perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN PENGAMAN
DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN PADA
BANK JATENG CABANG PEKALONGAN
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Reza Yoga Ardana
NIM. E0007043
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN PENGAMAN
DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN PADA BANK
JATENG CABANG PEKALONGAN
Oleh
Reza Yoga Ardana
NIM. E0007043
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Desember 2011
Dosen Pembimbing
Hernawan Hadi, S.H., M.Hum. NIP. 19600520 198601 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN PENGAMAN
DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN PADA BANK
JATENG CABANG PEKALONGAN
Oleh
Reza Yoga Ardana
NIM. E0007043
Telah Diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada
Hari : Rabu
Tanggal : 25 Januari 2012
DEWAN PENGUJI
1. Endang Mintorowati, S.H., M.H. :..............................................................
Ketua
2. Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni., S.H., M.Hum. :.....................................
Sekretaris
3. Hernawan Hadi, S.H., M.Hum. :..................................................................
Anggota
Mengetahui
Dekan,
Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum
NIP. 195702031985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Reza Yoga Ardana
NIM : E0007043
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi)
berjudul : PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN
PENGAMAN DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN
PADA BANK JATENG CABANG PEKALONGAN adalah betul-betul karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Desember 2011
yang membuat pernyataan
Reza Yoga Ardana
NIM. E0007043
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Reza Yoga Ardana. E0007043. 2011. PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN PEGAMAN DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN PADA BANK JATENG CABANG PEKALONGAN . Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Bank Garansi pada Bank Jateng Cabang Pekalongan dan kedudukan hukum Bank Garansi dalam menunjang pelaksanaan proyek-proyek pembangunan.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskripstif. Pendekatan peneltian menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis data berupa data primer dimana data utama berasal dari hasil penelitian empiris yang dilakukan langsung dalam masyarakat dengan wawancara terarah serta data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada prinsipnya dalam pemberian fasilitas Bank Garansi digunakan prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy),sehingga sebelum memberikan persetujuan Bank Garansi, bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian dan penilaian yang pada prinsipnya sama dengan penelitian dan penilaian dalam pemberian kredit. Pelaksanaan pemberian Bank Garansi di Bank Jateng Cabang Pekalongan, harus melewati empat tahap yaitu tahap pengajuan, tahap analisa, tahap keputusan dan tahap pembuatan Bank Garansi.
Bank Garansi pada prinsipnya adalah instrument hukum yang dapat dijadikan sebagai jaminan pembayaran dalam pengadaan jasa kontruksi (proyek-proyek pembangunan) oleh pemerintah sehingga memberikan rasa kepercayaan disamping juga rasa aman kepada pemerintah yang berkedudukan sebagai pihak yang menerima garansi (jaminan) karena ada pihak yang menjamin (bank) jika nasabah/kontraktor (penyedia jasa kontruksi) tidak melaksanakan kewajibannya (wanprestasi). Kata kunci : bank garansi, jaminan, proyek-proyek pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Reza Yoga Ardana. E0007043. 2011. THE IMPLEMENTATION OF BANK GUARANTEE AS A GUARANTEE OF SAVING AND ASSISTING ON CONTRUCTION PROJECTS IN BANK JATENG CABANG PEKALONGAN. Faculty of Law of Sebelas Maret University.
This research has aims to find out the implemantation in giving Bank Guarantee in Bank Jateng Cabang Pekalongan and the legal standing of Bank Guarantee in assisting contruction projects.
This study uses an empirical law research having descriptive character. The datas used were primary data coming from the result of empirical research in fact by directive interview and secondary data taken from library sources.
The result of research shows that basically in giving Bank Guarantee is used principles of 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy), so before giving an approval of Bank Garantee should do analyses and notices in the way analyses and notices of credit giving. The Implementation of Bank Guarantee giving in Bank Jateng Cabang Pekalongan should pass four steps. They are proposal step, analysing step, decision step and making Bank Guarantee step.
Principally, Bank Guarantee is law instrument which can be a guarantee of compensation in government contruction service supply so it gives trust and safe passion for government as guarantee receiver because there is a party who guarantees (bank) if only the contractor did not finish the projects. Keywords: bank guarantee, guarantee, contruction projects
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan hukum (skripsi)
dengan judul “PELAKSANAAN BANK GARANSI SEBAGAI JAMINAN
PENGAMAN DAN PENUNJANG PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN
PADA BANK JATENG CABANG PEKALONGAN” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan penulisan hukum (skripsi) ini tidak lain adalah untuk
memenuhi prasyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
baik moril spirituil maupun materiil, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing
penulisan hukum (skripsi) yang juga telah banyak memberikan bimbingan,
masukan, arahan dan menerima kehadiran penulis untuk berkonsultasi
dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.
3. Ibu Djuwiyastuti S.H. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Al. Sentot Sudarwanto, S.H., M. Hum., selaku Pembimbing
Akademik penulis atas segala bimbingan dan pengarahan selama penulis
menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Segenap Dosen dan Staf pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan akademik pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penulis, sehingga penulis bisa menempuh perkuliahan dengan lancar
hingga akhir studi.
6. Bapak Suharto selaku Pimpinan Bank Jateng Cabang Pekalongan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di Bank Jateng Cabang Pekalongan.
7. Bapak Teguh Sri Prabowo selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng
Cabang Pekalongan yang telah meluangkan waktu serta memberikan data-
data yang diperlukan dalam penulisan hukum (skripsi) ini.
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Samodra Yoga Lelana dan Ibu Riantina
yang telah mendidikku, menyekolahkanku hingga pendidikan tertinggi.
Serta doa dan dukungan yang tidak pernah berhenti dalam menyertai
langkah penulis untuk menempuh jenjang pendidikan hingga penulis bisa
menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
9. Adiku satu-satunya, Reznala Yoga Wisesa serta keluarga besar yang
selama ini telah memberikan kasih sayang, doa serta dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
10. Sahabat-sahabatku, Rhoza Sewoko, Made Wire, Muhamad Rifki, R.
Nugroho, Wahyu Adi Wibowo, Reyza Syahbani, Mat. Roffi, Fajar
Nurohman dan Ikke Enggawati Setyoningrum yang telah mengisi waktu
penulis selama menempuh perkuliahan serta memberi motivasi bagi
penulis dan selalu ada untuk membantu penulis dalam menjalani hari-hari
dengan penuh motivasi hingga penulisan hukum (skripsi) ini selesai sesuai
waktu yang telah ditargetkan.
11. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret khususnya
Angkatan 2007 yang selama ini banyak memberikan bantuan, spirit, dan
semangat kepada penulis; dan
12. Semua pihak yang telah membantu baik moriil maupun materiil dalam
bentuk yang sekecil apapun sehingga terselasaikannya penulisan hukum
(skripsi) ini dengan lancar yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun penulis telah berusaha
dengan segenap kemampuan yang ada. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas jasa-
jasa, kebaikan serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri dan menambah khasanah Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret. Amin.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
E. Metodologi Penelitian .......................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum .............................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 13
A. Kerangka Teori .................................................................... 13
1. Tinjauan Umum tentang Jaminan .................................. 13
a. Pengertian Jaminan .................................................. 13
b. Unsur-Unsur Jaminan ............................................... 13
c. Penggolongan Jaminan ............................................. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tinjauan Umum tentang Bank Garansi .......................... 15
a. Pengertian Bank Garansi .......................................... 15
b. Pihak-Pihak dalam Pemberian Bank Garansi .......... 18
c. Jenis-Jenis Bank Garansi ......................................... 18
d. Penilaian Kelayakan Pemberian Bank Garansi........... 20
e. Fungsi Bank Garansi................................................... 21
f. Tujuan Pemberian Bank Garansi................................ 22
g. Larangan dan Batasan dalam Pemberian Bank Garansi 23
3. Tinjauan Umum tentang Bank ........................................ 24
a. Pengertian Bank ....................................................... 24
b. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank. ................................ 25
c. Jenis-Jenis Bank...... ................................................. 26
B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 31
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 33
A Hasil Penelitian
1. Diskripsi Lokasi ............................................................. 33
a. Sejarah Singkat Bank Jateng ..................................... 33
b. Sejarah Singkat Bank Jateng Cabang Pekalongan ..... 35
c. Visi dan Misi Bank Jateng .......................................... 37
d. Produk dan Jasa Bank Jateng Cabang Karanganyar .. 38
2. Proses Pemberian Bank Garansi di Bank Jateng
Cabang Pekalongan ........................................................ 42
3. Kedudukan Hukum Bank Garansi dalam Menunjang
Proyek-Proyek Pembangunan ........................................ 51
B PEMBAHASAN
1. Proses Pemberian Bank Garansi di Bank Jateng
Cabang Pekalongan......................................................... 64
2. Kedudukan Hukum Bank Garansi dalam Menunjang
Proyek-Proyek Pembangunan......................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 86
A. Simpulan .............................................................................. 86
B. Saran...................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran.......................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jaringan Kantor PT Bank Jateng.................................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia sedang melaksanakan pembangunan nasional yang
pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik secara material maupun
spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Pasal
2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa perbankan indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian . Berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 2 ini berarti fungsi dan usaha perbankan di Indonesia diarahkan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi
ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Djoni
S Gazali dan Rachmadi Usman, 2010: 33).
Pembangunan nasional tersebut merupakan rangkaian program-
program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu yang
berlangsung secara terus-menerus. Rangkaian program -program pembangunan
tersebut, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan Program Pembangunan
Nasional lima tahun (Propenas) .
Selama 32 tahun terakhir, rencana program pembangunan nasional
negara Indonesia disusun dalam apa yang disebut dengan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Dalam Propenas digunakan paradigma
yang menekankan pada skala prioritas dalam perumusan masalah dan
penyelesaiannya (strategic choices). Propenas mempunyai agenda-agenda
kebijakan yang penting, mendesak, dan mendasar yang menjadi prioritas bagi
bangsa pada masa lima tahun ke depan lebih diutamakan dan ditonjolkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendekatan ini sejalan dengan keterbatasan pembiayaan dalam masa krisis ini
(http//id.wikipedia.org/wiki/propenas/ diakses tanggal 25 juli 2011 pukul 17:30
WIB).
Guna mencapai strategi Propenas, dibutuhkan langkah-langkah
tertentu guna mengembangkan usaha swasta nasional dalam melaksanakan
pembangunan. Seperti telah kita ketahui bahwa pembangunan bagi suatu
negara, baik negara yang sedang berkembang maupun yang telah maju
merupakan salah satu tugas pokok bagi negara itu sendiri. Proses dari pada
pelaksanaan pembangunan tersebut tidak dapat berjalan dengan sendiri tanpa
adanya suatu usaha yang insentif dari masyarakat dan negara.
Pelaksanaan Propenas juga diperlukan pembiayaan yang memadai,
maka pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus
disempurnakan agar penerimaan negara makin meningkat, sedangkan
pengeluaran negara makin terkendali dan terarah sehingga peranan tabungan
pemerintah didalam anggaran pembangunan negara makin meningkat.
Guna menunjang program pembangunan khususnya pembangunan
fisik, usaha pemerintah untuk mewujudkan perkembangan perekonomian ke
tingkat yang lebih diharapkan, serta membantu pemerataan kesempatan
berusaha, dianggap perlu untuk menyediakan sarana pembangunan seperti
pembangunan proyek-proyek pembangunan pabrik, pengairan, jembatan dan
sebagainya.
Kegiatan pembangunan fisik tersebut dilaksanakan dalam bentuk
proyek-proyek baik yang disalurkan melalui proyek pusat, proyek daerah,
proyek Inpres maupun swadaya masyarakat dengan subsidi dari pemerintah.
Untuk memperlancar usaha ini harus dilandasi dengan perencanaan yang
cermat disertai dengan pertimbangan jauh ke depan serta pengaturan yang
mantap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbankan Indonesia mempunyai fungsi utama sebagaimana terkandung
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbakan yaitu
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Adapun tujuan perbankan
telah disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan,
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat. Pemberian Bank Garansi merupakan salah satu fungsi
lembaga keuangan Bank dalam memberikan bantuan yang sifatnya menunjang
kontraktor yang akan melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang banyak
mengandung resiko, dimana risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian baik
material maupun immaterial atas pelaksanaan proyek tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa
semakin pesatnya kemajuan, khususnya di bidang pembangunan fisik dengan
segala risiko yang ditimbulkan, oleh karena itu di dalam perjanjian kontrak
kerja pemilik proyek biasanya mensyaratkan kepada kontraktor untuk adanya
jaminan dari pihak lain yang sanggup ikut serta menanggung risiko. Menurut
David J. Barru dalam How To Guarantee Contractor Performance On
International Construction Project: Comparing Surety Bonds With Bank
Guarantees And Standby Letters Of Credit Menerangkan bahwa “Project
owners protect themselves against the risk of contractor default in very
different ways depending on whether the project is located in the United States
or in a foreign country. In the United States, an owner will usually require that
its contractors provide a performance bond issued by a surety company. The
fundamental premise behind U.S.-style performance bonds is that in the event
of a contractor default the surety company stands behind the performance of
the contractor and acts as a guarantor to the project owner (the bond obligee)
of full performance of the underlying construction contract. Outside the United
States, the owner will usually require that its contractors furnish a bank
guarantee or standby letter of credit issued by a bank” ( David J. Barru,
2005:6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa di Amerika Serikat pemilik
proyek biasanya akan meminta kontraktor untuk memberikan jaminan atas
pelaksanaan proyeknya yang diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi/ Lembaga
Penjamin , sedangkan di luar negara Amerika Serikat pemilik proyek akan
meminta jaminan berupa Bank Garansi atau Letter of Credit kepada kontraktor
yang diterbitkan oleh bank.
Volume kegiatan di dalam perkembangan ekonomi mempunyai
berbagai macam masalah, maka usaha penjaminan yang diberikan oleh
perorangan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga perlu adanya peraturan
atas undang-undang dan juga badan hukum yang mengatur dan sanggup
melaksanakan serta memberikan jaminan.
Menurut Ahmad Anwari, sebagaimana dikutip oleh Djoni S. Gazali
dan Rachmadi Usman bahwa dengan adanya pemberian jaminan yang
berbentuk Garansi Bank, maka Bank menerima imbalan jasa dari yang dijamin
atau terjamin berupa sejumlah uang tertentu yang disebut provisi, yang
dihitung atas dasar presentase tertentu dari jumlah Bank Garansi untuk jangka
waktu tertentu pula (Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010:74). Bank
Garansi diterbitkan untuk kepentingan pihak ketiga atau “Third Party” dimana
berupa surat jaminan atau komitmen jika nasabah (debitur) dikemudian hari
terjadi wanprestasi atau cidera janji kepada pihak ketiga ( Maryanto Supriyono,
2011: 135).
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penulis berkeinginan untuk
menyusun sebuah penulisan hukum berjudul: PELAKSANAAN BANK
GARANSI SEBAGAI JAMINAN PENGAMAN DAN PENUNJANG
PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN PADA BANK JATENG
CABANG PEKALONGAN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam
penelitan ini penulis akan menbatasi permasalahan yang akan diteliti supaya
tidak meluas dan yang akan dibahas sesuai dengan sasaran yang dicapai.
Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1 Bagaimana pelaksanaan pemberian Bank Garansi pada Bank Jateng
Cabang Pekalongan?
2 Bagaimana kedudukan hukum Bank Garansi dalam menunjang
pelaksanaan proyek-proyek pembangunan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berjudul Pelaksanaan Bank Garansi sebagai Jaminan `
Pengaman dan Penunjang Proyek-Proyek Pembangunan pada Bank Jateng
Cabang Pekalongan, mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Bank Garansi pada Bank
Jateng Cabang Pekalongan.
b. Untuk mengetahui kedudukan hukum Bank Garansi dalam menunjang
pelaksanaan proyek-proyek pembangunan di Bank Jateng Cabang
Pekalongan.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, pemahaman
serta kemampuan penulis dalam mengkaji permasalahan yang diperoleh
dari teori dan praktek lapangan dalam bidang Hukum Perdata
khususnya mengenai pelaksanaan Bank Garansi sebagai jaminan
pengaman dan penunjang proyek-proyek pembangunan.
b. Untuk mendapatkan data bagi penyusun penulisan hukum sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan derajat kesarjanaan (S1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak hanya mempunyai
manfaat bagi penulis saja, tetapi juga diharapkan juga bermanfaat bagi pihak-
pihak lain. Adapun manfaat yang diharapkan yang dapat diperoleh adalah
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum pada
umumnya dan bidang Hukum Perdata pada khususnya mengenai
pelaksanaan Bank Garansi sebagai jaminan pengaman dan penunjang
proyek-proyek pembangunan.
b. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian yang akan datang
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi informasi agar masyarakat pada umumnya dan para
pemborong/kontraktor khususnya lebih mengetahui dan berhasrat untuk
mengambil jaminan yang berbentuk Bank Garansi, sehingga para
kontraktor tidak akan ragu-ragu karena ketidak mengertiannya, dengan
mengemukakan Bank Jateng Cabang Pekalongan sebagai gambaran
akan pelaksanaan pemberian Bank Garansi.
b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak yang yang harus
ada dalam suatu penelitian dam pengembangan ilmu pengetahuan (Abdulkadir
Muhammad, 2004:57).
Metode penelitian adalah suatu cara atau langkah yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002:126).
Metode penilitian yang yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilitian hukum
empiris. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum empiris adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian yang berusaha mengidentifikasi hukum yang terdapat dalam
masyarakat dengan maksud mengetahui gejala lainnya (Soerjono
Soekanto, 1986:10).
