OPTIMALISASI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI PADA USAHATANI KEDELAI DI DESA
KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO
KABUPATEN BAYUWANGI
SKRIPSI
Oleh:
Robby Dwi Nardianto
NIM. 141510601088
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
OPTIMALISASI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI PADA USAHATANI KEDELAI DI DESA
KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO
KABUPATEN BAYUWANGI
SKRIPSI
diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
program Sarjana pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Oleh:
Robby Dwi Nardianto
NIM. 141510601088
Dosen Pembimbing Utama :
Ir. Anik Suwandari, MP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Sunarmi dan Bapak Endy Setyobudi.
Terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan tiada henti
dalam mengiringi kesuksesanku.
2. Kakak dan adikku, Alfian Nardianto, Andy Luxman dan Sartika Tri Nardianti
yang memberikan doa dan semangat.
3. Seluruh petani Indonesia, khususnya petani kedelai di Desa Kedungasri
Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.
4. Seluruh guru dan dosenku yang telah memberikan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat dan berbagai pelajaran hidup yang
sangat berharga.
5. Seluruh sahabat Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember maupun dalam organisasi HIMASETA, UKMO, UKM CATUR serta
Tiban Suluh yang telah memberikan dukungan serta semangat tiada henti.
6. Almamater tercinta, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember yang telah menghantarkanku menjadi insan yang terdidik.
iii
MOTTO
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yang
membuat jadi sulit. Jadi, jangan mudah menyerah!”
(Ir. Joko Widodo)
“Seng penting yakin, Pokok wani, Pasti selebrasi”
(Motivasi Hidup Penulis)
iv
v
SKRIPSI
OPTIMALISASI PENGGUNAAN BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI PADA USAHATANI KEDELAI DI DESA
KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO
KABUPATEN BAYUWANGI
Oleh :
Robby Dwi Nardianto
NIM. 141510601088
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Skripsi : Ir. Anik Suwandari, MP
NIP. 196404281990022001
vi
vii
RINGKASAN
Optimalisasi Penggunaan Beberapa Varietas Kedelai Pada Usahatani
Kedelai di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi; Robby Dwi Nardianto,141510601088; 2019: 132 Halaman;
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi/Agribisnis Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Desa Kedungasri merupakan produksi kedelai tertinggi dari daerah lain
yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Usahatani kedelai di Desa Kedungasri
meliputi kedelai varietas anjasmoro, kedelai varietas martoloyo dan kedelai
varietas mallika merupakan jenis kedelai yang dibudidayakan oleh petani pada
waktu bersamaan yaitu MK-2. Keuntungan usahatani kedelai mampu ditingkatkan
apabila dilakukan perencanaan dengan penggunaan faktor-faktor produksi dan
kombinasi usahatani kedelai yang tepat.
Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) ketersediaan faktor-faktor
produksi yang optimal pada petani kedelai di Desa Kedungasri (2) mengetahui
keuntungan maksimal usahatani kedelai pada petani di Desa Kedungasri. Metode
dalam penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive method).
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dan analitis. Metode
pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode proporsionate random
sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada petani
untuk mengumpulkan data primer dan metode studi pustaka yang dilakukan untuk
mencari data sekunder. Metode analisis data dilakukan dengan model linier
programming.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Penggunaan faktor produksi
lahan, tenaga kerja, benih anjasmoro, benih martoloyo, benih mallika, pupuk urea,
pupuk sp36, pupuk phonska, pestisida neotrin, pestisida bayleton, pestisida
rumpas, pestisida prevaton, pestisida kaliandra, pestisida devaclo dan pupuk cair
gandasil B tidak langka, sedangkan untuk faktor produksi lainnya yaitu pestisida
macht, pestisida roundup dan pupuk cair gandasil D bersifat langka. (2) Usahatani
kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 sudah mencapai keuntungan
maksimal. Keuntungan maksimal diperoleh dari menanam kedelai varietas
viii
anjasmoro 1,7795 ha, varietas martoloyo 1,1484 ha dan varietas mallika sebesar
1,7133 ha. Keuntungan maksimal yang diperoleh dari menanam varietas
anjasmoro sebesar Rp 17.033.597/ha, varietas martoloyo Rp 10.992.629 dan
varietas mallika sebesar 16.399.923/ha. Keuntungan usahatani kedelai di Desa
Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 sebesar Rp 28.294.631/ha. Setelah dilakukan
perencanaan usahatani kedelai diperoleh keuntungan sebesar Rp 44.426.150/ha,
sehingga ada peningkatan keuntungan sebesar Rp 16.131.519 atau 36,31%.
ix
SUMMARY
The Optimizing the Use of Some Soybean Varieties in Soybean Farming at
Kedungasri Village, Tegaldlimo District, Banyuwangi Regency; Robby Dwi
Nardianto, 141510601088; 2019: 132 Pages; Agribusiness Study Program
Department of Agriculture Socio Economic / Agribusiness, Faculty of
Agriculture, University of Jember.
Kedungasri Village is the highest soybean production from other regions
in Banyuwangi Regency. Soybean farming in Kedungasri Village including
Anjasmoro variety soybeans, Martoloyo variety soybeans and Mallika variety
soybeans are a type of soybean cultivated by farmers at the same time, namely
MK-2. The benefits of soybean farming can be improved if planning is done with
the use of production factors and the right combination of soybean farming.
The research objective was to find out (1) the availability of optimal
production factors for soybean farmers in Kedungasri Village (2) to find out the
maximum benefits of soybean farming to farmers in Kedungasri Village. The
method in determining the research area is done intentionally or (purposive
method). The research method used is descriptive and analytical. The sampling
method is carried out using proportional random sampling method. The method of
data collection is done by interviewing farmers to collect the primary data and the
reference study methods to find secondary data. The data analysis method is done
by linear programming model.
The results showed that: 1) The use of production factors land, labor,
Anjasmoro seeds, Martoloyo seeds, Mallika seeds, urea fertilizer, sp36 fertilizer,
fertilizer phonska, neotrin pesticides, bayleton pesticides, clump pesticides,
prevaton pesticides, kaliandra pesticides, devaclo pesticides and liquid fertilizer
gandasil B are not rare, while for other production factors were macht and
roundup gandasil D pesticide was rare. (2) Soybean farming in Kedungasri
Village in MK-2 in 2017 has reached maximum profit. Maximum profit was
obtained from planting Anjasmoro varieties of soybeans 1.7795 ha, Martoloyo
varieties 1.1484 ha and Mallika varieties at 1.7133 ha. The maximum profit
x
obtained from planting Anjasmoro varieties was Rp. 17,033,597 / ha, Martoloyo
varieties were Rp. 10,992,629 and Mallika varieties were 16,399,923 / ha. The
advantage of soybean farming in Kedungasri Village on MK-2 in 2017 is Rp.
28,294,631 / ha. After planning for soybean farming, a profit of Rp.44,426,150 /
ha was obtained, so that there was an increase in profits of Rp.16,131,519 or
36.31%.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Optimalisasi Beberapa Varietas Kedelai Pada Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi”. Skripsi ini
diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program
sarjana (S1) pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan termakasih pada :
1. Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D. selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D. selaku Koordinator Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Ir. Anik Suwandari, MP selaku Dosen Pembimbing Utama (DPU), Agus
Supriono, S.P., M.Si selaku Dosen Penguji Utama dan Dr. Ir. Jani Januar, MT
selaku Dosen Penguji Anggota yang memberikan dukungan, motivasi serta
meluangkan waktu dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
4. Dr. Ir. Jani Januar, MT. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama masa studi.
5. Keluargaku tercinta, Ibuku Sunarmi, Bapakku Endy Setyobudi dan kakak-
adikku Alfian Nardianto, Andy Luxman dan Sartika Tri Nardianti untuk
pengorbanan yang tak terhingga, serta doa dan semangat luar biasa terutama
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Petani Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo, Bapak Muklas, Bapak
Daroji, Bapak Sholihin, Bapak Sulistyo serta penyuluh Ibu Ekosurati dan
Mbak Purwantini yang telah memberikan informasi serta bantuan selama
proses penelitian.
7. Sahabat-sahabat Dinta, Devi Handoyo, Ambar, Inkatama, Rosidatul, Babbul,
Adek, Samsul, Soleh, yahya, Dimas, Gatot, Ridho, Aliando, Ilham, Ravi,
xii
Dewo, Ade, Roy, Titis, Ani, Triya, Anis, Rollinda yang menemani dan
memberikan semangat, doa serta bantuan dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini.
8. Teman-teman Agribisnis Universitas Jember angkatan 2014, serta teman-
teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas waktu
dan dukungan selama ini yang telah memberikan warna baru dalam
kehidupanku.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah tertulis ini
dapat memberikan manfaat dan dapat berguna bagi semua pihak.
Jember, Januari 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ vi
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
SUMMARY ........................................................................................................ ix
PRAKATA .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 9
1.3.1 Tujuan ................................................................................... 9
1.3.2 Manfaat .................................................................................. 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10
2.2 Landasan Teori .............................................................................. 12
2.2.1 Tanaman Kedelai ................................................................... 12
2.2.2 Budidaya Kedelai ................................................................... 12
2.2.3 Varietas Kedelai ..................................................................... 16
2.2.4 Teori Usahatani ....................................................................... 16
xiv
2.2.5 Teori Biaya ............................................................................ 17
2.2.6 Teori Penerimaan ................................................................... 19
2.2.7 Teori Pendapatan .................................................................... 19
2.2.8 Teori Optimalisasi………………………………………. 20
2.2.9 Asumsi Linier Programming……………………………. 22
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 23
2.4 Hipotesis ......................................................................................... 29
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 30
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ......................................... 30
3.2 Metode Penelitian .......................................................................... 30
3.3 Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 32
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 32
3.6 Definisi Operasional ...................................................................... 35
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .............................. 41
4.1 Kondisi Geografis Desa Kedungasri ........................................... 41
4.2 Kondisi Pertanian Desa Kedungasri ........................................... 41
4.3 Demografi Desa Kedungasri ........................................................ 43
4.4 Tingkat Pendidikan Desa Kedungasri ........................................ 43
4.5 Karakteristik Responden ............................................................. 45
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 46
5.1 Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan Pada Usahatani
Kedelai di Desa Kedungasri MK-2 Tahun 2017 ......................... 46
5.2 Kombinasi Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri dengan
Varietas Anjasmoro, Martoloyo dan Mallika Memberikan
Keuntungan Maksimal ..................................................................
60
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 67
6.1 Simpulan ........................................................................................ 67
6.2 Saran .............................................................................................. 67
xv
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68
LAMPIRAN………………………………………………………………… 71
KUISIONER ........................................................................................................ 123
DOKUMENTASI…………………………………………………………... 130
xvi
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
1.1 Konsumsi Kedelai Indonesia Tahun 2016-2020 ........................................ 1
1.2 Produksi Kedelai Indonesia Tahun 2011-2015 .............................................. 1
1.3 Impor Kedelai Indonesia Tahun 2012-2016................................................... 2
1.4 Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan
Rata-rata Laju Pertumbuhan Produksi Kedelai Menurut
Provinsi di Indonesia tahun 2011-2015. ......................................................... 3
1.5 Rata-rata Produksi dan Kontribusi/ Share Produksi kedelai
dalam sepuluh besar Kabupaten di Provinsi Jawa Timur tahun
2012-2016....................................................................................................... 4
1.6 Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan
Rata-rata Laju Pertumbuhan Produksi kedelai Menurut
Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2012-2016.. ............................ 5
1.7 Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan
Rata-rata Laju Pertumbuhan Produksi kedelai Menurut Desa
di Kecamatan Tegaldlimo tahun 2015-2016.. ................................................ 6
1.8 Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo dan Mallika di Desa
Kedungasri. .................................................................................................... 7
1.9 Produktivitas Varietas Kedelai Anjasmoro, Martoloyo dan
Mallika.. .........................................................................................................
2.1 Varietas Anjsmoro, Martoloyo, dan Mallika. ................................................ 16
3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Petani Kedelai di Desa
Kedungasri ................................................................................................. 31
3.2 Asumsi Kendala dan Ketersediaan Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri ..................................................................................................... 38
4.1 Data Mata Pencaharian Menurut Bidang Pertanian di Desa
Kedungasri ................................................................................................. 42
4.2 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin di Desa Kedunagsri
Tahun 2016 .................................................................................................
43
4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Kedungasri. ................................... 44
4.4 Karakteristik Petani Responden di Desa Kedungasri Kecamatan
Tegaldlimo .....................................................................................................
45
xvii
5.1
Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan pada Usahatani
Kedelai di Desa Kedungasri MK-2 Tahun 2017 dengan Luas
Lahan Keseluruhan. ........................................................................................
47
5.2 Ketersediaan Faktor Produksi Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri Pada MK-2 tahun 2017 ........................................................... 48
5.3 Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan Usahatani Kedelai di
Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 Sudah Optimal
dengan luas lahan 1 ha. .............................................................................. 49
5.4 Total Biaya Produksi Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo
dan Mallika di Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017
dengan Luas Lahan Keseluruhan. .............................................................. 60
5.5 Penerimaan Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo dan
Mallika di Desa Kedungasri MK-2 Tahun 2017 dengan Luas
Lahan Keseluruhan. ....................................................................................
61
5.6 Keuntungan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2
Tahun 2017 dengan Luas Lahan Keseluruhan. ..........................................
61
5.7 Keuntungan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2
Tahun 2017 dalam 1 Hektar ....................................................................... 62
5.8 Hasil Analisis Linier Programming Result Usahatani Kedelai
di Desa Kedungasri dalam 1 hektar pada MK-2 tahun 2017. ....................
64
5.9 Keuntungan Maksimal Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri
pada MK-2 Tahun 2017. ............................................................................ 65
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 28
1 Wawancara dengan Responden……………………………... 130
2 Wawancara dengan Responden…………………………….. 130
3 Kedelai Mallika……………………………………………... 131
4 Kedelai Anjasmoro………………………………………….. 131
5 Kedelai Martoloyo………………………………………….. 132
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
A Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Anjasmoro ............................................... 71
A Lanjutan Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai
Anjasmoro ................................................................................................................. 72
B Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Anjasmoro ............................................................. 73
B Lanjutan Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Anjasmoro ............................................. 74
C Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Anjasmoro ........................................ 75
C Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Anjasmoro ................................................................................................................. 76
C Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Anjasmoro .................................................................................................................. 77
D Penggunaan Pupuk Usahatani Kedelai ...................................................................... 78
E Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Anjasmoro ..................................................... 79
F Pemakaian Alat Usahatani Kedelai Anjasmoro ......................................................... 80
F Lanjutan Pemakaian Alat Usahatani Kedelai Anjasmoro ......................................... 81
G Pajak dan Iuran Usahatani Kedelai Anjasmoro…………….. 82
H Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Martoloyo………. 83
H Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Martoloyo…........ 84
I Tenaga Kerja Usahatani Kedelai martoloyo .............................................................. 85
I Lanjutan Tenaga Kerja Usahatani Kedelai martoloyo ............................................... 86
J Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Martoloy……. 87
J Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Martoloyo…………………………………………………... 88
J Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Martoloyo…………………………………………………... 89
K Pemberian Pupuk Usahatani Kedelai Martoloyo ....................................................... 90
L Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Martoloyo ....................................................... 91
M Penggunaan Alat-Alat Usahatani Kedelai Martoloyo ................................................ 92
M Lanjutan Penggunaan Alat-Alat Usahatani Kedelai
Martoloyo ................................................................................................................... 93
xx
N Pajak dan Iuran Irigasi Usahatani Kedelai Martoloyo ............................................... 94
O Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Mallika………….. 95
O Lanjutan Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Mallika ...................................... 96
P Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Mallika .................................................................. 97
P Lanjutan Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Mallika ................................................... 98
Q Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Mallika ............................................... 99
Q Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Mallika ....................................................................................................................... 100
Q Lanjutan Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai
Mallika ....................................................................................................................... 101
R Pemberian Pupuk Usahatani Kedelai Martoloyo ....................................................... 102
S Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Mallika ............................................... Jember 103
T Pemakaian Alat-Alat Usahatani Kedelai Mallika ...................................................... 104
T Lanjutan Pemakaian Alat-Alat Usahatani Kedelai Mallika ....................................... 105
U Pajak dan Iuran Irigasi Usahatani Kedelai Martoloyo ............................................... 106
V Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Anjasmoro…… 107
W Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Martoloyo ............................................ 107
X Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Mallika ............................................... 108
Y Produksi Kedelai Nasional ........................................................................................ 109
Z Pertumbuhan Produksi Kedelai Nasional ................................................................. 110
AA Produksi Kedelai Jawa Timur ................................................................................... 111
AB Pertumbuhan Produksi Kedelai Jawa Timur………………... 112
AC Produksi Kedelai Banyuwangi……………………………… 113
AD Pertumbuhan Produksi Kedelai Banyuwangi………………. 114
AE Produksi Kedelai Kecamatan Tegaldlimo………………….. 115
AF Pertumbuhan Produksi Kedelai Kecamatan Tegaldlimo…… 115
AG Rata-rata Penggunaan dan Ketersediaan Faktor produksi
Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri……………………... 116
AH Penggunaan dan Ketersediaan Faktor Produksi Usahatani
Kedelai di Desa Kedungasri Dalam 1 Hektar………………. 118
AI Analisis pendapatan………………………………………… 119
xxi
AJ Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Kedelai di
Desa Kedungasri MK-2……………………………………. 120
AK Analysis Linier Programming Result………………………. 121
AL Analysis Ranging…………………………………………… 122
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian yang mempunyai prospek baik adalah
kacang kedelai. Kebutuhan kacang kedelai dunia cenderung terus meningkat dari
tahun ke tahun. Di Indonesia, berdasarkan proyeksi konsumsi kedelai tahun 2003-
2025, pada tahun 2020 total konsumsi kacang kedelai diprediksi mencapai 3,03
juta ton. Prospek usaha budidaya kacang kedelai berpola agribisnis terbuka luas
karena selain permintaan pasar atau konsumen yang cenderung terus meningkat
(Rukmana dan Yudirachman, 2014). Konsumsi kedelai di Indonesia tahun 2012-
2016 pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Konsumsi Kedelai Indonesia Tahun 2012-2016.
Tahun Konsumsi Nasional (Ton) Pertumbuhan (%)
2012 2.571.569 2013 2.626.395 2,13
2014 2.738.803 4,28
2015 2.866.630 4,67
2016 2.678.386 -6,57
Rata-Rata 2.696.357 1,13
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
Rata-rata konsumsi nasional 2.696.357 ton/tahun. Pertumbuhan konsumsi
kedelai rata-rata mengalami kenaikan sebesar 1,13% tiap tahunnya. Peningkatan
konsumsi kedelai disebabkan oleh produk industri rumahan berbahan baku
seperti tempe dan tahu. Namun, Produksi kedelai nasional masih belum mampu
memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai nasional (Aldilah, 2015). Produksi kedelai
nasional dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Produksi Kedelai Indonesia Tahun 2011-2015.
Tahun Produksi Nasional (Ton) Pertumbuhan %
2011 851.286
2012 843.153 -0,955
2013 779.992 -7,491
2014 954.997 22,436
2015 963.183 0,8571
Rata-Rata 878.522 3,7118
Sumber : Badan Pusat Statistik 2016
2
Indonesia sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat lebar
antara produksi dan konsumsi kedelai. Produksi kedelai dalam negeri tidak
memenuhi kebutuhan terhadap kedelai dalam negri. Produksi kedelai dalam negri
rata-rata sebesar 878.522 ton/tahun dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
3,7118%/tahun. Peningkatan konsumsi kedelai dalam negri akan meningkatkan
impor kedelai karena produksi kedelai Indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap kedelai (Sari dkk, 2013). Impor kedelai Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Impor Kedelai Indonesia Tahun 2012-2016.
Tahun Impor (Ton) Pertumbuhan (%)
2012 1.220.120 2013 1.785.385 46,33
2014 1.964.081 10,01
2015 1.668.744 -15,04
2016 2.261.803 35,54
Total 8.900.133 Rata-Rata 1.780.027 19,21
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
Berdasarkan data impor Indonesia tahun 2012-2016 untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi kedelai dalam negri Indonesia melakukan impor kedelai rata-
rata sebesar 1.780.027 ton/tahun. Impor kedelai Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negri cenderung meningkan dengan peningkatan
setiap tahunnya sebesar 19,21%. Ketidak seimbangnya pertumbuhan konsumsi
dan produksi kedelai nasional membuat penyediaan pangan nasional impor
cenderung naik. Hal ini disebabkan permintaan kedelai naik begitu cepat
sedangkan disisi lain produksi kedelai melambat (Permadi, 2015).
Menurut (kementan, 2016) Luas panen, produksi dan produktivitas kedelai
nasional lima tahun terakhir dari tahun 2012-2016. Pada luas panen mengalami
penurunan sebesar 0,85% per tahun, hal ini dipengaruhi oleh penurunan luas
panen di pulau jawa sebesar 4,09% per tahun. Namun, produksi nasional kedelai
meningkat rata-rata 0,14% per tahun, dimana produksi memperoleh sumbangan
peningkatan dari luar jawa rata-rata sebesar 5,57% per tahun. Terdapat beberapa
provinsi yang sangat berkontribusi terhadap produksi kedelai, serta laju
3
pertumbuhan produksi kedelai yang tertinggi di setiap provinsi seluruh Indonesia.
Data produksi kedelai Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4: Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan Rata-rata
Laju Pertumbuhan Produksi Kedelai Menurut Provinsi di Indonesia
tahun 2011-2015.
Provinsi Share Laju Pertumbuhan
Ton % Rank % Rank
Aceh 51.546,8 5,9 5 1,7 22 Sumatra Utara 6.465,6 0,7 13 -0,4 24
Sumatra Barat 1.005,4 0,1 27 -28,3 34
Riau 3.594,0 0,4 20 -22,7 33
Jambi 5.017,6 0,6 17 28,8 9
Sumatra Selatan 12.076,0 1,4 8 27,3 10
Bengkulu 4.172,8 0,5 18 19,2 14
Lampung 9.745,0 1,1 10 11,2 19
Kep. Bangka Belitung 1,2 0,0 33 -16,7 31
Kep. Riau 14,6 0,0 32 29,4 8
DKI Jakarta 0,0 0,0 34 0,0 23 Jawa Barat 73.792,6 8,2 4 25,9 11
Jawa Tengah 123.853,6 14,1 2 7,7 21
DI Yogyakarta 27.781,2 3,2 7 -11,1 29
Jawa Timur 351.781,6 40,3 1 -1,4 25
Banten 7.133,2 0,8 12 13,2 18
Bali 7.918,4 0,9 11 -3,5 27
NTB 95.105,6 10,8 3 10,6 20
NTT 2.431,8 0,3 23 39,3 4 Kalimantan Barat 2.168,2 0,2 24 15,8 15
Kalimantan Tengah 1.773,2 0,2 25 -16,9 32 Kalimantan Selatan 6.358,2 0,7 15 32,8 7
Kalimantan Timur 1.538,8 0,2 26 -5,6 28
Kalimantan Uatara 484 0,1 30 555,9 1
Sulawesi Utara 5.857,2 0,7 16 15,1 16
Selawesi Tengah 11.485 1,3 9 20,9 13
Sulawesi Selatan 46.252,4 5,2 6 21,0 12
Sulawesi Tenggara 6.381,6 0,7 14 35,2 5 Gorontalo 3.498,8 0,4 21 14,9 17
Sulawesi Barat 3.010,4 0,3 22 53,3 2
Maluku 436,8 0,0 31 35,0 6
Maluku utara 973,4 0,1 28 -15,7 30
Papua Barat 821,2 0,1 29 39,4 3
Papua 4.046 0,5 19 -2,3 26
Jumlah 878.522,2 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik 2016
4
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Nasional rata-rata produksi kedelai
tertinggi di Indonesia adalah provinsi Jawa Timur sebesar 351.781,6 ton dalam
kurun waktu 2011-2015. Kontribusi produksi kedelai di Jawa Timur memiliki
persentasi yang sangat baik dengan rata-rata kontribusi sebesar 40,3% menempati
urutan pertama dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Laju pertumbuhan
produksi kedelai di Jawa Timur menurun dengan rata-rata -1,4% menempati
urutan 25 dari 34 provinsi di Indonesia, hal ini berbanding terbalik dengan
produksi kedelai yang mampu menempatkan urutan pertama. Provinsi Jawa Timur
terbagi menjadi 38 Kabupaten dan Kota dan sebagian besar mampu memproduksi
kedelai. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur
yang masuk dalam sepuluh besar penghasil kedelai tertinggi. Kontribusi dan
pertumbuhan produksi dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5: Rata-rata Produksi dan Kontribusi/ Share Produksi Kedelai dalam
Sepuluh Besar Kabupaten di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016.
Kabupaten Share Laju
Pertumbuhan
Ton % Rank % Rank
Banyuwangi 47.301,34 14,19 1 -5,57 22
Sampang 41.687,45 12,5 2 6,08 8
Lamongan 30.340,61 9,10 3 -8,35 25
Jember 23.882,54 7,17 4 -4,11 20
Bojonegoro 23.829,50 7,15 5 -4,20 21
Ponorogo 21.310,10 6,39 6 3,69 11
Nganjuk 20.508,92 6,15 7 -7,47 24
Ngawi 18.832,18 5,65 8 -12,85 30
Pasuruan 17.264,76 5,18 9 -22,57 34
Blitar 13.474,78 4,04 10 6,06 9
Sumber : Badan Pusat Statistika 2017
Berdasarkan data dari Badan Pusat Stastistik produksi kedelai Kabupaten
Banyuwangi menempati urutan pertama dari semua Kabupaten yang ada di Jawa
Timur dengan rata-rata produksi sebesar 47.301,3 ton pada tahun 2012-2016.
Kontribusi produksi kedelai di Kabupaten Banyuwangi sebesar 14,2% merupakan
kontribusi tertinggi dari Kabupaten/Kota sebagai penghasil kedelai di Jawa Timur.
Namun, laju pertumbuhan kedelai di Kabupaten Banyuwangi tidak mengalami
pertumbuhan, hal ini dapat dilihat pada laju pertumbuhan menempati ranking 22
5
dengan -5,57%. Tingginya produksi kedelai di Kabupaten Banyuwangi tidak lepas
dari daerah-daerah yang termasuk penghasil kedelai. Kecamatan Tegaldlimo
merupakan salah satu kecamatan sebagai penghasil kedelai. Kecamatan
Tegaldlimo memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Kontribusi dan
pertumbuhan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan Rata-rata
Laju Pertumbuhan Produksi kedelai Menurut Kecamatan di Kabupaten
Banyuwangi tahun 2012-2016.
