OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER
TIPE KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA
KABUPATEN KEBUMEN
LAPORAN SEMESTER
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Kelulusan Ujian Semester V Program Diploma III
Program Studi Mesin Otomotif
Disusun Oleh :
ANAS FUADZI
NPM. 11.305.065
POLITEKNIK DHARMA PATRIA
KEBUMEN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER
TIPE KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN
KEBUMEN
Penulis / NPM : ANAS FUADZI / 11.305.017
Program : Diploma III
Program Studi : Mesin Otomotif
Lulus Ujian : 29 April 2014
Ketua Program Studi, Pembimbing,
Bambang Wijayanto, S.T.
NUPN : 99-390000-20 Bambang Wijayanto, S.T.
NUPN : 99-390000-20
Mengetahui dan Disahkan Oleh
Direktur
Politeknik Dharma Patria Kebumen,
DR. H. K. Prihartono AH., Drs., S.Sos., M.M.
NIDN : 04-100568-01
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER
TIPE KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN
KEBUMEN
Penulis / NPM : ANAS FUADZI / 11.305.065
Program : Diploma III
Program Studi : Mesin Otomotif
Diterima dan Disetujui Dipertahankan
Dalam Ujian Sidang
Pembimbing, Pembimbing Lapangan,
Bambang Wijayanto, S.T. Suparmono
NUPN : 99-390000-20 NIP. 19591226 198003 1 008
LEMBAR TIM PENGUJI
Judul : OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER
TIPE KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN
KEBUMEN
Penulis / NPM : ANAS FUADZI / 11.305.065
Program : Diploma III
Program Studi : Mesin Otomotif
Telah Dinyatakan Lulus Dalam Ujian Sidang
Pada Tanggal 29 April 2014 di Kebumen
Ketua Merangkap Anggota,
Sri Wahyuningsih, S.E., M.Si.
NIDN : 06-191174-01
Anggota,
Heri Supriyanto, S.T.
PERNYATAAN PENULIS
Judul Laporan Semester :
OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER TIPE
KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K DI UPTD BALAI
LATIHAN KERJA KABUPATEN KEBUMEN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
1. Laporan Semester ini saya adalah asli dan belum pernah diajukan di Politeknik
Dharma Patria Kebumen sebelumnya atau Perguruan Tinggi yang lain.
2. Laporan Semester ini merupakan hasil penelitian di UPTD Balai Latihan Kerja
(BLK) Kabupaten Kebumen.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan, maka saya bersedia menerima sanksi
Akademik sesuai dengan aturan yang ada di Politeknik Dharma Patria Kebumen.
Kebumen, 11 Januari 2014
Yang Membuat Pernyataan,
ANAS FUADZI
NPM. 11.305.065
Materai
6000
MOTO
“Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada seseorang melampaui kemampuan
yang dimilikinya”.
“Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, jika orang itu tak berusaha untuk
merubahnya sendiri”.
“Jangan selalu mengeluh apa yang kurang dari diri kita, karena dibalik
kekurangan itu tersimpan hal-hal yang mungkin tak dimiliki orang lain dan
disitulah letak kelebihan kita”.
“Jika kita tidak memiliki apa yang kita sayangi, maka sayangilah apa yang telah
kita miliki”.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah, karunia dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga Laporan Semester ini
dapat diselesaikan tanpa ada halangan yang berarti.
Penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penulisan laporan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Semester dalam rangka persyaratan kelulusan Ujian
Semester V Program Diploma III Program Studi Mesin Otomotif di Politeknik
Dharma Patria Kebumen. Atas tersusunnya Laporan Semester ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. H. K. Prihartono AH., Drs., S.Sos., M.M., selaku Direktur Politeknik
Dharma Patria Kebumen.
2. Bambang Wijayanto, S.T., selaku Kepala Prodi Mesin Otomotif di Politeknik
Dharma Patria Kebumen dan juga selaku pembimbing Laporan Semester ini.
3. Suparmono selaku instruktur penyelia kejuruan otomotif di UPT BLK
Kebumen yang telah membimbing penulis dalam kegiatan PKL dan penulisan
Laporan Semester.
4. Ayahanda Misbah dan Ibunda Mariyem yang selalu mendidik dan
mendoakanku.
5. Ahmad Saifuddin, Agus Setiawan, Rofik Anwar, Anwar Habibi, Muslihun,
Indra dan teman-teman seperjuanganku di Politeknik Dharma Patria Kebumen.
Penulis juga menyadari bahwa Laporan Semester ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan laporan ini.
Kebumen, 11 Januari 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR TIM PENGUJI
PERNYATAAN PENULIS
MOTO
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Pokok permasalahan ................................................................... 3
1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 3
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ........................................ 5
1.6. Metode Penelitian ....................................................................... 6
1.7. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 6
1.8. Sistem Penulisan Penelitian ........................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Gambaran Umum UPTD BLK Kebumen ................................... 8
2.2. Visi dan Misi UPTD BLK Kebumen .......................................... 8
2.3. Struktur Organisasi UPTD BLK Kebumen ................................ 9
2.4. Motor Starter Tipe Konvensioanal ............................................. 9
BAB III OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER PADA
TOYOTA KIJANG 4K
3.1. Overhoul Motor Starter Tipe Konvensional Pada Toyota
Kijang 4K ................................................................................. 39
iii
3.2. Perawatan Motor Starter Tipe Konvensional
Pada Toyota Kijang 4K ............................................................ 44
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................. 56
4.2. Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Motor Starter Konvensional ......................................................... 11
Gambar 2.2. Kontruksi Motor Starter Konvensional......................................... 12
Gambar 2.3. Yoke dan Pole Core ....................................................................... 12
Gambar 2.4. Field Coil....................................................................................... 14
Gambar 2.5. Hubungan Seri Antara Kumparan Medan dengan Armature ........ 15
Gambar 2.6. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Shunt (Paralel) ................ 16
Gambar 2.7. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Campuran ....... 17
Gambar 2.8. Motor Jenis Magnet Permanen ...................................................... 18
Gambar 2.9. Armature........................................................................................ 19
Gambar 2.10. Brush dan Brush Holder .............................................................. 21
Gambar 2.11. Komutator.................................................................................... 22
Gambar 2.12. Drive Lever .................................................................................. 23
Gambar 2.13. Starter Clutch Tipe Roller ........................................................... 25
Gambar 2.14. Starter Clutch Tipe Plat Banyak ................................................. 26
Gambar 2.15. Cara Kerja Starter Cluth Tipe Sprag........................................... 27
Gambar 2.16. Solenoid (Magnetic Switch) ........................................................ 28
Gambar 2.17. Kumpalan Pull In Coil yang Dialiri Arus ................................... 29
Gambar 2.18. Plat Kontak Nempel dan Arus Mengalir dari Terminal 30 ke C . 30
Gambar 2.19. Saat Kunci Kontak Terbuka ........................................................ 31
Gambar 2.20. Kerja Sistem Starter Saat Kunci Kontak Posisi Start (ST) ......... 32
Gambar 2.21. Kerja Sistem Starter Saat Gigi Pinion Terhubung ke Ring Gear 35
Gambar 2.22. Kerja Sistem Starter Saat Kunci Kontak Kembali ke Posisi ON 37
Gambar 3.1. Melepas Kabel Kumparan ............................................................ 40
Gambar 3.2. Melepas Baut Utama Motor Starter ............................................. 40
Gambar 3.3. Melepas Solenoid dari Motor Starter ........................................... 40
Gambar 3.4. Melepas Sekrup dari Ujung Rumah Belakang ............................. 41
Gambar 3.5. Melepas Plat Pengunci ................................................................. 41
Gambar 3.6. Melepas Tutup Belakang Motor Starter....................................... 41
Gambar 3.7. Melepas Sikat dan Pemegang Sikat ............................................. 42
v
Gambar 3.8. Melepas Yoke ............................................................................... 42
Gambar 3.9. Mengeluarkan Armature .............................................................. 42
Gambar 3.10. Melepas Baut Tuas Penggerak .................................................... 43
Gambar 3.11. Melepas Kopling Starter ............................................................. 43
Gambar 3.12. Melepas Pegas Pengembali ......................................................... 43
Gambar 3.13. Memeriksa Ujung Poros Armature ............................................. 43
