Download - MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
1/25
MAKALAH FARMAKOTERAPI
HIPERTENSI
Oleh:
FLORENTINA SILVIANA DEVI (158115137)
I MADE SURYANA FIRDAUS (158115143)
MONIKA MEITASARI ASTUTI (158115149)
OKTARIANI AURELLIA JAMIL (158115152)
RIZKA ANNUR PUTRI (158115156)
RUSHADI JATMIKO (158115157)
Kelas B
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
2/25
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur,
dan tingkat stress yang dialami.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Dipiro, 2008).
B. Faktor Risiko
Faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
1. Faktor resiko yang bisa dikendalikan dan bisa diubah yaitu
a. Ras
Ras dengan kulit hitam beresiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di amerika,
penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita
berkulit putih.
b. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia
seseorang, resiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
c. Riwayat keluarga
Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orang tuanya mengidap
hipertensi memiliki resiko 25% menderita hipertensi juga. Jika kedua orang
tuanya mengidap hipertensi, 60% keturunannya mendapatkan hipertensi.
d. Jenis kelamin
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
3/25
Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya.
Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita berusia 55 tahun
atau yang mengalami menopause.
2. Faktor resiko yang bisa dikendalikan dan tidak bisa diubah
a. Kegemukan
Ada beberapa sebab mengapa kelbihan berat badan bisa memicu hipertensi. Massa
tubuh yag besar membutuhkan lebih bnayak darah untuk menyediakan oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Artinya darah yang mengalir dalam pembuluh darah
semakin banyak sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tidak
hanya itu, kelbihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan natrium
dan air.
b. Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolic
Faktor ini dimasukkan sebagai faktor genetic. Glukosa hasil sintesa makanan
diangkut oleh darah ke seluruh tubuh lalu diubah menjadi sumber energy. Agar
glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel dibutuhkan insulin. Namun, ada beberapa
orang yang kurang mampu merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih
banyak insulin. Lama-kelamaan, pancreas tidak lagi mampu mengatasi resistensi
insulin. Kondisi ini akan mengarah ke diabetes tipe II dan pada kenyataannya
diabtes berkaitan dengan hipertensi.
c. Kurangnya aktivitas fisik
Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan kedua.
Jika seseorang kurang geraj, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi
sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi.
d. Merokok
Zat-zat kimia tembakau, seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap
rokok, mmebuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.
e. Konsumsi minuman beralkohol
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
4/25
Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol.
f. Stress
Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress dating, tetapi sifatnya hanya
sementara. Stress juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang
meningkatkan resiko hipertensi (Siaw, 1994).
C. Clini cal Presentati on
Umum:
Pasien tampak sehat atau ada factor risiko Cardiovascular diseases:
- Umur(55 tahun untuk pria dan 65 tahun untuk wanita)
- Diabetes mellitus
-
Dislipidemia (peningkatanlow-density lipoprotein kolesterol, kolesterol total,
dan/atautrigliserida; rendah high-density lipoprotein-kolesterol)
- Mikroalbuminuria
- Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler
- Obesitas(indeks massa tubuh 30kg/m2)
- Jarang berolah raga/jarang melakukan aktivitas fisik
- Perokok
Tanda: dilihat dari nilai tekanan darah sebelumnya, saat dalam kategori prehipertensiatau sudah masuk hipertensi.
Gejala: pada umumnya pasien tidak menunjukkan/merasakan adanya gejala
Uji Lab:
Darah nitrogenurea/serum kreatinin, panellipid puasa, glukosa darah puasa,
elektrolitserum, rasio spot urinal buminto-kreatinin. Pasien mungkin memiliki
nilai normal tetapi masih menderita hipertensi. Namun, ada beberapa yang
memiliki nilai-nilai tidak normal yang konsisten, hal ini merupakan faktor
risiko Cardiovascular diseasetambahan ataukerusakanyang berhubungan
denganhipertensi.
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
5/25
Tes diagnostik lain:
- 12 elektrokardiogram timbal (untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri), laju
filtrasi glomerulus (penggunaan modifikasi Diet dalam persamaan penyakit
ginjal)
- Risiko 10 tahun pada penyakit jantung coroner fatal atau infark miokard non-
fatal, berdasarkan Framingham.