Kecamatan Share Laju Pertumbuhan
Ton % Rank % Rank
Pesanggaran 4.820 9,26 5 71,60 15
Siliragung 1.857,4 3,57 7 85,56 13
Bangorejo 4.917,8 9,45 4 89,65 11
Purwoharjo 12.355,6 23,74 2 91,35 10
Tegaldlimo 13.037 25,05 1 123,10 8
Muncar 6.480 12,45 3 189,79 4
Cluring 2.834,8 5,45 6 174,47 5
Gambiran 1.212,2 2,33 9 163,91 6
Tegalsari 1.335,2 2,57 8 83,94 14
Glenmore 0 0,00 19 0,00 16
Kalibaru 0 0,00 19 0,00 16
Genteng 304,6 0,59 14 86,29 12
Srono 744,2 1,43 11 147,08 7
Rogojampi 328,6 0,63 13 191,06 3
Kabat 80,4 0,15 15 120,58 9
Singojuruh 13,8 0,03 17 -48,57 23
Sempu 1.063,6 2,04 10 299,59 1
Songgon 0 0,00 19 0,00 16
Glagah 2 0,00 18 -15,00 22
Licin 0 0,00 19 0,00 16
Banyuwangi 0 0,00 19 0,00 16
Giri 0 0,00 19 0,00 16
Kalipuro 49 0,09 16 -56,53 24
Wongsorejo 601 1,15 12 192,19 2
Jumlah 52.037,2 100
Sumber: Badan Pusat Statistik 2016
6
Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kabupaten Banyuwangi,
sebanyak 16 Kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupeten Banyuwangi
telah menghasilkan produksi kedelai, ke 6 kecamatan yang meliputi Giri,
Banyuwangi, Licin, songgon, Glenmore dan Kalibaru tidak menunjukan
berkontribusi terhadap produksi kedelai. Berdasarkan data share produksi
terhadap total produksi kedelai di Kabupaten Banyuwangi, maka diperoleh 5
kecamatan yang paling berkontribusi terhadap produksi kedelai. Kecamatan
tegaldlimo merupakan kontribusi urutan pertama dengan share sebesar 24,30 %,
kemudian Kecamatan Purwoharjo menempati urutan kedua dengan share sebesar
23,03%. Selanjutnya kecamatan Muncar yang menempati urutan ketiga dengan
share sebesar 12,08%, Kecamatan Bangorejo dengan share 9,17% dan Kecamatan
Pesanggaran dengan urutan kelima share sebesar 8,98%. Laju pertumbuhan
produksi kedelai di Kecamatan Tegaldlimo pada tahun 2012-2016 menempati
urutan ke 8 dengan rata-rata laju sebesar 123,10%. Tingginya laju pertumbuhan
produksi kedelai di Kecamatan Tegaldlimo mengindikasi bahwa daerah yang
memiliki potensi dalam pengembangan kedelai. Data terkait rata-rata produksi,
share produksi dan laju pertumbuhan menurut desa Kecamatan Tegaldlimo, dapat
dilihat pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7 Rata-rata Produksi, Rata-rata Kontribusi/ Share Produksi dan Rata-rata
Laju Pertumbuhan Produksi Kedelai Menurut Desa di Kecamatan
Tegaldlimo tahun 2015-2016.
Desa Share
Laju
Pertumbuhan
Ton % Rank % Rank
Purwoasri 888 8,50 7 -48,21 9
Kendalrejo 1.138 10,89 4 -32,40 5
Kedungasri 2.245 21,48 1 -22,81 4
Kedungwungu 1.354 12,96 3 -40,14 7
Tegaldlimo 1.573 15,05 2 -14,29 2
Wringinpitu 388,5 3,72 9 693,10 1
Kedunggebang 991,5 9,49 6 -48,16 8
Purwoagung 1.073 10,27 5 -21,02 3
Kalipait 798,5 7,64 8 -39,66 6
Jumlah 10449.5 100,00
Sumber :BPS Banyuwangi 2016
7
Sebagai Kecamatan penghasil kedelai tertinggi di Kabupaten Banyuwangi,
Kecamatan Tegaldlimo memiliki beberapa desa yang produksi kedelainya cukup
tinggi salah satunya terdapat di Desa Kedungasri. Desa Kedungasri merupakan
daerah penghasil kedelai tertinggi di Kecamatan Tegaldlimo dengan rata-rata
produksi sebesar 2245 ton pada kurun waktu 2015-2016. Kontribusi produksi
kedelai mencapai nilai 21,48%, sehingga Desa Kedungasri menempati ranking
pertama dalam produksi kedelai di kecamatan Tegaldlimo, sedangkan Laju
pertumbuhan produksi kedelai sebesar 53,37%. Hal ini dapat dikatakan desa
Kedungasri sebagai penghasil kedelai tertinggi di kecamatan Tegaldlimo maupun
di Kabupaten Banyuwangi.
Tabel 1.8 Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo dan Mallika di Desa
Kedungasri
Var. Kedelai Petani Luas Panen
(Ha) Produktivitas
(Ton/Ha) Produksi Harga
(Rp)
Anjasmoro 64 28.16 2.94 82.79 6600
Martoloyo 95 41.08 2.13 87.50 6400
Mallika 42 20.11 2.94 59.12 9000
Jumlah 201 89.35 229.41
Sumber : Desa Kedungasri 2017
Berdasarkan data usahatani kedelai di Desa Kedungsari pada jenis kedelai
anjasmoro, martoloyo dan mallika. Petani yang menanam Jenis varietas
Anjasmoro sebanyak 64 orang dengan luasan panen 28,16 Ha, produktivitas
sebesar 2,94 Ton/Ha dan produksi sebesar 82,79 ton dengan harga Rp 6.600,00.
Petani yang menanam Jenis varietas Martoloyo sebanyak 95 orang dengan luasan
panen 41,08 Ha, produktivitas sebesar 2,13 Ton/Ha dan produksi sebesar 87,50
ton dengan harga Rp 6.400,00. Dan petani yang menanam jenis varietas Mallika
sebanyak 42 orang dengan luasan panen 20,11 Ha, produktivitas sebesar 2,94
Ton/Ha dan produksi sebesar 59,12 ton dengan harga Rp 9.000,00.
Data yang dipaparkan diatas menjadi tantangan bagi para patani yang ada
di Desa Kedungasri dalam menanam kedelai. Petani ketika menanam Varietas
Malika harganya tinggi tetapi pemasarannya sulit didapatkan, sedangkan pada
varietas Anjasmoro adalah varietas yang disarakan oleh pemerintah dengan harga
yang lebih murah seharga Rp 6.600,00 tetapi pasarnya juga sulit didapatkan,
8
sedangkan varietas Martoloyo mempunyai harga yang lebih murah sebesar Rp
6.400,00 dengan pemasaran mudah didapatkan. Dilihat dari produktivitas ketiga
jenis varietas kedelai tersebut kedelai anjasmoro produktuvitasnya tertinggi.
Produktivitas varietas kedelai anjasmoro, martoloyo dan mallika dapat dilihat
pada Tabel 1.9.
Tabel 1.9 Produktivitas Varietas Kedelai Anjasmoro, Martoloyo Dan Mallika.
Varietas Desa Kedungasri (Ton/Ha) Nasional (Ton/Ha) Anjasmoro 1.90 2.94 Martoloyo 1.81 2.13 Mallika 1.85 2.94
Sumber: Balitkabi
Berdasarkan data produktivitas kedelai varietas anjasmoro, martoloyo dan
mallika di Desa Kedungasri, jenis varietas Anjasmoro produktivitasnya tertinggi
dari varietas lainnya sebesar 1,90 ton/ha. Petani di Desa Kedungsari dihadapkan
tiga pilihan menanam dari 3 varietas tersebut agar mendapatkan produksi yang
maksimum dan keuntungan yang maksimum. Fenomena yang ada di atas menjadi
dasar peneliti tertarik untuk meneliti optimalisasi usahatani dengan mempelajari
faktor-faktor usahatani kedelai di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo pada
MK-2 tahun 2017.
Menurut (Kurniansyah, 2015) Optimalisasi adalah serangkaian proses
untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan untuk mendapatkan hasil terbaik
dalam situasi tertentu. Dengan harapan dapat diketahui bahwa optimalisasi
mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada
maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya operasional melalui fungsi tujuan.
Optimalisasi produksi kedelai di Desa Kedungasri berkaitan dengan pemanfaatan
setiap sumber daya yaitu benih, tenaga kerja, obat dan pupuk. Optimalisasi
produksi terjadi karena di Desa Kedungasri berkeinginan mendapatkan
keuntungan yang maksimal namun memiliki keterbatasan dari setiap sumber daya
tersebut. Optimalisasi dengan kendala yang ada di Desa Kedungasri dilakukan
dengan menentukan persoalan dalam variabel suatu fungsi agar mendapat
keuntungan maksimum dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti akan merumuskan, sebagai berikut
9
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Desa
Kedungasri?
2) Bagaimana kombinasi usahatani kedelai varietas anjasmoro, martoloyo dan
mallika di Desa Kedungasri untuk mencapai keuntungan maksimal?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui ketersediaan faktor-faktor produksi yang dipakai dan sudah
optimal pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
2) Menentukan kombinasi usahatani kedelai di Desa Kedungasri untuk mencapai
keuntungan yang maksimal dengan varietas anjasmoro, martoloyo dan mallika.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1) Bagi petani atau masyarakat, dapat meningkatkan dan mengembangkan
usahatani kedelai.
2) Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan yang dijadikan acuan untuk
menunjang studinya mengenai optimalisasi guna memaksimalkan keuntungan
10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Kusumawati (2010) yang berjudul “Analisis Efisiensi Ekonomi
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Kedelai di Kabupaten
Rembang” menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
usahatani kedelai adalah luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pestisida
(prevaton) dan ZPT(gandasil). Sarana produksi meliputi benih sebesar 102,19
kg/ha, pupuk kandang 9.791,66 kg pestisida (prevaton) 0,63 liter/ha, dan ZPT
(gandasil) 2,44 kg/ha. Tenaga kerja yang diperlukan adala 101,70 Hkp/ha.
Pelaksanaan usahatani kedelai di desa biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
5.109.292,53/ha/MT. Penerimaan usahatani kedelai diperoleh sebesar Rp
8.418.465,00/ha/MT, sehingga pendapatan usahatani kedelai sebesar Rp
3.309.172,47/ha/MT.
Penelitian Dewi (2016) yang berjudul “Studi Komperatif Usahatani
Kedelai Kuning dan Kedelai Hitam di Kecamatan Pituru Kabupaten Purworejo”
menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dapat meningkatkan produksi
kedelai kuning adalah pupuk organik dan luas lahan, sedangkan faktor-faktor
produksi dapat meningkatkan pendapatan kedelai hitam hanya luas lahan.
Pendapatan usahatani kedelai kuning lebih besar daripada usahatani kedelai hitam,
untuk pendapatan usahatani kedelai kuning sebesar Rp 2.878.215,91 dan
pendapatan usahatani kedelai hitam sebesar Rp 1.566.062,26.
Hasil penelitian Nugroho dkk (2015) yang berjudul “ Faktor yang
Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Kedelai Kecamatan Paliyan
Gunung Kidul” bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memperoleh
pendapatan usahatani kedelai di Kecamatan Paliyan adalah luas lahan, tenaga
kerja, pestisida, pupuk urea, pupuk kandang, pupuk phonska, pupuk TSP dan
benih kedelai. Luas lahan, pupuk urea merupakan faktor produksi dapat
meningkatkan produksi kedelai, sedangkan jumlah benih, pupuk kandang dan
pupuk phonska tidak berpengaruh pada peningkatan produksi. Harga produk,
11
harga pupuk TSP, pestisida dan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan
usahatani kedelai. Pendapatan yang diterima oleh usahatani kedelai di Kecamatan
Paliyan rata-rata sebesar Rp 982.503,80.
Menurut penelitian Anisah dkk (2015) yang berjudul “Optimalisasi Lahan
Pasang Surut Pada Usahatani Kedelai di Desa Enggal Rejo Kecamatan Air Saleh
Kabupaten Banyuasin”, menyatakan bahwa optimalisasi lahan dilakukan analisis
untuk mendapatkan penerimaan yang maksimal. Penentuan penerimaan optimal
berhubungan dengan faktor pembatas, harga komoditi dan jumlah produksi.
Pembatas meliputi luas lahan, modal dan tenaga kerja. Penerimaan maksimal pada
usahatani di Desa Enggal Rejo sebesar Rp 14.111,937/ha/MT. Dengan
optimalisasi produksi padi sebesar 0,98 kg dengan luas lahan rata-rata 1 ha dan
optimalisasi produksi kedelai 1,24 kg luas lahan untuk tanaman kedelai rata-rata 1
hektar. Usahatani kedelai di Desa Enggal Rejo belum dilakukan secara optimal,
jika dilihat dari penerimaan yang diperoleh petani kedelai lebih kecil dari biaya
produksi yang dikeluarkan oleh petani kedelai, karena produksi kedelai yang
dihasilkan petani hanya mampu 609,375kg/ha dan harga kedelai masih sangat
rendah rata-rata sebesar Rp 5.335,417.
Hasil penelitian dari Majeke (2013) yang berjudul “Rotasi Tanaman Pada
Kebutuhan Usahatani Jagung, Kedelai dan Tembakau Menggunakan Linier
Programming : Studi Kasus Petani Pedesaan Binduran, Zimbabwe” menyatakan
bahwa dari kombinasi tanaman jagung, kedelai dan tembakau dapat
dimaksimalkan dengan menggunakan metode linier programming. Dari lahan
seluas 8 hektar pada awalnya pendapatan yang diperoleh sebesar $11.220,00.
Setelah dilaksanakan analisis linier programming hasil optimal pada usahatani
tanaman jagung, kedelai dan tembakau di pedesaan Binduran dengan kendala
lahan, tenaga kerja, modal jagung, konsumsi jagung dan keseluruhan modal akan
diperoleh untuk usahatani tanaman jagung 2,08 ha keuntungan sebesar $4.451,00,
tanaman kedelai 0 ha dan tanaman tembakau 2,08 ha keuntungan sebesar
$10.907,20. Dari luas tanam tersebut akan menghasilkan keuntungan sebesar
$15.359,04 yang sebelumnya memperoleh pendapatan sebesar $11.220,00.
12
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tanaman Kedelai
Menurut (Septianin, 2014), Kedelai merupakan warga dari kacang-kacangan
dari (ordo leguminosae). Family kacang-kacangan di antaranya kedelai, kacang
tanah dan lainnya. Sistematika kedelai, menurut klasifikasi botani adalah sebagai
berikut:
Devisi : Spermatopyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminoseae
Family : Papilionaceae
Genus : Lycine
Species : Glycine max. L.
Tanaman kedelai sebagaian besar tumbuh di daerahyang beriklim tropis dan
subtropics. Iklim kering lebih di sukai tanaman kedelai dibandingkan iklim
lembab. Tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400
mm/bulan. Suhu yang di kehendaki tanaman kedelai antara 21-34°C. pada proses
perkecambahan, benih kedelai memerlukan suhu sekitar 30°C. tanaman kedelai
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan syarat drainase dan aerasi tanah
cukup baik, toleransi kemasaman tanah adalah pH= 5,8-7,0. Ketinggian yang baik
untuk tanaman kedelai tidak lebih dari 500 m dpl.
2.2.2 Budidaya Kedelai
Tanaman kedelai dapat ditanaman di lahan sawah maupun di lahan kering
bergantung pada iklim dan kebutuhan petani. berikut langkah-langkah budidaya
kedelai menurut Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (2009).
a. Bahan Tanam
Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai kuning dan kedelai hitam.
Pemeliharaan kedelai hitam lebih mudah dari pada kedelai kuning. Kedelai kuning
membutuhkan tanah yang subur, serta memerlukan pengairan dan pemeliharaan
lebih baik dari pada kedelai hitam.
13
b. Persiapan lahan
Pada lahan kering, tanah dibajak 2 kali sedalam 30 cm, sedangkan pada
lahan sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami,
kemudian tanah diolah satu kali. Drainase dibuat setiap 4 meter sedalam 20-25
cm, lebar 20 cm. pembuatan saluran drainase dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penggenangan air, karena tanaman kedelai tidak tahan terhadap
genangan.
Jika keadaan lahan masam perlu diberi kapur bersamaan dengan
pengolahan lahan yang kedeua atau paling lambat seminggu sebelum tanam.
pengapuran menggunakan dolomite dengan cara menaburkan rata dengan dosis
1,5 ton/ha. Jika ditambah pupuk kandang sebesar 2,5 ton/ha, maka dosis kapur
dapat dikurangi menjadi 750 kg/ha.
c. Penanaman
Penenaman kedelai memilih waktu yang tepat, agar tidak mengalami
kebanjiran atau kekeringan. Penanaman dilakukan dengan cara tebar dan tugal.
Untuk cara penanaman tugal jarak tanamnya 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 20 cm,
tiap lubang diberi 2 benih kedelai. populasi tanaman kiasarannya 350.000-
500.000/ha. Agar lahan semakin subur sebaiknya jarak tanam semakin lebar.
d. Pemupukan
Untuk lahan kering masam, dosis pupuk yang diberikan urea 75 kg + Sp36
100 kg + KCl diberikan paling lambat saat tanaman berumur 14 hari. Pemberian
pupuk dilakukan dengan cara ditugal atau dilarik 5-7 cm dari tanaman, kemudian
ditutup tanah. Sedangkan kapur (dolomite) ditebar sebelum pengolahan lahan
yang kedeua. Untuk lahan sawah dosis yang digunakan urea 50 kg + SP36 50 kg
+100 kg KCl/ha.
e. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum maupun setelah tumbuh dengan cara
pemantunan baik secara mekanik, konvensional dan secara kimia. Penyiangan
dilakukan pada umur tanaman 15 hari dan 30 hari. Apabila gulmamasih banyak
dilakukan lagi penyiangan pada umur tanaman 55 hari.
14
f. Pengendalian hama dan penyakit kedelai
Pengendaliaan hama dan penyakit pada tanaman kedelai berlandaskan
strategi penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). PHT adalah suatu cara
pendektan atau cara pengendalian hama dan penyakit yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem
yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Tanaman kedelai pada musim tanaman kedua umumnya banyak diserang
hama, apalagi lahan yang akan ditanamani sebelumnya juga ditanamai kedelai
atau kacang kacangan lain. Hama yang sering menyerang tanaman kedelai adalah
lalat bibit (ophiomyia phaseoli), ulat grayak (spodoptera,itura), ulat jengkal
(chrysodeixis chalets), dan ulat heliothis, Sp serta penggulung daun (lamprosema
indicate), pengisap polong (Riptortus linearis, nezara viridula dan piezodorus
rubrofasciatus), penggerek polong (etiella zinckenella), penggerek batang
(melanagromyza sojae), kutu kebul (bemisia sp) dan kutu daun (aphisglycines).
Penggunaan insektisida secara bijaksana apabila populasi hama telah
mencapai ambang kendali. Apabila kemampuan mengamati hama terbatas,
aplikasi insektisida dapat berpedoman pada kondisi tanaman dalam periode kritis
yaitu ketika tanaman berumur 5-7 hari untuk lalat kacang, 16-24 hari untuk hama
daun, umur 40-50 hari untuk hama daun dan polong, dan umur60-60 hari untuk
hama polong. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan insektisida adalah
etepatan waktu, takaran dan cara penyemprotan.
g. Panen
Waktu, cara dan alat panen yang digunakan dalam pemanenan dapat
mempengaruhi jumlah dan mutu hasil kedelai. apabila dipanen terlalu awal akan
banyak biji muda dan perontkan biji relatif sulit dilakukan. sebaliknya, apabila
terlambat panen meyebabkan hilangnya biji dilapang. Untuk itu dianjurkan
beberapa hal sebagai berikut:
Penen dilakukan apabila semua daun tanaman kedelai telah rontok, polong
berwarna kuning/coklat dan mongering.
15
Panen dimulai sekitar pukul 09.00 pagi. Pada saat air embunsudah hilang.
Pangkal batang tanaman dipotong menggunakan sabit bergerigi atau sabit
tajam.
Hindari pemanenan dengan mencabut tanaman agar tabah/kotoran tidak
terbawa.
Hasil panen dikumpulkan ditempat yang kering dan diberi atas terpal/plastic.
Penanganan pasca panen yang terdiri dari penjemuran brangkasan tanaman,
pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyimpanan biji perlu mendapat
perhatian yang cukup. Sebab, kegiatan ini mempengaruhi kualitas biji atau benih
yang dihasilkan. Kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada umur 75-100 hari,
sedangkan untuk benih umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul
sempurna dan merata. Penjemuran yang terbaik adalah penjemuran brangkasan
kedelai diberi alas terpal.
h. Penyimpanan
Penyimpanan biji kedelai untuk konsumsi
Biji disimpan dalam kantong plastic berukuran 30-40 kg, ketebalan 0,2 mm
dan kedap udara.
Setelah biji dimasukan kedalam kantong plastic, bagian ats kantong diikat kuat
dengan tali raffia.
Kantong-kantong yang telah berisi biji-biji kedelai tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam karung plastic (seperti karung pupuk), dan bagian atas
karung diikat dengan tali raffia. Kemudian disusun rapi ditempat
penyimpanan/gudang.
Penyimpanan biji digunakan untuk benih:
Benih sebaiknya disimpan pada kadar air 8-9% dalam wadah kedap udara
seperti kantong plastic dengan ketebalan 0,8 mm, ukuran kantong 10 kg, dan
kantong diikat kuat.
Selanjutnya benih dalam wadah kedap udara tersebut disimpan di
tempat/ruangan kering atau berpendingin. Yakni suhu sekitar 18°C dengan
kelembaban relative sekitar 60% (ruang ber AC).
16
2.2.3 Varietas Kedelai
Tabel 2.1 Varietas Anjsmoro, Martoloyo, Dan Mallika
Keterangan Anjasmoro Martoloyo Mallika
Dilepas tahun 21 oktober 2001 22 oktober 2001 2007
Asal Seleksi dari galur
murni Silang ganda 16
tetua Seleksi varietas lokal
bantul
Tipe pertumbuhan Determinit Determinit Indeteminit
Warna hipokotil Ungu Ungu Ungu
Warna epikotil Ungu Hijau Ungu
Warna daun Hijau Hijau Hijau tua
Warna bulu batang Putih Coklat Coklat
Warna bunga Ungu Ungu Ungu
Warna kulit biji Kuning Kuning Hitam Warna polong
masak Coklat muda Coklat Coklat tua
Warna hilum biji Kuning kecoklatan Coklat Coklat muda
Bentuk daun Oval Lonjong Oval melebar
Percabangan 2,9-5,6 cabang 2,5-5,5 cabang Bercabang
Tipe tumbuh Determinit Determinit Indeterminit
Umur berbunga 35,7-39,4 hari 35 hari 36 hari Umur polong
masak 82,5-92,5 hari 85 hari 85-90 hari
Tinggi tanaman 64-68 cm 64 hari 60-80 cm
Bobot 100 biji 14,8-15,3 g 10,37% 9-1 g
Rata-rata hasil 2,03-2,25 ton/ha 1,5 ton/ha 2,34 ton/ha
Potensi hasil 2,94 ton/ha 2,13ton/ha 2,94 ton/ha
Kandungan protein 41,8-42,1% 44% 37%
Kandungan lemak 17,2-18,6% 8% 20%
Sumber : Balitkabi 2016
2.2.4 Teori Usahatani
Usahatani merupakan sekumpulan dari sumberdaya alam yang tersedia
pada suatu tempat tertentu yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan produksi
pertanian. Tanah, air, udara, sinar matahari merupakan sumberdaya alam yang
perlu dilakukan perbaikan dan pembangunan-pembangunan terhadap sumberdaya
17
yang tersedia di tempat tersebut guna menunjang berlangsungnya kegiatan
usahatani. Usahatani terbagi menjadi 2 jenis kegiatan yaitu usahatani subsisten
dan usahatani komersil. Usahatani subsisten merupakan kegiatan usahatani yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sedangkan usahatani
komersil merupakan kegiatan usahatani yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya (Mubyarto, 1989).
Menurut Soekartawi (2010), usahatani merupakan suatu kegiatan
pengalokasian input usahatani secara efektif dan efisien yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan maksimal. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila
petani mampu mengalokasikan input usahatani dilakukan dengan baik. Usahatani
dapat dikatakan efisien apabila petani mampu menghasilkan output yang lebih
besar disbanding input yang di berikan.
Menurut Suratiyah (2006) Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
yang sebaik-baiknya. Ilmu usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara
petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan faktor-faktor
produksi yang efektif dan efisien sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan
semaksimal mungkin. Usahatani harus dimulai dengan perencanaan untuk
menentukan apa yang akan dilakukan, agar tujuan dari usahatani akan tercapai.
Usahatani merupakan bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pertanian.
2.2.5 Teori Biaya
Menurut Hariyati (2007), biaya produksi dimaksudkan sebagai jumlah
kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang dipergunakan
dalam proses produksi yang bersangkutan. Kegiatan biaya perusahaan, biaya
produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Hubungan antara
jumlah produksi dengan biaya total, semakin banyak produk yang dihasilkan
maka akan semakin besar biaya total yang digunakan. Beberapa konsep biaya
total:
18
a. Biaya eksplisit menurut (Multifiah, 2011) merupakan biaya yang secara aktual
dikeluarkan oleh produsen untuk membeli atau menyewa input-input yang
digunakan dalam proses produksi. contoh : gaji, upah pegawai dan sewa,
pembelian bahan baku dan lainya.
b. Biaya implisit menurut (Multifiah, 2011) merupakan biaya berkenaan dengan
pemakaian input-input yang dimiliki sendiri oleh produsen yang digunakan
dalam proses produksi. contoh : biaya gaji pemilik, nilai tanah dan bangunan
yang dimiliki serta digunakan oleh produsen.
c. Biaya Tetap Total, (Total Fixed Cost) biaya ini mewakili biaya-biaya untuk
faktor-faktor produksi tetap. Biaya ini hanya mempunyai arti dalam jangka
pendek dan tidak mempengaruhi pada jumlah produk yang dihasilkan.
d. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) biaya ini mewakili biaya-biaya
untuk faktor-faktor produksi variabel. Biaya ini dapat berbentuk uang tunai,
barang atau nilai uang jasa dan kerja yang sesungguhnya tidak dibayarkan.
e. Biaya Total (Total Cost) Biaya total merupakan biaya tetap total dengan biaya
total variabel total. Hubungan antara jumlah produksi dengan biaya total,
semakin banyak produk yang dihasilkan maka akan semakin besar biaya total
yang digunakan. Secara matematis dirumuskan :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = biaya total (total cost)
TFC = total biaya tetap (total fixed cost)
TVC = total biaya variabel (total variabel cost)
Sedangkan konsep biaya rata-rata menunjuk pada pengeluaran satuan produksi
atau output. Berikut ini konsep biaya rata-rata terdiri dari :
a. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fix Cost), biaya ini merupakan pembagian
antara biaya tetap total dengan jumlah produk yang dihasilkan pada tiap tingkat
produksi. Semakin banyak produk yang dihasilkan, maka semakin rendah
biaya tetap rat-rata yang dikeluarkan, akan tetapi tidak pernah sampai nol
ataupun negatif karena dalam jangka pendek.
19
b. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost), biaya ini merupakan hasil
bagi antara biaya variabel total dengan jumlah jumlah produk yang dihasilkan.
c. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost), biaya ini merupakan hasil bagi biaya
total dengan jumlah produk. Secara sistematis dirumuskan :
AC = AFC + AVC.
Keterangan :
AC = Biaya Total Rata- Rata (total cost)
AFC = Biaya Tetap Rata- Rata (total fixed cost)
AVC = Biaya Variabel Rata- Rata (total variabel cost)
2.2.6 Teori penerimaan
Menurut Assauri (1990), total penerimaan adalah besarnya hasil
penerimaan yang diterima oleh perusahaan dari sejumlah penjualan yang
dilakukan. total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah/kuantitas
produk dengan harga yang terjadi karena permintaan. Perhitungn hasil penerimaan
diformulasikan dalalm persamaan sebagai berikut :
R = x . p
Keterangan :
x : Jumlah/kuantitas produk
p : Harga permintaan
R : Hasil penerimaan
2.2.6 Teori Pendapatan
Menurut Hanafie (2010), pendapatan adalah selisih anatara penerimaan
total (PrT) dan biaya (B). penerimaan total merupakan hasil perkalian antara
produksi total (PT) dengan harganya. Biaya yang dimaksud merupakan
keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi yang terdiri dari
biaya tetap (sewa tanah, pembelian alat-alat pertania, dan lainnya) dan biaya tidak
tetap (biaya untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan lainnya). Biaya didapatkan dari
masing-masing dari input produksi dikalikan dengan harganya. Keuntungan dalam
usahatani tidak selalu harus ditentukan dengan uang atau rupiah. Usahatani yang
masih bersifat subsiten lebih mementingkan keuntungan dalam bentuk maksimasi
20
produk atau keuntungan dari segi kuantitas produksi. Hal seperti ini dikarenakan
pertanian yang bersifat subsisten melaksanakan usahatani untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya.
Menurut Soetriono, dkk (2010), pendapatan usahatani adalah total
penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama
periode tertentu. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual, digunakan
untuk bibit dalam usahatani, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan untuk
pembayaran dan yang disimpan. Petani akan menghasilkan pendapatan yang lebih
besar apabila petani mampu meminimalkan biaya variabel yang dikeluarkan dan
memaksimalkan produksi. Semua pengeluaran yang digunakan dalam usahatani
merupakan biaya usahtani. Selisih antara penerimaan usahatani dengan
pengeluaran total usahatani disebut sebagai pendapatan usahatani. Secara
matematika pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = TR – TC
Keterangan:
π = Pendapatan bersih (Rp)
TR = Total penerimaan usahatani (Rp)
TC = Total biaya
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
TR = P.Q
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Harga (Rp/Kg)
Q = Produksi (Kg)
2.2.7 Teori Optimalisasi
Menurut (Kusumadewi, 2012) Optimalisasi produksi merupakan suatu
analisis yang dilakukan terhadap produksi untuk mencapai keuntungan yang
maksimum dengan sumberdaya yang terbatas. Optimalisasi pada dasarnya terdiri
dari dua tujuan, yaitu maksimisasi keuntungan dan minimisasi biaya. Linier
21
programming merupakan metode untuk perencanaan terbaik mencari keuntungan
maksimal dan meminimalkan biaya dalam keterbatasan sumberdaya.
Linier programming (LP) adalah suatu metode programasi yang
variabelnya disusun dengan persamaan linier digunakan sebagai alat kuantitatif
untuk melakukan pemograman. Linier programming merupakan metode untuk
perencanaan terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat
dilakukan. penentuan rencana terbaik tersebut terdapat banyak alternatif dalam
perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya yang terbatas.
Kondisi ini seperti ini banyak dijumpai dalam pertanian (Soekartawi, 1995).
Linier programming telah digunakan dalam bidang pertanian hampir sejak
awal ditemukannya pada tahun 1950-an dipergunakan untuk memcahkan masalah
minimasi biaya atau maksimisasi keuntungan dalam situasi produksi tertentu.
Fungsi tujuan merupakan tercapainya dari masalah dasar linier programming.
Fungsi tujuan menjadi sasaran dari kendala yang ada dengan kondisi
tertentunyang dapat diidentifikasi. Setelah sejumlah kendala tersusun kemudian
dilakukan serangkaian pemecahan untuk memperoleh solusi. Diharapkan solusi
ini yang akan menunjukan total penerimaan atau total keuntungan yang tinggi.
Menurut Soekartawi (1995), Problem dalam linier programming adalah
memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efisien dari sumberdaya-
sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Problem ini
dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi dasar setiap problem.
Pemilihan solusi yang diutamakan ialah meliputi pemecahan terbaik terhadap
suatu problem yang terkait pada beberapa tujuan atau untuksemua tujuan, yang
dinyatakan secara tidak langsung di dalam pernyataan dari problem tersebut.
Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi problem mengenai tujuan yang telah
di tetapkan dinamakan solusi optimum. Secara matematik, penjelasan tentang
linier programming dapat dirumuskan sebagai berikut:
22
Memaksimumkan atau meminimumkan:
A. Fungsi Tujuan : Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 +….+ CnXn
B. Fungsi Kendala : a11X11 + a21X21 +….+ an1Xa1 ≤ b1
a12X12 + a22X22 +….+ an2Xa2 ≤ b2
. . . .
. . . .
a1mX1m + a2mX2m +….+ anmXam ≤ bm
c Asumsi : X1, X2,…, Xn 0
Keterangan:
Z : Fungsi tujuan maksimisasi keuntungan usahatani kedelai
X : Variabel varietas anjasmoro, martoloyo, dan mallika
Cn: Sumbangan per unit kegiatan yang menunjukan keuntungan
bij : Jumlah sumberdaya yang terbatas (lahan, benih, urea, Sp36, macht, neotrin,
bayleton, gandasil B, rumpas, prevaton, kaliandra, tenaga kerja)
aij: Koefisien input-output
Berdasarkan rumusan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan tiga hal,
sebagai berikut:
a. Dalam LP harus ada fungsi tujuan (yang dinyatakan dengan persamaan garis
lurus fungsi Z) yaitu sesuatu yang dimaksimumkan atau diminimumkan; c
adalah koefisien harga dan X adalah aktivitas.
b. Dalam LP harus ada kendala yang dinyatakan dengan persamaan garis lurus:
dimana a = koefisien input-output, dan b = jumlah sumberdaya yang tersedia.
c. Semua nilai X adalah positif atau sama dengan nol. Dengan demikian ,
besarnya nilai koefisien input-output tidak boleh negatif.
2.2.8 Asumsi Linier Programming
Menurut Ruminta (2014), penggunaan pemrograman linier untuk
mendekati dan merepresentasikan situasi kehidupan nyata menggunakan beberapa
asumsi yaitu:
23
1. Proposionalitas, Kontribusi masing-masing variabel keputusan terhadap fungsi
tujuan dan pembatasan-pembatasan adalah proposional langsung terhadap nilai
variabel keputusan
2. Aditivitas, Kontribusi terhadap fungsi tujuan dan pembatasan-pembatasan untuk
beberapa variabel adalah independen (bebas) dari variabel keputusan yang lain
sehingga kontribusi masing-masing variabel keputusan dapat
digabungkan/ditambahkan menjadi kontribusi total.
3. Divisibilitas, Variabel keputusan adalah kontinu sehingga dapat diambil nilai
fraksionalnya.
4. Deteministik, Semua parameter (fungsi tujuan, pembatasan-pembatasan, seluruh
koefisien) diketahui dengan pasti dan tetap tidak berubah selama dilakukan
kajian atau analisis.
2.3 Kerangka Pemikiran
Tegaldlimo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Banyuwangi
penghasil kedelai tertinggi dengan kontribusi produksi sebesar 25.1%. Rata-rata
produksi kedelai yang ada di Kecamatan tegaldlimo sebesar 13.037 ton per tahun.
Produksi kedelai tahun 2012 hingga 2016 mencapai 65.185 ton, namun laju
pertumbuhan produksi kedelai mengalami penurunan rata-rata sebesar -5.04%.
Hal ini di sebabkan harga kedelai yang fluktuatif sehingga para petani memilih
komoditas lain untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Seperti halnya
yang terjadi di Desa Kedungasri yang memiliki kontribusi produksi kedelai
tertinggi di Kecamatan Tegaldlimo.
Kedungasri merupakan penghasil kedelai tertinggi di Kecamatan
Tegaldlimo. Tingginya produksi kedelai dikarenakan Desa Kedungasri
mempunyai lahan pertaniannya yang paling luas daripada desa-desa di Kecamatan
Tegaldlimo. Namun dalam segi produktivitas setiap tahunnya mengalami
penurunan yang disebabkan perwatan yang dilakukan masih kurang intensif.
Harga kedelai yang memicu produktivitas kedelai menjadi menurun, sehingga
para petani enggan merawat kedelainya dengan intensif. Banyaknya varietas yang
sudah dilepas oleh pemerintah masih belum bisa memenuhi permintaan petani
24
yaitu harga. Disamping itu kedelai di Desa Kedungasri rata-rata membudidayakan
tiga jenis kedelai yaitu varietas Anjasmoro, varietas Martoloyo dan varietas
Mallika. Pemilihan ketiga jenis varietas tersebut karena lebih cocok ditanam
dengan geografis yang dimiliki Desa Kedungasri. Sumberdaya-sumberdaya yang
tersedia juga cukup untuk melakukan usahatani kedelai. Namun, untuk
meningkatkan keuntungan maksimal perlu adanya kombinasi antara faktor-faktor
produksi yang digunakan. Mengkombinasikan hal tersebut menggunakan analisis
linier programming dengan di bantu alat analisis POM QM versi 4.
Setiap usahatani dalam berbagai komoditas khususnya petani selalu
berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan maksimal
tersebut diperoleh usahatani dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi secara
optimal. Penggunaan faktor-faktor produksi ini menimbulkan adanya penggunaan
biaya produksi yang ditanggung oleh pelaku usahatani kedelai. Besar kecilnya
biaya produksi yang digunakan akan berpengaruh pada keuntungan yang akan
diperoleh dalam usahatani. Menurut Masniati dkk (2012) menyatakan pencapaian
keuntungan maksimal memerlukan adanya perencanaan yang tepat dari segi
pengalokasian, sumberdaya maupun jenis komoditi yang akan diusahakan dan
dihubungkan dengan harga input maupun output usahataninya. Melalui adanya
perencanaan itu akan dapat ditentukan cabang usahatani dan kombinasi yang
paling optimum untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.
Dalam pencapaian keuntungan maksimal harus menentukan variabel
keputusan, menentukan fungsi tujuan dan menentukan kendala pada usahatani
kedelai. Produksi setiap varietas kedelai yang meliputi Anjasmoro, Martoloyo dan
Mallika merupakan variabel keputusan. Variabel keputusan menunjukan jumlah
produksi tiap varietas kedelai yang sebaiknya dihasilkan oleh petani agar
mencapai kondisi optimal. Kemudian dirumuskan dengan X1 = produksi varietas
kedelai anjasmoro (Kg/Ha/MT), X2 = produksi varietas kedelai martoloyo
(Kg/Ha/MT) dan X3 = produksi varietas kedelai mallika (Kg/Ha/MT).
Menentukan fungsi tujuan digunakan untuk mencapai keuntungan
maksimal. Perumusan fungsi tujuan dimulai dari mencari informasi mengenai
biaya produksi dan penerimaan sehingga diperoleh keuntungan per satuan produk
25
yang dihasilkan oleh petani. fungsi tujuan ini kemudian dikombinasikan dengan
sumberdaya atau kendala yang ada di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo.
Sebagai usahatani juga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
maksimal. Dalam kegiatan produksi, usahatani kedelai di Desa Kedungasri ini
telah mencapai keuntungan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari masih
dilakukannya proses usahatani kedelai di Desa Kedungasri salama bertahun-tahun.
Selain itu terdapat kerjasama antara perusahaan dan petani dalam usahatani
kedelai dari salah satu varietas yang digunakan menyebabkan usahatani kedelai di
Desa Kedungasri mampu mencapai keuntungan maksimal.
Penggunan faktor-faktor produksi atau kendala pada usahatani kedelai di
Desa Kedungasri meliputi kendala lahan, kendala benih, kendala tenaga kerja,
kendala obat-obatan dan kendala pupuk yang meliputi urea, sp36 dan phonska.
Dalam proses produksi harus memperhatikan penggunaan faktor produksi untuk
menekan biaya-biaya pada saat produksi kedelai. Pencapaian keuntungan
maksimal dapat terjadi apabila faktor-faktor produksi terpakai habis. Hal ini
diperkuat dengan penelitian sholikah dkk (2014) menyatakan disaat keuntungan
mencapai keuntungan maksimal penggunaan faktor-faktor produksi telah terpakai
habis. Seperti faktor-faktor produksi tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida bubuk,
dan pestisida cair merupakan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap
keuntungan maksimal pada usahatani padi sawah di desa Limbo Kabupaten
Morowali.
Luas lahan yang digunakan dalam usahatani kedelai merupakan salah satu
faktor produksi yang mempengaruhi produksi kedelai tinggi. Tenaga kerja
merupakan energi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, dalam hal
ini energi yang dicurahkan untuk melakukan usahatani kedelai. Petani
menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, karena untuk mendapatkan
benih kedelai di toko-toko pertanian sangat sulit kecuali untuk benih varietas
Mallika. Benih mallika di dapatkan pada saat petani bekerjasama dengan PT.
Unilliver. Mahalnya pestisida untuk kedelai merupakan kendala yang dialami
petani, padahal pestisida digunakan untuk mengendalikan hama yang ada pada
kedelai. Pupuk sebagai nutrisi untuk tanaman kedelai, namun harga pupuk dan
26
sulitnya untuk mendapatkan pupuk merupakan sebuah kendala yang dihadapi oleh
petani. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal harus mengkombinasikan
sumberdaya agar mencapai kondisi yang optimal.
Pada kegiatan usahatani selalu melibatkan berbagai faktor-faktor produksi
yang digunakan dalam menghasilkan produknya. Penggunaan faktor produksi
seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan obat-obtan merupakan salah satu
unsure penting yang harus diperhatikan oleh pelaku usahatani. Namun demikian,
petani hendaknya dapat memperhitungkan adanya keterbatasan-keterbatasan yang
dihadapi misalnya keterbatasan lahan, tenaga kerja dan pupuk. Kesemuanya itu
perlu diperhitungkan karena akan menentukan terhadap hasil yang akan dicapai,
baik kualitas maupun kuantitas. Perencanaan terhadap volume produksi yang tepat
dapat pula diartikan sebagai penggunaan sumberdaya untuk dipergunakan sebaik-
baiknya sesuai dengan keterbatasan yang dihadapi atau biasanya menggunakan
kombinasi produk. Kombinasi produk merupakan penentuan produksi yang paling
menentukan dengan menentukan jumlah dari masing-masing produksi yang harus
diproduksi sehingga sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh
usahatani kedelai.
Usahatani kedelai dalam menjalankan kegiatannya juga dihadapkan pada
berbagai kendala atau faktor-faktor produksi yang dapat menentukan pada
pencapaian keuntungan maksimal. Faktor-faktor tersebut antara lain lahan dan
benih mallika. Lahan dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor produksi
yang penggunaan optimal, hal ini juga dinyatakan dalam penelitian (hafidh, 2009)
bahwa tanah memiliki sifat tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas
relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya
langka. Benih mallika merupakan faktor produksi yang langka, hal ini disebabkan
benih mallika hanya dapat di peroleh dari salah satu pihak yaitu kerjamasana
anatara petani dengan perusahaan. Jumlah yang disediakan pihak mitra tidak
terlalu banyak untuk menjaga kesetabilan produksi kedelai mallika.
Pemecahan masalah optimalisasi keuntungan dengan model linier
programming pada penelitian ini, dimana perhitungannya menggunakan aplikasi
POM QM windows versi 4. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
27
oleh Mardhan dkk (2015) tentang optimalisasi produksi usahatani papaya di
kelurahan Palas kecamatan Rumbai kota Pekanbaru bahwa untuk menyelesaikan
permasalahan optimalisasi dapat dibantu dengan dengan program POM QM
Windows versi 4. Demikian dalam penelitian ini pengolahan data yang sudah
diperoleh akan di bantu aplikasi POM QM Windows 4.
28
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani kedelai di Desa
Kedungasri Kecamatan
Tegaldlimo
1.Daerah Produksi Kedelai Tertinggi
2. keuntungan maksimal belum
diketahui
3. manejeman belum dilakukan dengan
baik
Faktor produksi
optimal
Keuntungan
maksimal
Usahatani kedelai
Keterbatasan
ketersediaan faktor
produksi
Anjasmoro Martoloyo Mallika
(Linier programming)
LP
POM QM versi 4
Peningkatan pendapatan bersih usahatani
kedelai di Desa Kedungasri Kecamatan
Tegaldlimo
Keuntungan maksimal
usahatani kedelai
Biaya Penerimaan
29
2.4 Hipotesis
1. Penggunaan faktor produksi usahatani kedelai di Desa Kedungasri belum
optimal.
2. Kombinasi usahatani kedelai di Desa Kedungasri dengan menggunakan varietas
anjasmoro, martoloyo dan mallika memberikan keuntungan maksimal
30
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive
method). Menurut Rianse dan Abdi (2012), Purposive method merupakan teknik
penentuan lokasi penelitian dengan sengaja yang didasarkan pertimbangan yang
logis. Penentuan daerah penelitian yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah
Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan
daerah penelitian ini dilakukan atas pertimbangan bahwa Desa Kedungasri
merupakan wilayah yang paling banyak menanam kedelai dan sebagai potensi
untuk menjadi penghasil kedelai di Kabubaten Banyuwangi.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitis. Metode analitis
adalah suatu kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, informasi melalui
pengujian data dan mengadakan intrepretasi yang lebih dalam tentang hubungan-
hubungan kemudian digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dibuat dalam
penelitian. (Nazir, 1998). Metode analitis digunakan untuk menyusun data dan
menguji hipotesa terkait keuntungan maksimal dan faktor-faktor produksi optimal.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
Proporsionate Random Sampling. Menurut Sugiyono (2015), pengambilan sampel
digunakan apabila populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan
anggota populasi bersifat homogen. Pengambilan sampel populasi petani kedelai
di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi
menggunakan batas kesalahan 15%. Pada populasi usahatani kedelai
menggunakan rumus Slovin (Amirullah, 2013), yaitu
31
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
e : Batas kesalahan
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian dapat dihitung sebagai berikut:
n = 36,39
n = 36 petani
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh jumlah sampel 36 petani
kedelai dari jumlah populasi sebesar 201 petani kedelai terdiri dari 64 petani
kedelai anjasmoro, 95 petani kedelai varietas Martoloyo dan 42 petani kedelai
varietas Mallika. Jumlah populasi tersebut diambil pada satu desa yang ada di
Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yaitu Desa Kedungasri. Desa
Kedungasri dipilih karena terdapat petani yang banyak melakukan usahatani
kedelai. Pembagian sampel untuk petani kedelai setiap varietas adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
N = sampel yang akan digunakan
Populasi kelas = populasi berdasarkan banyaknya petani kedelai setiap
varietas
Populasi keseluruhan = total populasi petani kedelai
Sampel = jumlah sampel yang sudah ditentukan melalui rumus Slovin
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Petani Kedelai di Desa Kedungasri
Desa Varietas Kedelai Jumlah Subpopulasi Jumlah Sampel
Kedungasri Anjasmoro 64 11
Martoloyo 95 17
Mallika 42 8
Jumlah 201 36
32
Berdasarkan Tabel 3.1 bahwa untuk pengambilan sampel pada setiap
varietas kedelai di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo, untuk varietas
Anjasmoro dengan jumlah populasi 64 petani diambil sampel sebanyak 11 petani
kedelai. Pada varietas Martoloyo dengan jumlah populasi sebesar 95 petani
ditentukan sampel sebanyak 17 petani. Jumlah populasi sebesar 42 pada varietas
Mallika akan di ambil populasi sebesar 8 petani kedelai.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Bungin (2011), metode pengumpulan data dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan
data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara dengan instrument sebagai pedoman untuk wawancara
kepada petani kedelai yang mengetahui varietas kedelai, biaya, penerimaan dan
informasi terkait dengan budidaya kedelai di desa Kedungasri Kecamatan
Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Data yang diperoleh merupakan data
primer.
2. Metode studi pustaka, data diperoleh dari instansi-instansi yang berkaitan
dengan kondisi penelitian. Tersaji dalam bentuk tabel yang sebelumnya sudah
diolah data. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui instansi-
instansi terkait seperti BPS(Badan Pusat Statistik), Dinas Pertanian Kabupaten
Banyuwangi, Balitkabi dan Pemerintahan setempat. Data yang didapat adalah
data mengenai luas panen, produksi dan produktivitas kedelai secara nasional
maupun di Kabupeten Banyuwangi. Data yang diperoleh merupakan data
sekunder.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
mengetahui penggunaan varietas kedelai yang optimal untuk memaksimalkan
keuntungan dengan menggunakan model linier programming. Pengolahan data
menggunakan QM for WINDOWS versi 4. Data yang diperoleh akan
ditabulasikan dan diproses menggunakan program QM for WINDOWS versi 4
sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani dan kemudian
33
dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah Linear Programming.
Tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam model
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Berikut langkah menggunakan
model program linier.
Untuk menjawab hipotesis yang pertama dan kedua menentukan model
linier programming pada pencapaian keuntungan maksimal. Menentukan fungsi
kendala atau faktor produksi pada usahatani kedelai meliputi kendala tenaga kerja,
kendala benih, kendala obat (pestisida) dan pupuk. Mengetahui variabel
keputusan, maka selanjutnya menentukan fungsi tujuan dengan mencari informasi
mengenai keuntungan petani. Kemudian membentuk persamaan fungsi tujuan
dalam model program linier, yaitu :
Fungsi tujuan (maksimum) Z = C1X1 + C2X2 + C3X3
1. Kendala Lahan(ha)
a11X1 + a12X2 + a13X1 ≤ b1
2. Kendala tenaga kerja (Jam/ha)
a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b2
3. Kendala benih anjasmoro (kg/ha)
a31X1 + a32X2 + a33X3 ≤ b3
4. Kendala benih martoloyo (kg/ha)
a41X1 + a42X2 + a43X3 ≤ b4
5. Kendala benih mallika (kg/ha)
a51X1 + a52X2 + a53X3 ≤ b5
6. Kendala urea (Kg/ha)
a61X1 + a62X2 + a63X3 ≤ b6
7. Kendala Sp36 (Kg/ha)
a71X1 + a72X2 + a73X3 ≤ b7
8. Kendala Phonska (Kg/ha)
a81X1 + a82X2 + a83X3 ≤ b8
9. Kendala Macht (liter/ha)
a91X1 + a92X2 + a93X3 ≤ b9
10. Kendala Neotrin (liter/ha)
34
a101X1 + a102X2 + a103X3 ≤ b10
11. Kendala Bayleton (liter /ha)
a111X1 + a112X2 + a113X3 ≤ b11
12. Kendala Gandasil B (Kg/ha)
a121X1 + a122X2 + a123X3 ≤ b12
13. Kendala Gandasil D (Kg/ha)
a131X1 + a132X2 + a133X3 ≤ b13
14. Kendala Rumpas (liter /ha)
a141X1 + a142X2 + a143X3 ≤ b14
15. Kendala Prevaton (liter /ha)
a151X1 + a152X2 + a153X3 ≤ b15
16. Kendala Kaliandra (liter /ha)
a161X1 + a162X2 + a163X3 ≤ b16
17. Kendala Roundup (liter /ha)
a171X1 + a172X2 + a173X3 ≤ b17
18. Kendala Devaclo (liter /ha)
a181X1 + a182X2 + a183X3 ≤ b18
Asumsi : X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, X14, X15, X16,
X17, X18 > 0
keterangan:
Z = fungsi tujuan
C1 = Keuntungan kedelai varietas anjasmoro (Rp/Ha/MT)
C2 = Keuntungan kedelai varietas martoloyo (Rp/Ha/MT)
C3 = Keuntungan kedelai varietas anjasmoro (Rp/Ha/MT)
aij = koefisien sumberdaya
bi = sumberdaya yang tersedia
Variabel keputusan menunjukan jumlah produksi setiap varietas kedelai.
Ada tiga varietas kedelai yang digunakan yaitu varietas Anjasmoro dengan
ketentuan variabel X1, varietas Martoloyo dengan ketentuan X2 dan varietas
Mallika dengan ketentuan X3. Setiap varietas kedelai memiliki produksi yang
berbeda-beda. Penggunaan varietas ini diinginkan mencapai kondisi keuntungan
35
maksimal, model linier programming dapat terbentuk beberapa variabel
keputusan.
X1 = produksi kedelai varietas Anjasmoro (Kg/Ha/MT)
X2 = produksi kedelai varietas Martoloyo (Kg/Ha/MT)
X3 = produksi kedelai varietas Mallika (Kg/Ha/MT)
Kriteria Pengambilan Keputusan
1. Nilai pada slack menunjukan nol (slack -0) maka faktor-faktor produksi yang
diteliti digunakan secara optimal pada usahatani kedelai dan ketersediaannya
adalah langka.
2. Pemecahan optimum didasarkan pada hasil nilai fungsi tujuan (objective
function). Fungsi tujuan yang diperoleh akan memberikan nilai keuntungan
pada fungsi tujuan. Nilai yang diberikan oleh fungsi tujuan lebih kecil dari
keuntungan nyata yang telah diperoleh usahatani kedelai, maka usahatani
kedelai tersebut mencapai keuntungan maksimal.
3.6 Definisi Operasional
1. Varietas anjasmoro merupakan jenis kedelai yang berbiji besar yang ditanam
oleh petani kedelai di Desa Kedungasri.
2. Varietas Martoloyo merupakan jenis kedelai yang berbiji kecil yang ditanam
oleh petani kedelai di Desa Kedungasri.
3. Varietas Mallika merupakan jenis kedelai hitam yang digunakan oleh petani
kedelai di Desa Kedungasri.
4. Optimalisasi adalah suatu hasil yang mencapai tujuan (keuntungan maksimal)
yang ditentukan dengan cara yang paling baik pada usahatani kedelai varietas
anajsmoro, martoloyo dan mallika pada musim tanam kering kedua tahun
2017.
5. Fungsi tujuan merupakan fungsi linier dari variabel keputusan usahatani
kedelai dengan tiga varietas pada MK-2 tahun 2017 di Desa Kedungasri
Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.
36
6. Constrain/Kendala adalah batasan-batasan sumberdaya meliputi lahan, TK,
Air, Benih, Obat dan pupuk pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada
MK-2 tahun 2017.
7. Keuntungan maksimal adalah hasil keuntungan usahatani kedelai dari varietas
anjasmoro, martoloyo dan mallika setelah dilakukan analisis dengan linier
programming.
8. Keuntungan aktual adalah keuntungan yang diperoleh oleh petani kedelai
pada MK-2 tahun 2017 dengan input yang sesuai dengan hasil wawancara.
9. Ketersediaan sumberdaya adalah jumlah tersedianya sumberdaya yang
digunakan dalam usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun
2017.
10. Lahan adalah jumlah lahan yang digunakan dalam usahatani kedelai selama
MK-2 tahun 2017 dinyatakan dalam hektar (Ha).
11. Tenaga kerja adalah jumlah lamanya tenaga kerja terlibat dalam proses
usahatani kedelai selama satu musim yang dinyatakan dalam HKP (harian
kerja pria).
37
12. Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam melakukan usahatani
kedelai pada MK-2 tahun 2017 yang meliputi urea, Sp36 dan phonska yang
dinyatakan dalam kilogram (Kg).
13. Benih adalah jumlah benih yang digunakan dalam melakukan usahatani
kedelai yang meliputi benih kedelai anjasmoro, benih martoloyo dan benih
mallika selama MK-2 tahun 2017 yang dinyatakan dalam kilogram (Kg).
14. Obat-obatan adalah jumlah obat-obatan yang menunjuang produksi kedelai
pada MK-2 tahun 2017 yang meliputi macht, neotrin, bayleton, gandasil B,
gandasil D, rumpas, prevaton, kaliandra, roundup dan devaclo dinyatakan
dalam satuan liter dan kilogram.
15. Langka adalah kondisi terbatasnya ketersediaan faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam usahatani kedelai pada MK-2 tahun 2017.
16. Berlebih adalah kondisi masih terdapatnya sisa ketersediaan faktor-faktor
produksi (lahan, tenaga kerja, benih anjasmoro, benih martoloyo, benih
mallika, urea, sp36, phonska, macht, neotrin, bayleton, gandasil B, gandasil
D, rumpas, prevaton, kaliandra, roundup dan devaclo) yang digunakan dalam
usahatani kedelai.
17. Slack/surplus adalah jumlah yang menunjukan sisa ketersediaan faktor-faktor
produksi (lahan, tenaga kerja, benih anjasmoro, benih martoloyo, benih
mallika, urea, sp36, phonska, macht, neotrin, bayleton, gandasil B, gandasil
D, rumpas, prevaton, kaliandra, roundup dan devaclo) yang digunakan dalam
usahatani kedelai.
38
Tabel 3.2 : Asumsi Kendala Dan Ketersediaan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri
No Faktor
produksi
Operasional variabel No Ketersediaan Operasional variabel
1 Lahan Jumlah lahan yang ditanamani setiap usahatani
kedelai anjasmoro,martoloyo dan mallika di
desa Kedungasri dengan satuan (hektar)
1 Lahan Jumlah keseluruhan lahan yang digunakan
usahatani kedelai di desa Kedungasri dengan
satuan (hektar)
2 Tenaga kerja Jumlah buruh kerja setiap usahatani kedelai
anjasmoro, martoloyo dan mallika di desa
Kedungasri dengan satuan (Hkp)
2 Tenaga kerja Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang ada di
desa Kedungasri dengan satuan (Hkp)
3 Benih
anjasmoro
Jumlah penggunaan benih kedelai usahatani
kedelai anjasmoro di desa Kedungasri dengan
satuan (Kg)
3 Benih
anjasmoro
Jumlah benih anjasmoro dari rata-rata
penggunaan benih dikali luas lahan pada
usahatani kedelai anjasmoro keseluruhan di desa
Kedungasri dengan satuan (Kg)
4 Benih
martoloyo
Jumlah penggunaan benih kedelai usahatani
kedelai martoloyo di desa Kedungasri dengan
satuan (Kg)
4 Benih
martoloyo
Jumlah benih martoloyo dari rata-rata
penggunaan benih dikali luas lahan pada
usahatani kedelai martoloyo keseluruhan di desa
Kedungasri dengan satuan (Kg)
5 Benih mallika Jumlah penggunaan benih kedelai usahatani
kedelai mallika di desa Kedungasri dengan
satuan (Kg)
5 Benih mallika Jumlah benih mallika dari rata-rata penggunaan
benih dikali luas lahan pada usahatani kedelai
mallika keseluruhan di desa Kedungasri dengan
satuan (Kg)
6 Pupuk urea Jumlah penggunaan pupuk urea setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
6 Pupuk urea Jumlah pupuk urea dari rata-rata penggunaan
pupuk dikali keseluruhan luas lahan usahatani
kedelai di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
7 Pupuk sp36 jumlah penggunaan pupuk sp36 setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
7 Pupuk Sp36 Jumlah pupuk Sp36 dari rata-rata penggunaan
pupuk dikali keseluruhan luas lahan usahatani
kedelai di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
8 Pupuk
phonska
Jumlah penggunaan pupuk phonska setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
8 Pupuk
phonska
Jumlah pupuk phonska dari rata-rata penggunaan
pupuk dikali keseluruhan luas lahan usahatani
kedelai di desa Kedungasri dengan satuan (Kg)
39
Lanjutan tabel 3.2 Asumsi Kendala Dan Ketersediaan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri
No Faktor
produksi
Operasional Variabel No Ketersediaan Operasional Variabel
9
Pestisida
macht
Jumlah penggunaan pestisida macht setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
9
Pestisida
macht
Jumlah pestisida macht dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
10 Pestisida
neotrin
Jumlah penggunaan pestisida neotrin setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
10 Pestisida
neotrin
Jumlah pestisida neotrin dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
11 Pestisida
bayleton
Jumlah penggunaan pestisida bayleton setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
11 Pestisida
bayleton
Jumlah pestisida bayleton dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
12 Pupuk cair
gandasil B
Jumlah penggunaan pupuk cair gandasil B
setiap usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo
dan mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(Kg)
12 Pupuk cair
gandasil B
Jumlah pupuk cair gandasil B dari rata-rata
penggunaan pupuk dikali keseluruhan luas lahan
usahatani kedelai
13 Pupuk cair
gandasil D
Jumlah penggunaan pupuk cair gandasil D
setiap usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo
dan mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(Kg)
13 Pupuk cair
gandasil D
Jumlah pupuk cair gandasil D dari rata-rata
penggunaan pupuk dikali keseluruhan luas lahan
usahatani kedelai
14 Pestisida
rumpas
Jumlah penggunaan pestisida Rumpas setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
14 Pestisida
rumpas
Jumlah pestisida Rumpas dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
40
Lanjutan tabel 3.2 Asumsi Kendala Dan Ketersediaan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri
No Faktor
produksi
Operasional Variabel No Ketersediaan Operasional Variabel
15 Pestisida
Prevaton
Jumlah penggunaan pestisida prevaton setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
15 Pestisida
prevaton
Jumlah pestisida prevaton dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
16 Pestisida
Kaliandara
Jumlah penggunaan pestisida kaliandra setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
16 Pestisida
kaliandra
Jumlah pestisida kaliandra dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
17 Pestisida
Roundup
Jumlah penggunaan pestisida roundup setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
17 Pestisida
roundup
Jumlah pestisida roundup dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
18 Pestisida
devaclo
Jumlah penggunaan pestisida devaclo setiap
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan
mallika di desa Kedungasri dengan satuan
(liter)
18 Pestisida
devaclo
Jumlah pestisida devaclo dari rata-rata
penggunaan pestisida dikali keseluruhan luas
lahan usahatani kedelai di desa Kedungasri
dengan satuan (liter)
41
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis Desa Kedungasri
Desa Kedungasri merupakan salah satu desa dari 9 desa yang berada di
kecamatan Tegaldlimo yang mempunyai potensi pertanian yang cukup tinggi.
Masyarakat yang ada di Desa Kedungasri mayoritas mempunyai lahan pertanian,
dimana pada musim tanam ke 3 (MT III) atau MK-2 banyak yang menanam
kedelai. Desa Kedungasri merupakan desa yang mempunyai kontribusi cukup
besar dalam produksi kedelai untuk kecamatan Tegaldlimo.
Secara geografis Desa Kedungasri berada di sebelah tenggara Kabupaten
Banyuwangi. Desa Kedungasri merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian ±10 meter diatas permukaan air laut. Luas wilayah Desa Kedungasri
seluas 10,96 Km2
merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Tegaldlimo.
Luasan lahan tersebut terdiri dari wilayah pertanian, hutan, rumah penduduk dan
fasilitas umum lainnya. Batasan-batasan wilayah untuk Desa Kedungasri
Kecamatan Tegaldlimo adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Kedung Gebang
Sebelah timur : TN. Alas Purwo
Sebelah selatan : Desa Kalipait dan Desa Kedungwungu
Sebelah barat : Desa Kedungwungu
Desa Kedungasri dilewati 2 aliran sungai yaitu sungai Kalipait dan sungai
Mbangeran. Desa Kedungasri pada umumnya mempunyai dua musim yaitu
musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi berkisar pada
bulan November sampai dengan bulan mei, sedangkan musim kemarau berkisar
pada bulan juni sampai dengan bulan oktober. Curah hujan di Desa Kedungasri
rata-rata tiap tahun berkisar 1000-200 mm.
4.2 Kondisi Pertanian di Desa Kedungasri
Desa kedungasri merupakan salah satu desa yang mayoritas pekerjaan
masyarakatnya bergantung pada pertanian. Kondisi pertanian di Desa Kedungasri
didominasi oleh komoditas pangan, hortikultura dilanjuutkan peternakan dan
42
perikanan. Komoditas pangan meliputi padi, jagung, kedelai dan kacang hijau.
Komoditas hortikultura meliputi jeruk, buah naga dan melon. Sedangkan untuk
peternakan meliputi domba dan sapi. Sektor perikanan di dominasi ikan nila dan
ikan lele. Mata pencaharian menurut bidang pertanian dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Data Mata Pencaharian Menurut Bidang Pertanian di Desa Kedungasri
Sektor Orang Persentase (%)
Pertanian
Petani 1.000 29,8
Buruh Tani 2.099 62,6
Peternakan
Pemilik Usaha Peternakan 25 0,7
Buruh Usaha Peternakan 40 1,2
Perikanan
Nelayan 100 3,0
Pemilik Usaha Perikanan 56 1,7
Buruh Usaha Peternakan 35 1,0
Total 3.355 100,0
Sumber : Desa Kedungasri 2017
Berdasarkan tabel diatas mata pencaharian dalam bidang pertanian terbagi
menjadi tiga yaitu sektor pertanian, sektor peternakan dan sektor perikanan.
Sektor pertanian dengan petani berjumlah 1.000 orang, nilai persentase sebesar
29,8% merupakan nilai yang cukup tinggi dari beberapa mata pencaharian
lainnya. Namun, buruh tani di Desa Kedungasri yang berjumlah 2.099 orang
dengan persentase 62,6% merupakan mata pencaharian tersebesar yang ada di
daerah lapang.
Musim tanam di Desa Kedungasri dibagi menjadi empat yaitu musim
hujan ke 1 (MH I) pada bulan November - Januari, musim hujan 2 (MH II)
dilaksanakan pada bulan Februari – April, musim kering ke 1 (MK I) pada bulan
Mei – Juli dan musim kering ke 2 (MK II) pada bulan Agustus - Oktober. Pada
periode MH I petani di Desa Kedungasri pada dasarnya menanam padi, musim
MH ke 2 lahan petani kebanyakan menanam padi dan palawija, sedangkan untuk
musim kering ke 1 petani menanam padi, palawija dan hortikultura, menanam
43
padi apabila lahan yang digunakan dekat dengan aliran air. Musim kering ke 2
petani kebanyakan menanam palawija. Pada dasarnya palawija meliputi jagung,
kacang hijau dan kedelai.
4.3 Demografi Desa Kedungasri
Berdasarkan data administrasi pemerintah Desa Kedungasri tahun 2015
penduduk desa Kedungasri tercatat sebanyak 9.163 jiwa. Secara keseluruhan
apabila dikelompokan menurut laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel
4.2 yang menyajikan jumlah penduduk dan jenis kelamin.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Dan Jenis Kelamin Di Desa Kedunagsri Tahun 2016
Jenis Kelamin Jiwa Persentase (%)
Laki-Laki 5.288 53,92
Perempuan 4.519 46,08
Jumlah 9.807 100,00
Sumber : Desa Kedungasri 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 jumlah penduduk di Desa Kedungasri menurut
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki
sebesar 5.288 jiwa dan untuk penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebesar
4.519 jiwa. Dapat diketahui bahwa penduduk laki-laki dan perempuan di Desa
Kedungasri hampir sama jumlahnya, dengan persentase 53,92% untuk laki-laki
dan 46,08% untuk perempuan yang tersebar di tiga dusun. Jumlah kepala keluarga
yang ada di desa Kedungasri berjumlah 2.930 KK dengan kepadatan penduduk
sebesar 0,15/Km2.
4.4 Tingkat Pendidikan di Desa Kedungasri
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang paling penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan sosial ekonomi di
Desa Kedungasri. Pendidikan juga sebagai peningkat kualitas sumberdaya
manusia. Dengan adanya sumberdaya manusia yang berkualitas baik mampu
mengolah potensi-potensi yang ada di daerah. Sumberdaya manusia juga dapat
menjadi tolak ukur untuk menentukan daerah tersebut dalam keadaan maju
44
maupun berkembang. Kondisi pendidikan di Desa Kedungasri dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Kedungasri.
Tingkat Pendidikan
Laki-
Laki Perempuan
Persentase
(%)
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 27 32 0,76
Usia 3-6 tahun yang sedang
TK/Playgroup 142 164 3,95
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah
sekolah 9 7 0,21
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 798 758 20,08
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah
sekolah 58 66 1,60
Usia 18-56 tahun pernah sd tapi tidak
tamat 575 555 14,58
Tamat SD/Sederajat 972 1.003 25,48
Jumlah usia 18-56 tahun tdk tamat
SLTP 442 471 11,78
Jumlah usia 18-56 tahun tdk tamat
SLTA 252 264 6,66
Tamat SLTP/Sederajat 307 347 8,44
Tamat SLTA/Sederajat 217 205 5,45
Tamat D1 1 0 0,01
Tamat D2 0 0 0,00
Tamat D3 0 0 0,00
Tamat S1 46 31 0,99
Tamat S2 1 0 0,01
Tamat S3 0 0 0,00
Jumlah 3.847 3.903 100,00
Sumber : Desa Kedungasri 2017
Berdasarkan Tabel 4.3 kondisi pendidikan masyarakat di Desa Kedungasri
masih didominsi tamatan SD/sederajat sebesar 25,48% dari laki-laki dan
perempuan. Untuk masyarakat dengan tamat SLTP sebesar 8,44% dan tamat
SLTA sebesar 5,45% dari masyarakat laki-laki dan perempuan. Masyarakat
dengan lulusan dari perguruan tinggi mencapai 1,01%.
45
4.5 Karakteristik Responden
Desa Kedungasri memiliki petani kedelai pada musim tanam ke 3
sebanyak 201 orang. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 petani kedelai.
Informasi karakteristik petani responden di lokasi penelitian desa Kedungasri
Kecamatan Tegaldlimo dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Karakteristik Petani Responden Di Desa Kedungasri Kecamatan
Tegaldlimo
No Karakteristik Responden Kisaran Rata-Rata
1 Umur (Tahun) 35-63 51,41
2 Lama Pendidikan (Tahun) 0-16 10,35
3 Luas Areal Tanam (Ha) 0,175-1,00 0,49
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa umur petani responden berkisar antara 35-63
tahun. Lama pendidikan petani responden yang menanam kedelai berkisar 0-16
tahun dengan rata-rata pendidikan 10,35 tahun. Petani responden memiliki luas
areal tanam kedelai di Desa Kedungasri berkisar 0,175-1,00 ha dengan rata-rata
0,49 ha. Petani responden usahatani kedelai dengan menggunakan tiga jenis
varietas yang berbeda yaitu varietas anjasmoro, varietas martoloyo dan varietas
mallika.
46
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan Pada Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri MK-2 tahun 2017
Usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada kegiatannya menggunakan
berbagai faktor produksi dalalm melakukan proses produksi yang meliputi lahan,
tenaga kerja, benih, pupuk dan obat-obatan. Lahan memiliki sifat tidak sama
dengan faktor produksi lain, hal seperti ini disebabkan luas lahan relatif tetap dan
permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka. Lahan tidak
hanya digunakan untuk usahatani kedelai saja, melainkan komoditas lain yang
memungkinkan dengan geografis di Desa Kedungasri seperti komoditas
hortikultura, buah naga, jeruk, padi dan komoditas lainnya. Usahatani kedelai di
Desa Kedungasri menggunakan beberapa varietas yaitu varietas anjasmoro,
varietas martoloyo dan varietas mallika.
Faktor produksi tenaga kerja dibutuhkan pada saat tanam dan panen
dilakukan diperoleh dari buruh tani lokal. Faktor-faktor produksi penunjang
usahatani kedelai di Desa Kedungasri dapat diperoleh petani dari kios-kios
pertanian terdekat dan diperoleh antara petani dengan petani seperti benih
anjasmoro dan benih martoloyo, sedangkan untuk benih mallika diperoleh dari
ikatan kerjasama antara petani dengan pihak perusahaan. Sisa penggunaan faktor-
faktor produksi usahatani kedelai akan di aplikasikan ke tanaman lain atau dapat
disimpan untuk musim tanaman kedelai selanjutnya, faktor-faktor produksi
tersebut meliputi pupuk, obat-obatan dan benih kedelai.
5.1.1 Penggunaan dan Ketersediaan Faktor Produksi Usahatani Kedelai Pada MK-
2 Tahun 2017
Penggunaan sumberdaya di Desa Kedungasri dibatasi dengan
ketersediaannya. Sumberdaya yang digunakan antara lain lahan, tenaga kerja,
benih anjasmoro, benih martoloyo, benih mallika, urea, sp36, phonska, macht,
neotrin, bayleton, gandasil B, gandasil D, rumpas, prevaton, kaliandra, roundup
dan devaclo. Berikut tabel yang menyajikan faktor-faktor produksi dan
ketersediaannya.
47
Tabel 5.1 Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan pada Usahatani Kedelai di
Desa Kedungasri MK-2 Tahun 2017.
Faktor produksi Anjasmoro Martoloyo Mallika Ketersediaan
Lahan (ha) 5,36 8,81 3,9 89
Tenaga Kerja (Jam) 1384 1688 720 112.496
Benih Anjasmoro (kg) 364 - - 6.043,99
Benih Martoloyo (kg) - 634 - 6.404,44
Benih Mallika (kg) - - 220 5.020,49
Urea (kg) 75 160 90 1.638,49
Sp36 (kg) 1.005 1.375 725 15.707,61
Phonska (kg) 1.175 1.275 900 17.642,77
Macht (liter) 0,2 0,4 0,1 3,26
Neotrin (liter) 0 0,3 0,2 2,37
Bayleton (liter) 1 2,5 0,5 17,50
Gandasil B (kg) 1,1 1,5 1,1 19,28
Gandasil D (kg) 0,2 0,8 1 11,27
Rumpas (liter) 2,8 4,4 1,6 42,42
Prevaton (liter) 2,75 4,5 2,5 49,25
Kaliandra(liter) 5,2 5,2 3,6 73,57
Roundup (liter) 2,6 1,6 0,4 22,55
Devaclo (liter) 0,6 2,2 1,3 20,47
Sumber : Data primer tahun 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 sumberdaya atau faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam usahatani kedelai di Desa Kedungasri meliputi lahan, tenaga
kerja, benih kedelai, pupuk dan obat-obatan untuk menunjang selama produksi
kedelai. Desa Kedungasri memiliki ketersediaan sumberdaya, hal ini usahatani
kedelai diharapkan menggunakan sumberdaya dengan seoptimal mungkin untuk
mencapai keuntungan maksimal.
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kedelai di Desa
Kedungasri akan menentukan terhadap pencapaian keuntungan maksimal pada
usahatani tersebut. Penggunaan faktor produksi dalam usahatani akan
menimbulakan biaya produksi yang dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh
petani. Semakin besar biaya yang digunakan maka semakin besar pula
pengurangannya. Oleh karena itu, petani harus memperhatikan penggunaan
berbagai faktor produksi tersebut.
48
Penggunaan faktor-faktor produksi antara anjasmoro, martoloyo dan mallika
memiliki perbedaan. Adapun ketersediaannya sumberdaya atau faktor produksi
memiliki perbedaan. Perbedaan antara ketiga jenis kedelai tersebut dipengaruhi
oleh kebutuhan dan karakteristik tanaman kedelai dan lahan yang ditanami.
Penggunaan sumberdaya atau faktor-faktor produksi dilihat dari penggunaan
proses produksi kedelai pada MK-2 tahun 2017, sedangkan ketersediaan
sumberdaya atau faktor-faktor produksi diperoleh dari kebutuhan selama
produksi kedelai pada MK-2 tahun 2017 di Desa Kedungasri.
5.1.2 Penggunaan dan Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kedelai
pada MK-2 tahun 2017 Dalam 1 Hektar
Tabel 5.2 Ketersediaan Faktor Produksi Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri
dalam 1 hektar Pada MK-2 tahun 2017
Kendala Anjsmoro Martoloyo Mallika Ketersediaan
Lahan (ha) 1 1 1 4,93
Tenaga Kerja (Jam) 258,21 191,60 184,62 6.225,56
Benih Anjasmoro (kg) 66,04 0,00 0,00 334,48
Benih Martoloyo (kg) 0,00 71,96 0,00 354,42
Benih Mallika (kg) 0,00 0,00 56,41 277,84
Urea (kg) 13,99 18,16 23,08 90,67
Sp36 (kg) 187,50 156,07 185,90 869,26
Phonska (kg) 219,22 144,72 230,77 976,36
Macht (liter) 0,04 0,05 0,03 0,18
Neotrin (liter) 0,00 0,03 0,05 0,13
Bayleton (liter) 0,19 0,28 0,13 0,97
Gandasil B (kg) 0,21 0,17 0,28 1,07
Gandasil D (kg) 0,04 0,09 0,26 0,62
Rumpas (liter) 0,52 0,50 0,41 2,35
Prevaton (liter) 0,51 0,51 0,64 2,73
Kaliandra (liter) 0,97 0,59 0,92 4,07
Roundup (liter) 0,49 0,18 0,10 1,25
Devaclo (liter) 0,11 0,25 0,33 1,13
Sumber : Data Primer ( lampiran AH halaman 118)
Keadaan faktor-faktor produksi digunakan secara optimal pada usahatani
kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 dapat diketahui berdasarkan
pemecahan optimum (Ranging) yang di dapat dari hasil analisis linier
programming dengan alat bantu aplikasi POM QM. Hasil analisis yang diperoleh
49
tersebut hanya dapat digunakan untuk mengetahui tentang penggunaan faktor-
faktor produksi yang diteliti dalam pencapaian keuntungan maksimal. Penggunaan
faktor-faktor produksi terhadap pencapaian keuntungan maksimal usahatani
kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 dapat diketahui di Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi yang Digunakan Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017.
Faktor Produksi Ketersediaan Slack/Surplus Status
Lahan (Ha) 4,93 0,29 Tidak Langka
Tenaga Kerja (Jam) 1264,45 268,62 Tidak Langka
Benih Anjasmoro (Kg) 334,42 216,90 Tidak Langka
Benih Martoloyo (Kg) 354,42 271,78 Tidak Langka
Benih Mallika (Kg) 277,84 181,19 Tidak Langka
Urea (Kg) 90,67 5,38 Tidak Langka
Sp36 (Kg) 869,26 37,87 Tidak Langka
Phonska (Kg) 976,36 24,70 Tidak Langka
Macht (Liter) 0,18 0 Langka
Neotrin (Liter) 0,13 0,01 Tidak Langka
Bayleton (Liter) 0,97 0,09 Tidak Langka
Gandasil B (Kg) 1,07 0,02 Tidak Langka
Gandasil D (Kg) 0,62 0 Langka
Rumpas (Liter) 2,35 0,15 Tidak Langka
Prevaton (Liter) 2,73 0,14 Tidak Langka
Kaliandra(Liter) 4,07 0,09 Tidak Langka
Roundup (Liter) 1,25 0 Langka
Devaclo (Liter) 1,13 0,08 Tidak Langka
Sumber : Analisis Linier Programming (lamp AL..hal 119)
Pada hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor-faktor produksi lahan,
tenaga kerja, benih anjasmoro, benih martoloyo, benih mallika, urea, sp36,
neotrin, bayleton, gandasil B, rumpas, prevaton, kaliandra dan devaclo dalam
usahatani kedelai belum optimal atau penggunaannya berlebih. Ketersediaan
pestisida macht, pupuk cair gandasil Ddan pestisida roundup pada usahatani
kedelai di Desa Kedungasri penggunaannya sudah opimal atau langka. Kegiatan
usahatani kedelai mempergunakan seluruh benih martoloyo, benih mallika, dan
pupuk phonska yang tersedia dalam MK-2 tahun 2017. Persediaan benih
martoloyo, benih mallika, dan pupuk phonska tersebut seluruhnya dipergunakan
untuk memproduksi kedelai selama MK-2.
50
Penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Desa
Kedungasri dalam pencapaian keuntungan maksimal dapat diketahui sebagai
berikut:
a. Lahan
Slack/surplus pada constraint lahan penggunaannya belum optimal dan
bernilai positif. Artinya bahwa ketersediaan lahan yang digunakan pada usahatani
kedelai di Desa Kedungasri adalah berlebih dan tidak dipergunakan secara
optimal. Apabila terdapat penambahan lahan yang digunakan pada usahatani
kedelai pada MK-2 Tahun 2017 di desa Kedungasri hanya akan membuat
penggunaan lahan semakin berlebih dan akan mengurangi keuntungan yang
diperoleh petani kedelai di Desa Kedungasri. Berdasarkan hasil analisis pada
Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang di Gunakan dalam Kondisi Optimal
Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan
bahwa setiap kali melakukan aktivitas usahatani kedelai terdapat kelebihan
penggunaan lahan sebesar 0,29 ha.
Penggunaan lahan yang digunakan untuk usahatani kedelai di Desa
Kedungasri belum optimal terhadap hasil usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
Hal ini disebabkan jumlah lahan pertanian yang ada di Desa Kedungasri untuk
kegiatan usahatani kedelai dapat dikategorikan sangat luas dan belum digunakan
secara optimal oleh petani kedelai Desa Kedungasri. Penggunaan lahan untuk
kegiatan usahatani kedelai di Desa Kedungasri yang berlebih akan menambah
biaya produksi seperti pada penggunaan pupuk yang semakin banyak dan lama
tenaga kerja dalam bekerja juga semakin lama. Ketika jumlah biaya produksi yang
digunakan untuk usahatani kedelai semakin tinggi yang diakibatkan oleh
penggunaan lahan yang berlebih di Desa Kedungasri maka akan mengurangi
keuntungan yang diperoleh petani kedalai di Desa Kedungasri.
b. Tenaga kerja
Slack/surplus pada constraint tenaga kerja bernilai positif. Artinya bahwa
penggunaan tenaga kerja adalah belum optimal. Tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang menurunkan keuntungan pada usahatani kedelai apabila digunakan
secara berlebih. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja yang
51
digunakan untuk usahatani kedelai akan menambah biaya produksi pada usahatani
kedelai di desa Kedungasri. Penggunaan tenaga kerja berlebih hanya akan
menambah biaya tanpa menambah keuntungan yang diperoleh petani kedelai di
Desa Kedungasri. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.3 Faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di Desa
Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan bahwa mengalami kelebihan
penggunaan tenaga kerja sebesar 268,62 jam.
Penggunaan tenaga kerja tidak meningkatkan keuntungan usahatani kedelai
di Desa Kedungasri karena setiap kali menambah jumlah tenaga kerja akan
menambah jumlah biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani kedelai.
Penggunaan tenaga kerja berlebih yang dilakukan pada usahata kedelai di Desa
Kedungasri sebenarnya dapat dikurangi dengan menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga. Hal ini disebabkan karena kegiatan usahatani kedelai mulai dari
pembersihan lahan hingga perawatan tanaman kedelai dapat dilakukan oleh petani
pemilik lahan itu sendiri. Sedangkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga
biasanya melakukan kegiatan pada waktu awal kegiatan usahatani kedelai seperti
pembajakan, penanaman dan pemberian pupuk serta kegiatan panen.
c. Benih Anjasmoro
Slack/surplus pada constraint benih anjasmoro bernilai positif. Artinya
bahwa penggunaan benih anjasmoro pada faktor produksi belum optimal dalam
kegiatan usahatani kedelai. Hal seperti ini dikarenakan penambahan benih
Anjasmoro pada usahatani kedelai di desa Kedungasri hanya akan membuat
penggunaan benih Anjasmoro berlebih tanpa meningkatkan keuntungan yang
diperoleh petani kedelai di Desa Kedungasri. Berdasarkan hasil analisis 5.3
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di
Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017 menunujkan bahwa usahatani kedelai
mengalami kelebihan penggunaan benih anjasmoro sebesar 216,9 kg.
Penggunaan benih Anjasmoro pada usahatani kedelai berlebih. Hal ini
disebabkan karena pada proses kegiatan usahatani kedelai benih Anjasmoro yang
digunakan dalam jumlah yang cenderung tetap untuk tiap kali proses kegiatan
usahatani kedelai. Untuk mengantisipasi penyulaman benih yang rusak petani
52
selalu menyediakan benih Anjasmoro dalam jumlah berlebih. Biasanya persediaan
benih ini selain di dapat dari membeli juga di dapat dari hasil kedelai setelah
panen yang kemudian akan disisakan hasilnya atau disimpan untuk dijadikan
benih dan menggunakan benih tersebut pada musim tanam kedelai selanjutnya.
d. Benih Martoloyo
Slack/surplus pada constraint benih anjasmoro bernilai positif. Artinya
bahwa penggunaan benih martoloyo pada faktor produksi belum optimal dalam
kegiatan usahatani kedelai. Hal seperti ini dikarenakan penambahan benih
martoloyo pada usahatani kedelai di desa Kedungasri hanya akan membuat
penggunaan benih martoloyo berlebih tanpa meningkatkan keuntungan yang
diperoleh petani kedelai di Desa Kedungasri. Berdasarkan hasil analisis 5.3
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di
Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017 menunujkan bahwa usahatani kedelai
mengalami kelebihan penggunaan benih martoloyo sebesar 271,78 kg.
Penggunaan benih martoloyo pada usahatani kedelai berlebih. Hal ini
disebabkan karena pada proses kegiatan usahatani kedelai benih martoloyo yang
digunakan dalam jumlah yang cenderung tetap untuk tiap kali proses kegiatan
usahatani kedelai. Untuk mengantisipasi penyulaman benih yang rusak petani
selalu menyediakan benih martoloyo dalam jumlah berlebih. Biasanya persediaan
benih ini selain di dapat dari membeli juga di dapat dari hasil kedelai setelah
panen yang kemudian akan disisakan hasilnya atau disimpan untuk dijadikan
benih dan menggunakan benih tersebut pada musim tanam kedelai selanjutnya.
e. Benih Mallika
Slack/surplus pada constraint benih anjasmoro bernilai positif. Artinya
bahwa penggunaan benih mallika pada faktor produksi belum optimal dalam
kegiatan usahatani kedelai. Hal seperti ini dikarenakan penambahan benih mallika
pada usahatani kedelai di desa Kedungasri hanya akan membuat penggunaan
benih mallika berlebih tanpa meningkatkan keuntungan yang diperoleh petani
kedelai di Desa Kedungasri. Berdasarkan hasil analisis Tabel5.3 faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani Kedelai di Desa
53
Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunujkan bahwa usahatani kedelai
mengalami kelebihan penggunaan benih mallika sebesar 181,19 kg.
