Download - Peer Pressure
peer pressure
peer pressure
words: tari sandjojo
Peer pressure adalah pengaruh dari teman sebaya atau seusia
yang membuat orang melakukan sesuatu. Pengaruh ini bisa positif atau negatif.
Pengaruh positif, misalnya anak punya hobi baru seperti mendengarkan lagu atau
mengumpulkan mainan tertentu untuk bertukar dengan temannya.
Misalnya, anak yang tadinya suka main games jadi berubah lebih suka main sepeda
karena teman barunya suka bersepeda
Pengaruh negatif, misalnya ikut mem-bully anak baru atau senang jalan-jalan ke mall
atau jadi berpakaian dengan gaya tertentu atau minta dibelikan barang tertentu.
Saat bermain bersama, terjadi interaksi. Ada yang suka mengatur
dan ada yang suka mengikuti. Bisa ada konflik, bisa juga berjalan lancar.
Kita harus waspada jika pengaruh teman justru menimbulkan konflik, misalnya
bertentangan dengan kesepakatan atau nilai keluarga.
Kesepakatan keluarganya adalah anak membawa telepon selular saat SMP.
Tapi karena teman-teman semuanya punya, anak jadi menuntut punya telepon selular.
Bisa juga, anak tiba-tiba berubah 'gaya' dan kebiasaan.
Tadinya suka di rumah dan berbaju tertutup, jadi senang ke mall dan pakai rok mini.
Di level yang lebih kecil, anak bisa ikut teman satu 'geng'-nya
untuk memusuhi teman lain tanpa alasan yang jelas.
Idealnya, untuk tahu, apakah kita harus waspada atau tidak,
kita harus berkomunikasi dengan anak. Kita harus tahu siapa anak dan siapa temannya.
Ini bukan berarti kita langsung melarang anak untuk berteman dengan si A atau si B. Karena anak juga bisa belajar banyak
tentang dirinya sendiri lewat beragam teman.
Kita harus paham, peer pressure muncul karena anak juga butuh diterima
oleh lingkaran tertentu selain keluarganya.
Mengikuti kemauan teman juga salah satu alat anak untuk membela dirinya.
Bisa jadi dia takut diledek temannya.
Pertanyaannya adalah seberapa jauh anak bisa mengikuti tekanan tersebut
dan bagaimana dia bisa menolak?
Penting bagi kita untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari anak.
Mulai dari kegiatan bersama rutin atau ngobrol bersama.
Tujuannya, supaya kita tahu betul siapa anak kita, kenal teman-temannya, tahu apa yang dia suka atau tidak suka.
Jika ada perubahan, kita bisa segera mendeteksi.
Selain itu, dengan kita terlibat dan berkomunikasi dengan baik,
suara kita sebagai orangtua bisa lebih didengar saat ada peer pressure.
Sambil mengobrol, kita bisa memberikan contoh pertemanan yang baik.
Bahwa teman yang baik tidak akan memaksa melakukan hal buruk.
Bisa juga lewat buku cerita, diskusi film, atau cerita sebelum tidur tentang masa kecil kita.
Jika sudah 'kejadian', Hindari langsung memarahi atau
melarang anak berteman. Anak harus belajar memutuskan.
Misal, anak terlibat perkelahian. Bahas dulu situasinya. Tanya ke anak tentang
siapa yang terlibat, kapan, dan di mana.
Setelah paham situasi, jangan langsung katakan pada anak
apa yang harus dia lakukan. Ajak anak berdiskusi tentang pilihannya.
Penting bagi anak untuk paham bahwa dia selalu punya pilihan.
Bahwa tidak ada situasi ketika mereka tidak punya alternatif.
Misal, dalam situasi berkelahi, selalu ada pilihan menolak atau membujuk,
atau melapor pada guru.
Bahas setiap pilihan dan bahas manfaat serta konsekuensinya.
Tulis bila perlu, agar jelas bagi anak dan kita.
Setelah dipaparkan dan ditimbang, anak dan kita bisa memilih aksi yang tepat
untuk situasi tersebut.
Ini berlaku untuk konflik yang tidak berbahaya. Jika peer pressure melibatkan obat-obatan,
putuskan sejak awal.
Namun, jika konfliknya normal, sebisa mungkin, biarkan anak
menyelesaikan sendiri isu dengan sebayanya. Kita bantu dengan diskusi di rumah dan kepercayaan.
Secara teratur, tanyakan apakah dia perlu bantuan dari kita.
Jika anak menyatakan perlu, baru dibantu.