MENJAGA KESEIMBANGAN PERTANIAN
DAN PEMBANGUNAN KOTA BATU SEBAGAI
KAWASAN AGROPOLITAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Skripsi pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
PUTRA PAMUNGKAS JUNIYANTO
135030101111123
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
IDENTITAS TIM PENGUJI Judul : MENJAGA KESEIMBANGAN PERTANIAN DAN
PEMBANGUNAN KOTA BATU SEBAGAI KAWASAN
AGROPOLITAN
Nama : Putra Pamungkas Juniyanto
NIM : 135030101111123
Program Studi : Ilmu Administrasi Publik
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Dr. Sarwono, M.Si
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Penguji 1 : Dr. Suryadi, MS.
Penguji 2 : Drs. Sukanto, MS.
Tanggal Ujian : 12 Desember 2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK Jalan M.T Haryono No. 163 Malang 65145, Indonesia
Telp. +62-341-553737, Fax. +62-341-558227
E-mail : [email protected] http://www.fia.ub.ac.id
BIODATA SARJANA
I. DATA SARJANA BARU
a. Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 135030101111123
b. Nama : Putra Pamungkas Juniyanto
c. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Juni 1995
d. Nama Ayah : (Alm.) Rijanto Sukiswo
e. Nama Ibu : Budi Sulistiowati
f. Alamat Asal : Jl. Ronggolawe no. 7 RT 01 RW 04, Kelurahan Tinap, Kecamatan
Maospati, Kab. Magetan
g. Kota Asal : Magetan
h. Kode Pos : 63391
i. Telepon / HP : 085606016160
j. Tahun Masuk Perguruan Tinggi : 2013
k. Pindahan Dari : -
l. Program Studi : Ilmu Administrasi Publik
m. Nomor Ijasah :
II. DATA PENYUSUNAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR
a. Tanggal Mulai : 22 Februari 2017
b. Judul Skripsi : Menjaga Keseimbangan Pertanian dan Pembangunan Kota Batu
Sebagai Kawasan Agropolitan
c. Dosen Pembimbing 1 : Dr. Sarwono, M.Si
d. Dosen Pembimbing 2 : -
e. Nilai : A
III. DATA PRESENTASI AKADEMIK
a. IP Kumulatif : 3.16
b. Jumlah Mata Kuliah : 147 sks
c. Predikat Kelulusan : Sangat Memuaskan
IV. DATA KELULUSAN
a. Tanggal Lulus : 18 Januari 2018
b. Jumlah Terminal : semester
c. Lama Studi : 4 tahun 5 bulan
Malang, 21 Desember 2017
(Putra Pamungkas Juniyanto) NIM. 135030101111123
Kupersembahkan Karyaku Kepada :
Keempat Orang Tuaku : Ayah Rijanto Sukiswo
Papa Agus Sudaryanto
Mama Budi Susilowati dan Rini Sukiswati
Saudara-saudaraku : Novalia Pusjiastuti, Prima Oktaviawan Bayu
Brata, Mona Surya Brata
Dan para sahabat-sahabat seperjuangan
Terima kasih telah memberikan pelajaran, dukungan, serta do’a dalam
menempuh pendidikan selama ini.
RINGKASAN
Putra Pamungkas Juniyanto, 2017, Menjaga Keseimbangan Pertanian dan
Pembangunan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan, Dosen
Pembimbing : Dr. Sarwono, M.Si.
Penelitian dilakukan berdasarkan kekhawatiran masalah alih fungsi lahan.
Permasalahan alih fungsi lahan di setiap daerah sudah mencapai tahap
mengkhawatirkan. Dimana alih fungsi lahan tidak hanya melanda kota-kota besar
saja, tetapi daerah kota kecil seperti kota Batu. Kota Batu sebagai kota ditunjang
perekonomian agraria kota Batu berkembang dengan pesat. Selain kota pertanian
kota Batu juga dikenal sebagai kota pariwisata. Permasalahan yang dihadapi kota
Batu adalah dalam menjaga keseimbangan pertanian dan pembangunan. Ditinjau
dari permasalahan yang dihadapi maka teori yang sesuai adalah alih fungsi lahan
menurut Isa Iwan (2004). Selain itu teori pembangunan berkelanjutan juga
termasuk seperti yang disampaikan oleh Emil Salim (1990).
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif pendekatan kualitatif. Sumber
data diperoleh meliputi : (1) informan, (2) peristiwa, dan (3) dokumen. Analisis
permasalahan pada penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif menurut
Agung Budi Sulistiyo (2013). Paradigma interpretatif memiliki maksud peneliti
mampu memberikan saran dan pemecahan masalah melalui prediksi masalah yang
dihadapi.
Permasalahan yang dihadapi oleh kota Batu adalah alih fungsi lahan.
Permasalahan alih fungsi lahan terjadi diakibatkan oleh suhu, keadaan tanah, dan
kebutuhan non pertanian meningkat. Pembangunan berupa wisata dan perumahan
terjadi dengan pesat di kota Batu. Permasalahan diselesaikan dengan cara berupa
pemetaan wilayah dengan meningkatkan potensi masing-masing desa di kota Batu.
Sebagai peniliti memberikan saran berupa penggunaan teknologi citra satelit yang
sudah mulai diterapkan. Teknologi dimanfaatkan bertujuan mengetahui keadaan
wilayah kota Batu lebih akurat. Selain itu sosialisasi mengenai pertanian juga
ditingkatkan bertujuan menjaga lahan pertanian dan lahan hijau demi masa depan.
Kata kunci : Pertanian, Alih fungsi lahan, Pembangunan Berkelanjutan.
SUMMARY
Putra Pamungkas Juniyanto, 2017, Maintaining a Balance of Agriculture and the
construction of the Kota Batu As Agropolitan, Advisor: Dr.
Sarwono, M.Si.
Research carried out on the basis of the concern is the issue of land over the
function. The problems over the function of land in each region has reached
alarming stage. Where is the land over the function not only hit major cities only,
but the area of the small city such as Kota Batu. Kota Batu as the city supported an
agrarian economy stone town growing rapidly. In addition to the agricultural city
of Kota Batu also known as the city of tourism. The problems facing the Kota Batu
was in keeping the balance of agriculture and development. Review of problems
facing then the theory is rather a function of land according to Isa Iwan (2004). In
addition the theory of sustainable development are also included such as delivered
by Emil Salim (1990).
This research uses descriptive qualitative approach type. Data source
retrieved include: (1) the informant, (2) events, and (3) of the document. Analysis
of problems on the research of using the paradigm of the interpretive according to
Agung Budi Sulistiyo (2013). Interpretive paradigm has the purpose of researchers
able to give advice and problem solving through prediction problems encountered.
The problems faced by the Kota Batu was over the function of the land. The
problems over the function of the land occurred due to the temperature, the State of
the soil, and agricultural needs increase. Development in the form of tourism and
housing occurs rapidly in Kota Batu. Problem resolved by way of mapping the form
region by improving the potential of each village in Kota Batu. As researchers
advise the use of technology in the form of satellite imagery that already beginning
to be applied. The technology utilized was aimed at knowing the Kota Batu is more
accurate. Besides socialization about agriculture also enhanced aims keep
agricultural land and green fields for the sake of the future.
Keywords : Agriculture, Over the Function of land, Sustainable Development.
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur peneliti pajatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa /
Allah SWT, karena dengan seijin dan kehendak Allah SWT sebagai peneliti mampu
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Menjaga Keseimbangan Pertanian
dan Pembangunan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan ”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhomat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Juruan Ilmu
Administrasi serta Pembimbing Akademik, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya.
3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
4. Bapak Dr. Sarwono, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktu, nasehat dan bimbingan, serta ilmu yang
bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Administrasi yang telah
memberikan ilmu dan nasehat yang berguna bagi peneliti untuk
menyelesaikan tugas akhir.
6. Seluruh staf Dinas, Badan dan masyarakat Kota Batu terkait dalam
penelitian dan penyusunan tugas akhir.
7. Terima kasih kepada keempat orang tua peneliti yang telah memberikan
bimbingan, pendidikan, dan pelajaran hidup. Terkhusus ayah dan papa
peneliti, peneliti sudah mencapai cita-cita ayah dan papa peneliti. Maaf
peneliti belum bisa memberikan lebih, semoga ayah dan papa mampu
menyaksikan disana.
8. Untuk saudara peneliti Novalia Pujiastuti, Prima Oktaviawan Bayu Brata,
dan Mona Surya Brata yang telah memberikan dukungan peneliti dalam
penyusunan tugas akhir.
9. Untuk teman kontrakan Irfanov Hafiz, Agan Sasongko Aji, Egy Setiawan,
Mahendra Kurniawan, Thomas Indo, serta Abi Laksono yang telah
memberikan tempat ternyaman dan menyenangkan selama menempuh
pendidikan S1.
10. Serta kepada teman magang, Basis Beringin FIA, dan Lambe Turah FC
yang memberikan pengalaman baru dan pengalaman menyenangkan
maupun menyesatkan selama menempuh pendidikan S1.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian, pengerjaan, dan penyusunan
skripsi masih terdapat kekurangan atau kesalahan dalam pengerjaan. Peneliti hanya
bisa mengharapakan saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi peneliti. Akhir
kata semoga skripsi bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca.
Malang, 15 Oktober 2017
Penulis
vii
Daftar Isi
Cover ............................................................................................................... i
Motto ............................................................................................................... ii
Persebahan ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................... vii
Daftar Tabel .................................................................................................... x
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 11
D. Kontribusi Penelitian ......................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 12
Bab 2 Kajian Pustaka .................................................................................... 14
A. Administrasi Publik ........................................................................... 14
1. Pengertian Administrasi ................................................................. 14
2. Fungsi-Fungsi Administrasi Publik ............................................... 15
3. Peran Administrasi Publik ............................................................. 16
4. Administrasi Publik Perspektif Deliberatif .................................... 16
B. Pengertian Administrasi Pembangunan ............................................. 18
C. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) ................. 20
1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ....................................... 20
2. Prinsip-Prinsip Berkelanjutan ........................................................ 24
3. Strategi Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development) ............................................................ 26
4. Indikator atau Kriteria Pembangunan Berkelanjutan ..................... 28
D. Pembangunan Lingkungan Hidup ..................................................... 29
1. Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup ............... 29
2. Program Pembanguan Lingkungan Hidup .................................... 32
E. Kawasan Agropolitan ......................................................................... 33
1. Pengertian Agropolitan .................................................................. 33
F. Pertanian ............................................................................................. 35
1.Pengertian Pertanian........................................................................ 35
G. Alih Fungsi Lahan ............................................................................. 37
1. Pengertian Alih Fungsi Lahan ....................................................... 37
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadi Alih Fungsi Lahan ..................... 38
3. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian ..................... 40
viii
Bab 3 Metode Penelitian ................................................................................ 43
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 43
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 44
C. Lokasi Dan Situs Penelitan ................................................................ 46
D. Jenis Dan Stuktur Data ...................................................................... 46
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 49
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 50
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan.................................................. .... 53
A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian .................................. 53
1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kota Batu ...................................... 53
2. Letak Geografis .............................................................................. 54
3. Kondisi Topografi .......................................................................... 55
4. Kondisi Suhu dan Iklim ................................................................. 55
5. Kondisi Kependudukan .................................................................. 56
6. Kondisi Sosial dan Budaya Kota Batu ........................................... 57
7. Kondisi Ekonomi Batu Secara Makro ........................................... 57
8. Kota Batu Sebagai Kota Agropolitan ............................................ 58
B. Penyajian Data Fokus Penelitian ....................................................... 61
1. Dinamika Pembangunan Kota Batu Perspektif Sustainable
Development .................................................................................. 61
a. Pembangunan Kota Batu Menurut Potensi Wilayah ................. 61
b. Sustainable Development Kota Batu ......................................... 66
2. Permasalahan Menjaga Keseimbangan Pertanian dan
Pembangunan ................................................................................. 68
a. Permasalahan Musim dan Suhu................................................. 69
b. Alih Fungsi Lahan ..................................................................... 70
c. Kejenuhan Lahan ....................................................................... 72
d. Bencana Alam ........................................................................... 73
3. Strategi Menghadapi Permasalahan
Keseimbangan Pertanian dan Pembangunan ................................ 74
C. Pembahasan ........................................................................................ 79
1. Dinamika Pembangunan Kota Batu Perspektif Sustainable
Development ................................................................................... 79
a. Pembangunan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial ...... 79
1). Pusat Kegiatan Sektor Perdagangan dan Jasa ..................... 80
2). Pusat Kegatan Sektor Perkantoran ...................................... 81
3). Pusat Kegiatan Sektor Perumahan ...................................... 82
4). Pusat Kegiatan Sektor Pariwisata ........................................ 85
5). Pusat Kegiatan Sektor Industri ............................................ 87
6). Kawasan Pusat Pelayanan Umum ....................................... 87
7). Pusat Sentra Produksi Pertanian .......................................... 90
b. Pembangunan Menghargai Keragaman .................................... 92
ix
c. Pembangunan Menggunakan Pendekatan Intergratif ................ 93
d. Pembangunan Perspektif Jangka Panjang ................................. 94
2. Permasalahan Menjaga Keseimbangan Pertanian dan
Pembangunan ................................................................................. 96
a. Banyaknya Kebutuhan Lahan Yang Bersifat
Non-Pertanian............................................................................ 96
b. Peningkatan Jumlah Penduduk.................................................. 98
c. Peningkatan Tarif Hidup Masyarakat ........................................ 98
d. Ekonomi Masyarakat................................................................. 99
e. Degradasi Lingkungan............................................................... 100
f. Kebijakan Pemerintah ................................................................ 101
3. Strategi Menghadapai Permasalahan Keseimbangan Pertanian
dan Pembangunan Bersama ........................................................... 102
a. Memperkecil Peluang Terjadinya Konversi .............................. 103
b. Mengendalikan Kegiatan Konversi Lahan ................................ 103
c. Instrumen Pengendalian Konversi Lahan .................................. 104
Bab 5 Penutup ................................................................................................ 107
A. Kesimpulan ........................................................................................ 107
B. Saran .................................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113
LAMPIRAN .................................................................................................... 116
x
Daftar Tabel
Tabel 1 Luas Lahan Pertanian dan Perkebunan ............................................... 7
Tabel 2 Banyaknya Akomodasi Hotel Berdasarkan Kecamatan ..................... 7
xi
Daftar Gambar
Gambar 1 Rencana Kawasan Pengembangan Kegiatan Perkotaan dan
Agropolitan ..................................................................................... 12
Gambar 2 Peta Kota Batu ................................................................................. 54
Gambar 3 Pemandangan Kota Batu dari gunung Banyak ................................ 62
Gambar 4 Pembangunan Desa Tematik Kota Batu.......................................... 63
Gambar 5 Wisata Petik Apel ............................................................................ 63
Gambar 6 Wisata Petik Apel ............................................................................ 63
Gambar 7 Peta Wisata Kota Batu..................................................................... 65
Gambar 8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu ........................................ 68
Gambar 9 Peta Pesebaran Hotel, Villa dan Restoran Kota Batu...................... 69
Gambar 10 Peta Penggunaan Lahan Kota Batu ............................................... 70
Gambar 11 Penyuluhan dan Pembekalan Dinas Pertanian untuk
Pengembangan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ..................... 76
Gambar 12 Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ...................... 77
Gambar 13 Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ...................... 77
Gambar 14 Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ...................... 77
Gambar 15 Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ...................... 77
Gambar 16 Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu ...................... 77
Gambar 17 Promosi Hasil Pertanian dan Perkebunan Kota Batu .................... 78
Gambar 18 Promosi Hasil Pertanian dan Perkebunan Kota Batu .................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jawa Timur salah satu Propinsi yang terletak di Indonesia yang memiliki
potensi pertanian yang besar. Disetiap kabupaten yang ad di Jawa Timur hampir
memiliki ciri khas masing-masing dibidang pertanian. Sebagai contoh mangga
terkenal dari Probolinggo, begitu juga kurma terdapat di Kabupaten Pasuruan.
Produksi padi juga terdapat di Kabupaten Ngawi, Banyuwangi dan Jember.
Termasuk kawasan agropolitan yang terkenal Kota Batu yang terkenal dengan apel
Batu dan jeruknya. Sumber daya alam yang melimpah di Propinsi Jawa Timur
didukung oleh kesuburan tanah vulkanik dari gunung yang mengelilingi seluruh
Pulau Jawa. (Bappelitbangda Kota Batu)
Kota Batu adalah kota agropolitan mandiri terletak tepat di barat Kota
Malang. Kota Batu kawasan terkenal dengan produksi buah dan sapi perah.
Produksi buah terkenal berupa apel dan jeruk merupakan komoditi terkenal.
Didukung dengan pegunungan yang mengelilingi sepanjang sisi Barat, Utara, dan
Selatan yang berdampak pada suhu yang selalu sejuk dan dingin di Kota Batu.
Menjadikan Kota Batu mendapat julukan Swiss of Jawa Timur sejak jaman
penjajahan Belanda. Kawasan Batu memiliki berbagai tempat wisata, rumah, dan
penginapan dengan pemandangan alam yang memberikan ketenangan jiwa.
Kawasan agropolitan sendiri merupakan kawasan yang terdiri atas bebrapa
pusat kegiatan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
2
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem agrobisnis
hal ini sesuai dengan UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Mudianto,
Helmi. 2015). Mengungkapkan bahwasannya agropolitan berasal dari kata agro
atau pertanian dan politan atau kota, atau dapat diartikan pula sebagai kota pertanian
atau katalainnya yaitu dimana suatu kota yang berada pada wilayah pertanian
maupun sebaliknya. Agropolitan adalah kota pertanian yang mana berkembang dan
tumbuh sejalan dengan sistem dan usaha agribisnis yang mampu mendorong,
melayani menarik, dan menghela kegiatan pembangunan pertanian pada wilayah
sekitarnya (Iqbal, M. dan S. A. Iwan. 2009).
Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian
(sentra produksi pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi
yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.
Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan
kawasan agropolitan. Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kota
kecil atau kota kecamatan atau kota pedesaan yang berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan
desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi,
yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga
pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian (on farm dan off farm),
industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Batasan suatu kawasan
agropolitan lebih ditentukan dengan memperhatikannya economic of scale dan
economic of scope (Bappeda Provinsi Jawa Timur tahun,2011).
3
Kawasan agropolitan sendiri merupakan sebuah program bersama antara
Departemen Pertanian dan Departemen Pekerjaan Umum secara Nasional yang
mana telah dirintis mulai tahun 2002, dimana pendanaan dalam pelaksanaan
program yang dimaksud yaitu sharing antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi dan Kabupaten Kota. Hakikatnya kawasan agropolitan adalah kawasan
yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis. Tidak hanya itu saja, dalam Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008
yaitu terdapat suatu Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang berkualitas ,
berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur, pada sub agenda Revitalisasi
pertanian pada program Pengembangan Agribisnis tertera kegiatan Fasilitasi
Pengembangan Kawasan Agropolitan. Dan untuk melaksankan koordinasi di
tingkat Propinsi telah disusun Kelompok Kerja Pengembangan Kawasan
Agropolitan dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor:
188/90/KPTS/013/2008 tanggal 21 Februari 2008 tentang Pembentukan
Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan Agropolitan Propinsi
Jawa Timur Tahun Anggaran 2008. Hal ini juga dikuatkan dalam Rencanaan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2014 yaitu terdapat suatu arah pembangunan Misi, dimana arah
pembangunan tersebut ditempuh memalui penguatan ekonomi yang didukung
pengembangan pertanian dan agroindustri ataupun agrobisnis, sehingga
4
dalam hal ini melalui tahap revitalisasi pertanian yang nantinya pun ditempuh
melalui empat langkah pokok yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan petani, dan penguatan lembaga
pendukungnya;
2. Meningkatkan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah
produk pertanian dan perikanan;
3. Meningkatkan pengamanan ketahanan pangan;
4. Memanfaatkan hutan untuk divesifikasi usaha, dan pendukung produksi
pangan.
Sehingga sasarannya adalah meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian
secara signifikan, dan meningkatnya kesejahteraan petani dan nelayan, serta
menumbuh kembangkan agrobisnis ataupun agroindustri dan agropolitan.
Program yang telah dirancang oleh pemerintah memiliki tantangan akan
zaman yang semakin berkembang kawasan agropolitan yaitu kendala berupa alih
fungsi lahan pertanian. Berkembangnya kebutuhan akan lahan baik untuk
perumahan maupun bercocok tanam semakin meningkat. Kenyataan yang ada
dilapangan berbanding terbalik. Pada umumnya Pemerintah dapat memahami akan
kebutuhan masyarakat disebabkan karena kurangnya persediaan tanah bagi rakyat,
akan tetapi banyak sekali diantaranya tanah-tanah tersebut dipakai oleh individu
maupun kelompok tanpa menggunakan izin dari pihak yang berwajib maupun yang
berhak. Tanah- tanah tersebut diantaranya tanah-tanah hutan lindung, persawahan
dan perkebunan. Penggunaan lahan pertanian dan perkebunan yang salah
dinamakan sebagai alih fungsi lahan pertanian.
5
Alih fungsi lahan sendiri menurut Utomo dkk (1992) adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain dan
memiliki dampak negatif dari perubahan tersebut. Sedangkan pengertian pertanian
menurut etimologi yaitu Agri (Ager) berarti tanah dan Culture (Colere) yang
diartikan sebagai pengelolaan. Jika diartikan secara luas pertanian adalah kegiataan
pengelolaan tanah yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumber daya
hayati, yang bertujuan untuk kelangsungan hidup manusia seperti : menghasilkan
bahan pangan, menghasilkan bahan baku industri atau sumber energi, dan
mengelola lingkungan hidupnya.
Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alih fungsi lahan
pertanian adalah perubahan lahan pertanian sebagai fungsinya sebagai sumber
pangan dan kelangsungan hidup manusia berubah fungsi lain menuju hal yang
negatif seperti pembangunan perumahan, pembabatan menjadi ladang sawit, tempat
wisata dan lain sebagainya. Permasalahan alih fungsi lahan pertanian menurut data
terjadi di Kota Batu. Keseimbangan antara wilayah pertanian dan pembangunan
memiliki ketimpangan. Menurut data luas lahan pertanian di Kota Batu mengalami
penurunan. Berikut data yang diperoleh dari Badan Statistik Kota Batu Tahun 2015
:
0
500
1000
1500
2012 2013 2014
Luas Lahan Pertanian dan Perkebuan (ha)
Padi Jagung Ubi Kayu
6
Banyaknya akomodasi hotel berdasarkan kecamatan :
No
Kecamatan
Hotel dan restoran dll.
Pertumbuhan (%) Tahun
2011-2013 2011 2013
1. Batu 395 465 17,7%
2. Junrejo 11 21 90,9%
3. Bumiaji 35 38 8,5%
Jumlah 441 524 18,8%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Batu
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi penurun lahan pertanian dan
perkebunan yang ada di Kota Batu. Selain itu data mampu menunjukkan bahwa
pemerintah dan dinas terkait belum mampu menjaga keseimbangan antara lahan
pertanian dan pembangunan sesuai dengan konsep kawasan agropolitan. Tujuan
dari konsep kawasan agropolitan sendiri adalah menjaga keseimbangan antara
pertanian dan pembangunan sesuai dengan pengertian kawasan agropolitan. Di
dalam konsep kawasan agropolitan juga ditunjukkan bahwa sebagai kota yang
mengandalkan konsep Nature Capacity (Kota berorientasi terhadap alam) Kota
Batu harus mampu membangun kota yang memiliki konsep pembangunan
berkelanjutan yang memiliki penggunaan jangka panjang yang bisa disebut sebagai
Sustainable Development. Menurut UNDP Sustainble development memiliki 3
tujuan utama yaitu:
1. Economically viable : pembangunan ekonomi dinamis,
2. Socially-politically acceptable and cultural sensitive : pembangunan
yang secara sosial politik dapat diterima serta peka terhadap aspek-aspek
budaya,
3. Environmetal friendly : ramah lingkungan
7
Tujuan pembangunan berkenjutan jelas yaitu pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan untuk generasi yang akan datang
dengan mentitikberatkan pada daya dukung lingkungan, berkelanjutan ekonomi,
dan lingkungan. Kawasan Agropolitan yang ada di Kota Batu memiliki misi dalam
menjaga keseimbangan pertanian dan wisata yang ada. Dimana tujuan dari menjaga
keseimbangan adalah
1. Pertanian yang merupakan salah satu sumber utama Pendapatan Anggaran
Daerah (PAD) Kota Batu mampu memberikan kontribusi kedepannya.
2. Selain itu dengan terjaganya pertanian maka kedepannya Kota Batu tidak
akan merasa kekurangan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Kota Batu sendiri.
3. Petani dan pekebun juga tidak akan menjadi pengangguran dengan adanya
alih fungsi lahan pertanian. Pertanian dan perkebunan juga mampu
memberikan identitas sendiri bagi Kota Batu dibandingkan kota lain.
4. Wisata dengan konsep edukasi alam akan lebih mendidik anak-anak untuk
lebih peduli lingkungan.
5. Bagi dampak makro dengan menjaga keseimbangan alam Kota Batu akan
terhindari dari bencana alam yang biasa menyerang kota dengan landscape
pegunungan seperti longsor, dan yang dikhawatirkan adalah banjir yang
melanda Kota Batu, kekeringan air tanah yang disebabkan berkurangnya
akar-akar pohon yang mencengkram air.
Untuk kawasan wisata sendiri Kota Batu sebagai pemilik lahan berkerjasama
dengan pihak swasta untuk membangun kawasan wisata yang sesuai dengan
8
fungsinya. Pembangunan tempat wisata harus memperhatikan lahan yang akan
digunakan. Lahan tersebut merupakan lahan non produktif dan bukan merupakan
lahan yang dialih fungsi lahankan. Pembangunan juga memperhatikan tujuan
kedepan pembangunan tempat wisata tersebut. Contoh yang ada seperti Selecta,
Kusuma Agrowisata, Batu Secret Zoo dimana konsep kawasan tempat wisata
memiliki konsep berkelanjutan yang memperhatikan lingkungan sekitar.
Penggunaan konsep wisata berkonsep edukasi alam merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam menjaga keseimbangan alam dan pembangunan. Pembangunan
wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang dibangun oleh
pemerintah Kota Batu sesuai dengan Perda No.7 Tahun 2011. Dimana Perda No.7
Tahun 2011 berisi tentang perencanaan pembangunan Kota Batu mulai tahun 2010-
2030 atau pembangunan jangka panjang. Berikut adalah dinamika pembanguan dari
Kota Batu dalam rencana pembangunan dalam 2010-2030 :
9
Pemetaan perencanaan pembangunan Kota Batu merupakan pedoman untuk
Kota Batu dalam menjalankan sustainable development. Tujuannya jelas yaitu
berupa menjaga keseimbangan antara Lahan Pertanian dan Wisata di Kota Batu.
Walaupun Kota Batu memiliki peta perencanaan, dinamika pembangunan
lingkungan dan wisata mengalami ketidak seimbangan, sesuai dengan data
permasalahan sebelumnya dengan berbagai macam permasalahan, penelitian
diangkat dan dilakukan dikarenakan, dengan kemajuan zaman yang semakin pesat
dan jumlah permintaan lahan rumah, pertanian, perekonomian dan wisata, sebagai
pelaku pembangunan terkait baik pemerintah, swasta, dan masyarakat harus
memiliki komitmen dalam menjaga keseimbangan antara pertanian dan wisata
dalam lingkup kawasan agropolitan.
10
Kesimpulan mengerucut pada sebagai aktor pembangunan para stakeholder
menghadapi tantangan berupa alih fungsi lahan. Apakah para stakeholder Kota
Batu mampu menghadapi tantangan dan mengatasi tantangan berupa menjaga
keseimbangan pertanian dan pembangunan kedepannya ?.
Permasalahan yang ingin ditanyakan diatas bermaksud dalam mencari titik
keseimbangan antara pertanian dan wisata yang ada di Kota Batu untuk tetap
berdampingan dan saling menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat
kedepannya dan mencoba memecahkan permasalahan tersebut. Sehingga Kota Batu
tetap berjalan dengan konsep awal dibangunnya Kota tersebut. Bagi masyarakat
Kota Batu sendiri merasakan dampak berupa kehidupan yang aman nyaman dan
sejahtera tanpa menghilangkan pertanian yang merupakan salah satu urat nadi
perekonomian masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalah yang ada diatas sebagai penulis memfokuskan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika pembangunan Kota Batu dalam menjaga sustainable
development ?
2. Apa tantangan yang akan dihadapi pemerintah Kota Batu dan masyarakat
dalam menjaga keseimbangan antara pertanian dan wisata ?
3. Bagaimana pemerintah dan masyarakat bersiap menghadapi tantangan
kedepan dalam menjaga keseimbangan pertanian dan wisata ?
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis memfokuskan permaslah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tujuan adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika pembangunan
Kota Batu dan memberikan gambaran empirik pembangunan di Kota Batu.
2. Untuk mengetahui permasalahan, tantangan kedepan bagi Pemerintah Kota
Batu dan masyarakat kedepannya dalam menjaga keseimbangan pertanian dan
wisata.
3. Tujuannya adalah untuk memberikan solusi, saran dan jalan keluar untuk
menghadapi permasalahan dan tantangan kedepan bagi Kota Batu dalam
menjaga sustainable development.
D. Kontribusi Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian tentang “ Kota Batu Dalam Konservasi Kawasan
Agropolitan Perspektif Sustainable Development ” dapat memberikan kontribusi
baik secara akademik maupun secara praktis berguna bagi pihak-pihak terkait,
antara lain :
1. Secara Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia
akademik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan menjaga keseimbangan antara pertanian dan wisata demi menjaga
keindahan alamiah. Diharapkan juga Pemerintah, swasta, dan masyarakat
mampu membangun keseimbangan pembangunan, termasuk didalamnya
12
Dinas terkait Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batu dan Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, dan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
2. Secara Praktis
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Batu dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu dan Badan
Perencanaan Daerah dan masyarakat pada umumnya dalam membuat
kebijakan terkait pada pengendalian alih fungsi lahan pertanian guna menjaga
kawasan produktif yang ada di Kota Batu.
E. Sistematika Penulisan
Dalam proposal penelitian ini, sistematika penulisan terdiri atas beberapa bab
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan skripsi, di dalam latar belakang peneliti
membuat alur untuk menjabarkan hal-hal yang melatar belakangi permasalahan
yang diangkat. Berdasarkan latar belakang selanjutnya dirumuskan masalah
yang kemudian diturunkan menjadi tujuan dan memberikan manfaat kepada
pihak lain baik akademis maupun praktis.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori yang melandasi penulisan dan pembahasan yang
berkaitan dengan judul. Teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
13
merupakan teori atau konsep yang dapat membantu peneliti untuk menentukan
fokus dan menganalisis hasil penelitian
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan metode yang digunakan untuk mempermudah
peneliti untuk menyusun tahap-tahapp dalam melakukan penelitian. Metode
penelitian terdiri dari jenis penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi dan
situs penelitian, jenis dan sumber data, dan uji keabsahan data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang perlakuan data dan menggambarkan masalah yang
terjadi pada tahap analisis yang kemudian diinterpretasikan melalui teori yang
terkait, sehingga tujuan peneliti dapat tercapai.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dari semua yang telah dibahas oleh peneliti
serta memberikan saran yang dianggap perlu dengan tujuan kearah positif.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori
dalam penelitian. Penulis akan menjabarkan teori tentang pembangunan serta
landasan teori lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek yang diteliti,
sebagai berikut :
A. Administrasi Publik
1. Pengertian Administrasi
Administrasi masih banyak mengandung arti yang berbeda diantara para
sarjana/ahli, yang sehingga saat ini masih meanarik dan marak diskusikan. Dari
sudut etimologis, administrasi menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu
old and ministrare yang berarti to serve atau melayani atau mengabdi. Dalam
kehidupan sehari-hari di Indonesia, administrasi, isitilah ini dipergunakan dalam
dua arti, yaitu administrasi dalam arti luas dan administrasi dalam arti sempit.
Secara sempit menurut Widjaja (2005:3), administrasi diacukan sebagai kegiatan
yang bersifat tulis-menulis tentang segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi
atau usaha. Jadi, dalam hal ini administrasi tidak lebih dari pekerjaan tata usaha.
Seperti pekerjaan mengetik, mengirim surat, mencatat keluar dan masuknya,
penyimpanan arsip dan pekerjaan sekretariat lainnya (proses pelayanan).
Sementara itu, administrasi dalam arti luas menurut Widjaja (2005:4),
administrasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
15
Kegiatan-kegiatan ini meliputi kegiatan perencaanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Dalam pengertian luas ini, pengertian tata usaha
termasuk didalamnya. Sebagai penulis maka merumuskan administrasi adalah
kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan ats dasar
efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Administrasi Publik
Menurut Tjokroamidjoyo dalam Tjiptoherijanto dan Manurung (2010:112)
administrasi publik memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai berikut :
a) Formulasi Kebijakan
Fungsi formulasi kebijakan memiliki empat sub fungsi, yaitu analisis
kebijakan, perkiraan masa depan untuk menyusun langkah-langkah
alternatif, penyusunan program atau strategi dan pengambilan keputusan.
Konsistensi formulasi kebijakan sangat dibutuhkan dalam pencapaian
tujuan masyarakat yang sejahtera.
b) Pengaturan atau Pengendalian Unsur-Unsur Administrasi
Unsur-unsur administrasi yang perlu dikelola ialah struktur organisasi,
keuangan, kepegawaian, dan sarana-sarana lain. Tugas administrasi
adalah mendapatkan, menggunakan, mengendalikan keempat elemen
administrasi tersebut diatas. Pengaturan atau pengendalian unsur-unsur
administrasi, tidak lain adalah pengelolaan internal administrasi publik
atau dapat juga dikatakan sebagai pengelolaan kapasitas administrasi
publik.
c) Penggunaan Dinamika Administrasi
Dinamika administrasi (the dynamics of administration) meliputi
kepemimpinan, koordinasi, pengawasan, dan komunikasi. Jika
pengaturan/pengendalian unsur-unsur administrasi lebih menekankan
pada aspek organisasi dari administrasi publik, maka penggunaan
dinamika administrasi menekankan pada aspek manajemen dari
administrasi publik.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai fungsi administrasi publik, maka
dapat dijelaskan mengenai fungsi dari administrasi publik. Fungsi dari
administrasi publik lebih kepada kegunaan dari teori administrasi publik tersebut
untuk bahan kajian dalam melaksanakan kebijakan publik. Pemaparan diatas juga
16
menjelaskan tentang tugas-tugas yang dijalankan oleh administrasi publik serta
penggunaan dinamika administrasi publik.
3. Peran Administrasi Publik
Peran administrasi publik dalam masyarakat menurut Gray (dalam
Pasolong, 2013:18) adalah sebagai berikut:
a) Administrasi publik berperan menjamin pemerataan distribusi
pendapatan nasional kepada kelompok masyarakat miskin secara
berkeadilan.
b) Administrasi publik melindungi hak-hak masyarakat atas pemilikan
kekayaan, serta menjamin kebebasan bagi masyarakat untuk
melaksanakan tanggung jawab atas diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan, pendidikan dan pelayanan bagi kelompok masyarakat lanjut
usia.
c) Administrasi publik berperan melestarikan nilai-nilai tradisi masyarakat
yang sangat bervariasi itu dari generasi ke generasi berikutnya, serta
memberikan jaminan dan dukungan sumber-sumber sehingga nilai-nilai
tersebut mampu tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan perubahan
zaman, serta dapat terus hidup bersama secara damai, serasi dan selaras
dengan budaya lain di lingkungannya.
Berdasarkan uraian tentang peran administrasi publik diatas maka dapat
disimpulkan bahwa administrasi publik memiliki peran untuk melindungi dan
menjamin hak-hak masyarakat secara berkeadilan serta melestarikan nilai-nilai
tradisi masyarakat agar dapat hidup bersama secara damai, serasi dan selaras
dengan budaya di lingkungannya.
4. Administrasi Perspektif Delibratif
Perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan lambat laun mulai mengubah
teori sebelumnya. Dalam artian ilmu pengetahuan mampu memperbaiki dan
mengubah teori yang sudah disampaikan oleh para ahli terdahulu. Seperti
contohnya kebijakan administrasi publik, kebijakan yang masih mengandalkan
17
cara kuni seperti sidang, musyawarah yang bertele-tele dianggap usang oleh para
ahli saat ini. Kasus yang dibahas peneliti juga ada kaitannya dengan kebijakan
publik yang dilakukan oleh pemerintah Kota Batu. Tujuan kebijakan publik
adalah untuk melakukan penyeimbangan pembangunan dan pertanian yang ada di
kawasan agropolitan Kota Batu.
Kebijakan publik yang tepat menurut peniliti adalah kebijakan administrasi
perspektif delibratif yang disampaikan oleh Fischer dan Forester yang seperti
dikutip oleh Hajer dan Wagenaar (Hajer dan Wagennar, 2003:7). Dimana Frank
Fischer dan John Forester menulis kan buku : The Argumentative Turn in Policy
Analysis and Planning (1993). Jadi, proses analisis kebijakan publik tidak
dilakukan oleh para teknokrat, melainkan para pihak yang terlibat langsung. Frank
Fischer mengemukakan sebagai berikut:
“The job of the deliberative analyst is to tease out the normative conflicts
lurking behind the often equally plausible interpretations of the shame abstract
goal or value ... Especially important, in this view, is the need to rethink the
relationship of the roles of the analysts, citizens, and the decision maker ... Rather
than providing technical answer designed to bring political discussions to an end,
the task of the analyst –as-facilitator is to assist citizens in their efforts to examine
their own interest and to make their own decisions .... The facilitation of citizens
learning can be understood as enlarging the citizens abilities to pose the problems
and questions that interest and concern them and to help connect them to the kind
of information and resources needed to help them (Fischer 2003a:224-225).
Proses analisis kebijakan publik model “musyawarah” ini jauh berbeda dengan
modelmodel teknokratik karena peran analis kebijakan “hanya” sebagai fasilitator
agar masyarakat menemukan sendiri keputusan kebijakan atas dirinya sendiri.
Pemerintah disini hanya sebagai legislator, administrasi publik lebih banyak
dalam fungsi sebagai fasilitator.
18
Kebijakan deliberatif dapat disimpulkan merupakan bentuk derivasi dari
demokrasi deliberatif. Sementara demokrasi deliberatif berakar pada konsepsi
“ruang publik” (public sphere) dari Habermas (2007a, 2007b, 2008). Demokrasi
deliberatif mengutamakan penggunaan tata cara pengambilan keputusan yang
menekankan musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan tukar
pengalaman di antara para pihak dan warga negara (stakeholder). Tujuannya
untuk mencapai mufakat melalui musyawarah berdasarkan hasil-hasil diskusi
dengan mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatan warga (citizen
engagement) merupakan inti dari demokrasi deliberatif. Demokrasi deliberatif
berbeda dengan demokrasi perwakilan, yang menekankan keterwakilan
(representation), prosedur pemilihan perwakilan yang ketat, dan mengenal istilah
mayoritas dan minoritas. Demokrasi deliberatif mengutamakan kerjasama antar-
ide dan antarpihak, sedangkan kata kunci demokrasi perwakilan adalah kompetisi
antar-ide dan antarkelompok. Jika demokrasi perwakilan ditandai oleh kompetisi
politik, kemenangan, dan kekalahan satu pihak, maka demokrasi deliberatif atau
demokrasi musyawarah lebih menonjolkan argumentasi, dialog, saling
menghormati, dan berupaya mencapai titik temu dan mufakat.
B. Pengertian Administrasi Pembangunan
Latar belakang masalah yang ada sebelumnya membahas tentang
pembangunan yang ada di Kota Batu. Maka sebagai penulis aspek yang diambil
berikutnya adalah administrasi pembangunan dan penjelasan sebagai berikut.
Administrasi pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara-
19
negara yang sedang berkembang untuk membangunkan lembaga-lembaga dan
pranata sosial, politik dan ekonominya, agar pembangunan dapat berhasil.
Menurut Siagian (1988:22), administrasi pembangunan adalah seluruh usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupannya sebagai
suatu bangsa, dalam berbagai suatu aspek kehidupan bangsa, dalam rangka usaha
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Administrasi pembangunan sebagai
sebuah bidang studi indisipliner yang mempunyai dua fokus utama yaitu :
a. Pembangunan atau pengembangan administrasi, yaitu mengembangkan
kapasitas institusi organisasi dan penyempurnaan manajemen dari proses
perubahan dan pengembangan keahlian.
b. Pengadministrasian pembangunan yaitu peningkatan kemampuan untuk
membentuk dan mengimplementasikan kebijakan/program pembangunan
dalam semua sektor.
Dilihat dari pengertian di atas maka dapat di analisis bahwa ide pokok
dalam pembangunan adalah pertama, bahwa pembangunan merupakan sebuah
proses, kedua pembangunan dilakukan dengan sebuah rencana dan perencanaan
berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan, ketiga harus adanya unsur
modernisasi baik pada teknologi maupun peraturan, dan yang keempat adanya
pembangunan yang bersifat national building.
Dengan demikian administrasi pembangunan dapat diartikan sebagai proses
pengendalian usaha (administrasi) oleh negara dan pemerintah untuk merealisasi
pertumbuhan yang direncanakan kearah suatu keadaan yang dianggap lebih baik
dan kemajuan di dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa.
20
C. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Isu lingkungan hidup semakin hari semakin menjadi isu yang penting untuk
dibahas dan ditangani bersama. Dimana semakin banyaknya sampah, polusi,
perubahan iklim, penipisan ozon, penggudulan hutan, degradasi tanah, dan
limbah-limbah berbahaya dari hasil pengolahan sumber daya alam dan bumi.
Permasalahan tersebut tidak hanya untuk negara berkembang aja, tetapi juga
negara maju. Dimana permasalahan lingkungan menyangkut semua kehidupan
manusia di muka bumi. Persoalan lingkungan hidup sebenarnya sudah dibahas
jauh-jauh hari pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Stockholm, Swedia pada
tahun 1972 sebagai antisipasi perubahan iklim global. 20 tahun kemudian
tepatnya di Rio de Jeneiro, Brazil tahun 1992 tentang Lingkungan Hidup untuk
lebih memperkuat komitmen semua negara untuk menjaga lingkungan hidup dari
ancaman perubahan iklim, kaum developmentalist, dan enviromentalis(Sulaiman
Djaya, 2014).
Pada tahun 2012 tanggal 13-22 Juni diselenggarakan KTT tentang
Pembangunan Berkelanjutan bertempat di Rio de Jeneiro yang merupakan
kepanjangan dari KTT Lingkungan Hidup pada tahun 1992 lalu. KTT ini juga
dikenal sebagai KTT Rio+20 sebagai peringatan 20 tahun KTT 1992. Tujuan
untuk diadakan ketiga KTT tersebut adalah untuk pertumbuhan ekonomi,
peningkatan sosial, dan perlindungan lingkungan untuk kedepannya(Sulaiman
Djaya, 2014).
