LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
KELAS IV SD NEGERI KEBONROMO 5
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
SUGIHARTO
NIM X8806524
PROGRAM PJJ S-1 PGSD
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
DESEMBER, 2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Make A
Match Dalam Meningkatkan Keaktifan
Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas IV SD
Negeri Kebonromo 5
Tahun Pelajaran 2009/2010
2. a. Mata Pelajaran
b. Bidang Kajian
IPA
Model pembelajaran Make A Match
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIM
c. Program Studi
d. Jurusan
e. Fakultas
f. Institut/Univertas
g. Alamat rumah:
h. Nomor telepon/HP
Email:
SUGIHARTO
X8806524
PJJ S-1PGSD
Ilmu Pendidikan
FKIP
Sebelas Maret Surakarta
Asri, Rt. 17, Srimulyo, Gondang, Sragen.
081329960316
4. Lama Penelitian 6 Bulan/dari bulan Juli 2009 sampai dengan
Desember 2009
5. Biaya yang diperlukan: --
iii
Surakarta, Desember 2009
Mengetahui : Peneliti, Kerpala Sekolah Yatmanto, S,Pd Sugiharto NIP 19580424 197911 1 005 NIM X8806524
Mengetahui
a.n Dekan FKIP UNS
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP 19660415 199103 1 002
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Make A Match Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran IPA
Kelas IV SD Negeri Kebonromo 5 Tahun Pelajaran 2009/2010”
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing Supervisor
Dra. Siti Istiyati, M.Pd Yatmanto, S,Pd NIP 19610819 198603 2 001 NIP 19580424 197911 1 005
v
ABSTRAK
Sugiharto 2009: Penelitian Tindakan Kelas (PTK). “Penerapan model pembelajaran Make A Match dalam meningkatkan keaktifkan siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Tujuan penelitian ini untuk memberi jawaban masalah keaktifan siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5. Adapun yang menjadi permasalahan adalah:
- Hasil prestasi pembelajaran IPA rendah. - Kurangnya penggunaan media pembelajaran. - Dari permasalahan di atas dapat teratasi dengan memaksimalkan
penggunaan media pembelajaran. - Menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Make A
Match. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia pendidikan yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan dua siklus. Tiap siklus dengan
langkah-langkah: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap analisis serta refleksi.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diketahui perbandingan prestasi belajar siswa sebelum siklus 1 dan setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Hasil Nilai Formal KKM Sebelum Siklus I Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 57 57,61 72,85 81,66 Prosentase 58% 73% 82%
Dengan perubahan hasil yang telah dicapai dapat disimpulkan bahwa
pendekatan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
limpahan taufiq, hidayah dan kasih sayang-Nya semata penulisan Laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya dengan tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Direktur LPMPTK Jakarta, Selaku Pimpinan yang telah berjasa dalam
mengemban amanah untuk pengembangan Program Pendidikan Jarak Jauh
S-1 PGSD.
2. Bapak Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Koordinator Progaram PJJ S-1
PGSD, Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu yang bermanfaat.
3. Dra. Siti Istiyati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat terselesaikan.
4. Yatmanto, S.Pd Guru Pamong/Kepala SD Negeri Kebonromo 5, Kec.
Ngrampal, Kab. Sragen yang telah berkenan memberikan arahan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran.
5. Segenap Mahasiswa Program PJJ S-1 PGSD yang telah memberikan
dorongan semangat untuk menyelesaikan studi.
6. Isteri tersayang yang senantiasa mendukung, dan mendo’akan.
7. Rekan seprofesi yang telah memberikan bantuan apa saja sehingga penulis
dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Dan semoga amal ibadahnya diterima dalam naungan ridla-Nya.
Penulis menyadari akan segala keterbatasan, sehingga penulisan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
senantiasa penulis nantikan.
Surakarta, Desember 2009
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ......................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................. 5
B. Penelitian yang Relevan ........................................ 24
C. Kerangka Pikir ............................................................................. 24
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 26
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 27
B. Subyek penelitian ......................................................................... 27
C. Prosedur penelitian ...................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 35
B. Pembahasan ................................................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 40
B. Saran ............................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 41
viii
DAFTAR TABEL
No Nama Uraian Hal Ket
1 Tabel IV.1 Hasil Pra Siklus & Siklus I 35
2 Tabel IV.2 Rekapitulasi Hasil Pra Siklus & Siklus I 36
3 Tabel IV.3 Hasil Siklus II 37
4 Tabel IV.4 Rekapitulasi Hasil Siklus II 38
ix
DAFTAR GAMBAR
No Nama Uraian Hal Ket
1 Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran 25
2 Gambar III. 1 Siklus I & 2 34
3 Gambar IV. 1 Grafik Hasil Pra Siklus & Siklus I 36
4 Gambar IV. 2 Grafik Hasil Siklus II 38
x
LAMPIRAN
No Nama Uraian Hal Ket
1 Lampiran A Perangkat Pembelajaran 42
2 Lampiran B Instrumen Penelitian 47
3 Lampiran C Personalia Penelitian 59
4 Lampiran D Curriculum Vitae Peneliti 60
5 Lampiran E Data Penelitian 61
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mutu Pendidikan Nasional akan menjadi barometer sumber
daya manusia terutama generasi penerus. Apabila kita menginginkan
generasi penerus yang aktif, kreatif, inofativ, mandiri, dan demokratis
yang bertumpu pada akhlak mulia seperti yang tercantum pada
Undang-Undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Untuk merealisasikan hal tersebut di atas, pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar bertujuan untuk meningkatakan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM). Dengan meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, diharapkan prestasi belajar siswa juga akan
meningkat, khususnya pembelajaran IPA kelas IV SDN kebonromo 5,
dan umumnya mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar.
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dengan menerapkan
berbagai model pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
xii
Berdasarkan pengamatan di lapangan pada umumnya Guru
Sekolah Dasar masih mendominasi penggunaan metode ceramah,
minimnya alat peraga dan media. Sehingga prestasi belajar siswa
rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami terapkan model
pembelajaran Make A Match, dan memaksimalkan penggunaan
alat peraga yang mendukung serta penggunaan metode yang
bervariasi. Dengan harapan proses belajar mengajar berjalan
dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta prestasi
belajar siswa lebih baik.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah.
