Download - PBL Blok 9
Tinjauan Pustaka
Struktur dan Sistem Pencernaan pada Manusia
Theresia
102012165 / F9
13 Juli 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : [email protected]
Pendahuluan
Sistem gastrointestinal merupakan pintu gerbang masuknya zat makanan, vitamin,
mineral, dan cairan ke dalam tubuh. Protein, lemak, dan karbohidrat kompleks diuraikan
menjadi unit – unit yang dapat diserap (dicerna), terutama di usus halus. Hasil pencernaan,
vitamin, mineral, dan air menembus mukosa dalam limfe atau darah (penyerapan).1
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan dalam lingkungan internal tubuh. Makanan apa yang ditelan
merupakan sumber energy atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan
untuk menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energy,
misalnya traspor aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan bahan baku
untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.2
Seorang karyawati 30 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati disertai rasa mual. Hal
yang akan diperhatikan dari sistem pencernaan yakni struktur yang terkait dan organ-organ
aksesorisnya. Struktur itu dapat ditinjau baik dari segi makroskopis maupun mikroskopisnya.
Selain itu, tentu mekanisme dari sistem pencernaan tersebut juga menjadi hal yang dilihat.
Organ Pencernaan
Mulut
Gambar 1 : Rongga Mulut3
Oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dank eras di bagian
atas, lidah di bagian bawah, dan ororfaring di bagian belakang. Bibir tersusun dari otot
rangka (orbicularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk menerima makanan
dan produksi bicara. Permukaan luar bibir dilapisi kulit yang mengandung folikel rambut,
kelenjar keringat serta kelenjar sebasea. Area transisional memiliki epidermis transparan.
Bagian ini tampak merah karena dilewati oleh banyak kapiler yang dapat terlihat. Permukaan
dalam bibir adalah membrane mukosa. Bagian feulum labia mendekatkan membrane mukosa
pada gusi di garis tengah.4
Batas – batas mulut adalah : atas yaitu palatum durum dan molle, bawah adalah
mandibular, lidah, dan struktur lain pada dasar mulut, lateral adalah pipi, depan adalah bibir,
dan belakang yaitu lubang menuju faring.3
Pipi mengandung otot buccinators mastikasi. Lapisan epitel pipi merupakan subjek
abrasi dan sel secara konstan relepas kemudian diganti sel – sel baru yang membelah dengan
cepat.4
Palatum (langit – langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun
atas tajuk – tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris dan lebih ke belakang tersiri
atas tulang dua tulang palatum. Di belakang ini terletak palatum lunakm yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak dan terdiri dari jaringan fibrus dan selaput lender.
Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri. Di tengah palatum lunak menggantung ke luar
sebuah prosesus berbentuk kerucut, yaitu uvula. Dari sini tiang – tiang lengkungan (fauces),
melengkung ke bawah dank e samping kiri dan kanan dan di antara tiang – tiang ini terdapat
rangkap otot dan selaput lender sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.6
Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung
bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi – gigi atas secara normal akan
menutup (overlap gigi) bawah. Manusia memiliki dua susunan gigi yaitu gigi primer
(desidious, gigi susu) dan gigi sekunder (permanen). Gigi primer dalam setengah lengkung
gigi (dimulai dari ruang di antara dua gigi depan) terdiri dari, dua gigi seri, satu laring, dua
geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima
sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua
premolar (bicuspid), dan tiga geraham (tricuspid) untuk total keseluruhan 32 buah. Geraham
ketiga disebut “gigi bungsu”. Komponen gigi : mahkota adalah bagian gigi yang terlihat. Satu
sampai tiga akar yang tertanam terdiri dari bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus
(kantong) alveolar tulang rahang. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi
gingiva (gusi). Membrane periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong
alveolar dan melekar sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang. Rongga pulpa
dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa gigi yang mengandung pembuluh
darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang melalui foramen apical.4
Lidah terdiri dari otot yang dilapisi pada bagian atas dan samping dengan membrana
mukosa. Dorsum membentuk sebagian dasar mulut dan melengkung ke belakang dan ke
bawah, bagian sepertiga posteriornya berhadapan dengan faring dan normal tidak terlihat.
