allah
Kelima fana’ fisyekh akan mengantarkan fana’ fillah dimana laju
kecepatan spiritual ruhaniyah murid mewakili dan masuk ke dimesi dada
seorang guru maka secara otomatis rukhaniahnya akan terbimbing
dengan wasilah-wasilah yang muktabaroh, ketika murid itu lebur dalam
lenyapnya dada seorang guru maka rasa kesombongan, iri, dengki dst.
akan lenyap dengan fana’nya guru di hadapan Allah Swt. dan ketika
murid bersanding dan mewakili gurunya 100 % atau bisa dikatakan lebur
total maka yang dinilai dan dipandang Allah dengan siapa Murid itu
berkholil, perlu diketahui seorang wali mursyid itu kekasih Allah,
bagaimana jika diri ini lebur hanya kepada guru dan yang ada gurunya.
Subkhanallah pikiran dan perbuatan apapun dan bahkan sifat-sifat yang
ada dirinya digunakan hanya untuk Allah bukan yang lain. (Wawancara
Sabtu 6 Juni 2015 pukul 07.00 WIB).
Menurut Ahmad Latif Ghufron Kuliah di Institut Pertanian
Yogyakarta menjelaskan:
Zuhud ajaran Suryabuana itu analoginya zero dunia, juga zero
akhirat, tidak ada harapan untuk mendapat dunia juga dan tidak
menjadikan surga sebagai sesuatu amalan yang diagung-agungkan karena
pada hakikatnya kebagiaan yang terbesar yakni bertemu sang Maha
Kekasih Allah SWT., segala apapun cara untuk menuju titik fokus yakni
akhirat di nomer satukan akan tetapi melalui bimbingan wali mursyid.
86
Dengan ta’dim pada guru akan semakin cepat laju ruhaniyahnya karena
tidak sengaja kondisi leburnya sifat-sifat itu. Makan, minum, harta,
pakaian tidak menjadi tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan
dikarenakan yang menajadi tolak ukur yakni kebersihan dan kesucian
hati. Sikap wara’ ‘kehati-hatian’ dalam berbuat, seperti halnya ketika
melakukan sesuatu yang salah, itulah kami sebagai manusia yang mana
seperti analogi tiada manusia sempurna. Segala sesuatu yang baik itu
karena digerakkan hati nuraninya dari Allah. Tapi kalau segala perbuatan
menuju maksiat karena tercampurnya hawa nafsu, membuat resah gelisah
dalam tataran melakukan sesuatu. Hati-hati dengan bisikan syetan. Dan
hati-hatinya tentang adab kepada guru dan rasanya pengen menginsankan
guru secara total. Tujuan dunia bukan satu-satunya tujuan hidup, jadi
kesederhanaan dalam segala apapun, selalu bersyukur dalam setiap
keadaan. Karena wali mursyid termasuk orang tua kita, jadi seandainya
kita bersama dengan para kekasih-kekasih Allah dan mencintainya
mereka seperti sebagaimana kita mencintai dirikita sendiri maka, sudah
otomatis rahmat dan keberkahannya akan tercurahkan kedalam seorang
hamba tersebut. (Wawancara, Minggu 5 Juli 2015 pukul 10.00 WIB.)
D. Keanggotaan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
Menurut hasil wawancara dari salah satu informan Sri Wanidah alumni
pasca sarjana Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, tentang keanggotaan
tarekat beliau menyebutkan :
Bagi warga masyarakat yang ingin memasuki murid Tarekat tidak
memiliki persyaratan yang rumit, seperti harus berpuasa beberapa tahun,
khalwat ”menyendiri dari berbagai keramaian” beberapa tahun di ruang
khusus, dan lain- lain. Namun bagi masyarakat yang ingin memasukinya
diantaranya : pertama, berniat dalam hati yang tulus ikhlas serta
bersungguh- sungguh guna mendekatkan diri kepada Allah, kedua,
melalui pintu talqin tapi yang berhak mentalqin dan menanamkan bibit la
ilaha illallah yaitu Wali Mursyid atau bisa wakil talqin yang ditunjuknya
karena melalui proses ini murid baru bisa menggerakkan tujuh latifah-
latifah yang bersemayam dalam hati yang nanti dampaknya secara
psikologis atau ketenangan kejiwaan sangat terasa.
Informan juga menjelaskan sumber rujukan tuntunannya dari kitab
Al-Futuhat al-Rabbaniyah fi at-tarekat at-qadiriyyah, sebelum
melaksanakan talqin Jamaah membaca bacaan berikut:
1. Syahadatain 1x
رسول اهلل اإال اهلل وأشهد أن حممد أشهد أن الإله2. Membaca Istighfar 3x
أستغفر اهلل العظيم
87
3. Membaca Sholawat Nabi 3x
4. Membaca surat Al-Fatihah
Pada Kesempatan Itu juga Wakil talqin menjelaskan petunjuk inti
ajaran dan amalan yang harus dilaksanakan seorang murid dari segi
mekanisme dzikir jahr dan dilanjutkan dzikir khofi, materi spiritual
kerohanian yang lebih difokuskan keyakinan ketauhidan dan penguatan
refleksi muhasabah diri. Kemudian di mulailah talqin secara bersamaan
dimulai tuntunan dari wakil talqin menuntunnya secara perlahan-lahan
dan membaca seperti penjelasan kitab Al-Futuhat al- Rabbaniyah fi at-
tarekat at-qadiriyyah dan ditirukan jamaah tarekat secara bersamaan.
Ketiga, mengamalkan amalan yang bersumber dari kitab uquudul jumaan
yang meliputi: zikir wajib harian sehabis sholat fardlu 165 kali,
Khotaman seminggu sekali harinya sesuai mufakat dari daerah masing-
masing akan tetapi mengenai waktu Jam 09.00 WIB.., Manakib sebulan
sekali baik di daerah masing-masing dan Manakib akbar yang dihadiri
dari berbagai wilayah di Masjid Surya Mustika Rahmat Pondok
Pesantren Suryabuana.
Pengerakkan zikir jahr “suara keras” bergedhek serta
menggerakkan kepala bergerak ini berguna untuk menghancurkan
penyakit-penyakit hati seperti analogi sebuah batu besar akan hancur
apabila dihantamkan dengan pukulan dan hentakkan yang sangat keras
serta bersungguh-sungguh dan juga bermanfaat memerangi godaan hawa
nafsu yang sering mengotori perilaku dalam kehidupan sehari- hari. Dan
juga beliau menjelaskan tujuh latifah-latifah yang ada dalam diri manusia
yang diantaranya : pertama, latifah qolbi kehalusan jantung yang
tempatnya di bawah susu kiri, kira-kira dua jari dari susu kiri. Maka
setelah terasa dzikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang menyinari ke
bawah bahunya menuju ke atas, atau di dalamnya itu terasa getaran yang
kuat.
Kedua, Latifah Ruhi yang tempatnya di bawah susu kanan, kira-
kira dua jari dari susu kanan, setelah melakukan zikir bersama-sama
dzikir di dalam hati seperti orang melihat kedua jurusan kanan dan kiri
disatukan pandangan batinnya menjadi satu jurusan. Setelah terasa di
dalamnya gerak dan teguhnya dzikir. Ketiga,Latifah sirri tempatnya di
atas susu kiri, kira-kira dua jari. Dan dzikirnya itu merasa mantap.
Keempat, kemudian ditalqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah khofi
yang ditempatnya di atas susu kanan, kira-kira dua jari.
Kelima, Kemudian ditalqinkan lagi latifah Akhfa yang tempatnya
di tengah-tengah dada, dan terus diteguhkan dzikir seperti dii latifah-
latifah lainnya. Setelah itu ditalqinkan lagi denga latifah nafsi yang
tempatnya diantara mata dan keningnya. Disini diisi dengan teguh
hatinya penuh dzikir di seluruh latifahnya. Kemudian sampai ke latifah
jasad atau latifah qolab yang berarti kehalusan seluruh badan yang penuh
dengan dzikir setelah menyeluruh dzikirnya di tiap-tiap bahagian
anggotanya, sehingga menembus keseluruhan akar-akar bulunya iman
88
dengan getaran rasa yang lemas dan atau merasa menyelusupkan dzikir
nampak di seluruh badan (Wawancara, Jum’at 29 Mei 2015 Pukul 15.00
WIB).
Sementara menurut informan lain Bapak Tono tentang keanggotaan
tarekat memberikan penjelasan sebagai berikut :
Memasuki anggota tarekat diantaranya: pertama, memiliki
kesadaran diri diserta niat yang baik, kedua, mempunyai keinginan taubat
nasukha, ketiga, melakukan ritual talqin dari Wali Musryid atau wakil
talqin karena murid akan mendapatkan bibit khalimah toyyibah lailah ha
illah. Keempat, mengamalkan Dzikir wajib harian sehabis sholat fardlu
165 kali, Khotaman seminggu sekali harinya sesuai mufakat dari daerah
masing-masing akan tetapi mengenai waktu Jam 09.00 WIB.., Manakib
sebulan sekali baik di daerah masing-masing dan Manakib akbar yang
dihadiri dari berbagai wilayah di Masjid Surya Mustika Rahmat Pondok
Pesantren Suryabuana. (Wawancara, Rabu 20 Mei 2015 pukul 18.30
WIB.)
Menurut Informan yang berbeda Saudara Bapak Akib Ali Atmo
Pengasuh Pondok Pesantren Suryabuana mengatakan seseorang yang ingin
mememasuki dunia tarekat yang harus dilakukan diantaranya :
Pertama, adanya keinginan ingin bertaubat baik melaksanakan
mandi tobat maupun sholat tobat guna pembersihan hati secara lahir dan
batin karena seorang hamba yang ingin menghadap ke Allah harus suci
dan bersih dari kotoran- kotoran hati, kedua, Melaui pintu talqin dengan
Wali Musryid atau wakil talqin supaya murid bisa mendapatkan bibit
kalimah toyyibah lailah ha illah yang ditancapkan di dalam dada Murid
masing- masing, kalimah ini apabila di amalkan setiap hari sebanyak 165
kali berguna untuk revolusi mental akhlakhul karimah dan lebih fokus
sebagai benteng pembersihan penyakit-penyakit hati yang cepat dan
praktis, dan beliau juga menuturkan hati bisa hidup bugar segar kembali
apabila sering dihiasi lantunan dzikir lailaha illah. Perubahan akhlak
yang baik akan menunjang dan menebarkan islam yang rahmatn lil
alamin. (Wawancara, Kamis 21 Mei 2015 pukul 17.00 WIB)
Menurut informan Bapak Ahmad Ikhda Sufiyana, S.Pd.I beliau kuliah di
UIN Yogyakarta cara memasuki Anggota tarekat terbuka untuk umum bagi
siapa saja yang ingin memasukinya yang diantaranya:
89
Pertama, jamaah umum maksudnya setiap orang diperbolehkan
mengikuti kegiatan tarekat di balak ini tanpa terikat apapun baik amalan
dan lain-lain yang bisa dikatan jamaah simpatisan, kedua, melaui pintu
Talqin dari wakil talqin yang ditunjuk wali murysid, dengan talqin secara
legaitas menjadi murid syekh abdul qadir al jalinai dan mengamalkan
dzikir harian 165 kali, khotaman daerah, manakib daerah, manakib pusat
di balak, peringatan muharam dan ziarah per tahun di abah anom. Akan
tetapi semua ini tidak mengikat secara mutlak atau harus wajib
dilaksanakan tapi tergantung kondisonal keinginan hati murid tergantung
menyikapinya tapi biasanya bimbingan ruhani ikatan batin antara murid
dengan guru kalau berkaitan dengan ibadah kepada Allah para murid
sami’na wa atho’na (Wawancara, Sabtu 6 Juni 2015 Pukul 07.00 WIB).
E. Ritual Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana
Ritual tarekat ini adalah membaca lafadz la ilaha illallah sebanyak 165
kali, khataman mingguan dan manakib syekh Abdul Qadir Jailani,
sebagaimana dikatakan oleh bapak Kiai Mahsun dalam wawancaranya.
Amalan harian sehabis shalat fardlu adalah dzikir la ilaha illallah
sebanyak 165 kali secara jahr, khataman mingguan dan manakib daerah
masing-masing dan manakib di masjid mustika rahmat Pondok Pesantren
suryabuana balak magelang. Adapun penjelasan yang berkaitan dzikir
harian yang bersumber dari kitab uquudul jumaan diantaranya.
Adapun amalan dzikir harian yang dilaksanakan sesudah shalat
Fardhu dengan urutan sebagai berikut :
1. Membaca surah Al –Fatihah yang diawali dengan membaca
Wasillah
2. Membaca istighfar 3x
ر الرحيمو أستغفر اهلل الغف 3. Membaca sholawat 3x
له وصحبه وسلمآنا حممد وعلي صل علي سيد اللهم4. Membaca Doa
فتكر مطلويب أعطين حمبتك ومع هلي أنت مقصودي ورضاكإ
5. Membaca Lá Ilaha Illa lllah sebanyak 165x
اهلل إله إال ال 6. Membaca Shalawat Munjiyat sebanyak 1x
90
نا حممد صالة تنجينا هبا من مجيع علي أل سيدنا حممد و اللهم صل علي سيداألهوال واألفات وتقضي لنا هبا مجيع احلاجات وتطهرنا هبا من مجيع السيئات
ت يف من مجيع اخلرياوترفعنا هبا عندك أعلى الدرجات وتبلغنا هبا أقصى الغايات .تيه أجرا عظيمايعون اهلل فسيؤ يباإن الذين يبايعونك إمنا توبعد املما ةاحليا
7. Membaca surat al-Fatehah satu kali yang dikhususkan kepada nabi
besar Muhammad Saw dan shahabatnya.
8. Membaca surat al-Fatehah satu kali wasilah mulai dari Syeh Abdul
Qadir Al –Jaelani sampai mursid yang paling bawah
9. Membaca surat Al-Fatehah satu kali wasilah untuk orang tua dan
Saudara saudanya kaum muslimindan muslimat.
10. Membaca Istighfar 3x
أستغفر اهلل ريب من كل ذنب وأتوب إليه11. Membaca Tashahud akhir 1x
نا سيد ىنا إبراهيم وبارك علصليت على سيد نا حممد كمال سيدأاللهم صل علي نك محيد جميديف العا. . . عيل س يدان محمد و حممد .ملني ا
12. Membaca Doa
إهلي أنت مقصودي ورضاك مطلويب أعطين حمبتك ومعرفتك 13. Tawajjuhan dzikir khoffi ‘dzikir dalam hati’ sekuat-kuatnya dengan
suasana hening yakni, mengambil nafas sekuat-kuatnya disertai
dengan mata terpejam, bibir dirapatkan, kepala diletakkan
disamping bertepatan diatas dada sebelah kiri tidak bergerak,lidah
di letakkan dan ditekankan pada langit-langit mulut sambil tidak
bergerak seluruh anggota badan.
Adapun ritual atau amalan yang mingguan biasanya dalam tarekat
qadiriyyah wa naqsyabandiyyah disebut khotaman waktunya sesuai
mufakat daerah kelompok daerah masing-masing. Kata khotaman
diambil dari bahasa Arab dengan kata dasarnya khotaman yaktumu
khotman ‘selesai atau menyelesaikan’. Khotaman berfungi ganda
bagai pedang bermata dua.
Khotaman merupakan penunjang utama untuk mencapai ma’rifat
dan juga berfungsi sebagai doa yang manjur yang dipergunakan
untuk memohon kepada Allah dalam urusan dunia dan akhirat.