Penggunaan benih mallika pada usahatani kedelai berlebih. Hal ini
disebabkan karena pada proses kegiatan usahatani kedelai benih mallika yang
digunakan dalam jumlah yang cenderung tetap untuk tiap kali proses kegiatan
usahatani kedelai. Untuk mengantisipasi penyulaman benih yang rusak petani
selalu menyediakan benih mallika dalam jumlah berlebih. Biasanya persediaan
benih ini selain di dapat dari membeli juga di dapat dari hasil kedelai setelah
panen yang kemudian akan disisakan hasilnya atau disimpan untuk dijadikan
benih dan menggunakan benih tersebut pada musim tanam kedelai selanjutnya.
f. Pupuk Urea
Slack/surplus pada constraint pupuk Urea bernilai positif. Artinya bahwa
penggunaan pupuk urea pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri berlebih dan
merupakan faktor produksi yang tidak memberikan pencapaian keuntungan yang
maksimal pada setiap kali melakukan usahatani kedelai di Desa Kedungasri
karena penggunaan faktor produksi pada penggunaan pupuk Urea belum optimal.
Hal seperti ini menunjukan bahwa penambahan pemberian pupuk Urea pada
kegiatan usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 hanya akan
membuat jumlah pesediaan pupuk urea berlebih tanpa memberikan keuntungan
maksimal pada usahatani kedelai. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.3
Faktor-Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam kondisi optimal Usahatani
Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan bahwa kegiatan
usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 mengalami
kelebihan penggunaan pupuk urea sebesar 5,37 kg.
Penggunaan pupuk urea berlebih yang dilakukan oleh petani kedelai di Desa
Kedungasri disebabkan karena sebenarnya untuk penggunaan pupuk urea dalam
setiap kali melakukan kegiatan usahatani kedelai adalah sama dan dengan dosis
yang telah ditentukan, namun pembelian pupuk urea yang dilakukan oleh petani
tidak hanya digunakan untuk tanaman kedelai melainkan digunakan pula untuk
tanaman lain yang ditanam oleh petani. Sehingga faktor produksi pupuk urea
tidak optimal. akan memberikan keuntungan yang mdisebabkan petani membeli
54
pupuk urea tidak digunakan untuk tanaman kedelai saja, melainkan tanaman lain
yang ditanam petani. Sehingga pembelian pupuk urea yang digunakan untuk
kegiatan usahatani kedelai tidak memberikan keuntungan yang maksimal pada
petani kedelai di Desa Kedungasri.
g. Pupuk SP36
Slack/surplus pada constraint pupuk SP36 bernilai positif. Artinya bahwa
ketersediaan pupuk SP36 adalah mudah diperoleh atau bersifat tidak langka pada
usahatani kedelai di Desa Kedungasri. Penambahan pupuk SP36 pada usahatani
kedelai di Desa Kedungasri hanya akan membuat penggunaan pupuk SP36
berlebih dan dapat menurunkan keuntungan yang diperoleh usahatani kedelai,
karena penggunana pupuk SP36 sebenarnya dalam setiap kali melakukan
usahatani kedelai selalu dengan takaran dan dosis yang sama. Berdasarkan hasil
analisis pada Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam kondisi
optimal Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017
menunjukan bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan penggunaan pupuk
SP36 sebesar 37,87 kg.
Pupuk SP36 yang digunakan dalam usahatani kedelai di Desa Kedungasri
merupakan faktor produksi yang tidak optimal. Hal tersebut disebabkan karena
petani kedelai dapat memperoleh pupuk SP36 dalam jumlah banyak dan diperoleh
dari kios pertanian yang ada disekitar daerah penelitian. Sehingga penggunaan
pupuk yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani kedelai di Desa Kedungasri
tidak sesuai dengan kebutuhan lahan. Hal tersebut menyebabkan petani kedelai
membeli pupuk SP36 dengan jumlah yang lebih banyak sehingga ketersediaan
pupuk pada kondisi optimal berlebih.
e. Pupuk Phonska
Slack/surplus pada constraint pupuk phonska bernilai positif. Artinya bahwa
penggunaan pupuk phonska pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri berlebih
dan merupakan faktor produksi yang tidak memberikan pencapaian keuntungan
yang maksimal pada setiap kali melakukan usahatani kedelai di Desa Kedungasri
karena penggunaan faktor produksi pada penggunaan pupuk phonska belum
optimal. Hal seperti ini menunjukan bahwa penambahan pemberian pupuk Urea
55
pada kegiatan usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 hanya
akan membuat jumlah pesediaan pupuk phonska berlebih tanpa memberikan
keuntungan maksimal pada usahatani kedelai. Berdasarkan hasil analisis pada
Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam kondisi optimal
Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan
bahwa kegiatan usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017
mengalami kelebihan penggunaan pupuk phonska sebesar 24,7 kg.
i. Pestisida Macht
Slack/surplus pada constraint pestisida macht bernilai nol (0) dan
ketersediaan pestisida macht adalah langka. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat diketahui bahwa usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun
2017 telah menggunakan faktor produksi pestisida roundup secara keseluruhan
dari persediaan yang ada. Berdasarkan Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang
Digunakan Dalam kondisi optimal Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada
MK-2 Tahun 2017 menunjukan bahwa faktor produksi pestisida roundup
merupakan faktor produksi yang langka karena habis terpakai dalam mencapai
keuntungan maksimal pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri. Penggunaan
macht pada pencapaian keuntungan makasimal usahatani kedelai di desa
Kedungasri. Penggunaan macth digunakan pada saat terjadi serangan ulat di
tanaman kedelai. Macht hanya digunakan oleh petani pada saat tanaman kedelai
terserang serangan hama ulat. Pembelian Macht ini dalam bentuk botol dengan isi
1 liter.
f. Pestisida Neotrin
Slack/surplus pada constraint pestisida neotrin bernilai positif dan
ketersediaan adalah berlebih. Faktor produksi pestisida neotrin pada usahatani
kedelai penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali produksi. Berdasarkan
hasil analisis pada Tabel 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam
kondisi optimal Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017
menunjukan bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan penggunaan pestisida
neotrin sebesar 0,1 liter. Penggunaan pestisida neotrin pada usahatani kedelai di
Desa Kedungasri tidak berkonribusi terhadap pencapaian keuntungan maksimal.
56
g. Pestisida Bayleton
Slack/surplus pada constraint Bayleton bernilai positif yang artinya faktor
produksi pada Bayleton digunakan secara berlebih. Penggunaan Bayleton berlebih
menunjukan faktor produksi ini tidak optimal. Berdasarkan hasil analisis pada
Table 5.3 Faktor-Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam kondisi optimal
Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan
bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan penggunaan Bayleton sebesar 0,09
liter.
Faktor produksi bayleton penggunaannya tidak optimal pada usahatani
kedelai di Desa Kedungasri karena faktor produksi tersebut merupakan bukan
faktor produksi utama. Penggunaan Bayleton hanya pada saat terjadi hujan yang
digunakan untuk mencegah fungi pada ditanaman kedelai. Bayleton diperoleh
petani tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Maka dari itu penggunaan
faktor produksi Bayleton untuk mencegah fungi tanaman kedelai akan menambah
biaya produksi pada usahatani tanaman kedelai dan akan menimbulkan
penggunaan Bayleton yang berlebih atau tidak optimal.
h. Pupuk Cair Gandasil B
Slack/surplus pada constraint gandasil B bernilai positif dan ketersediaan
gandasil B adalah berlebih. Ketersediaan gandasil B berlebih dapat menurunkan
keuntungan usahatani kedelai. Berdasarkan hasil analisis pada Table 5.3 Faktor-
Faktor Produksi Yang Digunakan Dalam kondisi optimal Usahatani Kedelai di
Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan bahwa usahatani kedelai
mengalami kelebihan penggunaan gandasil B sebesar 0,02 kg.
Penggunaan gandasil B terhadap usahatani kedelai di Desa Kedungasri tidak
habis terpakai dalam satu kali produksi usahatani keselai. Hal ini disebabkan
gandasil B merupakan bukan faktor produksi utama dalam usahatani kedelai.
Pemberian gandasil B akan dilakukan disaat tanaman kedelai lambat dalam
mengeluarkan bunga. Akan tetapi tidak semua tanaman kedelai mengalami
kejadian tersebut. Sehingga pemebelian Gandasil B tidak sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh petani kedelai dalam perawatan kedelai dalam
mengatasi permasalahan lambatnya bunga kedelai muncul. Usahatani kedelai di
57
Desa Kedungasri menggunakan faktor produksi tersebut tidak digunakan secara
keseluruhan, sehingga usahatani kedelai menyediakan gandasil B secara berlebih.
i. Pupuk Cair Gandasil D
Slack/surplus pada constraint Pupuk Gandasil D bernilai nol (0) dan
ketersediaan pestisida neotrin adalah langka. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat diketahui bahwa usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun
2017 telah menggunakan faktor produksi Pupuk Gandasil D secara keseluruhan
dari persediaan yang ada. Berdasarkan Tabel 5.3 Faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-
2 Tahun 2017 menunjukan bahwa faktor produksi Pupuk Gandasil D merupakan
faktor produksi yang langka karena habis terpakai dalam mencapai keuntungan
maksimal pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
Faktor produksi pupuk cair gandasil D digunakan untuk menambah nutrisi
yang dibutuhkan tanaman kedelai melalui daun. Faktor produksi tersebut dalam
usahatani kedelai bersifat langka. Artinya dalam kegiatan usahatani kedelai faktor
tersebut terpakai habis dalam satu kali produksi.
j. Pestisida Rumpas
Slack/surplus pada constraint rumpas bernilai positif dan ketersediaan
rumpas adalah berlebih. Faktor produksi rumpas pada usahatani kedelai tidak
habis terpakai dalam satu kali produksi. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.3
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di
Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017 menunjukan bahwa usahatani kedelai
mengalami kelebihan penggunaan rumpas sebesar 0,15 liter.
Rumpas merupakan obat untuk memberantas gulma pada saat kedelai umur
1 bulan hingga 2 bulan. Rumpas tersebut bukan sebagai faktor produksi yang
mempengaruhi keuntungan maksimal pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
Hal ini disebabkan pada usahatani kedelai sebagian besar untuk mengatasi gulma
yang tumbuh dengan cara manual yaitu dicabut. Maka dari itu, faktor produksi
rumpas tidak merupakan faktor produksi tidak optimal.
58
k. Pestisida Prevaton
Slack/surplus pada constraint prevaton bernilai positif dan ketersediaan
prevaton adalah berlebih. Faktor produksi prevaton pada usahatani kedelai
penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali produksi. Berdasarkan hasil
analisis pada Tabel 5.3 faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi
optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017
menunjukan bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan penggunaan prevaton
sebesar 0,14 liter. Penggunaan prevaton pada usahatani kedelai di Desa
Kedungasri tidak berkonribusi terhadap pencapaian keuntungan maksimal. Harga
prevaton yang mahal menjadi alasan tidak tercapainya dalam keuntungan
maksimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
l. Pestisida Kaliandra
Slack/surplus pada constraint pestisida kaliandra bernilai positif. Artinya
bahwa ketersediaan pestisida kaliandra adalah mudah diperoleh atau bersifat tidak
langka pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri. Penambahan pestisida
kaliandra pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri hanya akan membuat
penggunaan pestisida kaliandra berlebih dan dapat menurunkan keuntungan yang
diperoleh usahatani kedelai, karena penggunana pestisida kaliandra sebenarnya
dalam setiap kali melakukan usahatani kedelai selalu dengan takaran dan dosis
yang sama. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.3 faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-
2 Tahun 2017 menunjukan bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan
penggunaan pestisida kaliandra sebesar 0,09 liter.
m. Pestisida Roundup
Slack/surplus pada constraint pestisida roundup bernilai nol (0) dan
ketersediaan pestisida roundup adalah langka. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat diketahui bahwa usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun
2017 telah menggunakan faktor produksi pestisida roundup secara keseluruhan
dari persediaan yang ada. Berdasarkan Tabel 5.3 faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam kondisi optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-
2 Tahun 2017 menunjukan bahwa faktor produksi pestisida roundup merupakan
59
faktor produksi yang langka karena habis terpakai dalam mencapai keuntungan
maksimal pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri.
Faktor produksi roundup merupakan langka pada usahatani kedelai di Desa
Kedungasri. Hal ini dikarenakan faktor produksi roundup digunakan tidak pada
usahatani kedelai saja, melainkan pada kegiatan pembersihan rumput lainnya.
Faktor produksi roundup digunakan untuk membersihkan lahan pada awal
kegiatan usahatani kedelai.
n. Pestisida Devaclo
Slack/surplus pada constraint roundup bernilai positif dan ketersediaan
devaclo adalah berlebih. Penggunaan devaclo pada usahatani kedelai tidak habis
terpakai dalam satu kali produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
kondisi optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017
menunjukan bahwa usahatani kedelai mengalami kelebihan penggunaan devaclo
sebesar 0,08 liter. Devaclo merupakan obat-obatan untuk menghambat ketinggian
dari tanaman kedelai. Devaclo digunakan apabila tanaman kedelai terlalu tinggi,
obat tanaman ini merupakan penghambat laju pertumbuhan tanaman kedelai
namun tidak mempengaruhi produksi kedelai.
Usahatani kedelai di Desa Kedungasri harus menggunakan faktor-faktor
produksi secara optimal untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Keuntungan
maksimal yang diperoleh usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun
2017 meliputi faktor produksi seperti pestisida neotrin, pupuk cair gandasil D dan
roundup. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi optimal usahatani
kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun 2017 dapat diketahui bahwa untuk
mencapai keuntungan maksimal ,usahatani kedelai di Desa Kedungasri dapat
menggunakan seluruh ketersediaan faktor produksi benih martoloyo, benih
mallika dan pupuk phonska.
Pada Tabel 5.3 Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kondisi
optimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017 dapat
diketahui faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, benih anjasmoro, benih
martoloyo, benih mallika, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk phonska, pestisida
neotrin, pestisida bayleton, pestisida rumpas, pestisida prevaton, pestisida
60
kaliandra, pestisida devaclo dan pupuk cair gandasil B tidak langka. Faktor-faktor
produksi tersebut dalam penggunaannya tidak habis terpakai. Artinya bahwa
penggunaan faktor-faktor produksi tersebut belum optimal.
5.2 Kombinasi Usahatani Kedelai Di Desa Kedungasri Dengan Varietas
Anjasmoro, Martoloyo Dan Mallika Memberikan Keuntungan Maksimal
Keuntungan maksimal usahatani kedelai di Desa Kedungasri tidak selalu
pada kondisi optimal yang diinginkan. Setiap usahatani selalu melakukan kegiatan
produksinya dengan biaya seminimal mungkin dan mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin. Keuntungan maksimal usahatani kedelai dapat dicapai
dengan penggunaan sumberdaya secara optimal. Keuntungan maksimal usahatani
kedelai di Desa Kedungasri yang terdiri dari usahatani kedelai anjasmoro,
martoloyo dan mallika dapat diketahui dengan analisis linier programming.
5.2.1 Keuntungan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri MK-2 tahun 2017
Usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada musim tanam kering kedua yang
terdiri dari kedelai anjasmoro, martoloyo dan mallika. Masing-masing usahatani
kedelai di Desa Kedungasri mengeluarkan biaya yang berbeda tergantung pada
kebutuhan melalukan kegiatan produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan
usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan mallika pada MK-2 tahun 2017 dapat
dilihat di Tabel 5.4:
Tabel 5.4 Total Biaya Produksi Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo dan
Mallika di Desa Kedungasri Pada MK-2 Tahun 2017
Variabel Anjasmoro Martoloyo Mallika
Biaya Benih (Rp) 3.283.000 5.500.000 2.310.000
Biaya Pupuk (Rp) 5.062.500 5.540.500 3.682.000
Biaya Obat (Rp) 5.430.000 7.551.000 3.699.000
Biaya Tk (Rp) 5.063.126 19.845.000 3.682.422
Biaya Alat (Rp) 4.220.000 6.178.500 2.674.000
Pajak (Rp) 1.010.000 1.380.000 510.000
Biaya Pengairan (Rp) 1.550.000 2.305.000 1.100.000
Biaya (Rp) 25.618.626 48.300.000 17.657.422
Total biaya usahatani kedelai (Rp) 91.576.048
Sumber : data primer tahun 2017 (lamp AI…hal 119)
61
Biaya produksi dalam usahatani kedelai merupakan biaya untuk
melaksanakan usahatani yang meliputi pembelian benih, pupuk, pestisida dan
membayar upah tenaga kerja dengan total biaya Rp 91.576.048. Usahatani kedelai
menggunakan varietas anjasmoro petani mengeluarkan biaya sebesar Rp
25.618.626,-. Biaya yang harus dikeluarkan untuk usahatani kedelai varietas
martoloyo sebesar Rp 48.300.000,- dan biaya untuk usahatani kedelai varietas
mallika sebesar Rp 17.657.422,-. Penerimaan usahatani kedelai di Desa
Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 dalam kondisi aktual sebagai berikut:
Tabel 5.5 Penerimaan Usahatani Kedelai Anjasmoro, Martoloyo Dan Mallika di
Desa Kedungasri MK-2 Tahun 2017.
Usahatani Luas lahan
(Ha) Hasil
(Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)
Anjasmoro 5,72 10.990 6.600 72.534.000
Martoloyo 8,81 17.730 6.400 113.472.000
Mallika 3,9 7.500 9.000 67.500.000
Total Penerimaan Usahatani Kedelai(Rp) 253.506.000
Sumber : Data primer tahun 2017 (lamp AI…hal 119)
Penerimaan usahatani kedelai ditentukan oleh harga kedelai itu sendiri,
masing-masing kedelai memiliki harga yang berbeda untuk kedelai anjasmoro
petani menjual dengan harga kisaran Rp 6.600,- sehingga menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 72.534.000,-. Harga kedelai martoloyo petani menjual
dengan kisaran harga Rp 6.400,- sehingga penerimaan sebesar Rp 113.472.000,-.
Kedelai mallika memiliki harga yang tinggi diantara kedelai yang lain yaitu Rp
9.000,- karena petani kedelai mallika menjalin kerjasama dengan salah satu
perusahaan sehingga harga sudah ditetapkan melalui kontrak sehingga penerimaan
Rp 67.500.000. Total penerimaan yang dihasilkan pada usahatani kedelai MK-2
tahun 2017 sebesar Rp 253.506.000,-.
Tabel 5.6 Keuntungan Usahatani Kedelai Di Desa Kedungasri pada MK-2 Tahun
2017.
Usahatani Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp)
Anjasmoro 25.618.626 72.534.000 46.915.374
Martoloyo 48.300.000 113.472.000 65.172.000
Mallika 17.657.422 67.500.000 49.842.578
Total 91.576.048 253.506.000 161.929.952
Sumber : Data Primer Tahun 2017 (lamp AI…hal 119)
62
Keuntungan usahatani kedelai anjasmoro, martoloyo dan mallika di Desa
Kedungasri sebesar Rp 161.9292.952. Nilai tersebut diperoleh dari keuntungan
usahatani kedelai anjasmoro sebesar Rp 46.915.374, keuntungan usahatani kedelai
martoloyo sebesar Rp 65.172.000 dan keuntungan usahatani kedelai mallika
sebesar Rp 49.929.952.
5.2.2 Keuntungan Usahatani Kedelai Di Desa Kedungasri 1 hektar pada MK-2
Tahun 2017
Keuntungan maksimal dalam kondisi optimal usahatani kedelai pada MK-
2 tahun 2017 dapat diketahui dengan menggunakan linier programming melalui
alat bantu analisis POM QM versi 4. Keuntungan maksimal tersebut dapat
diketahui dengan menganalisis keuntungan yang diperoleh pada masing-masing
usahatani kedelai dalam suatu persamaan. Keuntungan tersebut diperoleh dari
jumlah penerimaan masing-masing varietas kedelai dikurangi dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan pada saat aktifitas usahatani kedelai dalam 1 hektar.
Keuntungan usahatani kedelai di Desa Kedungasri dalam 1 hektar pada MK-2
tahun 2017 dapat dilihat di Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Keuntungan Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri dalam 1 hektar pada
MK-2 tahun 2017
Usahatani Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp)
Anjasmoro 4.517.130 12.634.110 8.116.980
Martoloyo 5.482.406 12.879.909 7.397.503
Mallika 4.527.544 17.307.692 12.780.148
Total 14.527.080 42.821.711 28.294.631
Sumber : Data primer (lamp AJ halaman 120)
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa keuntungan dari
berusahatani kedelai Anjasmoro menempati posisi kedua dibandingkan
berusahatani kedelai lainnya dimana keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.
8.201.988. Petani di Desa Kedungasri menggunakan varietas anjasmoro karena
produktivitasnya yang lebih tinggi dari varietas lainnya. Harga jual kedelai
Anjasmoro di tingkat petani sebesar Rp. 6.600/kg.
Usahatani kedelai martoloyo mendapatkan keuntungan sebesar Rp
7.397.503/ha. Keuntungan ini merupakan yang terendah dari usahatani kedelai
63
varietas lainnya, namun petani memilih varietas ini karena mudah untuk
menjualnya. Harga kedelai martoloyo yang berlaku pada saat penelitian sebesar
Rp 6.400/kg.
Usahatani kedelai mallika memperoleh keuntungan yang tertinggi dari
varietas lainya yaitu sebesar Rp 12.780.148. Keuntungan tersebut dikarenakan
harga kedelai mallika mencapai Rp 9000/kg. Harga tersebut sudah ditentukan oleh
perusahaan yang bekerjasama dengan petani kedelai mallika, namun untuk
produksi kedelai mallika dibatasi.
Keuntungan usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017
sebesar Rp 28.379.640/ha dari penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 42.868.371
dikurangi penggunaan biaya usahatani kedelai selama satu kali proses produksi
sebesar Rp 14.488.731. Keuntungan usahatani kedelai dikonversi menjadi 1
hektar untuk menyederhanakan dalam persamaan analisis keuntungan maksimal
usahatani kedelai.
Persamaan keuntungan yang dirumuskan selanjutnya akan disebut fungsi
tujuan. Selain itu, keuntungan maksimal diperoleh dengan memformulasikan
jumlah penggunaan dan persediaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
usahatani kedelai di Desa Kedungasri kedalam suatu pertidaksamaan.
Pertidaksamaan yang diperoleh selanjutnya akan disebut dengan kendala atau
batasan-batasan.
Persamaan dan pertidaksamaan yang diperoleh tersebut merupakan
kombinasi model matematik yang digunakan dalam linier programming. Model
matematik yang dirancang adalah sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
Z : 8.116.980X1 + 7.397.503X2 + 12.780.150X3
Kendala:
Lahan (Ha) : 1X1 + 1X2 + 1X3 ≤ 4,93
Tenaga kerja (Jam) : 258,21X1 + 191,6X2 + 184,62X3 ≤ 6.225,56
Benih anjasmoro (Kg) : 66,04X1 ≤ 334,42
Benih martoloyo (Kg) : 71,96X2 ≤ 354,42
Benih mallika (Kg) : 56,41X3 ≤ 277,84
64
pupuk urea (Kg) : 13,99X1 + 18,16X2 + 23,08X3 ≤ 90,67
pupuk Sp36 (Kg) : 187,5X1 + 156,07X2 + 185,9X3 ≤ 869,26
pupuk phonska (Kg) : 219,21X1 + 144,72X2 + 230,77X3 ≤ 976,36
Macht (liter) : 0,04X1 + 0,05X2 + 0,03X3 ≤ 0,18
Neotrin (liter) : 0,3X2 + 0,5X3 ≤ 0,13
Bayleton (liter) : 0,19X1 + 0,28X2 + 0,13X3 ≤ 0,97
Gandasil B (Kg) : 0,21X1 + 0,17X2 + 0,28X3 ≤ 1,07
Gandasil D (Kg) : 0,4X1 + 0,9X2 + 0,26X3 ≤ 0,62
Rumpas (liter) : 0,52X1 + 0,5X2 + 0,41X3 ≤ 2,35
Prevaton (liter) : 0,51X1+ 0,51X2 + 0,64X3 ≤ 2,73
Kaliandra (liter) : 0,97X1 + 0,59X2 + 0,92X3 ≤ 4,07
Roundup (liter) : 0,49X1 + 0,18X2 + 0,1X3 ≤ 1,25
Devaclo (liter) : 0,11X1 + 0,25X2 + 3,3X3 ≤ 1,13
Nilai fungsi tujuan ditentukan dari hasil solusi optimal dengan linier
programming menggunakan alat bantu POM QM. Pada hasil analisis bahwa
usahatani kedelai memperoleh keuntungan maksimal sebesar Rp 44.426.150/ha,-
per hektar pada MK-2 tahun 2017. Keuntungan tersebut lebih besar dari
keuntungan usahatani sebelum penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal
yaitu sebesar Rp 28.294.631.
Penggunaan faktor-faktor produksi secara tepat dalam suatu usahatani
merupakan salah satu aspek pendukung dalam pencapaian keuntungan maksimal
pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri. Usahatani kedelai di Desa Kedungasri
untuk mencapai keuntungan maksimal harus merencanakan luas lahan usahatani
kedelai yang terdiri dari varietas anjasmoro, varietas martoloyo dan varietas
mallika. Pencapaian keuntungan maksimal dalam usahatani kedelai terjadi apabila
melakukan perencanaan penanaman kedelai secara optimal terhadap masing-
masing varietas kedelai yang dihasilkan. Pada hasil analisa linier programming
result dapat diketahui tentang perencanaan usahatani kedelai untuk mencapai
keuntugan maksimal. Perencanaan usahatani kedelai pada kondisi optimal untuk
pencapaian keuntungan maksimal dapat dillihat di Tabel 5.8.
65
Tabel 5.8 Hasil Analisis Linier Programming Result Usahatani Kedelai di Desa
Kedungasri dalam 1 hektar pada MK-2 tahun 2017.
Variable Value
Anjasmoro (X1) 1,7795 ha
Martoloyo (X2) 1,1484 ha
Mallika (X3) 1,7133 ha
Optimal Value Rp 44.426.150
Sumber : Analisis Linier Programming (lamp AK hal 119)
Menurut hasil analisis linier programming result usahatani kedelai di Desa
Kedungasri untuk pencapaian keuntungan maksimal tetap menanam ketiga jenis
varietas kedelai, hal ini dikarenakan status dari semua jenis kedelai menunjukan
Basic. Optimal value atau keuntungan maksimal dari usahatani kedelai di Desa
Kedungasri diperoleh sebesar Rp 44.426.150. Dengan menanam kedelai
anjasmoro sebesar 1,7795 ha, kedelai martoloyo sebesar 1,1484 ha dan kedelai
mallika sebesar 1,7133 ha. Rincian keuntungan maksimal yang diperoleh
usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017 dapat dilihat pada
Tabel 5.9:
Tabel 5.9 Keuntungan Maksimal Usahatani Kedelai Di Desa Kedungasri pada
MK-2 Tahun 2017.
Usahatani Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Keuntungan (Rp)
Anjasmoro 1,7795 2.580,8 17.033.597
Martoloyo 1,1484 1.717,5 10.992.629
Mallika 1,7133 1.822,2 16.399.923
Total 4,6412 6.120,5 44.426.150
Sumber : Data primer (lampiran AL…hal 122)
Berdasarkan hasil analisis linier programming usahatani kedelai di Desa
Kedungasri MK-2 tahun 2017 keuntungan maksimal diperoleh sebesar
Rp44.426.150. Luas lahan yang direncanakakan seluas 4,6412 ha dari lahan
kedelai varietas anjasmoro sebesar 1,7795 ha, lahan kedelai varietas martoloyo
sebesar 1,1484 ha dan lahan kedelai varietas mallika sebesar 1,7133 ha. Produksi
kedelai varietas anjasmoro, martoloyo dan mallika keseluruhan sebesar 6.120,5
kg. Produksi tersebut diperoleh dari usahatani kedelai varietas anjasmoro sebesar
2580,8 kg, usahatani kedelai varietas martoloyo sebesar 1.717,5 kg dan usahatani
kedelai mallika sebesar 1.822,2 kg. Dari hasil analisis linier programming dapat
66
diketahui ketiga usahatani kedelai varietas anjamoro, martoloyo dan mallika untuk
mencapai keuntungan maksimal harus diproduksi semua.
Usahatani kedelai anjasmoro untuk mencapai keuntungan maksimal harus
menanam sebesar 1,7795 ha dengan produksi sebesar 2.580,8 kg. Keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp 17.033.597/ha. Kedelai anjasmoro dimanfaatkan oleh
pelaku agroindustri tahu dan tempe yang berada diluar daerah desa Kedungari.
Selain itu, harga untuk kedelai anjasmoro selalu mengalami fluktuasi.
Usahatani kedelai martoloyo dalam kondisi keuntungan maksimal harus
menanam sebesar 1,1484 ha produksi sebesar 1.717,5 kg. Keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp 10.992.629/ha.Dalam proses budidaya kebanyakan petani
tidak menggunakan sistem tugal melainkan langsung ditebar di lahan yang akan
digunakan. Sehingga produksi yang dihasilkan usahatani kedelai tersebut tidak
bisa tinggi.
Usahatani kedelai mallika dalam keuntungan maksimal harus menanam
seluas 1.7133 ha dengan produksi sebesar 1.822,2 kg. Keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 16.399.923/ha. Harga jual yang lebih tinggi yaitu 9000/kg. Namun,
petani di Desa Kedungasri tidak dapat menanam varietas mallika secara
keseluruhan, karena usahatani kedelai mallika merupakan kerjasama dari salah
satu perusahaan benih dan produksinya terbatas. Hanya petani terpilihlah yang
dapat melakukan usahatani kedelai mallika.
Hasil analisis linier programming dengan menggunakan alat bantu POM
QM versi 4, bahwa usahatani kedelai di Desa Kedungasri sebelumnya belum
maksimal. Hal ini dapat diketahui keuntungan yang diperoleh pada usahatani
kedelai secara aktual lebih kecil daripada usahatani kedelai yang sudah optimal.
Keuntungan pada usahatani kedelai pada kondisi riil sebesar Rp 28.294.631 dan
keuntungan per hektarnya sebesar Rp 44.426.150/ha, keuntungan meningkat
36,31%.
67
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai optimalisasi
penggunaan bebeapa varietas kedelai pada usahatani kedelai di Desa Kedungasri
MK-2 tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan faktor produksi belum optimal yaitu lahan, tenaga kerja, benih
anjasmoro, benih martoloyo, benih mallika, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk
phonska, pestisida neotrin, pestisida bayleton, pestisida rumpas, pestisida
prevaton, pestisida kaliandra, pestisida devaclo dan pupuk cair gandasil B yang
merupakan faktor produksi tidak langka. Penggunaan faktor produksi yang
optimal yaitu pestisida macht, pestisida roundup dan pupuk cair gandasil D
yang merupakan faktor produksi.
2. Usahatani kedelai sudah maksimal dengan keuntungan sebesar Rp 44.426.150.
Keuntungan maksimal diperoleh dari menanam kedelai varietas anjasmoro
sebesar 1,7795 ha martoloyo sebesar 1,1484 ha dan mallika sebesar 1,7133 ha.
Keuntungan usahatani kedelai di Desa Kedungasri pada MK-2 tahun 2017
tersebut ada peningkatan dari Rp 28.379.640/ha menjadi Rp 44.426.150/ha
dengen peningkatan 36,31%.
6.2 Saran
1) Usahatani kedelai di Desa Kedungasri hendaknya memperhatikan faktor
produksi yang langka atau terpakai habis seperti lahan, tenaga kerja, benih
anjasmoro, benih martoloyo, benih mallika, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk
phonska, pestisida neotrin, pestisida bayleton, pestisida rumpas, pestisida
prevaton, pestisida devaclo dan pupuk cair gandasil D dengan melakukan
perencanaan penggunaan faktor produksi.
2) Usahatani kedelai di Desa Kedungasri untuk mencapai keuntungan maksimal
sebaiknya menanam ketiga jenis kedelai yaitu kedelai varietas anjasmoro,
varietas martoloyo dan varietas mallika.
68
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D. H dan Rahmadi Y. E. 2004. Konsep-konsep Dasar Riset Operasi.
Jakarta, Rineke Cipta.
Amirullah. 2013. Metodologi Penelitian Manejemen. Malang : Bayumedia.
Anisah, K., Marli ,B dan Sutarno, I. 2015. Optimalisasi Lahan Surut Pada
Usahatani Kedelai Di Desa Enggal Rejo Kecamatan Air Saleh Kabupaten
Banyuasin. Societa. 1(7): 7-13.
Assauri, Sufjan. 1990. Matematika Ekonomi. Edisi kedua.Jakarta : Rajawali.
Aulia, Arnisa. 2016. Optimalisasi Lahan Sempit Dengan Pola Pengelolaan
Usahatani Tupang Sari (Jagung Dan Cabai Merah) Di Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Agribisnis.
STIPER Dharma Wacana Metro.
BKPP. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. BPTP. Aceh.
Balitkabi. 2017. Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918-2016. Malang:
Balitkabi.
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada
Media.
Hafidh, Muhammad. 2009. Pengaruh Tenaga Kerja, Modal Dan Luas Lahan
Terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Kecamatan
Rowosari Kabupaten Kendal). Skripsi. Ekonomi pembangunan. Universitas
negeri semarang.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : ANDI.
Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro (Pendekatan Matematis dan Grafis).
Jember: CSS.
Istiamuji, Nurul. 2011. Optimalisasi Produksi Pada Peternakan Puyuh Bintang
Tiga, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibun Gbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi.
Ekonomi Dan Manejemen, Institute Pertanian Bogor.
Kementan. 2016. Outlook komoditas pertanian tanaman pangan. Jakarta :Pusat
data dan sistem informasi pertanian kementrian pertanian.
69
Khalik R.,Safrida., Humam H. 2013. Optimalisasi Pola Tanam Usahatani Sayuran
Selada Dan Sawi di Daerah Produksi Padi. Agrisep, 14(1): 19-27.
Krisdiana, Ruly. 2014. Penyebaran Varietas Unggul Kedelai dan Dampaknya
Terhadap Ekonomi Perdesaan. Pertnian Tanaman Pangan, 33(1): 61-69.
Kurniansyah, Rudy S. 2015. Analisis optimalisasi kombinasi produksi tahu
mentah di CV laksana mandiri bogor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Kusumadewi, Eriza. 2012. Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih Di Pusat
Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Bogor.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Mahabirama, A. K., Kuswanti H., Daryanto S., Winandi R. 2013. Analisis
Efisiensi Dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat. Jurnal manejemen, 11(2): 197-206.
Majake, Felix. 2013. Incorporation crop rotation requirements in a linier
programming model: a case study of a rural farmer in bindura, Zimbabwe.
Jurnal internasional researchers, 2(2):101-105.
Masniati, AOP., Saribu D dan Salawati U. 2012. Optimalisasi Kombinasi Cabang
Usahatani Tanaman Pangan Untuk Memperoleh Pendapatan Maksimumdi
Wilayah Transmigrasi Km 38 Kelurahansei Gohong Kecamatan Bukit Batu
Provinsi Kalimantan Tengah. Agribisnis pedesaan, 2(2): 144-158.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia.
Nazir, Mohamad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purwono dan Purnamawati H. 2011. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul.
Cetakan 4. Depok:Penebar Swadaya.
Puspitasar, Erli., Kusrini N., Nurliza. 2013. Optimalisasi Usahatani Padi dan
Sayuran Pada Musim Gadu di Kota Semarang. Social Economic of
Agriculture, 2(2): 75-84.
Rianse, Usman dan Abdi. 2012. Metodologi penelitian sosial dan ekonomi (teori
dan aplikasi). Bandung : Alfabet.
Rukmana R. dan Yudirachman H. 2014. Budidaya dan pengolahan hasil kacang
kedelai unggul. Edisi 1. Bandung: Nuansa Aulia.
70
Ruminta. 2014. Matriks Persamaan Linier dan Pemograman Linier. Bandung :
Rekayasa Sains.
Saninov, A. A., Alamsyah Z., Suryani M. 2012. Optimasi Pola Tanam
Hortikultura Di Desa Rantau Makmur Kecamatan Berbak Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Sosia Ekonomika Bisnis, 15(2): 1-8.
Septiatin, Atin. 2014. Meningkatkan Produksi Kedelai Dilahan Kering, Sawah,
dan Pasang Surut. Edisi 2. Bandung:Yrama Widya.
Sholikah M., Muis A., Laapo A. 2014. Maksimisasi keuntungan usatani padi
sawah desa limbo makmur kecamatan bumi raya kabupaten morowali.
Agrotekbis, 2(2): 169-174.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani, Jakarta : UI-Press.
Soekartawi. 1995. Liner programming. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soekartawi. 2010. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Soetriono, Suwandari dan rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Edisi 2.
Malang: Bayumedia.
Soetriono., Fike M., Ariel H., dan Dwi R. 2010. Daya Saing Agribisnis Kopi
Robusta. Malang: Surya Pena Gemilang.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar swadaya.
Taha, Hamdy. 1996, Riset Operasi, Binarupa Aksara, Jakarta.
Theresia M. W. Edison, Saputra A. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Kedelai
Di Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Skripsi. Jambi.
Universitas Jambi.
Windarti, Tantri. Pemodelan Optimalisasi Produksi Untuk Memaksimalkan
Keuntungan dengan Menggunakan Metode Pemograman Linier. Spektrum
Industri, 11 (2): 117-242.
Zakaria, A. K. 2010. Program pengembangan agribisnis kedelai dalam peningkaan
produksi dan pendapatan petani. Litbang pertanian, 29(4): 147-153.
71
LAMPIRAN
Lampiran A. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Anjasmoro
NO NAMA UMUR
(TH) PENDIDIKAN ALAMAT
LUAS
SAWAH
(HA)
BIAYA
BENIH
(RP)
BIAYA
PUPUK
(RP)
BIAYA
OBAT
(RP)
BIAYA
TK (RP)
BIAYA
ALAT
(RP)
PAJAK
(RP)
BIAYA
PENGAIRAN
(RP)
TOTAL
BIAYA (Rp)
1 Sujono 55 SMP Persen 0,355 200000 545000 385000 545055 264166,7 60000 100000 2099221,7
2 Suwito 48 SD Persen 0,71 360000 645000 735000 645048 547500 120000 200000 3252548
3 Agus 50 SD Persen 0,71 400000 660000 505000 660050 453833,3 120000 200000 2998883,3
4 Japon 60 SD Persen 0,175 96000 107500 215000 107560 139166,7 30000 50000 745226,67
5
Imam
hanafi 45 SMP Persen 1 630000 950000 830000 950045 674166,7 175000 250000 4459211,7
6 Giman 60 SD Persen 0,355 200000 322500 405000 322560 314166,7 60000 100000 1724226,7
7 Sutarman 60 SD Dambuntung 0,355 225000 330000 495000 330060 324166,7 60000 100000 1864226,7
8 Pendik 45 SMP Dambuntung 0,175 96000 95000 220000 95045 121166,7 60000 50000 737211,67
9 Mariyono 49 SMP Persen 0,355 192000 430000 395000 430049 274166,7 60000 100000 1881215,7
10 Hardi 47 SMA Persen 1 585000 645000 695000 645047 674166,7 175000 250000 3669213,7
11 Bero 52 SMP Persen 0,175 99000 117500 250000 117552 139166,7 30000 50000 803218,67
TOTAL 5,36 3083000 4847500 5130000 4848071 3925833 950000 1450000 24234404
RATA-
RATA 0.487727 280272.7 440681.8 466363.6 440733.7 356893.9 86363.64 131818.2 2203127.7
72
Lampiran lanjutan A. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Anjasmoro
NO NAMA UMUR
(TH) PENDIDIKAN ALAMAT
HASIL
(KG)
HARGA
(Rp/KG)
PENERIMAAN
(Rp)
PENDAPATAN
(Rp)
1 Sujono 55 SMP Persen 640 6600 4224000 2124778.3
2 Suwito 48 SD Persen 1200 6600 7920000 4667452
3 Agus 50 SD Persen 1440 6600 9504000 6505116.7
4 Japon 60 SD Persen 360 6600 2376000 1630773.3
5 Imam hanafi 45 SMP Persen 1860 6600 12276000 7816788.3
6 Giman 60 SD Persen 780 6600 5148000 3423773.3
7 Sutarman 60 SD dambuntung 810 6600 5346000 3481773.3
8 Pendik 45 SMP dambuntung 360 6600 2376000 1638788.3
9 Mariyono 49 SMP Persen 660 6600 4356000 2474784.3
10 Hardi 47 SMA Persen 1860 6600 12276000 8606786.3
11 Bero 52 SMP Persen 300 6600 1980000 1176781.3
TOTAL 10270
67782000 43547596
RATA-RATA 933,63
6162000 3958872.3
73
Lampiran B. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Anjasmoro
No
Budidaya
Nama
Luas
Lahan
(Ha) Pembersihan
Lahan Penebaran
Benih Penyian
gan Pemupukan Penyempr
otan Total
Tk Hok Ongko
s Biayat
k
1 Sujono 0,355 1 12 1 2 4 20 0,5 35000 700000
2 Suwito 0,71 1 2 1 2 4 10 0,5 35000 350000
3 Agus 0,71 1 1 1 2 4 9 0,5 35000 315000
4 Japon 0,175 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
5 Imam
Hanafi 1 2 1 1 3 4 11 0,5 35000 385000
6 Giman 0,355 1 12 1 2 3 19 0,5 35000 665000
7 Sutarman 0,355 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
8 Pendik 0,175 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
9 Mariyono 0,355 1 12 1 2 4 20 0,5 35000 700000
10 Hardi 1 2 18 0 2 4 26 0,5 35000 910000
11 Bero 0,175 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
74
Lanjutan Lampiran B. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Anjasmoro
No
Panen
Nama
Luas
Lahan
(Ha) L P Total TK Ongkos Biaya
Hasil
Panen
(KG)
Total
Biaya TK
1 Sujono 0,355 8 0 8 70000 560000 640 560000
2 Suwito 0,71 12 0 12 70000 840000 1200 840001
3 Agus 0,71 12 0 12 70000 840000 1440 840001
4 Japon 0,175 4 0 4 70000 280000 360 280000
5 Imam Hanafi 1 16 0 16 70000 1120000 1860 1120001
6 Giman 0,355 8 0 8 70000 560000 780 560000
7 Sutarman 0,355 8 0 8 70000 560000 810 560000
8 Pendik 0,175 4 0 4 70000 280000 360 280000
9 Mariyono 0,355 8 0 8 70000 560000 660 560000
10 Hardi 1 16 0 16 70000 1120000 1860 1120001
11 Bero 0,175 4 0 4 70000 280000 300 280000
75
Lampiran C. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Anjasmoro
Macth Kaliandra Isek Dan Ulat Prevaton
No Nama Lahan Botol Harga
Total
Harga Botol Harga
Total
Harga Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
1 Sujono 0,355 0 75000 0 1 70000 70000 1 125000 125000
2 Suwito 0,71 0 75000 0 2 70000 140000 2 125000 250000
3 Agus 0,71 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
4 Japon 0,175 0 75000 0 1 70000 70000 0 125000 0
5
Imam
Hanafi 1 0 75000 0 3 70000 210000 2 125000 250000
6 Giman 0,355 0 75000 0 2 70000 140000 1 125000 125000
7 Sutarman 0,355 1 75000 75000 0 70000 0 2 125000 250000
8 Pendik 0,175 1 75000 75000 0 70000 0 0 125000 0
9 Mariyono 0,355 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
10 Hardi 1 0 75000 0 3 70000 210000 1 125000 125000
11 Bero 0,175 0 75000 0 1 70000 70000 0 125000 0
76
Lanjutan Lampiran C . Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Anjasmoro
Gandasil B Gandasil D Bayleton
No Nama Lahan Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
1 Sujono 0,355 0 35000 0 2 35000 70000 0 40000 0
2 Suwito 0,71 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0
3 Agus 0,71 4 35000 140000 0 35000 0 0 40000 0
4 Japon 0,175 0 35000 0 0 35000 0 1 40000 40000
5
Imam
Hanafi 1 0 35000 0 0 35000 0 2 40000 80000
6 Giman 0,355 2 35000 70000 0 35000 0 0 40000 0
7 Sutarman 0,355 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0
8 Pendik 0,175 1 35000 35000 0 35000 0 1 40000 40000
9 Mariyono 0,355 2 35000 70000 0 35000 0 2 40000 80000
10 Hardi 1 0 35000 0 0 35000 0 3 40000 120000
11 Bero 0,175 2 35000 70000 0 35000 0 1 40000 40000
77
Lanjutan Lampiran C. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Anjasmoro
Roundup Ronpas Neotrin Devaclo
No Nama Lahan Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Obat
(Rp)
1 Sujono 0,355 1 50000 50000 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 385000
2 Suwito 0,71 2 50000 100000 4 35000 140000 0 57000 0 3 35000 105000 735000
3 Agus 0,71 2 50000 100000 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 505000
4 Japon 0,175 0 50000 0 1 35000 35000 0 57000 0 2 35000 70000 215000
5
Imam
Hanafi 1 3 50000 150000 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 830000
6 Giman 0,355 0 50000 0 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 405000
7 Sutarman 0,355 2 50000 100000 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 495000
8 Pendik 0,175 0 50000 0 1 35000 35000 0 57000 0 1 35000 35000 220000
9 Mariyono 0,355 1 50000 50000 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 395000
10 Hardi 1 2 50000 100000 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 695000
11 Bero 0,175 0 50000 0 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 250000
78
Lampiran D. Penggunaan Pupuk Usahatani Kedelai Anjasmoro
Urea SP 36 Phonska
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Pupuk
(Rp)
1 Sujono 0,355 0 1800 0 100 2000 200000 150 2300 345000 545000
2 Suwito 0,71 0 1800 0 150 2000 300000 150 2300 345000 645000
3 Agus 0,71 0 1800 0 100 2000 200000 200 2300 460000 660000
4 Japon 0,175 0 1800 0 25 2000 50000 25 2300 57500 107500
5
Imam
Hanafi 1 50 1800 90000 200 2000 400000 200 2300 460000 950000
6 Giman 0,355 0 1800 0 75 2000 150000 75 2300 172500 322500
7 Sutarman 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 100 2300 230000 330000
8 Pendik 0,175 25 1800 45000 25 2000 50000 0 2300 0 95000
9 Mariyono 0,355 0 1800 0 100 2000 200000 100 2300 230000 430000
10 Hardi 1 0 1800 0 150 2000 300000 150 2300 345000 645000
11 Bero 0,175 0 1800 0 30 2000 60000 25 2300 57500 117500
79
Lampiran E. Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Anjasmoro
No Nama Luas Lahan (Ha) Benih (Kg) Harga (Rp) Total (Rp)
1 Sujono 0,355 25 8000 200000
2 Suwito 0,71 45 8000 360000
3 Agus 0,71 50 8000 400000
4 Japon 0,175 12 8000 96000
5 Imam Hanafi 1 70 9000 630000
6 Giman 0,355 25 8000 200000
7 Sutarman 0,355 25 9000 225000
8 Pendik 0,175 12 8000 96000
9 Mariyono 0,355 24 8000 192000
10 Hardi 1 65 9000 585000
11 Bero 0,175 11 9000 99000
80
Lampiran F. Pemakaian Alat Usahatani Kedelai Anjasmoro
Cangkul Sabit Sprayer
No Nama
Luas
Lahan
(Ha)
Unit Harga Umur Penyusutan Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Harga
Umur
Ekonomis Penyusutan
1 Sujono 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
2 Suwito 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 3000000 10 100000,0
3 Agus 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1150000 10 38333,3
4 Japon 0,175 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 350000 10 11666,7
5 Imam Hanafi 1 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
6 Giman 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
7 Sutarman 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
8 Pendik 0,175 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 350000 10 11666,7
9 Mariyono 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
10 Hardi 1 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
11 Bero 0,175 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,7
81
Lanjutan lampiran F. Pemakaian Alat Usahatani Kedelai Anjasmoro
Timba Mesin Perontok (Sewa Borongan)
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Karung Harga Biaya Total
Biaya
1 Sujono 0,355 1 15000 5 1000 1 10,5 20000 210000 264166,67
2 Suwito 0,71 1 15000 5 1000 1 22 20000 440000 547500
3 Agus 0,71 1 15000 5 1000 1 24 17000 408000 453833,33
4 Japon 0,175 1 15000 5 1000 1 6 20000 120000 139166,67
5 Imam
Hanafi 1 1 15000 5 1000 1 31 20000 620000 674166,67
6 Giman 0,355 1 15000 5 1000 1 13 20000 260000 314166,67
7 Sutarman 0,355 1 15000 5 1000 1 13,5 20000 270000 324166,67
8 Pendik 0,175 1 15000 5 1000 1 6 17000 102000 121166,67
9 Mariyono 0,355 1 15000 5 1000 1 11 20000 220000 274166,67
10 Hardi 1 1 15000 5 1000 1 31 20000 620000 674166,67
11 Bero 0,175 1 15000 5 1000 1 5 17000 85000 139166,67
82
Lamiran G. Pajak Dan Iuran Usahatani Kedelai Anjasmoro
No Nama Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan Iuran Irigasi
1 Sujono 0,355 60000 100000
2 Suwito 0,71 120000 200000
3 Agus 0,71 120000 200000
4 Japon 0,175 30000 50000
5 Imam Hanafi 1 175000 250000
6 Giman 0,355 60000 100000
7 Sutarman 0,355 60000 100000
8 Pendik 0,175 60000 50000
9 Mariyono 0,355 60000 100000
10 Hardi 1 175000 250000
11 Bero 0,175 30000 50000
83
Lampiran H. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Martoloyo
NO NAMA UMUR
(TH) PENDIDIKAN ALAMAT
LUAS
SAWAH
(HA)
BIAYA
BENIH
(RP)
BIAYA
PUPUK
(RP)
BIAYA
OBAT
(RP)
BIAYA
TK (RP)
BIAYA
ALAT
(RP)
PAJAK
(RP)
BIAYA
PENGAIRAN
(RP)
TOTAL
BIAYA
(Rp)
1 Saidi 52 SMP PERSEN 0.355 250000 215000 350000 1365000 274166.7 60000 100000 2614167
2 yatimen 44 SMP PERSEN 1 700000 1075000 905000 980000 554166.7 150000 250000 4614167
3 Sujari 57 SD PERSEN 0.71 350000 380000 460000 2135000 574166.7 120000 200000 4219167
4 Daroji 54 SMP PERSEN 0.355 240000 236000 325000 1190000 295000 60000 100000 2446000
5 sumamto 48 SD PERSEN 0.175 100000 107500 235000 560000 121166.7 30000 75000 1228667
6 Ribut 52 SD PERSEN 0.355 250000 215000 300000 1260000 294166.7 60000 100000 2479167
7 sumardi 60 SD PERSEN 0.71 500000 430000 590000 1435000 428166.7 120000 200000 3703167
8 Sugito 54 SD PERSEN 0.355 225000 215000 317000 875000 239166.7 60000 100000 2031167
9 yoyok 40 SMP PERSEN 0.355 250000 251000 365000 875000 294166.7 60000 100000 2195167
10 wagiyo 50 SMP PERSEN 0.5345 400000 366000 415000 1540000 454166.7 90000 150000 3415167
11 tuwuh 60 SD PERSEN 0.71 500000 430000 615000 1470000 574166.7 120000 200000 3909167
12 sumaji 53 SMP PERSEN 0.355 250000 215000 250000 840000 294166.7 60000 80000 1989167
13 surani 52 SD PERSEN 0.71 450000 430000 769000 1435000 574166.7 120000 200000 3978167
14 zaenal 45 SMP PERSEN 0.355 225000 215000 405000 875000 274166.7 60000 100000 2154167
15 agung 45 SMP PERSEN 0.5345 360000 330000 530000 1575000 454166.7 90000 150000 3489167
16 gimen 60 SD PERSEN 0.71 450000 430000 720000 1435000 479166.7 120000 200000 3834167
17 sholikin 53 SMA PERSEN 0.5345 450000 250000 595000 1155000 454166.7 150000 90000 3144167
total 8.8135 5500000 5540500 7551000 19845000 6178500 1380000 2305000 48300000
rata-rata 0.518441 343750 346281.3 471937.5 1240313 386156.3 86250 144062.5 3018750
84
Lanjutan lampiran H. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Martoloyo
No Nama Umur
(Tahun) Pendidikan Alamat
Total
Biaya
(Rp) Hasil
(Kg) Harga
(Rp/Kg) Penerimaan
(Rp) Pendapatan
(Rp)
2 Saidi 52 Smp Persen 2614167 600 6400 3840000 1225833
3 Yatimen 44 Smp Persen 4614167 1500 6400 9600000 4985833
4 Sujari 57 Sd Persen 4219167 1560 6400 9984000 5764833
5 Daroji 54 Smp Persen 2446000 750 6400 4800000 2354000
6 Sumamto 48 Sd Persen 1228667 360 6400 2304000 1075333
7 Ribut 52 Sd Persen 2479167 720 6400 4608000 2128833
8 Sumardi 60 Sd Persen 3703167 1320 6400 8448000 4744833
9 Sugito 54 Sd Persen 2031167 660 6400 4224000 2192833
10 Yoyok 40 Smp Persen 2195167 720 6400 4608000 2412833
11 Wagiyo 50 Smp Persen 3415167 1200 6400 7680000 4264833
12 Tuwuh 60 Sd Persen 3909167 1500 6400 9600000 5690833
13 Sumaji 53 Smp Persen 1989167 720 6400 4608000 2618833
14 Surani 52 Sd Persen 3978167 1560 6400 9984000 6005833
15 Zaenal 45 Smp Persen 2154167 660 6400 4224000 2069833
16 Agung 45 Smp Persen 3489167 1200 6400 7680000 4190833
17 Gimen 60 Sd Persen 3834167 1500 6400 9600000 5765833
18 Sholikin 53 Sma Persen 3144167 1200 6400 7680000 4535833
Total 48300000 16530
113472000 62027833.3
Rata-Rata 3018750 1033.125
6674823.5 3648696.08
85
Lampiran I. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Martoloyo
Budidaya
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Pembersihan
Lahan Penebaran
Benih Penyiangan Pemupukan Penyemprotan Total
TK HOK Ongkos Biaya
TK
2 Saidi 0.355 1 12 1 2 3 19 0.5 35000 665000
3 Yatimen 1 2 1 1 2 4 10 0.5 35000 350000
4 Sujari 0.71 5 20 1 2 1 29 0.5 35000 1015000
5 Daroji 0.355 1 12 1 2 4 20 0.5 35000 700000
6 Sumamto 0.175 1 1 1 2 3 8 0.5 35000 280000
7 Ribut 0.355 1 12 1 2 4 20 0.5 35000 700000
8 Sumardi 0.71 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
9 Sugito 0.355 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
10 Yoyok 0.355 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
11 Wagiyo 0.5345 1 12 1 2 4 20 0.5 35000 700000
12 Tuwuh 0.71 2 1 1 2 4 10 0.5 35000 350000
13 Sumaji 0.355 1 1 1 2 3 8 0.5 35000 280000
14 Surani 0.71 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
15 Zaenal 0.355 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
16 Agung 0.5345 1 12 1 2 5 21 0.5 35000 735000
17 Gimen 0.71 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
18 Sholikin 0.5345 1 1 1 2 4 9 0.5 35000 315000
86
Lanjutan Lampiran I. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Martoloyo
Panen
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) L P Total Tk Ongkos Biaya
Hasil
Panen
(Kg) Total Biaya
Tk
2 Saidi 0,355 10 0 10 70000 700000 600 1365000
3 Yatimen 1 18 0 18 35000 630000 1500 980000
4 Sujari 0,71 16 0 16 70000 1120000 1560 2135000
5 Daroji 0,355 7 0 7 70000 490000 750 1190000
6 Sumamto 0,175 4 0 4 70000 280000 360 560000
7 Ribut 0,355 8 0 8 70000 560000 720 1260000
8 Sumardi 0,71 16 0 16 70000 1120000 1320 1435000
9 Sugito 0,355 8 0 8 70000 560000 660 875000
10 Yoyok 0,355 8 0 8 70000 560000 720 875000
11 Wagiyo 0,5345 12 0 12 70000 840000 1200 1540000
12 Tuwuh 0,71 16 0 16 70000 1120000 1500 1470000
13 Sumaji 0,355 8 0 8 70000 560000 720 840000
14 Surani 0,71 16 0 16 70000 1120000 1560 1435000
15 Zaenal 0,355 8 0 8 70000 560000 660 875000
16 Agung 0,5345 12 0 12 70000 840000 1200 1575000
17 Gimen 0,71 16 0 16 70000 1120000 1500 1435000
18 Sholikin 0,5345 12 0 12 70000 840000 1200 1155000
87
Lampiran J. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Martoloyo
Macth Kaliandra Prevaton
No Nama Lahan Botol Harga Total
Harga Botol Harga Total
Harga Botol Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
2 Saidi 0,355 0 75000 0 1 70000 70000 1 125000 125000
3 Yatimen 1 0 75000 0 0 70000 0 3 125000 375000
4 Sujari 0,71 0 75000 0 0 70000 0 2 125000 250000
5 Daroji 0,355 0 75000 0 2 70000 140000 0 125000 0
6 Sumamto 0,175 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
7 Ribut 0,355 0 75000 0 1 70000 70000 1 125000 125000
8 Sumardi 0,71 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
9 Sugito 0,355 1 75000 75000 0 70000 0 0 125000 0
10 Yoyok 0,355 1 75000 75000 0 70000 0 0 125000 0
11 Wagiyo 0,5345 1 75000 75000 0 70000 0 1 125000 125000
12 Tuwuh 0,71 0 75000 0 2 70000 140000 1 125000 125000
13 Sumaji 0,355 1 75000 75000 1 70000 70000 0 125000 0
14 Surani 0,71 0 75000 0 0 70000 0 2 125000 250000
15 Zaenal 0,355 0 75000 0 2 70000 140000 1 125000 125000
16 Agung 0,5345 0 75000 0 2 70000 140000 0 125000 0
17 Gimen 0,71 0 75000 0 0 70000 0 2 125000 250000
18 Sholikin 0,5345 0 75000 0 2 70000 140000 2 125000 250000
88
Lanjutan Lampiran J. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Martoloyo
Gandasil B Gandasil D Bayleton Roundup
No Nama Lahan Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
1 Mustakim 0,175 0 35000 0 0 35000 0 2 40000 80000 0 50000 0
2 Saidi 0,355 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 1 50000 50000
3 Yatimen 1 0 35000 0 0 35000 0 6 40000 240000 3 50000 150000
4 Sujari 0,71 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 0 50000 0
5 Daroji 0,355 0 35000 0 0 35000 0 2 40000 80000 0 50000 0
6 Sumamto 0,175 1 35000 35000 0 35000 0 1 40000 40000 0 50000 0
7 Ribut 0,355 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 0 50000 0
8 Sumardi 0,71 3 35000 105000 2 35000 70000 2 40000 80000 0 50000 0
9 Sugito 0,355 0 35000 0 0 35000 0 2 40000 80000 0 50000 0
10 Yoyok 0,355 2 35000 70000 0 35000 0 2 40000 80000 0 50000 0
11 Wagiyo 0,5345 0 35000 0 0 35000 0 1 40000 40000 0 50000 0
12 Tuwuh 0,71 3 35000 105000 3 35000 105000 0 40000 0 0 50000 0
13 Sumaji 0,355 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 0 50000 0
14 Surani 0,71 3 35000 105000 0 35000 0 4 40000 160000 0 50000 0
15 Zaenal 0,355 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 0 50000 0
16 Agung 0,5345 0 35000 0 0 35000 0 2 40000 80000 2 50000 100000
17 Gimen 0,71 3 35000 105000 3 35000 105000 3 40000 120000 0 50000 0
18 Sholikin 0,5345 0 35000 0 0 35000 0 0 40000 0 2 50000 100000
89
Lanjutan Lampiran J. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Martoloyo
Ronpas Neotrin Devaclo
No Nama Lahan Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Obat
(Rp)
1 Mustakim 0,175 1 35000 35000 0 57000 0 0 35000 0 240000
2 Saidi 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 1 35000 35000 350000
3 Yatimen 1 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 905000
4 Sujari 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 2 35000 70000 460000
5 Daroji 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 1 35000 35000 325000
6 Sumamto 0,175 1 35000 35000 0 57000 0 0 35000 0 235000
7 Ribut 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 1 35000 35000 300000
8 Sumardi 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 2 35000 70000 590000
9 Sugito 0,355 2 35000 70000 1 57000 57000 1 35000 35000 317000
10 Yoyok 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 2 35000 70000 365000
11 Wagiyo 0,5345 2 35000 70000 0 57000 0 3 35000 105000 415000
12 Tuwuh 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 615000
13 Sumaji 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 1 35000 35000 250000
14 Surani 0,71 4 35000 140000 2 57000 114000 0 35000 0 769000
15 Zaenal 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 2 35000 70000 405000
16 Agung 0,5345 3 35000 105000 0 57000 0 3 35000 105000 530000
17 Gimen 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 720000
18 Sholikin 0,5345 0 35000 0 0 57000 0 3 35000 105000 595000
90
Lampiran K. Pemberian Pupuk Usahatani Kedelai Martoloyo
Urea SP 36 Phonska
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) KG
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) KG
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) KG
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Pupuk
(Rp)
1 Saidi 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
2 Yatimen 1 0 1800 0 250 2000 500000 250 2300 575000 1075000
3 Sujari 0,71 100 1800 180000 100 2000 200000 0 2300 0 380000
4 Daroji 0,355 20 1800 36000 100 2000 200000 0 2300 0 236000
5 Sumamto 0,175 0 1800 0 25 2000 50000 25 2300 57500 107500
6 Ribut 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
7 Sumardi 0,71 0 1800 0 100 2000 200000 100 2300 230000 430000
8 Sugito 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
9 Yoyok 0,355 20 1800 36000 50 2000 100000 50 2300 115000 251000
10 Wagiyo 0,5345 20 1800 36000 50 2000 100000 100 2300 230000 366000
11 Tuwuh 0,71 0 1800 0 100 2000 200000 100 2300 230000 430000
12 Sumaji 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
13 Surani 0,71 0 1800 0 100 2000 200000 100 2300 230000 430000
14 Zaenal 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
15 Agung 0,5345 0 1800 0 50 2000 100000 100 2300 230000 330000
16 Gimen 0,71 0 1800 0 100 2000 200000 100 2300 230000 430000
17 Sholikin 0,5345 0 1800 0 100 200 20000 100 2300 230000 250000
91
Lampiran L. Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Martoloyo
No Nama Luas Lahan (Ha) Benih (Kg) Harga (Rp) Total (Rp)
1 Saidi 0,355 25 10000 250000
2 Yatimen 1 70 10000 700000
3 Sujari 0,71 50 7000 350000
4 Daroji 0,355 24 10000 240000
5 Sumamto 0,175 10 10000 100000
6 Ribut 0,355 25 10000 250000
7 Sumardi 0,71 50 10000 500000
8 Sugito 0,355 25 9000 225000
9 Yoyok 0,355 25 10000 250000
10 Wagiyo 0,5345 40 10000 400000
11 Tuwuh 0,71 50 10000 500000
12 Sumaji 0,355 25 10000 250000
13 Surani 0,71 50 9000 450000
14 Zaenal 0,355 25 9000 225000
15 Agung 0,5345 40 9000 360000
16 Gimen 0,71 50 9000 450000
17 Sholikin 0,5345 50 9000 450000
92
Lampiran M. Penggunaan Alat-Alat Usahatani Kedelai Martoloyo
Cangkul Sabit Sprayer
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Unit Harga Umur
(Tahun) Penyusutan Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan
1 Saidi 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 2 Yatimen 1 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 3 Sujari 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 4 Daroji 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 2250000 10 75000 5 Sumamto 0,175 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 350000 10 11666,6667 6 Ribut 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 7 Sumardi 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 8 Sugito 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 350000 10 11666,6667 9 Yoyok 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
10 Wagiyo 0,5345 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 11 Tuwuh 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 12 Sumaji 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 13 Surani 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 14 Zaenal 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 15 Agung 0,5345 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 16 Gimen 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667 17 Sholikin 0,5345 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
93
Lanjutan lampiran M. Penggunaan Alat-Alat Usahatani Kedelai Martoloyo
Timba Mesin Perontok (Sewa Borongan)
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Karung Harga Biaya Total
Biaya
1 Saidi 0,355 1 15000 5 1000 1 11 20000 220000 274166,67
2 Yatimen 1 1 15000 5 1000 1 25 20000 500000 554166,67
3 Sujari 0,71 1 15000 5 1000 1 26 20000 520000 574166,67
4 Daroji 0,355 1 15000 5 1000 1 12,5 17000 212500 295000
5 Sumamto 0,175 1 15000 5 1000 1 6 17000 102000 121166,67
6 Ribut 0,355 1 15000 5 1000 1 12 20000 240000 294166,67
7 Sumardi 0,71 1 15000 5 1000 1 22 17000 374000 428166,67
8 Sugito 0,355 1 15000 5 1000 1 11 20000 220000 239166,67
9 Yoyok 0,355 1 15000 5 1000 1 12 20000 240000 294166,67
10 Wagiyo 0,5345 1 15000 5 1000 1 20 20000 400000 454166,67
11 Tuwuh 0,71 1 15000 5 1000 1 26 20000 520000 574166,67
12 Sumaji 0,355 1 15000 5 1000 1 12 20000 240000 294166,67
13 Surani 0,71 1 15000 5 1000 1 26 20000 520000 574166,67
14 Zaenal 0,355 1 15000 5 1000 1 11 20000 220000 274166,67
15 Agung 0,5345 1 15000 5 1000 1 20 20000 400000 454166,67
16 Gimen 0,71 1 15000 5 1000 1 25 17000 425000 479166,67
17 Sholikin 0,5345 1 15000 5 1000 1 20 20000 400000 454166,67
94
Lampiran N. Pajak Dan Iuran Irigasi Usahatani Kedelai Martoloyo
No Nama Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan Iuran Irigasi
1 Saidi 0,355 60000 100000
2 Yatimen 1 150000 250000
3 Sujari 0,71 120000 200000
4 Daroji 0,355 60000 100000
5 Sumamto 0,175 30000 75000
6 Ribut 0,355 60000 100000
7 Sumardi 0,71 120000 200000
8 Sugito 0,355 60000 100000
9 Yoyok 0,355 60000 100000
10 Wagiyo 0,5345 90000 150000
11 Tuwuh 0,71 120000 200000
12 Sumaji 0,355 60000 80000
13 Surani 0,71 120000 200000
14 Zaenal 0,355 60000 100000
15 Agung 0,5345 90000 150000
16 Gimen 0,71 120000 200000
17 Sholikin 0,5345 90000 150000
95
Lampiran O. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Mallika
NO NAMA UMUR
(TH) PENDIDIKAN ALAMAT
LUAS
SAWAH
(HA)
BIAYA
BENIH
(RP)
BIAYA
PUPUK
(RP)
BIAYA
OBAT
(RP)
BIAYA
TK (RP)
BIAYA
ALAT
(RP)
PAJAK
(RP)
BIAYA
PENGAIRAN
(RP)
TOTAL
BIAYA
(Rp)
1 Muklas 53 Smp Persen 0.355 210000 290000 172000 290053 257750 30000 100000 1349803
2 Imam Syafi'i 45 Sd Persen 0.355 210000 215000 620000 215045 314416.7 30000 100000 1704462
3 Kalimah 43 Smp Persen 0.5345 315000 495000 540000 495043 411416.7 60000 150000 2466460
4 Saidi 60 Sd Persen 0.355 210000 215000 302000 215060 219416.7 30000 100000 1291477
5 Ali Munawar 55 Sd Persen 0.355 210000 215000 155000 215055 242750 30000 100000 1167805
6 Marfuah 43 Smp Persen 0.71 420000 932000 730000 932043 614416.7 120000 200000 3948460
7 Karmin 60 Sd Persen 0.71 420000 860000 670000 860060 394416.7 120000 200000 3524477
8 Danuri 63 Sd Persen 0.5345 315000 460000 510000 460063 219416.7 90000 150000 2204480
Total 3.909 2310000 3682000 3699000 3682422 2674000 510000 1100000 17657422
Rata-Rata 0.488625 288750 460250 462375 460302.8 334250 63750 137500 2207178
96
Lanjutan lampiran O. Tabulasi Keseluruhan Usahatani Kedelai Mallika
No Nama Umur
(Tahun) Pendidikan Alamat Hasil (Kg)
Harga
(Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
1 Muklas 53 Smp Persen 720 9000 6480000 5130197
2 Imam Syafi'i 45 Sd Persen 780 9000 7020000 5315538.3
3 Kalimah 43 Smp Persen 1260 9000 11340000 8873540.3
4 Saidi 60 Sd Persen 660 9000 5940000 4648523.3
5 Ali Munawar 55 Sd Persen 600 9000 5400000 4232195
6 Marfuah 43 Smp Persen 1680 9000 15120000 11171540
7 Karmin 60 Sd Persen 1200 9000 10800000 7275523.3
8 Danuri 63 Sd Persen 600 9000 5400000 3195520.3
Total 7500 72000 67500000 49842578
Rata-Rata 937.5 9000 8437500 6230322.3
97
Lampiran P. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai mallika
Budidaya
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Pembersihan
Lahan Penebaran
Benih Penyiangan Pemupukan Penyemprotan Total TK HOK Ongkos Biaya
tk
1 Muklas 0,355 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
2 Imam
Syafi'i 0,355 1 12 1 2 6 22 0,5 35000 770000
3 Kalimah 0,5345 3 1 1 2 4 11 0,5 35000 385000
4 Saidi 0,355 1 1 1 2 4 9 0,5 35000 315000
5 Ali
Munawar 0,355 1 1 1 2 2 7 0,5 35000 245000
6 Marfuah 0,71 8 1 1 3 4 17 0,5 35000 595000
7 Karmin 0,71 8 1 1 2 4 16 0,5 35000 560000
8 Danuri 0,5345 1 1 1 2 3 8 0,5 35000 280000
98
Lanjutan Lampiran P. Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Mallika
Panen
No Nama Luas Lahan
(Ha) L P Total TK Ongkos Biaya Hasil Panen
(KW) Total
Biaya TK
1 Muklas 0,355 8 0 8 70000 560000 720 840000
2 Imam Syafi'i 0,355 8 0 8 70000 560000 780 1330000
3 Kalimah 0,5345 12 0 12 70000 840000 1260 1225000
4 Saidi 0,355 10 0 10 70000 700000 660 1015000
5 Ali Munawar 0,355 8 0 8 70000 560000 600 805000
6 Marfuah 0,71 12 0 12 70000 840000 1680 1435000
7 Karmin 0,71 12 0 12 70000 840000 1200 1400000
8 Danuri 0,5345 12 0 12 70000 840000 600 1120000
99
Lampiran Q. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Mallika
Macth Kaliandra Prevaton
No Nama Lahan Botol Harga
Total
Harga Botol Harga
Total
Harga Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
1 Muklas 0,355 1 75000 75000 0 70000 0 0 125000 0
2
Imam
Syafi'i 0,355 0 75000 0 2 70000 140000 2 125000 250000
3 Kalimah 0,5345 0 75000 0 0 70000 0 2 125000 250000
4 Saidi 0,355 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
5
Ali
Munawar 0,355 0 75000 0 0 70000 0 1 125000 125000
6 Marfuah 0,71 0 75000 0 0 70000 0 2 125000 250000
7 Karmin 0,71 0 75000 0 4 70000 280000 2 125000 250000
8 Danuri 0,5345 0 75000 0 3 70000 210000 0 125000 0
100
Lanjutan Lampiran Q. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Mallika
Gandasil B Gandasil D Bayleton Roundup
No Nama Lahan Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
1 Muklas 0,355 0 15000 0 0 15000 0 1 40000 40000 0 50000 0
2
Imam
Syafi'i 0,355 2 15000 30000 2 15000 30000 0 40000 0 2 50000 100000
3 Kalimah 0,5345 0 15000 0 0 15000 0 2 40000 80000 0 50000 0
4 Saidi 0,355 1 15000 15000 0 15000 0 0 40000 0 0 50000 0
5
Ali
Munawar 0,355 1 15000 15000 1 15000 15000 0 40000 0 0 50000 0
6 Marfuah 0,71 4 15000 60000 4 15000 60000 2 40000 80000 0 50000 0
7 Karmin 0,71 0 15000 0 0 15000 0 0 40000 0 0 50000 0
8 Danuri 0,5345 3 15000 45000 3 15000 45000 0 40000 0 0 50000 0
101
Lanjutan lampiran Q. Penggunaan Obat-Obatan Usahatani Kedelai Mallika
Ronpas Neotrin Devaclo
No Nama Lahan Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Botol
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Pack
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Obat
(Rp)
1 Muklas 0,355 0 35000 0 1 57000 57000 0 35000 0 172000
2 Imam Syafi'i 0,355 2 35000 70000 0 57000 0 0 35000 0 620000
3 Kalimah 0,5345 3 35000 105000 0 57000 0 3 35000 105000 540000
4 Saidi 0,355 0 35000 0 1 57000 57000 3 35000 105000 302000
5
Ali
Munawar 0,355 0 35000 0 0 57000 0 0 35000 0 155000
6 Marfuah 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 4 35000 140000 730000
7 Karmin 0,71 4 35000 140000 0 57000 0 0 35000 0 670000
8 Danuri 0,5345 3 35000 105000 0 57000 0 3 35000 105000 510000
102
Lampiran R. Pemberian Pupuk Usahatani Kedelai Martoloyo
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp) Kg
Harga
(Rp)
Total
Harga
(Rp)
Total
Biaya
Pupuk
(Rp)
1 Muklas 0,355 50 1800 90000 100 2000 200000 0 2300 0 290000
2
Imam
Syafi'i 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
3 Kalimah 0,5345 0 1800 0 75 2000 150000 150 2300 345000 495000
4 Saidi 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
5
Ali
Munawar 0,355 0 1800 0 50 2000 100000 50 2300 115000 215000
6 Marfuah 0,71 40 1800 72000 200 2000 400000 200 2300 460000 932000
7 Karmin 0,71 0 1800 0 200 2000 400000 200 2300 460000 860000
8 Danuri 0,5345 0 1800 0 0 2000 0 200 2300 460000 460000
103
Lampiran S. Kebutuhan Benih Usahatani Kedelai Mallika
No Nama Luas Lahan (Ha) Benih (KG) Harga (Rp) Total (Rp)
1 Muklas 0,355 20 10500 210000
2 Imam Syafi'i 0,355 20 10500 210000
3 Kalimah 0,5345 30 10500 315000
4 Saidi 0,355 20 10500 210000
5 Ali Munawar 0,355 20 10500 210000
6 Marfuah 0,71 40 10500 420000
7 Karmin 0,71 40 10500 420000
8 Danuri 0,5345 30 10500 315000
104
Lampiran T. Pemakaian Alat-Alat Usahatani Kedelai Mallika
Cangkul Sabit Sprayer
No Nama
Luas
Lahan
(Ha) Unit Harga Umur Penyusutan Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan
1 Muklas 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 300000 10 10000
2 Imam
Syafi'i 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
3 Kalimah 0,5345 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
4 Saidi 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
5 Ali
Munawar 0,355 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1050000 10 35000
6 Marfuah 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
7 Karmin 0,71 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 1400000 10 46666,6667
8 Danuri 0,5345 1 75000 10 2500 1 60000 5 4000 1 350000 10 11666,6667
105
Lanjutan lampiran T. Pemakaian Alat-Alat Usahatani Kedelai Mallika
Timba Mesin Perontok (Sewa Borongan)
No Nama Luas Lahan
(Ha) Unit Harga Umur
Ekonomis Penyusutan Unit Karung Harga Biaya Total
Biaya
1 Muklas 0,355 1 15000 4 1250 1 12 20000 240000 257750
2 Imam Syafi'i 0,355 1 15000 4 1250 1 13 20000 260000 314416,7
3 Kalimah 0,5345 1 15000 4 1250 1 21 17000 357000 411416,7
4 Saidi 0,355 1 15000 4 1250 1 11 15000 165000 219416,7
5 Ali Munawar 0,355 1 15000 4 1250 1 10 20000 200000 242750
6 Marfuah 0,71 1 15000 4 1250 1 28 20000 560000 614416,7
7 Karmin 0,71 1 15000 4 1250 1 20 17000 340000 394416,7
8 Danuri 0,5345 1 15000 4 1250 1 10 20000 200000 219416,7
106
Lampiran U. Pajak Dan Iuran Irigasi Usahatani Kedelai Martoloyo
No Nama Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan Iuran Irigasi
1 Muklas 0,355 30000 100000
2 Imam Syafi'i 0,355 30000 100000
3 Kalimah 0,5345 60000 150000
4 Saidi 0,355 30000 100000
5 Ali Munawar 0,355 30000 100000
6 Marfuah 0,71 120000 200000
7 Karmin 0,71 120000 200000
8 Danuri 0,5345 90000 150000
107
Lampiran V. Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Anjasmoro
NO NAMA UMUR
(TAHUN) PENDIDIKAN ALAMAT
1 Sujono 55 SMP Persen
2 Suwito 48 SD Persen
3 Agus 50 SD Persen
4 Japon 60 SD Persen
5 Imam Hanafi 45 SMP Persen
6 Giman 60 SD Persen
7 Sutarman 60 SD Dambuntung
8 Pendik 45 SMP Dambuntung
9 Mariyono 49 SMP Persen
10 Hardi 47 SMA Persen
11 Bero 52 SMP Persen
12 Selamet 55 SD Persen
Lampiran W. Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Martoloyo
NO NAMA UMUR
(TAHUN) PENDIDIKAN ALAMAT
1 Saidi 52 SMP Persen
2 Yatimen 44 SMP Persen
3 Sujari 57 SD Persen
4 Daroji 54 SMP Persen
5 Sumamto 48 SD Persen
6 Ribut 52 SD Persen
7 Sumardi 60 SD Persen
8 Sugito 54 SD Persen
9 Yoyok 40 SMP Persen
10 Wagiyo 50 SMP Persen
11 Tuwuh 60 SD Persen
12 Sumaji 53 SMP Persen
13 Surani 52 SD Persen
14 Zaenal 45 SMP Persen
15 Agung 45 SMP Persen
16 Gimen 60 SD Persen
17 Sholikin 53 SMA Persen
108
Lampiran X. Karakteristik Responden Usahatani Kedelai Mallika
No Nama Umur
(Tahun) Pendidikan Alamat
1 Muklas 53 SMP Persen
2 Imam Syafi'i 45 SD Persen
3 Kalimah 43 SMP Persen
4 Saidi 60 SD Persen
5 Ali Munawar 55 SD Persen
6 Marfuah 43 SMP Persen
7 Karmin 60 SD Persen
8 Danuri 63 SD Persen
109
Lampiran Y. Produksi Kedelai Nasional
Produksi Kedelai
Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015
total
rata-
rata
Aceh 50006 51439 45027 63352 47910 257734 51547
Sumatra Utara 11426 5419 3229 5705 6549 32328 6466
Sumatra Barat 1925 1106 732 911 353 5027 1005
Riau 7100 4182 2211 2332 2145 17970 3594
Jambi 5668 3516 2372 6800 6732 25088 5018
Sumatra Selatan 13710 12162 5140 12550 16818 60380 12076
Bengkulu 3458 2316 3987 5715 5388 20864 4173
Lampung 10984 7993 6156 13777 9815 48725 9745
Kep. Bangka Belitung 1 1 0 3 1 6 1
Kep. Riau 7 15 18 18 15 73 15
DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
Jawa Barat 56166 47426 51172 115261 98938 368963 73793
Jawa Tengah 112273 152416 99318 125467 129794 619268 123854
DI Yogyakarta 32795 36033 31677 19579 18822 138906 27781
Jawa Timur 366999 361986 329461 355464 344998 1758908 351782
Banten 5885 5780 10326 6384 7291 35666 7133
Bali 8503 8210 7433 8187 7259 39592 7918
NTB 88099 74156 91065 97172 125036 475528 95106
NTT 1378 2781 1675 2710 3615 12159 2432
Kalimantan Barat 2027 1339 1677 3161 2637 10841 2168
Kalimantan Tengah 2823 1700 1684 1397 1262 8866 1773
Kalimantan Selatan 4376 3860 4072 8946 10537 31791 6358
Kalimantan Timur 2281 1364 1402 1128 1519 7694 1539
Kalimantan Uatara 0 0 84 97 2239 2420 484
Sulawesi Utara 6319 2973 5780 7529 6685 29286 5857
Selawesi Tengah 6900 8202 12654 16399 13270 57425 11485
Sulawesi Selatan 33716 29938 45693 54723 67192 231262 46252
Sulawesi Tenggara 6113 3710 3595 5691 12799 31908 6382
Gorontalo 2156 3451 4411 4273 3203 17494 3499
Sulawesi Barat 2433 3222 1181 3998 4218 15052 3010
Maluku 297 348 254 578 707 2184 437
Maluku utara 1100 1303 1227 762 475 4867 973
Papua Barat 403 650 669 945 1439 4106 821
Papua 3959 4156 4610 3983 3522 20230 4046
Indonesia 851286 843153 779992 954997 963183 878522
110
Lampiran Z. Pertumbuhan Produksi Kedelai Nasional
Pertumbuhan Produksi kedelai (%)
Provinsi
2011-
2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 Pertumbuhan(%) rank
Aceh 2.87 -12.47 40.70 -24.37 1.68 22
Sumatra Utara -52.57 -40.41 76.68 14.79 -0.38 24
Sumatra Barat -42.55 -33.82 24.45 -61.25 -28.29 34
Riau -41.10 -47.13 5.47 -8.02 -22.69 33
Jambi -37.97 -32.54 186.68 -1.00 28.79 9
Sumatra Selatan -11.29 -57.74 144.16 34.01 27.29 10
Bengkulu -33.02 72.15 43.34 -5.72 19.19 14
Lampung -27.23 -22.98 123.80 -28.76 11.21 19
Kep. Bangka Belitung 0.00 0.00 0.00 -66.67 -16.67 31
Kep. Riau 114.29 20.00 0.00 -16.67 29.40 8
DKI Jakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 23
Jawa Barat -15.56 7.90 125.24 -14.16 25.85 11
Jawa Tengah 35.75 -34.84 26.33 3.45 7.67 21
DI Yogyakarta 9.87 -12.09 -38.19 -3.87 -11.07 29
Jawa Timur -1.37 -8.99 7.89 -2.94 -1.35 25
Banten -1.78 78.65 -38.18 14.21 13.22 18
Bali -3.45 -9.46 10.14 -11.34 -3.53 27
NTB -15.83 22.80 6.71 28.67 10.59 20
NTT 101.81 -39.77 61.79 33.39 39.31 4
Kalimantan Barat -33.94 25.24 88.49 -16.58 15.80 15
Kalimantan Tengah -39.78 -0.94 -17.04 -9.66 -16.86 32
Kalimantan Selatan -11.79 5.49 119.70 17.78 32.80 7
Kalimantan Timur -40.20 2.79 -19.54 34.66 -5.57 28
Kalimantan Uatara 0.00 0.00 15.48 2208.25 555.93 1
Sulawesi Utara -52.95 94.42 30.26 -11.21 15.13 16
Selawesi Tengah 18.87 54.28 29.60 -19.08 20.92 13
Sulawesi Selatan -11.21 52.63 19.76 22.79 20.99 12
Sulawesi Tenggara -39.31 -3.10 58.30 124.90 35.20 5
Gorontalo 60.06 27.82 -3.13 -25.04 14.93 17
Sulawesi Barat 32.43 -63.35 238.53 5.50 53.28 2
Maluku 17.17 -27.01 127.56 22.32 35.01 6
Maluku utara 18.45 -5.83 -37.90 -37.66 -15.73 30
Papua Barat 61.29 2.92 41.26 52.28 39.44 3
Papua 4.98 10.92 -13.60 -11.57 -2.32 26
111
Lampiran AA. Produksi Kedelai Jawa Timur
produksi kedelai
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 rata-rata share rank
Kab. Pacitan 3853 3908 4996 6122 4090 4593.7 1.4 18
Kab. Ponorogo 21200 15311 22371 27414 20255 21310.1 6.4 6
Kab. Trenggalek 8746 6523 8683 10124 9098 8634.8 2.6 13
Kab. Tulungagung 10577 6162 7820 6857 1484 6580.0 2.0 15
Kab. Blitar 12390 15012 10682 16535 12755 13474.8 4.0 10
Kab. Kediri 408 131 316 1689 973 703.5 0.2 25
Kab. Malang 137 774 502 220 833 493.3 0.1 26
Kab. Lumajang 2119 1770 3933 3510 1348 2536.0 0.8 20
Kab. Jember 27232 21108 23868 25178 22027 23882.5 7.2 4
Kab. Banyuwangi 49208 55116 49277 44636 38270 47301.3 14.2 1
Kab. Bondowoso 83 47 77 46 30 56.5 0.0 31
Kab. Situbondo 205 6 9 148 97 93.0 0.0 29
Kab. Probolinggo 544 333 215 324 83 299.8 0.1 27
Kab. Pasuruan 24164 19290 20960 14334 7576 17264.8 5.2 9
Kab. Sidoarjo 989 534 1426 2125 618 1138.4 0.3 23
Kab. Mojokerto 4953 4964 4623 4782 2659 4396.3 1.3 19
Kab. Jombang 12744 8248 10822 9747 6429 9598.0 2.9 12
Kab. Nganjuk 23863 22705 19188 19458 17331 20508.9 6.2 7
Kab. Madiun 11754 10863 6474 8634 4613 8467.7 2.5 14
Kab. Magetan 5304 3315 6421 5364 3415 4763.8 1.4 17
Kab. N g a w i 29347 14481 21160 16783 12390 18832.2 5.7 8
Kab. Bojonegoro 26568 18801 27926 28056 17797 23829.5 7.2 5
Kab. T u b a n 2639 2466 2034 1894 1196 2045.8 0.6 21
Kab. Lamongan 32409 36953 33274 27096 21971 30340.6 9.1 3
Kab. Gresik 2093 1096 1452 1356 1149 1429.2 0.4 22
Kab. Bangkalan 3713 11058 13547 13868 14380 11313.3 3.4 11
Kab. Sampang 35951 41166 44611 41689 45017 41686.8 12.5 2
Kab. Pamekasan 1150 621 707 1965 1249 1138.4 0.3 24
Kab. Sumenep 7388 6431 7813 4771 5037 6288.1 1.9 16
Kota Kediri 23 32 16 21 6 19.5 0.0 32
Kota Blitar 0 0 0 0 0 0.0 0.0 35
Kota Malang 0 0 0 0 0 0.0 0.0 35
Kota Probolinggo 0 0 0 0 0 0.0 0.0 35
Kota Pasuruan 0 0 0 14 0 2.8 0.0 33
Kota Mojokerto 82 97 93 47 10 65.9 0.0 30
Kota Madiun 149 139 168 191 131 155.6 0.0 28
Kota Surabaya 2 0 0 0 0 0.4 0.0 34
Kota Batu 0 0 0 0 0 0.0 0.0 35
JAWA TIMUR 361986 329461 355464 344998 274317 333245.2 100.0
112
Lampiran AB. Pertumbuhan Produksi Kedelai Jawa Timur
pertumbuhan produksi
Kabupaten/Kota 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 rata-rata rank
Kab. Pacitan 1.44 27.84 22.54 -33.19 4.66 10
Kab. Ponorogo -27.78 46.11 22.54 -26.11 3.69 11
Kab. Trenggalek -25.42 33.11 16.60 -10.13 3.54 12
Kab. Tulungagung -41.74 26.91 -12.31 -78.36 -26.38 37
Kab. Blitar 21.16 -28.84 54.79 -22.86 6.06 9
Kab. Kediri -67.93 141.22 434.49 -42.39 116.35 3
Kab. Malang 463.62 -35.14 -56.18 278.64 162.73 2
Kab. Lumajang -16.46 122.20 -10.76 -61.60 8.35 7
Kab. Jember -22.49 13.08 5.49 -12.51 -4.11 20
Kab. Banyuwangi 12.01 -10.59 -9.42 -14.26 -5.57 22
Kab. Bondowoso -43.08 63.83 -40.26 -34.78 -13.57 31
Kab. Situbondo -97.07 50.00 1544.44 -34.46 365.73 1
Kab. Probolinggo -38.77 -35.44 50.70 -74.38 -24.47 35
Kab. Pasuruan -20.17 8.66 -31.61 -47.15 -22.57 34
Kab. Sidoarjo -46.02 167.04 49.02 -70.92 24.78 6
Kab. Mojokerto 0.21 -6.87 3.44 -44.40 -11.90 27
Kab. Jombang -35.28 31.21 -9.93 -34.04 -12.01 28
Kab. Nganjuk -4.85 -15.49 1.41 -10.93 -7.47 24
Kab. Madiun -7.58 -40.40 33.36 -46.57 -15.30 32
Kab. Magetan -37.50 93.70 -16.46 -36.33 0.85 13
Kab. N g a w i -50.66 46.12 -20.69 -26.18 -12.85 30
Kab. Bojonegoro -29.23 48.53 0.47 -36.57 -4.20 21
Kab. T u b a n -6.56 -17.52 -6.88 -36.85 -16.95 33
Kab. Lamongan 14.02 -9.96 -18.57 -18.91 -8.35 25
Kab. Gresik -47.64 32.48 -6.61 -15.27 -9.26 26
Kab. Bangkalan 197.80 22.51 2.37 3.69 56.59 4
Kab. Sampang 14.51 8.37 -6.55 7.98 6.08 8
Kab. Pamekasan -45.99 13.85 177.93 -36.44 27.34 5
Kab. Sumenep -12.96 21.49 -38.94 5.58 -6.21 23
Kota Kediri 42.03 -50.00 31.25 -71.43 -12.04 29
Kota Blitar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14
Kota Malang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14
Kota Probolinggo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14
Kota Pasuruan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14
Kota Mojokerto 17.88 -4.12 -49.46 -78.72 -28.61 38
Kota Madiun -6.65 20.86 13.69 -31.41 -0.88 19
Kota Surabaya -100.00 0.00 0.00 0.00 -25.00 36
Kota Batu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14
113
Lampiran AC. Produksi Kedelai Banyuwangi
Produksi Kedelai
Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016 Total
Rata-
Rata Share Rank
Pesanggaran 3462 4241 4537 5771 6089 24100 4820 9.3 5
Siliragung 1423 1586 2694 1560 2024 9287 1857.4 3.6 7
Bangorejo 4292 6374 4561 4684 4678 24589 4917.8 9.5 4
Purwoharjo 12761 17018 11762 9094 11143 61778 12355.6 23.7 2
Tegaldlimo 12537 17724 14098 11965 8861 65185 13037 25.1 1
Muncar 8186 7672 7467 6204 2871 32400 6480 12.5 3
Cluring 3530 4547 1942 2749 1406 14174 2834.8 5.4 6
Gambiran 2829 1614 449 564 605 6061 1212.2 2.3 9
Tegalsari 1558 1859 719 1152 1388 6676 1335.2 2.6 8
Glenmore 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Kalibaru 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Genteng 560 244 85 257 377 1523 304.6 0.6 14
Srono 1412 1448 124 205 532 3721 744.2 1.4 11
Rogojampi 677 531 170 123 142 1643 328.6 0.6 13
Kabat 84 33 285 0 0 402 80.4 0.2 15
Singojuruh 7 4 0 58 0 69 13.8 0.0 17
Sempu 0 2102 1034 1860 322 5318 1063.6 2.0 10
Songgon 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Glagah 0 0 2 0 8 10 2 0.0 18
Licin 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Banyuwangi 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Giri 0 0 0 0 0 0 0 0.0 19
Kalipuro 42 0 173 30 0 245 49 0.1 16
Wongsorejo 289 444 921 1037 314 3005 601 1.2 12
Banyuwangi 53649 67441 51023 47313 40760 260186 52037.2 100
114
Lampiran AD. Pertumbuhan Produksi Kedelai Banyuwangi
Pertumbuhan Produksi Kedelai
Kecamatan 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 Rata-Rata Rank
Pesanggaran 22.50 6.98 27.20 5.51 15.55 5
Siliragung 11.45 69.86 -42.09 29.74 17.24 4
Bangorejo 48.51 -28.44 2.70 -0.13 5.66 7
Purwoharjo 33.36 -30.88 -22.68 22.53 0.58 8
Tegaldlimo 41.37 -20.46 -15.13 -25.94 -5.04 17
Muncar -6.28 -2.67 -16.91 -53.72 -19.90 20
Cluring 28.81 -57.29 41.56 -48.85 -8.94 18
Gambiran -42.95 -72.18 25.61 7.27 -20.56 21
Tegalsari 19.32 -61.32 60.22 20.49 9.68 6
Glenmore 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Kalibaru 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Genteng -56.43 -65.16 202.35 46.69 31.86 2
Srono 2.55 -91.44 65.32 159.51 33.99 1
Rogojampi -21.57 -67.98 -27.65 15.45 -25.44 23
Kabat -60.71 763.64 -100.00 0.00 0.00 9
Singojuruh -42.86 -100.00 0.00 -100.00 0.00 9
Sempu 0.00 -50.81 79.88 -82.69 -13.40 19
Songgon 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Glagah 0.00 0.00 -100.00 0.00 -25.00 22
Licin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Banyuwangi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Giri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9
Kalipuro -100.00 0.00 -82.66 -100.00 -70.66 24
Wongsorejo 53.63 107.43 12.60 -69.72 25.99 3
115
Lampiran AE. Produksi Kedelai Kecamatan Tegaldlimo
Produksi Kedelai
Desa 2015 2016 Total Rata-Rata Share Rank
Purwoasri 1170 606 1776 888 8.5 7
Kendalrejo 1358 918 2276 1138 10.9 4
Kedungasri 2534 1956 4490 2245 21.5 1
Kedungwungu 1694 1014 2708 1354 13.0 3
Tegaldlimo 1694 1452 3146 1573 15.1 2
Wringinpitu 87 690 777 388.5 3.7 9
Kedunggebang 1306 677 1983 991.5 9.5 6
Purwoagung 1199 947 2146 1073 10.3 5
Kalipait 996 601 1597 798.5 7.6 8
Jumlah 12038 8861 20899 10449.5 100
Lampiran AF. Pertumbuhan Produksi Kedelai Kecamatan Tegaldlimo
Pertumbuhan kedelai
Desa 2015-2016 Rata-Rata Rank
Purwoasri -48.21 -48.21 9
Kendalrejo -32.40 -32.40 5
Kedungasri -22.81 -22.81 4
Kedungwungu -40.14 -40.14 7
Tegaldlimo -14.29 -14.29 2
Wringinpitu 693.10 693.10 1
Kedunggebang -48.16 -48.16 8
Purwoagung -21.02 -21.02 3
Kalipait -39.66 -39.66 6
116
Lampiran AG. Rata-rata Penggunaan dan ketersediaan faktor produksi usahatani
kedelai di Desa Kedungasri
1 lahan (ha) anjasmoro martoloyo mallika rata-rata/ha
ketersedian (rata-rata/ha X 89)
1.1 anjasmoro 1 1 1.2 martoloyo
1
89
1.3 mallika
1 2 tenaga kerja (HKP)
1.1 anjasmoro 1384 1264 1.2 martoloyo
1688
112.496
1.3 mallika
720 3 benih (kg)
1.1 anjasmoro 67.91
67.91
1.2 martoloyo
71.96
71.96 6043.99
1.3 mallika
56.41 56.41 6404.44
4 pupuk urea (kg) 5020.49
1.1 anjasmoro 13.99 18.41 1.2 martoloyo
18.16
1638.49
1.3 mallika
23.08 5 pupuk sp36 (Kg)
1.1 anjasmoro 187.5 176.49 1.2 martoloyo
156.07
15707.61
1.3 mallika
185.9
6 pupuk phonska (Kg)
1.1 anjasmoro 219.21 198.23 1.2 martoloyo
144.72
17642.76
1.3 mallika
230.77
7 pestisida macht (liter)
1.1 anjasmoro 0.03 0.04 1.2 martoloyo
0.05
3.26
1.3 mallika
0.03
8 pesisida neotrin (liter)
1.1 anjasmoro 0 0.03 1.2 martoloyo
0.03
2.37
1.3 mallika
0.05
9 pestisida bayleton (liter)
1.1 anjasmoro 0.18 0.20 1.2 martoloyo
0.28
17.50
1.3 mallika
0.13
117
Lanjutan lampiran AG. Rata-rata Penggunaan dan ketersediaan faktor produksi
usahatani kedelai di Desa Kedungasri
10 pupuk cair gandasil B (Kg)
1.1 anjasmoro 0.2 0.22 1.2 Martoloyo
0.17
19.28
1.3 Mallika
0.28
11 pupuk cair gandasil D (Kg)
1.1 anjasmoro 0.03 0.13 1.2 Martoloyo
0.09
11.27
1.3 Mallika
0.26
12 pestisida rumpas (liter)
1.1 anjasmoro 0.52 0.48 1.2 Martoloyo
0.5
42.42
1.3 Mallika
0.41
13 pestisida prevaton (liter)
1.1 anjasmoro 0.51 0.55 1.2 Martoloyo
0.51
49.24
1.3 Mallika
0.64
14 pestisida kaliandra (liter)
1.1 anjasmoro 0.97 0.83 1.2 Martoloyo
0.59
73.57
1.3 Mallika
0.92
15 pestisida roundup (liter)
1.1 anjasmoro 0.48 0.25 1.2 Martoloyo
0.18
22.54
1.3 Mallika
0.1
16 pestisida devaclo (liter)
1.1 anjasmoro 0.11
0.23 1.2 Martoloyo
0.25
20.47
1.3 Mallika 0.33
118
Lampiran AH. penggunaan dan ketersediaan faktor produksi usahatani kedelai di
Desa Kedungasri dalam 1 hektar pada MK-2 tahun 2017
Kendala
Anjsmoro
(/5.36)
Martoloyo
(/8.81)
Mallika
(/3.9) Ketersediaan(/18.07)
Lahan 5.36 8.81 3.9 89
Tenaga kerja 1384 1688 720 112.496
Benih anjasmoro 364 0 0 6043.99
Benih martoloyo 0 634 0 6404.44
Benih mallika 0 0 220 5020.49
Urea 75 160 90 1638.49
Sp36 1005 1375 725 15707.61
Phonska 1175 1275 900 17642.77
Macht 0.2 0.4 0.1 3.26
Neotrin 0 0.3 0.2 2.37
Bayleton 1 2.5 0.5 17.50
Gandasil b 1.1 1.5 1.1 19.28
Gandasil d 0.2 0.8 1 11.27
Rumpas 2.8 4.4 1.6 42.42
Prevaton 2.75 4.5 2.5 49.25
Kaliandra 5.2 5.2 3.6 73.57
Roundup 2.6 1.6 0.4 22.55
Devaclo 0.6 2.2 1.3 20.47
Kendala anjsmoro martoloyo mallika Ketersediaan
Lahan 1 1 1 4.93
Tenaga kerja 258.21 191.60 184.62 6225.56
Benih anjasmoro 67.91 0.00 0.00 334.48
Benih martoloyo 0.00 71.96 0.00 354.42
Benih mallika 0.00 0.00 56.41 277.84
Urea 13.99 18.16 23.08 90.67
Sp36 187.50 156.07 185.90 869.26
Phonska 219.22 144.72 230.77 976.36
Macht 0.04 0.05 0.03 0.18
Neotrin 0.00 0.03 0.05 0.13
Bayleton 0.19 0.28 0.13 0.97
Gandasil b 0.21 0.17 0.28 1.07
Gandasil d 0.04 0.09 0.26 0.62
Rumpas 0.52 0.50 0.41 2.35
Prevaton 0.51 0.51 0.64 2.73
Kaliandra 0.97 0.59 0.92 4.07
Roundup 0.49 0.18 0.10 1.25
Devaclo 0.11 0.25 0.33 1.13
119
Lampiran AI. Analisis pendapatan
Π = TR – TC
TR =P.Q
TC = TFC + TVC
Biaya usahatani kedelai di Desa Kedungasri MK-2 tahun 2017
Variable Anjasmoro Martoloyo Mallika
Biaya Benih (Rp) 3.283.000 5.500.000 2.310.000
Biaya Pupuk (Rp) 5.062.500 5.540.500 3.682.000
Biaya Obat (Rp) 5.430.000 7.551.000 3.699.000
Biaya TK (Rp) 5.063.126 19.845.000 3.682.422
Biaya Alat (Rp) 4.220.000 6.178.500 2.674.000
Pajak (Rp) 1.010.000 1.380.000 510.000
Biaya Pengairan (Rp) 1.550.000 2.305.000 1.100.000
Total Biaya (Rp) 25.618.626 48.300.000 17.657.422
Penerimaan usahatani kedelai di Desa Kedungasri MK-2 tahun 2017
Usahatani hasil (kg) harga (Rp) penerimaan (Rp)
Anjasmoro 10.990 6.600 72.534.000
Martoloyo 17.730 6.400 113.472.000
Mallika 7.500 9.000 67.500.000
total penerimaan (Rp) 253.506.000
Keuntungan usahatani kedelai di Desa Kedungasri MK-2 tahun 2017
Usahatani biaya (Rp) penerimaan (Rp) keuntungan (Rp)
Anjasmoro 25.618.626 72.534.000 46.915.374
Martoloyo 48.300.000 113.472.000 65.172.000
Mallika 17.657.422 67.500.000 49.842.578
Total 91.576.048 253.506.000 161.929.952
120
Lampiran AJ. Biaya, penerimaan dan keuntungan usahatani kedelai dalam 1
hektar
Variabel Anjasmoro Martoloyo Mallika
Biaya Benih (Rp) 574.651 624.290.6 592.307.7
Biaya Pupuk (Rp) 903.541 628.887.6 944.102.6
Biaya Obat (Rp) 956.198 857.094.2 948.461.5
Biaya Tk (Rp) 903.648 2.252.553.9 944.210.8
Biaya Alat (Rp) 731.749 701.305.3 685.641.0
Pajak (Rp) 177.074 156.640.2 130.769.2
Biaya Pengairan (Rp) 270.270 261.634.5 282.051.3
Biaya (Rp) 4.517.130 5.482.406.4 4.527.544.1
Total Biaya (Rp) 14488731.2
Usahatani Hasil (Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)
Anjasmoro 1914.2 6600 12.634.110.2
Martoloyo 2012.5 6400 12.879.909.2
Mallika 1923.1 9000 17.307.692.3
Total Penerimaan (Rp) 42868370.7
Usahatani Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp)
Anjasmoro 4.517.130 12.634.110 8.116.980
Martoloyo 5.482.406 12.879.909 7.397.503
Mallika 4.527.544 17.307.692 12.780.148
Total 14.527.080 42.821.711 28.294.631
121
Lampiran AK. linier programming result
Variable Status Value
X1 Basic 1.7795
X2 Basic 1.1484
X3 Basic 1.7133
slack 1 Basic 0.2888
slack 2 Basic 268.6172
slack 3 Basic 216.9019
slack 4 Basic 271.7805
slack 5 Basic 181.1916
slack 6 Basic 5.3763
slack 7 Basic 37.8656
slack 8 Basic 24.6954
slack 9 NONBasic 0
slack 10 Basic 0.0099
slack 11 Basic 0.0876
slack 12 Basic 0.0213
slack 13 NONBasic 0
slack 14 Basic 0.148
slack 15 Basic 0.1402
slack 16 Basic 0.0901
slack 17 NONBasic 0
slack 18 Basic 0.0818
Optimal Value (Z) 44426150
122
Lampiran AL. Analisis ranging
Variable Value Reduced Cost Original Val Lower Bound Upper Bound
X1 1.7795 0 8116980 4303440 10508590
X2 1.1484 0 7040617 6308018 11310120
X3 1.7133 0 12780150 4166925 15230090
Constraint Dual Value Slack/Surplus Original Val Lower Bound Upper Bound
Lahan 0 0.2888 4.93 4.6412 Infinity
tenaga kerja 0 268.6172 6225.56 995.8327 Infinity
benih anjasmoro 0 216.9019 334.42 117.5181 Infinity
benih martoloyo 0 271.7805 354.42 82.6395 Infinity
benih mallika 0 181.1916 277.84 96.6484 Infinity
urea 0 5.3763 90.67 85.2937 Infinity
Sp36 0 37.8655 869.26 831.3944 Infinity
phonska 0 24.6954 976.36 951.6646 Infinity
macht 25458380 0 0.18 0.147 0.1938
neotrin 0 0.0099 0.13 0.1201 Infinity
bayleton 0 0.0876 0.97 0.8824 Infinity
gandasil B 0 0.0213 1.07 1.0487 Infinity
gandasil D 41962490 0 0.62 0.2683 0.6444
rumpas 0 0.148 2.35 2.202 Infinity
prevaton 0 0.1402 2.73 2.5898 Infinity
kaliandra 0 0.0901 4.07 3.9799 Infinity
roundup 11061520 0 1.25 1.071 1.303
devaclo 0 0.0818 1.13 1.0482 Infinity
123
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUESIONER
JUDUL : Optimalisasi Penggunaan Beberapa Varietas Kedelai Pada
Usahatani Kedelai di Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo
Kabupaten Banyuwangi
LOKASI : Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi
IDENTITAS PEWAWANCARA
Nama : Robby Dwi Nardianto
NIM : 141510601088
Hari/Tanggal Wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Varietas yang digunakan : (Anjasmoro / Martoloyo/ Mallika)
Luas Lahan :
Nomor Responden :
*(Coret yang tidak perlu)
Responden
(...................................)
124
A. gambaran umum usahatani
1. Berapa lama bapak/ibu melakukan usahatani kedelai?
Jawab:…………………………..tahun
2. Apakah usaha budidaya kedelai ini merupakan penghasilan utama Bapak/Ibu?
Jawab:...................................................................................................................
3. Apakah alasan Bapak/Ibu melakukan budidaya Kedelai?
a. menguntungkan c. modal tidak besar e. mudah
b. pemasaran mudah d. saprodi tersedia f. lainnya……….
Alasan:……………………………………………………………………………
4. Berapa luas lahan yang digunakan Bapak/Ibu dalam melakukan usahatani
kedelai?
Jawab:………………………………………………………………………….…he
ktar
5. Siapakah yang menanggung biaya input produksi dalam usahatani kedelai yang
Bapak/Ibu lakukan?
Jawab
:...............................................................................................................................
6. Apakah terdapat kendala Bapak/Ibu dalam melakukan usahatani kedelai?
Teknis
:..............................................................................................................................
Non Teknis
:......................................................................................................................
7. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam
melakukan usahatani kedelai?
Jawab
:..............................................................................................................................
8. Apakah Bapak/Ibu melakukan usahatani dengan komoditas lainnya?
Jawab
:..............................................................................................................................
9. Darimanakah Bapak/Ibu mendapatkan bibit untuk usahatani kedelai?
125
Jawab
:..............................................................................................................................
10. Apa saja pemeliharaan yang Bapak/Ibu lakukan dalam usahatani kedelai?
Jawab
:..............................................................................................................................
11. Apa saja teknologi yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan usahatani
kedelai?
Jawab
:..............................................................................................................................
12. Bagaimana proses panen dalam usahatani kedelai yang Bapak/Ibu lakukan?
Jawab
:..............................................................................................................................
13. Apakah harapan Bapak/Ibu untuk usahatani kedelai yang sedang dilakukan?
Jawab
:.............................................................................................................................
B. Faktor
Produksi
1.Luas Lahan
A Berapa luas sawah yang digunakan Bapak/Ibu dalam melakukan usahatani
kedelai?
Hektar
B Bagaimana status penguasaan lahan Bapak/Ibu dalam melakukan usahatani
kedelai?
i. Milik
iii. Bagi Hasil/Kedokan
ii. Sewa
iv. Lainnya ..............
C Apakah jenis lahan yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan usahatani
kedelai?
i. Irigasi
iii. Tegalan
ii. Tadah hujan
iv. Lainnya ..............
D Bagaimana pengelolaan
Bapak/Ibu dalam
melakukan usahatani
kedelai?
i. Garap Sendiri
ii. Digarap Orang Lain
2. Bibit kedelai
126
A Darimana Bapak/Ibu mendapatkan bibit kedelai?
Jawab
:.................................................................................................................
B
Bibit jenis apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan usahatani
kedelai?
Jawab
:.................................................................................................................
C
Berapa banyak bibit yang Bapak/Ibu gunakan dalam satu kali budidaya
kedelai?
Jawab
:.................................................................................................................
D
Berapa harga bibit yang Bapak/Ibu gunakan
dalam usahatani?
Jawab
:.................................................................................................................
E
Bagaimana syarat bibit yang baik dalam melakukan usahatani
kedelai?
Jawab
:.................................................................................................................
F
Pernahkah Bapak/Ibu menggunakan bibit jenis
lain?
Jika pernah, berapa hasil tanam yang dihasilkan
................. kwintal
3. Pupuk
Jenis
Pupuk
Waktu
Pemberian Dosis
Cara
Pemberian Satuan Jumlah Harga
4. Pestisida
Jenis Pestisida Satuan Jumlah harga
127
C. Biaya Usahatani
1. Sumber modal
Sumber Modal Jumlah (Rp)
Sendiri
Pinjaman
Kredit
2. Biaya sarana produksi kedelai
No Jenis Jumlah (Kg) Harga Satuan
(Rp) Total
1 Bibit
2 Pupuk
a.
b.
c.
d.
3 Pestisida
a.
b.
4 Lainnya
a.
b.
128
c. biaya tenaga kerja
No Kegiatan
Tenaga Kerja Dalam Hari/Jam
Kerja Upah
Tenaga Kerja Luar Hari/Jam
Kerja Upah Jumlah Jumlah
Laki-Laki Wanita Laki-Laki Wanita
1
Persiapan
Lahan
Pembersihan
Lahan
Pengolahan
Tanah
2 Persemaian
Penanaman
Benih
Pemupukan
Pembuatan
Bedengan
3 Penanaman
4 Perawatan
Penyiangan
Pemupukan
Penyemprotan
5 Panen
6 Upah Angkat
7 Lainnya
129
d. Biaya lain-lain
No Jenis Biaya (Rp)
1 Pengairan
2 Sewa Alat (perontok)
3 Pajak Lahan
4 Lainnya
Biaya Tetap
No Jenis Alat Jumlah
Biaya
Pembelian
(Rp)
Pemakaian
(Tahun)
Penyusutan
(Rp)
1 Cangkul
2 Sabit
3
4
5
6
7
8
Penerimaan
Produksi
(kwintal)
Besaran
Bagi Hasil
Bentuk
Biji
Dijual
Kepada
Harga
(kwintal)
Total
Penerimaan
(Rp)
a. Kering
b. Basah
130
DOKUMENTASI
Gambar 1: Wawancara Dengan Responden
Gambar 2 : Wawancara Dengan Responden
131
Gambar 3 : Kedelai Mallika
Gambar 4 : Kedelai Anjasmoro
132
Gambar 5 : Kedelai Martoloyo