Download - LP Diare

Transcript
Page 1: LP Diare

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB,

LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada

semua sistem organ tubuh. (Vivian nanny, 2010).

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu

pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan

struktur biologis (Mansur, 2009).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan

sebagai hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system

organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system

organ tubuh (Vivian nanny, 2010)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007)

B. Ciri – ciri dan Prinsip- prinsip Tumbuh kembang

1. Ciri – ciri tumbuh kembang anak.

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan

disertai perubahan fungsi.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu

tahap perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

1

Page 2: LP Diare

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan

fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.

f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola

sefalokaudal dan pola proksimodistal.

1. Prinsip – prinsip tumbuh kembang.

a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan

perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha melalui belajar.Anak

memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan

pola potensi yang dimiliki anak.

b. Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.Perkembangan

berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

C. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar

kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan, berbahasa

dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang mempengaruhi

proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu :

1. Faktor dalam

a. Ras / etnik dan bangsa

2

Page 3: LP Diare

Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki

faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupannya.

d. Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada

laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-

laki akan lebih cepat.

e. Genetik

Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

f. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.

2. Faktor luar

a. Faktor prenatal

b. Faktor persalinan

c. Faktor pasca salin

D. Aspek – aspek perkembangan yang dipantau

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.

3

Page 4: LP Diare

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

E. Teori Tumbuh Kembang

1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud

Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan pakar

psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan

pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan

bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan

oleh gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya.

Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar

gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa

bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut

dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan.

a. Fase Oral

Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan

kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup

tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya.

Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental

sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat

gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral,

artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan

menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh

pada fase oral.

Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini

akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil

4

Page 5: LP Diare

dituupi biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan

tingkah laku.

b. Fase Anal

Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak

menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic.

Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan

dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini

adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya

mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk

merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini

hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-

benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini

seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main

bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

c. Fase Falik

Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal

antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan

pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar

menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang

negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn

kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase

praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya

berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan

anak sejenis.

d. Fase Laten

Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang

terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa

pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus

berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa.

5

Page 6: LP Diare

Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru

ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih

berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si

anak.

e. Fase Genital

Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir

dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan

yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si

anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.

2. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson

Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia

mengungkapakan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan

pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan

psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama antara

perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis. Erikson membagi

perkembangan manusi dari awal hingga akhir hayatnya menjadi 8 fase dengan

brbagai tugas yang harus diselesaikan pada setiap fase. Lima fase pertama

adalah saat anak tumbuh dan berkembang.

a. Masa Bayi

Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi

sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam

diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia

luar.

b. Masa Balita

Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira

sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk

menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena

itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang

6

Page 7: LP Diare

banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-

kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.

c. Masa Bermain

Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada

umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar

mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai

berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar merencanakan

suatu permainan dan melakukannya dengan gembira.

d. Masa Sekolah

Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak

mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut

perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia

mulai senang untuk belajar bersama.

e. Masa Remaja

Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun

masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis

menjadi sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai

figure identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu

per satu.

3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget

Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif.

Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu

orientasi yang egosentrik, kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki

dunia sosial. Piaget membagi perkembangan menjadi empat fase:

a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun)

Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat

pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik,

7

Page 8: LP Diare

fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya dan dibekali dengan

keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya.

b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun)

Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif.

Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan

kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan

bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak

makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal

balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa.

c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya

menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan teman-

temannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya

sendiri.

d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)

Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf

kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini

memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang

lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.

8

Page 9: LP Diare

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIARE

A. DEFINISI

Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai

mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih

dalam sehari.

Menurut Soebagyo, (2008) diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali per

hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau

dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B. KLASIFIKASI

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

kelompok yaitu:

1. Diare akut ; yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari

(umumnya kurang dari tujuh hari)

2. Disentri ; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya

3. Diare persisten ; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari

secara terus menerus

4. Diare dengan masalah lain : anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi

atau penyakit lainnya. Diare akut dapat mengakibatkan:

Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan

dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia

Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai

akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah

9

Page 10: LP Diare

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare

dan muntah (Soegijanto, 2002).

C. ETIOLOGI

Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:

1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,

Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio

eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens,

Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp,

Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.

2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis, Isospora sp) dan Cacing (A. lumbricodes, A. duodenale,

N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T.

saginata dan T. solium)

3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.

D. MANISFESTASI KLINIS

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat

kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah,

panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-

muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa

secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan

nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan

kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot

atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang

menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam

10

Page 11: LP Diare

(pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang

berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120

x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,

muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium

pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan

menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria atau anuria. Bila

keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut

yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan awalnya anak

cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin

disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare.

Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai

nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja

yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang

melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare

menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

Tingkat Dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit kurang elastis, suara serak, klien belum pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat

11

Page 12: LP Diare

Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti

tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis

sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

E. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari

diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macamkelainan pokok yang

berupa :

1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)

Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat

menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga

cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang

terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.

Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di

jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon.

Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada

permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang

peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon

saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa.

usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan

glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga dapat menyebabkan

terjadinya diare.

2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive

diarrhea)

Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus

makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam

keadaan yang cukup tercerna. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya

berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat

12

Page 13: LP Diare

hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat.

Motilitas usus merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan lokal

mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme

berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang

kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan

absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi

karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini

dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga

dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun kholera

atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain

uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos

usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu

mekanisme yang sangat kompleks.

3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).

Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi

kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya

malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan

kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat

menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada umumnya

sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim laktase.

Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami

hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri

dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi

seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang

lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah yang

secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare.

Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai

defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase)

dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat

13

Page 14: LP Diare

terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa

usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya

tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air.

F. PATHWAY

14

Page 15: LP Diare

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

15

Page 16: LP Diare

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah

atau astrup, bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, Fosfat.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum, untuk mengetahui jasad renik

atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang

cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena

tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah

bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia

dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) atau Kaen 3 B. Pada keadaan

diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk

mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus

sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan

cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni: 

* diare ringan, kebutuhan cairan      = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan     = 8% x kg BB

* diare ringan, kebutuhan cairan      = 10% x kg BB

16

Page 17: LP Diare

Metode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg) Umur PWL NWL CWL

Total

Kehilangan

Cairan

     < 3

    3-10

    10-15

    15-25

 < 1 bln

 1 bln-2 thn

 2-5 thn

 5-10 thn

150

125

100

080

125

100

080

025

25

25

25

25

300

250

205

130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL   : Previus Water Lose (ml/kgBB)         = cairan muntah

NWL  : Normal Water Lose (ml/kgBB)     = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL  : Concomitant Water Lose (ml/KgBB)   = cairan diare dan muntah yang terus menerus

Penilaian dehidrasi penderita diare :

Yang dinilai A B C1. Riwayat:

- diare- muntah- rasa haus- berkemih

< 4 x/hari cairsedikit/tidaknormalnormal

4-10 kali/hari cairbeberapa kalilebih, haus sekialisedikit gelap

. 10 kali/hari cairsangat seringtidak dapat minumtidak ada dalam 6 jam

2. Periksa:- Keadaan umum

- Air mata- Mata-- Mulut/lidah- Nafas

Sehat, sakit

AdaNormal

BasahNormal

Tampak sakit, mengantuk, lesu, rewelTidak adaCekung

KeringAgak cepat

Sangat mengantuk, tidak sadar, lemahTidak adaKering, sangat cekungSangat keringCept dan dalam

17

Page 18: LP Diare

3. Raba- kulit (dicubit)

- denyut nadi- ubun ubun

Kembali normal

NormalNormal

Kembali lambat

Agak cepatcekung

Kembali sangat lambatSangat cepat, lemah, tidak teraba

4. Kehilangan- berat badan < 40 gram/kgBB 40-100 g/kgBB > 100 g/KgBB

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang

bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak

diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,

sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena

banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:

Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1

ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

o 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1

ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

o 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

o 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes)

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

o 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

18

Page 19: LP Diare

o 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

o 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

o Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis

cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

o Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =

15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10%

+ 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Dietetik

Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap

dipertahankan yang meliputi:

1)         Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)

2)         Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

3.         Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

1)         Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

2)         Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

3)         Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat keperawatan

Riwayat penyakit sekarang : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu

tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.

19

Page 20: LP Diare

Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak

air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada

bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,

selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali

dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi

dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-

kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,

psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare.

Pada penderita kurang gizi serangan diare lebih sering terjadi karena

semakin buruk keadaan gizi bayi maka semakin sering dan berat diare

yang diderita. Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan dimana sebagian besar penularan melalui fekal oral yang

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih dan jamban yang keluarga

yang memenuhi syarat. Faktor susunan makanan juga berpengaruh

terhadap terjadinya diare yang disebabkan karena kemampuan usus dalam

mencerna makanan. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat imunisasi juga

sangat berpangaruh terhadap diare.

e. Riwayat psikososial keluarga

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi

keluarga. Kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur

dan pengobatan anak. Setelah menyadari penyakit anaknya mereka akan

bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

f. Kebutuhan dasar

20

Page 21: LP Diare

o Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4

kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

o Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan

penurunan berat badan pasien.

o Pola tidur : pola dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

o Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

o Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen.

g. Pemerikasaan fisik.

1) Pemeriksaan psikologis

keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma,

suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

2) Pemeriksaan sistematik

Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut

dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastic

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang

4) Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi

sehingga berat badan menurun.

5) Pemeriksaan penunjang

6) Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu

untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan

21

Page 22: LP Diare

a. Kurangnya  volume cairan berhubungan dengan sering buang air besar

dan encer.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare.

e. Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi

dan kondisi sakit.

f.

22

Page 23: LP Diare

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC1. Kurangnya  volume

cairan berhubungan dengan sering buang air besar dan encer.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan mempertahankan rehidrasi yang adekuat dengan kriteria hasil :1. Keseimbangan cairan dapat

dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai usia, capillary kurang dari 2 detik, membrane mukosa lembab

2. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.

3. Bab 1-2 kali perhari dengan konsistensi tidak cair.

4. Intake dan out put seimbang.

1. Kaji status hidrasi, ubun- ubun, mata, turgor kulit, membran mukosa, tingkat kesadaran, waktu pengisian kapiler beritahukan segera kepada dokter mengenai perubahan – perubahan signifikan pada status anak.

2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan3. Monitor tanda – tanda vital tiap shiff.4. Timbang berat badan tiap hari.5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai

program, elektrolit, Ht, ph, dan pemeriksaan kultur feses.

6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit sesuai program (dengan oralit dan caiaran parenteral bila indikasi).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien memperoleh nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil :1. Anak dapat mengkomsumsi nutrisi

yang ditentukan.2. Dapat mempertahankan masukan

atau asupan nutrisi yang adekuat.

1. Timbang berat badan setiap hari.2. Observasi dan catat respon pemberian

makanan3. Lakukan kebersihan mulut setiap habis 

makan4. Monitor intake dan output tiap shiff5. Intruksikan ibu menyetujui untuk

23

Page 24: LP Diare

3. Dapat menunjukan penambahan berat badan atau stabil.

melanjutkan  pemberian ASI.6. Hindari pemberian diet dengan pisang,

beras, apel atau teh karena diet ini rendah energi, protein dan elektrolit, terlalu tinggi dalam karbohidrat.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit dengan kriteria hasil :1. Tidak menunjukan tanda – tanda

kerusakan kulit yang ditandai dengan kulit utuh, tidak lecet dan tidak merah.

1. Kaji kerusakan kulit dan iritasi setiap BAB 2. Ganti popok atau kain pengalas dengan

sering setiap habis BAB/ BAK. 3. Bersihkan bokong dengan perlahan – lahan

dengan sabun lunak non alkalis.4. Biarkan daerah bokong terbuka terhadap

udara sebanyak mungkin.5. Hindari penggunaan tissue basah yang

dijual bebas yang mengandung alcohol.6. Berikan obat anti jamur yang tepat untuk

melindungi kulit dari iritasi. 7. Hindari penggunaan talk dan penggunaan

pampers.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan pengetahuan orang tua klien bertambah dengan kriteria hasil :1. Orang tua dapat memahami cara

perawatan anak dirumah.2. Orang tua dapat berpartisipasi

1. Kaji tingkat pemahaman orang tua.2. Ajarkan prinsip diet dan control diare. 3. Ajarkan pada orang tua akan pentingnya

cuci tangan untuk menghindari kontaminasi. 4. Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan

pengobatan.

24

Page 25: LP Diare

diare. dalam perawatan anak. 3. Dapat memahami kegunaan

pemeriksaan medis lanjut.

5. Jelaskan pentingnya kebersihan

5. Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan cemas berkurang dengan kriteria hasil :1. Anak atau orang tua menunjukkan

rasa cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak, bertanya pada perawat atau dokter  tentang kondisi dan klasipikasi dan anak tidak menangis.

2. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak mungkin

1. Berikan rasa nyaman pada anak .2. Libatkan keluarga dalam  perawatan3. Ajak bermain dan berbicara pada anak

sebanyak mungkin.4. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang

sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya.

5. Berikan informasi yang jelas untuk keluarga klien tentang kondisi penyakit klien

25

Page 26: LP Diare

DAFTAR PUSTAKA

Craft-Rosenberg, Martha & Smith, kelly, 2010, Nanda Diagnosa Keperawatan, Digna

Pustaka, Yogyakarta

Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat &Bidan).

Jakarta: Salemba Medika 

Price & Wilson, 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,

Ed.4, EGC, Jakarta

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-

6. Jakarta: EGC.

Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta : UNSPress.

Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Supartini, Yupi. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suratmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia

Wong.L Donna dkk, 2008, Keperawatan Pediatrik, Volume 2, Edisi 6, EGC, Jakarta

26


Top Related