Download - Malaria Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada
kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka
kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia
bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang
berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis
malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh
karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih
tinggi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan
angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah
daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis
malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat
penduduknya(Adiputro,2008).
Malaria merupakan penyakit endemik yang juga dapat menyerang anak-
anak khususnya pada usia 6 bulan hingga 5 tahun dan merupakan penyebab 10%
kematian anak di dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit malaria ?
1.2.2 Apa etiologidari penyakit malaria ?
1.2.3 Bagaimana penularan dari penyakit malaria?
1.2.4 Apa epidemiologi dari penyakit malaria ?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari penyakit malaria ?
1.2.6 Bagaimana diagnosis dari penyakit malaria ?
1.2.7 Apa saja Komplikasi yang terjadi ?
1
1.2.8 Bagaimana Patofisiologi penyakit malaria ?
1.2.9 Bagaimana cara pencegahan dari penyakit malaria ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari penyakit malaria
1.3.2 Untuk mengetahui etiologidari penyakit malaria
1.3.3 Untuk mengetahuibagaimana penularan dari penyakit malaria
1.3.4 Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit malaria
1.3.5 Untuk mengetahuiapa saja manifestasi klinis dari penyakit malaria
1.3.6 Untuk mengetahuibagaimana diagnosis dari penyakit malaria
1.3.7 Untuk mengetahuikomplikasi apa saja yang terjadi
1.3.8 Untuk mengetahuibagaimana Patofisiologi penyakit malaria
1.3.9 Untuk mengetahuibagaimana cara pencegahan dari penyakit malaria
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini :
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari penyakit malaria
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui etiologidari penyakit malaria
1.4.3 Mahasiswadapat mengetahuibagaimana penularan dari penyakit malaria
1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari penyakit malaria
1.4.5 Mahasiswa dapat mengetahuiapa saja manifestasi klinis dari penyakit
malaria
1.4.6 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana diagnosis dari penyakit
malaria
1.4.7 Mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi apa saja yang terjadi
1.4.8 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana Patofisiologi penyakit malaria
1.4.9 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana cara pencegahan dari penyakit
malaria
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2
2.1 Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariale, plasmodium ovale, dan
yang mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles
betina (Kemenkes, 2011).
Menurut Hiswani (2004), penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria adalah salah satu
penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali
(Mansjoer dkk, 2001). Lima spesies plasmodium parasit dapat menginfeksi
manusia; bentuk-bentuk yang paling serius penyakit disebabkan oleh ''
Plasmodium falciparum''. Malaria yang disebabkan oleh '' Plasmodium vivax'', ''
Plasmodium ovale'' dan '' Plasmodium malariae'' menyebabkan penyakit yang
lebih ringan pada manusia yang tidak umumnya fatal. Spesies yang kelima, ''
Plasmodium knowlesi'', menyebabkan malaria pada kera tetapi juga dapat
menginfeksi manusia. Kelompok spesies '' Plasmodium'' patogen manusia ini
biasanya disebut sebagai '' parasit malaria''.
2.2 Etiologi
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.
Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax
menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum
menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan
Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan
Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale (Soedarmo dkk, 2008).
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya
dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang
terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang
terdapat di dalam sel parenkim hati.
3
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopeles betina yang
sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan
transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi, dimana keduanya
melewati fase pre-eritrosier perkembangan parasit dalam hati. Evolusi penyakit
yang biasa adalah sebagai berikut:
1. Fase Pre-Eritrosier
Sporozoit yang diinjeksikan ke dalam aliran darah oleh gigitan nyamuk
mencapai sinusoid hati dan memasuki sitoplasma sel hati. Pertumbuhan dan
pembelahan sel cepat, dan terbentuk kista mikroskopik (Schizont) yang
mengandung merozoit. Kebanyakan kista dari semua spesies pecah pada akhir
6-15 hari perkembangan, melepaskan beribu-ribu merozoit untuk menembus
sel darah merah. Namun, beberapa bentuk P. vivax dan P. ovale tetap dorman
dalam hati selama selama beberapa minggu atau beberapa bulan, membuka
jalan untuk relaps (Soedarmo dkk, 2008).
Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit
dalam darah) bervariasi sesuai dengan spesies; pada P. falciparum masa
inkubasinya 10-13 hari; pada P. vivax dan P. ovale, 12-16 hari; dan P.
malariae 27-37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria dapat
ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi nampak nyata pada waktu
yang lebih pendek. Manifestasi klinis infeksi yang diinduksi oleh salah satu
cara dapat ditekan selama beberapa bulan dalam pengobatan subkuratif,
terutama pada kasus malaria vivax dan quartana.
2. Fase Eritrosier
Merozoit yang menginvasi sel darah merah mula-mula tampak pada
sediaan berwarna sebagai cincin kebiru-biruan atau pita sitoplasma (P.
malariae), dengan satu atau kadang-kadang dua titik merah kromatin inti.
Parasit yang sedang tumbuh diberi nama trophozoit, dan yang muncul
bersamanya dalam sel darah merah adalah granula pigmen kuning-coklat yang
terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin yang dikonsumsi oleh
parasit untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Bentuk organisme bervariasi
selama pertumbuhan sampai ia menjadi bulat dan dengan pigmen yang
4
tersebar atau menggerombol, hampir mengisi sel darah merah, dimana pada
kasus P. vivax, membesar dan berbintik-bintik.
Nukleus parasit sekarang membelah secara aseksual beberapa kali;
sitoplasmanya tersusun disekeliling nukleus baru, dan pigmen mengelompok
dalam kelompok besar. Segmenter ini atau Schizont dewasa (meront),
mengandung berbagai jumlah merozoit, tergantung pada spesiesnya. Eritrosit
yang mengandung merozoit ini pecah, dan merozoit bebas, pigmen dan puing-
puing eritrosit dibebaskan ke dalam plasma. Merozoit-merozoit yang lolos
dari inaktivasi oleh imunoglobulin atau fagositosis masuk ke dalam sel darah
merah segar. Dengan demikian, siklus aseksual dimulai setiap saat kelompok
baru merozoit menginvasi sel darah merah. Siklus ini, yang lamanya sangat
penting secara klinis, berakhir 48 jam pada malaria falciparum, vivax, dan
ovale serta 72 jam pada malaria quartana. Paroksismal klinis malaria terjadi
hanya bila siklus telah cukup terjadi sehingga menghasilkan sejumlah materi
parasit, pigmen, dan puing-puing sel darah merah yang diperlukan untuk
menginduksidemam atau reaksi-reaksi lain.
Pertumbuhan parasit tertentu gagal membelah, nukleus tetap utuh selama
masa maturasi. Mereka didiferensiasi menjafi bentuk jantan dan betina yang
disebut gametosit, yang tidak penting secara klinis tetapi mampu menginfeksi
nyamuk yang menghisap penderita.
3. Infeksi Campuran atau Kelompok
Pada infeksi campuran biasanya hanya satu spesies yang menimbulkan
pola klinis, dengan falciparum mendominasi vivax, dan vivax mendominasi
quartana; hanya bila berkembang imunitas cukup terhadap strain dominan,
yang lain mulai menimbulkan manifestasi klinis.
Pada infeksi dengan satu spesies, kelompok yang berbeda dapat
berkembang. Karena merozoit dalam hati tidak dibebaskan secara simultan
dan skizon eritrositer tidak semuanya pecah pada saat yang sama, beberapa
kelompok parasit memulai keberadaannya dalam sel darah merah, sebelum
atau sesudah yang mayoritas, dimana sering matang dalam jumlah yang cukup
untuk menimbulkan reaksi klinis tersendiri. Pada infeksi vivax, satu kelompok
5
akan menghasilkan reaksi demam selang sehari, sedang jika dua kelompok
yang berkembang akan ada paroksimal setiap hari; pada malaria falciparum
gambaran klasik demam intermiten mungkin segera terganggu juga.
2.3 Cara Penularan
Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan non
alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk
anopheles
2. Penularan non alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu:
a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar
lasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang
dikandungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu kepada bayi
melalui tali pusat.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu
obat bius yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfuse hanya
menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.
c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (plasmodium
gallinasium), burung dara (plasmodium relection), dan monyet
(plasmodium knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain
yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
2.4 Epidemiologi
6
Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah
tropismaupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat.Di
Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang
berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800
meter di atas permukaan laut. Angka Annual Parasite Incidence (API) malaria di
Pulau Jawa dan Bali pada tahun 1997 ialah 0,120 per 1000 penduduk, sedangkan
di luar Pulau Jawa angka Parasite Rate(PR) tetap tinggi yaitu 4,78% pada tahun
1997, tidak banyak berbeda dengan angka PR tahun 1990 (4,8%). Spesies yang
terbanyak dijumpai adalah Plasmodiumfalciparum dan Plasmodium
vivax.Plasmodium malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur, Plasmodium
ovale pernah diketemukan di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur. Angka
kesakitan malaria untuk Jawa Bali diukur dengan API, dan untuk luar Jawa Bali
diukur dengan PR. Air tergenang dan udara panas masing-masing diperlukan
untuk pembiakan nyamuk menunjang endemisitas penyakit malaria. Pada dua
puluh lima tahun terakhir ini dijumpai adanya resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin telah menyebar ke berbagai negara endemis malaria termasuk
Indonesia. Resistensi ini mungkin karena munculnya gen yang telah mengalami
mutasi.
2.5 Manifestasi Klinik
Anak-anak yang mendapat malaria dibagi menjadi 2 kelompok,mereka
yang tidak atau hanya sedikit mempunyai imunitas karena kurangnya kontak
sebelumnya dengan penyakit,yang menjadi sakit serius jika tidak diobati dan
mereka yang mempunyai tingkat toleransi pada sekitar umur 10 tahun karena
infeksi malaria berulang pada awal masa anak dimana mereka telah bertahan
hidup,walaupun pertumbuhan dan perkembangan dapat terganggu.Toleransi
terhadap malaria juga muncul berdasar pada faktor keturunan yang merubah
keparahan penyakit,seperti toleransi ditemukan terutama pada orang-orang
keturunan afrika.
Pada anak yang imun sebagian,parasitemia berat dapat terjadi dengan
beberapa gejala,atau infeksi interkurn dapat memulai memperbaharui aktivitas
7
infeksi malaria yang tidak aktif.Pada anak non imun,tanda-tanda klinis biasanya
tampak 8-15 hari sesudah infeksi dan tidak dapat dibedakan.perubahan prilaku
seperti rewel,anoreksia,menangis seperti tidak biasanya,mengantuk,atau gangguan
tidur dapat diamati.Demam mungkin tidak ada atau sedikit naik selama 1-2
hari,atau mulainya dapat mendadak dengan suhu mencapai 40,6oC (105o F) atau
lebih tinggi dengan dengan atau tanpa menggigil sebagai prodormal.Sesudah masa
waktu yang bervariasi,suhu turun ke normal atau lebih rendah,dan berkeringat.
Demam proksimal mungkin sangat singkat atau mungkin berakhir selama
2-12 jam,polanya yang khas biasanya kabur pada anak kurang dari 5
tahun.Keluhan meliputi nyeri kepala,mual,muntah,dan kadang-kadang nyeri
dalam perut bila limpa telah membengkak dengan cepat dan nyeri.Pada infeksi
vivax dan quartana yang didominasi oleh satu kelompok,demam merupakan
manifestasi khas,pada yang pertama terjadi dengan interval 72 jam. Jika terjadi
konvulsi,akan mereda bila demam menurunlesi herpes mulut tidak jarang.Angka
sel darah merah dan kadar hemoglobin dapat menurun dengan cepat,leukopenia
bervariasi,tetapi monositosis sering dijumpai.
Pada infeksi falciparum demam kurang khas dan bahkan dapat terus
menerus demam ini mungkin ditutupi manifestasi berat yang berhubungan dengan
sistem otak,paru,usus,atau kemih.Komplikasi serebral dibuktikan oleh konvulsi
atau koma,tanda-tanda neurologis pada bayi dan anak adalah karena kenaikan
tekanan intrakranial dan gangguan neuron motor atas dan batang otak yang simetri
seperti pandangan yang diskonjugat dan postur deserebrasi serta
dekortikasi.Kecuali pada kasus yang jarang,bila dijumpai infeksi bakteri atau virus
sistem sentral,cairan serebrospinal biasanya normal.Mortalitas sekitar 20%,dan
pada yang berthan hidup 18% menunjukkan sekule neurologis seperti kebutuhan
korteks,monoparesis,dan cacat bicara.Anak-anak yang datang dengan
hipohlikemia,konvulsi berat,dan koma yang berkepanjangan terutama rentan akan
sekule ini.Pada kasus malaria yang algid,koma pada anak didahului dengan
syok.Mual dan muntah yang terus menerus,hati yang membesar dan nyeri
tekan,dan ikterus progsesif dapat berkembang menjadi gagal hati,diare berat atau
kadang-kadang dapat menyerupai tanda-tanda apenditisitis akut.
8
Limpa biasanya lebih membesar pada infeksi vivax dari pada falciparum
dapat terjadi parisplenitis,infark,dan bahkan robek,dan sesudah berulang limpa
dapat menjadi lebih besar dan keras.Sindrom spelenomegali tropika
(Spelenomegali malaria hiper-reaktif) dapat membentuk respon imun abnormal
pada anak malanutrisi di negara sedang berkembang.Pembesaran limpa,tanpa
pengecilan pasca pengobatan anti malaria disertai dengan infiltrasi limfosit
sinusoid hati dan kenaikan titer antibody fluoresen untuk malaria,dengan atau
tanpa parasitemia yang cukup besar.
Gangguan fungsi ginjal ditunjukkan dengan oliguria dan anuria dapat
terjadi.Sindrom nefrotik berkaitan dengan P.malariae pada anak yang tinggal di
daerah endemik malaria prognosisnya jelek.Blackwater fever,sekarang jarang
ditemukan,dihubungkan dengan P.falciparum hemoglobinuria akibat hemolisis
intravaskuler berat mendadak,dapat menyebabkan anuri dan kematian karena
uremia.
Hipoglikemia dapat dihubungkan dengan malaria falciparum.Pada infeksi
berat dapat terjadi asidosis laktat,dengan gambaran konvulsi dan gangguan
kesadaran.
2.6 Diagnosis
Pada daerah endemis diagnosis malaria tidak sulit, biasanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala serta tanda klinis.Tetapi walaupun di daerah bukan
endemis malaria, diagnosis banding malaria harus difikirkan pada riwayat demam
tinggi berulang, apalagi disertai gejala trias yaitu demam, splenomegali, dan
anemia.Diagnosis malaria merupakan hasil pertimbangan klinis dan tidak selalu
disertai hasil laboratorium karena beberapa kendala pada pemeriksaan
laboratorium. Ditemukan beberapa parasit dalam sediaan darah seorang anak
penduduk asli yang semi-imun menunjukkan adanya infeksi, tetapi anak tersebut
tidak selalu harus sakit, mungkin parasit ditemukan secara tidak sengaja pada saat
anak berobat untuk penyakit lain. Dilain pihak tidak ditemukan parasit pada
pemeriksaan darah pada anak yang sedang sakit malaria. Maka, untuk
menemukan parasit di dalam darah harus diperhatikan waktu pengambilan
9
spesimen darah dan apakah pasien sedang minum obat antimalaria (akan
mengurangi kemungkinan menemukan parasit).
