Download - Manajemen Kala i
MANAJEMEN KALA I
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas ASKEB II
Disusun Oleh :
1. Laeli Fatkhuriati (P17424111023)
2. Mumfarida (P17424111025)
3. Nani Susilawati (P17424111027)
4. Novelia Rizqiana (P17424111029)
5. Nur Izzati (P17424111031)
Reguler A / Semester III
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, hidayah dan
inayah-Nya sehingga kani dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Kebidanan
‘MANAJEMEN KALA I” tanpa mengalami suatu hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan kreatifitas kami dan
kesempurnaan makalah ini, kami menunggu saran dari pembaca, baik dari segi isi, istilah serta
pemaparannya. Harapan kami semoga kami dapat memperbaiki kekurangan tersebut.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, aamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kala 1 persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang
teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat
menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam
memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut
dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan
dalam kondisi kegawatan. Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian
melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk
menentukan:
Apakah ibu sedang dalam persalinan I
Ibu dan bayi dalam keadaan baik
Apakah ada komplikasi/penyulit
Setelah itu layaknya seorang bidan melakukan diagnosis apakah ibu sudah masuk dalam
persalinan yang sesungguhnya atau belum, kemudian menentukan apakah ibu membutuhkan
intervensi darurat segera. Kemudian bidan membuat rencana asuhan. Dari rencana asuhan yang
telah ditetapkan kemudian diaplikasikan dan pada akhirnya dievaluasi untuk dinilai keberhasilan
atau tidak dari asuhan yang diberikan.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan psikologi dan fisiologis persalinan kala I
2. Untuk mengetahui manajemen kala I
- Mengidentifikasi masalah
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan janin
3. Menilai data membuat diagnose
4. Menilai kemajuan persalinan
5. Membuat rencana / intervensi
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi masalah pada kala I?
2. Bagaimana cara menilai data dengan membuat diagnose?
3. Bagaimana kemajuan persalinan?
4. Bagaimana membuat rencana asuhan?
BAB II
MANAJEMEN KALA I
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu.
Persalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Atau proses dimana kontraksi uterus mengarah pada
dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta.
Persalinan normal merupakan proses dimana janin cukup bulan, pada presentasi occiput
melalui jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan dilahirkan secara spontan.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servikas.
Tanda dan gejala inpartu termasuk :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2x
dalam 10 menit)
3. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vagina
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase
laten dan fase aktif.
1. Fase laten persalinan :
Dimulai sejak awal kontraksi yang ,menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
2. Fase aktif persalinan :
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat /
memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung 40 detik atau
lebih)
- Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam
hingga pembukaan 10 cm
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin
A. MENGIDENTIFIKASI MASALAH
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik secara seksama. Pertama sapa ibu dan beritahu apa yang akan anda lakukan.
Jelaskan pada ibu tujuan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Jawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh ibu. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda penyulit
atau kegawatdaruratan dan segera lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan untuk
memastikan persalinan yang aman. Catat semua temuan anamnesa dan pemeriksaan fisik
secara seksama dan lengkap. Kemudian jelaskan hasil pemeriksaan dan kesimpulan pada ibu
dan keluarga
A. Anamnese
1. Nama, umur dan alamat
2. Gravida dan para
3. HPHT
4. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5. Alergi obat-obatan
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
antenatalnya (jika mungkin)
b. Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya perdarahan,
hipertensi, dll)
c. Kapan mulai kontraksi
d. Apakah kontraksi teratur ? seberapa sering terjadi kontraksi
e. Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi
f. Apakah selaput ketuban sudah pecah, jika ya apa warna cairan ketuban, apakah
kental atau encer, kapan selaput ketuban pecah (periksa perineum ibu dan lihat air
ketuban di pakaiannya)
g. Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu, apakah berupa bercak atau
darah segar pervaginam (periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaiannya)
h. Kapankah ibu terakhir makan / minum
i. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
7. Riwayat kehamilan sebelumnya
a. Apakah ada masalah selama kahamilan atau persalinannya sebelumnya (bedah sesar,
ekstraksi vakum / forsep, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
preeklamsi atau eklamsi, perdarahan pasca persalinan)
b. Berapa berat badan bayi terbesar yang pernah ibu lahirkan
c. Apakah ibu pernah punya masalah dengan bayi-bayi sebelumnya
8. Riwayat medis lainnya (pernafasan. Hipertensi, jantung)
9. Masalah medis saat ini (sakit kepla, pusing, nyeri epigastrium), jika ada periksa tensi
dan protein jika mungkin
10. Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran ibu
B. Pemeriksaan Fisik Ibu dan Janin
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu
dan bayinya. Informasi yang dikumpulkan digunakan bersama dengan informasi dari hasil
anamnese untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosa serta
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik
1. Cuci tangan
2. Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tentramkan hati ibu dan Bantu ibu agar merasa
nyaman. Jika ibu tegang dan gelisah anjurkan untuk menarik nafas perlahan dan dalam
3. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu periksa jumlah urin,
protein, dan aseton dalam urine)
4. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau
nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh, refleks
5. Nilai tanda-tanda vital ibu (tensi, suhu, nadi, pernafasan), supaya pemeriksaan tensi dan
nadi benar-benar akurat lakukan pemeriksaan diantara 2 kontraksi
6. Lakukan pemeriksaan abdomen
Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Minta ibu
berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian minta ibu untuk
menekuk lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan cara meminta ibu
menarik nafas dalam.
a. Luka bekas operasi
b. Pemeriksaan TFU
Pastikan tidakterjadi kontraksi, ukur TFU dengan menggunakan pita meter mulai dari
tepi atas simpisis pubis rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksi atau
linea medialis abdomen. Pita pengukur harus menempel abdomen. Jarak antara tepi
atas simpisis pubis dan puncak uteri disebut tinggi fundus.
c. Pemeriksaan kontraksi uterus
Gunakan jarum detik, letakkan tangan di atas uterus dan rasakan jumlah kontraksi
dalam 10 menit, tentukan durasi dan lama setiap kontraksi berlangsung. Diantara 2
kontraksi dinding uerus melunak kembali dan mengalami relaksasi.
d. Pemeriksaan denyut jantung janin
Nilai DJJ selama dan setelah kontraksi berlangsung, mulailah penilaian sebelum atau
selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.DJJ melambat sewaktu kontraksi, dan
segera kembali normal setelah relaksasi. DJJ lambat (<100 /menit), saat tidak ada his
menunjukkan adanya gawat janin. DJJ cepat (>180/menit yang disertai takikardi ibu,
bisakarena ibu demam, efek obat, hipertens) jika denyut nadi ibu normal DJJ yang
cepat sebaiknya dianggap sebagai gawat janin.
e. Menentukan presentasi
Cara menentukan presentasi kepala / bokong
1). Berdiri disamping ibu menghadap ke kepalanya, pastikan lutut ibu ditekuk
2). Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian bawah abdomen
ibu, tetap di atas simpisis pubis
3). Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian
tersebut masih bisa digerakkan, jika sudah masuk tidak dapat digerakkan
4). Pertimbangkan bentuk, kepadatan, dan ukuran bagian tersebut.Jika bulat, keras,
mudah digerakkan mungkin presentasi kepala. Jika tidak beraturan, lebih besar, tidak
keras dan sulit digerakkan mungkin bokong.
f. Menentukan bagian terbawah janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan
abdomen disbanding dengan pemeriksaan dalam. Nilai penurunan dengan hitungan
perlima bagian kepala janin yang bisa dipalpasi di atas simpisis pubis (ditentukan oleh
5 jari yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simpisis pubis).
7. Melakukan pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan, minta ibu untuk cebok dengan
sabun dan air bersih. Jelaskan langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan,
tentramkan dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi terjaga selama pemeriksaan.
Langkah-langkah pemeriksaan
1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk
3. Gunakan sarung tangan DTT / Steril
4. Vulva hygiene menggunakan kapas DTT dan air DTT / larutan antiseptic dari depan
ke belakang
5. Memeriksa genetalian eksterna apakah terdapat masa, jaringan parut diperineum, luka,
cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan, mekonium
dan air ketuban
7. Pisahkan labia dan masukkan jari telunjuk dan tengah ke dalam vagina
8. Nilai apakah ada luka parut, pembukaan , penipisan, pastikan tali pusat umbilicus dan
bagiab-bagian terkecil janin tidak teraba.
9. Nilai penurunan dan pastikan apakah kepala sudah masuk PAP atau belum,
bandingkan dengan temuan dari hasil pemeriksaan abdomen
10. Jika kepla dapat dipalpasi, raba fontanel dan sutura sagitalis untuk menilai penyisipan,
dan kepala janin apakah sudah sesuai dengan diameter jalan lahir
11. Jika pemeriksaan semua sudah selesai, keluarkan jari pemeriksa dan celupkan sarung
tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan, cuci tangan
12. Bantu klien ke posisi semula dan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
B. MENILAI DATA MEMBUAT DIAGNOSA
Berdasarkan temuan – temuan dalam riwayat kesehatan, bidan dapat mengambil
keputusan ketika ibu dalam persalinan sesungguhnya dan pada kala atau fase berapa ibu
sekarang. Secara keseluruhan proses keputusan klinis terdiri dari : pengmpulan data –
diagnosa- penatalaksanaan – evaluasi. (harus dilakukan berulang-ulang selama kala I
persalinan)
Ketika anamnese dan pemeriksaan fisik telah lengkap :
Catat semua temuan secara teliti dan lengkap
Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam
persalinan
Tentukan ada tidaknya penyulit atau masalah yang harus ditatatlaksana secara khusus
Tentukan diagnosa buat rencana berdasarkan informasi tersebut
Jelaskan semua temuan, diagnosa dan rencana penatalaksanaan pada ibu dan keluarganya
sehingga mereka memahami asuhan yang diberikan.
a. Diagnosa untuk persalinan sesungguhnya
Persalinan patut dicurigai jika setelah 22 minggu usia kehamilan, ibu sebentar-sebentar
merasa nyeri abdomen bertalian dengan lendir bercampur darah (show), agar dapat
mendiagnosa persalinan, bidan harus mengkonfirmasikan pembukaan serviks dan kontraksi
yang cukup.
Perubahan serviks, persalianan dapat ditentukan jika serviks secara progresif membuka >
3 cm dan menipis
Kontraksi yang cukup
Kontraksi dianggap cukup bila :
- Kontraksi terjadi teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung minimal 40 detik
- Uterus mengeras selama kontraksi, misalnya anda tidak dapat menekuk uterus
dengan menekan bagian tersebut menggunakan jari anda
- Lendir darah dari vagina (show)
b. Diagnosa kala dan fase persalinan
Gejala dan tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu /
belum inpatu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm :
- Kecepatan pembukaan 1 cm / lebih perjam
I Aktif
Serviks membuka lengkap (10 cm)
Penurunan kepala berlanjut
Belum ada keinginan untuk meneran
II Awal (non
ekspulsi
Serviks membuka lengkap (10 cm)
- Bagian terbawah telah mencapai dasar
panggul
II Akhir
(Ekspulsif)
c. Kemajuan persalinan normal
Persalinan normal terjadi bila kemajuan persalinan sesuai dengan partograf
d. Persalinan bermasalah
Persalinan bermasalah bila kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf, melewati
garis waspada
e. Kegawatdaruratan saat pesalinan
Kegawatdaruratan saat persalinan dapat ditandai dengan gejala seperti eklamsi,
perdarahan, dan gawat janin
C. MENILAI KEMAJUAN PERSALINAN
Untuk menilai kemajuan persalinan, kita dapat menggunakan partograf pada kolom
dan lajur kedua, yang berisikan pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin dan
kontraksi uterus pada kolom di bawahnya. Temuan-temuan pada kolom tersebut dapat
menunjukkan bahwa kala I mengalami :
a. Kemajuan persalinan, jika :
1. Kontraksi uterus teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan, fase
aktif (dilatasi berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada)
3. Serviks tampak dipenuhi bagian bawah janin
b. Kemajuan yang kurang baik, jika :
1. Kontraksi uterus yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan,
fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada)
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan yang kurang dapat menyebabkan persalinan lama.
Selain menilai kemajuan persalinan partograf juga dapat digunakan untuk menilai :
a. Kemajuan pada kondisi janin
- Jika DJJ tidak normal (< 100 atau > 180/menit, curiga adanya gawat janin)
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan vertek fleksi sempurna
digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi
- Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama, tangani
penyebab tersebut
b. Kemajuan pada kondisi Ibu, lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu
- Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atai IV
- Jika tekanan darah menurun curigai adanya perdarahan
- Jika terdapat acetone di dalam urine, curigai masukan nutrisi yang kurang,
segera berikan dekstrose IV.
D. MEMBUAT RENCANA ASUHAN
Selama persalinan dan kelahiran, rencana seorang bidan harus meliputi asesmen dan
intervensi agar dapat :
a. Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan jika persalinan dalam proses yang
normal
b. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
c. Memeriksa bagaimana bayi merespon persalinan dan kelahiran
d. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta dalam
menentukan asuhan
e. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, kelahiran, dan asuhan pasca
persalinan dini
f. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil tindakan yang sepatutnya dengan tepat
waktu
g. Pemantauan terus-menerus kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
h. Pemantauan terus-menerus tanda-tanda vital pada ibu
i. Pemantauan terus-menerus keadaan bayi
j. Menganjurkan hidrasi
k. Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
l. Menganjurkan tindakan yang menyamankan
m. Menganjurkan dukungan keluarga
Pada saat memberikan asuhan penolong harus waspada terhadap masalah atau penyulit yang
mungkin timbul. Ingat bahwa menunda memberikan asuhan kegawatdaruratan akan
meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan BBL. Lakukan langkah dan tindakan yang
sesuai untuk memastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan kesalamatan bagi bayi yang
dilahirkan
Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan atau rujukan segera selama persalinan
Temuan-temuan anamnese
dan atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Perdarahan pervaginam selain dari
lender bercampur darah (show)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang jarum ibfus ukuran 16 / 18 dan berikan RL atau
NS
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Persalinan kurang bulan (<37 mg) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
ketuban pecah dengan mekonium yang
kental
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Dengarkan DJJ
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set,
kateter penghisap lender de lee dan handuk/kain untuk
mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu
melahirkan di jalan
ketuban pecah pada persalinan kurang
bulan atau
ketuban telah pecah (>24 jam)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Ketuban pecah bercampur dengan
sedikit mekonium disertai tanda-tanda
gawat janin
Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin
laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah)
Tanda dan gejala belum inpartu
- Tidak ada Pembukaan serviks dalam
waktu 1-2 jam
- Kontraksi < 2 dalam 10 menit
berlangsung kurang dari 20 menit
1. Anjurkan ibu untuk makan dan minum
2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa
3. Jika kontraksi berhenti dan / tidak ada pembukaan
serviks evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda
kegawatan pada ibu dan janin, persilakan ibu untuk
pulang dengan nasehat :
Menjaga cukup makan dan minum
Datang untuk mendapatkan asuhan jika peningkatan
frekuensi dan lama kontraksi
tanda dan gejala infeksi 1. Baringkan ibu ke sisi kiri
- Suhu > 38 Oc
- Menggigil
- Nyeri abdomen
- Cairan keatuban yang berbau
2. Pasang jarum ibfus ukuran 16 / 18 dan berikan RL atau
NS dengan tetesan 125 ml/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
presentasi majemuk (ganda) adanyan
bagian janin seperti lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang
kepala
1. Baringkan ibu dengan lutut menempel ke dada atau
miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Tanda dan gejala persalinan dengan
fase laten memanjang
- Pembukaan serviks < 4 cm setelah 8
jam
- Kontraksi teratur (lbh dari 2 dlm 10
mnt)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Tanda dan gejala partus lama
- Pembukaan serviks mengarah
kesebelah kanan garis waspada
(partograf)
- Kontraksi < dari 2 dalam 10 menit,
berlangsung < 40 detik
- Pembukaan < dari 1 cm perjam
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
talipusat menumbung 1. Gunakan sarung tangan DTT, letakkan 1 tangan di
vagina dan jauhkan kepala janin dari talipusat janin,
gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk
membantu menggeser bayi dan menolong bagian
terbawa janin untuk tidak menekan tali pusatnya
(keluarga mungkin dapat membantu)
Atau
Minta ibu untuk mengambil posisi cersujud dimana
posisi bokong tinggi melebihi kepala ibu, hingga tiba
ketempat rujukan
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
presentasi bukan belakang kepala
(sungsang, lintang, dll)
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
pimpinan dalam fase aktif dengan
palpasi kepala janin masih 5/5
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
gawat janin (DJJ < 100 atau > 180
x/mnit pada 2 kali penilaian dengan
jarak 5 menit)
1. Baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan untuk bernafas
secara teratur
2. Pasang jarum ibfus ukuran 16 / 18 dan berikan RL atau
NS dengan tetesan 125 ml/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
TFU 40 cm atau lebih (makrosomia,
kehamilan ganda, hidramnion)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
preeklamsi berat (tensi > 160/110
mmhg, dan atau terdapat protein dalam
urin)
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang jarum infus ukuran 16 / 18 dan berikan RL atau
NS
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV
selama 20 menit
4. Suntikkan 1 g MgSO4 50 % (5 gr IM pada bokong kiri
dan kanan)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan BBL
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Tanda dan gejala syock
- nadi cepat, lemah (>110 x/menit)
- Tensi rendah < 90 mmhg
- Pucat
- Berkeringat atau kulit lembab, dingin
- Nafas cepat > 30x/menit
- Cemas, bingung, tidak sadar
- Produksi urin sedikit (<30 ml/jam)
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Jika mungkin naikkan ke dua kaki ibu untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung
3. Pasang jarum infus ukuran 16 / 18 dan berikan RL atau
NS infuskan 1 liter dalam waktu 15-20 menit, jka
mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama,
kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk bedah bedah sesar
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat
Anemia berat, ikterus, gemeli Rujuk
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Pada masa pembukaan
dibagi dalam 2 fase yaitu fase laten (dari pembukaan 1-3) dan fase aktif (darp pembukaan
4-10). Dalam manajemen kala I meliputi identifikasi masalah,menilai data dan membuat
diagnose,menilai kemajuan persalinan, dan membuat rencana asuhan.
B. SARAN
Perlunya dilakukan pemeriksaan dan pemantauan oleh bidan selama masa
pembukaan untuk memberikan ketentuan apakah ibu hamil tersebut membutuhkan
intervensi kegawatan atau tidak. Dan untuk memantau keberhasilan dari asuhan yang
diberikan oleh bidan.
LITERATUR
Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, YBP-SP, Jakarta 2002
Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, YBP-SP, Jakarta 2001
Buku 3 Asuhan intranatal, Pusdiknakes-WHO- JHPIEGO, 2001
Asuhan persalinan Normal, tahun 2007