2. Sifat Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian yang sifatnya deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang yang dilakukan untuk memberi
data seteliti mungkin mengenai manusia, keadaan atau gejala-gejala lain
(M.G. Sri Wiyati Sunyoto, 1990:25).
3. Pendekatan Penelitian
Kegiatan penelitian harus dilakukan secara cermat, teliti dan sabar
serta memerlukan kebenaran, sebab hasil penelitian kadamgkala
berlawanan dengan norma tata aturan yang berlaku dalam suatu
masyarakat dalam periode tertentu (Soerjono Soekanto, 2006:10).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data
berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi verbal maupun normatif
dan bukan dalam bentuk angka-angka. Menurut Bogdan dan Taylor yang
dimaksud dengan penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2004:3).
4. Jenis Data
Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang diperlukan,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh terutama dari hasil penelitian empiris, yaitu penelitian yang
dilakukan langsung dalam masyarakat, sedangkan data sekunder dalam
peneltian hukum adalah data yang diperoleh dari hasil penelaaahan
kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering
disebut sebagai bahan hukum (Mukti Fajar dan Yulianto Achmad,
2010:156). Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
5. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan
data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari lapangan berdasarkan keterangan dari pihak-pihak yang
bersangkutan, yang dalam hal ini adalah keterangan dari pihak-pihak
Bank Jateng Cabang Pekalongan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Sementara itu, data sekunder terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer,
Bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
a) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
c) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis yaitu buku
teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum,
pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, dan yurisprudensi yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Ini biasanya diperoleh dari media internet, kamus
ensiklopedia dan lain sebagainya (Soerjono Soekanto, 2006:13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi
dengan bertanya langsung pada sang pewawancara. Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-fakor itu ialah pewawancara,
yang diwawancarai, topik penelitianyang tertuang dalam daftar
pertanyaan dan situasi wawancara. Pewawancara menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan kepada yang diwawancarai untuk
menjawab, menggali jawaban lebih dalam dan mancatat jawaban
yang diwawancarai. Syarat untuk menjadi pewawancara yang baik
adalah: ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi danrasa
aman yaitu tidak ragu-ragu dan takut menyampaikan pertanyaan
(Soemitro, 1988:57).
Wawancara dilakukan dengan Bapak Teguh Sri Prabowo
dan Bapak Ramadhan selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng
Cabang Pekalongan yang telah ditunjuk oleh pihak bank
Wawancara dilaksanakan secara bebas terpimpin mengenai pokok
persoalan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh penulis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara
terarah yaitu wawancara dengan mempergunakan daftar pertanyaan
yang sudah dipersiapkan lebih dahulu. Di dalam wawancara terarah
terdapat pengarahan atau struktur tertentu yaitu :
a) Rencana pelaksanaan wawancara.
b) Mengatur daftar pertanyaan serta membatasi jawaban-jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Memperhatikan karakteristik pewawancara maupun yang
diwawancarai.
d) Membatasi aspek-aspek dari masalah yang diperiksa
Soemitro,1988:60).
b. Studi Kepustakaan
Data dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari,
mengkaji, menelaah, membuat catatan yang diperlukan dari buku-
buku, literatur, peraturan perundang-undangan, arsip, dokumen,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
7. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Moleong, 2004:103).
Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah analisis
kualitatif. Analisa data dilakukan bertujuan untuk menyederhanakan hasil
olahan data sehingga mudah dibaca dan dipahami. Analisis data secara
kualitatif dilakukan dengan cara menguji data dengan konsep atau teori
serta jawaban yang diperoleh dari responden untuk menghasilkan data atau
informasi dalam mencapai keselarasan tentang pokok masalah mengenai
masalah yang diteliti. Menurut Soemitro tahapan analisis data adalah :
a. Pengumpulan Data
Penulis meneliti semua data secara obyektif dan apa
adanya dari hasil observasi dan pengamatan di lapangan.
b. Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok sesuai dengan
fokus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apa yang tidak perlu dan mengurutkan data. Data-data yang telah
direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya
sewaktu-waktu diperlukan.
c. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Pengambilan Keputusan
Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan singkat
yaitu dengan cara mengumpulan data baru. Dalam pengambilan
keputusan, didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian
ini .
Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan
terkait. Pertama-tama peneliti melakuan penelitian di lapangan,
dengan mengadakan wawancara dan observasi yang disebut dengan
tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak,
maka diadakan reduksi data dengan memilih-milih data yang sesuai
dengan fokus penelitian. Setelah direduksi kemudian dilakukan
sajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk
penyajian data. Apabila ketiga tahapan itu selesai dilakukan maka
diambil sebuah keputusan (Soemitro, 1988:20).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Guna mempermudah dan memberi gambaran secara jelas mengenai
keseluruhan isi dari penulisan hukum ini, maka penulis menggunakan
sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 bab ditambah dengan daftar
pustaka serta lampiran. Adapun sistematika dari penulisan hukum tersebut
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika.
BAB II : TINJAUN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai kajian pustaka dan
teori yang berkenaan dengan judul penulisan hukum yang akan
diteliti, antara lain pembahasan tinjauan umum tentang jaminan,
bank garansi, dan bank.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini penulis menguraikan tentang hasil penelitian
sebagai jawaban atas 2 (dua) rumusan masalah yang terdapat dalam
penulisan hukum ini, yaitu mengenai pelaksanaan pemberian Bank
Garansi pada Bank Jateng Cabang Pekalongan serta kedudukan
hukum Bank Garansi dalam menunjang pelaksanaan proyek-
proyek pembangunan.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai simpulan dab saran
terkait dengan permasalahan yang belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Tinjauan Umum tentang Jaminan
1) Pengertian Jaminan
Menurut Kamus Hukum Ekonomi, jaminan merupakan harta yang
ditempatkan sebagai agunan untuk pembayaran atau kesanggupan atas
suatu kewajiban( Sri Rejeki Hartono dan Paramita Prananingtyas, Kamus
Hukum Ekonomi). Sedangkan di dalam pasal 1 angka 23 UU No. 10
tahun 1998, jaminan atau agunan adalah jaminan tambahan yang
diserahkan nasabah debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah.
Hartono Hadisoeprapto berpendapat bahwa jaminan adalah suatu
yang diberikan debitur kepada kreditur untuk memberikan keyakinan
bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari dari suatu perikatan (Hartono Hadisoeprapto,
1984:50). Di dalam perikatan terdapat hubungan hukum dalam lapangan
harta kekayaan antara dua atau lebih orang atau pihak, di mana hubungan
hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang
terlibat dalam hubungan hukum tersebut ( Kartini Mulyadi dan Gunawan
Widjaja, 2010:1).
2) Unsur-Unsur dari Jaminan
Menurut Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Tahun 1998, unsur- unsur
jaminan terdiri dari:
a Jaminan tambahan.
b Diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank atau kreditur.
c Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syari’ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Penggolongan Jaminan
Menurut sifatnya jaminan dapat digololongkan menjadi 2 (dua)
yang terdiri dari :
a. Jaminan yang bersifat kebendaan
Jaminan yang bersifat kebendaan merupakan suatu
tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh
kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur dengan
seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban dari debitur (Hermansyah, 2011:74). Jaminan
kebendaan diatur dalam Buku II KUH Perdata serta Undang-
undang lainnya, yang berbentuk:
1. Gadai yang diatur dalam KUH Perdata Buku II Bab
XX pasal 1150-1161), yaitu suatu hak yang diperoleh
seorang kreditur atas barang bergerak yang diserahkan
oleh debitur untuk mengambil pelunasan dan barang
tersebut dengan mendahulukan kreditur dari kreditur
lainnya.
2. Hak tanggungan yang diatur dalam UU No.4/1996,
yaitu jaminan yang dibebankan hak atas tanah, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
suatu ketentuan dengan tanah untuk pelunasan hutang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan pada kreditur terhadap kreditur lain.
3. Fidusia yang diatur dalam UU No. 42/1999), yaitu hak
jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang yang tidak dibebani hak
tanggungan sebagai agunan bagi pelunasan hutang
tertentu yang memberikan kedudukan utama terhadap
kreditur lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Jaminan yang bersifat perseorangan
Jaminan perseorangan adalah jaminan seorang pihak
ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban dari debitur. Dalam pengertian lain,
dikatakan bahwa jaminan perseorangan adalah suatu
perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan
seorang pihak ketiga, yang menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban debitur (Hermansyah, 2011:74).
Jaminan Perseorangan dan garansi, diatur dalam Buku III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam bentuk:
1. Penanggungan hutang (Borgtocht) yang diatur di dalam
Pasal 1820 KUH Perdata, yaitu suatu perjanjian dengan
mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berhutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
si berhutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya.
2. Perjanjian Garansi ( Surety Ship) yang diatur dalam
Pasal 1316 KUH Perdata yang berbunyi meskipun
demikian adalah diperbolehkan untuk menanggung atau
menjamin seorang pihak ketiga, dengan menjanjikan
bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak
mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap
siapa yang telah menanggung pihak ketiga itu atau yang
telah berjanji, untuk menyuruh pihak ketiga tersebut
menguatkan sesuatu jika pihak ini menolak memenuhi
perikatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tinjauan Umum tentang Bank Garansi
1) Pengertian Bank Garansi
Menurut Esther Dwi Magfirah, salah satu jasa lembaga perbankan
dalam menunjang aktivitas bisnis adalah Bank Garansi. Penerbitan Bank
Garansi merupakan salah satu jasa layanan yang ditawarkan perbankan
untuk membantu kelancaran dunia usaha. (Djoni S. Gazali dan Rachmadi
Usman, 2010:77).
Kata Garansi berasal dari bahasa Belanda “Garantie” yang artinya
jaminan. Bank Garansi artinya garansi atau jaminan yang diberikan oleh
bank, maksudnya bank menjamin untuk memenuhi suatu kewajiban
apabila yang dijamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi
kewajiban kepada pihak lain sebagaimana telah diperjanjikan (Thomas
Suyatno, 1997:59). Dengan perkataan lain, pihak yang dijamin ternyata
cidera janji (wanprestasi) terhadap pihak lain.
Menurut Sri Soedawi Masjchun Sofwan, pengertian jaminan bank
(bank garansi) adalah suatu jenis penanggungan, di mana yang bertindak
sebagai penanggung adalah bank (Sri Soedawi Masjchun Sofwan,
1980:106).
Muhamad Djumhana berpendapat bahwa bank garansi adalah
jaminan yang diberikan oleh bank maksudnya bank menyatakan suatu
pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikatkan diri kepada
penerima jaminan dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu, apabila
di kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya
kepada si penerima jaminan (Muhamad Djumhana, 2000:356-357).
Bank Garansi merupakan perjanjian buntut/ikat mengikat/accessoir
dan ditijau dari segi hukum merupakan perjanjian penanggungan utang
(borgtocht), yang diatur dalam Buku Ketiga, Bab XVII, pasal 1820
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampai dengan pasal 1850 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
dimana bank bertindak sebagai penanggung (Djoni S. Gazali dan
Rachmadi Usman, 2010:78).
Guna menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka penanggung
mempunyai “hak istimewa “ yang diberikan undang-undang, yaitu untuk
memilih salah satu, menggunakan pasal 1831 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata atau pasal 1832 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si
berpiutang, selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si
berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya”.
Sedangkan pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-
benda si berutang lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Perbedaan kedua pasal tersebut menjelaskan, bahwa jika Bank
menggunakan pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, apabila
timbul cidera janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berhutang
disita dan dijual terlebih dahulu. Sedangkan jika menggunakan pasal
1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bank wajib membayar
Garansi Bank yang bersangkutan segera setelah timbul cidera janji
(wanprestasi) dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban (klaim)
(http//edratna.wordpress.com/bank-garansi-apa-dan-bagaimana-
kegunaannya, diakses pada tanggal 2 Juli 2011 pukul 17:45 WIB).
Berdasarkan Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/88/Kep/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 27/7/UKU
tanggal 18 maret 1991 tentang Pemberian Bank Garansi oleh Bank,
dirumuskan pengertian Bank Garansi sebagai berikut:
a Garansi atau jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh
bank atau lembaga keuangan bukan bank yang mewajibkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membayar terhadap pihak yang menerima jaminan jika pihak
yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
b Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya
atas surat-surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak
regerss yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank,
jika pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
c Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat, sehingga
menimbulkan kewajiban finansial (membayar) bagi bank (Djoni S
Gazali dan Rachmadi Usman, 2010:404).
Menurut Y. Sri Susilo, sebagaimana dikutip oleh Djoni S. Gazal
dan Rachmadi Usmani, mengatakan bahwa pada saat ini, istilah yang
sering digunakan adalah “Bank Garansi” dan bukan “Garansi Bank”.
Penggunaan istilah ini memang kurang tepat, tetapi istilah Bank Garansi
sudah terlanjur biasa digunakan sebagai terjemahan langsung dari istilah
“Bank Guarantee” (Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010:79).
2) Pihak-pihak dalam Pemberian Bank Garansi
Suatu pemberian fasilitas Bank Garansi, setidaknya terdapat tiga
pihak yaitu:
a. Pihak pemberi garansi (jaminan) dalam hal ini adalah bank.
b. Pihak yang digaransi (dijamin) dalam hal ini adalah nasabah bank.
c. Pihak penerima garansi (jaminan) dalam hal ini adalah pihak ketiga
(bouwheer) (H.R. Daeng Naja, 2005:92).
Pihak yang dijamin (nasabah bank) memiliki kewajiban
(pekerjaan/hutang) kepada pihak ketiga. Timbul garansi biasanya karena
diminta oleh pihak ketiga kepada nasabah bank dan menerbitkannya
dengan pertimbangan bisnis (terdapat opportunity income).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Jenis-jenis Bank Garansi
Jenis Bank Garansi pada dasarnya disesuaikan dengan tipe
perjanjian dan fungsi penjaminan bank garansi dalam perjanjian, yang
terdiri atas:
a. Bank Garansi Umum
Garansi bank yang diterbitkan untuk menjamin transaksi secara
umum seperti perjanjian jual beli, perjanjian keagenan, dan lain-
lain.
b. Bid/Tender Bid
Garansi bank yang diterbitkan untuk keperluan mengikuti tender
suatu proyek dengan ketentuan bank akan menjamin pembayaran
sejumlah uang kepada beneficiary apabila pihak applicant tidak
memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam persyaratan tender dan atau menarik diri setelah
ditunjuk sebagai pemenang tender.
c. Advance Payment Bond
Garansi bank yang diberikan untuk menjamin applicant atas
penarikan sejumlah uang sebagai uang muka dari pihak yang
dijamin dan akan digunakan untuk keperluan proyek yang
dimaksud dalam kontrak.
d. Performance Bond
Garansi bank yang diterbitkan bank dalam rangka penjaminan
terhadap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek/transaksi oleh pihak
yang dijamin dengan ketentuan pihak bank akan membayar
sejumlah uang kepada pihak penerima jaminan (beneficiary)
apabila ternyata pihak yang dijamin tidak dapat memenuhi
kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana
tercantum dalam Surat Perjanjian (kontrak)/Surat Perintah Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Retention/Maintenance Bond
Garansi bank yang diperlukan untuk mendapatkan sisa uang atas
proyek yang telah selesai dikerjakan (100%) berdasarkan kontrak.
Sisa uang dimaksud sebenarnya baru dibayar pihak penerima
jaminan setelah selesainya masa pemeliharaan pekerjaan
(dinyatakan dengan Certificate of Satisfaction).
f. Standby Letter of Credit
Garansi bank yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas
permintaan applicant (debitur atau pihak lain yang disetujui
debitur) yang memberi hak kepada penerima jaminan/pihak ketiga
(beneficiary) untuk mencairkan dana sejumlah yang dinyatakan
dalam standby l/c apabila applicant tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana ditetapkan dalam standby l/c tersebut. Standby l/c
internasional tunduk pada UCPDC500.
g. Shipping Guarantee
Surat jaminan yang diterbitkan bank atas kepentingan/permintaan
importir dan ditujukan kepada Maskapai Pelayaran bahwa importer
adalah pihak yang berhak menguasai barang yang diangkut.
Shipping guarantee merupakan pengganti Bill of lading (B/L)
(http://esharianomics.com/esharianomics/bank/garansi-bank-atau-
bank-garansi-atau-kafalah-pada-bank-syariah/, diakses pada
tanggal 5 Juli 2011, pukul 18:35 WIB).
4) Penilaian Kelayakan Pemberian Bank Garansi
Sebagaimana diketahui, lembaga perbankan diwajibkan untuk
bersikap selektif dalam melakukan aktivitas untuk meminimalisasi risiko.
Berdasarkan prudential banking (prinsip kehati – hatian bank), dalam
pemberian garansi bank, garansi harus melakukan penilaian secara
seksama terhadap calon nasabah. SEBI No. 11 / 11 UPPB tanggal 28
Maret 1979, mengharuskan bank untuk :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Meneliti bonafiditas pihak yang dijamin.
b. Meneliti sifat dan menilai transaksi yang akan dijamin sehingga
dapat diberikan jaminan yang sesuai.
c. Menilai jumlah jaminan yang akan diberikan bank.
d. Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk memberikan
kontra jaminan yang cukup sesuai dengan kemungkinan terjadinya
resiko. (http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-
hukum-garansi-bank, diakses pada tanggal 24 November 2011,
pukul 09:00 WIB).
