Download - Makalah Erni
1
تاريخية نظرة
A. Abstrak
Bahasa telah berhasil menarik perhatian pemikir, sebab bahasa adalah
salah satu roda utama yang menjalankan kehidupan manusia semenjak diciptakan,
baik dalam berfikir dan bekomunikasi sesame manusia. Peranan bahasa tak
seorangpun akan memungkirinya, dan dengan bahasa, sejarah pun tercatat dalam
buku-buku
Namun, tak ada yang luput dari perdebatan dan perselisihan terhadap
sesuatu yang belum jelas secara pasti keberadaannya. Demikian halnya bahasa,
sejarah munculnya pun menuai perdebatan. Banyak pendapat yang dikemukakan
oleh perintis tentang sejarah dan bahasa mengenai kapan dan dari mana awal
munculnya bahasa ditengah manusia. Di antara sederetan pendapat itu, ada yang
mengatakan "keberadaan bahasa erat kaitannya dengan hubungan antara kata dan
makna, sama halnya hubungan antara api dan asap". Jadi, ilmu dalalah pun lebih
focus hubungan antara kata dan makna. Oleh karena itu, ada dua sisi yang saling
berkaitan dalam pembahasan makalah ini.
B. Pendahuluan
Sesungguhnya Ilmu Mantiq membahas tentang fikiran-fikiran dan
persesuaiannya dengan undang-undang berfikir. Tidak ada sangkut pautnya
dengan lafadh, tetapi dikarenakan lafaz itu sebagai tanda yang menunjukkan
kepada maksud dan pengertian, maka untuk mengambil faedah makna-makna itu,
tidak terlepas dari hubungannya dengan lafadh-lafadh itu menunjukkan atas nama
dan petunjuk lafadh itu, dengan arti memahami makna dari lafaz.
Ilmu Mantiq adalah disiplin ilmu bahasa yang baru, membahas tentang
dalalah bahasa dan tunduk apada aturan-aturan bahasa dan simbol-simbolnya
2
tanpa selainnya. Bahasa semenjak lama telah berhasil menarik perhatian para
pemikir, sebab bahasa adalah salah satu roda utama yang menjalankan kehidupan
manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir terlebih lagi dalam hal
berkomunikasi antar sesama manusia. Peranan bahasa tak seorang pun akan
memungkirinya. Dan dengan bahasa pula sejarah pun tecatatkan dalam buku-
buku. Bahkan kita-kitab suci yang dianggap sakral bagi umat-umat terdahulu oleh
manusia termaktubkan dengannya. Adapun tujuan pokok dalam mengkaji ilmu
dalaah atau mantiq adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang
dimaksud dariperkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang
dibacanya.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang ilmu dalalah, factor-faktor yang
mencakup ilmu dalalah, fenomena perkembangan ilmu dalalah, dan
perkembangan makna menurut pakar ilmu dalalah.
B. Pembahasan
1. Pengertian
Dalalah secara umum adalah "Memahami sesuatu atas sesuatu". Kata
"sesuatu yang pertama disebut " Madlul" (yang ditunjuk). Dalam hubungan
dengan hukum yang disebut madlul adalah "hukum itu sendiri". Kata "sesuatu
yang kedua disebut dalil (yang menjadi petunjuk) dalam hubungannya dengan
hukum disebut "dalil hukum".
Dalam kalimat "asap menunjukkan adanya api" kata "Api" disebut madlul,
sedangkan "asap" yang menunjukkan adanya api disebut dalil. Berpikir denan
menggunakan petunjuk dan isyarat disebut berpikir secara dalalah.
Bahasa diibaratkan mahluk hidup karena dia hidup di lidah para
penuturnya. Bahasa mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan
perkembangan zaman sebagaimana halnya manusia. Bahasa adalah fenomena
3
sosial yang hidup di tengah masyarakat. Dia ikut berkembang jika masyarakat
berkembang dan mundur ketika masyarakat itu mundur.