Gambar 3.14. Membuka Tutup Bos ................................................................... 45
Gambar 3.15. Menghaluskan Bos ...................................................................... 45
Gambar 3.16. Memeriksa Tutup Bos ................................................................. 45
Gambar 3.17. Memeriksa Komutator................................................................. 46
Gambar 3.18. Memeriksa Kedalaman Segmen Mika ........................................ 46
Gambar 3.19. Memperbaiki Kedalaman Mika ................................................... 47
Gambar 3.20. Memeriksa Komutator................................................................. 47
Gambar 3.21. Membersihkan Ujung Bos ........................................................... 48
Gambar 3.22. Pengukuran Kelonjongan Komutator .......................................... 48
Gambar 3.23. Mengukur Lingkar Luar Komutator ............................................ 49
Gambar 3.24. Memeriksa Komutator................................................................. 50
Gambar 3.25. Memeriksa Hubungan Antar Segmen ......................................... 50
Gambar 3.26. Memeriksa Koil Medan ............................................................... 51
Gambar 3.27. Memeriksa Hubungan Antara Koil Medan Frame Medan ........ 51
Gambar 3.28. Mengukur Panjang Sikat ............................................................. 52
Gambar 3.29. Memeriksa Isolasi Pemegang Sikat (-) dan (+) ........................... 52
Gambar 3.30. Memeriksa Tuas Penggerak ........................................................ 53
Gambar 3.31. Memeriksa Kopling Gigi Ulir Starter ......................................... 53
Gambar 3.32. Memeriksa Gigi dan Alur Roda Gigi .......................................... 54
Gambar 3.33. Memutar Pinion Searah Jarum Jam ............................................. 54
Gambar 3.34. Memeriksa Plunyer ..................................................................... 55
Gambar 3.35. Memeriksa Hubungan Antara Terminal 50 dan Terminal C....... 55
Gambar 3.36. Memeriksa hubungan Antara Terminal 50 dengan Body Switch 56
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengajuan Judul dan Dosen Pembimbing .................................. 59
Lampiran 2. Catatan Konsultasi Bimbingan .................................................... 60
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) .................. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mesin otomotif, baik mesin diesel maupun mesin bensin tidak dapat
berputar dengan sendirinya, melainkan memerlukan tenaga yang dapat
menghidupkan mesin untuk pertama kali. Salah satu tenaga yang dibutuhkan
untuk menghidupkan mesin adalah tenaga dengan sistem motor starter yang
dapat mengubah energi listrik dari baterai menjadi energi mekanik untuk
memutar poros engkol dengan putaran dan momen yang cukup akan
menghidupkan mesin. Jenis mesin ada dua, yaitu mesin bensin dan mesin
diesel. Mesin bensin memiliki volume silinder yang besar dan menghasilkan
tekanan kompresi yang tinggi, sedangkan mesin diesel juga memiliki volume
silinder yang lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin dan harus
mampu menghasilkan tekanan kompresi yang tinggi, sehingga didapatkan
momen yang besar untuk gerak awal memutar poros engkol.
Pada mesin otomotif, sistem starter merupakan salah satu pelengkap
pada unit mesin yang sistem kerjanya menggunakan prinsip elektromagnet
dimana kekuatan yang dihasilkan tergantung dari : kuatnya medan magnet,
besar arus yang masuk penghantar, dan tahanan listrik yang dibutuhkan.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, banyak tipe motor
starter yang saat ini digunakan diantaranya adalah tipe konvensional, tipe
reduksi, dan tipe planetary. Penggunaan motor pada unit mesin sangat
2
tergantung sekali dari mekanisme poros engkol dan kompresi yang
dihasilkan. Untuk mesin diesel pada umumnya menggunakan motor starter
tipe reduksi dengan alasan mampu menghasilkan momen yang besar dengan
ukuran dan berat yang sama bila dibandingkan dengan tipe konvensional, di
samping itu pada tipe reduksi arus yang masuk ke dalam penghantar relatif
lebih kecil dibandingkan dengan tipe konvensional.
Sama seperti komponen mobil pada umumnya, motor starter ini juga
dapat mengalami gangguan dan kerusakan. Untuk dapat melihat penyebab
gangguan dan kerusakan yang terjadi pada motor starter, maka dapat
dilakukan overhoul atau pembongkaran, pemeriksaan, serta pengetesan pada
motor starter. Untuk melakukan pemeriksaan dan pengetesan harus
melakukan langkah-langkah secara urut agar kerusakan atau gangguan pada
motor starter tidak semakin parah. Hal inilah yang masih belum banyak
diketahui oleh masyarakat apalagi yang tidak terlalu mengetahui mengenai
mesin mobil. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk untuk
melakukan penelitian yang berjudul “OVERHOUL DAN PERAWATAN
MOTOR STARTER TIPE KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN KEBUMEN”.
3
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat
diambil beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya
adalah :
a. Komponen pada motor starter tipe konvensional pada Toyota Kijang 4K.
b. Cara membongkar dan memasang motor starter tipe konvensional pada
Toyota Kijang 4K.
c. Cara merawat motor starter tipe konvensional pada Toyota Kijang 4K.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak dibahas yaitu :
a. Apa saja komponen yang terdapat pada motor starter tipe konvensional
pada Toyota Kijang 4K ?
b. Bagaimana langkah-langkah serta cara membongkar dan memasang motor
starter tipe konvensional pada Toyota Kijang 4K ?
c. Bagaimana cara perawatan motor starter tipe konvensional pada Toyota
Kijang 4K ?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, pokok permasalahan serta
pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
4
a) Menjelaskan serta menguraikan mengenai komponen motor starter
tipe konvensional pada Toyota Kijang 4K.
b) Menjelaskan serta menguraikan langkah-langkah untuk membongkar
serta memasang motor starter tipe konvensional pada Toyota Kijang
4K.
c) Menjelaskan cara perawatan motor starter tipe konvensional pada
Toyota Kijang 4K.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan serta tujuan penelitian yang telah
diuraikan, maka manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah untuk
menambah pengetahuan mengenai komponen, prinsip kerja, cara
membongkar dan memasang serta cara perawatan motor starter,
khususnya motor starter tipe konvensional pada mobil Toyota
Kijang 4K.
b. Manfaat Praktis
1) Peneliti
Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam bidang
otomotif, khususnya mengenai motor starter tipe konvensional
pada mobil Toyota Kijang 4K.
5
2) Civitas Akademika
Dapat bermanfaat sebagai acuan bagi civitas akademika
dalam bidang otomotif khususnya mengenai motor starter tipe
konvensional pada mobil Toyota Kijang 4K.
3) Lembaga Yang Diteliti
Untuk menambah informasi serta pengetahuan dalam bidang
otomotif khususnya mengenai motor starter tipe konvensional
pada mobil Toyota Kijang 4K.
4) Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan serta informasi dalam bidang
otomotif khususnya mengenai motor starter tipe konvensional
pada mobil Toyota Kijang 4K.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Dalam bidang otomotif, banyak sekali permasalahan yang dapat dibahas
akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya akan membahas mengenai
komponen, prinsip kerja, cara membongkar dan memasang motor starter,
serta cara merawat motor starter tipe konvensional pada mobil Toyota Kijang
4K.
6
1.6. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode-metode
penelitian yaitu :
a. Metode Wawancara
Yaitu dengan cara peneliti bertanya langsung kepada informan atau
sumber informasi mengenai masalah-masalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
b. Metode Observasi
Yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian yang akan dibahas dalam penelitian yaitu mengenai motor stater
tipe konvensional pada mobil Toyota Kijang 4K.
c. Metode Studi Kepustakaan
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-
bahan bacaan dari sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.
1.7. Waktu dan Tempat Penelitian
1.7.1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan yaitu tanggal 16 Oktober 2013 hingga 22 November
2013. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 25 hari.
7
1.7.2. Tempat Penelitian
Penelitian yang bersamaan dengan Praktek Kerja Lapangan ini
dilaksanakan di UPTD Unit BLK Disnakertransos Kabupaten
Kebumen.
1.8. Sistematika Penulisan penelitian
Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, pokok permasalahan, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode
penelitian, waktu dan tempat penelitian serta sistematika penulisan
laporan penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang gambaran umum UPTD BLK Kebumen, visi dan
misi UPTD BLK Kebumen, struktur organisasi UPTD BLK
Kebumen, serta mengenai motor starter konvensional.
