i
MENGGALI ENSIKLIK LAUDATO SI : SUMBANGAN PEMIKIRAN
UNTUK MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN MELALUI
KATEKESE EKOLOGIS
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Willibrordus Bayu Putranto
NIM: 111124007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh umat manusia yang sedang berjuang dalam mengembalikan keadaan alam
ini dan juga saya persembahkan bagi seluruh keluargaku, Bapak, Mama, dan
Adikku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
”Tuhan tidak akan meninggalkan orang-orang yang melayani-Nya sepenuh hati”
- Eduard Douwes Dekker -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian studi pustaka (library research). Judul
skripsi ini adalah MENGGALI ENSIKLIK LAUDATO SI : SUMBANGAN
PEMIKIRAN UNTUK MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN
MELALUI KATEKESE EKOLOGIS Judul dipilih bertitik tolak dari Ensiklik Laudato Si di mana penulis
melihat sebagai hal yang relevan dengan keadaan alam saat ini. Berangkat dari
keprihatinan itu, penulis ingin menyadarkan umat dan juga masyarakat akan
pentingnya menjaga, merawat dan mengembalikan keadaan alam, kembali
menjadi keadaan yang seutuhnya.
Alam bumi pertiwi yang kita tinggali ini sudah semakin rusak dengan
banyaknya manusia yang mengubah keutuhan alam. Telah banyak spesies dari
hewan maupun tumbuhan yang sudah punah. Semakin kedepan keutuhan alam
ciptaan Allah ini akan menuju kehancuran yang pasti. Hal tersebut akan terjadi
bila mana manusia mulai dari sekarang tidak merubah kebiasaan mereka.
Dengan melihat fakta yang telah penulis lihat. Penulis ingin menjadikan
ensiklik dari bapa Paus Fransiskus yaitu Laudato Si, menjadi pembuka mata para
manusia dalam menyikapi keadaan alam di sekitar kita. Penulis menjabarkan isi
dari Ensiklik Laudato Si dan merangkumnya agar pembaca dapat membaca dan
memahami isi dari ensiklik tersebut. Penulis juga menyumbangkan pemikiran
katekese yang cocok untuk di sampaikan dalam mendidik umat dan masyarakat
akan keutuhan alam, yaitu katekese ekologi.
Pembinaan kateketis yang penulis usulkan mengambil model Shared
Christian Praxis. Shared Christian Praxis (SCP) adalah salah satu model katekese
umat yang menekankan proses bersifat dialog partisipatif. SCP yang lebih
menekankan proses dan bersifat dialog partisipatif bertujuan supaya peserta dapat
mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari dengan iman. Dialog
partisipatif memungkinkan peserta untuk terlibat aktif dan kreatif dalam
berkomunikasi dengan pembina maupun antar peserta. Melalui SCP, harapannya
peserta dapat dibimbing untuk mendalami pengalaman hidupnya dan
meningkatkan kualitas imannya melalui kesadaran iman yang perlahan tumbuh
selama proses SCP. Harapan penulis semoga pembinaan iman ekologis dengan
model SCP dapat menyadarkan akan pengartian katekese ekologi dan juga isi dari
Ensiklik Laudato Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
This undergraduate thesis is the result from the library research. This
undergraduate thesis is entitled REVEALING THE LAUDATO SI: THE
CONTRIBUTION OF THOUGHT IN MAINTAINING THE INTEGRITY
OF UNIVERSE THROUGH ECOLOGICAL CATECHESIS
The title was chosen since the writer sees that Encyclical of Laudato Si has
become relevant to the current condition of nature. Based on this concern, the
writer wants to make the humankind and society realize the importance of
maintaining, looking after and restoring the state of nature, back into its original
state.
The earth where we live in is getting more damaged since the mankind
changes its integrity. There are many animals and plants that already extinct. The
farther ahead, the universe will go into the definite destruction. This matter will
happen if human’s do not start to change their habit from now. By looking to that
fact, the writer wants to make the encyclical from Pope Francis, which is Laudato
Si, as the eye-opener for humankind in taking action toward the nature’s condition
around us. The writer elaborates and summarizes the content of Laudato Si so that
the readers can read and understand the meaning of that encyclical. The writer
also gives an idea on which catechism is suitable to be delivered in educating
humankind and society about state of nature, that is ecological catechesis.
The catechetical learning that the writer proposes here uses the Shared
Christian Praxis model. Shared Christian Praxis (SCP) is one of the models of
catechesis which emphasize the process of participatory dialog. SCP, which
emphasizes more on the process and the participatory dialog, aims to make the
participants be able to communicate about their experiences in daily life with
faith. Participatory dialog allows the participants to be actively involved in and
creative in communicating with the coach or among the participants. By using
SCP, the expectation is that the participant can be guided to go deep into their life
experience and to increase the quality of their faith through faith awareness that
grows slowly during the process. The writer hopes that the ecological faith
building by using SCP model can make the people more aware about the
signification of ecological catechesis and also the meaning of Laudato Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI ENSIKLIK LAUDATO SI :
SUMBANGAN PEMIKIRAN UNTUK MENJAGA KEUTUHAN ALAM
CIPTAAN MELALUI KATEKESE EKOLOGIS. Skripsi ini diajukan guna
memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang
memilki kerinduan dalam mengembalikan keadaan alam bumi pertiwi ini.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,
dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini
sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada
tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama yang telah
setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
2. Drs. Bambang Hendarto Yuliwarsono M.Hum, selaku dosen pembimbing
akademik penulis yang telah mendampingi penulis sejak dari awal
perkuliahan hingga akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. YH. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum dan P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si
sebagai dosen penguji skripsi, yang telah menguji dan memberi masukan
kepada penulis
4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis
menjalani masa studi.
5. Bapak, Mama, dan adik yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban
bagi penulis selama menjalani masa studi.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama
dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis.
Terutama teman saya Tri Adha Ismail Bima Putra, Cornelius Agus Sumarno,
Laurentius Anang Widiprakosa, Andreas Sulistyo Nugroho, Aluisius Ari S,
Yustinus Tyasmanto.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini
dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun kerjasama sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan penuh ketulusan, penulis menerima
segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar skripsi ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................
MOTTO......................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................
ABSTRAK ................................................................................................
ABSTRACT.................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR SINGKATAN...........................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................
E. Metode Penulisan......................................................................
F. Sistematika Penulisan................................................................
BAB II. ISI ENSIKLIK LAUDATO SI...................................................
A. APA YANG SEDANG TERJADI PADA RUMAH KITA
BERSAMA INI.........................................................................
1. Polusi dan Perubahan Iklim..................................................
2. Masalah Air...........................................................................
3. Hilangnya Keanekaragaman Hayati.....................................
4. Penurunan Kualitas Hidup dan Kemrosotan Sosial..............
5. Ketimpangan Global.............................................................
6. Tanggapan-tanggapan yang Lemah......................................
7. Keragaman Pendapat............................................................
B. KABAR BAIK PENCIPTAAN...............................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiii
xviii
1
1
9
9
10
11
11
12
14
14
17
19
22
23
26
28
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Cahaya yang Ditawarkan Iman.............................................
2. Hikmah Cerita-cerita Alkitab................................................
3. Misteri Alam Semesta...........................................................
4. Pesan Setiap Makluk Dalam Harmoni Seluruh Ciptaan.......
5. Persekutuan Universal..........................................................
6. Tujuan Umum Harta Benda..................................................
7. Tatapan Yesus.......................................................................
C. AKAR MANUSIAWI DARI KRISIS EKOLOGIS...............
1. Teknologi: Kreativitas dan Kuasa.........................................
2. Globalisasi Paradigma Teknokratis......................................
3. Krisis dan Efek Antroposentrisme Modern..........................
a. Pengantar krisis dan efek Antroposentris........................
b. Relativisme Praktis..........................................................
c. Kebutuhan untuk melestarikan pekerjaan........................
d. Teknologi biologis yang baru..........................................
D. Ekologi yang integral;.............................................................
1. Ekologi Lingkungan, Ekonomi Dan Sosial..........................
2. Ekologi Budaya...................................................................
3. Ekologi Hidup Sehari-hari....................................................
4. Prinsip Kesejahteraan Umum...............................................
5. Keadilan Antargenerasi........................................................
E. BEBERAPA PEDOMAN UNTUK ORIENTASI DAN AKSI
1. Dialog Tentang Lingkungan Dalam Politik Internasional
2. Dialog Untuk Kebijakan Baru Nasional Dan Lokal.............
3. Dialog Dan Transparansi Dalam Pengambilan Keputusan...
4. Politik Dan Ekonomi Dalam Dialog Untuk Pemenuhan
Manusia.................................................................................
5. Agama-Agama Dalam Dialog Dengan Ilmu.........................
F. PENDIDIKAN DAN SPIRITUALITAS EKOLOGIS..........
1. Menuju Gaya Hidup yang Baru..........................................
2. Pendidikan Untuk Perjanjian Antara Manusia dan
29
30
33
35
37
38
39
41
41
42
46
46
49
50
52
56
56
57
58
60
61
63
63
65
66
68
71
72
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Lingkungan.........................................................................
3. Pertobatan Ekologis............................................................
4. Kegembiraan dan Damai....................................................
5. Cinta Dalam Bidang Sipil dan Politik................................
6. Tanda-tanda Sakramen dan Istirahat yang Dirayakan.......
7. Allah Tritunggal dan Hubungan Antar Makhluk...............
8. Ratu Seluruh Dunia Ciptaan...............................................
9. Melampaui Matahari...........................................................
BAB III. KATEKESE EKOLOGIS SEBAGAI TANGGAPAN AKAN
KERUSAKAN ALAM..............................................................
A. Pokok-Pokok Katekese Ekologis........................................................
1. Latar Belakang Katekese Ekologis............................................
2. Arti Katekese Ekologis..............................................................
3. Tujuan Katekese Ekologis.........................................................
a. Manusia mengetahui fungsi alam ciptaan dan mampu
mengembangankannya sebagai tuntutan moral Kristiani.
b. Mengembangkan hidup yang bertanggungjawab.
c. prakarsa menjaga dan melesatarikan alam ciptaan
4. Isi Katekese Ekologis................................................................
a. Krisis Ekologi.......................................................................
b. Warta Kitab Suci atas Alam Ciptaan....................................
c. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi...............................
d. Hidup yang Harmonis..........................................................
5. Pelaku Katekese Ekologis.........................................................
6. Meneladan Hidup Santo Frasisikus Asisi yang Mencintai
Lingkungan Hidup....................................................................
B. Hubungan Katekese Ekologis dan Keutuhan Alam Ciptaan..............
1. Lingkup Perhatian Mengenai Alam Ciptaan.............................
2. Paham tentang Alam Ciptaan Menurut Kitab Suci...................
3. Manusia dan Lingkungannya....................................................
4. Gereja dan Alam Ciptaan..........................................................
74
76
78
80
82
85
85
86
87
89
89
90
91
92
93
94
95
95
97
98
99
99
101
103
103
106
109
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
C. Katekese Ekologis Dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan
1. Kerusakan Alam Ciptaan Semakin Terlihat Jelas Secara
Global........................................................................................
2. Tekanan Pengajaran Moral Terhadap Lingkungan....................
3. Praktik Hidup yang Merusak.....................................................
a. Pertambangan.........................................................
b. Perkebunan.............................................................
c. Kehutanan..............................................................
d. Pencemaran Tanah.................................................................
e. Pencemaran Udara..................................................................
f. Pencemaran Air......................................................................
g. Sampah...................................................................
4. Menciptakan Kehidupan yang Selaras dengan Kehendak Allah
BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN MENJAGA
KEUTUHAN ALAM CIPTAAN MELALUI KATEKESE
EKOLOGIS.........................................................................
A. Latar Belakang Program...........................................................
B. Tujuan Program........................................................................
C. Usulan Program........................................................................
D. Bentuk Program........................................................................
E. Matriks Program.......................................................................
F. Satuan Persiapan Program........................................................
1. Pemikiran Dasar...................................................................
2. Sumber Bahan......................................................................
3. Metode..................................................................................
4. Saran......................................................................................
5. Materi ....................................................................................
BAB V PENUTUP.................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
LAMPIRAN
112
112
114
116
116
117
118
118
119
120
120
121
122
122
123
123
124
125
129
129
129
130
130
130
137
137
139
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1. Gambar kerusakan alam dan keasrian alam ciptaan......................
2. Doa Bersama.................................................................................
3. Seruan Bapa Paus Fransiskus.......................................................
[1]
[2]
[4]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru:
dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia
dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LS : Laudato Si, ensiklik Paus Fransiskus setelah menjaga keutuhan
lingkungan hidup. 24 Mei 2015.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
KWI Konferensi Wali Gereja Indonesia
Hlm : Halaman
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KGK : Katekismus Gereja Katolik
SCP : Shared Christian Praxis
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
WIB : Waktu Indonesia Barat
SPA Saluran Pembuangan Air
SPAT Saluran Penampungan Air Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
AMDAL Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk mewujudkan spirit hidup “Sentire cum Ecclesiae Christi”, perlu di
refleksikan dan mewujudkan dalam hidup isi Ensiklik terbaru, yang dikeluarkan
oleh Paus Fransiskus pada tanggal 18 Juni 2015. Ensiklik artinya surat Paus
sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik dunia, yang berisi ajaran Sri
Paus mengenai iman dan kesusilaan. Ensiklik ini berjudul “TERPUJILAH
ENGKAU (TUHAN): MEMELIHARA RUMAH KITA BERSAMA”
(LAUDATO SI, ON CARE FOR OUR COMMON HOME).
Ensiklik ini terdiri atas 6 bab:
1) Apa yang sedang terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi);
2) Injil tentang Alam Ciptaan Tuhan;
3) Akar manusiawi dari Krisis Ekologis;
4) Ekologi yang utuh (integral);
5) Garis Kebijakan Pendekatan dan Tindakan-tindakan konret (program-
program);
6) Pendidikan dan spiritualitas Ekologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pertanyaan dasar yang menjadi jantung dari Ensiklik ini ialah “Bumi
macam apa yang hendak kita wariskan kepada generasi baru sesudah kita hidup,
kepada anak-anak yang sedang bertumbuh? Pertanyaan ini menyentuh makna
eksistensial hidup ini dan nilai-nilai sosial dari hidup itu sendiri. “Apa tujuan
hidup kita di dunia ini”, “apa maksud dari pekerjaan dan usaha-usaha kita”, “apa
yang dunia butuhkan dari kita”, merupakan serangkaian pertanyaan dasar yang
disuguhkan. Paus berkeyakinan bahwa panggilan memelihara lingkungan hidup
tidak bisa terlepas dari bagaimana manusia memberi makna dan cara manusia
melaksanakan hidupnya di bumi pertiwi ini. (Laudato Si’, 2015:2)
Dalam menyusun ensiklik ini, penulis berkeyakinan bahwa Paus
Fransiskus mengenangkan spirit iman santo Fransiskus dari Assisi berkaitan
dengan pandangannya terhadap makhluk ciptaan Tuhan. Maka nama ensiklik
“Laudato Si (Praise be to you, my Lord) ini diambil dari seruan santo Fransiskus
dari Assisi berjudul “Terpujilah Engkau Tuhanku” dalam “Kidung Saudara
Matahari atau Puja-pujian Mahkluk-makhluk ciptaan”. (Kanisius, 2000:324-326)
Menyitir penghayatan santo Fransiskus dari Assisi, Paus mengajak kita
semua untuk memandang ibu bumi ini sebagai “saudari, rumah kita bersama”.
Sebagai saudari, kita mestinya berbagi kehidupan dan memuji keindahan ibu bumi
ini yang lengannya terbuka lebar untuk memeluk kita semua. Hendaklah kita
jangan lupa bahwa kita berasal dari tanah; badan jasmani kita dibentuk dari
elemen-elemen bumi, kita menghirup udara bumi dan menikmati kehidupan dan
kesegaran dari air yang dialirkan oleh ibu bumi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Paus mengingatkan kita akan prilaku manusia terhadap ibu bumi ini. Bumi
pertiwi diperlakukan secara semena-mena, dieksploitasi, diporak-porandakan.
Semuanya itu disebabkan oleh keserakahan serta arogansi dan rendahnya rasa
menghormati manusia terhadap saudarinya, ibu bumi ini.
Menghadapi tindakan keserakahan dan arogansi manusia terhadap
saudarinya ibu bumi, Paus mengangkat kembali seruan atraktif santo Yohanes
Paulus II agar manusia melakukan “Pertobatan Ekologis”. Kita diajak untuk
berbalik, memutar haluan, “merubah pola pikir dan pola bertindak kita” sebagai
penghuni ibu pertiwi masa kini. Pola pikir dan bertindak baru perlu
dikumandangkan. Pola baru itu berkenaan dengan “cara lebih memandang
keindahan dan rasa tanggung jawab kita untuk melestarikan rumah kita bersama
ini” dari pada mengeksploitasi habis-habisan isi perut bumi dan menghilangkan
keindahan “saudari” kita ini. (Insegnamenti, 2001:179)
Sentuhan humanis ensiklik ini melekat pada karakter pribadi Paus
Fransiskus, pencetus surat apostolik Evangelii Gaudium. Kesegaran hidup penuh
sukacita Injili ditampilkan. Paus menegaskan bahwa di tengah hiruk pikuk
pemerkosaan terhadap ibu bumi yang dilakukan saudara-saudari manusia tamak,
arogan, sesungguhnya ada secercah harapan.
Tidak sedikit saudara-saudari manusia di planet ini mempunyai jiwa serta
semangat memelihara ibu bumi, rumah kita bersama ini. Di mana-mana
berkecambah dan bertumbuh subur kesadaran di kalangan manusia berhati baik
untuk memperhatikan lingkungan, menjaga alam, memelihara air, menumbuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pohon-pohonan, mengatasi polusi udara. Pengakuan akan realitas positif ini
menjadi bagian intrinsik dari ensiklik ini.
Mengakui kenyataan ini, Paus Fransiskus menegaskan: “Kita manusia ini
mempunyai kemampuan untuk melahirkan tindakan yang positif terhadap ibu
bumi, walau tidak disangkal anda juga anak manusia yang bertindak semena-mena
terhadap saudari ibu bumi. Marilah kita memilih untuk mengembangkan
kemampuan positip pada diri kita. Inilah saatnya kita “memulai lagi” bertindak
dalam semangat “pertobatan ekologis”. (LS; 11)
Ensiklik ini bermuara pula pada inti hidup manusia. Peristiwa perjumpaan
antar manusia ditempatkan selaras dengan perhatian untuk memelihara ibu bumi.
Paus Fransiskus mengalamatkan ajarannya ini pertama-tama tertuju kepada umat
katolik. Beliau mengingatkan: “Sadarilah tanggung jawab kita terhadap alam
ciptaan Tuhan dan kewajiban mereka terhadap alam semesta dan Pencipta.
Pelaksanaan tanggung jawab dan kewajiban ini merupakan bagian integral dan
esensial dari hidup beriman”. Tetapi Paus Fransiskus mengarahkan pandangannya
terhadap sesama umat manusia yang mendiami planet bumi ini. Diakuinya bahwa
ada gerakan-gerakan pemeliharaan ibu bumi yang dimotori oleh Gereja-gereja
Kristen lainnya dan juga umat beragama lain. Diakuinya pula institusi, yayasan-
yayasan kemanusiaan yang mengutamakan penyelamatan ibu bumi. Menyadari
realitas yang menggembirakan ini, Paus Fransiskus mengajak kita sekalian untuk
meningkatkan gerakan dialog antar umat manusia dengan fokus pada “Laudato si,
memelihara rumah kita bersama”. (LS: 15-16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Sebuah liputan yang muncul dari desa Banjarasri, Kalibawang, Kulon
Progo, dapat membuka mata kita akan pentingnya menjaga ekosistem alam yang
ada di sekitar kita.
Liputan6.com, Kulonprogo: Nasib enam korban bencana tanah longsor
di Kulonprogo, Yogyakarta, masih tak jelas. Proses pencarian yang
sedianya berakhir Kamis (14/12) siang, mesti diperpanjang sampai
Sabtu besok. Padahal, tiga paranormal yang sejak awal terlibat dalam
proses pencarian sudah memberikan petunjuk.
Berdasarkan petunjuk tersebut, diperkirakan, ketiga korban putra
Irwanto masih terdampar di tebing, dua korban diduga tertimbun di
rerimbunan di tepi sungai dan seorang korban lain berada di tebing anak
sungai Progo. Proses evakuasi kemarin banyak menemui kesulitan
lantaran terjadi longsoran susulan sekitar pukul 06:30 WIB. Tak ada
korban jiwa akibat longsor susulan itu.
Sementara itu, ketiga korban luka-luka, hingga kini, masih dirawat di
Rumah Sakit Santo Yusup Boro. Walaupun kondisi kesehatan terus
membaik, mereka mengeluh kesulitan membayar biaya perawatan
karena sudah tak punya apa-apa. Ketiga korban itu adalah Sindu
Mulyono, Nyonya Jemilah Mardi Utomo dan Sukirni. Ketiganya adalah
warga Dusun Ngaran, Desa Banjarsari yang berhasil diselamatkan
dalam keadaan hidup di antara tujuh korban.
Kepala Dusun Ngaran Sindu Mulyono mengaku sempat tertimbun
tanah selama 2,5 jam ketika mencoba menolong Ny. Jemilah yang
rumahnya tertimpa longsoran. Sedangkan Sukirni mengaku bisa
menyelamatkan diri karena langsung berlari ke luar rumah ketika
mendengar suara bergemuruh dari arah Bukit Menoreh. Tapi, kedua
orang tuanya, Suradi Tirtodinoyo dan Ny. Surip serta saudaranya tewas
dalam musibah itu.
Meski kondisi sudah mulai membaik, para korban mengeluh kesulitan
mencari biaya perawatan. Bahkan untuk bertahan hidup, mereka
mangaku hanya bisa mengandalkan belas kasihan dari warga lain yang
secara bergantian terus menjenguk mereka. Mereka berharap, Pemda
Kulonprogo bersedia memberikan bantuan berupa pembebasan biaya
perawatan
Longsor tersebut juga menghantam permukiman penduduk dan
menjebolkan saluran irigasi di Dusun Gonosari, Desa Banjarharjo,
Kecamatan Kalibawang. Seluruh bagian saluran tertimbun tanah,
hingga airnya meluap ke lahan pertanian di sekitar. Saat ini lebih dari
tiga hektare lahan padi siap panen rusak berat akibat luapan air itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Bahkan, kerusakan saluran irigasi itu mengancam delapan sampai
sepululuh hektar sawah lain. Motor tanggul ambrol, tanah longsor juga
menyebabkan terputusnya jalan provinsi dari Boro ke Samigaluh
sepanjang hampir 70 meter. Akibatnya, lalu lintas yang melaui jalur
tersebut dialihkan ke jalur Purwoharjo. (RSB/Wiwik Susilo dan
Mardianto) Berita tentang bencana tanah longsor sering kita dengar dari
televisi atau membacanya di media cetak. Tanah longsor yang terjadi
tiba-tiba, membuat banyak korban berjatuhan. Untuk mengantisipasi
terjadinya bencana tanah longsor, kita harus memiliki cara mencegah
tanah longsor. Kita harus tahu lebih dahulu penyebab dan pencegahan
terhadap bencana alam ini. (Bdk:www.liputan6.com/2010/longsor-di-
Kulonprogo-tahun.html)
Artikel di atas, menggambarkan bagaimana tanah longsor yang terjadi di
desa Banjarasri dapat merenggut kurban jiwa. Tanah longsor terjadi tidak hanya
karena keadaan alam yang sedang tidak bersahabat. Terdapat faktor dari manusia
itu sendiri yang menyebabkan terjadinya tanah longsor. Berikut adalah penjelasan
mengenai penyebab tanah longsor: (www.geologinesia.com/2017/penyebab-
tanah-longsor.html)
1. Tingginya curah hujan, curah hujan yang tinggi adalah salah satu
penyebab terjadinya bencana longsor. Ketika musim kemarau panjang,
tanah akan kering dan membentuk pori-pori tanah (rongga tanah) dan
selanjutnya terjadi keretakan pada tanah tersebut. Apabila hujan datang,
otomatis air hujan akan masuk ke dalam rongga tanah atau pori-pori tanah
yang terbuka tadi. Air hujan yang telah memenuhi rongga, menyebabkan
terjadinya pergeseran tanah yang akhirnya mengakibatkan longsor dan
erosi tanah.
2. Hancurnya bebatuan – Batu yang rentan longsor adalah bebatuan yang
berada di lereng, dengan jenis batu yaitu sedimen kecil dan batuan
endapan yang berasal dari gunung berapi. Biasanya batu di lereng itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah hancur menjadi
tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor.
3. Tumpukan sampah-sampah yang menumpuk tidak hanya menjadi
penyebab banjir, akan tetapi juga tanah longsor. Ya, sampah sebagai
pemicu longsor bila sampah tersebut telah menggunung ditambah dengan
tekanan dari air hujan berintensitas tinggi.
4. Penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan memberikan dampak
akibat hutan gundul dapat berdampak pada terjadinya bencana longsor.
Seperti kita tahu, pohon-pohon yang ada di lereng bukit atau pepohonan di
hutan sekitar, akarnya bemanfaat untuk menyimpan air dan memperkuat
struktur tanah. Sehingga tanah akan tetap kokoh dan tidak longsor.
5. Getaran-getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar
lereng perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan tanah jadi
longsor. Tetapi berproses, pertama jalanan di lereng bukit yang sering
dilewati kendaraan perlahan akan mengalami keretakan yang jika
dibiarkan, lama-lama akan longsor. Sementara getaran besar yang
langsung menyebabkan tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan
peledak atau gempa bumi.
Penebangan pohon dan penumpukan sampah bukan merupakan kejadian
alam yang disengaja. Penebangan pohon merupakan hasil dari campur
tangan manusia dalam pengerusakan alam. Bila penebangan pohon tidak
terjadi, maka tidak akan terjadi tanah longsor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Manusia dengan arogansinya tetap menyalahkan alam akan terjadinya
bencana longsor, mengatakan bahwa itu terjadi karena intensitas hujan yang tinggi
dan juga dikarenakan tanah yang terjadi longsor mrmang tidak stabil atau lain-
lainnya. Tetapi hujan tidak akan menggerus tanah sehingga tanah menjadi labil
bila di tempat tersebut masih ada pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai
penadah air hujan dan juga perekat tanah. Perekat tanah oleh pohon lewat akar
dari pohon yang mencegah tanah menjadi tergerus dan juga sebagai penyimpan
air, sehingga air tidak secara langsung masuk kedalam tanah dan membuat tanah
menjadi tidak stabil.
Upaya konkrit yang dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan Bencana Tanah
Longsor antara lain:
1. Hindari buka kolam atau perkebunan di lereng yang dekat dengan
pemukiman warga
2. Apabila terlihat ada retakan, segera tutup retakan tersebut dengan tanah
yang kemudian dipadatkan supaya air hujan tidak bisa menerobos celah-
celah tanah
3. Hindari pemotongan tebing jadi tegak
4. Penebangan pohon di sekitar lereng sebaiknya jangan dilakukan
5. Pemukiman yang didirikan di tepian sungai, rentan terkena erosi. Jadi cari
daerah lain yang lebih aman bila ingin mendirikan rumah
6. Pembuatan saluran pembuangan air (SPA) yang otomatis bisa menjadi
saluran penampungan air tanah (SPAT). Saat curah hujan tengah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
saluran menjadi SPA, tetapi ketika intensitas hujan rendah dapat berubah
menjadi SPAT (baca : manfaat curah hujan yang tinggi)
7. Menanam jenis tanaman keras dan ringan, memiliki perakaran dalam di
wilayah curam
8. Pengembangan usaha tani ramah longsor lahan, sebagai contoh menanam
hijauan makanan ternak dengan cara panen pangkas.
(www.geologinesia.com/2017/penyebab-tanah-longsor.html)
Mengingat pentingnya akan keprihatinan kita terhadap perubahan alam
yang berujung pada kerugian umat manusia, saya bermaksud untuk menulis
skripsi dengan judul Menggali Ensiklik Laudato Si : Sumbangan Pemikiran
Untuk Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan Melalui Katekese Ekologis”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
1. Apa isi dari Ensiklik Laudato Si?
2. Apa yang dimaksud dengan katekese Ekologi dan urgensinya bagi
keutuhan alam ciptaan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan isi dari Ensiklik Laudato Si
2. Mendapat gambaran katekese ekologi serta urgensinya dalam upaya
mengembalikan keutuhan alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penulisan
Dengan melihat, merasakan dan menyadari berbagai masalah ligkungan
hidup yang pada saat ini kurang memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi
kehidupan manusia, maka dengan tulisan ini penulis ingin berbagi masalah yang
ada di masyarakat dan membagikan maksud dari ensiklik yang ditulis oleh Paus
Fransiskus. Manfaat tulisan ini secara terperinci sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Melalui tulisan ini, penulis semakin menyadari bahwa alam ciptaan perlu
perhatian yang lebih di jaman sekarang ini. oleh karena itu melalui tulisan inn
pula penulis semakin yakin bahwa katekese Ekologis akan sangat membantu
penulis untuk berkarya di manapun tempatnya nanti sebagai upaya untuk
kembali mengupayakan keberadaan alam ciptaan yang membahagian dan
menyejahterakan umat.
b. Bagi Umat
Penulisan ini diharapkan dapat membuka pemikiran Umat akan
pentingnya alam dan ciptaan Tuhan dan menumbuhkan kepekaan kita agar
memulai memperhatikan serta memelihara alam sekitar. Sehingga kelangsungan
hidup kita tetap berlangsung
c. Bagi Prodi PAK
Penulisan ini diharapkan membantu memberikan sumbangan untuk Prodi
PAK-USD dalam membekali mahasiswa PAK mengenai isi dari Ensiklik Laudato
Si sehingga mampu menyikapi Katekese Ekologis dan dapat meningkatkan
perwujudan sikap peduli akan keadaan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analitis
yaitu dengan menjelaskan atau memberi gambaran isi dari Ensiklik Laudato Si
yang ditulis oleh Paus Fransiskus. Semua itu dianalisa untuk meningkatkan
partisipasi umat dalam menjaga keutuhan ciptaan melalui katekese hijau.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini mengambil judul MENGGALI ENSIKLIK LAUDATO SI :
SUMBANGAN PEMIKIRAN UNTUK MENJAGA KEUTUHAN ALAM
CIPTAAN MELALUI KATEKESE EKOLOGIS. Judul tersebut akan diuraikan
menjadi 5 bab. Gambaran umum yang akan dibahas dari tulisan ini akan
dirincikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi gambaran umum yang meliputi : latar belakang
penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. ISI ENSIKLIK LAUDATO SI
Pada bab II diuraikan isi yang terdapat pada Ensiklik Laudato Si, Apa
yang sedang terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi); Injil tentang Alam
Ciptaan Tuhan; Akar manusiawi dari Krisis Ekologis; Ekologi yang utuh
(integral); Garis Kebijakan Pendekatan dan Tindakan-tindakan konrit (program-
program); Pendidikan dan spiritualitas Ekologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB III. KATEKESE EKOLOGIS SEBAGAI URGENSI AKAN
KEADAAN ALAM
Pada bab III diuraikan tentang Pokok-Pokok Katekese Hijau, Hubungan
Katekese Hijau dan Keutuhan Alam Ciptaan, Urgensi Katekese Hijau Dalam
Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan.
BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN
PARTISIPASI UMAT DALAM MENJAGA KEUTUHAN ALAM
CIPTAAN MELALUI KATEKESE EKOLOGIS
Pada bab ini, penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa
usulan program peningkatan partisipasi umat dalam upaya menjaga keutuhan alam
ciptaan. Usulan pemikiran program tersebut akan dijabarkan dengan rincian
meliputi latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk
program, matriks program dan satuan persiapan program.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
ISI ENSIKLIK LAUDATO SI
Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai Ensiklik Laudato Si
yang ditulis oleh Paus Fransiskus. Ensiklik Laudato Si sendiri adalah Ensiklik
yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus setelah Ensiklik Lumen Fidei. Ensiklik
Laudato Si atau sering disebut Laudato Si memuat pandangan dan seruan Bapa
Suci tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan
hidup. Paus menyatakan bahwa kerusakan yang terus menerus dilakukan oleh
manusia terhadap lingkungan sebagai ssatu tanda kecil dari krisis etika, budaya,
dan spiritual modernitas. Paus mengungkapkan cara mengatasi krisis tersebut
dengan revolusi budaya dan pertobatan ekologis.
Bab II merupakan rangkuman dari Ensiklik Laudato Si. Ensiklik Laudato
Si terdiri dari enam bagian. Pada tiap bagian Paus menyampaikan tema-tema
tertentu. Tema pertama yang disampaikan oleh Paus adalah apa yang sedang
terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi). Tema kedua dalam Laudato Si
yang disampaikan oleh Paus adalah Injil tentang alam ciptaan Tuhan. Tema ketiga
yang disampaikan oleh Paus adalah akar manusiawi dari krisis ekologis. Tema
keempat yaitu ekologi yang utuh. Kemudian tema kelima yakni garis kebijakan
pendekatan dan tindakan-tindakan konkrit(program-program). Bab terakhir dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Laudato Si adalah pendidikan dan spiritualitas eklesiologis. Pada bab ini penulis
akan membahas lebih mendalam bagian-bagian dari Ensiklik Laudato Si tersebut.
A. Apa yang Sedang Terjadi Pada Rumah Kita Bersama ini.
Bagian pertama dari Ensiklik Laudato Si ini diberi judul apa yang sedang
terjadi pada rumah kita bersama ini. Bagian pertama terdiri dari tujuh hal yang
disoroti oleh Paus Fransiskus. Bagian-bagian pembahasan tersebut adalah:
1. Polusi dan Perubahan Iklim
Pokok bahasan pertama berisi polusi dan perubahan iklim. Paus Fransiskus
menyoroti polusi dan perubahan iklim dunia yang belakangan ini menjadi
tranding topik pembicaraan dunia. Perhatian Paus Fransiskus mengenai polusi
tertuang dalam Ensiklik Laudato Si bab satu bagian pertama artikel 20 sampai 23.
Pada artikel 20, Paus Fransiskus mengungkapkan macam-macam bentuk
pencemaran yang dialami manusia setiap harinya. Salah satu contoh pencemaran
yang diangkat oleh Paus Fransiskus adalah pencemaran udara. Pencemaran udara
yang mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyakat miskin
dan menyebabkan jutaan kematian dini.
Polusi udara ini disebabkan oleh berbagai macam hal yakni transportasi,
asap industri, zat yang memberikan konstribusi pada pengasaman tanah dan air,
pupuk insektisida, fungisida, herbisida dan agrotoxins pada umumnya. Bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
teknologi yang ditawarkan demi kepetingan bisnis pada kenyataannya tidak
mampu melihat jaringan hubungan yang tersembunyi antara banyak hal, bahkan
kadang-kadang justru menciptakan masalah yang lain.
Pada artikel 21 Paus Fransiskus menyoroti pencemaran yang disebabkan
limbah, termasuk limbah berbahaya yang hadir dalam pelbagai daerah. Setiap
tahun dihasilkan berton-ton limbah, yang sebagian besar tidak membusuk secara
biologis; limbah domestic dan perusahaan, limbah pembongkaran bangunan,
limbah klinis, elektronik, dan industri, limbah yang sangat beracun dan radioaktif.
Sedangkan pada artikel 22 Paus Fransiskus menyoroti masalah-masalah
lain terkait dengan budaya membuang yang menyangkut baik orang yang
dikucilkan maupun barang yang cepat disingkirkan menjadi sampah.
Kemudian, setelah menyoroti masalah pencemaran lingkungan, pada
artikel 23 sampai 26 Paus menyoroti tentang iklim sebagai kesejahteraan umum.
Menurut Paus Fransiskus iklim merupakan salah satu sisi kesejahteraan umum.,
milik semua dan untuk semua. Hal ini tertuang dalam artikel 23, di mana Paus
Fransiskus menuliskan bahwa iklim adalah kekayaan bumi yang memiliki
kompleksitas sistem yang terkait dengan kehidupan manusia.
Akan tetapi, beberapa dekade belakangan ini pemanasan bumi disertai
dengan kenaikan konstan permukaan laut mengancam keberadaan iklim di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pemanasan dan cuaca ekstrem yang terjadi di dunia ini sulit dilepaskan dari gaya
hidup manusia yang mulai berlebihan.
Pada artikel 24 Paus menuliskan bahwa pemanasan bumi memiliki efek
pada siklus karbon yang menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk
situasi, karena akan berdampak pada ketersediaan sumber daya penting seperti air
minum, energy dan hasil pertanian di daerah yang lebih panas dan akan
menyebabkan kepunahan sebagian dari keanekaragaman hayati di bumi. Selain itu
mencairnya es di kutub dan di pegunungan tinggi dapat menyebabkan pelepasan
gas metana yang berbahaya, sedangkan pembusukan bahan organik yang tadi
beku dapat meningkatkan emisi karbondioksida yang akhirnya berdampak pada
masyarakat yang tinggal di wilayah pantai dan daerah pesisir.
Artikel 25 membahas tentang perubahan iklim merupakan masalah global
dengan dampak buruk untuk dampak lingkungan, masyarakat, ekonomi,
perdagangan dan politik. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam
beberapa dekade mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang
miskin yang tinggal di wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh pelbagai
gejala yang terkait dengan pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka
sangat tergantung pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pertanian,
perikanan, dan kehutanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Bab satu bagian satu ditutup dengan artikel 26 yang memuat pandangan
Bapa Suci Fransiskus tentang banyaknya orang memiliki lebih banyak sumber
daya dan kekuatan ekonimis atau politis justru berusaha untuk menutupi masalah
atau menyembunyikan gejala-gejala perubahan iklim dan hanya berupaya untuk
mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
2. Masalah Air
Pokok bahasan kedua berisi polusi dan perubahan iklim. Paus Fransiskus
menyoroti indikator lain keadaan sekarang ini menyangkut menipisnya
sumberdaya alam. Eksploitasi oleh tingkat konsumsi di negara-negara maju dan
lapisan-lapisan terkaya negara-negara lainnya dalam kebiasaan boros dan
membuang. Eksploitasi planet sudah melebihi batas maksimal. Hal ini tertera pada
artikel 27. Artikel 28, Paus memulai membahas tentang air minum yang sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan untuk mendukung ekosistem di daratan
dan perairan. Sumber-sumber air tawar diperlukan untuk perawatan kesehatan,
pertanian,dan industri. Saat ini banyak tempat membutuhkan air yang melebihi
pasokan di tempat tersebut, contohnya di kota-kota besar membutuhkan cadangan
pasokan air yang besar. Di beberapa negara ada daerah yang memiliki air
melimpah, sedangkan yang lain menderita kekurangan cukup parah. Artikel 29
menampilkan masalah yang sangat serius tentang kualitas air yang tersedia bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
orang miskin yang menyebabkan banyak kematian setiap hari. Banyak penyakit
yang ditimbulkan berhubungan dengan air, persediaan air yang tidak aman dapat
menjadi penyebab signifikan penderitaan dan kematian bayi. Banyak bahan
pembersih dan produk kimia, yang masih lazim digunakan penduduk di banyak
tempat di dunia, terus mengalir ke sungai, danau dan laut yang mempengaruhi
kualitas air.
Sementara kualitas air yang tersedia terus berkurang, di beberapa tempat
ada tren makin kuat ke arah privatisasi sumber daya yang terbatas ini,
mengubahnya menjadi barang dagangan yang tunduk pada hukum dagang. Hal ini
menjadi masalah yang serius kepada orang miskin yang tidak memiliki akses ke
orang miskin. Pernyataan ini tertulis pada artikel 30
Bagian 2 ini ditutup pada artikel 31 yang berisi tentang kelangkaan air
yang makin besar akan menyebabkan peningkatan biaya makanan dan berbagai
produk yang tergantung pada penggunaan air. Beberapa studi memperingatkan
bahwa kekurangan air yang akut dapat terjadi dalam beberapa dekade jika tidak
segera diambil tindakan. Kedepannya air bersih akan menjadi barang langka dan
pemicu konflik antar negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Pokok bahasan ketiga, Bapa Paus Fransiskus menyoroti tentang mulai
hilangnya keanekaragaman hayati di bumi ini. Bapa Paus menyorotinya mulai
dari artikel 32 sampai 42.
Artikel 32 berisi tentang sumberdaya yang dijarah karena konsep ekonomi,
perdagangan dan produksi jangka pendek. Hilangnya hutan dan vegetasi lainya
membawa serta hilangnya spesies yang dapat menjadi sumber daya yang sangat
penting di masa depan. Artikel 33 Bapa Paus menyoroti tentang ribuan spesies
tanaman dan hewan yang hilang. Sebagian besar punah karena alasan yang
berkaitan dengan aktivitas manusia.
Artikel 34 berisi tentang ekosistem yang harus tetap terjaga agar
keseimbangan alam tetap terjaga, manusia diharapkan turun tangan untuk menjaga
geosistem ketika geosistem itu memasuki keadaan kritis. Tetapi manusia justru
memperburuk situasi. Dunia semakin kehilangan warna karena keindahan dan
kekayaannya semakin terbatas, sementara kemajuan teknologi dan barang-barang
konsumsi terus berkembang tanpa batas.
Artikel 35 berisi dampak ekologis suatu proyek, biasanya dipertimbangkan
efek atas tanah, air dan udara, tetapi tidak selalu diadakan penelitian atas dampak
terhadap keanekaragaman hayati, seolah-olah hilannya spesies atau kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
hewan atau tanaman tertentu tidak terlalu penting. Ketika spesies tertentu
dieksploitasi secara komersial, kurang diperhatikan faktor reproduksinya demi
mencegah penurunan jumlahnya dan ketidakseimbangan ekosistem yang
diakibatkan. Artikel 36 berisi tentang merawat ekosistem dengan mengandaikan
pandangan melampaui yang instan, karena orang yang mencari keuntungan cepat
dan mudah, tidak akan tertarik pada pelestarian alam. Kita bisa menjadi saksi bisu
ketidakadilan mengerikan, ketika kita mengira memperoleh keuntungan besar
dengan membuat seluruh umat manusia, sekarang dan dimasa depan, membayar
biaya kerusakan lingkungan yang sangat tinggi.
Artikel 37 mengulas tentang negara yang mendesak para ahli dalam
melestarikan keanekaragaman hayati, meminta untuk memberi perhatian khusus
kepada kawasan yang paling kaya akan aneka spesies, dan akan spesies yang
langka, atau kurang dilindungi, atau yang hanya ada di situ. Artikel 38 melihat
wilayah-wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus sebagai paru-paru dunia
yang kaya keanekaragaman hayati. Ketika berbicara tentang tempat-tempat ini,
diperlukan sikap kritis yang seimbang karena kita tidak dapat menutup mata
terhadap kepentingan ekonomis global yang sangat besar yang, dengan kedok
melindunginya, dapat melemahkan kedaulatan Negara masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Artikel 39 memuat tentang alih fungsi hutan asli menjadi perkebunan,
biasanya monokultur, jarang dianalisis secara memadai. Namun alih fungsi ini
dapat berdampak serius terhadap serius terhadap keanekaragaman hayati yang
tidak mampu bertahan bersama spesies baru yang dibudidayakan.
Artikel 40 berisi tentang lautan yang bukan hanya mengandung bagian
terbesar air di planet ini, melainkan juga sebagian besar aneka macam makluk
hidup, yang banyak masih belum kita kenal, dan yang terancam karena berbagai
sebab. Organisme laut yang kurang kita perhatikan, sepertinya beberapa jenis
plankton menjadi terancam; padahal ini merupakan komponen yang sangat
penting dalam rantai makanan di laut. Species yang menjadi makanan kita,
akhirnya, bergantung pada mereka.
Artikel 41 berisi tentang lautan tropis dan subtropis, yang memiliki
terumbu karang yang sebanding dengan hutan besar di daratan, karena memberi
tempat kepada sekitar satu juta spesies, termasuk ikan, kepiting, moluska, spon,
alga, dan lain-lain. Semua ini membantu kita untuk melihat bahwa setiap
intervensi terhadap alam mendatangkan konsekuensi yang tidak segera tampak,
dan cara tertentu mengeksploitasi sumber daya alam ternyata harus di bayar
dengan kerusakan yang akhirnya bahkan sampai ke dasar laut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Artikel 42 berisi tentang penelitian yang lebih besar perlu di buat untuk
memahami lebih lengkap perilaku ekosistem dan menganalisis secara memadai
berbagai variable dari dampak setiap modifikasi penting terhadap lingkungan.
Karena semua makluk terkait, masing-masing harus dihargai dengan kasih sayang
dan kekaguman, sebab sebagai makluk hidup kita semua saling bergantung.
4. Penurunan Kualitas Hidup Manusia Dan Kemrosotan Sosial
Pokok bahasan ke empat, Bapa Paus Fransiskus menyoroti manusia juga
makhluk dunia ini, yang berhak untuk hidup bahagia, dan yang terlebih lagi
memiliki martabat khusus. Maka mau tak mau kita harus mempertimbangkan
bagaimana kerusakan lingkungan, model pembangunan saat ini, dan budaya
buang sampah berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Tertuang pada artikel 43
sampai 47.
Artikel 44 memuat tentang pertumbuhan banyak kota secara berlebihan
dan tidak terkendali hingga tidak sehat lagi untuk dihuni, bukan hanya karena
polusi yang disebabkan oleh emisi gas beracun, tetapi juga sebagai akibat dari
kekacauan perkotaan, masalah transportasi, polusi visual dan kebisingan.
Penduduk bumi ini tidak dimaksudkan untuk hidup terhimpit oleh beton, aspal,
kaca dan logam, hingga kehilangan kontak fisik dengan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Artikel 45 berisi tentang beberapa tempat, baik di kota maupun pedesaan,
privatisasi ruang tertentu telah membatasi akses masyarakat ke tempat-tempat
yang indah jauh berkurang di wilayah-wilayah yang lebih terisolir, tempat hidup
masyarakat yang terpinggirkan. Perkotaan yang indah dengan banyak ruang hijau
yang terawat dengan baik ditemukan di beberapa wilayah yang “nyaman”. tempat
hidup masyarakat yang terpinggirkan.
Artikel 46 berisi tentang aspek-aspek sosial dari perubahan global meliputi
dampak teknologi baru terhadap lapangan kerja, pengucilan sosial, ketimpangan
dalam distribusi dan konsumsi energi dan jasa lainnya, fragmentasi sosial,
peningkatan kekerasan, kemunculan bentuk-bentuk baru agresi sosial, per
dagangan narkoba dan penggunaannya di kalangan muda, dan kehilangan
identitas. Tanda-tanda seperti ini menunjukkan bahwa pertumbuhan selama dua
abad terakhir tidak dalam semua segi membawa perkembangan integral dan
peningkatan kualitas hidup.
Artikel 47 berisi tentang pengaruh media masa dan dunia digital yang
hadir di mana-mana, dapat menghalangi orang untuk belajar hidup dengan
kebijaksanaan, untuk berpikir secara mendalam, untuk mencintai dengan murah
hati. Hubungan nyata dengan orang lain, dengan segala tantangannya, sekarang
cenderung diganti dengan jenis komunikasi internet yang memungkinkan kita
untuk memilih atau memutuskan hubungan semaunya.
5. Ketimpangan Global
Pada sub bab ini Bapa Paus membahas tentang Lingkungan manusia dan
lingkungan alam merosot bersama-sama, dan kita tidak dapat secara memadai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menangani kemerosotan lingkungan alam jika kita tidak memperhatikan sebab-
sebab yang berkaitan dengan kemerosotan manusia dan masyarakat. . Dampak
ketimpangan saat ini juga tampak dari kematian dini banyak orang miskin, dari
konflik-konflik yang dipicu oleh kurangnya sumber daya, dan dari banyak
masalah lain yang tidak mendapat cukup perhatian dalam agenda global. Diulas
dari artikel 48 sampai 52.
Artikel 49 memuat tentang permasalahan yang secara khusus menyangkut
mereka yang terkucilkan. Padahal mereka merupakan sebagian besar penduduk
bumi, miliaran orang. Hari-hari ini, mereka disebutkan dalam diskusi politik dan
ekonomi internasional, tetapi sering terkesan bahwa permasalahan mereka
ditampilkan hanya sebagai embel-embel, sebagai kewajiban tambahan atau
sampingan, jika tidak dianggap sebagai kerugian sampingan. Tetapi hari ini, kita
mau tak mau harus mengakui bahwa pendekatan ekologis yang sejati selalu
berupa pendekatan sosial, yang harus mengintegrasikan soal keadilan dalam
diskusi lingkungan hidup, untuk mendengarkan jeritan bumi maupun jeritan kaum
miskin.
Artikel 50 memuat tentang bagaimana memecahkan masalah orang miskin
dan memikirkan bagaimana dunia bisa berbeda, ada pihak yang hanya dapat
mengusulkan penurunan tingkat kelahiran. Kadang-kadang, negara berkembang
menghadapi tekanan internasional yang membuat bantuan ekonomi bergan tung
pada kebijakan tertentu menyangkut “bidang ke sehatan reproduksi”. Memang
“benar bahwa distribusi yang tidak merata dari penduduk dan sumber daya yang
tersedia menciptakan hambatan untuk pengembangan dan pemanfaatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
lingkungan secara berkelanjutan, tetapi harus diakui bahwa pertumbuhan
demografis sepenuhnya harmonis dengan pengembangan yang utuh dan solider”.
Artikel 51 berisi tentang ketimpangan yang berdampak bukan hanya bagi
individu tetapi juga untuk negara-negara seluruhnya; Itu memaksa kita untuk
memikirkan suatu bentuk etika hubungan internasional. Sungguh ada “utang
ekologis”, terutama antara Utara dan Selatan, terkait dengan ketidakseimbangan
perdagangan, dengan efek-efek di bidang ekologi, dan juga terkait dengan
penggunaan sumber daya alam yang tidak proporsional, yang sudah lama
dipraktikkan oleh negara-negara tertentu. Pemanasan yang disebabkan oleh
konsumsi tinggi negara-negara kaya tertentu, memiliki dampak terhadap daerah
termiskin di dunia, terutama di Afrika, tempat kenaikan suhu, bersama dengan
kekeringan, telah sangat menurunkan hasil pertanian. Ada juga kerusakan yang
disebabkan oleh ekspor limbah padat dan cairan beracun ke negara-negara
berkembang, dan polusi yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di negara berkembang dengan cara-cara yang tidak pernah dapat
mereka lakukan di negara-negara tempat mereka memperoleh modal.
Artikel 52 berisi tentang utang luar negeri negara-negara miskin telah
menjadi alat kontrol, tetapi yang sama tidak terjadi dengan utang ekologis.
Wilayah-wilayah dan negara-negara termiskin kurang mampu mengadopsi model-
model baru untuk mengurangi dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan
karena mereka tidak memiliki sumber daya manusia untuk mengembangkan
proses-proses yang diperlukan dan mereka tidak mampu membiayainya. Kita
perlu memperkuat kembali kesadaran bahwa kita merupakan satu keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
manusia. Tidak ada pembatas atau penghalang, politik atau sosial, yang
mengizinkan kita mengisolasi diri, dan oleh karena itu juga tidak boleh diberi
ruang kepada globalisasi ketidakpedulian.
6. Tanggapan-tanggapan Yang Lemah
Artikel 53 sebagai awal subbab ini berisi tentang menyakiti dan
menyalahgunakan rumah kita bersama, seperti dalam dua ratus tahun terakhir.
Namun kita dipanggil untuk menjadi instrumen Allah Bapa agar planet kita
menjadi apa yang Dia inginkan ketika Ia menciptakannya, dan agar bumi
memenuhi rencana-Nya yaitu perdamaian, keindahan dan keutuhan. Masalahnya,
kita belum memiliki budaya yang diperlukan untuk meng hadapi krisis seperti
ini.
Artikel 54 berisi tentang lemahnya tanggapan politik internasional yang
tampak mencolok. Kegagalan KTT global tentang lingkungan mengungkapkan
bahwa politik kita tunduk pada teknologi dan keuangan. Ada terlalu banyak
kepentingan khusus, dan dengan mudah kepentingan ekonomi akhirnya
mengalahkan kesejahteraan umum dan memanipulasi informasi sehingga rencana-
rencana mereka tidak akan terpengaruh. Aliansi antara ekonomi dan teknologi
akhirnya mengesampingkan apa pun yang tidak terkait dengan kepentingan instan
mereka.
Artikel 55 berisi tentang beberapa Negara yang dapat menunjukkan
kemajuan yang signifikan, dengan mengembangkan kontrol yang lebih sungguh-
sungguh memerangi korupsi. Para penduduk menjadi lebih peka terhadap masalah
ekologi, meskipun tidak cukup untuk mengubah pola konsumsi mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
merugikan, yang tampaknya tidak menurun melainkan bertambah dan
berkembang. Contoh sederhana adalah meningkatnya penggunaan dan penguatan
AC. Jika seseorang melihatnya dari luar planet kita, ia akan kaget akan perilaku
seperti itu, yang ada kalanya tampak seperti penghancuran diri.
Artikel 56 berisi tentang kekuatan ekonomi yang terus membesarkan
system global saat ini. Di situ prioritas diberikan kepada spekulan dan pengejar
keuntungan finansial yang cenderung mengabaikan konteks apapun, apa lagi efek
pada martabat manusia dan lingkungan alam. Itulah sebabnya hari ini “apa pun
yang rapuh, seperti lingkungan hidup, tidak berdaya berhadapan dengan
kepentingan pasar yang didewakan, yang menjadi aturan tunggal”.
Artikel 57 berisi tentang menipisnya beberapa sumber daya, secara
bertahap diciptakan sekenario yang mengarah ke peperangan baru, meskipun
berkedok klaim-klaim yang mulia. Politik harus lebih memperhatikan pencegahan
konflik baru dan mengatasi sebab-sebab yang dapat menimbulkannya. Tetapi
kekuasaan yang berkaitan dengan sektor keuangan paling menentang upaya itu,
dan perencanaan politik biasanya tidak berpandangan luas.
Artikel 58 berisi tentang contoh-contoh positip di beberapa Negara,
keberhasilan perbaikan lingkungan: sungai yang tercemar selama beberapa decade
telah dibersihkan; hutan asli telah di pulihkan; lanskap telah diperindah melalui
proyek pembaruan lingkungan; proyek-proyek pembangunan bernilai estetis telah
dijalankan; kemajuan telah dibuat dalam produksi energi bersih dan dalam
perbaikan transportasi publik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Artikel 59 berisi tentang ekologi dangkal, samar-samar, yang memperkuat
kepuasan diri dan rasa ceria tanpa tanggung jawab. Seperti yang sering terjadi
dalam masa krisis yang mendalam yang membutuhkan keputusan berani, kita
tergoda untuk berpikir bahwa apa yang sedang terjadi sebenarnya merupakan
sebuah ketidakpastian. Inilah cara manusia membenarkan diri untuk
mempertahankan semua sifat buruk yang merusak dirinya: berusaha untuk tidak
melihatnya, berupaya untuk tidak mengakuinya, menunda keputusan penting,
berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
7. Keragaman Pendapat
Artikel 60 berisi tentang pengakuan bahwa telah dikembangkan
pandangan dan garis pemikiran yang berbeda-beda tentang situasi saat ini dan
tentang solusi yang di mungkinkan. Di ujung yang satu, ada pihak yang kuat
mempertahankan mitos kemajuan dan menegaskan bahwa masalah ekologi akan
dipecahkan hanya melalui penerapan teknologi baru, tanpa perlu pertimbangan
etis atau perubahan mendalam. Di ujung yang lain, ada yang memandang bahwa
manusia dengan segala intervensinya hanya bisa menjadi ancaman dan
membahayakan ekosistem global, dan oleh karena itu kehadirannya di planet ini
harus dikurangi dan segala bentuk intervensinya terhadap alam dicegah.
Artikel 61berisi tentang Gereja yang memahami kewajiban untuk mende
ngarkan dan mendorong debat yang tulus di antara para ilmuwan, sambil
menghormati keragaman pendapat. Cukuplah melihat realitas dengan jujur untuk
menemukan bahwa rumah kita bersama mengalami kerusakan parah. Pengharapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mengundang kita untuk melihat bahwa selalu ada jalan keluar, bahwa kita selalu
dapat menetapkan kembali arah, selalu dapat melakukan sesuatu untuk
memecahkan pelbagai masalah.
B. KABAR BAIK PENCIPTAAN
Pada bab kedua Ensiklik Laudato Si ini diberi judul dengan memberikan
sisipan dalam Alkitab yang mengamati tentang lingkungan hidup, dimana bagian-
bagian itu adalah :
Artikel 62 berisi tentang maksud dokumen yang ditujukan kepada semua
orang bersifat dan berkehendak baik. Sebab sebagai kekayaan yang dapat
disumbangkan oleh agama-agama kepada suatu ekologi integral dan kepada
pengembangan manusia, bagaimana Orang lain melihat agama sebagai subkultur
yang hanya perlu ditoleransi. Namun, ilmu pengetahuan dan agama, yang
menawarkan pendekatan berbeda dalam memahami kenyataan, dapat masuk ke
dalam dialog yang intens dan bermanfaat bagi keduanya.
1. Cahaya Yang Ditawarkan Iman
Artikel 63 berisi tentang kompleksitas krisis ekologis dan pelbagai
sebabnya, kita harus menyadari bahwa solusi tidak akan muncul dari hanya satu
cara menafsirkan dan mengubah realitas. Perlu juga meminta bantuan dari
kekayaan budaya bangsa-bangsa yang beragam, seni dan puisi, kehidupan batin
dan spiritualitas. Jika kita benar-benar berusaha untuk mengembangkan sebuah
ekologi yang mampu menanggulangi kerusakan yang telah kita adakan. Hal itu
tampak dalam perkembangan ajaran gereja yang berkaitan dengan masalah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
masalah sosial; ajaran itu dituntut untuk terus memperkaya diri dengan menerima
tantangan baru.
Artikel 64 selanjutnya, sementara Ensiklik ini membuka diri untuk
berdialog dengan semua pihak dan bersama-sama mencari jalan pembebasan, baik
bagi umat manusia dan bagi dunia kalau kita, sebagai orang beriman, lebih
menyadari komitmen ekologis yang timbul dari keyakinan iman kita.
2. Hikmah Cerita-Cerita Alkitab
Artikel 65 berisi tentang Teologi Penciptaan, yang dikatakan Alkitab
melalui kisah penciptaan tentang relasi manusia dan dunia.
Artikel 66 berisi tentang cerita-cerita penciptaan dalam kitab Kejadian
yang mengandung ajaran mendalam tentang eksistensi manusia dan realitas
sejarah. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa eksistensi manusia didasarkan pada
tiga relasi dasar yang terkait: hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan
bumi. Menurut Alkitab, tiga hubungan penting itu telah rusak, bukan hanya secara
lahiriah, melainkan juga di dalam diri kita. Perpecahan ini merupakan dosa.
Harmoni antara Pencipta, manusia dan semua ciptaan dihancurkan karena kita
mengira dapat mengambil tempat Allah, dan menolak untuk mengakui diri
sebagai makhluk yang terbatas.
Artikel 67 menegaskan bahwa kita bukan Allah. Bumi sudah ada sebelum
kita dan telah diberikan kepada kita. Hal ini memungkinkan kita untuk
menanggapi tuduhan bahwa pemikiran Yahudi-Kristen yang berdasarkan Kitab
Kejadian mengundang manusia untuk “berkuasa” atas bumi (lihat Kejadian 1:28),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
telah mendorong eksploitasi alam secara liar dengan memberi gambaran tentang
sifat manusia yang dominan dan destruktif. Ini bukan interpretasi yang benar
tentang Alkitab, seperti yang dipahami oleh Gereja. Artinya, ada relasi tanggung
jawab timbal balik antara manusia dan alam. Setiap komunitas dapat mengambil
apa yang mereka butuhkan dari harta bumi untuk bertahan hidup, tetapi juga
memiliki kewajiban untuk melindungi bumi dan menjamin keberlangsungan
kesuburannya untuk generasi-generasi mendatang; karena akhirnya,” Tuhanlah
yang empunya.
Artikel 68 berisi tetang tanggung jawab terhadap bumi milik Allah ini me
nyiratkan bahwa manusia yang diberkati dengan akal budi, menghormati hukum
alam dan keseimbangan yang lembut di antara makhluk-makhluk di dunia ini,
sebab “Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta. Dia mendirikan semuanya
untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat
dilanggar”(Mazmur 148:5b-6). Itulah sebabnya hukum-hukum Alkitab memberi
manusia berbagai norma, bukan hanya berkaitan dengan sesama manusia, tetapi
juga berkaitan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Jelaslah bahwa Alkitab
tidak mengizinkan antroposentrisme diktatorial yang tidak peduli terhadap
makhluk-makhluk lainnya.
Artikel 69 berisi tentang penggunaan aneka barang dengan cara yang
bertanggung jawab, kita dipanggil untuk mengakui bahwa makhluk-makhluk
hidup lainnya memiliki nilai intrinsik di hadapan Allah, dan “dengan
keberadaannya pun mereka sudah memuji dan memuliakan-Nya,” (KGK,2416).