Sulcus terminalis adalah alur berbentuk V, dengan V menujuk ke belakang, yang
memisahkan bagian dua pertiga anterior dari sepertiga anterior. Foramen caecum adalah
lubang kecil pada apex V. Membrana mukosa bagian dorsum tebal dan ditutupi oleh banyak
papilla. Sekitar 12 papila besar terlihat dalam satu baris di bagian depan sulcus terminalis;
setiap papilla dikelilingi parit dangkal. Taste – bud adalah sel khusus pada dinding parit ini
dan mengandung sel tempat rasa diapresiasikan dan dari sana mereka berhubungan dengan
otak. Akar, bagian postero-inferior lidah menempel dengan otot palatum, processus
styloideus os temporale, mandibular, dan os hyoideum. Frenulum adalah lipatan pendek
membrane mukosa pada garis tengah yang berjalan tepat di bawah dan belakang ujung lidah
menuju dasar mulut.3
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mucus. Ada tiga pasang
kelenjar saliva. Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak ke bawah dan di
depan telinga dan membuka melalui duktis parotis menuju suatu elevasi kecil (papilla) yang
terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi. Kelenjar submaksilar kurang
lebih sebesar kacang kenari dan terletak di permukaan dalam pada mandibular serta
membuka duktus Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua. Kelenjar
sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingual kecil menuju ke
dasar mulut. Komposisi salica terutama terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan
mengandung enzim amylase serta berbagai jenis ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan
kalium). Juga sekresi mucus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung
glikoprotein (musin), ion, dan air.4
Gambar 2 : Kelenjar Saliva5
Fungsi saliva yaitu saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa,
saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Saliva juga memberikan
kelembabab pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari kekeringan. Amylase pada saliva
mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, suatu disakarida. Zat buangan sperti
asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat, virus, dan logam, dieksresi ke dalam
saliva. Zat antibakteri dan antibody dalam saliva berfungsi untuk membersihkan rongga oral
dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.4
Faring
Faring adalah tabung fibromuskular yang melekat pada dasar tengkorak di atas dan
berhubungan dengan esophagus di bagian bawah. Faring juga terdiri dari tiga bagian,
nasofaring dan orofaring. Laringofaring ada di belakang epiglottis dan laring dan
berhubungan dengan esophagus bagian bawah. Makanan melewati orofaring dan
laringofaring masuk ke dalam esophagus.3
Esofagus
Esophagus adalah tabung muscular dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 0,5
cm. esophagus dimulai di leher sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah leher dan toraks
dan kemudian crus sinistra diafragma memasuki lambung. Di bagian depannya adalah trakea
dan kelenjar tiroid, jantung, dan diafragma. Di bagian belakangnya yaitu columna vertebralis.
Pada setiap sisi adalah paru dan pleura. Arcus aorta terletak pada sisi kiri oesophagus dan
aorta desendens awalnya terletak pada sisi kiri dan kemudian lewat di belakangnya, sehingga
terletak di antara oesophagus dan columna vertebralis. Oesophagus agak menyempit pada
ujung atas oesophagus, tempat bronkus menyilangi oesophagus dan tempat oesophagus
melewati diagfragma. 3
Bolus memasuki sepertiga bagian atas oesophagus kurang dari satu detik dan
didorong ke bawah melewati sisanya oleh kontraksi seperti cincin otot oesophageal. Bolus
yang lembab dan lunak mencapa pintu masuk lambung dalam beberapa detik, tetapi bolus
yang kering mungking harus didorong oleh gelombang sekunder yang dapat terasa nyeri.3
Lambung
Gambar 3. Gaster Bagian Luar3
Gambar 4. Gaster Bagian Dalam3
Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai tiga
fungsi: menyimpan makanan—pada orang dewasa gaster mempunyai kapasitas sekitar 1500
ml; mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah
cair; dan mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan
absorpsi yang efisien dapat berlangsung.6
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus
costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di
bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua
lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major dan
curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries posterior.6
Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut
gaster sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transversal pada orang
pendek dan gemuk dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster
berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung
pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.6
Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut: Fundus gastricum berbentuk kubah,
menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh
udara. Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu
lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang
dari incisura angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk
tubular. Dinding otot pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga
pylorus dinamakan canalis pyloricus.6
Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium
cardiacum sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus.
Curvatura major jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi
kiri ostium cardiacum, melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke
pylorus. Ligamentum gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke
lien, dan omentum majus terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon
transversum.6
Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2,5 cm.
Tunica muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan
membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak
pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi
pada permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus mengatur kecepatan pengeluaran isi
gaster ke duodenum.6
Intestinum Tenue
Duodenum
Gambar 5. Duodenum
(sumber : http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-intestinum-tenue.html)
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang
merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting
karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus.
Dudoneum melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum
menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan
mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang
melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek
ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh
peritoneum.6
Duodenum terletak pada regio epigástrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi
dibagi menjadi empat bagian.6
Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan
belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.6
Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan
vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan
III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus
pancreaticus menembus dinding duodenum.6
Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada
planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput
pancreatis.6
Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura
duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang
melekat pada crus dextrum diaphragma.6
Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum panjangnya 6 meter, dua per lima bagian atas merupakan jejunum.
Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi dapat perubahan yang bertahap
dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum dimulai pada duodenojejunalis dan ileum
berakhir pada junctura ileocaecalis.6
Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada
dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dan
dikenal sebagai mesenterium. Pinggir bebas lipatan yang panjang meliputi usus halus yang bebas
bergerak. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietale pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan ke kanan dari sisi kiri
vertebra lumbalis II ke daerah articulatio sarcoiliaca dextra. Radix mesenterii ini memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteria dan vena mesenterica superior, pembuluh limf,
serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk
mesenterium.6
Gambar 6. Beberapa perbedaan eksternal dan internal antara
jejunum dan ileum.6
Pada orang hidup, jejunum dapat dibedakan dari ileum berdasarkan gambaran berikut ini:6
1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi kiri
mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di dalam
pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Dinding
jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih permanen pada tunica mucosa, plicae
circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan pada
bagian atas ileum plica circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawah ileum
tidak ada plicae circulares.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta,
sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan
cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum
menerima banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih
arcade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan
di dekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh
bagian sehingga lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.
6. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum
bagian bawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer
dapat dilihat dari luar pada dinding ileum.
Intestinum Crassum
Gambar 7. Instetinum Crassum6
Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan
intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca
dextra. Panjang caecum sekitar 6 cm dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum
mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium.6
Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita
tipis yaitu taenia coli yang bersatu pada dasar appendix vermiformis dan membentuk stratum
longitudinale tunica muscularis yang sempurna pada appendix vermiformis. Caecum sering
teregang oleh gas dan dapat diraba melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup.6
Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot
dan mengandung banyak jaringan limfoid. Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial
caecum, sekitar 2,5 cm di bawah junctura ileocaecalis. Bagian appendix vermiformis lainnya
bebas.6
Panjang colon ascendens sekitar 13 cm dan terletak di kuadran kanan bawah. Colon
ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter,
lalu colon ascendens membelok ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan melanjutkan diri
sebagai colon transversum.6
Colon transversum memiliki panjang sekitar 38 cm dan berjalan menyilang abdomen,
menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus
hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian
colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien.6
Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior
pancreas. Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon transversum, dan
lapisan posterior omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon
transversum sangat panjang, posisi colon transversum sangat bervariasi dan kadang-kadang
dapat mencapai pelvis.6
Hepar
Gambar 8. Hepar Bagian Depan6
Gambar 9. Hepar Bagian Belakang6
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan
hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar
terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra. Permukaan atas hepar
yang cembung melengkung di bawah kubah diaphragma.6
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister
yang kecil oleh periekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis
dexter terbagi lagi nenjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris,
fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi.6
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica
propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang
kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme
pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke
vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales
mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan
pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior.6
Vesika Felea
Gambar 10. Vesika Fellea6
Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada
permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan
collum. Fundus vesicae biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo
inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung cartilago costalis IX dextra. Corpus vesicae biliaris terletak dan
berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum
vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam omentum
minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk
ductus choledochus.6
Pankreas
Gambar 11. Berbagai bagian pancreas.6
Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar
menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak,
dan karbohidrat.6
Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran
kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum. Pancreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi dalam caput,
collum, corpus, dan cauda.6
Caput pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior
serta dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pancreas yang
mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di
depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica
superior dari aorta. Corpus pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada
potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju
ligamentum lienorenale dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.6
Mikroskopis Gaster
Gambar 12. Gaster bagian fundus dan korpus7
Gaster manusia dibagi dalam tiga bagian: kardia, fundus dan korpus, dan pilorus.
Fundus dan korpus adalah bagian lambung yang terluas.7
Mukosa gaster terdiri atas tiga lapisan: epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis.
Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga meluas ke dalam
dan melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di daerah fundus
gaster, foveola ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman seperempat
tebalnya. Di bawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina
propria, yang mengisi celah-celah di antara kelenjar gastrika.7
Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal
mukosa. Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Epitel permukaan
mukosa gaster mengandung jenis sel yang sama, dari daerah kardia sampai ke pilorus; namun
terdapat perbedaan-regional pada jenis sel yang menyusun kelenjar gastrika. Dengan
pembesaran yang lebih lemah, dua jenis sel dapat dikenali di kelenjar gaster pada fundus
gaster. Sel parietal asidofïlik terlihat pada bagian atas kelenjar; sel zimogen (chief cell) yang
lebih basofilik menempati bagian lebih ke bawah.7
Lapisan tebal tepat di bawah mukosa muskularis adalah submukosa. Pada lambung
kosong, lapisan ini meluas sampai ke dalam ruge. Submukosa mengandung jaringan ikat
tidak teratur yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina
propria. Selain unsur normal sel-sel jaringan ikat, submukosa mengandung banyak pembuluh
limf, kapiler, arteriol besar, dan venul.7
Pada gaster, muskularis eksterna terdiri atas tiga lapis otot polos, masing-masing
terorientasi dalam bidang berbeda: lapisan oblik di dalam, sirkular di tengah, dan
longitudinal, di luar. Di antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal, terdapat pleksus
saraf mienterikus (Auerbach) ganglia parasimpatis dan serat saraf.7