TOD: target organ damage
Pasien mungkin memiliki riwayat kesehatan sebelumnya atau temuan diagnostik yang
menunjukkan adanya kerusakan target organ yang berhubungan dengan hipertensi:
- Otak(stroke, transient ischemic attack)
Penyakit serebrovaskular merupakan konsekuensi dari hipertensi. Sebuah
penilaian neurologis dapat mendeteksi adanya defisit neurologis kotor atau hemi
paresis dengan beberapa inkoordinasi dan hyperreflexia yang adalah indikasi dari
penyakit serebrovaskular. Stroke dapat terjadi akibat infark lacunar disebabkan
oleh oklusi trombotik pembuluh kecil atau perdarahan intra serebral akibat
mikroaneurisma pecah. Serangan transient ischemic untuk penyakit
aterosklerosisdi arterikarotid yang dimungkinkan sebagai komplikasi hipertensi
jangka panjang.
- Mata(retinopati)
Retinopathies dapat terjadi pada hipertensi dan dapat bermanifestasi sebagai
berbagai temuan yang berbeda.Manifestasi retinopati adalah penyempitan
arteriolar, konstriksi arteriolarfokus, perubahan persimpangan arteriovenosa
(nicking), perdarahan retina dan eksudat, dan edemadisk.Arteriosclerosis
merupakan konsekuensi jangka panjang hipertensi esensial, dapat menyebabkan
perubahan spesifik seperti peningkatan refleks cahaya, peningkatan tortuositas
pembuluh, dan arterio venous nicking. Papilledema adalah pembengkakan
diskoptik yang disebabkan oleh gangguan dalam autoregulasi aliran darah kapiler
dalam kondisit ekanan tinggi dan hanya terjadi dalam keadaan darurat hipertensi.
- Hati (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau MI (myocardial
infarction),revaskularisasi koroner, gagal jantung)
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
6/25
Hipertensi mempercepat aterosklerosis dan merangsang ventrikel kiri dan
hipertrofi vaskuler. Beberapa gangguan nonhemodynamic yang telah terlibat
dalam efek ini antara lain sistem adrenergik, RAAS (Renin Angiotensin
Aldosteron System), peningkatan sintesis dans ekresi endothelin I, dan penurun
produksi prostasiklin dan oksida nitrat. Aterosklerosis hipertensi dipercepat
dengan proliferasi sel otot polos, infiltrasi lipid ke dalam endotelium vaskular,
dan peningkatan akumulasi kalsium dalam vaskular.
- Ginjal (penyakit ginjal kronis)
Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh hipertensi patologis ditandai dengan
adanya arteriosklerosis hialin, arteriosklerosis hiperplastik, arteriol hipertrofi,
nekrosis fibrinoid, dan ateroma arteri renal utama. Hiperfiltrasi glomerulus dan
hipertensi intraglomerular adalah tahap awal nefropati hipertensi.
Mikroalbuminuria diikuti dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap.
Komplikasi ginjal primer pada hipertensi adalah nefrosklerosis, dan yang
sekunder adalah arteriosklerosis. Penyakit ateromatosa dari arteri ginjal besar
dapat menimbulkan stenosisarteri ginjal.Namun komplikasi pada penyakit ginjal
ini jarang terjadi pada hipertensi esensial.
- Penyakit pembuluh darahperifer(penyakit arteri perifer)
Penyakit arteri perifer adalah suatu kondisi klinis yang dihasilkan dari
aterosklerosis, yang dipercepat pada hipertensi. Faktor risiko CV
lainnya(misalnya, merokok) dapat meningkatkan kemungkinan penyakit arteri
perifer serta semua bentuk lain dari kerusakan target organ
D. Patofisiologi
Faktor cardiac output dan total peripheral resistance terhadap tekanan darah
Blood pressure = Cardiac output x total peripheral resistance
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
7/25
Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output dan total peripheral resistance. Cardiac
output ditentukan oleh heart rate serta stroke volume. Total peripheral resistance
bergantung kepada etiologi serta patofisiologi dari gagal jantung.
(1)
Peran sistem humoral dalam patofisiologi hipertensi :
Beberapa gangguan humoral dapat terlibat dalam pengembangan hipertensi esensial.
Gangguan ini melibatkan raas, hormon natriuretik, dan hiperinsulinemia.
a. Sitem renin angiostensin aldosteron
Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) merupakan sistem yang
mempunyai peran penting dalam regulasi tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi
sistem ini diatur oleh ginjal. Sistem ini mengatur regulasi natrium, kalium, dan
keseimbangan cairan. Sistem ini secara signifikan mempengaruhi tonus pembuluh
darah dan aktivitas sistem saraf simpatis serta paling berpengaruh terhadap pengaturan
hemeostatis tekanan darah.
Renin disimpan dalam sel juxtaglomerular yang terletak pada arteriol aferen
ginjal. Pengeluaran renin dimodulasi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
misalnya tekanan perfusi ginjal, katekolamin, angiotensin II, dan faktor ekstrernal
misalnya natrium, klorida, dan kalium.
Sel juxtaglomerular berfungsi sebagai perangkat baroreseptor. Penurunan tekanan
arteri ginjal dan aliran darah di ginjal dirasakan oleh sel-sel tersebut, sehingga
merangsang sekresi renin. Komponen sel juxtaglomerular mencakup sekelompok sel
tubulus distal yang disebut macula densa. Adanya penurunan natrium dan klorida akan
dikirim ke tubulus distal untuk menstimulasi pelepasan renin. Dalam meningkatkan
pelepasan renin, katekolamin merangsang saraf simpatis pada arteriol aferen yang
pada akhirnya akan mengaktifkan sel juxtaglomerular. Penurunan serum kalium dan
kalsium intraseluler dideteksi oleh sel juxtaglomerular sehingga dihasilkan sekresi
renin.
Renin mengkatalisis konversi angiotensinogen menjadi angiotensin (AT) I dalam
darah. Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-
converting enzyme (ACE). Setelah berikatan dengan reseptor spesifik
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
8/25
(diklasifikasikan sebagai subtipe AT1 dan AT2) angiotensin II menjadi berefek
biologis di beberapa jaringan. Reseptor AT1 berada di otak, ginjal, miokardium,
pembuluh darah perifer, dan kelenjar adrenal. Reseptor ini memediasi respon untuk
kardiovaskular dan fungsi ginjal. Reseptor AT2 terletak di jaringan medula adrenal,
rahim, dan otak. Stimulasi dari reseptor AT2 tidak mempengaruhi regulasi tekanan
darah.
Sirkulasi angiotensin II dapat meningkatkan tekanan darah melalui pressor dan
efek volume. Efek pressor termasuk vasokontriksi secara langsung, stimulasi
pelepasan katekolamin dari medula adrenal, dan secara terpusat memediasi
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik. Angiotensin II juga merangsang sintesis
aldosteron dari adrenal korteks. Hal ini menyebabkan natrium dan reabsorpsi air yang
meningkatkan volume plasma, resistensi perifer total, dan akhirnya meningkatkan
tekanan darah.
Jantung dan otak memiliki sistem renin-angiotensin-aldosteron yang bersifat
lokal. Di dalam jantung, angiotensin II juga dihasilkan oleh enzim lain yaitu enzim
angiotensin I convertase (human chymase). Enzim ini tidak diblok oleh inhibisi ACE.
Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron miokard akan meningkatkan
kontraktilitas jantung dan menstimulasi hipertrofi jantung. Di otak, angiotensin II
memodulasi produksi dan pelepasan hormon hipotalamus dan pituitari, serta
meningkatkan aliran simpatik dari medulla oblongata.
Jaringan perifer lokal menghasilkan peptida angiotensin yang aktif secara
biologis, yang dapat mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular pada hipertensi.
Beberapa bukti menunjukan bahwa angiotensin yang diproduksi oleh jaringan lokal
dapat berinteraksi dengan regulator humoral lainnya dan hormon pertumbuhan yang
berasal dari endothelium digunakan untuk merangsang pertumbuhan otot polospembuluh darah dan metabolisme. Peptida angiotensin kemungkinan menyebabkan
peningkatan resistensi vaskular plasma renin yang rendah, yang terbentuk karena
hipertensi. Komponen dari sistem renin-angiotensin-aldosteron juga
bertanggungjawab terhadap terjadinya kelainan hipertrofi jangka panjang yang tejadi
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
9/25
bersamaan dengan hipertensi (hipertrofi ventrikel kiri, hipertrofi pembuluh darah otot
polos, dan hipertrofi glomerulus).
(2) Peran sistem vaskular dalam patofisiologi hipertensi :
Pembuluh darah endotel dan otot polos berperan penting dalam pengaturan
regulasi pembuluh darah dan tekanan darah. Fungsi regulasi tersebut dimediasi
melalui komponen vasoaktif yang disintesis oleh sel endotel. Kekurangan sintesis
lokal dari komponen vasokonstriksi (prostasiklin dan bradikinin) memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hipertensi esensial, aterosklerosis, dan penyakit
kardiovaskular lainnya.
Nitrat oksida diproduksi dalam endotelium, merelaksasi pembuluh darah epitel,
dan merupakan vasodilator yang kuat. Sistem oksida nitrat merupakan regulator
penting pada tekanan darah arteri. Penderita hipertensi mungkin mengalami
kekurangan oksida nitrat, sehingga vasodilatasi menjadi tidak adekuat.
(3) Sistem Neuronal dalam Patofisiologi Hipertensi :
Sistem saraf pusat dan otonom yang rumit terlibat dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah reseptor dapat meningkatkan atau menghambat pelepasan norepinefrin yang
terletak dipermukaan presinaptik dari terminal simpatik. Reseptor presinaptik dan
memainkan peran dalam umpan balik negatif dan positif terhadap norepinepfrin yang
mengandung vesikel yang terletak dekat dengan akhir saraf. Stimulasi dari reseptor
(2) presinaptik memberikan penghambatan negatif pada rilisnya norepinefrin.
Stimulasi dari reseptor presinaptik memfasilitasi rilisnya norepinefrin. Serabut saraf
simpatik terletak di permukaan efektor sel inervasi reseptor dan . Stimulasi dari
reseptor 1 postsinaptik pada arteriol dan venula hasil dari vasokonstriksi. Ada 2 jenis
-reseptor postsinaptik yaitu 1 dan 2. Keduanya terdapat di semua jaringan yang
diinervasi oleh sistem saraf simpatik. Namun, di beberapa jaringan, 1-reseptor
mendominasi dan di jaringan lain 2-reseptor juga mendominasi. Stimulasi 1-
reseptor pada jantung menghasilkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas,
sedangkan stimulasi 2-reseptor di arteriol dan venula menyebabkan vasodilatasi.
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
10/25
Sistem reflex baroreseptor adalah umpan balik negatif utama yang mekanismenya
untuk mengontrol aktivitas simpatik. Ujung saraf baroreseptor sampai pada dinding
arteri yang besar terutama di arteri karotis dan arkus aorta. Perubahan tekanan arteri
dengan cepat mengaktifkan baroreseptor yang kemudian mengirimkan impuls ke otak
melalui saraf kranial kesembilan dan saraf vagus. Dalam sistem refleks ini, penurunan
tekanan darah arteri merangsang baroreseptor dan menyebabkan refleks
vasokonstriksi dan peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung.
Mekanisme refleks baroreseptor ini dapat menjadi kurang responsif terhadap
perubahan tekanan darah pada orang tua dan pada orang dengan penyakit diabetes.
Stimulasi bagian-bagian tertentu dalam sistem saraf pusat (nukeus solitaries
tractus, inti vagal, pusat vasomotor dan postrema) dapat meningkatkan atau
mengurangi tekanan darah. Contohnya stimulasi 2-adrenergik dalam sistem saraf
pusat dapat menurunkan tekanan darah melalui efek penghambatan pada pusat
vasomotor. Namun, angiotensin II meningkatkan aliran simpatik dari pusat vasomotor
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Tujuan dari mekanisme saraf adalah untuk mengatur tekanan darah dan
mempertahankan homeostatis. Gangguan patologis di salah satu dari empat
komponen utama (serabut saraf otonom, adrenergic reseptor, baroreseptor, sistem
saraf pusat) dapat menyebabkan tekanan darah menjadi kronis. Sistem ini secara
fisiologis saling terkait. Apabila terdapat kerusakan di salah satu komponen maka
dapat mengubah fungsi normal dibagian lainnya. Gangguan yang terjadi secara
menyeluruh dapat menjelaskan pengembangan hipertensi esensial.
Komponen autoregulasi perifer
Kelainan pada sistem autoregulasi ginjal atau jaringan dapat menyebabkan
hipertensi. Ada kemungkinan bahwa kerusakan ginjal pada ekskresi natrium menjadipenyebab pertama yang kemudian menyebabkan pengaturan ulang dari proses
autoregulasi jaringan yang menghasilkan tekanan darah arteri yang lebih tinggi.
Ginjal biasanya mempertahankan tekanan darah normal melalui mekanisme tekanan
volume adaptif. Ketika tekanan darah drop, ginjal merespon dengan meningkatkan
retensi natrium dan air. Perubahan ini menyebabkan ekspansi volume plasma yang
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
11/25
meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, ketika tekanan darah naik diatas normal,
ekskresi natrium ginjal dan air meningkat untuk mengurangi volume plasma dan
cardiac output. Hal ini yang akan mempertahankan kondisi homeostatis tekanan
darah.
Kerusakan intrinsik dalam mekanisme adaptif ginjal dapat menyebabkan
ekspansi volume plasma dan peningkatan aliran darah ke jaringan perifer bahkan
ketika tekanan darah normal. Proses autoregulasi jaringan local vasokonstriksi yang
akan diaktifkan untuk mengimbangi peningkatan aliran darah. Efek ini akan
menyebabkan peningkatan resistensi perifer vascular, dan jika berkelanjutan akan
mengakibatkan penebalan dinding arteriol. Komponen patofisiologi ini masuk akal
karena peningkatan total peripheral resisten merupakan temuan umum yang
mendasari pasien dengan hipertensi esensial.
(Dipiro, 2008).
KLASIFIKASI HIPERTENSI
a. Klasifikasi berdasarkan European Society of Hypertension (ESH) and of
the European Society of Cardiology (ESC).
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal 110
Hipertensi sistolik
terisolasi
> 140 dan
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
12/25
(ESH dan ESC Guidelines, 2013).
b. Klasifikasi berdasarkan The Seventh Report of the Joint National
Committee(JNC VII).
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 100
(JNC VII, 2004).
c. Klasifikasi berdasarkan The Eighth Report of the Joint National
CommitteeI (JNC VIII).
Umur (tahun) Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
> 60 >150 dan/atau >90
30-59 (140 dan >90
140 dan >90
18-69 (disertai
CKD)
>140 dan >90
>18 (disertai
diabetes)
>140 dan >90
(JNC VIII, 2014).
E. Pentatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan terapi hipertensi secara umum adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
terkait hipertensi. Morbiditas dan mortalitas ini terkait dengan kerusakan target organ (seperti :
resiko penyakit kardiovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal). Mengurangi resiko adalah
tujuan utama dari terapi hipertensi dan pemilihan terapi yang spesifik dapat mengurangi resiko
tersebut secara signifikan (Chisholm-Burns et al., 2008).
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
13/25
a. Farmakologi
Pengobatan pada instansi pertama ditujukan pada penurunan tekanan darah, tetapi tujuan
akhir adalah untuk menghindarkan komplikasi lambat, memperbaiki kualitas dan
memperpanjang hidup (Tjay & Rahardja, 2002).
Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar tekanan
darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian setiap satu sampai dua
minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Obat-obat
yang digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
diuretik, alfa reseptor blocker, betha reseptor blocker, ACE inhibitor, angiotensin reseptor
blocker (ARB), antagonis kalsium, vasodilator, angiotensin II reseptor blocker dan obat-obat
SSP (Tjay & Rahardja, 2002).
1.
Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, ebberapa diuretik juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga
akibat penurunan natrium diruang interstisial dan didalam sel otot polos pembuluh darah
yang selanjutnya menghambat influks kalsium (Nafrialdi, 2011).
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
14/25
Jenis
DiuretikMekanisme Kerja Penggunaan Efek Samping Contoh
Tiazid Bekerja dengan
menghambat
transport bersama
NaCl di tubulus distal
ginjal sehingga
ekskresi Na
+
dan Cl
-
meningkat (Nafrialdi,
2011)
Obat utama dalam terapi hipertensi.
Efektif untuk pasien hipertensi
dengan kadar renin yang rendah
(orang tua). Digunakan sebagai obat
tunggal pada hipertensi ringan
sampai sedang atau dalam kombinasidengan antihipertensi lain bila
tekanan darah tidak berhasil
diturunkan dengan diuretik saja.
Sering dikombinasi dengan
antihipertensi lain karena:
1.Dapat meningkatkan aktivitas
antihipertensi lain dengan
mekanisme kerja yang berbeda
sehingga dosisnya dapat
dikurangi.
2.Tiazid mencegah retensi cairan
oleh antihipertensi lain sehingga
efek obat-obat tersebut dapat
bertahan.
(Nafrialdi, 2011)
1.Dosis tinggi dapat menyebabkan
hipokalemia yang dapat berbahaya
bagi pasien yang mendapat
digitalis
2.Hiponatremia dan
hipomaknesemia sertahiperkalsemia
3.Menghambat ekskresi asam urat
dari ginjal dan pasien
hiperurisemia dapat mencetuskan
serangan gout akut
4.Tiazid dapat meningkatkan kadar
kolesterol LDL dan trigliserida
(Nafrialdi, 2011)
Klortalidon
Hidroklorotiazid
Indapamid
Metolazon
Loop Bekerja di ansa Henle
asenden bagian epitel
tebal dengan cara
menghambat
kotransport Na+, K
+,
Cl- dan menghambat
Mula kerjanya lebih cepat dan efek
diuretiknya lebih kuat daripada
golongan tiazid oleh karena itu
diuretik kuat jarang digunakan
sebagai antihipertensi kecuali pada
pasien dengan gangguan fungsi
1.Hampir sama dengan tiazid,
kecuali bahwa diuretik kuat dapat
menimbulkan hiperkalsiuria dan
menurunkan kalsium darah
(Nafrialdi, 2011)
Bumetanid
Furosemid
Torsemid
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
15/25
resepsi air dan
elektrolit (Nafrialdi,
2011)
ginjal atau gagal jantung (Nafrialdi,
2011)
Hemat
Kalium
Meningkatkan
ekskresi natrium dan
air sambil menahan
kalium (Chisholm-
Burns et al., 2008)
Merupakan diuretik lemah,
penggunaannya terutama dalam
kombinasi dengan diuretik lain untuk
mencegah hipokalemia (Nafrialdi,
2011)
1.Menyebabkan hiperkalemia bila
diberikan pada pasien dengan
gagal ginjal apabila dikombinasi
dengan penhambat ACE, ARB,
beta blocker, AINS, atau dengansuplementasi (Nafrialdi, 2011)
Amilorid
Triamteren
Antagonis
Aldosteron
Secara kompetitif
berikiatan dengan
reseptor aldosteron-
dependent Na-Kpada
tubulus distal
sehingga
meningkatkan
ekskresi dari Na+, Cl
-,
air dan retensi dari K+
dan H+
(Chisholm-
Burns et al., 2008)
Merupakan diuretik hemat kalium
juga tetapi lebih berpotensi sebagai
antihipertensi dengan onset aksi yang
lama (Sukandar et al., 2009)
1. Eplerenon: diare, mual, hipotensi,
pusing, hiperkalemia,
hiponatremia
2. Spironolakton: gangguan saluran
cerna, ginekomastia, menstruasi
tidak teratur, letargi, sakit kepala,
bingung, hiperkalemia,
hiponatremia
(Pusat Informasi Obat Nasional
BPOM, n.d.)
Eplerenon
Spironolakton
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
16/25
2. bloker
Hanya alfa-blocker yang selektif menghambat reseptor alfa-1 yang digunakan
sebagai antihipertensi. Hambatan reseptor alfa-1 menyebabkan vasodilatasi diarteriol
dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Venodilatasi menyebabkan aliran
balik vena berkurang yang selanjutnya menurunkan curah jantung (Nafrialdi, 2011).
Golongan alfa-1 blocker selektif antara lain prazosin, doksazosin, terazoksin,
alfudozin dan tamsulosin. Prazosin da doksazosin banyak digunakan untuk mengobati
hipertensi ringan sampai sedang. Bila diuretika dan B-blocker kurang efektif.
Hipotensi ortostatis dari semua alfa-1 blocker. Efek samping lain antara lain sakit
kepala, palpitasi, edema perifer, hidung tersumbat, mual dan lain-lain (Nafrialdi,
2011; Tjay & Rahardja, 2002).
3.
bloker
Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama jantung
dan curah jantung. bloker juga menurnkan pelepasan renin dan lebih efektif pada
pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat (Benowitz, 2007). Beberap
mekanisme aksi anti hipertensi di duga terdapat pada golongan obat ini, mencakup
(Tjay & Rahardja, 2002):
1) Menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung
2) Menurunkan tingkat renin di plasma
3) Memodulai aktivitas eferen saraf perifer
4) Efek sentral tidak langsung
bloker digunakan sebagai obat tahap pertama dalam hipertensi ringan
sampai sedang, terutama dengan pasien dengan penyakit jantung koroner. Dari
berbagai bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipiilih karena bersifat
kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal sehingga kurang menimbulkan efek
samping sentral, dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan meningkatkan
kepatuhan pasien. Semua bloker memicu spasme bronkial, misalnya pada pasien
dengan asma bronkial dan menyebabkan hipoglikemi (Nafrialdi, 2011).
4. ACE Inhibitor
Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron,
namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin
vasodilating, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf simpatis (Benowitz, 2007).
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
17/25
ACE inhibitor menghambat perubahan A1 menjadi A2 sehingga terjadi
vasodilatasi dan sekresi aldosteron. selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat
sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek
vasodilatasi ACE inhibitor. Vasodilatasi secara langsung makan meningkatkan
tekanan darah (Nafrialdi, 2011).
ACE inhibitor dapat digunakan sebagai monoterapi pada hipertensi esensial
dan hipertensi renovaskuler antara lain dengan kaptopril, enalapril, dan lisinopril.
Obat ini efektif pada sekitar 70% pasien. Kombinasi dengan diuretik memberikan
efek sinergistik, kombinasi dengan bloker memberikan efek aditif. Batuk kering
ditemukan pada 10 persen atau lebih penderita yang mendapat obat ini. Dapat
menyebabkan hiperkalemia, Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan
stenosis arteri renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal (Nafrialdi,
2011).
5. ARB
Pemberian obat dengan antagonis reseptor angiotensin II akan menghambat
efek AT2 seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis,
simulasi jantung, efek renal, hipertrofi otot polos pembuluh darah, dan miokard.
Dengan kata lain ARB memberikan efek yang mirip dengan pemberian ACE inhibitor
tapi karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin, maka obat ini dilaporkan
tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema seperti pada ACE inhibitor
(Nafrialdi, 2011).
Losartan merupakan prototipe obat golongan ARB yang bekerja selektif pada
reseptor AT1 dan tidak dapat menembus sawar darah otak. ARB sangat efektif
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin tinggi seperti
hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik. Penghentian mendadak tidak
menimbulkan rebound hypertension. Efek samping batuk tidak ditemukan pada
pengobatan dengan ARB. Namun efek samping hipotensi dan gagal ginjal masih
dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dan hiperkalemia
(Benowitz, 2007; Nafrialdi, 2011).
6. CCB
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat
saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya
kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan
vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
18/25
dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini
(kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negatif (Tjay & Rahardja, 2002).
Antagonis kalsium terbukti sangat efektif pada hipertensi dengan kadar renin
yang rendah seperti pada usia lanjut. Lifedipin oral bermanfaat mengobati hipertensi
darurat. Antagonis kalsium tidak dianjurkan pada hipertensi dengan penyakit jantung
koroner. Pemakaian dosis tinggi sebaiknya dihindarkan untuk semua hipertensi. Efek
samping antagonis kalsium diantaranya hipotensi, iskemia miokard atau serebral,
sakit kepala, rasa panas dimuka, bradikardi, aveblock, edema perifer, konstipasi dan
retensi urin (Tjay & Rahardja, 2002).
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
19/25
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
20/25
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
21/25
Algoritma Tatalaksana Hipertensi (James et al., 2013)
b.
Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi
diet, olahraga, danberhenti merokok :
A.
Terapi diet
1. Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal2 gr garam dapur
perhari dan menghindari makanan yangkandungan garamnya tinggi. Misalnya telur
asin, ikan asin,terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatannatrium.Tujuan
diet rendah garam adalah untuk membantumenghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuhsehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupunrendah garam,
yang penting diperhatikan dalam melakukandiet ini adalah komposisi makanan harus
tetap mengandungcukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupunvitamin
yang seimbang.
Diet rendah garam penderitahipertensi dapatdibagi menjadi 3 yaitu diet garamrendah I, dietgaram rendah II dan diet garam rendah III :
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
22/25
a. Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien denganedema, asites dan / atau
hipertensi berat. Padapengolahan makanannya tidak ditambahkan garamdapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadarnatriumnya.
b. Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien denganedema, asites, dan / atau
hipertensi tidak berat.Pemberian makanan sehari sama dengan diet garamrendah I.
Pada pengolahan makanannya bolehmenggunakan sdt garam dapur. Dihindari
bahanmakanan yang tinggi kadar natriumnya.
c. Diet garam rendah III (10001200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien denganedema dan atau hipertensi
ringan. Pemberian makanansehari sama dengan diet garam rendah I.
Padapengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdtgaram dapur.
2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesteroldarah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yangterlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapankolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaanjika endapan
kolesterol bertambah akan menyumbatpembuluh nadi dan mengganggu peredaran
darah. Dengandemikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidaklangsung
memperparah hipertensi.Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol
darahdan menurunkan berat badan bagi penderita yangkegemukan. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalammengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :
a. Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, danmentega, terutama makanan
yang digoreng denganminyak
b. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroanlainnya serta seafood(udang,
kepiting), minyak kelapa,dan santan
c. Gunakan susu skim untuk pengganti susufullcream
d. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butirdalam seminggu
3. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin danmineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kaliumdapat membantu menurunkan tekanan darah yang
ringan.Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175mEq/hari) dapat
memberikan efek penurunan darah. Selainitu, pemberian kalium juga membantu
untuk menggantikehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
23/25
B. Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatanfisik sehari-hari atau
berolahraga secara teratur. Manfaatolahraga teratur terbukti bahwa dapat menurunkan
tekanandarah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung,gagal ginjal, gagal
jantung, dan penyakit pembuluh darahlainya.
C. Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkantekanan darah.
Berdasarkan penelitian bahwa ada hubunganyang linear antara jumlah alkohol yang diminum
dengan lajukenaikan tekanan sistolik arteri.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus modifikasi gaya hidup. Tabel
dibawah ini merupakan rekomendasi dari JNC 7 dan AHA.
Cara tersebut dapat mengurangi sedikit hingga moderate SBP (Sistolic Blood
Pressure). Untuk pasien dengan hipertensi yang diketahui, modifikasi gaya hidup
dapat mengurangi perkembangan prehipertensi menjadi hipertensi.
Untuk sebagian pasien dengan hipertensi yang tekanan darahnya terkontrol
dengan baik yang diterapi dengan obat tunggal antihipertensi, dengan
pengurangan sodium dan penurunan berat badan secara bertahap dimungkinkan
untuk tidak diterapi lagi.
Program diet adalah cara untuk mengurangi berat badan secara bertahap terutama
pada pasien dengan obesitas dan mengurangi asupan garam.
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
24/25
Keberhasilan pelaksanan perubahan gaya hidup membutuhkan promosi dengan
pendidikan dan dorongan sehingga pasien lebih memahami alasan melakukan diet
dengan menggunakan beberapa fakta berikut :
1.
Orang dengan kelebihan berat badan 2-3 kali lebih beresiko mengalami
hipertensi dibandingkan dengan orang yang ramping.
2. Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah orang yang kelebihan berat
badan.
3. Sedikitnya 10 pon berat badan dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan pada pasien yang kelebihan berat badan.
4. Obesitas pada perut berkaitan dengan sindrom metabolik yang merupakan
prekusor dari diabetes, dislipidemia dan akhirnya penyakit kardiovaskular.
5. Diet yang kaya buah- buahan, sayuran dan makanan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
6. Pada sebagian besar pasien hipertensi dengan pembatasan asupan garam dapat
mengurangi tekanan darah sistolik.
Pasien hipertensi yang mengonsumsi alkohol harus mengurangi jumlahnya per
hari. Selain itu dengan olahraga rutin juga dapat mengurangi tekanan darah. Pasien
hipertensi harus menghentikan kebiasaan merokoknya karena hal ini akan beresikoterkena penyakit kardiovaskular.
-
7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf
25/25
DAFTAR PUSTAKA
Benowitz, N. L. (2007). Obat Antihipertensi. In B. G. Katzung (Ed.),Farmakologi Dasar dan
Klinik(10th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Chisholm-Burns, M. A., Wells, B., Schwinghammer, T., Malone, P. M., Kolesar, J. M.,
Rotschafer, J. C., & Dipiro, J. (2008). Pharmacotherapy: Principles & Practice. New
York: McGraw-Hill.
Dalimartha, S. etal, (2008). CareYourSelf Hipertensi. Penebar Plus +, Jakarta.
Dipiro, 2008, Pharmacotherapy Handbook, Seventh edition, Mc Geww Hill, New York,
pp.111-129
James, P. a., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler,
J., Ortiz, E. (2013). Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood
Pressure in Adults.Jama, 1097(5), 114. doi:10.1001/jama.2013.284427
Nafrialdi. (2011). Antihipertensi. In S. G. Gunawan, R. Setiabudy, Nafrialdi, & Elysabeth
(Eds.), Farmakologi dan Terapi (Kelima (Ce, pp. 341360). Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Pusat Informasi Obat Nasional BPOM. (n.d.). Antagonis Aldosteron. Retrieved March 14,
2016, from http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-
diuretika/253-diuretika-hemat-kalium/antagonis-aldosteron
Siaw, Soen I., 1994, Hipertensi (tekanan Darah Tinggi), Dabara Publishers. 369.
Sukandar, E., Andrajati, R., Sigit, J., Adnyana, I., Setiadi, A., & Kusnandar. (2009). ISO
Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC,
Jakarta.
Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.