BAB III OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER TIPE
KONVENSIONAL PADA TOYOTA KIJANG 4K
Berisi tentang overhoul dan perawatan motor starter tipe
konvensional pada toyota kijang 4K
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan Saran
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Gambaran Umum UPTD BLK Kebumen
Dalam penyusunan Laporan Semester ini peneliti menggunakan sumber
data yang diperoleh pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yang
dilaksanakan di Balai Latihan kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Sosial Kabupaten Kebumen. UPTD Balai Latihan Kerja (BLK)
Kebumen adalah sebuah lembaga pelatihan milik Pemerintah Kabupaten
Kebumen. Sebagai leading sector pelatihan keterampilan kerja, UPTD Balai
Latihan Kerja (BLK) diharapkan mampu memfasilitasi dan menjawab
tantangan dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. UPTD Balai Latihan Kerja
Kebumen didukung oleh 7 (tujuh) kejuruan yang ada yaitu sebagai berikut :
a. Otomotif
b. Teknologi Mekanik
c. Listrik
d. Bangunan
e. Pertanian
f. Tata Niaga
g. Handycraft (kerajinan tangan)
2.2. Visi dan Misi UPTD BLK Kebumen
a. Visi BLK Kabupaten Kebumen :
Terciptanya lulusan UPTD-BLK Kebumen yang kompeten, berdisiplin
dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga mampu bersaing di pasar
kerja maupun berwirausaha.
9
b. Misi BLK Kabupaten kebumen:
1) Meningkatkan kualitas lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar
kerja.
2) Peningkatan kompetensi instruktur dan tenaga kepelatihan sesuai
bidang kejuruan
3) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelatihan kerja.
2.3. Struktur Organisasi UPTD BLK Kebumen
Bagan 2.1. Struktur Organisasi BLK Kabupaten Kebumen
Sumber : UPTD BLK Kebumen
2.4. Motor Starter Konvensional
2.4.1. Definisi Motor Starter
Hadi Sholikhin (2006: 54) mengemukakan mengenai motor
starter, yakni sebagai berikut :
“motor starter merupakan bagian dari kelistrikan mobil yang
berfungsi merubah energi listrik dari baterai menjadi energi mekanik
berupa gerak putar untuk memutar poros engkol sebagai pemicu
Ka. UPTD Unit BLK
Ka. Sub Bag. TU
Kelompok Jabatan
Fungsional Kelompok Jabatan
Struktural
10
gerak awal guna memperoleh putaran minimum dalam usaha
pembakaran”.
Tim Fakultas Teknik UNY (2004: 8) mengemukakan bahwa sistem
starter merupakan bagian dari sistem kendaraan untuk memberikan
putaran awal bagi engine agar dapat menjalankan siklus kerjanya.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motor
starter merupakan bagian dari kelistrikan mobil yang berfungsi
merubah energi listrik menjadi energi mekanik untuk memberikan
putaran awal bagi engine agar dapat menjalankan siklus kerjanya.
2.4.2. Fungsi Motor Starter
Daryanto (2010: 372) mengemukakan mengenai fungsi dari motor
starter, yakni :
“motor starter berfungsi untuk memutarkan mesin atau
menghidupkan mesin pada pertama kalinya, jika tombol starter
ditekan maka motor starter berputar karena adanya arus listrik dari
baterai dan gigi pinion yang terdapat pada motor sarter akan
menggerakkan roda penerus dari mesin utama, maka jika roda
penerus telah berputar akan mengakibatkan busi menyalakan apinya
dan bensin dari karburator akan mengalir karena dengan berputarnya
roda poros berarti distributor akan berfungsi pula (arus dari baterai
akan mengalir karenanya)”.
Boentarto (1995: 66) mengemukakan bahwa motor starter
berfungsi untuk mengubah tenaga listrik dari baterai menjadi tenaga
putar. Hadi Sholikhin (2006: 5) mengemukakan bahwa fungsi dari
motor starter adalah dapat memutar mesin secukupnya untuk
memperoleh putaran minimum dalam usaha memenuhi pembakaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
fungsi dari motor starter adalah untuk menghidupkan mesin pada
11
pertama kalinya dengan cara mengubah tenaga listrik menjadi tenaga
putar.
2.4.3. Komponen-Komponen Motor Starter Tipe Konvensional
Motor starter mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam
kendaraan karena fungsi motor starter yaitu sebagai penggerak awal
melalui fly wheel sewaktu mesin akan dihidupkan. Gerakan tersebut
diperoleh dari perubahan energi listrik menjadi energi mekanik dalam
bentuk gerak putar. Untuk menghidupkan mesin untuk pertama kali,
dibutuhkan tenaga yang besar. Motor starter dirancang untuk dapat
mengasilkan tenaga yang besar sehingga dapat memutarkan mesin.
Gambar 2.1. Motor Starter Konvensional
Sumber : ottologi.blogspot.com
12
Gambar 2.2. Konstruksi Motor Starter Konvensional
Sumber : otomotrip.com
a. Yoke dan Pole Core
Yoke terbuat dari logam yang berbentuk silinder dan berfungsi
sebagai tempat pole core yang diikat dengan sekrup. Pole core
berfungsi sebagai penopang field coil dan memperkuat medan
magnet yang ditimbulkan oleh field coil.
Gambar 2.3. Yoke dan Pole Core
Sumber : kedairastavara.wordpress.com
Field coil dipasang pada setiap kutub (pole) dengan
menggunakan lempeng tembaga dengan diisolasi satu dengan yang
13
lainnya serta terhadap core yang dihubungkan secara seri dengan
gulungan armature melalui brush. Pada umumnya setiap motor
starter mempunyai empat buah pole core yang diikat pada yoke core
(body starter) dengan sekrup.
b. Field Coil
Pada starter biasanya digunakan empat field coil yang berarti
mempunyai empat core. Field coil berfungsi untuk menghasilkan
medan magnet yang diperlukan untuk memutarkan armature. Arus
listrik yang yang mengalir ke kumparan medan berasal dari terminal
C solenoid. Field coil adalah kumparan yang dililitkan pada inti
kutub yang terbuat dari besi untuk menghasilkan medan magnet
(terbentuk kutub utara dan kutub selatan) pada saat arus besar
mengalirinya. Inti kutub terpasang pada rumah motor starter (yoke).
Inti kutub dan rumah starter berfungsi juga untuk meningkatkan dan
mengkonsentrasikan medan magnet yang dihasilkan kumparan
medan. Kumparan medan terbuat dari kawat tembaga persegi dengan
luas penampang yang cukup besar.
14
Gambar 2.4. Field Coil
Sumber : ottologi.blogspot.com
Ujung kumparan medan terhubung dengan terminal C pada
solenoid dan ujung-ujung lainnya dihubungkan dengan sikat. Ada 2
macam tipe magnet yang digunakan pada motor starter yaitu
kumparan medan dengan elektromagnetik dan magnet permanen.
Ada beberapa jenis hubungan antara kumparan medan dan
armature yang digunakan untuk motor arus searah (DC) yaitu jenis
gulungan seri, jenis gulungan shunt (paralel), tipe gulungan
compound atau campuran, dan sekarang sudah ada gulungan yang
menggunakan magnet permanen. Berikut penjelasan tentang jenis-
jenis hubungan kumparan medan dan armature yang dipakai pada
motor starter.
15
1) Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Seri
Gambar 2.5. Hubungan Seri Antara Kumparan Medan dengan
Armature
Sumber : ottologi.blogspot.com
Saat motor starter bekerja arus mengalir melalui kumparan
medan kemudian ke kumparan armature dan ke massa melalui sikat.
Ciri khas jenis ini adalah dapat memberikan daya putar yang besar
namun tidak membuat arus yang berlebihan pada beban tinggi
karena kecepatan putarannya dapat diatur secara otomatis sesuai
dengan besar bebannya. Namun demikian tanpa beban kecepatan
putarannya akan sangat tinggi sehingga motornya harus ditangani
dengan benar agar tidak rusak. Karena itulah jenis motor ini banyak
digunakan untuk motor starter. Karakteristik motor ini adalah
sebagai berikut. Besarnya gaya putar pada motor adalah sesuai
dengan besar arus armature dan kekuatan medan magnet. Kekuatan
medan magnet ditentukan oleh arus kumparan medan dan arus
armature.