Lapisan paling luar dinding gaster adalah serosa. Lapisan ini adalah lapisan tipis
jaringan ikat yang menutupi muskularis eksternal. Di luarnya, lapisan ini ditutupi selapis
mesotel gepeng peritoneum viseral. Jaringan ikat yang ditutupi peritoneum viseral dapat
mengandung banyak sel lemak.7
Fungsi Organ Pencernaan
Mulut
Pintu masuk saluran cerna adalah dari mulut atau rongga oral. Lubang masuk yang
dibentuk oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan
menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi nonpencernaan; bibir penting
untuk berbicara (artikulasi banyak bunyi bergantung pada bentukkan bibir tertentu) dan
sebagai reseptor sensorik dalam hubungan antarpribadi (misalnya berciuman). Bibir memliki
kemampuan merasakan sensasi (taktil) yang paling tinggi.2
Langit – langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan
mulut dari saluran hidung. Keberadaan struktur ini juga memungkinkan bernapas dan
mengunyah atau menghisap berlangsung secara bersamaan. Di belakang tenggorokan
menggantung palatum suatu tonjolan, uvula, yang berperan penting dalam menutup saluran
hidung sewaktu menelan.2
Lidah, yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol
secara volunteer. Gerakan lidah penting dalam menuntun makanan di dalam mulut sewaktu
mengunyah dan menelan serta berperan penting dalam berbicara.2
Faring adalah rongga di belakang tenggorokan. Bagian ini berfungsi sebagai saluran
bersama untuk sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Susunan ini mengharuskan adanya
mekanisme untuk menuntun makanan dan udara menuju saluran yang benar setelah melewati
faring.2
Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah,
motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, penggilingan, dan pencampuran makanan oleh
gigi. Gigi tertanam kuat di dan menonjol dari tulang rahang. Fungsi mengunyah adalah untuk
menggiling dan memecahkan makanan menjadi potongan – potongan yang lebih kecil
sehingga makanan mudah ditelan dan untuk meningkatkan luas permukaan makanan yang
akan terkena enzim. Untuk mencampur makanan dengan liur, dan untuk merangsang kuncup
kecap. Yang terakhir tidak saja menghasilkan rasa nikmat kecap yang subjektif tetapi juga
melalui mekanisme feedforwars, secara reflex meningkatkan sekresi liur, lambung, pancreas,
dan empedu untuk persiapan kedatangan makanan.2
Esofagus
Menelan dimulai letika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah dikunyah atau
encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus
merangsang reseptor – reseptor tekanan faring, yang mengirim impuls aferen ke pusat
menelan yang terletak di medulla batang otak. Pusat menelan kemudian secara reflex
mengaktifkan dalam urutan yang sesuai denga otot – otot yang terlibat dalam proses menelan.
Menelan adalah reflex yang paling rumit di tubuh, pada proses menelan, terjadi pengaktifan
berbagai respon yang sangat terkoordinasi dalam suatu pola tuntas atau gagal spesifik dalam
suatu periode waktu. Menelan dimulai secara volunter, tetapi sekali dimulai maka gerakan ini
tidak bisa dihentikkan.2
Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mukus. Pada kenyataannya, mukus
disekresikan di sepanjang saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mukus di mukosa.
Dengan menghasilkan pelumasan, mukus esofagus mengurangi kemungkinan kerusakan
esofagus oleh tepi-tepi tajam makanan yang baru masuk. Selain itu, mukus melindungi
dinding esofagus dari asam dan enzim di getah lambung jika terjadi refluks lambung.2
Keseluruhan waktu transit di faring dan esofagus hanya sekitar 6 sampai 10 detik,
terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di bagian ini.2
Lambung
Lambung melakukan tiga fungsi utama:2
1. Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan makanan yang masuk sampai makanan
dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal. Usus halus adalah tempat utama pencernaan dan
penyerapan, maka lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya secara
mencicil ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus.
2. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HC1) dan enzim yang memulai
pencernaan protein.
3. Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan
dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan kental yang
dikenal sebagai kimus. Isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dapat
dialirkan ke duodenum.
Empat aspek motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan
pengosongan.2
Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi volume lambung dapat
bertambah hingga sekitar 1 liter saat makan. Sewaktu makan, lipatan lambung menjadi lebih
kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas setiap kali makanan masuk,
seperti ekspansi bertahap kantung es yang sedang diisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu
menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan
lambung menampung tambahan volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit
peningkatan tekanan lambung.2
Bagian interior lambung membentuk lipatan – lipatan dalam. Sewaktu makan, lipatan
menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung melemas setiap kali makanan
masuk, seperti ekspansi terhadap kantung es yang sedang diisi. Relaksasi reflex langsung
sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif.2
Sekelompok sel pemacu yang terletak di regio fundus bagian atas lambung
menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung
menuju sfingter pilorus dengan frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan
ini (irama listrik dasar atau BER lambung) terjadi terus-menerus dan mungkin disertai oleh
kontraksi lapisan otot polos sirkular. Lapisan otot polos ini dapat mencapai ambang oleh
aliran arus dan mengalami potensial aksi, bergantung pada tingkat eksitabilitas lapisan
tersebut, yang pada gilirannya memulai gelombang peristaltik yang menyapu ke seluruh
lambung seiring BER dengan frekuensi tiga kali per menit.2
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum
dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi di bagian
ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot
di sini lebih tebal.2
Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah maka makanan
yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian korpus yang relatif tenang
tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi
hanya mengandung kantung gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum,
tempat berlangsungnya pencampuran.2
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung
untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju
menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan sfingter ini
nyaris tertutup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk dilalui oleh air dan cairan lain
tetapi terlalu kecil untuk kimus kental kecuali jika kimus didorong oleh kontraksi peristaltik
antrum yang kuat. Bahkan demikianpun dari 30 ml kimus yang dapat ditampung oleh antrum,
biasanya hanya beberapa mililiter isi antrum yang terdorong ke duodenum pada setiap
gelombang peristaltik. Sebelum lebih banyak kimus yang terperas keluar, gelombang
peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi lebih kuat,
menutup pintu keluar dan mencegah mengalirnya kimus lebih lanjut ke duodenum. Massa
kimus antrum yang sedang terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan
mendadak di sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk
didorong kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan
maju mundur ini mencampur kimus secara merata di antrum.2
Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong
untuk mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap
gelombang kontraksi sebelum sfingter pilorus menutup erat terutama bergantung pada
kekuatan peristalsis. Intensitas peristalsis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh
berbagai sinyal dari lambung dan duodenum; karena itu, pengosongan lambung diatur baik
oleh faktor lambung maupun duodenum. Faktor-faktor ini mempengaruhi eksitabilitas
lambung dengan sedikit mendepolarisasi otot polos lambung. Eksitabilitas ini adalah penentu
derajat aktivitas peristaltik antrum. Semakin besar eksitabilitas, semakin besar tingkat
aktivitas peristaltik di antrum, dan semakin cepat laju pengosongan lambung.2
Faktor utama di lambung yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah
kimus di lambung. Peregangan lambung memicu peningkatan motilitas lambung melalui efek
langsung peregangan pada otot polos serta melalui keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus,
dan hormon lambung gastrin.2
Selain itu, derajat fluiditas kimus di lambung mempengaruhi pengosongan lambung.
Isi lambung harus diubah menjadi bentuk cair kental merata sebelum disalurkan ke
duodenum. Semakin cepat tingkat keenceran yang sesuai tercapai, semakin cepat isi lambung
siap dievakuasi.2
Faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan
lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung
dengan mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap menampung lebih
banyak kimus. Bahkan jika lambung teregang dan isinya berada dalam bentuk cair, lambung
tidak dapat mengosongkan isinya sampai duodenum siap mengolah kimus.2
Empat faktor duodenum terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah
lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adanya satu atau lebih rangsangan ini di
duodenum mengaktifkan reseptor duodenum yang sesuai, memicu respons saraf atau hormon
yang mengerem motilitas lambung dengan mengurangi eksitabilitas otot polos lambung.2
Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa
lambung, yang dibagi menjadi dua daerah berbeda: mukosa oksintik, yang melapisi korpus
dan fundus; dan daerah kelenjar pilorus (pyloric gland area, PGA), yang melapisi antrum.
Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil (foveola) dengan kantung dalam
yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini
disebut foveola gastrica, yang di dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik
melapisi bagian dalam invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atau
parakrin.2
Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel
sekretorik eksokrin lambung:2
Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini
mengeluarkan mukus encer.
Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief
cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen.
Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.
Sekresi eksokrin ini semuanya dibebaskan ke dalam lumen lambung. Secara kolektif,
berbagai sekresi ini membentuk getah lambung.2
Meskipun HCl sebenarnya tidak mencerna apapun, namun zat ini melakukan fungsi -
fungsi spesifik yang membantu pencernaan:2
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk
medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin.
2. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran partikel
makanan besar menjadi lebih kecil.
3. Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein yang berupa
gulungan (pelipatan) sehingga ikatan peptida lebih terpajan ke enzim.
4. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang tertelan bersama
makanan, meskipun sebagian tetap lolos dan terus tumbuh dan berkembang di usus besar
Konstituen pencernaan utama sekresi lambung adalah pepsinogen, suatu molekul
enzim inaktif yang diproduksi oleh chief cell. Dari granula ini enzim tersebut dibebaskan
secara eksositosis dengan stimulasi yang sesuai. Ketika pepsinogen disekresikan ke dalam
lumen lambung, HCL memutuskan sepotong kecil molekul, mengubahnya menjadi bentuk
aktif enzim, pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja pada molekul pepsinogen lain untuk
menghasilkan lebih banyak pepsin.2
Pepsin memulai pencernaan protein dengan memutuskan ikatan-ikatan asam amino
tertentu untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida; enzim ini bekerja paling efektif dalam
lingkungan asam yang dihasilkan oleh HCL. Karena dapat mencena protein maka pepsin
harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif. Karena itu, pepsin dipertahankan
dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat ini mencapai lumen lambung, tempat ia
diaktifkan oleh HCL yang disekresikan ke dalam lumen oleh jenis sel lain.2
Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mukus yang berasal dari sel
epitel permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap
beberapa bentuk cedera yang dapat mengenai mukosa lambung:2
Berkat sifat pelumasannya, mukus melindungi mukosa lambung dari cedera mekanis.
Mukus membantu mencegah dinding lambung mencerna dirinya sendiri, karena
pepsin terhambat jika berkontak dengan lapisan mukus yang menutupi bagian dalam
lambung.