5) Fungsi Bank Garansi
Bank Garansi sebagai jaminan dalam pelaksanaan perjanjian
kerjasama adalah merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh bank,
dimana bank memberikan jaminan kepada penerima garansi untuk
memenuhi kewajiban pihak yang dijamin (nasabahnya) dengan tujuan
memberikan bantuan yang sifatnya menunjang nasabah yang akan
melakukan transaksi yang tidak membutuhkan kredit dari bank (O.P.
Simorangkir, 1985:132).
Persoalan Bank Garansi ini merupakan persoalan yang hidup dan
sangat berpengaruh pada jalannya usaha dalam dunia bisnis. Secara
umum Bank Garansi mempunyai fungsi yang sama bagi masing-masing
pihak, antara lain:
a Bagi kreditur (penerima jaminan), Bank Garansi berfungsi sebagai
jaminan terlaksananya pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian.
b Bagi debitur (terjamin), Bank Garansi berfungsi sebagai sarana
pendukung untuk memberikan jaminan kepercayaan kepada
kreditur bahwa prestasi yang menjadi hak kreditur akan tetap
terpenuhi pada waktunya, sekalipun ia sendiri berhalangan
memenuhinya Fungsi Bank Garansi seperti ini memperlancar
terjadinya transaksi yang dibuatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c Bagi bank (penjamin), Bank Garansi berfungsi sebagai salah satu
sarana untuk memberikan bantuan fasilitas berbentuk jaminan
untuk membantu memperlancar transaksi yang dibuat oleh nasabah
dan krediturnya dan memperoleh keuntungan dari biaya-biaya yang
harus dibayar oleh nasabah serta dengan adanya jaminan lawan
yang diberikan, maka kredibilitas bank juga akan meningkat dimata
para nasabahnya. (O.P. Simorangkir, 1985 :133).
Berdasarkan fungsi dari Bank Garansi tersebut maka dapat
diketahui keuntungan dari penggunaan jasa Bank Garansi, yaitu:
a Meningkatkan kepercayaan yang diperlukan oleh relasi usaha.
b Memperlancar kegiatan usaha.
c Bank mengambilalih posisi kredibilitas nasabah terhadap pihak
yang dijamin (Johanes Ibrahim, 2004 :140).
6) Tujuan Pemberian Bank Garansi
Tujuan pemberian garansi oleh bank kepada penerima
jaminan/yang dijamin adalah :
a Memberi bantuan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar
transaksi nasabah.
b Bagi penerima jaminan, adanya bank garansi dapat memberikan
keyakinan bahwa pemegang jaminan tidak akan menderita
kerugian jika pihak yang dijamin melalaikan kewajiban, karena
penerima jaminan akan mendapat ganti rugi dari pihak bank.
c Menumbuhkan rasa saling percaya antara pemberi jaminan, yang
dijamin dan yang menrima jaminan.
d Memberi rasa aman dan ketentraman dalam berusaha, baik bagi
pihak bank/pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e Bagi bank disamping keuntungan diatas, juga akan mendapat
keuntungan dari biaya-biaya yang harus di bayar nasabah serta
jaminan lawan yang diberikan (Kasmir, 2000:127-128).
7) Larangan dan Batasan dalam Pemberian Bank Garansi
Bank Garansi tidak boleh memuat hal-hal sebagai berikut:
a Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi oleh pihak
yang dijamin untuk berlakunnya bank garansi, misalnya bank
garansi baru berlaku setelah pihak yang dijamin menyetor
sejumlah uang.
b Ketentuan bahwa bank garansi dapat diubah/dibatalkan secara
sepihak, misal oleh bank atau pihak yang dijamin.
c Kata-kata yang dapat diartikan perubahan tanggal berakhirmya
bank garansi ( Widjanarko, 1993:75).
Bank hanya diperkenankan memberi bank garansi sesuai dengan
kemampuan keuangannya, oleh karena dalam setiap pemberian bank
garansi selalu terkandung unsur resiko, BI menentukan pembatasan bank
garansi sebagai berikut:
a Pemberian garansi dalam rangka penerimaan kredit luar negeri
henya diperbolehkan dengan ketentuan bahwa jumlah
kesuluruhan pemberian garansi dimaksud tidak melebihi 20% dari
modal. Dalam pengertian jumlah keseluruhan tersebut termasuk
pula garansi yang dikeluarkan oleh kantor-kantor bank di luar
negeri.
b Pemberian garansi atas permintaan bukan penduduk hanya
diperkenankan apabila disertai dengan:
1. kontragaransi yang cukup dari bank luar negeri yang
bonafid, dalam pengertian bahwa bank tersebut bukan
termasuk cabang dari bank yang bersangkutan diluar
negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. setoran sebesar 100% dari nilai garansi yang diberikan.
c Pemberian garansi dikenakan ketentuan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) dan Kewajiban Pemenuhan Modal
Minimum ( KPMM) (Widjanarko. 1993:76).
c. Tinjauan Umum Tentang Bank
1) Pengertian Bank
Bagi orang awam yang tidak pernah berhubungan dengan bank,
akan sangat sukar untuk dapat membayangkan, bagaimana sesungguhnya
perusahaan yang dinamakan bank itu bekerja. Hal ini disebabkan karena
bank-bank itu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat
seketika itu dapat dilihat atau diperagakan (didemonstrasikan) dalam
bentuk benda-benda atau barang-barang hasil produksinya (Samiadji
Soerjotjaroko, 1983:57).
Menurut A. Han dalam bukunya “Volkswirtschaftliche Theorie des
Bank Kredits” mengatakan bahwa tugas bank terletak pada pemberian
pinjaman dengan cara memciptakan pinjaman dari simpanan yang
dipercayakan (O.P Simorangkir, 1983:17). Sedangkan menurut Prof.
G.H. Verryn Stuart di dalam bukunya “Bank Politik” berpendapat bahwa
bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-
alat penukar baru berupa uang giral (O.P Simorangkir, 1983:17).
Seiring perkembangannya, istilah bank dimaksudkan sebagai suatu
jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang
cukup beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata
uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai
tempat penyimpanan untuk benda-benda yang berharga dan membiayai
usaha-usaha perusahaan (Abdurrahman, 1991:8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Undang-Undang Perbankan yaitu Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 di dalam Pasal 1 angka 2, dijelaskan pengertian bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
2) Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, menyebutkan
bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam
melaksanakan asas demokrasi ekonomi, industri perbankan Indonesia
harus menghindarkan diri dari ciri-ciri negatif yaitu:
a. Sistem free fight liberalisme yang menumbuhkan eksploitasi
terhadap manusia dan bangsa lain.
b. Sistem etatisme di mana negara beserta aparatur ekonomi negara
bersifat dominan serta mematikan potensi dan kreasi unit-unit
ekonomi swasta.
c. Pemusatan kekuatan industri perbankan pada suatu kelompok yang
merugikan masyarakat (Malayu S.P. Hasibuan, 2002:4).
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat, hal ini sebagaimana yang telah diatur di
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Sedangkan tujuan
perbankan telah disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Jenis-Jenis Bank
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 menjelaskan bahwa
menurut jenisnya, bank terdiri dari:
a. Bank Umum
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau bedasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya menberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Umum sering disebut juga sebagai Bank Komersial.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, menyebutkan
usaha bank Umum meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri
maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya;
1. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi
oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama
daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud;
2. surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya
yang masa berlakunya tidak lebih lama dari
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan
pemerintah;
4. Sertifikat bank Indonesia (SBI)
5. obligasi;
6. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
sampai dengan 1 (satu) tahun.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga
dan melakukan perhitungan dengan atau antarpihak
ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak
lain berdasarkan suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada
nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak
tercatat di bursa efek;
k. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun
sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli
tersebut wajib dicairkan secepatnya;
l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan
kegiatan wali amanat;
m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah;
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketentuan Pasal 6 huruf k telah dihapus dan ketentuan pasal
6 huruf m diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Sesuai yang diatur di dalam pasal 7 Undang-Undang
Perbankan disebutkan bahwa selain melakukan kegiatan usaha
sebagimana dimaksud dalam pasal 6, Bank Umum dapat pula:
a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bamk Indonesia
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara
perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna
usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Ketentuan pasal 7 huruf c diubah sehingga berbunyi:
Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaanya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa salah satu
dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Perseroan Terbatas;
b. Koperasi;
c. Perusahaan Daerah.
Hal ini di atur di dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, sedangkan kepemilikan Bank Umum di
atur di pasal 22 ayat (1), yang berisi bahwa Bank Umum hanya
dapat didirikan oleh:
a. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
b. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
dengan narga negara asing dan/atau badan hukum asing
secara kemitraan.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pada mulanya
tugas pokok BPR diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan
modernisasi ekonomi pedesaan serta mengurangi praktek-praktek
ijon dan para pelepas uang ( Malayu S.P. Hasibuan, 2002:38).
Sama halnya degan Bank Umum, BPR juga memiliki
kegiatan usaha sebagaimana di atur dalam Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia;
d. Menenpatkan dananya dalam Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau
tabungan pada bank lain.
Bentuk hukum dari BPR diatur didalam Pasal 21 ayat (2),
yaitu berupa salah satu dari:
a. Perusahaan Daerah;
b. Koperasi;
c. Perseroan Terbatas;
d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peratutan Pemerintah.
Dari segi kepemilikan, BPR hanya dapat didirikan dan
dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang
seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, Pemerintah Daerah,
atau dapat memiliki bersama di antara ketiganya (Pasal 23 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Penjelasan :
Pihak kreditur (pemilik proyek/pemerintah) memiliki suatu proyek
pembangunan dan setelah melakukan proses tender maka didapat pemenang
tender yaitu kontraktor (debitur/pelaksana proyek) yang mengerjakan
proyek pembangunan tersebut. Kemudian kontraktor/(debitur/pelaksana
Debitur (pelaksana proyek/kontraktor)
Kreditur (pemilik proyek/pemerintah)
Jaminan
Jaminan Perorangan Jaminan Kebendaan
Perjanjian Garansi Penanggungan Utang
Bank Garansi
Bagaimana Pelaksanaan
Pemberian Bank Garansi?
Bagaimana Kedudukan Hukum Bank Garansi?
Perjanjian Pemborongan
Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proyek) melakukan perjanjian dengan pihak kreditur (pemilik
proyek/pemerintah) yaitu perjanjian pemborongan.bangunan (perjanjian
pokok).
Kreditur menghendaki diterbitkannya Bank Garansi kepada debitur
di bank untuk menjamin jika suatu saat debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya (wanprestasi) untuk mengerjakan proyek bangunan atau
bahkan melarikan diri maka ada pihak yang menjamin untuk memenuhi
kewajiban tersebut yaitu bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana pelaksanaan pemberian bank garansi dan kedudukan
hukum bank garansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi
a. Sejarah Singkat Bank Jateng
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah adalah bank milik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama-sama dengan Pemerintah
Kota/Kabupaten Se-Jawa Tengah.
Bank Jateng pada awal beroperasi pada tahun 1963 menempati
Gedung Bapindo Jalan Pahlawan nomor 3 Semarang. Tujuan pendirian bank
adalah untuk mengelola keuangan daerah yaitu sebagai pemegang kas
daerah dan membantu meningkatkan ekonomi daerah dengan memberikan
kredit kepada pengusaha kecil. Persiapan pendirian bank dilakukan oleh
Drs. Harsono Sandjoyo yang kemudian menjadi Direktur Utama Pertama
Bank Jateng, dibantu Drs. Mud Sukasan. Rekruitmen karyawan pertama
berjumlah 13 orang untuk on the job training di Kantor Bank Indonesia
Semarang. Modal disetor pada awal pendirian bank sebesar Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) yang terdiri dari Daerah Swatantra
Tk. I sebesar Rp 9.200.000,00 (sembilan juta dua ratus ribu rupiah), 34
Daerah Swatantra Tk. II sebesar Rp 6.800.000,00 (enam juta delapan ratus
rupiah), dan Hadi Soejanto sebesar Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
Seiring dengan berjalannya waktu, Bank Jateng terus berkembang hingga
memiliki kantor cabang di seluruh kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Setelah
berpindah-pindah lokasi, sejak tahun 1993 Kantor Pusat Bank Jateng
menempati Gedung Grinatha Jalan Pemuda 142 Semarang.
Serangkaian peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pendirian dan status Bank Jateng antara lain terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1963
sebagai landasan hukum pendirian bank.
2) Surat Persetujuan Menteri Pemerintah Umum & Otonomi Daerah
Nomor DU 57/1/35 tanggal 13 Maret 1963 dan ijin usaha dari
Menteri Urusan Bank Sentral Nomor 4/Kep/MUBS/63 tanggal 14
Maret 1963 sebagai landasan operasional.
3) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perbankan sebagai dasar penyempurnaan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 1969 yang menetapkan bahwa bank
adalah milik Pemerintah Daerah (BUMD).
4) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/34/DIR tanggal
1 Juli 1992 adalah penetapan status Bank sebagai Bank Devisa.
5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1993
tentang perubahan bentuk hukum Bank menjadi Perusahaan Daerah
dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagai
pengganti Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967.
6) Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 1998 dan akte pendirian Perseroan Terbatas Nomor 1 tanggal
1 Mei 1999 serta pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2.8223.HT.01.01 Tahun
1999 tanggal 5 Mei 1999, bentuk hukum Bank Jateng berubah dari
Perusahaan Daerah (Perusda) menjadi Perseroan Terbatas (PT).
7) Dengan telah ditandatanganinya perjanjian Rekapitalisasi tanggal 7
Mei 1999 maka Bank Jateng telah sah mengikuti Program
Rekapitalisasi Perbankan, dengan modal disetor menjadi Rp 583.754
milyar.
8) Pada tanggal 7 Mei 2005 Bank Jateng telah menyelesaikan program
rekapitalisasi, disertai pembelian kembali kepemilikan saham yang
dimiliki Pemerintah Pusat oleh Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah
dan Kabupaten/ Kota se Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seiring dengan terus berkembangnya perusahaan dan untuk lebih
menampilkan citra positif perusahaan terutama setelah lepas dari program
rekapitalisasi, maka manajemen Bank Jateng berkeinginan untuk mengubah
logo dan call name perusahaan yang merepresentasikan wajah baru Bank
Jateng. Berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 68 tanggal 7
Mei 2005 Notaris Prof. DR. Liliana Tedjosaputro dan Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor C.17331
HT.01.04.TH.2005 tanggal 22 Juni 2005 maka nama sebutan (call ame) PT.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah berubah dari sebelumnya Bank
BPD Jateng menjadi Bank Jateng
(http://www.bankjateng.co.id/sites/?page_id=5 diakses pada tanggal 8
Oktober 2011, pukul 14.00 WIB).
b. Sejarah Singkat Bank Jateng Cabang Pekalongan
Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang merupakan bank milik
pemerintah daerah berupa Perusahaan Daerah tingkat I masing-masing
provinsi maka Bank Jateng juga telah memperluas jaringan ke beberapa
kota maupun kabupaten yang ada di propinsi Jawa Tengah. Perkembangan
jaringan kantor PT Bank Jateng adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jaringan Kantor PT Bank Jateng
No KANTOR CABANG DASAR HUKUM
1. Surakarta SK. Menkeu No Kep. 313
/ddk/11/6/70 tgl 4 Juni 1970
2. Tegal SK. Menkeu No. Kep.
1495/DJM/III/12/74 tgl 13 Desember
1974
3. Magelang SK. Menkeu No. Kep.
338/DJM/III/3/76 tgl 3 Pebruari 1976
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pati SK. Menkeu No Kep
500/DJM/III/11/76 tgl 3 November
1976
5. Pekalongan SK. Menkeu No Kep. 35/KM 6/78 tgl
13 Juli 1978
6. Temanggung SK. Menkeu No Kep. 02/KM 6/78 tgl
10 Januari 1978
7. Kebumen, naik status
jadi Cabang Klaten,
Sragen, Wonogiri,
Cilacap,
Banjarnegara,
Temanggung.
SK. Menkeu No Kep. 021/KM 11/80
tgl 9 Mei 1980
8. Blora, Jepara,
Purwodadi
SK. Menkeu No Kep. 004/KM 11/85
tgl 15 Januari 1985
9. Kendal, Karanganyar,
Purworejo
SK. Menkeu No Kep. 065/KM 11/85
tgl 30 Mei 1985
10. Naik status Kantor
Kas jadi Kantor
Cabang : Semarang,
Kudus, Wonosobo,
Ungaran
SK. Menkeu No Kep. 088/KM 11/86
tgl 18 Agustus 1986
11. Boyolali, Brebes,
Pemalang
SK. Menkeu No Kep. 035/KM 13/17
Pebruari 1988
12 Sukoharjo, Demak,
Batang, Salatiga
SK. Menkeu No Kep. 178/KM 13/88
tgl 6 Oktober 1988
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: Bank Jateng
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep.
035/KM 06/78 tertanggal 13 Juli 1978 maka Bank Jateng Cabang
Pekalongan dibuka dan diresmikan di Jalan Hayam Wuruk Nomor 16
Pekalongan pada Tanggal 24 Agustus 1978 oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat 1 Jawa Tengah, Bapak Soepardjo, dan saat ini Bank Jateng Cabang
Pekalongan beralamat di Jalan Alun-Alun Nomor 1 Pekalongan.