16
2) Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Shunt
Gambar 2.6. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Shunt
Sumber : http://sahriloto.blogspot.com/2011/12/lanjutan-materi-
sistem-stater.html
Kumparan armature dan kumparan medan pada tipe ini
dihubungan secara paralel. Sumber tegangan diberikan kemasing-
masing kumparan dan masing-masing kumparan mempunyai massa
sendiri. Kecepatan putaran motor jenis ini dapat di dengan mudah
dengan mengatur arus yang mengalir ke kumparan medan. Gulungan
jenis ini dapat digunakan pada motor dengan putaran yang tetap dan
putarannya tidak akan berubah meskipun bebannya beragam.
Akselerasi dan deselerasi kecepatan motor nya bisa divariasi
tergantung dari arus kumparan medan. motor jenis ini digunakan
untuk window washer, cooling fan, power window dan sebagainya.
Kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan tegangan dan
berbanding terbalik dengan kekuatan medan magnet. Karena itulah
ketika sumber power nya adalah baterai, maka tegangannnya akan
stabil dan medan magnet tidak berubah, sebagai akibatnya ketika
17
arus armature naik, maka tegangannya akan sedikit turun namun
kecepatan putarannya hampir tetap konstan.
3) Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Campuran
Gambar 2.7. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan
Campuran (Compound)
Sumber : http://sahriloto.blogspot.com/2011/12/lanjutan-materi-
sistem-stater.html
Motor starter tipe ini kumparan armature dan satu kumparan
medan dihubungkan secara seri dan dihubungkan juga kekumparan
medan lainnya secara paralel. Arah kutub pada kedua kumparan
medan ini adalah sama. Tipe ini adalah gabungan dari karakteristik
tipe seri dan tipe paralel.
Pada saat motor starter melakukan start, motor ini mempunyai
gaya putar yang besar seperti yang dimiliki oleh tipe kumparan seri.
Setelah di start, motor ini akan berputar secara tetap seperti yang
telah dimiliki oleh kumparan shunt. Jadi motor jenis ini strukturnya
lebih rumit dibandingkan dengan jenis seri, motor jenis ini biasanya
digunakan untuk jenis wiper.
18
4) Motor Jenis Magnet Permanen
Gambar 2.8. Motor Jenis Magnet Permanen
Sumber : http://sahriloto.blogspot.com/2011/12/lanjutan-materi-
sistem-stater.html
Beberapa magnet permanen dibuat dari campuran boron,
neodinium, dan besi yang dipasang pda rumah motor starter.
Penggunaan magnet permanen dapat menghasilkan rangkaian
kumparan medan magnet dan mengurangi berat motor starter sampai
dengan 50%. Ciri utama motor jenis ini adalah ringan dan
mempunyai daya magnet yang kuat. Kumparan medan dan inti kutub
sudah tidak ada lagi. Kebutuhan arus listrik hanya digunakan untuk
kumparan armature. Apabila arah arus dibalik maka arah putaran
motor starter juga berubah. Hal ini karena arah kutub magnet
permanen tidak berubah. Namun arah kutub armature dan
elektromagnetik dapat diubah sesuai dengan arah arus. Tipe motor
ini juga digunakan untuk windshield wiper motor, servo motor untuk
mengontrol kecepatan idle ECU engine, motor step, pompa bahan
bakar dan sebagainya.
19
c. Armature
Gambar 2.9. Armature
Sumber : http://sahriloto.blogspot.com/2011/12/lanjutan-materi-
sistem-stater.html
Armature terdiri dari beberapa bagian yaitu poros armature,
kumparan, inti armature dan komutator. Plat besi yang tipis
digabung menjadi satu bentuk inti armature. Armature berfungsi
untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk
gerak putar. Kumparan dililitkan pada inti armature dan
dihubungkan dengan inti komutator. Setiap segmen komutator
diisolasi dari segmen-segmen yang berada didekatnya. Sebuah poros
baja dipasangkan pada lubang tengah inti armature. Komutator
terpasang pada poros tersebut dengan diberi isolasi. Kedua ujung
poros ditopang oleh bantalan dan dapat berputar dengan bebas
didalam yoke. Shaft pada armature terbuat dari baja khusus agar
tidak mudah patah, bengkok atau berubah akibat adanya gaya yang
besar. Poros armature mempunyai ulir atau spline dimana pinion
bisa meluncur.
20
Pada daerah luar armature ada slot isolator untuk kumparan
armature dengan tujuan agar inti besinya tidak overheating. Inti besi
pada armature akan memperkuat medan magnet yang di hasilkan
oleh kumparan armature. Besar kecilnya kumparan armature akan
mempengaruhi besar kecilnya arus yang mengalir ke kumparan
armature. Besar kecilnya arus akan mempengaruhi kuat medan
magnet yang dihasilkan oleh kumparan armature sehingga akan
mempengaruhi besar kecilnya gaya putar yang dihasilkan.
Kumparan armature dialiri arus yang besar sehingga terbuat
dari konduktor persegi yang digulung. Kumparan disisipkan kedalam
slot yang sudah diisolasi dimana satu ujung kumparan disolder ke
satu segmen komutator dan satu ujung lainnya ke satu segmen
komutator lain. Karena itulah gaya putar yang dihasilkan dari
masing-masing kumparan pada saat arus nya mengalir akan
menyebabkan armature berputar. Bentuk inti besinya ditunjukkan
pada gambar dibawah umumnya dua kumparan disisipkan kedalam
satu slot. Bahan untuk membungkus kumparan armature adalah
kertas mika, fiber, atau plastik.
21
d. Brush dan Brush Holder
Gambar 2.10. Brush dan Brush Holder
Sumber : ottologi.blogspot.com
Empat buah sikat biasanya dipasang pada motor starter, dua
untuk sikat positif dan dua lagi untuk sikat negatif. Sikat atau brush
sendiri berfungsi untuk mengalirkan arus dari kumparan medan
kekumparan armature (pada motor dengan gulungan tipe seri)
melalui komutator dan menyalurkan arus dari kumparan armature
melalui komutator ke massa. Dua sikat ditopang oleh pemegang
sikat berisolasi (disebut dengan sikat positif), dan dua sikat lainnya
ditopang oleh pemegang sikat yang terhubung dengan massa dan
disebut sikat negatif. Sikat terbuat dari karbon, karbon graphit
(electrical graphitic carbon) atau karbon graphit logam yang
mempunyai kemampuan pelumasan dan kemampuan mengalirkan
arus listrik yang baik.
Motor starter dialiri arus yang besar dan beroperasi dengan
jangka waktu yang pendek, maka bahan Metallic graphitic carbon
untuk tegangan rendah dan arus listrik besar biasanya dipakai oleh
22
motor starter. Sikat Metallic graphitic carbon terbuat dari bubuk
tembaga dan graphite yang mempunyai rasio tembaga sekitar 50-
90%, sehingga tingkat tahananya rendah. Agar sikat dapat
mengalirkan arus ke kumparan armature melalui komutator, sikat
harus kontak dengan komutator. Kontak antara sikat dengan
komutator dijamin oleh pegas sikat yang dapat menjaga sikat selalu
menempel dengan komutator meskipun ada gerakan naik-turun
akibat komutator yang kurang rata atau faktor lainnya.
e. Komutator
Komutator berfungsi untuk mengalirkan arus dari kumparan
medan melalui sikat positif ke kumparan armature dan dari
kumparan armature ke sikat negatif. Bentuk komutator yang terbuat
dari plat tembaga yang disusun dalam bentuk melingkar dengan
isolator (mika) diantara plat-plat tersebut.
