Download - LP Gastroenteritis (GE)
DEFINISI
Gastroentiritis adalah suatu peradangan yang biasanya disebabkan oleh virus
maupun bakteri pada traktus intestinal (guyton & hall,2006).
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan
elektrolit (Cecyly, Betz. 2002)
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar >4x pada bayi dan
>3x pada anak. Konsistensi feses cair/ encer dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)
Buang air besar (defakasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200ml sekali defakasi (Hendarwanto, 2003)
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan pathogen parasitic (Wong, 2003)
KLASIFIKASI
Terdapat beberapa jenis diare sebagai berikut :
a. Diare Peresisten, merupakan kelanjutan dari diare akut.
b. Diare Infektif, apabila penyebabnya infeksi dan ditandai adanya demam.
c. Diare Non Infektif, apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab dari
penyakit tersebut, dan tanpa demam
Sedangkan klasifikasi diare berdasarkan variasi faktor penyebab sebagai
berikut: :
a) Diare karena kelainan saluran pencernaan, dapat dibagi sebagai berikut:
Kelainan di lambung / gastrogenosus dapat disebabkan oleh akilia
gastrika, tumor, pasca gastrectomi, vagotomi.
Kelainan di usus halus misalnya sindroma malabiorbi primer maupun
sekunder.
Kelainan usus besar, dapat disebabkan oleh colitis ulterosa, tumor,
divertukulosis, endometriosis, obstruksi colon parsial.
b) Diare karena penyakit infeksi
Infeksi parasit : amoeba, ascaris, ankolis, sistoma, dll
Infeksi bakteri : shigella, salmonella, eschariadium, closterdium,
tuberkulosis
Infeksi virus : entero virus
Infeksi jamur : monilia
Keracunan makanan
c) Diare karena kelainan di luar saluran makanan
Penyakit di pancreas, ex : carcinoma pancreas, pancreas kronis
Kelainan endokrin, ex : hipertiroidisme, DM
Uremia
Penyakit neurologis
Akibat pemberian antibiotic tinja
TBC Paru
Berdasarkan lama waktu terjadinya
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Presisiten : berlangsung 15 – 30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
Berdasarkan mekanisme patofisiologik :
a. Diare sekretotik
Pada diare jenis ini terjadi penurunan penyerapan dan peningkatan
sekresi air dan transport elektrolit ke dalam usus.Hal ini biasanya
disebabkan oleh zat yang merangsang terjadinya peningkatan sekresi,
baik dari luar (misalnya toksin kolera) atau dari dalam (pada penyakit
inklusi mikrovili kongenital). Fesesnya biasanya akan berupa Contoh diare
jenis ini adalah diare karena penyakit kolera, E. coli toxigenik, karsinoid,
neuroblastoma, diare klorida kongenital, Clostridium difficile, dan
cryptosporidiosis (AIDS).
b. Diare Osmotik
Diare jenis ini terjadi karena konsumsi makanan yang sulit diserap, baik
karena memang makanan tersebut sulit diserap (magnesium, fosfat,
laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus
(penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa). Makanan yang tidak
diserap (malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral) di
usus ini akan difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk
asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat
diserap oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan, akibatnya jumlah
yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan,
sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus.
Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding usus
untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang bersifat
asam, Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita defisiensi enzym
laktase yang mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa
ETIOLOGI
a) Pejamu (Host)
Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan keretanan
pejamu terhada kuman penyebab gastroenteritis:
1. Tidak mendapat ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.
2. Malnutrisi dan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis
meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.
3. Immunodefisiensi (Penurunan Kekebalan Tubuh)
4. Campak. Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau anak-
anak yang sedang menderita campak dalam 4 inggu terakhir
5. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak)
b) Agent
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan, makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Agen penyebab
infeksi saluran pencernaan, meliputi:
- Bakteri : E. Colli, Salmonella Thypi, Shigella Dysentri, Vibrio Cholera,
Clostridium Perfingens, Staphylococcus
- Parasit dan Protozoa : Entamoeba Histolytica, Trichomonas Hominis,
Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium
- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Sapporovirus
2. Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat : misalnya disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa).
- Malabsorbsi Lemak
- Malabsorbsi Protein
3. Faktor Makanan
Seperti makanan yang tercemar, makanan laut yang terkontaminasi
dengan racun kimia, makanan beracun dan alergi makanan
4. Efek Samping Penggunaan Obat
Misalnya obat antacid yang mengandung magnesium dalam jumlah besar,
antibiotic, obat-obat anti kanker dan obat pencahar.
c) Lingkungan
Masalah lingkungan yang sering terjadi di Indonesia yang menyebabkan
gastroenteritis, adalah
1. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat
kesehatan
2. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat
3. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat
4. Hygine perorangan dan sanitasi makanan yang buruk
5. Belum ditanganinya hygine dan sanitasi industry secara intensif
6. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan pada lingkungan
7. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
(Dekes RI, 2003)
d) Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
e) Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi
radiasi.
Ditinjau dari sudut patofisiologinya maka penyebab gastroenteritis akut dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Diare Sekresi (Secretory Diarrhoea) disebabkan :
Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen :
- Infeksi bakteri misalnya E.Coli, Shigella dysentriae
- Infeksi virus misalnya Rotavrus, Norwalk
- Infeksi parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis
Lambia
Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi
b. Diare Osmotik (Osmotic Diarrhoea), disebabkan oleh :
Malabsorpsi makanan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
mineral)
KKP (Kekurangan Kalori Protein)
BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir
Ada 5 jenis mikroorganisme penyebab utama Gastroenteritis yaitu :
a. Salmonela infeksi ini disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman
b. Escherichia Colli merupakan komersial ( flora normal ) dalam usus
manusia tetapi ada beberapa jenis yang berbahaya, yang dapat
menyebabkan gastroenteritis seperti Enteropatogenik.
c. Bosilus disenteri basillus ditularkan secara peroral melalui air , makanan,
lalat yang tercemar untuk ekstreta penderita , area yang diserang kolon
dengan kegiatan terberat pada sigmoid
d. Vibrio organisme patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia
apabila sistem imun tubuhnya lemah, jenisnya antara lain : vibrio diare, dan
vibrio eltem.
Entera virus terdiri dari polio virus, coxashi virus dan encho virus.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi
Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita
campak (Kemenkes RI, 2011).
MANIFESTASI KLINIS
1. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Malaise
(Ceyly, Betz.2000)
Tanda dan gejala gastroenteritis pada balita secara umum antara lain: anak
menjadi cengeng, sering menangis dan gelisah, kadang demam, mengalami
gangguan minum dan nafsu makan berkurang, gejala muntah dapat terjadi
sebelum / sesudah diare, disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Pada bayi penderita gastroenteritis warna muntah seperti warna susu
(biasanya), tinja cair dan dapat disertai lendir, warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah (2005) yaitu :
1. Diare
a. faktor osmotic disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam
perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi
menyebabkan tekanan osmotic menghasilkan pergeseran cairan dari
iodium ke rongga usus
b. Penurunan absorbs atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit.
Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi
aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.
c. Perubahan motility, hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi
absorbs zat dalam usus.
2. Mual, muntah dan panas (suhu >37o C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dank arena adanya peradangan
maka tubuh juga akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu
tubuh meningkat
3. Nyeri perut dank ram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan
peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan
atau kram abdomen.
4. Peristaltik meningkat (> 35x/ menit)
Akibat masuknya pathogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus
berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga
peristaltik meningkat.
5. Penurunan berat badan
Terjadi Karena sering BAB encer, yang mana feses malah mengandung
unsure-unsur penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga
kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
6. Nafsu makan menurun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga
timbul mual dan rasa tidak enak makan.
7. Turgor kulit menurun
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat
8. Mata Cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotic
mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
9. Gelisah dan Rewel
Ini terjadi karena komleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak
merasa nyaman sebab adanya ketidakseimbangan homeostatis dalam tubuh.
Gejala KlinisGejala Klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umumKesadaranRasa haus
Baik/compos mentis+
Gelisah++
Apatis-Koma+++
SirkulasiNadi (x/menit)Pernapasan
Normal (120)Biasa
CepatAgak cepat
Cepat sekaliKusmaul
KulitUbun-ubun besarMataTurgor dan tonusDiuresisSelaput lendir
Agak cekungAgak cekungBiasaNormalNormal
CekungCekungAgak cekungOliguriaAgak kering
Cekung sekaliCekung sekaliKurang sekaliAnuriKering/ asidosis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Secara umum pemeriksaan fisik sedikit berguna dalam menentukan penyebab
dari gastroenteritis. Adanya demam dan nyeri perut lebih mengarah pada
pathogen invasive, terlebih lagi bila didapatkan darah baik secara makro maupun
mikro pada feses. Keparahan penyakit dapat diindikasikan dari tanda dari
dehidrasi, misalnya hipotensi ortostatik, keringnya membrane mukosa dan
penurunan turgor kulit. (Young, et al.2010)
Pemeriksaan Laboratorium, meliputi
a. Pemeriksaan tinja
- makroskopis dan mikroskopis
- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinitest bila
diduga intoleransi gula
- bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
- Syarat dalam pengumpulan sample untuk pemeriksaan feses :
Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urin
Harus diperiksa 30-40 menit sejak dikeluarkan, jika ada penundaan
disimpan di lemari es
Tidak boleh menelan Barium, Bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
Diambil dari bagian yang paling mungkin member kelainan
Paling baik dari defekasi spontan atau rectal toucher sebagai
pemeriksaan tinja sewaktu
Pasien konstipasi dapat diberikan Saline Chthartic terlebih dahulu
Pada kasus Oxyuris dapat digunakan metode Schoth Tape dan object
glass
Untuk mengirim tinja, wadah yang digunakan terbuat dari kaca atau
bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic.
Berikut adalah karakteristik feses normal dan abnormal
Karakteristik Normal Abnormal Penyebab
Konsistensi Berbentuk, lunak, agak cair / lembek, basah.
Keras, kering Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse>>konstipasi
Cair Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri)>>diare, kekurangan absorpsi
Bau Aromatik : dipenga-ruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
Tajam, pedas
Sumber bau tak enak yang keras, berasal dari senyawa indole, skatol, hydrogen sulfide dan amine, diproduksi oleh pembusukan protein oleh bakteri perusak atau pembusuk. Bau menusuk hidung tanda terjadinya peningkatan kegiatan bacteria yang tidak kita kehendaki.
Unsur pokok
Sejumlah kecil bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bakteri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)
Pus Mukus Parasit Darah Lemak dalam jumlah besar Benda asing
Infeksi bakteri Kondisi peradangan Perdarahan gastrointestinal Malabsorbsi Salah makan
Frekuensi Lebih dari 6X dalam sehari Kurang dari sekali semniggu
Hipomotility Hipermotility
Bentuk Silinder (bentuk rektum)
Mengecil, bentuk pensil atau seperti benang
Kondisi obstruksi rectum
Jumlah Tergantung diet (100 – 400 gr/hari)
b. Pemeriksaan Darah
- pH darah dan cadangan dikali dengan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium
dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa
- kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
- Anemia (hipokronik, kadang-kadang nekrosiotik) dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorpsi tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi
kronis) sel-sel darah putih meningkat
c. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Pemeriksaan volume urin : Cara menghitung output urin
Produksi urin ( > 0,5 – 1 ml/kgBB/jam)
Standar volume urin
Neonatus : 10-90 ml/kgBB/hari
Bayi : 80-90 ml/kgBB/hari
Anak : 50 ml/kgBB/hari
Remaja : 40 ml/kgBB/hari
Dewasa : 30 ml/kgBB/hari
e. Uji aglutinasi lateks
Sensitivitas 83-93%
Spesifisitas 61-100%
Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin.
Laktoferin adalah glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil.
Keberadaannya dalam feses menunjukkan inflamasi kolon. Positif palsu dapat
terjadi pada bayi yang minum ASI.
f. Radiologi : untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan
abdomen
g. Endoskopi : untuk melihat langsung kelainan mukosa pada sel pencernaan
PENATALAKSANAAN
Prinsip utama penanganan gastroenteritis, yaitu:
- menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- mengembalikan fungsi normal sistem pencernaan
- mencegah penyebaran infeksi pada orang yang kontak dengan anak diare
Pencegahan
A. Pencegahan Primer
Dilakukan pada masa pre-patogenesis. Tujuannya menghilangkan
faktor resiko nterhadap gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan ini adalah
orang sehat, sehingga diharapkan tidak menderita sakit.
Health promotion
Kegiatan promosi kesehatan, berupaya mencegah terjadinya
gastroenteritis
- Memberi ASI
Dengan adanya komponen zat anti infeksi yang terkandung
dalam ASI, maka bayi yang minum ASI akan terlindungi dari
berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit
dan antigen lain. ASI merupakan faktor penting dalam mencegah
terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan pertama,
kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai anak berusia
<1 tahun
- Makanan pendamping ASI >6 bulan
Tujuan :
Melengkapi zat-zat gizi yang kurang yang terdapat dalam
ASI
Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima
berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur
Mengembangan kemempuan bayi untuk mengunyah dan
menelan
Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung
kadar energy yang tinggi
Beberapa hal penting saat pemberian makanan pendamping ASI :
Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan
sambil tetap memberikan ASI. Setelah anak berumur 1 tahun
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik
sebanyak 4-6 kali / hari dan teruskan pemberian ASI bila
memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.
Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau
bubur untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
daging, ikan, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau dan
buah-buahan
Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak, serta suapi anak dengan sendok bersih
Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya
pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar
sebelum diberikan pada anak.
- Penggunaan air bersih
Gastroenteritis salah satu penularannya dengan cara lewat air, jadi
gunakan air yang bersih. Air minum sebaiknya dimasak dahulu
hingga mendidih
- Membuang tinja bayi dengan benar
Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi harusnya
dibuang ke jamban, bila tidak ada jamban dibuang ke lubang
kemudian di timbun
- Mencuci tangan
Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah
membersihkan anak ketika buang air besar dan mencuci tangan
dilakukan sebelum dan sesudah BAB
Specific Protection
Perlindungan spesifik pada anak dapat berupa imunisasi campak.
Karena diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi dapat mencegah diare. Imunisasi campak segera setelah anak
berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir
B. Pencegahan Sekunder
Diberikan pada masa pathogenesis, dengan bertujuan mencegah
kehilangan banyak cairan. Sasarannya adalah penderita gastroenteritis yang
diharapkan tidak terjadi dehidrasi yang berkelanjutan. Caranya dengan
diagnose dan pengobatan secepatnya yaitu dengan pemberian cairan oralit
secepatnya untuk mencegah kehilangan banyak cairan.
C. Pencegahan Tersier
Bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian akibat
dehidrasi dengan cara limited of ability (pembatasan kecacatan) dan
rehabilitasi. Salah satunya yang dapat dilakukan adalah tetap memberikan
nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh anak tidak berkurang guna
mencegah munculnya penyakit lain.
Pengobatan
A. Pemberian cairan
Pada rehidrasi ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan :
a. Jenis cairan
pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan
ringer laktat, bila tak tersedia dapat diberikan cairan Na calsiotonik
ditambah satu ampul Na Bikarbonat 7,5 % 50 ml.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa
cara :
Metode pierce berdasarkan klinis
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x berat badan
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x berat badan
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan
Metode daldiyono berdasarkan skor klinis kebutuhan cairan = x10%
x kgbb x 1 liter
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau intra
vena.
d. Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode
daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan
penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan
cairan. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, Hco, Kal dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumahsakit untuk mencegah dehidrasi
lebihl anjut.
Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Dehidrasi ringan. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari.
Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
Dehidrasi sedang. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral,
kemudian 125 ml / kg BB / hari.
Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat
badan 3 – 10 kg
o 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit
(infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
o 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit (
infus set 1 ml = 20 tetes ).
o 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit
atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun
dengan berat badan 10 – 15 kg.
o 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB /
menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit
( 1 ml = 20 tetes ).
o 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes /
kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 –
25 kg.
o 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /
menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
o 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral
B. Dietetik
Tujuan diet pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja
usus, mencegah dan mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan agar anak
segera mendapat makanan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Syarat diet pada pasien gastroenteritis adalah:
- pasien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi
- diberi makanan per oral dalam 24 jam pertama
- pemberian ASI diutamakan
- makanan cukup energy dan protein
- makanan tidak merangsang saluran pencernaan yaitu tidak
mengandung bumbu yang tajam
- tidak menimbulkan gas
- makanan diberikan bertahap dari makanan ringan (mudah cerna) dalam
bentuk yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit.
- makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB <7 kg, jenis
makanannya:
a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tak jenuh)
b. Makanan setangah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan. Cara
memberikannya:
- Hari pertama
Setelah dehidrasi segera diberikan makanan per oral. Bila diberi ASI/
susu formula tetapi masih diare, berikan oralit secara berselingan.
- Hari kedua- hari keempat
ASI/ susu formula rendah laktosa
- Hari kelima
Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan dan diberikan susu atau
makanan biasa.
d. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
C. Obat-obatan
a. Racecordil
adalah anti diare ideal yang bekerja cepat tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat dan yang tidak kalah penting tidak menyebabkan
ketergantungan
b. Nifuroxazide
adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal E. coli, Shigella
Dysentriae, Streptococcus, Staphylococcus, Nifaroxazide bekerja local pada
saluran pencernaan.
c. Dioctahedral Smetic
suatu aluminosilikat non sistemik berstruktur filitik secara in vitro telah terbukti
dapat melindungi barier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri serta
rotavirus.
d. Obat yang mengeraskan tinja yaitu apulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset
diberikan tiapdiare/bab encer sampai diare berhenti.
e. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase yaitu hidrasec 3 x 1 tab/hari
f. Vitamin dan mineral
g. Aluminiumhidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat empedu.
h. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara
untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI,
2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc
juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi
dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak
usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera
(Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diare
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diare teratasi
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 C, RR : < 40
x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong
- Secara verbal mengerti tentang faktor penyebab
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan
elektrolit
- Pantau intake dan output
- Timbang berat badan setiap
hari
- Berikan asupan nutrisi
makanan dan minuman
dengan modifikasi menarik
sesuai dengan usia anak,
tidak berbau menyengat,
dengan frekuensi sedikit demi
sedikit tapi sering
- Sarankan untuk beristirahat
saat akut
- Kolaborasi pemberian tablet
zink sesuai dosis yang
ditentukan
- Penurunan sisrkulasi volume cairan
menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan
segera untuk memperbaiki deficit
- Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat keluaran
tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
- Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
- Mencukupi kebutuhan nutrisi dalam
tubuh
- Dapat mengurangi motilitas usus
- Zink berperan dalam epitalisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama diare
- Membantu dalam pemantauan kondisi
anak secara klinis dan mengetahui
- kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (feses, urine,
darah)
penyebab diare.
2. Kekurangan volume cairan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam kebutuhan cairan
dalam tubuh adekuat
Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
- mukosa bibir tidak kering, mata tidak cowong, turgor kulit normal
- orientasi kognitif tidak ada gangguan
- TTV normal (anak nadi= 80-110x/mnt; RR=20-30x/ mnt; suhu =37oC)
INTERVENSI RASIONAL
- Observasi TTV, turor kullit,
membrane mukosa dan status
mental
- Beri larutan rehidrasi oral
(LRO) sedikit tapi sering
khususnya bila anak muntah
- Ganti LRO dengan cairan
rendah natrium seperti air,
ASI, formula bebas laktosa
atau setengah lakstosa
- Pantau intake dan output
(urine, feses, emesis)
- Kolaborasi berikan cairan
parenteral, misalnya RL
- Kolaborasi diet regular pada
anak sesuai toleransi
- Hipotensi, takikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap efek
kehilangan cairan
- LRO untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses
- Untuk mempertahankan terapi cairan
- untuk mengetahui keefektifan
intervensi
- Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit
dalam tubuh
- Menguntungkan untuk menurunkan
jumlah defekasi dan penurunan berat
badan serta pemendekan durasi
penyakit.
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal
Kriteria Hasil:
- Intake dan output seimbang
- Turgor kulit baik
- Tidak mual dan muntah
- Mukosa bibir lembab
INTERVENSI RASIONAL
- Catat frekuensi, jumlah dan
konsistensi feses yang keluar
- Pantau masukan dan haluaran
dengan cermat
- Anjurkan penderita untuk
minum banyak (sedikit tapi
sering)
- Jelaskan tentang pembatasan
diet kepada keluarga
(makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas
atau dingin)
- Kolaborasikan pemeriksaan
elektrolit
- Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat dan
infuse
- Memudahkan membuat asuhan
keperawatan secara tepat untuk
intervensi selanjutnya
- Catatan masukan dan haluaran dapat
membantu mendeteksi tanda dini
ketidakseimbangan cairan
- Untuk mengganti cairan yang hilang
- Serat tinggi, lemak, air terlalu panas/
dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan saluran usus sehingga
regulasi keseimbangan elektrolit
terganggu
- Membantu dalam pemantauan kondisi
keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
- Terapi yang tepat dan cepat dapat
mempercepat kesembuhan dan
mencegah komplikasi rutin