Selama ini pembelajaran di Sekolah Dasar masih berpusat pada
guru (Teacher Centre), sehingga siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat keterangan guru, kemudian
mengerjakan tugas atau LKS.
Dengan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan:
“Apakah penerapan model pembelajaran MAKE A MATCH dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV
SDN Kebonromo 5?”
2. Pemecahan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan pada rumusan masalah
diatas dapat teratasi dengan menyusun beberapa langkah yang
akan diambil yaitu:
1. Membuat rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan
model Pembelajaran Make A Match.
xiii
2. Membuat rencana kegiatan siswa yang mengacu pada
model pembelajaran Make A Match.
3. Menyediakan media pembelajaran yang berupa mainan yang
sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan
model pembelajaran Make A Match, penilaian proses, refleksi
dan refisi
5. Membuat tes berupa soal yang mengacu pada materi
pembelajaran, tiap siklus.
6. Membuat kriteria penilaian kegiatan belajar siswa.
7. Melakukan analisis kemajuan siswa pada tiap siklus.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan
hal-hal yang berguna bagi kemajuan pendidikan yaitu :
1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kealtifan siswa
dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Make A Match siswa kelas IV SD Negeri Kebonromo
5, Kecamatan Ngrampal, Kab. Sragen.
2. Menentukan langkah-langkah untuk mengorganisasi pelaksanaan
pembelajaran IPA Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran
Make A Match.
3. Mengkaji kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan Model
Pembelajaran Make A Match.
4. Mencapai solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang
dihadapi dalam menerapkan Model Pembelajaran Make A
Match.
D. Manfaat Penelitian
xiv
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia
pendidikan yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti agar dapat
mengembangkan ilmu yang didapat dibangku kuliah sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, terutama
dalam pengembangkan dunia kehidupan. Selain itu juga sebagai
sumbangan pemikiran dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran di Sekolah Dasar terutama pelajaran IPA dan
umumnya pada pelajaran yang ada di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Model Pembelajaran Make A Match dapat memotivasi
keaktifan siswa pada kegiatan belajar mengajar,
sehingga nilai prestasi belajar juga meningkat, khususnya
mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5,
Kecamatn Ngrampal, Kab. Sragen.
2) Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan.
3) Tercapainya prestasi yang lebih baik
b. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat memperluas wawasan guru Sekolah
Dasar, terutama dalam memilih dan menerapkan modek-
model pembelajaran yang tepat, terutama
pembelajaran mata pelajaran IPA.
2) Terjapainya tujuan Pembelajaran yang diinginkan.
3) Meningkatnya profesi yang lebih profesional.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini, bisa sebagai salah satu ajuan dan motivasi
bagi Sekolah Dasar dalam usaha mengembangkan model-
xv
model pembelajaran sehingga akan membawa dampak
pada peningkatan dan kemajuan sekolah dalam prestasi
belajar meningkatkan kwalitas pendidikan.
xvi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pada tinjauan pustaka ini akan membahas tentang hakekat
belajar, hakekat pembelahar IPA di Sekolah Dasar, model-model
pembelajaran, Model Pembelajaran Make A Match.
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
berasal dari hasil pengalaman dan latihan, belajar akan timbul
apabila seseorang menemui situasi yang baru kemudian situasi
yang baru itu akan dihadapi dengan menggunakan
pengalaman yang dimiliki. Keberhasilan belajar dipengaruhi
dengan minat, keinginan, motivasi, tujuan, dan situasi saat itu.
Hilgard dan Bower ( Theories of Learning. 1975 ) dalam
Ngalim Purwanto (1990 : 84) belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku terhadap situasi tertentu yang
disebabkan pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi
itu. Perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau atas
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,
atau keadaan sesaat.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono
(1994 : 9) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
xvii
mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Pengertian belajar juga
dirumuskan oleh Kimble Singgih D Gunarso (1990 : 119). Belajar
adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan
penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena
kematangan , kelelahan, dan kerusakan sistem saraf.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses diri siswa
secara aktif dan kontinyu baik jasmani dan rohani dalam
menanggapi suatu informasi yang baru untuk menghasilkan
perubahan-perubahan baik efektif, konitif, motorik, dan sikap.
Perubahan itu bersifat konstan dan menetap sehingga perlu
adanya minat dan motivasi.
b. Komponen Belajar
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono ( 1994 : 11)
ada tiga komponen penting dalam belajar yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut
dilukiskan dalam bagan sebagai berikut:
Kondisi Internal Belajar
Keadaan internal dan proses kognitif siswa
(minat, bakat, sehat, sakit, kecerdasan, dll)
Kondisi Eksternal Belajar
Stimulus dari lingkungan
Hasil Belajar:
- Informasi verbal - Keterampilan intelek - Keterampilan
motorik - Sikap
xviii
Berinteraksi dengan
Bagan di atas menjelaskan bahwa belajar merupakan
interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulus dari lingkungan terjadi dalam pembelajaran
sehingga menghasilkan hasil belajar atau kapabilitas yaitu
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap, dan siasat kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan.
Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk
perhubungan dengan lingkungan, mempresentasikan konsep,
dan lambang. Keterampilan motorik adalah kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani, Sikap adalah kemauan
untuk menerima dan menolak suatu obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut. Sedang strategi kognitif
adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan dan kaidah dalam memecahkan masalah.
c. Faktor-gaktor yang mempengaruhi Belajar
Acara
xix
Menurut Slameto (1995:54–72) berpendapat ada dua
hal yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
1) Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri
individu yang sedang belajar, diantaranya faktor jasmani,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmani
misalnya intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan,
dan lain-lain. Sedang faktor kelelahan ada dua macam
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
2) Faktor ekstern adalah faktor belajar yang berada di luar
individu yang sedang belajar. Faktor ini biasa disebut
faktor lingkungan, yang terdiri dari faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor keluarga yang dapat mempengaruhi belajar
misalnya cara orang tua mendidik. Hubungan antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga. Latar
belakang kebudayaan keluarga, dan lepedulian orang tua
terhadap pendidikan, latar belakang pendidikan orang tua,
serta lingkungan tempat anak tinggal.
Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar
misalnya metode mengajar, kurikulum, hubungan antara guru
dengan murid dan murid dengan murid, kedisiplinan sekolah,
sarana prasarana belajar, kondisi fisik sekolah, standar
pelajaran dan lain-lain.
Faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi belajar
diantaranya Kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
xx
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Kata “IPA” merupakan terjemahan dari kata-kata
bahasa Inggris “Natural Science” atau secara singkat sering
disebut Science. Natural artinya alamiah, berhubungan
dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam. Science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah dapat
disebut pengetahuan tentang alam atau ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhuhungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP: 13) Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Webster’s: New Lollegiate Dictionary dalam Srini M.
Iskandar (1997: 2) menyatakan natural science knowkedge
concerned with the physical world and its phenomena yang
artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang
alam dan gejala-gejalanya. Menurut Purnell : Concise
Dictionary of Science dalam Srini M. Iskandar (1997 : 2 )
menyatakan “Science broad field of human knowledge.
Acquired by systematic observation and experiment.
Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan
IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk bagi lingkungan. Untuk itu penerapan IPA bagi siswa
xxi
tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat ) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan keompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
b. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan
empiric dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para
ilmuwan selama berabad - abad. Bentuk Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta-fakta merupakan hasil
dan kegiatan empiric dalam IPA sedang konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasih dari
kegiatan analitik.
Fakta adalah pernyataan-pemyataan tentang benda-
benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta
IPA serta merupakan penghubung antara fakta-fakta yang
ada hubungannya. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang
hubungan diantara konsep-konsep IPA. Sedang teori ilmiah
merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-
konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhuhungan. Suatu
teori merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh
Ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Prinsip-prinsip IPA,
hukum alam, dan teori dapat berubah jika ada bukti-bukti baru
yang berlawanan dengan hal tersebut.
c. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses
xxii
IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan
pengetahuan atau fakta-fakta. tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk tetapi
juga merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. Dalam memahami IPA selain
mengetahui fakta-fakta juga memahami proses IPA, yaitu
memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan
memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk
mempretasikannya. Para ilmuwan mempergunakan berbagai
prosedur empiric dan prosedur analitik dalam usaha untuk
memahami alam semesta. Prosedur - prosedur tersebut disebut
proses ilmiah atau proses sains dalam hal ini memerlukan
keterampilan proses IPA.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang
dilakukan oleh para ilmuwan yang diantaranya mengamati,
mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesa, membuat grafik dan tabel data,
membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.
d. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Paolo dan Marten dalam Srini M. Iskandar (1997 : 15 )
mendifinisikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak meliputi
mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang
diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji ramalan-
ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten
menegaskan dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap
bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-
model yang kita punyai tentang alam sejalan dengan
xxiii
penemuan yang kita dapat. memodifikasi materi IPA.
keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan kita latihkan
dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (science inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir , bekerja. dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah
Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap Ilmiah. untuk mewujudkan
pembelajaran IPA yang mengkondisikan siswa dapat
rnempunyai sikap dan kemampuan berpikir ilmiah tidaklah
mudah. Guru perlu mempunyai dan menguasai berbagai
macam strategi dan pendekatan pembelajaran. Srini M.
Iskandar (1997 : 68 ) menyebutkan pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar dibedakan menjadi dua yaitu Pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri dan pendekatan STM.
1. Pembelajaran dengan Inkuiri
Webster’s: New Collegiate Dictionary dalam Srini M.
Iskandar mengatakan kata inkuiri (“inquiry”) berarti
pertanyaan atau menyelidiki. Sedang Piaget dalam Srini M.
Iskandar meberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai
pendidikan yang dipersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan
yang mereka ajukan.
Kuslan dan Stone, 1986 dalam Srini M. Iskandar
mendifinisikan pembelajaran inkuiri sebagai pengajaran
dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa
xxiv
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Lebih
lanjut mengatakan hahwa pembelajaran inkuiri
mempunyai karakteristik yaitu:
1) Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA
2) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu
dalam waktu tertentu.
3) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih
dahulu dan tidak ada dalam buku pelajaran.
4) Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan
“mengapa dan bagaiman kita mengetahui” serta
“betulkah kesimpulan ini”.
5) Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga
terlihat kernungkinan masalah dapat dipecahkan oleh
siswa.
6) Hipotesa dirumuskan oleh siswa.
7) Siswa mengusulkan cara pengumpulan data,
melakukan eksperimen. observasi, membaca, dan
menggunakan sumber lain.
8) Siswa melakukan penelitian, secara individu atau
kelompok untuk pengumpulan data dalam menguji
hipotesa.
9) Siswa mengolah data dan sampai menemukan
kesimpulan sementara.
2. Pembelajaran dengan STM
STM atau Sains-Teknologi-Masyarakat adalah
pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman manusia. atau dalam arti STM diberikan untuk
menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan sains
dan pendalaman sains.
xxv
Dalam pembelajaran STM siswa harus diikut sertakan
dalam penentuan tujuan, prosedur perencanaan, dan
dalam usaha mendapatkan informasi dan mengevaluasi.
Yang menjadi Tujuan utama STM adalah siswa setelah lulus
sekolah menjadi warga negara yang mampu mengambil
keputusan tentang masalah-masalah di dalam masyarakat
dan mengambil tindakan sebagai akibat menekankan
pentingnya sains dan teknologi.
3. Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995 : 57). Dalam
hal ini kondisi pembelajaran pendidikan formal harus
mampu memaksimalkan peluang bagi siswa untuk
berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar
menyampaikan pengetahuan dan membentuk
keterampilan saja. Bila pembelajaran hanya proses
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan saja
maka kualitas pembelajaran akan menurun.
Menurut Gagne dalam Purwanto (1989 ) pembelajaran
adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar
sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar
(event of learning), yaitu cara atau kegiatan untuk
terjadinya peruhahan tingkah laku siswa. Peruhahan
tingkah laku itu dapat terjadi apabila adanya interaksi
antara siswa dan lingkungan.
xxvi
Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan
baik. berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan
penting serta menanamkan kebiasan untuk berpikir.
(Sixer, 1992). Lebih lanjut Sixer mengatakan bahwa
sistem pembelajaran dan pengajaran yang baik
adalah pencapaian intelektual yang berasal dan
partisipasi aktif merasakan pengalaman-pengalaman
yang bermakna, pengalaman yang memperkuat
hubungan antara sel-sel otak yang sudah ada dan
membentuk hubungan saraf baru.
Menurut aliran Behavioristik pembelajaran adalah
pemberian stimulus kepada siswa sehingga
menimbulkan respon seperti yang kita inginkan dengan
tepat sesuai tujuan. Sedang menurut aliran psikologi
kognitif pembelajaran adalah pengaktifan indera siswa
agar siswa memperoleh suatu pemahaman (insight).
Pemahaman yang diperoleh ini sangat dipengaruhi
oleh intelegnsi siswa, pengalaman siswa, taraf
kompleksitas, dan trial and error (memecahkan
masalah baru dengan percobaan). Menurut Grouper
dalam Suwalni dan Sholleh (1984: 5 - 7) mengatakan
ruang lingkup pembelajaran tidak terbatas pada
prosedur kegiatan melainkan juga materi atau paket
untuk kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya Grouper
mengatakan bahwa setiap tingkah laku perlu
dipraktekkan karena pengalaman murid menunjukkan
perlunya adanya hubungan antara strategi
pembelajaran dengan tujuan belajar agar diperoleh
langkah-langkah yang efesien dan efektif.
xxvii
Dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar
yang di dalamnya terdapat siswa sebagai obyek dan
guru sebagai fasilitator yang memungkinkan terjadi
perubahan yang baik pada diri siswa baik perubahan
afektif, kognitif, dan psikomotoriknya.
b. Model Pembelajaran
Model mempunyai arti benda atau barang tiruan.
Dalam pengertian lain model adalah kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan.
Menurut Tuti Sukamto dan Udin Saripudin (1998 : 78)
menjelaskan model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk
menncapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar yang
merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar.
Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1986 dalam Tuti Sukamto
dan Udin Saripudin (1998 : 79 ) mengatakan hakikat
mengajar “teaching” adalah membantu pelajar
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara
berfikir, cara unjuk diri, dan cara-cara belajar
bagaimana belajar. Lebih lanjut Joyce dan Well
mengatakan hasil akhir dari proses belajar mengajar
adalah “ the students increased capabilities to learn
more easily and effectively in the future” kemampuan
siswa yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan
xxviii
lebih efektif dimasa yang akan datang. Dari hal ini
kemudian Joyce dan Weil mengelompokkan model
pembelajaran menjadi empat katagori yaitu 1)
kelompok Model Pengolahan Informasi “ The
Information Processing Family”, 2) Kelompok Model
Personal “The Personal Family”, 3) Kelompok Model
Sosial” The Social Family” dan 4) Model Sistem Prilaku”
The Behavioral System Family”.
1) Kelompok Model Pengolahan Informasi
Model Belajar Mengajar Pengolahan Informasi ini
pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara
memperkuat dorongan internal ( dari dalam diri )
manusia untuk memahami dunia dengan cara
menggali dan mengorganisasi data, merasakan
adanya masalah dan upaya pemecahannya,
serta mengembangkan bahasa untuk
mengungkapkannya. Contoh model kelompok
belajar mengajar ini misalnya Model Pencapain
Konsep, Model Berpikir lnduktif, Model Latihan
Penelitian, Model Pemandu Awal, Model
Memorisasi, Model Pengembangan Intelek, dan
Model Penelitian llmiah.
2) Kelompok Model Personal
Kelompok Model Personal menitikberatkan pada
perseorangan atau individu dan berusaha
menggalakkan kemandiriannya yang produktif
sehingga manusia menjadi sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya. Yang
termasuk kelompok model pembelajaran ini
adalah pengajaran Tanpa Arahan, Model Sinektiks,
xxix
Model Latihan Kesadaran, dan Model Pertemuan
Kelas.
3) Kelompok Model Sosial
Kelompok Model Sosial ini menitikberatkan pada
fenomena kerja sama. Kerjasama manusia dapat
membangkitkan dan menghimpun tenaga secara
bersama sehingga belajar bersama dapat
membantu berbagai proses belajar Joyce dan Weil
dalam Tuti Sukamto dan Udin Saripudin (1998: 81).
Yang termasuk model pembelajaran ini misalnya
Model Investigasi Kelompok, Model Bermain Peran,
Model Penelitian Yurispondensi, Model Laboratoris,
dan Model Penelitian Ilmu Sosial.
4) Kelompok Model Sistem Perilaku
Dasar dan kelompok Model ini adalah sistem
komunikasi yang mengoreksi sendiri atau self-
corecting communication systems yang
memodifikasi perilaku dalam hubungannya
dengan bagaimana tugas-tugas dijalankan
dengan sebaik-baiknya. Model pengajaran ini
menitikberatkan pada perilaku yang terobservasi
dan metode dan tugas yang diberikan dalam
rangka mengkomunikasikan keberhasilan. Yang
termasuk kelompok model pembelajaran ini
adalah Model Belajar Tuntas, Model Pembelajaran
Langsung, Model Belajar Kontrol Diri, Model Latihan
pengembangan Keterampilan dan Konsep, dan
Model Latihan Asertif
Menurut Bruce Joyce dan Marshal Weil. 1986
dalam Tuti Sukamto dan Udin Saripudin (1998 : 83)
xxx
setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur.
Unsur-unsur itu adalah sintakmatik, sistem sosial,
prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
instruksional dan pengiring
1) Sintakmatik, adalah tahap-tahap kegiatan
yang akan dilakukan dari model pembelajaran
tersebut.
2) Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan
norma yang berlaku pada model
pembelajaran tersebut.
3) Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang
menggambarkan bagaimana seharusnya guru
melihat dan memberlakukan para pelajar,
termasuk bagaimana seharusnya guru
memberikan respon terhadap mereka. Prinsip
ini memberi petunjuk bagaiman pengajar
menggunakan aturan pennainan yang berlaku
pada model pembelajaran.
4) Sistem pendukung adalah segala sarana,
bahan, dan alat yang diperlukan untuk
melaksakan model pembelajaran.
5) Dampak intruksional dan pengiring, dampak
intuksional adalah hasil belajar yang dicapai
langsung mengarahkan pelajar pada tujuan
yang diharapkan. Sedang dampak pengiring
adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan
dari suatu proses belajar megajar atau sebagai
akibat dari suasana belajar yang dialami
langsung para pelajar tanpa arahan pengajar.
4. Model Pembelajaran Make A Match
xxxi
Dalam pelaksanaan suatu penelitian tentu kita mengkaji
pendapat. Pendapat-pendapat para ahli mengenai
masalah yang kita telili. Dengan pendapat-pendapat
tersebut kita mempunyai pedoman untuk menentukan
langkah selanjutnya. Berikut ini kita akan mengkaji pendapat
para ahli mengenai: ”Model Pembelajaran MAKE A MATCH”
1. Hakekat pembelajaran Make a Macth
a. Pengertian Make a Match
Make a Match adalah teknik belajar mengajar
mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994).
b. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang
rnenyenangkan. ‘Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
c. Kelememahan pembelajaran Make a Match
Waktu yang tersedia perlu dibatasi, jangan sampai
siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran.
d. Bentuk pembelajaran Make a Match guna
meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kelas, guru menerapkan metode pembelajaran
Make a Match. Metode Make a Match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode
ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
xxxii
mencocokkan karturnya diberi poin. Teknik metode
pembelajaran Make a Match atau mencari
pasangan dikemhangkan oleh Lorna Curran (1994).
Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Langkah-langkah penerapan
metode Make a Match sebagai beikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review. satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawahan.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu
yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu
yang bertuliskan nama tumbuhan dalam Bahasa
Indonesia akan berpasangan dengan nama
tumbuhan dalam Bahasa Latin (ilmiah).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya
dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati
bersama.
7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelurmnya, demikian seterusnya.
xxxiii
8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa
lainnya yang memegang kartu yang dikocok.
9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.
2. Hakekat keaktifan siswa
a. Pengertian Keaktifan
Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil
kartu, tampak sebagian besar siswa bersemangat
dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah
siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing
tampak rnemikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya
ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan
rnencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu
jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi
antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam
kelompok untuk membahas kembali soal dan
jawaban. Guru membimbing siswa dalam
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang
telah dicocokkan oleh siswa.
Pada penerapan metode Make a Match. diperoleh
beberapa temuan bahwa metode Make a Match
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada
di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik
dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri
dari pembelajaran kooperatif seperti yang
dikemukakan Lie (2002 : 30) bahwa, “Pembelajaran
xxxiv
kooperarif ialah pembelajaran yang menitikberatkan
pada gotong-royong dan kerja sama kelompok.”
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya
guru untuk menarik perhatian sehingga pada
akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi
siswa dalam diskusi. hal ini sejalan dengan pendapat
Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat
hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa
yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran
tertentu. dan motivasi belajar dapat ditujukan kearah
kegiatan-kegiatan kreatif.
b. Faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa
Keaktifan siswa dipengaruhi oleh adanya pembagian
kartu yang harus mencari pasangan dengan teman
yang membawa kartu sesuai dengan yang ia bawa,
sehingga asyik, aktif dan menyenangkan.
Psikologi Gestal dalam Ngalim Purwanto,(1990:46)
berpendapat, berpikir merupakan keaktifan psikis
yang abstrak yang prosesnya tidak bisa diamati
dengan indra manusia. Aliran ini menggambarkan
proses berpikir sebagai berikut: “Jika dalam diri
manusia timbul suatu masalah yang harus
dipecahkan maka yang terjadi dahulu adalah suatu
skema atau bagan yang masih kabur. Bagan itu lalu
dipecahkan dan dibanding-bandingkan dengan
skema. Setelah muncul bagian yang dicari maka apa
yang dicari telah ditemukan masalah yang dihadapi
telah terpecahkan.
Berdasarkan teori Gestalt maka para ahli psikologi
menyimpulkan bahwa proses berpikir pada taraf
xxxv
tingkat tinggi pada umumnya melalui beberapa
tahap yaitu:
1. Timbulnya masalah kesulitan yang harus
dipecahkan.
2. Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang
berhubungan dengan pemecahan masalah.
3. Taraf pengolahan atau pencernaan yaitu fakta
diolah dan dicerna.
4. Taraf penernuan atau pernahaman, yaitu
menemukan cara rnernecahkan masalah.
5. Tahap rnenilai, yaitu menyempurnakan dan
mencocokkan hasil pernecahan masalah
Vincent Ruggiero dalam Elaine B. Johnson (2002:31).
Menjelaskan bahwa berpikir sebagai segala aktivitas
mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
memenuhi keinginan untuk dipahami. Sedang
menurut John Chaffee dalam Elaine B. Johnson (1994)
menjelaskan berpikir sebagai sebuah proses aktif,
teratur, dan penuh makna yang kita gunakan untuk
memahami dunia. Berpikir kritis sebagai berpikir untuk
menyelidiki secara sistermatis proses berpikir itu sendiri,
maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja
tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika (John Chaffee, 1994).
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu
(Kamus Bahasa Indonesia. 1989: 324). Ilmiah adalah
bersifat ilmu atau ilmu pengetahuan atau memenuhi
syarat/hukum ilmu pengetahuan (Kamus Bahasa
Indonesia. 1989: 324). Dan pengertian ini dapat
xxxvi
disimpulkan bahwa berpikir ilmiah adalah kegiatan
dengan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu yang
dapat memenuhi syarat atau hukum ilmu
pengetahuan. Jadi berpikir ilmiah dalam
pembelajaran IPA merupakan kegiatan siswa ketika
menemukan fenomena alam yang ditemukan baik
dalam soal maupun dalam kehidupan sehari-hari
dapat mengemukakan pendapat secara ilmiah atau
sesuai ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan kemampuan berpikir siswa dalam
belajar, banyak para ahli yang menyatakan bahwa
hasil belajar berarti menggunakan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap
lingkungan. Krathwohl & Bloom dalam Dimyati
Mujiono (1994: 27) menggolongkan kemampuan-
kemampuan belajar dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara hirarkis.
Ranah kognitif terdiri dan enam jenis perilaku sebagai
berikut:
1. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan.
Pengetahuan ini berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau
metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Penerapan. mencakup kemampuan
menerapkan metode atau kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
xxxvii
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
haik.
5. Sintesis, kemampuan membentuk pola baru. Misal
menyusun program kerja.
6. Evaluasi, kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasar kriteria tertentu.
Misal menilai hasil karya teman.
Ranah afëktif terdiri dan lima jenis perilaku sebagai
berikut:
1. Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal
tertentu dan kesediaan memperhatikan hal
tersebut. Misal kemampuan mengakui
perbedaan.
2. Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan
memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Misal mematuhi peraturan yang ada.
3. Penilaian dan penentuan sikap, mencakup
menerima suatu nilai, menghargai, mengakui,
dan menentukan sikap. Misal menerima
pandapat.
4. Organisasi, mencakup kemampuan membentuk
suatu system nilai sebagai pedoman dan
pandangan hidup.
5. Pembentukan pola hidup, mencakup
kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan
pribadi.
xxxviii
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku
sebagai berikut:
1. Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milah
(mendiskriminasikan) hal-hal secara khas.
2. Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan
diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu
rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan
melakukan gerakan sesuai contoh. Misal gerak
tari.
4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan
melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5. Gerakan komplek, mencakup kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efesien,
dan tepat.
6. Penyesuaian gerakan, mencakup kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak bersyarat.
7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan
pola gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
B. Penelitian yang Relevan
Sutanto S.Pd. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, mata
pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar.
C. Kerangka Berpikir
xxxix
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dalam
mencapai perubahan. Baik perubahan sikap, perilaku, budi pekerti,
pengetahuan, dan keterampilan kearah yang lebih baik. Belajar
dalam Ilmu Pengetahuan Alam harus mampu menghasilkan tiga aspek
yaitu pemahaman konsep, sikap ilmiah dan keterampilan ilmiah., untuk
itu siswa dalam mata pelajaran ini harus dilatih dan diasah dalam
berpikir ilmiah.
Penggunaan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat
dimungkinkan tujuan pembelajaran akan tercapai lebih maksimal. Hal
ini dikarenakan setiap model pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Model Pembelajaran Make a Match dimungkinkan dapat
meningkatknya prestasi belajar pembelajaran IPA. Karena dalam
langkah-langkah pembelajarannya terdapat kegiatan predict
(memprediksi), observe (mengamati), dan explain (melaporkan)
Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas peneliti menyusun
kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Pembelajaran belum
menggunakan model
Pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran
Hasil belajar IPA rendah
Siklus 1
Siklus 2
xl
Gambar II. 1 Keranga Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, landasan teori, dan kerangka
pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas bahwa “Penggunaan model pembelajaran Make a
Match dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat
meningkatnya keaktifan siswa sehingga prestasi belajar juga dapat
meningkat.
xli
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam 6 bulan (Bulan Juli 2009 S/d Desember
2009).
1. Tempat Penelitian
SD Negeri Kebonromo 5, Kecamatan Ngrampal, Kab. Sragen, khususnya
siswa kelas IV.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dari bulan Juli
2009 sampai dengan bulan Desember 2009
F. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kebonromo 5,
Kecamatan Ngrampal, Kab. Sragen pada semester I Tahun Pelajaran
2009/2010.
1. Sumber Data
Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh
dari berbagai sumber:
a. Narasumber terdiri dari Guru dan Siswa kelas IV SDN Kebonromo
5, Kec. Ngrampal, Kab. Sragen.
b. Arsip dan dokumen belajar siswa.
c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran.
d. Tes hasil belajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
xlii
Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam
penelitian tindakan kelas maka teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Untuk mengungkap data tentang keaktifan siswa
b. Observasi
Meneliti kegiatan pembelajaran dalam penerapan Make a Match
G. Prosedur Penelitian
Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-
siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti
yang telah didisain dalam faktor-faktor yang diselidiki.
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Rancangan Siklus 1
1. Tahap Perencanaan, mencakup kegiatan:
a) Merancang skenario pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran MAKE A MATCH, yakni
dengan langkah-langkah: (a) Guru memberikan
apersepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang berkesan, (b) Guru
memperlihatkan beberapa alat peraga yang menunjang
materi pembelajaran, (c) Siswa diminta melakukan
demonstrasi dengan alat peraga yang telah disiapkan
oleh guru, (d) Guru bersama siswa mengevaluasi dan
menganalisis hasil demonstrasi sebagi bahan
pertimbangan keberhasilan siklus 1, (e) Guru bersama
siswa menyimpulkan hasil demonstrasi.
b) Menysun Silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
xliii
c) Membuat media pembelajaran berupa alat peraga
sesuai dengan materi pembelajaran.
d) Melakukan simulasi pembelajaran IPA kelas IV SDN
Kebonromo 5.
2. Tahap Pelaksanaan, dilaksanakan dengan mengadakan
pembelajaran yang satu siklus dilaksanakan 2 x 35 menit (1x
pertemuan) sesuai skenario pembelajaran dan RPP pada
siswa. Pada siklus ini pembelajaran dilakukan oleh Guru kelas
(Peneliti), sedangkan
3. anggota melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran, dan wawancara kepada beberapa siswa
setelah pembelajaran berakhir.
4. Tahap Observasi, dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran (aktifitas guru dan siswa) observasi diarahkan
pada point-point dalam pedoman yang telah disiapkan
peneliti. Selain itu untuk memperoleh data yang akurat
peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa
untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
5. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan cara analisis
hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara
dengan demikian analisis dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran, berdasarkan hasil analisis tersebut akan
diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki
atau disempurnakan, dan fase mana yang telah memenuhi
target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami
perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan sesuai target atau bahkan melebihinya.
Hasil evaluasi dan refleksi siklus I digunakan sebagai acuan
pada siklus II, apabila siklus pertama sudah mencapai
xliv
peningkatan kemampuan siswa maka tidak perlu dilanjutkan
pada siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : IV / I
Setelah penyusunan silabus, RPP, LKS dan Instrumen serta
media pembelajaran siap, dilaksanakan siklus I dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
- Setelah bel berbunyi anak-anak berbaris di depan kelas,
masuk ruangan kelas satu persatu, dilanjutkan berdoa.
- Kemudian mengabsen siswa dilanjutkan mempersiapkan
alat peraga.sebelum kegiatan dimulai anak diajak umtuk
menyanyikan sebuah lagu, dan menarik perhatian siswa.
- Apresepsi dengan menanyakan benda-benda yang ada
di sekitar kita. Kemudian menjelaskan materi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
- Presentasi kelas tentang Materi pokok mendemontrasikan
alat peraga yang telah di siapkan, anak memperhatikan
dan mencobanya.
- Diskusi kelompok dan mengerjakan LKS.