Gambar 2.11. Komutator
Sumber : ottologi.blogspot.com
Kumparan armature disolder pada plat komutator. Dengan cara
tersebut maka arus dapat mengalir dari sikat dalam satu arah
23
kekumparan armature. Bagian dalam komutator lebih tipis dari
bagian luarnya. Untuk mencegah agar tidak mudah lepas, maka
komutator dipasangkan dengan mika berbentuk V atau ring penjepit
berbentuk V. Masing-masing plat potongan komutator dibungkus
dengan mika yang ketebalannya sekitar 1 mm dan diameternya 0.5-
0.8 mm lebih kecil dari diameter luar komutator. Selama berputar
komutator selalu berhubungan dengan sikat yang dialiri arus yang
besar diantara sikat dan komutator. Karena itulah temperaturnya
lebih tinggi sehingga mudah aus.
f. Drive Lever
Gambar 2.12. Drive Lever
Sumber : ottologi.blogspot.com
Tuas penggerak berfungsi untuk mendorong gigi pinion agar
bisa berkaitan dengan gigi roda penerus (fly wheel) pada saat motor
starter dioperasikan. Bagian atas dari tuas penggerak ini dikaitkan
dengan plunyer pada solenoid dan bagian bawahnya berhubungan
24
dengan hub pada kopling starter (overrunning clutch). Gerak
mendorong tuas tersebut berasal dari kaitan tuas plunyer (stud bolt)
pada solenoid.
g. Overrunning Clutch atau Starter Clutch
Starter clutch berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari
armature shaft ke fly whell sehingga dapat berputar dan akan
melepaskan dengan sendirinya bila putaran fly whell lebih besar dari
gear pinion. Ketika mesin dihidupkan pinion pada motor starter dan
fly wheel (ring gear) satu sama lainnya saling berkaitan dengan fly
wheel, maka sekarang fly wheel dapat memutarkan motor starter.
Karena roda gigi pada fly wheel jumlahnya jauh lebih banyak maka
putaran gigi pinion pada motor starter menjadi sangat tinggi. Hal ini
dapat merusak motor starter terutama pada bagian armature,
bantalan (bearing), komutator dan sikat (brush). Untuk mencegah
kerusakan tersebut, maka dipasang kopling starter yang bisa
berputar dengan arah satu saja. Artinya pada saat motor starter
berputar gaya putar poros motor starter dapat disalurkan ke fly wheel
sehingga poros engkol dapat berputar, tetapi saat mesin sudah hidup,
mesin tidak dapat memutarkan motor starter, kopling starter akan
membebaskan putaran dari fly wheel ke motor starter. Ada tiga jenis
overrunning starter atau starter clutch yaitu :
25
1) Tipe Roller
Gambar 2.13. Starter Clutch Tipe Roller
Sumber : ottologi.blogspot.com
Apabila motor starter bekerja, poros armature akan
memutarkan rumah kopling searah jarum jam. Pegas pada kopling
starter akan mendorong plunyer dan roller bergerak ke kiri
berlawanan dengan gerakan putar rumah kopling. Akibatnya,
roller akan terjepit di daerah yang sempit antar lubang roller pada
rumah kopling dan inner race. Karena roller terjepit, maka inner
race akan terkunci dan ikut berputar bersama-sama dengan rumah
kopling. Karena inner race menjadi satu kesatuan dengan gigi
pinion, maka gigi pinion akan berputar berputar dan
menggerakkan fly wheel. Jika mesin sudah hidup dan gigi pinion
masih berhubungan dengan fly wheel, maka sekarang fly wheel
akan memutarkan gigi pinion dan inner race. Gerakan putar inner
race ini menyebabkan roller terdorong dan bergerak ke arah
kanan sehingga berada pada daerah lubang roller yang longgar.
26
Hal ini menyebabkan roller dapat berputar dengan bebas (roller
tidak terjepit) sehingga rumah kopling tidak ikut berputar, dengan
demikian kopling akan membebaskan/memutuskan putaran mesin
ke motor starter.
2) Starter Clutch Tipe Plat Bnyak
Gambar 2.14. Starter Clutch Tipe Plat Banyak
Sumber : ottologi.blogspot.com
Spline dibentuk sesuai dengan poros armature untuk
menyesuaikan bentuk spline yang ada di sisi dalam advance
sleeve dan dapat bergerak meluncur. Plat kopling penggerak
digabungkan ke groove (ulir) pada advance sleeve. Cara kerja
kopling tipe plat banyak adalah sebagai berikut: pinion motor
starter didorong ke fly wheel oleh tuas pemindah (shift lever).
Dalam keadaan ini jika pinion tertahan, maka putaran poros
armature disalurkan ke advance sleeve sehingga advance sleeve
terdorong ke arah pinion melalui spline. Gaya dorong ini
diteruskan dari adavance sleeve ke pegas penggerak (driving
27
spring) melalui plat kopling sehingga plat penggerak tertekan. hal
ini akan menghasilkan tekanan pada permukaan kedua kopling
dan menyalurkan gaya putar hasil gesekan pada keduanya.
Setelah mesin hidup, gaya putar pada pinion akan lebih cepat dari
poros armature, sehingga advance sleeve akan berputar dengan
arah yang berlawanan dengan pinion dan kedua plat kopling
terbebas sehingga gaya putar mesin tidak akan tersalurkan ke
poros armature.
3) Starter Clutch Tipe Sprag
Gambar 2.15. Cara Kerja Starter Clutch Tipe Sprag
Sumber : ottologi.blogspot.com
Kopling tipe ini di gunakan untuk mesin-mesin berat, cara
kerjanya adalah sebagai berikut: outer race digerakkan oleh poros
armature motor starter. Ketika mesin dihidupkan, outer race dan
inner race akan menyatu karena gerakan outer race akan
menyebabkan sprag terjepit diantara inner dan outer race. Hal ini
menyebabkan inner race berputar secara bersamaan dengan outer
28
race. Saat mesin hidup dan fly wheel menggerakkan pinion, inner
race akan berputar lebih cepat dibanding outer race, sehingga
sprag akan terdorong oleh inner race dan menyebabkan sprag
tidak terjepit diantara inner dan outer race. Akibatnya inner dan
outer race akan saling terbebas dan putaran mesin tidak dapat
diteruskan ke motor starter.
h. Solenoid (Magnetic Switch)
Gambar 2.16. Solenoid (Magnetic Switch)
Sumber : ottologi.blogspot.com
Solenoid disebut juga dengan magnetic switch. Pada solenoid
terdapat 3 buah terminal, yaitu terminal 30, terminal 50 dan terminal
C. Terminal 50 adalah terminal yang dihubungkan dengan ST
(starter) pada kunci kontak. Terminal 30 adalah terminal yang
langsung di hubungkan dengan positif baterai dengan menggunakan
kabel yang cukup besar agar arus yang besar dapat mengalir saat di-
start. Pada model yang lain solenoid kadang mempunyai 4 buah
29
terminal yaitu terminal 30, 50, C dan B. Terminal B biasanya
dipasangkan dengan terminal B pada koil pengapian yang
mempunyai terminal B. Di dalam solenoid terdapat dua buah
kumparan yang disebut hold in coil dan pull in coil.
1) Kumparan Penarik (Pull In Coil)
Gambar 2.17. Kumparan Pull In Coil dan Hold In Coil yang
Dialiri Arus
Sumber : ottologi.blogspot.com
Kumparan ini menghubungkan terminal 50 dan terminal C,
bila kunci kontak dalam keadaan tertutup, arus mengalir dari
terminal 50 ke kumparan pull in coil kemudian ke terminal C lalu
ke massa (melalui kumparan pada motor starter). Pada saat yang
sama arus juga mengalir dari terminal 50 ke kumparan hold in
coil kemudian ke massa. Akibatnya akan terjadi medan magnet
pada pull in coil dan hold in coil sehingga plunyer tertarik.
Tertariknya plunyer terutama di akibatkan oleh medan magnet
yang di hasilkan oleh pull in coil. Plunyer dapat tertarik pada saat
30
pull in coil di aliri arus, karena posisi plunyer tidak simetris atau
tidak ditengah kumparan sehingga saat terjadi medan magnet
pada pull in coil, plunyer akan tertarik dan bergerak (ke kanan)
sehingga plat kontak menempel menghubungkan terminal utama
(30) dan terminal penghubung (C).
Gambar 2.18. Plat Kontak Nempel dan Arus Mengalir Dari
Terminal 30 ke C
Sumber : ottologi.blogspot.com
Dengan kejadian ini, maka terminal 30 dan terminal C akan
terhubung secara langsung melalui plat kontak. Pada sisi sebelah
kiri plunyer dihubungkan dengan tuas penggerak (drive lever)
yang ikut tertarik oleh plunyer saat pull in coil bekerja untuk
mendorong gigi pinion bergerak maju berkaitan dengan roda gigi
penerus (fly wheel).
31
2) Kumparan Penahan (Hold In Coil)
Kumparan ini menghubungkan terminal 50 dan bodi
solenoid. Fungsinya adalah untuk menahan plunyer sehingga plat
kontak tetap dapat menempel dengan terminal utama dan terminal
penghubung (menghubungkan terminal 30 dan terminal C) . Hold
in coil diperlukan karena pada saat plat kontak terhubung dengan
terminal 30 dan terminal C, maka tegangan di terminal C sama
dengan tegangan di terminal 50 dan terminal 30. Hal ini
menyebabkan arus tidak mengalir dari terminal 50 ke pull in coil
dan kemagnetan pada pull in coil menjadi hilang. Untuk
mempertahankan posisi plat kontak tetap menempel maka hold in
coil berperan dengan tetap menghasilkan medan magnet sehingga
arus yang besar tetap dapat mengalir ke motor starter lewat plat
kontak (motor starter tetap berputar).
Gambar 2.19. Saat Kunci Kontak Terbuka
Sumber : ottologi.blogspot.com
32
Apabila kunci kontak dibuka (mesin sudah hidup), maka
tidak ada arus yang mengalir ke terminal 50, pada saat ini plat
kontak masih menempel dan menghubungkan terminal 30 dan
terminal C. Arus mengalir dari terminal C ke kumparan pull in
coil, lalu ke kumparan hold in coil, kemudian ke massa. Arah
aliran arus pada ke dua kumparan tersebut berlawanan sehingga
menghasilkan medan magnet yang saling berlawanan, hal ini
menyebabkan terjadinya demagnetisasi atau saling menetralkan
medan magnet sehingga plunyer akan kembali keposisi asalnya
karena terdorong oleh pegas pengembali.
2.4.4. Cara Kerja Motor Starter Tipe Konvensional
Kerja sistem starter ini dibagi menjadi tiga keadaan, yaitu saat
kunci kontak pada posisi start (ST), saat gigi pinion berhubungan
dengan gigi pada roda penerus (fly wheel), dan saat kunci kontak
kembali pada posisi ON atau IG, Berikut akan dijelaskan cara kerja
sistem starter pada tiap posisi :
33
a. Saat Kunci Kontak Pada Posisi Start (ST)
Gambar 2.20. Kerja Sistem Starter Saat Kunci Kontak Posisi Start (ST)
Sumber : ottologi.blogspot.com
Kunci kontak (ignition switch) yang diputar pada posisi start
menyebabkan terjadinya aliran arus kekumparan penarik (pull-in
coil) dan kekumparan penahan (hold-in coil) yang secara bersamaan
berikut adalah aliran arus ke masing-masing kumparan tersebut :
1) Arus dari baterai mengalir ke kunci kontak terminal 50 pada
solenoid kumparan pull-in coil terminal C kumparan
medan (field coil) sikat positif kumparan armature sikat
negatif massa terbentuk medan magnet pada kumparan
pull-in coil.
2) Arus dari baterai mengalir ke kunci kontak terminal 50 pada
solenoid kumparan hold-in coil massa terbentuk medan
magnet pada kumparan hold-in coil.
34
Aliran arus pada kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in
coil menyebabkan terjadinya kemagnetan pada kedua kumparan
tersebut. Letak plunyer di dalam solenoid yang tidak simetris atau
tidak berada ditengah kumparan menyebabkan plunyer tertarik dan
bergerak ke kanan melawan tekanan pegas pengembali (return
spring). Karena ada aliran arus (kecil) dari pull-in coil ke kumparan
medan dan ke kumparan armature, maka medan magnet yang
terbentuk pada kumparan medan dan armature lemah sehingga
motor starter berputar lambat. Pada saat plunyer tertarik, tuas
penggerak (drive lever) yang terpasang pada ujung plunyer juga akan
tertarik ke arah kanan. Bagian tengah tuas penggerak terdapat baut
yang berfungsi sebagai engsel sehingga tuas penggerak bagian
bawah yang berkaitan dengan kopling starter (stater clutch)
bergerak ke kiri mendorng gigi pinion agar berkaitan dengan ring
gear. Pada kondisi plunyer tertarik (plat kontak belum menempel),
motor starter berputar lambat. Putaran lambat ini membantu gigi
pinion agar mudah masuk atau berkaitan dengan ring gear.
35
b. Saat Gigi Pinion Berhubungan dengan Ring Gear
Gambar 2.21. Kerja Sistem Starter Saat Gigi Pinion Berhubungan
dengan Ring Gear
Sumber : ottologi.blogspot.com
Plunyer bergerak ke kanan pada saat kumparan pull-in coil dan
kumparan hold-in coil menghasilkan medan magnet. Gerakan ini
menyebabkan gigi pinion berkaitan penuh dengan ring gear dan plat
kontak pada bagian ujung kanan plunyer menempel dengan terminal
utama pada solenoid sehingga pada terminal 30 dan terminal C
terhubung. Arus yang besar dapat mengalir melewati kedua terminal
tersebut. Pada keadaan ini tegangan di terminal 50 sama dengan
tegangan di terminal 30 dan terminal C. Karena tegangan di terminal
C sama dengan tegangan di terminal 50, maka tidak ada arus yang
megalir ke kumparan pull-in coil dan kemagnetan di kumparan
36
tersebut hilang. Secara rinci aliran arus dalam keadaan ini dijelaskan
sebagai berikut.
1) Arus dari baterai mengalir ke teminal 50 kumparan hold-in
coil massa terbentuk medan magnet pada kumparan hold-in
coil.
2) Arus yang besar dari baterai mengalir ke terminal 30 plat
kontak terminal C kumparan medan sikat positif
komutator kumparan armature sikat negatif massa
terbentuk medan magnet yang sangat kuat pada kumparan medan
dan kumparan armature sehingga motor starter berputar.
Aliran arus yang besar pada kumparan medan dan kumparan
armature menyebabkan terjadinya medan magnet yang sangat kuat
sehingga motor starter berputar cepat dan mengahasilkan tenaga
kembali yang besar untuk memutarkan mesin. Medan magnet pada
kumparan pull-in coil dalam kondisi ini tidak terbentuk karena arus
tidak mengalir ke kumparan tersebut. Selama motor starter berputar
plat kontak harus ada dalam kondisi menempel dengan terminal
utama pada solenoid.
Oleh sebab itu pada kondisi ini kumparan hold-in coil tetap
dialiri arus listrik sehingga medan magnet yang terbentuk pada
kumparan tersebut mampu menahan plunyer dan plat kontak tetap
menempel. Dengan demikian, meskipun kumparan pada pull-in coil
kemagnetannya hilang, plunyer masih dalam kondisi tertahan.
37
c. Saat Kunci Kontak Kembali Ke Posisi ON (IG)
Gambar 2.22. Kerja Sistem Starter Saat Kunci Kontak Kembali
ke Posisi ON (IG)
Sumber: ottologi.blogspot.com
Setelah mesin hidup, maka kunci kontak dilepas dan posisinya
kembali keposisi ON atau IG. Namun demikian sasaat kunci kontak
dilepas, plat kontak masih dalam kondisi menempel. Pada keadaan
ini terminal 50 tidak akan mendapatkan arus listrik dari baterai.
Aliran arus listrik pada kondisi ini dijelaskan sebagai berikut :
1) Arus dari baterai mengalir ke terminal 30 plat kontak
terminal C kumparan medan sikat positif komutator
kumparan armature sikat negatif massa masih terbentuk
medan magnet yang sangat kuat pada kumparan medan dan
kumparan armature, motor starter masih berputar.
38
2) Arus dari baterai ke terminal 30 plat kontak terminal C
kumparan pull-in coil kumparan hold-in coil massa
kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil menghasilkan
medan magnet, namun arahnya berlawanan.
Seperti dijelaskan pada aliran pertama, motor starter masih
dialiri arus yang besar sehingga pada saat ini motor starter masih
berputar. Aliran arus seperti yang dijelaskan pada aliran kedua,
terjadi juga pada kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil.
Dari penjelasan dari gambar tentang solenoid tampak bahwa arus
dari terminal C ke kumparan pada pull-in coil dan kumparan hold-in
coil arahnya berlawanan sehingga medan magnet yang dihasilkan
juga akan berlawanan arah kutubnya sehingga terjadi demagnetisasi
atau saling menghilangkan medan magnet yang terbentuk oleh kedua
kumparan tesebut. Akibatnya, tidak ada kekuatan medan magnet
yang dapat menahan plunyer sehingga plunyer akan bergerak kekiri
dan kembali pada posisi semula sehingga plat kontak terlepas dari
terminal 30 dan terminal C. Arus yang besar akan berhenti mengalir
dan motor starter berhenti berputar.