21
Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk
memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem
yang mendukung kehidupannya. Dalam perkembangan sebuah negara bahasan
mengenai pembangunan berkelanjutan sudah sangatlah sering diangkat karena
melihat kejadian yang ada di tengah masyarakat, pembangunan yang terus
berlajalan tetapi tidak mengindahkan kelestarian lingkunan disekitarnya.
Pembangunan berkelanjutan Emil Salim (1990) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakikatnya ditujukan untuk
mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa
mendatang. Pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat
diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : (1) Tidak ada
pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources;
(2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan; (3) kegiatannya harus dapat
meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource.
Senada dengan konsep lain diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan
sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan
terjadinya :
a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi
(intergeneration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatiakan batas-batas
yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta
22
diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan
serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan
ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap lebih
baik bagi generasi yang akan datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk
kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan
pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar
generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan
baik masa kini maupun masa yang mendatang (intertemporal).
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat
jangka panjang ataupun lestari antar generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai
dengan habitatnya.
Di sisi lain Sutamihardja (2004) menyebutkan ada beberapa definisi dari
pembangunan berkelanjutan yaitu :
1. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang
pemanfaatan sumber dayanya, arah invensinya, orientasi pengembangan
tekhnologinya dan perubahan kelembagaanya dilakukan secara harmonis
23
dan dengan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan
dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
2. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai
trasnformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk
meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kepentinganya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kepentingan mereka.
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai badan pelindung kesejahteraan,
kedamaian, dan kemakmuran dunia memiliki satu badan yang bergerak pada
pembangunan tingkat nasional dan global yaitu The United Nations Development
Programme (UNDP). UNDP dibentuk pada 1966, merupakan peleburan dua
organisasi, yakni the United Nations Expanded Programme of Technical
Assistance dan the United Nations Special Fund. UNDP juga menjadi tulang
punggung terjaminnya keseimbangan antara lingkungan dan pembangunan.
Lebih lanjut, mandat utama UNDP adalah mewujudkan pembangunan
berkesinambungan, dengan pembangunan manusia sebagai intinya. Adapun
pembangunan manusia hanya bisa terwujud apabila berpondasi pada
pemberantasan kemiskinan, penyelesaian isu ketidaksetaraan diberbagai aspek
kehidupan, serta upaya mempromosikan keterbukaan.
Secara umum terdapat tiga area kerja yang menjadi fokus UNDP, yaitu:
1. pembangunan berkelanjutan.
2. penciptaan perdamaian dan pemerintahan yang demokratis.
24
3. ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim.
2. Prinsip-Prinsip Berkelanjutan
Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang
sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan sangat
multidimensi dan multi-interpretasi. Menurut Heal dalam Fauzi (2004). Konsep
keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi : Pertama adalah dimensi
waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan
sistem sumber daya alam dan lingkungan.
Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep
Brundtland Report (1987) tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya
memperhatikan kendala sumber daya alam dan lingkungan terhadap pola
pembangunan dan konsumsi. Kedua, menyangakut perhatian pada kesejahteraan
(well-being) generasi mendatang. Heal dalam Fauzi (2004) menyatakan bahwa
asumsi keberlanjutan paling tidak terletak pada tiga dasar; (1) Perlakuan masa kini
dan masa mendatang yang menempatkan nilai positif dalam jangka panjang; (2)
Menyadari bahwa aset lingkungan memberikan kontribusi terhadap economic
wellbeing; (3) Mengetahui kendala akibat implikasi yang timbul pada aset
lingkungan.
Konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional dari
konsep keberlanjutan ini pun mengalami kendala. Heal mencoba
mengolaborasikan lebih lanjut konsep keberlanjutan ini dengan mengajukan
konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional dari
25
konsep keberlanjutan ini pun banyak mengalami kendala. Heal mencoba
mengolaborasikan lebih lanjut konep keberlanjutan ini dengan mengajukan lima
alternatif pengertian; (1) suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika
utilitas yang diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi
tidak menurun sepanjang waktu (non-declining consumption), (2) keberlanjutan
adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian rupa untuk
memelihara kesempatan produksi dimasa mendatang, (3) keberlanjutan adalah
kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital stock) tidak berkurang
sepanjang waktu (nondeclining), (4) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber
daya alam dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan
(5) keberlanjutan adalah adanya kondisi keseimbangan dan daya tahan (resilence)
ekosistem terpenuhi. Senada dengan pemahaman diatas, Heal menambahkan
beberapa aspek mengenai definisi operasional pembangunan berkelanjutan, antara
lain: Untuk sumber daya alam yang terbarukan : laju pemanenan harus sama
dengan laju regenerasi (produk lestari) untuk masalah lingkungan, laju
pembuangan limbah harus setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan. Sumber
energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara quasisustainable, yakni
mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan energi subtitusi.
Selain definisi operasinal diatas, Heal (1998) dalam Fauzi (2004) melihat
bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1)
Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara lanjut untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat
26
merusak produksi pertanian dan industri. (2) Keberlanjutan Lingkungan: Sistem
keberlanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang
stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan
lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati,
stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori
sumber-sumber ekonomi. (3) Keberlanjutan sosial, keberlanjutan secara sosial
diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan
sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
3. Strategi Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari
setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen
yang perlu diperhatikam yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi,
dan perspektif jangka panjang. Dalam jurnal Askar Jaya (2004) menuliskan
beberapa strategi pembangunan berkelanjutan yang baik yang dipakai dalam
pembangunan berkelanjutan yaitu sebagai berikut :
a. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus
dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distibusi sumber lahan dan faktor
produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi
yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun
pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan
adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi
etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang diukur. Dimensi etika
27
pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan
pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan
dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi
perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang
yang tidak dapat dikompromikan denga aktivitas generasi masa kini. Ini
berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi
masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan
bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa
kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi
keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan
mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat
pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
c. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia
dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat
atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleknya
keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan
pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif
merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan.
Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
d. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
28
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan. Implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian
ini. Pembangunan berkelanjutan memasyarakatkan dilaksanakan penilaian
yang berbeda dengan asumsi dalam prosedur discounting. Persepsi jangka
panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini
kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan
ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.
4. Indikator / Kriteria Pembangunan Berkelanjutan
Indikator / Kriteria Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator pembangunan berkelanjutan
tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi,
ekologi/lingkungan, sosial,politik, dan budaya. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
Djajadiningrat (2005, 17) dalam buku Sustainable Future: Menggagas Warisan
Peradaban Bagi Anak Cucu, Seputar Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat,
mengatakan bahwa dalam pembangunan yang berkelanjutan terdapat aspek
keberlanjutan yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Keberlanjutan Ekologis
2. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi
3. Keberlanjutan Sosial dan Budaya
4. Keberlanjutan Politik
5. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan
Prof. Otto Soemarwoto dalam Sutisna (2006), mengajukan enam tolak ukur
pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk
29
pemerintah pusat maupun daerah untuk menilai keberhasilan seorang kepala
Pemerintahan dalam pelaksanaan proses pembangunan berlanjutan. Keempat
tolak ukur itu meliputi :
a) Pro ekonomi kesejahteraan, maksudnya adalah pertumbuhan ekonomi
ditujukan untuk kesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai
melalui teknologi inovatif yang berdampak minimum terhadap
lingkungan.
b) Pro Lingkungan Berkelanjutan, maksudnya etika lingkungan non
antroposentris yang menjadi pedoman hidup masyarakat, sehingga
mereka selalu mengupayakan kelestarian dan keseimbanganlingkungan,
konservasi sumberdaya alam vital, dan mengutamakan peningkatan
kualitas hidup non material.
c) Pro Keadilan Sosial, maksudnya adalah keadilan dan kesetaraan akses
terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik, menghargai diversitas
budaya dan kesetaraan jender.
d) Pro Penciptaan Kerja, diartikan bahwa pemerintah dan swasta mampu
menciptakan lapangan kerja bagi para masyarakat yang bertujuan
mengurangi kemiskinan dan peningkatan taraf hidup.
D. Pembangunan Lingkungan Hidup
1. Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembahasan pembangunan semestinya tidak melupakan lingkungan.
Maksudnya jika melakukan pembangunan pasti ada korban yang akan
30
menanggung akibatnya, dan yang menggungnya tidak lain adalah lingkungan.
Lingkungan akan dieksploitasi untuk melakukan pembangunan baik itu gedung,
ekonomi, pemukiman, maupun untuk pelayan masyarakat. Maka diperlukan
konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan
sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana,
bertanggung jawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan
kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan ini
bertujuan membangun kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu
menyelaraskan tanggung jawab moral dengan strategi pembangunan berwawasan
lingkungan. Kompleksitas pembangunan melahirkan aneka pro dan kontra,
artimya, kolaborasi dampak pembangunan biasanya melahirkan dua temperamen.
Pertama, pembangunan akan menghasilkan output yang bersifat positif, yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada perubahan kualitas
hidup. Kedua, akan menimbulkan dampak negatif yang tidak menguntungkan
seperti berdirinya industri kimia. Di satu sisi bermanfaat untuk menunjang
kualitas linngkungan hidup, namun limbah industri tersebut menjadi problema
bagi lingkungan hidup.
Meruntut pada pengertian diatas dapat ditarik garis besar berupa
pembangunan berwawasan lingkungan adalah pemanfaatan sumber daya yang ada
untuk kesejahteraan masyarakat, kemudian menggenerasi sumber daya, dan
memikirkan generasi yang akan datang.
31
Hakekat pembangunan berwawasan lingkungan hidup menurut Lonergan
dalam Supriadi (2008: 7) adalah:
"bahwa untuk menjamin terlaksananya pembangunan yang berwawasan
lingkungan, ada tiga dimensi penting harus dipertimbangkan. Pertama
adalah dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh
makro ekonomi dan mikro ekonomi pada lingkungan dan bagaimana
sumber daya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi. Kedua adalah
dimensi politik yang menetukan penampilan dan sosok pembangunan,
pertumbuhan penduduk dan degradasi lingkungan pada semua negara,
dimensi ini juga termasuk peraturan agen masyarakat dan struktur sosial dan
pengaruhnya terhadap lingkungan. Ketiga adalah dimensi sosial budaya
yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah dengan dominasi ilmu
pengetahuan linear, serta pola pemikiran dan tradisi agama. Ketiga dimensi
ini berinteraksi satu sama lain untuk mendorong terciptanya pembangunan
yang berwawasan lingkungan.”
Lingkungan hidup menjadi penentun terwujudnya pembangunan
berkelanjutan, yakni pembangunan yang berorientasi pada kepentingan generasi
mendatang melalui upaya secara terus-menerus menjaga tingkat daya dukung
limgkungan hidup. Berdasarkan pemikiran tersebut tingkat daya dukung dikaitkan
dengan komponen:
a. Lingkungan biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan).
b. Lingkungan abiotik (air, tanah, dan udara).
c. Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.
d. Komponen kesehatan masyarakat.
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati pada KTT Bumi di Rio de
Jeneiro tahun 1992 mengakui mengakui 5 ancaman utama terhadap
keanekaragaman hayati :
a. Perubahan habitat (hilang dan pecah-pecah).
b. Spesies asing yang bersifat invasif (serangan mahkluk hidup).
32
c. Ekploitasi yang berlebihan.
d. Pencemaran dan kandungan zat hara.
e. Perubahan iklim dan pemanasan global.
Aktivitas manusia merupakan penyebab utama hilangnya keanekaragaman
hayati. Terpecah-pecahnya habitat yang disebabkan oleh budidaya pertanian serta
eksploitasi sumber daya yang berlebihan menyebabkan berkurangnya spesies.
Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya alam dan lingkungan hidup
perlu lebih diutamakan dan ditingkatkan.
2. Program Pembangunan Lingkungan Hidup
Dalam UU No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS), Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan,
menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, dan untuk
mengembangkan kelembagaan serta menegakkan hukum untuk mewujudkan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif.
Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang kuat, dengan didukung oleh perangkat hukum dan
perundangan serta terlaksananya upaya penegakkan hukum secara adil dan
konsisten.
Maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup PROPENAS
merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Program itu mencakup:
33
a. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup.
b. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan
Rehabilitas Sumber Daya Alam.
c. Program Pencegahan, Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup.
d. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
E. Kawasan Argopilitan
1. Pengertian Argopolitan
Pokok latar belakang sebelumnya membahas Kota Batu yang berkonsep
Kawasan agropolitan maka sebagai peneliti mengambil aspek agropolitan sebagai
kajian pustaka. Kawasan agropolitan sendiri merupakan kawasan yang terdiri atas
bebrapa pusat kegiatan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem
agrobisnis hal ini sesuai dengan UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Friedman dan Douglas, 1975 dalam Mudianto, Helmi. 2015, mengungkapkan
bahwasannya agropolitan berasal dari kata agro atau pertanian dan politan atau
kota, atau dapat diartikan pula sebagai kota pertanian atau katalainnya yaitu
dimana suatu kota yang berada pada wilayah pertanian maupun sebaliknya.
Agropolitan adalah kota pertanian yang mana berkembang dan tumbuh sejalan
dengan sistem dan usaha agribisnis yang mampu mendorong, melayani menarik,
34
dan menghela kegiatan pembangunan pertanian pada wilayah sekitarnya (Iqbal,
M. dan S. A. Iwan. 2009).
Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian
(sentra produksi pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi
yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.
Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan
kawasan agropolitan. Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kota
kecil atau kota kecamatan atau kota pedesaan yang berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan
dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan
ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga
pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian (on farm dan off farm),
industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Batasan suatu kawasan
agropolitan lebih ditentukan dengan memperhatikannya economic of scale dan
economic of scope (Bappeda Provinsi Jawa Timur, 2011).
Kesimpulan yang dapat diambil penulis adalah, agropolitan merupakan
pembangunan perkotaan dengan orientasi pertanian sebagai penggerak
perekonomian serta wisata sebagai pemanfaatan keindahan alam yang dimiliki.
Pembangunan kota berkonsep alam dimaksudkan tetap menjaga keberlangsungan
kedepannya baik bagi manusia, alam, maupun ekonomi.
35
F. Pertanian
1. Pengertian Pertanian Dalam Arti Luas.
Pertanian jika di pandang dari etimologi kata berasal dari kata Agriculture.
Agriculture terdiri dari dua suku kata yaitu Agri (Ager) yang berarti tanah dan
Culture (Colere) yang artikan sebagai pengelolaan. Jadi pertanian (Agriculture)
dalam arti luas diartikan sebagai kegitan pengelolaan tanah yang dilakukan oleh
manusia dalam memanfaatkan sumber daya hayati, yang bertujuan untuk
kelangsungan hidup manusia seperti : menghasilkan bahan pangan, menghasilkan
bahan baku industri atau sumber energi, dan mengelola lingkungan hidupnya.
Dalam mengkaji pertanian, kelompok ilmu – ilmu pertanian didukung oleh
ilmu – ilmu pendukungnya, karena pertanian selalu terikat dengan adanya ruang
dan waktu. Ilmu – ilmu yang mendukung ilmu pertanian meliputi Meteorologi,
Ilmu Tanah, Biokimia, Teknik Pertanian, dan Statistika (Benjamin Lakitan, 2015)
Usaha tani atau yang biasa disebut dengan Farming merupakan bagian inti dari
pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam
budidaya. Orang yang melakukan atau menyelenggarakan usaha tani biasa di
sebut dengan petani. Sebagai contoh : petani sayur, petani padi, dan juga petani
ikan.
Pengertian Pertanian menurut para ahli, Van Aarsten (1953), Pertanian
(Agriculture) adalah digunakannya kegiatan manusia untuk memperoleh hasil
yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan atau hewan yang pada mulanya dicapai
dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah di berikan
oleh alam guna memngembangbiakan tumbuhan atau hewan tersebut.
36
Dari batasan tersebut jelas bahwa untuk dapat disebut sebagai pertanian
perlu di penuhi beberapa persyaratan :
a. Adanya alam beserta isinya antara lain tanah sebagai tempat kegiatan,
dan tumbuhan serta hewan sebagai obyek kegiatan.
b. Adanya kegiatan manusia dalam menyempurnakan segala suatu yang
telah diberikan oleh alam atau Yang Maha Kuasa untuk kepentingan dan
kelangsungan hidup manusia melalui dua golongan yaitu tumbuhan atau
tanaman dan hewan atau ternak serta ikan.
c. Ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis yang
lebih besar dari pada sebelum adanya kegiatan manusia.
Menurut Mosher (1966), pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas,
yang di dasarkan oleh proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola
dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani, dimana
kegiatan produksi merupakan bisnis, sehingga pengeluaran dan pendapatan sangat
penting artinya.
Spedding (1979), pertanian dalam pandangan modern merupakan kegiatan
manusia untuk manusia dan dilaksanakan guna memperoleh hasil yang
menguntungkkan termasuk meliputi kegiatan ekonomi dan pengelolaan di
samping biologi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian merupakan pemanfaatan lahan
atau tanah yang kosong kemudian dioleh dan menghasilkan bahan pangan bagi
37
manusia untuk bertahan hidup atau juga bisa menjadi kegiatan perekonomian
masyarakat.
G. Alih Fungsi Lahan
1. Pengertian Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan juga biasa disebut dengan konversi lahan. Alih fungsi
lahan atau konversi lahan merupakan kegiatan yang berkaitan tentang kegiatan di
dalam sektor pertanian. Alih fungsi lahan adalah dirubahnya fungsi lahan yang
telah di rencanakan baik itu sebagian maupun seluruh kawasan lahan dari fungsi
semula menjadi fungsi yang lain dan biasanya di alih fungsikan ke sektor
pembangunan. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai berubahnya guna
lahan awal yang telah dialih fungsikan ke guna lahan lain yang telah di
rencanakan oleh pihak – pihak tertentu yang bersangkutan dengan pengalih
fungsian lahan tersebut (Isa Iwan, 2004)
Alih fungsi lahan cenderung menjadi masalah (bersifat negatif) di dalam
sektor pertanian, akan tetapi masih banyak lahan pertanian yang di alih fungsikan
karena tekanan ekonomi pada masa – masa krisis ekonomi atau rendahnya hasil
jual di bidang pertanian menyebabkan banyak petani yang menjual aset lahannya
yang berupa perkebunan atau persawahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang secara tidak langsung menyebabkan meningkatnya alih fungsi lahan
pertanian dan makin meningkatkan penguasaan – penguasaan lahan pada pihak –
pihak yang memiliki modal tinggi. Sebagai penulis menyimpulkan bahwa alih
fungsi lahan adalah penyalah gunaan lahan yang berdampak negatif baik bagi
manusia, alam, sosil, maupun ekonomi.
38
2. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Alih Fungsi Lahan (Konversi
Lahan)
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian menurut Isa Iwan (2004). Faktor – faktor penting yang menyebabkan
alih fungsi lahan tersebut antara lain :
a. Banyaknya kebutuhan lahan yang bersifat non-pertanian.
Lokasi sekitar kota yang dulunya masih didominasi oleh penggunaan
lahan pertanian menjadi sasaran empuk bagi pengenbangan jasa – jasa di
bidang non pertanian terutama di bidang industri.. Mengingat lahan
pertanian yang relatif masih lebih murah serta tempat yang sudah
berdekatan dengan kota yang menyebabkan mudahnya menjangkau
sarana dan prasarana seperti listrik, air bersih, jalan raya sekaligus dekat
dengan keramaian membuat lahan pertanian menjadi rebutan para
investor industri. Selain itu, terdapat keberadaan lahan terjepit yakni
lahan – lahan pertanian yang tidak terlalu luas disebabkan karena daerah
sekitarnya sudah beralih menjadi perumahan atau kawasan yang bersifat
non pertanian atau industri, mengakibatkan petani yang memiliki lahan
pertanian tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja,
air ter-irigasi, dan sarana produksi lainnya, memaksa mereka untuk
mengalih fungsikan lahan pertaniannya atau bahkan menjualnya.
b. Peningkatan jumlah penduduk
39
Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak bertambah.
Pesatnya jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya mengakibatkan
semakain banyak pula jumlah atau luas tanah yang di butuhkan. Jika
dalam suatu keluarga membangun rumah di tanah yang berluaskan 2 are,
dan jika keluarga itu disertai dengan 3 orang anak yang nantinya akan
mandiri dan membangun rumah sendiri dengan masing – masing luas
tanah per rumah sama 2 are, maka akan ada penambahan luas tanah yang
di alih fungsikan menjadi bangunan. Dari kejadian tersbut secara
otomatis luas lahan pertanian sedikit demi sedikit akan terkikis yang
berarti kegiatan alih funsi lahan hari demi hari akan bertambah.
c. Peningkatan taraf hidup masyarakat
Peningkatan taraf hidup juga bisa di katakana menjadi salah satu faktor
pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terlihat dari
permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarrakat
seperti pusat pebelanjaan, jalan raya, obyek wisata (tempat rekreasi),
lapangan olah raga, dan tempat – tempat umum lainnya.
d. Ekonomi masyarakat
Jauh lebih rendahnya hasil pertanian karena biaya produksi yang amat
tinggi sedangkan hasil yang di hasilkan relatif rendah, yang di
bandingkan dengan tingginya hasil di sektor non pertanian (industri),
sewa tanah , dan tingginya harga tanah jika di jual membuat banyak
petani – petani yang mengalih fungsikan lahannya ke bidang non
pertanian bahkan menyewakan dan menjual lahan pertaniannya kepada
40
orang lain untuk kegiatan non pertanian (Industri). Selain itu karena
kebutuhan keluarga lainnya seperti pendidikan, mencari pekejaaan non
pertanian atau yang lainnya sering kali membuat petani tidak mempunysi
pilihan lain untuk menjual sebagian lahan pertaniannya.
e. Degradasi lingkungan
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan yang
berdampak pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat hilangnya
predator – predator alami dair hama yang bersangkutan, pencemaran air
irigasi, rusaknya sawah pinggiran pantai dan kemarau panjang yang
menimbulkan kekurangan air untuk kegiatan pertanian mengakibatkan
hancurnya sektor pertanian karena petani susah untuk mengembangkan
kegiatan pertaniannya. Menjadi suatu faktor petani beralih pekerjaan atau
mengalih fungsikan lahan – lahan pertanian yang mereka miliki.
f. Kebijakan pemerintah
Aspek regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi
lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri
terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sangsi pelanggaran,
dan akurasi objek lahan yang dilarang di konversi.
3. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Dalam rangka perlindungan dan pengendalian lahan pertanian secara
menyeluruh dapat ditempuh melalui 3 strategi, yaitu (Isa Iwan, 2004):
a. Memperkecil peluang terjadinya konversi
41
Dalam memperkecil peluang terjadinya konversi lahan sawah dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi
penawaran dapat berupa intensif kepada pemilik sawah yang berpotensi
untuk dirubah. Dari sisi permintaan pengendalian sawah dapat ditempuh
melalui :
1. mengembangkan pajak tanah yang progresif
2. meningkatkan efisiensi kebutuhan lahan untuk non pertanian sehingga
tidak ada sawah yang terlantar.
3. mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri, perumahan, dan
perdagangan misalnya pembangunan rumah susun.
b. Mengendalikan Kegiatan Konversi Lahan
1. membatasi konversi lahan sawah yang memiliki produktivitas tinggi,
menyerap tenaga kerja pertanian tinggi, dan mempunyai fungsi
lingkungan tinggi.
2. mengarahkan kegiatan konversi lahan pertanian untuk pembangunan
kawasan industri, perdagangan, dan perumahan pada kawasan yang
kurang produktif.
3. membatasi luas lahan yang dikonversi disetiap kabupaten atau kota
yang mengacu pada kemampuan pengadaan pangan mandiri.
4. menetapkan kawasan pangan abadi yang tidak boleh dikonversi,
dengan pemberian intensif bagi pemilik lahan dan pemerintah daerah
setempat.
42
c. Instrumen Pengendalian Konversi Lahan
1. Instrumen yang dapat digunakan untuk perlindungan dan
pengendalian lahan sawah adalah melalui instrumen yuridis dan non
yuridis, yaitu:
2. Instrumen yuridis berupa peraturan perundang-undangan yang
mengikat (apabila memungkinkan setingkat undang-undang) dengan
ketentuan sanksi yang memadai.
3. Instrumen intensif dan disintensif bagi pemilik lahan sawah dan
pemerintah daerah setempat.
4. Pengalokasian dana dekonsentrasi utuk mendorong pemerintah daerah
dalam mengendalikan konversi lahan pertanian terutama sawah.
5. Instrumen RTRW dan perizinan lokasi.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya untuk menangkap gejala – gejala
berdasarkan disiplin metodologi ilmiah dengan tujuan menemukan prinsip – prinsip
baru. Sebagai upaya ilmiah, penelitian perlu disusun secara sistematis. Dalam
kerangka yang sistematis diperlukan sebbuah metode penyusunan penelitian.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah kerja; yaitu
cara kerja untuk dapat memahami obek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan objek studi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut David Williams dalam (Moleong, 2004:5) menulis bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara
alamiah. Definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan
latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai
perhatian alamiah. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mengetahui
Menjaga Keseimbangan Pertanian Dan Pembangunan Kota Batu Sebagai Kawasan
Agropolitan dan mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pengembangan ruang terbuka hijau
44
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri – ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya. Moleong (2004:8) menyebutkan setidaknya ada 11
ciri pendekatan kualitatif:
1. Latar Alamiah
2. Manusia sebagai alat (instrumen)
3. Metode Kualitatif
4. Analisis data secara induktif
5. Teori dari dasar
6. Deskriptif
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Desain yang bersifat sementara
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal yang sangat penting ditetapkan sebelum
penelitian, sebab fokus penelitian merupakan pusat perhatian yang bermaksud
membatasi suatu permasalahan yang diteliti agar tidak terjadi pembiasan dalam
mempersepsikan dan mengkaji masalah yang diteliti. Melalui penetapan fokus
penelitian, maka seorang peneliti akan dapat menuangkan konsentrasinya pada
studi permasalahan yang dihadapi secara terarah sehingga akan mendapatkan data
45
yang relevan dengan permasalahan. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Dinamika pembangunan Kota Batu, meliputi:
a) Perkembangan keseimbangan pertanian dan pembangunan Kota Batu
tahun demi tahun,
b) Sustainable development Kota Batu menjaga keseimbangan pertanian
dan pembangunan.
2. Tantangan pemerintah Kota Batu dan masyarakat menjaga keseimbangan
pertanian dan pembangunan sebagai kawasan agropolitan.
a) Faktor pendukung dalam sustainable development Kota Batu
- Internal
- Eksternal
b) Faktor penghambat dalam sustainable development Kota Batu
- Internal
- Eksternal
3. Strategi menanggulangi alih fungsi lahan Kota Batu oleh pemerintah Kota
Batu dan didukung oleh masyarakat.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Adapun yang dimaksud dengan lokasi penelitian adalah tempat dimana
peneliti melakukan penelitiannya. Dalam hal ini yang menjadi lokasi penelitian
dalam penelitian ini adalah kota Batu. Pemilihan lokasi penelitian di kota Batu
46
dikarenakan kota Batu merupakan kawasan agropolitan yang sedang menghadapi
permasalahan alih fungsi lahan.
Adapun yang dimaksud dengan situs penelitian adalah tempat untuk
memperoleh data dan informasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan
sesuai dengan fokus penelitian yang ingin diteliti. Sedangkan yang menjadi situs
dalam penelitian ini adalah Dinas Pertanian dan Badan Perencanaan Daerah Kota
Batu. Kedua stakeholder yang ikut berperan dalam permasalahan alih fungsi lahan.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data diperlukan karena dapat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah ditentukan oleh peneliti. Jenis data dibagi menjadi dua bagian,
yaitu data primer dan data sekunder karena penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif maka data primer didapatkan dari seorang informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, arsip maupun
laporan-laporan yang dibutuhkan. Terdapat dua jenis data yang diperlukan untuk
penelitian ini, yaitu :
1. Data Primer
Jenis data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumbernya. Jenis data primer atau data asli diperoleh dari
informan secara langsung yang berkaitan dengan penelitian. Adapun
informan yang berhubungan dalam penilitian ini yaitu Kepala Seksi Metode
dan Informasi Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian, Kepala Sub Bidang
Perencanaa, Pembangunan Perekonomian, SDA, Infrastuktur, dan
47
Kewilayahan II Bappelitbangda, dan Kepala Program dan Pelaporan
Bappelitbangda Kota Batu. Adapun teknik yang digunakan untuk
memperoleh data primer sebagai berikut :
a. Informasi : mengumpulkan informasi terkait dengan rencana
pembangunan Kota Batu kedepannya dalam konservasi kawasan
agropolitan dan menjalankan sustainable development Kota Batu.
Informasi yang akan dicari juga berkaitan dengan antisipasi dari
Pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan wisata
dan pertanian.
b. Wawancara : melakukan interview dengan aktor-aktor yang terkait
dalam menjaga sustainable Kota Batu dan masyarakat dalam
keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan Kota Batu.
c. Peristiwa : menangkap peristiwa-peristiwa yang terkait dengan
menjaga keseimbangan antara Lahan Pertanian dan Wisata di Kota
Batu.
d. Fenomena : mengamati segala fenomena yang terjadi di Kota Batu
yang terkait dengan menjaga keseimbangan Lahan Pertanian dan
Wisata di Kota Batu.
2. Data Sekunder
Jenis data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh tidak secara
langsung berkaitan dengan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi dokumen-dokumen, arsip, catatan resmi, dan laporan penelitian
48
terdahulu, berkaitan dengan fokus penelitian. Data sekunder merupakan data
tambahan yang menjadi pelengkap dan penunjang data primer. Dalam
penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip dari
Dinas Pertanian, Badan Pembangunan, Perencanaan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kota Batu.
Sumber data merupakan tempat dimana peneliti dapat memperoleh
data dan informasi penting yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang dapat menunjang terlaksananya penelitian.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga
hal yaitu:
1) Informan
Informan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan,
mengetahui atau menguasai informasi yang berkaitan dengan topik
penelitian. Pencarian informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik snowball. Informan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Interview dengan Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan
Bappelitbangda Kota Batu,
b. Interview dengan Kepala Sub Bidang Perencanaan,
Pembangunan, Perekonomian, SDA, Infrastruktur, dan
Kewilayahan Bappelitbangda Kota Batu,
c. Interview dengan Kepala Seksi Metode dan Informasi Bidang
Penyuluhan
49
d. Interview dengan warga Kota Batu.
2) Peristiwa
Merupakan data atau informasi juga dapat diperoleh. Melalui
pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian di dalam
penelitian, peneliti bisa mengetahuai proses bagaimana suatu kejadian
secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Dengan
mengamati sebuah peristiwa, peneliti dapat melakukan cross check
terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subyek yang diteliti.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan mengamati tentang suatu
kejadian dan kemudian merekamnya menggunakan alat perekam ataupun
dengan catatan lapangan, gambar, arsip-arsip penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian antara lain
a. Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 Tahun 2011
b. Buku Sistem Informasi Tata Ruang Tahun 2010-2030 Kota Batu
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara – cara yang dipergunakan untuk
memperoleh data di lapangan. Untuk itu metode atau cara pengumpulan data yang
diperlukan harus benar dan akurat. Adapun metode dalam penelitian ini adalah:
50
1. Studi Literatur
Dalam studi literatur ini data diperoleh dari buku – buku literatur, jurnal –
jurnal penelitian, makalah – makalah, majalah dan surat kabar referensi atau
rujukan dari penelitian sebelumnya mengenai peristilahan, kerangka pemikiran dan
teori yang ada serta relevan dengan pokok bahasan yang diteliti.
2. Wawancara (interview)
Wawanara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tatap
muka (Face to Face) secara langsung dengan cara berdialog dan tanya jawab, baik
dengan responden maupun dengan pihak – pihak yang terkait lainnya. Guna
memperoleh informasi atau data secara jelas dan mendasar, juga untuk menjalin
hubungan dengan responden agar memperlancar proses penelitian.
3. Observasi
Observasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh gambaran
secara langsung mengenai obyek penelitian, terutama yang berkaitan dengan
Menjaga Keseimbangan Pertanian dan Pembangunan Kota Batu Sebagai Kawasan
Agropolitan.
4. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan dara dengan cara mencari, mencatat serta
mempelajari data dari sejumlah arsip atau dokumen resmi yang ada di lokasi
penelitian yang dianggap penting dan mempunyai relevansi dengan masalah yang
diteliti.
51
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam keseluruhan
proses penelitian, hal ini karena analisis data menyangkut kekuatan analisis dan
kemampuan dalam mendeskripsikan data situasi, peristiwa dan konsepsi yang
merupakan bagian dari obyek penelitian. Analisis, data dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah.
Sesuai dengan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan
paradigma interpretatif. Paradigma ini dikenal juga dengan sebutan interaksionis
subyektif (subjective interactionist). Pendekatan alternatif ini berasal dari filosof-
filosof Jerman yang menitik beratkan pada peranan bahasa, interpretasi dan
pemahaman dalam ilmu sosial. Paradigma ini mempunyai basis pemikiran bahwa
kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu alam (natural science) tidak dapat
diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Cara pandang yang digunakan milik kaum
nominalis yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan label,
nama atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas dan tidak ada sesuatu
yang nyata (Agung Budi Sulistiyo,2013).
Hakikat paradigma ini meyakini bahwa realitas sosial secara sadar dan aktif
dibangun sendiri oleh individu-individu sehingga setiap individu mempunyai
potensi untuk memaknai setiap perbuatan yang dilakukan. Kata lain, sebuah realitas
sosial merupakan hasil bentukan dari serangkaian interaksi antar para pelaku sosial
dalam sebuah lingkungan tertentu. Bagi paradigma interpretif, ilmu pengetahuan
tidak digunakan untuk to explain (menjelaskan) dan to predict (memprediksi)
52
sebagaimana halnya pada paradigma positivisme melainkan untuk memahami (to
understand) (Agung Budi Sulistiyo,2013)
Ada tiga prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pengembangan studi
interpretif (Soetrionodan Hanafie, 2007. Dalam Agung Budi Sulistiyo). Tiga
prinsip dasar tersebut adalah :
1. Individu menyikapi sesuatu atau apa saja yang ada di lingkungannya
berdasarkan maknasesuatu tersebut pada dirinya
2. Makna tersebut diberikan berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan
individu lain
3. Makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses
interpretif yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dihadapinya.
Berdasarkan pada tiga prinsip dasar tersebut sebenarnya dapat kita pahami
lebih dalam bahwa terdapat asumsi penting yang melatarbelakanginya. Asumsi
pertama bahwa individu dapat melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat orang
lain. Kedua individu tidak dianggap pasif melainkan memiliki kemampuan untuk
secara aktif membaca situasi dan kondisi disekitarnya. Oleh karena itu, kata
kuncinya adalah bagaimana seorang individu dapat menafsirkan situasi yang
dihadapinya sehingga suatu aktifitas sosial dikembangkan melalui pola-
polainteraksi yang mendalam. Mendasarkan pada beberapa prinsip dasar tersebut
maka paradigma interpretif menekankan pada pemahaman makna melalui proses
empati terhadapsesuatu aktifitas dan menempatkan suatu aktifitas yang ada dalam
53
masyarakat sehingga dari satu aktifitas akan melahirkan banyak penafsiran dan
analisis.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian
1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kota Batu
Sejarah terbentuknya wilayah Kota Batu dimulai pada tahun 1993. Kota
Administratif Batu dibentuk setelah Kota Administratif Jember sesuai dengan PP
No. 12 Tahun 1993, tepatnya pada tanggal 6 Maret 1993. Sebelumnya Kota Batu
merupakan Wilayah Pengembangan Malang Utara dan merupakan kecamatan yang
berpotensi Kota Malang. Pembentukan Kota Administratif Batu bertujuan untuk
memusatkan potensi wisata secara mandiri di Batu. Status peningkatan dilakukan
berkelanjutan yang semula Kota Administratif menjadi Kotatif Batu didukung
dengan Kelompok Kerja (PokJa) yang didukung juga oleh Bupati Malang, DPRD
II Malang, Gubernur Jawa Timur, dan kelompok masyarakat. Bertujuan sangat jelas
yaitu membangun sarana prasarana yang mendukung terbentuknya standart
menjadi sebuah kota.
Kota Batu memiliki Walikota melalui penunjukan Kementerian Dalam
Negeri. Menteri Dalam Negeri saat itu Rudini mengangkat Drs. Chusnul Arifien
Damuri. Kota Administratif Batu memiliki 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Batu,
Kecamatan Junrejo, dan Kecamatan Bumiaji. Pembangunan yang terus
ditingkatkan menjadikan Kota Administratif Batu menjadi Kotatif Batu resmi
54
disahkan pada tanggal 30 Juni 2001 sesuai UU No. 11 Tahun 2001. Secara resmi
Pemerintah Kota Batu dibentuk pada tanggal 30 Juni Tahun 2001. Pembentukan
Kota Batu juga disesuaikan penerapan Otonomi Daerah di Indonesia.
Pemerintah kota Batu melaksanakan Pemilu pertama pada tanggal 5
November 2007 yang dilaksanakan secara serentak. Pada Pemilu pertama kota Batu
tersebut terpilih pasangan Eddy Rumpoko sebagai Walikota dan Wakil Walikota
H.A Budiono. Masa jabatan Eddy Rumpoko terus berlanjut selama 10 Tahun
dengan terpilihnya kembali beliau pada Pemilu kedua yang dilaksanakan tanggal 2
Oktober 2012 dengan Wakil Walikota Punjul Santoso.
Gambar 2. Sumber : Rencana RTRW Kota Batu, Tahun 2010
55
2. Letak Geografis
Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di Provinsi Jawa Timur.
Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Kecamatan Batu, Kecamatan
Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Luas Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar
19.908,72 ha atau sekitar 0,42 persen dari total luas Jawa Timur. Daerah lereng dan
berbukit memiliki proposi lebih luas dibandingkan dengan daerah dataran. Secara
geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7”44’,55,11’ sampai dengan
8’’26',35,45’ Lintang Selatan dan 122’’17',10,90’ sampai dengan 122’’57',00,00’
Bujur Timur. Batas Kota Batu adalah : Sebelah Utara Kecamatan Prigen,
Kabupaten Mojokerto, Sebelah Selatan Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir,
Kabupaten Malang, Sebelah Timur Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang dan sebelah Barat Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
3. Kondisi Topografi
Keadaan geologi/tanah di kota Batu secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) jenis tanah yaitu : Andosol, Kambisol, Alluvial, Latosol. Dari
keempat kategori tersebut menunjukkan bahwa Kota Batu merupakan wilayah yang
subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan
gunung yang mengelilingi Kota Batu. Ada tiga gunung yang berada di wilayah Kota
Batu yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan
Gunung Arjuno (3.339 meter).
Sedangkan kondisi hidrologinya Kota Batu banyak dipengaruhi oleh sungai
yang mengalir di pusat Kota yaitu Sungai Brantas dan air tanah yang cukup
melimpah. Sebagai daerah yang topografinya sebagian besar wilayah perbukitan,
56
Kota Batu memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak
dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan.
Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu
terkenal sebagai daerah dingin.
Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kota Batu dibedakan menjadi enam
kategori yaitu mulai dari 600 MDPL sampai dengan lebih dari 3000 MDPL Dari
enam kategori tersebut wilayah yang paling luas berada pada ketinggian 1000-1500
MDPL yaitu seluas 6.493,64 Ha. Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu
berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtunal tahun 2001 diketahui bahwa
sebagian besar wilayah Kota Batu mempunyai kemiringan sebesar 25-40 % dan
kemiringan >40 %.
4. Kondisi Suhu dan Iklim
Seperti halnya daerah lain di Jawa Timur, kota Batu mengikuti perubahan
putaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2014 di bulan
September dan Oktober tidak terjadi hujan. Jumlah hari hujan paling kecil pada
bulan Agustus dan paling besar pada bulan Januari dan Desember, tetapi curah
hujan tertinggi pada bulan Desember yaitu mencapai 412 mm Hal ini menyebabkan
kondisi cuaca tahun 2014 lebih kering dibandingkan tahun 2013.
Pada tahun 2014 Kota Batu memiliki suhu minimum 17,5oC - 21,4oC dan
suhu maksimum antara 24,0 oC - 30,3 oC dengan kelembaban udara sekitar 70 - 86
% disertai kecepatan angin tertinggi 79,2 km/jam, oleh karenanya Kota Batu tidak
memiliki perubahan musim yang drastis antara musim kemarau dan musim
penghujan.
57
5. Kondisi Kependudukan
Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Batu mencapai 200.485 jiwa.
Dengan luas wilayah sekitar 19,908 km2 , maka kepadatan penduduk adalah
sebesar 1.080 jiwa per km2. Kepadatan penduduk kota Batu selalu meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya. Hal ini
terjadi karena Kota Batu merupakan daerah otonomi baru yang merupakan kota
tujuan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan penduduk Kota Batu pada
tahun 2016 adalah sebesar 1,09 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk ini tercatat
mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,17
persen. Selama periode 2013 hingga 2016, pertumbuhan penduduk di Kota Batu
relatif stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk
antara lain jumlah kelahiran, kematian, dan mutasi penduduk yang terdiri dari
penduduk datang dan penduduk pindah. Diantara ketiga kecamatan yang ada di
Kota Batu, Kecamatan Batu yang paling padat penduduknya. Pada tahun 2016
kepadatan penduduk di Kecamatan Batu mencapai 2.193 jiwa per km2, hal ini tidak
mengherankan jika Kecamatan Batu merupakan kecamatan terpadat di kota Batu
karena di Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan pemerintahan maupun
ekonomi. Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan yang terkecil kepadatan
penduduknya karena sebagian wilayah Kecamatan Bumiaji merupakan hutan dan
daerah lereng gunung.
58
6. Kondisi Sosial dan Budaya Kota Batu
Kondisi sosial dan budaya yang ada di kota Batu merupakan salah satu simbol
eksistensi Kota Batu. Kota Batu yang terletak tepat ditengah-tengah Kota dan
Kabupaten di sekitarnya, menjadikan Kota Batu memiliki kemajemukan
masyarakat. Dimana penduduk lokal mampu berbaur dengan para pendatang.
Kehidupan sosial masyarakat terjaga dengan aman, rukun, dan damai. Para
pendatang memberikan sikap menghargai dengan kondisi sekitarnya. Kebudayaan
dan seni budaya menjadi salah satu kunci utama pengikat kerukunan bermasyarakat
kota Batu. Kesenian dan kebudayaan daerah yang tetap terjaga dilaksankan hampir
setiap bulan.