Karena bersifat basa, mukus membantu melindungi lambung dari cedera asam karena
menetralkan HCl di dekat lapisan dalam lambung, tetapi tidak mengganggu fungsi
HCl di lumen. Lapisan mukus di permukaan sel mukosa memiliki pH sekitar 7.
Laju sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase-fase: sefalik, lambung, dan usus.2
Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada peningkatan sekresi HC1 dan
pepsinogen yang terjadi melalui mekanisme umpan sebagai respons terhadap rangsangan
yang bekerja di kepala bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Memikirkan, mencicipi,
mencium, mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan sekresi lambung oleh aktivitas
vagus melalui dua cara. Pertama, stimulasi vagus terhadap pleksus intrinsik mendorong
peningkatan sekresi ACh, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan sekresi HCL dan
pepsinogen oleh sel sekretorik. Kedua, stimulasi vagus pada sel G di dalam PGA
menyebabkan pembebasan gastrin, yang pada gilirannya semakin meningkatkan sekresi HC1
dan pepsinogen, dengan efek HC1 mengalami potensiasi oleh pelepasan histamin yang dipicu
gastrin.2
Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benar-benar mencapai
lambung. Rangsangan yang bekerja di lambung meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-
jalur eferen yang tumpang tindih. Sebagai contoh, protein di lambung, perangsang paling
kuat, merangsang kemoreseptor yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik, yang selanjutnya
merangsang sel sekretorik. Selain itu, protein menyebabkan pengaktifan serat vagus
ekstrinsik ke lambung. Aktivitas vagus semakin meningkatkan stimulasi saraf intrinsik pada
sel sekretorik dan memicu pelepasan gastrin. Protein juga secara langsung merangsang
pengeluaran gastrin. Gastrin adalah perangsang kuat bagi sekresi HC1 dan pepsinogen lebih
lanjut serta juga menyebabkan pengeluaran histamin, yang semakin meningkatkan sekresi
HC1. Melalui jalur-jalur ini, protein menginduksi sekresi getah lambung yang sangat asam
dan kaya pepsin, melanjutkan pencernaan protein yang menjadi pemicu proses ini.2
Fase sekresi usus mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang
mempengaruhi sekresi lambung. Sementara fase-fase lain bersifat eksitatorik, fase ini
inhibitorik. Fase usus penting untuk menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus
mulai mengalir ke dalam usus halus.2
`Pankreas dan Empedu
Pankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah
lambung, di atas lengkung pertama duodenum. Kelenjar campuran ini mengandung jaringan
eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok
sel sekretorik mirip anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum.2
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen:
enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus dan
larutan cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus
pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat.2
Tiga enzim proteolitik utama pankreas adalah tripsinogen, motripsinogen, dan
prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk inaktif. Setelah
tripsinogen disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi bentuk
aktifnya yaitu tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di membran luminal sel-
sel yang melapisi mukosa duodenum. Tripsin kemudian secara otokatalisis mengaktifkan
lebih banyak tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinol gen harus tetap inaktif di dalam
pankreas untuk mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia terbentuk.
Karena itu, tripsinogen tetap inaktif sampai zat ini mencapai lumen duodenum, di mana
enterokinase memicu proses pengaktifan, yang kemudian berlanjut secara otokatalitik.2
Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya,
diubah oleh tripsin menjadi bentuk aktif, masing-masing adalah kimotripsin dan
karboksipeptidase, di dalam lumen duodenum. Karena itu, jika enterokinase telah
mengaktifkan sebagian dari tripsin maka tripsin kemudian melaksanakan proses pengaktifan
selanjutnya.2
Masing-masing dari enzim proteolitik ini menyerang ikatan peptida yang berbeda.
Produk akhir yang terbentuk dari proses ini adalah campuran rantai peptida pendek dan asam
amino. Mukus yang disekresikan oleh sel usus melindungi dinding usus halus dari
pencernaan oleh enzim-enzim proteolitik yang aktif tersebut.2
Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan
mengubah polisakarida menjadi maltosa. Amilase disekresikan dalam getah pankreas dalam
bentuk aktif, karena amilase aktif tidak membahayakan sel sekretorik. Sel-sel ini tidak
mengandung polisakarida.2
Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di seluruh
saluran cerna yang dapat mencerna lemak. Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida
makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat
diserap. Seperti amilase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko
pencernaan diri oleh lipase. Trigliserida bukan komponen struktural sel pankreas.2
Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disimpan di dalam granula zimogen
setelah diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis sesuai kebutuhan. Enzim-enzim
pankreas ini penting karena hampir mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi
pencernaan lain. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu
mencerna ketiga kategori makanan: enzim proteolitik untuk pencernaan protein, amilase
pankreas untuk pencernaan karbohidrat, dan lipase pankreas untuk mencerna lemak.2
Sekresi eksokrin pancreas diatur trutama oleh mekanisme hormone. Selama fase
sefalik pencernaan, terjadi sekresi pancreas dalam jumlah terbatas akibat stimulasi
parasimpatis. Disertai peningkatan simbolik terjadi selama fase lambung sebagai respon
terhadap gastrin. Namun, stimulasi utama sekresi pancreas terjadi selama fase usus
pencernaan ketika kimis berada di usus halus. Pelepasan dua enterogastron utama, sekretin
dan kolesistokinin (CCK) sebagai respons terhadap kimus di duodenum berperan sentral
dalam mengontrol sekresi pancreas.2
Hati
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat
dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah
sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga
melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut:2
1. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.
2. Mendetoksifikasi zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan senyawa asing lain.
3. Membentuk protein plasma.
4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.
6. Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya.
7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang
berasal dari destruksi sel darah merah tua.
Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi
ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap hepatosit melakukan beragam tugas metabolik dan
sekretorik yang sama. Spesialisasi ditimbulkan oleh organel-organel yang berkembang maju
di dalam setiap hepatosit. Satu-satunya fungsi hari yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah
aktivitas fagosit yang dilaksanakan oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer.2
Usus Halus
Panjang adalah k.l 6m dan di sini berlangsung hampir seluruh proses pencernaan.
Udus halus terdiri dari 3 bagian utama, yakni duodenum (usus duabelas jari) yang berbentuk
huruf C, jejunum (usus kosong), dan akhirnya ileum (ujung usus-halus), yakni bagian
tersempit dari usus halus.8
Duodenum
Organ ini dibangun dari otot – otot luar membujur dan otot polos bagian dalam,
panjangnya k.l 25cm. ujungnya tersambung dengan jejunum dan selanjutnya dengan ileum.
Penampang duodenum pada permukaan k.l 5 cm dan menyusut dampai k.l separonya.
Struktur dasar usus-halus sama dengan lambung dan otot dindingnya menumbulkan gerakan
peristaltic untuk meneruskan kimus. Di mukosa duodenum terdapat kelenjar yang mensekresi
asam lambung bersama dengan getah pancreas dan empedu. Yang melalui suatu saluran kecil
(katup dari Oddi) masuk ke dalam duodenum. Jadi, di bagian usus ini unsur – unsur makanan
mulai dicernakan dan mulai diserap oleh villi.8
Fungsi pada sistem imum. Di samping intuk mencerna makanan, duodenum juga
memedang peranan penting pada sistem imun-tubuh. Pada mukosanya terdapat sekelompok
sel yang disebut plak dari peyer yang melalui limfosit B berperan pada pembentukkan
antibody, khususnya imunoglobin A. IgA ini berperan penting pada daya tangkis imun.8
Jejunum dan Ileum
Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus (2,5 m) disusul oleh bagian ketiga ileum
yang panjangnya k.l. 3,5m. permukaannya sangat diperluas oleh lipatan – lipatan mukosa dan
berjuta – juta jonjot – jonjot laksana jari – jari tangan kecill (villi). Tiap villi terdiri dari inti
pembuluh darah, pembuluh limfe dan sel – sel dengan daya kerja absorpsi. Sel – sel ini
berfungsi hanya dua-tiga hari, lau dilepaskan dan dikeluarkan lewat tinja.8
Fungsi dari usus halus adalah pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak dengan
bantuan enzim pencernaan (disaccharidase, protease) yang dihasilkan oleh usus halus dan
lipase dari pancreas. Penyerapan dari bahan gizi (asam amino, asam lemak dan glukosa),
vitamin yang melarut dalam air, mineral (kalsium, besi) dan sebagian besar air. Kebanyakan
unsur gizi masuk ke dalam sirkulasi darah dan melalui pembuluh besar (vena portae)
diangkut ke hati dan seterusnya ke jantung dan sirkulasi besar. Asam lemak dan zat lipida
lainnya, termasuk vitamin yang tidak melarut dalam air (vitamin A,D,E, dan K) diserap
melalui sistem limfe di bagian atas dari usus halus. Pencernaan berakhir bila kimus mencapai
usus buntu (coecum). Di sini zat – zat sampah yang tidak bermanfaat untuk tubuh
dikumpulkan kemudian diteruskan ke usus besar.8
Penyerapan Karbohidrat
Gambar 13. Penyerapan karbohidrat.9
Karbohidrat makanan dicerna di usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk
disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terletak di membran brush border
sel epitel usus meneruskan penguraian disakarida ini menjadi unit-unit monosakarida yang
dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa.2
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, di mana pembawa
kotranspor di membran luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam
interior sel usus. Bekerjanya pembawa kotranspor ini, yang tidak secara langsung
menggunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na+ yang tercipta oleh pompa
Na+-K+ basolateral yang menggunakan energi. Glukosa setelah dipekatkan di sel oleh
pembawa kotranspor, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi melalui pembawa pasif
di membran basolateral untuk masuk ke darah di dalam vilus. Selain terjadi penyerapan
glukosa melalui sel oleh pembawa kotranspor, terdapat bukti bahwa cukup banyak glukosa
melintasi sawar epitel melalui taut erat yang bocor di antara sel-sel epitel. Fruktosa diserap ke
dalam darah hanya dengan difusi terfasilitasi.2
Penyerapan Protein
Gambar 14. Penyerapan protein.9
Baik protein yang dicerna (dari makanan) maupun protein endogen (di dalam tubuh)
yang masuk ke lumen saluran cerna dari tiga sumber berikut dicerna dan diserap:2
1. Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang disekresikan ke dalam
lumen.
2. Protein di dalam sel yang terdorong hingga lepas dari vilus ke dalam lumen selama
proses pertukaran mukosa.
3. Sejumlah kecil protein plasma yang normalnya bocor dari kapiler ke dalam lumen
saluran cerna.
Sekitar 20 sampai 40 g protein endogen masuk ke lumen setiap hari dari ketiga
sumber ini. Jumlah ini dapat berjumlah lebih dari jumlah protein yang berasal dari makanan.
Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama dengan protein makanan untuk
mencegah terkurasnya simpanan protein tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein
makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh.2
Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk
asam amino dan beberapa potongan kecil peptida. Asam amino diserap menembus sel usus
oleh transpor aktif sekunder, serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Karena itu,
glukosa, galaktosa, dan asam amino semuanya mendapat “tumpangan gratis” untuk masuk
dari transpor Na+ yang membutuhkan energi. Peptida kecil memperoleh jalan masuk melalui
pembawa yang berbeda dan diuraikan menjadi asam-asam amino konstituennya oleh
aminopeptidase di membran brush border atau oleh peptidase intrasel. Seperti monosakarida,
asam amino masuk ke anyaman kapiler di dalam vilus.2
Penyerapan Lemak
Gambar 15. Penyerapan lemak9
Misel adalah partikel larut air yang dapat mengangkut produk-produk akhir
pencernaan lemak di dalam interiornya yang larut lemak. Setelah misel mencapai membran
luminal sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dari misel
menembus komponen lemak membran sel epitel untuk masuk ke interior sel ini. Setelah
produk-produk lemak meninggalkan misel dan diserap menembus membran sel epitel, misel
dapat menyerap monogliserida dan asam lemak bebas lain, yang telah dihasilkan dari
pencernaan molekul molekul trigliserida lain dalam emulsi lemak.2
Garam-garam empedu secara terus-menerus mengulangi fungsi melarutkan lemak di
sepanjang usus halus sampai sel mua lemak terserap. Kemudian garam-garam empedu itu
sendiri direabsorpsi di ileum terminal oleh transpor aktif khusus. Ini adalah suatu proses yang
efisien, karena garam empedu dalam jumlah relatif sedikit sudah dapat mempermudah
pencernaan dan penyerapan lemak dalam jumlah besar, dengan setiap garam empedu
melakukan fungsi pengangkutannya berulang-ulang sebelum akhirnya direabsorbsi.2
Setelah berada di interior sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas diresintesis
menjadi trigliserida. Trigliserida-trigliserida ini menyatu menjadi butiran-butiran lalu
dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein, yang menyebabkan butiran lemak tersebut larut air.
Butiran lemak besar yang telah dibungkus ini, dikenal dengan kilomikron, dikeluarkan oleh
eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam vilus. Kilomikron kemudian
masuk ke lakteal sentral dan bukan ke kapiler karena perbedaan struktural antara kedua
pembuluh ini. Kapiler memiliki membran basal yang mencegah kilomikron masuk, tetapi
pembuluh limfe tidak memiliki penghalang ini. Karena itu, lemak dapat diserap ke dalam
pembuluh limfe tetapi tidak dapat langsung ke dalam darah.2
Penyerapan atau transfer sebenarnya monogliserida dan asam lemak bebas dari kimus
menembus membran luminal sel epitel usus adalah suatu proses pasif, karena produk- produk
akhir lemak yang larut lemak hanya larut dan melewati bagian lemak membran. Namun,
keseluruhan rangkaian kejadian yang diperlukan untuk absorpsi lemak memerlukan energi.
Sebagai contoh, garam empedu disekresikan secara aktif oleh hati, dan resinstesis trigliserida
dan pembentukan kilomikron di dalam sel epitel adalah proses yang aktif.2
Usus Besar
Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena
sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna, komponen empedu yang
tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang
tertinggal dan akan dikeluarkan disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet
membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu mempertahankan keteraturan
buang air.2
Penutup
Dari analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makanan masuk melalui rongga
mulut dan dibawa ke daam lambung melaui esophagus dan dicerna di lambung dan usus
halus. Usus besar sebagai tempat penampungan zat – zat sisa yang akan membawanya ke
anus untuk di defekasi. Pancreas dan hati merupakan alat bantu tambahan dalam pencernaan
untum mencerna makanan menjadi molekul yang lebih kecil. Maka masing – masing dari
organ – organ pencernaan tersebut sangatlah penting bagi kehidupan kita.
Daftar Pustaka
1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.485.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.h.641-94.
3. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2002.h.185-91.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.283-4.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Penerbit PT Gramedia;
2005.h.178-83.
6. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. 207-50.
7. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC; 2003.h.148-229.
8. Tjay TH, Rahardja K. Obat – obat penting. Edisi ke-5. Jakarta : Penerbit PT Elex
Media Komputindo; 2007.h.259-60.
9. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont:
Brooks/Cole; 2010.