Pemeriksaan apusan darah tepi tipis dengan pewarnaan Giemsa dan tetes
tebal merupakan metode yang baik untuk diagnosis malaria.Pada pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat dijumpai trombositopenia dan leukositosis. Peningkatan
kadar ureum, kreatinin, bilirubin, dan enzim seperti aminotransferase dan 5’-
nukleotidase. Pada penderita malaria berat yang mengalami asidosis, dijumpai pH
darah kadar bikarbonat rendah. Kekurangan cairan dan gangguan elektrolit
(matrium, kalium, kalsium dan fosfat) sering pula dijumpai.Kadar asam laktat
dalam darah dan likuor serebrospinal juga meningkat.
Tes serologi yang digunakan untuk diagnosis malaria adalah IFA (indirect
fluorescent antibody test), dan ELISA (enxyme linked immunosorbent assay).
Kegunaan tes serologis untuk diagnosis malaria akut sangat terbatas, karena baru
akan positif beberapa hari setelah parasit malaria ditemukan dalam darah. Jadi
sampai saat ini tes serologi merupakan cara terbaik untuk studi epidemologi.
Pada daerah endemis ata pernah endemis, tes serologi berguna untuk:
1. Menentukan berapa lama endemisitas berlangsung
2. Menentukan perubahan derajat transmisi malaria
3. Menentukan daerah malaria dan focus transmisi
Sedangkan di daerah non-endemis, tes serologi berguna untuk:
1. Skrining donor darah
2. Menyingkirkan diagnosis malaria pada kasus demam sedangkan pada
pemeriksaan darah tidak ditemukan parasit
3. Menentukan kasus dan mengidentifikasi spesies parasit malaria bila cara
lain tidak berhasil
Teknik diagnostik lainnya adalah pemeriksaan QBC (quantitative buffy
coat), dengan menggunakan tabung kapiler dan pulasan jika akridin kemudian
diperiksa dibawah mikroskop fluoresens. Teknik mutakhir lain yang
10
dikembangkan saat ini menggunakan pelacak DNAprobe untuk mendeteksi
antigen.
Karena adanya berbagai variasi gejala malaria pada anak maka perlu
dibedakan dengan demam oleh sebab penyakit lain seperti demam typhoid,
meningitis, appendicitis, gastroenteritis, atau hepatitis. Malaria dengan menifestasi
klinis yang lebih ringan, harus dibedakan dengan influenza atau penyakit virus
lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
Obat anti malaria terdiri dari 5 macam :
1. Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu
proguanil, pirimetamin.
2. Skizontizid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat spesies, yaitu kina, klorokuin, dan
amodiakuin.
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Selain itu, juga diperlukan pengobatan pencegahan ( profilaksis ) untuk
mencegah infeksi atau timbulnya gejala klinis.
Pencegahan:
1. Secara perorangan : mengobati penderita dan mencegah gigitan nyamuk.
2. Secara masyarakat : pemberantasan nyamuk dan pengobatan massal.
2.8 Komplikasi
11
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering
disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala
sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang
pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang
dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat
yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau
lebih komplikasi sebagai berikut :
1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau
lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran
harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah
dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau
miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa
atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai
kreatinin > 3 mg/dl.
5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi : gula darah <>
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8).
8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
2.9 Patologi dan Patogenesis
12
Pada setiap infeksi malaria, tingkat anemia lebih besar daripada destruksi
sel oleh parasit secara tersendiri. Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel
darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-
perubahan ini dan peningkatan fraglitas osmotik terjadi pada semua eritrosit
apakah terinfeksi atau tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi dengan kuinin atau
primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukose-6-fosfat dehidrogenase
heridliter.
Pigmen yang keluar ke dalam sirkulasi pada penghancuran sel darah
merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limpa, dimana folikelnya
menjadi hiperlastik dan kadang-kadangnekrotik, dalam sel Kupffer hari dan dalam
sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ.