Dewasa ini Gereja tidak begitu saja mengatakan bahwa makhluk-makhluk lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sepenuhnya ditundukkan kepada kepentingan manusia, seolah-olah mereka tidak
memiliki nilai dalam dirinya sendiri dan kita dapat memperlakukannya semaunya
kita. Inilah sebabnya mengapa manusia harus menghormati kebaikan khas setiap
makluk untuk menghindari penggunaannya yang tak beraturan
Artikel 70 berisi kisah tentang Kain dan Habel, kita melihat bagaimana
kecemburuan mendorong Kain melakukan ketidakadilan ekstrem melawan
saudaranya. Ini pada gilirannya mengganggu hubungan antara Kain dengan Allah,
juga antara Kain dengan bumi. Kain menjadi seorang pelarian dan pengembara di
bumi. Ini diringkaskan dalam percakapan dramatis antara Allah dengan Kain.
Dalam cerita kuno yang penuh simbolisme mendalam ini, keyakinan kita sekarang
sudah ada: semuanya terhubung, dan perlindungan otentik untuk hidup kita
sendiri dan hubungan kita dengan alam tidak dapat dilepaskan dari persaudaraan,
keadilan, dan kesetiaan kepada pihak lain.
Artikel 71 berisi tentang Tradisi Alkitab yang jelas menunjukkan bahwa
pemulihan itu mengandaikan penemuan kembali dan penghormatan terhadap
irama yang oleh tangan Sang Pencipta ditulis dalam alam. Kita melihat hal itu,
misalnya, dalam hukum Sabat. Pada hari ketujuh Allah beristirahat dari segala
pekerjaan-Nya. Ia memerintahkan kepada Israel untuk memelihara setiap hari
ketujuh sebagai hari istirahat, hari Sabat (lihat Kejadian 2:2-3; Keluaran 16:23;
20:10). Pada saat yang sama, semuanya ini merupakan pengakuan bahwa
anugerah tanah, dengan buah-buahnya, merupakan milik semua orang. Mereka
yang menggarap dan memelihara tanah, harus berbagi hasilnya, terutama dengan
orang-orang miskin, janda, anak yatim, dan orang asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Artikel 72 berisi tentang Mazmur yang sering mengundang manusia untuk
memuji Allah Pencipta “yang menghamparkan bumi di atas air! Kasih-Nya
kekal!” (Mazmur 136:6).
Artikel 73 berisi tentang Kitab-kitab Para Nabi yang mengajak kita
menemukan kekuatan baru di saat-saat yang sulit dengan memandang Allah Yang
Mahakuasa yang menciptakan alam semesta. Namun kuasa Allah yang tak
terbatas itu tidak menyebabkan kita lari dari kelembutan kebapaan-Nya, karena
dalam Dia kasih sayang dan kekuatan tergabung. Setiap spiritualitas yang sehat
akan serentak menyambut kasih Allah dan, dengan penuh keyakinan,
menyembah Tuhan karena kekuasaan-Nya yang tak terbatas.
Artikel 74 berisi tentang pengalaman pembuangan ke Babel telah
mencipta kan krisis rohani yang mendorong pendalaman iman kepada Allah.
Kemahakuasaan-Nya sebagai Pencipta lebih jelas diungkapkan untuk mendorong
orang menemukan kembali harapan di tengah situasi yang mencelakakan itu.
Artikel 75 berisi tentang kita yang tidak dapat menerima spiritualitas yang
melupakan Allah sebagai Yang Mahakuasa dan Pencipta. Sebab jika demikian,
kita akhirnya akan menyembah kuasa-kuasa dunia lainnya, atau kita sendiri akan
mengambil tempat Tuhan sampai mengklaim hak untuk menginjak-injak karya
ciptaan-Nya, tanpa tahu batas.
3. Misteri Alam Semesta
Artikel 76 berisi tentang tradisi Yahudi-Kristen, kata “ciptaan” memiliki
arti lebih luas daripada “alam”, karena ada hubungannya dengan proyek kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Allah di mana setiap makhluk memiliki nilai dan arti. Alam biasanya dimengerti
sebagai sistem yang dapat dipelajari, dipahami, dan dikelola, sedangkan ciptaan
hanya dapat dipahami sebagai hadiah dari tangan terbuka Bapa kita semua,
sebagai kenyataan yang disinari kasih yang memanggil kita ke dalam suatu
persekutuan universal.
Artikel 77 berisi tentang bagaimana dunia berasal dari suatu keputusan,
bukan dari kekacauan atau hal kebetulan, dan itu meningkatkan nilainya. Dalam
firman yang menciptakan terungkap suatu pilihan bebas. Alam semesta tidak
timbul sebagai hasil kemahakuasaan yang sewenang-wenang, unjuk kekuasaan
atau keinginan untuk menegaskan diri.
Artikel 78 berisi tentang pemikiran Yahudi-Kristen yang melepaskan alam
dari mitos. Tanpa berhenti untuk mengagumi kemegahan dan kebesarannya, alam
tidak lagi dipandang sebagai sosok ilahi. Dengan demikian, komitmen kita ter
hadapnya ditekankan lebih lagi. Gerakan kembali ke alam tidak boleh
mengorbankan kebebasan dan tanggung jawab manusia, yang merupakan bagian
dari dunia dengan tugas mengembangkan kemampuan mereka sendiri guna
melindungi dunia dan mengembangkan potensinya. Artikel 79 berisi tentang alam
semesta yang tersusun dari sistem-sistem terbuka yang berkomunikasi satu sama
lain, kita dapat me nemukan bentuk-bentuk hubungan dan partisipasi yang tak
terhitung jumlahnya. Hal ini menimbulkan pemikiran bahwa keseluruhan yang
berkembang di dalam Allah, terbuka untuk transendensi-Nya. Iman
memungkinkan kita untuk menafsirkan makna dan keindahan misterius dari apa
yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Artikel 80 berisi tentang Allah yang ingin bekerja bersama kita dan
mengandaikan kerja sama kita, dapat juga menarik sesuatu yang baik dari yang
jahat yang kita lakukan, karena “Roh Kudus memiliki daya cipta yang tak
terbatas, milik khas Roh ilahi, yang dapat memecahkan masalah-masalah
kehidupan manusia, bahkan yang paling rumit dan tak terselami” (Yohanes Paulus
II, Insegnamenti 14, 856)
Artikel 81 berisi tentang pengandaian bila adanya proses evolusi, ma
nusia juga memiliki kebaruan yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dari
evolusi sistem-sistem terbuka lainnya. Kita masing-masing memiliki identitas
pribadi sendiri, yang mampu masuk ke dalam dialog dengan orang lain dan
dengan Allah sendiri. Cerita-cerita Alkitab mengajak kita untuk melihat manusia
sebagai subjek, yang tidak pernah dapat diturunkan ke status objek.
Artikel 82 berisi tentang cita-cita harmoni, keadilan, persaudaraan dan
perdamaian yang Yesus tawarkan adalah kebalikan dari model seperti, dan
berkaitan dengan para penguasa zaman-Nya.
Artikel 83 berisi tentang tujuan akhir perjalanan alam semesta ditemukan
dalam kepenuhan Allah, yang telah dicapai oleh Kristus yang bangkit, ukuran
kematangan segala sesuatu. Dengan demikian kita menambahkan satu argumen
lagi untuk menolak dominasi despotis (tirani) dan tak bertanggungjawabnya
manusia atas makhluk-makhluk lain. Tujuan akhir mereka bukanlah kita.
4. Pesan Setiap Makluk Dalam Harmoni Seluruh Ciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Artikel 84 berisi tentang penegasan kita bahwa manusia adalah gambar
Allah, tidak boleh membuat kita lupa bahwa setiap makhluk memiliki fungsi
sendiri dan tidak ada satu pun yang berlebihan. Seluruh alam semesta materiil
adalah bahasa cinta Allah, kasih sayang-Nya yang tak terbatas bagi kita. Tanah,
air, gunung, semuanya ibarat belaian Allah.
Artikel 85 berisi tentang para Uskup yang telah menulis tentang
bagaimana Allah begitu mencintai ciptannya. Dengan memperhatikan penyataan
ini, kita belajar untuk melihat diri kita sendiri dalam hubungan kita dengan semua
makhluk lain.
Artikel 86 berisi tentang alam semesta sebagai keseluruhan, dalam aneka
hu bungannya, mengungkapkan kekayaan Allah yang tak terbatas. Maka kita
baru memahami pentingnya dan makna dari setiap makhluk jika kita
memandangnya dalam keseluruhan rencana Allah. Seperti diajarkan dalam
Katekismus.
Artikel 87 berisi tentang saat kita sadar bahwa bahwa Allah tercermin
dalam semua yang ada, hati mengalami keinginan untuk memuji Tuhan karena
semua ciptaan-Nya, dan bersama-sama dengan mereka, seperti dengan indah
terungkap dalam Gita Sang Surya Santo Fransiskus dari Assisi.
Artikel 88 berisi tentang bagaimana para Uskup Brasil telah menekankan
bahwa seluruh alam tidak hanya menyatakan Allah tetapi juga merupakan tempat
kehadiran-Nya. Dalam setiap makhluk tinggallah Roh-Nya yang memberi hidup
dan memanggil kita untuk masuk ke dalam hubungan dengan Dia. Menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kehadiran ini mendorong kita untuk mengembangkan “kebajikan-kebajikan
ekologis” ( LS, art.16). Jika tidak, kita akan berbuat salah terhadap makhluk-
makhluk, karena kita gagal melihat tempat mereka yang benar dan tepat, dan
akhirnya kita tak semestinya menuntut kepada mereka apa yang dalam kelemahan
tidak dapat mereka berikan kepada kita.
5. Persekutuan Universal
Artikel 89 berisi tentang Makhluk-makhluk dunia ini yang tidak dapat
dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan,
yang mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26). Ini adalah dasar keyakinan
bahwa, karena diciptakan oleh Bapa yang sama, kita dan semua makhluk alam
semesta disatukan oleh ikatan yang tak kelihatan, dan membentuk semacam
keluarga universal, suatu persekutuan luhur yang memenuhi kita dengan rasa
hormat yang suci, lembut dan rendah hati.
Artikel 90 berisi tentang semangat besar ditampilkan untuk melindungi
spesies lain lebih daripada membela martabat yang dimiliki semua manusia dalam
derajat yang sama. Tentu saja, kita harus peduli agar makhluk hidup lainnya tidak
diperlaku kan secara tidak bertanggung jawab. Tetapi kita harus kesal khususnya
pada ketidaksetaraan besar di antara kita, di mana kita terus membiarkan ada yang
menganggap dirinya lebih layak daripada yang lain. Dalam praktiknya, kita terus
menerima bahwa ada yang menganggap dirinya sebagai manusia yang lebih
daripada yang lain, seolah-olah mereka lahir dengan hak-hak yang lebih besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Artikel 91 berisi tentang Rasa persatuan mendalam dengan makhluk lain
dan alam tidak mungkin menjadi nyata jika pada saat yangsama hati kita tidak
dipenuhi kelembutan hati, kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia.
Inkonsistensi itu tampak pada mereka yang berjuang melawan perdagangan
hewan langka tetapi tidak peduli sedikit pun dengan perdagangan manusia, tidak
peduli dengan orang miskin, atau bersikeras untuk menghancurkan manusia lain
yang tidak disukai.
Artikel 92 berisi tentang saat ketika hati kita benar-benar terbuka untuk
suatu persekutuan universal, tidak ada sesuatu atau seorang pun yang dikecualikan
dari persaudaraan ini. Oleh karena itu, benar juga bahwa ketidakpedulian atau
kekejaman terhadap makhluk lain di dunia ini cepat atau lambat akan
memengaruhi perlakuan kita terhadap manusia lain. Semuanya terhubung; sebagai
manusia, kita semua bersatu sebagai saudara dan saudari dalam suatu ziarah yang
mengagumkan, terjalin oleh kasih yang Allah tunjukkan bagi setiap makhluk-Nya
dan yang dengan kasih sayang yang lembut menyatukan kita juga dengan saudara
matahari, saudari bulan, saudari air dan ibu pertiwi.
6. Tujuan Umum Harta Benda
Artikel 93 tentang keadaan diri, entah beriman atau tidak, kita sekarang
sepakat bahwa bumi pada dasarnya adalah warisan bersama; buahnya harus
menjadi berkat untuk semua. Bagi orang-orang beriman ini merupakan soal
kesetiaan kepada Sang Pencipta, karena Tuhanlah yang menciptakan dunia untuk
semua. Artikel 94 berisi tentang bagaimana orang kaya dan miskin memiliki
martabat yang sama karena “Tuhan telah membuat mereka semua” (Amsal 22:2),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
“Dialah yang menjadikan orang kecil dan orang besar” (Kebijaksanaan 6:7) dan
“Dia menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik” (Matius
5:45). Artikel 95 berisi tentang lingkugan alam adalah harta kita bersama, warisan
seluruh umat manusia, tanggung jawab semua orang. Jika sesuatu dijadikan milik
kita sendiri, itu hanya untuk me ngelolanya demi kesejahteraan semua.
7. Tatapan Yesus
Artikel 96 berisi tentang Yesus yang Yesus mengangkat kembali iman
alkitabiah akan Allah Sang Pencipta, sambil menekankan suatu kebenaran
mendasar: Allah adalah Bapa (lihat Matius 11:25). Dalam percakapan dengan
murid-murid-Nya, Yesus mengundang mereka untuk mengenali hubungan
kebapaan yang dimiliki Allah dengan semua makhluk. Ia mengingatkan mereka,
dengan kelembutan hati yang menakjubkan, bagaimana setiap makhluk adalah
penting di mata Allah.
Artikel 97 berisi tentang Tuhan yang dapat mengundang yang lain untuk
mem perhatikan keindahan yang ada di dunia, karena Ia sendiri terus-menerus
dalam kontak dengan alam dan memberinya perhatian yang penuh kasih sayang
dan rasa takjub. Sementara Ia menjelajahi setiap sudut negeri-Nya, Ia berhenti
untuk merenungkan keindahan yang ditaburkan oleh Bapa-Nya, dan Ia mengajak
murid-murid-Nya untuk menemukan pesan ilahi dalam segala suatu: “Lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang
untuk dituai” (Yohanes 4: 35)”. Artikel 98 berisi tentang Yesus yang dalam
harmoni penuh dengan dunia ciptaan, dan orang-orang heran: “Orang apakah Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Matius 8:27). Ia tidak
tampil sebagai petapa yang terpisah dari dunia, atau musuh dari hal-hal yang
menyenangkan dalam hidup. Dengan mengacu pada diri-Nya sendiri Ia berkata:
“Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia
seorang pelahap dan peminum” (Matius 11:19). Yesus jauh dari filsafat yang
memandang rendah tubuh dan materi dunia ini. Namun demikian, dualisme yang
tidak sehat itu telah sangat berpengaruh pada beberapa pemikir Kristen sepanjang
sejarah, dan memberi gambaran yang cacat tentang Injil. Yesus bekerja dengan
tangan-Nya, dalam kontak langsung setiap hari dengan materi yang diciptakan
oleh Allah dan Ia beri bentuk dengan keterampilan-Nya.
Artikel 99 berisi tentang pemahaman Kristen tentang realitas, per untukan
seluruh ciptaan berjalan melalui misteri Kristus yang hadir sejak awal mula:
“Segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). Prolog Injil
Yohanes (1:1‑18) mengungkapkan tindakan penciptaan Kristus sebagai tindakan
Firman Ilahi (Logos). Secara tak terduga prolog itu selanjutnya mengatakan
bahwa Firman itu “menjadi daging” (Yohanes 1:14).
Artikel 100 berisi tentang Perjanjian Baru tidak hanya berbicara tentang
Yesus di bumi dan hubungan-Nya yang konkret dan penuh kasih dengan dunia.
Yesus juga diperlihatkan sebagai yang bangkit dan mulia, hadir dalam seluruh
ciptaan dengan ketuhanan-Nya yang universal, “Seluruh kepenuhan Allah
berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada disurga,
sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kolose 1:19‑20).
C. AKAR MANUSIAWI DARI KRISIS EKOLOGI
Pada bab ketiga dalam Ensiklik Laudato Si Paus Fransiskus menyoroti
akar penyebab krisis ekologi yang terjadi dalam dunia ini. Pada artikel 101 Paus
Fransiskus menyatakan bahwa tidak akan berguna menggambarkan gejala krisis
ekologi tanpa mengakui akarnya dalam manusia. Terdapat suatu cara memahami
hidup dan aktivitas manusia yang keliru dan bertentangan dengan realitas dunia
hingga cara hidup manusia tersebut merusak dan merugikan dunia khususnya
alam ciptaan Tuhan.
Bab tiga dalam Ensiklik Laudato Si terdapat tiga bagian yang memuat
pandangan dan gagasan Paus Fransiskus. Pandangan dan gagasan Paus Fransiskus
tersebut:
1. Teknologi: Kreativitas dan Kuasa
Pada bagian pertama dalam bab tiga ini Paus Fransiskus menyoroti
mengenai perkembangan teknologi yang memuat kreativitas dan kuasa. Pada
artikel 102 dijelaskan bahwa manusia telah memasuki era baru dengan kekuatan
teknologi yang menempatkan kita di persimpangan jalan. Manusia mewarisi dua
abad gelombang perubahan yang sangat besar: mesin uap, kereta api, telegraf,
listrik, mobil, pesawat terbang, industri kimia, obat-obatan modern teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
informasi, dan baru-baru ini revolusi digital, robot, bioteknologi, dan
nanoteknologi. Tepat bahwa manusia bersukacita atas kemajuan ini.
Pada artikel 103 dijabarkan mengenai pemanfaatan studi ilmu untuk
kemajuan manusia. Sebagai contoh yang terdapat dalam artikel 103 yakni ilmu
teknis dan ilmu seni yang digunakan dan dikembangkan dengan baik menjadi
lompatan menuju kepenuhan kemanusiaan yang khas.
Setelah menyingung mengenai kemajuan teknologi dan pemanfaatan ilmu
yang berguna bagi kehidupan manusia yang khas, maka pada artikel 104 Paus
Fransiskus mengingatkan bahwa kemajuan teknologi dan pemanfaatan ilmu yang
begitu maju pada jaman sekarang ini belum tentu digunakan oleh tangan yang
baik. Teknologi dan pemanfaatan ilmu yang begitu berkembangan dengan pesat
tersebut memunculkan kuasa bahkan sampai menimbulkan kekuasaan. Jika jatuh
ke tangan yang salah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kuasa tersebut
digunakan untuk memuaskan satu golongan tertentu dan memusnahkan satu
golongan tertentu.
Bagian petama dalam bab tiga ditutup dengan artikel 105 yang berisi
pandangan Bapa Suci yang menekankan bahwa manusia modern belum menerima
pendidikan yang diperlukan untuk menggunakan kekuasaannya dengan baik. Hal
ini tentunya menimbulkan pesan bahwa Bapa Suci menghimbau seluruh umat
manusia bahwa ada kemungkinan yang terbuka bahwa manusia menyalahgunakan
kekuasaannya.
2. Globalisasi Paradigma Teknokratis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pada bagian kedua dalam bab tiga Ensiklik Laudato Si membahas
mengenai globalisasi paradigma teknokratis. Globalisasi paradigm teknokratis
berarti paradigma yang seragam dan hanya dari satu sudut pandang. Pada artikel
106, Bapa Suci dengan tegas menyampaikan bahwa manusia jaman ini jatuh pada
campur tangan yang memeras sebanyak mungkin segala benda, sambil
mengabaikan atau melupakan kenyataan bahwa alam memiliki mekanisme
sendiri. Hal inilah yang menyebabkan manusia dan alam tidak lagi saling ramah
namun saling berkonfrontasi atau bertentangan. Manusia jadi semakin mudah
menerima gagasan pertumbahan tanpa batas, yang telah mengairahkan para
ekonom, pemodal, dan teknolog. Pada kenyataannya gagasan itu didasarkan pada
kebohongan tentang persediaan sumber daya alam yang tak terbatas yang
menyebabkan planet ini diperas habis-habisan. Gagasan ini pula yang
memunculkan efek-efek negatif dari manipulasi alam.
Pada artikel 107, Bapa Suci sekali lagi menegaskan bahwa akar dari
banyaknya masalah dunia saat ini adalah dampak dari gagasan-gagasan yang
dipaksakan bagi kehidupan dan cara kerja masyarakat. Selain itu, kita pun diajak
oleh Bapa Suci untuk mengakui bahwa penggunaan produk-produk teknologi
yang tidak netral diciptakan untuk membentuk gaya hidup manusia yang
mengarah pada kepentingan kelompok-kelompok tertentu.
Artikel 108 menjelaskan bahwa karena kemajuan teknologi dan paradigma
yang diciptakan manusia kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan,
kebebasan yang paling otentik dan ruang untuk suatu kreativitas alternative
masing-masing pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Paradigma teknokratis juga cenderung untuk mendominasi bidang
ekonomi dan politik. Bapa Suci, dalam artikel 109 mengungkapkan bahwa
dominasi paradigma teknokratis dalam bidang ekonomi dan politik membuat
manusia terlambat mengembangkan lembaga-lembaga ekonomi dan prakarsa
sosial yang dapat member orang miskin akses teratur ke sumber daya yang
mendasar. Manusia gagal untuk melihat akar terdalam dari ketimpangan dunia
saat ini, yang terkait dengan arah, tujuan, makna, dan konteks sosial
perkembangan teknologi dan ekonomi.
Perkembangan teknologi sendiri membuatnya sangat sulit untuk melihat
secara keseluruhan karena proses spesialisasi. Pada artikel 110, Paus Fransiskus
mengungkapkan bahwa spesialisasi pada bidang teknologi menyebabkan
hilangnya kepekaan untuk keseluruhan, hubungan antara pelbagai hal, dan untuk
cakrawala yang lebih besar menjadi tidak relevan. Oleh karean itu, spesialisasi
pada bidang teknologi mempersulit penemuan cara yang memadai untuk
memecahkan masalah-masalah yang paling kompleks di dunia sekarang ini,
terutama yang berkaitan dengan lingkungan dan kaum miskin; masalah-masalah
ini tidak dapat ditangani dari satu perpektif atau dengan satu kepentingan saja.
Pada artikel 111 Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa budaya ekologis
tidak dapat direduksi menjadi serangkaian jawaban mendesak dan parsial atas
masalah-masalah yang sedang muncul dalam kaitannya dengan kerusakan
lingkungan, menipisnya cadangan sumber daya alam dan polusi. Paus
mengungkapkan bahwa kita memerlukan cara padang yang berbeda, cara berpikir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kebijakan, program pendidikan, gaya hidp ndan spiritualitas yang membangun
daya tahan terhadap serangan paradigma teknokratis.
Pada artikel selanjutnya, 112, Paus menjelaskan bahwa manusia dapat
kembali memperluas visinya. Manusia memiliki kebebasan yang mampu
membatasi teknologi dan mengarahkannya; menggunakannya untuk kemajuan
lain, yang lebih sehat, lebih manusiawi, lebih sosial, lebih utuh. Pembebasan dari
paradigma teknokratis yang dominan dapat terjadi misalnya ketika koperasi
produsen kecil memilih proses produksi yang ramah lingkungan, sambil memilih
gaya hidup, kebahagiaan, dan hidup bersama yang non-konsumtif; atau ketika
teknologi terutama diarahkan pada penyelesaian masalah konkret orang lain,
dalam semangat membantu mereka untuk hidup lebih bermartabat.
Gagasan mengeai manusia yang dapat memperluas visinya Paus
Fransiskus melanjutkannya dalam artikel 113. Dalam artikel tersebut Paus
Fransiskus mengemukakan bahwa di sisi lain, orang tampaknya tidak percaya lagi
pada masa depan yang bahagia, mereka tidak lagi menaruh kepercayaan yang
lebih baik berdasarkan keaddan dunia sekarang dan kemampuan teknis saat ini.
Mereka menjadi sadar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
dapat disamakan dengan kemajuan umat manusia dan sejarah, dan mereka melihat
bahwa jalan-jalan utama menuju masa depan yang bahagia adalah berbeda. Oleh
karena itu Bapa Suci mengajak kita semua untuk menolak menyerah kepada
keadaan itu, dan berani bertanya tentang tujuan dan makna segala sesuatu. Kalau
tidak, kita hanya akan melegitimasi situasi sekarang dan terus membutuhkan lebih
banyak barang pengganti untuk mengisi kekosongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Bagian dua dari bab tiga ditutup dengan artikel 114 yang berisi tentang
ajakan Bapa Suci untuk memperlambat lagnkah dan melihat realitas dengan cara
lain, menyambut baik kemajuan yang positif dan berkelanjutan, dan pada saat
yang sama memulihkan kembali nilai-nilai dan tujuan-tujuan agung yang hancur
karena manusia menganggap dirinya besar tanpa adanya kendali.
3. Krisis dan Efek Antroposentrisme Modern
Bagian tiga pada bab tiga dalam Ensiklik Laudato Si, dibagi menjadi
empat sub bagian yang memuat gagasan Paus Fransiskus mengenai krisis dan efek
antroposentrime modern. empat sub bagian tersebut adalah sub bagian pengantar
yang terdiri dari artikel nomor 115 sampai dengan 121. Sub bagian kedua adalah
relativisme praktis yang terdiri dari artikel nomor 122 sampai dengan 123. Sub
bagian ketiga adalah kebutuhan untuk melestarikan pekerjaan. Sub bagian ini
terdiri dari artikel nomor 124 sampai dengan artikel 129. Dan sub bagian terkahir
adalah teknologi biologis yang baru, terdiri dari artikel nomor 130 sampai dengan
artikel nomor 136. Pada bagian selanjutnya penulis akan menuliskan secara rinci
maksud dari keempat sub bagian dari bagian tiga dalam bab tiga.
a. Pengantar Krisis dan Efek Antroposentrisme
Pada sub bagian ini, Paus Fransiskus memuat gagasan pengantar mengenai
krisis dan efek antroposentrisme. Dimulai dari penjelasan gagasan Paus mengenai
antroposentrisme modern yang secara berlawanan akhirnya menaruh pola piker
teknis di atas realitas, karena manusia “tidak lagi merasakan alam sebagai norma
yang berlaku atau sebagai tempat berlindung yang hidup. Dalam antroposentrisme
modern, ia melihat alam tanpa prasyarat, sebagai obyek, sebagai ruang dan bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
untuk dikerjakan. Oleh karena pandangan tersebut, nilai yang ada pada dunia
sendiri melemah.
Gagasan itu dilanjutkan bahwa zaman modern ini, telah berkembang
antroposentrisme berlebihan yang dalam bentuk-bentuk lain terus menghalangi
setiap pemahaman bersama dan setiap upaya untuk memperkuat ikatan sosial.
Paus mengajak kita semua untuk kembali memperhatikan realitas dengan batas-
batas yang ia tetapkan, dan yang pada gilirannya memungkinkan suatu
pembangunan manusiawi dan sosial yang lebih sehat dan lebih subur. Kita harus
kembali mengingat bahwa konsep manusia sebagai “tuan” atas alam semesta
harus dipahami lebih baik dalam arti “pengelola yang bertanggung jawab”.
Kurangnya perhatian untuk menghitung kerugian terhadap alam dan
mengukur dampak ekologis dari keputusan yang diambi oleh tuan manusia
hanyalah tanda paling nyata dari kurangnya minat akan pesan yang tertulis dari
dalam struktur alam sendiri. Apabila manusia kehilangan kemampuannya untuk
mengakui nilai orang miskin, embrio manusia, atau orang yang cacat akan sulit
bagi manusia untuk mendengarkan jeritan alam. Semuanya terhubung. Jika
manusia mulai menyatakan dirinya otonom terhadap realitas dan bertindak
sebagai penguasa mutlak, dasar kehidupannya mulai runtuh, karena “bukannya
menjalankan tugasnya bekerja sama dengan Allah di dunia. Ia justru malahan mau
menggantikan temapt Allah dan dengan demikian akhrinya membangkitkan
pemberontakan alam. Situasi ini membawa kita ke suatu skizofrenia yang tetap,
yang bergerak dari pengagungan teknokrasi yang tidak megnakui nilai instrinsik
mahkluk-mhakluk lain, sampai ke reaksi yang menolak nilai khusus apa pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kepada manusia. Sebuah antroposentrisme sesat tidak perlu diganti dengan
“biosentrisme”, karena itu akan berarti membawa ketidakseimbangan baru, yang
bukan memcahkan masalah tetapi menambah masalah. Manusia tidak dapat
diharapkan melibatkan diri penuh hormat ke dalam dunia, jika tidak serentak ada
pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuannya yang unik berupa
pengetahuan, kehendak, kebebasan dan tanggung jawab.
Oleh karena itu, relasi yang tepat dengan dunia ciptaan, kita tidak perlu
melemahkan dimensi sosial manusia maupun dimensi transendennya, keterbukaan
terhadap “Engkau” yang ilahi. Manusia tidak dapat membayangkan hubungan
dengan lingkungan alam yang dipisahkan dari hubungan dengan orang lain dan
Allah. Jika dipisahkan maka akan menjadi individualism romantic, yang
menyamar dalam pakaian indah ekologis dan mengurung kita dalam imanensi
yang menyesakkan. Sebab semuanya saling terkait, pelestarian alam tidak
kompatibel pula dengan pembenaran aborsi. Bagaimana kita dapat mengajarkan
pentingnya kepedulian terhadap yang lemah di sekitar kita, yang ada kalanya
mengganggu atau tidak nyaman, jika kita gagal melindungi embrio manusia, juga
ketikga kedatangannya membawa ketidaktentraman dan kesulitan? Jika kepekaan
pribadi dan masyarakat terhadap penerimaan hidup baru hilang, maka bentuk-
bentuk penerimaan lainnya yang berguna untuk hidup masyarakat juga ikut layu.
Paus Fransiskus kemudian menutup sub bagian pengantar dengan ajakan
untuk mengembangkan sintesis baru yang mampu mengatasi pemikiran palsu
beberapa abad terkahir. Baik itu bagi masyarakat umum maupun bagi orang
Kristen itu sendiri. Paus mengatakan bahwa kekristenan itu sendiri, tetap setia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kepada identitasnya dan kepada harta kebenaran yang diterima dari Yesus Kristus,
selalu merenungkan dan menyatakannya kembali dalam dialog dengan situasi-
situasi sejarah yang baru. Dengan demikian, terungkaplah kebaruannya yang
abadi.
b. Relativisme Praktis
Pada sub bagian ini, Paus Fransiskus menyoroti gaya hidup menyimpang
yang disebabkan oleh antroposentrisme yang menyimpang. Paus merujuk pada
Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium, di mana dalam anjuran tersebut Paus
menyoroti relativisme praktis yang menjadi ciri khas jaman modern dan yang
lebih berbahaya daripada relativisme doktrinal. Jika manusia menempatkan
dirinya di pusat, ia akhirnya memberikan prioritas tertinggi kepada
kepentingannya yang sesaat, dan semuanya yang lain menjadi relatif. Karena itu,
tidak mengherankan bahwa bersaman dengan paradigma teknokratis yang
dominan dan pemujaan kuasa manusia yang tidak terbatas, berkembang suatu
relativisme yang mengganggap segala sesuatu tidak penting lagi. Semuanya ini
ada logika yang membantu memahami bagaimana sikap-sikap tertentu yang
menyebabkan kerusakan lingkungan maupun kerusakan sosial, saling memupuk.