Kesenian yang diadakan mewajibkan masyarakat setiap desa untuk
berpartisipasi untuk memeriahkan acara. Kesenian dan kebudayaan daerah yang
ada di kota Batu antara lain, tari topeng, tari sembromo, tari delolok dll. Terdapat
juga kesenian dari daerah lain yang diadaptasi dari para pendatang adalah kesenian
reog yang selalu dipentaskan ketika ulang tahun Kota Batu dan juga festival
nasional di Kota Batu. Ditarik menjadi kesimpulan adalah kesenian dan kebudayaan
daerah Kota Batu menjadi salah satu perekat kerukunan masyarakat Kota batu
sendiri.
7. Kondisi Ekonomi Kota Batu Secara Makro
Ditinjau dari pendekatan produksi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
kota Batu pada tahun 2016 mencapai 11.510,4 milyar. Apabila dibandingkan tahun
2015 maka ada kenaikan sebesar 12,3 persen. Pendukung utama PDRB ADHB
Kota Batu tahun 2016 adalah sektor perdagangan, pertanian dan sektor jasa -jasa
59
lainnya masing-masing mencapai 18 persen, 16 persen dan 15 persen.
Perkembangan ekonomi Kota Batu atas dasar harga konstan tidak berbeda jika
dibandingkan dengan harga berlaku. PDRB ADHK pada tahun 2015 mencapai
9.145,9 milyar naik sekitar 6,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan PDRB pada tahun 2016 sedikit melambat dibandingkan tahun 2015,
yaitu sebesar 6,69 persen. Laju pertumbuhan sektor PDRB tertinggi masih pada
sektor bangunan dimana tahun 2016 sebesar 10,01 persen dan sektor penyediaan
akomodasi/makan minum tumbuh sebesar 9,53 persen. Sektor-sektor lainnya
tumbuh antara 3-7 persen. Sektor pemerintahan merupakan sektor penyediaan
listrik pertumbuhannya rendah yaitu sebesar 1,74 persen. Laju inflasi Kota Batu
selama tahun 2016 yang diukur dengan indeks implisit PDRB mencapai 5,15 persen
sementara tahun sebelumnya mencapai 5,59 persen. Pada tahun 2016 PDRB
perkapita sebesar 51.612 ribu dan kemudian meningkat menjadi 57.408 ribu pada
tahun 2015. Apabila pengaruh perubahan harga dikeluarkan maka PDRB perkapita
atas dasar harga konstan pada tahun 2016 mencapai 45.615 ribu. Kemajuan
ekonomi Kota Batu, tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Kota Batu yang selalu
mendorong investor dan pelaku ekonomi yang bersifat UMKM untuk tetap
berpartisipasi dalam membangun Kota Batu sebagai Kota Wisata.
8. Kota Batu Sebagai Kota Agropolitan
Indonesia yang merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang
melimpah menjadikan banyak kawasan Agropolitan yang tersebar di setiap
wilayah. Kawasan Argopolitan pada hakikatnya memiliki arti bahwa kawasan yang
terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem
60
produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan suatu sistem permukiman
dan sistem agribisnis. Dan kawasan Agropolitan yang terkenal di Indonesia terletak
di Propinsi Jawa Timur. Dimana terdapat satu Kota Agropolitan yaitu Kota Batu,
Kota Agropolitan Mandiri yaitu Kota Banyuwangi, Mojokerto, dan Ngawi. Serta
terdapat 18 Kota Agropolitan rintisan yaitu Kabupaten Lumajang, Bangkalan,
Tulungagung, Trenggalek, Pamekasn, Pasuruan, Madiun, Blitar, Ponorogo,
Pacitan, Nganjuk, Probolinggo, Malang, Lamongan, Tuban, Bondowoso,
Bojonegoro, dan Jombang.
Kota Batu menjadi Kawasan Agropolitan mandiri sejak tahun 2006 yang
ditunjuk langsung oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Penunjukkan Kota Batu
bukan tanpa alasan karena Kota Batu terkenal sebagai wilayah yang meiliki potensi
pertanian melimpah sejak jaman Belanda dan merupakan tempat peristirahatan
favorit bagi bangsa Belanda. Wilayah kota yang berada tepat di tengah pegunungan
menjadikan keuntungan Kota Batu berkembang menjadi Kawasan Agropolitan
maju.
Penetapan Kota Batu sebagai Kawasan Agropolitan didukung Pemerintah
Kota dengan visi penataan ruang “ Kota Batu Sebagai Kota Wisata Dan Agropolitan
Di Jawa Timur ”. Misi yang ingin dicapai mendukung terciptanya Kawasan
Agropolitan, sebagai berikut :
a. Mendayagunakan secara optimal dan terkendali sumber-sumber daya
daerah, baik Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA)
61
maupun Sumber Daya Budaya (SDB) sebagai unsur-unsur internal untuk
penopang upaya pengembangan K ota Batu ke depan.
b. Meningkatkan peran Kota Batu sebagai Kota Pertanian (Agropolitan),
khususnya untuk jenis tanaman sayur, buah dan bunga, serta menguatnya
perdagangan hasil pertanian dan industri pertanian (agro-industri) yang
diperhitungkan baik pada tingkat regional (Jawa Timur) maupun tingkat
nasional guna memperkuat ekonomi kerakyatan yang berbasis pertanian.
c. Meningkatkan posisi dan peran Kota Batu dari "Kota Wisata" menjadi
"Sentra Wisata" yang diperhitungkan di tingkat regional atau bahkan
nasional, dengan melakukan penambahan ragam obyek dan atraksi
wisata, yang didukung oleh oleh sarana dan prasarana serta unsur
penunjang wisata yang memadai dengan sebaran yang relatif merata di
penjuru wilayah Kota Batu guna memperluas lapangan pekerjaan dalam
rangka mengatasi pengangguran dan meningkatkan pendapatan warga
maupun PAD Kota Batu yang berbasis pariwisata.
d. Pengembangan sektor fisik berkenaan dengan perkantoran Pemerintah,
fasilitas publik, prasarana dan sarana transportasi, serta penataan ruang
secara menyeluruh guna mendukung pengembangan ekonomi lokal dan
peningkatan kualitas layanan publik. Penataan ruang kota secara
menyeluruh dengan mengedepankan keseimbangan ekosistem.
Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mendukung terciptanya
Kawasan Agropolitan. Dimana untuk mendukung terciptanya Kawasan
Agropolitan Pemerintah Kota Batu bekerjasama dengan kelompok kerja yang
62
terkait dan juga masyarakat Kota Batu. Mewujudkan Kawasan Agropolitan
menjadikan pekerjaan menantang bagi Kota Batu. Dalam tujuan sebagai Kawasan
Agropolitan terdapat pembangunan berkelanjutan, ditunjang dengan terjaganya
pertanian maupun perkebunan yang merupakan pondasi utama, sehingga tercipta
agribisnis yang menjadikan sumber penghasilan anggaran daerah (PAD).
B. Penyajian Data Fokus Penelitian
Proses penyajian data dalam penelitian terkait dengan konservasi kawasan
agropolitan kota Batu perspektif sustainable development. Proses penyajian data
terbagi menjadi tiga dan masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dinamika Pembangunan Kota Batu Perspektif Sustainable Development
a. Pembangunan Kota Batu Menurut Potensi Wilayah
Kota Batu yang merupakan kawsan agropolitan rintisan pertama di Indonesia
merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) melimpah.
Didukung dengan wilayah pegunungan menjadikan kota Batu merupakan kota
berpotensi untuk melakukan pembangunan. Baik pembangunan berupa pertanian
dan perkebunan maupun sebagai destinasi wisata. Pembangunan kota Batu
disesuaikan dengan wilayah dan ruang yang ada.
Dinamika pembangunan tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala
Program dan Pelaporan Bappelibangda Kota Batu Bapak Rezaldi, ST, M.Sc, M.Eng
sebagai berikut :
“Dalam perencanaan pembangunan di kota Batu baik di pusat maupun
dipinggir harus sesuai dengan RTRW yang sudah dibuat sejak tahun
2003. Didalam buku Sistem Informasi Tata Ruang (SITR) dapat dilihat
rencana tata ruang pembangunan Kota Batu mulai dari jangka pendek
hingga jangka panjang.”(Wawanacara dilakukan pada tanggal 8
Agustus 2017).
63
Perencanaan pembangunan yang ada di Kota Batu juga disesuaikan dengan
wilayah yang ada. Setiap wilayah yang ada memiliki kontur, suhu, dan udara yang
berbeda sehingga setiap daerah memiliki potensi yang berbeda.
“.....Kota Batu yang memiliki daerah pegunungan menjadikan kontur
disini berbukit. Dimana setiap pembangunan harus disesuaikan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan rencana
pembangunan. Setiap wilayah juga memiliki kontur tanah berbeda
begitu juga suhu dan udara menyebabkan dalam mentata ruang dan
wilayah disesuikan dengan keadaan daerah tersebut. Untuk itu setiap
kan melakukan pembangunan harus melakukan riset terlebih dahulu.”
(Wawanacara dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017).
Gambar 3 : Pemandangan Kota Batu dari Gunung Banyak
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Selaras seperti yang disampaikan oleh Bapak Munsif Fanani, ST selaku
Kepala Sub Bidang Perencanaan, Pembangunan, Perekonomian, SDA, Infrastuktur
dan Kewilayahan II.
64
“Kota Batu yang sudah ditunjuk oleh Pemerintah Propinsi sebagai
Kawasan Agropolitan memiliki potensi alam yang luar biasa. Hampir
setiap wilayah di Kota Batu memiliki potensi masing-masing. Seperti
contoh daerah desa Sidomulyo disana terdapat pertanian hortikultura
baik itu berupa bunga, tanaman hias, maupun sayur. Bagian desa
Pendem Kecamatan Junrejo menjadi pusat pertanian organik baik itu
padi, maupun sayuran. Petik apel bisa dilakukan di daerah Tulungrejo
juga peras sapi juga bisa dilakukan disana.......”
Lebih lanjut beliau menyatakan beberapa detail setiap potensi
“.......seperti daerah Sidomulyo memiliki suhu yang sejuk dan
cenderung lebih dingin dibandingkan daerah lain makanya disana
banyak para perkebunan bunga baik tanam maupun hias. Daerah
Junrejo yang sedikit hangat dibandingkan yang lain cocok untuk
pertanian padi terutama desa Pendem. Selain itu petik apel yang
memiliki potensi dan yang cocok daerah Tulungrejo.....”. (Wawanacara
dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017).
Gambar 4 : Pembangunan Desa Tematik Kota Batu
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu, Tahun 2017
65
Gambar 5 dan 6 : Wisata Petik Buah Apel
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu, Tahun 2017
Wilayah pegunungan dan kondisi tersebut yang menjadikan potensi pertanian
dan perkebunan berkembang pesat disana. Menjadikan komoditi utama di kota
Batu. Selain pertanian dan perkebunan tersebut kota Batu juga memiliki potensi
wisata yang banyak tersebar.
“.......seperti yang sudah diketahui banyak orang sejak jaman Belanda
wilayah Batu dijadikan tempat wisata dan peristirahatan. Wilayah yang
menyuguhkan keindahan alam menjadikan ketenangan dan
menyejukkan bagi orang barat. Wisata Selecta pun dijadikan menjadi
taman bunga pada tahun 1928. Melihat sejah tersebut menandakan
wilayah Batu memiliki potensi wisata yang menjanjikan. Sehingga
sejak tahun 2000 tempat wisata mulai dibangun dimulai dari Jatim Park
1 yang dijadikan taman hiburan dan rekreasi keluarga. Kemudian kota
Batu ditunjuk sebagai kawasan agropolitan sekaligus sebagai pusat
pariwisata. Sehingga mulai berjamuran tempat wisata yang didirikan
setiap satu tahun sekali”(Wawanacara dengan Bapak Munsif Fanani,
ST dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017).
Melakukan pembangunan tempat wisata untuk menunjang kota Batu selain
pertanian dan perkebunan. Selain itu sebagai pemanfaatan potensi alam yang ada.
Wilayah yang dipilih untuk pembangunan pun merupakan wilayah yang merupakan
wilayah non produktif.
66
“.......tetapi dalam pembangunan tempat wisata pun tidak sembarangan
yaitu wilayah yang benar-benar tidak memiliki potensi dan bukan
merupakan lahan produktif.”
Pembangunan yang menggunakan lahan tidak produktif didukung pernyataan
oleh Ibu Sri Wahyuni selaku Kepala Seksi Metode dan Informasi Bidang
Penyuluhan. Menurut beliau :
“Pembangunan saat ini diusahakan ntuk tidak menggunakan lahan
produktif. Sebagai contoh daerah kecamatan Junrejo difokuskan untuk
pusat produksi sayuran organik dan bahan pokok seperti padi.”
“.......penyuluhan juga dilakukan disana untuk menghindari terjadinya
pergesaran lahan yang produktif menjadi pemukiman. Semua terus
diusahakan kedepannya”.
Berikut peta persebaran tempat wisata Kota Batu :
Gambar 7 : Peta Wisata Kota Batu
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Batu Tahun 2017
67
Pembangunan yang terjadi di kota Batu dapat disimpulkan bahwa,
pembangunan disesuaikan dengan karekteristik setiap wilayah. Dimaksudkan
potensi, kondisi, dan suhu dapat dimaksimalkan dan menghasilkan hasil yang
menguntungkan. Tujuannya jelas yaitu menjadikan pemerintah dan masyarakat
kota Batu mendapatkan keuntungan dan sejahtera.
b. Sustainable Development Kota Batu
Kota Batu salah satu kota di Indonesia yang memiliki pertumbuhan pariwisata
yang maju dan juga merupakan kota yang memiliki potensi dalam bidang pertanian
dan perkebunan. Sejalan dengan berjalannya waktu dan kemajuan jaman,
permasalahan pembangunan merupakan hal tidak dapat dihindari. Dimana semakin
pesatnya pembangunan maka terjadi degradasi lingkungan. Permasalahan semacam
itu mencoba dihindari oleh kota Batu. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Munsif
Fanani, ST.
“Berjalannya waktu banyak sekali pembangunan dimana-mana.
Perumahan, villa, hotel dan tempat wisata didirikan setiap tahunnya.
Sebagai salah satu badan terkait maka Bappeda berusaha menerapkan
konsep sustainable development di Kota Batu dalam menjaga
keberlangsungan kedepannya. Sustainable development pun juga
diharapkan mampu mengurangi terjadinya degradasi lingkungan yang
ada. Pembangunan desa wisata sebagai contohnya seperti desa wisata
Kungkuk, desa wisata sapi di desa Tulungrejo. Petik apel difokuskan di
desa Tulungrejo juga. Sustainable yang dimaksud di Kota Batu sendiri
adalah dimana pembangunan ya disesuaikan dengan kondisi saat ini dan
untuk kedepannya. Daerah yang memang memiliki potensi untuk
dikembangkan terus digenjot untuk membuat masyarakat sejahtera.
Selain itu bertujuan sebagai cadangan masyarakat Kota Batu
kedepannya. Yang benar-benar kita jaga adalah sumber Brantas
bersama Perhutani menjaga sumber air dalam menghindari terjadinya
pembabatan hutan dan juga alih fungsi di daerah sumber. Dalam
pembangunan tempat wisata yang sebagai salah satu pemasukan PAD
kota Batu disesuaikan dengan wilayah. Pemukiman ya kita berusaha
untuk membatasi seperti pembangunan perumahan di sekitar
68
kecamatan Junrejo.”(Wawanacara dilakukan pada tanggal 8 Agustus
2017).
Menunjang pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara lain. Sarana
dan prasarana untuk menunjang kegiatan kota dan meningkatkan kapabilitas
sumber daya manusia (SDM).
“Sarana dan prasarana penunjang seperti jalan sudah dibangun dan
diperbaiki disetiap pelosok kota dan daerah. Jalan ini kan juga bisa
bermanfaat bagi transportasi pengangkut hasil pertanian dan
pekebunan. Selain itu juga perbaikan halte, pasar modern, dan terminal
diusahakan membuat masyarakat lebih nyaman kembali. Yang terbaru
Bappeda bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan juga pihak swasta
mau membangun gondola atau kereta gantung yang dimulai dari Agro
Kusama sampai pusat pendidikan UIN Malang yang sedang dibangun
di kecamatan Junrejo. Tol pun juga disambung sampai Kota Batu untuk
menunjang pengunjung untuk datang ke kota Batu tanpa perlu lewat
kota Malang dan bermacet-macetan. Pembangunan seperti ini memang
diperlukan oleh kota Batu. Manfaat kedepanpun begitu banyak.”
(Wawanacara dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017).
Pembangunan berkelanjutan sudah ditetapkan dalam Perda No. 7 Tahun
2011. Perda tersebut berisi tentang rencana tata ruang kota Batu tahun 2010-2030.
“.......pembangunan berkelanjutan sudah menjadi pembahasan sejak
tahun 2000.an. Dimana sudah muncul kekhawatiran pemerintah jika
terjadi degradasi lingkungan. Di dalam Perda tersebut juga berisi
tentang panduan pembangunan baik bagi pemerintah, pelaku usaha,
maupun masyarakat sendiri. Dan semua sudah jelas tertuang di setiap
pasal dan tertulis dibuku Sistem Informasi Tata Ruang.”
Pendapat dari dinas dan badan terkait diperkuat dengan pendapat dari
masyarakat Kota Batu sendiri.
“Saat ini sudah mulai ada perbaikan dari segi fasilitas penunjang, taman
sudah diperbaiki didaerah Club Bunga dekat Stadion Brantas. Ya
walaupun kecil tapi bisa dimanfaatkan. Begitu juga alun-alun yang
sudah banyak mengalami perbaikan.” (Wawanacara dengan bapak
Siswanto dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2017).
Warga lain berpendapat bahwa :
69
“Iya selain tempat wisata mendapat perhatian, sekarang jalan sudah
diperbaiki dan sudah bagus. Tapi memang masih ada beberapa jalan
yang masih rusak karena hujan.” (Wawanacara dengan Dyah dilakukan
pada tanggal 8 Agustus 2017)
Pembangunan berkelanjutan dilakukan Kota Batu sesuai dengan tujuan utama
yaitu sebagai konservasi kawasan agropolitan. Perkuat dengan Perda yang berlaku
sebagai pedoman pembangunan dalam menjaga lingkungan.
Gambar 8 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu Tahun 2016
2. Permasalahan Menjaga Keseimbangan Pertanian dan Pembangunan
Permasalahan tentang menjaga keseimbangan menjadi topik antar badan dan
dinas terkat seperti yang disampaikan oleh Bapak Rezaldi, ST, M.Sc, M.Eng :
70
“Saat ini dapat dilihat secara seksama bahwa di kota Batu sendiri sudah
banyak beton yang berdiri disana sini. Menandakan bahwa sudah terjadi
pergeseran yang drastis. Tidak bisa dipungkiri banyak masyarakat yang
beralih profesi dari yang semula petani dan pekebun sekarang menjadi
pemetik uang lewat villa maupun menjual tanah untuk sebuah hotel,
restoran maupun tempat wisata.”
Beliau melanjutkan
“.......terjadinya alih fungsi lahan ini disebabkan oleh hasil yang
diperoleh. Para petani atau pekebun terkadang berpikir bahwa lebih
menguntungkan untuk mendapat hasil setiap hari atau minggu melalui
menyewakan tempat daripada mendapatkan untung dari hasil panen
yang beberapa bulan. Selain itu perubahan suhu global menjadi masalah
serius untuk petani dan pekebun”
Selaras disampaikan oleh Ibu Sri Wahyuni, SP, MP. bahwa :
“Banyak petani dan pekebun yang mengalihkan tanah mereka untuk
menjadi sebuah bangunan. Tetapi permasalahan yang lebih penting
yang dihadapi adalah perubahan suhu. Dimana penurunan suhu dirasa
sangat menganggu. Banyak tanaman yang terkadang mati ataupun ada
yang gagal panen”.
Selain kedua hal tersebut ada permasalahan yang menganggu yaitu tentang
hak asasi. Menurut Bapak Rezaldi ST, M.Sc, M.Eng :
“.......terkadang ketika dinas maupun badan terkait sudah melakukan
penyuluhan tentang menjaga keseimbangan beberapa orang
mengabaikannya. Mereka menganggap bahwa ini adalah tanah saya
dan hak saya mau saya apakan. Permasalahan seperti itu yang terkadang
menjadi penghalang”.
Berikut gambaran secara umum tentang persebaran hotel, villa, dan restoran
yang sudah dibangun di Kota Batu :
71
Gambar 9 : Peta Persebaran Hotel, Villa dan Resturan Kota Batu
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Batu Tahun 2016
Gambar 10 : Peta Penggunaan Lahan Kota Batu
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu 2017
72
Masalah yang dihadapi oleh kota Batu diperinci sebagai berikut :
a. Permasalahan Musim dan Suhu
Perubahan suhu yang ekstrim menjadi kendala yang sedang dihadapi
oleh para petani dan pekebun
“Perubahan suhu global sudah mulai dirasakan oleh petani dan
pekebun saat ini. Ketika ingin menanam terkadang musim tidak
menentu. Ketika musim tidak menentu mengakibatkan panen yang
tidak menentu. Terkadang menurut petani panen bisa dilakukan
lebih awal ataupun hasil panen yang buruk”.
Musim selalu berubah tidak sesuai dengan bulan. Permasalahan suhu
juga dirasakan pekebun.
“Perubahan suhu paling banyak dirasakan oleh pekebun dimana
hasil panen bunga maupun buah tidak menghasilkan memuaskan.
Seperti contoh dulu suhu di daerah Bumiaji sekitar 17oC-20oC
sekarang sampai 25oC. Hasil panen pun tidak maksimal.”
(Wawancara dengan petani desa Tulungrejo pada tanggal 9 Agustus
2017).
Selaras yang disampaikan oleh beliau petani dan pekebun juga
merasakan hal tersebut (perubahan musim dan suhu).
“Saat ini memang benar kami sebagai petani merasakan terjadinya
perubahan musim. Masa iya mas saat ini ketika sudah bulan ketigo
(musim kemarau) masih aja ada ujan. Begitu juga sebaliknya mas.
Setahun ini aja hampir ujan terus panas paling cuma 3 bulan Kan
tanaman macam padi kaya gini kalau kebanyakan air juga bisa mati
atau busuk. Makanya terkadang kami panen lebih awal kalau nggak
gagal panen.” (Wawancara dengan petani bapak Rachmad desa
Tulungrejo pada tanggal 9 Agustus 2017).
Perubahan suhu secara global saat ini memang sudah dapat dirasakan
oleh setiap orang. Hal yang sangat dirasakan ketika petani dan pekebun tidak
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Perubahan suhu dan musim
berdampak panjang terhadap lingkungan maupun manusia sendiri.
73
b. Alih Fungsi Lahan
Permasalahan yang tidak kalah penting banyak lahan produktif beralih
fungsi sebagai bangunan.
“Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya beberapa petani
dan pekebun saat ini lebih memilih memanen uang lebih cepat.
Mereka menjadikan lahan mereka menjadi bangunan yang lebih
cepat mendapat untung dan pasti untung”.
Selaras yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Ibu Sri Wahyuni, SP,
MP. :
“......melakukan penyuluhan memang sudah dilakukan. Tetapi ketika
mereka tergiur dengan untung yang lebih petani dan pekebun pun
merelakan tanahnya menjadi bangunan. Dapat dilihat sendiri
sekarang daerah seperti Bumiaji sudah banyak hotel dan villa berdiri
disana. Begitu juga daerah Tulungrejo sekarang banyak perumahan
yang dibangun disana.” (Wawancara dilakukan pada pada tanggal 8
Agustus 2017)
Pendapat yang disampaikan oleh beliau tersebut didukung dengan
pernyataan warga sekitar :
“Terkadang terjadi dilema bagi petani dan pekebun. Saat ada
penanam modal masuk mereka berpikir pendek untuk keuntungan
yang cepat. Beberapa tanpa berpikir panjang langsung melepas lahan
mereka begitu saja. Terkadang sulit untuk menghalangi karena, itu
hak pemilik tanah sendiri......ya memang keuntungan yang didapat
mampu dipetik setiap minggunya ketika hari libur datang.
Bandingkan mereka harus menunggu sebulan sampai 3 bulan untuk
memanen hasil tanaman mereka”. (Wawncara dengan bapak Rokim
dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2017)
Alih fungsi lahan tidak bisa dihindari. Kebutuhan yang mendesak akan
pemukiman dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk yang
membutuhkan pemukiman. Selain itu godaan akan investor yang masuk ke
74
kota Batu untuk menanam modal mereka dan menguntungkan pemerintah
ataupun masyarakat.
“.....saat ini memang ada program untuk membangun potensi setiap
daerah dengan menyediakan wisata edukasi disetiap desa. Diikuti
juga instruksi dari atas (Walikota Batu) setiap tahun diusahakan
dibangun tempat wisata setahun sekali. Tempat dimaksud baik
wisata edukasi maupun wisata wahana mainan. Tapi adapula ketika
investor besar datang ingin membangun tempat wisata yang
membutuhkan lahan yang luas, pemerintah juga harus mencarikan
tempat yang sesuai.....ya memang hal tersebut menguntungkan dan
merugikan bagi Kota Batu sendiri”. (Wawancara dengan Bapak
Rezaldi tanggal 8 Agustus 2017).
Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa peran pemerintah ikut serta
terjadinya alih fungsi lahan
“.......iya terkadang pemeritah kurang tanggap kenapa terjadi alih
fungsi lahan?. Disini maksud saya adalah tidak intensif dari
pemerintah untuk lahan yang tidak dialih fungsikan. Iya terkadang
bisa dimaklumi dikarenakan modal yang ada dari pemerintah untuk
melakukan intensif kepada petani dan pekebun tidak ada. Selain itu
belum ada Perwali yang mendukung untuk hal tersebut (alih fungsi
lahan)”.
Alih fungsi lahan dengan berjalannya waktu menjadi permasalahan
setiap daerah, taanpa terkecuali kota Batu sendiri. Alih fungsi lahan terjadi
karena banyaknya kebutuhan masyarakat sendiri akan pemukiman maupun
kebutuhan akan hiburan. Lahan berupa pertanian dan perkebunan digunakan
untuk membangun “pertanian” beton. Lingkungan diabaikan demi
mendapatkan keuntungan semata. Alih fungsi tersebut bisa dilakukan oleh
pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat.
c. Kejenuhan Lahan
Pertanian di jaman modern sudah mengalami kemajuan jaman yang
begitu cepat. Teknologi pertanian dikembangkan untuk meningkatkan
75
produksi pertanian. Salah satunya adalah obat atau pupuk buatan yang terbuat
dari bahan kimia. Tujuan dari obat atau pupuk tersebut adalah menyuburkan
tanah secara buatan dan merangsangkan tumbuhan cepat besar. Tantangan
menggunakan teknologi adalah berupa kejenuhan tanah. Kejenuhan tanah
berakibat terhadap tanah tidak mampu lagi menghasilkan zat hara yang ada.
“Saat ini seperti yang sudah disadari oleh bagian progam Bappeda
adalah terjadinya kejenuhan tanah. Singkatnya produksi seperti saat
ini kita tidak bisa memenuhi sendiri. Kebanyakan kita import apel
dari Kabupaten Pasurusan dan dijual disini. Tanah di Kota Batu
terutama daerah perkebunan apel sudah jenuh. Sudah tidak mampu
lagi menghasilkan zat hara secara alami. Dampaknya jelas berakibat
penurunan produksi. Faktornya ya berupa pupuk atau obat yang
dipakai banyak bahan kimia bukan organik”. (Wawancara dengan
Bapak Rezaldi Kepala Program dan Pelaporan Bappelitbangda Kota
Batu tanggal 8 Agustus 2017).
d. Bencana Alam
Bencana alam terjadi tanpa ada yang bisa memprediksi. Bencana alam
merupakan kekuatan alam yang datang diakibatkan terjadi kesalahan dalam
memperlakukan lingkungan hidup. Bencana alam juga menandakan alam
meminta keseimbangan lingkungan hidup. Bencana alam semacam tanah
longsor ataupun banjir ditakutkan terjadi di kota Batu. Kekhawatiran tersebut
berdasar dikarenakan wilayah kota Batu sendiri berbukit.
“Memang saat ini belum terjadi tetapi kami selaku badan maupun
dinas terkait mengkhawatirkan terjadi longsor di daerah berbukit.
Sekarang sebagai contoh saja daerah Bumiaji kan berbukit sudah
lumayan ada banyak bangunan disana, kami mengkhawatirkan tanah
disana bergerak, begitu juga daerah Songgokerto ke atas dan
Pesanggrahan.” (Wawancara dengan Bapak Munsif Fanani, ST
tanggal 8 Agustus 2017).
Selain mengkhawatirkan masalah tanah longsor selaku Kepala Seksi
Bidang Perencanaan, Pembangunan, Perekonomian, SDA, dan Kewilayahan
76
Bapak Munsif Fanani, ST mengkhawatirkan terjadinya banjir kecil yang ada
di kota.
“.........seperti yang di sampaikan bapak Rezaldi tadi kami juga
khawatir akan adanya banjir kecil yang ada di kota. Sebelumnya
adanya hal yang lebih besar kami sudah berusaha mengatasi dengan
memperbaiki sistem drainase. Sampah semakin banyak dengan
bertambahnya populasi dan tidak didukung dengan kesadaran akan
lingkungan. Terkadang banyak yang membuang sampah ke selokan
maupun sungai membuat saluran air tersumbat”.
Tantangan masalah akan terjadinya bencana alam memang harus
diprediksi sedini mungkin. Tujuan untuk tidak terjadinya korban bencana dan
kerugian yang didapatkan. Pengaturan tata ruang dan wilayah berperan
penting dalam mencegah terjadinya bencana seperti longsor dan banjir.
3. Strategi Menghadapi Permasalahan Keseimbangan Pertanian dan
Pembangunan
Permasalahan dihadapi kota Batu bagi pemerintah dan masyarakat menjadi
permasalahan bersama. Dimana permasalahan semacam alih fungsi lahan, bencana
alam, dan perubahan suhu begitu mendesak untuk segera dipecahkan bersama. Hal
tersebut disampaikan oleh Bapak Munsif Fanani, ST :
“.....meneruskan yang tadi drainase di kota sudah diperbaiki untuk
menghindari terjadinya banjir ketika terjadi hujan deras. Disini kan
sering hujan intensitas tinggi. Selain itu wilayah dengan lahan pertanian
organik yang sudah ditunjuk oleh dinas pertanian sebisa mungkin tidak
dialih fungsikan. Selain itu daerah yang sudah telanjur terjadi alih
fungsi tetap dijaga untuk tidak semakin banyak alih fungsi didaerah
tersebut seperti daerah Bumiaji yang sudah banyak hotel besar dan
villa.”
Bappelitbangda Kota Batu, Dinas Pertanian, dan Dinas Informasi dan
Komunikasi bekerja sama menggunakan teknologi dalam mengatasi permasalahan
77
alih fungsi. Teknologi modern diharapkan mampu mengurangi terjadinya alih
fungsi lahan.
“Bulan September besok Dinas Pertanian bekerja sama dengan Dinas
Informasi dan Komunikasi sudah mulai menjalankan citra satelit untuk
mengawasi luas lahan pertanian. Teknologi diharapkan memberikan
informasi yang lebih detail dibandingkan hanya menanyakan kepada
kelompok tani yang sering tidak akurat.”
Informasi tersebut didukung oleh Bappelitbangda melalui pernyataan Bapak
Rezaldi, ST, M.Sc, M.Eng :
“Kota Batu sendiri ingin menjadi lebih modern dengan menggunakan
teknologi terbaru dan menjadi smart city. Program ini nantinya
diharapkan mampu menjaga kota Batu tetap menjadi kawasan
agropolitan idaman. Tujuan dari program yang diberi nama Program
Smart City adalah untuk mambantu menyejahterakan petani dan
mengatasi permasalahan alih fungsi. Untuk petani sendiri supaya lebih
modern, mandiri dalam mengelola pertanian, dan mampu mengatasi
harga dari tengkulak”.
Strategi didiskusikan bersama antar pemerintah, pihak investor, peneliti dan
juga masyarakat dalam mengatasi permasalahan.
“Pemecahan masalahan sudah didiskusikan bersama ketika musrebang.
Dimana poin pertama adalah tentang pengalih fungsi lahan. Saat tahun-
tahun awal Kota Batu dibentuk sudah mulai ada pembahasan dalam
penataan ruang dan wilayah untuk menghindari alih fungsi lahan.
Untuk contoh begini dalam wilayah kecamatan Junrejo yang
merupakan wilayah persawahan organik diusahakan tidak digunakan
kecuali sesuai dengan buku panduan SITR disana juga dibangun pusat
pendidikan baik berbasis nasional maupun inetrnasional. Lebih lanjut
bisa ditanyakan ke bagian perencanaan”.
Masyarakat juga dilibatkan dalam musyawarah tentang mengatasi
permasalahan bersama melalui website resmi Kota Batu.
“.........begini masyarakat juga dilibatkan melalui website resmi
pemerintah Kota Batu. Mas bisa liat sendiri diwebsite. E-musrebang
saat ini masih merambah kecamatan belum desa atau kelurahan. Ya
namanya proses bertahap dulu. Masyarakat juga nanti diarahkan untuk
menggunakan teknologi. Pemanfaatan teknologi digunakan pemerintah
78
untuk mempermudah berkomunikasi dengan masyarakat dan
mengetahui apa yang diinginkan oleh mereka. Daripada masyarakat
antri lama-lama kan lebih enak begitu, apalagi teknologi sudah semakin
maju”.
Melanjutkan dalam pemecahan permasalahan tersebut Kepala Sub Bidang
Perencanaan, Pembangunan, SDA, dan Kewilayahan II Bapak Munsif Fanani, ST
menyatakan bahwa
“Strategi untuk mengatasi permasalahan yang ada di kota Batu sudah
dituangkan dan rumuskan di dalam Perda No. 7 Tahun 2011. Perda
tersebut berisi pandauan tata ruang, terutama berisi strategi dalam
menjaga kawasan agropolitan sehingga terjaga sesuai dengan visi dan
misi kota Batu. Pembangunan pusat pertanian, kota wisata berbasis
pendidikan. Alih fungsi lahan pun sudah dibahas didalam Perda.”
Lebih lanjut kembali Perda disesuaikan keadaan Kota Batu perlu direvisi
ataupun belum direvisi.
“......saat ini memang sudah terjadi alih fungsi besar sehingga Perda
perlu ditinjau kembali dalam menjaga keseimbangan pembangunan.
Selaku dinas dan badan terkait juga mengajak masyarakat dalam
menjaga keseimbangan melalui penyuluhan”.
Penyuluhan tentang pentingnya pertanian merupakan salah satu cara
pemerintah dan masyarakat mengatasi alih fungsi lahan. Menurut Ibu Sri Wahyuni,
SP, MP bahwa penyuluhan pertanian sudah dilakukan oleh Dinas Pertanian :
“Penyuluhan dan pembekalan dari Dinas Pertanian kepada para petani
dan pekebun melalui kelompok masing-masing sudah dilakukan. Untuk
saat ini benar belum berjalan maksimal. Maka dari itu kami selaku dinas
yang bertanggung jawab tetap akan terus meningkatkan penyuluhan
demi pengurangan alih fungsi lahan”.
79
Gambar 11 dan 12 : Penyuluhan dan Pembekalan Dinas Pertanian untuk
Pengembangan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu
Sumber : Dinas Pertanian dan Bappelibangda Kota Batu 2017
Kelompok kerja tani dan kebun juga mengembangkan ide kreatifitas mereka
dengan membuat produk olahan yang mampu bersaing dengan produk import dan
juga bertujuan tetap menjaga minat petani dan pekebun lain dalam menjaga lahan
mereka.
80
Gambar 13,14,15 dan 16 : Hasil Olahan Pertanian dan Perkebunan Kota Batu
Sumber : Dinas Pertanian dan Bappelitbangda Kota Batu
Dinas Pertanian membantu para kelompok kerja juga dengan melakukan
promosi yang bertujuan memperkenalkan kepada masyarakat luas produk olahan
asli pertanian dan perkebunan Kota Batu :
“Dinas Pertanian juga melakukan promosi melalui pameran UKM
maupun melalui hotel-hotel dan rumah makan untuk
memperkenalkan produk lokal kota Batu. Tujuan ya jelas untuk
membuat semakin terkenal seperti merek-merek terkenal.
Kelompok kerja pun mendapat untung berupa kesejahteraan anggota
meningkat”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017)
Gambar 17 dan 18 : Promosi Hasil Pertanian dan Perkebunan Kota Batu
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu Tahun 2017
81
Pemecahan masalah untuk menghadapi permasalahan sudah dilakukan dan
diupayakan bersama. Butuh kerjasama dan kerja keras dalam mengatasi dan
melakukan menjaga keseimbangan pertanian dan pembangunan di Kota Batu.
C. Pembahasan
1. Dinamika Pembangunan Kota Batu Perspektif Sustainable Development
Pembangunan bekelanjutan (Sustainable Development) dewasa ini
merupakan konsep yang penting dalam pembangunan. Tujuan utama sustainable
development adalah dalam setiap pembangunan memikirkan kebutuhan sekarang
dan kebutuhan akan masa depan berupa cadangan yang digunakan generasi
mendatang. Konsep tersebut sesuai seperti yang disampaikan dalam teori Emil
Salim (1990). Sustainable development sudah diterapkan di Kota Batu dengan
menggunakan strategi sustainable development yang disampaikan oleh Askar Jaya
(2004) sebagai berikut :
a. Pembangunan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial
dilandasi hal-hal seperti : meratanya distibusi sumber lahan dan faktor
produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi
yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun
pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan
adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi
etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang diukur. Aspek etika
lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah
prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan denga
82
aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini
perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi
kebutuhannya.
Kota Batu menerapkan strategi pertama dengan pembagian
pembangunan sesuai wilayah yang sudah dirumuskan kedalam buku SITR
yang merupakan pedoman pembangunan Kota Batu sebagai berikut :
1). Pusat Kegiatan Sektor Perdagangan dan Jasa
Kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Batu bertumpu pada
kawasan pusat kota di Jalan Diponegoro. Kegiatan sektor
perdagangan dan jasa yang dikembangkan di wilayah Kota Batu
diantaranya terdiri atas:
a). Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala regional
yakni: Perdagangan pusat perbelanjaan (mall/plaza/shopping center)
di kawasan alun-alun Kota Batu memusat di kawasan alun-alun
Kota Batu jalan Diponegoro. Pasar Agribisnis di arahkan di
Giripurno Pasar seni kerajinan/tanaman hias/hewan memusat di
Desa Dadaprejo, Desa Mojorejo dan Junrejo, Pasar burung
diarahkan di Desa Beji, Pasar tanaman hias di arahkan di Desa
Sidomulyo dan Desa Punten. Pasar Wisata/Pasar seni memusat di
Jalan Dewi sartika Kelurahan Temas dan di Jalan Songgoriti Desa
Songgokerto.
83
b). Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala kota yakni :
Pertokoan/Ruko Memusat di jalan lokal primer di Kelurahan
Ngaglik, Kelurahan Sisir, dan Kelurahan Temas Perdagangan
modern (supermarket) Lokasinya bercampur dengan kegiatan
pertokoan/ruko yang terdapat di pusat BWK ( Bagian Wilayah Kota)
Komersial skala lokal merupakan jenis kegiatan perdagangan
berupa ruko dan pertokoan serta pasar tradisional yang
dikembangkan pada setiap pusat BWK ( Bagian Wilayah Kota),
yakni terdapat di Desa Junrejo, Kelurahan Tulungrejo dan Desa Oro-
oro Ombo, serta Desa Pandanrejo dan Desa Torongrejo.
c). Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala lingkungan
berupa : Toko tersebar pada semua desa yang terdapat pada setiap
BWK Pasar lokal/tradisional di Desa Punten, Tulungrejo Kecamatan
Bumiaji, dan Desa Junrejo Kecamatan Junrejo.
2). Pusat Kegiatan Sektor Perkantoran
Kegiatan sektor perkantoran yang terdapat di Kota Batu
memiliki pola menyebar di setiap wilayah di Kota Batu. Pembagian
kegiatan perkantoran yang terdapat dan direcanakan di Kota Batu
meliputi :
a). Perkantoran Pemerintahan
Rencana pengembangan kegiatan sektor perkantoran pemerintahan
di Kota Batu meliputi pengembangan kawasan perkantoran di Jalan
84
Diponegoro Kelurahan Sisir, Jalan Panglima Sudirman Kelurahan
Ngaglik, Jalan Kartika dan Sultan Agung di Kelurahan Sisir, Jalan
Bukit Berbunga Desa Sidomulyo, Jalan Hasanudin Desa Junrejo,
dan arahan pengembangan perkantoran di Jalan Panglima Sudirman
dekat Kantor Walikota. Pemusatan perkantoran di kawasan
pertahanan dan keamanan di wilayah Kota Batu terdapat di Jalan
Raya Pendem Desa Pendem. Kawasan pertahanan dan keamanan
yang ada yakni pusat pendidikan Arhanud.
b). Perkantoran Swasta
Rencana pengembangan kegiatan sektor perkantoran swasta tersebar
di wilayah Kota Batu meliputi Jalan Diponegoro Kelurahan Sisir,
dan Jalan Panglima Sudirman Kelurahan Ngaglik.
3). Pusat Kegiatan Sektor Perumahan
Kegiatan pengembangan sektor perumahan yang terdapat di
Kota Batu berdasarkan karakteristik dan fungsi pengembangan
perumahan yang ada di Kota Batu. Pembagian kegiatan perumahan
yang terdapat dan direncanakan di Kota Batu meliputi :
a). Perumahan Pusat Kota atau Penduduk
Kawasan perumahan pusat kota merupakan kawasan
perumahan perkotaan dengan pola kegiatan perekonomian yang
dominan adalah sektor perdagangan modern, sektor pariwisata
modern, serta tersedia pusat pelayanan pemerintahan dan
85
fasilitas pelayanan umum skala kota. Perumahan kawasan pusat
kota merupakan perumahan padat serta memiliki kelengkapan
fasilitas dan utilitas.
Kawasan perumahan pusat kota direncanakan meliputi
Desa Pendem, Desa Dadaprejo, Desa Mojorejo, Desa Beji,
Desa Junrejo, Desa Oro-oro Ombo, Kelurahan Temas,
Kelurahan Sisir, Kelurahan Ngaglik, Desa Pesanggrahan dan
Desa Songgokerto.Perumahan dengan kepadatan sedang
meliputi perumahan real estate dan perumahan wisata.
b). Perumahan Real Estate
Kawasan perumahan real estate merupakan kawasan
perumahan yang dikembangkan oleh developer dalam
memenuhi kebutuhan perumahan penduduk di wilayah Kota
Batu. Pengembangan kawasan perumahan real estate di wilayah
Kota Batu terdapat di Desa Sidomulyo, Desa Sumberejo, Desa
Songgokerto, Desa Junrejo, Desa Oro-Oro Ombo, Desa
Dadaprejo, Desa Pandanrejo, dan Kelurahan Sisir. Perumahan
wisata Kawasan perumahan wisata, merupakan kawasan
perumahan yang dikembangkan dalam mendukung kegiatan
wisata yang juga menyediakan villa sebagai penginapan bagi
para wisatawan.
86
Kawasan perumahan wisata di wilayah Kota Batu terdapat
di Desa Punten, Tulungrejo, dan Bumiaji untuk wisata living
with people, dan di Desa Songgokerto, dan Desa Oro-Oro
Ombo untuk pemusatan penyediaan villa bagi para wisatawan.
c). Perumahan Kepadatan Rendah atau Perumahan Agropolis
Kawasan perumahan agropolis merupakan kawasan
perumahan perdesaan dengan pola kegiatan perekonomian yang
dominan adalah sektor pertanian dan merupakan kawasan
produksi pertanian. Kawasan perumahan agropolis pada
kawasan perdesaan pertanian merupakan perumahan yang
menyebar di sekitar daerah pertanian (farm village type).
Pengembangan perumahan agropolis untuk mendukung
kegiatan wisata living with people di kawasan agropolitan.
Perumahan kawasan agropolis direncanakan mandiri. Kawasan
perumahan agropolis direncanakan meliputi Desa Sumber
Brantas, Desa Tulungrejo, Desa Sumbergondo, Desa Punten,
Desa Gunungsari, Desa Bulukerto, Desa Bumiaji, Desa
Sidomulyo, dan Desa Sumberejo Kecamatan Bumiaji. Maka
kawasan perdesaan pertanian direncanakan memiliki pusat
perumahan perdesaan dengan fungsi pusat pelayanan
pemerintahan tingkat desa dan lingkungan, pengembangan
87
perdagangan skala desa, pelayanan kesehatan yang setara
dengan puskesmas pembantu.
4). Pusat Kegiatan Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata diarahkan menjadi salah satu andalan
kegiatan yang dapat menyumbang perkembangan perekonomian di
Kota Batu. Jenis kegiatan wisata yang akan direncanakan untuk
dikembangkan meliputi :
1). Pariwisata buatan seperti : taman rekreasi Jatim Park,
Selecta, taman rekreasi Songgoroti, dan taman rekreasi Tirta
Nirwana Miniatur World yang ada di Desa Oro-oro Ombo,
Taman Rekreasi Selekta dan Pemandian Air Panas Songgoriti,
rencana pengembangan arena Pacuan Kuda di Kecamatan
Bumiaji, Butterfly Habitat di Desa Beji dan Taman Bunga di
Desa Sidomulyo.
2). Pariwisata Alam meliputi : Air Terjun Coban Rais
Ekotourism di Pemandian Air Panas Cangar dan Arboretrum di
Desa Sumber Brantas Agrotourism dengan kegiatan wisata
yang direncanakan berupa festival petik apel dan hiking di
kebun apel. Pengembangan kegiatan wisata ini direncanakan di
Desa Punten, Desa Sumbergondo dan Desa Bumiaji Kecamatan
Batu. Dan wisata agrotourism juga terdapat di Kusuma agro.
Festival Paralayang dan off road sirkuit di Gunung Banyak,
88
kegiatan hiking di Gunung Panderman dan kegiatan
mountainbikes di Desa Bumiaji.
Living With People yaitu kegiatan wisata yang bertujuan
mengamati pola kehidupan dan ikut serta dalam kegiatan
masyarakat di sektor pertanian buah apel dan tanaman hias.
Kegiatan wisata living with people dapat di kembangkan di
Desa Punten, Tulungrejo dan Sidomulyo. Kegiatan wisata
Green Ukir Land
3). Pariwisata Budaya seperti : Memorial Resort yaitu kegiatan
wisata yang bertujuan untuk mengenalkan dan mengenang
wisata tempo dulu yang ada di Kota Batu. Festival wisata
budaya Sedekah Bumi, Tari Sembromo, Tari Jaranan, Campur
Sari, dan Slametan Desa Candi Supo Songgoriti. Terdapat
wisata seajarah berupa Patung Ganesha Torongrejo, makam
ritual Belanda kuno, Goa Jepang Tlekung Goa Jepang Cangar.
Selain itu, untuk pengembangan kegiatan sektor
pariwisata juga direncanakan even-even wisata yaitu wisata
yang direncanakan bertaraf internasional seperti kegiatan wisata
paralayang di Gunung Banyak, rencana pengembangan
mountain bike, serta kegiatan wisata festival road yang
menampilkan daya tarik Kota Batu, dan kegiatan wisata rutin
meliputi kegiatan petik apel.
89
5). Pusat Kegiatan Sektor Industri
Kegiatan industri yang diperbolehkan ada di Kota Batu
merupakan industri yang kegiatannya tidak dapat menimbulkan
polutan, sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan dan
ekosistem yang ada di wilayah Kota Batu. Terdapat 2 industri yang
ada di kota Batu yaitu :
a). Industri rumah tangga/kecil meliputi : Industri pengolahan
hasil perkebunan pada kawasan agropolitan meliputi Desa
Tulungrejo, Desa Punten dan Desa Bumiaji. Industri Kerajinan
kayu dan marmer yang dikembangkan di Desa Dadaprejo dan
Mojorejo Kecamatan Junrejo
b). Industri ringan adalah industri pendukung produksi
pertanian dan peternakan berupa hasil produksi apel dan susu
sapi perah pengembangan industri pengepakan sayur di Desa
Pendem.
6). Kawasan Pusat Pelayanan Umum
Pelayanan umum disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Dimana pelayan umum dikembangkan merata disetiap daerah.
Penyebaran pelayanan umum sebagai berikut :
a). Pendidikan
90
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam
pembangunan kapabilitas manusia yang merupakan pembangun
dan penerus pembangunan. Disini setiap daerah kecamatan sudah
dibangun fasilitas berupa sekolah baik sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Terdapat sekolah
swasta maupun negeri saling menopang dan membantu
meningkatkan kapabilitas masyarakat kota Batu.
Daerah desa Junrejo kecamatan Junrejo sendiri direncanakan
akan menjadi pusat pendidikan bertaraf nasional maupun
internasional sejalan dengan dibangunnya UIN kampus II di desa
Junrejo. Pembangunan yang bekerja sama tersebut diharapkan
kota Batu mampu lebih menyiapkan masyarakatnya bersaing
dengan masyarakat lain.
b). Fasilitas Kesehatan
Kesehatan merupakan bagian terpenting kehidupan manusia
dimana kesehatan penopang manusia untuk melakukan kegiatan.
Maka kota Batu menyiapkan fasilitas kesehatan tingkat
kecamatan berupa puskesmas. Puskesmas dilengkapi dengan
fasilitas yang mendukung untuk membantu keluhan sakit
masyarakat. Fasilitas kesehatan umum berupa rumah sakit
dipusatkan di daerah desa Tlekung kecamatan Junrejo. Rencana
tersebut diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada
91
masyarakat secara maksimal. Terdapat juga rumah sakit umum di
daerah alun-alun kecamatan kota Batu. kecamatan Bumiaji juga
diproyeksikan akan dibangun rumah sakit yang mendukung
rumah sakit lain.
c). Fasilitas Berupa Tempat Hiburan dan Pusat Olahraga
Pusat hiburan terdapat di Kota Batu dibangun untuk
memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat. Terdapat alun-alun
yang merupakan tempat berkumpulnya masyarakat Kota Batu.
Terdapat wahana rekreasi disetiap penjuru daerah berupa Jatim
Park 1,2 didaerah kelurahan Temas. Terdapat juga Taman Selecta
di desa Sidomulya kecamatan Bumiaji. Wisata pertanian
dipusatkan di daerah kecamatan Junrejo. Untuk memenuhi
kegiatan olahraga kota Batu membangun fasilitas olahraga seperti
Stadion Brantas di kelurahan Temas Jalan Bukit Berbunga dan
pacuan kuda di daerah kecamatan Bumiaji.
d). Fasilitas Bina Sosial
Terdapat berupa gedung pertemuan warga disetiap kelurahan
dan desa yang bertujuan untuk tempat berdiskusi masyarakat.
Pemerintah juga berencana membangun fasilitas untuk para anak
peyandang cacat di daerah Beji kecamatan Junrejo.
92
e). Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan kebutahan terpenting
masyarakat kota Batu. Fasilitas musollah sudah dibangun disetiap
desa maupun setingkat rw. Untuk masjid agung dibangun di
daerah alun-alun kota Batu yang merupakan masjid terbesar di
kota Batu. Untuk vihara sudah dibangun didaerah desa Beji
kecamatan Junrejo. Fasilitas gereja juga sudah terdapat disetiap
kecamatan masing-masing.
f). Pelayanan Pengolahan Sampah
Masalah sampah kota Batu difasilitasi dengan disediakan
pengolahan sampah sementara yang ada disetiap kecamatan dan
tempat pengolahan sampah akhir yang terdapat di desa Tlekung
dan Giripuro kecamatan Junrejo. Desa Tlekung juga sebagai
pengolahan limbah.
g). Pelayanan Informasi dan Komunikasi
Terdapat fasilitas pelayan informasi dan komunikasi terpusat
terdapat daerah desa Oro-Oro Ombo kecamatan kota Batu.
7). Pusat Sentra Produksi Pertanian
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
93
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
Pada dasarnya kawasan Agropolitan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut: mempunyai skala ekonomi yang besar,
sehingga produktif untuk dikembangkan mempunyai keterkaitan
ke depan dan ke belakang. Memiliki dampak spasial yang besar
dalam mendorong pengembangan wilayah yang berbasis
pertanian sebagai sumber bahan baku, memiliki produk-produk
unggulan yang mempunyai pasar yang jelas dan prospektif, dan
memenuhi prinsip-prinsip efisiensi ekonomi untuk menghasilkan
output yang maksimal.
Agropolitan bertujuan memberikan pelayanan perdesaan
di kawasan pertanian, sehingga petani atau penduduk perdesaan
mendapatkan pelayanan/keperluan produksi dan pemasaran serta
kebutuhan hidup harian.
Pusat kawasan agropolitan di Kota Batu lebih diarahkan
pada bagian utara dari wilayah Kota Batu. Pengembangan
Kawasan agropolitan di Kota Batu terdapat pada topografi
dengan tingkat kelerengan 15-30% yakni agak curam, dengan
ketinggian 1000-1500 m dpl. Pengembangan kawasan
agropolitan Kota Batu merupakan pengembangan pada kawasan
94
transisi dari pengembangan pusat kegiatan Kota Batu dengan
kawasan pengembangan sangat terbatas.
Kawasan agropolitan Kota Batu di kembangkan pada :
a). Kecamatan Bumiaji meliputi Desa Punten, Desa Bulukerto,
Desa Gunungsari, Desa Giripurno, Desa Bumiaji, Desa
Pandanrejo, Desa Tulungrejo, Desa Sumbergondo, dan Desa
Sumber Brantas.
b). Kecamatan Junrejo yaitu meliputi Desa Torongrejo, Desa
Mojorejo, Desa Pendem serta Desa Tlekung.
b. Pembangunan Menghargai Keragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk
memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan
untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan
dasar bagi keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya
akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat
pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
Kota Batu sendiri terkenal dengan kemajuan yang pesat dari salah
satu kota yang sudah mulai dikatakan memiliki teknologi modern. Tetapi
dalam bidang budaya pemerintah dan masyarakat Kota Batu tetap menjaga
kebudayaan leluhur. Budaya di Kota Batu sendiri banyak juga yang memiliki
kebudayaan campuran yang dibawa oleh pendatang. Pemerintah juga
memfasilitasi dengan adanya festival budaya seperti festival wisata budaya
95
Sedekah Bumi, Tari Sembromo, Tari Jaranan, Campur Sari, dan Slametan
Desa Candi Supo Songgoriti. Selain itu terdapat juga reog yang juga digemari
oleh masyarakat kota campuran dari kabupaten Ponorogo.
c. Pembangunan Menggunakan Pendekatan Intergratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang
kompleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan
menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih
integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat
dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
Pemerintah Kota Batu sendiri mengusahakan pembangunan yang ada
juga memikirkan tentang keberlangsungan alam dan lingkungan sekitar.
Maka pemerintah Kota Batu sendiri mencoba menanggulangi dengan cara
diterapkannya Perda No. 7 Tahun 2011 berisi tentang pedoman pembangunan
dan tata ruang Kota Batu. Permasalahan dengan alih fungsi lahan sudah
dilakukan juga dengan cara pembangunan tempat wisata dengan beraspek
lingkungan seperti Kusuma Agrowisata, Eco Green Park, Predator Fun Park,
Selecta, Wisata Paralayang di gunung Banyak dan desa wisata. Maka dengan
usaha yang sudah dilakukan diharapkan pemerintah, pihak investor, dan
masyarakat lebih menghargai lingkungan dan alam sekitar dan menjaga demi
kebutuhan masa depan.
96
Masyarakat sendiri yang merupakan salah satu pelaku eksplorasi alam
juga berusaha memperbaiki melalui Kelompok Kerja (Pokja) Pertanian.
Kelompok petani membuat pertanian tetap diminati dengan mengolah
pertanian dengan menggunakan cara organik dan memaksimalkan dengan
melakukan pengolahan produk. Pertanian organik merupakan kerjasama
kelompok petani dengan dinas pertanian dan pihak swasta sebagai pelaku
promosi. Hasil olahan produk organik dijual di hotel-hotel sebagai promosi.
Selain itu produk olahan berupa apel, jeruk diolah menjadi minuman dan
kripik. Promosi juga sudah dilakukan sampai ke luar negeri untuk menarik
minat wisatawan asing. Dari usaha yang sudah dilakukan bersama diharapkan
para petani dan pekebun, pemerintah dan investor lebih menyadari potensi
pertanian dan perkebunan Kota Batu dan menjaga kawasan agropolitan yang
sudah dirintis bersama dengan pemerintah propinsi.
d. Pembangunan Perspektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan.
Implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi
penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan memasyarakatkan dilaksanakan
penilaian yang berbeda dengan asumsi dalam prosedur discounting. Persepsi
jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga
saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil
keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.
Permasalahan yang dihadapi memang seperti masa sekarang adalah
banyaknya eksplorasi lahan dan SDA. Dimana dengan bertambahnya jumlah
97
penduduk maka kebutuhan akan pemukiman dan kebutuhan akan sandang
pangan meningkat. Alam dieksplorasi sampai dengan titik kejenuhan yang
tidak dapat ditolerir. Pemerintah Kota Batu berusaha dengan pembatasan-
pembatasan pembangunan perumahan sperti yang sudah disampikan
dipenyajian data. Cara yang dilakukan dengan menerapkan wilayah mana saja
yang bisa dan boleh dibangun.
Pemerintah bekerja sama dengan badan, dinas, investor, dan
masyarakat menggunakan teknologi yang mana teknologi tersebut bertujuan
dalam mengawasi lahan yang ada. Teknologi yang digunakan berupa citra
satelit yang dinamakan program smart city. Teknologi tersebut ditujukan
menjaga lahan Kota Batu untuk menjaga kebutuhan pangan masyarakat kota
dari alih fngsi lahan. Untuk menjaga kebutuhan saat ini pemerintah bekerja
sama dengan kabupaten Pasuruan untuk memenuhi stok buah seperti apel dan
jeruk untuk dijual. Sedangkan untuk wisata petik apel dan jeruk tetap ada dan
terus digalakkan untuk tetap terhindar dari kejenuhan lahan dengan
melakukan pelatihan dan penyuluhan dari Dinas Pertanian.
Pembanguan desa dengan mengembangkan potensi masing-masing
juga adalah salah satu cara menjaga kebutuhan masa yang akan datang.
Pengelolaan yang tetap dilakukan oleh desa sendiri memberikan cadangan
berupa dana, pangan, dan pemukiman tanpa membangun lagi kedepan.
Tujuan berupa meratakan kesejahteraan masyarakat desa. Pemerintah hanya
membantu mengawasi, melakukan promosi, melakukan penyuluhan, dan
pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas masyarakat. Masyarakat sendiri
98
akan memiliki pemikiran yang lebih maju dan kreatif dari pemerintah tanpa
pemerintah melakukan pembelajaran terlebih dahulu. Contoh saja seperti
pembangunan Batu Night Spectacular, pembangunan coban-coban yang
mana masyarakat lebih dulu mengambangkan kemudian pemerintah
membantu dengan pembangunan sarana prasarana dan promosi.
2. Permasalahan Menjaga Keseimbangan Pertanian dan Pembangunan
Permasalahan menjaga keseimbangan pertanian dan pembangunan
merupakan hal yang wajar dialami setiap daerah maupun negara pada saat ini.
Permasalahan seperti perubahan musim, suhu, alih fungsi lahan, ekonomi, dan
penduduk memang menganggu keseimbangan. Menurut Isa Iwan (2004)
permasalahan tersebut disimpulkan menjadi satu permasalahan tetapi terdapat
beberapa faktor yang ada didalamnya yaitu alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan
sendiri menurut Isa Iwan (2004) adalah berubahnya guna lahan awal yang telah
dialih fungsikan kegunaan ke lahan lain yang telah direncanakan oleh pihak tertentu
yang bersangkutan dengan pengalihan.
Menurut Isa Iwan (2004) terdapat faktor-faktor alih fungsi lahan seperti
penjabaran berikut ini :
a. Banyaknya kebutuhan lahan yang bersifat non-pertanian.
Lokasi sekitar kota yang dulunya masih didominasi oleh penggunaan
lahan pertanian menjadi sasaran empuk bagi pengenbangan jasa – jasa di
bidang non pertanian terutama di bidang industri.. Mengingat lahan pertanian
yang relatif masih lebih murah serta tempat yang sudah berdekatan dengan
kota yang menyebabkan mudahnya menjangkau sarana dan prasarana seperti
99
listrik, air bersih, jalan raya sekaligus dekat dengan keramaian membuat lahan
pertanian menjadi rebutan para investor industri. Selain itu, terdapat
keberadaan lahan terjepit yakni lahan – lahan pertanian yang tidak terlalu luas
disebabkan karena daerah sekitarnya sudah beralih menjadi perumahan atau
kawasan yang bersifat non pertanian atau industri, mengakibatkan petani
yang memiliki lahan pertanian tersebut mengalami kesulitan untuk
mendapatkan tenaga kerja, air ter-irigasi, dan sarana produksi lainnya,
memaksa mereka untuk mengalih fungsikan lahan pertaniannya atau bahkan
menjualnya.
Hal seperti pembangunan tempat wisata yang berlebih terjadi seperti
tersebut terjadi di kota Batu. Kedatangan investor yang menawarkan
keuntungan menjadikan dilakukan peninjauan ulang terhadap Perda No.7
Tahun 2011. Pembangunan seperti Museum Angkut, Dino Park, dan juga
Asian World baru-baru ini menandakan bahwa pemerintah kurang peka
terhadap adanya Perda. Program yang dicanangkan seperti pembangunan
tempat wisata satu wisata setiap setahun sekali juga ikut berperan adanya alih
fungsi lahan.
Masyarakat sendiri juga ikut berperan menjual lahan pertanian mereka
untuk mendapat keuntungan dengan cepat. Selain itu mereka juga
mengalihkan lahan dengan membangun villa mereka sendiri untuk disewakan
dan mendapat keuntungan setiap minggunya. Pembangunan villa, hotel, dan
perumahan pun tidak bisa dihindari dan semakin menjamur. Kebutuhan
100
berupa non pertanian tidak bisa dikontrol dengan adanya faktor pertambahan
penduduk.
b. Peningkatan Jumlah Penduduk
Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak bertambah.
Pesatnya jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya mengakibatkan
semakain banyak pula jumlah atau luas tanah yang di butuhkan. Jika dalam
suatu keluarga membangun rumah di tanah yang berluaskan 2 are, dan jika
keluarga itu disertai dengan 3 orang anak yang nantinya akan mandiri dan
membangun rumah sendiri dengan masing – masing luas tanah per rumah
sama 2 are, maka akan ada penambahan luas tanah yang di alih fungsikan
menjadi bangunan. Dari kejadian tersebut secara otomatis luas lahan
pertanian sedikit demi sedikit akan terkikis yang berarti kegiatan alih funsi
lahan hari demi hari akan bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang pesat ikut berpengaruh dalam alih fungsi
lahan. Dimana kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat. Selain itu
kebutuhan untuk memuaskan diri maupun kebutuhan bersenang-senang
menimbulkan pembangunan tempat wisata yang pesat. Kebutuhan dalam
kepuasan diri seperti kebutuhan wisata dikarenakan peningkatan taraf hidup.
c. Peningkatan taraf hidup masyarakat
Peningkatan taraf hidup juga bisa di katakan menjadi salah satu faktor
pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terlihat dari
permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarrakat seperti
101
pusat pebelanjaan, jalan raya, obyek wisata (tempat rekreasi), lapangan olah
raga, dan tempat – tempat umum lainnya.
Jaman saat ini taraf hidup manusia meningkat dan tidak dapat dihindari.
Kebutuhan akan kepuasan atas sendiri salah satunya. Sebagai contoh ketika
ada tempat yang begitu populer masyarakat akan berbondong-bondong
kesana dan melakukan namanya selfie. Selfie disini maksudnya adalah
keeksisan diri. Tempat populer seperti tempat wisata akan ramai dan
pemerintah, investor, maupun masyarakat akan berusaha memperbaiki,
memperluas dan membangun tempat-tempat baru. Kebutuhan untuk olahraga
sudah dipenuhi dan saat ini kota Batu belum melakukan pembangunan lagi
dalam bidang olahraga.
d. Ekonomi masyarakat
Jauh lebih rendahnya hasil pertanian karena biaya produksi yang amat
tinggi sedangkan hasil yang di hasilkan relatif rendah, yang di bandingkan
dengan tingginya hasil di sektor non pertanian (industri), sewa tanah , dan
tingginya harga tanah jika di jual membuat banyak petani – petani yang
mengalih fungsikan lahannya ke bidang non pertanian bahkan menyewakan
dan menjual lahan pertaniannya kepada orang lain untuk kegiatan non
pertanian (industri). Selain itu karena kebutuhan keluarga lainnya seperti
pendidikan, mencari pekejaaan non pertanian atau yang lainnya sering kali
membuat petani tidak mempunysi pilihan lain untuk menjual sebagian lahan
pertaniannya.
102
Kategori dalam hal gangguan alih fungsi lahan berupa ekonomi
masyarakat Kota Batu masih berfokus pada pembangunan villa, hotel,
restoran, pertokoan, perumahan, dan tempat wisata. Dalam hal bidang
industri kebanyakan masih mengandalkan home industri. Produksi susu yang
terkenal juga sudah dikelola oleh pemerintah dan peternak sendiri tapi saat
ini sudah mengalami penururn. Industri produksi besar pun tidak ada di Kota
Batu.
e. Degradasi lingkungan
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan yang
berdampak pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat hilangnya
predator – predator alami dair hama yang bersangkutan, pencemaran air
irigasi, rusaknya sawah pinggiran pantai dan kemarau panjang yang
menimbulkan kekurangan air untuk kegiatan pertanian mengakibatkan
hancurnya sektor pertanian karena petani susah untuk mengembangkan
kegiatan pertaniannya. Menjadi suatu faktor petani beralih pekerjaan atau
mengalih fungsikan lahan – lahan pertanian yang mereka miliki.
Masalah degradasi lingkungan sudah dibahas oleh Bapak Rezaldi
dimana kebanyakan terdapat kejenuhan lahan. Kejenuhan yang terjadi
diakibatkan dari pengunaan bahan kimia dalam bidang pertanian dan
perkebunan. Bahan kimia yang terkandung di pupuk maupun obat hama
mengakibatkan tanah sudah tidak bisa menyerap air secara maksimal maupun
karena sudah tidak mengeluarkan zat hara secara alami. Begitu juga jika
penggunaan bahan kimia terlalu banyak maka predator macam ular, burung,
103
dan musang juga enggan untuk memakan mangsanya di areal pertanian dan
perkebunan. Menghasilkan hama seperti tikus dan ulat pun semakin
bertambah dan menjadikan gagal panen.
Degradasi lingkungan inilah yang sudah terjadi disektor perkebunan
apel dan jeruk. Fakta mengatakan menurut Bapak Rezaldi dimana Kota Batu
sendiri mengeksport apel dan jeruk dari kabupaten Pasuruan untuk memenuhi
pasar lokal sendiri. Sedangkan wisata petik buah tetap berjalan dan beralih
menggunakan bahan organik. Selain itu hal seperti ini menjadi alasan bagi
petani dan pekebun untuk melapas lahan produksi mereka menjadi sawah
beton. Keuntungan yang didapatpun menjadi lebih banyak melalui sewa tanah
yang petani dan pekebun alih fungsi lahankan.
f. Kebijakan Pemerintah
Aspek regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan
pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama
terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi
objek lahan yang dilarang di konversi.
Perda No.7 Tahun 2011 menurut Kepala Sub Bidang Perencanaan,
Pembangunan, Perekonomian, SDA, dan Kewilayahan Bapak Munsif Fanani,
ST menyatakan tahun ini perlu ditinjau ulang kembali untuk dilakukan revisi.
Dimana Perda yang berlaku sudah tidak sesuai dengan pembangunan yang
terjadi di Kota Batu. Sebagai contoh Perda berisi pelarangan alih fungsi lahan
tetapi tidak disertai dengan UU mengenai pelanggaran alih fungsi lahan yang
104
berdampak Perda hanya sebagai pedoman tanpa adanya pengikat yang kuat.
Selain itu hak pemilik tanah petani dan pekebun memiliki hak dalam
melakukan apapun pada tanah mereka. Selain itu Walikota juga mengarahkan
pembangunan tempat wisata satu setiap tahun. Alasan seperti inilah yang
menandakan pemerintah kurang berkomitmen. Kepala Program
Bappelitbagda Bapak Rezaldi, ST, M.Sc, M.Eng sebelumnya menyatakan
kesetujuannya bahwa Perda saat ini sama sekali tidak bisa diterapkan. Selain
itu menurut Ibu Sri Wahyuni, SP, MP Kepala Seksi Metode dan Informasi
bidang Penyuluhan Dinas Pertanian jika melakukan intensif untuk menjaga
lahan pertanian, pemerintah tidak memiliki dana intensif bagi petani dan
pekebun untuk tidak menyewakan atau menjual tanah mereka.
3. Strategi Menghadapi Permasalahan Keseimbangan Pertanian dan
Pembangunan Bersama
Strategi yang pengendalian alih fungsi lahan maupun konservasi lahan
menurut Isa Iwan (2004) adalah pengembalian kembali atau perawatan lahan yang
bertujuan mengembalikan fungsi lahan pertanian dan perkebunan kembali pada
tujuan utama berupa gudang pangan. Menurut peneliti sendiri strategi konservasi
lahan adalah pengendalian berupa kegunaan lahan pertanian dan perkebunan tanpa
menghabiskan keperluan untuk sekarang dan tetap memikirkan kegunaan pada
masa akan datang. Strategi konservasi lahan pertanian dari alih fungsi lahan akibat
pembangunan seperti yang disampaikan oleh Isa Iwan (2004) memiliki 3 strategi
yaitu sebagai berikut :
105
a. Memperkecil Peluang Terjadinya Konversi
Dalam memperkecil peluang terjadinya konversi lahan sawah dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran
dapat berupa intensif kepada pemilik sawah yang berpotensi untuk
dirubah. Dari sisi permintaan pengendalian sawah dapat ditempuh melalui:
1) mengembangkan pajak tanah yang progresif
2) meningkatkan efisiensi kebutuhan lahan untuk non pertanian
sehingga tidak ada sawah yang terlantar.
3) mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri, perumahan,
dan perdagangan misalnya pembangunan rumah susun.
b. Mengendalikan Kegiatan Konversi Lahan
1) membatasi konversi lahan sawah yang memiliki produktivitas tinggi,
menyerap tenaga kerja pertanian tinggi, dan mempunyai fungsi
lingkungan tinggi.
2) mengarahkan kegiatan konversi lahan pertanian untuk pembangunan
kawasan industri, perdagangan, dan perumahan pada kawasan yang
kurang produktif.
3) membatasi luas lahan yang dikonversi disetiap kabupaten atau kota
yang mengacu pada kemampuan pengadaan pangan mandiri.
4) menetapkan kawasan pangan abadi yang tidak boleh dikonversi,
dengan pemberian intensif bagi pemilik lahan dan pemerintah daerah
setempat.
106
c. Instrumen Pengendalian Konversi Lahan
1) Instrumen yang dapat digunakan untuk perlindungan dan
pengendalian lahan sawah adalah melalui instrumen yuridis dan non
yuridis, yaitu:
2) Instrumen yuridis berupa peraturan perundang-undangan yang
mengikat (apabila memungkinkan setingkat undang-undang) dengan
ketentuan sanksi yang memadai.
3) Instrumen intensif dan disintensif bagi pemilik lahan sawah dan
pemerintah daerah setempat.
4) Pengalokasian dana dekonsentrasi utuk mendorong pemerintah
daerah dalam mengendalikan konversi lahan pertanian terutama
sawah.
5) Instrumen RTRW dan perizinan lokasi.
Mengatasi permasalahan dalam menjaga keseimbangan menurut bapak
Rezaldi, ST, M.Sc, M.Eng Kepala Program Bappelitbangda menyatakan
bahwa Bappelitbangda sudah bekerja sama dengan Dinas Pertanian melalui
strategi pembangunan pertanian. Strategi pembangunan pertanian dalam
mengatasi permasalahan alih fungsi lahan sebagai berikut :
a) Pemetaan dan pembentukan klaster-kluster pertanian organik,
b) Pengembangan pertanian organik sebagai basis pengelolaan agro
industri dan penataan wilayah,
c) Sertifikasi Sistem Pertanian Organik dan produknya
d) Pemberdayaan petani dalam transformasi agraris,
107
e) Pengembangan program penanganan pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian organik,
f) Pengembangan program pemasaran produk pertanian organik,
g) Pengembagan program pengkuatan kelembagaan pertanian organik,
h) Pengembangan kebijakan (Perda dan Peraturan Walikota),
i) Pembangunan pertanian organik yang keberlanjutan dan
berdayaguna,
j) Pembukaan investasi hulu dan hilir dalam sektor pertanian organik,
k) Penggunaan teknologi citra satelit dalam mengawasi luas lahan
petanian dan membantu petani untuk lebih bekerja efekti dan efisien.
Peneliti sendiri sebagai pelaku penelitian langsung terjun kelapangan
memberikan pendapat berupa strategi dan penanggulangan alih fungsi lahan.
Penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunakan metode berupa metode
penelitian kualitataif paradigma interpretatif. Hakikat dari paradigma
interpretatif menurut Agung Budi Sulistiyo (2013) adalah bahwa realitas
sosial secara sadar dan aktif dibangun sendiri olehindividu-individu sehingga
setiap individu mempunyai potensi memaknai setiap perbuatan yang
dilakukan.
Penjelasan yang lebih singkat adalah peneliti sebagai ahli dibidangnya
mampu memberikan penafsiran dan analisis. Tujuan dari penafsiran dan
analisis adalah mamapu memberikan jalan keluar dan membantu
memecahkan permasalahan. Maka sebagai peneliti, setelah melakukan
108
penafsiran dan analisis memberikan pemecahan masalah yang dihadapi kota
Batu sebagai berikut :
a. Pembangunan dalam bidang tempat wisata yang merupakan salah
satu ikon Kota Batu untuk sekarang belum diperlukan untuk
pembangunan baru. Berlaku untuk perintah dari Walikota yang
menginginkan pembangunan tempat wisata satu setiap setahun sekali
untuk tidak diberlakukan. Menurut peniliti untuk saat ini tempat wisata
yang ada di Kota Batu sudah cukup bagus dan bisa dikatakan bintang
5. Mengatasi kejenuhan pengunjung sebagai pihak pengembang pasti
memiliki bagian kreatif bisa digunakan sebagai pembangunan atau
pembaruan wahana lain sebagai penarik minat tanpa penambahan luas
bangunan. Seperti pembangunan wahan ekstrim, wahana keluarga,
maupun wahana yang sudah diterapkan diluar negeri.
b. Pembangunan pemukiman saat ini saran dari peneliti adalah untuk
penggunan lahan yang luas harus dihindari yaitu pembangunan
perumahan. Pembangunan perumahan Kota Batu maupun kota lain
yang sudah maju dan padat penduduk adalah berupa pembangunan
rumah vertikal atau rumah susun. Penggunaan lahan tidak sampai luas
dan bisa tetap digunakan sebagai pemandangan bagi penghuni dan
pertanian dan perkebunan tetap jalan. Pembangunan rumah susun
sangat efektif dan efisien seperti yang sudah diterapkan negara maju
yang bertujuan menggunakan lahan untuk keperluan cadangan
kebutuhan masa datang.
109
c. Permasalahan dalam bidang kejenuhan tanah juga dapat diatasi
seperti penggunan bahan organik seperti strategi yang sudah
disampaikan oleh para ahli bapak dan ibu dinas dan badan yang terkait.
Strategi yang sudah dilakukan hendaknya ditingatkan dan dijalankan
dengan matang.
d. Paling penting menurut peneliti adalah penggunaan teknologi
memang perlu digunakan oleh pemerintah, dinas dan badan terkait
untuk memantau penggunan data dan membuat peta pembangunan
secara detail. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi citra satelit.
Pemetaan disini dimaksudkan untuk melihat potensi, cuaca, dan
keadaan alam daerah melalui citra satelit. Di Kota Batu sudah mulai
diterapkan dan diharapkan untuk segara dikembangkan lebih baik lagi.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan oleh peneliti
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembahasan masalah dinamika pembangunan yang terjadi di kota Batu
adalah :
a. Pembangunan kota Batu difokuskan pada pembangunan kota dan desa
sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Bappelibangda melalui
program pembagian wilayah potensi bertujuan meningkatkan potensi
pertanian dan perkebunan sesuai kemampuan desa. Tujuan dari pembagian
potensi adalah upaya untuk membedakan tempat produksi dan tidak terjadi
tumpang tindih antar desa. Sehingga hasil yang didapatkan disetiap desa
mampu menyejahterakan masyarakat desa. Selain itu dengan potensi
tersebut desa mampu membuka tempat wisata sendiri.
b. Pembangunan berkelanjutan yang ada di kota Batu menurut peneliti
sendiri masih belum sepenuhnya diterapkan. Jika dilihat kembali memang
ada Perda No. 7 Tahun 2011 untuk menjaga alih fungsi lahan, tetapi tetap
saja masih ada pembangunan yang tidak sesuai dengan daerah yang
disarnkan pada buku SITR. Pemerintah baru melakukan penanggulangan
dengan melakukan penyuluhan terhadap investor dan petani. Tindakan
tegas belum ditetapkan melalui Perwali yang mendukung Perda yang
108
berlaku. Perlu adanya peninjauan ulang untuk dilakukan revisi Perda No.
7 Tahun 2011. Revisi dilakukan supaya terjadi perubahan dengan
peraturan yang mengikat. Tujuan menjaga keseimbangan pertanian dan
pembangunan bagi kota Batu sendiri adalah menjaga kebutuhan pangan
masyarakat kota Batu maupun masyarakat luar dan juga menjaga kawasan
agropolitan tetap melekat pada kota Batu.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam menjaga keseimbangan antara
pertanian dan pembangunan dapat disimpulkan bahwa :
a. Faktor perubahan iklim global atau yang biasa disebut global warming
bisa dirasakan oleh petani dan pekebun. Perubahan akan cuaca dan
pergantian musim yang tidak sesuai dengan waktunya mengakibatkan
gagal panen dan berkurangnya produksi. Perubahan iklim secara global
memang tidak bisa diatasi sendiri oleh pemerintah kota Batu tetapi juga
masyarakat dunia. Bumi yang semakin panas akan berdampak buruk
kedepannya terhadap generasi yang akan datang.
b. Alih fungsi lahan yang ada di kota Batu saat ini bisa dikatakan pesat.
Pembangunan dua tempat wisata yaitu Dino Park dan Miniatur Asian
World yang ada di kecamatan Junrejo bisa menjadi contohnya. Belum lagi
pembangunan hotel yang terus berdiri. Perumahan silih berganti
bermunculan di daerah Junrejo dikhawatirkan mengurangi lahan
produktif. Pertambahan penduduk dan standart hidup penduduk yang
meningkat menjadi salah satu faktor terjadinya alih fungsi lahan.
109
c. Penggunaan bahan kimia pada tanaman menganggu kesuburan tanah.
Tanah yang sering terkena bahan kimia akan mengalami kejenuhan dan
mengakibatkan tanah kehilangan unsur hara secara alami. Kejenuhan
tanah sudah mulai dirasakan dengan produksi seperti yang disampaikan
oleh Bapak Rezaldi dan Ibu Sri Wahyuni. Kesalahan yang dilakukan
petani dan pekebun dalam penggunaan bahan kimia bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan dan mengusir hama penganggu tanaman.
Akibat lain yang ditimbulkan kota Batu mengimport apel dan jeruk dari
kabupaten Pasuruan. Sedangkan apel dan jeruk yang tersisa saat ini
dijadikan wisata petik buah.
3. Penelitian dan analisis yang dilakukan peneliti menghasilkan pemecahan
masalah sebagai berikut :
a. Pembangunan dalam tempat wisata yang merupakan salah satu ikon
Kota Batu untuk sekarang belum diperlukan untuk pembangunan baru.
Berlaku untuk perintah dari Walikota yang menginginkan
pembangunan tempat wisata satu setiap setahun sekali untuk tidak
diberlakukan. Menurut peniliti untuk saat ini tempat wisata yang ada di
Kota Batu sudah cukup bagus dan bisa dikatakan bintang 5. Mengatasi
kejenuhan pengunjung sebagai pihak pengembang pasti memiliki
bagian kreatif bisa digunakan sebagai pembangunan atau pembaruan
wahana lain sebagai penarik minat tanpa penambahan luas bangunan.
Seperti pembangunan wahan ekstrim, wahana keluarga, maupun
wahana yang sudah diterapkan diluar negeri.
110
b. Pembangunan pemukiman saat ini saran dari peneliti adalah untuk
penggunan lahan yang luas harus dihindari yaitu pembangunan
perumahan. Pembangunan perumahan Kota Batu maupun kota lain
yang sudah maju dan padat penduduk adalah berupa pembangunan
rumah vertikal atau rumah susun. Penggunaan lahan tidak sampai luas
dan bisa tetap digunakan sebagai pemandangan bagi penghuni dan
pertanian dan perkebunan tetap jalan. Pembangunan rumah susun
sangat efektif dan efisien seperti yang sudah diterapkan negara maju
yang bertujuan menggunakan lahan untuk keperluan cadangan
kebutuhan masa datang.
c. Permasalahan dalam bidang kejenuhan tanah juga dapat diatasi seperti
penggunan bahan organik seperti strategi yang sudah disampaikan oleh
para ahli bapak dan ibu dinas dan badan yang terkait. Strategi yang
sudah dilakukan hendaknya ditingatkan dan dijalankan dengan matang.
d. Paling penting menurut peneliti adalah penggunaan teknologi memang
perlu digunakan oleh pemerintah, dinas dan badan terkait untuk
memantau penggunan data dan membuat peta pembangunan secara
detail. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi citra satelit.
Pemetaan disini dimaksudkan untuk melihat potensi, cuaca, dan
keadaan alam daerah melalui citra satelit. Di kota Batu sudah mulai
diterapkan dan diharapkan untuk segara dikembangkan lebih baik lagi.
111
B. Saran
Peneliti setelah melakukan penelitian memberikan saran yang diharapkan
mampu diterima dan diharapkan mampu dijalankan oleh pihak-pihak terkait
pembangunan yang ada di kota Batu. Saran sebagai peneliti adalah penerapan
teknologi terbaru dalam menunjang kegiatan masyarakat kota Batu dan pemerintah.
Teknologi terbaru mampu memberikan banyak keuntungan sebagai berikut :
1. Masyarakat dan pemerintah mampu bekerja sama dalam bidang promosi
desa wisata yang saat ini masih kurang didengar masyarakat luas. Desa
wisata merupakan salah satu pondasi dalam pembangunan berkelanjutan
dalam menjaga alam sekitar.
2. Program smart city mampu diterapkan secara maksimal. Pelayanan yang
dilakukan secara online bisa membantu pekerjaan lebih efektif dan efisien
tanpa harus mengantri jika terjadi keluhan ataupun antrian pelayanan.
3. Teknologi seperti citra satelit bisa digunakan sebagi pemetaan daerah.
Pemantauan masalah luas lahan bisa dilihat dengan cepat dan akurat. Citra
satelit juga bisa digunakan melihat keadaan cuaca, suhu, dan musim kota
Batu dalam membantu petani dan pekebun menentukan musim tanam atau
tidak.
4. Pembangunan pemukiman diharapkan mulai diterapkan sistem
perumahan vertikal demi menghemat pengunaan lahan.
5. Peningkatan standart pendidikan dan pelatihan terhadap pola pikir
masyarakat juga perlu ditingkatkan guna menghadapi tantangan kemajuan
jaman. Sebaliknya juga mampu meningkatkan inovasi dan kreatifitas
112
masyarakat Kota Batu dalam meningkatkan perekonomian. Tujuan
penduduk asli tidak kalah bersaing dengan penduduk pendatang.
6. Masyarakat bekerja sama dengan pemerintah menjaga kebudayaan dan
kerukunan kemajemukan masyarakat Kota Batu baik penduduk asli
maupun penduduk pendatang.
Demikian saran yang bisa penulis sampaikan terima kasih.
115
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal :
Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development). Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Mardiyanta, Antun. 2011. Kebijakan Publik Deliberatif (Relevansi dan Tantangan
Implementasi).
Sulistiyo, Agung Budi. 2013. Memahami Paradigma Interpretative, Kritisme, dan
Postmodernisme dalam Penelitian Sosial dan Akuntansi.
Djajaningrat, 2001. Untuk Generasi Masa Depan : Pemikiran, Tantangan dan
Permasalahan Lingkungan. ITB.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan
Aplikasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Iwan, Isa. 2004. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Petanian.
Moeloeng, Lexy J. 2004. Metedologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta.
Djambatan.
Pasolon, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung :
Alfabeta.
116
Siagian, Sondang P. 1999. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan
Stateginya. Jakarta. Bumi Aksara.
Jaya, Sitra. 21 Januari 2014. Konferensi Earth Summit atau United Nation
Conference on Environment Development.
Sutamihardja. 2004. Perubahan Lingkungan Global. Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB.
Soetrisno dan Hanafie, Rita. 2007. Filsafat Ilmu dan Metedologi Penelitian. CV.
Andi Offset, Yogyakarta.
Tjiptoherijanto dan Manurng. 2010. Paradigma Administrasi Pyblik dan
Perkembangannya. Jakarta. UI Press.
UU dan Perda :
Bappeda Propinsi Jawa Timur 2011.
Badab Pusat Statistik (BPS) Kota Batu 2016.
Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu 2010-2030.
Dinas Pertanian dan Kehutahan 2015. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kota Batu.
Peraturan Daerah Kota BatuNo.7 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Batu Tahun
2010-2030.
117
UU No.24 Tahun 1992 Tentang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.