Keganasan malaria falsiparum, merozoitnya yang muncul dari hati lebih
banyak daripada spesies lain, anak kecil sama banyaknya dengan orang dewasa,
sehingga anak-anak mempunyai gelombang awal infeksi proposional lebih besar.
Anak-anak yang lebih kecil cenderung menderita parasitemia berat yang
mematikan.
Delapan sampai delapan belas jam sesudah parasit memasuki sel darah
merah, sel-sel ini menjadi lengket dan melekat pada permukaan endotel sinus-
sinus dan pembuluh darah, terutama bila sirkulasi lambat. Sel yang lengket
terfiksasi dan tidak mampu kembali ke sirkulasi umum. Dengan banyak yang
melekat aliran dalam pembuluh darah secara progresif terhambat dan okulasi atau
dapat terjadi robekan.
Tempat dan luas gangguan fungsi vaskuler ini, bersama dengan lokalisasi
tertentu sel berisi parasit dalam berbagai organ dan sistem menyebabkan gejala
infeksi falsiparum. Pada wanita hamil kerusakan plasenta dapat berakibat
kematian janin atau kelahiran prematur, bayi yang dilahirkan cukup bulan dari ibu
yang terinfeksi menderita berat badan lahir lebih rendah daripada bayi-bayi yang
dilahirkan dari ibu yang tidak terinfeksiyang hidup pada keadaan yang sama.
13
Pelepasan merozoit saat sirkulasi melambat mempermudah invasi sel
darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsiparum mungkin lebi besr daripa
parasitemia spesies lain, robekan skizon terjadi pada sirkulasi aktif. Plasmodium
falciparum menginvasi sel darah merah matang, yang cenderung membatasi
parasitemia dari dua bentuk terakhir di atas sampai kurang dari pada 20.000 sel
darah merah/mm³. Infeksi falsiparum pada anak nominum dapat mencapai
kepadatan hingga 500.000 parasit/mm³.
Keberhasilan pengobatan mengehentikan proliferasi oarasit. Antibodi
spesifik berhubungan dengan kenaikan kadar imunoglobin G dalam serum orang-
orang yang berulang-ulang terinfeksi dengan spesies tertentu. Antibodi
mempermudah fagositosis merozoit bebas dan eritrosit yang membawa parasit,
yang ditelan oleh sel retikuloendotelial, limfosit besar dan neutrofil terutama oleh
monosit. Antibodi ini tidak menganggu perkembangan parasit di dalam hati.
Imunitas pasif yang terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
penyakit, membatasi keparahan serangan malria selama beberapa minggu setelah
lahir. Pengaruh menguntungkan dari imunitas homoral transplasenta dapt
diperbesar oleh persistensi hemoglobinjanin dan oleh diet yang terbatas pada susu.
Hemoglobinopati tertentu juga protektif dan selektif secara genetik dalam daerah
malaria endemik. Palsmodium falciparum dapat gagal matang pada anak sel sabit
dan plasmodium vivax pada mereka dengan talasemia dan definisi lasmodium
falciparum tidak mampu mencapai tinggi pada anak yang defisien glukose 6 fosfat
dehidrogenase.
2.10 Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan malaria, yaitu:
1. Pencegahan obat malaria
Semua anak dari daerah non-endemik malaria apabila masuk ke
daerah endemik malaria, maka dua minggu sebelumnya sampai dengan
empat minggu setelah keluar dari daerah endemik malaria, tiap minggu
diberikan obat anti malaria
a. Klorokuin basa 5 mg/kgBB (8,3 mg garam), maksimal 300 mg basa
sekali seminggu atau
14
b. Fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75 mg/kgBB
sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih)
2. Menghindar dari gigitan nyamuk
a. Memakai kelambu atau kasa anti nyamuk
b. \menggunakan obat pembunuh nyamuk
3. Vaksin malaria
Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu
mencegah penyakit ini, tetapi adanya bermacam stadium dalam perjalanan
penyakit malaria menimbulkan kesulitan pembuatannya. Penelitian
membuatkan vaksin malaria ditujukan pada dua jenis vaksin, yaitu:
a. Proteksi terhadap ketiga stadium parasit: sporozoit yang berkembang
dalam nyamuk dan menginfeksi manusia, merozoit yang menyerang
eritrosit, dan gametosit yang menginfeksi jamur.
b. Rekayasa genetika atau sistesis polipeptida yang relevan
Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung tujuan mana yang
akan dicapai.