Di wilayah Pekalongan , PT Bank Jateng memiliki 1 Kantor Cabang,
2 kantor Cabang Pembantu dan 4 Kantor Kas Kantor-kantor itu tersebar
diberbagai alamat sebagai berikut:
a. Kantor Cabang Utama, terletak di Jalan Alun-Alun Nomor 1
Pekalongan.
b. Kantor Cabang Pembantu, yang terletak di Pasar Wiradesa
Pekalongan, yang beralamat di Jalan Wiradesa-Pekalongan dan di
Pasar Kajen Pekalongan yang beralamat di Jalan Raya Kajen Nomor
162.
c. Kantor Kas, yang terletak di Pemkot Pekalongan, yang beralamat di
Jalan Mataram Nomor 1 Pekalongan, di Pemkab Pekalongan yang
beralamat di Jalan Alun-Alun Utara Nomor 1 Kajen, di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Pekalongan/Pelabuhan, yang beralamat di Jalan
W.R. Supratman Pekalongan dan di RSU Pekalongan yang beralamat
di Jalan Veteran Nomor 31 Pekalongan (www.bankjateng.co.id/sites/,
diakses pada tanggal 20 Novenber 2011, pukul 10:00 WIB).
c. Visi dan Misi Bank Jateng
Visi
Trust worthly bank to become a proud of community and able to support
the regional development (bank terpercaya, menjadi kebanggaan
masyarakat, mampu menunjang pembangunan daerah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Misi
To improve prime service, supported by reliable human resources with
modern technology and a wide net working. To build corporate culture
and preasure a good performance bank. To support economic regional
growth by giving priority in retail banking activity. To increase the
constribution and commitment of the owner to strengthen the bank
(meningkatkan layanan prima didukung oleh kehandalan sumber daya
manusia dengan teknologi modern serta jaringan yang luas. Membangun
budaya perusahaan dan mempertahankan bank yang sehat. Mendukung
pertumbuhan ekonomi regional dengan mengutamakan kegiatan retail
banking. Meningkatkan kontribusi dan komitmen pemilik guna
memperkokoh bank) (http://www.bankjateng.co.id/sites/?page_id=7
diakses pada tanggal 20 Novemberi 2011, pukul 10:15 WIB).
d. Produk dan Jasa Bank jateng Cabang Pekalongan
1) Produk
a) Tabungan Haji
Tabungan Haji adalah media untuk persiapan membayar biaya
perjalanan ibadah haji yang diterbitkan oleh Bank Jateng. Nasabah
dapat melakukan penyetoran diseluruh Kantor Cabang Bank
Jateng. Jangka waktu produk ini tidak terbatas serta dimasukkan
dalam program penjaminan bank dan berhadiah.
b) Tabungan Simpeda
Tabungan Simpeda (Simpanan Pembangunan Daerah) adalah
media untuk penyimpanan uang atau investasi yang diterbitkan
oleh Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia. Nasabah dapat
melakukan penyetoran dan penarikan secara on line diseluruh
Kantor Cabang Bank Jateng. Tabungan jenis ini juga dapat
dijadikan sebagai jaminan kredit. Jangka waktu produk ini tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbatas serta dimasukkan dalam program penjaminan bank.
Nasabah Simpeda memiliki kesempatan mendapat hadiah melalui
undian secara nasional setiap enam bulan.
c) Tabungan Qurban
Tabungan Qurban adalah media untuk persiapan pembelian hewan
qurban yang diterbitkan oleh Bank Jateng. Nasabah dapat
melakukan penyetoran diseluruh Kantor Cabang Bank Jateng.
Jangka waktu produk ini tidak terbatas serta dimasukkan dalam
program penjaminan bank.
d) Tabungan Bima
Tabungan Bima adalah media untuk penyimpanan uang atau
investasi yang diterbitkan oleh Bank Jateng. Nasabah dapat
melakukan penyetoran dan penarikan secara on line di seluruh
Kantor Cabang Bank Jateng. Tabungan Bima dapat dijadikan
sebagai jaminan kredit. Pemilik Tabungan Bima diasuransikan
oleh pihak Bank Jateng serta berfasilitas BPD Card. Jangka waktu
produk ini tidak terbatas serta dimasukkan dalam program
penjaminan bank. Nasabah memiliki kesempatan mendapatkan
hadiah melalaui undian setiap enam bulan.
e) Deposito On Call (Simpanan Berjangka)
Deposito On Call (Simpanan Berjangka) adalah media untuk
penyimpanan uang atau investasi jangka pendek 7 sampai 14 hari
yang diterbitkan oleh Bank Jateng. Deposito On Call (Simpanan
Berjangka) dapat diperpanjang jangka waktunya secara otomatis
(roll over) atau sesuai perintah nasabah. Deposito On Call
(Simpanan Berjangka) diikutsertakan pada Program Penjaminan
untuk Deposito dengan tingkat suku bunga yang masih di bawah
tingkat bunga penjaminan dari Bank Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Jasa
a) Kredit Investasi
Fasilitas kredit yang diberikan Bank Jateng untuk membiayai
investasi usaha. Jangka waktu kredit relatif lebih panjang.
Pembayaran angsuran dapat direncanakan sebelumnya. Kredit
dapat meningkatkan volume usaha. Barang investasi nasabah
menjadi jaminan kredit.
b) Kredit Jexim
Fasilitas kredit yang diberikan Bank Jateng untuk membiayai
investasi dan modal kerja. Fasilitas kredit ini memiliki suku bunga
lebih rendah dibanding kredit komersial karena menggunakan dana
likuiditas dari Bank Ekspor Impor Jepang.
c) Kredit Ketahanan Pangan
Fasilitas kredit yang diberikan Bank Jateng untuk membiayai
investasi dan modal kerja. Kredit bertujuan untuk pembiayaan
intensifikasi pangan dan non pangan. Selain itu meningkatkan taraf
hidup petani.
d) Kredit Pusaka Mandiri
Fasilitas kredit yang diberikan Bank Jateng untuk pengembangan
usaha bagi pengusaha kecil/ kelompok pengusaha kecil. Fasilitas
kredit ini memiliki suku bunga lebih rendah dibanding kredit
komersial karena menggunakan dana likuiditas dari Yayasan
Damandiri. Kredit Pusaka Mandiri dapat digunakan untuk modal
kerja dan atau investasi.
e) Kredit Rekening Koran
Fasilitas kredit yang diberikan Bank Jateng untuk menambah
modal kerja usaha. Dana yang sudah disetor ke rekening dapat
ditarik kembali selama jangka waktu kredit belum jatuh tempo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
serta dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo. Angsuran pokok
tidak dibayar tiap bulan melainkan pada saat jatuh tempo kredit.
f) Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Pembiayaan yang diberikan Bank Jateng untuk investasi dan modal
kerja. Fasilitas kredit ini memiliki suku bunga lebih rendah
dibanding kredit komersial karena menggunakan dana likuiditas
dari Surat Utang Pemerintah.
g) Kredit KFW-SME
Menyediakan pembiayaan usaha swasta atau perorangan dalam
melestarikan lingkungan hidup. Suku bunga kredit rendah karena
bersumber dari dana likuiditas negara Jerman.
h) Kredit KFW-IEPEC
Menyediakan pembiayaan investasi Instalasi Pengolah Limbah
(IPAL) dan Instalasi Daur Ulang Limbah (IDUL) dengan suku
bunga rendah karena bersumber dari dana likuiditas Jerman.
i) Kredit Wirausaha
Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan pengembangan usaha
bagi PNS, Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) & Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD).
j) KPR Bersubsidi
KPR Bersubsidi digunakan untuk pembelian rumah melalui
Pengembang atau dari penduduk..Tingkat suku bunga lebih
kompetitif dan mendapat subsidi uang muka. Kredit bisa dalam
jangka panjang sehingga angsuran lebih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Proses pemberian Bank Garansi pada Bank Jateng Cabang Pekalongan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bank Jateng Cabang
Pekalongan pada tanggal 1 November sampai 30 November 2011 disertai
dengan hasil wawancara dengan 2 orang, maka penulis dapat menyampaikan
mengenai pelaksanaan pemberian Bank Garansi pada Bank Jateng Cabang
Pekalongan.
Pelaksanaan pemberian Bank Garansi di Bank Jateng Cabang
Pekalongan harus melewati beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Pengajuan/Permohonan Bank Garansi
Calon Nasabah/Nasabah datang ke Bank Jateng Cabang
Pekalongan lalu menemui bagian administrasi untuk mengisi Formulir
Bank Garansi, lalu diserahkan oleh Tim Analisa, lalu setelah diperiksa
baru diserahkan kepada bagian administrasi (Wawancara dengan Bapak
Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan,
pada tanggal 9 November 2011,pukul 10:30 WIB).
Permohonan Bank Garansi oleh Nasabah/Kontraktor harus
diajukan secara tertulis dengan menyebutkan
a. Dipergunakan untuk siapa (pihak Penerima Jaminan).
b. Untuk keperluan apa (dilampiri dengan salinan surat
penunjukan Surat Perintah Kerja (SPK) surat
perjanjian/kontrak jual beli yang mendasari permintaan Bank
Garansi tersebut dan harus dicocokan dengan aslinya).
c. Disebutkan nominal Bank Garansi.
d. Ditegaskan jangka waktunya.
e. Diperinci jenis dan harga barang-barang yang akan dijadikan
kontra garamsi/jaminan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi calon nasabah atau
nasabah dalam mengajukan Bank Garansi di Bank Jateng Cabang
Pekalongan, yaitu:
a) Secara umum
1 Fotokopi Akta Pendirian dan Akta Pendirian dan Akta
Perubahan bagi Badan Usaha.
2 Fotokopi Identitas Diri (KTP/SIM/Passport) yang berlaku.
3 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4 Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP/), Surat Izin
Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK), /Surat Izin Tanda Usaha
(SITU/) /surat keterangan yang dipersamakan.
5 Lain-lain yang dianggap perlu bagi kepentingan Bank.
b) Secara khusus
1. Bagi permohonan Jaminan Penawaran; wajib menyerahkan
Fotocopi undangan/Aanwijzing/Dokumen lelang dan Company
Profile.
2. Bagi permohonan Jaminan Pelaksanaan: wajib menyerahkan
fotokopi antara lain Fotokopi Surat Penunjukan/Surat
Penetapan Pemenang Barang dan Jasa (SPPBJ)/Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK)/Surat Kontrak, Rencana Anggaran Biaya
(RAB)dan Rencana Anggaran Proyek (RAP), Company
Profile.
3. Bagi Permohonan Jaminan Uang Muka : wajib menyerahkan
Dokumen asli SPMK dan dokumen asli Surat Kontrak
diserahkan ke bank, Surat Pernyataan untuk melakukan
pembayaran termin dan uang muka melalui rekening di Bank
Jateng Cabang Pekalongan, Company Profile.
4. Bagi Pemohonan Jaminan Pemeliharaan: wajib menyerahkan
Foto kopi surat kontrak, SPMK dan Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan/Barang, Company Profile.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Bagi permohonan Jaminan lainnya; persyaratan khusus sesuai
dengan ketentuan intern/ekstern yang berlaku.
Company Profile berisi
a. Neraca terbaru (diperbaharui setiap tahun).
b. Laporan laba rugi terbaru (diperbaharui setiap tahun).
c. Untuk pengajuan bank garansi di atas 1.000.000.000,-(Satu milyyar
rupiah) Laporan keuangan yang diajukan harus audit.
d. Fotokopi KTP (yang masih berlaku) direktur dan komanditer.
e. Pas foto 4x6 (Direktur dan komanditer).
f. Fotokopi akta lengkap (pendirian s/d perubahan terakhir).
g. Fotokopi izin yangmasih berlaku (Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP), Surat Ijin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Sertifkasi
Badan Usaha(SBU)) dll.
h. Data lengkap karyawan dan struktur organisasi.
i. Pengalaman proyek( Fotokopi SPK yang pernah dikerjakan).
j. Surat pernyataan bermaterai untuk memperpanjang dan
memperbaharui ijin usaha yang sudah jatuh tempo dan akta
perubahan yang ada dan menyerahkan fotokopinya ke Bank Jateng
Cabang Pekalongan.
k. Surat persetujuan dari Komisaris/Persero komanditer (Menyetujui
tindakan direktur dalam pengambilan bank garansi di Bank Jateng
Cabang Pekalongan).
Sebagian besar Nasabah Bank Garansi pada Bank Jateng Cabang
Pekalongan adalah berbentuk PT dan CV yang mana untuk memperoleh
fasiltas Bank Garansi harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di
atas (Wawancara dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank
Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 16 November 2011, pukul
10:30 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tahap Analisa Pemberian Bank Garansi
Sebagaimana diketahui, lembaga perbankan diwajibkan untuk
bersikap selektif dalam melakukan aktivitas untuk meminimalisasi risiko.
Berdasarkan prudential banking (prinsip kehati – hatian bank), dalam
pemberian garansi bank, garansi harus melakukan penilaian secara
seksama terhadap calon nasabah. SEBI No. 11 / 11 UPPB tanggal 28
Maret 1979, mengharuskan bank untuk :
a Meneliti bonafiditas pihak yang dijamin.
b Meneliti sifat dan menilai transaksi yang akan dijamin sehingga
dapat diberikan jaminan yang sesuai.
c Menilai jumlah jaminan yang akan diberikan bank.
d Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk memberikan
kontra jaminan yang cukup sesuai dengan kemungkinan
terjadinya resiko.
(http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-hukum-
garansi-bank, diakses pada tanggal 24 November 2011, pukul
09:00 WIB).
Berdasarkan penelitian penulis di Bank Jateng Cabang Pekalongan,
ternyata pada prinsipnya dalam pemberian fasilitas Bank Garansi
digunakan prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition of Economy),sehingga sebelum memberikan persetujuan Bank
Garansi, Bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian dan penilaian
yang pada prinsipnya sama dengan penelitian dan penilaian dalam
pemberian kredit. Analisa Pemberian Bank Garansi di Bank Jateng
Cabang Pekalongan ditugaskan kepada Tim Analisa yang terdiri dari
Ketua dan 4 Anggota yang merupakan bagian dari Unit Kredit
(Wawancara dengan Bapak Ramadhan selaku anggota Tim Analisa Bank
Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 1 November 2011 pukul 10:15
WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penilaian pemberian Bank Garansi yang dilakukan Bank Jateng
Cabang Pekalongan berpedoman pada Surat Keputusan Direksi Bank
Pembangunan Jateng Nomor: 0371/HT.01.01/2011 tentang Bank Garansi
yang menyebutkan bahwa untuk setiap permohonan Bank Garansi dari
Nasabah, agar dilakukan analisa umum yang difokuskan pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Penelitian mengenai bonafiditas dan reputasi pihak Nasabah.
b. Meneliti kewajaran dari sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin.
c. Penilaian mengenai keabsahan Surat Penunjang Lelang/Surat
Perintah Kerja (SPK)/Kontrak Kerja.
d. Penilaian mengenai nominal Bank Garansi yang akan diberikan
menurut kemampuan Bank dan sesuai dengan batasan nominal
Bank Garansi (maksimal 70% dari nilai proyek dan khusus Bank
Garansi yang dijamin dengan cash collateral sebesar 100% dari
nilai proyek).
e. Penilaian mengenai kemampuan untuk membayar kembali dari
Nasabah kepada Bank, dalam hal Bank Garansi tersebut
direlisir/dicairkan oleh Penerima Bank Garansi.
f. Penilaian mengenai kemampuan untuk memberi kontra garansi
sesuai dengan kemungkinan terjadinya resiko.
g. Khusus pemberian:
Bank Garansi Penawaran ; atau
Bank Garansi Pelaksanaan/Uang Muka/Pemeliharaan/Lainnya
sampai dengan Rp. 100.000.000,-(seratus juta rupiah); atau
Bank Garansi yang dijamin dengan Cash Collateral atau Kontra
Garansi 100% (Full Cover) Dilakukan analisa kelayakan usaha
menyangkut 5 aspek (watak, kemampuan, modal, agunan, dan
prospek usaha) secara singkat.
h. Pemberian Bank Garansi Pelaksanaan, Uang Muka,
Pemeliharaan/Lainnya di atas Rp. 100.000.000,-(seratus juta
rupiah) wajib dilakukan analisa kelayakan usaha menyangkut 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aspek (watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha)
secara lengkap dan mendalam.
Bank Jateng Cabang Pekalongan juga meminta counter garantee
atas pemberian Bank Garansi kepada nasabah/kontraktor yang besarnya
minimal sebesar nilai Bank Garansi. Jaminan tersebut berupa:
a. Jaminan Fisik
Misalkan bangunan, tanah dan kendaraan bermotor.
b. Jaminan Non Fisik
Berupa cash collateral (jaminan tunai berupa Cover Tunai/setoran
jaminan, giro, Tabungan dan Deposito) atau Kontra Garansi(
pemberian jaminan di Perusahaan Asuransi/Lembaga Penjaminan
atas penerbitan Bank Garansi yang diberikan kepada
nasabah/kontraktor).
Jaminan berupa benda bergerak dan tidak bergerak (bangunan yang
tidak dibebeni hak tanggungan) akan diikat dengan fidusia sedangkan
jaminan berupa tanah akan diikat dengan Akta Pemegang Hak
Tanggungan (APHT) jika Bank Garansi bernilai lebih dari Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan jika kurang dari Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) akan dibuatkan Surat Kuasa
Memegang Hak Tanggungan (SKMHT). Mayoritas jaminan yang terima
oleh Bank Jateng Cabang Pekalongan adalah berupa kontra garansi yaitu
pemberian jaminan di Perusahaan Asuransi yang ditunjuk langsung oleh
Bank Jateng Pusat ( Wawancara dengan Bapak Teguh selaku anggota
Tim Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan , pada tanggal 10
November, pukul 09: 15 WIB).
3..Tahap Keputusan Pemberian Bank Garansi
Berdasarkan penelitian di Bank Jateng Cabang Pekalongan, pada
tahap keputusan pemberian Bank Garansi hanya ada 2 kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang akan diterima oleh nasabah yaitu ditolak atau diterima.
