Download - PENANGANAN SYOK PERDARAHAN
PENANGANAN SYOK PERDARAHAN (HIPOVOLEMIK)
PENANGANAN SYOK PERDARAHAN (HIPOVOLEMIK)
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan
Disusun Oleh :Alya Sri Mulyani 0200090004Dini Andriani 0200090016Eka Puspita Wulandari 0200090019Fitri Nurhayati 0200090027Fitria Nur Esa 0200090028Mira Febriyanti 0200090050Raswati 0200090064Riska Ratnika 0200090074Vini Mulyani 0200090093
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
TASIKMALAYA
2011BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok
hemoragik). Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan
gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok
hemoragik. Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut
secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa prinsip dasar syok perdarahan?
2. Apa saja tanda dan gejala syok perdarahan?
3. Bagaimana penilaian syok perdarahan?
4. Bagaimana penanganan awal syok perdarahan?
5. Apa saja prinsip dasar dalam proses rujukan?
6. Bagaimana pemberian obat pada pada syok perdarahan?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas , makalah ini disususn dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Prinsip dasar syok perdarahan;
2. Tanda dan gejala syok perdarahan;
3. Penilaian syok perdarahan;
4. Penanganan awal syok perdarahan;
5. Prinsip dasar dalam proses rujukan;
6. Pemberian obat.
1.4 Kegunaan Makalah
Makalah ini disususn dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai penambah ilmu tentang
penanganan syok perdarahan. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penyusun, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan tentang penanganan
syok perhandar;
2. pembaca/ dosen, sebagai media informasi tentang konsep penanganan syok perdarahan baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1.5 Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pedekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penyusun akan menguraikan
permasalahan yang di bahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penyusun mengambil data
melalui kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data
tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar
1. Pengertian
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok
hemoragik). Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan
gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok
hemoragik. Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut
secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen.
Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ
padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan akibat
dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah).
Dua contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain
gastroenteritis refrakter dan luka bakar yang luas.
2. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem
fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem
neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut
dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui
pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan
tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan.
Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan
penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna. Sistem
kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan
denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang
dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri,
dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan
darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin
dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin
I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin
II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok
hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya
akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari
posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak
langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus
distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
Patofisiologi dari syok hipovolemik itu telah tercakup pada apa yang ditulis
sebelumnya. Referensi untuk bacaan selanjutnya dapat ditemukan pada bibliografi.
Mekanisme yang rumit yang telah dijelaskan sebelumnya efektif dalam memenuhi perfusi
organ vital pada kehilangan darah yang berat. Tanpa resusitasi cairan dan darah dan atau
koreksi keadaan patologi yang mendasari perdarahan, perfusi jantung akhirnya akan
berkurang, dan kegagalan berbagai organ akan segera terjadi.
B. Tanda dan gejala syok Perdarahan
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan
takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada
pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang
cepat atau singkat. Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit.
Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan
dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis penting
untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi
mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah
jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan
darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di
bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan menunjukkan
adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
a. Turunnya turgor jaringan;
b. Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering
c. Bola mata cekung.
C. Penilaian Syok Perdarahan
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini :
1. Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik, atau mola)
2. Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (seperti plasenta previa, solusio plasenta,
dan rupture uteri)
3. Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan jalan lahir,
plasenta yang tertinggal)
4. Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman, amnionitis, metritis, pielonefritis)
5. Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus, rupture uteri,
robekan jalan lahir)
D. Penanganan Awal Syok Perdarahan
1. Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk :
a. Menstabilkan kondisi pasien
b. Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
c. Mengefisisensikan system sirkulasi darah
d. Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
2. Penanganan Awal
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok :
a. Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan perdarahan (seperti oksitosin,
masase, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan pembedahan)
b. Transfuse sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok karena
perdarahan, transfuse darah dibutuhkan jika Hb < 8 gram%. Biasanya darah yang diberikan
ialah darah sgar yang baru diambil dari donor darah
c. Tentukan penyebab perdarahan dan tatalaksana
1) Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan, curigai adanya abortus, KET,
dan mola
2) Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi sebelum
melahirkan, curigai plasenta previa, solusio plasenta, atau rupture uteri
3) Jika perdarahan terjai setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus, atonia uteri,
robekan jalan lahir, dan plasenta yang tertinggal
d. Nilai ulang keadaan ibu : dalam waktu 20-30 menit setelah pemberian cairan, nilai ulang
keadaan ibu tersebut untuk melihat adanya tanda-tanda perbaikan
e. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau sudah ada perbaikan sebagai berikut
1) Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100mmHg
2) Denyut jantung stabil
3) Kondisi mental pasien membaik, ekspresi ketakutan berkurang
4) Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/1
jam.