- Kooperatif model make a match ( mencari pasangan )
xlv
- Guru mengadakan penilaian pengamatan dan bagi
anak yang telah menemukan pasangan sebelum batas
waktu di beri penghargaan ( point )
- Kegiatan di ulangi dua sampai tiga kali
- Dilanjutkan evaluasi, dengan mengerjakan instru men
- Menyimpulkan dan memberi pemantapan kembali
materi pokok.
- Kegiatan akhir dengan memberi riward, perbaikan dan
tugas berikutnya.
- Penutup.
Kendala Dan Masalah Yang Muncul Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Untuk Siklus I.
Kendalanya : Media yang tersedia dalam ket IPA ternyata kurang
lengkap dan tidak mencukupi.
Masalah : Dalam kegiatan make a match, anak untuk mencari
pasangan saling berbenturan sehingga ada yang jatuh
ndan terganggu oleh meja, kursi anak sehingga menyita
waktu.
Rancangan Dan Implementasi Strategi Penyelesaian Masalah :
- Sebelum mencari pasangan dimulai meja kursi diatur sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu anak dalam bermain untuk
mencari pasangan.
xlvi
- Bagi anak yang telah menemukan pasangannya dengan benar
sebelum batas waktu untuk maju ke depan dan diberi poin
- Setelah batas waktu satu babak selesai dapat di ulangi lagi
sehingga anak lebih lancar danlebih cepat menemukan
pasangannya.
Rancangan Perbaikan Rencana Pembelajaran
Untuk siklus kedua adalah:
- Media pembelajaran diusahakan cukup untuk semua kelompok,
sehingga masing-masing kelompok dapat mengadakan
demonstrasi sendiri-sendiri secara bersamaan kemudian
didiskusikan tiap-tiap kelompok.
- Pada kegiatan make a match anak diajak keluar ruangan (
halaman ). Sehingga anak dalam bermain untuk mencari
pasangan lebih bebas.
- Masing-masing anak lebih aktif dan kreatif untuk lebih cepat
menemukan pasangan sebelum batas waktu selesai.
- Setelah dianggap cukup kembali ke ruangan, untuk diadakan
evaluasi dan kegiatan akhir.
Refleksi:
Anak terlalu asik bermain sehingga waktu tersita, Guru teman
sejawat diminta untuk membantunya
Rancangan Perbaikan Rencana Pembelajaran Untuk Siklus 2
- Media pembelajaran diupayakan cukup untuk semua kelompok,
sehingga masing-masing kelompok dapat melakukan
demonstrasi sendiri-sendiri secara bersamaan kemudian di
diskusikan masing-masing kelompok.
xlvii
- Pada kegiatan make a match anak di ajak keluar ruangan (
halaman ), sehingga anak dalam bermain untuk mencari
pasangan lebih bebes hambatan. Masing-masing anak akan
lebih aktif dan kreatif untuk lebih cepat sebelum batas waktu
selesai. Bagi anak yang telah menemukan pasangan sebelum
batas waktu mendapat poin.
- Selesai di ulangi dua atau tiga kali di anggap cukup anak di ajak
masuk keruang kelas lagi untuk di adakan evaluasi dan kegiatan
akhir.
Laporan Pelaksanaan Pembelajaran Siklhus 2
Pelaksanaan pembelajaran siklus 2 di laksanakan pada :
Hari, Tanggal : Senin, 2 Nopember 2009
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : IV / I
- Tahap perencanaan: merancang pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran make a match. Menyusun
silabus dan RPP, membuat media pembelajaran berupa alat
peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran, melakukan
simulasi pembelajaran IPA Kelas IV.
- Tahap pelaksanaan: di laksanakan denganmengadakan model
pembelajaran make amatch.
- Tahap observasi : di lakukan dengan mengamati proses
pembelajaran pada siklus ke II, juga melakukan wawancara
dengan parasiswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
- Tahap analisis dan refleksi: dilakukan dengan cara menganalisis
hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara,
dengan demikian analisis dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh
xlviii
kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan, dan fase mana yang telah memenuhi target.
Kendala Dan Masalah Yang Muncul Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Pada Siklus II.
Kendalanya : Bila beberapa demonstrasi dilaksanakan bersamaan
waktu tidak mencukupi .
Masalahnya : Dalam satu Kompetensi Dasar alokasi waktu 4 X 35 atau
2 kali pertemuan
Rancangan Strategi Penyelesaian Masalah Pada Siklus II Dengan
Langkah-langkah Sebagai Berikut:
- Untuk perubahan benda padat menjadi gas contohnya kapur
barus. Pada hari sabtu, 31 Oktober anak sudah di suruh
mengamati dan mencoba bau kapur barus, kemudian di
letakkan dalam laci kelas dalam keadaan terbuka (terutama
pada besarnya kapur barus). Kemudian pada hari senin, 2
Nopember di lanjutkan mengamati lagi, apa yang terjadi?.
- Untuk perubaan benda padat menjadi cair, contohnya es batu.
Sebelum pembelajaran di mulai anak sudah di suruh mengamati
es batu (besarnya). Setelah beberapa jam, di suruh mengamati
lagi, apa yang terjadi?
- Sehingga tinggal mendiskusikan secara kelompok dengan
mengerjakan LKS.