15
2.11 WOC Malaria
16
Nyamuk Anopheles Betina Pembawa
Plasmodium Penyakit Malaria
Lingkungan tempat tinggal yang Kumuh
dan tidak terjaga
Tranfusi Darah dari Pendonor yang positif
Malaria
Nyamuk Anopheles menggigit dan menyuntikkan
Plasmodium P. Malaria
Lingkungan kumuh memungkinkan
Nyamuk Vektor P. Malaria berkembang
biak
Darah didonorkan kepada pasien dan
plasmodium berada dalam darah pasien
Tindakan Keperawatandan yang perlu diperhatikan :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat; anorexia;
mual/muntah .
2) Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan penurunan sistem
tubuh (pertahanan utama tidak adekuat),
prosedur invasif.
3) Hipertermia berhubungan dengan
Hipertermia berhubungan dengan
perubahan pada regulasi temperatur.
Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas
normal, bebas dari kedinginan.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler
yang di perlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan.
5) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan nutrisi dari
kebutuhan.Tujuan : Melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
Intoleransi aktivitas :
Tidak boleh kelelahan dan selalu menjaga
nutrisi makanan yang masuk kedalam
tubuh.
PENYAKIT MALARIA
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y PASIEN MALARIA DI RUANG
ISOLASI RAWAT INAP ANAK
Kasus :
An. Y berusia 4 tahun di rawat di ruangan Isolasi Rawat Inap RSUP dr. M Djamil
Padang dengan keluhan panas, lemas, dan mual – mual dan muntah ketika
makan. Klien memiliki riwayat imunisasi di posyandu tempat tinggal klien. Jenis
imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio, campak. Ibu klien
mengatakan awal gejalanya yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah,
awal muncul penyakitnya kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah
itu timbul Lagi. Sering timbul pada waktu siang dan malam. Pada pemeriksaan
didapatkan suhu tubuh 390C, denyut nadi 120 x /menit.
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 14 Januari 2013
Diagnosa medis : Malaria
3.2 Data Pasien
Nama : An. Y
Usia : 4 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
No RM : 83.01.24
Tanggal Masuk : 14 Januari 2013
Alamat : Jln Jend. Nasution
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Denyut Nadi : 120 x/ menit
17
Tindakan Keperawatandan yang perlu diperhatikan :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat; anorexia;
mual/muntah .
2) Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan penurunan sistem
tubuh (pertahanan utama tidak adekuat),
prosedur invasif.
3) Hipertermia berhubungan dengan
Hipertermia berhubungan dengan
perubahan pada regulasi temperatur.
Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas
normal, bebas dari kedinginan.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler
yang di perlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan.
5) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan nutrisi dari
kebutuhan.Tujuan : Melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
Suhu : 39° C
3.3 Data Keluarga
1. Identitas orang tua
Ayah
Nama : Tn . D
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
Suku / bangsa : Tolaki/ indonesia
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
Alamat : Jln Jend. Nasution
Ibu
Nama : Ny M
Usia : 37 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Suku / bangsa : Tolaki / Indonesia
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
18
Alamat : Jend. Nasution
2. Identitas saudara kandung
No Identitas saudara
kandung
Usia Hubungan Status kes
1
2
3
An . Oni
An . agus
An . Rani
18 tahun
15 tahun
12 tahun
Kakak kandung
Kakak kandung
Kakak kandung
Sehat
Sehat
Sehat
3.4 Riwayat kesehatanKlien
a. Keluhan Utama
Badan panas, lemas, mual – mual dan muntah ketika makan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak klien terkena penyakit, ibu klien mengeluhkan bahwa anaknya
lemas, dan mual – mual. Dan Ibu klien juga mengatakan awal gejalanya
yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah, awal muncul
penyakitnya kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah itu
timbul Lag.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah tinggal/berkunjung ke daerah endemik malaria
Klien memiliki riwayat imunisasi di posyandu tempat tinggal klien.
Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio,
campak.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan dalam keluarga.
19
e. Riwayat Imunisasi.
Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi di posyandu tempat
tinggal klien.
Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG, DPT,
polio,campak dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien
tidak ingat setiap jenis imunisasi.
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan klien
Pertumbuhan fisik anak.
- Berat badan : 13 kg
- Panjang badan lahir : -
- Usia mulai timbul gigi 8 bulan jumlah gigi 20 buah.
Perkembangan anak.
Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5
bulan duduk pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah
bulan berdiri pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 13 bulan ,
dan mulai berbicara pada usia 15 bulan.
Pemberian ASI.
Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya
anak dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan
sampai seusia 2 tahun.ibu juga memberikan susu formula pada
kepada klien.pemberian susu dalam sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).
Pemberian makanan tambahan.
Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan
preminasun nestle beras merah. Lama pemberian berupa promina
sun nestle beras merah usia 5 bulan.
g. Riwayat psikososial
Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal
bersama orang tua letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari sekolah.
20
3.5 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik.
keadaan umum
o Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih
tanda tanda vital
o Suhu tubuh :39 C
o Denyut nadi : 120 dpm
o Pernapasan : -
kepala
o Bentuk kepala oval.
o Kulit kepala bersih
rambut
o Hitam lurus , tumbuhnya merata.
hidung dan telinga
o Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada cairan dan
tidak ada infeksi pada lubang telinga.
mata
o Sclera tidak ikterus , konjungtiva tidak anemis.bala mata simetris
mulut dan gigi
o Bentuk datar, atas`dan bawah simetris, bibir anak kering, tidak ada
karies, jumlah gigi 20 buah, tidak ada peradamgan pada tonsil.
leher
o Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
thoraks
o Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.
abdomen
o Tidak ada kelainan (benjolan)
ekstermitas
o Palpasi nyeri pada tungkai dan koordinasi gerak baik
21
3.6 Pemeriksaan Laboratorium
Hb menurun (<7,3 g/dl)
protein plasma, albumin menurun
kreatinin serum >3,1 g/dl
bilirubin serum >49 mmol/l
natrium urin <20 mmol/l
asidemia pH <7,25
hematokrit <15%
hitung parasit >10 000/ul
plasma bikarbonat < 15 mmol/l
urea urin >4,1
LED meningkat
Hipoglikemia : gula darah <40 mg %
Pemeriksaan darah tepi : poikilositosis, anisositosis, polikromatosis
Urinalisis (hemoglobinuria)
Tes serologis : IFA (Indirect fluorescent antibody test), IHA (indirect
hemaglutination test), ELISA
QBC (Quantitative buffy coat)
Faal koagulasi : plasma prothrombin time/PPT, activated plasma
thromboplastin time/Appt
Pemeriksaan biomolekuler : untuk mendeteksi DNA spesifik parasit
plasmodium dalam darah
22
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang ditandai dengan gejala awalnya seperti mengalami demam dan influenza
biasa yang disertai sakit kepala, sakit otot dan menggigil, setiap jenis infeksi dari
parasit plasmodium akan menimbulkan efek penyakit berbeda tergantung jenis
parasit yang menginfeksi penderita.
Malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual
yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles)
betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui
transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria.
Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan
disebut sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria: Malaria Tropika
(Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae), Malaria
Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax).
Agar kita terhindar dari penyakit malaria, hendaknya kita melakukan
tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk anopheles. Pencegahannya bisa dengan
menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat. Menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah
gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat
ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat.
3.2 Saran
Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti
pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk
malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk
waktu tidur.
23
24