39
39
BAB III
OVERHOUL DAN PERAWATAN MOTOR STARTER PADA
TOYOTA KIJANG 4K
3.1. Overhoul Motor Starter Konvensional
3.1.1. Bahan dan Alat yang Digunakan Dalam Proses Overhoul Motor Starter
Tipe Konvensional
a. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam pembongkaran serta
perawatan motor starter tipe konvensional pada Toyota Kijang 4K
adalah motor starter itu sendiri.
b. Alat
1) Kunci Ring dan Kunci Pas 5) Dial Test Indicator
2) Obeng Plus (+) dan Minus (-) 6) Amplas
3) Multimeter/AVO Meter 7) Tang lancip
4) Jangka Sorong
3.1.2. Langkah-Langkah Overhoul Motor Starter Tipe Konvensional Pada
Toyota Kijang 4K
a. Lepas kabel kumparan medan yang terpasang pada terminal C
solenoid dengan menggunakan kunci ring 12. Kemudian lepas mur
yang ada pada solenoid.
40
Gambar 3.1. Melepas Kabel Kumparan Medan
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Lepas baut utama motor starter dengan menggunakan kunci 8 ring /
pas yang sudah disediakan sebelumnya.
Gambar 3.2. Melepas Baut Utama Motor Starter
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
c. Lepas solenoid dari motor starter dengan cara menggoyang-
goyangkan solenoid agar mudah terlepas.
Gambar 3.3. Melepas Solenoid dari Motor Starter
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
41
d. Lepas sekrup dari ujung rumah belakang dengan menggunakan
obeng.
Gambar 3.4. Melepas Sekrup dari Ujung Rumah Belakang
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
e. Lepas plat pengunci, pegas dan karet yang ada di dalam tutup bos.
Gambar 3.5. Melepas Plat Pengunci
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
f. Lepas tutup belakang motor starter
Gambar 3.6. Melepas Tutup Belakang Motor Starter
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
42
g. Lepas sikat dan pemegang sikat.
Gambar 3.7. Melepas Sikat dan Pemegang Sikat
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
h. Lepaskan yoke
Gambar 3.8. Melepas Yoke
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
i. Keluarkan armature dari rumah motor starter dengan cara membuka
tuas penggerak dari rumah penggerak pinion terlebih dahulu.
Gambar 3.9. Mengeluarkan Armature
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
43
j. Lepaskan baut tuas penggerak
Gambar 3.10. Melepas Baut Tuas Penggerak
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
k. Lepaskan kopling starter beserta roda gigi pinion dari ujung rumah
penggerak
Gambar 3.11. Melepas Kopling Starter
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
l. Lepas pegas pengembali dari solenoid
Gambar 3.12. Melepas pegas pengembali
Sumber: Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
44
m. Untuk memasang kembali motor starter lakukanlah seperti langkah
di atas dengan cara terbalik (urutan terakhir terlebih dahulu).
3.2. Perawatan Motor Starter Tipe Konvensional Pada Toyota Kijang 4K
Perawatan pada motor starter dilakukan agar motor starter selalu dalam
kondisi baik dan mencegah dari kerusakan dan juga untuk deteksi dini apabila
terjadi kerusakan pada motor starter. Perawatan dapat dilakukan dengan cara
memeriksa komponen – komponen yang ada pada motor starter. Pemeriksaan
pada komponen – komponen pada motor starter memiliki urutan atau
langkah-langkah sebagai berikut:
3.2.1. Pemeriksaan Armature
a. Periksa ujung poros armature, bos rumah penggerak dan bos ujung
kemungkinan aus atau cacat. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan atau keausan yang terjadi
pada armature.
Gambar 3.13. Memeriksa Ujung Poros Armature
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
45
b. Mengganti bos dengan cara membuka tutup bos kemudian keluarkan
bos. Cocokkan lubang bos dengan alur rumah lalu pasang bos yang
baru.
Gambar 3.14. Membuka Tutup Bos
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
c. Haluskan bos untuk mendapat celah spesifikasi.
Gambar 3.15. Menghaluskan Bos
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
d. Bersihkan lubang dan pasang tutup bos yang baru. Pembersihan ini
bertujuan agar tidak ada kotoran yang menempel pada bos sehingga
bos selalu dalam keadaan baik.
Gambar 3.16. Memeriksa Tutup Bos
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
46
3.2.2. Pemeriksaan Komutator
a. Gosok dengan amplas jika terdapat permukaan yang kotor dan
terbakar. Hal ini dilakukan agar komutator selalu berada dalam
kondisi baik dan dapat segera diperbaiki apabila terjadi kerusakan
pada komutator.
Gambar 3.17. Memeriksa Komutator
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Ukur kedalaman segmen mika dengan standar 0,4 – 0,8 dan limit
0,2. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kedalaman
segmen pada mika. Jika kedalaman mika kurang dari limit maka
mika harus diganti.
Gambar 3.18. Memeriksa Kedalaman Segmen Mika
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
47
c. Jika kedalaman mika di bawah limit maka perbaiki dengan
menggunakan mata gergaji besi.
Gambar 3.19. Memperbaiki Kedalaman Mika
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
d. Haluskan pinggirnya dengan mata gergaji. Penghalusan ini
dilakukan supaya sisi atau pinggir dari armature mempunyai
permukaan yang rata dan halus.
Gambar 3.20. Memeriksa Komutator
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
48
e. Gunakan amplas #400 untuk membuang serpihan. Pembuangan
serpihan ini bertujuan supaya kondisi komutator selalu dalam
keadaan baik dan juga bersih dari serpihan-serpihan yang dapat
mengganggu kerja komutator.
Gambar 3.21. Membersihkan Komutator
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
f. Perbaiki kelonjongan (run out) menggunakan dial test indicator
dengan standar 0,02 mm limit 0.05 mm. Perbaikan ini dilakukan
agar kelonjongan pada armature tidak kurang dari limit dan selalu
pada kondisi standar yang telah ditetapkan.
Gambar 3.22. Pengukuran Kelonjongan Armature
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
49
g. Ukur diameter luar dengan menggunakan jangka sorong dengan
ukuran standar 28,0 mm dan limit 27,0 mm. Hasil pengukuran 27,5
mm, standar 28,0 mm dan limit 27,0 mm. Bandingkan hasil
pengukuran kelonjongan dengan ketentuan pada buku petunjuk.
Jika terjadi keausan permukaan armature di bawah limit maka
armature harus diganti.
Gambar 3.23. Mengukur Lingkar Luar Armature
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
3.2.3. Pemeriksaan Koil Armature
a. Periksa komutator dengan inti koil armature dengan menggunakan
multimeter yang tersedia. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan arus yang terjadi antara
komutator dengan inti koil armature karena jika terdapat
hubungan, armature kotak bodi harus diganti.
50
Gambar 3.24. Memeriksa Komutator
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Periksa hubungan antar segmen-segmen dengan menggunakan
multimeter. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan yang terdapat antar segmen pada armature.
Jika tak terdapat hubungan pada setiap titik pengetesan, berarti
terdapat sirkuit terbuka dan armature harus diganti
Gambar 3.25. Memeriksa Hubungan Antar Segmen
Sumber: Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
51
3.2.4. Pemeriksaan Koil Medan
a. Periksa koil medan kemungkinan ada hubungan antara kawat-
kawat ujung. Jika tidak ada hubungan berarti ada yang terputus
pada koil medan dan harus diganti.
Gambar 3.26. Memeriksa Koil Medan
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Periksa kemungkinan ada hubungan antara ujung koil medan dan
frame medan dengan menggunakan multimeter. Jika ada hubungan
maka koil medan harus diganti.
Gambar 3.27. Memeriksa Hubungan Antara Koil Medan
dan Frame Medan
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
52
3.2.5. Pemeriksaan Sikat
a. Ukur panjang sikat dengan menggunakan jangka sorong yang
sudah disediakan sebelumnya. Ukuran standar 13,5 mm dan limit
10 mm. Hasil pengukuran 12,5 mm. Jika panjang sikat kurang
dari limit maka sikat harus diganti..
