erni winarsi*) - karyailmiahdosenunisla.files.wordpress.com · kemampuan meghitung perkalian siswa...
TRANSCRIPT
| 1
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
2PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN
METODE PENJUMLAHAN BERULANG KELAS I SDN TEJOASRI II
KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN
Erni Winarsi*)
*)
Guru Sekolah Dasar Negeri Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
ABSTRAK
Peningkatan kemapuan menghitung perkalian adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru sebagai
institusi yang bertanggung jawab penuh pada kelancaran dan hasil atau produk dari kegiatan belajar mengajar
(KBM) bidang studi Matematika yang baik dan memenuhi harapan semua pihak, termasuk kurikulum
pembelajaran bidang studi Matematika dan kepercayaan yang telah diberikan orang tua dan wali murid kepada
guru.
Sedangkan, metode penjumlahan berulang adalah salah satu ragam alternatif model pendekatan yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam operasional menghitung perkalian siswa di
Sekolah Dasar pada bidang studi Matematika. Pendekatan penjumlahan berulang relative mempergunakan logika
matematika sederhana sehingga akan sangat mudah dipahami dan dikuasai serta diterapkan oleh siswadi sekolah
dasar dalam proses pembelajaran bidang studi Matematika, pada penguasaan materi operasional menghitung
perkalian.
Penelitian ini secara procedural menggunakan sistematika atau tata urutan rancangan penelitian tindakan
kelas (PTK), model penelitian ini sangat sejalan dengan peran dan fungsi guru yang senan tiasa melakukan
tindakan korektif pada setiap pasca kegiatan belajar mengajar (KBM).
Permasalahan yang muncul dan berkembang pada penelitian ini dirumuskan dalam sebagai berikut : (1)
bagaimanakah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren
Kabupaten Lamongan dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ? dan (2) Apakah usaha peningkatan
kemampuan meghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dengan
menggunakan metode penjumlahan berulang menunjukkan peningkatan?
Simpulan bahwa dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ini guru dapat mengupayakan
peningkatan kemampuan menghitung perkalian siswa pada bidang studi Matematikadi kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
Kata Kunci : Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian, Metode Penjumlahan Berulang.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada pendidikan di sekolah dasar, proses
pembelajaran mempunyai fungsi dan pengaruh yang
sangat besar dalam membangun konstruksi kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa. Semua kegiatan
pembelajaran dijenjang pendidikan sekolah dasar
hendaknya dikelola dengan baik, berdaya guna, dan
berhasil guna dengan bimbingan yang cermat,
pendekatan yang tepat dan pemahaman yang
memadai kondisi psikologis siswa di sekolah dasar
yang memang pada dasarnya memerlukan perhatian
dan wawasan yang cukup.
Bidang studi matematika sering kali menjadi
pilihan atau salah satu mata pelajaran yang kurang
disukai dan diminati siswa bahkan bisa dikatakan
ditakuti oleh siswa. Bidang studi matematika yang
memiliki hubungan langsung dengan keterampilan
dasar berhitung ini menempati urutan pertama pada
daftar mata pelajaran yang menjadi ―hantu‖ pada
siswa dihampir semua lembaga pendidikan
diberbagai jenjang, baik ditingkat sekolah dasar,
tingkat lanjutan pertama maupun tingkat lanjutan
atas. Bahkan pernah ditemui kenyataan bahwa ada
siswa dijenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA),sekarang disebut Sekolah Menengah Umum
(SMU) pada waktu penjurusan menjatuhkan pilihan
pada jurusan bahasa tanpa memperhatikan
kemampuan dan ketrampilannya dalam bidang
bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa
inggris dengan sebuah pertimbangan sederhana
bahwa dijurusan bahasa tersebut siswa yang
bersangkutan tidak akan menerima atau
―menikmati‖ pelajaran matematika dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) nya.
Pada umumnya, siswa disekolah dasar
mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) bidang studi Matematika.
Kesulitan yang berkembang pada diri hampir
keseluruhan siswa ditingkat sekolah dasar pada
bidang studi matematika ini yaitu kesulitan dalam
menyelesaikan operasional yang berhubungan
dengan keterampilan dasar matematika.
Keterampilan dasar pada bidang studi matematika
meliputi :
- Operasi penjumlahan
- Operasi pengurangan
- Operasi perkalian
- Operasi pembagian
| 2
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Pada momentum seperti ini, peneliti merasa
tepat dan mantap untuk mengetengahkan serta
mendeskripsikan proses dan hasil dari Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti kerjakan di
kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren
Kabupaten Lamongan. Karena dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dengan
target keterampilan berhitung perkalian dengan
menggunakan metode penjumlahan berulang ini
peneliti berusaha mendeskripsikan upaya – upaya
yang peneliti lakukan agar keterampilan siswa
dalam berhitung perkalian dapat meningkat.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan
menghitung perkalian siswa pada bidang
studi Matematika kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
dengan menggunakan metode penjumlahan
berulang ?
2. Apakah usaha peningkatan kemampuan
menghitung perkalian siswa pada bidang
studi Matematika di kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
dengan menggunakan metode penjumlahan
berulang ?
KAJIAN PUSTAKA
Proses Pembelajaran Bidang Studi Matematika
di Sekolah Dasar
Guru sebagai salah satu pihak yang mempunyai
kewenangan (policy) dalam menentukan kebijakan
pendidikan terutama dalam proses pembelajaran
langsung di lapangan mempunyai tanggungjawab
yang besar guna mengatasi permasalahan atau
problematika ini. Hal ini berdasarkan realitas bahwa
secara prinsipil bidang studi matematika merupakan
mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali
untuk dikuasai siswa karena berhubungan langsung
dengan salah satu aspek kecerdasan individu,dalam
pengertian yang luas (Moesono,2000:04).
Metode Penjumlahan Berulang
Dalam proses pembelajaran bidang studi
matematika, dikenal beragam teknik pendekatan,
strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang
tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna yang
bisa diterapkan secara aplikatif kepada siswa di
kelas guna pencapaian target pembelajaran seperti
yang diinginkan dan diharapkan oleh berbagai
pihak. Berbagai metode pendekatan, strategi
pembelajaran maupun model pengajaran yang
digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
bidang studi matematika masing-masing memiliki
pernik sendiri-sendiri, dan masing -masing memiliki
kelebihan serta kekurangan dan karakteristik yang
sesuai dengan situasi dan kondisi kelas tertentu
namun masing-masing memiliki satu tujuan yang
sama yakni memperlancar proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) bidang studi matematika dan
meningkatkan prestasi belajar siswa pasca Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) bidang studi matematika.
Metode penjumlahan berulang, merupakan
suatu metode pendekatan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan siswa dalam
operasional berhitung perkalian yang
mempergunakan logika matematika sederhana yakni
menjumlahkan secara berulang-ulang materi
bilangan yang dikalikan.
Misalnya :
4 x 5 = 20
Cara menghitungnya adalah 5 + 5 + 5 + 5 = 20
Strategi pembelajaran pendekatan berulang
pada dasarnya adalah suatu pendekatan yang
menggunakan logika sederhana dalam
menyelesaikan operasional menghitung perkalian
yang relatif sulit untuk dikuasai dan dikerjakan oleh
siswa.
Selain berhadapan dengan faktor guru dan
lingkungan yang melatarbelakangi siswa yang
kurang memberikan dukungan serta minimnya
fasilitas pendukung kelancaran Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Usaha meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam bidang studi matematika juga
berhadapan dengan faktor siswa itu sendiri.
Rendahnya motivasi belajar pada siswa di sekolah
dasar menciptakan permasalahan tersendiri yang
membuat banyak pihak, terutama guru sebagai
institusi pertama yang berhadapan langsung dengan
situasi dan kondisi tersebut.
Lebih lanjut, Gardner dan Amstrong (Akbar,
2002:88) mengatakan bahwa ada delapan
kecerdasan yang dimiliki setiap manusia yang
disebut sebagai multiple intelligences (kecerdasan
majemuk), yang meliputi :
a. kecerdasan linguistik; kemampuan
menggunakan kosakata dalam kalimat
yang efektif baik lisan maupun tertulis;
b. kecerdasan metematis-logis; kemampuan
menggunakan angka dengan baik
dan melakukan penalaran yang benar;
c. kecederdasan spasial; kemampuan
membayangkan, merepresentasikan ide
secara visual –spasial, dan
mengorientasikan diri secara matrik
spasial;
d. kecerdasan kinetis jasmani; keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide dan perasaan,
ketrampilan menggunakan tangan untuk
menciptakan dan mengubah sesuatu;
e. kecerdasan musikal; kemampuan
menangani bentuk-bentuk musikal
dengan cara mempersepsi, membedakan,
mengubah, dan mengekspresikannya;
f. kecerdasan interpersonal; kemampuan
mempersepsi dan membedakan suasana
hati, maksud, motivasi, serta perasaan
orang lain;
| 3
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
g. kecerdasan intrapersonal; kemampuan
memahami diri secara akurat, kesadaran
akan suasana hati, maksud, motivasi,
temperamen, dan keinginan, serta
kemampuan berdisiplin diri, memahami
dan menghargai diri secara proporsional;
h. kesadaran naturalis; kesadaran ini
meliputi kepekaan terhadap fenomena
alam lain-lainnya.
Indikasi Keberhasilan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)
Indikator tingkat keberhasilan yang
menunjukkan berhasil atau tidaknya kegiatan
belajar mengajar (KBM) bidang studi
Matematika yang terimplementasikan pada
peningkatan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan penjumlahan
berulang adalah sebagai berikut :
(1) Peningkatan kemampuan pemahaman
dan penguasaan materi pembelajaran
siswa.
Peningkatan ketrampilan
berhitung siswa secara kualitas terlihat
dalam kemampuan mengingat angka-
angka hasil perkalian dan
menerapkannya dengan cepat dan tepat
pada proses pembelajaran. Tingkat
kemampuan dan ketrampilan siswa
dalam melakukan aktivitas operasional
berhitung perkalian memudahkan
pemahaman dan pengguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran ini
memberikan gambaran yang konkret
pada peningkatan prestasi belajar siswa
dalam bidang studi matematika.
(2) Tingkat efisiensi kegiatan belajar
mengajar (KBM)
Efisiensi proses interaksi antara
siswa dan guru dalam kegiatan belajar
(KBM) bidang studi Matematika yang
berpusat pada ketrampilan operasioanl
berhitung perkalian siswa yang ditandai
dengan adanya peningkatan frekuensi
interaksi pembelajaran Matematika itu
sendiri.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah
pengkajian yang dilakukan terhadap permasalahan
yang relatif sederhana dalam ruang lingkup yang
sempit; yang memiliki hubungan dan keterkaitan
dengan pola perilaku individu atau kelompok orang
(group) di suatu lingkungan tertentu secara
kausalitas. Penelitian peningkatan kemampuan
menghitung perkalian siswa dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang, pada prinsipnya,
juga secara jelas mempergunakan aturan-aturan
prosedural dan sistematis rancangan penelitian
tindakan kelas (PTK). Secara prinsipil, penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki proses dan hasil pendidikan melalui
perubahan, dengan memotivasi guru agar
mencermati kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
menjadi tanggung jawabnya masing-masing, agar
bersedia mengkritisi praktek mengajarnya itu dan
merubahnya. Wibawa (2003:56) mengatakan bahwa
penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai makna
sadar atau refleksif dan kritis terhadap kegiatan
belajar mengajar (KBM), dan menggunakan
kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk
bersiap terhadap perubahan dan perbaikan mutu
serta kualitas proses pembelajaran, baik yang
bersifat evolusi maupun revolusi.
Penelitian tindakan kelas (PTK) meningkatkan
kemampuan operasional menghitung perkalian pada
bidang studi Matematika di siswa kelas I SDN
Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
dengan menggunakan pendekatan penjumlahan
berulang ini tercakup dalam dua siklus dan terdiri
dari dua kali pertemuan. Siklus pertama
dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan
siklus kedua pada pertemuan kedua. Secara rinci,
tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar (KBM)
masing-masing dapat dicermati di bawah ini yang
meliputi :
(1) Siklus Pertama;
(i) Penyampaian sosialisasi awal.
(ii) Guru menyampaikan materi
operasional dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang.
(iii) Guru memberikan penugasan berupa
latihan soal.
(iv) Evaluasi pertama.
(2) Siklus Kedua;
(i) Guru memberikan pengajaran
remedial.
(ii) Guru memberikan penugasan kedua
berupa latihan soal.
(iii) Evaluasi kedua.
(iv) Simpulan.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK)
meningkatkan kemampuan operasional
menghitung perkalian dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang ini
dilakukan di kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
Instrumen Penelitian
Instrumen utama penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah peneliti itu sendiri, penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah guru merupakan orang atau
elemen yang memiliki pengetahuan yang lebih
dibandingkan pihak-pihak yang lain karena data
kondisi dari obyek penelitian yakni siswa adalah
guru, seluruh realitas data dan sebagaimana upaya-
upaya menyingkapi dan menganalisnya. Untuk
mendukung dan melengkapi instrumen utama
| 4
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
digunakanlah instrumen penunjang. Instrumen
penunjang tersebut meliputi (i) pedoman observasi;
(ii) catatan lapangan; (iii) dokumentasi; dan (iv)
foto.
Proses Analisa Data
Langkah-langkah analisis data adalah
mengkaji data yang terkumpul secara keseluruhan
dari semua instrumen, mereduksi data, dan
menyimpulkan serta memverifikasinya kembali.
Tindakan verifikasi mutlak diperlukan untuk
melakukan pemeriksaan terakhir pada data yang
telah ada melalui sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan, misalnya buku penunjang
teori, data siswa, dan informasi serta tanggapan dari
teman sejawat yang berkolaborasi mendukung
kegiatan penelitian ini.
Proses penganalisisan data dilakukan dengan
berpedoman pada beberapa kriteria keberhasilan
proses pembelajaran. Pedoman analisis proses
pembelajaran bidang studi Matematika dengan
sasaran peningkatan ketrampilan siswa dalam
operasional menghitung perkalian dilakukan dengan
menggunakan tabel 1 berikut ini.:
Tabel 1. Pedoman Analisis Proses Belajar Siswa
Nama : .................................................
No. Absen : .................................................
No. Kriteria Penilaian
Peran Aktif
Siswa Dalam
KBM
Keaktifan
Siswa
Dalam %
1 Siklus Pertama
1. Penyampaian sosialisasi
awal
2. Penyampaikan materi
operasioanal perkalian
dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan
berulang
3. Penugasan pertama
yakni mengerjakan soal
latihan.
4. Evaluasi pertama
2 Siklus Kedua
1. Pengajarn remedial
2. Penugasan kedua yakni
mengerjakan soal
latihan
3. Evaluasi kedua
4. Simpulan
Kegiatan penganalisisan data dan
penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas (PTK)
meningkatkan ketrampilan siswa dalam operasional
menghitung perkalian dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang ditentukan
dengan standar prosentase keberhasilan penelitian
sebagai berikut.
1. Prestasi belajar siswa secara individual yang
dinilai dari produk kegiatan operasional
perkalian pada siklus kedua dan pengamatan
selama kegiatan pembelajaran sepanjang
siklus berlangsung adalah sekurang-
kurangnya mendapatkan nilai 65 atau
pencapaian nilai dari siswa rata-rata sekurang-
kurangnya 85 atau persentase pencapaian rata-
rata 85%.
2. Persentase keterlibatan aktif siswa dalam
prosedur pembelajaran secara individual yang
berlangsung sepanjang siklus, baik siklus
pertama, kedua dan ketiga adalah sekurang-
kurangnya 65% atau persentase keberhasilan
pencapaian dari masing-masing siswa rata-
rata sekurang-kurangnya 85%.
3. Persentase kemampuan siswa dalam
mengarang yang diberikan secara individual
sekurang-kurangnya 65% atau persentase
keberhasilan pencapaian dari masing-masing
siswa rata-rata sekurang-kurangnya 85%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Setelah melalui serangkaian tahapan proses
penelitian, didapatkan seperangkat data yang dapat
dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan
penelitian tindakan kelas (PTK) meningkatkan
ketrampilan siswa dalam operasional menghitung
perkalian dengan menggunakan pendekatan
penjumlahan berulang pada materi pembelajaran
| 5
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
bidang studi Matematika pada siswa kelas II SDN
Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten
Lamongan. Berdasarkan pada kurikulum 2006
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran yang nyata tentang usaha-
usaha yang dilakukan oleh guru pengajar bidang
studi Matematika untuk meningkatkan ketrampilan
siswa dalam operasional menghitung perkalian
dengan menggunakan pendekatan penjumlahan
berulang secara optimal di kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
Sedangkan, secara khusus, penelitian ini
memiliki tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
(i) Meningkatkan ketrampilan siswa dalam
operasional menghitung perkalian pada
materi pembelajaran dalam bidang studi
Matematika;
(ii) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada
bidang studi Matematika;
(iii) Meningkatkan profesioanalisme guru dalam
membimbing dan meningkatkan
ketrampilan siswa dalam operasional
menghitung perkalian dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang.
Secara lebih dalam, tahapan-tahapan
pembelajaran dalam tiap siklus akan diuraikan
dalam wacana singkat dibawah ini.
(1) Siklus pertama
Tahapan-tahapan pembelajaran
dalam siklus pertama, dapat dilihat pada
uraian di bawah ini :
(a) Tahapan pertama;
Guru memberikan
sosialisasi awal tentang kegiatan
belajar mengajar (KBM) bidang
studi Matematika terutama pada
materi operasional perkalian dengan
menggunakan pendekatan
penjumlahan berulang kepada siswa.
Tahapan sosialisasi awal ini juga
digunakan untuk memberikan
motivasi belajar bidang studi
Matematika agar siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi dalam
bidang studi.
(b) Tahapan kedua;
Guru menyampaikan
materi pembelajaran operasional
berhitung perkalian dengan
menggunakan metode pendekatan
penjumlahan berulang dengan jelas,
lengkap, terperinci, dan tepat
sasaran. Uraian materi didukung
dengan keterangan-keterangan di
papan tulis dan contoh soal untuk
memudahkan pemahaman dan
penguasaan materi pembelajaran
oleh siswa.
(c) Tahapan ketiga;
Guru memberikan
penugasan berupa latihan soal yang
berisikan materi tentang operasional
perkalian dengan metode pengerjaan
pendekatan penjumlahan berulang
kepada siswa. Latihan soal yang
diberikan adalah untuk mengetahui
tingkat pemahaman, penguasaan,
dan kemampuan siswa
menyelesaikan soal-soal operasional
menghitung perkalian dengan
menggunakan pendekatan
penjumlahan berulang.
(d) Tahapan keempat;
Guru melakukan evaluasi
dari pekerjaan siswa mengerjakan
latihan soal operasional menghitung
perkalian dengan pendekatan
penjumlahan. Hasil evaluasi akan
digunakan guru sebagai materi
pembelajaran remedial pada siklus
dan pertemuan kedua.
(2) Siklus kedua
Tahapan-tahapan dalam
kegiatan pembelajaran di siklus kedua
ini, secera rinci dapat dilihat dalam
uraian singkat di bawah ini.
(a) Tahapan pertama
Guru memberikan
pembelajaran remedial guna
membantu siswa yang mengalami
ketertinggalan materi pembelajaran
pada tahapan siklus pertama.
Sedangkan, bagi siswa yang sudah
mempunyai pemahaman dan
penguasaan yang baik pada materi
pembelajaran operasional
menghitung perkalian maka
pembelajaran remedial memiliki
fungsi guna pemantapan
pemahaman dan penguasaan pada
materi pembelajaran yang lebih baik
lagi.
(b) Tahapan kedua;
Guru memberikan
penugasan berupa latihan soal
dengan materi operasional
menghitung perkalian dengan
menggunakan pendekatan
penjumlahan berulang, yang
mempunyai tingkat kesulitan yang
lebih tinggi dari pada latihan soal di
siklus pertama.
(c) Tahapan ketiga;
Guru melakukan evaluasi
dan penilaian hasil pekerjaan siswa
berupa latihan soal dengn materi
pembelajaran operasional
menghitung perkalian dengan
| 6
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
menggunakan pendekatan
penjumlahan berulang.
(d) Tahapan keempat;
Guru menyusun simpulan
sederhana mengenai hasil dari
proses pembelajaran yang baru saja
dilalui bersama. Kegiatan menyusun
simpulan secara reflektif akan
membimbing siswa mengevaluasi
diri sendiri, mengenali kemampuan
dan kekurangan dari masing-masing
pribadi siswa sebagai modal dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM)
dalam proses pembelajaran
selanjutnya.
Berikut ini data yang menunjukkan
peningkatan ketrampilan operasional menghitung
perkalian siswa. Peningkatan tersebut terlihat pada
data analisis proses belajar siswa yang dapat
dicermati dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Data Analisis Proses Belajar Siswa
No Nama Kriteria Penilaian Berdasarkan Pengamatan
Menyimak
Uraian Materi
Mengerjakan
Latihan Soal I
Pembelajaran
Remedial
Mengerjakan
Latihan Soal II
1 Adhin Senja D C B B A
2 Ardhian Dewi S C C K C
3 Dimas Yoga A C B B
4 Laila Choirumin A A B B B
5 Moh.Rian B B A A
6 Oneda Aulia S C C B B
7 Septi Wulan C C K C
8 Teguh Dwi W A C B B
9 Tina Agustin C C C B
10 Yestyas R.H B A A A
11 Zuda Sakura A B B B
12 Nico Priyo F B B B A
Keterangan :
Penilaian diberikan dengan skor K = 0; C = 1; B = 2; dan A = 3
Tabel 3. Data Analisis Nilai Siswa (Evaluasi 1 & Evaluasi 2)
No Nama Perolehan Nilai Siswa (Skor 1 – 10)
Pembelajaran Remedial Menyusun Simpulan
1 Adhin Senja D 6,8 7,8
2 Ardhian Dewi S 6,5 7,0
3 Dimas Yoga 7,2 7,4
4 Laila Choirumin A 8,0 8,8
5 Moh.Rian 8,0 8,2
6 Oneda Aulia S 7,8 7,4
7 Septi Wulan 6,0 6,4
8 Teguh Dwi W 8,6 7,0
9 Tina Agustin 6,0 6,8
10 Yestyas R.H 7,8 8,4
11 Zuda Sakura 7,0 7,8
12 Nico Priyo F 8,0 7,4
Pembahasan
Keberhasilan proses penelitian pembelajaran
peningkatan ketrampilan siswa pada kemampuan
operasional menghitung perkalian pada bidang
studi Matematika dengan menggunakan
pendekatan penjumlahan berulang pada siswa kelas
I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten
Lamongan menurut hemat peneliti telah tepat
mengenai sasaran.
Pada siklus pertama, kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru sedikit banyak telah mampu
meningkatkan dan menggairahkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa dengan
penuh perhatian mendengarkan uraian penjelasan
materi pembelajaran bidang studi Matematika. Ada
motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa untuk
lebih memperhatikan uraian penjelasan dari guru
pengajar bidang studi Matematika karena rasa
keingintahuan yang lebih untuk memahami lebih
jauh tentang materi yang diuraikan oleh guru
pengajar bidang studi Matematika.
Keaktifan dan kesungguhan siswa ini
memiliki implementasi secara langsung pada
kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa dalam
| 7
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
penugasan kedua. Siswa di kelas I SDN Tejoasri II
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan secara
garis besar telah mampu dan terampil dalam
operasional menghitung perkalian.
Pemahaman, kemampuan dan ketrampilan
siswa tersebut terdeskripsi dengan jelas khususnya
pada kemampuan dan ketrampilan operasional
menghitung perkalian tersebut di atas dengan baik
dan benar. Kemampuan dan ketrampilan siswa
kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren
Kabupaten Lamongan untuk memahami dan
menguasai dengan benar materi pembelajaran yang
disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) bidang studi Matematika ini
mengisyaratkan bahwa secara umum siswa di kelas
dan sekolah tersebut telah menunjukkan
peningkatan ketrampilan operasional menghitung
perkalian dengan hasil yang cukup baik.
Bertolak pada realitas selama kegiatan belajar
mengajar (KBM) bidang studi Matematika dengan
menggunakan pendekatan penjumlahan berulang di
kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren
Kabupaten Lamongan maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilakukan oleh peneliti telah mencapai tujuan
seperti yang diharapkan.
PENUTUP
Simpulan
1. Peningkatan prestasi belajar siswa tampak
pada peran serta aktif siswa pada tahapan-
tahapan siklus pembelajaran. Aktifitas-
aktifitas siswa seperti (1) mendengarkan
dengan sungguh-sungguh uraian materi
pelajaran dari guru; (2) mempersiapkan
diri dengan sungguh-sungguh untuk
kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan
materi pembelajaran operasional
menghitun.g perkalian; (3) mengerjakan
latihan soal; dan (5) melakukan evaluasi
bersama untuk mendapatkan simpulan
yang tepat dari kegiatan yang baru saja
dilakukan merupakan suatu bentuk peran
aktif siswa dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM).
2. Peningkatan prestasi belajar siswa pada
bidang studi Matematika juga
terimplementasi secara lengkap pada hasil
yang nyata seperti kemampuan dan
ketrampilan operasional menghitung
perkalian dengan menggunakan
pendekatan penjumlahn berulang dengan
baik dan benar.
Saran-Saran
1. Kepada rekan-rekan sejawat yang ingin
meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan serta prestasi belajar
siswanya, apabila situasi dan kondisi
yang berkembang di sekolah atau
lingkungan pendidikannya relatif
mempunyai kesamaan dengan apa yang
ada di sekolah peneliti, maka disarankan
untuk menggunakan metode ini sebagai
strategi pembelajaran.
2. Kepada Guru dan jajaran pengelola
kebijakan sekolah, disarankan agar dapat
memberikan fasilitas dalam sosialisasi
implementasi metode pembelajaran ini,
sejalan dengan signifikansi hasil
penelitian yang telah peneliti lakukan.
3. Kepada orang tua dan wali murid
diharapkan mempunyai kepedulian yang
tinggi dan pro aktif dengan proses
pembelajaran yang sedang dilakukan di
sekolah.
4. Kepada siswa itu sendiri agar senantiasa
tidak berhenti sampai pada tahapan
pembelajaran ini apabila menginginkan
kemampuan dan ketrampilannya
senantiasa terasah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta : Grasindo
Bahari, Abdulah dkk. 2000. Metode Belajar Anak
Kreatif. Bandung : Dwi Pasha press
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 : Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta :
Puskur, Balitbang, Depdiknas.
Markus, Alim. 1998. Manajemen Pendidikan
Sekolah Terbuka; Reprensentasi Sistem
Pendidikan De-Birokratisasi. Yogyakarta :
Mitra Pustaka.
Moesono, Djoko. 2000. Mari Berhitung, Belajar
Matematika Dengan Mudah. Jakarta : Pustaka
Jaya Press.
Prianto, Ahmad Joko. 1995. Media Pembelajaran,
Suatu Model Penunjang Prestasi Siswa.
Dibacakan dalam Seminar Sehari Peran
Media Belajar : Aplikasi Dan Kreatifitas Guru
Tanggal 02 Agustus 1995 di Malang.
Rahman, Arief. 2000. Sistem Pendidikan
Indonesia: Potret Realitas Manajemen Yang
Mengambang. Yogyakarta : Lentera.
Sukoco, Padmo. 2002. Penelitian Kualitatif,
Metodologi, Aplikasi dan Evaluasi. Jakarta :
Gunung Agung.
Surakhmad, Wanurrif. 1990. Mengembangkan
Pendidikan di Lingkungan Keluarga.
Yogyakarta : Yayasan Obor.
Suriah, N. 2003. Penelitian Tindakan. Malang :
Bayu Media Publishing.
Suryaman, Maman.1990. Kerangka Acuan
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Bandung
: Angkasa.
Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga
Kependidikan
| 8
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA AKAN HASIL FOTOSINTESIS MELALUI
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V
SDN TEJOASRI 2 LAREN KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Subeno *)
*)SDN Tejoasri 2 Kec.Laren Kab.Lamongan
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar
sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis pada siswa Kelas V SDN Tejoasri 2
Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas
V , Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua
siklus. Teknik analisis data digunakan analisis persentase dari perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan
setelah dilakukan layanan bimbingan belajar dengan tutor sebaya.
Hasil penelitian menunjukkan 1. nilai rata pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis siswa Kelas V pada
sebelum siklus sebesar 64, pada siklus I sebesar 72 dan pada siklus II sebesar 77 sehingga terdapat kenaikan
nilai rata – rata dari sebelum siklus ke siklus I selanjutnya ke siklus II. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa
pada pra siklus menunjukkan angka sebesar 61,91 % (13 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21
siswa ), pada siklus I sebesar 80,95 % ( 17 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa )dan
pada siklus II sebesar 95,24 % ( 20 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa). Dengan
demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut : Melalui
pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatan pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis pada
siswaKelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : pemahaman siswa, fotsintesis, lingkungan sekitar sekolah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran IPA yang berlangsung saat ini
menurut pengamatan penulis terkesan belum
maksimal.Hal ini dari beberapa indikator antara lain
hasil tes semester yang kurang dari KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal ), pengakuan siswa secara
obyektif bahwa IPA termasuk dalam kategori sulit
menurut mereka disamping Matematika dan IPS.
Kenyataan di kelas dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar IPA ada saja tingkah laku anak
yang kadang kala tidak sesuai dengan harapan guru,
Seperti bergurau dengan teman saat di terangkan,
tidak mengerjakan PR, tidak mau membuat catatan,
tidak mau memperhatikan saat diterangkan dan lain
sebagainya. Gejala tersebut sedikit banyak akan
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas.
Perilaku yang ditunjukkan sebagian anak tersebut
merupakan suatu tindakan yang negatif yang akan
menghambat pencapaian prestasi belajar.
Melihat realita di atas maka guru harus dapat
melaksanakan perbaikan sistem pembelajaran,
selama ini pembelajaran IPA yang dilaksanakan
tanpa menggunakan alat peraga kurang menarik
perhatian siswa, sehingga menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa.
Kita memahami bahwa media pembelajaran
saat ini telah berkembang dengan pesat. Namun
karena keterba tasan yang dimiliki Kelas V SDN
Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun
Pelajaran 2011/2012 maka guru IPA yang ada di
sekolah tersebut harus pandai-pandai memanfaatkan
sarana yang ada di sekitar sekolah untuk membuat
pembelajaran lebih menarik. Namun belum semua
guru mampu memanfaatkan sarana ynag ada
disekitar sekolah untuk proses belajar mengajara
bahkan cenderung tidak pernah digunakan dalam
pembelajaran di kelas.
Untuk mengetahui benar tidaknya media
lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan
pemahaman anak akan peristiwa fotosintesis maka
perlu diadakan penelitian, yang selanjutnya
penelitian ini diberikan judul Peningkatan
pemahaman siswa akan hasil fotosintesis melalui
pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah pada siswa
Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten
Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut
:
1. Apakah dengan pemanfaatan lingkungan sekitar
sekolah dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran tentang fotosintesis pada
siswaKelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten
Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
2. Apakah dengan pemanfaatan lingkungan sekitar
sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa
| 9
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
akan peristiwa fotosintesis pada siswaKelas V
SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan
Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi
tentang belajar sebagai berikut : menurut Muhibbin
Syah (2004: 92) menjelaskan bahwa belajar ditinjau
secara institusional adalah proses validitasi atau
pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas
materi-materi yang telah ia pelajari. Sedangkan
belajar ditinjau dari kualitatif ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman
serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling
siswa.
Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto
(2004: 85) menjelaskan belajar sebagai berikut. 1)
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik. 2) Belajar merupakan
perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman. 3) Untuk dapat disebut belajar maka
perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan
akhir daripada suatu periode waktu yang cukup
panjang. 4) Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Pengertian belajar juga diungkapkan oleh
Slameto ( 2003 : 2) ―Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya‖.
Pendapat lain tentang belajar dijelaskan Winkel (
2005 : 59 ) yaitu ― Belajar adalah aktivitas mental
(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas ‖
.Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi
pengetahuan, nilai, sikap serta ketrampilan sebagai
hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan
lingkungannya.
Untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal tergantung pada penggunaan teori belajar
yang baik pula. Teori belajar secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga golongan 1) Teori belajar
menurut ilmu jiwa daya. 2) Teori belajar menurut
teori asosiasi dan 3) Teori belajar menurut ilmu jiwa
gestalt (Slameto, 2002: 9)
Menurut Zainal Arifin (1990: 2-3), Kata ―prestasi‖
berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian di dalam Bahasa Indonesia menjadi
―prestasi‖ yang berarti ―hasil usaha‖. Kata prestasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan
pendidikan. Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang cukup signifikan. Dalam proses
pembelajaran berhasil tidaknya proses pembelajaran
selalu diukur dari prestasi belajar siswa yang
dihasilkan. Muhibbin Syah (2004: 118) berpendapat
bahwa ―Prestasi belajar adalah setiap macam
kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan
yang khas yaitu hasil belajar‖. Sedangkan dalam
kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa
―Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah
dicapai atau yang telah dikerjakan untuk
mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian ―
(Lukman Ali, dkk, 1995: 768). Pendapat lain
dikemukakan oleh Zainal Arifin (1990: 3) ―Prestasi
belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal‖.
Dari pengertian tentang prestasi belajar
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar
yang dicapai. Adapun tinggi rendahnya prestasi
belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang
memiliki prestasi belajar yang tinggi adapula yang
memiliki prestasi belajar yang rendah.
Dalam memperoleh prestasi belajar yang hendak
dicapai dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini
sesuai yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah
(2004: 132) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai
berikut: 1) Faktor Internal, 2) Faktor Eksternal, dan
3) Faktor Pendekatan Belajar. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui dari hasil evaluasi yang
dilaksanakan oleh guru.
Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam
Seperti yang tercantum dalam GBPP SD (1994 :
125) menjelaskan bahwa ―Ilmu pengetahuan alam
merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan
pengujian‖.Sedangkan menurut Ensiklopedi
Indonesia (1981 : 1382) dijelaskan; Ilmu-ilmu alam
(realita dari bahasa latin realis)artinya nyata adalah
Ilmu Pengetahuan alam yang bertujuan merumuskan
paham-paham dan hukum-hukum alam serta
menciptakan teori-teori secara sistematis
berdasarkan paham-paham dan hukum-hukum alam
dibedakan antara lain Ilmu Alam yang menyelidiki
alam bernyawa meliputi ilmu-ilmu alam yang
berpokok pada ilmu hayat (biologi) dan ilmu alam
yang menyelidiki alam yang tidak bernyawa
meliputi ilmu fisika ,ilmu kimia dan ilmu bintang.
Dalam internet dijelaskan science adalah ilmu
pengetahuan yang diperoleh melalaui belajar dan
latihan.Kata science dapat diartikan sebuah sistem
untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan.<http://www.sience made
simple.rom/20006).
| 10
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Ruang Lingkup IPA yang Diajarkan Dalam
Penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mencoba pembelajaran
dengan penggunaan multimedia pada materi IPA
Kelas V semester II yaitu mengenai Sistem Tata
Surya. Materi ini dipilih karena jika hanya disajikan
dengan media gambar ataupun model biasa kurang
menarik anak, akan lebih bagus jika disajikan
menggunakan multimedia.
` Dalam buku Sains Kelas V Handayani
(2002:100) Sistem tatasurya sendiri adalah susunan
benda-benda langit yang terdiri atas matahari,
sembilan planet berikut satelit yang mengelilinginya
serta obyek lain yang menyertainya seperti komet,
asteroid dan meteorid. Sembilan planet dalam sistem
tata surya yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Di dalam mempelajari IPA ada berbagai cara atau
metode seperi yang tercantum dalam buku metodik
khusus pengajaran IPA di Sekolah Dasar (1996 : 7)
yakni : 1) Metode Ceramah; 2) Metode
Demonstrasi; 3) Metode Diskusi; 4) Metode tanya
jawab; 5) Metode Pemberian Tugas
Cara Mengukur Prestasi Belajar IPA
Pengertian evaluasi atau penilaian seperti tercantum
dalam buku petunjuk pelaksanaan penilaian (1990 :
31) bahwa ―Penilaian adalah usaha mengumpulkan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh, tentang proses belajar mengajar yang
telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar‖. Dari pengertian tentang penilaian
tersebut, diharapkan dapat mengetahui sejauh mana
penguasaan murid terhadap pelajaran yang telah
diberikan oleh guru serta akan dapat diketahui letak
kesulitan yang akan dicapai anak dalam belajar. Ini
meliputi bidang-bidang kognitif, efektif, dan
psikomotorik yang dilakukan secara terus menerus‖.
Tinjauan Tentang Lingkungan Sekitar
`Menurut Syamsu Yusuf (2002: 35) lingkungan
adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi,
atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi
atau dipengearuhi perkembangan siswa. Sedangkan
menurut Ngalim Purwanto (2004 : 28).lingkungan
adalah semua kondisi–kondisi dalam dunia ini yang
dalamn cara – cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes. Sehingga lingkungan adalah keseluruhan
kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi perkembangan
siswa dalam mencapai tugas perkembangan dan
pertumbuhannya.
Menurut Ngalim Purwanto (2004: 28 - 29) membagi
lingkungan menjadi 3 bagian yaitu. 1) Lingkungan
alam / luar (external or physical environment). 2)
Lingkungan dalam ( internal environment). 3)
Lingkungan sosial / masyarakat (social
environment)
Adapun menurut Anggani Sudono (2000: 81-
94) jenis objek baik hidup maupun benda mati di
lingkungan alam kita yang dapat dimanfaat sebagai
sumber belajar antara lain : 1. Tanah pasir dan daun;
2. Tanaman – tanaman Bumbu Dapur; 3. Tanaman
Palawija; 4. Tanaman Padi dan 5. Pepohonan
Kerangka Berpikir
Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa
anggapan dasar/kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan alam merupakan segala
sesuatu yang ada dalam dunia ini yang
bukan manusia seperti rumah, tumbuhan –
tumbuhan, air, iklim, hewan dan
sebagainya yang dapat digunakan untuk
kepentingan hidup manusia.
2. Sumber belajar adalah sarana yang memuat
bahan-bahan belajar dan dapat digunakan
sebagai acuan dalam mengelola materi
pelajaran, sehingga kegiatan belajar -
mengajar mencapai hasil yang optimal,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Dengan adanya sumber belajar dapat
dimanfaatkan sebagai: (a) pengalaman
belajar yang konkret dan langsung kepada
pengajarnya, (b) penyaji sesuatu yang tidak
mungkin diadakan, dikunjungi, maupun
dibawa ke kelas, maka diganti dengan
model, denah, sketsa, foto, film dan lain-
lain; (c) penambah dan memperluas
cakrawala sajian yang ada dalam kelas; (d)
pemberi informasi yang akurat dan yang
terbaru; (e) pembantu memecahkan
masalah pendidikan dan pembelajaran; (f)
perangsang motivasi siswa dalam belajar
dan perangsang siswa untuk berpikir,
sehingga anak akan mudah menyampaikan
pesan melalui cerita dan dapat berkembang
lebih baik
4. Ketersediaan sumber belajar dari
lingkungan alam sekitar akan dapat
membantu pengembangan kemampuan
bercerita anak dalam menjalani tugas
perkembangannya demi menjadi manusia
yang dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya. Hal ini terjadi karena
ketika belajar, anak membutuhkan sarana
atau sumber belajar untuk menunjang
kegiatan belajarnya.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara
empiris (Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena
itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang
peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan
sebagai tuntunan.
| 11
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Berdasarkan landasan teori dan pengertian hipotesis
di atas serta kerangka pemikiran maka dalam
penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis
sebagai berikut: melalui pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolah dapat meningkatan pemahaman
siswa akan hasil fotosintesis siswaKelas V SDN
Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun
Pelajaran 2011/2012 .
METODOLOGI
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diKelas V SDN Tejoasri
2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran
2011/2012. Penelitian dilaksanakan selama selama 2
bulan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan
bulan Nopember 2012.
Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk
dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan
digali dari berbagai macam sumber data. Adapun
sumber data yang akan dimanfaatkan dalam
penelitian ini antara lain 1) Informasi data dari nara
sumber yang terdiri dari siswa kelas V serta wali
kelas V. 2) Arsip nilai ulangan harian mapel IPA. 3)
Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan
alat peraga multimedia
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dokumen
dan tes.
Validitas Data
Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas
data, maksudnya adalah semua data yang
dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang
sebenarnya diukur atau di teliti. Dalam penelitian ini
untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi
data, dan triangulasi metode.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan model induktif
interaktif. Model analisis ini memiliki tiga
komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian
data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu siklus.
Indikator Kerja
Indikator kerja dalam adalah apabila kesalahan yang
dibuat oleh siswa dalam mengerjakan tugas test
yang diberikan adalah kecil dan setelah proses
pembelajaran dengan menggunakan sempoa, siswa
yang mendapatkan nilai tuntas belajar mencapai
sebesar 80 % dari seluruh siswa yang ada.
Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus
setiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dalam pengolah data yang dilaksanakan pada
lampiran dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Data Nilai siswa sebelum perlakuan pengajaran
siklus
Dari tabel daftar nilai yang ada di lampiran dapat
diketahui bahwa :
a. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1
orang, nilai 50 ada 3 orang; nilai 60 ada 4 siswa;
nilai 65 ada 4 siswa; nilai 70 ada 4 siswa nilai 75
ada 3 orang dan nilai 80 ada 2 siswa, sehingga
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80
dan nilai terendah 40 dengan demikian rata –
rata yang diperoleh siswa sebesar 65.
b. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas
sebanyak 5 orang
c. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60 sampai
74 sebanyak 12 orang
d. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60
sebanyak 4 orang
e. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan
belajar ( dengan nilai 65 ke atas) sebanyak 13
orang dari jumlah 21 siswa atau 61,91 %,
sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 8
orang dari jumlah 21 siswa atau 38,09 %.
Dari tabel daftar nilai siklus I dapat diketahui
bahwa :
1. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 1
siswa, nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 7 siswa;
nilai 75 ada 5 siswa; nilai 80 ada 3 siswa; nilai
85 ada 2 siswa, sehingga nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah 50
dengan demikian rata – rata yang diperoleh
siswa sebesar 72.
2. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas
sebanyak 10 orang
3. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60 sampai
74 sebanyak 10 orang
4. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60
sebanyak 1 orang
5. Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar ( dengan nilai 65 ke atas)
sebanyak 17 orang dari jumlah 21 siswa atau
80,95 %, sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 4 orang dari jumlah 21 siswa atau
19,05 %.
Dari data di atas apabila disusun dalam bentuk
histogram sebagai berikut :
| 12
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Data Nilai siswa Setelah Perlakuan Pengajaran
Siklus II
Dari tabel daftar nilai yang ada di lampiran dapat
diketahui bahwa :
1. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 60 ada 1
siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 75 ada 6
siswa; nilai 80 ada 5 siswa, nilai 85 ada 3
siswa, dan nilai 90 ada 2 siswa, sehingga nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan
nilai terendah 60 dengan demikian rata – rata
yang diperoleh siswa sebesar 77.
2. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas
sebanyak 16 orang
3. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60
sampai 74 sebanyak 5 orang
4. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60
sebanyak 0 orang
5. Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 65 ke atas)
sebanyak 20 orang dari jumlah 21 siswa atau
95,24 %, sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 1 orang dari jumlah 21 siswa atau
4,76 %.
Dari data di atas apabila disusun dalam bentuk
histogram sebagai berikut :
Dari pembahasan diatas dapat dibuat suatu
perbandingan antara sebelum Siklus, Siklus I dan
Siklus II pada tabel sebagai :
Tabel 3 : Perbandingan Prestasi IPA Siswa Kelas V
antara sebelum Silus Siklus I, II
No Uraian
Frekuensi
Sebelum
Siklus
Siklus I Siklus II
1 Nilai 40 1 siswa - -
2 Nilai 50 3 Siswa 1 Siswa -
3 Nilai 60 4 siswa 3 siswa 1 siswa
3 Nilai 65 4 siswa - siswa siswa
4 Nilai 70 4 siswa 7 siswa 4 siswa
5 Nilai 75 3 siswa 5 siswa 6 siswa
6 Nilai 80 2 siswa 3 siswa 5 siswa
7 Nilai 85 - 2 siswa 3 siswa
8 Nilai 90 - - 2 orang
9 Nilai Rata - rata 65 72 77
10 Siswa Tuntas 13 siswa 17
siswa
20 siswa
11 Prosentase
Siswa Tuntas
61,91 % 80,95 % 95.24 %
12 Siswa Tak
Tuntas
9 siswa 4 siswa 1 siswa
13 Prosentase
Siswa Tak
Tuntas
38,09 % 19,05 % 4,76 %
Dari tabel diatas secara sederhana dapat dibuat
grafik sbb:
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa sebagian
siswa belum tuntas dalam belajarnya ( pada siklus
I) dikarenakan penggunaan lingkungan sekolah yang
kurang spesifik dari guru sehingga kurang dapat
membangkitkan siswa dalam belajar dengan
optimal, sehingga siswa belum dapat menyerap
materi yang diberikan oleh guru dengan baik dan
benar. Setelah refleksi diri guru mengubah media
pembelajaran lingkungan tanpa kertas kerja siswa
dengan alat peraga lingkungan dengan penambahan
lembar kerja yang hrus diisi saat pengamatan yang
memungkin siswa mengamati dan memperhatikan
dengan baik. Hal ini dilakukan untuk penguatan
siswa dalam memahami materi ternyata hasilnya
lebih baik daripada siklus I (pada siklus II ).
Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren
Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren
Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren
| 13
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Suasana belajar terlihat hidup dan siswa sangat
bergairah kalau ditinjau dari tes formatif ternyata
ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari 72 menjadi
77. Dengan melihat hasil di atas maka dapat
dijelaskan: Dari perhitungan rata-rata nilai yang
diperoleh anak pembelajaran setelah siklus pertama
dan setelah siklus kedua serta ketiga menunjukkan
bahwa selalu ada peningkatan yang cukup baik
hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin
menguasai materi pelajarannya jika dalam
penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan
media pembelajaran yang bersifat interaktif dalam
proses belajar sehingga ia akan mendapatkan hasil
belajar yang baik.
PENUTUP
1. Nilai rata pemahaman siswa akan peristiwa
fotosintesis siswa Kelas V pada sebelum siklus
sebesar 64, pada siklus I sebesar 72 dan pada
siklus II sebesar 77 sehingga terdapat kenaikan
nilai rata – rata dari sebelum siklus ke siklus I
selanjutnya ke siklus II.
2. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra
siklus menunjukkan angka sebesar 61,91 % (13
siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh
peserta 21 siswa ), pada siklus I sebesar 80,95 %
( 17 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh
peserta 21 siswa )dan pada siklus II sebesar
95,24 % ( 20 siswa tuntas dalam belajarnya dari
seluruh peserta 21 siswa). Dengan demikian
terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa
dari siklus I ke siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Achmadi dan Widodo Supriyono, 2004.
Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Aristo Rahadi .2003 Media pembelajaran .Jakarta :
Direktorat Tenaga Kependidikan
Dedi Supriyadi. 2000. Anatomi Buku Sekolah Di
Indonesia. Yogyakarta : Adi Cita
________. 2002. Reformasi Pendidikan dalam
Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta : Adi
Cita.
Depdikbud, 1995. Kurikulum SD tahun
1994. Jakarta : Depdikbud
Dimiyati Mahmud, 2000. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta :
BPFE
Handayani,2002.Sains Kelas V .Klaten : CV
Sahabat
Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda
Karya
‗‘Multimedia
Pembelajaran‖ http://id.wikipedia.org/wiki/M
ultimedia diakses tanggal 4 April 2008
HB Sutopo, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta. UNS Press.
Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rochiati Wiriaatmadja, 2007. Metode Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Setijadi, 1999. DefinisiTeknologi Pendidikan:
Satuan Tugas Definisi dan Terminologi
AECT. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana Nana. 1989. Teknologi Penelitian. Jakarta :
Radar Jaya Offset.
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat
Permainan. Jakarta : Grasindo.
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi.
Bandung. Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Renika
Cipta.
_________, 2002. Dasar – dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sumadi Suryabrata, 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suwana.2005 Macam- macam Media Pembelajaran.
Jakarta : Depdikbud
UU RI No. 23.2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : DPR RI.
Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Jogyakarta:
Media Abadi
.
| 14
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OLAH RAGA LOMPAT TINGGI GAYA GULING
PERUT (STRADDLE ) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RESIPROKAL
(TIMBAL BALIK ) PADA SISWA KELAS V SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Edy *)
*)
SD Negeri Godog Laren Lamongan
Abstrak Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani khususnya
dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktifitas, berkreatif dan kritis serta dalam situasi
menyenangkan. Ini terlihat masih rendanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan
memahami penguasaan tehnik permainan dalam Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani masih sangat
rendah sehingga hasil belajarnya pun rendah.
Untuk itu, penelitihan tindakan kelas ini mencoba menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal
balik) dengan alasan secara teori model ini menjadikan siswa banyak beraktivitas , kreatifitas dan
inovatif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik ) ini
diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusias dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa mata
pelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani dapat meningkat.
Pada penelitihan tidakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu :
Tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap
siklus tampak ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui Model
Pembelajaran Resiprokal (timbal balik) dapat meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan Jasmani dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.
Kata kunci : Gaya guling perut (straddle), model pembelajaran resiprokal
PENDAHULUAN
Dengan adanya Model Pembelajaran
Resiprokal (timbal balik) , media yang bervariasi
diharapkan dapat lebih membangkitkan aktivitas
Praktik dan kompetensi yang diharapkan. Seperti
Pembelajaran Atletik merupakan salah satu materi
penjaskes disekolah SD Negeri godog. Pendidikan
Penjaskes dirancang melalui aktivitas jasmani yang
di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani
siswa, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif dan
sportif, salah satunya Nomor Olahraga Lompat
Tinggi Gaya Guling Perut. pada kurikulum KTSP
SD terdapat pada Standar kompetensi pertama yaitu
mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan
dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Adapun indikatornya siswa dituntut
untuk mampu melakukan Teknik Dasar melompat
tanpa awalan.
Sebagai mana kita ketahui bersama, untuk
melakukan olahraga Praktik tidak mudah seperti
dibayangkan, karena tanpa ada proses sistematis ini
malah akan membahayakan bagi siswa (cidera).
Pelajaran olahraga merupakan Pelajaran yang sangat
di senangi oleh siswa, tetapi berbeda halnya dengan
cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.
justru siswa sangat sulit untuk melakukan, alasan
yang sering terdengar dominan melakukan gerakan
yang diawali dengan lari dan lompatan yang
menguras tenaga serta sangat melelahkan. Oleh
karena itu Peneliti mencoba memodifikasi Cabang
olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut. ini
kedalam bentuk bermain menggunakan model
pembelajaran Resiprokal / timbal balik dengan
tujuan mengembangkan teknik dasar yaitu
Pembedaharaan gerak dasar. Gerak dasar anak
apabila sesering mungkin dilakukan maka dia akan
semakin berkembang dan lambat laun gerak inilah
yang nantinya akan mampu menciptakan gerak yang
diharapkan. Dengan gerakan yang sederhana, tidak
terlalu terstruktur dan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan serta karakteristik anak (Drs.
Soepartono : 2004 : 11).
Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan pengamatan dilapangan, siswa
SD Negeri Godog Kecamatan Laren Kabupaten
Lamongan hasil belajar olahraga lompat jauh belum
menncapai KKM disisi lain keaktifan siswa dalam
menerima pembelajaran terlihat kaku dan kurang
menyenangkan.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui penggunaan model
pembelajaran Resiprokal / timbal balik dapat
meningkatkan hasil belajar olahraga Loncat
Tinggi Gaya Guling Perut.
2. Apakah siswa melakukan olahraga lompat
Tinggi gaya Guling Perut dengan
menggunakan model pembelajaran Resiprokal /
timbal balik mampu membuat model
pembelajaran Resiprokal / timbal balik mampu
| 15
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
membuat daya taruk siswa sehingga
menyenangkan.
3. Apakah hasil belajar siswa secara keseluruhan
mampu mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
KAJIAN TEORI
Pengertian Belajar Mengajar Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan
pengetahuan atau kemahiran yang sedikit permanen.
Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila
disertai dengan tujuan yang jelas. Tujuan belajar
yaitu agar terjadinya perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya, sehingga perubahan tersebut
bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
masyarakat sekitarnya.
Mengajar mempunyai makna yaitu
memindahkan ilmu dari guru ke siswa yang
dilakukan secara sengaja dengan berbagai proses
yang dilakukannya. Berkenaan dengan hal ini
Sadiman (1994:49) mengemukakan bahwa :
Mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada anak didik yang tujuannya agar
anak didik mendapatkan dan menguasai
pengetahuan, ataupun mengajar dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
berhubungan dengan anak, sehingga terjadi proses
belajar dan menanamkan pengetahuan dengan suatu
harapan terjadi proses pemahaman. Dalam hal ini
siswa atau anak didik mengenal dan menguasai
budaya bangsa untuk kemudian dapat memperkaya
atau menciptakan suatu yang baru.
Menurut Sanjaya (2008) Lompat Tinggi
Gaya Guling Perut, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap sistem pembelajaran adalah:
Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan
dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.
Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya
suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa
diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit di medan
pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi
berperang untuk menghancurkan musuh akan sangat
bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri.
Demikian juga dengan guru. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran.
Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh
aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap
aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat
di pengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat
pada diri anak.
Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-
alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain
sebagainya, sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,
kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan
sarana dan prasarana akan menuntun guru dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan
memiliki sarana dan prasarana merupakan
komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.
Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor
yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu
factor organisasi kelas dan factor iklim social-
psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan
aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memengang
peranan yang sangat penting. Peran guru, untuk
siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin
dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti
Televisi, Radio, Komputer dan lain sebagainya.
Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme
yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi proses
pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor
utama dalam menentukan keberhasilan belajar.
Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran
terletak di pundak guru.
Oleh karena itu, Salah satu faktor pendukung
perencanaan proses pembelajaran yaitu media.
Peranan Media dalam proses belajar mengajar
menurut Gerlac dan Ely (1971 : 285) ditegaskan
bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media
Pembelajaran yaitu :
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan dan menampilkan kembali suatu
objek atau kejadian.
2. Media memiliki kemampuan untuk
menampilkan kembali objek atau kejadian
dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan
keperluan dan,
3. Media mempunyai kemampuan-kemampuan
untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian
yang mengandung makna.
Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Pendidikan Jasmani adalah metode
pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih
| 16
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
dan terus dilakukan dengan sepenuhnya
memperhatikan nilai-nilai didalam pertumbuhan,
perkembangan dan kelakuan manusia.
Perkembangan kelakuan anak akan terwujud seperti
tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan
kesegaran jasmani anak didik. Bentuk-bentuk dasar
kesegaran jasmani tertuang salah satu pada cabang
olahraga Atletik Nomor lompat Tinggi gaya Guling
Perut.
Olahraga Lompat tinggi adalah Suatu gerakan
lompatan yang dilakukan untuk mencapai lompatan
yang setinggi-tingginya . Untuk dapat mencapai
jarak lompatan ini terlebih dahulu harus menguasai
teknik-teknik dasar dari lompat tinggi itu sendiri
antara lain :
1. Awalan yaitu Untuk mendapat kecepatan pada
waktu akan melompat. Awalan itu harus
dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan
mengubah langkah pada saat akan melompat.
2. Tolakan yaitu Menolak sekuat - kuatnya pada
papan tolakan dengan kaki yang terkuat ke atas
(tinggi dan ke depan).
3. Sikap Melayang diudara yaitu Badan harus di
usahakan melayang selama mungkin diudara
serta dalam keadaan seimbang.
4. Sikap Mandarat yaitu Pelompat harus
mengusahakan jatuh/mendarat dengan sebaik-
baiknya
Menurut (Engkos Kosasih : 1993: 84) ada beberapa
macam gaya lompat Tinggi Gaya Guling Perut di
antaranya :
1. Lompat tinggi gaya straddle ( guling perut )
2. Lompat tinggi gaya western rool ( guling
samping )
3. Lompat tinggi gaya fosbury flop
Model Pembelajaran olahraga Lompat Tinggi
Gaya Guling Perut Dalam pemberian model pembelajaran
Lompat Tinggi. umumnya dalam pemberian materi
tidak sama dengan kompetensi Dasar yang lain, dari
cara melakukan awalan, tolakan, Melayang diudara,
saat mendarat dan gerakan lanjutan. Ternyata
pembelajaran yang selama ini penulis berikan
walaupun dengan tahap yang sistematis tidak
memberikan hasil belajar yang maksimal.
Tahap berikutnya penulis mencoba
memasukkan unsur bermain dengan memakai Media
kardus adalah upaya mediasi yang membuat siswa-
siswi senang akan melewati rintangan sederhana
sambil bermain dengan melakukan gerakan teknik-
teknik dasar seperti gerakan awalan, tolakan,
melayang diudara dan saat mendarat. Permainan
adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan
menimbulkan kesenangan yang unik baik dilakukan
seseorang atau berkelompok.
Model pembelajaran yang penulis lakukan adalah
Model Pembelajaran Resiprokal (
timbal balik ) . Ada beberapa langkah yang
ditempuh diantaranya :
1. Guru mengatur siswa agar berpasang-
pasangan.
2. Guru membagikan bahan ajar, yang berisi
deskripsi tangan dan indikator tugas
gerak kepada siswa.
3. Siswa mempelajari tugas gerak dan indikator
keberhasilannya.
4. Siswa melaksanakan tugas gerak, dan
bergantian dan bilamana pelaku sudah
berhasil menampilkan gerak sesuai
indikator yang telah ditentukan.
5. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
6. Evaluasi.
7. Penutup.
Kerangka Berfikir Dengan menerapkan strategi pembelajaran
maka seorang siswa akan selalu terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran, sehingga
dengan keterlibatan langsung materi yang dibahas
akan selalu teringat dalam pemikirannya
(perencanaan) dan konsep-konsep apa saja yang
harus dikuasai oleh siswa agar mudah diterimanya.
Bertolak dari pemikiran Peneliti bahwa
merencanakan siswa lebih aktif, kreatif dalam
proses pembelajaran akan memudahkan siswa
menerima konsep yang harus dikuasainya, maka
secara otomatis langkah-langkah membawa siswa
aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah
yang tersusun secara sistematis, efektif untuk
menyampaikan suatu materi yang diajarkan.
Hipotesis Berdasarkan kajian teori diatas, hipotesis penelitian
ini adalah melalui penggunaan media ―kardus‖ yang
dimodifikasi baik secara individu, berpasangan dan
kelompok, mampu menciptakan daya tarik anak
dalam mengikuti pembelajaran Lompat Tinggi gaya
Guling Perut sehingga berdampak pada
peningkatan hasil belajar olahraga lompat Tinggi.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitihan
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
Godog Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
Waktu penelitian yang dilaksanakan, selama satu
bulan, yang dimulai pada bulan Januari s / d
Pebruari 2013 Pelaksanaan di bulan ini mengingat
sedang berjalan program Kegiatan Belajar Mengajar
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar
Negeri Godog Kecamatan Laren Kabupaten
lamongan. Sobyek penelitian ini adalah siswa kelas
II Sekolah Dasar Negeri Godog Kecamatan Laren
Kabupaten Lamongan dengan jumlah siswa
sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 3 laki-laki dan
| 17
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
12 siswa perempuan. Tingkat kemampuan yang
dimiliki siswa di kelas ini sangat bervariasi dari
yang memiliki basic kemampuan IQ yang tinggi
hingga yang rendah. Sementara latar belakang sosial
ekonomi dari orang tua siswa – siswinya yang
sangat berbeda – beda sehingga memiliki
kemampuan dan daya serap siswa sangat bervariasi
dari hasil pelaksanaan evaluasi yang telah dilak
sanakan selama ini.
Peneliti adalah guru Sekolah Dasar Negeri
Godog Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
yang biografi selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran biografi dalam penelitian ini.
Fasilitas dan Sarana Pendukung
Penelitian ini membutuhkan fasilitas dan sarana
pendukung untuk menunjang proses
pembelajaran , antara lain :
a. Buku Paket Penjas Orkes
b. Buku Penunjang Penjas
c. Alat-alat Atletik untuk lompat tinggi gaya
guling perut
Teknik Pengumpulan Data
Suatu Penelitian akan mencapai validitas yang
memadai jika alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data juga memadai. Ada tiga
instrument minimal untuk mengumpulkan data yaitu
: lembar pengamatan, lembar angket dan lembar
evaluasi non tes.
Rancanag Tindakan
Rancangan tindakan yang dilaksanakan dituangkan
dalam bentuk siklus. Siklus penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Dan setiap siklus
akan berisi kegiatan : perencanaan, pelaksanaan,
observasi(pengamatan) dan refleksi.
Teknik Analisis Data
Dalam tahapan ini peneliti berusaha untuk
menginventarisir data-data yang telah diperoleh baik
dari data-data hasil pengamatan, observasi dan
evaluasi yang kemudian mengelolahnya dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran dan perkembangan
masing-masing siswa yang telah terkumpul
kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif,
artinya gambaran hasil pengamatan terhadap
perkembangan proses belajar mengajar
diungkapkan dengan kata-kata maupun
prosentase.
2) Data yang diperoleh dari hasil angket yang telah
disampaikan kepada masing-masing siswa
setelah diisi dan dikumpulkan kembali dianalisis
secara deskriptif kuantitatif artinya gambaran
proses belajar mengajar diungkapkan kata-kata
ataupun dengan prosentase.
3) Sedangkan data hasil evaluasi baik sebelum (
pretest ) maupun sesudah ( postest ) yang telah
diperoleh kemudian di analisis secara kualitatif,
artinya gambaran tentang perkembangan dan
peningkatan hasil belajar yang diperoleh
dituangkan kedalam kualifikasi nilai yang
rentangannya telah dirumuskan sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi Awal
Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
dilaksanakan tes awal dan pemberian angket pada
siswa. Dari hasil angket dan tes awal secara umum
untuk menunjukkan bahwa :
a. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan utamanya pada materi lompat tinggi
yang benar.
b. Rendahnya hasil belajar terhadap mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan utamanya pada materi lompat tinggi
c. Nilai rata-rata hasil belajar sebelum
dilaksanakan penelitian yaitu 7,2. Dari tes awal
tentang penyajian peta diperoleh data bahwa
15 siswa yang ikut tes, hanya 2 siswa yang
mendapat 80 (ukuran belajar untuk individual).
Dengan demikian pengetahuan awal siswa
tentang materi pelajaran tentang lompat tinggi
masih sangat minim ( rendah )
Siklus I
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada
siklus ini pembagaian besar siswa masih terlihat
agak canggung dalam melakukan eksperimen dalam
lompat tinggi karena masih kurangnya pemahaman
dalam memahami materi ini. Hal itu disebabkan
oleh sebagian siswa yang kurang dan bahkan tidak
memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam
awalan yang benar dan bagaimana cara tolakan yang
benar,saat melewati mistar yang benar dan pada saat
mendarat yang benar,. Selama praktek
melaksanakan lompat tinggi Guru melakukan
pengamatan dan mengisi lembar observasi sebagai
upaya untuk mengetahui perkembangan kempuan
dalam memahami materilompat tinggi.
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan bahwa 72 % siswa senang melakukan
praktek pembelajaran lompat tinggi gaya guling
perut dengan metode ini, siswa mengalami
peningkatan dan hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaitu 7,2
dan masih sebagian masih mengalami kesulitan.
Refleksi
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I ,
maka dibuatkan rancangan tindakan untuk siklus II ,
yaitu :
1. Memberikan tugas kepada semua siswa
untuk berlatihan dalam materi lompat
tinggi yang akan diberikan pada
pertemuan berikutnya.
| 18
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
2. Pengelompokkan siswa diusahakan tidak
tetap dan ditata ulang pada pertemuan
berikutnya agar setiap siswa berlatih
bekerja sama dengan teman-teman yang
lainnya.
Siklus II
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus
ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak
canggung dalam melakukan eksperimen dalam
lompat tinggi gaya guling perut karena masih
kurangnya pemahaman dalam memahami materi ini
. Hal itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang
kurang bahkan tidak memperhatikan contoh yang
diberikan guru dalam lompat tinggi yang benar.
Selama praktek melaksanakan lompat tinggi Guru
melakukan pengamatan dan mengisi lembat
observasi sebagai upaya untuk mengetahui
perkembangan kemampuan dalam memahami
materi lompat tinggi gaya guling perut.
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan bahwa 93 % siswa senang melakukan
praktek pembelajaran lompat tinggi dengan metode
ini, siswa mengalami penungkatan dan hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan nilai rata-rata hasil
belajarnya yaitu 9,3 dan sebagian masih mengalami
kesuliatan.
Refleksi
Berdasarkan reflesi terhadap kegiatan siklus II.
Maka dibuatlah rancangan tindakan untuk siklus III,
yaitu :
1. Memberi tugas kepada semua siswa untuk
melatih dalam materi lompat tinggi gaya
guling perut yang akan diberikan pada
yang akan diberikan pada pertemuan
berikutnya.
2. Pengelompokan siswa diusahakan tidak
tetap dan ditata ulang pada pertemuan
berikutnya agar setiap siswa berlatih
bekerja sama dengan teman-teman yang
lainnya.
Siklus III
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus
ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak
canggung dalam melakukan eksperimen dalam
lompat tinggi, karena masih kurangnya pemahaman
dalam memahami materi ini . Hal itu disebabkan
oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak
memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam
lompat tinggi gaya guling perut yang benar. Selama
praktek melaksanakan lompat tinggi gaya guling
perut Guru melakukan pengamatan dan mengisi
lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui
perkembangan kemampuan dalam memahami
materi lompat tinggi gaya guling perut
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan bahwa 98% siswa senang melakukan
praktek pembelajarn lompat tinggi gaya guling perut
dengan metode ini, siswa mengalami peningkatan
dan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan nilai
rata-rata hasil belajarnya yaiti 98, sehingga hampir
seluruh siswa tidah ada yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan materi ini.
Refleksi
Hasil dari observasi dan penilaian proses yang
dilakukan menunjukkan adanya peningkatan
prosentase siswa yang menyenangi kegiatan
pembelajaran materi Altitik lompat tinggi gaya
guling perut dengan menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi . Hampir seluruh siswa
telah memiliki kemampuan dalam melaksanakan
lompat tinggi gaya guling perut dengan benar
sehingga diharapkan mampu sebagai landasan
dalam meningkatkan prestasi dalam kualifikasi
lomba baik di tingkat Kecamatan maupun di tingkat
Kabupaten dalam even-even perlombaan olahraga
utamanya pada Atlitik dalam lompat tinggi gaya
guling perut
Pembahasan
Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale
balik )dengan mengoptimalkan laboratorium
dapat meningkatkan hasil belajar siswa . Hal
ini dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel I Prosentase siswa yang senang dengan Model
Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik )
Siklus I Siklus II Siklus III
72 % 93 % 98 %
Tabel 2 . rata-rata belajar
Siklus I Siklus II Siklus III
7,2 9,3 9,8
PENUTUP
Simpulan
1. Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik
)menjadikan siswa ikut lebih aktif terlibat
langsung dalam pembelajaran Pendidikan
Jasmani , Olahraga Kesehatan utamanya pada
Atlitik pada materi lompat tinggi gaya guling
perut
2. Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik
)dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan memberikan suasana
yang baru dan sangat menyenangkan , dan ini
merupakan salah satu bentuk motivasi
sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti
pelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga dan
Kesehatan.
3. Dengan aktifnya siswa dan pembelajaran yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani , Olahraga dan Kesehatan
khususny pada Atlitik pada materi lompat
tinggi gaya guling perut
| 19
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Saran
1. Penelitihan tindakan kelas ini dapat ditndak
lanjuti oleh penelitihan atau guru-guru lainnya
untuk semua mata pelajaran.
2. Metode demonstrasi dan bebagai metode
lainnya dapat dikembangkan dan digunakan
untuk mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Usman. M.U (1990) Menjadi guru professional.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Depdikbud.
Pidarta, M.(1990) Cara Belajar Mengajar di
Universitas Negara-Negara Maju. Jakarta :
Bumu Aksara.
Ischak. (1986) Berbagai Jenis Peta dan
Kegunaannya. Jogyakarta : Liberty.
Adam,A. dan Mbririmuljo, S. (1990). Games and
role playing. Harare : Generator.
Depdikbud.(1987).Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar . Surabaya : Kanwil
Depdikbud Propinsi Jatim.
Kristiani,N (1999) Metode simulasi melalui
kegiatan bermain : Pembelajarn Konsep
Sintensis Protein Pada Siswa SMU. Jurnal
Gentengkali ,3 (2): 13-14.
| 20
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial
Negara-Negara Tetangga Indonesia Dengan Media Gambar/Poster Pada Kelas VI SDN
Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
Tahun Pelajaran 2014/2015
Nur Sidiq *)
*)
Guru SDN Centini Kec. Laren Kab. Lamongan
ABSTRAK Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang
besar dalam bidang pendidikan. Akibat dari pengaruh tersebut telah mendorong berbagai usaha pembaharuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa
yang ingin maju. Dengan keyakinan, bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala
bidang. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar agar kita dapat mengejar ketinggalan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutlak kita perlukan untuk mempererat pembangunan dewasa
ini.
Mengingat pentingnya penggunaan media dalam proses belajar mengajar, maka penulis mengadakan
penelitian pendidikan yang berhubungan dengan media, yang lebih khususnya adalah penggunaan media
gambar/poster yaitu gambar tentang suku-suku bangsa di Indonesia beserta gambar pakaian adat, gambar rumah
adat, dan gambar senjata khas dari suku-suku bangsa di Indonesia
Dari hasil pelaksanaan evaluasi belajar yang selama ini dilaksanakan, bahwa pada pelaksanaan
pembelajaran IPS di kelas VI SDN Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2014/2015
menunjukkan bahwa pemahaman terhadap materi mata pelajaran ini masih jauh dari harapan.
Pada penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari tahapan, yaitu : tahap
perencanaan, tahap tindakan / pelaksanaan, pengumpulan data, refleksi dan revisi. Pada akhir pelaksanaan
tindakan di setiap siklus tampak ada peningkatan hasil belajar yang signifikan. Aktivitas siswa dan
pertisipasinya sangat tinggi dalam proses belajar mengajar. Hal itu terlihat dari prestasi sebelum pelaksanaan
tindakan dari rata-rata nilai 4,45 meningkat menjadi 6,59 pada siklus pertama dan meningkat manjadi 7,85 pada
siklus ke dua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar/poster dapat meningkatkan
pemahaman materi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang keragaman suku-suku bangsa dan
budaya di Indonesia.
Kata Kunci : hasil belajar IPS, media gambar/poster
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDN
Centini kecamatan Laren Kabupaten Lamongan,
perlu adanya penyempurnaan proses belajar
mengajar secara menyeluruh termasuk dalam mata
pelajaran IPS agar diperoleh hasil dan hasil
belajarnya benar-benar sesuai dengan mutu yang
telah ditargetkan.
Di SDN Centini Kecamatan Laren Kabupaten
Lamongan terutama kelas V dari hasil pelaksanaan
evaluasi belajar yang telah dilaksanakan dapat
diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa
belum sesuai dengan tuntutan target kurikulum dan
daya serapnya atau dengan kata lain hasil
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menunjukan bahwa rata-rata daya serapnya masih
di bawah kriteria ketuntasan materi (KKM)
sebagaimana yang telah ditetapkan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN
Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan,
peneliti menganggap perlu memaksimalkan
pemakaian media, baik secara sederhana maupun
secara modern. Dengan pemakaian media maka
emosi para siswa akan digiring untuk siap
memasuki materi pelajaran sehingga mereka akan
lebih aktif, kretif dan mempunyai pengalaman
tersendiri dari pada hanya ceramah saja. Apabila
meteri tersebut diadakan penilaian, maka nilai yang
diperoleh akan semakin meningkat. Seorang guru
yang mengajar tanpa mengunakan media, maka
proses balajar menajar akan besifat verbalis dan
hasil belajar siswa akan merosot dari tahun ke
tahun. Untuk itu peneliti mencoba mengadakan
suatu penelituan tindakan kelas dengan judul
―Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Pokok
Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-
Negara Tetangga Indonesia Dengan Media
Gambar/Poster Pada Kelas VI SDN Centini
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Tahun
Pelajaran 2014/2015‖.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS tentang
Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-
Negara Tetangga Indonesia dengan bantuan media
| 21
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
gambar/poster di kelas V SDN Centini, Kecamatan
Laren, Kabupaten Lamongan ? ‖
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar Mengajar pada hakikatnya ialah
membelajarkan siswa dalam arti mendorong dan
membimbing siswa belajar. membelajarkan siswa
berarti guru berupaya mengaktifkan siswa belajar.
Dengan demikian di dalam proses pembelajaran,
guru menggunakan strategi dan media apapun,
semata-mata supaya siswa belajar.
Belajar adalah proses mental dan emosional
atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang
dikatakan belajar bila fikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak
dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh
yang bersangkutan. Guru tidak dapat melihat
aktivitas fikiran perasaan siswa. Yang dapat
diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan
siswa sebagai akibat adanya aktivitas fikiran dan
perasaan pada diri siswa tersebut.
Kegiatan-kegiatan tersebut hanya muncul
karena ada aktivitas mental (fikiran dan perasaan).
Sekarang timbul persoalan, bila siswa hanya duduk
saja pada saat kita menjelaskan pelajaran kepada
mereka, apakah siswa tersebut belajar? Bila siswa
tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang
kita jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada
saat menyimak pelajaran berarti terjadi proses
mental.
Apakah belajar cukup hanya dengan cara
mendengarkan penjelaskan guru saja? Sudah
barang tentu tidak cukup dengan cara itu saja.
Mendengarkan atau menyimak melalui
pendengaran hanya salah satu kegiatan belajar.
Belajar yang baik tidak cukup asal terjadinya
aktivitas mental saja akan tetapi aktivitas mental
dengan kadar yang tinggi.
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau
tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah
atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan motorik, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli
psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat
digolongkan ke dalam hasil belajar. perubahan
perilaku karena kematangan (umpamanya seorang
anak kecil dapat merangkak, duduk atau berdiri,
lebih banyak disebabkan oleh kematangan daripada
oleh belajar). Perubahan perilaku sebagai hasil
belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari
pengalaman, dimana proses mental dan emosional
terjadi.
Media Pendidikan
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan
media, khususnya media yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.Kutipan dari Jusuf Kasrori
(1995:104) tentang beberapa pendapat mengenai
media pendidikan diantaranya:
a. Gagne (1970) menjelaskan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang
untuk belajar.
b. Briggs (1970) berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta dapat merangsang siswa untuk
belajar.
c. Beown (1973) berpendapat bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar mengajar.
d. Oemar Hamalik (1985:23) menjelaskan
bahwa media adalah alat, metode dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa media
pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar mengajar.
Media Gambar
Benda atau sesuatu yang tidak dapat secara
langsung diamati dan dipelajari, dapat disampaikan
atau disajikan melalui gambar, poster, potret, peta,
buku, majalah dan benda-benda lain yang sejenis.
Benda atau alat perantara yang demikian itu,
disebut media cetak. Dalam proses mengajar-
membelajarkan IPS, media cetak ini sangat
membantu dalam menarik minat dan perhatian
peseta didik, membantu mengurangi informasi
lisan yang tidak jarang menjenuhkan, dan
meningkatkan keterampilan alat indera tidak hanya
terbatas pada pendengaran, melainkan
memfungsikan juga meningkatan organ lainya.
Media gambar yang digunakan oleh peneliti
pada pembelajaran IPS tentang keragaman suku-
suku bangsa dan budaya di Indonesia adalah
gambar nama suku-suku dan asal daerahnya beserta
gambar pakaian adat, gambar rumah adat dan
gambar senjata khas dari suku-suku tersebut.
Hubungan Penggunaan Media Gambar/Poster
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS
Dengan memperhatikan manfaat yang didapat
dari media gambar/poster, maka dalam penelitian
ini penulis menggunakan media gambar/poster
dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS. Dengan menggunakan media gambar/poster
maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan
materi pelajaran, peserta didikpun akan lebih jelas
| 22
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
dan mudah memahami materi yang disampaikan
karena gambar yang ditampilkan menyerupai
model aslinya, sehingga proses belajar mengajar
menjadi menarik dan tidak membosankan serta
mendorong gairah belajar siswa sehingga
meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.
METODOLOGI
Waktu Dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
berlangsung pada bulan September sampai Oktober
2014 di SDN Centini, Kecamatan Laren,
Kabupaten Lamongan.
Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru,
sedangkan penelitian tersebut dalam merencanakan
tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini
terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Rencana tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pengamatan tindakan
4. Refleksi tindakan
Rencana Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran
Menggunakan Media Gambar/Poster
Hasil belajar dan indikator keberhasilan belajar
yang bersumber dari pembelajaran menggunakan
media gambar/poster di SDN Centini Kecamatan
Laren Kabupaten Lamongan, digunakan peneliti
untuk menyusun instrumen perbaikan pembelajaran
dan penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini
peneliti menetapkan anak yang malas belajar dan
kurang menguasai materi sebagai bahan perbaikan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih baik.
Dibawah ini digambarkan rencana alur pelaksanaan
PTK melalui pembelajaran menggunakan media
gambar/poster.
a. Siklus I
1.Perencanaan Tindakan
Pada tahap in
i kegiatan yang dilakukan adalah menyusun
perangkat pembelajaran yang terdiri :
Menetapkan tujuan pembelajaran, yaitu :
1) Menyusun rencana pembelajaran yang
sesuai dengan tahapan pembelajaran tugas
pengamatan
2) Menyebutkan nama suku-suku dan daerah
asal suku tersebut.
3) Mencari informasi tentang suku yang ada di
daerah asal siswa.
4) Mengidentifikasi adat istiadat/budaya dari
suku-suku yang ada di Indonesia.
5) Menyusun instrumen penilaian, observasi,
dan instrumen refleksi
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan
pembelajaran yang terdiri dari:
a) Kegiatan awal (± 15 menit)
1) Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok
2) Guru menjelaskan prosedur kegiatan
pembelajaran sesuai dengan petunjuk
yang sudah ditetapkan
3) Mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi
siswa saat menyelesaikan tugas-tugas
b) Kegiatan inti (± 40 menit)
1) Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang keragaman suku bangsa yang ada di
Indonesia.
2) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran
yang telah dipelajari.
3) Siswa menulis hasil kesimpulan tersebut
di bukunya masing-masing.
4) Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi
yang diberikan oleh guru pada pedoman
penilaian
c) Kegiatan akhir (± 15 menit)
Guru mengevaluasi aktivitas siswa dalam
kelompok kecil sambil mencocokkan
pedoman penilaian
3).Tahap observasi
Pada tahap ini guru dan ketua peneliti secara
bergantian mengadakan pengamatan kegiatan siswa
dan guru atau dosen dalam kelas.
4) Tahap refleksi
Pada tahap ini ketua peneliti ikut serta menilai
keberhasilan tindakan, mengevaluasi tahap-tahap
kegiatan, menentukan hasil tindakan serta
menyusun rekomendasi untuk menentukan
perbaikan perencanaan pada siklus II diteruskan
atau mengulangi tahapan yang dianggap belum
benar.
Siklus II
Pada tahap ini menunggu hasil refleksi pada siklus
I, jika siklus I dinyatakan tidak berhasil dan
merekomendasikan ke siklus berikutnya, maka
siklus II dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada
siklus I tetapi ada perbedaan pada jenis pengamatan
obyek.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dan
dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada
dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan
pembelajaran dilakukan validasi oleh teman
sejawat dan kepala sekolah. Untuk kreativitas siswa
dalam pembelajaran digunakan observasi dan
angket serta perolehan hasil belajar siswa
digunakan deskripsi kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Hal yang dilakukan dalam refleksi meliputi :
1) Kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan yang telah dirumuskan
2) Hambatan yang terjadi selama proses
pembelajaran
3) Kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.
| 23
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Data hasil pengamatan dan catatan tentang aktivitas
guru dan aktivitas siswa menjadi bahan refleksi dan
dibahas secara bersama sebagai indikator
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hal-hal yang
telah ditentukan dalan refleksi, selanjutnya peneliti
dan guru merumuskan persoalan-persoalan yang
ditemukan dan bersama-sama memecahkannya.
Pencapaian keberhasilan atas hasil refleksi
ditetapkan berdasarkan pedoman tingkat
keberhasilan. Keberhasilan yang dimaksud antara
lain :
1) Kemampuan guru dalam perencanaan
pembelajaran mencapai minimal 60%
2) Aktivitas guru dan siswa minimal 60%
3) Penilaian pembelajaran baik proses maupun
hasil belajar siswa mencapai minimal 60%
Berdasarkan pengamatan pada siklus I baru ada
40% siswa yang betul dari semua siswa yang ada.
Dengan demikian perlu diadakan perbaikan
pembelajaran.
Hasil Siklus II
Hasil pembelajaran IPS menggunakan media
gambar/poster menghasilkan beberapa keuntungan
antara lain :
1. Dapat membangkitkan minat siswa
2. Siswa merasa senang belajar IPS
3. Siswa dapat memecahkan masalah dengan baik
Namun demikian walaupun ada keuntungan, ada
juga kelemahannya. Kelemahannya bagi anak yang
kurang menguasai materi masih mengalami
kesulitan.
Pembahasan Dari Setiap Siklus
1. Pembahasan pada Siklus I
Pada tahap rencana pelaksanaan pembelajaran
awal ini, siswa masih jauh dari kriteria yang
diharapkan. Dalam pengerjaan tes yang diberikan,
tingkat keberhasilannya masih di bawah rata-rata,
sehingga perlu dibahas lagi pada pembelajaran
berikutnya. Oleh karena itu peneliti merancang
kembali rencana perbaikan pembelajaran pada
Siklus I. hal ini dapat dilihat dari hasil pengerjaan
soal siswa, sebagai berikut:
Tabel 1 . Daftar Nilai IPS Kelas VI
(setelah siklus I)
No Nama Nilai
1. Ahmad Rafli Praditya 30
2. Ahmad Rifad Subaslani 45
3. Dhiya Makayla Az Zahwa 45
4. Kafka Alan Adyawan 35
5. Melindah Saputri 55
6. Muhamad Rizqi Anwar 40
7. Nisa' Dwi Fitria 50
8. Rifki Maulana Ardiansya 55
9. Tiara Nur Andhini 45
10. Wida Yanti 50
11. Zatasya Safinatul Amalia 40
2. Pembahasan pada Siklus II
Dalam siklus II pembelajaran ditekankan
pada temuan-temuan yang didapatkan pada
observasi siklus II dan hasil refleksi yaitu kesulitan
siswa mengidentifikasi keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia. Pembelajaran IPS dengan
media gambar tentang suku-suku bangsa di
Indonesia disertai gambar pakaian dan rumah adat
ditekankan untuk memperjelas pemahaman siswa.
Dalam siklus II ini peneliti melihat siswa
menjadi lebih aktif dibandingkan dengan aktifitas
belajar siswa pada siklus I. Hal ini disebabkan guru
lebih memberikan motivasi belajar pada siswa.
Bentuk motivasi yang diberikan berupa
menyediakan media yang menampilkan gambar
suku-suku bangsa di Indonesia disertai pakaian dan
rumah adat dan menyanyikan lagu wajib nasional
secara bersama-sama sehingga menarik minat
siswa terhadap pelajaran yang disampaikan.
Peningkatan aktivitas belajar siswa ini
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang
disampaikan guru telah berhasil. Hal ini terbukti
bahwa media gambar mampu merangsang siswa
dalam melakukan aktivitas belajar secara individu
maupun kelompok, selain itu juga mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bisa
dilihat dari hasil ulangan harian siswa setelah
pemberian tindakan pada siklus II. Berikut adalah
daftar nilai ulangan harian IPS kelas V setelah
diadakan pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Tabel 2. Daftar nilai ulangan harian IPS kelas VI
(setelah siklus II)
No Nama Nilai
1. Ahmad Rafli Praditya 70
2. Ahmad Rifad Subaslani 80
3. Dhiya Makayla Az Zahwa 80
4. Kafka Alan Adyawan 75
5. Melindah Saputri 100
6. Muhamad Rizqi Anwar 80
7. Nisa' Dwi Fitria 90
8. Rifki Maulana Ardiansya 100
9. Tiara Nur Andhini 85
10. Wida Yanti 95
11. Zatasya Safinatul Amalia 70
PENUTUP
Simpulan
Guru dalam mendesain model pembelajaran
menggunakan media gambar/poster untuk
mata pelajaran IPS, pada awalnya masih
ragu dan belum terbiasa.
Kinerja belajar siswa meningkat setelah
pembelajaran IPS menggunakan media
gambar/poster. Siswa sangat antusias
membahas topik dalam pembelajaran, dan
berusaha menjawab dan menemukan
informasi tentang topik tersebut. Siswa
| 24
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
saling berebut mengemukakan informasi
(apa yang mereka ketahui) tentang topik.
Siswa terlalu bersemangat dalam
pembelajaran, sehingga guru tidak sempat
merangkum/menyimpulkan materi yang
dibahas karena waktunya sudah habis.
Guru dalam menerapkan model
pembelajaran menggunakan media
gambar/poster pada mata pelajaran IPS di
SD, pada awalnya siswa mengalami
kesulitan bekerja dalam kelompok diskusi,
terutama siswa yang pintar/pandai tidak
mau bergabung dengan siswa yang
tidak/kurang pandai. Siswa yang merasa
dirinya pandai lebih suka belajar dan
bekerja sendiri. Siswa terkesan egois,
untuk dapat menyatukan siswa dalam
kelompok dan bekerja sama guru berusaha
memberi penjelasan tentang pentingnya
berbagi, bekerja sama, bersahabat tanpa
memperhatikan kepintaran atau
kemampuan orang lain. Justru siswa yang
memiliki kelebihan daripada teman-
temannya dapat membantunya dengan
memberikan penjelasan tentang
teori/materi pelajaran yang belum
dipahami dan dimengerti
Hasil belajar siswa meningkat setelah
mengalami pembelajaran. Pada siklus
pertama nilai rata-rata siswa perorangan
4,45; nilai rata-rata kelompok sebesar
5,25. Sedangkan pada siklus kedua nilai
rata-rata siswa 8,50; dan nilai rata-rata
kelompok 7,85. Berdasarkan nilai yang
diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran dengan menggunakan
media gambar/poster dapat digunakan
pada penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan
bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Menggunakan model pembelajaran
menggunakan media gambar/poster dapat
dijadikan alternatif untuk penelitian
tindakan kelas yang akan dilaksanakan
berikutnya.
Saran-Saran
Penerapan model pembelajaran menggunakan
media gambar/poster dengan memerlukan kemauan
dan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga
dan pikiran untuk itu bagi guru sekolah dasar
mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas
menggunakan model pembelajaran ini sebagai
suatu tantangan. Penelitian tindakan kelas
sebaiknya dilakukan oleh guru dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik, peneliti hanya berusaha menjembatani
dan memfasilitasi agar para guru sekolah dasar mau
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai
langkah introspeksi diri sebagai tenaga profesional.
Sebaiknya penelitian tindakan kelas dilakukan
oleh semua guru, baik guru SD, SMP, maupun
SMA, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
sebagai guru. Guru harus dapat menilai dirinya
sendiri sebelum melakukan penilaian kepada
siswanya. Guru harus mengetahui kelemahan dan
kekurangannya dalam pembelajarannya, berusaha
untuk mengatasinya dan menemukan solusi yang
terbaik serta mengantisipasi apabila dalam
pembelajaran mengalami kendala dan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). The
Action Resesarch Planner. Australia:
Deakin. Deakin University.
Slavin, Robert E. 1991. Synthesis of Research on
Cooperative Learning Educational
Leadership. Virgina: The Association for
Supervision and Curiculum Development.
Mc Niff. 1992. Action Research : Principle and
Practice. New York: Chapman and Hall Inc.
Sumaatmadja Nursyid, dkk. (2008) : Konsep Dasar
IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Hamalik Oemar (2002). Media Pendidikan.
Bandung: Alumni.
Sadiman S. , Arif dkk. (2002). Media Pendidikan.
Jakarta: Pustekkom Dikbud dan P.T. Raja
Grafindo Persada
.
| 25
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
PENINGKATAN PRESTASI IPA MELALUI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DI KELAS VI SD NEGERI PELANGWOT II
Riyadus Sholihin
*)
*) Guru SD Negeri Pelangwot II Kec. Laren Kab.Lamongan
Salah satu kegagalan pendidikan yang dirasakan saat ini dapat disebabkan oleh model pembelajaran yang
cenderung bersifat otoriter. OIeh karenanya sudah saatya bagaimana memikirkan cara pembelajaran dalam
lingkungan yang lebih demokratis. Lingkungan belajar yang demokratis memberikan kebebasan pada anak
untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental dalam proses belajar, sehingga dapat rnemancarkan kegiatan-
kegiatan yang kreatif produktif. Model pembelajaran demokratis berarti mengubah paradigma lama yaitu
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan menggantikannya dengan paradigma baru, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Melalui paradigma baru student centered
learning para pengajar dituntut agar selalu mengadakan inovasi-inovasi dalam melaksanakan pembelajaran
secara terus menerus berkesinambungan. Hal ini berarti mereka juga harus merancang sebuah model
pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif. Jadi dengan paradigma baru ini juga dalam pelaksanaan dan
kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru tetapi lebih terpusat pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang mengarah pada ketrampilan berpikir siswa adalah pembelajaran kontekstual. Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang
mernbantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi nyata dalam memotivasi siswa dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
Penelitian ini menggunakan metode rancangan Penelitian Tindakan Kelas yaitu terdiri beberapa siklus
yang setiap siklus mempunyai 4 tahap yaitu menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
melakukan refleksi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini
berangkat dari masalah yang didapat di lapangan kemudian direfleksikan, dan dianalisis berdasarkan teori yang
menunjang.
Hasil penelitian ini adalah setelah mclakukan redupsi rnencatat data-data dari hasil proses pembelajaran
dari siklus I, II dan siklus III dan diadakan tes unit, diperoleh nasil bahwa antara sebelum dan sesudah tindakan
mempunyai hasil yang menunjukkan peningkatan yaitu: perolehan skor > 65 dari 33,3% menjadi 66,6%, dan
skor rata-rata dari 60% menjadi 72,9%.
Kata kunci : peningkatan prestasi, pembelajaran kontekstual, student centered learning
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran setiap jenjang
pendidikan seharusnya menitikberatkan pada
pengembangan berpikir siswa. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpikir dengan melakukan kegiatan
yang menuntut kemampuan berpikir. Kurikulum SD
Tahun 1994 di dalamnya menyebutkan tujuan
pembelajaran IPA adalah meliputi : (1) memahami
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari; (2) rnemiliki ketrarnpilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan,
gagasan tentang alam sekitar; (3) mempunyai minat
untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta
kejadian di lingkungan sekitar; (4) bersikap ingin
tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,
bekerjasama, mandiri; (5) rnampu menerapkan
berbagai konsep IPA untuk rnenjelaskan gejala-
gejala alam dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari; (6) mampu menggunakan
tehnologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan masalah yang ditemukan dalarn
kehidupan sehari.hari, dan; (7) mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.
Bertolak dari tujuan kurikulum IPA berarti
bahwa untuk pembelajaran IPA harus sesuai dengan
hakekat IPA itu sendiri yaitu suatu produk ilmiah,
dan sikap ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya suatu
alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Salah
satunya adalah mengembangkan perangkat
perrbelajaran termasuk strateginya yang
menekankarr pada proses ketrampilan berpikil
siswa.
Salah satu rnodel pembelajaran yang
mengarah pada ketrampilan berpikir siswa adalah
pembelajaran kontekstual. Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching
and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi nyata dan memotivasi siswa
membuatnya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
Pengajaran konstektual adalah pengajaran
yang memungkinkan siswa TK sampai dengan SMA
untuk menguatkan., memperluas, dan menerapkan
tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalha-masalah dunia nyata yang
disimulasikan.
| 26
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Rumusan Masalah Bertolak pada latar belakang sebagaimana telah
diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut : Apakah pembelajaran kontekstual dengan
strategi pembelajaran berdasarkan masalah pada
Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖ dapat
meningkatkan pemahaman IPA pada siswa Kelas VI
SD Negeri Pelangwot II Lamongan?
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Kontekstual Teori pembelajaran konstruktivis merupakan
landasan teoritik pembelajaran kontekstual. Esensi
dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi kompleks ke situasi lain. Dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka
sendiri (Leinhart, 1992). Oleh karena itu siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan
bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus mengkonstruksikan sendin pengetahuan
mereka lewat keterlibatan aktif pada proses belajar
mengajar.
Pembelajaran kontekstual pertama kali
dicetuskan oleh John Dewey pada awal abad 20
yang menyarankan suatu kurikulum dan metodologi
pengajaran dikaitkan dengan pengalaman dan minat
siswa (Departernen Pendidikan Nasional, 2002).
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa
menerapkan dan mengalami apa yang sedang
diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata langsung berhubungan dengan peran
dan tanggung jawab rnereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja
(University of Washington, 2001 dalam Nur, 2001).
Menurut Blanchard, 2001 dalam Nur, 2001
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Melalui pembelajaran kontekstual hasil
belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut
Nur, 2001, pembelajaran kontekstual menekankan
pada berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan
lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan
dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai
sumber dan pandangan. Agar sebuah pengajaran
dapat bermakna agar dapat membantu siswa untuk
belajar memecahkan masalah yaitu rnemberi tugas-
tugas yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
Peranan guru dalarn pengajaran kontekstual
adalah menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa.
Arends (1997) menekankan pentingnya guru
memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya
meningkatkan inquiri dan perkembangan intelektual
siswa. Oleh karena itu dalam pembelajaran
kontekstual peran guru adalah mempersiapkan suatu
atmosfir dan di bawah atrnosfir itu siswa merancang
dan mengarahkan kegiatan (Nur, 2001).
Beberapa strategi pengajaran berikut ini
menempatkan siswa dalam konsteks bermakna yang
sesuai dengan CTL (University of Washington,
2001, dalarn Nur, 2001).
1. Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik adalah pengajaran yang
memungkinkan siswa belajar dalam konsteks
bermakna. Strategi ini mengutamakan
ketrampilan berfikir dan pemecahan masalah
yang merupakarr ketrampilan penting dalam
tatanan kehidupan nyata.
2. Pembelajaran Berbasis-Inquiri
Pembelajaran berbasis-inquri merupakan strategi
pembelajaran yang berpola pada metode-metode
sains dan memberikan kesempatan siswa untuk
pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan
dan metode ilmiah digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Pembelajaran Berbasis-Masalah
Pembelajaran berbasis-masalah adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan
masalah-masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis
dan ketrampilan pemecahan masalah, dan untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep
esensial.
4. Pernbelajaran Berbasis-Kerja
Pembelajaran berbasis-kerja adalah suatu
pendekatan pengajaran yang memungkinkan
siswa menggunakan konteks tempat-kerja untuk
mempelajari konten mata pelajaran berbasis-
sekolah dan bagaimana konten itu digunakan
dalam tempat-kerja.
Sedang Blanchard, 2001 dalam Nur, 2001
mengidentifikasi enam strategi pengajaran
konstekual sebagai berikut :
1. Menekankan pada pemecahan-masalah
2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan
pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti di rumah, masyarakat dan
pekerjaan
3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri sehingga
mereka menjadi pebelajar mandiri.
4. Mengkaitkan pengajaran pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda
5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama
teman dan belajar bersama
6. Menerapkan penilaian autentik
Pembelajaran Kontektual IPA Pembelajaran kontekstual IPA tersebut antara
lain menerapkan prinsip : (1) IPA adalah untuk
semua siswa dan (2) pembelajaran IPA merupakan
proses aktif (National Academy of Sciences, 1995
dalam Nur, 2001). Prinsip pertama mengandung arti
bahwa semua siswa dapat mencapai pemahaman
| 27
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
apabila mereka diberikan kesempatan. Siswa akan
mencapai pemahaman pemahanan tersebut dengan
cara-cara yang berbeda dan pada kedalaman yang
berbeda. Dan siswa akan mencapai hasil belajar
tersebut pada kecepatan yang berbeda, sebagian
siswa lebih cepat daripada yang lain. Perhatian
terhadap siswa yrng memiliki kecepatan belajar
yang berbeda ini sejalan dengan salah satu misi
Curriculum Center (2001), yaitu to develop a
learnirig programme that server the diversity of
pupil abilities.
Prinsip kedua mengandung arti bahwa
pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang
dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan
guru. Siswanya, bukannya guru, menjadi individu
yang mengidentifikasi masalah, mengusulkan cara
pemecahan masalah, dan kemudian menguji usulan
cara pemecahan itu. Siswa harus diberikan
pengalaman-pengalaman fisik atau sensori motor
sebagai dasar unuk mengernbangkan ide-ide
abstrak. Perangkat ini memberikan kemudahan guru
untuk menggunakan berbagai kesempatan learning
by doing. Dalam pendidikan IPA, siswa
rnendiskripsikan obyek dan kejadian, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan,
mengkonstruksi penjelasan atas gejala alam,
menguii penjelasan tersebut dalam berbagai cara
yang berbeda, dan mengkomunikasikan ide-ide
mereka kepada orang lain.
Proses aktif memiliki implikasi aktivitas
rnental dan fisik. Hands on activities tidak cukup,
siswa juga harus memiliki pengalaman-pengalaman
minds-on. Pengajaran IPA harus melibatkan siswa
dalam penyelidikan-penyelidikan berorientasi
inquiri. Di dalam kegiatan itu mereka berinteraksi
dengan guru dan teman mereka. Siswa
mengemukakan hubungan antar pengetahuan IPA
yang telah mereka miliki dan pengetahuan ilmiah
yang ditemukan dalam banyak sumber; mereka
terlibat dalam pemecahan masalah, perencanaan,
pengambilan keputusan, dan diskusi kelompok; dan
mereka rnengalami asesmen dan evaluasi yang
konsisten dengan pendekatan aktif dalam
pembelajaran tersebut. Peran guru adalah
mempersiapkan suatu atrnosfir dan di bawah
atmosfir itu siswa merancang dan mengarahkan
kegiatan.
Menurut Lawson (2000) dalam menata kelas
inquiri untuk peyelesaian sebuah masalah yang
harus dilakukan oleh guru adalah mengindentifikasi
permasalahan-permasalahan, selanjutnya mencari
jalan pemecahan masalah tersebut. Dalarn kaitannya
dengan ini banyak hal yang harus diperhatikan oleh
guru misalnya memotivasi agar semua siswa dapat
berpartisipasi secara aktif mencarikan solusi bila
siswa tertarik terhadap permasalahan yang dibahas,
membuat suasana kelas lebih demokratis
mengaplikasikan konsep-konsep yang lebih relevan
dan sebagainya.
Pembelajaran Berdasar Masalah Pernbelajaran berdasarkan masalah
merupskan salsh satu bentuk pengajaran yang
memberi penekanan untuk membantu siswa rnenjadi
pebelajar yang rnandiri dan otonom. Melalui
bimbingan yang diberikan secara berulang akan
mendorong siswa rnengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh siswa
sendiri atau menyelesaikan tugas-tugas tersebut
secara mandiri (lbrahirn dan Nur, 2000).
Menurut Arends (1997) model pembelajaran
berdasarkan masalah sangat berguna untuk
mengembangkan berpikir ke tingkat yang lebih
tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah
termasuk belajar bagaimana belajar. Agar sebuah
pengajaran dapat bermakna guru dapat membantu
siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan
memberi tugas-tugas yang berkaitan dengan
kehidupan nyata. Model pengajaran ini cocok untuk
materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah
nyata, meningkatkan ketrarnpilan proses untuk
memecahkan masalah, mempelajari peran orang
dewasa melalui pengalamannya dalam situasi nyata,
serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai
pelajar yang otonom.
Peranan guru dalam pengajaran berdasarkan
masalah adalah untuk mengajukan permasalahan,
pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang
diperlukan siswa. Arends (1997) menekankan
pentingnya guru memberi dukungan dalam upaya
meningkatkan inquiri dan perkembangan intelekual
siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran
berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan
kepada siswa pada situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat mernberikan bantuan kepada
mereka rrntuk melahirkan penyelidikan dan inquiri.
METODOLOGI
Rancangan dan Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian terdiri dari 3 siklus. Siklus 1
dipakai untuk mengindentifikasi masalah secara
rinci. Masing-rnasing siklus 4 tahap yaitu
menyusun, rencana tindakan, melaksanakan
tindakan, melakukan observasi, dan melakukan
refleksi. Setelah dilakukan refleksi yang mencakup
analisis, sintesis dan penilaian terhadap proses serta
hasil tindakan akan timbul perencanaan baru untuk
siklus berikutnya.
SIKLUS I
Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka
yaitu tanggal 2 Oktober dan 3 Oktober 2012 (4 x 40
menit)
a. Perencanaan Tindakan
Mempersiapkan perangkat pembelajaran
seperti diuraikan berikut ini.
1) Rencana pembelajaran (RP I) pada siklus
I (lampiran 1 ). Rencana pembelajaran
dibuat berdasarkan strategi pembelajaran
| 28
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
kontekstual dengan strategi pembelajaran
berdasarkan masalah.
2) Lembar kerja siswa (LKS) untuk tugas
kelompok (lampiran 4)
b. Pemberian Tindakan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖ sub
Kompetensi Dasar ―Perkembangbiakan
Tumbuhan‖. Sesuai skenario pada RP 1.
c. Pelaksanaan Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan
tindakan
1) Mengamati proses pelaksanaan tindakan
yang dilakukan oleh guru terhadap
siswa.
2) Mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran baik diskusi dalam
kelompok (kerja kelompok) maupun
diskusi kelas.
3) Mengamati akivitas siswa dalam
menyajikan hasil karya.
4) Merekam situasi belajar selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Hasil pengamatan pada Siklus I diperoleh
gambaran bagaimana dampak penerapan
tindakan yang berupa pembelajaran
kontekstual dilaksanakan. Hal-hal yang
menjadi permasalahan pada siklus I akan
dipakai sebagai pertimbangan untuk
membuat perencanaan tindakan pada siklus
II,
SIKLUS II
Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
yaitu tanggal 5 Oktober dan 6 Oktober 2012 ( 4
x 40 menit)
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan yang direncanakan untuk
mengatasi masalah pada siklus I melalui
penyempurnaan perangkat pembelajaran
seperti berikut.
1) Rencana pembelajaran (RP II) pada
siklus II (larnpiran 2)
2) Lernbar Kerja Siswa (LKS) untuk tugas
kelompok (lampiran 4)
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini tindakan yang dilakukan
sesuai dengan yang direncanakan pada RP II
yaitu rnelaksanakan kegiatan belajar
mengajar Kompetensi Dasar ―Makhluk
Hidup‖ sub Kompetensi Dasar
―Perkembangbiakan Hewan‖ dengan strategi
berdasarkan masalah.
c. Pelaksanaan Orservasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan
melakukan tindakan
1) Mengamati proses pelaksanaan tindakan
yang dilakukan oleh guru terhadap
siswa.
2) Mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran baik diskusi dalam
kelompok (kerja kelompok) rnaupun
diskusi kelas.
3) Mengamati akivitas siswa dalam
menyajikan hasil karya.
4) Merekam situasi belajar selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Hasil pengamatan pada Siklus II diperoleh
gambaran bagaimana dampak penerapan
tindakan yang berupa pembelajaran
kontekstual dilaksanakan. Hal-hal yang
rnenjadi permasalahan pada siklus II akan
dipakai sebagai pertimbangan untuk
membuat perencanaan tindakan pada siklus
III.
SIKLUS III
Siklus III dilaksanakan dalam 2 kali tatap rnuka
(4 x 40 menit) yaitu tanggal 10 Oktober dan 11
Oktober 2012
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan yang direncanakan untuk
mengatasi masalah pada siklus II adalah
melaksanakan penyelidikan lingkungan di
sekitar sekolah. Perangkat pembelajaran yang
dipersiapkan seperti berikut.
1) Rencana pembelajaran (RP III) pada
siklus III (lampiran 3)
2) Lembar kerja siswa (LKS) untuk tugas
kelompok (lampiran 4)
b. Pemberian Tindakan
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖
sub Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup
Peka terhadap Rangsang‖. Siswa diberi
kesernpatan melakukan penyelidikan di
lingkungan sekitar sekolah.
2) Siswa diberi pengalaman rnenganalisis
perkembangbiakan dan tanggapan
terhadap rangsang pada lalat.
3) Siswa diberi soal tes unit untuk sampai
seberapa jauh penguasaan siswa
terhadap materi yang diberikan.
c. Pelaksanaan Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan bersamaan
dengan melakukan tindakan. Hal yang
menjadi fokus pengamatan sama dengan
siklus I
d. Refleksi
Hasil pengamatan pada akhir siklus III
diperoleh gambaran bagaimana dampak
penerapan tindakan yang berupa penerapan
pembelajaran kontekstual. Untuk mengetahui
adanya peningkatan hasil belajar setelah
diberi tindakan yaitu dengan jalan
membandingkan skor tes sebelum diberi
tindakan penerapan pembelajaran kontekstual
dengan skor tersebut sesudah diberi tindakan.
| 29
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Hasil observasi pada siklus III dan skor tes
unit merupakan refleksi akhir dari
pembelajaran kontekstual pada penelitian ini.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini
berangkat dari masalah yang didapat di lapangan,
kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarksn
teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan
tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh
tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup
yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi
yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini
dapat dijadikan model, untuk memberikan
rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron,
1994:4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah
perspektif fenomenologi, yaitu peneliti berusaha
untuk memahami makna peristiwa dari interaksi
yang terjadi selama penelitian berlangsung.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, karena
dari analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan
dilakukan tindakan yang berdasarkan pada hasil
analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Siklus I berlangsung 2 kali pertemuan (4 x 40
menit). Gambaran umum tentang proses
pembelajaran dan situasi kelas selama pembelajaran
sebagai berikut:
1. Duduk siswa diatur secara berkelompok. Ada
4 kelompok, yaitu 3 kelompok terdiri dari
siswa dan 1 kelompok terdiri 5 siswa. Siswa
dirninta mengerjakan Lernbar Kerja Siswa
(LKS) secara berkelompok.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut.
3. Pada umumnya siswa tekun mengerjakan
LKS nya masing-masing, sehingga diskusi
antar anggota kelompok kurang tampak, guru
menjelaskan apabila ada kesulitan tentang
materi.
4. Dengan waktu yang telah disediakan siswa
diminta melaporkan tugasnya secara
berkelompok pada selembar kertas (poster)
kemudian menempelkan di papan tulis.
Setelah sernua kelompok menempelkan
poster ke depan, guru meminta tampil
mewakili kelompoknya untuk menjelaskan.
Namun tidak ada siswa yang berani tampil.
Untuk mengatasinya guru menunjukkan 2
(dua) orang siswa mewakili kelompoknya.
Guru membimbing siswa (wakil kelompok)
untuk menjelaskan laporannya. Siswa dari
kelompok lain tidak ada yang berani
mengajukan pertanyaan. Untuk mengatasinya
guru memberi contoh bagaimana cara
mengajukan pertanyaan dan bagaimana cara
rnenjawabnya.
Pada siklus pertama penerapan pembelajaran
kontekstual belum efektif. Hal ini kemungkinan
disebabkan siswa belum membaca materi
Kompetensi Dasar tersebut, di samping itu LKS
baru dibagikan kepada siswa pada saat pelajaran
akan dimulai. Siswa memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menulis poster. Hal ini disebabkan siswa
harus menggaris agar tulisannya lurus, membuat
tabel, cara rnenulisnya pelan-pelan agar tulisannya
bagus. Untuk mengatasi hal yang demikian,
selanjutnya guru menyediakan format laporan.
Format LKS pada Siklus I perlu direvisi.
Siklus II Siklus kedua berlangsung dua kali pertemuan
(4 x 40 menit). Tindakan yang diberikan pada siswa
adalah siswa diberi tugas rnembaca buku paket IPA
tentang Makhluk Hidup, Ovipar, Vivipar,
Ovovivipar, dan Metamorfosis. Gambaran umum
tentang proses pembelajaran dan situasi kelas
selama pembelajaran berlangsung adalah sebagai
berikut :
1. Melalui diskusi kelompok (kerja kelompok)
siswa diminta mengerjakan LKS. Suasana kelas
sangat kondusif. Siswa dengan serius berdiskusi
dalarn kelompok namun suasana kelas tidak
gaduh. Masing-masing anggota kelompok aktif
dan berani mengemukakan pendapat.
2. Koordinasi antar anggota kelompok cukup
bagus. Mereka bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan. Pada umumnya mereka
bisa menyimpulkan apakah hewan termasuk
ovipar, vivipar atau ovovivipar dan
rnetamorfosis. Laporan hasil diskusi (poster)
ditulis pada format yang sudah disediaksn oleh
guru.
3. Setelah semua kelompok menempelkan
posternya di papan tulis dilanjutkan diskusi
kelas. Pada waktu guru menanyakan kelornpok
berapa yang akan maju menjelaskan posternya,
wakil-wakil kelompok sudah berani
mengacungkan tangan. Ini merupakan kemajuan
dibanding pada siklus I.
4. Diskusi kelas cukup lancar, kelompok penyaji
rnenjelaskan posternya cukup lancar.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kelompok
lain cukup kritis. Misalnya: ―Mengapa lumba-
lumba termasuk hewan mamalia ?‖. Menurut
kelompok penyaji, ―'Lumba lumba tidak bertelur
tapi melahirkan, lumba lumba bernafas dengan
paru-paru‖. Dengan dernikian berarti pada waktu
siswa berdiskusi dalarn kelornpok sudah
memikirkan keberadaan paru-paru dalam
karitannya dengan perkembangbiakan hewan.
5. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi LKS
tentang Metamorfosis. Di dalam kelornpok siswa
betul-betul berpikir dan mendiskusikan tugas
karena mereka harus dapat membedakan hewan
| 30
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
yaag termasuk mefamorfosis sempurna dan yang
metamorfosis tidak sempurna. Mereka sangat
antusias dan aktif diskusi dalam kelornpok
sehingga suasana kelas cukup ramai. Masing-
masing kelompok menuliskan hasil diskusi pada
format yang telah disediakan dan dikumpulkan.
6. Hasil diskusi yang dikumpulkan ada satu
kelompok yang salah dalam menuliskan urutan
metamorfosis pada katak yaitu kelompok IV
yaitu urutannya : Telur – berudu berekor - katak
muda - berudu - katak dewasa.
Kesalahan menulis urutan metamorfosis
katak tersebut mungkin siswa tidak mengamati
langsung proses yang ada di alam. Untuk
rnengatasinya siswa perlu diberi pengalaman
untuk rnenyelidiki di lingkungannya.
Siklus III Dari permasalahan pada siklus II dijadikan
pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada
siklus III. Pada siklus III ini tindakan yang diberikan
pada siswa yaitu siswa diajak menyelidiki di
lingkungan sekolah. Kemudian mengerjakan LKS.
Gambaran umum tentarng proses pembelajaran dan
situasi kelas selarna pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1. Semua siswa aktif mengamati, mendaftar
tumbuhan dan hewan yang ditemukan di sekitar
sekolah. Siswa juga aktif menanyakan hal-hal
yang kurang mereka mengerti baik bertanya
pada teman atau kepada guru. Guru hanya
mengarahkan siswa tentang ' hal-hal yang perlu
diamati. Kegiatan pengamatan berlangsung 25
menit. Semua hasil pengamatan direkam dalam
LKS. Selanjutnya diskusi dilanjutkan di kelas.
2. Duduk siswa sudah diatur secara berkelompok,
di dalam kelompok mendiskusikan hasil
pengamatan antara lain memantapkan tentang
kepekaan tumbuhan dan hewan terhadap
rangsang. Hasil diskusi (poster) disempurnakan
di rumah.
3. Masing-masing kelompok melaporkan hasil
diskusi (menempel poster di papan tulis).
Mereka sangat antusias dan berani menjelaskan
di depan kelas. Kelompok yang tidak tampil
berani mengajukan pertanyaan. Ada pertanyaan
yang cukup kritis yaitu ―Mengapa laron
disebutkan padahal pada waktu itu tidak ada
laron karena waktu siang ? ―. Jawaban dari
kelompok penyaji karena tugas dilanjutkan di
rumah maka ketika mengerjakan tugas ini
banyak laron yang mengebungi lampu, rnaka
ditulis laron peka terhadap cahaya.
4. Untuk memantapkan maka siswa disuruh
menganalisis lalat hubungannya dengan
perkembangbiakan dan kepekaan terhadap
rangsang. Selanjutnya hasil diskusi kelompok ini
juga dipresentasikan ke depan kelas menjadi
diskusi kelas.
`Setelah pemberian tindakan berupa pembelajaran
kontekstual diadakan tes unit yang meliputi materi
pada siklus I, II, III. Skor tes yang diperoleh siswa
sebelum dan sesudah pemberian tindakan tertera
pada lampiran 6 dan Tabel 1.
Tabel I
Perbandingan skor tes sebelum dan sesudah pemberian tindakan pembelajaran kontekstual
pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN Pelangwot II
Skor Jumlah Siswa
Sebelum % Sesudah % Kenaikan %
65 ke atas 5 33,3 10 66,6 5 33,3
Skor rata-rata 60 72,9 12,9
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat
diketahui bahwva setelah diberi tindakan
berupa pembelajaran kontekstual pada mata
pelajaran IPA terjadi peningkatan hasil belajar
sebesar 33,3% sedangkan skor rata-rata dari 60
menjadi 72,9. Dengan demikian hipotesis
tindakan yaitu penerapan pembelajaran
konteksual dengan pembelajaran berbasis
masalah pada Kompetensi Dasar
perkembangbiaka makhluk hidup dapat
meningkatkan pemahaman IPA pada siswa
kelas VI SDN Pelangwot II Kec. Laren Kab.
Lamongan dapat diterima.
Pembahasan Pada siklus I terjadi kendala pada
pengelolaan kelas. Hal ini kemungkinan
disebabkan kelompok kerja baru dibentuk serta
LKS baru dibagikan pada waktu pelajaran akan
dimulai. Suasana kelas belum kondusif, interaksi
hanya terjadi antar siswa dalam kelompok dan
antara siswa dengan guru. Sedang interaksi antar
kelornpok (diskusi kelas) tidak begitu tampak. Hal
ini bisa dilihat pada waktu diskusi kelas. Siswa
yang maju (mewakili kelompok) untuk
menjelaskan posternya ditunjuk oleh guru, bukan
inisiatif siswa sendiri atau kelompok. Cara
menjelaskan juga kurang percaya diri, suaranya
pelan dan terkesan ragu-ragu. Di pihak lain
kelompok bukan penyaji tidak ada yang berani
mengajukan pertanyaan.
Walaupun guru telah mernbimbing cara
menjelaskan poster (laporan) dan cara mengajukan
pertanyaan, namun karena siswa belum siap
menerima materi rnaka kegiatan pembelajaran
tidak bisa berjalan kondusif.
| 31
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Permasalahan yang muncul pada siklus I
dicoba diperbaiki pada siklus II. Siswa diberi tugas
membaca buku paket IPA tentang Makhluk Hidup.
Tugas membaca tersebut agar siswa lebih siap
menerima materi pelajaran. Pada siklus II, secara
umum siswa sudah mempersiapkan pengetahuan
awal sebelum menerima materi baru. Oleh karena
itu, keaktifan siswa selama proses pembelajaran
meningkat. Keaktifan tersebut bisa dilihat baik
pada diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hal
ini sesuai dengan pendapat Piage (1980) dalam
Ibrahim (2000) yang mengemukakan bahwa siswa
dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses
perolehan informasi dan membangun pengetahuan
mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi
secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat
siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa
mereka membangun dan memodifikasi
pengetahuan awal. Menurut peneliti untuk
menghubungkan pengetahuan awal dan
mernbangun pengetahuan baru siswa masih perlu
bimbingan guru. Demikian juga perintah dan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun yang
tercantum LKS membantu siswa dalam
membangun pengetahuan baru.
Pada siklus III siswa diajak menyelidiki
lingkungan sekolah dan menganalisis lalat dengan
membuat diagram seperti pada LKS. Pada tahap ini
siswa telah memahami tentang perkembangbiakan
makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan National
Academy of Science (1995) dalam Nur (2001)
bahwa siswa dapat mencapai pemahaman apabila
pengajaran IPA melibatkan siswa dalam
penyelidikan-penyelidikan fisik atau sensor motor
sebagai dasar untuk mengembangkan ide-ide
abstrak.
Secara keseluruhan mulai siklus I sampai
dengan siklus III dapat dikatakan bahwa
pemahaman siswa kelas VI SDN Pelangwot II
terhadap mata pelajaran IPA berangsur-angsur
meningkat. Hal ini dapat diketahui dari
meningkatnya siswa mengemukakan pendapat pada
waktu diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
Terjadinya peningkatan pemahaman IPA pada
siswa juga dapat dilihat dari hasil tes unit setelah
pemberian tindakan berupa pembelajaran
kontekstual dengan strategi pembelajaran
berdasarkan masalah seperti yang tercantum pada
lampiran 6 dan Tabel 1.
Sebagaimana telah dikemukakan pada
bagian uraian hasil penelitian bahwa siswa dalam
mengerjakan tugas secara kelompok yang
dilanjutkan dengan diskusi kelas. Kerja kelompok
memudahkan siswa menyelesaikan tugas karena
dikerjakan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan
pendapat Johnson (1994), keuntungan dari kerja
kelompok adalah siswa belajar bekerja sama dan
dengan teman sebaya yang beraneka ragam dengan
cara memberi tugas yang menyeluruh adalah
timbulnya perasaan memiliki sesuatu yang
dihasilkan seperti kemampuan, kekuatan,
bertambahnya pengetahuan, dukungan dan
kepedulian. Diskusi membantu berkernbangnya
kemampuan berpikir siswa yang pada akhirnya
meningkatkan pemahaman siswa.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian selama tiga siklus
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kontekstual dengan strategi pembelajaran
berdasarkan rnasalah pada Kompetensi Dasar
Makhluk Hidup dapat meningkatkan pemahanan
IPA pada siswa kelas VI SDN Pelangwot II Kec.
Laren Kab. Lamongan.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini diajukan
saran :
1. Penerapan pembelajaran kontektual dengan
strategi pembelajan berdasarkan masalah masih
perlu dikembangkan untuk Kompetensi Dasar
lain dan mata pelajaran lain.
2. Untuk memotivasi siswa mengerjakan tugas
supaya diadakan tes awal.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, R.I, 1997. Classroom: Instructional and
Management, New york : Mc Craw-Hill
Book Companies, Inc
Arifin, Imron. 1990. Penelitian Kuatitatif dalam
Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan,
Malang: Kalimasada Press.
Dahar, R.W., 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta:
Erlangga
Degeng, I Nyoman S., 2000. Paradigrna Baru
Pendidikan Memasuki Era Demokrasi
Belajar Makalah disajikan dalam Seminar
Diskusi Panel Nasional Tekhnologi
Pembelajaran V, Malang: Kerjasama UM
dan IPTPI Cabang Malang
Departemen Pendidikan Nasional, 2002.
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah, Buku 5 Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual, Jakarta :
Depdiknas
Kasbolah, K., 1999. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru Sains. Makalah disajikan dalam
Pelatihan Guru Sains dengan Pendekatan
STM., Malang, 12 – 15 Juli 1999
Nur, M., 2001. Pengajaran dan Pembelajaran
Kontekstual. Makalah disajikan pada
Pelatihan Calon Pelatih SLTP. Surabaya, 21
Juni - 6 Juli 2001.
Nur, M.,1988. Pendekatan-pendekatan
Kontruktivis dalam Pembelajaran. IKIP
Surabaya
Sri Harmi, 2003. Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam 4A.. PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. Solo
| 32
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN KELIPATAN
PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DENGAN TEKNIK POHON FAKTOR PADA
SISWA KELAS VI SDN KEDUYUNG KECAMATAN LAREN KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Tarmuji *)
*) Guru SDN Keduyung Kec. Laren Kab.Lamongan
Abstrak Kenyataan dilapangan banyak dijumpai cara mengajar guru belum menggunakan metode yang sesuai
dengan materi ajar sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa belum maksimal. PTK ini bertujuan untk
meningkatkan pemahaman siswa kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 SDN Keduyung Kecamatan
Laren Kabupaten Lamongan tentang Menetukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan Teknik Pohon
Faktor.
Subyek pelaku pembelajaran guru kelas V, subyek penerima tindakan siswa kelas VI Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015 SDN Keduyung Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Data dikumpulkan melalui
observasi proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa serta hasil belajar siswa. Hasil PTK ini dapat
merubah cara mengajar guru sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa dapat naik secara signifikan. Hal ini
dapat dilihat pada siklus I diperoleh bahwa : 1) Pembelajaran Matematika masih belum maksimal; 2) Interaksi
siswa dengan siswa atau guru dengan siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi pembelajaran di kelas; 3)
Guru kurang membimbing dan memperhatikan siswa, sehingga siswa kurang terdorong untuk berjalan aktif dan
kreatif; 4) Penggunaan metode/media pembelajaran kurang maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa
mendengarkan saja; 5) Hasil pembelajran pada siklus I meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni dari
rata-rata 66,1% menjadi 72,3%. Sedangkan pada siklus II diperoleh bahwa: 1) Pembelajaran Matematika sudah
maksimal karena penjelasan dan penggunaan media dapat diterima dengan jelas; 2) Interaksi antar siswa dengan
siswa, dan guru dengan siswa selalu dilakukan, karena guru bersikap selalu membimbing dan memperhatikan
serta menghargai ide atau pendapat siswa; 3) Penggunaan metode pendekatan pembelajaran sudah maksimal,
siswa berperan aktif pada kegiatan tersebut; 4) Hasil pembelajaran pada siklus II dari rata-rata 72,3% menjadi
82,2%.
Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis mengamati adanya perubahan yang positif padasikap siswa
pada proses pembelajaran Matematika, hal ini terlihat adanya: 1) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
menentukan KPK dari siklus I sampai siklus II meningkat; 2) Hasil akhir pembelajaran menentukan KPK yang
diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II meningkat.
Kata kunci: menulis puisi, media pembelajaran, lingkungan sekolah
PENDAHULUAN
Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah
pada umumnya mengacu pada ketentuan yang berlaku
yaitu GBPP dan petunjuk teknis kurikulum yang ada
pada pedoman administrasi guru dalam proses belajar
mengajar (Depdiknas 2004). Pada kenyataannya saat
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas
banyak mengalami kendala atau hambatan belajar
maupun respons dan interaksi dari siswa. Dengan
hambatan dan kendala htersebut hasil belajar siswa
tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Melihat
kenyataan di lapangan banyak siswa kurang berminat
terhadap pelajaran matematika yang disebabkan
lemahnya kemampuan siswa dari segi kognitif,
profesional guru, kurang kesesuaian materi dengan
apa yang disampaikan, adanya persepsi yang
menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit.
Guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada umumnya hanya terjebak dalam isi
materi kemudian melaksanakan tanpa memperhatikan
aspek yang mendukung (alat peraga) padahal dengan
alat-alat tersebut sangat berguna bagi guru dan siswa
dalam pemahaman pelajaran.
Berkaitan hal tersebut kegiatan pembelajaran
matematika di SDN Keduyung yang hasil belajar
siswa masih rendah, terutama dalam hal materi
matematika tentang KPK (kelipatan persekutuan
terkecil) dengan teknik pohon faktor. Terbukti dari 9
siswa kelas VI SDN Keduyung yang diberi ulangan
tentang KPK siswa belum mencapai keberhasilan.
Hasil yang dicapai dari 9 siswa hanya 5 anak yang
dapat mencapai nilai yang baik, sedangkan 4 anak
yang lainnya masih di bawah nilai rendah dari standar
daya serap yang diinginkan.
Melihat masalah di atas maka perlu dipikirkan
solusi untuk mengatasinya. Upaya yang dilakukan
adalah lebih menekankan pada proses pembelajaran,
maka kami meminta bantuan dari observasi (teman
sejawat) untuk membantu mengidentifikasi
kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan data tersebut di atas maka prestasi
belajar siswa pada bidang studi matematika belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Untuk
| 33
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
itulah masih diperlukan sistem pembelajaran, antara
lain :
1. Model yang digunakan guru dalam pembelajaran
harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dari hal yang kongkrit ke hal yang menuju abstrak.
2. Mendorong dan melihat secara aktif untuk
menemukan konsep atau rumus yang bermakna.
3. Mendorong pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan guru hanya sebagai fasilisator.
Menyadari akan pentingnya hal tersebut guru perlu
melakukan penelitian tindakan kelas, dengan adanya
tindakan kelas diharapkan adanya peningkatan hasil
belajar pada anak didik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara siswa memahami tentang KPK
sehingga dapat melakukan operasi hitung tentang
KPK ?
2. Bagaimana dampak penggunaan teknik pohon
faktor pada materi KPK dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VI SDN Keduyung
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan?
3. Bagaimanakah cara mengatasi siswa yang
penguasaan materinya di bawah dari 60% ?
KAJIAN PUSTAKA
Kajian penelitian merupakan rangkaian proses
pengayaan ilmu pengetahuan. Mengingat fungsi
kedudukanya tersebut, maka kegiatan penelitian tidak
dapat dilepaskan dari pembendaharaan konsep,
kaidah, kebenaran dan lain-lain yang sudah berhasil
dikomplikasikan, dihimpun, diramu, disintesakan
hingga suatu bentuk keilmuan yang mantap.
Sebelum membahas mengenai kegiatan
pembelajaran tentang kelipatan persekutuan terkecil
dengan tehnik pohon faktor. Secara rinci terlebih
dahulu akan dibahas pengertian-pengertian yang
berkaitan.
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
1. Pengertian KPK
Kelipatan Persekutuan adalah semua
kelipatan yang sama dari dua bilangan atau
lebih. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
adalah bilangan terkecil dari himpunan
kelipatan persekutuan. Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan
yang sama yang paling kecil (Drs.Joko
Supratno, Nurul Aini,S.Pd, 2000:84)
2. Kegunaan KPK
a. Siswa mampu menentukan KPK pada
soal Matematika saat proses
pembelajaran di sekolah
b. Untuk menyamakan penyebut
pecahan dalam penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang penyebutnya
tidak sama.
c. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari
yang berkaitan dengan KPK
(Sukahar ; Siti M. Amin., 1995:13)
TeknikPohon Faktor
Teknik Pohon Faktor merupakan suatu cara dari
sebuah bilangan dalam bentuk cabang seperti pohon
yang dapat membagi habis suatu bilangan tertentu.
Cara menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK) dengan tehnik Pohon Faktor
Contoh
Tentukan KPK dari 72 dan 84
Jawab :
Bentuk perkalian dari 72 dan 84 dapat dicarai dengan
pohon Faktor
Dengan demikian Faktorisasi atau bentuk perkalian
bilangan berpangkat dari masing-masing bilangan
tersebut adalah :
72 = 23x3
2
84 = 22x 3 x 7
KPK dari 72 dan 84
= 23x 3
2 x 7
= 504
Mencari KPK dari 2 bilangan melalui bentuk
perkalian bilangan berpangkat yang dicari dengan
pohon faktor, yaitu 72 = 23 x 3
2 dan 84 = 2
2 x
3 x 7.
KPK dari 72 dan 84 adalah 23x 3
2 x 7 =504,
merupakan hasil kali bilangan pokok dengan pangkat
terbesar yang terdapat pada kedua bentuk perkalian
bilangan berpangkat. Sukahar; Siti M. Amin., 1995:
64)
Menentukan KPK
Kegiatan pembelajaran, guru perlu mencari tahu
tentang pengetahuan dan ketrampilan dalam
menerapkan konsep agar siswa mampu memahami
materi ajar. Tentang menentukan KPK, dari tinjauan
peneliti terhadap penelitian guru-guru sebelumnya
menunjukkan bahwa siswa belum mampu dan
mengalami kegagalan yang disebabkan :
1. Suara guru kurang keras
2. Pembelajaran tidak menggunakan alat
peraga
3. Penyampaian materi tentang
menentukan KPK yang digunakan guru
menggunakan teknik menentukan kelipatan
beruntut dari bilangan masing-masing.
| 34
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Dari tiga faktor yang menyebabkan peneliti
sebelumnya mengalami kegagalan dalam proses
pembelajaran tentang bagaimana menentukan KPK.
Peneliti merasa terpanggil untuk mengadakan
perbaikan.
Adapun perbaikanya meliputi:
1. Guru lebih mengeraskan volume suara
sehingga penjelasan guru terdengar
jelas oleh siswa.
2. Pemanfaatan alat peraga " pohon
faktor" dalam proses pembelajaran
3. Penyampaian materi konsep
menentukan KPK yang terdahulu
guru menggunakan kelipatan beruntut,
peneliti ubah dengan menggunakan
teknik pohon faktor.
Dari tiga tindakan perbaikan yang peneliti
terapkan dalam pembelajaran konsep menentukan
KPK dengan teknik pohon faktor, ternyata hasil yang
diperoleh tiap siswa meningkat.
Kerangka Berfikir Tindakan Perbaikan
Berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan
siswa dalam menentukan bilangan prima hasilnya
rendah hal ini disebabkan :
1. Siswa kurang mendengarkan penjelasan guru
2. Guru kurang menguasai materi.
Memperhalikan hal tersebut di atas, penulis
mengadakan tindakan pembelajaran perbaikan
menentukan KPK dengan teknik pohon faktor dengan
menekankan meningkatkan kemampuan guru dalam
memahami cara menentukan KPK.
METODOLOGI
Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini diadakan di SDN Keduyung
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan, dimana
penelitian melaksanakan tugas-tugas sebagai pengajar.
Obyek penelitian adalah siswa kelas VI (lima) dengan
jumlah siswa 9 siswa yang terdiri 6 siswa laki-laki dan
3 siswa perempuan, penelitian dilaksanakan pada
semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 pada mata
pelajaran Matematika dengan materi menetukan
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Penelitian tersebut dilaksanakan dalam dua
siklus, dimana dalam satu siklus satu kali pertemuan
(2 x 35 menit). Pada Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 5 September 2014 sedangkan pada Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2014.
pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran
yang ada di kelas.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam setiap siklus adalah sebagai
berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
a. Menyusun skenario pembelajaran, alat
penelitian lembar kerja siswa, dan alat
peraga.
b. Menyusun lembar pengamatan untuk
mengetahui aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. Melaksanakan skenario pembelajaran
sesuai dengan langkah yang telah
direncanakan sesuai dengan RPP I
b. Melaksanakan observasi.
c. Melaksanakan penilaian.
3. Pengumpulan Data.
Instrumen yang digunakan dalam
pengamatan adalah :
a. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa.
b. Lembar Pengamatan Kegiatan Guru.
c. Lembar Kerja Siswa.
d. Lembar Tes tertulis.
4. Refleksi
Setelah menganalisis dan
mendiskripsikan dengan pengamat, dugaan
sementara belum maksimalnya hasil
penelitian disebabkan oleh faktor- faktor:
a. Guru kurang maksimal menggunakan
alat peraga
b. Guru kurang maksimal dalam
menggunakan metode dan masih
menggunakan metode pembelajaran
klasik
c. Guru kurang mendorong atau
memotivasi kegiatan siswa
Siklus II
Pada siklus kedua ini, yang dilakukan
oleh peneliti adalah berusaha untuk
memperbaiki kekurangan dan kelebihan yang
terdapat pada siklus I.
1. Perencanaan
Mengacu pada hasil pengamatan
teman sejawat, pada siklus kedua ini
penulis menyusun rencana tindakan untuk
memecahkan masalah yang timbul pada
siklus pertama :
a. Menyusun skenario pembelajaran, alat
penilaian lembar kerja siswa, alat
peraga.
b. Menyusun lembar pengamatan untuk
mengetahui aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. langkah yang di rencanakan pada RPP
II dengan memaksimalkan
melaksanakan skenario pembelajaran
siswa dengan langkah pemakaian alat
peraga ‖Pohon Faktor‖.
b. Melaksanakan observasi.
c. Melaksanakan penilaian
| 35
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada siklus
kedua berbeda dengan siklus pertama. Pada
siklus kedua ini penelitian akan terperinci
dalam memperoleh data, antara lain :
a. Sumber data
- Siswa : berupa kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran dan tes.
- Guru : Berupa data kegiatan guru
dalam proses pembelajaran.
b. Jenis Data
- Data Kualitatif : Data hasil
pengamatan / observasi terhadap
kegiatan guru dan siswa
- Data kuatitatif : Data hasil
belajar siswa yang berasal dari hasil
tes dan lembar kerja siswa
c. Teknik Pengumpulan data
- Data kesulitan maupun keberhasilan
siswa diambil dari penelitian proses
dan hasil tes.
- Data aktifitas guru dan siswa
diambil dari proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar
pengamatan.
d. Analisis Data
- Prensentase siswa yang mendapat
nilai diatas 70 (tujuh puluh)
diperoleh dari hasil tes siklus kedua.
- Presentase siswa yang aktif dalam
proses pembelajran diperoleh dari
hasil pengamatan teman sejawat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru
siklus I dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru kurang memaksimalkan alat
peraga, selain itu guru kurang mendorong aktifitas
siswa. Ada baiknay aspek-aspek penilaian yang
mendapat kategori jarang ditingkatkan menjadi sering,
sering menjadi selalu, dan selalu dipertahankan.
Tabel 1 Hasil Pembelajaran Siklus I
No Nama siswa
Nilai
Ket Sebelum
siklus
Siklus
I
1 Afita Dian Noviana 65 75 I
(izin)
pada
siklus
I
2 Eva Liawati 60 75
3 Fifi Musthafiroh 65 68,75
4 Jordy Widyanto 70 75
5 Moh. Nur Iman 65 68,75
6 Salsalatun Nihayah 70 -
7 Figo Billy Ansyah 70 80
8 Johan Miftakul
Huda
65 75
9 Nur Sidik 65 68,75
Jumlah 595 586,25
Rata-rata 66,1 72,3
Pada siklus I ini hasil belajar siswa sudah ada
peningkatan dari 9 siswa yang mengalami
kentuntasan belajar 5 anak dengan rentang
nilai antara 75 sampai 80 dan 4 siswa belum
tuntas, meskipun ada kenaikan perolehan
nilai, hal ini tampak pada rata-rata kelas yang
masih berkisar 72,3%
Refleksi
Setelah mengadakan analisis dan diskusi
dengan teman sejawat dugaan sementara
belummaksimalnya hasil pembelajaran disebabkan
oleh hal hal berikut :
a. Guru kurang maksimal dalam mengunakan alat
peraga.
b. Guru kurang maksimal dalam menerapkan
pembelajran menentukan KPK
(kelipatan persekutuan terkecil)
c. Guru kurang memotifasi siswa sehingga siswa
pasif.
Hasil Siklus II
Pada Siklus kedua ini dapat disimpulkan bahwa
kegiatan guru dalam pemeblajaran sudah baik dan
maksimal. Aspek-aspek penilaian yang mendapat
kategori sering dan selalu hendaklah dipertahankan.
Tabel 2. Hasil Pembelajaran / Nilai Siswa Siklus II
No Nama Siswa
Nilai
Ket Sebelum
Siklus Siklus I
1 Afita Dian Noviana 75 75
2 Eva Liawati 75 75
3 Fifi Musthafiroh 68,75 82,25
4 Jordy Widyanto 75 87,5
5 Moh. Nur Iman 68,75 75
6 Salsalatun Nihayah - 100
7 Figo Billy Ansyah 80 93,75
8 Johan Miftakul
Huda
75 81,25
9 Nur Sidik 68,75 70
Jumlah 586,25 739,75
Rata-rata 72,3 82,2
Berdasarkan RPP II pada proses pembelajaran dapat
dilihat hasil belajar siswa mengalami peningkatan
menjadi rata-rata 82,2%.
Refleksi
Pada siklus kedua dapat dikatakan secara klasikal
siswa telah mengalami kentutasan belajar.
Pembelajaran berjalan lebih baik sesuai dengan tujuan
pembelajran.
Pembahasan
Pada siklus I pengamat mencatat bahwa :
- Pembelajaran Matematika masih belum maksimal
- Interaksi siswa dengan siswa atau guru dengan
siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi
pembelajaran di kelas.
- Guru kurang membimbing dan memperhatikan
siswa, sehingga siswa kurang terdorong untuk
| 36
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
berjalan aktif dan kreatif.
- Penggunaan metode/media pembelajaran kurang
maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa
mendengarkan saja.
- Hasil pembelajran pada siklus I meningkat
dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni dari rata-
rata 66,1% menjadi 72,3%.
- Pada siklus II pengamatan mencatat bahwa :
- Pembelajaran Matematika sudah maksimal karena
penjelasan dan penggunaan media dapat diterima
dengan jelas.
- Interaksi antar siswa dengan siswa, dan guru
dengan siswa selalu dilakukan, karena guru
bersikap selalu membimbing dan memperhatikan
serta menghargai ide atau pendapat siswa.
- Penggunaan metode pendekatan pembelajaran
sudah maksimal, siswa berperan aktif pada
kegiatan tersebut
- Hasil pembelajaran pada siklus II dari rata-rata
72,3% menjadi 82,2%
Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis mengamati
adanya perubahan yang positif padasikap siswa pada
proses pembelajaran Matematika, hal ini terlihat
adanya : Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran menentukan KPK dari siklus I sampai
siklus II meningkat.
Hasil akhir pembelajaran menentukan KPK yang
diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II
meningkat.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab hasil dan
rumusan masalah yang berjudul bagaimana
meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan
KPK (kelipatan persekutuan terkecil) dengan teknik
pohon faktor dapat disimpulkan bahwa teknik pohon
faktor dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
menentukan KPK (kelipatan persekutuan terkecil).
Hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh
bahwa : 1) Pembelajaran Matematika masih belum
maksimal; 2) Interaksi siswa dengan siswa atau guru
dengan siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi
pembelajaran di kelas; 3) Guru kurang membimbing
dan memperhatikan siswa, sehingga siswa kurang
terdorong untuk berjalan aktif dan kreatif; 4)
Penggunaan metode/media pembelajaran kurang
maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa
mendengarkan saja; 5) Hasil pembelajran pada siklus
I meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni
dari rata-rata 66,1% menjadi 72,3%. Sedangkan pada
siklus II diperoleh bahwa: 1) Pembelajaran
Matematika sudah maksimal karena penjelasan dan
penggunaan media dapat diterima dengan jelas; 2)
Interaksi antar siswa dengan siswa, dan guru dengan
siswa selalu dilakukan, karena guru bersikap selalu
membimbing dan memperhatikan serta menghargai
ide atau pendapat siswa; 3) Penggunaan metode
pendekatan pembelajaran sudah maksimal, siswa
berperan aktif pada kegiatan tersebut; 4) Hasil
pembelajaran pada siklus II dari rata-rata 72,3%
menjadi 82,2%.
Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis
mengamati adanya perubahan yang positif padasikap
siswa pada proses pembelajaran Matematika, hal ini
terlihat adanya: 1) Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran menentukan KPK dari siklus I sampai
siklus II meningkat; 2) Hasil akhir pembelajaran
menentukan KPK yang diperoleh siswa dari siklus I
sampai siklus II meningkat.
Saran
1. Seorang guru Matematika harus bisa memahami
betul tentang metode pembelajaran untuk
menentukan KPK (kelipatan persekutuan
terkecil) yaitu dengan menggunakan teknik
pohon faktor.
2. Guru harus meningkatan interaksi dengan siswa,
siswa dengan siswa agar dapat melakukan
interaksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Sukahar, Siti M Amin : Matematika 6 ; Mari
Berhitung ; Petujuk Guru Sekolah Dasar Kelas
6, Jakarta, Depdikbut, 1995
Drs. Joko Suprapto, Nurul Aini, S.Pd. Pemdalaman
Materi Matematika, LDLC-MATEMATIKA-
Kelas VI Semester I, CV. Nrimakarya, 2000.
Drs. Suwito ; Rahasia Penerapan Rums-rumus
Matematika SD, Gita Media Press, Surabaya,
2003.
Sukino Wilson Simangunsong ; Matematika SMP
Jilid I Untuk Kelas VIII, Erlangga, Jakarta,
2006
M.Tayeb H.M.S, Sunarto, Arsyad Umar, M..Said,
Nana Suparna (2004): Pengetahuan Sosial
Untuk Sekolah DasarKelas 5. Jakarta :
Erlangga.
Siswoyo Bambang, Banu, Sutatmi, Sujiono (1996).
IPS Ekonomi untuk SLTP Kelas I. Malang :
IKIP Malang.
Suamantri, Mulyani, Permana, Johar, (1996). Strategi
Belajar Mengajar. Malang : Diperbanyak
Untuk Kalangan Sendiri.
Wardani,I.G.A.K. : Julalaecha, S : Marsinah,N.
(2007). Peningkatan Kemampuan Profesional
(Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka
.
| 37
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
METODE PEMBELAJARAN PRAKTIK LANGSUNG DAPAT MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENJASKES KONSEP SENAM SEHAT
LAMONGAN (SSL) PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SD NEGERI MADE IV
LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Juari *)
*)SDN Unggulan Made IV Kec. Lamongan
Abstrak
Peneliti akan membuktikan bahwa penggunaan Pembelajaran Praktek langsung dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Strategi Pembelajaran Praktek langsung dalam upaya mengintegrasikan life skill dengan mata
pelajaran Penjaskes adalah suatu metode yang mengajak siswa lebih memahami konsep Penjaskes, dengan
secara langsung melihat pada gerakan atau mendengar musik yang telah diproyeksikan pada Tipe, sehingga
siswa mudah berfikir dan memahami pelajaran. Dari penelitian classroom action research ini diharapkan
motivasi siswa untuk melakukan kegiatan olahraga meningkat sekaligus terhadap prestasinya karena guru dapat
memberikan perhatian dan pelayanan optimal. Melalui penelitian tindakan didapatkan hasil sebelum dan
pelaksanaan 3 tahap siklus nilai rata-rata pra siklus=52,17, siklus I = 62,17, siklus II=73,47 dan siklus III=83,91.
Ini menunjukkan bahwa pada siklus III prestasi belajar siswa semakin meningkat.
Kata kunci : prestasi belajar, Senam Sehat Lamongan (SSL), pembelajaran praktek langsung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru sekolah dasar harus mengikuti Senam
Sehat Lamongan (SSL) selalu mengikuti gejolak
kehidupan dan perkembangan masyarakat di
sekitarnya, bangsa, negara dan bahkan kehidupan
dunia pada umumnya. Kecermatan dan kejelian
guru dalam mengikuti gejolak tersebut sungguh
amat penting dan bermanfaat bagi pelaksanaan
peranan dari guru sebagai ‖kurikulum hidup‖,
sehingga benar-benar mampu menjadi program
pengajaran yang aktual dan menarik bagi siswanya.
Dengan berbagai cara dan upaya, para pendidik
ingin mengantarkan siswanya untuk lebih baik.
Namun kenyataannya kurang sesuai dengan apa
yang diharapkannya.
Hal ini dapat kita lihat dari hasil nilai
ulangannya. Maka dari itu peneliti akan
membuktikan bahwa penggunaan Pembelajaran
Praktek langsung dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Strategi Pembelajaran Praktek
langsung dalam upaya mengintegrasikan life skill
dengan mata pelajaran Penjaskes adalah suatu
metode yang mengajak siswa lebih memahami
konsep Penjaskes, dengan secara langsung melihat
pada gerakan atau mendengar musik yang telah
diproyeksikan pada Tipe, sehingga siswa mudah
berfikir dan memahami pelajaran. Dari penelitian
classroom action research ini diharapkan motivasi
siswa untuk melakukan kegiatan olahraga
meningkat sekaligus terhadap prestasinya karena
guru dapat memberikan perhatian dan pelayanan
optimal.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian classroom
action research ini adalah ‖Sejauhmana
penggunaan Pembelajaran Praktek langsung untuk
meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar
bidang studi penjaskes konsep Senam Sehat
Lamongan (SSL) pada siswa Kelas IV SD Negeri
Made IV Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 ?
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pembelajaran (Konsep)
a. Petunjuk Umum Pelaksanaan Senam Sehat
Lamongan (SSL) :
1. Pengertian Senam Sehat Lamongan (SSL)
Senam Sehat Lamongan (SSL) adalah
rangakaian gerakan senam yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesegaran jasmani seseorang.
2. Pengertian kesegaran jasmani
a. Kesegaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas sehari-hari tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan tenaga
untuk melaksanakan kegiatan yang
lain.
b. Komponen dasar
Untuk memperoleh kesegaran jasmani
yang baik, kita harus melatih
komponen dasar kesegaran jasmani
yang terdiri-dari :
1). Ketahanan jantung, peredaran
darah dan pernafasan.
2). Ketahanan otot.
3). Kekuatan otot.
4). Kelenturan
3. Persiapan
Sebelum melaksanakan Senam Sehat
Lamongan (SSL) untuk pertama kali
dianjurkan memeriksakan kesehatan pada
dokter, mereka yang :
| 38
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
a. Berusia 35 tahun ke atas dan belum
pernah melakukan olahraga secara
teratur.
b. Berusia 35 tahun ke bawah, tetapi
mempunyai keluhan tentang
kesehatan.
Bila malam sebelumnya tidak cukup tidur
(kurang dari 4 jam), sebaiknya latihan
ditunda atau intensitasnya dikurangi. Bagi
mereka yang sedang sakit, suhu badannya
naik sebaiknya latihan ditunda.
4. Takaran atau ukuran
Untuk meningkatkan kesegaran jasmani
atau mempertahankannya, latihan olahraga
harus dilakukan secara teratur dengan
takaran yang cukup, demikian pula Senam
Sehat Lamongan (SSL). Adapun takaran-
takaran yang perlu diperhatikan meliputi :
a. Intensitas latihan.
b. Lamanya latihan.
c. Frekuensi latihan.
a. Intensitas latihan.
Intensitas latihan yang telah kita
lakukan dapat dipantau melalui
denyut nadi dengan cara meraba
pergelangan tangan dengan tiga jari
tengah yang lain. Hitungan denyut
nadi SSL selama 15 detik, dan
hasilnya dikalikan 4 (emapt). Untuk
mengetahui intensitas latihan dapat
dilihat pada tabel (pada lampiran tabel
zone latihan).
Contoh cara latihan dan cara
mengukur denyut nadi :
Bagi seorang yang telah berusia 40
tahun, harus melakukan latihan
sehingga denyut nadi lebih dari 126/
menit dan tidak melampaui 153/
menit. Apabila waktu melakukan
latihan denyut nadi tidak mencapai
126/ menit maka latihan kurang
bermanfaat untuk perbaikan
kesegaran jasmani, sedangkan bila
melampaui 153/ menit latihan dapat
membahayakan kesehatan.
b. Lamanya latihan.
Latihan baru bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan jasmani, jika
dilakukan dalam zone paling sedikit
15 menit.
c. Frekuensi latihan.
Untuk memperbaiki atau
mempertahankan kesegaran jasmani,
latihan harus dilakukan paling sedikit
3 hari atau banyak 5 hari dalam satu
minggu, misal : hari senin, rabu, dan
jum‘at atau selasa, kamis dan sabtu.
5. Gejala-gejala fisik yang harus
diperhatikan dalam latihan :
a. Sesak nafas pada menit-menit
pertama latihan, berarti kurang
latihan.
b. Bila merasa mual dan muntah-
muntah, berkunang-kunang, kepala
pusing dan berdebar-debar, sehari
setelah latihan masih terasa lelah,
berarti takaran latihan terlalu besar.
c. Bila setelah latihan merasa sukar
tidur, berarti takaran terlalu besar atau
latihan terlalu dekat dengan waktu
tidur (kurang dari 3 jam)
6. Makan dan minum
a. Dua jam menjelang latihan, makan
harus sudah selesai
b. Untuk latihan di pagi hari, dianjurkan
tidak makan lebih dahulu.
c. Sebelum jam sesudah latihan
dianjurkan minum, sedangkan SKJ
selama latihan diperkenankan minum.
d. Minum sebaiknya dipilih yang
bersuhu kurang lebih 15C (jangan
minum air hangat) dan tidak terlalu
manis.
7. Perlengkapan latihan
a. Pakaian hendaknya tidak terlalu ketat
sehingga dapat mengganggu
pernafasan dan terbuat dari bahan
yang mudah menyerap keringat.
b. Wanita dianjurkan memakai ―beha
olahraga‖ dengan ukuran yang benar.
c. Pakailah sepatu untuk senam aerobik
atau sepatu olahraga yang benar.
d. Perlengkapan pelindung seperti
pelindung lutut (kneeddecker),
pelindung tumit (ankledecker),
suspensoir bisa dipakai sesuai
kebutuhan.
8. Waktu latihan
Latihan pada dasarnya dilakukan setiap
saat, khusus dari daerah tropis, suhu yang
terlalu tinggi hendaknya dihindari untuk
mencegah heat stroke/ heat stress,
sebaiknya :
a. Pagi : sebelum jam 09.00
b. Sore : sesudah jam 15.00
Sebaiknya mendekati waktu tidur tidak
latihan yang terlalu berat (3 jam sebelum
tidur, latihan harus sudah selesai).
9. Penggunaan obat-obatan
a. Obat-obatan yang diperlukan untuk
menjaga kesehatan hendaknya
diminum sesuai dengan petunjuk
dokter.
b. Bahan-bahan yang diperkirakan
mempengaruhi kerja tubuh (jamu,
obat kuat dan sebagainya) bila
| 39
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
diperlukan sebaiknya diminum
setelah latihan.
Tinjauan Tentang Belajar
Dalam dictionery Of Education ‖Belajar
adalah perubahan dalam respon atau tingkah laku
yang berupa inovasi, elementasi dan modifikasi
respon yang seluruhnya disebabkan oleh
pengalaman yang serupa terutama yang dalam
keadaan sadar, namun kadang-kadang mengandung
juga komponen tak sadar, termasuk juga perilaku
dalam suasana emosional (Soedomo Hadinoto,
1991 : 13). Dengan melihat definisi di atas nampak
bahwa :
Belajar adalah suatu yang perlu dirasakan dan
dibimbing ke arah yang diinginkan.
Melahirkan cara-cara baru untuk melakukan
sesuatu dan membuat suatu individu mampu
melakukan penyesuaian diri dengan situasi
baru.
Menunjukkan perubahan perilaku yang
progresif sewaktu individu bereaksi terhadap
situasi atau dalam usaha menyesuaikan diri
secara efektif.
Terjadi interaktif dengan lingkungan.
Setiap individu aktif dengan segala pemikiran
dan perasaannya.
Bidang Studi Penjaskes
Mata pelajaran Penjaskes adalah salah satu
mata pelajaran yang dapat menyegarkan tubuh dan
kemampuan berfikir analitis deduktif menggunakan
berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap percaya diri.
Menurut Gertsen (Druxes, 1986 : 3)
:‖Penjaskes adalah suatu teori yang menerangkan
gejala-gejala alam sederhana dan berusaha
menemukan hubungan antaranya‖.
Menurut Welszeacher : ‖Penjaskes adalah
teori peramalan alternatif yang secara empiris dapat
dibuktikan dengan percobaan-percobaan‖.
Disampaikan bahwa Penjaskes adalah teori yang
menerangkan gejala alam dan dapat dibuktikan
dengan percobaan sederhana.
Prestasi Belajar
Yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh setelah siswa
menjalankan usaha belajar. Misalnya dapat
menyelesaikan dengan baik suatu unit bahasan atau
pelajaran ini tidak sama, ada yang bergerak lebih
dari cepat dan ada yang bergerak lebih lamban.
Seperti dalam buku Dardji Darmodihardjo sebagai
berikut : ‖Bahan pelajaran dan waktu belajar itus
ebenarnya dijabarkan untuk program belajar murid-
murid dengan kemampuan belajar rata-rata.
Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan
kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan
belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai
dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya
apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini
kepada anak yang lebih lamban, dalam artian
kurang mampu untuk menguasai dalam belajar,
maka waktu yang dibutuhkannya lama. (Dardji
Darmodihardjo. Prof. 1982, : 25)‖.
METODOLOGI
Penentuan Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Made
IV Lamongan, di mana peneliti melaksanakan
tugas sebagai guru Penjaskes. Obyek penelitian
adalah siswa Kelas IV SD Negeri Made IV
Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 materi
pelajaran Penjaskes yang dipelajari adalah
pengertian Senam Sehat Lamongan (SSL). Peneliti
adalah guru mata pelajaran Penjaskes di SD Negeri
Made IV Lamongan.
Penelitian ini dilakukan 1 bulan yaitu bulan
September 2013, dalam 3 siklus, secara umum
setiap siklus melalui langkah-langkah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
Populasi dan Sampel
Berhubungan yang digunakan sebagai obyek
penelitian adalah satu kelas (Kelas IV) dan yang
diteliti begitu besar yaitu 23 siswa, maka penulis
berpendapat bahwa obyek penelitian tersebut
penulis gunakan sebagai populasi. Jadi semua
populasi penulis masukkan menjadi sampel yaitu
siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Made IV
Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I
berjumlah 23 siswa.
Rencana Penelitian
Untuk mengatasi masalah yang ada maka hal-hal
yang dapat kami upayakan adalah :
a. Kami menentukan dulu materi yang akan
ditayangkan melalui Pembelajaran
Praktek langsung pada Kelas III SD
Negeri Balun Turi Lamongan.
b. Siswa melaksanakan test awal yang
berhubungan dengan Pembelajaran
Praktek langsung hari ini.
c. Guru menyalakan tipe konsep pelajaran
Penjaskes dan dua rekannya menjadi
kolabor mengamati dan mencatat kejadian
yang terjadi.
d. Membagi pada siswa yang telah lebih dulu
dibuat kelompok.
e. Membimbing siswa dalam melaksanakan
praktek langsung dan menyusun laporan
yang sudah dilakukan tadi di halaman
sekolah.
| 40
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
f. Kolaborator meneliti data / lembar guru
untuk dipakai menganalisa masalah.
g. Siswa mengerjakan test akhir setelah
menyaksikan tayangan materi.
h. Peneliti mulai melakukan analisa hasil test
dan kemudian menentukan langkah
berikutnya.
Dengan perlakuan tindakan :
Pemakaian Pembelajaran Praktek langsung dan
kemauan mencobanya sendiri di halaman sekolah
dengan dipandu musik pada penyampaian konsep
Penjaskes dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dalam 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri
dari 4 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi. Tiap siklus
terdiri dari 3 kali tatap muka dengan siswa
berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan, 2 kali
tatap muka untuk memberikan materi perlakuan
sesuai dengan RP dan LKS dan 1 kali tatap muka
untuk melakukan tes kinerja siswa.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah :
1. Lembar Rencana Pembelajaran (RP)
2. Lembar analisis hasil penilaian formatif
3. Catatan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Pertama
Dari data nilai rata-rata tes menunjukkan
bahwa tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran Penjaskes masih rendah. Dari nilai rata-
rata tes individu menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pada sebelum siklus adalah : 52,17 dan pada siklus
I ialah : 62,17 tergolong masih rendah.
Refleksi
Peneliti bersama kolaborator menganalisa
data hasil observasi, catatan lapangan kolaborator
hasil tes diperoleh sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kesiapan siswa untuk
mengikuti pelajaran Penjaskes.
2. Saat mengikuti tayangan Pembelajaran Praktek
langsung siswa dengan antusias menyaksikan
betul-betul dari awal sampai akhir, tetapi
konsep yang tertuang belum bisa diterima /
difahami dengan baik.
3. tayangan Pembelajaran Praktek langsung
hanya memuat konsep Penjaskes sehingga
siswa masih banyak kesulitan dalam
mengerjakan soal.
Siklus Kedua
Ada peningkatan kesiapan siswa saat akan
mengikuti pelajaran Penjaskes, hal ini ditunjukkan
adanya kenaikan perolehan nilai rata-rata tes siswa
yaitu : 62,17 pada siklus 1 menjadi : 73,47 pada
siklus 2.
Refleksi
Hasil Refleksi yang diperoleh di lapangan SKJ
selama pelaksanaan siklus 2 adalah :
a. Aktivitas siswa dalam menirukan gerakan
masih kurang baik, dan siswa masih menemui
kesulitan ragu-ragu.
b. Perlu ada perubahan tindakan pada
pembelajaran
Siklus Ketiga
Ada peningkatan kesiapan siswa saat akan
mengikuti pembelajaran Penjaskes. Hal ini
ditunjukkan adanya kenaikan perolehan nilai rata-
rata tes siswa dari siklus 1 ke siklus berikutnya, dan
ditandainya anak belajar saat menjelang tayangan
Pembelajaran Praktek langsung.
Dari hasil yang dilaksanakan di akhir siklus 3
diperoleh rata-rata : 83,91 siswa mengatakan
menyenangi pembelajaran Penjaskes dengan
Pembelajaran Praktek langsung.
Refleksi
Karena keterbatasan waktu, maka siklus 3
hanya diakhiri pada pertemuan kedua, sebenarnya
siklus masih membutuhkan waktu lebih lama. Dari
hasil observasi ini penulis dapat simpulkan bahwa
hasil prestasi belajar siswa terus mengalami
peningkatan dari awal siklus sampai siklus yang
terakhir, hal ini menandakan bahan penggunaan
Pembelajaran Praktek langsung dapat digunakan
sebagai alternatif untuk memudahkan siswa dalam
memahami konsep pada bidang studi Penjaskes
khususnya siswa Kelas IV SD Negeri Made IV
Lamongan. Untuk lebih jelasnya keberhasilan
peningkatan dalam menggunakan Pembelajaran
Praktek langsung untuk penyampaian konsep
pembelajaran Penjaskes dapat dilihat dengan nilai
rata-rata, siklus 1, 2 dan siklus 3 seperti pada grafik
berikut :
Gambar 1. Perkembangan Sebelum dan
Sesudah Siklus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Seb. Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
| 41
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian melalui tindakan
siklus 3 tahap dapat dipaparkan hasil sebagai
berikut :
SIKLUS HASIL
OBSERVASI
Sebelum Siklus 52,17
Siklus 1 62,17
Siklus 2 73,47
Siklus 3 83,91
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan :
a. Penggunaan Pembelajaran Praktek langsung
dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi
belajar mengajar.
b. Dengan Pembelajaran Praktek langsung dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Saran-Saran
1. Dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran
Penjaskes perlu di tiap-tiap lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal
dapat dipenuhi buku-buku paket dan buku
penunjang guna kelancaran kegiatan belajar
mengajar.
2. Sebagai harapan, agar pelaksanaan pendidikan
(guru) dalam menerapkan mata pelajaran
Penjaskes di segala jenjang pendidikan tidak
bersifat teoritis namun lebih diutamakan yang
bersifat praktis.
3. Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya
guru menggunakan metode atau media belajar
yang sesuai dengan konsep sehingga siswa
dengan mudah dapat memahami konsep yang
diajarkan.
4. Penggunaan Pembelajaran Praktek langsung
untuk meningkatkan hasil belajar Penjaskes
perlu ditindaklanjuti.
DAFTAR PUSTAKA
………., 1996, Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-
Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
Kelas III Sekolah Dasar, Depdikbud,
Jakarta.
………., 1996, Pengelolaan Sekolah Di Sekolah
Dasar, Seri Peningkatan Mutu 1, 2 dan 3,
Jakarta, Depdagri Kerjasama Depdikbud.
………., 1996, Pedoman Pembuatan Umum Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
Jakarta, Depdikbud.
Moh. Rofa‘i, MP, 1982, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, Bandung, Jammars.
Ngalim Purwanto, MP, 1997, Psikologi
Pendidikan, Bandung, PT. Remaja,
Rosdakarya.
Muhimut, M, 1994, Geografi dan Kependudukan,
Bandung, Ganeca Exact.
Pedomo Hadinoto, H, dkk, 1991, Kesulitan Belajar
dan Gangguan Bicara, Semarang, Bandan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Pehardjono, 1995, Pedoman Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan dan
Angka Kredit Pembangunan Profesi Guru,
Jakarta, Depdikbud.
Dosen FIP IKIP Malang, 1980, Pengantar Dasar-
Dasar Kependidikan Nasional.
WJS. Poerwadarminto, 1985, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta, PN. Balai
Pustaka.
Arief, A. 1995, Pengajaran Ilmu Pengetahuan
dalam Pembangunan Bangsa (Dalam
Seminar Nasional Hasil Penelitian
Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), malang : IKIP
Malang.
Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta :
Rineka Cipta.
Dahar, WR. 1986. Interaksi Mengajar
PENJASKES. Jakarta : Universitas
Terbuka.
| 42
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE
ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SDN UNGGULAN MADE IV LAMONGAN
Artantik *)
*)SDN Unggulan Made IV Lamongan
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa,
dalam hal ini dengan kompetensi dasar : ―Menghargai keputusan bersama‖. Sasaran perbaikan pembelajaran ini
adalah siswa Kelas VI SDN Unggulan Made IV Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 26 siswa
dengan menggunakan metode role playing. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini mengikuti alur
Penelitian Tindakan Kelas. Data diperoleh melalui hasil observasi selam proses pembelajaran dan tes yang
digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa yaitu dengan mengadakan tes formatif setiap akhir
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi aktifitas guru maupun siswa dari siklus I sampai siklus II
terjadi peningkatan.
Pada putaran I terdapat 6 (37,5 %) siswa yang mengalami peningkatan pemahaman sedangkan pada
siklus II terdapat 14 (87,5% %) siswa yang mengalami peningkatan pemahaman. Sehingga terjadi peningkatan
50% dari siklus I ke siklus II. Hal ini dikarenakan pada tiap putaran memberikan tes formatif untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa.
Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan metode role playing dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa tentang
menghargai keputusan bersama
Kata Kunci : Metode, Role Playing, PTK, Pendidikan Kewarganegaraan PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran mengembangkan
kemampuan untuk mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan
mengaktualisasikan diri. Dengan demikian,
kegiatan pembelajaran perlu : (1). Berpusat pada
peserta didik, (2). Mengembangkan kreativitas
peserta didik, (3). Menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4). Bermuatan
nilai, etik, estetika, logika dan kinestetika dan (5).
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menerapkan berbagai strategi dan metode
pembelajaran yang menyenangkan, efektif, efisien,
dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan
pembelajaran mampu mengembangkan dan
meningkatkan kompetensi, kreativitas,
kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan
hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Peranan pendidikan sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan untuk
mengetahui suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat
kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat.
Selain itu pendidikan adalah mengemban tugas
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berarti
mempersiapkan dan membangun masa depan yang
dicita-citakan. Maka peningkatan mutu pendidikan
sangat erat hubungannya dengan kemajuan yang
telah dan akan dicapai oleh bangsa. Salah satu
permasalahan yang dihadapi pada proses kegiatan
belajar mengajar sekarang ini adalah kurang
menggairahkannya siswa untuk belajar dan dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran. Ini terlihat dari
tanda-tanda yang nampak pada siswa, diantaranya,
hanya ± 20% dari seluruh siswa disebuah kelas
yang mendengarkan, mengerti dan memahami apa
yang telah diterangkan dan dijelaskan oleh guru
dalam hal ini merupakan seorang pendidik. Dan
mungkin yang lainnya hanya mendengarkan namun
tidak mengerti dan tidak paham apa yang
dijelaskan oleh guru tersebut.
Setelah melakukan diskusi bersama dengan
teman sejawat dan guru-guru SDN Made Unggulan
IV Lamongan maka diketahui penyebab rendahnya
daya serap terhadap pelajaran antara lain :
1. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru termasuk peneliti terlalu
membosankan bagi siswa dikarenakan
penggunaan metode yang tidak sesuai.
2. Siswa tidak termotivasi oleh guru yang
sedang mengajar.
3. Penggunaan media yang kurang.
Melihat dari masalah di atas maka
dicarilah cara pemecahan masalah yaitu
dengan menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai guna meningkatkan interaksi
siswa. Siswa diharapkan menjadi lebih aktif
dan lebih mudah menyerap pelajaran yang
diajarkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa
menggunakan metode Role Playing pada
pelajaran PKn ?
2. Bagaimana pengaruh metode Role Playing
terhadap motivasi belajar siswa ?
| 43
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan dalam
konteks kurikulum persekolahan mempunyai
peranan dan kedudukan yang strategis dalam
upaya membangun karakter bangsa. Oleh
karena itu, dalam pengembangan model
pembelajarannya persekolahan harus
dipikirkan dan dirancang secermat mungkin
sehingga mampu mengembangkan sebagai
potensi yang ada dan dimiliki siswa.
Tujuan PKn secara umum adalah
untuk mengembangkan potensi individu warga
negara Indonesia sehingga memiliki wawasan,
potensi, dan keterampilan kewarganegaraan
yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung
jawab dalam berbagai dimensi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itulah untuk
menfasilitasi pembelajaran PKn yang
berkenaan dengan ―Menghargai Keputusan
Bersama, yang efektif perlu dikembangkan
bahan belajar interaktif yang dikemas dalam
berbagai bentuk, seperti bahan belajar tercetak
dan bahan belajar yang digali langsung dari
masyarakat sebagai pengalaman langsung
(hands on experience).
Metode Pembelajaran
Dalam kaitan dengan pembelajaran
Pokok Bahasan ―Menghargai Keputusan
Bersama‖ sejumlah model pembelajaran dapat
dijadikan alternatif untuk dilaksanakan. Model
alternatif pembelajaran tersebut diantaranya
model bermain peran. Model ini dirasakan
tepat karena berupaya memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk
memerankan tokoh-tokoh tertentu.
Metode pembelajaran Bermain Peran (Role
Playing)
Udin Saripudin (1997 : 91)
menyatakan bahwa bermain peran atau Role
Playing berarti memainkan satu peran tertentu
sehingga yang bermain tersebut harus mampu
berbuat (berbicara dan bertindak), seperti
peran yang dimainkannya. Berdasarkan
pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam
bermain peran terdapat situasi tiruan atau
buatan, seperti simulasi, hal ini dinyatakan
oleh Robert Gilstrap yang memasukkan
bermain peran sebagai bagian dari simulasi
karena dalam simulasi juga ada bermain peran.
Dalam pembelajaran PKn di SD
penggunaan model pembelajaran bermain
peran ini sangat penting dan strategis karena
hal-hal berikut :
1. Kesadaran dan kepekaan sosial sangat
diperlukan dalam kehidupan dan dunia
kerja. Oleh karena itu, sikap ini perlu terus
dibina dan ditingkatkan.
2. Bermain peran adalah permainan yang
sangat menyenangkan sehingga dapat
menjadikan proses pembelajaran lebih
variatif dan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa SD yang sesuai dengan
perkembangannya memang menyenangi
berbagai jenis permainan.
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk
menghayati peran tokoh tertentu melalui
simulasi yang dia lakukan.
4. Bermain peran juga amat cocok untuk
mengembangkan kepekaan sosial siswa,
mengubah sikap siswa serta
mensimulasikan situasi kritis yang
mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan alasan penggunaan
model pembelajaran Bermain Peran ini sangat
cocok untuk pembelajaran PKn karena sesuai
dengan target dan harapan mata pelajaran
tersebut, yaitu berupaya mengembangkan
berbagai potensi siswa, seperti potensi
kognitif, afektif dan psikomotor.
Pengertian metode pembelajaran Role
Playing atau bermain peran (dalam
http://media.depdiknas.go.id/media/document/
3553.pdf) bermain peran pada prisipnya
merupakan metode untuk ―menghadirkan‖
peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas
atau pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap misalnya:
menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran/alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Metode
ini lebih menekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam‖ pertunjukan‖ dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan
permainan peran.
Kerangka Berfikir
Penggunaan metode pembelajaran
Role Playing sebagai metode yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pelajaran, selain itu metode pembelajaran Role
Playing juga dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Setelah penggunaan metode Role
Playing diharapkan daya serap siswa terhadap
pelajaran dapat meningkat, juga dengan
metode pembelajaran ini semangat siswa untuk
belajar dapat meningkat, semua itu
dikarenakan siswa mengalami langsung peran
dalam kehidupan nyata.
| 44
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Kerangka Konseptual
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Perbaikan
Tempat perbaikan pembelajaran adalah SDN Made
Unggulan IV Lamongan, pada semester I tahun
pelajaran 2013/2014. Waktu perbaikan dilakukan
pada bulan September 2013.
Prosedur Penelitian
Rencana tindakan Penelitian Tindakan Kelas untuk
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI
SDN Made Unggulan IV Lamongan dilaksanakan
dalam bentuk siklus. Siklus penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, dalam setiap siklus berisi
kegiatan berikut ini. Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti,
1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode
dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
a. Tes Hasil Belajar Siswa
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah proses
belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis
pada setiap akhir siklus.
Untuk mengetahui nilai siswa maka digunakan
persamaan :
Nilai = 10xsoalJumlah
benarsoalJumlah
Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan kelas
menggunakan persamaan :
Ketuntasan Kelas =
%100xSiswaTotalJumlah
TuntasYangSiswaJumlah
Kelas dikatakan tuntas jika nilai ketuntasan kelas
telah mencapai 85% atau lebih.
b.Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran diamati dengan nilai
dengan skala :
1 = Tidak baik
2 = Kurang baik
3 = Cukup baik
4 = Baik
c.Lembar Observasi Pengamatan
Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran di
kelas dengan menggunakan metode Role Playing,
dengan memberikan skor pada tiap aspek yang
diamati dengan nilai dengan skala sebagai berikut :
1 = Tidak baik
2 = Kurang baik
3 = Cukup baik
4 = Baik
Kemudian menentukan nilai rata-rata pembelajaran
dengan menggunakan metode Role Playing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa maka dilakukan evaluasi
pembelajaran dan diketahui hasilnya sebagai
berikut :
| 45
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Tabel 1. Data Hasil Evaluasi Siklus I
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Jesica Amalia M 60 TT
2 Maura S 80 T
3 Fandi Ahmad A 50 TT
4 Meylinda Kusuma T 60 TT
5 Andhika Puja P 80 T
6 Almira Salma R 60 TT
7 Mohammad Farid 60 TT
8 Carissa Almasah B 60 TT
9 Ariel Sharon 50 TT
10 Afif Farian 100 T
11 Yusuf Baktiar 40 TT
12 Putri Artanti 50 TT
13 Ahmad Fauzi 90 T
14 Maulida Nurul 70 T
15 Dinda Puteri F 50 TT
16 Maslahatul M 60 TT
17 Achmad Chaidar 60 TT
18 Akhmad Syauqillah 50 TT
19 Alpiero Joeval 100 T
20 Arinil H 40 TT
21 Putri M 50 TT
22 Aulia Adisty 90 T
23 Della Pramudia 70 T
24 Rahel Eirene M 50 TT
25 Radiah Tafa 70 T
26 Aditya Putra P 70 T
167
0
Jumlah Skor = 1030
Jumlah Skor Maksimal = 1600
Rata-rata kelas = 64,3
Ketuntasan = 9 siswa
Persentase ketuntasan = 37,5%
Refleksi
Berdasarkan pengamatan pada data di atas dapat
diketahui bahwa penggunaan metode Role Playing
dapat berpengaruh terhadap daya serap
pembelajaran siswa, hal tersebut dapat diketahui
dengan terdapat siswa yang meningkat daya
serapnya, walaupun masih ada siswa yang belum
mengalami perubahan daya serap. Hal tersebut
dikarenakan penggunaan metode pembelajaran
yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
Hasil Siklus II
Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa maka dilakukan evaluasi
pembelajaran dan diketahui hasilnya sebagai
berikut :
Tabel 2 .Data Hasil Evaluasi Siklus II
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Jesica Amalia M 60 T
2 Maura S 80 T
3 Fandi Ahmad A 50 T
4 Meylinda Kusuma T 60 T
5 Andhika Puja P 80 T
6 Almira Salma R 60 T
7 Mohammad Farid 60 T
8 Carissa Almasah B 60 T
9 Ariel Sharon 50 T
10 Afif Farian 100 T
11 Yusuf Baktiar 40 TT
12 Putri Artanti 50 T
13 Ahmad Fauzi 90 T
14 Maulida Nurul 70 T
15 Dinda Puteri F 50 TT
16 Maslahatul M 60 T
17 Achmad Chaidar 60 T
18 Akhmad Syauqillah 50 T
19 Alpiero Joeval 100 T
20 Arinil H 40 TT
21 Putri M 50 T
22 Aulia Adisty 90 T
23 Della Pramudia 70 T
24 Rahel Eirene M 50 TT
25 Radiah Tafa 70 T
26 Aditya Putra P 70 T
1670
Jumlah Skor = 1280
Jumlah Skor Maksimal = 1600
Rata-rata kelas = 80
Ketuntasan = 22 siswa
Persentase ketuntasan = 87,5 %
Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dengan metode Role
Playing. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui
bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
| 46
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Pembahasan
a. Hasil Tes Ulangan Siswa
Pada siklus I terdapat 6 siswa yang mengalami
ketuntasan, sedangkan pada siklus II terdapat 14
siswa yang mengalami ketuntasan
Grafik 1 Data Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus
b.Pembahasan Hasil Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran tiap siklus
mengalami peningkatan. Skor pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mencakup
5 aspek pada siklus 1 : 47, siklus 2 : 61 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 14. Hal ini
dikarenakan pada siklus 2 guru memberikan umpan
balik kepada siswa dan juga guru memberikan
motifasi yang lebih kepada siswa dan juga guru
memberikan kebebasan siswa untuk
mengemukakan pendapat.
Grafik 2 Hasil Pengelolaan Pembelajaran Oleh Guru
Tiap Siklus
Pembahasan Hasil dan Analisis Respon Siswa
No Butir Angket Keterangan
1 Bagaimana menurut anda
mempelajari PKn Kelas VI
khususnya pokok bahasan menghargai keputusan
bersama
Mudah Sedang Sukar
80% 10% 10%
2 Bagaimana perasaan anda
jika melakukan kegiatan LKS
Senang Sedang Tidak
Senang
90% 10% -
3 Apakah dengan
penggunaan metode Role
Playing dapat membantu anda dalam memahami
pelajaran PKn Kelas VI
Dapat Sedang Tidak
dapat
100% - -
4 Apakah metode pembelajaran Role Playing
dapat meningkatkan
motivasi belajar anda untuk mengikuti pelajaran
Dapat Sedang Tidak dapat
90% 10% -
5 Apakah selama
pembelajaran berlangsung anda aktif terlibat dalam
mengerjakan tugas
Ya Tidak Biasa-
biasa saja
80% - 20%
6 Apakah penggunaan
metode pembelajaran Role Playing perlu diterapkan
kembali dalam proses
belajar mengajar
Ya Tidak Biasa-
biasa saja
90% 10% -
Tampak dari tabel di atas, bahwa terdapat sebanyak
90% siswa yang merasa senang dengan
penggunaan metode Role Playing. Terdapat 100%
siswa yang dapat meningkatkan pemahamannya
dengan penggunaan metode Role Playing, terdapat
sebesar 90% siswa yang termotivasi untuk belajar
dikarenakan penggunaan metode ini.
Jadi berdasarkan analisis butir angket diatas dapat
dilihat terjadi peningkatan motivasi belajar siswa
dikarenakan penggunaan metode pembelajaran
Role Playing pada pelajaran PKn.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Terjadi peningkatan pemahaman siswa
dikarenakan penggunaan metode Role Playing
semua itu terbukti dengan terjadinya
peningkatan pemahaman siswa yang diketahui
dengan meningkatnya jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar pada siklus I
sebanyak 9 siswa dan meningkat pada siklus II
sebanyak 22 siswa.
2. Penggunaan metode Role Playing mempunyai
pengaruh positif terhadap motivasi siswa, yang
ditunjukkan dengan hasil angket yang diberikan
kepada siswa rata-rata jawaban siswa
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode pembelajaran Role Playing
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
Saran
1. Penggunaan metode Role Playing agar lebih
ditingkatkan karena metode Role Playing dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
47
61
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Siklus I Siklus II
9
22
Sis
wa
| 47
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
2. Perlu meningkatkan Kelompok Kerja Guru
(KKG) sehingga guru bisa bertukar pikiran dan
menemukan metode dan media yang sesuai.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
SDN Made Unggulan IV Lamongan tahun
pelajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Atwi, Suparman, 1997. Model-Model
Pembelajaran Interaktif. Jakarta : STIA-LAN.
http://media.depdiknas.go.id/media/document/3553
.pdf.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action
Research Planner. Victoria Dearcin
University Press.
Sumantri Mulyadda, Permana Johar. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Surabaya: UNESA Press.
Udin, S, Winataputra, dkk. 2006. Materi dan
Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wahab, Azis, dkk. 2007. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), Jakarta:
Universitas Terbuka
| 48
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Pokok Bahasan
Ciri-ciri Makhluk Hidup Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas III SD Negeri Titik
Kecamatan Sekaran Tahun Pelajaran 2014/2015
Sujianto *)
*)
SDN Titik Kec. Sekaran Kab.Lamongan
Abstrak Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan diterapkannya Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode
Tanya jawab pada siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015? (2)
Bagaimanakah pengaruh Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab terhadap motivasi belajar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun
pelajaran 2014/2015?
Tujuan dari Penelitian ini adalah (1) Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam setelah diterapkannyua Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab pada
siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015. (2) Mengetahui pengaruh
motivasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam setelah diterapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori
dan Metode Tanya jawab pada Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Metode Tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III pada pokok
bahasan ciri-ciri makhluk hidup yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,
yaitu siklus I (71,42%), dan siklus II (90,04%).
Kata kunci: makhluk hidup, Metode, Tanya jawab
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan telah dilakukan baik oleh pemerintah
maupun oleh guru sendiri sebagai orang yang
bersentuhan langsung dengan para siswsa dalam
setiap kegiatan belajar mengajar. Dan setiap
melirik terhadap guru yang dianggap sebagai orang
yang paling bertanggung jawab dengan mutu
pendidikan. Perkembangan baru terhadap
peningkatan mutu pendidikan membwa
konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan
peranan dan kompetensinya karena proses dan
kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa pada tingkat optimal.
Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu,
guru harus memikirkan dan membuat perencanaan
secara seksama dalam meningkatkan kesempatan
bagi siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
mengorganisasikan kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi mengajar, maupun sikap dan
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar
mengajar. Guru berperan sebagia pengelola proses
belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang
berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar
yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar mengajar, mengembangkan bahan
pelajaran dengan baik, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus
mereka capai.
Untuk memenuhi hal tersebut di ata guru
dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar
yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga ia mau belajar memang siswalah subjek
utama dalam belajar.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
diterapkannya Strategi Pembelajaran
Ekspositori dan Metode Tanya jawab pada
siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan
Sekaran tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimanakah pengaruh Strategi Pembelajaran
Ekspositori dan Metode Tanya jawab terhadap
motivasi belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada siswa Kelas III SD
Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun
pelajaran 2014/2015?
| 49
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
KAJIAN PUSTAKA
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori (SPE)
menekankan pada proses bertutur. Materi pelajaran
sengaja diberikan secara langsung. Peran siswa
dalam strategi ini adalah menyimak untuk
menguasai materi pelajaran yang disampaikan
guru.
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi
SPE adalah aliran belajar behavioristik. Aliran
belajar behavioristik lebih menekankan kepada
pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya
keterkaitan antara stimulus dan respon, oleh
karenanya dalam implementasinya peran guru
sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang
sangat penting. Dari asumsi semacam inilah,
muncul berbagai konsep bagaimana agar guru
dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-
respon itu bisa berlangsung secara efektif. Dalam
teori belajar koneksionisme contohnya,
dikembangkan hukum-hukum belajar seperti
hukum kesiapan, hukum pengaruh, dan hukum
latihan, sedangkan dalam teori belajar classical
conditioning dijelaskan bagaimana hubungan
keterkaitan stimulus respons bisa dipengaruhi oleh
munculnya S2 sebagai stimulus prasarat.
Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materis secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa degnan
maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998)
menamakan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction). Mengapa demikian? Karena dalam
strategi ini materi pembelajaran disampaikan
langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-
akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori
lebih menekankan kepada proses bertutur, maka
sering juga dinamakan istilah strategi ―chalk and
talk”
Terdapat beberapa karakteristik strategi
ekspositori , Pertama strategi ekspositori dilakukan
dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam malakukan strategi ini, oleh karena
itu sering orang mengidentikkannya dengan
ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang
disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu
yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa
untuk berpikir ulang. Ketiga , tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran
itu sendiri. Artinnya, setelah proses pembelajaran
berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya
dengan benar cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diurakan.
Proses Pelaksanaan Strategi Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi
ekspositori terlebih dahulu diurakan beberapa hal
yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan
menggunakan strategi ini.
1. Rumusan Tujuan yang ingin Dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah
pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan
yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang
berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang
spesifik seperti yang telah dijelaskan di atas dapat
memperjelas kepada arah yang ingin dicapai.
Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain
dapat membimbing siswa dalam menyimak materi
pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan
efisiensi penggunaan strategi ini.
2. Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik
merupakan syarat mutlak penggunaan strategi
ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna
akan membuat kepercayaan diri guru meningkat
sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia
akan bebas bergerak berani menatap siswa, tidak
takut dengan perilaku-perlaku siswa yang dapat
mengganggu jalannya proses pembelajaran, dan
lain-lain. Sebaliknya manakala guru kurang
menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan
ia akan kurang percaya diri sehingga ia akan sulit
bergerak, takut kelakukan kontak mata dengan
siswa, menjelaskan materi pelajaran serta
canggung dengan suara yang pelan dan miskin
ilustrasi dan lain sebagainya. Akibatnya? Ia akan
sulit mengatur irama dan iklim pembelajaran. Guru
akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku-
perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya
proses pembelajaran.
3. Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat
Mempengaruhi Proses Penyampaian.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori
sangat tergantung pada kemampuan guru untuk
bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada
beberapa langkah dalam penerapan strategi
ekspositori yaitu:
Metode Tanya Jawab
Penggunaan Metode Tanya Jawab. Untuk
memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya
penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan
disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap
kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai
aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah
kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan
kerjasama siswa
3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
| 50
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Ciri-ciri Makhluk hidup
Ayam adalah salah satu contoh makhluk
hidup. Mengapa ayam perlu makan? Pernahkah
kamu melihat dua ekor anak ayam yang sedang
berkejar-kejaran? Mengapa anak-anak ayam dapat
tumbuh menjadi besar? Peristiwa-peristiwa di atas
menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup. Ciri-ciri
tersebut, antara lain, perlu makan, dapat bergerak,
dapat tumbuh, mempunyai keturunan, dan
bernapas. Ciri-ciri pokok antara lain : makhluk
hidup memerlukan makanan, makhluk hidup
bergerak dengan berbagai cara, makhluk hidup
tumbuh, makhluk hidup mempunyai keturunan,
makhluk hidup bernapas.
METODOLOGI
Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan
dalam melakukan penelitian untuk memperoleh
data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran
tahun pelajaran 2014/2015.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya
penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,
Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama
dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi
dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota
kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu
strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan
inovatif yang dicoba sambil jalan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam
prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih
yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi,
2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan
Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang
terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan
maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada
metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara
perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar
siswa dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut:
1. Merekapitulasi hasil tes
2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan
prosentasenya untuk masing-masiong siswa
dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar
seperti yang terdapat dalam buku petunjuk
teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas
secara individual jika mendapatkan nilai
minimal 70, sedangkan secara individual
mencapai 85% yang telah memcapai daya serap
lebih dari sama dengan 70%.
3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan
oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan
siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif
siswa seperti terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus I
No Uraian Hasil
Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Per sentase ketuntasan belajar
70,75
15
71,42
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Metode Tanya jawab diperoleh nilai rata-rata
presentasi belajar siswa adalah 70,75 dan
ketuntasan belajar mencapai 71,42 % atau ada 15
siswa dari 21 Siswa sudah tuntas belajar. Hasl
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar
71,42 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru
dengan menerapkan strategi pembelajran
ekspositori
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak
| 51
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat
dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias.
Hasil Siklus II
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif
siswa terlihat pada tabel berikut
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus II
No Uraian Hasil
Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Per sentase ketuntasan belajar
90,04
19
90,04
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata
tes formatif sebesar 90,04 dan dari 21 Siswa yang
telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 2 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar (harus remidi). Maka
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode
Tanya jawab sehingga siswa menjadi lebih terbiasa
denga pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang
baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan strategi pembelajran ekspositori. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat diurakain
sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui
bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode
Tanya jawab memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-
masing 71,42% dan 90,04% pada siklus II
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar dengan
menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori
dan Metode Tanya jawab dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran
Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai,
macam norma dan sanksinya dengan
pembelajarsan kontekstual model pengajaran
kolaborasi yang paling dominan adalah belajar
dengan sesama anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-
langkah kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan pengajaran konsektual model
pengajaran berbasis masalah degnan baik. Hal
iniu terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep,
menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan
balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase
untuk aktivitas di atas cukup besar.
PENUTUP
Simpulan
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode
Tanya jawab dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Strategi
Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya
jawab memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III
pada pokok bahasan ciri-ciri makhluk hidup
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(71,42%), dan siklus II (90,04%).
| 52
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
2. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode
Tanya jawab dapat menjadi siswa merasa
dirinya mendapat perhatian dan kesempatan
untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide
dan pertanyaan. Siswa dapat bekerja secara
mandiri maupun kelompok serta mampu
mempertanggung jawabkan segala tugas
individu.Penerapan Strategi Pembelajaran
Ekspositori dan Metode Tanya jawab
mempunyai pengaruh positif yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru
Algesindo
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena
Cipata
Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional
Daraeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep
Pendidikan Moral Pancasila. Semarang.
Aneka Ilmu
Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I.
Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM
Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses
Belajar mengajar . Bandung : Remaja
Rosdakarya
Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta Rineksa Cipta
Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.
Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk
Belajar. Surabaya University Press
Universitas Negeri Surabaya.
Puerwodarminto, 1991. Strategi Belajar Mengajar
. Jakarta Bina Aksara
Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara
Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi
Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran
Nasional. Bandung : Jemmars
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan ,
Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja
Rosdakarya
a t i | 53
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN BILANGAN
CACAH MATA PELAJARAN MATEMATIKA DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI HASIL BELAJAR BAGI SISWA KELAS V SDN
BABAT III. KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN
SEMESTER II TAHUN 2013/2014
Arisiswanto *)
*) SDN Babat III Kec. Babat Kab.Lamongan
Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Matematika khususnya dalam materi Perkalian Bilangan
Cacah menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa banyak
beraktivitas, sehingga menjadikan anak lebih aktif dan dalam kondisi kelas yang menyenangkan. Ini terlihat
masih rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan kemampuan memahami konsep perkalian bilangan
cacah mata pelajaran matematika masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya pun rendah, terutama dalam
menyelesaikan soal-soal matematika.
Untuk itu, penelitian tindakan kelas ini mencoba menggunakan model pembelajaran dengan
pendekatan aplikatif tentang konsep dasar perkalian dengan alasan bahwa secara teori model menjadikan siswa
banyak beraktivitas dalam pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan aplikatif tentang konsep dasar
perkalian ini diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusius dalam belajar, sehingga hasil belajar
siswa mata pelajaran matematika dapat meningkat.
Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 sklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu:
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap siklus
tampak ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan aplikatif tentang
konsep dasar perkalian dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri
Babat III Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah pada mata
pelajaran Matematika.
Kata kunci : Interaktif Implementatif, Prestasi Belajar Meningkat
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Konsep perkalian bilangan cacah sebagai
operasi bilangan sering kurang mendapat perhatian
yang benar, sehingga pemahaman konsep perkalian
tersebut dalam implementasi kehidupan nyata sering
salah. Kalau aplikasi konsep perkalian tersebut
diterapkan dalam medis, maka akan berdampak pada
kesalahan yang fatal. Sebagai contoh konsep
perkalian 1x3 mengandung pengertian yang sangat
jauh dengan penerapan 3x1. Jika dalam pemahaman
yang tidak benar, maka ketika membaca resep dokter
tentang penggunaan obat yang diberikan terjadi
kesalahan menulis resep tersebut 1 x 3 maka hal ini
jika diaplikasikan dalam minum obat maka
pengertiannya adalah 1 kali minum obat sebanyak 3
tablet. Jika obat tersebut berdosis tinggi maka yang
terjadi terhadap pasien tersebut akan fatal akan
berakibat kematian.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
di atas, penulis berusaha untuk mencari solusi dari
pemecahan yang sekaligus sebagai media penelitian
tindakan kelas guna memperoleh langkah-langkah
nyata dan kesimpulan yang sangat mendasar terhadap
upaya peningkatan pemahaman konsep perkalian
bilangan cacah mata pelajaran matemayika untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Negeri
Babat III Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan
Semester II Tahun 2013/2014
Rumusan Masalah
1. Apakah upaya peningkatan pemahaman konsep
perkalian bilangan cacah mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa Kelas V SDN Babat III Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan Semester Tahun
2013/2014?
2. Apakah upaya peningkatan pemahaman konsep
perkalian bilangan cacah mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar siswa kelas V SDN Babat Kabupaten
Lamongan Semester Tahun 2013/2014?
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Pelajaran Matematika
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
tahun 2006 telah ditetapkan standart isi, dan standart
proses yang telah dituangkan dalam beberapa
keputusan menteri pendidikan nasional baik yang
menyangkut isi dan kompetensi yang merupakan
standart minimal khusunya mata pelajaran
matematika yang memuat sekian kompetensi yang
harus dilaksanakan dalam pendidikan dasar dalam hal
ini di sekolah dasar baik negeri maupun swasta.
Tujuan pengajaran matematika
a t i | 54
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Mata pelajaran matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan symbol-symbol bilangan
serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam hidup
sehari-hari. Di SD diutamakan agar siswa mengenal,
memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam
kaitanyya dengan praktek kehidupan sehari-hari.
Materi pengajaran matematika
Materi pengajaran matematika di Sekolah Dasar
mencakup aritmatika, pengatur aljabar, geometri
pengukuran dan kajian data.
Materi bilangan matematika di kelas V SD
Berdasarkan kurikulum KTSP Tahun 2006 materi
yang harus diajarkan di kelas V SD sebagai berikut:
a. Tentang penjumlahan
b. Tentang pengurangan
c. Perkalian
d. Pembagian
Teknik pembelajaran matematika
Agar materi-materi yang tercakup dalam
pembelajaran matematika dapat mudah dipahami dan
diterima serta dikuasai siswa maka pembelajaran
matematika perlu menerapkan seluruh teknik sebagai
berikut:
a. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
guru hendaknya memiliki dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental. Fisik maupun social
serta emosional yang sering disebut
pembelajaran PAKEM.
b. Pengajaran matematika hendaknya disesuaikan
dengan konsep/sub konsep atau pokok bahasann
dan perkembangan berfikir siswa
c. Pengajaran matematika dimulai dari hal yang
konkrit menuju ke hal abstrak, dari hal yang
mudah ke yang sulit.
Bilangan
Pengajaran matematika di Sekolah Dasar sebagian
besar berupa angka-angka. Adapun dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini penulis sengaja menyampaikan
jenis bilangan yang disampaikan dalam materi
pelajaran matematika. Pada dasarnya bilangan
hanyalah satu, namun untuk mempermudah siswa
mempelajari dan guru menyampaikan materi maka
bilangan itu dikelompokkan secara tersendiri dan pada
akhirnya pula akan membentuk lagi satu kesatuan
bilangan ketika sudah memasuki kelas yang lebih
tinggi. Penggolongan yang dimaksud adalah:
1. Bilangan Asli
2. Bilangan Cacah
3. Bilangan Bulat
4. Bilangan Rasional
Hipotesis Tindakan
Dari uraian sebagaimana disampaikan di atas penulis
menyampaikan hipotesis dari penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagi berikut: apabila dalam proses
pembelajaran matematika dalam materi perkalian
bilangan cacah menggunakan pendekatan aplikatif
konsep perkalian
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar Negeri Babat
III Kec. Babat Kab. Lamongan pada semester II tahun
2013/2014. Waktu penelitian yang dilaksanakan
sehingga menghasilkan karya hasil penelitian ini
dilaksanakan selama 2 bulan, yang dimulai pada
tanggal 01 Januari 2014 dan berakhir pada tanggal 01
Maret 2014.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Babat III Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan dengan jumlah siswa sebanyak
26 siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12
siswa perempuan.
Fasilitas dan Sarana Pendukung
Penelitian ini membutuhkan fasilitas dan sarana
pendukung untuk menunjang proses pembelajaran,
antara lain:
a. Buku paket matematika kelas V
b. Buku penunjang matematika kelas V
c. Lembar kerja siswa matematika kelas V
d. Bahan-bahan lain dan alat peraga lain yang
menunjang
e. Dan media perkalian
Teknik Pengumpulan Data
1. Lembar observasi
2. Lembar angket
3. Lembar Test
Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan menggunakan siklus tiga tahap
yang terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan,
observasi (pengamatan) dan refleksi.
Teknik Anlisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan angket dianalisis deskriptif kuantitatif artinya
gambaran proses belajar mengajar diungkapkan
dengan kata-kata maupun prosentase dengan
komparasi prosentase dari siklus ke I sampai dengan
siklus terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi awal
a. siswa kurang memiliki motivasi dalam
mengikuti pelajaran matematika dalam hal
perkalian bilangan cacah dengan pendekatan
aplikatif
b. masih rendahnya hasil belajar terhadap mata
pelajaraan matematika khususnya dalam materi
perkalian bilangan cacah
a t i | 55
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
c. nilai rata-rata belajar yaitu 51,9
Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
Perencanaan
Pada siklus ini, materi yang diberikan adalah
perkalian bilangan cacah dengan pendekatan
aplikatif sebagaimana yang telah dituangkan
dalam RPP.
Pelaksanaan
Guru menyampaikan tujuan yang ingin
dicapai, dan membagikan materi dalam
lembar kerja kepada kelompok yang
sebelumnya sudah terbentuk.
Pengamatan
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh
guru, siswa lebih aktif dan senang, tetapi
siswa masih banyak mengalami kesulitan
Refleksi
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus
I, maka dibuatlah rancangan tindakan untuk
siklus II
Siklus II
Perencanaan
Sebelum pembelajaran siswa telah diberi
tugas untuk mempelajari materi
pembelajaran di rumah.
Pelaksanaan
Selama proses pembelajaran, guru
mengamati dan mengisi lembar observasi
sebagaimana yang telah disediakan
Pengamatan
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh
guru, siswa lebih aktif dan senang mengikuti
pelajaran, siswa yang mengalami kesulitan
untuk menjelaskan kepada temannya mulai
berkurang.
Refleksi
Dari hasil di atas, maka dilakukan rancangan
tindakan untuk siklus III, yaitu membentuk
kelompok ahli yang homogen
Siklus III
Perancanaan
Sebelum pembelajaran, semua siswa telah
diberi tugas untuk mempelajari materi
pelajaran di rumah
Pelaksanaan
Guru menyampaikan tujuan yang ingin
dicapai, dan membagikan materi alam
lembar kerja.
Pengamatan
Berdasarkan hasil analisis data yang
dilaksanakan pada siklus III, secara umum
menunjukkan adanya peningkatan, siswa
merasa lebih siap dan prosentase yang
menyenangi proses perkalian bilangan cach
meningkat yaitu menjadi 95%.
Pembahasan
Pembelajaran dengan pendekatan konsep aplikatif
perkalian bilangan cacah dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi hasil belajar matematika
bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Babat III
Kecamatan Babat semester II Tahun 2013/2014.
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah
diajukan merupakan tujuan penelitian, maka hasil
kesimpulan akhir bertumpu pada hasil penelitian yang
diperolehnya.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut:
a. Dari pembahasan hasil analisis data dari nilai
hasil evaluasi hasil belajar masing-masing siklus
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemahaman konsep perkalian terhadap bilangan
cacah sangat menentukan kebenaran aplikasi
perkalian tersebut dalam kehidupan sehari-hari
b. Dalam memahami konsep perkalian terhadap
bilangan cacah guru harus menggunakan
pendekatan aplikatif sehingga mudah dalam
memahami perkalian bulangan cacah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, SK. Dkk., 1988, Psikologii Pendidikan
Anak Sekolah Dasar, Harapan Masa, Solo.
Djamhur, Tanpa Tahun, Bimbingan Penyuluhan di
Sekolah, CV.Ilmu, Bandung
JJ. Hasibun Drs. Dip.Ed. 1986, Proses Belajar
Mengajar, Karya Remaja, Bandung.
Maezuki Drs. 1989, Metodologi Riset, Fakultas
Ekonomi UII, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo Prof. SH., 1977, Pancasila Suatu
Orientasi Singkat
a t i | 56
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
MENINGKATKAN PRESTASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI
MENGHITUNG LUAS SEGITIGA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TRUNI
KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOEPARTIF (BELAJAR BERSAMA)
PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Purwanti *)
*)
SD Negeri Truni Kec. Babat Kab. Lamongan
Dari hasil pengamatan pada embelajarana Matematika menunjukkan bahwa guru belum menggunakan
metode pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktivitas. Ini terlihat masih rendahnya keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, dan hasi belajarnya pun rendah, terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk
cerita.
Untuk itu penelitian tindakan kelas ini mencoba menggunakkan model pembelajaran kooperatif
(cooperatif learning) dengan alasan bahwa secara teori metode ini menjadikan siswa banyak beraktivtitas dalam
pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperatif learning ini diharapakan pula siswa menjadi lebih senang
dan antusias dalam belajar, sehingga mereka lebih mudah memahami menyeesaikan soal-soal dalam bentuk
cerita dan hasil belajarnya pun meningkat.
Kata kunci : prestasi hasil belajar, segitiga, belajar bersama (cooperative learning)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program pembaharuan dan penyempurnaan
kurikulum nasional telah lama dilakukan yang
merupakan wujud dari adanya inovasi dan
penyesuaian dengan dinamika perkembangan
teknologi dan budaya serta peradaban masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan
siswa dalam meyelesaikan segitiga dalam pelajaran
matematika diperlukan suatu model pebelajaran.
Sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan
dan menghitung luas bangun datar khususnya
materi luas segitiga mta pelajaran matematika
dapat meningkat, sehingga hasil pelaksanaan
pembelajaran dapat diserap sesuai dengan target
ketuntasan materi yang telah distandardisasikan.
Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada
materi pengukuran luas bangun datar segitiga
mata pelajaran matematika bagi siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Truni Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada
materi pengukuran luas bangun datar segitiga
mata pelajaran matematika bagi siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Truni Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan?
KAJIAN PUSTAKA
Konsep matematika
a. Menunjukkan pemahaman konsep matematika
yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan
antara dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah,
b. memiliki kemampuan mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau
diagram untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
c. memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan.
Model Pembelajaran
Menurut Joyce, Weil, dan Shower istilah model
mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu
strategi, metode, atau prosedur. Model mengajar
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan adalah mengajar
di kelas, mobil, atau praktek mengawasi anak-anak.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pengajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda
Penerapan modelpembelajaran kooperatif
ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh
prinsip-prinsip CTL, yaitu: tentang learning
community
Hipotesis tindakan
Berdasarkan hal-halyang diuraikan di atas,
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : ―
jika dalam kegiatan belajar mengajar khususnya
materi perhitungan luas segitiga, guru senantiasa
menggunakan model pembelajaran kooperatif,
maka motivasi belajar dan prestasi hasil belajar
siswa kelas V Sekolah Dasar Truni Kecamatan
a t i | 57
Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699
Babat Kabupaten Lamongan pada semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkat.‖
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
Truni Kec. Babat Kab.Lamongan. sebuah lembaga
pendidikan sekolah dasar yang berlokasi di ibukota
kecamatan.
Waktu penelitian ini selama 1 bulan, dilaksanakan
mulai bulan 01 Pebruari 2014 sampai dengan bulan
Maret 2014.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini di lakukan di Sekolah Dasar Negeri
Truni Kec.Babat Kab.Lamongan. tingkat
kemampuan dan daya serap siswa sangat
bervariasi. Peneliti adalah guru sekolah dasar
negeri Truni Kec.Babat Kab.Lamongan.
Teknik Pengumpulan Data
1. Lembar pengamatan
2. lembar angket
3. lembar test
Rancangan Tindakan
Perencanaan
a. membuat jadwal kegiatan yang disesuikan
dengan kondisi siswa
b. membuat rancangan pembelajaran yang
disesuaikan
c, menyusun langkah-langkah sekala prioritas
materi
Pelaksanaan
a. melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah yang sudah direncanakan dalam
RPP
b. menyampaikan lembar pre test
c. monitoring kegiatan belajar mngajar dengan
lembar pengamatan
d, membantu siswa yang tampak mengalami
kesulitan
e.. memberikan tugas untuk pertemuan minggu
berikutnya
Pengamatan
a. mengamati semua kegiatan yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
b. mencatat kejadian-kejadiannya tersebut dalam
lembar pengamatan
c. membagukan angket
d. mengumpulkan angket setelah dijawab siswa dan
menganalisa hasil angket
Refleksi
a. mengumpulkan semua data yang diperoleh
b. melihat sekilas kejadian-kejadiannya yang
menghambat
c. jika dipandang perlu maka merencanakan ulang
tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasi pengmatan dan
angket dianalisis secara deskriptif kuatitatif artinya
gambaran proses belajar mengajar tentang
penyelesaian luas segitiga dalam matematika yang
kemudian data deskriptf kuantitatif tersebut
dituangkan dalam prosentase dan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Observasi Awal
Untuk mengetahui kondisi awal pebelajaran
matematika khusunya tentang materi pokok
penghitungan luas segitiga terlebih dahulu
dilaksanakan tes awal.
Pelaksanaan penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3
siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4
kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi tindakan.
PENUTUP
Simpulan
1. Model pembelajaran kooperatif menjadikan
siswa ikut lebih aktif terlibat dalam
pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif memberikan
suasana yang menyenangkan
3. Dengan aktifnya siswa dan suasana yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Usman, M.U 1990. Menjadi guru profesional.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Depdikbud
Ischak, 1986. Berbagai jenis peta dan
kegunannya. Yogyakarta: Liberty
Pidarta, M. (1990). Cara belajar mengajar di
Universitas Negara-negara maju. Jakarta: Bumi
Aksara
Adam, A. Dan Mbirimujo, S. (1990). Games and
Role Playing. Harare: Generator
PENGARUH RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS
KESEHATAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN 2011-2013
Noer Rafikah Zulyanti *)
*)
Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK
Retribusi merupakan salah satu pendapatan terbesar untuk daerah selain pajak daerah, hasil dipisahkan
bidang wealth management dan PAD yang sah lainnya dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui Apakah
pelayanan kesehatan Retribusi di Departemen Kesehatan pada tahun 2011-2013 mempengaruhi Pendapatan
Lamongan bagaimana perawatan Levy dan kesehatan untuk pendapatan daerah Lamongan tahun 2011-2013,
sampel dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan Retribusi realisasinya di puskesmas 33 di Kabupaten
Lamongan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang diperoleh dari dokumen resmi di mana
pelaksanaan penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Sederhana Hasil regresi
linier menunjukkan bahwa perawatan kesehatan memungut efek positif pada pendapatan asli daerah Lamongan
sebesar 90,7%, dengan nilai korelasi 0,952 yang berarti bahwa pengaruh retribusi pelayanan kesehatan terhadap
pendapatan daerah sangat signifikan.
Kata Kunci: Retribusi, Kesehatan, PAD
LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan yang mendasar bagi
pemerintah daerah adalah pelayanan dibidang
kesehatan,dimana penyediaan sumber pembiayaan
untuk pelaksanaannya antara lain dilakukan
melalui penarikan retribusi pelayanan
kesehatan.Dalam pemerintah Kabupaten Lamongan
Retribusi Pelayanan kesehatan dilaksanakan dan
dipungut pada 33 puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Tugas (UPT) dibawah tanggung jawab
Dinas Kesehatan dan telah menjadi salah satu
pendapatan yang dapat diandalkan bagi
daerah.Dimana pelaksanaannya sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.13
tahun 2010 tentang Retribusi pelayanan kesehatan
dan penyusunannya berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia No.28 tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.
Retribusi yang tertuang dalam PERDA
Kabupatan Lamongan No.13 tahun 2010 tentang
retribusi pelayanan kesehatan meliputi retribusi
atas Administrasi ,Rawat inap umum, Askes,
Tindakan/operasi,Laboratorium,serta Pemeriksaan
calon pengantin yang pengelolaan dan
pengalokasiannya digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan maupun belanja rutin
pemerintah daerah Kabupaten Lamongan, melihat
pentingnya PAD yang dapat dijadikan sebagai
ukuran kemandirian suatu daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah maka penulis
melakukan penelitian ini untuk mengetahui ―
Pengaruh Retribusi pelayanan kesehatan pada
Dinas Kesehatan terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Lamongan tahun 2011-2013‖.
METODE
Variable terikat dalam penelitian ini
adalah PAD dan variable tidak terikatnya adalah
Retribusi pelayanan kesehatan kedua variable
diukur dalam jumlah rupiah. Data dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif, yang didapat dari
dokumen resmi tempat dilaksanakannya
penelitian., analisa yang digunakan adalah regresi
linear sederhana, sampel dalam penelitian ini data
Realisasi Retribusi pelayanan kesehatan Kabupaten
Lamongan tahun 2011 sampai tahun 2013 yang
tersebar di 33 puskesmas se-Kabupaten Lamongan
yang tercantum di bawah ini:
Tabel 1: Daftar 33 Puskesmas se-Kabupaten
Lamongan
No. Nama Puskesmas
1. Puskesmas sukorame
2. Puskesmas Bluluk
3. Puskesmas Ngimbang
4. Puskesmas Sambeng
5. Puskesmas Mantup
6. Puskesmas Kembangbahu
7. Puskesmas Sugio
8. Puskesmas Kedungpring
9. Puskesmas Dradah
10. Puskesmas Modo
11. Puskesmas Karangpilang
12. Puskesmas Babat
13. Puskesmas Moropelang
14. Puskesmas Pucuk
15. Puskesmas Sukodadi
16. Puskesmas Sumberaji
17. Puskesmas Lamongan
18. Puskesmas Tikung
19. Pekesmas Dermolemahbang
20. Puskesmas Deket
21. Puskesmas Glagah
22. Puskesmas Karangbinangun
23. Puskesmas Kalitengah
24. Puskesmas Turi
25. Puskesmas Karanggeneng
26. Puskesmas Sekaran
27. Puskesmas Maduran
28. Puskesmas Laren
29. Puskesmas Solokuro
30. Puskesmas Paciran
31. Puskesmas Tlogosadang
32. Puskesmas Brondong
33. Puskesmas Karangkembang
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan
HASIL
Salah satu penerimaan terbesar bagi
daerah adalah Retribusi,dimana objek retribusi
terbagi menjadi 3 yaitu Retribusi jasa umum,jasa
usaha dan perizinan tertentu.Retribusi Pelayanan
Kesehatan temasuk dalam Retribusi jasa umum
karena subjek dari retribusi jasa umum adalah
pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.sedangkan besarnya
retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang menggunakan jasa atau perizinan
tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif
retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. jadi
dapat diartikan semakin banyak jasa yang
diberikan kepada masyarakat semakin besar pula
hasil retribusi yang diperoleh daerah. Dan
dinyatakan sebagai dasar alokasi beban biaya yang
dipikul daerah dalam menyelenggarakan jasa yang
bersangkutan.sedangkan tarif retribusi adalah nilai
rupiah yang ditetapkan untuk menghitung besarnya
retribusi daerah yang terutang. Dimana besarnya
ditentukan sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif
tertentu dan sesuai Undang-undang No.28 tahun
2009 pasal 155, besarnya tarif retribusi dapat
ditinjau kembali paling lama 3 tahun.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
variabel retribusi pelayanan kesehatan dan variabel
Pendapatan Asli Daerah dimana data yang
berhubungan dengan penelitian ini adalah hasil
Realisasi penerimaan retribusi pelayan kesehatan
tahun 2011-2013 yang tercantum di bawah ini:
Tabel 2 : Hasil Retribusi Pelayanan Kesehatan pada tahun 2011-2013
Tahun Target Realisasi Prosentase ( % )
2011 2,236,558,500 2,181,832,798 97,55
2012 2,537,879,000 2,699,395,321 106.36
2013 3,303,3119,625 3,427,259,987 103,75
Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Lamongan No. 13 tahun 2010, Retribusi pelayanan
kesehatan meliputi Biaya administrasi rawat inap
Rp. 6000, Rawat Inap Zaal Rp 18.750, Rawat inap
kelas II Rp 30.000, Rawat Inap kelas I Rp 45.000,
Rawat jalan umum Rp 5.000, Rawat darurat Rp.
7.500, Pemeriksaan laboratorium klinik (Gula
darah stik) Rp 20.500, Pemeriksaan laboratorium
klinik (Hemoglobin) Rp 8.500, Pemeriksaan
kesehatan umum Rp 10.000, Pemeriksaan
kesehatan (kepentingan melamar kerja) Rp 6.000,
Pemeriksaan kesehatan (kepentingan melamar
pendidikan) Rp 5.000, Pemeriksaan kesehatan
(Kesehatan Ibu & Anak) Rp 5.000, Pemeriksaan
calon pengantin (2orang) Rp. 15.000, Pemeriksaan
ECG Rp 37.500, Tindakan Medik Terapi Gilut
(pencabutan gigi susu) Rp 15.000, Tidakan medik
terapi Gilut (tumpatan sementara) Rp 10.000,
Tindakan medik operatif mata (tidakan kecil) Rp
31.500, Angkat jahit tindakan kecil Rp 6.000,
Angkat jahit tindakan sedang Rp 9.000, Angkat
jahit tindakan besar Rp 11.250, Konsultasi gigi Rp
15.000, Visite dokter Rp 20.000 dan pemeriksaan
Jama'ah haji Rp 30.000
PEMBAHASAN
Pendapatan dari hasil Retribusi pelayanan
Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan dalam tiga tahun terakhir sejak 2011-
2013 terus mengalami peningkatan , karena
retribusi pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan
jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah kepada masyarakat. Retribusi pelayanan
kesehatan diharapkan menjadi salah satu
penerimaan terbesar dalam Pemerintah Daerah
kabupaten Lamongan,tapi pendapatan dari retribusi
jasa umum sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan
keadaan ekonomi masyarakat sehingga dalam hal
ini sosialisasi sangat diperlukan.
Untuk mengukur pengaruh antara
Retribusi pelayanan kesehatan sebagai variabel x
terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel
Y dengan menggunakan perhitungan Stasistik
Product and Service Solution (SPSS Versi 16)
diperoleh hasil statistik sebagai berikut :
Tabel 3 : Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 29.934 25.466 1.175 .449
retribusi yankes 28.202 9.044 .952 3.118 .198
a. Dependent Variable: P A D
Persamaan Regresi
Dari hasil regresi sederhana dapat dijelaskan bahwa :
Y = a + bx
= 29,934+28,202X
jika Retribusi Pelayanan Kesehatan (X)
nilainya 0, maka Pendapatan Asli Daerah (y)
nilainya positif sebesar 29,934. dan Jika Retribusi
pelayanan Kesehatan mengalami kenaikan Rp.1,
maka Pendapatan Asli Daerah naik sebesar Rp
28,202.artinya Semakin bertambah Retribusi
Pelayanan Kesehatan Semakin meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
Korelasi
Berdasarkan tabel diatas maka nilai korelasi (r)
diperoleh sebesar r = 0,952 hal ini berarti terdapat
hubungan yang sangat kuat antara Retribusi
pelayanan kesehatan dan Pendapatan Asli Daerah.
Koofisien Determinasi
Koofisien determinasi pada dasarnya
digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependent secara statistik, Berdasarkan
hasil estimasi persamaan diperoleh koefisien
determinan sebesar R2 = (0,952)
2 = 0,907 atau
90,7% dan sisanya 9,3% dipengaruhi faktor lain
yang tidak termasuk dalam model.
Uji statistik t
Uji t dipergunakan digunakan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh dari masing-masing
variabel dengan membandingkan tingkat
signifikasinya. Sedangkan dari perhitungan di atas
diperoleh angka sebesar =3,118 dibandingkan
dengan t tabel =2,228 jadi t hitung > t tabel
(3,118>2,228).ini berarti terdapat pengaruh yang
signifikan antara Retribusi pelayanan kesehatan
terhadap Pendapatan Asli Daerah.dengan dasar
pedoman pengambilan keputusan pada uji t yaitu :
Jika nilai signifikan <0,05 dinyatakan signifikan
atau H0 ditolak.
Jika nilai signifikan > 0,05 dinyatakan tidak
signifikan atau H0 diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas Retribusi
Pelayanan Kesehatan mengalami naik turun
pendapatan, sejak tahun 2011 sebesar
97,55%,tahun 2012 mencapai 106,36% dan tahun
2013 sebesar 103,75% maka dari analisis yang
dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut (1) Retribusi Pelayanan kesehatan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan
dengan prosentase 90,7% dan merupakan
pengahasil retribusi jasa umum terbesar di
kabupaten lamongan . (2) Jika retribusi pelayanan
kesehatan mengalami kenaikan sebesar Rp.1 maka
Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar Rp.
28,202.
Saran
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap
upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Lamongan dalam memenuhi target
Retribusi Pelayanan Kesehatan, di sini penulis akan
mengungkapkan saran-saran yang mungkin akan
bermanfaat yaitu (1) Pihak puskesmas sebagai
penyedia jasa pelayanan kesehatan perlu
memperhatikan upaya untuk paling tidak
mempertahankan atau bahkan meningkatkan hal-
hal yang berkaitan dengan pelayanan yang
diberikan, agar bisa bersaing dengan penyedia jasa
pelayanan kesehatan yang lain sehingga
pendapatan retribusi pelayanan kesehatan
meningkat yang nantinya berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah. (2) Bagi peneliti
selanjutnya akan lebih baik jika dalam retribusi
pelayanan kesehatan dihitung setiap
variabelnya,sehingga dapat diketahui variabel mana
yang dominan pengaruhnya terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
DAFTAR RUJUKAN
Laporan Target dan Realisasi Retribusi Dinas
Kesehatan Tahun Anggaran 2011 sampai
tahun Tahun Anggaran 2013.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No. 13
Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan.
Mulatsih, Sri Nuning dan Hariyanih. 2010.
Pengaruh Retribusi Pendaftaran Penduduk
WNI dan Akta kelahiran Pada Dinas