Download - pbl santi 25
Neonatus Cukup Bulan-Besar Masa
Kehamilan dengan Cephalhematoma
Santi lestari
C2 / 102010327
Alamat korespondensi :
Santi Lestari, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna
Utara no.6 Jakarta Barat 11510
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Ukuran janin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, dan makrosemia
didefinisikan secara berbeda oleh berbagai penulis. American College of Obstetricians and
Gynecologyst (2000) mendefinisikan bayi makrosomik sebagai bayi yang berat lahirnya lebih
dari 4.500 g. sekitar sepertiga wanita yang melahirkan bayi sebesar ini akan melahirkan bayi
serupa pada kehamilan berikutnya. Salah satu trauma lahir akibat bayi makrosomik adalah
cephal hematoma. Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum
tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir.
Cephal hematola terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada
kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal.
1
Tepi periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor
predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan,
moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput
terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.
Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin
besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Anamnesis
Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,
Pendidikan terakhir, Suku bangsa.1
Keluhan utama :1
Mual muntah
Nyeri punggung
Nyeri dada,
Mudah lelah
Sakit kepala, dll.
Keluhan tambahan1
Tentang haid1
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Apakah haid teratur?
Siklus haid
Berapa lama (hari)
Nyeri haid
Perdarahan antara haid
Tentang kehamilan1
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
Tentang persalinan1
Berapa kali bersalin
2
Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?
Berapa berat badan bayi waktu lahir?
Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?
Riwayat perkawinan1
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama?
Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau sedikit?
Berbau atau tidak?1
Apakah disertai dengan gatal pada vulva?1
Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?1
Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?1
BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)1
Riwayat penyakit pasien1
Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?
Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga1
Adakah keturunan kembar?
Riwayat sosial1
Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?
Apakah merokok atau minum alkohol?
Pemeriksaan fisik neonates
Inspeksi Umum 2
Setelah jam-jam pertama kehidupannya, bayi cukup bulan yang baru lahir menghabiskan
kira-kira 80% waktunya dalam keadaan tidak aktif atau tenang. Dua puluh persen sisanya
dihabiskan dalam keadaan terjaga, baik aktif, inaktif atau menangis. Bila bayi menangis,
tangisannya keras.Tangisan yang lemah atau lembut adalah abnormal, juga tangisan yang
bernada tinggi dan menjerit menandakan ada suatu masalah neurologik.Tangisan yang parau
mengesankan paralisis pita suara, hipotiroidisme atau trauma pada hipofaring. Bayi sering kali
berbaring dalam posisi yang serupa dengan posisinya di dalam rahim.Jika pemeriksa dengan
lembut memfleksikan bahu, lutut dan lipat paha, ektremitas bayi cenderung melipat ke dalam
posisi intra uterus.Bayi yang menangis seringkali dapat ditenangkan dengan mengambil posisi
3
ini. Untuk melakukan pemeriksaan fisik, maka berikut adalah panduan yang dibutuhkan untuk
melihat apakah ada abnormalitas yang berarti pada organ tubuh bayi atau tidak :2
1. Kepala2
Pada neonatus normal :
a. rambut kulit kepala teraba halus seperti sutera
b. bentuk kepala tergantung presentasi kepala/bokong
c. sutura kranialis teraba terbuka
d. fontanela anterior terbuka, lunak dan datar diameter kurang dari 3,5 cm sedangkan
fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekadar teraba
terbuka
e. lesi traumatik biasanya terjadi berupa : kaput suksedaneum, perdarahan subgaleal,
sefalohematoma, luka tusuk, serta lesi lepuh dan hematoma sirkular.
2. Wajah2
a. Pada neonatus normal : wajahnya simetris
b. Abnormalitas : malformasi (mis. Bibir sumbing), paralisis fasial perifer, cedera traumatik
pada wajah (fraktur arkus zigomatikus saat persalinan), tanda eritematosa atau memar
yang ditemukan pada wajah akibat trauma forsep.
3. Mata2
a. Pada neonatus yang normal : tidak ada kelainan berarti yang ditemukan pada mata.
b. Abnormalitas : ptosis kongenital, konjungtivitis (pada gonore), kekeruhan kornea (pada
glaukoma kongenital), kekeruhan lensa (pada katarak kongenital).
c. Fungsi penglihatan : bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan biasanya
akan memfiksasikan pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya, paling tidak
sampai jarak tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari satu sisi ke sisi lainnya.
Jika tidak ada respon walaupun dilakukan pemeriksaan berulang, maka perlu
pemeriksaan lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.
4. Telinga2
a. Pada neonatus usia cukup bulan : telinga luar sudah terbentuk dengan baik dan
mengandung cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk dan mencegah
deformitas.
4
b. Abnormalitas : adakah lesi dan kelainan kongenital lain yang tampak pada telinga luar?
Lanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi : adakah otitis media atau tidak;
c. Fungsi pendengaran : pada neonatus yang normal akan terjadi respon mengalih pada
suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara yang
keras (di ruangan tanpa suara mengganggu).
5. Hidung2
Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung. Periksa : lesi obstruktif/benda asing
bisa berupa mukus, darah dan mekonium (normalnya, bayi akan bersin sebagai refleks untuk
membersihkan hidungnya), serta adakah dislokasi bagian tulang rawan septum nasi
(biasanya akibat trauma persalinan).
6. Mulut2
Periksa dengan cara inspeksi dan palpasi : celah dan lengkung palatum; ukuran lidah,
warna sekresi dari mulut, dan lesi. Pada neonatus normal biasanya sudah mempunyai gigi
natal.
7. Leher2
Ukurannya lebih pendek dari anak yang lebih tua, namun rentang geraknya sudah
sempurna; amati : gerakan leher yang terbatas, massa, cedera.
8. Dada2
Pada neonatus normal, dada berbentuk seperti tong dan prosesus xifoideus menonjol.
Amati pula : fraktur klavikula, jarak antar puting dan ukuran kuncup payudara.
9. Paru2
Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit dan bernafas dengan
menggunakan diafragmanya. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak
bersama-sama. Dinding dada normalnya simetris saat bernapas jika dilihat dari lateral.
Retraksi, bunyi mendengkur saat ekspirasi, pengembangan cuping hidung, dan takipneu
pada beberapa menit pertama setelah lahir masih dikatakan norma dan akan segera
5
menghilang. Jika terus bertahan selama beberapa waktu kemudian, maka dikatakan
abnormal dan kemungkinan ada kelainan pada parunya.
10. Kardiovaskular2
Kecepatan, irama, titik impuls tertinggi (point of maximum impulse, PMI), murmur
(intensitas dan lokasi), denyut (brakial dan femoral), pengisian kembali kapiler (capillary
refill), warna kulit dan membran mukosa.
11. Abdomen2
Bentuk, tali pusat (jumlah pembuluh darah), ukuran hepar/ginjal/limpa, massa, bising
usus, otot dan defek dinding abdomen.
12. Genitourinaria2
Genitalia, abnormalitas penis, testis, ukuran labia/klitoris, posisi dan kepatenan anus, cara
BAK dan BAB, lesi.
13. Tulang belakang/neurologis2
Cekungan, lesi, massa, dan refleks (mengisap, gag, Moro dan menggenggam).
14. Muskuloskeletal2
Rentang pergerakan sendi, jari, tonus, posisi saat istirahat/menangis, massa, dan manuver
pinggul Ortolani dan Barlow.
15. Kulit : warna, tekstur, lesi, transparansi dan tanda lahir.2
Pemeriksaan penunjang
Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah
preprandial dan posprandial.Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes
Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3
mmol/1) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu atau dua
jam setelah makan.2
6
Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk
mendeteksi adakah kelainan pada janin. Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan dengan
cephalhematoma, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik
kepala atau CT-scan dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang
tengkorak.2
Diagnosis
Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap praktisi dalam
merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam
bentuk table. . Definisi tentang bayi prematur adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir
<2500 g. Definisi ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health
Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara usia kehamilan dan
pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan dapat menunjukkan hubungan
pertumbuhan janin dan usia kehamilan.3
Dari Kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi
luas dari istilah "kecil untuk usia kehamilan", "besar untuk usia kehamilan", "kelambatan
pertumbuhan intrauterine," dan “janin dysmaturity”. Hal ini juga membentuk dasar untuk
memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90% atau berat
badan lahir kurang dari persentil kurang dari 10, sehingga dapat diprediksi masalah medis yang
mungkin terjadi.3
Kurva 1. Lubchenco Curve
7
Berdasarkan skenarion, bayi 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang
menderita DM gestasional dengan berat 4000gr, bayi ini termasuk neonates cukup bulan dengan
besar masa kehamilan (NCB-BMK).
Trauma lahir
Istilah jejas lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari
dan tidak dapat dihindari, serta trauma anoksik yang dialami bayi selama kelahiran dan
persalinan. Jejas ini dapat merupakan akibat dari keterampilan atau perhatian medis yang kurang,
atau jejas dapat terjadi walalupun terdapat keterampilan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan obstetrik, tidak bergantung pada suatu tindakan atau kelalaian. Agar nantinya
terhindar dari salah pengertian, tuduh-menuduh, atau kesalahan orang tua, karena itu penting
untuk menasehati orang tua, yang anaknya memiliki sisa trauma lahir atau anoksia, tentang
penggunaan istilah jejas lahir yang luas ini. Definisi ini tidak meliputi jejas karena
amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan sampel darah dari kulit kepala, atau prosedur
resusitasi.3
Jejas kranium
Trauma kepala dan kulit kepala dapat terjadi selama proses persalinan dan biasanya
ringan namun terkadang bisa juga mengakibatkan cedera yang lebih serius. Cedera yang
8
mengakibatkan trauma serius, seperti perdarahan intrakranial dan hematoma subdural, dan
fraktur tengkorak. Tiga jenis perdarahan ekstrakranial yang paling sering terjadi adalah caput
suksedaneum, perdarahan subgaleal, dan sefalhematoma.3
Diagnosis kerja
1. NCB-BMK Cephalhematoma
Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan
poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura
garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal
ditemukan pada 2 % dari kelahiran hidup. Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2
jenis yaitu: Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat secara longgar pada
sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik
sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia
dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu. Penyebabnya
adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi
setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah
janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan
gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat
edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan
perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena periosteum melekat
pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi
oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan
pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.2,3
Diagnosis banding
I. Caput Succadaneum
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat
ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala
terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam
vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran
9
tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan
melampaui sutura garis tengah.2,3
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat
tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,
Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir
yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada
tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum
yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan
sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.2,3
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari.2,3
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran
cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering
bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya
tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas
terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut, proses
perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada
kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui
sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir
dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum
dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri
dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat
terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik,
tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
10
hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan
dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:2,3
Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan
dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.
Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih
dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika
seorang bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di
kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini
adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini
memberi tengkorak lebih banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi
membenturkan.
Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan
menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya
pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis
ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi
kuning.
Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.
Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan caput succedaneum :2,3
1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
2. Pengawasan keadaan umum bayi
3. Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup
4. Pemberian ASI yang adekuat,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang
benar
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan
6. Berikan konseling pada orang tua ,tentang :
a. Keadaan trauma yang dialami bayi
b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
11
c. Perawatan bayi sehari – hari
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI
II. Perdarahan subgaleal
Perdarahan subgaleal adalah perdarahan ke dalam kompartemen subgaleal. Kompartemen
subgaleal adalah ruang potensial yang berisi jaringan ikat tersusun longgar, terletak dibawah
galea aponerosis, suatu selubung tendo yang menghubungkan otot frontal dan oksipital dan
membentuk permukaan dalam kulit kepala. Cedera terjadi karena gaya yang menekan, kemudian
menarik kepala melalui pelvic outlet. Ada beberapa laporan mengenai kekhawatiran terhadap
penggunaan ekstraktor vakum pada kelahiran dan hubungannya dengan perdarahan subgaleal.
Perdarahan biasa melewati batas tulang, sering sampai posterior ke leher, dan berlanjut setelah
kelahiran, dengan potensial komplikasi serius.2,3
Deteksi dini dengan adanya perdarahan sangat vital, inspeksi dan pengukuran lingkar
kepala berkala uuntuk mengetahui perkembangan edema dan massa keras sangat penting.
Tomografi terkomputerisasi atau pencitraan resonan magnetik berguna untuk konfirmasi
diagnosis. Penggantian darah dan faktor pembenkuan darah yang hilang diperlukan pada kasus
darah akut. Tanda awal adalah perdarahan subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju dan
kelateral akibat hematoma yang terbentuk didaerah belakang. Pemantauan bayi terkait perubahan
tingkat kesadarannya juga merupakan kunci untuk temuan dan penatalaksanaan awal.
Peningkatan bilirubin serum bisa terjadi sebagai akibat degradasi sel darah dalam hematoma.2,3
Gambar 1. Caput-cephal hematom4
Etiologi
1. Persalinan lama
12
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.5
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum.5
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.5
Epidemiologi
Insiden jejas lahir diperkirakan 2-7/1000 kelahiran hidup. Faktor-faktor predisposisisnya
meliputi makrosomia, prematuritas, disproporsi kepala terhadap panggul, distosia, kelahiran
yang lama, dan presentasi bokong. Secara keseluruhan, 5-8/100.000 bayi meninggal karena
trauma lahir, dan 25/100.000 meninggal oleh karena jejas anoksik; jejas demikian mewakili 2-
3% kematian bayi. Bahkan jejas sementara yang mudah dilihat oleh orang tuanya menimbulkan
kecemasan dan pertanyaan yang memerlukan nasehat suportif dan informatif. Pada mulanya
beberapa jejas mungkin laten; tetapi kemudian menyebabkan penyakit atau skuele yang berat.3
Patofisiologi
A. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang perdarahan sub periosteum.6
B. Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan
menggunakan vacum ekstraksi atau forseps yang sangat sulit. Sehingga moulage
berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga
menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi
Cephal Hematoma. Bayi baru lahir sering mengalami sephalohematoma, terdapat
kumpulan darah di antara periosteum dan tulang tengkorak, dan oleh karena itu
penyebarannya terhambat sehingga tidak melewati garis tengah. Cedera jenis ini sering
dijumpai pada trauma jalan lahir. Sebaliknya, “pembengkakan” post partum dikepala
pada anak yang lebih tua biasanya mencerminkan hematoma subgaleal.6
13
C. Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu.
Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan
selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi
penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma. Karena adanya tekanan yang
berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga oudema.6
Gambar 2. Traumatik vaginal delivery with vacum7
Gejala klinik
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:6
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai
umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak
melewati sutura).
6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada
tekanan dan berfluktuasi.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
14
Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan.
Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain 8
1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan
bersih.
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi
ketat untuk mendeteksi perkembangan
5. Pantau hematokrit
6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar
7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi
dalam 2 - 8 minggu
Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.8
Untuk melakukan penanganan pada kasus cephal hematoma sebagai berikut:
1. lebih hati-hati jangan sering diangkat dari tempat tidur.
2. Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirinya dalam satu minggu.
Terabsosbsinya menjadi lama apalagi terjadi jaringan fibroblast.
3. Tidak di aspirasi karena dikhawatirkan akan terjadi infeksi bila kulit ditusuk jarum sehingga
terjadi trauma akibat peradangan benda asing.
4. Setelah hematoma lenyap, terjadi hemolisis sel darah merah.
5. Stilumus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.
6. Hari pertama kopres dingin
7. Hari kedua sampai keempat kompres hangat.
8. Hiperbilirubinemia dapat timbul setelah bayi dirumah.
9. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia.
15
10. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan
fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia.
11. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan.
12. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari
seluruhcephalhematoma
13. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin
14. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.
15. Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik.
16. Diminta cek RS, pada minggu keempat.
Edukasi
Pada penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi
bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu
penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal
hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.8
Prognosis
Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat
sembuh sendiri dan prognosisnya baik.8
Komplikasi
a) Infeksi5
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka.
b) Ikterus5
Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi
c) Anemia5
Bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi
pendarahan hebatatau pendarahan hebat.
d) Kalsifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun5
16
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang
menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai
gangguan pembekuan Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya
atau perdarahan intra kranial.
Kesimpulan
Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi
sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun
perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase
merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal
hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari
itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang
normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.
Daftar pustaka
17
1. Jonathan C. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h.66-
7.
2. Berman R E, Kliegman R E. Nelson Sensi Pediatric. Jakarta: EGC; 2010.h
3. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4. Jakarta: PT
Bina Pustaka, 2012.h.720-3.
4. Diunduh dari: http://www.abclawcenters.com/areas-of-practice/intracranial-
hemorrhages , 4 juni 2013.
5. Herry O, William RF, Hakimi M. Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi persalinan. Fetus
(janin). Ed.1. Yogyakarta: Andi YEM. 2010.h.46-2.
6. Cunningham G, Brahm U. Obstetri williams. Cedera pada janin dan neonatus. Ed.23.
Jakarta: EGC, 2012.h.662-1
7. Diunduh dari: http://doctorstock.photoshelter.com/image/I0000_CvM5FPM.To , 4 juni
2013.
8. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4. Jakarta: PT
Bina Pustaka, 2012.h.720-3
18