Paus menegaskan budaya relativisme adalah penyakit yang sama yang
mendorong seseorang untuk mengeksploitasi sesamanya dan memperlakukannya
seabgai obyek saja, dengan mewajibkannya untuk kerja paksa atau
memperbudaknya karena utang. Cara berfikir yang sama mendorong eksploitasi
seksual terhadap anak-anak atau penelantaran lansia yang tidak lagi berguna untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kepentingan pribadi. Oleh karena itu, jangan kita berfikir bahwa upaya politik dan
kekuatan hukum akan cukup untuk mencegah perilaku yang berdampak pada
lingkungan, karena apabila kebudayaan sudah korup dan kita tidak lagi mengakui
kebenaran objektif atau prinsip-prinsip yang berlaku universal, hukum hanya
dilihat sebagai pemaksaan yang sewenang-wenang dan sebagai kendala yang
perlu dihindari.
c. Kebutuhan Untuk Melestarikan Pekerjaan
Pada sub bagian ketiga ini, memuat gagasan Paus Fransiskus megenai
kebutuhan untuk melestarikan pekerjaan manusia. Bapa Suci menuliskan dalam
setiap pendekatan ekologi integral, yang tidak mengecualikan manusia, harus
diperhitungkan nilai pekerjaan yang diuraikan dengan penuh hikmat oleh Santo
Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Laborem Exercens. Pada kenyataannya,
campur tangan manusia untuk mengembangkan dunia ciptaan dengan cermat,
adalah bentuk pemeliharaan yang paling tepat karena berarti bahwa kita
memandang diri sebagai sarana Allah untuk membantu mewujudkan potensi yang
telah Allah sendiri letakkan dalam segalanya.
Gagasan tersebut dilanjutkan dengan uraian lain di artikel 125 yang berisi:
mengenai ajakan untuk mencoba merenungkan hubungan yang tepat antara
manusia dan dunia di sekitar kita, muncullah kebutuhan akan pemahaman yang
tepat terhadap pekerjaan; sebab jika kita berbicara tentang hubungan antara
manusia dan hal-hal lain, muncullah pertanyaan tentang arti dan tujuan semua
aktivitas manusia. Bersamaan dengan kekaguman konteplatif terhadap dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
ciptaan seperti yang kita temukan pada Santo Fransiskus dari Assisi, Spiritualitas
Kristen juga telah mengembangkan pemahaman yang kaya dan sehat terhadap
pekerjaan, seperti yang dapat kita lihat, misalnya, dalam kehidupan Beato Charles
de Foucauld dan murid-muridnya.
Pada artikel 126, Bapa Suci mengajak semua umat untuk memetik sesuatu
dari tradisi lama monastitisme, sebagai cara melarikan diri dari dunia, mencoba
melepaskan diri dari kemerosotan kehidupan kota. Karena itu para rahib mencari
padang gurun, yang diyakini sebagai tempat yang tepat untuk mengenali
kehadiran Allah. Kemudian, Santo Benediktus dari Nursia mengusulkan agar para
rahib hidup dalam komunitas, dan menggabungkan doa serta bacaan dalam kerja
tangan (Ora et labora). Memperkenalkan kerja tangan yang sarat akan makna
rohani adalah revolusioner. Kita diajak untuk belajar mematangkan dan
menguduskan diri melalui interaksi antara permenungan dan pekerjaan. Dengan
cara meghayati pekerjaan seperti itu kita menjadi lebih peka dan lebih ramah
terhadap lingkungan serta relasi kita dengan dunia menjadi lebih bersahaja dan
sehat .
Gagasan kerja dan doa dilanjutkan pada artikel 127 yang menyatakan
bahwa manusia menjadi pencipta pusat dan tujuan dari seluruh kehidupan sosial
ekonomi. Namun ketika kemampuan manusia untuk bermenung dan bersujud
merosot, terciptalah situasi di mana arti pekerjaan dimengerti. Pekerjaan harus
menjadi tempat pengembangan pribadinya dalam beberapa dimensi kehidupan
yang penting: kreativitas, perencanaan masa depan, pengembangan bakat,
penghayatan nilai-nilai, komunikasi dengan orang lain, dan sikap memuja Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Oleh karena itu, dalam realitas masyarakat global saat ini, perlulah kita terus
member prioritas terhadap akses ke pekerjaan tetap bagi semua orang.
Kemudian dalam artikel 128 Bapa Suci menekankan gagasan mengenai
teknologi yang jangan dipandang sebagai penganti tenaga kerja manusia. Bapa
Suci menulis, kemajuan teknologi jangan dipandang untuk menggantikan tenaga
kerja manusia, karena dengan demikian manusia akan merugikan dirinya. Kerja
adalah suatu keharusan, bagian dari makna hidup di bumi, jalan menuju
pematangan, pengembangan manusia, dan perwujudan diri. Dalam arti ini,
membantu orang miskin dengan uang harus selalu menjadi solusi sementara untuk
menangani keadaan darurat. Tujuan utama seharusnya selalu memungkinkan
mereka untuk hidup bermartabat melalui pekerjaan. Berhenti berinvestasi pada
manusia, untuk mendapatkan keuntungan finansial jangka pendek yang lebih
besar merupakan usaha yang sangat buruk bagi masyarakat.
Lalu sub bagian ketiga ditutup dengan artikel 129 yang memuat usulan
Bapa Suci mengenai penyelenggaraan lapangan kerja. Usulan Bapa Suci adalah
agar terus mempromosikan ekonomi yang mendorong keragaman produksi dan
kreativitas kewirausahaan. Kegiatan kewirausahaan, yan gmerupakan panggilan
mulia untuk menghasilkan kekayaan dan memperbaiki dunia bagi semua, dapat
menjadi cara yang sangat subur untuk memajukan daerah di mana proyek-
proyeknya dikembangkan; terutama jika dipahami bahwa penciptaan lapangan
kerja merupakan bagian penting dari pelayanan untuk kesejahteraan umum.
d. Teknologi Biologis yang Baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pada sub bagian keempat ini, Paus Fransiskus menyoroti tentang teknologi
biologis yang baru.
Kritik Bapa Suci dimulai dari artikel 130 yang memuat tentang ajaran dari
Katekismus Gereja Katoik yang mengajarkan bahwa eksperimen pada binatang
hanya sah jika dalam batas-batas yang wajar, dapat menyumbang untuk
menyembuhkan dan menyelamatkan manusia. Katekismus mengingatkan dengan
tegas bahwa kuasa manusia punya batas dan bahwa penyiksaan terhadap bintang
bertentangan dengan martabat manusia. Perlu disadari bahwasanya, setiap
penggunaan atau eksperimen menuntut penghormatan kepada keutuhan ciptaan.
Kritik atau masukkan mengenai teknologi biologis yang baru dilanjutkan
dengan ajakan Paus yang mengangkat kembali posisi seimbang Santo Yohanes
Paulus II, ketika menyoroti manfaat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang menunjukkan kemuliaan panggilan manusia untuk berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam tindakan kreatif Allah di dalam dunia. Gereja
menghargai kontribusi studi dan aplikasi biologi molekuer, dilengkapi dengan
disiplin ilmu lainnya seperti genetika dan aplikasi teknologisnya dibidang
pertanian dan industri, meskipun ia juga menyataka bahwa semuanya itu tidak
harus mengarah pada manipulasi genetic yang dilakukan tanpa pertimbangan
matang. Pada saat yang sama, kita tidak henti-hentinya perlu memikirkan kembali
tujuan, efek, konteks, dan batas-batas etis aktivitas manusia ini, yang merupakan
kekuasaan yang melibatkan resiko yang tinggi. Refleksi Bapa Suci berlanjut
dalam artikel 132 yang membahas tentang campur tangan manusia pada tanaman
dan hewan yang sekarang melibatkan mutasi genetic yang dihasilkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bioteknologi, dengan maksud untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia
dalam realitas materiil. Hormat iman terhadap akal budi meminta untuk
memperhatikan apa yang dapat diajarkan oleh ilmu biologi sendiri, yang
dikembangkan secara independen dari kepentingan ekonomi, tentang struktur-
struktur biologis serta peluang-peluang dan mutasi mereka. Bagaimanapun
intervensi sah adalah intervensi yang bertindak pada alam untuk membantunya
berkembang menurut garisnya sendiri sebagai ciptaan, sebagaimaa dikehendaki
oleh Allah.
Refleksi Bapa Suci mengenai modifikasi genetik, dilanjutkan dalam artikel
133 yang membahas betapa sulitnya membuat penilian umum tentang modifikasi
genetik, entah menyangkut tanaman atau hewan dengan tujuan medis atau agraris
karena modifikasi-modifikasi itu bisa sangat berbeda satu sama lain dan
memerlukan pertimbangan yang berbeda. Domestikfikasi hewan, persilangan
spesies dan praktik kuno lainnya yang diterima secara universal dapat masuk
pertimbangan di sini. Perlu diingat bahwa perkembangan ilmiah dari sereal
transgenic dimulai dari pengamatan bakteri yang secara alami dan spontan
menghasilkan modifikasi genom tanaman. Tetapi di alam, proses itu berjalan
lambat tidak sebanding dengan langkah cepat berkat kemajuan teknologi saat ini,
bahkan ketika kemajuan ini adalah buah perkembangan ilmiah dari beberapa abad
lalu.
Kemudian Bapa Suci melanjutkan pembahasan pada artikel 133 ke artikel
134, meskipun tidak ada bukti tidak terbantahkan tentang kerugian yang dapat
disebabkan oleh sereal transgenic bagi manusia, yang di beberapa daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
penggunaannya telah membawa pertumbuhan ekonomi yang membantu
memecahkan pelbagai masalah, masih ada sejumlah kesulitan signifikan yang
tidak boleh dianggap remeh. Dibeberapa negara, kita melihat perkembangan
oligopoly dalam produksi gandum dan produk lainnya yang dibutuhkan dalam
budaya mereka. Ketergantungan ini menjadi lebih parah lagi dengan produksi
benih steril yang akhirnya akan memaksa para petani untuk membeli benih dari
perusahaan produsen besar.
Masalah pada artikel 134 lebih dalam disoroti oleh Bapa Suci dalam
artikel 135. Masalah oligopoly yang memaksa petani untuk membeli benih dari
perusahaan produsen besar memerlukan perhatian terus-menerus dan kepeduliaan
bagi semua aspek etis yang terkait. Untuk itu, perlu dijamin suatu diskusi ilmiah
dan sosial yang betanggung jawab dan luas, mampu memperhitungkan semua
informasi yang tersedia dan membicarakannya secara terbuka. Kadang-kadang
kita tidak menerima seluruh informasi yang diseleksi sesuai dengan kepentingan
tertentu, entah itu politis, ekonomis, atau ideologis. Hal ini adalah masalah
lingkungan yang kompleks; penangannya membutuhkan pendekatn komprehensif,
dan untuk itu dibutuhkan, setidaknya, suatu upaya yang lebih besar untuk
membiayai berbagai bidang penelitian, yang otonom dan interdisipliner, yang
mampu membawa terang baru.
Bab tiga pada Ensiklik Laudato Si ditutup dengan artikel 136 yang isinya
adalah lanjutan dari bagian keempat di bab tiga. Di sisi lain, sungguh
mencemaskan ketika beberapa gerakan ekologi yang mempertahankan keutuhan
lingkungan dan menuntut batas-batas tertentu pada penelitian ilmiah kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip yang sama untuk hidup manusia. Ada
kecenderungan untuk membenarkan melanggar segala batas saat melakukan
eksperimen pada embrio manusia yang hidup.
Bapa Suci mengajak kita untuk mengingat nilai mutlak manusia
melampaui tahap perkembangannya. Selain itu, ketika teknik mengabaikan
prinsip-prinsip etika, akhirnya, ia menganggap sah praktik apapun. Sebagaimana
telah penulis kemukakan dalam bab tiga di Ensiklik Laudato Si ini, teknologi
yang dipisahkan dari etika tidak akan mudah untuk dapat membatasi
kekuasaaanya sendiri.
D. EKOLOGI YANG INTEGRAL
Mengingat bahwa semuanya saling terkait, dan bahwa masalah-masalah
masa kini membutuhkan suatu visi yang memperhitungkan semua aspek dari
krisis global, saya mengusulkan bahwa kita sekarang mempertimbangkan
pelbagai komponen dari suatu ekologi integral, yang jelas mempunyai dimensi
manusiawi dan sosial.
1. Ekologi Lingkungan, Ekonomi Dan Sosial
Ekologi mempelajari hubungan antara organisme-organisme hidup dan
lingkungan di mana mereka ber kembang. Hal itu meminta pula refleksi dan
diskusi yang jujur tentang syarat-syarat untuk hidup dan kelangsungan hidup
masyarakat, dan kejujuran untuk mempertanyakan pelbagai model pembangunan,
produksi dan konsumsi. Tidak berlebihan untuk menekankan bahwa semuanya
terhubung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ketika berbicara tentang “lingkungan”, kita mengacu pada suatu relasi
yang khusus, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu
mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita atau
hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di
dalamnya, dan terjalin dengannya.
Pertumbuhan ekonomi cenderung menghasilkan otomatisasi dan
homogenisasi, untuk menyederhanakan prosedur dan mengurangi biaya. Karena
itu dibutuhkan ekologi ekonomis, yang mengharuskan untuk mempertimbangkan
realitas secara lebih luas.
2. Ekologi Budaya
Bersama dengan warisan alam, juga warisan sejarah, seni dan budaya
terancam. Warisan ini adalah bagian dari identitas bersama di suatu tempat dan
dasar untuk membangun sebuah kota yang layak huni. Yang penting bukanlah
membongkar atau pun membangun kota-kota baru yang disebut lebih ekologis,
namun tidak selalu lebih menarik untuk dihuni. Kita harus memperhitungkan
sejarah, budaya dan arsitektur lokal, untuk mempertahankan
Visi konsumeristik manusia, didorong oleh mekanisme ekonomi global
saat ini, cenderung untuk menyeragamkan budaya dan mengurangi
keanekaragamannya, yang merupakan harta umat manusia. Oleh karena itu,
mengklaim bahwa semua kesulitan dapat diselesaikan melalui peraturan yang
seragam atau intervensi teknis, cenderung mengabaikan kompleksitas masalah-
masalah lokal yang memerlukan keterlibatan aktif masyarakat setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Banyak bentuk eksploitasi dan degradasi lingkungan yang sangat intensif
tidak hanya menguras sumber daya setempat, tetapi juga melemahkan
kemampuan sosial yang telah mendukung suatu cara hidup yang sejak lama
memberi identitas budaya serta makna hidup dan bermukim bersama. Hilangnya
satu budaya dapat sama serius atau lebih serius daripada hilangnya spesies
tanaman atau binatang. Pemaksaan gaya hidup yang dominan terkait dengan cara
produksi tertentu dapat membawa kerugian sama besar seperti perubahan
ekosistem.
Dalam arti ini, amat penting memberikan perhatian khusus kepada
masyarakat adat dan tradisi budaya mereka. Mereka bukan hanya suatu minoritas
di tengah yang lain, tetapi mereka harus menjadi mitra dialog utama, terutama
ketika dikembangkan proyek-proyek besar yang mem pengaruhi wilayah mereka.
Memang, bagi kelompok-kelompok ini tanah bukan harta ekonomis, tetapi
pembe rian dari Allah dan dari para leluhur yang dimakamkan di situ, ruang
sakral yang mereka butuhkan untuk berinteraksi demi mempertahankan identitas
dan nilai-nilai mereka. Ketika mereka tinggal di wilayah mereka, justru merekalah
yang melestarikannya dengan paling baik. Namun, di berbagai belahan dunia,
mereka berada di bawah tekanan untuk meninggalkan tanah mereka dan
melepaskannya untuk proyek-proyek pertambangan serta proyek-proyek pertanian
dan perikanan yang tidak memperhatikan kerusakan alam dan budaya.
3. Ekologi Hidup Sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pengembangan dapat disebut otentik kalau ada jaminan untuk
mewujudkan perbaikan secara keseluruhan dalam kualitas hidup manusia; dan ini
melibatkan kajian tentang tempat di mana orang hidup. Situasi di sekitar kita
mempengaruhi cara kita melihat kehidupan, menaruh perasaan, dan bertindak.
Pada saat yang sama, di kamar kita, di rumah kita, di tempat kerja dan di wilayah
kita, kita menggunakan lingkungan untuk mengungkapkan identitas kita. Kita
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan, tetapi kalau lingkungan
berantakan, kacau, atau kelihatan tercemar dan bising, kelebihan rangsangan itu
mempersulit usaha kita untuk membangun sebuah identitas yang utuh dan
bahagia.
Kehidupan sosial yang positif dan murah hati di antara para penghuni
mencerahkan lingkungan yang tampaknya tidak menguntungkan. Kadang-kadang
ekologi manusiawi yang dapat dikembangkan orang miskin di tengah begitu
banyak keterbatasan, patut dipuji. Perasaan sesak napas yang disebabkan oleh
wilayah pemukiman padat penduduk, diimbangi dengan membangun hubungan
bertetangga.
Bagi mereka yang tinggal dalam lingkungan yang sangat miskin,
pengalaman sehari-hari akan hidup berdesakan dan anonimitas sosial yang
dialami di kota-kota besar, dapat menyebabkan perasaan kehilangan akar yang
mendorong perilaku antisosial dan kekerasan. Namun, saya ingin menekankan
bahwa cinta lebih kuat. Dalam keadaan tersebut, banyak orang mampu
membangun hubungan saling memiliki dan hidup bersama, yang mengubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kepadatan menjadi pengalaman komunitas di mana dinding ego diruntuhkan dan
hambatan egoisme diatasi.
Kekurangan perumahan adalah masalah serius di banyak bagian dunia,
baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota besar, karena anggaran negara
sering hanya cukup untuk sebagian kecil dari permintaan. Bukan hanya orang
miskin, tetapi bagian besar masyarakat mengalami kesulitan serius untuk
memperoleh rumah milik sendiri. Kepemilikan rumah sangat erat kaitannya
dengan martabat manusia dan pembangunan keluarga. Ini meru pakan masalah
sentral ekologi manusiawi. Bila di tempat tertentu sudah berkembang kawasan
kumuh dan beran takan, diperlukan terutama peremajaan kawasan itu, bukan
pembongkaran dan pengusiran.
Pengakuan akan martabat khas manusia sering bertolak belakang dengan
kehidupan kacau yang harus ditanggung orang di kota-kota kita. Namun ini
seharusnya tidak mengalihkan perhatian kita dari keadaan terabaikan dan
terlupakan yang diderita juga oleh sejumlah penduduk daerah pedesaan, di mana
tidak ada akses ke pelayanan dasar, dan di mana ada pekerja-pekerja yang
diceburkan dalam situasi perbudakan, tanpa hak atau pun harapan akan kehidupan
yang lebih bermartabat.
4. Prinsip Kesejahteraan Umum
Ekologi manusia tidak terlepas dari gagasan kesejahteraan umum, prinsip
yang memainkan peran sentral dan pemersatu dalam etika sosial. Kesejahteraan
umum mengandaikan penghormatan terhadap pribadi manusia apa adanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan hak-hak dasar dan mutlak yang diarahkan kepada pengembangannya yang
integral. Kesejahteraan umum juga menuntut kesejahteraan sosial dan
pengembangan berbagai kelompok perantara, sesuai dengan prinsip subsidiaritas.
Dalam kondisi masyarakat global sekarang ini, dengan begitu banyak
ketimpangan dan makin banyak orang yang terpinggirkan, dirampas hak-hak
asasinya, prinsip kesejahteraan umum langsung, sebagai konsekuensi logis dan
tak terelakkan, menjadi seruan solidaritas dan prioritas pilihan bagi kaum miskin.
Pilihan ini berarti menarik segala konsekuensi dari tujuan umum barang-barang
duniawi, tetapi, seperti telah saya coba ungkapkan dalam Seruan Apostolik
Evangelii Gaudium.
5. Keadilan Antargenerasi
Konsep kesejahteraan umum juga meluas ke generasi mendatang. Krisis
ekonomi global telah menunjukkan sangat jelas kerugian yang diakibatkan bila
kita mengabaikan nasib kita bersama yang juga menyangkut orang-orang yang
datang sesudah kita. Kita berbicara tentang solidaritas antargenerasi bukan
sebagai sikap opsional, tetapi sebagai soal mendasar keadilan, karena bumi yang
kita terima juga milik mereka yang akan datang.
Ketika kita bertanya tentang dunia yang ingin kita tinggalkan, kita
terutama berbicara tentang arahnya secara keseluruhan, maknanya, nilai-nilainya.
Jika pertanyaan lebih mendasar ini tidak diajukan, saya tidak yakin bahwa
kepedulian kita terhadap lingkungan akan menghasilkan sesuatu yang signifikan.
Tetapi jika pertanyaan ini diajukan dengan keberanian, kita dapat langsung
dibawa kepada pertanyaan-pertanyaan lain: mengapa kita berada di dunia ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mengapa kita lahir dalam hidup ini, untuk apa kita berjuang dan kita bekerja,
mengapa bumi ini membutuhkan kita? Oleh karena itu, tidak cukup untuk
mengatakan bahwa kita harus peduli akan generasi mendatang. Kita harus
menyadari bahwa apa yang dipertaruhkan adalah martabat kita sendiri. Kitalah,
pertama-tama kita sendiri, yang berkepentingan untuk mewariskan planet yang
layak huni kepada generasi selanjutnya. Inilah tugas dramatis bagi diri kita
sendiri, karena menyangkut makna perjalanan kita sendiri di dunia ini.
Tingkat konsumsi, limbah, dan kerusakan lingkungan telah melam paui
kapasitas planet sedemikian rupa, sehingga gaya hidup kita saat ini, karena tak
mungkin berkelanjutan, hanya dapat menyebabkan bencana, seperti sudah terjadi
secara berkala di berbagai wilayah dunia.
Kesulitan untuk menghadapi secara serius tantangan itu berkaitan dengan
suatu kemerosotan etika dan budaya yang mengiringi kerusakan ekologis. Laki-
laki dan perempuan dunia pasca-modern berisiko menjadi sangat individualis.
Banyak masalah sosial terkait dengan sikap egois sekarang ini yang terfokus pada
yang instan, dengan krisis ikatan keluarga dan masyarakat, dan dengan kesulitan
untuk mengakui yang lain. Sering kali orang tua hidup dalam konsumerisme
instan dan berlebihan, yang menyebabkan anak-anak mereka mengalami kesulitan
yang semakin besar untuk mendapatkan rumah dan membangun sebuah keluarga.
Selain itu, ketidakmampuan kita untuk serius memikirkan generasi mendatang
terkait dengan ketidakmampuan kita untuk memperluas pemahaman kita tentang
kepentingan saat ini dan memperhatikan orang-orang yang tetap dikucilkan dari
pembangunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
E. BEBERAPA PEDOMAN UNTUK ORIENTASI DAN AKSI
Pada bab lima Ensiklik Laudato Si, Bapa Paus Fransiskus telah mencoba
mengkaji situasi umat manusia saat ini dengan mengamati baik celah-celah di
planet yang kita diami, maupun penyebab-penyebab manusiawi yang terdalam
dari kerusakan lingkungan itu. Meskipun pengamatan terhadap realitas itu sendiri
sudah menun jukkan perlunya perubahan arah, dan menyarankan tindakan-
tindakan tertentu, sekarang kita akan mencoba untuk menggariskan beberapa jalur
utama dialog yang dapat membantu kita untuk keluar dari spiral penghancuran
diri yang menenggelamkan kita. Tertulis pada artikel 163
1. Dialog Tentang Lingkungan Dalam Politik Internasional
Artikel 164 berisi tentang keadaan sejak pertengahan abad lalu, setelah
mengatasi banyak kesulitan, kita makin cenderung untuk melihat planet ini
sebagai tanah air kita, dan umat manusia sebagai satu bangsa yang tinggal dalam
suatu rumah bersama. Gagasan bahwa dunia kita interdependen, tidak hanya
menyadar kan kita bahwa dampak negatif dari gaya hidup, produksi, dan
konsumsi menimpa semua orang, tetapi terutama mendorong kita untuk
memastikan bahwa diusulkan solusi-solusi dalam perspektif global, dan bukan
hanya untuk melindungi kepentingan negara-negara tertentu.
Dalam artikel 165 kita tahu bahwa teknologi yang menggunakan bahan
bakar fosil sangat mencemari terutama batubara, tetapi juga minyak dan, pada
tingkat lebih rendah gas perlu diganti, secara bertahap dan tanpa menunda. Selama
pengembangan energi yang terbarukan yang seharusnya sudah berjalan belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
memadai, adalah sah untuk memilih yang kurang jahat dan beralih kepada solusi
sementara. Namun, masyarakat internasional gagal mencapai kesepakatan yang
memadai tentang tanggung jawab mereka yang harus menanggung biaya transisi
energi ini. Dalam beberapa dekade terakhir, soal-soal lingkungan telah
menimbulkan debat publik yang luas, yang telah menumbuhkan suatu ruang
masyarakat sipil untuk aneka bentuk komitmen dan dedikasi yang murah hati.
Dalam artikel 166 sampai dengan artikel 169 berisi tentang gerakan
ekologi sedunia telah bergerak maju secara signifikan, diperkaya oleh upaya
berbagai organisasi masyarakat sipil. Tidak mungkin untuk menyebutkan mereka
semua di sini, atau untuk meninjau sejarah sumbangan mereka. Namun, berkat
komitmen mereka yang kuat, soal-soal lingkungan semakin mendapat tempat pada
agenda publik dan terusmenerus mengundang untuk berpikir jangka panjang.
Namun, pertemuan-pertemuan puncak sedunia tentang lingkungan pada beberapa
tahun terakhir tidak memenuhi harapan sebab, karena kurangnya kemauan politik,
mereka tidak mencapai kesepakatan-kesepakatan ekologis yang sungguh-sungguh
bermakna dan efektif.
Artikel 170 sampai dengan artikel 175 berisi tentang beberapa strategi
untuk mengurangi emisi gas po lutan mengusahakan internasionalisasi biaya
lingkungan, dengan risiko bahwa negara-negara yang kekurangan sumber daya
harus menanggung kewajiban pengurangan emisi yang lebih berat dibandingkan
dengan negara-negara industri. Memaksakan tindakan pencegahan itu merugikan
negara-negara yang paling membutuhkan pembangunan. Demikian ditambah
sebuah ketidakadilan baru dengan kedok perlindungan lingkungan. Seperti biasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
orang miskin akhirnya membayar ongkosnya. Karena efek dari perubahan iklim
akan dirasakan untuk waktu yang lama bahkan jika sekarang diambil tindakan
tegas, beberapa negara yang kekurangan sumber daya akan membutuhkan bantuan
untuk beradaptasi terhadap dampak yang sudah terjadi dan mempengaruhi
ekonomi mereka.
2. Dialog Untuk Kebijakan Baru Nasional Dan Lokal
Pada artikel 176 dan 177 mengulas bahwa pemenang dan pecundang
bukan hanya ada di antara negara-negara, tetapi juga di dalam negara-negara yang
miskin, di mana tanggung jawab yang berbeda harus diidentifikasi. Karena itu,
masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan pembangunan ekonomi
tidak lagi bisa didekati hanya dari sudut perbedaan antara negara-negara, tetapi
menuntut juga agar perhatian diberi kepada kebijakan nasional dan lokal.
Pada artikel 178 politik yang mengejar hasil langsung, yang juga didukung
oleh penduduk yang konsumeristis, memaksa untuk menghasilkan pertumbuhan
dalam jangka pendek. Menanggapi kepentingan pemilu, pemerintah tidak akan
mudah mengambil risiko untuk tidak menyenangkan penduduk dengan langkah-
langkah yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi atau membahayakan
investasi asing. Cara berpikir kekuasaan yang hanya melihat yang dekat,
menyebabkan agenda lingkungan yang berpandangan jauh tidak cepat masuk ke
dalam agenda publik pemerintah.
Artikel 179 mengulas bagaimana di beberapa tempat dikembangkan
koperasi untuk mengeksploitasi sumber energi yang terbarukan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
memungkinkan swasembada lokal, dan bahkan penjualan surplus energi. Contoh
sederhana ini menunjukkan bahwa kalangan lokal dapat mengubah situasi,
sementara tatanan dunia sekarang tidak mampu mengemban tanggung jawabnya.
Memang, pada tingkat lokal ini orang dapat membangkitkan rasa tanggung jawab
yang lebih besar, rasa kebersamaan yang kuat, kemampuan khusus untuk
merawat, dan kreativitas yang lebih murah hati, cinta yang mendalam akan
tanahnya; di situ pun, orang berpikir tentang apa yang akan ditinggalkan untuk
anak-cucu.
Pada artikel 180 dan 181 dapat disebutkan pula manajemen transportasi
yang baik, dan membangun atau memperbaiki gedung dengan cara mengurangi
konsumsi energi dan tingkat polusi. Selain itu, aktivitas politik di tingkat lokal
juga bisa diarahkan kepada variasi konsumsi, pengembangan ekonomi sampah
dan daur ulang, perlindungan spesies, dan diversifikasi pertanian dengan program
rotasi tanaman. Pertanian di daerah miskin dapat ditingkatkan melalui investasi
dalam infrastruktur pedesaan, dalam perbaikan pasar lokal atau nasional, dalam
sistem irigasi, dan dalam pengembangan teknik pertanian berkelanjutan.
3. Dialog Dan Transparansi Dalam Pengambilan Keputusan
Artikel 182 dan 183 mengungkapkan sebuah analisis mengenai dampak
lingkungan seharusnya tidak baru diadakan setelah rancangan sebuah proyek
produksi atau salah satu kebijakan, rencana, atau program sudah dibuat. AMDAL
ini harus diikutsertakan dari awal dan dikembangkan secara interdisipliner,
transparan, dan independen dari segala tekanan politik atau ekonomi. Ini harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dikaitkan dengan suatu pengkajian tentang kondisi kerja dan tentang efek yang
mungkin terjadi, antara lain, pada kesehatan fisik dan mental masyarakat, pada
ekonomi lokal, pada keselamatan.
Artikel 184 dan 185 mengungkapkan beberapa proyek yang tidak
dianalisis secara memadai, dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup dalam
suatu daerah karena berbagai alasan, seperti kebisingan yang tak terduga,
pengurangan panorama, hilangnya nilai-nilai budaya, efek-efek penggunaan
energi nuklir. Budaya konsumeris yang mengutamakan jangka pendek dan
kepentingan pribadi, dapat mendorong prosedur yang ter lalu cepat atau
membolehkan penyembunyian informasi.