Sumber amalan ini dari kitab uquudul jumaan. Pelaksanaan dalam
tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di balak Pondok Pesantren
suryabuana ini dilaksanakan secara bersamaah dalam seminggu
sekali, dan lokasinya juga kondisonal meliputi rumah, masjid,
mushola dan pendopo. Beberapa hal yang dijelaskan dalam ritual
atau amalan dalam khotaman yang diantaranya :
91
1. Membaca surat Al-Fatihah yang diawali dengan bacaan
wasilah 1x
2. Membaca sholawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم3. Membaca Surat an-Nasyr 80x
4. Membaca surat al-Ikhlas 500x
5. Membaca Surat al-Fatihah dikhususkan kepada Syekh
Ahmad Baqir 1x
6. Membaca sholawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم7. Membaca 100x
اللهم يا قاضي احلاجات 8. Membaca 100x
اللهم يا كايف املهمات 9. Membaca 100x
يا دافع البليات اللهم 10. Membaca 100x
ع الدرجات ياللهم يا رف 11. Membaca 100x
اللهم يا شفيع األمراض12. Membaca 100x
اللهم يا جميب الدعوات 13. Membaca 100x
نيحيماللهم يا أرحم الر 14. Membaca surat al-fatihah di khususkan kepada Imam
Khawaibkan 1x
15. Membaca sholawat Nabi 100x
لهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلمال16. Membaca 500x
هلل العلي العظيال باإ ةالحول وال قو 17. Membaca sholawat nabi 100x
على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم صلاللهم
18. Membaca surat Al- fatihah dikhususkan untuk Imam
Rabbani 1x
19. Membaca surat al-Alaq 1x
20. Membaca istighfar 1000x
92
ليه إتوب أم و احلي القيو هو ستغفر اهلل العظيم الذي الاله االأ 21. Membaca surat An-Nas 3x
22. Membaca surat al-fatihah dikhususkan kepada sayyid
Mudhohhir 1x
23. Membaca shalawat Nabi 100x
آله وصحبه وسلم اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى 24. Membaca 500x
حسبنا اهلل ونعم الو كيل25. Membaca shalawat Nabi 100 X
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم26. Membaca surat al-fatihah dikhususkan kepada Syekh Abdul
Qadir al- Jalaini 1x
27. Membaca shalawat Nabi 100x
يدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلماللهم صل على س28. Membaca 500x
ونعم النصري نعم املوىل29. Membaca shalawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم30. Membaca surat al-fatihah dikhususkan kepada Syaikhina al-
Mukarrom 1x
31. Membaca shalawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم32. Membaca 100x
يا خايف اللطفي أد ركين بلطفك اخلفي33. Membaca sholawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم34. Membaca surat al-fatihah dikhususkan kepada Imam
Khowajah An-naqsyabandiyah 1x
35. Membaca shalawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم36. Membaca 500x
ملني ين كنت من الظاإت سبحانك نأال إله إال 37. Membaca sholawat Nabi 100x
اللهم صل على سيدنا حممد النيب األمي وعلى آله وصحبه وسلم
93
38. Membaca surat al-fatihah dikhususkan kepada Sayyid
Ma’sum 1x
39. Membaca doa 3x
إهلي أنت مقصودي ورضاك مطلويب أعطين حمبتك ومعرفتك 40. Membaca 16.641x
يا لطيف Sedangkan untuk bacaan selanjutnya bisa dibaca dalam kitab
Uquudul Jumaan yang ditulis K.H.A Shohibul Wafa Tajul A’rifin
(Pangersa Abah Anom). Demiakian amalan dari tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah di balak yang berpusat di Pondok Pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya, Jawa Barat. Akan tetapi dzikir amalannya bisa
dilaksanakan lebih dari hitungan itu dan bia kurang. Biasanya jamaah
khotaman melaksanakan 33 kali atau 3 kali saja. (Wawancara, Minggu
24 Mei 2015 pukul 20.30 WIB.)
Menurut informan Bapak Bisroni berasal dari Desa Kalibening beliau
jamaah ikhwan yang paling istiqomah terhadap kegiatan tarekat di balak
mengatakan
Ritual-ritual atau amalan yang harus dilaksanakan hanya sebatas
melaksanakan kitab dari Uquudul Jumaan yang terdiri dari dzikir lailaha
illah wajib 165 kali sehabis sholat fardlu, khotaman dari daerah masing-
masing yang waktu dan tempatnya sesuai kesepakatan Jamaah, manakib
perdaerah, manakib pusat di Pondok Pesantren suryabuana balak yang
dihadiri dari berbagai daerah.Dan terkadang secara personal sebelum
malam manakib jamaah Tarekat melaksnakan ritual mandi taubat. Beliau
menjelaskan tatacara mandi taubat di kolam taubat khusus diantaranya :
pertama, mensucikan dari hadats dengan cara berwudlu terlebih dahulu,
kedua, syahadatain, ketiga, tawasul, keempat, nyemplong di dalam bak
keramas (Wawancara, Senin 1 Juni 2015 pukul 16.00 WIB.)
Hal serupa sama dikatakan dari jamaah Akhwat yang bernama Ibu
Munfaiah dari dusun krajan banyubiru beliau mengatakan
Ritual atau amalan yang harus dilaksanakan bersumber dari kitab
uquudul Jumaan dzikir 165 kali, khotaman, manakib daerah dan manakib
pusat di balak. Dan melakukan mandi taubat secara personal di kolam
taubat. (Wawancara, Minggu 24 Mei 2015 pukul 21.00 WIB).
Menurut informan Bapak Sartono dari Desa Rowoboni beliau mengataka
Ritual amalan yang harus dilaksanakan diantaranya: zikir
lailahaillah 165 kali, khotaman daerah masing-masing, manakib daerah,
94
manakib pusat di balak, mandi taubat secara personal biasanya
dilaksanakan sebelum hari jum’at dan sebelum malam manakib di masjid
surya mustika rahmat. Dan juga ditambah peringatan satu muharam di
gunung balak dan ziarah kemakam Wali Mursyid Abah Anom di Pondok
Pesantren suryalaya tasikmalaya Jawa Barat (Wawancara, Sabtu 23 Mei
2015 pukul 16.00 WIB.)
Menurut informan Bapak Ahmad Ikhda Sufiyana, S.Pd.I mengatakan ada
juga kegiatan perayaan peringatan 01 Muharram
Dahulu menurut silsilah cerita di gunung balak waliyullah Syekh
Subakir menancapkan tombak kalimosodo atas perintah raja Rum dari
persia di pusatkan di Jawa tengah untuk membentengi pengaruh raja iblis
dan penguasa pantai selatan nyai roro kidul yang ingin menguasai pulau
jawa baik daratan dan lauatan. Di daerah bagaian pantai selatan di
bentengi kalimah dzikir tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah dari
Syekh Jumadil Kubro dan Jamaahnya. Dan juga beliau menuturkan 200
tahun sebelum datangnya wali songo syekh Maulana Mahribi juga
berjasa dalam membentengi dari hal- hal gaib dengan kalimah dzikir
tarekatnya. Peringatan Muharam dalam rangka ucapan rasa syukur dan
mengirimkan doan para wali songo yang sudah berjasa menyebarkan
ajaran yang benar baik berupa pendidikan, tasawuf dan lain sebagainya.
Kemudian pengurus tarekat di balak setiap tanggal 1 Muharam diadakan
peringatan di gunung balak yang meliputi kegiatan diataranya
mujahadah, manakib dan di akhiri penutupan penancapan tombak
kalimosodo (Wawancara, Sabtu 6 Juni 2015 pukul 07.00 WIB)
F. Sistem Pendidikan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandyah
Berkenaan dengan sistem pendidikan tarekat ini penulis berusaha
mengkaji tentang metode, materi dan tujuan pendidikan tarekat. Metode yang
dipergunakan dalam pendidikan tarekat bagi jamaahnya ada beberapa macam
sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang narasumber Ahmad Ikhda Sufiyana,
S.Pd.I sebagai berikut:
Pertama: metode zikrullah maksudnya bagaimana caranya
menggerakkan tujuh latifah-latifah qalb yang nanti akan membersihan
hati dari segala noda dosa, kedua, metode diskusi maksudnya
mencurahkan segala pemikiran guna mendiskusikan keilmuan yang
diajarkan guru, ketiga, metode ceramah maksudnya ceramah yang
disampaikan oleh para mubaligh-mubaligh waktu manakib sebulan sekali
95
di Masjid Mustika Rahmat, keempat, metode suluk mendapatkan sesuatu
bimbingan dari guru biasanya mengamalkan ijazah yang didapatkan guna
mempercepat laju rukhaniyah sehingga memupuk biar rukhani biar
semakin kuat melaui riyadlahhya , kelima, metode mencetak kalimosodo
dan serpihan mutiara menyebarkan keilmuan yang kiranya jamaah
tarekat tidak sempat mengikuti kajian manakib dan mengaitkan teori
dengan dasar hukum yang ada di nash, keenam, metode tebar tausyiah
melalui sms maksdunya berisi peringatan dan nasihat-nasihat, ketujuh,
metode syair lagu maksudnya menikmati nuansa keilmuan dari guru
dengan memasuki suatu makna di dalamnya karena terkadang pribadi
masing-masing dalam bermuhasabah diri tapi melalui lagu suatu makna
hakikat cepat dirasakan
THE SPARKEL 2002, GUGUSAN “PERKUMPULAN” BINTANG-
BINTANG
PERSONIL MAHASISWA UNIVERSITAS GAJAH MADA (UGM)
LAUT KEMATIAN
BY Kanjeng Sirulloh Muhammad Qadir At-Dausat (KS)
Pelan-pelan mata wujudmu . . . mulai terbit dipekat egoku . . .
Ucapkan salam . . .tuk kefana’anku . . .
Perlahan rasa kematianku . . . mulai terbit dikelam nafsuku . .
Ucapkan salam . . .tuk kesinaranku . . .
Gelap gulita kini . . . selimuti . . .
Seluruh rasaku . . . Hancurkan pancar semi . . .
Ego hayatku . . . aku larut dan kularut dipelarutanku . . .
Reef : Benar-benar kini kurasakan . . . tusuk tajam pegang hayatmu . . .
Tiba-tiba aku terkapar . . . dihening laut matiku . . .
Siapa aku . . . dimana aku . . . dimanakah hayatku . . .
Dimana wujudku . . .dimana rasaku . . .
Dimana aku . .. aku aku siapaku . . .
4000 tahun . . .aku terpaku . . .
Tenggelam di dasar batinku . . . tak kuat lagi . . .
Berlama kutersepi . . . tak tahan lagi . . . berabad kumenjerit . . .
4000 tahun aku mengalir . . . ikuti arus air tangisku . . .
Sampailah aku . . . kutepi laut hayati . . . ditelan wujud tak bertepi . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah menemukanku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah menyelimutiku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah mendekapku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah terangi kelamku . . .
Ya Allah . . . aku yakinan sepi . . . Ya Allah aku bingung tersesat . .
.
Akulah Bapa . . . dan Miskin . . . Aku Hambamu . . .
Ya Allah . . . kaulah Al-Wajid . . . Ya Allah Peliput wujudku . . .
Kaulah . . . sendiri . . . Ya Wajid . . . Ya Wajid . . .
Peliput seluruh wujudku . . .
96
Kedelapan, metode tafakur maksudnya melihat suatu keindahan
jagad raya mengambil hikmah ayat-ayat qauniyah yang tampak.
Adapun materi yang disajikan dalam pendidikan tarekat bagi
jamaahnya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu materi
syariat dan tarekat.
Pertama, syariat yakni norma-norma yang terdapat dalam syariat
Agama Islam. Kedua, tarekat suatu jalan yang ditempuh bagi salik
mencapai ma’rifatullah melalui bimbingan Wali Mursyid. Dengan talqin
bibit lãilãha illallãh yang tertancapkan dalam dadanya dan amalannya
dzikirnya semakin memberi pencerahan hati untuk menangkap cahaya
Allah SWT.
أل ت ر كيف ضرب الله مثالا كلمةا طيبةا كشجرة طيبة أصلها ثابت وف رعها يف السماء .(42:إبراهيم )
Artinya tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (Q.S Ibrahim : 24 ).
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan
yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta
perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laailaaha illa allaah.
Sebagaimana dasar hukum bertarekat terdapat dalam firman Allah :
ناهم ماءا غدقاا .(61:اجلن )وأن لو است قاموا على الطريقة ألسقي Artinya dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di
atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi
minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak (Q.S. Al-
Jin : 16 ).
Ketiga, hakikat yakni keadaan hati dan kesucian jiwa dalam diri
seorang hamba kepada Allah. Dalam makna hakikat ini sangat
ditekankan dalam keadaan batiniah, dzikir yang kuat berdampak keadaan
batiniah dan keimanan semakin kuat pula yang secara otomatis
memberikan pondasi bagi tegaknya syariat Agama Islam. Keterkaitakan
antara syariat, tarekat dan hakikat terdapat dalam firman Allah :
و مبني يا أي ها الذين آمنوا ادخلوا يف السلم كافةا وال ت تبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عد (402: البقرة )
Artinya:hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S.
Al-Baqarah : 208).
97
Beliau juga mengemukakan pendapat dari Imam Al Ghozali orang
yang menjalankan syariat tanpa hakikat dinamakan fasik, kemudian
kebalikannya juga orang yang melaksanakan hakikat tanpa syariat zindiq.
Di perkuat dalam dalam sabda Nabi SAW : untuk mengetahui Islam
Pelajarilah ilmu fiqh, untuk mengetahui Iman pelajarilah ilmu
ushuluddin, dan untuk mengetahui ihsan pelajarilah ilmu tasawuf atau
tarekat. Sedangkan beliau menjelaskan tujuan tarekat di balak yakni
pertama, memfokuskan kepada Allah dari segala apapun cara pandang,
kedua, mencari Ridla Allah, ketiga, mahabbah kepada Guru dan
Mahabbah kepada Allah dan semua makhluk ciptaannya, keempat,
mema’rifati Allah baik dari dzat, sifat-sifatnya dan af’alnya.
(Wawancara, Sabtu 6 Juni 2015 pukul 07.00 WIT).
Sedangkan metode yang diterapkan guru dalam mendidik jamaahnya
menurut Irfani adalah sebagai berikut:
Pertama, ceramah, kedua, diskusi, ketiga, tebar tausyiah, keempat,
bimbingan secara personal, kelima, metode dzikrullah. Berkaitan materi
yang disampaikan di balak meliputi dzikirullah, adab kepada siapapun,
syahadat, lãilãha illallãh, kehidupan akhirat, akhlak sosial. Materi pokok
yang disampaikan dalam kegiatan tarekat antara lain: pertama,
Dzikirullah, kedua, Adab kepada semua makhluk khususnya guru tarekat
karena yang membimbing secara dhohir dan batin, ketiga, mengkaji
kalimat tertinggi laailaaha illa allaah, keempat, kehidupan Akhirat,
kelima, akhlak tasawuf. Sedangkan tujuan tarekat di balak yaitu sesuai
hadits nabi yang terdapat dalam kitab Uquudul Jumaan wahai Tuhanku,
engkaulah yang aku maksud dan ridla-Mu yang aku cari berilah aku
kemampuan untuk bisa mencimtai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu.
(Wawancara, Jum’at 6 Juni 2015 pukul 19.00 WIB).
Menurut informan Bapak Sochib Alwi metode guru dalam menuntun
rukhaniah murid secara dohir ditampakkan melalui :
Pertama, metode zikirullah, kedua, diskusi, ketiga, tebar tausiyah.
Adapun materi pendidikan di balak yakni meliputi syariat Pertama,
Syariat, maksudnya aturan-aturan dalam syariat Islam, seperti ketika
dzikir 165 kali ada tuntunan dari kitab uquduul Jumaan, kedua, tarekat,
yakni jalan tercepat untuk mencapai ma’rifatullah dikarenakan
mempunyai guru Wali Murayid, ketiga, hakikat, maksudnya kenyataan
yang terjadi suatu rasa yang dilakukan dari syariat dan tarekat.
Sedangkan tujuan tarekat balak sesuai hadits nabi yang terdapat dalam
kitab Uquudul Jumaan wahai Tuhanku, engkaulah yang aku maksud dan
ridla-Mu yang aku cari berilah aku kemampuan untuk bisa mencimtai-
Mu dan ma’rifat kepada-Mu. (Wawancara, Jum’at 18 Mei 2015 pukul
19.00 WIB.)
98
G. Kontribusi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah terhadap masyarakat
Balak, Murid-murid dan Jamaah pada umumnya.
Kehadiran tarekat qadiriyyah wan naqsyabandiyyah di Balak tidak lepas
dari perjuangan para Walisongo dahulu karena tempat ini dijadikan lokasi
penyebaran pendidikannya.
Berkaitan dengan kontribusi tarekat peneliti mendapat penjelasan dari
informan Pengasuh Pondok Pesantren Suryabuana, Bapak M Akib Ali:
Keberadaan tarekat sangat bermanfaat bagi diskusi terbuka umum
yakni sehabis sholat Jum’at dimulai jam 13.00- 14.30 WIB di pendopo,
kemudian program penggalian air bersih yang diambil dar jarak 3 KM
Desa Kajang koso akan di bagikan kepada Masyarakat dengan gratis
peralon akan dialihkan ke Rumah-rumah Penduduk, penyediaan
prasarana penjual khalayak umum, metode zikir berguna tazkiyah an nafs
(penyucian jiwa) dan eksistensi tarekat mengubah kondisi masyarakat
yang lebih Agamis (wawancara, Kamis 21 Mei 2015 Pukul 17.00 WIB).
Menurut informan sesepuh Bapak Subchan beliau menjelaskan:
Pendidikan akhlak tasawuf mengubah masyarakat Agamis,
program air bersih memakmurkan masyarakat, diskusi terbuka umum
seminggu sekali jam 13.00-14.30 WIB di pendopo, penyediaan prasarana
jualan, dan zikir berguna tazkiyahan nafs, (wawancara, Kamis 12 Mei
Pukul 18.00 WIB )
Menurut informan Mubaligh Bapak Ahmad Ikhda Sufiyana, S.Pd.I
beliau menjelaskan:
Eksistensi tarekat mengubah masyarakat Agamis, program air
bersih memakmurkan masyarakat, pengadaan diskusi rutin terbuka untuk
umum yang berguna membuka cakrawala ilmu pengetahuan, penyediaan
prasarana dalam hal berdagang bagi khalayak umum, tazkiyah an-nafs
(penyucian jiwa) dalam praktisi metode zikir. (wawancara, Sabtu 6 Juni
2015 pukul 07.00 WIB).
99
BAB IV
PEMBAHASAN
Pendidikan akhlak tasawuf pada Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
di Pondok Pesantren Suryabuana Balak merupakan suatu proses pembelajaran
yang diarahkan untuk mengubah akhlak yang ada dalam diri seorang hamba agar
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, serta mencapai maqam fana’ fi syekh
menghantarkan fana’ fillah agar mencapai ma’rifatullah, pencapaian tujuan
tersebut harus melalui proses takhalli, tahalli dan tajalli atas bimbingan wali
mursyid. Tarekat di Balak mengenalkan metode zikir beserta pengamalannya bagi
masyarakat sekitar. Pendidikan akhlak tasawuf merupakan perpaduan antara
syariat, tarekat dan hakikat yang bertujuan membantu perkembangan akhlak
pribadi muslim yang menuju insan kamil. Dengan demikian manusia mampu
menjalankan peran utamanya itu sebagai khalifah di muka bumi.
Menjalankan peran tersebut manusia sejak lahir dalam keadaan fitrah dan
suci membawa sejumlah potensi. Potensi tersebut dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Balak diarahkan seperti analogi bayi yang telah lahir tanpa
dosa apapun keadaan fitrah. Kiat-kiat sufi dalam mencapai tujuan itu dengan cara:
Pertama, takhalli terdapat ciri moralitas Islam, yakni menghindarkan diri dari
sifat-sifat tercela, baik secara vertikal maupun secara horisontal, misalnya iri
(hasud) terhadap nikmat yang diterima orang lain, memamerkan diri (riya’) untuk
kepentingan subyektif, kecenderungan pemenuhan materi secara berlebih-lebihan
(hirsh) dan sebagainya. Kedua, tahalli merupakan pengungkapan secara progresif
nilai moral yang terdapat dalam Islam, seperti: zuhud, qana’ah, ridla, wara’ dan
100
sebagainya. Inilah yang disebut station (maqam), sebagai wahana penggondokan
kualitas moral manusia, yang berarti proses penyempurnaan diri yang tergantung
pada faktor manusianya sendiri yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab
moral. Bermula dari tanggung jawab moral inilah akhirnya moral manusia
berkembang dan tumbuh menjadi luhur dalam dinamika kehidupan manusia tanpa
diliputi goncangan psikologis. Ketiga, tajalli sebagai realisasi nilai-nilai religio
moral dalam dari manusia yang berarti melembaganya nilai-nilai ilahiyah yang
selanjutnya akan direfleksikan dalam setiap gerak dan aktifitas lainnya. Pada
tingkat ini seseorang telah mencapai tingkat kesempurnaan insan kamil. Dapat
merealisasikan segala kemungkinan yang dapat dicapai oleh makhluk manusia
yang membawa potensi keilahian. Dalam tataran ini, insan kamil merupakan
kualitas moral yang hidup dan dinamis, tidak menjelma dalam wujud seseorang
tetapi hanyalah proses penyempurnaan diri, dan tempat manusia mencoba dan
berusaha membuat dirinya semakin sempurna. Manusia demikian inilah yang
mampu menyerap sifat-sifat Ilahi dan memancarkannya kembali dalam kehidupan
antara sesama manusia. Penyerapan dan pemancaran kembali sifat-sifat Ilahi ini
pada hakikatnya adalah usaha pamantapan dan pemberian makna pada keberadaan
manusia bahwa ia benar-benar ada, berada dan mengada, yang hanya mungkin
terjadi dalam komunikasi dan interaksi antara manusia dan keadaan di luar
dirinya, yakni Tuhan. (Amin, 2004:35-37).
Adapun temuan-temuan yang didapatkan oleh peneliti melalui wawancara
ataupun observasi di lapangan dirumuskan dalam tiga hal yaitu pendidikan akhlak
tasawuf, materi pendidikan tasawuf dan tujuan pendidikan tasawuf.
101
1. Pendidikan Akhlak Tasawuf pada Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryabuana.
Pendikan Akhlak tasawuf dari tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
di Pondok Pesantren Suryabuana menekankan pada aspek batiniah, bukan
gejala-gejala yang dhahir. Guru menjelaskan penyakit hati yang menjadi
penghalang dan penghambat untuk mencapai nur Allah. Guru menjelaskan cara
yang tepat dalam membersihkan penyakit hati yakni dengan metode zikrullah
dan fana ‘lebur dan tenggalam’ dalam mengingat Allah. Dengan dua cara ini,
rasa kebanggan diri, merasa serba bisa akan hanyut dengan sendirinya dan
hilang karena sebenanrnya dalam diri seseorang, tiada yang wujud sebenarnya
kecuali wujud Allah, tiada kekuatan yang sebenarnya kecuali kekuatan itu
bersumber dari Allah dan segala apapun itu sifat-sifat Allah yang akan nampak
dalam dirinya.
Perubahan-perubahan akhlak pada diri para murid terpusat pada hal-hal
berikut; Pertama, taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dan
berpisahnya dia dari jalan Orang-orang yang dimurkai Allah dan Orang-orang
tersesat (Farid, 2012:188). Namun dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana ini, taubat ini dilakukan
melalui tahapan-tahapannya, yakni menyadari dan mengakui kesalahan dan
tidak mengulangi lagi, mandi taubat, shalat taubat dan talqin zikir, karena
dengan metode talqin ini murid cepat merasuki dunia hakekat dan perubahan
kondisi batiniah semakin cepat.
102
Kedua, wara’ artinya berhati-hati dalam dalam segala hal seperti:
sebelum dan sesudah berdiskusi melakukan zikir minimal dua belas kali
terlebih dahulu, kemudian ketika mengeluarkan pendapat di forum dan berbuat
apapun bertawasul terlebih dahulu dan juga ketika beradab kepada sesama
makhluk dan ibadah kepada Allah selalu berhati-hati dalam segala hal.
Ketiga, qanaah yakni menerima dengan ikhlas segala apapun yang
dianugerahkan kepada hamba-Nya. Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
di Pondok Pesantren Suryabuana ini menekankan qanaah, seperti: tidak ada
tingkatan-tingkatan atau kasta dalam hal jabatan, pakaian, ilmu dan lain-lain.
Misalnya, pakaian mubaligh tidak harus menonjolkan pakaian serban, jubah
dan lain-lain. Tidak ada bedanya yang tampak dari segi pakaian antara atribut-
atribut yang dipakai mubaligh dengan murid tarekat. Jadi yang dilihat murid
bukan lahiriyahnya akan tetapi kondisi batiniah murid.
Keempat, Namun mahabbah yang diajarkan dalam tarekat ini yakni
mahabbah kepada guru akan melahirkan mahabbah kepada Allah. Seorang
murid menganggap guru sebagai tajalliyat Allah di bumi, kedudukan guru
dianggap sebagai orang tua yang membimbing baik secara dzahir dan batin.
Sebab timbulmya rasa mahabbah yang mendalam dialami murid tentu akan
timbul gejala ta’dzim kepada guru. Murid akan berusaha selalu sami’na wa
‘ata’na untuk melaksanakan perintah baik guru baik berupa wajib ataupun
sunah-sunah, yang mana guru tidak menyuruhnya dan menjauhi segala
larangannya. Jadi dampak dari mahabbah kepada guru menghantarkan
103
mahabbah kepada Allah dibuktikkan semakin tingginya ibadah dari murid
dengan riyadlah, mujahadah, rajin zikir dan rajin ibadah.
Kelima, fana’, leburnya kehendak diri dan tenggelam kedalam sifat-sifat
Allah. Maksudnya keyakinan bahwa semua gerakan berasal dari Allah. Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana
menekankan tahap-tahapan untuk keadaan fana’, yakni fana’ fi syekh dan fana’
fillah. Keterkaitan antara kedua fana’ tersebut sangat erat, dikarenakan
sesorang tidak mungkin langsung bisa fana’ fillah tanpa melewati fana’ fi
syekh terlebih dahulu. Biasanya murid dalam belajar fana’fi syekh diberikan
saran kepada mubaligh segala apapun perbuatan ibadah mewakili gurunya,
bertawasul kepada gurunya terlebih dahulu ketika berbuat apapun. filosofi
manusia lebur kedalam dada gurunya, segala rasa, dan mengakui semua
gerakan mewakili gurunya dampaknya secara cepat peningkatan kuantitas dan
kualitas ibadah yang dilakukan. Karena salik tidak bisa secara cepat masuk
dalam dunia rasa dan lebur tanpa belajar dengan seorang yang pernah
melakukan hal tersebut.
Keenam, zuhud, bukan meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi, akan
tetapi memalingkan cara pandang dan berfikir bukan kesenangan dunia yang
dituju melainkan fokus ke hari akhirat. Sehingga murid ketika sudah memiliki
rasa ini, maka secara otomatis baik hal-hal yang berupa kepentingan dan
kesukaan dunia berusaha sedikit demi sedikit diminimalisir tahap pertahap.
Seperti halnya; mementingkan kepentingan dengan guru ketika acara tarekat
sehingga meningkatkan rasa ta’dim yang mendalam kepadanya, berusaha
104
selektif dalam pergaulan, rajin mujahadah ketika acara bersama dan lain-lain.
Jadi zuhudnya orang tarekat di balak tidak zuhud secara berlebihan akan tetapi
zuhud sesuai kondisi zamannya.
Ketujuh, belajar mema’rifati Allah. Yaitu murid selalu belajar untuk
mengerti, memahami dan mengetahui Dzat, sifat-sifat Allah dan af’alNya.
Seluruh anggota tubuh berupa gerakan berasal dari Allah, pengetahuan yang
dimilikinya berasal dari Allah, kekuatan yang ada dalam dirinya berasal dari
Allah. Jadi dalam belajar mema’rifati Allah ini akan merubah cara pandang
berfikir murid, dia harus selalu husnudzhan dalam segala hal baik berupa
cobaan dan kejadian yang terjadi dalam dunia, semua hal itu dikembalikan
kepada qadha dan qadar Allah.
2. Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk
kepribadian manusia seutuhnya dengan jalan membina seluruh potensi yang
ada pada peserta didik baik jasmani maupun rohani. Dalam mencapai tujuan
kegiatan pembelajaran dalam pendidikan tersebut dibutuhkan peranan seorang
pendidik yang berprofesional agar materi pelajaran yang disampaikan dapat
diserap siswa. Adapun langkah-langkah yang diambil oleh seorang pendidik
agar dapat mencapai tujuan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah
memilih metode yang tepat. Kedudukan metode ini pada proses pendidikan
sangat efektif untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode adalah suatu cara
105
yang harus dilakukan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
menyampaikan materi guna mencapai tujuan pendidikan yang dilakukan.
Sistem yang pendidikan yang diterapkan dalam tarekat ini meliputi
metode, materi dan tujuan. Adapun berkaitan hal tersebut yakni ;
a. Metode pendidikan dalam Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di
Pondok Pesantren Suryabuana.
Metode pendidikan yang dipergunakan dalam Tarekat Qadiriyyah
Wa Naqsabandiyyah adalah sebagai berikut;
1) Metode penyadaran diri yakni menanamkan kesadaran akan hubungan
seorang hamba dengan Allah S.W.T. Tujuannya tazkiyatun nafsi
‘mensucikan jiwa’ dari penyakit-penyakit hati yang menyelimuti hati
sanubari. Dan juga berguna penyembuhan untuk kalangan pengguna zat-
zat adiktif dan obat-obatan terlarang (narkoba) dan berbagai macam
penyandang gangguan-gangguan yang bersifat kejiwaan.
Cara yang digunakan dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah dalam proses penyadaran yakni
Pertama, mandi taubat. Mandi taubat termasuk amalan sunnah
yang biasa dilakukan dalam tarekat ini. Mandi taubat berguna untuk
menghilangkan dosa dengan cara menyesali segala perbuatan dan tidak
akan mengulangi perbuatan lagi.
Metode ini sangat ampuh untuk meningkatkan kesadaran diri (self
conciousness) dan penyembuhan dari berbagai macam penyakit,
demikian pula kondisi-kondisi psikologis lain yang diakibatkan adanya
106
pengaruh syaitan, seperti lemas, gelisah, susah, stress dan lain-lain.
Adapun tata cara mandi taubat yakni sebagai berikut: mensucikan dari
hadats dengan cara berwudlu terlebih dahulu, mengucapkan syahadatain,
tawasul kepada silsilah tarekat dari rasulullah sampai wali mursyid,
keempat, berendam (nyemplong) di dalam bak keramas yakni caranya
dengan mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh mulai dari ubun-
ubun sampai ke ujung kaki disertai niat bertaubat sebagai ekspresi dari
keinginan untuk membersihkan diri dari dosa anggota tubuh secara
keseluruhan. Dengan demikian mandi taubat dapat dikatakan sebagai
taubat dalam bentuk perilaku atau taubat yang bersifat aktif dan
ekspresif. Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 02.00 dini hari sampai
menjelang subuh.
Kedua, shalat secara bahasa berarti doa, secara istilah yakni suatu
amal ibadah baik perkataan dan perbuatan yang memenuhi syarat dan
rukun tertentu yang diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Penerapan shalat sebagai salah satu metode tazkiyatun nafs didasarkan
atas pemikiran bahwa shalat mempunyai hikmah yang dapat
mempengaruhi pribadi seseorang untuk tidak bertindak keji. Seperti ;
perzinaan, perjudian, minum-minuman keras dan lain-lain.
107
Sebagaimana firman Allah:
اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصالة إن الصالة ت ن هى عن الفحشاء .(24:العنكبوت )والمنكر ولذكر الله أكب ر والله ي علم ما تصن عون
Artinya bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al
kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut : 45)
Ketiga, Qiyam al-lail yakni bangun melakukan shalat di malam
hari adalah salah satu metode tazkiyatun nafs yang mana amalan sunnah
ini sangat diistimewakan oleh Rasulullah semasa beliau hidup. Dalam
firman Allah ;
( 3)نصفه أو ان قص منه قليالا ( 4)قم الليل إال قليالا ( 6)يا أي ها المزمل إن ناشئة ( 4)إنا سن لقي عليك ق والا ثقيالا ( 2)أو زد عليه ورتل القرآن ت رتيالا (7:املزمل )إن لك يف الن هار سبحاا طويالا ( 1)الليل هي أشد وطئاا وأق وم قيالا
Artinya hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih
dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu
Perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam
adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan
yang panjang (banyak). Sembahyang malam ini mula-mula wajib,
sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke
20 ini hukumnya menjadi sunat (Q.S. Al-Muzammil : 7)
Kegiatan qiyamul lail di Pondok Pesantren Suryabuana dilakukan
mulai pukul 02.00 sampai dengan masuk waktu subuh, kegiatan ini sangat
bermanfaat sekali bagi tubuh karena memiliki aspek olah raga yang baik
108
sekali untuk memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh,
khususnya pada gerakan-gerakan shalat. Lagi pula, kegiatan qiyamul-lail
dilaksanakan pada waktu yang paling tepat yang mana keadaan suhu dan
kepekatan udara sedang dalam kondisi yang paling jernih (titik jenuh),
pada saat-saat itu paling baik digunakan bermunajat kepada Allah, serta
mudah terkabulnya doa atau bisa dikatakan doa mustajab.
Keempat, zikir adalah komitmen seseorang untuk senantiasa
menyebut dan mengingat akan asma Allah, menanamkan suatu kesadaran
bahwa tiada Tuhan selain Allah, tiada yang dituju selain Allah, dan tiada
yang wujud kecuali Allah. Jenis dan bentuk zikir yang dipraktekkan
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryabauana yakni zikir Jahr zikir dengan suara keras lãilãha illallãh dan
zikir ismu dzat atau zikir khafi ‘dalam hati’ dengan mengucapkan lafadz
“Allah-Allah”. Metode zikir akan menjadi autoterapi atas ketergantungan
narkoba pada diri seseorang. Orang yang melakukan zikir dengan serius
dan berulang-ulang akan merasakan ketenangan kejiwaan.
Disini filosofi zikir jahr guna memberikan ketenangan hati dan
kesucian jiwa, adapun cara yang dilakukan sebagai berikut ;
Cara melakukan zikir jahr ‘zikir dengan suara keras’ ialah bahwa
orang yang berzikir itu memulai dengan ucapan LAA dari bawah pusar dan
diangkatnya sampai ke otak di kepala, sesudah itu diucapkan ILAAHA dari
otak dengan menurunkan perlahan-lahan bahu kanan. Lalu memulai lagi
mengucapkan ILLALLAAH dari bahu kanan dengan menurunkan kepala
109
kepada pangkal dada di sebelah kiri dan berkesudahan pada hati sanubari
di bawah tulang rusuk lambung dengan menghembuskan lafadz nama
Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh badan
seakan-akan di seluruh bagian badan amal yang rusak itu terbakar dan
memancarkan Nur Tuhan. Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah
sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya tidak ada
yang dimaksudkan melainkan Allah. Kalimat nafi melenyapkan seluruh
wujud sesuatu yang baru dari pada pandangan dan ibarat, lalu berubah
menjadi pandangan fana dari kalimat isbat ditegakkanlah dengan tegak
dalam hati dan kepada dzat yang Maha Besar, lalu memandang wujud dzat
Allah dengan pandangan yang baqa.
Adapun mengenai cara zikir khafi sebagai berikut: Tawajjuhan zikir
khafi ‘zikir dalam hati Allahu Allah’ sekuat-kuatnya dengan suasana
hening yakni, mengambil nafas sekuat-kuatnya disertai dengan mata
terpejam, bibir dirapatkan, kepala diletakkan di samping bertepatan di atas
dada sebelah kiri tidak bergerak, lidah diletakkan dan ditekankan pada
langit-langit mulut sambil tidak bergerak seluruh anggota badan. Proses
terjadinya penyadaran diri dan perubahan psikologis saat melaksanakan
zikir dengan penuh keseriusan itu dalam Tarekat ini dikenal ada tujuh
tingkat kesadaran jiwa yang sekaligus menunjukkan tingkat
kesempurnaannya.
110
Tingkatan-tingkatan zikir khafi melalui tujuh tahapan yang
dinamakan dengan tujuh latifah. Menurut Ahli sufi latifah-latifah berguna
untuk alat penghapus dosa dan penjernih batin. Adapun latifah-latifah
meliputi
Latifah qalbi kehalusan jantung yang tempatnya di bawah susu kiri,
kira-kira dua jari dari susu kiri. Disini terdapat letak sifat-sifat
kemusyrikan, kekafiran, ketakhayulan dan sifat-sifat Iblis. Maka setelah
terasa zikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang menyinari ke bawah
bahunya menuju ke atas, atau di dalamnya itu terasa getaran yang kuat.
Kedua, Latifah Ruhi yang tempatnya di bawah susu kanan, kira-kira dua
jari dari susu kanan. Di latifah terdapat sifat bahimiyah ‘sifat binatang
jinak’, akan tetapi setelah melakukan zikir bersama-sama zikir di dalam
hati seperti orang melihat kedua jurusan kanan dan kiri disatukan
pandangan batinnya menjadi satu jurusan. Setelah terasa di dalam gerak
dan zikir. Ketiga, Latifah sirri tempatnya di atas susu kiri, kira-kira dua
jari. Dan zikirnya itu merasa mantap.
Keempat, latifah khafi yang ditempatnya di atas susu kanan, kira-
kira dua jari. Disinilah letaknya sifat dhalim atau aniaya, pemarah,
pendendam. Kelima, latifah Akhfa yang tempatnya di tengah-tengah dada,
dan terus diteguhkan zikir seperti dii latifah-latifah lainnya. Terdapat sifat-
sifat pendengki dan khianat. Keenam, latifah nafsi yang tempatnya
diantara mata dan keningnya. Terdapat sifat-sifat riya’, sombong dan
membanggakan diri. Ketujuh, latifah qolab yang berarti kehalusan seluruh
111
badan yang penuh dengan zikir setelah menyeluruh zikirnya di tiap-tiap
bahagian anggotanya, sehingga menembus keseluruhan akar-akar bulunya
iman dengan getaran rasa yang lemas dan atau merasa menyelusupkan
zikir nampak di seluruh badan. Disini terdapat nafsu ammarah yakni nafsu
yang mendorong orang berbuat kejahatan.
2) Metode ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaktif edukatif melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh Guru atau pendidik terhadap
peserta didik (dalam hal ini murid) untuk meperjelas uraiannya. Metode
ceramah sebagai suatu metode dalam pendidikan dilakukan dengan cara
penerangan dan penuturan secara lisan (Kastolani, 2014:156). Metode
ceramah dalam pendidikan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah
dilakukan sebulan sekali saat malam manakib bertempat di Masjid Surya
Mustika Rahmat Pondok Pesantren Suryabuana, setiap seminggu sekali di
Pendopo Suryabuana dimulai dari jam 13.00-14.30 WIB, khotaman daerah
masing-masing setiap minggu baik di salatiga, Pulutan, Pondok Suryabunana,
Banyubiru, Purwodadi, Sraten Tuntang dan lain-lain. Metode penyampaian
dengan cara ceramah dilakukan para Mubaligh secara bergilirian dibeberapa
daerah tersebut.
3) Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan
ilmiah untuk mencari kebenaran (Karo-Karo, 1975:29).
112
Metode diskusi bisa dilakukan digunakan dalam semua kelas baik
besar maupun kecil (Zaini dkk, 2008:117). Metode diskusi dipergunakan
dalam pendidikan di Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Balai
Pendopo Pondok Pesantren Suryabuana, seminggu sekali pada, Jum’at pukul
13.00-14.30 WIB yakni, sehabis melaksanakan shalat juma’at secara
bersama-sama yang dihadiri dari berbagai wilayah yakni Pakis, Salatiga,
Kudus dan lain-lain. Dalam praktiknya, para murid berkumpul di Pondopo
Pondok untuk makan bersama-sama dan dilanjutkan diskusi untuk pemberian
materi. Sebelum diskusi Para murid melakukan tawassul terlebih dahulu
kepada silsilah Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah mulai dari Nabi
Muhammad SAW sampai pada tingkatan Wali Mursyid yang paling bawah,
kemudian zikir dua belas kali sebelum melaksanakan diskusi dan sesudahnya,
diskusi bisa dilakukan juga lewat media jejaringan sosial, facebook, twitter
dan lain-lain.
4) Metode sms tebar tausyiah
Metode sms tebar tausiyah dari mursyid tarekat kepada muridnya
biasa dilakukan secara situasional dan kondisional tertentu, tidak secara
kontinue seminggu, sebulan ataupun yang lainnya. Metode ini sangat
bermanfaat bagi murid yang rumahnya jauh dari lokasi Pondok Pesantren
Suryabuana dikarenakan tidak bisa hadir mengikuti diskusi rutin ataupun
kegiatan lainnya. Biasa sumber sms dari Wali Mursyid Kanjeng Syekh
Sirulloh Muhammad Qadir Dausat (MQD) kemudian mekanismenya di kirim
ke koordinator daerah salatiga, pulutan, purwodadi, magelang, dan lain-lain
113
kemudian di forward (teruskan/lanjutkan) ke murid-murid TQN. Materi sms:
menata hati, zikir dan menguatkan pondasi Islam dengan syahadatain.
5) Penerbitan majalah dan buku-buku
Penerbitan majalah dan buku-buku merupakan hasil kompilasi materi
Pondok Pesantren Suryalaya dengan materi di Pondok Suryabuana. Majalah
yang diterbitkan ini berisi Manakib Syekh Abdul Qadir Al-jalaini, Syair lagu,
fatwa-fatwa guru tarekat, zikir, liputan kegiatan baik sosial, agama dan
nasionalisme dan lain-lain. Penerbitan majalah ini sangat bermanfaat bagi
semua kalangan dikarenakan bisa memperdalam kajian materi. Majalah dan
buku-buku ini dijual belikan di koperasi Pondok Pesantren Suryabuana
Kabupaten Magelang
6) Metode tafakur
Tafakur merupakan sarana untuk mencapai ma’rifat kepada Allah
dengan cara melihat keindahan seluruh jagad raya baik tumbuh-tumbuhan,
binatang, langit, gunung-gunung dan lain-lain sehingga murid mentadaburi
ayat-ayat qauniyah yang diciptakan Allah, sebagai tanda kebesaran dan kasih
sayang kepada semua makhluknya. Para murid biasanya melakukan tafakur
secara situasional dan kondisional. Tafakur ini sangat bermanfaat bagi murid
untuk mencapai ma’rifat kepada Allah.
7) Metode syair lagu
Syair lagu-lagu yang mengandung nilai pendidikan akhlak tasawuf
yang terfokuskan meliputi: muhasabah, ma’rifat, zuhud dan fana’. Penciptaan
lagu ini merupakan sarana yang paling tepat guna transfer menghantarkan
114
murid menuju ketenangan kejiwaannya, memahami dan meresapi fatwa-fatwa
dari guru tarekat melalui syair-syair lagu. Lagu yang diciptakan ditujukan
untuk mendidik murid agar mempunyai stabilitas psikologis dan dapat
melakukan muhasabah diri sehingga menjadi lebih baik yang menekankan
laju sipritual dan akhlak tasawufnya.
Lagu ini diciptakan Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir At
Dausat (MQD), salah satu contohnya yakni:
THE SPARKEL 2002
GUGUSAN “PERKUMPULAN” BINTANG-BINTANG
PERSONIL MAHASISWA
UNIVERSITAS GAJAH MADA (UGM) YOGYAKARTA
LAUT KEMATIAN
BY Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir At- Dausat (MQD)
Pelan-pelan mata wujudmu . . . mulai terbit dipekat egoku . . .
Ucapkan salam . . .tuk kefana’anku . . .
Perlahan rasa kematianku . . . mulai terbit dikelam nafsuku . .
Ucapkan salam . . .tuk kesinaranku . . .
Gelap gulita kini . . . selimuti . . .
Seluruh rasaku . . . Hancurkan pancar semi . . .
Ego hayatku . . . aku larut dan kularut dipelarutanku . . .
Reef : Benar-benar kini kurasakan . . . tusuk tajam pegang hayatmu . . .
Tiba-tiba aku terkapar . . . dihening laut matiku . . .
Siapa aku . . . dimana aku . . . dimanakah hayatku . . .
Dimana wujudku . . .dimana rasaku . . .
Dimana aku . .. aku aku siapaku . . .
4000 tahun . . .aku terpaku . . .
Tenggelam di dasar batinku . . . tak kuat lagi . . .
Berlama kutersepi . . . tak tahan lagi . . . berabad kumenjerit . . .
4000 tahun aku mengalir . . . ikuti arus air tangisku . . .
Sampailah aku . . . kutepi laut hayati . . . ditelan wujud tak bertepi . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah menemukanku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah menyelimutiku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah mendekapku . . .
Ya Allah kau tlah . . . yang telah terangi kelamku . . .
115
Ya Allah . . . aku yakinan sepi . . . Ya Allah aku bingung tersesat . .
.
Akulah bapa . . . dan miskin . . . Aku Hamba-Mu . . .
Ya Allah . . . kaulah Al-Wajid . . . Ya Allah Peliput wujudku . . .
Kaulah . . . sendiri . . . Ya Wajid . . . Ya Wajid . . .
Peliput seluruh wujudku . . .
8) Metode pembacaan tanbih
Metode tanbih ‘peringatan’ ini dilaksanakan waktu manakib sebulan
sekali di pondok pesantren suryabuana, salah satu rangkaian dari acara
manakib. Tanbih ini dilakukan oleh Al-Marhum Syekh Abdullah Mubarok
Bin Nur Muhammad yang bersemayam di Papatan Suryalaya kajembaran
Rahmaniyah. Tanbih ini diberikan kepada segenap Murid-murid tarekat baik
pria maupun wanita, tua, atau muda. Secara vertikal Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah membimbing manusia menuju kepada Tuhan dan secara
horizontal memberikan rambu-rambu dan prinsip bagaimana seharusnya
murid hidup dengan baik dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tanbih mengandung ajaran moral, menyangkut pelbagai kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat, dan negara secara lebih luas. Pandangan tarekat ini
menyangkut hubungan dengan negara misalnya dapat dilihat dalam uraian
tanbih sebagai berikut :
Kami tempat bertanya tentang tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas, wasiat kepada
segenap Murid-murid berhati-hatilah dalam segala hal, jangan
sampai berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan Agama
maupun negara. Insyafillah wahai Murid-murid sekalian, janganlah
terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh goadaan syaitan,
waspadailah akan penyelewengan terhadap perintah Agama maupun
negara, agar dapat meneliti diri kalau tertarik oleh bisikan Iblis yang
selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.
116
Pandangan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah mengenai
hubungan sosial kemasyarakatan, baik dengan sesama muslim maupun
dengan non-muslim dapat dilihat dalam statemen tanbih berikut ini :
Pertama, pergaulan dengan orang yang lebih tinggi dari kita, baik
lahir maupun batin harus hormat. Begitulah seharusnya hidup rukun saling
menghargai di tengah-tengah masyarakat. Kedua, pergaulan dengan orang
yang sederajat, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus
berskiap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah Agama
maupun Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-
kalau terkena firman Allah azabun alim yang artinya ‘ duka nestapa untuk
selamanya dari dunia hingga akhirat. Ketiga, pergaulan dengan orang yang
lebih rendah derajatnya, janganlah menghinanya atau berbuat tidak senonoh,
bersikap angkuh. Keempat, peragulan dengan fakir miskin harus kasih sayang
rumah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan
kesadaran.
9) Metode bimbingan secara personal (suluk)
Metode bimbingan secara personal (suluk) ini biasanya dilakukan
seorang guru tarekat kepada muridnya secara pribadi dan personal.
Terkadang secara tiba-tiba atau bisa dikatakan situsional dan kondisional
guru mendekati, menemui dan memberikan ijazah kepada muridnya. Kadar
ijazah yang diberikan guru kepada murid berbeda-beda sesuai dengan
kondisi ruhaniah Murid-murid berbeda-beda. Guru dalam memberikan
ijazah amalan kepada muridnya secara kontinue bisa dilakukan setiap
117
seminggu sekali pada selasa malam Rabu bakda Ishak- selesai di Pendopo
Pondok Pesantren Suryabuana.
b. Materi Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana.
Materi pelajaran dalam Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
merupakan ajaran yang disampaikan oleh mubaligh kepada murid tarekat baik
dalam forum manakib, diskusi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Semua ajaran
yang dipelajari menjadikan bekal bagi murid untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas ibadahnya. Adapun materi yang sering dikaji dan disampaikan
yakni mubaligh yakni ;
Pertama, Manajemen hati yakni menata hati supaya selalu menjaga
kebersihan hati dan kesucian jiwa guna mencapai ma’rifatullah.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
احلالل بني )مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقول : قال مسعت النعمان بن بشري يقول واحلرام بني وبينهما مشبهات ال يعلمها كثري من الناس فمن اتقى املشبها استربأ لدينه وعرضه
الشبهات كراع يرعى حول احلمى أوشك أن يواقعه أال وإن لكل ملك محى أال وإن ومنوقع يفيف أرضه حمارمه أال وإن يف اجلسد مضغة إذا صلحت صلح اجلسد كله وإذا فسدت فسد اهللمحى
(.اجلسدكله أال وهي القلب
Artinya ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada
segumpal daging. Apabila ia baik, maka seluruh anggota tubuhnya
yang lain pun akan baik. Namun, jika ia rusak, maka seluruhnya
akan rusak. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati.
118
Dalam firman Allah:
Artinya kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur (Q.S. Al-Sajdah:9).
Namun tarekat di pondok pesantren balak ini dalam menata hati dengan
beberapa proses: takhalli, tahlli dan tahalli.
Takhalli yang dilakukan dalam ajaran tarekat ini yakni menjauhakan
dari penyakit hati seperti: jangan sampai berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan peraturan Agama maupun negara, menghindari
godaan hawa nafsu yang menyimpang, godaan syetan, memeriksa murid
orang lain, menghindari pergaulan etika yang buruk kepada siapapun.
Tahallinya yakni memperbanyak zikir jahr dan zikir khofi dalam setiap
apapun, memfokuskan titik pusat yang dituju hanya Allah dan sering
tawasul dalam segala hal. Tajallinya yakni fana’ fi syekh akan cepat
meningkatkan fana’ fillah setiap ibadah apapun mewakili gurunya, zuhud,
merasa diriya lemah tidak berdaya apa-apa dihadapan sesuatu apapun atau
hilangnya keakuan/kesombongan diri, mahabbah kepada guru
mengantarkan mahabbah kepada Allah. Memandang yang dituju hanya
Allah saja.
119
Kedua, berzikir yakni zikir yang dilakukan murid harus
mendapatkan talqin dan bimbingan dari wali mursyidnya, dan apabila murid
tidak mampu berkonsentrasi secara penuh kekusyukkan dan sulitnya
mencapai suatu makna batin/hakekat maka murid harus merasai bahwa dia
harus fana fi syekh dan lebur dalam dada guru, meleburkan sifat-sifat
keeogoan diri yang melekat dan merasa serba bisa dihilangkan semua, semua
gerakan baik tangan, kaki, dan tubuh berasal dari Allah, dan pengilihatan,
pendengaran dan kemampuan semua lebur hanya Allah lah yang mempunyai
kekuatan dan kebesaran itu. Tawasul dalam tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah memiliki kekuatan dan sarana tercepat menggapai tingkat
ma’rifatullah, karena dalam tawasul memiliki silsilah sanad yang muktabaroh
sampai kepada Rasulullah SAW. Berzikir dalam segala apapun harus didasari
dengan niat yang benar atau dengan kata lain agar tidak salah niat.
Zikir yang artinya mengingat kepada Allah harus mampu
menghantarkan perbuatan murid untuk mencapai akhlak yang baik. Karena
dengan berzikir manusia bisa tertuntun hatinya dan mendorong kekuatan
keimanan dan keislaman yang tinggi. Model zikir yang dilakukan tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana adalah
zikir jahr ‘keras’ dengan melafadzkan kalimah lailâha illâh dengan suara
keras dengan cara-cara tertentu. Dan ada juga zikir khofi adalah ingat kepada
Allah dengan zikir isbat saja mengingat nama ‘Allah’ secara sirr di dalam
hati dengan cara-cara tertentu sebagiamana sudah penulis terangkan di
kalimat-kalimat sebelumnya.
120
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
أفضل الذكر فاعلم أنه ال إله إال اهللArtinya; zikir yang paling utama ialah melafalkan lailâha
illâh (tidak ada Tuhan kecuali Allah)”.
Dalam firman Allah:
ف رعها يف أل ت ر كيف ضرب الله مثالا كلمةا طيبةا كشجرة طيبة أصلها ثابت و .(42:إبراهيم )السماء
Artinya tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit (Q.S Ibrahim : 24 )
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala
ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran
serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti lailâha illâh.
Ketiga, menguatkan pondasi Islam dengan syahadatain.
Maksudnya memposisikan dua kalimah ini menjadi kuat, tertanam dalam hati
sehingga menjadi dasar syariat, tarekat dan hakikat, khususnya dalam
membentuk kepribadian murid dan mencapai kebersiham hati dan kesucian
jiwa. Syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi seorang muslim.
Dengan syahadat, tujuan hidup duniawi dapat berubah menjadi orientasi
ukhrawi. Dengan syahadat ini, Rasulullah mengubah kondisi masyarakat
Arab, dari kehidupan yang jahili menuju kehidupan yang Islami. Saat
manusia mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak
disembah selain Allah SWT. berarti menyakini bila ragam sesembahan selain
Allah yakni batil dan ibadahnya menjadi batal. Kalimah syahadah terdiri dari
121
redaksi nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Yakni lâ ila Allah yang
berarti kecuali Allah itu sendiri.
Adapun maknanya adalah tidak ada yang berhak disembah secara
haqq di bumi maupun di langit melainkan Allah semata. Sedangkan kesaksian
Muhammad SAW yakni membenarkan beritanya, menjauhi yang dilarangnya
dan tidak menyembah Allah SWT. kecuali dengan cara yang disyariatkan-
Nya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan, namun tidak
mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat
sama sekali denga syahadatnya. Makna kesaksian Muhammad utusan Allah
yakni mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad hanyalah utusan Allah
untuk seluruhmanusia, seorang hamba biasa yang tidak boleh disembah
sekaligus Rasul tidak boleh di dustakan. Siapa yang menaati Rasul maka
suatu hari akan masuk surga, dan siapa yang mendurhakai beliau maka kelak
akan masuk neraka. Sebagaimana firman Allah:
ما أفاء الله على رسوله من أهل القرى فلله وللرسول ولذي القرب واليتامى والمساكني وابن السبيل كي ال يكون دولةا ب ني األغنياء منكم وما آتاكم الرسول
.(7: احلشر )عنه فان ت هوا وات قوا الله إن الله شديد العقاب فخذوه وما ن هاكم Artinya apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya (Q.S. Al-Hasyr:7 ).