E. Prinsip Dasar Dalam Proses Rujukan
Setelah kondisi pasien stabil, penanganan terhadap penyebab syok perdarahan
maupun septic harus dilakukan. jika penyakit yang menjadi dasar penyebab syok septic tidak
dapat ditangani di tempat itu, pasien harus dirujuk ke fasilitas yang lebih mampu menangani.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merujuk kasus gawat darurat antara lain :
1. Stabilisasi pasien dengan :
a. Pemberian oksigen
b. Pemberian cairan IV dan transfuse darah
c. Pemberian obat-obatan (antibiotika, analgetika, dan toksoid tetanus)
2. Transportasi
3. Pasien harus didampingi oleh tenakes yang terlatih dan keluarganya
4. Ringkasan kasus harus disertakan
5. Komunikasi dengan keluarga
F. Pemberian Obat
1. Pemberian intra vena dipilih untuk kondisi syok, kondisi gawat darurat yang mungkin
membutuhkan tindakan pembedahan segera, setiap infeksi yang serius termasuk sepsis dan
syok septic
2. Pemberian IM dipilih apabila pemberian IV tidak mungkin dilakukan dan apabila obat yang
terpilih dapat diberikan melalui cara ini
3. Pemberian per oral hanya dapat diberikan pada kasus yang stabil kondisinya dan mampu
menelan obat per oral. Jangan memberikan obat per oral pada kasus syok, cedera abdominal,
perforasi uterus, KET, atau kondisi lainnya yang memerlukan tindakan bedah segera
1. Obat Pengurang Rasa Nyeri
Dalam mamilih obat pengurang rasa nyeri yang tepat, harus dipertimbangkan kondisi
pasien pada saat itu, saat dan cara pemberian obat, dan beberapa hal khusus yang harus
diperhatikan untuk setiap jenis obat yang dipilih. Penderita dalam syok atau akan mengalalmi
pembedahan segera, hanya boleh mendapat obat IV dan IM. Hindari sedasi berlebihan, sebab
sedasi berlebihan dapat menyembunyikan gejala yang penting untuk membuat diagnosis.
Setiap narkotika dapat menekan pernafasan yang mungkin fatal, oleh sebab itu pasien yang
mendapatkan narkotika harus dalam pengamatan yang ketat dan cermat. Obat anti radang
nonsteroid dan aspirin dapat mengganggu pembekuan darah. Kombinasi obat pengurang rasa
nyeri dengan obat penenang seperti diazepam meningkatkan risiko depresi pernafasan.
2. Obat analgetika yang direkomendasikan
a. Morfin 10-15 mg IM atau 15 mg IV
b. Petidin 50-100 mg IM
c. Parasetamol 500 mg per oral
d. Parasetamol dan codein 30 mg per oral
e. Tramadol oral atau IM 50 mg atau supossitoria 100 mg
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumya penyusun dapat mengemukakan simpulan sebagai
berikut.
Pengertian syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan
oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Pada
pembahasan kali ini akan di bahas tentang:
a. Prinsip Dasar
b. Tanda dan Gejala Syok Perdarahan
c. Penilaian Syok Perdarahan
d. Penanganan awal syok perdarahan
e. Prinsip dasar dalam proses rujukan
f. Pemberian Obat
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun merumuskan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa hendaknya mengerti semua yang dibahas dalam makalah ini yaitu tentang
penanganan syok pertdarahan.
2. Dan mahasiswa bisa melakukan praktik dalam pemberian asuhan kepada ibu dengan syok
perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta:
Widya Medika, 2002.
Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran
Bandung, 1993.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta:
EGC, 1998.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini,
Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997