Perkembangan semantik adalah salah satu bentuk perkembangan bahasa
yang obyeknya adalah kata dan arti kata. Arti sebuah kata sebenarnya tidak
permanen tetapi mengalami perubahan yang terus menerus dan tak seorangpun
yang mampu mengahalangi perubahan itu. Ini dapat dibuktikan dengan melihat
kamus, dimana sebuah kata dapat mengalami perubahan makna setiap saat.
2. Perkembangan ilmu dalalah
Perkembangan ilmu dalalah atau makna terjadi pada banyak kata. Banyak
orang tidak memahami makna suatu kata, sehingga memerlukan kamus-kamus
historis untuk mengungkap makna kata tersebut. Maka perkembangan ilmu
dalalah merupakan suatu fenomena yang terjadi pada setiap bahasa yang dikaji
oleh pelajar pada tiap tingkatan pertumbuhan bahasa, dan perkembanganya secara
historis.
Istilah ilmu dalalah muncul belakangan setelah munculnya istilah
semantik, yang ditulis pertama kali oleh seorang ahli bahasa berkebangsaan
Perancis Breal dalam bukunya Essai de semantique tahun 1897. Sebenarnya
kajian tentang makna telah lama dilakukan oleh para ahli bahasa Arab, tetapi baru
akhir abad 19 menjadi ilmu tersendiri, sebagaimana yang ada sekarang. Sejauh
mana kajian keislaman mempunyai perhatian terhadap kajian tentang makna ini?
Persoalan-persoalan pokok dalam Ilmu Dalalah Pada mulanya, ilmu dalalah hanya
membahas makna atau makna-makna kata dan perkembangan makna tersebut,
sehingga lebih tepat disebut ilmu ad- dalalah al-mu’jamy, misalnya kata عين
dapat berarti mata air, mata-mata atau bola mata dan sebagainya, kata بيت dapat
pula berarti sebuah rumah atau sebait puisi.
4
3. Factor penyebab perkembangan ilmu dalalah
perkembangan ilmu dalalah atau perkembangan makna mencakup segala
hal tentang makna yang berkembang, berubah dan bergeser. Perkembangan ini
meliputi tentang perubahan makna baik yang meluas, menyempit atau bergeser
maknanya. Bahasa mengalami perubahan yang dirasakan setiap orang, dan
merupakan salah satu aspek dan perkembangan makna yang menjadi objek ilmu
dalalah.
Antoine Meillet seorang tokoh, linguistic Prancis menyebutkan tiga factor
sebab perkembangan ilmu dalalah yaitu: bahasa, sejarah dan social.1 Sedangkan
Ibrahim Anis mengemukakan dua factor perkembangan ilmu dalalah yaitu:
pertama, factor pemakaian, unsur yang paling jelas disini adalah salah satu paham
yang menyebabkan perkembangan kata dengan memberi makna yang bukan
padanannya dan rusaknya kata yang menyebabkan perkembangan pada bentuk
kata tertentu yang menjadi sama dengan bentuk kata lain, sehingga bercampurnya
dua makna. kedua, kebutuhan dengan adanya pembaharuan dalam ungkapan
disebabkan perkembangan peradaban secara umum dan menyebabkan perubahan
makna kata. Ia menambahkan bahwa perkembangan politik dan ekonomi
mempunyai urgensi yang besar untuk memunculkan suatu kata dengan makna
baru selain itu kebutuhan untuk menyerap kosakata bahasa asing. Sebagai asing
dari bahasa arab dansebaliknya adalah karena kebutuhan kata- kata (
coffe dan lain-lain.2(قهوة , sirup(شرب
Abdul khair menyebutkan factor-faktor yang mengakibatkan perubahan
makna sebagai akibat perkembangan bahasa, yaitu: factor kebahasaan, faktor
kesejarahan, sebab social, psikologis, pengaruh bahasa asing, karena kebutuhan
kata-kata baru dan sebab linguistic lainnya yang berhubungan dengan factor
1 Muhammad Mukhtar ‘Amid, Ilmu ad-Dilalah, (Kairo: al-Kutub, 1993), h. 2372 Muhammad Ghalim, al- Taulid ad-Dalalyfi Balghahwa al-Ma’ajim,( magrib; Dar Tubiqal
li al-Nasyr, 1987), h. 46. Lihat sumber asli Ibrahim Anis, Dilalah Alfaz, (Maktabah al-Injilu al-Arabiyah, 1991), h. 134-151
5
kebahasaan, baik yang ada hubungannya dengan fonologi, morfologi, atau
sintaksis.3
Dari berbagai pendapat ini, dapat kita simpulkan bahwa factor yang
menyebabkan perkembangan makna suatu kata, baik dari bahasa itu sendiri,
maupun aspek-aspek lain yang mempengaruhinya. Perubahan makna terjadi jika
relasi antara lafal dan arti yang ditunjuk oleh lafal tersebut berubah. Hal ini terjadi
dalam dua bentuk yaitu:
a. Apabila ditambahkan makna baru kepada kata yang lama
b. Apabila kata baru ditambahkan kepada makna yang lama.
Penyebab terjadinya perubahan ini dapat bersifat eksternal dan internal.
Penyebab eksternal berupa perkembangan social dan peradaban, sementara sifat
internal adalah karena pemakaian bahasa itu sendiri. Bahasadiadakan agar
manusia dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara bertukar lafal seperti
halnya mempertukarkan uang dengan barang. Hanya saja pertukaran bahasa ini
melalui akal dan perasaan dan ini bisa berbeda untuk setiap org dan lingkungan.
Ketika generasi berikutnya mewarisi suatu makna, maka sesungguhnya dia tidak
lagi mewarisi makna yang sama dengan generasi sebelumnyatetapi telah
mengalami beberapa penyimpangan.
Kadang-kadang terjadi pula penambahan makna baru terhadap kata yang
lama karena salah mengerti, kadang sebuah lafal diganti dengan lafal lain
sehingga menjadi kurang jelas. Misalnya lafal-lafal yang berhubungan dengan
kegiatan sehari-hari dan lafal-lafal yang berhubungan dengan hal yang kotor.
Contohnya dalam alquran kata الغائط berarti tempat yang rendah, namun dalam
alquran diartikan dengan membuang hajat sebagai bentuk kinayah. Penyebab lain
yang bersifat internal adalah kedekatan makna dengan lafal tertentu dalam sebuah
konteks. Misalnya kata yang dahulu bermakna “takut dan lemah” seperti فشل
3 Abdul Khair, Pengantar Ilmu Dalalah Bbahasa Indonesia,(Jakarta; Rineka Cipta, 1990), h.63
6
yang diungkapkan dalam al-Qur’an فتفشلوا تنازعو sekarang فال berarti
“gagal”.
4. Fenomena dan tujuan perkembangan ilmu dalalah
Masalah perkembangan ilmu dalalah menurut Ibrahim Anis adalah
pengkhususan makna, perluasan makna, degrasi makna, meningkatnya makna,
dan perubahan lapangan pemakaian4. Secara umum dapat penulis simpulkan
bahwa perkembangan sematik berputar dalam 3 hal yaitu5:
1. Takhsis makna
2. Ta’mim makna
3. Pergeseran makna
a. Takhsis makna
Yaitu membatasi makna lafal umum terhadap makna tertentu saja, dengan
demikian makna kata tersebut cakupannya telah berkurang dari makna yang
sebelumnya. Contoh makna lafal yang menyempit kata حريم yang berarti sesuatu
yang tidak boleh disentuh, kini artinya menyempit untuk perempuan saja. Kata
yang berarti teman dalam arti luas kini menyempit dan menjadi sahabat الصحابة
nabi saja, kata yang berarti التوبة “kembali” kemudian menjadi kembali dari
dosa, kata الحج yang berarti bermaksud menjadi bermaksud ke baetullah.
b. Ta’mim makna
Hal ini terjadi ketika adanya pergeseran dari makna khusus menjadi makna
umum. Misalnya kata yang dulunya berarti لوح sejenis benda yang digunakan
untuk menulisi kemudian meluas artinya menjadi pelat, bangun perahu, papan dan
4 Bakhtiar, Ilmu Ad-Dilalah Ithar Al-Jadid,( Iskandariyah; Dar al-Ma’rifah al- Jam’iyyah, 1995), h. 24
5 Ibrahim Anis, Op. Cit, h. 152-167
7
orang besar tulang tangan dan kakinya. Kata yang البأس dulunya berarti
kesusahan dalam perang meluas menjadi kesusahan dalam segala hal, kata
yang berarti rambut bayi yang tumbuh sejak dalam kandungan meluas العقيقة
menjadi binatang yang disembelih ketika rambut bayi dipotong, kata المجد yang
berarti penuhnya perut binatang karena makanan meluas menjadi dipenuhi
kemulian.
c. Pergeseran makna
Pergeseran lafal dari cakupan pemakaian yang biasa ke cakupan yang lain.
Pergeseran ini terjadi dalam dua hal:
1. Pergeseran makna karena relasi kemiripan (اإلستعارة)
2. Pergeseran makna karena relasi ketidakmiripan ( المرسل (المجاز
Pertama, Istiarah dalam ilmu balagah terjadi jika salah satu dari unsur
tasybih –musyabbah dan musyabah bih– dibuang demikian pula adat al-tasybih.
Penggunaan istiarah banyak digunakan pada kata-kata yang bergeser maknanya
karena adanya kemiripan. Misalnya kata ثعبان yang berasal dari kata ثعب yang
berarti mengalir bergeser menjadi “ular” karena kemiripan antar air yang mengalir
dan ular yang berjalan.
Kedua, Al-majaz al-mursal adalah pergeseran makna yang bukan
disebabkan karena adanya kemiripan makna tapi justru tidak ada kemiripan sama
sekali antara makna asli dengan makna barunya. Ini berbeda dengan takhsis dan
ta’mim makna yang melahirkan penyempitan dan perluasan makna, sementara
dalam al-majaz al-mursal hal itu tidak terjadi karena makna yang lama dan makna
yang baru, cakupannya sama atau sekelas.
Pergeseran makna dalam al-majaz al-mursal disebabkan karena adanya
beberapa relasi yaitu: al-sababiyah, al-kulliyah, al-juz’iyah, al-halliyah, al-
mahalliyah, al-mujawarah, al-umum, al-khusus, dan i’tibar ma kana. Contoh al-
8
sababiyah (menyebutkan akibat tapi yang dimaksud adalah penyebabnya) dalam
Alqur’an لياسا عليكم أنزلنا kata قد (pakaian) لباسا tidak mungkin turun dari
langit, tapi yang dimaksud adalah hujan sebagai penyebabnya. Contoh al-kulliyah
(menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebahagian) dalam
Alqur’an أيديكم و وجوهكم kata فاغسلوا jamak أيدكم artinya tangan sampai يد
bahu tapi yang dimaksud di sini adalah tangan sampai siku.
Pergeseran makna terjadi pula dalam 2 hal lain sebagai berikut:
1. Pergeseran dari makna kongkrit ke makna abstrak
2. Pergeseran dari makna abstrak ke makna kongrit
Pertama, pergeseran dari makna konkrit ke makna abstrak sejalan dengan
dengan perkembangan akal manusia. Jika pemikiran rasional berkembang maka
kebutuhan kepada makna yang abstrak juga akan meningkat. Pergeseran ini juga
dapat dinamakan majaz hanya saja bukan majaz sebagai bagian balagha. Jika
dalam balaghah majaz di maksudkan untuk dapat mempengaruhi perasaan maka
majaz disini semata-mata hanya dimaksudkan agar dapat membantu manusiai
mengungkap hal-hal yang abstrak.
Sebagai contoh kata yang arti asalnya adalah menutup sesuatu yang غفر
tampak kemudian dalam Islam berkembang menjadi pengampunan atau menutupi
dosa. Demikian pula kata yang زكي arti dasarnya adalah berkembang dan
bertambah, kemudian dalam Islam berubah menjadi penyucian jiwa. Kata نبط
yang pada mulanya berati mengeluarkan air dari sumur kemudian muncul kata
yang sering dipergunakan dalam istilah ushul fikhi. Demikian pula kata إستنباط
yang berarti النفق fatamorgana kemudian berkembang dan memunculkan kata
. منافق
Kedua, pergeseran dari makna abstrak ke makna kongkrit. Pergeseran
jenis kedua ini seringkali dimaksudkan untuk memperjelas konsep yang bersifat
abstrak sehingga seakan akan dapat diraba, dicium, didengar, dilihat dan rasakan.
9
Jenis ini banyak digunakan dalam bahasa sastra sehingga kata-kata sabar, dengki
dan cita-cita jika disampaikan dengan bahasa sastra maka seakan-akan obyek
abstrak tersebut dapat terlihat. Misalnya kata الكرم diungkapkan dengan kata كثرة
الرماد
5. Perkembangan makna menurut pakar ilmu dalalah arab
Abu Hatim al-Razi sebagai perintis perkembangan ilmu dalalah telah
mengumpulkan beberapa kata yang mengalami perkembangan ilmu dalalah.
Perkembangan ilmu dalalah ini mengambil beberapa bentuk yaitu6;
Makna lama yang diwariskan
Lafal lama yang diberi makna baru setelah datangnya islam baik dalam
bentuk perluasan makna, penyempitan maupun pergeseran makna.
Lafal baru baik dari segi bangun kata dan maknanya yang tidak dikenal
oleh orang arab sebelumnya.
Lafal baru yang diserap dari bahasa asing.
Sementara al-Khawarizmi melihat bahwa lafal terbagi kepada lapal Arab
baru yang diciptakan dan lafal asing yang diarabkan. Sedangkan Abu
Hilal al-Askari membaginya kepada ism urfi (makna berdasarkan
kebiasaan pemakainya) dan ism syar’i (makna baru yang lahir dengan
datangnya Islam)
C. Penutup
1. Kesimpulan
Hukum biasanya menuntut pemenuhan, tidak saja dengan makna teksnya
yang terbaca jelas, tetapi juga dengan makna-makna yang dicakupnya dan
petunjuk-petunjuk serta inferensi-inferensi yang bersifat tidak langsung yang
6 Ibid, h. 274
10
ditarik darinya. Metode-metode diatas umumnya disusun untuk mendukung
penelitian rasional dalam deduksi ahkam dari sumber –sumber wahyu Allah.
Al-dalalah merupakan sesuatu yang di ambil dari hukum syara' mengenai
perbuatan manusia. Dalam klasifikasi Al-dalalah kaidah dasar yang harus
dikemukakan adalah bahwa nash syar'i tidak pernah mensyariatkan makna
sebaliknya, dan interpretasi yang berusaha membaca makna sebaliknya kedalam
nash yang ada tidaklah teruji dan dapat dipertahankan. Jika dibutuhkan lagi nash
tersendiri untuk mengesahkannya tetapi upaya untuk mempertahankan dua makna
yang berlawanan dalam sebuah nash yang sama berarti menentang esensi dasar
dan tujuan interpretasi.
Ilmu menurut para pakar Mantiq, adalah mengerti dengan yakin atau
mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu
sesuai dengan realita maupun tidak.
2. Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa kami adalah yang
dhoif tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan oleh karena itu kami mengharap
kritik dan saran dari semua pembaca demi kesempurnaan dan memperbaiki pada
penyusunan makalah berikutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Khair, Pengantar Ilmu Dalalah Bbahasa Indonesia,(Jakarta;
Rineka Cipta, 1990)
Bakhtiar, Ilmu Ad-Dilalah Ithar Al-Jadid,( Iskandariyah; Dar al-Ma’rifah
al- Jam’iyyah, 1995)
Muhammad Mukhtar ‘Amid, Ilmu ad-Dilalah, Kairo: al-Kutub, 1993
Muhammad Ghalim, al- Taulid ad-Dalalyfi Balghahwa al-Ma’ajim,
( magrib; Dar Tubiqal li al-Nasyr, 1987), h. 46. Lihat sumber asli Ibrahim Anis,
Dilalah Alfaz, (Maktabah al-Injilu al-Arabiyah, 1991)