- Baru di lanjutkan permainan dengan model make a match di luar
kelas (halaman)
xlix
Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, Penelitian Tindakan
Kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan di
bawah ini:
l
li
Gambar III.1: Siklus 1 & 2
lii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilaksanakannya penelitian Tindakan Kelas pada kelas IV
SD Negeri Kebonromo 5, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen,
yang jumlah siswanya 21 anak didapatkan hasil sebagai berikut :
DATA NILAI FORMATIF MATA PELAJARAN IPA
KELAS IV SD NEGERI KEBONROMO 5 TH. 2009 / 2010
NO NAMA SISWA KKM Sebelum
Siklus 1
Siklus 1
Keterangan
1 FERBA ADIANSAH 57 45 50 Belum tuntas
2 M JOHN ROBERTO 57 50 60 Tuntas
3 ARIYANI PUSPITASARI 57 65 85 Tuntas
4 ARGA BAGAS SAPUTRA 57 60 70 Tuntas
5 WIDOWATI 57 65 60 Tuntas
6 SELA FEBRIANA 57 70 85 Tuntas
7 M. AJI ANANTO 57 60 85 Tuntas
8 ERIKO RIZKY S 57 55 85 Tuntas
9 WIDI RAHMAWATI 57 80 100 Tuntas
10 AYU NOVITA SARI 57 65 65 Tuntas
11 AAN YULIANTI 57 60 70 Tuntas
12 HENRI WIDYOTOMO 57 55 85 Tuntas
liii
13 DANU AKBAR 57 55 80 Tuntas
14 ANGGA ADI KRISTIAN 57 60 60 Tuntas
15 SINTYA QORY. R 57 80 95 Tuntas
16 RIZKY PRASETYO 57 55 60 Tuntas
17 RIZAL AHMAD SAFII 57 55 75 Tuntas
18 AWANDA ANANDITA 57 80 70 Tuntas
19 ARIANTO WIBOWO 57 50 50 Belum tuntas
20 LULU GESTI G 57 60 70 Tuntas
21 APRILIA DWI INDAH. S 57 65 70 Tuntas
45 50
80 100 Naik
57,61 72,85
Nilai Terrendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
Prosentase 58% 73% 15%
Tabel IV.1: Hasil Pra Siklus & Siklus I
Tabel IV.2 : Rekapitulasi Hasil Pra Siklus & Siklus I
JUMLAH SISWA DATA NILAI
Sebelum Siklus 1 Siklus 1
A 86-100 - 2
B 76-85 3 6
C 66-75 1 6
D 57-65 9 5
E <57 8 2
liv
Jumlah 21 21
Grafik IV.1: Hasil Pra Siklus & Siklus I
A B C D E
Keterangan
= Sebelum Siklus 1
= Siklus 1
DATA NILAI FORMATIF MATA PELAJARAN IPA
KELAS IV SD NEGERI KEBONROMO 5 TH. 2009 / 2010
NO NAMA SISWA KKM Siklus II Keterangan
1 FERBA ADIANSAH 57 50 Belum tuntas
2 M JOHN ROBERTO 57 65 Tuntas
3 ARIYANI PUSPITASARI 57 90 Tuntas
4 ARGA BAGAS SAPUTRA 57 70 Tuntas
lv
5 WIDOWATI 57 65 Tuntas
6 SELA FEBRIANA 57 90 Tuntas
7 M. AJI ANANTO 57 100 Tuntas
8 ERIKO RIZKY S 57 85 Tuntas
9 WIDI RAHMAWATI 57 100 Tuntas
10 AYU NOVITA SARI 57 100 Tuntas
11 AAN YULIANTI 57 100 Tuntas
12 HENRI WIDYOTOMO 57 95 Tuntas
13 DANU AKBAR 57 85 Tuntas
14 ANGGA ADI KRISTIAN 57 70 Tuntas
15 SINTYA QORY. R 57 100 Tuntas
16 RIZKY PRASETYO 57 65 Tuntas
17 RIZAL AHMAD SAFII 57 80 Tuntas
18 AWANDA ANANDITA 57 100 Tuntas
19 ARIANTO WIBOWO 57 50 Belum tuntas
20 LULU GESTI G 57 75 Tuntas
21 APRILIA DWI INDAH. S 57 80 Tuntas
50
100
81,66
Nilai Terrendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
Prosentase 82%
Catatan : Dua anak belum tuntas
lvi
1 anak berkelainan (ABK)
1 anak lamban belajar
sehingga tidak dapat tuntas 100%
Tabel IV.3: Hasil Siklus II
Tabel IV.4: Hasil Siklus II
DATA NILAI JUMLAH SISWA
A 86-100 9
B 76-85 4
C 66-75 3
D 57-65 3
E <57 2
Jumlah 21
lvii
Grafik IV.2: Hasil Siklus II
A B C D E
Dari data diatas dapat diketahui perbadingan nilai rata-rata pada
sebelum siklus 1, siklus 1, dan siklus II sebagai berikut
Data Sebelum Siklus I Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 57,61 72,85 81,66
Prosentase 58% 73% 82%
lviii
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan analisis data
yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA khusunya dan mata pelajaran yang lain sebagai
imbasnya pada siswa kelas IV SD Negeri Kebonromo 5, Kecamatan
Ngrampal, Kabupaten Sragen.
Peningkatan siswa dalam pembelajaran diantaranya :
1. Siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran
2. Siswa lebih berani bertanya dalam pembelajaran terutama hal
materi yang belum dipahami.
3. Siswa lebih aktif menjawab pertanyaan dari guru.
4. Siswa lebih kreatif dalam melakukan kerja kelompok dan
melaksanakan tugas.
Dari keseluruhan tindakan siklus I dan siklus II yang telah
dilaksanakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Kebonromo 5, Kecamatan Ngrampal,
Kabupaten Sragen dapat meningkatkan keaktifan siswa dan
meningkatnya prestasi hasil belajar.
Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dengan
menggunakan / menerapkan model-model pembelajaran dapat
meningkatnya keaktifan siswa dan meningkatnya prestasi belajar
siswa.
lix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari Penelitian Tidakan Kelas di SD Negeri Kebonromo 5 dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut
Penggunaan model pembelajaran Make a Match sangat
efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas
IV SD Negeri Kebonromo 5 pada mata pelajaran IPA.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, meskipun ada
peningkatan hasil belajar dan proses pembelajaran namun
perubahan itu perlu usaha perbaikan terus menerus. Untuk itu
disarankan kepada:
1. Guru kelas IV SD Negeri Kebonromo 5, supaya mencari cara
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, dalam suasana
pembelajaran yang senang, menyenangkan, kreatif, aktif dan
mandiri.
2. Kepala SD Negeri Kebonromo 5, supaya memberi kesempatan
kepada para guru untuk melakukan PTK, sehingga dapat
memperbaiki kondisi pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).
lx
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Pelajar. 2007. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,
Yogyakarta.
Http//tarmizi, wordpress.com/2008/12/03/Pembelajaran Kooperatif – make a
match /
diunduh 15 Juli 2009 jam 13.25
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Balai Pustaka. Jakarta : Balai Pustaka
Depdiknas Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. BNSP Standar Isi Kelas
IV. Jakarta “ Depdikbud.
Depdiknas Bagian Proyek Pengembangan Mutu Pelajaran IPA (SEQIP). 2003.
Model Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Jakarta.
Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud
Dirjen Dikti.
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo