erni winarsi*) - karyailmiahdosenunisla.files.wordpress.com · kemampuan meghitung perkalian siswa...

61
| 1 Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699 2PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN METODE PENJUMLAHAN BERULANG KELAS I SDN TEJOASRI II KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN Erni Winarsi *) *) Guru Sekolah Dasar Negeri Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan ABSTRAK Peningkatan kemapuan menghitung perkalian adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru sebagai institusi yang bertanggung jawab penuh pada kelancaran dan hasil atau produk dari kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika yang baik dan memenuhi harapan semua pihak, termasuk kurikulum pembelajaran bidang studi Matematika dan kepercayaan yang telah diberikan orang tua dan wali murid kepada guru. Sedangkan, metode penjumlahan berulang adalah salah satu ragam alternatif model pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam operasional menghitung perkalian siswa di Sekolah Dasar pada bidang studi Matematika. Pendekatan penjumlahan berulang relative mempergunakan logika matematika sederhana sehingga akan sangat mudah dipahami dan dikuasai serta diterapkan oleh siswadi sekolah dasar dalam proses pembelajaran bidang studi Matematika, pada penguasaan materi operasional menghitung perkalian. Penelitian ini secara procedural menggunakan sistematika atau tata urutan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), model penelitian ini sangat sejalan dengan peran dan fungsi guru yang senan tiasa melakukan tindakan korektif pada setiap pasca kegiatan belajar mengajar (KBM). Permasalahan yang muncul dan berkembang pada penelitian ini dirumuskan dalam sebagai berikut : (1) bagaimanakah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ? dan (2) Apakah usaha peningkatan kemampuan meghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dengan menggunakan metode penjumlahan berulang menunjukkan peningkatan? Simpulan bahwa dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ini guru dapat mengupayakan peningkatan kemampuan menghitung perkalian siswa pada bidang studi Matematikadi kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Kata Kunci : Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian, Metode Penjumlahan Berulang. PENDAHULUAN Latar Belakang Pada pendidikan di sekolah dasar, proses pembelajaran mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun konstruksi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Semua kegiatan pembelajaran dijenjang pendidikan sekolah dasar hendaknya dikelola dengan baik, berdaya guna, dan berhasil guna dengan bimbingan yang cermat, pendekatan yang tepat dan pemahaman yang memadai kondisi psikologis siswa di sekolah dasar yang memang pada dasarnya memerlukan perhatian dan wawasan yang cukup. Bidang studi matematika sering kali menjadi pilihan atau salah satu mata pelajaran yang kurang disukai dan diminati siswa bahkan bisa dikatakan ditakuti oleh siswa. Bidang studi matematika yang memiliki hubungan langsung dengan keterampilan dasar berhitung ini menempati urutan pertama pada daftar mata pelajaran yang menjadi ―hantu‖ pada siswa dihampir semua lembaga pendidikan diberbagai jenjang, baik ditingkat sekolah dasar, tingkat lanjutan pertama maupun tingkat lanjutan atas. Bahkan pernah ditemui kenyataan bahwa ada siswa dijenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),sekarang disebut Sekolah Menengah Umum (SMU) pada waktu penjurusan menjatuhkan pilihan pada jurusan bahasa tanpa memperhatikan kemampuan dan ketrampilannya dalam bidang bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa inggris dengan sebuah pertimbangan sederhana bahwa dijurusan bahasa tersebut siswa yang bersangkutan tidak akan menerima atau ―menikmati‖ pelajaran matematika dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) nya. Pada umumnya, siswa disekolah dasar mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika. Kesulitan yang berkembang pada diri hampir keseluruhan siswa ditingkat sekolah dasar pada bidang studi matematika ini yaitu kesulitan dalam menyelesaikan operasional yang berhubungan dengan keterampilan dasar matematika. Keterampilan dasar pada bidang studi matematika meliputi : - Operasi penjumlahan - Operasi pengurangan - Operasi perkalian - Operasi pembagian

Upload: nguyenhuong

Post on 18-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

| 1

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

2PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN

METODE PENJUMLAHAN BERULANG KELAS I SDN TEJOASRI II

KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN

Erni Winarsi*)

*)

Guru Sekolah Dasar Negeri Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

ABSTRAK

Peningkatan kemapuan menghitung perkalian adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru sebagai

institusi yang bertanggung jawab penuh pada kelancaran dan hasil atau produk dari kegiatan belajar mengajar

(KBM) bidang studi Matematika yang baik dan memenuhi harapan semua pihak, termasuk kurikulum

pembelajaran bidang studi Matematika dan kepercayaan yang telah diberikan orang tua dan wali murid kepada

guru.

Sedangkan, metode penjumlahan berulang adalah salah satu ragam alternatif model pendekatan yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam operasional menghitung perkalian siswa di

Sekolah Dasar pada bidang studi Matematika. Pendekatan penjumlahan berulang relative mempergunakan logika

matematika sederhana sehingga akan sangat mudah dipahami dan dikuasai serta diterapkan oleh siswadi sekolah

dasar dalam proses pembelajaran bidang studi Matematika, pada penguasaan materi operasional menghitung

perkalian.

Penelitian ini secara procedural menggunakan sistematika atau tata urutan rancangan penelitian tindakan

kelas (PTK), model penelitian ini sangat sejalan dengan peran dan fungsi guru yang senan tiasa melakukan

tindakan korektif pada setiap pasca kegiatan belajar mengajar (KBM).

Permasalahan yang muncul dan berkembang pada penelitian ini dirumuskan dalam sebagai berikut : (1)

bagaimanakah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren

Kabupaten Lamongan dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ? dan (2) Apakah usaha peningkatan

kemampuan meghitung perkalian siswa kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dengan

menggunakan metode penjumlahan berulang menunjukkan peningkatan?

Simpulan bahwa dengan menggunakan metode penjumlahan berulang ini guru dapat mengupayakan

peningkatan kemampuan menghitung perkalian siswa pada bidang studi Matematikadi kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.

Kata Kunci : Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian, Metode Penjumlahan Berulang.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada pendidikan di sekolah dasar, proses

pembelajaran mempunyai fungsi dan pengaruh yang

sangat besar dalam membangun konstruksi kognitif,

afektif, dan psikomotorik siswa. Semua kegiatan

pembelajaran dijenjang pendidikan sekolah dasar

hendaknya dikelola dengan baik, berdaya guna, dan

berhasil guna dengan bimbingan yang cermat,

pendekatan yang tepat dan pemahaman yang

memadai kondisi psikologis siswa di sekolah dasar

yang memang pada dasarnya memerlukan perhatian

dan wawasan yang cukup.

Bidang studi matematika sering kali menjadi

pilihan atau salah satu mata pelajaran yang kurang

disukai dan diminati siswa bahkan bisa dikatakan

ditakuti oleh siswa. Bidang studi matematika yang

memiliki hubungan langsung dengan keterampilan

dasar berhitung ini menempati urutan pertama pada

daftar mata pelajaran yang menjadi ―hantu‖ pada

siswa dihampir semua lembaga pendidikan

diberbagai jenjang, baik ditingkat sekolah dasar,

tingkat lanjutan pertama maupun tingkat lanjutan

atas. Bahkan pernah ditemui kenyataan bahwa ada

siswa dijenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA),sekarang disebut Sekolah Menengah Umum

(SMU) pada waktu penjurusan menjatuhkan pilihan

pada jurusan bahasa tanpa memperhatikan

kemampuan dan ketrampilannya dalam bidang

bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa

inggris dengan sebuah pertimbangan sederhana

bahwa dijurusan bahasa tersebut siswa yang

bersangkutan tidak akan menerima atau

―menikmati‖ pelajaran matematika dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM) nya.

Pada umumnya, siswa disekolah dasar

mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) bidang studi Matematika.

Kesulitan yang berkembang pada diri hampir

keseluruhan siswa ditingkat sekolah dasar pada

bidang studi matematika ini yaitu kesulitan dalam

menyelesaikan operasional yang berhubungan

dengan keterampilan dasar matematika.

Keterampilan dasar pada bidang studi matematika

meliputi :

- Operasi penjumlahan

- Operasi pengurangan

- Operasi perkalian

- Operasi pembagian

| 2

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Pada momentum seperti ini, peneliti merasa

tepat dan mantap untuk mengetengahkan serta

mendeskripsikan proses dan hasil dari Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti kerjakan di

kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren

Kabupaten Lamongan. Karena dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dengan

target keterampilan berhitung perkalian dengan

menggunakan metode penjumlahan berulang ini

peneliti berusaha mendeskripsikan upaya – upaya

yang peneliti lakukan agar keterampilan siswa

dalam berhitung perkalian dapat meningkat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan

menghitung perkalian siswa pada bidang

studi Matematika kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

dengan menggunakan metode penjumlahan

berulang ?

2. Apakah usaha peningkatan kemampuan

menghitung perkalian siswa pada bidang

studi Matematika di kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

dengan menggunakan metode penjumlahan

berulang ?

KAJIAN PUSTAKA

Proses Pembelajaran Bidang Studi Matematika

di Sekolah Dasar

Guru sebagai salah satu pihak yang mempunyai

kewenangan (policy) dalam menentukan kebijakan

pendidikan terutama dalam proses pembelajaran

langsung di lapangan mempunyai tanggungjawab

yang besar guna mengatasi permasalahan atau

problematika ini. Hal ini berdasarkan realitas bahwa

secara prinsipil bidang studi matematika merupakan

mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali

untuk dikuasai siswa karena berhubungan langsung

dengan salah satu aspek kecerdasan individu,dalam

pengertian yang luas (Moesono,2000:04).

Metode Penjumlahan Berulang

Dalam proses pembelajaran bidang studi

matematika, dikenal beragam teknik pendekatan,

strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang

tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna yang

bisa diterapkan secara aplikatif kepada siswa di

kelas guna pencapaian target pembelajaran seperti

yang diinginkan dan diharapkan oleh berbagai

pihak. Berbagai metode pendekatan, strategi

pembelajaran maupun model pengajaran yang

digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

bidang studi matematika masing-masing memiliki

pernik sendiri-sendiri, dan masing -masing memiliki

kelebihan serta kekurangan dan karakteristik yang

sesuai dengan situasi dan kondisi kelas tertentu

namun masing-masing memiliki satu tujuan yang

sama yakni memperlancar proses Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) bidang studi matematika dan

meningkatkan prestasi belajar siswa pasca Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) bidang studi matematika.

Metode penjumlahan berulang, merupakan

suatu metode pendekatan untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan siswa dalam

operasional berhitung perkalian yang

mempergunakan logika matematika sederhana yakni

menjumlahkan secara berulang-ulang materi

bilangan yang dikalikan.

Misalnya :

4 x 5 = 20

Cara menghitungnya adalah 5 + 5 + 5 + 5 = 20

Strategi pembelajaran pendekatan berulang

pada dasarnya adalah suatu pendekatan yang

menggunakan logika sederhana dalam

menyelesaikan operasional menghitung perkalian

yang relatif sulit untuk dikuasai dan dikerjakan oleh

siswa.

Selain berhadapan dengan faktor guru dan

lingkungan yang melatarbelakangi siswa yang

kurang memberikan dukungan serta minimnya

fasilitas pendukung kelancaran Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM). Usaha meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam bidang studi matematika juga

berhadapan dengan faktor siswa itu sendiri.

Rendahnya motivasi belajar pada siswa di sekolah

dasar menciptakan permasalahan tersendiri yang

membuat banyak pihak, terutama guru sebagai

institusi pertama yang berhadapan langsung dengan

situasi dan kondisi tersebut.

Lebih lanjut, Gardner dan Amstrong (Akbar,

2002:88) mengatakan bahwa ada delapan

kecerdasan yang dimiliki setiap manusia yang

disebut sebagai multiple intelligences (kecerdasan

majemuk), yang meliputi :

a. kecerdasan linguistik; kemampuan

menggunakan kosakata dalam kalimat

yang efektif baik lisan maupun tertulis;

b. kecerdasan metematis-logis; kemampuan

menggunakan angka dengan baik

dan melakukan penalaran yang benar;

c. kecederdasan spasial; kemampuan

membayangkan, merepresentasikan ide

secara visual –spasial, dan

mengorientasikan diri secara matrik

spasial;

d. kecerdasan kinetis jasmani; keahlian

menggunakan seluruh tubuh untuk

mengekspresikan ide dan perasaan,

ketrampilan menggunakan tangan untuk

menciptakan dan mengubah sesuatu;

e. kecerdasan musikal; kemampuan

menangani bentuk-bentuk musikal

dengan cara mempersepsi, membedakan,

mengubah, dan mengekspresikannya;

f. kecerdasan interpersonal; kemampuan

mempersepsi dan membedakan suasana

hati, maksud, motivasi, serta perasaan

orang lain;

| 3

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

g. kecerdasan intrapersonal; kemampuan

memahami diri secara akurat, kesadaran

akan suasana hati, maksud, motivasi,

temperamen, dan keinginan, serta

kemampuan berdisiplin diri, memahami

dan menghargai diri secara proporsional;

h. kesadaran naturalis; kesadaran ini

meliputi kepekaan terhadap fenomena

alam lain-lainnya.

Indikasi Keberhasilan Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM)

Indikator tingkat keberhasilan yang

menunjukkan berhasil atau tidaknya kegiatan

belajar mengajar (KBM) bidang studi

Matematika yang terimplementasikan pada

peningkatan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan pendekatan penjumlahan

berulang adalah sebagai berikut :

(1) Peningkatan kemampuan pemahaman

dan penguasaan materi pembelajaran

siswa.

Peningkatan ketrampilan

berhitung siswa secara kualitas terlihat

dalam kemampuan mengingat angka-

angka hasil perkalian dan

menerapkannya dengan cepat dan tepat

pada proses pembelajaran. Tingkat

kemampuan dan ketrampilan siswa

dalam melakukan aktivitas operasional

berhitung perkalian memudahkan

pemahaman dan pengguasaan siswa

terhadap materi pembelajaran ini

memberikan gambaran yang konkret

pada peningkatan prestasi belajar siswa

dalam bidang studi matematika.

(2) Tingkat efisiensi kegiatan belajar

mengajar (KBM)

Efisiensi proses interaksi antara

siswa dan guru dalam kegiatan belajar

(KBM) bidang studi Matematika yang

berpusat pada ketrampilan operasioanl

berhitung perkalian siswa yang ditandai

dengan adanya peningkatan frekuensi

interaksi pembelajaran Matematika itu

sendiri.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah

pengkajian yang dilakukan terhadap permasalahan

yang relatif sederhana dalam ruang lingkup yang

sempit; yang memiliki hubungan dan keterkaitan

dengan pola perilaku individu atau kelompok orang

(group) di suatu lingkungan tertentu secara

kausalitas. Penelitian peningkatan kemampuan

menghitung perkalian siswa dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang, pada prinsipnya,

juga secara jelas mempergunakan aturan-aturan

prosedural dan sistematis rancangan penelitian

tindakan kelas (PTK). Secara prinsipil, penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah suatu pendekatan untuk

memperbaiki proses dan hasil pendidikan melalui

perubahan, dengan memotivasi guru agar

mencermati kegiatan belajar mengajar (KBM) yang

menjadi tanggung jawabnya masing-masing, agar

bersedia mengkritisi praktek mengajarnya itu dan

merubahnya. Wibawa (2003:56) mengatakan bahwa

penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai makna

sadar atau refleksif dan kritis terhadap kegiatan

belajar mengajar (KBM), dan menggunakan

kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk

bersiap terhadap perubahan dan perbaikan mutu

serta kualitas proses pembelajaran, baik yang

bersifat evolusi maupun revolusi.

Penelitian tindakan kelas (PTK) meningkatkan

kemampuan operasional menghitung perkalian pada

bidang studi Matematika di siswa kelas I SDN

Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

dengan menggunakan pendekatan penjumlahan

berulang ini tercakup dalam dua siklus dan terdiri

dari dua kali pertemuan. Siklus pertama

dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan

siklus kedua pada pertemuan kedua. Secara rinci,

tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar (KBM)

masing-masing dapat dicermati di bawah ini yang

meliputi :

(1) Siklus Pertama;

(i) Penyampaian sosialisasi awal.

(ii) Guru menyampaikan materi

operasional dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang.

(iii) Guru memberikan penugasan berupa

latihan soal.

(iv) Evaluasi pertama.

(2) Siklus Kedua;

(i) Guru memberikan pengajaran

remedial.

(ii) Guru memberikan penugasan kedua

berupa latihan soal.

(iii) Evaluasi kedua.

(iv) Simpulan.

Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK)

meningkatkan kemampuan operasional

menghitung perkalian dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang ini

dilakukan di kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.

Instrumen Penelitian

Instrumen utama penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah peneliti itu sendiri, penelitian tindakan

kelas (PTK) ini adalah guru merupakan orang atau

elemen yang memiliki pengetahuan yang lebih

dibandingkan pihak-pihak yang lain karena data

kondisi dari obyek penelitian yakni siswa adalah

guru, seluruh realitas data dan sebagaimana upaya-

upaya menyingkapi dan menganalisnya. Untuk

mendukung dan melengkapi instrumen utama

| 4

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

digunakanlah instrumen penunjang. Instrumen

penunjang tersebut meliputi (i) pedoman observasi;

(ii) catatan lapangan; (iii) dokumentasi; dan (iv)

foto.

Proses Analisa Data

Langkah-langkah analisis data adalah

mengkaji data yang terkumpul secara keseluruhan

dari semua instrumen, mereduksi data, dan

menyimpulkan serta memverifikasinya kembali.

Tindakan verifikasi mutlak diperlukan untuk

melakukan pemeriksaan terakhir pada data yang

telah ada melalui sumber-sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan, misalnya buku penunjang

teori, data siswa, dan informasi serta tanggapan dari

teman sejawat yang berkolaborasi mendukung

kegiatan penelitian ini.

Proses penganalisisan data dilakukan dengan

berpedoman pada beberapa kriteria keberhasilan

proses pembelajaran. Pedoman analisis proses

pembelajaran bidang studi Matematika dengan

sasaran peningkatan ketrampilan siswa dalam

operasional menghitung perkalian dilakukan dengan

menggunakan tabel 1 berikut ini.:

Tabel 1. Pedoman Analisis Proses Belajar Siswa

Nama : .................................................

No. Absen : .................................................

No. Kriteria Penilaian

Peran Aktif

Siswa Dalam

KBM

Keaktifan

Siswa

Dalam %

1 Siklus Pertama

1. Penyampaian sosialisasi

awal

2. Penyampaikan materi

operasioanal perkalian

dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan

berulang

3. Penugasan pertama

yakni mengerjakan soal

latihan.

4. Evaluasi pertama

2 Siklus Kedua

1. Pengajarn remedial

2. Penugasan kedua yakni

mengerjakan soal

latihan

3. Evaluasi kedua

4. Simpulan

Kegiatan penganalisisan data dan

penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas (PTK)

meningkatkan ketrampilan siswa dalam operasional

menghitung perkalian dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang ditentukan

dengan standar prosentase keberhasilan penelitian

sebagai berikut.

1. Prestasi belajar siswa secara individual yang

dinilai dari produk kegiatan operasional

perkalian pada siklus kedua dan pengamatan

selama kegiatan pembelajaran sepanjang

siklus berlangsung adalah sekurang-

kurangnya mendapatkan nilai 65 atau

pencapaian nilai dari siswa rata-rata sekurang-

kurangnya 85 atau persentase pencapaian rata-

rata 85%.

2. Persentase keterlibatan aktif siswa dalam

prosedur pembelajaran secara individual yang

berlangsung sepanjang siklus, baik siklus

pertama, kedua dan ketiga adalah sekurang-

kurangnya 65% atau persentase keberhasilan

pencapaian dari masing-masing siswa rata-

rata sekurang-kurangnya 85%.

3. Persentase kemampuan siswa dalam

mengarang yang diberikan secara individual

sekurang-kurangnya 65% atau persentase

keberhasilan pencapaian dari masing-masing

siswa rata-rata sekurang-kurangnya 85%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Setelah melalui serangkaian tahapan proses

penelitian, didapatkan seperangkat data yang dapat

dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan

penelitian tindakan kelas (PTK) meningkatkan

ketrampilan siswa dalam operasional menghitung

perkalian dengan menggunakan pendekatan

penjumlahan berulang pada materi pembelajaran

| 5

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

bidang studi Matematika pada siswa kelas II SDN

Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten

Lamongan. Berdasarkan pada kurikulum 2006

maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran yang nyata tentang usaha-

usaha yang dilakukan oleh guru pengajar bidang

studi Matematika untuk meningkatkan ketrampilan

siswa dalam operasional menghitung perkalian

dengan menggunakan pendekatan penjumlahan

berulang secara optimal di kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.

Sedangkan, secara khusus, penelitian ini

memiliki tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

(i) Meningkatkan ketrampilan siswa dalam

operasional menghitung perkalian pada

materi pembelajaran dalam bidang studi

Matematika;

(ii) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada

bidang studi Matematika;

(iii) Meningkatkan profesioanalisme guru dalam

membimbing dan meningkatkan

ketrampilan siswa dalam operasional

menghitung perkalian dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang.

Secara lebih dalam, tahapan-tahapan

pembelajaran dalam tiap siklus akan diuraikan

dalam wacana singkat dibawah ini.

(1) Siklus pertama

Tahapan-tahapan pembelajaran

dalam siklus pertama, dapat dilihat pada

uraian di bawah ini :

(a) Tahapan pertama;

Guru memberikan

sosialisasi awal tentang kegiatan

belajar mengajar (KBM) bidang

studi Matematika terutama pada

materi operasional perkalian dengan

menggunakan pendekatan

penjumlahan berulang kepada siswa.

Tahapan sosialisasi awal ini juga

digunakan untuk memberikan

motivasi belajar bidang studi

Matematika agar siswa mempunyai

motivasi belajar yang tinggi dalam

bidang studi.

(b) Tahapan kedua;

Guru menyampaikan

materi pembelajaran operasional

berhitung perkalian dengan

menggunakan metode pendekatan

penjumlahan berulang dengan jelas,

lengkap, terperinci, dan tepat

sasaran. Uraian materi didukung

dengan keterangan-keterangan di

papan tulis dan contoh soal untuk

memudahkan pemahaman dan

penguasaan materi pembelajaran

oleh siswa.

(c) Tahapan ketiga;

Guru memberikan

penugasan berupa latihan soal yang

berisikan materi tentang operasional

perkalian dengan metode pengerjaan

pendekatan penjumlahan berulang

kepada siswa. Latihan soal yang

diberikan adalah untuk mengetahui

tingkat pemahaman, penguasaan,

dan kemampuan siswa

menyelesaikan soal-soal operasional

menghitung perkalian dengan

menggunakan pendekatan

penjumlahan berulang.

(d) Tahapan keempat;

Guru melakukan evaluasi

dari pekerjaan siswa mengerjakan

latihan soal operasional menghitung

perkalian dengan pendekatan

penjumlahan. Hasil evaluasi akan

digunakan guru sebagai materi

pembelajaran remedial pada siklus

dan pertemuan kedua.

(2) Siklus kedua

Tahapan-tahapan dalam

kegiatan pembelajaran di siklus kedua

ini, secera rinci dapat dilihat dalam

uraian singkat di bawah ini.

(a) Tahapan pertama

Guru memberikan

pembelajaran remedial guna

membantu siswa yang mengalami

ketertinggalan materi pembelajaran

pada tahapan siklus pertama.

Sedangkan, bagi siswa yang sudah

mempunyai pemahaman dan

penguasaan yang baik pada materi

pembelajaran operasional

menghitung perkalian maka

pembelajaran remedial memiliki

fungsi guna pemantapan

pemahaman dan penguasaan pada

materi pembelajaran yang lebih baik

lagi.

(b) Tahapan kedua;

Guru memberikan

penugasan berupa latihan soal

dengan materi operasional

menghitung perkalian dengan

menggunakan pendekatan

penjumlahan berulang, yang

mempunyai tingkat kesulitan yang

lebih tinggi dari pada latihan soal di

siklus pertama.

(c) Tahapan ketiga;

Guru melakukan evaluasi

dan penilaian hasil pekerjaan siswa

berupa latihan soal dengn materi

pembelajaran operasional

menghitung perkalian dengan

| 6

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

menggunakan pendekatan

penjumlahan berulang.

(d) Tahapan keempat;

Guru menyusun simpulan

sederhana mengenai hasil dari

proses pembelajaran yang baru saja

dilalui bersama. Kegiatan menyusun

simpulan secara reflektif akan

membimbing siswa mengevaluasi

diri sendiri, mengenali kemampuan

dan kekurangan dari masing-masing

pribadi siswa sebagai modal dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM)

dalam proses pembelajaran

selanjutnya.

Berikut ini data yang menunjukkan

peningkatan ketrampilan operasional menghitung

perkalian siswa. Peningkatan tersebut terlihat pada

data analisis proses belajar siswa yang dapat

dicermati dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Data Analisis Proses Belajar Siswa

No Nama Kriteria Penilaian Berdasarkan Pengamatan

Menyimak

Uraian Materi

Mengerjakan

Latihan Soal I

Pembelajaran

Remedial

Mengerjakan

Latihan Soal II

1 Adhin Senja D C B B A

2 Ardhian Dewi S C C K C

3 Dimas Yoga A C B B

4 Laila Choirumin A A B B B

5 Moh.Rian B B A A

6 Oneda Aulia S C C B B

7 Septi Wulan C C K C

8 Teguh Dwi W A C B B

9 Tina Agustin C C C B

10 Yestyas R.H B A A A

11 Zuda Sakura A B B B

12 Nico Priyo F B B B A

Keterangan :

Penilaian diberikan dengan skor K = 0; C = 1; B = 2; dan A = 3

Tabel 3. Data Analisis Nilai Siswa (Evaluasi 1 & Evaluasi 2)

No Nama Perolehan Nilai Siswa (Skor 1 – 10)

Pembelajaran Remedial Menyusun Simpulan

1 Adhin Senja D 6,8 7,8

2 Ardhian Dewi S 6,5 7,0

3 Dimas Yoga 7,2 7,4

4 Laila Choirumin A 8,0 8,8

5 Moh.Rian 8,0 8,2

6 Oneda Aulia S 7,8 7,4

7 Septi Wulan 6,0 6,4

8 Teguh Dwi W 8,6 7,0

9 Tina Agustin 6,0 6,8

10 Yestyas R.H 7,8 8,4

11 Zuda Sakura 7,0 7,8

12 Nico Priyo F 8,0 7,4

Pembahasan

Keberhasilan proses penelitian pembelajaran

peningkatan ketrampilan siswa pada kemampuan

operasional menghitung perkalian pada bidang

studi Matematika dengan menggunakan

pendekatan penjumlahan berulang pada siswa kelas

I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren Kabupaten

Lamongan menurut hemat peneliti telah tepat

mengenai sasaran.

Pada siklus pertama, kegiatan pembelajaran

yang dilakukan guru sedikit banyak telah mampu

meningkatkan dan menggairahkan pengelolaan

kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa dengan

penuh perhatian mendengarkan uraian penjelasan

materi pembelajaran bidang studi Matematika. Ada

motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa untuk

lebih memperhatikan uraian penjelasan dari guru

pengajar bidang studi Matematika karena rasa

keingintahuan yang lebih untuk memahami lebih

jauh tentang materi yang diuraikan oleh guru

pengajar bidang studi Matematika.

Keaktifan dan kesungguhan siswa ini

memiliki implementasi secara langsung pada

kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa dalam

| 7

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

penugasan kedua. Siswa di kelas I SDN Tejoasri II

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan secara

garis besar telah mampu dan terampil dalam

operasional menghitung perkalian.

Pemahaman, kemampuan dan ketrampilan

siswa tersebut terdeskripsi dengan jelas khususnya

pada kemampuan dan ketrampilan operasional

menghitung perkalian tersebut di atas dengan baik

dan benar. Kemampuan dan ketrampilan siswa

kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren

Kabupaten Lamongan untuk memahami dan

menguasai dengan benar materi pembelajaran yang

disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM) bidang studi Matematika ini

mengisyaratkan bahwa secara umum siswa di kelas

dan sekolah tersebut telah menunjukkan

peningkatan ketrampilan operasional menghitung

perkalian dengan hasil yang cukup baik.

Bertolak pada realitas selama kegiatan belajar

mengajar (KBM) bidang studi Matematika dengan

menggunakan pendekatan penjumlahan berulang di

kelas I SDN Tejoasri II Kecamatan Laren

Kabupaten Lamongan maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilakukan oleh peneliti telah mencapai tujuan

seperti yang diharapkan.

PENUTUP

Simpulan

1. Peningkatan prestasi belajar siswa tampak

pada peran serta aktif siswa pada tahapan-

tahapan siklus pembelajaran. Aktifitas-

aktifitas siswa seperti (1) mendengarkan

dengan sungguh-sungguh uraian materi

pelajaran dari guru; (2) mempersiapkan

diri dengan sungguh-sungguh untuk

kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan

materi pembelajaran operasional

menghitun.g perkalian; (3) mengerjakan

latihan soal; dan (5) melakukan evaluasi

bersama untuk mendapatkan simpulan

yang tepat dari kegiatan yang baru saja

dilakukan merupakan suatu bentuk peran

aktif siswa dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM).

2. Peningkatan prestasi belajar siswa pada

bidang studi Matematika juga

terimplementasi secara lengkap pada hasil

yang nyata seperti kemampuan dan

ketrampilan operasional menghitung

perkalian dengan menggunakan

pendekatan penjumlahn berulang dengan

baik dan benar.

Saran-Saran

1. Kepada rekan-rekan sejawat yang ingin

meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan serta prestasi belajar

siswanya, apabila situasi dan kondisi

yang berkembang di sekolah atau

lingkungan pendidikannya relatif

mempunyai kesamaan dengan apa yang

ada di sekolah peneliti, maka disarankan

untuk menggunakan metode ini sebagai

strategi pembelajaran.

2. Kepada Guru dan jajaran pengelola

kebijakan sekolah, disarankan agar dapat

memberikan fasilitas dalam sosialisasi

implementasi metode pembelajaran ini,

sejalan dengan signifikansi hasil

penelitian yang telah peneliti lakukan.

3. Kepada orang tua dan wali murid

diharapkan mempunyai kepedulian yang

tinggi dan pro aktif dengan proses

pembelajaran yang sedang dilakukan di

sekolah.

4. Kepada siswa itu sendiri agar senantiasa

tidak berhenti sampai pada tahapan

pembelajaran ini apabila menginginkan

kemampuan dan ketrampilannya

senantiasa terasah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi

Perkembangan Anak. Jakarta : Grasindo

Bahari, Abdulah dkk. 2000. Metode Belajar Anak

Kreatif. Bandung : Dwi Pasha press

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 : Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta :

Puskur, Balitbang, Depdiknas.

Markus, Alim. 1998. Manajemen Pendidikan

Sekolah Terbuka; Reprensentasi Sistem

Pendidikan De-Birokratisasi. Yogyakarta :

Mitra Pustaka.

Moesono, Djoko. 2000. Mari Berhitung, Belajar

Matematika Dengan Mudah. Jakarta : Pustaka

Jaya Press.

Prianto, Ahmad Joko. 1995. Media Pembelajaran,

Suatu Model Penunjang Prestasi Siswa.

Dibacakan dalam Seminar Sehari Peran

Media Belajar : Aplikasi Dan Kreatifitas Guru

Tanggal 02 Agustus 1995 di Malang.

Rahman, Arief. 2000. Sistem Pendidikan

Indonesia: Potret Realitas Manajemen Yang

Mengambang. Yogyakarta : Lentera.

Sukoco, Padmo. 2002. Penelitian Kualitatif,

Metodologi, Aplikasi dan Evaluasi. Jakarta :

Gunung Agung.

Surakhmad, Wanurrif. 1990. Mengembangkan

Pendidikan di Lingkungan Keluarga.

Yogyakarta : Yayasan Obor.

Suriah, N. 2003. Penelitian Tindakan. Malang :

Bayu Media Publishing.

Suryaman, Maman.1990. Kerangka Acuan

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Bandung

: Angkasa.

Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga

Kependidikan

| 8

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA AKAN HASIL FOTOSINTESIS MELALUI

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V

SDN TEJOASRI 2 LAREN KABUPATEN LAMONGAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Subeno *)

*)SDN Tejoasri 2 Kec.Laren Kab.Lamongan

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar

sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis pada siswa Kelas V SDN Tejoasri 2

Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas

V , Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua

siklus. Teknik analisis data digunakan analisis persentase dari perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan

setelah dilakukan layanan bimbingan belajar dengan tutor sebaya.

Hasil penelitian menunjukkan 1. nilai rata pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis siswa Kelas V pada

sebelum siklus sebesar 64, pada siklus I sebesar 72 dan pada siklus II sebesar 77 sehingga terdapat kenaikan

nilai rata – rata dari sebelum siklus ke siklus I selanjutnya ke siklus II. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa

pada pra siklus menunjukkan angka sebesar 61,91 % (13 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21

siswa ), pada siklus I sebesar 80,95 % ( 17 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa )dan

pada siklus II sebesar 95,24 % ( 20 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa). Dengan

demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut : Melalui

pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatan pemahaman siswa akan peristiwa fotosintesis pada

siswaKelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kata Kunci : pemahaman siswa, fotsintesis, lingkungan sekitar sekolah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran IPA yang berlangsung saat ini

menurut pengamatan penulis terkesan belum

maksimal.Hal ini dari beberapa indikator antara lain

hasil tes semester yang kurang dari KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal ), pengakuan siswa secara

obyektif bahwa IPA termasuk dalam kategori sulit

menurut mereka disamping Matematika dan IPS.

Kenyataan di kelas dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar IPA ada saja tingkah laku anak

yang kadang kala tidak sesuai dengan harapan guru,

Seperti bergurau dengan teman saat di terangkan,

tidak mengerjakan PR, tidak mau membuat catatan,

tidak mau memperhatikan saat diterangkan dan lain

sebagainya. Gejala tersebut sedikit banyak akan

mempengaruhi proses pembelajaran di kelas.

Perilaku yang ditunjukkan sebagian anak tersebut

merupakan suatu tindakan yang negatif yang akan

menghambat pencapaian prestasi belajar.

Melihat realita di atas maka guru harus dapat

melaksanakan perbaikan sistem pembelajaran,

selama ini pembelajaran IPA yang dilaksanakan

tanpa menggunakan alat peraga kurang menarik

perhatian siswa, sehingga menyebabkan rendahnya

prestasi belajar siswa.

Kita memahami bahwa media pembelajaran

saat ini telah berkembang dengan pesat. Namun

karena keterba tasan yang dimiliki Kelas V SDN

Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2011/2012 maka guru IPA yang ada di

sekolah tersebut harus pandai-pandai memanfaatkan

sarana yang ada di sekitar sekolah untuk membuat

pembelajaran lebih menarik. Namun belum semua

guru mampu memanfaatkan sarana ynag ada

disekitar sekolah untuk proses belajar mengajara

bahkan cenderung tidak pernah digunakan dalam

pembelajaran di kelas.

Untuk mengetahui benar tidaknya media

lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan

pemahaman anak akan peristiwa fotosintesis maka

perlu diadakan penelitian, yang selanjutnya

penelitian ini diberikan judul Peningkatan

pemahaman siswa akan hasil fotosintesis melalui

pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah pada siswa

Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten

Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012.

Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka

peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut

:

1. Apakah dengan pemanfaatan lingkungan sekitar

sekolah dapat meningkatkan motivasi siswa

dalam pembelajaran tentang fotosintesis pada

siswaKelas V SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten

Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

2. Apakah dengan pemanfaatan lingkungan sekitar

sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa

| 9

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

akan peristiwa fotosintesis pada siswaKelas V

SDN Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan

Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi

tentang belajar sebagai berikut : menurut Muhibbin

Syah (2004: 92) menjelaskan bahwa belajar ditinjau

secara institusional adalah proses validitasi atau

pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah ia pelajari. Sedangkan

belajar ditinjau dari kualitatif ialah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman

serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling

siswa.

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto

(2004: 85) menjelaskan belajar sebagai berikut. 1)

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah

laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada

tingkah laku yang lebih baik. 2) Belajar merupakan

perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman. 3) Untuk dapat disebut belajar maka

perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan

akhir daripada suatu periode waktu yang cukup

panjang. 4) Tingkah laku yang mengalami

perubahan karena belajar menyangkut berbagai

aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

Pengertian belajar juga diungkapkan oleh

Slameto ( 2003 : 2) ―Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya‖.

Pendapat lain tentang belajar dijelaskan Winkel (

2005 : 59 ) yaitu ― Belajar adalah aktivitas mental

(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan

pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas ‖

.Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan

tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi

pengetahuan, nilai, sikap serta ketrampilan sebagai

hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan

lingkungannya.

Untuk memperoleh hasil belajar yang

maksimal tergantung pada penggunaan teori belajar

yang baik pula. Teori belajar secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga golongan 1) Teori belajar

menurut ilmu jiwa daya. 2) Teori belajar menurut

teori asosiasi dan 3) Teori belajar menurut ilmu jiwa

gestalt (Slameto, 2002: 9)

Menurut Zainal Arifin (1990: 2-3), Kata ―prestasi‖

berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian di dalam Bahasa Indonesia menjadi

―prestasi‖ yang berarti ―hasil usaha‖. Kata prestasi

banyak digunakan dalam berbagai bidang dan

kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan

pendidikan. Prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang cukup signifikan. Dalam proses

pembelajaran berhasil tidaknya proses pembelajaran

selalu diukur dari prestasi belajar siswa yang

dihasilkan. Muhibbin Syah (2004: 118) berpendapat

bahwa ―Prestasi belajar adalah setiap macam

kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan

yang khas yaitu hasil belajar‖. Sedangkan dalam

kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa

―Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah

dicapai atau yang telah dikerjakan untuk

mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian ―

(Lukman Ali, dkk, 1995: 768). Pendapat lain

dikemukakan oleh Zainal Arifin (1990: 3) ―Prestasi

belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal‖.

Dari pengertian tentang prestasi belajar

tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar

yang dicapai. Adapun tinggi rendahnya prestasi

belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang

memiliki prestasi belajar yang tinggi adapula yang

memiliki prestasi belajar yang rendah.

Dalam memperoleh prestasi belajar yang hendak

dicapai dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini

sesuai yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah

(2004: 132) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai

berikut: 1) Faktor Internal, 2) Faktor Eksternal, dan

3) Faktor Pendekatan Belajar. Prestasi belajar siswa

dapat diketahui dari hasil evaluasi yang

dilaksanakan oleh guru.

Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam

Seperti yang tercantum dalam GBPP SD (1994 :

125) menjelaskan bahwa ―Ilmu pengetahuan alam

merupakan hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi

tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah

antara lain penyelidikan, penyusunan dan

pengujian‖.Sedangkan menurut Ensiklopedi

Indonesia (1981 : 1382) dijelaskan; Ilmu-ilmu alam

(realita dari bahasa latin realis)artinya nyata adalah

Ilmu Pengetahuan alam yang bertujuan merumuskan

paham-paham dan hukum-hukum alam serta

menciptakan teori-teori secara sistematis

berdasarkan paham-paham dan hukum-hukum alam

dibedakan antara lain Ilmu Alam yang menyelidiki

alam bernyawa meliputi ilmu-ilmu alam yang

berpokok pada ilmu hayat (biologi) dan ilmu alam

yang menyelidiki alam yang tidak bernyawa

meliputi ilmu fisika ,ilmu kimia dan ilmu bintang.

Dalam internet dijelaskan science adalah ilmu

pengetahuan yang diperoleh melalaui belajar dan

latihan.Kata science dapat diartikan sebuah sistem

untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan.<http://www.sience made

simple.rom/20006).

| 10

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Ruang Lingkup IPA yang Diajarkan Dalam

Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mencoba pembelajaran

dengan penggunaan multimedia pada materi IPA

Kelas V semester II yaitu mengenai Sistem Tata

Surya. Materi ini dipilih karena jika hanya disajikan

dengan media gambar ataupun model biasa kurang

menarik anak, akan lebih bagus jika disajikan

menggunakan multimedia.

` Dalam buku Sains Kelas V Handayani

(2002:100) Sistem tatasurya sendiri adalah susunan

benda-benda langit yang terdiri atas matahari,

sembilan planet berikut satelit yang mengelilinginya

serta obyek lain yang menyertainya seperti komet,

asteroid dan meteorid. Sembilan planet dalam sistem

tata surya yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars,

Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.

Di dalam mempelajari IPA ada berbagai cara atau

metode seperi yang tercantum dalam buku metodik

khusus pengajaran IPA di Sekolah Dasar (1996 : 7)

yakni : 1) Metode Ceramah; 2) Metode

Demonstrasi; 3) Metode Diskusi; 4) Metode tanya

jawab; 5) Metode Pemberian Tugas

Cara Mengukur Prestasi Belajar IPA

Pengertian evaluasi atau penilaian seperti tercantum

dalam buku petunjuk pelaksanaan penilaian (1990 :

31) bahwa ―Penilaian adalah usaha mengumpulkan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan

menyeluruh, tentang proses belajar mengajar yang

telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar

mengajar‖. Dari pengertian tentang penilaian

tersebut, diharapkan dapat mengetahui sejauh mana

penguasaan murid terhadap pelajaran yang telah

diberikan oleh guru serta akan dapat diketahui letak

kesulitan yang akan dicapai anak dalam belajar. Ini

meliputi bidang-bidang kognitif, efektif, dan

psikomotorik yang dilakukan secara terus menerus‖.

Tinjauan Tentang Lingkungan Sekitar

`Menurut Syamsu Yusuf (2002: 35) lingkungan

adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi,

atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi

atau dipengearuhi perkembangan siswa. Sedangkan

menurut Ngalim Purwanto (2004 : 28).lingkungan

adalah semua kondisi–kondisi dalam dunia ini yang

dalamn cara – cara tertentu mempengaruhi tingkah

laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life

processes. Sehingga lingkungan adalah keseluruhan

kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat

dipengaruhi atau mempengaruhi perkembangan

siswa dalam mencapai tugas perkembangan dan

pertumbuhannya.

Menurut Ngalim Purwanto (2004: 28 - 29) membagi

lingkungan menjadi 3 bagian yaitu. 1) Lingkungan

alam / luar (external or physical environment). 2)

Lingkungan dalam ( internal environment). 3)

Lingkungan sosial / masyarakat (social

environment)

Adapun menurut Anggani Sudono (2000: 81-

94) jenis objek baik hidup maupun benda mati di

lingkungan alam kita yang dapat dimanfaat sebagai

sumber belajar antara lain : 1. Tanah pasir dan daun;

2. Tanaman – tanaman Bumbu Dapur; 3. Tanaman

Palawija; 4. Tanaman Padi dan 5. Pepohonan

Kerangka Berpikir

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa

anggapan dasar/kerangka pemikiran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan alam merupakan segala

sesuatu yang ada dalam dunia ini yang

bukan manusia seperti rumah, tumbuhan –

tumbuhan, air, iklim, hewan dan

sebagainya yang dapat digunakan untuk

kepentingan hidup manusia.

2. Sumber belajar adalah sarana yang memuat

bahan-bahan belajar dan dapat digunakan

sebagai acuan dalam mengelola materi

pelajaran, sehingga kegiatan belajar -

mengajar mencapai hasil yang optimal,

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Dengan adanya sumber belajar dapat

dimanfaatkan sebagai: (a) pengalaman

belajar yang konkret dan langsung kepada

pengajarnya, (b) penyaji sesuatu yang tidak

mungkin diadakan, dikunjungi, maupun

dibawa ke kelas, maka diganti dengan

model, denah, sketsa, foto, film dan lain-

lain; (c) penambah dan memperluas

cakrawala sajian yang ada dalam kelas; (d)

pemberi informasi yang akurat dan yang

terbaru; (e) pembantu memecahkan

masalah pendidikan dan pembelajaran; (f)

perangsang motivasi siswa dalam belajar

dan perangsang siswa untuk berpikir,

sehingga anak akan mudah menyampaikan

pesan melalui cerita dan dapat berkembang

lebih baik

4. Ketersediaan sumber belajar dari

lingkungan alam sekitar akan dapat

membantu pengembangan kemampuan

bercerita anak dalam menjalani tugas

perkembangannya demi menjadi manusia

yang dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya. Hal ini terjadi karena

ketika belajar, anak membutuhkan sarana

atau sumber belajar untuk menunjang

kegiatan belajarnya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban

sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara

empiris (Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena

itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang

peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan

sebagai tuntunan.

| 11

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Berdasarkan landasan teori dan pengertian hipotesis

di atas serta kerangka pemikiran maka dalam

penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis

sebagai berikut: melalui pemanfaatan lingkungan

sekitar sekolah dapat meningkatan pemahaman

siswa akan hasil fotosintesis siswaKelas V SDN

Tejoasri 2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2011/2012 .

METODOLOGI

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diKelas V SDN Tejoasri

2 Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran

2011/2012. Penelitian dilaksanakan selama selama 2

bulan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan

bulan Nopember 2012.

Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk

dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini

diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan

digali dari berbagai macam sumber data. Adapun

sumber data yang akan dimanfaatkan dalam

penelitian ini antara lain 1) Informasi data dari nara

sumber yang terdiri dari siswa kelas V serta wali

kelas V. 2) Arsip nilai ulangan harian mapel IPA. 3)

Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan

alat peraga multimedia

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi, dokumen

dan tes.

Validitas Data

Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas

data, maksudnya adalah semua data yang

dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang

sebenarnya diukur atau di teliti. Dalam penelitian ini

untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi

data, dan triangulasi metode.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan model induktif

interaktif. Model analisis ini memiliki tiga

komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian

data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu siklus.

Indikator Kerja

Indikator kerja dalam adalah apabila kesalahan yang

dibuat oleh siswa dalam mengerjakan tugas test

yang diberikan adalah kecil dan setelah proses

pembelajaran dengan menggunakan sempoa, siswa

yang mendapatkan nilai tuntas belajar mencapai

sebesar 80 % dari seluruh siswa yang ada.

Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus

setiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dalam pengolah data yang dilaksanakan pada

lampiran dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Data Nilai siswa sebelum perlakuan pengajaran

siklus

Dari tabel daftar nilai yang ada di lampiran dapat

diketahui bahwa :

a. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1

orang, nilai 50 ada 3 orang; nilai 60 ada 4 siswa;

nilai 65 ada 4 siswa; nilai 70 ada 4 siswa nilai 75

ada 3 orang dan nilai 80 ada 2 siswa, sehingga

nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80

dan nilai terendah 40 dengan demikian rata –

rata yang diperoleh siswa sebesar 65.

b. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas

sebanyak 5 orang

c. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60 sampai

74 sebanyak 12 orang

d. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60

sebanyak 4 orang

e. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan

belajar ( dengan nilai 65 ke atas) sebanyak 13

orang dari jumlah 21 siswa atau 61,91 %,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 8

orang dari jumlah 21 siswa atau 38,09 %.

Dari tabel daftar nilai siklus I dapat diketahui

bahwa :

1. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 1

siswa, nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 7 siswa;

nilai 75 ada 5 siswa; nilai 80 ada 3 siswa; nilai

85 ada 2 siswa, sehingga nilai tertinggi yang

diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah 50

dengan demikian rata – rata yang diperoleh

siswa sebesar 72.

2. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas

sebanyak 10 orang

3. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60 sampai

74 sebanyak 10 orang

4. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60

sebanyak 1 orang

5. Siswa yang telah dinyatakan memiliki

ketuntasan belajar ( dengan nilai 65 ke atas)

sebanyak 17 orang dari jumlah 21 siswa atau

80,95 %, sedangkan anak yang belum tuntas

sebanyak 4 orang dari jumlah 21 siswa atau

19,05 %.

Dari data di atas apabila disusun dalam bentuk

histogram sebagai berikut :

| 12

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Data Nilai siswa Setelah Perlakuan Pengajaran

Siklus II

Dari tabel daftar nilai yang ada di lampiran dapat

diketahui bahwa :

1. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 60 ada 1

siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 75 ada 6

siswa; nilai 80 ada 5 siswa, nilai 85 ada 3

siswa, dan nilai 90 ada 2 siswa, sehingga nilai

tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan

nilai terendah 60 dengan demikian rata – rata

yang diperoleh siswa sebesar 77.

2. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas

sebanyak 16 orang

3. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60

sampai 74 sebanyak 5 orang

4. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60

sebanyak 0 orang

5. Siswa yang telah dinyatakan memiliki

ketuntasan belajar (dengan nilai 65 ke atas)

sebanyak 20 orang dari jumlah 21 siswa atau

95,24 %, sedangkan anak yang belum tuntas

sebanyak 1 orang dari jumlah 21 siswa atau

4,76 %.

Dari data di atas apabila disusun dalam bentuk

histogram sebagai berikut :

Dari pembahasan diatas dapat dibuat suatu

perbandingan antara sebelum Siklus, Siklus I dan

Siklus II pada tabel sebagai :

Tabel 3 : Perbandingan Prestasi IPA Siswa Kelas V

antara sebelum Silus Siklus I, II

No Uraian

Frekuensi

Sebelum

Siklus

Siklus I Siklus II

1 Nilai 40 1 siswa - -

2 Nilai 50 3 Siswa 1 Siswa -

3 Nilai 60 4 siswa 3 siswa 1 siswa

3 Nilai 65 4 siswa - siswa siswa

4 Nilai 70 4 siswa 7 siswa 4 siswa

5 Nilai 75 3 siswa 5 siswa 6 siswa

6 Nilai 80 2 siswa 3 siswa 5 siswa

7 Nilai 85 - 2 siswa 3 siswa

8 Nilai 90 - - 2 orang

9 Nilai Rata - rata 65 72 77

10 Siswa Tuntas 13 siswa 17

siswa

20 siswa

11 Prosentase

Siswa Tuntas

61,91 % 80,95 % 95.24 %

12 Siswa Tak

Tuntas

9 siswa 4 siswa 1 siswa

13 Prosentase

Siswa Tak

Tuntas

38,09 % 19,05 % 4,76 %

Dari tabel diatas secara sederhana dapat dibuat

grafik sbb:

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa sebagian

siswa belum tuntas dalam belajarnya ( pada siklus

I) dikarenakan penggunaan lingkungan sekolah yang

kurang spesifik dari guru sehingga kurang dapat

membangkitkan siswa dalam belajar dengan

optimal, sehingga siswa belum dapat menyerap

materi yang diberikan oleh guru dengan baik dan

benar. Setelah refleksi diri guru mengubah media

pembelajaran lingkungan tanpa kertas kerja siswa

dengan alat peraga lingkungan dengan penambahan

lembar kerja yang hrus diisi saat pengamatan yang

memungkin siswa mengamati dan memperhatikan

dengan baik. Hal ini dilakukan untuk penguatan

siswa dalam memahami materi ternyata hasilnya

lebih baik daripada siklus I (pada siklus II ).

Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren

Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren

Kelas V SDN Tejoasri 2 Laren

| 13

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Suasana belajar terlihat hidup dan siswa sangat

bergairah kalau ditinjau dari tes formatif ternyata

ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari 72 menjadi

77. Dengan melihat hasil di atas maka dapat

dijelaskan: Dari perhitungan rata-rata nilai yang

diperoleh anak pembelajaran setelah siklus pertama

dan setelah siklus kedua serta ketiga menunjukkan

bahwa selalu ada peningkatan yang cukup baik

hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin

menguasai materi pelajarannya jika dalam

penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan

media pembelajaran yang bersifat interaktif dalam

proses belajar sehingga ia akan mendapatkan hasil

belajar yang baik.

PENUTUP

1. Nilai rata pemahaman siswa akan peristiwa

fotosintesis siswa Kelas V pada sebelum siklus

sebesar 64, pada siklus I sebesar 72 dan pada

siklus II sebesar 77 sehingga terdapat kenaikan

nilai rata – rata dari sebelum siklus ke siklus I

selanjutnya ke siklus II.

2. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra

siklus menunjukkan angka sebesar 61,91 % (13

siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh

peserta 21 siswa ), pada siklus I sebesar 80,95 %

( 17 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh

peserta 21 siswa )dan pada siklus II sebesar

95,24 % ( 20 siswa tuntas dalam belajarnya dari

seluruh peserta 21 siswa). Dengan demikian

terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa

dari siklus I ke siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Achmadi dan Widodo Supriyono, 2004.

Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Aristo Rahadi .2003 Media pembelajaran .Jakarta :

Direktorat Tenaga Kependidikan

Dedi Supriyadi. 2000. Anatomi Buku Sekolah Di

Indonesia. Yogyakarta : Adi Cita

________. 2002. Reformasi Pendidikan dalam

Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta : Adi

Cita.

Depdikbud, 1995. Kurikulum SD tahun

1994. Jakarta : Depdikbud

Dimiyati Mahmud, 2000. Psikologi Pendidikan

Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta :

BPFE

Handayani,2002.Sains Kelas V .Klaten : CV

Sahabat

Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda

Karya

‗‘Multimedia

Pembelajaran‖ http://id.wikipedia.org/wiki/M

ultimedia diakses tanggal 4 April 2008

HB Sutopo, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Surakarta. UNS Press.

Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rochiati Wiriaatmadja, 2007. Metode Penelitian

Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Setijadi, 1999. DefinisiTeknologi Pendidikan:

Satuan Tugas Definisi dan Terminologi

AECT. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta

Sudjana Nana. 1989. Teknologi Penelitian. Jakarta :

Radar Jaya Offset.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat

Permainan. Jakarta : Grasindo.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi.

Bandung. Alfa Beta.

Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Renika

Cipta.

_________, 2002. Dasar – dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Sumadi Suryabrata, 2003. Metodologi Penelitian.

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suwana.2005 Macam- macam Media Pembelajaran.

Jakarta : Depdikbud

UU RI No. 23.2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : DPR RI.

Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Jogyakarta:

Media Abadi

.

| 14

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OLAH RAGA LOMPAT TINGGI GAYA GULING

PERUT (STRADDLE ) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RESIPROKAL

(TIMBAL BALIK ) PADA SISWA KELAS V SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Edy *)

*)

SD Negeri Godog Laren Lamongan

Abstrak Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani khususnya

dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode

pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktifitas, berkreatif dan kritis serta dalam situasi

menyenangkan. Ini terlihat masih rendanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan

memahami penguasaan tehnik permainan dalam Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani masih sangat

rendah sehingga hasil belajarnya pun rendah.

Untuk itu, penelitihan tindakan kelas ini mencoba menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal

balik) dengan alasan secara teori model ini menjadikan siswa banyak beraktivitas , kreatifitas dan

inovatif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik ) ini

diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusias dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa mata

pelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani dapat meningkat.

Pada penelitihan tidakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu :

Tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap

siklus tampak ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui Model

Pembelajaran Resiprokal (timbal balik) dapat meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan Jasmani dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.

Kata kunci : Gaya guling perut (straddle), model pembelajaran resiprokal

PENDAHULUAN

Dengan adanya Model Pembelajaran

Resiprokal (timbal balik) , media yang bervariasi

diharapkan dapat lebih membangkitkan aktivitas

Praktik dan kompetensi yang diharapkan. Seperti

Pembelajaran Atletik merupakan salah satu materi

penjaskes disekolah SD Negeri godog. Pendidikan

Penjaskes dirancang melalui aktivitas jasmani yang

di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani

siswa, mengembangkan keterampilan motorik,

pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif dan

sportif, salah satunya Nomor Olahraga Lompat

Tinggi Gaya Guling Perut. pada kurikulum KTSP

SD terdapat pada Standar kompetensi pertama yaitu

mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan

dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung

didalamnya. Adapun indikatornya siswa dituntut

untuk mampu melakukan Teknik Dasar melompat

tanpa awalan.

Sebagai mana kita ketahui bersama, untuk

melakukan olahraga Praktik tidak mudah seperti

dibayangkan, karena tanpa ada proses sistematis ini

malah akan membahayakan bagi siswa (cidera).

Pelajaran olahraga merupakan Pelajaran yang sangat

di senangi oleh siswa, tetapi berbeda halnya dengan

cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.

justru siswa sangat sulit untuk melakukan, alasan

yang sering terdengar dominan melakukan gerakan

yang diawali dengan lari dan lompatan yang

menguras tenaga serta sangat melelahkan. Oleh

karena itu Peneliti mencoba memodifikasi Cabang

olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut. ini

kedalam bentuk bermain menggunakan model

pembelajaran Resiprokal / timbal balik dengan

tujuan mengembangkan teknik dasar yaitu

Pembedaharaan gerak dasar. Gerak dasar anak

apabila sesering mungkin dilakukan maka dia akan

semakin berkembang dan lambat laun gerak inilah

yang nantinya akan mampu menciptakan gerak yang

diharapkan. Dengan gerakan yang sederhana, tidak

terlalu terstruktur dan disesuaikan dengan tingkat

kemampuan serta karakteristik anak (Drs.

Soepartono : 2004 : 11).

Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dan pengamatan dilapangan, siswa

SD Negeri Godog Kecamatan Laren Kabupaten

Lamongan hasil belajar olahraga lompat jauh belum

menncapai KKM disisi lain keaktifan siswa dalam

menerima pembelajaran terlihat kaku dan kurang

menyenangkan.

Rumusan Masalah

1. Apakah melalui penggunaan model

pembelajaran Resiprokal / timbal balik dapat

meningkatkan hasil belajar olahraga Loncat

Tinggi Gaya Guling Perut.

2. Apakah siswa melakukan olahraga lompat

Tinggi gaya Guling Perut dengan

menggunakan model pembelajaran Resiprokal /

timbal balik mampu membuat model

pembelajaran Resiprokal / timbal balik mampu

| 15

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

membuat daya taruk siswa sehingga

menyenangkan.

3. Apakah hasil belajar siswa secara keseluruhan

mampu mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).

KAJIAN TEORI

Pengertian Belajar Mengajar Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dan mengakibatkan perubahan

pengetahuan atau kemahiran yang sedikit permanen.

Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila

disertai dengan tujuan yang jelas. Tujuan belajar

yaitu agar terjadinya perubahan tingkah laku sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya, sehingga perubahan tersebut

bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan

masyarakat sekitarnya.

Mengajar mempunyai makna yaitu

memindahkan ilmu dari guru ke siswa yang

dilakukan secara sengaja dengan berbagai proses

yang dilakukannya. Berkenaan dengan hal ini

Sadiman (1994:49) mengemukakan bahwa :

Mengajar adalah menyampaikan

pengetahuan pada anak didik yang tujuannya agar

anak didik mendapatkan dan menguasai

pengetahuan, ataupun mengajar dapat diartikan

sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

berhubungan dengan anak, sehingga terjadi proses

belajar dan menanamkan pengetahuan dengan suatu

harapan terjadi proses pemahaman. Dalam hal ini

siswa atau anak didik mengenal dan menguasai

budaya bangsa untuk kemudian dapat memperkaya

atau menciptakan suatu yang baru.

Menurut Sanjaya (2008) Lompat Tinggi

Gaya Guling Perut, faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap sistem pembelajaran adalah:

Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan

dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya

suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa

diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit di medan

pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi

berperang untuk menghancurkan musuh akan sangat

bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri.

Demikian juga dengan guru. Keberhasilan

implementasi suatu strategi pembelajaran akan

tergantung pada kepiawaian guru dalam

menggunakan metode, teknik dan taktik

pembelajaran.

Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang

berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh

aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap

aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat

di pengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak

sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat

pada diri anak.

Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung

secara langsung terhadap kelancaran proses

pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-

alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain

sebagainya, sedangkan prasarana adalah segala

sesuatu yang secara tidak langsung dapat

mendukung keberhasilan proses pembelajaran,

misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,

kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan

sarana dan prasarana akan menuntun guru dalam

menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan

memiliki sarana dan prasarana merupakan

komponen penting yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran.

Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor

yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu

factor organisasi kelas dan factor iklim social-

psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya

meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan

aspek penting yang bisa mempengaruhi proses

pembelajaran.

Guru dalam proses pembelajaran memengang

peranan yang sangat penting. Peran guru, untuk

siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin

dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti

Televisi, Radio, Komputer dan lain sebagainya.

Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme

yang sedang berkembang yang memerlukan

bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi proses

pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor

utama dalam menentukan keberhasilan belajar.

Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran

terletak di pundak guru.

Oleh karena itu, Salah satu faktor pendukung

perencanaan proses pembelajaran yaitu media.

Peranan Media dalam proses belajar mengajar

menurut Gerlac dan Ely (1971 : 285) ditegaskan

bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media

Pembelajaran yaitu :

1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap,

menyimpan dan menampilkan kembali suatu

objek atau kejadian.

2. Media memiliki kemampuan untuk

menampilkan kembali objek atau kejadian

dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan

keperluan dan,

3. Media mempunyai kemampuan-kemampuan

untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian

yang mengandung makna.

Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Pendidikan Jasmani adalah metode

pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih

| 16

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

dan terus dilakukan dengan sepenuhnya

memperhatikan nilai-nilai didalam pertumbuhan,

perkembangan dan kelakuan manusia.

Perkembangan kelakuan anak akan terwujud seperti

tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan

kesegaran jasmani anak didik. Bentuk-bentuk dasar

kesegaran jasmani tertuang salah satu pada cabang

olahraga Atletik Nomor lompat Tinggi gaya Guling

Perut.

Olahraga Lompat tinggi adalah Suatu gerakan

lompatan yang dilakukan untuk mencapai lompatan

yang setinggi-tingginya . Untuk dapat mencapai

jarak lompatan ini terlebih dahulu harus menguasai

teknik-teknik dasar dari lompat tinggi itu sendiri

antara lain :

1. Awalan yaitu Untuk mendapat kecepatan pada

waktu akan melompat. Awalan itu harus

dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan

mengubah langkah pada saat akan melompat.

2. Tolakan yaitu Menolak sekuat - kuatnya pada

papan tolakan dengan kaki yang terkuat ke atas

(tinggi dan ke depan).

3. Sikap Melayang diudara yaitu Badan harus di

usahakan melayang selama mungkin diudara

serta dalam keadaan seimbang.

4. Sikap Mandarat yaitu Pelompat harus

mengusahakan jatuh/mendarat dengan sebaik-

baiknya

Menurut (Engkos Kosasih : 1993: 84) ada beberapa

macam gaya lompat Tinggi Gaya Guling Perut di

antaranya :

1. Lompat tinggi gaya straddle ( guling perut )

2. Lompat tinggi gaya western rool ( guling

samping )

3. Lompat tinggi gaya fosbury flop

Model Pembelajaran olahraga Lompat Tinggi

Gaya Guling Perut Dalam pemberian model pembelajaran

Lompat Tinggi. umumnya dalam pemberian materi

tidak sama dengan kompetensi Dasar yang lain, dari

cara melakukan awalan, tolakan, Melayang diudara,

saat mendarat dan gerakan lanjutan. Ternyata

pembelajaran yang selama ini penulis berikan

walaupun dengan tahap yang sistematis tidak

memberikan hasil belajar yang maksimal.

Tahap berikutnya penulis mencoba

memasukkan unsur bermain dengan memakai Media

kardus adalah upaya mediasi yang membuat siswa-

siswi senang akan melewati rintangan sederhana

sambil bermain dengan melakukan gerakan teknik-

teknik dasar seperti gerakan awalan, tolakan,

melayang diudara dan saat mendarat. Permainan

adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan

menimbulkan kesenangan yang unik baik dilakukan

seseorang atau berkelompok.

Model pembelajaran yang penulis lakukan adalah

Model Pembelajaran Resiprokal (

timbal balik ) . Ada beberapa langkah yang

ditempuh diantaranya :

1. Guru mengatur siswa agar berpasang-

pasangan.

2. Guru membagikan bahan ajar, yang berisi

deskripsi tangan dan indikator tugas

gerak kepada siswa.

3. Siswa mempelajari tugas gerak dan indikator

keberhasilannya.

4. Siswa melaksanakan tugas gerak, dan

bergantian dan bilamana pelaku sudah

berhasil menampilkan gerak sesuai

indikator yang telah ditentukan.

5. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

6. Evaluasi.

7. Penutup.

Kerangka Berfikir Dengan menerapkan strategi pembelajaran

maka seorang siswa akan selalu terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran, sehingga

dengan keterlibatan langsung materi yang dibahas

akan selalu teringat dalam pemikirannya

(perencanaan) dan konsep-konsep apa saja yang

harus dikuasai oleh siswa agar mudah diterimanya.

Bertolak dari pemikiran Peneliti bahwa

merencanakan siswa lebih aktif, kreatif dalam

proses pembelajaran akan memudahkan siswa

menerima konsep yang harus dikuasainya, maka

secara otomatis langkah-langkah membawa siswa

aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah

yang tersusun secara sistematis, efektif untuk

menyampaikan suatu materi yang diajarkan.

Hipotesis Berdasarkan kajian teori diatas, hipotesis penelitian

ini adalah melalui penggunaan media ―kardus‖ yang

dimodifikasi baik secara individu, berpasangan dan

kelompok, mampu menciptakan daya tarik anak

dalam mengikuti pembelajaran Lompat Tinggi gaya

Guling Perut sehingga berdampak pada

peningkatan hasil belajar olahraga lompat Tinggi.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitihan

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

Godog Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.

Waktu penelitian yang dilaksanakan, selama satu

bulan, yang dimulai pada bulan Januari s / d

Pebruari 2013 Pelaksanaan di bulan ini mengingat

sedang berjalan program Kegiatan Belajar Mengajar

Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Godog Kecamatan Laren Kabupaten

lamongan. Sobyek penelitian ini adalah siswa kelas

II Sekolah Dasar Negeri Godog Kecamatan Laren

Kabupaten Lamongan dengan jumlah siswa

sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 3 laki-laki dan

| 17

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

12 siswa perempuan. Tingkat kemampuan yang

dimiliki siswa di kelas ini sangat bervariasi dari

yang memiliki basic kemampuan IQ yang tinggi

hingga yang rendah. Sementara latar belakang sosial

ekonomi dari orang tua siswa – siswinya yang

sangat berbeda – beda sehingga memiliki

kemampuan dan daya serap siswa sangat bervariasi

dari hasil pelaksanaan evaluasi yang telah dilak

sanakan selama ini.

Peneliti adalah guru Sekolah Dasar Negeri

Godog Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

yang biografi selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran biografi dalam penelitian ini.

Fasilitas dan Sarana Pendukung

Penelitian ini membutuhkan fasilitas dan sarana

pendukung untuk menunjang proses

pembelajaran , antara lain :

a. Buku Paket Penjas Orkes

b. Buku Penunjang Penjas

c. Alat-alat Atletik untuk lompat tinggi gaya

guling perut

Teknik Pengumpulan Data

Suatu Penelitian akan mencapai validitas yang

memadai jika alat yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data juga memadai. Ada tiga

instrument minimal untuk mengumpulkan data yaitu

: lembar pengamatan, lembar angket dan lembar

evaluasi non tes.

Rancanag Tindakan

Rancangan tindakan yang dilaksanakan dituangkan

dalam bentuk siklus. Siklus penelitian ini

dilaksanakan dalam tiga siklus. Dan setiap siklus

akan berisi kegiatan : perencanaan, pelaksanaan,

observasi(pengamatan) dan refleksi.

Teknik Analisis Data

Dalam tahapan ini peneliti berusaha untuk

menginventarisir data-data yang telah diperoleh baik

dari data-data hasil pengamatan, observasi dan

evaluasi yang kemudian mengelolahnya dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Data yang diperoleh dari hasil pengamatan

selama proses pembelajaran dan perkembangan

masing-masing siswa yang telah terkumpul

kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif,

artinya gambaran hasil pengamatan terhadap

perkembangan proses belajar mengajar

diungkapkan dengan kata-kata maupun

prosentase.

2) Data yang diperoleh dari hasil angket yang telah

disampaikan kepada masing-masing siswa

setelah diisi dan dikumpulkan kembali dianalisis

secara deskriptif kuantitatif artinya gambaran

proses belajar mengajar diungkapkan kata-kata

ataupun dengan prosentase.

3) Sedangkan data hasil evaluasi baik sebelum (

pretest ) maupun sesudah ( postest ) yang telah

diperoleh kemudian di analisis secara kualitatif,

artinya gambaran tentang perkembangan dan

peningkatan hasil belajar yang diperoleh

dituangkan kedalam kualifikasi nilai yang

rentangannya telah dirumuskan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi Awal

Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,

dilaksanakan tes awal dan pemberian angket pada

siswa. Dari hasil angket dan tes awal secara umum

untuk menunjukkan bahwa :

a. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti

pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan utamanya pada materi lompat tinggi

yang benar.

b. Rendahnya hasil belajar terhadap mata

pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan utamanya pada materi lompat tinggi

c. Nilai rata-rata hasil belajar sebelum

dilaksanakan penelitian yaitu 7,2. Dari tes awal

tentang penyajian peta diperoleh data bahwa

15 siswa yang ikut tes, hanya 2 siswa yang

mendapat 80 (ukuran belajar untuk individual).

Dengan demikian pengetahuan awal siswa

tentang materi pelajaran tentang lompat tinggi

masih sangat minim ( rendah )

Siklus I

Hasil pengamatan selama pembelajaran pada

siklus ini pembagaian besar siswa masih terlihat

agak canggung dalam melakukan eksperimen dalam

lompat tinggi karena masih kurangnya pemahaman

dalam memahami materi ini. Hal itu disebabkan

oleh sebagian siswa yang kurang dan bahkan tidak

memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam

awalan yang benar dan bagaimana cara tolakan yang

benar,saat melewati mistar yang benar dan pada saat

mendarat yang benar,. Selama praktek

melaksanakan lompat tinggi Guru melakukan

pengamatan dan mengisi lembar observasi sebagai

upaya untuk mengetahui perkembangan kempuan

dalam memahami materilompat tinggi.

Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran

menunjukkan bahwa 72 % siswa senang melakukan

praktek pembelajaran lompat tinggi gaya guling

perut dengan metode ini, siswa mengalami

peningkatan dan hasil evaluasi yang telah

dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaitu 7,2

dan masih sebagian masih mengalami kesulitan.

Refleksi

Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I ,

maka dibuatkan rancangan tindakan untuk siklus II ,

yaitu :

1. Memberikan tugas kepada semua siswa

untuk berlatihan dalam materi lompat

tinggi yang akan diberikan pada

pertemuan berikutnya.

| 18

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

2. Pengelompokkan siswa diusahakan tidak

tetap dan ditata ulang pada pertemuan

berikutnya agar setiap siswa berlatih

bekerja sama dengan teman-teman yang

lainnya.

Siklus II

Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus

ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak

canggung dalam melakukan eksperimen dalam

lompat tinggi gaya guling perut karena masih

kurangnya pemahaman dalam memahami materi ini

. Hal itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang

kurang bahkan tidak memperhatikan contoh yang

diberikan guru dalam lompat tinggi yang benar.

Selama praktek melaksanakan lompat tinggi Guru

melakukan pengamatan dan mengisi lembat

observasi sebagai upaya untuk mengetahui

perkembangan kemampuan dalam memahami

materi lompat tinggi gaya guling perut.

Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran

menunjukkan bahwa 93 % siswa senang melakukan

praktek pembelajaran lompat tinggi dengan metode

ini, siswa mengalami penungkatan dan hasil

evaluasi yang telah dilaksanakan nilai rata-rata hasil

belajarnya yaitu 9,3 dan sebagian masih mengalami

kesuliatan.

Refleksi

Berdasarkan reflesi terhadap kegiatan siklus II.

Maka dibuatlah rancangan tindakan untuk siklus III,

yaitu :

1. Memberi tugas kepada semua siswa untuk

melatih dalam materi lompat tinggi gaya

guling perut yang akan diberikan pada

yang akan diberikan pada pertemuan

berikutnya.

2. Pengelompokan siswa diusahakan tidak

tetap dan ditata ulang pada pertemuan

berikutnya agar setiap siswa berlatih

bekerja sama dengan teman-teman yang

lainnya.

Siklus III

Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus

ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak

canggung dalam melakukan eksperimen dalam

lompat tinggi, karena masih kurangnya pemahaman

dalam memahami materi ini . Hal itu disebabkan

oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak

memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam

lompat tinggi gaya guling perut yang benar. Selama

praktek melaksanakan lompat tinggi gaya guling

perut Guru melakukan pengamatan dan mengisi

lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui

perkembangan kemampuan dalam memahami

materi lompat tinggi gaya guling perut

Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran

menunjukkan bahwa 98% siswa senang melakukan

praktek pembelajarn lompat tinggi gaya guling perut

dengan metode ini, siswa mengalami peningkatan

dan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan nilai

rata-rata hasil belajarnya yaiti 98, sehingga hampir

seluruh siswa tidah ada yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan materi ini.

Refleksi

Hasil dari observasi dan penilaian proses yang

dilakukan menunjukkan adanya peningkatan

prosentase siswa yang menyenangi kegiatan

pembelajaran materi Altitik lompat tinggi gaya

guling perut dengan menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi . Hampir seluruh siswa

telah memiliki kemampuan dalam melaksanakan

lompat tinggi gaya guling perut dengan benar

sehingga diharapkan mampu sebagai landasan

dalam meningkatkan prestasi dalam kualifikasi

lomba baik di tingkat Kecamatan maupun di tingkat

Kabupaten dalam even-even perlombaan olahraga

utamanya pada Atlitik dalam lompat tinggi gaya

guling perut

Pembahasan

Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale

balik )dengan mengoptimalkan laboratorium

dapat meningkatkan hasil belajar siswa . Hal

ini dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel I Prosentase siswa yang senang dengan Model

Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik )

Siklus I Siklus II Siklus III

72 % 93 % 98 %

Tabel 2 . rata-rata belajar

Siklus I Siklus II Siklus III

7,2 9,3 9,8

PENUTUP

Simpulan

1. Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik

)menjadikan siswa ikut lebih aktif terlibat

langsung dalam pembelajaran Pendidikan

Jasmani , Olahraga Kesehatan utamanya pada

Atlitik pada materi lompat tinggi gaya guling

perut

2. Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik

)dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan memberikan suasana

yang baru dan sangat menyenangkan , dan ini

merupakan salah satu bentuk motivasi

sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti

pelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga dan

Kesehatan.

3. Dengan aktifnya siswa dan pembelajaran yang

menyenangkan dalam proses pembelajaran

Pendidikan Jasmani , Olahraga dan Kesehatan

khususny pada Atlitik pada materi lompat

tinggi gaya guling perut

| 19

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Saran

1. Penelitihan tindakan kelas ini dapat ditndak

lanjuti oleh penelitihan atau guru-guru lainnya

untuk semua mata pelajaran.

2. Metode demonstrasi dan bebagai metode

lainnya dapat dikembangkan dan digunakan

untuk mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Usman. M.U (1990) Menjadi guru professional.

Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Depdikbud.

Pidarta, M.(1990) Cara Belajar Mengajar di

Universitas Negara-Negara Maju. Jakarta :

Bumu Aksara.

Ischak. (1986) Berbagai Jenis Peta dan

Kegunaannya. Jogyakarta : Liberty.

Adam,A. dan Mbririmuljo, S. (1990). Games and

role playing. Harare : Generator.

Depdikbud.(1987).Petunjuk Pelaksanaan Proses

Belajar Mengajar . Surabaya : Kanwil

Depdikbud Propinsi Jatim.

Kristiani,N (1999) Metode simulasi melalui

kegiatan bermain : Pembelajarn Konsep

Sintensis Protein Pada Siswa SMU. Jurnal

Gentengkali ,3 (2): 13-14.

| 20

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial

Negara-Negara Tetangga Indonesia Dengan Media Gambar/Poster Pada Kelas VI SDN

Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

Tahun Pelajaran 2014/2015

Nur Sidiq *)

*)

Guru SDN Centini Kec. Laren Kab. Lamongan

ABSTRAK Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang

besar dalam bidang pendidikan. Akibat dari pengaruh tersebut telah mendorong berbagai usaha pembaharuan

untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa

yang ingin maju. Dengan keyakinan, bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala

bidang. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar agar kita dapat mengejar ketinggalan

dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutlak kita perlukan untuk mempererat pembangunan dewasa

ini.

Mengingat pentingnya penggunaan media dalam proses belajar mengajar, maka penulis mengadakan

penelitian pendidikan yang berhubungan dengan media, yang lebih khususnya adalah penggunaan media

gambar/poster yaitu gambar tentang suku-suku bangsa di Indonesia beserta gambar pakaian adat, gambar rumah

adat, dan gambar senjata khas dari suku-suku bangsa di Indonesia

Dari hasil pelaksanaan evaluasi belajar yang selama ini dilaksanakan, bahwa pada pelaksanaan

pembelajaran IPS di kelas VI SDN Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2014/2015

menunjukkan bahwa pemahaman terhadap materi mata pelajaran ini masih jauh dari harapan.

Pada penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari tahapan, yaitu : tahap

perencanaan, tahap tindakan / pelaksanaan, pengumpulan data, refleksi dan revisi. Pada akhir pelaksanaan

tindakan di setiap siklus tampak ada peningkatan hasil belajar yang signifikan. Aktivitas siswa dan

pertisipasinya sangat tinggi dalam proses belajar mengajar. Hal itu terlihat dari prestasi sebelum pelaksanaan

tindakan dari rata-rata nilai 4,45 meningkat menjadi 6,59 pada siklus pertama dan meningkat manjadi 7,85 pada

siklus ke dua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar/poster dapat meningkatkan

pemahaman materi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang keragaman suku-suku bangsa dan

budaya di Indonesia.

Kata Kunci : hasil belajar IPS, media gambar/poster

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDN

Centini kecamatan Laren Kabupaten Lamongan,

perlu adanya penyempurnaan proses belajar

mengajar secara menyeluruh termasuk dalam mata

pelajaran IPS agar diperoleh hasil dan hasil

belajarnya benar-benar sesuai dengan mutu yang

telah ditargetkan.

Di SDN Centini Kecamatan Laren Kabupaten

Lamongan terutama kelas V dari hasil pelaksanaan

evaluasi belajar yang telah dilaksanakan dapat

diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa

belum sesuai dengan tuntutan target kurikulum dan

daya serapnya atau dengan kata lain hasil

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

menunjukan bahwa rata-rata daya serapnya masih

di bawah kriteria ketuntasan materi (KKM)

sebagaimana yang telah ditetapkan.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN

Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan,

peneliti menganggap perlu memaksimalkan

pemakaian media, baik secara sederhana maupun

secara modern. Dengan pemakaian media maka

emosi para siswa akan digiring untuk siap

memasuki materi pelajaran sehingga mereka akan

lebih aktif, kretif dan mempunyai pengalaman

tersendiri dari pada hanya ceramah saja. Apabila

meteri tersebut diadakan penilaian, maka nilai yang

diperoleh akan semakin meningkat. Seorang guru

yang mengajar tanpa mengunakan media, maka

proses balajar menajar akan besifat verbalis dan

hasil belajar siswa akan merosot dari tahun ke

tahun. Untuk itu peneliti mencoba mengadakan

suatu penelituan tindakan kelas dengan judul

―Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Pokok

Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-

Negara Tetangga Indonesia Dengan Media

Gambar/Poster Pada Kelas VI SDN Centini

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2014/2015‖.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS tentang

Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-

Negara Tetangga Indonesia dengan bantuan media

| 21

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

gambar/poster di kelas V SDN Centini, Kecamatan

Laren, Kabupaten Lamongan ? ‖

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Hasil Belajar Mengajar pada hakikatnya ialah

membelajarkan siswa dalam arti mendorong dan

membimbing siswa belajar. membelajarkan siswa

berarti guru berupaya mengaktifkan siswa belajar.

Dengan demikian di dalam proses pembelajaran,

guru menggunakan strategi dan media apapun,

semata-mata supaya siswa belajar.

Belajar adalah proses mental dan emosional

atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang

dikatakan belajar bila fikiran dan perasaannya aktif.

Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak

dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh

yang bersangkutan. Guru tidak dapat melihat

aktivitas fikiran perasaan siswa. Yang dapat

diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan

siswa sebagai akibat adanya aktivitas fikiran dan

perasaan pada diri siswa tersebut.

Kegiatan-kegiatan tersebut hanya muncul

karena ada aktivitas mental (fikiran dan perasaan).

Sekarang timbul persoalan, bila siswa hanya duduk

saja pada saat kita menjelaskan pelajaran kepada

mereka, apakah siswa tersebut belajar? Bila siswa

tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang

kita jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada

saat menyimak pelajaran berarti terjadi proses

mental.

Apakah belajar cukup hanya dengan cara

mendengarkan penjelaskan guru saja? Sudah

barang tentu tidak cukup dengan cara itu saja.

Mendengarkan atau menyimak melalui

pendengaran hanya salah satu kegiatan belajar.

Belajar yang baik tidak cukup asal terjadinya

aktivitas mental saja akan tetapi aktivitas mental

dengan kadar yang tinggi.

Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau

tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah

atau bertambah perilakunya, baik yang berupa

pengetahuan, keterampilan motorik, atau

penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli

psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat

digolongkan ke dalam hasil belajar. perubahan

perilaku karena kematangan (umpamanya seorang

anak kecil dapat merangkak, duduk atau berdiri,

lebih banyak disebabkan oleh kematangan daripada

oleh belajar). Perubahan perilaku sebagai hasil

belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari

pengalaman, dimana proses mental dan emosional

terjadi.

Media Pendidikan

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan

media, khususnya media yang digunakan dalam

proses belajar mengajar.Kutipan dari Jusuf Kasrori

(1995:104) tentang beberapa pendapat mengenai

media pendidikan diantaranya:

a. Gagne (1970) menjelaskan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang

untuk belajar.

b. Briggs (1970) berpendapat bahwa media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan serta dapat merangsang siswa untuk

belajar.

c. Beown (1973) berpendapat bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar mengajar.

d. Oemar Hamalik (1985:23) menjelaskan

bahwa media adalah alat, metode dan teknik

yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi

antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di

atas dapat diambil kesimpulan bahwa media

pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar mengajar.

Media Gambar

Benda atau sesuatu yang tidak dapat secara

langsung diamati dan dipelajari, dapat disampaikan

atau disajikan melalui gambar, poster, potret, peta,

buku, majalah dan benda-benda lain yang sejenis.

Benda atau alat perantara yang demikian itu,

disebut media cetak. Dalam proses mengajar-

membelajarkan IPS, media cetak ini sangat

membantu dalam menarik minat dan perhatian

peseta didik, membantu mengurangi informasi

lisan yang tidak jarang menjenuhkan, dan

meningkatkan keterampilan alat indera tidak hanya

terbatas pada pendengaran, melainkan

memfungsikan juga meningkatan organ lainya.

Media gambar yang digunakan oleh peneliti

pada pembelajaran IPS tentang keragaman suku-

suku bangsa dan budaya di Indonesia adalah

gambar nama suku-suku dan asal daerahnya beserta

gambar pakaian adat, gambar rumah adat dan

gambar senjata khas dari suku-suku tersebut.

Hubungan Penggunaan Media Gambar/Poster

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS

Dengan memperhatikan manfaat yang didapat

dari media gambar/poster, maka dalam penelitian

ini penulis menggunakan media gambar/poster

dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPS. Dengan menggunakan media gambar/poster

maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan

materi pelajaran, peserta didikpun akan lebih jelas

| 22

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

dan mudah memahami materi yang disampaikan

karena gambar yang ditampilkan menyerupai

model aslinya, sehingga proses belajar mengajar

menjadi menarik dan tidak membosankan serta

mendorong gairah belajar siswa sehingga

meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.

METODOLOGI

Waktu Dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

berlangsung pada bulan September sampai Oktober

2014 di SDN Centini, Kecamatan Laren,

Kabupaten Lamongan.

Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini

pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru,

sedangkan penelitian tersebut dalam merencanakan

tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini

terdiri dari 4 komponen yaitu :

1. Rencana tindakan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Pengamatan tindakan

4. Refleksi tindakan

Rencana Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran

Menggunakan Media Gambar/Poster

Hasil belajar dan indikator keberhasilan belajar

yang bersumber dari pembelajaran menggunakan

media gambar/poster di SDN Centini Kecamatan

Laren Kabupaten Lamongan, digunakan peneliti

untuk menyusun instrumen perbaikan pembelajaran

dan penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini

peneliti menetapkan anak yang malas belajar dan

kurang menguasai materi sebagai bahan perbaikan

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih baik.

Dibawah ini digambarkan rencana alur pelaksanaan

PTK melalui pembelajaran menggunakan media

gambar/poster.

a. Siklus I

1.Perencanaan Tindakan

Pada tahap in

i kegiatan yang dilakukan adalah menyusun

perangkat pembelajaran yang terdiri :

Menetapkan tujuan pembelajaran, yaitu :

1) Menyusun rencana pembelajaran yang

sesuai dengan tahapan pembelajaran tugas

pengamatan

2) Menyebutkan nama suku-suku dan daerah

asal suku tersebut.

3) Mencari informasi tentang suku yang ada di

daerah asal siswa.

4) Mengidentifikasi adat istiadat/budaya dari

suku-suku yang ada di Indonesia.

5) Menyusun instrumen penilaian, observasi,

dan instrumen refleksi

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan

pembelajaran yang terdiri dari:

a) Kegiatan awal (± 15 menit)

1) Guru membagi siswa menjadi 4

kelompok

2) Guru menjelaskan prosedur kegiatan

pembelajaran sesuai dengan petunjuk

yang sudah ditetapkan

3) Mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi

siswa saat menyelesaikan tugas-tugas

b) Kegiatan inti (± 40 menit)

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru

tentang keragaman suku bangsa yang ada di

Indonesia.

2) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran

yang telah dipelajari.

3) Siswa menulis hasil kesimpulan tersebut

di bukunya masing-masing.

4) Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi

yang diberikan oleh guru pada pedoman

penilaian

c) Kegiatan akhir (± 15 menit)

Guru mengevaluasi aktivitas siswa dalam

kelompok kecil sambil mencocokkan

pedoman penilaian

3).Tahap observasi

Pada tahap ini guru dan ketua peneliti secara

bergantian mengadakan pengamatan kegiatan siswa

dan guru atau dosen dalam kelas.

4) Tahap refleksi

Pada tahap ini ketua peneliti ikut serta menilai

keberhasilan tindakan, mengevaluasi tahap-tahap

kegiatan, menentukan hasil tindakan serta

menyusun rekomendasi untuk menentukan

perbaikan perencanaan pada siklus II diteruskan

atau mengulangi tahapan yang dianggap belum

benar.

Siklus II

Pada tahap ini menunggu hasil refleksi pada siklus

I, jika siklus I dinyatakan tidak berhasil dan

merekomendasikan ke siklus berikutnya, maka

siklus II dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada

siklus I tetapi ada perbedaan pada jenis pengamatan

obyek.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dan

dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada

dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan

pembelajaran dilakukan validasi oleh teman

sejawat dan kepala sekolah. Untuk kreativitas siswa

dalam pembelajaran digunakan observasi dan

angket serta perolehan hasil belajar siswa

digunakan deskripsi kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Hal yang dilakukan dalam refleksi meliputi :

1) Kesesuaian antara pelaksanaan dengan

perencanaan yang telah dirumuskan

2) Hambatan yang terjadi selama proses

pembelajaran

3) Kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.

| 23

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Data hasil pengamatan dan catatan tentang aktivitas

guru dan aktivitas siswa menjadi bahan refleksi dan

dibahas secara bersama sebagai indikator

pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hal-hal yang

telah ditentukan dalan refleksi, selanjutnya peneliti

dan guru merumuskan persoalan-persoalan yang

ditemukan dan bersama-sama memecahkannya.

Pencapaian keberhasilan atas hasil refleksi

ditetapkan berdasarkan pedoman tingkat

keberhasilan. Keberhasilan yang dimaksud antara

lain :

1) Kemampuan guru dalam perencanaan

pembelajaran mencapai minimal 60%

2) Aktivitas guru dan siswa minimal 60%

3) Penilaian pembelajaran baik proses maupun

hasil belajar siswa mencapai minimal 60%

Berdasarkan pengamatan pada siklus I baru ada

40% siswa yang betul dari semua siswa yang ada.

Dengan demikian perlu diadakan perbaikan

pembelajaran.

Hasil Siklus II

Hasil pembelajaran IPS menggunakan media

gambar/poster menghasilkan beberapa keuntungan

antara lain :

1. Dapat membangkitkan minat siswa

2. Siswa merasa senang belajar IPS

3. Siswa dapat memecahkan masalah dengan baik

Namun demikian walaupun ada keuntungan, ada

juga kelemahannya. Kelemahannya bagi anak yang

kurang menguasai materi masih mengalami

kesulitan.

Pembahasan Dari Setiap Siklus

1. Pembahasan pada Siklus I

Pada tahap rencana pelaksanaan pembelajaran

awal ini, siswa masih jauh dari kriteria yang

diharapkan. Dalam pengerjaan tes yang diberikan,

tingkat keberhasilannya masih di bawah rata-rata,

sehingga perlu dibahas lagi pada pembelajaran

berikutnya. Oleh karena itu peneliti merancang

kembali rencana perbaikan pembelajaran pada

Siklus I. hal ini dapat dilihat dari hasil pengerjaan

soal siswa, sebagai berikut:

Tabel 1 . Daftar Nilai IPS Kelas VI

(setelah siklus I)

No Nama Nilai

1. Ahmad Rafli Praditya 30

2. Ahmad Rifad Subaslani 45

3. Dhiya Makayla Az Zahwa 45

4. Kafka Alan Adyawan 35

5. Melindah Saputri 55

6. Muhamad Rizqi Anwar 40

7. Nisa' Dwi Fitria 50

8. Rifki Maulana Ardiansya 55

9. Tiara Nur Andhini 45

10. Wida Yanti 50

11. Zatasya Safinatul Amalia 40

2. Pembahasan pada Siklus II

Dalam siklus II pembelajaran ditekankan

pada temuan-temuan yang didapatkan pada

observasi siklus II dan hasil refleksi yaitu kesulitan

siswa mengidentifikasi keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia. Pembelajaran IPS dengan

media gambar tentang suku-suku bangsa di

Indonesia disertai gambar pakaian dan rumah adat

ditekankan untuk memperjelas pemahaman siswa.

Dalam siklus II ini peneliti melihat siswa

menjadi lebih aktif dibandingkan dengan aktifitas

belajar siswa pada siklus I. Hal ini disebabkan guru

lebih memberikan motivasi belajar pada siswa.

Bentuk motivasi yang diberikan berupa

menyediakan media yang menampilkan gambar

suku-suku bangsa di Indonesia disertai pakaian dan

rumah adat dan menyanyikan lagu wajib nasional

secara bersama-sama sehingga menarik minat

siswa terhadap pelajaran yang disampaikan.

Peningkatan aktivitas belajar siswa ini

menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang

disampaikan guru telah berhasil. Hal ini terbukti

bahwa media gambar mampu merangsang siswa

dalam melakukan aktivitas belajar secara individu

maupun kelompok, selain itu juga mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bisa

dilihat dari hasil ulangan harian siswa setelah

pemberian tindakan pada siklus II. Berikut adalah

daftar nilai ulangan harian IPS kelas V setelah

diadakan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Tabel 2. Daftar nilai ulangan harian IPS kelas VI

(setelah siklus II)

No Nama Nilai

1. Ahmad Rafli Praditya 70

2. Ahmad Rifad Subaslani 80

3. Dhiya Makayla Az Zahwa 80

4. Kafka Alan Adyawan 75

5. Melindah Saputri 100

6. Muhamad Rizqi Anwar 80

7. Nisa' Dwi Fitria 90

8. Rifki Maulana Ardiansya 100

9. Tiara Nur Andhini 85

10. Wida Yanti 95

11. Zatasya Safinatul Amalia 70

PENUTUP

Simpulan

Guru dalam mendesain model pembelajaran

menggunakan media gambar/poster untuk

mata pelajaran IPS, pada awalnya masih

ragu dan belum terbiasa.

Kinerja belajar siswa meningkat setelah

pembelajaran IPS menggunakan media

gambar/poster. Siswa sangat antusias

membahas topik dalam pembelajaran, dan

berusaha menjawab dan menemukan

informasi tentang topik tersebut. Siswa

| 24

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

saling berebut mengemukakan informasi

(apa yang mereka ketahui) tentang topik.

Siswa terlalu bersemangat dalam

pembelajaran, sehingga guru tidak sempat

merangkum/menyimpulkan materi yang

dibahas karena waktunya sudah habis.

Guru dalam menerapkan model

pembelajaran menggunakan media

gambar/poster pada mata pelajaran IPS di

SD, pada awalnya siswa mengalami

kesulitan bekerja dalam kelompok diskusi,

terutama siswa yang pintar/pandai tidak

mau bergabung dengan siswa yang

tidak/kurang pandai. Siswa yang merasa

dirinya pandai lebih suka belajar dan

bekerja sendiri. Siswa terkesan egois,

untuk dapat menyatukan siswa dalam

kelompok dan bekerja sama guru berusaha

memberi penjelasan tentang pentingnya

berbagi, bekerja sama, bersahabat tanpa

memperhatikan kepintaran atau

kemampuan orang lain. Justru siswa yang

memiliki kelebihan daripada teman-

temannya dapat membantunya dengan

memberikan penjelasan tentang

teori/materi pelajaran yang belum

dipahami dan dimengerti

Hasil belajar siswa meningkat setelah

mengalami pembelajaran. Pada siklus

pertama nilai rata-rata siswa perorangan

4,45; nilai rata-rata kelompok sebesar

5,25. Sedangkan pada siklus kedua nilai

rata-rata siswa 8,50; dan nilai rata-rata

kelompok 7,85. Berdasarkan nilai yang

diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran dengan menggunakan

media gambar/poster dapat digunakan

pada penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan

bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran yang dilaksanakan guru.

Menggunakan model pembelajaran

menggunakan media gambar/poster dapat

dijadikan alternatif untuk penelitian

tindakan kelas yang akan dilaksanakan

berikutnya.

Saran-Saran

Penerapan model pembelajaran menggunakan

media gambar/poster dengan memerlukan kemauan

dan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga

dan pikiran untuk itu bagi guru sekolah dasar

mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas

menggunakan model pembelajaran ini sebagai

suatu tantangan. Penelitian tindakan kelas

sebaiknya dilakukan oleh guru dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai

pendidik, peneliti hanya berusaha menjembatani

dan memfasilitasi agar para guru sekolah dasar mau

melakukan penelitian tindakan kelas sebagai

langkah introspeksi diri sebagai tenaga profesional.

Sebaiknya penelitian tindakan kelas dilakukan

oleh semua guru, baik guru SD, SMP, maupun

SMA, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja

sebagai guru. Guru harus dapat menilai dirinya

sendiri sebelum melakukan penilaian kepada

siswanya. Guru harus mengetahui kelemahan dan

kekurangannya dalam pembelajarannya, berusaha

untuk mengatasinya dan menemukan solusi yang

terbaik serta mengantisipasi apabila dalam

pembelajaran mengalami kendala dan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). The

Action Resesarch Planner. Australia:

Deakin. Deakin University.

Slavin, Robert E. 1991. Synthesis of Research on

Cooperative Learning Educational

Leadership. Virgina: The Association for

Supervision and Curiculum Development.

Mc Niff. 1992. Action Research : Principle and

Practice. New York: Chapman and Hall Inc.

Sumaatmadja Nursyid, dkk. (2008) : Konsep Dasar

IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka.

Hamalik Oemar (2002). Media Pendidikan.

Bandung: Alumni.

Sadiman S. , Arif dkk. (2002). Media Pendidikan.

Jakarta: Pustekkom Dikbud dan P.T. Raja

Grafindo Persada

.

| 25

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

PENINGKATAN PRESTASI IPA MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL DI KELAS VI SD NEGERI PELANGWOT II

Riyadus Sholihin

*)

*) Guru SD Negeri Pelangwot II Kec. Laren Kab.Lamongan

Salah satu kegagalan pendidikan yang dirasakan saat ini dapat disebabkan oleh model pembelajaran yang

cenderung bersifat otoriter. OIeh karenanya sudah saatya bagaimana memikirkan cara pembelajaran dalam

lingkungan yang lebih demokratis. Lingkungan belajar yang demokratis memberikan kebebasan pada anak

untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental dalam proses belajar, sehingga dapat rnemancarkan kegiatan-

kegiatan yang kreatif produktif. Model pembelajaran demokratis berarti mengubah paradigma lama yaitu

pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan menggantikannya dengan paradigma baru, yaitu

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Melalui paradigma baru student centered

learning para pengajar dituntut agar selalu mengadakan inovasi-inovasi dalam melaksanakan pembelajaran

secara terus menerus berkesinambungan. Hal ini berarti mereka juga harus merancang sebuah model

pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif. Jadi dengan paradigma baru ini juga dalam pelaksanaan dan

kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru tetapi lebih terpusat pada siswa. Salah satu model

pembelajaran yang mengarah pada ketrampilan berpikir siswa adalah pembelajaran kontekstual. Pengajaran dan

pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang

mernbantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi nyata dalam memotivasi siswa dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

Penelitian ini menggunakan metode rancangan Penelitian Tindakan Kelas yaitu terdiri beberapa siklus

yang setiap siklus mempunyai 4 tahap yaitu menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

melakukan refleksi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini

berangkat dari masalah yang didapat di lapangan kemudian direfleksikan, dan dianalisis berdasarkan teori yang

menunjang.

Hasil penelitian ini adalah setelah mclakukan redupsi rnencatat data-data dari hasil proses pembelajaran

dari siklus I, II dan siklus III dan diadakan tes unit, diperoleh nasil bahwa antara sebelum dan sesudah tindakan

mempunyai hasil yang menunjukkan peningkatan yaitu: perolehan skor > 65 dari 33,3% menjadi 66,6%, dan

skor rata-rata dari 60% menjadi 72,9%.

Kata kunci : peningkatan prestasi, pembelajaran kontekstual, student centered learning

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran setiap jenjang

pendidikan seharusnya menitikberatkan pada

pengembangan berpikir siswa. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberi kesempatan kepada

siswa untuk berpikir dengan melakukan kegiatan

yang menuntut kemampuan berpikir. Kurikulum SD

Tahun 1994 di dalamnya menyebutkan tujuan

pembelajaran IPA adalah meliputi : (1) memahami

konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan

kehidupan sehari-hari; (2) rnemiliki ketrarnpilan

proses untuk mengembangkan pengetahuan,

gagasan tentang alam sekitar; (3) mempunyai minat

untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta

kejadian di lingkungan sekitar; (4) bersikap ingin

tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,

bekerjasama, mandiri; (5) rnampu menerapkan

berbagai konsep IPA untuk rnenjelaskan gejala-

gejala alam dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari; (6) mampu menggunakan

tehnologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan masalah yang ditemukan dalarn

kehidupan sehari.hari, dan; (7) mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

Bertolak dari tujuan kurikulum IPA berarti

bahwa untuk pembelajaran IPA harus sesuai dengan

hakekat IPA itu sendiri yaitu suatu produk ilmiah,

dan sikap ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya suatu

alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Salah

satunya adalah mengembangkan perangkat

perrbelajaran termasuk strateginya yang

menekankarr pada proses ketrampilan berpikil

siswa.

Salah satu rnodel pembelajaran yang

mengarah pada ketrampilan berpikir siswa adalah

pembelajaran kontekstual. Pengajaran dan

pembelajaran kontekstual atau contextual teaching

and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang

membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran

dengan situasi nyata dan memotivasi siswa

membuatnya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

Pengajaran konstektual adalah pengajaran

yang memungkinkan siswa TK sampai dengan SMA

untuk menguatkan., memperluas, dan menerapkan

tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalha-masalah dunia nyata yang

disimulasikan.

| 26

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Rumusan Masalah Bertolak pada latar belakang sebagaimana telah

diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut : Apakah pembelajaran kontekstual dengan

strategi pembelajaran berdasarkan masalah pada

Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖ dapat

meningkatkan pemahaman IPA pada siswa Kelas VI

SD Negeri Pelangwot II Lamongan?

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kontekstual Teori pembelajaran konstruktivis merupakan

landasan teoritik pembelajaran kontekstual. Esensi

dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu

informasi kompleks ke situasi lain. Dan apabila

dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka

sendiri (Leinhart, 1992). Oleh karena itu siswa perlu

dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan

bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan semua pengetahuan kepada siswa.

Siswa harus mengkonstruksikan sendin pengetahuan

mereka lewat keterlibatan aktif pada proses belajar

mengajar.

Pembelajaran kontekstual pertama kali

dicetuskan oleh John Dewey pada awal abad 20

yang menyarankan suatu kurikulum dan metodologi

pengajaran dikaitkan dengan pengalaman dan minat

siswa (Departernen Pendidikan Nasional, 2002).

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa

menerapkan dan mengalami apa yang sedang

diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah

dunia nyata langsung berhubungan dengan peran

dan tanggung jawab rnereka sebagai anggota

keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja

(University of Washington, 2001 dalam Nur, 2001).

Menurut Blanchard, 2001 dalam Nur, 2001

pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang

erat dengan pengalaman sesungguhnya.

Melalui pembelajaran kontekstual hasil

belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut

Nur, 2001, pembelajaran kontekstual menekankan

pada berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan

lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan

dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai

sumber dan pandangan. Agar sebuah pengajaran

dapat bermakna agar dapat membantu siswa untuk

belajar memecahkan masalah yaitu rnemberi tugas-

tugas yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

Peranan guru dalarn pengajaran kontekstual

adalah menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa.

Arends (1997) menekankan pentingnya guru

memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya

meningkatkan inquiri dan perkembangan intelektual

siswa. Oleh karena itu dalam pembelajaran

kontekstual peran guru adalah mempersiapkan suatu

atmosfir dan di bawah atrnosfir itu siswa merancang

dan mengarahkan kegiatan (Nur, 2001).

Beberapa strategi pengajaran berikut ini

menempatkan siswa dalam konsteks bermakna yang

sesuai dengan CTL (University of Washington,

2001, dalarn Nur, 2001).

1. Pengajaran Autentik

Pengajaran autentik adalah pengajaran yang

memungkinkan siswa belajar dalam konsteks

bermakna. Strategi ini mengutamakan

ketrampilan berfikir dan pemecahan masalah

yang merupakarr ketrampilan penting dalam

tatanan kehidupan nyata.

2. Pembelajaran Berbasis-Inquiri

Pembelajaran berbasis-inquri merupakan strategi

pembelajaran yang berpola pada metode-metode

sains dan memberikan kesempatan siswa untuk

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan

dan metode ilmiah digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

3. Pembelajaran Berbasis-Masalah

Pembelajaran berbasis-masalah adalah suatu

pendekatan pengajaran yang menggunakan

masalah-masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis

dan ketrampilan pemecahan masalah, dan untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep

esensial.

4. Pernbelajaran Berbasis-Kerja

Pembelajaran berbasis-kerja adalah suatu

pendekatan pengajaran yang memungkinkan

siswa menggunakan konteks tempat-kerja untuk

mempelajari konten mata pelajaran berbasis-

sekolah dan bagaimana konten itu digunakan

dalam tempat-kerja.

Sedang Blanchard, 2001 dalam Nur, 2001

mengidentifikasi enam strategi pengajaran

konstekual sebagai berikut :

1. Menekankan pada pemecahan-masalah

2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan

pembelajaran yang terjadi dalam berbagai

konteks seperti di rumah, masyarakat dan

pekerjaan

3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan

pembelajaran mereka sendiri sehingga

mereka menjadi pebelajar mandiri.

4. Mengkaitkan pengajaran pada konteks

kehidupan siswa yang berbeda-beda

5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama

teman dan belajar bersama

6. Menerapkan penilaian autentik

Pembelajaran Kontektual IPA Pembelajaran kontekstual IPA tersebut antara

lain menerapkan prinsip : (1) IPA adalah untuk

semua siswa dan (2) pembelajaran IPA merupakan

proses aktif (National Academy of Sciences, 1995

dalam Nur, 2001). Prinsip pertama mengandung arti

bahwa semua siswa dapat mencapai pemahaman

| 27

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

apabila mereka diberikan kesempatan. Siswa akan

mencapai pemahaman pemahanan tersebut dengan

cara-cara yang berbeda dan pada kedalaman yang

berbeda. Dan siswa akan mencapai hasil belajar

tersebut pada kecepatan yang berbeda, sebagian

siswa lebih cepat daripada yang lain. Perhatian

terhadap siswa yrng memiliki kecepatan belajar

yang berbeda ini sejalan dengan salah satu misi

Curriculum Center (2001), yaitu to develop a

learnirig programme that server the diversity of

pupil abilities.

Prinsip kedua mengandung arti bahwa

pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang

dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan

guru. Siswanya, bukannya guru, menjadi individu

yang mengidentifikasi masalah, mengusulkan cara

pemecahan masalah, dan kemudian menguji usulan

cara pemecahan itu. Siswa harus diberikan

pengalaman-pengalaman fisik atau sensori motor

sebagai dasar unuk mengernbangkan ide-ide

abstrak. Perangkat ini memberikan kemudahan guru

untuk menggunakan berbagai kesempatan learning

by doing. Dalam pendidikan IPA, siswa

rnendiskripsikan obyek dan kejadian, mengajukan

pertanyaan, memperoleh pengetahuan,

mengkonstruksi penjelasan atas gejala alam,

menguii penjelasan tersebut dalam berbagai cara

yang berbeda, dan mengkomunikasikan ide-ide

mereka kepada orang lain.

Proses aktif memiliki implikasi aktivitas

rnental dan fisik. Hands on activities tidak cukup,

siswa juga harus memiliki pengalaman-pengalaman

minds-on. Pengajaran IPA harus melibatkan siswa

dalam penyelidikan-penyelidikan berorientasi

inquiri. Di dalam kegiatan itu mereka berinteraksi

dengan guru dan teman mereka. Siswa

mengemukakan hubungan antar pengetahuan IPA

yang telah mereka miliki dan pengetahuan ilmiah

yang ditemukan dalam banyak sumber; mereka

terlibat dalam pemecahan masalah, perencanaan,

pengambilan keputusan, dan diskusi kelompok; dan

mereka rnengalami asesmen dan evaluasi yang

konsisten dengan pendekatan aktif dalam

pembelajaran tersebut. Peran guru adalah

mempersiapkan suatu atrnosfir dan di bawah

atmosfir itu siswa merancang dan mengarahkan

kegiatan.

Menurut Lawson (2000) dalam menata kelas

inquiri untuk peyelesaian sebuah masalah yang

harus dilakukan oleh guru adalah mengindentifikasi

permasalahan-permasalahan, selanjutnya mencari

jalan pemecahan masalah tersebut. Dalarn kaitannya

dengan ini banyak hal yang harus diperhatikan oleh

guru misalnya memotivasi agar semua siswa dapat

berpartisipasi secara aktif mencarikan solusi bila

siswa tertarik terhadap permasalahan yang dibahas,

membuat suasana kelas lebih demokratis

mengaplikasikan konsep-konsep yang lebih relevan

dan sebagainya.

Pembelajaran Berdasar Masalah Pernbelajaran berdasarkan masalah

merupskan salsh satu bentuk pengajaran yang

memberi penekanan untuk membantu siswa rnenjadi

pebelajar yang rnandiri dan otonom. Melalui

bimbingan yang diberikan secara berulang akan

mendorong siswa rnengajukan pertanyaan, mencari

penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh siswa

sendiri atau menyelesaikan tugas-tugas tersebut

secara mandiri (lbrahirn dan Nur, 2000).

Menurut Arends (1997) model pembelajaran

berdasarkan masalah sangat berguna untuk

mengembangkan berpikir ke tingkat yang lebih

tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah

termasuk belajar bagaimana belajar. Agar sebuah

pengajaran dapat bermakna guru dapat membantu

siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan

memberi tugas-tugas yang berkaitan dengan

kehidupan nyata. Model pengajaran ini cocok untuk

materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah

nyata, meningkatkan ketrarnpilan proses untuk

memecahkan masalah, mempelajari peran orang

dewasa melalui pengalamannya dalam situasi nyata,

serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai

pelajar yang otonom.

Peranan guru dalam pengajaran berdasarkan

masalah adalah untuk mengajukan permasalahan,

pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang

diperlukan siswa. Arends (1997) menekankan

pentingnya guru memberi dukungan dalam upaya

meningkatkan inquiri dan perkembangan intelekual

siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran

berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan

kepada siswa pada situasi masalah yang autentik dan

bermakna yang dapat mernberikan bantuan kepada

mereka rrntuk melahirkan penyelidikan dan inquiri.

METODOLOGI

Rancangan dan Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Penelitian terdiri dari 3 siklus. Siklus 1

dipakai untuk mengindentifikasi masalah secara

rinci. Masing-rnasing siklus 4 tahap yaitu

menyusun, rencana tindakan, melaksanakan

tindakan, melakukan observasi, dan melakukan

refleksi. Setelah dilakukan refleksi yang mencakup

analisis, sintesis dan penilaian terhadap proses serta

hasil tindakan akan timbul perencanaan baru untuk

siklus berikutnya.

SIKLUS I

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka

yaitu tanggal 2 Oktober dan 3 Oktober 2012 (4 x 40

menit)

a. Perencanaan Tindakan

Mempersiapkan perangkat pembelajaran

seperti diuraikan berikut ini.

1) Rencana pembelajaran (RP I) pada siklus

I (lampiran 1 ). Rencana pembelajaran

dibuat berdasarkan strategi pembelajaran

| 28

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

kontekstual dengan strategi pembelajaran

berdasarkan masalah.

2) Lembar kerja siswa (LKS) untuk tugas

kelompok (lampiran 4)

b. Pemberian Tindakan

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖ sub

Kompetensi Dasar ―Perkembangbiakan

Tumbuhan‖. Sesuai skenario pada RP 1.

c. Pelaksanaan Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan

tindakan

1) Mengamati proses pelaksanaan tindakan

yang dilakukan oleh guru terhadap

siswa.

2) Mengamati aktivitas siswa selama proses

pembelajaran baik diskusi dalam

kelompok (kerja kelompok) maupun

diskusi kelas.

3) Mengamati akivitas siswa dalam

menyajikan hasil karya.

4) Merekam situasi belajar selama proses

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Hasil pengamatan pada Siklus I diperoleh

gambaran bagaimana dampak penerapan

tindakan yang berupa pembelajaran

kontekstual dilaksanakan. Hal-hal yang

menjadi permasalahan pada siklus I akan

dipakai sebagai pertimbangan untuk

membuat perencanaan tindakan pada siklus

II,

SIKLUS II

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

yaitu tanggal 5 Oktober dan 6 Oktober 2012 ( 4

x 40 menit)

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan yang direncanakan untuk

mengatasi masalah pada siklus I melalui

penyempurnaan perangkat pembelajaran

seperti berikut.

1) Rencana pembelajaran (RP II) pada

siklus II (larnpiran 2)

2) Lernbar Kerja Siswa (LKS) untuk tugas

kelompok (lampiran 4)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan

sesuai dengan yang direncanakan pada RP II

yaitu rnelaksanakan kegiatan belajar

mengajar Kompetensi Dasar ―Makhluk

Hidup‖ sub Kompetensi Dasar

―Perkembangbiakan Hewan‖ dengan strategi

berdasarkan masalah.

c. Pelaksanaan Orservasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan

melakukan tindakan

1) Mengamati proses pelaksanaan tindakan

yang dilakukan oleh guru terhadap

siswa.

2) Mengamati aktivitas siswa selama proses

pembelajaran baik diskusi dalam

kelompok (kerja kelompok) rnaupun

diskusi kelas.

3) Mengamati akivitas siswa dalam

menyajikan hasil karya.

4) Merekam situasi belajar selama proses

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Hasil pengamatan pada Siklus II diperoleh

gambaran bagaimana dampak penerapan

tindakan yang berupa pembelajaran

kontekstual dilaksanakan. Hal-hal yang

rnenjadi permasalahan pada siklus II akan

dipakai sebagai pertimbangan untuk

membuat perencanaan tindakan pada siklus

III.

SIKLUS III

Siklus III dilaksanakan dalam 2 kali tatap rnuka

(4 x 40 menit) yaitu tanggal 10 Oktober dan 11

Oktober 2012

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan yang direncanakan untuk

mengatasi masalah pada siklus II adalah

melaksanakan penyelidikan lingkungan di

sekitar sekolah. Perangkat pembelajaran yang

dipersiapkan seperti berikut.

1) Rencana pembelajaran (RP III) pada

siklus III (lampiran 3)

2) Lembar kerja siswa (LKS) untuk tugas

kelompok (lampiran 4)

b. Pemberian Tindakan

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup‖

sub Kompetensi Dasar ―Makhluk Hidup

Peka terhadap Rangsang‖. Siswa diberi

kesernpatan melakukan penyelidikan di

lingkungan sekitar sekolah.

2) Siswa diberi pengalaman rnenganalisis

perkembangbiakan dan tanggapan

terhadap rangsang pada lalat.

3) Siswa diberi soal tes unit untuk sampai

seberapa jauh penguasaan siswa

terhadap materi yang diberikan.

c. Pelaksanaan Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan bersamaan

dengan melakukan tindakan. Hal yang

menjadi fokus pengamatan sama dengan

siklus I

d. Refleksi

Hasil pengamatan pada akhir siklus III

diperoleh gambaran bagaimana dampak

penerapan tindakan yang berupa penerapan

pembelajaran kontekstual. Untuk mengetahui

adanya peningkatan hasil belajar setelah

diberi tindakan yaitu dengan jalan

membandingkan skor tes sebelum diberi

tindakan penerapan pembelajaran kontekstual

dengan skor tersebut sesudah diberi tindakan.

| 29

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Hasil observasi pada siklus III dan skor tes

unit merupakan refleksi akhir dari

pembelajaran kontekstual pada penelitian ini.

Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini

berangkat dari masalah yang didapat di lapangan,

kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarksn

teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan

tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh

tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup

yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi

yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini

dapat dijadikan model, untuk memberikan

rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron,

1994:4)

Jenis penelitian yang digunakan adalah

perspektif fenomenologi, yaitu peneliti berusaha

untuk memahami makna peristiwa dari interaksi

yang terjadi selama penelitian berlangsung.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, karena

dari analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan

dilakukan tindakan yang berdasarkan pada hasil

analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Siklus I

Siklus I berlangsung 2 kali pertemuan (4 x 40

menit). Gambaran umum tentang proses

pembelajaran dan situasi kelas selama pembelajaran

sebagai berikut:

1. Duduk siswa diatur secara berkelompok. Ada

4 kelompok, yaitu 3 kelompok terdiri dari

siswa dan 1 kelompok terdiri 5 siswa. Siswa

dirninta mengerjakan Lernbar Kerja Siswa

(LKS) secara berkelompok.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada

pertemuan tersebut.

3. Pada umumnya siswa tekun mengerjakan

LKS nya masing-masing, sehingga diskusi

antar anggota kelompok kurang tampak, guru

menjelaskan apabila ada kesulitan tentang

materi.

4. Dengan waktu yang telah disediakan siswa

diminta melaporkan tugasnya secara

berkelompok pada selembar kertas (poster)

kemudian menempelkan di papan tulis.

Setelah sernua kelompok menempelkan

poster ke depan, guru meminta tampil

mewakili kelompoknya untuk menjelaskan.

Namun tidak ada siswa yang berani tampil.

Untuk mengatasinya guru menunjukkan 2

(dua) orang siswa mewakili kelompoknya.

Guru membimbing siswa (wakil kelompok)

untuk menjelaskan laporannya. Siswa dari

kelompok lain tidak ada yang berani

mengajukan pertanyaan. Untuk mengatasinya

guru memberi contoh bagaimana cara

mengajukan pertanyaan dan bagaimana cara

rnenjawabnya.

Pada siklus pertama penerapan pembelajaran

kontekstual belum efektif. Hal ini kemungkinan

disebabkan siswa belum membaca materi

Kompetensi Dasar tersebut, di samping itu LKS

baru dibagikan kepada siswa pada saat pelajaran

akan dimulai. Siswa memerlukan waktu yang cukup

lama untuk menulis poster. Hal ini disebabkan siswa

harus menggaris agar tulisannya lurus, membuat

tabel, cara rnenulisnya pelan-pelan agar tulisannya

bagus. Untuk mengatasi hal yang demikian,

selanjutnya guru menyediakan format laporan.

Format LKS pada Siklus I perlu direvisi.

Siklus II Siklus kedua berlangsung dua kali pertemuan

(4 x 40 menit). Tindakan yang diberikan pada siswa

adalah siswa diberi tugas rnembaca buku paket IPA

tentang Makhluk Hidup, Ovipar, Vivipar,

Ovovivipar, dan Metamorfosis. Gambaran umum

tentang proses pembelajaran dan situasi kelas

selama pembelajaran berlangsung adalah sebagai

berikut :

1. Melalui diskusi kelompok (kerja kelompok)

siswa diminta mengerjakan LKS. Suasana kelas

sangat kondusif. Siswa dengan serius berdiskusi

dalarn kelompok namun suasana kelas tidak

gaduh. Masing-masing anggota kelompok aktif

dan berani mengemukakan pendapat.

2. Koordinasi antar anggota kelompok cukup

bagus. Mereka bertanggung jawab terhadap

tugas yang diberikan. Pada umumnya mereka

bisa menyimpulkan apakah hewan termasuk

ovipar, vivipar atau ovovivipar dan

rnetamorfosis. Laporan hasil diskusi (poster)

ditulis pada format yang sudah disediaksn oleh

guru.

3. Setelah semua kelompok menempelkan

posternya di papan tulis dilanjutkan diskusi

kelas. Pada waktu guru menanyakan kelornpok

berapa yang akan maju menjelaskan posternya,

wakil-wakil kelompok sudah berani

mengacungkan tangan. Ini merupakan kemajuan

dibanding pada siklus I.

4. Diskusi kelas cukup lancar, kelompok penyaji

rnenjelaskan posternya cukup lancar.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kelompok

lain cukup kritis. Misalnya: ―Mengapa lumba-

lumba termasuk hewan mamalia ?‖. Menurut

kelompok penyaji, ―'Lumba lumba tidak bertelur

tapi melahirkan, lumba lumba bernafas dengan

paru-paru‖. Dengan dernikian berarti pada waktu

siswa berdiskusi dalarn kelornpok sudah

memikirkan keberadaan paru-paru dalam

karitannya dengan perkembangbiakan hewan.

5. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi LKS

tentang Metamorfosis. Di dalam kelornpok siswa

betul-betul berpikir dan mendiskusikan tugas

karena mereka harus dapat membedakan hewan

| 30

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

yaag termasuk mefamorfosis sempurna dan yang

metamorfosis tidak sempurna. Mereka sangat

antusias dan aktif diskusi dalam kelornpok

sehingga suasana kelas cukup ramai. Masing-

masing kelompok menuliskan hasil diskusi pada

format yang telah disediakan dan dikumpulkan.

6. Hasil diskusi yang dikumpulkan ada satu

kelompok yang salah dalam menuliskan urutan

metamorfosis pada katak yaitu kelompok IV

yaitu urutannya : Telur – berudu berekor - katak

muda - berudu - katak dewasa.

Kesalahan menulis urutan metamorfosis

katak tersebut mungkin siswa tidak mengamati

langsung proses yang ada di alam. Untuk

rnengatasinya siswa perlu diberi pengalaman

untuk rnenyelidiki di lingkungannya.

Siklus III Dari permasalahan pada siklus II dijadikan

pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada

siklus III. Pada siklus III ini tindakan yang diberikan

pada siswa yaitu siswa diajak menyelidiki di

lingkungan sekolah. Kemudian mengerjakan LKS.

Gambaran umum tentarng proses pembelajaran dan

situasi kelas selarna pembelajaran adalah sebagai

berikut.

1. Semua siswa aktif mengamati, mendaftar

tumbuhan dan hewan yang ditemukan di sekitar

sekolah. Siswa juga aktif menanyakan hal-hal

yang kurang mereka mengerti baik bertanya

pada teman atau kepada guru. Guru hanya

mengarahkan siswa tentang ' hal-hal yang perlu

diamati. Kegiatan pengamatan berlangsung 25

menit. Semua hasil pengamatan direkam dalam

LKS. Selanjutnya diskusi dilanjutkan di kelas.

2. Duduk siswa sudah diatur secara berkelompok,

di dalam kelompok mendiskusikan hasil

pengamatan antara lain memantapkan tentang

kepekaan tumbuhan dan hewan terhadap

rangsang. Hasil diskusi (poster) disempurnakan

di rumah.

3. Masing-masing kelompok melaporkan hasil

diskusi (menempel poster di papan tulis).

Mereka sangat antusias dan berani menjelaskan

di depan kelas. Kelompok yang tidak tampil

berani mengajukan pertanyaan. Ada pertanyaan

yang cukup kritis yaitu ―Mengapa laron

disebutkan padahal pada waktu itu tidak ada

laron karena waktu siang ? ―. Jawaban dari

kelompok penyaji karena tugas dilanjutkan di

rumah maka ketika mengerjakan tugas ini

banyak laron yang mengebungi lampu, rnaka

ditulis laron peka terhadap cahaya.

4. Untuk memantapkan maka siswa disuruh

menganalisis lalat hubungannya dengan

perkembangbiakan dan kepekaan terhadap

rangsang. Selanjutnya hasil diskusi kelompok ini

juga dipresentasikan ke depan kelas menjadi

diskusi kelas.

`Setelah pemberian tindakan berupa pembelajaran

kontekstual diadakan tes unit yang meliputi materi

pada siklus I, II, III. Skor tes yang diperoleh siswa

sebelum dan sesudah pemberian tindakan tertera

pada lampiran 6 dan Tabel 1.

Tabel I

Perbandingan skor tes sebelum dan sesudah pemberian tindakan pembelajaran kontekstual

pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN Pelangwot II

Skor Jumlah Siswa

Sebelum % Sesudah % Kenaikan %

65 ke atas 5 33,3 10 66,6 5 33,3

Skor rata-rata 60 72,9 12,9

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat

diketahui bahwva setelah diberi tindakan

berupa pembelajaran kontekstual pada mata

pelajaran IPA terjadi peningkatan hasil belajar

sebesar 33,3% sedangkan skor rata-rata dari 60

menjadi 72,9. Dengan demikian hipotesis

tindakan yaitu penerapan pembelajaran

konteksual dengan pembelajaran berbasis

masalah pada Kompetensi Dasar

perkembangbiaka makhluk hidup dapat

meningkatkan pemahaman IPA pada siswa

kelas VI SDN Pelangwot II Kec. Laren Kab.

Lamongan dapat diterima.

Pembahasan Pada siklus I terjadi kendala pada

pengelolaan kelas. Hal ini kemungkinan

disebabkan kelompok kerja baru dibentuk serta

LKS baru dibagikan pada waktu pelajaran akan

dimulai. Suasana kelas belum kondusif, interaksi

hanya terjadi antar siswa dalam kelompok dan

antara siswa dengan guru. Sedang interaksi antar

kelornpok (diskusi kelas) tidak begitu tampak. Hal

ini bisa dilihat pada waktu diskusi kelas. Siswa

yang maju (mewakili kelompok) untuk

menjelaskan posternya ditunjuk oleh guru, bukan

inisiatif siswa sendiri atau kelompok. Cara

menjelaskan juga kurang percaya diri, suaranya

pelan dan terkesan ragu-ragu. Di pihak lain

kelompok bukan penyaji tidak ada yang berani

mengajukan pertanyaan.

Walaupun guru telah mernbimbing cara

menjelaskan poster (laporan) dan cara mengajukan

pertanyaan, namun karena siswa belum siap

menerima materi rnaka kegiatan pembelajaran

tidak bisa berjalan kondusif.

| 31

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Permasalahan yang muncul pada siklus I

dicoba diperbaiki pada siklus II. Siswa diberi tugas

membaca buku paket IPA tentang Makhluk Hidup.

Tugas membaca tersebut agar siswa lebih siap

menerima materi pelajaran. Pada siklus II, secara

umum siswa sudah mempersiapkan pengetahuan

awal sebelum menerima materi baru. Oleh karena

itu, keaktifan siswa selama proses pembelajaran

meningkat. Keaktifan tersebut bisa dilihat baik

pada diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hal

ini sesuai dengan pendapat Piage (1980) dalam

Ibrahim (2000) yang mengemukakan bahwa siswa

dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses

perolehan informasi dan membangun pengetahuan

mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi

secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat

siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa

mereka membangun dan memodifikasi

pengetahuan awal. Menurut peneliti untuk

menghubungkan pengetahuan awal dan

mernbangun pengetahuan baru siswa masih perlu

bimbingan guru. Demikian juga perintah dan

pertanyaan-pertanyaan yang menuntun yang

tercantum LKS membantu siswa dalam

membangun pengetahuan baru.

Pada siklus III siswa diajak menyelidiki

lingkungan sekolah dan menganalisis lalat dengan

membuat diagram seperti pada LKS. Pada tahap ini

siswa telah memahami tentang perkembangbiakan

makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan National

Academy of Science (1995) dalam Nur (2001)

bahwa siswa dapat mencapai pemahaman apabila

pengajaran IPA melibatkan siswa dalam

penyelidikan-penyelidikan fisik atau sensor motor

sebagai dasar untuk mengembangkan ide-ide

abstrak.

Secara keseluruhan mulai siklus I sampai

dengan siklus III dapat dikatakan bahwa

pemahaman siswa kelas VI SDN Pelangwot II

terhadap mata pelajaran IPA berangsur-angsur

meningkat. Hal ini dapat diketahui dari

meningkatnya siswa mengemukakan pendapat pada

waktu diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

Terjadinya peningkatan pemahaman IPA pada

siswa juga dapat dilihat dari hasil tes unit setelah

pemberian tindakan berupa pembelajaran

kontekstual dengan strategi pembelajaran

berdasarkan masalah seperti yang tercantum pada

lampiran 6 dan Tabel 1.

Sebagaimana telah dikemukakan pada

bagian uraian hasil penelitian bahwa siswa dalam

mengerjakan tugas secara kelompok yang

dilanjutkan dengan diskusi kelas. Kerja kelompok

memudahkan siswa menyelesaikan tugas karena

dikerjakan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan

pendapat Johnson (1994), keuntungan dari kerja

kelompok adalah siswa belajar bekerja sama dan

dengan teman sebaya yang beraneka ragam dengan

cara memberi tugas yang menyeluruh adalah

timbulnya perasaan memiliki sesuatu yang

dihasilkan seperti kemampuan, kekuatan,

bertambahnya pengetahuan, dukungan dan

kepedulian. Diskusi membantu berkernbangnya

kemampuan berpikir siswa yang pada akhirnya

meningkatkan pemahaman siswa.

PENUTUP

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian selama tiga siklus

dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran

kontekstual dengan strategi pembelajaran

berdasarkan rnasalah pada Kompetensi Dasar

Makhluk Hidup dapat meningkatkan pemahanan

IPA pada siswa kelas VI SDN Pelangwot II Kec.

Laren Kab. Lamongan.

Saran Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini diajukan

saran :

1. Penerapan pembelajaran kontektual dengan

strategi pembelajan berdasarkan masalah masih

perlu dikembangkan untuk Kompetensi Dasar

lain dan mata pelajaran lain.

2. Untuk memotivasi siswa mengerjakan tugas

supaya diadakan tes awal.

DAFTAR RUJUKAN

Arends, R.I, 1997. Classroom: Instructional and

Management, New york : Mc Craw-Hill

Book Companies, Inc

Arifin, Imron. 1990. Penelitian Kuatitatif dalam

Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan,

Malang: Kalimasada Press.

Dahar, R.W., 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta:

Erlangga

Degeng, I Nyoman S., 2000. Paradigrna Baru

Pendidikan Memasuki Era Demokrasi

Belajar Makalah disajikan dalam Seminar

Diskusi Panel Nasional Tekhnologi

Pembelajaran V, Malang: Kerjasama UM

dan IPTPI Cabang Malang

Departemen Pendidikan Nasional, 2002.

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah, Buku 5 Pembelajaran dan

Pengajaran Kontekstual, Jakarta :

Depdiknas

Kasbolah, K., 1999. Penelitian Tindakan Kelas

untuk Guru Sains. Makalah disajikan dalam

Pelatihan Guru Sains dengan Pendekatan

STM., Malang, 12 – 15 Juli 1999

Nur, M., 2001. Pengajaran dan Pembelajaran

Kontekstual. Makalah disajikan pada

Pelatihan Calon Pelatih SLTP. Surabaya, 21

Juni - 6 Juli 2001.

Nur, M.,1988. Pendekatan-pendekatan

Kontruktivis dalam Pembelajaran. IKIP

Surabaya

Sri Harmi, 2003. Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam 4A.. PT. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri. Solo

| 32

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN KELIPATAN

PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DENGAN TEKNIK POHON FAKTOR PADA

SISWA KELAS VI SDN KEDUYUNG KECAMATAN LAREN KABUPATEN

LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Tarmuji *)

*) Guru SDN Keduyung Kec. Laren Kab.Lamongan

Abstrak Kenyataan dilapangan banyak dijumpai cara mengajar guru belum menggunakan metode yang sesuai

dengan materi ajar sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa belum maksimal. PTK ini bertujuan untk

meningkatkan pemahaman siswa kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 SDN Keduyung Kecamatan

Laren Kabupaten Lamongan tentang Menetukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan Teknik Pohon

Faktor.

Subyek pelaku pembelajaran guru kelas V, subyek penerima tindakan siswa kelas VI Semester I Tahun

Pelajaran 2014/2015 SDN Keduyung Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Data dikumpulkan melalui

observasi proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa serta hasil belajar siswa. Hasil PTK ini dapat

merubah cara mengajar guru sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa dapat naik secara signifikan. Hal ini

dapat dilihat pada siklus I diperoleh bahwa : 1) Pembelajaran Matematika masih belum maksimal; 2) Interaksi

siswa dengan siswa atau guru dengan siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi pembelajaran di kelas; 3)

Guru kurang membimbing dan memperhatikan siswa, sehingga siswa kurang terdorong untuk berjalan aktif dan

kreatif; 4) Penggunaan metode/media pembelajaran kurang maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa

mendengarkan saja; 5) Hasil pembelajran pada siklus I meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni dari

rata-rata 66,1% menjadi 72,3%. Sedangkan pada siklus II diperoleh bahwa: 1) Pembelajaran Matematika sudah

maksimal karena penjelasan dan penggunaan media dapat diterima dengan jelas; 2) Interaksi antar siswa dengan

siswa, dan guru dengan siswa selalu dilakukan, karena guru bersikap selalu membimbing dan memperhatikan

serta menghargai ide atau pendapat siswa; 3) Penggunaan metode pendekatan pembelajaran sudah maksimal,

siswa berperan aktif pada kegiatan tersebut; 4) Hasil pembelajaran pada siklus II dari rata-rata 72,3% menjadi

82,2%.

Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis mengamati adanya perubahan yang positif padasikap siswa

pada proses pembelajaran Matematika, hal ini terlihat adanya: 1) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

menentukan KPK dari siklus I sampai siklus II meningkat; 2) Hasil akhir pembelajaran menentukan KPK yang

diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II meningkat.

Kata kunci: menulis puisi, media pembelajaran, lingkungan sekolah

PENDAHULUAN

Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah

pada umumnya mengacu pada ketentuan yang berlaku

yaitu GBPP dan petunjuk teknis kurikulum yang ada

pada pedoman administrasi guru dalam proses belajar

mengajar (Depdiknas 2004). Pada kenyataannya saat

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

banyak mengalami kendala atau hambatan belajar

maupun respons dan interaksi dari siswa. Dengan

hambatan dan kendala htersebut hasil belajar siswa

tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Melihat

kenyataan di lapangan banyak siswa kurang berminat

terhadap pelajaran matematika yang disebabkan

lemahnya kemampuan siswa dari segi kognitif,

profesional guru, kurang kesesuaian materi dengan

apa yang disampaikan, adanya persepsi yang

menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit.

Guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada umumnya hanya terjebak dalam isi

materi kemudian melaksanakan tanpa memperhatikan

aspek yang mendukung (alat peraga) padahal dengan

alat-alat tersebut sangat berguna bagi guru dan siswa

dalam pemahaman pelajaran.

Berkaitan hal tersebut kegiatan pembelajaran

matematika di SDN Keduyung yang hasil belajar

siswa masih rendah, terutama dalam hal materi

matematika tentang KPK (kelipatan persekutuan

terkecil) dengan teknik pohon faktor. Terbukti dari 9

siswa kelas VI SDN Keduyung yang diberi ulangan

tentang KPK siswa belum mencapai keberhasilan.

Hasil yang dicapai dari 9 siswa hanya 5 anak yang

dapat mencapai nilai yang baik, sedangkan 4 anak

yang lainnya masih di bawah nilai rendah dari standar

daya serap yang diinginkan.

Melihat masalah di atas maka perlu dipikirkan

solusi untuk mengatasinya. Upaya yang dilakukan

adalah lebih menekankan pada proses pembelajaran,

maka kami meminta bantuan dari observasi (teman

sejawat) untuk membantu mengidentifikasi

kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan data tersebut di atas maka prestasi

belajar siswa pada bidang studi matematika belum

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Untuk

| 33

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

itulah masih diperlukan sistem pembelajaran, antara

lain :

1. Model yang digunakan guru dalam pembelajaran

harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak

dari hal yang kongkrit ke hal yang menuju abstrak.

2. Mendorong dan melihat secara aktif untuk

menemukan konsep atau rumus yang bermakna.

3. Mendorong pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan guru hanya sebagai fasilisator.

Menyadari akan pentingnya hal tersebut guru perlu

melakukan penelitian tindakan kelas, dengan adanya

tindakan kelas diharapkan adanya peningkatan hasil

belajar pada anak didik.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara siswa memahami tentang KPK

sehingga dapat melakukan operasi hitung tentang

KPK ?

2. Bagaimana dampak penggunaan teknik pohon

faktor pada materi KPK dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas VI SDN Keduyung

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan?

3. Bagaimanakah cara mengatasi siswa yang

penguasaan materinya di bawah dari 60% ?

KAJIAN PUSTAKA

Kajian penelitian merupakan rangkaian proses

pengayaan ilmu pengetahuan. Mengingat fungsi

kedudukanya tersebut, maka kegiatan penelitian tidak

dapat dilepaskan dari pembendaharaan konsep,

kaidah, kebenaran dan lain-lain yang sudah berhasil

dikomplikasikan, dihimpun, diramu, disintesakan

hingga suatu bentuk keilmuan yang mantap.

Sebelum membahas mengenai kegiatan

pembelajaran tentang kelipatan persekutuan terkecil

dengan tehnik pohon faktor. Secara rinci terlebih

dahulu akan dibahas pengertian-pengertian yang

berkaitan.

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

1. Pengertian KPK

Kelipatan Persekutuan adalah semua

kelipatan yang sama dari dua bilangan atau

lebih. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

adalah bilangan terkecil dari himpunan

kelipatan persekutuan. Kelipatan

Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan

yang sama yang paling kecil (Drs.Joko

Supratno, Nurul Aini,S.Pd, 2000:84)

2. Kegunaan KPK

a. Siswa mampu menentukan KPK pada

soal Matematika saat proses

pembelajaran di sekolah

b. Untuk menyamakan penyebut

pecahan dalam penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang penyebutnya

tidak sama.

c. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari

yang berkaitan dengan KPK

(Sukahar ; Siti M. Amin., 1995:13)

TeknikPohon Faktor

Teknik Pohon Faktor merupakan suatu cara dari

sebuah bilangan dalam bentuk cabang seperti pohon

yang dapat membagi habis suatu bilangan tertentu.

Cara menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil

(KPK) dengan tehnik Pohon Faktor

Contoh

Tentukan KPK dari 72 dan 84

Jawab :

Bentuk perkalian dari 72 dan 84 dapat dicarai dengan

pohon Faktor

Dengan demikian Faktorisasi atau bentuk perkalian

bilangan berpangkat dari masing-masing bilangan

tersebut adalah :

72 = 23x3

2

84 = 22x 3 x 7

KPK dari 72 dan 84

= 23x 3

2 x 7

= 504

Mencari KPK dari 2 bilangan melalui bentuk

perkalian bilangan berpangkat yang dicari dengan

pohon faktor, yaitu 72 = 23 x 3

2 dan 84 = 2

2 x

3 x 7.

KPK dari 72 dan 84 adalah 23x 3

2 x 7 =504,

merupakan hasil kali bilangan pokok dengan pangkat

terbesar yang terdapat pada kedua bentuk perkalian

bilangan berpangkat. Sukahar; Siti M. Amin., 1995:

64)

Menentukan KPK

Kegiatan pembelajaran, guru perlu mencari tahu

tentang pengetahuan dan ketrampilan dalam

menerapkan konsep agar siswa mampu memahami

materi ajar. Tentang menentukan KPK, dari tinjauan

peneliti terhadap penelitian guru-guru sebelumnya

menunjukkan bahwa siswa belum mampu dan

mengalami kegagalan yang disebabkan :

1. Suara guru kurang keras

2. Pembelajaran tidak menggunakan alat

peraga

3. Penyampaian materi tentang

menentukan KPK yang digunakan guru

menggunakan teknik menentukan kelipatan

beruntut dari bilangan masing-masing.

| 34

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Dari tiga faktor yang menyebabkan peneliti

sebelumnya mengalami kegagalan dalam proses

pembelajaran tentang bagaimana menentukan KPK.

Peneliti merasa terpanggil untuk mengadakan

perbaikan.

Adapun perbaikanya meliputi:

1. Guru lebih mengeraskan volume suara

sehingga penjelasan guru terdengar

jelas oleh siswa.

2. Pemanfaatan alat peraga " pohon

faktor" dalam proses pembelajaran

3. Penyampaian materi konsep

menentukan KPK yang terdahulu

guru menggunakan kelipatan beruntut,

peneliti ubah dengan menggunakan

teknik pohon faktor.

Dari tiga tindakan perbaikan yang peneliti

terapkan dalam pembelajaran konsep menentukan

KPK dengan teknik pohon faktor, ternyata hasil yang

diperoleh tiap siswa meningkat.

Kerangka Berfikir Tindakan Perbaikan

Berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan

siswa dalam menentukan bilangan prima hasilnya

rendah hal ini disebabkan :

1. Siswa kurang mendengarkan penjelasan guru

2. Guru kurang menguasai materi.

Memperhalikan hal tersebut di atas, penulis

mengadakan tindakan pembelajaran perbaikan

menentukan KPK dengan teknik pohon faktor dengan

menekankan meningkatkan kemampuan guru dalam

memahami cara menentukan KPK.

METODOLOGI

Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini diadakan di SDN Keduyung

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan, dimana

penelitian melaksanakan tugas-tugas sebagai pengajar.

Obyek penelitian adalah siswa kelas VI (lima) dengan

jumlah siswa 9 siswa yang terdiri 6 siswa laki-laki dan

3 siswa perempuan, penelitian dilaksanakan pada

semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 pada mata

pelajaran Matematika dengan materi menetukan

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).

Penelitian tersebut dilaksanakan dalam dua

siklus, dimana dalam satu siklus satu kali pertemuan

(2 x 35 menit). Pada Siklus I dilaksanakan pada

tanggal 5 September 2014 sedangkan pada Siklus II

dilaksanakan pada tanggal 19 September 2014.

pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran

yang ada di kelas.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam setiap siklus adalah sebagai

berikut :

Siklus I

1. Perencanaan

a. Menyusun skenario pembelajaran, alat

penelitian lembar kerja siswa, dan alat

peraga.

b. Menyusun lembar pengamatan untuk

mengetahui aktivitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Melaksanakan skenario pembelajaran

sesuai dengan langkah yang telah

direncanakan sesuai dengan RPP I

b. Melaksanakan observasi.

c. Melaksanakan penilaian.

3. Pengumpulan Data.

Instrumen yang digunakan dalam

pengamatan adalah :

a. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa.

b. Lembar Pengamatan Kegiatan Guru.

c. Lembar Kerja Siswa.

d. Lembar Tes tertulis.

4. Refleksi

Setelah menganalisis dan

mendiskripsikan dengan pengamat, dugaan

sementara belum maksimalnya hasil

penelitian disebabkan oleh faktor- faktor:

a. Guru kurang maksimal menggunakan

alat peraga

b. Guru kurang maksimal dalam

menggunakan metode dan masih

menggunakan metode pembelajaran

klasik

c. Guru kurang mendorong atau

memotivasi kegiatan siswa

Siklus II

Pada siklus kedua ini, yang dilakukan

oleh peneliti adalah berusaha untuk

memperbaiki kekurangan dan kelebihan yang

terdapat pada siklus I.

1. Perencanaan

Mengacu pada hasil pengamatan

teman sejawat, pada siklus kedua ini

penulis menyusun rencana tindakan untuk

memecahkan masalah yang timbul pada

siklus pertama :

a. Menyusun skenario pembelajaran, alat

penilaian lembar kerja siswa, alat

peraga.

b. Menyusun lembar pengamatan untuk

mengetahui aktivitas siswa dan guru

dalam proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. langkah yang di rencanakan pada RPP

II dengan memaksimalkan

melaksanakan skenario pembelajaran

siswa dengan langkah pemakaian alat

peraga ‖Pohon Faktor‖.

b. Melaksanakan observasi.

c. Melaksanakan penilaian

| 35

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada siklus

kedua berbeda dengan siklus pertama. Pada

siklus kedua ini penelitian akan terperinci

dalam memperoleh data, antara lain :

a. Sumber data

- Siswa : berupa kegiatan siswa dalam

proses pembelajaran dan tes.

- Guru : Berupa data kegiatan guru

dalam proses pembelajaran.

b. Jenis Data

- Data Kualitatif : Data hasil

pengamatan / observasi terhadap

kegiatan guru dan siswa

- Data kuatitatif : Data hasil

belajar siswa yang berasal dari hasil

tes dan lembar kerja siswa

c. Teknik Pengumpulan data

- Data kesulitan maupun keberhasilan

siswa diambil dari penelitian proses

dan hasil tes.

- Data aktifitas guru dan siswa

diambil dari proses pembelajaran

dengan menggunakan lembar

pengamatan.

d. Analisis Data

- Prensentase siswa yang mendapat

nilai diatas 70 (tujuh puluh)

diperoleh dari hasil tes siklus kedua.

- Presentase siswa yang aktif dalam

proses pembelajran diperoleh dari

hasil pengamatan teman sejawat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru

siklus I dapat disimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran guru kurang memaksimalkan alat

peraga, selain itu guru kurang mendorong aktifitas

siswa. Ada baiknay aspek-aspek penilaian yang

mendapat kategori jarang ditingkatkan menjadi sering,

sering menjadi selalu, dan selalu dipertahankan.

Tabel 1 Hasil Pembelajaran Siklus I

No Nama siswa

Nilai

Ket Sebelum

siklus

Siklus

I

1 Afita Dian Noviana 65 75 I

(izin)

pada

siklus

I

2 Eva Liawati 60 75

3 Fifi Musthafiroh 65 68,75

4 Jordy Widyanto 70 75

5 Moh. Nur Iman 65 68,75

6 Salsalatun Nihayah 70 -

7 Figo Billy Ansyah 70 80

8 Johan Miftakul

Huda

65 75

9 Nur Sidik 65 68,75

Jumlah 595 586,25

Rata-rata 66,1 72,3

Pada siklus I ini hasil belajar siswa sudah ada

peningkatan dari 9 siswa yang mengalami

kentuntasan belajar 5 anak dengan rentang

nilai antara 75 sampai 80 dan 4 siswa belum

tuntas, meskipun ada kenaikan perolehan

nilai, hal ini tampak pada rata-rata kelas yang

masih berkisar 72,3%

Refleksi

Setelah mengadakan analisis dan diskusi

dengan teman sejawat dugaan sementara

belummaksimalnya hasil pembelajaran disebabkan

oleh hal hal berikut :

a. Guru kurang maksimal dalam mengunakan alat

peraga.

b. Guru kurang maksimal dalam menerapkan

pembelajran menentukan KPK

(kelipatan persekutuan terkecil)

c. Guru kurang memotifasi siswa sehingga siswa

pasif.

Hasil Siklus II

Pada Siklus kedua ini dapat disimpulkan bahwa

kegiatan guru dalam pemeblajaran sudah baik dan

maksimal. Aspek-aspek penilaian yang mendapat

kategori sering dan selalu hendaklah dipertahankan.

Tabel 2. Hasil Pembelajaran / Nilai Siswa Siklus II

No Nama Siswa

Nilai

Ket Sebelum

Siklus Siklus I

1 Afita Dian Noviana 75 75

2 Eva Liawati 75 75

3 Fifi Musthafiroh 68,75 82,25

4 Jordy Widyanto 75 87,5

5 Moh. Nur Iman 68,75 75

6 Salsalatun Nihayah - 100

7 Figo Billy Ansyah 80 93,75

8 Johan Miftakul

Huda

75 81,25

9 Nur Sidik 68,75 70

Jumlah 586,25 739,75

Rata-rata 72,3 82,2

Berdasarkan RPP II pada proses pembelajaran dapat

dilihat hasil belajar siswa mengalami peningkatan

menjadi rata-rata 82,2%.

Refleksi

Pada siklus kedua dapat dikatakan secara klasikal

siswa telah mengalami kentutasan belajar.

Pembelajaran berjalan lebih baik sesuai dengan tujuan

pembelajran.

Pembahasan

Pada siklus I pengamat mencatat bahwa :

- Pembelajaran Matematika masih belum maksimal

- Interaksi siswa dengan siswa atau guru dengan

siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi

pembelajaran di kelas.

- Guru kurang membimbing dan memperhatikan

siswa, sehingga siswa kurang terdorong untuk

| 36

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

berjalan aktif dan kreatif.

- Penggunaan metode/media pembelajaran kurang

maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa

mendengarkan saja.

- Hasil pembelajran pada siklus I meningkat

dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni dari rata-

rata 66,1% menjadi 72,3%.

- Pada siklus II pengamatan mencatat bahwa :

- Pembelajaran Matematika sudah maksimal karena

penjelasan dan penggunaan media dapat diterima

dengan jelas.

- Interaksi antar siswa dengan siswa, dan guru

dengan siswa selalu dilakukan, karena guru

bersikap selalu membimbing dan memperhatikan

serta menghargai ide atau pendapat siswa.

- Penggunaan metode pendekatan pembelajaran

sudah maksimal, siswa berperan aktif pada

kegiatan tersebut

- Hasil pembelajaran pada siklus II dari rata-rata

72,3% menjadi 82,2%

Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis mengamati

adanya perubahan yang positif padasikap siswa pada

proses pembelajaran Matematika, hal ini terlihat

adanya : Antusias siswa dalam mengikuti

pembelajaran menentukan KPK dari siklus I sampai

siklus II meningkat.

Hasil akhir pembelajaran menentukan KPK yang

diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II

meningkat.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bab hasil dan

rumusan masalah yang berjudul bagaimana

meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan

KPK (kelipatan persekutuan terkecil) dengan teknik

pohon faktor dapat disimpulkan bahwa teknik pohon

faktor dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

menentukan KPK (kelipatan persekutuan terkecil).

Hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh

bahwa : 1) Pembelajaran Matematika masih belum

maksimal; 2) Interaksi siswa dengan siswa atau guru

dengan siswa jarang terjadi, karena guru mendominasi

pembelajaran di kelas; 3) Guru kurang membimbing

dan memperhatikan siswa, sehingga siswa kurang

terdorong untuk berjalan aktif dan kreatif; 4)

Penggunaan metode/media pembelajaran kurang

maksimal, guru berceramah terus sehigga siswa

mendengarkan saja; 5) Hasil pembelajran pada siklus

I meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Yakni

dari rata-rata 66,1% menjadi 72,3%. Sedangkan pada

siklus II diperoleh bahwa: 1) Pembelajaran

Matematika sudah maksimal karena penjelasan dan

penggunaan media dapat diterima dengan jelas; 2)

Interaksi antar siswa dengan siswa, dan guru dengan

siswa selalu dilakukan, karena guru bersikap selalu

membimbing dan memperhatikan serta menghargai

ide atau pendapat siswa; 3) Penggunaan metode

pendekatan pembelajaran sudah maksimal, siswa

berperan aktif pada kegiatan tersebut; 4) Hasil

pembelajaran pada siklus II dari rata-rata 72,3%

menjadi 82,2%.

Dari kedua siklus yang dilakukan, penulis

mengamati adanya perubahan yang positif padasikap

siswa pada proses pembelajaran Matematika, hal ini

terlihat adanya: 1) Antusias siswa dalam mengikuti

pembelajaran menentukan KPK dari siklus I sampai

siklus II meningkat; 2) Hasil akhir pembelajaran

menentukan KPK yang diperoleh siswa dari siklus I

sampai siklus II meningkat.

Saran

1. Seorang guru Matematika harus bisa memahami

betul tentang metode pembelajaran untuk

menentukan KPK (kelipatan persekutuan

terkecil) yaitu dengan menggunakan teknik

pohon faktor.

2. Guru harus meningkatan interaksi dengan siswa,

siswa dengan siswa agar dapat melakukan

interaksi yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Sukahar, Siti M Amin : Matematika 6 ; Mari

Berhitung ; Petujuk Guru Sekolah Dasar Kelas

6, Jakarta, Depdikbut, 1995

Drs. Joko Suprapto, Nurul Aini, S.Pd. Pemdalaman

Materi Matematika, LDLC-MATEMATIKA-

Kelas VI Semester I, CV. Nrimakarya, 2000.

Drs. Suwito ; Rahasia Penerapan Rums-rumus

Matematika SD, Gita Media Press, Surabaya,

2003.

Sukino Wilson Simangunsong ; Matematika SMP

Jilid I Untuk Kelas VIII, Erlangga, Jakarta,

2006

M.Tayeb H.M.S, Sunarto, Arsyad Umar, M..Said,

Nana Suparna (2004): Pengetahuan Sosial

Untuk Sekolah DasarKelas 5. Jakarta :

Erlangga.

Siswoyo Bambang, Banu, Sutatmi, Sujiono (1996).

IPS Ekonomi untuk SLTP Kelas I. Malang :

IKIP Malang.

Suamantri, Mulyani, Permana, Johar, (1996). Strategi

Belajar Mengajar. Malang : Diperbanyak

Untuk Kalangan Sendiri.

Wardani,I.G.A.K. : Julalaecha, S : Marsinah,N.

(2007). Peningkatan Kemampuan Profesional

(Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka

.

| 37

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

METODE PEMBELAJARAN PRAKTIK LANGSUNG DAPAT MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENJASKES KONSEP SENAM SEHAT

LAMONGAN (SSL) PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SD NEGERI MADE IV

LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Juari *)

*)SDN Unggulan Made IV Kec. Lamongan

Abstrak

Peneliti akan membuktikan bahwa penggunaan Pembelajaran Praktek langsung dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Strategi Pembelajaran Praktek langsung dalam upaya mengintegrasikan life skill dengan mata

pelajaran Penjaskes adalah suatu metode yang mengajak siswa lebih memahami konsep Penjaskes, dengan

secara langsung melihat pada gerakan atau mendengar musik yang telah diproyeksikan pada Tipe, sehingga

siswa mudah berfikir dan memahami pelajaran. Dari penelitian classroom action research ini diharapkan

motivasi siswa untuk melakukan kegiatan olahraga meningkat sekaligus terhadap prestasinya karena guru dapat

memberikan perhatian dan pelayanan optimal. Melalui penelitian tindakan didapatkan hasil sebelum dan

pelaksanaan 3 tahap siklus nilai rata-rata pra siklus=52,17, siklus I = 62,17, siklus II=73,47 dan siklus III=83,91.

Ini menunjukkan bahwa pada siklus III prestasi belajar siswa semakin meningkat.

Kata kunci : prestasi belajar, Senam Sehat Lamongan (SSL), pembelajaran praktek langsung

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Guru sekolah dasar harus mengikuti Senam

Sehat Lamongan (SSL) selalu mengikuti gejolak

kehidupan dan perkembangan masyarakat di

sekitarnya, bangsa, negara dan bahkan kehidupan

dunia pada umumnya. Kecermatan dan kejelian

guru dalam mengikuti gejolak tersebut sungguh

amat penting dan bermanfaat bagi pelaksanaan

peranan dari guru sebagai ‖kurikulum hidup‖,

sehingga benar-benar mampu menjadi program

pengajaran yang aktual dan menarik bagi siswanya.

Dengan berbagai cara dan upaya, para pendidik

ingin mengantarkan siswanya untuk lebih baik.

Namun kenyataannya kurang sesuai dengan apa

yang diharapkannya.

Hal ini dapat kita lihat dari hasil nilai

ulangannya. Maka dari itu peneliti akan

membuktikan bahwa penggunaan Pembelajaran

Praktek langsung dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Strategi Pembelajaran Praktek

langsung dalam upaya mengintegrasikan life skill

dengan mata pelajaran Penjaskes adalah suatu

metode yang mengajak siswa lebih memahami

konsep Penjaskes, dengan secara langsung melihat

pada gerakan atau mendengar musik yang telah

diproyeksikan pada Tipe, sehingga siswa mudah

berfikir dan memahami pelajaran. Dari penelitian

classroom action research ini diharapkan motivasi

siswa untuk melakukan kegiatan olahraga

meningkat sekaligus terhadap prestasinya karena

guru dapat memberikan perhatian dan pelayanan

optimal.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian classroom

action research ini adalah ‖Sejauhmana

penggunaan Pembelajaran Praktek langsung untuk

meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar

bidang studi penjaskes konsep Senam Sehat

Lamongan (SSL) pada siswa Kelas IV SD Negeri

Made IV Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 ?

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pembelajaran (Konsep)

a. Petunjuk Umum Pelaksanaan Senam Sehat

Lamongan (SSL) :

1. Pengertian Senam Sehat Lamongan (SSL)

Senam Sehat Lamongan (SSL) adalah

rangakaian gerakan senam yang bertujuan

untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesegaran jasmani seseorang.

2. Pengertian kesegaran jasmani

a. Kesegaran jasmani adalah

kemampuan seseorang untuk

melaksanakan tugas sehari-hari tanpa

mengalami kelelahan yang berarti dan

masih memiliki cadangan tenaga

untuk melaksanakan kegiatan yang

lain.

b. Komponen dasar

Untuk memperoleh kesegaran jasmani

yang baik, kita harus melatih

komponen dasar kesegaran jasmani

yang terdiri-dari :

1). Ketahanan jantung, peredaran

darah dan pernafasan.

2). Ketahanan otot.

3). Kekuatan otot.

4). Kelenturan

3. Persiapan

Sebelum melaksanakan Senam Sehat

Lamongan (SSL) untuk pertama kali

dianjurkan memeriksakan kesehatan pada

dokter, mereka yang :

| 38

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

a. Berusia 35 tahun ke atas dan belum

pernah melakukan olahraga secara

teratur.

b. Berusia 35 tahun ke bawah, tetapi

mempunyai keluhan tentang

kesehatan.

Bila malam sebelumnya tidak cukup tidur

(kurang dari 4 jam), sebaiknya latihan

ditunda atau intensitasnya dikurangi. Bagi

mereka yang sedang sakit, suhu badannya

naik sebaiknya latihan ditunda.

4. Takaran atau ukuran

Untuk meningkatkan kesegaran jasmani

atau mempertahankannya, latihan olahraga

harus dilakukan secara teratur dengan

takaran yang cukup, demikian pula Senam

Sehat Lamongan (SSL). Adapun takaran-

takaran yang perlu diperhatikan meliputi :

a. Intensitas latihan.

b. Lamanya latihan.

c. Frekuensi latihan.

a. Intensitas latihan.

Intensitas latihan yang telah kita

lakukan dapat dipantau melalui

denyut nadi dengan cara meraba

pergelangan tangan dengan tiga jari

tengah yang lain. Hitungan denyut

nadi SSL selama 15 detik, dan

hasilnya dikalikan 4 (emapt). Untuk

mengetahui intensitas latihan dapat

dilihat pada tabel (pada lampiran tabel

zone latihan).

Contoh cara latihan dan cara

mengukur denyut nadi :

Bagi seorang yang telah berusia 40

tahun, harus melakukan latihan

sehingga denyut nadi lebih dari 126/

menit dan tidak melampaui 153/

menit. Apabila waktu melakukan

latihan denyut nadi tidak mencapai

126/ menit maka latihan kurang

bermanfaat untuk perbaikan

kesegaran jasmani, sedangkan bila

melampaui 153/ menit latihan dapat

membahayakan kesehatan.

b. Lamanya latihan.

Latihan baru bermanfaat untuk

meningkatkan kesehatan jasmani, jika

dilakukan dalam zone paling sedikit

15 menit.

c. Frekuensi latihan.

Untuk memperbaiki atau

mempertahankan kesegaran jasmani,

latihan harus dilakukan paling sedikit

3 hari atau banyak 5 hari dalam satu

minggu, misal : hari senin, rabu, dan

jum‘at atau selasa, kamis dan sabtu.

5. Gejala-gejala fisik yang harus

diperhatikan dalam latihan :

a. Sesak nafas pada menit-menit

pertama latihan, berarti kurang

latihan.

b. Bila merasa mual dan muntah-

muntah, berkunang-kunang, kepala

pusing dan berdebar-debar, sehari

setelah latihan masih terasa lelah,

berarti takaran latihan terlalu besar.

c. Bila setelah latihan merasa sukar

tidur, berarti takaran terlalu besar atau

latihan terlalu dekat dengan waktu

tidur (kurang dari 3 jam)

6. Makan dan minum

a. Dua jam menjelang latihan, makan

harus sudah selesai

b. Untuk latihan di pagi hari, dianjurkan

tidak makan lebih dahulu.

c. Sebelum jam sesudah latihan

dianjurkan minum, sedangkan SKJ

selama latihan diperkenankan minum.

d. Minum sebaiknya dipilih yang

bersuhu kurang lebih 15C (jangan

minum air hangat) dan tidak terlalu

manis.

7. Perlengkapan latihan

a. Pakaian hendaknya tidak terlalu ketat

sehingga dapat mengganggu

pernafasan dan terbuat dari bahan

yang mudah menyerap keringat.

b. Wanita dianjurkan memakai ―beha

olahraga‖ dengan ukuran yang benar.

c. Pakailah sepatu untuk senam aerobik

atau sepatu olahraga yang benar.

d. Perlengkapan pelindung seperti

pelindung lutut (kneeddecker),

pelindung tumit (ankledecker),

suspensoir bisa dipakai sesuai

kebutuhan.

8. Waktu latihan

Latihan pada dasarnya dilakukan setiap

saat, khusus dari daerah tropis, suhu yang

terlalu tinggi hendaknya dihindari untuk

mencegah heat stroke/ heat stress,

sebaiknya :

a. Pagi : sebelum jam 09.00

b. Sore : sesudah jam 15.00

Sebaiknya mendekati waktu tidur tidak

latihan yang terlalu berat (3 jam sebelum

tidur, latihan harus sudah selesai).

9. Penggunaan obat-obatan

a. Obat-obatan yang diperlukan untuk

menjaga kesehatan hendaknya

diminum sesuai dengan petunjuk

dokter.

b. Bahan-bahan yang diperkirakan

mempengaruhi kerja tubuh (jamu,

obat kuat dan sebagainya) bila

| 39

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

diperlukan sebaiknya diminum

setelah latihan.

Tinjauan Tentang Belajar

Dalam dictionery Of Education ‖Belajar

adalah perubahan dalam respon atau tingkah laku

yang berupa inovasi, elementasi dan modifikasi

respon yang seluruhnya disebabkan oleh

pengalaman yang serupa terutama yang dalam

keadaan sadar, namun kadang-kadang mengandung

juga komponen tak sadar, termasuk juga perilaku

dalam suasana emosional (Soedomo Hadinoto,

1991 : 13). Dengan melihat definisi di atas nampak

bahwa :

Belajar adalah suatu yang perlu dirasakan dan

dibimbing ke arah yang diinginkan.

Melahirkan cara-cara baru untuk melakukan

sesuatu dan membuat suatu individu mampu

melakukan penyesuaian diri dengan situasi

baru.

Menunjukkan perubahan perilaku yang

progresif sewaktu individu bereaksi terhadap

situasi atau dalam usaha menyesuaikan diri

secara efektif.

Terjadi interaktif dengan lingkungan.

Setiap individu aktif dengan segala pemikiran

dan perasaannya.

Bidang Studi Penjaskes

Mata pelajaran Penjaskes adalah salah satu

mata pelajaran yang dapat menyegarkan tubuh dan

kemampuan berfikir analitis deduktif menggunakan

berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah

baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan

sikap percaya diri.

Menurut Gertsen (Druxes, 1986 : 3)

:‖Penjaskes adalah suatu teori yang menerangkan

gejala-gejala alam sederhana dan berusaha

menemukan hubungan antaranya‖.

Menurut Welszeacher : ‖Penjaskes adalah

teori peramalan alternatif yang secara empiris dapat

dibuktikan dengan percobaan-percobaan‖.

Disampaikan bahwa Penjaskes adalah teori yang

menerangkan gejala alam dan dapat dibuktikan

dengan percobaan sederhana.

Prestasi Belajar

Yang dimaksud dengan prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh setelah siswa

menjalankan usaha belajar. Misalnya dapat

menyelesaikan dengan baik suatu unit bahasan atau

pelajaran ini tidak sama, ada yang bergerak lebih

dari cepat dan ada yang bergerak lebih lamban.

Seperti dalam buku Dardji Darmodihardjo sebagai

berikut : ‖Bahan pelajaran dan waktu belajar itus

ebenarnya dijabarkan untuk program belajar murid-

murid dengan kemampuan belajar rata-rata.

Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan

kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan

belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai

dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya

apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini

kepada anak yang lebih lamban, dalam artian

kurang mampu untuk menguasai dalam belajar,

maka waktu yang dibutuhkannya lama. (Dardji

Darmodihardjo. Prof. 1982, : 25)‖.

METODOLOGI

Penentuan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Made

IV Lamongan, di mana peneliti melaksanakan

tugas sebagai guru Penjaskes. Obyek penelitian

adalah siswa Kelas IV SD Negeri Made IV

Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 materi

pelajaran Penjaskes yang dipelajari adalah

pengertian Senam Sehat Lamongan (SSL). Peneliti

adalah guru mata pelajaran Penjaskes di SD Negeri

Made IV Lamongan.

Penelitian ini dilakukan 1 bulan yaitu bulan

September 2013, dalam 3 siklus, secara umum

setiap siklus melalui langkah-langkah kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi.

Populasi dan Sampel

Berhubungan yang digunakan sebagai obyek

penelitian adalah satu kelas (Kelas IV) dan yang

diteliti begitu besar yaitu 23 siswa, maka penulis

berpendapat bahwa obyek penelitian tersebut

penulis gunakan sebagai populasi. Jadi semua

populasi penulis masukkan menjadi sampel yaitu

siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Made IV

Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I

berjumlah 23 siswa.

Rencana Penelitian

Untuk mengatasi masalah yang ada maka hal-hal

yang dapat kami upayakan adalah :

a. Kami menentukan dulu materi yang akan

ditayangkan melalui Pembelajaran

Praktek langsung pada Kelas III SD

Negeri Balun Turi Lamongan.

b. Siswa melaksanakan test awal yang

berhubungan dengan Pembelajaran

Praktek langsung hari ini.

c. Guru menyalakan tipe konsep pelajaran

Penjaskes dan dua rekannya menjadi

kolabor mengamati dan mencatat kejadian

yang terjadi.

d. Membagi pada siswa yang telah lebih dulu

dibuat kelompok.

e. Membimbing siswa dalam melaksanakan

praktek langsung dan menyusun laporan

yang sudah dilakukan tadi di halaman

sekolah.

| 40

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

f. Kolaborator meneliti data / lembar guru

untuk dipakai menganalisa masalah.

g. Siswa mengerjakan test akhir setelah

menyaksikan tayangan materi.

h. Peneliti mulai melakukan analisa hasil test

dan kemudian menentukan langkah

berikutnya.

Dengan perlakuan tindakan :

Pemakaian Pembelajaran Praktek langsung dan

kemauan mencobanya sendiri di halaman sekolah

dengan dipandu musik pada penyampaian konsep

Penjaskes dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

dalam 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri

dari 4 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan refleksi. Tiap siklus

terdiri dari 3 kali tatap muka dengan siswa

berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan, 2 kali

tatap muka untuk memberikan materi perlakuan

sesuai dengan RP dan LKS dan 1 kali tatap muka

untuk melakukan tes kinerja siswa.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah :

1. Lembar Rencana Pembelajaran (RP)

2. Lembar analisis hasil penilaian formatif

3. Catatan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus Pertama

Dari data nilai rata-rata tes menunjukkan

bahwa tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti

pelajaran Penjaskes masih rendah. Dari nilai rata-

rata tes individu menunjukkan bahwa nilai rata-rata

pada sebelum siklus adalah : 52,17 dan pada siklus

I ialah : 62,17 tergolong masih rendah.

Refleksi

Peneliti bersama kolaborator menganalisa

data hasil observasi, catatan lapangan kolaborator

hasil tes diperoleh sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kesiapan siswa untuk

mengikuti pelajaran Penjaskes.

2. Saat mengikuti tayangan Pembelajaran Praktek

langsung siswa dengan antusias menyaksikan

betul-betul dari awal sampai akhir, tetapi

konsep yang tertuang belum bisa diterima /

difahami dengan baik.

3. tayangan Pembelajaran Praktek langsung

hanya memuat konsep Penjaskes sehingga

siswa masih banyak kesulitan dalam

mengerjakan soal.

Siklus Kedua

Ada peningkatan kesiapan siswa saat akan

mengikuti pelajaran Penjaskes, hal ini ditunjukkan

adanya kenaikan perolehan nilai rata-rata tes siswa

yaitu : 62,17 pada siklus 1 menjadi : 73,47 pada

siklus 2.

Refleksi

Hasil Refleksi yang diperoleh di lapangan SKJ

selama pelaksanaan siklus 2 adalah :

a. Aktivitas siswa dalam menirukan gerakan

masih kurang baik, dan siswa masih menemui

kesulitan ragu-ragu.

b. Perlu ada perubahan tindakan pada

pembelajaran

Siklus Ketiga

Ada peningkatan kesiapan siswa saat akan

mengikuti pembelajaran Penjaskes. Hal ini

ditunjukkan adanya kenaikan perolehan nilai rata-

rata tes siswa dari siklus 1 ke siklus berikutnya, dan

ditandainya anak belajar saat menjelang tayangan

Pembelajaran Praktek langsung.

Dari hasil yang dilaksanakan di akhir siklus 3

diperoleh rata-rata : 83,91 siswa mengatakan

menyenangi pembelajaran Penjaskes dengan

Pembelajaran Praktek langsung.

Refleksi

Karena keterbatasan waktu, maka siklus 3

hanya diakhiri pada pertemuan kedua, sebenarnya

siklus masih membutuhkan waktu lebih lama. Dari

hasil observasi ini penulis dapat simpulkan bahwa

hasil prestasi belajar siswa terus mengalami

peningkatan dari awal siklus sampai siklus yang

terakhir, hal ini menandakan bahan penggunaan

Pembelajaran Praktek langsung dapat digunakan

sebagai alternatif untuk memudahkan siswa dalam

memahami konsep pada bidang studi Penjaskes

khususnya siswa Kelas IV SD Negeri Made IV

Lamongan. Untuk lebih jelasnya keberhasilan

peningkatan dalam menggunakan Pembelajaran

Praktek langsung untuk penyampaian konsep

pembelajaran Penjaskes dapat dilihat dengan nilai

rata-rata, siklus 1, 2 dan siklus 3 seperti pada grafik

berikut :

Gambar 1. Perkembangan Sebelum dan

Sesudah Siklus

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Seb. Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

| 41

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian melalui tindakan

siklus 3 tahap dapat dipaparkan hasil sebagai

berikut :

SIKLUS HASIL

OBSERVASI

Sebelum Siklus 52,17

Siklus 1 62,17

Siklus 2 73,47

Siklus 3 83,91

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan :

a. Penggunaan Pembelajaran Praktek langsung

dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi

belajar mengajar.

b. Dengan Pembelajaran Praktek langsung dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Saran-Saran

1. Dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran

Penjaskes perlu di tiap-tiap lembaga

pendidikan baik formal maupun non formal

dapat dipenuhi buku-buku paket dan buku

penunjang guna kelancaran kegiatan belajar

mengajar.

2. Sebagai harapan, agar pelaksanaan pendidikan

(guru) dalam menerapkan mata pelajaran

Penjaskes di segala jenjang pendidikan tidak

bersifat teoritis namun lebih diutamakan yang

bersifat praktis.

3. Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya

guru menggunakan metode atau media belajar

yang sesuai dengan konsep sehingga siswa

dengan mudah dapat memahami konsep yang

diajarkan.

4. Penggunaan Pembelajaran Praktek langsung

untuk meningkatkan hasil belajar Penjaskes

perlu ditindaklanjuti.

DAFTAR PUSTAKA

………., 1996, Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-

Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

Kelas III Sekolah Dasar, Depdikbud,

Jakarta.

………., 1996, Pengelolaan Sekolah Di Sekolah

Dasar, Seri Peningkatan Mutu 1, 2 dan 3,

Jakarta, Depdagri Kerjasama Depdikbud.

………., 1996, Pedoman Pembuatan Umum Ejaan

Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,

Jakarta, Depdikbud.

Moh. Rofa‘i, MP, 1982, Administrasi dan

Supervisi Pendidikan, Bandung, Jammars.

Ngalim Purwanto, MP, 1997, Psikologi

Pendidikan, Bandung, PT. Remaja,

Rosdakarya.

Muhimut, M, 1994, Geografi dan Kependudukan,

Bandung, Ganeca Exact.

Pedomo Hadinoto, H, dkk, 1991, Kesulitan Belajar

dan Gangguan Bicara, Semarang, Bandan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Pehardjono, 1995, Pedoman Penyusunan Karya

Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan dan

Angka Kredit Pembangunan Profesi Guru,

Jakarta, Depdikbud.

Dosen FIP IKIP Malang, 1980, Pengantar Dasar-

Dasar Kependidikan Nasional.

WJS. Poerwadarminto, 1985, Kamus Umum

Bahasa Indonesia, Jakarta, PN. Balai

Pustaka.

Arief, A. 1995, Pengajaran Ilmu Pengetahuan

dalam Pembangunan Bangsa (Dalam

Seminar Nasional Hasil Penelitian

Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam), malang : IKIP

Malang.

Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta :

Rineka Cipta.

Dahar, WR. 1986. Interaksi Mengajar

PENJASKES. Jakarta : Universitas

Terbuka.

| 42

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE

ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SDN UNGGULAN MADE IV LAMONGAN

Artantik *)

*)SDN Unggulan Made IV Lamongan

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa,

dalam hal ini dengan kompetensi dasar : ―Menghargai keputusan bersama‖. Sasaran perbaikan pembelajaran ini

adalah siswa Kelas VI SDN Unggulan Made IV Lamongan tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 26 siswa

dengan menggunakan metode role playing. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini mengikuti alur

Penelitian Tindakan Kelas. Data diperoleh melalui hasil observasi selam proses pembelajaran dan tes yang

digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa yaitu dengan mengadakan tes formatif setiap akhir

kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi aktifitas guru maupun siswa dari siklus I sampai siklus II

terjadi peningkatan.

Pada putaran I terdapat 6 (37,5 %) siswa yang mengalami peningkatan pemahaman sedangkan pada

siklus II terdapat 14 (87,5% %) siswa yang mengalami peningkatan pemahaman. Sehingga terjadi peningkatan

50% dari siklus I ke siklus II. Hal ini dikarenakan pada tiap putaran memberikan tes formatif untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa.

Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan metode role playing dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa tentang

menghargai keputusan bersama

Kata Kunci : Metode, Role Playing, PTK, Pendidikan Kewarganegaraan PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran mengembangkan

kemampuan untuk mengetahui, memahami,

melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan

mengaktualisasikan diri. Dengan demikian,

kegiatan pembelajaran perlu : (1). Berpusat pada

peserta didik, (2). Mengembangkan kreativitas

peserta didik, (3). Menciptakan kondisi

menyenangkan dan menantang, (4). Bermuatan

nilai, etik, estetika, logika dan kinestetika dan (5).

Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

menerapkan berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, efektif, efisien,

dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan

pembelajaran mampu mengembangkan dan

meningkatkan kompetensi, kreativitas,

kemandirian, kerjasama, solidaritas,

kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan

hidup peserta didik guna membentuk watak serta

meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Peranan pendidikan sangat penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan untuk

mengetahui suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat

kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat.

Selain itu pendidikan adalah mengemban tugas

mencerdaskan kehidupan bangsa yang berarti

mempersiapkan dan membangun masa depan yang

dicita-citakan. Maka peningkatan mutu pendidikan

sangat erat hubungannya dengan kemajuan yang

telah dan akan dicapai oleh bangsa. Salah satu

permasalahan yang dihadapi pada proses kegiatan

belajar mengajar sekarang ini adalah kurang

menggairahkannya siswa untuk belajar dan dalam

mengikuti aktivitas pembelajaran. Ini terlihat dari

tanda-tanda yang nampak pada siswa, diantaranya,

hanya ± 20% dari seluruh siswa disebuah kelas

yang mendengarkan, mengerti dan memahami apa

yang telah diterangkan dan dijelaskan oleh guru

dalam hal ini merupakan seorang pendidik. Dan

mungkin yang lainnya hanya mendengarkan namun

tidak mengerti dan tidak paham apa yang

dijelaskan oleh guru tersebut.

Setelah melakukan diskusi bersama dengan

teman sejawat dan guru-guru SDN Made Unggulan

IV Lamongan maka diketahui penyebab rendahnya

daya serap terhadap pelajaran antara lain :

1. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru termasuk peneliti terlalu

membosankan bagi siswa dikarenakan

penggunaan metode yang tidak sesuai.

2. Siswa tidak termotivasi oleh guru yang

sedang mengajar.

3. Penggunaan media yang kurang.

Melihat dari masalah di atas maka

dicarilah cara pemecahan masalah yaitu

dengan menggunakan metode pembelajaran

yang sesuai guna meningkatkan interaksi

siswa. Siswa diharapkan menjadi lebih aktif

dan lebih mudah menyerap pelajaran yang

diajarkan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa

menggunakan metode Role Playing pada

pelajaran PKn ?

2. Bagaimana pengaruh metode Role Playing

terhadap motivasi belajar siswa ?

| 43

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan dalam

konteks kurikulum persekolahan mempunyai

peranan dan kedudukan yang strategis dalam

upaya membangun karakter bangsa. Oleh

karena itu, dalam pengembangan model

pembelajarannya persekolahan harus

dipikirkan dan dirancang secermat mungkin

sehingga mampu mengembangkan sebagai

potensi yang ada dan dimiliki siswa.

Tujuan PKn secara umum adalah

untuk mengembangkan potensi individu warga

negara Indonesia sehingga memiliki wawasan,

potensi, dan keterampilan kewarganegaraan

yang memadai dan memungkinkan untuk

berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung

jawab dalam berbagai dimensi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di

Indonesia. Oleh karena itulah untuk

menfasilitasi pembelajaran PKn yang

berkenaan dengan ―Menghargai Keputusan

Bersama, yang efektif perlu dikembangkan

bahan belajar interaktif yang dikemas dalam

berbagai bentuk, seperti bahan belajar tercetak

dan bahan belajar yang digali langsung dari

masyarakat sebagai pengalaman langsung

(hands on experience).

Metode Pembelajaran

Dalam kaitan dengan pembelajaran

Pokok Bahasan ―Menghargai Keputusan

Bersama‖ sejumlah model pembelajaran dapat

dijadikan alternatif untuk dilaksanakan. Model

alternatif pembelajaran tersebut diantaranya

model bermain peran. Model ini dirasakan

tepat karena berupaya memberikan

pengalaman langsung kepada siswa untuk

memerankan tokoh-tokoh tertentu.

Metode pembelajaran Bermain Peran (Role

Playing)

Udin Saripudin (1997 : 91)

menyatakan bahwa bermain peran atau Role

Playing berarti memainkan satu peran tertentu

sehingga yang bermain tersebut harus mampu

berbuat (berbicara dan bertindak), seperti

peran yang dimainkannya. Berdasarkan

pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam

bermain peran terdapat situasi tiruan atau

buatan, seperti simulasi, hal ini dinyatakan

oleh Robert Gilstrap yang memasukkan

bermain peran sebagai bagian dari simulasi

karena dalam simulasi juga ada bermain peran.

Dalam pembelajaran PKn di SD

penggunaan model pembelajaran bermain

peran ini sangat penting dan strategis karena

hal-hal berikut :

1. Kesadaran dan kepekaan sosial sangat

diperlukan dalam kehidupan dan dunia

kerja. Oleh karena itu, sikap ini perlu terus

dibina dan ditingkatkan.

2. Bermain peran adalah permainan yang

sangat menyenangkan sehingga dapat

menjadikan proses pembelajaran lebih

variatif dan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa SD yang sesuai dengan

perkembangannya memang menyenangi

berbagai jenis permainan.

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk

menghayati peran tokoh tertentu melalui

simulasi yang dia lakukan.

4. Bermain peran juga amat cocok untuk

mengembangkan kepekaan sosial siswa,

mengubah sikap siswa serta

mensimulasikan situasi kritis yang

mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan alasan penggunaan

model pembelajaran Bermain Peran ini sangat

cocok untuk pembelajaran PKn karena sesuai

dengan target dan harapan mata pelajaran

tersebut, yaitu berupaya mengembangkan

berbagai potensi siswa, seperti potensi

kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengertian metode pembelajaran Role

Playing atau bermain peran (dalam

http://media.depdiknas.go.id/media/document/

3553.pdf) bermain peran pada prisipnya

merupakan metode untuk ―menghadirkan‖

peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke

dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas

atau pertemuan, yang kemudian dijadikan

sebagai bahan refleksi agar peserta

memberikan penilaian terhadap misalnya:

menilai keunggulan maupun kelemahan

masing-masing peran tersebut, dan kemudian

memberikan saran/alternatif pendapat bagi

pengembangan peran-peran tersebut. Metode

ini lebih menekankan terhadap masalah yang

diangkat dalam‖ pertunjukan‖ dan bukan pada

kemampuan pemain dalam melakukan

permainan peran.

Kerangka Berfikir

Penggunaan metode pembelajaran

Role Playing sebagai metode yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap

pelajaran, selain itu metode pembelajaran Role

Playing juga dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Setelah penggunaan metode Role

Playing diharapkan daya serap siswa terhadap

pelajaran dapat meningkat, juga dengan

metode pembelajaran ini semangat siswa untuk

belajar dapat meningkat, semua itu

dikarenakan siswa mengalami langsung peran

dalam kehidupan nyata.

| 44

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Kerangka Konseptual

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Perbaikan

Tempat perbaikan pembelajaran adalah SDN Made

Unggulan IV Lamongan, pada semester I tahun

pelajaran 2013/2014. Waktu perbaikan dilakukan

pada bulan September 2013.

Prosedur Penelitian

Rencana tindakan Penelitian Tindakan Kelas untuk

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI

SDN Made Unggulan IV Lamongan dilaksanakan

dalam bentuk siklus. Siklus penelitian dilaksanakan

dalam dua siklus, dalam setiap siklus berisi

kegiatan berikut ini. Sesuai dengan jenis penelitian

yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti,

1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang

satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan.

Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode

dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan

analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh

respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

a. Tes Hasil Belajar Siswa

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan

atau persentase keberhasilan siswa setelah proses

belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis

pada setiap akhir siklus.

Untuk mengetahui nilai siswa maka digunakan

persamaan :

Nilai = 10xsoalJumlah

benarsoalJumlah

Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan kelas

menggunakan persamaan :

Ketuntasan Kelas =

%100xSiswaTotalJumlah

TuntasYangSiswaJumlah

Kelas dikatakan tuntas jika nilai ketuntasan kelas

telah mencapai 85% atau lebih.

b.Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru

dalam proses pembelajaran diamati dengan nilai

dengan skala :

1 = Tidak baik

2 = Kurang baik

3 = Cukup baik

4 = Baik

c.Lembar Observasi Pengamatan

Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran di

kelas dengan menggunakan metode Role Playing,

dengan memberikan skor pada tiap aspek yang

diamati dengan nilai dengan skala sebagai berikut :

1 = Tidak baik

2 = Kurang baik

3 = Cukup baik

4 = Baik

Kemudian menentukan nilai rata-rata pembelajaran

dengan menggunakan metode Role Playing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa maka dilakukan evaluasi

pembelajaran dan diketahui hasilnya sebagai

berikut :

| 45

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Tabel 1. Data Hasil Evaluasi Siklus I

No Nama Siswa Nilai Ket

1 Jesica Amalia M 60 TT

2 Maura S 80 T

3 Fandi Ahmad A 50 TT

4 Meylinda Kusuma T 60 TT

5 Andhika Puja P 80 T

6 Almira Salma R 60 TT

7 Mohammad Farid 60 TT

8 Carissa Almasah B 60 TT

9 Ariel Sharon 50 TT

10 Afif Farian 100 T

11 Yusuf Baktiar 40 TT

12 Putri Artanti 50 TT

13 Ahmad Fauzi 90 T

14 Maulida Nurul 70 T

15 Dinda Puteri F 50 TT

16 Maslahatul M 60 TT

17 Achmad Chaidar 60 TT

18 Akhmad Syauqillah 50 TT

19 Alpiero Joeval 100 T

20 Arinil H 40 TT

21 Putri M 50 TT

22 Aulia Adisty 90 T

23 Della Pramudia 70 T

24 Rahel Eirene M 50 TT

25 Radiah Tafa 70 T

26 Aditya Putra P 70 T

167

0

Jumlah Skor = 1030

Jumlah Skor Maksimal = 1600

Rata-rata kelas = 64,3

Ketuntasan = 9 siswa

Persentase ketuntasan = 37,5%

Refleksi

Berdasarkan pengamatan pada data di atas dapat

diketahui bahwa penggunaan metode Role Playing

dapat berpengaruh terhadap daya serap

pembelajaran siswa, hal tersebut dapat diketahui

dengan terdapat siswa yang meningkat daya

serapnya, walaupun masih ada siswa yang belum

mengalami perubahan daya serap. Hal tersebut

dikarenakan penggunaan metode pembelajaran

yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa.

Hasil Siklus II

Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa maka dilakukan evaluasi

pembelajaran dan diketahui hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 2 .Data Hasil Evaluasi Siklus II

No Nama Siswa Nilai Ket

1 Jesica Amalia M 60 T

2 Maura S 80 T

3 Fandi Ahmad A 50 T

4 Meylinda Kusuma T 60 T

5 Andhika Puja P 80 T

6 Almira Salma R 60 T

7 Mohammad Farid 60 T

8 Carissa Almasah B 60 T

9 Ariel Sharon 50 T

10 Afif Farian 100 T

11 Yusuf Baktiar 40 TT

12 Putri Artanti 50 T

13 Ahmad Fauzi 90 T

14 Maulida Nurul 70 T

15 Dinda Puteri F 50 TT

16 Maslahatul M 60 T

17 Achmad Chaidar 60 T

18 Akhmad Syauqillah 50 T

19 Alpiero Joeval 100 T

20 Arinil H 40 TT

21 Putri M 50 T

22 Aulia Adisty 90 T

23 Della Pramudia 70 T

24 Rahel Eirene M 50 TT

25 Radiah Tafa 70 T

26 Aditya Putra P 70 T

1670

Jumlah Skor = 1280

Jumlah Skor Maksimal = 1600

Rata-rata kelas = 80

Ketuntasan = 22 siswa

Persentase ketuntasan = 87,5 %

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana

dengan baik maupun yang masih kurang baik

dalam proses belajar mengajar dengan metode Role

Playing. Dari data-data yang telah diperoleh dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya

untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui

bahwa siswa aktif selama proses belajar

berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan.

| 46

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Pembahasan

a. Hasil Tes Ulangan Siswa

Pada siklus I terdapat 6 siswa yang mengalami

ketuntasan, sedangkan pada siklus II terdapat 14

siswa yang mengalami ketuntasan

Grafik 1 Data Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus

b.Pembahasan Hasil Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran tiap siklus

mengalami peningkatan. Skor pengelolaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru mencakup

5 aspek pada siklus 1 : 47, siklus 2 : 61 sehingga

mengalami peningkatan sebesar 14. Hal ini

dikarenakan pada siklus 2 guru memberikan umpan

balik kepada siswa dan juga guru memberikan

motifasi yang lebih kepada siswa dan juga guru

memberikan kebebasan siswa untuk

mengemukakan pendapat.

Grafik 2 Hasil Pengelolaan Pembelajaran Oleh Guru

Tiap Siklus

Pembahasan Hasil dan Analisis Respon Siswa

No Butir Angket Keterangan

1 Bagaimana menurut anda

mempelajari PKn Kelas VI

khususnya pokok bahasan menghargai keputusan

bersama

Mudah Sedang Sukar

80% 10% 10%

2 Bagaimana perasaan anda

jika melakukan kegiatan LKS

Senang Sedang Tidak

Senang

90% 10% -

3 Apakah dengan

penggunaan metode Role

Playing dapat membantu anda dalam memahami

pelajaran PKn Kelas VI

Dapat Sedang Tidak

dapat

100% - -

4 Apakah metode pembelajaran Role Playing

dapat meningkatkan

motivasi belajar anda untuk mengikuti pelajaran

Dapat Sedang Tidak dapat

90% 10% -

5 Apakah selama

pembelajaran berlangsung anda aktif terlibat dalam

mengerjakan tugas

Ya Tidak Biasa-

biasa saja

80% - 20%

6 Apakah penggunaan

metode pembelajaran Role Playing perlu diterapkan

kembali dalam proses

belajar mengajar

Ya Tidak Biasa-

biasa saja

90% 10% -

Tampak dari tabel di atas, bahwa terdapat sebanyak

90% siswa yang merasa senang dengan

penggunaan metode Role Playing. Terdapat 100%

siswa yang dapat meningkatkan pemahamannya

dengan penggunaan metode Role Playing, terdapat

sebesar 90% siswa yang termotivasi untuk belajar

dikarenakan penggunaan metode ini.

Jadi berdasarkan analisis butir angket diatas dapat

dilihat terjadi peningkatan motivasi belajar siswa

dikarenakan penggunaan metode pembelajaran

Role Playing pada pelajaran PKn.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Terjadi peningkatan pemahaman siswa

dikarenakan penggunaan metode Role Playing

semua itu terbukti dengan terjadinya

peningkatan pemahaman siswa yang diketahui

dengan meningkatnya jumlah siswa yang

mengalami ketuntasan belajar pada siklus I

sebanyak 9 siswa dan meningkat pada siklus II

sebanyak 22 siswa.

2. Penggunaan metode Role Playing mempunyai

pengaruh positif terhadap motivasi siswa, yang

ditunjukkan dengan hasil angket yang diberikan

kepada siswa rata-rata jawaban siswa

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat

dengan metode pembelajaran Role Playing

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk

belajar.

Saran

1. Penggunaan metode Role Playing agar lebih

ditingkatkan karena metode Role Playing dapat

meningkatkan pemahaman siswa.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Siklus I Siklus II

47

61

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Siklus I Siklus II

9

22

Sis

wa

| 47

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

2. Perlu meningkatkan Kelompok Kerja Guru

(KKG) sehingga guru bisa bertukar pikiran dan

menemukan metode dan media yang sesuai.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,

karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di

SDN Made Unggulan IV Lamongan tahun

pelajaran 2013/2014.

DAFTAR PUSTAKA

Atwi, Suparman, 1997. Model-Model

Pembelajaran Interaktif. Jakarta : STIA-LAN.

http://media.depdiknas.go.id/media/document/3553

.pdf.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action

Research Planner. Victoria Dearcin

University Press.

Sumantri Mulyadda, Permana Johar. 2002. Strategi

Belajar Mengajar. Surabaya: UNESA Press.

Udin, S, Winataputra, dkk. 2006. Materi dan

Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wahab, Azis, dkk. 2007. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn), Jakarta:

Universitas Terbuka

| 48

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Pokok Bahasan

Ciri-ciri Makhluk Hidup Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan

Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas III SD Negeri Titik

Kecamatan Sekaran Tahun Pelajaran 2014/2015

Sujianto *)

*)

SDN Titik Kec. Sekaran Kab.Lamongan

Abstrak Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan diterapkannya Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode

Tanya jawab pada siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015? (2)

Bagaimanakah pengaruh Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab terhadap motivasi belajar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun

pelajaran 2014/2015?

Tujuan dari Penelitian ini adalah (1) Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam setelah diterapkannyua Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab pada

siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015. (2) Mengetahui pengaruh

motivasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam setelah diterapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori

dan Metode Tanya jawab pada Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun pelajaran 2014/2015.

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis

yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya jawab

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan

Metode Tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III pada pokok

bahasan ciri-ciri makhluk hidup yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu siklus I (71,42%), dan siklus II (90,04%).

Kata kunci: makhluk hidup, Metode, Tanya jawab

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu

pendidikan telah dilakukan baik oleh pemerintah

maupun oleh guru sendiri sebagai orang yang

bersentuhan langsung dengan para siswsa dalam

setiap kegiatan belajar mengajar. Dan setiap

melirik terhadap guru yang dianggap sebagai orang

yang paling bertanggung jawab dengan mutu

pendidikan. Perkembangan baru terhadap

peningkatan mutu pendidikan membwa

konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan

peranan dan kompetensinya karena proses dan

kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih

mampu menciptakan lingkungan belajar yang

efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya

sehingga hasil belajar siswa pada tingkat optimal.

Guru memiliki peran yang sangat penting

dalam menentukan kuantitas dan kualitas

pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu,

guru harus memikirkan dan membuat perencanaan

secara seksama dalam meningkatkan kesempatan

bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam

mengorganisasikan kelas, penggunaan metode

mengajar, strategi mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajar

mengajar. Guru berperan sebagia pengelola proses

belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang

berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar

yang efektif sehingga memungkinkan proses

belajar mengajar, mengembangkan bahan

pelajaran dengan baik, dan meningkatkan

kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan

menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus

mereka capai.

Untuk memenuhi hal tersebut di ata guru

dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar

yang memberikan rangsangan kepada siswa

sehingga ia mau belajar memang siswalah subjek

utama dalam belajar.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

diterapkannya Strategi Pembelajaran

Ekspositori dan Metode Tanya jawab pada

siswa Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan

Sekaran tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah pengaruh Strategi Pembelajaran

Ekspositori dan Metode Tanya jawab terhadap

motivasi belajar mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam pada siswa Kelas III SD

Negeri Titik Kecamatan Sekaran tahun

pelajaran 2014/2015?

| 49

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

KAJIAN PUSTAKA

Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori (SPE)

menekankan pada proses bertutur. Materi pelajaran

sengaja diberikan secara langsung. Peran siswa

dalam strategi ini adalah menyimak untuk

menguasai materi pelajaran yang disampaikan

guru.

Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi

SPE adalah aliran belajar behavioristik. Aliran

belajar behavioristik lebih menekankan kepada

pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya

keterkaitan antara stimulus dan respon, oleh

karenanya dalam implementasinya peran guru

sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang

sangat penting. Dari asumsi semacam inilah,

muncul berbagai konsep bagaimana agar guru

dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-

respon itu bisa berlangsung secara efektif. Dalam

teori belajar koneksionisme contohnya,

dikembangkan hukum-hukum belajar seperti

hukum kesiapan, hukum pengaruh, dan hukum

latihan, sedangkan dalam teori belajar classical

conditioning dijelaskan bagaimana hubungan

keterkaitan stimulus respons bisa dipengaruhi oleh

munculnya S2 sebagai stimulus prasarat.

Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran

Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah

strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materis secara verbal dari

seorang guru kepada sekelompok siswa degnan

maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998)

menamakan strategi pembelajaran langsung (direct

instruction). Mengapa demikian? Karena dalam

strategi ini materi pembelajaran disampaikan

langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk

menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-

akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori

lebih menekankan kepada proses bertutur, maka

sering juga dinamakan istilah strategi ―chalk and

talk”

Terdapat beberapa karakteristik strategi

ekspositori , Pertama strategi ekspositori dilakukan

dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara

verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat

utama dalam malakukan strategi ini, oleh karena

itu sering orang mengidentikkannya dengan

ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang

disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah

jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu

yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa

untuk berpikir ulang. Ketiga , tujuan utama

pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran

itu sendiri. Artinnya, setelah proses pembelajaran

berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya

dengan benar cara dapat mengungkapkan kembali

materi yang telah diurakan.

Proses Pelaksanaan Strategi Ekspositori

Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi

ekspositori terlebih dahulu diurakan beberapa hal

yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan

menggunakan strategi ini.

1. Rumusan Tujuan yang ingin Dicapai

Merumuskan tujuan merupakan langkah

pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan

yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam

bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang

berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang

spesifik seperti yang telah dijelaskan di atas dapat

memperjelas kepada arah yang ingin dicapai.

Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain

dapat membimbing siswa dalam menyimak materi

pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan

efisiensi penggunaan strategi ini.

2. Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik

Penguasaan materi pelajaran dengan baik

merupakan syarat mutlak penggunaan strategi

ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna

akan membuat kepercayaan diri guru meningkat

sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia

akan bebas bergerak berani menatap siswa, tidak

takut dengan perilaku-perlaku siswa yang dapat

mengganggu jalannya proses pembelajaran, dan

lain-lain. Sebaliknya manakala guru kurang

menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan

ia akan kurang percaya diri sehingga ia akan sulit

bergerak, takut kelakukan kontak mata dengan

siswa, menjelaskan materi pelajaran serta

canggung dengan suara yang pelan dan miskin

ilustrasi dan lain sebagainya. Akibatnya? Ia akan

sulit mengatur irama dan iklim pembelajaran. Guru

akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku-

perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya

proses pembelajaran.

3. Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat

Mempengaruhi Proses Penyampaian.

Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori

sangat tergantung pada kemampuan guru untuk

bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada

beberapa langkah dalam penerapan strategi

ekspositori yaitu:

Metode Tanya Jawab

Penggunaan Metode Tanya Jawab. Untuk

memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya

penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan

disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap

kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai

aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah

kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.

Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas

1. Melanjutkan pelajaran yang lalu

2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan

kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa

| 50

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Ciri-ciri Makhluk hidup

Ayam adalah salah satu contoh makhluk

hidup. Mengapa ayam perlu makan? Pernahkah

kamu melihat dua ekor anak ayam yang sedang

berkejar-kejaran? Mengapa anak-anak ayam dapat

tumbuh menjadi besar? Peristiwa-peristiwa di atas

menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup. Ciri-ciri

tersebut, antara lain, perlu makan, dapat bergerak,

dapat tumbuh, mempunyai keturunan, dan

bernapas. Ciri-ciri pokok antara lain : makhluk

hidup memerlukan makanan, makhluk hidup

bergerak dengan berbagai cara, makhluk hidup

tumbuh, makhluk hidup mempunyai keturunan,

makhluk hidup bernapas.

METODOLOGI

Tempat, waktu dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan

dalam melakukan penelitian untuk memperoleh

data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

Kelas III SD Negeri Titik Kecamatan Sekaran

tahun pelajaran 2014/2015.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya

penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember

semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan

adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di

masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama

dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi

dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota

kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu

strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan

tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan

inovatif yang dicoba sambil jalan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam

prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan

tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih

yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan dari

Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi,

2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang

satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan

Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang

terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu

kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan

maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada

metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara

perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar

siswa dalam proses belajar mengajar sebagai

berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan

prosentasenya untuk masing-masiong siswa

dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar

seperti yang terdapat dalam buku petunjuk

teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas

secara individual jika mendapatkan nilai

minimal 70, sedangkan secara individual

mencapai 85% yang telah memcapai daya serap

lebih dari sama dengan 70%.

3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan

oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan

siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif

siswa seperti terlihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa

Pada Siklus I

No Uraian Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas

belajar

Per sentase ketuntasan belajar

70,75

15

71,42

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan

Metode Tanya jawab diperoleh nilai rata-rata

presentasi belajar siswa adalah 70,75 dan

ketuntasan belajar mencapai 71,42 % atau ada 15

siswa dari 21 Siswa sudah tuntas belajar. Hasl

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena

siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar

71,42 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru

dengan menerapkan strategi pembelajran

ekspositori

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai

berikut:

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi

siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak

| 51

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan

yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik

dengan menambahkan informasi-informasi

yang dirasa perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat

dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa

lebih antusias.

Hasil Siklus II

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif

siswa terlihat pada tabel berikut

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa

Pada Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Per sentase ketuntasan belajar

90,04

19

90,04

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata

tes formatif sebesar 90,04 dan dari 21 Siswa yang

telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 2 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar (harus remidi). Maka

secara klasikal ketuntasan belajar yang telah

tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil

belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode

Tanya jawab sehingga siswa menjadi lebih terbiasa

denga pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang telah

diberikan.

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah

terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang

baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan strategi pembelajran ekspositori. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat diurakain

sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya

untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui

bahwa siswa aktif selama proses belajar

berlangsung.

3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode

Tanya jawab memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan guru (ketuntasan belajar

meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-

masing 71,42% dan 90,04% pada siklus II

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar dengan

menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori

dan Metode Tanya jawab dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak

positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran

Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai,

macam norma dan sanksinya dengan

pembelajarsan kontekstual model pengajaran

kolaborasi yang paling dominan adalah belajar

dengan sesama anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan

guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan pengajaran konsektual model

pengajaran berbasis masalah degnan baik. Hal

iniu terlihat dari aktivitas guru yang muncul di

antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan

balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase

untuk aktivitas di atas cukup besar.

PENUTUP

Simpulan

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode

Tanya jawab dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Strategi

Pembelajaran Ekspositori dan Metode Tanya

jawab memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III

pada pokok bahasan ciri-ciri makhluk hidup

yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(71,42%), dan siklus II (90,04%).

| 52

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

2. Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Metode

Tanya jawab dapat menjadi siswa merasa

dirinya mendapat perhatian dan kesempatan

untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide

dan pertanyaan. Siswa dapat bekerja secara

mandiri maupun kelompok serta mampu

mempertanggung jawabkan segala tugas

individu.Penerapan Strategi Pembelajaran

Ekspositori dan Metode Tanya jawab

mempunyai pengaruh positif yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru

Algesindo

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena

Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar

Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional

Daraeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep

Pendidikan Moral Pancasila. Semarang.

Aneka Ilmu

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I.

Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses

Belajar mengajar . Bandung : Remaja

Rosdakarya

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan.

Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya:

Universitas Press

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.

Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk

Belajar. Surabaya University Press

Universitas Negeri Surabaya.

Puerwodarminto, 1991. Strategi Belajar Mengajar

. Jakarta Bina Aksara

Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Bina Aksara

Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi

Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran

Nasional. Bandung : Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di

Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan ,

Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja

Rosdakarya

a t i | 53

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN BILANGAN

CACAH MATA PELAJARAN MATEMATIKA DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN PRESTASI HASIL BELAJAR BAGI SISWA KELAS V SDN

BABAT III. KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

SEMESTER II TAHUN 2013/2014

Arisiswanto *)

*) SDN Babat III Kec. Babat Kab.Lamongan

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Matematika khususnya dalam materi Perkalian Bilangan

Cacah menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa banyak

beraktivitas, sehingga menjadikan anak lebih aktif dan dalam kondisi kelas yang menyenangkan. Ini terlihat

masih rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan kemampuan memahami konsep perkalian bilangan

cacah mata pelajaran matematika masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya pun rendah, terutama dalam

menyelesaikan soal-soal matematika.

Untuk itu, penelitian tindakan kelas ini mencoba menggunakan model pembelajaran dengan

pendekatan aplikatif tentang konsep dasar perkalian dengan alasan bahwa secara teori model menjadikan siswa

banyak beraktivitas dalam pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan aplikatif tentang konsep dasar

perkalian ini diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusius dalam belajar, sehingga hasil belajar

siswa mata pelajaran matematika dapat meningkat.

Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 sklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu:

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap siklus

tampak ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan aplikatif tentang

konsep dasar perkalian dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri

Babat III Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah pada mata

pelajaran Matematika.

Kata kunci : Interaktif Implementatif, Prestasi Belajar Meningkat

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Konsep perkalian bilangan cacah sebagai

operasi bilangan sering kurang mendapat perhatian

yang benar, sehingga pemahaman konsep perkalian

tersebut dalam implementasi kehidupan nyata sering

salah. Kalau aplikasi konsep perkalian tersebut

diterapkan dalam medis, maka akan berdampak pada

kesalahan yang fatal. Sebagai contoh konsep

perkalian 1x3 mengandung pengertian yang sangat

jauh dengan penerapan 3x1. Jika dalam pemahaman

yang tidak benar, maka ketika membaca resep dokter

tentang penggunaan obat yang diberikan terjadi

kesalahan menulis resep tersebut 1 x 3 maka hal ini

jika diaplikasikan dalam minum obat maka

pengertiannya adalah 1 kali minum obat sebanyak 3

tablet. Jika obat tersebut berdosis tinggi maka yang

terjadi terhadap pasien tersebut akan fatal akan

berakibat kematian.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut

di atas, penulis berusaha untuk mencari solusi dari

pemecahan yang sekaligus sebagai media penelitian

tindakan kelas guna memperoleh langkah-langkah

nyata dan kesimpulan yang sangat mendasar terhadap

upaya peningkatan pemahaman konsep perkalian

bilangan cacah mata pelajaran matemayika untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Negeri

Babat III Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan

Semester II Tahun 2013/2014

Rumusan Masalah

1. Apakah upaya peningkatan pemahaman konsep

perkalian bilangan cacah mata pelajaran

matematika dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa Kelas V SDN Babat III Kecamatan Babat

Kabupaten Lamongan Semester Tahun

2013/2014?

2. Apakah upaya peningkatan pemahaman konsep

perkalian bilangan cacah mata pelajaran

matematika dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar siswa kelas V SDN Babat Kabupaten

Lamongan Semester Tahun 2013/2014?

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tentang Pelajaran Matematika

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

tahun 2006 telah ditetapkan standart isi, dan standart

proses yang telah dituangkan dalam beberapa

keputusan menteri pendidikan nasional baik yang

menyangkut isi dan kompetensi yang merupakan

standart minimal khusunya mata pelajaran

matematika yang memuat sekian kompetensi yang

harus dilaksanakan dalam pendidikan dasar dalam hal

ini di sekolah dasar baik negeri maupun swasta.

Tujuan pengajaran matematika

a t i | 54

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Mata pelajaran matematika berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan dan symbol-symbol bilangan

serta ketajaman penalaran yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam hidup

sehari-hari. Di SD diutamakan agar siswa mengenal,

memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam

kaitanyya dengan praktek kehidupan sehari-hari.

Materi pengajaran matematika

Materi pengajaran matematika di Sekolah Dasar

mencakup aritmatika, pengatur aljabar, geometri

pengukuran dan kajian data.

Materi bilangan matematika di kelas V SD

Berdasarkan kurikulum KTSP Tahun 2006 materi

yang harus diajarkan di kelas V SD sebagai berikut:

a. Tentang penjumlahan

b. Tentang pengurangan

c. Perkalian

d. Pembagian

Teknik pembelajaran matematika

Agar materi-materi yang tercakup dalam

pembelajaran matematika dapat mudah dipahami dan

diterima serta dikuasai siswa maka pembelajaran

matematika perlu menerapkan seluruh teknik sebagai

berikut:

a. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

guru hendaknya memiliki dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam

belajar, baik secara mental. Fisik maupun social

serta emosional yang sering disebut

pembelajaran PAKEM.

b. Pengajaran matematika hendaknya disesuaikan

dengan konsep/sub konsep atau pokok bahasann

dan perkembangan berfikir siswa

c. Pengajaran matematika dimulai dari hal yang

konkrit menuju ke hal abstrak, dari hal yang

mudah ke yang sulit.

Bilangan

Pengajaran matematika di Sekolah Dasar sebagian

besar berupa angka-angka. Adapun dalam penulisan

karya tulis ilmiah ini penulis sengaja menyampaikan

jenis bilangan yang disampaikan dalam materi

pelajaran matematika. Pada dasarnya bilangan

hanyalah satu, namun untuk mempermudah siswa

mempelajari dan guru menyampaikan materi maka

bilangan itu dikelompokkan secara tersendiri dan pada

akhirnya pula akan membentuk lagi satu kesatuan

bilangan ketika sudah memasuki kelas yang lebih

tinggi. Penggolongan yang dimaksud adalah:

1. Bilangan Asli

2. Bilangan Cacah

3. Bilangan Bulat

4. Bilangan Rasional

Hipotesis Tindakan

Dari uraian sebagaimana disampaikan di atas penulis

menyampaikan hipotesis dari penelitian tindakan

kelas ini adalah sebagi berikut: apabila dalam proses

pembelajaran matematika dalam materi perkalian

bilangan cacah menggunakan pendekatan aplikatif

konsep perkalian

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar Negeri Babat

III Kec. Babat Kab. Lamongan pada semester II tahun

2013/2014. Waktu penelitian yang dilaksanakan

sehingga menghasilkan karya hasil penelitian ini

dilaksanakan selama 2 bulan, yang dimulai pada

tanggal 01 Januari 2014 dan berakhir pada tanggal 01

Maret 2014.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V

Sekolah Dasar Negeri Babat III Kecamatan Babat

Kabupaten Lamongan dengan jumlah siswa sebanyak

26 siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan.

Fasilitas dan Sarana Pendukung

Penelitian ini membutuhkan fasilitas dan sarana

pendukung untuk menunjang proses pembelajaran,

antara lain:

a. Buku paket matematika kelas V

b. Buku penunjang matematika kelas V

c. Lembar kerja siswa matematika kelas V

d. Bahan-bahan lain dan alat peraga lain yang

menunjang

e. Dan media perkalian

Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar observasi

2. Lembar angket

3. Lembar Test

Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan menggunakan siklus tiga tahap

yang terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan,

observasi (pengamatan) dan refleksi.

Teknik Anlisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan

dan angket dianalisis deskriptif kuantitatif artinya

gambaran proses belajar mengajar diungkapkan

dengan kata-kata maupun prosentase dengan

komparasi prosentase dari siklus ke I sampai dengan

siklus terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi awal

a. siswa kurang memiliki motivasi dalam

mengikuti pelajaran matematika dalam hal

perkalian bilangan cacah dengan pendekatan

aplikatif

b. masih rendahnya hasil belajar terhadap mata

pelajaraan matematika khususnya dalam materi

perkalian bilangan cacah

a t i | 55

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

c. nilai rata-rata belajar yaitu 51,9

Pelaksanaan Penelitian

Siklus I

Perencanaan

Pada siklus ini, materi yang diberikan adalah

perkalian bilangan cacah dengan pendekatan

aplikatif sebagaimana yang telah dituangkan

dalam RPP.

Pelaksanaan

Guru menyampaikan tujuan yang ingin

dicapai, dan membagikan materi dalam

lembar kerja kepada kelompok yang

sebelumnya sudah terbentuk.

Pengamatan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh

guru, siswa lebih aktif dan senang, tetapi

siswa masih banyak mengalami kesulitan

Refleksi

Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus

I, maka dibuatlah rancangan tindakan untuk

siklus II

Siklus II

Perencanaan

Sebelum pembelajaran siswa telah diberi

tugas untuk mempelajari materi

pembelajaran di rumah.

Pelaksanaan

Selama proses pembelajaran, guru

mengamati dan mengisi lembar observasi

sebagaimana yang telah disediakan

Pengamatan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh

guru, siswa lebih aktif dan senang mengikuti

pelajaran, siswa yang mengalami kesulitan

untuk menjelaskan kepada temannya mulai

berkurang.

Refleksi

Dari hasil di atas, maka dilakukan rancangan

tindakan untuk siklus III, yaitu membentuk

kelompok ahli yang homogen

Siklus III

Perancanaan

Sebelum pembelajaran, semua siswa telah

diberi tugas untuk mempelajari materi

pelajaran di rumah

Pelaksanaan

Guru menyampaikan tujuan yang ingin

dicapai, dan membagikan materi alam

lembar kerja.

Pengamatan

Berdasarkan hasil analisis data yang

dilaksanakan pada siklus III, secara umum

menunjukkan adanya peningkatan, siswa

merasa lebih siap dan prosentase yang

menyenangi proses perkalian bilangan cach

meningkat yaitu menjadi 95%.

Pembahasan

Pembelajaran dengan pendekatan konsep aplikatif

perkalian bilangan cacah dapat meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi hasil belajar matematika

bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Babat III

Kecamatan Babat semester II Tahun 2013/2014.

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah

diajukan merupakan tujuan penelitian, maka hasil

kesimpulan akhir bertumpu pada hasil penelitian yang

diperolehnya.

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut:

a. Dari pembahasan hasil analisis data dari nilai

hasil evaluasi hasil belajar masing-masing siklus

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemahaman konsep perkalian terhadap bilangan

cacah sangat menentukan kebenaran aplikasi

perkalian tersebut dalam kehidupan sehari-hari

b. Dalam memahami konsep perkalian terhadap

bilangan cacah guru harus menggunakan

pendekatan aplikatif sehingga mudah dalam

memahami perkalian bulangan cacah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, SK. Dkk., 1988, Psikologii Pendidikan

Anak Sekolah Dasar, Harapan Masa, Solo.

Djamhur, Tanpa Tahun, Bimbingan Penyuluhan di

Sekolah, CV.Ilmu, Bandung

JJ. Hasibun Drs. Dip.Ed. 1986, Proses Belajar

Mengajar, Karya Remaja, Bandung.

Maezuki Drs. 1989, Metodologi Riset, Fakultas

Ekonomi UII, Yogyakarta.

Darji Darmodiharjo Prof. SH., 1977, Pancasila Suatu

Orientasi Singkat

a t i | 56

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

MENINGKATKAN PRESTASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

MENGHITUNG LUAS SEGITIGA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TRUNI

KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOEPARTIF (BELAJAR BERSAMA)

PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Purwanti *)

*)

SD Negeri Truni Kec. Babat Kab. Lamongan

Dari hasil pengamatan pada embelajarana Matematika menunjukkan bahwa guru belum menggunakan

metode pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktivitas. Ini terlihat masih rendahnya keterlibatan siswa

dalam pembelajaran, dan hasi belajarnya pun rendah, terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk

cerita.

Untuk itu penelitian tindakan kelas ini mencoba menggunakkan model pembelajaran kooperatif

(cooperatif learning) dengan alasan bahwa secara teori metode ini menjadikan siswa banyak beraktivtitas dalam

pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperatif learning ini diharapakan pula siswa menjadi lebih senang

dan antusias dalam belajar, sehingga mereka lebih mudah memahami menyeesaikan soal-soal dalam bentuk

cerita dan hasil belajarnya pun meningkat.

Kata kunci : prestasi hasil belajar, segitiga, belajar bersama (cooperative learning)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program pembaharuan dan penyempurnaan

kurikulum nasional telah lama dilakukan yang

merupakan wujud dari adanya inovasi dan

penyesuaian dengan dinamika perkembangan

teknologi dan budaya serta peradaban masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan

siswa dalam meyelesaikan segitiga dalam pelajaran

matematika diperlukan suatu model pebelajaran.

Sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan

dan menghitung luas bangun datar khususnya

materi luas segitiga mta pelajaran matematika

dapat meningkat, sehingga hasil pelaksanaan

pembelajaran dapat diserap sesuai dengan target

ketuntasan materi yang telah distandardisasikan.

Rumusan Masalah

1. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa pada

materi pengukuran luas bangun datar segitiga

mata pelajaran matematika bagi siswa kelas V

Sekolah Dasar Negeri Truni Kecamatan Babat

Kabupaten Lamongan?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa pada

materi pengukuran luas bangun datar segitiga

mata pelajaran matematika bagi siswa kelas V

Sekolah Dasar Negeri Truni Kecamatan Babat

Kabupaten Lamongan?

KAJIAN PUSTAKA

Konsep matematika

a. Menunjukkan pemahaman konsep matematika

yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan

antara dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah,

b. memiliki kemampuan mengomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau

diagram untuk memperjelas keadaan atau

masalah.

c. memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan.

Model Pembelajaran

Menurut Joyce, Weil, dan Shower istilah model

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu

strategi, metode, atau prosedur. Model mengajar

dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang

penting, apakah yang dibicarakan adalah mengajar

di kelas, mobil, atau praktek mengawasi anak-anak.

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pengajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda

Penerapan modelpembelajaran kooperatif

ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh

prinsip-prinsip CTL, yaitu: tentang learning

community

Hipotesis tindakan

Berdasarkan hal-halyang diuraikan di atas,

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : ―

jika dalam kegiatan belajar mengajar khususnya

materi perhitungan luas segitiga, guru senantiasa

menggunakan model pembelajaran kooperatif,

maka motivasi belajar dan prestasi hasil belajar

siswa kelas V Sekolah Dasar Truni Kecamatan

a t i | 57

Jurnal Media Edukasi ISSN : 2442-5699

Babat Kabupaten Lamongan pada semester II

Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkat.‖

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

Truni Kec. Babat Kab.Lamongan. sebuah lembaga

pendidikan sekolah dasar yang berlokasi di ibukota

kecamatan.

Waktu penelitian ini selama 1 bulan, dilaksanakan

mulai bulan 01 Pebruari 2014 sampai dengan bulan

Maret 2014.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini di lakukan di Sekolah Dasar Negeri

Truni Kec.Babat Kab.Lamongan. tingkat

kemampuan dan daya serap siswa sangat

bervariasi. Peneliti adalah guru sekolah dasar

negeri Truni Kec.Babat Kab.Lamongan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar pengamatan

2. lembar angket

3. lembar test

Rancangan Tindakan

Perencanaan

a. membuat jadwal kegiatan yang disesuikan

dengan kondisi siswa

b. membuat rancangan pembelajaran yang

disesuaikan

c, menyusun langkah-langkah sekala prioritas

materi

Pelaksanaan

a. melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah yang sudah direncanakan dalam

RPP

b. menyampaikan lembar pre test

c. monitoring kegiatan belajar mngajar dengan

lembar pengamatan

d, membantu siswa yang tampak mengalami

kesulitan

e.. memberikan tugas untuk pertemuan minggu

berikutnya

Pengamatan

a. mengamati semua kegiatan yang dilakukan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung

b. mencatat kejadian-kejadiannya tersebut dalam

lembar pengamatan

c. membagukan angket

d. mengumpulkan angket setelah dijawab siswa dan

menganalisa hasil angket

Refleksi

a. mengumpulkan semua data yang diperoleh

b. melihat sekilas kejadian-kejadiannya yang

menghambat

c. jika dipandang perlu maka merencanakan ulang

tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasi pengmatan dan

angket dianalisis secara deskriptif kuatitatif artinya

gambaran proses belajar mengajar tentang

penyelesaian luas segitiga dalam matematika yang

kemudian data deskriptf kuantitatif tersebut

dituangkan dalam prosentase dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Observasi Awal

Untuk mengetahui kondisi awal pebelajaran

matematika khusunya tentang materi pokok

penghitungan luas segitiga terlebih dahulu

dilaksanakan tes awal.

Pelaksanaan penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3

siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4

kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan refleksi tindakan.

PENUTUP

Simpulan

1. Model pembelajaran kooperatif menjadikan

siswa ikut lebih aktif terlibat dalam

pembelajaran.

2. Model pembelajaran kooperatif memberikan

suasana yang menyenangkan

3. Dengan aktifnya siswa dan suasana yang

menyenangkan dalam proses pembelajaran,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan

hasil belajar siswa

DAFTAR PUSTAKA

Usman, M.U 1990. Menjadi guru profesional.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Depdikbud

Ischak, 1986. Berbagai jenis peta dan

kegunannya. Yogyakarta: Liberty

Pidarta, M. (1990). Cara belajar mengajar di

Universitas Negara-negara maju. Jakarta: Bumi

Aksara

Adam, A. Dan Mbirimujo, S. (1990). Games and

Role Playing. Harare: Generator

PENGARUH RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

KESEHATAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

LAMONGAN TAHUN 2011-2013

Noer Rafikah Zulyanti *)

*)

Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Retribusi merupakan salah satu pendapatan terbesar untuk daerah selain pajak daerah, hasil dipisahkan

bidang wealth management dan PAD yang sah lainnya dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui Apakah

pelayanan kesehatan Retribusi di Departemen Kesehatan pada tahun 2011-2013 mempengaruhi Pendapatan

Lamongan bagaimana perawatan Levy dan kesehatan untuk pendapatan daerah Lamongan tahun 2011-2013,

sampel dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan Retribusi realisasinya di puskesmas 33 di Kabupaten

Lamongan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang diperoleh dari dokumen resmi di mana

pelaksanaan penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Sederhana Hasil regresi

linier menunjukkan bahwa perawatan kesehatan memungut efek positif pada pendapatan asli daerah Lamongan

sebesar 90,7%, dengan nilai korelasi 0,952 yang berarti bahwa pengaruh retribusi pelayanan kesehatan terhadap

pendapatan daerah sangat signifikan.

Kata Kunci: Retribusi, Kesehatan, PAD

LATAR BELAKANG

Salah satu pelayanan yang mendasar bagi

pemerintah daerah adalah pelayanan dibidang

kesehatan,dimana penyediaan sumber pembiayaan

untuk pelaksanaannya antara lain dilakukan

melalui penarikan retribusi pelayanan

kesehatan.Dalam pemerintah Kabupaten Lamongan

Retribusi Pelayanan kesehatan dilaksanakan dan

dipungut pada 33 puskesmas yang merupakan Unit

Pelaksana Tugas (UPT) dibawah tanggung jawab

Dinas Kesehatan dan telah menjadi salah satu

pendapatan yang dapat diandalkan bagi

daerah.Dimana pelaksanaannya sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.13

tahun 2010 tentang Retribusi pelayanan kesehatan

dan penyusunannya berdasarkan Undang-undang

Republik Indonesia No.28 tahun 2009 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah.

Retribusi yang tertuang dalam PERDA

Kabupatan Lamongan No.13 tahun 2010 tentang

retribusi pelayanan kesehatan meliputi retribusi

atas Administrasi ,Rawat inap umum, Askes,

Tindakan/operasi,Laboratorium,serta Pemeriksaan

calon pengantin yang pengelolaan dan

pengalokasiannya digunakan untuk membiayai

kegiatan pembangunan maupun belanja rutin

pemerintah daerah Kabupaten Lamongan, melihat

pentingnya PAD yang dapat dijadikan sebagai

ukuran kemandirian suatu daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah maka penulis

melakukan penelitian ini untuk mengetahui ―

Pengaruh Retribusi pelayanan kesehatan pada

Dinas Kesehatan terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Lamongan tahun 2011-2013‖.

METODE

Variable terikat dalam penelitian ini

adalah PAD dan variable tidak terikatnya adalah

Retribusi pelayanan kesehatan kedua variable

diukur dalam jumlah rupiah. Data dalam penelitian

ini adalah data kuantitatif, yang didapat dari

dokumen resmi tempat dilaksanakannya

penelitian., analisa yang digunakan adalah regresi

linear sederhana, sampel dalam penelitian ini data

Realisasi Retribusi pelayanan kesehatan Kabupaten

Lamongan tahun 2011 sampai tahun 2013 yang

tersebar di 33 puskesmas se-Kabupaten Lamongan

yang tercantum di bawah ini:

Tabel 1: Daftar 33 Puskesmas se-Kabupaten

Lamongan

No. Nama Puskesmas

1. Puskesmas sukorame

2. Puskesmas Bluluk

3. Puskesmas Ngimbang

4. Puskesmas Sambeng

5. Puskesmas Mantup

6. Puskesmas Kembangbahu

7. Puskesmas Sugio

8. Puskesmas Kedungpring

9. Puskesmas Dradah

10. Puskesmas Modo

11. Puskesmas Karangpilang

12. Puskesmas Babat

13. Puskesmas Moropelang

14. Puskesmas Pucuk

15. Puskesmas Sukodadi

16. Puskesmas Sumberaji

17. Puskesmas Lamongan

18. Puskesmas Tikung

19. Pekesmas Dermolemahbang

20. Puskesmas Deket

21. Puskesmas Glagah

22. Puskesmas Karangbinangun

23. Puskesmas Kalitengah

24. Puskesmas Turi

25. Puskesmas Karanggeneng

26. Puskesmas Sekaran

27. Puskesmas Maduran

28. Puskesmas Laren

29. Puskesmas Solokuro

30. Puskesmas Paciran

31. Puskesmas Tlogosadang

32. Puskesmas Brondong

33. Puskesmas Karangkembang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan

HASIL

Salah satu penerimaan terbesar bagi

daerah adalah Retribusi,dimana objek retribusi

terbagi menjadi 3 yaitu Retribusi jasa umum,jasa

usaha dan perizinan tertentu.Retribusi Pelayanan

Kesehatan temasuk dalam Retribusi jasa umum

karena subjek dari retribusi jasa umum adalah

pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.sedangkan besarnya

retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang menggunakan jasa atau perizinan

tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif

retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. jadi

dapat diartikan semakin banyak jasa yang

diberikan kepada masyarakat semakin besar pula

hasil retribusi yang diperoleh daerah. Dan

dinyatakan sebagai dasar alokasi beban biaya yang

dipikul daerah dalam menyelenggarakan jasa yang

bersangkutan.sedangkan tarif retribusi adalah nilai

rupiah yang ditetapkan untuk menghitung besarnya

retribusi daerah yang terutang. Dimana besarnya

ditentukan sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif

tertentu dan sesuai Undang-undang No.28 tahun

2009 pasal 155, besarnya tarif retribusi dapat

ditinjau kembali paling lama 3 tahun.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

variabel retribusi pelayanan kesehatan dan variabel

Pendapatan Asli Daerah dimana data yang

berhubungan dengan penelitian ini adalah hasil

Realisasi penerimaan retribusi pelayan kesehatan

tahun 2011-2013 yang tercantum di bawah ini:

Tabel 2 : Hasil Retribusi Pelayanan Kesehatan pada tahun 2011-2013

Tahun Target Realisasi Prosentase ( % )

2011 2,236,558,500 2,181,832,798 97,55

2012 2,537,879,000 2,699,395,321 106.36

2013 3,303,3119,625 3,427,259,987 103,75

Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Lamongan No. 13 tahun 2010, Retribusi pelayanan

kesehatan meliputi Biaya administrasi rawat inap

Rp. 6000, Rawat Inap Zaal Rp 18.750, Rawat inap

kelas II Rp 30.000, Rawat Inap kelas I Rp 45.000,

Rawat jalan umum Rp 5.000, Rawat darurat Rp.

7.500, Pemeriksaan laboratorium klinik (Gula

darah stik) Rp 20.500, Pemeriksaan laboratorium

klinik (Hemoglobin) Rp 8.500, Pemeriksaan

kesehatan umum Rp 10.000, Pemeriksaan

kesehatan (kepentingan melamar kerja) Rp 6.000,

Pemeriksaan kesehatan (kepentingan melamar

pendidikan) Rp 5.000, Pemeriksaan kesehatan

(Kesehatan Ibu & Anak) Rp 5.000, Pemeriksaan

calon pengantin (2orang) Rp. 15.000, Pemeriksaan

ECG Rp 37.500, Tindakan Medik Terapi Gilut

(pencabutan gigi susu) Rp 15.000, Tidakan medik

terapi Gilut (tumpatan sementara) Rp 10.000,

Tindakan medik operatif mata (tidakan kecil) Rp

31.500, Angkat jahit tindakan kecil Rp 6.000,

Angkat jahit tindakan sedang Rp 9.000, Angkat

jahit tindakan besar Rp 11.250, Konsultasi gigi Rp

15.000, Visite dokter Rp 20.000 dan pemeriksaan

Jama'ah haji Rp 30.000

PEMBAHASAN

Pendapatan dari hasil Retribusi pelayanan

Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Lamongan dalam tiga tahun terakhir sejak 2011-

2013 terus mengalami peningkatan , karena

retribusi pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan

jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah

daerah kepada masyarakat. Retribusi pelayanan

kesehatan diharapkan menjadi salah satu

penerimaan terbesar dalam Pemerintah Daerah

kabupaten Lamongan,tapi pendapatan dari retribusi

jasa umum sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan

keadaan ekonomi masyarakat sehingga dalam hal

ini sosialisasi sangat diperlukan.

Untuk mengukur pengaruh antara

Retribusi pelayanan kesehatan sebagai variabel x

terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel

Y dengan menggunakan perhitungan Stasistik

Product and Service Solution (SPSS Versi 16)

diperoleh hasil statistik sebagai berikut :

Tabel 3 : Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 29.934 25.466 1.175 .449

retribusi yankes 28.202 9.044 .952 3.118 .198

a. Dependent Variable: P A D

Persamaan Regresi

Dari hasil regresi sederhana dapat dijelaskan bahwa :

Y = a + bx

= 29,934+28,202X

jika Retribusi Pelayanan Kesehatan (X)

nilainya 0, maka Pendapatan Asli Daerah (y)

nilainya positif sebesar 29,934. dan Jika Retribusi

pelayanan Kesehatan mengalami kenaikan Rp.1,

maka Pendapatan Asli Daerah naik sebesar Rp

28,202.artinya Semakin bertambah Retribusi

Pelayanan Kesehatan Semakin meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah.

Korelasi

Berdasarkan tabel diatas maka nilai korelasi (r)

diperoleh sebesar r = 0,952 hal ini berarti terdapat

hubungan yang sangat kuat antara Retribusi

pelayanan kesehatan dan Pendapatan Asli Daerah.

Koofisien Determinasi

Koofisien determinasi pada dasarnya

digunakan untuk mengukur sejauh mana

kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependent secara statistik, Berdasarkan

hasil estimasi persamaan diperoleh koefisien

determinan sebesar R2 = (0,952)

2 = 0,907 atau

90,7% dan sisanya 9,3% dipengaruhi faktor lain

yang tidak termasuk dalam model.

Uji statistik t

Uji t dipergunakan digunakan untuk

menguji ada tidaknya pengaruh dari masing-masing

variabel dengan membandingkan tingkat

signifikasinya. Sedangkan dari perhitungan di atas

diperoleh angka sebesar =3,118 dibandingkan

dengan t tabel =2,228 jadi t hitung > t tabel

(3,118>2,228).ini berarti terdapat pengaruh yang

signifikan antara Retribusi pelayanan kesehatan

terhadap Pendapatan Asli Daerah.dengan dasar

pedoman pengambilan keputusan pada uji t yaitu :

Jika nilai signifikan <0,05 dinyatakan signifikan

atau H0 ditolak.

Jika nilai signifikan > 0,05 dinyatakan tidak

signifikan atau H0 diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian diatas Retribusi

Pelayanan Kesehatan mengalami naik turun

pendapatan, sejak tahun 2011 sebesar

97,55%,tahun 2012 mencapai 106,36% dan tahun

2013 sebesar 103,75% maka dari analisis yang

dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut (1) Retribusi Pelayanan kesehatan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

dengan prosentase 90,7% dan merupakan

pengahasil retribusi jasa umum terbesar di

kabupaten lamongan . (2) Jika retribusi pelayanan

kesehatan mengalami kenaikan sebesar Rp.1 maka

Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar Rp.

28,202.

Saran

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap

upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Lamongan dalam memenuhi target

Retribusi Pelayanan Kesehatan, di sini penulis akan

mengungkapkan saran-saran yang mungkin akan

bermanfaat yaitu (1) Pihak puskesmas sebagai

penyedia jasa pelayanan kesehatan perlu

memperhatikan upaya untuk paling tidak

mempertahankan atau bahkan meningkatkan hal-

hal yang berkaitan dengan pelayanan yang

diberikan, agar bisa bersaing dengan penyedia jasa

pelayanan kesehatan yang lain sehingga

pendapatan retribusi pelayanan kesehatan

meningkat yang nantinya berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah. (2) Bagi peneliti

selanjutnya akan lebih baik jika dalam retribusi

pelayanan kesehatan dihitung setiap

variabelnya,sehingga dapat diketahui variabel mana

yang dominan pengaruhnya terhadap Pendapatan

Asli Daerah.

DAFTAR RUJUKAN

Laporan Target dan Realisasi Retribusi Dinas

Kesehatan Tahun Anggaran 2011 sampai

tahun Tahun Anggaran 2013.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No. 13

Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan.

Mulatsih, Sri Nuning dan Hariyanih. 2010.

Pengaruh Retribusi Pendaftaran Penduduk

WNI dan Akta kelahiran Pada Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Tangerang. Jurnal ekonomi No. XIII Vol.

II.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian.

Cetakan ke-sembilan, Alfabeta. Bandung