Gambar 3.28. Mengukur Panjang Sikat
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Periksa isolasi antara pemegang sikat (-) dengan pemegang sikat
(+) dengan menggunakan multimeter. Lakukan perbaikan dan
penggantian jika terdapat hubungan.
Gambar 3.29. Memeriksa Isolasi Pemegang Sikat (-) dan (+)
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
53
c. Periksa tuas penggerak dan pegas kemugkinan aus. Ganti jika ada
keausan
Gambar 3.30. Memeriksa Tuas Penggerak
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
3.2.6. Pemeriksaan Kopling Starter dan Roda Gigi Pinion
a. Periksa ulir gigi kemungkinan aus atau cacat dan periksa pinion
dengan cara diputar searah dengan jarum jam apakah bergerak
dengan lembut atau tidak.
Gambar 3.31. Memeriksa Ulir Gigi Kopling Starter
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
54
b. Periksa gigi dan alur dari roda gigi kemungkinan aus atau cacat
Gambar 3.32. Memeriksa Gigi dan Alur Roda Gigi
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
c. Putar pinion. Pinion harus berputar dengan bebas searah jarum jam
tetapi tetap terkunci jika diputar pada arah yang berlawanan.
Gambar 3.33. Memutar Pinion Searah Jarum Jam
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
55
3.2.7. Pemeriksaan Swit Magnet
a. Tekan plunyer lalu dilepas. Plunyer harus berputar balik dengan
segera setelah dilepas ke posisi semula
Gambar 3.34. Memeriksa Plunyer
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
b. Periksa kemungkinan terdapat hubungan antara terminal 50 dan
terminal C dengan menggunakan multimeter.
Gambar 3.35. Memeriksa Hubungan Antara Terminal 50
dengan Terminal C
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
56
c. Periksa kemungkinan terdapat hubungan antara terminal 50 dan
body swit dengan menggunakan multimeter.
Gambar 3.36. Memeriksa Hubungan Antara Terminal 50 dengan
Body Switch
Sumber : Hasil Praktek Kerja Lapangan 2013
56
56
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 25
hari di UPT BLK Kabupaten Kebumen. Penulis menyimpulkan di dalam
Laporan Semester ini, bahwa pada motor starter harus dilakukan perawatan
berkala secara rutin. Dengan melakukan perawatan berkala kerusakan pada
komponen dapat segera diketahui dan pengendara kendaraan tersebut dapat
terhindar dari resiko kerusakan yang parah.
Selain itu, penulis juga menjadi tahu bagaimana cara kerja dari motor
starter tersebut, komponen motor starter, dan juga mengetahui tujuan dari
pembongkaran serta perawatan motor starter. Pada motor starter mobil
kijang, perawatannya tergolong mudah dan komponen pada mobil tersebut
cukup banyak dipasaran. Dan yang terpenting untuk menjaga agar kerja
motor starter tetap baik maka bila terjadi kerusakan ataupun keausan pada
komponen-komponen motor starter tersebut haruslah segera diperbaiki
ataupun diganti untuk mencegah kerusakan menjadi semakin parah. Hal
tersebut dikarenakan bahwa motor starter merupakan suatu komponen yang
ada pada kendaraan yang berfungsi untuk menghidupkan mesin untuk
pertama kalinya dengan cara mengubah energi listrik menjadi tenaga putar.
Jika motor starter tidak dapat berfungsi secara optimal maka mesin
kendaraan pun akan sulit untuk dihidupkan atau dijalankan.
57
4.2 Saran
Dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang akan disampaikan oleh
penulis antara lain :
a. Untuk Pembaca
1) Lakukan perawatan berkala pada kendaraan secara rutin.
2) Segera perbaiki jika terdapat tanda-tanda kerusakan sebelum kerusakan
semakin parah.
3) Dalam penggantian komponen kendaraan, gunakanlah suku cadang
yang asli.
b. Untuk UPT BLK Kabupaten Kebumen
1) Penyusun berharap agar UPT BLK Kebumen bisa memberikan
kepercayaan dan selalu mendampingi disetiap praktek, agar para
mahasiswa dapat menambah pengetahuannya.
2) Tingkatkan ketertiban dan ciptakan kedamaian.
3) Penulis berharap pihak UPT BLK Kebumen meningkatkan kerja sama
dengan pihak Politeknik Darma Patria, guna mempermudah dalam
pencarian tempat PPL bagi generasi mahasiswa berikutnya.
c. Untuk Politeknik Dharma Patria
1) Pertahankan dan tingkatkan terus kualitas dosen Politeknik Dharma
Patria guna memperbaiki kualitas mahasiswa
2) Pertahankan dan tingkatkan kedisiplinan baik dosen maupun mahasiswa
3) Tingkatkan praktik kususnya teknik otomotif
58
58
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU ILMIAH
A Toliyat, Hamid dan Gerald B. Kliman. (2012). Handbook of Electric Motors.
CRC Press: United State of America.
Boentarto (2009). Cara Pemeriksaan, Penyetelan, Dan Perawatan Kelistrikan
Mobil. Andi. Yogyakarta.
Daryanto (2010). Teknik Servis Mobil. Rineka Cipta. Jakarta.
Denton, Tom. (2013). Automobile Electrical and Electronic Systems.
Routledge.
Sholikhin, Hadi. (2006). Analisis Dan Trouble Shooting Kerja Motor Starter
Tipe Reduksi Pada Mitsubishi L300 Diesel. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang: Semarang.
Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (2004). Melepas Dan
Memasang Motor Starter. Departemen Pendidikan Nasional: Yogyakarta.
Toyota Astra Motor. (1996). New Step I. Jakarta: PT Toyota Astra Motor.
Toyota Astra Motor. (1996). Toyota Pedoman Reparasi Mesin Seri K. Jakarta:
PT Toyota Astra Motor.
B. WEBSITE
Hidayat, Firli. Pemeriksaan Sistem Starter (Over Haul). Diperoleh dari
http://www.slideshare.net/firlihidayat/pemeriksaan-sistem-starter-overhaul
[Jum’at, 27 Desember 2013, pukul 14:39].
Marfiyanto, Yudi. (2009). Over Haul Motor Starter “KIA Carnival”.
Diperoleh dari http://yoedita.blogspot.com/2009/05/over-haul-motor-
starter-kia-carnival.html [Jum’at, 27 Desember 2013, pukul 14:39].
Sahrilsoni. (2011). Prinsip Kerja Motor Starter. Diperoleh dari http://sahriloto.blogspot.com/2011/12/sistem-stater-starting-sistem-
sistem.html [Minggu, 5 Januari 2014, pukul 15:3].
LAMPIRAN-LAMPIRAN
59
Lampiran 1. Pengajuan Judul dan Dosen Pembimbing
60
Lampiran 2. Catatan Konsultasi Bimbingan
61
Lampiran 3. Pengajuan Judul dan Dosen Pembimbing
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anas Fuadzi dilahirkan di Kebumen 20 April 1989
silam dari pasangan Bapak Misbah dan Ibu Mariyem.
Alamat rumah saya di desa Giwangretno RT 02 RW 03
Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Saya
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tumbuh
dan besar dilingkungan yang sederhana membuatnya
menjadi sosok yang sederhana dan pekerja keras. Pada
tahun 1995 saya lulus dari sekolah RA Al Bahriyah Giwangretno (setingkat TK),
kemudian saya melanjutkan sekolah di MI (Madrasah Ibtida’iyah) Giwangretno
pada tahun 2002. Pada tahun 2005 saya lulus dari MTs Ma’arif Giwangretno.
Kemudian saya melanjutkan studi di SMK Bina Karya II Karanganyar mengambil
Jurusan Mesin Otomotif hingga lulus pada tahun 2008. Karena setelah lulus SMK
belum ada keinginan untuk melanjutkan sekolah, maka saya memutuskan untuk
bekerja di Jakarta sebagai karyawan sebuah pabrik motor yaitu di Astra Honda
Motor sejak tahun 2009 hingga 2011. Setelah kembali ke kampung halaman itulah
saya berkeinginan untuk melanjutkan kembali pendidikan di lembaga formal.
Karena saya tertarik dan mempunyai keinginan untuk memperdalam ilmu
mengenai otomotif maka saya memutuskan untuk melanjutkan studi saya di
Politeknik Dharma Patria Kebumen.