Pengambilan keputusan ini didasarkan pada analisa Tim Analisa dan
putusan pemberian Bank Garansi diberikan maksimal 3 hari setelah
pengajuan Bank Garansi. Jika Bank Garansi mencapai Rp. 250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta) atau dibawahnya maka yang berwenang
mengambil keputusan adalah Wakil Pimpinan Bank Jateng Cabang
Pekalongan, sedangkan apabila nilai Bank Garansi mencapai jumlah Rp.
750.000.000,-(tujuh ratus lima puluh juta), pengambilan keputusan
dilakukan oleh Pimpinan Bank Jateng Cabang Pekalongan ( Wawancara
dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang
Pekalongan , pada tanggal 9 November 2011 pukul 10 55 WIB).
Apabila permohonan pemberian Bank Garansi ditolak maka Tim
Analisa akam mengirimkan surat jawaban secara tertulis kepada
nasabah/kontraktor yang bersangkutan dan jika permohonan tersebut
diterima maka akan dibuatkan perjanjian Bank Garansi oleh Tim Analisa
(Wawancara dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank
Jateng Cabang Pekalongan , pada tanggal 9 November 2011, pukul 11;00
WIB).
4. Tahap Pembuatan Perjanjian Bank Garansi
Menurut hasil penelitian penulis, di tahap pembuatan Perjanjian
Bank Garansi, Bank Jateng Cabang Pekalongan ada syarat-syarat
minimum yang harus dipenuhi yaitu :
a. Judul
(Dalam hal Bank mengeluarkan Bank Garansi dalam bahasa asing,
maka di bawah judul dalam bahasa asing yang dikehendaki
tersebut diberi judul di dalam kurung “Bank Garansi’).
b. Nama dan alamat Bank pemberi Garansi.
c. Nama dan alamat terjamin.
d. Nama dan alamat penerima jaminan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Tanggal penerbitan Bank Garansi.
f. Transaksi antara pihak yang dijamin dengan penerima Garansi.
g. Jumlah uang yang dijamin oleh bank.
h. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya Bank Garansi.
i. Penegasan batas waktu pengajuan klaim.
j. Pernyataan bahwa penjamin (Bank) melepaskan hak istimewanya
untuk menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita
dan dijual untuk melunasi hutang-hutangnya sesuai dengan Pasal
1832 KitabUndang-Undang Hukum Perdata.
k. Tanda Tangan pihak bank pemberi Bank Garansi.
Pembuatan Bank Garansi atau pengisian formulir Bank Garansi
harus dilakukan dengan jelas dan tidak boleh mengandung coret-coretan
dan penggantian. Nama-nama yang dicantumkan dalam Bank Garansi
harus ditulis lengkap dan jelas. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh
Penerima Jaminan kepada Pemegang Garansi yang menjadi objek yang
dijamin oleh Bank harus disebutkan secara rinci dan jelas, sehingga yang
menjadi tanggung jawab Bank serta kapan kewajiban membayar yang
harus dipenuhi Bank juga harus jelas (Wawancara dengan Bapak Teguh
selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan, pada
tanggal 9 November 2011, pukul 11:10 WIB).
Guna melindungi kepentingan masyarakat dan bank dalam
melaksanakan asas-asas perbankan yang sehat, serta untuk menjaga
kepercayaan terhadap Bank Garansi itu sendiri, maka Bank Garansi tidak
boleh memuat hal-hal sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi
Bank Pembangunan Jateng Nomor: 037i//HT.01.01/2011 tentang Bank
Garansi yaitu :
a. Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya
Bank Garansi misal Bank Garansi baru berlaku setelah pihak
penerima jaminan menyetor sejumlah uang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Ketentuan bahwa Bank Garansi dapat diubah/dibatalkan secara
sepihak, misal oleh bank atau pihak penerima jaminan.
c. Kata-kata yang dapat diartikan sebagai perubahan tangal
berakhirnya Bank Garansi.
Bank hanya diperkenankan memberikan Bank Garansi sesuai
dengan kemampuan keuangannya. Berdasarkan hal tersebut dan
mengingat bahwa dalam setiap pemberian Bank Garansi selalu
terkandung unsur risiko, maka ada penentuan pembatasan dalam
pemberian Bank Garansi. Pemberian Bank Garansi dalam rangka
penerimaan kredit luar negeri hanya diperbolehkan dengan ketentuan
jumlah 20% dari modal. Pemberian Bank Garansi kepada bukan
penduduk harus disertai kontra garansi yang cukup dari bank di luar
negeri yang bonafid dan setoran sebesar 100% dari nilai garansi yang
diberikan dan pemberian Bank Garansi terkena ketentuan batas
maksimum pemberian kredit dan kewajiban pemenuhan modal minimum
(Wawancaea dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank
Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 10 November 2011, pukul
10:00 WIB).
Bank Garansi merupakan perjanjian accessoir atau perjanjian
tambahan, yang mana harus ada perjanjian pokok, yaitu perjanjian
pemborongan bangunan yang dilakukan oleh nasabah/kontraktor dengan
pihak ketiga (pemilik proyek/pekerjaan) atau bouwheer. Perjanjian Bank
Garansi antara Bank Jateng Cabang Pekalongan melalui Pimpinan Bank
Jateng Cabang Pekalongan dengan nasabah/kontraktor dibuat secara
tertulis dan dilakukan di bawah tangan. Dalam Pembuatan Bank Garansi
dikenakan biaya Provisi 1% per hari dan biaya administrasi Rp.100.000,-
(seratus ribu rupiah) sampai Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah). Jika Bank Garansi mencapai Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) atau kurang akan dikenakan biaya 100.000.,-(seratus ribu rupiah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan apabila lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) akan
dikenakan biaya sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)
serta juga ada bea materainya ( Wawancara dengan Bapak Teguh selaku
anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 10
November 2011, pukul 10:30 WIB).
3. Kedudukan Hukum Bank Garansi dalam Menunjang Proyek-Proyek
Pembangunan
Menurut Esther Dwi Magfirah, salah satu jasa lembaga perbankan dalam
menunjang aktivitas bisnis adalah Bank Garansi. Penerbitan Bank Garansi
merupakan salah satu jasa layanan yang ditawarkan perbankan untuk
membantu kelancaran dunia usaha (Djoni S. Gazali, 2010:77). Bank jateng
Cabang Pekalongan, sebagai lembaga perbankan juga menyediakan fasilitas
Bank Garansi guna menunjang proyek-proyek pembangunan yang ada di
wilayah Pekalongan.
Kata Garansi berasal dari bahasa Belanda “Garantie” yang
artinya.jaminan. Bank Garansi artinya garansi atau jaminan yang diberikan
oleh bank, maksudnya bank menjamin untuk memenuhi suatu kewajiban
apabila yang dijamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajiban
kepada pihak lain sebagaimana telah diperjanjikan (Thomas Suyatno, 1997:59).
Dengan perkataan lain, pihak yang dijamin ternyata cidera janji (wanprestasi)
terhadap pihak lain. Banyak nasabah/kontraktor pada Bank Jateng Cabang
Pekalongan lebih mengenal istilah Bank Garansi dengan istilah Jaminan Bank.
Pasal 1 butir 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SKBI) No. 11 /
110 / Kep / Dir / UPPB tanggal 28 maret 1979 tentang pemberian Jaminan oleh
Bank dan Pemberian jaminan oleh lembaga keuangan bukan Bank,
menyebutkan :
Jaminan adalah warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank yang mengakibatkan kewajiban membayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap pihak yang menerima jaminan apabila jaminan pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi) (http://herman-notary.blogspot.com/2009/07/bank-garansi.html, diakses pada tanggsl 24 November 2011, pukul 08:20 WIB ).
Menurut Pasal 1 ayat (35) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan bahwa Surat Jaminan
yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah
dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank
Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh
Penyedia Barang/Jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK/)/Unit
Layanan Pengadaan (ULP) untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia
Barang/Jasa. Jaminan dalam pengadaan jasa kontruksi (proyek-proyek
pembangunan) oleh konraktor sebagai penyedia jasa kontruksi harus atau
wajib diberikan kepada pemerintah dan jaminan yang diterbitkan oleh bank ini
disebut dengan Bank Garansi dimana pihak bank bertindak sebagai pihak
penjamin ( Wawancara dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim Analisa Bank
Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 30 November 2011, pukul 09:30
WIB).
Pasal 67 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan bahwa:
1) Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan kepada Pengguna
Barang/Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan
dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
2) Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. Jaminan Penawaran;
b. Jaminan Pelaksanaan;
c. Jaminan Uang Muka;
d. Jaminan Pemeliharaan; dan
e. Jaminan Sanggahan Banding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus dapat dicairkan tanpa syarat (unconditional) sebesar nilai
Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja, setelah
surat pernyataan wanprestasi dari PPK/ULP diterima oleh Penerbit
Jaminan.
4) ULP/Pejabat Pengadaan atau PPK melakukan klarifikasi tertulis terhadap
keabsahan Jaminan yang diterima.
5) Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan atau Perusahaan
Asuransi dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan.
6) Perusahaan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah
Perusahaan Penjaminan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan.
7) Perusahaaan Asuransi penerbit Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) adalah Perusahaan Asuransi Umum yang memiliki izin untuk menjual
produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Menurut Pasal 68 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa:
1) Jaminan Penawaran diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya pada saat memasukkan penawaran, yang
besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus) dari
total HPS.
2) Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya setelah PPK menerima Jaminan Pelaksanaan
untuk penandatanganan Kontrak.
3) Jaminan Penawaran tidak diperlukan dalam hal Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilaksanakan dengan
Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung atau Kontes/Sayembara.
Disebutkan juga dalam Pasal 70 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2) Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk
Kontrak bernilai diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
3) Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan
sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
4) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh
perseratus) sampai dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total
HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak; atau
b Untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh
perseratus) dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5%
(lima perseratus) dari nilai total HPS.
5) Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima
Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.
6) Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah:
a. Penyerahan Barang/Jasa Lainnya dan Sertifikat Garansi; atau
b. Penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak khusus bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya.
Menurut Pasal 71 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa:
1) Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan
selesai 100% (seratus perseratus).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak
harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang telah diserahkan.
3) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas)hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai. Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dapat memilih untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan atau
memberikan retensi.
4) Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
Surat Keputusan Direksi Bank Pembangunan Jateng Nomor:
0371/HT.01.01/2011 tentang Bank Garansi mengartikan Bank Garansi adalah:
a. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga
keuangan bukan bank yang mewajibkan membayar terhadap pihak yang
menerima jaminan jika pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
b. Garansi dalam bentuk penandatanganan atas surat-surat berharga seperti
aval dan endosemen dengan hak regerss yang dapat menimbulkan
kewajiban membayar bagi bank, jika pihak yang dijamin cidera janji
(wanprestasi).
c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat, sehingga
menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.
Menurut hasil penelitian penulis di Bank Jateng Cabang Pekalongan,
bahwa di dalam Bank Garansi akan timbul perdata jika terjadi apa yang disebut
dengan cidera janji atau wanprestasi ( Wawancara dengan Bapak Teguh selaku
anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan , pada tanggal 9
November 2011, pukul 10:20 WIB).
Sebelum kita mengenal istilah wanprestasi, sebaiknya kita mengetahui
terlebih dahulu istilah prestasi. Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh debitur dalam setiap perikatan. Dengan kata lain, prestasi adalah objek
perikatan.(Wawan Muhwan Hariri, 2011:99).
Bentuk- bentuk prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata adalah:
a. Memberikan sesuatu.
b. Berbuar sesuatu.
c. Tidak berbuat sesuatu.
Perikatan yang objeknya berbuat sesuatu, debitur wajib melakukan
perbuatan tertentu yang telah ditetapkan dalam perikatan, misalnya
membangun jembatan, jalan raya, gedung dan sebagainya. Untuk melakukan
perbuatan itu, debitur tidak bebas melakukannya, tetapi diatur oleh berbagai
kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian. Artinya debitur harus mematuhi
semua ketentuan dalam perikatan dan bertanggung jawab apabila terdapat
perbuatan yang menyimpang dari ketentuan perikatan (Wawan Muhwan Hariri,
2011: 100).
Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan, seperti
yang telah ditetapkan dalam perikatan . Tidak dipenuhinya kewajiban oleh
debitur disebabkan dua kemungkinan yaitu:
a. Karena kesalahan debitur baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiaban
maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, artinya di luar
kemampuan debitur. Dengan kata lain, wanprestasi terjadi karena:
1 Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan.
2 Debitur terlambat memenuhi perikatan.
3 Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan ( Wawan
Muhman Hariri, 2011: 103).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penentuan seorang debitur melakukan wanprestasi, perlu ditentukan
keadaan sesungguhnya yang dialami oleh debitur, apakah debitur sengaja
melakukan ingkar janji atau lalai tidak memenuhi prestasi. Tiga keadaan
debitur yang dapat dikatakan wanprestasi adalah:
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru.
c. Debitur memenuhi prestasi, tetap tidak tepat pada waktunya atau
terlambat (Wawan Muhman Hariri, 2011: 104).
Suatu pemberian fasilitas Bank Garansi, setidaknya terdapat tiga pihak
yaitu:
a. Pihak pemberi garansi (jaminan) dalam hal ini adalah bank.
b. Pihak yang digaransi (dijamin) dalam hal ini adalah nasabah bank.
c. Pihak penerima garansi (jaminan) dalam hal ini adalah pihak ketiga
(bouwheer). H.R. Daeng Naja, 2005:92).
Bank (Bank Jateng Cabang Pekalongan) dalam pemberian fasilitas Bank
Garansi berkedudukan sebagai pihak pemberi garansi/jaminan, apabila
nasabah/kontraktor tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan
proyek-proyek pembangunan dari penerima garansi/ jaminan/ pemilik proyek
(pekerjaan) karena cidera janji/wanprestasi, maka ketika pemilik proyek
(pekerjaan) tersebut meminta Bank Garansi maka pihak Bank (Bank Jateng
Cabang Pekalongan) sebagai pihak pemberi garansi/jaminan akan membayar
Bank Garansi kepada pemilik proyek (pekerjaan) tersebut..(Wawancara dengan
Bapak Ramadhan selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng Cabang
Pekalongan, pada tanggal 16 November 2011, pukul 09:16 WIB).
Guna menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka penanggung
mempunyai “Hak istimewa “ yang diberikan undang-undang, yaitu untuk
memilih salah satu, menggunakan pasal 1831 Kita Undang-Undang Hukum
Perdata atau pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1831
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa si penanggung
tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang
lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual
untuk melunasi utangnya”. Sedangkan pasal 1832 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menjelskan bahwa si penanggung tidak dapat menuntut supaya
benda-benda si berutang lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Perbedaan kedua pasal tersebut menjelaskan, bahwa jika Bank menggunakan
pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, apabila timbul cidera janji,
si penjamin dapat meminta benda-benda si berhutang disita dan dijual terlebih
dahulu. Sedangkan jika menggunakan pasal 1832 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, bank wajib membayar Garansi Bank yang bersangkutan
segera setelah timbul cidera janji (wanprestasi) dan menerima tuntutan
pemenuhan kewajiban/klaim (http//edratna.wordpress.com/bank-garansi-apa-
dan-bagaimana-kegunaannya, diakses pada tanggal 2 Juli 2011 pukul 17:45
WIB).
Nasabah/kontraktor dalam pemberian fasilitas Bank Garansi
berkedudukan sebagai pihak yang digaransi/ dijamin, maka pihak Bank akan
melakukan berbagai analisa-analisa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
untuk mengetahui kualitas nasabah/kontraktor dalam menyelesaikan proyek-
proyek pembangunan dan jika nasabah/kontraktor wanprestasi sehingga
pemilik proyek (pekerjaan) meminta Bank Garansi kepada Bank Jateng
Cabang Pekalongan ,maka pihak Bank Jateng Cabang Pekalongan sebagai
pihak pemberi garansi/jaminan akan membayarkan Bank Garansi tersebut
kepada pemilk proyek (pekerjaan). Dengan dilaksanakannya pembayaran Bank
Garansi kepada penerima garansi/jaminan (pemilik proyek/pekerjaan) maka
jumlah yang dibayarkan itu menjadi utang pihak yang dijamin kepada Bank
Jateng Cabang Pekalongan. Pihak Bank Jateng Cabang Pekalongan akan segera
mencairkan counter garantee yang telah diberikan pihak yang
digaransi/dijamin untuk membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada
penerima garansi/jaminan (pemilik proyek /pekerjaan). Apabila langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut masih menyisakan utang bagi nasabah/kontraktor kepada pihak bank,
maka nasabah/kontraktor harus membayar utang tersebut dalam suatu jangka
waktu tertentu. Dalam durasi yang telah ditentukan, jika terjamin tidak
melunasi utangnya, maka hubungan hukum antara penjamin (bank) dengan
terjamin (nasabah) berubah menjadi hubungan kreditur dengan debitur dalam
suatu perjanjian kredit biasa. Berdasarkan hal ini, maka di antara terjamin dan
bank dibuat akta perjanjian kredit untuk jangka waktu yang ditentukan pihak
bank (Wawancara dengan Bapak Ramadhan selaku Tim Analisa Bank Jateng
Cabang Pekalongan, pada tanggal 16 November 2011, pukul 10:10 WIB).
Counter Garanteer berupa kontra garansi (pemberian jaminan di
Perusahaan Asuransi/Lembaga Penjaminan atas penerbitan Bank Garansi yang
diberikan kepada nasabah/kontraktor), apabila pihak penerima garansi/jaminan
(pemilik proyek/pekerjaan) meminta Bank Garansi kepada Bank Jateng
Cabang Pekalongan karena pihak yang digaransi/dijamin wanprestasi, maka
sebelum Bank Jateng Cabang Pekalongan menyerahkan Bank Garansi tersebut,
Bank Jateng Cabang Pekalongan akan meminta dana sebesar nilai Bank
Garansi kepada Perusahaan Asuransi, lalu dana tersebut akan digunakan untuk
membayarkan Bank Garansi yang diminta oleh pihak penerima
garansi/jaminan (pemilik proyek/pekerjaan). Proses ini disebut juga dengan
subrograsi. Dengan terjadinya subrograsi tersebut maka antara Perusahaan
Asuransi dengan pihak yang digaransi/ dijamin akan timbul hubungan hutang
piutang, yang mana pihak yang digaransi/dijamin tersebut akan membayar
dana (yang dikeluarkan untuk pembayaran Bank Garansi) secara tunai atau
angsuran kepada Perusahaan Asuransi tersebut melalui Bank Jateng Cabang
Pekalongan (Wawancara dengan Bapak Teguh sebagai anggota Tim Analisa
Bank Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 16 November 2011, pukul
10:45 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Subrogasi diatur dalam Pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Subrogasi artinya, penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga
dalam perjanjian sebagai akibat pembayaran oleh pihak ketiga atas utang
debitur kepada pihak kreditur. Tujuan subrogasi adalah untuk memperkuat
posisi pihak ketiga yang telah melunasi utang-utang debitur dan atau
meminjamkan uang kepada debitur. Yang paling nyata adanya subrogasi
adalah beralihnya hak tuntutan dan kedudukan kreditur kepada pihak ketiga
(Pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Peralihan kedudukan itu
meliputi segala hak dan tuntutan termasuk hak previlage
(http://forum.detik.com/subrogasi-t238897.html, diakses pada tanggal 5
Desember 2011, pukul 10:45 WIB).
Subrogasi juga berarti hak Penanggung (asuransi) yang timbul setelah
pihak Penanggung membayar ganti rugi yang diderita Tertanggung yang
diakibatkan terjadinya wanprestasi oleh Enduser / Principal / Debitur / dsb.
Subrogasi ini merupakan bagian dari produk Suretyship dan Bank Garansi.
Hak yang timbul adalah penggantian ganti rugi yang diberikan Penanggung
kepada Tertanggung, yang 'ditagihkan' kepada Enduser / Principal / Debitur /
dsb, bisa berupa pencairan collateral atau pun penggantian langsung oleh
Debitur (http://asuransi-umum-indo.blogspot.com/2010/11/subrogasi.html,
diakses pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 11:00 WIB).
Ada dua cara terjadinya subrogasi, yaitu karena (1) perjanjian (subrogasi
kontraktual) dan (2) undang-undang. Subrogasi kontraktual dapat dilakukan
dengan cara:
a. Kreditur menerima pembayaran baik untuk sebagian maupun untuk
seluruhnya dari pihak ketiga, dan serta merta mengalihkan hak dan
tuntutan yang dimilikinya terhadap orang ketiga tersebut terhadap
debitur;
b. Pihak ketiga membantu debitur. Debitur "meminjamkan" uang dari pihak
ketiga yang dipergunakan untuk membayar utang kepada kreditur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekaligus menempatkan pihak ketiga tadi menggantikan kedudukan
semula terhadap diri debitur. (http://forum.detik.com/subrogasi-
t238897.html, diakses pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 10:45 WIB).
Subrogasi kontraktual dianggap sah, harus diikuti tata cara sebagai
berikut:
1. Pinjaman uang harus ditetapkan dengan akta autentik;
2. Dalam akta harus dijelaskan besarnya jumlah pinjaman, dan
diperuntukkan melunasi utang debitur;
3. Tanda pelunasan harus berisi pernyataan bahwa uang pembayaran utang
yang diserahkan kepada kreditur adalah uang yang berasal dari pihak
ketiga. (http://forum.detik.com/subrogasi-t238897.html, diakses pada
tanggal 5 Desember 2011, pukul 10:45 WIB).
Subrogasi karena undang-undang ini terjadi disebabkan adanya
pembayaran yang dilakukan pihak ketiga untuk kepentingannya sendiri dan
seorang kreditur melunasi utang kepada kreditur lain yang sifat utangnya
mendahului. Akibat adanya subrogasi adalah beralihnya hak tuntutan dari
kreditur kepada pihak ketiga (Pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata). Peralihan hak itu, meliputi segala hak dan tuntutan.
(http://forum.detik.com/subrogasi-t238897.html, diakses pada tanggal 5
Desember 2011, pukul 10:45 WIB).
Kontra Garansi Bank adalah bukti penjamin dari Surety Company atas
Garansi Bank yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan principal
sebagaimana dipersyaratkan oleh obligee. Dengan demikian Surety Company
telah terikat membayar Ganti Rugi kepada Bank atas klaim Garansi Bank yang
diajukan oleh obligee Mengingat Kontra Garansi Bank ini melibatkan dua
institusi penjamin, maka terlebih dahulu harus disepakati mekanisme legal dan
operasional yang mengikat kedua belah pihak (asuransi dan bank) agar proses
penerbitan Garansi Bank oleh Bank dan claim’s recovery oleh Asuransi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipertanggungjawabkan.(http:/herman-notary.blogspot.com/2009/07/bank-
garansi.html, diakses pada tanggsl 24 November 2011, pukul 08:20 WIB).
Dengan demikian Bank menerbitan Garansi Bank sebagaimana yang
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret
1991 jo SK Direksi BI No.23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991 tentang
Pemberian Garansi oleh Bank termasuk penggantian atau perubahannya. Disisi
lain Surety Company juga mengikat Principal untuk menandatangani
Indemnity Agreement to Surety guna proses claim’s recovery. Adanya
kerjasama antara Asuransi dan Bank dalam penerbitan Kontra Garansi Bank ini
memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
a Keuntungan bagi pihak Asuransi :
1. Menjaga maintenance portofolio nasabah.
2. Meningkatkan portofolio nasabah melalui pelayanan bersama
dengan bank.
3. Peningkatan bisnis melalui kerjasama timbal balik.
b Keuntungan bagi pihak Bank :
1. Lebih terjamin dan sesuai dengan Undang-Undang.
2. Fee base income.
3. Risiko kredit relatif rendah karena ada penjamin(http:/herman-
notary.blogspot.com/2009/07/bank-garansi.html, diakses pada
tanggsl 24 November 2011, pukul 08:20 WIB).
Pihak penerima garansi (jaminan) di Bank Jateng Cabang Pekalongan
mayoritas adalah pemerintah. Pihak ketiga meminta diterbitkan Bank Garansi
kepada nasabah/nontraktor setelah mengadakan perjanjian pokok yaitu
perjanjian kontrak kerja untuk mengerjakan proyek bangunan..Bank Garansi
memberi pihak ketiga suatu kepercayaan dan rasa aman karena dana yang
berasal dari APBD atau yang berasal dari sumber lainnya, yang digunakan
untuk membiayai proyek pembangunan dijamin oleh bank jika proyek tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak terselesaikan oleh kontraktor atau dengan kata lain terjadi wanprestasi
(Wawancara dengan Bapak Ramadan selaku anggota Tim Analisa Bank Jateng
Cabang Pekalongan, pada tanggal 16 November 2011, pukul 9:45 WIB).
Dari uraian dan hasil penelitian penulis di Bank Jateng Cabang
Pekalongan dapat diketahui bahwa Bank Bank Garansi memberikan rasa
kepercayaan disamping juga rasa aman kepada pihak ketiga yang
berkedudukan sebagai pihak yang menerima garansi (jaminan) karena ada
pihak yang menjamin (bank) jika nasabah/kontraktor tidak melaksanakan
kewajibannya (wanprestasi).
Penyelesaian Bank Garansi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penyelesaian Bank Garansi tanpa klaim dan penyelesaian Bank Garansi dengan
klaim (timbul masalah dalam Bank Garansi). Apabila Bank Garansi berakhir
tanpa klaim , maka satu hari setelah batas waktu pengajuan klaim, bank
penerbit Bank Garansi harus membuat surat pemberitahuan tentang
berakhirnya Bank Garansi, dan batas waktu waktu pengajuan klaim kepada
pemegang surat asli Bank Garansi (pihak penerima Bank Garansi) dan nasabah
pemohon Bank Garansi/kontraktor (pihak yang dijamin). Surat asli Bank
Garansi harus dikembalikan kepada bank penerbit Bank Garansi untuk
mencegah penyalahgunaan Bank Garansi tersebut oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Sedangkan jika Bank Garansi berakhir dengan klaim,
maka klaim pembayaran jaminan bank hanya dapat diajukan oleh pihak
pemegang warkat jaminan bank jika tidak melebihi jangka waktu sesuai
dengan klausula yang tercantum dalam Bank Garansi yaitu 14 hari atau
maksimal 30 hari sejak berakhirnya Bank Garansi. Dalam hal ini penerima
Bank Garansi harus menyerahkan dokumen asli jaminan bank kepada bank
penerbit Bank Garansi Sejauh ini Bank Jateng Cabang Pekalongan belum
pernah mengalami klaim atas Bank Garansi untuk pengadaan jasa kontruksi
oleh pemerintah (Wawancara dengan Bapak Teguh selaku anggota Tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Analisa Bank Jateng Cabang Pekalongan, pada tanggal 30 November 2011,
pukul 9:30 WIB).
B. Pembahasan
2. Proses pemberian Bank Garansi pada Bank Jateng Cabang Pekalongan
Pelaksanaan pemberian Bank Garansi di Bank Jateng Cabang
Pekalongan harus melewati beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Pengajuan/Permohonan Bank Garansi
Kedudukan nasabah sebagai subjek hukum, dapat berwujud dalam
dua bentuk , yaitu:
a. Orang
Nasabah bank terbagi menjadi orang dewasa dan orang yang
belum dewasa. Nasabah orang dewasa hanya diperbolehkan untuk
nasabah kredit atau nasabah giro. Sedangkan nasabah simpanan
dan/atau jasa diperuntukan bagi orang yang belum dewasa,
misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas (walk in customer)
untuk transfer dan lain sebagainya.
Perjanjian yang dibuat antara bank dan nasabah yang belum
dewasa tersebut telah memiliki konsekuensi hukum yang berbeda
yang diakibatkannya. Konsekuensi hukumnya adalah perjanjian itu
tidak memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu
syarat perjanjian itu dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk
membuat perjanjian. Dalam hukum perdata, perjanjian yang
dilakukan oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak memenuhi
persyaratan subjektif. Ancamam atas pelanggran tersebut adalah
perjanjian batal demi hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Badan hukum
Nasabah berupa badan hukum, perlu diperhatikan aspek
legalitas hukum tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak
yang berhubungan dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek
hukum perseroan (corporate law). Adapun jenis-jenis badan hukum
adalah sebagai berikut:
1. Badan hukum publik, seperti negara atau pemerintah
daerah.
2. Perseroan terbatas, sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, termasuk perseroan terbuka yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
3. Badan Usaha Miiik Daerah (BUMD), sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemda.
4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari: perusahaan
persero, perusahaan umum, dan perusahaan jawatan.
5. Koperasi, diatur dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Peraturan
pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pesyaratan dan
Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Anggaran
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
6. Yayasan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2001, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2004.
7. Badan Hukum Milik Negara (BHMN), diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 152 Tahun 2000 tentang
BHMN Universitas Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Dana Pensiun, diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Tri Widyono,
2006:28).
Guna mengurangi resiko usaha, bank diwajibkan untuk
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Salah satu upaya melaksanakan prinsip kehati-hatian itu adalah
peneraparn prinsip mengenal nasabah (know your customer) . Prinsip
mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan bank untuk
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. (Djoni S. Gazali dan
Rachmadi Usman, 2010:32).
Prinsip mengenal nasabah tidak sekadar berarti mengenal nasabah
secara harfiah. Bagaimana mungkin karyawan bank tidak mengenal
nasabah atau calon nasabahnya. Prinsip mengenal nasabah menginginkan
lebih dari sekadar mengenal nasabah secara harfiah. Prinsip mengenal
nasabah menginginkan informasi lebih menyeluruh di samping jati diri
atau identitas nasabah, juga hal-hal yang berkaitan dengan profil dan
karakter transaksi nasabah, yang dilakukan dalam jasa perbankan
(Nindyo Pramono, 2006: 218-219).
Adanya ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh nasabah atau calon nasabah dalam pengajuan Bank Garansi pada
Bank Jateng Cabang Pekalongan, menandakan bahwa Bank Jateng
Cabang Pekalongan telah menerapkan prinsip mengenal nasabah ( know
your customer).
2. Tahap Analisa Pemberian Bank Garansi
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia menggunakan prinsip kehati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hatian. Menurut Ashar Sinelele dalam Aspek Hukum Bank Garansi
menjelaskan bahwa eksistensi lembaga keuangan seperi perbankan dalam
sistem perekonomian adalah untuk menghimpun dari dan untuk
masyarakat termasuk kalangan bisnis. Namun dalam pelaksanaanya
pihak perbankan harus tetap tehas pada prinsip prudential banking
(prinsip kehati-hatian) untuk meminimalisasi resiko bagi pihak bank
tanpa harus mengurangi efesiensi dan efektifitas penyaluran dana
termasuk dalam penerbitan Bank Garansi bagi pelaku bisnis yang
memerlukan fasilitas tersebut (Ashar Sinilele, 2009:1). Penerapan prinsip
5 C dalam pemberian Bank Garansi menandakan bahwa Bank jateng
Cabang Pekalongan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah
menggunakan prinsip kehati-hatian.
Pada tahap permulaan sebelum adanya kontrak diadakan
evaluasi/penilaian terlebih dahulu terhadap para pemborong/kontraktor
untuk menilai kualifikasi pemborong apakah dapat menyelesaikan
kontrak. Proses evaluasi/penilaian ini lazim disebut proses prakualifikasi
/prequalification ( Sri Soedawi Masjchun Sofwan, 1982: 23).
Guna meminimalkan risiko, dalam memberikan suatu bank
garansi, pihak perbankan mensyaratkan semacam pembayaran dari
debitur yang digaransikannya kepada bank berupa pembayaran yang
disebut dengan counter garantee (jaminan lawan). Yang nilainya
berbeda-beda tergantung dengan policy dari masing-masing bank dan
sesuai dengan keadaan debitur yang digaransikan. Pembayaran counter
garantee dimaksud, tidak perlu dalam bentuk uang tunai, tetapi dapat
saja dalam bentuk giro yang dibekukan, deposito, surat-surat berharga,
dan lain-lain bentuk yang dianggap bank aman (Munir Fuady, 1997:202).
Menurut Tensie Steijvers dalam Collateral and Credit Rationing:
A Review of Recent Empirical Studies As A Guide for Future Research.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Center of Entrepreneurship and Innovation menerangkan bahwa “The
NSSBF of 1998 and 2003 indicate that collateral has become a major
tool to obtain bank finance. Nowadays, one of two loans granted seems
to be collateralized” (Tensie Steijvers. 2009: 942). Diterangkan bahwa
antara tahun 1998 sampai dengan 2003 jaminan menjadi instrumen
penting dalam pembiayaan yang dilakukan oleh bank.
Bank Jateng Cabang Pekalongan juga meminta counter garantee
atas pemberian Bank Garansi kepada nasabah/kontraktor yang besarnya
minimal sebesar nilai Bank Garansi.
3..Tahap Keputusan Pemberian Bank Garansi
Setiap pejabat yang terlibat dalam kebijakan persetujuan kredit
harus mampu memastikan hal-hal berikut:
a Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip perkreditan
yang sehat dan ketentuan perbankan lainnya.
b Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisa kredit
yang jujur, objektif, cermat, dan seksama (menggunakan 5C’s
principles) serta independent.
c Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu dilunasi oleh debitur
(Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, 2003 :51).
Pemberian Bank Garansi yang pada prinsipnya sama dengan
penelitian dan penilaian dalam pemberian kredit, maka para pejabat
pemutus pemberian fasilitas Bank Garansi di Bank Jateng Cabang
Pekalonagan juga harus memperhatikan hal-hal di atas, selain juga
memperhatikan hasil analisa dari Tim Analisa Bank Jateng Cabang
Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Tahap Pembuatan Perjanjian Bank Garansi
Seperti halnya dalam pemberian kredit, kesepakatan pemberian
bank garansi ini pun juga dituangkan dalam suatu perjanjian yang
lazimnya disebut dengan perjanjian Bank Garansi, sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 1824 Kitab Undang-Undamg Hukum Perdata,
yang menetapkan bahwa penanggunagn (penjaminan) tidak
dipersangkakan, tetapi harus diadakan dengan pernyataan yang tegas,
yang tidak semestinya dituangkan secara tertulis (Djoni S Gazali dan
Rachmadi Usman, 2010 :409).
Salah satu unsur dari penanggungan utang adalah bahwa utang
yang ditanggumg tersebut haruslah suatu kewajiban, prestasi, atau
perikatan yang sah demi hukum. Ketentuan Pasal 1821 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata menentukan lebih jauh. Pasal 1821 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa tiada
penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Unsur ini
membedakannya dari perikatan tanggung menanggung (pasif) yang
eksistensinya tidak bergantung pada keabsahan suatu perikatan lain.
Perikatan tanggung menanggung sebagaimana definisi yang diberikan
adalah suatu perikatan yang berdiri sendiri dan tidak bersifat accessoir
sebagaimana halnya penanggungan utang yang diatur dala Pasal 1820
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Gunawan Widjaja dan Kartini
Muljadi, 2003:18).
Perjanjian Borongan merupakam perjanjian pokok dari Perjanjian
Bank Garansi. Sebagai bentuk perjanjian tertentu, maka perjanjian
pemborongan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan umum perjanjian
yang diatur dalam title Isampai dengan IV Buku III KUH Perdata. Dalam
Buku III KUH Perdata, diatur mengenai ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku terhadap semua perjanjian yaitu perjanjian-perjanjian yang diatur
dalam KUH Perdata maupun jenis perjanjian baru yang belum ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aturannya dalam Undang-undang. Sebagai dasar perjanjian pemborongan
bangunan KUHPerdata mengatur dalam Pasal 1601 butir (b) yang
berbunyi:
Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian, dengan mana pihak yang satu, sipemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
Menurut Subekti, pemborongan pekerjaan (aanneming van werk)
ialah suatu perjanjian, dimana satu pihak menyanggupi untuk keperluan
pihak lainnya, melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan pembayaran
upah yang ditentukan pula. Pemborongan pekerjaan merupakan
persetujuan antara kedua belah pihak yang menghendaki hasil dari suatu
pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya, atas pembayaran sejumlah
uang sebagai harga hasil pekerjaan. Disini tidakla penting bagi pihak
yang memborongkan pekerjaan bagaimana pihak yang memborong
pekerjaan mengerjakannya, karena yang dikehendaki adalah hasil dari
pekerjaan tersebut, yang akan diserahkan kepadanya dalam keadaan baik
(mutu dan kualitas/kuantitas) dalam jangka waktu yang telah
ditentukandalam perjanjian (Subekti, 1987:!74).
Perjanjian pemborongan bangunan dapat dilaksanakan secara
tertutup, yaitu antar pemberi tugas dan kontraktor atau terbuka yaitu
melalui pelelangan umum atau tender. Lain halnya dengan pemborongan
bangunan milik pemerintah dimana harus diadakan pelelangan. Kontrak
kerja bangunan dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu:
1. Kontraktor hanya melakukan pekerjaan saja, sedangkan bahan-
bahannya disediakan oleh pemberi tugas.
2. Kontraktor melakukan pekerjaan dan juga menyediakan bahan-
bahan bangunan. Dalam hal kontraktor hanya melakukan
pekerjaan saja, jika barangnya musnah sebelum pekerjaan
diserahkan, maka ia bertanggung jawab dan tidak dapat menuntut
harga yang diperjanjikan kecuali musnahnya barang itu karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu cacat yang terdapat di dalam bahan yang disediakan oleh
pemberi tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1606 dan 1607
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Subekti, 1987:175).
Menurut Subekti, Undang – Undang Membagi perjanjian untuk
melakukan pekerjaan dalam tiga macam yaitu :
1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu:
Adalah perjanjian dimana satu pihak menghendaki dari pihak
lainnya dilakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan, untuk
mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali tergantung
pada pihak lainnya.
2. Perjanjian kerja / perburuhan
Adalah perjanjian dimana pihak yang satu, si buruh mengikatkan
dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lainnya yaitu si
majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan
menerima upah.
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan
Adalah perjanjian dimana pihak yang satu, si pemborong
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi
pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang
ditentukan (Subekti, 1995:57).
Dilihat dari obyeknya, perjanjian pemborongan bangunan mirip
dengan perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian melakukan
jasa, yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak yang satu menyetujui
untuk melaksanakan pekerjaan pihak lain dengan pembayaran tertentu.
Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah bahwa pada perjanjian
kerja terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan antara buruh dengan
majikan. Pada pemborongan bangunan dan perjanjian melakukan jasa
tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang tugasnya secara mandiri. Ketentuan pemborongan pada umumnya
diatur dalam Pasal 1601 sampai dengan Pasal 1617 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Perjanjian pemborongan bangunan juga
memperhatikan berlakunya ketentuan-ketentuan perjanjian untuk
melakukan pekerjaan, khususnya bagi bangunan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku sebagai hukum pelengkap
peraturan tersebut pada umumnya mengatur tentang hak-hak dan
kewajiban pemborong yang harus diperhatikan baik pada pelaksanaan
perjanjian, dan berakhirnya perjanjian (Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
1982:52).
Pemborong bertanggungjawab dalam jangka waktu tertentu, pada
masa ini pemborong wajib melakukan perbaikan jika terbukti adanya
cacat ataupun kegagalan bangunan. Dalam prakteknya pemborong
bertanggungjawab sampai masa pemeliharaan sesuai dengan yang tertulis
dikontrak ( Sri Soedewi Masjchun Sofwan, 1982:52).
Besarnya utang (kewajiban,prestasi) yang ditanggung oleh
penanggung (bank) diatur dalam Pasal 1822 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang berbunyi :
Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri untuk lebih, maupun dengan syarat-syarat yang lebih berat , dan pada perikatannya debitur. Adapun penanggung boleh diadakan untuk hanya sebagiab saja dari utangnya atau dengan syarat-syarat yang kurang. Jika penanggungan diadakan untuk lebih dari utangnya, atau dengan kata syarat-syarat yang lebih berat, maka perikatan itu tidak sama sekali batal , melainkan adalah sah hanya untuk apa yang diliputi oleh perikatannya pokoknya.
Hubungan hukum antara nasabah dan bank timbul dari perjanjian
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagai tanda kesepakatan .
Segala hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu nasabah dan bank,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didasarkan atas perjanjian yang mereka buat (Lukman Santoso, 2011:70).
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa Perjanjian Bank
Garansi antara Bank Jateng Cabang Pekalongan dengan
nasabah/kontraktor dibuat secara tertulis dan dilakukan di bawah tangan.
Suatu perikatan atau perjanjian adalah suatu hubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak , berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu (Subekti, 1995: 75).
Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan
bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan atau
undang-undang. Artinya bahwa persetujuan atau perjanjian merupakan
salah satu timbulnya suatu perikatan.( Lukman Santosa, 2011:71) Jika
dikaitkan dengan Pasal 1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
maka pihak Bank (Bank Jateng Cabang Pekalongan) bersedia
mengikatkan diri untuk kepentingan kreditur( pemilik pekerjaan/proyek)
untuk memenuhi suatu kewajiban jika nasabah/kontraktor tidak
melaksanakan kewajibannya karena cidera janji/wanprestasi kepada
kreditur (pemilik pekerjaan/proyek) dan pengikatan diri tersebut
dituangkan melalui perjanjian Bank Garansi.antara Bank Jateng Cabang
Pekalongan dengan nasabah/kontraktor.
Perjanjian tersebut telah dibuat dengan bentuk tertulis sebagaimana
yang dicetak dan berbentuk satu formulir, di mana perjanjian tersebut
memuat ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dibuat oleh salah
satu pihak yaitu pihak bank. Dengan demikian nasabah hanya tinggal
memilih untuk menerima atau menolak menggunakan jasa perbankan di
bank tersebut. Nasabah tidak mempunyai kewenangan untuk mengajukan
syarat-syarat yang diinginkannya. Perjanjian ini disebut juga perjanjian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
standard atau perjanjian baku yang sifatnya “ take it or leave it'”
(Gunawan Widjaya, 2001:53).
Perjanjian Baku adalah perjanjian yang isinya telah dibakukan dan
dituangkan dalam suatu bentuk formulir . Dapat juga dikatakan bahwa
perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang berlaku dan akan mengikat
antara pihak yang saling berkepentingan dan yang isinya dituangkan
dala suatu bentuk tertentu yang dijadikan tolak ukur oleh pihak yang satu
tanpa membicarakan isinya terlebih dahulu dengan pihak yang lain ,
tetapi para pihak dianggap telah menyetujuinya (Badrulzaman, 1996 :37).
Adapun ciri-ciri perjanjian baku yaitu :
a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi debiturnya
dapat lebih kuat.
b. Pihak yang menjadi debitur sama sekali tidak turut menentukan isi
perjanjian.
c. Bentuknya tertulis.
d. Telah terlebih dahulu dipersiapkan secara massal (Sudaryatmo.
1999: 102).
Pasal 1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan
bahwa Suatu Penanggungan adalah suatu persetujuan di mana seorang
pihak ketiga, demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi
perikatannya. Dari penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa
penanggungan utang adalah suatu bentuk perjanjian, yaitu perjanjian
yang dibuat oleh pihak ketiga ( jadi bukan debitor yang berkewajiban
untuk memenuhi perikatan yang telah ada) dengan kreditor ( yang berhak
atas pemenuhan perikatan oleh debitor). Penanggungan utang tidak
terlepas dari syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Gunawan Widjaja dan Kartini
Mulyadi, 2003: 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Bank Garansi yang dilihat dari segi hukum merupakan perjanjian
penanggungan hutang , maka dalam pembuatan Bank Garansi juga harus
memenuhi syarat syahnya perjanjian yang diatur di pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
c. Suatu pokok persoalan tertentu.
d. Suatu sebab yang halal.
Keempat unsur yang disebutkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, dala doktrin ilmu hukum digolongkan ke dalam
a. Unsur subjektif, yang meliputi dua unsur pertama berhubungan
dengan subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian.
b. Unsur objektif, terhadap dua unsur yang disebutkan terakhir dalam
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berkaitan
lansung dengan objek perjanjian dibuat (Gunawan Widjaya dan
Kartini Muljadi, 2003:14).
Kesepakatan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan, yaitu
Bank Jateng Cabang Pekalongan melalui Pimpinan Cabang sebagai pihak
yang pemberi jaminan dengan nasabah/kontraktor sebagai pihak
penerima jaminan. Bentuk kesepakatan dari nasabah/kontraktor adalah
dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Adanya kecakapan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan
ditunjukan oleh kedua belah pihak yaitu Bank Jateng Cabang Pekalongan
yang diwakili oleh pimpinannya dengan nasabah/kontrakor yang telah
cakap melakukan suatu perbuatan hukum. Kecakapan nasabah ini
dibuktikan dengan dasar identitas nasabah/kontraktor pada saat
penandatanganan perjanjian Bank Garansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adanya suatu hal tertentu bahwa objek perjanjian pemberian
fasilitas Bank Garansi oleh pihak Bank Jateng Cabang Pekalongan pada
pihak nasabah/kontraktor jelas berupa pemberian fasiltas Bank Garansi
dengan nilai terentu.
Adanya suatu sebab yang halal berarti bahwa tidak dilarang oleh
undang-undang. Tujuan tersebut tidak merugikan salah satu pihak bahkan
saling menguntungkan, yaitu adanya hubungan timbal balik. Tujuan yang
hendak dicapai dalam perjanjian Bank Garansi yaitu Bank Jateng Cabang
Pekalongan memberikan fasiltas Bank Garansi kepada
nasabah/kontraktor sebagai pihak yang dijamin untuk pengadaan jasa
kontruksi oleh pemerintah dan bank menerima imbalan jasa dari yang
dijamin atau terjamin berupa sejumlah uang tertentu yang disebut provisi,
yang dihitung atas dasar presentase tertentu dari jumlah Bank Garansi
untuk jangka waktu tertentu pula.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka Perjanjaian Bank
Garansi antara nasabah/kontraktor dengan Bank Jateng Cabang
Pekalongan merupakan perjanjian baku. Meskipun demikian perjanjian
tersebut sah karena telah memenuhi dan patuh terhadap unsur-unsur
perjanjian yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
3. Kedudukan Hukum Bank Garansi dalam Menunjang Proyek-Proyek
Pembangunan
Menurut Sri Soedawi Masjchun Sofwan, pengertian jaminan bank (bank
garansi) adalah suatu jenis penanggungan, di mana yang bertindak sebagai
penanggung adalah bank (Sri Soedawi Masjchun Sofwan, 1980:106).
Sedangkan Muhamad Djumhana berpendapat bahwa bank garansi adalah
jaminan yang diberikan oleh bank maksudnya bank menyatakan suatu
pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikatkan diri kepada penerima
jaminan dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu, apabila di kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima
jaminan (Muhamad Djumhana, 2000:356-357).
Bank Garansi merupakan perjanjian buntut/ikat/mengikat/accessoir dan
ditinjau dari segi hukum merupakan perjanjian penanggungan utang
(borgtocht), yang diatur dalam Buku Ketiga, Bab XVII, pasal 1820 sampai
dengan pasal 1850 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dimana bank
bertindak sebagai penanggung (Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman,
2010:77).
Ketentuan tentang perjanjian yang diatur dalam buku III Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, termasuk ketentuan mengenai perjanjian jaminan (
penaggungan hutang ) dalam pasal 1820 – 1850 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menganut sistem terbuka. Para pihak bebas menentukan sendiri isi
perjanjian diantara mereka. Peraturan dalam hukum perjanjian bersifat
pelengkap yang berarti ketentuan tersebut disediakan oleh pembentuk undang –
undang untuk dipergunakan oleh para pihak yang membuat perjanjian apabila
ternyata mereka kurang lengkap atau belum mengatur hal tertentu
(http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-hukum-garansi-bank,
diakses pada tanggal 24 November 2011, pukul 09:00 WIB).
Pasal 1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa
Suatu Penanggungan adalah suatu persetujuan di mana seorang pihak ketiga,
demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.
Bank Garansi (atau disingkat BG) adalah perjanjian penanggungan atau
borgtocht dimana bank yang menjadi pihak ketiga (penanggung, guarantor,
borg) bersedia bertindak sebagai penanggung bagi nasabahnya yang menjadi
debitur dalam mengadakan suatu perjanjian (pokok) dengan pihak lain sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kreditur/(http://herman-notary.blogspot.com/2009/07/bank-garansi.html,
diakses pada tanggsl 24 November 2011, pukul 08:20 WIB).
Sebagaimana perjanjian jaminan pada umumnya, perjanjian garansi bank
merupakan perjanjian accessoir ( perjanjian tambahan ) yang menyertai suatu
perjanjian pokok. Perjanjian pokok yang dibuat oleh pihak terjamin dan
penerima jaminan merupakan dasar dari dibuatnya perjanjian garansi bank.
Berdasarkan ketentuan pasal 1820 – 1821 Kitab Undang-Undang
HukumPerdata, ada beberapa karakteristik dari perjanjian penanggungan
sebagai berikut :
a Perjanjian garansi bersifat. Accessoir.
b Hak – hak yang terbit dari suatu garansi bersifat kontraktual bukan hak
kebendaan.
c Kedudukan kreditur bersifat konkuren.
d Guarantor merupakan target setelah debitur.
e Garansi tidak bisa dipersangkakan (sebagaimana diatur di pasal 1824
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
(http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-hukum-garansi-
bank, diakses pada tanggal 24 November 2011, pukul 09:00 WIB).
Perjanjian penanggungan merupakan perjanjian yang accessoir artinya
apabila perjanjian pokok yang pemenuhannya dijamin dengan perjanjian
penanggungan tidak dipenuhi maka kreditur dapat menuntut kepada
penanggung berdasar perjanjian penanggungan. Dari pemenuhannya bersifat
subsidair artinya penanggung hanya terikat untuk pemenuhan prestasi apabila
debitur wanprestasi. Perjanjian penanggungan harus dinyatakan oleh
penanggung secara tegas hal ini ditentukan dalam Pasal 1824 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan sifat accessoir ada dalam Pasal 1821 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa tiada penanggungan bila tiada perikatan pokok yang
sah menurut Undang-Undang. Perjanjian penanggungan bersifat accessoir
mengandung pengertian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a Adanya perjanjian penanggungan tergantung perjanjian pokok.
b Apabila perjanjian pokok hapus maka perjanjian penanggungan menjadi
ikut hapus tetapi dapat karena sebab yang lain seperti diatur dalam Pasal
1845 sampai dengan Pasal 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
c Diperalihkannya piutang sebagai perjanjian pokok maka semua perjanjian
yang melekat pada piutang tersebut akan ikut beralih
(http://endangmintorowati.staff.hukum.uns.ac.id/2009/11/25/perjanjian-
jaminan-dan-lembaga-jaminan/,diakses pada tanggal 25 November 2011,
pukul 14:00 WIB).
Hubungan yang paling utama dan lazim antara nasabah dan bank adalah
hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir terhadap semua nasabah, baik
nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah nondebitur-nondeposan.
Terhadap nasabah debitur, hubungan kontraktual tersebut berdasarkan atas
suatu kontrak yang dibuat antara bank dan pihak debitur. Hukum kontrak yang
menjadi dasar terhadap hubungan bank dan nasabah debitur bersumber dari
ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kontrak
(buku ketiga). Sebab, menurut pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan
sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak (Lukman Santoso,
2011:62).
Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa
segala kebendaan, ysng bergerak dan tidak bergerak milik debitor, baik yang
sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan
perorangan debitur. Ini berarti setiap tindakan seseorang dalam lapangan harta
kekayaannya, baik yang bersifat menambah harta kekayaannya (kredit),
maupun yang nantinya akan mengurangi jumlah harta kekayaannya (debit).
Jika ternyata dalam hubungan hukum harta kekayaan tersebut seseorang
memilki lebih dari satu kewajiban yang harus dipenuhi terhadap lebih dari satu
yang berhak atas pemenuhan kewajiban tersebut, maka pasal 1132 Kitab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa kebendaan tersebut
menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali
apabila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan untuk didahulukan. Dalam
konteks pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, setiap
pihak sebagai yang berhak atas pemenuhan perikatan, haruslah mendapat
pemenuhan perikatan dari harta kekayaan pihak yang berkewajiban (debitor)
tersebut secara:
a Pari passu, yaitu bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang
didahulukan.
b Pro rata, yang dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-
masing dibandingkan terhadap seluruh harta kreditur tersebut (Gunawan
Widjaja dan Kartini Mulyadi, 2003:1-2).
Para kreditur dengan hak pari passu dan pro rata tersebut dinamakan
kreditur konkuren, yang mana dalam penanggungan kedudukan kreditur
bersifat konkuren. Jaminan penanggungan utang disebut jaminan perorangan
yaitu jaminan yang bukan bersifat kebendaan tetapi berupa pernyataan dari
seseorang yang berisi kesanggupan bahwa ia menanggung pelaksanaan
perjanjian sedemikian rupa apabila si berwajib tidak memenuhi janji atau
prestasinya.(http://endangmintorowati.staff.hukum.uns.ac.id/2009/11/25/perjan
jianjaminan-dan-lembaga-jaminan/, diakses pada tanggal 25 November, pukul
14:00 WIB).
Jaminan yang bersifat perorangan ini mempunyai asas kesamaan ( pasal
1131 dan 1132 B.W. ) artinya tidak membedakan piutang yang mana yang
lebih dahulu terjadi dan piutang yang terjadi kemudian. Keduanya mempunyai
kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan penanggung dan tidak
mengindahkan urutan terjadinya. (http://suardana-notaris-ppa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tbangli.blogspot.com/2009/05/kedudukan-hukum-kreditur-terhadap.html,
diakses pada tanggal 25 November 2011, pukul 14:15 WIB).
Berdasarkan Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/88/Kep/DIR
dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 27/7/UKU tanggal 18 maret 1991
tentang Pemberian Bank Garansi oleh Bank, dirumuskan pengertian Bank
Garansi sebagai berikut:
a. Garansi atau jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank
atau lembaga keuangan bukan bank yang mewajibkan membayar
terhadap pihak yang menerima jaminan jika pihak yang dijamin cidera
janji (wanprestasi).
b. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-
surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regerss yang dapat
menimbulkan kewajiban membayar bagi bank, jika pihak yang dijamin
cidera janji (wanprestasi).
c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat, sehingga
menimbulkan kewajiban finansial (membayar) bagi bank (Djoni S.
Gazali dan Rachmadi Usman, 2010:404).
Pengertian Bank Garansi menurut Surat Keputusan Direksi Bank
Pembangunan Jateng Nomor: 0371/HT.01.01/2011 mempunyai pengertian
yang sama dengan pengertian Bank Garansi menurut Keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor 23/88/Kep/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
27/7/UKU tanggal 18 maret 1991.
Jenis Bank Garansi pada dasarnya disesuaikan dengan tipe perjanjian dan
fungsi penjaminan bank garansi dalam perjanjian, yang terdiri atas:
a. Bank Garansi Umum
Garansi bank yang diterbitkan untuk menjamin transaksi secara umum
seperti perjanjian jual beli, perjanjian keagenan, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Bid/Tender Bid
Garansi bank yang diterbitkan untuk keperluan mengikuti tender suatu
proyek dengan ketentuan bank akan menjamin pembayaran sejumlah
uang kepada beneficiary apabila pihak applicant tidak memenuhi
kewajibannya untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
persyaratan tender dan atau menarik diri setelah ditunjuk sebagai
pemenang tender.
c. Advance Payment Bond
Garansi bank yang diberikan untuk menjamin applicant atas penarikan
sejumlah uang sebagai uang muka dari pihak yang dijamin dan akan
digunakan untuk keperluan proyek yang dimaksud dalam kontrak.
d. Performance Bond
Garansi bank yang diterbitkan bank dalam rangka penjaminan terhadap
pelaksanaan pekerjaan suatu proyek/transaksi oleh pihak yang dijamin
dengan ketentuan pihak bank akan membayar sejumlah uang kepada
pihak penerima jaminan (beneficiary) apabila ternyata pihak yang
dijamin tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan
pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Surat Perjanjian (kontrak)/Surat
Perintah Kerja.
e. Retention/Maintenance Bond
Garansi bank yang diperlukan untuk mendapatkan sisa uang atas proyek
yang telah selesai dikerjakan (100%) berdasarkan kontrak. Sisa uang
dimaksud sebenarnya baru dibayar pihak penerima jaminan setelah
selesainya masa pemeliharaan pekerjaan (dinyatakan dengan Certificate
of Satisfaction).
f. Standby Letter of Credit
Garansi bank yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas permintaan
applicant (debitur atau pihak lain yang disetujui debitur) yang memberi
hak kepada penerima jaminan/pihak ketiga (beneficiary) untuk
mencairkan dana sejumlah yang dinyatakan dalam standby l/c apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
applicant tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam
standby l/c tersebut. Standby l/c internasional tunduk pada UCPDC500.
g. Shipping Guarantee
Surat jaminan yang diterbitkan bank atas kepentingan/permintaan
importer dan ditujukan kepada Maskapai Pelayaran bahwa importer
adalah pihak yang berhak menguasai barang yang diangkut. Shipping
guarantee merupakan pengganti Bill of lading (B/L)
(http://esharianomics.com/esharianomics/bank/garansi-bank-atau-bank-
garansi-atau-kafalah-pada-bank-syariah/, diakses pada tanggal 5 Juli
2011, pukul 18:35 WIB).
Bank Garansi pada prinsipnya adalah instrument hukum yang dapat
dijadikan sebagai jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima
jaminan, apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya. Misalkan
untuk pembangunan sebuah hotel sehingga perlu mengundang beberapa
kontraktor untuk ikut berpartisipasi. Untuk itu, diadakan tender sebagai cara
memilih calon kontraktor yang memenuhi syarat. Dalam proses tender, peserta
diminta untuk menyerahkan Bid Bond supaya mereka tidak membatalkan diri
secara tiba-tiba setelah ditunjuk sebagai pemenang tender. Biasanya sebagai
pemilik proyek (bouwheer) yang memberikan uang muka kepada pemenang
tender untuk mulai melaksanakan proyek tersebut. Untuk mencegah hilangnya
uang muka karena pemenang proyek cidera janji, dibutuhkan Advance Payment
Bond. Setelah itu, juga dibutuhkan Performance Bond supaya ada keyakinan
bahwa proyek dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan baik dalam hal kualitas,
waktu dan spesifikasinya. Setelah proyek selesai, diperlukan adanya
Retention/Maintenance Bond sebelum serah terima dilakukan supaya yakin
bahwa pelaksana proyek/kontraktor akan melakukan kewajiban layanan purna
jual berupa perbaikan-perbaikan dan pemeliharaan dalam jangka waktu
tertentu. (http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-hukum-garansi-
bank, diakses pada tanggal 24 November 2011, pukul 09:00 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Persoalan Bank Garansi ini merupakan persoalan yang hidup dan sangat
berpengaruh pada jalannya usaha dalam dunia bisnis. Secara umum Bank
Garansi mempunyai fungsi yang sama bagi masing-masing pihak, antara lain:
a Bagi kreditur (penerima jaminan), Bank Garansi berfungsi sebagai
jaminan terlaksananya pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian.
b Bagi debitur (terjamin), Bank Garansi berfungsi sebagai sarana
pendukung untuk memberikan jaminan kepercayaan kepada kreditur
bahwa prestasi yang menjadi hak kreditur akan tetap terpenuhi pada
waktunya, sekalipun ia sendiri berhalangan memenuhinya Fungsi Bank
Garansi seperti ini memperlancar terjadinya transaksi yang dibuatnya.
c Bagi bank (penjamin), Bank Garansi berfungsi sebagai salah satu sarana
untuk memberikan bantuan fasilitas berbentuk jaminan untuk membantu
memperlancar transaksi yang dibuat oleh nasabah dan krediturnya dan
memperoleh keuntungan dari biaya-biaya yang harus dibayar oleh
nasabah serta dengan adanya jaminan lawan yang diberikan, maka
kredibilitas bank juga akan meningkat dimata para nasabahnya. (O.P.
Simorangkir, 1985 :133).
Berdasarkan fungsi dari Bank Garansi tersebut maka dapat diketahui
keuntungan dari penggunaan jasa Bank Garansi, yaitu:
a Meningkatkan kepercayaan yang diperlukan oleh relasi usaha.
b Memperlancar kegiatan usaha.
c Bank mengambilalih posisi kredibilitas nasabah terhadap pihak yang
dijamin (Johanes Ibrahim, 2004 :140).
Pemberian fasilitas Bank Garansi oleh bank kepada penerima
jaminan/yang dijamin mempuyai tujuan. Tujuan tersebut yaitu:
a Memberi bantuan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar transaksi
nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b Bagi penerima jaminan, adanya bank garansi dapat memberikan
keyakinan bahwa pemegang jaminan tidak akan menderita kerugian jika
pihak yang dijamin melalaikan kewajiban, karena penerima jaminan akan
mendapat ganti rugi dari pihak bank.
c Menumbuhkan rasa saling percaya antara pemberi jaminan, yang dijamin
dan yang menrima jaminan.
d Memberi rasa aman dan ketentraman dalam berusaha, baik bagi pihak
bank/pihak lain.
e Bagi bank disamping keuntungan diatas, juga akan mendapat keuntungan
dari biaya-biaya yang harus di bayar nasabah serta jaminan lawan yang
diberikan (Kasmir, 2000;127-128).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di Bank Jateng
Cabang Pekalongan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1 Pemberian fasilitas Bank Garansi pada prinsipnya menggunakan prinsip 5
C(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy),
sehingga sebelum memberikan persetujuan Bank Garansi, bank harus
terlebih dahulu melakukan penelitian dan penilaian yang pada prinsipnya
sama dengan penelitian dan penilaian dalam pemberian kredit.
Pelaksanaan pemberian Bank Garansi di Bank Jateng Cabang Pekalongan,
harus melewati empat tahap yaitu tahap pengajuan, tahap analisa, tahap
keputusan dan tahap pembuatan Bank Garansi.
2 Bank Garansi pada prinsipnya adalah instrument hukum yang dapat
dijadikan sebagai jaminan pembayaran dalam pengadaan jasa kontruksi
(proyek-proyek pembangunan) oleh pemerintah, yang memberikan rasa
kepercayaan disamping juga rasa aman kepada pemerintah yang
berkedudukan sebagai pihak yang menerima garansi (jaminan) sejak
proses tender, pembayaran uang muka, pelaksanaan proyek sampai dengan
massa pemeliharaan, karena ada pihak yang menjamin (bank) jika
nasabah/kontraktor (penyedia jasa kontruksi) tidak melaksanakan
kewajibannya (wanprestasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Saran
1. Mengingat bahwa di Bank Jateng Cabang Pekalongan belum ada masalah
terkait jaminan berupa Bank Garansi (klaim) dalam pengadaan jasa
kontruksi oleh pemerintah, maka hal ini menandakan bahwa Tim Analisa
Bank Jateng Cabang Pekalongan dalam menentukan kelayakan pemberian
fasilitas Bank Garansi kepada nasabah/kontraktor sudah baik dan perlu
dipertahankan.
2. Mengingat bahwa Bank Jateng Cabang Pekalongan merupakan salah satu
lembaga keuangan yang ditunjuk untuk memberikan fasilitas Bank
Garansi, maka sangatlah penting untuk menyebarluaskan pengertian Bank
Garansi ini kepada masyarakat. Penyebarluasan ini bisa melalui media
massa, internet, brosur-brosur ataupun melalui penerangan langsung oleh
pihak bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhamamad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti. Abdurrahman. 1991. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan. Jakarta:
Pradya Paramita. Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proyek. Yogyakarta:
Rineka Cipta. Ashar Sinelele. 2009. Aspek Hukum Bank Garansi. Jurnal Hukum Bisnis Vol.1
No. 1. Barru, David J. 2005. How to Guarantee Contractor Performance on
International Construction Project: Comparing Surety Bonds with Bank Guarantees and Standby Letters Of Credit. The George Washington International Law Review Vol. 5 No. 1.
Djoni S. Gazali. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. Gunawan Widjaya. 2001. Hukum tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hartono Hadisoeprapto. 1984. Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan. Yogyakarta: Liberty. Hermansyah. 2011. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana. H.R. Daeng Naja. 2005. Hukum Kredit dan Bank Garansi. Bandung: Citra Aditya
Bakti. Johanes Ibrahim. 2004. Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum
Positif. Bandung: CV Utomo. Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya. 2010. Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. . . 2003. Penanggunagn Utang dan
Perikatan Tanggung Menanggung. Jakarta: Raja Garfindo Persada. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lukman Santoso. 2011. Hak dan Kewajiban Nasabah Bank. Yogyakarta :Pustaka
Yustisia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Mariam Darus Badrulzaman. 1996. Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Alumni. Maryanto Supriyono. 2011. Buku Pintar Perbankan. Yogyakarta: Andi. Moelang. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhamad Djumhana.2000. Hukum Perbankan Di Indonesia.Bandung: Citra
Aditya Bakti. M.G.Sri Witarti Suyonto.1990.Metode Penelitian Hukum.Surakarta: UNS Press. Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad. 2010. Penelitian Hukum: Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Munir Fuady. 1997. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktk Buku Keempat.
Bandung: Citra Aditya Bakti. Nindyo Pramono. 2006. Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual. Bandung: Citra
Aditya Bakti. O.P. Simorangkir. 1983. Dasar-Dasar dan Mekanisme Perbankan. Jakarta:
Yagrat. . 1985. Dasar-Dasar dan Mekanisme Perbankan. Jakarta:
Aksara Persada Press. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti.2003. Manajemen Perkreditan Bank.
Bandung:Alfabeta. Samiadji Soerjotjaroko. 1983. Peranan Uang dan Bank. Semarang: Seksi Hukum
Dagang Fakultas Hukum Undip. Soedharyo Soimin. 2007. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Sinar
Grafika. Soemitro. 1988. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Semarang: Ghalia
Indonesia. Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. .2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. Sri Rejeki Hartono dan Paramita Prananingtyas. 2010. Kamus Hukum Ekonomi. Bogor: Ghalia Indonesia. Sri Soedewi Masjchun Sofwan. 1982. Hukum Bangunan: Perjanjian
Pemborongan Bangunan. Yogyakarta: Liberty. Steijvers, Tensie dan Wim Voordeckers. 2008. Collateral and Rationing : A
Review of Recent Empirical Studies as A Guide of Future Research . Center of Enterpreneurship and Innovation (KIZOK), Hassel University, and Research Foundation-Flanders (FWO).
. 1987. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Bandung: Intermasa. Subekti. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni. Sudaryatmo. 1999. Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung: Citra Aditya
Bakti. Thomas Suyatno. 1997. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Tri Widyono. 2006. Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia.
Bogor: Ghalia Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undng-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Wawan Muhwan Hariri. 2011. Hukum Perikatan. Bandung: Pustaka Setia. Widjanarto.1993. Perbankan Di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Dari Internet Anonim. Bank Garansi atau Kafalah pada Bank Syariah.
http://esharianomics.com/esharianomics/bank/garansi-bank-atau-bank-garansi-atau-kafalah-pada-bank-syariah, diakses pada tanggal 5 Juli 2011, pukul 18:35 WIB.
Anonim. Sejarah Bank Jateng. http://www.bankjateng.co.id/sites/?page_id=5,
diakses pada tanggal 8 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB. Anonim. Visa dan Misi Bank Jateng. http://www.bankjateng.co.id/sites/, diakses
pada tanggal 20 Novenber 2011, pukul 10:00 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anonim. Bank Jateng. http://www.bankjateng.co.id/sites/?page_id=7, diakses
pada tanggal 20 Novemberi 2011, pukul 10:15 WIB. Anonim. Propenas. http//id.wikipedia.org/wiki/propenas, diakses pada tanggal
25 juli 2011 pukul 17:30 WIB Anonim. Subrograsi. http://forum.detik.com/subrogasi-t238897.html, diakses
pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 10:45 WIB. Anonim. Subrograsi pada Perusahaan Asuransi. http://asuransi-umum-
indo.blogspot.com/2010/11/subrogasi.html, diakses pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 11:00 WIB.
Edratna. Bank Garansi Apa dan Bagaimana Kegunaanya.
http://edratna.wordpress.com/ bank-garansi-apa- dan- bagaimana- kegunaannya, diakses pada tanggal 2 Juli 2011, pukul 17:45 WIB
Edratna. Bank Garansi Berguna untuk Mendukung Modal Kerja Usaha.
http://edratna.wordpress.com/ bank-garansi-berguna- untuk- mendukung- modal kerja -usaha, diakses pada tanggal 3 Juli 2011, pukul 19:33 WIB.
EndangMintorowati.Penanggungan.http://endangmintorowati.staff.hukum.uns.ac.
id//2009/11/25/perjanian-jaminan-dan-lembaga-jaminan/, diakses pada tanggal 25 November 2011, pukul 14:00 WIB.
. Esther Dwi Magfirah. i.Aspek Hukum Garansi Bank .
http://legalbanking.wordpress.com/2009/02/01/aspek-hukum-garansi-bank, diakses pada tanggal 24 November 2011, pukul 09:00 WIB.
Herman. Bank Garansi./http://herman-notary.blogspot.com/2009/07/bank-
garansi.html, diakses pada tanggsl 24 November 2011, pukul 08:20 WIB. Suardana. Kedudukan Hukum Kreditur. http://suardana-notaris-ppa-
tbangli.blogspot.com/2009/05/kedudukan-hukum-kreditur-terhadap.html, diakses pada tanggal 25 November 2011, pukul 14:15 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user