122
Pada ayat ini, Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya
menaati Rasulnya, Muhammad SAW., karena apa yang beliau perintah dan
larangan berdasarkan perintah Allah (Fatoni, 2013 : 339 : 242).
c. Tujuan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryabuana
Tujuan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah (TQN) sama
dengan tujuan Islam itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridla
Allah, sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Tujuan tarekat tersebut
terdapat dalam doa yang sering dibaca ketika setiap murid melaksanakan
ibadah (Cecep, 2012:95-98).
Sebagaimana Doa TQN:
إهلي أنت مقصودي ورضاك مطلويب أعطين حمبتك ومعرفتكArtinya “Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud dan keridlaan-Mu
yang aku cari. Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu
dan ma’rifat”.
Doa di atas wajib dibaca oleh murid Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah (TQN) setiap selesai shalat minimal dua kali sebagai
mukadimah dan akhir ritual zikir. Dalam doa tersebut terkandung empat
macam tujuan tarekat itu sendiri, yaitu ;
Pertama, Taqarrub ilallah yakni ialah mendekatkan diri kepada
Allah dengan jalan dzikrullah sehingga tak ada penghalang satu pun yang
antara abid dengan ‘ma’bud’ antara khalik dengan makhluk. Kedua, jalan
menuju mardhatillah yakni menuju jalan yang dirilai Allah baik dalam
‘ubudiyyah’ maupun di luar ubudiyyah, alhasil dalam segala gerak gerik
123
manusia diharuskan menaati perintah-perintah Tuhan dan menjahui larangan-
larangan-Nya.
Hasil dari itu budi pekerti dan akhlak murid pun semakin baik, baik
berhubungan dengan Allah ataupun yang berhubungan dengan sesama
manusia. Ketiga, kema’rifatan (al-ma’rifat) melihat Tuhan dengan mata hati.
Keempat, kecintaan mahabbah kepada Allah, yang mana dalam mahabbah itu
mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Kalau telah tumbuh
mahabbah timbullah rupa-rupa hikmah, diantaranya membiasakan diri
dengan selurus-lurusnya dalam hak zahir dan batin dan dalam keadilan yakni
dapat menetapkan sesuatu pada tempatnya dengan sebenar-benarnya.
Adapun dasar-dasar Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah
(TQN) agar dapat mencapai tujuan sebagaimana tertulis diatas, dijelaskan
oleh Tuan Syekh sendiri sebagai berikut :
Pertama, cita-cita tinggi (uluwu al himmah) di hadapan Ilahi,
maksudnya barang siapa yang tinggi cita-citanya di hadapan Allah, maka
menjadi tinggilah martabatnya. Kedua, memelihara kehormatan maksudnya
barang siapa memelihara kehormatan Allah, maka Allah akan memelihara
kehormatannya. Ketiga, memperbaiki khidmat maksudnya barang siapa
memperbaiki khidmat, ia wajib memperoleh rahmat. Keempat, membesarkan
Rahmat. Keempat, melaksanakan cita-cita maksudnya barang siapa berusaha
mencari cita-citanya ia akan selalu memperoleh hidayah-Nya. Kelima,
membesarkan nikmat, maksudnya barang siapa membesarkan nikmat Allah,
124
berarti ia bersyukur kepada Allah. Barang siapa bersykur kepada Allah SWT
maka ia akan mendapatkan tambahan nikmat sebagai yang dijanjikan Allah.
3. Kontribusi Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Terhadap Masyarakat
Balak, Murid-murid dan Jamaah Pada Umumnya.
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryabuana memiliki peranan dan andil yang sangat besar terutama dalam
bidang pendidikan akhlak tasawuf yang mengutamakan kehidupan
kerohanian. Beberapa kontribusi riil dari tarekat ini terhadap masyarakat
meliputi:
Pertama, memberikan bimbingan kehidupan keagamaan kepada
masyarakat setempat. Masyarakat Balak pada mulanya mengamalkan ajaran
Agama Islam hanya sebatas ritual semata, sekarang berubah menjadi
masyarakat yang agamis yang menekankan aspek ritual dan pemaknaannya
sekaligus didasarkan pada praktik kesufiannya. Masyarakat mengamalkan
Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang bersumber dari Pondok
Pesantren Suryabuana. Kehadiran tarekat ini menuntun kehidupan spiritual
masyarakat dalam mendekatkan diri kepada Allah, mencapai derajat ma’rifat
kepada Allah, menimba Ilmu sebagai kombinasi antara syariat, tarekat dan
hakikat menuju insan kamil melalui kegiatan mujahadah dan pengajian yang
dilakukan setiap sebulan sekali yang disebut manakib Syekh Abdul Qadir Al-
Jalaiani. Sedikit demi sedikit pengajian tersebut meminimalisir penyakit
ruhani di masyarakat misalnya, riya’, pamer, hasud, dengki dan lain-lain.
125
Kedua, Program air bersih yang diambil dari desa Kajang Koso yang
berjarak kurang lebih sekitar 3 KM dari lokasi Pondok Pesantren Suryabuna
dapat dimanfaatkan masyarakat secara luas. Program air bersih ini merupakan
hasil kerjabakti bergilir perdaerah, melalui pipa pralon disalurkan dan
dialirkan kepada masyarakat tanpa dipungut biaya. Program ini sangat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar khususnya dalam memeuhi kebutuhan air
bersih dan kebutuhan air untuk beribadah kepada Allah khususnya. Ketiga,
Pondok Pesntren Suryabuana menyelenggarakan diskusi rutin setiap Jum’at
pukul 13.00 sampai 14.30 yang dihadiri murid tarekat dan terbuka masyarakat
umum. Materi diskusi biasanya ajaran tarekat menuju Islam yang sempurna
melalui amalan syariat, tarekat dan ma’rifat kepada Allah. Dan bahasan
materi lebih fokus kepada bahasan ilmu akhirat dari pada ilmu dunia, jadi
membuat hati murid terenyuh ‘terketuk hati’.
Keempat, kesempatan dan peluang untuk berdagang. Masyarakat
Balak punya inisiatif untuk menjualbelikan barang dagangan di pinggir
lapangan Pondok Pesantren Suryabuana dalam kegiatan manakib sebulan
sekali, biasanya barang yang dijual seperti ; peralatan ibadah, makanan dan
minuman dan peralatan pertanian. Kelima, metode zikir sebagai terapi
kejiwaan terhadap ketergantungan narkoba dan stres dengan cara tazkiyatun
nafsi atau penyucian jiwa, melalui serangkaian mujahadah meliputi: zikir 165
kali jahr sehabis sholat fardlu, zikir khofi dan khataman kitab uqûdul jumaan.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dengan pembahasan
mengenai Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagi berikut :
1. Pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang yang mana kedatangan
tarekat ini berasal dari Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa
Barat yang dipimpin Wali Musyid KH. A. Shokhibul wafa Tajul Arifin
dengan gelarnya Abah Anom. Kemudian dilanjutkan murid Abah Anom
yang bernama Ahmad Fauzhun dengan gelar Kanjeng Syekh Sirullah
Muhammad Qadir Daust (MQD) yang mana pemberian gelarnya
melewati mimpi dan riyadlah Jamaah tarekat. Pendidikan Akhlak
tasawuf mampu merubah akhlak masyarakat Balak dan jamaah tarekat
khsususnya, yang mana meliputi: taubat, wara’, qanaah, zuhud,
mahabbah, fana’ dan ma’rifatullah.
127
2. Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis KabupatenMagelang meliputi: Pertama, metode
yang diajarkan terdiri dari: metode penyadaran diri, ceramah, diskusi, sms
tebar tausyiah, percetakan majalah dan buku-buku, tafakur, syair lagu,
pembacaan tanbih dan metode bimbingan secara personal (suluk). Kedua,
materi pelajaran yang dikaji dan disampaikan meliputi: menagemen hati,
zikir, dan menguatkan pondasi Islam dengan syahadattainn yakni
syahadat tauhid dan syahadat Rasul. Ketiga, Tujuan tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah terdiri dari: taqarrub ilallah, menuju mardhatillah,
kema’rifatan (al-ma’rifat) melihat Tuhan dengan mata hati, kecintaan
(mahabbah) kepada Allah mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati.
3. Kontribusi Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang terhadap masyarakat meliputi: pertama, mengubah masyarakat
yang Agamis. Kedua, program air bersih yang diambil dari Desa Kajang
Koso yang ditampung di Pondok Pesantren Suryabuana yang kemudian
dialirkan kepada msyarakat balak khususnya sangat bermanfaat bagi
kemakmuran kebutuhan sehari-hari. Ketiga, pengadaan diskusi rutin di
pendopo setiap hari Jum’at pukul 13.00-14.30 WIB sebagai sarana
membuka cakrawala ilmu bagi masyarakat balak khususnya dan Jamaah
tarekat pada umumnya. Keempat, memberikan fasilitas/ sarana dan
prasarana kepada penjual makanan, minuman dan lain-lain untuk menjual
128
barang dagangannya, tepatnya di pinggir lapangan saat kegiatan manakib
sebulan sekali. Kelima, metode zikir tarekat ini sebagai terapi
membersihan hati dan kesucian jiwa, dan juga terapi kejiwaan yang lain
misal: pecandu narkotika, strees, tempramental dan lain-lain.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,
selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Para pengurus sebaiknya mengadakan program sosialisasi, diskusi dan
seminar sebulan sekali di beberapa daerah, khususnya kepada masyarakat
yakni: Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali
dan lain-lain guna menjelaskan eksistensi kemuktabarohan Tarekat
Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun
Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
2. Para pengurus sebaiknya membuat jadwal diskusi rutin sebulan sekali bagi
khalayak umum dengan cara mengundang organisasi-organisasi dari
tingkatan SMP/MTS, SMA/MA/MAN, elemen-elemen Mahasiswa, tokoh-
tokoh masyarakat dan juga tokoh pendidikan yang meliputi: pendidikan
formal, informal dan non formal dari berbagai daerah guna membuka
cakrawala ilmu pengetahuan mereka, sehingga dengan adanya perpaduan
korelasi syariat, tarekat, hakikat dan ma’rifat membentuk manusia menuju
insan kamil.
129
3. Mengikuti kegiatan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah ternyata
terbuka untuk umum, tidak dibatasi waktu, umur, biaya yang mengikat dan
amaliyah metode zikirnya aplikatif (praktis penerapannya). Dan juga
berguna bagi peningkatan iman dan ketaqwaan kepada Allah sehingga
membentuk pribadi Muslim yang berakhluk karimah khususnya
masyarakat Balak, murid-murid dan jamaah umum.
4. Tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana
Pakis Balak dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan
yang meliputi: pendidikan formal, informal dan non formal yang
menyeimbangkan korelasi positif terhadap tiga aspek, yakni: kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dan juga pembelajarannya dengan menggunakan
pendekatan hati, bukan hanya transfer keilmuan saja sehingga membentuk
akhlakhul karimah.
5. Tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah memberikan kontribusi positif
terhadap cita-cita Bangsa Indonesia, yang mana bisa mewujudkan dan
menunjang UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(SISDIKNAS) yang menekankan pada aspek pengembangkan kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan
Negara.
130
C. Penutup
Dalam mengakhiri penyusunan skripsi ini, penulis memanjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT., karena setiap gerakan baik pikiran dan
perbuatan tidak lepas bersumber dari-Nya., setiap badai rintangan segala
apapun penulis dapatkan untuk berjihad menyusun sekripsi ini, akan tetapi
berkat ikhtiyar dan tawakal secara total kepada-Nya maka semua itu dapat
dilalui-Nya dengan kekuatan Doa yang terpanjatkan. Oleh karena itu, segala
kekurangan pasti ada dalam diri seorang Hamba, seperti peribahasa tiada
gading yang tak retak maksudnya tiada manusia yang sempurna setiap pikiran
dan perbuatan pasti ada dalam kekhilafan, maka dari itu kritik dan saran
sangat perlu dibutuhkan dalam evaluasi kedepan selanjutnya.
131
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Celeban Timur Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manjamen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
A.Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin. 1987. Miftahus Shudur. Tasikmalaya: Yayasan
Serba Bakti.
Eko. 2011. Majalah Kalimosodo. Magelang: Bakti Umat.
Faqih, HMA Sodikin. 1992. Dialog tentang AjaranTarekat Qadiriyyah Wa
Naqsyabandiyyah. Bandung: Wahana Karya
Grafika.
Fatoni, Ade.2013. Panduan Lengkap Rukun Iman dan Islam. Yogyakarta: Buku
Pintar.
Fethullah Gulen, Muhammad. 2014. Tasawuf Untuk Kita Semua. Jakarta:
Republika.
Forum Karya Ilmiah Siswa. 2011. Jejak Sufi. Kediri: Lirboyo Press.
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/ 2013/08/fokuspenelitian.html, diakses
27 April 2015.
Karo-Karo, Ulihbukit. 1975. Metode Pengajaran. Salatiga: CV. Saudara.
Kastolani. 2014. Model Pembelaran Inovatif : Teori Dan Aplikasi. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Lathief, Burhan ABD. 2014. Kumpulan Fatwa Hadhrotusy-Syaikh KHM. Hasyim
Asy’arie Tentang Tarekat dan Kewalian.
Lirboyo Kediri: Mitra Gayatri.
132
Mulyana, Deddi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyati, Sri. 2004. Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada
Media.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mohammad Daud, Ali. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakrta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rusdian, Pohan. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogjakarta: Lanarka.
Said bin Musafir, Al-Qathani. 2004. Buku Putih Syekh Abdul Qadir Al-Jalaini.
Jakarta: CV Darul Falah.
Syekh Ahmad, Farid. 2012. Tazkiyah An-Nafs Mensucikan Jiwa. Solo: Al-
Hambra.
Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa.
Surabaya: PT.Temprina Media Grafika.
Tamrin, Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani Tutup Nasut Buka Lahut . Malang: UI-
Maliki Press.
Tim Penyusunan Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2007.
Jarkarta: Balai Pustaka.
133
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zezen ZA Bazul, Asyhab. 2011. Kitab Uquudul Jumaan. Bandung: Wahana
Karya Grafik.
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Muhammad Cahyo Riswanto
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 25 Januari 1992
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. HP : 085 741 687 647
7. Alamat : Dusun Kauman, Desa Sraten
RT 002 RW 005, Kec. Tuntang,
Kabupaten Semarang
8. Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri Rowoboni 01 Banyubiru
b. SMP Negeri 2 Banyubiru
c. MAN 1 Salatiga
d. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
2
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA ALAMAT PEKERJAAN
1. M. Akib Ali Atmo Dusun Balak, Desa Losari
Kec. Pakis, Kab. Magelang
Pengasuh
Pondok Pesantren
Suryabunana
2. Subchan, S.Ag Dusun Balak, Desa Losari,
Kec. Pakis, Kab. Magelang
Sesepuh
3. Muh Badrur Munir Tegaron, Kec. Banyubiru
RT 01 / RW 02
Mubaligh
4. Mahsun Dusun Krajan RT 04 / RW 07,
Desa Kebumen,
Kec. Banyubiru
Mubaligh
5. Akhmad Ikhda
Sufiyana, Spd.I
Dusun Karang, RT 05 RW
Desa Tegaron,
Kecamatan Banyubiru
Mubaligh
6. Abdullah Mh.
Makashin
Candi RT 02 RW 08,
Kec. Tuntang, Kab. Semarang
Pakar Herbal dan
Spiritual
7. Bisroni Desa Kalibenng,
RT 002 RW 003, Kec. Tingkir
Pengurus
8. Ngirfani
Dusun Kalilondo
Desa Siderojo Kidul
Kec. Tingkir Kota Salatiga
Ketua Rebana
9. Sartono
Dusun Rowoganjar
Desa Rowoboni,
Kec. Banyubiru,
Kab. Semarang
Murid TQN
3
10. Sochib Alwi Dusun Rowoganjar
Desa Rowoboni
Kec. Banyubiru Kab. Semarang
Murid TQN
11. Sri Wanidah
Dusun Balak
Desa Losari Kec. Pakis
Kab. Magelang
Murid TQN
12. Muntafiah Dusun Krajan RT 04 / RW 07
Desa Kebumen
Murid TQN
13. Ahmad Latif
Ghufron
Temanggung, Kab. Semarang Murid TQN
4
PEDOMAN WAWANCARA
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Tempat/tanggal lahir :
3. Alamat lengkap :
4. Pekerjaan :
5. Status :
6. Mulai kapan ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah :
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan :
Smp/mts dan lulusan :
Sma/smk dan lulusan :
Perguruan Tinggi dan lulusan :
8. Hari dan tanggal wawancara :
9. Waktu :
II. Sasaran Wawancara
1. Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak
Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015.
2. Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf Pada Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak
Desa Losari Kecamatan Pakis KabupatenMagelang Tahun 2015.
3. Peran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang terhadap masyarakat.
III. Pertanyaan
1. Apa pengertian Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah?
2. Bagaimana menurut anda sejarah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak
Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang tahun 2015?
3. Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan yang
dilakukanTarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok
Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang tahun 2015?
4. Apakah kebanyakan Dusun Balak mengikuti TQN atau tidak? dan
yang membuat ketertarikan mengikuti TQN di balak disini apa ya?
5. Bagaimana menurut anda pendanaan (cara mengumpulkan dana)
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang ? semisal sukarelawan atau iuran wajib atau apa . . .
jelaskan!
6. Berikan penjelasan mengenai sistem pendidikan TQN di balak ?
a. Metode pendidikan
5
Pertama, metode ceramah waktu manakib, kedua metode
diskusi, ketiga metode tebar tausyiah/ sms dari guru,
keempat metode bimbingan spiritual secara perorangan dan
lain-lain?
b. Materi pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat Qadiriyah
Wa Naqsyabandiyah (TQN)!
c. Tujuan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah (TQN)!
7. Bagaimana caranya masuk anggota Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak
Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang tahun 2015?
8. Bagaimana menurut anda sifat taubat, wara’ (kehati-hatian dalam
berbuat, berfikir dst), qanaah (kesederhanaan dalam hidup), zuhud,
mahabbah kepada guru menghantarkan mahabbah kepada Allah,
Fana’ fi syekh menghantarkan fana’ fillah dan Mema’rifati diri
mudah mencapai mema’rifati Allah dan ma’rifatullah dan lain-lain
yang ada di TQN Balak 2015?
9. Bagaimana caranya masuk anggota TQN di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang 2015?
10. Bagaimana perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
dari sejak awal berdiri sampai saat ini di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang 2015?
11. Bagaimana respon (tanggapan) masyarakat tentang keberadaan
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang Tahun 2015?
12. Bagaimana peran/kontribusi/ manfaat bagi masyarakat disekitar
Dusun balak mengenai keberadaan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015
terhadap masyarakat, Murid-murid dan Jamaah Pada Umumnya?
6
HASIL WAWANCARA
Hari/ tanggal : Kamis, 21 Mei 2015.
Pukul : 17.00-18.00 WIB.
Tempat : Rumah Bapak M. Akib Ali Atmo
I. Identitas Informan
Nama : M. Akib Ali Atmo
1. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Magelang, 26 Desember 1961
2. Alamat lengkap : Dusun Balak Desa Losari Kec. Pakis Kab.
Magelang
3. Pekerjaan : Pengasuh Pondok Pesantren Suryabunana
4. Status : Nikah
5. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah : 1999
6. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SDN 1 Pakis 1973
Smp/mts dan lulusan : MTS Pakis 1976
Sma/smk dan lulusan : MAN Garjo 1980
Perguruan Tinggi dan Lulusan : IAIN Suka 1983
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak M. Akib
Ali :
Cahyo
:
Bapak M. Akib
Ali :
Cahyo
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana caranya masuk anggota Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang?
Pertama, adanya keinginan ingin bertaubat baik
melaksanakan mandi tobat maupun sholat tobat guna
pembersihan hati secara lahir dan batin karena
seorang hamba yang ingin menghadap ke Allah harus
suci dan bersih dari kotoran- kotoran hati. Kedua,
Melaui pintu talqin dengan Wali Musryid atau wakil
talqin supaya murid bisa mendapatkan bibit kalimah
toyyibah lailah ha illah yang ditancapkan di dalam
dada Murid masing- masing, kalimah ini apabila di
amalkan setiap hari sebanyak 165 kali berguna untuk
revolusi mental akhlakhul karimah dan lebih fokus
sebagai benteng pembersihan penyakit-penyakit hati
yang cepat dan praktis, dan beliau juga menuturkan
hati bisa hidup bugar segar kembali apabila sering
dihiasi lantunan dzikir lailaha illah. Perubahan akhlak
yang baik akan menunjang dan menebarkan islam
yang rahmatn lil alaminlil alamin.
Bagaimana peran/kontribusi/ manfaat bagi
masyarakat disekitar dusun balak mengenai
keberadaan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
7
Bapak M. Akib
Ali :
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
Keberadaan tarekat ini sangat menunjang
kontribusi pendidikan di balak dikarenakan adanya
diskusi rutin di Pondok Pesantren suryabuana
dibukak secara umum bagi siapa saja yang
mengingkan keilmuan tarekat ini sehabis sholat
Jum’at, biasanya diskusi dimulai jam 13.00- 14.30
WIB. Manakib Akbar sebulan sekali dibuka bagi
siapa saja yang pengen mengikutinya karena disitu
rangkaian mujahadah dan keilmuan dibukak selebar-
lebarnya, kemudian program penggalian air bersih
yang diambil dar jarak 3 KM Desa Kajang koso akan
di bagikan kepada Masyarakat dengan gratis peralon
akam dialihkan ke Rumah-rumah Penduduk.
8
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Kamis 14 Mei 2015
Waktu : 17.00 – 18.00 WIT.
Tempat : Rumah Bapak Subchan, S.Ag.
I. Identitas Informan
1. Nama : Subchan, S.Ag
2. Tempat/ tanggal lahir : Magelang, 17 Agustus 1971
3. Alamat lengkap : Dusun Balak Desa Losari Kec. Pakis Kab.
Magelang
4. Pekerjaan : Sesepuh Pondok Pesantren Suryabuana
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2005
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Losari 1 lulus tahun
1983
Smp/mts dan lulusan : MTS As Salaam Surakarta lulus
tahun 1996
Sma/smk dan lulusan : SMA 2 Magelang lulus tahun 1989
Perguruan Tinggi dan lulusan : IAIN Jurusan Sastra Arab Suka
Yogyakarta lulus Tahun 1995
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Subchan
:
Cahyo :
Bapak Subchan :
Cahyo :
Bapak Subchan
:
Cahyo :
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Apa pengertian Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah?
Tarekat Jalan menuju kepada Allahh SWt. dan
metode yang dirumuskan oleh wali musryid guna
membimbing muird- muirdnya.Secara asal usul
tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah gabungan dua
tarekat Qadiriyah yang di namanya diambil dari
pendirinya Syekh Abdul Qadir al- Jalaini dan Tarekat
Naqsyabandiyah yang namanya diambil dari
namanya Muhammad bin Baha’ al-Din al-Uwais al-
Bukhari Naqsyabandi kemudian tarekat ini di
gabungkan Syekh Ahmad Khatib ibn ‘Abdul Ghoffar
Al-sambasi.
Bagaimana ritual- ritual atau amalan-amalan Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah?
Pertama, harian maksudnya dzikir 165 kali sehabis
sholat fardlu. Kedua, mingguan melakukan khotaman
perdaerah masing-masing. Ketiga, manakib di masjid
mustika rahmat pondok pesantren suryabuana yang
dihadiri jamaah berbagai wilayah. Amalannya
diambil dari kitab uquudul jumaan.
Bagaimana cara masuk tarekat ini bapak?
9
Bapak Subchan
:
Cahyo :
Bapak Subchan
:
Cahyo
:
Bapak Subchan
:
Cahyo
:
Bapak Subchan
:
Sebenarnya Tarekat ini tidak ada persyaratan
khusus, bisa dikatakan ritualnya sama dengan tarekat-
tarekat lain. Pertama, Talqin Dzikir,kedua, mandi
tobat tidak diwajibkan akan tetapi banyak murid-
murid melakukan secara personal karena merasa
dirinya banyak kotoran hati.
Ketiga,melakukan amaliah wirid yang diantaranya
seperti ritual yang saya jelaskan tadi. Keempat,taat
kepada guru.
Bagaimana Pendanaan untuk kegiatan tarekat ini
bapak?
Pendanaan dari infaq jamaah setiap manakib sebulan
sekali atau biasanya disebut sukarelawan.
Bagaimana perubahan akhlak tasawuf pada Murid-
murid tarekat ini bapak?
Perubahan sikapnya tergantung pada seberapa
baik murid tarekat mema’rifati Allah melalui
bimbingan wali mursyid maka semakin baik kuantitas
dan berkualitas murid tarekat tersebut. Barometer
atau ukurannya tidak menentu perhari, perbulan,
pertahun dan seterusnya tergantung pada anugerah
hidayah dari Allah. Apabila seorang murid semakin
takut siksa neraka maka akan semakin baik pula cara
pandang murid tersebut memfokuskan pada maksud
dan tujuannya hanya untuk Allah dan menyingkirkan
yang lain keduniwian. Jadi metodenya mengenal
Allah dulu maka akan berdampak akan mengenal
Allah.
Bagaimana peran/kontribusi/ manfaat bagi
masyarakat disekitar dusun balak mengenai
keberadaan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
Pendidikan akhalk tasawuf yang diajarkan dalam
tarekat ini biasanya membuat masyarakat
mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
segi sosialnya, Program air bersih, penjualan waktu
manakib dibukak secara lebar bai siapa saja yang
ingin bukak usahanya, kerjabakti sosial, dan lain-lain.
10
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 4 Juni 2015
Pukul : 17.00 – 18.00 WIT.
Tempat : Rumah Gus Munir
I. Identitas Informan
1. Nama : Muh Badrur Munir
2. Tempat/ tanggal lahir : Nganjuk 4 Desember 1984
3. Alamat lengkap : Tegaron, Banyubiru RT 01 / RW 02
4. Pekerjaan : Mubaligh
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah : 2005
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Malang 2002
Smp/mts dan lulusan : SMP Waru Jayeng, Nganjuk 2009
Sma/smk dan lulusan : -
Perguruan Tinggi dan Lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Muh
Badrur Munir :
Cahyo :
Bapak Muh
Badrur Munir :
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana Sejarah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di PondokPesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
KabupatenMagelang Tahun 2015?
Tarekat Jalan menuju kepada Allahh SWt. dan
metode yang Dahulu memang Ahmad Fauzun
bersilaturrahim dan mendapatkan talqin bibit lã ilãha
illallãhdari Wali Mursyid (Abah Anom), tetapi karena
Abah Anom mengetahui kenaikan maqam ruhani
yang sangat pesat terhadap Muridnya khususnya
Ahmad Fauzun, kemudian Abah Anom mendapatkan
ilham lewat mimpinya yang kemudian menyuruh
mengganti nama Ahmad fauzun dengan nama
Ahmad Sirulloh.
Setelah beberapa tahun kemudian para Jamaah
tarekat yang memiliki gairah ibadah riyadlah yang
tinggi diantarnya:Kiai Gus Jalil dari Kudus Putra dari
Syekh Jumadil Kubro dari Kudus mendapatkan Ilham
dalam mimpinya menambah nama Syekh kepada
Ahmad Sirulloh.
z akar spiritual daerah Magelang ini sesepuh Mbah Tugi
dalam mujahadah dengan jamaahnya dan serta
riyadlahnya yang sangat tinggi juga bermimpi dengan
menambahkan nama Kanjeng kepada Ahmad
Sirulloh, jamaah yang bernama Bapak kuat dalam
11
Cahyo
:
Muh Badrur
Munir:
riyadlah dan mujahadahnya mendapatkan Ilham
dalam mimpinya bertemu Rasulullah, Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani, dan Syekh At Dasuat, para wali
mengemukakan penambahan nama Muhammad Qadir
Dausat kepada Ahmad Sirulloh. Jadi kumpulan mimpi
jamaah ikhwan pilihan Allah dari mujahadah dan
riyadlahnya yang tinggi akhirnya beliau mendapat
gelar Gelar Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad
Qadir Dausat sebagai pendiri dan pemimpin Pondok
Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Pakis
Kabupaten Magelang yang mengajarkan tarekat
Qadirinyyah wa naqsyabandiyyah atas qodho dan
qadarnya Allah dan perintah Kekasih Allah Wali
Murysid Syekh Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin atau
dengan gelar Abah Anom dari Pondok Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Bagaimana menurut anda sifat mahabah, zuhud,
wara’i (kehati-hatian dalam berbuat, berfikir dst),
fana’, taubat, qanaah (kesederhanaan dalam hidup)
anggota TQN di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang ?
Pertama, maqam taubat maksudnya apabila
murid tarekat memiliki suatu dosa apapun itu harus
meminta kepada Allah supaya tidak mengulanginya
lagi. Biasanya dengan cara mandi taubat, sholat
taubat, istiqomah, istigfhar dan lain-lain. Kedua,
mahabbah maksudnya timbulnya rasa cinta seorang
murid tarekat kepada gurunya sehingga akan
berdampak positif mengantarkan rasa cinta kepada
Allah atau mahabbah kepada Allah. Seperti rajin
dzikir, puasa, sosial dan lain-lain. Beliau juga
mengatakan orang tua kita itu meliputi orang tua
kandung, guru sekolah, guru ngaji dan Wali Musryid
tarekat khususnya yang mengantarkan laju maqam
ruhaniah. Mereka menyayangi kita sebagaimana rasa
kasih sayangnya orang tua kandung kita kepada kita,
tidak menginginkan anaknya terjadi sesuatu hal yang
buruk menimpanya. Sebagaimana ridla Allah
tergantung ridla orang tua kita, surga ditelapak kaki
seorang ibu yang melahirkan kita, begitu pula wali
mursyid. Guru dan murid memiliki ikatan batin yang
sangat kuat dikarenakan guru termasuk orang tua kita.
Jadi sudah jelas bahwa mahabbah kepada guru tarekat
akan menambah mahabah kepada Allah khusunya
gairah ibadah kepada Allah.
12
Ketiga, wirai’ maksudnya kehati-hatian seorang
murid melakukan sesuatu aktifitas apapun karena
takut perbuatannya salah dan menimbulkan dosa.
Seperti halnya sebelum berdiskusi berdizkir 12 kali
terlebih dahulu untuk mengawalinya supaya
terteteskan keberkahan dari Allah SWT, dan juga
ketika mengemukakan pendapat harus tawasul
terlebih dahulu, dalam mimilih sesuatu harus
istikharah terlebih dahulu, sholat hajat meminta
petunjuk yang terbaik kepada Allah SWT. kehati-
kehatian dalam beradap kepada wali mursyidnya yang
sering diprioritaskan karena dengan berlatih beradap
gurunya nanti akan berdampak beradap kepada semua
makhluk ciptaanya. Dan juga selalu husnudzhon dari
segala apapun. Keempat, qanaah ‘tidak butuh sesuatu,
sederhana’ biasanya yang dilakukan secara lahiriyah
tidak menampakkan tingkatan jabatan di dunia seperti
menghilangkan atribut-atribut, gelar dst karena yang
dipandang kebersihan hati dan pemfokuskan hanya
kepada Allah Swt.
Kelima, Fana’ fisyekh akan mengantarkan fana’
fillah karena tidak mungkin bisa murid mengalami
kenaikan laju ruhaniah sangat tinggi tanpa lebur
dahulu kedalam dada seorang guru. Dengan mewakili
segala perbuatan atas nama gurnya pasti secara
lahiriah akan semakin rajin ibadah kepada Allah,
semua gerakan berasal dari Allah tanpa ada yang lain.
13
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Minggu, 24 Mei 2015.
Waktu : 20.00-21.00 WIT.
Tempat : Rumah Bapak Mahsun
I. Identitas Informan
1. Nama : Mahsun
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang 26 Januari 1961
3. Alamat lengkap : Dsn. Krajan RT 04 / RW 07 Ds. Kebumen
Banyubiru
4. Pekerjaan : Mubaligh
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2005
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SDN1 Kebumen 1
Smp/mts dan lulusan : -
Sma/smk dan lulusan : -
Perguruan Tinggi dan lulusan :-
II. Wawancara
Cahyo
:
Rumah Bapak
Mahsun
:
Cahyo
:
Bapak Mahsun
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan yang
dilakukan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ?
Amalan harian sehabis shalat fardlu adalah
dzikir la ilaha illallah sebanyak 165 kali secara jahr,
khataman mingguan dan manakib daerah masing-
masing dan manakib di masjid mustika rahmat
Pondok Pesantren suryabuana balak magelang.
Adapun penjelasan yang berkaitan dzikir harian yang
bersumber dari kitab uquudul jumaan.
Sedangkan untuk bacaan selanjutnya bisa dibaca
dalam kitab Uquudul Jumaan yang ditulis K.H.A
Shohibul Wafa Tajul A’rifin (Pangersa Abah Anom).
Demiakian amalan dari tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah di balak yang berpusat di Pondok
Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Akan
tetapi dzikir amalannya bisa dilaksanakan lebih dari
hitungan itu dan bia kurang. Biasanya jamaah
khotaman melaksanakan 33 kali atau 3 kali saja.
14
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Sabtu, 6 Mei 2015
Waktu : 07.00-10.00 WIT.
Tempat : Rumah Akhmad Ikhda Sufiyana, Spd.I
I. Identitas Informan
1. Nama : Akhmad Ikhda Sufiyana, Spd.I
2. Tempat/ tanggal lahir : Tegar 24 April 1982
3. Alamat lengkap : Dsn. Karang RT 05 RW Desa Tegaron Kecamatan
Banyubiru
4. Pekerjaan : Mubaligh
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 1987
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SD Lebak Gowah 03
lebaksiau Tegal 1989
Smp/mts dan lulusan : MTSN Model Babakan Tegal 1997
Sma/smk dan lulusan : SMUN1 Slawi Tegal 2000
Perguruan Tinggi dan lulusan : UIN Sunan Kalijaga 2004
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
Spd.I
:
Cahyo
:
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
Spd.I
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana Sejarah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di PondokPesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
KabupatenMagelang Tahun 2015?
Sebenarnya pemberian nama gelar Ahmad
Fauzun itu atas qodho dan qadarnya Allah satu paket
yang diberikan kepadanya, akan tetapi pemberian
nama gelar itu disampaikan Allah melalui mimpi-
mimpi orang-orang tertentu yang memiliki pakar
spiritual yang tinggi akibat dari mujahadah dan
riyadlahnya, orang yang mendapatkan ilham berasal
dari berbagai daerah: Magelang, Kudus dan lain- lain.
Dahulu ketika Ahmad Fauzun bersama sahabat
karib Bapaknya Mustakim, ketika mereka mau
bersilaturrahim ke Pondok Pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya, Jawa Barat yakni Wali Mursyid KH.
A.Shokhibul Wafa Tajul Arifin atau gelar Abah
Anom, Ahmad Fauzhun setelah mendapatkan talqin
bibit dzikir lã ilãha illallãh kemudianmenjadi murid
yang mengalami kenaikkan maqam yang sangat
drastis dan kemudian beliau Abah Anom mimpi
mendapatkan ilham memerintahkan Ahmad Fauzun
15
Cahyo
:
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
berganti nama Ahmad Sirulloh yang disaksikan
beberapa Jamaah tarekat dan sahabat dekat beliau
sendiri Bapak Mustakim.Berbeda dengan jama’ah lain
Gus jalil dari Kudus Demak juga bermimpi
mendapatkan ilham menambahkan nama Syekh,
Jamaah dari Magelang sesepuh Mbah Tugi juga
mendapatkan ilham menambahkan nama Kanjeng dan
sesepuh Bapak kuat dari Magelang juga mendapatkan
ilham menambahkan Muhammad Qadir Dausat
karena dalam mimpinya beliau meceritakan bertemu
Muhammad, Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dan
Syekh Dausat dan para wali memerintahkan untuk
menambahkan nama dibelakang Ahmad Sirulloh.
Kemudian dari beberapa ilham para jamaah
yang bisa dikatakan memiliki tingkat spiritualitas
yang sangat tinggi yang mendapatkan ilham maka
nama Ahmad Sirulloh berubah menjadi nama
Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad Qadir Dusat.
Sejarah Tarekat Qadiryyah Wa Naqsyabandiyyah di
Dusun Balak, Kanjeng Syekh Sirulloh Muhammad
Qadir Dusat diperintahkan Abah Anom untuk
mendirikan dan menyebarkan Tarekat Qadiriyyah wa
Naqsyabandiyyah dari Pondok PesantrenSuryalaya
Tasikmalaya Jawa Barat yang kemudian membuka
areal baru di tengah sawah yang bernama Masjid
Mustika Rahmat.
Pembangunan Pondok Pesantren suryalaya, dan
pembangunan gapura dan menara yang tinggi, dan
pelestarian petilasan yang ada sembilan batu wali
songo bermusyarah, dan sarana prasarana yang
menunjang kegiatan tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah dikembangkan Kanjeng Syekh
Ahmad Sirulloh Muhammad Qadir Dausat, semua
bangunan yang beliau dirikan hanya perintah dari
Abah Anom, sehingga perkembangan tarekat ini
diharapkan mampu merubah perubahan akhlak
jamaah dan mema’rifati Allah baik dari segi Dzat,
Asma’ dan Af’alnya. Dan yang penting melaksanakan
wasiat dari Abah Sepuh yang salah satunya jangan
terbujuk oleh bujukan rayuan syetan dan mengekang
dari hawa nafsu.
Bagaimana menurut anda sifat mahabbah, wara’
(tkehati-hatian dalam berbuat, berfikir dst), qanaah
(kesederhanaan dalam hidup), zuhud, maqam fana’
fisyekh menghantarkan fana’ fillah?
Pertama, Mahabbah kepada guru akan
16
Spd.I :
mengantarkan mahabbah kepada Allah. Karena murid
tidak mungkin bisa mema’rifati Allah dari segala
sifat-sifatnya kalau murid tidak belajar mahabbah dari
gurunya, siapa yang ingin bersanding kepada Allah
apabila dia belum mampu maka bersandinglah dengan
para kekasih Allah. Ketika seorang Anak melihat
orang tuanya sebagai tajaliat Allah di bumi maka si
anak akan berbakti pada orangnya secara wajar.
Sebagaimana ditekankan sabda nabi Saw surga berada
ditelapak kaki Ibu. Karena kontek orang tua itu
meliputi orang tua kandung, guru sekolah, guru ngaji
dan yang paling berbahagianya guru wali mursyid
tarekat yang bisa membimbing baik secara dohir dan
batin.
Kedua, wira’i ‘kehati-hatian dalam pikiran dan
perbuatan segala hal‘ yang sering dilakukan selalu
berihsan melaui gurunya dimanapun berada selalu
diawasi gurunya secara otomatis tidak akan melaukan
perbuatan maksiat apabila murid sudah masuk dalam
dimensi ini, seperti kisah nabi yusuf ketika di ganggu
zulaikha yang menggodanya karena beliau nabi
melihat ihsannya ayahnya maka dia menolak dan
meninggalkannya. Contoh lain ketika diskusi wasilah
dahulu, dimulai dzikir dahulu, beradap sesuai adabnya
guru. Dst.
Ketiga, qanaah tarekat balak biasanya busana
lahiriah, pangkat jabatan di dunia seperti harus
memakai sorba, jubah dst tidak ditampakkan karena
yang menjadi tolak ukur hanya ingatnya hati bersama
Allah.Keempat, zuhud dalam tarekat di balak
bertingkat- tingkat meliputi ; zuhud secara lahiriyah
atau umum seperti puasa, mujahadah, dzikir dst.
Kemudian apabila murid sudah bisa melakukan hal-
hal yang secara wajar maka dia akan meningkat
dengan zuhud meningggalkan perbuatan yang kiranya
baik tapi dialihkan dengan hal-hal yang bersifat labih
baik, seperti menahan sementara waktu tidak
bersantai-santai, nonton tivi, bermain dst dialihkan
dengan fokus ibadah kepada allah. kelimafana’
fisyekh akan mengantarkan fana’ fillah dimana laju
kecepatan spiritual ruhaniyah murid mewakili dan
masuk ke dimesi dada seorang guru maka secara
otomatis rukhaniahnya akan terbimbing dengan
wasilah-wasilah yang muktabaroh, ketika murid itu
lebur dalam lenyapnya dada seorang guru maka rasa
kesombongan, iri, dengki dst. akan lenyap dengan
17
Cahyo
:
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
Spd.I
:
Cahyo
:
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
Spd.I
:
Cahyo
:
fana’nya guru di hadapan Allah Swt. dan ketika murid
bersanding dan mewakili gurunya 100 % atau bisa
dikatakan lebur total maka yang dinilai dan dipandang
Allah dengan siapa Murid itu berkholil, perlu
diketahui seorang wali mursyid itu kekasih Allah,
bagaimana jika diri ini lebur hanya kepada guru dan
yang ada gurunya. Subkhanallah pikiran dan
perbuatan apapun dan bahkan sifat-sifat yang ada
dirinya digunakan hanya untuk Allah bukan yang lain
Bagaimana ke anggotaan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang?
Pertama, jamaah umum maksudnya setiap
orang diperbolehkan mengikuti kegiatan tarekat di
balak ini tanpa terikat apapun baik amalan dan lain-
lain yang bisa dikatan jamaah simpatisan, kedua,
melaui pintu Talqin dari wakil talqin yang ditunjuk
wali murysid, dengan talqin secara legaitas menjadi
murid syekh abdul qadir al jalinai dan mengamalkan
dzikir harian 165 kali, khotaman daerah, manakib
daerah, manakib pusat di balak, peringatan muharam
dan ziarah per tahun di abah anom. Akan tetapi semua
ini tidak mengikat secara mutlak atau harus wajib
dilaksanakan tapi tergantung kondisonal keinginan
hati murid tergantung menyikapinya tapi biasanya
bimbingan ruhani ikatan batin antara murid dengan
guru kalau berkaitan dengan ibadah kepada Allah
para murid sami’na wa atho’na
Bagaimana sejarah ritual peringatan di gunung Balak?
Dahulu menurut silsilah cerita di gunung balak
waliyullah Syekh Subakir menancapkan tombak
kalimosodo atas perintah raja Rum dari persia di
pusatkan di Jawa tengah untuk membentengi
pengaruh raja iblis dan penguasa pantai selatan nyai
roro kidul yang ingin menguasai pulau jawa baik
daratan dan lauatan. Di daerah bagaian pantai selatan
di bentengi kalimah dzikir tarekat qadiriyyah wa
naqsyabandiyyah dari Syekh Jumadil Kubro dan
Jamaahnya. Dan juga beliau menuturkan 200 tahun
sebelum datangnya wali songo syekh Maulana
Mahribi juga berjasa dalam membentengi dari hal- hal
gaib dengan kalimah dzikir tarekatnya. Peringatan
Muharam dalam rangka ucapan rasa syukur dan
mengirimkan doan para wali songo yang sudah
berjasa menyebarkan ajaran yang benar baik berupa
18
Bapak Akhmad
Ikhda Sufiyana,
Spd.I
:
pendidikan, tasawuf dan lain sebagainya. Kemudian
pengurus tarekat di balak setiap tanggal 1 Muharam
diadakan peringatan di gunung balak yang meliputi
kegiatan diataranya mujahadah, manakib dan di akhiri
penutupan penancapan tombak kalimosodo.
Berikan penjelasan mengenai sistem pendidikan TQN
di balak!
a. Metode pendidikan
Pertama metode ceramah waktu manakib. Kedua,
metode diskusi. Ketiga, metode tebar tausyiah/
sms dari guru, keempat metode bimbingan
spiritual secara perorangan!
b. Materi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
(TQN)!
c. Tujuan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiya
(TQN)!
Pertama: metode zikrullah maksudnya
bagaimana caranya menggerakkan tujuh latifah-
latifah qalb yang nanti akan membersihan hati dari
segala noda dosa. Kedua, metode diskusi maksudnya
mencurahkan segala pemikiran guna mendiskusikan
keilmuan yang diajarkan guru. Ketiga, metode
ceramah maksudnya ceramah yang disampaikan oleh
para mubaligh-mubaligh waktu manakib sebulan
sekali di Masjid Mustika Rahmat. Keempat, metode
suluk mendapatkan sesuatu bimbingan dari guru
biasanya mengamalkan ijazah yang didapatkan guna
mempercepat laju rukhaniyah sehingga memupuk biar
rukhani biar semakin kuat melaui riyadlahhya.
Kelima, metode mencetak kalimosodo dan serpihan
mutiara menyebarkan keilmuan yang kiranya jamaah
tarekat tidak sempat mengikuti kajian manakib dan
mengaitkan teori dengan dasar hukum yang ada di
nash. Keenam, metode tebar tausyiah melalui sms
maksdunya berisi peringatan dan nasihat-nasihat.
Ketujuh, metode syair lagu maksudnya menikmati
nuansa keilmuan dari guru dengan memasuki suatu
makna di dalamnya karena terkadang pribadi masing-
masing dalam bermuhasabah diri tapi melalui lagu
suatu makna hakikat cepat dirasakan.
Kedelapan, metode tafakur maksudnya melihat
suatu keindahan jagad raya mengambil hikmah ayat-
ayat qauniyah yang tampak.Adapun materi yang
disajikan dalam pendidikan tarekat bagi jamaahnya
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu
19
materi syariat dan tarekat.
Pertama, syariat yakni norma-norma yang terdapat
dalam syariat Agama Islam. Kedua, tarekat suatu
jalan yang ditempuh bagi salik mencapai
ma’rifatullah melalui bimbingan Wali Mursyid.
Dengan talqin bibit lãilãha illallãh yang tertancapkan
dalam dadanya dan amalannya dzikirnya semakin
memberi pencerahan hati untuk menangkap cahaya
Allah SWT.
ت ر كيف ضرب الله مثالا كلمةا طيبةا كشجرة طيبة أل (.42:إبراهيم )أصلها ثابت وف رعها يف السماء
Artinya tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit (Q.S Ibrahim : 24 ).
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah
kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru
kepada kebajikan dan mencegah dari
kemungkaran serta perbuatan yang baik.
kalimat tauhid seperti laailaaha illa allaah.
Sebagaimana dasar hukum bertarekat
terdapat dalam firman Allah :
ناهم ماءا غدقاا اجلن )وأن لو است قاموا على الطريقة ألسقي
:61.) Artinya dan bahwasanya: Jikalau
mereka tetap berjalan Lurus di atas
jalan itu (agama Islam), benar-benar
Kami akan memberi minum kepada
mereka air yang segar (rezki yang
banyak (Q.S. Al-Jin : 16 ).
Ketiga, hakikat yakni keadaan hati dan
kesucian jiwa dalam diri seorang hamba
kepada Allah. Dalam makna hakikat ini
sangat ditekankan dalam keadaan batiniah,
dzikir yang kuat berdampak keadaan batiniah
dan keimanan semakin kuat pula yang secara
otomatis memberikan pondasi bagi tegaknya
syariat Agama Islam. Keterkaitakan antara
20
syariat, tarekat dan hakikat terdapat dalam
firman Allah :
يا أي ها الذين آمنوا ادخلوا يف السلم كافةا وال ت تبعوا (402: البقرة )خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبني
Artinya:hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqarah :
208). Beliau juga mengemukakan pendapat dari
Imam Al Ghozali orang yang menjalankan syariat
tanpa hakikat dinamakan fasik, kemudian
kebalikannya juga orang yang melaksanakan hakikat
tanpa syariat zindiq. Di perkuat dalam dalam sabda
Nabi SAW: untuk mengetahui Islam Pelajarilah ilmu
fiqh, untuk mengetahui Iman pelajarilah ilmu
ushuluddin, dan untuk mengetahui ihsan pelajarilah
ilmu tasawuf atau tarekat. Sedangkan beliau
menjelaskan tujuan tarekat di balak yakni pertama,
memfokuskan kepada Allah dari segala apapun cara
pandang. Kedua, mencari Ridla Allah. Ketiga,
mahabbah kepada Guru dan Mahabbah kepada Allah
dan semua makhluk ciptaannya. Keempat,
mema’rifati Allah baik dari dzat, sifat-sifatnya dan
af’alnya.
21
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2015
Pukul : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Rumah Bapak Abdullah Mh. Makashin
I. Identitas Informan
1. Nama : Abdullah Mh. Makashin
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 13 Agustus 2015 1973
3. Alamat lengkap : Candi RT 02 RW 08, Kec. Tuntang, Kab.
Semarang
4. Pekerjaan : Pakar Herbal dan Spiritual
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun: 2004
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SDN1 Candirejo 1984
Smp/mts dan lulusan : SMPN 2 Tuntang
Sma/smk dan lulusan : SMEA Negeri Salatiga
Perguruan Tinggi dan lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Abdullah
Mh. Makashin:
Cahyo
:
Bapak Abdullah
Mh. Makashin
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana pendapat Bapak mengenai Sejarah tarekat
di pondok pesantren suryabuana?
Menurut silsilah cerita turun- temurun, dahulu
Dusun Balak pernah diadakan tempat Musyawarah
Walisongo berkumpul yang dibuktikan penemuan
batu besar sembilan yang mana sebagai alas duduk
mereka. Dikarenakan lokasi tersebut memiliki nilai
sejarah yang sangat bermakna maka masyarakat
menjadikan tempat petilasan. Wali Songo singgah
dan bermukim di Dusun Balak karena mereka
mempunyai misi berdakwah menyebarkan agama
Islam serta mengenalkan metode dzikir tarekat yang
dzikirnya apabila ada bimbingan dari Wali Mursyid
sangat bernilai berkualitas di hadapan Allah, dzikir
yang didapatkan dari talqin memberikan kondisi hati
dan perubahan akhlakhlul karimah yang sangat pesat
22
terhadap diri personal. Akan tetapi sebelum
Walisongo meninggal mereka khawatir siapa nanti
yang akan meneruskan jejak perjuangannya,
kemudian Walisongo setiap habis sholat bermunajat
kepada Allah supaya sepeninggal mereka nanti ada
generasi pemimpin penerus di Dusun Balak ini.
Kemudian atas berkah para Wali Songo dan
terkabulnya doa yang dipanjatkan kepada Allah,
Dusun Balak dikaruniai terlahirnya seorang Bayi
dengan cahaya yang sangat terang benderang, hanya
orang-orang yang bersih hatinya, pakar spiritual dan
para kiai yang mampu melihat cahaya terang
benderang dari seorang bayi tersebut. Bayi tersebut
putra dari Bapak Said bin Muhtar dan mertuanya
Kyai Ahmad.
Kemudian bayi tersebut dikasih nama Ahmad
Fauzun yang waktu menginjak dewasa menempuh
belajar di UIN Yogyakarta Jurusan Filsafat. Dan
beliau tergolong mahasiswa yang sangat cerdas,
pintar, dan semangat yang tinggi dalam meraih
prestasi. Kemudian seusai wisuda beliau
bersilaturrahim ke Pondok Suryalaya, Tasikmalaya
Jawa Barat yang dipimpin Wali Murysid Syekh
Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin atau dengan gelar Abah
Anom. Setelah Ahmad Fauzhun bertalqin dan secara
legalitas menjadi Murid Abah Anom bertahun-tahun
mengalami kemajuan ruhani spiritual yang signifikan
maka Abah Anom Bermimpi dan mendapatkan Ilham
mengganti nama Ahmad Sirulloh.
23
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Senin 1 Juni 2015
Pukul : 16.00-17.00 WIB
Tempat : Rumah Bapak Bisroni
I. Identitas Informan
1. Nama : Bisroni
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 6 Juni 1966
3. Alamat lengkap : Desa Kalibenng, RT 002 RW 003, Kec. Tingkir
4. Pekerjaan : Pengurus
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2009
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SDN1 Siderojo Kidul 1979
Smp/mts dan lulusan : SMP Kristen 1982
Sma/smk dan lulusan : SMA Pertanian Magelang 1985
Perguruan Tinggi dan lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Bisroni
:
Cahyo
:
Bapak Bisroni
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan yang
dilakukan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ?
Ritual-ritual atau amalan yang harus
dilaksanakan hanya sebatas melaksanakan kitab dari
Uquudul Jumaan yang terdiri dari dzikir lailaha illah
wajib 165 kali sehabis sholat fardlu, khotaman dari
daerah masing-masing yang waktu dan tempatnya
sesuai kesepakatan Jamaah, manakib perdaerah,
manakib pusat di Pondok Pesantren suryabuana balak
yang dihadiri dari berbagai daerah.
Terkadang secara personal sebelum malam
manakib jamaah Tarekat melaksnakan ritual mandi
taubat. Beliau menjelaskan tatacara mandi taubat di
kolam taubat khusus diantaranya : pertama,
mensucikan dari hadats dengan cara berwudlu
terlebih dahulu. Kedua, syahadatain. Ketiga, tawasul.
Keempat, nyemplong di dalam bak keramas.
24
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at 6 Juni 2015
Waktu : 19.00-20.00 WIB.
Tempat : Rumah Bapak Irfani
I. Identitas Informan
1. Nama : Ngirfani
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 20 Februari 1967
3. Alamat lengkap : Dsn. Kalilondo Desa Siderojo Kidul Kec. Tingkir
Kota Salatiga
4. Pekerjaan : Ketua Rebana
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2002
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SD Karanggede 1983
Smp/mts dan lulusan : SMP Karanggede 1986
Sma/smk dan lulusan : MA Karanggedhe 1989
Perguruan Tinggi dan lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Irfani:
Cahyo
:
Bapak Irfani:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana Metode yang dilakukan Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang?
Pertama, ceramah. Kedua, diskusi. Ketiga,
tebar tausyiah. Keempat, bimbingan secara personal.
Kelima, metode dzikrullah. Berkaitan materi yang
disampaikan di balak meliputi dzikirullah, adab
kepada siapapun, syahadat, lãilãha illallãh,
kehidupan akhirat, akhlak sosial. Materi pokok yang
disampaikan dalam kegiatan tarekat antara lain:
Pertama, Dzikirullah. Kedua, Adab kepada semua
makhluk khususnya guru tarekat karena yang
membimbing secara dhohir dan batin. Ketiga,
mengkaji kalimat tertinggi laailaaha illa allaah.
Keempat, kehidupan Akhirat. Kelima, akhlak
tasawuf.Sedangkan tujuan tarekat di balak yaitu
sesuai hadits nabi yang terdapat dalam kitab Uquudul
Jumaan wahai Tuhanku, engkaulah yang aku maksud
dan ridla-Mu yang aku cari berilah aku kemampuan
untuk bisa mencimtai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu.
25
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Rabu 20 Mei 2015
Pukul : 18.30-19.30 WIB
Tempat : Rumah Bapak Sartono.
I. Identitas Informan
1. Nama : Sartono
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semaraang RT 02 RW 08 Candi
3. Alamat lengkap : Dsn. Rowoganjar Desa. Rowoboni Banyubiru
Semarang
4. Pekerjaan : Murid TQN
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2006
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Rowoboni 1980
Smp/mts dan lulusan : -
Sma/smk dan lulusan : -
Perguruan Tinggi dan lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Sartono
:
Cahyo
:
Bapak Sartono
:
Cahyo
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana caranya masuk anggota Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015?
Memasuki anggota tarekat diantaranya:
Pertama, memiliki kesadaran diri diserta niat yang
baik. Kedua, mempunyai keinginan taubat nasukha.
Ketiga, melakukan ritual talqin dari Wali Musryid
atau wakil talqin karena murid akan mendapatkan
bibit khalimah toyyibah lailah ha illah. Keempat,
mengamalkan Dzikir wajib harian sehabis sholat
fardlu 165 kali, Khotaman seminggu sekali harinya
sesuai mufakat dari daerah masing-masing akan tetapi
mengenai waktu Jam 09.00 WIB.., Manakib sebulan
sekali baik di daerah masing-masing dan Manakib
akbar yang dihadiri dari berbagai wilayah di Masjid
Surya Mustika Rahmat Pondok Pesantren
Suryabuana.
Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan yang
dilakukan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
Ritual amalan yang harus dilaksanakan
diantaranya: zikir lailahaillah 165 kali, khotaman
daerah masing-masing, manakib daerah, manakib
26
Bapak Sartono
:
pusat di balak, mandi taubat secara personal biasanya
dilaksanakan sebelum hari jum’at dan sebelum
malam manakib di masjid surya mustika rahmat. Dan
juga ditambah peringatan satu muharam di gunung
balak dan ziarah kemakam Wali Mursyid Abah
Anom di Pondok Pesantren suryalaya tasikmalaya
Jawa Barat.
27
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Senin, 22 Mei 2015.
Pukul : 21.00-22.00 WIB.
Tempat : Rumah Bapak Sochib Alwi
I. Identitas Informan
1. Nama : Sochib Alwi
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 28 Agustus 1972
3. Alamat lengkap : Dsn. Rowoganjar Desa. Rowoboni Banyubiru
Semarang
4. Pekerjaan : Murid TQN
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2008
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : SDN Rowoboni 1985
Smp/mts dan lulusan : SMP Sultan Fatah 1985
Sma/smk dan lulusan : SMA Aliyah Sanawi Hadiri 1991
Perguruan Tinggi dan lulusan : -
II. Wawancara
Cahyo
:
Bapak Sochib
Alwi :
Cahyo
:
Bapak Sochib
Alwi:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. Wb
Bagaimana Metode Pendidikan yang dilakukan
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Pondok
Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
Pertama, metode zikirullah. kedua, diskusi.
Ketiga, tebar tausiyah. Adapun materi pendidikan di
balak yakni meliputi syariat Pertama, Syariat,
maksudnya aturan-aturan dalam syariat Islam, seperti
ketika dzikir 165 kali ada tuntunan dari kitab uquduul
Jumaan. Kedua, tarekat, yakni jalan tercepat untuk
mencapai ma’rifatullah dikarenakan mempunyai guru
Wali Murayid. Ketiga, hakikat, maksudnya kenyataan
yang terjadi suatu rasa yang dilakukan dari syariat
dan tarekat. Sedangkan tujuan tarekat balak sesuai
hadits nabi yang terdapat dalam kitab Uquudul
Jumaan wahai Tuhanku, engkaulah yang aku maksud
dan ridla-Mu yang aku cari berilah aku kemampuan
untuk bisa mencimtai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu.
28
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at 29 Mei 2015
Waktu : 15.00-16.00 WIB.
Tempat : Rumah Ibu Sri Wanidah
I. Identitas Informan
1. Nama : Sri Wanidah
2. Tempat/ tanggal lahir : Pati, 2 April 1974
3. Alamat lengkap : Dusun Balak Desa Losari Kec. Pakis Kab.
Magelang
4. Pekerjaan : Murid TQN
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2009
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Yayasan Tarbiyatul banin banat (Yataba) Alas
duwo dukuhseti pati.
Smp/mts dan lulusan : Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTS) Yayasan
Tarbiyatul banin banat (Yataba) Alas duwo dukuhseti pati.
Sma/smk dan lulusan : Madrasah Aliyah (MA) Yayasan Tarbiyatul
banin banat (Yataba) Alas duwo dukuhseti pati.
Perguruan Tinggi dan lulusan : S1 Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Pati Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), S2 Universitas
Isalam Imdonesia (UII) Yogyakarta Jurusan Studi Islam.
II. Wawancara
Cahyo
:
Ibu Sri Wanidah
:
Cahyo
:
Ibu Sri Wanidah
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana caranya masuk anggota Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang?
Tarekat Jalan menuju kepada Allahh SWt. dan
metode yang Bagi warga masyarakat yang ingin
memasuki anggota Tarekat tidak memiliki persyaratan
yang rumit, seperti harus berpuasa beberapa tahun,
khalwat ”menyendiri dari berbagai keramaian”
beberapa tahun di ruang khusus, dan lain- lain.
Namun bagi masyarakat yang ingin memasukinya
diantaranya ; pertama, berniat dalam hati yang tulus
ikhlas serta bersungguh- sungguh guna mendekatkan
diri kepada Allah,kedua, melalui pintu talqin tapi
yang berhak mentalqin dan menanamkan bibit la
ilaha illallah yaitu Wali Mursyid atau bisa wakil
talqin yang ditunjuknya karena melalui proses ini
murid baru bisa menggerakkan tujuh latifah-latifah
yang bersemayam dalam hati yang nanti dampaknya
secara psikologis atau ketenangan kejiwaan sangat
29
Cahyo
:
Ibu Sri Wanidah
:
terasa. sumber rujukan tuntunannya dari kitab Al-
Futuhat al-Rabbaniyah fi at-tarekat at-qadiriyyah.
Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan yang
dilakukan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
Bagi warga masyarakat yang ingin memasuki
murid Tarekat tidak memiliki persyaratan yang rumit,
seperti harus berpuasa beberapa tahun, khalwat
”menyendiri dari berbagai keramaian” beberapa tahun
di ruang khusus, dan lain- lain. Namun bagi
masyarakat yang ingin memasukinya diantaranya
:pertama, berniat dalam hati yang tulus ikhlas serta
bersungguh- sungguh guna mendekatkan diri kepada
Allah,kedua, melalui pintu talqin tapi yang berhak
mentalqin dan menanamkan bibit la ilaha illallah
yaitu Wali Mursyid atau bisa wakil talqin yang
ditunjuknya karena melalui proses ini murid baru bisa
menggerakkan tujuh latifah-latifah yang bersemayam
dalam hati yang nanti dampaknya secara psikologis
atau ketenangan kejiwaan sangat terasa.
Informan juga menjelaskan sumber rujukan
tuntunannya dari kitab Al-Futuhat al-Rabbaniyah fi
at-tarekat at-qadiriyyah, sebelum melaksanakan
talqin Jamaah membaca bacaan berikut:
1. Syahadatain 1x
أشهد أن الإهلإال اهلل وأشهد أن حممدا رسول اهلل 2. Membaca Istighfar 3x
أستغفر اهلل العظيم 3. Membaca Sholawat Nabi 3x
4. Membaca surat Al-Fatihah
Pada Kesempatan Itu juga Wakil talqin
menjelaskan petunjuk inti ajaran dan amalan
yang harus dilaksanakan seorang murid dari
segi mekanisme dzikir jahr dan dilanjutkan
dzikir khofi, materi spiritual kerohanian yang
lebih difokuskan keyakinan ketauhidan dan
penguatan refleksi muhasabah diri.
Kemudian di mulailah talqin secara
bersamaan dimulai tuntunan dari wakil talqin
menuntunnya secara perlahan-lahan dan
membaca seperti penjelasan kitab Al-Futuhat
al- Rabbaniyah fi at-tarekat at-qadiriyyah dan
30
ditirukan jamaah tarekat secara
bersamaan.Ketiga, mengamalkan amalan
yang bersumber dari kitab uquudul jumaan
yang meliputi: zikir wajib harian sehabis
sholat fardlu 165 kali, Khotaman seminggu
sekali harinya sesuai mufakat dari daerah
masing-masing akan tetapi mengenai waktu
Jam 09.00 WIB.., Manakib sebulan sekali
baik di daerah masing-masing dan Manakib
akbar yang dihadiri dari berbagai wilayah di
Masjid Surya Mustika Rahmat Pondok
Pesantren Suryabuana.
Pengerakkan zikirjahr “suara keras”
bergedhek serta menggerakkan kepala
bergerakiniberguna untuk menghancurkan
penyakit-penyakit hati seperti analogi sebuah
batu besar akan hancur apabila dihantamkan
dengan pukulan dan hentakkan yang sangat
keras serta bersungguh-sungguh dan juga
bermanfaat memerangi godaan hawa nafsu
yang sering mengotori perilaku dalam
kehidupan sehari- hari. Dan juga beliau
menjelaskan tujuh latifah-latifah yang ada
dalam diri manusia yang diantaranya
:pertama,latifah qolbi kehalusan jantung
yang tempatnya di bawah susu kiri, kira-kira
dua jari dari susu kiri. Maka setelah terasa
dzikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang
menyinari ke bawah bahunya menuju ke atas,
atau di dalamnya itu terasa getaran yang
kuat.
Kedua,Latifah Ruhi yang tempatnya di
bawah susu kanan, kira-kira dua jari dari
susu kanan, setelah melakukan zikir
bersama-sama dzikir di dalam hati seperti
orang melihat kedua jurusan kanan dan kiri
disatukan pandangan batinnya menjadi satu
jurusan. Setelah terasa di dalamnya gerak
dan teguhnya dzikir.Ketiga,Latifah sirri
tempatnya di atas susu kiri, kira-kira dua jari.
Dan dzikirnya itu merasa mantap.Keempat,
kemudian ditalqinkan lagi oleh gurunya
dengan latifah khofi yang ditempatnya di atas
susu kanan, kira-kira dua jari.
Kelima,Kemudian ditalqinkan lagi latifah
Akhfa yang tempatnya di tengah-tengah dada, dan
31
terus diteguhkan dzikir seperti dii latifah-latifah
lainnya. Setelah itu ditalqinkan lagi denga latifah nafsi
yang tempatnya diantara mata dan keningnya. Disini
diisi dengan teguh hatinya penuh dzikir di seluruh
latifahnya. Kemudian sampai ke latifah jasad atau
latifah qolab yang berarti kehalusan seluruh badan
yang penuh dengan dzikir setelah menyeluruh
dzikirnya di tiap-tiap bahagian anggotanya, sehingga
menembus keseluruhan akar-akar bulunya iman
dengan getaran rasa yang lemas dan atau merasa
menyelusupkan dzikir nampak di seluruh badan
32
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Minggu, 24 Mei 2015
Waktu : 21.00-22.00 WIB.
Tempat : Rumah Ibu Muntafiah
I. Identitas Informan
1. Nama : Muntafiah
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab.Semarang, 31 Desember 1996
3. Alamat lengkap : Dsn. Krajan RT 04 / RW 07 Ds. Kebumen
4. Pekerjaan : Murid TQN
5. Status : Nikah
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2006
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Candi 1980
Smp/mts dan lulusan : -
Sma/smk dan lulusan : -
Perguruan Tinggi dan lulusan :-
II. Wawancara
Cahyo
:
Ibu Muntafiah
:
Cahyo
:
Ibu Muntafiah
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana Ritual- ritual atau amalan-amalan
yang dilakukan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryabuana
Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang ?
ritual atau amalan yang harus dilaksanakan
bersumber dari kitab uquudul Jumaan dzikir 165 kali,
khotaman, manakib daerah dan manakib pusat di
balak. Dan melakukan mandi taubat secara personal
di kolam taubat.
33
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Minggu, 5 Juli 2015
Waktu : 10.00-12.00 WIB.
Tempat : Pondok Suryabuana Balak
I. Identitas Informan
1. Nama : Ahmad Latif Ghufron
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 11 November 1995
3. Alamat lengkap : Temanggung, Kab. Semarang
4. Pekerjaan : Murid TQN
5. Status : Mahasiswa
6. Mulai Ikut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah sejak tahun : 2013
7. Riwayat pendidikan
Sd/mi dan lulusan : MI Al-Falah Depok Bogor
2007
Smp/mts dan lulusan : SMP Islam Ngadirejo 2010
Sma/smk dan lulusan : SMKN1 Temanggung 2014
Perguruan Tinggi dan lulusan : Kuliah di Institut Pertanian
Yogyakarta
II. Wawancara
Cahyo
:
Latif :
Cahyo
:
Latif
:
Cahyo
:
Latif
:
Assalamualaikum wr. wb.
Walaikumussalam wr. wb
Bagaimana sikap zuhud murid-murid tarekat di
Pondok PesantrenSuryabuana?
Zuhud ajaran Suryabuana itu analoginya zero
dunia juga zero akhirat, tidak ada harapan untuk
mndapat dunia juga dan tidak menjadikan surga
sebagai sesuatu amalan yang diagung-agungkan
karena pada hakikatnya kebagiaan yang terbesar
yakni bertemu sang Maha Kekasih Allah SWT.,
segala apapun cara untuk menuju titik fokus yakni
akhirat di nomer satukan akan tetapi melalui
bimbingan wali mursyid. Dengan ta’dim pada guru
akan semakin cepat laju ruhaniyahnya karena tidak
sengaja kondisi leburnya sifat-sifat itu. Makan,
minum, harta, pakaian tidak menjadi tolak ukur
keberhasilan dan kesuksesan dikarenakan yang
menajadi tolak ukur yakni kebersihan dan kesucian
hati.
Bagaimana ajaran kehati-hatian yang ada di pondok
surybuanan?
Kehati-hatian dalam berbuat, seperti halnya
ketika melakukan sesuatu yang salah, itulah kami
sebagai manusia yang mana seperti analogi tiada
manusia sempurna. Segala sesuatu yang baik itu
karena digerakkan hati nuraninya dari Allah. Tapi
34
Cahyo
:
Latif
:
Cahyo
:
Latif
:
kalau segala perbuatan menuju maksiat karena
tercampurnya hawa nafsu, membuat resah gelisah
dalam tataran melakukan sesuatu. Hati-hati dengan
bisikan syetan. Dan hati-hatinya tentang adab kepada
guru dan rasanya pengen menginsankan guru secara
total.
Bagaimana ajaran kesederhanaan yang ada di pondok
surybuanan?
Tujuan dunia bukan satu-satunya tujuan hidup, jadi
kesederhanaan dalam segala apapun, selalu bersyukur
dalam setiap keadaan.
Kenapa ajaran mahabah kepada wali mursyid bisa
menghantarkan mahabah kepada Allah?
Karena wali mursyid termasuk orang tua kita, jadi
seandainya kita bersama dengan para kekasih-kekasih
Allah dan mencintainya mereka seperti sebagaimana
kita mencintai dirikita sendiri maka, sudah otomatis
rahmat dan keberkahannya akan tercurahkan kedalam
seorang hamba tersebut.