Dalam artikel 186 dan 186 mengungkapkan setiap diskusi tentang suatu
usaha baru, serangkaian pertanyaan harus diajukan untuk melihat apakah, atau
tidak, usaha itu akan menyumbang kepada pembangunan yang benar-benar
integral: Untuk apa? Mengapa? Di mana? Kapan? Bagaimana? Untuk siapa? Apa
risikonya? Berapa biayanya? Siapa yang akan membayar biaya itu dan bagaimana
ia akan melakukannya? Dalam evaluasi ini, pertanyaan-pertanyaan tertentu harus
diprio ritaskan. Sebagai contoh, kita tahu bahwa air adalah sumber daya terbatas
dan sangat diperlukan, dan akses kepada air merupakan hak dasar, syarat untuk
pelaksanaan hak-hak manusia lainnya. Hal yang tak terbantahkan ini adalah yang
terpenting dalam seluruh pengkajian mengenai dampak ekologis pada suatu
daerah.
Artikel 188 dalam diskusi tentang masalah-masalah lingkungan tertentu
tidak mudah untuk mencapai konsensus. Saya ulangi sekali lagi bahwa Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tidak berpretensi untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ilmiah atau meng
ambil alih politik, tetapi saya mengundang untuk berdialog yang jujur dan
transparan, agar ideologi dan kepentingan tertentu tidak merugikan kesejahteraan
umum.
4. Politik Dan Ekonomi Dalam Dialog Untuk Pemenuhan Manusia
Artikel 189 berisi tentang dimana politik tidak harus tunduk pada ekonomi
dan ekonomi tidak harus tunduk pada perintah atau paradigma efisiensi
teknokrasi. Saat ini, sambil memikirkan kesejahteraan umum, ada kebutuhan
mendesak bahwa politik dan ekonomi, dalam dialog, secara tegas mengabdikan
diri kepada kehidupan, terutama kehidupan manusia. Menyelamatkan bank-bank
dengan biaya apa pun, dengan membuat masyarakat membayar harganya, tanpa
keputusan kuat untuk meninjau dan mereformasi sistem secara keseluruhan,
menegaskan kembali kekuasaan mutlak keuangan yang tidak memiliki masa
depan dan yang hanya dapat menghasilkan krisis baru setelah pemulihan yang
lama, mahal, dan semu. Krisis keuangan 2007-2008 telah menjadi kesempatan
bagi pengembangan ekonomi baru yang lebih memperhatikan prinsip-prinsip
etika, dan bagi cara-cara baru untuk mengatur praktik keuangan yang spekulatif
dan kekayaan fiktif.
Dalam artikel 190, pola pikir profit tidak ada ruang untuk berpikir tentang
irama alam, fase layu dan regenerasi, atau tentang kompleksitas ekosistem yang
dapat serius diubah oleh campur tangan manusia. Juga, keanekaragaman hayati
dipahami paling-paling sebagai simpanan sumber daya ekonomi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dieksploitasi, tanpa pemikiran serius tentang nilainya yang riil, maknanya bagi
manusia dan budaya, atau kepentingan serta kebutuhan masyarakat miskin.
Artikel 191 mengajarkan jika kita tidak berpikir sempit, kita dapat
menemukan bahwa diversifikasi produksi yang lebih inovatif, dan kurang
berdampak terhadap lingkungan, bisa sangat menguntungkan. Inilah soal
keterbukaan terhadap aneka kemungkinan yang berbeda, yang tidak berarti
mematikan kreativitas manusia dan cita-cita kemajuannya, tetapi mengarahkan
energi itu ke jalur-jalur baru.
Artikel 192 dan 193 mengungkapkan bahwa diversifikasi produksi
membuka amat banyak kesempatan bagi kecerdasan manusia untuk berkreasi dan
berinovasi, sambil serentak melindungi lingkungan serta menambah lapangan
kerja. Kreativitas tersebut akan mampu memekarkan kembali keluhuran manusia,
karena lebih layak menggunakan kecerdasan, dengan keberanian dan tanggung
jawab, untuk menemukan bentuk-bentuk pembangunan yang berkelanjutan dan
berkeadilan, sebagai bagian dari konsep yang lebih luas tentang kualitas hidup.
Sebaliknya, kurang layak, agak dangkal, dan kurang kreatif bila kita terus
menciptakan bentuk-bentuk lain untuk menjarah alam hanya untuk menambah
kesempatan baru konsumsi dan keuntungan cepat.
Artikel 194 dalam hal ini mengulas jalan tengah hanya sedikit menunda
keruntuhan. Yang diperlukan adalah mendefinisikan ulang pengertian kita tentang
kemajuan. Perkembangan teknologi dan ekonomi yang tidak meninggalkan dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik secara keseluruhan, tidak dapat
dianggap sebagai kemajuan.
Artikel 195 berprinsip maksimalisasi keuntungan, yang cenderung
dipisahkan dari pertimbangan lain, mencerminkan salah paham akan konsep
ekonomi: Selama output meningkat, orang tidak peduli bahwa hal itu dilakukan
dengan mengorbankan sumber daya masa depan atau kesehatan lingkungan;
selama eksploitasi hutan meningkatkan produksi, tidak seorang pun mengukur
dalam perhitungan itu, kerugian yang menyiratkan tanah yang menjadi belantara,
kerusakan terhadap keanekaragaman hayati, atau peningkatan polusi.
Artikel 196 mengungkapkan benar bahwa saat ini beberapa sektor
ekonomi menjalankan kekuasaan lebih besar daripada negara-negara sendiri.
Tetapi kita tidak bisa membenarkan ekonomi tanpa politik, karena akan membuat
mustahil mengajukan pola berpikir lain untuk menanggulangi berbagai aspek dari
krisis saat ini. Pola berpikir yang tidak memberi ruang kepada perhatian yang
tulus untuk lingkungan adalah pola sama yang juga tidak memberi ruang untuk
menyertakan mereka yang paling rentan.
Artikel 197 dan 198 mengungkapkan dimana politik tidak mampu
mendobrak cara berpikir yang sesat itu, dan tetap terjebak dalam wacana yang
tidak konsisten, kita terus tidak akan menanggapi masalah-masalah utama umat
manusia. Sebuah strategi perubahan yang nyata memerlukan pemikiran ulang
seluruh proses, karena tidak cukup untuk memasukkan beberapa pertimbangan
ekologis yang dangkal, sementara kita tidak mempertanyakan cara berpikir yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mendasari budaya saat ini. Sebuah politik yang sehat harus mampu menerima
tantangan ini.
5. Agama-Agama Dalam Dialog Dengan Ilmu
Artikel 199 melihat bahwa tak dapat diklaim bahwa ilmu pengetahuan
empiris memberikan penjelasan lengkap tentang kehidupan, ha kikat terdalam
semua makhluk dan keseluruhan realitas. Klaim seperti itu akan berarti terlalu
jauh melanggar batas-batas yang ditetapkan oleh metodologinya sendiri. Jika kita
berpikir dalam ruang terbatas ilmu empiris itu, hilanglah rasa estetika, puisi, dan
bahkan kemampuan akal budi untuk memahami makna dan tujuan segala sesuatu.
Saya ingin mengingatkan bahwa naskah-naskah keagamaan klasik dapat
memberikan makna bagi segala zaman; memiliki kekuatan menggerakkan yang
selalu membuka cakrawala baru.
Artikel 200 melihat bagaimana pun juga, orang-orang beriman harus
diundang untuk konsisten dengan iman mereka sendiri dan tidak menyangkalnya
dengan tindakan mereka. Mereka harus diminta membuka diri lagi terhadap kasih
karunia Allah dan menggali lebih dalam keyakinan mereka sendiri tentang cinta,
keadilan dan perdamaian. Pemahaman keliru akan prinsip-prinsip kita sendiri
kadang-kadang menyebabkan kita membenarkan perusakan alam, kekuasaan
sewenang-wenang manusia atas dunia ciptaan, atau perang, ketidakadilan, dan
kekerasan, tetapi sebagai orang beriman kita dapat mengakui bahwa dengan
demikian kita tidak setia terhadap harta kebijaksanaan yang harus kita jaga.
Artikel 201 melihat dimana mayoritas penduduk planet ini menyatakan
dirinya beriman; hal ini harus mendorong agama-agama untuk masuk ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dialog dengan maksud melindungi alam, membela orang miskin, dan membangun
jaringan persaudaraan yang saling menghormati. Sebuah dialog di antara pelbagai
ilmu sendiri juga diperlukan karena masing-masing cenderung menutup diri
dalam batas-batas bahasanya sendiri, dan spesialisasi mengarah ke isolasi dan
pemutlakan bidang pengetahuannya sendiri. Hal ini menjadi halangan untuk
secara efisien menghadapi masalah lingkungan. Dialog yang terbuka dan saling
menghormati juga diperlukan di antara pelbagai gerakan ekologis, di mana
konflik ideologis tidak absen. Parahnya krisis ekologi mengharuskan kita semua
untuk memikirkan kesejahteraan umum dan bergerak maju di jalan dialog yang
meminta kesabaran, disiplin diri, dan kemurahan hati, sementara selalu teringat
bahwa kenyataan lebih penting daripada gagasan.
F. PENDIDIKAN DAN SPIRITUALITAS EKOLOGI
Banyak hal yang harus diarahkan kembali, tetapi terutama umat
manusia harus berubah. Yang dibutuhkan ialah kesadaran pada asal kita bersama,
pada rasa saling memiliki, dan pada masa depan yang harus dibagi dengan semua
makhluk. Kesadaran mendasar ini dapat memungkinkan pengembangan
keyakinan, sikap, dan bentuk kehidupan yang baru. Jadi kita berhadapan dengan
suatu tantangan budaya, spiritual dan pendidikan yang besar, yang akan
membutuhkan proses pembaruan yang panjang.
1. Menuju Gaya Hidup Yang Baru
Artikel 203 berisi tentang bagaimana pasar dalam upaya untuk menjual pro
duknya cenderung untuk membangkitkan dorongan konsumerisme yang tak
tertahan, orang akhirnya terjebak dalam lingkaran pembelian dan pembelanjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yang tidak perlu. Dorongan kuat mengonsumsi mencerminkan paradigma tekno-
ekonomi dalam kehidupan orang.
Artikel 204 berisi tentang Situasi dunia saat ini “membangkitkan rasa
ketidak pastian dan ketidakamanan, yang pada gilirannya, men dorong aneka
bentuk egoisme kolektif”(AAS;147). Ketika orang menjadi terpusat pada dirinya
dan menutup diri dalam pikirannya sendiri, keserakahan mereka meningkat.
Semakin kosong hati orang, semakin besar kebutuhannya pada barang untuk
dibeli, dimiliki, dan dikonsumsi. Karena itu kita tidak hanya memikirkan gejala
cuaca ekstrem atau bencana alam yang besar, tetapi juga aneka bencana akibat
krisis sosial, karena obsesi gaya hidup konsumtif hanya bisa menimbulkan
kekerasan yang saling menghancurkan, terutama ketika hanya sedikit orang dapat
menikmati gaya hidup itu.
Artikel 205 berisi tentang kelanjutan artikel 205, dimana manusia yang bisa
merosot secara ekstrem, juga mampu bangkit melampaui dirinya, memilih
kembali yang baik dan membaharui dirinya, melampaui segala kondisi mental
dan sosial yang didesakkan padanya. Manusia mampu melihat diri sendiri dengan
jujur, mengungkapkan ketidakpuasannya, dan memasuki jalan baru menuju
kebebasan sejati.
Artikel 206 berisi tentang Perubahan gaya hidup bisa membawa tekanan yang
sehat pada mereka yang memegang kekuasaan politis, ekonomis dan sosial. Inilah
yang terjadi ketika gerakan-gerakan konsumen berhasil membuat orang
memboikot produk tertentu; dengan demikian mereka menjadi efektif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mengubah perilaku perusahaan, memaksakannya untuk mempertimbangkan
dampak ekologis dan pola produksinya.
Artikel 207 berisi tentang Piagam Bumi yang telah mengundang kita semua
me ninggalkan masa penghancuran diri dan memulai suatu masa baru, tetapi kita
belum mengembangkan kesadaran universal yang memungkinkannya. Itulah
sebabnya saya berani untuk sekali lagi mengajukan tantangan yang ber harga ini:
“Seperti belum pernah dalam sejarah, nasib kita bersama mengundang kita untuk
mencari sebuah awal baru.
Artikel 208 berisi tentang kita yang selalu dapat mengembangkan
kemampuan baru untuk keluar dari diri sendiri menuju yang lain. Sikap dasar
melampaui diri, dengan mendobrak pikiran tertutup dan keterpusatan pada
dirinya, adalah akar yang memungkinkan segala perhatian diarahkan kepada
orang lain dan lingkungan, dan yang menimbulkan tanggapan moral untuk
menghitung dampak setiap tindakan dan keputusan pribadi kita terhadap dunia
sekitar kita.
2. Pendidikan Untuk Perjanjian Antara Manusia dan Lingkungan
Artikel 209 berisi tentang kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis
yang serius, harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru. Banyak orang
tahu bahwa kemajuan kita saat ini yang hanya berupa penumpukan benda atau
kenikmatan, tidak cukup untuk memberikan makna dan sukacita kepada hati
manusia, tetapi mereka tidak merasa mampu menolak apa yang ditawarkan
kepada mereka oleh pasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Artikel 210 berisi tentang Pendidikan lingkungan yang telah setahap demi
setahap telah memperluas targetnya. Jika pada awalnya sangat terfokus pada
informasi ilmiah, peningkatan kesadaran, dan pencegahan risiko untuk
lingkungan, sekarang pendidikan itu cenderung mencakup kritik terhadap “mitos”
modernitas (individualisme, kemajuan tanpa batas, persaingan, konsumerisme,
pasar tanpa aturan) yang didasarkan pada cara pikir utilitarian.
Artikel 211 berisi tentang pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan
suatu “kewarganegaraan ekologis”, kadang-kadang sebatas memberi informasi,
dan gagal untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Adanya
undang-undang dan aturan tidaklah cukup dalam jangka panjang untuk
mengurangi perilaku buruk, bahkan ketika kontrol yang efektif pun ada.
Semuanya itu adalah bagian dari suatu kreativitas yang layak dan murah hati,
yang mengungkapkan hal terbaik dari manusia. Menggunakan kembali sesuatu
daripada segera membuangnya, karena terdorong oleh motivasi mendalam, dapat
menjadi tindakan kasih yang mengungkapkan martabat kita.
Artikel 212 berisi tentang pikiran bahwa upaya ini tidak akan mengubah
dunia. Tindakan-tindakan ini menyebarkan di masyarakat suatu kebaikan yang
selalu menghasilkan buah di luar apa yang bisa kita lihat, karena menimbulkan
suatu kebaikan di bumi yang cenderung menyebar terus, meskipun kadang-kadang
tak terlihat.
Artikel 213 berisi tentang pendidikan ekologis yang dapat terjadi dalam
berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia dini menaburkan benih yang dapat
menghasilkan buah sepanjang hidup. Dalam keluarga, kita belajar untuk meminta
izin tanpa menuntut, untuk mengatakan “terima kasih” sebagai ungkapan
penghargaan atas apa yang telah diterima, mengendalikan agresi atau
keserakahan, dan meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian. Tindakan
sopan santun yang sederhana dan tulus ini membantu membangun budaya
kehidupan bersama dan rasa hormat demi lingkungan kita.
Artikel 214 berisi tentang dunia politik dan berbagai kelompok masyarakat
lainnya harus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Demikian
juga Gereja. Semua komunitas Kristen harus memainkan peran penting dalam
pendidikan ini. Mengingat pentingnya apa yang dipertaruhkan, kita membutuhkan
lembaga-lembaga yang berwenang untuk menghukum orang yang merusakkan
lingkungan, tetapi perlu juga kita saling memantau dan saling mendidik.
Artikel 215 berisi tentang hubungan antara pendidikan estetika yang tepat
dan pelestarian lingkungan tidak boleh diabaikan. Pendidikan tidak akan efektif,
dan segala upaya akan sia-sia, jika kita tidak berusaha untuk menyebarkan suatu
cara berpikir baru tentang manusia, kehidupan, masyarakat, dan hubungan kita
dengan alam.
3. Pertobatan Ekologis
Artikel 216 berisi tentang harta kekayaan spiritualitas Kristen, hasil dua
puluh abad pengalaman pribadi dan komunal, memberi sum bangan indah kepada
upaya untuk memperbaharui ke manusiaan. Kita harus mengakui bahwa kita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
orang Kristen, tidak selalu menyerap dan mengembangkan kekayaan yang Allah
berikan kepada Gereja, di mana kehidupan rohani tidak terpisah dari tubuh kita
sendiri, atau dari alam, atau dari realitas dunia ini, tetapi justru dihayati
bersamanya dan di dalamnya, dalam persekutuan dengan semua yang
mengelilingi kita.
Artikel 217 berisi tentang krisis ekologi yang merupakan panggilan untuk
pertobatan batin yang mendalam. Menghayati panggilan untuk melindungi karya
Allah adalah bagian penting dari kehidupan yang saleh; dan bukan sebuah opsi
atau aspek sekunder dalam pengalaman kristiani.
Artikel 218 berisi tentang teladan teladan Santo Fransiskus dari Assisi,
yang membuat kita menjadi sadar bahwa hubungan yang sehat dengan penciptaan
merupakan salah satu dimensi dari pertobatan manusia yang utuh. Ini berarti pula
mengakui kesalahan kita, segala dosa, kejahatan atau kelalaian kita, dan bertobat
dengan sepenuh hati, berubah dari dalam lubuk hati.
Artikel 219 berisi tentang solusi menanggulangi situasi yang begitu
kompleks seperti yang dihadapi dunia saat ini, tidak cukup bahwa masing-masing
individu memperbaiki diri. Pertobatan ekologis yang diperlukan untuk
menciptakan suatu dinamisme perubahan yang berkelanjutan, juga merupakan
pertobatan komunal.
Artikel 220 berisi tentang pertobatan yang menyiratkan berbagai sikap
yang bersama-sama menumbuhkan semangat perlindungan yang murah hati dan
penuh kelembutan. Pertama, menyiratkan rasa syukur dan kemurahan hati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
artinya, dunia diakui sebagai hadiah yang diterima dari kasih Bapa, yang
menimbulkan sikap spontan pengingkaran diri dan sikap kemurahan hati bahkan
jika tidak ada yang melihat atau mengetahuinya.
Artikel 221 berisi tentang berbagai keyakinan iman kita yang telah
dikembangkan di awal Ensiklik ini, membantu memperkaya makna pertobatan ini.
Misalnya, kesadaran bahwa setiap makhluk mencerminkan sesuatu dari Allah dan
membawa pesan untuk kita telaah; atau juga keyakinan bahwa Kristus telah
mengenakan pada dirinya sendiri dunia materiil ini dan bahwa Ia sekarang,
sebagai yang dibangkitkan, hadir dalam setiap makhluk, melingkupinya dengan
kasih-sayang-Nya dan menembusinya dengan cahaya-Nya; dan juga keyakinan
bahwa Allah menciptakan dunia dengan menuliskan di dalamnya tata tertib dan
dinamisme, dan manusia tidak berhak untuk mengabaikan hal itu. Kita membaca
dalam Injil, apa yang dikatakan Yesus tentang burung, bahwa “tidak seekor pun
dari padanya dilupakan Allah” (Lukas12:6).
4. Kegembiraan dan Damai
Artikel 222 berisi tentang spiritual Kristen yang menawarkan suatu cara
lain untuk memahami kualitas hidup, dan mendorong sebuah gaya hidup kenabian
dan kontemplatif, mampu untuk merasai kenikmatan mendalam tanpa terobsesi
dengan konsumsi. Jalan kembali ke kesederhanaan memungkinkan kita untuk
berhenti dan menghargai hal-hal kecil, berterima kasih atas kesempatan yang
ditawarkan oleh kehidupan, tanpa menjadi terikat pada apa yang kita miliki, atau
sedih atas apa yang tidak kita miliki. Ini berarti menghindari gairah penguasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dan penumpukan kesenangan saja. Artikel 223 berisi tentang Kesahajaan yang
dihayati dengan bebas dan sadar, adalah membebaskan. Ini bukanlah hidup yang
kurang, atau hidup dengan intensitas yang rendah, tetapi justru sebaliknya.
Kebahagiaan meminta kecakapan untuk membatasi kebutuhan tertentu yang
membius kita, dan dengan demikian menjadi terbuka untuk banyak kemungkinan
lain yang ditawarkan kehidupan.
Artikel 224 berisi tentang kesahajaan dan kerendahan hati tidak
dihargai positif dalam abad terakhir. Namun, ketika suatu kebajikan kurang
dipraktikkan dalam kehidupan pribadi dan sosial, akhirnya muncul beberapa
ketimpangan, termasuk ketimpangan ekologis. Setelah kehilangan kerendahan
hati, dan menjadi terlalu terpesona dengan kemungkinan menguasai segala
sesuatu tanpa batas, kita akhirnya membawa kerusakan bagi masyarakat dan
lingkungan.
Artikel 225 berisi tentang Pemahaman spiritualitas yang memadai
mampu menjelaskan apa yang kita maksudkan dengan damai, yang jauh melebihi
tidak adanya perang. Kedamaian batiniah manusia sangat berkaitan dengan
pelestarian lingkungan dan kesejahteraan umum, karena, bila dihayati secara
otentik, damai itu mengejawantah dalam gaya hidup seimbang, yang disertai
kemampuan untuk terpesona, yang menjadikan hidup kita semakin mendalam.
Ekologi Integral juga berarti meluangkan waktu untuk menemukan kembali suatu
keselarasan yang jernih dengan dunia ciptaan, untuk merenungkan gaya hidup kita
dan cita-cita kita, untuk menatap Pencipta yang hidup di tengah kita dan dalam
lingkungan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Artikel 226 berbicara tentang suatu sikap hati yang mendekati seluruh
hidup dengan perhatian yang jernih, yang mampu sepenuhnya hadir bagi
seseorang tanpa berpikir tentang apa yang menyusul, yang memberikan diri
kepada setiap momen yang dihayati sepenuhnya sebagai hadiah Allah. Yesus
mengajarkan kita sikap itu ketika ia mengundang kita untuk melihat bunga
bakung di ladang dan burung-burung di langit, atau ketika berhadapan dengan
seorang laki-laki yang cemas “Ia memandangnya dan menaruh kasih kepadanya”
(Markus 10:21). Artikel 227 memuat salah satu ungkapan sikap yaitu kita harus
selalu bersyukur kepada Allah sejenak sebelum dan sesudah makan. Momen doa
pemberkatan itu, meskipun sangat singkat, mengingatkan kita akan
ketergantungan hidup kita pada Allah, memperkuat rasa syukur atas segala
karunia ciptaan, mengakui upaya mereka yang telah menyediakan bahan tersebut,
dan memperkuat solidaritas dengan mereka yang paling berkekurangan.
5. Cinta Dalam Bidang Sipil dan Politik
Artikel 228 berisi tentang Pelestarian alam adalah bagian dari suatu
gaya hidup yang melibatkan kemampuan untuk hidup bersama dan dalam
persekutuan. Yesus mengingatkan kita bahwa kita memiliki Allah sebagai Bapa
kita bersama, yang menjadikan kita saudara-saudari. Kasih persaudaraan hanya
mungkin bila tanpa pamrih, dan bukanlah balas jasa atas apa yang telah dilakukan
orang lain atau diharapkan akan dilakukan olehnya. Itulah sebabnya kita bisa
mengasihi musuh-musuh kita. Sikap tanpa pamrih yang sama itu mendorong kita
untuk mencintai dan menerima angin, matahari atau awan, meskipun mereka tidak
tunduk kepada kendali kita. Itu sebabnya kita dapat berbicara tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
persaudaraan universal. Artikel 229 berisi tentang kita yang harus menyadari
kembali bahwa kita saling membutuhkan, bahwa kita memiliki tanggung jawab
terhadap orang lain dan dunia, bahwa upaya untuk menjadi baik dan jujur itu
sungguh-sungguh bernilai. Sudah terlalu lama kita mengalami kemerosotan moral,
kita mencemooh etika, kebaikan, iman, kejujuran. Waktunya telah datang untuk
menyadari bahwa kesenangan dangkal kurang membawa manfaat bagi kita.
Artikel 230 berisi tentang Santa Teresia dari Lisieux mengajak kita
untuk menapak “jalan kecil cinta”, tidak kehilangan kesempatan untuk sebuah
kata yang ramah, untuk tersenyum, untuk suatu isyarat kecil apa pun yang
memancarkan damai dan persahabatan. Ekologi integral juga terdiri dari tindakan
sehari-hari yang sederhana, yang mematahkan logika kekerasan, eksploitasi,
keegoisan. Sementara itu, dunia konsumsi yang keterlaluan, pada saat yang sama
juga merupakan dunia yang memberi perlakuan buruk kepada kehidupan dalam
segala bentuknya.
Artikel 231 berisi tentang Cinta yang terdiri dari gerakan-gerakan kecil
yang mengisyaratkan kepedulian satu sama lain, juga bersifat sipil dan politik, dan
menyatakan diri dalam segala tindakan yang mencoba membangun suatu dunia
yang lebih baik. Cinta akan masyarakat dan komitmen terhadap kesejahteraan
umum merupakan ungkapan luar biasa dari belas kasih yang tidak hanya
menyangkut hubungan antara individu tetapi juga “hubungan makro: segala
hubungan sosial, ekonomis, politis”(Caritas in Veritate,642). Ketika kita
mengenali panggilan Allah untuk bertindak bersama-sama dengan orang lain
dalam dinamika sosial ini, hendaknya kita ingat bahwa itu pun merupakan bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dari spiritualitas kita, merupakan pelaksanaan belas kasih, dan bahwa dengan cara
ini kita dimatangkan dan dikuduskan.
Artikel 232 berisi tentang bagaimana panggilan tidak selalu semua
orang dapatkan untuk aktif dalam politik secara langsung; tetapi di tengah
masyarakat tum buh aneka asosiasi yang bekerja untuk memajukan kesejahteraan
umum dengan menjaga lingkungan alam dan perkotaan. Misalnya, mereka
menunjukkan kepedulian terhadap suatu tempat umum (sebuah bangunan, air
mancur, monumen yang telantar, lanskap, lapangan) untuk melindungi,
membersihkan, memperbaiki atau memperindah sesuatu yang menjadi milik
semua orang. Ini berarti menumbuhkan suatu identitas bersama, suatu sejarah
yang dipelihara dan diteruskan.
Dengan cara ini, dunia dan kualitas hidup mereka yang paling miskin
dipelihara, berkat suatu rasa solidaritas yang pada saat yang sama menjadi
kesadaran bahwa kita hidup di sebuah rumah bersama yang dipinjamkan Allah
kepada kita.
6. Tanda-tanda Sakramental dan Istirahat Yang Dirayakan
Artikel 233 berisi tentang Alam semesta berkembang dalam Allah yang
memenuhinya sepenuhnya. Oleh karena itu ada makna mistis dalam sehelai daun,
dalam sebuah lintasan alam, dalam embun, dalam wajah orang miskin. Idealnya
bukanlah hanya bergerak dari luar ke dalam untuk menemukan tindakan Allah
dalam jiwa, tetapi juga bisa menemukan-Nya dalam segala sesuatu (Seorang guru
spiritual, Ali al-Khawwâç, dari pengalamannya sendiri, menekankan pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
perlunya untuk tidak terlalu memisahkan makhluk-makhluk dunia dari
pengalaman batin akan Allah. Dia mengatakan: “Prasangka tidak seharusnya
membuat kita mengkritik mereka yang mencari ekstase dalam musik dan puisi.
Ada “rahasia” yang halus dalam setiap gerakan dan suara dari dunia ini. Orang
yang sudah diinisiasi mulai menangkap apa yang dikatakan angin yang bertiup,
pohon yang bergoyang, air yang mengalir, lalat yang berdengung, pintu yang
berderit, burung yang bernyanyi, petikan senar alat musik, siulan seruling, desah
orang sakit, erangan orang yang disiksa “Eva De Vitray-Meyerovitch ed.,
Anthologie du soufisme, Paris 1978, hlm. 200.)
Artikel 234 berisi tentang Santo Yohanes dari Salib mengajarkan
bahwa yang baik yang terdapat di dalam segala kenyataan dan pengalaman dunia
ini “ditemukan dalam Allah secara istimewa dan tak terhingga, atau lebih
tepatnya, setiap kebaikan besar tersebut adalah Allah”(Cantico Espiritual, XIV-
XV, 5 (Œuvres complètes, Paris 1990, hlm. 409-410)).
Artikel 235 berisi tentang di mana sakramen-sakramen merupakan cara
istimewa bagaimana alam diangkat oleh Allah dan dijadikan perantaraan
kehidupan adikodrati. Air, minyak, api, dan warna-warni diangkat dengan segala
daya simbolisnya dan menyatu dengan pujian kita. Tangan yang memberkati
menjadi sarana kasih Allah dan cerminan kedekatan Yesus Kristus yang telah
datang menemani kita di jalan kehidupan. Menurut pandangan Kristen, semua
makhluk alam semesta materiil menemukan makna sejatinya dalam Firman yang
menjelma, karena Anak Allah telah menyatukan dalam diri-Nya sebagian dari
dunia materi dan Ia memasukkan ke dalam dunia materi benih transformasi akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Artikel 236 berisi tentang di mana di dalam Ekaristi, dunia ciptaan
menemukan keagungannya yang terbesar. Anugerah yang biasanya menyatakan
diri secara konkret, terekspresi luar biasa saat Allah yang telah menjadi manusia
itu, menjadikan diri-Nya santapan bagi makhluk ciptaan-Nya. Tuhan, pada puncak
misteri Inkarnasi, ingin menggapai lubuk hati kita melalui sepotong materi; bukan
dari atas tetapi dari dalam, sehingga kita dapat menjumpai-Nya dalam dunia kita
sendiri. Oleh karena itu, Ekaristi adalah sumber terang dan motivasi bagi
kepedulian kita terhadap lingkungan, dan mengajak kita untuk menjadi penjaga
seluruh ciptaan.
Artikel 237 berisi tentang partisipasi dalam Ekaristi memiliki arti
penting yang khusus. Hari itu, seperti hari Sabad Yahudi, ditawarkan sebagai hari
pemulihan hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan orang
lain dan dengan dunia. Hari Minggu adalah hari kebangkitan, “hari pertama”
ciptaan baru; buahnya yang pertama adalah kebangkitan kemanusiaan Tuhan,
yang menjadi jaminan transfigurasi akhir seluruh realitas ciptaan. Aturan tentang
istirahat mingguan memberi perintah agar berhenti bekerja pada hari ketujuh
“supaya lembu dan keledaimu tidak bekerja dan supaya anak budakmu perempuan
dan orang asing melepaskan lelah” (Keluaran 23:12). Istirahat membuka mata
kita untuk dunia yang lebih luas dan memungkinkan kita untuk mengakui hak-hak
dari yang lain. Dengan demikian, hari istirahat, yang terpusat pada Ekaristi,
memancarkan cahayanya bagi seluruh minggu dan mendorong kita untuk lebih
memperhatikan perlindungan alam dan kaum miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
7. Allah Tritunggal dan Hubungan Antar Makhluk
Artikel 238 berisi tentang Bapa yang adalah sumber utama segala
sesuatu, dasar yang mengasihi dan menyapa semua yang ada. Semuanya
diciptakan melalui Anak, cerminan Bapa, dan Ia telah menyatukan diri dengan
bumi ini ketika dibentuk dalam rahim Maria. Dunia diciptakan oleh ketiga Pribadi
yang menjadi asal ilahi yang tunggal, tetapi masing-masing mewujudkan
pekerjaan bersama ini sesuai dengan sifat pribadinya.
Artikel 239 berisi tentang iman kepada Allah yang Satu dalam
persekutuan Tritunggal, menunjukkan bahwa seluruh realitas mengandung dalam
dirinya jejak Allah Tritunggal. Santo Bonaventura sampai mengatakan bahwa
sebelum jatuh dalam dosa, manusia dapat melihat bagaimana setiap makhluk
“bersaksi bahwa Allah adalah Tritunggal”
Artikel 240 berisi tentang di mana pribadi-pribadi Ilahi yang terus
berhubungan satu sama lain, dan dunia, yang diciptakan menurut model ilahi,
merupakan sebuah jejaring relasi. Setiap makhluk condong kepada Allah, dan
semua makhluk yang hidup pada gilirannya berciri khas untuk condong yang satu
kepada yang lain, sehingga di alam semesta kita dapat menemukan relasi konstan
yang tak terhitung jumlahnya dan yang terjalin tersembunyi.
8. Ratu Seluruh Dunia Ciptaan
Artikel 241 berisi tentang Maria, Bunda yang merawat Yesus, sekarang
merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu.
Sama seperti hatinya yang tertusuk telah meratapi kematian Yesus, sekarang dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
merasa kasihan dengan penderitaan orang-orang miskin yang disalibkan dan
makhluk-makhluk dari dunia yang dihancurkan oleh kuasa manusia. Sepenuhnya
telah berubah rupa, dia hidup dengan Yesus, dan semua makhluk menyanyikan
keelokannya. Dia adalah “perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di
bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya”.
(Wahyu 12:1).
Artikel 242 berisi tentang selain Maria, dalam Keluarga Kudus dari
Nazaret, berdirilah sosok Santo Yusup. Dengan pekerjaan dan kehadirannya yang
murah hati, ia menghidupi dan melindungi Maria dan Yesus, menyelamatkan
mereka dari tindakan kekerasan orang yang tidak benar dengan membawa mereka
ke Mesir. Itulah sebabnya ia dinyatakan pelindung Gereja universal. Ia dapat
mengajarkan kita untuk melindungi, ia dapat memotivasi kita untuk bekerja
dengan murah hati dan lembut untuk melindungi dunia yang dipercayakan Allah
kepada kita.
9. Melampaui Matahari
Artikel 243 berisi tentang saat di Akhirat, kita akan menemukan diri
kita berhadapan muka dengan keindahan Allah yang tak terbatas (lihat 1Korintus
13:12), dan dengan kagum dan bahagia, kita akan mampu membaca rahasia alam
semesta yang bersama-sama dengan kita akan mengambil bagian dalam
kepenuhan yang tak berujung.
Artikel 244 berisi tentang persatuan kita untuk menanggung rumah
yang dipercayakan kepada kita, dengan mengetahui bahwa segala yang baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ada di dalamnya akan diangkat ke pesta surgawi. Bersama dengan semua
makhluk, kita berjalan di bumi ini mencari Allah. Mari kita berjalan sambil
bernyanyi! Semoga perjuangan dan kepedulian kita untuk planet ini tidak
mengambil sukacita pengharapan dari kita.
Artikel 245 dan sebagai penutup berisi tentang Allah yang memanggil
kita kepada suatu komitmen yang murah hati dan rela memberikan segalanya,
memberi kita kekuatan dan juga terang yang kita butuhkan untuk bergerak maju.
Di tengah dunia ini, Tuhan kehidupan yang begitu mengasihi kita, terus hadir. Ia
tidak menjauhi kita, Ia tidak meninggalkan kita sendirian, karena Ia telah
menyatukan diri-Nya definitif dengan bumi kita, dan kasih-Nya terus-menerus
mendorong kita untuk menemukan jalan-jalan baru. Terpujilah Dia!
Artikel 246 Setelah refleksi panjang yang menyenangkan maupun
menegangkan ini saya mengusulkan dua doa. Yang pertama dapat kita bagi
dengan semua orang yang percaya kepada Allah, Pencipta yang mahakuasa;
sedangkan yang kedua berupa permohonan agar kita, orang Kristen, mampu
memegang komitmen kita terhadap ciptaan, sebagaimana ditetapkan untuk kita
dalam Injil Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
BAB III
KATEKESE EKOLOGIS DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN
ALAM CIPTAAN
Secara keseluruhan bab ini berisikan berbagai kajian pustaka dari
mengenai katekese yang menjadi landasan katekese ekologis, alam ciptaan dan
pentingnya katekese ekologis untuk saat ini dari beberapa sumber. Dalam rangka
mencari informasi tentang katekese ekologis dan urgensinya, penulis telah
menggunakan berbagi sumber untuk memperdalam pokok-pokok bahasan di atas.
Secara terperinci penulis akan menuliskan pokok-pokok katekese ekologis
yang berisikan mengenai latar belakang adanya katekese ekologis, arti katekese
ekologis, tujuan katekese ekologis, isi katekese ekologis, pelaku katekese ekologis
dan meneladan hidup santo Fransiskus Asisi. Pada pokok bahasan selanjutnya
penulis akan memaparkan lingkup perhatian terhadap alam ciptaan, paham
tentang alam ciptaan menurut Kitab Suci, manusia dan lingkungannya serta
Gereja dan alam ciptaan yang akan disatukan menjadi pokok bahasan hubungan
katekese ekologis dan alam ciptaan.
Melihat pentingnya katekese ekologis sebagai upaya menjaga keutuhan
alam ciptaan, penulis akan memperdalam sub bab ini dengan melihat kerusakan
alam ciptaan semakin terlihat secara global, tekanan pengajaran moral terhadap
lingkungan, praktik hidup yang merusak dan menciptakan kehidupan yang selaras
dengan kehendak Allah. Secara lengkap, penulis akan menguraikanya pokok
bahasan di atas sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
A. Pokok-Pokok Katekese Ekologis
Adapun yang akan didalami dalam pokok-pokok katekese Ekologis adalah
latar belakang katekese Ekologis, arti katekese Ekologis, tujuan katekese
Ekologis, pewartaan sabda Allah dan perlindungan alam ciptaan, meneladan
Hidup Santo Fransiskus Asisi dan pelaku katekese Ekologis.
1. Latar Belakang Katekese Ekologis
Kegiatan manusia yang merusak alam ciptaan terjadi hampir di setiap
daerah. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan
alam ciptaan. Kebutuhan hidup yang terus meningkat dan hasil bumi yang
mengalami penurunan mengakibatkan manusia berusaha mencari materi dengan
cara apapun tidak terkecuali dengan merusak alam ciptaan. Memang manusia
selalu membutuhkan materi, namun ada jalan lain untuk memenuhi kebutuhan
hidup tanpa merusak keutuhan alam ciptaan. Berdasarkan pada kasus-kasus
kerusakan alam ciptaan yang terjadi di berbagai daerah, maka Gereja mulai
memikirkan untuk mencari jalan keluar atas masalah kerusakan lingkungan hidup.
Menanggapi masalah alam ciptaan, Andang Binawan mengungkapkan:
“Kalau Takhta Suci (Vatikan) ikut berperan aktif dalam masalah ini, hal itu
dilakukan sebagai kerangka upaya global. Hanya saja, peran pada level golobal ini
tidakakan banyak berarti bila tidak dikuti oleh upaya-upaya pada level nasional
dan akhirnya level personal” (2012: 9). Ungkapan tersebut menyadarkan kita
semua bahwa kesadaran kita sebagai umat beriman terhadap alam ciptaan belum
begitu terlihat nyata. Ini juga mengartikan bahwa seruan yang diupayakan oleh
Vatikan belum sampai pada pribadi-pribadi umat Kristiani. Hal ini ditandai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dengan masih banyaknya masalah kerusakan alam ciptaan di berbagi belahan
bumi. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan nyata dalam Gereja dan seluruh
umat dalam menanggulangi masalah lingkungan.
Alam ciptaan yang tercipta dengan amat baik memberikan kelangsungan
kehidupan yang layak bagi manusia. Kekayaan yang terkandung di dalamnya
telah memberikan yang dibutuhkan manusia, makanan dari berbagai tumbuhan
dan hewan. Air, tanah dan udara sebagai sumber penghidupan bagi manusia telah
diciptakan begitu sempurna yang tentunya memberikan kebahagian dan
kesejahteraan. Namun dalam pergumulan kehidupannya, sering kali manusia
kurang memperhatikan akibat yang dilakukan terhadap alam ciptaan sehingga
banyak kerugian yang dirasakan sendiri oleh manusia. Buntaran (1996: 15)
mengungkapkan: “kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh banjir, misalnya,
sering kali disebabkan oleh pengelolaan ekosistem yang salah oleh manusia”.
2. Arti Katekese Ekologis
Katakese berasal dari kata Yunani katakeo yang berarti membuat bergema.
Istilah ini kemudian digunakan oleh umat Kristiani menjadi istilah khusus dalam
bidang pewartaan (Rukiyanto, 2012: 59). Kegiatan menggemakan cerita Kristen
membentuk sebuah komunitas yang memungkinkan terjadi komunikasi iman.
Lalu (2007: 12) mendeskripsikan katekese ialah “komunikasi iman atau tukar
pengalaman iman (penghayatan iman antara anggota jemaat atau kelompok”. Di
satu sisi Lalu juga mengemukakan pandangan Hardawiryana, yakni katekese
merupakan kegiatan seluruh umat “Katekese oleh umat, dari umat dan untuk
umat”. (Lalu 2007: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Dengan paham katekese sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seluruh
jemaat, maka katekese Ekologis juga merupakan gerakan pembinaan iman yang
lakukan oleh seluruh umat Kristianiuntuk peduli pada alam ciptaan. Senada
dengan seruan-seruan dari Magisterium Gereja Katolik yang dalam beberapa kali
kesempatan mengajak dan menghimbau agar manusia menyadari aneka masalah
lingkungan hidup. Ajakan yang dikeluarkan oleh Vatikan memang sangat relevan
dan sangat baik bila dilaksanakan. Di Indonesia, ajakan serupa juga dilakukan
oleh pihak Gereja yang diterbitkan dalam surat gembala KWI 2001 tentang
lingkungan hidup.Intipembicaraan tersebut ialah keadaan tanah air yang semakin
hari semakin memperihatinkan. Menyadari aneka masalah lingkungan, manusia
sebagai pelaku dan korban atas kerusakan alam ciptaan, dan pada akhirnya
mengajak untuk hidup bersama dalam persaudaraan sejati. Alam yang diciptakan
Allah baik adanya, dengan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.
3. Tujuan Katekese Ekologis
Pertama kita harus mengerti dahulu apa tujuan dari katekese tersebut,
tujuan utama katekese adalah membawa orang dalam kesatuan dengan Yesus
Kristus (Rukiyanto, 2012: 60). Dengan melihat dan merasakan langsung dampak
dari kerusakan alam ciptaan saat ini, maka katekese Ekologis sebagai salah satu
upaya yang dilakukan oleh umat untuk menjaga keutuhan alam ciptaan
bertujuan:
a. Agar manusia mengetahui fungsi alam ciptaan dan mampu
mengembangankannya sebagai tuntutan moral Kristiani.
b. Mengembangkan hidup yang bertanggungjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
c. prakarsa menjaga dan melesatarikan alam ciptaan.
1) Manusia Mengetahui Fungsi Alam Ciptaan dan Mampu
Mengembangkannya Sebagai Tuntutan Moral Kristiani.
Alam ciptaan yang diberikan Allah kepada manusia untuk dipelihara
seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian merupakan tanggungjawab yang harus
diperhatikan dengan seksama. Alam ciptaan saat ini dimengerti bukan lagi karena
fungsinya, melainkan isi dari alam tersebut yang dapat dikonsumsi. Oleh karena
itu, katekese Ekologis hendak mengajak umat agar tahu dan menyadari bahwa
alam ciptaan juga memiliki martabat yang harus dihormati. Salah satu tuntutan
kepada manusia adalah memiliki rasa hormat, bukan hanya kepada sesama
manusia saja, tetapi juga terhadap alam ciptaan lain baik benda hidup maupun
yang mati serta tanah sebagai tempat tinggalnya.
Sunarko (2008: 143) mengungkapkan sebuah gagasan yakni “manusia
tidak seenaknya saja bertindak atas alam semesta, melainkan harus menghargai
inherent value (nilai bawaan) yang ada dalam setiap ciptaan“. Dari
ungkapantersebut, dapat dipahami bahwa manusia harus memperlakukan alam
ciptaan sebagai subyek yang harus dihormati. Alam ciptaan harus mendapat
penghormatan khusus dari manusia. Dengan rasa hormat itulah manusia tidak
bisa berbuat semaunya sendiri.
Chang (2008: 69) mengungkapkan sebuah gagasan bagaimana seharusnya
manusia bertindak, yakni “sebagai bagian kecil dari seluruh sistem ekologis,
manusia memang seharusnya bertanggungjawab atas tindakannya terhadap diri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
sesama, dan lingkungan hidup”. Dari gagasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam sistem kehidupan, manusia tidak dapat betindak semaunya sendiri,
melainkan perlu memikirkan mahluk lainnya dan lingkungannya jika tidak mau
ekosistem yang sudah ada menjadi rusak.
Dengan katekese Ekologis, perubahan cara pandang manusia tentang alam
ciptaan akan diganti. Manusia meninggalkan pemikiran lama yang memandang
alam semesta hanya dari sudut pandang manusia saja yang berarti manusia
sebagai pusat atas alam ciptaan dan memandang alam ciptaan yang lain harus
mengabdi kepada manusia.
2) Mengembangkan Budaya Hidup yang Bertanggungjawab
Sunarko (2008: 179) mengungkapkan pandangan Raymundus Sudhiarsa
bahwa “manusia pada umumnya berpikiran pendek dan hampir selalu
memikirkan keuntungan dan kepentingan diri sendiri”. Pandangan Raymundus
Sudhiarsa menegasakan bahwa sifat egoisme ada dalam diri setiap diri manusia.
Selain itu, dapat dipahami pula bahwa kebiasaan acuh terhadap lingkungan
dengan alasan apapun selalu ada dalam kehidupan manusia yang mencari
keuntungan untuk dirinya sendiri.
Sunarko juga memberikan pandangan Raymundus Sudhiarsa yang
mengungkapkan bahwa melihat dari sudut historis, telah lama berkembang
pemahaman “manusia adalah pusat dari segala alam ciptaan (antroposentrisme)
dan ketidakpedulian terhadap kelestarian lingkungan (Ekologi)” (2008: 179).
Pola pikir seperti itu masih saja terjadi dalam diri manusia yang terlihat dari
sikap masa bodoh, walaupun dampaknya sungguh terasa. Berdasarkan tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
manusia yang hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan pribadi, katekese
Ekologis mengajak seluruh umat untuk merubah cara pandang terhadap alam
ciptaan dengan menempatkan diri manusia setara dengan ciptaan lainnya. Hidup
dengan respek dan sikap bijak terhadap alam ciptaan merupakan dua hal yang
harus dihidupi oleh manusia mulai saat ini. Hidup respek mengartikan bahwa
manusia semestinya tidak menggunakan alam ciptaan sebagai kepuasan untuk
mencari keuntungan, melainkan menunjukkan sikap peduli terhadap keberadaan
lingkungan dengan berani bertanggnung jawab atas apa yang sudah dilakukan
terhadap alam ciptaan.
3) Prakarsa Menjaga dan Melestarikan Alam Ciptaan.
Manusia saat ini sudah berhadapan dengan berbagai masalah lingkungan
hidup. Masalah pencemaran air, udara (polusi), sampah, tanah longsor, banjir,
cuaca ektrim dan lain sebagainya merupakan masalah-masalah yang ada di
hadapan manusia. Maka yang saat mendesak adalah tindakan nyata dalam
menjaga keutuhan alam ciptaan.
Pentingnya penegakkan rentetan norma dan peraturan universal dalam
menyelamatkan dan pelestarian lingkungan hidup sama sekali tidak dapat
diabaikan, sebab norma dan peraturan akan memberikan arahan dan malah
menuntut manusia kepada tindakan yang semestinya (Chang, 2001: 107)
Dari pernyataan di atas, Chang mengajak manusia untuk hidup sesuai
dengan aturan yang sudah ada. Mematuhi aturan sebagai sebuah keharusan dalam
menciptakan alam ciptaan yang lestari. Sikap manusia yang sering merusak dan
tidak mematuhi aturan menjadi penyebab rusaknya alam ciptaan dan inilah yang
menjadi perhatian khusus untuk merubah sikap dan tindakan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gereja melalui seruan dari Vatikan dan Gereja-gereja lokal mengajak
untuk kembali mengagumi alam ciptaan sebagai karya Allah yang agung.
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia tanggal 1-5 November 2010
dengan tema “Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam
Kelimpahan”, mendorong Gereja untuk lebih berkomitmen dalam
mewujudkan aksi solidaritas. Dalam salah satu butir Pernyataan Akhir
dan Rekomendasi, para Waligereja menekankan pentingnya pelayanan
pastoral untuk para petani, nelayan, buruh, kelompok yang terabaikan dan
terpinggirkan serta upaya pemeliharaan lingkungan hidup (Ekopastoral no.
19)
Jelas bahwa semua anggota Gereja harus melibatkan diri untuk menjadi
pionir dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan menjaga
dan melestarikan alam ciptaan. Gereja harus menjadi yang terdepan dalam
menanggapi dan menanggulangi masalah alam ciptaan yang memprihatinan ini
melalui pelayanan-pelayanan pastoralnya baik melalui pendidikan, penyuluhan
dan tindakan nyata dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
4. Isi Katekese Ekologis
Dalam memahami isi katekese Ekologis, penulis terlebih dahulu akan
memaparkan apa yang terjadi di bumi sebagai tempat tinggal manusia. Berkaitan
denganpemahaman seperti itu, penulis akan menjabarkan juga mengenai warta
Kitab Suci atas alam ciptaan serta memperdalam tugas manusia sebagai mahluk
berbudi yang ditugaskan oleh Allah untuk memelihara bumi. Secara terperinci
penulis akan memaparkan sebagai berikut.
a. Krisis Ekologi
Chang mengungkapkan istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Maka ekologi diartikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
“sebagai sebuah ilmu tentang mahluk hidup dalam rumahnya atau dapat
diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup”.(2001: 13).
Sekarang krisis ekologi terjadi dimana-mana, bukan hanya di Indonesia saja.
Masing-masing kerusakan alam ciptaan memiliki ciri-ciri tersendiri baik karena
ciri geografisnya, ras, budaya dan etnis, politik dan pemeritahan suatu negara.
PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) sebagai lembaga internasional dan tahta Suci
Vatikan telah memikirkan cara mengatasi masalah lingkungan hidup ini.
Sunarko (2008: 53) mengutip gagasan Hadisumarta yang
mengungkapkan “Allah memberikan akal budi (ratio) untuk memikirkan
pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan bumi sebagai tempat tinggalnya
(oikos)”. Ungkapan di atas menjelaskan bahwa manusia memiliki hak untuk
mengolah dan memanfaatkan bumi untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi
kenyataannya saat ini, manusia meninggalkan perintah untuk memelihara bumi.
Manusia juga diberikan iman (fides) agar manusia mampu mengenal Allahnya
dan kehendakNya untuk membawa manusia pada kebahagiaan seperti yang
direncanakanNya. Dalam Perjanjian Lama Allah mewahyukan diri melalui para
nabi untuk rencana keselamatannya hingga disempurnakan oleh puteraNya
dalam Perjanjian Baru yaitu Yesus Kristus.
Selain itu, Sunarko juga mengukapkan pandangan Hadisumarta
yaitu“ajaran Kitab suci mengajak manusia untuk menghadapi masalah
lingkungan hidup atau ekologi dengan berusaha dan melihat, membaca,
memahami dan bertindak sesuai dengan terang cahaya Kitab Suci” (2008: 54).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Sabda Allah dalam Kitab Suci telah menyadarkan bahwa alam ciptaan
perlu diperhatikan melaui tindakan nyata. Untuk menyelamatkan alam ciptaan,
ajakan atau seruan dari tahta suci Vatikan maupun PBB sebagai lembaga dunia
perlu dilaksankan dengan nyata.
b. Warta Kitab Suci atas Alam Ciptaan
Kenyataan bahwa alam ciptaan sebagai tempat tinggal manusia yang
semakin hari semakin rusak. Penggundulan hutan, pencemaran air, tanah dan
udara terjadi dimana-mana. Akibatnya dari semua itu adalah kehidupan manusia
merasa tidak bahagia dan sejahtera. Selain itu, aneka satwa juga mengalami
kepunahan.
Dewasa ini disadari pula bahwa keterkaitan antara kehidupan rohani dan
jasmani semakin kurang mendapat perhatian. Hal ini ditandai dengan semakin
banyaknya manusia yang berkegiatan dan kurang memperhatikan sisi
rohaninya. Hal-hal kerohanian akhir-akhir ini jarang dibicarakan, padahal dalam
hal-hal rohani itulah banyak terdapat sumber tradisi ajaran yang kaya tentang
bumi, yang tertulis dalam Kitab Kejadian, Deutero-Yesaya, Mazmur dan sastra
Kebijaksanaan. Dengan pemikiran seperti itu, timbullah pemikiran tentang
teologi baru yang menitikberatkan pada masalah-masalah bumi tempat tinggal
manusia yang dimulai dengan dorongan pemikiran Pierre Teihard de Chardin SJ
(1881-1955) yang berpendapat bahwa jarak perhatian dunia manusia dan dunia
alam diperdekat. Dengan pemahaman tentang masalah lingkungan yang
mendesak, Sunarko menuliskan gagasan Hadisumarta yakni “maka timbullah
usaha menyusun suatu teologi baru tentang ciptaan, sebagai hasil kerja sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kreatif antar para filsuf, teolog, ilmuwan, cendikiawan dan para penganut tradisi
rohani Ibrani dan Kristen” (2008: 56). Pemahaman yang baru dalam memahami
sabda Allah yang disusun oleh para cendikiawan diharapakan membawa
perubahan dalam memahami fungsi alam ciptaan, bukan hanya untuk dijadikan
tempat tinggal semata dengan menguras isinya, melainkan yang lebih dalam
mengajak untuk memelihara alam ciptaan.
c. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi
Tugas memelihara, mengurus dan mengelola bumi diturunkan oleh Allah
kepada manusia seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Tanggungjawab
diberikan kepada laki-laki maupun perempuan (Kej 1:28)"Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap
di bumi”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan ada hubungan yang erat antara
manusia dan bumi. Manusia baik perempuan maupun laki-laki harus
“mengusahan dan memiliharanya”.Wewenang yang diberikan Allah kepada
manusia membuat manusia tidak bisa berbuat semuanya sendiri, karena setiap
ciptaan Allah memiliki hubungan yang tidak mungkin terpisahkan. Kej 1:29-
30tertulis sabda Allah yaitu "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.Tetapi kepada segala binatang
di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang
bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan Ekologis menjadi makanannya".
Kutipan tersebut menjelaskan ada hubungan sebagai sebuah ekosistem antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
manusia dan ciptaan yang harus terus menerus dipelihara untuk kelangsungan
hidup manusia dan ciptaan lainnya.
d. Hidup yang Harmonis
Sangat disayangkan dengan hadirnya jaman modern seperti saat ini, yang
ditandai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat tanah milik
Allah menjadi rusak. Manusia tidak bertanggungjawab atas perintah Allah dan
melanggar perjanjian dengan Allah. Bagi orang kaya, atau yang berkecimpung
dalam industri pertanian, pertambangan, perminyakan dan sebagainya dicambuk
oleh keinginan untuk berkuasa dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
Kehadiran ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa
keberuntungan dan kesejahteraan bagi manusia. Terbukti, hadirnya pengetahuan
dan teknologi yang modern, tanah, air, dan udara mengalami kehancuran
walaupun tidak semua ilmu pengetahuan dan teknologi ikut terlibat langsung
terhadap kerusakan lingkungan, tetapi dapat dikatakan sebagaian besar
sumbangan ilmu-ilmu tersebut berperan dalam kerusakan alam ciptaan. Dalam
Im 25:4-7 dijelaskan bahwa semua butuh istirahat, bukan hanya manusia yang
butuh waktu istirahat untuk memuliakan Tuhan, tetapi semua ciptaan juga butuh
istirahat. Tanah, air butuh istirahat.
5. Pelaku Katekese Ekologis
Kehidupan umat Kristiani tidak mungkin lepas dari katekese. Katekese
dimengerti sebagai komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman
yang sederajat, yang bersaksi tentang mereka.
Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara
pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mamahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi pun pola
kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam
kelompok basis, maupun di sekolah atau perguruan tinggi (Lalu, 2007:
92).
Dari penjelasan di atas, sangat tepat pelaku katekese adalah umat itu
sendiri. Umat adalah pemilik katekese, begitu pula katekese Ekologis merupakan
milik seluruh umat yang berkumpul dan berkomunikasi tentang alam ciptaan
sebagai salah satu upaya untuk memahami Kristus sebagai pilihan yang
diimaninya. Pelaku katekese tidak hanya dilaksanakan oleh katekis semata,
melainkan semua anggota Gereja. Katekese tidak menuntut pengelompokan
umat yang khusus, setiap kesempatan berkumpul di dalam lingkup apa pun juga
dapat dipakai untuk berkatekese. Katekese Ekologis tidak menuntut orang
berkumpul dalam satu ruangan khusus untuk membahas satu topik tertentu.
Katekese Ekologis dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal dengan
melaksanakan gerakan Ekologis sebagai perwujudan iman tanpa meninggalkan
Kristus sebagai pokok katekese itu sendiri.
PKKI II merumuskan pemahaman katekese yakni katekese dipahami
sebagai komunikasi iman.
Setiap umat memiliki hak untuk mendengarkan dan mengungkapkan
sebagai sumbangan pengalaman imannya. Dalam berkatekese, perlu
dibangun suasana tobat, artinya meninggalkan nafsu untuk mencari
kedudukan dan gengsi, serta tidak meremehkan apa yang disampaikan
oleh anggota katekese tersebut (Lalu, 2008: 94)
Rumusan di atas secara jelas memberikan pemahaman mengenai pelaku
katekese. Katekese dimengerti sebagai milik semua umat dan tidak ada
pengecualian. Dalam berkatekese, semua dianggap sama tidak ada yang dibeda-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
bedakan, baik suku, budaya, harta dan kedudukan. Yang perlu dibangun melalui
katekese ialah sikap tobat untuk memperoleh pembaruan dalam hidup.
Dalam Dokumen Gerejawi no. 92 yang berjudul Lingkungan Hidup, Paus
Yohanes Paulus II menyampaikan sebuah gagasan, sbb:
Menempatkan kesejahteraan manusia di pusat kepedulian terhadap
lingkungan merupakan jalan paling aman untuk mempelihara ciptaan;
karena dengan itu kesadaran akan tanggungjawab setiap orang terhadap
sumber daya alam serta pemanfaatannya yang bijaksana diperkuat. (Seri
Dokumen Gerejawi, 2014: 70)
Gagasan Paus Yohanes Paulus II tersebut mengajak semua orang untuk
peduli pada lingkungan. Peduli berarti bersikap bijaksana dalam memanfaatkan
sumber daya alam. Maka katekese Ekologis mengajak semua umat untuk
memiliki kesadaran dalam pemanfaatan sumber daya alam.
6. Meneladan Hidup Santo Frasisikus Asisi yang Mencintai Lingkungan
Hidup
Kenyataan bahwa keadaan alam ciptaan mengalami peubahan ke arah
yang lebih buruk, maka baiklah bila manusia belajar dari pribadi Santo
Fransiskus Asisi yang begitu mencintai dan menghormati alam ciptaan.
Ketaatannya kepada Allah membawanya pada kesadaran untuk hidup saling
mengromati, bukan hanya dengan manusia saja, melainkan dengan seluruh
ciptaan Allah. Tidak salah apabila Paus Yohanes Paulus II pada tahun 29
November 1979 meneguhkan santo Fransisikus Asisi sebagai pelindung ekologi
atau lingkungan hidup.
Chang (2001: 103) mengungkapkan pandangan Prof. White yakni
“manusia dipanggil untuk mewujudkan kesatuan kosmik dengan jagat raya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
manusia dan Tuhan yang tidak memandang diri mereka serba terpisah dari yang
lain”. Ungkapan dari prof. White mengajak semua orang untuk berpandangan
yang sama mengenai alam ciptaan, yakni semua yang ada di alam ini tidak
mungkin untuk dipisahkan. Oleh karena itu, manusia sebagai mahluk berakal
terpangil untuk menjadi penyatu yang ada di alam ciptaan.
Belajar dari hidup Santo Fransiskus yang mendambakan suatu
persaudaraan yang mencakup semua lapisan manusia dan segala ciptaan. Maka
kita dapat belajar untuk bertingkah laku yang baik terhadap segala ciptaan dan
merasa kagum.
Dalam kidung rohaninya, Gita Sang Surya, Chang juga menuliskan
pandangan Fransiskus, sbb:
Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia
memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki
kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam
semesta. Masing-masing mempunyai tempat dan perannya dalam alam
semesta; ada yang di atap (bintang-gemintang, matahari, benda-benda di
langit, dlsb., dikagumi (keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb) dan bila perlu
digunakan dalam hidup manusia (tumbuhan dan hewan). ( 2001: 106).
Dari kidung tersebut, Fransiskus mengajak kita semua untuk menghormati
semua mahluk ciptaan. Hal ini terlihat dengan sapaan Fransiskus terhadap
ciptaan lainnya, yakni menyebut saudara-saudari. Saat ini manusia kurang begitu
menghargai alam ciptaan lainnya, yang dianggap saudara atau saudari hanyalah
sesama manusia saja. Kidung tersebut juga mengajarkan kepada kita semua
untuk menyadari bahwa semua mahluk ciptaan sudah memiliki nilai sendiri yang
harus dihormati, sebab bukan manusia yang memberikan nilai tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
melainkan Tuhan sendirilah yang memberikannya. Maka, patutlah manusia
untuk menghormatinya.
B. Hubungan Katekese Ekologis dan Keutuhan Alam Ciptaan
Alam ciptaan telah mengalami perubahan yang ekstrim. Perubahan yang
terjadi pada alam ciptaan merupakan buah dari tindakan manusia sendiri yang
kurang memperhatikan lingkungannya. Begitu banyak kerugian-kerugian yang
dialami manusia dengan rusaknya alam ciptaan. Maka, manusia perlu
memahami hakikat alam ciptaan itu sendiri. Dalam hal ini, penulis
memperdalam tentang lingkup perhatian mengenai alam ciptaan,paham tentang
alam ciptaan menurut terang Kitab Suci, manusia dan lingkungannya serta
Gereja dan alam ciptaan,.
1. Lingkup Perhatian Mengenai Alam Ciptaan
a. Pandangan Manusia tentang Alam Ciptaan
Sejak semula berbagai pandangan manusia tentang alam ciptaan hadir
sejak bumi terbentuk beserta isinya. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk
paling luhur diantara mahluk ciptaan lainnya yang ditandai dengan akal budi
sebagai ciri manusia. Dari kemampuan itu manusia memandang dirinya sebagai
pengusa alam ciptaan seperti yang tertulis “Beranak cuculah dan bertambah
banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi” (Kej
1:28). Perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan menjadikan manusia lupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
untuk memikirkan generasi yang akan datang. Perintah yang tertulis dalam
Kejadian di atas membuat manusia berkuasa dan menghabiskan mahluk lainnya.
Pandangan manusia untuk berkuasa atas alam ciptaan sampai saat ini tetap
ada. Dalam bukunya, Chang mengukapkan gagasan Anderson yakni“Hingga
kini masih hidup dan berkembang pikiran dan kecenderungan manusia
megobjekkan alam” (2008: 38). Manusia menempatkan dirinya sebagai
pengamat alam, manusia bukan lagi menempatkan diri sebagai bagian yang ada
di dalam alam. Oleh karena itu, manusia terus berpikiran dan berpandangan
bagaimana memanfaatkan alam semakisimal mungkin untuk menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Manusia modern saat ini secara umum
cenderung kurang melihat mahluk lainnya sebagai sebuah kesatuan organisme.
Pandangan seperti ini menjadikan manusia sebagai penguasa atas ciptaan lainnya
yang ditandai dengan seringnya manusia memanfaatkan dan memakai mahluk
ciptaan lainnya.
b. Pelebaran dan Perluasan Komunitas Moral
Semua mahluk hidup yang ada di jagat raya akan mengalami
perkembangan. Dalam perkembangan itu, semua mahluk memiliki fungsi dan
kedudukan tersendiri, maka dapat dikatakan bahwa semua mahluk yang ada
memiliki status moral. Dengan menyandang status moral inilah akan muncul
perhatian untuk masa depan atau generasi yang akan datang. Komunitas moral
tidak boleh berhenti pada diri manusia saja melainkan mencakup semua mahluk
yang ada di jagad raya ini, karena semua yang ada di jagat raya merupakan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kesatuan yang tunggal. Chang (2008: 39)mengemukakan ”yang akan mendapat
pertimbangan moral bukan hanya manusia, melainkan semua mahluk ciptaan”
Sebagai kesatuan tunggal, semua mahluk mendapat status moral yang
tidak hanya bergantung pada manusia. Manusia sebagai mahluk berakal
setidaknya menghormati dan menghargai keberadaan mahluk lainnya sebagai
sebauh kesatuan.
c. Dampak Tindakan Manusia
Perilaku manusia menimbulkan dampak, pengaruh dan konsekuensi.
Dengan demikian, manusia semestinya berpikir ulang ketika mau melakukan
sebuah tindakan, apalagi bila tindakan itu menyangkut keberadaan sesama dan
lingkungan. Dalam hal ini Chang (2008: 40) menegaskan “Pertimbangan mesti
dilakukan sambil memperhatikan masa depan generasi mendatang”.
Semua tindakan memerlukan pertimbangan yang matang. Memang
perkembangan teknologi saat ini berkembang dengan pesat dan membantu
manusia dalam melakukan tindakan, namun tidak dipungkiri juga bahwa
pertimbangan yang dilakukan dengan bantuan teknologi dapat salah atau
meleset. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dan seksama ketika
melakukan sebuah tindakan yang berkaitan dengan sesama dan lingkungan.
d. Norma-norma Moral
Untuk memikirkan kehidupan generasi yang akan mendatang, perlu
dipikirkan dan dikembangkan norma-normal moral objektif agar manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
bertanggungjawab. “Sebagai aturan yang mengandung rentetan nilai hakiki,
norma moral berperan kunci dalam dunia lingkungan hidup”. (Chang 2008: 40).
Norma-norma moral yang dihasilkan oleh refleksi pengalaman manusia
digambarkan sebagai prinsip umum dalam hidup manusia. Dalam hidup sehari-
hari, norma berfungsi ganda, yakni mengatur keputusan yang akan diambil
sesorang sebelum bertindak dan yang kedua norma memberikan penilaian atas
tindakan yang telah dilakukan oleh manusia. Dengan norma-norma moral
tersebut, sebagai mahluk sosialsemestinya manusia juga memperhatikan
kehidupan di sekitar lingkungan sebab manusia tidak hidup sendiri dan hidup
hanya untuk diri sendiri.
e. Keputusan Politik
Dunia politik juga ikut ambil bagian dalam kelangsungan lingkungan
melalui keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Maka,
keputusan yang dikeluarkan haruslah bermanfaat untuk semua, bukan hanya
untuk sebagaian kelompok kecil saja. “Segala bentuk KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) harus disingkirkan, sebab KKN merupakan virus sosial yang akan
meremukkan ekologi yang bersih, benar dan jujur” (Chang, 2008: 41). Beliau
bermaksud agar lembaga hukum yang mengawasi penerapan Undang-undang
Lingkungan Hidup harus konsisten dalam menjalankan tugasnya, agar KKN
benar-benar hilang dan lingkungan yang asri terus terjaga dengan baik dan terus
lestari.
2. Paham tentang Alam Ciptaan Menurut Kitab Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Sekarang ini kehidupan manusia sudah dihadapakan pada kenyataan
lingkungan yang rusak yang sewaktu-waktu menjadi ancaman bagi kehidupan
manusia sendiri. Bila keadaan yang bersifat mendesak seperti ini tidak segera
dibenahi, kemungkinan besar terjadi kehancuran yang hebat yang akan dirasakan
manusia. Oleh karena itu, perlu adanya keasadaran dalam diri manusia dalam
memahami maksud Allah menciptakan alam semesta sebagai tempat tinggal
manusia. Dengan keadaan yang seperti ini, perlu adanya sebuah refleksi yang
dalam mengenai pandangan tentang alam ciptaanmenurut terang Kitab Suci.
Dalam Kej 1-3 tertulis “Dan Allah melihat, semua itu baik”. Pemahaman
mengenai alam ciptaan hendaknya bersumber dari sabda Allah sebagai pencipta
yang menjadikan semua ciptaan baik adanya, semua terlihat baik. Setelah Allah
menciptakan langit, bumi, laut dan segala isinya, Allah menciptaka pria dan
wanita. Dalam sabda selanjutnya, ada tertulis “Maka Allah melihat segala yang
dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31).
Allah memberikan kemampuan yang lebih kepada Adam dan Hawa
dibandingkan dengan ciptaan lainnya yang pada hakikatnya membedakan
manusia dengan ciptaan lainnya. Kisah tersebut menegaskan bagaimana
seharusnya manusia menciptakan relasi yang baik dengan ciptaan lainnya. Kitab
Kejadian 1: 28 menegaskan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah, oleh karena itu manusia diberikan tugas untuk melaksanakan
kekuasaan atas alam ciptaan dengan bijaksana dan penuh cinta. Apabila tugas itu
tidak dilaksanakan dengan baik, maka keharmonisan yang diperintahkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Allah akan rusak dan manusia akan jatuh dalam dosa, sebab manusia merusak
rencana Allah sendiri.
Orang Kristiani percaya bahwa peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus
menggenapkan karya perdamaian antara manusia dan Bapa. Surat Paulus kepada
jemaat di Kolose 1:1-19 menegaskan bahwa Kristus berkenan menperdamaikan
segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang surga,
sesudah Yesus mengadakan perdamian oleh darah salib Kristus. Setelah
peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, lantas ciptaan dijadikan baru (Why 21:
5). Surat Paulus kepada jemaat di Roma 8:21 menggambarkan bahwa ciptaan
takhluk kepada dosa dan kebinasaan, maka sekarang memperoleh kehidupan
baru sambil menantikan langit dan bumi baru yang di dalamnya terdapat
kebenaran (2 Pt 3: 13). Surat Paulus kepada jemaat di Efesus1:9 menegaskan
bahwa Bapa telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, yakni rencana
kerelaan yang ditetapkanNya dari semua dalam Kristus, sebagai persiapan
kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala
sesuatu yang baik yang di surga maupun yang di bumi.
Terang Kitab Suci telah membantu kita untuk menyadari betapa Allah
sungguh baik kepada manusia. Oleh karena itu, manusia harus menyadari dan
berperilaku baik kepada segala ciptaan Allah dengan menciptakan suatu relasi
yang harmonis. Apabila kedaan seperti sekarang ini terus terjadi dan berlanjut,
maka tidak ada kedamian di bumi dan tidak ada kedamain dengan Allah.
Ketidakdamaian yang tercipta seperti saat ini pada akhirnya akan menjadikan
manusia merana. Kitab Nabi Hosea 4: 3 menggambarkan sebuah peristiwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
akan terjadi bila tidak ada kedamaian, yakni “sebab itu negeri ini akan
berkabung, dan seluruh penduduk akan merana; juga binatang-binatang di
padang dan burung-burung di udara bahkan ikan-ikan di laut akan mati
lenyap”.Penderitaan manusia harus dihentikan dengan cara memperbaiki sikap
dan moral terhadap segala ciptaan Allah untuk mendapat kedamian di bumi dan
di surga.
3. Manusia dan Lingkungannya
Dewasa ini krisis lingkungan sudah terjadi secara global. Menanggapi
krisis lingkungan seperti ini, hal pokok yang mendesak adalah menyadari siapa
sesama manusia?
Dalam penghayatan hidup rohani, tema-tema tentang antroposentris dan
teosentris sudah melekat pada diri manusia sejak lama. Pada saat ini muncul
kesadaran bahwa penghayatan yang bertitik tolak pada antroposentris dan
teosentris terasa pincang apabila tidak disertai dengan penghayatan ekologis atau
penghayatan tentang lingkungan hidup. Dari penghayatan baru inilah manusia
akan semakin memahami siapa sesamanya. Bertolak dari perumpaan Yesus
tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37) dapat dipahami krisis
ekologis sama halnya dengan penderitaan orang yang di turun dari Yeriko ke
Yerusalem. Perumpaan itu juga memberikan pertanyaan dasar, yakni siapa
sesamamu? Sunarko menegaskan bahwa “Sesama dalam konsep teologi
penciptaan adalah sesama mahluk ciptaan di hadapan Sang Pencipta” (2008: 14)
Sunarko, dalam hal ini menjelaskan bahwa manusia dihadapan Allah
memiliki martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan, kendati ada kelebihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
yang dimiliki manusia.Di sisi lain, disadari bahwa kehidupan di bumi memiliki
suatu ikatan yang kuat dalam bentuk ekosistem. Maka, untuk memahami siapa
manusia dan lingkungannya, perlu diperhatikan kedudukan manusia dalam
sebuah sistem.
Kedudukanmanusia dalam keseluruhan ekosistem:
(sumber: Buntara, 1996: 14)
Gambar di atas menunjukkan bahwa manusia berada diantara unsur-unsur
lainnya, tidak di atas juga tidak di bawah yang lain. Unsur-unsur yang terdapat
dalam gambar di atas menunjukkan bahwa ada hubungan yang saling berkaitan
yang membentuk suatu ekosistem. Dengan kata lain, unsur-unsur tersebut
memberikan pengaruh dan sumbangan untuk unsur-unsur lainnya. Manusia
dengan akal budi sebagai kekhasannya tidak bisa lepas dari unsur lainya. Maka,
manusia dengan keunggulan itu tidak boleh menggunakannya untuk dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sendiri, tetapi harus memberikan sumbangan untuk unsur-unsur lainnya sebagai
kesatuan ekosistem.
4. Gereja dan Alam Ciptaan
Dalam Gereja Katolik, teologi mengenai alam ciptaan kurang begitu
kental. Teologi alam ciptaan masih terdengar asing di telinga umat Katolik bila
dibandingkan dengan teologi yang Kristosentris dan anthroposentris. Teologi
yang sering didengar oleh umat Katolik kurang memperhatikan masalah-
masalah lingkungan. Kebanyakan teologi yang dikembangkan oleh otoritas yang
berwenang (magisterium) lebih menekankan pada penderiataan manusia yang
diakibatkan oleh ketidakadilan.
Gereja Katolik menyadari betapa penting teologi alam ciptaan atau
lingkungan. Kesadaran ini dimulai ketika Paus Paulus VI memberikan pesan
pada kesempatan pembukaan konferensi PBB di Stockholm tentang ligkungan
hidup pada 01-06-1972. Dalam kesempatan itu, Paus Paulus VI menyampaikan
pesan bahwa manusia harus mengganti daya dorong kamajuan materiil yang
sering kali buta dan brutal diganti dengan rasa hormat pada alam ciptaan sebagai
satu bumi. Tidak jauh dengan Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II juga
selalu mengajak manusia sebagai umat Allah untuk memperhatikan alam
ciptaan. Paus Benedictus XV bersama Partiarkh Bartolomeus I dari Gererja
Ortodok Yunani pada 30 November 2006 juga aktif mengkampanyekan
kepedulian pada alam ciptaan sebagai tempat tinggal manusia. Bersama dengan
Vatikan sebagai reprentasi Gereja Katolik universal, telah melakukan
kegiatan-kegiatan nyata, yaitu dengan mengalokasinya sejumlah dana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
memelihara hutan seluas 15 hektar di Hongaria. Vatikan juga melengkapi atap
bangunan dengan panel tenaga surya supaya konsumsi listrik konvensional bisa
dikurangi.
Gereja Katolik di Indonesia sebenarnya sudah mulai memikirkan
permasalahan yang sangat memprihatinkan khususnya masalah martabat
manusia dan alam ciptaan melalui surat Gembala KWI 2001 tentang Lingkungan
Hidup. Dalam surat Gembala tersebut, para Uskup Indonesia mengajak seluruh
umat untuk ikut serta memikirkan dan melakukan usaha-usaha yang nyata agar
umat bertumbuh bersama menuju masyarakat yang lebih manusiawi, adil,
demokratis, dan sejahtera.
C. Urgensi Katekese Ekologis Dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam
Ciptaan
1. Kerusakan Alam Ciptaan Semakin Terlihat Jelas Secara Global
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kerusakan lingkungan di bumi
Indonesia secara khusus mengalami peningkatan yang begitu pesat. Kegiatan
penggundulan hutan, penambangan, pemakaian pestisida yang berlebihan dan
pengrusakan alam bawah laut sering kali menjadi pembicaraan yang tidak ada
habisnya. Bila diperhatikan lebih seksama, kerusakan lingkungan yang
dilakukan oleh manusia terjadi hampir disemua negara di bumi ini.
Dari data statistik, di mana sumber daya alam sedang dieksploitasi, maka
proses pemiskinanpun terjadi. Dari 10.961 Izin UsahaPertambangan, 4500
an adalalah izin eksploitasi, maka bisa dipastikan di tempat-tempat itu
kemiskinan pasti akan terjadi (Gita Sang Surya, 2014: 10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Kenyataan yang terjadi di atas menunjukkan bahwa begitu banyaknya
perilaku manusia yang sifatnya merusak. Dari data itu pula dapat dipahami
bahwa kegiatan seperti penambangan sebetulnya bukanlah proses penyejahteran
dan kebahagian bagi manusia sendiri, melainkan sebuah pembodohan diri.
Tindakan yang tidak bertanggungjawab tersebut akan menghadirkan kemiskinan
yang berkepanjangan bila masalah ini tidak segera diatasi.
Kerusakan alam ciptaan pada kenyataannya tidak selalu disebabkan oleh
manusia, melainkan juga karena fenomena alam seperti gempa, gunung meletus,
badai dan tsunami. Namun fenomena alam tersebut lebih kecil dampaknya
dibandingkan dengan apa yang lakukan oleh manusia terhadap lingkungannya.
Kerusakan alam ciptaan yang terjadi diseluruh belahan bumi berdampak
langsung pada susunan ekosistem yang sudah tersusun dengan rapi. Dampak dari
rusaknya susanan ekosistem juga akan terasa langsung untuk semua ciptaan
yang ada karena kegiatan-kegiatan manusia yang melampaui batas kemampuan
lingkungan, sehingga fungsi lingkungan tidak berjalan dengan baik.
Di Indonesia, kerusakan lingkungan sudah cukup memperihatinkan.
Perubahan cuaca yang ekstrim, banjir, kebakaran hutan, illegal logging,
penambangan yang tidak terkendali dan pembukaan hutan untuk area
perkebunan hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia dan berbagai kasus
lainnya yang merusak lingkungan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) tahun 2012 menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan di Indonesia
selalu mengalami peningkatan. Hutan di Kalimantan, Sumatera dan Papua
mengalami kerusakan yang parah dan masih banyak kerusakan yang terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
daerah-daerah lainnya yang tidak kalah memperihatinkan, seperti banjir di Jawa,
kekeringan di wilayah NTT dan lain sebagainya. Keadaan ini menunjukkan
dampak kerusakkan lingkungan sudah terasa di berbagai wilayah di Indonesia
secara khusus.
Bernaulus Saragih dalam surat kabar Media Indononesia (MI) yang
diterbitkan pada kamis, 30 April 2015 mengungkapkan eksploitasi sumber daya
alam di Kalimantan Timur telah berdampak pada lingkungan. Dari kerusakan
lingkungan itu bila dihitung dalam bentuk uang sudah mencapai nilai Rp 6,3
triliun pertahun. Kerugian atas rusaknya lingkungan juga dirasakan oleh 3,6 juta
penduduk KalTim, sebagai contoh ketika musim hujan, wilayah Kaltim akan
terkena bencana banjir.
2. Tekanan Pengajaran Moral Terhadap Lingkungan
Keadaan bumi saat ini sudah tidak lagi nyaman untuk dijadikan tempat
tinggal bagi manusia. Oleh karena itu, ada beberapa upaya yang dilakukan
manusia untuk mencari jalan keluar dari masalah yang berdampak untuk semua
mahluk di bumi ini. Ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman mengantar manusia
untuk mencari tempat tinggal baru dengan menyusuri jagat raya sebagai upaya
mencari alternatif bagi tempat tinggal manusia.
Paus Yohanes Paulus II menyampaikan sebuah gagasan pada hari
perdamaian dunia pada 1 Januari 1990 yakni: “Krisis ekologi zaman ini
memperlihatkan kita sejumlah persoalan moral”.Persoalan moral yang
dimaksudkan ialah semakin tidak dihidupnya nilai moral yang mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
keseimbangan dalam kehidupan yang pada akhirnya merusak tatanan atau
ekosistem yang sudah ada. Dalam menyampaikan gagasannya itu, beliau juga
memberikan beberapa contoh kasus kerusakan lingkungan seperti efek rumah
kaca, penipisan lapisan ozon yang pada umumnya disebabkan oleh keteledoran
yang kurang jeli dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhannya baik mealui
Industri-industri, konsentrasi urbanisasi yang massif dan tidak terkendalinya
kebutuhan energi. Dari segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
tersebut, terlihat jelas banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh limbah-limbah
yang dihasilkan oleh industri, pembakaran fosil, batu bara dan pembabatan hutan
yang tidak terkendali. Semua itu mengakibatkan rusaknya lingkungan dan
atmosfer.
Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah tidak padunya aplikasi ilmu
teknologi dan pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sering kali mengabaikan martabat kehidupan. Untuk meningkatkan hasil
produksi sering diabaikannya kesejahteraan pribadi-pribadi maupun masyarakat
secara luas yang pada akhirnya menjadikan hidup manusia hancur.
Kenyataan bahwa pada zaman ini kurang diperhatikannya penghormatan
bagi segi-segi kehidupan, maka perlu digagas kembali pengajaran moral
terhadap lingkungan hidup. Salah satu yang mendesak adalah pengajaran tentang
penghormataan tehadap hidup, terlebih penghormatan terhadap martabat hidup
semua mahluk, bukan hanya manusia.
Dalam pengamatannya mengenai perilaku dan sikap manusia terhadap
lingkungan hidup, Chang (2008: 37) mengemukakan padangan Terence R.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Anderson yaitu “Moral lingkungan hidup memusatkan usaha dan kegiatannya
pada apa yang seharusnya dilakukan manusia dan sikap yang seharusnya diambil
manusia untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan alam atau benda
duniawi”. Hidup manusia berhadapan dengan semua mahluk hidup, maka
manusia seharusnya mengambil sikap yang bijaksana dan bertanggungjawab
dalam melakukan segala tindakannya. Manusia yang dianugerahi akal yang lebih
dibandingkan mahluk lainnya bisa saja melakukan banyak tindakan. Dalam hal
ini, manusia dituntut untuk bisa bisa mengambil keputusan yang tepat, untung-
rugi dapat dipertimbangkan dengan cara yang lebih arif. Dimensi tanggungjawab
menjadi sorotan utama. Pendikan moral lingkungan dan hidup
bertanggungjawab merupakan kunci utama untuk menjaga lingkungan hidup
yang sehat.
3. Praktik Hidup yang Merusak
Kebutuhan hidup yang meningkat, persaingan dan ketidakadilan sosial
merupakan beberapa penyebab praktik hidup yang merusak. Dalam Nota
Pastoral KWI pada tahun 2013 yang berjudul “Keterlibatan Gereja Dalam
Melestarikan Keutuhan Ciptaan” dibahas beberapa praktik-pratik hidup merusak
yang dilakukan oleh manusia seperti:
a. Pertambangan
Bersadarkan catatan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
pada tahun 2012 telah dikeluarkan ijin pertambangan sebanyak 10.677 Ijin
Usaha Pertambangan (IUP). Dari catatan direktorat Jendral Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) terdapat 1.724 kasus pertmabngan ilegal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dalam rentang tahun 2004 hingga 2012 yang beroperasi dalam hutan lindung
yang merusak hampir 950.000 hektar. Dalam kasus ini, diakui pula bahwa
industri-industri yang beroperasi dalam bidang pertambangan memberikan
peningkatan ekonomi, membuka lapangan kerja secara nasional dan regional.
Di sisi lain, kegiatan pertambangan menyisakan kerusakan hutan yang
begitu dahsyat. Kenyataan yang terjadi adalah kurang diperhatikannya
kelanjutan dari kegiatan pengambilan sumber daya alam yang berlebihan ini.
Usaha untuk mengembalikan keadaan hutan seperti semula tidak akan mungkin
dapat dilakukan, sebab wilayah pertambangan telah meninggalkan lobang-
lobang besar yang tidak mungkin untuk dibentuk seperti semula lagi. Oleh
karena itu, perlu adanya ketegasan pada diri sendiri untuk berhenti
mengeksploitasi hutan dalam skala besar dan ketegasan dari pemerintah untuk
mengerem laju kerusakan hutan melalui pertambangan.
b. Perkebunan
Usaha perkebunan dilakukan oleh beberapa perusahaan terjadi di
beberapa wilayah di Indonesia. Bila dibandingkan dengan usaha perkebunan
rakyat, perkebunan yang dikembangkan oleh perusahaan jauh lebih besar. Dari
perbandingan tersebut, dipahami bahwa banyaknya luas tanah yang dirubah
untuk dijadikan perkebunan. Data dari Dirjen Perkebunan dalam rentang waktu
tahun 2000-2010 mengalami peningkatan hingga 88% untuk usaha perkebunan
kelapa sawit yang mencapai luas tanah sebanyak 7,8 juta hektare. Data di atas
menunjukkan hancurnya habitat yang ada di hutan akibat usaha pekebunan
dalam skala besar ini. Akibat lain yang ditimbulkan adalah masalah sosial, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
penderitaan yang dialami manusia dan alam dengan banyaknya pestisida yang
digunakan dalam usaha perkebunan ini.
c. Kehutanan
Ketidakbijaksanaan dalam memanfaatkan hutan telah merubah fungsi
hutan. Hutan tidak bisa lagi diandalkan menjadi paru-paru bumi, tetapi berubah
menjadi bencana yang merugikan manusia, baik tingkat ekonomi dan sosial.
Berdasarkan data Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan, luas lahan kritis dan sangat kritis
tahun 2011 telah mencapai 29,3 juta hektar. Sebagian besar kerusakan hutan
disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, praktik illegal logging dan
semakin luasnya pembukaan hutan untuk area perkebunan, pertambangan dan
pemukiman. Pembukaan hutan yang berlebihan tersebut tidak disertai dengan
penanaman sehingga hutan semakin rusak. Akibat dari rusaknya hutan tersebut
biaya hidup semakin mahal, biaya ekonomi, sosial dan lingkungan untuk
mengatasi bencana banjir longsor, kekeringan dan krisis air bersih. Jika dilihat
dari ekonomi masyarakat saat ini, kemiskinan akan terus melanda negeri ini,
karena pemerintah ada kemungkinan tidak akan sanggup menanggung atau
memenuhi biaya hidup masyarakat.
d. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dipahami sebagai rusaknya tanah alami yang
disebabkan oleh banyaknya bahan-bahan kimia buatan manusia yang masuk ke
dalam tanah. Tanah tempat tinggal manusia, tumbuhan dan hewan mengalami
pencemaran oleh limbah-limbah industri yang yang mengandung bahan kimia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
limbah pabrik, limbah rumah tangga yang pada akhirnya berakibat pada
kelangsungan hidup. Dengan masuknya limbah-limbah tersebut ke dalam tanah,
maka akan memusnahkan spesies dan tentu akan menggangu rantai makanan
dalam tubuh manusia. Pencemaran tanah akan mengubah fungsi tanah itu
sendiri sebagai sumber kehidupan yang dibutuhkan oleh semua mahluk hidup.
Selain itu, juga akan terjadi penurunan kualitas hidup manusia akibat dari
rusaknya rantai makanan yang tercemar.
e. Pencemaran Udara
Bentuk pencemaran udara yang sering terjadi adalah kebakaran hutan,
asap kendaraan, industri, kegiatan rumah tangga dan usaha-usaha komersial. Di
kota-kota besar Indonesia sudah sejak lama dinyatakan sebagai kota dengan
pencemaran udara yang paling buruk, melebihi standar WHO.
Sejak tahun 1998, Indonesia telah dinyatakan sebagai negara dengan
kondisi pencemaran udara di perkotaan yang terburuk di mana tingkat
konsentrasi dari tiga jenis parameter yang dipantau yaitu kadar timbal,
nitrogen dioksida, dan total padatan tersuspensi melebihi standar WHO.
(Nota Pastoral 2013)
Data di atas menunjukkan bahwa keadaan udara di perkotaan di Indonesia
sudah tidak lagi baik untuk kesehatan manusia. Dengan semakin banyaknya asap
yang dihasilkan oleh pabrik dan kendaraan, semakin buruk pula keadaan udara
di perkotaan di Indonesia.
Parikel-partikel yang ada dalam udara yang sangat kecil memungkinkan
untuk masuk dalam proses pernafasan pada manusia dan hewan. Untuk manusia
bahaya yang ditimbulkan dari pencemaran udara adalah turunnya tingkat
kecerdasan pada anak, infeksi saluran pernafasan, asma, radang paru-paru dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
penyakit mata. Oleh karena itu, untuk mengerem laju pencemaran udara
diperlukan kebijakan pemerintah dalam menangani masalah pencemaran udara.
f. Pencemaran Air
Kenyataan sungai-sungai dan sumber mata air yang sudah tidak dapat
dijadikan sumber air bersih dan sehat karena banyaknya bahan-bahan kimia
yang masuk dalam air. Kebiasaan membuang sampah di sungai, membuang
limbah disembarang tempat, penggunaan pestisida yang berlebihan dan lain
sebagainya mengakibatkan air tidak layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai
negara yang cukup besar dengan jumlah penduduk yang banyak tentu
membutuhkan air besih untuk kelangsungan hidup. Kenyataan yang terjadi
adalah pada tahun 2011 banyak sungai yang tercemar. Pusat Sarana
Pengendaliaan Dampak Lingkungan mencatat ada 31 dari 51 sungai besar di
Indonesia yang tercemar berat. Kebiasaan dan perilaku manusia yang buruk
terhadap air juga akan berdampak lebih buruk bagi kelangsungan hidup, bukan
hanya manusia tetapi mahluk lainnya.
g. Sampah
Kebiasan membuang sampah yang sembarangan dan pemikiran tentang
masalah sampah merupakan tugas pemerintah harus segera dirubah.
Permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama, bukan hanya
pemerintah yang bertanggungjawab atas masalah sampah melainkan semua
pribadi-pribadi manusia. Di kota-kota besar Indonesia, masalah sampah menjadi
masalah yang pelik, sebab dari 1 juta meter kubik sampah hanya 42% yang
dapat diolah, selebihnya menjadi masalah lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
4. Menciptakan Kehidupan yang Selaras dengan Kehendak Allah
Tidak dapat disangkal lagi jika kerusakan alam sudah berada di depan
mata semua manusia. Kerusakan alam yang terjadi tidak akan pernah
diselesaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Maka yang perlu
dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan meninggalkan sifat
egoisme. Sikap baru yang hendak dibangun yang sekiranya selaras dengan
kehendak Allah adalah dengan membentuk persaudaraan yang universal.
Persaudaraan berarti “di hadapan Allah kedudukan manusia dan semua mahluk
itu setara dan sederajat saja” (Gita Sang Surya, 2014: 39).
Hidup yang selaras dengan kehendak Allah berarti juga menjadi manusia
yang bertanggungjawab. Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa “manusia harus
mengembangkan sikap penghargaan dan tanggungjawab penuh atas tindakannya
sehubungan dengan keadaan alam” (Chang, 2001: 110). Dari uraian tersebut,
Chang menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia perlu merubah pola pikir
dengan semakin menyadari tanggungjawabnya atas alam ciptaan. Manusia
diberikan tugas seperti ini karena manusia merupakan gambaran dari Allah
sendiri, manusia secitra dengan Allah. Maka, manusia dipilih Allah untuk
merawat alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN MENJAGA KEUTUHAN ALAM
CIPTAAN MELALUI KATEKESE EKOLOGIS
Pada bab IV ini penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa
usulan program peningkatan partisipasi umat dalam upaya menjaga keutuhan
alam ciptaan. Usulan pemikiran program tersebut akan dijabarkan dengan rincian
meliputi latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk
program, matriks programdan satuan persiapan program.
A. Latar Belakang Program
Umat dewasa ini belum menyadari pentingnya menjaga alam ciptaan
sebagai ungkapan iman mereka. Dengan kesadaran akan pentingnya menjaga
alam ciptaan dan harapan semakin tumbuh subur kesadaran itu, penulis akan
menyampaikan usulan pemikiran kegiatan dengan maksud agar semakin banyak
umat semakin tergerak hatinya untuk terlibat secara aktif dalam berkatekese
Ekologis.
Maka penulis akan memberikan usulan pemikiran kegiatan berupa katekese
ekologis yang merupakan ajaran Gereja agar umat secara umum semakin
memaknai ajaran Gereja tentang keutuhan alam ciptaan. Oleh karena itu, bagian
ini akan menjawab kebutuhan umat secara umum mengenai ajaran Gereja tentang
alam ciptaan dengan melaksanakan katekese Ekologis yang akan dikemas dengan
mengadakan kegiatan sarasehan. Untuk lebih mendalami isi katekese Ekologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
tersebut maka akan diusulkan juga kegiatan pendalaman Ensiklik Laudato Si yang
secara garis besar berbicara mengenai keberadaan bumi yang mengalami
kerusakan dan upaya-upaya yang harus dilakukan. Kegiatan ini dilakukan agar
umat memiliki wawasan yang luas dan selalu bersyukur atas segala pemberian
Tuhan memalui alam ciptaan. Adapun usulan pemikiran kegiatan ini akan
ditujukan kepada semua umat yang membutuhkan sumbangan bentuk kegiatan
katekese dengan harapan semua umat mampu menghayati panggilannya dalam
upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
B. Tujuan Program
Untuk lebih memahami isi dan maksud program, penulis akan menjabarkan
tujuan program. Adapun tujuan program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Agar manusia mengetahui fungsi alam ciptaan dan mampu
mengembangankannya sebagai tuntutan moral Kristiani.
2. Mengembangkan hidup yang bertanggungjawab.
3. Prakarsa menjaga dan melesatarikan alam ciptaan.
C. Usulan Program
Pada bagian ini penulis akan memberikan usulan parogram sebagai tindak
lanjut dari kebutuhan umat berdasarkan hasil penelitian. Adapun tema yang akan
menjadi pendalaman bersama adalah: “Menjadi komunitas yang peduli terhadap
alam ciptaan selaras dengan kehendak Allah dan Gereja”. Kiranya tema ini akan
membantu meningkatkan tanggungjawab umat menyadari tugasnya sebagai
pelestari alam ciptaan dan sebagai upaya menanggapi Ensiklik Laudato Si yang
sangat relevan untuk menjawab kebutuhan umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
D. Bentuk Program
Berdasarkan pada pemikiran sebelumnya, usulan program yang ditujukan
kepada umat secara umum akan dikemas dalam bentuk sarasehan. Oleh karena
itu, langkah yang diambil penulis untuk menyentuh pribadi umat yang lebih
mendalam akan dilaksanakan katekese Ekologis dengan format Shared Cristian
Praxis, yakni pengajaran bagi orang dewasa yang akan dilaksanakan di
lingkungan-lingkungan teritorial paroki. Bentuk program yang diusulkan ini
diharapkan akan semakin menambah wawasan umat secara umum mengenai
ajaran Gereja mengenai lingkungan dan juga semakin memotivasi untuk terus
mencintai lingkungan hidup sebagai ungkapan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
E. Matriks Program
Tema umum : Menjadi komunitas yang peduli terhadap alam ciptaan selaras dengan kehendak Allah dan Gereja
Tujuan Umum : Dengan katekese Ekologis menjadikan hidup lebih peduli terhadap keberadaan alam ciptaan lewat Kitab Suci
dan Ensiklik Laudato Si
Tujuan Khusus : Umat semakin menyadari lingkungannya dan panggilannya sebagai manusia yang bertugas menjaga keutuhan
alam ciptaan.
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
1 Menyadari
keberadaan alam
ciptaan saat ini
Agar peserta mengetahui
fungsi alam ciptaan dan
mampu
mengembangankannya
sebagai tuntutan moral
Kristiani.
a. Pengalaman keseharian
peserta yang berinterkasi
dengan alam ciptaan
b. Pidato Paus Fransiskus,
Audensi Umum.
Sharing,
tanya
jawab,
informasi
dan
refleksi
Viewer,
laptop
dan
hand
out
a. Pengalaman hidup peserta
b. Seri dokumen Gereja no 92.
Lingkungan hidup
90
menit
2 Mengembangkan - Agar umat mengetahui
a. Mendalami pengalaman hidup a. Sharing Teks Pengalaman hidup dan teks 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
hidup yang
bertanggungjawab
fungsi alam dan tahu
mengembangkannya
sebagai tuntutan moral
Kristiani
- Agar umat ikut
bertanggung jawab atas
kelestarian alam sebagai
bentuk tanggung jawab
kepada Tuhan
- Agar umat mampu
menjaga alam dengan
baik dan teratur sebagai
tanggung jawab atas cinta
sehari-hari
b. Mendalami tugas manusia
dalam menjaga alam ciptaan
berdasarkan Kej 1:26-31.
b. Diskusi
c. Tanya
jawab
Kitab
Suci,
viewer
dan
laptop.
Kitab Suci Kejadian 1:26-31 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
Tuhan.
3 Refleksi dan
Pendalaman
Ensiklik Laudato
Si
- Agar umat mengetahui
adanya ajakan dari Gereja
untuk menjaga rumah sebagai
tempat tinggal.
- Semakin teguh dalam
panggilan menjaga
keutuhan alam ciptaan
- Semakin siap sedia
menjadikan bumi sebagai
rumah untuk saat ini dan
masa yang mendatang.
- Memuji kemuliaan Allah
melalui alam.
- Melihat bumi sebagai
tumpukan besar kotoran
- Menghayati panggilan
menjaga alam ciptaan
Laptop,
viewer
dan
hand
out
Ensiklik Laudato Si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
4 Prakarsa menjaga
dan melesatarikan
alam ciptaan
- Menghadirkan aksi dari
kegiatan
a. Umat membuat suatu
program yang akan
dilaksanakan setelah mereka
berada di rumah masing-
masing
Informasi
dan
diskusi.
Laptop,
viewer
dan
hand
out
90
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
F. Satuan Persiapan Program
Berikut ini akan dijabarkan mengenai persiapan perogram yang diusulkan
sebagai tanggapan atas kebutuhan umat dengan rincian sebagai berikut:
Satuan Persiapan (SP) 1
Judul
Pertemuan
: Menyadari keberadaan alam ciptaan saat ini melalui Ensiklik
Laudato Si
Tujuan : Peserta dapat mengungkapkan keadaan alam saat ini dan mampu
melakukan tindakan menjaga keutuhan alam ciptaan
Peserta : OMK
Metode : Sarasehan
Tempat : Aula Gereja
Watku : 90 menit
1. Pemikiran Dasar
Pada saat ini gaya hidup manusia mulai menuju kekacauan yang telah
berpengaruh pada kesadaran manusia dalam menyadari keberadaan
lingkungannya. Melihat situasi seperti ini, upaya memberikan pemahaman yang
tepat kepada umat adalah hal yang penting dan mendesak untuk segera
dilaksanakan. Kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang disertai dengan situasi politik yang masuk dalam
tatanan kehidupan manusia semakin memeperumit keadaan.
2. Sumber Bahan
Pada bagian ini materi yang digunakan adalah pidato Paus Fransiskus
dalam audensi umum pada tanggal 05-06-2013 tentang kerusakan alam ciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
dan budaya menyampah. Pidato ini merupakan ajakan untuk melawan budaya
menyampah dan membuang-buang makanan.
3. Metode
Metode yang dipilih dalam katekese ini adalah sarasehan.
4. Sarana
Sarana yang akan dipakai dalam sesi ini adalah laptop, Viewer dan hand
out. Dalam sesi ini laptop akan digunakan untuk memaparkan materi yang sudah
dipersiapkan yang akan didalami bersama melalui saran viewer. Untuk lebih
memaksimalakan materi yang didalami bersama maka akan digunakan hard
copy dari hand out dengan tujuan agar apa yang didalami bersama mampu
dipahami secara utuh oleh umat sebagi peserta.
5. Materi
Materi yang akan digunakan dalam kegiatan sarasehan ini adalah pidato
Paus Fransiskus pada tanggal 05-06-2013. Materi ini dipilih karena dirasa sangat
relevan pada kebutuhan umat. Dalam pidato tersebut, Paus mengungkapankan
tentang kerusakan lingkungan yakni menyoroti kterlibatan manusia daalam
hancurnya alam ciptaan. Selain itu, Paus juga menyampaikan masih tumbuh dan
berkembangnya budaya sampah. Poin-poin yang disampaikan oleh Paus dalam
pidatonya ini akan didalami bersama sehingga umat semakin sadar dan
termotivasi untuk menanggapi ajakan Paus Fransiskus tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Pelaksanaan pertemuan
I. pembuka
1. Lagu Pembukaan : Laudato Si Mi Signore
2. Tanda salib dan kata pengantar
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih dalam Yesus Kristus
pada malam hari ini kita berkumpul bersama untuk menyadari apa yang
terjadi di ligkungan sekitar kita. Kita semua telah menyadari dan merasakan
akhir-akhirnya kita merasa kurang nyaman dengan keadaan lingkungan.
Begitu banyak bencana yang terjadi di bumi tempat kita tinggal ini. Merebah
perilaku terhadap alam ciptaan merupakan hal yang penting dan mendesak
untuk segera kita laksanakan.
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih, pada perjumpaan
malam ini kita akan bersama-sama menyadari keberadaan alam ciptaan di
sekitar kita dan diharapkan kita mampu melaksanakan perubahan.
3. Doa pembukaan
Marilah kita berdoa,
Allah Bapa maha baik, syukur kami ucapkan kepadaMu atas
kesempurnaan alam yang Engkau berikan. Kebahagian hidup yang Engkau
berikan melalui ciptaanMu telah membuat kami terlena. Keserakahan telah
membuat kami merasa menderita saat ini. Ya Bapa, bantulah kami untuk
semakin menjadi pribadi yang peka terhadap segala ciptaanMu. Kami mohon
semoga pada perjumpaan pada malam ini membawa diri kami semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
mengenal kesempurnaan kasihMu. Dikau kami puji untuk selama-lamanya.
Amin. Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin
II. Melihat dan Memaknai Pengalaman Hidup
Pemandu mengajak peserta untuk mendalami pengalaman yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan keberadaan alam ciptaan saat
ini. Pemandu menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai panduan sharing
pengalaman.
a) Apa saja yang anda ketahui mengenai kerusakan alam ciptaan?
b) Bagaiamana perasaan anda melihat keadaan alam ciptaan seperti saat ini?
c) Hal-hal apa saja yang membuat kita sering berpikir pendek dalam hal
memanfaatkan alam secara tidak bijaksana?
III. Langkah-langkah Pengembangan
1. Pengembangan
Pemandu membagikan 2 gambar yakni keindahan alam ciptaan dan gambar
kerusakan alam ciptaan yang merugikan manusia. (terlampir).
2. Mendalami makna gambar
Untuk semakin memahami makna gambar yang dibagikan, pemandu
mengajak peserta untuk menyampaikan gagasannya dengan pertanyaan
sebagai berikut.
- Apa yang bapak/ibu rasakan jika pada saat ini hidup di tengah-tengah alam
yang lestari seaperti yang ada pada gambar 1 tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
- Sebaliknya apa yang bapak/ibu rasakan bila harus hidup di tengah-tengah
alam yang rusak seperti pada gambar 2 tersebut?
3. Pemandu memberikan rangkuman atas sharing peserta untuk memberikan
peneguhan dan penegasan.
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih, bila kita melihat
gambar pertama kita akan merasakan kedamaian. Keberadaan alam ciptaan
yang masih utuh memang menjadikan kehidupan manusia dan keberadaaan
ciptaan Allah lainnya dapat hidup harmonis. Dengan kelsatraian alam yang
terjaga seperti pada gambar kita akan merasakan ketenangan baik itu
ketengan jiwa maupun raga. Hal seblaiknya akan terjadi bila kita hidup
berada pada kedaaan alam yang rusak seperti pada gambar kedua. Konflik
akan terjadi karena keberadaan tempat tinggal yang tidak lagi nyaman yang
juga akan berpengaruh pada hubungan manusia dengan manusia, manusia
dengan lingkungannya (ciptaan Allah lainnya) dan yang sering terjadi pada
kenyaatn sekarang adalah kita sering berontak kepada Allah karena
ketidaknyamanan hidup yang ditandai semaikin benyaknya konflik dan
kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh hancurnya alam ciptaan.
4. Mendalami Teks Seruan Paus Fransiskus
Pemandu membagikan dan meminta peserta untuk membacakan dokumen :
Paus Fransiskus, Audensi Umum. (terlampir)
5. Merefleksikan Teks
Setelah salah seorang peserta membacakan teks yang akan di dalami bersama
secara secara terbuka, selanjutnya pemandu mengajak peserta untuk membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
teks yang sudah dibagikan secara pribadi. Untuk lebih mendalami maksud
teks tersebut, pemandu akan memberikan pertanyaan sebagi berikut:
- Apa yang Teman-teman Orang Muda Katolik pahami mengenai
keberadaan alam ciptaan saat ini?
- Hal-hal baik apa saja yang sudah Teman-teman Orang Muda Katolik
lakukan terhadap lingkungan dan hal-hal yang merugikan apa saja yang
pernah Teman-teman Orang Muda Katolik lakukan terhadap lingkungan?
- Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perbuatan Teman-teman Orang
Muda Katolik berkaitan dengan tindakan Teman-teman Orang Muda
Katolik terhadap lingkungan?
- Apa yang Teman-teman Orang Muda Katolik pahami mengenai budaya
sampah? Apa yang akan Teman-teman Orang Muda Katolik usahakan
untuk melawan kebiasaan tersebut?
6. Rangkuman dan Peneguhan Atas Sharing Pengalaman
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih, kita semua tahu
bahwa alam ciptaan pada saat ini mengalami kerusakan. Pada kenyataanya
kerusakan alam ciptaan itu terus meningkat dan terjadi dimana-mana. Memang
keadaan ini membuat hidup kita menjadi tidak nyaman dan bahkan kita sering
ingin berontak karena kita merasa tidak puas terhadap hidup yang seperti ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan alam
ciptaan. Dalam interaksi sehari-hari itu pula banyak kegiatan yang sudah kita
lakukan, baik itu kegiatan pengerusakan maupun kegiatan pemulihan
kerusakan tersebut. Namun satu hal yang harus kita semua ingat dan sadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
bahwa kita memiliki tugas penting yakni menjaga alam ciptaan, bukan
menguasai ciptaan Allah.
Perbuatan yang kita lakukan semua memiliki dampak. Bial kita semua
melakukan perbuatan baik, maka hasil yang memuasakan yang kita peroleh,
begitupun sebaliknya bila kita berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah
maka penderitaan yang kita peroleh.
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih Paus Fransiskus telah
mengajak kita semua untuk memberikan waktu untuk lingkungan sekitar kita.
Dalam hal ini Paus mengajak kita untuk semakin peka terhdap alam ciptaan,
kita tidelah meyak hanya cukup dengan menanam dan memelihar tetapi lebih
dari itu kita juga perlu memperbaiki diri kita yang pada saat ini sedang pada
masa krisis. Budaya menyampah merupakan salah satu budaya yang terus hidu
dan perlu kita lawan. Budaya sampah cenderung menjadi mentalitas kehidupan
pada masa sekarang. oleh karena itu, pad malah hari ini kita telah menyadari
apa yang sedang terjadi di bumi kita ini, maka marilah kita bersama-sama
melaksanakan tugas kita yang diberikan Alah sendiri yakni memelihara bumi,
bukan untuk menguasi.
IV. Tanggapan dan Tindak Lajut
1. Rencana Aksi
Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih, apa saja yang dapat
kita usahakan berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan. Kapan kita
akan melaksanakan kegiatan itu dan di mana kita akan melaksanakannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
V. Penutup
Teman-teman Orang Muda Katolik, tibalah saatnya untuk kita
merenungkan apa yang sudah kita dalami bersama pada hari ini, kita juga
sudah membuat niat baik sebagai upaya kita ikut ambil bagian dalam
melaksanakan tugas yang diberikan Allah. Untuk itu, marilah kita sejenak
memberikan waktu pada diri kita sendiri untuk mengendapkan apa yang sudah
kita dapatkan pada kesempatan kali ini. Marilah bapak dan ibu kita
merenungkannya.
1. Doa penutup
Marilah kita berdoa. Teman-teman Orang Muda Katolik kegaiatan sarasehan
pada kali ini sudah usai. Untuk itu marilah kita berdoa secara bersama. (Doa
terlampir)
2. Lagu penutup : Jadilah Saksi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup, penulis akan menyampaikan kesimpulan tulisan ini
beserta saran. Bagian kesimpulan berisi mengenai gagasan pokok dari
keseluruhan tulisan skripsi ini dan pada bagian saran akan berisikan gagasan yang
bermaksud untuk meningkatkan gairah umat dalam menjaga keutuhan alam
ciptaan.
A. Kesimpulan
Katekese Ekologis berartikegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh
seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus melaluialam
ciptaan yang pada akhirnya menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli
terhadap bumi beserta isinya sebagai tempat tinggalnya. Melihat keadaan alam
ciptaan yang memperihatinkan, maka katekse hijau sangat penting dilaksanakan
untuk ikut ambil bagian dalam upaya mengerem laju kerusakan lingkungan.
Ketidaksetabilan alam ciptaan ini dirasa perlu mendapat perhatian yang khusus
agar kelestarian semua alam ciptaan kembali lestari.
Mendesaknya tindakan nyata untuk menjaga alam ciptaan dirasa penting,
karena bila kita melihat dan merasakan apa yang terjadi saat ini sungguh ironis.
Kenyataan banyaknya hutan yang rusak, tanah yang tidak lagi subur, dan udara
yang tidak lagi segar serta air yang mengandung bahan-bahan kimia yang
tentunya merusak tatanan ekosistem. Keadaan yang memperihatinkan ini bukan
hanya terjadi di negeri ini, melainkan sudah terjadi secara global. Kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
alam ciptaan terbagi menjadi dua berdasarkan sebabnya, yakni karena alam itu
sendiri dan karena ulah manusia. Fenomena kerusakan alam ciptaan karena alam
itu sendiri lebih sedikit akibatnya dibandingkan dengan ulah manusia yang tidak
bertanggungjawab. Maka sangat penting dilakukan pengajaran moral terhadap
lingkungan karena banyak kegiatan manusia yang kurang bahkan tidak
memperhitungkan dampaknya. Seperti yang telah dikatakan oleh Paus Yohanes
Paulus II pada hari perdamaian dunia yang mengatakan permasalahan ekologi
menujukkan sejumlah persoalan moral. praktik hidup yang merusakan tentu juga
menjadi permasalahan yang pokok dan komplek, begitu banyak yang
mempengaruhi manusia untuk mengambil kekayaan alam secara berlebihan.
Salah satu yang menjadi permasalahan ialah masalah ekonomi dan disertai pula
keadaan politik yang kacau. Melihat keadaan yang begitu memperihatinkan
seperti ini, hal pertama yang harus segera dilakukan ialah pengajaran moral yang
disertai pula dengan pemahaman baru mengenai alam ciptaan. Dalam Kitab
Kejadian jelas bahwa manusia diutus dan ditugasi untuk merawat bumi, bukan
untuk menguasainya. Oleh karena itu, sangat penting diciptakan diciptakan
kebiasaan baru yang tindai dengan perubahan cara pandang dan perilaku
terhadap alam ciptaan.
Hasil studi pustaka menunjukan keprihatinan Paus Fransiskus terhadap
masalah lingkungan hidup terlebih lagi memuat himbuan-himbuan Bapa Suci
terhadap kondisi lingkungan alam sekarang ini. Dengan memahami seruan dan
himbauan Bapa Suci dalam Ensiklik Laudato Si maka akan menambah wawasan
dan keterbukaan pikiran sehingga umat akan semakin termotivasi dan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
memaknai ajakan untuk melestarikan dan merawat lingkungan hidup tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Maka diusulkan kegiatan katekese dalam bentuk sarasehan dan
pendalaman Ensiklik Ludato Si. Hal ini dirasa penting agar umat semakin
mantap dan semakin menyadari bahwa menjadi Katolik juga harus siap sedia
menjaga lingkungannya dengan berperilaku baik terhadap semua ciptaan Allah.
Usulan pemikiran juga diharapkan agar ketekese hijau semakin tumbuh dan
berkembang dan mampu mempengaruhi umat lainnya.
B. Saran
Penulis mengusulkan sebuah kegiatan yang memberikan hasilnyata agar
pertobatan ekologis tidak hanya berhenti pada pemahaman dan diskusi saja tetapi
memiliki hasinyata.
1. Manusia harus mengatasi kemalasan dan keserakahannya. Manusia harus
berusaha untuk tidak lagi menempatkan dirinya sebagai pusat ciptaan.
Bukan hanya manusia yang harus hidup. Benar, manusia istimewa, tetapi
makhluk lain juga punya hak hidup. Pertobatan berarti menghargai
makhluk lain, juga bumi, bukan sekadarsebagai alat bagimanusia.
2. Menjaga keseimbangan. Maksudnya, setiap ciptaan Tuhan, baik makhluk
hidup maupun tidak hidup, telah disusun saling berkait dengan sempurna.
Keserakahan manusia bisa menyebabkan keseimbangan kehidupan
menjadi rusak. Karena itu, pertobatan manusia berarti juga
mengembalikan keseimbangan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Pertobatan adalah aksi positif, bukan sekadar sesal. Sebuah pertobatan
radikal biasanya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan upaya
terus-menerus untuk mewujudkannya. Untuk ini, pertobatan perlu diwujudkan
dalam tiga bentuk yang akan saling mendukung.
1. Pertobatan personal. Pertobatan ini dilakukan secara pribadi berdasar niat
pribadi. Lebih peduli pada sampah dengan tidak membuang sembarang,
melainkan menaruh dan memilah sampah adalah salah satu contoh. Yang
diharapkan bukan sekadar pertobatan yang sekali-sekali saja dilakukan,
tetapi diharapkan membentuk habitus atau suatu kebiasaan yang mendarah
daging.
2. Pertobatan struktural. Artinya, pertobatan yang dilakukan suatu komunitas,
entah itu komunitas kecil atau besar, baik lingkungan maupun paroki,
bahkan juga keuskupan. Contoh lain adalah suatu paroki yang
menyediakan tempat sampah dan ‘kontrol’ yang lebih ketat tentang
pengelolaan sampah di kompleks gereja. Kerjasama yang intensif tentang
kepedulian ini dengan komunitas lain, asal berkelanjutan, bisa juga jadi
contohnya.
3. Bentuk pertobatan yang lebih bersifat simbolis. Membuat pohon atau
kandang Natal dengan botol minuman bekas adalah contoh bentuk ini. Hal
ini lebih bersifat mengingatkan dan menggugah kesadaran. Bahkan,
menanam pohon di kompleks gereja pun bisa masuk kategori simbolis,
karena yang diharapkan adalah dampak yang lebih luas, tidak dibatasi oleh
waktu dan tempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
DAFTAR PUSTAKA
Andang Binawan, L . (2012) Gereja Katolik Indonesia di Tengah Bumi yang
Memanas. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.
Buntara, Freddy (1996) Saudari Bumi Saudara Manusia. Yogyakarta: Kanisius
Chang, William (2001) Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius
Fransiskus, Laudato Si, Ensiklik tentang rumah kita bersama, 2015.
JPIC-OFM (2014) Gita Sang Surya: Merusak Alam sebagai Kejahatan Manusia.
Jakarta: Sekretariat JPIC-OFM Indonesia
KWI (1991) Sidang Paripurna Federasi Konperensi-konperensi Para Uskup Asia
(FABC). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
KWI (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius
KWI. (2014). Lingkungan Hidup. Seri Dokumen Gereja No. 92 Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Leenhouwers, P (1988) Manusia dalam Lingkungannya. Jakarta: PT Gramedia
Resosoedarmo, S. Dkk. (1985). Pengantar Ekologi. Jakarta:
Rukiyanto, SJ, B.A. (2012) ”Katekese di Tengah Arus Globalisasi” dalam
Pewartaan Di Zaman Global. Ed. B.A. Rukiyanto, SJ Yogyakarta:
Penerbit Kanisius,
Soemarwoto, Otto. (1989). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Percetakan Sapdodadi.
Sonny Keraf, A (2014) Filsafat Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius
Sunarko, A. Dkk. (2008). Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi. Yogyakarta:
Kanisius.
Tara, Yohanes Kristoforus (2008) Ekologi dlam Kristen dan Islam: Sebuah
Perjumpaan Tranformatif Menuju Dialog Ekologis. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Nusatama
Telaumbanua, Marinus (1999) Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Dari Internet
Paus desak umat beriman lindungi lingkungan
http://indonesia.ucanews.com/2015/02/11/paus-desak-umat-beriman-lindungi-
lingkungan/ Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017
Pengertian lingkungan hidup menurut ahli
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-lingkungan-hidup-menurut-
ahli.html Diakses pada tanggal 11 November 2017
Fransiskus Assisi pelindung
http://www.pontianak.kapusin.org/2010/04/st-fransiskus-assisi-pelindung.html
Diakses pada tanggal 11 November 2017
Fransiskus Assisi pecinta damai
http://www.pontianak.kapusin.org/2008/01/fransiskus-assisi-pencinta-damai-
dan.html Diakses pada tanggal 2 November 2017
Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan
http://www.pujasumarta.web.id/index.php/kwi/9-kwi/87-keterlibatan-gereja-
dalam-melestarikan-keutuhan-ciptaan. Diakses pada tanggal 2 November 2017
Longsor di Kulonprogo tahun 2010
http://www.liputan6.com/2010/longsor-di-Kulonprogo-tahun.html Di akses pada
tanggal 1 November 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[1]
LAMPIRAN
1. Gambar kerusakan alam ciptaan dan keasrian alam ciptaan
Alam yang masih asri
Alam yang rusak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[2]
2. Doa bersama
Doa untuk Bumi Kita
Allah yang Mahaagung
Engkau hadir disegenap alam raya
Engkau hadir pula
Di setiap jengkal hidup mahluk yang Kau cipta.
Engkau memeluk semua yang ada dengan kelembutan jiwa.
Maka, ya Allahku,
Taburilah kami dengan daya cintaMu,
Penuhilah kami pula dengan segenap damaiMu,
Agar kami mampu memelihara damainya kehidupan
Agar kami bisa erat bersaudara,
Tidak saling menabur luka dan duka
Allah kaum papa, tolonglah kami
Untuk menyelamatkan mereka yang tersisih dan terlupa
Karena di mata-Mu mereka juga begitu berharga.
Sembuhkanlah hidup kami,
Supaya kami dapat sungguh melindungi bumi ini
Bukan malah menjarahnya.
Kuatkanlah kami agar dapat mebaurkan keindahan
Bukan polusi dan kerusakan.
Sentuhlah hati mereka
Yang merugikan orang miskin dan papa
Dan yang merusak bumi demi keuntungan semata
Ajarilah kami menemukan makna dari setiap hal yang ada,
Agar jiwa kami dipenuhi oleh rasa terpesona
Sehingga mampu menghormati ciptaanMu.
Ajarilah kami agar kami lebih mampu memahami
Makna kebersatuan dengan semua ciptaan
Tertama dalam perjiarahan bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[3]
Menuju cahayaMu yang abadi,
Kami bersyukur kepadaMu
Karena Engkau berkenan bersama kami setiap hari,
Dan karena itu, ya Allahku,
Kuatkanlah kami dalam memperjuangkan,
Mewujudkan keadilan, cinta, dan damai di bumi. Amin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[4]
3. Seruan Paus Fransiskus
PAUS FRANSISKUS, AUDENSI UMUM
Pope Francis, Genaral Audience, Saint Peter’s Square
05-06-2013
Tetapi ”menanam dan memelihara” mencakup tidak hanya hubungan
antara kita dan lingkungan, antara manusia dan ciptaan, itu juga meliputi relasi
manusiawi. Paus menyampaikan tentang ekologi human, yang terkait erat dengan
ekologi lingkungan. Kita sedang hidup di masa krisis: kita melihat ini di dalam
lingkungan, tetapi terutama kita melihatnya pada umat manusia. pribadi manusia
sedang dalam bahaya: hal ini pasti, inilah pentingnya ekologi manusia! Dan ini
sungguh bahaya serius karena akar maslah tidaklah dangkal, tetapi sungguh
mendalam: ini bukan hanya masalah ekonomi, melainkan menyangkut etika dan
antropologi. Gereja telah menekankan hal ini berulang kali, dan banyak yang
mengatakan, ya, ini benar, ini benar...tetapi sistem terus berlangsung seperti
sebelumnya, karena itu dikuasi oleh dinamika ekonomi dan keuangan yang
kurang etika. Manusia tidak berkuasa, uanglah yang berkuasa, uang menguasai.
Allah Bapa kita telah memberikan tugas memelihara bumi untuk uang, tetapi
untuk kita, pria dan perempuan: kita mengemban tugas ini! Namun sebaliknya,
manusia dikorbankan demi berhala keuntungan dan konsumsi: inilah “budaya
sampah”.
“Budaya sampah” ini cenderung menjadi mentalitas umum yang menaluri
setiap orang. Hidup manusia, pribadi manusia tidak lagi dipandang sebagai nilai
primer yang harus dihormati dan dilindungi, terutama mereka yang miskin atau
cacat, jika belum berguna-seperti bayi yang belum lahir-atau tak lagi dibutuhkan-
seperti orang tua. Budaya sampah ini telah membuat kita tidak peka untuk
memboroskan dan membuang sisa makanan, yang merupakan hal yang sangat
buruk, terutama ketika di setiap bagian dunia banyak orang dan keluarga
menderita kelaparan dan gizi buruk... konsumerisme telah membuat kita terbiasa
dengan sisa dan limbah makanan harian, yang nilainya, jauh melebihi parameter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[5]
ekonomis belaka, membuat kita tak mampu lagi memberikan nnilai yang adil.
Namun kita harus ingat bahwa membuang makanan sama halnya mencuri dari
meja orang miskin, orang yang kelaparan! Saya mendorong setiap orang untuk
merefleksikan masalah sisa dan sampah makanan untuk mengidentifikasi cara
pendekatan yang, dengan dengan secara serius menangani isu ini, manjadi sarana
solidaritas dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Maka, saya menghimbau semua orang berkomitmen serius untuk
menghormati dan merawat ciptaan, untuk memperhatikan setiap orang, untuk
melaawan budaya menyampah dan membuang-buang, serta memajukan budaya
solidaritas dan perjumpaan. Terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI